penerapan model pembelajaran kooperatif group .../penerapan... · sarjana pendidikan program studi...

75
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN AJARAN 2009/2010 Oleh : BAHARUDIN YUSUP AL AMIN NIM K7406054 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: doanthuy

Post on 02-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP

INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 3 COLOMADU PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN

AJARAN 2009/2010

Oleh :

BAHARUDIN YUSUP AL AMIN

NIM K7406054

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya sendiri. Pendidikan selalu mengalami

pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan

metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain

peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta

didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum.

SMP Negeri 3 Colomadu merupakan sekolah negeri yang mempunyai

input atau masukan siswa yang memiliki prestasi belajar yang bervariasi karena

prestasi belajar yang bervariasi inilah maka peran serta dan keaktifan siswa dalam

kegiatan belajar mengajar beraneka ragam. Masalah proses belajar mengajar pada

umumnya terjadi di kelas, dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang

dilakukan guru dan anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan KBM.

Kelas dalam arti luas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi

belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya.

Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas

dan wawancara dengan guru Mata Pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3

Colomadu tahun pelajaran 2009/2010 semester ganjil menunjukkan bahwa

pencapaian kompetensi Mata Pelajaran IPS siswa belum semuanya sesuai dengan

KKM yaitu 65.

Tabel 1 : Daftar Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS

Kelas VIII SMP N 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2009/2010 :

Kelas VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F VIII G

Nilai

rata-rata

80 75 78 76 75 74 70

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

3

Sumber : Daftar nilai Ujian Semester Ganjil siswa kelas VIII Mata pelajaran IPS Tahun

Ajaran 2009/2010

Berdasarkan Tabel 1, maka dapat diketahui bahwa siswa kelas VIII G

merupakan siswa kelas VIII yang nilai rata-ratanya paling rendah dibandingkan

dengan nilai rata-rata siswa kelas VIII yang lain. Sedangkan untuk persentase

ketuntasan belajar siswa kelas VIII G dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2 : Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII G SMP N 3 Colomadu

pada Mata Pelajaran IPS Tahun Pelajaran 2009/2010 :

Kriteria Jumlah siswa Persentase

Tuntas 25 62,5 %

Tidak tuntas 15 37,5 %

Jumlah 40 100 %

Sumber : Daftar nilai Semester Ganjil siswa kelas VIII G Mata pelajaran IPS Tahun

Ajaran 2009/2010.

Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh kesimpulan rata-rata nilai mata

pelajaran IPS kelas VIII G adalah 70 sedangkan nilai siswa yang diatas atau sama

dengan 65 sebanyak 25 siswa sedangkan 15 siswa belum tuntas. Faktor yang

menyebabkan ketuntasan belajar kurang optimal adalah pemilihan metode

pembelajaran. Metode mengajar guru masih secara tradisional. Proses belajar

mengajar masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini

mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada

pengajaran daripada pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode

ceramah. Adapun penyampaian metode ceramah guru menerangkan atau

menguraikan materi pelajaran secara lisan, sedangkan siswa mendengarkan dan

mencatat uraian dari guru. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar

(KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode

pembelajaran tradisional lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran

serta siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam

kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih aktif dalam

bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain

sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih tinggi.

1

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

4

Namun kenyataan yang terjadi pada siswa kelas VIII G adalah sebagian besar

merupakan siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga

siswa cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang

datang padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang lebih rendah. Hal

ini yang menyebabkan pencapaian kompetensi belajar siswa kelas VIII G paling

rendah.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu model

pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh

sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa

tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan model pembelajaran tersebut

diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru

melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam

mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama Mata Pelajaran IPS Bidang

Kajian Ekonomi.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah

model pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih

menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan

sesuatu bersama kelompok. Melalui pembelajaran kooperatif peserta didik akan

lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila

mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Selain

itu juga memacu keaktifan siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi. Selama

bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan

materi yang disajikan guru dan saling membantu sesama teman.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan metode

pembelajaran kooperatif Group Investigation (G1) dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang

baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group

process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti

investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian

menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara

keseluruhan.

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

5

Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif murid

dalam melakukan penyelidikan terhadap topik yang telah diidentifikasikan.

Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan mereka

selidiki, siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan

hasil secara keseluruhan di depan kelas. Kelompok pada pembelajaran berbasis

investigasi kelompok ini merupakan kelompok yang heterogen baik dari jenis

kelamin maupun kemampuannya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Di

dalam kelompok tersebut, setiap siswa dalam kelompok mengerjakan apa yang

telah menjadi tugasnya dalam lembar kerja kegiatan secara mandiri yang telah

disiapkan dan teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk saling memberi

kontribusi, saling tukar-menukar dan mengumpulkan ide. Setelah itu anggota

kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat

presentasinya. Langkah terakhir dalam kegiatan ini, salah satu anggota kelompok

mengkoordinasikan rencana yang akan dipresentasikan di depan kelompok yang

lebih besar.

Teknik presentasi dilakukan di depan kelas dengan berbagai macam

bentuk presentasi, sedangkan kelompok yang lain menunggu giliran untuk

mempresentasikan, mengevaluasi dan memberi tanggapan dari topik yang tengah

dipresentasikan. Peran guru dalam GI adalah sebagai sumber dan fasilitator. Di

samping itu guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa

mereka mampu mengatur pekerjaannya dan membantu setiap permasalahan yang

dihadapi di dalam interaksi kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan, guru

menyimpulkan dari masing-masing kegiatan kelompok dalam bentuk rangkuman.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul

penelitian sebagai berikut: " PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN

AJARAN 2009/2010."

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru belum terfokus pada siswa

sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran

daripada pembelajaran.

2. Prestasi belajar ekonomi siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran

yang digunakan, padahal penerapan model tradisional kurang efektif dalam

kegiatan belajar mengajar.

3. Peran serta dan keaktifan siswa dalam KBM khususnya di kelas VIII SMP

Negeri 3 Colomadu belum menyeluruh sehingga prestasi belajar kurang

optimal.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian

maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian

untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini

adalah:

1. Subjek Penelitian

Siswa kelas VIII (G) semester genap SMP Negeri 3 Colomadu tahun

pelajaran 2009/2010.

2. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah:

a. Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

b. Keaktifan siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu.

c. Prestasi belajar siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

7

dapat di rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) dalam meningkatkan keaktifan siswa kelas VIIIG?

2. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIIIG SMP

Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation

(GI), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Peningkatan keaktifan siswa kelas VIII G dalam proses pembelajaran

IPS Bidang Kajian Ekonomi melalui penggunaan model

pembelajaran Group Investigation (GI).

2. Peningkatan pencapaian hasil belajar IPS Bidang Kajian Ekonomi

siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010

melalui penggunaan model pembelajaran Group Investigation (GI).

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan

wawasan ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan

kompetensi belajar siswa dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi sekolah yaitu sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

2. Bagi guru memberikan berbagai manfaat pembelajaran kooperatif Group

Investigation (G1) dalam meningkatkan peran serta siswa dalam proses

belajar mengajar.

3. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan

perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Tugas utama guru adalah menciptakan suasana proses belajar mengajar di

dalam kelas agar terjadi interaksi kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi

siswa untuk belajar dengan baik. Salah satu keberhasilan belajar tergantung pada

metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Metode

pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih metode

pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan.

Agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta tujuan belajar

dapat tercapai, guru harus memiliki strategi-strategi tertentu. Salah satu langkah

untuk memiliki strategi tersebut adalah penguasaan terhadap teknik-teknik

penyajian atau biasa disebut dengan metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran

adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru.

”Metode atau method secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang

umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara

melakukan pelajaran dengan menggunakan faktor dan konsep secara sistematis”

(Muhibbin Syah, 1995: 202). ”Metode mengajar diartikan juga sebagai teknik

guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam

kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh

siswa dengan baik” (Roestiyah, 2001: 1).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

adalah cara (langkah) yang ditempuh dan direncanakan sebaik-baiknya untuk

usaha yang bersifat sadar, disengaja, dan bertanggungjawab yang secara

sistematis dan terarah pada pencapaian tujuan pengajaran. Salah satu metode yang

perlu dikembangkan seiring dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi

adalah metode pembelajaran kooperatif.

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

9

”Belajar kooperatif merupakan satu strategi pengajaran dan pembelajaran

yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang

untuk berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran” (Suhaida Abdul

Kadir, 2002: 54). Metode pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi

pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran,

karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara siswa.

Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara

rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna menuntaskan bahan ajar pada

akademiknya.

Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerja sama dalam melatih ketrampilan-ketrampilan tertentu (A. Suhaenah Supamo, 2001: 156).

Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar

kelompok biasa. Metode pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik

tertentu, yaitu:

a. Tujuan kelompok Sebagian besar metode belajar kelompok ini mempunyai beberapa bentuk tujuan kelompok.

b. Pertanggungjawaban individu Pertanggung jawaban individu dicapai dengan dua cara pertama memperoleh skor kelompok. Cara yang kedua dengan memberikan tugas khusus yaitu setiap siswa diberi tanggung jawab untuk setiap bagian dari tugas kelompok.

c. Kesempatan untuk sukses Keunikan dalam metode belajar kelompok ini yaitu menggunakan metode scoring yang menjamin setiap siswa memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam kelompok mereka.

d. Kompetisi antar kelompok Adanya kompetisi antar kelompok berarti memotivasi siswa untuk ikut aktif dan berperan dalam pembentukan konsep suatu materi. (Slavin, 1995: 12).

Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) akan

sangat terasa dampak positifnya terhadap siswa karena model pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) memiliki ciri dan tujuan utama yang berbeda

7

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

10

dengan model pembe;ajaran tradisional.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan

pendapat, dan membuat keputusan secara bersama.

b. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku,

agama, budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar

dalam setiap kelompok terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang

berbeda pula.

d. Penghargaan lebih mengutamakan pada kerja kelompok daripada kerja

perorangan

Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan

utama, yaitu: a. Pencapaian akademik

Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan pada siswa yang berpencapaian rendah dan siswa yang berpencapaian tinggi dalam proses pembelajaran. Siswa yang berpencapaian lebih tinggi dapat mengajari siswa yang berpencapaian rendah. Ini memberikan keuntungan terhadap siswa yang berpencapaian tinggi karena dengan membagikan ide atau pengetahuannya, siswa tersebut menjadi lebih dalam pengetahuannya tentang materi atau bahan ajar; sedangkan siswa yang berpencapaian rendah lebih tertarik dalam belajar.

b. Penerimaan atau perbedaan Efek atau dampak yang kedua dari pembelajaran kooperatif adalah

penerimaan yang lebih luas terhadap orang lain yang berbeda ras, kebudayaan, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan.

c. Mengembangkan kemampuan sosial Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

mengajarkan siswa kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi. Keadaan seperti ini bertujuan untuk memperkecil ketidaksepahaman antara individu yang dapat memicu tindak kekerasan dan seringnya timbul ketidakpuasan ketika mereka dituntut untuk bekerjasama (Arends, 1997: 111-112).

Ada beberapa alasan yang mendasari dikembangkan pembelajaran

kooperatif, antara lain: 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

11

informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan. 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai

perspektif. 10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih

baik. 11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasinya juga (Nurhadi, 2004: 116).

