penetapan kadar sulfa & trimet secara derivatif

Upload: septin-putri-abriyanti

Post on 02-Jun-2018

615 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    1/19

    LAPORAN PRAKTIKUM

    ANALISIS SEDIAAN FARMASI

    Penetapan Kadar Sulfametoksazol dan Trimetoprim dalam

    Suspensi Cotrimoksazol dengan Spektrofotometri Metode Kurva

    Turunan Pertama (Derivatif)

    Asisten :

    Henry Kurnia Setiawan, M.Si., Apt

    Golongan :

    T / E

    Anggota:

    Septin Putri A. (2443012061)

    Florentina Yola (2443012132)

    Desy Farmawati (2443012188)

    Maria Novita Dolu (2443012252)

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

    SURABAYA

    2014

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    2/19

    2

    I. DASAR TEORI

    Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada

    spektrofotometri UV-Vis (Connors, 1982).

    Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat

    dalam campuran dimana spektrumnya mungkin tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum

    besar yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat terlebih dahulu.

    Spektrum yang dialih bentuk ini menghasilkan profil yang lebih rinci yang tidak terlihat pada

    spektrum normal (Connors,1982; Willard,1988).

    Kegunaan spektrofotometri derivatif adalah (Mulja, 1995):

    1.

    Apabila menghadapi campuran dua komponen yang spektrumnya saling

    tumpang tindih, maka analisis kuantitatif cara derivatif menjadi metoda yang

    terpilih.2.

    Analisis kuantitatif campuran dua komponen yang keruh.

    3. Analisis kuantitatif campuran dua komponen yang merupakan isomeri (kecuali

    isomer optis aktif atau rasemik).

    4.

    Spektra derivatif dapat dipakai untuk maksud kualitatif atau sebagai data

    pendukung.

    Dalam suatu campuran, pengukuran konsentrasi dalam suatu sampel (analyte) dapat

    dilihat dalam campuran sehingga dapat membuat pengerjaan ini menjadi lebih mudah atau

    lebih akurat. Tetapi yang sering menjadi kendala yaitu spektra derivatif tidak dapat

    mengurangi atau menghindarkan adanya gangguan dari rasio serapan pengganggu yang lain

    (signal-to-noise ratio ) (Skoog,1992).

    Konsep derivatif telah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950, dimana terlihat

    memberikan banyak keuntungan. Aplikasi utama spektroskopi derivatif ultraviolet-cahaya

    tampak adalah untuk identifikasi kualitatif dan analisis sampel. Metode spektroskopi derivatif

    sangat cocok untuk analisis pita absorbsi yang overlappingatau terlalu landai (Owen, 1995).

    Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet (SDUV)

    Metode SDUV merupakan kombinasi dari spektrofotometri UV konvensional dan

    kemometrik yang memerlukan peralatan optik, elektronik, dan metode matematika untuk

    menghasilkan spektrum turunan (Owen 1996). Kelebihan metode SDUV antara lain mampu

    meningkatkan pemisahan pita serapan dari spektrum yang tumpang tindih, mendeteksi dan

    menentukan panjang gelombang serapan senyawa target dari spektrum yang kompleks, dan

    mengurangi gangguan yang disebabkan oleh penghamburan dan serapan senyawa lain

    (Popovic et al. 2000). Oleh karena karakteristik SDUV tersebut, proses isolasi dan preparasi

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    3/19

    3

    senyawa aktif yang biasanya diperlukan untuk prosedur analisis kualitatif dan kuantitatif di

    dalam sistem yang kompleks dapat dihindari.

    OHaver (1979) menyatakan bahwa spektroskopi derivatif merupakan suatu

    pengukuran spektrum yang berasal dari rata-rata perubahan absorbans dengan panjang

    gelombang. Spektroskopi derivatif dirumus-kan sebagai berikut (Skujins 1986):

    D/dA = 1/1A- 2 /2 A

    Dengan A adalah absorbans dan adalah panjang gelombang (nm). Plot hubungan

    antara dA/d terhadap nilai menghasilkan plot spektrum turunan orde pertama, nilai plot

    spektrum turunan pertama digunakan untuk menentukan d2A/d2 yang apabila di plot terhadap

    maka akan menghasilkan plot spektrum turunan orde kedua, dan seterusnya. Untuk turunan

    orde ke-n maka dibuat plot hubungan antara dnA/dn terhadap (Skujins 1986).

