laporan kasus impaksi

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gigi Impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut. Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga. Hal tersebut karena gigi molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai. Menurut Chu dkk (2005) 28.3% dari 7468 pasien mengalami impaksi, dan gigi molar ketiga mandibula yang paling sering mengalami impaksi (82.5%). Menurut Goldberg yang dikutip oleh Tridjaja bahwa pada 3000 rontgen foto yang dibuat pada tahun 1950 dari penderita usia 20 tahun, 17% diantaranya mempunyai paling sedikit satu gigi impaksi. Sedang hasil foto panoramik dari 5600 penderita usia antara 17-24 tahun yang dibuat tahun 1971, 65.6% mempunyai paling sedikit satu gigi impaksi. Keluhan penderita bervariasi dari yang paling ringan misalnya hanya terselip sisa makanan sampai yang terberat yaitu rasa sakit yang hebat disertai dengan pembengkakan dan pus. 1.2 RUMUSAN MASALAH I.2.1 Bagaimana Definis Impaksi ? 1

Upload: dhonat-flash

Post on 12-Nov-2015

1.160 views

Category:

Documents


184 download

DESCRIPTION

LAPORAN KASUS impaksi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG

Gigi Impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut. Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga. Hal tersebut karena gigi molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai. Menurut Chu dkk (2005) 28.3% dari 7468 pasien mengalami impaksi, dan gigi molar ketiga mandibula yang paling sering mengalami impaksi (82.5%). Menurut Goldberg yang dikutip oleh Tridjaja bahwa pada 3000 rontgen foto yang dibuat pada tahun 1950 dari penderita usia 20 tahun, 17% diantaranya mempunyai paling sedikit satu gigi impaksi. Sedang hasil foto panoramik dari 5600 penderita usia antara 17-24 tahun yang dibuat tahun 1971, 65.6% mempunyai paling sedikit satu gigi impaksi. Keluhan penderita bervariasi dari yang paling ringan misalnya hanya terselip sisa makanan sampai yang terberat yaitu rasa sakit yang hebat disertai dengan pembengkakan dan pus. 1.2 RUMUSAN MASALAH

I.2.1 Bagaimana Definis Impaksi ?

I.2.2 Bagaimana Etiopatogenesis impaksi?

I.2.3 Bagaimana Klasifikasi impaksi ?

I.2.4 Bagamana Evaluasi klinis pada Impaksi ?

I.2.5 Bagaimana Perawatan pada impaksi ?

I.2.6 Bagaimana Prognosis pada kasus impaksi?

I.2.7 Komplikasi apa yang dapat ditimbulkan impaksi ?1.3TUJUAN

I.3.1 Mengetahui Definis Impaksi

I.3.2 Mengetahui Etiopatogenesis impaksi

I.3.3 Mengetahui Klasifikasi impaksi

I.3.4 Mengetahui Evaluasi klinis pada Impaksi

I.3.5 Mengetahui Perawatan pada impaksi

I.3.6 Mengetahui Prognosis pada kasus impaksi

I.3.7 Mengetahui komplikasi impaksi 1.4MANFAAT

I.4.1Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi dan mulut pada khususnya.

I.4.2Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu gigi dan mulut.BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. Ika

Jenis Kelamin

: PerempuanAlamat

: Pagelaran -Malang

Umur

: 30 tahun

Pekerjaan

: IRT

Status

: Kawin

Suku Bangsa

: Jawa - Indonesia

Tanggal Periksa : 22 Maret 2012Konsul dari

: -

Menderita : -2.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama: Gigi berlubang sebelah kiri atas2. Riwayat Penyakit : Pasien mengeluhkan gigi kiri atas berlubang, sebelumnya satu minggu yang lalu pasien sempat periksa di poli gigi RSUD Kepanjen dan sekarang pasien ingin memeriksakan kembali karena obat yang diberikan telah habis. Pasien mengatakan gigi sudah tidak nyeri dan bengkak lagi.3. Riwayat Perawatan

a. Gigi: pernah mencabut gigi bawah kiri dan kanan

b. Jar.lunak rongga mulut dan sekitarnya : Tidak pernah 4. Riwayat Kesehatan :