Roger dan David Johnson dalam Lie Anita (2008: 31-35) mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk

mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam

pembelajaran kooperatif, yaitu:

a) Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b) Tanggungjawab perseorangan Setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

c) Tatap muka Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja.

d) Komunikasi antar anggota unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka.

e) Evaluasi proses kelompok Ealuasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

12

agar siswa selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih baik. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan perbaikan dari pembelajaran

tradisional. Berikut ini perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan

pembelajaran tradisional.

Tabel 3 : Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajara Tradisional. Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar tradisional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan

Akuntabilitasi individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok yang lainnya hanya ” enak-enak saja” di atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, Jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang . lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan

Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus memberikan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

13

kelompok. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok, yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

Sumber : (Trianto, 2007: 43-44)

Suhaida Abdul Kadir (2002: 59) menyebutkan bahwa berbagai metode belajar kooperatif yang sedang berkembang yaitu: a) Belajar Bersama (Learning Together) oleh Johnson et al. di University of

Minnesota. b) Belajar dalam Bentuk Tim Siswa (Student Team Learning) oleh Slavin et al.

di Johns Hopkins University. c) Jigsaw oleh Aronson et al. di University of Texas. d) Investigasi Kelompok (Group Investigation) oleh Sharan et al. di Tel Aviv

University. e) Pendekatan Berstruktur oleh Kagan di University of California, Riverside.

Belajar kooperatif cenderung menaikkan pencapaian pada semua tugas

sekolah yang terkait, superioritas atas belajar kompetitif dan individualistik yang

lebih jelas tampak dalam belajar konseptual dalam dan tugas-tugas pemecahan

masalah (Usman H.B, 2001: 305).

Langkah langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 : Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif. Fase lndikator Kegiatan Guru

1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motovasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.

2 Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas.

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

14

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.

6 Memberi penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

Sumber : (Trianto, 2007: 43-44)

Apabila diperhatikan langkah-Iangkah model pembelajaran kooperatif pada

tabel di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas

sangat menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding metode lain, di antaranya:

(a) Meningkatkan kemampuan siswa. (b) Meningkatkan rasa percaya diri. (c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan

keahlian (d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. Metode pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan,

antara lain: a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan. b) Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk. c) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok

mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. d) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam

kelompok belajar (Slavin, 1995:2).

Melihat kelemahan-kelemahan ini maka dalam pelaksanaan metode

pembelajaran kooperatif diperlukan seorang guru yang mampu menjadikan

kondisi kelas yang kondusif dan sepenuhnya menguasai tentang metode

pembelajaran kooperatif sehingga proses pelaksanaannya akan menjadi lancar dan

siswa dapat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, serta siswa dapat

bersaing secara positif.

2. Metode Pembelajaran Group Investigation (GI)

Dasar-dasar model Group Investigation dirancang oleh Herbert Thelen,

selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dan teman-temannya dari

Universitas Tel Aviv. Metode Gl ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik

dalam seleksi topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

15

Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process

skills). Dalam menggunakan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa

kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang

heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman

atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang

ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik

yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan

kelas secara keseluruhan (Arends, 1997: 120-121).

Investigasi kelompok adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, guru

dan siswa bekerja sama membangun pembelajaran. Proses dalam perencanaan

bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, kapasitas, dan

kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan

untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan. Dalam hal ini kelompok

merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses ini. Perencanaan kelompok

merupakan salah satu metode untuk menjamin keterlibatan siswa secara

maksimal.

Metode investigasi kelompok adalah perpaduan sosial dan kemahiran

berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan

mensintesis. Investigasi kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam

lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau

mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam pembelajaran kelas (Suhaida Abdul

Kadir, 2002: 67).

Dalam model ini terdapat 3 konsep utama, yaitu: a) Penelitian (inquiry) yaitu proses perangsangan siswa dengan

menghidupkan suatu masalah. Dalam proses ini siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa sendiri atau diberikan oleh guru.

b) Pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung.

c) Dinamika kelompok, menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagai ide dan pendapat serta

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

16

saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi.

Spencer Kagan (1985: 72) mengemukakan bahwa metode GI memiliki

enam tahapan kegiatan seperti berikut: a) Mengidentifikasikan topik dan pembentukan kelompok

Tingkatan ini menekankan pada permasalahan, siswa meneliti, mengajukan topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang berisikan kisi-kisi; dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Dalam hal ini peran dari guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan.

b) Merencanakan tugas belajar Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan

diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi. Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas.

c) Menjalankan investigasi Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi,

menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan.

d) Menyiapkan Laporan Akhir Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan

mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya.

e) Mempresentasikan hasil akhir Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab.

f) Mengevaluasi Pada tahap ini siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik dari pengalaman afektif mereka. Sedangkan guru dan siswa yang lain berkolaborasi mengevaluasi proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang disajikan.

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

17

Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun (2000: 51) dalam

model Group Investigation ini guru hanya berperan sebagai konselor, konsultan

dan pemberi kritik yang bersahabat. Di dalam metode ini seyogyanya guru

membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap:

1) Tahap pemecahan masalah

2) Tahap pengelolaan kelas

3) Tahap pemaknaan secara perorangan

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar merupakan kebutuhan setiap orang sebab dengan belajar seseorang

dapat memahami dan mengerti tentang suatu kemampuan sehingga kecakapan dan

kepandaian yang dimiliki dapat ditingkatkan. Sebagai individu yang sedang

belajar mempunyai kepentingan agar berhasil dalam belajar. Prestasi dapat dicapai

setelah terjadi proses interaksi dengan lingkungan dalam jangka waktu tertentu.

Prestasi dapat berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sosial.

Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari

hasil belajarnya. Hasil belajar seseorang dapat dilihat dari prestasi yang

dicapainya. Prestasi menurut Zainal Arifin (1990: 3) “Prestasi adalah kemampuan

, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Belajar

menurut Sardiman A (2004:23) “Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan , keterampilan, dan sikap

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

18

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,

maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Prestasi belajar siswa merupakan interaksi antar faktor-faktor dari dalam diri

siswa dan juga faktor-faktor yang ada di luar siswa tersebut. Dalam proses

pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kesulitan belajar

yang dapat berpengaruh bagi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara

lain:

a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) yaitu: 1). Siswa merasa sukar mencerna materi karena menganggap materi tersebut

sulit. 2). Siswa kehilangan gairah belajar karena mendapatkan nilai yang rendah. 3). Siswa meyakini bahwa sulit untuk menerapkan disiplin diri dalam belajar. 4). Siswa mengeluh tidak bisa berkonsentrasi. 5). Siswa tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya belajar. 6). Konsep diri yang rendah. 7). Gangguan emosi.

b. Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu: 1) Kemampuan atau keadaan sosial ekonomi. 2) Kekurangmampuan guru dalam materi dan strategi pembelajaran. 3) Tugas-tugas non akademik. 4) Kurang adanya dukungan dari orang-orang di sekitamya. 5) Lingkungan fisik

(A. Suhaenah Supamo, 2001: 52-57). c. Indikator Prestasi Belajar

Indikator prestasi belajar dapat dilihat dari tercapainya batas ketuntasan

belajar siswa yaitu dengan mendapatkan nilai diatas 65 ( KKM). Indikator ini

untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran.

Pengukuran prestasi belajar ini dilakukan menggunakan hasil tes. Tes prestasi

belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengetahui pemahaman

siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Tes prestasi belajar dapat

berbentuk ulangan harian, kuis, tes formatif maupun tes sumatif.

d. Fungsi Prestasi

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

19

”Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan

belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-

tujuan pengajaran” (Nana Sudjana, 1991:3).

Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

telah dikuasai anak didik. b. Prestasi belajar sebagai pemuasan hasrat ingin tahu.

Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

(Zainal Arifin, 1990: 3).

4. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan

memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Nana

Sudjana,1991). Belajar menurut Sardiman A.M (2004:23) “Belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”. Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau

kerja yang dilakukan dengan giat untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

b. Indikator Keaktifan Belajar

Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran berlangsung. Beberapa diantaranya adalah turut serta dalam

memberikan pendapat atau gagasan, bertanya pada guru apabila belum memahami

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

20

persoalan. Proses pembelajaran ini melalui asimilasi dan akomodasi kognitif

untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam

rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan seta

internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.

Menurut Nana Sudjana (1991:61) keaktifan para siswa dalam kegiatan

belajar dapat dilihat dalam hal :

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan permasalahan. 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah. 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis. 8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Menurut T. Raka Joni dalam A.Tabrani Rusyan (1989:131-132) indikator

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Adanya prakarsa peserta didik dalam kegiatan belajar, yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan urunan pendapat tanpa secara eksplisit diminta, misalnya di dalam diskusi-diskusi, atau cara kerja kegiatan belajar, dan kesediaan mencari alat dan sumber.

2) Keterlibatan mental peserta didik di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang tengah berlangsung ditunjukkan dengan pengikatan diri pada tugas kegiatan, baik secara intelektual maupun secara emosional, yang dapat di amati dalam bentuk terpusatnya perhatian serta pikiran siswa kepada tugas yang dihadapi, serta komitmen untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya secara tuntas.

3) Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator. 4) Peserta didik belajar dengan pengalaman langsung (experimential

learning). 5) Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar-mengajar. 6) Kualitas interaksi belajar antar peserta didik, baik intelektual maupun

emosional.

c. Jenis Aktivitas Belajar

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

21

Paul B. Dierich dalam A. Tabrani Rusyan (1989:178), menjelaskan bahwa

membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan belajar siswa yang antara

lain digolongkan sebagai berikut:

1) Visual activities. seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain, dan sebagainya.

2) Oral activities, seperti menanyakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya

3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik pidato, dan sebagainya.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, angket, laporan, tes, menyalin, dan sebagainya.

5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

7) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.

Dalam penelitian ini kegiatan belajar sebagai aspek keaktifan siswa

dibatasi: visual activities, oral activities, listening activities dan writing activities.

Pembatasan ini disesuaikan dengan Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi.

B. Kerangka Pemikiran

1. Peranan Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) Dalam

Meningkatkan Keaktifan Siswa.

Pembelajaran yang selama ini dilakukan di dalam kelas belum berhasil

untuk membuat siswa lebih aktif dan menunjukkan motivasi atau ketertarikan

mengikuti Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi. Ketiadaan variasi dalam

model pembelajaran membuat proses belajar terasa menjemukan bagi sebagian

siswa. Selain itu, siswa masih terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap

individual sehingga kerjasama antar siswa masih kurang. Siswa yang bersikap

tertutup dan malu bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran IPS Bidang

Kajian ekonomi yang belum dimengerti. Siswa kurang aktif selama proses

pembelajaran mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi, ditunjukkan dengan

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

22

kurangnya antusiasme siswa dalam bertanya dan jarang terjadi diskusi kelas. Hal

ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang

disampaikan oleh guru sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) diduga dapat meningkatkan peran serta

siswa, sebab dalam pelaksanaannya siswa dilibatkan secara langsung, mulai dari

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui

investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses

kelompok (group process skill). Dengan demikian siswa selau aktif dan selalu

dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga tercipta belajar bermakna dan

siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningkatkan

kompetensi siswa.

