tata niaga / pemasaran

363
MODUL PLPG TATA NIAGA / PEMASARAN KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU dan UNIVERSITAS NEGERI MALANG Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115 2013

Upload: buidan

Post on 31-Dec-2016

556 views

Category:

Documents


81 download

TRANSCRIPT

MODUL PLPG

TATA NIAGA / PEMASARAN

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU dan

UNIVERSITAS NEGERI MALANG Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115

2013

KATA PENGANTAR

Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini

diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau

materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali

para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para

pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan

keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh

pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan

demi semakin sempurnanya buku ajar ini.

Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang

digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di

Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut,

dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut

diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG

dengan relatif lebih cepat.

Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat

melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan

pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar

menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu

kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami

menyampaikan banyak terima kasih.

Malang, Juli 2013 Ketua Pelaksana PSG Rayon 115

Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd NIP 19541006 198003 1 001

93

PENGELOLAAN PELANGGAN

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Dekripsi Modul Modul ini disusun sebagai materi pembelajaran untuk memberikan pemahaman

tentang Pelanggan serta memberikan bekal ilmu dalam menerapkan strategi Pengelolaan Pelanggan suatu bisnis yang direncanakan siswa. Setelah mempelajari modul ini, Peserta PLPG/ siswa diharapkan akan dapat memahami tentang pelanggan , menganalisis loyalitas pelanggan serta membuat strategi pengelolaan pelanggan suatu bisnis dengan outcome Kepuasan Pelanggan

B. Petunjuk Belajar

Peserta PLPG diharapkan dapat mewujudkan kompetensi dan indikator yang telah ditetapkan, dengan mempelajari materi ini secara cermat , ikut dengan seksama proses pembelajaran dari nara sumber , kembangkan materi melalui diskusi dengan teman sejawat dan nara sumber serta melengkapinya dengan sumber-sumber belajar lainnya , seperti buku-buku dan artikel yang dipublikasikan lewat web dan pratekkan kegiatan penjualan yang sesuai dalam tujuan dan proses pembelajaran dengan model-model pembelajaran inovatif.

C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi

Memahami Konsep dasar Pelanggan suatu bisnis , karakteristiknya, serta perkembangannya dalam teknologi pendiddikan.

2. Kompetensi Dasar Memahami konsep dasar pengelolaan pelanggan suatu bisnis

Indikator 1. Aspek kognitif:

• Memahami pasar dalam menghadapi pelbagai pelanggan yang bersifat komplek

• Memahami macam-macam strategi pengelolaan pelanggan yang bisa diterapkan

• Mengetahui manfaat adanya inovasi sebagai akibat adanya pengelolan planggan suatu bisnis.

2. Aspek afektif • Menyadari kegiatan pengelolaan pelanggan merupakan tantangan suatu

Bisnis • Memiliki motivasi yang tinggi untuk berhasil • Menyadari strategi pengelolaan pelanggan sebagai syarat keberhasilan

pemasaran 3. Aspek psikomotorik:

• Mampu menganalisis jenis pelanggan yang dihadapi suatu bisnis • Mampu mengidentifikasi peluang dan potensi pasar • Mampu menghimpun dan mengolah informasi yang diperlukan untuk menyusun

strategi pengelolaan pelanggan • Mampu membuat rancangan strategi pengelolaan pelanggan berkaitan dengan

segmentasi, targetting, positioning, dan rancangan usaha bisnis kelompok • Mampu membuat rancangan inovasi produk dari produk utama • Mendiskipsikan penjualan eceran barang dan jasa internet/on line

94

BAB. 2. KEGIATAN BELAJAR 1 MENDESKRIPSIKAN KONSEP DASAR PELANGGAN

A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi

Menyiapkan Pemahaman Konsep Pelanggan Suatau Bisnis 2. Kompetensi Dasar

a. Menjelaskan konsep pelanggan b. Menganlisis Karakteristik Pelanggan c. Menyiapkan daftar usaha peningkatan loyalitas pelanggan

B. Uraian Materi 1. Kepuasan Pelanggan Adalah Segalanya

Definisi Pelanggan, adalah para pembeli yang relatif berulang-ulang melakukan transaksi pembelian pada suatu outlet tertentu Mengingat peran pelanggan ini sangat penting bagi pebisnis, maka posisi mreka sering dianggap raja( Consumer is King). Selain itu pemahaman terhadap pelanggan jelas menjadi motivasi pembisnis agar setiap orang yang pernah bertransaksi sedapat mungkin menjadi pelanggan yang setia yang dinamakan Loyalitas pelanggan. Untuk memahami permasalahan pelanggan, di bawah ini ditampilkan ilustrasi proses Pelayanan Pelanggan berikut

Gambar 1 Proses Pelayanan Pelanggan 2. Segmentasi Tingkah Laku

Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak pemasar meyakini bahwa variabel tingkah laku merupakan awal paling baik untuk membentuk segmen pasar, sekaligus membangun pelanggan yang loyal. a. Kesempatan

Segmentasi kesempatan membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan kesempatan ketika pembeli mendapat ide untuk membeli atau menggunakan barang yang dibeli. Pembeli dapat dikelompokkan menurut kesempatan ketika mereka mendapat ide untuk membeli, benar-benar membeli, atau menggunakan barang yang dibeli. Segmentasi kesempatan dapat membantu perusahaan meningkatkan pemakaian produknya. misal, Kodak menggunakan segmentasi kesempatan untuk merancang dan memasarkan kamera sekali pakai. Konsumen hanya perlu memotrek dan mengembalikan film, kamera, dan semuanya, untuk diproses. Dengan menggabungkan lensa, kecepatan film, dan peralatan tambahan yang lain. Kodak mengembangkan kamera versi khusus untuk hampir segala macam kesempatan, dari fotografi bawah air sampai memotret bayi.

95

b. Manfaat yang Dicari Perusahaan dapat menggunakan segmentasi manfaat untuk memperjelas segmen manfaat yang mereka inginkan, karakteristiknya, serta merek utama yang bersaing. Mereka juga dapat mencari manfaat baru dan meluncurkan merek yang memberikan manfaat itu.

c. Status Pengguna Pasar disegmentasi menjadi kelompok bukan pengguna, mantan pengguna, pengguna potensial, pengguna pertama kali,pengguna regular dari suatu produk. Pemimpin pemasaran akan memfokuskan pada cara menarik pengguna potensial, dan perusahaan kecil memfokuskan menarik pengguna saat ini agar meninggalkan pimpinan pemasaran.

d. Tingkat Pemakaian Dalam segmentasi tingkat pemakaian, pasar dapat dikelompokkan menjadi kelompok pengguna ringan, menengah dan berat. Jumlah pengguna berat seringkali hanya sebagian kecil dari pasar, tetapi menghasilkan persentase yang tinggi dari total pembelian. Pengguna produk dibagi menjadi dua bagian sama banyak, yakni separuh pengguna ringan, dan separuh pengguna berat, menurut tingkat pembelian dari produk spesifik. Sebagai contoh, ditunjukkan bahwa 41% rumah tangga yang disurvai membeli bir, sebesar 87% pengguna berat peminum bir (hampir tujuh kali lipat dari pengguna ringan).

e. Status Loyalitas Sebuah perusahaan dapat disegmentasikan berdasarkan loyalitas konsumen. Konsumen dapat loyal terhadap merek, toko dan perusahaan. Pembeli dapat dibagi beberapa kelompok menurut tingkat loyalitas mereka. Beberapa konsumen benar-benar loyal(membeli selalu membeli satu jenis produk), kelompok lain agak loyal (mereka loyal pada dua merek atau lebih dari suatu produk, atau menyukai satu merek tetapi kadang-kadang membeli merek yang lain). Pemasar harus berhati-hati ketika menggunakan loyalitas merek dalam strategi segmentasinya. Pola pembelian yang loyal pada merek ternyata mencerminkan sebagai kebiasaan, sikap acuh tak acuh, harga yang rendah atau daftar yang telah tersedia.

3. Kepuasan Pelanggan ( Customer Satisfaction ) Dalam pemasaran jasa perlu dilakukan pengukuran kepuasan pelanggan (customer satisfaction), bilamana perlu pengukurannya sampai dengan loyalitas pelanggan (customer loyalty). Karakteristik jasa yang dikembangkan dan berbeda dengan komodity adalah adanya tiga komponen tambahan selain product, place, price dan promotion, yakni performance, physical evidance dan people. Oleh karena itu Sucherly (1999: 18), untuk mengukur kepuasan pelanggan dipergunakan rumus sebagai berikut :

Perceive Performance Customer Satisfaction = Customer Expectation Keterangan :

Customer Satisfaction : kepuasan pelanggan Perceive Performance : jasa yang diterima pelanggan. CustomerExpectation : harapan pelanggan

Pada dasarnya bahwa untuk pemasaran olahraga harapan atlet/ member tidak dapat dipenuhi seluruhnya, hal ini dikarenakan jasa yang diterima atlet/ member

96

tidak dapat mencapai harapannya. Selisih antara harapan dengan jasa yang dirasakan atlet/ member adalah ketidakpuasan (dissatisfaction).

Upaya mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah. Menurut Mudie dan Cottam dalam Fandy Tjoptono (1996: 160), bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Namun upaya perbaikan atau penyempurnaan kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Pada pemasaran olahraga strategi kepuasan pelanggan adalah serangkaian cara yang bertujuan untuk mencapai kepuasan atlet/ member.

4. Strategi Memuaskan Pelanggan

Ada enam (6) konsep strategi kepuasan pelanggan Kotler (1994: 91) sebagai berikut : a. Relationship marketing strategy , yaitu cara untuk menciptakan hubungan

jangka panjang untuk mewujudkan kesetiaan pelanggan melalui kemitraan. Contohnya mengadakan hubungan kerja sama dengan sekolah-sekolah klub-klub olahraga, dan KONI dengan terencana.

b. Superior customer service strategy , yaitu menawarkan jasa yang lebih baik dibandingkan dengan jasa yang ditawarkan pesaing. Contoh Klinik kebugaran selain menawarkan senam aerobik, fitness centre, juga menawarkan terapi terhadap pasien yang stroke.

c. Extra ordinary Customer guarantees strategy , yaitu memberikan jaminan istimewa untuk mengatasi kerugian pelanggan. Contohnya para mahasiswa yang mengikuti pertandingan mendapat asuransi kecelakaan.

d. complain handling strategy , yaitu penanganan keluhan untuk merubah ketidakpuasan menjadi kepuasan dan loyalitas pelanggan. Pada organisasi olahraga ada penanggungjawab khusus yang menangani permasalahan pada saat berlatih.

e. Service performance improvement strategy , yaitu perbaikan setiap dimensi kualitas jasa secara periodik dan terus menerus untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Contohnya gedung olahraga, peralatan, pelayanan terhadap atlet/ member, kemanan, dan lain-lain).

f. Quality function deployment strategy , yaitu perancangan suatu proses sebagai respon terhadap kebutuhan dan tuntutan pelanggan. Klub dan perkumpulan olahraga harus selalu cepat dalam menanggapi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga dapat memanfaatkan yang ada.

5. Strategi Mutu Pemasaran Mutu adalah tugas semua orang, seperti halnya juga pemasaran adalah tugas semua orang pada devisi pemasaran. Mutu seluruh ciri serta sifat barang/ jasa yang berpengaruh pada kemampuannya memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun tersirat. Adapun mutu total adalah kunci penciptaan nilai dan kepuasan pelanggan. Strategi untuk mencapai mutu pemasaran total tergantung pada direktur Total Quality Marketing (mutu pemasaran total), dengan memerlukan pemahaman-pemahaman sebagai berikut :

a. Mutu harus disadari pelanggan b. Mutu harus selalu ditampilkan dalam setia kegiatan perusahaan barang/ jasa c. mutu memerlukan komitmen karyawan d. Mutu memerlukan mitra yang bermutu (penyalur) e. Peningkatan mutu sering memerlukan lompatan jauh ke depan f. Mutu tidak perlu lebih mahal

6. Formulasi strategi

97

Kebanyakan instansi/ perusahaan (unit bisnis) memiliki bauran sasaran ternasuk laba, pertumbuhan penjualan, peningkatan pangsa pasar, pembatasan risiko, inovasi, dan reputasi. Tujuannya untuk menunjukkan apa yang ingin dicapai unit bisnis, sedang strateginya menunjukkkan bagaimana cara mencapainya. Unit bisnis harus berusaha dapat menata sasarannya secara hirarkis dari yang paling penting sampai yang kurang penting, dengan misi memberikan pelayanan baik bagi pelanggan. Dasar pemikiran strategis menurut Porter dalam (1999) bahwa dasar pemikiran strategis dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : a. Keunggulan biaya keseluruhan, yaitu manajer berusaha menekan biaya produksi

dan distribusi serendah mungkin sehingga harganya lebih rendah dari pada pesaingnya.

b. Pembedaan (Deferensiasi), yaitu manajer berusaha mencapai kinerja yang terbaik sesuai dengan keinginan pelanggan. Pembedaan terbaik dapat berupa dalam pelayanan, mutu, gaya, teknologi, dan lain-lain.

c. Fokus, yaitu manajer barang/ jasa memfokuskan pd salah satu segmen pasar yang sempit dan tidak mengejar pasar umum. Contoh : 1) membuat kursus pelatihan tenis pada golongan eksekutif (direktur, rektor, dekan, bupati, dll), 2) Pusat latihan pernafasan bagi orang tua lanjut usia (pengobatan alternatif).

7. Rangkuman

Strategi bauran pemasaran (marketing mix strategy) pada perusahaan manufaktur secara tradisional dilaksanakan dengan menetapkan 4P meliputi Product, Price, Place dan Promotion sedangkan pada perusahaan jasa bauran pemasaran / service marketing strategy modern dilakukan melalui 8P yaitu Product, Place (cyberspace and Time), Price, Promotion, Process, Productivity and Quality, People, Physical evidence yang merupakan pengembangan dari 4P tradisional. (Lovelock & Wright, 2002).

Implementasi service marketing mix strategy tersebut tidak cukup tanpa diikuti oleh pergeseran paradigma pemasaran dari transactional menuju relationshi,p dimana pada akhirnya akan membawa implikasi yang sangat besar pula bagi perubahan objective / tujuan dari perusahaan jasa maupun manufaktur dewasa ini. Melalui pengembangan paradigma relationship, konsumen dipahami sebagai sentral dan bukan sebagai obyek, dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu transaksi pembelian yang diikat dalam hubungan kemitraan (relasi) agar tercipta rebuying atau pembelian ulang. Untuk membina hubungan kemitraan atau relasi yang baik diperlukan komunikasi yang baik pula dengan pelanggan sasaran maupun pelanggan potensial. Dengan demikian setiap perusahaan, baik manufaktur maupun jasa tidak dapat menghindarkan diri dari peran sebagai komunikator dan promotor. Sebagai komunikator atau promotor perusahaan harus menyampaikan informasi secara efektif terutama berkaitan dengan penyampaian benefit atau manfaat produk atau jasa secara jelas, tepat sasaran maupun tepat intensitasnya.

Perusahaan manufaktur modern perlu suatu sistem komunikasi pemasaran yang kompleks, demikian juga dengan perusahaan jasa. Komunikasi pemasaran antara perusahaan jasa dengan konsumennya dapat dilakukan dengan banyak cara, bahkan dengan cara yang sangat kreatif dibandingkan mengkomunikasikan produk manufaktur. Hal ini harus menjadi fokus perhatian utama, mengingat benefit dari jasa yang ditawarkan tidak bisa langsung dilihat oleh calon konsumennya. Alat komunikasi juga merupakan faktor yang sangat menentukan, karena alat komunikasi dapat menentukan pula bagaimana respon dari konsumen terhadap apa yang diinformasikan oleh perusahaan jasa.

Penyelesaian yang terbaik dari kebutuhan konsumen dibandingkan dengan pesaing, mengingatkan konsumen akan kemampuan perusahaan jasa maupun motivasi perusahaan tersebut serta memperbaiki hubungan pelanggan dengan

98

menawarkan pengetahuan yang lebih banyak untuk mengoptimalkan penggunaan jasa tersebut. Kotler, 2000) Untuk mengukur kualitas pelayanan pada pelanggan perlu memperhatikan : yaitu bauran pemasaran yang meliputi : 1) produk &jasa, 2) harga, 3) tempat pemasaran, 4) promosi 5) dukungan fasilitas, 6) proses, dan 7) partisipasi pelanggan/ 8) alat/ fasilitas yang dimiliki, 9) kemudahan mengkonsumsi, 10) keajegan dalam pelayanan, 11) tanggap terhadap keluhan dari pelanggan/ memberi saran, dan 12) memberi jaminan keamanan dan keselamatan. Semakin kecil gap antara harapan yang diinginkan dengan kenyatan yang diperoleh dari pelanggan/ member atau anak didik, maka terjadilah kepuasan konsumen. C. Soal Latihan 1. Mengapa Loyalitas Pelanggan menjadi obsesi setiap pebisnis? 2. Langkah-langkah kongkrit apa saja yang dilakukan pebisnis untuk mengukur

kualitas layanan pelanggan? 3. Customer Satisfaction merupakan pencapaian prestasi tertinggi pengelolaan

pelanggan a. Apa yang dimaksud dengan customer satisfaction? b. Tindakan apa yang dilakukan pebisnis untuk mencapai customer satisfaction?

99

BAB. 3. KEGIATAN BELAJAR 2 MENGATASI PELANGGAN YANG SULIT

A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

1. Standar Kompetensi Menyiapkan Pemahaman Konsep Pelanggan yang Megalami Kesulitan

2. Kompetensi Dasar a. Menjelaskan Permasalahan pelanggan b. Menganlisis Karakteristik Permaslahan Pelanggan c. Menyiapkan daftar pertanyaan pemecahan Permasalahan pelanggan

B. Uraian Materi 1. Mengatasi Pelanggan Yang Sulit

a. Komunikasi Perusahaan dengan Pelanggan Menkomunikasikan Permasalahan Perusahaan dengan Pelanggan untuk mencari pelbagai informasi solusi konstruktif.

b. Permasalahan yang biasa dihadapi Bagaimanapun bisnis yang anda jalankan sangat bergantung pada pelanggan (Customer). Dan setiap pelanggan memiliki karakteristik dan keinginan yang berbeda-beda. Ada pelanggan yang mudah diajak berkompromi dan bekerjasama dan ada pelanggan yang “sulit” dalam hal pelayanan. Namun demikian sebagai pengelola bisnis kepuasan pelanggan adalah segala galanya dan merupakan hal yang utama. Hal utama dan terpenting dalam mengatasi masalah pelanggan yang “sulit” adalah memikirkan bahwa pelanggan anda “tidak sulit”. Biasanya pelanggan menjadi sulit karena layanan yang anda berikan tidak sesuai dengan yang mereka inginkan dalam persepsi mereka. Maka singkirkan terlebih dahulu anggapan bahwa kita benar dan mulailah memperbaiki service kepada pelanggan.

c. langkah-langkah Perbaikan service kepada Pelanggan 1). Dengarkan kata-kata mereka, fikirkan dan amati secara cermat

situasinya 2). Berikan pertanyaan secara mendalam untuk memahami maksud

pelanggan. 3). Segera pikirkan Solusi yang menjembatani kesenjangan antara

harapan dan kenyataan. 4). Perhitungkan Langkah-langkah berikutnya. 5). Jangan Lupa berterimakasih pada pelanggan setelah semua masalah

terselesaikan.

100

d. Mengatasi Masalah Mengatasi masalah pelanggan yang sulit pada dasarnya memerlukan kemampuan kita untuk mendengarkan dan memahami apa yang dikeluhkan. Tidak ada pelanggan yang ingin mempersulit diri, masalah komunikasi menjadi faktor penting dalam hal ini.(Galeriukm).

2. Seni Menangani Keluhan Pelanggan Permasalahan Klise Siapa yang suka dengan keluhan pelanggan? Menangani keluhan pelanggan adalah sebuah urusan yang pelik, kurang menyenangkan dan membutuhkan kesabaran ekstra.

Namun, mayoritas pemilik usaha mungkin lupa bahwa pada hakikatnya keluhan-keluhan itu bisa diubah menjadi hadiah dalam bentuk ‘obat pahit’ yang pada gilirannya akan menyehatkan kinerja usaha mereka. Mengubah sudut pandang keluhan sebagai sesuatu yang kurang menyenangkan menjadi sesuatu yang justru dinantikan.

Pertama-tama, mengapa keluhan pelanggan itu menjadi sesuatu yang dinantikan? Karena Anda tidak tahu bagaimana meningkatkan kualitas produk atau jasa Anda jika Anda tidak memahami kelemahannya. Keluhan pelanggan bisa memberikan pemilik usaha berbagai ide untuk produk atau jasa baru yang lebih sempurna dan sesuai untuk pasar. Keluhan memberikan pemilik usaha informasi yang tidak ternilai mengenai hal-hal penting bagi orang, apa yang mereka ingin temukan dalam produk atau jasa yang mereka dapat dari perusahaan.

Langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk mengubah keluhan menjadi masukan berharga yang memajukan usaha jika Anda memiliki sebuah usaha. a. Ucapkan terimakasih pada orang yang bersedia memberikan keluhannya.

Katakan Anda menghargai kesedia meluangkan waktu menyampaikan hal itu.

b. Anda ucapkan terimakasih, karena Anda peduli dengan hubungan yang sudah terjalin dan keluhannya telah memberikan peluang mengatasi masalahnya.

c. Minta maaflah karena ia merasa terganggu, tetapi jangan terkesan hal itu salah Anda. Katakan, “Saya minta maaf karena Anda mengalami masalah tersebut.”

101

d. Berikan janji melakukan yang Anda bisa membantu memecahkan masalahnya

e. Minta informasi / klarifikasi / sehingga Anda bisa memahami sepenuhnya masalah.

f. Ambil langkah yang bisa untuk mengoreksi masalah, fokuslah pada hal yang berada dalam kewenangan dan keahlian Anda. Jika masalah berada di luar kewenangan dan keahlian Anda, berikan penjelasan yang logis dan sopan.

g. Tanyakan apakah ia merasa masalahnya telah teratasi. Jika belum ulangi lagi

h. Pastikan Anda belajar dari keluhan. Keluhan-keluhan tersebut bisa memberikan ide untuk produk atau jasa baru yang lebih memuaskan. Keluhan juga memberikan masukan tentang aspek-aspek lemah dalam suatu usaha. (*/Akhlis)

3. Mendongkrak Loyalitas Pelanggan

1). Pelayanan Prima Pelanggan merupakan aset terbesar bagi suatu perusahaan, tanpa

pelanggan maka suatu perusahaan tidak akan pernah ada. Pelayanan berkualitas terhadap pelanggan merupakan kunci utama meraih sukses dalam jangka panjang. Bila perusahaan ingin berhasil dalam jangka panjang maka usaha-usaha untuk memelihara pelanggan melalui pelayanan memuaskan harus memperoleh perhatian yang utama.

2). Pemeliharaan dan Penarikan Pelanggan Ada kalanya muncul pertanyaan kenapa lebih difokuskan pada

memelihara atau mempertahankan, bukan mendapatkan pelanggan? bukankah pelanggan berarti pangsa pasar yang besar? jawabanya akan menjadi jelas jika dipahami bahwa usaha memperoleh pelanggan baru (offensive marketing) jauh lebih mahal dibandingkan dengan usaha mempertahankan pelanggan (deffensive marketing). hal ini terjadi karena diperlukan suatu usaha keras dan biaya yang banyak untuk membujuk pelanggan yang selama ini setia pada merek pesaing agar bersedia mencoba atau pindah pada merek yang ditawarkan perusahaan. tidak sedikit dana yang diperlukan untuk menarik mereka menjadi pelanggan tetap. alangkah efektifnya promosi yang dilaksanakan bila seandainya pelanggan yang diraih akan menjadi pelanggan tetap atau pelanggan loyal. Lalu apakah perusahaan tidak berarti menambah jumlah pelanggan?

3). Penciptaan kesetiaan Pelanggan Jawabannya terletak pada seberapa besar tambahan profit yang

diperoleh dengan pertambahan jumlah pelanggan baru. jangan sampai pelanggan yang baru merupakan pelanggan yang sifatnya coba-coba atau pelanggan yang peka harga, yang hanya pindah ke produk kita saat dilakukan promosi. bila hal ini terjadi perolehan tambahan pangsa pasar sifatnya hanya sesaat yaitu pada periode promosi saja. Terlebih pada masa krisis yang relatif sulit untuk menambah jumlah pelanggan baru. Untuk sebagian besar produk, menurunnya daya beli menyebabkan konsumen semakin bersikap rasional. Artinya, membeli produk karena benar-benar didasari oleh manfaat inti (core benefit) yang diberikan oleh produk tersebut. Kesetiaan pelanggan dapat diciptakan melalui customer relantionship marketing, yang berarti menjaga hubungan dengan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan jangka panjang.

102

4). Jalinan Hubungan Lima jalinan hubungan yang bisa dibina antara produsen dengan

pelanggan, yaitu : a. Basic, penjual hanya menjual produk dan tidak melakukan kontak lagi. b. Reactive , penjual menjual produk dan menyarankan agar mengontak

mereka bila ada yang perlu ditanyakan pelanggan . Disini pihak penjual memiliki program pelayanan purnajual, hanya pelaksanaannya menunggu inisiatif pembeli/pelanggan. Perlu disadari bahwa karena sesuatu hal, banyak di antara pelanggan yang enggan menyampaikan keluhan-keluhannya. bagi golongan konsumen ini lebih baik berganti penjual atau berganti merek dari pada harus berurusan dengan complaint yang akan banyak menghabiskan energi.

c. Accountable , penjual mengontak pelanggan beberapa saat setelah penjualan terjadi untuk memastikan apakah produk ini sudah sesuai dengan harapan mereka. Penjual mengumpulkan segala informasi keluahan-keluhan pelanggan sebagai bahan yang penting untuk perbaikan produk dan pelayanan di masa datang.

d. Proactive , tenaga penjual melakukan kontak dengan pelanggan setiap saat untuk memaastikan bahwa tidak terjadi gangguan dalam penggunaan produknya serta menginformasikan adanya produk baru. sesuai dengan namanya, pihak penjual tidak saja memperhatikan kinerja produk yang telah dibeli pelanggan, tetapi secar aproaktif menawarkan produk-produk terbaru yang dimiliki perusahaan yang kemungkinan besar dibutuhkan mereka. misalnya dengan menginformasikan bagaimana menggunakan produk secaralebih aman, lebih baik, dan lebih efisien.

f. Partnership, pihak penjual bekerja sama secara kantinyu dengan pelanggan untuk menemukan suatu cara agar pelanggan bisa menjadi lebih baik. pada tingkatanterkahir ini antara pihak penjual dengan pelanggan telah terjalin komunikasi yang baik sehingga sampai pada suatu kesepahaman, yaitu bagaimana caranya memuaskan pelanggan akhir dengan baik. mereka tidak saja memusatkan perhatian pada kinerja produk yang digunakan saat ini tetapi pada produk lain yang langsung maupun tidak langsung terkait dengan penggunaan produk itu. mau tidak mau mereka akan membentuk suatu jaringan (mungkin tidak bekerja sama dengan pemasok) yang bisa membentuk suatu mata rantai untuk memberi pelayanan lebih baik, lebih cepat, dan lebih memuaskan pelanggan akhir. dalam kondisi demikian kedua belah pihak sangat menyadari bahwa persaingan telah bergeser dari persaingan produk ke persaingan jaringan. hal ini terjadi karena pelanggan mulai mengukur kualitas penawaran denan membandingkan nilai yang mereka terima dari suatu produk (total customer value) dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produk (total customer cost). produk mana yang memberikan selisih terbesar dari kedua komponen itu (customer delivered value) yang akan dibeli.

Jangan pernah merasa bahwa pelanggan akan bergantung kepada kita (terlebih pada kondisi persaingan yang ketat), tetapi sebenarnya kitalah yang tergantung pada mereka. bila hal ini dikaitkan dengan konsep pemasaran yang menyatakan bahwa laba hanya dicapai melalui kepuasan pelanggan, tidaklah mengherankan bahwa sebenarnya eksistensi sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh pelanggan.

Banyak pesaing yang berlaga dalam arena persaingan dengan berbagai merek produk yang ditawarkan memberikan banyak alternatif kepada konsumen. konsumen bebas menentukan pilihan atas produk yang dirasakan memberikan kepuasan lebih tinggi. bagi perusahaan yang selalu

103

berorientasi kepada kepuasan pelanggan dengan menitikberatkan pada customer value, kondisi tersebut (sampai saat tertentu) mungkin belum begitu mengkhawatirkan. tidak ada jaminan bahwa pelanggan akan selalu tetap setia kepada produk ataupun merek yang ditawarkan. Dalam kenyataan tidaklah banyak banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya memberi pelayanan yang memuaskan pelanggan. kalaupun kesadaran itu ada dan memiliki komitmen untuk mewujudkan keinginan tersebut, sering terjadi bahwa pelayanan yang baik dan memuaskan sangat jarang diperoleh pelanggan. keadaan ini disebabkan oleh tiga hal (Le Boeuf, 1992), yaitu sebagai berikut :

1). Para Karyawan tidak Memahami Dasar-Dasar Pelayanan. Acap kali karyawan ditugasi melaksanakan pekerjaannya tanpa terlebih dahulu memahami jelas hal-hal yang diperlukan untuk meraih mempertahankan pelanggan.

2). Saat Kontrak, yang merupakan saat rawan yang bisa merusak bisnis tidak ditangani dengan baik. Setiap kali seorang pelanggan melakukan kontak dengan suatu perusahaan, ia akan diliputi oleh perasaan senang atau tidak senang terhadap kontrak tersebut. Bagaimana sebaiknya menangani karyawaan saat kontrak tersebut setiap hari. itulah yang menentukan keberhasilan perusahaan pada masa mendatang.

3). Sistim Imbalan. Sistem imbalan yang baik akan memenangkan tiga pihak yang terlibat yaitu pelanggan, karyawan dan perusahaan. Hal inilah sebenarnya merupakan tanda-tanda atau isyarat terhadap prinsip bisnis yang baik

Dalam upaya memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan, terlebih dahulu harus dipahami apakah sebetulnya yang dibeli oleh pelanggan kita mereka melakukan bisnis dengan kita? jawabannya bahwa pelanggan tidak membeli apa yang dijual oleh perusahaan. Sebenarnya mereka membeli apa yang bisa diperbuat oleh barang dan jasa itu terhadap mereka. Jangan menjual barang terhadap mereka tetapi jualah harapan, perasaan, rasa bangga dan kebahagiaan. Pelanggan hanya mau menukar uang yang telah dcarinya dengan susah payah hanya untuk dua hal : (1). rasa senang dan puas, (2). serta pemecahan atas masalah. Rasa senang dan puas karena masalah yang dihadapi dapat terpecahkan akan dinikmati pelanggan melalui pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan seperti apakah yang mampu membuat pelanggan merasa puas? Tidak jarang terjadi beberapa perusahaan merasa telah memberikan pelayanan yang berkualitas, namun pelanggan mereka tetap merasakan ketidakpuasan dan berpaling kepada pesaing. Pelanggan akan datang untuk membeli dan kembali untuk membeli lagi bukanlah karena kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan melainkan karena kualitas pelayanan yang dipersepsika oleh mereka. Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan adalah perbedaan antara apa yang mereka peroleh dengan apa yang mereka harapkan. Bagi setiap orang apa yang dipersepsikannya, itulah kenyataan. karena tak ada dua orang memiliki pengalaman masa lalu serta harapan yang sama, tak akan ada pula dua orang yang memiliki persepsi yang sama. seseorang yang sedang menunggu untuk memperoleh layanan tertentu akan merasakan bahwa waktu tunggu 15 menit cukup singkat, sementara yang lain merasakan terlalu lama. jadi, periode waktu yang sama dirasakan berbeda oleh orang yang berbeda karena mereka memiliki persepsi yang berbeda dalam memandang atau merasakan lama tidaknya sebuah layanan. Dalam upaya

104

untuk memelihara pelanggan maka keberhasilan bisnis sebuah perusahaan ditentukan oleh persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan.

C. Soal Latihan 1. Apa manfaat jalinan hubungan antara penjual dengan pelanggan bagi kedua

pihak? 2. Apakah kesetian pelanggan terhadap produk dan merk sesuatu yang harus

diikhtiarkan? 3. Sebut dan terangkan langkah-langkah konkrit untuk memikat pelangan terhadap

usaha bisnis kita? 4. Apa sebenarnya yang diinginkan pelanggan dalam bertransaksi dengan penjual?

105

BAB. 4. KEGIATAN BELAJAR 3 TUGAS MERESPON

PELBAGAI PERMINTAAN PELANGGAN

.A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Menyiapkan Pemahaman Konsep Tugas Manajemen Pemasaran Dalam

enghadapi Pelbagai Permintaan Pelanggan 2. Kompetensi Dasar a. Menjelaskan Permasalahan Permintaan Pelanggan b. Menganlisis Karakteristik Permintaan Pelanggan c. Menyiapkan pemecahan PermasalahanbPermntaan pelanggan

B. Uraian Materi 1. Permasalahan Pelbagai Permintaan Pasar

Berhagai situasi permintaan dan bagaimana tugas manajemen pemasaran yang harus dilakukan adalah seperti diuraikan berikut ini: 1). Permintaan Negatif (Negative Demand) Permintaan negatif ini terjadi bila sebagian besar pasar tidak menyukai atau

menghindari suatu produk tertentu. Misal, permintaan akan vaksinasi, tambal gigi, vasektomi, dan operasi usus buntu. Tugas pemasar adalah disabuse demand, yaitu dengan menganalisis pasar yang tidak menyukai produk kita, dan program pemasaran apakah dapat mengubah kepercayaan, sikap pasar melalui perancangan kembali produk, harga, dan promosi yang lebih positif.

2). Tidak Ada Permintaan (No Demand) Konsumen sasaran bisa jadi tidak tertarik produk yang ditawarkan. Misalnya

masyarakat pedesaan tidak tertarik terhadap kartu kredit, golongan masyarakat yang berusia muda tidak begitu tertarik pada asuransi kematian. Tugas pemasar adalah create demand, yaitu menemukan cara untuk menghubungkan manfaat produk dengan kebutuhan dan minat pasar.

3). Permintaan Terpendam (Latent Demand) Permintaan mi timbul karena banyak konsumen mempunyai hasrat yang kuat akan

sesuatu yang tidak terpuaskan oleh produk yang ada, misalkan permintaan rokok yang bebas nikotin, kendaraan yang hemat energy. Tugas pemasar adalah develop demand yaitu mengukur potensi pasar dan mengembangkan produk yang akan memenuhi permintaan yang terpendam tersebut.

4). Permintaan yang Menurun (Faltering Demand) Penurunan itu mungkin disebahkan oleh pasar yang telah jenuh atau pesaing mulai

mengambil alih pangsa pasar Tugas organisasi adalah revitalize demand yaitu dengan cara mengembalikan permintaan menurun dengan pemasaran ulang produk dengan cara diantaranya yaitu perubahan mutu, kemasan, merek, harga, atau hal-hal kreatif lamnnya yang menunjukkan perbedaan yang lebih berarti dengan produk pesaing.

5). Permintaan Tidak Teratur (Iregular Demand) Permintaan ini kadang-kadang terjadi berfluktuasi sehingga menyebabkan

organisasi kelebihan atau kekurangan kapasitas. Misalnya jalan tol kelebihan permintaan pada jam-jam sibuk, sedangkan pada jam-jam biasa kekurangan permintaan. Tugas pemasar adalah synchronize demand yaitu mengubah pola permintaan melalui cara penentuan harga yang fleksibel, promosi, dan rangsangan lainnya. Misalnya Perumka memberikan potongan harga tiketnya bagi pemudik yang mudik jauh hari sebelum hari raya. \

106

6). Permintaan Penuh (Full Demand) Bila kondisi baik, organisasi menghadapi permintaan yang penuh. Tugas

pemasaran adalah memelihara tingkat permintaan yang ada sekarang dalam menghadapi berubahnya preferensi konsumen dan ketatnya pensaingan. dan selalu mengukur tingkat kepuasan konsumen.

7). Permintaan Berlebih (Overfull Demand) Bila jumlah permintaan dan konsumen melebihi kapasitas produksi pihak produsen.

Permintaan pergi ibadah haji di Indonesia setiap tahunnya selalu melebihi kapasitas yang bisa ditangani oleh pemenintah. Tugas pemasaran adalah reduce demand, Yaitu mengurangi permintaan sampai jumlah tertentu yang diinginkan.

8). Permintaan Produk yang Tidak Bermanfaat (Unwholesome Demand) Produk-produk yang tidak bermanfaat akan menimbulkan upaya untuk mengurangi

penggunaannya, seperti konsumsi rokok, minuman keras dan narkotika. Tugas pemasaran adalah destroy demand, yaitu berusaha agar konsumen yang suka produk tersebut tidak lagi menggunakannya. lembaga konsumen dengan iklan layanan masyarakat melalui media massa menghimbau agar masyarakat menyadari bahaya merokok, minuman keras dan narkotika.menyadari bahaya merokok, minuman keras dan narkotika.

2. Elemen Pelanggan Dalam Konsep Inti Pemasaran Gambar berikut menunjukkan konsep inti pemasaran serta hubungannya satu sama lain.

1). Kebutuhan Kebutuhan adalah suatu keadaan yang dirasakan tidak ada dalam diri seseorang,

seperti dikemukakan Abraham Maslow yaitu; kebutuhan fisik, keamanan dan keselamatan, sosial, penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan ditentukan oleh tingkat kebutuhan mana yang paling mendesak. Apabila salah satu tingkat kebutuhan telah terpenuhi maka ia akan berhenti sebagai faktor motivator.

2). Keinginan Keinginan merupakan kebutuhan manusia yang dihentuk oleh budaya dan

kepribadian individu. Akibat perbedaan corak budaya yang beraneka ragam maka keinginan seseorang akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial budayanya. Kebutuhan masyarakat pedesaan berbeda dengan kebutuhan masyarakat perkotaan. Perbedaan kehutuhan menimbulkan perbedaan keinginan setiap individu dan golongan masyarakat tersehut Keinginan manusia hersifat tak terhatas, sedangkan sumber-sumber untuk memenuhi keingian tersebut bersifat

107

terbatas. Permasalahannya bagaimana manusia mengatasi atau menyesuaikan keinginan yang tak terbatas tersebut dengan sumberdaya yang tersedia.

3). Permintaan Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli. Jika tidak didukung

daya beli keinginan akan tetap hanya herupa angan-angan saja. Untuk produk-produk tertentu yang bersifat elastis pada akhirnya jumlah permintaan akan mempengaruhi terhadap harga suatu produk yang ditawarkan.

4). Produk Konsumen mempunyai kecenderungan memilih produk yang manfaatnya sama

dengan produk sejenis tetapi dengan harga yang lebih murah atau harga yang sama tetapi kualitas lebih baik.

5). Nilai dan Kepuasan Konsep yang menuntun konsumen untuk memilih produk mana yang akan Ia pilih

diantara berbagai produk yang ditawarkan adalah nilai (pelanggan). Jadi nilai pelanggan adalah nilai yang diserahkan kepada pelanggan (customer deliverd value) yaitu selisih antara nilai total pelanggan (total customer value) dengan biaya total pelanggan (total customer cost).

Kepuasan konsumen atas suatu produk tergantung kinerja produk dengan harapan konsumen. Jika kinerja suatu produk yang telah dibeli di bawah harapan konsumen tentunya merasa tidak puas, jika kinerja produk sama dengan harapan tentu konsumen merasa puas, jika kinerja di atas harapan konsumen sangat puas.

6). Transaksi Transaksi adalah perdagangan nilai antara antara dua pihak. Transaksi merupakan

satuan ukuran dan pertukaran. Salah satu bentuk satuan ukuran tersebut adalah uang, tetapi tidak semua transaksi melibatkan uang. (misalnya jasa seorang konsultan ditukar dengan jasa pemerikasaan kesehatan dokter). Transaksi yang demikian dinarnakan Transaksi Barter.

7). Hubungan Orientasi konsumen Bila target transaksi dipenuhi sesuai dengan target pasar sasaran berarti pebinis

telah melakukan hubungan yang berorientai konsumen/ pelanggan. Sesungguhnya bahwa semua kegiatan pemasaran pada akhirnya terarah terhadap nilai pelanggan seperti tervisualisasi dalam konsep inti pemasaran sebagai berikut,

108

8). Strategi Mutu Pemasaran Mutu adalah tugas semua orang, seperti halnya juga pemasaran adalah tugas semua orang pada devisi pemasaran. Mutu seluruh ciri serta sifat barang/ jasa yang berpengaruh pada kemampuannya memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun tersirat. Adapun mutu total adalah kunci penciptaan nilai dan kepuasan pelanggan . Strategi untuk mencapai mutu pemasaran total tergantung pada direktur Total Quality Marketing (mutu pemasaran total), dengan memerlukan pemahaman-pemahaman sebagai berikut :

a. Mutu harus disadari pelanggan b. Mutu harus selalu ditampilkan dalam setia kegiatan perusahaan barang/ jasa c. mutu memerlukan komitmen karyawan d. Mutu memerlukan mitra yang bermutu (penyalur) e. Peningkatan mutu sering memerlukan lompatan jauh ke depan f. Mutu tidak perlu lebih mahal

9. Formulasi strategi Kebanyakan instansi/ perusahaan (unit bisnis) memiliki bauran sasaran ternasuk laba, pertumbuhan penjualan, peningkatan pangsa pasar, pembatasan risiko, inovasi, dan reputasi. Tujuannya untuk menunjukkan apa yang ingin dicapai unit bisnis, sedang strateginya menunjukkkan bagaimana cara mencapainya dengan Misi pelayanan terbaik bagi pelanggan. Menurut Porter dalam (1999) bahwa dasar pemikiran strategis dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : a. Keunggulan biaya keseluruhan, yaitu manajer berusaha menekan biaya produksi

dan distribusi serendah mungkin sehingga harganya lebih rendah dari pada pesaingnya.

b. Pembedaan (Deferensiasi), yaitu manajer berusaha mencapai kinerja yang terbaik sesuai dengan keinginan pelanggan. Pembedaan terbaik dapat berupa dalam pelayanan, mutu, gaya, teknologi.

c. Fokus, yaitu manajer barang pd salah satu segmen pasar yang sempit dan tidak mengejar pasar umum. Contoh : 1) membuat kursus pelatihan tenis pada golongan eksekutif (direktur, rektor, dekan, bupati), 2) Pusat latihan pernafasan bagi orang tua lanjut usia (pengobatan alternatif).

C. Rangkuman

Strategi bauran pemasaran (marketing mix strategy) pada perusahaan manufaktur secara tradisional dilaksanakan dengan menetapkan 4P meliputi Product, Price, Place dan Promotion sedangkan pada perusahaan jasa bauran pemasaran / service marketing strategy modern dilakukan melalui 8P yaitu Product, Place (cyberspace and Time), Price, Promotion, Process, Productivity and Quality, People, Physical evidence yang merupakan pengembangan dari 4P tradisional. (Lovelock & Wright, 2002).

Implementasi service marketing mix strategy tersebut tidak cukup tanpa diikuti oleh pergeseran paradigma pemasaran dari transactional menuju relationshi,p dimana pada akhirnya akan membawa implikasi yang sangat besar pula bagi perubahan objective / tujuan dari perusahaan Melalui pengembangan paradigma relationship , konsumen dipahami sebagai sentral dan bukan sebagai obyek, dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu transaksi pembelian yang diikat dalam hubungan kemitraan (relasi) agar tercipta rebuying . Dengan demikian setiap perusahaan, tidak dapat menghindarkan diri dari peran sebagai komunikator dan promotor. Sebagai komunikator atau promotor perusahaan harus menyampaikan informasi secara efektif terutama berkaitan dengan penyampaian benefit dan jasa secara jelas, tepat sasaran maupun tepat intensitasnya( Kotler, 2000)

109

Dalam pemasaran jasa terdapat persaingan diantara perkumpulan/ klub-klub jasa, oleh karena itu manajer perlu memperhatikan kualitas jasa yang dihasilkan. Untuk mengukur kualitas jasa perlu memperhatikan : yaitu bauran pemasaran jasa yang meliputi : 1) produk jasa, 2) harga, 3) tempat pemasaran, 4) promosi 5) dukungan fasilitas, 6) proses, dan 7) partisipasi pelanggan/ 8) alat/ fasilitas yang dimiliki, 9) kemudahan mengkonsumsi, 10) keajegan dalam pelayanan, 11) tanggap terhadap keluhan dari pelanggan/ member atau anak didik, dan 12) memberi jaminan keamanan dan keselamatan.Semakin kecil gap antara harapan yang diinginkan dengan kenyatan yang diperoleh dari pelanggan/ member atau anak didik, maka terjadilah kepuasan konsumen.

Pada dasarnya perusahaan yang memperhatikan konsumen harus : a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi b. Memilih kelompok pembeli yang menjadi sasaran penjualan c. Menentukan produk dan program pemasarannya d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan menafsirkan

keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka D. Soal Latihan 1. Apa hubungan inti pemasaran dengan kepuasan pelanggan? 2. Permasalahan apa yang dihadapi pebisnis untuk memperoleh pelanggan yang

memadai? 3. Buatkan dan jelaskan sketsa inti pemasaran yang terkait dengan kepuasan

pelanggan?

110

BAB. 5. KEGIATAN BELAJAR 4 MENDOGKRAK JUMLAH PELANGGAN

A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

1. Standar Kompetensi Menyiapkan Pemahaman Perilaku Konsumen

2. Kompetensi Dasar a. Menjelaskan Permasalahan Perilaku Konsumen b. Menganlisis Karakteristik Pelbagai Konsumen c. Menyiapkan pemecahan Permasalahanb Perilaku konsumen d. Langkah-langkah mendongkrak konsumen sebagai Pelanggan

B. Uraian Materi 1. Perilaku Konsumen

Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu: konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Misalnya membeli pakaian, makanan dan sebagainya. Konsumen organisasi antara lain adalah organisasi bisnis, kantor pemerintah, lembaga sosial, dan lembaga lain seperti rumah sakit dan sekolah (Sumarwan, 2004).

Menurut Mowen dan Minor (2001): “Perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman dan ide-ide”.

Setiadi (2003) menyatakan bahwa : “Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini”.

Swastha dan Handoko (1987) berpendapat bahwa : “Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua elemen penting dalam perilaku konsumen, yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa. Selanjutnya dibawah ini divisulasasi elemen-elemen terkait dengan perilaku konsumen

Rangsangan Pemasran

Rangsangan Lain

Ciri-ciri Pembeli

Proses Kept. Membeli

Keputusan Membeli

-Produk -Harga -Distribusi -Promosi

-Ekonomi -Teknologi -Kebudayaan -Politik

-Budaya -Sosial -Individu -Psikologi

Memahami masalah -Mencari informasi -Evaluasi -Keputusan -Perilaku pasca membeli

-Pilihan produk -Pilihan Merk -Pilihan Penjual -WaktuPembelian -Jml.pembelian

Gambar 5. 1 Model Perilaku Konsumen

111

Menurut Kotler (2002) titik tolak untuk memahami perilaku pembelian adalah model rangsangan-tanggapan yang diperlihatkan dalam gambar 5.1. Model tersebut menunjukkan bahwa rangsangan pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi, secara bersama-sama dengan rangsangan pihak lain seperti keadaan ekonomi, teknologi, kebudayaan dan politik, mulai merasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli itu sendiri dibentuk oleh faktor budaya, sosial, individu dan psikologis. Proses keputusan pembelian dibuat konsumen dengan tahapan yang dimulai dari memahami masalah, mencari informasi, evaluasi alternatif keputusan sampai dengan perilaku setelah pembelian. Setelah tahapan-tahapan tersebut dilalui baru pembeli membuat keputusan tentang jenis produk, merek, penjual, waktu pembelian, dan jumlah pembelian.

Perusahaan menyadari bahwa semua kegiatan perusahaan yang mempengaruhi pembeli harus ditempatkan di bawah kontrol pemasaran yang terintegrasi

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsume n

Menurut Kotler dan Amstrong (2001) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis, seperti tertera dalam gambar berikut ini :

Gambar 5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Menurut Kotler dan Amstrong Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat susunan utama karakteristik pembelian, yaitu : 1). Faktor budaya merupakan bentuk paling dasar dari keinginan dan perilaku

seseorang. Budaya meliputi nilai-nilai dasar, persepsi, pilihan, dan perilaku yang dipelajari seseorang dari keluarga dan institusi penting lainnya. Sub kebudayaan adalah budaya di dalam suatu budaya yang memiliki nilai dan gaya hidup yang berbeda dan dapat berdasarkan apapun mulai dari unsur sampai etnis.

2). Faktor sosial juga mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok acuan seseorang seperti keluarga, rekan, organisasi sosial, asosiasi profesi dengan kuat mempengaruhi pemilihan produk dan merek.

3). Faktor pribadi mempengaruhi seorang pembeli dalam membuat keputusan. Karakteristik pribadi itu meliputi umur, tahap siklus hidup, pekerjaan, lingkungan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian.

4). Faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar dan keyakinan juga mempengaruhi perilaku pembelian konsumen.

112

Selain itu, Basu Swastha dan Handoko (1987) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1). Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen, terdiri atas faktor

kebudayaan, kelas sosial, kelompok-kelompok sosial dan referensi, serta keluarga. 2). Faktor-faktor intern atau individu yang menentukan perilaku, terdiri atas faktor

motivasi, persepsi, kepribadian dan konsep diri, belajar dan sikap dari individu. 3). Perusahaan menyadari bahwa semua kegiatan perusahaan yang mempengaruhi

pembeli harus ditempatkan di bawah kontrol pemasaran yang terintegrasi Dasar pemikiran dari konsep pemasaran tersebut adalah : 1). Perusahaan menganggap sebagai tugasnya, pemuas keinginan kelompok pembeli

tertentu 2). Perusahaan menyadari bahwa untuk dapat memuaskan keinginan pembeli,

diperlukan program marketing research untuk mengetahui keinginan-keinginan tersebut

3). Perusahaan menyadari bahwa semua kegiatan perusahaan yang mempengaruhi pembeli harus ditempatkan di bawah kontrol pemasaran yang terintegrasi

4). Perusahaan percaya bahwa usaha memberi kepuasan kepada konsumen akan menimbulkan loyalitas, terciptanya langganan, dan kesan baik dari pembeli terhadap perusahaan. Hal tersebut sangat penting bagi perusahaan.

3. Proses Keputusan Pembelian Dibawah ini divisualisasi tentang Proses Keputusan Pembelian sebagai berikut

Menurut Swastha dan Irawan (1990) proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen terdiri atas enam tahap. Tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan tersebut, antara lain : 1). Menganalisa keinginan dan kebutuhan Tahap pertama ini merupakan awal dari proses pembelian yang bertujuan untuk

mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Adanya kebutuhan yang belum terpenuhi sering diketahui secara tiba-tiba pada saat konsumen berjalan-jalan ke Toko atau memperoleh informasi dari iklan, tetangga maupun teman.

2). Menilai sumber-sumber Tahap ini berkaitan dengan waktu dan jumlah uang yang tersedia untuk membeli.

Jika uang yang tersedia tidak mencukupi, sedangkan kebutuhannya cukup besar, maka konsumen lebih suka membeli secara kredit.

3). Menetapkan tujuan pembelian Tujuan pembelian konsumen berbeda-beda, tergantung pada jenis produk dan

kebutuhannya. Misalnya untuk meningkatkan prestise (pembelian mobil), untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek (pembelian makanan) atau untuk menambah pengetahuan (pembelian buku).

4). Mengidentifikasi alternatif pembelian Setelah tujuan pembelian ditetapkan, konsumen mengidentifikasikan alternatif

pembelian sesuai dengan sumber-sumber yang dimiliki (waktu, uang dan informasi).

113

5). Keputusan membeli Pada tahap ini konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak. Jika

memutuskan membeli maka konsumen harus membuat keputusan tentang jenis produk, bentuknya, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya.

6). Perilaku sesudah pembelian Perasaan dan perilaku konsumen sesudah pembelian sangat penting bagi

perusahaan. Karena perilaku tersebut dapat mempengaruhi penjualan produk yang dibeli dan mempengaruhi ucapan pembeli kepada pihak lain tentang produk tersebut. Jika konsumen merasa terpuaskan oleh produk yang dibeli maka ia akan kembali melakukan pembelian tersebut dan ia pasti akan mengatakan hal yang baik tentang produk tersebut. Sebaliknya jika produk tersebut tidak dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen, maka ia tidak akan melakukan pembelian ulang dan ia akan mengatakan hal yang tidak baik tentang produk tersebut.

Purnama (2002) berpendapat bahwa lingkungan adalah faktor yang ikut mempengaruhi konsumen karena sifatnya yang kompleks. Perilaku proses keputusan konsumen, biasanya dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: 1). Budaya Adalah seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna

yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sesbagai anggota masyarakat. Dan budaya merupakan sesuatu yang khas, budaya satu orang dengan lainnya berbeda.

2). Kelas sosial Kelas sosial merupakan pembagian dalam masyarakat yang terdiri dari individu-

individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Mereka dibedakan oleh perbedaan status, sosio-ekonomi yang berjajar dari yang rendah sampai yang tinggi. Kelas sosial dapat menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda-beda.

3). Pengaruh pribadi Sebagai konsumen, perilaku individu seringkali dipengaruhi oleh mereka yang erat

hubungannya dengan individu yang bersangkutan. Tiap individu mungkin merespon terhadap tekanan yang dirasakan dan menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain.

4). Keluarga Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang

terikat oleh perkawinan, darah (keturunan) dan adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah. Keluarga menjadi fokus penelitian karena keluarga merupakan fungsi pengambilan keputusan utama, dengan pola peranan dan fungsi yang kompleks dan bervariasi.

5). Situasi Situasi sangat mempengaruhi perilaku pembelian, karena perilaku akan berubah

ketika situasi berubah. Dan kadangkala perubahan tersebut tidak menentu dan tidak dapat diramalkan.

4. Kontribusi Marketing Mix dalam Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Amstrong (2001): “ marketing mix adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran”. terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya, mencakup empat “Empat P”: Product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi).

114

1). Product ( barang dan jasa) Keputusan tentang produk meliputi jenis produk, mutu, rancangan, ciri-ciri, nama

merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi dan servis setelah pembelian. 2). Price (harga) Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk

memperoleh produk. Keputusan tentang harga ini meliputi harga barang itu sendiri tercantum, adanya potongan harga, kemudahan dan waktu pembayaran.

3). Place (distribusi) Distribusi adalah aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan konsumen

sasarannya. Kegiatan ini meliputi pemilihan saluran distribusi, pemilihan lokasi, pengangkutan,

dan persediaan produk. 4). Promotion (promosi) Promosi artinya aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk

konsumen untuk membelinya. Kegiatan promosi ini dapat dilakukan melalui media periklanan, penjualan personal, promosi penjualan, dan publikasi atau menjalin hubungan dengan konsumen atau masyarakat.

Unsur-unsur dari empat P dalam bauran pemasaran dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Informasi ini dapat diperoleh melalui beberapa sumber, antara lain : a. sumber pribadi dari keluarga, teman, tetangga, kenalan b. sumber komersial dari iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan c. sumber publik dari media massa d. sumber pengalaman dari menangani, memeriksa dan memakai suatu produk 5. Evaluasi alternatif Pada tahap ini konsumen mengevaluasi berbagai macam merek dari beberapa pilihan yang ada. Konsep dasar dalam memahami proses evaluasi konsumen adalah : a. konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan b. konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk c. konsumen beranggapan bahwa setiap produk memiliki kemampuan yang berbeda-

beda dalam memberi manfaat

115

6. Hubungan Faktor Keluarga dan Marketing Mix terha dap Keputusan Pembelian a. Faktor keluarga

Keluarga adalah lingkungan mikro, yaitu lingkungan yang paling dekat dengan konsumen. Keluarga adalah lingkungan dimana sebagian besar konsumen tinggal dan berinteraksi dengan anggota-anggota keluarga lainnya. Keluarga menjadi daya tarik bagi para pemasar karena keluarga memiliki pengaruh yang besar kepada konsumen. Anggota keluarga akan saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian produk dan jasa. Sumarwan (2004) mengatakan bahwa ada dua alasan utama mengapa dalam menganalisa perilaku konsumen perlu mempelajari faktor keluarga, yaitu: 1). Berbagai macam produk dan jasa dibeli oleh beberapa orang konsumen yang

mengatasnamakan sebuah keluarga dipakai secara bersama-sama oleh semua anggota keluarga. Produk, jasa dan merek yang dibeli tersebut merupakan hasil interaksi dan saling mempengaruhi antara anggota keluarga. Seperti televisi, tempat tidur, dan peralatan dapur.

2). Produk dan jasa yang digunakan oleh keluarga seringkali dibeli oleh individu seorang anggota (individu), namun pengambilan keputusan pembelian tersebut dipengaruhi atau diputuskan oleh anggota keluarga yang lain. Pembelian makanan dan minuman untuk kebutuhan keluarga mungkin akan dilakukan oleh ayah, ibu atau pembantu. Namun ibu dan ayah akan meminta pendapat anggota lainnya mengenai jenis makanan yang akan dibeli.

Jadi keluarga merupakan lingkungan mikro yang menarik untuk dipelajari dalam kaitannya dengan pembelian produk dan jasa, karena keluarga adalah fungsi pengambilan keputusan yang utama.

Menurut Setiadi (2003), keluarga sangat penting dalam mempelajari perilaku konsumen karena dua alasan. Pertama, keluarga adalah unit pemakaian dan pembelian untuk banyak produk konsumen. Misal dalam pembelian rumah yang mengambil keputusan adalah kedua pasangan (suami-istri), tetapi mungkin akan melibatkan anak, kakek nenek atau anggota keluarga lain dari keluarga besar. Kedua, keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu. Contohnya, anak-anak mungkin membeli pakaian yang dibiayai dan disetujui oleh orang tua.

b. Faktor marketing mix

Marketing mix merupakan strategi pemasaran yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk mencapai tujuannya. Marketing mix adalah alat pemasaran yang digunakan perusahaan secara terus menerus untuk mempengaruhi permintaan konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Alat pemasaran tersebut dikenal dengan 4P yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi). Manfaat dari penggunaan strategi pemasaran tersebut bagi perusahaan adalah: 1). Strategi produk, yaitu untuk mengetahui produk apa yang saat ini digunakan

konsumen dan keuntungan apa yang diharapkan konsumen dari produk tersebut.

2). Strategi harga, yaitu untuk mengetahui seberapa penting harga produk bagi konsumen dan apakah dampak dari perubahan harga terhadap perilaku konsumen

3). Strategi tempat, yaitu untuk mengetahui dimana konsumen membeli produk 4). Strategi promosi, yaitu untuk mengetahui sarana atau media promosi yang

paling efektif dan efisien yang dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli dan menggunakan suatu produk.

Pengembangan strategi pemasaran, khususnya yang dikembangkan dan diterapkan oleh perusahaan yang berhasil, memiliki kekuatan yang besar terhadap

116

konsumen dan masyarakat. Strategi ini tidak hanya disesuaikan dengan konsumen tetapi juga merubah apa yang dipikirkan dan dirasakan konsumen mengenai diri mereka sendiri, beragam produk yang ditawarkan dan situasi yang tepat untuk membeli dan menggunakan suatu produk. a. kopi. b. Quality or price positioning: Perusahaan berusaha menciptakan kesan/citra

berkualitas tinggi lewat harga premium atau sebaliknya menekankan harga murah sebagai indikator nilai. Contohnya, sepeda motor buatan RRC yang membanjini pasar Indonesia dengan fokus pada harga ekonomis.

C. Soal Latihan 1. Apakah perilaku konsumen terkait dengan upaya kesetian pelanggan terhadap

produk suatu bisnis? 2. Jelaskan ilustrasi seorang pelanggan mengambil keputusan bertraksaksi dengan

pebisnis? 3. Kontribusi apakah yang diberikan marketing mix terhadap kepuasan pelanggan?

117

Daftar Pustaka Agung, I Gusti Ngurah. 1992. Metode Penelitian Sosial, PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta Anindita, Ratya.2004. Pemasaran Hasil Pertanian, Papyrus Surabaya http://id.shvoong.com/Palimirna, 2012., business management /accounting /2283268

-faktor-yang-mempengaruhi- tingkat persediaan/ #ixzz 1zQbYwSfU, Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia

Indonesia Buffa, Elwood S. 1991. Manajemen Produksi/Operasi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Fandy Tjiptono. (1996). Manajemen Jasa. Yogyakarta; Andi Offset. Irawan, Faried Wijaya, dan Sudjoni. 2001. Pemasaran: Prinsip dan Kasus. Edisi 2. Yogyakarta: PT BPFE Yogyakarta. Kolter, Philip dan Gary Armstrong. 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Bahasa

Indonesia Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo Kotler, Philips .1997. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid I, PT.Prehallindo,

Jakarta Kotler Philip, and Gary Armstrong. (1995). Marketing Management: Analysis, Planning,

Implementation, and control. Englewood Cliffs: Prentice-Hall International, Inc. Lovelock Christoper. H. (1991) Service Marketing. USA: Prentice Hall, Inc. Malhotra, Naresh K.,Marketing Research: An Applied Orientation with SPSS, Fourth

Edition,Prentice-Hall, 2003 Parasuraman, A., Valarie A. Zeithaml, and Leonard L. Barry. (1995). “ A Conceptual

Model of Service Quality and Its Implications for Future Research”. Journal of Marketing. Vol. 49, pp. 41-45.

Schiffman B. and Watson K. 1997. Customer Behaviour. Asutralia Ltd.: Prentice Hall. Sucherly. (1999). Manajemen Pemasaran Jasa. Bandung: Pasca Unpad Yuyus Suryana. (1999). Manajemen Pemasaran Jasa. Bandung: Pasca Unpad.

118

MELAKSANAKAN PENATAAN PRODUK

1. Menginterprestasikan Perencanaan Visual Penataa n Produk Tujuan Pelatihan : Peserta pelatihan dapat : 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi penataan produk 2. Menjelaskan syarat-syarat penataan produk atau display 3. Menjelaskan pengertian desain produk 4. Menjelaskan tujuan menciptakan desain produk 5. Menjelaskan proses pembuatan desain produk 6. Menjelaskan elemen-elemen desain toko 7. Menjelaskan macam barang dan karakteristiknya 8. Menjelaskan jenis, kualitas, sifat, dan manfaat produk 9. Menggolongkan barang menurut tujuan pemakaian oleh pemakai 10. Menjelaskan klasifikasi produk, langkah-langkah klasifikasi barang 11. Menjelaskan pengetahuan dasar klasifikasi produk, warna, merk produk, dan

macam-macam brand label

Pendahuluan Mengembangkan usaha Perdagangan bukan pekerjaan mudah sebab

majunya suatu usaha sangat berhubungan dengan manajemen bisnis, ketetapan pengembangan usaha bisnis tersebut dipengaruhi oleh banyak hal seperti dalam usaha pengembangan produk baru, konsep penjualan (sales concept) dan konsep pemasaran (marketing concept) sangat menentukan laju pertumbuh suatu perusahaan.

Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam sales concept dan marketingconcept tidak terlepas dari kegiatan promosi (sales promotion) dan kegiatan display.Hal ini menginat karena sales promotion merupakan kegiatan untuk mempromosikan barang secara langsung agar menarik minat calon pembeli terhadap produk yang dipromosikan.

Ujung tombak keberhasilan usaha terletak pada keberhasilan bidang pemasaran dalam hal ini tingkat penjaualan optimum. Kondisi ini akan tercapai jika kegiatan sales promotion dan kegiatan display atau penataan produk direncanakan dan dilaksanakan dengan konsep perencanaan dan penataan produk yang tepat. Pengetahuan dan keterampilan tentang konsep penataan produk yang tepat merupakan bagian integral dalam konsep pengembangan usaha perdagangan dan tingkat penjaualan yang signifikan, sehingga penting untuk dipelajari dan dipahami khususnya oleh para praktisi di bidang pemasaran.

Kegiatan display (penataan produk) merupakan kegiatan dari suatu perusahaan untuk memajangkan barang dagangan baik dalam ruangan maupun di ruangan maupun di luar ruangan untuk dapat memengaruhi calon konsumen secara langsung maupun tak langsung terhadap barang yang akan dijual, dengan demikian display merupakan suatu peragaan untuk memengaruhi konsumen melalui demontrasi pemanjangan barang sehingga memperoleh kesan tersendiri bagi konsumen (semi personal)

A. Pengertian dan Fungsi Penataan Produk

Display (pemajangan barang) merupakan salah satu aktivitas terpenting dalam keseharian operasional pengelolaan sebuah toko output yang dihasilkan dari aktivitas yang satu ini berpengaruh langsung pada tingkat keberhasilan penjualan di dalam toko, terlebih bagi toko-toko ritel modern yang memiliki format layanan mandiri

119

(swalayan) seperti minimarket, supermarket maupun hypermarket. belakangan, display yang dilakukan oleh para peritel modern berkembang semakin inovatif, terutama sejak semakin banyaknya peritel yang memahami konsep dan pemanfaatan alat bantu display (visual merchandising) yang kini semakin popular. bentuk arsitektur sebuah toko menunjukkan status sosial, budaya dan perubahan dari ekonomi setempat. dahulu, bentuk ritel berupa toko-toko milik suatu keluaraga yang berdiri sendiri. Kini berubah menjadi toko-toko di dalam satu arcade atau suatu mall di mana arcade, promenade, gallery, sebagai satu area terlindung dengan suasana menyenangkan. Konsep ini menjadi gambaran makin besarnya kebutuhan ruang wisata belanja. Marc Gobe, penulis buku pemasaran dalam salah satu buku terlarisnya, Emotional Branding mengungkapkan munculnya kecenderungan perdagangan eceran (retail) yang mampu menjadi sebuah kekuatan promosi. Mengalahkan kekuatan dari media periklanan sendiri. Retailing has become advertising. Hal ini diperoleh lewat kekuatan ritel-ritel yang tak semata karena menawarkan harga produk yang murah. Melainkan lebih karena kecerdikan retailer menciptakan kesan nyaman kepada konsumen saat menghadai produk dalam sebuah pusat perbelanjaan. 1. Tujuan display

a. Attention dan interest customer Attention dan interes custumer artinya menraik perhatian pembeli dilakkan

dengan cara menggunakan warba-warna, lampu-lampu dan sebagaimya. b. Desire dan action custumer Desire dan action customer artinya untuk menimbulkan keinginan memiliki

barang-barang yang dipamerkan di took tersebut, setelah masuk ke took kemudian melakukan pembelian.

2. Pengertian penataan produk (display) Pemanjangan barang dagangan (display) adalah penataan barang dagangan

di tempat tertentu dengan tujuan menarik minat konsumen untuk melihat dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan. Secara umum display dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Window display 2. Interior display 3. Eksterior display � Window display

Window display adalah pemajangan barang dagangan di etalase atau jendela kegiatan usaha. Tujuan window display adalah untuk menarik minat konsumen sekaligus menjaga keamanan barang dagangan. Window display hanya memperlihatkan barang dagangan yang ditawarkan saja, tanpa dapat disentuh oleh konsumen, sehingga pengamanan menjadi lebih mudah. Bila konsumen ingin mengetahui lebih lanjut, maka ia dipersilakan untuk masuk lebih memperjelas pengamatannya. Fungsi window display adalah: • Untuk menarik perhatian orang, • Memancing perhatian terhadap barang barang yang dijual di toko, • Menimbulkan impulse buying (dorongan seketika), • Menimbulkan daya tarik terhadap keseluruhan suasana toko • Menyatakan kualitas barang yang baik dan ciri khas toko tersebut

� Interior Display Interior display adalah pemajangan barang dagangan di dalam toko Interior display banyak dipergunakan untuk barang-barang yang sudah dikenal luas oleh masyarakat. Interior display terdiri dari: 1. Merchandise Display

120

lalah menempatkan barang dagangan di dalam toko terbagi menjadi tiga bagian yaitu; a) Open Interior Display

Adalah penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha dimana barang diletakkan secara terbuka sehingga konsumen dapat melihat, dan mengamati tanpa bantuan petugas (pramuniaga). Kebaikan dari open interior display antara lain; 1) Barang dagangan dapat dijual dengan cepat; 2) Pemilik toko dengan mudah mengadakan perubahan pajangan

bilamana sewaktu waktu diperlukan. 3) Alat-alat yang dipakai untuk memamerkan barang-barang

sederhana, barang-barang yang dipajangkan biasa • Barang-barang yang lama lakunya, • Barang-barang yang ingin cepat habis terjual, • Barang-barang yang dibeli atas dorongan kata hati

b) Close Interior Display Adalah penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha di mana barang diletakkan dalam tempat tertentu, sehingga konsumen hanya dapat mengamati saja. Bila konsumen ingin mengetahui lebih lanjut, maka ia akan minta tolong pada wiraniaga untuk mengambilkannya. 1. Architectural Display

Yaitu menata gambar yang menunjukkan gambaran mengenai penggunaan barang yang diperdagangkan, misalnya ruang tamu, mebeler, di kamar tidur

2. Store Sign and Decoration Merupakan simbul, tanda, poster, lambang, gambar, dan semboyan yang diletakkan di atas meja atau digantung dalam ruangan toko, store sign digunakan untuk memberi arah kepada calon pembeli ke arah barang dagangan dan memberi informasinya mengenai kegunaan barang tersebut, decoration pada umumnya digunakan dalam acara-acara khusus, seperti pada hari raya, natal, dan menyambut tahun baru

3. Dealer Display Dealer display merupakan simbol, petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan barang yang dibuat oleh produsen, simbol-simbol tersebut seakan-akan memberi peringatan kepada pramuniaga agar tidak memberikan informasi yang tidak sesuai atau tidak benar.

� Eksterior Display Eksterior display adalah pemajangan barang dagangan di tempatj

tertentu di luar kegiatan usaha yang biasa digunakan. Pemajangan sistem ini banyak digunakan untuk promosi barang, pengenalan produk bam, 1 penjualan istimewa seperti cuci gudang, discount dan sejenisnya. Untuk pemasaran secara tetap pemajangan sistem ini kurang optimal karena 1 kelemahan faktor pengamanan, cuaca, pengiriman barang dan sebagainya. Intinya, eksterior display hanya tepat dipergunakan untuk kondisi penjualan tertentu.\ Fungsi Eksterior display adalah; • Memperkenalkan produk dengan cepat dan ekonomis. • Membantu mengoordinir advertising dan merchandising. • Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, seperti pawaktu hari

raya, ulang tahun, dan sebagainya. • Mendistribusikan barang ke konsumen dengan cepat

121

� Solari display Solari display yaitu menempatkan barang dagangan di bagian

DepartementStore sebagai daya tarik bagi konsumen setelah masuk ke dalam toko, misalnya pakaian yang digunakan oleh boneka model (menequin).

Baik dengan open interior display, maupun dengan closed interior display, barang dagangan itu perlu diatur, ditata, disusun sedemikian rupa, agar para konsumen atau para pelanggan dapat tertarik dan berminat mau membelinya.

Banyak cara yang dilakukan para pengusaha untuk memikat, merangsang agar barang dagangannya banyak diminati, disenangi para

konsumen dan para pelanggan. Salah satu cara untuk memajukan barang dagangannya, di antaranya dengan ikut serta menyelenggarakan pameran. Pameran (exhibition) adalah salah satu cara promosi barang dagangan dengan melalui pameran khusus.

3. Syarat-Syarat Penataan Produk (Display)

Menyusun barang dagangan juga merupakan salah satu hal yang tidak kalah pentingnya, karena ini merupakan kesan pertama dari pengunjung toko tersebut, oleh karena itu barang-barang dagangan yang dipajang di dalam ruangan toko maupun di etalase harus ditata sedemikian rupa sehingga kelihatan rapi, serasi dan menarik bagi setiap orang terutama calon pembeli untuk penataan barang-barang ini diperlukan keahlian khusus, kreasi dan seni yang tinggi jadi tidak setiap orang bisa menata sendiri, agar penataan terlihat menarik, perlu menyewa orang-orang yang ahli dalam dekorasi dalam penataan barang/pemajangan, dengan harapan, hal ini bisa dipakai sebagai dasar atau contoh atau acuan untuk penataan berikutnya, penataan barang sebaiknya setiap saat diubah agartidak membosankan dan disesuaikan dengan keadaannya, hal yang perlu diperhatikan ialah bagaimana bentuk, warna, ukuran, tempat dan perlengkapan-perlengkapan lainnya itu dipadukan sehingga penataan barang-barang itu kelihatan rapi dan menarik, yang pada akhirnya akan bisa menarik pengunjung/calon pembeli/pelanggan tertarik untuk memiliki barang-barang tersebut. Pemajangan barang dagangan adalah seni (applied art) dan merupakan unsur promosi yang cepat berkembang serta merup. unsur yang dirasakan sangat penting, terutama dilihat dari fungsinya yaitu untuk memperkenalkan barang dagangan, untuk menarik perhatian pengunjung dan untuk melihat dan memegang barang dagangan yang kita pajang.

Menata barang dagangan (display) harus dilengkapi dengan informasi keadaan toko dan barang yang dijualnya, hal ini dimaksudkan agar calon pembeli lebih mengenal barang dan semakin besar peminat untuk mengadakan transaksi. Semakin banyak barang yang ditampilkan, semakin mudah pula calon pembeli menentukan pilihannya, oleh karena itu display harus disajikan berdasarkan sudut pandang pembeli. Selain menata barang dagangan, yang perlu diperhatikan juga adalah penataan ruangan toko (lay out) sebagai sarana strategis yang dapat dimanfaatkan dengan efektif untuk ditata apik sehingga memberikan ruang gerak yang bebas bagi calon pembeli, dengan ruang gerak yang bebas, calon pembeli merasakan kenikmatan dalam berbelanja.disisi lain toko juga harus memberikan kemudahan calon pembeli untuk memilih barang-barang yang dibutuhkannya, maka letakkanlah barang dengan posisi mudah dilihat dan dijangkau.

4. Mengacu pada logika konsumen

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan para peritel dalam melakukan display, yang seharusnya mengacu pada "logika" konsumen Logika

122

konsumen dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang meliputi cara berpikir, kebiasaan atau kecenderungan psikologis konsumen yang memengaruhi perilaku mereka saat berbelanja dan berada di dalam took. Sebagai contoh, kebanyakan konsumen yang memiliki kebiasaan belanja secara bulanan biasanya sudah mengetahui secara persis barang-barang apa saja yang harus mereka beli pada saat berbelanja. Saat berada di dalam toko, konsumen seperti ini akan memulai "perburuan" mencari barang-barang yang ia butuhkan dengan berjalan dari lorong ke lorong secara teratur. Jika pada saat itu mereka membutuhkan barang-barang untuk keperluan mandi dan cud (toiletries) hampir dapat dipastikan mereka akan menyelesaikan perburuan atas barang-barang tersebutterlebih dahulu baru kemudian beralih untuk mencari barang-barang keperluan lainnya, sangat jarang terjadi seorang konsumen melakukan perburuannya secara acak kecuali si konsumen memang tidak mengidentifikasikan terlebih dahulu barang-barang apa saja yang ia butuhkan. Biasanya konsumen seperti ini tidak memiliki kebiasaan belanja bulanan.

Berdasarkan kecenderungan di atas, para peritel dapat menyiasati displaynya tidak hanya dengan mengatur penempatan barang berdasarkan grouping (pengelompokan barang) melainkan juga memajangnya secara runtut (berurut). Untuk contoh kasus, display produk-produk toiletries, peritel dapat melakukannya dengan mulai memajang produk-produk pasta gigi pada rak/gondola pertama. Kemudian produk-produk sabun mandi pada rak kedua di sebelahnya. Dilanjutkan lagi dengan memajang produk-produk perawatan rambut atau sampo pada rak ketiga dan seterusnya, begitu juga saat mendisplay produk-produk konsumsi seperti mi instant. Jika mengacu pada logika konsumen, peritel sebaiknya memajang produk mi instantnya berdekatan dengan saos, sambal atau kecap, hal ini dikaitkan dengan kecenderungan konsumen saat mengonsumsi mi instant yang biasanya dilengkapi dengan saos, sambal dan kecap, saat memajang produk-produk kategori breakfast (sarapan pagi) seperti roti, selai, keju dan sereal, para peritel pun dapat memajang produk-produk tersebut dalam satu rak atau paling tidak berdekatan satu sama lain, kemudian tempatkan pula produk-produk seperti gula, teh, kopi termasuk SKM (susu kental manis) pada rak-rak tersebut karena produk-produk ini biasanya juga dikonsumsi oleh konsumen pada saat sarapan pagi.

Masih banyak contoh-contoh siasat lain yang dapat diterapkan para peritel sehubungan dengan bagaimana beradaptasi dengan kecenderungan-kecenderungan konsumen ini, contoh lagi, apa yang selama ini dikenal dengan istilah "customer eye level" atau level pandangan mata konsumen. Level pandangan mata konsumen (pengunjung) saat berada di depan rak display biasanya tertuju pada salah satu shelve (daun rak) yang berada pada tingkat tertentu, basanya shelve yang tingginya antara pinggang dan dada pengunjung, tak heran jika banyak peritel yang jeli menyiasatinya dengan memajang barang-barang bermargin gemuk (high profit) pada shelve tersebut.

Display yang mengacu dengan logika-logika konsumen tidak hanya melahirkan nilai tambah (kemudahan) yang dirasakan langsung oleh konsumen atau pengunjung toko tetapi juga membantu para peritel dalam hal pengaturan display secara keseluruhan, misal, dalam mensiasati display produk-produk impulse agar lebih efektif.

5. Syarat display yang baik

Di samping mengacu pada logika konsumen dalam menjalankan aktivitas display, para peritel juga harus memerhatikan aspek-aspek penting lainnya yang merupakan syarat dalam mewujudkan display yang baik, yaitu; 1. Display harus mampu membuat barang-barang yang dipajang menjadi mudah

dilihat, mudah dicari dan mudah dijangkau. Ketiga hal ini merupakan syarat

123

mutlak yang harus mampu diwujudkan oleh aktivitas display. Jika tidak, display yang menarik dan seatraktif apapun akan sia-sia.

2. Display harus memerhatikan aspek keamanan, baik keamanan bagi pengelolatoko dari potensi-potensi kehilangan, maupun keamanan bagi pengunjung (konsumen) yang berada di dalam toko,berkaitan dengan aspek keamanan ini, para peritel biasanya tidak akan menempatkan barang-barang yang mudah pecah di sembarang rak. Barang-barang yang mahal, terutama yang fisik ukurannya kecil biasanya di pajang di etalase. Barang-barang kemasan kaleng yang cukup berat juga biasanya ditempatkan pada shelve paling bawah untuk menghindari resiko timbulnya cedera bagi pengunjung (terutama anak-anak) jikabarang tersebut terjatuh.

3. Display yang dilakukan oleh peritel harus informative dan komunikatif, para peritel dapat memanfaatkan alat alat bantu seperti shelf talker, standing poster, signage dan jenis-jenis point of purchase (POP)materials yang lain.

B. Desain

Desain berasal dari bahasa inggris yang artinya perancangan, rancang, desain, bangun, sedangkan merancang artinya mengatur segala sesuatu sebelum bertindak, mengerjakan atau melakukan sesuatu dan perancangan artinya proses, cara, berbuatan, perbuatan merancang. Desain suatu karya yang pada dasamya lahir dari berbagai pertimbangan pikir, gagasan, rasa, dan jiwa penclptanya (internal), yang didukung oleh faktor ekstemal, hasil penemuan dari berbagai bidang ilmu, teknologi, ergonomi, lingkungan, sosial, budaya, estetika, ekonomi, dan politik, serta segala perkembangannya di masa depan. 1. Desain Produk

Produk desain adalah suatu gatra dan usaha-usaha untuk menentukan sejenis produk yang sesuai dengan keinginan para konsumen. Desain atau gatra adalah merupakan wujud lahiriah yang tampak mengenai garis (line) bentuk (form) dan warna (colour).

Tiga unsur tersebut yaitu line, form dan colour dari suatu produk perlu dibuat sedemikian rupa, sehingga akan diperoleh keindahan dan kesesuaian, serta keserasian daripada suatu produk. Produk desain dihadapkan pada tiga pilihan yaitu: a) Produknya dapat ditempatkan pada salah satu pasaran. b) Produknya dapat ditampilkan lebih banyak jenisnya untuk merebut lebih

banyak pasaran. Produknya dirancang dan dapat ditempatkan di tengah-tengah pasaran.

Harapan yang terbaik bagi perusahaan dalam membuat produk desain adalah dengan mengadakan produk baru, rancangan baru, ukuran baru, desain baru, fungsi produk dan atribut khas lainnya. Di dalam membuat produk baru, maka style (gaya), fashion (model) dan desain (gatra) sangat berhubungan erat sekali.

Adapun tujuan perusahaan menciptakan produk desain, adalah sebagai berikut: a) Menciptakan hasil produksi yang sesuai dengan selera konsumen. b) Menciptakan hasil produksi yang berfaedah dan disenangi konsumen. c) Menciptakan produk yang mudah pemeliharannya.

Sedangkan produk desain yang diciptakan perusahaan meliputi hal-hal sebagai berikut. a) Bentuk, warna, corak, ukuran, model, jenis, mutu dan lain sebagainya. b) Kuantitas produk. c) Kuantitas bahan penolong. d) Penelitian tes produk.

124

2. Tujuan Desain Produk Adapun tujuan perusahaan menciptakan produk desain, adalah sebagai berikut: a) Menciptakan hasil produksi yang sesuai dengan selera konsumen. b) Menciptakan hasil produksi yang berfaedah dan disenangi konsumen. c) Menciptakan produk yang mudah pemeliharannya. Selain tujuan menciptakan produk desain, maka produk desain yang diciptakan perusahaan meliputi hal-hal sebagai berikut.: a) Bentuk, warna, corak, ukuran, model, jenis, mutu dan lain sebagainya. b) Kuantitas produk. c) Kuantitas bahan penolong. d) Penelitian tes produk.

3. Proses Pembuatan Produk Desain (Gatra Produk) Adapun proses pembuatan produk desain (gatra produk) adalah sebagai berikut:

a. Faktor teknis Faktor teknis dapat menentukan: 1) Kualitas produk yang diinginkan, 2) Jumlah produk yang akan diproduser, 3) Bahan-bahan yang akan dipergunakan, 4) Struktur produksinya:

� Prosesnya harus berubah-ubah, � Prosesnya harus fleksibel, � Prosesnya harus permanen,

b. Faktor ekonomis

Biaya-biaya proses produksi harus seekonomis mungkin atau sehemat-hematnya. Artinya apakah benar produk desain itu disukai oleh para konsumen? apakah produk desain itu belum dirancang oleh perusahaan lainnya? untuk menjawab pertanyaan itu, tersedia 4 (empat) cara pendekatannya yaitu: 1) Dengan proses empiris Proses ini, tujuannya adalah untuk menemukan produk desain yang baru

dengan mengadakan survai tentang keinginan dan kesukaan para konsumen terhadap produk desain.

2) Dengan proses intuisi Proses ini, tujuannya adalah untuk menemukan produk desain yang baru

dengan cara mengandalkan firasat dan falsafat pribadi, tanpa adanya survai dengan keinginan dan selera terhadap konsumen.

3) Dengan proses dialektika Proses ini, tujuannya menemukan atribut produk desain baru yang

mempunyai nilai tertentu dan yang sudah dikenal oleh para konsumen. 4) Dengan Proses tatatangga urutan kebutuhan Proses ini, adalah merupakan ukuran kebutuhan pasaran produk desain

baru yang sudah siap untuk dipasarkan bagi kebutuhan dan keinginan para konsumen.

4. Elemen Desain Toko

Ada lima elemen di dalam desain ruang toko/retail yang penting untuk dikelola agar lingkungan belanja yang berkesan. Kelimanya adalah display, signage, graphics, merchandising, dan point of sale

125

a. Display Sebuah display diharapkan dapat memicu resapan emosional tertentu

dalam sekilas pandang. Display produk yang tertangkap langsung dari arah luar, dapat membangun kesan pertama yang memancing orang untuk masuk ke toko, merasa nyaman di dalamnya, dan membeli produk. Untuk itu, display sebaiknya menghindari penampilan yang berlebihan, melainkan fokus pada item-item produk seperti item best se//eryang diyakini paling memancing keinginan untuk membeli.

b. Signage Elemen kedua signage. Elemen ini terkait dengan tampilan

gambar/logo, warna, tulisan, dan pencahayaan. Kita biasa melihatnya sebagai media di bagian luar toko yang menampilkan nama perusahaan atau brand produk yang dijual di dalam toko tersebut. Untuk brand besaryang telah memiliki nama, terkadang cukup dengan penonjolan signage brand-nya yang identik di bagian luar, orang yang melihat pun akan terpancing masuk ke dalam.

c. Graphichs Memerhatikan unsur grafis sebagai elemen ketiga sangatlah

bermanfaat tujuannya agar suatu brand lebih mudah dan cepat diingat, karenanya, pihak desainer harus bekerja sama dengan pihak advertising atau desain grafis untuk menciptakan tampilan grafis di suatu toko sebagai kekuatan visual yang memikat sekaligus tetap informatif terhadap produk. Penonjolan produk-produk utama sebagai materi grafis diyakini akan semakin menegaskan daya tarik produk sebagi fokus setiap shop environment. Untuk menampilkan display yang langsung berkesan (first impression) dari sisi luar harus diperhatikan desain shop window (jendela toko) sebagai perantara visualnya. beberapa ritel memunculkan jendela yang memperlihatkan secuplik produk sebagai bagian dari isi yang ingin dikedepankan, sebagian lagi malah memunculkan keseluruhan isi merchandise yang didisplay

d. Merchandising Elemen keempat pada desain ruang toko/retail adalah merchandising,

pengelolaan barang dagangan, keputusan retailer untuk menjual barang tertentu, unik, khusus, atau bahkan barang umum di dalam tokonya akan amat berpengaruh pada konsep desain toko. Elemen terakhir, pentingnya keberadaan sistem point of sale (POS) sebagai satu sistem perangkat teknologi yang merespons tuntutan praktis dari setiap transaksi. Elemen yang berada di area kasir ini terdiri dari layar monitor, keyboard, scanner, cash drawer, tempat menggesekkan kartu kredit dan debet, dan Iain-lain.

e. Point of Sale Hal yang paling sulit dalam desain toko adalah menarik minat konsumen baru,

sambil tetap mempertahankan dan memerhatikan konsumen lama. Untuk itu, satu proses yang krusial dalam tahap pradesain adalah identifikasi pasar, siapa dan bagaimana konsumen itu sebenamya. tujuannya agar desain tetap up to date, tepat, sesuai target konsumen pengetahuan desainer tentang branding, serta strategi marketing yang diprogramkan menjadi keharusan yang lain. Harapannya, imej produk terkomunikasikan secara efektif lewat desain ruang retail yang tercipta. Atau sebaliknya, estetika desain ruang ritel tetap serasi dengan nilai dan karakter produk yang dijual di dalamnya.

Tata interior toko sebagai lingkungan, tidak boleh mendominasi, melainkan secara keseluruhan tampil sebagai alat komunikasi informatif yang melengkapi dan mendukung promosi dan penjualan produk-produk yang dipajang. Di sini, penting menampilkan shop environment yang juga mendidik dan menghibur. Apalagi, persepsi berbelanja saat ini lebih mengarah pada entertainment.

126

C. Macam Barang dan Karakteristiknya Sebagaimana diketahui bahwa objek daripada pasar konsumen adalah barang-

barang dan jasa-jasa. Sering barang-barang dan jasa-jasa tersebut disebut sebagai kumpulan atribut dan sifat kimia yang secara fisik dapat diraba dalam bentuk yang nyata. Dalam tinjauan yang lebih mendalam, sebenamya barang itu tidak hanya meliputi atribut fisik saja, tetapi juga mencakup sifat-sifat nonfisik seperti harga, nama penjual, aturan pemakaian, nama penjual (perusahaan) tersebut. Kombinasi yang berbeda dari unsur itu akan memberikan kepuasan yang berbeda pula karena kombinasi tersebut merupakan produk tersendiri.

Dengan demikian pengertian tentang barang, akan lebih tepat didefinisikan dalam pengertian sempit dan luas oleh para ahli antara lain: 1. Menurut William J. Stanton

Barang (produk) adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (in tangible) di dalamnya sudah tercakup nama, harga, kemasan, prestise, pabrik, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin dapat diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya.

2. Menurut Philip Kotler Produk adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Ini meliputi benda fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa gagasan pokok dari definisi tersebut ialah bahwa konsumen membeli tidak hanya sekadar atribut fisik, karena pada sasarannya mereka membayar untuk sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan.

1. Jenis dan Spesifikasi Produk Produk adalah sekumpulan atribut fisik yang nyata (tangibel dan tidak nyata

(intangibel) di dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan prestive pabrik, dan pelayanan yang mungkin diterima konsumen sehingga konsumen merasa puas, pada dasarnya konsumen membeli tidak hanya sekedar kumpulan atribut fisik saja, tetapi sasarannya mereka membayar sesuatu untuk memuaskan keinginan, dengan demikian perusahaan yang bijaksana bahwa menjual manfaat (benefit) produk tidak hanya produk saja (manfaat intinya) tetapi harus merupakan suatu sistem, dan dalam mengembangkan suatu produk perencana produk harus membagi produk menjadi tiga tingkatan, yaitu; a. Produk inti (core Product)

Adalah produk sesungguhnya yang harus dibeli oleh konsumen karena memiliki manfaat sebenarnya contoh; Seorang wanita yang membeli lipstik pada hakekatnya bukanlah membeli seperangkat atribut kimiawi dan fisik itu sendiri tetapi yang dibelinya adalah; sebuah harapan untuk lebih cantik dan menarik

b. Produk berwujud/produk normal Adalah produk yang ditawarkan secara nyata dan lengkap kepada konsumen yang terdiri dari pembungkus, nama merek, mutu, corak dan ciri khas dari produk yang ditawarkan, contohnya; TV, Radio.

c. Produk tambahan (produk yang disempurnakan) Adalah produk yang ditawarkan yang mencakupi keseluruhan manfaat yang diterima atau dinikmati Pembeli, contoh; pembelian produk yang memberikan pemasangan, garansi pengajaran pemakaian diberikan penjual secara paket (keseluruhan) tanpa dipungut bayaran lagi.

127

2. Jenis dan Kualitas Produk Setiap perusahaan di dalam mengembangkan produknya diharuskan

menentukan dan mempertimbangkan kualitas produk. Dengan adanya kualitas produk yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan kan membewa perusahaan ke arah kemajuan dan menguntungkan.

Kualitas produk ditentukan oleh daya tarik produk, teknik pembuatannya, keahlian dalam pembuatannya, bahan-bahan yang baik dan adanya spesifikasi. Untuk bisa menjamin kualitas produk, maka setiap perusahaan harus mengadakan pengujian dan pengawasan secara statistik dan inspeksi produk secara terpadu.

Pengawasan dapat dilakukan dengan membandingkan kualitas dan standar produk melalui pengetesan di laboratorium perusahaan. Dengan perkataan lain bahwa salah satu faktor yang merupakan ciri di dalam menentukan kualitas produk adalah adanya gatra dan produk yang bersangkutan. Kualitas produk adalah merupakan salah satu dari alat utama untuk menentukan atau mencapai posisi produk yang bersangkutan.

Kualitas menyatakan tingkat kemampuan dari suatu merek atau produk dalam melaksanakan fungsinya. Kualitas menunjukkan ukuran tahan lamanya produk yang bersangkutan, dan dapat dipercayainya produk tersebut. Ketetapan produk mudah dioperasikan dan pemeliharaannya, serta atribut lainnya.

Kebanyakan produk disediakan dalam 4 (empat) kualitas yaitu kualitas rendah, kualitas sedang, kualitas baik, dan kualitas tinggi. Sedangkan menurut pertimbangan tingkat harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat maka strategi kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus mempertimbangkan konsumen yang dituju dan waktu penggunaan produknya.

Di dalam menciptakan dan meningkatkan kualitas produk, setiap perusahaan harus melaksanakan strategi, yaitu:

a) Penyempurnaan kualitas Penyempurnaan kualitas ditujukan untuk meningkatkan faedah fungsional produk dan termasuk masalah keawetan produk, kecepatan dan cita rasanya.

b) Penyempurnaan ciri khas produk Strategi penentu kualitas ini, ditujukan untuk menambah ciri khas produk tertentu yang dapat meningkatkan keserbagunaan, pendayagunaan, keselamatan, dan kenyamanan pemakainya produk.

c) Perteknikan Strategi perteknikan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas produk. Strategi ini dapat meningkatkan ciri keselamatan cara pemakaiannya produk yang bersangkutan

d) Keanekaragaman Strategi ini dapatdigunakan untuk keanekaragaman produk, pendayagunaan produk untuk kepentingan konsumen.

e) Penyempurnaan corak Strategi ini ditujukan untuk perbaikan corak (style) produk, agar mempunyai daya tarik estetika yang menarik bagi kepentingan konsumen.

f) Pernyataan kualitas produk Pernyataan kualitas produk dapat dinyatakan: 1. Keterangan produk yang sudah dikenal konsumen misalnya "Prima"

dan "Superior". 2. Menyebutkan istilah, misalnya untuk karet "Smoked sheet" dan untuk

kopra "Molukkeen mixed". 3. Dengan menyebutkan asalnya, misalnya "Timah Bangka".

128

Cara pengklasifikasian produk berdasarkan jenis dan kualitas produk adalah cara pengklasifikasian yang lebih banyak dikenal orang. a. Jenis komoditi garmen (bahan jadi)

• Kualitas I, sesuai standar ekspor • Kualitas II, memenuhi standar produksi dalam negeri

b. Jenis komoditi tinta printer • Kualitas I, sesuai dengan standar pabrik komputer/printer Kualitas II, • Kualitas II subtitusi dari pabrik lain.

3. Sifat dan Manfaat Produk

Sifat barang merupakan karakter yang melekat pada barang itu sendiri secara fisik dapat dilihat, setiap penjual harus memahami sifat sifat yang ada pada barang dagangannya, karena sangatdiperlukan dalam mengatursirkulasi penggantian barang baik barang yang dipajang di toko maupun barang yang ada dalam persediaan, setiap barang dagangan harus diperlakukan berbeda karena setiap barang memiliki karakter yang berbeda pula, demikian juga dalam melakukan klasifikasi harus adanya penempatan dan penataan yang sesuai dengan sifatnya masing-masing untuk menghindari terjadinya dampak dari satu barang terhadap barang lainnya, selain itu memberikan kemudahan dalam pemeriksaan dan penggantian setiap barang. Sifat barang dipengaruhi oleh faktor-faktor: a. Bahan baku yang digunakan pada saat proses produksi, b. Proses pengolahannya, c. Daya tahan barang, d. Cara pemakaian dan pemeliharaan.

Jika dalam proses produksi menggunakan bahan baku bermutu tinggi dan tepat ukurannya dengan pengolahan yang baik, mungkin akan menghasilkan barang yang memiliki daya tahan lama, jika dapat menghasilkan barang yang baik cara pemeliharaannyapun tidak memerlukan waktu dan tenaga yang relatif banyak atau tidak memerlukan penggantian barang dengan segera, sifat barang berpengaruh terhadap manfaat barang dalam pola kosumsi dan pola arus barang di toko. Manfaat barang merupakan faedah yang diberikan suatu barang kepada pemiliknya atau kepada yang membutuhkanya.

Berdasarkan sifat dan tingkat konsumsinya, di mana barang dapat dikategorikan/digolongkan menjadi: a. Barang tahan lama (Durable goods)

lalah barang berwujud yang biasanya secara normal dapat bertahan dalam pemakaian berulang kali. Contoh: lemari es, pakaian dan sebagainya. Barang tahan lama memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, menguasai margin yang lebih tinggidan memerlukan jaminan-jaminan yang lebih besar dari penjual.

b. Barang tidak tahan lama (non durable goods) lalah barang berwujud yang secara normal dapat dikomsumir

sekali atau beberapa kali contoh: daging, sabun, mengingat barang-barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli, maka barang tersebut tersedia diberbagai tempat, menguasai margin yang lebih kecil dan memupuk kesetiaan pada satu merek.

c. Barang yang bersifat klasikal lalah barang yang digemari dan disukai konsumen sepanjang

masa meskipun ada model dan produk baru, biasanya penggemar model ini merupakan fanatic terhadap merek barang tertentu karena dapat

129

memberikan kebanggaan dan kepuasan tertentu misalnya blue jeans merek Levi's.

d. Barang yang bersifat kotemporer Sifat barang yang kotemporer dipengaruhi trend dan kegemaran konsumen, barang semacam ini akan memberi manfaat ekonomis terhadap penjual jika selalu mengikuti perkembangan trend yang terjadi di masyarakat, dan manfaat yang diberikan barang kepada konsumen rasa percaya diri, karena mengikuti trend lingkungannya

e. Barang yang bersifat Adjustable Adalah barang yang menyesuaikan dengan mengikuti perubahan iklim, dan barang semacam ini akan dirasakan manfaatnya jika terjadi perubahan musim, seperti musim penghujan dan kemarau. Misalnya paying

f. Barang yang bersifat luxirius Adalah barang yang sifatnya mewah dan konsumennya dari

golongan tertentu dan toko biasanya menyediakan ruang khusus dengan maksud untuk mempertahankan karakteristiknya, klasifikasi yang dilakukan toko biasanya terpisah dan relatif ketat dalam pengawasanya, manfaat yang dirasakan olehkonsumen adalah kemewahan dan kelas tersendiri karena memberikan gengsi tersendiri, contohnya berlian

g. Barang yang bersifat Prestisius Adalah barang yang memberikan kedudukan tersendiri dalam

kehidupan sosial seseorang dan biasanya | ditata dan dikelompokan secara eklusif di dalam toko, manfaat yang dirasakan konsumen adalah image tertentu jika menggunakan barang tersebut misalnya jika menggunakan dasi

h. Barang yang bersifat praktis

Adalah barang yang penggunaannya tidak rumit dan berkesan santai, manfaatyang dirasakan konsumen adalah kemudahan dalam pemakaiannya dan rasa santai dan biasanya digunakan dalam kegiatan keseharian di luar dinas misalnya memakai T Shirt, sandal atau jaket

e. Penggolongan Barang Menurut Tujuan Pemakaiannya Oleh

Pemakai Penggolongan barang menurut tujuan pemakaiannya ini

banyakdigunakan karena sangat praktis. Untuk keperluan analisa dan pembahasan selanjutnya kita akan menggunakan penggolongan yang kedua ini. Menurut tujuan pemakaiannya barang digolongkan ke dalam dua golongan yaitu: a. Barang Industn (Industrial Goods) adalah barang yang dibeli untuk

diproses kembali atau untuk kepentingan dalam industri. Jadi pembeli barang industri ini adalah perusahaan, lembaga atau organisasi termasuk organisasi nonlaba, menurut golongannya barang industri dapat dibedakan dalam golongan besar, yaitu:

1. Peralatan besar/utama (Mayor equipment), 2. Peralatan ekstra (Minor/ accessory equipment), 3. Komponen/barang setengah jadi [Fabricating or component parts), 4. Bahan-bahan proses, 5. Perlengkapan pengerak, 6. Bahan baku.

130

Ciri-ciri industrial goods 1. Pasarannya sempit sehingga pembeli tidak sebanyak

consumer goods. 2. Dibeli atas dasar quality dan spesifikasi teknik yang menarik

bukan atas dasar merek atau prestise pembeli biasanya mempunyai integritas yang tinggi.

3. Produsen lebih condong untuk membeli langsung dari penjual atau producer lainnya. Kontak langsung antara pembeli dan penjual perlu sekali karena hal ini memungkinkan untuk penjual membantu pembeli untuk membentuk, mengetahui spesifikasi, dan modifikasi yang langsung dibutuhkan.

4. Keputusan untuk membeli tidak dapat langsung diambil karena setiap keputusan harus diambil dari suatu rapat direksi.

5. Harganya relatif tinggi. 6. Harus ada after sales service

b. Barang Konsumsi (Consumer Goods) adalah barang-barang untuk

dikonsumsikan atau dipakai sendiri oleh anggota keluarganya. Pembelian didasarkan atas kebiasaan membeli dari konsumen. Jadi pembeli barang konsumsi ini adalah pembeli/konsumen akhir, bukan pemakai industri, karena barang-barang tersebut hanya dipakai sendiri (termasuk diberikan kepada orang lain) tidak diproses lagi.Consumer goods dapat dibedakan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu: • Convenience Goods (Barang-barang kebutuhan sendiri) • Shopping Goods (Barang-barang yang dipilih-pilih) • Specialy Goods (Barang-barang istimewa) • Unsought Goods (Barang-barang yang tidak dicari)

1. Convenience Goods, ialah barang-barang yang biasanya dibeli oleh

konsumen secara sering kali atau kadang-kadang dan dengan pengorbanan pengorbanan/usaha-usaha yang minimum di dalam membandingkan/memilih dan membelinya. Contoh: rokok, sabun, gula, Koran dan sebagainya. Dalam melaksanakan distribusinya kita mengenal beberapa istilah, yaitu: Selling In : Adalah tindakan penjualan pertama untuk masuk ke

dalam golongan pengecer dan saluran distribusi. Selling Out : Adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah melihat

keberhasilan selling in dengan membuat suatu kebijaksanaan baru agar barang-barang dapat keluar (laku dijual) dengan promotion berupa pemasaran iklan dan reklame yang baik dan Iain-Iain tergantung dari pada barang-barang yang kita masukkan.

Selling Order : Adalah pemesanan kembali terhadap barang-barang yang telah pernah kita berikan kepada pengecer. Repeart order ini kita lakukan bila selling out terlaksana dengan baik

2. Shopping Goods, adalah produk-produk di mana langganan membandingkan dengan produk-produk lain yang bersaing, dalam membandingkan tadi langganan tersebut dalam menyediakan waktu

131

dan usahanya yang berharga Ciri-ciri daripada shopping goods adalah: a. Barang-barang yang sebelum dibeli dibandingkan satu sama lain

atas dasar: 1. Suitability (Kecocokan), 2. Quality (Kualitas/mutu), 3. Price (Harga), 4. Style (Gaya/model).

b. Faktor-faktor yang menentukan barang tersebut dibeli adalah: 1. ukuran dan warna, 2. model dan design.

c. Konsumen bersedia untuk membuang-buang waktunya hanya untuk memilih-milih dari macam-macam barang tersebut. Contoh:. Shopping goods (pakaian jadi, tekstil, jeans, sepatu, tas, kacamata dan Iain-Iain).

3. Specialty Goods adalah barang yang memiliki karakteristik dan atau merek yang unik atau di mana sekelompok pembeli tertentu dalam melakukan pembelian, biasanya melakukan usaha khususnya. Ciri-ciri daripada barang-barang spesial adalah: a. Barang-barang yang dibeli atas dasar suatu merek/brand yang

tertentu, konsumen biasanya terpengaruh atas/oleh ciri-ciri khas daripada barang yang telah diiklankan sebelumnya.

b. Harganya relatif lebih tinggi produsen dari kelompok ini tergantung sekali kepada dealer yang akan membeli. Contoh: Mobil Mercedes, radio, televisi, alat-alat kosmetik, alat-alat potret dan Iain-lain

4. Unsought Goods, adalah barang yang tidak diketahui atau diketahui oleh konsumen tetapi biasanya tidak terpikir untuk membelinya.produk baru seperti detektor asap dan proseccor makanan adalah barang yang tidak dicari sampai tiba saatnya konsumen mengenalnya melalui iklan. Karena sifatnya seperti tersebut di atas, barang yang tidak dicari memerlukan usaha pemasaran yang besar berupa iklan dan penjualan perorangan

Produk dapat pula dikelompokkan berdasarkan sifat dan manfaatnya. Namun demikian, tentu saja pengelompokkan tidak akan terlepas dari orientasi terhadap jenis produknya. Sebagai contoh berikut ini diketengahkan penyusunan produk pada suatu toko obat/apotik. Pertama-tama, dikelompokkan berdasarkan jenis produknya, apakah

sebagai obat-obatan atau vitamin; Selanjutnya, dikelompokkan apakah jenis produk itu sifatnya

cair (liquid),tablet atau bubuk kapsul; Kemudian, dikelompokkan berdasarkan manfaatnya, apakah

sebagai obat batuk, obat sakit kepala, obat ashma dan sebagainya. Dalam hal vitamin, \dikelompokkan manfaatnya apakah sebagai penambah vitamin A, B, C atau sebagai suplemen makanan (food supplement).