- Kelainan darah

: Tidak ditemukan

- Kelainan endokrin

: Tidak ditemukan

- Kelainan Jantung

: Tidak ditemukan

- Gangguan nutrisi

: Tidak ditemukan

- Kelainan kulit/kelamin : Tidak ditemukan

- Gangguan pencernaan : Tidsk ditemukan

- Kelainan Imunologi : Tidak ditemukan

- Gangguan respiratori : Tidak ditemukan

- Gangguan TMJ

: Tidak ditemukan

- Tekanan darah

: Tidak ditemukan

- Diabetes Melitus

: Tidak ditemukan

- Lain-lain

: -5. Obat-obatan yang telah/sedang dijalani :

Amoxicillin 500 mg 3x 1 Asam mafenamat 2 x 16. Keadaan sosial/kebiasaan:Pasien golongan menengah kebawah 7. Riwayat Keluarga :

- Kelainan darah

: Disangkal

- Kelainan endokrin

: Disangkal

- Diabetes melitus

: Disangkal

- Kelainan jantung

: Disangkal

- Kelainan syaraf

: Disangkal

- Alergi

: Disangkal

- Lain-lain

: -

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Ekstra Oral

Muka

: simetris

Pipi kiri

: tidak ada kelainan

Pipi kanan

: tidak ada kelainan

Bibir atas

: tidak ada kelainan

Bibir bawah

: tidak ada kelainan

Sudut mulut

: tidak ada kelainan

Kelenjar submandibularis kiri

: tidak ada kelainan Kelenjar submandibularis kanan

: tidak teraba- tidak ada kelainan Kelenjar submental

: tidak teraba- tidak ada kelainan Kelenjar leher

: tidak teraba- tidak ada kelainan

Kelenjar sublingualis

: tidak teraba- tidak ada kelainan

Kelenjar parotis kanan

: tidak teraba- tidak ada kelainan

Kelenjar parotis kiri

: tidak teraba- tidak ada kelainan

2. Intra Oral

Mukosa labial atas

: tidak ada kelainan

Mukosa labial bawah

: tidak ada kelainan

Mukosa pipi kiri

: tidak ada kelainan Mukosa pipi kanan

: tidak ada kelainan Bukal fold atas

: tidak ada kelainan

Bukal fold bawah

: tidak ada kelainan

Labial fold atas

: tidak ada kelainan

Labial fold bawah

: tidak ada kelainan Gingival rahang atas

: Edema (+), Hiperemi (+), Pus (+) Gingival rahang bawah

: tidak ada kelainan Lidah

: tidak ada kelainan Dasar mulut

: tidak ada kelainan

Palatum

: tidak ada kelainan

Tonsil

: tidak ada kelainan

Pharynx

: tidak ada kelainan

Keterangan: 8

= Sondasi(-), perkusi (-), palpasi (-), CE (-)

8

= Sondasi(-), perkusi (-), palpasi (-), CE (-)

8

= Impaksi2.4 DIAGNOSA SEMENTARA 8

= Abses Ginggiva

8

= Karies Profunda

8

= Impaksi

2.5 RENCANA PERAWATAN8

= Pro Ekstraksi

8

= Pro Tambal1. Pengobatan : R/ Amoxicillin tab 500 mg

No. XS 3 dd tab 1 pc

####

K Diclofenat tab 50 mg

No. VI

S 2 dd tab 1 pc

####

2. Pemeriksaan Penunjang : Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi : -

Lab.Patologi anatomi

:

Sitologi

: - Biopsi

: -Lab.Mikrobiologi

: -

Bakteriologi

: -

Jamur

: -

Lab.Patologi Klinik

: -3. Rujukan : Poli Penyakit Dalam

: -

Poli THT

: -

Poli Kulit & Kelamin

: -

Poli Syaraf

: -2.6 DIAGNOSE AKHIR

8

= Abses Ginggiva2.7 LEMBAR PERAWATAN

TglElemenDiagnosaTherapiKet

22/3/12

8

Abses Ginggivitis

Pro : ekstraksiR/ Amoxicillin 500mg No.X S 3 dd tab 1 pc K Diclofenat 50mg No.VI S 2 dd tab 1 pc

KIE:

Rutin minum obat dan antibiotic diminum sampai tuntas Kontrol kembali Rajin dan rutin merawat serta menjaga kebersihan ggi

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

2.1. DEFINISI IMPAKSI

Impaksi adalah keadaan dimana gigi tidak dapat erupsi seluruhnya atau sebagian karena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau kedua-duanya. Menurut Grace, gigi impaksi adalah gigi yang mempunyai waktu erupsi yang terlambat dan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk erupsi secara klinis dan radiografis. Menurut Londhe, gigi impaksi adalah keadaan dimana terhambatnya erupsi gigi yang disebabkan karena terhambatnya jalan erupsi gigi atau posisi ektopik dari gigi tersebut. Menurut Sid Kirchheimer, gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau sebagian karena tertutup oleh tulang, jaringan lunak atau kedua-duanya. 2.2. ETIOPATOLOGIS

Jalan erupsi yang salah dari gigi permanen, kemungkinan besar dapat disebabkan oleh kegagalan resorpsi gigi desidui sehingga gigi desidui menjadi persistensi. Hal ini dapat menimbulkan kegagalan gigi permanen untuk bererupsi sehingga menjadi gigi terpendam. Berikut ini disebutkan beberapa pendapat para ahli yang membahas mengenai etiologi impaksi yaitu : 2.2.1 Menurut Moyers, pola herediter dapat menyebabkan gigi impaksi namun etiologi yang paling sering didapati adalah persistensi gigi susu, lesi lokal patologis dan penyempitan lengkung rahang atas. Bishara dkk, meringkaskan teori Moyers bahwa penyebab impaksi seperti berikut : 1. Penyebab primer Tingkat kecepatan resorpsi akar gigi sulung Trauma pada benih gigi sulung Gangguan urutan erupsi gigi Kekurangan tempat pada lengkung rahang Benih gigi yang rotasi Penutupan akar gigi yang dini Erupsi kaninus rahang atas ke arah celah pada penderita palatoschisis. 2. Penyebab sekunder Tekanan otot yang tidak normal Gangguan endokrin Defisiensi vitamin D

2.2.2. Menurut McBride, kegagalan erupsi gigi permanen untuk mencapai oklusi normal dalam lengkung gigi biasanya disebabkan oleh karena disharmoni antara ukuran mesio-distal gigi geligi dengan lebar lengkung rahang secara keseluruhan. Bila hal ini yang terjadi gigi akan menyimpang dari posisi erupsi normal dan akhirnya menjadi impaksi. Penyimpangan erupsi sering dihubungkan dengan posisi benih gigi tersebut yang terletak jauh dalam maksila sehingga harus menempuh jarak cukup jauh dan lebih rumit untuk mencapai posisi yang normal dalam lengkung gigi.2.2.3. Menurut Berger 1. Kausa lokal

Posisi gigi yang abnormal Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut Kurangnya tempat untuk gigi tersebut Gigi desidui persintensi (tidak mau tanggal) Pencabutan gigi yang premature Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa sekeliling gigi Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang karena inflamasi atau abses yang ditimbulkannya Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-anak.2. Kausa umum

Kausa prenatal Keturunan Miscegenation Kausa postnatal Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan pada anak-anak seperti :a. Ricketsiab. Anemi

c. Syphilis congenital2.3. KLASIFIKASI IMPAKSI GIGI 2.3.1. Berdasarkan sifat jaringanBerdasarkan sifat jaringan, impaksi gigi molar ketiga dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Impaksi jaringan lunak