2. Peranan Metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)

Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa pencapaian

kompetensi siswa kurang optimal. Asumsi dasar yang menyebabkan hasil belajar

siswa kurang optimal tersebut adalah karena metode pembelajaran yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar belum melibatkan keaktifan siswa

secara keseluruhan. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh

siswa yang memiliki pencapaian kompetensi belajar relatif tinggi. mereka lebih

aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Sebaliknya siswa yang

mempunyai pencapaian kompetensi belajar relatif rendah, mereka lebih pasif

menerima pengetahuan dari guru tanpa berusaha untuk mencari informasi lebih

mendalam.

Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

akan dapat berhasil apabila ada kerjasama antara siswa yang dituntut untuk selalu

aktif dan guru sebagai fasilitator yang memberi kemudahan dalam belajar. Guru

mempersiapkan strategi belajar yang selalu berpusat pada siswa, melakukan

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

23

penilaian secara berkesinambungan dan menyeluruh didukung fasilitas sekolah

yang lengkap dan sumber belajar yang diperlukan oleh siswa untuk membantu

memahami materi yang dipelajarinya. Proses pembelajaran dengan metode

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) peserta didik akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit yang dapat mereka

diskusikan dengan siswa yang lain. Siswa yang aktif dalam Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi

dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki

pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi, sehingga proses pembelajaran dengan

menggunakan metode GI diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

proses pembelajaran.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) dengan langkah-langkah sebagai berikut: § Mengidentifikasikan topik dan

mengatur murid ke dalam kelompok penelitian. § Merencanakan investigasi di

dalam kelompok. § Melaksanakan investigasi. § Menyiapkan laporan akhir. § Mempresentasikan laporan

akhir. § Evaluasi pencapaian.

Kondisi awal

Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif

Keaktifan dan

Prestasi belajar rendah

Tindakan Siklus I

Kondisi Akhir Siklus n

Peningkatan hasil belajar 75% siswa pada tes formatif yang ditandai dengan

tercapainya nilai batas tuntas keberhasilan belajar siswa yaitu: 65.

Peningkatan keaktifan siswa yang ditandai dengan pencapaian batas

minimal 75% kelompok aktif dalam menjalankan investigasi kelompok,

menyiapkan laporan akhir dan presentasi hasil kerja kelompok

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

24

Gambar 1: Skema kerangka pemikiran pelaksanaan pembelajaran GI C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan:

a. Peran serta siswa dalam menjalankan invetigasi kelompok dan

menyiapkan laporan akhir.

b. Keaktifan dalam presentasi hasil kerja kelompok.

2. Melakukan tanya jawab untuk mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap

kelompok model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dengan:

a. Pemahaman konsep siswa tentang materi yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

b. Kolaborasi siswa dan guru untuk mengevaluasi proses belajar sehingga

siswa mampu menguasai semua subtopik yang disajikan.

D. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan yang dapat mendukung dalam penelitian ini

adalah penelitian Dwi Rahayu Widyaningsih dalam penelitiannya yang berjudul

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat IPS Ekonomi

melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Kelas

Penjualan di SMK Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 menyimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.

Hasil penelitian lain yang relevan adalah penelitian dari I Gusti Ngurah

Japa (2008) yang berjudul ” Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Terbuka melalui Investigasi bagi siswa Kelas V SD 4 Kaliuntu”.

Setelah diterapkannya metode investigasi dalam pemecahan masalah matematika

terbuka, cara belajar siswa mengalami peningkatan. Dalam belajar siswa tampak

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

25

aktif, kreatif, produktif, antusias, dan disiplin serta kemampuan siswa dalam

pemecahan masalah matematika juga cenderung meningkat

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

.

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di

SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2009/2010, yang beralamat di Jl.

Bandara Adi Sumarmo-Colomadu, Karanganyar 57177. Alasan pemilihan SMP

Negeri 3 Colomadu dan kelas VIII G, karena pertama, sekolah belum pernah

digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya

penelitian ulang. Kedua, Guru yang mengajar Mata Pelajaran IPS Ekonomi belum

mengenal banyak mengenai pembelajaran kooperatif. Ketiga, terdapat

permasalahan kurangnya keaktifan dan rendahnya prestasi belajar siswa kelas

VIII G pada Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 sampai dengan April

2010 untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah

sebagai berikut :

Tabel 5 : Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

Bulan No Jenis kegiatan

Nov'09 Des’09 Jan’10 Feb’10 Mar’10 Apr’10 1 Persiapan

survey awal sampai penyusunan proposal

2 Penentuan informan, penyiapan peralatan dan instrumen

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

26

3 Pengumpulan data

4 Analisis data

5 Penyusunan laporan

Keterangan : : minggu ke-

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu.

Pertimbangannya adalah pertama, terdapat permasalahan kurangnya keaktifan dan

rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu. Kedua,

karena kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu belum pernah digunakan penelitian

Group Investigation (GI), sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian

ulang. Ketiga, peneliti memiliki hubungan baik dengan guru mata pelajaran.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas

selama penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), yang

meliputi :

a. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar-mengajar.

b. Aktivitas siswa selama proses belajar-mengajar.

c. Prestasi belajar siswa

C. Metode Penelitian

Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang

dilakukan kelas. Pengertian kelas di sini tidak terikat pada pengertian ruang kelas,

namun sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran

yang sama dari guru yang sama pula.

Menurut Kasihani Kasbolah (2001:11) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam

24

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

27

bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk memeperbaiki dan atau meningkatkan kuantitas pembelajaran.

Berdasarkan tujuan penelitian, maka jelas bahwa penelitian ini tidak

menguji hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi lebih bersifat untuk

mendiskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada. Pendekatan yang digunakan

adalah model kemmis dan Mc Taggar dalam Kasihani Kasbolah (2001 : 63-65)

yang berupa model spiral. Dalam perencanaan, kemmis menggunakan sistem

spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi

dan perencanaan kembali sebagai dasar untuk suatu ancang-ancang masalah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang

relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut

perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang

benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Menurut Nana Syaodih (2006:220) ”observasi (observation) atau

pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”. Tujuan

dari observasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang

sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang

diinginkan. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif.

Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan mengamati proses pembelajaran di

kelas saat guru tengah memberikan materi pelajaran. Observasi dalam penelitian

ini adalah observasi nonpartisipatif karena peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan

hanya berperan sebagai pengamat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI). Data yang dikumpulkan dalam pengamatan adalah

penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

2. Wawancara

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

28

Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam

kelas terlihat dari sudut pandang yang lain. Wawancara atau interview ditujukan

untuk memperoleh data dari individu dan dilaksanakan secara individual.

Beberapa bentuk wawancara antara lain :

a. Wawancara terstruktur adalah apabila bahan wawancara sudah dipersiapkan

terlebih dahulu.

b. Wawancara setengah berstruktur, adalah bentuk wawancara yang sudah

disisipkan terlebih dahulu, akan tetapi memberikan keleluasaan untuk

menerangkan lebih jauh, namun tidak langsung pada topik bahasan, atau

mungkin mengajukan topikbahasan sendiri selama wawancara berlangsung.

c. Wawancara tidak berstruktur, prakarsa untuk memilih topik bahasan diambil

oleh responden

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur, dengan cara

membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses

wawancara. Sehingga diharapkan pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup

seluruhnya.

3. Tes

Tes digunakan untuk mengambil data pada siklus I dan Siklus n yaitu

untuk mendapatkan data tentang hasil belajar yang dicapai siswa selama proses

pembelajaran baik kognitif maupun afektif.

4. Dokumentasi

Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan

teknik dokumentasi. Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran

bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Data yang dihasilkan dari

kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.

E. Teknik Analisis Data

Data yang tersedia dari pengumpulan data perlu dianalisis, sedangkan

untuk menganalisis data tersebut perlu digunakan teknik analisis data sehingga

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

29

data yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Data penelitian ini dianalisis

dengan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif komparatif

Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan antara

kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan dengan hasil yang diperoleh

pada siklus I dan siklus II sehingga dapat dilihat adanya perbedaan sebelum

dan sesudah dilakukannya tindakan.

2. Analisis data kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah hasil belajar siswa yang

diperoleh dari tes formatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah kuantitatif

sederhana yang berupa penghitungan nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai

terendah, dan persentase jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Dari

informasi ini dapat diketahui sampai sejauh manakah keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar.

3. Analisis data kualitatif

Analisis kualitatif berupa catatan lapangan yang disajikan secara rinci dan

lengkap selama proses penelitian berlangsung. Analisis data kualitatif

diperoleh berdasarkan hasil observasi, refleksi dari tiap-tiap siklus, dan

membandingkan kinerja siswa maupun guru dalam hasil pengamatan dengan

parameter atau teori tertentu.

F. Prosedur Pelaksanaan Tindakan

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi : silabus Mata

Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi dan skenario pembelajaran dengan

mengggunakan model pembelajaran Group Investigation dimana siswa

dapat mendengar, melihat, mendiskusikan dan menerapkan topik

pembelajaran.

b. Menyusun instrument penelitian dan menetapkan indikator ketercapaian.

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

30

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.

Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi belajar

siswa dengan adanya penerapan model pembelajaran Group Investigation

dan mengetahui peran serta atau keaktifan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung baik pada siklus I maupun siklus n.

Tabel 6 : Tabel Indikator Ketercapaian

Aspek Presentase Ketercapaian

Cara Mengukur

Keaktifan siswa dalam kelas yang ditujukkan dengan 1) Meningkatnya Visual activities.

seperti membaca, memperhatikan. 2) Meningkatnya Oral activities,

seperti merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran.

3) Meningkatnya Listening activities, seperti mendengarkan uraian, mendengarkan pendapat siswa lain dalam diskusi

4) Meningkatnya Writing activities, seperti merangkum

75% mencapai indikator keaktifan

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam mengikuti Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi

Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan siswa yang memperoleh nilai minimal 65 lebih dari 75 % jumlah siswa

75 % dari jumlah siswa mencapai nilai di atas batas tuntas belajar, yaitu 65

Dilihat dari nilai ulangan yang dilaksanakan setiap akhir periode

c. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

Materi pokok yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran

Group Investigation (GI) untuk siklus I dan Siklus n adalah : Memahami

kegiatan Perekonomian Indonesia.

Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah :

- Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian Indonesia

- Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga

pasar

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

31

d. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario

pembelajaran.

e. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui tingkat hasil

belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran Group

Investigation (GI).

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan aspek collaborative participatori antara tim peneliti sangat penting dan menonjol. Hubungan kolaborasi tersebut harus tercipta dalam suasana demokratis agar implementasi rencana tindakan dapat berjalan dalam suasana efektif dan efisien. Guru dan peneliti berkolaborasi untuk mengetahui apakah setelah tindakan dilakukan terjadi perubahan atau peningkatan sehingga diperlukan suatu gambaran tentang keadaan awal. Dari gambaran tersebut dapat ditentukan apa yang harus diubah, diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan diketahuinya keadaan awal, maka perubahan dan peningkatan dapat diikuti dari waktu ke waktu selama tindakan dilaksanakan ( Kasihani Kasbolah, 2001 : 49)

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata

pelajaran IPS ( Drs. Nuryono ). Pada tahap ini dilakukan suatu tindakan untuk

menghasilkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran yang berupa

pembelajaran menjadi lebih efektif, siswa menjadi lebih aktif dan hasil belajar

meningkat. Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah

implementasi model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) yang telah

disusun oleh peneliti.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan model pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) pda siklus I dan Siklus n secara rinci sebagai

berikut :

a. Membagi siswa menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok

beranggotakan 5 orang dan sebagian 4 orang dengan cara sistem random

yaitu guru membagikan simbol secara acak kepada setiap siswa dimana

kesamaan simbol merupakan kesatuan pembentukan kelompok.

b. Membagi materi menjadi delapan topik, kemudian materi tersebut

diberikan kepada masing-masing kelompok untuk didefinisikan.

