survei polarisasi terimbas (ip) dan geomagnet …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/12....

14
SURVEI POLARISASI TERIMBAS (IP) DAN GEOMAGNET DAERAH TELUK SANTONG UTARA, KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Yudi Aziz Muttaqin, A.Md dan Sulaeman, S.T. Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Penyelidikan geofisika IP (Induced Polarization/Polarisasi Terimbas) dan geomagnet dilakukan di daerah Teluk Santong Utara, Kabupaten Sumbawa Besar, Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan tindak lanjut dari survei geologi dari Tim Mineral Logam Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) tahun 2013 yang menjumpai adanya sebaran endapan mineral logam sulfida seperti bijih besi, tembaga, pirit, emas, perak, Geologi daerah penyelidikan tersusun oleh tiga jenis litologi: batuan gunung api tua, batuan.gunung api muda dan batuan aluvial. Menurut penyelidikan sebelumnya, zona mineralisasi berada pada batuan gunung api tua yang zona sebaran mineralisasi terbentuk dari urat kuarsa tunggal (single vein), ketebalan (50-80) cm, tekstur kuarsa susu, calcedony, sugary dan vuggy sedikit pirit setempat dan Fe oksida dengan arah urat N 48 °E. Hasil analisis kimia pada urat menunjukkan 563 ppb Au, sedangkan pada batuan samping menunjukkan 290 ppb Au dan 90 ppb Au. Maka nilai rata-rata kandungan emas di daerah penyelidikan di perkirakan 314 ppb Au. Hasil penyelidikan IP menduga adanya batuan intrusi dengan nilai tahanan jenis antara 100 Ohm.m - 1000 Ohm.m pada kedalaman ± 50 meter - 109 meter yang diikuti oleh lapisan batuan mengandung sulfida, yang diasumsikan nilai chargeability 200 m.sec pada kedalaman sekitar 50 meter dan menerus sampai ke kedalaman 109 meter. Sedangkan untuk hasil metode geomagnet didapatkan nilai anomali magnet total daerah penyelidikan mulai dari -1300 nT sampai dengan 1700 nT. Anomali yang menarik di daerah ini berada di bagian selatan dengan nilai magnetik sekitar -400nT - 1400nT, terdapat pasangan anomali rendah (negatif) dan tinggi (positif). Zona anomali tersebut diduga berupa batuan vulkanik tua yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal. Hasil kompilasi data geosain menunjukkan daerah prospek mineralisasi berada pada zona sebaran batuan vulkanik tua, adanya sistem kontak dengan sesar dan dari sistem urat tunggal/singlle vein. Pendugaan luas daerah prospek sekitar 1,044 km 2 , dengan asumsi batuan di daerah survei 2.0 ton/m 3 , kandungan Au rata-rata sebesar 314 ppb Au, maka sumber daya hipotetik bijih emas sulfida sebesar 2 juta ton dan tonase emas 600 kg atau 0,6 ton. Pendahuluan Penyelidikan mineral logam emas yang dilakukan penyelidikan sebelumnya menunjukkan adanya daerah prospek di Daerah Teluk Santong Utara. Dari hasil eksplorasi umum tersebut terdapat penyebaran anomali Au Searah dengan urat kuarsa N45E - N50E. Mineralisasi emas dan mineral ubahan di daerah Teluk Santong Utara mengandung kandungan emas sebesar 269 ppb (Moetamar, dkk 2013). Penyelidikan geofisika meotde IP (Polarisasi Terimbas) dan Geomagnet dilakukan di Daerah Teluk Santong Utara, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa Besar, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 1). Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data sebaran, dimensi dan kedalaman dari anomali IP dan Geomagnet di daerah ini. Dengan tujuan mempoelh data dan informasi zona mineralisasi sulfida (bawah permukaan) di daerah penyelidikan

Upload: vongoc

Post on 10-Mar-2019

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SURVEI POLARISASI TERIMBAS (IP) DAN GEOMAGNET

DAERAH TELUK SANTONG UTARA, KECAMATAN PLAMPANG

KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Yudi Aziz Muttaqin, A.Md dan Sulaeman, S.T.

