askep impaksi serumen

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga sangat rumit. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing). B. Rumusan Masalah 1

Upload: dray-sudana

Post on 01-Feb-2016

169 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

impaksi serumen

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari. Telinga adalah organ penginderaan dengan

fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan).

Anatominya juga sangat rumit. Sangat penting untuk perkembangan

normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan

orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting.

Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani

kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis,

perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang

terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh

sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala

(CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep dasar Penyakit Impaksi Serumen?

2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Impaksi Serumen?

C. Tujuan

1. Memenuhi tugas mata kuliah Sistem Sensori Persepsi

2. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang konsep dasar

penyakit Impaksi Serumen dan Memberikan informasi kepada

pembaca tentang Asuhan Keperawatan Penyakit Impaksi Serumen.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan berbagai

sumber dengan metode pustaka. Dengan metode ini, penulis dapat

1

Page 2: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

melengkapi makalah sesuai dengan bahan- bahan Yang penulis ambil dari

buku- buku referensi sebagai bahan pendukung dan pelengkap materi.

2

Page 3: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat

penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang

mengganggu (Mansjoer, Arif .1999).

Serumen istilah yang berasal dari bahasa Latin cera (lilin),

merupakan produksi alamiah telinga yang dihasilkan dari produksi

kelenjar sebasea dan kelenjar serumen yang terdapat di kulit luar liang

telinga yang apabila tidak pernah dibersihkan dapat menimbulkan

sumbatan liang telinga. Konsistensi serumen biasanya lunak, tetapi

kadang-kadang padat, terutama dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim

dan usia. Sepertiga bagian luar dari lubang telinga mengandung kelenjar

yang berfungsi menghasilkan serumen.

Serumen di lubang telinga akan menangkap debu, mikroorganisme,

maupun partikel-partikel asing, dan mencegahnya masuk ke struktur

telinga yang lebih dalam. Serumen pun memiliki efek bakterisidal (dapat

membunuh bakteri). Efek tersebut diduga berasal dari komponen asam

lemak, lisozim dan immunoglobulin yang dikandungnya. Selain itu, pH

serumen yang relatif rendah merupakan suatu faktor tambahan yang dapat

mencegah terjadinya infeksi telinga. Serumen juga berfungsi sebagai

pelumas, yang akan menjaga telinga supaya tidak kekeringan.

Dalam kondisi kekeringan, lubang telinga akan sangat mudah

terluka, akibatnya telinga akan terasa nyeri dan rentan terhadap infeksi. Ini

membuktikan bahwa serumen tidak hanya melindungi telinga dari

ancaman yang datang dari luar, namun juga menjaga agar lingkungan di

dalam telinga tetap berada dalam kondisi yang fisiologis.

3

Page 4: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

2. Etiologi

Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:

a. Dermatitis kronik pada telinga luar

b. Liang telinga sempit

c. Produksi serumen terlalu banyak dan kental

d. Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena

kebiasaan mengorek telinga).

3. Faktor Predisposisi

Dermatitis kronik liang telinga luar, liang telinga sempit, produksi

serumen banyak dan kental, adanya benda asing di linag telinga, eksostosis

di liang telinga, terdoronganya serumen oleh jari tangan atau ujung handuk

stelah mandi, atau kebiasaan mengorek telinga.

4. Gejala Klinis

Gejala yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi

serumen, antara lain :

a. Pendengaran berkurang karena telinga tersumbat

b. Rasa nyeri apabila serumen menekan keras membatu dan menekan

dindinng liang telinga

c. Vertigo dan tinutitis bila serumen menekan membran timpani

5. Patofisiologi

Secara normal serumen dpat tertimbun dalam kanalis eksternus

ddan dalam jumlah serta warna yang bervariasi. Meskipun biasanya tidak

perlu dikeluarkan, kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang

dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan

pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi

geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran. Usaha membersihkan

kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa

berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.

4

Page 5: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam

saluran telinganya, terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-

kacangan

5

Page 6: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

6. Pathways

a. Gejala Klinis

6

Kurangnyapaparan

informasi

KurangPengetahuan

Nyeri akut

Vertigo dan tinitus

Pendengaran terganggu

Perubahan status kesehatan

Ansietas

Perubahan sensori dan

persepsi

Agen cedera biologi

Gangguan sensori persepsi

(auditori)Stigma berkenaan

dengan kondisi

Gangguan harga diri

Dermatitis kronik pada telinga luar

Produksi serumen

banyak dan kental

Liang telinga sempit

Kebiasaan membersihkan telinga yang

salah

Impaksi Serumen (Penumpukan

serumen)

Menekan dinding liang telinga

Menekan membrane timpani

Telinga tersumbat

Page 7: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

7. Pemeriksaan Penunjang

Ketajaman Auditorius

a. Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif

dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan

b. Bisikan kata atau detakan jam tangan

Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya

telah melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa

bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar, Penggunaan

uji Weber dan Rinne memungkinkan kita membedakan kehilangan

akibat konduktif dengan kehilangan sensorineura.