Contoh lainnya, kita ketengahkan produk berupa alat pembersih • Jenis/nama produk : sabun

Sifat : cair, padat. Manfaat : pembersih badan

• Jenis/nama produk : disinfectant

132

Sifat : cair Manfaat : pembersih lantai

5. Menggolongkan Barang-Barang

Pengaturan barang perlu disusun dan ditata dengan sebaik-baiknya, serta serapi-rapinya. Kegiatan-kegiatan di dalam mengatur barang dagangan dapat dilakukan dengan menata barang, antara lain: Dalam menggolongkan barang-barang dagangan dapat dilakukan dengan cara: � Pengelompokan berdasarkan penggunaannya barang, � Pengelompokan berdasarkan merek barang yang sama, � Pengelompokan berdasarkan ukuran barang, � Pengelompokan barang-barang kebutuhan konsumen

D. Klasifikasi Produk

Klasifikasi asal kata dari "Classification" yang artinya mengatur, mengklasifikasikan barang berarti mengelompokkan barang dagangan ke dalam atau sesuai jenisnya masing masing dan ditata sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan kepada setiap yang memerlukannya. Kegiatan mengklasifikasi barang dagangan pada umumnya banyak dilakukan oleh toko-toko atau pedagang eceran (retalier) seperti Departement store, toko serba ada, dan pasar swalayan. Pengelolaan barangnya biasanya ditangani bagian khusus, yaitu Merchandising, kegiatan sehari-harinya meliputi menganalisa, merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan barang dagangan dengan memerhatikan hal-hal seperti: tepat tempat, (posisi yang pantas), tepat kualitas, tepat kuantitas tepat harga, dan tepat Adapun standar bagi seorang Merchandiser yaitu: a. Harus mengenal jenis barang, b. Mengetahui letak barang di toko, c. Mengetahui cara display yang benar, d. Mengetahui posisi label rak, e. Bertanggung jawab, f. Menjaga kebersihan rak serta barang-barang yang ada dipajangan, g. Menghindari kekosongan barang yang dipajang, h. Memberi label pada semua barang yang ada dipajangan baik label rak maupun

label barang. Merchandising dalam kegiatan sehari-harinya di bantu oleh bagian toko atau

manajer floor. Bagian toko tugasnya menata dan menempatkan barang secara fisik sesuai klasifikasinya. Di bagian Merchandising kegiatan pengelompokan barang dagangan menjadi kegiatan rutin dan alur barang dengan sendirinya akan terklasifikasi karena telah ditunjuk bagian/unit yang hams menangani barang sesuai klasifikasi barang, apalagi jika Departemen Store tersebut telah dibagi counter pada setiap lantai, setiap counter menjadi satu jenis kelompok barang kebutuhan misalnya: Lantai 1 ; Alat alat kosmetik Lantai 2 ; Kebutuhan pria Lantai 3 ; Kebutuhan wanita Lantai 4 ; Baju anak anak/perlengkapan bayi Lantai 5 ; Alat alat elektronika

Ada beberapa alternatif untuk penggolongan jenis barang di sebagai berikut: 1. Menurut bentuknya:

a. benda padat contoh sabun mandi batangan, kursi, meja b. benda cair contoh hair shampoo, pembersih lantai, minyak goring, tinta

133

2. Menurut daya tahannya: a. barang tahan lama contoh kelompok peralatan rumah tangga b. barang tidak tahan lama bcontoh arang kelompok makanan

3. Menurut cara penyimpanannya: a. barang yang memerlukan penyimpanan khusus kelompok buah-buahan,

daging b. barang yang tidak memerlukan penyimpanan khusus contoh kelompok

barang kelontong 4 . Menurut jumlahnya:

a. barang bebas misalnya air, udara, pasir di padang pasir b. barang ekonomis contohnya makanan, pakaian, perhiasan

5. Menurut kegunaannya: a. barang pokok contoh beras, gula, minyak goreng b. barang pembantu/pelengkap contohnya gula untuk teh dan kopi c. barang mewah contohnya mobil mahal, berlian, intan

6. Menurut sifatnya: a. barang nyata contohnya meja, kursi, makanan b. barang abstrak contohnya udara, angin, wewangian

7. Menurut cara pemakaiannya: a. barang substitusi contohnya gas dengan minyak tanah, beras dengan jagung b. barang komplementer contoh mobil dengan bensin, jarum dengan benang

Setiap penjual/manajer sebuah toko bisa mengelompokkan jenis barang sesuai jengan keinginannya, dan juga tergantung dari jenis usaha/toko yang akan didirikan. Beberapa contoh Setiap penjual/manajer sebuah toko bisa mengelompokkan jenis barang sesuai jengan keinginannya, dan juga tergantung dari jenis usaha/toko yang akan didirikan. Beberapa contoh pengelompokan barang sebagai berikutpengelompokan barang sebagai berikut.

Klasifikasi barang elektronik Televisi Berwarna

Lemari Es Mesin Cusi

14” (TB 14) 18” (TB 18) 20” (TB 20) 29” (TB 29) 34” (TB 34)

3 liter (DT 3) 4 liter (DT 4) 5 liter (DT 5) 6 lietr (DT 6) 8 liter (DT 8)

3 kg (DC 3) 4 kg (DC 4) 5 kg (DC 5) 6 kg (DC 6) 8 kg (DC 8)

Catatan : TB ; Televisi Berwarna DT; Daya Tampung DC ; Daya Cuci Klasifikasi barang untuk pakaian

Klasifikasi Jenis 1) Pakaian pria

2) Pakaian wanita

Baju / Hem Celana T-Shirt (khusus pria) Jacket Jin ( khusus pria) Blus Rok Celana Pakaian tidur T-Shirt (khusus wanita) Jacket

134

3) Pakaian anak

4) Pakaian bayi

Pria Wanita Aneka macam pakaian bayi

Contoh spesifikasi produk pada Toko Pakaian

Golongan Barang

Sub Golongan/Kelompok

Jenis Barang

Merek Keterangan Spesifikasi

Pakaian Dewasa Pakaian Anak-anak

Pakaian Pria Pakaian Wanita Pakaian anak laki-laki Pakaian anak wanita

Celana Baju Dasi Dan Seterusnya Blouse Rok bawah Terusan Celana Baju Kaus Blouse

Van Hensen Arrow P Cardin Eva Gea Ono Dona Doni Bobo

Wool, katun dan sebagainya. Tetoron, katun dan sebagainya Sifon, tetoron, katun Sifon, tetoron, Katun Sifon, tetoron katun

1. Pengelompokan dan pengklasifikasian produk

Tujuan utama dari pengelompokan dan pengklasifikasian produk (barang) adalah untuk memudahkan pengelolaannya. Bagi pihak produsen atau penjual, pengklasifikasian barang akan memudahkan dalam hal: a. Penyimpanan di gudang, b. Penataan di ruang pajang, c. Pengambilan dari gudang atau tempat pemajangan, d. Pengawasan dan pemeliharaan.

Bagi pihak pembeli, pengklasifikasian barang akan memudahkan untuk memilih atau menyebutkan pesanan.

Pengelompokan dan pengklasifikasian barang pada suatu toko (store) disebut juga "Merchant" atau Point Of Sale (POS) biasanya disusun sebagai berikut: • Merek produk atau pabrik • Jenis produk • Spesifik teknis produk • Kualitas produk • Warna produk

atau • Jenis produk • Merk atau pabrik produk • Spesifik produk • Kualitas produk • Warna produk

Dalam penyusunan klasifikasi produk, yang paling dominan harus diperhatikan adalah jenis produk, baru memajang lainnya, dan tentu saja dengan tidak melupakan unsur estetika (seni) pada saat menata atau memajangnya, baik pada pajangan luar (exterior display) maupun pada pajangan dalam (interior display).

135

� Langkah-langkah klasifikasi barang Biasanya barang dagangan di Departement Store dikirim secara period

oleh pemasok (suplier) berdasarkan rencana pengadaan barang yang diajukan oleh kepala merchandising dan selanjutnya dibuat data barang berdasarkan golongan barang yang ada di Departement Store/counter toko.

Pada departement store yang memiliki gedung bertingkat, golongan barang tersebut dijadikan dasar dalam pembagian lantai, berdasarkan data kelompok barang disesuaikan dengan jenis barang masing-masing dan di departement store jenis barang ini didasarkan pada pembagian nama counter (bagian penjualan di toko) misalnya

Kode

Dept Kelompok Barang (Departemen)

Kode Counter

Jenis Barang (Counter)

02 03

Departemen Kemeja, dan Kebutuhan Pria Departemen Kebutuhan Remaja, Anak dan Bayi

05 06 07 08 18 19 20

Kemeja Kebutuhan Pria T. Shirt UnderWear Pakaian Anak Wanita Pakaian Anak Laki-laki Kebutuhan Bayi

Dari pembagian macam-macam barang (counter) diklasifikasikan

berdasarkan spesifikasi barang yang di jual di counter masing masing. Dalam kenyataannya kita dapat melihat pengelompokan barang di toko swalayan sebagai berikut. 1 Keperluan peralatan rumah tangga (household ware). 2 Keperluan peralatan dapur (kitchen utensil). 3 Pembersih rumah (house cleaners). 4 Perlengkapan tuilet (toileties). 5 Keperluan bayi (baby need). 6 Kosmetik (cosmetic). 7 Obat obatan (medicine). 8 Kertas tisu (papers good). 9 Barang barang kado (gift set).

10 Susu dan makana bayi (milk and baby foods). 11 Kue/biskuit (cookies and biskuit). 12 Makanan kecil (snack). 13 Gula gula/coklat (candies). 14 Selai/madu (jam/honey). 15 Keperluan memasak (cooking needs). 16 Daging dan ikan (meats and fish).

Barang tersebut ditata di counter masing-masing berdasarkan ukuran, warna, kualitas, merek, model, dan harga. Setiap barang diberi kode yang telah ditentukan oleh departemen yang bersangkutan, dan masing-masing barang mempunyai kode yang berbeda untuk memudahkan pemeriksaan dalam satu barang terdiri dari kode misalnya; 02.05.205 berarti

02 = departemen 05 = kode counter 205 = kode jenis barang

Selain kode kode tersebut dapat pula ditambahkan kode pemasok

136

barang (suplier) pramuniaga cukup menulis kode barang. Pihak-pihak terkait seperti kasir sudah dapat mengetahui jenis barang yang dijual, apalagi kode tersebut telah diprogramkan ke dalam cash register, kasir cukup menekan kode tersebut maka secara otomatis cash regieter dapat membacanya. Di departemen store biasanya daftar rincian klasifikasi barang dibuat hanya mengklasifikasi kelompok barang dan jenis barangnya saja, karena setiap counter sudah memahami tugas masing-masing dan mengetahui barang dagangan yang menjadi wewenangnya, daftar rincian biasanya dibuat seperti di bawah ini:

Kode Dept

Departement (Kelompok Barang )

Kode Count

Counter (Jenis Brg)

Kode Specifikasi

02 07

Departemen Kemeja dan Kebutuhan Pria Departemen Kebutuhan Remaja Anak dan Bayi

05 06 07 08 18 19 20 21

Kemeja Kebutuhan pria T.Shirt Under Wear Pakaian Anak Wanita Pakaian Anak Laki-laki Kebutuhan Bayi Young Fashion

203 101 204 207 728 917 027 817

Kemeja Panjang Kemeja Pendek Dasi Parfum Saputangan T.Shirt Panjang T.Shirt Pendek Singket Celana dalam Rok Kaus Under Wear Kemeja Kaus Under Wear Popok Talk Botol Susu Selimut Jaket Sweater

Untuk memudahkan pengecekan, pengawasan dan pembukuan setiap jenis barang diberi kode. Misalnya sebagai berikut

a. Kode dengan menggunakan huruf A : Pakaian dewasa pria B : Pakaian dewasa wanita C : Pakaian anak-anak pria D : Pakaian anak-anak wanita E : Pakaian bayi

b. Kode dengan menggunakan angka 1. : Pakaian dewasa pria 2. : Pakaian dewasa wanita 3. : Pakaian anak-anak pria 4. : Pakaian anak-anak wanita 5. : Pakaian bayi

137

c. Kode dengan menggunakan angka dan huruf A : Pakaian dewasa pria

A.1 : Hem A.2 : Celana A.3 : T-Shirt, dan seterusnya.

d. Kode dengan menggunakan angka sampai beberapa digit. 1. : Pakian dewasa wanita 1.1.1 : Hem 1.1.2 : Hem santai

1.1.3 : Hem kerja, dan seterusnya.

Kode demikian, panjangnya angka tergantung banyaknya jenis barang

No. Nama Departemen Kode Kode Jenis Barang Counter Barang

I Lantai I 1. Departemen 01 307 Kosmetik Pria Kosmetik(01) 02 308 Kosmetik Wanita 03 309 Kosmetik Dewasa 04 102 Kosmetik Remaja

2. Dept. Kemeja 05 203 Kemeja

& Keb Pria 06 101 Kebutuhan Pria (02) 07 205 T. Shirt 08 204 Under Wear

3. Dept. 09 410 Kebutuhan Wanita

Kebutuhan 10 411 Tas Wanita dan Kado Wanita (03) 11 206 Young Fashion

II Lantai 2

4. Dept. Remaja, 18 718 Pakaian anak wanita

Anak dan Bayi 19 719 Pakaian anak laki laki

(07) 20 720 Keperluan Bayi

21 718

5. Dept. Pakaian Wanita & Under wear (08)

22 23 24

822 823 824

Pakaian wanita Perlengkapan wanita Under wear

6. Dept. Muslim & Tekstil (09)

25 26

616 926

Perlengkapan muslim Tekstil

Ill Lantai 3 7. Dept. Perak, Kuningan, Kulit (10) '

34 35 36

555 556 557

Perak Kuningan Kulit

8. Dept Kerajinan Patung, Tenun (11)

37 38

655 656

Patung dan Kayu Tenun

138

9. Dept. Anyaman dan Keramik (12)

39 40 41

755 756 758

Anyaman Keramik Hiasan dalam Rumah

IV Lantai 4 10. Dept. Kemeja, Batik, Bahan (17)

48 49

810 840

Kemeja Batik Bahan Batik

11. Dept. Butik Wanita (18)

50 51

830 840

Batik Wanita Rok dan Blouse

12. Dept. Batik, Anak & Keb Rumah

52 53

850 910

Batik Kebutuhan Rumah Tangc

V. Lantai 5 13. Dept. Hobby, Rekreasi dan Peralatannya (22)

58 59

920 930

Peralatan dan Pertukang Hobby dan Rekreasi

14. Dept. Koper dan Mainan (23)

61 63

940 950

Tas dan Koper Perlengkapan Mainan

E. Warna dan Merek Produk

Salah satu pengetahuan dasar klasifikasi produk adalah pengenalan komposisi warna, hal ini diperlukan karena kadang-kadang perusahaan/produsen menggunakan simbol warna untuk membedakan kualitas dan merek dagangannya dengan barang produsen lain, seorang penjual dituntut untuk mengenal berbagai komposisi warna guna memudahkan dalam klasifikasi barang yang akan ditata dalam toko.

Jika pembeli memasuki sebuah toko, yang pertama kali diperhatikan atau dilihat adalah warna dari produk yang akan dibelinya. Seorang pembeli wanita atau pria pada umumnya dapat membedakan warna kombinasi, dari suatu produk yang harmonis sebelum melakukan transaksi jual beli. Peranan warna dalam desain saat ini terasa semakin meningkat, ini dibuktikan dengan lahirnya beraneka ragam warna yang digunakan berbagai produk, namun warna semata tidak menjadikan barang menarik kecuali jika dipadukan secara serasi dengan jenis barang, bentuk dan pemakaiannya, wayang dinilai tepat dan serasi dengan produk, jika dapat memengaruhi omzet penjualan, sebaiknya warna yang keliru berdampak menurunnya penjualan, bahkan mungkin tidak akan laku. Dengan iahirnya aneka ragam warna produk memberikan pilihan bagi calon pembeli dan memotivasi untuk melakukan pembelian lebih dari satu produk dengan lebih dari satu warna

Penjual harus hati-hati dalam menyediakan warna produk yang dijualnya termasuk dalam memilih kombinasinya, kombinasi warna terlalu banyak dalam suatu barang terkadang tidak disukai karena terlalu bervariasi, produk lebih menarik dengan variasi warna yang relatif sedikit tetapi desain dan fashion yang modis daripada kombinasi warna yang beraneka ragam.

Warna asli dilihat melalui spectroscope (prisma) akan terbagi menjadi enam warna dengan panjang gelombang yang berbeda beda warna itu terdiri: merah, biru, kuning, orange, hijau ungu. Warna merah, biru dan kuning dinamakan warna primer, yang dimaksud dengan warna primer adalah warna dasar, dengan mencampurkan warna ini akan dihasilkan berbagai warna, sedangkan warna orange, hijau, dan ungu disebut warna sekunder, sebab warna orange adalah warna hasil campuran

139

antara warna primer merah dan kuning hijau campuran antara kuning dengan biru dan warna ungu hasil campuran warna dasar merah dengan warna biru. Warna produk apa pun pada umumnya mempunyai arti dan fungsi tersendiri bagi para pembeli. Maka dari itu perusahaan yang ingin berhasil di dalam usahanya, perlu memerhatikan tentang warna produk yang akan dibuatnya. Seperti kita ketahui warna produk itu banyak sekali pengaruhnya bagi kehidupan umat manusia dan dapat dibedakan seperti: 1). Warna terang (kuning muda, nila, abu-abu, hijau muda, dan biru muda) 2). Warna cerah (hijau laut, hijau zamrut, kuning mas, merah bata, dan jingga) 3). Warna gelap (hitam, biru, hijau lumut, kopi, cokelat, dan merah hati)

Warna produk yang sangat menarik bagi para konsumen dan tepat dengan produknya akan meningkatkan volume penjualan. Pendayagunaan warna produk secara tepat dapat meningkatkan penjualan produk sesuatu perusahaan. Begitu pula bagi para karyawan perusahaan, warna itu dapat meningkatkan produktivitas kerja, karena warna yang serasi akan mengurangi kepenatan mata. Warna yang harmonis, akan membawa kenyamanan, ketenangan, kesehatan, kenangan, keindahan dan dapat memengaruhi emosional seseorang.

Warna produk yang bermacam-macam selain berperan di dalam hal kecocokan, juga akan mendorong para konsumen untuk memilih dan membeli lebih dari satu macam produk yang wamanya berbeda-beda. Dengan perkataan lain dengan adanya beberapa macam warna sesuatu produk, maka para konsumen akan lebih terangsang untuk membeli atau memiliki beberapa produk. Selain itu, seorang penjual dapat dengan mudah melakukan penataan dan mengelompokkan barang dagangan dengan serasi dan mempunyai daya tarik tersendiri 1. Merek Produk dalam klasifikasi produk

Merek dagang adalah sebuah nama, istilah, tanda simbol atau desain atau kombinasi dari semuanya ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seseorang penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk atau jasa pesaing.

Sebelum hal ini dibahas lebih lanjut ada baiknya kalau diketahui terlebih dahulu arti dari istilah-istilah di bawah ini:

Nama Merek : Bagian dari suatu merek yang dapat dihafalkan atau diucapkan misalnya : Sunsilk, BMW, Honda dan sebagainya

Tanda Merek/label : Bagian dari suatu merek yang dapat dikenali tetapi tidak dapat dihafalkan suatu simbol, desain atau semacamnya. Misalnya: Singa untuk perusahaan film, kuda laut untuk Pertamina.

Label merupakan suatu bagian dari sebuah kemasan atau dapat merupakan etiket lepas yang ditempelkan pada produk, dengan demikian, sudah sewajarnya kalau antara kemasan merek dan label terjalin satu hubungan yang erat sekali secara umum label dapat dibedakan atas beberapa bagian yaitu; a. label merek (brand label) adalah merupakan merek

yang diletakkan pada produk atau kemasan, b. label tingkatan kualitas (grade label) adalah suatu

tanda yang mengidentifi kasikan kualitas produk, apakah dalam bentuk huruf, atau tanda tanda lainnya,

c. label diskritif (deskritif label) adalah merupakan informasi objektif tentang penggunaan, konstruksi,

140

pemeliharaan, penampilan, dan ciri-ciri lain produk.

Merek Dagang : Merek atau bagian dari suatu merek yang mendapat perlindungan hukum karena mampu untuk memperoleh hak secara eksklusif. Sebuah merek melindungi eksklusif penjual untuk menggunakan nama merek atau tanda mereka

Hak Cipta : Hak sah eksklusif untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual bahan bentuk tulisan, musik atau karya seni

Menurut Alex Nitisemito Brand/Merek/Cap adalah suatu tanda atau simbol yang memberikan identitas untuk suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata gambar atau kombinasi daripada itu.

Brand name juga dapat digunakan sebagai senjata persaingan bagi produsen barang konsumsi. Tetapi untuk barang industri, faktor brand name ini kurang begitu penting; yang lebih penting adalah reputasi dan nama perusahaan. Ada faktor lain yang sangat penting bagi program pemasaran barang industri dan memerlukan biaya cukup banyak, yaitu garansi. Demikian pula aspek bantuan sesudah penjualan seperti pemasangan dan reparasi, juga perlu dipertimbangkan. Sering masalah ini juga perlu dipertimbangkan untuk barang konsumsi, seperti mobil dan lemari es. Selain aspek-aspek di muka, faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor pembungkusan.

Merek pada dasarnya mempunyai 2 (dua) fungsi yaitu sebagai berikut. a) memberikan identitas terhadap suatu produk, b) untuk menarik calon pembeli.

Pemakaian merek dagang untuk suatu produk yang dipasarkan pada akhir-akhir ini, sangatlah penting sekali. Pentingnya merek terutama terdapatnya manfaat, baik untuk produsen, penyalur maupun untuk para konsumen. Adapun manfaatnya merek produk untuk produsen, di antaranya: a. Sebagai dasar melakukan identifikasi produk, b. Sebagai dasar untuk membedakan harga dari produknya, c. Untuk mencegah peniruan ciri khas produk, d. Untuk menunjukkan taraf mutu atas produk, e. Untuk mempermudah konsumen di dalam pencarian produk.

Sedangkan manfaat penggunaan merek produk untuk para penyalur, di antaranya:

a. Untuk membina preferensi pembeli, b. Untuk mempertahankan mutu produk c. Untuk mempermudah penanganan produknya, d. Untuk mempermudah mengetahui penawaran.

Merek produk akan menolong para penjual di dalam mengendalikan pasar, karena pembeli tidak mau dibingungkan oleh produk yang satudengan produk yang lainnya. Sedangkan keuntungan daripada merek ada\ah merupakan sates promotion, memberikan dorongan untuk melakukan pembelian, melindungi adanya peniruan produk dan memudahkan jika di kemudian hari akan dikenalkan adanya produk baru.

Pada saat kita mengklasifikasikan barang berdasarkan merek atau warna barang, pada awalnya tetap saja harus dimulai dari jenisproduknya. Misalkan, pada toko sepatu dapat dicontohkan sebagai berikut.

Pertama-tama, dikelompokkan dahulu jenis sepatunya, apakah sepatu untuk laki-laki, wanita, anak laki- laki, atau anak perempuan? atau

□ Melakukan pengelompokan sepatu kulit untuk: laki-laki, wanita, anak laki-laki, anak perempuan.

141

□ Melakukan pengelompokan sepatu canvas untuk: laki-laki, wanita, anak laki-laki, anak perempuan.

Selanjutnya, dilakukan pengelompokan berdasarkan merek (brand) sepatu; Kemudian dilakukan pengelompokkan berdasarkan warnanya, hitam, putih, merah, abu-abu, dan sebagainya.

Dalam hal, model sepatu dijadikan acuan, maka pengelola took sepatu boleh juga menggunakan model sebagai kriteria dalam pengelompokan (Susunannya, Jenis/peruntukan, merek, model, warna). Contoh lainnya, kita pilih pengelompokan pada barang dagangan berupa kain (tekstil). Pertama-tama, kain dikelompokkan berdasarkan jenisnya, apakah jenis kain

wool, dacron, katun, tetoron, terylin, siphon, dan sebaganya. Selanjutnya, kain dikelompokkan berdasarkan merek atau pabriknya, apakah

Nini Ricci, El Roro, Famatex, Signatex. dan sebagainya. Kemudian setelah penyusunan di atas, barulah kain tersebut dikelompokkan

berdasarkan wamanya.(Susunannya jenis kain, merek, warna). Berdasarkan kepada pengelompokan di atas biasanya Departement

Store menyediakan/menyewakan stand khusus atau counter khusus untuk merek dagangan tertentu, terutama bagi merek kelompok, merek yang digunakan pada berbagai produk seperti pakaian anak, sepatu, dan lain lain, jika merek yang digunakan terkenal biasanya Departement Store menyediakan etalase sendiri.

2. Brand label

Kesadaran konsumen terhadap produk yang akan dibeli makin lama makin tinggi, seiring dengan meningkatnya peran media dan proses edukasi produk oleh produsen. Kasus keracunan makanan, halal tidaknya makanan, keinginan untuk melakukan pemeliharaan makanan kesehatan atau diet mendorong konsumen harus lebih mengetahui kandungan nutrisi atau bahan baku lainnya yang ada, dalam suatu produk. hal itu telah menyadarkan konsumen untuk memerhatikan suatu produk lebih baik. Maka peran label sebagai bagian dari produk yang memberikan informasi tentang produk dan produsen menjadi sangat penting. Terdapat 3 (tiga) macam label menurut Stanton (1994), yaitu;

1. Brand Label. Label ini memuat merek, gambar, atau produsen dari produk yang dicantumkan dalam kemasan produk. Informasi tersebut penting bagi konsumen sehingga mereka dapat membedakan suatu produk dengan produk lainnya.

2. Descriptive Label. Label ini memberikan informasi mengenai bahan baku, persentase kandungan, nilai kalori/gizi, cara penggunaan/konsumsi, tanggai pembuatan, tanggal kedaluarsa, dll.

3. Grade Label. Label ini menginformasikan kepada konsumen tentang penilaian kualitas produk.

Rangkuman • Pengertian display adalah penataan barang dagangan di tempat tertentu dengan

tujuan agar menarik minat konsumen untuk melihat dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan.

• Tujuan display adalah untuk memperkenalkan barang dagangan, menarik perhatian pengunjung untuk melihat, memegang barang dagangan yang kita pajang.

• Display dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: - window display

142

- interior display - eksterior display

• Tujuan utama dari pengelompokan dan pengklasifikasian produk (barang) adalah untuk memudahkan pengelolaannya.

• Merek dagang adalah sebuah nama, istilah, tanda simbol atau desain atau kombinasi dari semuanya ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seseorang penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk atau jasa pesaing

Latihan 1. Buatlah gambar di atas karton beberapa buah alat- alat penataan barang dan

beri nama masing- masing alat tersebut? 2. Carilah berbagai gambar contoh barang berdasarkan jenisnya sebanyak 10

jenis barang kelompokanlah/klasifikasikan dan tatalah pada sebuah karton! 3. Carilah model atau contoh gambar berbagai teknik display dan tatalah pada

sebuah karton!

143

2. Memonitor Penataan atau Display Produk Tujuan Pelatihan :

1. Peserta dapat melakukan penataan produk sesuai perencanaan 2. Peserta dapat menjelaskan dasar-dasar dan sasaran desain toko 3. Peserta dapat menjelaskan pengertian dasar layout dan faktor-faktor yang

mempengaruhi layout 4. Peserta dapat menjelaskan persiapan desain toko 5. Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah dalam penelitian kebutuhan

ruangan 6. Peserta dapat menjelaskan kriteria penempatan barang, dan pesyaratan

pemajangan barang 7. Peserta dapat menjelaskan tipe-tipe display 8. Peserta dapat menjelaskan peralatan display barang di supermarket 9. Peserta dapat menjelaskan konsep tehnik tatacahaya display 10. Peserta dapat menjelaskan konsep ketrampilan dalam memonitor penataan

produk A. Menata Produk Sesuai Perencanaan

Setiap barang yang datang dari gudang atau barang haw untuk d)Jua), sete/ah diadakanpemeriksaanjumlahnya, harganya, kartu harga, haruslah diatur dan ditata sebaik-baiknya. Di samping harus mengatur barang dagangan di toko dengan serapi-rapinya, seorang pengelola toko harus dapat mengatur ruangan (layout). Mengatur ruangan toko merupakan persyaratan yang penting, sebab ruangan toko yang menarik, akan menimbulkan para pembeli/pengunjung toko merasa betah dan senang dalam berbelanja. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam mengatur dan menata ruangan toko adalah: 1) Mengatur Hiasan Ruangan Toko

Di dalam mengatur hiasan ruangan toko dapat dilakukan, antara lain: - Meletakkan pot-pot bunga hiasan yang tepat letaknya/posisinya. - Menyusun barang-barang dagangan dalam lemari pajangan yang sangat

menarik sekali, serasi dan harmonis. - Brosur-brosur perlu disusun dengan baik dan menarik konsumen.

2) Mengatur Peralatan Toko Di dalam ruangan toko perlu diatur peralatan toko. Di dalam menempatkan peralatan toko seorang pengelola toko perlu memerhatikan: - penerangan ruangan, - kesegaran udara dalam ruangan, - keindahan dalam ruangan, - keamanan barang dagangan, dan - kesehatan barang dagangan.

Perencanaan toko dan tata letak (layout) toko merupakan seni pakai (applied Art, atau seni murni/pure art). Dalam mendesain toko menuntut koordinasi semua komponen dari mulai struktur ruang (lantai, dinding, ceiling/atap) arsitektur dan interior desainnya dan konsumen. Mendesain toko merupakan investasi jangka panjang yang tujuannya untuk mencapai target penjualan.

1. Sasaran Desain Toko

Desain toko atau showroom adalah bagian dari strategi marketing. Karena itu kita harus mendefinisikan lebih dulu konsumen sasaran, status sosial atau ekonominya. Desain toko yang baik adalah desain yang menyesuaikan dengan

144

kondisi konsumen. Secara keseluruhan desain toko berfungsi mirip "logo" perusahaan. Ada ciri atau karaktertertentu. Contoh Time zone, Gramedia atau Mc.Donald. Karakter toko menjadi kata kunci yang harus dijabarkan seorang desainer karena desain interior toko berfungsi sebagai gimmick yaitu sesuatu yang special unik dan membuat toko tertentu menjadi lebih menonjol di banding toko sejenis. Pada dasarnya Fungsi desain toko adalah:

a. Menciptakan citra toko - Penampilan luar/Exterior- Fascale Store - Pemilihan nama/logo, Store Image - Pemilihan warna/karakter, Colour Image

b. Memberikan fleksibilitas yang maksimal Peralatan-peralatan toko yang dipergunakan hendaknya cukup fleksibel sehingga memungkinkan diadakan perubahan-perubahan di masa yang akan datang.

c. Memudahkan pemeliharaan toko Agartoko tetap bersih dan menarik, perlu dipikirkan cara pemeliharannya dengan usaha yang minimal.

d. Mendukung pengamanan toko Desain toko harus mendukung pengamanan toko dari pencurian kemungkinan oleh pembeli maupun karyawan.

e. Memberikan kenyamanan berbelanja Harus memberikan kemudahan bagi pembeli yang masuk dan keluartoko, dapat mengundang orang untuk berani masuk ke dalam toko.

2. Dasar-Dasar Desain Toko

a. Etalase/display window (pajangan barang yang menghadap keluar) Memberikan pengaruh besar pada konsumen sebelum memutuskan untuk masuk.

b. Penerangan di luar toko Pencahayaan eksterior akan sangat penonjolan etalase maupun papan nama toko, khususnya pada malam hari.

c. Penerangan di dalam toko - Mendukung penampilan barang-barang yang dipajang - Meningkatkan daya tarik took, barang dagangan, kesenangan

berbelanja. - Meningkatkan produktivitas karyawan. - Mengurangi terjadinya pencurian.

d. Perabotan dan peralatan toko/equipment dan fixtures Memilih perabot dan peralatan toko perlu memerhatikan:

- Kesesuaian dengan jenis barang dagangan, - Kesesuaian dengan jenis pelayanan, - Kesesuaian dengan sasaran konsumen

3. Tata Letak Toko/Lay Out/Denah

Pengertian dasar lay out adalah suatu situasi sirkulasi/arus pengunjung yang memberikan kemungkinan maksimal bagi pelanggan untuk dapat melihat keseluruhan barang dagangan yang bermacam-macam, dalam sekali pandang □ Faktor-Faktor yang Memengaruhi Lay Out:

a. Ukuran dan bentuk ruangan. b. Lokasi pintu masuk, tangga, koridor, tiang dan Iain-Iain. c. Jenis dan jumlah barang dagangan. d. Jenis operasi toko yang dilaksanakan misalnya self service.

145

e. Ciri-ciri dan kebiasaan membeli dari pelanggan. f. Sifat dan jumlah fixtures, counter/Island display

□ Persiapan Desain Toko Sesudah memilih lokasi yang cocok, maka langkah selanjutnya

adalah menyiapkan bangunan/ruangan yang akan dipakai, meliputi: a. Membangun peralatan gedung baru atau mengubah yang sudah ada

agar sesuai dengan kebutuhan b. Menyediakan peralatan penerangan yang memadai, mencat dinding

dan flafon, dengan warna yang cerah, dan memberi karpet/memasang keramik yang sesuai.

c. Mendapatkan perabot dan peralatan/equipment/fixtures yang essensial (sesuai) untuk menyelenggarakan bisnis.

d. Mengatur penempatan barang-barang di rak sedemikian rupa, sehingga pelanggan dapat dilayani dengan cepat dan memuaskan, dengan biaya-biaya serendah mungkin (efektif, efisien dan ekonomis).

Pengaturan barang dagangan yang serasi atau harmonis, akan menimbulkan suasana nyaman kepada lingkungan para pegawai toko dan para pembeli. Sebaiknya ruangan toko yang akan menyimpan barang dagangan terbagi menjadi beberapa ruangan berikut sasarannya yang menunjang di dalam pengaturan barang dagangan. Sebaiknya di dalam pengaturan barang dagangan di dalam ruangan toko, adalah sebagai berikut a. mempunyai kamar administrasi, b. mempunyai kamar/ruangan keamanan, c. selain serasi atau harmonis juga mempunyai ventilasi, d. mempunyai ruangan etalase yang cukup luas dan menarik.

Tempatkanlah etalase, di mana setiap orang yang lewat bisa melihatnya. Etalase merupakan wajah dari toko, maka aturlah wajah sedemikian rupa supaya kelihatan menarik, supaya setiap orang yang lewat meliriknya dan akhirnya tertarik untuk masuk ke dalam took

e. sebaiknya di ruangan toko, mempunyai ruang informasi, advis dan tempat penitipan barang-barang,

f. di ruangan toko, mempunyai ruang coba (fitting room), g. di dalam ruangan toko, ada ruang tunggu yang menyenangkan

pembeli, h. di ruangan toko, ada kamar kecil (WC/Toilet/Rest room), i. mempunyai ruang pamer yang merupakan tempat untuk menata

atau memamerkan barang dagangan, j. mempunyai ruang tempat penyimpanan barang (running stock), k. pasanglah pengatur suhu udara (AC) dan diberikan pengharum

ruanganserta Tape Recorder dengan lagu-lagu yang sesuai dengan situasi dan kondisi

4. Penelitian Kebutuhan Ruangan Langkah ini memerlukan taksiran besarnya penjualan dalam jangka waktu

pendek dan jangka panjang. Jika ramalan penjualan jangka pendek diperoleh, maka dapatlah ditentukan luas minimum took yang dibutuhkan yaitu dengan membagi jumlah hasil penjualan itu dengan suatu angka yang diperoleh dari pengalaman.

146

Jika ada kemungkinan peningkatan penjualan di masa depan, maka hendaklah diadakan cadangan perluasan ruangan. Pada umumnya pengelola toko haruslah menanyakan dirinya apakah iatelah menyediakan ruangan untuk kebutuhan berikut. a. Bagian barang dagangan termasuk ruang penyimpanan barang (running

stock) dan tempat penjualan (sales area) yang sesuai. b. semua bagian penunjang penjualan (Bagian pengiriman barang,

penyimpanan, pengembalian barang dn Iain-Iain). c. Kemudahan bagi pelanggan dan karyawan d. Ruangan kantor, termasuk ruangan untuk pembelian barang. e. Pintu masuk dan keluar toko, tangga f. Gang-gang yang cukup lebar, yang memudahkan arus lalu lintas

pelanggan. g. Ruangan etalase menurut bentuk dan jenis yang dikehendaki. h. Ruangan yang cocok untuk peralatan komputer dan keperluan lain dari

teknologi baru. Luas area penjualan (sales space) dan nonarea penjualan tergantung dari

tipe bisnis yang dilakukan: Supermarket : kurang lebih 60% : 40% Special store : kurang lebih 80% : 20% Department store : kurang lebih 70% : 30% Alokasi area penjualan berdasarkan pengalaman di toko dipadu dengan: a. Penjualan per m2 (meter persegi) b. Laba kotor per m2 (meter persegi) c. Perputaran stock barang Berikut ini contoh bagian/area yang ada di Supermarket:

ENTRANCE ENTRANCE

Gambar Supermarket Lay out Bagian/area yang ada di Supermarket

1. Area Kantor; yaitu tempat manajer toko dan staff melakukan kegiatan operasional toko.

147

2. Area Kasir, terdiri atas 1) kasir yang biasanya berjumlah 4 sampai 6 dan counter COC (Contract Of

Counter) yaitu counter yang disewa secara khusus oleh supplier untuk menempatkan barang miliknya. Barang yang diletakkan di sini adalah barang-barang kecil yang sering dibeli oleh customer seperti batu batterai, permen, rokok, obat umum dan sejenisnya. Adapun mesin bisnis/equipmen yang digunkanan di bagian kasir yaitu:

- Mesin kasir disebut dengan mesin computer - Mesin debit digunakan apabila ada pembeli yang membayar

dengan kartu kredit 2) deposit yaitu tempat menitipkan tas atau barang customer.

3. Area Perishable, terdiri atas: 1) area Fruit yaitu tempat aneka buah segar, 2) area vegetable yaitu tempat sayur dan bumbu segar serta makanan

olahan beku (diletakkan pada frezzer), 3) area Meat yaitu tempat daging, ikan, ayam dan olahannya serta

makanan siap santap (Ready to Eat) Di area perisable terdapat equipment / mesin-mesin toko seperti mesin timbangan barang dan mesin wraping untuk mengemas barang.

4. Area Merchandising, terdiri atas: 1) area tempat menyimpan barang persediaan (gudang); barang- barang

yang disimpan disini dikelompokkan menjadi kelompok food yaitu kelompok makanan (sembako), makanan bayi, snack/minuman dst; dan kelompok nonfood Seperti; sabun, shampo obat serangga, toolkit dst.

2) area rak shelving/gondola barang-barang yang dijual. Yaitu tempat meletakkan barang barang

□ Bentuk-Bentuk Lay Out

1. Rak yang berbentuk gang-gang (aisle) lurus dengan gang kembar Keuntungannya: - Memaksimalkan area penjualan dengan mengurangi ruangan

yang terbuang. - Mempermudah menangani kebersihan. - Mempermudah pengamanan.

2. Rak/fixtures/island yang berbentuk bebas Misalnya berbentuk sirkuler, persegi delapan, atau meja panjang bujur telur, di mana lalu lintas pembeli bebas bergerak, sehingga lebih banyak barang yang terlihatoleh pembeli. Di samping itu, para calon pembeli menjadi lebih betah berlama-lama di toko. Kerugian-kerugiannya: - Karena banyaknya ruangan yang diperuntukkan bagi arus

lalu lintas konsumen, ruang yang tersedia untuk barang dagangan menjadi berkurang.

- Pemeliharaan kebersihan dan penanganan keamanan menjadi lebih sulit.

□ Tata Ruang di Rak Display

Di dalam meletakkan barang di rak, perlu memerhatikan hal-hal berikut 1. Barang-barang hendaknya dikelompokkan menurut jenisnya.

148

2. Setiap kelompok barang hendaknya diberikan lokasi ruang (space) yang sesuai dengan banyak sedikitnya kelompok barang.

3. Untuk barang-barang kecil, barang yang mahal-mahal, yang mungkin akan mudah untuk dicuri, ditempatkan di rak kaca yang tertutup (show window). Penjualan dengan pelayanan khusus.

□ Persyaratan Pemajangan Barang Yang Baik 1. Mudah dilihat. Setiap barang harus dapat terlihat merek, ukuran,

dan gambarnya menghadap ke depan. 2. Mudah dicari. Dengan pengelompokan barang yang baik

akan mempermudah pembeli mencari barang. 3. Mudah diambil. Barang-barang yang paling atas harus

mudah terjangkau oleh pembeli. 4. Menarik. Penempatan barang harus memperhatikan jenis,

ukuran, warna dan bentuk barang, sehingga barang-barang yang dipajang seluruhnya dapat tampil dengan baik. Kombinasi harus diatur dengan baik dengan acuan kombinasi warna pelangi.

5. Aman. Barang-barang makanan dan minuman hendaknya dipisahkan dengan yang bukan makanan terutama yang mengandung racun maupun berbau tajam untuk menghindari kontaminasi.

Adapun kriteria penempatan barang pada masing-masin g jenis pajangan diatur sebagai berikut. 1. Wall gondola

Island/rak regular selving Jenis item: Semua jenis barang Cara penyusunan : Kaleng : □ Depan ke belakang □ Kiri ke kanan □ Bawah ke atas □ FIFO □ Merek tampak di depan □ Label kiri produk Kotak : □ Tidak melebihi 1 shelvinf ke samping □ Label kiri produk

2. End Gondola a) Tidak disewa

□ Bukan sisa fraction □ 2 shelving 1 item □ Barang fast moving

b) Sewa Jenis item : □ Planogram di supplier □ Tidak melebihi 3 item

3. Wing Gondola Jenis item : □ High margin □ Cross merchandise □ Produk yan in/ngetrend

149

□ Produk impulse 4. Sales Strip

Jenis item : □ High margin □ Produk baru □ Produk sewa

5. Front Top Jenis Item : □ Sewa □ Produk baru □ Produk impulse □ Hemat

6. Side cap/side Top Jenis Item: □ Produk yang rawan hilang □ Produk impulse

7. Dancing Up Jenis Item: □ High margin □ Sewa □ Barang fast moving □ Barang murah □ Barang expose Ukuran □ Tinggi min 75 cm mak 120 cm □ Ukuran mak 90 x 90 cm □ Tidak mengganggu traffic konsumen

Barang-barang yang mudah pecah maupun bermacam jenis pisau yang berujung tajam perlundiperhatikan keamanannya

□ Posisi Letak Barang

1. Pemajangan Menurut Kelompok Barang Barang yang dapat dikelompokkan menurut jenisnya, misalnya kelompok makanan, biskuit, susu, makanan ringan, makanan kecil, kopi, teh, dikelompokkan sendiri-sendiri.

2. Pemajangan Menurut Ukuran - Secara vertical - Secara vertikal - Paling atas paling kecil makin ke bawah makin besar untuk barang yang sama

tetapi berbeda ukurannya Dengan menempatkan barang dagangan secara vertikal, kita dapat

memamerkan barang dagangan lebih banyak dapat memanfaatkan setiap jengkal ruangan dan meningkatkan nilai jualnya serta dapat menghemat biaya.

Pelanggan dapat dengan mudah melihat klasifikasi jenis barang secara langsung di hadapannya sebatas penglihatannya dan jangkauan tangan pelanggan dengan mudah menjangkau barang dagangan yang dibutuhkan, dengan penempatan barang vertikalpun pelanggan tidak mondar-mandir untuk mencari jenis jenis dan klasifikasi barang yang dijual di toko itu, penempatan barang secara vertikal berarti menempatkan dengan cara.

1) Menempatkan barang dari atas ke bawah secara sistematis. 2) Disusun sesuai jenis dan klasifikasinya.

150

3) Barang disusun berdasarkan ukuran, dari jenis yang terkecil sampai ukuran besar atau sebaliknya.

4) Warna barang disusun dari warna termuda sampai warna tua, dan sebaliknya.

5) Harga barang diletakkan dari harga murah ke harga mahal. 6) Barang disusun dari atas ke bawah atau sebaliknya sesuai dengan

jenisnya, kategorinya, serta bentuk dan sifatnya. Secara Horizontal Yaitu penataan barang dengan cara barang paling besar paling

Penempatan barang secara vertikal maupun horizontal dapat dilakukan di berbagai peralatan display, di antaranya: a. Penempatan barang pada gantungan ganda

Biasanya gantungan ganda ini dipergunakan untuk kelompok berbagai macam busana seperti pakaian wanita anak anak, bayi dan pakaian pria, alat ini praktis digunakan karena barang cukup digantungkan tidak perlu melipatnya, sehingga barang tetap bersih dan rapi. Keuntungan bagi pembeli adalah mudah melakukan memilih, praktis untuk menilai karakteristik barang dan langsung dapat dipegang. Untuk menarik perhatian, penjual tinggal menata secara apik tersusun serta tetap menjaga kerapiannya, menata barang sebaiknya mulai dari pengelompokan, misalnya pakaian pria, ditata mulai dari ukuran (size) besar ke ukuran kecil, dan warna muda ke warna yang lebih tua dan seterusnya, untuk menjaga kebersihan barang sebelum digantung terlebih dahulu dilapisi atau dibungkus oleh plastik transparan.

b. Penempatan barang pada rak Rak barang biasanya digunakan untuk barang kebutuhan sehari-hari misalnya pasta gigi, sabun mandi, sahmpo dan lain-lain, susunan barang disusun mulai dari atas ke bawah sesuai dengan kelompok dan spesifikasinya, usahakan penataan memberikan kesan bahwa barang lengkap dan praktis bagi pembeli jagalah jangan sampat menempatkan barang terlalu bawah sehingga sulit dilihat pembeli dan perlakukanlah setiap barang dengan baik

3. Pemanjangan Menurut bentuk Untuk barang-barang yang sejenis )beda merek) tetapi bentuknya sama akan leboh menarik kalau dipajang berdekatan

4. Pemanjangan Menurut warna Untuk pemanjangan barang sejenis dengan ukuran dan bentuk yang samana bila dipajang berekatan hendaknya memperhitungkan kombinasi warna dari barang-barang tersebut sehingga tampak lebih menari. Kombinasi warna yang paling dianjurkan adalah kombinasi warna pelangi

5. Pemanjangan Menurut Desain dasar Posisi Penampilan Produk dari Produsen - Setiap barang yang diproduksi sudah didesain sedemikian rupa

sehingga jelas posisinya ketika dipajang di took, baik dalam posisi berdiri (vertical) maupun dalam posisi tidur (horizontal)

- Petugas pemanjangan barang (display) harus mempelajari posisi terbaik bagi setiap barang sebagaimana yang dikehendaki oleh produsen

- Setiap barang hendaknya diberi kesempatan untuk tampil dan menunjukkan penampilannya yang terbaik

6. Pemanjangan barang Menurut Harga Barang - Barang-barang yang harganya mahal di rak paling atas

151

- Barang-barang yang cepat laku di rak bagian tengah (eye level) setinggi pandangan mata rata-rata orang

- Barang-barang yang murah di rak yang paling bawah

□ Tipe-tipe Panjangan (Display) 1. Wall Displayt (panjangan di rak dinding)

Digunakan untukmegarahkan arus pengunjung 2. Floor Display (pajangan barang di lantai)

Umumnya di bagian depan kasir atau gang tengah yang sering dilewati pengunjung

3. Sampling Display (barang-barang pajangan untuk contoh) Ideal untuk produk-produk baru yang umumnya berupa makanan (untuk dicicipi), tujuannya untuk meningkatkan penjualan.

4. Showcase Display (pajangan di lemari kaca) Untuk barang kecil tapi berharga atau untuk barang-barang mahal

5. Theme Display (pajangan untuk barang yang dipromosikan) Untuk mempromosikan sekelompok produk tertentu di satu masa (Event).

6. Rak bertrap Rak bertrap biasanya ditempatkan di tengah tengah ruang toko atau dalam etalase, dengan maksud untuk memberikan kesan kepada calon pembeli bahwa toko menjual barang yang bervariasi dan yang berprestise. Rak bertrap digunakan untuk barang-barang yang bermerekdan memberikan kesan mewah kepada pembelinya, seperti sepatu bermerek atau kacamata, alat ini bisa dibuat dari kaca dan kayu. Jika sepatu yang ditempatkan dalam rak bertrap maka tatalah sepatu sesuai dengan warnanya dan jangan menempatkan bagian dalam sepatu langsung menghadap pembeli tempatkanlah jenis-jenis sepatu yang sama pada rak yang sama, misalnya sepatu bertumit tinggi, tumit rendah, atau sandal.

7. Rak gantung Rak gantung di departemen store ditempelkan pada dinding dan terbuat dari kaca, cermin, kaca transparan, atau kayu yang diplitur. Raksemacam ini dipergunakan untuk tas, sepatu atau barang supenir lainnya jika rak ditempati tas susunlah tas-tas ukuran kecil di bagian atas dan ukuran yang lebih besar ditempatkan di bawah susunan barang disesuaikan dengan warnanya secara vertical

8. Gondola Gondola merupakan jenis rak barang yang bentuknya memiliki 2 (dua) muka dan masing-masing muka mempunyai fungsi yang sama, gondola dapat digunakan untuk menempatkan barang berupa, makanan dan minuman dengan kemasan dapat berdiri seperti susu kaleng, susu cokelat dus, atau barang kemasan botol satu sisinya dapat digunakan alat alat kosmetik, seperti shampo, sabun mandi, barang dari kulit, hiasan rumah, supenir, mainan, dan lain lain. Ukuran gondola harus sejajar dengan tinggi manusia, sehingga mudah dilihat dan dijangkau tangan. Perhatikan gambar dibawah ini

9. Rak horizontal Penempatan barang secara horizontal jarang digunakan di Departemen Store karena penempatan horizontal sering dianggap cara penempatan barang yang salah dan tidak efisien, jika barang disusun secara horizontal sesuai dengan datangnya barang, belanjapun menjadi sulit, karena pelanggan tidak dapat melihat susunan yang lengkap sesuai dengan jangkauan penglihatan dan tangannya. Pelanggan hanya melihat sebagian barang, sedangkan sisanya hanya dapat dilihat oleh anak kecil, karena anak kecil bukan konsumen

152

yang memutuskan untuk melakukan pembelian maka kita harus menyusun barang dagangan secara vertikal agar pelanggan dapat melihat secara jelas. Kelemahan dari penempatan barang secara horizontal adalah; a. Pelanggan harus mondar mandir untuk mencari barang

kebutuhannya. b. Memberi kesan terbatasnya barang dagangan yang dijual. c. Barang yang dilihat dan dijangkau pembeli terbatas. d. Memberi kesan tidak beraturan.

10. Rak berlengan Rak berlengan merupakan alat seperti kastop, fungsinya untuk menggantung pakaian dan terdapat berbagai macam rak berlengan, seperti rak berlengan dua, tiga atau empat. Pada prinsipnya kegunaan rak berlengan untuk menggantung barang, seperti pakaian wanita atau pari, kaus kaki, sweater, setelan jas, dan Iain-Iain. Pada umumnya di Departemen Store banyak menggunakan rak berlengan empat, karena pada rak berlengan empat kita dapat menempatkan pakaian atasan dan bawahan secara bersamaan, selain itu tidak memerlukan tempatyang luas, dan kelihatannya rapi, penempatan pakaian atasan ditempatkan pada bagian lengan yang menurun, sementara pakaianbawahan (celana panjang atau rok) di tempatkan pada bagian lenganyang lurus karena biasanya pakaian bawah lebih panjang. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan gantungan adalah: a. Isi gantungan lebih dari 2/3 atau % bagian, b. Apabila gantungan yang dipakai adalah gantungan lingkaran,

bagian yang terisi 7/8 atau % bagian, c. Bagian muka (t-shirt blouse) menghadap ke kiri dan kepala

gantungan semua menghadap ke dalam, d. Salah satu contoh yang paling ingin dijual diletakkan di muka, e. Penyusunan warna sama dengan cara penyusunan warna

penggunaan rak yaitu dari terang ke gelap □ Macam-macam Alat Display

- Box display - Plat form - Meja kursi - Fascia - Self bracket - Back wall - Menequin dolls - Show case - Roack gondola - Hanger stand - Display prop

4. Peralatan display barang di supermarket

Alat display yang dipergunakan dalam penataan produk di supermarket adalah sebagai berikut a. Gondola yaitu peralatan display yang terdiri atas shelving atau rak panjang

secara utuh b. Chelving, yaitu alat pemajangan yang merupakan bagian dari gondola

yang biasa disebut rak. c. Showcase, yaitu alat pajang berupa etalase untuk penjualan daging

segar.

153

d. Showcase chiler, yaitu tempat pemajangan buah, daging, sayur, dairy, dan sebagainya

e. Frozen island, adalah sarana pajang untuk produk beku seperti ice cream, chicken nugget, sayuran.

f. Wagon, adalah boks besar untuk menyimpan produk yang sedang promo atau diskon

g. Single book, berupa gantungan biasanya untuk pemajangan produk seperti sikat gigi, snack, dan sosis.

h. Hambalan, yaitu kayu yang letaknya di bawah sebagai dasar untuk peralatan display.

i. End gondola yaitu gondola akhir yang paling ujung dan untuk disewakan.

B. Teknik Tata Cahaya Display Di era 1980-an dan 1990-an, desain lighting utamanya lebih fokus pada

pencahayaan merchandise (barang yang ditawarkan). Eksistensi produk di suatu toko ditonjolkan melalui penerapan high level lighting tepat menyorot produk yang dipasajek sekitar yang dibuat redup, menegaskan figur manekin sebagai aksen.

Sejalan dengan waktu dan perubahan gaya berbelanja, kini pencahayaan merchandise dituntut berkombinasi dengan pencahayaan ruang (space illumination). Bukan sekadar keseimbangan produk dan ruang, lighting terutama ditujukan untuk penciptaan citra ruang. Space illumination tematik untuk memancarkan ambience tertentu pun didesain agar pencahayaan mengejutkan, menggoda, menstimulasi emosi.

Penerangan ruang (general lighting) toko hendaknya hadir dalam kuat cahaya tinggi. Citra visual didapat dari tata cahaya pada elemen arsitektur misal, partisi, drop off, dan back drop dengan color rendering yang tepat. Elemen-elemen itu sendiri mampu meningkatkan kontras bidang-bidang dalam ruang sehingga ruang tak tampil "kosong" dan datar. Permainan maju mundur dinding, turun naik ceiling, profil garis, tekstur, warna dan pembayangannya semakin khas ditangkap mata bila diramu dengan pencahayaan dan efek yang tepat. Satu lagi, pencahyaan pada satu elemen besar pengaruhnya pada kesan ruang keseluruhan. Pada dinding akan membuat ruang terasa luas, pada ceiling akan membuatnya terasa tinggi.

Perkembangan desain toko dengan permainan elemen (estetis) arsitektur, memudahkan kreativitas tata letak merchandise. Rak atau showcase bisa diintegrasikan dengan partisi/dinding. Di sela-sela ruang yang terbentuk antarkeduanya, perangkat lampu dapat diletakkan, dengan armature yang tak terekspos. Karena di luar yang tampak cuma berkas cahaya, maka bidang elemen dan ruang keseluruhan terlihat bersih.

Untuk menciptakan ambience sekaligus tetap berpegang pada fungsi penerangan umum dan merchandise, dibutuhkan apiikasi lebih dari satu spesifikasi. Tak hanya seperti konsep spotlight untuk aksen dan down light untuk umum, melainkan sebuah sistem yang memuat berbagai fungsi.

Dinamisasi/fleksibilitas sistem lighting yang mempertimbangkan perubahan warna display dan warna barang seiring waktu dan tren, lebih utama menyediakan altematif konsep pencahayaan yang cukup banyak dengan dana maksimal.

Dinamis dan fleksibel bisa dengan penggunaan multitrack (tidak dengan sirkuit tunggal), dengan memilih spotlight pada sebuah track atau titik posisi yang pasti yang arahnya dapat mudah diubah-ubah. Di samping dengan memilih fitting yang dapat dipakai oleh lampu-lampu yang berbeda agar tersedia kebutuhan rendering warna yang berbeda-beda. Sebagai catatan, tingkat rendering warna (color rendering) suatu lampu amat besar pengaruhnya terhadap kualitas visual ambience suatu objek.

154

Sistem kontrol pencahyaan pada satu area perbelanjaan sebaiknya menyediakan 2 altematif untuk siang dan malam dan mampu menciptakan ambience yang dapat berubah-ubah dengan distribusi dan warna cahaya yang berbeda beda. Ada empat model pencahayaan yang sepatutnya kita kenal, yaitu: 1. Ambient lighting, yaitu pencahayaan seluruh ruang technically, ambient lighting

artinya total sinaryang datang dari semua arah, untuk seluruh ruang. Sebuah lampu yang diletakkan di tengah-tengah ruang hanya salah satu bagian dari ambient lighting. Tetapi bila ada sinar yang datang dari semua tepi plafon, misalnya, terciptalah ambient lighting. Dalam membuat ambient lighting, sinar haruslah cukup fleksible untuk berbagai situasi atau peristiwa yang mungkin terjadi di ruangan.

2. Local lighting, atau pencahayaan lokal.pencahayaan jenis ini ditujukan untuk aktivitas keseharian.

3. Accent lighting, atau pencahayaan yang berfungsi sebagai aksen. Selain contoh di atas, pencahayaan jenis ini dapat dipakai untuk membuat sudut tertentu, barang tertentu menjadi menonjol. Pencahayaan seperti ini dapat membimbing pengunjung untuk melihat suatu barang, atau koleksi tertentu.

4. Natural lighting alias sinar matahari bahkan cahaya bulan. Bila didesain sejak awal, pemanfaatan sinar matahari dapat membuat ruangan menjadi terang.

1. Pencahayaan Khusus Teknik highlighting dan silhouetting yang umum digunakan pada

merchandise. Highlighting membuat kuat cahaya objek 5 kali lebih terang dibanding latar belakangnya. Silhouetting menekankan fitur khusus objek sekaligus menghilangkan glare. Pada manekin, misalnya, satu spotlight yang diinstal agak rendah mendekat ke model menciptakan kontras cahaya sangat kuat, yakni sebagian sisi begitu terang dan sebagian lain berbayang gelap. Sisi high brightness biasa pada sebagian wajah dan bahu model, agartercipta karakter dominan. Permainan kontras sejalan tujuan atraktif area window sebagai zona letak manekin pada umumnya.

Ada pula teknik backlighting, meletakkan sumber cahaya di belakang objek untuk performa berkas cahaya impresifdari depan. Teknik ini umumnya digunakan untuk produk-produk kristal. Lain bila cahaya diletakkan dari arah lain, misalnya direct lighting dengan lampu halogen spots atau fluorescents dari depan. Arah ini lebih menghasilkan efek refleksi dan ekspos kilap. Kilap (sparkle) lebih keluar dengan halogen spots ketimbang fluorescents. Dengan halogen, bayangan (shadow play) pada latar belakang pun lebih elegan.

Down lighting umumnya berupa teknik pencahayaan 180° dari langit-langit yang baik untuk penerangan area sirkulasi. Sedang up lighting berupa pencahayaan mengarah ke bidang atas, untuk menonjolkan ceiling atau menguatkan kesan ketinggian. Untuk cahaya pada elemen dinding bisa dengan teknik wall washing. Kegunaannya menonjolkan objek di dinding, memperjelas karakter fisik dinding sendiri (wujud, tekstur, warna dan semacamnya), dan menciptakan kesan "ruang". Penataan cahaya yang benar dan variasi warna yang indah akan menimbulkan kesan indah pada barang dan mewah. Pengaruhnya sangat besar dalam memikat minat konsumen untuk membeli.

2. Enticing Light Selain konsep yang berbasis pada upaya menyajikan "pengalaman" melalui

ambience ruang (enticing light), shop lighting diprediksi makin dalam merespons kebutuhan individual (Sjef Cornelissen, International Lighting Review 002: Shop) Seperti munculnya perhatian terhadap eksistensi figur individu dan interaksi

155

antarmereka (humanising light), sampai peran makin dominan atas seluruh proses dan aktivitas dalam ruang retail (light the process).

Di masa depan, kenyamanan, mood dan interaksi pengunjung (khususnya di ruang retail) besar kontribusinya terhadap tren pencahayaan yang makin dinamis, mengombinasikan beragam spesifikasi terintegrasi, fleksibel dengan sistem kontrol yang mudah. Bahkan melahirkan keberanian konsep light as art seperti gaya pencahayaan orkestra dan semacamnya.

3. Keterampilan dalam Memonitor Penataan atau Display Produk Keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang pramuniaga dalam

memonitor penataan produk adalah: a. Mengevaluasi display produk sesuai perencanaan

Mengevaluasi display produk adalah dapat dilakukan dengan cara menilai ulang yang disesuaikan dengan perencanaan, perlengkapan, peralatan, tempat dan produk yang didisplay, dengan teknik yang digunakan yaitu: • Apakah sudah dilakukan pelabelan secara keseluruhan dengan baik dan

benar sesuai cara pelabelan barang. • Apakah pendisplayan sudah sesuai dengan SOP dan teknik

pemajangan berdasarkan warna, penggunaan, rak, dan penggunaan lemari kaca.

• Apakah presentasi visual dan medianya sudah lengkap. • Apakah alat bantu display telah tersedia sesuai perencanaan dan

kebutuhan. • Apakah sudah mengikuti prinsip-prinsip penataan barang.

b. Mengidentifikasi kerusakan atau perubahan pada disp lay produk Mengidentifikasi kerusakan atau perubahan pada display dapat

dilakukan dengan cara menyusun dan mengelompokkan barang dari segi kerusakan atau perubahan, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. • Apakah pelabelan masih utuh dalam 2 s/d 3 minggu. • Apakah tidak ada perubahan produk fashion dari segi warna. • Apakah ferdapaf kerusakan atau kekusutan pada produk fashion.

Apakah terdapat kerusakan atau perubahan pada peralatan display. c. Mengatasi setiap perubahan pada produk display

Mengatasi setiap perubahan pada display, dapat dilakukan dengan penataan ulang terhadap display yang rusak dan berubah dari perencanaan, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut: • Mengganti pelabelan dengan yang baru • Mengganti teknik pemajangan dengan teknik yang lainnya • Mengganti peralatan yang rusak • Membenahi peralatan display sesuai posisinya • Membersihkan barang fashion yang kotor • Mengganti barang fashion yang susut warna dengan yang baru.

d. Sikap-sikap yang harus dilakukan dalam memonitor pe na taan display produk Sikap-sikap yang harus dilakukan dalam memonoitor penataan display produk adalah: 1. Cermat

Pramuniaga saat memonitor display produk haruslah cermat dan teliti misalnya: • Identifikasi barang dengan benar, • Berdiri, duduk, dan gerakan sesuai dengan kebutuhan,

156

• Berikan perhatian terhadap display produk,

2. Teliti Pramuniaga harus diteliti dalam memonitor penataan produk di antaranya harus: • Memerhatikan setiap proses yang dilaksanakan, • Mengamati dengan saksama barang yang telah ditata, • Periksa barang dan dokumen barang yang ditata apakah telah

dipasangkan.

3. Bertanggung jawab Pramuniaga harus bertanggung jawab dalam memonitor produk sesuai dengan tingkat dan wewenangnya pada perusahaan tersebut, di antaranya dengan: • Menampung masukan mengenai penataan dari supervisor atau

kolega, • Meneruskan kembali proses penataan dengan benar Hal tersebut di atas berkaitan dengan tugas seorang SPG atau pramuniaga, adapun tugas pramuniaga adalah: 1. Mendata barang yang ada di gondola/rak

Jika barang yang ada di rak/gondola kosong maka SPG/SPM (Pramuniaga) yang bersangkutan harus melaporkan pada staf gudang (merchandiser) untuk mengeluarkan barang/stock dari gudangtoko, jika temyata stock di gudang minim, maka pramuniaga atau SPG melaporkan kepada pegawai merchandising, dan selanjutnya staf akan membuat PO (purchase order), dalam hal ini seorang SPG haruslah memiliki jiwa leadership sebagai wakil perusahaan.

2. Mendisplay barang pada rak/gondola Barang yang ada ditata/didisplay dengan rapi, jika gondola kosong atau stock minimdiisi kembali dengan barang yang sudah diminta dari merchandiser, dalam hal ini diperlukan keaktifan dan kreativitas SPG (pramuniaga).

3. Mempromosikan barang dagangan Jika ada produk baru yang dikeluarkan oleh produsen atau sedang ada promosi maka mereka akan mempromosikanya kepada pembeli/ konsumen dalam hal ini seorang SPG haruslah memiliki ketrampilan berkomunikasi baik dengan kolega maupun dengan customer, bersikap ramah dan proaktif.

4. Mengepak produk kemasan kecil, membungkus/mengemas hadiah pada produk menempelkan hadiah pada produk) dalam hal ini SPG sebagai wakii perusahaan harus dapat menganalisa dan mengambil keputusan kapan harus menambah stock barang di counter yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Membuat laporan tentang penjualan dalam hal ini seorang SPG harus pandai dan memiliki keterampilan menulis yang baik rapi dan bersih. Pengadaan barang di supermarket maupun Departement store dilakukan oleh bagian Merchandising, orang yang bertugas di bagian ini disebut merchandiser, sedangkan bagian dari merchandising yang

157

khusus bertugas sebagai penerima barang di gudang disebut receiving

Tugas dan tanggung jawab merchandiser a. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang yang dipajang b. Menjaga kebersihan rak/gondola serta barang-barang yang dipajang c. Menghindari kekosongan barang yang dipajang d. Memberi label pada semua barang yang ada dipajangan baik label

maupun label barang e. Untuk barang yang kosong, harus mencetak label rak "maaf barang

kosong" dan tempel pada rak barang tersebut walaupun rak tersebut diisi barang lain.

Apabila seorang merchandiser harus mengisi rak/gondola atau melakukan display barang maka harus memerhatikan hal hal sebagai berikut: • Mencatat item dan jumlah barang yang akan diambil dari gudang untuk

pengisian gondola/rak. • Mengumpulkan barang yang akan diambil untuk dipajang dalam troly

dan dibawa ke ruangan display. • Mengeluarkan barang dari kardus dan memajang barang, kardus

pembungkus dirapikan/dilipat dan dibawa keluar. • Jika barang di rak/shelving kosong sedang stocknya minim ,maka yang

harus dilakukan. - Mengisi barang dari floor display/end gondola, - Memajukan barang ke depan agar terlihat penuh, - Apabila barang di rak kosong, baik di rak shelving/gondola atau

digudang maka: a. Rak/gondola diisi dengan barang dari atas atau bawahnya, b. Rak/gondola diisi dengan item barang dari kanan atau kirinya

Apabila barang di rak/gondola kosong sedangkan rak tersebut telah disewa oleh suplier maka rak tersebut diisi dengan barang lain dari supplier yang sama, selama barang tersebut tidak mengkontaminasi barang lain yang ada di rak tersebut.

Dalam mendisplay barang petugas merchandiser harus mengikuti ketentuan sebagai berikut. 1. Vertikal blocking yaitu semua shelving di blok untuk 1 jenis barang/

produk. 2. Berdasarkan kesamaan rasa atau fungsi, misalnya susu kalsium

dikelompokkan dengan susu kalsium dengan merek berbeda dan seterusnya.

3. Market leader challenger. 4. Produk untuk dikonsumsi anak-anak diletakkan di bawah. 5. Produk yang menguntungkan diletakkan pada area pandangan mata

(eye level). 6. Produk yang harganya mahal diletakkan di sebelah kanan. 7. Produk baru diletakkan di eye level. 8. Produk ukuran besar diletakkan di bawah. 9. Produk yang dikemas (banded) diletakkan di bawah. 10. Merubah/mengganti display untuk meningkatkan penjualan. 11. Untuk barang hemat didisplay di floor display. Tugas Merchandisser bertanggung jawab terhadap barang-barang

yang didisplay untuk itu maka seorang merchandiser harus:

158

a. Membersihkan setiap hari rak/gondola dari atas ke bawah sampai ke kolong rak/gondola tujuannya untuk membuat display tetap bersih dan sehat.

b. Merapikan kembali barang pajangan dan menarik barang yang rusak/ expired/rusak kemasannya. Sedangkan tugas bagian Receiving adalah sebagai berikut.

1. Mencocokkan faktur dan PO (purchase order), yang dicocokkan adalah: a. Nama toko yang tertera difaktur. b. Jumlah barang, jika barang yang datang kurang, maka harus

diberi catatan difaktur dan jika barang lebih ditolak.

2. Mengecek kembali/menghitung jumlah barang yang ada dengan faktur

3. Memberi tanggal pada karton/kardus sesuai dengan tanggal penerimaan barang, hal ini untuk memudahkan petugas merchander saat mengeluarkan barang dagangan dari gudang, mana yang lebih dahulu harus didisplay dengan sistem FIFO (first in first out) artinya barang yang pertama masuk juga yang pertama dikeluarkan dari gudang.

4. Menyimpan barang di gudang sesuai dengan klasifikasinya.

Rangkuman □ Pengertian Display adalah penataan barang dagangan di tempat tertentu dengan

tujuan agar menarik minat konsumen untuk melihat dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan.

□ Tujuan Display adalah untuk memperkenalkan barang dagangan, menari perhatian pengunjung untuk melihat, memegang barang dagangan yang kita pajang.

□ Persyaratan pemajangan barang yang baik adalah: mudah dilihat, mudah dicari,mudah diambil, dan menarik serta aman.

□ Tipe-tipe pajangan (display): - Wall Display (pajangan di rak dinding) - Floor Display (pajangan barang di lantai) - Sampling Display (barang-barang pajangan untuk contoh) - Showcase Display (pajangan di lemari kaca) - Theme

Latihan Gambarlah sebuah lay out toko/mini market yang menyediakan produk yang dijual antara lain:

1. Macam Produk • Peralatan bayi, peralatan rumah tangga, sayur dan buah, makanan kecil,

minuman ringan, mineral, mi instan, makanan kalengan, kecap, sambal, saos, teh, gula, kopi, susu kaleng, kue kering, wafer, permen, ice cream

• Peralatan dapur • Obat anti serangga, pupuk • Sabun cuci, perlengkapan mandi

159

3. Menjaga Display Produk Sesuai de Standar Perus ahaan dan Perencanaan Tujuan Pelatihan : 1. Peserta dapat menjelaskan konsep perawatan produk secara umum 2. Peserta dapat menjelaskan konsep merancang display produk sesuai perencanaan

penataan produk 3. Peserta dapat menjelaskan penyusunan display sesuai standar perusahaan 4. Peserta dapat menjelaskan konsep pemeliharaan keamanan dan kebersihan

tempat bekerja 5. Peserta dapat menjelaskan antisipasi kehilangan (shrinkage) dan pencurian

A. Perawatan Produk Secara Umum

Pada display produk hams disesuaikan antara perawatan dan penyimpanan barang dagangan sehingga memudahkan pegawai untuk hal-hal berikut; a. Melakukan pengecekan keadaan barang dan jumlah persediaan barang b. Pemilihan dan pencarian barang yang diperlukan c . Pengambilan barang persediaan d. Penambahan penataan barang persediaan e . Memelihara barang secara baik

Dalam merawat display produk, khususnya departemen fresh harus memerhatikan keadaan sekelilingnya, perawatan ini tidak hanya perawatan produk saja tetapi meliputi semua kegiatan dalam perdagangan, misalnya perawatan counter, alat display, ruangan, dan sebagainya. 1. Perawatan counter secara umum

Perawatan counter yang baik dapat dilakukan dengan cara berikut. a. Lakukan penyemprotan secara rutin agar terhindar dari bau yang tidak sedap,

debu, dan pencemaran lainnya, selain itu pada counter perlu adanya ventilasi yang cukup.

b. mempunyai saluran pembuangan yang cukup,dan mudah dibersihkan, pengadaan air harus cukup dan

c. Ruang display, ruang produksi dan ruang penyimpanan secara rutin dibersihkan setiap hari, dapat menggunakan detergen atau desinfektan.

d. Tersedia tempat sampah. e. Lakukan daily cleaner untuk semua peralatan di counter fresh. f. Bersihkan showcase, cool strorage dan alat bantu lainnya sebagai penghias

counter setiap minggu. Selain hal hal tersebut di atas, dalam merawat counter juga harus memerhatikan: a. Perawatan, air, udara, rotasi dan kebersihan, b. Sanitasi yaitu: pemahaman tentang bakteri, mencegah pertumbuhan

bakteri, dan kebersihan pribadi, c. Receiving

1) Pengecekan di bagian penerimaan barang, 2) Perhatikan tanggal pengiriman yang tercantum pada PO, 3) Periksa kualitas barang yang dikirim dan jumlah baraang yang dikirim

harus sama dengan faktur, 4) Barang yang dimasukkan ke gudang merupakan barang untuk stok

sedangkan barang yang tidak di stok langsung dipajang setelah dilabel.

d. Transfer atau retur 1) Kumpulkan barang yang akan diretur karena rusak atau tidak layak

jual (biasanya dairy produk). 2) Diinformasikan pada supplier saat datang.

160

3) Membuat bon retur. 4) Barang returan diserahkan kepada supplier.

e. Shrinkage 1. Kumpulkan barang yang akan dimusnahkan atau diubah bentuk (rusak dan

busuk) 1) Membuat bon pemusnahan yang berisi: a) PLU d) harga beli b) nama barang e) berat barang c) harga jual

2. Barang tersebut segera dimusnahkan atau diolah kembali f. Survey

1) Lakukan survey minimal satu bulan sekali. 2) Analisa hasil survey. 3) Laporan hasil survey.

2. Merawat display produk agar rapi dan bersih

Cara menyimpan dan mengamankan barang-barang dagangan, adalah sebagai berikut. a. Menyimpan barang dagangan yang tidak memerlukan tempat khusus

- tertib, aman, dan sehat, - tidak mudah dimasuki tikus atau binatang-binatang lainnya, dan - tidak kena debu atau kotoran.

b. Menyimpan barang dagangan yang memerlukan tempat khusus

- harus disimpan pada alat pendingin, - harus disimpan pada alat pemanas atau penghangat, dan - harus disimpan pada tempat dengan temperatur khusus

Penyimpanan barang di dalam toko, tentunya tidak dilakukan dalam jumlah

banyak kerena toko tidak mempunyai gudang tempat khusus yang cukup luas dan besar, menyimpan dan mengamankan barang-barang dalam toko hanya terbatas dalam jumlah yang dibutuhkan para konsumen/pembeli saja.

Pada prinsipnya barang dagangan harus disimpan sedemikian rupa dan di tata dengan rapi menurut jenisnya agar barang barang dagangan terpelihara keamanannya dan terjamin mutunya. Barang-barang sebelum dijual kembali, terlebih dahulu disimpan dan diamankan dalam: 1. Lemari khusus 2. Gudang khusus,milik toko sendiri 3. Ruangan took

B. Merancang Display Produk Agar Tetap Konsisten te rhadap Perencanaan Penataan Produk Setiap barang fresh yang akan didisplay harus diteliti terlebih dahulu,agar tidak terjadi penyimpangan dari standar prosedur perusahaan (SOP), agar display produk tetap konsisten terhadap perencanaan penataan produk maka harus dilakukan hal hal sebagai berikut. Agar terhindar dari bau busuk debu dan pencemaran lainnya, seperti tikus, kecoa, dan serangga lainnya maka lakukanlah penyemprotan secara rutin pada display atau counter dan ventilasi haruslah cukup. a. Mempunyai saluran pembuangan yang cukup dan mudah

dibersihkan.Persediaan air harus cukup dan memenuhi syarat air PAM. Selain itu, mempunyai water heater untuk membersihkan lemak daging.

161

b. Ruang display, ruang produksi dan ruang penyimpanan secara rutin dibersihkan setiap hari, dapat menggunakan detergen dan desinfektan.

c. Tersedia tempat pembuangan sampah, gunakan plastik sampah untuk mempermudah.

d. Lakukan daily cleanes untuk semua peralatan di counter fresh. e. Bersihkan showcase, cool storage, dan alat-alat bantu sebagai penghias

counter setiap minggu. f. Kebersihan counter merupakan hal yang utama karena biasakan bekerja

dimulai dengan tempat yang bersih.

g. Lakukan pembersihan terhadap rak, nampan, tag harga dan sebagainya. h. Lakukan kebersihan mingguan terhadap showcase, chiller, kisi-kisi udara, dan

kolong-kolongnya. i. Periksalah suhu showcase 2 sampai dengan 4 derajat celcius dan frozen island

17 sampai dengan 24 derajat celcius. j. Periksalah lampu jangan sampai ada yang tidak menyala.

C. Menyusun Display Mengikuti Standar Perusahaan

Menyusun barang dagangan merupakan salah satu hal yang tidak kalah pentingnya, karena ini merupakan kesan pertama dari pengunjung toko tersebut. Oleh karena itu, barang-barang yang dipajang di dalam ruangan toko maupun di etalase harus ditata sedemikian rupa sehingga kelihatan rapi, serasi, dan menarik bagi setiap orang terutama calon pembeli. Untuk penataan barang-barang ini diperlukan keahlian khusus, kreasi dan seni yang tinggi. Jadi, tidak semua orang bisa menata sendiri. Agar penataan terlihat menarik, perlu menyewa orang-orang yang ahli dalam dekorasi dan penataan barang/pemajangan.

Dengan harapan, hal ini bisa dipakai sebagai dasar atau contoh atau acuan untuk penataan berikutnya. Penataan barang sebaiknya setiap saat diubah agar tidak membosankan dan disesuaikan dengan keadaannya. Hal yang perlu diperhatikan ialah bagaimana bentuk, warna, ukuran, tempat dan perlengkapan-perlengkapan lainnya itu dipadukan sehingga penataan barang-barang itu kelihatan rapi dan menarik. Yang pada akhirnya akan bisa menarik pengunjung/calon pembeli/ pelanggan tertarik untuk memiliki barang-barang tersebut.

Barang-barang yang ditata/dipajang di etalase atau dalam toko, sebiknya setiap saat/waktu-waktu tertentu diadakan perubahan agar tidak membosankan. Misalnya 2 minggu, satu bulan, dua bulan atau paling lambat tiga bulan sekali.

Dengan perubahan letak barang akan membuat toko tampak dinamis, sehingga akan menimbulkan kesan barang-barangnya baru, dengan demikian, akan membuat orang lebih tertarik, terutama dalam keadaan-keadaan tertentu, misalnya lebaran, natal, tahun baru, dan sebagainya. Perubahan letak barang di samping untuk merubah suasana juga ditujukan untuk memperkenalkan barang baru atau barang lama yang jarang terlihat oleh konsumen. Barang-barang tersebut diletakkan di tempat yang strategis, sehingga dapat terlihat oleh setiap pengunjung toko tersebut

Sikap-sikap yang dibutuhkan saat menjaga display produk adalah sebagai berikut. a. Cermat

Harus cermat saat menjaga display produk tersebut, di antaranya dengan cara: 1) Identifikasi barang dengan benar dari segi kualitas dan kuantitas, 2) Rensponsif terhadap perubahan display, 3) Lakukan seperti baru pertama kali, 4) Berikan perhatian terhadap display produk.

162

b. Teliti Pelayan harus teliti dalam menjaga display produk. Di antaranya dapat diiakukan dengan cara: 1) Perhatikan setiap proses yang dilaksanakan, 2) Amati dengan saksama barang yang telah ditata, 3) Periksa kebersihan display, 4) Periksa perubahan produk, 5) Periksa barang dan dokumen-dokumen barang yang ditata apakah telah

dipasangkan. c. Bertanggung Jawab

Pelayan harus bertanggung jawab dalam menjaga display produk sesuai dengan tingkat wewenang pada perusahaan tersebut. Di antaranya dengan: 1. Menampung masukan mengenai perawatan display dari supervisor atau

kolega. 2. Disalurkan pada petugas yang berwenang di perusahaan apabila

diperlukan. 3. Menata ulang kembali display apabila diperlukan.

D. Memelihara Keamanan dan Kebersihan Tempat Bekerj a

Keamanan dan kebersihan lingkungan toko tempat anda bekerja, sangat penting sekali. Keamanan dan kebersihan lingkungan toko tempat bekerja perlu dipelihara dan dijaga setiap saat, agar para pekerja toko merasa betah, kerasan, senang, serta lebih meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Keamanan dan kebersihan tempat bekerja yang baik dan teratur, bukan saja menimbulkansenangnya para pekerja, akan tetapi juga menimbulkan rasa senangnya para konsumen/langganan/pembeli.

Untuk menjaga kebersihan toko di mana tempat Anda bekerja, dapat dilakukan bermacam-macam cara, antara lain: a. Pakaian seragam pramuniaga/karyawan toko hams serasi dan bersih. b. Bak sampan jangan sampai isinya penuh dan membludak keluar. c. Menyediakan alat-alat penyegar ruangan toko. d. Menyediakan alat-alat kebersihan, seperti sapu, kain pel, dan alat pengisap

debu lantai. e. Menyediakan kamar kecil (WC, Toilet). f. Setiap saat, setiap hah, sebelum toko dibuka, perlu dipel oleh para petugas

kebersihan. g. Pada setiap dinding toko yang strategis dibuat tulisan "Buanglah sampah pada

tempatnya". Keamanan barang yang dipajang secara display perlu diatur sedemikian rupa,

ditata dengan rapi serta dijaga keamanannya, agar barang dagangan yang dipajang tersebut aman secara efektif dan efisien maka pengaturannya adalah sebagai berikut. a. Para wiraniaga harus teliti dan mengawasi secara saksama, agar barang-barang

tidak dicuri orang yang masuk ke toko. b. Harus ada ruangan khusus untuk petugas keamanan. c. Barang dagangan harus disimpan berdasarkan golongan atau pengelompokan. d. Barang dagangan yang cepat rusak disimpan ditempat khusus. e. Barang dagangan yang berharga perlu disimpan di dalam lemari berkaca tebal

secara tertutup. Suasana dan keadaan lingkungan toko di mana Anda bekerja jika selamanya

bersih dan harum, akan menimbulkan rasa nyaman bagi semua pihak yang berkunjung ke toko. Keindahan lingkungan toko bukan saja harus selalu bersih, akan tetapi harus juga asri, indah, rindang, rimbun dan sejuk, karena halaman parkir kendaraan selain luas juga penuh pepohonan. Begitu pula dengan keamanannya harus dapat menjamin keselamatan baik bagi karyawan/pekerja toko maupun untuk para pengunjung toko,

163

untuk menjamin dan keselamatan para pembeli/para pengunjung, baik di luar maupun di dalam toko, pengelola usaha toko perlu berusaha dan mengusahakan: a. Adanya pos atau kamar keamanan yang dijaga satpam, b. Dibuatkan pintu darurat, untuk berjaga-jaga jika ada kebakaran, c. Adanya alat-alat pemadam kebakaran, d. Memasang kamera TV (closed circuit), e. Memasang cermin di setiap dinding atau sudut, f. Memasang alarm keamanan.

Dalam menjaga keamanan barang dagangan yang dipajang di took besarsudah barang tentu pengamanannya menggunakan alat-alat modern di antaranya: 1. Label elektronik

Sistem label elektronik dipasang pada pintu keluartoko yang melindungi label khusus yang dipasang pada barang dagangan, jika barang dagangan tercuri dan dibawa keluar toko maka secara otomatis alarm akan berbunyi.

2. Kamera Secara umum ada 3 (tiga) jenis kamera, yaitu: a. Kamera hidup

Kamera hidup sering dipasang pada dinding atau plafon toko yang terlihat oleh semua orang yang belanja.dan karyawan toko, perangkat ini bisa diam dan bisa berputar, sedangkan monitornya berupa televisi yang ada diruangan kantor manajer toko yang dapat melihat gerak-gerik orang yang sedang berbelanja.

b. Kamera tersembunyi Kamera ini tersembunyi dan dihubungkan dengan VCR. Sistem ini khusus untuk meneliti area toko, di mana pencurian diduga bisa terjadi, jika tercatat suatu pencurian, maka rekaman bisa diputar kembali setiap saat yang dapat memperlihatkan jalannya pencurian barang tersebut

3. Dummy kamera Dummy kamera ini harganya tidak mahal dan bisa dipakai di toko kecil, kamera ini semata mata merupakan kamera bohong-bohongan.

4. Sighn pemberitahuan Sighn pemberitahuan adalah pengumuman tertulis yang dicantumkan dengan jelas, bahwa di toko di tempat Anda berbelanja terdapat divisi keamanan, para pengunjung.

5. Cermin Cermin yang dipasang di pelbagai lokasi toko merupakan pengawasan terhadap pencuri barang dagangan. Toko bisa'dilengkapi cermin yang membujur sepanjang dinding dan plafon, sehingga para petugas toko dapat melihat dari jarak jauh di pelbagai sudut area toko.

E. Mengantisipasi Kehilangan (shrinkage) dan Pencur ian

Kehilangan (shrinkage) merupakan efek operasional toko yang hampir mustahil untuk dihilangkan. Setiap peritel manapun pasti pernah mengalami kenyataan yang tidak menyenangkan ini. Bahkan di kalangan pelaku bisnis eceran sendiri, kehilangan sudah dianggap sebagai risiko usaha yang tak bisa dihindari. beberapa peritel tertentu bahkan sudah memperhitungkan risiko kehilangan ini ke dalam sistem pencatatan keuangan usahanya dengan memasukkannya sebagai salah satu komponen biaya usaha (biasanya rasio cadangan dianggarkan nol koma sekian x persen dari total sales per bulan, kehilangan sesungguhnya dapat diminimalisasi dengan cara-cara tertentu sehingga kerugian yang ditimbulkannya tidak sampai berpengaruh secara signifikan.

Secara garis besar, jenis kehilangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni internal dan ekstemal. Jenis kehilangan internal sendiri terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama, kehilangan secara administrasi (administrative shrinkage) yang

164

biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan pada saat penerimaan barang, pencatatan barang, pengeluaran barang, penjualan barang dan kelemahan sarana transaksi misal, scanner kasir tidak tepat data. Yang kedua, kehilangan secara operasional (operational shrinkage) yang umumnya terjadi mulai dari akibat pencurian oleh karyawan, pengrusakan secara sengaja yang dilakukan karyawan, lemahnya sistem kontrol dan keamanan intern, kecerobohan karyawan, kekeliruan penanganan dan perawatan barang sampai dengan kejahatan yang dilakukan oleh oknum petugas kasir. Sedangkan untuk jenis kehilangan eksternal, umumnya timbul akibat dari pencurian atau penggelapan yang dilakukan customer dan pengrusakan yang disebabkan oleh kesengajaan customer atau kasus tertentu seperti penjarahan dan kerusuhan. Khusus menyangkut pencurian atau penggelapan yang dilakukan customer ini, para peritel hendaknya semakin meningkatkan kewaspadaan mengingat makin maraknya kasus pencurian yang terjadi yang dilakukan baik secara individu maupun sindikat profesional. Modus operandi yang dilakukan pun semakin beragam.

Tehnik yang dipakai pelaku pencurian di dalam took

No. Tehnik Modus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

The Booster The Diverter The Blocker The Sweeper The Walker The Wearer Carrier Walk Price Changer

Biasanya menggunaikan kantung/kitak yang disembunyikan di dalam baju di mana barang yang dicuri bias didorong secara urut di dalam kotak/kantorng itu Dilakukan secara berkelompok di mana ada yang mengalihkan perhatian karyawan toko saat rekannya melakukan pencurian. Misal; mengajak ngobrol, menarik perhatian atau meminta sesuatu sehingga karyawan harus mengambil di tempat lain/ gudang. Menghalangi pandangan karyawan atau pantauan kamera saat rekannya melakukan pencurian. Menyapu bersih semua barang sehingga terkesan toko tidak menjual atau stoknya kosong. Meletakkan barang curian di antara kedua paha. Biasanya menyamar sedang hamil. Barang-barang yang dicuri langsung dipakai/dimakan, bila ada pengamanan di buang secara paksa Mengambil barang dengan jumlah besar dengan menunjukkan bukti pembayaran palsu dan melewati kasir seakan-akan barang telah dibayar Merubah label harga dari yang mahal ke murah

Pencegahan

Berikut ini beberapa cara pencegahan dan langkah antisipatif yang dapat dilakukan para peritel dalam meminimalisasi tingkat kehilangan barang yang terjadi di dalam toko:

165

1. Internal • Administrative shrinkage

- Melakukan random check atau pengecekan secara acak pada saat melakukan penghitungan dan pencatatan keluar masuk barang (persediaan).

- Menjalankan pengamanan berlapis untuk sistem administrasi dan operasional.

- Melakukan double check oleh orang/bagian yang berbeda. • Operational shrinkage

- Do it right at the first time. Lakukan setiap pekerjaan secara teliti dan benar pada kesempatan pertama.

- Melakukan partial/annual stock take (stock opname) - Menciptakan suasana keamanan, misal; ada body check bagi semua

karyawan - Memperketat penerimaan karyawan - Atasan memberi contoh langsung ke bawahan, apa yang boleh dan tidak

dilakukan. 2. Eksternal

• Deteksi dan cegah pencurian oleh customer - Karyawan tanggap akan situasi di sekelilingnya - Karyawan ikut 'mengamati' customer - Karyawan suatu bagian ikut 'waspada' terhadap bagian yang lain - Karyawan selalu 'siap', bukan menjawab "Sebentar, habis ini saya

akan kembali" - Tunjukkan barang seperlunya, bila tidak perlu segera kemasi - Deteksi melalui pandangan mata, gerakan tangan, gerakan badan, pakaian

yang dikenakan, barang bawaan (tas, jaket, dll) bila perlu sediakan layanan penitipan barang.

- Kenali modus-modus operandi pencurian yang banyak ditemui di lapangan. Rangkuman □ Ruangan etalase adalah ruangan khusus untuk memajangkan barang-barang

dagangan, baik di dalam toko maupun di muka (luar) toko. □ Untuk menjaga keamanan barang dagangan yang dipajangkan di toko besar

sudah barang tentu pengamanannya menggunakan alat-alat modern, di antaranya adalah sebagai berikut. - Label elektronik. - Kamera. - Sign Pemberitahuan. - Cermin.

□ Untuk menjami keselamatan konsumen pengelola toko perlu berusaha dan mengusahakan: - Adanya pos atau kamar keamanan yang dijaga satpam, - Dibuatkan pintu darurat, untuk berjaga-jaga jika ada kebakaran, - Adanya alat-alat pemadam kebakaran, - Memasang kamera TV (closed circuit), - Memasang cermin di setiap dinding atau sudut, - Memasang alarm keamanan.

Latihan 1. Susunlah pemajangan barang dagangan dengan memakai cara open display

untuk barang dagangan sembilan bahan pokok!

166

PENJUALAN RITEL

BAB 1. PENDAHULUAN A. Dekripsi Modul

Modul ini disusun sebagai materi pembelajaran untuk memberikan pemahaman tentang Penjualan Ritel produk(barang dan jasa) serta memberikan bekal ilmu dalam menerapkan strategi penjualan secara eceran yang direncanakan siswa. Setelah mempelajari modul ini, Peserta PLPG/ siswa diharapkan akan dapat memahami tentang penjualan eceran , menganalisis pasar serta membuat strategi pemasaran rancangan suatu ritel yang dinamakan Manajemen Bisnis Eceran. B. Petunjuk Belajar

Peserta PLPG diharapkan dapat mewujudkan kompetensi dan indikator yang telah ditetapkan, dengan mempelajari materi ini secara cermat , ikut dengan seksama proses pembelajaran dari nara sumber , kembangkan materi melalui diskusi dengan teman sejawat dan nara sumber serta melengkapinya dengan sumber-sumber belajar lainnya , seperti buku-buku dan artikel yang dipublikasikan lewat web dan pratekkan kegiatan penjualan yang sesuai dalam tujuan dan proses pembelajaran dengan model-model pembelajaran inovatif.

C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi

Memahami dasar-dasar penjualan eceran barang dan jasa , karakteristiknya, serta perkembangannya dalam teknologi pendiddikan.

2. Kompetensi Dasar Memahami konsep dasar penjualan eceran barang dan jasa Indikator 1. Aspek kognitif:

Memahami pasar yang dihadapi dalam penjualan eceran produk( barang dan jasa) • Memahami macam-macam strategi penjualan eceran yang bisa diterapkan

• Mengetahui manfaat adanya inovasi sebagai akibat adanya pengelolan suatu ritel.

2. Aspek afektif • Menyadari kegiatan penjualan eceran merupakan tantangan suatu Bisnis ritel

• Memiliki motivasi yang tinggi untuk berhasil

• Menyadari strategi penjualan ritel sebagai syarat keberhasilan pemasaran 3. Aspek psikomotorik:

• Mampu menganalisis jenis pasar yang dihadapi suatu bisnis ritel

• Mampu mengidentifikasi peluang dan potensi pasar

167

• Mampu menghimpun dan mengolah informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi penjualan produk sutau bisnis ritel

• Mampu membuat rancangan strategi penjualan berkaitan dengan segmentasi, targetting, positioning, dan rancangan usaha bisnis kelompok

• Mampu membuat rancangan inovasi produk dari produk utama

Memahami Karakteristik Penjualan eceran Barang dan Jasa Indikator � Mengidentifikasi strategi penjualan pelbagai jenis barang konsumsi pada bisnis

ritel � Mengidentifikasi strategi penjualan eceran pelbagai produk jasa suatu bisnis ritel Memahami pengembangan bauran penjualan eceran barang dan jasa Indikator • Mengidentifikasi pengembangan setiap komponen baruran penjualan barang dan

jasa suatu bisnis ritel • Mengidenifikasi luasan potensi penjualan eceran domestik dan global

• Mendiskipsikan penjualan eceran barang dan jasa internet/on line

168

BAB. 2. KEGIATAN BELAJAR 1 MENYIAPKAN LOKASI TOKO SUATU RITEL

A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

1. Standar Kompetensi Menyiapkan proses pendirian dan mengoperasikan Toko Ritel

2. Kompetensi Dasar a. Menjelaskan pemilihan lokasi toko b. Menganlisis Karakteristik Lokasi Perdagangan c. Menyiapkan daftar pertanyaan pemilihan lokasi usaha d. Menyiapkan pedoman penjualan ritel beberapa jenis barang

B. Uraian Materi 1. Pemilihan Lokasi Toko

Implikasi dari pemilihan lokasi usaha yang tepat terjadinya keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang. Pebisnis eceran perlu cermat dalam pemilihan lokasi sesuai dengan usaha eceran yang akan dijalankan. Ada tiga type lokasi toko Ritel yaitu, Shopping Centers; City or Town location; dan Freesstanding location ; langkah selanjutnya untuk memilih lokasi toko ritel yang tepat sasaran, terlebih dahulu diadakan penelitian secara mendalam, dengan menjawab daftar pertanyaan tentang pemilihan lokasi usaha ritel berikut,

2. Daftar Pertanyaan Dalam Pemilihan Lokasi Toko

Alat bantu memudahkan penelitian tersebut, dapat dibuat suatu checklist berikut:

3. Mengalisis Karakteristik Lokasi Perdagangan Rit el Berpijak daftar pertanyaan tersebut di atas pengusaha ritel harus berusaha memberikan jawaban sesuai dengan potensi yang ia miliki, tentunya akan dapat memahami konsekwensi dalam pemilihan lokasi Perdagangan ritel yang meliputi. a. Pusat Belanja, merupakan grup pusat belanja yang direncanakan, dibangun,

dimiliki dan dimanage sebagai satu kepemilikan, bentuknya ada dua type, - Strip shopping centers, yaitu shopping centers yang mempunyai tempat parkir langsung di depan toko, dibuat canopy terbuka yang memudahkan akses masuk ke toko. Kelemahannya tidak ada jalan yang menghubungkan dengan dengan toko lain.

169

- Malls, yaitu shopping centers yang menyediakan tempat parkir di tempat terpisah dari toko dan pelanggan akan berjalan ke toko. Malls memiliki akses jalan yang diapit toko berhadapan untuk dilalui konsumen.

b. Ritel di Kota Besar , ada sebutan nama yang sudah familier yaitu Central Business Distric ( CBD), merupakan area bisnis tradisional di suatu kota besar, Area tersebut banyak dilalui orang selama jam-jam bisnis berlangsung dan saat orang untuk beraktivitas. Di sana terdapat fasilitas transportasi umum dan lalulintas pejalan kaki dengan intensitas yang tinggi. Selain itu juga dekat dengan pusat permukiman penduduk yang besar.

c. Lokasi Frestanding, merupakan lokasi bisnis yang tidak terhubung dengan ritel lain, sekalipun area tersebut dekat dengan malls

d. Lokasi Retil lain , bisnis ritel dapat pula didirikan selain ke tiga lokasi tersebut antara lain, airport, resort, rumah sakit, toko dalam toko, area serba guna.

Berbasis gambaran ke empat grup alternatif lokasi tersebut investor tinggal memutuskan untuk mimlih lokasi yang diasumsikan tepat sasaran yaitu lokasi yang mampu mewujudkan tingkat permitaan dan penjualan yang tinggi, melalui pertimbangan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat permintaan suatu area perdagangan yaitu, Skala Ekonomi; Karakteristik Demografi dan lifestye; Iklim Bisnis; Persaingan; Rentang Kendali Manajerial ( Span of control ); Isu Lokasi Global dan Aksesbillitas

4. Pemilihan-Lokasi-Toko Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis usaha di suatu lokasi

diantara nya : ukuran dan jenis dari usaha eceran; jarak antara pemukiman penduduk dan lokasi usaha. Banyak toko yang menerapkan usahanya sebagai one stop shooping, biasanya jenis toko ini berada di lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi bagi mobilitas penduduk kaum urban. Area perdagangan juga dipengaruhi kebutuhan masyarakat terhadap suatu barang. Untuk barang kebutuhan sehari-hari yang frekuensi pembeliannya cukup sering seperti makanan dan toiletries atau disebut convenience goods, maka lokasi toko sebaiknya mudah dijangkau, sedangkan bila dilihat dari ukuran tokonya tidak diperlukan tempat yang luas. Barang-barang yang dibeli konsumen secara berkala atau pada waktu tertentu, dimana konsumen seringkali membandingkan harga, kualitas, gaya, seperti baju atau sepatu (shopping goods), biasanya lokasi tokonya lebih jauh dibandingkan dengan conveniece goods. Sedangkan untuk barang-barang khusus atau disebut juga specialty goods, bisa berjarak agak jauh. Meskipun begitu bukanlah merupakan suatu hal yang memberatkan konsumen untuk mendatangi toko tersebut.

170

5. Keterkaitan Area Perdagangan dengan Barang Yang Dijual Berikut tabel Area Perdagangan bila dikaitkan dengan Barang yang dijual.

6. Jenis-Jenis Lokasi Toko Dilihat dari lokasi toko itu berada ada beberapa jenis, diantaranya : a. Area Pusat Perdangan, biasanya terdapat area dengan berbagai aktivitas kegiatan

penduduknya. Yang termasuk ke dalam kategori ini adalah : - Central Business District (CBD), merupakan area di pusat kota dimana

terdapat perkantoran, bank, restaurant, bioskop dan toko eceran dari kelas independent store hingga kelas departement store.

- Secondary Business District , merupakan area perbatasan antara pusat kegiatan perkotaan dengan pemukiman. Berbagai kebutuhan berkala seperti furniture bisa ditemui pada lokasi ini.

b. Shopping Centre, area yang dikhusukan sebagai pusat perbelanjaan 7. Penentuan Area-Perdagangan Ada beberapa macam metode untuk menentukan area perdagangan : a. Reily’s Law of Retail Gravitation , ditemukan oleh William J. Reily pada sekitar

tahun 1920-an . Dalam metode ini dikemukakan bahwa untuk menentukan ukuran dari area perdagangan dan daya tarik gravitasi dari suatu shopping area berhubungan erat dengan jumlah populasi dan jarak tempuh menuju area tersebut. Tahun 1940-an Paul D. Converse memodifikasi metode Reily yang dikenal dengan Breaking Point Formula . Ilustrasi: Diasumsikan jarak kota A dan kota B adalah 15 mil. Penduduk yang bermukim diantara kedua kota itu dapat memilih berbelanja di kota A atau di kota B. Populasi kota A 140.000 orang dan kota B 20.000 orang. Dengan metode itu, kita dapat menentukan jarak tempuh ke area perdagangan yang dapat dicapai penduduk di kota tersebut.

Substitusikan nilai yang telah diketahui tadi ke dalam rumus di atas :

171

Hasil perhitungan diperoleh bahwa area perdagangan sebaiknya dibangun kurang lebih 4,1 mil di luar kota B ke arah kota A. Dengan kata lain jarak area perdagangan tersebut dari kota A yang lebih besar dari kota B, 15– 4,1 atau 10,9 mil.

b. SaturationMethod , Metode penentuan area perdagangan dengan melihat secara menyeluruh jumlah pesaing di daerah tersebut. Pengecer dapat menilai apakah area itu telah memenuhi batas jenuh jumlah toko atau masih ada kemungkinan mendirikan toko baru.

c. General Method dilakukan dengan cara observasi dan penelitian terhadap konsumen potensial

8. Demografi Area Perdagangan Membuat keputusan berkaitan dengan lokasi toko, pebisnis eceran perlu mengetahui karakteristik penduduk yang tinggal di area perdagangan, seperti usia rata-rata penduduk, berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tingkat pendidikan, gaya hidup, rasio laki-laki - perempuan. Karakteristik penduduk ini jadi target pasar yang hendak dibidik oleh pengecer. Informasi kebiasaan berbelanja dan tingkat preferensi konsumen dapat untuk menentukan jenis barang yang akan dijual, dengan melalui penyebaran daftar kuesioner, di bawah ini, 1. Dimanakah kebiasaan konsumen berbelanja belakangan ini ? 2. Apa yang menjadi alasan konsumen berbelanja di sana ? 3. Berapa jarak yang harus ditempuh konsumen untuk sampai di toko ? 4. Apakah konsumen cenderung berbelanja ke lokasi toko yang mudah

dijangkau? 5. Apakah konsumen menyukai konsep berbelanja sambil rekreasi dalam satu

waktu? 6. Dimana lebih disukai oleh konsumen, berbelanja di kota atau di daerah

pinggiran? 7. Apakah kesukaaan konsumen dalam berbelanja self service atau dilayani

pelayan ? 8. Jenis pembayaran apakah yang sering dilakukan oleh konsumen, kredit atau

cash 9. Apa kepentingan konsumen pada Sistem pengiriman barang, pengepakan dan

lain 10. Seberapa sering konsumen berbelanja di suatu toko ritel ? Informasi yang merupakan hasil jawaban dari daftar pertanyaan tersebut akan menjadi acuan dalam menentukan lokasi toko ritel yang paling tepat, dan sekaligus untuk mempersiapkan operasional suatu ritel secara optimal.

C. Latihan Soal 1. Bagaimanakah langkah-langkah yang dimbil untuk pemilihan lokasi toko untuk

penjualan eceran? 2. Apakah dalam pemilihan lokasi usaha ritel mempertimbangkan jenis barang

yang dijual? 3. Sebut dan terangkan jenis-jenis area perdagangan yang bisa menjadi pilihan

lokasi ritel? 4. Bagaimanakah cara memperoleh informasi demografi dalam upaya pemilihan

dan operasional ritel secara optimal?

172

BAB 3. KEGIATAN BELAJAR 2 DISAIN DAN KONSTRUKSI TOKO

A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

1. Standar Kompetensi Menyiapkan proses Disain dan Konstruksi Toko Ritel

2. Kompetensi Dasar a. Menjelaskan perancangan Disain dan Konstruksi toko b. Menganlisis Karakteristik Komponen Disain dan Konstruksi toko c. Menyiapkan daftar display eksterior suatu toko ritel d. Menyiapkan daftar display interior suatu toko ritel

B. Uraian Materi 1. Elemen Perancangan Toko

Beberapa elemen yang terkait dengan merancang sebuah toko, yaitu konstruksi toko, layout toko, alokasi ruang, serta perkakas dan perlengkapan berikut:

Gambar 3.1. Elemen Perancangan Toko

2. Konstruksi Toko Jika lokasi toko sudah ditentukan, pebisnis eceran punya alternatif berkaitan

dengan Konstruksi toko yang disesuaikan dengan barang yang dijual, area sekitar toko, ukuran toko dan faktor lainnya. Contoh, toko roti akan berbeda dengan toko buku. Adapun bahan - bahan yang digunakan untuk konstruksi suatu toko bisa dari besi, kayu balok/ kaso, plywood dll tergantung dari anggaran yang disiapkan dan berkaitan komponen ektsterior dan interior toko

173

a. Eksterior Toko Unsur-unsur ini sangat diperlukan dalam memajukan perusahaan, karena hal

ini dapat mempengaruhi penilaian pelanggan terhadap aktivitas dan karakter perusahaan. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam eksterior suatu toko ritel, antara lain:

Lingkungan-Fisik(servicescapes) Manusia sebagai makhluk yang sempurna tetap tidak luput dari kekurangan, yakni segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa factor, baik dapat dari dalam perusahaan toko ritel (interior), maupun dapat juga dari luar perusahaan (eksterior).Merupakan penampilan lingkungan luar dari sebuah toko yang dapat menarik perhatian konsumen untuk melakukan pembelian. Dalam mendesain bagian luar suatu toko ritel harus memperhatikan, :

Desain-eksterior , hal ini selalu dikaitkan dengan seni / keindahan, serta pencerminan awal dari pengunjung dalam beraktivitas pada sebuah ritel. Eksterior memiliki peran yang sangat penting untuk menimbulkan kesan nyaman bagi pengunjung untuk beraktivitas.

Signage , adalah setiap jenis grafik visual dibuat untuk menampilkan informasi kepada khalayak tertentu. Ini biasanya diwujudkan dalam bentuk informasi jalan yang dicari ditempat-tempat seperti jalan-jalan atau di dalam/di luar bangunan. Tanda-tanda ini ditampilkan pada eksterior dan interior yang digunakan sebagai label (nama perusahaan, departemen, dll) untuk penunjuk arah (seperti pintu masuk) dan menyampaikan aturan-aturan perilaku (tidak merokok, anak-anak harus disertai orang dewasa).

Area-parkir , Fasilitas berupa taman parkir dan atau gedung parkir. Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum, dilakukan dengan memperhatikan rencana umum tata ruang daerah, keselamatan dan kelancaran lalu lintas, kelestarian lingkungan, dan kemudahan bagi pengguna jasa. Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh pemerintah, badan hukum negara atau warga negara. Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum dapat memungut biaya terhadap penggunaan fasilitas yang diusahakan.

Landscape , Pemandangan terdiri dari fitur yang terlihat seperti luas tanah, termasuk elemen-elemen fisik seperti bentang alam, unsur-unsur hidup flora dan fauna, unsur-unsur abstrak seperti pencahayaan dan kondisi cuaca, dan unsur-unsur manusia seperti aktivitas manusia dan lingkungan binaan. Yaitu Tampilan luar suatu toko, sering mengacu ke arsitektur dan mengandung aspek bahan bangunan, gaya dan rincian,warna dan tekstur sebagai berikut

Gambar 3.2. Eksterior Toko

Beberapa hal berkaitan dengan eksterior toko,yaitu papan nama, jendela& pintu-masuk.

174

b. Papan-nama adalah media komunikasi efektif, bisa berbentuk satu sisi bila dipasang pada tampak depan, dua sisi bila dipasang lebih tinggi dari toko, sehingga orang yang melintas dari dua arah yang berlawanan dapat melihatnya, atau tiga sisi, sehingga orang dapat melihat papan nama dari berbagai arah pandang. Teks dan logo pada papan nama sebaiknya dibuat dengan ukuran besar dan tulisan yang singkat, sehingga mudah membacanya. Pemilihan warna yang menarik juga mempengaruhi orang untuk membaca papan nama tersebut. Peraturan pemerintah daerah berkaitan dengan pemasangan papan nama reklame untuk keindahan tata kota, ada aturan baku terendiri di pusat kota dan pajak yang harus ditanggung oleh pemilik toko.

c. Jendela-Display. Display kaca depan Jendela itu merupakan bagian tak terpisahkan dalam menciptakan kesan positif karena menawarkan peluang untuk mengawali penyampaian keunikan toko secara langsung. Banyak pebisnis eceran mengabaikan daya tarik yang kuat dari jendela toko yang dirancang secara efektif dan lebih tertarik untuk menggunakan area toko untuk ruang persediaan dibandingkan penggunaannya sebagai pembuat citra yang tepat.

