penelitian eksperimental di fakultas kedokteran x

Upload: mirza-rizki

Post on 30-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penelitian, KTI bagi mahasiswa yang perlu panduan bagaiman caranya untuk melakukan penelitian dengan set-up yang benar.

TRANSCRIPT

  • BAB III METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan rancangan One Group

    Pre- and Post- Test, sebelum penyuluhan dilaksanakan langkah awal yang dilakukan

    adalah dengan melakukan pretest untuk mengetahui seberapa besar nilai pengetahuan

    dan sikap siswa ibu yang memiliki anak down syndrome tentang konsumsi makanan

    sehat, dalam hari yang sama setelah dilakukannya pretest dilanjutkan dengan

    penyuluhan tentang konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome dengan

    metode ceramah menggunakan alat bantu leafleat tentang konsumsi makanan sehat

    untuk anak down syndrome, seminggu setelah dilakukan penyuluhan selanjutnya

    dilakukan posttest. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

    (Notoatmodjo, 2005):

    Keterangan:

    O1 : Pretest pada kelompok ibu yang diberi penyuluhan

    X : Penyuluhan konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome

    O2 : Posttest pada kelompok ibu yang diberi penyuluhan

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam

    Kabupaten Deli Serdang. Pemilihan SDLB Negeri 107708 karena selain disekolah

    ini terdapat siswa yang berkebutuhan khusus down syndrome sehingga memerlukan

    O1 X O2

    Universitas Sumatera Utara

  • asupan gizi yang khusus pula dibandingkan anak-anak lainnya, dan karena kesibukan

    ibu, sehingga kurang dapat mengawasi dan memantau apa saja yang dikonsumsi

    anak sewaktu anak disekolah. Waktu penelitian dilakukan Oktober 2011.

    3.3. Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak down

    syndrome yang berjumlah 78 orang, jumlah ini didasarkan atas banyaknya anak

    penderita down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam

    Kabupaten Deli Serdang.

    3.3.2 Sampel

    Peneliti menetapkan sampel dengan menggunakan rumus yang terdapat pada

    buku Notoatmodjo, 2005, yaitu:

    Keterangan :

    n = Jumlah Sampel

    N = Jumlah Populasi

    d = Derajat ketepatan yang diinginkan (sebesar = 0,1)

    Maka :

    orangn 4482,43)1,0(781

    782 =+

    =

    )(1 2dNNn

    +=

    Universitas Sumatera Utara

  • Alokasi sampel ibu ditetapkan dari kelas anaknya secara (proportional

    allocation method) (Gaspersz, 1991) yaitu :

    Keterangan :

    nh = Besar sampel tiap kelas

    Nh = Populasi kelas (14, 15, 11, 11, 10, 17 orang)

    n = Besar sampel kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 (44 orang)

    N = Populasi kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 (78 orang)

    Berdasarkan perhitungan dari rumus tersebut maka alokasi ibu dari setiap kelas

    anak dapat dilihat pada tabel berikut :

    Kelas Jumlah Anak Down Syndrome Alokasi Ibu 1 14 8 2 15 8 3 11 6 4 11 6 5 10 6 6 17 10

    TOTAL 78 44 Sampel yang dilokasikan secara proporsional, kemudian dipilih dengan cara

    Simple Random Sampling.

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    3.4.1 Data Primer

    Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang

    berisi tentang identitas responden (nama, jenis kelamin, umur) dan daftar pertanyaan

    tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang konsumsi makanan sehat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.4.2 Data Sekunder

    Data sekunder meliputi gambaran umum SDLB Negeri 107708 Kecamatan

    Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dan jumlah siswa yang diperoleh dari bagian

    Tata Usaha.

    3.5. Instrumen Penelitian

    Instrumen perlakuan berupa daftar pertanyaan (kuesioner) yang disususn

    secara closed ended dengan bentuk pertanyaan multiple choice. Penggunaan slide

    dan leafleat yang berisikan bahan penyuluhan yang digunakan sebagai media /alat

    bantu untuk mempermudah dalam melakukan penyuluhan tersebut.

