pengalaman pasien dengan serangan asma di igd...
TRANSCRIPT
PENGALAMAN PASIEN DENGAN SERANGAN ASMA
“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
PROGRAM STUDI S
i
PENGALAMAN PASIEN DENGAN SERANGAN ASMA
DI IGD RSUD KARANGANYAR
SKRIPSI
“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Kurniawan Adi Utomo
NIM S11023
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
PENGALAMAN PASIEN DENGAN SERANGAN ASMA
“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
1 KEPERAWATAN
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PENGALAMAN PASIEN DENGAN SERANGAN ASMA
DI IGD RSUD KARANGANYAR
Oleh :
Kurniawan Adi Utomo
NIM. S11023
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 200679022 NIK. 201279102
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Kurniawan Adi Utomo
NIM : S.11023
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKES Kusuma Husada
Surakarta maupun diperguruan tinggi lain.
2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain,kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penguji.
3) Dalam karya tulis initidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku
diperguruan tinggi ini.
Surakarta,14 Agustus 2015
Yang membuat pernyataan
Kurniawan Adi Utomo
NIM.S11023
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat Allah
dan petunjuk-petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul : “PENGALAMAN PASIEN DENGAN SERANGAN ASMA
DI IGD RSUD KARANGANYAR” dalam penyusunan skripsi ini penulis
menyadari bahwa tanpa dorongan, pembimbing dan motivasi-motivasi dari
berbagai pihak niscaya penulis tidak akan mampu menulis skripsi ini dengan
baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga
kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan dan juga selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing utama, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Direktur RSUD Karanganyar yang telah memberikan izin terlaksananya
penelitian ini.
5. Semua partisipan yang telah banyak membantu peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini.
v
6. Orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Sugito dan Ibu Sri Lestari yang
selalu memberikan dukungan, doa, materi dan kasih sayangnya sepanjang
waktu.
7. Teman-teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2011 yang selalu
mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material
dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan
trimakasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga amal baiknya
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 14Agustus 2015
Kurniawan Adi Utomo
NIM. S11023
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
ABSTRACT ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
2.1 Tinjauan Teori ................................................................................. 7
2.2 Kerangka Teori ................................................................................ 22
2.3 Fokus Penelitian .............................................................................. 23
vii
2.4 Keaslian Penelitian .......................................................................... 24
BAB III METODELOGI PENELITIAN ......................................................... 25
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................ 26
3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data ................................... 28
3.5 Analisa Data .................................................................................... 31
3.6 Keabsahan Data ............................................................................... 33
3.7 Etika Penelitian ................................................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 37
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................ 37
4.2 Gambaran Karakteristik Partisipan .................................................. 38
4.3 Hasil Penelitian ................................................................................ 39
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 50
5.1 Mengetahui Pengetahuan Tentang Asma ........................................ 50
5.2 Mengetahui Tindakan Awal Pada Saat Serangan ............................ 53
5.3 Mengetahui Respon Fisik Pada Saat Serangan ............................... 56
5.4 Mengetahui Respon Psikologi Pada Saat Serangan ........................ 57
5.5 Mengetahui Harapan Penderita Asma ............................................. 59
viii
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 63
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 63
6.2 Saran ................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Keterangan Halaman
2.1 Keaslian Penelitian 24
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Teori 22
2.2 Fokus Penelitian 23
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
1 Jadwal Penelitian
2 Usulan Topik Penelitian
3 Pengajuan Judul Skripsi
4 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
5 Surat Pengantar Ijin KESBANGPOL
6 Surat Pengantar Ijin RSUD Karanganyar
7 Surat Persetujuan KESBANGPOL
8 Surat Persetujuan BAPPEDA
9 Surat Persetujuan RSUD Karanganyar
10 Pengajuan Ijin Penelitian
11 Surat Pengantar Ijin Penelitian KESBANGPOL
12 Surat Pengantar Ijin Penelitian RSUD Karanganyar
13 Surat Persetujuan Penelitian KESBANGPOL
14 Surat Persetujuan Penelitian BAPPEDA
15 Surat Persetujuan Penelitian RSUD Karanganyar
16 Lembar Penjelasan Penelitian
17 Lembar Persetujuan Partisipan
18 Lembar Data Demografi
19 Pedoman Wawancara
20 Analisa Data Wawancara
21 Transkrip Wawancara
22 Lembar Opponent
23 Lembar Audience
24 Lembar Konsultasi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Kurniawan Adi Utomo
Pengalaman pasien dengan serangan asma
di IGD RSUD Karanganyar
ABSTRAK
Asma merupakan penyakit yang terjadi di saluran nafas karena
hiperaktifitas rangsangan tertentu dan dapat mempengaruhi orang-orang dari
semua usia serta dapat mempengaruhi psikologis serta sosial yang termasuk
domain dari kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman
pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar.
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif fenomenology. teknik analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan metode Collaizi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria partisipan pasien yang
pernah mengalami serangan asma pertama atau kedua kali, pasien yang baru
pertama kali dirawat inap di rumah sakit, pasien dalam kondisi sadar dan keadaan
umum baik, pasien yang bersedia menjadi responden. Sampel dihentikan setelah
data tersaturasi dengan jumlah partisipan sebanyak 3 partisipan.
Hasil penelitian didapatkan 10 tema 1) pengertian asma 2) tanda dan gejala
asma 3) penyebab penyakit asma 4) managemen relaksasi 5) upaya
menanggulangi kejadian asma ulang 6) respon fisik 7) respon psikologis 8)
bantuan memperlancar pernapasan 9) upaya pencegahan asma ulang 10) upaya
penanganan medis.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu bahwa pengalaman pasien dengan
serangan asma adalah dengan cara mencari bantuan medis, melakukan
managemen relaksasi agar keluhan asmanya berkurang, serta mencegah agar
asmanya tidak kambuh lagi.
Kata Kunci : Asma, Pengalaman, Penatalaksanaan Asma
Daftar pustaka : 57 (2005-2014)
xiii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Kurniawan Adi Utomo
Patient’s Experiences with Asthma Attack
At the Emergency Installation of Local General Hospital of Karanganyar
ABSTRACT
Asthma is a disease which happens in a respiratory system due to
stimulation hyperactivity. It can influence people at all ages, psychological and
social aspects included in the life quality domain. The objective of this research is
to investigate the patients’ experiences with asthma attack at the Emergency
Installation of Local General Hospital of Karanganyar.
This research used the phenomenological qualitative research. The data
were analyzed by using the Colaizzi’s method. The samples of research were
taken by using the purposive sampling technique. They were 3 patients who had
the 1st or 2
nd asthma attacks, newly hospitalized patients, conscious and healthy
patients, and patients available to be respondents.
The result of this research shows that there were ten themes, namely: (1)
definition of asthma; (2) asthma symptom; (3) causes of asthma; (4) relaxation
management; (5) effort of handling the asthma recurrence; (6) physical response;
(7) psychological response; (8) treatment to facilitate breathing; (9) how to
prevent asthma; and 10) medical treatment.
Thus, the patients’ experiences to handle the asthma attack are seeking
medical treatment, conducting relaxation management to decrease the complaints
of asthma, and preventing the asthma from recurrence.
Keywords: Asthma, experiences, asthma management
References: 57 (2005-2014)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma merupakan penyakit yang terjadi di saluran nafas karena
hiperaktifitas rangsangan tertentu dan dapat mempengaruhi orang-orang dari
semua usia serta dapat mempengaruhi psikologis serta sosial yang termasuk
domain dari kualitas hidup. (Wong, 2008). Penyakit asma tidak dapat
disembuhkan akan tetapi penderita dapat sembuh dalam arti asmanya
terkontrol. Bila tidak, akan mengganggu kualitas hidup penderita yang
menyebabkan kehilangan waktu sekolah dan kehilangan jam kerja.
Disamping itu penderita harus mampu meminimalkan faktor-faktor pemicu
penyakit tersebut seperti keadaan lingkungan dimana kita berada dan perilaku
(Dahlan, 2005).
World Health Organization (WHO) memperkirakan 235 juta
penduduk dunia menderita asma dan jumlahnya diperkirakan akan terus
bertambah (WHO, 2013). Prevalensi asma pada anak di Amerika Serikat
mencapai 9,4% (National Center for Health Statistics, 2010). Angka kejadian
asma di Indonesia sebesar 12,5 juta dan 95% diantaranya adalah pasien asma
tak terkontrol (Widodo, 2009).
Menurut penelitian riset kesehatan dasar (Riskesda) tahun 2013
prevalensi asma di Jawa Tengah mencapai 4,3 % dari total penduduk Jawa
Tengah. Penyakit asma dapat mempengaruhi kualitas dan produktivitas hidup
2
masyarakat Indonesia. (Riskesda, 2013).Berdasarkan penelitiannya tentang
pasien asma di Surakarta berjumlah 2.126 kasus dari berbagai pasien di
rumah sakit Surakarta baik negeri ataupun swasta (Handayani, 2008).
Serangan asma yang dialami oleh individu dapat disebabkan oleh
tiga faktor pemicu yaitu alergen, infeksi dan psikologis. Kekambuhan asma
yang disebabkan oleh alergen terjadi karena sel-sel pada saluran pernafasan
sangat sensitif terhadap zat-zat tertentu seperti serbuk sari, bulu, kecoa, polusi
dan asap rokok. Berbeda dengan alergen, kekambuhan yang diakibatkan oleh
infeksi terjadi karena adanya infeksi pada saluran pernafasan seperti bronkitis
akut. Sedangkan faktor pemicu kekambuhan asma yang disebabkan oleh
faktor psikologis terjadi ketika individu yang mengalami asma merasa
frustrasi, depresi, cemas yang berlebihan, dan tidak dapat menerima keadaan
diri. (Davidson, Neale, dan Kring 2006). Akibat dari penyakit asma jika tidak
ditangani akan menimbulkan komplikasi, seperti pneumothorak,
pneumomediastinum, atelektasis, aspergilosis, gagal napas, bronkhitis.