1) Uji Weber

Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya

lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada

gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan

pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien.

Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di

telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran

normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga

atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala.

Bila ada kehilangan pendengaran konduktif

(otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar

pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan

menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan

konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara

akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya

lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan

pendengaran unilateral.

2) Uji Rinne

Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di

belakang aurikula pada tulang mastoid (konduksi tulang)

sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian

garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis

7

Page 8: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

auditorius eksternus (konduksi udara). Pada keadaan normal

pasien dapat terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa

konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang.

Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang

akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui

tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu

lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang

biasa.

Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural

memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih

baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor,

yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan

lemah.

c. Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler

Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer

adalah satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting.

Uji audiometri ada dua macam:

1) Audiometri nada-murni

Dimana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik

(semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti

semakin besar kehilangan pendengarannya).

2) Audiometri wicara

Dimana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan

kemampuan mendengar dan membedakan suara. Ahli

audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone

dan sinyal mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada

dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius

eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus

diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi

(osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya

akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap

8

Page 9: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang

dinamakan audiogram.

8. Penatalaksanaan

Serumen dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes

gliserin hangat, minyak mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan

setengah selama 30 menit sebelum pengangkatan. Bahan seruminolitik,

seperti peroksida dalam gliseril (Debrox) atau Cerumenex juga tersedia;

namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk

dermatitis. Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama

beberapa hari biasanya sudah mencukupi untuk memudahkan

pengangkatan impaksi. Bila impaksi serumen tak dapat dilepaskan dengan

cara ini, dapat diangkat oleh petugas perawatan kesehatan dengan

instrumen khusus seperti kuret serumen dan pengisap aural yang

menggunakan mikroskop binokuler untuk pembesaran.

Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan

menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan

dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara menyemburnya

secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari

telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi

telinga yang berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa

masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi.

Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang

tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut

serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit

saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.

Adapun cara-carauntuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di

liang telinga ( Mansjoer, Arif.1999 ), antara lain:

a. Serumen yang lembek/ cair dibersihkan dengan kapas

yang dililitkan pada aplikator (pelilit). Membersihkannya

pun jangan terlampau dalam. Cukup 1/3 luar liang telinga

saja.

9

Page 10: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

b. Jangan terlalu sering membersihkan telinga. Cukup

seminggu sekali.

c. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau

kuret.

d. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan

terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes

sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan

pengait atau kuret dan bilaperlu dilakukan irigasi telinga

dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.

e. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran

timpani dikeluarkan dengan caramengirigasi liang telinga

dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC agar tidak

menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.

f. Jika terdapat perforasi atau riwayat perforasi tidak boleh

diirigasi

g. Saat membersihkan, gunakan gerakan mengorek keluar,

bukan gerakan mendorong ke dalam.

h. Bila kotoran terasa penuh dan banyak, sebaiknya minta

bantuan dokter spesialis. Usahakan tidak membersihkan

secara mandiri. Selain kita tidak tahu seberapa dalam

mengorek liang telinga, mungkin kotoran justru akan

semakin terdorong ke dalam.

i. Disarankan mengunjungi dokter setidaknya enam bulan

sekali untuk memeriksakan kesehatan telinga

10

Page 11: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. Biodata pasien dan penanggung jawab

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama saat MRS

Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannyamulai

menurun, nyeri, telinga berdengung, dan pusing dimana pasien

merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo).

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan

penyakit impaksi serumen adalah kebiasaan membersihkan

telinga yang tidak benar, penyakit-penyakit yang dapat

menimbulkan dermatitis pada kulit, seperti herpes zooster

3. Pola kebutuhan dasar manusia

Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :

1. Pola napas

2. Pola makan dan minum

3. Pola eliminasi (BAB dan BAK)

4. Pola istirahat dan tidur

5. Pola berpakaian

6. Pola rasa nyaman

7. Pola kebersihan diri

8. Pola rasa aman

9. Pola komunikasi

10. Pola beribadah

11. Pola produktivitas

12. Pola rekreasi

13. Pola kebutuhan belajar

4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi

dan palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi,

11

Page 12: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung

dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.

Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling

sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya

diinspeksi adanya:

a. Deformitas

b. Lesi

c. Cairan begitu pula ukuran

d. Simetris dan sudut penempelan ke kepala.

Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila

manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut.

Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan

mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang,

kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada

pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya

menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di

kulit kepala dan struktur wajah. Untuk memeriksa kanalis auditorius

eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan

dari pemeriksa.

II. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b/d perubahan sensori

persepsi

b. Nyeri akut b/d agen cedera biologi

c. Gangguan harga diri b/d stigma berkenaan dengan kondisi

d. Ansietas b/d perubahan status kesehatan

e. Kurang pengetahuan b/d kurangnya terpapar informasi

12

Page 13: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

III. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Dx 1

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan

ketajaman pendengaran pasien meningkat, dengan kriteria hasil :

1) Pasien dapat mendengar dengan baik

2) Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan

yang diajukan kepadanya

Intervensi :

1. Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga

terlibat

R/ : Untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien

dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.

2. Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan orang-

orang terdekat, seperti menganjurkan pembicara menulis atau

menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan apa yang

ingin disampaikan kepada pasien

R/ : Untuk mempertahankan komunikasi dan hubungan yang

baik antara pasien dengan orang-orang terdekat

3. Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien

R/ : Untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien

4. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program

terapi yang diberikan

R/ : Mematuhi program terapi akan mempercepat proses

penyembuhan

b. Dx. 2

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri

pasien hilang atau terkontrol, dengan kriteria hasil :

1) Skala nyeri 0-3

2) Wajah pasien tidak meringis

3) Pasien tidak memegang daerah yang nyeri

13

Page 14: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

Intervensi :

1. Kaji skala nyeri pasien menggunakan PQRST

R/ : Untuk mengetahui skala nyeri pasien dan untuk

mempermudah dalam menentukan intervensi yang akan

dilakukan selanjutnya

2. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi

R/ : Teknik relaksasi dan distrakasi yang diajarkan kepada

pasien, dapat membantu mengurangi persepsi pasien

terhadap nyeri yang dideritanya

3. Delegatif dalam pemberian obat analgetik

R/ : Obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan

nyeri yang diderita oleh pasien

c. Dx. 3

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan harga

diri rendah pasien dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil:

1) Pasien tidak menarik diri dari pergaulan

2) Mengikuti program terapi yang diberikan

3) Pasien bisa mulai bersosialisasi dengan orang lain

Intervensi :

1. Kontrak waktu dengan pasien untuk mendengar keluhan-

keluhan pasien dan mengungkapkan perasaannya

R/ : Untuk mengetahui apakah pasien menerima dirinya saat

situasi tersebut

2. Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya

R/ : Merahasiakan sesuatu bersifat destruktif (merusak)

terhadap harga diri.

3. Anjurkan keluarga pasien untuk memperlakukan pasien

senormal mungkin

R/ : Melibatkan pasien dalam keluarga dapat mengurangi

perasaan terisolasi dari lingkungan sosial dan dapat pula

14

Page 15: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk

meningkatkan kesejahteraan pasien

4. Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam setaip tindakan

keperawatan atau tindakan pengobatan dan sesuaikan dengan

kemampuan pasien.

R/ :Partisipasi sebanyak mungkin dalam pengalaman dapat

mengurang depresi tentang keterbatasan

5. Berikan respon positif terhadap segala tindakan yang dapat

dilakukan oleh pasien secara mandiri dan kemajuan

perkembangan kesehatannya

R/ :Respon yang positif dapat membantu pasien untuk

menghilangkan perasaan dari kegagalan dan membentuk

pasien muai menerima penanganan terhadap penyakitnya.

d. Dx. 4

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan rasa

cemas pasien dan keluarganya berkurang atau hilang, dengan kriteria

hasil :

1) Mengakui dan mendiskusikan rasa takut

2) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang

atau hilang sampai pada tingkat dapat diatasi

Intervensi :

1. Observasi status mental dan tingkat ansietas dari

pasien/keluarga

R/ : Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi

tersebut diterima oleh individu

2. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan isi

pikiran dan perasaan takutnya

R / : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa

takut dapat ditujukan

3. Libatkan pasien/keluarga dalam perawatan, perencanaan

kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak mungkin

15

Page 16: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

R/ : Meningkatkan perasaan kontrol diri dan meningkatkan

kemandirian

4. Berikan lingkungan yang tenang dan istirahat.

R/ : Lingkungan yang tenang dan stimulasi yang lebih rendah

memungkinkn untuk menurunkan rasa takut

5. Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang.

