penerapan metode geomagnet untuk...

Download PENERAPAN METODE GEOMAGNET UNTUK …fisika.um.ac.id/download/doc_download/385-artikelsolikha.html · diperlukan metode geofisika lain untuk mendukung hasil dari penelitian metode

If you can't read please download the document

Upload: vuongdat

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN METODE GEOMAGNET UNTUK MENGETAHUI

NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK LAPISAN TANAH DIBANDINGKAN

DENGAN PENGUKURAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK SECARA LANGSUNG

STUDI KASUS: LAPISAN TANAH DI DESA PANDENSARI PUJON, MALANG

Solikha Diah Eksanti

1, Siti Zulaikah

2, Abdullah Fuad

3

1 Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 2Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 3Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang

Alamat e-mail : [email protected]

Abstrak Penelitian bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran suseptibilitas magnetik antara pengukuran

menggunakan metode geomagnet dengan pengukuran suseptibilitas magnetik secara langsung. Proses

penentuan nilai suseptibilitas magnetik menggunakan metode geomagnet dimulai dengan pengambilan data

menggunakan Magnetometer G-856. Analisis dan interpretasi data menggunakan software surfer 9, software

Magpick dan Software Mag2DC untuk mengetahui nilai suseptibilitas magnetik dari lapisan tanah. Dari

pengukuran metode geomagnet didapatkan nilai suseptibilitas magnetik sebesar -0,168 pada kedalaman 0

sampai 2 meter dari titik nol (permukaan bumi) yang termasuk tergolong benda diamagnetik karena nilai

suseptibilitasnya kecil dan negatif, Pada kedalaman 2,5 6,5 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar

0,106933, yang termasuk tergolong benda paramagnetik karena memiliki nilai suseptibilitas magnetik kecil

dan positif. Diduga mengandung gamping dan batu pasir. Pada kedalaman 7 7,5 meter dari titik nol

(permukaan tanah) sebesar 0,2608 yang termasuk tergolong benda paramagnetik karena memiliki nilai

suseptibilitas magnetik kecil dan positif. Diduga mengandung gamping dan batu pasir. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data diperoleh kesimpulan bahwa Perbandingan antara pola grafik dari nilai

suseptibilitas magnetik tanah menggunakan metode geomagnet dengan pengukuran suseptibilitas magnetik

tanah menggunakan susceptibilitymeter terdapat kesamaan pola yang artinya kedua penelitian tersebut

menunjukkan bahwa antara nilai suseptibilitas magnetik hasil pengukuran dengan metode geomagnet dan

pengukuran suseptibilitas magnetik secara langsung secara garis besar mempunyai kandungan magnetik

yang hampir sama pada setiap lapisan tanah yang sama.

Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

I. Pendahuluan

Metode Geomagnet adalah metode geofisika

yang memanfaatkan sifat kemagnetan bumi

(Nuha,2012). Metode geomagnet didasarkan pada

pengukuran variasi intensitas medan magnet di

permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya

variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah

permukaan bumi atau disebut juga suseptibilitas magnetik.

Metode geomagnet banyak digunakan dalam

eksplorasi panas bumi, pencarian mineral dalam

bumi, mencari nilai suseptibilitas magnetik tanah

dan lain sebagainya. Kelebihan dari metode

geomagnet salah satunya adalah penerapan dan

penggunaan alat yang relatif mudah, sehingga

banyak digunakan untuk proses eksplorasi bumi.

Sedangkan pada hasil penelitian metode geomagnet

masih dirasa kurang, karena memerlukan proses

pengolahan data yang cukup banyak dan perlu ketelitian yang sangat tinggi. Sehingga masih

diperlukan metode geofisika lain untuk mendukung

hasil dari penelitian metode geomagnet.

Survei geologi yang pernah dilakukan oleh

Rosanti (2012) di Desa Pandensari Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang adalah mencari nilai

suseptibilitas magnetik lapisan tanah yang diukur

dengan menggunakan uji laboratorium yaitu

susceptibility meter.

Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Penerapan Metode Geomagnet untuk Mengetahui

Nilai Suseptibilitas Magnetik Lapisan Tanah

dibandingkan dengan Pengukuran Suseptibilitas

Magnetik Secara Langsung Studi Kasus: lapisan

tanah di desa pandensari Pujon Malang.

