penentuan lokasi potensial fasilitas parkir di kawasan

13
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE-4 TAHUN 2018 Volume 4 : November 2018 66 PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN KOTA LAMA MAKASSAR MENGGUNAKAN ANALISIS SPASIAL BERBASIS GIS Arifuddin Akil*, Ananto Yudono, Ghaly Ashari Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Jl. Poros Malino Km.6, Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92171 *E-mail: [email protected] Abstrak Perkembangan penduduk di perkotaan secara umum menimbulkan permasalahan yang patut dicermati. Salah satu akar permasalahan tentang lalu lintas di kota Makassar adalah kecenderungan masyarakat kota memilih mobil pribadi dengan alasan lebih bebas menjangkau origin dan destination, dilain pihak kondisi angkutan umum masih tergolong kurang lancar, aman, dan nyaman. Hal tersebut selanjutnya berdampak pada kebutuhan ruas jalan untuk kegiatan lalu lintas dan parkir. Ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan dengan lebar dan panjang jalan berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas terutama di pusat kota. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi ruang parkir yang secara potensial dapat memenuhi kebutuhan penduduk sekaligus mengurangi kemacetan lalu lintas di kawasan kota lama Makassar. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara terhadap beberapa pelaku transportasi khususnya di kawasan penelitian. Pengambilan data berdasar pada peta grid berbasis GIS, kemudian dianalisis berdasarkan parameter yang dinilai berupa kepadatan bangunan, pusat-pusat kegiatan dan karakteristik jalan. Hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik ruang parkir di kawasan kota lama dominan berupa parkir on street yang sangat berdampak terhadap kemacetan lalu lintas. Lokasi parkir yang sangat potensial ditemukan di kawasan sepanjang jalan utama seperti beberapa lokasi di jalan Jenderal Sudirman, jalan A. Yani, dan sekitar taman Macan jalan Sultan Hasanuddin. Jenis ruang parkir pada lokasi potensial tersebut diarahkan semaksimal mungkin menerapkan jenis off street baik berupa kantong parkir maupun bangunan vertikal. Kata kunci: fasilitas parkir, lokasi potensial, kemacetan lalu lintas, GIS PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan penduduk di perkotaan berdampak langsung terhadap berbagai elemen kegiatan masyarakat kota seperti perumahan, perdagangan, pemerintahan dan fasilitas sosial. Fungsi-fungsi fasilitas tersebut akan menjadi penarik dan sekaligus menjadi bangkitan lalu lintas. Kegiatan transportasi di perkotaan semakin berkembang dan akhirnya menjadi penyebab tidak efisien dan tidak nyamannya berlalu lintas. Kondisi angkutan umum yang kurang layak dalam jangkauan pelayanan, jadwal perjalanan, kelancaran, keamanan dan kenyamanan, menjadi faktor pendorong pilihan penggunaan mobil pribadi karena lebih bebas dan dapat menjangkau seluruh origin dan destination (Cervero, Rober, et al., 1997; Cervero, 2007; Cervero dan Guerra, 2013). Menurut Cervero (2007) penyebab sarana angkutan umum massal tidak berkembang yaitu kecenderungan membesarnya volume mobil pribadi, pembangunan infrasruktur yang lebih menghargai kelancaran dan kemudahan penggunaan mobil pribadi, dan tingginya biaya sosial dan lingkungan. Kecenderungan memiliki mobil pribadi saat ini juga didukung oleh kemudahan dalam membeli mobil pribadi dan belum adanya kebijakan pemerintah tentang pembatasan kepemilikannya. Manfaat penggunaan angkutan umum dapat menurunkan volume lalu lintas kendaraan yang berarti juga menurunkan tingkat kemacetan lalulintas dan mengurangi polusi gas buang kendaraan (Jin, Shuxin, et.al. 2013). Beberapa fenomena terkait tingginya pemilikan kendaraan pribadi antara lain meningkatnya permintaan ruas jalan untuk berlalu lintas, kompleksnya pengguna jalan, serta perilaku memarkir kendaran secara tidak teratur yang berdampak pada kemacetan lalu lintas. Meningkatnya jumlah kendaraan tersebut menyebabkan ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan dengan panjang dan lebar jalan yang selanjutnya berdampak pada bertambahnya waktu tempuh kendaraan dan pemborosan energi. Bertambahnya waktu tempuh menurut Marco,

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

6 6

PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR

DI KAWASAN KOTA LAMA MAKASSAR MENGGUNAKAN

ANALISIS SPASIAL BERBASIS GIS

Arifuddin Akil*, Ananto Yudono, Ghaly Ashari

Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Jl. Poros Malino Km.6, Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92171

*E-mail: [email protected]

Abstrak

Perkembangan penduduk di perkotaan secara umum menimbulkan permasalahan yang patut

dicermati. Salah satu akar permasalahan tentang lalu lintas di kota Makassar adalah

kecenderungan masyarakat kota memilih mobil pribadi dengan alasan lebih bebas

menjangkau origin dan destination, dilain pihak kondisi angkutan umum masih tergolong

kurang lancar, aman, dan nyaman. Hal tersebut selanjutnya berdampak pada kebutuhan

ruas jalan untuk kegiatan lalu lintas dan parkir. Ketidakseimbangan antara jumlah

kendaraan dengan lebar dan panjang jalan berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas

terutama di pusat kota. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi ruang parkir yang

secara potensial dapat memenuhi kebutuhan penduduk sekaligus mengurangi kemacetan lalu

lintas di kawasan kota lama Makassar. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan

wawancara terhadap beberapa pelaku transportasi khususnya di kawasan penelitian.

Pengambilan data berdasar pada peta grid berbasis GIS, kemudian dianalisis berdasarkan

parameter yang dinilai berupa kepadatan bangunan, pusat-pusat kegiatan dan karakteristik

jalan. Hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik ruang parkir di kawasan kota lama

dominan berupa parkir on street yang sangat berdampak terhadap kemacetan lalu lintas.

Lokasi parkir yang sangat potensial ditemukan di kawasan sepanjang jalan utama seperti

beberapa lokasi di jalan Jenderal Sudirman, jalan A. Yani, dan sekitar taman Macan jalan

Sultan Hasanuddin. Jenis ruang parkir pada lokasi potensial tersebut diarahkan semaksimal

mungkin menerapkan jenis off street baik berupa kantong parkir maupun bangunan vertikal.