Mengakui atau menjawab kekhawatiran dan mengizinkan

perilaku pasien yang umum

R/: Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa

walaupun perasaan pasien di luar kontrol,

lingkungannya tetap aman. Menghindari respon

pribadi pada ucapan yang tidak tepat atau tindakan

tindakan mencegah konflik atau reaksi yang berlebihan

terhadap situasi yang penuh dengan stres.

6. Berikan obat sesuai indikasi, mis: sedatif, deazepam.

R/ : Meningkatkan relaksasi / istirahat dan menurunkan rasa

cemas

e. Dx 5

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan

kebutuhan akan informasi akan terpenuhi dengan criteria hasil:

1) Pasien dan keluarganya tidak terus menerus

menanyakan tentang penyakit yang diderita oleh

pasien.

2) Pasien dan keluarganya memahami tentang penyakit

dan proses penyakit yang diderita oleh pasien.

Intervensi :

1) Observasi latar belakang pendidikan pasien dan keluarga

R/ : Untuk memberikan penjelasan sesuai dengan tungkat

pendidikan, agar tidak terjadi kesalahpahaman , dan

informasi dapat diterima dengan jelas dan tepat

16

Page 17: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

2) Berikan informasi dalam bentuk2 dan segmen yang singkat

dan sederhana

R/ : Menurunya rentan perhatian pasien dapat menuirunkan

kemapuan untuk menerima atau memproses dan

mengingat atau menyimpan informasi yang diberikan

3) Diskusikan kemungkinan mengenai proses penyembuhan

yang lama

R/ : Proses pemulihan dapat berlangsung dalam beberapa

minggu/bulan dan informasi yang tepat mengenai

harapan dapat menolong pasien untuk mengatasi

ketidak mampuaanya dan juga menerima perasaan

tidak nyaman yang lama

4) Berikan penjelasan ulang mengenai tanda atau gejala yang

membutuhkan penanganan medis segera

R/ : Evaluasi dan intrervensi awal dapat mencegah

kambuhnya penyakit atau berkembangnya komplikasi

5) Evaluasi pasien dan kelurga setelah diberikan pendidikan

kesehatan

R/ : Mengetahui tingkat pemahaman pasien setelah diberikan

pendidikan kesehatan.

IV. Implementasi

Implementasi sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah dibuat.

17

Page 18: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

V. Evaluasi

1. Dx. 1

a. Pasien dapat mendengar dengan baik

b. Pasien tidak meminta pertanyaan untuk diulang

2. Dx. 2

a. Nyeri pasien hilang atau terkontrol ( 0-3 )

b. Pasien tidak nampak meringis

c. Pasien tidak memegang daerah yang nyeri

3. Dx. 3

a. Harga diri rendah pasien dapat diminimalisir

b. Pasien mengikuti terapi dengan baik

c. Pasien dapat bersosialisasi dengan orang lain

4. Dx. 4

a. Mengakui dan mendiskusikan rasa takut

b. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang atau

hilang sampai pada tingkat dapat diatasi

5. DX 5

a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau proses

penyakit dan pengobatan.

b. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan

menjelaskan alasan tindakan

18

Page 19: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat

penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang

mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).

Serumen yaitu istilah yang berasal dari bahasa Latin cera (lilin),

merupakan produksi alamiah telinga.dihasilkan dari produksi kelenjar

sebasea dan kelenjar serumen yang terdapat di kulit luar liang telinga yang

apabila tidak pernah dibersihakan dapat menimbulkan sumbatan liang

telinga.

B. Saran

Pada dekade selanjutnya, diharapkan terdapat penelitian –

penelitian yang meneliti tentang penatalaksaan Impaksi Serumen secara

holistik sehingga dapat menolong memperbaiki kualitas hidup para

penderita Impaksi Serumen.

19

Page 20: ASKEP IMPAKSI SERUMEN

DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth.2002. BukuAjarKeperawatanMedikalBedahVol: 3, Edisi 8.

Jakarta :EGC

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:

EGC

George L. Adams, Lawrence R. 1997. BukuAjar Penyakit THT Edisi6.Jakarta:

EGC

http:// iranichi.multiply.com, diaksestanggal 29 April 2012

http:// blogdokter.net/2008/impaksiserumen, diaksestanggal 29 April 2012

Mansjoer,Arief,dkk.1999.KapitaSelektaKedokteran,Edisi 3.

Jilid1.Jakarta :Mediaacsculapius

NANDA. 2005. DiagnosaKeperawatan: Definisi&Klasifikasi 2005-2006.

NANDA :International, Philadelphia

20