Penerapan metode geomagnet yang dilakukan

untuk mengetahui nilai suseptibilitas magnetik

tersebut adalah dengan menggunakan alat

Magnetometer. Dari pengukuran menggunakan

magnetometer akan didapatkan data magnetik

berupa anomali medan magnet total. Pada data

magnetik yang diperoleh, dilakukan pengolahan dan analisis sehingga didapatkan nilai suseptibiltas

magnetik setiap lapisan tanah pada lokasi

penelitian.

Data suseptibilitas magnetik yang diperoleh

dibuat grafik dan dibandingkan pola bentuk

grafiknya terhadap hasil pengukuran suseptibilitas

magnetik dari susceptibility meter. Dari

perbandingan pola grafik dapat diketahui

kecenderungan antara kedua metode tersebut.

II. Kajian Pustaka

Dasar teori dari metode geomagnetik adalah

Gaya Coulomb (Nuha,2012). Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan

muatannya masing-masing m1 dan m2, maka gaya

magnetik yang dihasilkan adalah (Rusli,2007):

F =

Dimana : F adalah gaya yang bekerja diantara dua magnet dengan kuat medan magnet m1 dan m2. adalah permeabilitas medium yang melingkupi

kedua magnet. r adalah jarak kedua magnet. m1 adalah kuat kutub magnet 1. m2 adalah kuat

kutub magnet 2

Kuat Medan Magnetik Kuat medan magnetik pada suatu titik dengan jarak

r dari muatannya dapat dinyatakan sebagai

(Syirojudin,2010): H =

Intensitas magnetik.

Suatu benda magnetik yang ditempatkan pada suatu

medan magnet dengan kuat medan H, maka akan

terjadi polarisasi atau intensitas magnetik pada

benda tersebut yang besarnya adalah

(Syirojudin,2010): M = H

Dimana : M adalah intensitas magnetik. adalah suseptibilitas magnetik. H adalah kuat medan

magnetik

Induksi Magnetik

Adanya medan magnetik regional yang

berasal dari bumi dapat menyebabkan terjadinya

induksi magnetik pada batuan yang mempunyai

suseptibilitas baik. Total medan magnetik yang

dihasilkan pada batuan ini dinyatakan sebagai

induksi magnetik(Syirojudin,2010).

Apabila suatu benda magnetik diletakkan

dalam suatu medan magnetik H maka benda tersebut akan termagnetisasi dan menghasilkan

medan sendiri H, sehingga medan magnet total

yang terukur oleh magnetometer disebut sebagai

Induksi Magnetik B yang merupakan jumlah dari

medan magnetik pada benda dengan medan magnet

utama, yang dinyatakan sebagai:

B = H+H = 0 (H + M) = 0 (1+ ) H

Dimana : 0 adalah permeabilitas magnetik ruang

hampa. 0 = (1+ ) adalah permeabilitas magnetik relatif, sehingga persamaan

tersebut dapat ditulis:

B = 0 H

Persamaan ini menunjukkan bahwa jika medan

magnetik remanen dan luar bumi diabaikan, medan

magnet total yang terukur oleh magnetometer

di permukaan bumi adalah penjumlahan dari medan

bumi utama H dan variasinya (M). M adalah anomali magnet dalam eksplorasi magnetik

(Syirojudin,2010). Dalam satuan CGS induksi

magnetik B dinyatakan dalam Gauss. Namun dalam

prakteknya terukur dalam satuan Gamma ()

dengan 1 setara dengan 1 nano tesla setara dengan

10 Gauss.

Suseptibilitas Kemagnetan

Kemudahan suatu benda magnetik untuk

termagnetisasi ditentukan oleh suseptibitas

kemagnetan (Kahfi,2008) yang dirumuskan

dengan persamaan:

M = H Suseptibilitas dalam satuan SI dan emu dinyatakan

dengan persamaan : = 4

adalah suseptibilitas magnetik dalam satuan SI

dan adalah suseptibilitas magnetik dalam satuan

emu(Syirojudin,2010).