Adanya jaringan fibrous tebal yang menutupi gigi terkadang mencegah erupsi gigi secar normal. Hal ini sering terlihat pada kasus insisivus sentral permanen, di mana kehilangan gigi sulung secara dini yang disertai trauma mastikasi menyebabkan fibromatosis2. Impaksi jaringan kerasKetika gigi gagal untuk erupsi karena obstruksi yang disebabkan oleh tulang sekitar, hal ini dikategorikan sebagai impaksi jaringan keras. Di sini, gigi impaksi secara utuh tertanam di dalam tulang, sehingga ketika flap jaringan lunak direfleksikan, gigi tidak terlihat. Jumlah tulang secara ekstensif harus diangkat, dan gigi perlu dipotong-potong sebelum dicabut.

2.3.2. Klasifikasi Pell dan GregoryPell dan Gregory menghubunkan kedalaman impaksi terhadap bidang oklusal dan garis servikal gigi molar kedua mandibula dalam sebuah pendekatan dan diameter mesiodistal gigi impaksi terhadap ruang yang tersedia antara permukaan distal gigi molar kedua dan ramus ascendens mandibula dalam pendekatan lain.

1. Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibula a. Klas I: Diameter anteroposterior gigi sama atau sebanding dengan ruang antara batas anterior ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua. Pada klas I ada celah di sebelah distal Molar kedua yang potensial untuk tempat erupsi Molar ketiga

b. Klas II: Sejumlah kecil tulang menutupi permukaan distal gigi dan ruang tidak adekuat untuk erupsi gigi, sebagai contoh diameter mesiodistal gigi lebih besar daripada ruang yang tersedia. c. Klas III: Gigi secara utuh terletak di dalam mandibula akses yang sulit. Pada klas III mahkota gigi impaksi seluruhnya terletak di dalam ramus.

2. Komponen kedua dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada jumlah tulang yang menutupi gigi impaksi. Baik gigi impaksi atas maupun bawah bias dikelompokkan berdasarkan kedalamannya, dalam hubungannya terhadapgaris servikal Molar kedua disebelahnya. Faktor umum dalam klasifikasi impaksi gigi rahang atas dan rahang bawah :a. Posisi A: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada tingkat yang sama dengan oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga yang impaksi berada pada atau di atas garis oklusal.b. Posisi B: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada pertengahan garis servical dan bidang oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga di bawah garis oklusal tetapi di atas garis servikal Molar keduac. Posisis C: Bidang oklusal gigi impaksi berada di bawah tingkat garis servikal gigi molar kedua. Hal ini juga dapat diaplikasikan untuk gigi maksila.10 Mahkota gigi yang impaksi terletak di bawah garis servikal

2.3.3. Klasifikasi WinterWinter mengajukan sebuah klasifikasi impaksi gigi molar ketiga mandibula berdasarkan hubungan gigi impaksi terhadap panjang aksis gigi molar kedua mandibula. Beliau juga mengklasifikasikan posisi impaksi yang berbeda seperti impaksi vertikal, horizontal, inverted, mesioangular, distoangular, bukoangular, dan linguoangular. Quek et al mengajukan sebuah sistem klasifikasi menggunakan protractor ortodontik. Dalam penelitian mereka, angulasi dideterminasikan menggunakan sudut yang dibentuk antara pertemuan panjang aksis gigi molar kedua dan ketiga. Mereka mengklasifikasikan impaksi gigi molar ketiga mandibula sebagai berikut :1. Vertikal (10o sampai dengan -10o): Axis panjang gigi impaksi berada pada arah yang sama dengan axis panjang gigi molar kedua

2. Mesioangular (11o sampai dengan -79o) : Gigi impaksi mengalami tilting terhadap molar kedua dalam arah mesial.

3. Horizontal (80o sampai dengan 100o) : Axis panjang gigi impaksi horizontal

4. Distoangular (-11o sampai dengan -79o) : Axis panjang molar ketiga mengarah ke distal atau ke posterior menjauhi molar kedua