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Penyelidikan geofisika IP (Induced Polarization/Polarisasi Terimbas) dan geomagnet

dilakukan di daerah Teluk Santong Utara, Kabupaten Sumbawa Besar, Provinsi Nusa

Tenggara Barat merupakan tindak lanjut dari survei geologi dari Tim Mineral Logam Pusat

Sumber Daya Geologi (PSDG) tahun 2013 yang menjumpai adanya sebaran endapan mineral

logam sulfida seperti bijih besi, tembaga, pirit, emas, perak,

Geologi daerah penyelidikan tersusun oleh tiga jenis litologi: batuan gunung api tua,

batuan.gunung api muda dan batuan aluvial. Menurut penyelidikan sebelumnya, zona

mineralisasi berada pada batuan gunung api tua yang zona sebaran mineralisasi terbentuk

dari urat kuarsa tunggal (single vein), ketebalan (50-80) cm, tekstur kuarsa susu, calcedony,

sugary dan vuggy sedikit pirit setempat dan Fe oksida dengan arah urat N 48 °E. Hasil analisis

kimia pada urat menunjukkan 563 ppb Au, sedangkan pada batuan samping menunjukkan

290 ppb Au dan 90 ppb Au. Maka nilai rata-rata kandungan emas di daerah penyelidikan di

perkirakan 314 ppb Au.

Hasil penyelidikan IP menduga adanya batuan intrusi dengan nilai tahanan jenis antara

100 Ohm.m - 1000 Ohm.m pada kedalaman ± 50 meter - 109 meter yang diikuti oleh lapisan

batuan mengandung sulfida, yang diasumsikan nilai chargeability ≥ 200 m.sec pada

kedalaman sekitar 50 meter dan menerus sampai ke kedalaman 109 meter. Sedangkan untuk

hasil metode geomagnet didapatkan nilai anomali magnet total daerah penyelidikan mulai dari

-1300 nT sampai dengan 1700 nT. Anomali yang menarik di daerah ini berada di bagian

selatan dengan nilai magnetik sekitar -400nT - 1400nT, terdapat pasangan anomali rendah

(negatif) dan tinggi (positif). Zona anomali tersebut diduga berupa batuan vulkanik tua yang

menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal.

Hasil kompilasi data geosain menunjukkan daerah prospek mineralisasi berada pada

zona sebaran batuan vulkanik tua, adanya sistem kontak dengan sesar dan dari sistem urat

tunggal/singlle vein. Pendugaan luas daerah prospek sekitar 1,044 km2, dengan asumsi

batuan di daerah survei 2.0 ton/m3, kandungan Au rata-rata sebesar 314 ppb Au, maka sumber

daya hipotetik bijih emas sulfida sebesar 2 juta ton dan tonase emas 600 kg atau 0,6 ton.

Pendahuluan

Penyelidikan mineral logam emas

yang dilakukan penyelidikan sebelumnya

menunjukkan adanya daerah prospek di

Daerah Teluk Santong Utara. Dari hasil

eksplorasi umum tersebut terdapat

penyebaran anomali Au Searah dengan

urat kuarsa N45E - N50E. Mineralisasi

emas dan mineral ubahan di daerah Teluk

Santong Utara mengandung kandungan

emas sebesar 269 ppb (Moetamar, dkk

2013).

Penyelidikan geofisika meotde IP

(Polarisasi Terimbas) dan Geomagnet

dilakukan di Daerah Teluk Santong Utara,

Kecamatan Plampang, Kabupaten

Sumbawa Besar, Provinsi Nusa Tenggara

Barat (Gambar 1). Kegiatan ini

dimaksudkan untuk memperoleh data

sebaran, dimensi dan kedalaman dari

anomali IP dan Geomagnet di daerah ini.

Dengan tujuan mempoelh data dan

informasi zona mineralisasi sulfida (bawah

permukaan) di daerah penyelidikan

berdasarkan sebaran anomali IP dan

Geomagnet baik secara lateral maupun

vertikal.

METODOLOGI

Geomagnet

Pada metode geomagnet diukur

medan magnet yang dihasilkan oleh

sumber penyebab yang mungkin menjadi

sasaran mineral atau struktur setelah

koreksi medan magnet bumi. Penyelidikan

geomagnet meliputi pengukuran di titik

ukur, pengambilan conto batuan,

pengolahan data hasil pengukuran dan

interpretasi data. Kegiatan lapangan

meliputi penentuan BS, pengukuran

koordinat dan pemancangan patok ukur,

pengukuran data geomagnet, pengambilan

conto batuan dan pengukuran kerentanan

magnet terhadap conto batuan di lokasi

penelitian.