Meskipun asma dapat berakibat fatal, asma lebih sering mengganggu
pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya (Mansjoer,
2008).
Penelitian lain menunjukkan 29,2% penderita asma memiliki
pengetahuan tentang asma yang rendah (Katerin, Irvan, & Erlina, 2014).
Serangan asma akut haruslah segera dilakukan penanganan oleh tenaga medis
di rumah sakit. Kemampuan penderita asma untuk mendeteksi dini
perburukan asmanya sangatlah penting, agar dapat mengobati dirinya sendiri
3
saat serangan asma di rumah sebelum kedokter. Sedangkan pada asma kronik
penderita haruslah memahami sistem penanganan asma secara mandiri,
sehingga dapat mengetahui kondisi kronik dan variasi keadaan asma (Broide,
2007).
Persepsi pasien asma merupakan pengalaman tentang penyakit asma
yang dideritanya, peristiwa yang dapat memungkinkan serangan asma dan
hubungannya dengan kemampuan pasien asma dalam mengelola kondisi
sakitnya. Asma perlu mendapat perhatian karena penyakit asma dapat
menurunkan produktivitas dan meningkatkan beban ekonomi. Pengetahuan
tentang penyakit asma perlu diketahui masyarakat umum, sehingga ikut
membantu untuk meminimalisasi faktor pencetus asma bagi penderitanya
(Hudoyo, 2008). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmojdo, 2012).
Orang yang mengidap asma seringkali tidak bisa menjalani hidup
normal dan produktif. Kemajuan terbaru dalam ilmu kesehatan memungkinkan
seseorang untuk mengendalikan gejala-gejala yang dapat melumpuhkannya,
karena hampir semua orang yang mengidap asma bisa menjalani hidup normal.
Hal ini hanya dimungkinkan jika penderita mendapatkan perawatan yang teratur
dan juga melakukan perawatan mandiri dalam mengatasi asma tersebut. Terapi
pencegahan yang teratur adalah kunci untuk mengontrol asma. Meski asma
merupakan penyakit kronik dan seumur hidup butuh perawatan rutin untuk dapat
hidup normal dan aktif. Penatalaksanaan asma yang tepat, termasuk kerja sama
4
antara perawat dan pasien serta keluarganya, terbukti dapat memberikan hasil
yang baik dan tercapainya asma control (Ramaiah, 2006).
Manajemen asma bertujuan agar pasien hidup normal dengan
meminimalisasi serangan asma. Keberhasilan mengontrol penyakit asma butuh
komitmen dari petugas kesehatan dan pasien untuk membuat rencana
manajemen asma berkelanjutan yang meliputi diagnosa dan memilih obat yang
tepat, mengidentifikasi dan menghindari pemicu serangan asma, mengedukasi
pasien mengenai manajemen asma diri sendiri, serta memantau dan
memodifikasi perawatan asma. Bila upaya yang dilakukan untuk menghindari
faktor pencetus asma berhasil, maka gangguan asma pada penderita bisa
dikendalikan. Kriteria klinis asma yang terkontrol, terlihat bila penderita bebas
gejala asma, aktivitas sehari-harinya tidak terganggu asma, tidak lagi mengalami
gangguan ketika tidur, tidak lagi menggunakan obat pelega lagi dan hasil
pemeriksaan faal parunya normal. Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan,
asma yang terkontrol dapat menurunkan tingkat rawat inap, kunjungan ke
instalasi gawat darurat serta memperbaiki kualitas hidup (Hudoyo, 2008).
Hasil studi pendahuluan di RSUD Karanganyar didapatkan data
penderita asma selama tahun 2014 sampai bulan November ada 104 kasus
dan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir terdapat penderita asma di IGD
RSUD Karanganyar sebanyak 73 kasus rawat jalan sebanyak 29 kasus dan
rawat inap sebanyak 44.Pasien yang baru pertama kali terkena serangan asma
sebanyak 13 pasien dan 60 lainnya pasien yang sudah beberapa kali terkena
serangan asma. Berdasarkan hasil wawancara pada bulan November 2014
dengan beberapa pasien di IGD RSUD Karanganyar dapat diketahui bahwa
5
setiap terjadi serangan asma ada pasien hanya menunggu bantuan orang lain
dan ada juga yang langsung mencari bantuan dan dalam penanganan perawat
kurang baik dan bahkan sampai ada yang meninggal dunia karena
penanganannya kurang cepat.
Uraian latar belakang diatas membuat peneliti tertarik untuk
meneliti tentang bagaimana pengalaman pasien dengan serangan asma di
IGD RSUD Karanganyar.
1.2 Rumusan Masalah
Asma merupakan penyakit yang terjadi di saluran nafas karena
hiperaktifitas karena rangsangan tertentu dan dapat mempengaruhi orang-
orang dari semua usia, serta dapat mempengaruhi psikologis dan sosial.
Hasil wawancara dengan pasien yang mengalami asma didapatkan data
penanganan asmanya hanya menunggu bantuan dari orang lain. Maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD
RSUD Karanganyar ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengalaman pasien dengan serangan asma.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan tentang asma.
6
2. Untuk mengetahui tindakan awal pada saat serangan.
3. Uuntuk mengetahui respon fisik pada saat serangan.
4. Untuk mengetahui respon psikologis pada saat serangan.
5. Untuk mengetahui harapan penderita asma.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi rumah sakit
Penelitian ini dapat menambah masukan informasi tentang
respon pasien asma sebelum mendapatkan penanganan supaya pasien
segera mendapatkan penanganan secepat mungkin.
1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
Menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan untuk
menambah acuan literatur dalam proses belajar mengajar.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur
penelitian dan menjadi referensi untuk penelitian berikutnya.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan bagaimana
pengalaman penderita asma.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Asma
1. Pengertian Asma
Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas
obstruktif intermiten yang bersifat reversible, ditandai dengan
adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas (Prasetyo, 2010). Asma adalah suatu
penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-
ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan
(Muttaqin, 2008).
2. Klasifikasi Asma
Menurut Prasetyo (2010), asma diklasifikasikan menjadi
3 yaitu :
1) Asma Ekstrinsik (Alergik)
Asma ekstrinsik merupakan asma yang disebabkan
oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk
bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora jamur.
8
2) Asma Intrinsik (Non Alergik)
Asma intrinsik merupakan asma yang ditandai dengan
adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa
juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi.
3) Berdasarkan Keparahan Penyakit
Berdasarkan keparahan penyakit ada 3 diantaranya
asma intermiten, asma ringan, dan asma sedang. Asma
intermiten yaitu serangan asma yang mempunyai gejala muncul
<1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam
atau hari. Asma ringan terjadi >1 kali dalam 1 minggu terapi <1
kali dalam 1 hari, eksaserbasi menggunakan aktifitas atau tidur
gejala asma terjadi pada malam hari. Asma sedang terjadi tiap
hari, eksaserbasi menggunakan aktifitas atau tidur, gejala asma
malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu.
3. Etiologi Asma
Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas
disebabkan oleh semacam reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh
normal terhadap allergen, yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi
kebanyakan orang yang peka. Alergen menyebabkan alergi pada
orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot saluran nafas
menjadi mengkerut dan selaput lendir menjadi menebal. Selain
9
produksi lendir yang meningkat, dinding saluran nafas juga
menjadi membengkak. Saluran nafas pun menyempit, sehingga
nafas terasa sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma
biasanya sudah ada sejak kecil. Asma dapat kambuh apabila
penderita mengalami stres dan salah satu stress secara psikis dan
fisik, sehingga daya tahan tubuh cenderung menurun, daya tahan
tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan tersebar
infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh (Price, Sylvia &
Wilson, 2006).
Penyebab asma sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Pada bahasa medik asma hanya dikenal dengan istilah medik
dengan faktor pencetus penyebab asma yaitu alergi dan non alergi.
Penyebab alergi meliputi debu rumah dengan tungaunya, bulu
binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lai-lain, Sedangkan
penyebab asma non alergi meliputi 2 faktor yaitu faktor keturunan
dan faktor lingkungan (Prasetyo, 2010).
4. Gejala klinis
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dasar gejala
asma adalah inflamasi dan respon saluran napas yang berlebih.
Frekuensi beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita
lebih sering terbatas pada gejala dan hanya mengalami serangan
sesak napas yang singkat dan ringan yang terjadi sewaktu-waktu.
10
Ada juga yang mengalami batuk dan mengi serta mengalami
serangan hebat (Prasetyo, 2010).
5. Patofisiologi Asma
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensivitas bronkhiolus terhadap benda-benda
asing diudara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara, seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi
bila reaksi dengan antigen spesikasinya (Prasetyo, 2010).
6. Penatalaksanaan Asma
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat
mengontrol manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang
lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar
penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari. Tujuan pengobatan asma bronchial
agar penderita bias hidup normal, bebas dari serangan asma serta
memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifasi
saluran napas, sehingga menurunkan angka keperawatan dan
kematian akibat asma.
11
Dalam penanganan pasien asma penting diberikan
penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan
dan pengontrolan faktor alergi (Meiyanti 2011; GINA, 2006).