5. Lainnya (-111o sampai dengan -80o) :

a. Bukal atau lingual: Sebagai kombinasi impaksi yang dideskripsikan di atas, gigi juga dapat mengalami impaksi secara bukal atau secara lingualb. Transversal: Gigi secara utuh mengalami impaksi pada arah bukolingualc. Signifikansi: Tiap inklinasi memiliki arah pencabutan gigi secara definitif. Sebagai contoh, impaksi mesioangular sangat mudah untuk dicabut dan impaksi distoangular merupakan posisi gigi yang paling sulit untuk dicabut.Gigi maksila dengan posisi bukal lebih mudah dicabut karena tulang yang menutupi gigi lebih tipis, sedangkan gigi pada sisi palatal tertutupi jumlah tulang yang banyak, dan membuat ekstraksi sulit untuk dilakukan. Posisi mesioangular paling sering terjadi pada impaksi gigi bawah sedangkan posisi distoangular paling sering terjadi pada impaksi gigi atas. Untungnya kedua gigi tersebut juga paling mudah pencabutannya. Didasarkan pada hubungan ruang, impaksi juga dikelompokkan berdasarkan hubungan bukallingualnya.Kebanyakan impaksi Molar ketiga bawah mempunyai mahkota mengarah ke lingual. Pada impaksi Molar ketiga yang melintang, orientasi mahkota selalu ke lingual. Hubungan melintang juga terjadi pada impaksi gigi atas tetapi jarang.

2.4. EVALUASI KLINISPemeriksaan awal harus berupa sebuah riwayat medis dan dental, serta pemeriksaan klinis ektra oral dan intral oral yang menyeluruh. Hasil penemuan positif dari pemeriksaan ini seharusnya dapat mendeterminasikan apakah pencabutan diindikasikan atau disarankan, dan harus mengikutsertakan pemeriksaan radiologi.2.4.1. Pemeriksaan Lokalis

1. Status erupsi gigi impaksi. Status erupsi gigi impaksi harus diperiksa karena status pembentukan mendeterminasikan waktu pencabutan. Idealnya, gigi dicabut ketika duapertiga akar terbentuk. Jika akar telah terbentuk sempurna maka gigi menjadi sangat kuat, dan gigi terkadang displitting untuk dapat dicabut.2. Resorpsi molar kedua. Karena kurangnya ruang molar ketiga yang impaksi sehingga memungkin terjadi resorpsi akar pada molar kedua. Setelah pencabutan gigi molar ketiga yang impaksi, molar kedua harus diperiksa untuk intervensi endodontik atau periodontik tergantung pada derajat resorpsi dan keterlibatan pulpa.3. Adanya infeksi lokal seperti periokoronitis. Infeksi ini merupakan sebuah inflamasi jaringan lunak yang menyelimuti mahkota gigi yang sedang erupsi yang hampir seluruhnya membutuhkan penggunaan antibiotik atau prosedur yang jarang dilakukan, eksisi pembedahan pada kasus rekuren. Periokoronitis rekuren terkadang membutuhkan pencabutan gigi impaksi secara dini.4. Pertimbangan ortodontik. Karena molar ketiga yang sedang erupsi, memungkinkan terjadi berjejal pada regio anterior setelah perawatan ortodonti yang berhasil. Oleh karena itu, disarankan untuk mencabut gigi molar ketiga yang belum erupsi sebelum memulai perawatan ortodontik.5. Karies atau resorpsi molar ketiga dan gigi tetangga. Akibatnya kurangnya ruang, kemungkinan terdapat impaksi makanan pada area distal atau mesial gigi impaksi yang menyebabkan karies gigi. Untuk mencegah karies servikal gigi tetangga, disarankan untuk mencabut gigi impaksi.6. Status periodontal. Adanya poket sekitar gigi molar ketiga yang impaksi atau molar kedua merupakan indikasi infeksi. Penggunaan antibiotic disarankan harus dilakukan sebelum pencabutan gigi molar ketiga impaksi secara bedah untuk mengurangi komplikasi post-operatif.7. Orientasi dan hubungan gigi terhadap infeksi saluran akar gigi. hal ini akan didiskusikan secara detail pada pemeriksaan radiologi.8. Hubungan oklusal. Hubungan oklusal molar ketiga rahang atas terhadap molar ketiga rahang bawah harus diperiksa. Ketika gigi molar ketiga rahang bawah yang impaksi berada pada sisi yang sama diindikasikan untuk ekstraksi, sisi yang satunya juga harus diperiksa.9. Nodus limfe regional. Pembengkakan dan rasa nyeri pada nodus limfe regional mungkin terindikasi infeksi molar ketiga2.4.2. Radiologi