    3.6. Defenisi Operasional

    1. Penyuluhan konsumsi makanan sehat adalah suatu proses usaha perubahan

    yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang konsumsi makanan

    sehat dengan upaya untuk mmpertahankan dan meningkatkan kesehatannya

    dengan menggunakan metode ceramah dan menggunakan alat bantu leafleat.

    2. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang

    konsumsi makanan sehat sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan.

    3. Sikap ibu adalah respon atau reaksi dari ibu tentang konsumsi makanan sehat

    sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan.

    3.7. Aspek Pengukuran

    a. Pengukuran Pengetahuan

    Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban pada

    responden terhadap pernyataan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yg

    Universitas Sumatera Utara

  • ditetapkan. Nilai yang dijumlahkan dikategorikan menjadi tiga (3) tingkatan yaitu :

    baik, sedang, dan kurang (Arikunto,2002).

    Pengetahuan diukur melalui 10 pernyataan. Bila responden menjawab benar

    diberi nilai 3, jawaban yang hampir benar diberi nilai 2 dan jawaban yang salah

    diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 30.

    Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan :

    - Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai

    tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu >21-30

    - Tingkat pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai

    tertinggi seluruh pertanyaan dengan total yaitu 11-20 .

    - Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai

    tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu 75% dari total nilai seluruh

    pertanyaan tentang sikap, dengan nilai 15-20

    Universitas Sumatera Utara

  • - Kategori cukup, apabila nilai responden < 40-75% dari total nilai seluruh

    pertanyaan tentang sikap, dengan nilai 9-14

    - Kategori kurang, apabila nilai responden < 40% dari total nilai seluruh

    pertanyaan tentang sikap,dengan nilai 0-8

    3.8. Tahapan Penelitian

    1. Survei pendahuluan

    Survei pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan

    untuk melakukan penelitian yang dilaksanakan di SDLB Negeri 107708

    Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

    2. Menyusun rencana intervensi

    Rencana intervensi berupa penyusunan proposal penelitian dan instrumen

    penelitian (kuesioner, bahan penyuluhan dan leafleat mengenai konsumsi

    makanan sehat bagi anak).

    3. Pengumpulan data tahap pertama (pretest)

    Pretest dilaksanakan pada hari yang sama sebelum dilakukan penyuluhan tentang

    konsumsi mengenai konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome dengan

    membagikan kuesioner yang telah dipersiapkan, dan semua ibu yang akan

    mengikuti penyuluhan dikumpulkan di satu ruangan.

    4. Pelaksanaan intervensi

    Intervensi pada penelitian ini berupa penyuluhan dengan metode ceramah

    menggunakan alat bantu leafleat tentang konsumsi makanan sehat bagi anak

    down syndrome. Setelah dilakukan pretest dilanjutkan dengan pemberian

    penyuluhan, ceramah dengan materi Konsumsi Makanan Sehat untuk Anak

    Universitas Sumatera Utara

  • Down Syndrome dan penyuluhan diberikan kepada ibu yang memiliki anak

    down syndrome dan disertai pembagian beberapa leafleat yang mendukung.

    Selain itu, peneliti juga memberikan kesempatan tanya jawab kepada ibu yang

    memiliki anak down syndrome tentang apa yang ingin mereka pertanyakan

    seputar apa yang telah dijelaskan atau yang berkaitan dengan materi yang

    disajikan.

    5. Pengumpulan data tahap kedua (posttest)

    Satu minggu setelah dilakukan penyuluhan tepatnya dilakukan posttest seperti

    halnya pada pengumpulan data tahap pertama dengan menggunakan kuesioner

    dan dilakukan di ruang kelas yang sama. Kuesioner yang diberikan saat posttest

    adalah kuesioner yang sama dengan pretest.

    6. Pengolahan data dan analisis data dan penyusunan laporan penelitian.

    3.9. Pelaksanaan Penyuluhan

    3.9.1 Lokasi penyuluhan

    Lokasi dalam penyuluhan ini dilakukan di ruang tunggu SDLB Negeri No.

    107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan

    pemilihan lokasi disebabkan banyaknya ibu yang tidak mengetahui tentang makanan

    yang sehat untuk anak down syndrome di sekolah tersebut .