Gambar 3.3. Jendela Display

d. Pintu-Masuk-Toko adalah pemisah antara lingkungan luar dan dalam toko. Pebisnis eceran yang lokasi tokonya berada dalam satu Mall cenderung lebih mudah menarik konsumen karena pintu masuk ke tokonya lebih luas dan terbuka. Pebisnis eceran yang tokonya berada di sepanjang jalan relatif lebih tertutup karena pertimbangan keamanan dan cuaca. Pembisnis eceran memerlukan kombinasi tampilan jendela toko sebelah luar dengan rancangan pintu masuk ke dalam toko yang sangat menarik para konsumen.

3. InteriorToko

Agar pengunjung toko merasa nyaman berada di dalam toko, pebisnis eceran perlu melakukan penataan berkaitan dengan interior yang ada di dalam tokonya. Beberapa hal harus diperhatikan dalam penataan interior toko adalah sirkulasi udara, interior dinding,lantai,langit- .

175

Gambar 3.4. Interior Toko a. Sirkulasi-Udara

Hal ini sangat berpengaruh pada emosi dan perasaan dari pengunjung. Pendingin ruangan harus diletakkan pada tempat yang tepat, begitu pula musik dalam ruang disesuaikan dengan suasana toko. Penempatan outlet yang menghasilkan aroma seperti pewangi di dalam departement store atau ikan, daging dan sayur dalam supermarket perlu diperhatikan, sehingga sirkulasi udara di dalam area toko tidak terganggu.

b. Lingkungan Interior Merupakan penampilan di dalam sebuah perusahaan. Dalam merancang lingkungan interior harus menampilkan suasana yang nyaman dan aman bagi pelanggan. Fasilitas yang mempengaruhi terbentuknya lingkungan fisik dari dalam yaitu, 1) Interior suatu toko , Interior dinding digunakan sebagai pemisah antara area

penjualan produk yang berbeda, kamar pas, dan gudang. Partisi dapat terbuat dari kayu, plastik, tembok atau kaca. Dinding dapat difungsikan sebagai display dari produk yang dijual. Warna dinding dan partisi dipilih yang terang sehingga memberikan kesan bersih dan luas tidak kotor dan sempit.

2) Lantai , hal ini haruslah aman bagi pengunjung serta perawatannya mudah dibersihkan, cepat kering. kuat menahan beban yang berat dan tidak ada rintangan.

3) Langit-langit , hal ini sangat berkaitan erat dengan sirkulasi di dalam ruangan.Tinggi dari langit-langit biasanya disesuaikandengan luar ruang. Langit-langit yang tinggi akan memberikan kesan luas dan terang bagi ruangan. Selan itu berfungsi sebagai tempat melintasnya saluran listrik, pipa air dan tempat penyimpanan maka penataanya diupayakan dengan tetap menjaga ruang yang ada di bawahnya, terasa nyaman.

4) Pencahayaan , pencahayaan yang baik di dalam toko akan membuat nyaman pengunjung dan akan memberikan kesan penegasan pada produk yang dipajang atau dijual.

c. Analisis Karakteristik Desain toko ritel

Bahasan pada sub bab ini lebih fokus pada aspek kararakteristik interior suatu toko, sedangkan aspek eksterior biasanya akan disesuaikan dengan kemajuan perkembangan selera konsumen

176

Desain-interior , hal ini diciptakan sebagai respon pada sasaran yang terkoordinasi dengan kode dan peraturan prinsip – prinsip lingkungan yang ada di dalam ruangan suatu toko. Peralatan , merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk mempermudah kebutuhan hidup dan aktivitas semua pihak termasuk konsumen atau pengunjung toko untuk bertransaksi jual beli barang dan jasa. Signage , adalah grafik visual untuk menampilkan informasi kepada khalayak tertentu. Ini biasanya diwujudkan dalam bentuk informasi dan ditampilkan pada eksterior dan interior yang digunakan sebagai label (nama perusahaan, departemen, dll) untuk penunjuk arah (seperti pintu masuk) dan menyampaikan peraturan-peraturan perilaku bagi pengunjung suatu toko. Tata-Ruang , pnataan dan cara-cara penyusunan mesin-mesin, peralatan, dan perabotan sesuai ukuran, bentuk dan fungsinya untuk memfasilitasi tercapainya tujuan pelanggan dan karyawan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu lingkungan fisik dalam adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja antara lain yaitu : Penerangan(Lighting), memiliki manfaat yang besar bagi karyawan yaitu untuk proses kelancaran ker ja, karena penerangan atau cahaya yang kurang cukup terang dapat menggangu penglihatan karyawan menjadi tidak jelas pada saat bekerja. Pekerjaan mereka akan menjadi terhambat, banyak mengalami kesalahan, serta menjadi kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan itu pada akhirnya tujuan perusahaan yang diharapkan akan sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan dengan cahaya yang tidak menyiilaukan mata. Temperatur , hal ini dapat mempengaruhi semangat kerja kondisi fisik dan emosi dan tingkat motivasi kerja karyawan. Temperature antara 73o F sampai 77o F cocok untuk ruang kerja dengan kelembaban antara 25% hingga 50%. Tidak terlalu panas dan atau terlalu dingin, karena hal itu dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi karyawan lesu dan atau temperamental. Sirkulasi-Udara , Pertukaran udara yang baik akan memberikan kesegaran fisik bagi karyawan dan pelanggan. Sebaliknya kurangnya pertukaran udara akan menyebabkan turunnya semangat kerja karyawan dan ketidak nyamanan pelanggan, sehingga tidak ada motivasi kebertransaksi. Kebisingan , yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga, karena kebisingan dapat menyebabkan konsentrasi dalam berkerja akan terganggu. Sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mengalami banyak kesalahan. Dalam jangka panjangnya bunyi tersebut dapat menggangu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dapat terjadi kesalahan dalam berkomunikasi. Bau-bauan , Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua factor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja. Pewarnaan , Warna ruang toko yang serasi dapat meningkatkan produksi, meningkatkan moral kerja dan menurunkan terjadinya kesalahan kerja. Penentuan warna dalam ruang kerja sangat mempengaruhi perilaku kerja. Oleh karena itu, pemilihan warna parlu disesuaikan dengan luas ukuran ruangan dan kondisi fisik ruang. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang – kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia. Musik , Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengruh positif terhadap semangat kerja dan peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musik pun dapat

177

menurunkan tinggat absensi dan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Efektif tidaknya musik di gunakan dalam jam kerja, bergantung pada jenis music yang di mainkan. Karena itu penggunaan musik kerja perlu di sesuaikan dengan kesukaan karyawan dan kondisi ruang kerja. Kebersihan , Lingkungan yang bersih dapat menimbulkan perasaan yang nyaman dan senang sehingga dapat mempengaruhi semangat kerja seseorang dan pencitraan. Positif pelanggan

d. Display eksterior toko ritel Pola menyiku, biasanya untuk ritel besar cenderung membuat ruangan beratap yang cukup luas memanjang. Sehingga semua kegiatan operasional maupun gudang dan garasi mobil terintegrasi dalam ruangan. Sedangkan ruangan terbuka hanya diperuntukan bagi parkir kendaraan, batu kali, batu bata, tumpukan pasir dan kerikil. Untuk toko eceran modern bahan bangunan, kebanyakan memanfaatkan gedung bertingkat dua hingga tiga. Lantai pertama untuk memajang barang dagangan produk finishing dan perlengkapan/aksesoris rumah serta gudang tempat stok barang dagangan. Sedangkan lantai dua memajang produk sanitair dan ruangan gudang. Untuk lantai tiga selain memajang produk interior rumah seperti lampu dan lain-lain juga sebagian ruangan dimanfaatkan sebagai kantor.

Gambar 3. 5. Desain Sketsa Eksterior Toko Ritel BahanBangunan Keterangan Bangunan 2 (2 Tingkat) Bangunan 1 I bawah = Tempat pasir A = Etalase kaca I1 atas = Kayu balok, papan B = Rak J bawah = Tempat batu bata, C = Meja pimpinan bata pres D = Meja Kasir

e. Display interior toko ritel Di bawah ini dipaparkan beberapa display interior toko ritel, agar dapat menjadi inspirasi dalam mendisain interior toko ritel dimasa depan, sebagai berikut:

Gambar 3.6. Desain interior toko ritel aneka barang

178

Gambar 3.7. desain interior Butik Modern Minimalis

Gaya modern minimalis kerap menjadi pilihan untuk desain interior retail. Suasana ruangan yang diciptakannya bisa membuat barang yang Anda display tampak mencolok dan lebih fokus Desain ini didominasi dengan elemen kayu dan warna coklat. Perabotan yang digunakan memiliki bentukan geometris dan potongan yang tegas. Kelebihan dari desain interior seperti ini, barang-barang yang Anda display akan tampak menonjol sehingga pengunjung bisa fokus memilih koleksi butik Anda. Selain itu tampilan butik juga terlihat bersih dan lapang.

Gambar 3.8. Desain Interior flagship

Disain interior flagship storenya di Auckland. Retail dengan luas 322 m2 ini memiliki banyak detail interior yang unik dan fitur-fitur khusus yang membagi retailnya menjadi zona panjang yang berbeda-beda. Pengunjung akan merasakan pengalaman yang berbeda-beda ketika memasuki retailnya ini. Posted November 13th, 2012 by Josephine & filed under Modern, Resto/Cafe, Review.

Gambar 3.9. Desain Interior Sophisticated Fifth Floor Cafe London

179

Di fifth floor cafe ini Anda akan menemukan berbagai feature menarik seperti herringbone wood effect flooring, Corian espresso bar berbentuk tapal kuda dengan finishing kuningan, open plan kitchen yang dihiasi ubin putih dan emas, kursi dengan dominasi warna dark taupe, beige, dan charcoal grey, limewashed smoked wood table tops, dan rose tinted pendant light.

C. Latihan Soal 1. Buatlah skema elemen dalam perancangan suatu ritel yang lengkap! 2. Sebut dan jelaskan komponen yang terdapat pada konstruksi suatu toko! 3. Apa manfaat setiap elemen interior suatu toko? Jelaskan!

180

BAB 4. KEGIATAN BELAJAR 3 LAYOUT – TOKO

A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

1. Standar Kompetensi Menyiapkan proses penetapan layout Toko Ritel

2. Kompetensi Dasar a. Menjelaskan jenis-jenis layout toko b. Menganlisis Karakteristik jenis-jenis layout toko c. Menyiapkan daftar perlengkapan operasional suatu toko ritel d. Menyiapkan daftar dan penggunaan perangkat keras suatu toko ritel

B. Uraian Materi 1. Pengaturan Layout Toko

Pengaturan layout toko harus memperhatikan alur dari pengunjung, dan kemudahan akses antara area penjualan gudang penyimpanan barang. Pada umumnya pengunjung yang memasuki toko akan berjalan dan memperhatikan display dari produk yang dijual. Untuk jenis toko yang menitikberatkan pada pelayanan, ada pramuniaga yang akan membantu pengunjung, sedangkan untuk toko atau department store yang menerapkan self service, pengunjung akan mengambil sendiri barang yang diperlukan kemudian membayarnya di kasir. Ada dua pendekatan mendasar dari penyusunan layout : a. Grid layout, adalah penyusunan layout toko yang sangat umum.

Biasanya layout ini ditemui di supermarket dengan jenis pelayanan self service. Di dalam toko, pengunjung akan mendapatkan rak-rak yang disusun secara berbaris sesuai dengan pengelompokan barangnya. Jarak antar rak-rak itu, memperhatikan keleluasaan gerak dari pengunjung, sedangkan tinggi rak/gondola disesuaikan dengan jangkauan pengunjung. Untuk efisiensi sekitar tepi ruang juga dipasang rak. Sedangkan counter kasir ditempatkan dekat dengan pintu keluar.

Gambar 4.1 Layout Grid

181

b. Bentuk Bebas Pada bentuk layout ini pebisnis eceran dapat secara bebas meletakan barang yang dijual-nya dengan tetap memperhatikan kemudahan pengunjung bergerak mencari barang yang dicarinya, biasanya layout ini digunakan department store.

Gambar 4.2 Layout FreeForm

Alokasi Ruang Untuk Meningkatkan Produktivitas Untuk meningkatkan keuntungan pebisnis eceran perlu berkaitan dengan ruang yang digunakan. Pengeluaran setiap meter persegi dari ruang toko dihitung dari biaya yang yang dikeluarkan untuk sewa atau pemeliharaan ruang pertahun dibagi dengan luas ruangan. Namun demikian tidak semua bagian dari toko yang berfungsi sebagai area penjualan, ada pula area yang digunakan untuk penyimpanan barang, karenanya perhitungan biaya tersebut perlu pula memperhatikan perbandingan luas area penjualan dan area gudang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk peningkatan laba didasarkan pada alokasi ruang sebagai berikut:

2. Analisis-Penjualan Para pebisnis eceran melakukan analisis penjualan berdasarkan penjualan pada

tahun sebelumnya. Informasi tersebut dapat dijadikan dasar perhitungan untuk alokasi ruang. Beberapa jenis barang, jaket untuk musim hujan, baju seragam sekolah sebaiknya hanya dipajang untuk waktu pedek, karena sifatnya hanya periodik. Area barang tersebut dapat diganti dengan barang lain yang bisa lebih memberikan banyak keuntungan. a. Prediksi-perolehan-laba

Dari data yang diperoleh dari asosiasi perdagangan, dapat diketahui rata-rata penjualan suatu barang pada tahun yang lalu. Dengan informasi tersebut pebisnis eceran dapat memprediksi laba yang diperoleh untuk barang yang menempati setiap meter area toko dengan tidak lupa memperhitungkan perkakas untuk memajang barang tersebut. b. Pendekatan-persediaan

Pendekatan persediaan, pebisnis eceran akan memperhitungkan jumlah barang yang akan dijual di area toko disesuaikan dengan permintaan dari konsumen. Perkakas dan Perlengkapan Barang yang dijual di toko, biasanya diletakkan pada suatu tempat sehingga memudahkan konsumen atau pelayan mengambil barang tersebut. Selain itu perlengkapan pendukung juga diperlukan untuk menunjang kegiatan di dalam toko.

182

3. Perkakas. Beberapa perkakas yang digunakan untuk menyimpan barang adalah : gondola,

showcase, keranjang, rak dan sebagainya Gambar 4.7. Berbagai Bentuk Display a. Perlengkapan

Perlengkapan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan di dalam toko diantaran : AC, calculator, cash register, komputer, electronic scanner, labeling machine dan sebagainya. b. Penggunaan-Teknologi-Pengelolaan-Toko

Perkembangan teknologi yang pesat dalam bidang komputer membawa perubahan yang dramatis bagi dunia bisnis. Industri eceran terbesar dan terbaik banyak yang mengambil keuntungan dari perkembangan teknologi itu untuk meningkatkan efisiensi, yang artinya perusahaan dapat menjual produknya pada konsumenpadatingkathargayanglebihrendah.

1. Komputer-MesinCashRegister

Sampai saat ini para pebisnis eceran menggunakan berbagai macam jenis mesin cash register untuk mengolah dan menyimpan data-data penjualan dan berkembang menjadi electronic cash register yang memberikan informasi yang lebih lengkap dari mesin cash register generasi sebelumnya. Komputer personal (personal computer-PC) telah banyak mengubah kondisi ini. Mesin yang sama yang dulu digunakan untuk menerbangkan pesawat terbang pada Flight Simulator, sekarang ini dapat memberikan informasi yang serinci mungkin mengenai bisnis yang sedang dijalankan misalnya komputer yang dilengkapi dengan peralatan scanner, cash drawer dan mesin pembaca kartu kredit. Dengan penggunan PC kita dapat mencari nama, alamat dan nomor telepon dari konsumen kita. Informasi ini dapat kita hubungkan dengan informasi mengenai pembelian yang selama ini telah dilakukan sehingga kita dapat memantau frekuensi kedatangan dan kebutuhan konsumen tersebut. Jika hal ini dapat dilakukan, maka kita dapat berkomunikasi dengan konsumen secara pribadi pada saat-saat tertentu yang akhirnya secara tidak langsung akan terjadi proses pemasaran yang lebih efektif. Walaupun akan ditemukan keuntungan dari sisi peningkatan produktifitas, keuntungan penggunaan PC pada bisnis ini yaitu peningkatan penjualan barang yang ada di toko.

2. AutomaticReplenishment

Penggunaan teknologi dalam hal ini teknologi komputer akan banyak membantu mengefektifkan penggunaan waktu dalam pengelolaan toko. Misalnya untuk hal sederhana seperti pengulangan order pembelian suatu barang. Dengan menggunakan mesin automatic replenishment maka order pembelian ini dapat dilakukan lebih cepat, efisien dan dengan biaya yang lebih rendah dari pada penggunaan tenaga-manusia. Ide dasar penggunaan mesin ini yaitu bila kita telah memiliki model suatu stock barang pada suatu kondisi stock tertentu dengan biaya tertentu pula, maka hal seperti ini dapat dilakukan oleh komputer. Informasi mengenai jumlah barang, rata-rata harga penjualan dan tanggal kadaluarsa dari barang tersebut dapat selalu dimonitor. Walaupun penggunaan mesin/alat automatc replenishment bekerja /berfungsi baik pada sistem dasar persediaan, banyak pebisnis eceran pakaian yang mulai menggunakannya. Program komputer digunakan mencari ukuran, warna dan harga dari berbagai jenis barang yang beli konsumen, kemudian informasi itu dapat dipesan dari pemasok yang sama pula.

3. Multimedia

Perkembangan terus menerus dalam bidang teknologi komputer memungkinkan pebisnis eceran untuk melengkapi komputer pada tokomiliknya dengan peralatan CD-ROM drive untuk fasilitas multimedia (penambahan fungsi suara, video, grafik pada

183

komputer personal). Banyak pemasok saat ini yang memberikan katalog dan pelatihan mengenai informasi produk yang dijual melalui CD-ROM. Pengelolaan toko, teknologi multimedia ini dapat dimanfaatkan misalnya pembuatan katalog untuk berbagai barang yang dijual .

Pencarian lembar-lembar katalog secara manual umumnya membutuhkan waktu. Sebagai gantinya kita dapat menyusun katalog yang menggunakan fasilitas multimedia dilengkapi dengan alat touchscreen display (layar monitor yang menggunakan teknologi layar sentuh langsung pada monitor) yang dapat menampilkan berbagai jenis barang yang dijual. Saat ini, beberapa toko mulai memproduksi sendiri CD-ROM yang berisi katalog. Penggunaan teknologi multimedia merupakan cara untuk berkomunikasi dengan konsumen.

4. UPCdan-Teknologi-EDI a. Universal Product Code (UPC) adalah suatu kode yang secara unik

mengidentifikasikan satu jenis barang yang diperdagangkan (umumnya untuk memudahkan bagian Stock Keeping Unit-SKU dalam mendata barang-barang yang ada). Bentuk UPC yaitu berupa barcode, suatu kode berupa sederetan batang vertikal yang direkatkan pada kemasan setiap jenis barang. Kode ini dapat diterjemahkan oleh komputer yang dilengkapi dengan program khusus. Penggunaannya telah meluas, hampir 90% dari barang yang dikeluarkan pabrik pada kemasannya telah dilengkapi UPC.

Gambar 4.3 UPC Barcode

Dengan menggunakan scanner untuk membaca dan menyimpan UPC pada setiap barang yang terjual, kita akan mendapatkan informasi yang tepat dan akurat mengenai hasil penjualan yang terjadi setiap hari. Sehingga kita dapat membuat keputusan yang relatif lebih cepat untuk melakukan pemesanan kembali. Dengan demikian konsumen lainnya yang juga menginginkan pembelian suatu barang dapat terpenuhi keinginannya atau dengan perkataan lain, persediaan barang tidak pernah nol dan terpenuhinya barang di gudang dengan pola Just In Time (JIT) yaitu kita membeli suatu barang pada saat kita membutuhkan dan menerima barang tersebut tepat di saat kita memerlukannya. Konsep ini dapat membantu meningkatkan efisiensi bagi para pebisnis eceran yaitu menekan biaya investasi untuk gudang dan menurunkan risiko penyimpanan barang di gudang.

184

Gambar 4.4. Scanner Barcode

b. EDI (Electronic Data Interchange) adalah suatu alat yang dapat digunakan oleh

para pebisnis eceran ataupun pengelola toko dan pemasok untuk saling mengirimkan informasi secara elektronik. Pengiriman data dilakukan dalam bentuk format tertentu sehingga waktu pengiriman dapat ditekan dan penggunaan kertas dapat dikurangi (paperless). Penggunaan teknologi ini memungkinkan kita untuk melakukan pemesanan pembelian pada beberapa pemasok secara elektronik. Pemesanan dilakukan melalui komputer yang dihubungkan dengan electronic mailbox yang kemudian akan mengirimkan pesanan pembelian pada beberapa pemasok yang diinginkan.

Pemasok selanjutnya akan memproses pemesanan tersebut dan mengirimkan pemberitahuan yang diperlukan untuk pengiriman barang yang telah dipesan. Dengan demikian kita dapat mengetahui yang kita beli dan pada saat barang tersebut datang , dengan mudah kita dapat melakukan scan barcode pada barang tersebut. Pembayaran untuk barang-barang tersebut dapat juga dilakukan melalui media elektronik. Beberapa teknologi seperti ini hanya dapat dilakukan oleh pebisnis eceran skala besar. Saat ini , pebisnis eceran skala menengah dan untuk setiap tingkatan dapat memanfaatkannya. Bahkan di masa mendatang teknologi ini akan menjadi suatu kebutuhan. Pebisnis eceran dengan skala usaha besar telah menggunakan teknologi EDI untuk berhubungan dengan pemasok. Hal ini dapat menekan jumlah karyawan yang biasanya menerima pesanan secara manual sekaligus biaya yang dikeluarkan untuk menggaji karyawan.

5. Internet-retailing

Kelancaran bertransaksi dengan pemasok saat ini telah dilengkapi lagi dengan peralatan telekomunikasi yang makin canggih yaitu dengan internet. Perkembangan bisnis perdagangan telah memakai media ini yaitu dengan pembuatan situs yang dapat mempromosikan informasi, sekaligus transaksi pemesanan barang yang diperdagangkan.

Situs-situs ini terkenal

Istilah situs portal, contohnya amazon.com yaitu suatu situs portal yang dapat memberikan informasi mengenai buku dan sekaligus transaksi pemesanan dapat dilakukan. Situs-situs semacam ini sekarang makin banyak dibuat dan mulai bermunculan perusahaan-perusahaan baru yang khusus berkecimpung dalam bisnis ini. Bagi para pebisnis eceran yang memiliki komputer dilengkapi dengan internet maka dengan mudah dapat berhubungan dengan pemasok yang memiliki situs semacam ini.

Situs ini umumnya memuat informasi yang cukup rinci mengenai barang-barang yang diperdagangkan.Awalnya,penggunaan internet terbatas pada kebutuhan akan informasi yang relatif lebih cepat dari media pemberitaan lainnya. Selanjutnya,

185

dengan berkembangnya pemrograman komputer mulailah dibuat homepage-homepage/situs yang sifatnya terbatas pada pemberian informasi yang dilengkapi dengan gambar-gambar yang lebih menarik dari yang umum ditampilkan pada brosur. Sehingga para penjelajah internet tertarik untuk berkunjung ke salah satu situs yang ada dan meminta informasi lebih lanjut melalui media komunikasi lain misalnya telepon. Perkembangan berikutnya memicu para programmer untuk berkreasi dalam pembuatan situs tadi sehingga pembuatan situs selanjutnya dikembangkan dengan berbagai fasilitas yang dapat memenuhi keinginan konsumen antara lain keinginan untuk dapat langsung memesan barang yang diinginkan.

Teknologi yang secara spesifik dapat membantu kelancaran operasional yaitu meliputi komputer personal yang dilengkapi dengan peralatan keras khusus (hardware) untuk bisnis eceran serta perangkat lunak (software) yang juga khusus dibuat untuk bisnis eceran. Secara rinci perangkat keras tersebut yaitu : a. Cash drawer b. Cash register keyboard khusus c. Credit card reader (umumnya sudah menjadi satu dengan keyboard) d. Laser scanner yang terhubung ke keyboard e. Receipt printer f. Modem kecepatan tinggi untuk keperluan approval kartu kredit g. Tape backup system h. Uninterruptible power supply (UPS) i. Ticket printer j. Printer inkjet atau laser printer untuk keperluan pembuatan laporan

Sedangkan perangkat lunak khusus untuk bisnis eceran yaitu : a. Program Point of Sales (POS) b. Merchandising program (back office) c. Program database konsumen d. Accounting program e. Program paket terintegrasi yang terdiri dari fasilitas-fasilitas di atas

Biasanya pebisnis eceran menyisihkan 1% - 2% dari hasil penjualan bersih untuk investasi teknologi. Namun prosentase ini tentunya tergantung dari kebijakan perusahaan atau pengelola toko masing-masing atau dengan perkataan lain dapat diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan. Dengan pembahasan di atas tentunya anda berpikir, apa kiranya alasana yang tepat sehingga kita memutuskan untuk menggunakan teknologi pada toko kita ? Ada kurang lebih 10 alasan yang dapat dikemukakan di sini, al yaitu : 1. Kita dapat mengubah harga setiap barang yang ada di toko kapan saja kita

inginkan dan kita dapat mengetahui dengan pasti berapa jumlah barang yang tersedia dan berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk hari itu. Alasan ini sangat kuat jika dihubungkan dengan permmasalahan terkait dengan waktu dan aset yang kita miliki.

2. Kita dapat mengetahui barang-barang apa saja yang telah terjual, hal ini dapat diketahui melalui kode barang yang tersimpan di dalam program yang dimasukkan oleh petugas kasir pada saat barang tersebut dibayarkan oleh konsumen. Dengan mengetahui barang-barang yang telah terjual tersebut, otomatis akan diketahui pula pemasok dari barang tersebut. Berarti Tingkat penjualan tersebut akan mempengaruhi besarnya penawaran saat proses negosiasi antara pebisnis dengan pemasok.

3. Kita dapat mengetahui tingkat penjualan setiap barang setiap saat tentunya pada waktu toko buka, dengan demikian dapat diketahui pula rata-rata transaksi yang terjadi setiap periode satuan waktu anatara lain: jam, setiap hari atau setiap minggu.

186

4. Kita dapat mengandalkan teknologi untuk masalah pemesanan ulang (reordering) dan pemesanan pembelian (purchase order). Dengan demikian penghematan waktu dan tenaga dapat diterapkan. Contohnya, suatu perangkat lunak terintegrasi akan secara otomatis memunculkan nama pemasok dan alamat dalam suatu form isian di komputer, yang pernah dibuat ke suatu pemasok sehingga kita tidak perlu mengisi ulang form tsbt.

5. Dengan menggunakan teknologi, kecepatan pemrosesan transaksi pada kasir dapat ditingkatkan sehingga antrian yang umumnya terjadi pada kasir dapat dikurangi. Antrian yang sering terjadi biasanya disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan kasir untuk memasukkan data berupa kode barang ke cash register (jika belum digunakan mesin scanner barcode). Konsumen yang tergesa-gesa, umumnya akan milih mengembalikan barang dan meninggalkan toko daripada harus menunggu.

6. Kita dapat membuat laporan keuangan melalui data yang diperoleh secara akurat sehingga dapat terlihat apakah toko yang dikelola untung atau rugi, dan jika terjadi kerugian dan sekaligus akan dapat diketahui sebabnya.

7. Teknologi dapat membantu pengontrolan barang dalam gudang. Kita dapat mengetahui barang-barang yang dijual dan juga barangbarang yang sudah mendekati kadaluarsa.

8. Kita dapat membuat tingkatan pada 100 barang-barang yang paling banyak terjual. Sehingga pengelola toko mudah melakukan pemesanan kembali terhadap barang tersebut.

9. Kita dapat selalu berhubungan dengan konsumen. Dengan mengetahui nama, alamat dan nomor hp, maka setiap saat pengelola dapat berhubungan langsung dengan konsumen, misal ada promosi khusus maka pengelola dapat informasikanke konsumen.

10. Kita dapat membuat tingkatan untuk 100 konsumen yang sering berbelanja ke toko kita. Dengan demikian dapat dibuat suatu promosi khusus untuk konsumen atau pelanggan yang setia ke toko kita.

C. Latihan Soal 1. Sebut dan terangkan karakteristik dari jenis-;jenis Layout suatu ritel! 2. Sebutkan perangkat keras yang biasa digunakan dalam mengoperasikan suatu

ritel! 3. Apa beda antara UPC dengan EDI dalam operasional bisnis ritel? 4. Langkah-langkah apakah yang dilakukan pebinis ritel dalam menganlisis

penjualannya dapat menghasilkan keuntungan yang optimal?

187

BAB 5. KEGIATAN BELAJAR 4

PENJUALAN JASA

A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi

Menyiapkan proses penjualan Jasa 2. Kompetensi Dasar

a. Menjelaskan Pengertian Penjualan Jasa b. Menganlisis Karakteristik Jasa c. Menyiapkan Penerapan Bauran Pemasaran Jasa d. Menyiapkan Pengukuran Kualitas Jasa dan kepuasan pelanggan

B. Uraian Materi 1. Pengertian Penjualan Jasa

Kotler (1995: 15) mendifinisikan bahwa pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang/ jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi. Dengan demikian manajemen pemasaran adalah proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang mencakup barang/ jasa serta gagasan berdasarkan pertukaran dan tujuannya dengan memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat.

Namun demikian secara khusus pemasaran jasa (service marketing) tidak sama dengan pemasaran produk. Karena pada jasa setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Disamping itu proses produksi jasa tidak selalu dikaitkan dengan produksi fisik.

2. Karakteristik Jasa Sebelum mengetahui karakteristik jasa terlebih dahulu kita ketahui apa perbedaan antara “Barang” dan “Jasa”. Menurut Lovelock (1991: 7-8) terdapat tujuh hal yang membedakan pemasaran barang dan jasa, meliputi: 1). Nature of the product , yaitu produk digambarkan sebuah obyek, alat, atau benda, sedang jasa adalah perbuatan, penampilan atau usaha. 2). Greater involvement of customer , yaitu konsumen aktif terlibat dalam proses produksi misalnya: a) konsumen mengambil/ mengembalikan barang sendiri, b) saat pijat konsumen memberikan informasi daerah yang sakit atau yang enak. 3). People as part of the product , yaitu konsumen terlibat dalam produksi penggunaan jasa dan tidak hanya berhubungan dengan instruktur, pelatih, atau tukang pijat, tetapi dengan orang lain (konsultan, dokter olahraga dan lain-lain). 4). Greater difficults in maintaining quality contr ol standart , yaitu pada jasa sulit distandarisasikan, tetapi pada barang dapat distandarisasi. 5). Absense of inventories , yaitu jasa merupakan performance yang tidak dapat disimpan seperti barang. 6). Importance of time factor , yaitu faktor waktu untuk jasa sangat penting, misalnya konsumen diberitahu berapa lama untuk menunggu sampai jasa dapat dinikmati. Hal ini berbeda dengan barang yang mempunyai stok persediaan. 7). Different distribution channel , yaitu pada jasa saluran distribusi bervariasi misalnya dengan saluran elektronik, adapun pada barang distribusi mengggunakan saluran fisik.

Adapun Stanton William. J (1991: 220) mendifinisikan tersendiri bahwa pada hakekatnya jasa bersifat tak teraba (intangible ), yang merupakan pemenuhan kebutuhan, dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain. Untuk

188

menghasilkan jasa tersebut mungkin perlu atau tidak perlu menggunakan benda nyata (tangible ). Jasa merupakan suatu aktifitas atau penampilan yang bersifat tidak nyata yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Menurut Sucherly (1999: 4) ada empat karakteristik pokok pada jasa yang membedakan dengan barang, meliputi : 1). Intangibility (tak berwujud) yaitu jasa mempunyai sifat tak berwujud yang tidak bisa dilihat, diraba, didengar atau dicium sebelum kita membeli. Contoh: kepelatihan olahraga, sport massage, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. 2). Inseparability (tak dapat dipisahkan) yaitu jasa pada umumnya dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Barang pada umumnya diproduksi, ditempatkan di gudang, dan kemudian dikonsumsi. 3). Variability (berubah-ubah) yaitu jasa tidak dapat distandarisasi sehingga bentuk, kualitas, dan jenisnya tergantung pada siapa yang menghasilkan, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Hasil latihan pencak silat kemarin tidak sama dengan hari ini meskipun materinya sama. Pada barang mempunyai ukuran, dan berat yang standart misalnya bola, lembing, sepatu, dan lain-lain. 4). Perishability (daya tahan) yaitu jasa tidak dapat disimpan, artinya permintaan konsumen yang melebihi kapasitas tempat latihan olahraga tidak dapat disimpan pada hari itu juga. Konsumen yang ingin terapi olahraga karena sakit pada hari ini, tidak bisa ditunda pada hari yang lain. Sedang kelebihan produksi barang dapat disimpan di dalam gudang. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sifat khusus pemasaran jasa olahragadan atau jasa lainnya adalah :

a. Produk lebih bersifat kinerja/ tampilan b. Pelanggan/ atlet/ member terlibat dalam proses operasi jasa

c. Orang merupakan bagian dari jasa d. Kualitas jasa sulit distandarisasi (pelayanan antara pelanggan tidak bisa sama)

e. Tidak dapat dibentuk persediaan (stok produk) f. Waktu menjadi faktor penting g. Distribusi/ penyampaian jasa sangat bervariasi

Sesuai dengan tujuan manajemen jasa yaitu untuk mencapai tingkat kualitas jasa pelayanan, dalam hal ini erat hubungannnya dengan tingkat kepuasan pelanggan. Karena sulitnya pelayanan kualitas jasa, maka perlu strategi dalam konsep manajemen pemasaran jasa seperti yang dikemukakan Yuyus Suryana (1999: 3-4) adalah sebagai berikut : 3. Merumuskan suatu strategi pelayanan Yaitu strategi tingkat keunggulan yang dijanjikan kepada pelanggan. Hal ini

meliputi; bidang usaha apa yang berhubungan dengan olahraga, siapa calon pelanggannya, dan apa yang dibutuhkan pelanggan.

1). Mengkomunikasikan kualitas pada pelanggan Yaitu menginformasikan kepada pelanggan sehingga mengetahui dengan jelas tingkat pelayanan yang akan diperoleh, antara lain ruang tunggu, peralatan yang modern, pemeriksaan kesehatan yang berkala dan lain-lain.

2). Menetapkan suatu standart yang jelas dan teruku r Walaupun pada jasa sulit untuk menetapkan standar, tetapi perlu diusahakan sehingga bagi pelanggan akan jelas mengenai tingkat kualitas yang akan dicapai.

3). Menetapkan sistem pelayanan yang efektif pada p elanggan Yaitu memberikan suatu sistem, metode, dan prosedur yang efektif untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat.

189

4). Karyawan yang berorientasi pada kualitas pelaya nan Yaitu instruktur, pelatih, atau tukang pijat yang berkualitas dan bersertifikat serta

mengetahui dengan jelas standar kualitas pelayan. 5). Survai tentang kepuasan dan kebutuhan pelanggan Yaitu instansi/ perusahaan selalu melakukan survey secara periodik dan sistimatis

sehingga dapat mengetahui tentang kepuasan pelanggan dan kebutuhannya yang selalu berubah-ubah.

4. Service Marketing Mix (Bauran Pemasaran Jasa) Bauran pemasaran jasa adalah serangkaian alat-alat pemasaran jasa yang dapat dikendalikan untuk melayani Target Market Segments (Sucherly, 1999: 9). Masing-masing pemasaran memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga untuk mengatasi kelemahan dengan cara mencari kelebihan alat yang lain dari bentuk bauran (mix). Bauran pemasaran merupakan kiat kelompok pemasaran yang digunakan perusahaan barang/ jasa untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Setelah perusahaan barang/ jasa menentukan pasar sasarannya dan menentukan posisi apa yang akan didudukinya di pasar sasaran, maka langkah selanjutnya adalah merancang strategi bauran pemasaran.jasa

Sedang untuk memasarkan jasa olahraga misalnya pada kebugaran, maka perlu memperhatikan bauran pemasaran jasa yaitu melaluiBauran komunikasi jasa ditunjukkan dalam tabel 1

Tabel 1. Bauran Komunikasi Jasa

Personal Communications

Advertising Sales Promotion

Publicity Instructional Materials

Corporate Design

Selling Broadcast Sampling Press Releases

Web Sites Signage

Customer Service

Print Coupons Press Conferences

Manuals Interior Design

Training Internet Discounts Special Events

Brochures Vehicles

Word of mouth (Other customers)

Outdoor Sign-up Rebates

Trade Shows Exhi-bitions

Video- Audiocassettes

Equipment

Retail Display Gifts Sponsorship Software/ CD-ROM

Stationery

Cinema/Theater Prize Promotions

Voice Mail Uniforms

Telemarketing

Direct Mail Sumber : Lovelock, Christopher & Wright, Lauren, 2002, Principles Service Marketing and Management, Second Edition , Pearson Education, New Jersey.

Menurut Sucherly (1999: 10) ada dua macam bauran pemasaran yaitu : 1). Bauran pemasaran barang (Tradition marketing Mix) terdiri dari 4 P, yaitu : Product

(fisik), Price, Place, dan Promotion. 2). Bauran pemasaran jasa (The Expended Marketing Mix for service) terdiri dari 7 P,

yaitu : Product (jasa), Price, Place/ Delivery, Promotion, Physical Evidence, Process, dan People/ Participants.

190

Oleh karena itu untuk memasarkan alat-alat olahraga (raket, bola, stik golf, deker, dan peralatan fitness), maka perlu memperhatikan bauran pemasaran produk yaitu; 1) bentuk produk fisik alat tersebut, 2) harga dan diskon yang ditawarkan, 3) sasaran konsumen, dan 4) saluran promosi lewat TV dan advertising.

5. Kualitas Jasa Salah satu syarat supaya barang/ jasa dapat laku dan diakui di pasar, maka harus memiliki kualitas yang baik. Konsep kualitas jasa pada suatu organisasi adalah menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh klub-klub, perkumpulan-perkumpulan yang memiliki tentang karakteristik pimpinan, pelatih, dan orang-orang yang terkait dalam proses latihan. Sebagai contoh pada saat latihan pelatih datang terlambat sedang anak-anak sudah siap menunggu di lapangan. Selain itu latihan tidak ada target atau sasaran, sehingga proses latihan bersifat insidential, dan seadanya dalam arti “sesuka pelatih”. Dapat dikatakan klub atau perkumpulan sebagai organisasi tidak mempunyai program yang jelas tentang tujuan latihan termasuk materi latihan, rekruitmen/ seleksi atlet, alat/ fasilitas penunjang serta jaminan keamanan. Gambaran di atas menunjukkan kualitas jasa yang dilakukan klub olahraga atau perkumpulan terhadap pelanggan (member) adalah tidak baik. Persepsi terhadap kualitas jasa bukanlah berdasarkan sudut pandang dari penyedia jasa (klub), melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan (member). Menurut Fandy Tjiptono (1996: 59), kualitas jasa berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Sedang menurut Wyckof yang dikutip Fandy Tjiptono menyatakan bahwa kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. 6. Dimensi Kualitas Jasa Untuk memasarkan produk barang/ jasa yang berkualitas, maka perlu memperhatikan dimensi-dimensi yang penting. Menurut Parasuraman, Zeithml, dan Berry (1985: 41-45), mengidentifikasi sepuluh faktor utama dalam menentukan kualitas jasa yang meliputi : 1). Reliability (keajegan), 2). Responsiveness (tanggap), 3). Competence (terampil dan berpengetahuan), 4). Access (mudah terjangkau), 5). Courtesy (sopan dan ramah), 6). Communication (mudah dimengerti), 7). Credibility (dipercaya), 8). Security (keamanan), 9) .Understanding/ Knowing the customer (memahami kebutuhan konsumen), 10). Tangibles (berujud). Dalam perkembangannya Parasuraman et., all (1988: 12-40) menemukan bahwa sepuluh dimensi yang ada dapat dirangkum menjadi lima dimensi pokok, yang meliputi; a. Tangibles, b. Realibility, c. Responsiveness, d. Assurance (security, credibility, courtesy, competence ) e. Empaty (access, communication, understanding the customer ).

Tidak jauh berbeda apa yang dikemukakan Sucherly (1999: 15), bahwa untuk mengukur kualitas jasa dengan TERRA, yang meliputi;

191

a. Tangibles (berujud), yaitu alat/ fasilitas b. Empathy (kemudahan), yaitu kemudahan dalam memperoleh barang/ jasa dan

pelayanan c. Reliability (keajegan), yaitu konsistensi pelayanan d. Responsiveness (tanggap), yaitu kecepatan dalam merespon e. Assurance (jaminan) ketrampilan, keramahan petugas, keamanan kepercayaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa pada olahraga minimal harus memenuhi kelima dimensi yang meliputi :

a. Berujud, yaitu pelatih yang berijasah, mesin pelempar bola yang handal, pelindung badan yang aman, dan pelatih/ instruktur yang ramah dan sabar.

b. Kemudahan, yaitu transpotasi tempat latihan terjangkau, dan mudah untuk berkomunikasi.

c. Keajegan, yaitu dalam melayani member tidak pilih kasih sesuai dengan standar. d. Tanggap, yaitu menerima keluhan dari atlet/ member serta cepat merespon. e. Memberi jaminan keamanan terhadap kecelakaan dalam latihan / barang.

Pengukuran Kualitas Jasa Berdasarkan dimensi-dimensi kualitas jasa di atas, maka dapat dilakukan pengukuran kualitas jasa dengan rumus sebagai berikut : Perceive Se rvice Servqual = Expected Ser vice Sucherly, 1999: 16) Keterangan :

Servqual (Service Quality): kualitas jasa Perceive Service : jasa yang dirasakan berdasarkan persepsi pelanggan. Expected Service : jasa yang diharapkan pelanggan

Nilai kualitas jasa yang tertinggi adalah 1 (100 %), hal ini mempunyai arti bahwa jasa yang dirasakan pelanggan sesuai dengan jasa yang diharapkan. Pada kenyataannya kualitas jasa tidak dapat mencapai satu, karena expected service (jasa yang diharapkan pelanggan) selalu meningkat. Semakin kecil selisih antara harapan yang diinginkan atlet/ member dengan kenyataan yang dirasakan, maka semakin kecil servqual gap. Contoh : Jasa yang diharapkan atlet/ member (Expected Service) = 100 Jasa yang dirasakan atlet/ member (Perceived Service) = 70 70 Kualitas Jasa = = 0,70 100 Jadi Servqual Gap = 0,70 - 1,00 = - 0,20 Serqual Gap sebesar (- 0,20) disebabkan oleh serangkaian proses pemasaran jasa. Menurut Pasuraman, A. et. al. (1985: 44) jasa yang diharapkan pelanggan selalu meningkat dikarenakan harapan pelanggan selalu dipengaruhi oleh : Word of Mouth, Personal Needs, dan Past Experience. Meningkatnya harapan yang diinginkan pelanggan pada pemasaran jasa olahraga dipengaruhi oleh :

192

1. Word of Mouth dipengaruhi oleh komunikasi kata mulut diantara para atlet/ member yang menggunakan jasa olahraga.

2. Personal Needs dipengaruhi oleh kebutuhan pribadi dari masing-masing atlet/ member.

3. Past Experience dipengaruhi oleh pengalaman dari pembelian jasa dimasa lalu. Manfaat yang diperoleh dari menciptakan dan mempertahankan kualitas jauh lebih kecil biayanya dari pada akibat kualitas buruk yang memerlukan biaya lebih besar. Menurut Fandy Tjiptono (1996: 78) kualitas jasa pada akan memberikan berbagai manfaat, seperti :Hubungan organisasi dengan para pelanggan menjadi harmonis; Memberikan dasar yang baik bagi bagi pengguna jasa; Dapat mendorong terciptanya loyalitas; Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan organisasi Reputasi organisasi menjadi baik dimata pengguna jasa

7 Kepuasan Pelanggan ( Customer Satisfaction ) Dalam pemasaran jasa perlu dilakukan pengukuran kepuasan pelanggan (customer satisfaction), bilamana perlu pengukurannya sampai dengan loyalitas pelanggan (customer loyalty). Menurut Sucherly (1999: 18), untuk mengukur kepuasan pelanggan dipergunakan rumus sebagai berikut : Perceive Performance Customer Satisfaction = Customer Expectation Keterangan :

Customer Satisfaction : kepuasan pelanggan Perceive Performance : jasa yang diterima pelanggan. CustomerExpectation : harapan pelanggan

Pada dasarnya bahwa untuk pemasaran olahraga harapan atlet/ member tidak dapat dipenuhi seluruhnya, hal ini dikarenakan jasa yang diterima atlet/ member tidak dapat mencapai harapannya. Selisih antara harapan dengan jasa yang dirasakan atlet/ member adalah ketidakpuasan (dissatisfaction). Upaya mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah. Menurut Mudie dan Cottam dalam Fandy Tjoptono (1996: 160), bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Namun upaya perbaikan atau penyempurnaan kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Pada pemasaran olahraga strategi kepuasan pelanggan adalah serangkaian cara yang bertujuan untuk mencapai kepuasan atlet/ member. Ada enam (6) konsep strategi kepuasan pelanggan menurut Kotler (1994: 91) adalah sebagai berikut : 1. Relationship marketing strategy , yaitu cara untuk menciptakan hubungan jangka

panjang untuk mewujudkan kesetiaan pelanggan melalui kemitraan. Contohnya mengadakan hubungan kerja sama dengan sekolah-sekolah klub-klub olahraga, dan KONI dengan terencana.

2. Superior customer service strategy , yaitu menawarkan jasa yang lebih baik dibandingkan dengan jasa yang ditawarkan pesaing. Contoh Klinik kebugaran selain menawarkan senam aerobik, fitness centre, juga menawarkan terapi terhadap pasien yang stroke.

193

3. Extra ordinary guarantees strategy , yaitu memberikan jaminan istimewa untuk mengatasi kerugian pelanggan. Contohnya para mahasiswa yang mengikuti pertandingan mendapat asuransi kecelakaan.

4. Customer complain handling strategy , yaitu penanganan keluhan untuk merubah ketidakpuasan menjadi kepuasan dan loyalitas pelanggan. Pada organisasi olahraga ada penanggungjawab khusus yang menangani permasalahan pada saat berlatih.

5. Service performance improvement strategy , yaitu perbaikan setiap dimensi kualitas jasa secara periodik dan terus menerus untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Contohnya gedung olahraga, peralatan, pelayanan terhadap atlet/ member, kemanan, dan lain-lain).

6. Quality function deployment strategy , yaitu perancangan suatu proses sebagai respon terhadap kebutuhan dan tuntutan pelanggan. Klub dan perkumpulan olahraga harus selalu cepat dalam menanggapi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga dapat memanfaatkan yang ada.

5.8. Strategi Mutu Pemasaran Mutu adalah tugas semua orang, seperti halnya juga pemasaran adalah tugas semua orang pada devisi pemasaran. Mutu seluruh ciri serta sifat barang/ jasa yang berpengaruh pada kemampuannya memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun tersirat. Adapun mutu total adalah kunci penciptaan nilai dan kepuasan pelanggan Strategi untuk mencapai mutu pemasaran total tergantung pada direktur Total Quality Marketing (mutu pemasaran total), dengan memerlukan pemahaman berikut : 1. Mutu harus disadari pelanggan 2. Mutu harus selalu ditampilkan dalam setia kegiatan perusahaan barang/ jasa 3. mutu memerlukan komitmen karyawan 4. Mutu memerlukan mitra yang bermutu (penyalur) 5. Peningkatan mutu sering memerlukan lompatan jauh ke depan 6. Mutu tidak perlu lebih mahal C. Latihan Soal 1. Sebutkan dan terangkan dimensi kualitas jasa yang anda ketahui! 2. Bagaimanakah pebisnis mengukur kualitas jasa yang dijual kepada pelanggan? 3. Apa perbedaan dan peranan antara Customer satisfaction dengan servuqal ? 4. Ada enam strategi mencapai kepuasan pelanggan suatu jasa dari pebisnis.

a. Sebutkan enam strategi penjualan jasa tersebut! b. Apakah ke enam strategi bisa hanya dilakukan sebagaian saja? Terangkan!

5. Dalam Penjualan jasa biasa terkait dengan konsep TERRA a. Singkatan apakah TERRA itu? b. Apa peran dari TERRA itu? Jelaskan!

D. Rangkuman Strategi bauran pemasaran (marketing mix strategy) pada perusahaan

manufaktur secara tradisional dilaksanakan dengan menetapkan 4P meliputi Product, Price, Place dan Promotion sedangkan pada perusahaan jasa bauran pemasaran / service marketing strategy modern dilakukan melalui 8P yaitu Product, Place (cyberspace and Time), Price, Promotion, Process, Productivity and Quality, People, Physical evidence yang merupakan pengembangan dari 4P tradisional. (Lovelock & Wright, 2002).

Implementasi service marketing mix strategy tersebut tidak cukup tanpa diikuti oleh pergeseran paradigma pemasaran dari transactional menuju relationshi,p dimana pada akhirnya akan membawa implikasi yang sangat besar pula bagi perubahan

194

objective / tujuan dari perusahaan jasa maupun manufaktur dewasa ini. Melalui pengembangan paradigma relationship, konsumen dipahami sebagai sentral dan bukan sebagai obyek, dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu transaksi pembelian yang diikat dalam hubungan kemitraan (relasi) agar tercipta rebuying atau pembelian ulang. Untuk membina hubungan kemitraan atau relasi yang baik diperlukan komunikasi yang baik dengan pelanggan sasaran maupun pelanggan potensial..

Komunikasi pemasaran antara perusahaan jasa dengan konsumennya dapat dilakukan dengan banyak cara, bahkan dengan cara yang sangat kreatif dibandingkan mengkomunikasikan produk manufaktur. Hal ini harus menjadi fokus perhatian utama, mengingat benefit dari jasa yang ditawarkan tidak bisa langsung dilihat oleh calon konsumennya. Alat komunikasi juga merupakan faktor yang sangat menentukan, karena alat komunikasi dapat menentukan pula bagaimana respon dari konsumen terhadap apa yang diinformasikan oleh perusahaan jasa.

Dalam pemasaran jasa terdapat persaingan diantara perkumpulan/ klub-klub jasa, oleh karena itu manajer perlu memperhatikan kualitas jasa yang dihasilkan. Untuk mengukur kualitas jasa perlu memperhatikan : yaitu bauran pemasaran jas : 1) produk jasa, 2) harga, 3) tempat pemasaran, 4) promosi 5) dukungan fasilitas, 6) proses, dan 7) partisipasi pelanggan/ 8) alat/ fasilitas yang dimiliki, 9) kemudahan mengkonsumsi, 10) keajegan dalam pelayanan, 11) tanggap terhadap keluhan dari pelanggan/ member atau anak didik, dan 12) memberi jaminan keamanan dan keselamatan.

195

Daftar Puskata Basu Swastha DH, 2000, Azas-Azas Marketig, Yogyakarta, Liberty Fandy Tjiptono. (1996). Manajemen Jasa. Yogyakarta; Andi Offset. http;//literatur

ekonomi blogspot.com/2010/4/Manajemen Bisnis Eceran - BAB 4 Fasilitas Penunjang Toko

Irawan, Faried Wijaya, dan Sudjoni. 2001. Pemasaran: Prinsip dan Kasus. Edisi 2. Yogyakarta: PT BPFE Yogyakarta.

Kolter, Philip Kotler dan Gary Armstrong. 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo

Kotler, Philips .1997. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid I, PT.Prehallindo, Jakarta

Philip, and Gary Armstrong. (1995). Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and control. Englewood Cliffs: Prentice-Hall International, Inc. Kotler, Philip, 2000, Marketing Management, Millenium, Edition, Prentice Hall, New

Jersey

196

KATA PENGANTAR

Modul kewirausahaan ini disusun secara sederhana dan praktis berdasarkan

panduan. Kompetensi pedagogik dan profesional pendidikan dan latihan profesi guru. Pengembangan pengetahuan diharapkan dapat dilakukan secara kontektual baik bagi guru maupun peserta didiknay.

Panduan kewirausahaan ini berisi beberapa hal yang mendasar yaitu : Sikap dan perilaku wirausahawan, pengembangan semangat wirausaha, penerapan prinsip-prinsip kerja prestatif, pendirian usaha, dan bagaimana mengelola usaha. Alternatif pilihan masa depan untuk mengatasi berbagai problem pengangguran slah satunya adalah membuka lapangan wirausaha.

Buku-buku kewirausahaan banyak ditulis dan beredar pada publik, namun untuk kepentingan khusus seperti ini masih di perlukan tulisan berupa modul untuk pembelajaran disesuaikan antara kompetensi dan materi pokok pembelajaran.

Diucapkan terimakasih kepada beberapa pihak sehingga modul ini dapat disusun, meski disadari banyak kekurangannya. Kritik dan saran yang positif sangat diharapkan agar tulisan yang berikutnya lebil sempurna.

Kudus, 26 Juni 2012

197

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I SIKAP DAN PERILAKU WIRAUSAHAWAN

A. Pengertian dan Ruang lingkup 1. Pengertian Wirausahawan 2. Tujuan dan Sasaran 3. Asas dan Manfaat 4. Syarat Kewirausahaan 5. Ruang Lingkup Kewirausahaan Evaluasi

B. Karakteristik Kewirausahaan 1. By Grave 2. Pendapat pakar Evaluasi

C. Sukses dan Kegagalan Evaluasi

D. Sikap Wirausahawan Evaluasi

E. Perilaku Wirausahawan Evaluasi

BAB II MENGEMBANGKAN SEMANGAT WIRAUSAHAWAN A. Pentingnya Semangat Wirausahawan

Evaluasi B. Cara Memotivasi Semangat Wirausahawan

Evaluasi BAB III PENERAPAN PRINSIP KERJA PRESTATIF

A. Kerja Prestatif Evaluasi

B. Ciri dan sifat kerja prestatif Evaluasi

C. Bentuk-Bentuk Kerja Prestatif Evaluasi

BAB IV MENDIRIKAN USAHA A. Merancang Business Plan

1. Mengenal Visi dan Misi 2. Analisis SWOT 3. Bentuk Business Plan Evaluasi

B. Mendirikan Usaha 1. Legalitas Usaha 2. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Evaluasi

BAB V MENGELOLA USAHA A. Merancang Manajemen pemasaran

1. Pasar Sasaran 2. Riset pasar 3. Marketing Mix 4. Kepuasan Pelanggan Evaluasi

B. Menentukan Manajemen Operasional 1. Pengendalian Bahan Baku 2. Proses Produksi 3. Kapasitas Produksi

198

Evaluasi C. Merancang Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Melakukan Job Analisis 2. Rekruitment dan Seleksi 3. Pelatihan Karyawan 4. Evaluasi Kerja 5. Kompensasi dan Tunjangan 6. Pengembangan Karir 7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 8. Pemutusan Tenaga Kerja Evaluasi

D. Mengelola Keuangan 1. Kebutuhan Modal Kerja 2. Arus kas (Cash Flow) 3. Break Even Point 4. Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas Evaluasi

E. Analisis Resiko Evaluasi

F. Etika Bisnis Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

199

BAB I SIKAP DAN PERILAKU WIRAUSAHAWAN

Standar Kompetensi : Memahami konsep sikap dan perilaku

Wirausahawan Kompetensi Dasar : Membangun sikap dan perilaku usaha. Sub Kompetensi : - Membentuk sikap dan perilaku wirausahawan

- Mengembangkan semangat wirausahawan - Aktualisasi sikap dan perilaku wirausahawan

Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari sikap dan perilaku wirausahawan diharapkan: 1. Peserta pembelajaran dapat menelaah sikap

dan perilaku wirausahawan secara kontekstual 2. Peserta pembelajaran dapat

mengidentifikasikan sikap, perilaku dan ruang lingkup kewirausahaan

Materi Pokok Pembelajaran

: A. Pengertian dan ruang lingkup kewirausahaan B. Karakteristik kewirausahaan C. Sukses dan kegagalan D. Sikap wirausahawan E. Perilaku wirausahawan

A. Pengertian dan Ruang Lingkup

1. Pengertian wirausahawan Wirausahawan dari kata entrepreneur. Dalam longman Dictionary of Contemporary english, 2005 diartikan bahwa entrepreneur adalah Someone who starts new business or arranges business deals in order to make money, often in a way that involves finansial risks. Dalam konteks ini wirausahawan diartikan sebagai orang yang memulai usaha baru atau menata usaha untuk memperoleh uang, tetapi disisi lain bisa terjadi resiko keuangan. Jadi dalam hal ini ada harapan manfaat tetapi juga diimplementasikan terjadi resiko. Pengertian Kewirausahaan juga dituangkan dalam Inpres No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyrakatkan dan Membudayakan kewirausahaan sebagai berikut: Kewirausahaan adalah semangat, sikap, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan mengarah kepada upaya mencari menciptakan menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperileh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan pengertian diatas dapat dimaknai bahwa kewirausahaan itu menyangkut hal yang bersifat komersial mencari keuntungan tetapi juga berkaitan dengan hal yang bersifat non profit oriented berupa semangat, sikap atau perilaku untuk meningkatakan efisiensi untuk memberi pelayanan yang lebih baik. Dalam hal ini pengertian kewirausahaan hanya dibahas secara terbatas, maka perlu ada pembelajaran yang lebih luas melalui berbagai acuan. Akan lebih lengkap kalau pembelajaran kewirausahaan dilakukan secara kontekstual didapatkan pada kenyataan yaitu praktek di lapangan.

2. Tujuan dan sasaran Kewirausahaan a. Tujuan Kewirausahaan:

Beberapa tujuan yang dicapai adalah sebagai berikut: • Membudayakan spirit, sikap, perilaku dan keunggulan daya saing

kemampuan kewirausahaan yang memliki keunggulan daya saing.

200

• Mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. • Meningkatkan kuantitas dan kualitas wirausaha

b. Sasaran Kewirausahaan Sasaran yang dituju dalam pembelajaran kewirausahaan sebagai berikut: • Para generasi muda, mahasiswa, pelajar dan anak putus sekolah. • Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) • Instansi pemerintah, organisasi dan kelompok masyarakat • Individu yang terpanggil untuk menjadi wirausaha

3. Asas dan manfaat kewirausahaan a. Asas kewirausahaann dapat di identifikasikan sebagai berikut:

• Kemampuan menggunakan skill of thinking yang kreatif dan inovatif • Kemampuan berkarya dalam semangat kemandirian • Kemampuan berkarya dalam spirit kebersamaan • Kemampuan memecahkan problem dan mengambil keputusan secara

tepat • Berani ambil resiko • Kemampuan bekerja dengan tekun, teliti, produktif dan beretika

b. Manfaat Wirausahawan Manfaat adanya wirausahawan disekitar kita adalah: • Wirausahawan bermanfaat bagi pengembangan LED (Local Economic

Development). • Memberikan keteladanan bagi anggota masyarakat dalam berwirausaha. • Membantu mengurangi jumlah pengangguran. • Sebagai motivator untuk mencapai kesejahteraan masyarakat melalui

wirausaha. • Sebagai teladan menuju kemandirian, disiplin, tekun dan jujur. • Berusaha memberikan pembelajaran bagi masyarakat untuk hidup secara

efisien, tidak pemborosan. • Memberikan manfaat sebagai penggerak bisnis yang dinamis, memiliki

keunggulan daya saing. • Memberikan bantuan kerjasama kewirausahaan yang berorientasi pada

keuntungan dan sosial. 4. Syarat Wirausaha

Wirausahawan yang sukses memiliki syarat sebagai berikut: a. Mengutamakan manfaat dan keberhasilan. b. Tidak boros dan tidak berperilaku konsumtif. c. Pandai bergaul dan fleksibel. d. Mampu mengorganisasi diri. e. Memiliki watak yang baik dan positif. f. Memiliki skill wirausaha, ulet, sistematis, metodologis dan mampu berpikir

analisis. g. Memiliki kemauan yang tinggi, berani dan bertanggung jawab. h. Memiliki pendidikan dan pelatihan yang layak dibidang bisnis. i. Menjaga keberlanjutan usaha agar perjalanan kewirausahaan berlanjut tak

akan berhenti. 5. Ruang lingkup kewirausahaan

Ruang lingkup kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa kawasan sebagai berikut: a. Kawasan perindustrian, perdagangan, koperasi dan UMKM. b. Kawasan agraris seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan. c. Kawasan peternakan dan perikanan. d. Kawasan pertambangan dan energi. e. Kawasan pemberi jasa.

201

B. Karakteristik wirausahawan Karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki seseorang. Jadi karakteristik wirausahawan adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki seseorang wirausahawan yang membedakannya dengan orang lain. Agar lebih jelas dikemukakan beberapa karakteristik wirausahawan menurut beberapa ahli. 1. By Grave

Karakter wirausahawan menurut By Grave dikenal denngan istilah 10D, sebagai berikut: a. Dream

Seorang wirausahawan mempunyai visi keinginan terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya.

b. Decisiveness Seorang wirausahawan adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan mengambil keputusan adalah faktor kunci dalam kesuksesan bisnisnnya

c. Doers Seorang wirausahawan dalam mengambil keputusan akan langsung menindaklanjutinya. Mereka melaksanakan kegiatannya secepat mungkin. Seorang wirausahawan tidak mau menunda-nunda kesempatan yang baik dalam bisnisnya.

d. Determination Seorang wirausahawan melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dihadapkan pada halangan dan rintangan yang tidak mungkin dapat diatasi.

e. Dedication Dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang mengorbankan kepentingan keluarga.

f. Devotion Wirausahawan didalam melaksanakan pekerjaannya tidak mengenal lelah. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan bisnisnya.

g. Details Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat menghambat kegiatan usahanya.

h. Destiny Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.

i. Dollars Seorang wirausaha tidak mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasinya bukan karena uang. Uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Ia berasumsi jika berhasil dalam bisnis maka ia pantas mendapat laba, bonus atau hadiah.

j. Distribute Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada orang-orang kepercayaannya, yaitu orang-orang yang kritis dan mau diajak mencapai sukses dalam bidang bisnis.

2. Pendapat Pakar Menurut pendapat pakar dan pengembangannya, karakteristik wirausahawan yang perlu dimiliki dan dikembangkan adalah: a. Disiplin

202

Menurut S. Nasution, disiplin adalah usaha untuk mengatur/ mengontrol kelakuan seseorang untuk mencapai tujuan, dengan adanya bentuk kelakuan yang harus dicapai, dilarang, atau diharuskan. Disiplin merupakan modal dasar keberhasilan seseorang. Disiplin yang baik harus tumbuh sendiri dalam diri seseorang dan bukan merupakan paksaan untuk melakukan berbagai macam peraturan dan tindakan.

b. Mandiri Sikap untuk tidak menggantikan keputusan akan apa yang harus dilakukan kepada orang lain dan mengerjakan sesuatu dengan kemampuan sendiri-sendiri sekaligus berani mengambil resiko dalam bisnis merupakan bentuk kemandirian dari seorang wirausahawan. Pembentukan sikap manidiri memiliki 6 kekuatan mental yang dapat membangun kepribadian yang kuat, antara lain: 1) Berkemauan keras 2) Berkeyakinan kuat atas kekuatan pribadi, untuk itu diperlukan:

a) Kemauan keras b) Kepercayaan pada diri sendiri c) Pemahaman tujuan dan kebutuhan

3) Kejujuran dan tanggung jawab untuk itu diperlukan : a) Moral yang tinggi b) Disiplin sendiri

4) Ketahanan fisik dan mental yang berupa: a) Kesehatan jasmani dan rohani b) Kesabaran c) Ketabahan

5) Ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras 6) Pemikiran yang konstruktif

c. Realistis Realistis berarti kenyataan. Berpikir secara realistis merupakan cara berpikir yang sesuai dengan akal sehat. Dengan melihat kenyataan yang ada, seseorang akan berpikir lebih maju, baik untuk memecahkan suatu masalah, berusaha untuk lebih baik, instrospeksi diri untuk menutupi kekurangan sehingga menimbulkan sikap optimis dan kemandirian. Dengan pola pikir realistis seseorang dapat menerima kekurangan, kelemahan, dan kekalahan sehingga dapat menyelaraskan dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Seseorang yang realistis dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhan sehingga menimbulkan inisiatif dan kretifitas.

d. Komitmen tinggi Komitmen tinggi berarti fokus pikiran diarahkan kepada tugas dan usahanya dengan selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang maksimal.

e. Jujur Jujur dalam wirausaha artinya mau dan mampu mengatakan sesuatu sebagaimana adanya. Kejujuran dapat disamakan dengan amanah. Amanah adalah bila diberi kepercayaan tidak khianat, kalau berkata selalu benar dan bila berjanji selalu ditepati. Kita harus yakin bahwa kebenaran dan kejujuran adalah suatu jaminan yang paling tepat untuk mencapai kemajuan didalam berwirausaha. Dengan kata lain berbisnis harus dilandasi oleh kejujuran karena sifat ini dapat mendatangkan kepercayaan dari masyarakat konsumen. Apabila seorang wirausaha jujur maka ia akan mendapat keuntungan dari segala penjuru yang tidak ia duga dari mana datangnya.

f. Kreatif dan inovatif Secara umum kretifitas dapat diartikan untuk membuat kombinasi baru atau produk baru. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan penelitian

203

kreatifitas dapat diidentifikasikan menjadi tiga tipe kreativitas yang berbeda yaitu, menciptakan, memodifikasi, sesuatu dan mengkombinasikan. Inovatif dalam berwirausaha berarti suatu proses untuk mengubah peluang usaha menjadi gagasan baru yang dapat menghasilkan uang. Inovatif merupakan terobosan baru. Inovasi tercipta karena adanya kreativitas yang tinggi. Kreatif merupakan proses pemikiran yang membantu dalam mencetuskan gagasan-gagasan merupakan hasil yang komersial. Sesuatu yang baru belum tentu inovatif apabila yang dihasilkan tidak merupakan sesuatu yang lebih baik. Sementara itu By Grave menggambarkan proses perintis dan pengembangan kewirausahaan sebagai berikut: 1) Innovation (inovasi) 2) Trigerring event (pemicu) 3) Implementation (pelaksanaan) 4) Growth (pertumbuhan) Keterangan: 1) Proses inovasi (innovation)

Faktor-faktor personal yang mendorong adanya inovasi adalah: a) Adanya keinginan untuk berprestasi b) Adanya faktor pengalaman dalam berwirausaha c) Adanya keinginan dalam menanggung resiko d) Adanya sifat penasaran pribadi e) Adanya faktor pendidikan

2) Proses Pemicu (trigerring event) Faktor-faktor personal yang mendorong adanya trigerring event (pemicu) untuk terjun ke dunia wirausaha adalah: a) Adanya komitmen atau minat yang tinggi dalam di dalam berwirausaha. b) Adanya keberanian menanggung resiko. c) Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan sekarang. d) Adanya dorongan berwirausaha karena faktor usia.

3) Proses Pelaksanaan (implementatin) Faktor-faktor personal yang mendorong adanya pelaksanaan berwirausaha adalah: a) Adanya komitmen yang tinggi didalam berwirausaha b) Adanya visi dan misi yang pandangannya jauh ke depan guna mencapai

keberhasilan didalam berwirausaha. c) Adanya seorang wirausahawan yang berpengalaman dan siap mental

secara total. d) Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan dan pembantu utama

di dalam berwirausaha. 4) Proses Pertumbuhan (growth)

Proses pertumbuhan didalam kewirausahaan didorong oleh faktor adanya organisasi diantaranya sebagai berikut: a) Adanya tim yang kompak di dalam menjalankan usaha, sehingga semua

perencanaan dan pelaksanaan operasionalnya berjalan produktif. b) Adanya struktur organisasi dan berbudaya yang mantap di dalam

berwirausaha. c) Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak

didalam berwirausaha. d) Adanya struktur organisasional yang dibanggakan seperti kualitas

produk, manfaat produk, lokasi usaha, manajemen usaha dan sebagainya.

C. Sukses dan kegagalan wirausahawan Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki kepribadian yang produktif. Menurut Gilmore, menyatakan bahwa seorang wirausaha yang produktif adalah wirausaha yang

204

menghasilkan kontribusi bermanfaat bagi lingkungan antara lain menampung tenaga kerja, memberi sumbangan sosial dan bergaul dengan sesamanya. Sukses seorang wirausahawan erat kaitannya dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Jujur

a. Jujur terhadap diri sendiri b. Jujur terhadap orang lain c. Jujur terhadap tujuan yang akan dicapai.

2. Disiplin dan berani a. Berani dan disiplin berbuat karena bakat, pengalaman, dan pengetahuannya. b. Berani dan disiplin berbuat karena adanya keyakinan dan fasilitas.

3. Dapat melaksanakan prinsip manajemen dengan baik Disamping keberhasilan dalam wirausaha, ada beberapa hal yang menyebabkan kegagalan diantaranya: a. Tidak adanya perencanaan yang matang b. Bakat yang tidak cocok c. Kurang pengalaman d. Tidak mempunyai semangat berwirausaha e. Kurangnya modal f. Lemahnya pemasaran g. Tidak mempunyai etos kerja yang tinggi.

D. Sikap Wirausahawan 1. Sikap wirausahawan

a) Mampu berpikir dan bertindak kreatif dan inovatif. b) Mampu bekerja tekun, teliti, dan produktif c) Mampu berkarya berlandaskan etika bisnis yang sehat d) Mampu berkarya dengan semangat kemandirian e) Mempu memecah kan masalah dan mengambil keputusan secara sistematis

dan berani mengambil resiko. 2. Sikap entepreneur

Sikap yang harus dimiliki sesorang enterpreneur dalam membangun dan mengembangkan usaha adalah: a) Disiplin

Disiplin adalah ketepatan waktu, kualitas pekerjaan, konsistensi kerja, kesepakatan yang di buat, dan tata asas.

b) Komitmen Tinggi Memiliki komitmen yang tinggi, jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan) atas kesepakatan yang telah dibuat dengan seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Selain itu, juga jelas, terarag, dan bersifat progresif (berorientasi oada kemajuan). Komitmen terhadap konsumen adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan dan problem solving bagi masalah konsumen sehingga kepercayaan konsumen akan berimbas pada pembelian yang terus meningkat sehingga profit perusahaan meningkat.

c) Jujur Kejujuran sangat melekat pada konsep pemasaran yang berorientasi pada kepuasan konsumen. Wirausahawan harus menjujung tinggi kejujuran dalam melakukan kegiatan usahanya sehingga akan mendapatkan konsumen aktual dan potensial, baik jangka pendek maupun yang panjang.

d) Kreatif dan Inovaif Untuk memenangkan persaingan maka seseorang wirausahawan harus memiliki daya kratifitas yang tinggi. Daya kreatifitas tersebut sebaiknya dilandasi cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dibandingkan dengan produk-produk yang telah ada saat ini di pasar.

205

Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru sering kali ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya dilandasi oleh gagasan-gagasan yang kreratif yang kelihatanya mustahil. Namun, gagasan-gagasan yang baik pun jika tidak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari hanya akan menjadi sebuah mimpi belaka. Gagasan-gasgasan jenius umumnya membutukan daya inovasi yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan. Kreativitas yang tinggi tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar laku di pasar. Inovasi yang di butuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam menambahkan nilai guna/nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu produk dengan meperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang laku di pasaran. Dengan bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk yang meningkat pula daya jual produk tersebut di mata konsumen.

e) Mandiri Seorang enterpreneur harus memiliki sikap mandiri dalam mengelola usaha, yakni tidak tergantung pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan usahanya.

f) Realistis Penetapan keputusan bisnis harus realistis, objektif, dan rasional dengan melihat realitas di lapangan dan menyeleksi masukkan atau saran dari luar.

E. Perilaku Wirausahawan

a) Memiliki rasa percaya diri • Teguh pendirianya • Tidak tergantung pada orang lain • Berkepribadian yang baik • Optimis terhadap pekerjaan

b) Berorientasi pada tugas dan hasil • Haus akan prestasi • Berorientasi pada laba/hasil • Ketekunan dan ketabahan • Mempunyai dorongan kuat, motivasi tinggi & bekerja keras

c) Pengambil resiko � Enerjik dan berinisiatif � Kemampuan mengambil resiko � Suka pada tantangan

d) Kemimipinan • Bertingkah laku sebagai pemimpin • Dapat menanggapi saran-saran dan kritik • Dapat bergaul dengan orang lain

e) Keorisinilan • Inovativ, kreatif, dan fleksibel • Serba bisa dan mengetahui berbagai hal • Mempunyai banyak sumber kemampuan

f) Berorientasi ke masa depan • Memiliki pandangan ke masa depan • Optimis memandang masa depan

Di samping harus memiliki sikap dan perilaku tersebut di atas, seseorang wirausahawan juga dituntut memiliki ketrampilan-ketrampilan yang dapat menunjang keberhasilan.

206

BAB II MENGEMBANGKAN SEMANGAT WIRAUSAHA

Standar Kompetensi : Memahami pengembangan semangat wirausaha Kompetensi Dasar : Membangun semangat wirausahawan. Sub Kompetensi : - Membentuk semangat wirausahawan

- Mengembangkan semangat wirausahawan Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari pengembangan semangat

wirausaha diharapkan: 1. Peserta pembelajaran dapat mengembangkan

pentingnya semangat wirausaha 2. Peserta pembelajaran dapat memberikan

motivasi pada dirinya dan diri orang lain agar memiliki semangat wirausaha

Materi Pokok Pembelajaran

: A. Pentingnya Semangat Wirausaha B. Cara motivasi semangat wirausaha

A. Pentingnya Semangat Wirausaha

Semangat kerja sangat penting bagi para wirausaha, karena dengan dilandasi oleh semangat kerja, dalam menjalankan usahanya akan diperoleh beberapa kebaikan: 1. Pekerjaan lebih cepat diselesaikan. 2. Kerusakan dapat dikurangi. 3. Absen dan perpindahan karyawan dapat dikurangi. 4. Tercapai efisiensi kerja. 5. Tercapai produktivitas kerja yang tinggi. 6. Lebih cepat mencapai kemajuan usaha. 7. Menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet. Seorang wirausaha yang ingin sukses atau berprestasi harus bersemangat tinggi, pantang menyerah, ulet dan berjuang agar mempunyai semangat untuk maju. Memiliki atau usaha yang mengutungkan tidaklah gampang kita akan mengalami kesukaran atau hambatan, apalagi berpengalaman dalam bisnis dan usaha. Faktor-faktor yang menghambat dalam bisnis adalah: • Kurang pengalaman usaha • Tidak tepat atau tidak cocok dalam memilih jenis usaha • Tidak adanya perencanaan usaha yang tepat. • Modal yang tidak memadai. • Tidak punya mitra usaha pada bidang yang digelutinya. • Tidak ada dukungan dari pemerintah. • Tidak punya semangat dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Untuk mengatasi faktor-faktor pengahambat dalam bisnis tersebut maka diperlukan sikap pantang menyerah dan ulet, yaitu suatu sikap yang tidak mengenal lelah dalam bekerja untuk mencapai kesuksesan walaupun rintangan banyak yang akan dihadapi. Sikap pantang menyerah dan ulet ini akan terlihat pada prestasi yang nantinya akan dicapai oleh seorang wirausaha

B. Cara memotivasi Semangat Wirausaha

Untuk memelihara dan mendorong semangat (spirit) kerja wirausaha dapat ditingkatkan melalui: 1. Pelatihan

Pelatihan dilakukan untuk menambah kemampuan/ketrampilan yang bersifat teknik, yaitu bagaimana memberikan contoh penggunaan produk (barang), cara memilih

207

produk yang mempunyai kualitas baik, cara menata produk agar menarik konsumen, tata letak ruangan, mengatasi masalah yang timbul ddengan konsumen pasca beli dan lain-lain. Hal ini dapat dilakukan dengan cara magang dengan wirausaha lainnya, sebelum melakukan secara mandiri.

2. Pendidikan Pada umumnya pemberian motivasi dengan melalui pendidikan, lebih diarahkan pada peningkatan konsep atau pemahaman tentang suatau hal berdasarkanacuab materi acuan. Hal ini mendorong bagi para wirausaha untuk menemukan ide atau gagasan yang baru dan melakukan bisnis dengan baik. Disamping dengan pendidikan dapat dipelajari mengenai berbagai macam strategi untuk berbisnis termasuk mengatasi masalah dengan solusi alternatif terbaiknya. Misalkan secara praktis yaitu mendidik wirausaha tentang pelayanan perusahaan khususnya tentang alasan mereka membeli barang dan jasa tentang masalah yang dihadapi pelanggan dan tentang apa kebutuhan serta keinginan yang spesifik pelanggan,

3. Pengembangan Setelah mengikuti pelatihan dan atau pendidikan, diharapkan kedepan sesorang akan termotivasi mempunyai ide atau gagasan baru mengenai bagaimana menciptakan suatu produk, baik barang maupun jasa yang dapat dijual ke konsumen, bagaimana membuat strategi menjual yang baik dan megenai sasaran yang potensial. Dengan demikian pada akhirnya seseorang wirausaha akan mampu menegmbangkan dirinya sendiri dengan kemampuan yang sudah dimilikinya secara mandiri.

4. Nilai-nilai Memberikan motovasi melalui pengenal berbagai macam nilai-nilai produk dan bagaimana melakukan inovasi produk, sehingga produk yang sudah ada dapat ditambah kemanfaatannya. Tentu saja penambahan kemanfaatan produk akan memberikan kontribusi pada harga jual produk yang relatif lebih tinggi dari sebelumnya.

208

BAB III MENERAPKAN PRINSIP KERJA PRESTATIF

Standar Kompetensi : Memahami prinsip kerja prestatif bagi

wirausahaawan Kompetensi Dasar : Menerapkan prinsip kerja prestatif. Sub Kompetensi : - Merumuskan prinsip kerja prestatif

- Melaksanakan prinsip kerja prestatif Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari prinsip kerja prestatif

diharapkan: 1. Peserta pembelajaran dapat menelaah prinsip

kerja prestatif 2. Peserta pembelajaran dapat mengidentifikasikan

berbagai bentuk kerja prestatitif 3. Perserta pembelajaran dapat menerapkan prinsip

kerja prestatif Materi Pokok Pembelajaran

: A. Pengertian Kerja Prestatif B. Ciri dan sifat kerja prestatif C. Bentuk-bentuk kerja prestatif

A. PENGERTIAN KERJA PRESTATIF

Kerja prestatif dapat diartikan bahwa wirausaha selalu berkeinginan untuk maju dan berkembang disegala bidang bekerja prestatif dapat ditunjukan sebagai perilaku seseorang untuk berbuat dan bekerja dengan memiliki suatu keinginan untuk maju. Oleh sebab itu, seorang wirausahawan yang ingin sukses harus bersemangat tinggi, berkeinginan maju, memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaannya.. Sejalan dengan dinamika yang ada pada dewasa ini terdapat 3 ciri kondisi sebagai berikut:Persaingan kelas 1. Perubahan semalin cepat 2. Arus informasi yang semakin mengglobal tanpa batas negara Berdasarkan kondisi tersebut, bidang usaha wirausahawan dapat harus memiliki keunggulan daya saing, yaitu dari sisi cost leadership, focus. Keunggulan daya saing juga dapat dievaluasi melalui 5 kekuatan yaitu kekuatan yang berkaitan dengan pesaing, pemasok, pelanggan, pendatang baru, barang substitusi.

B. CIRI DAN SIFAT KERJA PRESTATIF Ciri dan sifat kerja prestatif dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Ciri-ciri prestatif Sifat-sifat profil wirausahawan Percaya diri Keyakinan

Ketidaktergantungan Individualistik Optimisme

Berorientasi pada hasil Kebutuhan akan prestasi Berorientasi pada laba Ketekunan dan ketabahan Kerja keras Mempunyai dorongan kuat

Pengambilan resiko Energi dan inisiativ Kemampuan menganbil resiko Suka pada tantangan

Kepimimpinan Bertindak laku sebagai pemimpin Dapat bergaul dengan orang lain Menanggapi saran-saran dan kritik

209

Keorisinilan Inovatif Punya banyak sumber Mengetahui banyak

Berorientasi ke masa depan Pandangan ke masa depan Perspektif

C. BENTUK KERJA PRESTATIF

Orang yang memiliki bentuk kerja prestatif selalu bekerja secara dinamis dan mempunyai motivisi tinggi untuk selalu lebih baik dengan cara melalui pembelajaran secara tekstual dan kontekstual untuk menentukan langkah strategis dimasa mendatang. Terdapat 4 (empat) sisi potensi yang dimiliki oleh seseorang yang berprilaku prestatif dapat diamati sebagai berikut: 1. Kerja ikhlas 2. Kerja mawas terhadap emosional 3. Kerja cerdas 4. Kerja keras 5. Kerja tuntas

210

BAB IV MENDIRIKAN USAHA

Standar Kompetensi : Memahami konsep pendirian usaha dalam

kewirausahaan Kompetensi dasar : Mendirikan usaha. Sub Kompetensi : - Merancang business Plan

- Mengadakan telaah pendirian usaha Tujuan Pembelaja ran

:

Setelah mempelajari bagaimana mendirikan usaha diharapkan: 1. Peserta pembelajaran dapat mengemas visi dan

misi 2. Peserta pembelajran dapat melakukan analisis

SWOT 3. Peserta pembelajaran dapat menyusun Business

Plan 4. Peserta pembelajaran dapat menelaah legalitas

usaha dan AMDAL Materi Pokok Pembelajaran : a. Merancang usaha

b. Mendirikan usaha A. MERANCANG USAHA

1. Mengenal Visi dan Misi a. Visi Perusahaan

Visi perusahaan adalah merupakan gambaran masa depan yang akan dipilih dan yang akan diwujudkan pada suatu saat yang ditentukan (JB. Whittaker). Sehingga visi dapat dikatakan bahwa: • Visi perusahaan adalah wawasan yang menjadi sumber arah bagi

perusahaan dan akan digunakan untuk memandu perumusan misi. • Visi perusahaan akan menunjukkan suatu kondisi ideal tentang masa depan

yang realistis, dapat dipercaya, menyakinkan serta mengandung daya tarik • Visi perusahaan merupakan suatu keinginan suatu perusahaan mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. • Visi perusahaan merupakan cita-cita masa depan perusahaan yang akan

melakukan usaha. b. Misi Perusahaan

Pada hakekatnya misi perusahaan adalah cara bagaimana visi tersebut bisa diwujudkan secara nyata. Dalam hal ini ada hubungan antara visi misi yaitu: • Untuk mewujudkan visi maka setiap organisasi perusahaan harus memiliki

misi yang jelas diturunkan dari visi. • Misi perusahaan dapat dimaknai sebagai tindakan merealisasikan visi

perusahaan. Perumusan misi perusahaan Perumusan misi perusahaan dapat dilakukan antara lain: a. Dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan, pegawai,

perusahaan, masyarakat, mitra kerja, akademisi dan birokarasi. b. Dengan menyelanggarakan kegiatan proses utama dengan sumber daya

yang ada, untuk memungkinkan perusahaan melaksanakan kegiatan dengan baik dan dengan seefisien mungkin.

c. Dengan menilai lingkungan yang sangat berguna untuk menentukan apakah misi organisasi tidak bertentangan secara internal dan eksternal.

211

2. Analisis SWOT Analisis SWOT terdiri dari strenghts (kekuatan), weaknesses (kelemahan), threats (ancaman), opportunities (peluang). Langkah awal dalam analisis ini adalah megidentifikasi faktor kelemahan sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Contoh faktor internal antara lain produk, harga, ditribusi, promosi, bahan baku, alat produksi, kualitas tenaga kerja permodalan, pelayanan. Faktor eksternal misalnya kondisi ekonomi makro, pesaing, pemasok, pelanggan, aturan perundang-undangan, kondisi politik, sosial, budaya, dsb. Langkah selanjutnya menentukan posisi strategi dalam empat kuadran sbb:

Strenghts Weaknesses

opportunities Kuadran I (SO)

Kuadaran II (WO

Threats Kuadran IV (ST)

Kuadran III (WT)

Setelah posisi strategi dalam empat kuadran maka dapat ditentukan langkah strategi yang ditentukan perusahaan yang terdiri dari: • Strategi SO yaitu langkah strategi yang ditentukan perusahaan pada saat

memiliki kekuatan-kekuatan dan memiliki beberapa peluang. • Strategi WO, ditentukan pada posisi perusahaan secara intelektual memiliki

kelemahan tetapi secara eksternal terdapat beberapa peluang. • Strategi WT, ditentukan dengan pertimbangan perusahaan memiliki

kelemahan secara internal tetapi disisi lain secara eksternal menghadapi ancaman. Kondisi ini menggambarkan keadaan perusahaan berada pada kondisi paling parah.

• Strategi ST, dapat ditentukan pada kondisi internal perusahaan memiliki kekuatan tetapi secara eksternal menghadapi ancaman.

Analisis SWOT ini dapat dilakukan secara kualitatif tetapi dapat juga dilakukan secara kuantitatif. Penggunaan analisis SWOT dapat dipakai dalam dunia bisnis tetapi dapat juga untuk nonbisnis seperti di pemerintahan, organisasi sosial, politik, pendidikan dsb.

3. Bentuk Business Plan Penyusunan Business Plan yang baik harus mengandung informasi yang diperlukan pihak-pihak terkait sehubungan dengan kepentingan bisnisnya untuk menentukan kepentingan strategisnya. Bentuk Business Plan dapat diberikan contoh terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut: a. Executive summary

Ringkasan bisnis biasanya berisi tentang informasi yang sangat penting terdiri dari konsep bisnis, laporan pertumbuhan bisnis, kunci sukses, perhitungan keuangan. Informasi penting lainnya adalah: • Nama perusahaan • Kepemilikan bisnis dan legalitas • Lokasi bisnis • Kepemimpinan bisnis daerah penjualan • Daerah penjualan • Cara mencapai penjualan

b. Deskripsi Perusahaan Deskripsi perusahaan dapat digambarkan berkaitan dengan lingkungan ekonomi, industri dan lingkungan global.

c. Strategi dan Sasaran Penting dijelaskan visi, misi, tujuan, sasaran serta strategi usaha untuk mencapai keberhasilan. Analisis SWOT dapat digunakan menentukan strategi.

212

d. Pemasaran Merencanakan kegiatan pemasaran dengan melakukan pengendalian pada beberapa faktor antara lain target pasar, karakteristik produk, penentuan harga, proses distribusi, dan program promosi.

e. Organisasi dan Manajemen f. Operasional g. Gambaran keuangan h. Sumber daya manusia i. Lampiran: prasarat pendirian bisnis dan surat-surat penting lain yang

berhubungan dengan ide bisnis. B. Mendirikan Usaha

1. Legalitas usaha Bisnis perorangan didirikan atas nama pendiri usaha agar bisnis tersebut memiliki kekuatan legalitas hukum, maka harus memiliki beberapa surat perijinan antara lain: a. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) b. SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) c. TDP (Tanda Daftar Perusahaan) d. SITU (Surat Ijin Tempat Usaha)

Ada berbagai kepemilikan usaha dalam berbisnis antara lain kepemilikan berbisnis perorangan, kepemilikan kemitraan, bisnis keluarga, membeli bisnis, franchising,

2. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Kewirausahaan dalam bisnis besar dan relatif kecilpun perlu berorientasi pada dampak lingkungan. Banyak contoh pada berbagai bisnis ternyata berdampak pada lingkungan yang mengganggu kehidupan manusia dan mengganggu ekosistem. Lingkungan udara kita semakin kotor tentu dapat menciptakan berbagai dampak kesehatan. Dampak lingkungan juga merambah pada sumber air yang semakin tercemar dan mengganggu kehudupan manusia dan ekosistem yang ada. Keprihatinan terhadap dunia bisnis yang mengganggu menciptakan kerusakan bumi dan alam, maka muncul berbagai konsep green business, green marketing, dsb.

213

BAB V MENGELOLA USAHA

Standar Kompetensi : Memahami konsep pengelolaan Usaha Kompetensi Dasar : Mengelola Usaha/perusahaan menggunakan konsep

manajemen Sub Kompetensi : - Menyusun rancangan usaha dalam konteks

pemasaran, operasional, SDM, keuangan. - Melakukan analisis resiko - Melaksanakan telaah etika bisnis

Tujuan Kompetensi : Setelah mempelajari pengelolaan usaha diharapkan: 1. Peserta pembelajaran dapat merancang

pemasaran produk yang dihasilkan 2. Peserta pembelajaran dapat mengelola produksi

mulai dari Inputs sampai outputs 3. Peserta pembelajaran dapat menyusun

rancangan sumber daya manusia yang diperlukan bagi pengelolaan usaha

4. Peserta pembelajaran dapat mengelola keuangan.

5. Peserta pembelajaran dapat mengadakan analisis resiko

6. Peserta pembelajaran dapat menerapkan etika bisnis dalam pengelolaan usaha

Materi Po kok Pembelajaran

: A. Merancang manajemen Pemasaran B. Menentukan Manajemen Operasional C. Merancang MSDM D. Mengelola Keuangan E. Analisis Resiko F. Etika Bisnis

A. Merancang Manajemen Pemasaran

1. Pasar Sasaran Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang pasar, maka perlu ada evaluasi beberapa banyak dan segmen mana yang akan dibidik. Pemasar semakin menggabungkan beberapa variabel dalam dalam upaya mengidentifikasi kelompok sasaran yang terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama. Pemasar tidak menciptakan segmen tetapi tugas pemasar adalah mengidentifikasi segmen dan segmen mana yang akan dibidik sebagai pasar sasaran.

2. Riset Pemasaran Menurut Thomas C Kinnear dan James R Taylor dalam bukunya Marketing Research mengartikan bahwa Riset Pemasaran merupakan rancangan yang sistematis dan obyektif terhadap pengembangan penyediaan informasi untuk proses pengambilan keputusan dalam manajemen pemasaran. Ada 4 istilah pokok dalam pengertian yaitu: 1) Sistematis 2) Obyektif 3) Informasi 4) Pengambilan Keputusan Studi tentang riset pemasaran dapat diklarifikasikan menjadi riset dasar dan riset penerapan. Riset dasar adalah riset murni atau riset fundamental tujuan memperluas batas-batas pengetahuan yang mempunyai kaitan dengan

214

pemasaran. Studi riset terapan bertujuan membantu para manajer mengambil keputusan yang lebih baik. Wujud riset pemasaran untuk megidentifikasi beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran misalnya megidentifikasi konsumen, pasar sasaran, keinginan pelanggan, kepuasan pelanggan, hasil penjualan, dsb. Riset pemasaran bagi wirausahawan tidak harus dilakukan dengan biaya mahal. Berikut ini disajikan tiga tip tentang riset pemasaran yang rendah biaya. Tip ini dapat bermanfaat bagi wirausahawan yang membutuhkan riset tetapi dana terbatas: a. Membuat pertanyaan tertulis yang sederhana tentang perusahaan dalam

bentuk brosur kecil. Brosur pertanyaan agar diisi oleh pelanggan dan dimasukkan dalam kotak didekat pintu toko atau tempat kerja wirausahawan.

b. Membuat questioner misalnya tentang mutu produk pada katalog perusahaan atau brosur penjualan kemudian dikirim kepada perusahaan

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada pelanggan melaui telepon dan alat komunikasi yang lain.

3. Marketing Mix Marketing Mix atau bauran pemasaran bagi produk yang berupa barang terdapat empat gabungan elemen kunci pemasaran yaitu 4P terdiri dari Product, Price, Place, Promotion. Product, yaitu barang yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Product ini meliputi kemasan, merk, desain, rasa, warna, citra, bau atau aroma, dll. Price, yaitu segala hal yang berkaitan dengan harga dan untuk menetapkan harga perlu dipertimbangkan beberapa unsur penting, misalnya: a. Biaya (Cost) b. Kenaikan harga c. Persaingan d. Ketentuan aturan Place, yang dimaksud place disini adalah distribusi. Saluran distribusi saluran pemasaran dapat dilaksanakan secara langsung tetapi dapat juga dilakukan secara tidak langsung, misal melalui distributor atau agen. Promotion, teknik mempromosikan suatu produk dapat dilakukan dengan beberapa cara: a. Advertising (periklanan) b. Sales Promotion (promosi penjualan) c. Personal Selling (penjualan melalui salesman) d. Publicity (publisitas) e. Public relations (hubungan masyarakat) f. Direct Marketing (pemasaran langsung) Untuk usaha berupa produk jasa marketing mix ditambah lagi 3P yaitu: phisical Evident, process, people.

4. Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan dapat diartikan sebagai perasaan senang atau kecewa dari pelanggan yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Jika kinerja rendah dibawah harapan berarti pelanggan tidak puas, tetapi jika memenuhi harapan berarti pelanggan puas. Kepuasan pelanggan ini dapat mencipatakan loyalitas pelanggan sehingga cipta pelanggan tetap yang tidak akan beralih kepada produk perusahaan lain. Banyak perusahaan secara sistematik mengukur sistematik kepuasan pelanggan dan faktor-faktor yang membentuknya. Kaitan antara kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan tidak tidak bersifat proposional karena adanya banyak variabel lain yang berpengaruh terhadap loyalitas. Pengukuran kepuasan pelanggan dapat menggunakan peringkat dengan skala satu sampai lima

215

• Level satu, level sangat rendah, para pelanggan merasa sangat tidak puas dan cenderung menjauhi perusahaan bahkan dapat menyebarkan image jelek tentang produk tersebut

• Level dua, pelanggan merasa tidak puas tetapi masih relatif tidak berlebihan • Level tiga, pelanggan merasa bahwa produk yang dibeli dalam kategori

sedang sedang saja. • Level empat, pelanggan merasa bahwa ada kepuasan terhadap produk yang

dibeli. • Level lima, pelanggan merasa sangat puas

B. Menentukan Manajemen Operasional

1. Pengendalian Bahan Baku Pengendalian baku dimaksudkan agar pemenuhan bahan baku untuk waktu yang akan datang dapat diperkirakan untuk keperluan proses produksi. Berbagai penggunaan bahan baku dapat ditentukan berdasarkan perkiraan pada permintaan produk yang bersangkutan. Sebagai contoh dalam persoalan ini, misalnya untuk memproduksi 1 unit produk A diperlukan 4 unit bahan X dan 4 unit bahan Y dan 4 unit bahan Z. Untuk memproduksi 1 unit produk B diperlukan 8 unit bahan X dan 4 unit bahan Z dan untuk memproduksi produk C diperlukan bahan Y 6 unit dan 6 bahan Z. Tingakt kebutuhan bahan ini dapat disajikan dalam tabel berikut:

No Produk Bahan X Bahan Y Bahan Z 1 2 3

A B C

4 unit 8 unit

-

4 unit -

6 unit

4 unit 4 unit 6 unit

Data perkiraan permintaan produk A, B dan C berdasarkan kombinasi bahan baku diatas maka jumlah kebutuhan bahan baku X,Y,Z dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah produk A,B,C

2. Proses Produksi Proses produksi dapat direncanakan berdasarkan perencanaan produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Diharapakan setelah ada perencanaan produksi yang matang maka jalannya proses produksi akan lancar. Perencanaan produksi dimulai dengan ramalan penjualan, kemudian menentukan jumlah produk yang harus diproses. Perencanaan produk menyangkut jumlah atau volume produksi, mutu produk, desain produk, dsb. Setelah hal tersebut diperkirakan maka baru kemudian menentukan jalannya proses produksi sesuai dengan kapasitas produksi dan waktu produksi. Proses produksi dapat dibedakan dalam 2 jenis proses yaitu: a. Continous processes yaitu proses produksi yang dilakukan secara terus

menerus. b. Intermittent processes, yaitu proses produksi yang dilakukan secara terputus-

putus. 3. Kapasitas Produksi

Yang dimaksud dengan kapasitas adalah hasil produksi atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu. Unit membuat keputusan kapasitas yang baik diperlukan 4 pertimbangan sebagai berikut: b. Meramalkan permintaan pasar. c. Memahami teknologi dan peningkatan kapasitas. d. Menemukan tingkat operasional yang optimum (volume). e. Membangun perubahan.

216

Terdapat beragam taktik untuk menyesuaikan kapasistas dengan permintaan yang ada. Perubahan internal termasuk menyesuaikan proses pada volume tertentu: a. Menambah atau mengurangi jumlah karyawan. b. Menyesuaikan peralatan dan proses meliputi pembelian mesin tambahan,

menyewa peralatan yang ada. c. Memperbaiki metode untuk meningkatkan hasil produksi. d. Mendesain ulang produk. Taktik tersebut dapat digunakan unutk menyesuaikan permintaan pada fasilitas yang ada. Perencanaan kapasitas didasarkan pada permintaan pasar pada masa akan datang. Jika permintaan barang dapat diramalkan secara tepat maka penentuan kebutuhan kapasitas produksi dapat langsung ditetapkan.

C. Merancang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) 1. Melakukan Job Analiysis

Perencanaan SDM merupakan kegiatan yang secara sistematis memprediksi jumlah dan kualitas pekerjaan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Prediksi SDM yang dibutuhkan dapat dilakukan melalui Job Analiysis (Analisis pekerjaan) meliputi: a. Job Description (Deskripsi pekerjaan) b. Job Spesification (Spesifikasi pekerjaan) Hasil dari Job Description tersebut dipakai sebagai dasar dalam proses perencanaan SDM, yang mencakup rekruitmen dan seleksi, penerimaan, pengangkatan, pelatihan dan evaluasi kerja, pengembangan karir, kompensasi, evaluasi kinerja, kenaikan pangkat, pemutusan hubungan kerja dan pelepasan (pensiun).

2. Rekruitmen dan seleksi a. Rekruitmen pegawai

Rekruitmen atau penarikan tenaga kerja adalah proses menarik orang-orang yang memenuhi persyaratan untuk mengajukan lamaran atas pekerjaan yang belum terisi. Tujuannya adalah untuk memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan harapan perusahaan. Yang harus dipertimbangkan dalam rekruitmen karyawan baru adalah: • Capabilty (kapabilitas), yaitu kemampuan cara berpikir sistematis dan

kecerdasan seseorang. • Capacity (kapasitas), yaitu kemampuan mengatasi masalah, menghadapi

beban kerja, membuat prioritas kerja. • Character (karakter), yaitu watak, sikap, sopan santun, cara

mengendalikan emosi. • Credibility (kredibilitas), yaitu dapat dipercaya, kokoh menjaga rahasia

perusahaan, dapat mengemban tugas. • Creative (kretif), yaitu memiliki inisiatif dalam pengembangan ide dan

penyelesaian masalah atau tugas. • Compability (kompatibel) yaitu kemampuan kerjasama dengan orang lain. • Commitment (komitmen), yaitu kesungguhan dalam menyelesaikan tugas

dan keinginan untuk memajukan perusahaan. b. Proses Seleksi

Proses seleksi biasanya dilakukan dengan serangkaian tahapan sebagai berikut: • Testing

Tujuannya untuk meningkatkan keberhasilan pemilihan SDM sesuai spesifikasi yang diharapkan. Jenis tes meliputi tes bakat (aptitude test), tes pencapaian (achievment test), tes minat vokasional (vocational test), tes kepribadian (personality test).

217

• Wawancara Merupakan bagian dari sistem seleksi yang sering digunakan untuk menyaring kandidat masyarakat. Pada proses wawancara, harus dihindari potensi bisnis yang mungkin terjadi dalam penilaian kandidat. Untuk itu, validitas wawancara harus dibuat atau ditulis sebelumnya dan semua kandidat ditanyai dengan daftar pertanyaan yang sama. Struktur tersebut dapat menghasilkan prosedur wawancara yang konsisten dan item-item pertanyaan memliki persyaratan validitas.

• Assessment Center (Pusat-Pusat Penilaian) Digunakan sebagai alat bantu pada bidang-bidang seperti pelatihan SDM dan pengembangan organisasi. Peserta tergabung dalam sejumlah individu dan kelompok training yang dibentuk untuk mensimulasikan kegiatan-kegiatan penting diskusi, presentasi, memimpin kelompok memecahkan masalah.

3. Pelatihan karyawan a. Pelatihan (training)

Pelatihan adalah pengembangan kualitas sumber daya manusia untuk lebih produktif sehingga menunjang pencapaian tujuan organisasi.

b. Pola pelatihan • Pelatihan saat bekerja (on the job training) • Pelatihan diluar tempat kerja (off the job training) • Pengembangan Manajemen

c. Tahapan Pelatihan • Penentuan kebutuhan pelatihan • Perancangan program pelatihan • Penanganan program pelatihan

4. Evaluasi kerja (performance Appraisal) a. Perbaikan kinerja b. Penyesuaian kompensasi c. Keputusan penempatan d. Pelatihan dan pengembangan e. Perencanaan dan pengembangan karir f. Evaluasi proses staffing g. Posisi tawar h. Defisiensi proses penempatan karyawan i. Ketidak akuratan informasi j. Kesalahan dalam merancang pekerjaan k. Kesempatan kerja yang adil l. Megatasi tantangan eksternal m. Elemen-elemen pokok penilaian kinerja n. Umpan balik ke SDM

5. Kompensasi dan tunjangan a. Kompensasi (compensation)

Kompensasi adalah imbalan yang diberikan perusahaan kepada individu sebagai balas jasa atas kesediaan mereka untuk melakukan berbagai pekerjaan dan tugas organisasi. Sistem kompensasi yang diberikan merupakan faktor utama dalam mempertahankan tenaga-tenaga terampil yang ada di perusahaan. Bagian terpenting dari sistem kompensasi adalah upah dan gaji, disamping insentif dan tunjangan karyawan. Upah dan gaji adalah jumlah uang yang dibayarkan kepada karyawan atas mereka. Upah (wage ) adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan berdasarkan nilai pembayaran perjam atau sejumlah output yang dihasilkan. buruh pabrik tekstil, pabrik sepatu, atau pekerja lepas biasanya menerima pembayaran dalam bentuk upah.

218

Gaji (salary ) adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan secara periodik, seperti perbulan atau pertahun karena seseorang melaksanakan tanggung jawab pekerjaan. Staf kantor, eksekutif, dan karyawan profesional biasanya menerima pembayaran dalam bentuk gaji. Kebijakan upah dan gaji biasanya didasarkan atas: • Kemampuan keuangan perusahaan • Produktivitas perusahaan • Biaya hidup • Peraturan pemerintah (upah minimum), atau • Gaji/upah di perusahaan lain untuk pekerjaan yang sama. Insentif adalah kompensasi khusus yang dirancang untuk memeotivasi kinerja yang luar biasa (superior perfomance) Kompensasi insentif didasarkan atas: • Bonus Utuh (lump sump) yaitu pembayaran kas sekali waktu/tunai atau hak

untuk membeli saham perusahaan berdasarkan kinerja • Pembagian keuntungan (profit sharing) yaitu pemberian bonus berdasarkan

keuntungan perusahaan. • Pembagian pendapatan (gain sharing) yaitu pemberian bonus karena

berhasil melampaui target kinerja yang ditetapkan atau terjadi efisensi kerja b. Tunjangan

Tunjangan adalah bentuk penghargaan yang dikompensasikan berupa dan pensiun, asuransi kesehatan, liburan, izin sakit, tempat penitipan anak, atau biaya studi lanjut.

6. Pengembangan karir Pengenbangan karir merupakan tanggung jawab HRD dalam menyiapkan, mengimplementasikan dan memonitir career paths karyawan. Inilah yang disebut career management. Apabila seorang individu mengarahkan perjalanan karir kekaryawannya, hal ini disebut career planning. Dan ketika kebutuhan individu dan perusahaan dalam proses pengembangannya sejalan, proses ini disebut career development. a. Manajemen talenta

“Talent Management is the intregated process of ensuring that an organization has a continous supply of highly productive individuals in the right job, at the right time.”

b. Talenta bakat adalah kemampuan sesorang untuk menghasilkan kinerja yang baik, yang muncul terus-menerus dan dibawa sejak lahir. Oleh sebab itu, talenta harus diasah untuk mempertajam kemampuannya.

Manajemen talenta atau bakat dapat diterapkan dalam pengembangan karir seseorang ataupun dalam perencanaan sukses.

7. Keselamatan dan kesehatan kerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terkait dengan lingkungan tempat para karyawan bekerja, meliputi kenyamanan ruang kerja, kebersihan, kerapian, sanitasi yang lancar, kebersihan udara, ada tidaknya bahan kimia yang berbahaya di sekitar lokasi kerja atau tata letak (layout) ruang kerja. Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada kualitas dan produktifitas pekerja dalam menyelesaikan tugas. Semakin baik penanganan K3 tersebur maka akan semakin kecil terjadinya kecelakaan kerja, karyawan yang cedera atau sakit.

8. Pemutusan tenaga kerja (PHK) Baik pengusaha maupun tenaga kerja dapat memutuskan untuk mengakhiri ikatan kerja melalui berbagai pertimbangan. Tenaga kerja memutuskan meninggalkan perusahaan dapat disebabkan oleh keinginan membuka usaha sendiri, pindah ke perusahaan lain yang menawarkan gaji lebih baik, faktor keluarga, faktor tempat tinggal yang jauh dari lokasi kerja, studi lanjut, atau ingin mengembangkan usaha keluarga.

219

Pengusaha memutuskan untuk memberhentikan pekerja dapat disebabkan oleh kinerja yang buruk, penyimpangan dalam masalah keuangan, melakukan tindak kriminal, terlihat narkoba, pencurian, membocorkan rahasia perusahaan atau berbagai pelanggaran lainnya. Memberitahukan karyawan yang bermasalah adalah perlu untuk menjaga agar situasi perusahaan tetap kondusif, produktivitas dan moral karyawan lain tetap terjaga. Yang paling penting dalam penerimaan karyawan baru adalah dibuatnya Surat Perjanjian Kerja yang dapat diterima dan dise tujui oleh kedua belah pihak sebelum karyawan baru tersebut diterima .