    Hal yang tidak diinginkan dalam spektrum turunan adalah penurunan nisbah sinyaldan noise (S/N). Oleh karena itu, proses smoothing (penghalusan) spektrum dengan

    menggunakan suatufilter diperlukan untuk meminimalkan noise tanpa mengurangi informasi

    yang ada. Filter smoothing Savitzky-Golay merupakan filter yang umum digunakan untuk

    menghilangkan noise (Skujins 1986). Namun, proses penghalusan spektrum yang terlalu

    tinggi dapat mengakibatkan penyimpangan spektrum dengan menurunkan intensitas dan

    pemisahan spektrum (Owen 1996; Brereton 2003).

    Analisis kuantitatif spektrum turunan sama halnya dengan spektrum UV

    konvensional, didasarkan pada hukum Lambert-Beer yang dirumuskan sebagai berikut (Owen

    1996):

    Spektrum awal : A = b c

    Turunan pertama : d/dA = d/d bc

    Turunan ke-n : dn/dAn= dn/dnb c

    Dengan A adalah absorbans, adalah panjang gelombang, adalah absorptivitas

    molar, c adalah konsentrasi, dan b adalah tebal sel. Pada spektrum awal, konsentrasi analat

    sebanding dengan absorbans pada panjang gelombang tertentu, sedangkan pada spektrum

    turunan konsentrasi analat sebanding dengan amplitudo. Macam-macam amplitudo dalam

    SDUV adalah DL (amplitudo puncak ke puncak yang panjang), Ds (amplitudo puncak ke

    puncak yang pendek), Dz (amplitudo dari garis nol ke puncak), dan D t (amplitudo tangen).

    Untuk membuat kurva kalibrasi, maka dipilih amplitudo yang memberikan linearitas terbaik

    (Skujins 1986).

    Pada spektrofotometri konvensional, spektrum serapan merupakan plot serapan (A)

    terhadap panjang gelombang (). Pada metode spektrofotometri derivatif ini perajahan

    absorbansi terhadap panjang gelombang ditransformasikan menjadi perajahan dA/dterhadap

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    4/19

    4

    untuk derivatif pertama, dan d2A/d?2 terhadap ? untuk derivatif kedua, dan seterusnya.

    Panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa pada spektrum normal akan menjadi

    panjang gelombang zero-crossing pada spektrum derivatif pertama. Panjang gelombang

    tersebut tidak mempunyai serapan atau dA/d? = 0 (Connors, 1982).

    Spektra derivatif biasanya digambarkan oleh diferensiasi digital atau dengan

    modulasi panjang gelombang dari radiasi yang mengenai sel sampel. Interval modulasi

    panjang gelombang menjadi sangat berkurang dibanding dengan lebar pita dari pita absorbsi

    apapun dalam spektrum. Penggunaan spektroskopi derivatif adalah untuk menurunkan rasio

    pengganggu (noise). Metode yang mungkin untuk evaluasi kuantitatif dari spektrum derivatif

    adalah metodezero crossing, metode tangent, dan metodepeak to peak(Laqua, 1988).

    Spektrofotometri UV-Vis derivatif kedua dapat menampilkan dan memberikan

    keuntungan dalam pengukuran untuk sediaan formulasi tablet yang terdiri dari zat aktif danzat tambahan. Pada sediaan farmasi yang terdiri dari zat campuran yaitu zat aktif dan zat

    tambahan menghasilkan larutan yang keruh sehingga spektrofotometri derivatif metode

    tangen dapat digunakan untuk larutan yang keruh seperti sediaan tablet anti influenza

    (Altinoz, 2000).

    Metode tangen dapat digunakan dengan mudah dalam aplikasi karena lebih mudah,

    lebih sederhana, dan lebih cepat menganalisis suatu penelitian yang bersifat ilmiah (Ishak,

    2000).

    Spektra derivatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode matematika.

    Keuntungan dari metoda matematika adalah spektra derivatif dapat lebih mudah dihitung dan

    dihitung kembali dengan parameter yang berbeda yaitu dengan teknik smoothingyang dapat

    digunakan untuk menghilangkan rasio serapan pengganggu (signal-to-noise ratio ) (Owen,

    1995).