Suseptibilitas magnetik dapat diartikan sebagai

derajat kemagnetan suatu benda. Nilai suseptibilitas

magnetik untuk setiap bahan berbeda-beda, hal ini

bergantung dengan jenis bahan. Suseptibilitas

magnetik ini akan menentukan sifat magnetik pada

setiap bahan. Harga pada batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak dijumpai

mineral-mineral yang bersifat magnetik.

Berdasarkan harga suseptibilitas , benda-benda

magnetik dapat digolongkan menjadi diamagnetik,

paramagnetik, ferromagnetic, antiferomagnetic,

dan ferromagnetic(Rosanti,2012).

1. Diamagnetik adalah benda yang mempunyai niai kecil dan negatif.

2. Paramagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai kecil dan positif.

3. Ferromagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai positif dan besar.

4. Antiferromagnetik adalah benda magnetic yang mempunyai nilai sangat kecil, yaitu

mendekati nilai pada benda paramagnetik.

5. ferrimagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai tinggi tetapi jauh lebih

rendah dari bahan ferromagnetik.

Beberapa jenis material dan beberapa jenis

mineral jika dihubungkan dengan suseptibilitas

magnetiknya dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Hubungan antara sifat magnetik dan

suseptibilitas magnetik (Dearing, 1999 dalam

Dian,2012)

Sifat Magnetik Suseptibilitas Magnetik

ferromagnetik Suseptibilitas magnetik tinggi

dan berharga positif

Contoh : Besi (Fe), Nike( Ni),

Khrom (Cr)

Ferrimagnetik

Suseptibilitas magnetik tinggi

dan berharga positif

Contoh:Fe2S(magnetite,

pyrotite,maghmemite,gregeite)

Antiferromagnetik Suseptibilitas sedang dan

berharga positif

Contoh : Fe2O3(hematite,

geothite)

Parramagnetik Suseptibilitas rendah dan

berharga positif

Contoh :biotite, olivine

Diamagnetik Suseptibilitas rendah dan berharga negatif

Contoh : air, material organik

Pujon adalah kecamatan yang termasuk bagian dari kabupaten Malang, Jawa Timur. Dengan Batas

wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Mojokerto

Sebelah Timur : Kota Batu

Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar

Sebelah Barat : Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang.

Daerah Kecamatan Pujon dilewati oleh gunung

Anjasmoro dan diapit beberapa pegunungan

lainnya seperti gunung Panderman, dan gunung

Kitiran. Luas wilayah Kecamatan Pujon sebesar

13.075,144 Ha / 130.76 km2. Suhu udara didaerah

Pujon tergolong sedang atau sejuk dengan suhu

rata-rata 230 C yang merata sepanjang tahun. Curah

hujan didaerah ini berkisar antara 1620 mm-2756

mm per tahun (Rosanti,2012).

Di desa Pandensari Pujon Malang, banyak

dijumpai tanah yang berbukit dan lembah yang

terbentuk secara alami. Pembentukan tanah tersebut terjadi secara alami, yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah iklim, mahluk

hidup,faktor waktu dan topografi.

Desa Pandensari Pujon Malang terletak pada

titik koordinat 070 51 LS, 1120 29 BT. Sebelumnya,

di Desa Pandensari Pujon Malang pernah diteliti

besarnya suseptibilitas per lapisan struktur tanah.

Sehingga, penelitian tersebut dapat menjadi

referensi pada penelitian yang akan dilakukan ini.

III. Metode Penelitian Penelitian dilakukan karena adanya singkapan

tanah di Desa Pandensari Pujon Malang yang sudah

di ukur nilai suseptibilitas magnetiknya dengan

menggunakan suseptibilitymeter sehingga akan

dilakukan perbandingan dengan pengukuran

suseptibilitas magnetik menggunakan metode

geomagnet. Penelitian ini diawali dengan studi

pustaka mengenai aplikasi metode geomagnet

batuan pada lingkungan dengan merujuk beberapa hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh para

peneliti. Setelah didapatkan konsep yang matang,

penelitian ini dilanjutkan dengan mensurvei lokasi

yang tepat untuk dijadikan objek penelitian dan

proses perijinan kepada pihak setempat.

