bahan melda

129
Character Building Pemimpin Via Kualitas Pendidikan 29 Juli 2012 21:30 Oleh: Osy Yostia Utami, S.Si *) Bulan Mei ini tepat 14 tahun Indonesia memasuki era Reformasi, dimana cita-cita Reformasi yang di elu-elukan tahun 1988 yaitu menginginkan perubahan dan pembaharuan di semua aspek kehidupan bernegara. Kasus-kasus yang pada masa orde baru di tekan dan di tutup-tutupi kini mulai muncul ke permukaan atas nama keadilan dan sikap transparansi pemerintah terhadap rakyat. Banyak kasus- kasus kekerasan, korupsi, bahkan tindakan asusila muncul ke permukaan, namun bukanya berkurang tapi malah marak akhir-akhir ini media massa memberitakan hal tersebut setiap hari. Ada empat kesalahan mendasar dari bangsa ini, yang mungkin kalau kesalahan ini tidak cepat diperbaiki kondisi tersebut tidak akan pernah selesai bahkan akan lebih besar, yaitu: Pertama, Tidak meletakan Ahlak /karakter sebagai indikator tertinggi dalam dalam Sistem Pendidikan Nasional, tetapi nilai dan angka-angka; Kedua, Tidak mau belajar dari pengalaman; Ketiga, Segala sesuatu bersifat instan. Sistem pendidikan kita lebih sibuk mengurusi standarisasi berapa angka dan jumlah mata pelajaran yang akan diujiankan pada UAN daripada mencari solusi yang tepat untuk mencegah tawuran antar pelajar, perbuatan asusila, tindakan yang sudah menghinggapi dikalangan para remaja kita serta sikap-sikap yang sudah mengarah kepada perbuatan kriminal. Perbuatan kriminal tersebut tidak berhenti sampai di sana, tapi bagaikan efek domino yang terbawa sampai dewasa dan menjalar ke berbagai elemen di masyarakat, mulai dari kasus kekerasan oleh oknum aparat sampai korupsi di tingkat pemerintah. Peran pendidikan seharusnya menjadi problem solver untuk memutus efek tersebut. Tujuan pendidikan semestinya sama seperti tujuan penciptaan manusia, sebagaimana Allah SWT sampaikan dalam Surat Al-Anbiya

Upload: imron-iim

Post on 05-Dec-2014

163 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Melda

Character Building Pemimpin Via Kualitas Pendidikan

29 Juli 2012 21:30

Oleh: Osy Yostia Utami, S.Si  *)

Bulan Mei ini tepat 14 tahun Indonesia memasuki era Reformasi, dimana cita-cita Reformasi yang di elu-elukan tahun 1988 yaitu menginginkan perubahan dan pembaharuan di semua aspek kehidupan bernegara. Kasus-kasus yang pada masa orde baru di tekan dan di tutup-tutupi kini mulai muncul ke permukaan atas nama keadilan dan sikap transparansi pemerintah terhadap rakyat. Banyak kasus-kasus kekerasan, korupsi, bahkan tindakan asusila muncul ke permukaan, namun bukanya berkurang tapi malah marak akhir-akhir ini media massa memberitakan hal tersebut setiap hari.

Ada empat kesalahan mendasar dari bangsa ini, yang mungkin kalau kesalahan ini tidak cepat diperbaiki  kondisi tersebut  tidak akan pernah selesai bahkan akan lebih besar, yaitu: Pertama, Tidak meletakan Ahlak /karakter sebagai indikator tertinggi dalam dalam Sistem Pendidikan Nasional, tetapi nilai dan angka-angka; Kedua, Tidak mau belajar dari pengalaman; Ketiga, Segala sesuatu bersifat instan.

Sistem pendidikan kita lebih sibuk mengurusi standarisasi berapa angka dan jumlah mata pelajaran yang akan diujiankan pada UAN daripada mencari solusi yang tepat untuk mencegah tawuran antar pelajar, perbuatan asusila, tindakan yang sudah menghinggapi dikalangan para remaja kita serta sikap-sikap yang sudah mengarah kepada perbuatan kriminal. Perbuatan kriminal tersebut tidak berhenti sampai di sana, tapi bagaikan efek domino yang terbawa sampai dewasa dan menjalar ke berbagai elemen di masyarakat, mulai dari kasus kekerasan oleh oknum aparat sampai korupsi di tingkat pemerintah. Peran pendidikan seharusnya menjadi problem solver untuk memutus efek tersebut.

Tujuan pendidikan semestinya sama seperti tujuan penciptaan manusia, sebagaimana Allah SWT sampaikan dalam Surat Al-Anbiya ayat 107, ”Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam”. Bercermin dari perjalanan Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin, dimana pendidikan semestinya berdasarkan pada ahlak yang berkarakter, memiliki falsafah keilmuan yang kuat, membangun jiwa kepemimpinan (leadership), dan membangun pribadi yang mandiri.

Ahlak yang berkarakterAhlak yang berkarakter haruslah menjadi fokus utama pendidikan karena Ahlak ini akan menjadi tolok ukur bagi komponen yang lain, “Dalam tubuh terdapat sepotong daging, apabila ia rusak, maka rusaklah badan itu seluruhnya, Sepotong daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadist lain Bukhori dan Muslim menjelaskan “Dan tidaklah aku diutus kecuali untuk memperbaiki ahlak manusia; ‘Sebaik-baiknya kamu adalah yang lebih berbudi pekerti luhur diantara kamu (HR. Bukhari dan Muslim).  DANIEL GOLEMAN menyebutkan bahwa keberhasilan seseorang dimasyarakat, termasuk di dunia kerja sebagian besar ditentukan oleh kecerdasan emosi (80%) dan hanya 20% ditentukan oleh faktor kecerdasan kognitif (IQ).

Page 2: Bahan Melda

Pembentukan ahlak tidak selesai dengan hanya teori, hafalan, atau bahkan dengan menulis pernyataan di lembar soal ujian bahwa ”saya berjanji untuk menjawab pertanyaan soal ujian dengan jujur”, tapi harus membentuk karakter. Pembentukan karakter ini tidak cukup secara instan dan dilakukan individu oleh seseorang. Karakter terbentuk dari teladan, pembiasaan yang terus-menerus sehingga membentuk kepribadian seseorang. Teladan ini penting, karena sifat anak pada usia bersifat meniru, dan pada usia remaja bersifat kritis, sehingga tujuan pembentukan karakter tersebut akan terganggu.

Pembiasaan yang terus-menerus memerlukan lingkungan yang mendukung untuk mengingatkan dan membentuk budaya bersama, sehingga proses tersebut membentuk kepribadian yang menjadi budaya yang berkarakter. Analoginya sama seperti budaya Indonesia yang terkenal dengan batiknya, hal tersebut hanya akan menjadi sejarah belaka bila warga negaranya hanya sedikit yang mencintai dan mengenakan batik.

Setiap perubahan perlu proses, dan setiap proses perlu ada indikator tingkat keberhasilan. Lalu apa indikator keberhasilan pendidikan ahlak yang berkarakter? Yaitu ketika seseorang melakukan sesuatu karena kesadaranya, bukan karena pengaruh lingkungan. Seorang anak membuang sampah bukan karena takut dimarahi orang tua, tapi karena sadar akan akibat dia membuang sampah sembarangan. Seseorang tidak menolak menerima uang sogokan bukan karena takut di periksa KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tapi karena dia tau akibat dari korupsi tersebut dapat merugikan orang lain. Siswa akan mengerjakan soal ujian dengan jujur dengan atau tanpa pengawasan guru. Ahlak yang berkarakter ini akan sangat menunjang proses selanjutnya, yaitu kognitif.

Memiliki falsafah keilmuan yang kuatSudah merupakan sunatullah bahwa siapa yang berusaha lebih keras maka dia akan memperoleh lebih setara dengan usahanya. Allah SWT menciptakan jagat raya ini dengan hamparan ilmu bagi manusia yang mau memikirkanya, oleh karena itu manusia yang mau maju dan memberi manfaat untuk orang lain harus memiliki falsafah keilmuan yang kuat, seperti yang di ungkapkan Alloh SWT pada surat Ar-Rahman ayat 33 ... ”Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)”.

Bila kita perhatikan negara-negara yang menjadi negara adikuasa di dunia adalah negara-negara yang menguasai IPTEK (Ilmu  Pengetahuan dan Teknologi). Namun kembali lagi kepada karakter, ketika penguasaan IPTEK itu tidak diimbangi oleh karakter yang baik, maka bukan menjadikan manusia yang memberikan rahmat bagi semesta alam, tapi justru menimbulkan kehancuran bagi bumi ini, seperti firman Alloh SWT dalam surat Ar-Rum ayat 21 “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Untuk mencegah kebinasaan bumi di mana kita hidup, kita harus bekerja sama untuk mengembangkan suatu metoda pendidikan yang baik, moralitas yang baik, nilai-nilai baik dan sikap baik. Cinta dan Kebijaksanaan adalah dasar untuk membangun hari depan kita bersama

Page 3: Bahan Melda

dalam rangka mewujudkan gagasan untuk Kebaikan kepada bumi dan umat manusia untuk menciptakan perdamaian, kesejahteraan dan kelanjutan Alam semesta ini.  Maka sangat penting bila penguasaan IPTEK itu beriringan ahlak yang berkarakter.

Membangun jiwa kepemimpinan dan kemandirianAllah SWT menciptakan manusia untuk menjadi "pemimpin" di muka bumi dan memberi "rahmat" bagi sekalian alam. Pemimpin di sini di mulai dari menjadi pemimpin untuk diri sendiri. Seorang pemimpin harus mengenali potensi dirinya, dan mengembangkan diri serta menjadi pribadi yang mandiri. Sistem pendidikan harus mampu mengembangkan kemandirian siswa dan tidak bergantung pada keadaan tertentu. Setelah itu, seorang pemimpin harus peka terhadap lingkungan dan mengenali potensi lingkunganya.

Oleh karena itu, institusi pendidikan hendaknya tidak memisahkan proses pembelajaran siswa dari lingkunganya, karena mereka adalah bagian dari lingkungan dan pendidikan adalah proses pembentukan calon-calon pemimpin yang akan menjadi pemberi solusi terhadap lingkungan (baik alam maupun sosial). Sehingga ahlak yang berkarakter dan  falsafah keilmuan yang kaut harus dimiliki oleh manusia sebagai pemimpin, untuk menjadi problem solver atau memberi rahmat (menyebarkan kebaikan) bagi orang lain, lingkungan dan alam semesta.

PKPU sebagai Lembaga Kemanusiaan Nasional yang juga konsentrasi pada bidang pendidikan merasa mempunyai tanggungjawab terhadap masa depan pendidikan bangsa ini. Program Pendayagunaan bidang pendidikan PKPU telah melakukan beberapa program yang menuju ke arah perubahan tersebut, diantaranya adalah program Sekolah Berbasis Komunitas (SBK). Sekolah Berbasis Komunitas adalah sekolah yang didirikan, dimiliki dan dikelola oleh komunitas, dimana sekolah dan masyarakat sinergi dalam proses pendidikan.

Visi SBK ini bukanlah membangun dan mendidik anak, tetapi membangun dan mengembangkan karakter, leadership dan kemandirian melalui komunitas. Pola pembelajaran lebih diarahkan pada penyelesaian sebuah masalah, sehingga siswa dapat menerapkan dan mengkaji falsafah keilmuanya melalui proses tersebut (learning by doing). Di harapkan program pendidikan SBK menjadi alternatif solusi dalam membangun karakter pemimpin untuk masa depan bangsa ini.

Pemimpin BerkarakterOleh Yuswohady

Rabu, 6 Juni 2012

Dicetak 30 kali

Dibaca 307 kali

Tweet

Page 4: Bahan Melda

Sukses seorang pemimpin ditentukan oleh pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan yang ia ambil dalam menyikapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi organisasi. Pilihan dan tindakan itu diambil berdasarkan nilai-nilai moral dan etis yang ia yakini. Sukses seorang pemimpin sangat diwarnai oleh karakter dari si pemimpin. Bahkan saya berani mengatakan esensi dasar sukses kepemimpinan adalah karakter-karakter utama yang dimiliki si pemimpin. Character is the foundation for leader\'s all true success.

 

Apa itu karakter kepemimpinan? Saya mendefinisikannya sebagai "kualitas personal dari seorang pemimpin yang terbentuk melalui akumulasi tindakan-tindakan yang mengacu kepada nilai-nilai moralitas dan etik" yang diyakini oleh seorang pemimpin. Karakter tak cukup dibentuk melalui ucapan-ucapan. Karakter terbentuk melalui ucapan, pikiran, dan tindakan riil yang akhirnya menentukan siapa si pemimpin itu sesungguhnya ("who he is").

 

Pemimpin hebat selalu memiliki kualitas karater yang baik dan kuat. Apa itu pemimpin yang memiliki kualitas karakter baik dan kuat? Yaitu pemimpin yang berpikir, bersikap, dan bertindak mengikuti nilai-nilai inti universal yang baik seperti seperti kejujuran, keterpercayaan, tanggung-jawab, kepedulian kepada negara, dan lain-lain.

 

Mother Teresa misalnya memiliki karakter yang kuat sebagai pemimpin yang peduli, empati, dan kasih pada orang lain . Martin Luther King dikenal memiliki karakter kuat sebagai pemimpin yang memiliki keteguhan dalam memegang prinsip. Tokoh kulit hitam ini juga memiliki keberanian luar biasa dalam menghadapi tantangan berat yang harus dihadapi. Jack Welch adalah pemimpin berkarakter karena memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan-keputusan berat dan pelik. Sementara Steve Jobs memiliki kepemimpinan yang unik karena ide-idenya yang inovatif dan kemampuannya melihat tren masa depan.

 

Sebaliknya Richard Nixon gagal menjadi pemimpin yang baik karena tidak memiliki kejujuran pada rakyatnya yang berakibat dia dilengserkan dari kursi kepresidenan. Para pemimpin lembaga-lembaga keuangan bergengsi seperti AIG, Lehman Brothers, juga Enron, Worldcom

Page 5: Bahan Melda

gagal mengemban tanggung-jawab kepemimpinan karena tamak dan hanya mementingkan diri sendiri tanpa peduli kepentingan lingkungan di sekitarnya.

 

Seorang pakar yang menyebutkan "character is values in action". Artinya, karakter adalah nilai-nilai yang mewujud dalam bentuk tindakan-tindakan riil sehari-hari. Intinya, ungkapan ini ingin menegaskan bahwa karakter terbentuk hanya jika nilai-nilai yang diyakini si pemimpin "bermuara" pada tindakan-tindakan, tak cukup hanya sampai di pola pikir atau ucapan-ucapan. Dalam kurun waktu yang panjang tindakan-tindakan itu membentuk kebiasaan yang kemudian menjadi ciri khas dan keunikan seorang pemimpin.

 

Pemimpin berkarakter selalu punya identitas kuat dan mulia. Bahkan kata "character" berasal dari bahasa Yunani yang makna lugas "enduring, lasting, atau indelible mark." Kata kuncinya adalah "mark" atau ciri. Karena itu karakter bisa juga diartikan sebagai ciri-ciri khusus yang membedakan seseorang dengan orang lain. Nilai-nilai, pikiran, ucapan, dan tindakan seorang pemimpin akhirnya akan membentuk ciri dan identitasnya di mata para followers.

 

Dimensi penting lain dari karakter kepemimpinan adalah konsistensi. Lawrence Pervin, seorang psikolog mendefinisikan karakter sebagai: "a disposition to express behavior in consistent patterns of functions across a range of situations." Karakter dicerminkan oleh perilaku dan tindakan konsisten yang dilakukan seseorang tak peduli situasi seperti apa yang ia hadapi. Dalam situasi apapun, baik maupun buruk, pemimpin berkarakter akan selalu mempraktekkan nilai-nilai yang ia yakini.

 

Pemimpin berkarakter tak mengenal yang namanya aji mumpung. Ketika ia menempati posisi jabatan yang basah bukan berarti kemudian ia bisa melakukan korupsi seenaknya. Ketika nilai-nilai kejujuran dan etika ia pegang, maka tak peduli bagaimana posisinya, basah maupun kering, ia tak akan melakukan korupsi. William Penn, filsuf dan pendiri Negara Bagian Pennsylvania, menggambarkan dengan sangat pas konsistensi ini dengan ungkapan: "What is wrong is wrong, even if everyone is doing it. Right is still right, even if no one else is doing it."

 

Namanya konsistensi, maka kita tak akan bisa mengidentifikasi karakter seorang pemimpin dengan hanya sekali saja mendengar ucapannya, sekali saja memahami pikiran, atau sekali saja melihat tindakannya. Karakter pemimpin baru bisa dikenali setelah kita merasakan kepemimpinannya ratusan bahkan ribuan kali dalam kurun waktu yang panjang. Mungkin seseorang pemimpin bisa menyembunyikan karakternya dalam waktu seminggu atau sebulan di

Page 6: Bahan Melda

awal kepemimpinannya, namun pada akhirnya karakter itu akan gamblang di mata anak buahnya setelah ia memimpin setahun, tiga tahun, atau lima tahun.

 

Karakter pemimpin tercermin dari akumulasi ucapan, pikiran, dan tindakan yang akan konsisten polanya dalam kurun waktu panjang. Di awal kepemimpinan Anda bisa mengatakan bahwa Anda adalah pemimpin yang egaliter, demokratis, dan selalu mendengar aspirasi dari anak buah. Namun dari interaksi dengan anak buah (di rapat-rapat, dalam pidato-pidato, dari praktek kepemimpinan yang dijalankan) ujung-ujungnya akan ketahuan "potret" Anda yang sesungguhnya, apakah betul demokratis atau justru sebaliknya.

 

Potret itu adalah karakter Anda sebagai pemimpin. Potret itu jujur, tidak bisa bohong, tidak bisa mengelabuhi, tak bisa dipalsukan.

 

Kepemimpinan Ideal (II)===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JUNI 2012===============

KEPEMIMPINAN IDEAL (II)

e-Leadership 121 -- 25/06/2012

DAFTAR ISIARTIKEL: MENJADI PEMIMPIN KRISTENJELAJAH BUKU: SELF IMPROVEMENT 101

Shalom,

Idealnya, seorang pemimpin Kristen harus memiliki kualitas dankarakter seperti pribadi Kristus. Namun, tidak ada seorang pemimpinpun yang dapat memenuhi kualifikasi tersebut, jika tidak lebih dahulumengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus dan mengalami prosespertumbuhan iman maupun karakter setelahnya. Jika secara rohani dankarakter ia telah mengalami transformasi, maka keterampilan-keterampilan teknis lainnya untuk menjadi pemimpin ideal dapatdipelajari lebih lanjut. Redaksi mengajak Pembaca untuk menyimakuraian selengkapnya tentang bagaimana kita bisa menjadi pemimpinKristen yang ideal dalam kolom Artikel. Jangan lewatkan pula kolomJelajah Buku yang akan memberikan informasi mengenai isi buku "SelfImprovement 101".

Selamat membaca dan kiranya menjadi berkat bagi kita semua.

Redaksi Tamu e-Leadership,Davida Welni Dana< http://lead.sabda.org >

Page 7: Bahan Melda

"Kehidupanmu akan menjadi lebih cemerlang dari pada siang hari,kegelapan akan menjadi terang seperti pagi hari." (Ayub 11:17)< http://alkitab.sabda.org/?Ayub+11:17 >

ARTIKEL: MENJADI PEMIMPIN KRISTEN

Pendahuluan

John Stott mengatakan dunia masa kini ditandai kelangkaan pemimpingereja yang berkualitas. Saat ini kita dihadapkan kepada permasalahanyang berat, terutama bagi orang Kristen. Kita memiliki keterampilandan pengetahuan, tetapi minim dalam hikmat dan kearifan. Hal ini samadengan metafora Tuhan Yesus, "kita ini bagaikan kawanan domba tanpagembala", sementara para pemimpin sering kali tampil seperti "si butayang memimpin orang buta". Gereja saat ini sedang mengalami masalahyang sangat serius, yaitu kekurangan pemimpin berkualitas sepertipribadi Kristus. Krisis kepemimpinan yang rohani, efektif dan kuat,melemahkan potensi untuk bertahan melawan si jahat.

Berbicara kepemimpinan, ada tiga pandangan yang secara umum mengatakanpemimpin itu dilahirkan. Ada juga yang berpendapat bahwa pemimpin itudibentuk. Dan terakhir ("Great Event Theory") mengatakan bahwapemimpin itu terbentuk oleh situasi dan kondisi khusus yang menekan,namun dari tekanan masalah itu akan keluar kualitas kepemimpinanseseorang. Saya percaya, pemimpin ada yang dilahirkan dengan bakatyang luar biasa, ada juga pemimpin yang digembleng serta dilatih Tuhanmelalui proses kehidupan maupun pembelajaran.

Shakespeare pernah mengatakan, "Ada yang besar karena dilahirkanbesar, ada yang besar karena usaha sendiri, tapi ada juga yang besarkarena dipaksa oleh keadaan." Buku-buku manajemen selalu berbicaratentang kualitas dasar pemimpin alami yang memiliki intelektual,watak, dan kepribadian yang kuat sebagai bawaan. Demikian jugakepemimpinan kristiani merupakan "perpaduan antara kualitas alami dankualitas spiritual", atau dengan kata lain kepemimpinan Kristen adalahperpaduan antara bakat alami dan pemberian spiritual.

Teladan Kepemimpinan Tuhan Yesus dan Rasul Paulus

Yesus menunjukkan teladan kepemimpinan dengan jalan menjadi panutan,memberikan teladan kehidupan ketimbang memberikan perintah danaturan-aturan yang memaksa. Ia senantiasa menjadikan diri dankehidupan-Nya sebagai teladan moralitas. Tidak ada kesalahan maupunkejahatan di dalam hidup-Nya. Hidup-Nya transparan, semua orang dapatmenilai dan menganalisis diri-Nya. Kepemimpinan yang ditunjukkan Yesusjuga bukan hanya sekadar melalui kata-kata, namun juga disertai denganhikmat dan wibawa ilahi.

Hal inilah yang harus diperhatikan setiap orang yang ingin meniruteladan kepemimpinan Yesus. Menjadi seorang pemimpin, baik dalamkehidupan diri sendiri, keluarga, masyarakat, gereja, dan lingkunganlainnya di mana kita berada, harus memiliki kuasa, hikmat, danpenyertaan Tuhan. Dengan demikian, kita dapat mencapai kesuksesan didalam memimpin.

Salah satu peranan utama dari seorang pemimpin adalah menunjukkanteladan yang baik dan kemudian melatih orang lain untuk mengikutinya.

Page 8: Bahan Melda

Paulus adalah seorang pemimpin besar dari gereja Tuhan di abadpertama. Dalam kitab 1 Korintus 11:1 ia menulis, "Jadilah pengikutku,sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." Ia berhasilmemultiplikasikan kepemimpinannya dengan mencetak pemimpin-pemimpinbaru yang andal. Ia berhasil mendidik Timotius menjadi pemimpin dangembala yang andal. Timotius pun kemudian menghasilkanpemimpin-pemimpin baru di dalam gereja yang digembalakannya.

Multiplikasi Pemimpin

Pertumbuhan dan perluasan kekristenan terjadi sesuai dengantersedianya para pemimpin yang berhasil guna. Myron Rush, seorangpakar kepemimpinan Kristen terkemuka menceritakan pengalaman seorangrekan gembalanya.

Ted Grant ialah seorang gembala jemaat dari sebuah gereja besar danberkembang pesat di barat daya Amerika Serikat. Pertama kalinya sayamenjumpai Ted beberapa tahun lalu, gerejanya menghadapi berbagaimasalah, termasuk bergumul untuk mempertahankan jumlah kehadiranjemaat sekitar dua ratus setiap kebaktian Minggu pagi. Pada waktu ituTed sedang mengalami frustrasi. Ia menumpahkan isi hatinya kepada sayamengenai masalah untuk mendapatkan pemimpin-pemimpin yang memenuhisyarat di dalam gerejanya. Ia mengatakan kepada saya mengalamikesukaran menerima calon-calon pemimpin baru untuk memimpin di dalamgerejanya. Selama percakapan berlangsung Ted mengatakan, "Tampaknyasaya tak dapat menemukan seseorang yang ingin berbuat sesuatu, kecualihanya duduk di kursi gereja dan menonton selagi beberapa orang darikami melaksanakan seluruh pekerjaan. Tidak mungkin untuk membinasebuah gereja yang kuat tanpa adanya para pemimpin."

Tahun lalu, saya mendapat kehormatan untuk mengunjungi gereja yangdipimpin oleh Ted. Gereja itu telah jauh berbeda dari tahunsebelumnya. Mereka baru saja menyelesaikan tempat kebaktian yang barudan merencanakan sebuah bangunan untuk pendidikan. Lebih dari 3000orang menghadiri dua kebaktian pagi setiap hari Minggu. Setelahkebaktian berakhir, saya memunyai kesempatan untuk berbicara lamadengan Ted dan menanyakan kunci keberhasilan pertumbuhan gerejanyaitu. Ia mengatakan bahwa sejak perjumpaan dengan saya, ia mulaimengadakan program pelatihan kepemimpinan di gereja. Ia dan timnyamengajar orang-orang cara untuk menjadi pemimpin, sebelum mengharapkanmereka mencalonkan diri dengan sukarela untuk memegang peranan sebagaipemimpin. Ted menjelaskan bahwa dengan melatih anggota-anggota gerejakami tentang cara memimpin, cara mengajar, dan cara mereproduksi dirimereka pada orang lain, maka saya tidak memunyai masalah lagimenemukan orang-orang memenuhi syarat kepemimpinan yang diperlukanoleh gereja.