    Menurut Is Fatimah (2003) Metode spektrofotometri merupakan salah satu metode

    yang cukup sensitif untuk mendeteksi analitfenol dalam konsentrasi yang rendah. Akan tetapi,

    metode spektrofotometri ini memiliki kelemahan pada pendeteksianan alit jika analit berada

    pada sampel air yang mengandung banyak ion pengganggu. Interferensi ion dan senyawa

    pengganggu dalam sampel dapat menyebabkan kesalahan deteksi,s ehingga Zerapan radiasi

    dapat berasal dari pengganggu.Hal ini tentu akan menyebabkan kesalahananalisis, terutama

    untuk analisis kuantitatif. Terlebih lagi dalam analisis fenol, sampel terlarut dalam akuades

    biasanya akan memberikan respon yang kurang bagus karena adanya pengaruh matriks

    larutan.

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    5/19

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    6/19

    6

    - Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam

    kloroform; mudah larut dalam aseton dan dalam natrium

    hidroksida encer; agak sukar larut dalam etanol.

    Air = 1 : 3400

    Alkohol = 1 : 50

    Kloroform = 1 : 1000

    Eter = 1 : 1000

    Trimetoprim

    -

    Rumus Struktur :-

    Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; putih sampai krem; tidak berbau.

    - Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam benzilalkohol;

    agak sukar larut dalam kloroform dan dalam methanol,

    sangat sukar larut dalam etanol dan dalam aseton; praktis

    tidak larut dalam eter dan dalam karbon tetraklorida

    Air = 1 : 2500

    Etanol = 1 : 300

    Kloroform = 1 : 55

    Methanol = 1 : 80

    IV. ALAT DAN BAHAN

    Alat:

    1. Botol timbang

    2. Labu takar

    3.

    Beaker glass

    4.

    Erlenmeyer

    5. Gelas ukur

    6. Batang pengaduk

    7.

    Pipet volume

    8. Filler

    9.

    Sendok tanduk

    10.

    Spektrofotometer

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    7/19

    7

    Bahan:

    1. Sampel yang mengandung Sulfametoksazol dan Trimetoprim

    2. Etanol

    V.

    CARA KERJA

    SULFAMETOKSAZOL

    Pembuatan larutan baku induk Sulfametoksazol

    1.

    Menimbang 50 mg sulfametoksazol dengan botol timbang menggunakan

    timbangan analitis

    2.

    Melarutkan sulfametoksazol dalam botol timbang dengan etanol

    secukupnya

    3.

    Memasukkan larutan sulfametoksazol ke dalam labu takar 25,0 ml4.

    Menambahkan etanol hingga tanda (25,0 ml)

    5. Menghomogenkan larutan

    6. Mengamati dengan spektrofotometer

    Sulfametoksazol (AOAC, p.261)

    Lambda Maximum A1%

    1cm Solvent

    255 661 0,25 N NaOH

    270 836 95% EtOH

    Rancangan kerja dan perhitungan

    = 836

    max = 270

    Rentang absorbansi = 0,62,0

    Batas bawah =

    Batas atas =

    Jadi, range konsentrasi baku yang diinginkan jika absorbansi antara 0,4-2,0

    adalah 4,78 - 25 ppm.

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    8/19

    8

    Konsentrasi Larutan Baku Sulfametoksazol

    C1 (konsentrasi = 5 ppm, volume = 10 ml)

    C1

    =

    C2 (konsentrasi = 10 ppm, volume = 10 ml)

    C2 =

    C3 (konsentrasi = 15 ppm, volume = 10 ml)

    C3 =

    C4 (konsentrasi = 20 ppm, volume = 10 ml)

    C4 =

    C5 (konsentrasi = 25 ppm, volume = 10 ml)

    C5 =

    Cara pembuatan larutan baku Sulfametoksazol

    1.

    Memipet masing-masing 0,025; 0,05; 0,075; 0,10; 0,15 larutan baku

    induk ke dalam 5 labu takar 10,0 ml

    2. Menambahkan masing-masing labu takar dengan etanol hingga 10,0 ml

    3.

    Menghomogenkan larutan

    4. Mengamati di spektrofotometer

    TRIMETOPRIM

    Pembuatan larutan baku induk Trimetoprim

    1. Menimbang 25 mg trimetoprim dengan botol timbang menggunakan

    timbangan analitis

    2. Melarutkan trimetoprim dalam botol timbang dengan etanol secukupnya

    3.

    Memasukkan larutan trimetoprim ke dalam labu takar 25,0 ml

    4.