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

32

c. Setiap kelompok merencanakan tugas belajar dan menjalankan

investigasi kelompok.

d. Tiap-tiap kelompok menyiapkan laporan akhir dengan menunjuk salah

satu anggota kelompok untuk mempresentasikan tentang laporan hasil

penyelidikannya yang kemudian setiap anggota mendengarkan.

e. Setiap kelompok mempresentasikan laporan hasil akhirnya di depan

kelas, sedangkan kelompok lain dapat aktif mengevaluasi laporan tiap-

tiap kelompok dengan berbagai tanya jawab, kritik maupun saran.

3. Observasi

Bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan peneliti melakukan

observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dari penerapan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Tujuan observasi tersebut

adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang

berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.

Peneliti betugas sebagai pengamat pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM). Fokus pengamatan ditekankan pada implementasi pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) terhadap kualitas pembelajaran secara

menyeluruh yang meliputi : peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar

dan pencapaian hasil belajar siswa.

Observasi yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut :

a. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

b. Kemampuan mengerjakan tugas

c. Tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

d. Suasana kegiatan belajar mengajar.

4. Analisis dan Refleksi

Kegiatan refleksi ini mencakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi

atas informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi. Data yang telah terkumpul

dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis dan diinterpretasi ( diberi

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

33

makna) sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah

mencapai tujuan. Interpretasi (pemaknaan) hasil observasi ini menjadi dasar untuk

melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah-langkah berikutnya dalam

pelaksanaan tindakan.

Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah

terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan dihubungkan dengan

penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada siklus tersebut. Pada tahap ini

hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, untuk kemudian

dilakukan refleksi guna melihat kekurangan atau kelemahan yang terjadi. Hasil

refleksi ini akan digunakan dalam perencanaan siklus berikutnya yang lebih

disempurnakan bersama pendidik (guru) dimana dalam kegiatan belajar mengajar

(KBM) diharapkan siswa lebih aktif berpartisipasi dan prestasi siswa meningkat.

Berdasarkan pelaksanaan tahap observasi dan evaluasi sebelumnya, data

yang diperoleh selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk perbaikan

model pembelajaran materi pokok berikutnya ( pada Siklus n ). Salah satu aspek

penting dari kegiatan refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan

dan pencapaian tujuan tindakan.

Secara skematis prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Siklus I Siklus n

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

permasalahan

Permasalahan baru hasil refleksi

Apabila permasalahan belum

terselesaikan

Perencanaan Tindakan I

Pengamatan /

Pengumpulan Data I Refleksi I

Pelaksanaan Tindakan n

Pengamatan / Pengumpulan Data

n

Perencanaan Tindakan n

Refleksi n

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

34

(Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006)

Gambar 2 : Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Kondisi Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group

Investigation (GI).

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran sebelum

diterapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) terdapat

beberapa permasalahan. Permasalahan yang muncul tersebut adalah kurangnya

peran serta siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dan

pencapaian hasil belajar yang kurang optimal. Kegiatan siswa di dalam kelas

selama proses pembelajaran berlangsung hanya mendengarkan penjelasan guru

dan mencatat materi pembelajaran. Selama KBM siswa cenderung pasif dan

hanya terdapat beberapa siswa yang bertanya kepada guru dan umumnya siswa

tersebut adalah siswa yang pandai (lampiran 12, catatan lapangan 1).

Pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi siswa dihadapkan pada

banyak konsep dan fakta, maka ada pemikiran untuk menerapkan model

pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi di kelas

VIII G SMP N 3 Colomadu agar keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat.

Pembelajaran kooperatif lebih sering menekankan peran serta siswa. Pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) berbeda dengan metode diskusi yang

biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran kooperatif GI menekankan

pembelajaran pada kelompok kecil. Pada model GI siswa belajar dan bekerja

sama untuk mencapai tujuan optimal.

Dengan pembelajaran kooperatif GI siswa menjadi lebih bersemangat

dalam mengikuti KBM sebab siswa dapat bekerja sama atau berdiskusi dengan

teman yang lain dalam menyelesaikan permasalahan dalam KBM, siswa juga

dapat mengeluarkan pendapatnya, dan tidak malu lagi untuk bertanya jika ada

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

35

materi yang belum jelas. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif

mengikuti KBM mulai dari kegiatan investigasi, berdiskusi, melakukan

presentasi, dan mengevaluasi hasil presentasi (lampiran 12, catatan lapangan 1).

Model pembelajaran kooperatif GI memiliki beberapa kelebihan. Pertama,

siswa diberi kesempatan untuk mencari sendiri informasi mengenai topik/materi

pembelajaran untuk menambah wawasan siswa. Kedua, adanya kegiatan diskusi

kelompok untuk bertukar pendapat/gagasan yang melibatkan peran serta seluruh

siswa. Ketiga, adanya kegiatan presentasi yang akan melatih siswa untuk

mengemukakan pendapat di muka umum serta menumbuhkan adanya keaktifan

siswa dalam KBM (lampiran 12, catatan lapangan 1).

Pada pembelajaran kooperatif GI penilaian terhadap siswa dilakukan

dengan menilai keaktifan dan peran serta siswa pada waktu kegiatan investigasi

kelompok dan kegiatan presentasi. Guru juga memberikan nilai kepada siswa

yang bertanya atau mengajukan pendapat pada saat presentasi kelompok. Setelah

KBM selesai guru memberikan penilaian dengan menggunakan tes formatif

(lampiran 12&13, catatan lapangan 1, 2, 3).

Kegiatan belajar mengajar sebelum adanya model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI), peneliti mendapatkan beberapa temuan antara lain :

a. Proses belajar mengajar di kelas masih didominasi dengan kegiatan

mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi pelajaran yang diberikan

oleh guru.

b. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung pasif, jarang

sekali ada siswa yang bertanya maupun mengeluarkan pendapat tentang materi

yang disampaikan.

Berdasarkan temuan di atas akan berakibat pada hasil belajar yang belum

optimal, sehingga perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran dan hasil belajar

siswa. Sebagai tindak lanjut agar hasil belajar siswa meningkat dan kegiatan

belajar mengajar dapat berjalan efektif maka peneliti menerapkan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

36

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)

Siklus I.

Kegiatan yang dilakukan pada Siklus I meliputi :

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran.

Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran IPS Bidang

Kajian ekonomi kelas VIII, kemudian peneliti menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario

pembelajaran. Setelah itu, peneliti mendiskusikannya dengan guru

selaku pengajar yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI). Siklus I direncanakan akan dilaksanakan

dalam 3 kali pertemuan. Skenario pembelajaran yang direncanakan

adalah sebagai berikut.

Siklus I :

Pertemuan ke-1, Sabtu, 9 Januari 2010

Alokasi waktu : 2x40 menit

Kegiatan :

a) Sosialisasi pembelajaran kooperatif GI.

b) Pembentukan kelompok : Jumlah siswa 40 anak dibagi menjadi 8

kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.

c) Pemilihan topik/materi pembelajaran oleh setiap kelompok.

d) Kegiatan investigasi kelompok.

e) Kegiatan presentasi disertai tanya jawab.

Pertemuan ke-2, Sabtu, 16 Januari 2010

Alokasi waktu : 2x40 menit

Kegiatan :

a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh

siswa bersama anggota kelompoknya.

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

37

b) Melanjutkan kegiatan presentasi.

c) Tanya jawab

d) Evaluasi proses pembelajaran.

Pertemuan ke-3, Sabtu, 23 Januari 2010

Alokasi waktu : 2x40 menit

Kegiatan :

a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh

siswa bersama anggota kelompoknya.

b) Melanjutkan kegiatan presentasi.

c) Tanya jawab

d) Evaluasi proses pembelajaran.

Pertemuan ke-4, Sabtu, 30 Januari 2010

Alokasi waktu : 2x40 menit

Kegiatan:

a) Mengadakan tes formatif dengan materi permintaan dan penawaran.

2) Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus I

adalah: Pajak.

Standar Kompetensi : Memahami kegiatan Perekonomian Indonesia

Kompetensi Dasar:

- Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian Indonesia

3) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan

skenario pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati penerapan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

5) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui

tingkat hasil belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

b. Pelaksanaan Tindakan

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

38

Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan tindakan yang merupakan

implementasi atau penerapan isi rancangan model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI). Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai

pengajar adalah guru mata pelajaran IPS kelas VIII (Drs. Nuryono). Untuk

mengetahui tindakan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan rencana,

maka selama guru melaksanakan tindakan peneliti melakukan pemantauan

terhadap proses pembelajaran di kelas.

Pada awal pelaksanaan tindakan diberikan suatu pengarahan

tentang model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) kepada

siswa. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan model pembelajaran

tersebut akan dapat berjalan dengan lancar. Pengarahan tersebut berupa

langkah-langkah pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), yang

meliputi : mengidentifikasi topik, merencanakan tugas belajar,

melaksanakan investigasi kelompok, menyusun laporan akhir dan

melaksanakan presentasi di depan kelas. Dengan adanya pengarahan

tersebut maka siswa akan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), sehingga siswa

dapat melaksanakan dengan baik kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

pada tiap tahapan. Selain itu, guru juga memberikan penjelasan tentang

aspek-aspek yang dinilai selama model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) dilaksanakan, yaitu: kontribusi siswa terhadap

kelompoknya mulai dari mengidentifikasi topik, merencanakan tugas

belajar, investigasi kelompok, dan menyiapkan laporan akhir. Aspek lain

yang dinilai adalah keaktifan siswa selama presentasi berlangsung. Secara

rinci langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi topik dan pembentukan kelompok

Pembagian kelompok dilakukan sesuai nomor urut absensi siswa agar

guru lebih mudah memantaunya. Setiap kelompok berhak menentukan

nama kelompoknya sendiri asalkan berhubungan dengan materi yang

sedang dipelajari (Pajak). Kelompok untuk penerapan model

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

39

pembelajaran Group Investigation (GI) terbagi menjadi delapan

kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa.

Materi/topik yang didiskusikan antra lain :

Kelompok I (PPh) : Peran pajak

Kelompok II (PPn) : Pajak Langsung dan Pajak Tidak

Langsung

Kelompok III (PBB) : Pajak Negara dan Pajak Daerah

Kelompok IV (Bea Materai) : Kriteria pemungutan pajak

Kelompok V (Cukai) : Subjek dan objek pajak

Kelompok VI (PKB) : Tarif pajak

Kelompok VII (PBBKB) : Fungsi pajak

Kelompok VIII (BBNKB) : Sanksi terhadap wajib pajak

2) Merencanakan tugas belajar

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan sub topik yang akan

diinvestigasi dan masing-masing anggota kelompok mengumpulkan

sumber-sumber untuk memecahkan masalah yang akan diidentifikasi.

Setiap siswa dituntut untuk menyumbangkan pemikiran terhadap

investigasi kelompoknya masing-masing kemudian setiap kelompok

memberikan kontribusi terhadap penelitian untuk seluruh kelas.