Tahapan yang pertama dalam penelitian ini

adalah menentukan titik pengukuran sesuai dengan

tata cara dan skema yang sudah diibuat. Tahap yang kedua adalah persiapan alat yang akan

digunakan untuk pengukuran pada titik yang sudah

dibuat di lokasi penelitian dan selanjutnya adalah

tahap pengambilan data di lokasi penelitian

berdasarkan titik-titik yang sudah dibuat. Tahap

yang berikutnya adalah proses pengolahan data dan

analisis data berdasarkan hasil yang diperoleh dari

pengukuran di lokasi penelitian. Dari data yang ada

selanjutnya dilakukan interpretasi yaitu dibuat

grafik hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik

dengan kedalaman tanah. Bentuk dan pola grafik

dibandingkan dan dilihat kecocokan polanya.

Analisis yang ada kemudian dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu,

yaitu penelitian yang menggunakan alat

suseptibility meter.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil pengolahan data geomagnet yang

diperoleh akan dianalisis lebih lanjut dengan

menggunakan software Surfer 9, Software Magpick

dan Software Mag2DC. Berdasarkan hasil interpretasi data diperoleh 2 macam peta kontur

yaitu peta kontur topografi dan peta kontur

anomaly medan magnet lokal dengan menggunakan

software Surfer 9.0 seperti :

Gb.1 peta kontur topografi lokasi penelitian

Lokasi penelitian terletak pada ketinggian

antara 1203 meter 1207,2 meter dari permukaan

laut yang diketahui dari GPS (Global Positioning

System). Nilai suseptibilitas magnetik yang dicari

dari ketinggian topografi adalah kedalaman 7,5

meter dari ketinggian yang paling besar. Karena

dilokasi penelitian ketinggian topografi tidak rata,

maka suseptibilitas diukur dari ketinggian yang

paling besar yaitu 1207 meter dari permukaan laut.

Gb. 2 Peta kontur anomali medan magnet lokal

Nilai anomali medan magnet lokal pada

gambar 2 nilai anomali medan magnet daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga kelompok

anomali medan magnet, yaitu anomali medan

magnet rendah pada skala warna biru sampai warna

hijau tua dengan nilai antara 2200 nT sampai -

1200 nT. Anomali medan magnet sedang pada

skala warna hijau sampai warna orange yaitu

dengan nilai antara -1000 nT sampai 0 nT. Anomali

medan magnet tinggi pada skala warna orange

sampai warna merah yaitu dengan nilai antara 0 nT

sampai 1000 nT. Berdasarkan tiga kelompok nilai

anomali medan magnet daerah penelitian

didominasi oleh nilai anomali medan magnet tinggi

yang tersebar ditengah daerah penelitian yang membujur dari utara ke selatan. Sedangkan anomali

medan magnet sedang berada di sebelah timur,

barat dan tengah daerah penelitian. Dan anomali

medan magnet rendah berada disebelah

barat,tengah dan timur daerah penelitian.

Interpretasi kualitatif bertujuan untuk

menunjukkan bentuk atau model dan kedalaman

benda anomali atau struktur geologi melalui

pemodelan matematis. Prinsip kerja dari software

Mag2DC adalah menyamakan bentuk dari anomali

medan magnet penelitian (yang berupa garis putus-putus) dengan anomali pehitungan (yang berupa

garis tegas).

Interpretasi kualitatif dilakukan

berdasarkan hasil penafsiran kuantitatif, sehingga

dapat menentukan bagian-bagian penampang

anomali medan magnet yang menarik untuk

memperkirakan truktur geologi bawah permukaan.

Namun dalam interpretasi kuantitatif terdapat

ambiguitas karena beragam model dapat dihasilkan

karena adanya parameter suseptibilitas dan

kedalaman yang tidak pasti, sehingga diperlukan

data pendukung berupa data geologi daerah penelitian, data suseptibilitas magnetik dan data

geofisika yang lain.

Peta kontur dari anomali medan magnet

lokal yang di slicing yang bertujuan untuk dibuat

model anomali medan magnetnya dengan

menggunakan software Mag2 DC. Yang menjadi

parameter inputnya adalah inklinasi, Deklinasi dan

IGRF (Medan magnet utama bumi). Pada daerah

penelitian ini nilai inklinasinya adalah -33,21o dan

nilai deklinasinya adalah 1,28o. sedangkan harga

IGRF daerah penelitian adalah 44977,9 nT.