    3.9.2 Waktu Penyuluhan

    Waktu penyuluhan dilakukan pada bulan Oktober 2011

    3.9.3 Tenaga Pelaksana Penyuluhan

    Tenaga pelaksana penyuluhan dilakukan oleh peneliti

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.9.4 Metode Penyuluhan

    Penyuluhan dengan metode ceramah dan pembagian leaflet tentang pengaruh

    penyuluhan makanan sehat terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak

    down syndrome di SDLB negeri No. 117708 kecamatan Lubuk pakam Kabupaten

    Deli Serdang. Ceramah dilakukan selama 45 menit sebanyak 1 kali dengan materi

    yang telah disiapkan dan disertai pembagian leaflet. Selain itu, peneliti juga

    memberikan kesempatan berdiskusi dengan para ibu tentang apa yang ingin mereka

    pertanyakan seputar apa yang telah dijelaskan atau yang berkaitan dengan hal

    tersebut

    3.10 Pengolahan dan Analisa Data

    3.10.1 Pengolahan Data

    Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini secara manual dengan

    langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Editing

    Langkah ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan baik, untuk

    mendapatkan informasi yang benar. Kegiatan yang dilakukan adalah untuk

    melihat dan memeriksakan apakah semua pertanyaan telah terisi, dapat dibaca

    dan ada kekeliruan yang dapat menggangu proses pengolahan data.

    2. Koding

    Memberikan kode atau angka-angka (skor) tertentu untuk setiap jawaban.

    3. Tabulasi

    Untuk mempermudah analisis dan pengolahan data serta pengambilan

    kesimpulan, data ditabulasi kedalam table distribusi frekuensi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.10.2 Analisa Data

    Data-data dianalisis dengan menggunakan uji paired sample t-test untuk

    melihat perbedaan pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome

    sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan ceramah. Untuk memudahkan dalam

    pengolahan maka dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows 11,5.

    Keterangan :

    t = nilai hitungan

    1 = nilai pengukuran pertama

    2 = nilai pengukuran kedua

    SD = standar deviasi pengukuran pertama dan kedua

    n = nilai populasi

    Analisis hasil dilakukan juga dengan cara tabel dan grafik dan

    diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan peneliti

    (Uyanto, 2009).

    =

    NSD

    t 21

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1. Gambaran Umum SDLB Negeri 107708 Lubuk Pakam

    Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam

    Kabupaten Deli Serdang adalah sekolah yang didirikan oleh pemerintah, yang

    beralamatkan di Jalan Pantai Labu No. 177 Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam

    Kabupaten Deli Serdang.

    Sekolah ini dibangun untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, seperti

    tuna netra (buta), tuna rungu (tuli), Down Syndrome, tuna daksa (cacat tubuh), tuna

    ganda dan secara keseluruhan siswa berjumlah 109, untuk lebih rinci dapat dilihat

    pada Tabel 4.1.

    Table 4.1 Sebaran Siswa di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

    No. Jenis Ketunaan Jenis Kelamin Jumlah Perempuan Laki-laki

    1. Tuna Netra 2 1 3 2. Tuna Rungu 10 10 20 3. Down Syndrome 55 23 78 4. Tuna Daksa 5 3 8 5. Tuna Ganda 0 0 0 TOTAL 70 39 109

    Ada pun jumlah staf pengajar di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri

    107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang sebanyak 15 orang yang

    mana sebanyak 8 orang guru merupakan Pegawai Negeri Sipil dan 7 orang guru

    merupakan Staf Honor, dengan pendidikan Strata 1 sebanyak 7 orang, Diploma 3

    orang dan 5 orang tamatan SMA.

    Universitas Sumatera Utara

  • Adapun cara belajar yang diterapkan disekolah adalah sama seperti sekolah

    SD pada umumnya, dimana anak-anak diajarkan untuk membaca, berhitung dan

    menulis. Ruangan kelas terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, di SDLB ini siswa

    dimasukkan ke dalam satu kelas berdasarkan ketunaan .

    4.2 Gambaran Umum Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome

    Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak down

    syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

    Serdang yang berada di kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 yang berjumlah 44 orang. Variabel

    gambaran umum ibu yang dilihat adalah umur, agama, pendidikan dan pekerjaan ibu

    yang memiliki anak down syndrome.