D. Mengelola Keuangan

1. Kebutuhan modal kerja Kita mengenal istilah “statement of sources and uses of working capital” atau laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja, yaitu modal kerja dalam artian netto yaitu kelebihan aktiva lancar diatas untung lancar. Dalam artian bruto modal kerja berupa kas, piutang, persediaan. Sumber dari modal kerja adalah sebagai berikut: a. Berkurangnya aktiva tetap b. Bertambahnya hutang c. Bertumbuhnya modal d. Adanya laba operasi perusahaan Penggunaan modal kerja adalah: a. Bertambahnya aktiva tetap b. Berkurangnya hutang c. Berkurangnya modal d. Pembayaran cash devidend e. Adanya kerugian operasi perusahaan, contoh laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja sebagai berikut:

PT DARREN

Laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja 31 Desember 2008 – 31 Desember 2009

(Dalam ribuan rupiah) Sumber-sumber penggunaan

Dana berasal dari operasi Keuntungan neto Rp. 300.000 Despresiasi Rp. 150.000 Bertambahnya hutang jangka panjang Rp. 300.000

Cash devidend Rp. 140.000 Bertambahnya mesin Rp. 200.000 Bertambahnya tanah Rp. 210.000 Bertambahnya modal Rp. 200.000

Rp. 750.000 Rp. 750.000 Analisis sumber-sumber dan penggunaan dana dalam, tidak hanya dilakukan terhadap laporan diwaktu yang lalu saja, tetapi juga penting dilakukan terhadap proyeksi periode yang akan datang.

2. Arus kas (cash flow) Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Pengeluaran kas untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan gaji, dan lain sebagainya. Tetapi disamping itu juga ada aliran kas keluar (cash out flow) yang bersifat tidak kontinyu atau bersifat “intermittent”, misalnya pengeluaran untuk pembayaran bunga, devidend, pajak penghasilan atau laba, pembayaran angsuran utang, pembelian kembali saham perusahaan, pembelian aktiva tetap dan lain sebagainya. Disamping aliran kas keluar juga terdapat aliran kas masuk (cash in flow) didalam

220

perusahaan. Seperti halnya pada cash outflow, didalam cash inflowpun terdapat aliran yang bersifat yang kontinyu dan yang bersifat ”intermitten”. Penerimaan dan pengeluaran kas kedalam perusahaan akan berlangsung terus selama hidupnya perusahaan. Dengan demikian aliran kas itu, bagaikan darah yang terus menerus megalir dalam tubuh perusahaan yang memungkinkan perusahaan itu dapat melangsungkan hidupnya. Kelebihan dari kas aliran masuk terhadap aliran kas keluar merupakan saldo kas yang akan tertahan didalam perusahaan.

3. Break Even Point (BEP) Analisis break even adalah suatu teknik analisis unutk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Dalam perencanaan keuntungan, analisis break even merupakan “profit planning approach” yang mendasarkan pada hubungan antara biaya (cost) dan penjualan (revenue). Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan volume produksi. Adapun biaya yang termasuk golongan biaya variabel pada umumnya adalah bahan mentah, upah buruh langsung (direct labor), komisi penjualan. Sedangkan yang termasuk golongan biaya tetap pada umumnya adalah depresiasi aktiva tetap, sewa, bunga utang, gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staff research dan biaya kantor. Dalam mengadakan analisis break even, digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut: a. Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan

biaya tetap. b. Besarnya biaya variabel pada umumnya secara totalitas beruba-ubah secara

proporsional dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap sama.

c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya volume kegiatan.

d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis. e. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih

dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “sales mix” nya adalah tetap konstan.

Perhitungan BEP digunakan formulasi sebagai berikut: BEP = FC . (dalam nilai uang) 1 – VC S atau

BEP = FC . (dalam nilai uang) 1 – V P

BEP = FC . (dalam nilai unit) P – V

Keterangan

FC = Fixed Cost VC = Variable cost secara total S = Sales V = Variable cost per unit P = Price

221

Dibawah ini disajikan contoh kasus sebagai berikut: Perusahaan LADY & MARIA bekerja dengan kapasitas produksi 10.000 unit. Harga jual per unit produk tersebut $500. Biaya tetap yang dikeluarkan $1.500.000, sedangkan biaya variabel per unit $200. Dari data ini diminta: a. Menghitung BEP dalam $ dan Unit b. Gambar Grafiknya Jawab VC = 10.000 ($200) = $2.000.000 S = 10.000 ($500) = $5.000.000 BEP = FC . ($) 1 – VC S

= 1.500.000 1- 2.000.000

5.000.000 = $2.500.000

BEP = FC . (unit) P – V

= 1.500.000 500-200 = 5000 unit

Gambar Grafik

4. Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas. • Likuiditas

Merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Formulasi likuiditas: 1. Current ratio = aktiva lancar x 100 %

Hutang lancar 2. Cash ratio = kas + effek x 100%

Hutang lancar 3. Quick ratio = kas + effek + piutang x 100%

Hutang lancar • Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

1000 2000 3000 4000 5000

1500000

2500000 ●

Rugi

Laba

FC

S

TC

BEP

Penjualan-Biaya

0

Unit

222

Formulasi Solvabilitas: Solvabilitas = Jumlah aktiva x 100% Jumlah hutang

• Rentabilitas Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Jadi rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dalam hal ini rentabilitas dibagi menjadi 2 yaitu Rentabilitas Ekonomi (RE) dan Rentabilitas Modal Sendiri (RMS). Rentabilitas Ekonomi: Rentabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba usaha. Dalam literatur Anglosaxion, istilah rentabilitas ekonomi digunakan dengan sebutan Earning Power (EP) Formulasi rentabilitas ekonomi: 1. Earning power = Net Operating income x 100%

Net operating asset 2. Earning power = profit margin x turn over of operating asset 3. Profit margin = Net operating income x 100%

Net sales 4. Turn over of operating asset = Net Sales

operating asset

Rentabilitas modal sendiri: Rentabilitas sering disebut rentabilitas uasaha dalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan laba yang dimaksud adalah laba dalam pengertian Earning After Tax (EAT). Formulasi Rentabilitas Modal Sendiri = EAT . Owner Equity (Owner Equity = modal sendiri) Beberapa contoh soal 1) Diketahui data neraca sebagai berikut

Neraca Perusahaan milik ELO Per 31 Desember

Hutang lancar $ 12.000 Aktiva tetap $ 28.000 $ 40.000

Hutang lancar $ 6000 Hutang jk. Panjang $ 14.000 $ 20.000

Hitung likuiditas dengan current ratio Jawab current ratio = $ 12.000 x 100% = 200%

$ 6000 2) Jumlah aktiva ..................... $ 450.000

Jumlah hutang .................... $ 300.000 Express value dari aktiva Diatas hutang total .............. $ 200.000 Solvabilitas = $ 450.000 x 100% = 150% $ 300.000

223

3) Perusahaan “SURYA” selama setahun mempunyai penjualan bersih sebesar $160.000. jumlah modal atau didalam kekayaan digunakan didalam perusahaan tersebut sebesar $ 80.000. Selama setahun perusahaan tersebut menghasilkan net operating income (laba usaha) sebesar $ 8000

4) Dari contoh itu kita langsung dapat menghitung rentabilitas ekonominya

(earning power) RE = EP = NOI x 100% = 8000 x 100% = 10% NOA 80.000 Kita juga dapat menghitung EP dengan menghitung lebih dulu PM dan OATo, kemudian kedua hasil tersebut dikalikan. PM = 8000 X 100% = 5% 16.000 OATo = 160.000 = 2 kali 80.000 EP = 5% (2) = 10%

E. Analisis resiko Kita menyadari bahwa tidak seorangpun dapat mengatakan sebelumnya apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Kita hanya dapat mengatakan dugaan atau ramalan atau perkiraan mengenai masa yang akan datang. Ketidakpastian (uncertainty) adalah kondisi yang kita hadapi apabila masa yang akan datang mengandung kemungkinan yang tidak kita ketahui. Suatu kondisi yang yang lebih realistis yang dihadapi oleh pimpinan perusahaan adalah “resiko”. Dalam dunia wirausaha kita tidak cukup berharap tentang sukses usaha tetapi dalam praktek menunjukkan terdapat adanya resiko. Wirausahawan memiliki keberanian ambil resiko atas usaha yang dijalankan Berbagai kondisi ketidakpastian masa yang akan datang memiliki potensi munculnya resiko. Oleh sebab itu perlu ketajaman memperkirakan masa yang akan datang berdasarkan pengalaman dan dinamika yang ada. Berbagai macam resiko usaha yang mungkin terjadi: a. Karena adanya perubahan permintaan b. Perubahan konjungtur (perubahan perekonomian global) c. Persaingan usaha d. Bencana alam.

F. Etika Bisnis

1. Pengertian Etika Bisnis Istilah etika sering disamakan dengan istilah moral. Etika berasal dari kata yunani ethos berarti adat istiadat atau kebiasaan dalam konteks kebiasaan atau adat istiadat yang baik. Moralitas berasal dari kata latin “Mos” dalam bentuk jamaknya “Mores” berarti adat istiadat atau kebiasaan. Tetapi ada pengertian yang mengatakan etika ruang lingkupnya atau cakupannya lebih mendasar dari moral, yaitu etika dinilai sebgai filsafat moral. Dalam hal ini etika bisnis merupakan adat istiadat atau kebiasaan yang baik dalam konteks berbisnis. Adapun sasaran etika bisnis sebagai etika bisnis adalah sebagai berikut: Pertama, etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang yang baik. Jadi para pelaku bisnis diharapakan menjalankan praktek bisnis secara baik dan etis. Kedua, etika berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk bertindak kritis agar para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan terjaminnya hak serta kepentingan masyarakat. Ketiga, etika bisnis lebih bersifat makro misalnya adanya praktek monopoli, kolusi, persaingan tidak sehat, dsb.

224

2. Prinsip-prinsip etika bisnis Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Demikian pula prinsip-prinsip itu sangat erat terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat. • Prinsip pertama, prinsip otonomi.

Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri.

• Prinsip kedua, prinsip kejujuran. Sekilas kedengarannya aneh bahwa kejujuran merupakan prinsip etika bisnis karena mitos keliru bahwa bisnis adalah kegiatan tipu-menipu demi meraup untung, harus diakui bahwa memang prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis yang mendasarkan kegiatan bisnisnya secara curang.

• Prinsip ketiga, prinsip keadilan. Mestinya kita perlu membahas secara khusus teori keadilan, namun cukuplah dikatakan bahwa prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.

• Prinsip keempat Prinsip saling menguntungkan, prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.

• Prinsip kelima, Integritas moral. Prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaannya.

3. Faktor-faktor yang menmpengaruhi etika a. Cultural Difference, tiap daerah memiliki kebiasaan sendiri-sendiri. b. Knowledge, berkaitan dengan pengetahuan yang memiliki oleh orang-orang

yang terkait dalam bisnis. c. Organizatinal behaviour, perilaku organisasional perlu dibangun sehingga

menjadi iklim baik pada sebuah organisasi. 4. Perilaku fundamental yang berhubungan dengan etika disemua etnis adalah:

a. Sopan santun b. Integritas c. Jaga janji d. Fidelity, benar dan loyal e. Fairness, berlaku terbuka (fair) f. Care for others, perhatian pada orang lain g. Respect for others, menghormati orang lain h. Responsible citizenship, patuh pada undang-undang/ peraturan i. Rescuit of exeellence, berbuatlah yang terbaik. j. Accountability, bertanggung jawab dalam segala hal.

225

DAFTAR PUSTAKA Ag. Sunarno Handoyo, (2011), Manajemen Operasional Jilid II, BPFE UMK, Kudus. Bambang Riyanto, (2006), Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE-UGM,

Yogyakarta. Buchori Alma, (2009), Kewirausahaan, Penerbit Alfabeta, Bandung. Danang Sunyoto , Ambar Wahyuningsih, (2009) Panduan Kewirausahaan (Teori, Evaluasi

& Wirausaha Mandiri), Penerbit Jesia Media, Bogor. David Osborne, Ted Gaebler, (1998), Kewirausahaan Birokrasi, Penerbit PT. Pustaka

Binaman Pressindo, Jakarta. Eddy Suryanto Soegoto, (2009), Entrepreneuership, Menjadi Pebisnis Ulung, Penerbit PT.

Alex Media Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta. Heizer jay, Render Barry, (2004), Operations Management, Pearson Educations, Inc, New

Jersey, USA. Justin G. Longennecker, Carlos W Moore, J William Petty, (2001), Buku 1 dan 2,

Kewirausahaan, Manajement Usaha Kecil, Salemba Empat, Jakarta. K. Bertens, (2000), Pengantar Etika Bisnis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Kotler Philip, Keller Kevin Lane, (2008), Marketing Manajemen, Pearson Education inc,

New Jersey. USA. Kotler Philip, Keller Kevin Lane, (2012), Marketing Manajemen, Pearson Education Limited,

Global Edition 14e, USA. Loenard J. Brooles, Paul Dunn, (2011), Bussines & Professional Ethics, Salemba Empat,

Jakarta. Mardiyatno, (2008) Kewirausahaan, Penerbit Yudhistira, Surakarta. Meredith Jack, Gibbs Thomas, (2004), The Management Of Operations, john Weley &

Sons, USA. Muh. Awal Satrio Nugroho, (2006) Kewirausahaan Berbasis Spiritual, Penerbit Kayon,

Yogyakarta. Retno Dewanti, (2008), Kewirausahaan, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta. Richard A. Brealy and Steward C. Myers, (1998) Principle of Corporate Finance, mc Graw

Hill, USA. Weather. William B.Jr, Keith Davis, (1996) Human Resource and Personal management,

Mc Graw. Hill, USA

226

MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA DAN PRINSIP KERJA PRESTATIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Buku ajar Melaksanakan Pelayanan Prima ini akan mengkaji tentang tentang

konsep dasar komunikasi, meliputi konsep atau pengertian komunikasi, teknik atau cara bekomunikasi melalui teknik wawancara, berkomunikasi secara perorangan, komunikasi dalam kelompok, serta cara menggunakan sarana komunikasi; konsep dasar pelayanan prima yang meliputi Hakikat dan pengertian pelayanan prima, pengertian umum pelanggan, pentingnya pelayanan prima, harapan pelanggan; Pelayanan prima berdasarkan konsep sikap/attitude meliputi pelayanan pelanggan berdasarkan penampilan serasi, dengan berpikir positif dan pelayanan dengan menghargai; Pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian/attention meliputi mendengarkan dan memahami kebutuhan pelanggan, mengamati perilaku pelanggan, mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan; Pelayanan prima berdasarjkan konsep tindakan/action meliputi pencatatan pesanan pelanggan, penagasan kembali kebutuhan pelanggan, mewujudkan kebutuhan pelanggan serta pernyataan terimakasih dengan harapan pelanggan kembali.

B. Prasyarat

Guru atau pendidik menguasai materi konsep komunikasi bisnis yang meliputi mengidentifikasi penerima pesan, membuat pesan bisnis, menggunakan media komunikasi dan melaksanakan komunikasi bisnis.

C. Petunjuk belajar

Untuk dapat memahami materi-materi yang dikaji dalam Buku Ajar ini, maka peserta pelatihan perlu menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

Membaca dan memahami dengan cermat dan menyeluruh buku ajar dan referensi lain yang terkait. 1. Menghubungkan antara materi yang satu dengan materi yang lainnya. 2. Membuat rangkuman secara terperinci dari setiap materi yang dipelajari. 3. Mengulang kembali tentang materi yang sudah dipelajari 4. Mendiskusikan dengan teman atau instruktur tentang permasalahan yang

timbul setelah mempelajari materi buku ajar.

D. Kompetensi dan Indikator 1. Kompetensi

Setelah menyelesaikan seluruhkegiatan belajar tentang Melaksanakan Pelayanan Prima, dalam buku ajar ini secara menyeluruh peserta latihan diharapkan dapat : a. Memahami konsep dasar komunikasi b. Menerapkan teknik komunikasi c. Memahami konsep-konsep Pelayanan prima d. Memahami pengertian dan konsep harapan pelanggan e. Memahami pentingnya pelayanan prima terhadap pelanggan f. Memahami konsep Pelayanan Prima berdsarkan konsep sikap/ttitude

terhadap pelanggan (penampilan serasi, berpikir positif, sikap menghargai,)

227

g. Memahami konsep Pelayanan Prima berdasarkan konsep perhatian/attention terhadap pelanggan (mengamati perhatian pelanggan, mencurahkan perhatian penuh)

h. Memahami konsep konsep Pelayanan Prima berdsarkan konsep tindakan/action terhadap pelanggan ( pencatatan pesanan dan kebutuhan, penegasan kebutuhan, mewujudkan kebutuhan pelanggan)

Indikator Melaksanakan Pelayanan Prima dalam buku ajar ini, indikatornya adalah: 1). Menjelaskan pengertian komunikasi 2). Mendeskripsikan teknik komunikasi dengan wawancara 3). Mendeskripsikan komunikasi dengan cara berpikir positif 4). Menjelaskan komunikasi secara perorangan 5). Mendeskripsikan cara komunikasi dalam kelompok/Tim 6). Mendeskripsikan cara menggunakan sarana komunikasi 7). Mengidentifikasi cara-cara berkomunikasi 8). Menjelaskan Pengertian atau hakekat Pelayanan Prima. 9). Menejelaskan pengertian pelanggan 10). Menjelaskan konsep harapan pelanggan. 11). Mendeskripsikan pentingnya Pelayanan Prima terhadap pelanggan. 12). Menjelaskan pelayanan pelanggan berdasarkan penampilan serasi. 13). Mendeskripsikan pelayanan pelanggan dengan berpikir positif. 14). Mendeskripsikan pelayanan pelanggan dengan sikap menghargai 15). Menerapkan pelayanan prima dengan beberapa konsep 16). Menjelaskan cara mengamati perilaku pelanggan 17). Mendeskripsikan cara mencurahkan perhatian penuh pada pelanggan 18). Menjelaskan pencatatan pesanan dan kebutuhan pelanggan 19). Menjelasakan cara penegasan kebutuhan pelanggan 20). Mendeskripsikan cara mewujudkan kebutuhan pelanggan

228

BAB II KEGIATAN BELAJAR 1 KONSEP DASAR MELAKUKAN KOMUNIKASI DAN KONSEP-KONSEP

PELAYANAN PRIMA

A. Kompetensi dan Indikator 1. Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan belajar 1 diharapkan peserta pelatihan dapat :

a. Memahami konsep dasar komunikasi b. Menerapkan teknik komunikasi c. Memahami konsep-konsep Pelayanan Prima

2. Indikator Materi konsep dasar pelayanan prima yang dikaji dalam buku ajar ini, indikatornya adalah : a. Menjelaskan pengertian komunikasi b. Mendeskripsikan komponen komunikasi c. Menjelaskan proses komunikasi d Mengidentifikasi langkah-langkah komunikasi d Mendeskripsikan teknik komunikasi dengan wawancara e Menjelaskan komunikasi dengan cara berpikir positif f. Mendeskripsikan komunikasi secara perorangan g. Mendeskripsikan komunikasi dalam kelompok/Tim h Menjelaskan cara menggunakan sarana komunikasi i Pengertian Pelayanan Prima. j. Mendeskripsikan hakekat Pelayanan Prima. k Menjelaskan pengertian umum pelanggan l Mendeskripsikan pentingnya pelayanan prima terhadap pelanggan m Menjelaskan harapan pelangggan

B. Uraian Materi : Konsep Dasar melakukan komuniaka si dan konsep-konsep Pelayanan Prima

1. Pengertian Komunikasi Komunikasi dapat diartikan dalam beberapa pengertian yaitu :

a. Hubungan atau kontak atau dapat juga komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dietrima dan dipahami. (Kamus Besar Bahasa Indoinesia).

b. Komunikasi dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan memakai lambang-lambang

c. Selain itu pengertian komunikasi adalah tata hubungan , seperti hubungan antara seseorang dengan orang lain, hubungan antar organisasi dan hubungan antar bangsa.

d. Komunikasi dapat dapat diartikan sebagai tukar menukar informasi antara seseorang denganorang lain dengan tujuan untuk memperoleh saling pengertian

e. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian berita dari satu pihak kepada pihak lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna, sehingga menimbulkan pengertian satu-sama lain (Suyetti & Gita K, 2004)

f. Komunikasi dalam lingkungan dunia usaha yaitu proses komunikasi yang dilakukan antara pembeli dan penjual atau antara prodsusen dan konsumen /masyarakat. Bagi produsen proses komunikasi harus sudah

229

dilakukan pada saat perencanaan produksi yang diddahului oleh riset pasar, promosi produk sampai mengetahui tanggapan konsumen akhiar terhadap produk perusahaan yang telah dipakainya. Jika telah tercipta produk yang tepat sasaran, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan konsumen, maka komunikasi dianggap sudah berhasil.

2. Komponen Komunikasi Dalam kegiatan atau proses komunikasi, akan melibatkan beberapa

komponen yaitu : a. Sumber berita ataupihak yang menyampaikan berita yang disebut

komunikator. b. Bentuk berita yangdisampaikan bisa berupa tulisan, lisan, lambang-

lambang, isyarat-isyarat dan suara. c. Media yang dijadikan alat untuk menyampaikan berita (radio, TV, surat

kabar, majalah, telepon) d. Pihak yang menerima berita dan menerjemahkan lambang-lambang atau

isyarat-isyarat yang disebut komunikan. e. Berita/pesan/informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada

komunikan f. Tanggapan komunikan atas berita yang disampaikan kepadanya.

3. Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah tahapan-tahapan pertukaran informasi/pesan/berita dari pihak penyampai berita ke pihak penerima berita dengan menggunkan media dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Jika digambarkan dalam bagan proses kimunikasi akan tampak seperti dalam bagan 1 berikut ini :

Keterangan : Encode : proses pengantaran pesan Decode : proses penerimaan pesan/sandi

Bagan 1.1 Proses Komunikasi

4. Langkah-langkah Proses Komunikasi Dari bagan tersebut di atas, dapat diuraikan proses komunikasi sebagai berikut : a. Komunikator bermaksud menyampaikan pesan kepada komunikan.

Encode Message

Tanggapan (Feed Back)

Komunikator Hambatan komunikan

Decode Media

230

b. Komunikator membuat sandy (encoding) yang menyatakan maksud komunikator, dimana hasilnya adalah berupa pesan atau lambang-lambang.

c. Lambang-lambang tersebut disalurkan melalui media d. Komunikan menguraikan lambang-lambang tersebut (decoding) sehingga

mempunyai arti atau makna e. Setelah menguraikan lambang tersebut komunikan langsung

menyampaikan tanggapan kepada komunikator f. Adanya umpan balik/tanggapan atau feedback akan menjadi bahan bagi

komunikator untuk menganalisis apakahpesan yang diterima oleh komunikan sama dengan apa yang dimaksud oleh komunikator, karena saat proses komunikasi mungkin terjadi hambatan-hambatan.

5. Faktor-faktor Keberhasilan komunikasi

Keberhasilan komunikasi akan sangat ditentukan oleh komunikator dan komunikan. Dari sudut komunikator faktor-faktor keberhasilan komnukasi terdiri dari: a. Cakap : komunikator harus cakap bicara, mampu menyampaikan materi

sehingga mampu menarik perhatian dan minat pendengar atau lawan bicara

b. Pengethuan; komunikator mempunyai pengetahuan yang luas sehingga menguasai materi yang disampaikan

c. Sikap ; komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas d. Sistem sosial; komunikator harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi masyarakat dimana dia berbicara, sehingga

komunikator akan mampu memahami dengan siapa dia berbicara dan bagaimana kebiasaannya

e Kondisi lahiriah; komunikator dengan kondisi fisik sehat atau tidak cacat akan menunjang keberhasilan dalam melakukan komunikasi.

Faktor keberhasilan dari sudut komunikan adalah : a. Cakap; komunikan yang cakap akan mudah mencerna materi yang

diberikan oleh komunikator b. Pengethuan; komunikan yang mempunyai pengetahuanyang luas akan

cepat menerima informasi yang diberikan komunikator c. Sikap; harus ramah, pandai bergaul, supel terhadap komunjikator agar

tercipata proses komunikasi yang lancar. d. Sistem sosial; komunikan harus memahami dengan siapa berbicara ( bos,

teman sejawat, orang kaya atau orang biasa) dan memahami materi apa yang dibicarakan serta mampu menyesuaikan diri dengan pembicara.

e. Kondisi lahiriah; komunikasi dengan kondisi fisik sehat akan menunjang keberhasilan berkomunikasi.

6. Teknik Wawancara

a. Pengertian Wawancara Wawancara adalah melaksanakan pertemuan antara dua orang

atau lebih dalam rangka proses pengumpulan informasi untuk menentukan satu sasaran yang diinginkan

b. Teknik, Isi dan Etika Wawancara Wawancara memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Melibatkan dua orang atau lebih 2) Dilaksanakan dalam sebuah forum pertemuan

231

3) Satu pihak sebagai pewawancara dan pihak lain sebagai yang diwawancarai

4) Mempunyai sasaran /tujuan tertentu yang sudah diketahui sebelumnya oleh pihak yang terlibat

5) Dilaksanakan dalam posisi duduk, saling berhadapan atau posisi berdiri berhadapan

6) Pada saat berbicara dengan lawan bicara sebaiknya : a) Bersikap sopan dan ramah b) Menggunakan bahasa keseharian, hindarkan pemakaian kata-

kata/istilah asing yang kurang pas c) Berikan kesempatan kepada lawan bicara untuk berbiacara

sampai selesai d) Hindari banyak berdebat, walaupun lawan bicara salah e) Apabila isi pembicaraan kepada tidak terfocuskan kepada inti

permasalahan, sebaiknya menggunakan cara : (1) Arahkan pembicaraan kepada pokok masalah yang ditanyakan; (2) Tekankan kepada manfaat wawancara tersebut. Khusus untuk yang diwaancarai, cara menjawab pertanyaan hendaknya : (1) Pahami terlebih dahulu isi pertanyaan; (2) Berikan jawaban yang singkat, padat dan jelas dengan menggunakan bahasa sederhana.

Teknik wawancara pada era teknologi tinggi tidak harus selalu berhadap-hadapan langsung secara fisik, tetapi pertemuan tersenut bisa digantikan atau dilakukan melalui kontak audio visual jarak jauh melalui hubungan di layar TV, walaupun ada kelemahannya, misalnya tidak dapat menilai reaksi fisik secara langsung pada saat wawancara dilakukan, namun wawancara seperti ini masih berguna, karena pada hakekatnya wawancara dapat dilakukan di mana saja.

Wawancara merupakan salah satu cara yang efektif dalam menentukan proses pengumpulan informasi, karena dengan melakukan wawancara kita dapat melakukan pengamatan, dapat menilai kemampuan tutur kata/verbal, dapat menilai sikap dan kepribadian dan ada kesempatan berbicra dari hati ke hati dan dapat menilai tingkat kecerdasan orang lain tersebut.

Mengingat wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan berbahasa dengan jalan mengajukan pertanyaan kepada responden atau nara sumbeer dengan tujuan untuk memperoleh keterangan atau informasi, maka isi wawancara harus dipersiapkan, meliputi hal-hal : 1) Menentukan tema wawancara 2) Menentukan pokok-pokok pikiran yang akan ditanyakan. Isi

wawancara harus dipersiapkan sebab berhubungan dengan sejumlah informasifaktual yang diperlukan oleh pewawancara.

3) Menyusun daftar pertanyaan secara sistematis. Sebaiknya pertanyaan diaawali dari hal-hal yang bersifat umum.

4) Meminta kesediaan pihak yang diwawancarai 5) Menyiapkan alat tulis, buku catatan dan perekam.

Selain itu perlu diketahui hal-hal yang merupakan etika dalam wawancara yaitu : 1) Hadir tepat pada waktu yang telah ditetntukan 2) Berpakaian rapi dan sopan 3) Menunjukkan perhatian dengan sungguh-sungguh 4) Mampu menyimpulkan jawaban yang panjang lebar

232

5) Jawaban yang dinyatakan off the record tidak dibenarkan untuk dicatat atau dimasukan sebagai hasil wawancara.

7. Teknik Bertanya dan Jenis-jenis pertanyaan Keberhasilan wawancara bergantung pada perolehan informasi-

informasi penting. Orang yang sedang diwawancarai mungkin saja ingin mengutarakan masalah, tetapi dia tidak tahu informasi apa saja yang harus disampaikan.

Teknik bertanya yang kurang baik dapat mempengaruhi perasaan orang yang diwawancarai, sehingga mengakibatkan wawancara kurang berhasil. Tujuan pertanyaan akan bergantung pada situasi wawancara maupun tahap wawancara. Pertanyaan-pertanyaan mungkin ditujukan untuk memperoleh informasi, gagasan, pendapat, pikiran, pandangan atau perasaan pihak yang diwawancarai. Jenis-jenis pertanyaan : a. Pertanyaan tertutup

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang umumnya meminta jawaban “ya/tidak” atau pertanyaan mengenai kenyataan sangat terbatas. Misalnya : Anda sudah sarapan …? Jawabannya bisa “sudah” atau “belum”. Pertanyaan tertutup mungkin sengaja dilontarkan untuk mengendalikan wawancara atau pewawancara sengaja membatasi wawancara karena yang diwawancarai suka sekali berbicara panjang lebar tidak terkendali. Salah satu metode untuk menghindari keadaan buruk tersebut adalah dengan mengajukan pertanyaan tertutup.

b. Pertanyaan ganda Pertanyaan ganda adalah pertanyaan yang menuntut jawaban

dan tidak ditanyakan secara runtut. Pertanyaan ini dapat menimbulkan lebih banyak masalah bagi orang yang diwawancarai, karena cenderung membingungkan. Misalnya : “Silakan anda utarakan, mengapa anda mengingikan pekerjaan ini, tetapi sebelumnya dapatkah anda beritahukan dari mana anda tahu bahwa perusahaan kami membuka lowongan pekerjaan tersebut dan saja juga ingin tahu mengapa anda ingin meninggalkan pekerjaan lama anda ...?”

Orang yang diwawancarai akan bingung untuk menetapkan pertanyaan yang mana yang harus dijawab lebih dahulu. Haruskahk dia menjawab semua pertanyaan ? Akibat yang muncul mungkin hanya kekacauan dalam menjawab semua pertanyaan, atau hanya bagian pertanyaan terakhir saja yang diingat, atau lebih parah lagi dia hanya ingin menjawab pertanyaan mudah dijawab.

Kadangkala pertanyaan ganda bermanfaat untuk menggali daya ingat dan kedalaman pemahaman dalam mengatasi masalah. Tujuannya adalah jika yagn diwawancarai dapat menjawab secara berbeda dan menjawab semua pertanyaan secara rasional dan logis hal ini menunjukkan tingkat kemampuan dia mengatasi situasi yang kompleks.

c. Pertanyaan pilihan ganda Di sini orang yang diwawancarai diberi pilihan di antara dua pilihan atau lebih dari pihak yang diwawancarai dipaksa berada dalam posisi harus menentukan pilihan. Misalnya : “Mobil apa yang anda sukai, Toyota atau Mitsubishi ...?”

233

d. Pertanyaan yang menggiring “Tidakkah anda berpendapat yang paling baik adalah kalau ...?” Pertanyaan ini dapat digunakan secara efektif untuk menguji apakah yang diwawancarai mempunyai pendapat sendiri yang ingin diutarakan atau termasuk apakah dia orang yang golongan “yes-man”j atau ABS (asal bapak senang).

e. Pertanyaan yang bukan pertanyaan Biasanya si pewawancara mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga yang diwawancarai tidak tahu apakah pertanyaan sudah diajukan. Atau, pewawancara biasanya terlalu asyik berbicara, sehingga tanpa sadar pertanyaan yang dilontarkan dijawab sendiri, dan tidak ada kesempatan bagi yagn diwawancarai untuk menjawab pertanyaan.

f. Pertanyaan terbuka Pertanyaan terbuka adalah bentuk pertanyaan yang paling positif dan produktif dimana pihak yang diwawancarai diberi kesempatan untuk mengembangkan jawaban yang lengkap dan terbuka serta sesuai dengan seleranya. Misalnya : “Di waktu senggang, kegiatan apa yang anda lakukan?” Biasanya pertanyaan terabuka diawali dengan kata-kata : bagaimana, dimana, kapan, apa, mengapa dan siapa.

8. Komunikasi dengan Cara Berpikir Positif Apabila kita bergerak di bidang usaha jasa atau industri jasa pelayanan,

masalah komunikasi mempunyai peran penting khususnya dalam rangka membantu pelanggan atau orang yang membutuhkan jasa kita. Apapun keluhan pelanggan harus kita tampung dan kita sikapi dengan bijaksana, bersikap positif harus selalu tertanam pada setiap individu yang terlibat karena ”Sikap positif dalam bekerja adalah cara menyarakan suasana hati kepada orang lain secara positif.”

Manakala sedang optimis mengharapkan keberhasilan, akan muncul sikap positif dalam diri, dan orang di sekitar, akan menanggapinya dengan positif pula. Akan tetapi, apabila bersikap pesimis dalam menghadapi keadaan, biasanya sikap kita menjadi negatif, sehingga orang-orang di sekitar mungkin akan menjauhi. Begitu pula ketika menghadapi pelanggan dengan sikap positif, biasanya sikap pelanggan akan positif. Akan tetapi, jika bersikap negatif terhadap pelanggan, akan fatal akibatnya.

Cara terbaik melakukan komunikasi dengan berpikir positif adalah sebagai berikut : 1. Berpikir positif Jangan sekali-sekali berpikir negatif terhadap pelanggan. Hindarkan

berprasangka buruk. Anggaplah selalu bahwa pelanggan akan membeli produk kita atau pelanggan membutuhkan bantuan kita.

2. Memandang sesuatu dengan positif Anggaplah pelanggan mitra kita, satu sama lain saling membantu. Pupuk

dan peliharalah selalu hubungan yang baik dengan pelanggan karena mungkin saja suatu saat nanti kita saling membutuhkan dan akan memperoleh manfaatnya.

3. Bertindak positif Pelanggan adalah raja. Pelanggan adalah harta kita, karena dari

pelanggan perusahaan mendapatkan keuntungan. Terhadap pelanggan

234

kita harus memperhatikan keinginan dan melayani kebutuhannya, sepanjang itu saling menguntungkan.

9. Komunikasi secara Perorangan

Komunikasi perorangan adalah komunikasi pribadi satu lawan satu. Atau, komunikasi terjadi bila seseorang berkomunikasi dengan satu orang lain, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. a. Komunikasi langsung omunikasi terjadi apabila para komunikator secara langsung (tatap muka). Contoh : seorang murid mengucapkan selamat pagi kepada Bapak/IBu

guru. b. Komunikasi tidak langsung Komunikasi tidak langsung dilakukan dengan tidak bertemu langsung,

tetapi menggunakan jasa media. Contohnya, komunikasi melalui surat, faksimili dan telepon.

10. Cara Berkomunikasi dalam Kelompok /Tim

Komunikasi kelompok adalah komunikasi atau pembicaraan yang terjadi antar sekelompok orang yang sifatnya tukar pikiran dalam memecahkan suatu masalah untuk memperoleh tanggapan atau masukan.

Komunikasi kelompok digolongkan mejadi dua golongan yaitu sebagai berikut : a. Komunikasi Kelompok Resmi

Komunikasi kelompok resmi (formal) adalah komunikasi dalam rangka tukar pikiran yang dilakukan di suatu kantor atau organisasi resmi. Contoh : rapat kerja, rapat organisasi, rapat RT/RW. � Syarat-syarat komunikasi kelompok resmi

1) Ada keterbukakan, boleh bertanya dan berpendapat apa saja. 2) Ada pimpinan rapat 3) Ada agenda rapat dan notulen 4) Hindari perdebatan yang bertele-tele 5) Tidak ada monopoli pembicaraan 6) Ada pertisipasi dari peserta 7) Ada tanya jawab singkat

� Ciri-ciri komunikasi kelompok resmi 1) Sumber informasi adalah resmi 2) Materi pembicaraan atau informasi yang disampaikan mempunyai

sanksi resmi. 3) Pembicaraan atau informasi tersebut berkaitan dengan proses

pekerjajan. � Cara komunikasi kelompok resmi

1) Biasanya diawali dengan ucapan salam. 2) Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan informasi yang

akan disampaikan. 3) Khusus untuk meyakinkan pelanggan, biasanya informasi tersebut

dilengkapi dengan demo-demo atau peragaan. 4) Ada tanya jawab 5) Menjawab pertanyaan dengan jelas dan singkat dan menghindari sikap

emosional. 6) Menerima dengan sabar setiap keberat-keberatan atau sanggahan.

235

b. Komunikasi Kelompok Tidak Resmi Komunikasi dalam kelompok tidak resmi (informal) adalah komunikasi

yang tidak direncanakan dan tidak terikakt pada peraturan atau tata tertib tertentu. � Ciri-ciri komunikasi tidak resmi

1) Jumlah peserta tidak banyak 2) Terjadinya komunikasi tidak sengaja. 3) Dapat terjadi dimana saja.

� Prinsip-prinsip komunikasi tidak resmi 1) Materi pembicaraan bersifat umum 2) Jangan memonopoli pembicaraan 3) Hindari pembicaraan yang berbisik-bisik 4) Memperlakukan sama terhadap semua anggota.

11. Cara Menggunakan Sarana Komunikasi a. Komunikasi dengan Menggunakan Telepon

Telepon adalah salah satu alat komunikasi yang sangat efektif, karena dengan begitu cepat dapat menerima dan menyampaikan informasi.

Dalam menggunakan sarana telepon harus tetap menjaga sopan santun atau tata cara bertelepon yang baik dan benar. Pergunakan bahasa yang baik karena akan mempengaruhi efektifitas komunikasi melalui telepon, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kesan yang baik bagi yang mendengarkannya. � Persiapan untuk menelepon atau menerima telepon

1) Siapkan formulir penerimaan telepon dan alat tulis serta letakkan di dekat pesawat, agar saat berbicara kalian dapat menjangkaunya sambil memegang telepon.

2) Buatlah daftar nomor-nomor telepon penting yang sering dibutuhkan dan selalu diletakkan di meja kerja, untuk memudahkan bila sewaktu-waktu diperlukan.

3) Peganglah gagang telpon dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang pulpen atau pensil.

4) Usahakan tidak menempelkan mulut ke gagang telpon, berilah jarak ± 3 cm.

5) Pahamilah bagaimana cara mengadakan atau menyambung telpon interlokal baik dalam maupun luar negeri, dan catatlah lamanya pembicaraan serta tanyakan biaya ke kantor telepon.

6) Jangan banyak menggunakan telepon untuk keperluan pribadi. 7) Dalam percakapan telepon kalian harus selalu bersikap

waspada/hati-hati, usahakanlah jangan mencela lawan bicara. Atau, jika tidak ingin melanjutkan percakapan, langsung tutup telepon dan jangan mengucapkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan.

8) Bersikaplah seperti sedang bertatap muka, ramah, sewajatnya, pergunakan kata-kata yang singkat, jelas dengan nada dan volume suara yang teratur dan tidak ada salahnya berbicara dengan tersenyum dalam bertelepon.

9) Berusahalah untuk cepat memahami maksud pembicaraan dan berilah keksan bahwa penelpon diperhatikan dan dibantu.

10) Jangan menampakkan kesan sibuk pada waktu memegang telepon.

236

11) Jangan terlalu cepat dalam berbicara, batasi pembicaraan pada masalah yang penting usahakan pembicaraan dilakukan dengan lancar.

12) Hindari penyampaian informasi rahasia dan masalah yang bersifat pribadi.

13) Usai bertelepon letakkan gagang telepon pada tempatnya. � Menerima telepon :

1) Segera angkat dan jawablah jika telepon berdering. 2) Jawablah telepon secara cepat, singkat, dengan berlebih dulu

memberi ucapan salam serta sebutkanlah nama instansi/kantor untuk menghindari salah sambung.

3) Berilah kesan bahwa anda siap membantu lawan bicara. 4) Usahakan suara kalian terdengar dengan jelas dan sopan.

Apabila telepon untuk orang lain, usahakan lawan bicara untuk menunggu sebentar untuk segera disambungkan kepada yang bersangkutan.

� Menelpon Persiapan yang perlu dilakukan dalam menelpon adalah sebagai berikut : 1) Pahamilah terlebih dahulu masalah apa yang akan

disampaikan/dijelaskan dalam telepon. 2) Bila perlu hafalkanlah atau catatlah nomor telepon pada secara

kertas, untuk menghindarkan salah sambung dan meghemat waktu.

3) Siapkanlah alat tulis dan kertas untuk menulis bila diperlukan. 4) Bila sudah ada yang menerima telepon, sebutkan indentitas

kalian baru bicara lainnya. 5) Bila terjadi salah sambung, nyatakan permintaan maaf. 6) Bila akan menghubungi melalui extension/pesawat khusus,

maka tanyakan nomor extension-nya. 7) Bila nomor tidak ada/kurang jelas, mintalah bantuan operator.

b. Komunikasi dengan Menggunakan Faksimili Facsimile atau faksimili atau fax merupakan produk mutakhir dari

kemajuan industri teknologi informasi yang mempunyai manfaat yang besar dalam mengatasi masalah pengiriman data, baik data berupa tulisan maupun berupa gambar.

Mesin faksimili mampu mengirim dan menerima data dari dan ke mana saja hanya dalam ukuran ”menit” dengan menggunakan pesawat telepon sebagai alat bantu pelengkap. Mesin faksimili tidak lain adalah mesin foto copy jarak jauh (telecopier) yang digunakan untuk mengirim dan menerima data/informasi berupa data tulisan, gambar foto, atau dokumen lain secara langsung dari jarak jauh.

Cara mengoperasikan faksimili adalah sebagai berikut : � Persiapan pengiriman

1) Pastikan bahwa listrik hidup (on) dan pada mesin fax terlihat ready indicator menyala (stand by).

2) Masukkan dokumen yang akan dikirim pada tempat pemasukan dokumen otomatis. Jangan memasukkan dokkumen lebih dari satu halaman (harus lembar demi lembar).l

3) Tekan kunci pemilih, untuk kecepatan pengiriman yang diinginkan, yaitu Fine, dokumen tersebut.

4) Setelah terdengar nada siap, kemudian tekan tombol send, berita segera terkirim. Apabila tidak ada jawaban berarti dokumen belum

237

dapat dikirim. Hal ini bisa saja terjadi karena nomor telepon yang dituju sedang sibuk/ dipakai. Dengan demikian pengiriman harus diulang lagi. Prosesnya sama seperti yang telah diuraikank di atas, sampai proses pengiriman berhasil.

5) Apabila lembar pertanya dokumen berhasil dikirim, segera masukkan lembar berikutnya sebelum mesin fax kembali pada stand by. Kalau sampai lebih dari 10 detik lembar berikutnya belum terkirim, berarti pengirimannya harus diproses ulang lagi.

� Contoh proses pengiriman 1) Menggunakan tombol key pad

a) Lihat petunjuk speed dial (-) dan tidak dalam posisi mati. Ready 11 = 30 Dial key pad

b) Masukkan nomor telepon (misal : 7251080) dan tekan tombol start, berita segera terkirim.

2) Menggunakan telepon set a) Angkat pesawat telepon

Ready 11 = 30 Dial hand set/start

b) Hubungi nomor telepon yang dituju. Bila tersambung dan nomor yang dituju siap menerima, tekan tombol start untuk segera melakukan pengiriman dokumen.

c) Tekan tombol stop apabila proses pengiriman gagal atau mengalami kesalahan.

3) Menggunakan one touch key a) Apabila alamat dan nomor telepon telah diprogram, tekan

tombol one touch key. b) Tekan tombol start, berita segera terkirim. Menggunakan speed dial code c) Tekan kunci sped dial dan akan tampak petunjuk SA d) Tekan speed dial yang diminta e) Tekan tombol start, berita segera terikirm

c. Komunikasi dengan Menggunakan Telex � Pengertian Telex

Telex adalah singkatan teleprinter exchange yang artinya suatu system pelayanan pertukaran berita yang berbentuk tulisan dari jarak jauh dengan menggunakan pesawat teleprinter. Hadirnya telex merupakan perbaikan penyampaian berita melalui telegram. Karena penyampaian berita melalui telegram memakan waktu lama dan lebih mahal, kemudian hadir teknologi komunikasi berbentuk telex, telepon, radiogram, televise dan faksimili.

� Kegunaan Telex a) Memberikan pelayanan yang efektif dalam pengiriman berita

secara tepat, langsung, lengkap dan tertulis. b) Berita telex dapat disebarkan dalam jumlah banyak. c) Sebagai bahan bukti hitam di atas putih dalam berkomunikasi. d) Sangat bermanfaat untuk berhubungan dengan pihak luar

negeri, khususnya menyangkut perbedaan waktu, karena berita dapat diterima setiap waktu, tanpa petugas operator, asalkan aliran listrik hidup atau tersedia kertas penerima pada mesin telex.

238

e) Bentuk pesawat mesin telex menyeruupai mesin tulis modern. Perbedaan dengan mesin tulis adalah pada pesawat telex terdapat banyak tombol yang berfungsi untuk mengoperasikan telex.

� Cara Mengoperasikan Mesin Telex Cara mengetik pada mesin telex tidak bisa cepat seperti

mengetik pada mesin tik biasa, karena pada pesawat telex telah dilengkapi dengan alat pembatas sehingga kecepatannya terbatas. Akan tetapi, bila ada bantuan pita berlubang kita dapat mengirim berita dengan kecepatan maksimum 400 (huruf + angka + tanda-tanda) per menit. Pesawat telex hanya dapat menuliskan huruf-huruf kecil saja, baik pada nama orang, nama perusahaan, huruf awal kalimat atau apa saja.

12. Hakikat Pengertian Komunikasi dengan Pelayanan Prima

Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain. Di mana saja, baik itu di rumah atau di tempat kerja kita dituntut untuk bersosialisasi, berhubungan dengan orang lain, dan saling melayani atau dilayani orang lain.

Demikian pula hubungan antara pembeli (pelanggan) dengan penjual adalah juga seperti hubungan antar sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Hakikat pelayanan prima itu sendiri adalah kemampuan maksimum seseorang melalui sentuhan kemanusiaannya dalam melayani atau berhubungan dengan orang lain.

Jadi, persoalannya adalah bagaimana dapat menyenangkan, memberikan pelayanan dan memberikan kepuasan kepada pelanggan sesuai dengan harapan-harapannya.

Pelayanan prima adalah upaya ke arah seperti tersebut di atas, dengan mensosialisasikan pelayanan yang harus diterapkan, mulai dari pucuk pimpinan sampai jajaran karyawan terendah. a. Pengertian dan Tujuan Pelayanan Prima

Pengertian pelayanan prima : 1) Upaya maksimum yang mampu diberikan oleh perusahaan jasa

pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya untuk mencapai suatu tingkat kepuasan tertentu.

2) Memberikan pelayanan secara prima (unggul) kepada para pelanggan dengan tujuan untuk memenangkan persaingan, karena pelayanan prima adalah faktor utama keberhasilan usaha jasa pelayanan.

Adapun tujuan dari pelayanan prima adalah : 1) Untuk menimbulkan kepercayaan dan kepuasan kepada pelanggan. 2) Untuk menjaga agar pelanggan merasa dipentingkan dan diperhatikan

segala kebutuhan dan keinginannya. 3) Untuk mempertahankan pelanggan agar tetap setia menggunakan

barang dan jasa yang ditawarkan. b. Konsep Pelayanan Prima

Ada tiga konsep dasar (A3) yang harus diperhatikan dalam mewujudkan pelayanan prima yakni : 1) Konsep sikap (attitude) 2) Konsep perhatian (attention) 3) Konsep tindakan (action)

239

1) Konsep Sikap Keberhasilan bisnis jasa pelayanan akan sangat tergantung

pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sikap pelayanan yang diharapkan pada diri para karyawan

adalah sikap yang baik, ramah, penuh simpatik, dan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan. Jika kalian menjadi karyawan suatu perusahaan, sikap kalian akan menggambarkann perusahaan kalian. Kalian akan mewakili citra perusahaan baik secara langsung atau tidak langsung. Pelanggan akan menilai perusahaan dari kesan pertama dalam berhubungan dengan orang-orang yang terlibat dalam perusahaan tersebut.

Sikap yang diharapkan berdasarkan konsep pelayanan prima adalah : a) Sikap pelayanan prima berarati mempunyai rasa kebanggaan

terhadap pekerjaan. b) Memiliki pengabdian yang besar terhadap pekerjaan. c) Senantiasa menjaga martabat dan nama baik perusahaan. d) Sikap pelayanan prima adalah : ”benar atau salah tetap

perusahaan saya” (right or wrong is my corporate)”.

2) Konsep Perhatian Dalam melakukan kegiatan layanan, seorang petugas pada

perusahaan industri jasa pelayanan harus senantiasa memperhatikan dan mencermati keinginan pelanggan. Apabila pelanggan sudah menunjukkan minat untuk membeli suatu barang/jasa yang kita tawarkan, segera saja layani pelanggan tersebut dan tawarkan bantuan, sehingga pelanggan merasa puas dan terpenuhi keinginannya.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan menyangkut bentuk-bentuk pelayanan berdasarkan konsep perhatian adalah sebagai berikut : a) Mengucapkan salam pembuka pembicaraan. b) Menanyakan apa saja keinginan pelanggan. c) Mendengarkan dan memahami keinginan pelanggan. d) Melayani pelanggan dengan cepat, tepat dan ramah. e) Menempatkan kepentingan pelanggan pada nomor urut 1.

3) Konsep Tindakan

Pada konsep perhatian, pelanggan ”menunjukkan minat” untuk membeli produk yang kita tawarkan. Pada konsep tindakan pelanggan sudah ”menjatuhkan pilihan” untuk membeli produk yang diinginkannya.

Terciptanya proses komunikasi pada konsep tindakan ini merupakan tanggapan terhadap produk pelanggan yang telah menjatuhkan pilihannya, sehingga terjadilah transaksi jual beli.

Bentuk-bentuk pelayanan berdasarkan konsep tindakan adalah sebagai berikut. a) Segera mencatat pesanan pelanggan. b) Menegaskan kembali kebutuhan/pesanan pelanggan. c) Menyelesaikan transaksi pembayaran pesanan pelanggan. d) Mengucapkan terima kasih diiringi harapan pelanggan akan

kembali lagi.

240

13. Pengertian Umum Pelanggan a. Definisi Pelanggan

Pengertian pelanggan yaitu orang atau instansi/ lembaga yang membeli barang-barang jasa kita secara rutin atau berulang-ulang, karena barang dan jasa yangn dibeli mempunyai manfaat.

Beberapa pengertian lain tentang adalah sebagai berikut : 1) Pelanggan adalah pembeli atau pengguna barang-barang jasa kita

secara lebih dari satu kali pembelian. 2) Pelanggan adalah seseorang atau lembaga yang menjalin hubungan

baik dalam bidang usaha dengan pihak lain. 3) Pelanggan adalah rekan atau mitra yang telah sekian lama menjalin

kerja sama usaha. 4) Pelanggan adalah bagian yang sangat penting dari lingkup

bisnis/usaha kita. 5) Pelanggan adalah orang-orang yang datang kepada kita (perusahaan

atau petugas pelayanan) dengan maksud, tujuan dan harapan tertentu untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara yang menyenangkan.

6) Pelanggan adalah raja atau tamu istimewa kita. Oleh karena itu, hubungan baik dan saling menghormati dengan pelanggan harus selalu kita bina, karena pelangganlah kelangsungan hidup usaha kita terlaksana.

b. Pengelompokkan Pelanggan Secara umum terdapat dua penggolongan yaitu :

� Internal Customer Internal customer adalah pelanggan yang berasal dari dalam perusahaan yang menjadi pelanggan dari produk yang dihasilkan oleh mereka sendiri. Misalnya : bagian akuntansi melayani jasa penyusunan laporan keuangan bagi bagian pemasaran, bagian Electronic Data Processing (EDP) melayani jasa servis kendaraan untuk bagian-bagian lain. Artinya, komputer, bagian bengkel melayani jasa servis kendaraan untuk bagian-bagian. Artinya, pelanggan bagian akuntansi adalah bagian pemasaran dan bagian-bagian lain. Pelanggan bagian bengkel terdiri dari semua bagian.

� External Customer External customer adalah pelanggan yang berasal dari luar perusahaan yang membeli atau menerima barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Pengertian pelanggan tentu harus dibedakan dengan pengertian calon pelanggan/calon pembeli atau pembeli kadang-kadang, karena pelanggan berarti seorang pembeli yang sudah rutin membeli barang dan jasa. Sebaliknya, calon pelanggan atau pembeli kadang-kadang adalah membeli karena hanya ingin mencoba, melihat-lihat suasana atau diajak orang lain. Bagi perusahaan yang memproduksi barang dan jasa, keberadaan pelanggan adalah maha penting, bahkan perusahaan dari waktu ke waktu harus terus menerus berusaha menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya, karena pelanggan adalah asset perusahan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menjaga hubungan baik dengan pelanggan yaitu : � Senantiasa memberikan perhatian yang tulus dan sungguh-

sungguh terhadap pelanggan.

241

� Senantiasa melaksanakan pelayanan yang prima terhadap semua kebutuhan pelanggan.

� Menerima dengan baik semua masukan, saran dan kritikan yang diberikan oleh pelanggan bahkan harus ditindaklanjuti agar memberikan kepuasan kepada pelanggan.

� Memberikan diskon atau hadiah-hadiah pada hari-hari tertentu. � Fleksibel dalam kekurangan pembayaran atau menunda waktu

pembayaran (berhutang). � Tipe-tipe pelanggan

Bagi pengusaha jasa pelayanan, mengenal macam-macam tipe pelanggan adalah penting karena dengan mengenal tipenya, kita akan lebih mengenal pula sifatnya, ciri-cirinya dan kebiasaan pelanggan tersebut. Dengan demikian, diharapkan perusahaan akan lebih mudah memasarkan produk barang dan jasa yang dihasilkan.

Secara garis besar ada beberapa tipe pelanggan. Pengelompokkan berikut tidak mempunyai dasar ilmiah (psikologi, sisologi), namun sering dianut oleh para penyedia jasa.

Pelanggan Pria � Tidak bertele-tele dalam mencari barang yang diinginkannya. � Kurang sabar dalam memimilih barang yang diinginkannya. � Mudah dipengaruhi bujukan petugas pelayanan (pada bujukan

tertentu). � Mudah terpengaruh oleh penjelasan dan argumentasi yang

obyektif. Cara terbaik memperlakukan pelanggan pria adalah : (1) Segera membujuknya atau mempengaruhinya, bahwa barang

yang diminati adalah tepat sesuai dengan selera. (2) Petugas jangan banyak bertanya, layani saja apa yang

diinginkannya. (3) Jawab dan jelaskan semua pertanyaannya, jangan bertele-tele,

langsung pada inti permasalahan. Pelanggan Wanita : 1) Sangat bertele-tele dalam memilih barang. 2) Tidak mudah terpengaruh penjelasan/bujukan petugas pelayanan. 3) Dalam memilih barang, biasanya lebih tertarik pada motif, bentuk

atau warna, bukan pada manfaat barang tersebut, karena wanita cenderung menggunakan perasaannya.

4) Lebih menyukai sesuatu yang bersifat modis terutama dalam memilih produk pakaian, tas, sepatu dan asesoris sosial dirinya.

5) Mudah meminta pandangan dan pendapat orang lain. 6) Menyukai hal-hal yang bersifat romantis. 7) Kurang menyukai hal-hal yang bersifat teknis. Cara terbaik memperlakukan pelanggan wanita adalah : (1) Sediakan waktu yang cukup luang/lama, agar dia bebas memilih

barang yang diinginkannya. (2) Petugas pelayanan harus lebih sabar dalam melayani pelanggan

wanita, karena wanita lebih cerewet dalam menentukan pilihannya.

(3) Berikanlah pelayanan yang lebih khusus. Misalnya diskon untuk produk tertentu, obral untuk beberapa produk bermerk yang modelnya sudah agak telat.

242

Pelanggan Remaja 1) Mudah terpengaruh bujukan petugas. 2) Mudah terpengaruh tayangan iklan yang menarik. 3) Seleranya sangat modis dalam memilih barang. 4) Agak boros dalam berbelanja. Pelanggan usia lanjut 1). Sangat sulit terpengaruh bujuk rayu petugas. 2) Dengarkanlah dengan baik nasehat-nasehat mereka tanpa

membantah atau berdiskusi. 3) Apabila kesulitan dalam melayaninya, sebaiknya segera alihkan ke

petugas yang lebih tua atau lebih dewasa. Pelanggan anak-anak 1) Umumnya masih suka bermain-main 2) Keinginannya terkadang tidak konsisten (suka berubah-ubah) 3) Tidak pernah diam, selalu bergerak kesana kemari 4) Mudah dipengaruhi dengan bujuk rayu Cara terbaik memperlakukan pelanggan anak-anak adal ah : (1) Tidak memperlakukan mereka sebagai anak kecil yagn tidak

berdaya karena mereka juga butuh penghargaan dan perlakuan layaknya orang dewasa.

(2) Petugas harus sabar dalam melayani pelanggan anak-anak, karena keinginan anak terkadang suka berubah.

(3) Petugas perlu memberi pujian, misalnya dengan kata-kata : ”Wah, pasti adik cantik deh kalau pakai baju ini”.

14. Menangani Keluhan Pelanggan

Menangani keluhan pelanggan secara lebih dini adalah sautu sikap yang bijaksana tepat karena perusahaan akan lebih mampu mengantisipasi hal-hal yang dapat merugikan.

Sekecil apapun kekecewaan pelanggan adalah merupakan keluhan yang harus segera ditangani. Di sinilah para petugas pelayanan harus mampu mengatasi keluhan tersebut agar tidak semakin membesar dan berdampak kurang baik bagi perusahaan.

a. Keluhan Mekanikal Biasanya keluhan ini disampaikan oleh pelanggan karean barang

yang dibelinya mengalami kerusakan pada bagian atau salah satu peralatan atau barang yang dibeli tersebut.

Keluhan mekanikal ini biasanya sering terjadi pada pembelian barang-barang mekanikal dan elektrinal (seperti pembelian TV, tape, radio, AC, laser disc, mobil, motor, dll).

b. Keluhan akibat sikap petugas Biasanya keluhan ini disampaikan oleh pelanggan, karena sikap

petugas yang kurang baik atau negatif pada saat melayani pelanggan. Hal ini acapkali dialami pelanggan misalnya :

� Cara bicara yang ketus, terkesan judes. � Menampilkan wajah yang masam atauu cemberut. � Malas-malasan melayani pelanggan (pasif). � Menganggap rendah pelanggan.

Yang lebih berbahaya lagi bila petugas pelayanan tersebut memposisikan dirinya ingin menjadi ”pusat perhatian” dengan pakaian dan

243

aksesoris keren, make-up yang wah. Biasanya kebanyakan petugas pelayanan tersebut bertugas di public relations atau customer service.

Petugas seperti ini akan kurang sabar melayani pelanggan, bahkan cenderung bersikap diskriminatif, karena mereka kemungkinan berasal dari keluarga yang kurang perasaan melayani. Banyak pelanggan merasa rendah diri bila berhadapan dengan petugas pelayanan seperti ini, lambat laun dia akan ditinggalkan pelanggannya.

c. Keluhan akibat pelayanan buruk Biasanya keluhan pelanggan karena hal-hal yang berhubungan

dengan pelayanan itu sendiri yang buruk. Misal : pembelian VCD. Pelanggan dijanjikan oleh tokok VCD, bahwa apaila VCD mengalami kerusakan, petugas service dalam 1 x 24 jam segera memperbaiki atau menggnatinya dengan yang baru, tetapi kenyataannya tidak demikian. Contoh lain seperti di restoran, penyajian hidangan yang terlalu lama membuat tamu bosan dan jengkel, sehingga selera makan menjadi hilang.

d. Keluhan yang aneh Keluhan yang aneh adalah keluhan pelanggan yagn di mata petugas

merupakan keluhan yang tidak wajar. Pelanggan yang mengeluh seperti ini secara psikologis mungkin saja hidupnya tidak bahagia, kesepian, atau stress. Keluhan yang disampaikan kadangkala tidak perlu dicarikan jalan keluarnya, cukup didengarkan dengan penuh perhatian, karena biasanya orang seperti ini hanya menginginkan hubungan yang hangat antarmanusia.

Dalam menghadapi keluhan pelanggan, kita harus menyadari bahwa keluhan tersebut adalah salah satu langkah untuk menuju perbaikan kinejra perusahaan. Keluhan pelanggan tidak berarati penghinaan terhadap produk perusahaan, melainkan merupakan alat koreksi yang efektif yang akan membuat perusahaan semakin matang. Dengan adanya keluhan, para petugas pelayanan akan menjadi lebih profesional dalam bekerja.

15. Pentingnya Pelayanan Prima terhadap Pelanggan

Pelayanan prima biasanya berhubungan erat dengan bisnis jasa pelayanan yang dilakukan dalam upaya untuk memberikan rasa puas dan menumbuhkan kepercayaan terahdap pelanggan atau konsumen, sehingga pelanggan merasa dirinya dipentingkan atau diperhatikan dengan baik dan wajar.

Pentingnya pelalyanan prima terhadap pelanggan juga merupakan strategi dalam rangka memenangkan persaingan. Akan tetapi cukup hanya memberikan rasa puas dan perhatian terhadap pelanggan saja, lebih dari itu adalah bagimana cara merespon keinginan pelanggan, sehingga dapat menimbulkan kesan positif dari pelanggan.

Pelayanan prima harus ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang handal, mempunyai visi yang jauh ke depan dan dapat mengembangkan strategi dan kiat pelayanan prima yang mempunyai keunggulan.

16. Harapan Pelanggan

Seperti tercermin pada falsafah bisnis jasa pelayanan yaitu ”pelanggan membeli pelayanan, bukan membeli produk”. Pelanggan itu tidak membeli produk yang kita tawarkan, tetapi membeli pelayanan yagn kita berikan. Kalau pelayanan kita baik, ramah, penuh perhatian dan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan pada saat mereka datang dan melihat, maka dari melihat kemudian mereka mencoba, meneliti, sampai akhirnya memutuskan untuk membeli.

Kepuasan pelanggan berarti memberikan kepada pelanggan apa kira-kira yang disukainya. Kita harus memberikan kepada pelanggan apa yang

244

sebenarnya mereka inginkan (want0, kemudian kapan (when) dan bagaimana cara pelanggan memperolehnya (that way they want it). Caranya adalah sebagai berikut. a. Menemukan kebutuhan pokok pelanggan. b. Mencaritahu apa sebenarnya yang menjadi harapan pelanggan, sehingga

mereka mau kembali datang kepada kita. c. Selalu memperhatikan apa yang mejadi harapan pelanggan, lakukan

melebihi apa yang diharapkan pelanggan, sehingga pelanggan merasa senang.

C. Latihan 1. Jelaskan bagaimana proses dan langkah-langkah komunikasi ? 2. Jelaskan teknik berkomunikasi dengan cara berpikir positif ? 3. Jelaskan bagaimana cara berkomunikasi dalam kelompok atau tim ? 4. Jelaskan bagaimana menggunakan sarana komunikasi telex ? 5. Jelaskan pengertian dan tujuan pelayanan prima yang dilakukan suatu

perusahaan?

D. Rangkuman Komunikasi adalah suatu proses penyampaian berita dari satu pihak kepada

pihak lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna, sehingga menimbulkan pengertian satu-sama lain Komunikasi dalam lingkungan dunia usaha yaitu proses komunikasi yang dilakukan antara pembeli dan penjual atau antara prodsusen dan konsumen /masyarakat. Bagi produsen proses komunikasi harus sudah dilakukan pada saat perencanaan produksi yang diddahului oleh riset pasar, promosi produk sampai mengetahui tanggapan konsumen akhiar terhadap produk perusahaan yang telah dipakainya. Jika telah tercipta produk yang tepat sasaran, tepat waktu dan

Komunikasi dapat dilakukan dengan teknik wawancara, teknik berpikir positif, cara berkomunikasi baik secara perorangan maupun dalam kelompok atau tim.

Dalam proses komunikasi bisnis sering menggunakan berbagai sarana komusikasi, misalnya telepon, telex dan faxsimili dengan cara dan teknik serta prosedur yang berbeda dalam cara penggunaannya.

Pengertian pelayanan prima adalah upaya maksimum yang mampu diberikan oleh perusahaan jasa pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya untuk mencapai suatu tingkat kepuasan tertentu. Memberikan pelayanan secara prima (unggul) kepada para pelanggan dengan tujuan untuk memenangkan persaingan, karena pelayanan prima adalah faktor utama keberhasilan usaha jasa pelayanan.

Adapun tujuan dari pelayanan prima adalah untuk menimbulkan kepercayaan dan kepuasan kepada pelanggan dan untuk menjaga agar pelanggan merasa dipentingkan dan diperhatikan segala kebutuhan dan keinginannya serta untuk mempertahankan pelanggan agar tetap setia menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan.

Pengertian pelanggan yaitu orang atau instansi/ lembaga yang membeli barang-barang jasa kita secara rutin atau berulang-ulang, karena barang dan jasa yangn dibeli mempunyai manfaat.

Pengusaha harus mengetahui apa yang menjadi harapan pelanggan sehingga, dapat memberikan tingkat kepuasan pelanggan yang maksimal.

245

BBAABB IIIIII KKEEGGIIAATTAANN BBEELLAAJJAARR 22 PELAYANAN PRIMA BERDASARKAN KONSEP SIKAP (ATTITUDE)

A. Kompetensi dan Indikator

1. Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan belajar 1 diharapkan pesertalatihan dapat : a. Memahami konsep Pelayanan Prima berdsarkan konsep sikap (attitude) b. Memahami konsep Pelayanan Prima berdsarkan konsep perhatian

(attention) c. Memahami konsep Pelayanan Prima berdsarkan konsep perhatian

(attention) d. Menerapkan teknik Pelayanan Prima

2. Indikator Materi konsep dasar pendapatan nasional yang dikaji dalam buku ajar ini, indikatornya adalah : a. Mendeskripsikan pelayanan pelanggan berdasarkan penampilan serasi. b. Menjelaskan pelayanan pelanggan dengan berpikir positif. c. Mendeskripsikan pelayanan pelanggan dengan sikap menghargai d Menerapkan pelayanan prima dengan beberapa konsep e. Mengidentifikasi cara mengamati perilaku pelanggan f. Menjelaskan bagaimana mencurahkan perhatian penuh pada pelanggan g. Menjelaskan bagaimana pencatatan pesanan dan kebutuhan pelanggan h. Menjelaskan bagaimana penegasan kebutuhan pelanggan i. Menjelaskan bagaimana mewujudkan kebutuhan pelanggan

B. Uraian Materi : 1. Pelayanan Prima berdasarkan Konsep Sikap ( Attitude )

Pada era globalisasi sekarang ini, segala fasilitas peralatan canggih untukk mendukung aktivitas kerja cukup banyak tersedia, tetapi kecanggihan tersebut tidak menjamin perusahaan dapat memenangkan persaingan bisnis dan tidak menjamin pelanggan memilihnya. Sepanjang dana tersedia untuk membeli fasilitas fisik tersebut, tentu perusahaan akan mampu bersaing, tetapi benda-benda mati tersebut tidak akan berarati apa-apa jika tidak ada sentuhan manusia untuk menghidupkannya atau kurang tanggapnya pimpinan perusahaan sampai kepada para petugas pelayanan dalam menangani pelayanan prima.

Pelayanan prima adalah upaya maksimum dari jajaran petugas pelayanan sebagai ujung tombak perusahaan industri jasa pelayanan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan dalam melakukan kegiatan pembeliannya.

Keberhasilan bisnis jasa pelayanan akan sangat tergantung pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sikap pelayanan yang diharapkan pada diri para karyawan adalah sikap yang baik, ramah, penuh simpatik, dan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan. Jika kalian menjadi karyawan suatu perusahaan, sikap kalian akan menggambarkann perusahaan kalian. Kalian akan mewakili citra perusahaan baik secara langsung atau tidak langsung. Pelanggan akan menilai perusahaan dari kesan pertama dalam berhubungan dengan orangj-orang yang terlibat dalam perusahaan tersebut.

Sikap yang diharapkan berdasarkan konsep pelayanan prima adalah : a. Sikap pelayanan prima berarati mempunyai rasa kebanggaan terhadap

pekerjaan. b. Memiliki pengabdian yang besar terhadap pekerjaan. c. Senantiasa menjaga martabat dan nama baik perusahaan.

246

d. Sikap pelayanan prima adalah : ”benar atau salah tetap perusahaan saya” (right or wrong is my corporate)”.

Ada tiga hal yang akan dibahas dalam rangka melaksanakan pelayanan prima berdasarkan konsep sikap, yaitu pelayanan pelanggan berdasarkan penampilan serasi, dengan berpikiran positif, dan dengan sikap menghargai. a. Pelayanan Pelanggan berdasarkan Penampilan Seras i

Pengertian penampilan adalah sautu bentuk citra diri yang terpancar pada diri seseorang dan merupakan sarana komunikasi diri kita dengan orang lain. Berpenampilan menarik adalah salah satu bagian dari kunci sukses dalam bekerja, terutama pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain. Penampilan diri yang baik adalah perpaduan dari keserasian penampilan luar (fisik) dan penampilan yang timbul dari dalam diri kita (rohani).

Penampilan luar dengan barang-barang mewah yang menempel pada tubuh kita tidak akan berarti apa-apa jika kondisi tubuh kita tidak sehat (tampak lusuh dan loyo).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat tampil serasi, yaitu : 1). Berhias serasi

Berhias yang baik dan sempurna tidak hanya mengutamakan penampilan luar saja, tetapi harus memperhatikan juga kondisi tubuh kita. Agar dapat tampil serasi di hadapan pelanggan, kita harus dapat memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : � Faktor kesehatan tubuh

a) Mengkonsumsi makanan yang memenuhi standar gizi. b) Berolah raga yang teratur.

� Perawatan anggota tubuh a) Perawatan kulit b) Perawatan wajah c) Perawatan tangan dan kaki d) Perawatan rambut e) Menghilangkan bau badan dan nafas tidak sedap

2). Busana kerja dan aksesoris � Busana kerja untuk wanita

a) Bersih dan rapi b) Pakailah busana kerja yang sifatnya basic dengan warna putih,

hitam, coklat, sesekali boleh memakai warna agak cerah dan bahan bercorak kecil.

c) Pakailah blus lengan panjang atau lengan pendek, rok pendek sebatas lutus, rok panjang bawah betis, celana panjang.

� Busana kerja untuk pria a) Bersih dan rapi b) Pakailah kemeja dan celana panjang dengan warna yang serasi.

� Aksesoris Pakailah aksesoris seminimum mungkin, tidak berlebihan,

sesuaikan dengan busana yang dipakai. Cara berbusana biasanya memancarkann kepribadian orang

yang memakainya. Dari cara berbusana seseorang dapat dinilai kepribadiannya, tingkat pendidikannya, lingkungan pergaulannya, dan seleranya.

Berbusana serasi harus meliputi pula pilihan yang tepat yang berhubungan dengan kepribadian dan pembawaan si pemakai, mampu menyesuaikan dengan kebutuhan, adat-istiadat, lingkungan/suasana, dan saat/ waktu memakainya.

247

3) Ekspresi wajah Bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan,

keramahtamahan, sopan santun dan senyum yang selalu muncul dari para karyawannya adalah aset yang sangat berharga.

Memenangkan strategi persaingan dalam usaha jasa pelayanan melalui kiat pelayanan prima tidaklah cukup hanya melakukan suatu proses administrasi saja, tetapi harus didukung pula oleh tindakan para personalia perusahaan terutama para petugas pelayanan sebagai jajaran terdepan yang berhadapan langsung dengan pelanggan. Misalnya bagaimana cara merespon keinginan-keinginan pelanggan, agar pelanggan merasa terpuaskan.

b. Pelayanan Pelanggan dengan Berpikir Positif Para petugas pelayanan merupakan ujung tombak perusahaan jasa

pelayanan yang akan berhadapan langsung dengan pihak konsumen/pelanggan. Petugas pelayanan ini tidak hanya harus mampu bertindak sebagai komunikator atau mediator, tetapi sekaligus harus mampu menanamkan citra yang positif bagi perusahaan dan juga harus memiliki kemampuan membantu perusahaan dalam memahami bahwa pelanggan adalah aset yang penting yang harus dipelihara dan dipertahankan keberadaannya. Oleh karena itu, apapun permintaan pelanggan, bagaimana sikap dan tingkah laku pelanggan layanilah pelanggan dengan selalu berpikiran positif. Usahakan selalu bersikap ramah, timbulkanlah kesan awal yang baik karena kesan awal adalah penting untuk mempengaruhi hubungan tahap selanjutnya.

Agar selalu berfikiran positif dalam melayani pelanggan, ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu : a) Tidak bersikap apriori terhadap pelanggan (orang lain). b) Tidak mencari/memanfaatkan kelemahan pelanggan (orang lain). Tidak bersikap apriori

Sikap apriori adalah menjatuhkan penilaian terhadap orang lain tanpa kita ketahui sebelumnya bagaimana sebenarnya orang tersebut. Sikap apriori ini tidak baik dan harus kita hindari terutama para petugas pelayanan. Sebelumnya kita tidak tahu apa keinginan pelanggan tersebut, apakah mempunyai niat baik atau buruk. Apakah serius ingin membeli produk yang tetap berfikir positif (positif thinking) bahwa pelanggan mengunjungi kita karena ada sesuatu yagn dia butuhkan.

Hindarilah bersikap apriori dalam melayani pelanggan, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut. � Senyumlah karena dengan senyum hati kita menjadi teduh. � Tunjukkanlah perhatian yang wajar, karena pelanggan akan merasa senang

dan puas jika diperlukan dengan baik, diperhatikan dan dihargai. � Berikan informasi yang sebenar-benarnya terhadap produk yang kita

tawarkan. � Cepat tanggap dan cepat mengatasi masalah dengan sedikit diplomatis

terhadap permintaan pelanggan yang tidak bisa terpenuhi. Misalnya, karena barang tidak tersedia, kita menyodorkan barang pengganti.

� Segera tawarkan bantuan tanpa menunggu diminta apabila pelanggan kesulitan mencari barang yang diinginkan.

� Ciptakanlah suasana agar pelanggan merasa diistimewakan dengan memperhatikan sungguh-sungguh setiap ucapan dan pendapatnya. Jangan terlalu banyak berdebat karena pelanggan adalah raja yang ingin dianggap selalu benar.

248

Tidak Mencari/Memanfaatkan Kelemahan Pelanggan Manusia tidak ada yang sempurna, setiap manusia mempunyai

kekurangan/kelemahan masing-masing. Apabila kita melihat pelanggan kita mempunyai kelemahan, jangan sekali-sekali kita tunjukkan sikap kita yagn membuat pelanggan merasa malu karena kelemahannya diketahui. Yang terpenting, kita tidak dibenarkan mencari atau memanfaatkan kelemahan pelanggan untuk keuntungan kita, karena dampaknya akan fatal.

Ada beberapa contoh kelemahan pelanggan atau calon pelanggan, yaitu : 1) Hati-hati, ragu dan pesimis Cara mengatasinya : apabila terlihat ragu-ragu dalam menentukan

pilihannya, segera bangkitkan rasa percaya dirinya dengan memberikan pujian dan besarnya hatinya agar mementukan pilihan.

2) Pemalu, perasa, dan sulit didekati Cara mengatasinya : berikan keyakinan akan kemampuannya dengan

meminta pendapat dia tentang beberapa hal, sehingga dia merasa dihargai. 3) Lamban dan penuh pertimbangan Cara mengatasinya : segera ajak bicara tentang masalah yang merupakan

keinginannya. Yakinkan bahwa pilihannya tepat. Terus dekati dia dengan penuh keakraban, jangan sekali-kali mencela penapatnya.

c. Pelayanan Pelanggan dengan Sikap Menghargai Seorang pimpinan perusahaan jasa pelayanan harus selalu

mengingatkan karyawannya (petugas pelayanan) agar menanamkan sikap menghargai orang lain, supaya orang lainpun akan menghargai kita.

Melayani pelanggan dengan sikap hormat, ramah dan dengan tutur bahasa yang baik disertai senyum merupakan penghargaan yang tak ternilai bagi pelanggan dan akan mendatangkan manfaat yang besar bagi perusahaan. Dengan demikian, pelanggan akan selalu terkesan dan tergerak hatinya untuk mengingat dan tidak mustahil akan datang kembali untuk melakukan pembelian ulang ke perusahaan kita.

Sekali lagi, pelanggan adalah pihak yang harus kita hargai dan hormati, karena dari pelangganlah kelangsungan usaha akan terjamin.

Sekali lagi, pelanggan adalah pihak yang harus kita hargai dan hormati, karena dari pelangganlah kelangsungan usaha akan terjamin. Sikap menghargai pelanggan antara lain dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Bersikap hormat dan ramah. 2) Pergunakanlah tutur kata yang baik dan sopan 3) Berikanlah senyuman agar tercipta suasana nyaman. 4) Berbicaralah jujur dan jagalah perasaan pelanggan. 5) Hindarkanlah pelanggan menunggu terlalu lama. 6) Sabarlah dalam memberikan informasi.

2. Pelayanan Prima berdasarkan Konsep Perhatian (A ttention) Salah satu kunci keberhasilan dalam mengelola usaha jasa pelayanan

terletak pada cara perusahaan tersebut memperlakukan pelanggannya. Perhatikanlah keinginan dan kebutuhannya, karena bila pelanggan sudah merasa diperhatikan maka semakin besar pula kesempatan perusahaann mencapai keberhasilan.

Seperti yang dikatakan pakar ilmu pemasaran Peter F. Drucker, bahwa tujuan pendirian perusahaan adalah untuk menciptakan pelanggan. Begitu pentingnya peran pelanggan terhadap kelangsungan usaha kita, karena perusahaan akan bertahan hidup bila ia memproduksi dan memasarkan barang dan jasa yang diperlukan dan disukai oleh pelanggan.

249

a. Mendengarkan dan Memahami Kebutuhan Pelanggan Suatu pelayanan akan bisa dikatakan prima apabila perusahaan jasa

pelayanan tersebut mampu dan jelis mengenali dengan baik keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan pelanggannya.

Pelanggan prima berdasarkan konsep perhatian menuntut para petugas pelayanan harus mampu mengamati perilaku pelanggan, sehingga mereka memahami apa yang diharapkan pelanggan. Pada akhirnya, kepuasan pelanggan tercapai.

Konsep perhatian dalam pelayanan prima meliputi beberapa hal berikut : 1) Listening (mendengarkan)

Listening berkaitan dengan kemampuan mendengarkan dan menganalisis dengan cermat apa yang dibicarakan konsumen atau pelanggan, terutama mengenai jenis dan jumlah barang yang dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu. Setelah petugas penjualan merencanakan stok barang yang banyak dibutuhkan pelanggan tersebut dan menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan lain yang mungkin diminati pelanggan.

2) Observasi (mengamati) Observasi adalah kemampuan meneliti atau mengamati isi

pembicaraan pelanggan, sehingga pada saat bercakap dan bertatap muka, kita memperoleh informasi mengenai pelanggan berdasarkan bahasa tubuh, yaitu gerakan tangan, kepala, ekspresi wajah, sorot mata dan lain-lain. Dengan demikian dengan pengamatan ini diharapkan kita mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggan.

3) Thinking (berpikir) Setelah kita mendengarkan dan mengamati apa-apa yang

dibutuhkan pelanggan, kita harus segera pikirkan tindakan apa yang harus dilakukan dalam rangka memahami kebutuhan pelanggan tersebut.

Untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan pelanggan, kita harus memahami terlebih dahulu kebutuhan-kebutuhan dasar pelanggan, yaitu antara lain : � Pelanggan adalah raja dan ingin selalu diperhatikan secara istimewa

dan khusus. � Pelanggan ingin dihormati dan diperlakukan sebagai orang penting. � Pelanggan selalu berupaya untuk mencari hal-hal yang menyenangkan

hatinya. � Pelanggan menginginkan pendapat dan suaranya didengar dan

diperhatikan dengan sungguh-sungguh. � Pelanggan membutuhkan informasi yang jujur dan benar.

Setelah memahami beberapa kebutuhan pelanggan seperti tersebut di atas, akan lebih mudah bagi seorang petugas pelanggan untuk memenuhi keinginan pelanggannya. Fungsi utama petugas pelayanan adalah memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para pelanggan, sehingga diharapkan mampu mempertahankan loyalitas dan kepercayaan pelanggan untuk tetap memakai barang dan jasa yang kita tawarkan tanpa melirik produk lain.

Jadi apabila kita ingin menjadi penjual yang sukses kita harus melakukan riset pasar terlebih dahulu sebelum barang kita jual, yaitu dengan banyak mendengar, mengamati dan memahami kebutuhan-kebutuhan pelanggan, sehingga barang dan jasa yang akan kita jual ke pasaran sudah sesuai dengan kenginan dan kebutuhan pelanggan tersebut.

4) Mengamati perilaku pelanggan Perilaku, dalam hal ini perilaku seseorang atau pelanggan, erat

kaitannya dengan sifat, watak, asal daerah (suku bangsa), tingkat

250

pendidikan, taraf hidup orang atau pelanggan tersebut. Oleh karena itu, dalam mengamati perilaku pelanggan tentunya kita tidak akan menyamaratakan satu satu lain. Perbedaan orang-orang tersebut akan terlihat jelas dari bagaimana ia berbicara, melakukan komunikasi, mengemukakan pendapat dan bertindak. Oleh karena itu, petugas pelayanan dituntut untuk betul-betul memahami perilaku pelanggan dengan membuka diri dan banyak berkomunikasi dengan pelanggan, belajar dan banyak membaca buku-buku pengetahuan mengenai ilmu perilaku. Dengan demikian, para petugas pelayanan akan banyak memperoleh bahan-bahan masukan yang sangat berguna sebagai bekal memahami perilakuk dan keinginan pelanggan.

Mengamati perilaku pelanggan memang menarik, karena beragam perilaku pelanggan harus kita cermain baik-baik.

Ada beberapa contoh perilaku pelanggan yang sering kita lihat, yaitu sebagai berkut : 1) Pelanggan pemalu yang sulit diajak bicara atau didekati

Ciri-ciri pelanggan pemalu : a) Jarang berbicara, tidak menyatakan pendapat b) Sedikit gugup dalam berbicara. c) Sering berdiam diri dengan wajah tanpa ekspresi. Cara menghadapinya : a) Hadapi dengan ramah, penuh perhatian dan rasa hormat. b) Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menarik perhatiannya. c) Ciptakan suasana pembicaraan yang mengandung canda/humor

tetapi sopan. d) Usahakan tetap sabar.

2) Pelanggan ragu-ragu atau hati-hati Ciri-ciri pelanggan peragu : a) Selalu ragu dalam memutuskan sesuatu, karena diliputi

kebimbingan. b) Dalam memutuskan sesuatu selalu meminta pendapat orang lain. c) Kurang percara diri Cara menghadapinya : a) Petugas pelayanan harus bersikap tenang, penuh percaya diri dan

menguasai bidangnya. b) Jangan memberikan banyak pilihan. c) Ikuti saja selera pelanggan, jangan memaksakan pendapat kita. d) Apabila pelanggan tidak cukup uang untuk membeli produk yang

diinginkannya, tawarkan barang lain atau merek lain dengan hati-hati tnapa menyinggung perasaan.

3) Pelanggan yang banyak bicara Ciri-ciri pelanggan yang banyak bicara : a) Suka mendominasi dan mencari perhatian. b) Suka mencerocos bicara tentang segala hal c) Kurang peduli terhadap orang lain, karena lebih mementingkan diri

sendiri. Cara mengatasinya ; a) Segera tawarkan bantuan yang diperlukan olehnya. b) Pujilah kehebatannya bercerita c) Sekali lagi tawarkan bantuan dan segera alihkan perhatiannya ke

produk yang ditawarkan. d) Bila akhirnya pelanggan membeli produk kita, katakan akan segera

dihubungi apabila ada produk baru.

251

e) Mintalah alamat dan nomor teleponnya. 4) Pelanggan yang banyak permintaan

Ciri-ciri pelanggan yagn banyak permintaan : a) Selalu tidak puas, suka membanding-bandingkan dan suka iri hati

terhadap apa yang diperoleh oleh orang lain. b) Bila membeli suatu barang selalu menanyakan hadiah ekstra. c) Suka banyak bertanya/bicara, padahal tujuannya hanya iseng

mengerjai petugas. Cara menghadapinya : a) Dengarkan dan simaklah permintaannya. b) Penuhilah permintaannya. c) Ucapkan permohonan maaf dan sarankan pilihan lain, bila

pelanggan tidak puas terhadap pelayanan kita. d) Jika tidak mampu melayani, segera mintalah bantuan atasan kita. e) Usahakan tersenyum walaupun hati kita terasa dongkol.

5) Pelanggan yang curiga Ciri-ciri pelanggan yang curiga : a) Selalu mencari kesalahan orang lain/petugas. b) Selalu menampakkan wajah menyelidik, tidak senang, was-was,

khawatir akan ditipu atau diperas. c) Kurang percaya terhadap orang lain. Cara menghadapinya : a) Petugas jangan bersikap bimbang, harus tegas dan meyakinkan. b) Jangan sok menggurui c) Bila diperlukan, segera peragakan produk yang diminta pelanggan

untuk menambah keyakinannya. d) Bila pelanggan meragukan keunggulan produk yang dibelinya,

segera berikan jaminan bahwa produk dapat ditukar atau dikembalikan apabila produk yang dibeli tersebut tidak sesuai harapannya.

6) Pelanggan yang sombong Ciri-ciri pelanggan yang sombong : a) Selalu ingin menonjol dengan tingkah laku yang berlebihan. b) Dalam berbicara dan berpenampilan selalu ingin menjadi pusat

perhatian. c) Mereka juga biasanya suka membual/bohon. d) Bila tersinggung, terkadang suka menghina orang/ petugas. Cara menghadapinya : a) Jangan terpengaruh oleh kata-kata dan penampilannya. b) Berikan perhatian penuh atas kedatangannya, bila perlu dengan

sedikit pujian. c) Tetap tenang dan sabar menghadapi segala sikapnya dan jangan

terlalu serius menghadapinya. d) Ciptanya kesan bahwa pelanggan tersebut adalah tamu istimewa.

7) Pelanggan yang lugu Ciri-ciri pelanggan yang lugu : a) Terimalah pelanggan dengan apa adanya b) Tanyakan apa yang dibutuhkannya dan tegaskan bahwa kita siap

membantu. c) Layani terus berdasarkan permintaannya. d) Jangan coba- coba membohonginya.

8) Pelanggan yang tidak sabar Ciri-ciri pelanggan yang tidak sabar :

252

a) Sering bertanya pada petugas. b) Selalu ingin tahu apa yang terjadii di dalam toko. c) Tanpa sadar suka meremas-remas benda yang dipegangnya. d) Suka menghentakkan kaki pada lantai. Cara menghadapinya : a) Mintalah maaf atas keterlambatan pelayanan. b) Beritahukan segera bahwa dia akan dibantu semaksimum mungkin. c) Layanilah dengan cepat dan efisien sehingga pelanggan masih mau

menunggu. d) Segera ucapkan terima kasih setelah permintaan terpenuhi.

9) Pelanggan yang senang berdebat

Ciri-ciri pelanggan yang senang berdebat : a) Suka membantah apa yang kita sampaikan. b) Selalu menganggap dirinya paling pandai dan paling hebat. c) Malas mendengarkan argumentasi orang lain. d) Suka membuat suasana gaduh, sehingga mengganggu pelanggan

lain. Cara menghadapinya : a) Bersikaplah tenang, tidak gugup dan tidak terpancing marah. b) Jangan terpancing untuk berdebat, karena kalian kita terpancing

akan terjadi diskusi berkepanjangan. c) Bila keadaan sudah dapat dikuasai, pelangganpun akan melunak

dan bisa saja akan menjadi pelanggan yang setia. 10) Pelanggan yang siap mental

Ciri-ciri pelanggan yang siap mental : a) Dalam berbelanja ia penuh keyakinan karena sudah

mempersiapkan diri mengenai produk apa saja yang dia butuhkan. b) Tegas, ringkas, dan tidak membuang waktu dalam menentukan

pilihan. Cara menghadapinya : a) Persilakan pelanggan memilih sesukanya. b) Tidak perlu banyak tanya jawab c) Segera proses transaksi pembayarannya.

b. Mencurahkan Perhatian Penuh kepada Pelanggan Dalam rangka memenangkan persaingan dalam bisnis jasa pelayanan

tidak cukup hanya melakukan proses adminstrasi dengan cepat saja. Yang penting adalah bagaimana para petugas pelayanan mampu memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap para pelanggannya, sehingga pelanggan merasa dirinya dipentingkan, sekaligus ditumbuhkan kepercayaan, rasa aman dan diharapkan dapat ditimbalkan loyalitas yang tinggi terhadap barang dan jasa yagn kita tawarkan.

Petugas pelayanan merupakan pasukan terdepan yagn berhadapan langsung dengan konsumen/pelanggan, sehingga mereka harus betul-betul mengetahui kebutuhan pelanggan mengetahui cara merespon keinginan pelanggan, memiliki pengetahuan dan ketrampilan khususnya ilmu menjual atau seni menjual (the art of selling), pandai bicara dan mampu mempengaruhi orang lain.

Di samping itu, harus ada upaya-upaya untuk mempertahankan kualitas pelayanan prima tersebut, tidak hanya sekedar untuk memuaskan dalam arti umum saja, tetapi harus juga memiliki kualitas dalam penawaran dan pelayanan yang priima sepanjang waktu.

253

Faktor-faktor lain yang juga harus mendapat perhatian dari pimpinan perusahaan jasa pelaynan, khususnya para petugas pelayanan dalam melayani pelanggan, yaitu : a. Kenailah diri sendiri

Dengan mengenal diri kita sendiri kita akan mengetahui seberapa jauh kemampuan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

b. Kenalilah barang dan jasa yang kita tawarkan. c. Kenalilah apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan dan

hargailah kepentingannya. d. Kenali karakter pelanggan e. Berikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap keluhan pelanggan. f. Jagalah sopan santun saat berkomunikasi dan melayani pelanggan. g. Bersikaplah bijaksana dalam mengambil keputusan, usahakan harus saling

menguntungkan kedua belah pihak. h. Tetap menjaga rahasia pribadi pelanggan. i. Usahakanlah pada kesempatan tertentu dapat memberikan motivasi dan

saran-saran yang baik yang harus dilakukan pelanggan, menyangkut barang dan jasa yang dibutuhkannya.

a. Memuaskan Perhatian pada Pelanggan

Ada beberapa cara yang harus ditempuh, antara lain : 1) Mendengarkan dengan penuh perhatian semua yang diutarakan

pelanggan. 2) Menanggapi pembicaraan pelanggan, bila pelanggan mengharapkan

tanggapan kita. 3) Bila sedang melayani pelanggan, tempatkanlah kepentingan pelanggan

pada nomor satu. 4) Berusalah menduga-duga, kira-kira apa saja yagn diinginkan

pelanggan. 5) Bertindaklah tenang dan rilek, tataplah mata pelanggan saat berbicara

dan tersenyumlah, sehingga tatapan mata kita menyejukkan hati pelanggan.

6) Perhatikanlah nada bicara kalian, jangan terlampu rendah (kurang percaya diri) dan jangan terlampau tinggi (emosi, kesal atau marah).

7) Perhatikan gelagar pelanggan, apakah positif, negatif atau acuh tak acuh.

b. Memberikan pelayanan yang efisien Ada beberapa cara yang harus ditempuh, antara lain ; 1) Pergunakan waktu seefisien mungkin. 2) Layani pelanggan berikutnya, setelah selesai melayani pelanggan yagn

pertama. 3) Bicaralah seperlunya dengan pelanggan, jangan terlalu banyak basa-

basi. 4) Tawarkan pilihan lain bila pelayanan dirasakan terlalu lama untuk suatu

hal tertentu. 5) Jawablah pertanyaan pelanggan dengan singkat, cepat dan tepat,

tanpa bertele-tele 6) Layani pelanggan sampai tuntas.

c. Meningkatkan harga diri pelanggan Cara yang dapat ditempuh, antara lain : 1) Kenalilah kehadilan pelanggan dengan segera. 2) Pujilah dengan tulus dan berikan rasa hormat kepada pelanggan.

254

3) Perlakukan setiap pelanggan sebagai orang penting dan perhatikan kepentingannya.

4) Jangan menggurui pelanggan walaupun kalian lebih pintar dari pelanggan.

5) Tanyakan namanya dengan sopan dan sebut namaya sesering mungkin.

d. Membina hubungan baik dengan pelanggan Cara yang dapat ditempuh antara lain : 1) Tunjukkan simpati dan bicaralah dengan penuh perhatian untuk

menunjukkan bahwa kita memahami perasaan pelanggan. 2) Persilakan pelanggan menanggapi dan berusaha menyelesaikan

masalah. 3) Layanilah dengan sopan dan penuh keakraban, tetapi tidak terkesan

sok akrab. e. Dapat menentukan keinginan pelanggan

Cara yang dapat ditempuh, antara lain : 1) Menanyakan kepada pelanggan apa saja keinginannya. 2) Tanyakan kembali kepada pelanggan, apa lagi yang diinginkannya. 3) Kemudian, tentukan intisari yang diinginkan pelanggan.

f. Memberikan penjelasan tentang jasa pelayanan yang dapat diberikan perusahaan Jelaskan kepada pelanggan tentang keuntungan yang akan diperoleh jika mereka menggunakan fasilitas dan pelayanan tertentu yang diberikan oleh perusahaan.

g. Memberikan penjelasan Cara yang dapat ditempuh antara lain : 1) Jelaskan kepada pelanggan tentang sesuatu hal yang tidak

diperkenankan dilakukan karena suatu hal tersebut semata-mata merupakan kebijakan perusahaan.

2) Bila jasa pelayanan tersebut tidak dapat diberikan kepada pelanggan, jelaskan secara logis dan rasional sehingga pelanggan mengerti dan menerima penjelasan kita.

h. Mengalihkan pelayanan kepada petugas lain Cara yang dapat ditempuh antara lain : 1) Bila permintaan pelanggan tidak dapat kita layani, segera minta

bantuan rekan lain yang mampu mengatasi. 2) Segera sampaikan permohonan maaf sambil memperkenalkan rekan

kita yang akan membantu memberikan penjelasan lebih lanjut kepada pelanggan.

3. Pelayanan Prima berdasarkan Konsep tindakan (Ac tion) Pelayanan prima berdasarkan konsep tindakan adalah suatu konsep

pelayanan dalam rangka meyakinkan pelanggan. Pelayanan prima ini dapat dicapai melalui tindakan, yaitu bagaimana cara mempengaruhi, cara merayu, meyakinkan dan memberikan suatu jaminan kepada calon pelanggan atau pelanggan, sehingga mereka tertarik dan akhirnya membeli atau menggunakan barang dan jasa yang kita tawarkan.

Beberapa konsep tindakan yang bisa dilakukan meliputi antara lain : 1. Melakukan promosi oleh para salesman. 2. Memasang iklan di media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio). 3. Menyebutkan brosur, spanduk, pamflet, katalog. 4. Menyelenggarakan demo gratis dengan memberikan hadiah cuma-cuma. 5. Mengikuti pameran yang diselenggarakan secara bersama-sama dengan

perusahaan lain.

255

6. Mengirim penawaran harga kepada pelanggan atau calon pelanggan yang dilampiri dengan surat order/peesanan barang.

a. Pencatatan Pesanan Pelanggan Setelah melakukan promosi dengan sasaran yang tepat dan

konsumen/pelanggan mulai mengetahui tentang barang dan jasa yang mereka butuhkan, barulah biasanya konsumen mulai mengadakan kontak dengan pihak penjual/produsen untuk melakukan pemesanan barang.

Setiap pesanan barang harus segera dicatat dengan benar kemudian dicek ulang untuk menghindari kesalahan catat.

Pesanan barang dari konsumen/pelanggan biasanya diperoleh melalui : � Petugas penjualan

Para petugas penjualan (salesman/salesgirl) biasanya menyebar untuk mencari sesaran konsumen/pelanggan yang diperkirakan tertarika atau akan membeli barang yang ditawarkannya.

� Konsumen datang langsung Konsumen yang datang langsung biasanya karena : 1) Membutuhkam informasi lebih lanjut secara mendetail tentang barang

yang dibutuhkan dan biasanya akan melakukan pembelian barang dalam partai besar.

2) Melakukan pembelian dalam jumlah kecil. 3) Konsumen tersebut bertempat tinggal di sekitar toko. 4) Mereka adalah pelanggan baru.

� Telepon Telepon adalah sarana yang cepat dan efisien untuk melakukan pesanan barang.

� Surat pesanan barang Biasanya pesanan barang melalui surat adalah sebagai balasan atas kiriman penawaran harga yang dilakukan produsen/penjual. Pesanan barang melalui surat bisa juga melalui faksimili, telegram, telex, surat tercatat, kilat, kilat khusus, internet.

b. Pencatan Kebutuhan Pelanggan Semua pesanan barang dari konsumen/pelanggan harus dicatat dengan

rapi, teratur, rinci dan teliti, karena pesanan tersebut akan dicatat pada nota penjualan atau faktur pengiriman pesanan barang. Di samping itu, catatan pesanan dapat digunakan sebagia alat kontrol saat pengiriman barang.

Nota penjualan berfungsi sebagai : � Berkas untuk mengetahui jumlah dan jenis barang yang dibeli. � Berkas untuk mengambil barang yang telah dibeli, tentunya setelah dibayar

lunas dan dibubuhi stempel oleh bagian keuangan (kasir). � Kuitansi tanda terima pembayaran. � Faktur Nota penjualan sebaiknya dibuat rangkap tiga, yaitu : 1.) Pihak pembeli (asli) 2.) Kasir (copy) 3.) Arsip (copy)

c. Penegasan Kembali Kebutuhan Pelanggan Adanya kebutuhan konsumen/pelanggan menandakan produk atau jasa

yang kita hasilkan akan dibeli oleh yang membutuhkannya. Produk yang dijual tentu harus sesuai dengan apa yangrty

dibutuhkan konsumen. Strategi penjualan yagn berhasil harus mencakup semua aktivitas

pemasaran, termasuk di dalamnya tentang bagaimana strategi advertising,

256

bagaimana strategi penjualannya, bagaimana sistem pendistribusiannya dan bagimanan strategi penetapan harganya.

Kita menjual suatu produk dengan sasaran tidak hanya kepada pihak yang membutuhkan produk tersebut tetapi yang paling penting adalah kita harus mampu menjual kepada siapa saja. Untuk itu seorang petugas penjualan harus intensif memberitahukan keberadaann produknya kepada masyarakat luas, mengadakan pendekatan kepada calon-calon pembeli, mampu mempengaruhi orang dengan penjelasan-penjelasan yagn bagus dan simpatik dan mampu mempengaruhi orang dengan penjelasan-penjelasan yang bagus dan simpatik dan mampu merangsang minat dan meyakinkan calon pembeli untuk akhirnya memutuskan membeli produk yang kita tawarkan sehingga kebutuhan pelanggan atau masyarakat luas dapat terpenuhi.

Mengapa orang membeli suatu barang ? Tentu jawabnya beraneka ragam. Seperti membeli suatu barang, karena mengharap manfaat dari barang yagn dibelinya atau dalam rangka memenuhi kebutuhan, dan lain-lain.

Penegasan kembali tentang kebutuhan pelanggan disebabkan beberapa hal berikut. 1.) Manfaat atau kegunaan

Dalam membeli suatu barang atau jasa, pembeli mengharapkan manfaat atau kegunaan barang yang dibelinya tersebut, baik itu kegunaan untuk dirinya, keluarga, atau orang lain.

2.) Kebanggaan Di samping memang betul-betul merupakan kebutuhan, ada kalanya kita membeli barang atau jasa karena ada rasa bangga atau bahagia telah mampu membelinya. Contoh : seorang ayah membelikan sepeda balap untuk putranya. Sang putra sangat bangga karena sudah mempunyai sepeda balap, sehingga bisa mengikuti lomba balap sepeda. Sementara sang ayah bahagia karena telah memenuhi permintaan putra tercinta.

3.) Ikut-ikutan Membeli suatu barang seringkali hanya karena ikut-ikutan. Misalnya, karena teman-teman membeli es krim Tuti ikut-ikutan membeli juga walaupun tadinya dai tidak berminat.

d. Mewujudkan Kebutuhan Pelanggan Satu hal yang harus diingat oleh siapapun yagn bergerak di bidang

industri jasa pelayanan adalah membentuk ”kepercayaan” pelanggan terhadapp perusahaan. Kepercayaan tersebut bisa terbentuk atau tumbuh apabila seluruh jajaran di perusahaan jasa pelayanan mampu memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggannya, sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai.

Dengan demikian yang terpenting bagi para petugas pelayanan adalah memperhatikan baik-baik kebutuhan dasar pelanggan. Layanan prima bukan hanya sekedar kumpulan teori dan slogan, akan tetapi lebih ditekan pada praktek nyata di lapangan ketika berhubungan langsung dengan pelanggan.

Pada saat berhubungan atau melayani para konsumen atau pelanggan, laksanakan penetapan 7K yang dibutuhkan pelanggan, yaitu : 1). Keramahan 2). Kenyamanan 3). Kecepatan 4). Kebenaran 5). Kepercayaan 6). Kesepakatan 7). Kepuasan

257

Setelah 7K dilaksanakan, niscaya segala informasi tentang kebutuhan konsumen/pelanggan dapat terwujud dan pesanan mulai berdatangan, baik datang langsung, pesan via telepon atau via surat (kurir).

Barang-barang yang dipesan biasanya merupakan kebutuhan rutin (sudah sering dibeli) atau barang-barang yagn sudah terjamin kualitasnya.

Para petugas pelayanan harus segera memproses pesanan-pesanan tersebut. Proses administrasi berjalan, mulai dari pencatatann pesanan barang pada nota pembelian, pengajuan nota pembelian tersebut ke bagian kasir atau proses pembayaran tunai atau kredit (kartu kredit0, sampai proses akhir yaitu penyerahan barang yang dibutuhkan oleh pelanggan.

Kebutuhan-kebutuhan lainnya yang acapkali diharapkan oleh pelanggan ialah : 1). Kebutuhan akan diskon harga barang. 2). Kebutuhan akan barang baru 3). Kebutuhan akan penunurunan harga barang 4). Kebutuhan akan stok yang selalu ada 5). Kebutuhan akan diperbolehkannya menukar barang 6). Kebutuhan akan bentuk/ukuran baru.

e. Pernyataan Terima Kasih dengan Harapan Pelanggan Kembali Setelah semua kegiatan jual beli sudah dilaksanakan, yang dimulai

pencatatan pesanan barang sampai diterima oleh konsumen, ada satu hal yang harus diperhatikan dan tidak boleh dilupakan yaitu ucapann terima kasih kepada pelanggan/ konsumen.

Pernyataan terima kasih adalah bagian dari pelayanan priima, sebagai suatu bentuk service atau pelayanan, karena service yang baik adalah aset perusahaan. Pernyataan terima kasih meskipun meskipun hanya sekedar ucapan, tetapi diyakini akan memberikan dampak positif bagi konsumen atau pelanggan karean memberikan kesan merasa dihargai atau dihormati.

Contoh-contoh ucapan terima kasih antara lain sebagai berikut : � Untuk pelanggan (pembeli) yang datang langsung

1) ”Terimakasih atas kunjungan anda. Kami berharap anda puas dengan pelayanan kami serta kami mengharapkan sekali anda datang kembali”

2) ”Terimakasih, Ibu sekeluarga telah mengunjungi rumah makan kami dan semoga puas dengan hidanjgan yang kami sajikan”

3) ”Terimakasih, anda telah bermalam di penginapan kami dan semoga anda puas dengan fasilitas dan pelayanan yang kami sediakan. Kami berharap anda mengunjungi penginapan kami lagi.”

4) ”Terimakasih, anda telah mempercayakan perjalanan anda dan rombongan pada maskapai penerbangan kami. Kami berharap anda dan rombongan menikmati perjalanan ini”.

� Untuk pelanggan yang memesan barang via Surat/Fax atau Telepon 5) Melalui telepon

”Pesanan anda telah kami kirim. Kami berharap anda dan keluarga puas dan tidak kecewa terhadap pelayanan kami. Jika ada sesuatu yang kurang puas, kami mohon anda segera mengubungi kembali.

6) Melalui fax

C. Latihan 1. Jelaskan bagaimana melaksanakan pelayanan prima dengan konsep

sikap/attitude? 2. Jelaskan bagimana langkah-langkah pelayanan prima berdasarkan konsep

perhatian/attention ?

258

3. Jelaskan bagaimana sebaiknya menghadapi pelanggan yang sombong dilihat dari konsep pelayanan prima ?

4. Jelaskan bagaimana pencatatan pesanan pelanggan menurut konsep pelayanan prima ?

5. Jelasakan bagaimana mewujudkan kebutuhan pelanggan sesuai dengan konsep pelayanan prima ?

D. Rangkuman Pelayanan prima berdasarkan konsep sikap atau attitudesangat tergantung

pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sikap pelayanan yang diharapkan pada diri para karyawan adalah sikap yang baik, ramah, penuh simpatik, dan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan. Jika kalian menjadi karyawan suatu perusahaan, sikap kalian akan menggambarkann perusahaan kalian. Kalian akan mewakili citra perusahaan baik secara langsung atau tidak langsung. Pelanggan akan menilai perusahaan dari kesan pertama dalam berhubungan dengan orang-orang yang terlibat dalam perusahaan tersebut.

Sikap yang diharapkan berdasarkan konsep pelayanan prima adalah : 1) Sikap pelayanan prima berarati mempunyai rasa kebanggaan terhadap pekerjaan; 2) Memiliki pengabdian yang besar terhadap pekerjaan; 3) Senantiasa menjaga martabat dan nama baik perusahaan; 4) Sikap pelayanan prima adalah : ”benar atau salah tetap perusahaan saya” (right or wrong is my corporate)”.

Pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian dapat dilakukan dimana setiap kegiatan layanan, seorang petugas pada perusahaan industri jasa pelayanan harus senantiasa memperhatikan dan mencermati keinginan pelanggan. Apabila pelanggan sudah menunjukkan minat untuk membeli suatu barang/jasa yang kita tawarkan, segera saja layani pelanggan tersebut dan tawarkan bantuan, sehingga pelanggan merasa puas dan terpenuhi keinginannya.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan menyangkut bentuk-bentuk pelayanan berdasarkan konsep perhatian adalah sebagai berikut : 1) Mengucapkan salam pembuka pembicaraan; 2) Menanyakan apa saja keinginan pelanggan; 3) Mendengarkan dan memahami keinginan pelanggan; 4) Melayani pelanggan dengan cepat, tepat dan ramah; 5) Menempatkan kepentingan pelanggan pada nomor urut 1.

Pelayanan prima berdasarkan konsep tindakan pelanggan sudah ”menjatuhkan pilihan” untuk membeli produk yang diinginkannya. Terciptanya proses komunikasi pada konsep tindakan ini merupakan tanggapan terhadap produk pelanggan yang telah menjatuhkan pilihannya, sehingga terjadilah transaksi jual beli.

Bentuk-bentuk pelayanan berdasarkan konsep tindakan adalah sebagai berikut: 1) Segera mencatat pesanan pelanggan; 2) Menegaskan kembali kebutuhan/pesanan pelanggan 3) Menyelesaikan transaksi pembayaran pesanan pelanggan ; 4) Mengucapkan terima kasih diiringi harapan pelanggan akan kembali lagi.

259

E Test Formatif Tes Obyektif Petunjuk : Kerjakan soal nomor 1 s/d 15 dengan cara memberi tanda silang pada alternatif

jawaban a, b, c, d atau e yang dianggap jawaban yang paling tepat pada setiap butir soal.

Soal-soal : 1. Komunikasi kelompok resmi adalah seperti hal-hal di bawah ini, kecuali : a. ada keterbukaan d. ada partisipasi peserta b. ada monopoli pembicaraan e menghindari perdebatan c. ada tanya jawab

2. Pihak yang menyampaikan berita kepada yang dituju disebut : a. komunikan d. pesan b. komunikator e. tanggapan c. persepsi 3. Apabila pelanggan menginginkan informasi terbaru dan lengkap tentang produk

elektronika, maka agar lebih cepat diterima, sebaiknya produsen mengirimkan informasi tersebut melalui :

a. telegram d. telepon b. telex e. Surat kilat c. faksimili 4. Pelayanan prima sebenarnya tanggung jawab dari : a. para karyawan d. komisaris perusahaan b. para direktur e. seluruh karyawawan dan c. para manajer seluruh pimpinan 5. Konsep sikap adalam layanan prima tercermin pada : a. sikap patuh pada pimpinan b. sikap bangga dan pengabdian pada pekerjaan c. keinginan dilayani dalam bekerja d. kemampuan mempengaruhi pelanggan e. memahami keinginan pelanggan 6. Faktor sikap lebih lebih menyangkut masalah ....... a. pendidikan dan pengalaman d. tingkah laku dan perbuatan b. pola berpikir dan perbuatan e. kedudukan dan jabatan c. kepribadian dan perangai 7. Penampilan fisik mencerminkan ...... a. kepribadian d. kedudukan b. kekayaan e. tingkat pendidikan c. status sosial 8. Agar tercipta iklim positif saat berhubungan dengan pelanggan, awalilah

percakapan seperti di bawah ini, kecuali .......... a. ucapkan salam pembuka b. tanyakan identitas pelanggan c. tawarkan bantuan d. beritahukan macam-macam produk yang tersedia e. persilakan mencobanya 9. Konsep perhatian dalam pelayanan prima lebih difokuskan kepada ...... a. pemenuhan target penjualan b. kemampuan melayani pelanggan c. kemampuan membujuk pelanggan d. pelaksanaan promosi produk yang dijual e. pemenuhan keinginan pelanggan

260

10. Tahapan konsep perhatian adalah seperti dibawah ini, kecuali...... a. mendengarkan d. mengamati b. mendekati e. memikirkan c. mengabaikan 11. Petugas harus tenang, jangan menawarkan banyak pilihan, ikuti selera

pelanggan dan jangan memaksakan kehendak kita, adalah cara menghadapi ..................

a. pelanggan ragu-ragu d. pelanggan yang curiga b. pelanggan pemalu e. pelanggan yang sombong c. pelanggan yang banyak bicara 12. Perilaku pelanggan erat kaitannya dengan........... a. cara berbicara, selera, bonafiditas d. harta, tahta b. cara berpakaian, minat,bonafiditas e. Postur tubuh c. sifat, watak, taraf hidup 13. Konsep tindakan manakah yang benar dalam palayanan prima terhadap

pelanggan ........ a. penataan barang yang baik b. memperkerjakan pramuniaga yang cantik c. pelanggan dibiarkan bebas memilih barang d. penyebaran brosur, spanduk,pemasangan iklan, mengikuti pameran e. pelanggan tetap mendapatkan potongan harga 14. Nota penjualan biasanya dibuat arangkap tiga. Lembar nota yang asli diberikan

kepada ............... a. pembeli d. pimpinan b. kasir e. pengantar barang c. arsip 15. Barang-barang yang telah dibeli oleh pelanggan, selanjutnya harus dicatat oleh

petugas pada............ a. kwitansi d. nota penjualan b. nota pembelian e. bon c. faktur Tes Essai : 1. Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan komunikasi secara

perseorangan 2. Jelaskan dalam keadaabn bagaimana komunikasi dalam pelayanan prima

sudah dianggap berhasil ? 3. Jelaskan bentuk pelayanan berdasarkan konsep sikap ? 4. Jelaskan bentuk pelayanan berdasarkan konsep perhatian ? 5. Jelaskan bentuk pelayanan bedasarkan konsep tindakan ?

261

BBAABB IIVV KKEEGGIIAATTAANN BBEELLAAJJAARR 33 PPRRIINNSSIIPP KKEERRJJAA PPRREESSTTAATTIIFF

II.. TTUUJJUUAANN PPEELLAATTIIHHAANN

1. Dapat menjelaskan pengertian perilaku bekerja prestatif 2. Dapat mendeskripsikan konsep karakteristik bekerja secara prestatif 3. Dapat mendeskripsikan falsafah bekerja prestatif 4. Dapat mendeskripsikan pentingnya bekerja prestatif

IIII.. MMAATTEERRII 1. Pengertian Perilaku Bekerja Prestatif

Perilaku bekerja prestatif adalah seseorang yang selalu berbuat dan bekerja dengan memiliki ambisi ingin maju (ambition drive). Seorang wirausaha yang ingin berhasil harus bersemangat tinggi, berjuang dan berambisi ingin maju dengan komitmen tinggi terhadap pekerjaannya.

Dengan berbuat dan bekerja prestatif terhadap bisnisnya, wirausaha tersebut akan berhasil di dalam kegiatan usahanya. Berbuat dan bekerja secara prestatif merupakan modal dasar untuk keberhasilan seorang wirausaha. Seorang wirausaha yang berhasil selalu menempuh saat-saat di mana ia harus bekerja keras, membanting tulang dalam merintis bisnisnya. Seorang wirausaha yang mempunyai semangat tinggi, mau berjuang untuk kemajuan bisnisnya. Seorang wirausaha yang mempunyai semangat tinggi, mau berjuang untuk maju berbisnis. Ia yang berbuat dan bekerja secara prestatif dan selalu gigih dalam menghadapi pekerjaan serta tantangan yang dihadapinya biasanya selalu berhasil di dalam usahanya.

Apapun jenis pekerjaan yang dilakukan, profesi apapun yang dijalankan, seorang wirausaha harus mampu melihat ke depan dan berjuang untuk mencapai keberhasilan dalam bisnisnya. Wirausaha yang bekerja secara prestatif, kegemeranannya atau kegila-gilaannya pada pekerjaan usahanya.

2. Karakteristik Bekerja secara Prestatif Menurut Zimmerer, karakteristik wirausaha yang berhasil karena bekerja

secara prestatif adalah sebagai berikut : a. Memiliki komitmen tinggi terhadap tugasnya atau pekerjaannya. Boleh

dikata setiap saat pikirannya tidak lepas dari perusahaannya. b. Mau bertanggungjawab. Apa saja tindakan yang ia lakukan selalu diikuti

dengan rasa penuh tanggung jawab. c. Keinginan bertanggungjawab ini, erat hubungannya dengan

mempertahankan internal locus of control yaitu minat kewirausahaan dalam dirinya.

d. Peluang untuk mencapai obsesi. Seorang wirausaha harus mempunyai obsesi untuk mencapai prestasi tinggi dan bisa diciptakannya.

e. Toleransi untuk mencapai resiko kebimbangan dan ketidakpastian f. Yakin pada dirinya g. Kreatif dan fleksibel h. Ingin memperoleh balikan dengan segera. Dia mempunyai keinginan yang

kuat untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman guna memperbaiki penampilannya.

i. Enerjik seorang wirausaha lebih baik dibandingkan rata-rata orang lain. j. Motivasi untuk lebih unggul. Seorang wirausaha mempunyai motivasi untuk

bekerja lebih tinggi dan lebih unggul dari apa yang sudah dikerjakan k. Berorientasi ke masa depan

262

l. Mau belajar dari kegagalan. Seorang wirausaha tidak takut gagal, dia memusatkan perhatiannya pada kesuksesannya di masa depan dan menggunakan kegagalannya ini sebagai guru yang berharga.

m. Kemampuan memimpin. Seorang wirausaha harus mampu menjadi pemimpin yang baik dalam memimpin sumber daya non manusia dan harus dikelola sebaik-baiknya.

Salah satu karakteristik orang bekerja secara prestatif adalah berorientasi ke masa depan. Menurut Stephen Covey, dalam bukunya First Thing’s First, mengungkapkan empat sisi potensial yang dimiliki manusia untuk maju yaitu : a. Self awareness adalah sikap mawas diri dan memiliki b. Couscience adalah mempertajam suara hati, supaya menjadi manusia

berkehendak baik seraya memunculkan keunikan serta memiliki misi dalam hidup

c. Independent Will adalah pandangan independen untuk bekal bertindak dan kekuatan untuk mengambil manfaat hasil

d. Creative imagination adalah berpikir dan mengarah ke depan untuk memecahkan masalah dengan imajinasi, khayalan, serta memiliki dengan yang tepat.

Dengan berbuat dan bekerja prestatif terhadap bisnisnya, wirausaha tersebut akan berhasil di dalam kegiatan usahanya. Menurut Ikaputera W (2004), untuk menjadi wirausaha yang berhasil, harus memiliki ciri-ciri karakteristik prestatif sebagai berikut :

Ciri-ciri karakteristik prestatif dan sifat-sifat p rofil wirausaha 1. Percaya diri • Keyakinan

• Ketidaktergantungan • Individualistic • Optimisme

2. Berorientasi pada hasil • Kebutuhan akan prestasi • Berorientasi pada laba • Ketekunan dan ketabahan • Kerja keras • Mempunyai dorongan kuat

3. Pengambilan resiko • Energi dan inisiatif • Kemampuan mengambil resiko • Suka pada tantangan

4. Kepemimpinan • Bertingkah laku sebagai pemimpin • Dapat bergaul dengan orang lain • Menanggapi saran-saran dan kritik

5. Keorisinilan • Inovatif, kreatif, dan fleksibel • Punya banyak sumber • Serba bisa • Mengetahui banyak

6. Berorientasi ke masa depan • Pandangan ke masa depan • Perspektif

3. Falsafah Bekerja Prestatif

Menurut Ikaputera W (2004), beberapa falsafah bekerja prestatif para wirausaha yang perlu dihayati antara lain adalah :

263

a. Hidup harus banyak belajar tentang dirinya sendiri. b. Kegagalan usaha harus diterima sebagai pengalaman c. Kekuatan berusaha datang dari tindakannya sendiri. d. Resiko kegagalan selalu ada, e. Wirausaha harus menerima dan bertanggungjawab f. Ada keberhasilan berusaha, setelah kegagalan g. Wirausaha yang menghindari resiko rendah h. Menjauhi resiko tinggi karena ingin berhasil i. Harta terbesar bersikap positif di dalam usaha. j. Prestasi ditentukan oleh sikap dan tindakan wirausaha sendiri. k. Kerjarlah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki l. Terimalah apa adanya dan kurangilah kelemahan-kelemahannya. m. Memiliki sikap dan perilaku kerja prestatif mendorong meraih masa depan

4. Pentingnya Bekerja Prestatif Menurut Ikaputera W (2004), wirausaha berpikiran ingin maju berusaha

mencari informasi yang sebanyak-banyaknya. Mereka tidak ingin ketinggalan informasi sekecil apapun bentuknya ingin selalu dimiliki. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan diri wirausaha agar mampu berpikiran maju. Salah satu yang dapat dikembangkan yaitu latihan yang terus menerus. a. Beberapa pendapat para ahli tentang kepentingan dan manfaat latihan

Dengan adanya latihan, karyawan akan berkembang lebih cepat dan bekerja lebih prestatif. Dengan adanya latihan, berarti wirausaha yang bersangkutan akan memperoleh karyawan yang ahli dan trampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan adanya latihan, berarti akan menjamin tersedianya tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus, mempunyai keterampilan dan dapat mempergunakan pikirannya secara prestatif.

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang kepentingan dan manfaat latihan 1) D. Yoder : a) Untuk stabilitas pegawai

b) Untuk memperbaiki cara bekerja 2) D. Latenier : Pegawai lebih berkembang, lebih cetakan dan lebih

baik. 3) J. Tiffen : a) Pegawai akan melaksanakan tugas lebih baik

b) Cara bekerja lebih baik 4) F.W. Taylor : a) Memilih karyawan terbaik

b) Melaksanakan pekerjaan lebih baik Pentingnya menanamkan bekerja prestatif melalui latihan adalah : 1) Menghargai cita-cita dan masa depan; 2) Meningkatkan kemampuan bekerja secara prestatif; 3) Mengurangi pengawasan dalam bekerja; 4) Terus menerus menambah ilmu pengetahuan; 5) Mengembangkan rasa kesetiakawanan; 6) Mengembangkan sikap yang positif; 7) Mengembangkan kemampuan berprakarsa; 8) Mengembangkan daya kreativitas; 9) Efektif dan efisien dalam bekerja.

b. Metode latihan Metode latihan yang dijalankan wirausaha adalah sebagai berikut : 1) Untuk latihan induksi

• Kuliah

264

• Magang • Perjalanan dinas • Menghadirkan dosen tamu (Ahli)

2) Untuk latihan tugas • Belajar sambil bekerja • Sistem magang • Mengikuti pelajaran di luar perusahaan

5. Merencanakan Proses Bekerja Prestatif Pada umumnya terdapat dua macam kegiatan dalam merencanakan

proses kerja prestatif, yakni sebagai berikut. a. Pemanfaatan kegiatan-kegiatan wirausaha, seperti menggunakan waktu,

seleksi penerimaan tenaga kerja, dan peralatan kerja. b. Aspek bisnis dari kegiatan wirausaha, seperti menyiapkan laporan

keuangan bulanan, monitor, merevisi anggaran, mengelola arus produksi, serta memasarkan produk dan jasa.

c. Pengendalian faktor-faktor eksternal wirausaha, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, iklim usaha

Adapun proses bidang-bidang keahlian yang dimiliki para wirausaha adalah : a) Keahlian dalam bidang teknologi

Keahlian wirausaha dalam bidang teknologi dapat menimbulkan hal berikut : 1) Meningkatkan kesejahteraan 2) Menimbulkan masalah-masalah baru, antara lain :

• masalah sosial; seperti kemiskinan, kejahatan, ketertinggalan daerah tertentu

• masalah konsumen baru • persaingan penguasaan teknologi.

b) Perkembangan perekonomian Keahlian wirausaha dalam perkembangan perekonomian dapat menimbulkan hal-hal berikut. 1. Persaingan bisnis 2. Timbul bisnis baru 3. Kebangkrutan 4. Mencari pasar baru 5. Produksi yang terus meningkat

Wirausaha yang mempunyai keahlian merupakan bekal bisnis melalui pendidikan formal tertentu. Dari klasifikasi jelas bahwa diantara para wirausaha akan terdapat dan memiliki keahlian khusus.

Masalah-masalah keahlian, sampai sekarang dikejar orang dalam berbagai sekolah atau pendidikan. Adapun keahlian pokok yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha atau siapa saja adalah : 1. Keahlian pengendalian keuangan; 2. keahlian mengenai risiko persaingan; 3. keahlian mengurus usaha atau manajemen usaha; 4. keahlian menawarkan produk (salesmanship); dan 5. Keahlian menjaga hubungan dengan pelanggan.

Lima keahlian pokok inilah yang sesungguhnya merupakan keahlian utama yang diperlukan oleh setiap wirausaha. Setelah menikmati pendidikan dan latihan, dalam keahlian pokok maupun keahlian tambahan, maka dalam praktek kehidupan usaha atau bisnis lambat laun cenderung akan menambah keahlian. Wirausaha berusaha meraih masa depan dengan baik, agar

265

lingkungan bisnis yang terbentuk mampu mengembangkan keberlanjutan bisnisnya.

IIIIII.. LLAATTIIHHAANN

Soal : 1. Jelaskan makna perilaku bekerja prestatif bagi wirausaha ? 2. Jelaskan maksud dari pernyataan keinginan maju dalam bekerja sangat

dipengaruhi oleh berbagia aspek kompetensi wirausaha itu sendiri ? 3. Uraikan karakteristik wirausaha yang berhasil karena bekerja secara prestatif

menurut Zimmerer ?

266

MANAJEMEN KETENAGAAN, RESIKO DAN PRINSIP-PRINSIP BISNIS

A. Deskripsi

Bahan ajar ini disusun sebagai materi pembelajaran untuk memberikan pemahaman tentang mengelola tenaga kerja (sumber daya manusia) dalam suatu organisasi serta memberikan bekal ilmu kepada para peserta PLPG untuk dapat mengajarkan kepada para siswa di sekolah tentang mekanisme perencanaan pengelolaan ketenagaan di suatu organisasi, terutama organisasi yang tujuannya mencari laba. B. Petunjuk Belajar

Agar peserta PLPG dapat mencapai standar kompetensi dan indikator yang telah ditetapkan, maka lakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Baca bahan ajar ini secara cermat secara berulang. 2. Ikuti proses pembelajaran dengan baik yang dilakukan oleh nara sumber. 3. tanyakan kepada nara sumber hal-hal yang belum jelas. 4. Diskusikan dengan teman sejawat 5. Lengkapi dengan membaca referensi dari berbagai sumber yang membahas

tentang pengelolaan tenaga kerja manusia. C. Kompetensi dan Indikator Standar Kompetensi:

Setelah proses pembelajaran peserta diharapkan memahami mekanisme pengelolaan sumber daya manusia pada organisasi bisnis. Kompetensi Dasar:

Peserta memahami pengelolaan tenaga kerja manusia, pengelolaan risiko dan etika bisnis pada organisasi bisnis. Indikator: Mendeskripsikan:

• Dimensi-dimensi pekerjaan • Teknis analisis pekerjaan • Pekerja yang kompeten dan pekerja yang kurang kompeten • Tujuan rekrutmen dan seleksi karyawan • Pemilihan metode rekrutmen dan seleksi karyawan. • Cara melaksanakan pendidikan dan pelatihan karyawan. • Cara merencanakan pengembangan karier karyawan. • Cara menentukan kompensasi karyawan • Penetapan tujuan kompensasi • Cara menentukan sistem kompensasi • Tujuan penilaian kinerja karyawan

Mampu: • Mengungkapkan metode pengukuran kinerja • Mengelompokkan jenis-jenis risiko usaha • Mengidentifikasi macam-macam risiko usaha • Mendeskripsikan cara-cara mengelola risiko usaha • Mendeskripsikan perilaku etis dan perilaku tidak etis dalam berbisnis • Menjelaskan cara-cara mengimplementasikan etika bisnis dalam berbisnis.

267

KEGIATAN BELAJAR 1 ANALISIS PEKERJAAN

A. Standar Kompetensi dan Indikator Standar Kompetensi: Memahami analisis pekerjaan dan desain pekerjaan Indikator:

• Mendeskripsikan dimensi-dimensi pekerjaan • Mendeskripsikan teknis analisis pekerjaan • Mendeskripsikan pekerjaan yang kompeten dan pekerja yang kurang kompeten

B. Dimensi Pekerjaan Sebuah organisasi baik itu organisasi yang bertujuan mencari laba maupun organisasi yang bertujuan tidak mencari laba memiliki banyak ragam pekerjaan yang berbeda-beda dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu konsekuensinya organisasi harus mempunyai suatu cara sistematik untuk menentukan karyawan yang mampu melaksanakan fungsi dan tugas tertentu dalam organisasi. Batu penjuru organisasi oleh karenanya adalah seperangkat pekerjaan yang dilakukan oleh para karyawan yang akan memberikan suatu mekanisme pengkoordinasian dan pengkaitan berbagai aktivitas organisasi yang diperlukan agar organiasi berhasil. Tanpa pengetahuan yang memadai tentang apa yang dilakukan oleh para karyawan atas pekerjaannya organisasi tidak akan dapat membentuk prosedur sumber daya manusia yang efektif untuk memilih, mempromosikan, melatih, menilai dan memberikan kompenssi kepada para karyawannya. Pekerjaan sekurang-kurangnya memiliki lima dimensi yang saling berinteraksi dan menentukan tingkat produktivitas serta kepuasan kerja yang diperoleh dari pekerjaan. Dimensi dimensi itu adalah: dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial, dimensi kultural, dan dimensi kekuasaan. Dimensi fisik , yaitu kecepatan gerak dan langkah-langkah karyawan dalam menunaikan pekerjaannya. Idealnya pekerjaan dapat diorganisasikan dengan cara yang memungkinkan setiap langkah dilakukan berulang-ulang secara seragam. Kajian gerak dan waktu dapat menetapkan dimensi fisik pekerjaan dengan cara yang akan menghasilkan produktivitas maksimal. Dimensi psikologis , bahwa pekerjaan mempunyai potensi yang besar untuk memenuhi kebutuhan psikologis dasar akan pertumbuhan, pengetahuan dan pengembangan jika dikelola dan diorganisasikan secara benar. Dimensi Sosial , bahwa orang-orang bekerja dalam suatu organisasi demi sebuah sumber kontak social yang berpengaruh kuat terhadap bagaimana mereka bekerja sama. Dimensi kultural , bahwa pekerjaan menawarkan keberadaan ekonomi yang berupa gaji dan memberikan kontribusi bagaimana orang-orang menilai kedudukan social dan kualitas kehidupan mereka. Pekerjaan memberikan kepada karyawan sumber utama pendapatan. Pekerjaan juga menentukan standar kehidupan karyawan dan menjadi tumpuan mobilitas social ke atas, tergantung pada tuntutan, nama jabatan serta tariff gajinya. Dimensi kekuasaan , bahwa orang-orang bekerja untuk orang lain (bawahan bekerja untuk manajernya atau penyelianya). Cara menejer menjalankan kekuasaannya mempunyai dampak yang nyata atas kepuasan kerja maupun produktivitas karyawan. Kelima dimensi pekerjaan tadi bermakna bahwa para manajer perlu mencapai suatu keseimbangan di antara dimensi pekerjaan dan kebutuhan karyawan.

268

Kelima dimensi itu jika digambarkan hubungannya adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1: Dimensi Pekerjaan. C. Teknis Analisis Pekerjaan Pekerjaan merupakan entitas organisasional, oleh karena itu pekerjaan harus dirancang untuk memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi. Kewajiban dan tanggung jawab setiap pekerjaan yang tercermin dalam tugas yang dilaksanakan menentukan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan orang yang akan dibawa masuk ke dalam pekerjaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian analisis pekerjaan adalah esensial untuk menetapkan persyaratan sumber daya manusia organisasi. Analisis pekerjan merupakan cetak biru dikarenakan masing-masing pekerjaan merupakan bangunan dasar yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan analisis pekerjaan adalah mendefinisikan setiap pekerjaan yang berhubungan dengan perilaku yang diperlukan untuk melaksanakannya. Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam analisis pekerjaan adalah:

• Berapa banyak posisi yang harus diisi dan apa bentuk posisi itu • Apa kemampuan, keahlian, dan karakteristik pribadi yang diperlukan dari

individu pemegang jabatan. • Berapa individu yang akan direkrut. • Factor apa ang menjadi pertimbangan dalam penyeleksian. • Apa criteria yang digunakan untuk mengukur kinerja mereka.

Analisis pekerjaan harus dilaksanakan sebagai langkah awal dalam proses perekrutan. Begitu pekerjaan tertentu selesai dianalisis, pernyataan tertulis mengenai isi dan lokasi setiap pekerjaan dimasukkan ke dalam bagan organisasi. Pada tingkat operasi, pernyataan ini disebut dskripsi pekerjaan (job description), sedangkan pada posisi manajerial pernyataan ini disebut dengan deskripsi posisi (position description).

Analisis pekerjaan memampukan manajer memahami pekerjaan dan struktur pekerjaan untuk membenahi aliran kerja atau membuat teknik untuk meningkatkan

Dimensi Fisik

Spesialisasi Pek.

Dimensi Sosial

Kel. Kerja

Dimensi Psikologis

Rotasi Pek.

Pemekaran Pek.

Dimensi Kultural

Jadwal kerja alternative

Pengaruh serikat pek.

Pengorganisasian oleh

Dimensi kekuasaan

Supervisi

Pekerjaan

269

produktivitas kerja. Analisis pekerjaan menyediakan sebuah ringkasan kewajiban dan tanggung jawab pekerjaan hubungannya dengan pekerjaan lain, penetahuan dan keahlian yang dibutuhkan dan kondisi kerja di dalamnya pekerjaan tersebut dilaksanakan. Fakta pekerjaan dikumpulkan dan dianalisis sebagamana adanya bukan seperti apa yang seharusnya. Analisis pekerjaan diselenggarakan setelah pekerjaan dirancang, karyawan dilatih dan pekerjaan sedang dilaksanakan. Analisis pekerjaan bisanya diadakan pada tiga kesempatan, yaitu: 1. Pada saat organisasi pertama kali dibentuk dan program analisis pekerjaan

dimulai untuk pertama kalinya. 2. Pada saat dibuat pekerjaan yang baru. 3. Pada saat pekerjaan berubah secara signifikan akibat metode baru, prosedur

baru, teknologi baru. D. Terminologi Analisis Pekerjaan

Dilihat dari perspektif organisasi tujuan proses seleksi adalah menemukan individu kompeten yang mampu melaksanakan tugas dan aktivitas yang berhubungan dengan posisi yang sedang terisi, sehingga mengakibatkan adanya penekanan terhadap perilaku pegawai yang sedang memegang jabatan maupun yang bakal mendudukinya. Apabila organisasi ingin mampu menemukan seseorang yang dapat menunaikan pekerjaan dengan baik, maka pertama-tama organisasi tersebut harus memiliki deskripsi yang jelas dan spesifik apa yang akan dikerjakan tersebut.

Analisis pekerjaan (job analysis) adalah proses pengumpulan dan pemeriksaan atas aktivitas kerja utama di dalam sebuah posisi serta kualifikasi(keahlian, pengetahuan, kemampuan, serta sifat individu lainnya) yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Produknya berupa deskripsi tertulis dari persyaratan actual pekerjaan. Agar benar-benar memahami sebuah pekerjaan tertentu dan mampu melakukan komparasi di antara pekerjaan-pekerjaan, analisis pekerjaan harus mengetahui pekerjaan dapat dibagi-bagi ke dalam beberapa komponen dan ditata ke dalam sebuah herarki aktivitas-aktivitas pekerjaan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

270

Gambar 1.2: Herarki Aktivitas-Aktivitas Pekerjaan Elemen ( element ), adalah unit praktis terkecil yang ke dalamnya setiap aktivitas pekerjaan dapat dibagi-bagi lagi. Tugas (task ), adalah sebuah unit teridentifikasi dari aktivitas kerja yang dihasilkan melalui aplikasi perpaduan metode , prosedur, dan teknik. Kewajiban ( duty ), adalah beberapa tugas yang belainan yang dilaksanakan oeh individu untuk menyelesaikan suatu aktivitas kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Posisi (position ), adalah perpaduan kewajiban yang dibutuhkan oleh seseorang dalam menaikkan sebuah pekerjaan. Pekerjaan (job ), adalah sekelompok posisi yang agak serupa dalam hal elemen, tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang dicakup oleh deskripsi pekerjaan yang sama.

Keluarga Pekerjaan:

Profesional SDM

Jabatan: Spesialis kompensasi

Pekerjaan: Manajer gaji

Posisi:Administrator kebijakan

kompensasi

Kewajiban: pengolahan gaji

Tugas: membuat formulir gaji

Elemen: Menandatangani cek

Tanggung Jawab

271

Jabatan (occupation ), adalah perpaduan pekerjaan-pekerjaan di seluruh organisasi berdasarkan keahlian, upaya, dan tanggung jawab yang dibutuhkan oleh pekejaan. Contoh seorang manajer gaji dapat disebut koordinator tunjangan di organisasi lainnya kendatipun dia melakukan elemen, tugas, dan tanggung jawab yang sama. Kedua pekerjaan itu dapat dikelompokkan ke dalam jabatan spesialis kompenssi. Seseorang dapat saja memegang sebuah posisi, pekerjaan, dan jabatan sekaligus. Keluarga Pekerjaan (job family ), adalah pengelompokkan jabatan yang serupa. Spesialis kompensasi dapat digabungkan dengan jabatan lainnya dalam bidang SDM (missal spesialis penyusunan staf) dan ditempatkan ke dalam keluarga pekerjaan professional SDM. Deskripsi Pekerjaan (job description ), menjelaskan dalam bentuk tertulis: nama pekerjaan, tindakan yang akan dilakukan, dimana akan dilakukan, bagaimana cara melakukan. Walaupun format deskripsi pekerjaan sangat variatif, namun pada umumnya deskripsi pekerjaan berisi: nama pekerjaan, ringkasan deskripsi pekerjaan, daftar tugas dan tanggung jawab, dan penjelasan hubungan organisasional yang terkait dengan pekerjaan. Spesifikasi Pekerjaan (job specification ), merupakan standar manusianya dan menunjukkan kualitas yang diwajibkan bagi pelaksanaan yang dapat diterima. Spesifikasi pekerjaan menetapkan kualifikasi minimal yang dapat diterima yang ahrus dimiliki oleh pemangku jabatan untuk melaksanakan pekerjaan secara berhasil. Spesifikasi pekerjaan mengidentifikasi pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, sertifikasi, dan kemempuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif. Evaluasi Pekerjaan (job evaluation ), adalah proses yang sistematik dan berurutan untuk menentukan nilai sebuah pekerjaan dalam kaitannya dengan pekerjaan yang lain. Tujuan proses ini adalah menetapkan tingkat penggajian yang benar. E. Kompetensi Karyawan Kompetensi adalah apa yang dibawa oleh seseorang ke dalam pekerjaannya dalam bentuk dan jenis tingkatan perilaku yang berbeda yang harus dibedakan dari atribut tertentu (pengetahuan, keahlian, kepiawaian) yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai tugas yang berhubungan dengan dengan suatu pekerjaan. Penilaian kinerja didasarkan atas pemahaman pengetahuan, keahlian, kepiawaian dan perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik. Atribut dan kompetensi ditujukan untuk menetapkan kriteria. Atribut adalah suatu kualitas yang melekat pada diri seseorang atau sesuatu. Dalam manajemen kinerja istilah atribut mengacu pada apa yang perlu diketahui dan dapat dilakukan oleh seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan secara efektif. Oleh karena itu atribut terdiri dari pengetahuan, keahlian, kepiawaian yang merupakan masukan bagi kinerja suatu pekerjaan. Kompetensi mengacu pada dimensi perilaku dari sebuah peran-perilaku seseorang yang diperlukan untuk dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan. Kompetensi mencakup karakteristik perilaku yang dapat menunjukkan perbedaan antara mereka yang berkinerja tinggi menyangkut prestasi kerja. Kompetensi adalah apa yang dibawa seseorang ke dalam pekerjaannya dalam bentuk jenis dan tingkatan perilaku yang berbeda. Ini harus dibedakan dengan atribut tertentu (pengetahuan, keahlian, kepiawaian) yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai tugas yang berhubungan dengan pekerjaan. Berikut adalah contoh daftar kompetensi yang dipergunakan oleh Standard Chartered dalam manajemen kinerja organisasinya (Surya Dharma, 2010:103):

• Pengetahuan kerja dan profesionalitas • Kesadaran organisasi/konsumen

272

• Komunikasi • Keahlian inperpersonal • Kerja sama tim • Inisiatif/kemampuan beradaptasi/kreativitas • Keahlian-keahliah analitis/pengambilan keputusan • Produktivitas • Kualitas • Manajemen/pengawasan • Kepemimpinan

Kompetensi dapat bersifat generic secara universal, berlaku bagi semua manajer tanpa peduli apakah ia merupakan bagian dari organisasi yang sama,ataupun apa pekerjaan tertentu mereka. Mereka juga dapat bersifat generic secara organisasional, bias bersifat umum dan berlaku bagi seluruh staf, atau terfokus secara spesifik pada suatu jenis pekerjaan atau kategori karyawan seperti para manajer, ilmuwan, staf professional, ataupun staf administrasi. Secara alternative mereka juda dapat ditetapkan bagi suatu herarki jenis pekerjaan, atau pada beberapa kasus, semua pekerjaan staf, tingkat demi tingkat. Salah satu cara untuk menentukan perbedaan diantara mereka yang berkinerja tinggi dan yang berkinerja rendah adalah dengan mendapatkan indicator positif dan negative bagi tiap kompetensi, misalnya: jika kepemimpinan didefinisikan sebagai kegiatan membibing, memotivasi kepada para individu dan tim untuk mencapai tujuan, maka indicator yang dikategorikan positif bagi kepemimpinan antara lain:

• Mencapai tingkat kineja yang tinggi dari kelompok • Menentukan sasaran, rencana dan harapan secara jelas • Memantau kinerja secara terus menerus dan memberikan umpan balik yang

baik • Menjaga hubungan yang efektif dengan individu dan tim secara keseluruhan • Mengembangkan rasa memiliki tujuan bersama di dalam tim • Membangun moral dan secara efektif memotivasi individu, memberikan

pengakuan atas kontribusi mereka serta mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi mereka yang berkinerja kurang.

Sedangkan yang menjadi indicator negative adalah:

• Tidak dapat mencapai kinerja yang tinggi dari tim • Gagal mengklarifikasi sasaran atau standar kinerja • Tidak memberi perhatian yang cukup kepada kebutuhan individu dan kelompok • Tidak konsisten dalam memberi imbalan bagi kinerja yang baik dan mengambil

tindakan bagi mereka yang berkinerja buruk. Latihan:

1. Coba deskripsikan dimensi-dimensi pekerjaan itu apa saja ! 2. Terangkan bagaimana cara melakukan analisis pekerjaan ? 3. Deskripsikan perbedaan antara pekerja yang kompeten dengan pekerja yang

kurang kompeten !

273

KEGIATAN BELAJAR 2 REKRUTMEN DAN SELEKSI KARYAWAN

A. Standar Kompetensi Dan Indikator Kompetensi Dasar: memahami tata cara rekrutmen dan seleksi karyawan. Indikator:

• Mampu mendeskripsikan tujuan rekrutmen dan seleksi karyawan • Mampu mendeskripsikan pemilihan metode rekrutmen dan seleksi karyawan.

B. Rekrutmen Karyawan Rekrutmen merupakan serangkaian aktivitas pencarian tenaga kerja untuk menduduki posisi-posisi jabatan tertentu dan melakukan pekerjaan tertentu. Aktivitas rekrutmen dimulai pada saat calon tenaga kerja dicari dan berakhir saat lamaran mereka diserahkan. Melalui rekrutmen individu yang memiliki keahlian yang dibutuhkan didorong membuat lamaran untuk lowongan kerja yang tersedia. Hasil rekrutmen adalah sekumpulan pelamar kerja yang akan diseleksi untuk diterima/ditolak menjadi karyawan baru. Proses rekrutmen juga berinteraksi dengan aktivitas-aktivitas sumber daya manusia lainnya, terutama evaluasi kinerja, kompensasi, pelatihan dan pengembangan, dan hubungan karyawan. Sumber daya manusia sebuah organisasi merupakan sumber daya yang paling penting dan hanya dapat diperoleh melalui upaya rekrutmen dengan cara-cara yang efektif. Rekrutmen yang efektif memerlukan tersedianya informasi yang akurat dan berkesinambungan mengenai jumlah dan kualifikasi individu yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai pekerjaan dalam sebuah organisasi. Hubungan antara analisis pekerjaan, perencanaan kepegawaian, rekrutmen, dan seleksi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1: Hubungan Antara Analisis Pekerjaan, Per encananKepegawaian, Rekrutmen, dan Seleksi Tujuan Rekrutmen. Kegiatan rekrutmen menyisihkan pelamar yang tidak tepat dan memfokuskan upayanya pada calon yang akan dipanggil kembali. Kegiatan ini diharapkan juga dapat

Analisis Pekerjaan

Deskripsi Pekerjaan

Perencanaan Kepeg.

Rekrutmen

Seleksi

274

membangun opini publik yang menguntungkan dengan cara mempengaruhi sikap para pelamar sedemikian rupa terlepas mereka akan diterima atau tidak. Tujuan utama rekrutmen adalah menemukan pelamar-pelamar berkualifikasi yang akan bersama perusahaan dengan biaya yang paling ekonomis. Oleh karena itu individu yang underqualified yang belakangan tentunya akan diberhentikan, dan individu yang overqualified yang akan menderita frustasi dan meningggalkan organisasi tidak dapat diangkat menjadi pegawai. Tujuan pasca pengangkatan (posthearing goals), perlu pula dipikirkan, proses rekrutmrn harus menghasilkan karyawan yang merupakan pelaksana baik dan tetap akan bersama dengan perusahaan sampai jangka watu yang wajar. Tujuan lainnya adalah bahwa proses rekrutmen hendaknya mempunyai efek luberan (spillover effects), yakni citra umum organisasi harus menanjak, dan bahkan pelamar yang gagal haruslah mempunyai kesan positif terhadap perusahan dan produk-produk yang dihasilkan perusaan tersebut. Landasan program rekrutmen yang baik mencakup beberapa faktor berikut:

• Program rekrutmen memikat banyak pelamar yang memenuhi persyaratan. • Program rekrutmen tidak pernah mengkompromikan standar seleksi. • Berlangsung atas dasar yang berkesinambungan. • Program rekrutmen itu kreatif, imajinatif, inovatif

Tujuan rekrutmen tidak sekedar menghasilkan orang-orang tertentu untuk mengisi posisi-posisi pekerjaan yang lowong, namun lebih dari itu rekrutmen hendaklah selalu untuk memikat pelamar-pelamar yang kompeten bagi organisasi sehingga perlu ditentukan kualifikasi pelamar, diantaranya adalah kemampuan (ability), dan motivasi (motivation). Kemampuan mengacu pada kecocokan antara persyaratan pekerjaan dengan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan si pelamar, sedangkan motivasi merujuk pada kecocokan antara karakteristik pekerjaan dengan kepribadian, minat dan keinginan pelamar. Model untuk menentukan pelamar yang memenuhi kualifikasi/persyaratan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar

Gambar 2.2: Model untuk menentukan pelamar yang ber kualifikasi

Persyaratan

Pengetahuan

Keahlian

Pekerjaan

Individu

Karakteristik

Kepribadian

Minat

275

Proses Rekrutmen

Ada dua teori yang dapat digunakan untuk melakukan rekrutmen karyawan di

suatu organisasi, yaitu teori rekrutmen pencarian (prospecting theory of recruitment)

dan teori rekrumen pasangan (mating theory recruitment). Teori rekrutmen pencarian

sering diperlakukan seolah-olah sebagai sebuah proses satu arah (one way process)

sesuatu yang dilakukan perusahaan untuk mencari calon karyawan, sedangkan teori

rekrutmen pasangan, bahwa pada kenyataannya calon karyawan dan manajer mencari

organisasi sebagaimana halnya organisasi mencari mereka. Cara ke dua inilah yang

dipandang lebih realistik dalam melakukan rekrumen karyawan sebuah organisasi.

Keberhasilan rekrutmen (dari perspektif organisasi) dan keberhasilan pencarian

pekerjaan (dari perspektif calon karyawan) secara kritis tergantung pada penentuan

saatnya. Manakala terjalin kesesuaian antara upaya rekrutmen organisasional dengan

upaya pencarian kerja pelamar, maka kondisinya matang untuk bertemu.

Agar keberhasilan pencarian organisasi dan pelamar benar-benar bertemu,

maka tiga kondisi lainnya harus dipenuhi, yaitu:

• Harus ada media komunikasi yang lazim (misalnya organisasi mengiklankan di

media).

• Pelamar memandang adanya kecocokan antara karakteristik pribadinya dan

persyaratan pekerjaan organisasi

• Motivasi pelamar

Aktivitas rekrutmen tidak akan berjalan sampai seseorang dalam organisasi telah

menetapkan karyawan seperti apa yang dibutuhkan dan berapa jumlah yang

dibutuhkan. Proses rekrutmen meliputi:

• Penyususnan strategi rekrutmen

• Pencarian para pelamar kerja

• Penyisihan pelamar-pelamar yang tidak cocok

• Pengumpulan para pelamar

Proses rekrutmen dapat dibuatkan bagan seperti berikut:

276

Gambar 2.3: Proses Rekrutmen Strategi Rekrutmen Departemen sumber daya manusia secara luas bertanggung jawab hampir sebagian besar proses rekrutmen. Departemen ini merekomendasikan kebijakan kepada manajer puncak, menyususn strategi dan prosedur pengiklanan lowongan kerja, mengumpulkan informasi dari calon pelamar dan menyaring informasi dari sekumpulan pelamar, mengadakan evaluasi proses perekrutan. Manajer puncak dapat terlibat dalam penyusunan kebijakan umum rekrutmen seperti dimana akan merekrut, penetapan biaya, penentuan tujuan perjanjian kerja. Otorisasi rekrutmen karyawan dimulai dengan adanya surat permintaan pegawai (employee requition) yang berupa borang/formulir yang berisi informasi nama pekerjaan, tanggal mulai bekerja, jadwal gajian, dan ringkasan mengenai tugas pokok. Surat permintaan pegawai menjadi otorisasi formal untuk mengisi posisi. Manajer lini bertanggung jawab atas penyerahan surat permintaan pegawai sebagai langkah akhir dalam perencanaan sumber daya manusia. Surat permintaan pegawai haruslah menentukan tipe pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh karyawan baru (deskripsi pekerjaan) dan kualifikasi yang diperlukan agar mampu melaksanakan pekerjaan secara tepat. Perncanaan Rekrutmen Proses perencanaan rekrutmen bermula dari spesifikasi yang jelas dari kebutuhan sumber daya manusia (jumlahnya, pengetahuannya, keahliannya,

Perencanaan Rekrutmen

Surat permintaan karyawan baru

Rasio hasil

Strategi Rekrutmen

Dimana, Bagaimana, Kapan memikat calon pelamar

Sumber Rekrutmen

Internal, Ekternal, Pengaruh pasar tenaga kerja

Penyaringan

Menyisihkan yang tidak sesuai

Kumpulan Pelamar

Pengolahan informasi, pemberitahuan kpd pelamar

277

tingkatnya) dan tenggat waktu pemenuhan kebutuhan tersebut. Setelah organisasi mengidentifikasi berapa banyak orang yang perlu direkrut, strategi khusus perlu disusun untuk mengidentifikasi bagaimana karyawan akan direkrut, dari mana sumbernya, dan kapan harus direkrut. Tersedia beragam cara untuk membantu departemen sumber daya manusia menentukan bagaimana departemen ini memutuskan untuk mencari pelamar kerja. Agen penempatan tenaga kerja swasta dan iklan melalui berbagai media adalah beberapa cara yang paling popular saat ini untuk menarik orang yang akan direkrut. Di mana tempat merekrut Organisasi perlu merekrut di dalam wilayah di mana mereka akan mempunyai kemungkinan terbesar untuk berhasil. Meski pasar tenaga kerja lokal merupakan tempat terbaik untuk memulai upaya rekrutmen, perekrutan regional maupun nasional dapat saja diperlukan untuk posisi tertentu. Pasar tenaga kerja yang relevan untuk tenaga kerja kasar dan karyawan klerikal adalah pasar tenaga kerja lokal. Pasar tenaga kerja untuk karyawan teknis adalah pasar tenaga kerja regional, dan untuk karyawan manajerial dan professional adalah pasar tenaga kerja regional atau nasional. Posisi Masuk Keputusan strategik rekrutmen lainnya adalah di mana posisi masuk pertama kali (entry level) yang seharusnya di dalam herarki organisasional. Pada umumnya organisasi mempunyai dua posisi permulaan. Posisi entry level yang pertama adalah pada lapisan bawah sekali, misalnya posisi produksi atau operasi. Posisi entry level yang ke dua adalah pada aras manajemen yang lebih rendah, misalnya posisi penyelia tingkat satu atau dua. Pencarian Pelamar Jika rencana dan strategi rekrutmen telah disusun aktivitas rekrutmen yang sesunguhnya boleh berjalan. Pencarian pelamar dapat melibatkan metode rekrutmen tradisional, seperti iklan di berbagai media. Memikat Pelamar Komponen utama dari strategi rekrutmen organisasi adalah rencana pemikatan pelamar kerja. Organisasi seringkali menemui kesulitan dalam melakukan pemikatan pekerja yang di inginkan, khususnya karyawan yang sangat ahli, di pasar tenaga kerja yang sangat kompetitif. Humas Rekrutmen Rekrutmen organisasi terkait erat dengan program hubungan masyarakat. Kemampuan memikat pelamar yang memenuhi syarat dipengaruhi oleh kesan publiknya. Kebanggaan yang dirasakan oleh kalangan karyawan terhadap organisasi mereka dan komentar menyenangkan yang mereka dengar tentang organisasi dari publik memberikan kontribusi terhadap upaya rekrutmen. Perekrut yang Efektif Keberhasilan rekrutmen perusahaan sangat dipengaruhi oleh kompetensi perekrut dibandingkan faktor tunggal lainnya. Perekrut merupakan wakil perusahaan dan sebagai reprensentasi perusahaan, perekrut dipesepsikan sebagai contoh tipe orang-orang yang dikaryakan dan diinginkan oleh organisasi perusahaan di masa depan.

278

Pengaruh Pasar Tenaga Kerja Proses rekrutmen dipengaruhi oleh kondisi pasar tenaga kerja. Di saat perekonomian sedang bertumbuh pesat dan angka pengangguran rendah, perekrutan sangatlah sulit, sebaliknya saat perekonomian stagnan dan banyak pengangguran, organisasi dapat mendapatkan kumpulan pelamar yang banyak dengan cara yang efisien dan efektif. Pilihan yang Bersifat Jabatan Efektivitas strategi perekrutan sangat dipengaruhi oleh pilihan pribadi. Preferensi jabatan membatasi kemampuan perekrut memikat para pelamar untuk pekerjaan yang ditawarkan. Perekrut tidak dapat berharap memikat kalangan pelamar untuk pekerjaan yang tidak konsisten dengan pilihan pekerjaan dasar individu. Strategi rekrutmen yang agresif dapat menimbulkan hasil jangka pendek dalam memikat orang-orang supaya menjajaki pekerjaan baru, namun sekiranya pekerjaan baru itu tidak sesuai dengan sasaran karir pelamar, dia akan segera hengkang dari perusahaan. Penyaringan Setelah sekumpulan lamaran kerja diterima, maka harus segera disaring untuk menyisihkan individu-individu yang tidak memenuhi syarat dengan alasan yang dapat diterima. Kelompok Pelamar Kelompok pelamar (applicant pool) terdiri dari individu-individu yang telah menunjukkan minat dalam mengejar lowongan kerja dan mungkin merupakan kandidat yang laik untuk suatu posisi, organisasi harus segera mengolah informasi untuk mengambil keputusan. C. Seleksi Karyawan Seleksi (selection) adalah proses pemilihan dari sekumpulan pelamar yang telah memasukkan lamarannya dan paling memenuhi kriteria untuk diseleksi sesuai dengan posisi yang tersedia di dalam organisasi tersebut. Tujuan proses seleksi adalah untuk mencocokan orang dengan pekerjaannya secara benar. Jika individu overqualified atau underqualified, atau karena beberapa sebab tidak sesuai dengan pekerjaannya maupun organisasi, dia kemungkinan akan angkat kaki dari perusahaan. Walaupun beberapa putaran karyawan barangkali positif bagi organisasi, putaran itu menjadi sangat mahal. Tingkat putaran yang tinggi akan menghambat perusahaan mencapai kinerja yang unggul. Pentingnya Proses Seleksi Seleksi pelamar penting karena sebab-sebab berikut: Pertama , kenerja para manajer senantiasa tergantung sebagian pada kinerja para bawahan. Karyawan yang tidak memiliki kemampuan yang baik tidak akan dapat bekerja secara efektif yang akan mengganggu kinerja manajer. Kedua , seleksi yang efektif penting karena biaya perekrutan dan pengangkatan karyawan. Biaya pengangkatan seorang eksekutif sangat mahal, yang meliputi biaya-biaya wawancara, pengecekan referensi, perjalanan/relokasi. Ketiga, seleksi yang baik itu penting karena implikasi hukum dari pelaksanaannya secara serampangan. Legeslasi kesempatan kerja yang sama, ketentuan pemerintah, dan keputusan pengadilan mewajibkan perusahaan untuk secara sistematis mengevaluasi efektivitas prosedur seleksinya dalam rangka memastikan bahwa perusahaan tidak menjalankan praktik diskriminatif.

279

Metode Statistikal Dalam Seleksi Untuk mengetahui validitas karyawan yang diseleksi dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, maka manajemen perlu memahami dua metode statitikal, yaitu: analisis korelasi dan analisis regresi. Analisis korelasi untuk menentukan kuatnya hubungan anatar variabel, misalnya spesialis sumber daya manusia ingin mengetahui apakah kemampuan mekanis para karyawan berhubungan dengan kinerja pekerjaan mereka. Koefisien korelasi yang digunakan untuk menetapkan kuatnya hubungan antar variabel ini biasanya dengan menggunakan korelasi product moment dengan kisaran antara -1 sampaim dengan +1. tanda minus menunjukkan korelasi negatif dan tanda plus menunjukkan korelasi positif. Korelasi product moment hanya cocok untuk menggambarkan hubungan linear. Sementara untuk menggambarkan kuatnya pengaruh antar variabel digunakan analisis regresi linear. Pengaruh antar variabel disini biasanya bersifat kausal atau hubungan sebab akibat. Analisis regresi memampukan spesialis sumber daya manusia menggunakan hubungan yang diketahui di antara variabel-variabel untuk memprediksi perilaku individu di masa depan. Sekiranya ada korelasi diantara kemampuan mekanis dengan kinerja pekerjaan, maka spesialis sumber daya manusia dapat memakai analisis regresi untuk memprediksi kemampuan individu di masa depan sekiranya kemampuan mekanisnya diketahui. Kriteria Seleksi Kriteria seleksi digunakan untuk mengevalasi pelamar-pelamar pada posisi yang lowong. Kriteria seleksi adalah karakteristik yang berasal dari deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan. Perusahaan berharap memperoleh karyawan yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sehingga nantinya mampu berkinerja tinggi. Kriteria seleksi dapat dirangkum dalam beberapa kategori: pendidikan formal, pengalaman kerja, kondisi fisik, dan karakteristik kepribadian. Pendidikan formal . Perusahaan memilih dari sekumpulan pelamar kerja dan berharap dapat menemukan orang yang mempunyai kemampuan dan sikap yang tepat agar berhasil menduduki posisi yang tersedia. Atribut-atribut kognitif, gerak, fisik, dan antar pribadi ini ada karena predesposisi genetik dan dipelajari di rumah, di sekolah, di pekerjaan dst. Untuk kriteria, perusahaan cenderung menetapkan lamanya pendidikan formal dan jenis pendidikannya. Untuk jabatan akuntan misalnya perusahaan akan memilih sarjana akuntansi sebagai kriteria pendidikannya. Pengalaman/Kinerja Masa Lalu . Kriteria lainnya yang dapat dipakai adalah pengalaman dan kinerja masa lalu. Banyak spesialis seleksi yang mayakini, bahwa kinerja masa lalu di pekerjaan serupa dapat menjadi indikator terbaik dari kinerja di masa yang akan datang. Calon karyawan yang telah melakukan pekerjaan yang sama sebelumnya dan melamar pekerjaan yang serupa tentulah menggemari pekerjaan tersebut dan mampu bekerja dengan baik. Karakteristik Fisisk . Seleksi dengan persyaratan karakter fisik ini memang dianggap diskriminatif dan illegal, namun beberapa pekerjaan seringkali memerlukan kriteria ini, misalnya ketajaman penglihatan untuk seorang pilot pesawat terbang. Karakteristik Pribadi dan Tipe Kepribadian . Karakteristik pribadi meliputi status perkawinan, jenis kelamin, usia, dll. Beberapa perusahaan lebih memilih tenaga kerja yang sudah bekerja karena mereka berpandangan orang-orang yang sudah berkeluarga dapat menurunkan putaran karyawan. Perusahaan lainnya mungkin lebih memilih orang-orang yang lajang untuk beberapa jenis pekerjaan karena orang lajang lebih bersedia untuk transfer penugasan ke lain wilayah/luar negeri dengan jangka waktu yang lama dibandingkan dengan orang-orang yang sudah berkeluarga.

280

D. Elemen Dasar Proses Seleksi Proses seleksi seturut dengan tujuan organisasi, desain pekerjaan, dan penilaian kinerja karyawan serta aktivitas rekrutmen dan seleksi. Elemen mendasar dalam seleksi adalah penentuan tujuan organisasi. Manajemen dapat mempekerjakan orang-orang terbaik di pasar tenaga kerja, untuk pekerjaan tertentu sering mengangkat individu dengan gaji dan tunjangan yang tinggi, atau membayar upah minimal dan tidak menyikapi putaran karyawan dan ketidakpuasan menyangkut gaji, tunjangan, dan kondisi kerja. Perumus kebijakan harus menentukan bagaimana karyawan menyesuaikan diri terhadap seluruh kerangka acuan orgaisasi dan membina hubungan antar karyawan di dalam organisasi. Elemen kedua adalah merancang pekerjaan dengan menentukan kewajiban dan tanggung jawab yang akan dituntut setiap pekerjaan. Kinerja karyawan akan dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi mereka. Elemen ketiga mencakup pengukuran kesuksesan pekerjaan. Penentuan karyawan yang sukses akan menentukan karyawan jenis apa yang akan direkrut dan diseleksi di masa depan. Elemen keempat, spesifikasi pekerjaan berasal dari analisis pekerjaan yang menentukan karakter keahlian, dan latar belakang yang harus dimiliki individu supaya memenuhi persyaratan pekerjaan Akhirnya penyususn kebijakan harus menentukan paduan wawancara, tes atau teknik seleksi lainnya yang akan digunakan dalam proses seleksi. Alur di atas kalu digambarkan adalah sbb:

Gambar 2.4: Elemen Dasar Seleksi

Teknik Seleksi

Instrumen apa yg tersedia untuk

menentukan apakah pelamar memiliki

sifat,karakteristik dan keahlian yg

dibutuhkan?

Spesifikasi Pekerjaan

Sifat, keahlian, dan kualitas apa yg

berhubungan dengan kinerja yg berhasil?

Kriteria Keberhasilan Pekerjaan

Apa yg membedakan kinerja yang

berhasil dengan yg gagal dan bagaimana

keberhasilan itu diukur?

Desain Pekerjaan

Apa tugas dan tanggung jawab

karyawan, pekerjaan apa yg

dilaksanakan oleh karyawan?

Tujuan Organisasional

Mengapa organisasi dibentuk, apa

tujuan dan sasarannya ?

281

E. Proses Seleksi Seleksi bertujuan untuk manyaring pelamar yang dianggap tidak memenuhi persyaratan pekerjaan dan organisasi. Setiap langkah dalam proses seleksi haruslah dirancang untuk memperoleh informasi khusus yang berguna bagi pengambilan keputusan pengangkatan. Tahap-tahap proses seleksi yang biasanya digunakan adalah:

• Wawancara saringan pendahuluan • Pengisian formulir lamaran • Wawancara kerja • Tes seleksi • Pemeriksaan referensi dan latar belakang • Pemeriksaan fisik • Wawancara dengan penyelia • Keputusan pengangkatan

Tahap 1: Wawancara Saringan Pendahuluan Langkah pertama dalam proses seleksi adalah wawancara saringan pendahuluan (preliminary screening interview). Pelamar-pelamar yang tidak memnuhi syarat langsung disisihkan dengan rumusan kriteria bahwa seseorang tidak memenuhi syarat secara hati-hati. Alasan yang sering dilontarkan untuk menolak pelamar pada tahap ini adalah kurangnya pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang dibutuhkan. Pelamar yang tidak memiliki persyaratan pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan sertifikat pendidikan atau pelatihan akademik dikeluarkan dari kelompok pelamar dan segera diberitahu bahwa mereka tidak diperhitungkan untuk pekerjaan. Tahap 2: Pengisian Formulir Lamaran. Kalau seorang pelamar memenuhi secara kasar persyaratan pekerjaan yang tersedia, langkah berikutnya adalah pengisian formulir lamaran kerja. Formulir lamaran (application form) adalah catatan formal lamaran kerja seseorang. Pengisian formulir lamaran merupakan bagian dasar proses seleksi di hampir semua organisasi. Perusahaan harus mengevaluasi formulir/blanko lamaran untuk mengetahui apakah ada kecocokan antara pelamar dengan posisi pekerjaan yang lowong. Formulir lamaran berfungsi sebagai catatan aplikasi kepegawaian dan sebuah cara untuk menelusuri karakteristik pelamar manakala muncul lowongan kerja di masa mendatang. Formulir lamaran menanyakan, nama pelamar, alamat, pendidikan, nomor telephon, kewarganegaraan, dan kelaikan untuk pekerjaan yang dilamar. Formulir lamaran dapat berfungsi:

• Sebagai landasan wawancara kerja. • Sebagai alat verifikasi pengecekan referensi • Sebagai catatan personalia • Sebagai alat penyaring untuk menghasilkan penilaian menyeluruh, dimana

spesialis sumber daya manusia menelaah bobot umum setiap pelamar. Tahap 3: Wawancara Kerja Wawancara adalah interaksi verbal antara dua orang untuk tujuan tertentu. Wawancara kerja (job interview) merupakan percakapan formal dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan penerimaan pelamar, apakah pelamar nantinya dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, bagaimana kualitas pelamar dibandingkan dengan pelamar yang lain yang melamar pada posisi yang sama. Wawancara kerja bertujuan untuk mengukur kualitas yang tidak bisa diukur dengan metode lain, seperti sikap sosial, penampilan, kemampuan mengekpresikan diri secara

282

efektif. Wawancara dapat dilakukan dengan cara terstruktur, semi terstruktur, tidak terstruktur, tres, kelompok, dewan, dan wawancara keperilakuan. Tahap 4: Tes Seleksi Tes seleksi merupakan bagian integral dari proses seleksi. Tes seleksi sebagai alat untuk menilai kemungkinan kecocokan (match) antara pelamar kerja dengan persyaratan kerja. Tes ini merupakan ukuran yang obyektif dan terstandardisasi berkaitan dengan kecerdasan, minat, kemampuan, dan kepribadian. Jenis tes Seleksi 1. Tes kecerdasan umum (general intelligence) atau sering disebut juga tes

kemampuan mental (mental ability test) dirancang untuk mengungkap indikasi keseluruhan kapasitas mental. Beraneka macam pertanyaan dimasukkan ke dalam jenis tes ini, termasuk perbendaharaan kata, analogi, similaritas, aritmatika, dan informasi umum. Asumsi yang mendasari tes ini adalah kemampuan seseorang untuk meraih skor tinggi dalam tes sejenis ini mempunyai korelasi dengan kapasitasnya menimba pengetahuan baru, kapasitas melewati ujian, dan berhasil dalam pekerjaan.

2. Tes Psikologi (psychological test), mengukur kepribadian atau temperamen, namun tes ini kurang sahih karena hubungan antara kepribadian dan kinerja sering samara-samar bahkan tidak ada.

3. Tes Pengetahuan (knowledge test) adalah tes yang mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan. Tes ini bisa dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tes pengetahuan cuaca untuk seorang calon pilot pesawat atau tes pengetahuan matematika untuk calon seorang akuntan misalnya.

4. Tes Kinerja, (performance test) untuk mengukur pelamar melakukan satu bagian dari pekerjaan di mana mereka akan ditempatkan kelak. Misalnya tes mengetik utuk seorang calon juru ketik.

5. Tes Pencapaian (achievement test). Apabila perusahaan ingin mengangkat karyawan berpengalaman yang telah menguasai keahlian dan pengetahuan yang disyaratkan, ada baiknya perusahaan menyelidiki nilai tes pencapaian untuk mengevaluasi calon. Tes ini menilai sejauhmana seseorang telah belajar, karena mengukur perilaku saat ini tes pencapaian dapat menjadi predikator terbaik atas perilaku calon di masa yang akan datang.

6. Tes Kemampuan (aptitude test) Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan alamiah dalam disiplin tertentu, atau kemampuan mempelajari secara cepat atau memahami bidang khusus tertentu, mengungkapkan kecerdasan pada bidang atau disiplin tersebut. Tes kemampuan mengindikasikan kemampuan atau kecocokan seseorang untuk berhasil dalam aktivitas khusus apa saja. Aptitude test menilai kapasitas seseorang untuk belajar. Aptitude test yang spesial telah dirancang untuk memprediksi kesempatan yang dapat dipelajari oleh seseorang pada pekerjaan tertentu, karena setiap orang memiliki perbedaan yang signifikan dalam logika, matematika, dan kemampuan verbal.

Tahap 5: Pemeriksaan Referensi dan Latar Belakang

Sebelum perusahaan membuat keputusan hasil seleksi, biasanya terlebih dahulu diadakan penyelidikan latar belakang pelamar dengan melakukan pengecekan referensi mencakup penelitian pekerjaan sebelumnya, surat keterangan pendidikan, aktivitas kriminal dan karakter umum lainnya. Beberapa perusahaan kadang-kadang meminta surat rekomendasi dari perusahaan sebelumnya di mana dia bekerja.

Akurasi data formulir lamaran yang menyimpang dapat menjadi permasalahan yang nyata bagi perusahaan. Informasi yang mengecoh tentang pengalaman kerja sebelumnya, pendidikan dan ketrampilan kerja yang dimiliki diberikan oleh pelamar supaya mereka dapat diterima, maka dari itu salah satu tujuan dasar dari pengujian

283

referensi adalah memverifikasi segala sesuatu yang dinyatakan oleh pelamar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau dibuat-buat. Disamping itu tujuan yang kedua dari pengetesan referensi adalah berfungsi sebagai prediktor keberhasilan pekerjaan. Sebagaimana halnya data formulir lamaran, pengecekan referensi yang digunakan dengan cara ini menganggap bahwa kinerja masa lalu merupakan prediktor kinerja yang baik di masa yang akan datang. Tahap 6: Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik (physical examination) biasanya ditempatkan pada akhir proses seleksi. Hal ini dilakukan dalam rangka menghemat dana, karena mereka yang di tes hanya pelemar-pelamar yang sudah lolos tahap-tahap sebelumnya. Pemeriksaan fisik memainkan peranan yang penting dalam proses seleksi. Evaluasi medis terhadap fisik pelamar bertujuan untuk: • Menolak pelamar yang mempunyai kondisi fisik yang tidak memenuhi persyaratan

kerja yang tersedia. • Memperoleh catatan kondisi fisik pelamar pada waktu pengangkatan sebagai dasar

terhadap klaim atas kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di kemudian hari. • Menolak pelamar yang memiliki penyakit menular. • Menempatkan pelamar yang mempunyai keterbatasan fisik pada pekerjaan yang

hanya mungkin dilakukannnya. Tahap 7: Wawancara Dengan Penyelia

Wawancara akhir biasanya dilakukan dengan manajer lini atau penyelia yang terhadapnya pelamar terpilih akan melapor. Wawancara ini biasanya berlangsung setelah departemen sumber daya manusia mempersempit keputusan seleksi hingga ke tiga atau empat pelamar. Keputusan akhir pengangkatan akan terpulang pada manajer lini ini, kecuali jika pegawai yang diangkat itu harus melalui program pelatihan atau berkaitan dengan maalah minoritas dan mayoritas, maka pengangkatan biasanya desrahkan kepada departemen sumber daya manusia.

Terlepas siapapun yang mempunyai wewenang pengangkatan akhir, komitmen penyelia akan lebih tinggi sekiranya dia berpartisipasi dalam proses seleksi. Tatkala seorang penyelia merekomendasikan pengangkatan seseorang, hal ini akan menciptakan komitmen psikologis di dalam diri penyelia itu untuk memastikan keberhasilan karyawan. Jika karyawan gagal di kelak kemudian hari, maka penyelia lebih bertanggung jawab atas kegagalan tersebut. Tahap 8: Keputusan Pengangkatan.

Keputusan pengangkatan diambil setelah wawancara akhir dengan pelamar dan setelah departemen sumber daya manusia memberikan rekomendasi. Hampir di sebagian besar situasi, manajer atau penyelia adalah orang yang akan menjadi atasan pelamar yang akan mengambil keputusan pengangkatan final. Hal ini dikarenakan penyelia memiliki pengetahuan yang mendalam tentang departemen yang dipimpinnya, karyawannya dan pekerjaan yang mesti diisi. Penyelialah yang paling mampu memperkirakan kecocokan dan potensi setiap pelamar untuk menunaikan tugs yang akan diembannya. Dengan demikian masuk akal apabila penyelia atau atasan dilibatkan dalam proses seleksi dan mereka diserahi wewenang untuk emnentukan keputusan akhir dalam pengangkatan pegawai baru.

284

Langkah-Langkah Proses Seleksi itu Dapat Digambarkan sebagai Berikut:

Gambar 2.5: Langkah-Langkah Proses Seleksi Latihan: 1. Coba deskripsikan tujuan dari rekrutmen dan seleksi karyawan ! 2. Deskripsikan bagaimana cara memilih metode rekrutmen dan seleksi karyawan itu?

Telaah para pelamar

Simpan lamaran untuk

pertimbangan masa depan

Wawancara saringan

pendahuluan

Formulir lamaran

Wawancara kerja

Tes seleksi

Cek latar belakang

Pemeriksaan fisik

Wawancara penyelia

Tawaran pekerjaan

Pelamar menerima

Penempatan

Penolakan

Penolakan

Penolakan

Penolakan

Penolakan

Penolakan

Penolakan

Penolakan

Penolakan

Rekrutmen

kembali

Tawarkan kepada

pelamar yang lain

285

KEGIATAN BELAJAR 3 MENGEMBANGKAN SUMBER DAYA MANUSIA

A. Standar Kompetensi dan Indikator Kompetensi Dasar: Memahami cara mengembangkan sumber daya manusia. Indikator:

• Dapat mendeskripsikan cara melaksanakan pendidikan dan pelatihan karyawan.

• Dapat mendeskripsikan cara merencanakan pengembangan karier karyawan. B. Arti Pentingnya Pengembangan Karyawan Pencapaian efisiensi suatu organisasi sangat tergantung pada baik buruknya pengembangan karyawan organisasi itu. Perusahaan yang bertujuan mencari laba, tujuan ini dapat dicapai dengan baik jika karyawannya mendapat latihan-latihan pekerjaan sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaannya. Kegiatan pelatihan diperlukan baik untuk karyawan yang lama maupun karyawan yang baru diangkat. Karyawan baru dilatih agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik pada pekerjaan yang dihadapi, sedangkan karyawan lama dilatih untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi atau mereka akan dipromosikan pada jabatan baru. Latihan-latihan yang diberikan kepada para karyawan, mendorong para karyawan bekerja lebih keras karena telah mengetahui dengan baik tugas-tugas dan tanggung jawabnya sehingga berusaha mencapai tingkat moral kerja yang tinggi. Kesadaran para pengusaha akan arti pentingnya latihan bagi karyawan untuk dapat mengikuti adanya perubahan-perubahan teknologi yang akan dipakai mendorong peranan semakin penting. Perusahaan tidak akan segan mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk kegiatan pelatihan, karena menyadari bahwa karyawan adalah aset perusahaan yang akan memajukan perusahaan. Manajer-manajer yang efektif menyadari bahwa latihan adalah suatu proses yang berjalan secara terus menerus. Masalah-masalah baru, prosedur-prosedur baru, peralatan-peralatan baru, pengetahuan dan jabatan baru selalu muncul dalam suatu organisasi yang dinamis dan merupakan kebutuhan manajemen dalam memberikan intruksi-instruksi kepada para pekerja. B. Tujuan Pengembangan Karyawan Tujuan organisasi/perusahaan akan dapat dicapai dengan efektif apabila para karyawan dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan tepat, oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja karyawan perlu adanya kegiatan pengembangan karyawan. Perbaikan efektivitas kerja dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pengetahuan, ketrampilan maupun sikap karyawan terhadap tugas-tugasnya. Pengetahuan karyawan akan pelaksanaan tugas maupun pengetahuan umum yang mempengaruhi pelaksanaan tugas sangat menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas. Karyawan yang kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang kerjanya, terlebih karyawan baru hanya akan membawa pemborosan bagi perusahaan, baik itu pemborosan biaya maupun waktu. Pengetahuan dan ketrampilan saja belum cukup untuk menjamin suksesnya pekerjaan, namun sikap karyawan terhadap tugasnya juga berpengaruh besar terhadap kelancaran pelaksanaan pekerjaan. C. Pelatihan, Pengembangan dan Edukasi Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan atau sikap guna meningkatkan kinerja karyawan. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,

286

meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pengembangan (development) adalah penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi di dalam organisasi. Pengembangan berhubungan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk menunaikan pekerjaan yang lebih baik. Pengembangan berpijak pada fakta bahwa seorang karyawan akan membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang berkembang sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dihadapi. Pengembangan mempunyai lingkup yang lebih luas dan terfokus pada kebutuhan umum jangka panjang organiasi. Hasilnya bersifat tidak langsung dan hanya dapat diukur dalam jangka yang panjang. Pengembangan juga membantu para karyawan untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan di pekerjaannya akibat perkembangan pengetahuan dan teknologi, desain pekerjaan, pelanggan baru atau pasar produk baru. Pelatihan (training) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan ketrampilan karyawan (vocationally oriented) yang berlangsung di lingkungan organisasi. Pelatihan mempunyai tujuan jangka pendek dibandingkan dengan pendidikan. Program pelatihan dirancang dalam upaya membatasi kemungkinan respon karyawan hanya pada perilaku yang dikehendaki oleh perusahaan. Respon dianggap lebih efisien, aman atau hanya konsisten dengan tujuan atau filosofi perusahaan, misalnya terjadi kebakaran, maka karyawan dilatih untuk menggunakan tabung yang sudah siap sedia untuk memadamkan api. Pelatihan semacam ini akan membuat karyawan untuk bereaksi secara cepat jika terjadi sesuatu yang membahayakan perusahaan. D. Proses Pelatihan Karyawan-karyawan yang kompeten dapat disediakan melalui dua cara, yaitu: pertama : organisasi dapat menyeleksi orang-orang terbaik yang tersedia, kedua : orang-orang yang ada di dalam perusahaan dapat dilatih dan dikembangkan untuk mengerahkan potensi penuhnya. Pelatihan harus meningkatkan: efektivitas karyawan, kepuasan karyawan, memenuhi program kesempatan kerja yang sama dan mencegah keusangan karyawan. Diagnosis aspek situasi lingkungan dan organisasional serta nalisis pekerjaan merupakan langkah pertama dalam menyususn program pelatihan dan pengembangan. Tujuan Pelatihan: Tujuan pelatihan dapat dikelompokkan menjadi tujuh bidang, yaitu:

• Memperbaiki kenerja • Memutakhirkan keahlian sejalan dengan perkembangan teknologi • Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompeten dalam

pekerjaan • Membantu memecahkan masalah operasional • Mempersiapkan karyawan untuk dipromosikan ke jabatan lain • Mengorienasikan karyawan terhadap organisasi • Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Manfaat Pelatihan Beberapa manfaat yang bisa dirasakan dari kegiatan pelatihan dan pengembangan antara lain:

• Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas

287

• Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima

• Membentuk sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan • Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia • Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja • Membantu karyawan dalam meningkatkan dan mengembangkan pribadi

mereka Jenis Pelatihan Jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan di dalam organisasi antara lain:

• Pelatihan keahlian (skill training) • Pelatihan ulang (retraining) • Pelatihan lintas fungsional (cross functional training) • Pelatihan tim • Pelatihan kreativitas (creativity training)

F. Pengembangan Karier karyawan Karier (carreer) dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda. Satu perspektif yang memandang bahwa karier merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorng selama masa hidupnya, sementara perspektif yang lain membatasi karier adalah perubahan nilai-niali (karier yang obyektif), sikap dan motivasi yang terjadi dari seseorang (karier yang subyektif). Pengembangan karier (carreer development) meliputi manajemen karier (carreer mangenent) dan perencanaan karier (carreer planning). Pengembangan karier dalam sebuah organisasi membutuhkan pemeriksaan atas dua posisi, yaitu: bagaimana masing-masing orang merencanakan dan menerapkan tujuan kariernya dan bagaimana organisasi merancang dan menerapkan program pengembangan karier. Perencanaan karier adalah proses yang dilalui oleh individu (karyawan) untuk mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan kariernya. Perencanaan karier melibatkan pengidentifikasian tujuan yang berkaitan dengan karier dan penyusunan rencana untuk mencapai tujuan itu dengan melihat peluang yang realistik. Melalui perencanaan karier, seseorang mengevaluasi kamampuan dan minatnya, mempertimbangkan kesempatan karier alternatif, menyusun tujuan karier, dan merencanakan aktivitas pengembangan praktis. Elemen-elemen perencanaan karier itu bila digambarkan adalah sebagai berikut:

288

Gambar 3.1: Elemen-elemen perencanaan karier. Manajemen karier adalah suatu proses yang dilakukan oleh organisasi untuk memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan karyawan guna menyediakan orang-orang yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Tahap pengembangan karier dimulai dari karier awal (early carreer) yang sering diwarnai dengan frustasi, ketidak puasan, penyelia yang tidak kompeten, insensitivitas terhadap politis organisasi dan lain sebagainya, berlanjut pada karier pertengahan dan berhenti pada karier akhir. Latihan:

1. Coba anda deskripsikan cara melaksanakan pendidikan dan latihan karyawan ! 2. Deskripsikan bagaimana cara merencanakan pengembangan karier karyawan?

Tujuan dan Strategi

Perencanaan SDM

Perencanaan Karier Organisasi

Kebutuhan: orang-orang, waktu, keahlian. Jalur Karier: ke atas, ke bawah, lateral

Sesuai

Perencanaan Karier Individu

Tujuan, kebutuhan, keahlian, kemampuan

Pengalaman

Pendidikan

Pengharapan

289

KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 KOMPENSASI KARYAWAN

A. Standar Kompetensi dan Indikator Kompetensi Dasar: Memahami cara menghitung kompensasi karyawan Indikator:

• Mendeskripsikan cara menentukan kompensasi karyawan • Mendeskripsikan penetapan tujuan kompensasi • Mendeskrisikan cara menentukan sistem kompensasi

B. Kompensasi Pengelolaan kompensasi merupakan fungsi penting di dalam organisasi dan biasanya merupakan bagian dari tanggung jawab departemen sumber daya manusia. Kompensasi meliputi imbalan finansial dan jasa nirwujud serta tunjangan yang diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada organisasi. Kompensasi merupakan terminologi luas yang berhubungan dengan imbalan finansial yang diterima oleh pegawai/karyawan suatu organisasi. Terminologi kompensasi meliputi: upah dan gaji, insentif, tunjangan, fasilitas. C. Tujuan Kompensasi Organisasi memiliki beberapa tujuan dalam merancang sistem kompensasi. Spesialis sumber daya manusia harus memikirkan tujuan sistem dan apa kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan. Esensinya, tujuan setiap organisasi dalam merancang sebuah sistem kompensasi haruslah untuk memikat dan mempertahankan karyawan-karyawan yang cakap, disamping memotivasi dan mematuhi semua peraturan yang ada. Tujuan kompensasi itu akan menunjang operasi yang menguntungkan, kontinuitas, dan meredam kekacauan. Program kompensasi yang baik akan dapat berbuat banyak untuk memenuhi tujuan-tujuan itu. Perspektif sumber daya manusia dari pemberian kompensasi mengutamakan peran sentral yang dimainkan oleh orang-orang dalam semua aktivitas organisasi. Tujuan kompensasi melayani beberapa maksud. Pertama tujuan mengarahkan desain sistem gaji (misal gaji untuk kinerja) dan unsur-unsur sistem gaji (misal insentif). Kedua , tujuan menjadi standar evaluasi keberhasilan sistem gaji. D. Menyususn Level Gaji Berbicara masalah konsekuensi keputusan gaji, perlu diingat bahwa karyawan mengevaluasi gaji mereka relatif terhadap gaji karyawan lain. Teori kepatutan menyatakan bahwa orang mengevaluasi keadilan situasi mereka dengan membandingkan dengan situasi yang diterima orang lain. Menurut teori ini orang membandingkan rasio hasil yang dirasakan (gaji, tunjangan, kondisi kerja) terhadap input yang dirasakan (usaha, kemampuan, pengalaman) dengan rasio perbandingan orang lain. Semua organisasi sudah pasti akan menghadapi dua tantangan penting dalam menentukan gaji karyawan: kompetisi pasar produk dan kompetisi pasar tenaga kerja. Kompetisi Pasar Produk Organisasi harus bersaing efektif dalam pasar produk, mereka harus mampu menjual barang dan jasa dalam jumlah dan harga yang akan menghasilkan return yang memadai atas investasi yang dilakukan. Organisasi bersaing dalam ragam dimensi (kualitas, layanan, dsb.), dan harga adalah salah satu dimensi paling penting. Salah satu aspek yang paling penting yang mempengaruhi harga adalah biaya produksi.

290

Suatu organisasi dengan biaya tenaga kerja lebih tinggi dibanding pesaing produknya harus menetapkan rerata harga produk lebih tinggi dengan kualitas yang sama. Dengan demikian jika (semisal) biaya tenaga kerja adalah 30 persen dari pendapatan di perusahaan A dan perusahaan B, tetapi perusahaan A memiliki biaya tenaga kerja yang 20 persen lebih tinggi disbanding perusahaan B, maka perusahaan A harus menetapkan harga produk tersebut 6 peren lebih tinggi (0,3 x 0,2). Pada titik tertentu harga lebih tinggi yang ditetapkan perusahaan A ini akan berimbas pada kerugian bisnis karena kalah bersaing dengan perusahaan yang menetapkan harga lebih rendah (seperti perusahaan B). Kompetisi pasar produk meletakan batas atas pada biaya tenaga kerja dan kompensasi. Batas ini lebih ketat lagi ketika biaya tenaga kerja andil dalam total biaya dan ketika permintaan produk dipengaruhi oleh perubahan harga (permintaan yang elastis). Komponen utama yang menyusun biaya tenaga kerja adalah biaya rata-rata per karyawan. Komponen ini tersusun atas pengeluaran langsung (upah, gaji, bonus) serta pengeluaran tidak langsung (askes, jamsostek, kompensasi tunakarya). Kompetisi Pasar Tenaga Kerja Tantangan lain dalam pasar kompetitif adalah kompetisi tenaga kerja. Kompetisi ini merupakan jumlah yang harus dibayar organisasi untuk bersaing dengan perusahaan lain yang mengangkat karyawan yang sama. Pesaing ini umumnya tidak hanya perusahaan yang memiliki produk yang sama, tetapi juga yang ada di pasar produk berbeda yang mengangkat tipe karyawan yang sama. Jika sebuah organisasi tidak kompetitif di pasar tenaga kerja, ia akan gagal menarik serta mempertahankan karyawan dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Misalnya, meski sebuah perusahaan komputer menawarkan gaji yang sama terhadap insinyur listrik fresh graduate dibanding perusahaan pembuat komputer lainnya, namun jika perusahaan otomotif dan pesaing lain menawarkan gaji $5000 lebih tinggi, perusahaan komputer tersebut mungkin gagal mendapatkan cukup insinyur yang berkualifikasi. Kompetisi pasar tenaga kerja meletakkan batas bawah pada level gaji. Karyawan Sebagai Sebuah Sumber Daya Karena organisasi harus bersaing dalam pasar tenaga kerja, mereka harus memperlakukan karyawannya tidak saja sebagai sebuah biaya, tetapi juga sebagai sumber daya tempat perusahaan menggantungkan kembalian investasinya (ROI). Kendati pengendalian biaya akan berdampak langsung pada kemampuan organisasi untuk bersaing dalam pasar produk, posisi kompetitif organisasi dapat terancam jika biaya dibuat rendah dengan mengorbankan kualitas dan produktivitas karyawan. Biaya tenaga kerja yang tinggi dibanding perusahaan pesaing tidak lantas berarti buruk jika perusahan memiliki angkatan kerja terbaik dan paling efektif yang akan menghasilkan lebih banyak produk dengan kualitas yang memadai. Program dan kebijakan gaji adalah salah satu alat SDM untuk mendorong perilaku karyawan yang menguntungkan dan menghambat yang tidak diinginkan. Oleh karena itu kebijakan tersebut harus dievaluasi, tidak saja dari segi biaya tetapi juga return yang dihasilkan, bagaimana kebijakan tersebut menarik, mempertahankan dan memotivasi angkatan kerja yang berkualitas. Menentukan Apa yang Patut Mendapat Bayaran Kendati organisasi menghadapi tekanan pasar produk dan tenaga kerja eksternal dalam menentukan level gaji mereka, namun masih ada celah yang tersisa. Seberapa luas celah dimaksud akan sangat tergantung pada lingkungan persaingan yang dihadapi. Jika cukup longgar, maka keputusan strategis yang dapat diambil adalah membayar di atas, sama dengan, atau di bawah rerata pasar. Keuntungan membayar di atas rerata pasar adalah perusahaan mampu menarik dan

291

mempertahankan bakat-bakat terbaik sehingga dapat menciptakan angkatan kerja yang produktif dan efektif, kosekuensinya adalah biaya meningkat. Dalam kondisi yang bagaimana manfat gaji yang tinggi mampu menutup atau melampaui biaya yang tinggi ? Menurut teori upah efisiensi (efficiency wage theory) salah satu kondisinya adalah ketika organisasi memiliki teknologi atau struktur yang bergantung pada karyawan yang sangat terlatih. Misalnya organisasi yang menekankan pengambilan keputusan terdesentralisasi pasti memerlukan karyawan-karyawan kaliber tinggi. Kondisi lainnya adalah ketika organisasi susah mengamati dan memantau kinerja karyawan. Oleh karena itu organisasi harus memberlakukan tingkat gaji yang melebihi pasaran untuk memastikan karyawan bekerja secara maksimal. Survei Gaji Pasar Agar mampu bersaing mendapatkan bakat-bakat di pasar, organisasi harus menggunakan benchmarking (tolok ukur) yang merupakan sebuah prosedur di mana organisasi membandingkan praktik di perusahaannya dengan praktik yang terjadi di perusahaan pesaing. Dalam manajemen kompensasi, benchmarking kompetisi pasar produk dan pasar tenaga kerja umumnya dilakukan melalui penggunaan satu atau lebih survei gaji yang memberikan informasi mengenai tingkat gaji yang berlaku di antara organisasi-organisasi yang bersaing. Penggunaan survei gaji memerlukan jawaban terhadap pertanyan:

• Karyawan apa yang harus disertakan dalam survei ? Idealnya mereka adalah pesaing pasar produk dan pasar tenaga kerja terpenting.

• Pekerjaan apa yang harus disertakan dalam survei agar mampu mewakili segi level, area fungsional, dan pasar produk. Isi pekerjaan juga harus setara.

• Jika digunakan survei ganda, bagaimana pembobotan semua tingkat gaji dan penggabungannya ? Organisasi kerapkali harus menimbang dan menggabungkan tingkat gaji karena beragam survei ditujukan pada kelompok karyawan tertentu (pasar tenaga kerja) atau pasar produk tertentu. Organisasi harus menentukan bobot relatif pesaing pasar produk dan pasar tenaga kerjanya dalam menentukan gaji.

Beberapa faktor mempengaruhi keputusan tentang bagaimana menggabungkan survei. Perbandingan pasar produk yang fokus pada biaya tenaga kerja layak mendapatkan bobot lebih tinggi ketika:

• Biaya tenaga kerja mempresentasikan bagian besar dari total biaya. • Permintaan produk bersifat elastis. • Penewaran tenaga kerja bersifat inelastis. • Skil karyawan bersifat spesifik terhadap pasar produk (dan tetap akan

demikian). Sebaliknya perbandingan pasar tenaga kerja akan lebih penting ketika:

• Menarik dan mempertahankan karyawan berkualitas lebih sulit. • Biaya perekrutan tenaga pengganti lebih mahal.

Kisaran Tarif Memperoleh satu tarif yang berlaku dari gaji pasaran merupakan tugas kompleks yang melibatkan sejumlah keputusan subjektif. Begtu suatu tarif pasar dipilih bagaimana penggabungannya ke dalam struktur gaji. Tipikalnya, terutama untuk pekerjaan halus, hal itu digunakan untuk menetapkan titik tengah kisaran gaji bagi pekerjaan ataupun golongan gaji. Penggunaan kisaran tarif memungkinkan suatu perusahaan untuk mengenali perbedaan kinerja (karyawan, senioritas, pelatihan, dst) di dalam penetuan gaji individual, namun untuk pekerjaan kasar, bisa jadi ada semacam satu tarif gaji tunggal bagi semua karyawan di dalam suatu pekerjaan.

292

Pekerjaan Kunci dan Nonkunci Dalam menggunakan survei gaji, perlu dibedakan antara dua tipe pekerjaan umum: pekerjaan kunci (key jobs) atau pekerjaan tolok ukur dengan pekerjaan non kunci (nonkey jobs). Pekerjaan kunci memiliki muatan yang relatif stabil dan sudah menjadi hal yang umum di berbagai organisasi. Oleh karena itu dimungkinkan kita memperoleh data survei gaji pasar menyangkut pekerjaan tersebut. Namun untuk menghindari banyaknya hambatan administratif perlu diperhatikan bahwa organisasi tidak boleh menghimpun data gaji pasar pada semua pekerjaan. Berbeda pekerjaan kunci, pekerjaan nonkunci bersifat unik dalam organisasi sehingga tidak dapat dinilai atau dibandingkan langsung melalui penggunaan survei pasar. Oleh karena itu pekerjaan ini diperlakuan secara berbeda dalam proses penetapan gaji. Menyusun Struktur Pekerjaan Karyawan melakukan evaluasi gaji mereka dengan menggunakan perbandingan internal. Struktur kerja didefinisikan sebagai nilai relatif dari beragam pekerjaan dalam organisasi berdasarkan tipe-tipe perbandingan internal. Evaluasi Kinerja Salah satu untuk mengukur nilai pekerjaan internal adalah menggunakan prosedur administratif yang disebut dengan evaluasi kerja (job evaluation). Sistem ini tersusun dari compensable factor dan skema pembobotan berdasarkan kepentingan dari setiap compensable factor. Compensable factor adalah karakteristik pekerjaan yang dinilai dan dibayar oleh organisasi. Karakteristik ini dapat multi kompleksitas pekerjaan, kondisi kerja, pendidikan yang diperlukan, pengalaman yang diperlukan dan tanggung jawab. Sistem Faktor Poin Setelah membuat skor untuk tiap compensable factor dalam tiap pekerjaan, penilai kerja sering menggunakan skema pembobotan untuk menilai tingkat kepentingan compensable factor bagi organisasi. Bobot ini bisa ditentukan melalui dua cara. Pertama memberikan semacam bobot apriori, yang berarti faktor-faktor yang ditimbang dengan menggunakan penilai ahli menyangkut tingkat kepentingannya. Kedua , bobot bisa diperoleh secara empiris berdasarkan seberapa penting setiap faktor itu dalam menentukan gaji di pasar tenaga kerja. Tabel 4.1: Contoh Sistem Evaluasi Kerja Tiga Faktor

Jabatan

Compensable Factor Total Pengalaman Pendidikan Kompleksitas

Operator Komputer

40

30

40

110

Pemrograman Komputer

40

50

65

155

Analis Sistem 65 60 85 210 Perhatikan pada tabel 4.1, bahwa pekerjaan tersebut memiliki perbedaan dalam hal level pengalaman, pendidikan dan kompleksitas yang diperlukan. Penjumlahan skor pada ketiga compensable factor akan menghasilkan penilaian pada pekerjaan relatif yang berorientasi internal. Pekerjaan pemrograman komputer bernilai 41% (155/110 -1) lebih tinggi disbanding operator komputer, dan analis sistem bernilai 91% (210/110 – 1) lebih banyak ketimbang operator komputer. Berapapun level gaji yang dipilih

293

(berdasarkan strategi bersaing dan benchmarking), kita dapat menduga perbedaan gajinya mendekati persentasi ini, namun evaluasi pekerjaan internal dan ukuran niali berbasis survei eksternal bisa berbeda. Tingkat dan Struktur Gaji Tingkat gaji (wage levels) dari yang nasional sampai yang lokal menunjukkan jumlah uang yang diperoleh rata-rata pekerja di dalam daerah geografis atau di dalam organisasinya. Kebijakan tingkat gaji yang sehat diharapkan memnuhi tiga tujuan, yaitu:

• Menarik suplai tenaga kerja yang memadai. • Mempertahankan para karyawan • Meminimalkan tingkat putaran karyawan

Struktur gaji (wage structure) adalah hubungan gaji diantara pekerjaan-pekerjaan yang berbeda dalam sebuah organisasi. Aspek kunci dalam struktur gaji adalah ukuran perbedaan di antara pekerjan-pekerjaan. Struktur gaji dianggap adil secara internal jika struktur itu membayar lebih banyak untuk pelaksanaan pekerjaan yang:

• Membutuhkan pengetahuan dan keahlian yang lebih tinggi untuk pelaksanaannya

• Dilakukan di bawah kondisi yang kurang dikehendaki • Memberikan kontribusi yang besar terhadap organisasi

Beberapa organisasi semata-mata bergantung pada survei gaji untuk mengambil keputusan struktur gaji, namun demikian survei kompensasi saja belum memadai karena organisasi biasanya memiliki pekerjaan yang unik di samping pekerjaan dengan tugas khas yang tidak dapat dianalisis melalui survei komppensasi. Banyak organisasi yang telah membuat struktur gaji yang dapat meningkatkan objektivitas keputusan penggajian. Struktur ini dapat diterapkan terhadap para karyawan berdasarkan jam kerja maupun gaji bulanan. Table 4.2: Evaluasi Kerja dan Data Survei Gaji Pekerj

aan Pekerjaan

Kunci Jabatan Evaluasi

Kerja Survei 1

(S1) Survei 2

(S2) Survei

Gabungan 1 Y Operator computer 110 2.012 1.731 1.919 2 Y Teknisi perekayasaan I 115 2.206 1.908 2.106 3 Y Pemrograman computer 155 2.916 2.589 2.807 4 N Teknisi perekayasan II 165 - - - 5 N Analis kompensasi 170 - - - 6 Y Akuntan 190 3.613 3.099 3.442 7 Y Analis system 210 4.275 3.854 4.134 8 N Pemrograman komp. Senior 225 - - - 9 Y Direktur personal 245 4.982 4.506 4.823

10 Y Akuntan senior 255 5.205 4.270 4.893 11 Y Analis system senior 270 5.868 5.652 5.796 12 Y Insinyur industri 275 5.496 4.794 5.262 13 N Akuntan kepala 315 - - - 14 Y Insinyur senior 320 7.026 6.572 6.875 15 N Ilmuwan senior 330 - - -

Sumber: Raymond dkk: 61 Ket: Survei gabungan = 2/3(S1) +1/3(S2). Pada tabel 4.2 terdapat 15 pekerjaan, 10 diantaranya merupakan pekerjaan kunci. Untuk pekerjaan kunci tersedia data evaluasi kerja dan survei gaji, sedangkan pekerjaan nonkunci tidak tersedia data survei namun tersedia informasi evaluasi kerja.

294

Kita hanya menghitung data dari dua survei gaji dan digunakan rerata tertimbang yang menghasilkan bobot dua kali lipat survei 1. contoh kasus ini juga menggunakan struktur tunggal. Bagaimana data pada tabel 4.2 di atas dikombinasikan untuk menyusun struktur gaji ? Pertama perlu diperhatikan bahwa perbandingan internal dan eksternal harus dipertimbangkan dalam menetapkan keputusan kompensasi, namun karena struktur gaji yang dinyatakan oleh perbandingan internal dan eksternal tidak selalu bertemu, perusahaan harus menyeimbangkannya secara hati-hati. Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan bisa memiliki perbedaan signifikan dalam hal derajat penetapan prioritas data perbandingan internal atau eksternal dalam menyususn struktur gaji. Ada tiga pendekatan penetapan gaji yang bisa diidentifikasi yang berbeda-beda menurut penekanannya pada perbandingan internal atau eksternal. Data Survei Pasar Pendekatan yang memberikan penekanan terbesar pada perbandingan ekternal (data survei pasar) dicapai dengan langsung mendasarkan gaji pada survei pasar yang mencakup sebanyak mungkin pekerjaan kunci. Tabel 4.3: Titik Tengah Gaji Dalam Berbagai Pendeka tan

Pekerjaan

Pekerjaan

Kunci

Jabatan

Evaluasi

Kerja

Survei 1+Kebijakan

Kebijakan Titik Tengah

Gaji

Golongan

1 Y Operator computer 110 1.919 1.835 2.175

2 Y Teknisi perekayasaan I 115 2.106 1.948 2.175

3 Y Pemrograman computer

155 2.807 2.856 3.310

4 N Teknisi perekayasan II 165 3.083 3.083 3.310

5 N Analis kompensasi 170 3.196 3.196 3.310

6 Y Akuntan 190 3.442 3.650 3.310

7 Y Analis system 210 4.134 4.104 4.444 8 N Pemrograman komp.

Senior 225 4.444 4.444 4.444

9 Y Direktur personal 245 4.823 4.898 4.444

10 Y Akuntan senior 255 4.893 5.125 5.579 11 Y Analis system senior 270 5.796 5.465 5.579

12 Y Insinyur industri 275 5.262 5.579 5.579

13 N Akuntan kepala 315 6.486 6.486 6.713

14 Y Insinyur senior 320 6.875 6.600 6.713 15 N Ilmuwan senior 330 6.826 6.826 6.713

Sumber: Raymond dkk.:62 Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat gaji pekerjaan 1 sebesar 1.919; pekerjaan 2 sebesar 2.106; pekerjaan 3 sebesar 2.807 (pekerjaan kunci), sedangkan pekerjaan nonkunci (4, 5, 8, 13, 15), informasi gaji tidak tersedia, dan organisasi harus memprosesnya secara berbeda. Pada dasarnya organisasi menyusun semacam garis kebijakan gaji (pay policy line) pasar berdasarkan pekerjaan kunci (yang tersedia data survei gaji pasar dan evaluasi kerja). Garis ini dapat dihasilkan dengan menggunakan pengolahan secara statistik (analisis regresi). Dari data di atas menghasilkan persamaan regresi -661 + 22,69 x poin evaluasi kerja. Dengan demikian perkiraan gaji bulanan (berdasarkan penyesuaian garis terhadap data pekerjaan kunci) diperoleh dengan memasukkan jumlah poin evaluasi kerja ke dalam persamaan regresi tersebut. Misalnya pekerjaan 4, gaji bulanannya dapat dihitung: -661 + 22,69 x 165 = 3.083. Organisasi tidak

295

selamanya perlu menyesuaikan garis lurus terhadap data survei gaji dan evaluasi kerja. Pada beberapa kasus struktur gaji yang memberikan kenaikkan reward kepada level pekerjaan yang lebih tinggi mungkin lebih sesuai dengan tujuan organisasi ataupun pasar eksternal. Garis Kebijakan Gaji

Kedua , dalam penetapan gaji yang menggabungkan informasi dari perbandingan internal dan eksternal adalah penggunaan garis kebijakan gaji untuk memperoleh tingkat gaji baik untuk pekerjaan kunci maupun nonkunci. Pendekatan ini berbeda dengan yang pertama karena tarif di pasar sebenarnya tidak lagi digunakan untuk pekerjaan kunci. Hal ini memasukksn tingkat konsistensi internal yang lebih tinggi ke dalam struktur gaji, karena gaji semua pekerjaan terkait langsung dengan jumlah poin evaluasi kerja. Golongan Gaji Pendekatan ketiga mengelompokkan pekerjaan ke dalam kelas-kelas gaji atau yang umum disebut dengan golongan gaji. Dari tabel 4.3 dapat dikelompokkan menjadi lima golongan gaji (lihat kolom terakhir). Tabel 4.4: Contoh Struktur Golongan Gaji

Golongan gaji

Kisaran poin minimum

Evaluasi kerja

maksimum

Kisaran Tarif Gaji Bulanan Minimum Titik tengah Maksimum

1 100 150 1.740 2.175 2.610 2 150 200 2.648 3.310 3.971 3 200 250 3.555 4.444 5.333 4 250 300 4.463 5.579 6.694 5 300 350 5.370 6.713 8.056

Sumber: Raymond, 2011: 64 Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tiap pekerjaan di dalam suatu golongan akan memiliki kisaran gaji yang sama (yaitu akan diberi poin minimum, tengah, maksimum). Keunggulan dari pendekatan ini adalah kendala administratif penetapan tingkat gaji dari ratusan bahkan ribuan pekerjaan jauh berkurang. Sistem ini juga memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam memindahkan karyawan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya tanpa menimbulkan masalah, misalnya beralih dari pekerjaan yang poin evaluasinya 230 ke pekerjaan yang poin evaluasinya 215. apa yang mungkin terlihat sebagai penurunan pangkat dalam sistem yang sepenuhnya berbasis pekerjan tidak akan menjadi masalah dalam sistem golongan gaji. Perhatikan bahwa sebaran jangkauan (range spread) jarak antara titik minimum dengan titik maksimum makin besar pada level pekerjaan yang lebih tinggi karena perbedaan kinerja pada level ini cenderung memiliki dampak yang lebih banyak terhadap organisasi. Kelemahan dari sistem golongan gaji adalah sebagian pekerjaan akan dibayar kurang, sedangkan pekerjaan lainnya dibayar lebih. Misalnya, pekerjaan 3 dan 6 berada dalam satu golongan. Poin tengah pekerjaan 3 adalah 3.310 per bulan atau sekitar 400 lebih banyak dibanding dua sistem lainnya (non golongan). Latihan:

1. Deskripsikan bagaimana cara menentukan kompensasi karyawan ? 2. Jelaskan tujuan dari kompensasi karyawan ! 3. Deskripsikan bagaimana cara menentukan sistem kompensasi karyawan !

296

KEGIATAN BELAJAR V PENILAIAN KINERJA KARYAWAN

A. Standar Kompetensi dan Indikator Kompetensi dasar: memahami cara-cara mengevaluasi karyawan. Indikator:

• Mampu mendeskripsikan tujuan penilaian kinerja karyawan • Mampu mengungkapkan metode pengukuran kinerja karyawan

B. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan. Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan terhadap organisasi selama periode waktu tertentu. Umpan balik kinerja (performance feedback) memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik mereka bekerja dibandingkan dengan standar kerja yang sudah ditetapkan oleh organisasi. Dalam organisasi modern penilaian kinerja merupakan mekanisme penting bagi manajemen untuk menjelaskan tujuan dan standar kinerja dan motivasi kenerja individu. Penilaian kinerja menjadi basis bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan, transfer, dan kondisi kepegawaian lainnya. Penilaian kinerja secara keseluruhan merupakan proses yang berbeda dari evaluasi pekerjaan (job evaluation). Penilaian kinerja berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, sedangkan evaluasi pekerjaan menentukan seberapa tinggi harga sebuah pekerjaan bagi organisasi, dan dengan demikian pada kisaran berapa gaji sepatutnya diberikan kepada pekerjaan itu. Tujuan Penilaian Kinerja Penyelia merupakan bagian yang paling integral dari proses penilaian kinerja, namun banyak penyelia yang mengeluh karena penilaian perilaku karyawan merupakan tugas yang paling susah dan tidak menyenangkan yang harus mereka lakukan. Lalu mengapa manajemen harus melakukan penilaian kinerja jika memang aktivitas ini merupakan proses yang susah dan tidak menyenangkan. Ada beberapa tujuan penting dari program penilaian kinerja yang tidak dapat dicapai oleh metode yang lain. Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk menghasilkan informasi yang akurat dan sahih berkaitan dengan perilaku dan kinerja karyawan yang akan menaikkan nilai organisasi. Kendati semua organisasi sama-sama memiliki tujuan utama untuk sistem penilaian kinerja, namun terdapat variasi yang cukup besar dalam penggunaan khusus yang dibuat organisasi atas informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja mereka. Tujuan khusus itu dapat digolongkan ke dalam dua golongan besar, yaitu: (1) evaluasi, (2) pengembangan. Kedua tujuan tadi saling berkaitan, namun secara tidak langsung berbeda dari segi orientasi waktu, metode dan peran atasan bawahan. Penilaian kedua tujuan itu harus dilaksanakan dalam kontek program konseling, perencanaan karier, penentuan tujuan, dan pemantauan kinerja yang berkelanjutan. Dengan mengitegrasikan aspek evaluasi dan aspek pengembangannya penilaian kenerja harus:

• Menyediakan basis bagi keputusan-keputusan sumber daya manusia, termasuk promosi, transfer, atau pemberhentian.

• Meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui penempatan pekerjaan yang lebih baik dan spesifikasi kebutuhan pelatihan

297

Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh perusahaan dalam menilai karyawan adalah adanya tujuan ganda (dual purpose). Disatu pihak perusahaan memerlukan evaluasi yang obyektif dari kinerja masa lalu individu dalam mengambil keputusan personalia, di lain pihak perusahaan membutuhkan alat-alat untuk memberdayakan manajer dalam membantu para karyawan meningkatkan kinerja mereka, merencanakan pekerjaan mendatang, mengembangkan keahlian dan kemampuan bagi pertumbuhan karier, dan mempererat kualitas hubunganm manajer-karyawan. Manajer menghadapi kenyataan bahwa susah untuk berfungsi sebagai juri dan penasehat sekaligus. Jka kedua tujuan tersebut dilayani oleh sebuah program penilaian hasilnya sering dipaksakan oleh kebutuhan pemberian gaji. Menjastifikasi penyesuaian gaji saja sering mengesampingkan tujuan penilaian lainnya, oleh karena itu program penilaian kinerja cenderung digunakan untuk salah satu dari tujuan-tujuan itu. Aspek penilaian ganda, evaluasi dan pengembangan, jelas membutuhkan karakteristik yang berbeda agar efektif. Tabel 5.1 menyoroti perbedaan kunci dalam penekanannya dari segi tujuan,fokus, metode, tanggung jawab, subyek masalah dan penerapan. Tabel 5.1: Pendekatan Ganda Terhadap Penilaian Kinerja: Evaluasi dan Pengembangan

Pendekatan Evaluasi Pendekatan pengembangan Tujuan Untuk menilai kinerja

masa lalu sebagai basis pelaksanaan keputusan personalia

Untuk memotivasi dan mengarahkan kinerja individu dan upaya pengembangan karier.

Fokus Metode Telaah masa lalu Penilaian Pemberian peringkat

Perencanaan untuk konseling di masa depan. Penetapan tujuan dan telaah

Tanggung Jawab Manajer dan penilai Manajer dan karyawan berbagi tanggung jawab bersama

Aplikasi subyek permasalahan

Pencapaian pada masa lalu Perencanaan kerja Meningkatkan kinerja Mengembangkan aneka kemampuan Perencanaan aktivitas pelatihan

Berbagi tujuan dan rencana untuk masa mendatang Pemberian gaji Transfer, promosi, terminasi, peberhentian dan berbagai keputusan SDM lainnya.

C. Metode Penilaian Kinerja Metode atau instrumen penilaian kinerja harus dipilih secara hati-hati, karena acapkali menjadi titik fokus keterlibatan antar penyelia dengan karyawan. Perilaku penyelia dalam mengadakan penilaian sangat ditentukan oleh instrumen. Dalam sebuah organisasi, instrumen penilaian yang terpisah dapat digunakan untuk kelompok-kelompok yang berbeda (karyawan produksi, karyawan penjualan, karyawan administrasi). Tujuan penilaian kinerja menjadi pertimbangan penting pada saat memilih instrumen penilaian kinerja. Dalam upaya menilai akurasi setiap instrumen perlu diperhatikan: validitas, reliabilitas, kemampuan membedakan, bebas dari bias, relevansi, biaya, dan pelaksanaan administrasi. Tersedia sejumlah metode atau format penilaian yang berbeda. Beberapa metode penilaian lebih terfokus pada perilaku karyawan, sedang yang lainnya lebih berorientasi pada hasil.

298

Metode Penilaian Kinerja Keperilakuan Metode ini berupaya untuk mendefinisikan perilaku seorang karyawan harus diperlihatkan agar efektif di tempat kerja. Beragam teknik menentukan perilaku tersebut dan kemudian meminta manajer untuk menilai sejauh mana karyawan memperlihatkannya. Daftar Pernyataan Dalam bentuknya yang paling sederhana daftar pernyataan merupakan sebuah daftar pernyataan deskriptif yang mendeskripsikan perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan. Berikut adalah contohnya: Contoh Formulir Penilaian Daftar Pernyataan:

Keunggulan metode ini adalah hemat, mudah dilaksanakan, terbatasnya pelatihan yang dibutuhkan oleh para penilai, dan terstandar. Sedangkan kelemahannya rentan terhadap bias penilai (khususnya efek halo), menggunakan kriteria pribadi sebagai pengganti kriteria kinerja, dan mis-intepretasi terhadap butir-butir daftar pernyataan.

Instruksi: Bacalah setiap butir pernyataan di bawah ini dan tentukan apakah individu yang Saudara

nilai memperlihatkan kualitas tersebut. Jika jawabanya “ya” beri tanda silang (x) di depan butir

tersebut, apabila jawabanya “tidak” kosongkan saja.