Mendengarkan pembicaraan Ted pada hari itu, mengingatkan saya akanpentingnya peranan para pemimpin dalam mencapai keberhasilanorganisasi apa pun. Tanpa kepemimpinan yang tepat, gereja Ted akanbergumul untuk mempertahankan kelanjutan hidupnya. Tetapi begitumereka mulai membina para pemimpin yang efektif atau berhasil guna,maka gerejanya menjadi sebuah organisasi yang sangat berhasil. Melatihpara pemimpin yang berhasil adalah rahasia keberhasilan mereka.

Kualifikasi Pemimpin

Page 9: Bahan Melda

Dalam konsep kepemimpinan Kristiani, ada beberapa faktor utama yangmenentukan keberhasilan seorang pemimpin.

1. Visi (Sense of Mission)

"Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat." (Amsal 29:18) Visiadalah tujuan, sasaran, gol, arah, wahyu, mimpi yang hendak dicapai.John Stott mengatakan bahwa visi adalah suatu ihwal melihat, mendapatpersepsi tentang sesuatu yang imajinatif, yang memadu pemahaman yangmendasar tentang situasi masa kini dengan pandangan yang menjangkaujauh ke depan.

Musa merupakan salah satu pemimpin besar yang mengerti benar mengenaivisi. Ia berjuang keras memimpin bangsanya melawan penindasan Mesir,mengarungi padang gurun selama puluhan tahun, karena ia mendapat visiyang jelas tentang "Tanah Perjanjian".

2. Pengetahuan dan Keterampilan (Knowledge and Skill)

Visi harus dibarengi dengan pengetahuan yang cukup dan keterampilan.Tidak cukup bagi Musa untuk memimpikan suatu negeri yangberlimpah-limpah madu dan susunya. Ia berusaha mewujudkannya. Iamenghimpun, menyatukan, dan mengatur orang Israel menjadi suatubangsa. Ia menggunakan pengetahuan yang didapatnya selama pendidikandi Mesir dan pengalaman bersama Tuhan untuk memimpin mereka melintasigurun yang penuh bahaya dan kesukaran sebelum akhirnya mencapai tanahKanaan.

3. Konsistensi (Consistency)

Konsistensi merupakan salah satu kualitas kepemimpinan yang palingutama. Musa lagi-lagi merupakan teladan konsistensi yang luar biasa.Berkali-kali dalam hidupnya bangsa Israel "menggerutu" terhadapkepemimpinannya dan menentang wibawanya. Akan tetapi, Musa tidakmenyerah. Ia tidak lupa akan panggilan Allah kepadanya untuk memimpinbangsa itu. Ia konsisten melakukan perintah Tuhan untuk membawa bangsaitu keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan.

Yohanes pembaptis, Daniel, Daud, Yosua merupakan teladan kehidupanlainnya berkenaan dengan faktor konsistensi. Kepemimpinan mereka tidakhanya "sukses" di awal saja, namun mereka konsisten mempertahankankualitas kerja dan kepemimpinannya sampai akhir. Konsistensi berbicaratentang ketahanan, ketekunan, dan fokus yang tidak pernah berkurangatau pudar dalam meraih tujuan kepemimpinan.

4. Karakter dan Integritas (Character and Integrity)

Kepemimpinan Kristen merupakan kepemimpinan yang berpusatkan Kristus.Tidak ada seorang manusia pun di muka bumi ini yang akan mampu menjadipemimpin Kristen yang andal, bila ia tidak lebih dulu berjumpa secarapribadi dengan Yesus dan menjadi ciptaan baru (2 Korintus 5:17).Ketika seorang menghendaki untuk menjadi pemimpin yang efektif, iaharus bertumbuh secara karakter.

Lynn E. Samaan dan Dunnam, pakar kepemimpinan mengatakan, "PemimpinKristen menerima kehidupan Kristus dengan iman dan menerapkannya dalamkomitmen, disiplin, dan perilaku/perbuatan, di mana kehidupannya

Page 10: Bahan Melda

setiap waktu mengungkapkan Kristus yang hidup di dalamnya sebagaikesaksian kepada dunia." Tujuan utama pengembangan karakter adalah"kualitas hidup", yaitu kualitas hidup rohani yang berpusatkanKristus. Kualitas hidup ini dipengaruhi oleh pekerjaan Roh Kudus dalamsemua aspek dan peristiwa hidup, serta respons atau komitmen (sikap)terhadap peristiwa dan pengalaman hidup tersebut. Buah Roh akan makinterpancar dalam kehidupan, sementara buah daging makin terkikis.

Salah satu karakter pemimpin Kristen yang diinginkan Yesus terlihatdalam Markus 10:42-45. Panggilan kita adalah untuk melayani, bukanuntuk dilayani dan menguasai. Pemimpin harus melayani dan memerhatikankebutuhan bawahannya. Memberi kesejahteraan pada mereka, sehinggabawahan akan bersemangat menopang pemimpinnya, seperti Yesus yangmencukupi kesejahteraan murid-murid-Nya dengan menunjuk bendaharauntuk mengelola keuangan. Pemimpin Kristen bukanlah pemimpin-penguasa,melainkan pemimpin hamba. Otoritas memimpin dilakukan bukan dengankekuasaan melainkan kasih, bukan kekerasan melainkan teladan, bukanpaksaan melainkan persuasif.

Integritas berbicara tentang "apa yang dikatakan sama denganperbuatan". Dengan kata lain, seorang pemimpin yang sukses adalahseseorang yang kehidupannya "transparan", luar dalam sama. Dia tidaksaja menjadi teladan dalam perkataan dan kepemimpinan, tetapi jugamelakukan dengan tepat semua yang dikatakannya.

Banyak kasus moralitas, korupsi dsb., terjadi karena para pemimpingagal melakukan prinsip-prinsip yang diajarkannya. Mereka hanyamenjadi macan kertas atau macan panggung, namun ternyata ompong dalammelakukan perkataannya.

Kesimpulan

Umat membutuhkan pemimpin yang dapat diteladani dalam segala segi,baik karakter, manajemen, pelayanan, maupun mau bekerja keras untukmemimpin orang-orang. Kepemimpinan Kristen bukanlah mau memerintah,akan tetapi menjadi teladan hidup. Pemimpin sukses adalah orang yangmampu mencetak pemimpin baru, dan bukannya iri atau takut tersaingibila bawahannya sukses.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memerhatikan bawahannya.Mencukupi kebutuhan hidupnya, agar mereka dapat berkonsentrasimelakukan tugas pelayanan yang dibebankan, tanpa harus dipusingkanakan persoalan makan, minum, pakaian. Pantang menyerah, inovatif, danterus mengembangkan diri merupakan kualitas yang harus diperhatikanjuga. Dengan demikian, akan membuat pelayanan pemimpin itu semakinefektif dan berhasil mencapai visi yang ingin diraihnya.

Wujud serta kualitas pemimpin Kristen yang ideal diharapkan terlihatdalam kenyataan berikut: Memiliki karakter Kristus (Christlike),memiliki pengetahuan yang komprehensif–kemampuan serta keterampilan(knowledge-skill) yang bersifat sosial (hubungan dengan orang) danteknis (yang berhubungan dengan kerja). Memiliki konsistensi danintegritas dalam hidup dan kepemimpinannya, baik kepada kepada Allah,gereja, pengikutnya, diri pribadi dan dunia, serta memiliki tujuanhidup yang jelas (sense of mission) yang memberi motivasi dan dinamikabagi hidup dan pelayanannya.

Page 11: Bahan Melda

Menjadi pemimpin yang baik sesungguhnya dapat dipelajari. Mempelajariteknik kepemimpinan disertai hati dan karakter Kristus, akanmenjadikan setiap kita pemimpin yang baik. Marilah menjadikan duniaini lebih baik, dengan menjadi orang-orang yang memberi pengaruhpositif kepada dunia.

Referensi:1. Alkitab.2. John Stott, Isu-Isu Global, Menantang Kepemimpinan Kristiani, Jakarta: YKBK.3. Yakob Tomatala, Kepemimpinan Kristen, YTLF.4. Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis, YTLF.5. Yakob Tomatala, Pemimpin yang Handal, YTLF.

Diambil dan disunting seperlunya dari:Nama situs: psbobby.wordpress.comAlamat URL: http://psbobby.wordpress.com/2008/04/24/menjadi-pemimpin-kristen/Penulis: Ps. Bobby M.ThTanggal akses: 4 April 2012

KUTIPAN

"Pujian tertinggi yang dapat diterima pemimpin adalah pujian yangdiberikan oleh orang-orang yang bekerja baginya." (James L. Barksdale)

JELAJAH BUKU: SELF IMPROVEMENT 101

Judul buku: Self Improvement 101 -- Hal-Hal yang Harus Diketahui oleh Para PemimpinJudul asli: Self Improvement 101Penulis/Penyusun: John C. MaxwellPenerjemah: Marlene T.Editor: Esther M. TanuadjiPenerbit: PT. Menuju Insan Cemerlang, Surabaya 2009Ukuran buku: 11 X 16 cmTebal: 150 halaman

Apakah Anda ingin menjadi orang sukses? Tentu jawabannya iya. Semuaorang pasti ingin sukses, tidak ada seorang pun yang ingin gagal. Akantetapi, tidak semua orang bersedia mengembangkan diri danmemaksimalkan potensi untuk meraihnya. Padahal, kesuksesan tidakmungkin datang secara instan dan ajaib tanpa ketekunan dan kerjakeras. Ada harga yang harus dibayar. Untuk mendorong Andamengembangkan potensi diri meraih sukses, John C. Maxwell menulis buku"Self Improvement 101".

Apa saja yang bisa dipelajari dari buku "Self Improvement 101"? Mulaidari pelajaran tentang risiko yang diambil untuk mengembangkan diri,bagaimana bertumbuh dalam karier, mengembangkan sikap mau belajar,menangkap peran orang lain bagi pertumbuhan kita, bagaimanamemfokuskan waktu dan energi, bagaimana mengatasi hambatan untukmengembangkan diri, bagaimana peranan pengalaman, hingga bagaimanamemiliki kesediaan diri untuk terus bertumbuh. Masing-masing bagiandipaparkan dengan urut dan terperinci, serta menggunakan ilustrasiyang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pesan dariJohn C. Maxwell bisa mendarat ke pemahaman pembaca dengan mudah. Dalambuku ini, Maxwell juga banyak menyebut dan mengutip perkataan orang-

Page 12: Bahan Melda

orang yang berhasil di bidangnya, seperti Robert Browning, PabloCasals, Napoleon Hill, Allen Neuharth, Rick Warren, Bob Buford, danmasih banyak lagi. Isi buku ini sangat praktis dan mudah dipahami.

Ingin sukses? Kembangkanlah area kekuatan Anda dan kembangkan potensiyang Anda miliki! Buku ini bisa menolong Anda untuk mengambiltindakan.

Published by Ervin Yulianita at 2:49 pm under myarticle

Sebuah artikel bagus untuk bahan bacaan kita sebagai orangtua, smga keturunan kita kelak bisa menjadi seorang pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri dan keluarganya.. yuuk kita mulai didik dan bangun karakter anak kita sejak dini menjadi seorang pemimpin..

Rasulullah dalam sebuah hadits sahih bersabda, “Setiap dari kalian adalah penggembala. Dan setiap penggembala bertanggung jawab atas gembalaannya.” Penggembala adalah metafor dari pemimpin.  Jadi, setiap individu muslim diwajibkan untuk memiliki kualitas kepemimpinan. Kalau toh ia tidak menjadi pemimpin besar, minimal ia dapat menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri dan keluarganya.

Kualitas kepemimpinan tentu saja tidak datang begitu saja. Ia harus dibangun melalui proses yang panjang Penanaman karakter kepemimpinan idealnya dilakukan sejak dini. Yakni sejak masa anak-anak. Dan di sinilah peran orang tua sangat vital.

Salah satu yang terpenting yang harus dimiliki seorang calon pemimpin adalah kualitas intelektual. Ia harus cerdas dan pintar. Kalau tidak lebih cerdas, minimal lebih pintar dari yang dipimpin. Untuk menuju ke arah ini, anak memerlukan stimulasi intelektual sejak balita, yang akan mempertajam sel-sel otaknya dan memberikan tradisi  intelektual yang baik dalam diri anak seperti keingintahuan besar (curiosity) , dan lain-lain. Di samping itu, kualitas karakter juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang dapat ditumbuhkembangkan sejak dini di samping kualitas intelektual di atas.

Berikut beberapa karakter penting yang harus dipupuk dan disemai sehingga menjadi bagian inheren dari keperibadian anak:

Peduli: karakter kepemimpinan dimulai dari rasa peduli pada orang atau hal lain di luar dirinya. Misalnya, peduli pada orang miskin dan kemiskinan. Pada banyaknya pengangguran. Pada anak-anak muda yang putus sekolah, dan lain-lain.

Inisiatif: kepedulian membangkitkan inisiatif untuk memperbaiki situasi yang dianggapnya dapat diperbaiki. Inilah esensi kepemimpinan, yakni keinginan dan kemauan untuk memimpin atau berada di depan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Page 13: Bahan Melda

Berakhlak: taat pada syariah Islam dan tunduk pada etika sosial yang disepakati bersama menjadi keharusan untuk mendapat respek dari lingkungan yang dipimpin.

Integritas dan karakter: Anak selalu melihat dan meniru orang tua mereka. Oleh karena itu hanya orang tua yang dapat memberi contoh hidup pada anak-anak mereka tentang karakter yang baik, kejujuran dan integritas.

Percaya diri: siapapun harus percaya diri apabila ingin mencapai sesuatu dalam hidup. Selain itu, tanpa percaya diri, kita tidak akan dapat menyampaikan apapun pada orang lain.

Nyali: kita butuh nyali dan keberanian untuk mencapai  target dan tujuan. Orang tua harus mengajarkan anak bahwa begitu dia memutuskan untuk melakukan sesuatu, ia harus berani untuk mencapainya apapun yang terjadi.

Rasa tanggung jawab: Apabila orang tua melakukan kesalahan, dia harus mengakui kesalahan itu. Jelaskan soal ini pada anak sejak awal. Orang tua boleh mensyukuri saat mencapai tujuan yang dicapai dengan tanpa berbangga yang berlebihan

sumber : http://afatih.wordpress.com/2010/11/01/membangun-karakter-kepemimpinan-anak/

Oleh A. Fatih Syuhud ( http://www.fatihsyuhud.com/about/ fatihsyuhud.com/seo) http://www.fatihsyuhud.com/about/Ditulis untuk Buletin SANTRIPondok Pesantren Alkhoirot Karangsuko, Malang (Jatim)

Makalah Manajemen Kepemimpinan adalah makalah yang membahas tentang manajemen kepemimpinan dimana dalam makalah ini medefinisikan apa itu manajemen dn apa itu kepemimpinan serta definisi dari berbagai tokoh. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.

Pemimpin Manajemen selalu bertindak proaktif yang bersifat preventif dan an-tisipatif. Pemimpin Manajemen tidak hanya bertindak reaktif yang mulai mengambil tindakan bila su-dah terjadi masalah. Pimpinan yang proaktif selalu bertindak untuk mencegah munculnya masa-lah dan kesulitan di masa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya silakan anda simak baca makalahnya di bawah ini.

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang

Page 14: Bahan Melda

Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka. Saya menyaksikan sendiri dalam sebuah acara talk show TV yang dipandu oleh presenter terkenal Oprah Winfrey, bagaimana Nelson Mandela menceritakan bahwa selama penderitaan 27 tahun dalam penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Dia mengalami perubahan karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya. Sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun.

Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal

Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer.

Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati.

Page 15: Bahan Melda

B. TUJUAN

Membahas tentang

Seorang pemimpin yang sesuai dengan karaktenya Kepemimpinan Pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam

organisasinya

C. Rumusan Masalah

Makalah ini membahas tentang

Bagaimanakah kepemimpinan itu Apasajakah Ruang lingkup kepemimpinan Bagai mana menjadi pemimpin

BAB IIPEMBAHASAN

Banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu: Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision.

Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.

Page 16: Bahan Melda

Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).

Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan) Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik.

Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tetapi

Page 17: Bahan Melda

memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan) Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu: Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.

Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:

1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46)

4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya. 

5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam

Page 18: Bahan Melda

kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:

Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.

Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan

Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.

Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah)

Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :

1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.

2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber

alokasi, dan negosiator.

Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi.

Page 19: Bahan Melda

Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.

Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan) Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.

Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu: Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.

Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang kita temui di republik ini. Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya.

Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Page 20: Bahan Melda

ANALISA KEPEMIMPINAN

A. Kepemimpinan

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.

Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya.

Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.

B. Pandangan Kepemimpinan

Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

Page 21: Bahan Melda

Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;

Percaya pada orang lain

Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

Sinergi

Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary,

Page 22: Bahan Melda

Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

Latihan mengembangkan diri sendiri

Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: 

Pemahaman materi;  Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman Mengajar materi kepada orang lain;  Mengaplikasikan prinsip-prinsip;  Memonitoring hasil;  Merefleksikan kepada hasil;  Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;  Pemahaman baru; dan  Kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: 

1. Kemauan dan keinginan sepihak;2. Kebanggaan dan penolakan; dan 3. Ambisi pribadi. 

Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.

Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan,

Page 23: Bahan Melda

ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).

C Hal Mendasar Yang Perlu Untuk Kepemimpinan

Manajemen dilaksanakan dalam suatu organisasi atau institusi tertentu yang pada tahap awal implementasinya organisasi itu digerakkan oleh kepemimpinan yang sangat peduli pada mutu dan bertekad kuat untuk membuat organisasinya itu selalu dan terus menerus meningkatkan mutu kiner-janya, apakah itu dalam bentuk produk atau jasa. Kepemimpinan untuk MMT itu memerlukan modal dasar dalam bentuk penguasaan tujuh mendasar yang menyangkut kehidupan organisasinya.

a. Organisasi :

Mengapa organisasi yang dipimpinnya ini ada dan untuk apa ? Jawaban ter-hadap pertanyaan yang sangat mendasar ini perlu dikuasai secara baik oleh semua orang yang memegang tampuk kepemimpinan dari suatu organisasi. Tanpa menguasai jawabannya secara baik diragukan apakah mereka akan mampu mengarahkan orang-orang lain dalam organisasi itu ke tujuan yang seharusnya.

b. V i s i :

Akan menjadi organisasi yang bagaimanakah organisasi itu di masa depan ? Orang-orang yang memegang kepemimpinan perlu memiliki pandangan jauh ke depan tentang organi-sasinya; mereka ingin mengembangkan organisasinya itu menjadi organisasi yang bagaimana, yang mampu berfungsi apa dan bagaimana, yang mampu memproduksi benda dan jasa apa dan yang bagaimana, serta untuk dapat disajikan kepada siapa ? Visi ini seharusnya berjangka panjang, misalnya 10 tahun atau 25 tahun ke dapan, agar dapat memfasilitasi usaha-usaha perbaikan mutu kinerja yang berkelanjutan.

c. M i s i :

Mengapa kita ada dalam organisasi ini ? Apa tugas yang harus kita lakukan ? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan visi tersebut di atas. Bagaimana visi itu akan dapat diwujudkan ? Tugas-tugas pokok apakah yang harus dilakukan oleh organisasi agar visi atau kondisi masa depan organisasi tadi dapat diwujudkan. Rumusan tentang misi organisasi ini juga seharusnya dapat dikuasai dengan baik dan jelas oleh orang-orang yang memegang kepemimpinan agar mereka dapat memberi arahan yang benar dan jelas kepada orang-orang lain.

d. Nilai-nilai

Page 24: Bahan Melda

Prinsip-prinsip apa yang diyakini sebagai kebenaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam menjalankan tugas organisasi, dan ingin agar orang lain dalam organisasi juga mengadopsi prinsip-prinsip tersebut. Misalnya mutu, fokus pada pelanggan, disiplin, kepelayanan adalah nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh orang-orang yang memegang kepemimpinan MMT.

e. Kebijakan

Ialah rumusan-rumusan yang akan disampaikan kepada orang-orang dalam organisasi sebagai arahan agar mereka mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menyediakan pelayanan dan barang kepada para pelanggan. Orang-orang yang memegang kepemim-pinan harus mampu merumuskan kebijakan-kebijakan semacam itu agar orang-orang dapat menyajikan mutu seperti yang diinginkan oleh organisasi.

f. Tujuan-tujuan Organisasi

Ialah hal-hal yang perlu dicapai oleh organisasi dalam jangka panjang dan jangka pendek agar memungkinkan orang-orang dalam organisasi memenuhi misinya dan mewujudkan visi mereka. Tujuan-tujuan organisasi itu perlu dirumuskan secara kongkrit dan jelas.

g. Metodologi :

Adalah rumusan tentang cara-cara yang dipilih secara garis besar dalam bertindak menuju pewujudan visi dan pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Metodologi ini terbatas pada garis-garis besar yang perlu dilakukan dan bukan detil-detil teknik kerja.

Ketujuh hal yang sangat mendasar itu perlu dikuasai dan dalam implementasi MMT hal itu akan dituangkan dalam merumuskan rencana strategis untuk mutu. Tanpa kemampuan merumuskan ketujuh hal itu secara spesifik dan mengkomunikasikannya kepada orang-orang dalam organisasi, sulit bagi orang-orang itu untuk mewujudkan mutu seperti yang diinginkan.

D. Manajemen Kepemimpinan

Kepemimpinan lebih diarahkan kepada kelompok-kelompok kerja yang memiliki tugas atau fungsi masing-masing, tidak memfokus kepada individu. Hal ini akan berakibat tumbuh berkembangnya kerjasama dalam kelompok-kelompok. Motivasi individu akan menjadi tugas semua orang dalam kelompok, jadi kelompok kerja menjadi sumber motivasi bagi setiap ang-gota dalam kelompok. Karena pimpinan selalu menilai kinerja kelompok, bukan individu, maka ma-sing-masing kelompok akan berusaha memacu kerjasama yang sebaik-baiknya, kalau perlu dengan menarik-narik teman sekelompoknya yang kurang benar kerjanya.

Kepemimpinan Manajemen tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam segala hal, tetapi hanya melakukannya dalam hal-hal yang akan lebih baik kalau dia yang memutuskannya. Sisanya diserahkan wewenangnya kepada ke-lompok-kelompok yang ada di bawah

Page 25: Bahan Melda

pengawasannya. Hal ini dilakukan terutama untuk hal-hal yang menyangkut cara melaksanakan pekerjaan secara teknis. Orang-orang yang ada dalam kelompok-kelompok kerja yang sudah mendapatkan pelatihan dan sehari-hari melakukan pekerjaan itulah yang lebih tahu bagaimana melakukan pekerjaan dan karenanya menjadi lebih kompeten untuk membuat keputusan dari pada sang pimpinan.

Setiap upaya meningkatkan mutu kinerja, apakah itu dalam mengha-silkan barang atau menghasilkan jasa, pada dasarnya selalu diperlukan adanya perubahan cara kerja. Jadi kalu diinginkan adanya mutu yang lebih baik jangan takut menghadapi perubahan, se-bab tanpa perubahan tidak akan terjadi peningkatan mutu kinerja. Perubahan bisa diciptakan oleh pemimpin, tetapi tidak perlu harus selalu berasal dari pimpinan, sebab kemampuan pemim-pinpun terbatas. Oleh karena itu pemimpin justru perlu merangsang timbulnya kreativitas di ka-langan orang-orang yang dipimpinnya guna menciptakan hal-hal baru yang sekiranya akan menghasilkan kinerja yang lebih bermutu. Seorang pemimpin tidak selayaknya memaksakan ide-ide lama yang sudah terbukti tidak dapat menghasilkan mutu kinerja seperti yang diharap-kan. Setiap ide baru yang dimaksudkan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bermutu dari manapun asalnya patut disambut baik. Orang-orang dalam organisasi harus dibuat tidak takut untuk berkreasi, dan orang yang terbukti menghasilkan ide yang bagus harus diberi pengakuan dan penghargaan.

Seorang pimpinan Manajemen selalu mendambakan pembaharuan, sebab dia tahu bahwa hanya dengan pembaharuan akan dapat dihasilkan mutu yang lebih baik. Oleh karena itu dia harus selalu mendorong semua orang dalam organisasinya untuk berani melakukan inovasi-inovasi, baik itu menyangkut cara kerja maupun barang dan jasa yang dihasilkan. Tentu semua itu dilakukan melalui proses uji coba dan evaluasi secara ketat sebelum diadopsi secara luas dalam organisasi. Sebaliknya seo-rang pimpinan tidak sepatutnya mempertahankan kebiasaan-kebiasaan kerja lama yang sudah terbukti tidak menghasilkan mutu seperti yang diharapkan olah organisasi maupun oleh para pe-langgannya.

Manajemen selalu mengupayakan adanya kerjasama dalam tim, kelompok, atau dalam unit-unit organisasi. Program-program mulai dari tahap peren-canaan sampai ke pelaksanaan dan evaluasinya dilaksanakan melalui kerjasama, dan bukan pro-gram sendiri-sendiri yang bersifat individual. Adanya sistem kerja yang didasari oleh kerjasama dalam tim, kelompok atau unit itu harus selalu menjadi pemikiran para pimpinan Manajemen. Dasarnya adalah pengikut-sertaan semua orang dalam kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan ba-kat, minat dan kemampuan masing-masing orang. Orang adalah aset terpenting dalam organisasi dan karena itu setiap orang yang ada harus dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan penca-paian tujuan organisasi.