Kata kunci: fasilitas parkir, lokasi potensial, kemacetan lalu lintas, GIS

PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan penduduk di perkotaan berdampak langsung terhadap berbagai elemen kegiatan

masyarakat kota seperti perumahan, perdagangan, pemerintahan dan fasilitas sosial. Fungsi-fungsi fasilitas

tersebut akan menjadi penarik dan sekaligus menjadi bangkitan lalu lintas. Kegiatan transportasi di perkotaan

semakin berkembang dan akhirnya menjadi penyebab tidak efisien dan tidak nyamannya berlalu lintas. Kondisi

angkutan umum yang kurang layak dalam jangkauan pelayanan, jadwal perjalanan, kelancaran, keamanan dan

kenyamanan, menjadi faktor pendorong pilihan penggunaan mobil pribadi karena lebih bebas dan dapat

menjangkau seluruh origin dan destination (Cervero, Rober, et al., 1997; Cervero, 2007; Cervero dan Guerra,

2013). Menurut Cervero (2007) penyebab sarana angkutan umum massal tidak berkembang yaitu

kecenderungan membesarnya volume mobil pribadi, pembangunan infrasruktur yang lebih menghargai

kelancaran dan kemudahan penggunaan mobil pribadi, dan tingginya biaya sosial dan lingkungan.

Kecenderungan memiliki mobil pribadi saat ini juga didukung oleh kemudahan dalam membeli mobil pribadi

dan belum adanya kebijakan pemerintah tentang pembatasan kepemilikannya. Manfaat penggunaan angkutan

umum dapat menurunkan volume lalu lintas kendaraan yang berarti juga menurunkan tingkat kemacetan

lalulintas dan mengurangi polusi gas buang kendaraan (Jin, Shuxin, et.al. 2013).

Beberapa fenomena terkait tingginya pemilikan kendaraan pribadi antara lain meningkatnya permintaan ruas

jalan untuk berlalu lintas, kompleksnya pengguna jalan, serta perilaku memarkir kendaran secara tidak teratur

yang berdampak pada kemacetan lalu lintas. Meningkatnya jumlah kendaraan tersebut menyebabkan

ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan dengan panjang dan lebar jalan yang selanjutnya berdampak pada

bertambahnya waktu tempuh kendaraan dan pemborosan energi. Bertambahnya waktu tempuh menurut Marco,

Page 2: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

6 7

S.F. (2017) akan memperlambat kegiatan ekonomi dan dapat mengurangi beberapa manfaat aglomerasi yang

menjadi ciri kawasan pusat kota. Ketidakseimbangan tersebut juga berdampak pada penggunaan badan jalan

sebagai tempat parkir kendaraan, yang secara langsung juga akan menimbulkan dampak kemacetan lalu lintas.

Selanjutnya penggunaan badan jalan sebagai area parkir juga dapat menghalangi akses untuk layanan

emergency seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran. Demikian pula penggunaan jalur pejalan kaki

sebagai area parkir, mengakibatkan gangguan kenyamanan dan keamanan bagi para pejalan kaki.

Perilaku parkir yang tidak teratur di lingkungan perkotaan serta belum adanya kebijakan pemerintah yang

mengatur tentang jumlah kendaraan yang diperbolehkan untuk beroperasi dan parkir akan berujung pada

timbulnya kemacetan lalu lintas. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir telah dipublikasikan beberapa

makalah tentang parkir, namun teori-teori spesifik tentang kebijakan parkir masih kurang (Barter, 2010;

Mingardo, G, 2015). Perumus kebijakan parkir umumnya masih berfokus pada pengaturan tarif ruang parkir

pada tiap pusat kegiatan (Shoup, 1999). Menurut Young, W. and Miles (2014) ketersediaan parkir merupakan

alat kebijakan utama dan sangat terkait dengan pengembangan perkotaan. Menurut Gilled, D. (1978) kebijakan

parkir akan menjadi obat mujarab untuk menyelesaikan kemacetan lali luntas karena sedikit penambahan biaya

parkir dapat menggeser ke penggunaan angkutan umum. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada kasus kota

Melbeurne terdapat empat kebijakan parkir yang perlu ditangani yaitu ketrsediaan, lokasi, durasi, dan biaya

parkir (Young, W. and Miles (2014). Berdasarkan pandangan tersebut maka untuk mengontrol masalah parkir

di kawasan pusat kota Makassar khususnya pada pusat-pusat kegiatan seperti fasilitas sosial-ekonomi, dapat

difokuskan pada penerapan kebijakan parkir berupa penentuan lokasi dan jumlah parkir di samping kebijakan

tentang durasi dan biaya parkir. Namun demikian kebijakan tentang pembatasan penggunaan kendaraan mobil

tetap perlu diupayakan saat ini terutama di pusat kota. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan transportasi

melalui pelebaran ruas jalan tidak dapat mengurangi kemacetan dan kebutuhan akan fasilitas parkir. Sekalipun

hanya beberapa kendaraan yang diparkir sepanjang ruas jalan, kendaraan-kendaraan itu secara efektif

mengurangi lebar jalan dan hal itu berarti mengurangi kemampuan tampung arus lalu lintas (Wells, 1993).

Penyediaan fasilitas parkir berupa gedung parkir dan taman parkir dapat berfungsi sebagai alat pengendali lalu

lintas. Namun demikian UU Nomor 22/2009 tentang lalu lintas dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun

2013 tentang jaringan lalu lintas dan angkutan jalan bahwa pemanfaatan milik jalan nasional/provinsi dijadikan

lokasi parkir dinilai tidak efektif, kecuali jika dibarengi dengan sanksi. Oleh karena itu diperlukan arahan

pengembangan berupa sistem perparkiran yang efektif yang mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan

dan kelancaran. Salah satu arahan parkir yang perlu ditetapkan adalah penentuan lokasi parkir. Faktor lokasi

sangat berpengaruh sebagai penentu jenis dan cara parkir. Kawasan kota dengan lalu lintas yang padat akan

membutuhkan pemecahan tersendiri dibanding dengan jenis dan cara parkir di kawasan kota dengan lalu lintas

kurang padat. Menurut Szumilas, A dan Pawel, P. (2017) bahwa lokasi tempat parkir yang tepat yaitu sebuah

tempat yang akan memudahkan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum. Permasalahan di atas akan

dianalisis lebih jauh sesuai kondisi lahan dan kegiatan transportasi di kawasan kota lama Makassar khususnya

di Kecamatan Ujung Pandang dengan fungsi kawasan berupa CBD (central buisniss district) dan jasa sosial.

Fungsi lahan tersebut sangat berpeluang menciptakan tarikan lalu lintas terutama pada jam puncak dan di lain

pihak lahannya sangat terbatas. Dengan fungsi ruang yang kompleks, nilai tanah yang tinggi, serta ruang

terbuka yang terbatas mendorong penentuan lokasi dan jenis parkir yang efektif dalam rangka menyelesaikan

kemacetan dan keamanan lalu lintas di kawasan tersebut.

Konsep Parkir

Fasilitas parkir didefinisikan sebagai tempat pemberhentian kendaraan di lokasi tertentu baik di tepi jalan

umum, gedung, pelataran atau bangunan umum (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 73 tahun 1999). Tujuan

utama fasilitas parkir adalah mengatur permintaan untuk memfasilitasi penggunaan mobil (Mingardo, G. et al.