3) Menjalankan investigasi

Siswa secara individu atau berpasangan mengumpulkan informasi,

menganalisis, dan mengevaluasi, serta menarik kesimpulan. Setiap

anggota kelompok memberikan kontribusi dengan mengadakan tukar-

menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide untuk menjadi suatu

kesimpulan. Peran guru di sini sebagai penasehat dan membantu

memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. Guru

bertugas memantau pelaksanaan investigasi dari masing-masing

kelompok.

4) Menyiapkan laporan akhir

Tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dan mengintegrasikan

semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

40

presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu

anggota untuk membacakan laporan akhirnya kepada semua anggota

sebelum akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

5) Mempresentasikan laporan akhir

Pada tahap ini setiap kelompok telah siap memberikan hasil

investigasinya di depan kelas dalam bentuk presentasi secara

keseluruhan. Setiap kelompok secara bergiliran melakukan presentasi

di depan kelas untuk melaporkan hasil temuannya bersama teman satu

kelompok. Kelompok lain diharapkan dapat ikut aktif mengevaluasi

kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya

jawab.

6) Mengevaluasi

Siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik yang disajikan

tiap kelompok. Guru juga memberikan evaluasi dan saran-saran

kepada setiap kelompok setelah melakukan presentasi.

Siklus I

Pertemuan ke-1 (Sabtu, 9 Januari 2010)

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan guru

mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa mengikuti KBM. Setelah itu,

guru memberi pengarahan kepada siswa mengenai model pembelajaran

kooperatif GI. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan model

pembelajaran kooperatif GI sesuai langkah-langkah yang telah dijelaskan

di atas.

1) Siswa dibagi menjadi delapan kelompok sesuai nomor urut absen dan

setiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Setiap kelompok wajib

memberi nama kelompoknya. Pemberian nama kelompok bebas

asalkan menggunakan istilah ekonomi yang sesuai dengan materi

pelajaran. Setelah kelompok terbentuk guru mempresentasikan

serangkaian topik permasalahan yang akan dibahas.

2) Masing-masing kelompok memperoleh satu topik permasalahan untuk

didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Setelah semua kelompok

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

41

memperoleh topik permasalahan tugas selanjutnya adalah melakukan

investigasi atau berdiskusi dengan teman satu kelompok. Pada waktu

diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang pasif, hanya diam,

belum memberikan kontribusinya terhadap kelompok. Dengan kondisi

seperti ini guru langsung turun tangan dengan cara terus memberikan

pengarahan dan motivasi agar semua siswa dapat berperan aktif dalam

kegiatan investigasi.

3) Guru memberikan waktu kepada siswa selama 40 menit untuk

melakukan investigasi. Setelah itu, siswa menyiapkan laporan hasil

investigasi kelompok untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas.

4) Tahap selanjutnya adalah kegiatan presentasi. Kelompok I (PPh) yang

mendapat materi peran pajak mendapat urutan pertama untuk

mempresentasikan hasil investigasinya di depan kelas. Setiap

kelompok diberi waktu 10-15 menit untuk melaporkan hasil

temuannya.

5) Setelah itu kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau

memberikan pendapat untuk mengevaluasi kegiatan presentasi dari

kelompok I. Pada presentasi yang pertama siswa masih malu-malu bila

diminta bertanya atau mengeluarkan pendapatnya. Hanya ada 3 siswa

yang berani bertanya dan mereka adalah siswa yang pandai.

Pada akhir pembelajaran guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi

proses pembelajaran. Guru memberikan pengarahan kepada siswa agar

pada pertemuan-pertemuan selanjutnya semua siswa dapat berperan aktif.

Pertemuan ke-2, (Sabtu, 16 Januari 2010)

Pada pertemuan ke-2, jumlah siswa yang hadir tetap 40 siswa. Kegiatan

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan

sebelumnya. Pada pertemuan sebelumnya kelompok I telah

mempresentasikan peran pajak. Guru memberikan beberapa

pertanyaan mengenai pengertian permintaan dan kurva permintaan

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

42

kepada siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah

disampaikan.

2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kegiatan presentasi

dilanjutkan ke kelompok II sampai dengan kelompok V. Selama

kegiatan presentasi masih ada beberapa siswa yang tidak

memperhatikan atau terkesan acuh tak acuh. Guru yang mengetahui

kondisi tersebut langsung menegur siswa yang bersangkutan.

3) Tanya jawab. Setelah perwakilan kelompok melaporkan hasil

investigasinya, siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk

bertanya atau berpendapat mengenai materi yang disajikan. Pada

pertemuan kedua siswa juga masih merasa malu bila diminta

mengeluarkan pendapat. Siswa akan berani bertanya jika ditunjuk oleh

guru.

4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Kegiatan terakhir untuk

mengakhiri pembelajaran adalah mengevaluasi penampilan masing-

masing kelompok dalam menyajikan materi.

Pertemuan ke-3, (Sabtu, 23 Januari 2010)

Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ke-3 adalah 40. Kegiatan pada

pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut:

1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan

sebelumnya. Untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang telah

lalu guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa.

2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kegiatan presentasi

dilanjutkan ke kelompok VI sampai kelompok VIII. Kegiatan

presentasi pada pertemuan ke-3 sudah jauh lebih baik dari pertemuan

sebelumnya. Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan presentasi

kelompok.

3) Tanya jawab. Kegiatan tanya jawab pada pertemuan ke-3 mengalami

peningkatan. Rasa malu siswa berkurang. Siswa tidak perlu ditunjuk

lagi oleh guru untuk mengeluarkan pendapatnya. Dengan suka rela

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

43

siswa mulai berani mengajukan pertanyaan/pendapat di depan teman-

teman.

4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Tahap terakhir dari GI adalah

kegiatan evaluasi proses pembelajaran. Guru bersama-sama dengan

siswa mengevaluasi jalannya proses pembelajaran. Guru memberikan

saran-saran kepada siswa agar siswa lebih aktif di dalam mengikuti

proses pembelajaran.

Pertemuan ke-4 (Sabtu, 30 Januari 2010)

Pada pertemuan ke-4 kegiatan pembelajaran diisi dengan mengadakan tes

formatif untuk menguji kemampuan siswa di dalam memahami materi

pelajaran khususnya pada materi permintaan dan penawaran. Semua siswa

hadir dan dapat mengikuti tes formatif. Tes formatif dilaksanakan dalam

waktu 2x40 menit dengan menggunakan soal uraian. Guru memilih

menggunakan soal uraian dengan tujuan untuk melatih kemampuan

berpikir siswa secara logis dan sistematis. Guru menilai dengan soal uraian

akan meminimalisir tingkat kecurangan siswa. Guru mengawasi jalannya

ulangan dengan sikap tegas dan disiplin. Bila ada siswa yang berbuat

curang, guru memberi peringatan dengan mengurangi 1 dari nilai yang

diperoleh siswa. Cara tersebut ternyata efektif terbukti selama ulangan

berlangsung, siswa berusaha mengerjakan soal sendiri tanpa bertanya

maupun menyontek.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung. Pada tahap ini peneliti melakukan

pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah

disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan

model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan untuk

mengetahui kemampuan siswa menerima materi pembelajaran dengan

adanya model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Fokus

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

44

pengamatan ditekankan pada implementasi model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI) terhadap kualitas pembelajaran secara

menyeluruh yang meliputi : peran serta siswa dalam proses pembelajaran,

suasana kegiatan belajar mengajar, tanggapan siswa terhadap model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), dan pencapaian hasil

belajar siswa.

Pada waktu kegiatan observasi berlangsung kegiatan guru adalah

sebagai pemantau pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI). Guru memberi bantuan atau penjelasan pada siswa atau

kelompok yang kurang paham terhadap tugas yang harus mereka kerjakan.

Selain itu guru juga melakukan penilaian terhadap siswa yang aktif dalam

presentasi di depan kelas.

Selama kegiatan pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

berlangsung, siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru,

baik penjelasan tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI) maupun penjelasan mengenai materi yang akan

dipelajari. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Namun

kegiatan investigasi kelompok kurang dapat dilaksanakan dengan baik.

Sebagian besar siswa belum dapat memberikan kontribusi bagi

kelompoknya masing-masing terhadap materi yang mereka investigasi.

Peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang. Siswa

masih malu dan merasa canggung bila mereka diminta untuk berpendapat

atau bertanya baik kepada teman maupun guru. Pada saat pelaksanaan

presentasi di depan kelas, siswa anggota kelompok lain masih banyak

yang kurang antusias, hanya terdapat beberapa siswa saja yang aktif.

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

45

Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran

kooperatif GI :

1) Visual Activities

Tabel 7: Tabel Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Visual Activities

Siklus I

Keterangan BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS : Kurang Sekali

0

20

40

60

80

B S B C K K S

VIS UA L A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

Gambar 3 : Grafik Visual Activities Siswa Siklus I

0%

50%

100%

S ebelum S iklus I

VIS UA L A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

Gambar 4 : Perbandingan Persentase Visual Activities

PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS I BS 0 0 B 5 15 C 35 70 K 57.5 15 KS 2.5 0

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

46

Data tabel 7 pada aspek Visual Activities ada peningkatan persentase

indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI

untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B

(Baik) persentasenya 5%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 35%,

untuk indikator K (Kurang) persentasenya 57,5% dan untuk indikator KS

(Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model

pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,

untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator

B (Baik) persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya

70%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 15% dan untuk indikator

KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%.

2) Oral Activities

Tabel 8 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Oral Activities Siklus I

Keterangan

BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS:Kurang Sekali

0

20

40

60

80

B S B C K K S

OR A L A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

Gambar 5 : Grafik Oral Activities Siswa Siklus I

PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS I

BS 0 0 B 5 20 C 20 55 K 65 25 KS 10 0

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

47

0%

20%

40%

60%

80%

S ebelum S iklus I

OR A L A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

Gambar 6 : Perbandingan Persentase Oral Activities

Data tabel 8 pada aspek Oral Activities ada peningkatan persentase

indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI

untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B

(Baik) persentasenya 5 %, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 20%,

untuk indikator K (Kurang) persentasenya 65% dan untuk indikator KS

(Kurang Sekali) persentasenya 10%. Setelah menerapkan model

pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,

untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator

B (Baik) persentasenya 20%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya

55%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk indikator

KS (Kurang Sekali) persentasenya berkurang menjadi 0%.

3) Listening Activities

Tabel 9 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Listening Activities

Siklus I

Keterangan BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS : Kurang Sekali

PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS

I BS 0 0 B 15 22.5 C 45 52.5 K 37.5 25 KS 2.5 0

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

48

0

20

40

60

B S B C K K S

L IS T E NING A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

Gambar 7 : Grafik Listening Activities Siswa Siklus I

0%

20%

40%

60%

80%

S ebelum S iklus I

L IS T E NING A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

Gambar 8 : Perbandingan Persentase Listening Activities

Data tabel 9 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya.

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator

BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik)

persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 45%, untuk

indikator K (Kurang) persentasenya 37,5% dan untuk indikator KS

(Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model

pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,

untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator

B (Baik) persentasenya 22,5%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya

52,5%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk

indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%.