Pemimpin Manajemen selalu bertindak proaktif yang bersifat preventif dan an-tisipatif. Pemimpin Manajemen tidak hanya bertindak reaktif yang mulai mengambil tindakan bila su-dah terjadi masalah. Pimpinan yang proaktif selalu bertindak untuk mencegah munculnya masa-lah dan kesulitan di masa yang akan datang. Setiap rencana tindakan sudah difikirkan akibat dan konsekuensi yang bakal muncul, dan kemudian difikirkan bagaimana cara untuk mengeliminasi hal-hal yang bersifat negatif atau sekurang berusaha meminimalkannya. Dengan demikian ke-hidupan organisasi selalu dalam pengendalian pimpinan dalam arti semua sudah dapat diper-hitungkan sebelumnya, dan bukannya memungkinkan munculnya masalah-masalah secara me-

Page 26: Bahan Melda

ngejutkan dan menimbulkan kepanikan dalam organisasi. Tindakan yang reaktif biasanya sudah terlambat atau setidaknya sudah sempat menimbulkan kerugian atau akibat negatif lainnya.

Sudah dikatakan sebelumnya bahwa orang adalah sumberdaya yang paling utama dan paling berharga dalam setiap organisasi. Oleh karena itu SDM harus selalu mendapat perhatian yang besar dari pimpinan Manajemen dalam arti selalu diupa-yakan untuk lebih diberdayakan agar kemampuan-kemampuannya selalu meningkat dari waktu ke waktu. Dengan kemampuan yang meningkat itulah SDM itu dapat diharapkan untuk mening-katkan mutu kinerjanya. Program-program pelatihan, pendidikan dan lain-lain kegiatan yang bersifat memberdayakan SDM harus dilembagakan dalam arti selalu direncanakan dan dilaksa-nakan bagi setiap orang secara bergiliran sesuai keperluan dan situasi

Bila berbicara tentang mutu tentu akan terlintas adanya mutu yang tinggi dan mutu yang rendah. Bila dikatakan bahwa kinerja suatu organisasi itu tinggi tentu karena dibandingkan dengan mutu organisasi lain yang kenyataannya lebih rendah. Artinya mutu tentang segala sesuatu itu sifatnya relatif, bukan absolut. Setidaknya begitulah pengertian mutu menurut Manajemen. Pimpinan dalam Manajemen dianjurkan melakukan pem-bandingan dengan organisasi lain, membandingkan mutu organisasinya dengan mutu organisasi lain yang sejenis. Kegiatan ini disebut benchmarking. Pimpinan Manajemen selalu berusaha menya-mai mutu kinerja organisasi lain dan kalau bisa bahkan berusaha melampaui mutu organisasi lain. Bila pimpinan berbicara tentang mutu organisasi lain dan kemudian ingin menyamai atau melebihi mutu organisasi lain itu, berarti pmpinan itu berbicara tentang persaingan. Setiap organisasi berusaha mendapatkan pelanggan yang lebih banyak dan yang berciri lebih baik. Usaha ini hanya akan berhasil kalau organisasi itu mampu berkinerja yang mutunya lebih tinggi dari organisasi lain. Ini persaingan. Manajemen dikembangkan untuk memenangkan persaingan. Oleh karena itu pimpinan Manajemen selalu harus menyadari adanya persaingan dan berbicara tentang itu dengan orang-orang dalam organisasinya.

Karakter suatu organisasi tercermin dari pola sikap dan perilaku orang-orangnya. Sikap dan perilaku organsasi yang cenderung menim-bulkan rasa senang dan puas pada fihak pelanggan-pelanggannya perlu dibina oleh pimpinan. Demikian pula budaya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu yang relevan dengan mutu yang diinginkan oleh organisasi itu juga perlu dibina. Misalnya dalam lembaga pendidikan perlu dikembangkan budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai belajar, kejujuran, kepelayanan, dan sebagainya. 

Nilai-nilai yang merupakan bagian dari budaya organisasi itu harus menjadi pedoman dalam bersikap dan berperilaku dalam organisasi. Namun demikian ka-rakter dan budaya organisasi itu hanya akan tumbuh dan berkembang bila iklim organisasi itu menunjang. Olah karena itu pimpinan juga harus selalu membina iklim organisasinya agar kon-dusif bagi tumbuh dan berkembangnya karakter dan budaya organisasi tadi. Misalnya dengan menciptakan dan melaksanakan sistem penghargaan yang mendorong orang untuk bekerja dan berprestasi lebih baik. Atau pimpinan yang selalu berusaha berperilaku sedemikian rupa hingga dapat menjadi model yang selalu dicontoh oleh orang-orang lain.

Pemimpin Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya, tetapi akan menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain, dan hanya me-nyisakan pada dirinya

Page 27: Bahan Melda

yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan. Kepemimpinan yang dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh pada orang lain. Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap ditangan pimpinan-atas, dan lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis disebarkan kepada orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya. Dalam banyak hal bahkan pengambilan keputusan itu diserahkan kepada tim atau kelompok kerja tertentu. 

Dengan demikian ketergantungan organisasi pada pimpinan akan sangat kecil, tetapi sebagian besar dari orang-orang dalam organisasi itu memiliki kemandirian yang tinggi. Kondisi semacam ini tentu saja akan tercapai melalui penerapan Manajemen yang baik dan benar, dan setelah melalui proses pembinaan yang panjang. Makin banyak dari kesepuluh ciri itu yang diterapkan oleh pimpinan Manajemen semakin baiklah mutu kepemimpinannya, dalam arti makin baiklah suasana kerja yang kondusif untuk terciptanya mutu, dan makin kuatlah dorongan yang diberikan kepada orang-orang dalam orga- nisasinya untuk meningkatkan mutu kinerjanya. Kesepuluh hal tersebut perlu dihayati dan di-praktekkan oleh semua pimpinan , dari yang tertinggi sampai yang terrendah, sehingga akhirnya akan menjelma menjadi pola tindak yang normatif dari semua unsur pimpinan.

E. Cara Berfikir Kelompok Pimpinan tentang Mutu

Dari pengalaman organisasi-organisasi yang telah menerapkan Manajemen dapat ditarik pelajaran bahwa agar organisasi itu berhasil dalam meningkatkan mutu kinerjanya secara terus-menerus diperlukan adanya kelompok pimpinan atau manajemen yang memiliki cara berfikir tentang mutu yang berbeda dengan cara berfikir pimpinan organisasi yang tidak menerapkan MMT. Berikut ini butir-butir yang menggambarkan cara berfikir pimpinan MMT tentang mutu.

1. Perbaikan mutu menghemat waktu dan uang.

Cara berfikir semacam itu berbeda dengan cara berfikir konvensional yang biasa mengatakan bahwa perbaikan mutu selalu memerlukan uang dan waktu. MMT diterapkan untuk jangka panjang, dan perbaikan mutu tidak untuk sesaat tetapi untuk seterusnya dan selamanya. Perbaikan mutu pada awalnya mungkin memerlukan dana, tetapi tidak selalu harus demikian, sebab untuk mencapai mutu yang lebih baik mungkin diperlukan pelatihan bagi orang-orang tertentu, atau memerlukan perbaikan peralatan dan fasilitas kerja, meski inipin tidak selalu harus demikian. Sesudah investasi awal itu kemudian tidak diperlukan lagi penge-luaran ekstra, bahkan dalam jangka yang agak panjang perbaikan mutu itu malah akan menghasilkan penghematan uang dan waktu. Tujuan utama diterapkannya MMT selain memuaskan pelanggan adalah efisiensi. Ini berarti penghematan dari cara-cara sebelumnya, atau bekerja dengan biaya lebih rendah tetapi dengan hasil yang lebih baik.

2. Pekerjaan adalah sistem terpadu dari beberapa proses.

Page 28: Bahan Melda

Persepsi semacam ini jelas sangat berbeda dengan cara berfikir kovensional yang melihat pekerjaan tidak sebagai suatu sistem yang terpadu tetapi sebagai rangkaian peristiwa. Jika orang melihat pekerjaan sebagai suatu sistem yang terpadu berarti masih tetap mengakui adanya bagian-bagian dari pekerjaan yang terpisah, namun bagian-bagian itu tetap berkaitan satu dengan lainnya dan memiliki hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung (interdependent). Perguruan tinggi memiliki bagian-bagian atau unit-unit, memiliki banyak jenis pekerjaan dan kegiatan, serta memiliki banyak orang yang bekerja di dalam-nya. Jelas mereka tidak cukup hanya dengan bekerja sendiri-sendiri secara terpisah, tetapi mereka harus bekerjasama, berinteraksi satu sama lain, tolong menolong, saling melayani, sebab hasil akhir dari perguruan tinggi itu adalah totalitas dari pekerjaan semua bagian dan semua orang itu. 

Bahkan mutu pekerjaan satu bagian sering sangat tergantung pada mutu pekerjaan bagian lain yang merupakan masukan bagi bagian yang pertama. Jadi agar suatu perguruan tinggi bermutu, semua bagian, semua fungsi dan semua pekerjaan perlu diupayakan agar bermutu sebagai satu sistem. Tidak cukup bila hanya salah satu atau beberapa bagian saja yang bermutu. Namun dalam implementasinya bila tidak mungkin meningkatkan semua jenis pekerjaan secara simultan, maka bisa ditempuh cara bertahap, yang dengan cermat dipilih jenis-jenis pekerjaan mana yang secara strategis perlu ditingkatkan mutunya lebih dahulu.

3. Pekerjaan betapapun besar dan banyaknya bila tanpa kualitas tidak ada artinya.

Ini berarti bahwa kualitas atau mutu pekerjaan lebih penting dari kuantitas atau jumlah. Dalam dunia pendidikan hal itu jelas sekali. Suatu perguruan tinggi memiliki banyak dosen dan mahasiswa tetapi yang pada umumnya tidak bermutu sebenarnya tidak banyak artinya bagi perguruan yang mendambakan perguruan yang bermutu. Pendidikan yang tidak bermutu betapapun banyaknya lulusan yang dikeluarkan kiranya tidak ada artinya bagi kemajuan suatu bangsa dan negara.

4. Mutu menyatu dengan cara kerja dari awal.

Mutu hasil kinerja yang berupa barang atau jasa adalah hasil dari cara kerja yang diterapkan dalam pekerjaan. Oleh karena itu cara kerja yang berupa prosedur dan proses kerja menjadi sangat penting untuk menghasilkan kinerja yang bermutu. Prosedur dan proses kerja sejak awal hingga akhir perlu dirancang dan ditentukan sedemikian rupa hingga menjamin tercapainya mutu kinerja yang baik seperti yang diinginkan untuk dapat memu-askan semau pelanggannya. Mutu barang atau jasa bukan sekedar hasil dari pemeriksaan pada akhir proses kerja, melainkan menyatu dengan cara kerja dari awal hingga akhir.

5. Mutu dapat dicapai melalui pelatihan yang lebih baik bagi karyawan yang telah ada plus kepemimpinan yang bermutu.

Salah satu kunci penting untuk keberhasilan meningkatkan mutu secara berkelanjutan adalah pelatihan yang relevan dan efektif. Semua karyawan dapat diharapkan meningkatkan mutu

Page 29: Bahan Melda

kinerjanya bila telah mendapatkan pelatihan yang tepat, demikian pula semua pemimpin dapat memimpin penyelenggaraan MMT dengan berhasil bila mendapatkan pelatihan un-tuk itu. Cara berfikir semacam itu berbeda dengan cara berfikir konvensional yang mengatakan bah-wa untuk mendapatkan mutu perlu (perekrutan) karyawan yang lebih baik.

6. Mutu yang cukup hanyalah bila semua pekerjaan menghasilkan yang terbaik.

Mutu se-macam itu memang tidak mungkin dicapai dengan sekali usaha tetapi melalui usaha yang terus menerus yang setiap kali diusahakan bisa mencapai perbaikan sedikit demi sedikit, yang dalam jangka yang agak panjang akan bisa mencapai mutu yang sempurna. Inipun pada waktunya dapat disempurnakan lagi sehingga sebenarnya usaha perbaikan mutu tidak pernah ada akhirnya. Mutu memang tidak berbatas, selalu dapat ditingkatkan. Pimpinan konvensional berfikir kalau 90% peker-jaan sudah baik adalah sudah cukup. Di bidang pendidikan dan akademis standar mutu itu jelas selalu bergerak ke atas dan harus selalu dikejar. Jadi jangan pernah berhenti berusaha meningkatkan mutu kinerja.

7. Mutu berarti perbaikan yang berkelanjutan.

Ini adalah cara berfikir sebagai kelanjutan dan konsekuensi pemikiran tersebut pada butir ke-6 di atas. Ini berbeda dengan konsep management by objective yang mengartikan mutu sebagai pencapaian tujuan yang ditentukan sebelumnya. Kedua cara berfikir itu tidak perlu dianggap berbeda bila pekerjaan dibagi-bagi menjadi beberapa tahapan dan untuk setiap tahap ditentukan tujuannya yang selalu meningkat dari awal sampai akhir.

8. Para pemasok adalah mitra kerja.

Pekerjaan dalam suatu organisasi selalu bersifat mengolah atau memroses masukan (barang, jasa dan/atau orang) yang dipasok oleh orang lain. Mutu kinerja organisasi itu dipengaruhi oleh mutu masukannya. Kalau organisasi itu memperlakukan para pemasok sebagai mitra kerjanya, ia dapat mengharap mendapatkan mutu pasokan (masukan) yang baik. Sebaliknya bila pemasok itu diperlakukan sebagai pesaingnya atau lawan usahanya, maka para pemasok itu sulit diharapkan mau memasok masukan yang bermutu. Jadi tidak benar bahwa mutu kinerja itu tidak ada kaitannya dengan pemasok. Dalam bidang pendidikan tinggi, mahasiswa adalah masukan yang dipasok oleh lembaga-lembaga pendidikan menengah. Sudahkah perguruan tinggi memperlakukan sekolah-sekolah menengah itu sebagai mitra kerjanya?

9. Pelanggan adalah bagian integral dari organisasi.

Mengapa demikian ? Karena sejak awal pekerjaan organisasi itu direncanakan antara lain dengan mempertimbangkan kebutuhan-kebu-tuhan dan harapan-harapan pelanggan. Jadi para pelanggan (eksternal) itu sejak awal diharapkan memberi masukan kepada organisasi, dan karena itulah mereka dikatakan merupakan bagian integral dari organisasi. Tanpa memper-timbangkan

Page 30: Bahan Melda

kebutuhan dan harapan para pelanggan, tidak pernah diketahui apakah hasil kerja itu akan bisa memuaskan pelanggan atau tidak. Jadi agar organisasi dapat merencanakan kerja yang bermutu perlu para pimpinan organisasi itu melihat para pelanggan sebagai bagian integral dari organisasi, dan bukan sebagai orang-orang luar yang akan ditawari produk kerja organisasi.

Cara berfikir seperti digambarkan pada sembilan butir di atas sangat perlu untuk diadopsi oleh para pimpinan yang organisasinya menerapkan Manajemen untuk selalu bisa menggerakkan orang-orang dan organisasinya meningkatkan mutu kerjanya secara berkelanjutan. Cara berfikir tentang mutu semacam itu akan menjadi bagian dari kepribadian pemimpin yang mendambakan mutu.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.

Untuk menerapkan Manajemen dalam suatu organisasi diperlukan adanya kepemimpinan yang ciri-cirinya berbeda dengan kepemimpinan yang tidak untuk meraih mutu. Manajemen diterapkan dalam organisasi yang melihat tugas organisasinya tidak sekedar melaksanakan tugas rutin, yang sama saja dari hari ke hari berikutnya. Semua sudah ditentukan standarnya, dan kalau kinerja sudah sesuai standar maka bereslah segalanya. Manajemen juga mengenal standar kinerja, tetapi bedanya standar ini bersifat dinamis, artinya standar itu selalu bisa ditingkatkan. Sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan mutu secara berkelanjutan. Untuk itu Manajemen memerlukan kepemimpinan yang mempu-nyai ciri-ciri yang agak khusus seperti yang akan dibahas berikut ini.

B. SARAN

Page 31: Bahan Melda

Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi positif. Maka untuk menjadi seorang pemimpin haruslah mempunyai pengetahuan dan jiwa pemimpin

Pemimpin Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya, tetapi akan menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain, dan hanya me-nyisakan pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan. Kepemimpinan yang dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh pada orang lain. Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap ditangan pimpinan-atas, dan lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis disebarkan kepada orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya

DAFTAR PUSTAKA

James K. Van Fleet, 1973, 22 Manajemen Kepemimpinan, Jakarta:Mitra Usaha

Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen PT. Cendekia Informatika, Jakarta

http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-kepemimpinan_6811.html

W. Brown steven, 1998, Manajemen Kepemipinan, Jakarta: Profesional Books

<p>Your browser does not support iframes.</p>

Integritas DiriBy Ahmad Dawamul Muthi

Menurut saya integritas merupakan kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Kualitas kepribadian seseorang berbanding lurus dengan integritas dirinya.

Page 32: Bahan Melda

Seseorang yang memiliki visi besar tanpa integritas, maka visi tersebut hanya sekadar retorika belaka, tidak akan pernah tereksekusi untuk diwujudkan.

Seorang guru atau motivator dalam setiap kata yang diucapkannya bisa terasa sangat hambar, tidak terasa pengaruhnya bagi yang mendengarkan jika semua yang dikatakannya ternyata belum pernah dilakukannya.

Orang tua dalam mendidik anak sering mengalami kesulitan, mungkin permasalahannya ialah orang tua belum memberikan teladan terlebih dahulu kepada anak sehingga anak belum melihat teladan yang baik dari orang tua. Anak akan melihat orang tua hanya bisa menyuruh saja, sedangkan dirinya sendiri tidak melakukannya. Maka anak memandang orang tuanya tidak berwibawa, dalam hal ini integritas dapat dikatakan juga sebagai wibawa. Sebagai contoh: orang tua berusaha mendidik anak agar dapat makan di meja makan, padahal dia sendiri makan sesuka hatinya terkadang di meja makan, di depan tv, atau bahkan di kamar.

Atasan kepada bawahan juga harus menjaga wibawanya dengan tidak serta merta memberikan instruksi yang ternyata dirinya sendiri belum melakukannya, seperti: memberlakukan peraturan bawahan tidak boleh datang telat dalam rapat yang telah dijadwalkan bersama, tetapi fakta yang sering terjadi justru bawahan yang menunggu atasannya datang baru rapat dimulai. Jika hal seperti ini terus terjadi, maka antara bawahan dengan atasan akan terjadi perasaan saling tidak percaya.

Salah satu kegiatan yang paling membosankan adalah menunggu. Jika kita tidak ingin mengalami kegiatan menunggu, maka jangan pernah membuat orang lain menunggu kita, karena hukum sebab akibat senantiasa terjadi. Apa yang orang lain rasakan disebabkan oleh diri kita, maka akan kita rasakan juga.

Ketika terlambat sebenarnya kita sedang menghancurkan integritas diri kita sendiri. Jika ternyata ketika telat bertepatan dengan diundurnya suatu agenda sehingga kita menjadi tidak terhitung telat bagaimana?Apakah kita bisa dikatakan tetap memiliki integritas? Jawabnya ya, Anda tetap memiliki integritas tetapi perlu diingat dalam hal ini Anda hanya “terlihat” memiliki integritas di mata orang lain tetapi tidak kepada diri sendiri. Sekali saja diri ini merusak integritas, maka godaan untuk terus melanjutkan praktik perusakan integritas diri akan terus berlanjut. Dikarenakan kita akan memberikan kompromi sedikit demi sedikit kepada diri yang akan berdampak semakin buruk kepada integritas diri kedepannya.

Jika kita meyakini hukum sebab akibat maka dengan sendirinya kita terdorong untuk terus memperbaiki diri sendiri dahulu sebelum memimpin atau mendidik orang lain. Teringat perkataan AA Gym yang menjadi sangat logis jika beliau mengatakan prinsip 3M: Mulai dari diri sendiri, Mulai dari Hal yang kecil, dan Mulai dari sekarang. Saya sangat setuju dengan konsep memperbaiki diri yang diutarakan AA Gym tersebut.

Oleh karenanya Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab: 21 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. Kita telah diberikan

Page 33: Bahan Melda

teladan yang terbaik dari panutan kita Rasulullah SAW, semoga kita termasuk dalam barisan umat beliau di akhirat kelak.

Dapat disimpulkan dengan menjaga integritas diri dapat memberikan dampak bagi orang lain. Memperbaiki dari hal yang kecil, yaitu diri sendiri maka dapat memberikan teladan bagi lingkungan sekitar kita. Dimulai dari lingkungan yang kecil, yaitu keluarga akan dapat memberikan teladan bagi lingkungan yang lebih besar, yakni masyarakat. Lingkungan masyarakat dapat memberikan teladan bagi lingkungan aktivitas sehari-hari kita seperti tempat kita kerja.

Sistem perbaikan terus bergerak seperti itu untuk saling memberikan teladan sampai kepada tataran yang terbesar, negara kita. Maka jika proses ini berjalan dengan baik, akan menjadi semakin nyata terlihat kebangkitan negara Indonesia ini.

Mari kita menjaga integritas diri agar saling memberikan teladan yang baik kepada lingkungan sekitar kita, karena setiap kita adalah pemimpin minimal bagi diri kita sendiri. (3 Rajab 1431 H-5 Juni 2011. Kelapa Dua, Depok)

MEMBANGUN INTEGRITAS DIRI Kamis, 26 April 2012 MEMBANGUN INTEGRITAS DIRI Home next>>> Dalam kehidupan, sering kita mendengar apa yang di sebut integritas..... mudah sekali kalimat integritas itu di ucapkan dan dilontarkan namun untuk menjalankannya tidak semudah di ucapkan..... Kira-kira apa sebenarnya integritas itu, Menurut bahasa integritas merupakan kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Kualitas kepribadian seseorang berbanding lurus dengan integritas dirinya. Seseorang yang memiliki visi besar tanpa integritas, maka visi tersebut hanya sekadar retorika belaka, tidak akan pernah tereksekusi untuk diwujudkan Seorang guru atau motivator dalam setiap kata yang diucapkannya bisa terasa sangat hambar, tidak terasa pengaruhnya bagi yang mendengarkan jika semua yang dikatakannya ternyata belum pernah dilakukannya. istilahnya kalo dalam bahasa jawa adalah " Jarkoni " ( iso ujar tapi ora iso nglakoni) Orang tua dalam mendidik anak-anaknya kadang mengalami kesulitan....., hal ini mungkin permasalahannya ialah orang tua tersebut belum pernah memberikan teladan terlebih dahulu kepada anak sehingga anak belum melihat teladan yang baik dari orang tua..... Anak akan melihat orang tua hanya bisa bicara saja, sedangkan dirinya sendiri tidak melakukannya. Maka ada kemungkinan anak tersebut memandang orang tuanya kurang berwibawa.......dalam hal ini integritas dapat dikatakan juga sebagai wibawa. Sebagai contoh: orang tua berusaha mendidik anak agar dapat makan di meja makan, padahal dia sendiri makan sesuka hatinya terkadang di meja makan, di depan tv, atau bahkan di kamar. Seorang motivator meminta kepada orang yang diberi motivasi untuk bertindak jujur, berperilaku yang baik, menjaga sikap, menjaga wibawa, menjaga ucapan dan harga dirinya, atau menjalankan pekerjaan dengan sepenuh hati tetap fokus pada pekerjaan, namun actualnya seorang motivator tersebut malah bertindak sebaliknya....maka motivasi yang diberikan tidak bisa mengenai sasaran. dan situasi menjadi kurang kondusif... muncul rasa saling tidak percaya sehingga motivasi yang diberikan menjadi sia-sia dan tidak mengenai sasaran....... Sekali saja diri kita merusak integritas maka godaan untuk terus melakukan praktik perusakan integritas akan terus berlanjut, dikarenakan kita akan memberikan kompromi sedikit demi sedikit kepada diri yang akan berdampak semakin buruk kepada integritas diri kedepannya.....memang melihat kelemahan orang lain lebih mudah dari pada melihat kelemahan dari diri sendiri. Didalam suatu organisasi

Page 34: Bahan Melda

kecil misalnya apabila anggota komunitasnya sulit diatur atau diarahkan, biasanya pemimpinnya sudah memberikan contoh terlebih dahulu untuk sulit diatur dan diarahkan. Dalam mengarahkan sesuatu, kita bukan hanya sebagai pengamat, memberikan komentar saja namun perlu juga lepaskan baju sebagai pengamat untuk terjun membantu apa yang menjadi kesulitan dalam team. Jika kita meyakini hukum sebab akibat tersebut maka dengan sendirinya kita terdorong untuk terus-menerus memperbaiki diri sendiri dahulu sebelum memimpin, mendidik, mengarahkan ataupun memberikan motivasi kepada orang lain. Teringat perkataan seseorang tokoh yang menjadi sangat logis yaitu prinsip 3M: prinsip yang pertama adalah Mulai dari diri sendiri, prinsip yang kedua adalah Mulai dari Hal yang kecil, prinsip selanjutnya adalah Mulai dari sekarang. Dapat disimpulkan dengan menjaga integritas diri, maka kita akan dapat memberikan dampak bagi orang lain. Memperbaiki dari hal yang kecil, yaitu diri sendiri maka dapat memberikan teladan bagi lingkungan sekitar kita. Dimulai dari lingkungan yang kecil, yaitu keluarga akan dapat memberikan teladan bagi lingkungan yang lebih besar, yakni masyarakat. Lingkungan masyarakat dapat memberikan teladan bagi lingkungan aktivitas sehari-hari kita seperti tempat kita kerja. Sistem perbaikan akan terus bergerak seperti itu untuk saling memberikan teladan sampai kepada tataran yang terbesar dalam organisasi kita. Maka jika proses ini berjalan dengan baik, akan menjadi semakin nyata terlihat kemajuan. Mari kita bersama-sama saling menjaga integritas diri agar saling memberikan teladan yang baik kepada lingkungan sekitar kita, lingkungan pekerjaan kita, Lingkungan organisasi kita menuju tujuan ataupun goal-goal yang harus kita capai bersama-sama. Karena setiap dari kita adalah Pemimpin minimal bagi diri kita sendiri. Walaupun kita tidak harus punya jabatan. (The Leader who has no Tittle)

Sumber: http://dianwisata.blogspot.com/2012/04/membangun-integritas-diri-dalam.html#.USIie1aWSF4Konten adalah milik dan hak cipta dianwisata.blogspot.com

INTEGRITAS

Integritas dalam bahasa saya adalah jati diri. Integritas adalah cara kita memandang atau menilai diri kita sendiri. Siapakah saya menurut diri saya sendiri.

Integritas inilah yang membuat tiap – tiap orang berbeda. Masing – masing mempunyai penilaian sendiri mengenai diri mereka. Ada yang menganggap dirinya baik, ada juga yang menganggap bahwa dirinya benar. Tetapi tidak ada yang menganggap bahwa dirinya jahat, kejam, penipu, sadis, atau raja tega. Yang ada adalah orang lain yang memandang mereka jahat, kejam, penipu, sadis dan raja tega.

Page 35: Bahan Melda

 

Jadi, ada dua sudut pandang mengenai seorang manusia. Yang pertama adalah dari sudut pandang diri kita sendiri. Berikutnya dari sudut pandang orang lain, dan ini saya sebut sebagai imej. Bagaimana orang lain memandang kita, atau siapakah saya menurut pandangan orang lain.

Lalu, mana yang benar. Integritas atau imej kita ? Manakah jati diri kita sebenarnya ?  Mana yang lebih penting ?

Susah sekali untuk menjawab pertanyaan ini. Karena kedua – duanya penting bagi kita. Tetapi integritas dan imej seringkali bertentangan, satu benar dan satu salah. Jika integritas benar, berarti orang lain salah menilai kita. Pertanyaan berikutnya yang muncul dalam kepala saya adalah mengapa orang bisa salah menilai kita ! Hmm...berarti saya harus tahu cara orang lain menilai kita. Atas dasar apa ? Dan bagaimana ?

Fakta dan kata-kataInilah pertamakali dinilai orang. Apakah omongan atau kata – kata kita sesuai dengan perbuatan kita. Jika kata – kata kita sesuai dengan realita yang terjadi, maka orang memberi kita nilai positif. Sebaliknya jika bertentangan maka nilanya adalah negatif.

WaktuManusia memang berubah. Berubah menjadi baik atau kebalikannya. Yang bisa menilai adalah waktu. Ming (rekan kerja saya di EO) yang saya kenal 8 tahun yang lalu tetap sama hingga hari ini. Berarti dia mempunyai integritas.

 

INTEGRITAS SEBAGAI MANUSIAIntegritas adalah nilai – nilai yang kita percayai, kita yakini, kita perjuangan, kita pegang. Dan teman – teman kita mengenal kita berdasarkan integritas ini. Semakin kuat integritas kita,

Page 36: Bahan Melda

semakin besar kepercayaan mereka kepada kita. Dan kepercayaan adalah syarat untuk hidup di dunia ini.

Salah satu nilai yang saya pegang dalam hidup saya adalah kejujuran dan kesetiaan. Apa yang saya katakan itulah keadaan yang sebenarnya dan selengkapnya, dan teman – teman saya menilai diri saya sebagai orang yang jujur. 8 Tahun yang lalu, si Ming tahu kalau saya orangnya lurus...dan saat ini juga dia menilai saya sebagai orang yang sama seperti 8 tahun yang lalu. Imej Ming sesuai dengan integritas saya. Dan saya senang karena saya bisa mempertahankan integritas saya.

Saya seorang manusia, dan saya dikenali karena saya mempunyai jati diri. Nama saya Wapan, ciri – ciri saya jujur dan setia. Jika orang lain membicarakan saya, maka mereka membicarakan ciri – ciri saya. Jika sama, berarti mereka membicarakan seorang manusia yang sama. Itulah integritas kita sebagai manusia. Jati diri kita.

 

 INTEGRITAS YANG BERGOYANG Integritas tidak muncul dalam sehari. Integritas dibentuk oleh waktu, dan dimulai waktu kita mengenal benar dan salah. Kabar buruknya....integritas selalu bergoyang – goyang.

Karena saya baru belajar mengenai online Forex, maka saya pingin menganalogikan kasus ini dengan Forex. Ha...ha...ha....sekalian mengingat – ingat kembali pelajaran dari guru saya.

 

TEORI SUPPORT DAN RESISTANCEPergerakan mata uang, entah itu naik atau turun, selalu berada di kisaran titik support dan titik resistance. Titik support adalah titik terendah dari pergerakan mata uang hari itu. Titik resistance adalah titik tertinggi dari pergerakaan mata uang. Jika mata uang bergerak naik maka selalu berada di bawah titik resistance, sebaliknya jika bergerak turun maka selalu berada di atas titik support.

 

Page 37: Bahan Melda

 

Lalu, teori berikutnya mengatakan bahwa jika pergerakan mata uang menembus titik support (S) atau titik resistance (R) maka dia akan bergerak menembus titik S & R level berikutnya. Lalu kemudian stabil tergantung kekuatan pasar. Titik support yang tertembus akan menjadi titik resistance berikutnya, demikian pula dengan titik resistance yang tertembus akan menjadi titik support level baru.

Demikian pula dengan integritas kita! Tiap hari integritas kita naik dan turun.Yang menjadi titik support dan resistancenya adalah titik benar dan titik salah. Kadang kita bergerak melawan integritas kita, tetapi sering juga bergerak mengikuti integritas kita.

Teori berikutnya mengatakan bahwa jika kita sudah menembus titik pertama maka kita juga akan menembus titik kedua, ketiga, dst. Lalu kemudian stabil sesuai dengan kekuatan pasar. Jika perjalanan atau keputusan kita sesuai dengan integritas kita, atau menembus titik benar, maka kita akan menembus titik benar berikutnya...sehingga semakin lama integritas kita akan semakin kuat. Sebaliknya jika titik salah yang kita tembus, maka kita akan menembus titik salah beriktunya....dan akhirnya kita kehilangan integritas atau jati diri kita.

Sesuai dengan kekuatan pasar ? Kalau berhubungan dengan integritas, maka kekuatan pasar yang saya maksud di sini adalah konflik internal antara hati nurani dengan nafsu. Antara baik dan jahat, benar dan salah. Mana yang lebih dominan, yang lebih kuat ?

 

INTEGRITAS ADALAH PILIHANSalah satu, atau mungkin bisa saya katakan hadiah terbesar Tuhan kepada kita adalah pilihan. Kita bisa memilih....iya saya katakan sekali lagi...kita bebas memilih, tanpa paksaan, tanpa tekanan, tanpa pertimbangan siapa – siapa selain diri kita sendiri untuk memilih yang terbaik

Page 38: Bahan Melda

bagi diri kita sendiri. Tuhan tidak tahu langkah mana yang akan kita pilih, tetapi Tuhan tahu hasil akhir setiap langkah yang akan kita pilih.

Mari saya perjelas pemikiran saya. Jika kita mempunyai pilihan A dan B, maka Tuhan tidak tahu mana yang akan kita pilih, A atau B.Yang diketahui Tuhan adalah:

a. Jika kita memilih A, maka akan ada pilihan berikutnya, yaitu C dan Db. Jika kita memilih B, maka akan ada pilihan berikutnya, yaitu Y dan Zc. Jika kita memilih A lalu C, maka hasil berikutnya adalah Kd. Jika kita memilih A lalu D, maka hasil berikutnya adalah Le. Demikian seterusnya....

Saya tidak tahu pilihan anda. Apakah anda memilih mempertahankan integritas anda atau membiarkan nafsu anda mengubah jati diri anda. Tuhan yang tahu hal ini. Yang saya ketahui (selain kemaha tahuan Tuhan) adalah keadilanNya.

Integritas yang kita pertahankan dengan hidup kita akan dibalas setimpal sesuai dengan perjuangan kita. Jadi...untuk teman – teman yang berjuang untuk tetap berintegritas di tengah dunia ini....tetap maju...ada upahnya looh! Dan yang bayarin kita adalah Tuhan pencipta semesta ini

INTEGRITAS ADALAH PILIHAN BUKAN KEWAJIBAN DAN ETIKA ADALAH KEWAJIBAN BUKAN PILIHAN

INTEGRITAS ADALAH PILIHAN BUKAN KEWAJIBAN DAN ETIKA ADALAH KEWAJIBAN BUKAN PILIHAN

“Anda Yang Suka Menyalahkan Sistem Dan Realitas Atas Kurang Berintegritasnya Diri Anda, Sesungguhnya Sedang Berkata Bahwa Diri Anda Sangat Lemah Dan Tidak Pantas Untuk Menerima Tanggung Jawab Yang Lebih Besar.”~Djajendra

“Orang-Orang Dengan Integritas Pribadi Yang Tinggi Dan Kemampuan Moral Untuk Menjalankan Etika Dengan Sempurna, Akan Memiliki Keselarasan Luar Dalam Untuk Menjalani Kehidupan Berkualitas Yang Etis.” ~ Djajendra

Ketika seseorang tidak merasa memiliki harga diri, persahabatan, stabilitas keuangan, atau juga nilai-nilai kehidupan positif, maka dia sangat berpotensi untuk bertindak dan bersikap tanpa integritas. Dan sebaliknya, seseorang dengan harga diri yang tinggi, rasa syukur dengan keadaan keuangan, nilai-nilai kehidupan positif sebagai sistem pendukung moral yang kuat, dan kemampuan dirinya hidup dalam keseimbangan pribadi dan sosial yang kuat, maka dia sangat berpotensi untuk hidup dengan integritas pribadi yang tinggi.

Integritas pribadi seseorang menyampaikan arti keutuhan dan kekuatan dari jati diri yang asli. Artinya, tidak ada kepalsuan dari pikiran, suasana hati, ucapan, tindakan, dan sikap. Jati diri

Page 39: Bahan Melda

selalu konsisten bertindak dengan integritas diri untuk melakukan apa yang benar melalui kejujuran diri sendiri.

Orang – orang yang hidup dengan integritas pribadi yang kuat adalah mereka yang dipandu oleh seperangkat prinsip inti, yang memberdayakan kepribadian dan karakter mereka, untuk berperilaku secara konsisten dengan standar nilai-nilai yang menjadi dasar dari integritas. Dan pada umumnya, prinsip-prinsip inti dari integritas adalah nilai-nilai kehidupan yang membawa makna untuk kebajikan, kasih sayang, kepedulian, ketergantungan, kedermawanan, kejujuran, kemanusiaan, kebaikan, anti korupsi, anti manipulasi, anti kolusi, anti nepotisme, anti kekerasan, kesetiaan, kedewasaan, objektifitas, kepercayaan, kehormatan, dan kebijaksanaan.

Integritas pribadi selalu akan diuji oleh realitas sosial. Mengingat integritas pribadi adalah sesuatu yang dihasilkan dari dalam diri, maka kekuatan di luar diri bisa saja tidak memiliki integritas. Sering sekali realitas kehidupan sosial, politik, ekonomi selalu mempersembahkan integritas yang sangat miskin dan lemah. Dampaknya, integritas pribadi yang kuat harus menjadi sangat bermoral dan berkualitas tinggi. Untuk itu, Anda wajib memiliki keberanian agar dapat mengalahkan tantangan dari realitas integritas di luar diri, yang lemah dan tak berdaya.

Keberanian Anda untuk menerima tanggung jawab pribadi, haruslah diikuti dengan kemampuan untuk memperkuat integritas pribadi, dan Anda harus dapat menjadi pribadi yang dibutuhkan banyak orang untuk mengekspresikan kejujuran, keadilan, menghormati pandangan yang berbeda dengan integritas pribadi untuk kemanusiaan dan cinta.

Integritas adalah apa yang menyediakan nilai kehidupan dari dalam diri untuk mengubah kesadaran ke dalam tindakan. Bila integritas dilengkapi dengan panduan etika yang unggul dan konsisten, maka saat ada ujian dari luar diri, diri akan memiliki kekuatan untuk membangkitkan keberanian agar memenangkan integritas pribadi dari ujian realitas sosial, politik, dan ekonomi kepentingan.

Etika itu sendiri adalah sebuah sistem eksternal melalui aturan, hukum, dan kode etik. Jadi, diri yang unggul dengan integritas pribadi adalah diri yang secara internal pribadi telah memiliki sebuah sistem kejujuran diri sendiri terhadap nilai-nilai yang diyakini. Oleh karena itu, saat panduan etika bisnis dan kode etik perilaku kerja diterapkan, maka orang-orang dengan integritas tinggi akan memiliki kepatuhan sempurna terhadap etika bisnis dan kode etik.

Integritas pribadi adalah dasar bagi implementasi etika perilaku dan etika bisnis yang sempurna. Perilaku kerja yang etis akan mendorong kesempurnaan integritas pribadi. Hubungan yang saling memperkuat antara integritas dan etika, akan menjadi dasar yang sangat kuat untuk menghasilkan kehidupan kerja yang harmonis dalam kinerja maksimal.

Anda yang mampu mengembangkan standar integritas pribadi yang tinggi pasti akan menjadi pribadi teladan, yang selalu berpotensi untuk mentransfer prinsip-prinsip kehidupan yang penuh integritas, untuk kehidupan profesional di tempat kerja.

Untuk training hubungi www.djajendra-motivator.com

About these ads

Page 40: Bahan Melda

Menyoal Independensi Pemilu (2014)Oleh : Benget Silitonga. Setelah menjadi polemik yang cukup lama, Pemerintah dan DPR akhirnya menyepakati keterlibatan anggota Partai Politik dalam lembaga penyelenggara Pemilu (KPU dan Bawaslu). Hal itu tertuang dalam salah satu bagian revisi UU 22/2007 tentang Penyelenggara Pemilu yang baru saja disahkan. Sebagaimana diberitakan sejumlah media, kesepakatan tersebut dilatari dinamika politik kontemporer yang makin banyak mempertontonkan krisis Independensi (politik). Krisis independensi (politik) merujuk pada fenomena bahwa diffrensiasi (perbedaan khas) antara mereka yang menyebut diri independen dan non independen semakin tidak relevan lagi. Sejumlah pejabat yang berlatar belakang Partai Politik (Parpol), alias tidak independen, ternyata terbukti tetap bisa ‘independen’, kredibel, dan berintegritas menjalankan tugasnya. Hal itu misalnya bisa ditemukan pada sejumlah kinerja Hakim Konstitusi yang berlatar belakang parpol di Mahkamah Konstitusi (MK). Sementara sejumlah anggota penyelenggara Pemilu/KPU(D) yang berasal dari kalangan independen (non parpol) justru masuk bui dan terkena sanksi kode etik, dan bahkan tak sedikit yang menghianati independensinya dengan bergabung menjadi anggota parpol tertentu.

Krisis Independensi (Politik)

Sepintas kesepakatan tersebut memang terlihat rasional. Sebagaimana telah disinggung di atas, krisis independensi (politik) sedang menjadi fenomena dalam panggung politik kita dalam aneka bentuk. Dalam Pilkada kita menemukan kandidat perseorangan/independen lebih banyak yang kalah daripada menang. Mereka bukan hanya banyak yang kalah. Cara mereka (meraih kekuasaan) politiknya pun tidak berbeda dengan cara kandidat non independen yang dilawannya, yakni tetap mengandalkan pendekatan mobilitatif daripada pendekatan transformatif.

Dalam praktik kekuasaan kita menemukan sejumlah pejabat berlatar belakang independen yang watak dan perilaku politiknya ternyata juga tidak beda dengan pejabat non independen, yakni tetap eksploitatif dan koruptif. Di bagian lain, tak sedikit kalangan dan institusi yang seharusnya independen namun belakangan justru sangat dependen dan partisan ketika berinteraksi dengan ruang kekuasaan politik formal. Itu misalnya terjadi kinerja independensi lembaga survey politik yang belakangan menuai kritik dan polemik. Singkatnya, kuatnya pragmatisme politik telah membuat independensi (politik) mengalami krisis akut. (Nyaris) tidak ada lagi perbedaan yang signifikan antara mereka yang ‘independen’ dengan mereka yang ‘tidak independen’.

Namun menjadikan fenomena yang faktual tersebut sebagai alibi dan justifikasi bagi Pemerintah dan DPR untuk ‘mengeliminasi’ independensi (politik) personal dalam persyaratan anggota penyelenggara Pemilu, jelas bukanlah logika politik yang tepat dan cerdas. Sebab, bagaimanapun krisis independensi (politik) tidak bisa dilihat hanya dalam spektrum politik tunggal dan personal. Terjadinya krisis independensi (politik), dalam berbagai bentuk, bukan semata karena independensi (politik) personal itu sendiri tidak relevan lagi. Krisis Independensi (politik) terjadi karena memang ia (by design) dibuat tidak relevan.

Patut digarisbawahi independensi (politik) bukanlah sesuatu yang given hadir. Independensi (politik) adalah sesuatu yang bersifat inter-personal. Independensi (politik) adalah sesuatu yang berdimensi relasional, bahkan inter-relasional. Dengan kata lain Independensi (politik) hanya

Page 41: Bahan Melda

mungkin tumbuh bila ia dibuat relevan. Independensi (politik) hanya mungkin lahir pada ketersediaan inter-relasi politik, atau lazim disebut struktur politik, yang memfasilitasi tumbuh kembangnya independensi (politik) personal.

Dalam konteks itu, fenomena krisis independensi (politik), harus dicermati secara kritis dan lebih mendalam. Seorang hakim konstitusi yang berlatar parpol namun bisa tetap independen bukan semata karena independensi (personal) yang dimilikinya namun justru karena ketersediaan independensi inter-personal, dan bahkan inter-relasional dalam struktur MK itu sendiri. Sebaliknya, anggota penyelenggara Pemilu berlatar independen namun kemudian menciderai dan bahkan menghianati independensinya, bukan semata disebabkan independensi (personal)nya yang tidak relevan namun justru karena lemahnya independensi inter-relasi, atau struktur lembaga penyelenggara Pemilu itu sendiri.

Deskripsi ini ingin menegaskan bahwa fenomena krisis independensi (politik) dalam panggung panggung politik kita tidak seharusnya bermuara dan berakhir pada kesimpulan simplistis; independensi (politik) personal tidak relevan lagi. Respon terhadap krisis independensi (politik) seharusnya bermuara pada kesimpulan akan pentingnya penguatan independensi (politik) personal dengan memfasilitasi dan memperkuat independensi inter-relasional penyelenggara Pemilu. Dengan kata lain, struktur lembaga penyelenggara Pemilu harus didesain sedemikian rupa agar bisa memfasilitasi dan memproteksi independensi (politik) personilnya! Itu artinya, krisis independensi (politik) seharusnya menginspirasi Pemerintah dan DPR untuk memperkuat rancang bangun independensi struktural kelembagaan penyelenggara Pemilu, yang membuatnya tidak bisa diinfiltrasi penguasa, peserta, dan kekuatan asing yang berpotensi menciderai Pemilu.

Celakanya, mereka yang bersepakat di Senayan sepertinya (sengaja) mengambil kesimpulan yang salah menyikapi krisis independensi (politik) ini. Argumennya jelas. Sebab (hanya) dengan kesimpulan salah tersebutlah mereka (akan) memiliki legitimasi membunuh independensi lembaga penyelenggara Pemilu secara prematur dan sistemik, sekaligus melegitimasi syahwat politik mereka untuk masuk ke lembaga penyelenggara Pemilu 2014.

Permisifitas Pemilu

Selain berpotensi membunuh independensi (politik) secara prematur dan sistemik, kesepakatan tersebut juga akan menciptakan sistem penyelenggara Pemilu kita yang makin permisif. Pemisifitas penyelenggaraan Pemilu kini bukan hanya pada level kepesertaan Pemilu dimana semua orang, mulai dari orang baik sampai dengan bandit, dengan hanya memenuhi syarat administratif verbal, bisa menjadi kandidat.

Permisifitas penyelenggaraan Pemilu kini juga bukan lagi hanya pada nihilnya sanksi yang jelas dan berat bagi pelaku kejahatan Pemilu. Permisifitas penyelenggaraan Pemilu kini juga bukan hanya pada rendahnya akuntabilitas dana kampanye peserta Pemilu. Lebih mengerikan, permisifitas penyelenggaraan Pemilu kini justru sudah menghunjam ‘jantung’ Pemilu itu sendiri yakni, lembaga penyelenggara Pemilu. Pemerintah dan DPR yang harusnya menghentikan permisifitas politik, ironisnya justru menjadi promotor permisifitas politik. Patut dicatat, dalam perkembangan politik elektoral di banyak negara, independensi (politik) bukan semata syarat adminsitratif bagi anggota penyelenggara Pemilu. Independensi (politik) adalah salah satu

Page 42: Bahan Melda

indikator tranparansi dan akuntabilitas lembaga penyelenggara Pemilu. Dalam perspektif tersebut, upaya mengeliminasi independensi dan mem-permisif-kan Pemilu 2014 patut ditolak. Semoga masih ada ‘muzijat politik’ untuk mengembalikan independensi Pemilu 2014 sehingga Pemilu 2014 terhindar dari petaka dan bencana politik!. ***

Penulis adalah Analis Politik Perhimpunan BAKUMSU. Koordinator Kelompok Kerja Jaringan Demokrasi (KKJD) Sumut. Anggota Perhimpunan Politica Institute di Medan.

Independensi Politik dan Kebebasan Perempuan Indonesia: Implikasi Logis dari Islam dan Demokrasi untuk Menegakkan Demokrasi Islam di   Indonesia* Leave a comment

January 23, 2013 by zainabzilullah

Oleh: Wa Ode Zainab Zilullah Toresano

Independensi Politik dan Kebebasan Perempuan Indonesia: Implikasi Logis dari Islam dan Demokrasi untuk Menegakkan Demokrasi Islam di Indonesia*By: Wa Ode Zainab Zilullah Toresano

ABSTRAKSI

Hingga kini, perempuan Indonesia masih menghadapi berbagai masalah berkaitan dengan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Atas dasar itu, kita harus menemukan solusi signifikan untuk menghadapi permasalahan tersebut. Adapun solusi yang dipilih oleh penulis adalah partisipasi perempuan dalam politik (indendensi politik). Pengewajantahan independensi politik perempuan mengharuskan adanya “kebebasan”. Kebebasan dapat terwujud dengan mengimplementasikan nilai-nilai Islam dan demokrasi. Ini adalah salah satu jalan untuk menegakkan Pemerintahan Demokrasi Islam yang berdasarkan pada Pancasila; jadi pemberdayaan perempuan Indonesia dapat terealisasi. Pemberdayaan harus mengafirmasi fitrah perempuan, yakni kesadaran dalam pengembangan keluarga karena itu merupakan aspek inheren yang penting pada diri perempuan. Pada akhirnya, partisipasi perempuan dalam ruang privat (keluarga) dan ruang publik (politik) berimplikasi pada penegakan dan penguatan Gerakan Kebangkitan Islam.Kata Kunci: Perempuan, Politik, Kebebasan, Islam dan Demokrasi.

Dewasa ini, isu gender merupakan isu kontroversial yang terkemuka dalam kancah perkembangan global. Itu diindikasikan dengan ditetapkannya isu gender sebagai salah satu dari delapan target “Sasaran Pembangunan Milenium” (Millennium Development Goals/ MDGs) yang disepakati oleh beberapa Negara di dunia, termasuk Indonesia. Isu gender berkaitan erat dengan persoalan universal di mana “pemberdayaan perempuan” sebagai inti (center of gravity) dari isu tersebut. Dalam konteks ini, pemberdayaan perempuan tidak hanya terbatas pada tataran psikologi dan moral, tetapi juga merambah pada sektor ekonomi, sosial, dan politik (bahkan

Page 43: Bahan Melda

kebudayaan, serta pertahanan dan keamanan), di mana semua itu dibalut dalam bingkai nilai-nilai keadilan dan hak asasi manusia.

Dalam platform pembangunan Indonesia, keadilan dan kesetaraan gender telah menjadi perhatian, khususnya dalam dunia politik. Itu tercermin dengan kelahiran Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik yang mempertegas arahan partisipasi politik perempuan pada jalur-jalur lembaga politik. Di Indonesia, menurut data statistik, jumlah (kuantitas) populasi perempuan melebihi laki-laki. Tetapi sangat disayangkan, secara facktual, keterwakilan perempuan dalam kancah politik berbanding terbalik. Kesempatan dalam kiprah politik dan peran kepemimpinan perempuan sangat penting untuk ditingkatkan, baik dalam kualitas maupun kuantitas.

Padahal, pada faktanya, perempuan Indonesia masih menghadapi banyak permasalahan, yaitu dalam sektor sosial, ekonomi, politik, dan lainnya. Dalam bidang sosial, kita masih menyaksikan rendahnya kualitas pendidikan Ibu (serta anak-anak, terutama perempuan) dan juga berlaku pada kesehatan yang terkait dengan fungsi reproduksi perempuan. Keterpurukan itu diperparah dengan pandangan kultural tertentu yang tidak memberikan ruang kondusif bagi peningkatan peran perempuan, termasuk dalam sektor tradisional. Itu dapat berimplikasi pada rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga, juga menyempitnya kesempatan bagi perempuan untuk melakukan mobilitas horisontal dan vertikal

Sementara itu, dalam bidang ekonomi, partisipasi perempuan dalam aktivitas ekonomi masing rendah karena lebih dikonsentrasikan pada sektor konsumtif dan pelayanan jasa yang lebih mengandalkan otot dan keringat. Terlebih lagi sistem upah/gaji yang berbeda antara laki-laki dan perempuan menunjukkan ketidakadilan pada sektor ekonomi. Selain itu, merebaknya perdagangan anak dan perempuan dewasa ini menambah deretan permasalahan perempuan. Lalu, kurangnya dukungan pemerintah dalam partisipasi perempuan dalam sektor usaha-usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Selanjutnya, dalam bidang politik, sebenarnya Indonesia sudah memulai partisipasi aktif perempuan dalam institusi/lembaga politik dan pembuat keputusan (pemangku kebijakan). Sayangnya, pengetahuan para pemangku kebijakan tentang politik yang berkeadilan dan bermartabat masih rendah. Kemudian, persyaratan 30 persen kursi parlemen bagi perempuan belum terpenuhi. Itu karena perempuan tidak memiliki kesiapan untuk menyambut tawaran tersebut, baik dari segi sumber daya, pengetahuan, keterampilan, moralitas, integritas atau komitmen, dan pertanggungjawaban.

Dari pemaparan di atas mengindikasikan bahwa perempuan harus menemukan solusi atau memilih salah satu jalan untuk menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi perempuan. Dalam hal ini, penulis memilih independensi politik sebagai jalan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Diharapkan kehadiran perempuan dalam kancah politik dapat menjadikan dunia politik sebagai tempat untuk merealisasikan pemberdayaan perempuan. Itu dapat terwujud karena dunia politik sangat strategis dalam pembuatan hukum-hukum, penetapan anggaran-pembiayaan, dan juga pengawasan implementasi hukum. Jadi, menurut hemat penulis, peran perempuan dalam pembuatan keputusan di parlemen (salah satu aspek dalam dunia politik) dapat berpengaruh besar pada kemajuan perempuan, terutama dalam optimalisasi pemanfaatan aset

Page 44: Bahan Melda

masyarakat (modal sosial) yang dapat memberdayakan masyarakat. Telah terbukti di berbagai Negara, seperti Iran, Italia, dan Kuba; hal itu dilakukan oleh perempuan, terutama yang berkiprah di dunia politik.

Dalam kaca mata penulis, kebebasan perempuan Indonesia dalam dunia politik merupakan jalan untuk merealisasikan Pemerintahan yang bernafaskan “demokrasi” dan “nilai-nilai Islam”. Hal itu mengingat dasar Negara Indonesia (Pancasila) berdasarkan pada nilai-nilai Islam, salah satunya Ketuhanan Yang Maha Esa (sila pertama). Namun, kondisi negeri ini tidak kondusif untuk menjadi Republik Islam karena Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai latar belakang, suku, bangsa, agama, kepercayaan, dan keragaman lainnya. Jadi, langkah paling bijaksana adalah mencoba untuk mensintesikan antara “nilai-nilai” Islam dan demokrasi (sistem politik yang digunakan di Indonesia). Itu karena nilai-nilai Islam adalah nilai-nilai universal yang menekankan pada keadilan.

Menurut hemat penulis, titik temu antara demokrasi dan Islam adalah “kebebasan”. Jadi, kebebasan adalah unsur yang terkandung atas sintesis antara “demokrasi” dan “Islam”. Kebebasan perempuan dalam kedua hal tersebut dapat merealisasikan Pemerintahan Demokrasi Islam dalam menyokong pemberdayaan perempuan. Selain itu, kebebasan perempuan, terutama dalam ranah politik, akan mendorong peningkatan peran aktif perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perspektif Islam, peran perempuan itu ditempatkan sangat strategis. Seperti termaktub dalam sebuah hadits Rasulullah SAW, “Perempuan itu ibarat tiang Negara, manakala baik (berkualitas) perempuan di suatu negara, maka maka baiklah negara itu. Manakala rusak kaum perempuannya, rusaklah Negara itu”.

Adapun hal esensial yang harus diperjuangkan oleh perempuan sesungguhnya bukanlah menuntut hak perempuan, tapi membangun “kesadaran”. Karena penuntutan hak bertentangan dengan kaidah logika; apabila perempuan menuntut hak berarti perempuan merasa ada hak yang dirampas oleh pihak lain di luar dirinya, baik disebabkan oleh sistem maupun individu. Hal ini mengindikasikan bahwa sejak awal perempuan mengafirmasi posisinya sebagai subordinat. Kesadaran pada akhirnya akan mengarahkan pada pemberdayaan perempuan karena mereka yang lebih mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan dirinya.

Dalam pemberdayaan perempuan, kita jangan melupakan unit terkecil dalam kelambagaan masyarakat adalah “keluarga”, di mana “Ibu” mengambil peranan penting di dalamnya. Dengan demikian, kualitas Ibu dalam memerankan “pembimbing” dan “pendidik” dalam keluarga akan memengaruhi kualitas rasa saling percaya dalam masyarakat yang kemudian akan melahirkan kemampuan pemberdayaan diri dan karya-karya konstruktif.

Berdasarkan kaca mata penulis, salah satu implikasi kiprah perempuan Indonesia dalam ranah privat dan publik adalah perwujudan Pergerakan Kebangkitan Islam. Islam sangat concern terhadap perubahan sosial, bahkan kedatangan Islam telah mangangkat harkat dan martabat perempuan Arab pada masa jahiliyah. Seperti dinyatakan oleh Imam Khomeini bahwa aksi yang terpenting untuk menolong perempuan untuk keluar dari sistem sosial dan ekonomi yang tidak berpihak kepada mereka, yakni dengan memperbaiki dan menyediakan hak-hak bagi perempuan dalam ranah privat (keluarga) dan publik (masyarakat). Oleh karena itu, perempuan sendiri yang

Page 45: Bahan Melda

seharusnya menentukan apakah mau “berdaya” atau “diperdaya”; jawaban ada di tangan anda, para perempuan Indonesia.

*Artikel tersebut merupakan intisari dari makalah yang dikirim kepada panitia Konferensi Islamic Awakening Movement 2012, di Iran.

Pemilu dan Proses Demokratisasi di IndonesiaOPINI | 29 June 2012 | 15:44 Dibaca: 6710 Komentar: 0 Nihil

Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia merupakan suatu proses pergantian kekuasaan

secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan

konstitusi. Prinsip-prinsip dalam pemilihan umum yang sesuai dengan konstitusi antara lain

prinsip kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa setiap

warga negara berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan. Dari

prinsip-prinsip pemilu tersebut dapat kita pahami bahwa pemilu merupakan kegiatan politik yang

sangat penting dalam proses penyelenggaraan kekuasaan dalam sebuah negara yang menganut

prinsip-prinsip demokrasi.

Sebagai syarat utama dari terciptanya sebuah tatanan demokrasi secara universal, pemilihan

umum adalah lembaga sekaligus praktik politik yang memungkinkan terbentuknya sebuah

pemerintahan perwakilan (representative government). Karena dengan pemilihan umum,

masyarakat secara individu memiliki hak dipilih sebagai pemimpin atau wakil rakyat maupun

memilih pemimpin dan wakilnya di lembaga legislatif. Menurut Robert Dahl, bahwa pemilihan

umum merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi di zaman

modern. Pemilihan umum dewasa ini menjadi suatu parameter dalam mengukur demokratis

tidaknya suatu negara, bahkan pengertian demokrasi sendiri secara sedehana tidak lain adalah

suatu system politik dimana para pembuat keputusan kolektif tertinggi didalam system itu dipilih

Page 46: Bahan Melda

melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala. Pemilu memfasilitasi sirkulasi elit, baik

antara elit yang satu dengan yang lainnya, maupun pergantian dari kelas elit yang lebih rendah

yang kemudian naik ke kelas elit yang lebih tinggi. Sikulasi ini akan berjalan dengan sukses dan

tanpa kekerasan jika pemilu diadakan dengan adil dan demokratis. Di dalam studi politik,

pemilihan umum dapat dikatakan sebagai sebuah aktivitas politik dimana pemilihan umum

merupakan lembaga sekaligus juga praktis politik yang memungkinkan terbentuknya sebuah

pemerintahan perwakilan.

Didalam negara demokrasi, pemilihan umum merupakan salah satu unsur yang sangat vital,

karena salah satu parameter mengukur demokratis tidaknya suatu negara adalah dari bagaimana

perjalanan pemilihan umum yang dilaksanakan oleh negara tersebut. Demokrasi adalah suatu bentuk

pemerintahan oleh rakyat. Implementasi dari pemerintahan oleh rakyat adalah dengan memilih wakil

rakyat atau pemimpin nasional melalui mekanisme yang dinamakan dengan pemilihan umum. Jadi

pemilihan umum adalah satu cara untuk memilih wakil rakyat.

Pemilihan umum mempunyai beberapa fungsi yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Pertama, sebagai sarana legitimasi politik. Fungsi legitimasi ini terutama menjadi kebutuhan

pemerintah dalam system politik yang mewadahi format pemilu yang berlaku. Melalui pemilu,

keabsahan pemerintahan ayng berkuasa dapat ditegakkan, begitu pula program dan kebijakan

yang dihasilkannya. Dengan begitu, pemerintah, berdasarkan hukum yang disepakati bersama,

tidak hanya memiliki otoritas untuk berkuasa, melainkan juga memberikan sanksi berupa

hukuman dan ganjaran bagi siapapun yang melanggarnya. Menurut Ginsberg, fungsi legitimasi

politik ini merupakan konsekuensi logis yang dimiliki oleh pemilu, yaitu untuk mengubah suatu

keterlibatan poltik massa dari yang bersifat sporadic dan dapat membahayakan menjadi suatu

sumber utama bagi otoritas dan kekuatan politik nasional.

Page 47: Bahan Melda

Paling tidak ada tiga alasan mengapa pemilu bisa menjadi sarana legitimasi politik bagi

pemerintah yang berkuasa. Pertama, melalui pemilu pemerintah sebenarnya bisa meyakinkan

atau setidaknya memperbaharui kesepakatan-kesepakatan politik dengan rakyat. Kedua, melalui

pemilu, pemerintah dapat pula mempengaruhi perilaku rakyat tau warganegara. Tak

mengherankan apabila menurut beberapa ahli politik aliran fungsionalisme, pemilu bisa menjadi

alat kooptasi bagi pemerintah untuk meningkatkan respon rakyat terhadap kebijakan-kebijakan

yang dibuatnya, dan pada saat yang sama memperkecil tingkat oposisi terhadapnya (Edelman,

171, Easton, 1965, Shils 1962, Zolberg, 1966). Dan ketiga, dalam dunia modern para pengusa

dituntut untuk mengandalkan kesepakatan dari rakyat ketimbang pemaksaan (coercion) untuk

mempertahankan legitimasinya. Gramsci bahkan menunjukkan bahwa kesepakatan (consent)

yang diperoleh melalui hegemoni oleh penguasa ternyata lebih efektif dan bertahan lama sebagai

sarana control dan pelestarian legitimasi dan otoritasnya ketimbang penggunaan kekerasan dan

dominasi.

Terkait dengan pentingnya pemilu dalam proses demokratisasi di suatu Negara, maka penting

untuk mewujudkan pemilu yang memang benar-benar mengarah pada nilai-nilai demokrasi dan

mendukung demokrsi itu sendiri. Pemilihan akan system pemilu adalah salah satu yang sangat penting

dalam setiap Negara demokrasi, kebanyakan dari system pemilu yang ada sebenarnya bukan tercipta

karena dipilih, melainkan karena kondisi yang ada didalam masyarkat serta sejarah yang

mempengaruhinya.

Pemilu di Indonesia

Perubahan politik besar yang terjadi pada tahun 1998 yang ditandai oleh lengsernya

Presiden Soeharto mempunyai implikasi yang luas, salah satu diantaranya adalah kembalinya

Page 48: Bahan Melda

demokrasi dalam kehidupan politik nasional. Pemilu yang betul-betul LUBER berlangsung pada

tahun 1999 dan diikuti oleh 48 parpol. Demokratisasi ini membawa konsekuensi pola relasi

antara Presiden dan DPR mengalami perubahan cukup mendasar. Jika pada masa lalu DPR

hanya menjadi tukang stempel, masa kini mereka bertindak mengawasi presiden. Disini dicoba

dilansir suatu model atau format politik yang tidak lagi executive heavy ( atau bahkan dominan )

seperti pada masa Orde Baru, tetapi juga tidak terlalu legislative heavy seperti pada masa orde

lama atau masa Demokrasi Parlementer yang sudah menjadi stigma negatif.

Jatuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998 yang kemudian digantikan oleh Wakilnya BJ Habiebie

memulai babak baru dalam proses demokratisasi di Indonesia. Tidak adanya legitimasi dari para

anggota legislative produk pemilu 1997 pada mas Orde Baru mengakibatkan banyaknya tuntutan

untuk segera melaksanakan pemilu pada saat itu. BJ Habiebie sebagai pengganti Soeharto secara

konstitusional kemudian memiliki tugas utama yakni menyelenggarakan pemilu. langkah awal

Habiebie pada saat itu adalah membentuk Tim Tujuh yang bertugas untuk mempersiapkan

pemilu secara segera. Selain itu juga, Golkar yang merupakan produk kekuasaan Orde Baru

kemudian memepersiapkan diri menjadi partai politik baru, serta perpecahan PPP menjadi

banyak partai pada saat itu merupakan langkah awal dari proses demokratisasi di Indonesia.

Selama pemerintahan Orde Baru bangsa Indonesia telah menjalakan Pemilihan Umum,

diawali dari tahun 1966 hingga tahun 1997 telah diadakan 6 (enam) kali pemilihan umum secara

berkala, yakni berturut-turut dari tahun 1971, tahun 1977, tahun 1982, tahun 1987, tahun 1992

dan tahun 1997, begitu pula pada era reformasi telah diselenggarakan pemilihan umum yang

diikuti oleh multipartai tanggal 7 Juni 1999 dan pemilu berikutnya pada tanggal 5 April 2004.

Terkait dengan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 1999 rakyat hanya memilih

Page 49: Bahan Melda

mereka di lembaga parlemen, setelah itu barulah anggota MPR yang memilih Presiden dan

Wakil Presiden. Bergulirnya gerakan reformasi telah melahirkan beberapa perubahan, termasuk

dalam soal penyelenggara pemilu tahun 1999. Sistem multi partai pemilu 1999 ternyata benar-

benar membuktikan bahwa rakyat Indonesia sebelumnya terbelenggu aspirasi politiknya, karena

dalam perjalanannya partai politik yang sudah ada tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat,

partai-partai yang sudah ada hanya mempertahankan status quo saja. Munculnya banyak partai

politik dengan segmen dan ideologi yang beragam membuktikan bahwa rakyat Indonesia

sebenarnya tidak buta politik meskipun sistem pemilunya masih proporsional tanpa menyertakan

nama calegnya dalam kartu suara, tetapi pemilu pada masa reformasi menjadi ajang kompetisi

yang cukup sehat bagi para kontestan pemilu. Dari segi kelembagaan pelaksanaan pemilu 1999

mengawali sebuah pemilu yang mendekati demokratis, dengan adanya Komisi Pemilihan Umum

(KPU) yang di dalamnya mempresentasikan golongan pemerintahan dan partai politik. Selain

itu, terdapat juga lembaga pengawas pemilu dan lembaga pemantau pemilu non partisan yang

bertujuan untuk mengawasi pelaksanaan pemilu.

Dari pelaksanaan pemilu tahun 1999 ini dapat dikatakan merupakan langkah awal

meunuju proses demokratisasi di Indonesia, karena mengingat sebelumnya yakni pada masa orde

baru partai politik yang menjadi kontestan pemilu hanya 3 partai saja, akan tetapi pada tahun

1999 begitu banyak partai politik yang ikut serta. System pemilu dan pelembagaan pemilu juga

berlangsung transparan dan dapat mencerminkan langkah awal menuju Negara yang demokratis.

Satu hal juga bahwa dalam pemilu 1999 terdapat lembaga pengawasan pemilu yang walaupun

dengan kekurangannya, hal ini merupakan cerminan dari keinginan masyarakat akan

terwujudnya pemilu yang jujur, adil, akuntabel serta memunculkan pemimpin sesaui dengan

harapan masyarakat.

Page 50: Bahan Melda

Pemilu selanjutnya dilaksanakan adalah pada tahun 2004. Pemilu tahun 2004 ini

mempunyai makna yang sangat strategis bagi masa depan bangsa Indonesia karena merupakan

momentum ujian bagi kelanjutan agenda reformasi dan demokratisasi. Apabila pemilu sistem

multipartai pada 1999 menandai berlangsungnya transisi demokrasi, maka pemilu tahun 2004

diharapkan menjadi momentum pulihnya kedaulatan rakyat, tegaknya pemerintahan yang bersih

serta bebas korupsi, dan berakhirnya krisis bersegi-banyak yang dialami bangsa Indonesia.

Berbeda dengan pemilu pada tahun 1999, pemilu pada tahun 2004 dari segi kelembagaan

pemilu ada perubahan, komposisi Komisi Pemilihan Umum tidak lagi seperti pemilu 1999.

Komisi Pemilihan Umum berdasarkan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2003 tidak lagi

menyertakan wakil-wakil dari partai politik dan pemerintah. Selain itu, Komisi Pemilihan Umum

memiliki kewenangan yang sangat besar baik kewenangan menyiapkan dan melaksanakan

pemilu dari segi prosedur juga harus menyediakan logistik pemilu, kewenangan yang besar itu

sebenarnya dalam praktiknya dapat berakibat pada terganggunya kinerja Komisi Pemilihan

Umum, selain juga tugas menyiapkan daftar pemilih yang tidak di dapatkan dari Departemen

Dalam Negeri. Sistem kepartaian pada pemilu tahun 2004 memang menawarkan banyak pilihan

pada rakyat dan rakyat cukup kritis dalam menjatuhkan pilihannya, meskipun pemilu tahun 2004

diwarnai oleh berbagai kerumitan, tetapi secara umum sistem pemilu tahun 2004 lebih baik

dibandingkan pemilu sebelumnya. Pemilih dapat menentukan sendiri pilihannya baik pilihan

partainya maupun pilihan wakil-wakilnya, sistem pemilihan dengan memilih partai, calon

legislatif, calon Presiden dan Wakil Presidennya dapat menciptakan kontrol yang kuat dari

rakyat terhadap wakilnya di lembaga legislatif maupun eksekutif, sehingga nantinya wakil yang

dipilih secara langsung oleh rakyat akan mampu menjalankan fungsi kekuasaan pemerintahan

negara

Page 51: Bahan Melda

Pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden yang diatur dalam Undang-Undang

Dasar 1945 setelah perubahan maupun dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003

merupakan masalah yang benar-benar baru bagi bangsa Indonesia. Pemilu tahun 2004 telah

membawa Indonesia memasuki babak baru dalam perpolitikan nasional, bahwa pemilihan

langsung pada pemilu kali ini merupakan perkembangan politik yang sangat besar. Dengan

adanya pemilihan langsung oleh rakyat pasca pemilu tahun 2004, maka Presiden secara politik

tidak akan bertanggungjawab lagi kepada MPR melainkan akan bertanggungjawab langsung

kepada rakyat yang memilih Presiden.

Dengan suksesnya pelaksanaan pemilihan umum tahun 2004 dan terpilihnya Presiden dan

Wakil Presiden yang merupakan hasil dari pemilu yang dilaksanakan secara langsung oleh

masyarakat, merupakan wujud dari berhasilnya proses demokratisasi di Indonesia. Pelaksanaan

pemilu tahun 2004 yang sangat sulit dan rumit, yang bahkan mungkin saja tersulit yang pernah

ada di dunia dapat dilaksanakan di Indonesia dengan tanpa ada konflik serta perpecahan,

mengingat Indonesia pada saat itu masih berada dalam transisis demokrasi. Pemilu 2004 lah

menurut saya merupakan tonggak demokratisasi di Indonesia yang kemudian tinggal diteruskan

melalui pemilu-pemilu selanjutnya dengan penyempurnaan disana-sini yang dianggap masih

kurang. Aspek actor-aktor politik yang ada pada saat itu serta aspek kelembagaan pada pemilu

2004 yang oleh banyak pihak akan gagal menyelenggarakan pemilu pada saat itu terbantah

dengan suksesnya pemilu 2004 dilaksanakan. Maka dapat dikatakan bahwa bangsa ini dalam

konteks pemilu telah sukses berdemokrasi melalui pelaksanaan pemilu tahun 2004.

Pemilihan umum tahun 2009 merupakan pemilihan umum kedua yang tetap menerapkan

pemilihan langsung terhadap presiden dan wakil presiden. Secara kualitatif pilpres 2009 memang

Page 52: Bahan Melda

masih banyak kelemahan, kekurangan, dan ketidaksempurnaan yang disebabkan oleh berbagai

factor. Pertama, kelemahan berada pada Undang-Undang Nomor 42 tahun 2008 yang mengatur

Pilpres. UU itu dinilai terlalu cepat mengakomodasi penggunaan Nomor Induk Kependudukan

sebagai salah satu persyaratan penyusunan daftar pemilih. Sementara administrasi kependudukan

masih belum tertib. UU Pilpres ini juga dinilai tidak memberikan kekuatan kepada Badan

Pengawas Pemilu beserta jajarannya, sehingga pengawasan tidak berjalan efektif. Selain itu, UU

Pilpres juga tidak mengakomodasi kemungkinan penggunaan Kartu Tanda Penduduk dan paspor

bagi warga negara yang memenuhi persyaratan hak pilih, yang tujuannya menurut KPU adalah

untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekacauan dalam DPT, padahal sebenarnya DPT

yang dipakai masih merupakan lanjuta data dari Pemilu 2004. Kelemahan kedua, KPU sebagai

penyelenggara pemilu presiden terlalu mudah dipengaruhi oleh tekanan publik, termasuk oleh

peserta pemilu. Sehingga, terkesan kurang kompatibel dan kurang professional serta kurang

menjaga citra independensi dan netralitasnya. Kelemahan ketiga, datang dari kesadaran hukum

warga negara untuk menggunakan hak pilihnya, termasuk mengurus terdaftar dan tidaknya

dalam DPT dan DPS, sehingga jumlah warga negara yang mempunyai hak pilih dan bahkan

terdaftar dalam DPT namun tidak menggunakan hak pilihnya masih cukup banyak. Kemudian

kelemahan terakhir, budaya ‘siap menang dan siap kalah’ dalam pemilu secara elegan belum

dihayati oleh peserta pemilu beserta para pendukungnya.

Pemilihan umum tahun 2009 sebagai pemilu ke tiga setelah reformasi memang menjadi

harapan terbesar masyarakat Indonesia untuk menyeleksi pemimpin yang memang benar-benar

berkualitas dengan melibatkan seluruh kepentingan masyarakat.. Sehingga wajar jika semua

pihak menaruh harapan bahwa pemilu 2009 akan jauh lebih berkualitas dan lebih baik daripada

pemilu-pemilu sebelumnya. Namun banyak pihak memandang bahwa dibanding

Page 53: Bahan Melda

penyelenggaraan pemilu tahun 1999 dan tahun 2004, pemilu kali ini justru menurun kualitasnya

baik dilihat dari banyaknya kasus maupun angka partisipasinya. Jumlah kasus dalam pemilu

legislatif 2009 meningkat 128% dibandingkan dengan tahun 2004 yang hanya tercatat 273 kasus.

Tercatat warga negara yang memiliki hak pilih tetapi tidak menggunakan haknya mencapai 49.

677. 076 orang atau 29,01% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap ( DPT). Jumlah tersebut di luar

warga Negara yang terpaksa tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena kekacauan

administratif DPT. Padahal salah satu tujuan pendidikan politik dalam konteks pemilu yang lebih

bersifat nyata dan rasional adalah meningkatnya partisipasi rakyat dalam pemilihan (electoral

participation ).

Kesimpulan

Pemilu sebagai sebuah lembaga dan praktik politik didalam Negara demokratis memang menjadi

sebuah keharusan. Indonesia sebagai sebuah bangsa yang telah melaksanakan pemilu yang

didorong demokratis sebanyak 3 kali setelah bergulirnya reformasi ternyata dalam praktiknya

mengalami kemunduran yang signifikan pada pemilu ketiga yang dilaksanakan pada tahun 2009.

Kemunduran ini dapat dilihat dari pelembagaan, kebijakan, serta manajemen pemilu yang

terlihat kirang professional. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat keberhasilan pemilu

2004 seharusnya dapat menjadi modal awal bagi suksesnya pelakasanaan pemilu 2009. Peran elit

politik bangsa ini tentu sangat dibutuhkan dalam konteks yang positif untuk menjaga lancarnya

proses demokratisasi di Indonesia melalui pemilu, bukan malah kemudian menjadikan pemilu

serta pelembagaan pemilu itu sendiri tempat bertarung para elit politik yang dapat

mengakibatkan kemunduran bagi proses demokratisasi di Indonesia.

Page 54: Bahan Melda

Pada tingkat aktor politik, kepentingan elite politik dan kepentingan partai yang bersifat jangka

pendek masih mendominasi arah transisi demokrasi di Indonesia. Semua ini tentu saja

berdampak pada tertundanya kembali konsolidasi demokrasi. Seperti dikemukakan oleh Larry

Diamond (1999), konsolidasi demokrasi tidak cukup hanya dengan terselenggaranya pemilu

secara prosedural, melainkan juga melembaganya komitmen demokrasi pada partai-partai dan

parlemen yang dihasilkannya. Dengan begitu transisi demokrasi masih akan berlangsung dalam

tarik-menarik kepentingan pribadi, partai dan kelompok, sehingga cenderung mengarah pada

pelestarian status quo politik ketimbang menuju suatu demokrasi yang lebih baik serta

pemerintahan yang bersih dan lebih bertanggung jawab.

Dahlan Thaib, Ketatanegaraan Indonesia, Perspektif konstitusi, cetakan pertama, Total Media, Yogyakarta 2009, hlm. 98.

Syamsudin Harris: “Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru”, (Jakarta, yayasan obor Indonesia, 1998).

Robert A Dahl, Demokrasi dan Para Pengkritiknya, (Jakarta, yayasan obor Indonesia, 1992).

Samuel. P Huntington, Gelombang Demokratisasi Ketiga, (Jakarta: pustaka Utama Grafiti, 1995)

Ronald H chilcote, Teori Perbandingan Politik: Penelusuran Paradigma, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004)

Haris S, Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru: Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI, 1998)

Goerge Sorensen, Demokrasi dan Demokratisasi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003)

Mashudi, Pengertian-pengertian Mendasar Tentang Kedudukan Hukum Pemilihan Umum di Indonesia Menurut UUD 1945, (Bandung, Mandar Maju, 1993)

Benyamin Ginsberg, The Consequences of consent: Elections, Citizen control and Popular Acquisecence, (Mass: Addison-Wesley Publishing, 1982)

Harris, syamsudin: “menggugat pemilihan umum orde baru”, (Jakarta, yayasan obor Indonesia, 1998), Hal 8

Page 55: Bahan Melda

Antonio Gramsci, Selection from the Prison Notebook, Translation by Q Hoare and N Smith, (New York: International Publisher, 1978)

Benjamin Reilly, Democracy in Divided Societies: Electoral Engineering for Conflict Management, (Cambridge: Cambridge University Press, 2001) Hal. 14

Jurnal POLITIKA Vol.I. No.1. April 2010. Hal 63

Josep M Colomer, Handbook Of Electoral System Choice, (New York, Pallgrave Macmillan, 2004) Hal. 499

Dahlan Thaib, Ketatanegaraan Indonesia, Perspektif konstitusi,( Yogyakarta Total Media, 2009) Hal . 98

Syamsuddin Haris dalam Pengantar seri diskusi publik Propatria, tanggal 4 Februari 2004 di Jakarta

Op.Cit, Dahlan Thaib, Hal 101-102

Ibid, Hal. 116

Maruarar Siahaan, (Hakim Konstitusi) dalam wawancara dengan Vivanews, Rabu, 12 Agustus 2009.

Marita Ahdiyana, SIP, M. Si, Pidato Ilmiah Disampaikan Dalam Rangka Dies Natalis XXX STIA - AAN YOGYAKARTA 13 Juni 2009.

Syamsuddin Haris dalam Pengantar seri diskusi publik Propatria, tanggal 4 Februari 2004 di Jakarta

HUBUNGAN ERAT DEMOKRASI DENGAN PEMILUSudah menjadi mafhum bahwa demokrasi yang berkembang sekarang ini adalah merupakan penyempurnaan konep demokrasi JJ. Rousseau Dimana untuk menjalankan roda pemerintahan perlu ditunjuk para penyelenggara pemerintahan Penunjukkan para penyelenggara pemerintahan inilah dalam demokrasi biasanya melalui sistem PEMILU (election)Pemilu merupakan salah satu prinsip demokrasi yang harus dijalankan,Demokrasi Perwakilan tidak bisa dilepaskan dari penyelenggaraan Pemilu,Rakyat dapat menyampaikan aspirasinya secara aktif dan keikutsertaannya dalam pemerintahan melalui mekanisme PEMILUPemilu (Pemilihan Umum) sering disebut sebagai pesta Demokrasi yang dilakukan sebuah Negara. Melalui Pemilu, rakyat memunculkan para calon pemimpin dan menyaring calon-calon tersebut berdasarkan nilai yang berlaku. Keikutsertaan rakyat dalam Pemilu, dapat dipandang juga sebagai wujud partisipasi dalam proses Pemerintahan, sebab melalui lembaga masyarakat ikut menentukan kebijaksanaan

Page 56: Bahan Melda

dasar yang akan dilaksanakan pemimpin terpilih. Dalam sebuah Negara yang menganut paham Demokrasi, Pemilu menjadi kunci terciptanya demokrasi. Tak ada demokrasi tanpa diikuti Pemilu. Pemilu merupakan wujud yang paling nyata dari demokrasi.

Salah satu perwujudan keterlibatan rakyat dalam proses politik adalah Pemilihan Umum. Demokrasi sebuah bangsa hampir tidak terpahamkan tanpa Pemilu. Sehingga setiap pemerintahan suatu Negara yang hendak menyelenggarakan pemilu selalu menginginkan pelaksanaanya benar-benar mencerminkan proses demokrasi. Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk ikut serta menentukan figure dan arah kepemimpinan Negara dalam periode waktu tertentu.Ide demokrasi yang menyebutkan bahwa dasar penyelenggaraan Negara adalah kehendak rakyat merupakan dasar bagi penyelenggaraan pemilu. Pemilu yang teratur dan berkesinambungan saja tidak cukup untuk menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar menedekati kehendak rakyat. Pemilu merupakan saran legitimasi bagi sebuah kekuasaan. Setiap penguasa betapapun otoriternya pasati membutuhkan dukungan rakyat secara formal untuk melegitimasi kekuasaanya.Maka selain teratur dan berkesinambungan, masalah system atau mekanisme dalam penyelenggaraan pemilu adalah hal penting yang harus diperhatikan.Hakikat Pemilihan Umum dan DemokrasiDari berbagai sudut pandang, banyak pengertian mengenai Pemilihan Umum. Tetapi intinya adalah pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan asas kedaulatan di tangan rakyat sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.Pemilihan umum merupakan perwujudan nyata demokrasi dalam praktek bernegara masa kini (modern) karena menjadi sarana utama bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatan rakyat atas Negara dan Pemerintah. Pernyataan kedaulatan rakyat tersebut dapat diwujudkan dalam proses pelibatan masyarakat untuk menentukab siapa-siapa saja yang harus menjalankan dan di sisi lain mengawasi pemerintahan Negara. Karena itu, fungsi utama bagi rkayat adalah “untuk memilih dan melakukan pengawasan terhadap wakil-wakil mereka”.Hakikat DemokrasiIstilah “demokrasi” berasal dari Yunani kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat atau yang lebih dikenal sebagai pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan system “demokrasi” di berbagai Negara.Menurut Jeff Hayness (2000) membagi pemberlakuan demokrasi ke dalam tiga model berdasarkan penerapannya, yaitu :1. Demokrasi formal, ditandai dengan adanya kesempatan untuk memilih pemerintahannya denga interval yang teratur dan ada aturan yang mengatur pemilu. Peran pemerintah adalah mengatur pemilu dengan memperhatikan proses hukumnya.2. Demokrasi permukaan (fade) merupakan gejala yang umum di dunia ketiga. Tampak luarnya memang demokrasi, tetapi sama sekali tidak memiliki substansi demokrasi.

Page 57: Bahan Melda

Pemilu diadakan sekadar para os inglesses ver artinya “supaya dilihat oleh orang inggris”. Hasilnya adalah demokrasi dengan intensitas rendah yang dalam banyak hal tidak jauh dari sekadar polesan pernis demokrasi yang melapisi struktur politik.3. Demokrasi substantive menempati ranking paling tinggi dalam penerapan demokrasi. Demokrasi substantive memberi tempat kepada rakyat jelata, kaum miskin, perempuan, kaum muda, golongan minoritas keagamaan dan etnik untuk dapat benar-benar menempatkan kepentingannya dalam agenda politik suatu Negara. Dengan kata lain, demokrasi substantive menjalankan dengan sungguh-sungguh agenda kerakyatan bukan sekadar agenda demorasi atau agenda politik partai semata.Persoalan utama dalam Negara yang tengah melalui proses transisi menuju demokrasi seperti Indonesia saat ini adalah pelembagaan demokrasi. Yaitu bagaimana menjadikan perilaku pengambilan keputusan untuk dan atas nama orang banyak bisa berjalan sesuai dengan norma-norma demokrasi, umumnya yang harus diatasi adalah merubah lemabaga feodalistik (perilaku yang terpola feodal, bahwa ada kedudukan pasti bagi orang-orang berdasarkan kelahiran atau profesi sebagai bangsawan politik dan yang lain sebagai rakyat biasa) menjadi lembaga yang terbuka dan mencerminkan keinginan orang banyak untuk mendapatkan kesejahteraan. Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hokum dan perundang-undangan dan perangkat structural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa menjadi pandangan hidup.Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya baru dapat dicapai saat individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh Negara untuk dapat teraktualisasikan, saat setiap individu berhubungan dengan individu lain sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku. Ketiga jenis lembaga-lembaga Negara tersebut (eksekutif, yudikatif, dan legislative) adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lemabag-lembaga perwakilan rakyat (DPR untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif.Pemilihan Umum Pemilihan umum dalam sebuah Negara yang demokratis menjadi kebutuhan yang tidak terelakan. Melalui pemilihan umum, rakyat yang berdaulat memilih wakil-wakilnya yang diharapakan dapat memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya dalam suatu pemerintahan yang berkuasa. Pemerintahan yang berkuasa sendiri merupakan hasil dari pilihan maupun bentukan para wakil rakyat tadi untuk menjalankan kekuasaan Negara.tugas para wakil pemerintahan yang berkuasa adalah melakukan control atau pengawasan terhadap pemerintah tersebut. Dengan demikian, melalui pemilihan umum rakyat akan dapat selalu terlibat dalam proses politik dan secara langsung maupun tidak langsung menyatakan kedaulatan atas kekuasaan Negara dan pemerintah melalui para wakil-wakilnya.Dalam tatanan demokrasi, Pemilu juga menjadi mekanisme atau cara untuk memindahkan konflik kepentingan dari tataran masyarakat ke tataran badan perwakilan agar dapat diselesaikan secara damai dan adil sehingga kesatuan masyarakat tetap terjamin. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa dalam system demokrasi segala perbedaan atau pertentangan kepentingan di masyarakat tidak boleh diselesaikan cara-cara kekerasan atau ancaman kekerasan, melainkan melalui musyawarah

Page 58: Bahan Melda

(deliberation). Terdapat dalam Qs:Asy-syura:38:”Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan-nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka”.Pemilu yang LUBER dan JURDIL mengandung pengertian bahwa pemilihan umum harus diselenggarakan secara demokratis dan transparan berdasarkan pada asas-asas pemilihan yang bersifat langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil:

Langsung berarti rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara.

Umum berate pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia 17 tahun atau telah/pernah kawun berhak iktu memilih dalam pemilihan umum. Warganegara yang sudah berumur 21 tahun berhak dipilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warganegara yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan dan status social.

Bebas berarti setiap warganegara berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan haknya setiap warganegara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.

Rahasia berarti dalam memberikan suaranya pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun.

Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilu; penyelenggaraan/pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu. Serta semua pihak yang telibat secara tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Adil berarti dalam menjalankan pemilu setiap pemilih dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

Untuk mewujudkan Pemilu yang LUBER dan JURDIL dibutuhkan persyaratan minimal, diantaranya :1. Peraturan perundangan yang mengatur Pemilu harus tidak membuka peluang terjadinya tindak kecurangan maupun menguntungkan satu atau beberapa pihak tertentu.2. Peraturan pelaksanaan pemilu yang memuat petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pemilu harus tidak membuka peluang bagi terjadinya tindak kecurangan maupun menguntungkan satu atau beberapa pihak tertentu.3. Badan/lembaga penyelenggara pemilu harus bersifat mandiri dan independent, bebas dari campur tangan pemerintah atau partai politik peserta pemilu baik dalam hal kebijakan maupun operasionalnya serta terdiri dari tokoh-tokoh yang kredibilitasnya tidak diragukan.4. Panitia pemilu di tingkat Nasional maupun daerah harus bersifat mandiri dan independent,bebas dari campur tangan pemerintah atau partai politik peserta pemilu baik dalam hal kebijakan maupun operasionalnya serta terdiri dari tokoh-tokoh yang

Page 59: Bahan Melda

kredibilitasnya tidak diragukan. Keterlibatan aparat pemerintahan dalam kepanitiaan pmilu sebatas pada dukungan teknis operasional dan hanya bersifat administratif.5. Partai politik peserta pemilu memiliki kesiapan yang memadai untuk terlibat dalam penyelenggaraan pemilu. Khususnya yang berkaitan dengan kepanitiaan pemilu serta kemampuan mempersiapkan saksi-saksi ditempat-tempat pemungutan suara.Hubungan Pemilu dengan Sistem DemokrasiPemilu memang bukanlah segala-segalanya menyangkut demokrasi. Pemilu adalah sarana pelaksanaan asas demokrasi (sarana bagi penjelmaan rakyat menjadi MPR) dan sendi-sendi demokrasi bukan hanya terletak pada pemilu, tetapi bagaimana pun pemilu memiliki arti yang sangat penting dalam proses demokrasi dalam dinamika ketatanegaraan.Dan yang tidak boleh kita lupakan pemilu adalah peristiwa perhelatan rakyat yang paling akbar yang hanya terjadi lima tahun dan hanya pemilulah rakyat secara langsung tanpa kecuali benar-benar menunjukkan eksistensinya sebagai pemegang kedaulatan dalam Negara berdasarkan itulah agaknya tidak berlebihan bila ditegaskan bahwa pemilu sebagai wujud paling nyata dari demokrasi.Masalah KontemporerPelaksanaan Demokrasi di Indonesia belum dapat berjalan maksimal karena pada kenyataannya lebih banyak rakyat untuk memilih gol put (abstain) dalam proses pemilihan pemimpin di Indonesia??????? Saya mencoba mencari jawaban yang belum sepenuhnya terjawab ketika presentasi. Saya bertanya kepada mahasiswa jurusan ISP dan pendapatnya adalah “Sebenarnya system Demokrasi tidak salah tetapi pelaksanaannya belum maksimal di karenakan banyak pihak yang tidak sepadan dengan system ini, mereka melakukan gol put (abstain) itu adalah salah satu cara mereka mempergunakan hak Demokrasi yang di berikan Pemerintah kepada seluruh warga Indonesia. Salah jika orang menganggap ini adalah sebuah kegagalan dalam system Demokrasi. Sesuai dengan perkulihan tanggal 12-02-2009 di R.311C Ged.K FIS UNJ yang di bawakan langsung oleh bu sari dalam materi Kepemimpinan. Terdapat sebuah dalil yang berbunyi “Amtsal fa amtsal” (Memilih yang terbaik dari yang kurang baik). Sudah jelas bahwa dalil tersebut mengatakan kita dapat memilih pemimpin yang menurut kita semua pilihannya kurang baik tapi kita pilih mana yang terbaik dari para calon pemimpin tersebut. Tapi, jika masih ada yang melakukan gol put sendiri itu adalah memang kepercayaan yang mereka lakukan. KesimpulanBerdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat ditarik beberpa kesimpulan, yaitu :1. Pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan asas kedaulatan di tangn rakyat sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.2. Pemilihan umum merupakan perwujudan nyata demokrasi dalam praktek berbegeara masa kini (modern) karena menjadi sarana utama bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatannya atas Negara dan pemerintah.3. Dalam tatanan demokrasi, pemilu juga menjadi mekanisme atau cara untuk memindahkan konflik kepentingan dari tataran masyarakat ke tataran badan perwakilan

Page 60: Bahan Melda

agar dapat diselesaikan secara damai dan adil sehingga kesatuan masyarakat tetap terjamin.

sumber:http://andirafi92.wordpress.com/2011/04/03/pemilu-demokrasi/#more-103

Sumber : http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/02/hubungan-erat-demokrasi-dengan-pemilu.html#ixzz2LFuW2mHh

Pemilihan umum (pemilu) yang bebas dan terbuka semula diharapkan menjadi satu fondasi penting yang menjamin kehidupan bernegara yang demokratis. Diakui bahwa pemilu merupakan salah satu prasyarat atau bahkan pilar sebelum suatu negara bisa dikatakan mempunyai sistem integritas nasional. Pemilu di sisi lain mengundang risiko bahwa yang terpilih menjadi pemenangnya adalah justru orang dan sekelompok orang yang jauh dari karakter, perilaku dan praktik harian sebagai mereka yang bersih dan punya integritas tinggi. Pemilu juga karenanya tidak menjamin bahwa orang-orang terpilih itu akan menjalankan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, melaksanakan amanat konstitusi dan bekerja untuk kepentingan publik tanpa membedakan latar belakang mereka, baik agama, sosial, ideologi politik, budaya, etnis, gender, dan warna kulit.

Ketika Golkar masih menjadi partai pendukung utama kekuasaan rezim Suharto selama sekitar 30 tahun, Golkar dipersepsikan sebagai memberikan semua legitimasi yang diperlukan oleh rezim Suharto untuk melakukan berbagai macam praktik penyimpangan konstitusi, pelanggaran HAM, pengucilan kehidupan politik yang demokratis, dan korupsi yang secara jahat memperkaya dan memberi manfaat bagi keluarga dan kroninya. Sejumlah pimpinan Golkar praktis juga ikut mendapatkan berbagai manfaat tidak sah itu, suatu simbiose parasitis yang wajar diharapkan terjadi dalam situasi demikian, di atas penderitaan bangsa ini.

Ketika rezim Suharto jatuh pada tahun 1998, Golkar ikut terperosok sejenak, istilah populernya, mereka secara sengaja tiarap sambil menunggu angin baik berhembus ke arah mereka. Tidak lama, mereka mulai membangun kembali kekuatannya melalui Pemilu 1999, 2004 dan 2009 yang dianggap paling demokratis sedunia dan menjadi contoh bagi bangsa manapun untuk membangun kembali semua fondasi kelembagaan yang hancur karena penindasan rezim-rezim represif.

Dengan uang, infrastruktur politik sampai ke tingkat grass-root, dan birokrasi serta kekuasaan kehakiman yang terlatih selama puluhan tahun di bawah rezim Suharto, serta kehandalalan politisi mereka memainkan sejumlah isu nasional untuk di satu sisi mengguncang dan di sisi lain meningkatkan posisi tawar mereka, saat ini Golkar merupakan  suatu kekuatan politik yang luar biasa besar pengaruhnya dalam setiap penentuan kebijakan nasional. SBY tersandera olehnya dalam suatu koalisi yang mirip tonil, dan kebijakan nasional pro-reform seringkali terbajak sehingga reformasi hampir di segala sektor hanya mampu dilakukan setengah hati atau setengah efektif. Negara dan bangsa ini menjadi bandul yang melayang dari ujung satu kutub ke ujung kutub lainnya tanpa henti, sementara penantian rakyat akan peningkatan fasilitas infrastruktur,

Page 61: Bahan Melda

pelayanan publik, kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan masih terus berada di-awang-awang. Itukah harga sebuah demokrasi? Rupanya kita terpaksa musti menelannya mentah-mentah saat ini.

Ketika saya berjumpa Faisal Basri tahun lalu, dan dia menyatakan akan mengajukan diri dalam Pilkada Gubernur DKI Jakarta sebagai calon independen, serta merta saya menyatakan kesediaan untuk mendukungnya dengan sepenuh hati. Kenapa? Apakah karena Faisal teman saya sejak lama, atau karena saya percaya dia adalah tokoh yang tepat dan punya kemampuan sebagai administrator untuk memimpin dan memajukan Jakarta? Tidak juga, walaupun ada sedikit nuansa itu. Saya akan mencoba menjauhkan nuansa pribadi dan romantik demikian serta harapan-harapan yang masih harus dibuktikan.

Saya ingin melihatnya dari kepentingan terbesar bangsa ini saja. Pertama, pencalonan calon independen memberi harapan besar perubahan struktur politik kita sebagaimana saya coba gambarkan di atas sebagai terbelenggu kekuatan-kekuatan lama. Kalau Faisal bisa berhasil mencalonkan diri dengan memenuhi semua prasyarat pemilihan bagi calon independen, hal ini memberikan harapan bahwa pencalonan kandidat independen dimungkinkan. Bila Faisal berhasil mengikuti proses pemilihan sampai babak akhir dengan sedikit kandidat terunggul, maka harapan membesar bahwa kemenangan buat calon independen sangat dimungkinkan. Kalau kemudian Faisal bisa memenangkan pemilihan dan terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta, maka ini mutlak memberi harapan bahwa calon independen yang mempunyai kualitas pemimpin, integritas tinggi dan didukung oleh publik adalah suatu fakta baru yang mengubah peta dan struktur politik kita. Artinya tanpa dukungan satu partai politikpun seseorang bisa memimpin negeri ini pada tingkat daerah.

Calon independen sangat boleh jadi, walaupun tidak selalu begitu, adalah mereka yang bebas dari tekanan politik, kekuasaan dan uang, serta terbebas dari beban masa lalu orde baru yang kelam. Calon independen yang tidak punya sumber dana kampanye yang berlimpah, dan secara bersih menggalang dana publik, dan tidak menyuap rakyat untuk memenangkan pilkada, karenanya sangat dimungkinkan memimpin suatu daerah.

Kedua, kita sudah lelah karena dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa selama ini hanya calon dari jalur politik yang bisa memenangi pilkada, dan memimpin suatu daerah. Hutang uang dan budi pada para pendukung dana banyak menyebabkan kegagalan pemimpin daerah untuk berlaku fair dan transparan dalam memimpin daerahnya atau menerapkan kebijakan publiknya. Lebih lagi, begitu banyak contoh yang kita dapatkan bahwa calon dari jalur politik kemudian terlibat dalam berbagai kasus korupsi karena beban masa lalu atau karena ia harus membayar hutang budi dan uangnya kepada para pendukung dananya, atau semata karena pengaruh lingkungan dan budaya politiknya serta pembinaan kader banyak parpol yang menganggap bahwa korupsi adalah suatu hal yang bukan cela.

Ketiga, kalau saja semua daerah mencontoh pola ini, dimana pemimpin daerah bisa dipimpin oleh pemenang dari jalur independen, maka bukan tidak mungkin mayoritas daerah bisa dipimpin oleh pemenang-pemenang dari calon independen. Ini bisa saja berarti bahwa reform di banyak sektor bisa berjalan di mayoritas daerah kita, praktik pemerintahan di banyak daerah bisa bebas KKN, pengelolaan APBD bisa efektif, transparan dan bebas korupsi, serta alhasil tingkat

Page 62: Bahan Melda

kesejahteraan rakyat dan pelayanan publik dapat ditingkatkan. Lebih dahsyat lagi, kalau hal ini bisa bergulir terus, sehingga publik bisa merasakan manfaat besar dari kepemimpinan para pemimpin daerah yang berasal dari jalur independen, maka tekanan tuntutan untuk mengubah konstitusi yang memungkinkan pemilihan calon presiden dan wakil presiden dari calon independen akan semakin membesar, dan bukan tidak mungkin bisa direalisasikan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Kalau ini terjadi, maka kita bisa membuat sejarah baru dan peta politik baru tingkat nasional, sehingga putera-puteri terbaik bangsa ini bisa memimpin negara ini tanpa tergantung pada partai politik, dan bisa melakukan pendanaan kampanye dalam jumlah yang masuk akal dan dengan cara-cara yang bersih, dan tentunya tidak punya beban hutang politik dan finansial kepada siapapun juga, sehingga akan sangggup memimpin bangsa ini dengan kepala tegak, penuh percaya diri dan terhormat.

Mendukung Faisal dalam proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta bukan semata mendukung secara emosional atau romantik teman atau calon yang bersih, tetapi merupakan suatu percobaan mengubah sejarah yang patut dilakukan oleh setiap warga negara yang betanggung jawab.

Jumat, 08 Juni 2012 14:29

Jakarta, mediacenter.kpu.go.id- Jumat (8/6) siang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) me-launching Tahapan Penyelenggaraan Pemilu tahun 2014.Pada saat bersamaan, KPU juga menetapkan Rabu, 9 April 2014, sebagai hari-H pemungutan suara Pemilu 2014.

Ketua KPU, Husni Kamil Manik, secara simbolis menekan sirine, dan membuka selubung kain bertuliskan “9 April 2014”, disaksikan oleh para tamu undangan yang hadir, antara lain, Dirjen Kesbangpol Kemendagri, Tanribali Lamo; Wakil Ketua Komisi II DPR, Ganjar Pranowo; Wakil Kepala POLRI, Komjen (Pol) Nanan Sukarna; perwakilan Bawaslu; Ketua MUI, Amidhan;  dan sejumlah tokoh agama lainnya.

Penetapan 9 April 2014 sebagai hari pemungutan suara Pemilu 2014, menurut Ketua KPU, telah dikonsultasikan sebelumnya dengan pihak DPR dan Pemerintah.

Dengan ditetapkannya 9 April 2014 sebagai hari pemungutan suara, maka rangkaian tahapan Pemilu 2014, akan dimulai besok (Sabtu, 9/6). Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam undang-undang.

Page 63: Bahan Melda

“Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, tahapan penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan paling lambat 22 (dua puluh dua) bulan sebelum hari pemungutan suara (pasal 4 ayat (5)),” ujar Husni Kamil Manik dalam pidato sambutannya.

Dengan di-launching-nya tahapan penyelenggaraan pemilu tersebut, lanjut Husni, KPU secara resmi akan menyusun perencanaan program dan anggaran, serta melakukan penyusunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan pemilu.

Menyangkut berbagai regulasi penyelenggaraan Pemilu tahun 2014, selanjutnya akan ditetapkan dikemudian hari dengan berkonsultasi dengan Pemerintah dan DPR. Selain karena amanat regulasi, pelaksanaan konsultasi tersebut lebih pada upaya untuk membangun sinergi memastikan pemilu yang berkualitas.

“Insya Allah, minggu depan kita sudah bisa menyelesaikan penyusunan tahapan, program, dan jadwal Pemilu 2014, terang Husni.

