penentuan potensial air jaringan tumbuhan
DESCRIPTION
mengenai potensial airTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelangsungan hidup suatu tumbuhan dapat dipengaruhi oleh
mekanisme pengambilan atau pengeluaran air yang seimbang. Proses
osmosis merupakan proses yang mempengaruhi terjadinya transpor air ini.
Proses osmosis yang disebut juga dengan difusi air merupakan proses
perpindahan pelarut (air) dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Hal
penting yang perlu diketahui ialah proses osmosis akan terjadi apabila
terdapat perbedaan potensial air yang besar.
Potensial air merupakan potensial kimia air dalam suatu sistem atau
bagian sistem, yang dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan
dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan), pada tekanan
atmosfer, dan pada suhu serta ketinggian yang sama dan potensial kimia air
itu ditentukan sama dengan nol (Salisbury dan ross, 1995).
Suatu potensial air dapat mencapai kesetimbangan apabila potensial air
sama di seluruh sistem baik di dalam sel dan di luar sel. Hal tersebut
menunjukkan fakta bahwa suatu jaringan tidak akan kehilangan atau
memperoleh air apabila kesetimbangan telah tercapai karena tidak terjadi
perpindahan air (Loveles, 1987).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami melakukan percobaan
yang berjudul “Penentuan Potensial Air Jaringan Tumbuhan” untuk lebih
memahami tentang pengaruh potensial air pada proses osmosis,
kesetimbangan potensial air pada suatu sistem serta menentukan potensial
air pada jaringan tumbuhan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
perubahan panjang potongan jaringan umbi bengkuang?
1.2.2. Pada konsentrasi larutan sukrosa berapakah yang tidak
menyebabkan terjadi perubahan panjang irisan jaringan umbi
bengkuang?
1.2.3. Bagaimana nilai potensial air pada jaringan umbi bengkuang?
1.3. Tujuan
1.3.1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
perubahan panjang potongan bengkuang.
1.3.2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang tidak
menyebabkan terjadi perubahan panjang irisan jaringan umbi.
1.3.3. Menghitung nilai potensial air pada bengkuang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Potensial Air
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian
system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial
kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada
suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol
(Salisbury dan ross, 1995).
Proses osmosis dalam sel tumbuhan bergantung pada potensial air. Pada
dasarnya ada larutan di dalam sel yang terpisah dari larutan luar oleh dua
selaput, selaput dalam yang semi permeabel dan selaput luar yang permeabel.
Dengan adanya sistem seperti itu, menyebabkan adanya perbedaan potensial
air diantara kedua larutan tersebut. Air akan berdifusi dari daerah dengan
potensial tinggi ke daerah yang berpotensial rendah (Loveles, 1987).
Potensial-air air murni pada tekanan atmosfir dan pada suhu yang sama
dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air
pada tekanan atmosfer akan bernilai negatif. Air akan berdifusi menuruni
gradien potensial air ke dalam larutan. Akibatnya tekanan dalam sistem
membesar yang menyebabkan naiknya tekanan dalam dinding sel.
Meningkatnya tekanan akan menaikkan potensial air sehingga potensial air
dalam sistem osmotik akan mulai naik menuju nol. Jika air murni berada di
satu sisi membran, tekanan di sisi lainnya akan naik sampai potensial air
larutan sama dengan nol yang berarti sama dengan potensial air- air murni .
pada saat potensial air sama di kedua sisi, selisih potensial air antara kedua
sisi membran sama dengan nol, berarti kesetimbangan telah tercapai
(Salisbury dan ross, 1995)
2.2 Komponen Potensial Air
Potensial air memiliki 2 komponen yaitu potensial tekanan dan potensial
osmotik. Potensial tekanan merupakan tekana yang diberikan dan sama
dengan tekanan nyata di bagian sistem tertentu. Potensial osmotik terjadi
karena adanya unsur terlarut. Dalam sistem sederhana yang bersuhu tetap,
potensial air dihasilkan dari gabungan sejumlah kekuatan yang berlawanan,
yaitu tekanan dan potensial osmotik (Salisbury dan ross, 1995).