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

49

4) Writing Activities

Tabel 10 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Writing Activities

Siklus I

Keterangan BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS : Kurang Sekali

0

20

40

60

80

B S B C K K S

WR IT ING AC T IVIT IE S

(% ) S ebelum

(% ) S ik lus I

Gambar 9 : Grafik Writing Activities Siswa Siklus I

0%20%

40%60%80%

S ebelum S iklus I

WR IT ING AC T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

Gambar 10 : Perbandingan Persentase Writing Activities

Data tabel 10 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya.

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator

BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik)

PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS I

BS 0 0 B 0 10 C 65 70 K 30 20 KS 5 0

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

50

persentasenya 0%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 65%, untuk

indikator K (Kurang) persentasenya 30% dan untuk indikator KS (Kurang

Sekali) persentasenya 5%. Setelah menerapkan model pembelajaran

pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator

BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik)

persentasenya 10%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 70%, untuk

indikator K (Kurang) persentasenya 20% dan untuk indikator KS (Kurang

Sekali) persentasenya 0%.

d. Refleksi

Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang

telah terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan

dihubungkan dengan penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada

siklus tersebut. Pada tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis

oleh peneliti, untuk kemudian dilakukan refleksi untuk melihat

kekurangan atau kelemahan yang terjadi.

Setelah pertemuan ke-4 yaitu setelah dilaksanakannya tes formatif,

peneliti baru dapat melakukan refleksi secara keseluruhan. Berdasarkan

hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif GI dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini

ditunjukkan dari lembar observasi yang menunjukkan bahwa ada

perbedaan keaktifan siswa antara sebelum dan sesudah diterapkannya

model pembelajaran kooperatif GI. Pada siklus I diperoleh hasil tingkat

keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 85%, Oral Activities 75%,

Listening Activities 75% dan Writing Activities 80% tetapi apabila

dicermati lebih jauh pada grafik perbandingan, memperlihatkan bahwa

ketercapaian indikator keaktifan sebelum penelitian dan sesudah penelitian

mengalami perubahan. Dengan kata lain pada siklus I indikator yang sudah

mencapai 75 % adalah Visual Activities, Oral Activities Listening

activities, Writing Activities.

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

51

Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan

meningkatnya nilai rata-rata kelas. Sebelum menerapkan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) rata-rata kelas adalah

70,05 tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) nilai rata-rata kelas menjadi 73,45 (Lampiran 24 Hal

141). Hal ini berarti nilai rata-rata kelas setelah penerapan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) telah mencapai batas

tuntas keberhasilan belajar yaitu 65. Pada siklus I jumlah siswa yang

mencapai nilai di atas 65 adalah 30 siswa dari jumlah keseluruhan 40

siswa. Dengan kata lain pada siklus I telah tercapai indikator kinerja

ketercapaian tujuan tindakan yaitu 75% siswa telah memperoleh nilai di

atas 65 dari 75% target yang direncanakan (Tabel 6 Hal 31 ).

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan

beberapa kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI). Kelemahan pada siklus I diantaranya sebagai

berikut:

1) Pembagian tugas kelompok kurang teratur. Siswa masih saling tunjuk,

terutama pada waktu akan mempresentasikan hasil investigasi

kelompok.

2) Kerja sama siswa dalam kelompok masih kurang optimal, masih ada

beberapa siswa yang hanya diam pada waktu diskusi kelompok.

3) Siswa masih malu-malu untuk mengungkapkan pendapatnya di depan

guru dan teman-teman.

4) Siswa hanya akan bertanya kepada guru apabila guru melakukan

pendekatan.

Selain beberapa kelemahan di atas, hasil belajar pada siklus I dinilai

masih harus dimantapkan meskipun nilai rata-rata kelas sudah mencapai

batas tuntas keberhasilan belajar siswa dan ada 10 siswa yang nilainya

masih berada di bawah 65 yang merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

52

(KKM) yang seharusnya dicapai siswa sehingga dapat dikatakan pada

siklus I target sudah tercapai yaitu sebanyak 75% siswa mencapai KKM.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut untuk mengatasi kelemahan atau

kekurangan yang terjadi dan untuk lebih memantapkan hasil yang

diperoleh pada siklus I maka diperlukan adanya siklus berikutnya, yaitu

siklus II.

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

Siklus I.

Kegiatan yang dilakukan pada Siklus II meliputi :

a. Perencanaan Tindakan 2

Proses kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada aktivitas siswa

dan guru seperti pada pelaksanaan siklus I. Pada tahap ini kegiatan yang

dilakukan guru sebagai berikut :

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus mata

pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi dan skenario pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation

(GI). Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai

berikut.

Siklus II :

Pertemuan ke-1, Sabtu, 6 Februari 2010

Alokasi waktu : 2x40 menit

Kegiatan :

a) Pembentukan kelompok : Jumlah siswa 40 anak dibagi menjadi 8

kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.

b) Pemilihan topik/materi pembelajaran oleh setiap kelompok.

c) Kegiatan investigasi kelompok.

d) Kegiatan presentasi disertai tanya jawab.

e) Evaluasi proses pembelajaran.

Pertemuan ke-2, Sabtu, 13 Februari 2010

Alokasi waktu : 2x40 menit

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

53

Kegiatan :

a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh

siswa bersama anggota kelompoknya.

b) Melanjutkan kegiatan presentasi.

c) Tanya jawab

d) Evaluasi proses pembelajaran.

Pertemuan ke-3, Sabtu, 20 Februari 2010

Alokasi waktu : 2x40 menit

Kegiatan :

a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh

siswa bersama anggota kelompoknya.

b) Melanjutkan kegiatan presentasi.

c) Tanya jawab

d) Evaluasi proses pembelajaran.

Pertemuan ke-4, Sabtu, 27 Februari 2010

Alokasi waktu : 2x40 menit

Kegiatan :

a) Mengadakan tes formatif dengan materi pasar.

a. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus II

adalah: Pembentukan harga pasar.

Standar Kompetensi : Memahami kegiatan Perekonomian Indonesia

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan permintaan dan penawaran

serta terbentuknya harga pasar

b. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan

skenario pembelajaran.Menyiapkan lembar observasi untuk menilai

penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

c. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui

tingkat hasil belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

54

b. Pelaksanaan Tindakan 2

Tahap pelaksanaan tindakan pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) pada siklus II, meliputi:

1) Mengidentifikasi topik dan pembentukan kelompok

Pada siklus II pembentukan kelompok diserahkan kepada siswa

sendiri. Siswa boleh memilih anggota kelompok sesuai dengan

keinginannya. Kelompok untuk penerapan model pembelajaran Group

Investigation (GI) terbagi menjadi delapan kelompok dan setiap

kelompok beranggotakan 5 siswa. Setiap kelompok berhak

menentukan nama kelompoknya sendiri asalkan berhubungan dengan

materi yang sedang dipelajari (Pasar). Pada siklus II pemilihan

topik/materi yang akan diinvestigasi dipilih oleh siswa sendiri bersama

kelompoknya dengan cara mengambil undian yang telah disediakan

oleh guru.

Materi/topik yang didiskusikan antara lain :

Kelompok I (Cateris Paribus) : Pengertian permintaan dan kurva

permintaan

Kelompok II (Demand) : Faktor yang mempengaruhi

permintaan

Kelompok III (Price) : Pengertian penawaran dan kurva

penawaran

Kelompok IV (Elastisitas) : Faktor yang mempengaruhi

penawaran

Kelompok V (Supply) : Hukum permintaan dan hukum

penawaran

Kelompok VI (Quantity) : Fungsi permintaan dan fungsi

penawaran

Kelompok VII (Ekuilibrium) : Harga Keseimbangan dan

pergeseran titik keseimbangan

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

55

Kelompok VIII (Elastis Uniter ): Pengertian elastisitas dan macam-

macamnya

2) Merencanakan tugas belajar

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan sub topik yang akan

diinvestigasi dan masing-masing anggota kelompok mengumpulkan

sumber-sumber untuk memecahkan masalah yang tengah

diidentifikasi. Setiap siswa dituntut untuk menyumbangkan pemikiran

terhadap investigasi kelompoknya masing-masing kemudian setiap

kelompok memberikan kontribusi terhadap penelitian untuk seluruh

kelas.

3) Menjalankan investigasi

Siswa secara individu atau berpasangan mengumpulkan informasi,

menganalisis, dan mengevaluasi, serta menarik kesimpulan. Setiap

anggota kelompok memberikan kontribusi dengan mengadakan tukar-

menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide untuk menjadi suatu

kesimpulan. Peran guru di sini sebagai penasehat dan membantu

memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. Guru

bertugas memantau pelaksanaan investigasi dari masing-masing

kelompok.

4) Menyiapkan laporan akhir

Tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dan mengintegrasikan

semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah

presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu

anggota untuk membacakan laporan akhirnya kepada semua anggota

sebelum akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

5) Mempresentasikan laporan akhir

Pada tahap ini setiap kelompok telah siap memberikan hasil

investigasinya di depan kelas dalam bentuk presentasi secara

keseluruhan. Setiap kelompok bergiliran melakukan presentasi di

depan kelas untuk melaporkan hasil temuannya bersama teman satu

kelompok secara urut sesuai urutan materi pembelajaran. Kelompok

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

56

lain diharapkan dapat ikut aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan

setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab.

6) Mengevaluasi

Siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik yang disajikan

tiap kelompok. Guru juga memberikan evaluasi dan saran-saran

kepada setiap kelompok setelah melakukan presentasi.

Siklus II

Pertemuan ke-1 (Sabtu, 6 Februari 2010)

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan guru

mengecek kehadiran siswa. Siswa yang mengikuti KBM berjumlah 40

siswa. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan model pembelajaran

kooperatif GI sesuai langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas.

1) Siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang beranggotakan 5 siswa. Pada

siklus II pembagian kelompok diserahkan kepada siswa. Siswa boleh

menentukan anggota kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok

wajib menentukan nama kelompoknya dengan menggunakan istilah

ekonomi sesuai dengan materi pelajaran. Setelah kelompok terbentuk

guru mempresentasikan serangkaian topik permasalahan yang harus

dibahas oleh setiap kelompok. Setiap kelompok memperoleh satu topik

permasalahan. Pemilihan topik permasalahan diserahkan kepada setiap

kelompok dengan memakai sistem undian.

2) Masing-masing kelompok melakukan investigasi dengan berdiskusi

bersama teman satu kelompok untuk memperoleh informasi sesuai

topik permasalahan. Kegiatan investigasi kelompok pada siklus II jauh

lebih baik dari siklus I karena siswa mampu bekerja sama dengan baik

dengan memberikan kontribusinya kepada kelompok melalui tukar

pendapat antar anggota.

3) Guru memberikan waktu kepada siswa selama 40 menit untuk

melakukan investigasi. Setelah itu, siswa menyiapkan laporan hasil

investigasi kelompok untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas.

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

57

4) Tahap selanjutnya adalah kegiatan presentasi. Kelompok yang

mendapat urutan pertama untuk mempresentasikan hasil investigasinya

adalah kelompok V (Supply) dengan materi hukum permintaan dan

hukum penawaran. Setiap kelompok diberi waktu 10-15 menit untuk

melaporkan hasil temuannya.

5) Setelah itu kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau

memberikan pendapat untuk mengevaluasi kegiatan presentasi dari

kelompok V. Pada siklus II kegiatan presentasi menjadi lebih hidup.