    4.2.1 Umur Ibu

    Dalam penleitian ini Ibu yang memiliki anak down syndrome yang terbanyak

    adalah usia 32-37 tahun yang berjumlah 15 orang (34%), dilanjutkan dengan umur

    44-49 tahun sebanyak 13 orang (29,5%), lalu ibu yang berumur 38-43 tahun

    sebanyak 12 orang (27,3%), dan ibu yang berumur 50-55 tahun sebanyak 14 orang

    (9,2%). Adapun distribusi frekuensi berdasarkan umur Ibu dapat dilihat pada Tabel

    4.2.

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Umur

    No. Umur Jumlah n %

    1. 32-37 tahun 15 34 2. 38-43 tahun 12 27,3 3. 44-49 tahun 13 29,5 4. 50-55 tahun 4 9,2 Total 44 100

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.2.2 Agama Ibu

    Dalam penleitian ini ibu yang memiliki anak down syndrome yang terbanyak

    adalah beragama Islam yaitu sebanyak 37 orang (84,1%), sedangkan jumlah ibu yang

    beragama Kristen 6 orang (13,6%), dan ibu yang beragama budha 1 orang (2,3%).

    Adapun distribusi frekuensi berdasarkan agama Ibu dapat dilihat pada Tabel 4.3

    Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Agama

    No. Agama Jumlah n %

    1. Islam 37 84,1 2. Kristen 6 13,6 3. Budha 1 2,3 Total 44 100

    4.2.3 Pendidikan Ibu

    Dalam peneleitian ini Ibu yang memiliki anak down syndrome terbanyak

    memiliki pendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (43,2%), sedangkan jumlah ibu

    yang memiliki pendidikan SMP 18 orang (40,9%), ibu yang memiliki pendidikan SD

    6 orang (13,6%), dan ibu yang memiliki pendidikan Sarjana 1 orang (2,3%). Adapun

    distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu dapat dilihat pada Tabel 4.4

    Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Pendidikan

    No. Pendidikan Jumlah n %

    1. SD 6 13,6 2. SMP 18 40,9 3. SMA 19 43,2 4. Diploma 0 0 5. Sarjana 1 2,3 Total 44 100

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.2.4 Pekerjaan Ibu

    Pekerjaan ibu dalam penelitian ini meliputi ibu rumah tangga , buruh, pembantu,

    pedagang dan guru. Dan dilihat dari jenis pekerjaan terdapat 15 orang tua dari siswa

    berprofesi sebagai pedagang (34,1%), dilanjutkan dengan 12 orang ibu berprofesi

    pembantu dan ibu rumah tangga (27,3%), lalu ibu yang berprofesi buruh 3 orang

    (6,8%), dan ibu yang berprofesi guru sebanyak 2 orang (4,5%). Adapun distribusi

    frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu dapat dilihat pada Tabel 4.5

    Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Pekerjaan

    No. Pekerjaan Jumlah n %

    1. IRT 12 27,3 2. Buruh 3 6,8 3. Pembantu 12 27,3 4. Pedagang 15 34,1 5. Guru 2 4,5 Total 44 100

    4.3.1 Pengetahuan Ibu tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

    Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pengetahuan ibu pada saat

    sebelum diberikan penyuluhan (pretest) masing-masing 68,1% dalam kategori baik

    dan 31,9% dalam kategori cukup. Sedangkan sesudah diberikan penyuluhan lalu

    dilakukan test ulang lagi (posttest) terjadi perubahan dalam pengetahuan ibu menjadi,

    sebayak 84,1% ibu dalam kategori baik dan sebanyak 15.9% ibu dalam kategori

    cukup. Adapun distribusi frekuensi pengetahuan

    Universitas Sumatera Utara

  • Table 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pada saat Pre-Test dan Post-Test

    No Pengetahuan Pre-test Post-test n % n %

    1 Baik 30 68,1 37 84,1 2 Cukup 14 31,9 7 15,9 3 Kurang 0 0 0 0

    Total 44 100,0 44 100,0

    berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata skor pengetahuan ibu sebelum

    penyuluhan sebesar 21,73 dan sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi

    23,32. Hasil uji t didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu

    sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah mendapatkan penyuluhan (p= 0,004),

    untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

    Tabel 4.7. Perbedaan Rata-rata Nilai Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Antara Pre-test dan Post-test