Harga Intensitas total magnetik titik

amat tetap untuk daerah penyelidikan

diperoleh dari nilai instensitas magnetik

International Geomagnetic Reference Field

(IGRF), sedangkan harga intensitas

magnet tetap lokal didapat dari rata-rata

pengamatan yang dilakukan di titik ikat

(BS). Peralatan geomagnet dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.

Polarisasi Terimbas (IP/Induced

Polarization)

Metoda geofisika yang digunakan

dalam penyelidikan ini adalah metoda IP

time domain dengan susunan elektroda

dipole-dipole yang mana parameter yang

diukur adalah Chargeability dengan satuan

milivolt/volt dan tahanan jenis listrik dengan

satuan Ohm-m.

Untuk penyelidikan IP ditekankan

pada oengukuran/pengambilan data di

lapangan, dilakukan dengan kofigurasi

dipole-dipole dimana pada masing-masing

lintasan dengan jarak elektroda a=50

meter.

Data yang dihasilkan dalam

pengukuran IP di lapangan adalah sebaran

titik ukur IP, koordinat dan ketinggian titik

ukur IP dan harga chargeability dan

tahanan jenis. Peralan survey IP yang

digunakan dapat ditunjukkan pada

Gambar 3.

Gambar 3. Iris Instruments – 1, avenue

Buffon, B.P. 6007 Orleans

Cedex 2, France

GEOLOGI dan Mineralisasi

Moetamar, dkk (2013) menjelaskan

bahwa geologi daerah penyelidikan terdiri

dari 3 (tiga) satuan batuan (Gambar 4 dan

Gambar 5), yaitu:

1. Satuan Batuan Gunungapi Tua

Satuan ini menempati daerah perbukitan

dan daerah pantai. Perbukitan didominasi

oleh bongkah-bongkah batuan yang telah

mengalami ubahan, breksi vulkanik dan

tufa. Batuan ubahan terjadi di daerah ini

didominasi oleh batuan terkersikkan

dampai argilik. Mineralisasi logam berupa

urat kuarsa tunggal (single vein), dengan

ketebalan (50-80) cm, tekstur kuarsa susu,

kalsedon, sugary dan vuggy sedikit pirit

setempat Fe oksida dengan arah urat N48E

yang menunjukkan hasil analisis kimia 563

ppb Au, sedangkan pada batuan samping

menunjukkan 290 ppb Au dan 90 ppb Au.

2. Satuan Gunungapi Muda

Pada satuan ini didominasi oleh bongkah-

bongkah vulkanik yang belum terubahkan,

andesit?.

3. Aluvial dan Endapan Pantai

Pada satuan ini tersusun oleh endapan

pantai seperti lumpur, pasir dan kerikil.

HASIL PENYELIDIKAN

Polarisasi Terimbas/IP

Hasil pengukuran survey IP

dilakukan pada 10 lintasan dengan masing-

masing panjang lintasan 800 meter dengan

arah lintasan Baratlaut-Tenggara (Gambar

6). Jarak spasi pengukuran 50 meter, jarak

antar masing-masing lintasan 100 meter

(untuk lintasan A-I) dan jarak lintasan I-J

200 meter.

Penampang 2D Tahanan Jenis dan

Chargeability

Pemodelan tahanan jenis dan

chargeability data IP ini dilakukan dengan

metode inversi 2D yang tersedia dalam

perangkat lunak Re2DInv (Gambar 7).

Berdasarkan kondisi daerah penelitian

menunjukkan nilai resistivity/tahanan jenis

warna merah-jingga (<200 ohm meter)

menunjukkan keterdapatan batuan lapuk,

sedangkan untuk warna kuning hingga biru

menunjukkan batuan beku dengan nilai

resistivity dari sedang ke tinggi (>200 ohm

meter).

Peta Sebaran Tahanan Jenis dan

Chargeability

Hasil penampang tahanan jenis dan

chargeability 2D juga disajikan secara

lateral berupa peta sebaran tahanan jenis

dan chargeability pada kedalaman yang

sama yaitu : 8.54 m, 25.6 m, 43.6 m, 63 m,

85 m dan 108.9 m (Gambar 8). Hal ini untuk

mengetahui keberadaan dan dimensi

batuan vulkanik tua yang diduga

keberadaan mineralisasi.