Siswa mulai terbiasa dengan kegiatan presentasi dan tanya jawab.

Siswa tidak lagi merasa canggung bila diminta mengeluarkan

pendapatnya.

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan mengevaluasi proses pembelajaran.

Guru dan siswa saling memberikan saran agar pada pertemuan selanjutnya

proses pembelajaran menjadi lebih baik.

Pertemuan ke-2, (Sabtu, 13 Februari 2010)

Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ke-2 adalah 40 siswa. Kegiatan

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan

sebelumnya. Untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang telah

lalu guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa.

2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kegiatan presentasi

dilanjutkan ke topik permasalahan berikutnya oleh kelompok yang

bersangkutan. Kelompok yang mendapat giliran presentasi adalah

kelompok III (Price) dengan materi pengertian penawaran dan kurva

penawaran, kelompok I (Cateris Paribus) dengan materi pengertian

permintaan dan kurva permintaan, kelompok VII (Ekuilibrium) dengan

materi harga keseimbangan dan pergeseran titik keseimbangan, dan

kelompok IV (Elastisitas) dengan materi faktor yang mempengaruhi

penawaran.

3) Tanya jawab. Setelah perwakilan kelompok melaporkan hasil

investigasinya, siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

58

bertanya atau berpendapat mengenai materi yang disajikan. Kegiatan

tanya jawab membuat kegiatan presentasi menjadi semakin menarik

karena siswa sangat antusias mengikutinya. Siswa berebut untuk

bertanya dan mengeluarkan pendapat sesuai materi yang disajikan

teman-teman kelompok lain.

4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Kegiatan terakhir untuk

mengakhiri pembelajaran adalah mengevaluasi penampilan masing-

masing kelompok dalam menyajikan materi.

Pertemuan ke-3, (Sabtu, 20 Februari 2010)

Pada pertemuan ke-3 jumlah siswa yang hadir 40 siswa karena 2 siswa.

Kegiatan pada pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut:

(1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan

sebelumnya. Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai

pengertian permintaan dan kurva permintaan kepada siswa untuk

mengingat kembali materi pelajaran yang telah disampaikan.

(2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kelompok yang mendapat

giliran presentasi adalah kelompok VIII (Elastis Uniter) dengan materi

pengertian elastisitas dan macam-macamnya, kelompok II (Demand)

dengan materi faktor yang mempengaruhi permintaan, dan kelompok

VI (Quantity) dengan materi fungsi permintaan dan fungsi penawaran.

(3) Tanya jawab. Kegiatan tanya jawab mampu diikuti dengan baik oleh

para siswa. Bila teman dalam satu kelompok tidak mampu menjawab

pertanyaan yang diajukan, maka siswa kelompok lain yang akan

membantu menjawab. Selain itu, guru memberikan penjelasan

tambahan kepada siswa agar lebih memahami materi pelajaran.

(4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Tahap terakhir dari GI adalah

kegiatan evaluasi proses pembelajaran. Guru bersama-sama dengan

siswa mengevaluasi jalannya proses pembelajaran. Guru memberikan

saran-saran kepada siswa agar proses pembelajaran semakin baik

sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran.

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

59

Pertemuan ke-4, Sabtu, 27 Februari 2010

Pada pertemuan ke-4 kegiatan pembelajaran diisi dengan mengadakan tes

formatif untuk menguji kemampuan siswa di dalam memahami materi

pelajaran khususnya pada materi pasar. Pelaksanaan tes formatif pada

siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Guru menggunakan soal

uraian dan bagi siswa yang berbuat curang akan diberi sanksi berupa

pegurangan skor pada nilai siswa.

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman

pada lembar observasi yang telah disusun (Lampiran 3 Hal 93). Observasi

tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) dan untuk mengetahui kemampuan

siswa menerima materi pembelajaran dengan adanya model pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI). Fokus pengamatan ditekankan pada

implementasi model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

terhadap kualitas pembelajaran secara menyeluruh yang meliputi : peran

serta siswa dalam proses pembelajaran, suasana kegiatan belajar mengajar,

tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI), dan pencapaian hasil belajar siswa.

Pada siklus II peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran

mengalami peningkatan. Siswa yang semula hanya pasif mendengarkan

penjelasan dari guru dan teman telah berani bertanya dan mengeluarkan

pendapat. Hal ini disebabkan guru terus memberikan motivasi kepada para

siswa agar dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran baik motivasi secara

verbal maupun non verbal.

Sebagian besar siswa sudah memberikan kontribusi bagi

kelompoknya masing-masing terhadap materi yang mereka investigasi.

Kegiatan investigasi kelompok dilakukan dengan saling berdiskusi,

bertukar pendapat/ide/gagasan antar anggota kelompok, dan saling bekerja

sama dalam menyusun laporan akhir tentang materi pelajaran yang mereka

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

60

investigasi. Peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar mengalami

peningkatan, terbukti dengan siswa yang semula tidak berani

mengeluarkan pendapat menjadi berani bependapat. Pada saat pelaksanaan

presentasi di depan kelas, siswa anggota kelompok lain ikut mengevaluasi

dan bertanya tentang penyajian materi yang belum dipahami.

Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran

kooperatif GI :

1) Visual Activities

Tabel 11 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Visual Activities

Siklus II

Keterangan : BS : Baik Sekali C : Cukup KS : Kurang Sekali B : Baik K : Kurang

0

20

40

60

80

B S B C K K S

VIS UA L A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

(% ) S iklus II

Gambar 11 : Grafik Visual Activities Siswa Siklus II

PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS

I SIKLUS II

BS 0 0 5 B 5 15 40 C 35 70 55 K 57.5 15 0 KS 2.5 0 0

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

61

0%

50%

100%

S ebelum S iklus I (% )S iklus II

VIS UA L A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

(% ) S iklus II

Gambar 12 : Perbandingan Persentase Visual Activities

Data tabel 11 pada aspek Visual Activities ada peningkatan

persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran

kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk

indikator B (Baik) persentasenya 5%, untuk indikator C (Cukup)

persentasenya 35%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 57,5% dan

untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah

menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I

diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan,

untuk indikator B (Baik) persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup)

persentasenya 70%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 15% dan

untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%. Setelah

menerapkan model pembelajaran kooperatif GI pada siklus II diperoleh

hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 5%, indikator B (Baik)

persentasenya 40%, indikator C (Cukup) persentasenya 55%, indikator K

(Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali)

persentasenya 0 %.

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

62

2) Oral Activities

Tabel 12 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Oral Activities

Siklus II

Keterangan : BS : Baik Sekali C : Cukup KS : Kurang Sekali B : Baik K : Kurang

0

20

40

60

80

B S B C K K S

OR A L A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

(% ) S iklus II

Gambar 13 : Grafik Oral Activities Siswa Siklus II

0%

50%

100%

S ebelumS iklus I (% )S iklus II

OR A L A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

(% ) S iklus II

Gambar 14 : Perbandingan Persentase Oral Activities

PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS

I SIKLUS II

BS 0 0 17.5 B 5 20 40 C 20 55 42.5 K 65 25 0 KS 10 0 0

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

63

Data tabel 12 pada aspek Oral Activities ada peningkatan persentase

indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI

untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B

(Baik) persentasenya 5 %, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 20%,

untuk indikator K (Kurang) persentasenya 65 % dan untuk indikator KS

(Kurang Sekali) persentasenya 10%. Setelah menerapkan model

pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,

untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator

B (Baik) persentasenya 20%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya

55%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk indikator

KS (Kurang Sekali) persentasenya berkurang menjadi 0%. Setelah

menerapkan model pembelajaran kooperatif GI pada siklus II diperoleh

hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 17,5%, indikator B (Baik)

persentasenya 40%, indikator C (Cukup) persentasenya 42,5%, indikator

K (Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali)

persentasenya 0 %.

3) Listening Activities

Tabel 13 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Listening Activities

Siklus II

Keterangan : BS : Baik Sekali C : Cukup KS : Kurang Sekali B : Baik K : Kurang

PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS

I SIKLUS II

BS 0 0 10 B 15 22.5 62.5 C 45 52.5 27.5 K 37.5 25 0 KS 2.5 0 0

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

64

0

20

40

60

80

B S B C K K S

L IS T E NING A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

(% ) S iklus II

Gambar 15 : Grafik Listening Activities Siswa Siklus II

0%

50%

100%

S ebelum S iklus I (% )S iklus II

L IS T E NING A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

(% ) S iklus II

Gambar 16 : Perbandingan Persentase Listening Activities

Data tabel 13 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya.

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator

BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik)

persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 45%, untuk

indikator K (Kurang) persentasenya 37,5% dan untuk indikator KS

(Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model

pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,

untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator

B (Baik) persentasenya 22,5%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya

52,5%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk

indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%. Setelah menerapkan

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

65

model pembelajaran kooperatif GI pada siklus II diperoleh hasil, indikator

BS (Baik Sekali) persentasenya 10%, indikator B (Baik) persentasenya

62,5%, indikator C (Cukup) persentasenya 27,5%, indikator K (Kurang)

persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.

4) Writing Activities

Tabel 14 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Writing Activities

Siklus II

Keterangan : BS : Baik Sekali C : Cukup KS : Kurang Sekali B : Baik K : Kurang

0

20

40

60

80

B S B C K K S

WR IT ING A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

(% ) S iklus II

Gambar 17 : Grafik Writing Activities Siswa Siklus II

PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS

I SIKLUS II

BS 0 0 7.5 B 0 10 72.5 C 65 70 20 K 30 20 0 KS 5 0 0

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

66

0%

50%

100%

S ebelum S iklus I S iklus II

WR IT ING A C T IVIT IE S

(% )S ebelum(% ) S iklus I

S iklus II

Gambar 18 : Perbandingan Persentase Writing Activities

Data tabel 14 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya.

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator

BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik)

persentasenya 0%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 65%, untuk

indikator K (Kurang) persentasenya 30% dan untuk indikator KS (Kurang

Sekali) persentasenya 5%. Setelah menerapkan model pembelajaran

pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator

BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik)

persentasenya 10%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 70%, untuk

indikator K (Kurang) persentasenya 20% dan untuk indikator KS (Kurang

Sekali) persentasenya 0%. Setelah menerapkan model pembelajaran

kooperatif GI pada siklus II diperoleh hasil, indikator BS (Baik Sekali)

persentasenya 7,5%, indikator B (Baik) persentasenya 72,5%, indikator C

(Cukup) persentasenya 20%, indikator K (Kurang) persentasenya 0 %, dan

indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.

d. Refleksi

Setelah pertemuan ke-4 yaitu setelah dilaksanakannya tes formatif,

peneliti baru dapat melakukan refleksi secara keseluruhan. Penerapan

model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus II

lebih baik dari siklus I. Hal ini ditunjukkan dari lembar observasi yang

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

67

menunjukkan peningkatan persentase dari masing-masing aspek pada

waktu penerapan model pembelajaran kooperatif GI (lampiran 19 Hal

131). Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan dapat dilihat

bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif GI dapat meningkatkan

keaktifan siswa antara sebelum dan sesudah diterapkannya model

pembelajaran kooperatif semua aspek, yaitu Visual Activities, Oral

Activities, Listening Activities dan Writing Activities mencapai 100 %. Hal

ini berarti semua aspek keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja

ketercapaian tindakan.