1) Oksigenasi
Asma serangan berat memerlukan pengobatan segera
dengan memberikan suplementasi oksigen, terapi cairan,
inhalasi dengan bronkodilator dan kortikosteroid intravena yang
bertujuan untuk mencegah ancaman gagal napas dan pemakaian
ventilasi mekanik.Pemberian oksigen mutlak diperlukan
terutama untuk mengatasi hipoksemia. Terapi oksigen dengan
mempergunakan kanul nasal 0,5-2 L/menit cukup untuk
mempertahankan target saturasi oksigen lebih dari 90%. Cairan
intravena diberikan untuk mengatasi dehidrasi akibat masukan
cairan yang kurang dan peningkatan usaha napas (Linzer, 2007)
2) Farmakologi
Menurut Puspitasari (2010) penatalaksanaan
farmakologis asma di bagi menjadi 2 yaitu :
a) Reliever
Obat golongan ini adalah senyawa-senyawa yang
bersifat melebarkan/melonggarkan otot-otot bronkus
(reseptor beta) sehingga disebut obat beta agois. Contohnya
seperti salbutamol, terbutalin, teofilin, aminofilin.
12
b) Controller
Obat jenis ini bekerja dengan cara menjaga agar sel
mast tidak pecah atau menjaga agar tidak terjadi proses
inflamasi/peradangan yang menyertai alergi. Contohnya
seperti penghambat sel mast (kromoglikat, ketotifen),
penghambat leukotrien (montelukast).
3) Non farmakologis
Menurut Muttaqin (2008) penatalaksanaan non
farmakologis asma yaitu :
a) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan untuk peningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien
secara sadar menghindari faktor faktor pencetus,
menggunakan obat oral secara benar, dan berkonsultasi pada
tim kesehatan.
b) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus
serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara
menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk
intake cairan yang cukup bagi klien.
13
c) Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural
drainase, perkusi dan fibrasi dada.
7. Komplikasi Asma
Penyakit asma yang tidak ditangani dengan baik lambat-
laun akan berakibat pada terjadinya komplikasi Berbagai
komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah:
1) Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam
rongga pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan
dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih
lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
2) Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma
“udara”, juga dikenal sebagai emfisema mediastinum adalah
suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum. Pertama
dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat
disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke
udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam
rongga dada .
14
3) Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh
paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun
bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
4) Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang
disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya gangguan
pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan
lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata.
Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi
Aspergillus sp.
5) Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen
terhadap karbodioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara
laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam
sel-sel tubuh.
6) Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di
mana lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru
yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak
juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya
penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya
mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit
15
bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh
adanya lendir.
7) Fraktur iga
Fraktur iga adalah patah tulang pada iga yang
disebabkan oleh upaya bernapas yang berlebihan pada kondisi
obstruksi jalan napas maupun gangguan ventilasi oksigen.
2.1.2 Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojdo, 2012).
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Sunaryo (2004) Tingkat pengetahuan seseorang
ada 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
Tahu diartikan dapat mengingat atau mengingat kembali suatu
materi yang sudah dipelajari sebelumnya.
16
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan
dan menginterpretasikan dengan benar tentang obyek yang
diketahui.
c. Penerapan
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat
menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi
nyata.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan
obyek kedalam bagian-bagian kecil, tetapi masih didalam
suatu struktur obyek tersebut dan masih terkait satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan penilaian terhadap suatu obyek tertentu.
17
3. Cara memperoleh pengetahuan
Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :
a. Cara tradisional
1) Cara Coba Salah (Trial And Error)
Cara coba salah ini dipakai orang sebelum
kebudayaan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba
salah ini dilakukan dengan menggunakan “kemungkinan”
dalam memecahkan masalah dan apabila “kemungkinan” ini
tidak berhasil maka akan dicoba lagi.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-
pimpinan masyarakat formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta yang
empiris maupun pendapat sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
18
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau
suatu metode penelitian ilmiah dan lebih popular (Notoadmodjo,
2012).
4. Proses perilaku “Tahu”
Proses perilaku ada 5, yaitu :
a. Awareness (kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik)
Dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada
stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang)
Dimana individu akan mempertimbangkan baik buruknya
tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial
Dimana individu ini mulai mencoba perilaku baru.
e. Adaption
Adaptasi dan sikap individu terhadap stimulus
19
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor internal
Faktor internal dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah
cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaannya. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan akan
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, menyita waktu, berulang dan banyak
tantangan.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja (Notoatmodjo, 2012).
20
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi
(Notoatmodjo, 2012).
2.1.3 Pengalaman
1. Pengertian
Pengalaman kata dasarnya “alami” yang artinya
mengalami, melakoni, menempuh, menemui, mengarungi,
menghadapi, menyeberangi, menanggung, mendapat, menyelami,
mengenyam, menikmati, dan merasakan (Endarmoko 2006).
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami
(dijalani, dirasai, ditanggung). Pengalaman dapat diartikan juga
sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan
menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada
waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi
otobiografi (Alwi, 2005). Menurut Notoatmodjo (2005)
21
pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber
pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
22
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka teori
(Prasetyo 2010, Price, Silvia & Wilson 2006, Linzer 2007, Puspitasari 2010,
Muttaqin 2008)
Manifestasi Asma
1. Sesak napas
2. Batuk berdahak
3. Suara napas yang berbunyi
mengi
4. Hilangnya keluhan diluar
serangan
Komplikasi
1. Pneumothoraks
2. Pneumomediastinum
3. Atelektasis
4. Aspergilosis
5. Gagal napas
6. Bronkhitis
7. Fraktur iga
Etiologi Asma
1. Alergi
- Debu rumah
- Bulu binatang
- Asap rokok
- Asap obat nyamuk
- Tungau
- Serbuk bunga
- Spora jamur
2. Non Alergi
- Keturunan
- Lingkungan
Klasifikasi
1. Asma ekstrinsik
2. Asma intrinsik
3. Keparahan penyakit
Asma Pengalaman pasien
dengan asma
Penatalaksanaan Asma
1. Oksigenasi
2. Farmakologi
3.Pengobatan secara sederhana
atau non farmakologis
23
2.3 Fokus penelitian
Gambar 2.2 Fokus penelitian
Pengalaman pasien
dengan asma
Pengetahuan
tentang asma
Respon fisik
pada saat serangan
Harapan penderita
asma
Tindakan awal
pada saat serangan
Respon psikilogi
pada saat serangan
24
2.4 Keaslian penelitian
Tabel 2.1 Keaslian penelitian
Nama
Peneliti Jurnal Penelitian Metode Hasil
Katerine,
Irvan
Medison,
Erlina
Rustam
Hubungan Tingkat
Pengetahuan
Mengenai Asma
dengan Tingkat
Kontrol Asma
Desain penelitian
menggunakan
observasional
analitik dengan
metode potong
lintang (cross-
sectional)
Terdapat perbedaan
proporsi asma tidak
terkontrol pada
pengetahuan asma
tinggi dan rendah,
sehingga terdapat
hubungan yang
bermakna antara
tingkat pengetahuan
dengan tingkat
kontrol asma.
Rosma
Karinna
Haq
Hubungan Tingkat
Kecemasan Dengan
Serangan Asma
Pada Penderita
Asma Bronkial Dl
Bp4 Semarang
Desain penelitian
menggunakan
studi
korelasional
dengan
pendekatan
cross- sectional
Ada hubungan yang
signifikan antara
tingkat kecemasan
dengan serangan
asma pada penderita
asma bronkial di
BP4 Semarang.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang pada umumnya
menjelaskan dan memberikan pemahaman dan interpretasi tentang berbagai
perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk
(Afiyanti, 2014). Menurut Sugiyono (2009) menegaskan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.
Penelitian fenomenologi menjelaskan atau mengungkapkan makna
konsep atau fenomena pengalaman yang disadari oleh kesadaran yang
terjadi pada beberapa individu (Sumantri, 2011). Fenomenologi merupakan
pendekatan yang dipakai oleh peneliti. Menurut Afiyanti (2014) mengatakan
pendekatan fenomenologi adalah pengalaman yang bersifat universal yang
dialami oleh seorang individu terhadap suatu fenomena yang dialaminya
dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan fenomenologi adalah suatu
pendekatan yang essensial terkait dengan pengalaman alamiah manusia
sepanjang hidupnya dan memberikan gambaran suatu fenomena yang diteliti
melalui hasil yang mendalam dari peneliti, diperoleh dari data-data hasil
wawancara, tulisan serta pengamatan suatu fenomena yang diteliti. (Polit &
Beck, 2006). Pendekatan fenomenologi dinilai dapat menjelaskan fokus
26
permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena
peneliti akan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo, 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman pasien dengan
serangan asma di IGD RSUD Karanganyar.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat penelitian
Tempat Penelitian ini dilaksanakan di IGD RSUD Karanganyar.
3.2.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu meliputi
penyusunan proposal, pengumpulan data dan pelaporan hasil
penelitian dari 13 Februari – 20 mei 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan (Setiadi, 2013). Menurut Sugiyono
(2009) populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
27
dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini
adalah pasien yang menderita asma di IGD RSUD Karanganyar.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel terdiri dari bagian
populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sabagai subjek
penelitian melalui sampling. Sampel pada penelitian ini adalah
informan yang memiliki peranan penting dalam penelitian. Informan
yang digunakan pada penelitian ini ialah partisipan yang menderita
asma. Sampel sebanyak 3 orang hingga tercapai saturasi (Afiyanti,
2014).
Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode
purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berorientasi pada tujuan
penelitian individu diseleksi atau dipilih secara sengaja karena
memiliki pengalaman yang sesuai dengan fenomena yang diteliti
sampel ini menetapkan terlebih dahulu kriteria – kriteria inklusi yang
telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah
pasien yang menderita asma di IGD RSUD Karanganyar dengan
kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Pasien yang pernah mengalami serangan asma pertama atau kedua
kali.
2. Pasien yang baru pertama kali dirawat inap di rumah sakit.
3. Pasien dalam kondisi sadar dan keadaan umum baik.
28
4. Pasien yang bersedia menjadi responden.
3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Instrumen
Pada penelitian ini digunakan dua macam instrument yaitu
instrument inti dan instrument penunjang sebagai berikut:
a. Instrumen inti
Peneliti merupakan instrument kunci pada penelitian ini.
Peneliti sebagai instrument inti berusaha untuk meningkatkan
kemampuan diri dalam melakukan wawancara mendalam. Usaha yang
dilakukan berlatih wawancara terlebih dahulu sebelum pengambilan
data kepada partisipan. Pada saat latihan wawancara peneliti berusaha
responsive dan luwes dalam berkomunikasi. Keterampilan wawancara
kemudian terus diperbaiki seiring dengan seringnya melakukan
wawancara pada partisipan berikutnya.
b. Intrumen penunjang
Alat bantu dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu :
1. Panduan wawancara pada penelitian ini jumlah 11 daftar pertanyaan
terbuka.
2. Lembar data demografi partisipan yaitu berisi nama inisial
responden, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, riwayat asma.
3. Alat tulis yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku catatan
dan bolpoin untuk mencatat hal-hal penting pada penelitian.
29
4. Alat perekam dalam penelitian ini peneliti menggunakan handphone
yang dilengkapi program voice recorder, dengan memory card
berkapasitas 2 giga bite yang mampu merekam kurang lebih 2 jam
yang bertujuan untuk mempermudah peneliti membuat transkip
wawancara.
2. Prosedur pengumpulan data
a. Fase pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mengurus surat
ijin pengambilan data yang dikeluarkan oleh Program Studi S-1
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang ditujukan kepada
Direktur Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) dan
kepada Direktur RSUD Karanganyar. Setelah mendapatkan ijin
melakukan studi pendahuluan, surat diserahkan kepada kepala badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Karanganyar dan kepada kepala Dinas Kesehatan Karanganyar. Surat
kemudian diserahkan kepada Direktur RSUD Karanganyar agar
mendapatkan persetujuan untuk pengambilan data di Rekam Medis
RSUD Karanganyar. Partisipan yang memenuhi kriteria inklusi
kemudian diberikan penjelasan dan memberikan inform consent untuk
menjadi responden penelitian terkait.
30
b. Fase pelaksanaan
1) Wawancara mendalam
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai
narasumber atau informan. Informasi dari sumber data ini
dikumpulkan dengan teknik wawancara, dalam penelitian kualitatif
khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut wawancara
mendalam (in-depth interviewing) yaitu wawancara yang dilakukan
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka di mana
informan yang diwawancara diminta pendapat dan ide-idenya,
peneliti mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono,
2013). Wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada setiap
partisipan dengan menggunakan pedoman wawancara yang sudah
disusun oleh peneliti yaitu 11 pertanyaan, waktu yang diperlukan
untuk wawancara kurang lebih 30 menit dan dilakukan 1 kali
wawancara pada setiap partisipan.
2) Dokumen
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data
dengan mempelajari catatan-catatan mengenai suatu data. Dokumen
tertulis merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam
penelitian kualitatif (Sutopo, 2006). Sumber data dan dokumen pada
penelitian ini diperoleh dari buku dan jurnal yang membahas
pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD
31
Karanganyar. Data dari sumber tersebut kemudian dianalisis
sehingga dapat memperkuat hasil penelitian peneliti.
c. Fase terminasi
Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan terminasi
dengan melakukan validasi terhadap data yang ditemukan kepada
partisipan. Dalam penelitian ini peneliti menvalidkan data dengan cara
mengkonsultasikan hasil transkrip wawancara partisipan kepada Dosen
pembimbing. Setelah semua data divalidasi dan sesuai dengan apa
yang dimaksud oleh partisipan, maka dilakukan terminasi dengan
ucapan terima kasih karena telah bersedia berpartisipasi dalam
penelitian dan menyampaikan bahwa proses penelitian telah selesai.
3.5 Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode
fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back, 2006),
metode Colaizzi dinilai efektif digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan
dengan metode Colaizzi fenomena – fenomena dapat terungkap dengan jelas
sesuai dengan makna – makna yang didapat. Adapun langkah – langkah
analisa data adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mendengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil
penelitian (transkip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan
partisipan.
32
2. Peneliti mengumpulkan gambaran fenomena partisipan. Membaca ulang
dan mendapatkan kata kunci.
3. Peneliti membaca semua protokol atau transkrip. Mencari arti atau makna
dari setiap kunci dari perasaan yang sesuai dari partisipan untuk
mendapatkan perasaan yang sesuai dari partisipan. Kemudian
mengidentifikasi pernyataan partisipan yang relevan. Serta membaca
transkrip secara berulang – ulang hingga ditemukan kata kunci dari
pernyataan – pernyataan.
4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema.
a) Mengumpulkan kata-kata kunci yang memiliki makna yang sama
kedalam tema atau sub tema.
b) Mengelompokkan sub tema, yang sama kedalam satu tempat.
5. Peneliti mengintegrasikan tema yang didapat kedalam fenomena yang
diteliti.
6. Merumuskan gambaran hubungan antara tema dan sesuai dengan
fenomena yang diteliti.
7. Kembali kepada partisipan untuk langkah validasi akhir / verifikasi tema –
tema segera setelah proses verba tim dilakukan dan peneliti tidak
mendapatkan data tambahan baru selama verifikasi.
33
3.6 Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2013), keabsahan data dapat dibagi menjadi
beberapa hal sebagai berikut :
1. Kredibility (validitas internal)
Ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan
instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur
variabel yang sesungguhnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur apa
yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan
kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga tidak dapat dipercaya, atau
dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas.
2. Transferability (validitas eksternal)
Berkenaan dengan masalah generalisasi, yakni sampai
dimanakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus
lain diluar penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat
menjamin keberlakuan hasil penelitian pada subyek lain. Hal ini
disebabkan karena penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk
menggeneralisir, karena dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan
sampling acak, atau senantiasa bersifat purposive sampling.
3. Dependebility (dependabilitas)
Indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang terhadap gejala
yang sama dengan alat pengukur yang sama. Untuk dapat mencapai
34
tingkat reliabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan tekhnik
ulang atau check recheck.
4. Confirmability (konfirmabilitas)
Peneliti harus berusaha sedapat mungkin memperkecil faktor
subyektifitas. Penelitian akan dikatakan obyektif bila dibenarkan atau di
”confirm” oleh peneliti lain. Maka obyektifitas diidentikkan dengan
istilah ”confirmability”.
3.7 Etika Penelitian
Menurut Nursalam (2014), hampir 90% subjek yang digunakan
dalam penelitian keperawatan adalah manusia, maka penelitian harus
memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika
dalam penelitian dibagi menjadi 3 yaitu :
3.7.1 Prinsip manfaat
1. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitana
kapada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
2. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus menghindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan
bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah
diberikan, tidak dipergunakan dalam hal – hal yang dapat
merugikan subjek dalam bentuk apapun.
35
3. Risiko (benefits ratio)
Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan
yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
3.7.2 Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
1. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)
Subjek mempunyai hak untuk memutuskan bersedia menjadi subjek
atau tidak, tanpa adanya sangsi apapun.
2. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (
right to full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan sacara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
3. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyau hak untuk menolak
berpartisipasi menjadi responden. Pada informed consent juga perlu
dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan
untuk pengembangan ilmu.
3.7.3 Prinsip keadilan (right to justice)
1. Hak jaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)
dan rahasia (confidentiality).
36
2. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair
treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak tersedia atau dikeluarkan
dari penelitian.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengalaman pasien
dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar dari tanggal 13 Februari
2015 sampai 20 Mei 2015. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang gambaran
pengalaman pasien dengan serangan asma, dalam penelitian ini didapatkan 10
tema yaitu 1) Pengertian Asma 2) Tanda dan Gejala Asma 3) Penyebab
Penyakit Asma 4) Managemen Relaksasi 5) Upaya Menanggulangi Kejiadian
Asma Ulang 6) Respon Fisik 7) Respon Psikologis 8) Bantuan Memperlancar
Pernapasan 9) Upaya Pencegahan Asma Ulang 10) Upaya Penanganan Medis.
Hasil penelitian ini juga menjelaskan tentang karakteristik partisipan yang
terlibat secara langsung dalam penelitian dengan singkat dan menguraikan
hasil tematik tentang pengalaman partisipan.
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar
merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar.
Rumah Sakit ini pada hakekatnya berawal dari sebuah Rumah Bersalin (RB)
bernama RB “Kartini” yang didirikan pada tanggal 21 April 1960. RSUD
Kabupaten Karanganyar memenuhi syarat menjadi RSU kelas C berdasarkan
analisis organisasi, fasilitas dan kemampuan, dan dilakukan dengan Keputusan
Menkes Republik Indonesia Nomor 009-I/MENKES/1/1993, tentang Susunan
38
Organisasi dan Tata Kerja RSU Karanganyar. Sejak tanggal 2 Maret 2009
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar ditetapkan sebagai
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan status BLUD penuh.