Tekanan biasanya bernilai positif pada sel hidup, tetapi sering negatif
pada unsur mati xilem atau pada tanah. Potensial osmotik selalu negatif
karena unsur terlarut yang ditambahkan selalu menurunkan potensial-air air
murni. potensial air dapat bernilai negatif, nol, atau positif, sebab tekanan
dapat bernialai positif dan sangat tinggi dan potensial osmotik dapat bernilai
nol atau negatif (Salisbury dan ross, 1995).
2.3 Mengukur Potensial Air
Untuk mengukur potensial air, dapat digunakan metode volume-jaringan.
Sampel jaringan yang diinginkan dimasukkan ke dalam seri larutan dalam
ragam konsentrasi yang diketahui . linarut yang terbaik untuk pengukuran
semacam ini adalah yang tidak mudah melintasi membran atau tidak merusak
jaringan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan larutan yang tidak mengubah
volume jaringan artinya, tidak ada air yang masuk atau yang hilang. Hal ini
menunjukkan bahwa jaringan dan larutan sudah sejak awal berada dalam
kesetimbangan. Potensial air jaringan sudah sama dengan potensial air dalam
larutan.pada tekanan atmosfer, saat P = 0, maka potensial air sama dengan
potensial osmotik (Salisbury dan ross, 1995).
Ada beberapa cara untuk mengetahui perubahan volume. Salah satu
caranya adalah dengan mengukur volume jaringan sebelum jaringan
dimasukkan ke dalam larutan (biasanya juga digunakan volume baku), dan
mengukur volume (atau mengukur panjangnya) setelah jaringan direndam
dalam waktu tertentu. Perubahan volume dapat diartikan sebagai fungsi dari
konsentrasi larutan yang menunjukkan penambahan volume pada larutan
yang encer dan pengurangan volume pada larutan yang pekat (Salisbury dan
ross, 1995).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Hal ini karena dalam
melakukan penelitian kami menggunakan beberapa variabel, antara lain
variabel kontrol, varibel manipulasi dan variabel respon.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel kontrol : waktu perendaman, Jenis sel tanaman yang
diuji, jenis larutan.
3.2.2 Variabel manipulasi : konsentrasi larutan sukrosa
3.2.3 Variabel respon : perubahan panjang jaringan umbi
bengkuang
3.3 Alat Dan Bahan
3.3.1 Alat
1. Gelas kimia 100 mL 6 buah
2. Gelas ukur 50 mL 1 buah
3. Alat pengebor gabus 1 buah
4. Penggaris 1 buah
5. Pisau 1 buah
6. Pinset 1 buah
7. Plastik 6 buah
8. Karet Gelang 6 buah
3.3.2 Bahan
1. Umbi bengkuang
2. Larutan sukrosa dengan molaritas 0 M ; 0.2 M ; 0.4 M ; 0.6 M;
0.8 M ; dan 1 M.
3.4 Langkah Kerja
1. Isilah gelas kimia ke 1 dengan larutan sukrosa 0 M, gelas ke 2 dengan
larutan sukrosa 0.2 M dan seterusnya sampai gelas kimia ke 6, masing-
masing 25 mL. Beri label pada masing-masing gelas kimia tersebut.
2. Pilih umbi kentang yang cukup besar dan baik, buatlah silinder umbi
dengan alat pengebor gabus. Potong-potong silinder umbi tersebut
sepanjang 2 cm.
3. Masukkan potongan umbi ke dalam gelas kimia yang telah berisi larutan
sukrosa pada berbagai konsentrasi, masing-masing 4 potongan. Beri jeda
setiap memasukkan potongan silinder umbi bengkuang ke dalam larutan
sukrosa yang konsentrasinya berbeda.