---------- Meminta bantuan pada saat menghadapi masalah

-----------Mengakui kontribusi pihak lain bagi produksinya

---------- Membina hubungan baik dengan kerabat kerja lainnya

299

Daftar Pernyataan tertimbang

Metode ini memakai format yang sama seperti daftar pernyataan sebelumnya, hanya setelah pernyataan dibuat nilai tertimbang diberikan kepada responsnya. Evaluator tidak mengetahui bagaimana butir pernyataan tersebut dibobot. Poin-poin yang diberikan kepada respons tertimbang selanjutnya dijumlakan untuk memberi nilai keseluruhan. Skala Penilaian Grafis Salah satu format evaluasi kinerja yang paling banyak diadopsi adalah skala penilaian grafis (graphic rating scales). Metode ini dipakai secara luas karena:

• Mudah digunakan • Evaluator dapat menilai banyak individu dalam waktu singkat • Mudah dipahami dan dijelaskan terhadap orang yang dinilai • Mudah dibuat dan dimodifikasi jika diperlukan

Skala penilaian grafis membandingkan kinerja individu terhadap sebuah standar absolute. Penilai mengevaluasi kinerja berbagai dimensi (kualitas kerja, penerimaan kritik, tanggung jawab dsb). Spesialis sumber daya manusia, manajer, konsultan dari luar yang merancang skala penilaian grafis harus menggunakan analisis pekerjaan sebagai basis untuk menghasilkan dimensi-dimensi yang akan dinilai. Skala-skala tersebut mencakup karakter, keahlian atau pengetahuan yang mereka rasa akan dapat membedakan antara pelaksana yang produktif dengan yang buruk pada setiap pekerjaan.

Instruksi: Bacalah setiap butir pernyataan di bawah ini dan tentukan apakah individu

yang Saudara nilai memperlihatkan kualitas tersebut. Jika jawabannya “ya” berilah tanda

silang (x) di depan butir tersebut dan jika jawabannya “tidak” kosongkan saja.

Nilai *

---------- Diminta sarannya oleh orang lain 3

---------- Mengikuti arahan dengan baik 2

---------- Tidak bekerja dengan baik dalam latar kelompok -1

---------- Bekerja dengan baik tanpa supervisi langsung 2,5

----------- Sering melewti batas waktu -2

---------- Menerapkan solusi yang cepat atas masalah yang muncul berulang -1

---------- Memperlakukan orang lain secara wajar 1

* Nilai tidak dimasukkan dalam formulir penilaian yang sesungguhnya.

300

Contoh Skala Penilaian Grafis !---------------!--------------!---------------!--- ------------!---------------!---------------! 1 2 3 4 5 6 7 Buruk Luar biasa

1. = kinerja tidak memadai, berprestasi di bawah harapan secara konsisten dan tidak mencapai sebagian besar sasaran.

2. = kinerja tidak mencapai sasaran dalam beberapa bidang kunci. Hasil umumnya dicapai dalam perilaku yang tidak dapat diterima.

3. = kinerja mencapai semua sasaran, hasil dicapai dengan efektif, menunjukkan kinerja yang solid dan baik.

4. = kinerja mencapai semua sasaran, dan dalam beberapa bidang melampaui target. Hasil dicapai dengan cara yang melangkahi norma yang diterima untuk posisi tersebut.

5. = benar-benar kinerja yang luar biasa. Kinerja melebihi semua sasaran. Hasil dicapai dengan teknik yang unggul.

Skala Penilaian Nongrafis Skala ini biasanya lebih sahih dari pada skala penilaian grafis, karena metode ini memuat deskripsi ringkas setiap poin. Penilai dapat memberikan deskripsi lebih akurat dari perilaku karyawan pada atribut tertentu, karena deskripsi tersebut mengklarifikasi setiap tingkat skala penilaian. Contoh Skala Penilaian Nongrafis: Nama : Departemen : Jabatan : Instruksi : Dafatar berikut adalah sejumlah sifat, kemampuan dan karakteristik yang penting untuk sukses. Bubuhkan tanda cek (V) di setiap skala penilaian di dedan frase deskripsi yang paling menggambarkan orang yang sedang diniali. (---------) Biasa akurat, hanya melakukan kesalahan rata-rata. (---------) Sering melakukan kesalahan. (---------) Membutuhkan supervise minimal, hampir selalu akurat. (---------) Ceroboh,sering melakukan kesalahan. Skala Standar Satu variasi skala penilaian grfis adalah skala satndar terbaur (mix-standard scale), menilai suatu perilku seperti kehadiran kerja. Evaluator diberikan tiga pernyataan yang selaras secara konseptual yang menggambarkan perilaku pada tingkat-tingkat yang tinggi, menengah maupun rendah. Pernyataan tersebut terbaur dengan tiga pernyatan yang menggambarkan beraneka macam kualitas lainnya yang akan dinilai. Evaluator diminta menilai setiap orang atas setiap butir dengan mengindikasikan apakah dia menunjukkan kinerja “lebih baik dari pada” (+), “sama baiknya” (0), atau “lebih buruk dari pada” (-) atas perilaku yang digambarkan dalam setiap pernyataan.

301

Tabel 5.2: Contoh Skala Standar Terbaur: Dimensi

yang diwakili

Butir Nilai *Karyawan

2 (R) 1. Mempunyai keyakinan diri normal, kadang-kadang muncul ketidakpastian. Biasanya bersikap terbuka dan percaya diri.

0

1 (J) 2. Beberapa tidak memiliki efisiensi. Membutuhkan terlalu banyak wakti untuk menuntaskan penugasan dan kadangkala malah tidak merampungkan penugasan tersebut.

+

3 (B) 3. Laporan tertulis dan lisan disusun dengan rapid an teliti. Laporan tersebut jarang membutuhkan ekplanasi.

+

2 (J) 4. Karyawan pemalu dan tidak percaya diri. Menghindari situasi Yang membutuhkan pengambilan posisi yang kuat.

+

1 (R) 5. Karyawan cukup efisien, biaya merampungkan tugas dalam waktu yang masuk akal

+

3 (J) 6.Kadangkala laporan tidak lengkap, dan diorganisasi aecara seram- Pangan sehingga nilainya kecil dan pasti disusun ulang

+

1 (B) 7. Karyawan gesit dan efisien, mampu mematuhi jadual. Benar-be- nar mampu menyelesaikan tugas baru

0

2 (B) 8. berperilaku secara meyakinkan. Bertindak dalam segala situasi Tanpa ragu-ragu.

-

3 (R) 9. laporan berfaedah dan bermakna, namun sering membutuhkan ek- Planasi tambahan

+

Keterangan: B (kinerja baik); R (kinerja rata-rata); J (kinerja jelek) Nilai Berdasarkan Dimensi Untuk Karyawan: B R J Skor Dimensi 1 0 + + 6 Dimensi 2 - 0 + 4 Dimensi 3 + + + 7 Jumlah 1-3 menunjukkan dimensi yang diwakili oleh pernyataan. Informasi ini tidak nampak pada formulir penilaian yang sebenarnya. Dari tabel 5.2 dapat dibaca bahwa butir 7 menyajikan kinerja yang baik atas sebuah dimensi yang disebut dengan efisiensi kerja, butir 5 mengindikasikan kinerja rata-rata, dan butir 2 mengindikasikan kinerja yang buruk. Kunci pemberian skor khusus digunakan untuk menjabarkan nilai-nilai ke dalam skor numeris. Kunnci didasarkan pada nilai-nilai di dalam kategori keperilakuan, yakni ketiga nilai untuk

302

kategori diperiksa dan dicocokkan dengan sebuah pola dalam kunci penentuan skor, selanjutnya skor dimasukkan ke dalam pola tersebut. Contoh: seandainya seorang karyawan diberikan nilai (+) pada ketiga pernyataan yang dirancang untuk menentukan dimensi keperilakuan kahadiran, maka karyawan itu akan mendapat nilai 7 untuk kategori tersebut. Bila ia diberikan nilai (–) pada ketiga perilaku tersebut maka nilainya adalah 1. Latihan:

1. Coba deskripsikan tujuan dari penilaian kerja karyawan ! 2. Deskripsikan cara-cara pengukuran kinerja karyawan !

303

KEGIATAN BELAJAR VI MENGELOLA RISIKO USAHA

A. Standar Kompetensi dan Indikator Standar kompetensi: Setelah mempelajari materi ini peserta memahami cara-cara mengelola risiko usaha Indikator:

• Mampu mengelompokkan jenis-jenis risiko usaha • Mampu mengidentifikasi macam-macam risiko usaha • Mampu mendeskripsikan cara-cara mengelola risiko usaha

B. Pengertian Risiko Secara umum risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya penyimpangan dari yang diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian (loss). Oleh karena risiko itu dapat menjelma menjadi suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian bagi suatu usaha, maka risiko itu perlu dikelola dengan baik yang biasanya disebut dengan manajemen risiko. Jadi manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian. Semua kehidupan ini menanggung risiko, oleh karena itu harus dihadapi dan bukan untuk dihindari Manajemen risiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola suatu risiko usaha. Keberadaan kegiatan pengelolaan risiko merupakan antisipasi atas semakain kompleknya aktivitas badan usaha/perusahaan yang dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Kemajuan di bidang teknologi membawa manfaat bagi kehidupan manusia, namun disisi lain berpotensi menciptakan risiko yang dapat merugikan kehidupan alam semesta. Meningkatnya suhu bumi akibat gas karbon yang dihasilkan oleh berbagai industri adalah salah satu contoh dampak buruk dari kemajuan teknologi. C. Jenis-Jenis Risiko Secara umum risiko dapat dikelompokkan menjadi:

1. Risiko spekulatif (speculative risk) 2. Risiko murni (pure risk)

Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Contoh jenis risiko ini adalah: perjudian, pembelian saham, pembelian valuta asing, tabungan di bank, tabungan dalam bentuk emas, pembelian obligasi dsb. Risiko murni adalah jenis risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan saja, yaitu kemungkinan rugi. Contoh jenis risiko ini adalah: bencana alam (banjir, gunung meletus, tanah longsor, gempa, sunami, tornado,angin putting beliung dsb), kebakaran, resesi ekonomi, perang, kerusuhan. Penelompokkan risiko semacam ini menjadi sangat penting, karena setiap kegiatan usaha baik secara perseorangan maupun sebagai suatu badan usaha akan selalu berhadapan dengan risiko-risiko tersebut, baik itu risiko spekulatif maupun risiko murni. Walaupun kategori suatu risiko tidak selamanya jelas, namun kebanyakan risiko dapat diklasifikasikan. Suatu risiko tergolong risiko spekulatif atau risiko murni akan sangat tergantung pada pendekatan yang digunakan. Dua faktor yang bekerja sama menimbulkan kerugian adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards). Bencana adalah penyebab penyimpangan peristiwa yang sesungguhnya dari yang diharapkan. Bencana ini merupakan penyebab langsung terjadinya kerugian. Sedangkan bahaya adalah sesuatu yang melatar belakangi terjadinya kerugian oleh bencana tertentu. Keadan-keadaan tertentu disebut

304

berbahaya misalnya: mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, membikin rumah untuk memproduksi mercon dsb. Sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi: risiko sosial, risiko fisik, risiko ekonomi. Risiko sosial sumber utamanya adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpanagan yang merugikan, misalnya: pencurian, vandalisme, huru-hara, peperangan dsb. Risiko fisik adalah risiko yang disebabkan oleh kondisi fisik sesuatu itu sendiri. Risiko fisik bisa disebabkan oleh fenomena alam atau manusia. Contoh kebakaran, konsluiting kabel, gesekan benda yang bisa menyebabkan kebakaran. Risiko ekonomi adalah risiko yang berkaitan dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu, misalnya: terjadinya inflasi, resesi, fluktuasi kurs dsb. D. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan kegiatan usaha, kemudian menganalisisnya untuk menemukan setiap eksposure risiko yang dimungkinkan dapat menjelma menjadi bentuk kerugian. Pengidentifikasian risiko merupakan proses analisis untuk menemukan secara sistematis dan berkesinambungan risiko (kerugian potensial) yang menantang perusahaan (Herman Darmawi, 1994: 34). Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apapun yang dihadapi oleh pelaku usaha. Banyak risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha mulai dari risiko-risiko yang paling kecil seperti kecerobohan pegawai sampai pada risiko-risiko yang besar dan luas. Kondisi resesi dunia dapat berisiko menurunkan nilai investasi. Terdapat beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, salah satunya dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak dikehendaki hingga menjadi penyebab terjadinya kerugian. Contoh: kerugian karena tabrakan kendaraan. Setelah ditelusuri ternyata frekuensi terjadinya tabrakan pada pengemudi-pengemudi yang masih relatif muda umurnya. Mereka yang beusia muda biasanya memiliki emosi yang tinggi. Hal ini tentunya akan menjadi pertimbangan dalam perekrutan tenaga kerja yang akan dipekerjakan sebagai sopir. Identifikasi risiko juga dapat dilakukan dengan bantuan penggunaan checklist dengan metode:

• Kuesioner analisis risiko • Laporan keuangan (financial statement method) • Peta aliran (flow-chart) • Inspeksi langsung ke objek • Interaksi secara terencana dengan semua bagian yang ada dalam perusahaan

maupun pihak-pihak lain di luar perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan

• Catatan statistik kerugian masa lalu • Analisis lingkungan

E. Pengukuran Risiko Tujuan pengukuran risiko adalah untuk mengetahui tingkat pentingnya dan memperoleh informasi untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya.. dimensi yang diukur mencakup: frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi dan tingkat kerugian. Masing-masing dimensi yang ingin diketahuai meliputi:

• Rata-rata nilainya dalam periode anggaran • Variasi nialainya dari satu periode anggaran ke peride anggaran sebelum dan

sesudahnya

305

• Dampak keseluruhan dari kegiatan-kegiatan seandainya kerugian itu ditanggung sendiri.

Pengukuran Risiko Dengan Distribusi Probabilitas Probabilitas adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dari serangkaian peristiwa yang mungkin terjadi yang sifatnya adalah mutually exlusive, sehingga kalau dijumlakan hasilnya sama dengan satu. Distribusi probabilitas menunjukkan probabilitas masing-masing outcome yang mungkin, yaitu:

1. Total keruguan per tahun 2. Banyaknya kejadian per tahun 3. Kerugian per kejadian

Kerugian total per tahun dapat diperoleh dengan cara mengalikan jumlah kejadian pada tahun yang bersangkutan dengan rata-rata nilai kerugian per kejadian, misalnya kerugian akibat tabrakan suatu armada pengangkutan akan meliputi:

1. Total kerugian harta langsung (tidak termasuk kerugian net income, liability loss, dan personal loss) yang diakibatkan oleh peristiwa tabrakan.

2. Banyaknya kejadian trabrakan armada angkutan per tahun 3. Total kerugian per kejadian tabrakan

Contoh ini berkenaan dengan satu jenis kerugian untuk semua unit yang dihadapkan pada kerugian dengan satu penyebab yaitu tabrakan armada angkutan. Distribusi probabilitas dapat dibangun untuk berbagai kombinasi dari jenis kerugian, unit-unit yang menghadapi exposure dan penyebab terjadinya kerugian. Konsep Probabilitas Pembicaraan probabilitas di awali dengan sample space atau lingkup kejadian dan tevent atau kejadian. Misalnya ada satu set S dari kemungkinan kejadian. Set S tersebut dapat berupa jumlah tabrakan armada angkutan di suatu wilayah tertentu pada tahu tertentu. Set ini yang disebut dengan sample space dari kejadian atau peristiwa yang diamati. Misalnya kita menghadapi set S dengan anggota himpunan E. Set S itu dimisalkan berupa jumlah tabrakan armada angkutan di suatu wilayah pada tahun tertentu, dan E merupakan jumlah tabrakan armada angkutan yang harganya di atas Rp500.000.000 di suatu wilayah pada tahu tertentu. Untuk menentukan probabilitas masing-masing kejadian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan pembobotan berdasarkan bukti empiris yang berkaitan dengan pengetahuan peristiwa trabrakan armada angkutan di masa lalu, sehingga bobot dikalikan dengan set (W x S) merupakan jumlah keseluruhan bobot dalam set S dan bobot dikalikan dengan sub set (W x E) merupakan jumlah keseluruhan bobot dalam sub set. Dengan cara itu, maka probabilitas yang menunjukkan jumlah tabrakan armada angkutan yang harganya Rp500.000.000 ke atas dapat dinyatakan sbb:

P x E = WxS

WxE

(

)(, dimana:

S = set peristiwa yang diamati E = sub set peristiwa Jika diasumsikan seluruh kejadian dalam set S memiliki tingkat kemungkinan kejadian yang sama, maka ekspresi itu dapat disederhanakan menjadi:

P x E =S

E, dengan demikian probabilitas tidak terjadinya tabrakan adalah:

Q x E = S

ES −

306

Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut: misalkan set S terdiri dari 10.000 buah bus, 9.000 buah diantaranya harganya di bawah Rp500.000.000 dan sisanya harganya di atas Rp500.000.000. untuk bus yang harganya di atas Rp500.000.000 diberi bobot 2 dan bus yang harganya kurang dari Rp500.000.000 iberi bobot 1. probabilitas terjadinya tabrakan armada dapat dihitung sebagai berikut:

P x E = WxS

WxE

(

)(

PE = 11

2

000.11

000.2

)000.91()000.12(

)000.12( ==+ xx

x

Ini artinya probabilitas tidak terjadinya tabrakan (QE) = 11

9

Bila semua event mendapat bobot yang sama, maka:

PE = 10

1

000.10

000.1 ==S

E dan

Probabilitas tidak terjadinya tabrakan (QE) = 10

9 atau QE =

S

ES −=

000.10

000.1000.10 −

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa dengan memberi bobot yang berbeda untuk kedua kelompok kendaraan tersebut, maka probabilitas terjadinya

tabrakan adalah 11

2 atau probabilitas tidak terjadinya tabrakan armada adalah

11

9,

tetapi bila kita memberi bobot yang sama terhadap kedua kelompok kendaraan

tersebut, maka probabilitas terjadinya tabrakan 10

1 dan probabilitas tidak terjadinya

tabrakan 10

9

11

9 lebih kecil dari

10

9

Dari ilustrasi tersebut dapat dilihat signifikansi pengaruh dari bobot yang diberikan untuk masing-masing event terhadap probabilitasnya. Dengan jalan mengubah bobot inilah, biasanya perusahaan asuransi dapat merefleksikan evaluasinya secara akurat tentang probabilitas terjadinya suatu event dari bidang yang ditangani. Pencegahan Risiko Agar suatu risiko tidak menjelma menjadi suatu peristiwa yang merugikan, maka perlu adanya tindakan antisipasi yang berupa tindakan pencegahan. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan:

• Pengendalian risiko (risk control) • Transfer risiko (risk transfer)

Pengendalian risiko dapat dijalankan dengan: • Menghindari risiko (menghindari risiko angkutan laut, beralih ke angutan darat.) • Mengendalikan risiko (menolak memiliki, menolak melakukan tindakan,

merendahkan kan terjadinya kerugian, mengurangi tingkat keparahan dsb) • Pemisahan (pemisahan objek yang akan terkena risiko tertentu) • Kombinasi (penggabungan objek yang akan terkena risiko tertentu) • Pemindahan risiko

307

Menanggung Risiko Risiko-risiko kecil yang relatif tidak begitu berpengaruh terhadap operasi perusahaan biasanya akan ditangani oleh perusahaan itu sendiri (rerention), misalnya sakit ringan, cidera ringan dsb. Sumber pendanaan untuk menangani risiko semacam ini berasal dari dalam perusahaan. Sementara risiko-risiko yang besar, dimana apabila terjadi akan mengganggu operasi perusahaan biasanya perusahaan akan mengambil pertanggungan melalui perusahaan asuransi, misalnya kecelakaan kerja, kecelakaan pesawat, kebakaran dsb. Latihan: Jatuhnya pesawat komersial Sukoi (SS 100) di Gunug Salak Ja-Bar meninggalkan kepedihan yang mendalam bagi keluarga yang terkena musibah maupun bisnis penerbangan pada umumnya serta prospek perusahaan pembuat pesawat sukoi. Pertanyaan:

1. Ditinjau dari segi pesawat, bahwa pesawat itu adalah pesawat baru, coba anda lakukan indentifikasi kira-kira faktor apa saja yang bisa menyebabkan pesawat yang baru itu jatuh !.

2. Musibah itu tergolong risiko muni atau risiko spekulatif. Jelaskan alasannya ! 3. Coba anda uraikan bagaimana kira-kira antisipasi yang dapat dilakukan oleh

maskapai penerbangan itu untuk meminimalkan kecelakaan dalam penerbangan!

308

KEGIATAN BELAJAR VII ETIKA BISNIS

A. Standar Kompetensi dan Indikator Kompetensi dasar: Memahami Etika Bisnis Indikator:

• Mampu mendeskripsikan perilaku etis dan tidak etis dalam bisnis • Mempu menjelaskan cara mengimplementasikan etika bisnis dalam bisnis

B. Etika Bisnis Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam bidang ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela dan karenanya diperbolehkan atau tidak diperbolehkan bagi perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh manusia, dan kegiatan ekonomi dan bisnis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang sangat penting. Etika adalah prinsip-prinsip yang mengatur tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok. Sementara ahli lain mendefinisikan etika adalah kajian moralitas. Lalu apakah moralitas itu ?. moralitas adalah suatu pedoman yang dimiliki oleh individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan apa itu salah, apa itu baik atau jahat. Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah yang berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Masyarakat terdiri dari orang-orang yang memiliki tujuan umum dan yang aktivitasnya diorganisasika oleh sebuah sistem institusi yang didesain untuk mencapai tujuan tersebut. Institusi yang paling berpengaruh di dalam masyarakat dewasa ini adalah institusi ekonomi yang didesain untuk mencapai tujuan: (1) produksi barang dan jasa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat, dan (2) distribusi barang dan jasa ke berbagai lapisan masyarakat. Dengan demikian institusi ekonomi menentukan siapa yang akan melaksanakan kegiatan produksi, bagaimana kerja tersebut diorganisasikan, sumber apakah yang akan dikonsumsi oleh masyarakat, dan bagaimana produk dan keuntungannya akan didistribusikan di antara anggota masyarakat tersebut. Perusahaan bisnis merupakan institusi ekonomi yang utama yang digunakan orang dalam masyarakat modern untuk melaksanakan tugas memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa. Perusahaan adalah struktur fondamental yang di dalamnya anggota-anggota masyarakat mengombinasikan sumber daya yang terbatas menjadi barang yang lebih berguna yang dibutuhkan oleh masyarakat. Lalu apa kaitannya antara kegiatan memproduksi barang dan jasa serta kegiatan mendistribusikan barang dan jasa dengan etika bisnis. Apa yang diharapkan bagi masyarakat dengan mempelajari etika bisnis dan mengapa etika bisnis perlu dipelajari dalam melakukan bisnis ?. menurut Bertens (2000:6) ada tiga tujuan, yaitu:

1. Menanamkan atau meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis. Orang yang mendalami etika berbisnis diharapakan akan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari kegiatan ekonomis yang diberikan perhatian serius. Good business bukan sekedar berarti bisnis yang mendatangkan untung yang banyak, tetapi juga dan terutama bisnis yang berkualitas etis.

2. Memperkenalkan argumentasi moral, khususnya di bidang ekonomi dan bisnis serta membantu para pebisnis atau calon pebisnis dalam menyususn argumen moral yang tepat. Dalam etika sebagai ilmu, bukan saja penting adanya norma-norma moral, tidak kalah penting adalah alasan-alasan bagi berlakunya norma-

309

norma itu. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis atau calon pelaku bisnis akan sanggup menemukan fondamen rasional untuk aspek-aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis. Ia harus sanggup bukan saja menunjukkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan atau sebaliknya yang wajib dilakukan, melainkan juga menunjukkan alasan mengapa suatu perbuatan tidak boleh dilakukan atau justru wajib dilakukan.

3. Membantu pebisnis atau calon pebisnis untuk menentukan sikap moral yang tepat di dalam profesinya kelak. Tujuan ini berkaitan dengan pertanyaan apakah dengan studi etika menjamin seseorang berbuat etis ?. jawaban pertanyaan itu paling tidak menyangkut dua sisi, yaitu: etika itu mengikat tetapi tidak memaksa. Kesadaran akan norma-norma moral tidak secara otomatis membuahkan orang akan berlaku etis. Kehendak manusia itu bebas dan dalam menentukan kehendaknya terpimpin oleh motivasi-motivasi. Dalam kontek bisnis pencarian keuntungan walaupun wajar dalam setiap usaha bisnis, amun bisa menjadi motivasi yang begitu kuat dan begitu eklusif sehingga mengabaikan dan melewati semua rambu-rambu moral. Di lain pihak studi dan pengajaran etika bisnis diharapkan mempunyai dampak tingkah laku si pebisnis. Jika studi etika telah membuka mata hati mereka, konsekuensi logisnya si pebisnis bertingkah laku menurut yang ia akui sebagai benar. Manusia adalah makluk rasional, dan jika ia mengerti sungguh-sungguh kemungkinan besar ia akan menyesuaikan kelakukannya dengan pengertian itu. Alasan rasional merupakan alat ampuh untuk mendorong dan membentuk motivasi kebanyakan orang. Dengan demikian memahami etika bisnis adalah perlu, tetapi belum cukup untuk menghasilkan pebisnis yang berpegang pada moral. Pada akhirnya keputusan moralitas tergantung pada kebebasan. Moralitas mengundang dan menghimbau, tetapi tidak pernah memaksa.

C. Ciri-Ciri yang Membedakan Standar yang Moral dan Bukan Moral Para ahli etika mengajukan lima ciri yang berguna untuk menentukan hakekat standar moral, yaitu: Pertama : standar moral berkaitan dengan persoalan yang dianggap akan merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia (merekayasa agar pajak perusahaan dibayar lebih rendah dari yang sebenarnya). Kedua : standar moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoratif tertentu. Standar hukum dan legal dibuat oleh otoritas pembuat undang-undang. Standar moral dengan demikian tidak dibuat oleh kekuasaan, demikian pula validitasnya tidak terletak pada prosedur pengambilan suara, namun validitas standar moral terletak pada kecukupan nalar yang digunakan untuk mendukung dan membenarkan. Jadi sejauh nalarnya mencukupi, maka standarnya tetap sah. Ketiga : standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain (khususnya) kepentingan diri, yakni jika seseorang mempunyai kewajiban moral untuk melakukan sesuatu, maka ia diharapkan melakukannya, bahkan jika hal tersebut bertentangan dengan nilai nonmoral lainnya atau kepentingan diri. Keempat : secara umum standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak. Fakta bahwa anda akan diuntungkan oleh sebuah kebohongan dan bahwa saya akan dirugikan tidak relevan untuk mempertanyakan apakah berbohong itu secara moral salah. Kelima: standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu, misalnya jika saya bertindak bertentangan denga standar moral, normalnya saya akan merasa bersalah, malu, menyesal, saya akan mengatakan perilaku saya immoral atau salah dan saya akan merasakan diri saya amat buruk dan mengalami rasa hilangnya percaya diri. Jika kita melihat orang lain bertindak bertentangan dengan standar moral yang kita anut, biasanya kita akan marah, jengkel, bahkan jijik terhadap orang tersebut,

310

kita kan mengatakan mereka tidak melaksanakan kewajiban moral dan kita menghargai mereka lebih rendah. Standar moral dengan demikian merupakan standar yang berkaitan dengan persoalan yang kita anggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada panalaran yang baik, bukan otoritas, melampaui kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak, dan yang pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu dan dengan kosa kata moral tertentu. D. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Kalau ditanya apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab legal, jawabannya sudah barang tentu tidak diragukan lagi. Perusahaan mempunyai tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum ia memiliki status legal. Karena merupakan badan hukum perusahaan mempunyai banyak hak dan kewajiban legal sebagaimana dimiliki oleh manusia perseorangan dewasa (menuntut di pengadilan, dituntut di pengadilan, mempunyai milik, mengadakan kontrak dll). Sebagai subyek hukum yang biasa perusahaan harus mentaati peraturan hukum dan harus memenuhi hukumannya bila terjadi pelanggaran. Ini merupakan tanggung jawab legal perusahaan. Lalu bagaimana dengan tanggung jawab moralnya ? Supaya perusahaan memiliki tanggung jawab moral, perusahaan perlu berstatus moral atau dengan kata lain perlu merupakan pelaku moral. Pelaku moral bisa melakukan perbuatan yang kita beri kualifikasi etis atau tidak etis. Untuk itu maka salah satu syarat penting adalah memiliki kebebasan atau kesanggupan mengambil keputusan bebas. Benda-benda mati bukan merupakan pelaku moral. Batu gunung yang longsor kemudian mengenai orang yang sedang lewat dan orang tersebut terluka tidak bisa dipersalahkan, karena batu bukan merupakan pelaku moral. Manusia perorangan adalah pelaku moral, tapi bagaimana dengan perusahaan, apakah perusahaan dapat melakukan perbuatan baik atau buruk dalam arti moral. Kalau pelaku moral selalu memiliki hati nurani apakah perusahaan juga demikian. Disini tidak diragukan lagi bahwa pelaku-pelaku pembentuk perusahaan adalah pelaku-pelaku moral. Mereka masing-masing memiliki status moral. Tanggung jawab moral perusahaan adalal tanggung jawab sosial yang dapat diarahakan ke banyak hal (kepada dirinya sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain, kepada stake holder dsb). Berbicara masalah tanggung jawab sosial, sorotanya adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat dimana perusahaan menjalankan kegiatannya, baik dalam arti sempit ataupun dalam arti luas. Masalah tanggung jawab sosial perusahaan akan menjadi jelas jika dibedakan dari tanggung jawab lain. Bisnis senantiasa memiliki dua tanggung jawab, yaitu tanggung jawab ekonomis dan tanggung jawab sosisal. Tanggung jawab ekonomis terutama adalah untuk perusahaan swasta, sementara untuk perusahaan negara atau BUMN kedua tanggung jawab ini tidak dapat dipisahkan. Perusahaan perkereta apian di Indonesia misalnya bertahun-tahun mengalami kerugian tetapi tetap dipertahankan, karena transportasi KA dianggap sebuah sarana transportasi masal untuk kepentingan umum, sehingga walaupun merugi akan ditutup dengan uang negara. Tanggung jawab ekonomis adalah tanggung jawab perusahaan dalam menjalankan usahanya untuk dapat mendapatkan keuntungan ekonomis sehingga perusahaan itu akan tetap eksis untuk jangka waktu yang tidak terbatas, sedangkan tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab yang ditujukan kepada masyarakat banyak, tanpa mengharapkan adanya imbalan yang berupa keuntungan, misalnya menyantuni anak yatim, membantu masyrakat yang kena bencana, memberi bea siswa kepada anak yang orang tuanya secara ekonomi tidak mampu, memperbaiki linkungan hidup dll. Tanggung jawab sosial ini semakin disadari oleh perusahaan, karena cara ini

311

sebenarnya merupakan strategi jangka panjang dalam mempertahankan keuntungan dari penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kendati tidak ada jaminan mutlak, pada umumnya perusahaan yang berbuat etis adalah perusahaan yang mencapai sukses juga. Good ethic, good business. Keyakinan ini sekarang terbentuk cukup umum, namun demikian hal itu tidak lantas berarti bahwa harapan akan sukses boleh menjadi satu-satunya motivasi atau malah motivasi utama untuk berperilaku etis. Yang baik harus dilakukan karena hal itu baik, bukan karena membuka jalan menuju sukses, walaupun motivasi ini tidak senantiasa perlu dihayati secara eksplisit. Aristoteles menganjurkan bertingkah lakulah menurut “keutamaan ”. Di negara kita masih sangat langka (sedikit sekali) perusahaan yang berpandangan dengan keyakinan bahwa, moralitas yang baik merupakan kunci untuk berhasil di bidang bisnis. Dalam banyak diskusi tentang etika bisnis tidak jar ang kita mendengar kata-kata : “kalau kita berpegang pada etika kita pasti kalah dalam berbisnis”. Ini menandakan kesadaran etika masyarakat kita dalam berbisnis masih sangat-sangat rendah. Mereka kurang berkecukupan untuk penalaran akan hal itu. Kita bisa baca dan saksikan skandal-skandal bisnis yang kotor yang bahkan melibatkan para penguasa untuk memenangkan perebutan keuntungan tanpa mempedulikan keadilan masyarakat. Upaya-upaya penanganan bisnis kotor itu ada, tetapi tidak pernah terdengar penyelesaian yang memuaskan bagi semua pihak karena beking para penguasa. Mereka yang berpendapat: dengan berpegang pada etika kita pasti kalah dalam berbisnis, ini barangkali terlalu menekankan bisnis jangka pendek dan tidak mempedulikan keberlanjutan kehidupan di muka bumi ini. Orang yang belum dapat diyakinkan tentang pentingnya etika dalam berbisnis perlu mempertimbangkan persepsi dunia luar tentang kinerja bisnis negara kita. Dalam forum internasional, Indonesia mendapat predikat negara yang paling korup. Dalam indek persepsi korupsi (Corruption Perceptions Index) yang dipublikasikan oleh Lembaga Transparency International, Tahun 1999 Indonesia menempati urutan ke-97 dari 99 negara dengan skor 1,7 pada skala 10. Ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat kita untuk berlaku etis dalam berbisnis masih sangat-sangat rendah. Latihan.

1. Di era eforia pemberantasan korupsi dan pemberantasan narkoba di Indonesia Presiden justru memberi grasi kepada terpidana korupsi dan bandar narkoba. Menurut pendapat anda tindakan itu etis atau tidak etis, coba anda jelaskan kaitannya dengan moral etis pada umunya, bagaimana kiranya jalan untuk keluar dari moral yang tidak etis ke moral yang etis.

2. Mengapa berbisnis harus berlaku etis ?

312

DAFTAR PUSTAKA Basir Barthos, 1990, Manajemen Sumber Daya Manusia , Jakarta: Bumi Aksara Bertens, 2000, Pengantar Etika Bisnis , Yogyakarta: Kanisius Hanafi, Mamduh M. 2006, Manajemen Risiko , Yogyakarta: UPP YKPN Herman Darmawai, 2004, Manajemen Asuransi , Jakarta: Bumi Aksara Heidjachman, Suad Husnan, 1990, Manajemen Personalia , Yogyakarta: BPFE UGM Jackson, 2010, Pengelolaan Sumber Daya Manusia , Jakarta: Salemba Empat Kasidi, 2010, Manajemen Risiko , Bogor: Ghalia Indonesia Raymond A, dkk. 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia , Jakarta: Salemba Empat Simamora, Henry, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia , Yogyakarta: STIE

YKPN Surya Dharma, 2010, Manajemen Kinerja , Yogyakarta: Pustaka Pelajar Velasques, 2005, Etika Bisnis, Yogyakarta: Andi Wamburg, 2004, The Practice of Risk Management , : Euromoney Book

313

PEMBELAJARAN INOVATIF

Tujuan Pembelajaran (Kompetensi yang akan dicapai) Setelah mempelajari uraian materi dalam modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Mendeskripsikan perkembangan berpikir peserta didik 2. Mendeskripsikan perkembangan moral peserta didik 3. Mendeskripsikan perkembangan sosial peserta didik 4. Mendeskripsikan perkembangan kepribadian peserta didik 5. Mendeskripsikan teori-teori belajar yang mendukung PAIKEM. 6. Menentukan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik. 7. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik 8. Mengidentifikasikan gaya belajar peserta didik sebagai masukan pendekatan

PAIKEM. 9. Mendeskripsikan hakikat PAIKEM 10. Mendeskripsikan model dan metode pembelajaran yang berorientasi PAIKEM 11. Mengembangkan skenario atau langkah-langkah inti pembelajaran dengan

menggunakan model, strategi, dan metode pembelajaran yang berorientasi PAIKEM dengan tepat.

B. PAPARAN MATERI 1. Perkembangan Berpikir Peserta Didik

a. Model dari Piaget Dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh yakni

mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologis dan psikologis. Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologis terhadap lingkungan. Piaget berpendapat bahwa perkembangan manusia dapat digambarkan dalam konsep fungsi dan struktur (Yusuf 2001: 4). Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama bagi setiap orang atau kecenderungan-kecenderungan biologis untuk mengorganisasikan pengetahuan ke dalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi kepada berbagai tantangan lingkungan. Struktur merupakan interelasi sistem pengetahuan yang mendasari dan membimbing tingkah laku inteligen. Struktur kognitif disebut skema, yakni seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang dengannya anak memahami lingkungan. Dalam membahas fungsi-fungsi, Piaget mengelompokkannya sebagai berikut: (1) organisasi, yang merujuk kepada fakta bahwa semua struktur kognitif berinterelasi, dan berbagai pengetahuan baru harus diselaraskan ke dalam sistem yang ada. (2) adaptasi, yang merujuk pada kecendrungan organisme menyelaraskan dengan lingkungan. Adaptasi terdiri atas dua subproses: (a) asimilasi, yaitu kecenderungan untuk memahami pengalaman baru berdasarkan pengalaman yang sudah ada. (b) akomodasi, yaitu perubahan struktur kognitif karena memperoleh pengalaman baru. Keadaan saling mempengaruhi antara asimilasi dan akomodasi melahirkan konsep konstruktivisme, yaitu bahwa anak secara aktif menciptakan (mengkreasi) pengetahuan, dalam arti anak tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif dari lingkungannya. Menurut Pigaet, perkembangan kognitif (inteligensi) meliputi empat tahap, seperti tabel di bawah ini.

314

Tabel 1 Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piag et No Tahap Usia Deskripsi Perkembangan 1 Sensorimotor 0 - 2 tahun Pengetahuan akan diperoleh melalui

interaksi fisik, baik dengan manusia maupun benda. Skema-skema baru berbentuk reflek-reflek sederhana, seperti: menggenggam atau mengisap.

2 Praoperasional 2 - 6 tahun Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan dunia lingkungan secara kognitif, seperti kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan obyek, peristiwa dan kegiatan.

3 Operasi Konkrit 6 – 11 tahun Anak sudah membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.

4 Operasi Formal 11 tahun sampai dewasa

Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Peserta didik sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak. Peserta didik dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.

b. Model Kognisi Sosial

Kognisi sosial adalah pengetahuan tentang lingkungan sosial dan hubungan interpersonal. Menurut Lev Vygotsky (Yusuf 2001: 7) kebudayaan telah mengajari anak tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana cara berpikir. Perkembangan kognitif menghasilkan proses sosio instruksional, yang karenanya anak belajar saling tukar pengalaman dalam memecahkan masalah dengan orang lain. Perkembangan merupakan proses internalisasi terhadap kebudayaan yang membentuk pengetahuan dan alat adaptasi, yang wahana utamanya melalui bahasa atau komunikasi verbal.

2. Perkembangan Moral Peserta Didik

Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg (Mutadin, 2002) tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi ke dalam Pra Konvensional, Konvensional, dan Pasca Konvensional dengan keterangan seperti berikut.

a. Tingkat Pra Konvensional

Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal ini semata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan). Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Kepatuhan

Akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindarkan hukuman dan tunduk kepada kekuasaan tanpa mempersoalkannya. Jika ia berbuat "baik", hal itu karena anak menilai

315

tindakannya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan yang didukung oleh hukuman dan otoritas Tahap 2: Orientasi Relativis-Instrumental

Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas (timbal-balik) dan pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan secara fisik dan pragmatis. Resiprositas ini merupakan tercermin dalam bentuk: "jika engkau menggaruk punggungku, nanti juga aku akan menggaruk punggungmu". Jadi perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih atau pun keadilan.

b. Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di dalamnya. Tingkatan ini memiliki dua tahap: Tahap 3: Orientasi Kesepakatan antara Pribadi atau Orientasi "Anak Manis "

Perilaku yang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Pada tahap ini terdapat banyak konformitas terhadap gambaran stereotip mengenai apa itu perilaku mayoritas atau "alamiah". Perilaku sering dinilai menurut niatnya, ungkapan "dia bermaksud baik" untuk pertama kalinya menjadi penting. Orang mendapatkan persetujuan dengan menjadi "baik". Tahap 4: Orientasi Hukuman dan Ketertiban

Terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib atau norma-norma sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri.

c. Tingkat Pasca-Konvensional (Otonom/Berlandaskan Prinsip)

Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini: Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial Legalitas

Pada umumnya tahap ini amat bernada semangat utilitarian. Perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativitas nilai dan pendapat pribadi sesuai dengannya. Terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal "nilai" dan "pendapat" pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandangan legal, tetapi dengan penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. Di luar bidang hukum yang disepakati, maka berlaku persetujuan bebas atau pun kontrak. Inilah "moralitas resmi" dari pemerintah dan perundang-undangan yang berlaku di setiap negara.

316

Tahap 6: Orientasi Prinsip Etika Universal Hak ditentukan oleh keputusan suara batin, sesuai dengan prinsip-prinsip

etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu pada komprehensivitas logis, universalitas, konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis dan mereka tidak merupakan peraturan moral konkret. Pada hakikat inilah prinsip-prinsip universal keadilan, resiprositas dan persamaan hak asasi manusia serta rasa hormat terhadap manusia sebagai pribadi individual.

Hubungan antara tahap-tahap tersebut bersifat hirarkis, yaitu tiap tahap berikutnya berlandaskan tahap-tahap sebelumnya, yang lebih terdiferensiasi lagi dan operasi-operasinya terintegrasi dalam struktur baru. Oleh karena itu, rangkaian tahap membentuk satu urutan dari struktur yang semakin dibeda-bedakan dan diintegrasikan untuk dapat memenuhi fungsi yang sama, yakni menciptakan pertimbangan moral menjadi semakin memadai terhadap dilema moral. Tahap-tahap yang lebih rendah dilampaui dan diintegrasikan kembali oleh tahap yang lebih tinggi. Reintegrasi ini berarti bahwa pribadi yang berada pada tahap moral yang lebih tinggi, mengerti pribadi pada tahap moral yang lebih rendah.

Menurut Kohlberg dalam penelitian empirisnya memperlihatkan bahwa tidak setiap individu akan mencapai tahap tertinggi, melainkan hanya minoritas saja, yaitu hanya 5 sampai 10 persen dari seluruh penduduk, bahkan angka inipun masih diragukan kemudian. Diakuinya pula bahwa untuk sementara waktu orang dapat jatuh kembali pada tahap moral yang lebih rendah, yang disebut sebagai "regresi fungsional".

3. Perkembangan Sosial Peserta Didik

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Atau sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama (Yusuf, 2001: 122-126). Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, norma-norma kehidupan bermasyarakat, serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya dalam menerapkan norma-norma tersebut. Proses bimbingan orangtua ini lazim disebut proses sosialisasi. Proses sosialisasi merupakan proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial, sehingga menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Melalui hubungan sosial atau pergaulan dengan anggota keluarga, teman sebaya dan masyarakat anak mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial baik positif maupun negatif, misalnya: kerja sama, simpati, agresi, persaingan. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orangtua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya dan teman sebaya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberi peluang terhadap perkembangan sosial yang positif, maka anak akan mencapai perkembangan sosialnya secara matang.

4. Perkembangan Kepribadian Peserta Didik

Kepribadian adalah susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap lingkungannya. Dua komponen utama kepribadian yakni konsep diri dan sifat (Hurlock 1978: 236-238). Konsep diri berhubungan dengan bayangan atau cermin tentang diri sendiri, yang dipengaruhi oleh peran dan hubungan dengan orang lain. Konsep diri meliputi: (a) konsep diri ideal, gambaran seseorang tentang penampilan dan kepribadian yang didambakan. (b) konsep diri aspek fisik, konsep yang dimiliki individu tentang penampilan fisik sesuai dengan peran jenis kelaminnya dan harga dirinya

317

berhubungan dengan pandangan orang lain tentang fisiknya. (c) konsep diri aspek psikologis, konsep seseorang tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Sifat adalah kualitas perilaku atau pola penyesuaian diri, misalnya terhadap frustrasi, cara menghadapi masalah. Sifat mempunyai dua ciri yakni: (a) individualitas, yang diperlihatkan dalam variasi kuantitas ciri tertentu dan (b) konsistensi, seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama dalam kondisi dan situasi serupa.

Perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh bawaan, pengalaman awal dalam lingkungan keluarga dan pengalaman-pengalaman belajar melalui teman sebaya dan pengaruh sekolah serta masyarakat dalam kehidupan selanjutnya. Peran unsur bawaan dalam perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh tingkat inteligensi. Pada setiap usia, peserta didik yang lebih cerdas lebih mampu menginterpretasikan perasaan orang lain jika dibandingkan dengan peserta didik yang kurang cerdas. Perkembangan sifat merupakan perpaduan dari bawaan dan hasil belajar. Sifat terutama dibentuk dan dikembangkan oleh pendidik di keluarga dan sekolah melalui pembiasaan, teladan, peniruan, proses identifikasi dan penilaian diri (Hurlock 1978: 236-240). Perubahan konsep diri dan sifat cenderung lebih sering terjadi pada peserta didik yang lebih muda (anak dan remaja) dari pada yang lebih tua. Karena dengan berlangsungnya waktu, inti pola kepribadian semakin kurang fleksibel. Perubahan konsep diri pada orang usia dewasa cenderung lebih sulit jika dibandingkan dengan anak dan remaja. Kondisi yang menunjang perubahan pola kepribadian adalah: perubahan fisik, perubahan lingkungan, tekanan sosial, peningkatan kecakapan, perubahan peran dan adanya bantuan profesional. Kondisi fisik yang mempengaruhi perubahan pola kepribadian adalah: kelelahan, malnutrisi, kondisi fisik yang mengganggu, penyakit menahun dan kelenjar endokrin.

Keberhasilan dan kegagalan juga dapat mempengaruhi pola kepribadian peserta didik. Pengaruh keberhasilan terhadap pola kepribadian yang positif antara lain: membuat peserta didik bangga dan puas terhadap diri sendiri, memotivasi, menantang, mandiri, menumbuhkan rasa percaya diri, dan mendatangkan kebahagiaan. Pengaruh keberhasilan terhadap pola kepribadian yang negatif antara lain: menjadi sombong dan angkuh. Pengaruh kegagalan terhadap pola kepribadian yang positif antara lain: menurunkan aspirasi ke tingkat yang lebih realistik, lebih berhati-hati, mendorong untuk mencari bantuan. Pengaruh kegagalan terhadap pola kepribadian yang negatif antara lain: tidak yakin akan kemampuan diri, dapat menimbulkan frustrasi, membuat malu dan canggung, menghindari situasi mengancam, memproyeksikan kesalahan kepada orang lain, murung, depresi, marah dan merusak.

5. Teori-teori Belajar

a. Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai

pelopor aliran konstruktivisme. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa (Hamzah, 2008). Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan. Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Akomodasi adalah proses mental yang

318

meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektualnya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis. Belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Menurut Sudrajat (2008) implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : (1) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak. (2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. (3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. (4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. (5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

b. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne (dalam Winkel, 1996: 89-130) tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) pemberian motivasi, (2) pemahaman, (3) pemerolehan, (4) penyimpanan, (5) mengingat kembali, (6) generalisasi, (7) penampilan dan (8) umpan balik. Implikasi teori ini terhadap pembelajaran adalah: (1) mengaktifkan motivasi belajar, (2) mengemukakan tujuan belajar, (3) mengarahkan perhatian, (4) merangsang ingatan, (5) menyediakan bimbingan belajar, (6) meningkatkan daya ingatan, (7) memperlancar terjadinya transfer belajar, dan (h) memberikan umpan balik.

319

c. Teori Belajar Gestalt Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti

sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler (dalam Sudrajat, 2008) prinsip-prinsip belajar Gestalt meliputi: (1) Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu objek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. (2) Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu. (3) Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki. (4) Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu. (5) Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan (6) Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Implikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain : (1) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. (2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. (3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. (4) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. (5) Transfer dalam belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi

320

lain dalam tata-susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

d. Teori Humanistik

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Atau proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Tokoh penting dalam teori belajar humanistik antara lain Abraham Maslow dan Carl Rogers.

1) Abraham Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal: suatu usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis yakni kebutuhan fisiologis, rasa aman, dicintai, dihargai dan aktualisasi diri. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar peserta didik. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar dimungkinkan berkembang, kalau kebutuhan dasar peserta didik dipenuhi.

2) Carl Rogers

Prinsip-prinsip dasar humanistik dari Carl Rogers yang penting diantaranya ialah (a) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami. (b) Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan peserta didik mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri. (c) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya. (d) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil. (e) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar. (f) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya. (g) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu. (h) Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari. (i) Kepercayaan terhadap diri

321

sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting. (j) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

Implikasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran: guru sebagai fasilitator, siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri, tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar, dan materi-materi pembelajaran lebih bersifat pembentukan kepribadian.

6. Menentukan Tingkat Penguasaan Kompetensi Peserta Didik

Untuk menentukan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Guru mata pelajaran menentukan KKM dengan menggunakan mekanisme sebagai berikut: (a) Menetapkan KKM setiap indikator pencapaian dengan menggunakan kriteria analisis yaitu kompleksitas, daya dukung dan intake peserta didik; (b) Menetapkan KKM setiap Kompetensi Dasar (KD) yang merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam KD tersebut; (c) Menetapkan KKM setiap Standar Kompetensi (SK) yang merupakan rata-rata KKM KD yang terdapat dalam SK tersebut; dan (d) menetapkan KKM mata pelajaran yang merupakan rata-rata dari semua KKM SK yang terdapat dalam satu tahun pembelajaran dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) atau rapor (Direktorat Pembinaan SMA, 2010: 26).

7. Kesulitan Belajar Peserta Didik

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah terdapat karakterisktik peserta didik yang beraneka ragam. Ada peserta didik yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula peserta didik yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam usaha mencapai hasil belajar (Mulyati, 2010: 7-8). Hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar peserta didik mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning disabilities (Sudrajat, 2008). Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Learning Disfunction merupakan gejala proses belajar yang dilakukan peserta didik tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Under Achiever, peserta didik sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Slow Learner atau lambat belajar adalah peserta didik yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok peserta didik lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Learning Disabilities atau ketidakmampuan

322

belajar, peserta didik tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif. Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar (Mulyati, 2010: 8), antara lain : (a) Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya. (b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah. (c) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan. (d) Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya. (e) Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan (f) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.

8. Tugas-tugas Perkembangan Peserta Didik

Salah satu prinsip perkembangan bahwa setiap individu akan mengalami fase perkembangan tertentu, yang merentang sepanjang hidupnya. Pada setiap fase perkembangan ditandai dengan adanya sejumlah tugas-tugas perkembangan tertentu yang seyogyanya dapat dituntaskan. Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya apabila gagal, akan menyebabkan ketidakbahagiaan individu yang bersangkutan, menumbuhkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya (Yusuf, 2001: 65). Tugas perkembangan individu bersumber pada faktor–faktor: (a) kematangan fisik, (b) tuntutan masyarakat secara kultural, (c) tuntutan dan dorongan dan cita-cita individu itu sendiri, dan (d) norma-norma agama.

Havighurst (dalam Yusuf, 2001: 66-100) memerinci tugas perkembang-an dari setiap fase sebagai berikut:

a. Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awa l (0.0–6.0)

Tugas perkembangannya meliputi: 1) Belajar berjalan pada usia 9.0 – 15.0 bulan; Belajar memakan makan padat; 2) Belajar berbicara; 3) Belajar buang air kecil dan buang air besar; 4) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin; 5) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis; 6) Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam; 7) Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain; dan 8) Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan pengembangan kata hati.

b. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir dan An ak Sekolah (6.0-12.0)

Tugas perkembangannya meliputi: 1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan; 2) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis; 3) Belajar bergaul dengan teman sebaya; 4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya; 5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung; 6) Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari; 7) Mengembangkan kata hati; 8)

323

Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi; dan 9) Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.

c. Tugas Perkembangan Masa Remaja (12.0-21.0)

Tugas perkembangannya meliputi: 1) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya; 2) Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita; 3) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif; 4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya; 5) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi; 6) Memilih dan mempersiapkan karier; 7) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga; 8) Mengem-bangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warganegara, Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial, dan Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk dalam berperilaku.

d. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal

Tugas perkembangannya meliputi: Memilih pasangan hidup, Belajar hidup dengan pasangan, Memulai hidup dengan pasangan, Memelihara anak, Mengelola rumah tangga, Memulai bekerja, Mengambil tanggung jawab sebagai warganegara, dan Menemukan suatu kelompok yang serasi.

Depdiknas (dalam Sudrajat, 2008) memberikan rincian tentang tugas perkembangan masa remaja untuk usia tingkat SLTP dan SLTA, yang dijadikan sebagai rujukan Standar Kompetensi Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, yaitu :

1) Tugas Perkembangan Peserta Didik Tingkat SLTP

Tugas perkembangannya meliputi: Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat; Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita; Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas; Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni; Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat; Mengenal gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi; dan Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia.

2) Tugas Perkembangan Peserta Didik Tingkat SLTA

Tugas perkembangannya meliputi: Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita; Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat; Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas; Mencapai kematangan dalam pilihan karir; Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi; Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang

324

berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni; dan Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

9. Gaya Belajar

Menurut Dunn (dalam Jacobsen dkk, 2009: gaya belajar merupakan cara setiap peserta didik memulai berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi. Oleh karena itu peserta didik mengartikan dan menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan cara-cara yang berbeda. Ada beberapa gaya belajar yakni visual, auditori dan kinestetik seperti berikut ini. a. Gaya belajar visual

Merupakan gaya belajar yang menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang termasuk gaya belajar visual ini yakni: 1) kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya; 2) memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna dan bentuk-bentuk gambar; 3) memiliki kesukaran dalam berdialog secara langsung; 4) sulit mengikuti anjuran secara lisan; dan 5) seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

Yang perlu dilakukan guru dalam menghadapi peserta didik yang memiliki gaya belajar ini adalah: 1) memberikan stimulus pembelajar berupa bahan-bahan visual (antara lain gambar, peta, grafik); 2) guru sebaiknya memberikan bahan ajar; dan 3) untuk memperjelas penyampai-an informasi guru menggunakan bahasa tubuh dan ekspresi wajah yang tepat.

b. Auditori

Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa me-mahami dan mengingat inofrmasi. Karakteristik peserta didik orang yang memiliki gaya belajar ini adalah: 1) semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran; 2) memiliki kesukaran untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung; dan 3) memiliki kesukaran dalam menulis ataupun membaca.

Dalam menghadapi peserta didik yang memiliki gaya belajar ini, hal-hal yang perlu dilakukan guru adalah: 1) memberi kesempatan untuk mempresentasikan materi pembelajaran; 2) menggunakan metode dis-kusi; dan 3) memberikan materi pembelajaran yang disampaikan secara lisan.

c. Kinestetik

Peserta didik yang memiliki gaya belajar ini akan belajar dengan baik apabila melakukan kegiatan fisik, melakukan aktivitas gerak dan melakukan praktik. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya belajar ini: 1) menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya; 2) Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak; dan 3) Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif.

Untuk itu dalam pembelajaran guru perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini: 1) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencatat materi pembelajaran dan 2) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan proyek, aplikasi/praktik, mendemon-strasikan dan memanfaatkan laboratorium.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan PAIKEM perlu ditemukan gaya belajar peserta didik yang tepat dan selanjutnya penggunaan metode pembelajaran yang relevan dengan gaya belajar peserta didik. Mengingat sistem pembelajaran

325

dilaksanakan secara klasikal, sehingga secara serentak guru menghadapi peserta didik dengan gaya yang berbeda-beda, maka dianjurkan menggunakan multi metode yang relevan.

10. Hakekat Paikem

PAIKEM adalah singkatan dari P: Pembelajaran, A: Aktif, I: Inovatif, K; Kreatif, E: Efektif, dan M: Menyenangkan. PAIKEM didasarkan pada alasan-alasan berikut: a. Tuntutan Perundang-undangan

Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 40 ayat 2 menyatakan: “Pendidik dan Tenaga Kependidikan berkewajiban: a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.

Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan: “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik”.

Amanat yang terkandung dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut di atas, yaitu kegiatan pembelajaran harus dirancang agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Untuk dapat melaksanakan amanat tersebut, guru seharusnya mengubah paradigma guru mengajar di kelas menjadi guru yang membelajarkan peserta didik.

b. Asumsi dasar belajar: Peserta Didik yang membang un konsep Belajar dalam konteks PAIKEM dimaknai sebagai proses aktif membangun

pengetahuan atau membangun makna dan didasari pandangan konstruktivisme. Pandangan kontruktivisme menyatakan bahwa peserta didik harus membangun pengetahuan di dalam benak mereka sendiri. Setiap pengetahuan atau kemampuan hanya bisa diperoleh atau dikuasai oleh seseorang apabila orang itu secara aktif mengkontruksi pengetahuan atau kemampuan itu di dalam pikirannya. Konstruktivisme terbagi dalam dua bagian, yaitu konstruktivisme psikologis dan konstruktivisme sosiologis. Konstruktivisme psikologis bertolak dari perkembangan psikologis anak dalam membangun pengetahuannya, sedangkan konstruktivisme sosiologis lebih bertolak dari pandangan bahwa masyarakat yang membangun pengetahuan.

Dalam implementasi pembelajaran, Piaget menekankan pembelajaran melalui penemuan, pengalaman-pengalaman nyata dan memanipulasi langsung alat, bahan atau media belajar yang lain. Guru mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar yang luas. Menurut Piaget, perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi yang terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian suatu kerangka mental oleh peserta didik untuk memahami lingkungan mereka, sehingga peserta didik bebas membangun pemahaman mereka sendiri.

Pendekatan konstruktivitis dalam pengajaran lebih menekankan pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada peserta didik tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1994). Bantuan

326

tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan peserta didik itu belajar mandiri. Pendekatan konstruktivitis dalam pengajaran juga lebih menekankan proses pengajaran secara top-down dari pada bottom-up. Top-down berarti bahwa peserta didik mulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian peserta didik memecahkan atau menemukan (dengan bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. (Slavin, 1994). Konsekuensinya, Vygotsky (Slavin, 1997) menyarankan agar dalam pembelajaran digunakan model pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan.

Kata pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan pada PAIKEM dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran harus

lebih berpusat pada peserta didik daripada berpusat pada guru. Untuk itu, guru harus merancang kegiatan yang dapat dilakukan peserta didik berupa kegiatan berpikir (minds-on) dan berbuat (hands-on). Melalui kegiatan yang dilakukan diharapkan peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru, atau menghasilkan suatu hasil karya.

2) Inovatif dimaksudkan dalam proses pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi positif yang lebih baik. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika peserta didik sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi peserta didik yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik.

3) Kreatif dimaksudkan dalam proses pembelajaran perlu mengembangkan kreativitas peserta didik, karena pada dasarnya mereka memiliki rasa ingin tahu dan penuh dengan imajinasi. Selain itu, pembelajaran hendaknya dapat mendorong peserta didik berpikir tingkat tinggi untuk mencari berbagai alternatif cara untuk memecahkan masalah. Untuk itu guru diharapkan juga dapat menciptakan kegiatan belajar yang kreatif dan beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik.

4) Efektif dimaksudkan setelah proses pembelajaran berlangsung dapat ditunjukkan adanya pencapaian kompetensi baru oleh peserta didik, sebab pembelajaran memiliki sejumlah kompetensi yang harus dicapai.

5) Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.

Secara garis besar PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenang-kan, dan cocok bagi peserta didik.

327

3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’

4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.

5) Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama proses

pebelajaran. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.

Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong peserta didik untuk berperan aktif dalam pembelajaran

Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya: a. Percobaan b. Diskusi kelompok c. Memecahkan masalah d. Mencari informasi e. Menulis laporan/cerita/puisi f. Berkunjung keluar kelas

Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam.

Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya: a. Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri b. Gambar c. Studi kasus d. Nara sumber e. Lingkungan

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan

Peserta didik: a. Melakukan percobaan, pengamatan, atau

wawancara b. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya

sendiri c. Menarik kesimpulan d. Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri. e. Menulis laporan hasil karya dengan kata-kata

sendiri. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan

Melalui: a. Diskusi b. Lebih banyak pertanyaan terbuka c. Hasil karya yang merupakan anak sendiri

Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan peserta didik

a. Peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)

b. Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.

c. Peserta didik diberi tugas perbaikan atau pengayaan.

Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman peserta didik sehari-hari.

a. Peserta didik menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.

b.Peserta didik menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari

328

Menilai KBM dan kemajuan belajar peserta didik secara terus-menerus

a. Guru memantau kerja peserta didik. b.Guru memberikan umpan balik.

Untuk mewujudkan kelas yang bernuansa PAIKEM, diperlukan dukungan dari

berbagai faktor termasuk penataan ruang kelas. Gambar 1 menunjukkan contoh bentuk penataan kelas yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan. Sekali lagi, tidak ada bentuk yang paling baik. Semua baik bila digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi nyata di kelas, yaitu jumlah peserta didik, bentuk meja kursi dan perabotan yang lain akan menjadi pertimbangan dalam menata kelas.

GAMBAR 1 PENATAAN KELAS

329

11. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI PAIKEM a. Kerangka Kerja Pengajaran

Dalam kerangka kerja pengajaran, istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, dan metode pembelajaran. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Untuk menunjukkan hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2 kerangka dasar pengajaran.

GAMBAR 2 KERANGKA KERJA PENGAJARAN

330

Model pembelajaran menggambarkan tingkat terluas dari praktek pendidikan dan berisikan orientasi filosofi pembelajaran. Model digunakan untuk menyeleksi dan menyusun strategi pengajaran, metode, keterampilan, dan aktivitas peserta didik untuk memberikan tekanan pada salah satu bagian pembelajaran (topik konten). Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992). Atas dasar pemikirannya (dalam Winataputra 2005: 3), yang dimaksud model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Lebih lanjut Ismail (2003) menyebutkan bahwa istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai.

Dalam setiap model terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Menurut arti secara leksikal, strategi pembelajaran adalah rencana atau kebijakan yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian strategi pembelajaran mengacu kepada pendekatan yang dapat dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran dikelompokkan menjadi strategi langsung (direct), strategi tidak langsung (indirect), strategi interaktif (interactive), strategi melalui pengalaman (experiential), dan strategi mandiri (independent).

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas di mana guru dan peserta didik terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Selain memiliki keragaman model, strategi, dan metode pembelajaran, guru juga perlu memilki keterampilan-keterampilan pembelajaran Keterampilan merupakan perilaku pembelajaran yang sangat spesifik. Di dalamnya terdapat teknik-teknik pembelajaran seperti teknik bertanya, diskusi, pembelajaran langsung, teknik menjelaskan dan mendemonstrasikan. Dalam keterampilan-keterampilan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan perencanaan yang dikembangkan guru, struktur dan fokus pembelajaran, serta pengelolaan pembelajaran.

b. Peranan Guru dalam Pembelajaran

Guru adalah jabatan profesional dengan cirri memerlukan persiapan/pendidikan khusus, menuntut kecakapan sesuai persyaratan dari pihak yang berwenang, serta mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau negara. Menurut UU Pendidikan RI No.20 Thn 2003 Guru adalah tenaga pendidik dengan tugas utama di bidang profesi adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih. Di bidang kemanusiaan sebagai orang tua kedua, dan di bidang kemasyarakatan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Salah satu peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator. Tugas sebagai fasilitator relatif lebih berat dibandingkan hanya sebagai transmiter pembelajaran. Guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancang, model, pelatih, dan pembimbing. Di samping sebagai

331

fasilitator, secara lebih spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learners, sebagai manager, dan sebagai mediator. Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk peserta didik, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, mengubah strategi ketika peserta didik sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.

Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai isi, menseleksi proses-proses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan peserta didik.

Sebagai mediator, guru memandu mengetengahi antar peserta didik, membantu para peserta didik memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para peserta didik mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan cara mengaitkan gagasan-gagasan para peserta didik, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada peserta didik ikut berpikir kritis. Terkait dengan desain pembelajaran, peran guru adalah menciptakan dan memahami sintaks pembelajaran. Penciptaan sintaks pembelajaran yang berlandaskan pemahaman akan mempermudah implementasi pembelajaran oleh guru lain atau oleh peserta didik itu sendiri. Sintaks pembelajaran adalah langkah-langkah operasional yang dijabarkan berdasarkan teori desain pembelajaran. Sintaks pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik acap kali mengalami adaptasi sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menjadi penting untuk menyempurnakan sintaks yang rekursif, fleksibel, dan dinamis.

Tugas sebagai fasilitator relatif lebih berat dibandingkan hanya sebagai transmiter pembelajaran. Guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancang, model, pelatih, dan pembimbing. Di samping sebagai fasilitator, secara lebih spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learners, sebagai manager, dan sebagai mediator. Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk peserta didik, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika peserta didik sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.

Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai isi, menseleksi proses-proses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan peserta didik. Sebagai mediator, guru memandu mengetengahi antar peserta didik, membantu para peserta didik memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para peserta didik mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para peserta didik, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada peserta didik ikut berpikir kritis.

Di samping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat

332

digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam. Apabila konsep pembelajaran tersebut dipahami oleh para guru, maka upaya mendesain pembelajaran bukan menjadi beban, tetapi menjadi pekerjaan yang menantang.

c. Model-model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu (1) sintakmatik (syntax), yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) sistem sosial (social system), adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) prinsip reaksi (principles of reaction), menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon peserta didik, (4) sistem pendukung (support system), segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) dampak instruksional dan pengiring/penyerta (instructional dan nurturant effects)—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

Di sini akan diuraikan beberapa model pembelajaran, pengertian, karakteristik, dan sintaksnya.

1). Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung atau model pengajaran langsung (direct instruction) bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi prilaku dan teori belajar sosial khususnya tentang pemodelan (modeling). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perubahan perilaku dalam belajar sebagian besar diperoleh dari pemodelan, yaitu perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain. Oleh karena itu, pembelajaran langsung merupakan model pengajaran yang bersifat teacher centered. a) Tujuan Model Pembelajaran Langsung

(1) Membantu peserta didik untuk memperolah pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Misalnya bagaimana cara menggunakan alat dalam melakukan suatu eksprimen.

(2) Membantu untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu penghetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata), misalnya nama-nama bagian suatu alat.

Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Fase Ke- Indikator Aktivitas Guru

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar

2. Mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan

Guru mendemontrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

3. Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

4. Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik

Guru mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.

5. Memberikan kesempatan untuk

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan pelatihan khusus pada

333

Fase Ke- Indikator Aktivitas Guru

pelatihan dan penerapan

penerapan kepada situasi lebih kompleks dan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

b) Lingkungan belajar model pembelajaran langsung

Lingkungan belajar perlu diatur dengan baik sehingga penerapan metode ceramah, ekspositori, demonstrasi, dan tanya jawab dapat terlaksana dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dapat tercapai.

2). Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuki mencapai tujuan bersama. Menurut teori motivasi, bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat peserta didik melakukan kegiatan merupakan motivasi dalam pembelajaran kooperatif. Struktur tujuan kooperatif menciptakan suatu situasi bahwa tujuan pribadi dapat tercapai hanya apabila kelompok itu berhasil. Sebelum pembelajaran kooperatif diterapkan, peserta didik perlu mengetahui keterampilan-keterampilan kooperatif yang akan digunakan bekerja dalam tim. Model pembelajaran ini sejalan dengan salah satu prinsip CTL, yaitu learning community. a) Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

(1) Membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar optimal dan mengembangkan keterampilan sosial peserta didik.

(2) Mengajarkan keterampilan bekerjasama dan berkolaborasi (3) Memberdayakan peserta didik kelompok atas sebagai tutor sebaya bagi

kelompok bawah.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase ke-

Indikator Aktivitas Guru

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (sandar kompetensi) yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

2. Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3. Mengorganisikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas dalam hal menggunakan keterampilan kooperatif.

334

Fase ke-

Indikator Aktivitas Guru

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya.

6. Memberikan penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

b) Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Kooperatif

Lingkungan belajar dicirikan oleh proses demokratis dan peranan aktif peserta didik dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya.

Lingkungan belajar untuk dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif adalah : (1) Metode : Metode mengajar yang dapat digunakan adalah penemuan,

inkuiri, pemecahan masalah, atau pemberian tugas melalui pendekatan kontekstual dan open-ended.

(2) Media : Buku peserta didik, LKS (3) Peralatan/bahan : Sesuai dengan materi (4) Prasarana/sarana : Kelas yang dapat digunakan untuk diskusi

kelompok c) Sistem Manajemen Model Pembelajaran Kooperatif

(1) Guru membagi peserta didik dalam kelompok kecil 4-5 orang/kelompok (2) Guru menjelaskan prosedur, kerja kelompok (3) Guru membimbing kelompok jika diperlukan dan memonitor semua

kegiatan peserta didik. (4) Materi pembelajaran seperti buku peserta didik dan LKS harus tersedia

di kelas. (5) Guru memberikan kuis pada setiap akhir pokok bahasan secara

individual. (6) Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang berhasil.

d) Unsur-Unsur Dasar Dalam Pembelajaran Kooperatif (1) Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

“sehidup sepenanggungan”. (2) Setiap peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap peserta didik

lainnya dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

(3) Peserta didik haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

(4) Peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

(5) Setiap peserta didik akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

(6) Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

(7) Peserta didik akan diminta mempertanggungkawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

335

e) Beberapa Variasi atau Tipe Pembelajaran Kooperatif (1) Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert Slavin, dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD terdiri dari sintaks kegiatan pengajaran sebagai berikut: (a) Mengajar: Mempresentasikan pelajaran. (b) Belajar dalam tim: peserta didik bekerja dalam tim mereka dengan

dipandu oleh lembar kegiatan peserta didik untuk menuntaskan materi pelajaran.

(c) Tes: peserta didik mengerjakan kuis atau tugas individual lain (misalnya tes essai atau kinerja).

(d) Penghargaan tim: Skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tertinggi.

(2) Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada dasarnya sintaks atau

langkah-langkah pembelajarannya sesuai dengan tipe STAD. Tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan adaptasi oleh Slavin. Pada tipe ini materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Anggota tim yang berbeda dan memiliki materi sama berkumpul membentuk kelompok ahli untuk belajar dan saling membantu mempelajari materi tersebut. Selanjutnya anggota kelompok ahli ini kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajari dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya kepada teman kelompok asal. Ilustrasi yang menunjukkan pembelajaran Jigsaw dapat dilihat pada gambar 3.

X X X

X X

X X X

X X

X X X

X X

X X X

X X

X X X

X X

X X X

X

Kelompok ahli

Kelompok asal

(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap tim asal)

X X X

X

336

(3) Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelomp ok Investigasi Kelompok (IK) merupakan model pembelajaran kooperatif

yang lebih kompleks dari tipe kooperatif sebelumnya, dan agak sulit diterapkan. Tipe ini memerlukan Guru untuk mengajarkan keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Dalam penerapan IK, peserta didik memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan laporan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Ada enam langkah IK seperti berikut: (a) Pemilihan topik: peserta didik memilih subtopik khusus dalam suatu

masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh Guru. (b) Perencanaan kooperatif: peserta didik dan Guru merencanakan

prosedur pembelajaran, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih.

(c) Implementasi: peserta didik menerapkan rencana yang telah mereka tetapkan pada tahap kedua. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

(d) Analisis dan sintesis: peserta didik menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan mempersiapkan presentasi di depan kelas.

(e) Presentasi hasil final: beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya, dengan tujuan agar semua peserta didik mengetahui topik. Presentasi ini dikoordinasikan oleh Guru.

(f) Evaluasi: dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, peserta didik dan Guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat berupa individual atau kelompok.

(4) Pembelajaran Kooperatif Tipe Pendekatan Struktu ral (PS)

Pembelajaran ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Terdapat dua macam struktur PS yang terkenal, yaitu Think-Pair-Share (TPS) dan Numbered-Heads-Togther (NHT). Struktur Think-Pair-Share (TPS)

Struktur TPS memiliki langkah-langkah yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut: Langkah 1: Thinking (berpikir): Guru mengajukan suatu pertanyaan atau

isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta peserta didik untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Langkah 2: Pairing (berpasangan): Guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap berpikir. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya Guru memberi waktu 4 – 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3: Sharing (berbagi): pada langkah akhir, Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif

337

dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan, sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

(5) Struktur Numbered-Heads-Together (NHT) Struktur NHT biasanya juga disebut berpikir secara berkelompok.

NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: Langkah 1 : Penomoran: Guru membagi peserta didik ke dalam

kelompok beranggota 3 – 5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

Langkah 2 : Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.

Langkah 3 :Berpikir bersama: Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.

Langkah 4 : Menjawab: Guru memanggil peserta didik dengan nomor tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Perbandingan Antara Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Kooperatif.

Berikut ini ditampilkan tabel yang memuat perbandingan antara pembelajaran kooperatif dan pembelajaran tradisional.

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional

1. Kepemimpinan bersama.

2. Saling ketergantungan yg positif.

3. Keanggotaan yang heterogen.

4. Mempelajari keterampilan kooperatif.

5. Tanggung jawab terhadap hasil

belajar seluruh anggota kelompok.

6. Menekankan pada tugas dan

hubungan kooperatif.

7. Ditunjang oleh Guru.

8. Satu hasil kelompok.

9. Evaluasi kelompok.

1. Satu pemimpin.

2. Tidak ada saling ketergantungan.

3. Keanggotaan homogen.

4. Asumsi adanya keterampilan sosial.

5. Tanggung jawab tehadap hasil

belajar sendiri.

6) Hanya menekankan pada tugas.

7) Diarahkan oleh Guru.

8) Beberapa hasil individual.

9) Evaluasi individual.

3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah dapat menyajikan masalah autentik dan

bermakna sehingga peserta didik dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri. Peranan Guru dalam model ini adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan interaksi peserta didik. Model pembelajaran ini berlandaskan

338

psikologi kognitif dan pandangan konstruktif mengenai belajar. Model ini juga sesuai prinsip-prinsip CTL, yakni inquiri, konstruktivisme, dan menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi. a) Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir,

memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual. (2) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran melalui

pengalaman nyata atau simulasi sehingga ia dapat mandiri.

Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Ke-

Indikator Aktivitas Guru

1. Orientasi peserta didik kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

b) Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Berbasis Masalah (1) Lingkungan belajar dicirikan oleh proses demokrasi, keterbukaan,

dan peranan peserta didik yang aktif. (2) Lingkungan berorientasi pada pengajuan dan pemecahan masalah,

baik dari Guru terlebih dari peserta didik. Dengan lingkungan sebagai: (a) Metode : Disesuaikan dengan pokok bahasan (b) Media : Informasi tertulis, media, benda

manipulatif, pendekatan, teori belajar atau pemecahan masalah itu sendiri.

(c) Peralatan/bahan : Disesuaikan dengan mata pelajaran dan pokok bahasan.

(d) Sarana/prasarana : Disesuaikan dengan mata pelajaran dan pokok bahasan.

c) Sistem Manajemen Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(1) Guru mengarahkan peserta didik untuk mengajukan masalah yang menantang (sesuai dengan mata pelajaran masing-masing).

(2) Peserta didik mengajukan pertanyaan atau soal terhadap masalah yang telah dipilih oleh Guru dan peserta didik untuk dipecahkan.

339

(3) Peserta didik dan Guru menelaah pertanyaan atau soal yang diajukan oleh peserta didik dalam hal jenis, tingkat keterselesaian, dan kandungan informasi pertanyaan tersebut.

(4) Keseluruhan proses diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat mandiri dan percaya diri dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah.

(5) Metode mengajar yang dapat digunakan adalah penemuan, inquiri, pengajuan dan pemecahan masalah, atau pemberian tugas melalui pendekatan kontekstual dan open-ended.

4) Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual a) Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan peserta didik (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan.

b) Tujuan Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian peserta didik di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga peserta didik kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

c) Prinsip pembelajaran kontekstual Peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi peserta didik. Pembelajaran kontekstual menekankan pada berfikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan, dan pensintesaan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan.

d) Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual Pada pelaksanaan pembelajaran kontekstual perlu memperhatikan tujuh komponen pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu: modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik), learning community (seluruh peserta didik partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, peserta didik belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis melalui identifikasi, investigasi, hipotesis, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis, berdasar pada pengetahuan awal, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian proses dan hasil pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha peserta didik, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

e) Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Berdasarkan ketujuh komponen tersebut, maka pelaksanaan

pembelajaran kontekstual meliputi kegiatan berikut ini:

340

(1) Pendahuluan Pada kegiatan ini guru mengingatkan peserta didik tentang materi pelajaran yang lalu, memotivasi peserta didik, mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara rinci dan jelas, dan menjelaskan model pembelajaran yang akan dijalani. Pada tahap ini, guru juga mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

(2) Kegiatan Inti Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah kontekstual kepada peserta didik sesuai dengan pengalaman, tingkat pengetahuannya, dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut. Melalui kegiatan inkuiri peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif partisipatif dalam diskusi kelompok. Peserta didik diberi kesempatan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau peserta didik lain, menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau peserta didik lain, mencari alternatif penyelesaian yang lain. Pada tahap ini diperlukan model sebagai contoh pembelajaran.

(3) Penutup Pada kegiatan ini guru melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran, dan melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

5). Model Pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik

a) Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik bertolak dari

masalah-masalah kontektual, peserta didik aktif, guru berperan sebagai fasilitator, peserta didik bebas mengeluarkan idenya, peserta didik sharing ide-idenya, peserta didik dengan bebas mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain. Guru membantu membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing peserta didik mengambil keputusan tentang ide terbaik untuk mereka.

Titik awal proses belajar dengan pendekatan matematika realistik menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai konsep awal tentang ide-ide matematika. Setelah peserta didik terlibat secara bermakna dalam proses belajar, maka proses tersebut dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi. Pada proses pembentukan pengetahuan baru tersebut, peserta didik bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri. Peran guru hanya fasilitator belajar. Idealnya, guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif. Guru harus memberi kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu peserta didik dalam menafsirkan persoalan real.

Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik memiliki lima buah karakteristik, yaitu: (1) Menggunakan masalah konstekstual (the use of context) Pembelajaran diawali dengan menggunakan masalah kontekstual

(dunia nyata), tidak dimulai dari sistem formal. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai topik awal pembelajaran harus merupakan masalah sederhana yang “dikenali” oleh peserta didik.

341

(2) Menggunakan model (use models, bridging by vertical instrument) Istilah model berkaitan dengan dengan model situasi dan model

matematika yang dikembangkan sendiri oleh peserta didik. Sewaktu mengerjakan masalah kontekstual, diharapkan peserta didik mengembangkan model mereka sendiri.

(3) Menggunakan kontribusi peserta didik (students constribution) Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan datang

dari konstruksi dan produksi peserta didik sendiri, yang mengarahkan mereka dari metode informal mereka kearah yang lebih formal. Streefland (1991) menekankan bahwa dengan produksi dan konstruksi, peserta didik terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka sendiri anggap penting dalam proses belajar mereka.

(4) Interaktivitas (interactivity) Interaksi antar peserta didik dan dengan guru merupakan hal penting

dalam pembelajaran matematika realistik. Guru harus selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka sendiri melalui proses belajar yang interaktif, seperti presentasi individu, kerja kelompok, diskusi kelompok, maupun diskusi kelas Negosiasi, intervensi, kooperatif dan mengevaluasi sesama peserta didik dan juga dengan guru adalah faktor penting dalam proses belajar mengajar. Peserta didik bebas untuk bertanya, menyatakan persetujuan atau penolakan pendapat temannya, dan menarik kesimpulan.

(5) Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya (intertwining) Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya

pembahasan suatu topik tercakup dalam beberapa konsep yang berkaitan, oleh karena itu keterkaitan dan keintegrasian antar topik (unit pelajaran) harus dieksploitasi untuk mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang lebih bermakna.

b) Mendesain Model Pembelajaran Matematika Realistik Untuk mendesain suatu model pembelajaran berdasarkan pendekatan

realistik, model tersebut harus merepresentasikan karakteristik pembelajaran matematika realistik baik pada tujuan, materi, metode dan evaluasi. Dengan rambu-rambu sebagai berikut.

Tujuan. Tujuan harus menekankan pada kemampuan berargumentasi, berkomunikasi dan pembentukan sikap kritis.

Materi. Desain suatu materi yang sangat terbuka untuk dapat didiskusikan di kelas; yang berangkat dari suatu situasi dalam realitas, berangkat dari konteks yang berarti dalam kehidupan peserta didik.

Aktivitas. Aktivitas peserta didik harus diatur sehingga mereka dapat berinteraksi sesamanya. Berdiskusi, negosiasi, dan kolaborasi. Pada situasi ini peserta didik mempunyai kesempatan untuk bekerja, berfikir dan berkomunikasi dengan menggunakan matematika. Peranan guru hanya sebatas fasilitator atau pembimbing.

Evaluasi. Materi evaluasi dibuat dalam bentuk ‘open question’ yakni pertanyaan terbuka, pertanyaan yang jawabnya tidak tunggal; yang memancing peserta didik untuk menjawab secara bebas dan menggunakan beragam strategi atau beragam jawaban (free productions).

c) Pelaksanaan Model Pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik (1) Pendahuluan: Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi

peserta didik sesuai dengan pengalaman dan tingkah pengetahuannya sehingga peserta didik segera terlibat dalam pembelajaran secara

342

bermakna. Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.

(2) Pengembangan: Peserta didik mengembangkan atau menciptakan model-model

matematis simbolik secara informal terhadap persoalan atau maslah yang diajukan. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Peserta didik diberi kesempatan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau peserta didik lain, menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau peserta didik lain, mencari alternatif penyelesaian yang lain.

(3) Penutup Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau

terhadap hasil pelajaran 5) Model Penemuan Terbimbing a) Pengertian

Dalam model ini, peserta didik didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat ‘menemukan’ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh peserta didik dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Peserta didik dihadapkan kepada situasi di mana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu peserta didik agar menggunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas peserta didik dan membantu mereka dalam ‘menemukan’ pengetahuan yang baru tersebut. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila peserta didik dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan ‘mengkonstruksi’ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Model ini bisa dilakukan baik secara perseorangan maupun kelompok. Secara sederhana, peran peserta didik dan guru dalam model penemuan terbimbing ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Penemuan Terbimbing Peran Guru Peran Peserta didik Sedikit bimbingan -menyatakan persoalan - menemukan pemecahan

Banyak bimbingan - menyatakan persoalan - memberikan bimbingan

- mengikuti petunjuk - menemukan penyelesaian

b) Langkah-langkah dalam Penemuan Terbimbing. Agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru adalah sebagai berikut: (1). Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada peserta didik dengan data

secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh peserta didik tidak salah.

(2) Dari data yang diberikan guru, peserta didik menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan peserta didik untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

343

(3) Peserta didik menyusun prakiraan/hipotesis dari hasil analisis yang dilakukannya.

(4) Bila dipandang perlu, prakiraan/hipotesis yang telah dibuat oleh peserta didik tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan peserta didik, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.

(5) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada peserta didik untuk menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran prakiraan/hipotesis.

(6) Sesudah peserta didik menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

6). CHILD FRIENDLY TEACHING MODEL (CFTM)

Pembelajaran ramah anak dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mencerminkan 3Ps (Provisi, partisipasi, dan proteksi) peserta didik pada setiap bagian kegiatan secara berurutan. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif, maka berikut ini disajikan sintakmatik model:

a) Kegiatan Awal Pembelajaran

Hal yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah membangunkan minat, membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang peserta didik untuk berfikir. Bila minat peserta didik, rasa ingin tahu peserta didik telah bangkit, serta peserta didik telah terangsang untuk berfikir ini berarti peserta didik telah siap secara mental untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, dan bila terjadi sebaliknya berarti secara mental peserta didik belum siap terlibat dalam pembelajaran. Mengawali kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan prosedur berikut ini: (1) Menentukan rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal

pembelajaran. (2) Mengucapkan salam pembuka yang menghangatkan peserta didik. (3) Mengkomunikasikan indikator pencapaian kompetensi, sumber belajar,

media pembelajaran, dan bahan yang akan digunakan (4) Memotivasi peserta didik (5) Menarik perhatian peserta didik misal dengan cara mengajukan

pertanyaan. Dalam hal ini dapat menempuh langkah-langkah berikut ini: (1) Menyediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran

yang akan diajarkan. (2) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan.

(3) Meminta peserta didik untuk menyebar di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya

(4) Mendorong peserta didik untuk saling membantu. (5) Meminta peserta didik untuk kembali ke tempat semula dan gunakan

teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka dapatkan. (6) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang

berfikir peserta didik menjawab pertanyaan yang tak satupun peserta didik bisa menjawab.

344

(7) Menggunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.

b) Kegiatan Inti Pembelajaran

Kegiatan inti merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi akti f, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses engaging, activating, sharing dan empowering (EASE).

(1) Enganging (Libatkan) Kegiatan inti awal ini dimaksudkan untuk menstimulasi rasa ingin

tahu peserta didik dengan melibatkan mereka dalam langkah-langkah yang bisa dilakukan sebagai berikut: (a) melibatkan peserta didik mencari informasi yangluas dan dalam

tenang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

(b) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

(c) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

(d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

(e) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

(2) Activating (Aktifkan) Setelah terlibat dalam langkah-langkah awal mengenali topik dan

tema materi, kegiatan selanjutnya dimaksudkan untuk mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran, dilakukan dengan langkah-langkah:

(a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

(b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

(c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

(d) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

(3) Sharing (Bagikan) Kegiatan selanjutnya memfasilitasi peserta didik untuk

mengkomunikasikan dan berbagi pengetahuan hasil diskusi dan analisis mereka. Bisa dilakukan dengan langkah-langkah: (a) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

345

(b) memfasilitasi peserta didik melaporkan hasil diskusi dan analilsis yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

(c) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan variasi; kerja individual maupun kelompok;

(4) Empowering (Berdayakan) Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberdayakan peserta didik.

Bisa dilakukan dengan langkah-langkah: (a) memfasilitasi peserta didik melakukan presentasi, pameran,

turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; (b) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. (c) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

(d) memberikan konfirmasi terhadap hasil diskusi dan presentasi peserta didik

(e) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

(f) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

c) Kegiatan Menutup Pembelajaran Pada kegiatan menutup pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk: (1) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran; (2) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; (3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; (4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

(5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 4. MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN

Beberapa hal yang mendasar dalam proses belajar mengajar salah satunya adalah cara menyajikan materi kepada peserta didik untuk mencapai tujuan atau biasa disebut dengan istilah metode pembelajaran. Ketepatan dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan metode pembelajaran yang relevan akan mempermudah dan mempercepat proses penyampaian ilmu kepada peserta didik. Beberapa metode pembelajaran yang mendukung PAIKEM adalah: 1) Metode Demonstrasi

Guru menunjukkan suatu proses, kejadian/peristiwa, atau cara beroperasi suatu alat untuk mencapai hasil yang maksimal. Cara ini dapat dilakukan secara bervariasi dari sekedar memberikan pengetahuan yang mudah sampai yang sulit yang memerlukan analisis pemecahan masalah. Untuk efektifitas metode ini diperlukan langkah-langkah khusus.

2) Metode Inquiri Metode ini oleh Carin dan Sund dikenal dengan the process of

investifgating a problem. Sementara Piaget memahami sebagai metode untuk mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga apa yang terjadi adalah merupakan bagian dari penggalian,

346

pertanyaan, dan pemberdayaan potensi mereka sendiri. Metode ini akan memberikan makna yang sangat tinggi terutama bagi mereka yang bvenar-benar mengedepankan kejujuran dalam proses pembelajaran.

3) Metode Penemuan Metode penemuan (discovery) menekankan aspek memperoleh

pengalaman langsung. Metode ini memerlukan langkah-langkah antara lain: harus ditengarai ada masalah yang akan ditemukan, tersedia alat bantu, dll.

4) Metode Eksperimen Metode ini melibatkan peserta didik untuk bekerja dengan benda-benda,

bahan-bahan, atau peralatan laboratorium, baik secara individu maupun kelompok. Eksperimen merupakan metode pemecahan masalah yang di dalamnya mengandung pengujian suatu hipotesis dan biasanya terdapat berbagai variabel yang memerlukan kontrol yang ketat. Jadi yang diteliti lazimnya adalah pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain.

5) Metode Karyawisata/Outbound Metode karyawisata ini merupakan metode yang memerlukan perjalanan

yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung sebagai bagian integral dari kurikulum yang telah direncanakan. Outbound yang sdang populer dapat dikatagorikan dalam kelompok pembelajaran dengan permainan di luar kelas. Sekalipun kelihatannya karyawisata/outbound bersifat non-akademis, akan tetapi tujuan umum pendidikan lazimnya dapat cepat tercapai dengan pengembangan wawasan dan pengalaman tentang dunia lingkungan di luar kelas. Tentu saja hal ini memerlukan persyaratan tertentu agar menghasilkan sesuatu yang lebih dibanding dengan metode lainnya.

6) Metode Perolehan Konsep Konsep merupakan dasar bagi seseorang dalam memahami dan

merespons pikiran berikutnya. Sebagai metode pembelajaran, metode perolehan konsep memerlukan dasar pijak yang kokoh karena di atasnya nanti akan dibangun berbagai pengetahuan yang tgerkait dengannya. Menurut Ausebel (1968) perolehan konsep dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni konsep formasi dan konsep asimilasi. Lazimnya kkonsep formasi ini merupakan bekal awal yang telah dimiliki oleh peserta didik sejak sebelum memasuki proses pembelajaran, sedangkan konsep asimilasi diperoleh tatkala dan setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran.

7) Metode Penugasan Metode ini menugaskan guru untuk memberikan seperangkat tugas yang

harus dikerjakan oleh peserta didik, baik individual maupun kelompok. Bila berbagai persyaratan penugasan dapat terpenuhi niscaya metode ini akan memberikan hasil yang baik.

8) Metode Tanya Jawab Metode ini merupakan cara penyajian bahan ajar dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban dalam rangka mencapai tujuan. Pertanyaan bisa saja berasal dari guru atau peserta didik, demikian jawabannya, boleh dari guru boleh juga dari peserta didik.

9) Metode Diskusi Umum (Diskusi Kelas) Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/

pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, peserta didik dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan

347

berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.

10) Metode Curah Pendapat Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka

menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

11) Metode Diskusi Kelompok Diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar

pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

12) Bermain Peran ( Role-Play ) Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’

peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

13) Simulasi Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk

mengembangkan keterarmpilan peserta didik (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan). Dalam simulasi, peserta didik lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.

14) Praktik Lapangan/Kegiatan Lapangan Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan

kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan.

348

15) Permainan ( Games) Permainan dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang

dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta serius tapi santai. Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar bermain.

16) Metode Pemecahan Masalah ( Problem Solving Method ) Metode ini adalah suatu metode mengajar yang memberikan soal-

soal/masalah kepada peserta didik, lalu mereka diminta pemecahannya .

C. LATIHAN Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas! 1. Deskripsikan teori-teori belajar yang melatarbelakangi model pembelajaran

kooperatif. 2. Manfaat-manfaat penting apa sajakah yang dapat diperoleh oleh siswa anda

bila anda mengajar mereka dengan model pembelajaran kooperatif? 3. Mengapa guru dituntut untuk memiliki keragaman model pembelajaran 4. Deskripsikan model dan metode pembelajaran yang dapat mengakomodasi

perbedaan gaya belajar peserta didik! 5. Pilihlah materi ajar dan kembangkanlah langkah-langkah pembelajarannya

dengan menerapkan model-model pembelajaran sebagai berikut. a. Pengajaran Langsung b. Pembelajaran Kooperatif c. Pengajaran Berdasarkan Masalah d. Belajar Melalui Penemuan

D. RANGKUMAN

Belajar dalam konteks PAIKEM dimaknai sebagai proses aktif membangun pengetahuan atau membangun makna dan didasari pandangan konstruktivisme.

Perbedaan gaya belajar peserta didik perlu diakomodasi oleh guru untuk mencapai hasil belajar yang optimal dengan memilih model pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual /operasional yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran E. EVALUASI Lakukanlah analisis terhadap model pembelajaran yang pernah Anda gunakan

Mata Pelajaran : Materi Ajar : Nama Model : Tujuan dan Asumsinya : Sintakmatik : Sistem Sosial : Pengelolaan/ Prinsip Reaksi :

349

Pendukung : Dampak Instruksional :

Dampak Pengiring :

350

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Penetapan KKM SMA. Jakarta: Kemendiknas.

Hamzah. 2008. Teori Belajar Konstruktivisme. http://akhmadsudrajat.wordpress. com (24 April 2012).

Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan Meitasari T. Jakarta: Erlangga.

Indrawati dan Setiawan, Wanwan. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Untuk Guru SD, Jakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA untuk Program Bermutu

Jacobsen, D. et al. 2009. Methods for Teaching. Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Khoirul Anam. Tahun 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco. Modul Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (ALIHE) – Paket TOT Nasional ALFHE

Decentralized Basic Education 2 – Decentralized USAID Mulyati. 2010. Diagnosa Kesulitan Belajar. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press. Mutadin, Zainun. 2002. Perkembangan Moral. http://www.e-psikologi.com. (23 April

2012) Slavin, Robert. 1994. Educational Psychology: Theories and Practice. Fourth Edityion.

Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher. Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori-teori Belajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com (24

April 2012). Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Aktif Kontemporer. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Winataputra, Udin. 2005. Model-model Pembelajaran Inovatif Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

351

BAHAN AJAR MEDIA PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran (Kompetensi yang akan dicapa i)

1. Standar Kompetensi : a Memahami konsep dan fungsi media pembelajaran dan sumber pembelajaran b. Memahami beragam media pembelajaran dan sumber belajar untuk mewujudkan

pencapaian tujuan pembelajaran. c. Menentukan dan merancang media pembelajaran sesuai dengan materi yang

telah disiapkan. 2. Indikator

a. menjelaskan berbagai hal yang terkait dengan hakekat media pembelajaran di sekolah dasar,

b. mengemukakan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan media pembelajaran,

c. menjelaskan dasar pertimbangan dalam memilih media dengan kriteria dan prosedur yang benar, sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan media,

d. menjelaskan sistematika dan komponen-komponen dalam perencanaan media, e. membuat media grafis dan presentasi berbantuan komputer, f. membuat berbagai hal yang terkait dengan pengembangaan media

pembelajaran, g. mendemonstrasikan dan menggunakan media dalam melaksanakan proses

pembelajaran yang efektif di Sekolah Dasar.

Gambar. 1.1 Peta Konsep bahan ajar Media Pembelajaran

352

PAPARAN MATERI

A. Konsep Media Pembelajaran Dalam bukannya Instructional Media and Technology for Learning, Heinich

dkk.(1996) menyatakan bahwa keseluruhan sejarah, media dan teknologi telah mempengaruhi pendidikan. Pada masa kini misalnya komputer telah memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap setting pembelajaran. Alat – alat yang demikian menawarkan kemungkinan untuk menjadi lebih baik dalam proses belajar mengajar, namun guru akan menjadi berbeda ketika mengintegrasikan media dalam pembelajarannya.

Peranan guru dan siswa jelas menjadi berubah karena pengaruh media dan teknologi di dalam kelas. Kini guru dan buku bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar atau sumber ilmu pengetahuan. Guru menjadi pengarah untuk akses ke dalam ilmu pengetahuan.

Heinich dkk. (1996) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar. Penggunaan lingkungan ini dimaksudkan bukan hanya di mana pembelajaran berlangsung, melainkan juga metode, media, peralatan yang diperlukan untuk memberikan informasi, dan membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi dan pembenahan lingkungan belajar umumnya menjadi tanggung jawab dari pengajar dan pendesain media. Pemilihan strategi pembelajaran menentukan lingkungan (metode, media, peralatan, dan fasilitas) serta cara informasi itu dirakit dan digunakan. Sebagaimana akan didiskusikan kemudian bahwa pendekatan pembelajaran dapat terbentang dari belajar yang dikontrol oleh siswa sendiri sampai ke pendekatan yang dikontrol oleh guru. Namun peran guru dalam hal ini sangat dominan. Guru senantiasa merencanakan proses pembelajaran, bekerja sama dengan guru – guru lain dan ahli media, guru dapat mengintegrasikan media ke dalam proses pembelajaran sehingga dapat memperbesar perolehan (hasil mengajar) yang berdampak pada peningkatan prestasi siswa.

Belajar merupakan pengembangan pengetahuan baru, keterampilan dan sikap ketika seorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Belajar terjadi setiap saat. Kita belajar sesuatu hanya dengan berjalan menelusuri jalan raya, menonton TV, berbincang–bincang dengan orang lain, atau hanya dengan cara mengamati lingkungan sekitar kita. Tipe belajar insidental di atas bukan menjadi daya tarik utama dari tugas profesi kependidikan kita, namun kita akan peduli terutama kepada belajar yang berlangsung di dalam merespons apa yang kita usahakan dan kita tawarkan. Bagaimana kita mendesain dan menyusun perencanan pembelajaran menjadi suatu perhatian utama kita bukan hanya dengan apa kita pelajari melainkan juga bagaimana siswa menggunkana apa yang mereka pelajari.

Proses pembelajaran melibatkan pemilihan penyusunan dan pengiriman informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan informasi tersebut. Sedikit pada bagian ini akan dibahas tentang media, metode dan pesan.

Media (merupakan jamak dari kata medium) adalah suatu saluran untuk komunikasi. Diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “antara”. Istilah ini merujuk kepada sesuatu yang membawa informasi dari pengirim informasi ke pernerimka informasi. Masuk di dalamnya antara lain : film, televise, diagram, materi cetakan, computer, dan instruktur. Yang demikian ini dipandang sebagai media ketika mereka membawa pesan dengan suatu maksud pembelajaran.

Beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara lain: (1) Media non projected seperti : fotografi, diagram, sajian (display) dan model – model, (2) Media projected seperti : slide, filmstrip, transparansi, dan computer proyektor. (3)

353

Media dengan seperti : Kaset, compact disk, (4) Media gerak seperti : video, dan film, (5) computer, multimedia, (6) serta media yang digunakan untuk belajar untuk belajar jarak jauh seperti radio dan televise, serta internet (computer).

Namun pada dasarnya media terkelompokan ke dalam dua bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi (ilmu pengetahuan), dan media yang sekaligus merupakan alat untuk menanamkan konsep seperti alat – alat peraga pendidikan matematika.

Dalam suatu pembelajaran terdapat suatu pesan untuk dikomunikasikan. Ini mungkin berupa materi subjek khusus, arahan bagi siswa bagaimana perolehan terbaik bagi belajar siswa, pertanyaan tentang isi yang dipelajari, umpan balik untuk membantu siswa, atau informasi lain. Hubungan antara pesan dan medium adalah bahwa medium membawa pesan. Merupakan hal yang sangat esensial bahwa guru berhati – hati memilih medium (media) untuk menjamin bahwa pedan yang diterima siswa jelas dan akurat.

Secara tradisional metode pembelajaran telah dijelaskan sebagai “bentuk presentasi” seperti kuliah (ceramah) dan diskusi. Di sini dibedakan antara metode pembelajaran dan media pembelajaran. Metode adalah prosedur pembelajaran yang dipilih untuk membantu para siswa mencapai tujuan atau untuk menginternalisasikan isi atau pesan, sedangkan media pembelajaran sebagai mana telah dijelaskan, adalah pembawa informasi dari pemberi pesan ke penerima pesan.

Beberapa metode pembelajaran antara lain, presentasi, demonstrasi, diskusi, drill dan latihan, tutorial, cooperative learning group, permainan, simulasi, penemuan dan problem solving.

Gambar 1.2 . Hubungan antara media, pesan, dan metode dalam pembelajaran

Bagan di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran itu terdapat pesan-pesan yang harus dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu topik pembelajaran. Pesan- pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada siswa melalui suatu media dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu yang disebut metode.

Latihan

1. Cobalah anda buat rumusan lain tentang media dengan menggunakan kata-kata sendiri!

2. Cobalah saudara jelaskan pengertian media menurut Heinich! 3. Cobalah saudara uraikan mengenai ”area of experience”

Guru

Media Pesan

Siswa

Metode

354

Rangkuman

B. Jenis Media Pembelajaran Penggunaan media yang berlebihan dalam suatu kegiaan pembelajaran akan

mengaburkan tujuan dan isi pembelajaran. Oleh karena itu sebelum menggunakan media ini, Saudara perlu memahami terlebih dahulu mengenai berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaraan beserta karakteristik-karakteristiknya. Tahukan Saudara, betapa banyak jenis media yang dapat digunakan untuk mempermudah pencapaian kompetensi/tujuan pembelajaran secara lebih cepat dan akurat ?

Dewasa ini, sudah banyak dijual di pasaran berbagai media yang siap pakai, dari mulai media yang sangat sederhana sampai kepada media yang canggih dan kompleks. Namun demikian, untuk membeli media pembelajaran tersebut tentu membutuhkan biaya yang cukup banyak, apalagi untuk jenis media yang canggih kemungkinan besar, terutama bagi sekolah-sekolah yang ada di pedesaan atau perkampungan, media tersebut di samping cukup mahal harganya juga dirasa kurang efisien.

Media yang terdapat di pasaran dan tinggal pakai tersebut dalam bahasa media disebut media by utilization, sedangkan media yang dengan sengaja dirancang dan dipersiapkan sesuai dengan tuntutan kompetensi/tujuan pembelajaran disebut media by design. Untuk jenis media yang pertama mencakup juga media yang tidak dengan sengaja dirancang untuk kepentingan pembelajaran namun bisa dimanfaatkan untuk pencapaian kompetensi/tujuan pembelajaran. Sedangkan untuk jenis media yang kedua, para guru sebenarnya dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan bahan-bahan yang ada atau tersedia di lingkungannya masing-masing, tidak terkendala karena harus membelinya dengan biaya yang cukup mahal. Namun demikian, untuk hal itu diperlukan kreativitas yang tinggi dan jiwa inovatif dari masing-masing guru.

Apabila kita cermati, ternyata media yang tidak sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran jumlah jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan media yang sengajar dirancang. Media tersebut terdapat di lingkungan sekitar kita, tidak perlu dibeli, dan sudah tersedia dengan sendirinya. Misalnya, apabila guru akan menjelaskan tentang karakteristik dari jenis-jenis binatang buas atau binatang lainnya, dengan menggunakan metode karyawisata (fieldstrip) siswa bisa dibawa ke kebun binatang. Jika guru akan menjelaskan tentang jenis-jenis batuan dan fosil binatang purba, siswa bisa dibawa ke Museum Geologi (untuk siswa yang ada di kota Bandung). Untuk hal tersebut, guru dan sekolah perlu mengidentifikasi berbagai potensi di lingkungannya masing-masing yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Beberapa butir penting yang telah anda pahami, dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Media pembelajaran pada hakekatnya merupakan saluran atau jembatan dari

pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan kepada

penerima pesan dengan maksud agar pesan tersebut dapat diserap dengan

cepat dan tepat sesuai dengan tujuan.

2. Pemahaman terhadap konsep media pembelajaran tidak terbatas hanya

kepada peralatan, tetapi yang lebih utama yaitu pesan atau informasi yang

disajikan melalui peralatan tersebut.

355

Dengan adanya berbagai macam media yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, baik yang dijual di toko-toko, dibuat atau didisain sendiri oleh guru, maupun yang dapat dimanfaatkan di lingkungan sekitar, maka anda dituntut untuk mengetahui berbagai jenis media tersebut serta memahami karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Selain itu diperlukan juga kemampuan anda untuk memilih media mana yang cocok dengan kompetensi/tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.

Untuk lebih mempertajam wawasan anda mengenai jenis-jenis dan karakteristik media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, coba pelajari uraian-uraian di bawah ini dengan seksama! Terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut Heinich and Molenda (2005) yaitu: 1. Teks . Teks merupakan elemen dasar bagi menyampaikan suatu informasi yang

Mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian informasi.

2. Media Audio . Media audio membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan membantu meningkatkan daya tarik terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara dan lainnya.

3. Media Visual . Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin dan lainnya.

4. Media Proyeksi Gerak . Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD)

5. Benda bendaTiruan/miniature. Seperti benda benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik objek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

6. Manusia . Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di bidang/materi tertentu.

Dari jenis-jenis media di atas akan diuraikan lebih rinci pada bagaian berikut: a. Media Visual

Seperti halnya media yang lain, media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol - simbol visual. Selain itu, fungsi media visual adalah untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan jika tidak divisualkan. Beberapa media yang termasuk media visual adalah:

1). Media Visual yang diproyeksikan Media visual yang dapat diproyeksikan pada dasarnya adalah media yang menggunakan alat proyeksi (projector). Sehingga gambar atau tulisan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam misalnya gambar diam(still picture) dan media proyeksi gerak misalnya gambar bergerak (motion pictures). Alat proyeksi tersebut membutuhkan aliran listrik dan membutuhkan ruangan tertentu yang cukup memadai. Pada sekolah yang ada didaerah perkotaan yang memiliki kemampuan untuk mengadakan media proyeksi ini tertentu sangat menguntungkan sebab bisa ditata lebih menarik.

356

Gambar alat proyeksi still picture: Opaque projector, Slide projector, OHP.

Untuk menampilkan gambar hidup bisa menggunakan alat proyeksi yang disebut film strips atau film projection. Dengan adanya perkembangan yang sangat pesat dalam dunia media visual yang diproyeksikan maka pembelajaran menjadi lebih menarik.

Motion Pictures

Gambar alat proyeksi motion picture, filmstrip, Film dan LCD 2). Media Visual Tidak Diproyeksikan a). Gambar Fotografik.

Penggunaan gambar atau foto sebagai media pembelajaran karena gambar merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja oleh siapa saja.

357

Foto Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah

Manfaat atau kelebihan gambar atau foto sebagai media pembelajaran adalah:

1). Memberikan tampilan yang sifatnya konkrit; 2). Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; 3). Gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; 4). Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat

usia berapa saja; 5). Murah harganya dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan

peralatan khusus; 6) Sketsa – sketsa merupakan gambar yang merupakan draft kasar yang

menyajikan bagian-bagian pokonya saja tanpa detail. Sketsa selain dapat menarik perhatian peserta atau siswa juga dapat menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan.

b). Grafis

Media Grafis ini merupakan media pandang dua dimensi bukan fotografik yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran.

1). Grafik

Grafik merupakan gambar yang sederhana untuk menggambarkan data kuantitatif yang akurat dan mudah untuk dimengerti. Grafik disusun berdasarkan prinsip matematik dan menggunakan datadata komparatif, grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau simbol-simbol verbal yang berfungsi untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Dengan menggunakan grafik kita dapat melakukan analisis dengan cepat, interpretasi dan perbandingan data-data yang disajikan baik dalam hal ukuran, jumlah, pertumbuhan dan arah. Terdapat beberapa macam grafik di antaranya adalah

358

grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik gambar.

2). Diagram

Diagram berfungsi sebagai penyederhana sesuatu yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk--petunjuk. Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol, diagram menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada. Ciri-ciri dari sebuah diagram yang baik adalah: a). benar, digambar rapi, diberi judul, label dan penjelasan penjelasan yang perlu, b). cukup besar dan ditempatkan strategis c). penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum, dari kiri ke

kanan dan dari atas ke bawah.

359

3). Bagan/Chart Terdapat dua jenis chart yaitu chart yang menyajikan pesannya secara bertahap

dan chart yang menyajikan pesannya sekaligus. Chart yang menyajikan pesannya secara bertahap misalnya adalah flipchart atau hidden chart, sementara bagan atau chart yang menyajikan pesannya secara langsung misalnya bagan pohon (tree chart), bagan alir (flow chart), atau bagan garis waktu (time line chart). Bagan atau chart berfungsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit jika hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi. Dalam bagan biasanya kita menjumpai jenis media visual lain seperti gambar, diagram, atau lambang-lambang verbal. Ciri-ciri bagan sebagai media yang baik adalah:

a). dapat dimengerti oleh pembaca

b). sederhana dan lugas tidak rumit atau berbelit-belit

c). diganti pada waktu tertentu agar selain tetap

mengikuti perkembangan jaman juga tidak kehilangan daya tarik .

4). Kartun. Suatu gambar interpretatif yang menggunakan symbol-simbol untuk menyampaikan

suatu pesan secara cepat dan ringkas atau suatu sikap terhadap orang, situasi atau kejadiankejadian tertentu. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana dengan menggunakan simbol-simbol serta karakter yang mudah dikenal dan diingat serta dimengerti dengan cepat.

360

Gambar Kartun Bersambung

5). Poster Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang kayu, seng dan sebagainya. Poster tidak saja penting untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Ciri-ciri poster yang baik adalah: a). sederhana; b). menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok; c). berwarna; d). slogan yang ringkas dan jitu; e). ulasannya jelas; f). motif dan desain bervariasi.

b. Media Audio Media audio adalah jenis media yang berhubungan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambanglambang uaditif. Beberapa jenis media yang dapat digolongkan ke dalam media audio adalah sebagai berikut:

1). Radio Media ini dapat merangsang partisipasi aktif dari pendengar. Siaran radio sangat

cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa. Bahkan radio juga dapat digunakan sebagai pemberi petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa dalam pembelajaran.

2). Alat Perekam Magnetik Alat perekam magnetik atau tape recorder adalah salah satu media yang memiliki

peranan yang sangat penting dalam penyampaian keakuratan sebuah informasi. Melalui media ini kita dapat merekam audio, mengulangnya dan menghapusnya. Selain itu pita rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume, sehingga dapat menimbulkan berbagai kegiatan diskusi atau dramatisasi.

c. Latihan

1. Cobalah Saudara buat rumusan lain tentang jenis dan karakteristik dengan menggunakan kata-kata sendiri!

2. Coba Saudara jelaskan karakteristik dan jenis media pembelajaran. 3. Buatlah salah satu media berbentuk Chart, Grafik dan diagram 4. Carilah di Internet tentang media Video Pembelajaran.

361

d. Rangkuman

B. Pemilihan Media Pembelajaran Pada kegiatan belajar sebelumnya telah dibahas mengenai hakikat, fungsi,

peranan, jenis-jenis dan karakteristik media yang dapat anda gunakan untuk memperlancar proses pembelajaran. Saudara mungkin masih ingat, nilai-nilai apa saja yang dikandungnya, sehingga media pembelajaran ini perlu dijadikan bagian integral dalam keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam kegiatan belajar ini Anda lebih diarahkan kepada bagaimana cara memilih, menggunakan, dan merawat media pembelajaran sederhana untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah dasar

Mengapa media pembelajaran sederhana? Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa berdasarkan perkembangan yang terjadi, jumlah dan jenis media pembelajaran yang ada dewasa ini sangatlah banyak dan bervariasi, baik berupa media yang disengaja dirancang khusus untuk keperluan-keperluan pembelajaran (media by design) maupun yang tidak dirancang secara khusus namun dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran (media by utilization). Semua jenis media tersebut tidaklah mungkin dapat diuraikan dalam modul ini secara mendetail karena akan terlalu banyak dan kurang efisien. Di samping itu, nampaknya masih banyak sekolah dasar yang sampai saat ini belum mampu mengadakan berbagai jenis media yang lebih canggih dan lengkap berkaitan dengan terbatasnya dana. Oleh karena itu, alternatif yang sangat sifatnya sederhana namun relevan dengan kompetensi/tujuan yang diharapkan tercapai.

Media pembelajaran sederhana dalam hal ini dimaksudkan sebagai jenis-jenis media yang mudah dibuat, bahan-bahannya mudah diperoleh, mudah digunakan, serta harganya relatif tidak terlalu mahal (murah). Jenis media manakah yang dapat diklasifikasikan ke dalam media yang sederhana ini? Ya, apabila anda memperhatikan klasifikasi media pembelajaran pada kegiatan belajar 2 tentu yang termasuk media sederhana ini meliputi jenis media visual yang tidak diproyeksikan, terutama kelompok media grafis dan media tiga dimensi. Sebenarnya pemberian status media pembelajaran sederhan ini sifatnya relatif, yaitu tergantung kepada kondisi sekolah itu sendiri. Pada satu sekolah ada media yang dianggap media sederhana, mungkin pula sekolah lainnya media tersebut dianggap terlalu mahal dan rumit, atau sebaliknya.

Untuk memudahkan anda dalam mempelajari kegiatan belajar ini, uraian yang akan dibahas disesuaikan dengan tujuan pembahasan yaitu meliputi faktor-faktor apa saja yang diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran sederhana, bagaimana cara menggunakannya serta bagaimana cara perawatannya agar tetap terpelihara dan dapat digunakan berulang-ulang.

Beberapa butir penting yang telah anda pahami, dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Media Pembelajaran dibedakan menjadi Visual, Audio, dan Audio Visual.

Media visual meliputi still picture dan motion picture

2. Dengan menggunakan ragam media diharapkan mampu mencpai tujuan

pembelajaran dan proses pembelajaran berjalan dengan efektif

3. Media Visual membutuhkan dana yang besar untuk pengadaan alat-alat

362

1. Pemilihan Media Pembelajaran (Media Selection) Pada saat anda akan menentukan media pembelajaran mana yang paling

cocok dipilih dan digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Terlebih dahulu perlu anda pahami terlebih dahulu bahwa: (1) belum ada satu pedoman yang pasti dan jelas yang memberi petunjuk untuk mengadakan pemilihan media pembelajaran, dan (2)Terdapat banyak jenis media pembelajaran dan kemungkinan-kemungkinan untuk memilih media tersebut.

Masih banyak guru SD belum memiliki pemahaman yang utuh tentang jenis dan karakteristik dari suatu media pembelajaran, sehingga mereka cukup sulit menentukan suatu media pembelajaran atau kombinasinya untuk menyajikan bahan ajar. Ada kecenderungan para guru tersebut memilih jenis media pembelajaran yang paling mereka sukai atau mereka kenal walaupun tidak begitu relevan dengan kompetensi/tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan pemilihan media pembelajaran ini merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan proses penggunaan media pembelajaran. Jika anda salah dalam memilih media pembelajaran ini, maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan anda dalam melaksanakan proses pembelajaran. Memilih media harus selalu dikaitkan dengan kompetensi/tujuan pembelajaran yang akan dicapai, sifat-sifat bhan ajar yang akan disampaikan, strategi pembelajaran yang akan digunakan, dan sistem evaluasinya. Media pembelajaran sangat banyak ragamnya dan setiap media memiliki kelebihan dan kelemahannya, tidak ada media pembelajaran yang paling baik yang dapat digunakan untuk segala situasi dan kondisi.

Perlu sekali anda pikirkan, pertimbangan-pertimbangan apa saja yang dapat dijadikan pegangan di dalam memilih media pembelajaran tersebut sehingga kesalahan–kesalahan dalam pemilihan media ini dapat dihindarkan sejauh mungkin. Terdapat tiga hal utama yang perlu anda jadikan pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu: a. Tujuan pemilihan media pembelajaran

Memilih media pembelajaran yang akan Saudara gunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah digunakan untuk kegiatan pembelajaran atau untuk pemberian informasi yang sifatnya umum atau untuk sekedar hiburan saja?. Jika digunakan untuk kegiatan pembelajaran, apakah untuk pembelajaran yang sifanya individual atau kelompok (klasikal)? Tujuan pemilihan ini sangat berkaitan dengan kemampuan anda dalam mengusai berbagai jenis media pembelajaran beserta karakteristiknya.

b. Karakteristik media pembelajaran Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu. Baik dilihat

dari segi keandalannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Pemahaman terhadap karakteristik berbagai media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang perlu anda miliki dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran ini. Selain itu, kemampuan ini memberikan kemungkinan kepada anda untuk menggunakan berbagai jenis media pembelajaran secara bervariasi. Apabila anda kurang memahami karakteristik media pembelajaran tersebut Saudara akan dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan dan biasanya cenderung bersikap spekulatif.

c. Alternatif media pembelajaran yang dapat dipilih Memilih media pada dasarnya merupakan proses mengambil atau

menentukan keputusan dari berbagai pilihan (alternatif) yang ada. Anda bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat berbagai media yang dapat diperbandingkan, sedangkan apabila media

363

pembelajaran itu hanya ada satu jenis, maka anda tidak akan bisa memilih, tetapi menggunakan media pembelajaran yang ada tersebut.

Supaya media pembelajaran yang dipilih itu tepat, selain anda harus mempertimbangkan ketiga hal tersebut di atas, perhatikan pula beberapa faktor berikut ini : 1) Rencana pembelajaran . Rencana pembelajaran atau satuan

pembelajaran ini harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Media yang anda pilih pun harus disesuaikan dengan rencana pembelajaran dan kurikulum tersebut.

2) Sasaran belajar . Maksud sasaran belajar ini adalah siswa yang akan menerima pesan atau informasi melalui media pembelajaran. Media yang anda pilih harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, misalnya dari segi bahasanya, simbol-simbol yang digunakannya, cara menyajikannya, atau juga waktu penggunaannya

3) Tingkat keterbacaan media (readibility) . Maksudnya apakah media pembelajaran tersebut sudah memenuhi syarat-syarat teknis, seperti kejelasan gambar dan hurufnya, pengaturan warna, ukuran,dan sebagainya. Apabaila hal ini tidak anda perhatikan tentu saja akan mengganggu jalannya proses pembelajaran.

4) Situasi dan kondisi . Misalnya situasi dan kondisi tempat atau ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinhya, dan cahayanya. Bisa juga keadaan siswanya, seperti jumlah siswa, minat, dan motivasi belajarnya.

5) Objektivitas . Maksudnya bahwa Saudara harus terhindar dari pemilihan media yang didasari oleh kesenangan pribadi semata (subjektif). Memang unsur subjektivitas ini agak sulit dihindari, untuk mengatasinya sebaiknya anda selalu meminta pandangan atau pendapat atau saran dan koreksi dari teman-teman sejawat di lingkungan Saudara, bisa juga meminta pendapat dari siswa Saudara.

Bagaimana? Apakah Saudara sudah merasa jelas dengan uraian di atas? Apabila belum jelas, coba baca kembali dan pahami maksudnya, kalau dirasa perlu, diskusikanlah dengan teman sejawat Saudara. Apabila Saudara sudah merasa memahami uraian di atas, coba cermati beberapa kriteria di bawah ini sebagai bahan bagi Saudara dalam mengadakan pemilihan media pembelajaran.

Apabila Saudara akan menggunakan media pembelajaran dengan cara memanfaatkan media yang telah ada, misalnya paket media pembelajaran yang dikirim oleh instansi tertentu atau media pembelajaran yang dibeli sendiri oleh sekolah dari toko, hal-hal berikut ini dapat dijadikan dasar pemilihan: 1) Apakah isi dari media tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku? 2) Apakah pesan yang terkandung dalam media tersebut penting dan berguna

bagi siswa, serta menarik minat belajarnya? 3) Apakah pesan yang terkandung dalam media tersebut merupakan sesuatu

yang aktual/baru, atau berisi hal-hal yang sebenarnya sudah diketahui siswa?

4) Apakah format penyajiannya didasarkan kepada tata urutan belajar yang jelas?

5) Apakah narasi, gambar, ukuran, warnanya sudah memenuhi persyaratan media?

6) Apakah bobot penggunaan bahasa, simbol-simbol, dan ilustrasinya sesuai dengan tingkat kematangan berpikir siswa?

364

2. Penggunaan Media Pembelajaran Seperti telah diuraikan di atas, media pembelajaran yang dapat

diklasifikasikan ke dalam media pembelajaran sederhana dalam hal ini yaitu media visual yang tidak diproyeksikan, khususnya kelompok media grafis dan media tiga dimensi (model dan realia). Bagaimana cara menggunakan media pembelajaran sederhana tersebut? Coba Saudara pahami uraian di bawah ini! a. Penggunaan Media Grafis 1) Bagaimana menggunakan Grafik?

Pada kegiatan belajar sebelumnya telah dibahas tentang beberapa karakteristik grafik sebagai bagian dari media grafis yang dapat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran. Perlu Saudara ingat bahwa yang menjadi tujuan utama penggunaan grafik ini adalah untuk menunjukkan suatu perbandingan dengan cepat namun sederhana. Apabila suatu grafik yang anda gunakan terlalu rumit dan sulit dibaca, maka anda akan kehilangan manfaat yang berharga dari penggunaan grafik ini. Sekali lagi ditekankan, apabila Saudara menuangkan suatu konsep atau suatu perbandingan ke dalam suatu grafik, maka grafik tersebut harus dibuat sesederhana mungkin sehingga memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, apalagi untuk siswa sekolah dasar yang pada umumnya masih berada pada taraf berpikir konkrit.

Telah dijelaskan, terdapat beberapa jenis grafik yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, di antaranya grafik batang, grafik piktorial, grafik lingkaran, dan grafik garis. Jenis grafik mana yang dipilih tergantung kepada kompleksitas informasi yang akan disajikan dan tergantung pula kepada kemampuan anda dalam menyajikan dengan grafik tersebut.

Bagaimana menggunakan media grafik ini dalam proses pembelajran di sekolah dasar? Dalam proses pembelajrana sering disajikan data yang sifatnya kuantitatif, hal ini dapat digambarkan dengan tepat melalui grafik. Misalnya, para siswa akan mempelajari hasil produksi padi dari suatu negara, atau keadaan penduduknya, luas wilayahnya, maka akan lebih mudah apabila dibantu dengan menggunakan grafik. Bukan hanya itu, apabila siswa siswa-siswa akan membandingkan atau menghubungkan sesuatu fakta dan data, grafik dapat memberikan kemudahan yang berarti. Selain sebagai alat bantu, grafik ini juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan sebagai bahan kajian para siswa untuk mengungkap makna yang ada dalam grafik tersebut.

Grafik ini pada umumnya menyajikan data statistik, pembuatannya tidak terlalu menuntut keterampilan khusus, cukup dengan memahami prinsip-prinsip pembuatannya, yaitu : harus sederhana, berisi hubungan antar data, dapat dibaca dan dipahami siswa sesuai dengan usianya. Grafik yang terlalu rumit untuk siswa sekolah dasar pada hakikatnya hanya akan menambah masalah, oleh karena itu diusahakan agar grafik yang anda gunakan tidak terlalu rumit, bahkan perlu diberikan daya tarik tersendiri seperti dengan pemberian warna.

Ingat! Bahwa siswa sekolah dasar di negara kita pada umumnya belum bisa membaca hal-hal yang terlalu abstrak atau hal-hal yang bersifat simbolis, sedangkan grafik ini bisa disebut media yang bersifat simbolis (abstrak). Jangan sampai penggunaan grafik ini mengorbankan keefektifan komunikasi antara Saudara dengan siswa. Oleh karena itu, grafik yang Saudara buat janganlah terlalu rinci, hal-hal yang terlalu rinci ini biasanya akan menyebabkan keruwetan bagi siswa dan tidak efektif. Lambang-lambang atau simbol-simbol atau gambar-gambar yang dilukiskan dalam grafik hendaknya sudah dapat menjelaskan sendiri. Gunakanlah lambang, simbol, atau gambar-gambar yang diperkirakan sudah akrab dengan siswa. Oleh karena itu, yang terbaik sebelum anda menggunakan grafik, anda perlu memberikan materi atau ringkasan

365

pelajaran kepada para siswa agar ia memperoleh latar belakang informasi yang dibutuhkan

2) Bagaimana menggunakan Bagan dan Diagram? Bagan sebagai salah satu bagian dari media grafis memiliki format yang

beragam disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik bahan ajar yang akan disajikan. Nah, sekarang bagaimana menggunakan bagan dan diagram sebagai media pembelajaran? Sebenarnya Saudara dapat membuat sendiri bagan dan diagram sebagai pelengkap media pembelajaran lain, bahkan anda dapat melibatkan para siswa dalam pembuatan bagan dan diagram ini. Bagan dan diagram yang sederhana dapat disiapkan dengan mudah dan tidak terlalu diperlukan keterampilan artistik yang khusus.

Agar bagan atau diagram yang akan Saudara buat dapat dipergunakan secara efektif, ada beberapa saran yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu: a). Buatlah perencanaan terlebih dahulu berupa sket/garis besar tentang isi

bahan ajar yang akan dituangkan ke dalam bagan atau diagram, b). Usahakanlah membuat bagan yang sederhana tetapi tepat pada

sasarannya, ingat! Bagan atau diagram yang baik itu hanya menyajikan satu gagasan utama. Bilamana bagan atau diagram itu rumit atau menyulitkan siswa, maka keefektifannya akan hilang. Bagan atau diagram ini harus dapat dipahami sekali dilihat.

c). Untuk kelas yang cukup besar buatlah bagan atau diagram yang cukup besar pula supaya dapat dilihat dan terbaca oleh semua siswa,

d). Buatlah bagan atau diagram itu semenarik mungkin, misalnya dengan menggunakan warna yang kontrak untuk menimbulkan kesan penonjolan/penekanan, baik pada huruf maupun gambar-gambarnya,

e). Warna yang digunakan jangan berlebihan, tetapi warna-warna tersebut perlu disesuaikan supaya harmonis dan menarik perhatian siswa.

3) Bagaiman Menggunakan Poster? Poster yang baik sifatnya harus dinamis, sederhana, menarik perhatian, dan tidak memerlukan pemikiran siswa yang terlalu terperinci dan rumit, bila tidak demikian, akan hilang kegunaannya. Pada prinsipnya, penggunaan poster dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan dan dibuat dalam ukuran besar dengan tujuan menarik perhatian siswa, membujuk atau memberikan motivasi, dan memberikan peringatan. Oleh karena itu, poster yang anda gunakan harus menarik, enak dipandang, sedikit kata-kata yang dipakai, dan hanya kata-kata kunci saja yang ditonjolkan.

4) Bagaimana Menggunakan Kartun? Kartun (cartoon) merupakan media pembelajaran yang cukup unik untuk menyampaikan pesan atau gagasan yang terkait dengan bahan ajar kepada para siswa. Kelas akan terlihat segar dan menyenangkan apabila Saudara menggunakan media kartun ini, sebab kartun biasanya memiliki ciri-ciri yang khas, misalnya menggunakan gambar-gambar yang lucu dan berisi humor-humor yang bertujuan. Kartun akan membuat para siswa senang dan tertawa dengan humor dan kelucuannya, namun terarah pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

4. Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran

a. Format Pemilihan Media Prosedur dalam pemilihan media umum terbagi dalam dua format. Sadiman

(1996:87) mengemukakan dua format tersebut, yaitu flowchart , matrik , dan

366

cheklist . Format flochart menggunakan sistem pengguguran atau eliminasi dalam pengambilan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan. Format cheklist sama dengan format matrik, yaitu penangguhan semua proses pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan. Dilihat dari penggunaannya di lapangan, model cheklist lebih banyak digunakan sebagai bentuk baku sebagai pedoman dalam pemilihan media.

b. Format Flowchart Cabaceiros (dalam Sadiman (1996:87) memberikan contoh model flowchart

seperti tampak sebagai berikut ini.

Penjelasan Bagan :

Bagan tersebut menjelaskan proses pemilihan media dengan mengikuti alur/flow dengan sistem pengguguran sampai pada satu keputusan akhir membeli atau tidak media tersebut. Misalnya pada bagan tersebut ada permintaan pengadaan media bentuk film atau pihak sekolah menginginkan untuk pengadaan media film. Langkah pertama adalah menanyakan atda atau tidak media tersebut. Jika sekolah sudah memilikinya maka dengan sendirinya sekolah tidak jadi membeli media film, namun ada pertanyaan untuk membeli media lain, jika ternyata juga tidak disetujui berarti pembelian media tidk jadi dilakukan.

Apabila ternyata pihak sekolah tidak memiliki dan disetujui pimpinan sekolah maka selanjutnya masuk pada alur mempertanyakan keberadaan dana yang dimiliki sekolah, apabila dana ada dan mencukupiselanjutnya mengajukan permohonan pembelian dengan memilih media film melalui kataloig media. Sebaiknya sekolah meminta pihak penjual untuk diadakan review media untuk dilakukan evaluasi, dan dari hasil evaluasi itu menjadi keputusan akhir antara membeli atau tidak.jika hasl evaluasi menunjukan kesesuaian maka sekolah mengusulkan untuk jadi membeli, jika hasil evaluasi menunjukkan ketidaksesuaian, maka tidak perlu membeli, bahkan perlu dicegah untuk membeli, sebab jika jadi dibeli pun sekolah mengalami kerugian dan tidak efisien.

Untuk lebih memperjelas pemahaman Saudara tentang model flowchart dalam pemilihan media. Kita simak model Gagne dan Raiser dalam Sadiman (2004). Berbeda dengan contoh pertama di atas, model ini bertitik tolak dari upaya pencapaian tujuan pembelajaran.

Permintaan Media Film

Ada

Media Lain

Media Lain

Daftar

Tidak Beli

Izin Preview

Evaluasi

Beli

Tidak Beli

367

c. Format Matrik Pilihan lain untuk pemilihan media dapat menggunakan matriks, format ini

berbentuk kolom yang mengaitkan dan mencocokkan satu variabel media dengan media lainnya. Misalnya jenis media yang akan dipilih dilihat kondisinya dengan variabel lain seperti sifatnya, kelebihannya, fungsinya, penggunaannya, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya Wilbur Schram ( 1977) memberikan contoh analisis media dilihat dari segi pengontrolannya atau kesesuaian media dengan cara pengendaliannya.

Kontrol Portabel Untuk di Rumah

Siap Setiap Saat

Terkendali Mandiri Umpan Balik

Televisi tdk Y Tdk Tdk Y Tdk

Buku Y Y Y Y Y Y

Penjelasan :

Pada tabel di atas, aspek yang dianalisis kesesuaiannya adalah media dengan pengendaliannya. Variabel yang termasuk pengendalian di antaranya portabel. Portabel adalah kemudahan media tersebut untuk dipindahkan, disimpan, dibawa-bawa, kemudahan untuk memasang (setup) kemudahan untuk menggunakan, dengan kata lain portabel berarti kepraktisan media tersebut untuk digunakan. Aspek lain yang termasuk pengendalian media adalah dapat digunakan di rumah, siap digunakan setiap saat, artinya tidak tergantung pada guru, namun dapat digunakan oleh siswa. Umpan balik dalam media adalah bisa atau tidaknya media memberikan balikan informasi kepada penggunanya, terutama balikan langsung dan bukan balikan tunda.

Bagaimana cara menggunakan matriks tersebut? Menggunakan matriks tersebut cukup mudah, yang harus Saudara lihat pertama kali adalah aspek pengendalian dari media tersebut, sesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang akan dilakukan. Misalkan Saudara ingin memiliki media yang praktis, dapat digunakan di rumah, dapat digunakan setiap saat, terkendali dapat digunakan untuk pembelajaran mandiri meskipun tidak memiliki umpan balik, maka pilihannya ada beberapa alternatif media, misalnya : slide, film strip, audio kaset, dan buku. Tentu saja Saudara dapat memilih salah satu dari media tersebut. Cara kedua, juga dapat Saudara berangkat dari media yang dipilih, kemudian dicocokkan dengan karakteristiknya, terutama aspek pengendalian dari media tersebut, dengan sendirinya jika media tersebut tidak sesuai dengan karakteristik yang Saudara butuhkan maka tidak akan dipilih dan diginakan. Mudah bukan?

Selain contoh di atas pemilihan media dengan format matrik juga dapat menggunakan indikator/media lain, misalkan Allen membuat indikator media dilihat dari segi kelebihan media tersebut dalam rangka pencapaan tujuan pembelajaran.

d. Format Cheklist Format evaluasi terhadap media dapat menggunakan cheklist, sesuai

dengan istilah cheklist maka kita tinggal memberikan penilaian dengan memberi tanda dan memberi nilai pada rentang penilaian media

368

1) Analisis Learner Characteristic

Tahap pertama adalah melakukan analisis terhadap karakteristik siswa. Secara garis besar karakteristik siswa terbagi dua, yaitu karakteristik umum dan khusus. Karakteristik umum berkaitan dengan usia, pengalaman belajar sebelumnya, latar belakan keluarga, sosial budaya dan ekonomi. Karakteristik khusus berkaitan dengan pengetahuan, skill dan sikap tertentu yang dimiliki siswa. Terlebih pembelajaran yang di tingkat sekolah dasar , secara psikologis anak pada jenjang pendidikan awal menuntut informasi yang konkrit, jelas, tidak verbalistik, sederhana dan diperlukan pola pembelajaran yang lebih menyenangkan (joyfull learning) yang juga penting pembelajaran sesuai dengan kemampuan berfikir siswa. Keterampilan berfikir terdiri dari keterampilan berfikir daar dan ketera,mpilan berfikir kompleks. Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985) proses berfikir dasar merupakan dasar dari gambaran proses berfikir rasional dimana proses berfikir rasional merupakan serangkaian prosesmental dari yang sederhana menuju yang kompleks. Sementara itu menurut Novak (1979)proses berfikir dasar meliputi proses mental yang merupakan gambaran berfikirr rasional yang terdiri dari sepuluh kemampuan, yaitu menghafal (recalling), membayangkan (imagining) mengelompokkan (classifiying), mengeneralisasikan (generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), menganalisis (analizing), mensitesi (synthesizing), mendeduksi (deducing), dan menyimpulkan (infering). Keterampilan berfikir kompleks merupakan perpaduan dari keterampilan berfikir rasional dengan proses berfikir kompleks yang meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berfikir kritis, dan berfikir kreatif.

2) State Objectives

Langkah selanjutnya menentukan tujuan pembelajaran atau kempetensi yang diharapkan tercapai. Pengkajian terhadap tujuan atau kompetensi ini akan dijadikan pijakan untuk prosedur selanjutnya. Jika kita kaitkan dengan kurikiulum berbasis kompetensi maka tujuan tersebut berupa : (1) standard Kompetensi Peserta Didik, merupakan ukuran yang harus dicapai, diketahui, dan mahir, dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan, (2) Kompetensi Dasar, merupakan penjabaran stAndar kompetensi peserta didik yang cakupannya lebih sempit dibandingkan stAndar kompetensi peserta didik, dan (3) Indikator Pencapaian, merupakan indikator pencapaian hasil belajar berupa kompetensi yang lebih spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mencapai ketercapaian hasil pembelajaran. Kompetensi apa yang ingin dicapai? Hall & Jones (1976:48) membagi kompetensi menjadi 5 macam, yairu (a) Kompetensi Kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman dan perhatia, (b) Kompetensi Afektif yang mencakup nilai, minat, dan apresiasi (c) kmpoetensi penampilan yang mencakup demonstrasi keterampilan fisik atau psikomotorik, (d) kompetensi produk atau konsekuensi yang menyangkut keterampilan melakukan perubahan terhadap pihak lain, (e) kompetensi eksploratif atau ekspresif, menyangkut pemberian pengalaman yang mempunyai nilan kegunaan di masa depan, sebagai hasil sampingan yang positif.

3) Select, Modify, or Design Materials .

Selanjutnya adalah kegiatan memilih media, memodifikasi media yang sudah ada atau merancang kebutuhan. Langkah ini dilakukan sesuai dengan langkah kedua di atas, yaitu penentuan tujuan/kompetensi. Pemilihan media dapat melakukan format check list, matriks, atau flowchart. Jenis media yang akan dipilih menurut anderson yakni : audio, cetak, audio-cetak proyeksi visual diam, proyek visual diam dengan audio, visual gerak, visual gerak dengan audio, benda dan komputer.

369

4) Utilitize Materialas

Setelah media tersebut dipilih mana yang sesuai dengan karakteristik siswa, sesuai dengan tujuan pembelajaran lalu langkah selanjutnya digunakan dalam pembelajaran. Menggunakan media dalam pembelajaran perlu diperhatikan langkah-langkah menggunakannya. Hal ini akan berbeda pada setiap media yang kita pilih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media yakni : siapkan waktu yang cukup (misalkan 10 menit) untuk persiapan dan pemasangan media, pastikan media tersebut dapat digunakan. Hal ini dapat diketahui dengan cara. Dicobakan terlebih dahulu sebelum langsung digunakan. Media seyogyanya membuat siswa aktif, guru tidak boleh terlalu mengandalkan media, misalnya OHP. Jika ternyata ada masalah, misalnya sambungan listrik tidak berfungsi maka guru bisa menggunakan alternatif lain. Selain itu media-media tertentu seperti video membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga guru harus cermat mengalokasikan waktu. Sesi tanya jawab, review pembelajaran dari gurudan kalau perlu diadakan postest harus tetap diperhatikan.

5) Require Learner Respose

Selanjutnya perlu diamati bagaiman respon siswa terhadap penggunaan media tersebut. Kita harus ingat bahwa sasaran akhir dari pembuatan media adalah harus dapat difahami, dimengerti dan memudahkan siswa. Fokus media tidak hanya pada kemasan saja, namun lebih penting adalah kejelasan pesan. Sebagai guru yang langsung berinteraksi dengan siswa, tentunya dapat mengamati bagaimana respon siswa terhadap media yang kita sajikan. Respon ini dapat berupa respon positif dan respon negatif. Respon siswa dapat dilihat dari ekspresi pendapat langsung perihal ketertarikan kepada media tersebut, mudah atau sulitnya memahami pesan pembelajaran dalam media tersebut serta bagaimana motivasi siswa setelah menyimak pembelajaran dengan media. Respon siswa yang dimaksud disini tidak sama dengan evaluasi hasil belajar, namun lebih berupa persepsi dan tanggapan siswa terhadap media. Untuk melihat respon ini guru dapat langsung menanyakan kepada siswa atau membuat angket sederhana khusus mengungkap respon ketertarikan siswa dan keterbacaan media (media literacy) tersebut. Misalnya seorang guru bahasa Inggris di SD menggunakan media Flash Card. Untuk melatih pembendaharaan kosa kata dengan cara permaianan. Untuk mengetahui respon siswa, guru dapat langsung menanyakan apakah anak-anak senang dengan permainan Flash Card ini? Apakah anak-anak lebih semangat dengan permainan ini? Dan lain-lain.

6) Evaluate

Tahap akhir dalam pemilihan media dengan model ASSURE adalah melakukan evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah sebuah proses mengambil keputusan tentang nilai suatu object. Keputusa evaluasi (Evaluate Judgement) tidak hanya didasarkan atar hasil pengukuran (quantity) melainkan juga hasil pengamatan (quantitatif), baik yang dilakukan dengan pengukuran (measurement) maupun bukan pengukuran (non-measurement) pada akhirnya menghasilkan keputusan tengtang nilai suatu objek yang dinilai. Evaliasi diarahkan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan dengan penggunaan media. Evaluasi dilakukan dengan dua jenis, yaitu evaluasi pada saat proses pembelajaran dan evaluasi akhir pembelajaran. Esesnsi evaluasi yang dilakukan adalah membandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi bertujuan untuk : (1) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengatahui pencapaian

370

kurikulum, (6) mendorong siswa untuk belajar, dan (7) mendorong guru untuk mengajar lebih baik. Dengan demikian, penilaian berfungsi untuk kepentingan siswa dan guru.

e. Prosedur Pemilihan Model Anderson

Media merupakan bagian integral dalam pembelajaran, sebagai selah satu kompenen dari beberapa komponen, dalam sistem pemebelajaran, dengan demikian proedur pemilihan media hendaklah mengacu keterkaitan dengan komponen lainnya. Hal ini yang mendasari Anderson (1976) untuk membuat satu model pemilihan media yang mengacu pada keterkaitannya dengan komponen lain. Komponen yang menjadi fokus perhatian adalah tujuan, metode, dan karakteristik media itu sendiri. Tujuan berkaitan dengan efektivitas media yang dibuat, artinya baik atau tidaknya suatu media yang dipilih dapat dilihat dengan ketercapaian tujuannya. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang tercapai semakin baik media tersebut, begitu juga sebaliknya. Metode berkenaan dengan cara penyampaian media tersebut kepada siswa. Dalam hal ini perlu diperhatikan jumlah siswa, keadaan fasilitas belajar, sarana pendukung, dan waktu yang tersedia.

Anderson membagi proses pemilihan media menjadi enam langkah, masing-masing langkah dikaji sampai pada akhir langkah yaitu melakukan kegiatan perancangan dan produksi media.

1) Langkah awal adalah menentukan karakteristik pesan yang akan disampaikan, apakah pesan tersebut berupa fakta, konsep, gagasan, hukum, teori yang bersifat konseptual, atau pesan tersebut bersifat instruksi, penugasan-penugasan tertentu yang mengarah pada penguasaan skill atau keterampilan.

2) Selanjutnya tahap dua mengkaji bagaimana metode yang tepat sesuai dengan krakteristik pesan pembelajaran. Hal ini perlu dikaji secara langsung dengan mengkaitkan kebutuhan menggunakan media pembelejaran dan tidak menggunakan media. Apabila pesan tersebut berupa pesan-pesan pembelajaran, maka dibutuhkan media pembelajaran, bukan media lain. Contoh, jika pesan tersebut berupa pesan umum, informasi publik, politik dan ekonomi, maka lebih cocok menggunakan media massa bukan media pembelajaran.

3) Pesan pembelajaran perlu dianalisis lebih operasional terutama kaitannya dengan karakteristik tujuan, kita bisa mengambil teori Bloom et al. (1956:17) menganalisis kompetensi menjadi tiga aspek, masing-masing dengan tingkatan berbeda-beda : Kompetensi Kognitif meliputi, tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian. Kompetensi afektif meliputi pemberian respon, penilaian, apresiasi, dan internalisasi. Kompetensi psikomotorik, meliputi keterampilan gerak awal semi rutin, dan rutin. Hal ini berhubungan dengan media yang cocok dengan karakteristik tersebut.

4) Selanjutnya menentukan media yang cocok dan sesuai dengan tujuan dan karakteistik siswa, baik dari segi jumlah maupun dari segi karakteristik lainnya, atau media yang sesuai dengan kemampuan produksi, fasilitas yang dimiliki dan biaya yang tersedia.

5) Evaluasi perlu dilakukan untuk mempertimbangkan lebih matang, kelebihan dan kekurangan media yang telah menjadi pilihan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mereview oleh beberapa pihak yang terkait, seperti guru, atau siswa. Apabila cocok maka akan langsung diproduksi dan apabila tidak maka harus kembali pada langkah IV untuk memilih alternatif media yang lainnya.

371

6) Langkah terakhir adalah melakukan perencanaan untuk pengembangan dan produksi media.

f. Perencanaan Media Pembelajaran

1) Hakikat Perencanaan Media Seperti yang telah disinggung dalam uraian di atas bahwa dilihat dari

pengadaan media dapat menggunakan yang sudah ada yang dibuat oleh pihak tertentu (produsen media) dan kita dapat langsung menggunakannya, begitu juga dengan media yang sifatnya alamiah yang tersedia di lingkungan sekolah juga termasuk yang dapat langsung digunakan. Selain itu, kita juga dapat membuat media sendiri sesuai dengan kebutuhan. Di sinilah diperlukannya perencanaan, jika kita tidak memiliki media dengan cara membeli yang sudah ada, kegiatan perencanaan media tidak banyak dilakukan, cukup dengan mencocokkan materi yang akan diajarkan dengan media yang tersedia. Berbeda halnya jika kita membuat media sendiri berdasarkan kebutuhan dalam hal ini diperlukan analisis dalam berbagai aspek. Sehingga pas dengan kebutuhan.

Bila kita membuat program media pengajaran diharapkan dapat melakukannya dengan persiapan dan perecanaan yang teliti. Dalam membuat perencanaan itu ada beberapa pertanyaan yang prlu kita jawab. Pertama kita perlu bertanya mengapa kita ingin membuat program media itu? Apakah pembuatan media tersebut ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula? Untuk siapakah program media tersebut kita buat? Untuk orang dewasakah, anak-anak, mahasiswakah, siswa Sekolah Dasarkan atau masyarakat pada umumnya? Kalau kita sudah mengetahui siapa sasaran kita, pertanyaan kita belum selesai, masih perlu dipertanyakan bagaima karakteristik siswa tersebut? Betulkah media yang kita buat tersebut betul-betul dibutuhkan oleh mereka? Perubaahan perilaku apakah yang diharapkan akan terjadi pada diri siswa tersebut? Sebaliknya, jika mereka tidak menggunakan media tersebut apakah akan terjadi kerugian secara intelektual? Kita perlu juga memikirkan materi apa yang perlu disajikan melalui media itu, supaya pada diri siswa terjadi perubahan perilaku yang nyata sesuai harapan.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya menjadi pemikiran dan ide-ide semata, namun harus ditindaklanjuti dengan cara menuliskannya sehingga akan terwujud sebuah dokumen perencanaan media. Jadi hakikat perencanaan tidak cukup hanya dengan niat dan ide cemerlang dalam membuat media, namun perlu dipersiapkan dalam bentuk naskah perencanaan media.

2) Langkah-Langkah Perancangan Media Apakah langkah-langkah dalam perencanaan media? Secara umum

dapat dirinci sebagai berikut : (a) identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, (b) Perumusan tujuan intruksional (Instruksional Objektif), (c) Perumusan butir-butir materi yang terperinci, (d) mengembangkan alat pengukur keberhasilan, (e) merumuskan instrument tes dan revisi. a). Indentifikasi Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

Sebuah perencanaan media didasarkan atas kebutuhan (need),apakah kebutuhan itu? Salah satu indicator adanya kebutuhan karena di dalamnya terdapat kesengajaan (gap). Kesenjangan adalah adanya ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan adalah adanya kesejangan antara kemampuan,ketrampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Jika yang kita inginkan siswa menguasai 1500 kosa kata bahasa Inggris,

372

sedangkan siswa hanya menguasai 800 kata, maka terjadi kesenjangan 700 kata lagi. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah pembelajaran bagaimana meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata sehingga sampai pada target 1500 kata.

Contoh lain misalnya pada siswa SD, mereka diharapkan memiliki ketrampilan dalam membaca, menulis dan berhitung. Ternyata dalam kenyataannya mereka baru dapat membaca saja, sehingga kebutuhannnya adalah bagaimana supaya mereka bias menulis dan berhitung. Begitu halnya jika siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menjumlahkan, mengalikan dan membagi, namun ternyata mereka baru bias menjumlahkan saja. Dengan demikian kebutuhannya adalah meningkatkan kemampuan mengalikan dan membagi. Tidak hanya pada pengetahuan dan ketrampilan, pada aspek sikap juga sering terjadi kesenjangan yang mendorong kebutuhan. Misalnya siswa SD diharapkan sudah berperilaku hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi dua kali sehari, selalu berpakian rapid an tidak jajan sembarangan. Namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.

Adanya kebutuhan, seyogyanya menjadi dasar dan pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. Misalnya dalam pembelajaran bahasa Inggris pada umumnya siswa merasa kesulitan untuk membuat kalimat dengan bahasa Inggris ditambah perasaan malu dan takut untuk berbicara. Guru yang kreatif dapat menciptakan sebuah media yang disebut kantung ajaib. Dalam kantung tersebut diisi dengan berbagai benda apa saja, misalnya buah, saputangan, makanan, batu, tanah liat dan lain-lain. Juga disediakan tulisan yang dilipat yang isinya kata-kata tertentu. Dengan sebuah permainan masing-masing siwa dipersilahkan untuk mengambil tulisan dan dari tulisan itu dia harus mengembangkannya menjadi kalimat, begitu juga dengan benda-benda yang ada di kantung ajaib tersebut sebagai bahan untuk mengembangkan kalimat dalam bercerita dalam bahasa Inggris.

Kesesuaian media dengan siswa menjadi dasar pertimbangan utama, sebab hamper tidak ada satu media yang dapat memenuhi semua tingkatan usia, dalam hal ini Barabara B.Seels (1994:98) mengatakan bahwa diperlukan informasi tentang gaya belajar siswa atau learning style. Beberapa learning style yang dapat diidenrifikasi dari siswa adalah (1) Tactile/kinesthetic Para siswa memperoleh hasil belajar optimal apabila disibukan dengan suatu aktifitas. Mereka tidak ingin hanya membaca tetapi ikut terlibat langsung melakukan sendiri. (2) Visual/Perceptual Para siswa memperoleh hasil belajar optimal dengan penglihatan. Demonstrasi dari papan tulis, diagram,grafik dan tabel adalah semua alat yang berharga untuk mereka. Pelajar tipe visual selalu ingin melihat gambar, diagram, flow chart, time line, film dan demonstrasi. (3) Auditory.Pelajar menyukai informasi dengan format lisan. Hasil belajar diperoleh melalui mendengarkan ceramah kuliah dan mengambil bagian dalam diskusi kelompok. (4) Aktif versus Reflektif Aktif : Pelajar cenderung untuk mempertahankan dan memahami informasi yang terbaik apa dengan melakukan sesuatu secara aktif dengan mendiskusikan atau menerapkannya dan menjelaskannya pada orang lain. (5) Reflektif: Pelajar suka memikirkan sesuatu dengan tenang “ Mari kita fikirkan terlebih dulu” adalah tanggapan pelajar yang reflektif. (6) Seqwential Versus Global Seqwential : Pelajar menyukai untuk berproses step-by-step, terhadap suatu cara dan hasil akhir yang sempurna. (7) Global : Pelajar

373

menyukai suatu ikhisar atau “gambaran besar” dari apa yang mereka akan lakukan sebelum menuju pembelajaran dengan proses yang kompleks.

Kebutuhan akan media dapat didasarkan atas tuntutan kurikulum. Siswa Kelas enam SD pada akhir tahun diharapkan memiliki sejumlah kemampuan, ketrampilan dan sikap yang yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Pada awal tahun ajaran tentulah guru menghadapi kesenjangan untuk mencapai target kurikulum sehingga pada akhir tahun kemampuan itu sudah dapat dimiliki siswa.

Media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Misalnya seorang siswa yang ingin belajar ucapan dan percakapan dalam bahasa Inggris melalui kaset audio, hanya akan dapat mengikutinya jika siswa tersebut telah memiliki kemampuan awal berupa penguasaan kosa kata dan dapat menyususn kalimat sederhana. Jika kita tidak memperhatikan kemampuan tersebut ketika diberikan media tersebut siswa akan mengalami kesulitan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa program yang terlalu mudah akan membosankan bagi siswa dan sedikit sekali manfaatnya bagi siswa karena siswa tidak memperoleh tambahan kemampuan yang seharusnya. Sebaliknya program media yang terlalu sulit akan membuat siswa frustasi. Kemampuan dan ketrampilan yang seharusnya dimiliki oleh siswa tidak dapat terpenuhi dan terserap dengan baik, sehingga tidak terjadi perubahan perilaku pada diri siswa. Inilah yang harus dihindari dalam perancangan media pembelajaran.

b). Perumusan Tujuan

Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan karena dengan tujuan akan mempengaruhi arah dan tindakan kita. Dengan tujuan itu pulalah kita dapat mengetahui apakah target sudah dapat tercapai atau tidak. Bagaimanakah pentingnya tujuan dalam kehidupan? Kita lihat contoh berikut ini :

Contoh – 1

Seorang kaka memberikan adiknya yang baru kelas 6 SD uang sejumlah 100.000, lalu kemudian si Kakak bilang :” Dik, kaka mau pergi kuliah dulu, pergilah kamu ke Mall, nih uangnya”. Tentu saja si adik senang, kebetulan ia lagi butuh sekali uang untuk membeli sepatu baru yang kebetulan sepatu lamanya sudah lusuh. Dengan tanpa berfikir lagi si Adik langsung membelikan sebuah sepatu yang disukainya. Jika kita simak dalam kasus ini, apakah si kakak perlu memarahi adiknya? Karena telah membelanjakan uang untuk membeli sepatu? Tentu saja tidak ada alas an bagi si Kakak untuk marah karena dalam kasus tersebut si Kakak tidak memberikan perintah yang jelas, tujuan tidak secara jelas di sampaikan Kakak dengan demikian tidak ada tolak ukur untuk memarahi Adik.

Contoh – 2

Karena shampoo kesayangannya habis, maka sebelum mandi, Kak Ema menyuruh adiknya Ade untuk membelikan shampoo, maka Kak Ema memberikan uang 5000 dengan berkata “ De beliin kakak shampoo ya”. Dengan senang hati Ade pergi ke took dekat rumahnya untuk membeli shampo, namun sesampainya di Toko Ade bingung karena ia tidak tahu harus membeli shampo merek apa, yang berukuran besar atau kecil?, akhirnya ia memutuskan untuk membeli salah satu shampo yang dikenalnya. Sesampainya di rumah Kak Ema terkejut dan jengkel karena shampo yang di beli Ade tidak sesuai dengan kesukaannya. Apabila kita amati pada kasus

374

ini tujuan sudah ada, disbanding contoh 2 di atas, namun sayangnya tujuan tersebut tidak dirumuskan dengan jelas dan kuran spesifik, maka wajarlah jika terjadi salah penafsiran.

Dalam pembelajaran tujuan juga merupakan factor yang sangat penting, karena tujuan itu akan menjadi arah kepada siswa untuk melakukan perilaku yang diharapkan dengan tujuan tersebut, contohnya :

Dengan menggunakan gambar, siswa SD diharapkan memiliki pengetahuan untuk membedakan hewan karnivora, herbivora dan omnivore dengan benar.

Dengan tujuan tersebut baik guru maupun siswa memiliki kejelasan apa yang harus dicapai, apa yang diharus dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut, materi apa yang harus disiapkan guru, dan bagaimana menyampaikannya, sudah tergambar dengan jelas. Dengan tujuan yang jelas seperti itu, maka dengan mudah guru dapat mengetahui sejauhmana siswa mampu mencapai tujuan.

Tujuan yang baik, yaitu yang jelas, terukur, operasional, tidak mudah untuk dirumuskan oleh guru, diperlukan latihan, penelaahan terhadap kurikulum dan pengalaman saat melakukan pembelajaran di kelas. Namun, sebagai patokan, sebaiknya perumusan yujuan haruslah memiliki ketentuan sebagai berikut :

(1) Learner Oriented. Dalam merumuskan tujuan, harus selalu berpatokan pada perilaku siswa dan bukan perilaku guru. Sehingga dalam perumusannya kata-kata siswa secara eksplisit dituliskan. Selain itu, perilaku yang diharapkan dicapai harus mungkin dapat dilakukan siswa dan bukan perilaku yang tidak mungkin dilakukan siswa. Tujuan itu berorientasi pada hasil, sehingga kuantitas dapat diukur.

Contoh :

Siswa Sekolah Dasar kelas III dapat menyebutkan tiga jenis binatang yang tergolong herbivora dengan benar.

(tujuan tersebut baik, karena berorientasi pada siswa), dan rumusan tujuan tersebut tidak dibuat seperti ini :

Guru menerangkan tiga contoh binatang yang tergolong pemakan rumput atau herbivora. ( Tujuan tersebut tidak baik karena berorientasi pada perilaku guru) padahal dalam pembelajaran yang harus memiliki perubahan perilaku adalah siswa, bukan guru.

(2) Operational. Perumusan tujuan harus dibuat secara spesifik dan operasional sehingga mudah untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Tujuan yang spesifik ini terkait dengan penggunaan kata kerja. Kata kerja yang umum akan menghasilkan perilaku atau tindakan siswa yang juga bersifat umum, namun sebaliknya kata kerja yang khusus akan menghasilkan perilaku yang khusus pula.

Contohnya : siswa diharapkan memahami proses alamiah terjadinya hujan. Kata kerja yang digunakan adalah memahami, kata ini bersifat umum masih diperlukan kata-kata kerja lain yang dijadikan indicator untuk menentukan bahwa siswa memahami, misalnya kata menjelaskan, menyebutkan, menunjukan, merinci dan lain-lain adalah kata kerja yang lebih spesifik dan operasional. Begitu halnya dengan program media yang dikembangkan, tujuan pembelajaran yang ada pada media tersebut haruslah spesifik dan operasional.

375

Contoh : Guru Sekolah Dasar Kelas IV mengajarkan IPS dengan menggunakan media peta dan globe. Rumusan tujuan yang mungkin dikembangkan adalah :

(a) Siswa dapat menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di Indonesia dengan benar.

(b) Siswa dapat mengurutkan pulau-pulau yang ada berdasarkan ukuran luas, jumlah penduduk dan kekayaan alam.

(c) Siswa dapat mengumpulkan bunyi musik khas yang ada di setiap pulau yang ada di Indonesia.

1) Perumusan Tujuan

ABCD Untuk memudahkan merumuskan tujuan pembelajaran, Baker (1971) membuat formula teknik perumusan tujuan pembelajaran dengan rumus ABCD dengan penjelasan sebagai berikut :

A

Audience , artinya sasaran sebagai pembelajaran yang perlu dijelaskan secara spesifik agar jelas untuk siapa tujuan tersebut di berikan. Sasaran yang di maksud di sini misalnya siswa SD kelas IV, siswa SMP kelas 2, siswa SMA kelas 3 dan lain lain

B

Behaviour , adalah perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan atau dimunculkan siswa setelah pembelajaran berlangsung. Behaviour ini di rumuskan dalam bentuk kata kerja, contohnya : menjelaskan, menyebutkan, merinci, mengidetifikasikan, memberikan contoh dan sebagainya.

C

Conditioning , yaitu keadaan yang harus dipenuhi atau dikerjakan siswa pada saat dilakukan pembelajaran, misalnya : dengan cara mengamati, tanpa membaca kamus, dengan menggunakan kalkulator, dengan benar dan sebagainya.

D

Degree , adalah batas minimal tingkat keberhasilan terendah yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku yang diharapkan. Penentuan ini tergantung pada jenis bahan materi, penting tidaknya materi. Contoh : 3 buah, minimal 80 %, empat jenis dan sebagainya.

2) Perumusan Materi

Titik tolak perumusan materi pembelajaran adalah dari rumusan tujuan. Materi berkaitan dengan substansi isi pelajaran yang harus di berikan. Materi perlu disusun dengan memperhatikan criteria-kriteria tertentu, diantaranya :

(a) sahih atau valid, materi yang dituangkan dalam media untuk pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarannya dan kesahihannya. Hal ini juga berkaitan dengan keaktualan materi sehingga materi yang disiapkan tidak ketinggalan jaman, dan memberikan kontribusi untuk masa yang akan dating.

(b) Tingkat Kepentingan (significant), dalam memilih materi perlu pertimbangan pertanyaan sebagai berikut, sejauhmana materi tersebut penting untuk dipelajari? Penting untuk siapa? Dimana dan mengapa?.

376

Dengan demikian materi yang diberikan kepada siswa tersebut benar-benar yang dibutuhkannya.

(c) Kebermanfaatan (utility), kebermanfaatan yang dimaksud haruslahdipandang dari dua sudut pandang yaitu kebermanfaatan secara akademis dan non akademis, secara akademis materi harus bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan siswa, sedangkan non akademis materi harus menjadi bekal berupa life skill baik berupa pengetahuan aplikatif, ketrampilan dan sikap yang dibutuhkannya dalam kehidupan keseharian.

(d) Learnability, artinya sebuah program harus dimungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, sulit ataupun sukar) dan bahan ajar tersebut layak digunakan sesuai dengan kebutuhan setempat.

(e) Menarik Minat (Interest ), materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus menimbulkan keingin tahuan lebih lanjut, sehingga memunculkan dorongan lebih tinggi untuk belajar secara aktif dan mandiri.

Begitu halnya dengan materi dalam sebuah program media, criteria materi yang diuraikan tersebut berlaku juga untuk materi pada media. Sebuah program media didalamnya haruslah berisi materi yang harus dikuasai oleh siswa. Jika tujuan sudah dirumuskan dengan baik dan lengkap, maka teknik permusan materi tidaklah sulit, tinggal kita mengganti kata kerjanya. Lihatlah contoh rumusan tujuan dan bagaimana merumuskannya menjadi mater : Contoh : Rumusan Tujuan : a. Siswa dapat menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di Indonesia

dengan benar. b. Siswa dapat mengurutkan pulau-pulau yang ada berdasarkan ukuran luas,

jumlah penduduk dan kekayaan alam. c. Siswa dapat mengumpulkan bunyi musik khas yang ada disetiap pulau

yang ada di Indonesia. Contoh : Rumusan materi dari tujuan di atas : a. Nama pulau-pulau besar yang ada di Indonesia. b. Pulau-pulau yang ada berdasarkan ukuran luas, jumlah penduduk dan

kekayaan alam. c. Jenis bunyi musik khas yang ada disetiap pulau yang ada di Indonesia . 3) Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan

Pembelajaran yang kita lakukan haruslah diukur apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau tidak? Untuk mengukur hal tersebut, maka diperlukan alat pengukur hasil belajar yang berupa tes, penugasan atau daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan belajar ini perlu dikembangkan dengan berpijak pada tujuan yang telah dirumuskan dan harus sesuai dengan materi yang yang sudah disiapkan. Yang perlu diukur adalah tiga kemampuan utama yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah dirumuskan secara rinci dalam tujuan. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat anatara tujuan, materi dan tes pengukur keberhasilan.

377

Dari gambar di atas, jelas menggambarkan hubungan antara tujuan, materi dan tes. Penyusunan materi didasarkan atas rumusan tujuan, setelah materi selesai dirumuskan selanjutnya membuat item tes berdasarkan tujuan dan materi tersebut, untuk lebih jelasnya, lihatlah contoh penulisan tujuan, materi dan tes sesuai dengan contoh di atas.

Mata Pelajaran : IPS

Media : Peta dan Globe

Sasaran : Siswa Kelas IV

TUJUAN POKOK MATERI TES

1. Siswa dapat menyebutkan minimal 5 pulau besar yang ada di Indonesia dengan benar

1. Nama pulau-pulau besar yang ada di Indonesia

1. Sebutkan minimal 5 nama - nama pulau besar yang ada di Indonesia.

2. Siswa dapat mengurutkan pulau-pulau yang ada berdasarkan ukuran luas, jumlah penduduk dan kekayaan alam.

2. Pulau-pulau yang ada berdasarkan ukuran luas, jumlah penduduk dan kekayaan alam.

2. Tunjukan pulau yang ada di Indonesia yang menghasilkan minyak bumi?

3. Siswa dapat mengumpulkan bunyi music khas yang ada disetiap pulau yang ada di Indonesia.

3. Jenis bunyi dan musik khas yang ada di setiap pulau yang ada di Indonesia.

3. Sebutkan Jenis bunyi dan music khas yang ada di setiap pulau yang ada di Indonesia?

c. Penulisan Garis Besar Program Media (GBPM)

GBPM merupakan petunjuk yang dijadikan pedoman oleh para penulis naskah di dalam penulisan naskah program media. GBPM dibuat dengan mengacu pada analisis kebutuhan, tujuan, dan materi. Untuk program media, GBPM disusun setelah dilakukan telaah topic yang akan dibuat programnya. Kegiatan telaah topic ini perlu dilakukan, karena tidak semua topic yang ada di dalam GBPM cocok untuk dibuat media tertentu misalnya video atau radio. Misalnya topik-topik yang berisi materi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan psikomotorik lebih cocok diproduksi untuk media video atau media cetak atau tatap muka di kelas. Misalnya: Rumus-rumus yang sulit yang menghendaki waktu lama untuk penjelasannnya bila ditampilkan di layar TV. Rumus ini akan lebih jelas kalau disajikan di depan kelas. Untuk program radio, materi yang cocok adalah materi pembelajaran yang memerlukan dukungan khayal visual yang sulit disajikan di depan kelas. Misalnya program-program apresiasi atau program pengayaan yang sifatnya kognitif. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sajian media ini antara lain adalah :

• Terjadinya persamaan persepsi • Effisien : tidak memerlukan penjelasan yang panjang • Efektif : sampai ke sasaran • Motivatif dan rekreatif

378

Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan, topik-topik yang sudah teridentifikasi dimasukkan ke dalam topik-topik GBPM berikut TPU (Tujuan Pembelajaran Umum) dan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus). Telaah topic ini akan sangat membantu dalam tahap –tahap selanjutnya, misalnya dalam hal komplikasi produksinya, apakah program yang di maksud memerlukan bantuan dokumentasi (rekaman audio yang direkam untuk bahan dokumentasi yang penting, misalnya pidato presiden) atau cukup dilakukan liputan secara live? Kemudian juga apakah materi yang dimaksud dalam topik berada di sekitar kegiatan perekaman atau harus diambil di tempat lain? Apakah untuk rekaman dokumentasi tertentu harus dibeli dari sebuah Production House ataukah cukup dicopy dari stock program yang ada? Berapa lama program akan disiarkan ? 10 atau 20 menit ? dsb. Hal-hal yang demikian tentunya akan berpengaruh pula dalam penyusunan budget produksi, karena pelaksanaan perekaman di satu tempat dan perekaman di tempat yang berpindah-pindah akan membawa konsekuensi biaya, demikian pula lama (durasi) rogram yang berimbas pada penggunaan bahan baku, editing, ilustrasi musik dan lain-lain.

Untuk penyusunan program Radio/Audio Instruksional, di samping sebagai acuan materi GBPM juga bermanfaat untuk menentukan jumlah topic dan sub topik yang saling berhubungan dalam program audio/radio tersebut. GBPM dapat juga digunakan untuk memprediksi (antisipasi) durasi program. Untuk program instruksional identifikasi topik yang akan ditampilkan seyogyanya mengandung unsur-unsur sebagai contoh berikut :

379

GARIS BESAR PROGRAM MEDIA

(GBPM)

Nama Mata Kuliah : ………………………………………………….

Topik : ………………………………………………….

Deskripsi Topik : …………………………………………………

………………………………………………….

………………………………………………….

SD : ………………………………………………………………

Media : ………………………………………………………………

Judul : ………………………………………………………………

Penulis :…………………………………………………………………

Penelaah Materi :…………………………………………………………………

Penelaah Media :…………………………………………………………………

No Kompetensi Dasar

Pokok Bahasan

Sub Pokok Bahasan

Bentuk Penyajian

Daftar Pustaka

380

Contoh – 1 Mata Pelajaran : IPS Satuan Pendidikan : SD Kelas : II Catur Wulan : 2 TPU : Siswa dapat mengetahui macam-macam usaha perikanan dan cara pemeliharaan ikan sampi panen. Pokok Bahasan : Usaha Perikanan Sub Pokok Bahasan : Perikanan Darat Topik : Penangkapan ikan

Tujuan Pembelajaran Pokok-pokok Materi Judul Buku Acuan

1 2 3 4

Siswa dapat menjelaskan :

• pengertian perikanan darat

• Macam-macam usaha perikanan darat

• Wahana kegiatan perikanan darat

• Cara-cara penangkapan ikan

• Pengertian perikanan darat

• Usaha-usaha perikanan darat

• Wahana perikanan darat

• Berbagai cara penangkapan ikan darat

USAHA PERIKANAN DARAT

Sri Hestuningsih, dkk.

GEOGRAFI untuk SLTP, kelas II, Kanisius , Yogyakarta, 1997

Sugeng HR, Berter nak ikan di kolam, Aneka Ilmu, Jkt 1990

381

DAFTAR PUSTAKA

Adey, P. (1989). Edolescnt Development and School Sience. International Joaurnal of Sience education 79:98. England.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Alessi M. Stephen& S.R Tollip. 1984.Computer Based Instruction Method & Development, New Jersey : Prentice Hall Inc.

Barbara B Sells, Rita C. Richey, 1994, Instructional Technology :The Definition and Domains of The Field, AECT Washington DC.

Bates, A.W. 1995. Technology, Open Learning and Distance Education. London : Routledge.

Cepi Riyana. 2004. Strategi Implementasi Teknologi dan Komunikasi dengan Menerapkan Konsep Instructional Technology, Jurnal Eduktech, Jurusan Kurtek Bandung.

Depdikbud. (1993). Kurikulum SD 1994. Jakarta : Depdikbud.

Drive R. (1998). Changing Concepctions. Journalof Reaserch in Education, 161-96

Geralch, S. Venon. 1980. Teching and Media. New Jersey : Prentoce Hall Inc.

Heinich, R. Molenda M. & Russel J.D. (1996). (3rdED). Instructional Technology fotr Teching and Learning : Design Instruction, Intergrating Computer, and Use Media.Upper Saddle River, NJ : Merril Prentice Hall.

Hernawan, Asep Herry. 2007. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI Press: Bandung.

Ismail. 2006. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. UT Press: Jakarta

Kemp, Jerold E. Design Efective Instruction. Mac Millen Publisher, New York, 1994.

Kenji Kitao. 1998. Internet Resourches: ELT, Linguistics, and Comunications. Japan : Eicosha.

Molenda, Heinich, Russell. Instructional Media and The new Technology of Instruction, Jhon Wiley and Son, Canada, 1982

Sadiman, Arief. Media Pendidikan, Pengertian, Pemahaman, dan Pemanfaatan. Rajawali : Jakarta, 1990.

Suherman, Erman. 2003. Strategi pembelajaran Matematika kontemporer. UPI Press: Bandung

Smeltzer K. Dennis, 1992, Computer Mediated Comunication : An Anayisis of the Relationship ofMessage Structure and Message intent. Journa Educational Technology.

382

EVALUASI PEMBELAJARAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Deskripsi Buku Ajar yang berjudul assesmen/penilaian pembelajaran ini akan mengkaji

tentang konsep dasar Assesmen/penilaian pembelajaran, penilaian pembelajaran berbasis kompetensi, meliputi pengertian Assesmen, fungsi dan tujuan, prinsip-prinsip Assesmen, teknik pengukuran ranah kognitif, afektif dan psikomotor, penyusunan perencanaan penilaian pembelajaran, bentuk tes dan pengolahan hasil tes belajar.

Setelah mempelajari buku ajar ini, kompetensi yang akan dicapai peserta pelatihan adalah para guru atau pendidik dapat melaksanakan penilaian pembelajaran berbasis kompetensi untuk mata pelajaran yang diampu, sehingga dapat memberikan penilaian secara normatif terhadap siswa atau peserta didik secara menyeluruh dari penguasaan setiap siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan pada pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

B. Prasyarat 1. Guru atau pendidik menguasi materi pembelajaran/menguasi materi pelajaran

yang diampu. 2. Guru mengerti dan memahami karakteristik materi pembelajaran atau materi

pelajaran yang diampu. 3. Guru atau pendidik mengerti dan menguasai latar belakang, karakteristik serta

kepribadian siswa secara menyeluruh seperti cara berfikir,minat, bakat, hobi, perkembangan personal dan sosial, kesehatan dan perkembangan pisik secara baik.

C. Petunjuk penggunaan modul/petunjuk belajar : 1. Bahan ajar ini digunakan sebagai panduan untuk penyegaran kembali bagi

guru peserta pelatihan mengenai penilaian pembelajaran 2. Latihan-latihan yang terdapat pada setiap bab, perlu dikembangkan lebih lanjut. 3. Lembar kegiatan digunakan untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada setiap

latihan jika menemui kesulitan diskusikan dengan sesama peserta 4. Hasil lembar kegiatan mengerjakan soal-soal tes formatif dikumpulkan untuk

dinilai oleh instruktur. D. Tujuan Akhir : Setelah mempelajari modul ini, Saudara diharapkan mampu :

1. Menjelaskan pengertian, fungsi atau tujuan serta prinsip-prinsip penilaian pembelajaran.

2. Menjelaskan konsep penilaian pembelajaran berbasis kompetensi. 3. Merencanakan penilaian pembelajaran berbasis kompetensi 4. Menyusun berbagai bentuk tes 5. Mengolah hasil tes penilaian permbelajaran

E. Kompetensi dan Indikator 1. Kompetensi Peserta pelatihan memahami konsep penilaian pembelajaran berbasis

kompetensi serta terampil melaksanakan penilaian, pengolahan serta penafsiran hasil penilaian dan merancang tindak lanjut.

2. Indikator a. Memahami konsep penilaian pembelajaran b. Memahami konsep penilaian pembelajaran berbasis kompetensi. c. Mampu merencanakan penilaian pembelajaran d. Mampu menyusun berbagai bentuk tes e. Mampu mengolah hasil tes penilaian pembelajaran.

383

BAB II KEGIATAN BELAJAR 1 KONSEP DASAR, JENIS DAN TEKNIK PENILAIAN PEMBELAJAR AN

A. Kompetensi dan indikator Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar 1 diharapkan peserta dapat

memahami konsep dasar penilaian pembelajaran, yang selanjutnya dapat menerapkan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran dari mata pelajaran yang diampu terhadap siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Konsep dasar penilaian pembelajaran berbasis kompetensi meliputi : pengertian, fungsi atau tujuan, prinsip-prinsip penilaian pembelajaran dan teknik pengukuran baik pada ranah kognitif afektif dan psikomotorik.

B. Uraian Materi 1. Pengertian Assesmen/Penilaian Pembelajaran

Berbagai pengertian Assesmen dikemukakan oleh beberapa pakar diantaranya pengertian Assesmen menurut Suharsimi Arikunto (2003) Melakukan Assesmen meliputi dua langkah yaitu (1) Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif, dan (2) Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Pengukuran bersifat kuantitatif, sedangkan pengukuran bersifat kualitatif. Pengertian Assesmen menurut Wrightstone dalam Ngalim Purwanto (1984) Assesmen Pendidikan merupakan penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum, sedangkan Mehrens & Lehmann (1978) menyatakan bahwa Assesmen pembelajaran adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sejalan dengan pengertian di atas Wayan Nurkancna mengatakan bahwa Assesmen pendidikan adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segalasesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dunia pendidikan. Dari bebagai pengertian Assesmen/penilaian pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa minimal ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Kegiatan penilaian/Assesmen tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan

pembelajaran yang akan dicapai karena tujuan-tujuan pembelajaran tersebut merupakan acuan dan kriteria pokok dalam pelaksanaan Assesmen pembelajaran.

2. Kegiatan penilaian pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis artinya bahwa Assesmen pembelajaran merupakan suatu kegitan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Dikatakan sebagai suatu proses karena Assesmen pembelajaran karena kegiatan Assesmen dilakukan mulai dari awal, selama kegiatan berlangsung, dan pada akhir kegiatan.

3. Dalam kegiatan penilaian/Assesmen pembelajaran diperlukan berbagai informasi baik menyangkut hasil pengukuran (ulangan), sikap, perilaku siswa, tugas-tugas dan informasi lainnya yang dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan dalam Assesmen pembelajaran.

2. Fungsi Penilaian dalam pendidikan Fungsi Penilaian dalam bidang pendidikan dan pembelajaran mempunyai

fungsi sebagai berikut :

384

a. Untuk mengetahui taraf kesiapan dari peserta didik untuk menempuh suatu pendidikan tertentu.

b. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan/pembelajaran atau pencapaian kompetensi yang diharapkan.

c. Untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar dapat dilanjutkan dengan bahan atau materi selanjutnya, ataukah harus mengulang kembali pada kegiatan belajar tersebut.

d. Untuk keperluan bimbingan dan konseling. Hasil Assesmen dapat dijadikan informasi atau data bagi guru pembimbing dalam membuat diagnosa siswa, untuk mengetahui dalam hal apa siswa memerlukan bimbingan, sebagai dasar menagani kasu-kasus tertentu siswa, serta sebagai acuan dalam melayani kebutuhan siswa dalam bimbingan karir.

e. Untuk menentukan kelulusan peserta didik pada jenjang pendidikannya. f. Untuk keperluan pengembangan kurikulum dan perbaikan kurikulum

sekolah yang bersangkutan. Dalam hal ini materi kurikulumyang dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat perlu diganti dengan materi yang lebih sesuai.

3. Prinsip-prinsip Penialian Pembelajaran Untuk dapat melakukan penilaian pembelajaran secara efektif, maka

perlu diperhatikan prinsip-prinsip Assesmen pembelajaran yang dapat dijadikan dasar dalam pengembilan keputusan. Adapun prinsip-prinsip tersebut terdiri dari prinsip umum dan prinsip-prinsip Assesmen lainnya yaitu : a. Prinsip umum dalam kegiatan Assesmen pembelajaran yaitu adanya

triangulasi atau hubungan yang erat antara 3 komponen yaitu hubungan erat antara : 1) Tujuan pembelajaran 2) Kegiatan Pembelajaran 3) Assesmen/penilaian Tujuan

a b Kegiatan Pembelajaran Assesmen/penilaian c

(a) Hubungan antara tujuan dengan Kegiatan pembelajaran; kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Kegiatan pembelajaran mengacu pada tujuan dan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke kegiatan pembelajaran

(b) Hubungan antara tujuan dengan Assesmen; Assesmen adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauhmana tujuan sudah tercapai, selain itu langkah dalam menyusun alat Assesmen mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

(c) Hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan Assesmen; menunjukan bahwa Assesmen harus mengacu pada kegiatan pembelajaran, di sisi lain dan Assesmen merupakan pengukur kegiatan pembelajaran.

Adapun prinsi-prinsip lain yang perlu diperhatikan dari penialian/Assesmen pembelajaran di antaranya :

385

a. Mendidik ; mampu memberikan sumbangan positif terhadap peningkatan pencapaian belajar peserta didik sehingga hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi peserta didik untuk lebih giat belajar.

b. Terbuka; prosedur dan kriteria penilaian serta dasar pengambilan keputusan diketahui oleh pihak yang terkait.

c. Menyeluruh; penilaian meliputi berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai, yang meliputi aspek kognitif, afektif dan dan psikomotor yang direfleksikan dalam kegiatan berpikir dan bertindak.

d. Terpadu; menilai apapun yeng dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar, artinya penilaian tidak hanya pada akhir kegiatan atau pada salah satu pokok bahasan tetapi bersifat menyeluruh atau komprehensif

e. Obyektif; tidak terpengaruh oleh pertimbangan subyektif penilai. f. Sistematis; penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur dan

terarah. g. Berkesinambungan; penilaian dilakukan secara terus menerus sepanjang

berlangsungnyakegiatan pembelajaran. h. Adil; tidak ada peserta didik yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan

latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, bahasa, warna kulit dan jender.

i. Menggunakan acuan atau kriteria tertentu dalam menentukan prestasi peserta didik.

4. Jenis dan Teknik Penilaian Pembelajaran a. Jenis Penilaian; jenis penilaian pembelajaran yang dilakukan dapat

dibedakan dalam : 1) Penialain formatif ; berasal dari arti kata form yang merupakan dasar

dari istilah formatif, maka penilaian formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah terbentuk setelah, mengikuti suatu program tertentu, misalnya telah mengikuti pembelajaran satu kompetensi dasar) Hasil penilaian formatif dapat bermakna sebagai reinforcemet, feedback dan sebagai alat diagnosis pembelajaran.

2) Penilain Sumatif ; berbeda dengan penilaian formatif, penilaian sumatif merupakan adalah penilaian terhadap peserta didik setelah mengikuti atau berakhirnya pemberian beberapa program atau sebuah program yang lebih besar, misalnya penilaian yang dilakukan untuk satu standar kompetensi. Penilaian sumatif dapat bermakna sebagai penialian prediksi dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas/kelulusan pesert didik.

3) Penilaian diagnostik ; adalah penilaian yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dihadapi peserta didik, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

4) Penilaian penempatan ; penilaian yang dilakukan untuk terhadap pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan dalam progrsm prembelajaran ysng sesuai, misalnya untuk kepentingan penjurusan.

b. Teknik Penilaian Pembelajaran Dalam melaksanakan penialian pembelajaran dikenal dua cara atau

teknik yaitu teknik non-tes dan tes. 1) Teknik non-tes ; yang termasuk teknik non-tes adalah skala

bertingkat (rating scale), questionair,daftar cocok (check list), wawancara (interview), pengamatan (observation), riwayat hidup

386

2) Tenik tes ; pengertian tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Pengertian lain yang dikemukakan oleh Webster Collegiate, pengertian tes adalah seperangkat pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sebuah tes dapat dikatakan sebagai alat atau teknik penialaian pembelajaran yang baik apabila memilki syarat-syarat sebagi tes yang baik yaitu memiliki :

a) Validitas; artinya tes dapat tepat mengukur apa yang harus diukur, misalnya

untuk mengukur partisipasi siswa diukur dengan tingkat kehadiran, tingkat perhatian dan ketepatan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan bukan dengan nilai yang diperoleh waktu ulangan, sebab nilai ulangan hanya menggambarkan prestasi dan bukan menggambarkan partisipasi.

b) Realibilitas; tes yang reliabel adalah tes yang hasilnya relatif tetap walaupun dilakukan berkali-kali.

c) Obyektivitas; tes dikatakan obyektif apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subyektif yang mempengaruhi.

d) Praktikabilitas; tes dikatakan praktis jika mudah pelaksanaan dan pemeriksaannya serta mudah pengadministrasiannya

e) Ekonomis; tes yang ekonomis adalah tes yang pelaksanaanya tidak membutuhkan, biaya, tenaga besaar dan waktu yang lama.

Teknik tes yang biasanya digunakan dalam penialian pembelajaran meliputi : a) Tes tertulis ; adalah tes di mana soal-soal dan jawaban yang harus

dijawab oleh peserta didik secara tertulis. Tes tertulis ini biasanya dikelompokan menjadi 2 bentuk tes tertulis yaitu :

(1) Tes obyektif, bentuknya benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan isian pendek.

(2) Tes subyektif; pada umumnya berbentuk uraian (esai) yaitu sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Dalam menyususn instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut yaitu : (a) Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diujikan; (b) materi harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran; (c) Konstruksi tes harus sesuai dengan ranah tujuan; (d) Bahasa dalam soal harus menggunakan kalimat yang tidak ambigus.

b) Tes lisan , yaitu tes yang pelaksanaannya berbeda dengan tes tertulis, karena dilakukan dengan mengadakan secara langsung tanya jawab antara guru dan peserta didik. Dibandingkan dengan tes tertulis, bentuk tes ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya : tingkat subyektivitas penilai dan waktu pelaksanaannya relatif lama, sedangkan kelebihannya adalah secara langsung dapat menilai beberapa unsur baik kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa, maupun sikap dan kepribadiannya. Selain itu peserta didik yang belum memahami pertanyaan tes, dapat langsung meminta penjelasan dari penilai. Kelebihan lainnya adalah peserta didik dapat lengsung mengetahui hasil tes.

c) Tes perbuatan , yaitu tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaannya dinyatakan dengan perbuatan atau

387

penampilan. Pelaksanaan tes perbuatan pada umumnya memerlukan sebuah format pengamatan atau penilaian yang dibuat sedmikian rupa sehingga penilai dapat dapat menuliskan angka penialian pada tempat yang sudah disediakan.

C. Latihan Buatlah kelompok kecil sebnyak 3 orang dan susun rancangan instrumen

penilaian untuk menilai penguasaan siswa terhadap satu kompetensi dasar pada mata pelajaran IPS/Ekonomi di SMP/MTs, dengan langkah-langkah menentukan : 1. Rumuskan indikator-indikator yang ada dalam kompetensi dasar tersebut ke

dalam tujuan pembelajaran 2. Tentukan jenis penilaian pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran 3. Tentukan teknik penilaian yang tepat untuk tujuan pembelajaran tersebut. 4. Kemukakan alasan atau dasar pertimbangan dalam menentukan jenis dan

teknik penilaian yang ditetapkan.

D. Rangkuman Kegiatan penilaian tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan pembelajaran

yang akan dicapai karena tujuan-tujuan pembelajaran tersebut merupakan acuan dan kriteria pokok dalam pelaksanaan Assesmen pembelajaran.

Kegiatan penilaian pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis artinya bahwa Assesmen/penilaian pembelajaran merupakan suatu kegitan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Dikatakan sebagai suatu proses karena Assesmen pembelajaran karena kegiatan Assesmen dilakukan mulai dari awal, selama kegiatan berlangsung, dan pada akhir kegiatan.

Dalam kegiatan penilaian pembelajaran diperlukan berbagai informasi baik menyangkut hasil pengukuran (ulangan), sikap, perilaku siswa, tugas-tugas dan informasi lainnya yang dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan dalam Assesmen pembelajaran.

Untuk melaksanakan penilaian pembelajaran yang baik, hendaknya penilaian dilakukan atas dasar prinsip-prinsip penilaian, jenis dan teknik penilaian yang tepat dan memenuhi persyaratan sebuah tes yang baik yaitu memilki validitas, reliabilitas, obyektif, praktis dan ekonomis.

388

BAB III KEGIATAN BELAJAR 2 PENILAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI

A. Kompetensi dan Indikator 1. Kopetensi Pembelajaran Memahami konsep penilaian pembelajaran berbasis kompetensi, prinsip dasar

dan komponen-komponennya. 2. Indikator Kompetensi Setelah mengikuti kegiatan belajar ini peserta mampu :

a. Menyimpulkan pengertian kompetensi b. Menyimpulkan Kurikulum berbasis kompetensi c. Menyimpulkan konsep pembelajaran kontekstual d. Menjelaskan konsep sistem penilaian pembelajaran Berbasis Kompetensi f. Menjelaskan dan menyebutkan prinsip dasar penilaian pembelajaran

berbasis kompetensi g. Menggambarkan alur pengembangan perangkat Sistem penilaian

pembelajaran berbasis kompetensi h. Mengenal jenis-jenis teknik penilaian dalam Sistem Penilaian Pembelajaran

Berbasis Kompetensi B. Uraian Materi 1. Pengertian kompetensi dan kurikulum Berbasis Kom petensi Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan maupun nilai-nilai

yang dikuasai seseorang atau peserta didik yang direfleksikan dalam bentuk kemampuan bertidak secara tepat. Jika seseorang memiliki kemampuan berpikir dan bertindak secara tepat dan benar, maka orang tersebut mencerminkan orang yang berkompeten.

Istilah kemampuan dalam pengertian kompetensi di atas dapat dipahami dalam dua aspek yaitu : (a) Aspek yang tampak; kompetensi dalam aspek yang tampak ini disebut performance yaitu penampilan dalam bentuk tingka laku yang dapat didemonstrasikan sehingga dapat diamati, dilihat dan dirasakan. Melalui pengamatan dapat dibedakan kompetensi seorang dukun pijet dengan seorang dokter, walaupun keduanya dalam satu bidang yaitu kesehatan. Akan tetapi tanpa harus belajar ilmu kedokteran seseorang mengetahui bahwa dokter lebih kompeten dari pada tukang pijet dalam hal penyembuhan seorang pasien; (b) Kompetensi yang tidak tampak disebut juga dengan istilah kompetensi dalam aspek rasional. Kompetensi dalam aspek ini tidak bisa diamati karena tidak tampil dalam perilaku empiris. Seorang dokter yang sedang tidak praktek dan tidak menggunakan atribut profesinya, tidak diketahui bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melakukan terapi kesehatan. Kemampuan rasional ini dalam taksonomi Bloom dikenal sebagai kognitif, afektif dan psikomotorik. Kognitif berhubungan dengan kemampuan melakukan, afektif berhubungan dengan sosial-emosional dan psikomotorik berhubungan dengan keterampilan.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, penilaian dan kegiatan belajar mengajar serta pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.

Orientasi kurikulum berbasis kompetensi tergantung pada dua hal yaitu : 1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui

seperangkat pengalaman belajar yang bermakna. 2. Keberagaman yang dimanifestasikan sesuai kebutuhan

389

Ciri-ciri kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut : 1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi (standar kompetensi,

kompetensi dasar yang tercermin pada indikator kompetensi) peserta didik.

2. Berorientasi pada hasil belajar 3. Menerapkan pembelajaran kontekstual 4. Menggunakan penilaian yang berorientasi pada kompetensi (penilaian

autentik) 2. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang

holistik dan bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksible dapat diterapkan atau ditranfer dari satu permasalahan/konteks ke permaslahan/konteks lainnya.

Selain itu pembelajaran kontekstual merupakan metode atau pendekatan belajar mengajar yang berorientasi pada pencapaian pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik melalui penerapan pendekatan tersebut. Pengalaman bermakna tersebut akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak di kemudian hari manakala ia harus melakukan perbuatan atau tidakan sejenis.

Dalam konsep pembelajaran kontekstual terdapat enam kunci yang dikemukakan oleh The Northwest regional EducationLaboratory USA yaitu :

a. Pembelajaran bermakna b. Penerapan pengetahuan c. Berpikir tingkat tinggi d. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar e. Responsif terhadap budaya f. Penilaian autentik, misalnya penilaian proyek,tugas terstruktur, kegiatan

siswa, penggunaan portofolio, rubrik, daftar cek, pedoman observasi. Terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran kontekstual yaitu : a. Konstruktivisme (Constructivism); mengembangkan pemikiran bahwa

siswa akan belajar lebih bermakna, jika diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru. (pembelajran bukan proses menerima tetapi dikemas menjadi mengkonstruksi)

b. Menemukan (Inquiry); memfasilitasi kegiatan penemuan agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sebuah fakta)

c. Bertanya (Questioning); mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan.

d. Masyarakat belajar (Learning community); menciptakan masyarakat belajar dengan membangun kerja sama antar siswa.

e. Pemodelan (Modeling);memodelkan sesuatu agar siswa dapat menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.

f. Refleksi (Reflection); adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentik Assessment); penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran, pengukuran terhadap

390

kompetensi, berkesinambungan, terintegrasi, dapat digunakan sebagai feed back.

3. Sistem Penilaian Pembelajaran berbasis Kompetens i a. Penentuan Kompetensi yang akan diujikan. Penentuan perilaku yang akan diukur tergantung pada

kompetensi serta indikator-indikator yang digunakan sebagi acuan terhadap keberhasilan pembelajaran. Metoda untuk menentukan ketepatan perilaku yang diukur, pembuat soal dapat mendaftar semua perilaku mulai dari aspek yang rendah/mudah sampai dengan aspek yang tertinggi/sukar.

Berdasarkan teori Bloom Cs, perilaku dibedakan dalam 3 ranah dengan masing-masing tingkatannya : 1) Ranah Kognitif dengan tingkatan mulai dari : a) Ingatan, diantaranya

seperti menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan; b) Pemahaman, seperti diantaranya membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan; c) Penerapan, diantaranya menggunakan, menerapkan; d) Analisis diantaranya seperti membandingkan, mengklsifikasikan, mengkategorika, menganalisis; e) Sintesis, diantaranya menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun; f) Assesmen diantaranya menafsirkan, menilai atau memutuskan.

2) Ranah Afektif, dengan tingkatan mulai dari : a) Pendapat atau pandangan, seperti respon yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta, b) Sikap atau nilai reperti respon yang melibatkan sikap atau nilai yang telah mendalam di sanubarinya untuk dipertahankan.

3) Ranah psikomotorik yang meliputi: gerak reflek, dasar-dasar gerakan, gerakan yang merupakan kombinasi dengan kognitif, mengembangkan gerakan-gerakan tingkat tinggi, gerakan-gerakan yang memerlukan belajar (menari, olahraga), gerakan untuk berkomunikasi (mimik wajah, isyarat, postur tubuh).

b. Penentuan materi yang akan diujikan Dalam menentukan materi yang akan diujikan haruslah memperhatikan beberapa kriteria yaitu : 1) Urgensi yaitu pokok bahasan atau materi tersebut secara teoritis

mutlak harus dikuasai oleh siswa. 2) Kontinuitas yaitu pokok bahasanatau materi merupakan pendalaman

dari satu atau lebih pokok bahasan yang sudah dipelajari sebelumnya. 3) Relevansi, yaitu pokok bahasan atau materi yang diperlukan untuk

mempelajari atau memahami materi atau pelajaran lain. 4) Keterpakaian, yaitu pokok bahasan atau materi yang memiliki nilai terapan

tinggi dalam kehidupan sehari-hari. 5) Kesesuaian dengan teknik pengukuran yang akan digunakan yaitu tes

tertulis, lisan atau tes perbuatan. c. Teknik Penilaian pembelajaran

Dalam Sistem Penilaian Pembelajaran berbasis Kompetensi dikenal tujuh teknik penilaian yaitu: 1) Penilaian tertulis ; ada dua bentuk tes tertulis yaitu a) memilih jawaban

yang dibedakan menjadi : (!) Pilihan ganda; (2)Dua Pilihan; (3) Menjodohkan; (4) Sebab-akibat dan b) mensuplai jawaban yang dibedakan dalam : (1) Isian atau melengkapi; (2) Jawaban singkat atau pendek; (3) Soal uraian.

391

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam penilaian tertulis adalah : a) Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang

akan diuji. b) Materi, kesesuaian soal dengan Standar kompetensi, kompetensi dasar

dan indikator pencapaian pada kurikulum. c) Konstruksi,misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan

tegas. d) Bahasa,misalnya rumusan soal tidak menggunakan kalimat yang

mengandung penafsiran ganda. 2) Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu, misalnya praktek, presentasi, bermain peran, memainkan suatu alat, dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik dari pada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal : a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk

menunjukan kinerja dari suatu kompetensi. b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kenerja

tersebut. c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan

tugas. d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga

semua dapat diamati e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan

diamati. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti : diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita dan melakukan wawancara, sehingga gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan atau instrumen berikut: (a) Daftar Cek ( Check-list ); dengan menggunakan daftar cek peserta didik

akan mendapat nilai, jika criteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai dan tidak mendapat nilai jika tidak bias diamati. Kelemahan dengan instrumen ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik, sehingga tidak terdapat nilai tengahn namun daftar ini lebih praktis digunakanuntuk mengamati subyek dalam jumlah besar

392

Keterangan : Baik = mendapat skor 1 Tidak Baik = tidak mendapat skor (O)

(b) Skala Penialian ( Rating Scale ) Penilaian unjuk kerja dengan menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu. Dalam hal ini pemberian nilai secara kontinum, pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaianterentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Untuk memperkecil faktor subyektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat.

Contoh Format Penilaian (Menggunakan Daftar Cek)

Nama Peserta didik : ....................... Kelas :............

No Aspek yang dinilai Baik Tidak Baik

1

2

3

4

5

6

Skor yang dinilai

Skor maksimum 6

393

Keterangan : 1 = tdak kompeten 2 = cukup kompeten 3 = kompeten 4 = sangat kompeten Jumlah skor merupakan penjumlahan skor masing-masing aspek yang

dinilai/diukur, sedangkan kriteria penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai beriku :

Jumlah Skor Nilai = --------------------- x Skala nilai yang digunakan Skor maksimum Sebagai Contoh : Jika skala penilaian yang digunakan adalah skala 1-100 dan salah seorang siswa memperoleh skor 10, maka nilai siswa tersebut = 50

Contoh Format Penilaian (Menggunakan Skala Penilaian)

Contoh Format Penilaian (Menggunakan Skala Penilaian)

Nama Peserta didik : ....................... Kelas :............

No Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1

2

3

4

5

Jumlah Skor

Skor maksimum 20

394

3) Penilaian Sikap Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen afektif, komponen kognitif dan

komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu obyek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai obyek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentuberkenaan dengan kehadiran obyek sikap.

Secara umum obyek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah :

a) Sikap terhadap materi pelajaran b) Sikap terhadap guru/pengajar c) Sikap terhadap proses pembelajaran

d) Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu materi pelajaran.

e) Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran.

Teknik penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : a) Observasi perilaku ; hasil penilaian observasi perilaku dicatat dalam buku

catatan harian :

Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan dalam

lembaran buku tersebut, selain bernanfaat untuk merekam dan menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan peserta didik secara keseluruhan.

Selanjutnya berikut ini contoh format penilaian sikap dalam pembelajaran :

Contoh : Halaman Sampul Buku Catatan Harian

Contoh : Halaman isi : Buku Catatan Harian

BUKU CATATAN HARIAN TENTANG PESERTA DIDK

(Nama Sekolah)

Mata Pelajaran : ...............................

Kelas :................................

395

Skor maksimal = 20 a. Catatan : Kolom perilaku diisi dengan skor yang sesuai dengan kriteria berikut :

1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = sedang 4 = baik 5 = sangat baik

b. Nilai merupakan jumlah dsari skor-skor tiap indikator perilaku c. Kriteria penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah Skor Nilai = ----------------------- x Skala nilai yang digunakan Skor maksimum Contoh : Skala penilaian yang digunakan 1-100, jika seorang siswa memperoleh

skor 15, maka nilai siswa tersebut = 75

Contoh : Format Penilaian Sikap dalam Pembelajaran

No Nama Skor perilaku

Jml

Skor

Nilai

Ket Bekerja

sama

Berinis-

siatif

Penuh

Perhatian

Bekerja

Sistema

tis

1

2

3

4

Ridwan

Rifki

........

.........

396

b) Pertanyaan langsung Guru sebagai penilai dapat menanyakan secara langsung tentang sikap

seseorang/peseta berkaitan dengan sesuatu hal yang berhubungan dengan pembelajaran, misalnya bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijan pemerintah mengimpor beras. Berdasarkan jawaban atau reaksiu lain yang tampil dalam memberikan jawaban dapat dipahamisikap peserta didik itu terhadap sesuatu obyek.

c) Laporan Pribadi Mengguanakan laporan pribadi sebagai salah satu teknik penilaian di sekolah,

peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Untuk menilai perubahan perilaku atau sikap siswa secara keseluruhan termasuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian, estetika, jamani semua catatan sdapat dirangkum dalam lembar pengamatan berikut :

� Keterangan : Kolom capaian diisi dengan tanda centang sesuai perkembangan

perilaku. ST = peruabahan sangat tinggi T = perubahan tinggi R = perubahan rendah SR = perubahan sangat rendah � Informasi tentang deskripsi perilaku diperoleh dari :

- pertanyaan langsung - laporan pribadi - buku catatan harian

Contoh : Lembar Pengamatan

Nama Siswa : : ....................... Kelas :........................ Smester : ....................

No Deskripsi Perilaku

awal

Deskripsi perubahan Capaian

Pertemuan......hari/Tgl..... ST T R SR

1

2

3

4

.............................

.............................

397

4). Penilaian Proyek Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang

harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Yugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyeledikan, dan kemampuan menginformsikan dari peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Dalam penilaian proyek ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu : a) Kemampuan pengelolaan; kemampuan peserta didik dalam memilih topik,

mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta pengumpulan laporan

b) Relevansi : keseuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahamn danketerampilan dalampembelajaran.

c) Keaslian; proyek yang dilakukan peserta didikharus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

Instrumen penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan perencanaan, proses pengerjaan,sampai hasil akhir proyek. Sehubungan dengan itu guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyususnan desain, pengumpulan data,analisa data dan penyiapan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasilpenelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

5). Penilaian Produk Penialian produk adalah penialian terhadap poses pembentukan dan kualitas produk. Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi, seni. Pengembangan produk meliputi 3 tahap dansetiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu : a) Tahap persiapan, meliputi penilsisn kemampuan peserta didik dalam

merencanakan,menggali danmengembangkan gagasan serta mendesain produk.

b) Tahap penialaian, meliputi menilai kemampuan siswa membuat produk sesuai kegunaannya, memenuhi kriteria keindahan/presisi dan sebagainya.

Tenik penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik : a) Cara analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan

terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan (tahap persiapan, pembuatan produk dan penilaian produk).

b) Cara holistik yaitu berdasarkankesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan hanya pada tahap penilaian produk.

398

Contoh Penilaian Produk

Mata Pelajaran : ...............................

Nama Produk :................................

Alokasi waktu :.............x pertemuan

Nama Siswa : : ....................... Kelas :........................

No Aspek * Skor (1-5)**

1. Perencanaan :

a. Persiapan alat dan bahan

b. Membuat gambar kerja

2 Pelaksanaan :

a. Sikap kerja

b. Penggunaan alat

c. Pemakaian bahan

d. Mengerjakan

e Perakitan

f. Finishing

3

Laporan produk :

a. Performa

b. Kesesuaian spesifikasi

Total skor

* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan produk dan kondisi siswa/sekolah

** Skor diberikan kepada siswa tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban

399

6). Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelnjutan yang didasarkan pada

kumpulan informasi yang menunjukkan perekembangan kemampuan peserta didik

dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa/hasil

pekerjaan dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik,

lembar jawaban tes yang menunjukan soal yang mampu dan tidak mampu

dijawab/bukan nilai, atau bentuk informasi lain yang yang terkait dengan

kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.

Penilaian portofolio pada dsarnya menilai karya siswa secara individu pada

satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode karya tersebut

dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan siswa. Berdasarkan hasil perkembngan

tersebut guru dan siswa sendiri dapat menilai kemampuan perkembangan siswa

dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian portofolio dapat memperlihatkan

perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain; karangan,

puisi, surat,komposisi musik, gambar, foto, lukisanresensi buku/litelatur, laporan

penelitian,sinopsis dsb.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan

portofolio di sekolah antara lain :

a) Karya siswa adalah benar-benar karya siswa itu sendiri; guru melakukan

penelitian atas hasil karya siswa yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar

karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh siswa itu sendiri.

b) Saling percaya antara guru dan siswa; dalamproses penilaianguru dan siswa

harus saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu, sehingga

terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.

c) Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa; kerahasisaan hasil pengumpulan

informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan baik dantidak disampaikan

kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan, sehingga memberi dampak

negatif pada proses pendidikan.

d) Milik bersama (joint ownership) antara guru dan siswa; guru dan siswa perlu

mempunyai rasa memiliki berkas portofolio, sehingga siswa akan merasa

memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus

meningkatkan kemampuannya.

e) Kepuasan; hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti

yang memberikan dukungan siswa untuk lebih meningkatkan diri.

f) Kesesuaian; hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerjayang sesuai

dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.

g) Penilaian proses dan hasil; penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan

hasil. Proses belajar yang misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja

dan karya siswa

h) Penilaian dan pembelajaran; penilaian portofolio merpakan halyang tak

terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai

400

diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan

kekurangan siswa.

Langkah-langkah dalam penilsisn portofolio yaitu :

a) Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio tidak hanya merupakan

kumpulan kerja siswa yang digunakanoleh guru untuk penilaian, tetapi

digunakan oleh siswa itu sendiri untuk dapat melihat kemampuan,keterampilan

dan minat dirinya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan tetapi

membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian

mereka sendiri.

b) Tentukan bersama pserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan

dibuat. Antara satu dan peserta didik yang lain ada yang sama ada yang

berbeda.

c) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau

folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.

d) berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta

didik sehingga dapat dilihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.

e) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para

peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta

didik,sehingga peserta didik mengetahui harapan /standar guru dan berusaha

mencapai standar tersebut.

f) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat

membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi

keterangan tentang kelebihan dankekurangan karya tersebut, serta bagaimana

cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.

g) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik

diberi kesempatan untuk memperbaiki, namun antara peserta didik dan guru

perlu dibuat kontrak atau perjanjian mengenai waktu perbaikan misalnya 1

minggu karya yang telah diperbaikiharus diserahkan kepada guru.

h) Bila perlu jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu undang

orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan

portofolio, sehingga orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

401

7). Penialian Diri (self assessment)

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta

menialai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian

kompetensi yang dipelajarinya. Teknik peniulaian diri dapat digunakan untuk

mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan utama dari penilaian dari penilaian diri adalah untuk mendukung

atau memperbaiki proses dan hasil belajar. Meskipun demikian hasil penilaian diri

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan nilai. Peran

penilaian diri menjadi penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran

dari guru ke peserta didik didasarkan pada konsep belajar mandiri.

Ada beberapa jenis penilaian diri, diantaranya ;

a) Penialian langsung dan spesifik, yaitu penilaian pada saat atau setelah

selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek kompetensi tertentu dari

suatu mata pelajaran.

Contoh : Format Instrumen portofolio

Mata Pelajaran : ...............................

Alokasi waktu : ..............................

Kelas :........................

Nama Siswa : : .......................

N

o

SK

KD

Perio

de

Kritria dan Skor

Ket Kelengkapan

Gagasan

Sistematik

Gagasan

Ketepatan

Analisis

Up To

date

4 3 2 1

1

1

1.1

30/7

15/8

402

b) Penilaian tidak langsung dan holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam

kurun waktu yang panjang untuk memberikan penialian secara keseluruhan.

c) Penilaian sosio-afektif yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau

emosional.

Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap

perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di

kelas antara lain:

a) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi

kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri.

b) Siswa amenyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika melakukan

penilaian, harus melakukan instropeksi terhadap kekuatan dan kelemahan

yang dimiliki.

c) dapat mendorong, membiasakan dan melatih siswa untuk berbuat jujur,

karena mereka dituntut untuk jujur dan obyektif dalam melakukan penilaian.

Teknik penilaian agar tidak cenderung subyektif, maka harus dilakukan

berdasarkan criteria yang jelas dan obyektif melalui langkah-langkah sebagai

berikut :

1) Menjelaskan pada siswa tujuan penilaian diri

2) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai

3) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan

4) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar cek

atau skala penilaian.

5) Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri

6) Guru mengkaji hasil penilaian, untuk mendorong siswa supaya senantiasa

melakukan penilaian diri secara cermat dan obyektif.

7) Lakukan tindakan lanjutan, antara lain guru memberikan balikan tertulis, guru

dansiswa membahas bersama proses dan hasil penilaian.

403

d. Penyusunan Instrumen penilaian pembelajaran langkah-langkah dalam penyusunan intrumen penilaian pembelajaran

adalah : 1) Menyususn pedoman penskorannya 2) Menentukan standar kompetensi/kompetensi dasar beserta indikator-

indikatornya 3) Menentukan materi untuk penyusunan instrumen 4) Menentukan jumlah /proporsi butir instrumen yang akan diujikan. Penentuan

didasarkan pada penyediaan waktu untuk ujian. 5) Menentukan penyebaran butir instrumen yang akan diujikan ke dalam tiap-

tiap indikator. 6) Menyusun distribusi instrumen ke dalam format kisi-kisi instrumen penilaian.

Contoh Penilaian Diri

PARTISIPASI SISWA DALAM KELOMPOK

Nama Siswa : ..................................................

Nama Anggota kelompok : ...................................................

Kegiatan Kelompok : .....................................................

Isilah pernyataan beriku dengan jujur, untuk nomor 1 s/d 9, tuliskan huruf A, B,

C atau D didepan tiap pernyataan

A : Selalu B : Sering C : Kadang-kadang D : Tidak Pernah

1................. Mengusulkan ide kepada kelompok selama diskusi

2..................Memberi kesempatan kepada semua peserta mengajukan usul

3..................Keterlibatan semua anggota kelompok dalam diskusi

4..................Mendengarkan pendapat orang lain

5................. Mengajukan pertanyaan

6................. Mengorganisasikan ide-ide secara sistematis

7................. Mengorganisasikan kelompok

8..................Mengacaukan kegiatan diskusi

9..................Melamun

404

7) Menuliskan instrumen penialian dengan mengacu pada kisi-kisi yang telah tersusun.

e. Kisi-kisi instrumen penilaian pembelajaran Table of specification atau lay-out atau test blue-print atau kisi-kisi

merupakan deskripsi mengenai ruang lingkup dari isi materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal.

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu : 1). Mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat

dan proposional. 2). Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami 3). Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan instrumennya.

g. Penulisan Instrumen Penilaian

Contoh : Format Kisi-kisi Instrumen pembelajaran

Jenis Sekolah :.............................. Jumlah soal : .........................

Mata Pelajaran : ............................... Bentuk Soal : ..........................

Kurikulum : ............................... Penyususan : 1........................

Alokasi waktu : .............................. 2 .......................

SK

KD

Indi

Kator

KKM

(%)

Teknik Penilaian

Unjuk

kerja

Prod

uk

Proyek Tes Porto

folio

Sikap Penilai

an diri

2

2.1

2.1.1 70 v

2.1.2 70 v v

2.1.3 70 v v

2.2

2.2.1 70 v v v

2.2.2 70 v

2.2.3 70 v v

405

f. Penulisan Instrumen Penelitian Penulisan instrument merupakan suatu kegiatan yang sangat penting

dalam penyiapan bahan ujian. Setiap butir instrument hrus didasarkan rumusan indikator dalam kisi-kisi dan kaidah penulisan yang benar

Penggunaan instrument sangat tergantung pada perilaku yang akan diukur. Ada perilaku yang lebih tepat diukur atau ditanyakan dengan menggunakn bentuk soal uraian. Ada pula perilaku yang lebih tepat diukur dengan bentuk soal obyektif. Jadi tidak semua perilaku harus ditanyakan dengan bentuk soal uraian atau obyektif mengingat setiapbentuk soal, masing-masing memiliki keunggulan dan masing-masing memiliki kelemahan.

Untuk soal bentuk pilihan ganda atau multiple choise keunggulannya diantaranya dapat mengukur kemampuan secara obyektif, dan dapat digunakan untuk mencakup materi yang luas yang dapat diujikan, sedangkan untuk soal uraian diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahannya untuk soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah sulit menyusun pengecoh atau distructure, sedangkan untuk soal uraian diantaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannnya. 1) Penulisan Soal Bentuk Uraian

Dalam proses menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang dipergunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat setepat-tepatnya merumuskan pedoman penskorannya, karena soal bentuk uraian kelemahannya pada tingkat subyektifitas dalam penskorannya.

Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2 yaitu uraian obyektif dan urian non obyektif. Bentuk uraian obyektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara obyektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus Bentuk uraian non obyektif adalah soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian atau konsep menurut pendapat masing-masing siswa, sehingga penskorannya sukar dilakukan secara obyektif. Untuk mengurangi tingkat subyektifitas dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala.

Dalam penulisn soal berbentuk uraian wujud soal terdiri dari : Dasar pertanyaan/stimulus bila ada atau diperlukan

1) Pertanyaan 2) Pedoman penskorannya

Dalam penulisan soal berbentuk uraian terdapat beberapa kaidah penulisan yang perlu diperhatikan yaitu : a) Materi

(1) Soal harus sesuai dengan indikator (2) Setiap pertanyaan diberi batasan jawaban yang diharapkan (3) Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan yang akan di ukur (4) Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau

tingkat sekolah

406

b) Konstruksi (1) Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai (2) Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal (3) Setiap soal harus ada pedoman penskorannya. (4) Tabel, gambar, grafik, peta atau sejenisnya disajikan dengan jelas dan

terbaca c) Bahasa

(1) Rumusan kalimat soal harus komunikatif (2) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku) (3) Tidak menimbulkan penafsiran ganda (4) Tidak mempergunakan bahasa yang berlaku setempat (5) Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan siswa

2) Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan ketrampilan dan

ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan serta panjang pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka penulisanya perlu mengikuti langkah-langkah berikut. Langkah pertama adalah menuliskanpokok soalnya, langkah kedua adalah menuliskan kunci jawabannya, kemudian langkah ketiga adalah menuliskan pengecohnya.

Untuk memudahkan pengelolaan, perhatikan dan perkembangan soal, maka soal ditulis di dalam format soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya seperti contoh di atas dan perlu disesuaikan dengan bentuk soal pilihan ganda.

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Siswa yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Wujud soalnya terdiri dari : (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri dari : kunci jawaban pengecoh. Kaidah penulisannya soal pilihan ganda. a. Materi

1) Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.

2) Pengecoh harus berfungsi. 3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya satu

soal hanya mempunyai satu kunci jawaban. Maksudnya kunci jawaban benar tidak lebih dari satu atau kurang dari satu.

b. Konstruksi 1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Misalnya,

kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan.

2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.

3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata,

407

atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.

4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran siswa terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.

5) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.

6) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan siswa memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

7) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “semua pilihan jawaban di atas salah” atau “semua pilihan jawaban di atas benar”. Artinya dengan adanya pilihan seperti ini, maka secara materi yang ditanyakan menjadi tidak homogen.

8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus didasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktu. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus didasarkan besar kecilnya nilai angka dari nilai angka paling berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus secara kronologis. Penyusunan secara urut dimaksudkan memudahkan siswa melihat pilihan jawaban.

9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dimengerti oleh siswa. Apabila soal tetap bisa dijawab tanpa gambar, grafik, tabel atau sejenisnya berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.

10) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata bermakna tidak pasti seperti sebaiknya, umumnya, kadang-kadang. Artinya, bahwa dalam merumuskan pokok soal jangan menggunakan kata atau ungkapan seperti sebaiknya. .

11) Umumnya, kadang-kadang, atau kata yang tidak pasti karena maksud kata-kata itu tergantung pada keadaan dan situasi siswa yang bersangkutan.

12) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan siswa yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar.

c. Bahasa/budaya Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia. 1) Penggunaan kalimat harus ada unsur subjek. 2) Penggunaan kalimat harus ada unsur predikat (bagian yang berfungsi

menerangkan subjek). 3) Hindarkan pernyataan yang hanya berupa anak kalimat. 4) Dalam memilih kata harus diperhatikan ketepatannya dengan pokok

masalah yang ditanyakan.