Gb. 3 Hasil dari pengolahan data slicing lintasan

A-B dengan menggunakan software Mag2DC.

Besarnya nilai suseptibilitas magnetik pada

kedalaman 0 sampai 2 meter sebesar -0,168 pada lintasan 0 sampai 10 meter. Pada lintasan 10

sampai 27,5 meter sebesar 0,0280. Pada lintasan 25

sampai 27,5 meter sebesar 0,0244 dan pada lintasan

27,5 sampai 35 meter sebesar 0,1536. Pada

kedalaman 2 sampai 4 meter sebesar 0,0430 pada

lintasan 2,5 sampai 10 meter. Pada lintasan 12,5

sampai 22,5 meter sebesar 0,1242. Dan pada

lintasan 27,5 sampai 35 meter sebesar 0,1536. Pada

kedalaman 4 sampai 6 meter sebesar 0,0430 pada

lintasan 2,5 sampai 10 meter. Pada kedalaman 6

sampai 10 meter sebesar 0,2608 pada lintasan 0

sampai 10 meter. Dari data yang sudah didapatkan, untuk

melihat perbandingannya maka perlu dibuat grafik

agar lebih terlihat jelas perbandingannya.

(a) (b) (c)

Gambar 4.5 (a) pola grafik nilai suseptibilitas

magnetik hasil pengukuran menggunakan

metode geomagnet. (b) pola grafik nilai

suseptibilitas magnetik hasil pengukuran secara

langsung menggunakan susceptibility meter.

(c) pola lapisan tanah yang diukur

suseptibilitasnya. Dari kedua pola grafik hubungan antara nilai

suseptibilitas magnetik terhadap kedalaman pada

kedua penelitian yaitu metode geomagnet dan

pengukuran suseptibilitas secara langsung memiliki

bentuk pola yang cenderung hampir sama (mirip) .

Pada kedua grafik tersebut cenderung linier

terhadap kedalaman, dimana semakin besar

kedalamannya, nilai suseptibilitas magnetiknya

juga semakin besar. Berdasarkan hasil kedua data

tersebut pula dapat diperoleh dugaan kandungan

yang hampir sama, dimana kandungan utama pada lapisan tanah tersebut secara berurutan adalah

lempung, pasir, batu pasir dan gamping. Penentuan

kandungan lapisan tanah tersebut dicocokkan

dengan hasil pengerukan lapisan tanah di daerah

penelitian yaitu gambar (c).

Penentuan kandungan lapisan tanah

sebenarnya tidak bisa hanya menggunakan satu

metode saja, karena jika menggunakan satu metode

hasil yang diinginkan tidak dapat ditentukan

dengan pasti. Misalnya saja didapatkan nilai

suseptibilitas magnetik pada lapisan tanah dengan

kedalaman tertentu sebesar 0,2 tanpa adanya

pembanding peneliti tidak dapat menentukan

kandungan apa yang terdapat pada lapisan tanah

tersebut, karena berdasarkan tabel harga nilai

suseptibilitas magnetik yang diketahui seperti pada

tabel suseptibilitas magnetik telford (1990), ada

banyak material dengan nilai suseptibilitas

magnetik sebesar 0,2. Tetapi karena adanya

pembanding seperti hasil dari pengukuran suseptibilitas secara langsung dan hasil singkapan

yaitu hasil pengerukan pada lapisan tanah tersebut

seperti penelitian harga suseptibilitas magnetik

secara langsung yang dilakukan oleh Rosanti

(2012), sehingga dapat diketahui secara pasti

material apa saja yang terkandung pada lapisan

tanah tersebut.

Berdasarkan pengukuran metode geomagnet

didapatkan nilai suseptibilitas magnetik :

1. Pada kedalaman 0 sampai 2 meter dari titik nol (permukaan bumi) sebesar -0,168 pada lintasan 0 sampai 10 meter yang

termasuk tergolong benda Diamagnetik karena

nilai suseptibilitasnya kecil dan negatif.