RSUD Karanganyar mempunyai IGD dan terdapat 18 perawat yang
bekerja di IGD tersebut, IGD tersebut terdapat 8 ruangan, 4 ruangan tindakan
berdasarkan triage, 1 ruang isolasi, 1 ruangan administrasi, 1 ruangan perawat
dan 1 kamar mandi pasien. IGD tersebut memiliki prasarana yang memadai
seperti bed pasien disetiap ruangan, kursi roda, tabung oksigen dan prasarana
penunjang lainya.
4.2 Gambaran Karakteristik Informan
4.2.1 Partisipan 1 (P1)
Tn. B seorang mahasiswa berumur 23 tahun, pengalaman
kejadian serangan asma Tn. B baru dua kali dan Tn. B baru dua bulan
terakhir menderita penyakit asma dan baru pertama dirawat di Rumah
Sakit.
4.2.2 Partisipan 2 (P2)
Ny. N berjenis kelamin perempuan berumur 24 tahun,
pendidikan terakhir SMA. Pengalaman kejadian serangan asma Ny. N
baru dua kali serangan asma dan sudah menderita asma selama tiga
bulan yang lalu dan baru pertama dirawat di Rumah Sakit.
39
4.2.3 Partisipan 3 (P3)
Ny. T berjenis kelamin perempuan berumur 21 tahun,
pendidikan terakhir SMA. Pengalaman kejadian serangan asma Ny. N
baru dua kali serangan asma dan sudah menderita asma selama dua
bulan yang lalu dan baru pertama dirawat di Rumah Sakit.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Mengetahui pengetahuan tentang asma.
Hasil penelitian untuk mengetahui pengetahuan tentang asma
didapatkan 3 tema yaitu 1) Pengertian asma 2) Tanda dan gejala asma
3) Penyebab penyakit asma. Berikut ungkapan partisipan:
1. Pengertian asma
Tema Pengertian asma ini didapatkan 1 kategori yaitu:
Gangguan pernapasan.
Berikut ini merupakan ungkapan partisipan mengenani
pengertian tentang gangguan pernapasan:
“asma itu gangguan pernafasan…(p1)”
“…asma adalah eee gangguan pernafasan iku lo mas…(p3)”
Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan bahwa pengertian asma yaitu
penjelasan mengenai gangguan napas yang diderita partisipan.
2. Tanda dan gejala asma
Tema tanda dan gejala asma ini didapatkan 1 kategori yaitu:
Tanda asma.
40
Berikut ini merupakan ungkapan partisipan mengenai tanda
dan gejala asma :
“…kalau mau bernafas susah seperti ada yang ngebleki ngnu
mas (p1)”
“… itu lo mas sesak napas yang ee susah buat napas seperti
itu (p2)”
“…didada sesek seperti ada yang menindihi gitu susah banget
untuk bernapas (p3)”
Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa tanda dan gejala asma
itu adalah bernapas susah. partisipan 2 juga mengungkapkan bahwa
tanda dan gejala sma itu sesak napas. Partisipan 1 menyebut bahwa
tanda dan gejala asma itu seperti ada yang ngebleki sedangkan
partisipan 3 mengebutkan bahwa tanda dan gejala asma itu seperti
ada yang menindih.
3. Penyebab penyakit asma
Tema Penyebab penyakit asma ini didapatkan 2 kategori yaitu
1) Polutan 2) Faktor Genetik.
Berikut ini merupakan ungkapan partisipan mengenai
penyebab penyakit asma terhadap polutan:
“penyebabnya itu akibat polusi udara, debu-debu ,itu mas
(p1)”
“…polusi udara karena udara yang buruk… (p2)”
“Penyebanya ya polusi udara, debu-debu kayak itu mas (p3 )”
41
Partisipan 1, 2, dan 3 mengungkapkan bahwa penyebab penyakit
asma itu akibat dari polusi udara dan debu debu yang berada di
sekitar kita.
Berikut ini merupakan ungkapan partisipan dari penyebab
penyakit asma dengan faktor genetik:
“…penyebab asma itu ada karena penyakit keturunan …(p2)”
“...penyebbnya itu bisa karena penyakit keturunan mas (p3)”
Partisipan 2 dan 3 mengungkapkan bahwa penyebab penyakit
asmaitu karena penyakit keturunan/faktor genetik.
4.3.2 Mengetahui tindakan awal saat serangan.
Hasil penelitian untuk mengetahui tindakan awal saat serangan
didapatkan 2 tema yaitu 1) Managemen Relaksasi 2) Upaya
Menanggulangi Kejadian Asma. Berikut ungkapan partisipan:
1. Managemen relaksasi
Tema managemen relaksai didapatkan 1 kategori yaitu posisi
nyaman.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai
managemen relaksasi dengan pemberian posisi nyaman:
“yaitu mas saya tiduran kalau nggak ya duduk mas nyari
posisi seng nyaman buat napas mas biar gak sesak banget gitu
(p1)”
42
“…untuk mengurangi sesak napas ya ada berkurangnya mas
tapi sedikit trus tiduran nyari posisi seng nyaman mas buat
bernapas (p2) “
“Ee mencari posisi yang nyaman untuk bernapas…(p3)”
Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa managemen relaksai
yaitu dengan cara mencari posisi yang nyaman agar dapat
menurunkan sesak napas.
2. Upaya menanggulangi kejadian asma ulang
Tema upaya menanggulangi kejadian asma ulang didapatkan 2
kategori yaitu 1) Minta Tolong 2) Minum Obat.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya
menanggulangi kejadian asma ulang dengan cara meminta tolong:
“Saya tiduran mas sambil minta tolong pada saudara untuk
menemani (p1)”
“ya kalau pas ada saudara ya pasti saya langsung panggil
saudara itu (p2)”
“saya langsung panggil saudara mas (p3)”
Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya menanggulangi
kejadian asma ulang yaitu dengan meminta tolong pada orang lain.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya
menanggulangi kejadian asma ulang dengan minum obat:
“… langsung minum obat…(p1)”
“Dulu e itu mas minum obat…(p2)”
43
“…Langsung minum obat….(p3)”
Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya menanggulangi
kejadian asma ulang yaitu dengan cara meminum obat.
4.3.3 Mengetahui respon fisik pada saat serangan
Hasil penelitian untuk mengetahui respon fisik pada saat
seranga. didapatkan 1 tema yaitu Respon Fisik. Berikut ungkapan
partisipan :
1. Respon fisik
Tema respon fisik didapatkan 5 kategori yaitu 1) Capek 2)
Lelah 3) Pingsan 4) Lemas 5) Dada sesak.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon fisik
keluhan responsive berupa capek:
“Rasanya itu di badan capek banget…(p1)”
“…gimana ya mas ya ditubuh itu capek…(p2)”
“Rasanya ya capek ya mbak di badan itu sesak didada…(p3)”
Partisipan1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa respon fisik saat
serangan asma yaitu badan terasa capek.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon fisik
keluhan responsive berupa lelah:
“Ya langsung langsung lelah gitu mas…(p2)”
“… terus rasanya tubuh itu juga lelah di badan mas juga
…(p3)”
44
Partisipan2 dan 3 mengungkapkan bahwa respon fisik saat serangan
asma yaitu badan langsung lelah.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon fisik
keluhan responsive berupa capek:
“… kayak mau pinsan itu terus ya sesek gitu…(p2)”
“…rasanya itu seperti mau pingsang mas (p3)”
Partisipan2 dan 3 mengungkapkan bahwa respon fisik saat serangan
asma yaitu seperti mau pingsan.
Berikut merupakan ungkapakan partisipan mengenai respon
fisik keluhan responsive berupa lemas:
“kalau ditubuh itu rasanya lemes mas…(p1)”
“Semua badan rasanya lemes mas kayak gitu…(p2)”
Partisipan1 dan 2 mengungkapkan bahwa respon fisik saat serangan
asma yaitu badan terasa lemes.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon fisik
keluhan berupa sesak:
“… kalau tidurnya berbaring itu kan didada itu terasa sesek
kayak gitu…(p2)”
“…di dada sesek seperti ada yang menindihi gitu susah
banget untuk bernapas (p3)”
Partisipan3 dan 3 mengungkapkan bahwa respon fisik saat serangan
asma yaitu didada terasa sesak.
4.3.4 Mengetahui respon psikologi pada saat serangan.
45
Hasil penelitian mengetahui respon psikologi pada saat
serangan. didapatkan 1 tema yaitu Respon psikologis. Berikut ungkapan
partisipan:
1. Respon psikologis
Tema respon psikologis didapatkan 4 kategori yaitu 1) Sedih
2) Tidak khawatir 3) Berfikir positif 4) Senang.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon
psikologis terhadap respon sedih:
“kalau perasaan ya sedih mas kenapa kok bias sakit koyok
ngene…(p1)”
“… sedih juga mas nggak bisa bekerja bantu suami mas (p2)”
“… kalau perasaan sedih iya mas kenapa kok bias sakit
seperti ini…(p3)”
Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan respon psikologis penderita
asma yaitu sedih.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon
psikologis dengan kejadian tidak kawatir:
“tidak kawatir lagi terus kalau sudah dikasih alat
bantu…(p1)”
“…Ya sudah tidak kawatir lagi mas terus lega juga karena
sudah mendapatkan pertolongan…(p3)”
Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan respon psikologis penderita asma
yaitu tidak khawatir lagi.