408

5) Penulisan kata perlu disesuaikan dengan kebenaran penulisan baku. 6) Penulisan huruf (capital dan kecil) dalam soal perlu diperhatikan. 7) Penggunaan tanda baca dalam penulisan soal perlu diperhatikan. 8) Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya

udah dimengerti warga belajar/siswa. 9) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan

digunakan di daerah lain atau nasional. 10) Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan

satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.

3) Penulisan Soal Bentuk Jawaban Singkat Dalam menulis soal bentuk jawaban singkat, penulis soal harus

mengetahui konsep dasar bentuk jawaban singkat. Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal obyektif yang jawabannya menuntut siswa untuk menjawab soal dengan singkat, yaitu jawabannya dapat berupa suku kata, kelompok kata/frase, symbol matematika, atau angka. Adapun wujud soal bentuk jawaban singkat adalah terdiri dari 5 unsur, yaitu : (1) dasar pernyataan (stimulus) bila diperlukan, (2) pertanyaan, (3) tempat jawaban, (4) kunci jawban, (5) pedoman penskoran.

Dasar pertanyaan seperti pada contoh di atas tidak selalu diperlukan. Hal ini tergantung pada perilaku yang hendak diukur dalam soal itu. Apabila soalnya tidak berhubungan dengan bacaan dan hanya menuntut kemampuan ingatan, maka dasar pertanyaan (stimulus) pada soal bentuk ini tidak diperlukan. Adapun kaidah penulisan soal bentuk jawaban singkat adalah sebagai berikut : a. Materi

1) Soal harus sesuai dengan indikator 2) Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan jawaban singkat

b. Konstruksi 1) Pernyataan disusun dengan bentuk pertanyaan langsung agar siswa

lebih mudah merumuskan jawaban singkat. 2) Pernyataan disusun dengan bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban

singkat/pendek yang berupa sebuah kata, angka, symbol atau kelompok kata.

3) Tempat jawaban hendaknya berupa garis lurus (bukan titik-titik). Tanda titik-titik dapat mengaburkan pengertian pemeriksanya. Misal karean ada tanda titik dapat mengaburkan pandangan pemeriksa, sehingga dikira huruf atau lainnya.

4) Hindarilah pertanyaan yang menggunakan kata-kata yang langsung mengutip dari uraian materi buku pelajaran.

5) Pertanyaan hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini perlu diperhatikan karena seringkali siswa memberikan interpretasi pertanyaan yang sama sekali tidak diduga dan dimaksudkan oleh penulis soal. Cara mengatasinya semua kemungkinan jawaban harus didaftar/dicantumkan dalam kunci pemeriksaan.

6) Tempat jawaban yang dikosongkan harus sama panjangnya dan ditempatkan setelah pertanyaan.

7) Jika jawaban yang dikehendaki adalah menuntut satuan urutan, maka ungkapkanlah secara rinci di dalam pertanyaan.

c. Bahasa/budaya 1) Gunakanlah pertanyaan yang menuntut jawaban singkat, misalnya

menggunakan kata tanya siapa, kapan, berapa, di mana.

409

2) Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.

3) Gunakan bahasa Indonesia baku 4) Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/baku.

4) Penulisan soal bentuk isian

Dalam menulis soal bentuk isian, penulis soal harus mengetahui konsep dasar bentuk isian. Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal yang jawabannya menuntut siswa untuk melengkapi atau mengisi kata-kata atau kelompok kata yang dihilangkan. Soalnya disusun seperti kalimat lengkap, kemudian dihilangkan pada bagian tertentu yang harus diisi oleh siswa. Kaidah penulisannya adalah sebagai berikut : a. Materi

1) Soal harus sesuai dengan indikator 2) Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk lisan

b. Konstruksi 1) Pernyataan disusun sedemikian rupa, sehingga jelas jawaban yang

diharapkan. 2) Hindarkan petunjuk ke arah jawaban yang benar 3) Susunlah pertanyaan yang dapat mempermudah penskorannya 4) Hindarkan pernyataan-pernyataan yang kurang tegas 5) Susunlah soal dengan pernyataan berita 6) Usahakan hanya ada satu jawaban yang benar 7) Hindarkan pernyataan yang terlalu banyak dihilangkan, sebuah soal

yang terlalu banyak yang dihilangkan sukar diketahui apakah sebenarnya hal yang diukur.

8) Pernyataan yang dihilangkan adalah benar-benar bentuk kata atau frasa yang merupakan kunci jawaban dan bukan hal-hal yang memang tidak penting.

9) Hindarkan pernyataan yang diambil langsung persis sama dengan di dalam buku pelajaran.

10) Tempat jawaban yang disediakan untuk setiap soal harus sama panjangnya. Jika tempat jawaban tidak sama panjangnya, siswa cenderung untuk mengira-ira jawabannya sesuai dengan panjang tempat kosong itu.

11) Dalam menyusun soal yang memerlukan jawaban rincian perlu disusun secara berurutan (alfabetis jawabannya). Hal ini untuk memudahkan pemeriksaannya.

12) Daftarlah semua kemungkinan jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan jawaban benar yang tidak terduga dari siswa.

13) Berilah nomor pada tiap-tiap tempat jawaban. Hal ini untuk memudahkan penilaiannya.

c. Bahasa/budaya 1) Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang

pendidikan siswa. 2) Gunakan bahasa Indonesia baku 3) Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/baku.

5) Penulisan Soal Bentuk Menjodohkan Dalam menulis soal bentuk menjodohkan, penulisan soal harus

mengetahui konsep dasar bentuk menjodohkan. Bentuk ini wujudnya terdiri dari dua kelompok atau kolom. Tugas siswa adalah mencari pasangan yang tepat dalam kedua kelompok itu. Misalnya siswa harus dapat mencocokkan antara

410

kejadian dengan tanggal kejadian yang tepat. Kejadian dengan orang, kejadian dengan tempat. Istilah dengan definsi, perkataan asing/istilah asing dengan istilah bahasa Indonesia yang baku, peraturan-peraturan dengan contoh. Alat-alat dengan penggunaannya dan lain-lain.

Biasanya bentuk soal menjodohkan hanya terbatas untuk mengukur kemampuan ingatan. Bentuk soal ini juga dapat dipergunakan untuk menentukan nama dan tempat-tempat atau bagian-bagian yang telah diberi nomor pada peta, diagram dan sebagainya. a. Materi

1) Soal harus sesuai dengan indikator 2) Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan 3) Gunakan materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik

kelompok soal (pokok soal) maupun pilihan jawabannya). b. Konstruksi

1) Pertanyaan dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/ sejajar.

2) Soal disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah kanan dengan diberi nomor urut dengan huruf.

3) Pertanyaan dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar terdiri dari tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pernyataan dalam pilihan jawaban dapat disusun menurut abjad.

4) Pertanyaan dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak demikian dapat membingungkan siswa dan dapat menyita waktu lama yang dipergunakan untuk membolak-bolik halaman saja.

5) Panjang soal ini dibatasi jumlahnya tidak lebih dari 10-15 butir soal. Daftar-daftar yang panjang cenderung akan menjadi terlalu heterogen dan dengan demikian memungkinkan adanya petunjuk-petunjuk bagi siswa yang pandai, lagi pula soal bentuk ini bila soalnya terlalu panjang/banyak akan membuang waktu yang terlalu banyak.

6) Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memikirkan jawabannya dengan tepat.

6) Penulisan Instrumen Penilaian Sikap Teknik penilaian sikap/budi pekerti merupakan prosedur penilaian yang

dipergunakan untuk menilai perilaku siswa. Alat penilaian yang dapat dipergunakan seperti lembar pengamatan, portofolio, dan angket/kuesioner. a. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta didik. Pelaksanaan pengamatannya dapat dilakukan guru pada sebelum mengajar, saat mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku minimal yang dapat dinilai dengan pengamatan untuk perilaku peserta didik, misalnya : ketaatan pada ajaran agama, toleransi, disiplin tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, hormat menghormati, sopan santun dan kejujuran.

Setelah teori diperoleh dari berbagai buku, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan teori itu dan merumuskan/mendefinisikan (yaitu definisi konsep dan definisi operasional) dengan kata-kata sendiri berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dari beberapa buku yang telah dibaca. Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah yang dinamakan konstruk. Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu maka langkah selanjutnya adalah menentukan dimensi (tema/obyek/hal-hal pokok yang menjadi pusat tinjauan teori), indikator (uraian/rincian dimensi yang diukur), dan penulisan butir soalnya berdasarkan indikatornya. Untuk lebih memudahkan dalam menyusun kisi-kisi tes, perhatikan alur urutannya seperti pada gambar berikut.

411

Berdasarkan gambar di atas, penulis soal dapat dengan mudah mengecek apakah instrumen tesnya atau butir-butir soalnya sudah sesuai dengan indikatornya atau belum. Misalnya soal nomor 1 sampai dengan soal terakhir berasal dari mana ? Dari indikator-indikator dari mana ? Dari dimensi. Rumusan dimensi dari mana ? Dari konstruk. Rumusan konstruk dari mana ? Dari teori. Jadi kesimpulannya instsrumen tes yang telah disusun merupakan alat ukur yang (sudah tepat atau belum tepat) mewakili teori).

Dalam penulisan instrumen non-tes, harus memperhatikan ketentuan/ kaidah penulisan sebagai berikut : 1) Materi

a) Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi. b) Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan

tuntutan dalam kisi-kisi (misalnya untuk tes sikap : aspek kognisi, afeksi, atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya).

2) Konstruksi a) Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan

jelas. b) Kaliimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan obyek yang

dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

c) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda. d) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu. e) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual atau dapat

diinterpretasikan sebagai fakta. f) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih

dari satu cara. g) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau

dikosongkan oleh hampir semua responden. h) Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap. i) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua,

selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah. j) Jangan banyak mempergunakan kata hanya, sekedar, semata-mata.

Gunakan seperlunya. 3) Bahasa/budaya

a) Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan siswa/responden

b) Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku c) Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/baku

TEORIDari hasil penelitian/pendapat dari1. Buku A2. Buku B3. Buku C4. Buku D5. Buku Edst

KONSTRUK- Definisi konsep- Definisi operasional

DIMENSI INDIKATOR SOAL

412

Instrumen skala sikap Berbagai definisi tentang sikap yang telah dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya adalah Mueller (1986:3) yang menyampaikan 5 definisi dari 5 ahli, adalah sebagai berikut : a. Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian tentang suka atau tidak

suka akan tanggapan positif/negatif terhadap suatu obyek psikologis (thurstone).

b. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ke arah atau melawan suatu faktor lingkungan (Emory Bogardus)

c. Sikap adalah kesiapsiagaan mental atau saraf (Golden Allport) d. Sikap adalah konsistensi dalam tanggapan terhadap obyek-obyek sosial

(Donald Cambell) e. Sikap merupakan tanggapan tersebunyi yang ditimbulkan oleh suatu niai

(Ralp Linton, ahli antropologi kebudayaan). Berdasarkan definisi di atas, para ahli menyimpulkan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen penting, yaitu komponen : (1) kognisi yang berhubungan dengan kepercayaan, ide dankonsep; (2) afeksi yang mencakup perasaan seseorang; dan (3) konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku atau yang akan dilakukan. Oleh karena itu ketiga komponen ini dimasukkan di dalam format kisi-kisi “sikap belajar siswa” seperti contoh berikut. Definisi operasional sikap belajar adalah kecenderungan bertindak dalam perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman dari keadaan tidak tahu menjadi tahu yang dapat diukur melalui : toleransi, kebersamaan dan gotong royong, rasa kesetiakawanan dan kejujuran.

No Dimensi Indikator Nomor soal yang mengukur Kognisi Afeksi Konasi + - + - + -

1 Toleransi a. Mau menerima pendapat orang lain atau tidak memaksakan kehendak

1 2 3 4 5 6

b. Tidak mudah tersinggung

7 8 9 10 11 12

2 Kebersamaan dan gotong royong

a. Dapat bekerja kelompok

b. Rela berkorban untuk kepentingan umum

3 Rasa kesetiakawanan dst

a. Mau memberi dan meminta maaf

Contoh soal seperti berikut:

NO PERNYATAAN SS S TP TS STS 1 Mau menerima pendapat orang lain

merupakan ciri bertoleransi

2 Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan kehendak

3 Saya suka menerima pendapat orang lain 4 Memilih teman di sekolah, saya utamakan

mereka yang pandai

413

5 Kalau saya boleh memilih, saya akan selalu mendengarkan usul-usul ke dua orang tuaku

6 Bekerjasama dengan orang lain berbeda suku lebih baik dihindarkan.

Keterangan : SS = sangat setuju; S = setuju; TP = tidak berpendapat (ragu-ragu); TS = tidak setuju; STS = sangat tidak setuju

Instrumen penilaian minat belajar

Minat adalah kesadaran yang timbul bahwa obyek tertentu sangat disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap obyek tersebut (crites, 1969:29). Minat juga merupakan kemampuan untuk memberikan stimulus yang mendorong seseorang untuk memperhatikan aktivitas yang dilakukan berdasarkan pengalaman yang sebenarnya (Crow and Crow, 1984:248). Berdasarkan kedua pernyataan ini, maka minat merupakan pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan (Skiner, 1974:337) dan dapat membangkitkan gairah sesseorang serta melahirkan kesediaannya untuk menggunakan waktu, ruang, energy dalam memenuhi kesukaannya (Raths, et al.,1996:69). Siswa yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran perhatiannya akan tinggi dan minatnya berfungsi sebagai pendorong kuat untuk terlibat secara aktif dalam pelajaran tersebut. Oleh karena itu definisi operasional minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya yang dapat diukur melalui kesukacitaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan. Kisi-ksi dan soalnya adalah sebagai berikut :

NO DIMENSI INDIKATOR NOMOR SOAL 1 Kesukaan Gairah 8, 13 Inisiatif 16, 17

2 Ketertarikan Responsif 10, 15, 20 Keseleraan 2, 6, 9

3 Perhatian Konsentrasi 7, 19 Ketelitian 3, 10

4 Keterlibatan Kemauan 4, 5 Keuletan 1, 18 Kerja keras 12, 14

Keterangan : nomor yang bergaris bawah adalah untuk pernyataan positif Contoh instrumen seperti berikut ini.

NO PERNYATAAN SS S KK J TP 1 … 2 Saya segera mengerjakan PR sebelum datang

pekerjaan yang lain

7 Saya asyik dengan pikiran sendiri ketika guru menerangkan di kelas

16 Saya suka membaca buku ekonomi 20 …

Keterangan : SS = sangat sering, S = sering, KK = kadang-kadang, J = jarang, TP = tidak pernah

g. Item Analisis (Analisis Soal)

Tujuan khusus item analysis adalah untuk mencari soalan tes mana yang baik dan mana yang tidak baik. Selanjutnya dengan mengetahui soal-soal yang tidak baik dapat diambil langkah-langkah perbaikan terhadap soal-soal tersebut.

414

Dengan membuat item analysis, sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat diperoleh dari tiap soal, yaitu : a. Sampai dimana tingkat kesukaran soal itu (difficulty level of antara item) b. Apakah soal itu mempunyai daya pembeda (discriminating power), sehingga

dapat membedakan antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang bodoh.

c. Apakah semu alternatif jawaban (optimis) menarik jawaban-jawaban ataukah tidak.

1) Taraf/Tingkat Kesukaran Soal

Untuk mengetahui taraf kesukaran soal diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Mengelompokkan siswa dalam tiga kelompok. Pengelompokkan tersebut

didasarkan pada rangking skor yang diperoleh dalam kelompok tersebut/ketiga kelompok yang dimaksud tersebut.

2) Kelompok pandai atau upper group (25% dari ranking bagian atas). 3) Kelompok kurang atau group (25% dari ranking bagian tengah). 4) Kelompok sedang atau middle group (50% ranking bagian tengah).

Yang diperlukan dalam analisis soal selanjutnya ialah kelompok pandai (upper group) dan kelompok kurang (lower group); sedangkan kelompok sedang (middle group) kita biarkan. 1) Menghitung jumlah siswa dalam kelompok pandai dan kelompok kurang

yang menjawab soal tersebut dengan betul. 2) Menentukan taraf kesukaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

U LTK

T

+=

Keterangan : TK = tingkat/taraf kesukaran soal U = jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang

menjawab benar untuk setiap soal L = jumlah siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group yang

menjawab benar untuk setiap soal T = jumlah siswa dari upper gropu dan lower group Contoh : Dalam tabulasi dari suatu item (item no 1) diketahui dari 10 orang kelompok pandai yang dapat menjawab benar 9 orang dan 10 orang kelompok kurang yang dapat menjawab benar 4 orang. Maka tingkat kerusakan soal tersebut adalah sebagai berikut :

TK = U L 9 4

T 20

+ += = 0,65

3) Menentukan kriteria bagi soal yang baik dan tidak baik, yaitu sebagai berikut : a) Untuk soal yang berbentuk true-false

TK ≤ 0,16 dikategorikan soal yang sukar TK ≥ 0,84 dikategorikan soal yang mudah

b) Untuk soal yang berbentuk multiple choice (3 option) TK ≤ 0,21 dikategorikan soal yang sukar TK ≥ 0,79 dikategorikan soal yang mudah

c) Untuk soal multiple choice (4 option) TK ≤ 0,24 dikategorikan soal yang sukar TK ≥ 0,76 dikategorikan soal yang mudah

415

2) Daya Pembeda Soal Yang dimaksud daya pembeda suatu soal ialah bagaimana kemampuan

soal itu untuk membedakan siswa-siswa yang termasuk kelompok upper group dengan siswa-siswa yang termasuk kelompok lower group.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menghitung indeks daya pembeda suatu soal, sama dengan yang dilakukan pada saat menghitung tingkat kesukaran soal, baik dalam hal menentukan kelompok pandai (upper group) dan lower group, maupun dalam menghitung jumlah siswa pada tiap-tiap kelompok yang menjawab benar dari suatu soal tersebut.

Untuk menghitung indek daya pembeda soal dapat digunakan dengan dua cara, yaitu : 1) Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

12

U LDP

T

Keterangan : DP = indek daya pembeda soal U = jumlah siswa kelompok upper group yang menjawab benar dari soal

itu L = jumlah siswa kelompok lower group yang menjawab benar dari soal

itu T = jumlah siswa upper group dan lower group Contoh : Dari suatu soal dikerjakan oleh 20 orang (masing-masing 10 orang termasuk upper group dan 10 orang lower group). Jumlah siswa upper group yang menjawab soal tersebut dengan benar sebanyak 9 orang dan jumlah siswa lower group yang menjawab benar sebanyak 4 orang, berapa indek daya pembeda soal tersebut

DP = 1

2

U L

T

= 9 4 5

0,510 10

− = =

2) Dengan menggunakan “Tabel koefisien biserial” Untuk menentukan r bis melalui “Table Normalized Coefficient” dari J.C Flanagan (lihat tabel) adalah sebagai berikut : (a) Mencari proporsi dari jumlah siswa yang menjawab benar baik pada

upper group maupun lower group. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) Proporsi jumlah siswa kelompok upper group yang menjawab benar.

PU = RU

NU x 100 %

Keterangan : PU = proporsi/persentase jumlah siswa upper group yang

menjawab benar. RU = jumlah siswa upper group yang menjawab benar NU = jumlah siswa upper group (27% dari seluruh siswa)

(2) Proporsi/persentase jumlah siswa kelompok lower group yang menjawab benar

PL = RL

NL x 100 %

416

Keterangan : PL = proporsi/persentase jumlah siswa lower group yang

menjawab benar. RL = jumlah siswa lower group yang menjawab benar NL = jumlah siswa lower group (27% dari seluruh siswa)

(b) Memasukkan hasil perhitungan PU dan PL dalam tabel, dengan cara menarik garis pada lajur (Proportion of correct respone in the upper group 27 percent” ke bawah sesuai dengan besarnya PU yang diperoleh melalui perhitungan, dan selanjutnya menarik garis ke kanan pada baris “Proportion of correct respone in the lower group 27 percent” sesuai dengan besarnya PL yang diperoleh melalui perhitungan. Hasil perpotongan dari garis pada lajur dan baris pada tabel tersebut akan ditemukan angka yang menunjukkan besarnya indek daya beda dari soal yang bersangkutan (koefisien biserial r-bis). Apabila titik potong antara dua garis pada lajur dan baris menunjukkan pada tempat kosong, berarti r bis (indek daya beda soal) negatif.

Contoh : Dari soal 2.a di muka diketahui dari kelompok upper group yang menjawab benar 9 orang dan kelompok lower group yang menjawab benar 4 orang. Maka dapat dihitung hal sebagai berikut :

PU = RU

NU x 100 %

=9

10 x 100 % = 90 %

PL = RL

NL x 100 %

=4

10 x 100 % = 40 %

Dari hasil perhitungan tersebut kita masukkan pada tabel, dimana angka 90 pada bagian “Proportion of correct responein the upper group 27 percent” terletak pada lajur ketiga dari kanan untuk PL 40%. Pada bagian “Proportion of correct respone in the lower group 27 percent” angka 40 tidak ditemukan, untuk itu kita ambil angka 42 (sebagai angka yang paling dekat dengan PL = 40%). Perpotongan antara lajur 90 dan baris 42 terletak pada angka 54. Ini berarti r bis soal tersebut adalah 0,54.

Kriteria untuk soal dilihat dari indeks daya beda Soal yang indeks daya beda lebih besar dari 0,20. (DB = > 0,20) dikategorikan sebagai soal yang baik.

3) Efektivitas Distraktor (Pengecah) Seberapa jauh option dapat memenuhi fungsinya dapat diketahui

dengan cara memperhatikan jumlah pemilih untuk tiap pilihan jawaban, baik oleh siswa upper group maupun lower group. Berikut ini disajikan satu contoh soal yang mempunyai 4 option. Pilihan jawaban a b c d Jumlah Jawaban upper group 5 4 0 1 10 Jawaban lower group 3 3 0 4 10 Jumlah 8 7 0 5 20

Jawaban betul untuk soal di atas adalah a pilihan jawaban (option), b, c dan d sebagai distraktor. Pada umumnya distraktor yang baik dapat mengudang

417

jawaban yang lebih benar jumlahnya pada siswa lower group, dan sedikit pada upper group. Pilihan jawaban a, tidak efektif, karena daya pembedanya rendah. Pilihan b sebagai distraktor tidak efektif, sebab menarik jawaban lebih banyak dari siswa upper gorup. Kejadian semacam ini disebabkan karena distraktor b membingungkan. Option c sama sekali tidak efektif, karena tidak dapat menarik jawaban seorangpun, sebab dapat mengundang jawaban oleh siswa upper group yang lebih sedikit.

C. Latihan Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang, kemudian susunlah

sebuah kisi-kisi instrumen untuk menilai penguasaan peserta didik terhadap salah satu kompetensi dasar mata pelajaran IPS SMP/MTs yang dilengkapi dengan instrumennya. Setelah selesai presentasikan hasil pekerjaan saudara sesama kelompok yang lain.

D. Lembar Kegiatan 1. Alat dan Bacaan a. Satu set buku teks pelajaran Ekonomi b. Standar isi kurikulum Mata pelajaran Ekonomi

2. Prasyarat Peserta pelatihan telah memiliki pengalamn menjadi guru mata pelajaran

Ekonomi selama 5 tahun. 3. Langkah Kegiatan a. Rumuskan kompetensi dasar berdasarkan standar kompetensi dari

kurikulum b. Rumuskan indikator-indikator setiap kompetensi dasar. c. Tentukan teknik penilaian untuk pengukuran indikator-indikator, serta

tentukan jenis dan bentuk instrumen yang akan digunakan untuk kegiatan pengukuran melalui tabel kisi-kisi instrumen.

d. Tuliskan susunan instrumen menurut penilaian sesuai dengan susunan yang ada pada tabel kisi-kisi.

4. Hasil a. Tabel kisi-kisi instrumen penilaian. b. Seperangkat instrumen penilaian dalam bentuk tes tertulis serta non tes

(lembar pengamatan, kuesioner, skala sikap) E. Rangkuman

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, penilaian dan kegiatan belajar mengajar serta pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.

Salah satu ciri kurikulum berbasis kompetensi yaitu menerapkan pembelajaran kontekstual yaitu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksible dapat diterapkan atau ditranfer dari satu permasalahan/konteks ke permaslahan/konteks lainnya Setiap kompetensi yang tercantum dalam kurikulum menggambarkan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi tersebut meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, sehubungan dengan hal itu maka untuk mengukur kompetensi tersebut tidak cukup hanya dengan teknik tes, akan tetapi penggunaan teknik non-tes akan menjadikan penilaian lebih valid dan komprehensif.

418

Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan aspek kognitif (menggunakan logika untuk memahami konsep-konsep secara utuh), sedangkan teknik non-tes digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berkaitan dengan aspek sikap dan keterampilan yaitu kemampuan mengaplikasikan konsep ke dalam kehidupan nyata sehari-hari dari peserta didik)

Penyusunan kisi-kisi instrumen sebagai upaya guru dalam melaksanakan dan mewujudkan penilaian pembelajaran yang valid dan komprehensif. Setiap instrumen mempunyai kelebihan dan kelemahan. Tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat mengumpulkan informasi hasil dan kemajuan belajar peserta didik secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seorang peserta didik. Selain itu intrepretasi hasil tes bersifat tidak mutlak karena peserta didik terus berkembang sesuai pengalaman belajar yang dialaminya.

Penilaian yang sahih dan komprehensif dapat dicapai dalam pembelajaran bilamana guru selaku aktor pengelola pembelajaran di kelas mampu menyusun instrumen penilaian secara sistematis. Upaya tersebut bisa diwujudkan dengan mempersiapkan instrumen penilaian melalui tabel kisi-kisi instrumen.

Setiap instrumen memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga dalam menyusun instrumen hendaknya memperhatikan pada kaidah-kaidah penulisannya. Untuk mendapatkan instrumen yang berkualitas perlu dilakukan analisis instrumen tentang validitas instrumen, reliabilitas instrumen, sedangkan instrumen tes, khususnya tes pilihan ganda ditambahkan analisis tentang tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas distraktor.

419

BAB IV. KEGIATAN BELAJAR 3 SKORING DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI

A. Kompetensi dan Indikator

1. Kompetensi dasar Peserta pelatihan memiliki ketrampilan dalam menentukan capaian kompetensi peserta didik melalui skoring dan pendekatan penilaian yang sesuai.

2. Indikator a. Terampil menerapkan teknik skoring terhadap hasil pengukuran

pembelajaran. b. Terampil menilai hasil belajar peserta didik melalui pendekatan yang sesuai

B. Uraian Materi : Skoring dan Penilaian Pembelajar an Ekonomi 1. Skoring

Setelah pengukuran kemampuan peserta didik melalui berbagai instrumen, tugas guru selanjutnya adalah mengadakan koreksi terhadap hasil isian instrumen yang telah dikenakan pada sasaran yang diukur (dalam hal ini aktivitas belajar peserta didik). Setiap jenis tes (apakah essay atau obyektif) memiliki teknik skoring masing-masing, berikut ini diungkapkan teknis atau cara dalam skoring pada masing-masing jenis instrumen. a. Skoring pada tes essay

1) Lakukan skoring terhadap jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur.

2) Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted response questions), berilah skor dengan point method; gunakan pedoman jawaban sebagai guide atau petunjuk. Tulislah lebih dulu pedoman jawabannya untuk tiap soal, dan tentukan skor yang dikenakan kepada tiap soal atau bagian soal (dengan weighting atau pembabatan).

3) Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended response questions), skorlah dengan rating method; gunakan kriteria tertentu sebagai guide. Untuk itu bisa dilakukan dengan mengklarifikasikan jawaban-jawaban ke dalam 5 tingkat, yang selanjutnya diberi skor 0, 1, 2, 3, 4 atau A, B, C, D dan F.

4) Berikan skor atas jawaban-jawaban soal demi soal, dan bukan siswa demi siswa. Dengan demikian dapat dihindarkan terjadinya halo effect.

5) Berikan skor jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahui identitas siswa yang mengerjakan itu.

6) Bilamana mungkin, mintalah dua atau tiga orang guru lain yang mengetahui masalah itu untuk menilai tiap jawaban. Ini diperlukan untuk mencek reliabilitas skoring terhadap jawaban-jawaban essay itu.

b. Skoring pada tes obyektif 1) Fill in completion (tes isian dan melengkapi)

Setiap isian yang dijawab benar diberi skor satu. Rumus skoring yang digunakan adalah sebagai berikut. S = skor R = jumlah isian yang dijawab betul (right) Contoh : Misalkan sebuah tes berbentuk fill-in terdiri dari 30 isian. Ahmad mengerjakan tes tersebut 23 isian dijawab betul, 5 isian salah dan 2 isian tidak dijawab. Maka skor Ahmad = 30 – 7 – 23

2) True-false tes (tes benar-salah) Setiap item yang dijawab betul diberi skor satu. Rumus yang dipergunakan :

S = R

420

S = R – W

Keterangan : S = skor yang diharapkan R = jumlah item yang dijawab betul (right) W = jumlah item yang dijawab salah (wrong) Contoh : Umpamakan jumlah item true – false = 20 Ali dapat menjawab betul 13 item, dijawab salah 5 item dan tidak dijawab 2 item, maka skor Ali = 13 – 5 = 8

3) Multiple choice test (bisa pilihan ganda) Setiap jawaban betul diberi skor satu dan setiap jawaban salah diberi skor 0. Rumus yang digunakan adalah :

WS R

n 1= −

Keterangan : S = skor yang diharapkan R = jumlah jawaban betul W = jumlah jawaban salah n = jumlah option 1 = bilangan konstan Contoh : 20 item soal pilihan ganda dengan option a – b – c – d tiap item. Andi dapat menjawab 14 item betul, 6 item salah, maka skor Andi adalah :

6 620 14 14 2 12

4 1 3− → − → − =

4) Matching test (test menjodohkan) Setiap jawaban betul diberi skor 1 dan setiap jawaban salah 0. Rumus yang digunakan adalah :

S = R

Contoh : Misalkan sebuah test berbentuk matching banyak 10 item, Santoso mengerjakan tes tersebut 7 item betul dan 3 item salah. Maka skor Santoso = 10 – 3 = 7

5) Skor akhir Skor akhir siswa dapat ditentukan dengan cara menjumlah skor yang diperoleh pada tiap-tiap jenis tes yang digunakan yang telah dihitung menurut rumus dan bobot masing-masing jenis tes. Contoh : Misalkan suatu tes terdiri atas empat macam bentuk yaitu : True-false = 30 item dengan bobot 1 Multiple choice (dengan 4 option)

= 20 item dengan bobot 2

Matching = 10 item dengan bobot 3 Essay = 4 item dengan bobot 5

421

Basir mengerjakan tes tersebut dengan hasil sebagai berikut : Betul Salah Tak

dijawab Skor

True-false 22 6 2 S = 22 – 6 = 6 Multiple choice

14 6 - S = (2 x 14) -

( )2 x 6

4 1− = 24

Matching 7 2 1 S = 7 x 3 = 21 Essay 3 1 - S = 3 x 5 = 15

Skor akhir Basir = 76

c. Skoring pada teknik non-test Berikut ini contoh hasil pengisian instrumen non tes (skala sikap) oleh salah satu peseta didik.

NO PERNYATAAN SS S TP TS STS 1 Mau menerima pendapat orang lain

merupakan ciri bertoleransi X

2 Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan kehendak

X

3 Saya suka menerima penadpat orang lain X 4 Memilih teman di sekolah saya utamakan

mereka yang pandai saja X

5 Kalau saya boleh memilih, saya akan selalu mendengarkan kedua orangtuaku bekerjasama dengan orang yang berbeda suku lebih baik dihindarkan

X

Penjelasan : dalam kisi-kisi tes, soal nomor 1-5 adalah hanya mewakili indikator “mau menerima pendapat orang lain” dari dimensi “toleransi” untuk topik “sikap belajar siswa di sekolah” 1) Perilaku positif terdapat pada soal nomor 1, 3, 5 dengan pemberian skor

: SS – 5, S = 4, TP = 3, TS = 2, STS = 1 2) Perilaku negatif terdapat pada nomor 2, 4, 6 dengan pemberian skor :

SS = 1, S = 2, TP = 3, TS = 4, STS = 5 3) Skor yang harus diperoleh dalam perilaku positif minimal 3 x 4 = 12,

maksimal 3 x 5 = 15 (3 berasal dari 3 butir soal yang positif; 4 adalah skor S : 5 adalah skor SS).

4) Skor yang harus diperoleh dalam perilaku negatif minimal 3 x 2 = 6, maksimal 3 x 1 = 3 (3 berasal dari 3 butir soal yang positif, 2 adalah skor S ; 5 adalah skor SS).

5) Skor rata-rata : perilaku minimal adalah (12 + 6) : 2 = 9, dan perilaku maksimal adalah (15 + 3) : 2 = 9.

6) Jadi skor siswa di atas adalah : perilaku positif 5 + 4 + 1 = 10, perilaku negatif 4 + 2 + 3 = 9, dan skor akhir mereka adalah (10 + 9) : 2 = 9,5 atau 10. Skor siswa 10 sedangkan ukuran perilaku positif minimal 12 dan maksimal 15. Jadi sikap siswa tentang “toleransi” khususnya “mau menerima pendapat orang lain” dalam topik “sikap belajar siswa di sekolah” masih kurang. Artinya siswa tersebut mempunyai sikap positif yang tidak begitu tinggi tentang “mau menerima pendapat orang lain”. dia perlu pembinaan dan peningkatan khususnya mengenai perilaku ini.

422

2. Penilaian Untuk dapat melakukan penilaian harus dilakukan lebih dahulu

pengukuran dengan alat tes. Hasil pengukuran dapat menggambarkan derajat kualitas, kurilitas, dan eksistensi keadaan yang diukur. Namun demikian hasil pengukuran ini belum memiliki makna bila belum dibandingkan dengan suatu acuan atau bahan pembanding. Proses membandingkan inilah yang disebut sebagai proses penilaian dan merupakan hasil pengukuran. a. Penilaian Acuan Norma (Pan)

Pada acuan ini hasil belajar tiap peserta didik dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik lain dalam kelompoknya. Pembanding yang dipakai adalah nilai rata-rata dan simpangan baku. PAN menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku pada jurca normal, hasil-hasil perhitungan dipakai sebagai acuan penilaian, memiliki sifat relatif sesuai dengan naik turunnya nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan pada saat itu.

Penggunaan sistem PAN pemberian makna skor yang diperoleh peserta didik tidak memakai kompetensi sebagai pedoman, sehingga batas lulusnya tidak ditentukan oleh penguasaan minimal siswa terhadap kompetensi yang diharapkan, melainkan didasarkan pada nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan kelompoknya.

Sistem PAN akan lebih baik digunakan, bila syarat-syarat yang mendasari kurva normal dipenuhi, yaitu : 1. Skor terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pancaran

kurva normal. 2. Jumlah siswa yang dinilai lebih dari 50 orang. Pemberian nilai berdasarkan PAN

Agar diperoleh nilai bagi setiap siswa pada sistem PAN dengan tepat, dalam arti dapat menentukan status siswa dalam kelompoknya, maka skor mentah yang sudah diperoleh dari skoring diubah menjadi nilai dengan skala nilai tertentu (skala 1 – 4, skala A-E atau skala 1 – 10)

Sebagai contoh di bawah ini ditampilkan cara mengolah skor mentah menjadi nilai 1 – 10 dengan pendekatan PAN. Untuk keperluan ini perlu ditempuh langkah-langkah penyusunan skor ke dalam tabel kerja, yaitu sebagai berikut : 1) Menentukan dulu banyaknya kelas interval, dengan jalan :

a) Mencari range (R) dengan mengurangi skor maksimum dengan skor minimum.

b) Bagilah range dalam interval-interval yang sama sedemikian rupa, sehingga jumlah kelas interval antara 6-15 atau 11-19. Rumus mencari kelas interval

R1

i+

c) Cara lain untuk mencari besarnya kelas interval dapat digunakan rumus starges, sebagai berikut :

k = 1 + 3,3 logn

2) Mengisi kolom 2 (interval) yang dimulai dari skor minimum berturut-turut

dengan interval yang telah ditemukan dan sejumlah kelas yang telah ditentukan pada langkah pertama.

3) Membuat taily pada kolom 3 dan mentabulasikan tiap-tiap skor ke dalam kelasnya.

4) Mengisi angka taily ke dalam kolom 4 (lajur frekuensi = f)

423

5) Menentukan defiasi pada lajur dan dengan menetapkan mean dugaan (M) pada kelas tertentu (kelas yang paling besar frekuensinya) selanjutnya meletakkan angka deviasi secara berurutan dari nol ke atas dan ke bawah (ke atas diberi tanda plus +, ke bawah minus -).

6) Mengisi lajur fd dengan mengalikan lajur februari dan dijumlahkan 7) Mengisi lajur fd2, kemudian dijumlahkan.

Contoh : Umpama seorang guru memperoleh skor mentah dari hasil ujian ekonomi di kelas II A2 SMA yang berjumlah 50 siswa, yaitu sebagai berikut :

16 64 87 36 65 42 43 54 47 51

77 55 68 42 40 47 42 46 45 50

20 57 28 37 44 51 40 39 39 71

28 39 21 48 46 37 41 43 49 57

29 44 34 50 45 35 44 52 56 45 Untuk mengolah skor mentah tersebut menjadi nilai 1-10 berdasarkan PAN adalah sebagai berikut : Skor maksimum = 87 Skor minimum = 7 Range minimum = 87 – 7 – 80

8) Banyaknya kelas interval : R 80

1 1 11i 8

+ = + =

Jadi interval (i) = 8 interval = 11 TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI

Kelas Interval Tally f d fd fd2

1 87 – 94 | 1 +6 6 36 2 79 – 86 - 0 +5 0 0 3 71 – 78 || 2 +4 8 32 4 63 – 70 ||| 3 +3 9 27 5 55 – 62 |||| 4 +2 8 16 6 47 – 54 |||| |||| | 11 +1 11 11 7 39 – 46 |||| |||| |||| ||| 18 0 0 0 8 31 – 38 |||| 4 -1 -4 4 9 23 – 30 ||| 3 -2 -6 12 10 15 – 22 ||| 3 -4 -9 27 11 7 – 14 | 1 -4 -4 16

N = 50 +19 (∑fd)

181 (∑fd2)

Mean (M) = M1 + fd

iN

Σ

= 42,5 + 8 19

50

= 42,5 + 5,04 = 45,54

M1 (Mean dugaan) diperoleh dari nilai tengah dari kelas interval 39 – 46, yaitu :

424

M1 = 39 46 85

2 2

+ = = 42,5

Deviasi standar (DS) dapat dihitung sebagai berikut :

DS = 22

ifd fd

N N

Σ Σ −

DS = 2

8181 19

50 50 −

= 8 3,62 0,1444−

= 8 3,5756 = 8 x 1,89 = 15,12 dibulatkan = 15 Setelah semua ditemukan mean dan DS (Mean = 45,54 dan DS = 15), langkah selanjutnya ialah mengubah skor mentah ke dalam nilai 1 – 10 dengan menggunakan rumus, batas bawah masing-masing nilai dalam skala 1 – 10 yaitu sebagai berikut : M + 2,25 DS = batas bawah nilai 10 M + 1,75 DS = batas bawah nilai 9 M + 1,25 DS = batas bawah nilai 8 M + 0,75 DS = batas bawah nilai 7 M + 0,25 DS = batas bawah nilai 6 M – 0,25 DS = batas bawah nilai 5 M – 0,75 DS = batas bawah nilai 4 M – 1,25 DS = batas bawah nilai 3 M – 1,75 DS = batas bawah nilai 2 M – 2,25 DS = batas bawah nilai 1 Hasil perhitungan : 45,54 + (2,25 x 15) = 79,29 dibulatkan = 79 nilai 10 45,54 + (1,75 x 15) = 71,29 dibulatkan = 72 nilai 9 45,54 + (1,25 x 15) = 64,29 dibulatkan = 64 nilai 8 45,54 + (0,75 x 15) = 56,79 dibulatkan = 57 nilai 7 45,54 + (0,25 x 15) = 49,29 dibulatkan = 49 nilai 6 45,54 – (0,25 x 15) = 41,79 dibulatkan = 42 nilai 5 45,54 – (0,75 x 15) = 34,29 dibulatkan = 34 nilai 4 45,54 – (1,25 x 15) = 26,79 dibulatkan = 27 nilai 3 45,54 – (1,75 x 15) = 19,29 dibulatkan = 19 nilai 2 45,54 – (2,25 x 15) = 11,79 dibulatkan = 12 nilai 1

b. Pendekatan Acuan Patokan (PAP) Pada acuan ini sebelum itu dilaksanakan harus ditetapkan

lebihdhulu patokan yang akan dipakai sebagai pembanding terhadap semua hasil pengukuran. Patokan di sini tidak lagi merupakan hasil kelompok seperti pada PAN, melainkan merupakan suatu patokan yang ditetapkan sebelumnya sebagai batas lulus atau dengan kata lain tingkat penguasaan minimum (Matery level). Patokan di sini bersifat tetap dan dapat juga dipakai untuk kelompok lain yang manapun.

Siswa yang telah melampaui atau sama dengan kriteria keberhasilan (batas lulus) dinyatakan lulus atau memenuhi persyaratan. Pengajar yang menggunakan, membantu dan membimbing subyek, selama ke arah penguasaan minimal sejak dimulai, selama berlangsungnya,

425

sampai pada proses belajar mengajar itu selesai. Kompetensi dirumuskan dalam TIK dan ini merupakan anak, petunjuk dan pusat kegiatan dalam pengajaran. Pemberian nilai berdasarkan PAP

Dalam hal ini, penetapan batas lulus (KKM) adalah merupakan hal yang pokok dan sudah ditetapkan sejak program pembelajaran dimulai. Dengan menetapkan batas toleransi terhadap fluktuasi prestasi peserta didik dari kelas ke kelas, dan dari tahun ke tahun, dugaan pertimbangan profesionalisme seorang guru menetapkan batas bawah tingkatan prestasi yang dianggap memadai dalam memenuhi syarat (lulus) sedang yang di bawahnya dinyatakan tidak memenuhi syarat. Apabila hal ini telah dilakukan maka skor dibandingkan dengan batas tingkatan prestasi tersebut akan menghasilkan nilai (grade).

Untuk mengolah skor mentah menjadi nilai melalui pendekatan PAP dapat dilakukan melalui prosedur persentase. Sebagai contoh di sini ditampilkan cara mengolah skor mentah menjadi nilai skala 1 – 10 melalui prosedur persentase. Terlebih dahulu perlu dipersiapkan acuan patokan keberhasilan yang hendak digunakan pada skala nilai 1 – 10, adalah :

Tingkat Penguasaan Nilai 91 % - 100 % 10 81 % - 90 % 9 71 % - 80 % 8 61 % - 70 % 7 51 % - 60 % 6 41 % - 50 % 5 31 % - 40 % 4 21 % - 30 % 3 11 % - 20 % 2 0 % - 10 % 1 Contoh : Dalam suatu ujian Ekonomi diberlakukan 150 item/soal ujian obyektif. Amir memperoleh skor 83. Sedangkan skor maksimal ideal 150 (dalam hal ini seluruh soal dikerjakan dengan benar). Berdasarkan perhitungan persentase, maka tingkat penguasaan Amir adalah sebagai beirkut : 83

150 x 100% = 55,3 %

Tingkat penguasaan Amir tersebut setelah dibandingkan dengan acuan yang sudah ada, maka nilai Amir = 6

C. Latihan Seperangkat instrument tes formatif untuk pengukuran kompetensi dasar

yang terdiri atas 20 item soal tes obyektif dengan jumlah opsi jawaban 4 (a, b, c, d) dikenakan kepada 20 peserta didik, hasil jawaban peserta didik atas soal tersebut adalah sebagai berikut :

426

Peserta didik

Jumlah item yang dijawab peserta didik

Peserta didik

Jumlah item yang dijawab peserta didik

Betul Salah Kosong Betul Salah Kosong A 12 5 3 K 9 3 3 B 14 6 0 L 8 12 0 C 8 8 4 M 20 0 0 D 11 7 2 N 15 2 3 E 16 0 4 O 17 3 0 F 10 10 0 P 14 4 2 G 12 8 0 Q 12 4 4 H 6 14 0 R 7 11 2 I 15 5 0 S 10 8 2 J 14 3 3 T 8 12 0

Tentukan jumlah siswa yang tidak berhasil mencapai kompetensi jika penilaian dilakukan dengan pendekatan PAP dan KKM ditetapkan nilai 5,25 dalam skala nilai 1-10.

D. Lembar Kegiatan 1. Alat dan Bahan

a. Satu lembar soal UAS beserta b. Lembar jawaban siswa atas soal UAS sebanyak satu kelas.

2. Prasyarat Peserta telah memiliki pengalaman menjadi guru mata pelajaran Ekonomi selama 5 tahun.

3. Kangkah Kegiatan a. Koreksilah jawaban siswa satu persatu melalui sesuai rubric yang telah

dibakukan. b. Lakukan analisis butir soal, dan tentukan kualitas soal berdasarkan tingkat

kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas distraktor. 4. Hasil

Isikan hasil pekerjaan ke kolom yang disediakan pada tabel berikut.

No Soal

TK DB Efektivitas distraktor a b c d e

Baik Tdk Baik Tdk E T E T E T E T E T 1 2 3

E. Rangkuman

Skoring dan penilaian merupakan dua kegiatan pokok yang sering diartikan secara rancu oleh para guru dalam melakukan penilaian hasil peserta didik. Sering guru menganggap skor sebagai nilai, atau guru tersebut kurang memahami prosedur mengolah skor menjadi nilai, sehingga hasil penilaian guru belum menunjukkan hasil belajar peserta didik yang sebenarnya.

Skor merupakan data angka (kuantitatif) yang diperoleh dari hasil pengukuran melalui instrumen. Data tersebut masih berupa data mentah dan belum memiliki arti sebelum data tersebut diolah. Pengolahannya adalah menghitung skor total peserta didik dengan cara menjumlahkan semua skor yang diperoleh peserta didik yang dinilai pada masing-masing item instrumen pengukuran melalui teknik skoring dan pembobotan.

427

Nilai hasil belajar peserta didik ditentukan dari skor total yang diperoleh peserta didik tersebut dan membandingkannya dengan suatu criteria (patokan) tertentu sesuai dengan tujuan penilaian. Untuk pelaksanaan system belajar tuntas patokan yang digunakan adalah penilaian acuan patokan (PAP) atau acuan absolut, dimana tingkat keberhasilan peserta didik adalah pencapaian kompetensi. Jadi siswa yang skornya belum mencapai criteria kompetensi minimal (KKM) mereka dinyatakan belum mencapai kompetensi atau belajarnya belum berhasil. Untuk keperluan tertentu, misalnya mengetahui posisi peserta didik dalam kelompok belajarnya parameter penilaian dapat digunakan kriteria norma (PAN).

F. Test Formatif

Tes Obyektif Petunjuk : Kerjakan soal nomor 1 s/d 10 dengan cara memberi tanda silang pada alternatif jawaban a, b, c, atau d yang dianggap jawaban yang paling tepat pada setiap butir soal.

Soal-soal : 1. Dibawah ini adalah ciri-ciri dari kurikulum berbasis kompetensi, kecuali

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi (standar kompetensi, kompetensi dasar yang tercermin pada indikator kompetensi) peserta didik.

b. Berorientasi pada hasil belajar c Menerapkan pembelajaran tradisional d Menggunakan penilaian yang berorientasi pada kompetensi (penilaian

autentik) 2. Penilaian pembelajaran yang mengacu pada …………merupakan penilaian

pembelajaran yang menekankan pada penguasaan komptensi, sehingga siswa yang belum mencapai kompetensi belum diperkenankan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya. a. Prinsip berkelanjutan b. Prinsip belajar tuntas c. Prinsip otentik d. Prinsip obyektivitas

3. Bentuk kegiatan dalam sistem penilaian pembelajaran yang berkaitan dengan penerapan prinsip komprehensif a. Analisis butir soal b. Melaksanakan pengajaran remedial/pengayaan c. Menyusun kisi-kisi instrument penilaian d. Merumuskan kriteria kelulusan

4. Penilaian pembelajaran yang menekankan pada kualitas hasil pekerjaan peserta didik atas tugas yang diberikan guru a. Penilaian proyek b. Penilaian unjuk kerja c. Penilaian produk d. Penilaian portofolio

5. Agar peniliaian guru bersifat objektif, salah satu hal yang harus dilakukan guru adalah … a. Memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja anak dari berbagai penilaian. b. Menyesuaikan penilaian dengan kemampuan anak c. Memanfaatkan hasil penilaian dari guru lain d. Melihat latar belakang psikologis anak

6. Tes yang dikemas dalam sejumlah butir-butir soal sangat tepat dipakai untuk melakukan penilaian terhadap aspek …………….. a. sikap

428

b. penguasaan konsep c. penerapan konsep d. keterampilan

7. Penilaian pembelajaran yang menekankan pada kegiatan suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/wakttu tertentu oleh peserta didik a. Penilaian proyek b. Penilaian unjuk kerja c. Penilaian produk d. Penilaian portofolio

8. Salah satu hal yang harus dilakukan guru agar penilaian guru bersifat obyektif adalah ............... a. Menyesuaikan penilaian dengan kemampuan siswa b. Memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja siswa dari berbagai penilaian c. Melihat latar belakang psikologis siswa d Memanfaatkan hasil penilaian dari guru lain

9. Penilaian diri dapat memberikan dampak positif terhadap perkembagan kepribadian seseorang. Beberapa keuntungan dari penilaian diri, kecuali..... a. Menumbuhkan kepekaan diri b. Menumbuhkan kepercayaan diri c. Menumbuhkan kesadaran akan kelemahan dan kekuatan diri d. Dapat mendorong dan melatih untuk berbuat jujur

10. Berikut ini adalah beberapa persyaratan sebuah kisi-kisi intrumen penilaian pembelajaran yang baik, kecuali ........... a. Mewakili isi silabus/kurikulum b. Mewakili kepentingan peserta didik c. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuat instrumennya d. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami

11. Penilaian yang baik apabila didahului dengan kegiatan pengukuran. Maksud pengukuran dalam sistem penilaian pembelajaran adalah ... a. Mencari bukti b. Mengumpulkan informasi c. Mengkuantifikasi aspek kepribadian siswa d. Menentukan kelulusan

12. Dasar pembobotan pada kegaitan skoring ... a. Tingkat kesukaran soal b. Keterlibatan sejumlah kemampuan yagn digunakan untuk mengerjakan soal c. Keluasan aspek yang dinilai d. Bentuk soal

13. Acuan penilaian yang tepat untuk ketuntasan belajar ... a. Acuan norma b. Acuan mutlak c. Acuan nasional d. Acuan performance

14. Fungsi nilai pada penilaian acuan norma (PAN) adalah ... a. menentukan kelulusan siswa b. mendeteksi kesulitan belajar c. menentukan pencapaian kompetensi d. menentukan ranking siswa dalam kelas

15. Prosedur penilaian yang sesuai dalam pembelajaran a. ujian – skoring – nilai b. ujian – koreksi – nilai c. ujian – skor – paramter – nilai d. ujian – parameter – skor – nilai

429

430

PPEENNEELLIITTIIAANN TTIINNDDAAKKAANN KKEELLAASS

BBAABB II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

A. Latar Belakang Guru sebagai tenaga professional wajib memiliki kompetensi pedagogig, profesi, kepribadfian dan sosial. Keempat kompetensi trersebut merupakan satu kesatuan utuh yang dalam melaksanakan profesinya saling sinergis. Seorang guru harus menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, mampu merencanakan pembelajaran, mampu melaksanakan proses pembelajaran, dan mengevaluasi keberhasilan pembelajaran. Di dalam melaksanakan tugas seorang guru harus memiliki kepribadian yang tangguh, mampu menjadi teladan bagi peserta didiknya dan memiliki kemampuan berkomunikasi baik dengan siswa rekan kerja orang tua siswa, baik secara lisan maupun tertulis. Profesi guru menuntut tanggung jawab yang besar bagi seseorang yang telah menentukan guru sebagai pilihan profesinya. Perkembangan Ilmu dan teknologi yang sangat pesat dan cepat, meningkatnya tingkat kekritisan siswa, meningkatnya tuntutan orang tua siswa terhadap pelayanan pendidikan, tuntutan pengembangan ksrir yang semakin tinggi, permassalahan kehidupan yang semakin komplek, menuntut kedinamisan dan kreatifitas guru untuk mengembangkan profesinya. Penguasaan dan pengembangan materi pelajaran merupakan salah satu kunci suksesnya seorang guru dalam proses pembelajaran. Berkembangnya ilmu dan teknologi menuntut guru untuk selalu mengikuti perkembangan tersebut melalui berbagai upaya antara lain, mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah sarasehan, work shop, pelatihan, bedah buku, seminar baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, PGRI sebagai organisdasi profesi, maupun kelompok-kelompok pengembangan profesi seperti KKG dan MGMP. Perkembangan ilmu dan teknologi juga bisa diikuti melalui membaca buku-buku terbitan terbaru, sehingga seorang guru dituntut untuk selalu meningkatksn budasa baca baik pada diri sendiri, keluarga, lingkungasn tempat tinggal maupun lingkungan sekolah. Kunci kesuksesan guru dalam pembelajaran yang lain yang menjadi kekhasan profesi guru adalah ketrampilan dalam menggunakan metode, model, dan pendekatan pembelajaran. Penguasaan dan pengembangan materi yang baik dipadukan dengan ketrampilan pembelajaran yang pas akan menghasilkan proses pembelajaran yang baik pada akhirnya akan menghasilkan prestassi siswa yang baik pula. Ketrampilan pembelajaran bisa ditumbuhkembangkan melalui pengadministrasian pembelajaran yang tertib, pengenalan masalah kelas, perencana pembelajaran yang baik, evaluasi yangh baik dan tidak kalah pentingnya melalui penelitian tindakan kelas penyusunan karya ilmiah. Memperhatikan uraian di atas profesi guru menuntut pengembangan kompetensi guru yang berkelanjutan melalui berbagai kegiatan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah , PGRI sebagai organisasi profesi, swadaya dari kelompok guru maupun oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan dunia pendidik. Dalam melaksanakan kewajiban dan pengembangan kompetensinya guru sebagai tenaga professional harus menjunjung tinggi etika profesi. Kejujuran dan rasa ingin tahu yang berkembang merupakan nilai yang harus dijadikan landasan untuk mengembangkan kompetensi guru.

431

Tujuan Pembelajaran : a. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) dapat menjelaskan

pengertian dan langkah-langkah menyusun karya tulis ilmiah. b. Peserta PLPG dapat menyusun setiap macam karya tulis ilmiah untuk dapat c. mengembangkan profesinya d. Peserta PLPG memahami filosofi penelitian tindakan kelas dan etika sebagai

peneliti. e. Peserta PLPG dapat menjelaskan pengertian dan karakteristik dan prinsip

penelitian tindakan kelas f. Peserta PLPG dapat menjelaskan perbedaan penelitian tindakan kelas dengan

jenis penelitian lain. g. Peserta PLPG dapat menyusun proposal penelitian tindakan kelas secara lengkap

dan benar Modul ini diharapkan bermanfaat sebagai : a. Panduan dalam pembelajaran mata latih Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian

Tindakan Kelas bagi Instruktur Maupun Peserta PLPG Rayon 139 IKIP PGRI Semarang.

b. Salah satu sumber bacaan untuk mengembangkan kompetensi guru c. Bahan bacaan untuk mencari sumber-sumber lainya dalam pengembangan

keprofesian guru yang berkelanjutan.

432

BAB II PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

Tujuan Pembelajaran a. Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta Pendidikan dan Pelatihan

Profesi Guru (PLPG) dapat menjelaskan pengertian dan langkah-langkah menyusun karya tulis ilmiah.

b. Peserta PLPG dapat menyusun setiap macam karya tulis ilmiah untuk dapat mengembangkan profesinya.

A. Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah karya tulis yang menyajikan suatu deskripsi, gagasan, argumentasi atau pemecahan masalah yang didasarkan pada berbagai bukti empirik atau kajian teoritis yang ditulis dengan sistematis, sehingga pembaca dapat mencari kebenaran baik secara empirik maupun teoritis. Ahli lain menyatakan bahwa karya ilmiah adalah tulisan ilmiah tentang ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Ditambahkan bahwa karya ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran sebuah karya ilmiah bukan merupakan kebenaran normative, melainkan kebenaran obyektif dan positif sesuai dengan fakta dan data di lapangan.

Karya ilmiah dapat dikenal dari cirri-ciri sebagai berikut: a. Dari segi isi, karya ilmiah menyajikan pengetahuan yang dapat berupa

gagasan, deskripsi tentang sesuatu atau pemecahan masalah. b. Pengetahuan yang disajikan didasarkan pada fakta atau data empirik atau pada

teori yang telah diakui kebenarannya. c. Karya ilmiah mengandung kebenaran yang obyektif serta kejujuran dalam

penulisan. d. Bahasa yang digunakan bahasa baku. e. Sistematika penulisan mengikuti cara tertentu.

Karya ilmiah dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) No. 84/1993 di sebut Karya Tulis Ilmiah, yang kemudian istilah itu dirubah lagi berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 dengan istilah baru Publikasi Ilmiah. Permenpan & RB No. 16/2009 ini berlaku efektif tanggal 1 Januari 2013.

B. Macam-Macam Karya Ilmiah

Berdasarkan pemahaman umum karya ilmiah atau publikasi ilmiah dapat berupa makalah prasaran ilmiah, karya ilmiah yang ditulis mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu ( Skripsi untuk S1, Tesis untuk S2, dan Desertasi Untuk S3), buku ilmupengetahuan, dan lainnya. Namun dalam tulisan ini akan difokuskan jenis karya ilmiah untuk menunjang pengembangan profesi guru seperti yang dikemukakan pada Permenpan & RB N0. 16/2009. Hal ini bertujuan agar dapat membantu guru dalam meningkatkan profesinya.

Adapun macam karya ilmiah yang sesuai dengan upaya pengembangan keprofesian berkelanjutan pada guru adalah: 1. Prasaran Ilmiah

Prasaran ilmiah adalah sebuah tulisan ilmiah berbentuk makalah yang berisikan laporan penelitian, hasil gagasan penulis, atau tinjauan tentang pembahasan suatu masalah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah.

2. Laporan Hasil Penelitian Laporan hasil penelitian adalah sebuah tulisan ilmiah yang berupa laporan kegiatan penelitian ilmiah yang dilaksanakan dengan metode ilmiah ditulis

433

berdasarkan sistematika dengan menyesuaikan dengan jenis penelitian ilmiah yang dilakukan.

3. Tinjauan Ilmiah Tinjauan ilmiah adalah tulisan ilmiah yang berisi gagasan/ide penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal, dan pembelajaran yang ada di satuan pendidikan tertentu.

4. Karya Ilmiah Popular Karya ilmiah popular adalah tulisan ilmiah yang ditulis dengan bahasa yang sangat sederhana mudah dipahami tentang permasalahan pendidikan formal atau pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu dan dipblikasikan lewat media masa.

5. Artikel ilmiah Artikel ilmiah yang dikupas disini adalah artikel ilmiah bidang pendidikan; adalah tulisan yang berisi hasil gagasan/ide penulis, atau ringkasan hasil penelitian dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang dimuat di jurnal ilmiah.

6. Buku Pelajaran Buku pelajaran adalah buku yang berisi pengetahuan untuk bidang atau mata pelajaran tertentu dan diperuntukkan bagi siswa pada jenjang pendidikan tertentu atau sebagai bahan pegangan mengajar guru, baik sebagai buku utama atau buku pelengkap.

7. Modul dan Diktat Pelajaran Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materinya. Diktat adalah bahan ajar suatu mata pelajaran atau bidang studi yang dipersiapkan guru secara tertulis untuk mempermudah atau memperkaya materi pelajaran tertentu

8. Buku Bidang Pendidikan Buku bidang pendidikan adalah buku yang berisi pengetahuan yang terkait dengan bidang kepndidikan.

9. Terjemahan Terjemahan adalah suatu karya terjemahan dari bahasa Asing ke bahasa Indonesia, atau sebaliknya, demikian pula dari bahasa Indonesia ke bahasa Daerah atau sebaliknya.

10. Buku Pedoman Guru Buku pedoman guru adalah buku yang berisi rencana kerja tahunan bagi guru.

Berdasarkan sepuluh macam karya ilmiah atau publikasi ilmiah tersebut kemanfatan bagi guru dalam mengembangkan profesinya cukup besar.

C. Sistematika Karya Ilmiah

Berdasarkan uraian tentang berbagai macam dan pengertian karya ilmiah tersebut, sistematika penulisannya mempunyai cirri-ciri sistematika penulisan yang tidak sama. Sebelum menulis karya ilmiah yang dikehendaki dilakukan perlu terlebih dahulu memahami sistematika dari jenis/macam publikasi ilmiah yang akan ditulisnya. Pemahaman sistematika ini sangat penting agar karya tulisnya dapat dikategorikan ke jenis karya ilmiah.

Adapun sistematika setiap macam karya ilmiah itu adalah sebagai berikut; 1. Prasaran ilmiah.

Kerangka atau sistematika prasaran ilmiah sangat tergantung juga oleh ketentuan yang ditetapkan Panitia seminar, lokakarya atau pertemuan ilmiah lainnya. Naman sekurangnya memenuhi persyarakat:

434

a. Isinya berisi gagasan ilmiah yang berfungsi sebagai perluasan pengetahuan atau keilmuan.

b. Langkah sajiannya runtut dan menunjukan satu kesatuan bermakna baik bagi keilmian maupun perbaikan pembelajaran.

c. Lengkap, menyajikan idea tau gagasan penting atau hasil penelitian. 2. Laporan Penelitian

Kerangka sistematika laporan penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian besar yaitu: a. Bagian awal, yang memuat halaman judul, halaman pengesahan, kata

pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran, b. Bagian inti; berisi 5 (lima) bab, dengan sistematika isi tiap bab yang sangat

bervareasi sangat tergantung pada jenis penelitian (kuantitataif, penelitian pengembangan, penelitian eksperimen, penelitian kualitatif atau Penelitian Tindakan Kelas). Namun secara umum bab pertama Pendahuluan, bab kedua kajian Teori dan Pustaka, Bab Ketiga Metodologi Penelitian, Bab Keempat Hasil dan Pembahasan dan Bab Kelima Simpulan dan Saran. Karena umumnya penelitian yang dilakukan guru cenderung ke Penelitian Tindakan Kelas, maka secara agak rinci sistematika laporannya sebagai berikut: Bab Pertama Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab Kedua Kajian Teori; terdiri dari bagian teori tentang variable masalah, teori tentang variable tindakan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Bab ke tiga metodologi penelitian mencakup, seting penelitian, prosedur/siklus penelitian. Pengumpulan data, Analisis data, dan indikator keberhasilan, Bab Ke empat terdiri dari Kondisi subyek penelitian, Sajian data tiap siklus, dan Pembahasan, dan Bab Ke lima Simpulan dan saran.

c. Bagian Penunjang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran. 3. Tinjauan Ilmiah

Seperti diuaraikan pada bagian terdahulu bahwa Tinjauan Ilmiah berttitik tolak dari permasalahan yang dihadapi guru dalam bidang pendidikan dan pengajaran utamanya di satuan pendidikan dimana penulis bertugas. Dalam penulisan tinjauan ilmiah sistematika yang umum diguanakan setidaknya sebagai berikut: a. Bagian awal, yang terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, kata

pengenatar dan daftar isi. b. Bagian isi terdiri dari: Bab Pendahuluan yang memuat latar belakang

msalah, perumusan masalah; Bab Kajian teori yang mengemukakan teori yang berkaitan dengan permasalahan dan gagasan/ide peneulis: Bab Pembahasan mengemukakan secara jelas gagasan penulis dalam upaya mengatasi masalahnya, dan terakhir Bab Penutup/simpulan.

c. Bagian Penunjang yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran kalau ada. 4. Karya Ilmiah populer

Isi sajian berupa pengetahuan popular yang ditandai tema/topik yang actual dan masalahnya berkaitan dengan kependidikan atau pembelajaran. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang popular, mudah dipahami oleh pembaca dari semua golongan dan tingkat pendidikan. Karya Ilmiah popular setidaknya terdapat masalah yang dikemukakan, adanya dasar atau landasan untuk membahas, serta simpulan dari uraian yang disampaikan. Alur sajiannya tidak kaku, sehingga enak dibaca, mudah dicerna/dipahami.

5. Artikel Ilmiah Artikel ilmiah ada yang berupa tinjauan ilmiah, ada pula yang berasal dari laporan hasil penelitian, sehingga mempunyai sistematika penulisan yang berbeda. Pada setiap jurnal ilmiah umumnya sudah disampaikan peraturan

435

yang terkait dengan langkah mengusulkan artikel ilmiah untuk dimuat di jurnal tersebut, termasuk sistematika artikelnya. Tidak setiap jurnal ilmiah dapat memuat kedua jenis artikel ilmiah tersebut, oleh karena itu penulis harus membaca aturan yang disampaikan pada bagian belakang. Sistematika penulisan artikel itu sangat tergantung pada silingkung/pola aturan pemilik jurnal. Pada artikel ilmiah yang berupa tinjauan ilmiah sistematikanya biasanya terdiri dari bagian awal yang memuat judul, nama penulis, abstrak dan kata kunci; bagian isi mengetengahkan, bab pendahuluan (yang merupakan bagian latar belakang masalah dan kajian teori), bab pembahasan dan bab terakhir penutup, dan bagian penunjang berisi daftar pustaka. Sedangkan artikel ilmiah hasil penelitian umumnya memuat; bagian Awa memuat Judul Penelitian, nama penulis, abstrak disertai kata kunci; Bagian Isi terdiri dari Bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah dan kajian teori, Bab Metode penelitian berisi uraian singkat tentang metode yang digunakan, bab hasil dan pembahasan yang merupakan inti artikel, dan bab Simpulan dan saran. Bagian penunjang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran bila diperlukan.

6. Buku Pelajaran Dalam menulis buku pelajaran yang perlu dilakukan adalah meneliti dan melihat kurikulum yang berlaku, materi pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan ditulis. Sistematikanya sangat tergantung pada jenis ilmu pengetahuan yang akan ditulis. Namun, agar tidak menyimpang setidaknya memperhatian hal-hal berikut: a. Buku pelajaran yang ditulis mendasarkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai dengan buku tersebut. b. Mengikuti dan memperhatikan penggunaan bahasa yang dapat dipahami

oleh siswa sesuai dengan tingkat dan jenjang pendidikannya. c. Memberikan daya tarik siswa untuk membaca sehingga tidak jenuh untuk

mempelajari. 7. Modul/Diktat Pelajaran

Modul merupakan bahan ajar sebagai bahan ajar yang dapat mempermudah siswa untuk belajar mandiri. Sistematikanya minimal memuat: tujuan pembelajaran, paparan tentang materi, latihan-latihan, evaluasi dan kunci jawaban, daftar pustaka. Diktat yang berfungsi menambah, memperjelas terhadap materi pelajaran, adapun sistematikanya setidaknya memuat bagian pendahuluan yang terdiri dari pengantar, daftar isi dan penjelasan tujuan penyusunan diktat pelajaran, bagian isi mengetengahkan tentang judul/sub judul topik isi bahasan, penjelasan setiap bab, uraian isi/materi pelajaran, sajian contoh dan soal latihan dan bagian akhir daftar pustaka.

8. Buku bidang Pendidikan Buku pelajaran dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran tertentu dalam bidang pendidikan, dan menambah wawasan atau informasi dalam bidang pendidikan. Adapun kerangka isi atau sistematikanya tergantung pada isi pengetahuan yang akan disajikandalam buku tersebut. Namun, secara umum dapat disampaikan sebagai berikut: Bagian awal mencakup Pengantar, daftar isi, Bagian inti terdiri dari pendahuluan, dan isi yang terdiri dari beberapa bab/bagian sesuai dengan isi pengetahuan yang disajikan. Dan Bagian penunjang yang memuat daftar Pustaka serta data diri penulis.

436

9. Terjemahan Karya terjemahan harus diutamatakan untuk menunjang pembelajaran di sekolah penulis. Sedangkan sistematikanya sangat dipengaruhi oleh buku yang diterjemahankan. Dalam menterjemahan buku harus dilakukan terhadap seluruh isi buku bukan hanya satu atau beberapa bab buku yang diterjemahkan.

10. Buku Pedoman Guru Buku pedoman guru yang berisi rancangan kerja guru selama setahun utamanya yang berkait dengan pengembangan keprofesian guru. Sedangkan sistematika penulisan setidaknya terdiri dari: Bagian awal yang memuat halaman judul, halaman pengesahan, kata pengenatar, dan daftar isi, bagian isi mengemukakan Pendahuluan yang menjelaskan tentang tujuan pembuatan Rencana kerja tahuan Guru, dan rincian rencana kerja secara lengkap dalam satuan bulanan selama satu tahun. Rencana kerja tersebut tampak upaya meningkatkan kompetensi guru baik paedagogik, kepribadian, social maupun professional. Bagain penunjang berisi lampiran-lampiran yang menunjang rencana kerja tersebut, dan daftar pustaka.

D. Bahasa Karya Ilmiah Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia baku yang baik dan benar. Kecuali dalam menulis karya ilmiah popular yang bahasanya lebih sederhana mudah dibaca, dipahami isi materi yang ditulis oleh semua pembaca tanpa didasarkan pada tingkat pendidikan. Oleh karena itu dalam menulis karya ilmiah penulis perlu memperhatikan tata bahasa, system penulisan, dan pola kutipan serta penulisan daftar pustaka atau rujuan yang digunakan.

E. Rangkuman Karya ilmiah merupakan tulisan yang mengikuti aturan ilmiah baik isi, bahasa, maupun sistematika penulisan. Macam karya ilmiah yang dapat digunakan untuk pengembangan profesi guru berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi cukup banyak, namun dalam pengusulan kenaikan pangkat melalui pengembangan profesian berkelanjutan jenis karya ilmiahnya terdapat aturan yang menetapkan. Tidak semua kenaikan pangkat pada jenjang tertentu dengan semaunya dapat memilih satu atau dua macam publikasi/karya ilmiah tersebut. Oleh karena itu dalam belajar menulis karya ilmiah untuk pengembangan profesi harus memahami ketentuan yang telah ditetapkan serta sistematika setiap macam jenis karja ilmiah seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu.

F. Evaluasi dan Kunci Jawaban

437

BBAABB IIIIII PPEENNEELLIITTIIAANN TTIINNDDAAKKAANN KKEELLAASS ((PPTTKK)) Tujuan Pembelajaran : Sesudah membaca modul ini diharapakan: a. Peserta PLPG memahami filosofi penelitian tindakan kelas dan etika sebagai

peneliti. b. Peserta PLPG dapat menjelaskan pengertian dan karakteristik dan prinsip

penelitian tindakan kelas c. Peserta PLPG dapat menjelaskan perbedaan penelitian tindakan kelas dengan

jenis penelitian lain. d. Peserta PLPG dapat menyusun proposal penelitian tindakan kelas secara lengkap

dan benar e. Peserta PLPG dan menyusun laporan penelitian tindakan kelas tepat AA.. PPEENNGGEERRTTIIAANN PPEENNLLIITTIIAANN TTIINNDDAAKKAANN KKEELLAASS ((PPTTKK)) 11.. PPEENNGGEERRTTIIAANN PPEENNEELLIITTIIAANN TTIINNDDAAKKAANN

Saat ini penelitian tindakan utamanya penelitian tindakan sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini manaruh perhatian yang cukup besar terhadap Penelitian Tindakan /Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengapa demikian ? Karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani permasalahan di sekolah dan atau proses belajar mengajar di kelas/ dengan melihat pada siswa. Bahkan McNiff (1992 : memandang Penelitian Tindakan sebagai bentuk penelitian yang reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.

Dalam Penelitian Tindakan kelas pendidik dapat melihat sendiri terhadap praktek pembelajaran atau bersamaan guru lain yang ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK pendidik secara refektif dapat menganalisis mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di kepada individu/sekolompok siswa. Pendek kata, dengan melakukan penelitian tindakan, akan dapat memperbaiki prose pembelajaran di kelas guru mengajar, sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran, dan akan lebih efektif.

Selanjutnya PTK, dilihat, dirasakan dan dihayati kemudian muncul pertanyaan apakah praktek-praktek penyimpangan diri siswa pada kelas tertentu, dapat mempengaruhi pembelajaran yang selama ini dilakukan, sehingga memiliki efektivitas yang rendah. Jika dengan penghayatannya itu dapat disimpulkan bahwa praktek-praktek penanganan terhadap siswa yang menyimpang, membebani pembelajaran tertentu akibat tugas yang berlebihan seperti : pemberian pekerjaan rumah kepada siswa yang terlalu banyak, umpan balik yang bersifat verbal terhadap kegiatan di kelas tidak efektif, cara bertanya pendidik kepada siswa di kelas tidak mampu merangsang siswa untuk berfikir dan sebaliknya maka dapat dirumuskan secara tentatif tindakan tersebut akan dapat mempengaruhi sebagian siswa dalam memahami materi pelajaran.

Dalam hal ini pendidik juga dituntut untuk mampu melakukan penelitian tindakan, karena dalam tugas keseharian terfokus pada kelas dimana guru mengajar, maka dalam pelaksanaannya guru akan dapat mengetahui pada kelas mana, dan pada kompetensi/materi apa kelas-kelas tertentu mengalami banyak masalah. Jadi permasalahannya diangkat dari kelas yang dirasakan paling merisaukan waktu guru mengajar.

Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang

438

memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, kondisi, serta penyimpangan yang dialami oleh sekelompok siswa pada suatu kelas tertentu. Untuk itu yang utama adalah bagaimana pendidik memiliki kreativitas dalam mencari model/metode atau strategi untuk memperbaiki mutu pembelajarannya. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 1. PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan

perubahan mutu dalam pembelajaran. 2. PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk

meningkatkan praktiknya sendiri. 3. PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of

planning, acting, observing, reflecting.. the re-planning. 4. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk

mengkaji praktek dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan. 5. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berparsipasi dan berkolaborasi

dalam seluruh tahapan PTK. 6. PTK adalah proses belajar yang sistematik, dalam proses tersebut menggunakan

kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. 7. PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktek dalam mengatasi

masalah siswa di sekolahnya.. 8. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk mengkaji secara

sismatik bukti yang menantangnya 9. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan

kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam analisis. (Mc Taggart, 1997)

BB.. KKAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKK PPEENNEELLIITTIIAANN TTIINNDDAAKKAANN KKEELLAASS.. Apa yang menjadi karakteristik penting bagi penelitian tindakan kelas? Semua

penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu masalah. Dilihat dari segi masalah yang harus dipecahkan, penelitian tindakan memiliki karakteristik penting yaitu bahwa problema yang diangkat dari kegiatan sehari-hari yang dihadapi oleh guru di kelas. Pendidikan tindakan kelas akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi siswa di kelasnya. Kemudian dari persoalan itu pendidik menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.

Jika pendidik merasa bahwa apa yang dia praktekkan sehari-hari di sekolah tidak bermasalah, kegiatan penelitian tidak diperlukan. Hal ini dapat dimungkinkan guru telah berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun dalam proses menangani permasalahan di kelas, baik masalah belajar mengajar, maupun masalah beberapa siswa yang dapat mengganggu kegiatan belajar, namun mungkin guru kurang memperhatikan. Oleh sebab itu seharusnya selalu berdiskusi dengan sesame profesi untuk minta bantuan apakah kegiatan yang selama ini dilakukan dalam proses menangani masalah di kelas belum tepat.

Dalam konteks seperti itu seorang guru dan guru lain, dan /kepala sekolah dapat bersama berdiskusi untuk mencari dan merumuskan persoalan di kelas. Dengan demikian guru beserta temannya dapat melakukan penelitian tindakan secara kolaboratif. Dari sini akan muncul kesadaran terhadap kemungkinan adanya banyak masalah yang diperbuat selama melaksanakan tugasnya sebagai guru kelas. Jika seorang guru bersedia melakukan Penelitian tindakan secara kolaboratif dengan guru lain, banyak manfaat dalam meningkatkan kariernya. Karya tulis ilmiah semakin diperlukan oleh guru dimasa depan. Penelitian tindakan secara kolaboratif akan mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya publikasi ilmiah

439

sambil belajar dari para pakar yang lebih berbobot. Di samping itu juga akan menumbuh-kembangkan budaya akademik di kalangan guru.

Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu sendiri. Penelitian tindakan memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki permasalahan siswa utamanya dalam proses belajar mengajar dan pembentukan kemandiriannya. Tindakan yang dilakukan harus berbeda dari yang lama. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian juga dapat dilakukan di dalam sekolah, yang kemudian sering disebut dengan “Penelitian deskriptif”..

Sebaliknya jika dengan penelitian ini guru/konselor mencoba berbagai tindakan mencegah terjadinya pembolosan, ketidak disiplinan, rendahnya minat, aktifitas belajar, sehingga proses belajar mengajar berjalan tidak dapat berjalan dengan baik dan efektif, baru penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan. Tindakan untuk mencegah tingginya pembolosan, ketidak disiplinan siswa mengikuti pelajaran, mungkin dapat berbentuk model tertentu yang diciptakan guru.

Dengan penelitian tindakan kasus menunjukkan adanya perubahan kearah perbaikan dan peningkatan secara positif. Dengan diadakan tindakan tertentu harus membawa perubahan ke arah perbaikan. Bila dengan tindakan justru membawa kelemahan penurunan atau perubahan negatif berarti ada kesalahan mendasar yang dilakukan peneliti dalam memilih model/teknik atau strategi. Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat berbentuk kualitatif/kuantitatif. Penelitian penelitian tindakan tidak untuk digeneralisasian sebab hanya dilakukan di kelompok siswa tertentu dan waktu tertentu.

Di samping karakteristik tersebut ada prinsip penelitian tindakan yang perlu diperhatikan. Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok, yaitu :1) inkuiri reflektif, 2) kolaboratif, dan 3) reflektif. 1) Inkuiri reflektif. Penelitian tindakan berangkat dari permasalahan pembelajaran riil

yang sehari-hari dihadapi oleh siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). Masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu merisaukan tentang kerepresentatifan sampel dalam rangka generalsiasi. Tujuan penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki praktis secara langsung, disini dan sekarang (Raka Joni, 1998).

Penelitian tindakan menggunakan metodologi yang agak longgar, khususnya dalam kalibrasi instrumen penelitian. Namun demikian, penelitian tindakan tetap menerapkan metodologi yang taat azas (diciplined inquiri) dalam hal pengumpulan data yang menekankan pada obyektif sehingga memungkinkan terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Proses dan temuan penelitian tindakan didokumentasikan secara rinci dan cermat. Proses dan temuan dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematik dan mendalam (McNiff.1992:9). Penelitian tindakan dapat disimpulkan sebagai suatu inkuiri reflektif (sel-reflective-inquiry).

2) Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru.lain. Penelitian tindakan merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa-basi, tetapi harus tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut (perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi, dan refleksi), sampai dengan menyusun laporan hasil penelitian.

3) Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan akan lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara

440

terus menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya.

Hopkins (1993: 57-61) menyebutkan ada 6 prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan. Hal ini juga tidak berbeda untuk melaksanakan penelitian tindakan konseling, harus mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Prinsip pertama bahwa tugas pendidik yang utama adalah memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berkembang dengan baik dan berkualitas. 2) Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang

tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan proses perkembangan dan pelaksanaan pembelajaran, yaitu : persiapan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi terhadap proses tindakan (observation), evaluasi proses dan hasil yang dicapai dan refleksi dari proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan (reflection). Prinsip kedua ini menginsyaratkan agar proses dan hasil tindakan direkam dan dilaporkan secara sistemik dan terkendali menurut kaidah ilmiah.

3) Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

4) Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah penyimpangan dari siswa yang riil merisaukan tanggungjawab profesional pendidik dan komitmen terhadap diagnosis msaalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks peningkatan hasil pembelajaran yang sesungguhnya.

5) Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran sangat diperlukan.

6) Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran diluar kelas, misalnya : tataran pelanggaran siswa sistem atau tata tertib, peraturan lembaga.

7) Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang menggunakan siklus berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.

C. PROSEDUR PELAKSANAAN PTK PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai

permasalahan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah dan hal-hal yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam kegiatan pembelajaran tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk mengatasi permasalahan siswa baik secara individu, kelompok maupun klasikal.

Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapkan focus masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analiisis, dan tahap akhir refleksi.apa yang diperlukan, pada tahap selanjutnya diisusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langlkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya. Sesudah menetapkan pokok permasalahan secara mantap langkah berikutnya adalah: • Perencanaan tindakan • Pelaksanaan tindakan • Pengumpulan data (pengamatan/observasi) • Refleksi (analisis dan interpretasi

441

Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Dalam penelitian tindakan kelas, ini minimal harus dilakukan dua siklus, Siklus ke dua merupakan penyempurnaan atau perbaikan dari tindakan dari siklus pertama. Setiap siklus diusahakan ada 3 (tiga) kali pertemuan, tidak dibenarkan dalam satu siklus itu satu pertemuan.

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan

SIKLUS - I SIKLUS - II

Gambar Siklus Kegiatan PTK Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empaat tahap kegiatan. Hasil refleksi siklus pertama akan dapat diketahui keberhasilan atau hambatan/kelemahannya dalam hasil tindakan, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahannya untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelum yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.

Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan, namun setiap penelitian minimal dua siklus.

Permasalahan Perencanaan

Tindakan - I

Pelaksanaan

Tindakan – I

Refleksi - I Pengamatan /

Pengumpulan

Data - I

Perencanaan

Tindakan - II

Perencanaan

Tindakan - II

Pengamatan /

Pengumpulan

Data - II

Refleksi - II

Dilanjutkan ke Siklus

Berikutnya

Permasalahan

baru, hasil Refleksi

Bila Permasalahan

Belum

Terselesaikan

442

1. Penetapan Fokus Permasalahan Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap

dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas pembelajaran atau siswa sangat ketergantungan kepada orang lain. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini. a. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran dan mengikuti

kegiatan di sekolah cukup memadai ? b. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif ? c. Apakah keberanian menerima pembelajaran cukup memadai ? d. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas ? e. Apakah suasana dalam proses belajar mengajar kondusif ?

Secara umum karakteristik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut. a. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik

yang dirasakan dalam proses pembelajaran maupun kegiatan di sekolah. b. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi factor-faktor

penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.

c. Masalah tersebut sangat merisaukan dan mendesak untuk segera diatasi. d. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut

melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti. Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah

PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan mengatasi siswa bermasalah lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti dibawah ini. a. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasi

dengan benar ? b. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan

dipecahkan? c. Adakah teori serta hasil penelitian pendukung dari masalah yang akan

dipecahkan ? d. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan

praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi,

dilanjutkan dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masalah juga dimaksudkan untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini adalah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya.

Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indicator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainnya dengan pemecahan yang diajukan.

Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut. a. Apakah pendekatan diskusi patisipatif dapat meningkatkan semangat belajar

siswa pada pelajaran IPS materi Perang Diponegoro kelas V SD N 30 Semarang?

443

b. Bagaimana peningkatan belajar matematika pada materi Bangun ruang melalui model pembelajaran kontekstual pada siswa klas V SD negeri 22 Surakarta?

2. Perencanaan Tindakan Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan

alternatif tindakan yang akan dilskuksn. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman guru yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.

Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa

rumusan masalah. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.

b. Menentukan cara yang tepat untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran dengan menjabarkan indikator keberhasilan.

c. Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) Bagian materi tindakan dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan langkah-langkah tindakan sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrument pengumpul data yang sesuai.

3. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan scenario pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan penutup diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian pada kompeteni atau materi pelajaran dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana (scenario) tidakan yang akan dilakukan pada satu PTK. 1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi partisipatif dalam

pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D. 2. Format tugas : pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih

ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topic bahasan untuk kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.

3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok belkerja/belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan presentasi.

4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pretest) dan setelah (postest) tindakan dilaksanakan.

4. Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data

Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini,

444

peneliti (atau guru apabila bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan scenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknyaa terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusisas siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.

Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembaran observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

5. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan baik oleh guru/peneliti maupun kolaborator. Jika terdapat masalah dalam proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan : perencanaan, tindakan, dan pengamatan sehingga tindakan pada siklus ke dua lebih baik dan permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.

AA.. SSIISSTTEEMMAATTIIKKAA PPRROOPPOOSSAALL PPEENNEELLIITTRRIIAANN TTIINNDDAAKKAANN KKEELLAASS Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian adalah suatu

pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian secara keseluruhan. Proposal PTK berkaitan dengan pernyataan atas nilai penting dari suatu penelitian. Membuat proposal PTK biasanya merupakan langkah yang paling sulit, namun menyenangkan di dalam tahapan proses penelitian. Sebagai panduan, berikut dijelaskan sistematiika usulan PTK.

B. Sistematika Proposal

Sistematika proposal PTK mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

JUDUL PENELITIAN Judul penelitian dinyatakan secara singkat dan spesifik tetapi cukup jelas

menggambarkan masalah serta nilai manfaatnya. Formulasi judul dibuat agar menampilkan wujud PTK bukan penelitian pada umumnya. Umumnya di bawah judul utama dituliskan pula sub judul. Sub judul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang subyek, tempat, danwaktu penelitian. Berikut contoh judul PTK dalam penidikan dasar.

1. Jenjang TK/SD

a. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep tentang Bunyi di Klas 4 Sekolah Dasar Negeri I Semarang.

b. Integrasi Autdoor Learning dan Indoor Learning dalam Meningkatkan Kemandirian TK Anak Saleh Malang.

445

BAB 1 PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan mutu pembelajaran di kelas. Untuk itu, dalam uraian latar belakang masalah yang harus dipaparkan hal-hal berikut. (1) Masalah yang diteliti adalah benar-benar masalah siswa yang terjadi di kelas

dimana guru mengajar. Umumnya didapat dari pengamatan dan diagnosis yang dilakukan guru, pada waktu melaksanakan proses pembelajaran. Perlu dijelaskan pula proses atau kondisi riil factual yang terjadi di kelas..

(2) Masalah yang akan dieliti merupakan suatu masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.

Identifikasi masalah diatas, perlu dijelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar penyebab dari masalah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan (argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu. Agar lebih nyata, perlu

(3) didukung data factual yang menunjukan adanya indikator permasalahannya. b. Perumusan Masalah

Rumusan masalah, mengemukakan inti atau rumusan dari berbagai permasalahan serta indentifikasi masalah yang dikemukakan. Rumusan masalah ini seyogyanya jangan dibuat tunggal, karena pada prinsipnya PTK itu mementingkan proses tindakan, jadi berkaitan dengan, a) bagaimana kondisi siswa waktu sedang mengikuti pelajaran, b) bagaimana suasana pembelajaran dan c) bagaimana kelancaran pembelajaran. Sedangkan prestasi belajaran merupakan dampak dari semua kegiatan Contoh rumusan masalah: 1. Bagaimana semangat belajar siswa mengikuti pelajaran IPA pada materi

pemahaman Konsep tentang Bunyi dengan model pembelajaran Inkuiri di klas 5 SD Negeri 3 Salatiga.?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa pada pemahaman konsep tentang Bunyi pada pelajaran IPA dengan model pembelajaran Inkuiri di kals 5 SD 3 Salatiga.

c. Tujuan Penelitian Tujuan PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan sasaran antara dan sasaran akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya. Dari rumusan tersebut tujuan penelitiannya sebagai berikut: 1. Mengetahui semangat belajar siswa mengikuti pelajaran IPA pada materi

pemahaman Konsep tentang Bunyi dengan model pembelajaran Inkuiri di klas 5 SD Negeri 3 Salatiga.?

2. Mengetahui prestasi belajar siswa pada pemahaman konsep tentang Bunyi pada pelajaran IPA dengan model pembelajaran Inkuiri di kals 5 SD 3 Salatiga

d. Manfaat Penelitian Kemukakan secara jelas manfaat bagi siswa, bagi guru serta bagi satuan pendidikan di mana peneliti (konselor bertugas)

BAB II KAJIAN TEORI Pada bagian ini diuraikan landasan konseptual dalam arti teoitik yang digunakan peneliti dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Sebagai contoh, akan dilakukan PTK yang menerapkan pembelajaran bermain kartu interaktif sebagai jenis tindakannya. Pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:

446

a. Kemukakan secara lengkap berdasarkan teori dan temuan yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan yaitu Prstasi Belajar IPA pada Pemahaman Konsep tentang Bunyi.

b. Uraikan teori dan langkah-langkah yang berkaitan dengan variable tindakan (yang dilaksanakan untuk mengatasi masalahnya, yaitu meteri pembelajaran model Inkuiri.

c. Kemukakan kerangka berpikir, keterkaitan antara variable tindakan dengan variable masalah, sehingga terdapat benang merah antara variable tersebut.

d. Bagaimana hipotesis tindakan atas dasar kerangka berpikir tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini uraikan setidaknya dengan sistematika berikut:

a. Setting penelitia dan karakteristik subjek penelitian. Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, berapa siswa yang menjadi subyek penelitian, dan bagaimana karakteristik dari kelas subjek penelitian.

b. Prosedur/ siklus penelitian. Pada bagian ini dijelaskan jumlah siklus yang akan dilakukan dan berapa pertemuan tiap siklus. Diusahakan minimal dua siklus dan tiap siklus minimal 3 pertemuan. Kemukakan pula kapan kegiatan penelitian dilakukan. (tanggal tiap pertemuan). Tiap siklus mengikuti tahapan PTK (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi)

c. Pengumpulan data. Pada bagian ini ditunjukan dengan jelas jenis data dan cara pengumpulannya/instrument yang akan digunakan.

d. Indikator kinerja, pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit.

e. Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

E. SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Berikut ini disampaikan sistematika laporan PTK yang telah memenuhi

persyaratan: A. Bagian awal

Bagian awal terdiri dari: 1. Halaman judul 2. Halaman Pengesahan disertai tanggalnya. 3. Abstrak 4. Kata Pengantar disertai tanggal penyusunan. 5. Daftar Isi 6. Daftar Tabel/Lampiran.

B. Bagian Isi Bagian ini memuat setidak-tidaknya sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Maslah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian. BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Kajian Teori tentang Variabel Masalah. B. Kajian Teori tentang Variabel Tindakan, serta temuan/hasil penelitian yang

relevan. C. Kerangka Berfikir D. Hipotesis Tindakan (bila diperlukan)

447

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian B. Prosedur/Siklus Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data E. Indikator keberhasilan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Subjek penelitian B. Sajian Hasil Penelitian C. Pembahasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran

C. Bagian Penunjang DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ( RPP, semua instrument, contoh hasil kerja siswa dan guru, daftar hadir siswa, foto kegiatan beserta penjelasannya)

Penjelasan dari sistematika tersebut adalah sebagai berikut. Dalam Bab I, dimulai dengan mendiskripsikan masalah penelitian secara jelas dengan dukungan data factual yang menunjukkan adanya masalah pada setting tertentu, pentingnya masalah untuk dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan konselor dan akibat yang ditimbulkan kalau masalah tidak dipecahkan. Selanjutnya masalah dirumuskan dalam kalimat Tanya, sehingga akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan Rumusan masalah ini dapat dirinci dalam proses, situasi, hasil yang diperoleh. Dalam tujuan penelitian hendaknya dikemukakan secara rinci tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya. Manfaat penelitian agar dikemukakan secara wajar, tidak perlu ambisius, rumuskan yang terkait dengan masalah siswa, tindakan yang dilakukan, dan dapat juga diperluas ke guru. DALAM BAB II, kemukakan teori yang berkaitan dengan masalah dan tindakan yang dilakukan, dan hasil kajian/temuan/penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (bila ada). Utamanya pada variable masalah agar dijelaskan secara jelas dan rinci langkah-langkah tindakan yang dilakukan berdasarkan konsep peneliti/teori yang diacu. Serta memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian. Diperlukan untuk dapat membangun argumentasi teoritis yang menunjukkan bahwa dengan tindakan yang diberikan dimungkinkan dapat mengatasi masalah siswa baik secara individu, kelompok, ataupun di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan. PADA BAB III, deskripsikan setting penelitian, keadaan siswa, waktu pelaksanaan, sasaran yang dicapai. Tahapan di setip siklus yang memuat: rencana, pelaksanaan/ tindakan, pemantauan dan evaluasi besrta instrument yang digunakan, refleksi (.perlu dibedakan antara metode yang ada pada laporan penelitian). Dalam hal ini perlu dijelaskan waktu/tanggal pelaksanaan tindakan di setiap siklus yang dilakukan. Kemukakan pula di setiap siklus dilakukan berapa kali pertemuan. Tindakan yang dlakukan bersifat rational, fleksible, collaborative. Kemukakan indikator keberhasilan atas dasar tindakan yang diberikan. Pada bab ini dapat disajikan secara jelas indikator yang akan dicapai melalui penelitian ini. Indikator ini diharapkan dapat diukur dengan mudah untuk dilakukan peneliti. PADA BAB IV, deskripsikan setting penelitian secara lengkap. Pada bagian sajian data uraikan pelaksanaan masing-masing pertemuan di setiap siklus yang disertai data lengkap serta aspek-aspek yang direkam/diamati. Yang menunjukkan

448

adanya perubahan atau perbaikan akibat tindakan. Rekaman itu menunjukkan adanya perubahan akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahab yang terjadi. Akan lebih baika kalau dibuat dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/ perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus ke dalam suatu ringkasan tabel/ grafik. Dan tabel/grafik rangkuman itu akan dapat memperjelas perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas. Setiap penelitii menyajikan data dalam bentuk grafik/tabel seharusnya dinarasikan agar dapat memaknai arti tabel tersebut. DALAM BAB V sajikan simpulan dan hasil penelitian sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun negatifnya. Dalam memberikan saran diharapkan operasional, dan didasarkan pada kesimpulan yang disampaikan. Di samping itu kesimpulan ini harus menjawab perumusan dan tujuan penelitian yang disampaikan pada bagian terdahulu. C.Bagian Penunjang Daftar Pustaka Memuat semua sumber pustaka yang dirujuk dalam kajian pustaka yang digunakan dalam semua bagian laporan, dengan system yang konsisten menurut ketentuan. Lampiran-lampiran: Berisi lampiran berupa, Rencana Pelaksanaan Kegiatan, semua instrument yang digunakan, contoh hasil kerja siswa dan guru, daftar hadir di setiap pertemuan pada setiap siklus, ijin penelitian, foto kegiatan beserta penjelasannya. F. RANGKUMAN

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pendidik sebagai upaya meningkatkan perbaikan mutu proses belajar mengajar, yang permasalahannya diangkat dari kelas yang paling merisaukan, dimana pendidik mengajar. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian kolaboratif yang menggunakan siklus berkelanjutan, dan setiap siklus terdapat 4 (empat tahapan) yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian tindakan kelas tidak boleh mengganggu pelaksanaan kurikulum, sehingga dari siklus ke siklus beikutnya metode/strategi/model pembelajaran sama, hanya makin ke siklus berikutnya makin sempurna tindakannya. Hal yang perlu dihindari adalah satu penelitian tidak boleh satu siklus, dan satu siklus tidak boleh satu pertemuan.

Penelitian tindakan kelas yang diutamakan adalah proses tindakan, walaupun dampak atau akibat perbaikan mutu pelajaran tindakan perlu diperhatikan, misalnya kemampuan memahami materi pelajaran. Pada waktu tindakan berlangsung dilakukan pencatatan terhadap semua peristiwa yang terjadi utamanya perubahan pada diri siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kualitatif atau kuantitatif. Utamanya pada waktu menyusun laporan hasil penelitian harus diingat jangan sampai isinya sama persis atau copy paste dengan bab I. II dan III pada proposal penelitian. Di samping itu pada laporan penelitian harus dilampirkan semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian.

449

DAFTAR PUSTAKA Andreas Priyono, 2002, Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kel as

(Classroom-Based Action Research), Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Kantor Wilayah Depdiknas Propinsi Jawa Tengah

Anonymous, 2010. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16.Th 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

__________, 2003. UU No. 20 th 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. __________, 2005. UU No. 14 th 2005. Tentang Guru dan Dosen Connole, H.,Smith B., Wiseman.R (1994), Research Methodologi I: Issues and

Methods in Research Study Guide . Deakin University Melbourne Australia Corey, S.M. (1949). Action reasearch, fundamental reaserch, and educati onal

practises . Teacher’s College Record, Vol.50., halaman 509-14. Gideonse,H.D.(1983), In search of more effective service:Inquiry as a gu iding

image for educational reform in America . Cincinanti,OHIO: University of Cincinanti.

Hopkins,D.(1993). A Teacher’s Guide to Clasroom Research .2nd.edition. Kemmis,S.(1988). Action research in retrospect and prospect . In C.Henry, C. Cook,

Kemiis, R.Mc Taggart (eds.), The Action Research Reader Action Research and the Critical Analysis of Pedagogy. Geelong: Deakin University, Vic., halaman 11-29.

Mc. Taggart, R. (1991). Action Reserch . Melbourne: Deakin University Press. Raka Joni, T. (1998). Penelitian Tindakan Kelas : Beberapa Permasalahanny a.

Jakarta : PCP PGSM Ditjen Dikti. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006 Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta,

Bina Aksara. Suhardjono, 2009, Pertanyaan dan Jawaban di sekitar Penelitian Tindak an Kelas,

dan Tindakan Sekolah, Penerbit Cakrawala Indonesia LP3 Universitas Negeri Malang.

Supardi, 2005 Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitoian Tindakan Kelas, Makalah dismpaikan pada Diklat Pengembangan Profesi Widyaiswara, Direktorat Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dirjen Pendidikan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Supardi, 2011 Publikasi Ilmiah Non Penelitian , Yogyakarta, Penerbit Andi Offsed. Supardi, 2011, Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas , Yogyakarta, Penerbit

Andi Offset.

450

SOAL TEST LATIHAN Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang dipandang benar dengan member tanda silang (X) pada lembar jawaban yang terlah disediakan. 1. Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk…

A. Mendapatkan gambaran tentang proses pembelajaran di kelas B. Meningkatkan kualitas/mutu pembelajaran di kelas C. Membantu guru memahami kinerja pembelajaran yang diampunya D. Mendapatkan informasi tentang kinerja guru E. Mengetahui tingkat perkembangan belajar pesertadidik.

2. Alasan obyektif yang mendasari mengapa pengawas sekolah perlu memiliki

pengetahuan tentang PTK .... A. Pengawas sekolah dapat naik pangkat dengan menyusun PTK sendiri. B. Pengawas sekolah adalah atasan langsung dari guru dan kepala sekolah C. Pengawas sekolah mempunyai kompetensi membimbing guru melaksanakan

PTK D. Dengan PTK diharapkan kualitas pembelajaran menjadi lebih menarik E. Pengawas sekolah berwenang untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran

di kelas melalui PTK.

3. Berikut yang bukan termasuk masalah Penelitian tindakan kelas adalah … A. Penerapan metode belajar B. Motivasi belajar peserta didik C. Penilaian hasil belajar peserta didik D. Pemanfaatan media dan sumber belajar E. Pengembangan kemampuan guru dalam mengajar.

4. Manfaat dari PTK berkenaan langsung dengan guru dimaksudkan untuk …

A. Implementasi dari tugas pokok dan fungsi B. Meningkatkan kinerja sekolah C. Meningkatkan kemampuan professional D. Mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran E. Menjadisalah satu dasar pertimbangan promosi guru.

5. Permasalahan atau topic yang dipilih untuk melaksanakan PTK harus memenuhi

criteria sbb. … KECUALI : A. Menarik dan benar-benar nyata B. Mampu ditangani dan berada dalam lingkup kewenangan peneliti C. Mendapat dukungan dan persetujuan dari kepala sekolah D. Ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran E. Mendesak untuk segera ditangani.

6. Setelah menetapkan permasalahan penelitian, memantapkan teori yang terkait

dengan masalah dan tindakannya, prosedur selanjutnya yang harus dipikirkan oleh peneliti adalah … A. Pengumpulan data B. Refleksi C. Pelaksanaan tindakan D. Perencanaan tindakan E. Perencanaan tindak lanjut

451

7. Manakah dari judul PTK berikut, yang telah memenuhi criteria penulisan judul ? A. Implementasi Strategi Inquiri pada Mata Pelajaran Geografi untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Migrasi Penduduk B. Aplikasi Model PembelajaranTraffic Light Card Untuk Meningkatkan Prestasi

Siswa Kelas X SMKN 3 Banjarsari C. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode

bermain peran dalam pembelajaran PKn di SMAN 5 Bandung D. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan

Kemamapuan Pemecahan Masalah pada Mata Pelajaran Fisika Kelas VII di SMPN 129 Jakarta.

E. Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui pendekatan eksploratif, elaboratif, dan konfirmatif pada siswa klas XI SMA Negeri I Sragen, Jawa Tengah

8. Pada setiap penelitian tindakan kelas, peneliti harus memperhatikan prinsip-prinsip yang harus dikuti. Untuk setiap kegiatan suatu penelitian yang mengacu pada PTK, jumlah siklus yang sesuai adalah: A. Tersesrah kepada paneliti, tidak ada aturan yang tepat. B. Kalau satu siklus sudah cukup, peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus

berikutnya. C. Minimal dua siklus, karena PTK merupakan penelitian yang menggunakan

siklus berkelanjutan. D. Minimal tiga siklus karena dengan tiga siklus sudah akan mampu menerapkan

metode/strategi/model secara maksimal. E. Terserah kepada peneliti kalau perlu sampai lima atau enam siklus sampai

peneliti puas akan hasilnya.

9. Pada laporan hasil penelitian Perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang tepat ditulis pada bab: A. Pada bab IV tentang hasil dan pembahasan, karena bab ini merupakan inti dari

keseluruhan hasil penelitian. B. Ditulis secara rinci pada bab III, karena pada bab ini merupakan bab

penjelasan tentang metode atau langkah penelitian yang merupakan gambaran dari kegiatan pada bab sesudahnya.

C. Pada bab pertama, karena dengan ditulis tahapan siklus penelitian pada bagian awal, akan memberi petunjuk penguasaan peneliti akan karakteristik PTK

D. Pada bab III serta bab IV, karena kedua bab ini mempunyai kaitan erat antara apa yang akan dilaksanakan dan kegiatan pelaksanaannya.

E. Sangat tergantung pada peneliti, karena hal itu bukan merupakan prinsip PTK

10. Yang perlu disampaikan pada Bab II laporan PTK berisi uraian tentang ….. A. Kajian teori dan hasil penelitian berkenaan dengan variable masalah dan

variable tindakan penelitian, serta kerangka berpikir yang mengkaitkan kedua varibel tersebut.

B. Kajian teori berkenaan dengan tujuan, variable masalah dan variable tindakan penelitian, serta kerangka berpikir yang mengkaitkan kedua varibel tersebut.

C. Kajian teori dan hasil penelitian berkenaan dengan sasaran yang diinginkan, variable masalah dan variable tindakan penelitian,.

D. Kajian teori dan hasil penelitian berkenaan dengan variable masalah dan variable tindakan penelitian, serta hipotesis yang akan dibuktikan.

E. Kajian teori dan hasil penelitian berkenaan dengan variable masalah dan rencana tindakan penelitian, serta kerangka berpikir yang mengkaitkan kedua varibel tersebut.

452

11. Deskripsi materi yang tidak mesti disajikan dalam Proposal PTK antara lain, ... A. Teori tentang variable masalah yang diteliti B. Rumusan masalah penelitian C. Rencana dan pelaksanaan tindakan D. Pembahasan terhadap hasil penelitian. E. Kajian tentang ke-mengapa-an bahwa dengan tindakan yang akan

dilaksanakan akan mampu mengatasi masalah siswa.

12. Hasil temuan tentang perubahan yang terjadi pada diri siswa akibat tindakan PTK dideskripsikan secara obyektif dan sistematis dalam ... A. Prosedur/siklus penelitian B. Teknik analisis dan pengolahan data C. Sajian hasil penelitian D. Pembahasan tentang hasil penelitian E. Simpulan dan saran

13. Apa itu karya ilmiah?

a. Tulisan tentang kehidupan manusia berdasarkan pengalaman dan imajinasi. b. Tulisan tentang kehidupan dunia berdasarkan emosi dan akal pikiran. c. Tulisan tentang ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut

metodologi penulisan yang baik dan benar. d. Tulisan mengenai pengetahuan yang menyajikan dugaan. e. Tulisan mengenai ilmu pengetahuan yang disajikan sesuai selera penulis.

14. Bagian apa saja yang harus mengikuti aturan ilmiah dalam penulisan ilmiah?

a. Isi, Bahasa, Jenis Komputer b. Jenis Komputer, Bahasa, Sistematika c. Isi, Bahasa, Sistematika Penulisan d. Kertas, Jenis Komputer, Bahasa e. Bahasa, Kertas, Isi

15. Di bawah ini yang merupakan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan upaya

pengembangan keprofesian berkelanjutan pada guru adalah… a. Prasaran Ilmiah, Laporan Penelitian, Novel b. Laporan Hasil Penelitian, Buku Pelajaran, Artikel Ilmiah c. Artikel Ilmiah, Buku Pelajaran, Naskah Drama d. Artikel Populer, Skenario, Laporan Penelitian e. Buku Pelajaran, Novel, Prasaran Ilmiah

16. Bagian awal dalam laporan penelitian ilmiah berisi…

a. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Pustaka

b. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Lampiran, Pendahuluan

c. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Lampiran

d. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Lampiran

e. Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Pembahasan

453

17. Pendahuluan dalam karya tulis ilmiah memuat hal-hal berikut ini, kecuali…. a. Latar Belakang Masalah b. Identifikasi Masalah c. Tujuan Penelitian d. Manfaat Penelitian e. Analisis Data

18. Bagian penutup dalam karya tulis ilmiah memuat… a. Simpulan dan Saran b. Analisis Data c. Tinjauan Pustaka d. Abstrak e. Metode

19. Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus menggunakan.... a. Bahasa Prokem b. Bahasa Gaul c. Bahasa Daerah d. Bahasa Indonesia e. Bahasa Indonesia Baku yang Baik dan Benar

20. Buku pedoman guru berisi rancangan kerja guru selama setahun utamanya yang

berkait dengan…. a. Pengembangan Keprofesian Guru b. Prestasi Guru c. Rencana Kerja Guru d. Kepribadian Guru e. Kompetensi Guru