2015). Jangka waktu parkir adalah lama parkir suatu kendaraan untuk satu ruang parkir (Edward,1992).

Penempatan parkir menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1998) dapat diklasifikasikan berupa parkir

di jalan (on street) dan parkir di luar jalan (off street). Parkir on street yaitu jenis parkir yang penempatannya di

sepanjang tepi badan jalan ini sangat menguntungkan untuk memarkir kendaraan dekat tempat tujuan. Tempat

parkir seperti ini dapat ditemui di kawasan pemukiman berkepadatan tinggi serta pada kawasan pusat

perdagangan dan perkantoran yang umumnya tidak siap untuk menampung perkembangan jumlah kendaraan.

Kerugian jenis parkir ini dapat mengurangi kapasitas jalur lalu lintas pada badan jalan (Direktorat Jendral

Perhubungan Darat,1998). Cats, O. et al, (2016) mengungkapkan bahwa parkir on street dapat membatasi

kapasitas jalan, menghalangi jalur jalan atau menciptakan kemacetan lalu lintas. Sedangkan parkir off street

dimaksudkan untuk menghindari terjadinya hambatan akibat parkir kendaraan di jalan. Terdapat dua jenis

parkir di luar jalan, yaitu: 1) pelataran parkir pada pinggir jalan yang berbentuk kantong parkir, dan 2) gedung

parkir vertikal dengan jumlah lantai maksimal 5 lantai dengan kapasitas sekitar 500-700 mobil. Jenis parkir

Page 3: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

6 8

bertikal berupa gedung parkir yang dimanfaatkan untuk tempat parkir yang dikelola oleh pemerintah atau pihak

ketiga yang telah mendapat ijin dari pemerintah. Selanjutnya hasil penelitian Shaaban, K. dan Pande, A. (2015)

menyarankan bahwa untuk invertasi penggunaan parkir masa depan sebaiknya menerapkan teknologi parkir

cerdas yang memiliki fasilitas deteksi.

Kebijakan Penyediaan Parkir di Perkotaan

Kawasan pusat kota yang berperan sebagai distribusi pusat-pusat kegiatan perkotaan membutuhkan fasilitas

parkir yang lebih luas dari pada kawasan-kawasan lain yang tidak terlalu padat seperti kawasan perumahan.

Menurut Mingardo, G. et al. (2015) Kebijakan parkir yang dikembangkan di kota-kota besar seperti di Inggris

dan Belanda pada dasarnya memiliki empat tujuan utama yaitu untuk: 1) berkontribusi pada aksesibilitas yang

lebih baik dan mobilitas daerah perkotaan, 2) berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik di kota

(terutama kualitas udara yang lebih baik dan kualitas lingkungan hidup), 3) mendukung ekonomi lokal, dan 4)

meningkatkan pendapatan kota. Faktor lokasi sangat berpengaruh terhadap jenis dan cara parkir. Menurut

Young, W. and Miles (2014) faktor ketersediaan, lokasi, durasi, dan harga parkir sangat mempengaruhi setiap

kawasan di suatu kota. Dalam hal ini keberadaan lokasi parkir dilihat dari harga, pasokan, permintaan dan

penggunaan parkir perlu dipahami agar terjadi hubungan antara parkir pola perkotaan (Young, W and Miles,

2014). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi parkir (O’Flaherty, 1997): 1) lokasi

parkir tidak terlalu jauh dari tempat tujuan karena dapat menciptakan rasa tidak aman atau keadaan lain; 2)

jarak dari tempat parkir ke tempat tujuan sangat terkait dengan tujuan perjalanan dan lama waktu parkir; 3)

lokasi dan ukuran tempat parkir sebaiknya dihubungkan dengan kondisi jalan di sekitarnya untuk memberikan

keamanan dan efisiensi manufer kendaraan. Di kawasan pusat-pusat kegiatan kebutuhan akan fasilitas parkir off

street cukup besar. Nilai tanah yang tinggi dan daya tampung yang terbatas menyebabkan parkir secara

horizontal sangat tidak ekonomis. Karena itu, pemilihan bangunan parkir bertingkat sangat sesuai di kawasan

pusat kota. Selanjutnya cara parkir kendaraan di lokasi parkir diatur berdasarkan sudut parkir. Parkir sejajar

digunakan pada jalan dengan kecepatan tinggi, sedang parkir bersudut diperbolehkan pada jalan-jalan kolektor

dan lokal yang lebar kapasitasnya mencukupi. Berdasarkan Direktorat Jenderal Perhubungan (1996) ditetapkan

ukuran satuan parkir kendaraan mobil penumpang seluas 2,5 m x5,0 m, kendaraan bus seluas 3,4 m x 12,5 m,

dan motor seluas 0,75 m x 2,0 m.

Kependudukan dan Kebijakan Tata Ruang Kota Makassar

Jumlah penduduk Kota Makassar menurut BPS Kota Makassar tahun 2016 sebanyak 1.469.601 jiwa dengan

pertumbuhan 1,4% per tahun dan pepadatan penduduk sebanyak 8.361 jiwa/km2. Jumlah penduduk khusus di

Kecamatan Ujung Pandang tahun 2016 sebanyak 28.497 jiwa dengan kepadatan penduduk yang tergolong

tinggi yaitu 122.231 jiwa/km2. Secara fisik dan historis, pusat kota ditunjukkan dalam dua wilayah kecamatan

yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Kecamatan Wajo, dimana keduanya juga disebut pusat kota lama.

Berdasarkan RTRW Kota Makassar 2010-2030 secara garis besar struktur ruang Kota Makassar ditetapkan

pada pembagian peran dan fungsi dari 13 kawasan terpadu yang terdiri atas 7 kawasan khusus dan 1 kawasan

prioritas dengan mempertimbangkan 9 aspek utama yaitu: pengembangan pola persebaran penduduk,

pengembangan kawasan hijau, pengembangan kawasan permukiman, pengembangan kawasan bangunan

umum, pengembangan kawasan industri, pengembangan kawasan pergudangan, pengembangan sistem pusat

kegiatan, pengembangan sistem prasarana dan pengembangan pola intensitas ruang. Kawasan pengembangan

tersebut secara umum terpusat pada kawasan kota lama Makassar.