Geomagnet

Pengukuran geomagnet di daerah

survey dilakukan dengan jumlah titik ukur

sebanyak 475 titik, yang terdiri dari 330 titik

pengukuran di lintasan dan 145 titik

pengukuran acak/random di luar lintasan.

Jarak antar titik pengukuran di lintasan 25

meter, sedangkan jarak antar titik

pengukuran di luar lintasan (acak) antara

100-200 meter.

Hasil pengukuran geomagnet

kemudian dilakukan berbagai koreksi

diantaranya koreksi harian dan koreksi

IGRF. Koreksi tersebut dilakukan untuk

menghilangkan pengaruh anomaly magnet

local dan menghilangkan pengaruh dari

variasi medan magnet harian.Data yang

telah terkoreksi tersebut umumnya disebut

anomaly magnet total. Daerah Teluk

santong memiliki inklinasi -33.3o dan

deklinasi 1.52o serta nilai IGRF 44771 nT.

Peta Anomali Magnet Total

Nilai anomaly magnet total daerah

Teluk Santong bervariasi dari -1300 nT

sampai dengan 1700 nT. Pola kontur

anomaly magnet total cenderung acak

dengan anomaly rendah (<-400 nT)

terkonsentrasi di daerah tengah

penyelidikan, sedangkan anomaly tinggi

(>1400 nT) di bagian utara. Nilai anomaly

rendah ini diidentifikasi sebagai respon dari

batuan yang kurang bersifat magnetic dan

diinterpretasikan sebagai batuan alluvial.

Sedangkan nilai anomaly tinggi

diidentifikasi sebagai respon batuan

vulkanik muda. Anomali yang menarik di

daerah ini berada di bagian tengah ke arah

barat laut daerah penyelidikan, dimana di

daerah ini tersebut terdapat pasangan

anomaly rendah (negative) dan tinggi

(positif). Hal ini terjadi karena data

magnetic bersifat dipole, mempunyai kutub

positif dan negative. Batuan yang

mempunyai sifat magnetic yang tinggi

biasanya memberikan respon anomaly

magnet positif dan negative. Batuan

tersebut diduga merupakan batuan diorite

yang muncul ke permukaan. (Gambar 9).

Analisis Anomali Geomagnet

Pada data anomali magnetik ini dilakukan

kontinuasi ke atas dengan ketinggian yang

bervariasi dari 25 meter sampai 200 meter

(Gambar 10). Hal ini dilakukan untuk

menghilangkan noise yang bersifat lokal

dan melihat anomali secara lebih regional.

Hasil kontinuitas ke atas 25 meter, 50

meter dan 100 meter masih

memperlihatkan adnaya spot-spot kecil

pada peta anomali magnet. Hal ini

umumnya menunjukkan anomali yang

bersifat dangkal atau noise. Hasil

kontinuasi ke atas 100 meter dan 200

meter memperlihatkan pola anomali yang

lebih regional, ditandai dengan pola kontur

yang lebih halus.

Anomali magnet rendah terdapat di

bagian selatan dari daerah penyelidikan

berupa lapisan aluvial berupa pedataran

yang menempati 45% daerah penyelidikan.

Pada satuan ini tersusun oleh endapan

pantai seperti lumpur, pasir, kerikil dan

sebagainya. Anomali magnet sedang

hampir mendominasi daerah survey

terletak di bagian TimurLaut, Baratdaya

dan di tengah yang berdekatan dengan

daerah anomali rendah, namun lebih

mendekati tengah daerah penyelidikan.

Dari hasil survey geologi, di daerah anomali

tersebut merupakan daerah sesar yang di

permukaan tersingkap kontak terobasan

antara batuan vulkanik muda (andesit,

basalt) dan vulkanik tua (andesit yang

terubahkan, silisifikasi-argilik).

PEMBAHASAN

Interpretasi IP Nilai Tahanan Jenis dan

Chargeability

Nilai Tahanan Jenis

Hasil nilai IP di daerah penyelidikan

dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)

bagian, yaitu:

a. Harga resistivity lebih kecil dari 150

Ohm.m (<150 Ohm.m), sebagai anomali

resistivity rendah. Didominasi oleh aluvial

seperti lempung, pasir, kerikil, kerakal yang

mempunyai porositas tinggi dan bersifat

permeable dan juga telah mengalami

pelapukan.

b. Harga resistivity 200-450 Ohm.m,

sebagai anomali resistivity sedang.