46
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon
psikologis terhadap koping positif:
“maksudnya jangan berfikir yang neko-neko (macam-macam)
gitu mas dibikin tenang wae pikirane….(p1)”
“…jangan berfikir yang neko-neko (macam-macam) mas
positif saja (p3)”
Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan respon psikologis penderita asma
yaitu jangan berfikir yang neko-neko (macam-macam) kalau
asmanya kambuh.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon
psikologis terhadap respon senang:
“ya rasanya senang ya mas karena sudah mendapatkan
pertolongan…(p1)”
“… senang sudah mendapatkan pertolongan ditangani oleh
para medis...(p2)”
“…ya senang juga mas sudah dibantu untuk mengurangi
sesaknya ini (p3)”
Partisipan 1 dan 2 mengungkapkan respon psikologis penderita asma
yaitu senang karena sudah mendapatkan pertolongan oleh para
medis. Pertisipan 3 mengungkapkan respon psikologis penderita
asma yaitu senang sudah dibantu mengurangi sesaknya.
47
4.3.5 Mengetahui harapan penderita asma.
Hasil penelitian untuk mengetahui harapan penderita asma.
didapatkan 3 tema yaitu 1) Bantuan memperlancar pernapasan 2) Upaya
pencegahan asma ulang 3) Upaya penanganan medis. Berikut ungkapan
partisipan :
1. Bantuan memperlancar pernapasan
Tema bantuan memperlancar pernapasan didapatkan 1
kategori yaitu Terapi Oksigen.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai bantuan
memperlancar pernapasan dengan terapi oksigen:
“…dikasih alat bantu pernafasan apa iku oksigen…(p1)”
“…dapet obat mas oksigen jadi sesaknya agak
berkurang…(p2)”
“… terus dikasih oksigen juga jadinya sesaknya sudah agak
berkurang…(p3)”
Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa bantuan memperlancar
pernapasan yaitu dengan cara mendapatkan bantuan oksigen untuk
bernapas.
2. Upaya pencegahan asma ulang
48
Tema upaya pencegahan asma ulang didapatkan 2 kategori
yaitu 1) Mengurangi Aktifitas Berat 2) Menghindari Faktor
Penyebab.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya
pencegahan asma ulang dengan mengurangi aktifitas berat:
“ya kalua mengurangi aktifitas yang berat berat mas…(p1)”
“…mengurangi pekerjaan yang berat berat dulu kan saya
bekerja sekarang saya cuma ibu rumah tangga…(p2)”
“Ya seperti tadi sih mas mrengurangi aktifitas yang berat
berat…(p3)”
Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya pencegahan asma
ulang yaitu dengan mengurangi aktifitas yang berat-berat.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya
pencegahan asma ulang dengan menghindari faktor penyebab:
“… biar tidak kambuh lagi dan juga ngindari hal-hal seng
marai iso kambuh lagi mas (p1)”
“… dan yang penting menghindari hal hal yang bisa
mengakibatkan asmanya itu kambuh lagi mas (p3)”
Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya pencegahan asma
ulang yaitu dengan cara menghindari hal – hal yang bisa
mengakibattkan kekambuhan.
3. Upaya penanganan medis
49
Tema upaya penanganan medis didapkan 1 kategori yaitu
Minta bantuan medis saat serangan.
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya
penanganan medis dengan meminta bantuan medis saat serangan
asma :
“….minta saudara untuk mengantarkan ke rumah sakit atau
gak ke kedokter yang bias membantu (p1)”
“… Kalau asmanya parah saya minta saudara untuk
mengantar ke rumah sakit mas (p2)”
“… kalau belum sembuh juga ya saya minta saudara saya
untuk mengantar ke rumah sakit (p3)”
Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya penanganan
medis yaitu dengan cara meminta bantuan pada saudara untuk
mengantar ke rumah sakit atau dokter yang bisa membantu.
50
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Mengetahui pengetahuan tentang asma
5.1.1 Pengertian asma
Hasil penelitian menyatakan bahwa pengertian asma merupakan
gangguan pernapasan. Dalam penelitian partisipan mengatakan bahwa
asma itu gangguan pernapasan yang disebabkan oleh debu debu dan
mengakibatkan sesak napas.
Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversible, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas (Prasetyo,
2010). Menurut Ngastiah, (2005), asma merupakan suatu kondisi paru-
paru kronis yang ditandai dengan sulit bernapas. Terjadi saat saluran
pernapasan memberikan respon yang berlebih dengan cara menyempit
jika mengalami rangsangan atau gangguan.
Berdasarkan pernyataan mengenai pengertian asma yang
diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada
pada teori yaitu mengungkapkan bahwa pengertian asma itu gangguan
pernapasan yang disebabkan oleh debu debu dan polusi udara sehingga
mengakibatkan sesak napas.
51
5.1.2 Tanda dan gejala asma
Hasil penelitian menyatakan bahwa tanda dan gejala asma
meliputi bernapas susah, sesak napas, dan tertindih, dalam penelitian ini
partisipan mengungkapkan bahwa tanda dan gejala asma yaitu bernapas
susah, sesak napas, dan seperti ada yang menindih sehingga susah untuk
bernapas.
Keluhan utama penderita asma adalah sesak napas mendadak,
disertai fase inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase
ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (whezzing), batuk yang disertai
serangan napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma
keluhan biasanya ringan, sedang atau berat, sehingga sesak napas
penderita timbul mendadak, yang dirasakan makin lama makin
meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih kuat (Prasetyo 2010). Gejala yang
umum terjadi adalah whezzing (mengi), sulit bernapas, dada sesak dan
batuk, biasanya terjadi pada malam hari dan menjelang pagi, yang
merupakan tipe dari asma. Serangan asma biasanya hanya terjadi dalam
beberapa menit sampai beberapa jam. Pada saat tidak terjadi serangan,
fungsi paru pasien tampak normal (Lewis, et al 2007).
Menurut Kowalac (2011), tanda gejala asma antara lain suara
nafas mengi (wheezing), batuk-batuk dengan sputum, kesulitan
bernapas, dada seperti tertekan, pengeluaran keringat yang banyak,
denyut nadi cepat. Menurut Plottel (2012) manifestasi klinis asma
bronkhial yaitu batuk, bising mengi (wheezing), napas pendek, dada
52
terasa terikat atau sesak napas (dipsneu), pernapasan yang tidak nyaman,
peningkatan produksi mucus.
Berdasarkan pernyataan mengenai tanda dan gejala asma yang
diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada
pada teori yaitu megungkapkan bahwa tanda dan gejala asma meliputi
sesak napas, sulit bernapas, mengi (whezzing), batuk, dan dada seperti
tertekan.
5.1.3 Penyebab asma
Hasil penelitian bahwa penyebab asma meliputi faktor polutan
meliputi polusi udara dan debu-debu dan dari faktor genetik meliputi
penyakit keturunan keluarga, dalam kasus penelitian pasien penderita
asma mengatakan bahwa penyebab asma itu karena debu-debu, polusi
udara dan penyakit keturunan.
Berdasarkan keputusan menteri negara dan lingkungan hidup RI.
No. KEP-03/MENKLH/1991 menyebutkan bahwa pencemaran udara
adalah masuknya atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi
dan/atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses
alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai peruntukannya. Debu merupakan partikel benda padat yang
terjadi karena proses mekanis. Debu dari proses industri yang terdapat di
udara apabila terhirup oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit
53
pneumoconiosis, yaitu suatu penyakit pada paru-paru yang berupa
penimbunan partikel debu dan penyakit asma. (Suma’mur, 2010).
Pada bahasa medik asma hanya dikenal dengan istilah medik
dengan faktor pencetus penyebab asma yaitu alergi dan non alergi.
Penyebab alergi meliputi debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang,
asap rokok, asap obat nyamuk, dan lai-lain, Sedangkan penyebab asma
non alergi meliputi 2 faktor yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan
(Prasetyo, 2010). Penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu
rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk,
dan lain-lain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu
atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita penyakit asma
maka bisa diturunkan ke anak (Elizabeth ari, 2012).
Berdasarkan pernyataan mengenai penyebab penyakit asma yang
diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada
pada teori yaitu mengungkapkan bahwa penyebab penyakit asma itu
adalah debu debu, polusi udara dan penyakit keturunan.
5.2 Mengetahui tindakan awal pada saat serangan
5.2.1 Managemen relaksasi
Hasil penelitian mengatakan bahwa managemen relaksasi
merupakan mencari posisi yang nyaman untuk bernapas. Dalam
penelitian partisipan mengatakan bahwa managemen relaksasi yaitu
mencari posisi senyaman mungkin agar dapat bernapas dengan lancar.
54
Menurut Riskha, (2012), mendefinisikan manajemen sebagai
suatu keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk
mengantisipasi, mencegah, mengelola dan memulihkan diri dari yang
dirasakan karena adanya ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan.
Posisi yang paling efektif bagi pasien dengan penyakit gangguan
pernapasan adalah diberikannya posisi semi fowler dengan derajat
kemiringan 30-45° Posisi semi fowler, pada pasien dengan gangguan
pola napas telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu
mengurangi sesak napas (Yulia, 2008). Tujuan dari tindakan ini adalah
untuk menurunkan konsumsi oksigen dan menormalkan ekspansi paru
yang maksimal, serta mempertahankan kenyamanan (Azis & Musrifatul,
2012).
Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma telah dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas.
Keefektifan dari tindakan tersebut dapat dilihat dari Respiratory Rates
yang menunjukkan angka normal yaitu 16-24x per menit pada usia
dewasa (Ruth, 2007). Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian
posisi semi fowler itu sendiri dengan menggunakan tempat tidur
orthopedik dan fasilitas bantal yang cukup untuk menyangga daerah
punggung, sehingga dapat memberi kenyamanan saat tidur dan dapat
mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien asma saat terjadi serangan.