    Menambahkan etanol hingga tanda (25,0 ml)

    5. Menghomogenkan larutan

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    9/19

    9

    6. Mengamati dengan spektrofotometer

    Trimethoprim (British National Pharmacope Online 2012)

    Lambda Maximum A1%

    1cm Solvent

    288 250 Metanol

    Rancangan kerja dan perhitungan

    = 250

    max = 288

    Rentang absorbansi = 0,11,5

    Batas bawah =

    Batas atas =

    Jadi, range konsentrasi baku yang diinginkan jika absorbansi antara 0,1-1,5

    adalah 4 - 60 ppm.

    Konsentrasi Larutan Baku Trimetoprim

    C1 (konsentrasi = 4 ppm, volume = 10 ml)

    C1

    =

    C2 (konsentrasi = 7 ppm, volume = 10 ml)

    C2 =

    C3 (konsentrasi = 10 ppm, volume = 10 ml)

    C3 =

    C4 (konsentrasi = 13 ppm, volume = 10 ml)

    C4 =

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    10/19

    10

    C5 (konsentrasi = 15 ppm, volume = 10 ml)

    C5 =

    Cara pembuatan larutan baku Trimetoprim

    1.

    Memipet masing-masing 0,04; 0,07; 0,10; 0,13; 0,15 larutan baku induk ke

    dalam 5 labu takar 10,0 ml

    2. Menambahkan masing-masing labu takar dengan etanol hingga 10,0 ml

    3. Menghomogenkan larutan

    4.

    Mengamati di spektrofotometer

    PREPARASI SAMPEL

    1. Menghitung berat jenis suspensi.

    2. Menimbang suspensi sebanyak 1500 mg dengan menggunakan beaker glass.

    3. Melarutkan dengan etanol secukupnya.

    4. Memasukkan larutan sampel ke labu takar 25 mL.

    5.

    Menambahkan etanol sampai 25 mL.6. Menyaring larutan tersebut sampai jernih.

    7. Memipet larutan 0,1 ml dan memasukkan ke labu takar 10 mL

    8. Menambahkan etanol sebanyak 10 mL.

    9. Mengukur absorbansinya di spektrofotometer

    VI. PERHITUNGAN

    Perhitungan Berat Jenis Zat

    Berat pikno kosong = 12,3284 gram

    Berat pikno + zat = 23,4049 gram

    Berat zat = 23,4049 gram12,3284 gram = 11,0765 gram dalam 10

    mL1,10765 gram per mL

    Penimbangan Baku Murni

    Sulfametoksazol 51 mg 51 mg / 25 mL2040 ppm

    Trimetoprim 25,3 mg 25,3 mg / 25 mL1012 ppm

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    11/19

    11

    Penentuan Panjang Gelombang Terpilih

    Panjang Gelombang () Abs. Sulfametoksazol Abs. Trimetoprim

    235 nm 0 0,011

    288 nm 0,039 0

    Jadi sulfametoksazol diamati pada panjang gelombang 288 nm dan Trimetoprim

    pada panjang gelombang 235 nm

    Perhitungan Sampel Teoritis

    SULFAMETOKSAZOL ( = 288 nm)

    50,2 mg50,2 mg / 25 mL2008 ppm

    C Konsentrasi Absorbansi

    1 0,012

    2 0,012

    3 0,024

    4 0,028

    5 0,039

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    12/19

    12

    Data kedua dihapus, jadi persamaannya berubah menjadi :

    Sampel Penimbangan Konsentrasi Abs Xcaping Kadar b/b Kadar b/v

    1 1654 mg 661,6 ppm 0,064 53,49 8,085 % 8,955 %

    2 1654,4 mg 661,76 ppm 0,052 42,22 6,379 % 7,065 %

    3 1651,4 mg 660,56 ppm 0,051 41,28 6,249 % 6,922 %

    Sampel I =

    Sampel II =

    Sampel III =

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    13/19

    13

    d* = 8,9556,9935

    = 1,9615

    4d < d*

    Data yang dicurigai dibuang.