Didominasi oleh batuan yang mempunyai

nilai porositas yang sedang dan permeabel

seperti lempung, andesit/batuan beku yang

mengalami pelapukan atau alterasi yang

cukup tinggi. Apabila harga anomali

chargeability cukup tinggi dapat

diinterpretasikan sebagai suatu daerah

prospek untuk mineral logam seperti emas,

perak dan mineral oksida lainnya. Dimana

pada daerah ini terdapat satuan batuan

vulkanik tua yang telah megalami ubahan

(silisifikasi sampai argilik).

c. Harga resistivity (≥500 Ohm.m) sebagai

anomali resistivity tinggi. Umumnya terjadi

pada batuan yang mempunyai porositas

yang rendah/kompak dan bersifat kurang

permeabel atau batuan yang pelapukannya

rendah.

Nilai Sebaran Chargeability

Nilai chargeability dari hasil

pengukutan IP di daerah penyelidikan

dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga)

kelompok, yaitu:

a. Nilai chargeability <150 m.sec sebagai

chargeability rendah atau non anomaly

chatgeability. Pada umumnya daerah ini

didominasi oleh harga resistivity yang

rendah sampai sedang dengan litologi

batuan yang sudah lapuk dan aluvial.

b. Nilai chargeability 200 - 450 m.sec

sebagai daerah anomali chargeability

sedang. Didominasi oleh batuan yang

termineralisasi mineral logam seperti

andesit, basal yang telah terubahkan.

Datuan tersebut umumnya mempunyai

respon resistivity dengan nilali sedang.

c. Nilai chargeability 500 - 850 m.sec

sebagai daerah anomali chargeability

tinggi. Diinterpretasikan sebagai batuan

pembawa mineral logam.

Interpretasi Geomagnet

Anomali magnetik memperlihatkan

nilai yang cukup bervariasi dari sekitar -600

nT sampai dengan 1200 nT. Pola kontur

anomali magnet total cenderung acak

dengan anomali rendah -100 nT

terkonsentrasi di selatan daerah

penyelidikan, sedangkan anomali tinggi

1000 nT di selatan juga. Nilai anomali

rendah ini diidentifikasi sebagai respon dari

batuan yang kurang bersifat magnetik dan

diinterpretasikan sebagai batuan vulkanik

muda (lava andesit dan basal).

Anomali yang menarik di daerah ini berada

di bagian selatan, dimana di daerah

tersebut terdapat pasangan anomali

rendah (negatif) dan tinggi (positif). Hal ini

terjadi karena data magnetik bersifat

dipole, mempunyai kutub positif dan

negatif. Batuan yang mempunyai sifat

magnetik yang tinggi biasanya memberikan

respon anomali magnet postif dan negatif.

Batuan tersebut diduga merupakan batuan

gunung vulkanik tua (andesit yang

terubahkan).

Interpretasi Geofisika Terpadu

Interpretasi komprehensif dilakuka

terhadap data tahananjenis dan

chargeability pada kedalaman 43,6 m

sampai 109 m, model tahanan jenis dan

chargeability lintasan D,E dan G dan

anomali magnet total. Data-data tersebut

memperlihatkan adanya anomali hasil

pengukuran I.P yang menarik di sebalah

timurlaut ke tengah lintasan (pada

kedalaman 43,6 - 85 m), pada tengah peta

kerja pada kedalaman 108.9 (Gambar 11).

Untuk hasil pengukuran geomagnet terlihat

anomali cenderung ke arah selatan peta

kerja (Gambar 12).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil interpretasi data

geofisika yang meliputi IP dan geomagnet,

keberadaan batuan mineralisasi sulfida

yang patut dijadikan zona prospek dengna

nilai chargeability ≥200 m.sec dengan nilai

resistivitas >150 Ohm.m. Serta zona

prospek anomali magnet total dengan nilai

anomali magnetik memperlihatkan nilai

yang cukup bervariasi dari sekitar -600nT

hingga sekitar 1200nT. Di bagian tengah

daerah survei didominasi dengan nilai

magnetik sekitar -100 nT - 1000 nTdengan

penyebaran yang tidak begitu luas.