Pemeriksaan radiografis sangat penting dilakukan untuk menunjang suatu diagnosis dan penentuan lokasi kaninus impaksi. Pemeriksaan tersebut dapat berupa :1. Film periapikal dan oklusal Radiografi periapikal berguna untuk menentukan resorbsi akar dari gigi tetangga, status periodontal dan kedekatan akar . Untuk menentukan posisi impaksi dalam arah buko-lingual biasanya dilakukan pengambilan radiografi oklusal yang memberikan orientasi horizontal yang baik bagi gigi serta posisi mahkota dan apeks relatif terhadap gigi tetangga 2. Film ekstraoral a. Sefalometri frontal dan lateral dapat membantu menentukan posisi kaninus impaksi, terutama hubungannya dengan struktur fasial lain (misalnya sinus maksila atau dasar hidung).

b. Film panoramik merupakan radiografi yang paling umum dan sering digunakan dalam pemeriksaan dan perawatan gigi geligi, dapat dijadikan acuan untuk memprediksi kaninus impaksi yaitu lokasi mahkota kaninus dan sudutnya terhadap midlinePemeriksaan radiografis dapat digunakan untuk melihat :

1. Ada tidaknya gigi permanen yang mengalami impaksi

2. Posisi apeks gigi impaksi dalam lengkung rahang serta hubungannya dengan apeks premolar pertama

3. Letak mahkota gigi permanen impaksi.

4. Lebar mesio distal gigi permanen yang akan erupsi. Hal ini penting untuk menentukan apakah gig tersebut mendapat ruangan yang cukup di dalam lengkung rahang.

5. Ada tidaknya resorpsi akar

6. Perlu atau tidaknya perawatan ortodonti pada gigi geligi lainnya.

2.5. PERAWATAN

Perawatan yang dilakukan pada impaksi gigi molar tiga adalah pengangkatan gigi molar tiga tersebut. Gigi molar yang impaksi atau tumbuh miring tidak berfungsi dengan baik dalam pengunyahan dan menyebabkan berbagai macam gangguan. Itulah mengapa gigi tersebut lebih baik diangkat daripada dipertahankan. Semakin cepat mengangkat gigi molar tiga impaksi akan semakin baik daripada harus menunggu sampai timbulnya komplikasi dan rasa sakit yang lebih lanjut. Bila Anda menunggu sampai timbul rasa sakit dan keluhan lainnya, resiko terjadinya komplikasi pada saat pengangkatan tentunya akan lebih tinggi, bahkan proses penyembuhan mungkin akan lebih lama. Semakin muda usia2.6. PROGNOSIS

Prognosis impaksi umumnya baik dengan penangan segera, sehingga tidak menimbulkan komplikasi.2.7. KOMPLIKASIGigi molar ketiga merupakan salah satu gigi yang paling banyak dibahas dalam literatur kedokteran gigi, dan pertanyaan besar yang mengemuka adalah apakah perlu untuk melakukan ekstraksi atau tidak perlu mendapatkan perhatian khusus bagi profesional untuk memperdebatkan maneuver yang sangat kontrovesial ini untuk merencanakan dan mempelajari subjek ini. Walaupun tidak semua gigi molar ketiga menyebabkan masalah klinis dan patologis, tiap gigi molar ketiga memiliki sebuah potensi yang besar untuk menyebabkan masalah periodontal yang berhubungan dengan perikoronitis, karies molar, reabrsorbsi gigi molar kedua, dan juga pembentukan kista dan tumorKerusakan atau keluhan yang ditimbulkan dari impaksi dapat berupa:

1. Inflamasi

Inflamasi merupakan suatu perikoronitis yang lanjutannya menjadi abses dento alveolar akut-kronis, ulkus sub-mukus yang apabila keadaan tubuh lemah dan tidak mendapat perawatan dapat berlanjut menjadi osteomyelitis. Biasanya gejala-gejala ini timbul bila sudah ada hubungan soket gigi atau folikel gigi dengan rongga mulut.

2. Resorpsi gigi tetanggaSetiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke arah oklusal gigi tersebut. Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan dari gigi tetangga maka gigi mempunyai daya untuk melawan rintangan tersebut. Misalnya gigi terpendam molar ketiga dapat menekan molar kedua, kaninus dapat menekan insisivus dua dan premolar. Premolar dua dapat menekan premolar satu. Disamping mengalami resorpsi, gigi tetangga tersebut dapat berubah arah atau posisi.

3. KistaSuatu gigi yang terpendam mempunyai daya untuk perangsang pembentukan kista atau bentuk patologi terutama pada masa pembentukan gigi. Benih gigi tersebut mengalami rintangan sehingga pembentukannya terganggu menjadi tidak sempurna dan dapat menimbulkan primordial kista dan folikular kista.

4. Rasa sakitRasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan syaraf atau menekan gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit. BAB IV

KESIMPULANPromotif

memberikan edukasi pada penderita untuk menjaga oral hygiene

Preventif

Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada impaksi :

Sikat gigi dengan cara yang benar dan gunakan pasta gigi yang nyaman untuk kesehatan gigi dan gusi anda.

Pemeriksakan gigi rutin tiap 6 bulan sekali ke dokter gigi.

Kurangi makanan yang manis dan yang kering. Pengangkatan/Ektraksi gigi yang impaksiKuratif

Meneruskan menkomsumsi obat yang masih tersisa dan kembali memeriksakan diri setelah obat habisDAFTAR PUSTAKA

1. Alamsyah RM, Situmarong N.(2005). Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi terhadap kualitas hidup mahasiswa universitas sumatera barat. Dentika Dental Journal ;10(2):73-4

2. Astuti ERT. (2002). Prevalensi karies pada permukaan distal gigi geraham dua rahang bawah yang diakibatkan oleh impaksi gigi geraham tiga rahang bawah. Jurnal MIKGI;IV(7):154-63. Beek GCV. Morfologi gigi 2nd ed. Editor: Andrianto P. Alih Bahasa: Yuwono L. Jakarta:EGC;1996,p.1014. Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh bentuk gigi geligi terhadap terjadinya impaksi gigi molar ketiga rahang bawah. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi 2007; 6(2):65-65. Dwipayanti A, Adriatmoko W, Rochim A. Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi. Journal of the Indonesian Dental Assocation 2009;58(2):206. Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg. Alih Bahasa: Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007,p.126-77. Nasir M, Mawardi. Perawatan impaksi impaksi gigi insisivus sentralis maksila dengan kombinasi teknik flep tertutup dan tarikan ortodontik (laporan kasus). Dentika Dental Jurnal 2003;8(2):958. Obimakinde OS. Impacted mandibular third molar surgery; an overview. Dentiscope 2009;16:2-3

9. Pederson GW.(1996). Buku ajar praktis bedah mulut 2nd ed. Alih Bahasa: Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC; hal.61-310. Sinan A, Agar U, Bicakci AA, Kosger H. Changes in mandibular third molar angle and position after unilateral mandibular first molar extraction. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics 2006;129(1):3711. Tjiptono KN, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut 2nd ed. Jakarta:Cahaya Sukma;1989,p.145-148 8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

V IV III II I

I II III IV V

V IV III II I

I II III IV V

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

X

X

I

1