    Jadi kadar yang diperoleh = 6,9935 %

    Sehingga kadar sulfametoksazol dalam sampel adalah 6,9935 % b/v

    6,9935 gram100 mL

    x gram5 mL

    Kadar sulfametoksazol dalam sampel = 349,6 mg / 5 mL

    Data Rata-rata tanpa

    * (y)

    Selisih data dengan y d 4d

    8,955* 6,9935 0,0715 0,286

    7,065 0,0715

    6,922 0,0715

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    14/19

    14

    TRIMETHOPRIM ( = 235 nm)

    25,3 mg25,3 mg / 25 mL1012 ppm

    C Konsentrasi Absorbansi

    1 0,003

    2 0,007

    3 0,011

    4 0,013

    5 0,011

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    15/19

    15

    Data kelima dihapus, jadi persamaannya berubah menjadi :

    Sampel Penimbangan Konsentrasi Abs Xcaping Kadar b/b Kadar b/v

    1 1654 mg 661,6 ppm 0,011 10,83 1,64 % 1,8131 %

    2 1654,4 mg 661,76 ppm 0,011 10,83 1,64 % 1,8127 %

    3 1651,4 mg 660,56 ppm 0,010 9,94 1,50 % 1,667 %

    Sampel I =

    Sampel II =

    Sampel III =

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    16/19

    16

    d* = 1,81291,667

    = 0,1459

    4d < d*

    Data yang dicurigai dibuang.

    Jadi kadar yang diperoleh = 1,8129 %

    Sehingga kadar trimethoprim dalam sampel adalah 1,8129 % b/v

    1,829 gram100 mL

    x gram5 mL

    Kadar Trimethoprim dalam sampel = 90,645 mg / 5 mL

    VII. PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini kami melakukan penetapan kadar Sulfametoksazol dan

    Trimethoprim dalam sampel suspensi Cotrimoksazol dengan menggunakan metode

    Spektrofotometri Kurva Turunan Pertama (Derivatif), dimana pada metode ini kadar

    sulfametoksazol dan trimethoprim dapat ditentukan dengan membaca larutan sampel

    pada panjang gelombang zero crossing. Kadar larutan campuran dua zat dapat

    ditentukan dengan metode spektrofotometri tanpa harus dipisahkan lebih dahulu.

    Digunakan metode spektrofotometri derivatif karena serapan maksimum dari

    sulfametoksazol dan trimethoprim berapa pada panjang gelombang yang berdekatan.

    Spektrum yang tumpang tindih menyebabkan kesulitan dalam penetapan kadar

    trimetoprim karena terganggu oleh serapan sulfametoksazol. Metode spektrofotometri

    derivatif ini digunakan untuk meningkatkan pemecahan puncak yang saling tumpang

    tindih tersebut sehingga trimethoprim dapat ditetapkan kadarnya tanpa terganggu oleh

    serapan sulfametoksazol.

    Data Rata-rata tanpa

    * (y)

    Selisih data dengan y d 4d

    1,667* 1,8129 0,0002 0,0016

    1,8127 0,0002

    1,8131 0,0002

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    17/19

    17

    Praktikum ini diawali dengan membuat larutan baku sulfametoksazol 2000 ppm

    dan larutan baku trimethoprim 1000 ppm masing masing sebanyak 25 ml dalam

    etanol. Dilakukan proses pengenceran sulfametoksazol dengan konsentrasi 5 ppm, 10

    ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm dengan pelarut etanol sebanyak 10 mL. Kemudian

    masingmasing larutan standart tersebut dibaca absorbansinya pada rentang panjang

    gelombang 200300 nm karena panjang gelombang maksimum sulfametoksazol dan

    trimethoprim terletak pada panjang gelombang tersebut. Berdasarkan pustaka,

    absorbansi maksimum sulfametoksazol terletak pada panjang gelombang 270 nm

    dalam pelarut etanol 95% sedangkan absorbansi maksimum trimethoprim terletak

    pada panjang gelombang 288 dalam pelarut metanol.

    Dari spektra larutan baku sulfametoksazol dan trimethoprim diturunkan spektrum

    derivatif dari kurva normal sulfametoksazol dan trimethoprim. Ditentukan derivatpertama untuk absorbansi sulfametoksazol dan trimethoprim. Kemudian didapat

    derivat yang bernilai nol dari masing masing baku. Pada sulfametoksazol di dapat

    derivat nol pada panjang gelombang 235 nm dan pada trimethoprim di dapat derivat

    nol pada panjang gelombang 288 nm. Dalam menentukanzero crossingtrimthoprim ,

    berdasarkan nilai derivat yang maksimum pada panjang gelombang maksimum

    sulfametoksazol. Pada praktikum ini didapatkan absorbansi maksimum

    sulfametoksazol yaitu 0,039 terletak pada panjang gelombang 288 nm dan absorbansi

    maksimum trimethoprim yaitu 0,011 terletak pada panjang gelombang 235 nm.