Gambar 1. Peta administrasi Kota Makassar

Gambar 2. Peta administrasi Kec. Ujung Pandang

Page 4: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

6 9

METODOLOGI

Target penelitian ini berupaya memenuhi kebutuhan atas fasilitas parkir dan meminimalkan kemacetan lalu

lintas di kawasan kota lama Makassar. Penelitian ini menggunakan metode pengolahan data secara kuantitatif

dan kualitatif dengan melakukan survei lapangan dan analisis berbasis komputer. Penelitian ini dilakukan

dengan metode observasi spasial dan wawancara di kawasan pusat kota khususnya di Kecamatan Ujung

Pandang Kota Makassar. Sebelum observasi dilakukan penelusuran kepustakaan dan mereview teori yang

terkair dengan penentuan lokasi fasilitas parkir kendaraan di perkotaan. Penelitian ini dominan menerapkan

program Geographic Information System (GIS) sebagai basis analisis, sehingga program tersebut telah

dikoneksikan dengan lokasi kawasan yang diobservasi dalam bentuk coordinate. Kawasan penelitian

selanjutnya dibagi berdasarkan peta grid, dan selanjutnya dianalisis berdasarkan parameter yang dinilai berupa

fungsi bangunan dan karakteristik jaringan jalan. Potensi grid utama dan grid tetangga dibuat dengan ukuran

rata yaitu 50x50 m2. GIS adalah sofware data base yang mutahir yang digunakan untuk menganalisis data

lokasi menggunakan data statistik. Data spasial yang diperoleh dari hasil survei, dianalisis menggunakan

mixture analysis GIS-based. Parameter yang dinilai merupakan hasil identifikasi kajian pustaka tentang

berbagai pendekatan, teori, prinsip-prinsip, dan konsep yang diterapkan terkait kebijakan dalam penentuan

fasilitas parkir kendaraan di perkotaan sesuai dengan dengan tujuan penelitian. Hal ini diperoleh dari berbagai

sumber seperti buku, artikel, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Adapun prosedur yang dilakukan untuk menganalisis dan menetapkan titik lokasi potensial fasilitas parkir pada

kawasan pusat kota Makassar adalah sebagai berikut:

Langkah 1. Penentuan variabel penelitian berdasarkan teori, prinsip-prinsip, dan konsep terkait penentuan

lokasi fasilitas parkir.

Langkah 2. Variable tersebut di atas diurai menjadi beberapa unit-unit analisis berdasarkan konsep penelitian.

Selanjutnya unit-unit analisis diurai menjadi beberapa parameter, baik parameter penghambat,

maupun parameter pendukung. Setiap parameter tersebut ditentukan dasar penilaiannya sesuai

atribut yang dinilai, dengan mengacu pada teori.

Langkah 3. Berdasar pada parameter yang telah ditentukan selanjutnya dibuatkan struktur kerja penilaian

dengan menstrukturkan setiap parameter berdasarkan tingkat prioritasnya dalam menentukan

lokasi fasilitas parkir kendaraan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada skema berikut.

Kepadatan bangunan sedang (NB=6), rendah (NB=9) Lainnya

Lajur 2 (NB=3), lajur 4 (NB=6), lajur 6 (NB=9) Lainnya

Jarak > 100 m (NB=3), Jarak 50-100 m (NB=6), < 50 m (NB = 9) Lainnya

Jarak > 100 m (NB=3), Jarak 50-100 m (NB=6), < 50 m (NB = 9) Lainnya

Jarak > 100 m (NB=3), Jarak 50-100 m (NB=6), < 50 m (NB = 9) Lainnya

Jarak > 100 m (NB=3), Jarak 50-100 m (NB=6), < 50 m (NB = 9) Lainnya

Rule 5. Keterkaitan dengan pusat perkantoran

Rule 6. Keterkaitan dengan sarana pendidikan/sekolah

Rule 7. Keterkaitan dengan sarana kesehatan/rumah sakit

Rule 1. Keterbatasan luas lahan untuk pengembangan fasilitas parkir

LainnyaKepadatan sangat tinggi (NB=2)

Rule 2. Ketersediaan luas lahan untuk pengembangan fasilitas parkir

Rule 4. Keterkaitan dengan pusat perdagangan dan jasa

Rule 3. Ketersediaan jaringan jalan untuk aksesibilitas

Direkomendasikan menjadi lokasi fasilitas parkir off-street / on street

Tidak direkomendasikan menjadi lokasi fasilitas parkir

Gambar 3. Skema struktur kerja analisis spasial berbasis pengetahuan

Langkah 4. Setiap parameter yang dinilai dibuatkan peta tematik untuk memudahkan analisis. Peta tematik

mengacu pada tiap parameter yang dinilai yaitu: kepadatan bangunan, lajur jalan dan klas jalan,

Page 5: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

7 0

pusat kegiatan fasilitas pendidikan, pusat kegiatan fasilitas kesehatan, pusat kegiatan fasilitas

perdagangan dan jasa, pusat kegiatan fasilitas perkantoran.

Langkah 5. Penilaian kawasan penelitian berdasarkan peta grid, baik menggunakan kertas kerja (layar

computer), maupun pengecekan melalui observasi langsung. Penilaian terhadap masing-masing

atribut tersebut terdiri atas nilai 3 = kurang, nilai 6 = sedang, dan nilai 9 = tinggi.

Langkah 6. Data-data hasil informasi di atas, selanjutnya dimasukkan ke setiap grid sebagai atribut yang akan

dianalisis menggunakan analisis spasial berbasis GIS (menggunakan program komputer). Dalam

hal ini komputer melakukan scanning seluruh grid pada tiap parameter dengan menilai tingkatan

skoring dari yang terendah sampai ke yang tertinggi. Skoring dari nilai tiap grid tersebut secara

matematis menghasilkan tingkat kesesuaian atau potensi setiap grid yang potensial menjadi

fasilitas parkir. Dari data tersebut diperoleh beberapa hasil analisis berupa peta grid lokasi

potensial fasilitas parkir terhadap masing-masing parameter yang dinilai.

Langkah 7. Membangun analisis spasial melalui teknik overlay peta yang terdiri dari beberapa peta grid

lokasi potensial fasilitas parkir terhadap masing-masing parameter (aturan) yang dinilai.

Dalam hal ini komputer melakukan scanning seluruh grid untuk memindai masing-masing peta grid berbasis

parameter. Skoring tiap grid dari masing-masing peta grid tersebut secara matematis menghasilkan tingkat

kesesuaian setiap grid yang potensial dikembangkan menjadi fasilitas parkir. Hasil overlay peta ini diharapkan

memberikan gambaran secara visual mengenai lokasi potensial fasilitas parkir pada kawasan penelitian. Hasil

analisis tersebut merupakan hasil analisis final berupa identifikasi peta grid potensial pengembangan fasilitas

parkir di kawasan kota lama Makassar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kepadatan Bangunan di Kota Lama Makassar

Berdasarkan data observasi lapangan yang dilakukan di kawasan kota lama Makassar (Kecamatan Unjung

Pandang) diketahui bahwa beberapa fungsi lahan yang secara dominan terbentuk di kawasan kota lama

Makassar seperti: permukiman/perumahan, pemerintahan, perkantoran, fasilitas peribadahan, kesehatan dan

pendidikan. Fungsi ruang lain yang berkembang pada bagian inti kota lama selain pusat pemerintahan adalah

fungsi perkantoran, perdagangan/jasa, fasilitas kesehatan, pelabuhan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadahan,

dan perumahan. Pusat permukiman yang terbentuk relatif sangat berkembang dibandingkan dengan fisik kota

abad 20 bahkan pada saat ini mulai berkembang bangunan berlantai banyak seperti hotel dan perkantoan. Kota

lama Makassar sebagai pusat pelayanan semakin mengembangkan perannya terutama sebagai pusat

perdagangan dan jasa, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan baik darat, serta menjadi pusat

pelayanan sosial. Kepadatan kawasan kota lama Makassar seperti terlihat pada Gambar berikut.