Hasil belajar yang dicapai siswa juga mengalami peningkatan yang

cukup berarti. Sebelum penerapan model kooperatif GI nilai rata-rata kelas

hanya sebesar 70,05. Setelah penerapan model kooperatif GI nilai rata-rata

siswa naik menjadi 73,45 pada siklus I dan 79,55 pada siklus II. Pada

siklus II 97,5% siswa nilainya sudah mencapai batas tuntas keberhasilan

belajar. Kondisi ini lebih baik dari siklus I yang hanya 75% siswa yang

mencapai nilai di atas 65 yang merupakan Kriteria Ketuntasn Minimal

(KKM) (Tabel 6 Hal 31).

Setelah menganalisis dan mengolah data hasil observasi serta refleksi

siklus II diperoleh kesimpulan bahwa indikator kinerja ketercapaian tujuan

penelitian telah terpenuhi, yaitu hasil belajar siswa telah memenuhi batas

tuntas keberhasilan belajar yang ditetapkan yaitu 65. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa tindakan kelas telah berhasil sehingga tidak perlu

dilakukan perbaikan siklus berikutnya.

B. Pembahasan

Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian

ekonomi. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada

grafik sebagai berikut :

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

68

Gambar 19 : Grafik Hasil Penelitian

Grafik di atas memberikan informasi bahwa pada siklus I diperoleh hasil

tingkat keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 85%, Oral Activities 75%,

Listening Activities 75% dan Writing Activities 80%. Hal ini berarti semua aspek

keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja ketercapaian tindakan. Dari

keempat aspek keaktifan siswa semua aspek keaktifan yang telah mencapai

indikator kinerja ketercapaian tujuan tindakan, yaitu pada aspek Visual Activities,

Oral Activities, Listening Activities dan Writing Activities. Pada siklus II diperoleh

hasil tingkat keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 100%, Oral Activities

100%, Listening Activities 100% dan Writing Activities mencapai 100%. Hal ini

berarti semua aspek keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja ketercapaian

tindakan.

G rafik Has il P enelitian

6570758085

K ondisiAwal

S iklus I S iklus II

Nila

i Rat

a-ra

ta K

elas

K ondisiAwalS iklus I

S iklus II

Gambar 20 : Grafik Prestasi Hasil Penelitian

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

69

Grafik di atas memberikan informasi bahwa pada nilai rata-rata kelas

mengalami peningkatan. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) nilai rata-rata kelas siswa adalah 70,05 tetapi

setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) nilai

rata-rata kelas siswa menjadi 73,45 pada siklus I dan 79,55 pada siklus II. Terjadi

peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 3,40 dibandingkan sebelum

diterapkannya model pembelajaran GI. Sebanyak 30 siswa (75%) mendapatkan

nilai di atas 65 dari 75% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai rata-rata

kelas 79,55 sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 39 siswa

(97,5%) sudah mencapai nilai di atas 65 dari 75% target yang direncanakan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus.

Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan,

(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Adapun deskripsi hasil

penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survey awal untuk

mengetahui kondisi yang ada di SMP N 3 Colomadu. Berdasarkan hasil survey

tersebut, peneliti menemukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

kelas VIII G masih kurang optimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi

dengan guru mata pelajaran IPS untuk mencari solusi dan mengatasi masalah

tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI).

Pada siklus I peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran IPS

Bidang Kajian ekonomi kelas VIII, kemudian peneliti menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran.

Materi yang dibahas adalah Pajak. Setelah perangkat siap, peneliti

mendiskusikannya dengan guru sebagai pelaksana pembelajaran. Siklus I

dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Penerapan model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI) pada siklus I berjalan dengan lancar, siswa pun dapat

ikut berperan aktif di dalam KBM. Namun, berdasarkan hasil pengamatan

terhadap proses belajar mengajar pada siklus I masih terdapat kekurangan yaitu

siswa belum bisa bekerja sama secara optimal ketika kegiatan investigasi/diskusi

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

70

kelompok. Selain itu, siswa juga belum berani untuk mengemukakan pendapatnya

di depan teman-teman dan guru. Hasil belajar siswa pada siklus I juga masih

rendah meskipun telah mencapai batas tuntas keberhasilan belajar. Oleh karena

itu, peneliti bersama guru mencari solusi dengan merencanakan siklus II.

Materi pada siklus II adalah Pembentukan harga pasar. Berdasarkan hasil

pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus II siswa terlihat semakin

aktif dan kelemahan pada siklus I sudah teratasi pada siklus II. Siswa yang

sebelumnya masih terlihat malu-malu untuk mengemukakan pendapat sekarang

mulai berani bertanya dan memberikan pendapatnya kepada teman ataupun guru.

Kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa setelah siklus

I dan siklus II diperoleh keterangan bahwa siswa merasa lebih memahami materi

pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif GI. Siswa juga mengungkapkan

bahwa hasil belajar mereka mengalami peningkatan. Penerapan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) membuat siswa memahami

konsep materi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kolaborasi siswa

dengan guru dalam mengevaluasi proses belajar membuat siswa mampu

menguasai semua subtopik yang disajikan. Selain itu siswa aktif dalam

menjalankan invetigasi kelompok, menyiapkan laporan akhir dan presentasi hasil

kerja kelompok. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru diperoleh

keterangan bahwa peran serta siswa dalam proses pembelajaran mengalami

peningkatan sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian

ekonomi siswa kelas VIII G di SMP N 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010

adalah berhasil dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Hal ini dikarenakan

PTK telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan keempat

tahap tersebut diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan

pada pembelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi.

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

71

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dapat

Meningkatkan Keaktifan Siswa

Berdasarkan hasil observasi penelitian, maka dapat diambil simpulan

bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran. Hal ini ditunjukkan adanya

perubahan sikap siswa dalam pembelajaran, diantaranya adalah interaksi dan kerja

sama antar siswa semakin baik serta siswa semakin mempunyai keberanian untuk

mengemukakan ide dan pendapat di depan kelas.

2. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dapat

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Berdasarkan data berupa nilai kuis sebelum dan sesudah penelitian, dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI)

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan ini disebabkan siswa

memahami konsep tentang materi yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Siswa dituntut untuk mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok serta

bertukar informasi atau mengajarkan materi kepada temannya.

B. IMPLIKASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu berasal dari

pihak guru maupun siswa, faktor dari pihak guru, yaitu kemampuan guru dalam

mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi,

kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan metode yang digunakan oleh guru

dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa, yaitu minat belajar

atau motivasi belajar siswa serta keaktifan siswa selama mengikuti proses

pembelajaran .

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga harus

diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru

70

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

72

dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru

memiliki kemampuan kemampuan merealisasikan model pembelajaran GI baik

maka guru dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan

diterima siswa dengan baik apabila siswa juga memiliki minat yang tinggi dan

aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar

dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien.

Penelitian ini juga memberikan gambaran secara jelas bahwa melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Bagi guru mata pelajaran IPS

khususnya ekonomi ataupun mata pelajaran yang lain, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran. Di samping itu dapat menjadikan siswa lebih aktif dan menghapus

pandangan siswa bahwa pembelajaran yang membosankan menjadi pembelajaran

yang menarik dan menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan

dalam mengajak siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga siswa

menjadi tidak malu bertanya atau maju di depan kelas menyampaikan

pendapatnya dan hasil pekerjaannya.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar

siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

pada mata pelajaran IPS ekonomi siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu tahun

pelajaran 2009/2010, maka saran yang dapat diberikan sebagai sumbangan

pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan

meningkatkan hasil belajar siswa SMP N 3 Colomadu pada khususnya sebagai

berikut :

1. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikirannya pada proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar

mengajar dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

73

b. Siswa hendaknya tidak menganggap pusat informasi adalah guru namun

dapat memanfaatkan sumber belajar yang lain misalnya: buku, teman,

televisi, surat kabar, internet, dan lain-lain.

c. Siswa meminta kepada guru agar bisa memilih pasangan yang akrab

dengannya pada saat sesi diskusi dengan model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI), sehingga mereka bisa nyaman dan lebih berani

dalam mengemukakan pendapat satu sama lain.

2. Bagi Guru

a. Guru aktif memotivasi siswa yang kurang memperhatikan dengan cara

memberikan reward baik berupa anggukan, senyuman, nilai maupun

benda

b. Guru lebih memberikan pendekatan dan bimbingan baik secara individu

maupun kelompok dengan cara memberikan nasehat dan arahan agar

tercipta komunikasi antara guru dengan siswa tersebut.

c. Guru membangkitkan rasa percaya diri beberapa siswa yang kurang

merespon dengan cara mendekati siswa tersebut dan memberikan

dorongan agar mereka berani dalam melakukan presentasi di depan kelas

dan mengemukakan ide/ pendapatnya.

3. Bagi Sekolah

a. Mensosialisasikan model PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan) dan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton.

b. Diharapkan sekolah dapat memberi kemudahan bagi guru dalam

menyediakan fasilitas yang lebih menunjang dalam proses pembelajaran.

c. Kepala Sekolah lebih memberikan kesempatan kepada guru-guru mata

pelajaran untuk mengikuti pelatihan atau seminar berhubungan dengan

model dan metode pembelajaran inovatif.

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

74

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New Jersey: The

Mc.Graw Hill Companies, Inc. A. Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zaenal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Karya. I Gusti Ngurah Japa. 2008. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Terbuka Melalui Investigasi bagi Siswa Kelas V SD 4 Kaliuntu. Singaraja : Lembaga Penelitian Undiksha.

Joyce, Bruce.R. Weil, Marsha. Calhoun, Emily. 2000. Models of Teaching.

Boston: Allyn and Bacon. Kagan, Spencer. 1985. “Dimension of Cooperative Classroom Structure” dalam

Slavin,R.E. Learning to Cooperate, Cooperate to Learn. 72-73. London: Plenum Press.

Kasihani Kasbolah E.S. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru.Malang:

Universitas Malang. Kessler, Carolyn. 1992. Cooperative Language Learning: A Theacher’s Resource

Book. New Jersey: Prentice Hall Regents. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosda Karya. Nana Sudjana. 1991. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja

Karya Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan: Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya. Nurhadi . 2004. Kurikulum 2004 ( Pertanyaan dan Jawaban ). Jakarta: PT.

Gramedia Widia Sarana Indonesia. Roestiyah N.K 2001. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan

Strategi Belajar Mengajar: Teknik Penyajian). Jakarta: Rineka Cipta.

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP .../Penerapan... · Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan

75

Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada. Slavin, Robert. E. 1995. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:

Nusa Media. Suhaida Abdul Kadir. 2002. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan

Tradisional Terhadap Prestasi, Atribusi Pencapaian, Konsep Kondisi Akademik dan hubungan Sosial Dalam Pendidikan Perakaunan. Malaysia:

Universiti Putra Malaysia. Suharsimi Arikunto, Cepi safrudin abdul jabar. 2004. Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: CV. Rajawali Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Usman H.B. 2001. Jurnal Ilmu Pendidikan (meningkatkan Pemahaman

Mahasiswa Tentang Konsep Limit Fungsi Satu Variabel real Melalui Pembelajaran Kooperatif). Malang: Universitas Negeri Malang.

Zaenal Arifin.1990.Evaluasi Instruksional.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya