penentuan daur optimal dengan faktor …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/2460/aruan,...

Download PENENTUAN DAUR OPTIMAL DENGAN FAKTOR …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/2460/Aruan, Melda... · 4. Tulang Dj Lubis, Nantulang N br Panjaitan dan Lukas yang telah menjadi

If you can't read please download the document

Upload: doancong

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PENENTUAN DAUR OPTIMAL DENGAN FAKTOR

    PENCURIAN KAYU DI KPH BOJONEGORO PERUM

    PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

    MELDA RIANITA ARUAN

    DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

    FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2007

  • RINGKASAN

    MELDA RIANITA ARUAN. E14103041. Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Di bimbing oleh SUDARSONO SOEDOMO

    Perhutani adalah pengelola hutan negara di pulau Jawa. Hutan yang dikelola tersebut adalah hutan tanaman dengan tanaman utamanya jati (Tectona grandis Linn. f). Gangguan hutan akibat pencurian adalah gangguan yang paling sering terjadi dan paling terasa akibatnya. Jumlah pencurian kayu yang terjadi dalam lingkup perhutani sangat besar. Jumlah pencurian kayu tersebut dapat mengurangi panjang daur sehingga dirasakan perlu diadakan kajian tentang panjang daur yang telah ada.

    Penelitian ini bertujuan untuk menemukan daur finansial yang tepat dengan memperhitungkan faktor pencurian pada tegakan jati. Penentuan daur optimal yang dilakukan dalam penelitian ini dihitung dari segi biaya pengelolaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan serta memasukkan pencurian kayu sebagai faktor pengganggunya.

    Penelitian ini dilaksanakan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan April 2007. Bahan yang diperlukan adalah Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) jangka 2002-2011, Harga jual kayu jati, Biaya pengelolaan hutan, Jumlah penjualan kayu jati, dan Letter A (LA) yang memuat laporan kejadian gangguan hutan. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Alat hitung komputer (Microsoft Excel), Kalkulator dan Tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Data pencurian digunakan untuk menghitung nilai reliability dan nilai ini digunakan untuk menduga berapa persen volume kayu yang akan kita panen nantinya dari volume normal. Penentuan daur optimal menggunakan formulasi sebagai berikut:

    max NPV = max

    TH

    [ V(T) pe r T - c] R yaitu NPV untuk hutan dalam kondisi aman, dan

    max NPV = max

    TH

    [ V(T) pe r T eT - c] R , yaitu NPV untuk hutan terkena gangguan

    pencurian. Penghitungan NPV menggunakan tingkat suku bunga sebesar 2 %, luas produktif 26.187,2 Ha, dan biaya pengelolaan hutan untuk semua kegiatan dalam satu daur adalah Rp/Ha 3.120.368,442. Dalam kondisi aman, Nilai NPV maksimum untuk bonita 2 sebesar Rp 13.945.263.658 yang terjadi pada daur 35 tahun, untuk bonita 2,5 sebesar Rp 16.312.019.960 yang terjadi pada daur 36 tahun, untuk bonita 3 sebesar Rp 19.190.789.273 yang terjadi pada daur 35 tahun, dan untuk bonita 3,5 sebesar Rp 22.866.817.256 yang terjadi pada daur 36 tahun. Untuk kondisi terkena gangguan pencurian, nilai NPV maksimum untuk bonita 2 Rp 13.927.596.471 yang terjadi pada daur 35 tahun, bonita 2,5 Rp 16.285.863.366 yang terjadi pada daur 36 tahun, bonita 3 Rp 19.153.391.250 dan yang terjadi pada daur 35 tahun dan bonita 3,5 Rp 22.808.995.927 yang terjadi pada daur 36 tahun. Pencurian yang terjadi di KPH Bojonegoro masih terlalu kecil untuk dapat mempengaruhi NPV dan daur optimal. Perbedaan daur optimal yang ditemukan dalam penelitian ini sangat berbeda jauh dengan daur yang telah ditetapkan oleh Perum Perhutani untuk KPH Bojonegoro. Berdasarkan penelitian ini, daur yang optimal adalah 35 dan 36 tahun, dan daur KPH Bojonegoro adalah 60 tahun. Kata kunci : Pencurian kayu, daur optimal, KPH Bojonegoro, Perhutani

  • SUMMARY

    MELDA RIANITA ARUAN. E14103041. Determination of Optimum Rotation by Effect of Illegal Logging in KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II East Java.

    Under Supervision of SUDARSONO SOEDOMO

    Perhutani is a national State owned enterprise that manage state forests in Java. The forest managed by the company is even-aged forest with teak (Tectona grandis Linn.f ) as its main stands. The main problem that takes place most frequently and causes the greatest loss is illegal logging. The volume of timber lost through illegal logging can decrease rotation length that necessitates the implementation of review of existing rotation length. Determination of optimum rotation implemented in this research is calculated based on management cost and income of the company with the inclusion of illegal logging as intrusion factor.

    This research was held in KPH Bojonegoro at April 2007. Component needed in this research

    are Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) a period of 2002-2011, the price of teak

    timber, management cost, the total of teak timber sold, and Letter A (LA) that includs of intrusion

    factor. Data of illegal logging is used to calculate the realibility value. This value is used to

    estimate the percentage of timber volume to be harvested compared to normal volume.

    Determination of optimum rotation uses the following formulation:

    max NPV = max

    TH

    [ V(T) pe r T - c] R ,which is NPV for forest under safe condition

    max NPV = max

    TH

    [ V(T) pe r T eT - c] R, which is NPV for forest with illegal logging

    as its intrusion factor. The calculation of NPV uses interest rate of 2%, productive area 26,187.2

    ha, and forest management cost for all activities in one rotation is Rp/Ha 3,120,368.442.

    Under safe condition, maximum NPV value for side class 2 is Rp 13,945,263,658 which takes place in a 35 year rotation, maximum NPV value for side class 2.5 is Rp 16,312,019,960

    which takes place in a 36 year rotation, maximum NPV value for side class 3 is Rp

    19,190,789,273 which takes place in a 35 year rotation, maximum NPV value for side class 3.5 is

    Rp 22,866,817,256 which takes place in a 36 year rotation. For forest with illegal logging as its

    intrusion factor, maximum NPV value for side class 2 is Rp 13,927,596,471 which takes place in a

    35 year rotation, side class 2.5 Rp 16,285,863,366 which takes place 36 year rotation, side class 3

    Rp 19,153,391,250 which takes place 35 year rotation and for side class 3.5 Rp 22,808,995,927

    which takes place 36 year rotation.

    Illegal logging that takes place in KPH Bojonegoro is still too small to be able to affect

    NPV and optimum rotation. The optimum rotation determined under this research differs greatly

    from the optimum rotation determined by Perum Perhutani for KPH Bojonegoro. Based on this

    research, the optimum rotation is 35 and 36 years, whereas the optimum rotation of KPH is 60

    years.

    Key words : Illegal logging, Optimum Rotation, KPH Bojonegoro, Perhutani

  • PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripai berjudul Penentuan Daur

    Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani

    Unit II Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan

    dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada

    perguruan timggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau

    dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

    telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

    akhir skripsi ini.

    Bogor, Desember 2007 Melda Rianita Aruan NRP E14103041

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Skripsi : Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu

    di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

    Nama : Melda Rianita Aruan

    NIM : E 14103041

    Menyetujui :

    Dosen Pembimbing

    Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS NIP : 130 813 798

    Mengetahui :

    Plh. Dekan Fakultas Kehutanan IPB

    Dr.Ir. Fauzi Febrianto, MS NIP. 131 849 386

    Tanggal Lulus :

  • PENENTUAN DAUR OPTIMAL DENGAN FAKTOR

    PENCURIAN KAYU DI KPH BOJONEGORO PERUM

    PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

    Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh: MELDA RIANITA ARUAN

    E14103041

    DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

    FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2007

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur buat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-NYA yang

    melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

    Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro

    Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

    Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS atas arahan,

    bimbingan dan kesabarannya selama peneliti menyelesaikan tugas skripsi ini. Te-

    rimakasih juga atas segala dukungan baik materi maupun semangatnya dan ter-

    utama buat dukungan doa dari keluarga besar Aruan, Lubis dan semua teman-

    teman dalam menyelesaikan penelitian ini.

    Penelitian ini jauh dari sempurna sehingga peneliti menerima saran dan

    kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat.

    Bogor, Desember 2007

    Penulis

  • ii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Dolok Merawan, Sumatera

    Utara pada tanggal 26 September 1985 sebagai anak kedua

    dari empat bersaudara pasangan Maralo Aruan dan Emmi

    Martha Lubis.

    Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU RK Budi Mulia Pematangsiantar

    dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi

    Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi

    Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

    Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan

    Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB di

    bagian Komisi Kesenian yakni pernah menjabat sebagai sekretaris tahun 2005-

    2006. Selain itu pernah juga menjabat Panitia Festival Seni PMK IPB tahun 2005

    dan 2006, dan Panitia Temu Manager (TM) Departemen Manajemen Hutan tahun

    2005. Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kesatuan

    Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

    Untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi

    dengan judul Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH

    Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dibimbing oleh Dr.Ir. Sudarsono

    Soedomo MS.

  • iii

    UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur buat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-

    NYA penulis boleh menyelesaikan tugas skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

    skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu diperlukan saran dan kritik

    untuk memperbaiki skripsi ini. Dalam penyelesaian studi dan skripsi ini, penulis

    menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

    1. Bapak M. Aruan, Mama E.M. br Lubis, Kakak R. Frenty Aruan S.S,

    Adikku H. Ellys Aruan dan July D.T Aruan yang telah memberikan doa,

    harapan, motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual

    2. Dr. Ir. Sudarsono Soedomo selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan pengarahan, bimbingan dan saran selama penelitian hingga

    penyelesaian karya ilmiah ini

    3. Ir. Jajang Suryana,MS dan Ir. Arzyana Sunkar,MS yang telah bersedia

    menjadi dosen penguji

    4. Tulang Dj Lubis, Nantulang N br Panjaitan dan Lukas yang telah menjadi

    keluarga besarku di Bogor

    5. Ompung K.Lubis dan T br Tambunan yang selalu memberikan semangat

    dan doa

    6. Bapak Gangga Permana (MNH 22), mbak Nurul I (MNH39), Pihak KPH

    Bojonegoro (Pak Tamin, Pak Heri, Pak Nasik, Mas Heri, Mas Eko dan

    Mas Agus) atas bantuannya selama peneliti mengumpulkan data

    7. Sahabat-sahabatku: Elly Silalahi STP, Endang Purba SP, Karinamia

    Berutu SPi, Yermianthika Siburian SE, Sari Sihombing, Yanti Marbun,

    Maris Sipayung Amd, David Hutabarat

    8. Saudaraku di Manajemen Hutan 40: Novita D.A, Shinta D.W, Fheny F.L,

    Ika S, Elza H, Asri G, Navalita R, Maya , Vivi S.Hut, Edy S. S.Hut, Azis

    H. S.Hut, Aris S.Hut, M. Setyawan,Faery K,Ubaidillah, mbak Desi S.Hut

    (MNH39) dan MNH40 yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu

    9. Teman-teman di Budidaya Hutan 40: Yulistia W. S.Hut, Fitri, Bintang,

    Desman, Devianto, Adan, Nenih, Novi, Noviah, Wulan, dan BDH40 yang

    lainnya

  • iv

    10. Teman-teman di Hasil Hutan: Ina Rita S.Hut, Cecep, Pury, Yeyet, Ruslia,

    Listya S.Hut, Freddy, Sahat, Hotman, Wahyudi, Sandrio, dan THH 40

    yang lainnya.

    11. Teman-teman di KSH40: Elsi, Gunawan, Adhe, Yohanes, Tyas, Reren an

    KSH 40 yang lainnya

    12. Clara, Lastri, Claudia, Ayu, Nano, yang telah membantu dalam persiapan

    sidang

    13. Teman-teman di Komisi Kesenian UKM PMK IPB dan di IKANMASS

    IPB

    14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

    membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................. i

    DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................. 1

    B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2

    C. Manfaat Penelitian ........................................................................... 2

    D. Hipotesis ........................................................................................... 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pertumbuhan .................................................................................... 3

    1. Pengertian Pertumbuhan ........................................................ 3

    2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ................ 3

    B. Riap .................................................................................................. 3

    C. Model Pertumbuhan Tegakan .......................................................... 4

    D. Daur .................................................................................................. 6

    1. Daur Jati ................................................................................. 6

    2. Lamanya Daur ........................................................................ 6

    3. Macam Daur ........................................................................... 7

    E. Memilih Macam Daur ...................................................................... 8

    F. Pencurian Kayu ................................................................................ 9

    G. Hubungan Pencurian dengan Umur ................................................. 10

    H. Harga Jual Kayu Jati ........................................................................ 11

    METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 12

    B. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................ 12

    C. Pengumpulan Data ........................................................................... 12

  • vi

    Halaman

    D. Metoda Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 12

    E. Asumsi Dasar Perhitungan................................................................ 15

    KEADAAN UMUM LOKASI

    A. Letak Geografis dan Luas ................................................................. 16

    B. Tanah dan Geologi ............................................................................ 16

    C. Iklim .................................................................................................. 17

    D. Keadaan Hutan (Potensi, Jenis) ......................................................... 17

    E. Ketenagakerjaan ................................................................................ 18

    F. Sosial Ekonomi dan Budaya Setempat .............................................. 19

    G. Bagian Hutan ..................................................................................... 20

    H. Infrastruktur ....................................................................................... 21

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pembuatan Kurva Pertumbuhan ........................................................ 22

    B. Perhitungan Kehilangan Tegakan ...................................................... 22

    C. Biaya Pengelolaan ............................................................................. 25

    D. Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran ......................................... 25

    E. Penentuan daur Optimal .................................................................... 27

    F. Insentif Menurunkan Daur ................................................................ 29

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ....................................................................................... 31

    B. Saran .................................................................................................. 31

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 32

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 Tingkat Pengembangan Desa Pada Tiap Kecamatan di Sekitar Wilayah Hutan KPH Bojonegoro ..................................................... 19 Tabel 2 Penyebaran Penduduk Desa di Sekitar Hutan .................................. 20 Tabel 3 Data Pencurian Kayu Jati Tahun 2005 dan Luas Areal per Kelas Umur ....................................................................................... 22 Tabel 4 Proporsi Kehilangan Tegakan Jati akibat Pencurian untuk Setiap Kelas Umur ....................................................................................... 23 Tabel 5 Nilai Tegakan yang Tersisa (Re) untuk setiap Umur ........................ 24 Tabel 6 Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Hutan Jati KPH Bojonegoro .......... 25 Tabel 7 Prosentase Produksi Tebang Habis Jati per Sortimen dan Harga Jual Tertimbang per Kelas Umur (KU) ............................................. 26 Tabel 8 Umur Tebang Rata-rata (UTR) per Bagian Hutan (BH) ................... 39

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1 Pertumbuhan Volume Tegakan ..................................................... 5

    Gambar 2 Pertumbuhan Harga Jual Kayu Jati ............................................... 26

    Gambar 3 Grafik NPV Bonita 3 dalam Kondisi Aman ................................. 27

    Gambar 3 Grafik NPV Bonita 3 dalam Terkena Gangguan Pencurian ......... 28

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Daftar volume pertumbuhan kayu jati per tahun ........................ 34

    Lampiran 2 Nilai NPV maksimum untuk setiap umur daur dalam kondisi

    aman ............................................................................................ 36

    Lampiran 3 Nilai NPV maksimum untuk setiap umur daur dalam kondisi

    terkena gangguan pencurian ...................................................... ...44

  • PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Hutan merupakan sumber kehidupan bagi komunitas yang ada di dalam

    dan di sekitar hutan. Berbagai macam manfaat hutan dapat dirasakan oleh mahluk

    hidup di bumi ini, baik itu manfaat tangible (kayu dan nonkayu) maupun manfaat

    intangible (jasa lingkungan).

    Pemanfaatan dan pengelolaan hutan bertujuan untuk meningkatkan kese-

    jahteraan masyarakat, namun pemanfaatannya harus tetap mempertimbangkan ke-

    lestariannya agar menghasilkan hasil hutan yang kontinyu sehingga kebutuhan

    masyarakat dapat tercukupi secara terus menerus. Dengan demikian, keberadaan

    hutan akan selalu terjaga dan manfaatnya juga akan dapat terus dirasakan oleh

    mahluk hidup di bumi ini.

    Perusahaan Umum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara yang

    memiliki kewenangan untuk mengelola hutan di Pulau Jawa. Hutan yang dikelola

    adalah hutan negara yang berfungsi sebagai hutan produksi dan hutan lindung.

    Hutan yang dikelola tersebut merupakan hutan tanaman dengan tanaman utama-

    nya jati (Tectona grandis Linn. f).

    Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang berkualitas tinggi dan

    merupakan jenis kayu mewah karena mempunyai garis lingkar tumbuh yang indah

    dan bernilai artistik tinggi. Disamping memiliki nilai artistik yang tinggi, kayu jati

    juga memiliki nilai kelas awet dan kelas kuat yang tinggi pula. Akan tetapi, untuk

    menghasilkan kayu jati yang berkualitas tinggi tersebut dibutuhkan daur yang

    panjang yaitu antara 40 80 tahun.

    Dalam pengelolaannya, tegakan jati sangat riskan terhadap gangguan se-

    perti pencurian, penggembalaan ternak, pembibrikan lahan, penyerobotan lahan,

    kebakaran, serangan hama penyakit, dan penurunan kualitas tempat tumbuh yang

    dapat berakibat terhadap penurunan potensi tegakan. Gangguan-gangguan terha-

    dap hutan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kerapatan bidang

    dasar sehingga mengakibatkan penurunan volume kayu dan berakibat pada

    menurunnya volume kayu yang akan dihasilkan atau dipanen.

    Gangguan hutan akibat pencurian adalah gangguan yang paling sering ter-

    jadi dan cenderung terus meningkat seiring berjalannya waktu dan gangguan ini-

  • 2

    lah yang paling terasa akibatnya. Jumlah pencurian kayu yang terjadi dalam ling-

    kup perhutani sangat besar sekalipun telah ditanggulangi melalui berbagai upaya,

    baik preventif maupun represif.

    Kerusakan hutan yang disebabkan oleh meningkatnya pencurian tidak

    hanya berpengaruh terhadap potensi hutan itu sendiri, tetapi juga dapat berpenga-

    ruh terhadap pendapatan perusahaan. Hutan yang rusak karena pencurian akan

    mengakibatkan struktur tegakan hutan didominasi oleh tegakan dengan kelas

    umur (KU) muda sehingga kegiatan penebangan dilakukan sebelum daur.

    Jumlah pencurian kayu yang terjadi dalam lingkup Perhutani dapat me-

    ngurangi panjang daur sehingga dirasakan perlu diadakan kajian tentang panjang

    daur yang telah ada. Penentuan daur optimal yang dilakukan dalam penelitian ini

    dihitung dari segi biaya pengelolaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan

    serta memasukkan pencurian kayu sebagai faktor pengganggunya.

    B. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menemukan daur finansial yang tepat

    dengan memperhitungkan faktor pencurian pada tegakan jati di KPH Bojonegoro

    Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

    C. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan

    dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam hal penentuan daur

    yang optimal di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

    D. Hipotesis

    Tingginya jumlah pencurian kayu jati di KPH Bojonegoro dapat mempe-

    ngaruhi panjang daur optimal tegakan jati. Semakin tinggi jumlah pencurian kayu

    jati di KPH Bojonegoro maka akan semakin pendek daur optimalnya.

  • TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan

    1. Pengertian Pertumbuhan

    Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran pohon sepanjang umurnya.

    Pertumbuhan ini mencakup pertambahan dimensi pohon berupa diameter, tinggi

    atau volume (Suharlan dan Sudiono, 1973). Menurut Davis dan Johnston (1987)

    pertumbuhan merupakan ukuran dari suatu sifat terpilih tegakan (dimensi tegak-

    an) yang terjadi pada beberapa atau periode waktu tertentu. Jadi jelas bahwa

    pertumbuhan (growth) adalah konsep kecepatan produksi biologis.

    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

    Pertumbuhan merupakan proses yang kompleks, di mana faktor-faktor

    yang mempengaruhinya dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor

    dalam dan faktor luar. Faktor dalam (internal) yang secara tidak langsung mempe-

    ngaruhi pertumbuhan adalah faktor genetik pohon dan perimbangan air yang

    terdapat di dalamnya. Faktor luar yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah

    : iklim, edafis, campur tangan menusia, tumbuhan lain, hama dan penyakit, dan

    bencana (Mualim,1993). Menurut Bruce dan Schumaker (1950), faktor-faktor

    yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan disamping faktor-faktor internal

    dan eksternal tersebut adalah : kerapatan tegakan, dan karakteristik tegakan.

    Laju pertumbuhan meningkat dengan meningkatnya umur, kemudian me-

    nurun setelah melewati batas maksimum. Pertumbuhan maksimum tersebut diper-

    tahankan untuk beberapa tahun dengan sedikit perubahan. Masa pertumbuhan

    maksimum diameter selalu lebih lambat dari masa pertumbuhan maksimum tinggi

    (Baker, 1934).

    B. Riap

    Menurut Davis (1966), Riap adalah pertambahan tumbuh yang diukur da-

    lam suatu periode waktu tertentu. Biasanya riap dipakai untuk menyatakan per-

    tambahan volume pohon atau tegakan persatuan waktu tertentu. Riap juga dipakai

    untuk menyatakan pertambahan nilai tegakan (diameter, tinggi dan volume per

    satuan waktu tertentu).

  • 4

    Riap merupakan faktor yang menentukan potensi hutan. Pada prinsipnya

    besar etat adalah sama dengan besar riap. Apabila penebangan lebih besar dari-

    pada riap, maka akan menimbulkan kemunduran volume tegakan dan mengakibat-

    kan prinsip kelestarian tidak terpenuhi karena kekurangan persediaan. Begitu juga

    sebaliknya, apabila penebangan lebih kecil daripada riap maka akan terjadi kele-

    bihan persediaan tegakan.

    Ada berbagai jenis dari pengertian riap, yaitu :

    1. Riap rata-rata tahunan (mean annual increment MAI)

    MAI =tiVi

    2. Riap tahunan berjalan (current annual increment CAI)

    CAI = titi

    iVVi

  • 5

    tumbuhan berjalan lambat, dan selanjutnya mendekati nol. Melalui gambar 1 di

    bawah ini dapat dilihat kurva pertumbuhan tegakan.

    Kurva Pertumbuhan

    V2

    Riap Perubahan Volume

    Dalam Jangka Waktu Tertentu

    V1

    0 t1 t2

    Gambar 1. Pertumbuhan Volume Tegakan

    Dalam Davis (1966), ukuran pertumbuhan dan hasil tegakan meliputi:

    a. Fisik : volume, tingggi, diameter/ bidang dasar, berat

    b. Nilai uang : merupakan fungsi dari besarnya suku bunga

    c. Intangible yield

    Perkembangan dan pertumbuhan tegakan seumur dapat dipelajari dari

    Tabel Hasil Normal (Normal Yield Tabel). Untuk pertumbuhan tegakan jati dapat

    dipelajari melalui tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing.

    D. Daur

    1. Daur Jati

    Daur adalah jangka waktu antara permudaan atau penanaman hingga te-

    gakan ditebang atau dipanen. Daur yang panjang dalam pengelolaan hutan cende-

  • 6

    rung memiliki permasalahan yang lebih kompleks yang tentunya membawa kon-

    sekuensi kebijaksanaan yang lebih kompleks pula dalam hal keuangannya mau-

    pun dalam hal perencanaan secara umum dibandingkan dengan pengelolaan sum-

    berdaya alam lain, (Davis, 1966).

    Menurut Osmaston (1968), daur adalah interval waktu dari mulai pena-

    naman sampai tegakan dianggap masak tebang dan mendapat giliran untuk dite-

    bang habis dalam suatu kelas perusahaan. Menurut Simon (1993) dalam Amelgia

    (2004), yang dimaksud dengan daur atau rotasi adalah suatu periode dalam tahun

    yang diperlukan untuk menanam dan memelihara suatu jenis pohon sampai

    mencapai umur yang dianggap masak untuk keperluan tertentu. Untuk hutan tidak

    seumur istilah yang digunakan adalah siklus tebangan, sedangkan istilah daur

    lebih banyak dipergunakan untuk hutan tanaman yang sejenis dan mempunyai

    kelas umur sama.

    2. Lamanya Daur

    Davis (1966) menyatakan bahwa lama daur ditentukan oleh interaksi dari be-

    berapa faktor antara lain :

    1. Kecepatan pertumbuhan yang ditentukan oleh :

    a. Species (jenis tanaman).

    b. Tanah dan faktor penentu tempat tumbuh atau kesuburan tanah.

    2. Karakteristik species, seperti jangka waktu kehidupan alami, umur pada

    saat mencapai kulminasi pertumbuhan, dan umur dimana kualitas kayu

    telah mulai menurun.

    3. Respon tanah terhadap beberapa perubahan karena penggunaan yang terus

    menerus.

    4. Faktor ekonomi, yang tergantung dari kombinasi :

    a. Elemen biaya.

    b. Harga dari beberapa ukuran kayu.

    c. Waktu yang dperlukan oleh pohon untuk mencapai ukuran ter-

    tentu.

  • 7

    3. Macam Daur

    Menurut Davis (1966), daur dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe

    sesuai dengan tujuan manajemennya, antara lain :

    a. Daur Fisik Daur fisik merupakan jangka waktu antara saat penanaman sampai

    matinya dari suatu jenis pohon. Daur fisik perlu diperhitungkan didalam

    memilih jenis-jenis untuk hutan lindung. Untuk hutan lindung diperlukan

    pohon-pohon yang selamanya menutupi daerah tersebut.

    b. Daur Silvikultur Daur silvikultur merupakan jangka waktu dari saat penanaman

    hingga pohon dewasa, yaitu saat dimana pohon dapat beregenerasi baik se-

    cara vegetatif (stek, rebung, tunas, dsb) maupun secara generatif (biji yang

    baik).

    c. Daur Teknik Daur Teknik merupakan jangka waktu yang diperlukan dari saat

    penanaman sampai pohon menghasilkan sortimen-sortimen yang dike-

    hendaki. Pada hutan seumur biasanya daur ditentukan atas dasar perpo-

    tongan MAI dan CAI pada saat MAI maksimum. Dalam kondisi ini

    diharapkan produksi tahunan mencapai hasil yang tertinggi, begitu juga

    dengan hasil penjarangannya.

    d. Daur Finansial, Daur finansial merupakan suatu daur yang dipertimbangkan atas dasar

    ekonomi keuangan, yaitu pada saat hasil produksinya memberikan tingkat

    pengembalian finansial (interest) tertinggi dan memiliki daur dimana

    hasilnya paling profitable.

    Daur ini dibedakan atas :

    1. Daur nilai maksimum (maximum value)

  • 8

    Jangka waktu mulai penanaman sampai umur yang dapat mem-

    berikan hasil maksimal (hasil termahal), hasil dinilai dengan

    uang

    2. Daur berdasarkan net income dari tegakan. Disebut juga sebagai

    sewa hutan atau Forest Rent. Daur ini diperhitungkan

    sebagai berikut :

    ReCTrYrFr +=

    Keterangan :

    Fr = Forest rent

    Yr = Pendapatan bersih tebangan akhir

    Tr = Pendapatan bersih tebangan penjarangan

    C = Biaya tanaman

    e = Biaya pengelolaan umum

    R = Daur

    3. Daur nilai Harapan Tanah atau Maximum Soil Value rotation.

    Nilai dasar dari pendapatan bersih (uang) yang dapat diharap-

    kan dengan memilih / menentukan tingkat bunga tertentu.

    E. Memilih Macam Daur

    Cara untuk menentukan daur yang tepat dapat disesuaikan dengan tujuan

    manajemennya, yaitu :

    1. Daur untuk mengendalikan penyediaan pelayanan (service)adalah

    daur Fisik dan daur Silvikultur

    2. Daur untuk mengendalikan produksi hasil hutan adalah daur

    Teknik

    3. Daur untuk mengendalikan pengembalian uang adalah daur

    Finansial.

    Dalam hal penentuan daur optimal, pihak perhutani menentukannya

    dengan mempertimbangkan hal seperti umur masak tebang pohon, karena apabila

  • 9

    pohon telah mencapai umur masak tebang maka akan didapatkan kualitas kayu

    yang seoptimal mungkin. Selain itu, sebagai sebuah perusahaan, perhutani juga

    memperhatikan aspek lain seperti luas areal, ekonomi misalnya cash flow, dan

    aspek kelestarian dengan menebang sesuai riap tumbuh.

    Penentuan daur optimal yang didasarkan pada rumus Faustmann memper-

    timbangkan hal-hal seperti harga jual kayu, biaya penanaman, pajak, suku bunga,

    faktor stokastik, dan pengaruh hutan terhadap lingkungan. Apabila penentuan daur

    optimal dilihat dari segi ekonomi maka umur yang akan dipergunakan sebagai

    daur optimal adalah umur yang memberikan nilai Net Present Value (NPV) yang

    paling tinggi. Umur yang dipilih sebelum atau sesudah umur yang memberikan

    nilai NPV maksimal akan mengakibatkan keuntungan yang akan di-peroleh

    menjadi menurun.

    Dalam Alvarez dan Koskela (2003), daur optimal dipengaruhi oleh harga

    kayu, resiko kehilangan tegakan, dan/ atau pertumbuhan tegakan. Apabila daur

    optimal ditentukan dengan mempertimbangkan resiko kehilangan tegakan maka

    daur optimal akan menjadi lebih pendek sedangkan apabila mempertimbangkan

    harga kayu dan pertumbuhan tegakan maka daur optimal akan menjadi lebih pan-

    jang.

    F. Pencurian Kayu

    Berdasarkan data yang ada, kerusakan hutan terbesar disebabkan oleh pen-

    curian kayu, dibandingkan dengan penyebab lainnya seperti kebakaran hutan, bib-

    rikan, penggembalaan liar maupun bencana alam. Pencurian kayu tersebut juga

    menjadi penyebab kerugian terbesar yang dialami oleh Perhutani. Pencurian kayu

    mengakibatkan hutan didominasi oleh tegakan dari kelas umur muda sehingga hal

    tersebut dapat mengakibatkan menurunnya jatah tebang per jangka untuk KPH

    tersebut. Pencurian juga dapat menyebabkan tidak meratanya sebaran kelas umur

    (KU). Ketika tidak terjadi sebaran yang merata, pemungutan hasil yang berupa

    tebangan akan terputus pada periode tertentu.

    Selama ini, Perhutani telah berusaha mengatasi masalah pencurian kayu

    tersebut, antara lain dengan peningkatan pengamanan hutan, maupun dengan

    program-program peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan,

  • 10

    seperti melalui program Kelompok Tani Hutan (KTH), Pengelolaan Hutan Ber-

    sama Masyarakat (PHBM), dll. Akan tetapi, program tersebut belum dapat meng-

    atasi permasalahan pencurian kayu tersebut.

    Besarnya jumlah pencurian kayu jati yang terjadi di perhutani dapat mem-

    pengaruhi panjangnya daur, akan tetapi tidak semua jenis daur seperti yang dise-

    butkan sebelumnya. Misalnya, pencurian kayu tidak akan mempengaruhi daur

    fisik dan daur silvikultur karena daur fisik hanya bertujuan sampai pohon mati

    secara alami atau dapat beregenerasi secara vegetatif. Jadi, pencurian kayu akan

    mempengaruhi daur seperti daur teknik dan daur finansial.

    G. Hubungan Pencurian dengan Umur

    Menurut Fauzi (2007), perencanaan di bidang kehutanan merupakan kebu-

    tuhan mendasar karena beberapa alasan:

    1. Dunia kehutanan selalu berhadapan dengan kawasan yang luas, keragaman

    kondisi sosek dan keadaan fisik wilayah;

    2. Jangka berproduksi kehutanan memerlukan waktu yang panjang dibanding

    budidaya lainnya:

    3. Karena jangka berproduksi yang panjang itu, maka kehutanan berhadapan

    dengan ketidakpastian (uncertainty) dan risiko yang tinggi;

    4. Pilihan untuk menentukan jenis juga cukup banyak, tetapi sekali ditetap-

    kan jenis yang diusahakan itu akan menyangkut seluruh konsekuensi

    sampai waktu panen.

    Pencurian kayu, terutama kayu jati, menurut pengelola hutan di KPH

    Bojonegoro biasanya terjadi pada tegakan hutan kelas umur II atau III. Hal ini di-

    duga karena kayu pada kelas umur tersebut telah memiliki diameter yang cukup

    besar dan tidak terlalu berat mengangkutnya, atau tidak terlalu besar untuk me-

    nyembunyikannya. Biasanya, semakin besar umur maka akan semakin menurun

    tingkat pencurian terhadap pohon. Pencurian dapat mengakibatkan berkurangnya

    tegakan yang ada di lapangan sehingga nilai dari reliability atau tegakan sisa di la-

    pangan apabila umur semakin tua juga akan semakin kecil.

  • 11

    H. Harga Jual Kayu Jati

    Kayu jati adalah komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi baik di

    pasar nasional maupun internasional. Selain kuat, kayu jati terkenal berserat halus.

    Karena kualitas inilah harga kayu jati menjadi tinggi, apalagi yang sudah berukir-

    ukir rumit. Tingginya harga jual kayu jati dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

    mi-salnya:

    1. Tidak adanya lagi kayu illegal yang beredar di pasaran.

    2. Tingginya permintaan dibandingkan dengan persediaan yang ada.

    3. Terjaganya kelestarian hutan secara lestari.

    4. Biaya produksi yang tinggi.

    Harga jual jati per sortimen memiliki nilai yang berbeda-beda. Biasanya

    semakin besar diameter kayu akan semakin tinggi pula nilai jual kayu tersebut.

    Penjualan jati diukur berdasarkan ukuran per sortimen dimana sortimen AI mem-

    punyai interval diameter 4 19 cm, sortimen AII mempunyai interval 22 29 cm

    dan sortimen AIII mempunyai interval 30 cm up.

  • METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2007 di KPH Bojonegoro

    Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

    B. Alat dan Bahan

    1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat hitung komputer

    (Microsoft Excel), Kalkulator dan Tabel tegakan normal jati Wolff von

    Wulfing.

    2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah :

    a. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan

    Jati jangka berjalan, yang tahun ini menggunakan RPKH 2002-

    2011 yang memuat luas, bonita, kerapatan bidang dasar (KBD)

    b. Harga jual kayu jati,

    c. Biaya pengelolaan hutan,

    d. Jumlah penjualan kayu jati,

    e. Letter A (LA) yang memuat laporan kejadian gangguan hutan.

    C. Pengumpulan Data

    Penelitian ini memanfaatkan data yang telah ada di perusahaan, sehingga

    kemantapan hasil penelitian ini sangat tergantung dari keakuratan data perusa-

    haan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah luas, bonita, kerapatan bi-

    dang dasar (KBD), harga jual kayu jati, biaya pengelolaan hutan, daftar pencurian

    kayu jati, jumlah penjualan kayu jati

    D. Metode Pengolahan dan Analisis Data

    Pembuatan Kurva Pertumbuhan

    Pembuatan kurva pertumbuhan dibutuhkan data tentang riap pertumbuhan

    tegakan. Tetapi, KPH Bojonegoro tidak memiliki Petak Ukur Permanen (PUP)

    yang selalu memantau pertumbuhan diameter tegakan. Oleh karena itu, untuk

  • 13

    membuat model pertumbuhan tegakan digunakan tabel tegakan normal jati Wolff

    von Wulfing. Dari tabel tersebut akan diperoleh volume normal yang kemudian

    dikalikan dengan KBD rata-rata sehingga akan diperoleh volume tegakan.

    Keterangan :

    KBDi : Kerapatan Bidang Dasar rata-rata Kelas Umur ke-i

    Li : Luas Tegakan dengan KBDi dalam Kelas Umur ke-i

    Keterangan :

    a. Untuk volume normal disini ialah volume yang diperoleh dari tabel tegak-

    an normal jati Wolff von Wulfing

    b. KBD yang dipergunakan adalah KBD rata-rata yang diperoleh dengan

    rumus diatas.

    Dari tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing akan diperoleh volume tegakan

    per lima tahunan sehingga dari data riap tersebut dapat diketahui juga riap per

    tahun.

    Perhitungan Kehilangan Tegakan

    Penghitungan kehilangan tegakan jati dilakukan dengan melihat data dari

    register Letter A (LA) . Dari data pencurian kayu jati tersebut dapat diketahui

    jumlah kayu yang hilang dalam satuan tunggak. Kemudian kayu yang telah hilang

    tersebut disusun berdasarkan kelas umur (KU) untuk mengetahui hubungan pelu-

    ang pencurian dengan kelas umur. Penghitungan proporsi kehilangan tegakan

    menggunakan rumus sbb :

    Volume tegakan = Volume normal x KBD

    LiLixKBDirataKBDrata

    =

    )(

    NTTCP = , dengan NT = N x KBD x L

  • 14

    Keterangan :

    P = Proporsi kehilangan tegakan

    TC = Jumlah batang tercuri

    NT = Perkiraaan jumlah pohon total dalam umur tersebut ( batang)

    N = Jmh pohon per Ha dalam tabel normal Wolff von Wulfing (batang/Ha)

    KBD = Kerapatan Bidang Dasar rata-rata

    L = Luas total tegakan dalam umur tersebut

    Reliability

    Reliability adalah suatu keadaan pada hutan setelah terkena gangguan pen-

    curian atau dengan kata lain tegakan yang tersisa setelah terjadi pencurian. Dalam

    penelitian ini reliability di lambangkan dengan Re dan diformulasikan dengan

    Re=te , dimana t adalah umur tegakan dan dan adalah konstanta. Reliability

    ini digunakan untuk menduga berapa persen volume kayu yang akan kita panen

    nantinya dari volume normal.

    Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran

    Pendapatan yang diperoleh perhutani berasal dari hasil penjualan kayu jati

    baik melalui penebangan penjarangan maupun penebangan di akhir daur. Pen-

    dapatan yang diperoleh dari hasil penjualan merupakan hasil penjualan per

    sortimen yaitu sortimen AI, AII dan AIII. Biaya yang harus dikeluarkan dihitung

    mulai dari kegiatan persemaian hingga pemanenan.

    Penentuan Daur Optimal

    Penentuan daur optimal menggunakan faktor finansial dengan memper-

    hitungkan faktor gangguan hutan berupa pencurian kayu. Penentuan daur ini

    menggunakan kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV) yang

    diformulasikan sebagai berikut:

    max NPV = max

    TH

    [ V(T) pe r t - c] R Hutan dalam kondisi

    aman

  • 15

    max NPV = max

    TH

    [ V(T) pe r t et - c] R Hutan terkena gang-

    guan pencurian

    dimana, R= 1 + )1(

    1r+

    + 2)1(1r+

    + 3)1(1r+

    +

    Keterangan :

    H : Luas Hutan

    T : Daur Optimal (yang di cari)

    V(T) : Volume tegakan per hektar pada umur daur

    p : Harga kayu

    c : Biaya pembangunan hutan per hektar

    r : Tingkat suku bunga

    : Konstanta

    : Konstanta

    Daur optimal diperoleh dengan cara menurunkan persamaan NPV

    terhadap T dan memiliki nilai sama dengan nol. Solusi terhadap turunan tersebut

    bagi T adalah daur optimal yang dicari.

    E. Asumsi Dasar Perhitungan

    Asumsi asumsi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah :

    1. Penanaman akan selalu berhasil.

    2. Semua komponen biaya selama periode perhitungan (daur) adalah konstan

    dan menggunakan biaya tahun 2007 serta tidak ada pengeluaran yang tidak

    terduga (irregularly).

    3. Harga Jual Dasar yang dipergunakan merupakan Harga Jual Dasar kayu

    bundar jati dan rimba KBM Pemasaran Kayu II Bojonegoro tahun 2007.

    4. Semua produksi yang dihasilkan merupakan kayu perkakas.

    5. Produksi yang dihasilkan dapat dijual habis.

    6. Suku bunga yang digunakan adalah konstan pada 2%.

  • KEADAAN UMUM LOKASI Keadaaan umum lokasi ini dikutip dari Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) KPH Bojonegoro Jangka Perusahaan 1 Januari 2002 31

    Desember 2011.

    A. Letak Geografis dan Luas

    Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro memiliki luas wilayah

    50.145,4 Ha. Secara administratif, wilayah tersebut berada di Daerah Tingkat II

    Kabupaten Bojonegoro. KPH tersebut memiliki batasan-batasan yaitu di bagian

    Utara berbatasan dengan kota Kabupaten Bojonegoro, di bagian Timur dengan

    KPH Jombang, di bagian Selatan dengan KPH Saradan dan KPH Nganjuk, dan di

    bagian Barat dengan KPH Padangan. Secara Geografis atau berdasarkan garis

    lintang, wilayah KPH Bojonegoro berada di antara 71038 LS sampai 72758

    LS, dan di antara 4540 BT sampai 51642 BT dari jakarta.

    B. Tanah dan Geologi

    Tanah di bagian Utara KPH Bojonegoro merupakan tanah dengan lapisan

    kapur dimana terdapat fosil-fosil yang turut membentuk lapisan kapur dan batu

    pasir. Batu-batu kapur yang sukar lapuk membentuk tanah yang dangkal, tetapi

    baik untuk jati. Tanah kapur tersebut banyak terdapat di Bagian Hutan Ngorogu-

    nung, Dander, Deling bagian Utara, bagian Barat Daya, bagian Timur dan bagian

    Selatan.

    Tanah di bagian Selatan KPH Bojonegoro merupakan lapisan mergel,

    yang dalam pelapukannya berubah menjadi tanah margalit yang liat/lengket dan

    berwarna putih kelabu sampai kelabu kehitam-hitaman. Tanah seperti ini mudah

    terkena erosi, oleh sebab itu keadaan hutannya menjadi kurang baik, sehingga

    pada bagian-bagian tertentu tidak diadakan tebang habis untuk menghindari long-

    sornya tanah.

    Lembah kali Gondang, kali Tretes dan bagian atas Kalitidu memiliki tanah

    liat hitam dimana jenis tanah tersebut dapat mendukung petumbuhan jati dengan

    baik. Tanah di bagian paling selatan, yang mendekati Gunung Pandan termasuk

    kedalam kelompok tanah yang berasal dari pelapukan breccie yang dangkal,

    berwarna hitam, dan perlu dilindungi dari erosi. Di bagian tenggara dari Bagian

  • 17

    Hutan Deling terdapat pula tanah-tanah yang berasal dari pelapukan tuf yang baik

    untuk jati.

    C. Iklim

    Wilayah hutan KPH Bojonegoro terletak pada daerah dengan musim hu-

    jan dan musim kemarau yang jelas. Pada beberapa tempat di sekitar wilayah hutan

    terdapat beberapa stasiun hujan, sehingga dari data stasiun hujan tersebut dapat

    diketahui adanya bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering.

    Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) dalam RPKH (2002), kriteria bulan

    basah, bulan lembab, dan bulan kering adalah sebagai berikut:

    a. Bulan Basah, dengan curah hujan > 100 mm/bln.

    b. Bulan lembab, dengan curah hujan 60-100 mm/bln.

    c. Bulan kering, dengan curah hujan < 60 mm/bln.

    Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering, maka Schmidt dan

    Ferguson menetapkan type iklim di Indonesia dengan mempergunakan rumus

    nilai Q sebagai berikut :

    %100ker xasahratabulanbjumlahrata

    ingratabulanjumlahrataQ

    =

    Wilayah hutan KPH Bojonegoro termasuk type iklim D. Menurut Prof. Ir.

    C. Grartner dalam bukunya Country Reporty of Teak (FAO-1956) dalam RPKH

    (2002), daerah dengan type iklim C,D,dan E adalah baik untuk pertumbuhan Jati.

    D. Keadaan Hutan ( Potensi, Jenis)

    KPH Bojonegoro merupakan kelas perusahaan jati, meskipun juga mena-

    nam tanaman mahoni, sonokeling, sonosiso, sonobrit, dan johar. Susunan kelas

    hutan pada jangka lampau (1992-2001) tercatat bahwa untuk hutan produktif

    seluas 35.996,8 ha (72 %) dan hutan tidak produktif seluas 7.668,8 Ha (15%) dari

    seluruh luas kawasan hutan KPH Bojonegoro.

    Distribusi jenis tanaman di KPH Bojonegoro adalah sebagai berikut :

    1. Jati : 87 %

    2. Mahoni : 7%

  • 18

    3. Sonokeling : 2%

    4. Rimba : 3%

    Dalam pengelolaan direncanakan, jenis-jenis yang persentasenya kecil

    akan dirombak menjadi jenis jati, paling tidak diganti jenis-jenis yang merupakan

    substi-tusi kayu Jati misalnya Mahoni atau Sonokeling.

    Pada kawasan produktif, distribusi Kelas Umur (KU) seluas 30.014,2 Ha

    (83%) dan Miskin Riap seluas 5.982,6 Ha (17%).. Selebihnya berupa kawasan

    tidak produktif seperti Lapangan Tebang Habis Jangka Lampau (LTJL), Tanah

    Kosong (TK), Tanaman Kayu Lain (TKL), Hutan Alam Jati Bertumbuhan Kurang

    (HAJBK), dan Tegakan Jati Bertumbuhan Kurang (TJBK) seluas 7.688,8 Ha,

    bukan untuk produksi kayu jati seperti Tanaman Jenis Kayu Lain (TJKL), Hutan

    Lindung (HL), seluas 3.881,6 Ha, dan tak baik untuk penghasilan (TBP, LDTI,

    SA/ HW,HL dan Alur) seluas 2.578,2 Ha.

    E. Ketenagakerjaan

    Dalam rangka mencapai tujuan pengusahaan hutan yang baik diperlukan

    organisasi pelaksana yang akomodatif. KPH Bojonegoro dipimpin oleh seorang

    Administratur dan dibantu oleh 3 orang wakil, yang masing-masing secara struk-

    tural membawahi areal kerja KPH Bojonegoro yaitu : Bojonegoro Barat, Bojone-

    goro Tengah dan Bojonegoro Timur.

    Kinerja KPH Bojonegoro didukung oleh 723 orang yang terdiri dari

    pegawai negeri sipil yang diperbantukan, pegawai perusahaan, calon pegawai, pe-

    gawai harian, tenaga kontrak, dan tenaga borong. Tenaga kerja tersebut sebagian

    besar adalah tenaga lokal.

    Strategi mendasar yang harus dimiliki KPH Bojonegoro dalam pencapaian

    Pengelolaan Hutan Lestari ialah sikap memperhatikan tenaga kerja khususnya

    dalam perlindungan hak-hak mereka. Hak-hak tenaga kerja tersebut secara umum

    adalah sebagai berikut :

    a. Upah diatas UMR.

    b. Cuti tahunan.

    c. Jaminan sosial tenaga kerja.

    d. Alat perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

  • 19

    e. Peningkatan kapasitas serta hal lain sesuai peraturan perusahaan

    F. Sosial Ekonomi dan Budaya Setempat

    a. Pengembangan Desa Hutan

    Tingkat kemampuan suatu desa dalam penyelenggaraan kehidupan yang

    berkaitan dengan sosial ekonomi dinyatakan dengan tingkat pengembangan desa

    dengan status Swakarya, Swadaya dan Swasembada. Hutan merupakan bagian

    dari lingkungan masyarakat sekitar hutan, sehingga masyarakat dari setiap

    kawasan tingkat desa yang berbeda akan memberi pengaruh yang berbeda pula

    terhadap hutan. Untuk melihat sejauh mana tingkat pengembangan desa pada

    setiap Kecamatan di sekitar wilayah hutan disajikan pada tabel 1.

    Tabel 1 Tingkat Pengembangan Desa Pada Tiap Kecamatan di Sekitar Wilayah

    Hutan KPH Bojonegoro Jumlah Ds. Swakarya Ds. Swadaya Ds. SwasembadaKecamatan

    Desa Luas (Ha)

    Jumlah Luas (Ha)

    Jumlah Luas (Ha)

    Jumlah Luas (Ha)

    Ngambon Ngasem Bubulan Dander Sugihwaras KedungademKalitidu Temayang

    11 23 12 16 17 23 25 12

    179 180 192 118 145 87 83 125

    0 0 1 0 0 0 3 0

    0 0 0 0 0 0 0 0

    0 0 0 0 0 0 3 0

    0 0 0 0 0 0 0 0

    11 23 11 16 17 23 19 12

    179 180 192 118 145 87 83 12

    Jumlah 139 1109 4 0 3 0 132 1109 Sumber Data : Buku Statistik Kabupaten Bojonegoro tahun 2000 dalam RPKH (2002)

    b. Penyebaran Penduduk

    Jumlah penduduk dalam kecamatan-kecamatan yang masuk kedalam

    wilayah kerja KPH Bojonegoro (Kecamatan yang berdekatan dengan desa hutan)

    adalah 420.969 orang yang terdiri dari 49.7% laki-laki dan 50.3% perempuan.

    Pemenuhan kebutuhan akan tenaga kerja guna kegiatan pekerjaan di hutan, seperti

    tebangan, tanaman, KPH Bojonegoro tidak terlalu kesulitan untuk mendapatkan,

    sekalipun kadang-kadang ada hambatan, namun hal itu dapat teratasi dengan baik.

  • 20

    Untuk mengetahui penyebaran penduduk di kecamatan sekitar hutan KPH

    Bojonegoro, pada tabel 2 dibawah ini disajikan data jumlah penduduk menurut

    jenis kelamin di tiap kecamatan.

    Tabel 2 Penyebaran Penduduk Desa di Sekitar Hutan

    No Kecamatan Laki-laki (orang)

    Perempuan (orang)

    Jumlah (orang)

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Ngambon Ngasem Bubulan Dander

    Sugihwaras Kedungadem

    Kalitidu Temayang

    18051 35099 17502 32781 21704 39311 28443 16579

    18481 34885 17906 32768 21946 39176 28987 16810

    36532 69984 35408 65549 43650 79027 57430 33389

    Sumber data : Kantor Statistik Kabupaten Bojonegoro tahun 1999 dalam RPKH (2002)

    G. Bagian Hutan

    Bagian hutan adalah suatu areal hutan yang ditetapkan sebagai Kesatuan

    Produksi dan Kesatuan Exploitasi. Dengan demikian diharapkan dapat menghasil-

    kan kayu setiap tahun secara terus-menerus dalam jumlah yang memenuhi syarat

    pengelolaan hutan yang baik dan sesuai dengan azas kelestarian hutan. Wilayah

    KPH Bojonegoro dibagi ke dalam 6 Bagian Hutan (BH), yaitu :

    1. Bagian Hutan Clangap luas 3.475,8 Ha

    2. Bagian Hutan Dander luas 6.181,6 Ha

    3. Bagian Hutan Ngorogunung luas 7.427,0 Ha

    4. Bagian Hutan Deling luas 8.887,9 Ha

    5. Bagian Hutan Temayang luas 15.713,4 Ha

    6. Bagian Hutan Cerme luas 8.459,7 Ha

    Selanjutnya, masing-masing Bagian Hutan ini dibagi ke dalam petak-petak

    yang berfungsi sebagai Kesatuan Managemen dan Kesatuan Administrasi. Deng-

    an demikian, petak harus memenuhi beberapa syarat antara lain : luasnya tertentu,

    lokasinya, batas, dan nomornya tetap. Lokasi petak tersebut dibatasi dengan alur

    yang dibuat sedemikian rupa, sehingga pada saatnya dapat ditingkatkan sebagai

    jalan angkutan. Pembagian petak pada setiap Bagian Hutan adalah sebagai beri-

    kut:

  • 21

    1. Bagian Hutan Clangap petak 1 s/d 94

    2. Bagian Hutan Dander petak 1 s/d 173

    3. Bagian Hutan Ngorogunung petak 1 s/d 185

    4. Bagian Hutan Cerme petak 1 s/d 104

    5. Bagian Hutan Temayang petak 1 s/d 175

    6. Bagian Hutan Deling petak 1 s/d 201.

    H. Infrastruktur

    a. Jalan Mobil dan Jalan Lori

    Angkutan hasil hutan di KPH Bojonegoro umumnya memakai jalan-jalan

    mobil dan jalan lori. Jenis jalan mobil yang ada berupa jalan desa dan jalan hutan/

    alur.

    b. Tempat Penimbunan Kayu (TPK)

    Tempat penimbunan kayu yang masih digunakan berada di satu lokasi,

    yaitu TPK Bojonegoro dengan luas 45,0933 Ha. Sampai dengan sekarang sudah di

    implementasikan Sub Sistem pemasaran dengan sistem jaringan akses ke Unit II

    Jawa Timur.

  • HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Kurva Pertumbuhan

    Pembuatan kurva pertumbuhan tegakan jati dilakukan dengan mengguna-

    kan tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Dari tabel tegakan tersebut da-

    pat diketahui volume tegakan per lima tahun umur pohon dan jumlah pohon per

    hektar, sehingga dari data tersebut dapat dibuat hubungan antara umur dan volume

    tegakan.

    Hubungan antara umur dan volume tegakan dibatasi untuk bonita 2, bonita

    2,5, bonita 3, dan bonita 3,5 mengingat bonita-bonita tersebut merupakan bonita

    yang dominan terdapat di KPH Bojonegoro. Daftar volume pertumbuhan kayu jati

    per tahun dalam KPH tersebut dapat dillihat pada Lampiran 1.

    Pembuatan kurva pertumbuhan tersebut bertujuan untuk mengetahui besar

    volume kayu jati yang akan dipanen nantinya di tahun yang akan menjadi daur

    finansial atau daur yang menghasilkan keuntungan paling besar untuk KPH Bojo-

    negoro yang selanjutnya akan disebut sebagai daur optimal.

    B. Perhitungan Kehilangan Tegakan

    Perhitungan kehilangan tegakan jati dibatasi hanya oleh kehilangan akibat

    adanya pencurian hutan. Pendugaan pencurian dilakukan dengan penghitungan

    jumlah batang yang hilang yang tercatat dalam buku register Letter A (LA). Data

    pencurian kayu jati tahun 2005 kemudian dipisahkan berdasarkan Kelas Umur

    (KU) dan dibandingkan juga dengan luas per KU-nya. Tabel 3 di bawah menun-

    jukkan jumlah pencurian kayu jati dan luas areal per kelas umur

    Tabel 3 Data Pencurian Kayu Jati Tahun 2005 dan Luas Areal per Kelas Umur

    Kelas Umur (KU) Luas

    (Ha)

    Jumlah Batang Tercuri

    (Batang)

    I 6.460,9 838

    II 4.725,9 2444

    III 6.136,3 1794

    IV 3.073,2 1259

    V 1.537,4 1079

  • 23

    Kelas

    Umur (KU)

    Luas

    (Ha)

    Jumlah Tunggak Tercuri

    (Batang)

    VI VII

    477,3597,2

    400 492

    VIII 462,4 143

    Total 23.470,6 8449 Sumber : Register Pencurian Kayu Jati tahun 2005 yang Sudah Diolah

    Dari data tersebut, dihitung proporsi kehilangan tegakan dengan memban-

    dingkan jumlah tunggak tercuri dengan jumlah pohon total per hektar yang ada

    pada umur akhir KU dari tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Standar

    jumlah pohon normal per hektar yang ada pada tabel tegakan normal jati Wolff

    von Wulfing dapat mempengaruhi proporsi kehilangan tegakan. Maksudnya ada-

    lah, pohon yang ada dalam suatu KU akan dijarangi apabila memasuki KU yang

    lebih besar dari KU sebelumnya, sehingga semakin bertambahnya umur akan

    semakin berkurang jumlah pohon yang ada. Jadi, jumlah pencurian yang terjadi

    masih dalam batas jumlah pohon normal yang akan dijarangi nantinya. Tabel 4 di

    bawah ini menunjukkan proporsi kehilangan tegakan jati akibat pencurian untuk

    setiap Kelas Umur.

    Tabel 4 Proporsi Kehilangan Tegakan Jati akibat Pencurian untuk setiap Kelas

    Umur Proporsi Kehilangan Tegakan Jati untuk Bonita : Kelas Umur

    (KU) 2 2,5 3 3,5

    I 0,0000638 0,0000784 0,000049 0,0001302

    II 0,0004825 0,0005925 0,000753 0,0009849

    III 0,0004058 0,0004973 0,000634 0,0008281

    IV 0,0007582 0,0009312 0,001185 0,0001549

    V 0,0016183 0,0019881 0,002527 0,0033051

    VI 0,0022981 0,0028172 0,003523 0,0047001

    VII 0,0026047 0,0031926 0,004068 0,0053148

    VIII 0.0010992 0,0013482 0,001717 0,0022412

    Total 0,0093306 0,0113455 0,014456 0,0176593

  • 24

    Pada tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi terbesar kehilangan

    tegakan jati akibat adanya pencurian yang terjadi pada tahun 2005 terdapat pada

    KU VII dengan nilai untuk bonita 2 s/d 3,5 secara berturut-turut adalah

    0,0026047, 0,0031926, 0,004068, 0,0053148. Nilai ini menunjukkan banyaknya

    jumlah pohon yang tercuri per jumlah pohon total normal yang diperoleh dari

    tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Apabila diurutkan berdasarkan be-

    sarnya nilai proporsi kehilangan tegakan jati secara berurutan dari yang terbesar

    hingga yang terkecil adalah KU VII, VI, V, VIII. IV, II, III, dan KU I.

    Tabel 4 diatas digunakan untuk menyusun kurva reliability dengan cara

    mengurangkan nilai satu dengan proporsi kehilangan yang telah disebutkan sebe-

    lumnya sehingga akan didapat volume perkiraan yang akan kita panen nantinnya

    di akhir daur. Dari pengolahan data pencurian di dapat nilai 000005.0= dan

    35.1= . Tabel 5 di bawah ini memperlihatkan nilai reliability atau tegakan sisa

    (Re) untuk setiap umur.

    Tabel 5 Nilai Tegakan yang Tersisa (Re) untuk setiap Umur

    Umur Re Umur Re Umur Re Umur Re 1 0.999930 21 0.999201 41 0.998554 61 0.9980012 0.999900 22 0.999165 42 0.998525 62 0.9979733 0.999867 23 0.999130 43 0.998496 63 0.9979454 0.999833 24 0.999095 44 0.998468 64 0.9979175 0.999798 25 0.999060 45 0.998440 65 0.9978896 0.999762 26 0.999026 46 0.998412 66 0.9978607 0.999725 27 0.998992 47 0.998384 67 0.9978318 0.999688 28 0.998958 48 0.998356 68 0.9978029 0.999650 29 0.998925 49 0.998329 69 0.997772

    10 0.999613 30 0.998892 50 0.998301 70 0.99774211 0.999575 31 0.998859 51 0.998274 71 0.99771112 0.999537 32 0.998827 52 0.998247 72 0.99768013 0.999499 33 0.998795 53 0.998220 73 0.99764914 0.999461 34 0.998764 54 0.998192 74 0.99761715 0.999423 35 0.998733 55 0.998165 75 0.99758516 0.999385 36 0.998702 56 0.998138 76 0.99755217 0.999348 37 0.998672 57 0.998111 77 0.99751818 0.999311 38 0.998642 58 0.998084 78 0.99748419 0.999274 39 0.998612 59 0.998056 79 0.99744920 0.999237 40 0.998583 60 0.998029 80 0.997413

  • 25

    Nilai reliability diatas menunjukkan bahwa peluang untuk memanen po-

    hon pada umur tertentu masih sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa inten-

    sitas pencurian yang terjadi kurang lebih sama dengan intensitas penjarangan yang

    harus dilakukan.

    C. Biaya Pengelolaan

    Pengusahaan hutan jati di KPH Bojonegoro terdiri dari beberapa kegiatan yang memerlukan biaya yang tidak sedikit, yaitu mulai dari persemaian hingga

    pemanenan. Biaya-biaya pengelolaan untuk penentuan daur dalam penelitian ini

    meliputi kegiatan persemaian, penanaman, perawatan, pengamanan, dan pema-

    nenan. Biaya yang dikeluarkan pada setiap kegiatan mengacu pada buku Rencana

    Kerja dan Anggaran Perusahaan KPH Bojonegoro Tahun 2007 (Tabel 6).

    Tabel 6 Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Hutan Jati KPH Bojonegoro No Kegiatan Satuan Biaya

    1 Persemaian Rp/Ha/Th 554.556,58

    2 Penanaman Rp/Ha/Th 1.697.027,79

    3 Perawatan Rp/Ha/Th 194.475,17

    4 Pengamanan Rp/Ha/Th 4.392,32

    5 Pemanenan Rp/m3 125.015,46

    Sumber : Buku Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan KPH Bojonegoro Tahun 2007 yang Sudah Diolah.

    Untuk memudahkan pengolahan data, biaya kegiatan pemanenan yang me-

    miliki satuan berbeda dengan biaya kegiatan pengelolaan lainnya dimasukkan ke

    dalam nilai jual per KU. Jadi harga jual kayu jati per KU yang memiliki satuan

    Rp/ m3 telah dikurangi dengan biaya kegiatan pemanenan.

    D. Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran

    Pendapatan yang diperoleh oleh KPH Bojonegoro berasal dari penjualan

    kayu jati. Harga kayu jati dalam penelitian ini menggunakan Harga Jual Dasar

    (HJD) kayu bundar jati dan rimba KBM Pemasaran Kayu II Bojonegoro tahun

    2007. Harga Jual Dasar dipilah menurut ukuran diameter kayu. Diameter dikelom-

    pokkan, yang selanjutnya disebut sortimen, ke dalam 3 kategori, yaitu sortimen AI

  • 26

    mempunyai interval diameter 4 19 cm, sortimen AII mempunyai interval 22

    29 cm, dan sortimen AIII mempunyai interval 30 cm dan lebih. Tabel 7 di bawah

    ini memperlihatkan harga jual tertimbang per meter kubik kayu jati dengan mem-

    perhatikan distribusi sortimen yang di produksi.

    Tabel 7 Prosentase Produksi Tebang Habis Jati per Sortimen dan Harga Jual Tertimbang per Kelas Umur (KU)

    Sortimen Kelas Umur (KU) AI (%) AII (%) AIII (%)

    Harga Jual (Rp/m3)

    I 100 0 0 375.900

    II 100 0 0 375.900

    III 90 10 0 510.761

    IV 60 34 6 989.088

    V 58 34 8 1.040.641

    VI 55 34 11 1.117.970

    VII 45 25 30 1.486.346

    Harga jual yang dimaksud dalam tabel 7 adalah harga jual kayu apabila

    perusahaan tersebut hendak menjual tegakannya pada saat berumur dalam KU di-

    atas. Dari data tersebut dapat diketahui pertumbuhan harga seperti yang terlihat

    pada pada Gambar 2.

    Pertumbuhan Harga

    y = 19091x - 46265

    -200000-100000

    0100000200000300000400000500000600000700000800000900000

    1000000110000012000001300000140000015000001600000

    1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79

    Harga

    Linear(Harga)

    Gambar 2. Pertumbuhan Harga Jual Kayu Jati yang Sudah Diolah

  • 27

    Keterangan gambar :

    X : Umur (Tahun)

    Y : Harga Kayu (Rupiah/ m3)

    E. Penentuan Daur Optimal

    Dengan menggunakan rumus NPV =

    TH

    [ V(T) pe r T - c] R dapat

    disusun tabel yang menunjukkan hubungan antara NVP dan umur. Penetapan daur

    finansial merupakan keputusan untuk memilih waktu yang memberikan NPV

    paling tinggi. Penghitungan NPV menggunakan tingkat suku bunga sebesar 2 %,

    luas produktif 26.187,2 Ha, dan biaya pengelolaan hutan per hektar untuk semua

    kegiatan dalam satu daur adalah Rp 3.120.368,442.

    Nilai NPV maksimum untuk bonita 2 sebesar Rp 13.945.263.658 yang ter-

    jadi pada daur 35 tahun, untuk bonita 2,5 sebesar Rp 16.312.019.960 yang terjadi

    pada daur 36 tahun, untuk bonita 3 sebesar Rp 19.190.789.273 yang terjadi pada

    daur 35 tahun, dan untuk bonita 3,5 sebesar Rp 22.866.817.256 yang terjadi pada

    daur 36 tahun. Tabel lampiran 2 memuat nilai NPV maksimum untuk setiap umur

    daur. Gambar 3 menunjukkan grafik NPV bonita 3 dalam kondisi aman.

    NPV Kondisi Aman

    -10000000000

    -5000000000

    0

    5000000000

    10000000000

    15000000000

    20000000000

    25000000000

    1 12 23 34 45 56 67 78

    Umur

    NPV NPV

    Gambar 3 Grafik NPV bonita 3 dalam kondisi aman

    Dengan memasukkan faktor pencurian di KPH yang relatif kecil, maka ni-

    lai NPV yang dihasilkan tidak terlalu jauh berbeda dengan NPV dalam kondisi

    aman. Nilai NPV yang dicapai setelah dimasukkan faktor penggangu akibat pen-

  • 28

    curian dapat dilihat pada tabel lampiran 3. Gambar 4 di bawah ini menunjukkan

    grafik NPV bonita 3 dan dalam kondisi terkena gangguan pencurian.

    NPV akibat Pencurian

    -8000000000-6000000000-4000000000-2000000000

    02000000000400000000060000000008000000000

    10000000000120000000001400000000016000000000180000000002000000000022000000000

    1 11 21 31 41 51 61 71

    Umur

    NPV

    NPV

    Gambar 4 Grafik NPV bonita 3 dalam kondisi terkena gangguan pencurian

    Dengan cara perhitungan di atas, nilai NPV tertinggi untuk bonita 2 hingga

    3,5 dicapai pada saat tegakan berumur 35 dan 36 tahun. Ini merupakan daur opti-

    mal tanpa pencurian. Daur ini tidak banyak berubah setelah dimasukkan faktor

    pencurian yang relatif kecil. Sementara itu, daur yang digunakan oleh Perhutani

    KPH Bojonegoro adalah 60 tahun. Perbedaan ini mempunyai implikasi yang

    sangat penting terhadap perilaku pengambil keputusan di lingkungan Perhutani.

    Daur 60 tahun tersebut masih berada pada nilai NPV yang positif sehingga dapat

    dikatakan masih dalam keadaan untung tapi tidak dalam keadaan yang maksimal.

    Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pemanenan atau penebangan tetap

    saja tidak dilakukan sesuai umur daur, melainkan dibawah umur daur sehingga

    umur tebang rata-rata lebih rendah dari daur. Umur Tebang Rata-rata (UTR) ada-

    lah umur rata-rata tanaman ditambah setengah daur. Yang di maksud dengan

    umur rata-rata tanaman adalah angka rata-rata aritmatik, yang didapat dari jumlah

    perkalian luas masing-masing umur tengah dibagi dengan jumlah luas.

    Nilai UTR ini sangat dipengaruhi struktur kelas hutan suatu tegakan,

    dimana apabila tegakan didominasi oleh kelas umur muda maka UTR-nya akan

  • 29

    lebih rendah dibanding dengan tegakan yang didominasi oleh kelas umur tua. Un-

    tuk mengantisipasi nilai UTR yang terus menurun seiring dengan merosotnya

    potensi tegakan hutan, maka digunakan konsep Umur Tebang Minimum (UTM)

    sebagai faktor pembatas umur tegakan paling rendah yang boleh ditebang pada

    suatu jangka tertentu.

    Umur Tebang Minimum (UTM) adalah umur minimum suatu tegakan

    boleh ditebang, atau dengan kata lain batas umur terendah dibawah daur yang di-

    perkenankan untuk ditebang. Apabila terjadi atau menurut perhitungan ada te-

    bangan dibawah daur, maka harus diadakan jangka benah. Tabel 8 memerlihatkan

    umur tebang rata-rata untuk setiap Bagian Hutan di KPH Bojonegoro.

    Tabel 8 Umur Tebang Rata-rata (UTR) per Bagian Hutan (BH)

    No Bagian Hutan UTR

    1 Dander 48

    2 Deling 59

    3 Cerme 51

    4 Clangap 42

    5 Ngorogunung 55

    6 Temayang 58

    F. Insentif Menurunkan Daur

    Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan oleh pihak perhutani untuk

    menurunkan daur. Salah satunya adalah mendominasinya tegakan-tegakan muda

    sehingga membuat kegiatan penebangan dilakukan sebelum daur.

    Perubahan daur dengan menggunakan daur yang diteliti dapat memberikan

    keuntungan dan kerugian. Memberi keuntungan misalnya adalah penyerapan tena-

    ga kerja yang menjadi lebih besar sehingga secara tidak langsung dapat mengu-

    rangi pengangguran. Memberi kerugian misalnya adalah membuat masalah ling-

    kungan yaitu kegiatan pembangunan hutan menjadi 2 kali lipat dan di akhir daur

    menyebabkan rusaknya lingkungan juga bisa menjadi 2 kali lipat yang diakibat-

    kan oleh pemanenan atau eksploitasi hutan.

  • 30

    Apabila dilakukan pembandingan daur KPH Bojonegoro yang ditetapkan

    oleh Perhutani dengan daur yang diperoleh melalui penelitian ini sungguh jauh

    berbeda, bahkan hampir setengah dari daur Perhutani itu sendiri. Perbedaan yang

    sangat jauh tersebut dapat digunakan sebagai sumber insentif bagi para pengelola

    hutan untuk menurunkan umur tebangan. Pengurangan daur hingga umur 35-36

    tahun akan meningkatkan keuntungan perusahaan yang sebagian diperkirakan me-

    ngalir menjadi keuntungan pegawai, misalnya melalui pembagian jasa produksi.

  • KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

    1. Pencurian yang terjadi di KPH Bojonegoro masih terlalu kecil untuk

    dapat mempengaruhi NPV dan daur optimal.

    2. Daur optimal yang ditemukan dalam penelitian ini sangat jauh berbeda

    dengan daur yang telah ditetapkan oleh Perum Perhutani untuk KPH

    Bojonegoro. Berdasarkan penelitian ini, daur yang optimal adalah 35

    dan 36 tahun, dan daur jati di KPH Bojonegoro adalah 60 tahun

    B. Saran Ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

    atau masukan bagi peneliti selanjutnya serta Perum Perhutani, khususnya KPH

    Bojonegoro dalam pengelolaan hutan jati adalah :

    1. Mengadministrasikan daftar pencurian kayu sesuai dengan apa yang ter-

    jadi dengan baik,

    2. Melakukan pendataan ulang terhadap tegakan melalui neraca stok tegakan

    di lapangan

    3. Perlu diadakan kajian lebih lanjut terhadap daur optimal yang ada seka-

    rang.

  • DAFTAR PUSTAKA Alvarez Luis H.R , Erkki Koskela. 2003. Department of Economics, Quantitative

    Methods in Management, Turku School of Economics and Business

    Administration, FIN-20500 Turku, Finland, e-mail: luis.alvarez@tukkk.

    Amelgia, Rizki. 2004. Pembentukan Hutan Normal Pada Kelas Perusahaan Jati di

    Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [Skripsi]. Bogor:

    Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

    Baker, Frederick S, et al. 1950. The Principles Of Silviculture. Dr.Ir.Djoko

    Marsono penerjemah. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

    tahun 1987. Yogyakarta.

    Bruce, Donald dan Francis X. Schumaker. 1950. Forest Mensuration. Third

    Edition. McGraw-Hill Book Co. New York.

    Davis, Kenneth P. 1966. Forest management : Regulation and Valuation.

    McGraw Hill, Inc. New york.

    Davis, L.S dan K.N. Johnston. 1987. Forest Management. Third Edition.

    McGraw-Hill Book Co. New York.

    Fauzi, Hamdani. Perubahan selera masyarakat dan permintaan pasar dapat

    berpengaruh besar terhadap pilihan yang ditetapkan itu. http://www.

    google.com [ 20 Nov 2007].

    Mualim. 1993. Penerapan Multiphase Sampling dalam Pendugaan Pertumbuhan

    Diameter (Pinus merkusii Jungh et de Vries) di Perum Perhutani Unit I

    Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian

    Bogor.

  • 33

    Osmaston, F.C.1968. The Management of Forest. George Allen and Unwin LTD.

    London.

    Perum Perhutani. 2002. RPKH Kelas Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan

    Hutan Bojonegoro Jangka Perusahaan 1 Januari 2002 s/d 31 Desember

    2011. Bojonegoro.

    Prodan. 1968. Forest Biometric. English Editions. Pergamon Press, New York.

    Suharlan, Ak. dan Sudiono, Y. 1973. Ilmu Ukur Hutan. Bagian Pendidikan,

    Sekjen Kehutanan. Bogor.

  • 0

    LAMPIRAN

  • 42

    Lampiran 1. Daftar Volume Pertumbuhan Kayu Jati Per Tahun

    Bonita 2 Bonita 2,5 Bonita 3 Bonita 3,5 umur vol umur vol teg umur vol teg umur vol teg

    1 7.052421 1 8.081155 1 8.736486 1 9.9715262 9.232216 2 10.5985 2 11.78351 2 13.620243 11.36628 3 13.06574 3 14.76633 3 17.191724 13.45544 4 15.48371 4 17.68607 4 20.687335 15.50048 5 17.85326 5 20.54386 5 24.108466 17.50223 6 20.17522 6 23.34082 6 27.456507 19.46150 7 22.45045 7 26.07809 7 30.732828 21.37910 8 24.67978 8 28.75678 8 33.938809 23.25583 9 26.86405 9 31.37804 9 37.07584

    10 25.09251 10 29.00410 10 33.94298 10 40.1453111 26.88995 11 31.10078 11 36.45274 11 43.1485912 28.64896 12 33.15493 12 38.90844 12 46.0870713 30.37034 13 35.16739 13 41.31121 13 48.9621314 32.05492 14 37.13901 14 43.66218 14 51.7751615 33.70350 15 39.07061 15 45.96248 15 54.5275216 35.31689 16 40.96306 16 48.21323 16 57.2206217 36.89590 17 42.81718 17 50.41557 17 59.8558218 38.44134 18 44.63382 18 52.57062 18 62.4345119 39.95403 19 46.41382 19 54.67951 19 64.9580820 41.43477 20 48.15802 20 56.74336 20 67.4279021 42.88438 21 49.86727 21 58.76331 21 69.8453622 44.30366 22 51.54240 22 60.74048 22 72.2118423 45.69342 23 53.18427 23 62.67601 23 74.5287324 47.05448 24 54.79370 24 64.57101 24 76.7974025 48.38765 25 56.37155 25 66.42662 25 79.0192426 49.69374 26 57.91865 26 68.24397 26 81.1956327 50.97355 27 59.43584 27 70.02417 27 83.3279628 52.22791 28 60.92398 28 71.76837 28 85.4176029 53.45761 29 62.38389 29 73.47769 29 87.4659330 54.66347 30 63.81642 30 75.15326 30 89.4743531 55.8463 31 65.22242 31 76.79620 31 91.4442332 57.00692 32 66.60272 32 78.40765 32 93.3769533 58.14612 33 67.95816 33 79.98872 33 95.2739134 59.26473 34 69.28960 34 81.54056 34 97.1364735 60.36355 35 70.59786 35 83.06428 35 98.9660236 61.44339 36 71.88380 36 84.56102 36 100.764037 62.50507 37 73.14825 37 86.03190 37 102.531638 63.54939 38 74.39206 38 87.47805 38 104.270539 64.57717 39 75.61606 39 88.90060 39 105.981840 65.58921 40 76.82110 40 90.30068 40 107.667141 66.58633 41 78.00802 41 91.67941 41 109.327642 67,56934 42 79,17767 42 93,03793 42 110,964843 68.53904 43 80.33088 43 94.37736 43 112.5801

  • 42

    Bonita 2 Bonita 2,5 Bonita 3 Bonita 3,5 umur vol umur vol teg umur vol teg umur vol teg

    44 69.49625 44 81.46849 44 95.69883 44 114.174845 70.44178 45 82.59136 45 97.00346 45 115.750346 71.37644 46 83.70031 46 98.29239 46 117.30847 72.30104 47 84.7962 47 99.56674 47 118.849348 73.21639 48 85.87986 48 100.8276 48 120.375549 74.12331 49 86.95213 49 102.0762 49 121.888150 75.02259 50 88.01386 50 103.3136 50 123.388451 75.91506 51 89.06589 51 104.5409 51 124.877952 76.80152 52 90.10906 52 105.7593 52 126.357853 77.68278 53 91.14421 53 106.9699 53 127.829654 78.55966 54 92.17219 54 108.1738 54 129.294755 79.43296 55 93.19383 55 109.3722 55 130.754456 80.30349 56 94.20998 56 110.5661 56 132.210157 81.17208 57 95.22148 57 111.7567 57 133.663258 82.03952 58 96.22918 58 112.9452 58 135.115159 82.90663 59 97.2339 59 114.1326 59 136.567260 83.77421 60 98.2365 60 115.3201 60 138.020961 84.64308 61 99.23782 61 116.5088 61 139.477462 85.51406 62 100.2387 62 117.6999 62 140.938363 86.38794 63 101.24 63 118.8944 63 142.404964 87.26554 64 102.2425 64 120.0935 64 143.878665 88.14767 65 103.2471 65 121.2984 65 145.360766 89.03515 66 104.2546 66 122.5101 66 146.852767 89.92877 67 105.2659 67 123.7298 67 148.355968 90.82936 68 106.2818 68 124.9586 68 149.871769 91.73772 69 107.3032 69 126.1976 69 151.401670 92.65467 70 108.3308 70 127.4481 70 152.946871 93.58101 71 109.3656 71 128.711 71 154.508772 94.51756 72 110.4084 72 129.9875 72 156.088873 95.46512 73 111.4599 73 131.2788 73 157.688474 96.4245 74 112.5212 74 132.5859 74 159.308975 97.39653 75 113.5929 75 133.9101 75 160.951776 98.382 76 114.676 76 135.2524 76 162.618277 99.38173 77 115.7713 77 136.614 77 164.309878 100.3965 78 116.8796 78 137.996 78 166.027779 101.4272 79 118.0017 79 139.3994 79 167.773580 102.4746 80 119.1386 80 140.8256 80 169.5485

    Sumber: Tabel Tegakan Normal Jati Wolff von Wulfing yang sudah diolah

  • 42

    Lampiran 2 Rekapitulasi Perhitungan NPV dalam Kondisi Aman

    1. Untuk Bonita 2

    Umur NPV 1 -4922322822

    2 -941904215.5 3 10254566114 24444499685 36102414546 46229862927 55270477848 63457964469 7093242884

    10 777863010811 840861975712 898824809613 952162870414 1001215281415 1046277679816 1087608453817 1125440735218 1159988300019 1191446292220 1219997186521 1245807485622 1269040296923 1289841621424 1308354607625 1324710431426 1339037207427 1351454210428 1362074343329 1371004504130 1378348419031 1384204663032 1388976308033 1391816050634 1393741583935 1394526365836 1394240775237 1392956636238 1390747932739 1387676347840 13837998363

    41 1379185291942 1373884233343 1367951295244 1361431712445 1354380923946 1346841987047 1338851798348 1330458330449 1321700530750 1312607930451 1303218339252 1297565088453 1283682411854 1273594621755 1263330685956 1252911344757 1242370922958 1231722910959 1220990704460 1210200289661 1199364263962 1188501759563 1177630631564 1166763307365 1167734843766 1145104434867 1134335865868 1123625625169 1112984685570 1102418559771 1091945175172 1081559083173 1071281057974 1061108274975 1051055534576 1041118177877 1031314905778 1021638027979 1012096342480 10026912462

  • 42

  • 42

    NPV Kondisi Aman

    -10000000000

    -5000000000

    0

    5000000000

    10000000000

    15000000000

    1 10 19 28 37 46 55 64 73

    Umur

    NPV

    NPV

    Grafik NPV Bonita 2 untuk Kondisi Aman

  • 42

    2. Untuk Bonita 2,5

    umur Npv 1 -56398845852 -10808357333 11792465004 28133970195 41587035656 53294977507 63763845798 73259933179 8194265906

    10 899170195111 972585681112 1040243207813 1102607994414 1160063005215 1212941907016 1261536080317 1306108364618 1346899795919 1384130362720 1418005863421 1448714015722 1476439032923 1501345647924 1523595657425 1543337285826 1560715533827 1575865429328 1588914880229 1599985082930 1609193812031 1616653098332 1622466420833 1626734896934 1629551430535 1631013719236 1631201996037 1630198377938 1628087701439 1624940588040 1620823461241 1615813376142 1609969536543 1603354941744 1596021713145 15880340648

    46 1579441823247 1570287706148 1560627531549 1550506639450 1539959422551 1529030077252 1522450721653 1506182264654 1494332576455 1482242710556 1469937222157 1457456665458 1444817209759 1432046699160 1419176062861 1406220572762 1393203206263 1380145480164 1367062583465 1367817546866 1340899358767 1327847354868 1314836856169 1301881470270 1288988435271 1276179518472 1263449173073 1250822506574 1238297063575 1225890971876 1213599656877 1201445784578 1189421255879 1177537187280 11657960717

  • 42

    NPV Kondisi Aman

    -10000000000

    -5000000000

    0

    5000000000

    10000000000

    15000000000

    20000000000

    1 13 25 37 49 61 73

    Umur

    NPV

    npv

    Grafik NPV Bonita 2,5 untuk Kondisi Aman

  • 42

    3. Untuk Bonita 3

    umur NPV 1 -60969907672 -12013346933 13331397774 32140113855 47859176126 61662135197 74072118228 85367356779 9571680961

    10 1052335947711 1140006092912 1220814872313 1295290450814 1363873810215 1426954047916 1484874498717 1537947527318 1586461552819 1630681324620 1670855573621 1707212132122 1739974899823 1769344869824 1795519518325 1818680194526 1839004262527 1856657110628 1871795487629 1884567968230 1895118818331 1903585253132 1910094131733 1914769247634 1917724444035 1919078927336 1918931080337 1917381240938 1914532686739 1910471727040 1905279497841 1899049401042 1891853629743 1883768624544 1874857840345 1865198740646 18548516974

    umur NPV 47 1843868557148 1832316377449 1820249747050 1807710248051 1794750823852 1786926402753 1767760358554 1753811506255 1739612276756 1725191927957 1710598388758 1695850869159 1680982186860 1666028694161 1651008282162 1635947809763 1620872349864 1606111515465 1607015648166 1575751845767 1560809530168 1545946483869 1531178160870 1516512481971 1501974424472 1487556792573 1473288437974 1459165738175 1445209289876 1431412916377 1417802540678 1404367787879 1391120935080 13780640717

  • 42

    NPV Kondisi Aman

    -10000000000

    -5000000000

    0

    5000000000

    10000000000

    15000000000

    20000000000

    25000000000

    1 10 19 28 37 46 55 64 73

    Umur

    NPV NPV

    Grafik NPV Bonita 3 untuk Kondisi Aman

  • 42

    4. Untuk Bonita 3,5

    umur NPV 1 -69584555082 -13881037783 15526217434 37599459305 56168722996 72540491317 87298970358 100756324109 11310328078

    10 1244684120211 1349466523312 1446113700813 1535238789314 1617356457915 1692923044216 1762342755317 1825984523718 1884189887719 1937273005920 1985529522821 2029230614922 2068643040823 2104006509424 2135556667125 2163510060926 2188078544927 2209459751428 2227841039429 2243400033730 2256309216031 2266732653932 2274822058833 2280725461434 2284579009935 2286525209536 2286681725637 2285168517438 2282109017039 2277606403140 2271757654141 2264674343642 2256442731743 2247154116144 2236884280245 2225725696146 22137504260

    umur NPV 47 2201020334748 2187615423749 2173600798350 2159026016851 2143954188752 2135022007853 2112543579554 2096302663655 2079766608556 2062970177257 2045970451958 2028790170459 2011468337160 1994048188561 1976550870062 1959008256263 1941450086764 1923897124165 1925866314366 1888913886767 1871521906468 1854225849769 1837043954970 1819985427671 1803079946272 1786318581673 1769735683374 1753326617175 1737115846576 1721095671477 1705296985878 1689707051579 1674340374780 16591992169

  • 50

    NPV Bonita 3.5

    -10000000000

    -5000000000

    0

    5000000000

    10000000000

    15000000000

    20000000000

    25000000000

    1 10 19 28 37 46 55 64 73Umur

    NPV

    npv

    Grafik NPV Bonita 3,5 untuk Kondisi Aman

  • 50

    Lampiran 3 Rekapitulasi Perhitungan NPV akibat Pencurian 1. Untuk Bonita 2

    umur NPV 1 -49219789622 -941809566.13 10253201714 24440415305 36095112766 46218847097 55255279668 63438154949 7090762283

    10 777561589811 840504251112 898408284413 951685473714 1000675350515 1045673935716 1086939978517 1124706945818 1159188922419 1190581337120 1219066923321 1244812421122 1267981146723 1288719293324 1307170175425 1323465118826 1337732364527 1350091298228 1360654916729 1369530196430 1376820925131 1382625725432 1387347341233 1390139590734 1392019085835 1392759647136 1392431655337 1391106921938 1388859403239 1385750760040 13818389197

    41 1377190726742 1371857663043 1365894314444 1359345873245 1352267713546 1344702839947 1336688101048 1328271398149 1319491616450 1310378236851 1300969000752 1295290161853 1281396922954 1271292502355 1261012814556 1250578546257 1240023941058 1229362445059 1218617389260 1207814688561 1196966893262 1186093074563 1175211027764 1164333130665 1165269428766 1142653916367 1131875478768 1121155498069 1110504896870 1099929148971 1089446114372 1079050330073 1068762495274 1058579764575 1048516875676 1038569153677 1028755226078 1019067393579 1009514404380 10000976242

  • 50

    NPV akibat Pencurian

    -6000000000

    -4000000000

    -2000000000

    0

    2000000000

    4000000000

    6000000000

    8000000000

    10000000000

    12000000000

    14000000000

    16000000000

    1 13 25 37 49 61 73Umur

    NPV

    NPV

    Grafik NPV Bonita 2 untuk Kondisi Terkena Gangguan Pencurian

  • 50

    2. Untuk Bonita 2,5

    umur NPV

    1 -5639411095 2 -1080704880 3 1179057126 4 2812828836 5 4157685692 6 5327959247 7 6374258272 8 7323217347 9 8190784384

    10 8987465231 11 9720821495 12 10396560940 13 11019341686 14 11592999086 15 12120875197 16 12605888921 17 13050673415 18 13457643444 19 13829002985 20 14166813762 21 14472956409 22 14749276120 23 14997423065 24 15219017699 25 15415544522 26 15588455480 27 15739102574 28 15868766368 29 15978660096 30 16069962536 31 16143794825 32 16201192455 33 16243167093 34 16270648166 35 16284612755 36 16285863366 37 16275221134 38 16253534168 39 16221508504 40 16179808118 41 16129202982 42 16070284735 43 16003682784 44 15929917850 45 15849631252 46 15763320602

    umur NPV 47 15671412487 48 15574464153 49 15472928201 50 15367147916 51 15257564358 52 15191395783 53 15028556555 54 14909818438 55 14788693144 56 14665425512 57 14540419967 58 14413837615 59 14285956014 60 14157083467 61 14027372058 62 13897050721 63 13766333798 64 13635372498 65 13642434592 66 13373494326 67 13242859318 68 13112643679 69 12982982784 70 12853948481 71 12725757500 72 12598354187 73 12471988565 74 12346635801 75 12222476300 76 12099464108 77 11977824856 78 11857477450 79 11738532369 80 11621014119

  • 50

    Grafik NPV Bonita 2,5 untuk Kondisi Terkena Gangguan Pencurian

    NPV akibat Pencurian

    -8000000000-6000000000-4000000000-2000000000

    02000000000400000000060000000008000000000

    1000000000012000000000140000000001600000000018000000000

    1 12 23 34 45 56 67 78

    Umur

    NPV

    NPV

  • 50

    3. Untuk Bonita 3

    umur NPV 1 -60964220842 -12011668813 13328872414 32132346595 47845018456 61640464687 74041883338 85327595529 9566665750

    10 1051722877311 1139274830012 1219959752813 1294306748014 1362757695615 1425702538416 1483485406817 1536419405418 1584793636219 1628873478620 1668908237021 1705126270522 1737751942923 1766986674924 1793028313725 1816058542526 1836255009927 1853783352728 1868800531829 1881455299830 1891892063131 1900248146932 1906650498733 1911222969534 1914079443335 1915339125036 1915100405337 1913463598938 1910531927639 1906391655240 1901123861641 1894821844942 1887557721143 1879407826744 1870435526345 1860718145346 1850315943247 18392806628

    umur NPV 48 1827679209349 1815566038350 1802982622751 1789981759452 1782103370453 1762915280454 1748931583955 1734699436256 1720247978957 1705624966758 1690849513059 1675954296460 1660975515061 1645930958062 1630847352863 1615749643464 1600966335465 1601797837066 1570566540767 1555604359068 1540721754069 1525934070570 1511249145871 1496691812672 1482254842773 1467966927574 1453824398875 1439847719676 1426030677177 1412399038178 1398942407379 1385672955680 13725927047

  • 50

    NPV akibat Pencurian

    -8000000000-6000000000-4000000000-2000000000

    02000000000400000000060000000008000000000

    10000000000120000000001400000000016000000000180000000002000000000022000000000

    1 11 21 31 41 51 61 71

    Umur

    NPV

    NPV

    Grafik NPV Bonita 3 untuk Kondisi Terkena Gangguan Pencurian

  • 50

    4. Untuk Bonita 3,5

    umur NPV 1 -69576796422 -13878679993 15522606114 37588231685 56148101806 72508749887 8725449374810069763518911302905145

    101243774673111134837969201214448407458131533772397914161569068451516910532295161760265450617182369740571818816916719191934563365320198260900232120261005599222065305501623210046418552421318128212252159568462526218394339442722051356262282223332837729223871292303022514485760312261704030232226963113023322753779928342279080827035228088213493622808995927372279253123538227606607383922714415526402265476451941225828218754222499449017432240555733944223019032964522189409508462206879489147219406765134821805852073

    umur NPV 49216649706035021518526028512136714721352212769732095321051820118542088884639355207229491295620554474190572038398974958202117217205920038058030601986342870061196880436356219512219576631933625195964191603467716519178863973661880978666767186355114106818462198600691829002895370181190932397117949686032721778171754073176155287967417451072750751728859198176171280089267716969630114781681332783879166592455188016507404710

  • 51

    NPV akibat Pencurian

    -9000000000-6000000000-3000000000

    0300000000060000000009000000000

    120000000001500000000018000000000210000000002400000000027000000000

    1 11 21 31 41 51 61 71

    Umur

    NPV

    NPV

    Grafik NPV Bonita 3,5 untuk Kondisi Terkena Gangguan Pencurian

    MELDA RIANITA ARUAN Di bimbing oleh SUDARSONO SOEDOMO Under Supervision of SUDARSONO SOEDOMO Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS Dr.Ir. Fauzi Febrianto, MS UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur buat