Gambar 4. Peta Kepadatan Bangunan di Kawasan Kota Lama Makassar, Tahun 2018

Page 6: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

7 1

Sektor perdagangan di kota lama Makassar terdiri atas pasar sampai bangunan komersil modern. Sektor

perdagangan, hotel dan restoran di kota Makassar menyumbang penerimaan terbesar yaitu 27,96%, sektor

pengangkutan 12,36%, dan sektor jasa-jasa 13,56% (BPS Kota Makassar 2016). Peran kota Makassar tersebut

secara umum terakumulasi di kawasan kota lama Makassar yang menunjukkan bahwa peran kota lama saat ini

cenderung berperan aktif dalam menarik para pendatang melalui ketersediaan lapangan kerja. Demikian halnya

dengan daerah-daerah pemukiman tumbuh seiring dengan laju pertumbuhan kota disertai proses urbanisasi yang

semakin meningkat.

Analisis Spasial Lokasi Fasilitas Parkir Berdasarkan Tiap Parameter

Aturan-aturan (Rules) penilaian fasilitas parkir meliputi 6 klasifikasi aturan, yang kemudian diuraikan secara

rinci menjadi 18 aturan. Aturan-aturan tersebut merupakan implementasi dari hasil akuisisi pengetahuan yang

digambarkan dalam bentuk tabulasi dan matriks seperti tabel berikut:

Tabel 1. Aturan Penentuan Lokasi Ruang Parkir di Kawasan Kota Lama Berbasis Pustaka

No. Aturan Nilai

Bobot Kriteria

1. Kepadatan bangunan

sangat tinggi 2

Kepadatan bangunan sangat tinggi adalah angka persentase

perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan

gedung dengan luas lahan perpetakan atau sesuai teori KDB

(Permen PU No.29/PRT/M/2006). Kepadatan bangunan yang

sangat tinggi adalah kepadatan bangunan gedung dengan

nilai persentase >70% dari petak grid yang digunakan.

2. Kepadatan bangunan

tinggi 6

Kepadatan bangunan yang tinggi adalah kepadatan

bangunan gedung dengan nilai persentase 30%-70% dari

petak grid yang digunakan.

3. Kepadatan bangunan

rendah 9

Kepadatan bangunan yang rendah adalah kepadatan

bangunan gedung dengan nilai persentase <30% dari petak

grid yang digunakan.

4. Tersedia jaringan jalan 2

lajur 3

Jika pada lokasi tersebut dilalui oleh jaringan jalan 2 lajur

dengan kualitas memenuhi standar jalan perkotaan.

5. Tersedia jaringan jalan 4

lajur 6

Jika pada lokasi tersebut dilalui oleh jaringan jalan 4 lajur,

dengan kualitas memenuhi standar jalan perkotaan

6. Tersedia jaringan jalan 6

lajur 9

Jika pada lokasi tersebut dilalui oleh jaringan jalan 6 lajur

dengan kualitas memenuhi standar jalan perkotaan.

7.

Terkait dengan pusat

perdagangan (jarak > 100

m)

3

Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perdagangan

seperti pertokoan/pasar swalayan/pasar umum pada jarak

> 100 m.

8.

Terkait dengan pusat

perdagangan (jarak 50-100

m)

6

Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perdagangan

seperti pertokoan/pasar swalayan/pasar umum pada jarak

50-100 m.

9.

Terkait dengan pusat

perdagangan (jarak < 50

m)

9

Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perdagangan

seperti pertokoan/pasar swalayan/pasar umum pada jarak

<50 m.

10.

Terkait dengan pusat

perkantoran (jarak > 150

m)

3

Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perkantoran

seperti kantor pelayanan umum dan bukan umum pada

jarak > 150 m.

11.

Terkait dengan pusat

perkantoran (jarak 100-150

m)

6

Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perkantoran

seperti kantor pelayanan umum dan bukan umum pada

jarak 100-150 m.

12. Terkait dengan pusat

perkantoran (jarak < 50 m) 9

Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perkantoran

seperti kantor pelayanan umum dan bukan umum pada

jarak < 50 m.

13.

Terkait dengan

sekolah/sarana pendidikan

(jarak > 100 m)

3 Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit sekolah pada

jarak > 100 m.

14.

Terkait dengan

sekolah/sarana pendidikan

(jarak 50-100 m)

6 Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit sekolah pada

jarak 50-100 m.

Page 7: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

7 2

No. Aturan Nilai

Bobot Kriteria

15.

Terkait dengan

sekolah/sarana pendidikan

(jarak < 50 m)

9 Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit sekolah pada

jarak < 50 m.

16. Terkait dengan rumah sakit

(jarak > 150 m) 3

Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit rumah sakit

pada jarak > 150 m.

17. Terkait dengan rumah sakit

(jarak 100-150 m) 6

Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit rumah sakit

pada jarak 100-150 m.

18. Terkait dengan rumah sakit

(jarak < 50 m) 9

Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit rumah sakit

pada jarak < 50 m.

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2018

Penentuan lokasi potensial fasilitas parkir di kawasan kota lama Makassar diawali dengan pembentukan grid-

grid dasar dengan menggunakan GIS grid-based. Penentuan grid tersebut disesuaikan dengan wilayah

penelitian yaitu wilayah kawasan kota lama Makassar. Jumlah grid yang tersaji yaitu sebanyak 1198 unit grid

dimana setiap unit grid berukuran 50x50 meter atau tiap unit grid mempunyai luasan sebesar 2500 m2.

Selanjutnya dilakukan persiapan peta tematik sesuai dengan kebutuhan data. Selanjutnya data-data yang

terdapat dalam peta tematik dilakukan penginputan data ke dalam peta grid berdasarkan aturan tiap parameter

yang telah ditentukan sebelumnya.

Tabel 2. Hasil Input data penilaian tiap parameter sebanyak 1198 grid

No.