4. Cata waktu pada saat memasukkan umbi ke dalam gelas kimia.
5. Tutup rapat gelas kimia selama percobaan dilakukan.
6. Mengamati dan mengukur. Setelah 1.5 jam, keluarkan setiap potongan
umbi dan ukur kembali panjangnya.
7. Hitung nilai rata-rata pertambahan panjang umbi untuk setiap konsentrasi
larutan sukrosa.
3.5 Alur Kerja
6 gelas kimia
Masing-amsing diisi dengan larutan sukrosa yang konsentrasinya berbeda.
Masukkan 4 buah silinder umbi pada masing- masing gelas
Gelas kimia berisi potongan umbi
Tutup rapat gelas Rendam selama 1.5 jam
Perubahan panjang potongan umbi
Hitung nilai rata- rata pertambahan panjang pada setiap konsentrasi larutan sukrosa.
Hasil pengamatan dan anlisis data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pertambahan panjang umbi bengkuang berbanding terbalik dengan besar
konsentrasi larutan sukrosa. Semakin besar konsentrasi sukrosa semakin
pendek umbi bengkuang (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh konsentrasi sukrosa terhadap perubahan panjang umbi
bengkuang.
No
Konsentrasi
Sukrosa
(M)
Panjang
Awal (cm)
Panjang
Akhir (cm)
Perubahan
Panjang
(cm)
Rata-Rata
1 0.0
2 2.2 0.2
0.2252 2.2 0.2
2 2.3 0.3
2 2.2 0.2
2 0.2
2 2.2 0.2
0.1752 2.2 0.2
2 2.1 0.1
2 2.2 0.2
3 0.4
2 2.1 0.1
0.12 2.2 0.2
2 2.1 0.1
2 2.1 0.1
4 0.6
2 2.1 0.1
-0.0252 1.9 -0.1
2 2 0
2 1.9 -0.1
5 0.8 2 2 0 -0.075
2 2 0
2 1.9 -0.1
2 1.8 -0.2
1
2 1.9 -0.1
-0.12 1.9 -0.1
2 1.9 -0.1
2 1.9 -0.1
4.2 Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh, besarnya konsentrasi larutan sukrosa
berbanding terbalik dengan pertambahan panjang umbi bengkuang. Jadi,
semakin pekat larutan sukrosa yang digunakan maka semakin pendek
potongan silinder umbi bengkuang (Grafik1).
Grafik 1. Pengaruh konsentrasi sukrosa terhadap perubahan panjang umbi
bengkuang.
Berdasarkan grafik diatas, pada konsentrasi 0,58, potongan silinder umbi
bengkuang tidak mengalami perubahan panjang. Mengacu pada konsentrasi
tersebut, dapat ditentukan besarnya potensial air dengan rumus :
PA = PO + PT
PA = PO + 0
PA = PO = - TO
PA = - TO
0 0.2 0.4 0.58
0.600000000000001 0.8 1
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.150.2
0.25
Pengaruh Konsentrasi Sukrosa Terhadap Perubahan Panjang Umbi Bengkuang
Konsentrasi sukrosa (M)
Per
ub
ahan
Paa
nja
ng
(cm
)
= - 22,4 x M x T
273
= - 22,4 x 0,58 x 301
273
= - 14,32 atm
Jadi nilai potensial air umbi bengkuang adalah - 14,32 atm.
4.3 Pembahasan
Peristiwa osmosis dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial air.
Potensial air merupakan tenaga pendorong yang menyebabkan adanya
gerakan air. Air akan bergerak adari daerah yang berpotensial air tinggi
menuju daerah yang berpotensial air rendah. Potensial air dipengaruhi oleh
potensial osmotik dan potensial tekanan. Potensial osmotik terjadi karena
adanya unsur terlarut. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa
semakin pekat larutan sukrosa maka semakin pendek potongan silinder umbi
bengkuang. Menurut Salisbury dan ross (1995), potensial osmotik selalu
negatif karena unsur terlarut yang ditambahkan selalu menurunkan potensial-
air air murni. Jadi, larutan sukrosa yang berkonsentrasi tinggi memiliki
potensial osmotik yang tinggi namun berpotensial air rendah. Di lain pihak,
potensial air di jaringan tinggi karena potensial osmotiknya rendah. Hal
tersebut menyebabkan air dari jaringan akan keluar sehingga mempengaruhi
perubahan panjang umbi bengkuang.