Berdasarkan pernyataan mengenai manajemen relaksasi yang
diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada
55
pada teori yaitu mengungkapkan bahwa manajemen relaksasi dengan
cara mencari posisi senyaman mungkin untuk menurunkan sesak napas.
5.2.2 Upaya menanggulangi kejadian asma ulang
Hasil penelitian mengatakan bahwa upaya menanggulangi
kejadian asma ulang yaitu dengan cara meminta pertolongan dan
meminum obat. Dalam penelitian partisipan mengtakan bahwa untuk
menanggulang kejadian asma ulang dengan cara memanggil saudara
yang ada dirumah untuk menemani dan untuk mengantar ke rumah sakit
atau dokter yang bisa membantu dan langsung meminum obat jika terasa
sesak.
Dalam penanganan pasien asma penting diberikan penjelasan
tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan
faktor alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti
tungau debu rumah, alergen dari hewan, jamur, dan alergen diluar rumah
seperti zat yang berasal dari tepung sari, jamur, polusi udara. Obat
aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus
asma. Olah raga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat
mengurangi gejala asma. Psikoterapi dan fisioterapi perlu diberikan pada
penderita asma (Surjanto, 2009).
Obat asma digunakan untuk menghilangkan dan mencegah
timbulnya gejala dan obstruksi saluran pernafasan. Pada saat ini obat
asma dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu reliever dan
controller.Reliever adalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma
56
yaitu obstruksi saluran napas. Controller adalah obat yang digunakan
untuk mengendalikan asma yang persisten (Rogayah, 2008).
5.3 Mengetahui respon fisik pada saat serangan
5.3.1 Respon fisik
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa respon fisik yang
dialami penderita asma meliputi capek, lelah, pingsan, lemas, dan dada
sesak. Dari hasil enelitian partisipan mengatakan bahwa respon yang
dialami pada tubuh yaitu langsung lelah, badan terasas mau
pingsan,ditubuh terasa lemes dan didada tersa sesak.
Tanda gejala asma ditandai dengan adanya bentuk respon fisik
antara lain perubahan dalam napas, bersin-bersin, kelelahan fisik, sering
merasa capek jika melakukan aktivitas berat, susah tidur dan sesak di
dada. Dampak fisik yang cenderung dialami oleh individu yang
mengalami asma seperti kesulitan bernafas, bunyi nafas mengikik dan
terengah-engah, mudah merasa lelah, kesulitan berbicara ketika serangan
asma kambuh, dan kesulitan tidur. Berbagai dampak fisik yang dialami
individu yang mengalami asma juga cenderung menimbulkan perubahan
pada bentuk fisik seperti terbentuk lingkaran mengelilingi mata, ukuran
hidung bertambah kecil, bahu terlihat meninggi, dan gigi bagian atas
terlihat menonjol. Perubahan fisik yang terjadi pada individu yang
mengalami asma akan berpengaruh terhadap menurunnya rasa percaya
diri individu (Cutetomatto, 2012).
57
Hipersensitifitas bronkus yang menyebabkan penyempitan pada
saluran pernafasan karena benda asing di udara keadaan ini yang
menimbulkan nafas berbunyi wheezing (Prasetyo, 2010). Radang saluran
pernafasan dan bron-kokonstriksi menyebabkan saluran pernafasan
menyempit dan sesak nafas/sukar bernafas yang diikuti dengan suara
“wheezing” (Herdiyani, 2013).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 Respon
merupakan suatu tanggapan, reaksi dan jawaban. Pingsan merupakan
suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur yang diakibatkan
karena sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, lapar
dan kondisi fisik lemah (Ajeng, 2011).
Berdasarakan pernyataan mengenai respon fisik yang
diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada
pada teori yaitu gejala asma meliputi sesak di dada, capek, lelah, napas
berbunyi wheezing (mengi), sulit tidur dan tidak sadarkan diri.
5.4 Mengetahui respon psikologis pada saat serangan
5.4.1 Respon psikologis
Hasil penelitian mengatakan bahwa respon psikologis yang
dialami penderita asma yaitu meliputi sedih, tidak khawatir, berfikir
positif dan senang. Dari hasil penelitian diungkapkan partisipan bahwa
respon psikologis yang dialami meliputi perasaan yang sedih kenapa bisa
sakit seperti ini, sudah tidak khawatir lagi karena sudah mendapatkan
58
pertolongan, jangan berfikir yang neko-neko mas positif saja yang
dipikirkan dan rasanya senang mask arena sudah mendapatkan
pertolongan.
Respon psikologis merupakan tanggapan,tingkah laku atau sikap
terhadap rangsangan masalah tertentu yang berkaitan dengan keadaan
jiwa seorang individu (Sarafino, 2006). Menurut kubler-ross (Moyle &
Hogan, 2006), respon psikologis merupakan perasaan tidak percaya,
syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, sedih, khawatir dan
pucat.
Menutut Cutetomatto, 2012 asma juga dapat menimbulkan
dampak psikologis pada individu seperti rasa cemas, depresi, takut,
merasa diri berbeda dengan individu lain, merasa tidak berdaya, merasa
terkekang dan tidak dapat bebas, terbebani dalam masalah finansial,
merasa terikat karena harus rutin minum obat, dan khawatir merepotkan
keluarga karena terganggu dengan sesak nafas dan batuk.Kondisi sakit
tidak dapat dipisahan dari peristiwa kehidupan pasien dan keluarganya
harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit
dan pengobatan yang dilaksanakan. Pasien umumnya akan mengalami
perubahan perilaku dan emosional, setiap orang mempunyai reaksi yang
berbeda beda terhadap kondisi yang dialami (Potter, pattricia A, 2005).
59
5.5 Mengetahui harapan penderita asma
5.5.1 Bantuan memperlancar pernapasan
Hasil penelitian partisipan mengatakan bahwa bantuan
memperlancar pernapsan yaitu pemberian oksigen di rumah sakit
sehingga tidak sesak lagi untuk bernapas.
Penyakit Asma sangat memerlukan pengobatan segera dengan
memberikan suplementasi oksigen, terapi cairan, inhalasi dengan
bronkodilator dan kortikosteroid intravena yang bertujuan untuk
mencegah ancaman gagal napas dan pemakaian ventilasi
mekanik.Pemberian oksigen mutlak diperlukan terutama untuk
mengatasi hipoksemia (Linzer, 2007).
Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolism sel, sebagai hasilnya
terbentuklah karbondioksida, energi dan air (Rosi aditiyana 2012).
Terapi oksigen adalah terapi pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dari yang ditentukan dalam atmosfer lingkungan yang
bertujuan untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah
sambil menurunkan upaya bernapan dan mengurangi stress pada
miokardium (Harahap, 2006).
Berdasarkan pernyataan mengenai bantuan memperlancar
pernapasan yang diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan
yang telah ada pada teori yaitu penderita asma sangat membutuhkan
60
terapi oksigen agar bisa bernapas dengan lancar sehingga tidak sesak
lagi.
5.5.2 Upaya pencegahan asma ulang
Hasil penelitian partisipan mengatakan bahwa untuk mencegah
asma kembali terulang yaitu dengan cara mengurangi aktifitas yang berat
berat serta dengan cara menghindari faktor penyebab terjadinya asma.
Menghindari faktor pencetus perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya,
diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk
intake cairan yang cukup bagi penderita asma (Prasetyo, 2010).
Menghindari faktor resiko merupakan hal yang paling mungkin
dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma adalah
menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma.
Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan
sebagainya (GINA, 2011).
Pengelolaan asma yang terbaik haruslah dilakukan pada saat dini
dengan berbagai tindakan pencegahan agar penderita tidak mengalami
serangan, karena penyakit asma pada dasarnya tidak kambuh, bila tidak
terpapar oleh pencetus. Penderita asma masih dapat hidup produktif jika
mereka dapat mengendalikan asmanya dengan melakukan aktivitas
pencegahan asma. Aktivitas pencegahan asma antara lain : menjaga
kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor
61
pencetus serangan asma, mengurangi aktivitas yang berat dan
menggunakan obat-obat anti asma (Sundaru, H. 2007).
Berdasarkan pernyataan mengenai upaya pencegahan asma ulang
yang diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah
ada pada teori yaitu pasien asma masih bisa hidup produktif dengan cara
menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan,menghindari faktor
pencetus asma, mengurangi aktifitas yang berat dan menggunakan obat-
obat anti asma.
5.5.3 Upaya penanganan medis
Hasil penelitian partisipan mengatakan bahwa untuk penanganan
medis yaitu meminta batuan medis saat serangan dengan cara meminta
saudara untuk mengantar ke rumah sakit atau dokter yang bisa
membantu.
SOP penanganan asma meliputi informed concem, memposisikan
pasien secara semi atau setengah duduk, menegakkan diagnose asma
diantaranya amamnese dan pemeriksaan pernapasan, pemberian oksigen
4 liter/menit, pemberian bronkodilator ,pemberian cairan infuse 1 liter/2
jam dan konsultasi dengan spesialis paru.
Menurut Azwar, (2011), Kualitas pelayanan merupakan suatu
bentuk penilaian konsumen (pasien) terhadap tingkat pelayanan yang
diterima dengan tingkat layanan yang diharapkan. Mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap
62
pasien, makin sempurna kebutuhan dan tuntutan setiap pasien, makin
baik pula mutu pelayanan kesehatan (Setiyaningsih, 2013).
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang
telah di dapatkan mengenai tema – tema yang telah dianalisa. Kesimpulan akan
menjelaskan dan menjawab dari tujuan – tujuan khusus dan masalah – masalah
yang dirumuskan. Selain itu, pada bab ini akan dijelaskan mengenai saran – saran
bagi institusi yang bersangkutan.