Hasil kompilasi data geosain

menunjukkan daerah prospek mineralisasi

berada pada zona sebaran batuan vulkanik

tua, adanya sistem kontak dengan sesar

dan dari sistem urat tunggal / singlle vein.

Dimana pendugaan luas daerah prospek

sekitar 1,044 km2, dengan asumsi batuan

di daerah survei 2.0 ton/m3, dengan potensi

nilai logam Au rata-rata sebesar 314 ppb

Au, dengan menggunakan pendekatan ini

diduga sumber daya hipotetik bijih emas

sulfida sebesar 2 juta ton. Maka tonase

emas dalam daerah penyelidikan adalah

600 kg atau 0,6 ton. Dengan distribusi

sumberdaya hipotetiknya seperti pada

gambar di bawah yang di garis warna

merah muda (Gambar 13).

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, R.W. van 1949, The Geology of Indonesia Vol.II, Martinus Nijhoff, The Hague.

Keller G.V. and Frischknecht F.C.,1966. Electrical methods in geophysical prospecting.

Stefadji, A., Hendrawan D., Pramono A., 1998, Laporan Akhir Periode Penyelidikan Umum,

PT. Mitra Sumbawa Minerals

Sudrajat A., S.Andi Mangga., dan N. Suwarna, 1998, Peta Geologi Lembar Sumbawa,

Nusatenggara Barat sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,

Bandung.

Telford, W.M., L.P. Geldert, R.E. Sheriff, and D.A. Keys.1990. Applied Geophysics. Cambridge

University Pres: Cambridge, UK.

Simon J J Meldrum et al, 1993, Penyelidikan tentang Porphyry copper gold deposit di

Batuhijau, Jereweh, PT. Newmont Nusa Tenggara

Widhiyatna D., 2001, Penyelidikan Geokimia Regional, Bersistem Lembar Lombok, Kabupaten

Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten

Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat, Direktorat Inventarisasi Sumberdaya

Mineral, Bandung.

Djumsari A., 2003, Penyelidikan Geokimia Regional, Bersistem Lembar Sumbawa, Kabupaten

Sumbawa dan Dompu Provinsi Nusatenggara Barat Direktorat Inventarisasi

Sumberdaya Mineral, Bandung. Bemmelen, R.W. van 1949, The Geology of Indonesia

Vol.II, Martinus Nijhoff, The Hague.

Gurniwa A., Sumartono, 2003, Penyelidikan Geokimia Regional, Bersistem Lembar Bima,

Kabupaten Bima dan Dompu Provinsi Nusatenggara Barat Direktorat Inventarisasi

Sumberdaya Mineral, Bandung.

Moetamar, dkk, 2013, Eksplorasi Umum Logam Mulia di KabupatenSumbawa, ProvinsiNusa

Tenggara Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Gambar 1. Lokasi Daerah Penyelidikan

Gambar 2. Alat Geomagnet, GEM System GSM-19T Proton Magnetometer

Ga

mb

ar

4.

Peta

Ge

olo

gi D

aera

h P

enye

lidik

an

Gambar 5. Peta Mineralisasi dan Ubahan Daerah Penyelidikan

Gambar 6. Peta Distribusi Lintasan IP Daerah Teluk Santong Utara, Kecamatan Plampang,

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Gambar 7. Pemodelan Tahanan Jenis dan Chargeability Data IP Lintasan A-J, Daerah Teluk

Santong

Gambar 8. Peta Sebaran Tahanan Jenis dan Chargeability

Gambar 9. Peta Anomali Magnet Total daerah Teluk Santong Utara, Provinsi Nusa

Tenggara Barat

Gambar 10. Peta Anomali Hasil RTP dan Upward Continuation a) 25 m, b) 50m, c) 100m

dan d) 200m

Gambar 11. Interpretasi Geofisika Terpadu, Penampang I.P 2D Lintasan D, E ,G dan

Penampang Geomagnet di Daerah Teluk Santong Utara

Gambar 12. Interpretasi Geofisika Terpadu, Penampang Kedalaman 63m, 85m, 109m dan

Penampang Magnet Total di Daerah Teluk Santong Utara

Gambar 13. Sumberdaya Hipotetik Yang Diduga