2. Pada kedalaman 2,5 6,5 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar 0,106933, yang

termasuk tergolong benda paramagnetik karena

memiliki nilai suseptibilitas magnetik kecil dan

positif. Diduga mengandung gamping dan batu

pasir.

3. Pada kedalaman 7 7,5 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar 0,2608 yang termasuk

tergolong benda paramagnetik karena memiliki nilai suseptibilitas magnetik kecil dan positif.

Diduga mengandung gamping dan batu pasir.

Perbandingan antara pola grafik hasil

pengukuran metode geomagnet dengan pengukuran

suseptibilitas secara langsung terdapat kesamaan

pola, karena kedua metode tersebut sama-sama

mengukur suseptibilitas magnetiknya. Namun, ada

perbedaan dalam mendapatkan nilai suseptibilitas

magnetik yaitu pada kedalaman 0 sampai 2 meter

dari titik nol (permukaan bumi) sebesar -0,168 yang

termasuk tergolong benda Diamagnetik karena nilai suseptibilitasnya kecil dan negatif. Padahal pada

struktur lapisan tanah yang sesungguhnya, pada

kedalaman tersebut termasuk jenis tanah lempung

yang mempunyai nilai suseptibilitas magnetik rata-

rata sebesar 0,02 berdasarkan tabel Daftar

suseptibilitas magnetik batuan dan mineral

(Tellford,1990). Akan tetapi hasil dari pengukuran

suseptibilitas magnetik secara langsung sudah

sesuai dengan kondisi struktur lapisan tanah yang

sesungguhnya.

Hal ini disebabkan karena pada metode

pengukuran suseptibilitas secara langsung tidak ada pengaruh apapun dari bumi, karena pada

pengukuran suseptibilitas magnetik secara langsung

kita mengambil sampel langsung yang berupa tanah

pada setiap lapisan tanah dan mengukurnya pada

susceptibilitymeter. Sedangkan pada metode

geomagnet untuk mengetahui nilai suseptibilitas

magnetik lapisan tanah harus melalui beberapa

tahapan. Yang pertama mengukur medan magnet

bumi pada lokasi penelitian dengan menggunakan

alat magnetometer G 856. Kedua melakukan

koreksi pada data yang diperoleh, yaitu koreksi

harian (Diurnal) dan koreksi IGRF (The

International Geomagnetic Reference Field) yang

merupakan medan acuan geomagnetik internasional. Nilai IGRF adalah nilai kuat medan

magnet utama bumi. Ketiga, dilakukan proses

pengangkatan ke atas atau upward continuation

yaitu proses transformasi data medan potensial dari

suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang

lebih tinggi. Selanjutnya, Interpretasi data

dilakukan dengan cara membuat bentuk atau model

kedalaman tanah dengan menggunakan software

Mag2DC untuk mengetahui nilai suseptibilitas

magnetik.

Hal tersebut juga disebabkan oleh adanya banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya

adalah struktur bumi itu sendiri dan kurang

ketelitian pada saat proses pengambilan data,

koreksi yang dilakukan kurang sesuai atau kurang

tepat dan pada saat mencari nilai suseptibilitas

magnetik pada software Mag2DC kurang tepat

sehingga mempengaruhi nilai yang diperoleh.

Seharusnya pengolahan data hasil penelitian

dilakukan dengan sangat teliti, karena dapat

mempengaruhi hasil akhir dari proses pengolahan

data yaitu nilai suseptibilitas magnetiknya.

V. Penutup

V.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

dan berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa Perbandingan antara pola grafik dari nilai

suseptibilitas magnetik tanah menggunakan metode

geomagnet dengan pengukuran suseptibilitas

magnetik tanah menggunakan susceptibilitymeter

terdapat kesamaan pola yang artinya kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara nilai

suseptibilitas magnetik hasil pengukuran dengan

metode geomagnet dan pengukuran suseptibilitas

magnetik secara langsung secara garis besar

mempunyai kandungan magnetik yang hampir

sama pada setiap lapisan tanah yang sama.

V.2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

yaitu :

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan menggunakan metode

geofisika lain sebagai pembanding data.

2. Dalam melakukan penelitian diperlukan banyak metode, misalnya metode Gravitasi, metode

Resistivitas yang berfungsi sebagai pembanding

agar hasil yang didapatkan dari penelitian sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Dalam pengukuran harus diperhatikan faktor-faktor kesensitifan alat penelitian yang dapat

mempengaruhi pembacaan data pada alat

penelitian.

4. Ketelitian dalam pembacaan alat dan penentuan titik serta penentuan arah sensor magnetik sangat

diperlukan.

VI. Daftar Rujukan

[1] Candra, Rotua. 2011. Menentukan Derah Prospek Biji Besi Menggunakan Metode

Geolistrik di Daerah C dengan Data

PendukungGeomagnet.(Online),

(http://www.google.co.id/url?q=http://lontar.ui.

ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/20301822-S42035

Rotua%2520Chandra.pdf&sa=U&ei=cHXSUZ

uqBoq8rAfrqIHADg&ved=0CBoQFjAA&usg

=AFQjCNFHi4zONN22ImR9XTDJgvKjoxW

5nA) di akses 10 Juni 2013.

[2] Ismail. 2010 .Metode Geomagnetik. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.(online) (http://www.scribd.com/doc/47436981/METO

DE-GEOMAGNETIK) diakses, 11 februari

2013.

[3] Kahfi, Rian Arifan,dkk.2008. Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah

Manifestasi Emas dengan Menggunakan

Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa

Barat. Hlm. 127-135, (Online), dalam jurnal

Berkala Fisika Vol.11. No.4 Oktober

2008.(http://ejournal.universitasDiponegoro.ac.

id/index.php/BerkalaFisika/artikel/download/pdf), diakses 22 Maret 2013.

[4] Nuha,Dafiqiy yalu ulin.2012. Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Sumber

Air Panas Songgoriti Kota Batu Berdasarkan

Data Geomagnetik.(Online) dalam Jurnal

Neutrino Vol.4. No.2 april 2012.

(http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/NE

UTRINO/article/download/1933/pdf), diakses

28 februari 2013.

[5] Prouty, Mark. Geometrics, Operation Manual, G-856 Memory-MagTM Proton Precession

Magnetometer, P/N 18101-02 Rev.A. San Jose, CA, USA.

[6] Rusli, Muhammad. 2009. Penelitian Potensi Bahan Magnet Alam Di Desa Uekuli

Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Unauna

Provinsi Sulawesi Tengah. Hlm 14-

19,(Online). dalam jurnal Sains Materi

Indonesia Edisi Khusus Desember 2009.

Diakses 22 juli 2013.

[7] Rosanti, Dian farida. 2012. Korelasi antara Suseptibilitas Magnetk dengan Unsur Logam

Berat pada Sekuensi Tanah di Pujon Malang. skripsi: Universitas Negeri Malang.

[8] Siahaan, Barita Uli Basa. 2009. Penentuan Struktur pada Zona Hydrokarbon Daerah X

menggunakan Metode Magnetik. Skripsi:

Universitas Indonesia.

[9] Syirojudin, Muhamad. 2010. Penentuan Karakteristik Sesar Cimandiri Segmen

Pelabuhan Ratu-Citarik Dengan Metode

Magnet Bumi. Skripsi: Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

[10] Telford, W.M, Geldart, L.P, Sheriff, R.E, 1990, Apllied Geophysics, second edition,

pp.578-609, Australian and New York :

Cambridge University Press, USA.

http://www.google.co.id/url?q=http://lontar.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/20301822-S42035http://www.google.co.id/url?q=http://lontar.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/20301822-S42035http://www.scribd.com/doc/47436981/METODE-GEOMAGNETIKhttp://www.scribd.com/doc/47436981/METODE-GEOMAGNETIKhttp://ejournal.universitasdiponegoro.ac.id/index.php/BerkalaFisika/artikel/download/pdfhttp://ejournal.universitasdiponegoro.ac.id/index.php/BerkalaFisika/artikel/download/pdfhttp://ejournal.universitasdiponegoro.ac.id/index.php/BerkalaFisika/artikel/download/pdfhttp://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/NEUTRINO/article/download/1933/pdfhttp://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/NEUTRINO/article/download/1933/pdf