    Diukur absorbansi dari kelima larutan baku sulfametoksazol tersebut pada

    panjang gelombang yang menghasilkan panjang gelombang zero crossing yaitu pada

    panjang gelombang 288 nm dan trimethoprim pada panjang gelombang 235 nm.

    Selanjutnya menentukan konsentrasi larutan sampel, mula mula menghitung

    berat jenis sampel dengan menggunakan piknometer. Berat jenis sampel sebesar

    1,1076. Kemudian menimbang sampel sebanyak 1500 mg dengan menggunakan

    beaker glass ditimbangan analitik. Sampel tersebut ditambahkan etanol secukupnya

    kemudian dipindahkan ke labu takar 25 ml, bilas beaker glass sebanyak 2 kali. Hal ini

    supaya sampel yang menempel dinding beaker bisa ikut tercampur di labu takar.

    Menambahkan etanol pada labu takar sampai volume 25 mL. Penggunaan pelarut

    etanol ini dimaksudkan dapat melarutkan sulfametoksazol dan trimetroprim di dalam

    sampel, karena kelarutan sulfametoksazol dalam etanol sebesar 1 : 50 sedangkan

    kelarutan trimethoprim dalam etanol sebanyak 1 : 300. Dengan etanol ini diharapkan

    zat tambahan pada suspensi sampel tersebut tidak larut sehingga tidak mempengaruhi

    absorbansi. Setelah ditambah etanol, larutan sampel disaring supaya zat yang tidak

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    18/19

    18

    larut tidak mempengaruhi absorbansi pengamatan. Dipipet sebanyak 0,1 mL dan

    ditambahkan etanol sebanyak 10 mL pada labu takar.

    Kadar yang tertera pada etiket kadar sulfametoksazol dalam 5 ml sampel

    sebanyak 200 mg dan kadar trimethoprim dalam 5 ml sampel sebanyak 40 mg namun

    dari hasil praktikum kadar yang didapat lebih besar dari kadar sesunggguhnya. Kadar

    sulfametoksazol yang didapat sebesar 349,6 mg dalam 5 ml sampel dan kadar

    trimethoprim sebanyak 90,645 mg dalam 5 ml sampel. Hal ini disebabkan oleh adanya

    zat tambahan yang ikut terlarut dalam pelarut yang digunakan sehingga mempengaruhi

    absorbansi yang didapatkan.

    VIII.

    KESIMPULAN1.

    Penetapan kadar Sulfametoksazol dan Trimethoprim dalam dilakukan

    menggunakan spektrofotometer dengan metode kurva turunan pertama (derivatif).

    2. Kadar sulfametoksazol dan trimetroprim berdasarkan analisis praktikan sebanyak

    349,6 mg dan 90,645 mg dalam 5 ml sampel.

  • 8/11/2019 PENETAPAN KADAR SULFA & TRIMET SECARA DERIVATIF

    19/19

    19

    DAFTAR PUSTAKA

    [AOAC]. Association Official of Analytical Chemistry. 1993. AOAC Peer-Verified

    Methods Program. Maryland: AOAC International.

    Anonymous. 2009. Peralatan Analisis Spektrofotometer. http:// Spektrofotometri-

    Spektrofotometer-UV-Vis.htm Di Akses Tanggal 16 September 2014.

    Anonymous. 2010. Spektrofotometri UV-Vis. /Cara Prosedur Umum Penggunaan

    Spektrofotometer UV dan Sinar Tampak.htm Diakses pada 16 September 2014

    Brereton RG. 2003. Data Analysis for the Laboratory and Chemical Plant. Chichester: J

    Wiley & Sons.

    Owen T. 1996.Fundamental of UV-visible Spectroscopy. Waldbronn: Hewlett-Packard.

    O Haver TC. 1979. Potential clinical applications of derivative and wavelengthmodulation spectrometry. Clin Chem 25:1548-1553.

    Popovic GV, Pfendt LB, Stefanovic VM. 2000. Analytical application of derivative

    spectrophotometry. J Serb Chem Soc 65:457-472.

    Skujins S. 1986. Applications of UV-Visible Derivative Spectrophotometry. Ed ke-1.

    Steinhauserstrasse: Varian AG.