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah di dapat dalam
penelitian ini. Maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut
6.1.1 Pengetahuan tentang asma
Tema yang didapatkan dari pengetahuan tentang asma yang
telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengertian asma tandan
dan gejala asma dan penyebab penyakit asma. Dari tema pengertian
asma didapatkan kategori gangguan pernapasan, dari tema tanda dan
gejala asma didapatkan kategori tanda asma dan dari tema penyebab
penyakit asma didapatkan kategori polutan dan faktor genetik.
6.1.2 Tindakan awal pada saat serangan
Tema yang didapatkan dari tindakan awal pada saat serangan
yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi manajemen relaksasi
dan upaya menanggulangi kejadian asma ulang. Dari tema manajemen
64
relaksasi didapatkan kategori posisi nyaman dan dari tema upaya
menanggulangi kejadian asma ulang didapatkan kategori minta tolong
dan minum obat.
6.1.3 Respon fisik pada saat serangan
Tema yang didapatkan dari respon fisik pada saat serangan yang
telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi respon fisik dan
didapatkan kategori capek, lelah, pingsan, lemas dan dada sesak.
6.1.4 Respon psikologis pada saat serangan
Tema yang didapatkan dari respon psikologis pada saat serangan
yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi respon psikologis
dan didapatkan kategori sedih, tidak khawatir, berfikir positif dan
senang.
6.1.5 Harapan penderita asma
Tema yang didapatkan dari harapan penderita asma yang telah
dilakukan dalam penelitian ini meliputi bantuan memperlancar
pernapasan, meliputi upaya pencegahan asma ulang dan upaya
penanganan. Dari tema bantuan memperlancar pernapasan didapatkan
kategori terapi oksigen, dari tema upaya pencegahan asma ulang
didapatkan kategori mengurangi aktifitas berat dan menghindari faktor
penyebab dan dari tema upaya penanganan medis didapatkan kategori
meminta bantuan medis saat serangan.
65
5.1 SARAN
5.1.1 Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi tenaga medis di RSUD Karanganyar terhadap
penanganan kegawatan daruratan pada pasien yang mengalami
serangan asma sehingga tenaga medis lebih cepat dalam melakukan
penangangan pada pasien dengan serangan asma.
5.1.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi Institusi Prodi S1 Keparawatan Stikes
Kusuma Husada Surakarta dalam memberikan ilmu terkait kegawat
daruratan yaitu pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD
RSUD Karanganyar, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
5.1.3 Bagi Peneliti Lain
Sebagai acuan dalam penelitian tentang pengalaman pasien
dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar dengan metode
fenomena yang berbeda sehingga dapat diteliti tentang perilaku
terhadap kejadian asma ulang.
5.1.4 Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
penelitian tentang penanganan serangan asma pada dimasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Yati. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam keperawatan.
Jakarta.
Alwi, Hasan. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Azwar, Azrul. (2011). Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Cutetomatto. (2012). Pengaruh Psikologi Pada Penderita Asma. Retrieved April
20, 2013, from Pengaruh Psikologi Pada Penderita Asma.
http://duniawanita.com/pengaruh-psikologi-pada-penderita-asma.html
Dahlan, Z. (2005). Penegakan Diagnosis dan Terapi Asma dengan Metode
Obyektif. Cermin Dunia Kedokteran.
Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2006). Psikologi Abnormal. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Depkes RI. (2007). Bahan – Bahan Berbahaya Dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan Manusia. Sub Proyek Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan, Proyek KesehatanLingkungan Bantuan UNDP INS/91/019.
Jakarta.
Elizabeth, Ari, (2012). Persepsi pasien asma tentang efektivitas senam asma
dalam meminimalkan kejadian ulang serangan asma.
Endarmoko. (2006). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma
Dengan Sikap Penderita Dalam Perawatan Asma Pada Pasien Rawat
Jalan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Skripsi. Ums
Global Initiative For Asma [GINA]. (2006). Global Strategy For Asthma
Management And Prevention.www.ginasthma.org. Diakses Juli 2012
Global Initiative in Asthma (GINA, 2011). Pocket guide for asthma management
and prevension in children. Di akses melalui www.Ginaasthma.org.
Tanggal 10 Februari 2012.
Handayani, S. (2008). Hubungan Antara Penderita Asma Dengan Prestasi
Belajar Anak Sekolah Dasar Di Solo. Skripsi. Surakarta: UNS.
Harahap ikhsanuddin, A. (2006). Terapi oksigen dalam asuhan keperawatan.
http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/3583/1/keperawatan.ikhs
anuddin2.pdf. diakses pada tanggal 17 april 2014
Hidayat Azis Alimul, Uliyah Musrifatul. (2012). Kebutuhan dasar Manusia Buku
saku Praktikum Edisi revisi. Jakarta. EGC.
Hudoyo. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma Dengan
Sikap Penderita Dalam Perawatan Asma Pada Pasien Rawat Jalan Di
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Skripsi. Ums
Ira Setyaningsih, (2013).analisis kualitas pelayanan rumah sakit terhadap pasien
Menggunakan pendekatan lean servperf (lean service danservice
performance)
Katerin, Medison I, Rustam E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai
Asma Dengan Tingkat Kontrol Asma.
Kowalac. J. (2011). Buku ajar patofisiologi aplikasi pada praktik keperawatan.
Jakarta : ECG
Lewis, S.M, Heitkemper, M.M., Dirken, S.R., O‘Brien, P.G., Bucher, L. (2007).
Medical surgical nursing; assessment and management of clinical
problems. 7th edition. volume 2, Elsevier Saunders 11830, Westline
Industrial Drive. St. Louis Missouri 63146.
Linzer, JF. (2007). Review of asthma: pathophysiology and current treatment
options. Clin Ped Emerg Med;8:87-95
Mansjoer, Arif dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Meiyanti. (2011). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Dalam Mengontrol
Kekambuhan Asma Pada Pasien Asma Bronchial Rawat Jalan Rumah
Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Skripsi. Uns
Moylew. P & Hogan. NS. (2006). Grief Theories And Models Applications To
Hospice Nursing Practice. Jurnal Of Hospice And Palliative Nursing
Vol. 10. No. 6
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
National Center for Health Statistic. (2008). Current Asthma. USA: Centers for
Disease Control and Prevention. Diperoleh tanggal 1 Maret 2012.
Http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/su6001a18.htm
Ngastiah. (2005). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta. EGC
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Salemba Medika,Jakarta.
Nursalam. (2014). Managemen Keperawatan Aplikasi Dalampraktik
Keperawatan Professional Edisi 3, Salemba Medika,Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar . (2013). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul
Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik Indonesia
Plottel, Claudia S. (2010). 100 Tanya Jawab Mengenai Asma. Edisi ke-2.
Alihbahasa Rizqi Akbar. Jakarta: Indeks.
Polit, DF & Beck, CT. (2006). Essentials Of Nursing Research Methods,
Appraisal, and Utilization, 6thedition, Lippincott Williams &Wilkins,
Philadelphia.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Basic nursing essentials for practice (6 th ed).
Missori: Mosby Elsevica.
Prasetyo, B. (2010). Seputar Masalah Asma. Yogyakarta : Diva Press.
Price, Sylvia & Wilson Lorraine. (2006). Buku Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC.
Puspitasari I. (2010). Jadidokter untuk diri sendiri. Yogyakarta : Bentang pustaka
https://books.google.co.id/books?id=ims8gbiWJScC&lpg=PP1&hl=id&
pg=PP1#v=onepage&q&f=false
Ramaiah. (2006). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma
Dengan Sikap Penderita Dalam Perawatan Asma Pada Pasien Rawat
Jalan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Skripsi. Ums
Rogayah R. (2008). Penatalaksanaan asma bronkial prabedah. J Respir Indo
Rosi aditiyana. (2012). Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigen pada
Ny. N dengan serangan asma di ruang anggrek1 rsud dr. moewardi
surakarta
Ruth, F. (2007). Fundamental Of Nursing Human Health And Function. Jakarta:
EGC.
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology Biopsychological
Interactions. Jhon Wiley & Sons, Inc.
Setiadi. (2013). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Sugiyono. (2009). MetodelogiPenelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,
Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif.Cetakan
Kedelapan.Alfabeta.Bandung
Suma’mur P.K., 2010. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV.
Haji Masagung.
Sumantri Arif.(2013). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana
Sunaryo. (2005). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Sundaru, H. (2007). ASMA : apa dan bagaimana pengobatannya? Edisi IV,
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Suparmi Yulia, dkk. (2008). Panduan Praktik Keperawatan : Kebutuhan Dasar
Manusia. Yogyakarta. PT Intan Sejati
Surjanto, E., Sutanto, Y. S., & Duye, N. (2013). Peran Stres Pada Serangan
Asma. Retrieved Mei 2013, 5, from
http://fk.uns.ac.id/index.php/penelitiandosen/detail/32/peran-stres-pada-
serangan-asma
Sutopo, HB (2006). Metodologi Dasar Teori danTerapannya Dalam Penelitian.
Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.
Widodo. (2009). “Penderita Asma di Indonesia Meningkat, ” Tribun News. Senin,
04 Mei 2009,hal1.Tersedia dalam:
http://www.tribunbatam.co.id/index.php?option=com_content&task=vie
w&id= 0366&Itemid=1126 [Diakses pada tanggal 24maret2010]
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2008). Buku ajar keperawatan pediatric. Jakarta: EGC.
World Health Organization [WHO]. (2013). Asthma.
http://www.who.int/respiratory/asthma/definition/en/index.html diakses
pada 10 April 2013.