Acara yang dilakukan di Ruang Sidang Utama KPU itu juga diisi dengan pemotongan tumpeng. Hal itu, menurut Ketua KPU, merupakan simbol, bahwa penyelenggaraan Pemilu 2014 juga menyertakan masyarakat Indonesia yang masih kukuh mempertahankan adat-istiadat dan kebudayaan, sehingga nilai-nilai ke-Bhinneka-an tidak pupus dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Semoga Pemilu 2014 menjadi Pemilu yang paling berkualitas dan paling berhasil dalam sejarah Pemilu di Indonesia,” harap Husni menutup sambutannya.

Penetapan hari dan tanggal pemungutan suara Pemilu Legislatif (Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD) tahun 2014 tersebut, tertuang dalam Keputusan KPU Nomor: 111/Kpts/KPU/TAHUN 2012 .  (dd/red)

A. Pengertian Pemilihan Umum

Pemilihan umum secara langsung merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, untuk memilih secara langsung anggota Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Rakyat Daerah provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota, sebagai penyalur aspirasi politik rakyat di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan, guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis.

Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Pemilu merupakan hak setiap warga Kabupaten/Kota yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun pada saat hari pemungutan suara, atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih, dan harus terdaftar sebagai pemilih.

Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka. Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak.

Page 64: Bahan Melda

B. Lembaga Penyelenggara Pemilu dan Beberapa Pengertian Umum

Komisi Pemilihan Umum (KPU), adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota, adalah penyelenggara Pemiludi provinsi dan kabupaten/kota.

Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), adalah panitia yang dibentuk oleh KPU kabupaten/kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan atau sebutan lain, yang selanjutnya disebut kecamatan.

Panitia Pemungutan Suara (PPS), adalah panitia yang dibentuk oleh KPU kabupaten/kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa atau sebutan lain/kelurahan, yang selanjutnya disebut desa/kelurahan.

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara.

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN), adalah kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara di luar negeri.

Tempat Pemungutan Suara (TPS) adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara.

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota, adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di provinsi dan kabupaten/kota.

Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kecamatan, adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu kabupaten/kota untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan.

Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu kecamatan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa/kelurahan.

Bilangan Pembagi Pemilihan (BPP) bagi kursi DPRD, adalah bilangan yang diperoleh dari pembagian jumlah suara sah dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan untuk menentukan jumlah perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu dan terpilihnya anggota kabupaten/kota.

C. Tahap Penyelenggaraan Pemilu

1. Tahapan penyelenggaraan Pemilu meliputi:

Page 65: Bahan Melda

2. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;3. Pendaftaran Peserta Pemilu;4. Penetapan Peserta Pemilu;5. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;6. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota;7. Masa kampanye;8. Masa tenang;9. Pemungutan dan penghitungan suara;10. Penetapan hasil Pemilu; dan11. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

E. Penyusunan Data Pemilih

Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan data kependudukan, dan sudah tersedia dan diserahkan kepada KPU paling lambat 12 (dua belas) bulan sebelum hari/tanggal pemungutan suara.

KPU kabupaten/kota menggunakan data kependudukan sebagai bahan penyusunan daftar pemilih. Daftar pemilih sekurang-kurangnya memuat nomor induk kependudukan, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dan alamat Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak memilih. Dalam penyusunan daftar pemilih, KPU kabupaten/kota dibantu oleh PPS.

E. 1. Pemuktahiran Data Pemilih

KPU kabupaten/kota melakukan pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dari Pemerintah dan pemerintah daerah, dan diselesaikan paling lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya data kependudukan. Dalam pemutakhiran data pemilih, KPU kabupaten/kota dibantu oleh PPS dan PPK. Hasil pemutakhiran data pemilih digunakan sebagai bahan penyusunan daftar pemilih sementara. Dalam pemutakhiran data pemilih, PPS dibantu oleh petugas pemutakhiran data pemilih yang terdiri atas perangkat desa/kelurahan, rukun warga, rukun tetangga atau sebutan lain, dan warga masyarakat. Petugas pemutakhiran data pemilih diangkat dan diberhentikan oleh PPS.

E.2. Penyusunan Daftar Pemilih Sementara

Daftar pemilih sementara disusun oleh PPS berbasis rukun tetangga paling lambat 1 (satu) bulan sejak berakhirnya pemutakhiran data pemilih. Daftar pemilih sementara diumumkan selama 7 (tujuh) hari oleh PPS untuk mendapatkan masukan dan tanggapan dari masyarakat. Salinan daftar pemilih sementara harus diberikan oleh PPS kepada yang mewakili Peserta Pemilu di tingkat desa/kelurahan sebagai bahan untuk mendapatkan masukan dan tanggapan. Masukan dan tanggapan dari masyarakat dan Peserta Pemilu diterima PPS paling lama 14 (empat belas) hari sejak hari pertama daftar pemilih sementara diumumkan. Dan PPS wajib memperbaiki daftar pemilih sementara berdasarkan masukan dan tanggapan dari masyarakat dan Peserta Pemilu.

Page 66: Bahan Melda

Daftar pemilih sementara hasil perbaikan diumumkan kembali oleh PPS selama 3 (tiga) hari untuk mendapatkan masukan dan tanggapan dari masyarakat dan Peserta Pemilu.

PPS wajib melakukan perbaikan terhadap daftar pemilih sementara hasil perbaikan berdasarkan masukan dan tanggapan dari masyarakat dan Peserta Pemilu paling lama 3 (tiga) hari setelah berakhirnya pengumuman. Daftar pemilih sementara hasil perbaikan akhir disampaikan oleh PPS kepada KPU kabupaten/kota melalui PPK untuk menyusun daftar pemilih tetap. PPS harus memberikan salinan daftar pemilih sementara hasil perbaikan kepada yang mewakili Peserta Pemilu di tingkat desa/kelurahan.

E.3. Penyusunan Daftar Pemilih Tetap

KPU kabupaten/kota menetapkan daftar pemilih tetap berdasarkan daftar pemilih sementara hasil perbaikan dari PPS, dan disusun dalam besaran satuan TPS. Daftar pemilih tetap ditetapkan paling lama 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya daftar pemilih sementara hasil perbaikan dari PPS, dan disampaikan oleh KPU kabupaten/kota kepada KPU, KPU provinsi, PPK, dan PPS. KPU kabupaten/kota harus memberikan salinan daftar pemilih tetap kepada Partai Politik Peserta Pemilu di tingkat kabupaten/kota.

PPS mengumumkan daftar pemilih tetap sejak diterima dari KPU kabupaten/kota sampai hari/tanggal pemungutan suara. Daftar pemilih tetap tersebut digunakan KPPS dalam melaksanakan pemungutan suara.

Daftar pemilih tetap dapat dilengkapi dengan daftar pemilih tambahan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari/tanggal pemungutan suara. Daftar pemilih tambahan terdiri atas data pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih tetap di suatu TPS, tetapi karena keadaan tertentu tidak dapat menggunakan haknya untuk memilih di TPS tempat yang bersangkutan terdaftar.

Untuk dapat dimasukkan dalam daftar pemilih tambahan, seseorang harus menunjukkan bukti identitas diri dan bukti yang bersangkutan telah terdaftar sebagai pemilih dalam daftar pemilih tetap di TPS asal.

E.4. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap

KPU kabupaten/kota melakukan rekapitulasi daftar pemilih tetap di kabupaten/kota, KPU provinsi melakukan rekapitulasi daftar pemilih tetap di provinsi, dan KPU melakukan rekapitulasi daftar pemilih tetap secara nasional.

F. Peserta dan Persyaratan Mengikuti Pemilu

Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota adalah partai politik. Partai politik dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan:

1. berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai Politik;2. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah provinsi;

Page 67: Bahan Melda

3. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan;

4. menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat;

5. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah Penduduk pada setiap kepengurusan partai politik sebagaimana dimaksud pada nomor 2 dan nomor 3 yang dibuktikan dengan kepemilikan kartu tanda anggota;

6. mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan sebagaimana pada nomor 2 dan nomor 4; dan7. mengajukan nama dan tanda gambar partai politik kepada KPU.

Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu sebelumnya dapat menjadi Peserta Pemilu pada Pemilu berikutnya. KPU melaksanakan penelitian dan penetapan keabsahan syarat-syarat. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penelitian dan penetapan keabsahan syarat-syarat diatur dengan peraturan KPU.

KPU melaksanakan penelitian dan penetapan keabsahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud di atas. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penelitian dan penetapan keabsahan syarat-syarat tersebut diatur dengan peraturan KPU.

Nama dan tanda gambar partai politik dilarang sama dengan:

bendera atau lambang negara Republik Indonesia; lambang lembaga negara atau lambang pemerintah; nama, bendera, lambang negara lain atau lembaga/badan internasional; nama, bendera, simbol organisasi gerakan separatis atau organisasi terlarang; nama atau gambar seseorang; atau yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, atau

tanda gambar partai politik lain.

F.1. Pendaftaran Partai Politik sebagai Calon Peserta Pemilu

Partai politik dapat menjadi Peserta Pemilu dengan mengajukan pendaftaran untuk menjadi calon Peserta Pemilu kepada KPU. Pendaftaran diajukan dengan surat yang ditandatangani oleh ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lain pada kepengurusan pusat partai politik, dan dilengkapi dengan dokumen persyaratan. Jadwal waktu pendaftaran Partai Politik Peserta Pemilu ditetapkan oleh KPU.

Dokumen persyaratan :

Berita Negara Republik Indonesia yang memuat tanda terdaftar bahwa partai politik tersebut menjadi badan hukum;

Keputusan pengurus pusat partai politik tentang pengurus tingkat provinsi dan pengurus tingkat kabupaten/kota;

Surat keterangan dari pengurus pusat partai politik tentang kantor dan alamat tetap pengurus tingkat pusat, pengurus tingkat provinsi, dan pengurus tingkat kabupaten/kota;

Page 68: Bahan Melda

Surat keterangan dari pengurus pusat partai politik tentang penyertaan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

Surat keterangan tentang pendaftaran nama, lambang, dan tanda gambar partai politik dari Departemen; dan

Surat keterangan mengenai perolehan kursi partai politik di DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari KPU.

F.1.1. Verifikasi Partai Politik Calon Peserta Pemilu

KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran persyaratan. Verifikasi harus selesai dilaksanakan paling lambat 9 (sembilan) bulan sebelum hari/tanggal pemungutan suara. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan waktu verifikasi diatur dengan peraturan KPU.

F.1.2. Penetapan Partai Politik sebagai Peserta Pemilu

Partai politik calon Peserta Pemilu yang lulus verifikasi ditetapkan sebagai Peserta Pemilu oleh KPU. Penetapan partai politik sebagai Peserta Pemilu dilakukan dalam sidang pleno KPU. Penetapan nomor urut partai politik sebagai Peserta Pemilu dilakukan secara undi dalam sidang pleno KPU terbuka dan dihadiri oleh wakil seluruh Partai Politik Peserta Pemilu. Hasil penetapan diumumkan oleh KPU.

F.1.3. Pengawasan atas Pelaksanaan Verifikasi Partai Politik Calon Peserta Pemilu

Bawaslu, Panwaslu provinsi, dan Panwaslu kabupaten/kota melakukan pengawasan atas pelaksanaan verifikasi partai politik calon Peserta Pemilu yang dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota. Dalam hal Bawaslu, Panwaslu provinsi, dan Panwaslu kabupaten/kota menemukan kesengajaan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota dalam melaksanakan verifikasi sehingga merugikan dan/atau menguntungkan partai politik calon Peserta Pemilu, maka Bawaslu, Panwaslu provinsi, dan Panwaslu kabupaten/kotamenyampaikan temuan tersebut kepada KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota. KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota wajib menindaklanjuti temuan Bawaslu, Panwaslu provinsi, dan Panwaslu kabupaten/kota.

F.2. Peserta Pemilu Anggota DPD

Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan, setelah memenuhi persyaratan.

Persyaratan peserta Pemilu anggota DPD :

1. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih;2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;3. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;4. Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;

Page 69: Bahan Melda

5. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat;

6. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;

7. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

8. Sehat jasmani dan rohani;9. Terdaftar sebagai pemilih;10. Bersedia bekerja penuh waktu.11. Mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri dan yang tidak dapat ditarik kembali;

12. Bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPD sesuai peraturan perundangundangan;

13. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat-negara lainnya, pengurus pada badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;

14. Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan;15. Dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan; dan p. mendapat dukungan minimal dari pemilih

dari daerah pemilihan yang bersangkutan.

provinsi yang berpenduduk sampai dengan 1.000.000 (satu juta) orang harus mendapatkan dukungan dari paling sedikit 1.000 (seribu) pemilih;

provinsi yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) sampai dengan 5.000.000 (lima juta) orang harus mendapatkan dukungan dari paling sedikit 2.000 (dua ribu) pemilih;

provinsi yang berpenduduk lebih dari 5.000.000 (lima juta) sampai dengan 10.000.000 (sepuluh juta) orang harus mendapatkan dukungan dari paling sedikit 3.000 (tiga ribu) pemilih;

provinsi yang berpenduduk lebih dari 10.000.000 (sepuluh juta) sampai dengan 15.000.000 (lima belas juta) orang harus mendapatkan dukungan dari paling sedikit 4.000 (empat ribu) pemilih; atau

provinsi yang berpenduduk lebih dari 15.000.000 (lima belas juta) orang harus mendapatkan dukungan dari paling sedikit 5.000 (lima ribu) pemilih.

Dukungan tersebar di paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan. Persyaratan dibuktikan dengan daftar dukungan yang dibubuhi tanda tangan atau cap jempol dan dilengkapi fotokopi kartu tanda penduduk setiap pendukung. Seorang pendukung tidak dibolehkan memberikan dukungan kepada lebih dari satu orang calon anggota DPD. Dukungan yang diberikan kepada lebih dari satu orang calon anggota DPD dinyatakan batal. Jadwal waktu pendaftaran Peserta Pemilu calon anggota DPD ditetapkan oleh KPU.

Page 70: Bahan Melda

G. Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan Anggota DPR

Jumlah kursi anggota DPR ditetapkan sebanyak 560 (lima ratus enam puluh). Daerah pemilihan anggota DPR adalah provinsi atau bagian provinsi. Jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota DPR paling sedikit 3 (tiga) kursi dan paling banyak 10 (sepuluh) kursi. Penentuan daerah pemilihan anggota DPR dilakukan dengan mengubah ketentuan daerah pemilihan pada Pemilu 2004.

H. Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan Anggota DPRD Provinsi

Jumlah kursi DPRD provinsi ditetapkan paling sedikit 35 (tiga puluh lima) dan paling banyak 100 (seratus). Jumlah kursi DPRD provinsi didasarkan pada jumlah Penduduk provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan:

1. Provinsi dengan jumlah Penduduk sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa memperoleh alokasi 35 (tiga puluh lima) kursi;

2. Provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) sampai dengan 3.000.000 (tiga juta) jiwa memperoleh alokasi 45 (empat puluh lima) kursi;

3. Provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari 3.000.000 (tiga juta) sampai dengan 5.000.000 (lima juta) jiwa memperoleh alokasi 55 (lima puluh lima) kursi;

4. Provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari 5.000.000 (lima juta) sampai dengan 7.000.000 (tujuh juta) jiwa memperoleh alokasi 65 (enam puluh lima) kursi;

5. Provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari 7.000.000 (tujuh juta) sampai dengan 9.000.000 (sembilan juta) jiwa memperoleh alokasi 75 (tujuh puluh lima) kursi;

6. Provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari 9.000.000 (sembilan juta) sampai dengan 11.000.000 (sebelas juta) jiwa memperoleh alokasi 85 (delapan puluh lima) kursi;

7. Provinsi dengan jumlah Penduduk lebih dari 11.000.000 (sebelas juta) jiwa memperoleh alokasi 100 (seratus) kursi.

Daerah pemilihan anggota DPRD provinsi adalah kabupaten/kota atau gabungan kabupaten/kota. Jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsi ditetapkan sama dengan Pemilu sebelumnya.

Jumlah kursi anggota DPRD provinsi yang dibentuk setelah Pemilu ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Alokasi kursi dan daerah pemilihan anggota DPRD provinsi ditentukan paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 12 (dua belas). Dalam hal terjadi pembentukan provinsi baru setelah Pemilu, dilakukan penataan daerah pemilihan di provinsi induk sesuai dengan jumlah penduduk berdasarkan alokasi kursi. Penataan daerah pemilihan di provinsi induk dan pembentukan daerah pemilihan di provinsi baru dilakukan untuk Pemilu berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai alokasi kursi dan daerah pemilihan anggota DPRD provinsi ditetapkan dalam peraturan KPU.

Page 71: Bahan Melda

H. Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota

Jumlah kursi DPRD kabupaten/kota ditetapkan paling sedikit 20 (dua puluh) dan paling banyak 50 (lima puluh). Jumlah kursi DPRD kabupaten/kota didasarkan pada jumlah Penduduk kabupaten/kota yang bersangkutan dengan ketentuan:

1. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk sampai dengan 100.000 (seratus ribu) jiwa memperoleh alokasi 20 (dua puluh) kursi;

2. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari 100.000 (seratus ribu) sampai dengan 200.000 (dua ratus ribu) jiwa memperoleh alokasi 25 (dua puluh lima) kursi;

3. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari 200.000 (dua ratus ribu) sampai dengan 300.000 (tiga ratus ribu) jiwa memperoleh alokasi 30 (tiga puluh) kursi;

4. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari 300.000 (tiga ratus ribu) sampai dengan 400.000 (empat ratus ribu) jiwa memperoleh alokasi 35 (tiga puluh lima) kursi;

5. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari 400.000 (empat ratus ribu) sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa memperoleh alokasi 40 (empat puluh) kursi;

6. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa memperoleh alokasi 45 (empat puluh lima) kursi;

7. kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) jiwa memperoleh alokasi 50 (lima puluh) kursi.

Daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota adalah kecamatan atau gabungan kecamatan. Jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan sama dengan Pemilu sebelumnya.  Penambahan jumlah kursi diberikan kepada daerah pemilihan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak secara berurutan.

Dalam hal terjadi bencana yang mengakibatkan hilangnya daerah pemilihan, daerah pemilihan tersebut dihapuskan. Alokasi kursi akibat hilangnya daerah pemilihan diperhitungkan kembali sesuai dengan jumlah Penduduk.

Jumlah kursi anggota DPRD kabupaten/kota yang dibentuk setelah Pemilu ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Alokasi kursi dan daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota ditentukan paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 12 (dua belas). Dalam hal terjadi pembentukan kabupaten/kota baru setelah Pemilu, dilakukan penataan daerah pemilihan di kabupaten/kota induk sesuai dengan jumlah penduduk berdasarkan alokasi kursi ditentukan paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 12 (dua belas).

Penataan daerah pemilihan di kabupaten/kota induk dan pembentukan daerah pemilihan di kabupaten/kota baru dilakukan untuk Pemilu berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai alokasi kursi dan daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan dalam peraturan KPU.

Page 72: Bahan Melda

I. Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan Anggota DPD

Jumlah kursi anggota DPD untuk setiap provinsi ditetapkan 4 (empat). Daerah pemilihan untuk anggota DPD adalah provinsi.

J. Persyaratan Bakal Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota

Bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota harus memenuhi persyaratan:

1. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih;2. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;3. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;4. cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;5. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat;

6. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;

7. tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

8. sehat jasmani dan rohani;9. terdaftar sebagai pemilih;10. bersedia bekerja penuh waktu;11. mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri dan yang tidak dapat ditarik kembali;

12. bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sesuai peraturan perundang-undangan;

13. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat-negara lainnya, pengurus pada badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;

14. menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu;15. dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan; dan16. dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.

Kelengkapan administrasi bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dibuktikan dengan:

Page 73: Bahan Melda

kartu tanda Penduduk Warga Negara Indonesia. bukti kelulusan berupa fotokopi ijazah, STTB, syahadah, sertifikat, atau surat keterangan lain

yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau program pendidikan menengah. surat keterangan tidak tersangkut perkara pidana dari Kepolisian Negara Republik Indonesia

setempat; surat keterangan berbadan sehat jasmani dan rohani; surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih; surat pernyataan tentang kesediaan untuk bekerja penuh waktu yang ditandatangani di atas

kertas bermeterai cukup; surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara,

notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup;

surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, pengurus pada badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;

kartu tanda anggota Partai Politik Peserta Pemilu; surat penyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan oleh 1 (satu) partai politik untuk 1 (satu)

lembaga perwakilan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup; surat penyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan oleh 1 (satu) daerah pemilihan yang

ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.

K. Tata Cara Pengajuan Bakal Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota

Partai Politik Peserta Pemilu melakukan seleksi bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Seleksi bakal calon dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal partai politik.

Bakal calon disusun dalam daftar bakal calon oleh partai politik masing-masing. Daftar bakal calon anggota DPR ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat pusat. Daftar bakal calon anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat provinsi. Daftar bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat kabupaten/kota.

Daftar bakal calon memuat paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan. Daftar bakal calon memuat paling banyak 120% (seratus dua puluh perseratus) jumlah kursi pada setiap daerah pemilihan.

Nama-nama calon dalam daftar bakal calon disusun berdasarkan nomor urut. Di dalam daftar, dalam setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon. Daftar bakal calon disertai dengan pas foto diri terbaru.

Page 74: Bahan Melda

L. Kampanye Pemilu

Kampanye Pemilu dilaksanakan oleh pelaksana kampanye, dan diikuti oleh peserta kampanye, serta didukung oleh petugas kampanye. Kampanye Pemilu dilakukan dengan prinsip bertanggung jawab dan merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat.

Pelaksana kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota terdiri atas pengurus partai politik, calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, juru kampanye, orang-seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

Pelaksana kampanye Pemilu anggota DPD terdiri atas calon anggota DPD, orang-seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPD.

Pelaksana kampanye didaftarkan pada KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota. Pendaftaran pelaksana kampanye ditembuskan kepada Bawaslu, Panwaslu provinsi, dan Panwaslu kabupaten/kota.

Kampanye Pemilu dapat dilakukan melalui: pertemuan terbatas; pertemuan tatap muka; media massa cetak dan media massa elektronik; penyebaran bahan kampanye kepada umum; pemasangan alat peraga di tempat umum; rapat umum; dan kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang-undangan.

Kampanye Pemilu dilaksanakan sejak 3 (tiga) hari setelah calon Peserta Pemilu ditetapkan sebagai Peserta Pemilu sampai dengan dimulainya masa tenang. Kampanye Pemilu dilaksanakan selama 21 (dua puluh satu) hari dan berakhir sampai dengan dimulainya masa tenang. Masa tenang berlangsung selama 3 (tiga) hari sebelum hari/tanggal pemungutan suara.

L.1. Larangan dalam Kampanye

Pelaksana, peserta, dan petugas kampanye dilarang:

1. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;3. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau Peserta Pemilu yang lain;4. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat;5. mengganggu ketertiban umum;6. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada

seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau Peserta Pemilu yang lain;7. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta Pemilu;8. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;9. membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut lain selain dari tanda gambar

dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan; dan10. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta kampanye.

Page 75: Bahan Melda

Pelaksana kampanye dalam kegiatan kampanye dilarang mengikutsertakan:

Ketua, Wakil Ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan hakim pada semua badan peradilan di bawahnya, dan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi;

Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan; Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur Bank Indonesia; pejabat BUMN/BUMD; pegawai negeri sipil; anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; kepala desa; perangkat desa; anggota badan permusyaratan desa; dan Warga Negara Indonesia yang tidak memiliki hak memilih.

M. Pemungutan Suara

Pemungutan suara Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota diselenggarakan secara serentak. Hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota untuk semua daerah pemilihan ditetapkan dengan keputusan KPU.

Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS meliputi: pemilih yang terdaftar pada daftar pemilih tetap pada TPS yang bersangkutan; dan pemilih yang terdaftar pada daftar pemilih tambahan.

Pemilih dapat menggunakan haknya untuk memilih di TPS lain/TPSLN dengan menunjukkan surat pemberitahuan dari PPS untuk memberikan suara di TPS lain/TPSLN.

N. Perhitungan Suara

N.1. Penghitungan Suara di TPS

Penghitungan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di TPS dilaksanakan oleh KPPS. Penghitungan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di TPS disaksikan oleh saksi Peserta Pemilu.

Penghitungan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di TPS diawasi oleh Pengawas Pemilu Lapangan. Penghitungan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di TPS dipantau oleh pemantau Pemilu dan masyarakat.

KPPS melakukan penghitungan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di dalam TPS. Saksi menyaksikan dan mencatat pelaksanaan penghitungan suara Partai

Page 76: Bahan Melda

Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di dalam TPS.

Pengawas Pemilu Lapangan mengawasi pelaksanaan penghitungan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di dalam TPS. Pemantau Pemilu memantau pelaksanaan penghitungan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di luar TPS. Warga masyarakat menyaksikan pelaksanaan penghitungan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di luar TPS.

N.2. Rekapitulasi Perhitungan Suara

PPK melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dalam rapat yang dihadiri saksi Peserta Pemilu dan Panwaslu kecamatan. PPK mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di tempat umum.

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPK dituangkan ke dalam berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU. Berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota ditandatangani oleh seluruh anggota PPK dan saksi Peserta Pemilu yang hadir.

PPK menyerahkan berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara tersebut kepada saksi Peserta Pemilu, Panwaslu kecamatan, dan KPU kabupaten/kota.

N.3. Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara di Kabupaten/Kota

KPU kabupaten/kota melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dalam rapat yang dihadiri saksi Peserta Pemilu dan Panwaslu kabupaten/kota.

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di KPU kabupaten/kota dituangkan ke dalam berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU. Berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan

Page 77: Bahan Melda

perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD, provinsi dan DPRD kabupaten/kota ditandatangani oleh seluruh anggota KPU kabupaten/kota dan saksi Peserta Pemilu yang hadir.

KPU kabupaten/kota mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota, dan menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPRD kabupaten/kota, serta menyerahkan berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota kepada saksi Peserta Pemilu, Panwaslu kabupaten/kota, dan KPU provinsi.

KPU kabupaten/kota menyimpan, menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

N.4. Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara di Provinsi

KPU provinsi melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dalam rapat yang dihadiri saksi Peserta Pemilu.

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di KPU provinsi dituangkan ke dalam berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU. Berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota ditandatangani oleh seluruh anggota KPU provinsi dan saksi Peserta Pemilu yang hadir.

KPU provinsi mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPRD provinsi, serta menyerahkan berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota kepada saksi Peserta Pemilu, Panwaslu provinsi, dan KPU.

N.5. Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara Secara Nasional

KPU melakukan rekapitulasi hasil rekapitulasi penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dalam rapat yang dihadiri saksi Peserta Pemilu dan Bawaslu.

Page 78: Bahan Melda

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di KPU dituangkan ke dalam berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU. Berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota ditandatangani oleh seluruh anggota KPU dan saksi Peserta Pemilu yang hadir.

KPU mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR dan DPD, dan menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR dan DPD, serta menyerahkan berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota kepada saksi Peserta Pemilu dan Bawaslu.

O. Penetapan Hasil Perolehan Suara Pemilu

Perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPR dan perolehan suara untuk calon anggota DPD ditetapkan oleh KPU dalam sidang pleno terbuka yang dihadiri oleh para saksi Peserta Pemilu dan Bawaslu. KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional dan hasil perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPR dan perolehan suara untuk calon anggota DPD paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah hari/tanggal pemungutan suara.

Perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh KPU provinsi dalam sidang pleno terbuka yang dihadiri oleh para saksi Peserta Pemilu dan Panwaslu provinsi. KPU provinsi menetapkan hasil perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD provinsi paling lambat 15 (lima belas) hari setelah hari/tanggal pemungutan suara.

Perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh KPU kabupaten/kota dalam sidang pleno terbuka yang dihadiri oleh para saksi Peserta Pemilu dan Panwaslu kabupaten/kota. KPU kabupaten/kota menetapkan hasil perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD kabupaten/kota paling lambat 12 (dua belas) hari setelah hari/tanggal pemungutan suara.

Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara sekurang-kurangnya 2,5% (dua koma lima perseratus) dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi DPR. Ketentuan tidak berlaku dalam penentuan perolehan kursi DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

Partai Politik Peserta Pemilu yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara, tidak disertakan pada penghitungan perolehan kursi DPR di masing-masing daerah pemilihan. Suara untuk penghitungan perolehan kursi DPR di suatu daerah pemilihan ialah jumlah suara sah

Page 79: Bahan Melda

seluruh Partai Politik Peserta Pemilu dikurangi jumlah suara sah Partai Politik Peserta Pemilu yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara.

Dari hasil penghitungan suara sah yang diperoleh partai politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan ditetapkan angka BPP DPR dengan cara membagi jumlah suara sah Partai Politik Peserta Pemilu dengan jumlah kursi di satu daerah pemilihan.

P. Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilu

Perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu untuk anggota DPR ditetapkan oleh KPU. Perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu untuk anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh KPU provinsi. Perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu untuk anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh KPU kabupaten/kota.

P.1. Penentuan perolehan jumlah kursi anggota DPR

Penentuan perolehan jumlah kursi anggota DPR Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan atas hasil penghitungan seluruh suara sah dari setiap Partai Politik Peserta Pemilu di daerah pemilihan yang bersangkutan. Dari hasil penghitungan seluruh suara sah ditetapkan angka BPP DPR. Setelah ditetapkan angka BPP DPR dilakukan penghitungan perolehan kursi tahap pertama dengan membagi jumlah suara sah yang diperoleh suatu Partai Politik Peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan dengan BPP DPR. Dalam hal masih terdapat sisa kursi dilakukan penghitungan perolehan kursi tahap kedua dengan cara membagikan jumlah sisa kursi yang belum terbagi kepada Partai Politik Peserta Pemilu yang memperoleh suara sekurangkurangnya 50% (lima puluh perseratus) dari BPP DPR. Dalam hal masih terdapat sisa kursi setelah dilakukan penghitungan tahap kedua, maka dilakukan penghitungan perolehan kursi tahap ketiga dengan cara seluruh sisa suara Partai Politik Peserta Pemilu dikumpulkan di provinsi untuk menentukan BPP DPR yang baru di provinsi yang bersangkutan. BPP DPR yang baru di provinsi yang bersangkutan ditetapkan dengan membagi jumlah sisa suara sah seluruh Partai Politik Peserta Pemilu dengan jumlah sisa kursi. Penetapan perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu dilakukan dengan cara memberikan kursi kepada partai politik yang mencapai BPP DPR yang baru di provinsi yang bersangkutan.

P.2. Penentuan perolehan jumlah kursi anggota DPRD Provinsi

Perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu untuk anggota DPRD provinsi ditetapkan dengan cara membagi jumlah perolehan suara sah yang telah ditetapkan oleh KPU provinsi dengan angka BPP DPRD di daerah pemilihan masing-masing. BPP DPRD ditetapkan dengan cara membagi jumlah perolehan suara sah Partai Politik Peserta Pemilu untuk`anggota DPRD provinsi dengan jumlah kursi anggota DPRD provinsi di daerah pemilihan masing-masing. Dalam hal masih terdapat sisa kursi setelah dialokasikan berdasarkan BPP DPRD, maka perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu dilakukan dengan cara membagikan sisa kursi berdasarkan sisa suara terbanyak satu persatu sampai habis.

Page 80: Bahan Melda

P.3. Penentuan perolehan jumlah kursi anggota DPRDKabupaten/Kota

Perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu untuk anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan dengan cara membagi jumlah perolehan suara sah yang telah ditetapkan oleh KPU kabupaten/kota dengan angka BPP DPRD di daerah pemilihan masing-masing. BPP DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan cara membagi jumlah perolehan suara sah Partai Politik Peserta Pemilu untuk pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota dengan jumlah kursi anggota DPRD kabupaten/kota di daerah pemilihan masing-masing. Dalam hal masih terdapat sisa kursi setelah dialokasikan berdasarkan BPP DPRD, maka perolehan kursi partai politik peserta pemilu dilakukan dengan cara membagikan sisa kursi berdasarkan sisa suara terbanyak satu persatu sampai habis.

Q. Penetapan Calon Terpilih

1. Calon terpilih anggota DPR dan anggota DPD ditetapkan oleh KPU.2. Calon terpilih anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh KPU provinsi.3. Calon terpilih anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh KPU

Penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan pada perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan, dengan ketentuan:

calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari BPP;

dalam hal calon yang memenuhi ketentuan huruf a jumlahnya lebih banyak daripada jumlah kursi yang diperoleh partai politik peserta pemilu, maka kursi diberikan kepada calon yang memiliki nomor urut lebih kecil di antara calon yang memenuhi ketentuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari BPP;

dalam hal terdapat dua calon atau lebih yang memenuhi ketentuan poin 1 dengan perolehan suara yang sama, maka penentuan calon terpilih diberikan kepada calon yang memiliki nomor urut lebih kecil di antara calon yang

memenuhi ketentuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari BPP, kecuali bagi calon yang memperoleh suara 100% (seratus perseratus) dari BPP;

dalam hal calon yang memenuhi ketentuan poin 1 jumlahnya kurang dari jumlah kursi yang diperoleh partai politik peserta pemilu, maka kursi yang belum terbagi diberikan kepada calon berdasarkan nomor urut;

dalam hal tidak ada calon yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari BPP, maka calon terpilih ditetapkan berdasarkan nomor urut.

Penetapan calon terpilih anggota DPD didasarkan pada nama calon yang memperoleh suara terbanyak pertama, kedua, ketiga, dan keempat di provinsi yang bersangkutan. Dalam hal perolehan suara calon terpilih keempat terdapat jumlah suara yang sama, calon yang memperoleh dukungan pemilih yang lebih merata penyebarannya di seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut ditetapkan sebagai calon terpilih. KPU menetapkan calon pengganti antar waktu anggota

Page 81: Bahan Melda

DPD dari nama calon yang memperoleh suara terbanyak kelima, keenam, ketujuh, dan kedelapan di provinsi yang bersangkutan.

Sidang Pembunuhan Mahasiswa IAIN Ditunda Surabaya- Sidang perdana perkara pembunuhan mahasiswa IAIN Sunan Ampel dengan agenda pembacaan dakwaan harus ditunda. Majelis hakim meminta agar terdakwa mencari penasihat hukum atau didampingi ... Read more

Page 84: Bahan Melda

Bangkalan - Penjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bangkalan. Guna menciptakan Pesta Demokrasi dan mampu menghasilkan seorang pemimpin Kepala Daerah yang berkualitas serta mampu membangun Bangkalan  dan mampu mensejahterakan Rakyat.

Masa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Dan Masyarakat Bangkalan (AMBANG) mengelar aksi unjuk rasa menuntut sekaligus menggugat Pengadilan Negeri (PN) Bangkalan terkait kebijakannya menguluarkan keterangan bebas tunggaan Negara Terhadap salah satu bakal calon Bupati Bangkalan, yang sempat tersandung kasus Korupsi. Dalam Aksinya mereka memberika seekor bebek kepada pihak pengadilan sebagai symbol lambanya proses hokum di Kota ini.

“ Kami mendesak PN Bangkalan agar mengkroscek kembali surat tesebut ,dan mengajak semua msyarakat bangkalan untuk bersama-sama mengawal Pilkada ini, demi terciptanya pemilu yang berkualitas,” ungkap Slamet Riyadi Koordinator Aksi.

Ia menambahkan Seharusnya Pengadilan lebih tanggap menyikapi berita yang sudah meluas di masyarkat, bahwasanya ada salah satu bakal calon Bupati yang terindikasi korupsi.

“ kimi akan terus menekan Pengadilan Bangkalan untuk segera menyelesaikan masalah tersebu,” tambah Slamet.

Setelah berdemo di PN Bangkalan, mereka terus melanjutkan aksinya menuju ke KPUD Bangkalan, masa juga mendorong KPUD Bangkalan agar jangan segan-segan untuk tidak meloloskan nama bakal calon yang bermasalah.

Pemilu Berkualitas Adalah Agenda BersamaRabu, 23 Mei 2012 Oleh: Humas

Pemilihan umum (pemilu) 2014 harus menjadi agenda bersama, demi tercapainya pemilu yang berkualitas. Menciptakan pemilu yang berkualitas bukan hanya menjadi agenda KPU (Komisi Pemilihan Umum) saja, namun seharusnya juga menjadi agenda partai dan masyarakat sipil. Harus ada sinergi antara penyelenggara pemilu yang jurdil (jujur adil), partai politik yang berkualitas, serta pertautan publik yang kuat. Pencapaian pemilu 2014 yang berkualitas ini penting, karena melihat pemilu 2009 yang banyak memiliki catatan kurang memuaskan, bukan tidak mungkin, kegagalan pemilu di 2014 akan menimbulkan banyak dampak yang negatif di masyarakat.

Page 85: Bahan Melda

Hal tersebut disampaikan oleh Sigit Pamungkas, SIP, MA, (Anggota Komisi Pemilihan Umum 2012-2017) dalam Seminar Nasional bertajuk “Menyongsong Pemilu 2014 Yang Berkualitas” (Sosialisasi UU No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD, dan DPRD, di Ruang Seminar Gedung AR. Fachruddin B Lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (22/5). Dalam acara yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (Komap) ini juga hadir Bambang Eka Cahya Widodo, SIP, Msi (Ketua Bawaslu 2010-2012) serta Dr. Inu Kencana Syafei (Rektor Universitas Pandanaran sekaligus Dosen Ilmu Pemerintahan UMY).

Menutur Sigit, dampak yang mungkin terjadi bila pemilu 2014 mendatang tidak berkualitas cukup mengkhawatirkan. “Bila pemilu nantinya tidak berkualitas, maka pemilu yang seharusnya meredakan konflik justru akan menjadi pemicu konflik. Pemilu yang berkualitas juga penting agar dapat menjadi legitimasi kemenangan aktor-aktor politik pemenang pemilu. Kalau sampaipemilu 2014 gagal lagi, maka rakyat akan semakin sentimentil terhadap demokrasi yang sedang terjadi di Indonesia, dan akhirnya berpotensi menurunkan partisipasi pemilih di pemilu,” ungkapnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut Sigit, harus ada indikator-indikator sebagai panduan agar pemilu berjalan secara berkualitas. “Antara lain dengan dilaksanakannya pemilu tersebut oleh penyelenggara yang profesional, independen, dan kredibel. Independen artinya penyelenggara mampu menjaga jarak yang sama dengan berbagai aktor politik, baik yang sedang berkuasa mau pun yang tidak. Selain itu, beberapa indikator yang lainny adalah hak pilih bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat, tingkat literasi (melek) politik masyarakat yang baik, partai dengan program yang kuat, kandidat dengan rekam jejak yang positif, peradilan pemilu yang cepat dan independen, konversi suara yang tepat, serta kompetisi yang fair,” terangnya.

Pembicara yang lain, Bambang Eka Cahya, menambahkan bahwa sebuah pemilihan umum selalu memiliki stakeholder yang harus bersinergi satu sama lain agar semua berjalan dengan baik. “Stakeholder pemilu yaitu peserta pemilu baik pasangan calon mau pun perseorangan, media massa dengan berbagai kepentingannya, masyarakat pemilih, serta pemerintah baik pusat mau pun daerah, yang ke semuanya harus bersinergi dan saling mendukung,” terangnya.

Tahapan Pemilu

PDF   |   Print   |

Wednesday, 28 January 2009 07:14 1 TAHAP PENDAFTARAN PEMILIH

Penyerahan Data Kependudukan 5 April 2008Pemuktahiran Data Pemilih 6 April – 6 Juli 2008Penyusunan dan Pengesahan DPS 7 Juli 7 Agustus 2008Pengumuman DPS 8 -14 Agustus 2008Penyusunan dan Penetapan DPT 11 – 30 September 2008

2 TAHAP PENCALONAN

- PARTAI POLITIK

Page 86: Bahan Melda

  Pengumuman Pendaftaran Peserta Pemilu 5 – 6 April 2008  Pendaftran Parpol Peserta Pemilu 7 April – 12 Mei 2008  Penelitian Administrasi dan Pengumuman 10 April – 30 Mei 2008  Verifikasi Faktual 3 Juni – 2 Juli 2008  Penetapan Parpol Peserta Pemilu 2009 29 Juni – 3 Juli 2008  Pengumuman Parpol Peserta Pemilu 2009 5 Juli 2008- DPR/DPRD  Pengambilan Formulir Calon Anggota DPR, DPRD 5 – 9 Agustus 2008  Pengajuan Bakal Calon oleh Parpol 10 – 15 Agustus 2008  Verifikasi kelengkapan Administratif 11 Agustus -3 Sept 2008  Penyampaian hasil verifikasi kepada Parpol 12 Agustus – 5 Sept 2008  Penyusunan dan Penetapan Daftar Calon Tetap 9 -26 Oktober 2008  Pengumuman DCT anggota DPR/DPRD 27 Oktober 2008- DPD  Pendaftaran Calon Anggota DPD 27 Juni - 10 Juli 2008  Penelitian Administratif 2 – 15 Juli 2008  Verifikasi Faktual 18 Juli – 18 Agustus 2008  Penyusunan dan Penetapan Daftar Calon Tetap 9 -26 Oktober 2008  Pengumuman DCT anggota DPD 27 Oktober 2008

3 TAHAP KAMPANYE

  Persiapan Kampanye 2 Januari 2008 – 28 Feb 2009  Pelaksanaan Kampanye 12 Juli 2008 - 5 April 2009    1. Penyerahan Tim Pelaksana Kampanye (Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota) serta anggota DPD kepada KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten:

Pelaksanaan kampanye melalui pertemuan terbatas, tatap muka, media massa cetak atau elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum. 10-12 Juli 2008

Pelaksanaan kampanye melalui rapat umum. 1-10 Maret 2009

     2. Pelaksanaan kampanye melalui pertemuan terbatas, tatap muka, media massa cetak atau elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum. 13 Juli 2008-5 April 2009

     3. Pelaksanaan kampanye melalui rapat umum. 16 Maret-5 April 2009

 Masa Tenang 6 – 8 April 2009

Page 87: Bahan Melda

4 TAHAP PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA  Persiapan menjelang Pemungutan Suara:

1. Simulasi penyampaian hasil perhitungan suara dengan menggunakan sistem informasi/elekttronik. 15-21 Januari 2009

2. Pengadaan dan distribusi surat suara. 1 Nov 2008-29 Maret 20093. Proses pengadaan DCT Anggota DPR dan DPD, DPRD Provinsi dan DPRD

Kab./Kota. 11 Okt-10 Des 20084. Pengadaan DCT Anggota DPR dan DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab./Kota. 1

Jan-18 Maret 20095. Distribusi DPT dan Daftar Pemilih Tambahan. 19 Maret-8 April 20096. Distribusi DPT Luar Negeri dan Daftar Pemilih Tambahan Luar Negeri untuk

TPSLN oleh PPLN. 19 Maret-8 April 20097. Distribusi DCT  Anggota DPR dan DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab./Kota. 19

Maret-8 Maret 20098. Monitoring persiapan pemungutan suara di Daerah. 14 Maret-4 April 20099. Pengumuman dan pemberitahuan tempat & waktu pemungutan suara kepada

pemilih & saksi oleh KPPS/KPPSLN. 31 Maret-7 April 200910. Penyiapan TPS/TPSLN. 8 April 200911. Pidato Ketua KPU menjelang pemungutan suara. 8 April 2009

 Pemungutan Suara 9 April 2009  PPS mengumumkan salinan hasil dari TPS 10 – 11 April 2009  Rekapitulasi di PPK 11 – 15 April 2009  Rekapitulasi di KPU Kab./Kota 15 – 19 April 2009  Rekapitulasi di KPU Provinsi 11 – 15 April 2009  Rekapitulasi di KPU Pusat 26 April – 9 Mei 2009

5 TAHAP PENETAPAN HASIL

  Penetapan Hasil Pemilu

1. KPU Kabupaten/Kota Menetapkan hasil pemilu anggota DPRD Kabupaten/Kota. 19 April 2009

2. KPU Provinsi Menetapkan hasil pemilu   anggota DPRD Provinsi. 24 April 20093. KPU Menetapkan hasil pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupaten/Kota secara nasional. 9 Mei 20094. Peserta Pemilu dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil

perhitungan perolehan suara oleh KPU kepada MK paling lama 3x24 jam sejak diumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU. 10-12 Mei 2009

Page 88: Bahan Melda

 Penetapan Perolehan kursi dan Calon terpilih

1. DPRD Kabupaten/Kota. 15-17 Mei 20092. DPRD Provinsi. 17-18 Mei 20093. Anggota DPR dan DPD. 21-24 Mei 2009

 Penetapan dan pengumuman calon terpilih       1. Anggota DPRD Kabupaten/Kota 17 – 18 Mei 2008      2. Anggota DPRD Provinsi 17-18 Mei 2008      3. Anggota DPR dan DPD 19-20 Mei  Peresmian keanggotaan

1. DPRD Kab./Kota. Juni 20092. DPRD Provinsi. Juli-Agustus 20093. DPR dan DPD.  September 2009

 Pengucapan sumpah/janji Juli – 1 Oktober 2009

1. DPRD Kab./Kota.  Juli 20092. DPRD Provinsi. Agustus 20093. DPR dan DPD. 1 Oktober 2009

 Pemilu 2014 yang Berkualitas

o Oleh FS Swantoro

 0 

 0SESUDAH Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan 10 partai politik menjadi peserta Pemilu 2014, Kejaksaan Agung (Kejakgung) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Polri, KPU, dan Bawaslu. Keempat institusi itu akan mengawal pesta demokrasi tersebut supaya bisa terselenggara secara berkualitas.

Penandatanganan MoU itu diperlukan guna menyamakan persepsi dalam menyikapi persoalan yang mungkin timbul berkaitan dengan Pemilu 2014. Harapannya adalah nota kesepahaman itu bisa digunakan membangun pola tindakan dan pencegahan keberulangan karut-marut Pemilu 2009 yang tidak berkualitas.

Perjalanan pemilu pascareformasi membawa pasang surut partai politik di parlemen. Pemilu 1999 diikuti 48 parpol dan 21 parpol lolos ke parlemen. Kemudian, Pemilu 2004 diikuti 24 parpol dan 16 parpol melenggang ke Senayan. Pemilu 2009 diikuti 38 parpol dan 6 parpol lokal Aceh, 9 parpol meraih kursi di parlemen. Lantas seperti apa dan bagaimana supaya Pemilu 2014 lebih berkualitas?

Page 89: Bahan Melda

Pemilu Berkualitas

Keterjaminan Pemilu 2014 bisa berlangsung tertib, damai, dan berkualitas, membutuhkan beberapa komitmen. Pertama; proses dan tahapan pemilu harus berjalan sesuai jadwal yang disiapkan KPU. Jadwal dan tahapan pemilu tidak boleh molor supaya tidak terjadi kegaduhan politik. Sekali tahapan pemilu molor, dapat dipastikan muncul kegaduhan yang bisa membuat cacat hukum penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut. Karena itu, tahapan pemilu yang tepat waktu menjadi unsur penting. Intinya, keprofesionalan dan independensi KPU dan Bawaslu menjadi penentu kualitas Pemilu 2014.   

Kedua; pentingnya data pemilu yang valid, baik data untuk DPS maupun DPT. Salah satu sumber tidak berkualitasnya Pemilu 2009 adalah DPT yang bermasalah  secara masif hampir pada semua provinsi. Terkait dengan hal itu, yang tak kalah penting adalah KPU harus mengelola anggaran pemilu secara transparan dan akuntabel, serta menjamin kelancaran  pencairannya. 

Ketiga; partai yang akan berlaga dalam Pemilu 2014 harus menciptakan suasana politik yang kondusif. Ada kesan sejumlah politikus di DPR lebih senang kegaduhan ketimbang menyuarakan nilai-nilai demokrasi atau nilai keutamaan (more noise than voice).

Padahal sekarang ini masyarakat telah sadar berdemokrasi dan melek politik. Rakyat akan menyeleksi partai politik atau kader partai yang menjadi caleg. Karena itu, terkait perekrutan caleg, partai-partai harus lebih selektif dan mau mendengarkan aspirasi rakyat. Bukankah berlaku adagium dalam politik, suara rakyat adalah suara Tuhan?Kata Kunci

Keempat; berbagai pelanggaran pemilu akan sulit dihindari. Bisa diprediksi bahwa Bawaslu akan menemukan bermacam pelanggaran seputar Pemilu 2014. Pasalnya, akan banyak godaan bagi peserta pemilu yang berisiko pada pelanggaran, seperti praktik politik uang, jual beli suara, manipulasi data, keberpihakan pejabat pemerintah, dan serangan fajar, dan rasanya sulit menghindari kemunculan semua itu.

Karena itu, seluruh penyelenggara dan ’’wasit’’ pemilu harus siap bekerja ekstrakeras dan solid supaya pesta demokrasi itu lebih berkualitas. Di sini pentingnya MoU antarinstitusi penegak hukum agar penegakan hukum bisa berjalan terpadu. Pengalaman selama ini, banyak pelanggaran pemilu tidak diproses secara tuntas.

Kelima; terkait kampanye pemilu. Dalam negara demokrasi, kegaduhan politik sulit dihindari, baik di parlemen maupun di luar parlemen. Salah satu kegaduhan politik yang sulit dihindari dan pasti muncul adalah ketika kampanye pemilu berlangsung. Lihat saja, kegaduhan ketika kampanye pilkada, pemilu, ataupun kampanye pilpres. Berbagai kegaduhan itu berisiko menimbulkan gesekan politik yang adakalanya menimbulkan korban jiwa. Karena itu, kata kuncinya ada pada KPU, Bawaslu, partai-partai politik peserta pemilu, dan institusi penegak hukum seperti Kejagung dan Polri.

Ada sejumah aturan (UU) yang harus ditaati semua pihak, baik KPU, Bawaslu, partai politik,

Page 90: Bahan Melda

maupun pemerintah yang diwakili Kemendagri, Kejagung, dan Polri. Seluruh institusi itu harus komit agar Pemilu 2014  bisa lebih berkualitas. Ini penting mengingat bila pemilu mendatang masih amburadul seperti Pemilu 2009, hasilnya mudah ditebak: kualitas parlemen sama seperti periode sekarang, yaitu rakus, serakah, dan korup.

Kelima hal itu hanya contoh kecil, tapi perlu diwaspadai dan ditempuh komponen penyelenggara pemilu. Karena itu, nota kesepahaman antara KPU, Bawaslu, Kejagung, dan Polri menjadi penting dan harus bisa menjadi garansi supaya Pemilu 2014 lebih berkualitas. Masyarakat telah lama merindukan pemilu yang berkualitas dan lebih sedikit kegaduhannya. Itu harapan kita semua. (10)

–  FS Swantoro, peneliti dari Soegeng Sarjadi Syndicate Jakarta (/)

Untuk berita terbaru, ikuti kami di Twitter dan Facebook

Bagi Anda pengguna ponsel, nikmati berita terkini lewat http://m.suaramerdeka.com Dapatkan SM launcher untuk BlackBerry http://m.suaramerdeka.com/bb/bblauncher