    Variabel Rata-rata P

    Pengetahuan Pre-test 21,73 0,004

    Post-test 23,32

    Pengetahuan tentang makanan sehat tidak hanya sebatas masalah makanan

    yang akan dimakan si anak, tetapi juga dilihat bagaimana pengetahuan ibu tentang

    pemberian makan secara khusus yang sesuai dengan diet anak down syndrome, untuk

    itu peneliti memilih 10 pertanyaan pengetahuan sebagai sampel menyangkut pola

    pemberian makan pada anak down syndrome. Secara rinci dapat dilihat pada Table.

    4.8.

    Universitas Sumatera Utara

  • Table 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome berdasarkan pengetahuan Tentang Konsumi Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pada saat pre-test dan post-test

    no Pertanyaan Pre-test Post-test

    n % n % 1 Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan

    makanan sehat? a. Makanan yang kandungan gizinya kurang

    lengkap (1) b. Makanan yang sudah memenuhi standart

    gizi dan aman untuk dikonsumsi (3) c.Makanan yang bersih dan tertutup (2)

    3

    30 11

    6,8

    68,2 25,0

    6

    26 12

    13,6

    59,1 27,3

    Total 44 100,0 44 100,0 2 Menurut ibu, apakah manfaat makanan sehat

    untuk anak down syndrome? a. Mengenyangkan (1) b. Memenuhi kebutuhan gizi dan menunjang

    pertumbuhan dan perkembangan anak (3) c. Menambah energy (2)

    3

    28 13

    6,8

    63,7 29,5

    5

    31 8

    11,4

    70,5 18,1

    Total 44 100,0 44 100,0 3 Menurut ibu, apakah tujuan pemberian makanan

    sehat bagi anak down syndrome? a. Makanan sehat yang diberikan pada ana

    down syndrome untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan ketahanan tubuh (3)

    b. Makanan sehat diberikan pada anak down syndrome agar tetap sehat (2)

    c. Makanan yang dapat menunda lapar (1)

    14

    27 3

    31,9

    61,3 6,8

    23

    21 0

    52,2

    47,8

    0 Total 44 100,0 44 100,0 4 Menurut ibu, apa saja makanan yang harus

    dihindari oleh anak down syndrome? a. Makanan yang mengandung pengawet (2) b. Makanan yang mengandung serat seperti

    sayuran dan buah-buahan (1) c. Makanan yang mengandung karbohidrat,

    MSG, makanan yang pedas dan glukosa (3)

    19

    10

    15

    43,2

    22,7

    34,1

    17

    7

    20

    38,7

    15,9

    45,4

    Total 44 100,0 44 100,0 5 Menurut ibu, yang dimaksud dengan down

    syndrome merupakan: a. Penyakit yang keturunan genetic pada

    anak (1) b. Penyakit dengan keterbelakangan mental

    (2) c. Penyakit genetis dan kelainan kromosom

    yang terjadi pada anak dan biasanya berpengaruh terhadap mental (3)

    10

    21

    13

    22,7

    47,8

    29,5

    2

    18

    24

    4,5

    40,9

    54,6 Total 44 100,0 44 100,0

    Universitas Sumatera Utara

  • Lanjutan Tabel 4.8

    6 Menurut ibu, penyakit yang sering diderita oleh anak down syndrome adalah?

    a. Ambeyen dan sembelit (2) b. Konstipasi (susah buang air besar) (3) c. Influenza (1)

    10 21 13

    22,7 47,8 29,5

    7 31 6

    15,9 70,5 13,6

    Total 44 100,0 44 100,0 7 Menurut ibu, makanan yang dianjurkan untuk

    dikonsumsi anak down syndrome adalah seperti?

    a. Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti jagung, umbi-umbian (1)

    b. Buah yang segar (2) c. Sayur-sayuran, buah-buahan dan makanan

    yang mengandung serat tinggi (3)

    13 10

    21

    29,5 22,7

    47,8

    12 4

    28

    27,3 9,2

    63,5

    Total 44 100,0 44 100,0 8 Menurut ibu, penyakit yang sering terjadi pada

    anak down syndrome adalah: a. Influenza (1) b. Sariawan (2) c. Sesak nafas dan gangguan kulit (3)