Grid

Fasilitas

Kesehatan

Fasilitas

Pendidikan

Fasilitas Perda-

gangan dan

jasa

Kepadatan

bangunan

Fasilitas

Perkantoran

Jaringan

Jalan

Nilai

Skor

1 6 3 3 3 3 0 18

2 6 3 3 3 3 0 18

3 9 3 3 3 3 0 21

4 9 3 3 3 3 0 21

5 9 3 3 3 3 0 21

6 9 3 3 3 3 0 21

7 9 3 3 3 3 0 21

8 9 3 3 3 3 0 21

9 9 3 3 3 3 0 21

10 9 3 6 3 6 0 27

11 9 3 9 3 6 0 30

12 9 3 6 3 6 0 27

13 9 3 3 3 3 0 21

14 9 3 3 3 3 0 21

15 9 3 3 3 3 0 21

dst 9 3 6 3 3 0 24

1198 6 3 3 3 3 3 21

Sumber: Hasil analisis peneliti, 2018

Analisis Potensi Kepadatan Bangunan

Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 5 difokuskan pada analisis kepadatan bangunan di

kawasan kota lama Makassar yang dikaitkan dengan ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada

Gambar 5 terlihat bahwa kepadatan bangunan yang sangat tinggi yaitu yang diberi notasi warna merah,

merupakan kawasan dengan kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >70% dari petak grid yang

digunakan. Sedangkan untuk kepadatan rendah yaitu yang diberi notasi warna hijau, merupakan kawasan

Page 8: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

7 3

dengan kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase <30% dari petak grid yang digunakan. Dalam hal

ini kriteria yang sangat memenuhi syarat untuk pengembangan fasilitas parkir adalah kawasan dengan

kepadatan rendah. Pada Gambar 5 terlihat bahwa kawasan yang potensial dikembangkan fasilitas parkir

terdapat di beberapa lokasi seperti kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama sekitar SMP 6 dan pinggir pantai;

kawasan sepanjang jalan Jend. Sudirman terutama sekitar Karebosi-Link, monumen Mandala, taman Macan,

gedung IMMIM, gedung Mulo, dan sekitar jalan Lompobattang; demikian pula di kawasan sepanjang pesisir

pantai mulai dari jalan Penghibur bagian selatan sampai jalan Ujung Pandang bagian utara, kecuali di daerah

bangunan komersil seperti hotel yang terbangun di tepi pantai.

Analisis Potensi Lajur Jalan

Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 6 difokuskan pada analisis potensi lajur jalan di

kawasan kota lama Makassar yang dikaitkan dengan dukungan aksesibilitas untuk pengadaan fasilitas parkir.

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jalur jalan yang diberi notasi warna hijau dan kuning, masing-masing merupakan

kawasan yang dilalui oleh jaringan jalan 6 lajur dan 4 lajur dengan kualitas memenuhi standar jalan perkotaan.

Sedangkan untuk daerah yang berwarna abu-abu merupakan kawasan yang tidak memiliki akses. Dalam hal ini

kriteria yang sangat memenuhi syarat untuk pengembangan fasilitas parkir adalah kawasan yang aksesnya

tinggi atau memiliki banyak jumlah lajur seperti kawasan sepanjang jalan Jend. Sudirman mulai dari arah

selatan ke arah utara. Adapun kawasan yang cukup tinggi aksesnya yaitu dilewati jalan 4 lajur meliputi

sepanjang jalan A. Yani, jalan sepanjang pesisir pantai mulai dari jalan Penghibur sampai jalan Ujung Pandang,

jalan Sultan Hasanuddin, jalan Monginsidi, jalan Bawakaraeng, jalan Sungai Saddang, dan jalan Bulukunyi.

Gambar 5. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir

terhadap Kepadatan Bangunan Tahun 2018

Gambar 6. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir

terhadap ketersediaan Lajur Jalan Tahun 2018

Analisis Potensi Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 7 difokuskan pada analisis potensi fasilitas

perdagangan jasa yang berpeluang menciptakan tarikan pengunjung di kawasan kota lama Makassar, dikaitkan

dengan ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada Gambar 7 terlihat bahwa distribusi pusat

kegiatan perdagangan dan jasa yang sangat tinggi yaitu diberi notasi warna hijau, menunjukan bahwa pada

lokasi tersebut telah tersedia unit perdagangan seperti pertokoan/pasar swalayan/pasar umum pada jarak <50

meter. Sedangkan untuk distribusi pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang sangat rendah yaitu diberi notasi

warna merah, menunjukan bahwa pada lokasi tersebut tersedia unit perdagangan seperti pertokoan/pasar

swalayan/pasar umum pada jarak >100 meter. Berdasarkan parameter tersebut maka kawasan yang potensial

untuk pengembangan fasilitas parkir berdasarkan kriteria distribusi fasilitas perdagangan dan jasa seperti pada

Gambar 7 antara lain kawasan Karebosi Link/MTC, sepanjang jalan Sombaopu, jalan Pattimura, jalan Maipa,

jalan Bulusaraung, jalan Gunung Merapi, jalan Sungai Saddang, dan jalan Penghibur.

Analisis Potensi Fasilitas Perkantoran

Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 8 difokuskan pada analisis potensi fasilitas

perkantoran yang berpeluang menciptakan tarikan pengunjung di kawasan kota lama Makassar, dikaitkan

dengan ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada Gambar 8 terlihat bahwa distribusi pusat

kegiatan perkantoran yang sangat tinggi yaitu diberi notasi warna hijau, menunjukan bahwa pada lokasi tersebut

telah tersedia unit perkantoran seperti kantor pelayanan umum dan bukan umum pada jarak <50 meter.

Sedangkan untuk distribusi pusat kegiatan perkantoran yang sangat rendah yaitu diberi notasi warna merah,

Page 9: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

7 4

menunjukan bahwa pada lokasi tersebut tersedia unit perkantoran seperti kantor pelayanan umum dan bukan

umum pada jarak >150 meter. Berdasarkan parameter tersebut maka kawasan yang potensial untuk

pengembangan fasilitas parkir berdasarkan kriteria distribusi fasilitas perkantoran seperti pada Gambar 8 antara

lain kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama kawasan kantor Gubernur dan sekitar Karebosi, sepanjang jalan

Jend. Sudirman, jalan Balaikota, jalan Penghibur, jalan Sungai Saddang, dan jalan Monginsidi.

Gambar 7. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir

terhadap Fasilitas Perdagangan dan Jasa, Tahun 2018

Gambar 8. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir

terhadap Fasilitas Perkantoran, Tahun 2018

Analisis Potensi Fasilitas Pendidikan

Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 9 difokuskan pada analisis potensi fasilitas

pendidikan yang berpeluang menciptakan tarikan pengunjung di kawasan kota lama Makassar, dikaitkan

dengan ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada Gambar 9 terlihat bahwa distribusi pusat

kegiatan pendidikan yang sangat tinggi yaitu diberi notasi warna hijau, menunjukan bahwa pada lokasi tersebut

telah tersedia unit fasilitas pendidikan berupa unit sekolah pada jarak <50 meter. Sedangkan untuk distribusi

pusat kegiatan pendidikan yang sangat rendah yaitu diberi notasi warna merah, menunjukan bahwa pada lokasi

tersebut tersedia unit fasilitas pendidikan berupa unit sekolah pada jarak >100 meter. Berdasarkan parameter

tersebut maka kawasan yang potensial untuk pengembangan fasilitas parkir berdasarkan kriteria distribusi

fasilitas pendidikan seperti pada Gambar 9 antara lain kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama sekolah SMP

6, Jalan Jend. Sudirman terutama SD Sudirman, jalan Bontolempangan terutama SD Mangkura, Jalan

Balaikota, jalan Arif Rate, jalan Sungai Saddang, dan jalan Monginsidi.

Analisis Potensi Fasilitas Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 10 difokuskan pada analisis potensi fasilitas

kesehatan yang berpeluang menciptakan tarikan pengunjung di kawasan kota lama Makassar, dikaitkan dengan

ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada Gambar 10 terlihat bahwa distribusi pusat fasilitas

kesehatan yang sangat tinggi diberi notasi warna hijau, menunjukan bahwa pada lokasi tersebut telah tersedia

unit fasilitas kesehatan berupa unit rumah sakit pada jarak <50 meter. Sedangkan untuk distribusi pusat

kegiatan kesehatan yang sangat rendah yaitu diberi notasi warna merah, menunjukan bahwa pada lokasi

tersebut tersedia unit fasilitas kesehatan berupa unit rumah sakit pada jarak >150 meter. Berdasarkan parameter

tersebut maka kawasan yang potensial untuk pengembangan fasilitas parkir berdasarkan kriteria distribusi

fasilitas kesehatan seperti pada Gambar 10 antara lain kawasan sepanjang jalan Jend. Sudirman terutama

Rumah Sakit Plamonia, jalan Penghibur terutama sekitar Rumah Sakit Stella Maris, Jalan Yoseph Latumahina,

dan jalan Sungai Saddang.

Page 10: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

7 5

Gambar 9. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir

terhadap Fasilitas Pendidikan, Tahun 2018

Gambar 10. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir

terhadap Fasilitas Kesehatan, Tahun 2018

Analisis Spasial Lokasi Fasilitas Parkir di Kawasan Kota Lama

Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS terhadap tiap parameter yang telah dilakukan terhadap kondisi

lapangan di atas, diperoleh beberapa temuan yang bersifat parsial tentang kesesuaian lokasi parkir berdasarkan

pada masing-masing parameter yang dinilai. Beberapa parameter yang akan dianalisis secara terpadu dengan

menggunakan pendekatan data spasial sebagai berikut:

- Peta grid lokasi potensial kepadatan bangunan

- Peta grid lokasi potensial jumlah lajur jalan dan kelas jalan

- Peta grid lokasi potensial fasilitas perdagangan dan jasa

- Peta grid lokasi potensial fasilitas perkantoran

- Peta grid lokasi potensial fasilitas pendidikan

- Peta grid lokasi potensial fasilitas kesehatan

Selanjutnya setiap peta grid dari masing-masing parameter tersebut dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan

teknik analisis overlay peta, dan hasilnya dapat terlihat pada Gambar 11 di bawah. Pada Gambar tersebut

menunjukkan beberapa lokasi potensial fasilitas parkir di kawasan kota lama Makassar. Oleh karena analisis

spasial ini berbasis pada sistem grid, sehingga orientasi pemilihan lokasi lebih relevan menunjukkan pada lokasi

potensial fasilitas parkir jenis off street yang tentu saja dengan berbagai macam metode atau jenis parkir.

Namun demikian sejumlah grid yang teridentifikasi sebagai lokasi yang sangan potensial atau hanya potensial

menjadi lokasi parkir, juga dapat menjadi dasar pertimbangan pengembangan jenis parkir on street. Untuk

jelasnya hasil akhir dari analisis spasial penentuan lokasi parkir potensial tersebut dapat dilihat pada Gambar

berikut.

Gambar 11. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir di Kawasan Kota Lama, Tahun 2018

Page 11: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

7 6

Pada Gambar 11 di atas menunjukkan bahwa grid warna merah, menunjukkan titik-titik lokasi pengembangan

fasilitas parkir dengan kategori sangat potensial. Selanjutnya grid warna biru, coklat dan silver, masing-masing

menunjukkan titik-titik lokasi pengembangan fasilitas parkir dengan kategori potensial, cukup ptensial, dan

kurang potensial. Dalam hal ini lokasi yang dianggap memungkinkan untuk dikembangkan menjadi lokasi

fasilitas parkir, akan dipilih jenis grid yang berwarna merah dan biru. Adapun grid berwarna coklat, dinilai

tidak perlu dikembangkan menjadi fasilitas parkir. Untuk lebih jelasnya tentang okasi fasilitas parkir yang yang

sangat potensial dan potensial di kawasan kota lama Makassar antara lain ditunjukkan pada tabel 2 di bawah.

Lokasi-lokasi parkir yang sangat potensial dan potensial tersebut selanjutnya dianalisis untuk menentukan

arahan penerapan jenis parkir yang digunakan. Berdasarkan penyesuaian atau hasil sintesa antara lokasi grid

parkir potensial dengan kondisi lapangan pusat kota lama Makassar, selanjutnya dapat dikemukakan alternatif

arahan penggunaan jenis masing-masing lokasi parkir seperti terlihat pada tabel 2 di bawah.

Tabel 3. Arahan lokasi pengembangan fasilitas parkir di kawasan kota lama Makassar berdasarkan ketegori

No Kategori Lokasi Fasilitas Parkir Arahan Jenis Parkir

Kategori Lokasi Sangat Potensial (warna merah)

1 Kawasan sepanjang jalan Jend. Sudirman bagian utara yaitu antara

perempatan jalan A. Yani dan monumen Mandala

off street (kantong parkir dan

bangunan vertikal)

2 Kawasan jalan Jend. Sudirman terutama sekitar gedung IMMIM on street dan off street

3 Kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama sekitar sekolah SMP 6 off street (bangunan vertikal)

4 Kawasan sekitar Taman Macan off street (bangunan vertikal)

Kategori Lokasi Potensial (warna biru)

1 Kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama sekitar Sarinah off street (bangunan vertikal)

2 Kawasan Taman Macan off street (bangunan vertikal)

3 Kawasan depan benteng Rotterdam off street (kantong parkir)

4 Kawasan jalan Lompobattang dan Bawakaraeng off street (bangunan vertikal)

5 Kawasan Rumah Sakit Plamonia hingga ke lapangan Hasanuddin off street dan on Street

6 Kawasan jalan Jend. Sudirman terutama di sekitar gubernuran off street dan on Street

7 Kawasan jalan Arif Rate off street (kantong parkir)

8 Kawasan jalan Penghibur terutama sekitar Hotel Aryaduta off street (bangunan vertikal)

9 Kawasan jalan Penghibur terutama sekitar Rumah Sakit Stella Maris off street (bangunan vertikal)

Sumber: Hasil analisis peneliti, 2018

Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa distribusi dari setiap lokasi potensial fasilitas ruang parkir yang

direkomendasikan secara umum terdistribusi pada beberapa daerah di sepanjang jaringan jalan utama di

kawasan kota lama Makassar (Kecamatan Ujung Pandang). Hasil analisis spasial tersebut menunjukkan bahwa

lokasi potensial ruang parkir yang direkomendasikan penelitian ini ternyata sesuai dengan kecenderungan

penduduk dalam pemanfaatan ruang parkir on street selama ini di kawasan kota lama. Karena arahan jenis

parkir yang direkomendasikan pada beberapa lokasi secara umum berupa jenis off street (parkir di luar jalan),

maka beberapa kebijakan yang perlu dilakukan antara lain: mencari lahan kosong di sisi jalan untuk

dimanfaatkan menjadi ruang kantong parkir, jika ruang parkir off street tidak terlalu luas maka dapat

digabungkan dengan jenis parkir on street khususnya pada jalur jalan yang memiliki 4 lajur atau lebih,

mengidentifikasi beberapa bangunan lama yang dapat dialihfungsi menjadi bangunan parkir vertikal

berdasarkan pertimbangan efisiensi dan studi kelayakan.

KESIMPULAN

Pada saat ini karakteristik penerapan jenis fasilitas ruang parkir di kawasan kota lama Makassar dominan

berupa parkir on street yaitu berupa parkir kendaraan di badan jalan. Hal tersebut sangat berdampak terhadap

terjadinya kemacetan lalu lintas terutama pada jam puncak. Lokasi parkir potensial dan sangat potensial

ditemukan di beberapa lokasi sepanjang jalan utama yang secara faktual berlokasi pada jalur jalan yang selama

ini menjadi pilihan lokasi parkir on street dan sangat berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas. Hasil

penelitian ini memberikan rekomendasi lokasi ruang parkir di kawasan kota lama dan sekaligus arahan

penerapanya. Beberapa lokasi parkir prioritas (sangat potensial) yang ditemukan antara lain: kawasan sepanjang

jalan Jend. Sudirman bagian utara sekitar lapangan Karebosi dan monumen Mandala serta bagian selatan sekitar

gedung IMMIM, kawasan sepanjang jalan Ahmad Yani terutama sekitar fasilitas pendidikan SMP 6, dan

Page 12: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

7 7

kawasan sekitar Taman Macan. Di samping itu penelitian ini juga merekomendasikan beberapa lokasi potensial

lainnya yang tersebar pada beberapa lokasi di kawasan kota lama Makassar seperti tertera pada Tabel 2. Arahan

pengembangan fasilitas parkir ke depan secara umum direkomendasikan menggunakan jenis off street baik

berupa kantong parkir maupun berupa bangunan parkir vertikal yang dinilai dapat mendukung terciptanya lalu

lintas yang aman, lancar, dan nyaman. Temuan penelitian ini selanjutnya akan dikembangkan untuk

menentukan lokasi potensial fasilitas ruang parkir pada kawasan lain di perkotaan seperti kawasan perumahan

atau kawasan pinggiran kota.

UCAPAN TERIMA KASIH

Para penulis berterima kasih kepada Dekan Fakultas Teknik Unhas dengan adanya kebijakan memfasilitasi

penelitian Laboratory based Education (LBE) dalam lingkungan Fakultas Teknik Unhas pada tahun 2018 ini.

Para penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah mendukung penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Barter, P., 2012, Off-Street Parking Policy Surprises in Asian Cities, Journal of Cities Vol. 29. p23–31.

Cats, O. et al., 2016, Survey Methodology for Measuring Parking Occupancy: Impacts of an on-Street Parking

Pricing Scheme in an Urban Center, Journal of Transport Policy, Vol. 47, p55-63.

https://doi.org/10.1016/j.tranpol.2015.12.008

Cervero, Rober, et al., 1997, Travel demand and the 3Ds: Density, Diversity, and Design. Transportation

Research Part D: Transport and Environment, 2(3), 199-219. doi: http://dx.doi.org/10.1016/S1361-

9209(97)00009-6

Cervero, R., 2007, The Transit Metropolis: A Global Inquiry 4 th Edition. Environment and Planning A 2007,

39 (Transit Oriented Development, and Public Polices), 2068-2085, http://doi.org/10.1068/a38377

Cervero, R., & Guerra, E., 2013, “Is a Half-Mile the Right Standard for TODs? Access 42, -(Design,

Development and Housing, Tools of the Trade: Practice, Measuring, and Models”, 1-6.

Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota, 1998, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas

Parkir, Republik Indonesia.

Franco, S.F., 2017, Downtown Parking Supply, Work-Trip Mode Choice and Urban Spatial Structure, Journal

of Transportation Research, Sciencedirect-Elsevier, Vol. 101, p107-p122.

Gilled, D. 1978. Parking Policy, Parking Location Decisions And The Distribution Of Congestion, Journal of

Transportation, Elsevier, Vol. 7, p69-85

Jin, Shuxin, et al., 2013, The Study in Diamond Interchange Traffic Organization. DElsevier ScienceDirect

Procedia - Social and Behavioral Sciences Vol. 96, P591-598. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.

2013.08.069

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 73 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perparkiran Daerah

Mingardo, G. et al., 2015, Urban Parking Policy in Europe: A Conceptualization of Past and Possible, Journal

of Transportation Research Part A 74, p268-281, https://doi.org/10.1016/j.tra.2015.02.005

O’Flaherty, 1997, “Transport Planning and Traffic Engineering”, Elsevier Butter Worth Heinemann

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan

Shaaban, K dan Pande, A., 2015, Classification Tree analysis of Factors Affecting Parking Choices in Qatar,

Journal of Case Studies on Transport Policy, https://doi.org/10.1016/j.tra.2015.02.005

Shoup, D., 1999, “The trouble with Minimum Parking Requirements”, Transp. Res. 33A, 549-574.

Szumilas, A dan Pawel, P., 2017, Review of Parking Policies in the Case of Medium-Sized Polish Cities,

Procedia Engineering, Sciencedirect-Elsevier, Vol 192, p863-868, https://doi.org/10.1016/j.proeng.

2017.06.149

Page 13: PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN

PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018

Volume 4 : November 2018

7 8

Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Wells, G.R., 1993, “Rekayasa Lalu Lintas”, Jakarta: Bhratara.

Young, W and Miles, 2014, A Spatial Study of Parking Policy and Usage in Melbourne, Australia, Journal of

Case Studies on Transport Policy, Elsevier, http://dx.doi.org/10.1016/j.cstp.2014. 07.003