Perubahan volume atau panjang dapat diartikan sebagai fungsi dari
konsentrasi larutan yang menunjukkan penambahan volume atau panjang
pada larutan yang encer dan pengurangan volume atau panjang pada larutan
yang pekat (Salisbury dan ross, 1995).
Berdasarkan data yang diperoleh, potongan silinder umbi bengkuang tidak
mengalami perubahan panjang pada konsentrasi larutan sukrosa 0,58 M. Hal
ini menunjukkan bahwa jaringan dan larutan sudah sejak awal berada dalam
kesetimbangan. Tidak ada air yang masuk atau yang hilang. Potensial air
jaringan sudah sama dengan potensial air dalam larutan. Pada tekanan
atmosfer, saat P = 0, maka potensial air sama dengan potensial osmotik
(Salisbury dan ross, 1995).
4.4 Diskusi
1. Mengapa perlu dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang tidak
menyebabkan pertambahan panjang potongan silindris umbi dalam
menentukan potensial air ?
Karena hubungan antara Potensial Air (PA), Potensial Osmotik (PO) dan
Potensial Tekanan (PT) dinyatakan dengan rumus PA = PO + PT dimana
ketika mencari nilai Potensial Air harus diketahui nilai Potensial Osmotik
dan nilai Potensial Tekanan. Potongan silindris umbi wortel yang direndam
dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang pekat hasilnya tidak
menyebabkan perubahan pertambahan panjang pada potongan umbi wortel
tersebut sehingga Potensial Tekanannya (PT) bernilai 0 dengan begitu nilai
Potensial Air (PA) sama dengan nilai Potensial Osmotik (PO) sehingga
perlu sekali dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang potongan silindris umbi wortel dalam menentukan
nilai potensial airnya.
2. Mengapa nilai potensial air sel umbi yang tidak berubah panjangnya sama
dengan nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang umbi wortel tersebut ?
Karena tidak adanya Potensial Tekanan (PT = 0) maka tidak ada pula
pertambahan panjang jaringan pada potongan silindris umbi wortel, jika ada
Potensial Tekanan maka pasti ada pertambahan panjang potongan silindris
umbi wortel sehingga nilai Potensial Air sama dengan nilai Potensial
Osmotik (PA = PO).
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
1. Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka semakin sedikit
pertambahan panjang potongan silinder umbi.
2. Konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambhan
panjang irisan jaringan umbi adalah 0,58 M.
3. Nilai potensial air jaringan tumbuhan adalah – 14,32 atm.
5.2 SARAN
Waktu yang merupakan variabel kontrol harus dilakukan dengan
tepat, karena apabila terjadi perbedaan lama waktu perendaman dapat
menyebabkan data yang diperoleh tidak valid. Selain hal tersebut, dalam
melakukan pengukuran juga hendaknya dilkukan dengan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1 edisi IV alih bahasa
Luqman, RR dan Sumaryono. Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Loveless. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta: PT
Gramedia.
LAMPIRAN
Gambar 1. Pertambahan panjang pada konsentrasi 0
M.
Gambar 1. Pertambahan panjang pada konsentrasi 1
M.
Gambar 5. Pertambahan panjang pada konsentrasi 0,8
M.
Gambar 3. Pertambahan panjang pada konsentrasi 0,4
M.
Gambar 4. Pertambahan panjang pada konsentrasi 0,6
M.
Gambar 2. Pertambahan panjang pada konsentrasi 0,2
M.