    12 21 11

    27,3 47,8 25,0

    12 15 17

    27,3 34,1 38,6

    Total 44 100,0 44 100,0 9 Gangguan kulit yang biasanya terjadi pada anak

    down syndrome yang diakibatkan kurangnya konsumsi buah dan sayur meliputi:

    a. Gangguan kulit pada bibir (1) b. Gangguan kulit pada tangan (2)

    c.Gangguan kulit yang kering pada kaki, tangan dan sensitivitas pada hidung (3)

    17 14

    13

    38,6 31,9

    29,5

    18 7

    19

    40,9 15,9

    43,2

    Total 44 100,0 44 100,0 10 Menurut ibu, gaya hidup atau pola hidup sehat

    yang baik untuk anak down syndrome antara lain?

    a. Istirahat yang banyak dan mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi (1)

    b. Olahraga teratur (2) c. Memakan sayuran, buah-buahan segar,

    konsumsi makanan bergizi dan olahraga teratur (3)

    21 10

    13

    47,8 22,7

    29,5

    21 5

    18

    47,8 11,3

    40,9 Total 44 100,0 44 100,0

    Berdasarkan Tabel 4.8 tentang distribusi pengetahuan ibu yang memiliki anak

    down syndrome sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah mendapatkan

    penyuluhan per item pertanyaan dapat dilihat bahwa ada perbedaan jumlah ibu yang

    menjawab benar pada saat pre-test dan post-test, yaitu pada pertanyaan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • menanyakan tentang penyakit yang sering diderita oleh anak down syndrome, yang

    mana pada saat pre-test sebanyak 21 orang ibu (47,8%) yang menjawab konstipasi

    (susah buang air besar) ini merupakan jawaban yang benar, lalu setelah dilakukan

    post-test pengetahuan ibu meningkat sebanyak 31 orang ibu (70,5%) yang menjawab

    konstipasi (susah buang air besar).

    Tujuan pemberian makanan sehat bagi anak down syndrome merupakan

    makanan sehat yang diberikan pada anak down syndrome untuk memenuhi

    kebutuhan gizinya dan ketahanan tubuh, 14 orang ibu (31,9%) menjawab benar pada

    saat pre-test, setelah dilakukan post-test pengetahuan ibu meningkat mengenai tujuan

    pemberian makanan sehat bagi anak down syndrome menjadi 23 orang ibu (52,2%)

    Makanan sehat merupakan makanan yang sudah memenuhi standart gizi dan

    aman untuk dikonsumsi, 3 orang ibu (6,8%) pada saat pre-test menjawab salah yaitu

    makanan sehat adalah makanan yang kandungan gizinya kurang lengkap dan setelah

    dilakukan post-test ibu yang menjawab salah mengalami peningkatan menjadi 6

    orang ibu (13,6%).

    4.4 Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

    Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pengetahuan ibu pada saat

    sebelum diberikan penyuluhan (pretest) masing-masing 2,3% dalam kategori baik

    dan 97,7% dalam kategori cukup. Sedangkan sesudah diberikan penyuluhan lalu

    dilakukan test ulang lagi (posttest) terjadi perubahan dalam pengetahuan ibu menjadi,

    sebayak 56,8% ibu dalam kategori baik dan sebanyak 43,2% ibu dalam kategori

    cukup. Adapun distribusi frekuensi sikap ibu terdapat pada Tabel 4.9

    Universitas Sumatera Utara

  • Table 4.9 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pada saat Pre-Test dan Post-Test

    No Pengetahuan Pre-test Post-test

    n % n % 1 Baik 1 2,3 25 56,8 2 Cukup 43 97,7 19 43,2 3 Kurang 0 0 0 0 Total 44 100,0 44 100,0

    Hasil analisis diperoleh rata-rata skor sikap ibu sebelum penyuluhan sebesar

    13,32 dan sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 14,52. Hasil ui t

    didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara sikap ibu sebelum mendapatkan

    penyuluhan dan sesudah mendapatkan penyuluhan (p= 0,000), untuk lebih jelas

    dapat dilihat sebagai berikut:

    Tabel 4.10. Perbedaan Rata-rata Nilai Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Pada Saat Pre-test dan Post-test

    Variabel Rata-rata P

    Sikap Pre-test 13,32 0,000

    Post-test 14,52

    Sikap tentang konsumsi makanan sehat tidak hanya sebatas masalah makanan

    yang akan dimakan si anak, tetapi juga dilihat bagaimana sikap ibu tentang

    pemberian makan secara khusus yang sesuai dengan kebutuhan anak down

    syndrome, untuk itu peneliti memilih 10 pertanyaan sikap sebagai sampel

    menyangkut pola pemberian makan pada anak down syndrome. Secara rinci dapat

    dilihat pada Table. 4.11.

    Universitas Sumatera Utara

  • Table 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu yang Memiliki Anak Down syndrome Berdasarkan sikap Tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pre-test dan post-test

    No Sikap Pre-test Post-test n % n %

    1 Anak down syndrome seharusnya dijauhi dari konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat.

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    0 44

    0,0 100,0

    0

    44

    0,0 100,0

    Total 44 100,0 44 100,0 2 Gangguan saluran cerna sangat sering dialami

    oleh anak down syndrome, biasanya disebabkan oleh reaksi simpang makanan dan kurangnya konsumsi makanan berserat

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    44 0

    100,0 0,0

    44 0

    100,0 0,0

    Total 44 100,0 44 100,0 3 Makanan yang banyak mengandung serta

    seperti buah-buahan dan sayur-sayuran tidak baik diberikan secara teratur kepada anak down syndrome lebih baik sebulan sekali

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    0

    44

    0,0

    100,0

    0

    44

    0,0

    100,0 Total 44 100,0 44 100,0 4 Anak down syndrome biasanya sangat aktif dan

    tidak bias diam serta mempunyai kecerdasan yang lebih lamban dari anak biasanya

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    44 0

    100,0 0,0

    44 0

    100,0

    0,0 Total 44 100,0 44 100,0 5 Anak down syndrome sangat baik mengonsumsi

    makanan yang mengandung MSG dan makanan yang pedas karena baik untuk pencernaan anak down syndrome

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    25 19

    56,8 43,2

    3

    41

    6,8

    93,2 Total 44 100,0 44 100,0 6 Anak down syndrome biasanya lebih menyukai

    makanan jajanan dan makan lebih dari 3x sehari, sehingga menyebabkan terjadi gannguan cerna (konstipasi) dan kegemukan (obesitas)

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    44 0

    100,0 0,0

    44 0

    100,0

    0,0 Total 44 100,0 44 100,0

    Universitas Sumatera Utara

  • Lanjutan Tabel 4.11

    7 Gangguan kulit dan sariawan serta masalah pencernaan pada anak down syndrome tidak harus dicegah dengan mengonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayur dan buah-buahan hanya mengonsumsi multivitamin saja sudah cukup

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    33 11

    75,0 25,0

    17 27

    8,7 61,3

    Total 44 100,0 44 100,0 8 Mengonsumsi makanan yang bersifat tinggi

    serta beranekaragam dapat melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh anak down syndrome

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    44 0

    100,0 0,0

    44 0

    100,0 0,0

    \ Total 44 100,0 44 100,0 9 Sulit buang air besar atau konstipasi merupakan

    masalah yang tidak penting bagi penderita down syndrome

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    16 28

    36,3 63,7

    1 43

    2,3 97,7

    Total 44 100,0 44 100,0 10 Makanan yang dihidangkan setiap hari untuk

    dikonsumsi oleh keluarga hendaknya berbeda dengan makanan yang dikonsumsi oleh anak down syndrome

    a. Setuju b. Tidak Setuju

    44 0

    100,0

    0,0

    44 0

    100,0 0,0

    Total 44 100,0 44 100,0

    Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan sikap sebelum

    dan sesudah mendapatkan penyuluhan pada ibu yang memiliki anak down syndrome,

    yang sebelum mendapatkan penyuluhan sebagian besar ibu masuk dalam kategori

    pengetahuan yang cukup kemudian sesudah mendapatkan penyuluhan pengetahuan

    ibu meningkat dari kategori cukup menjadi baik.

    Berdasarkan Tabel 4.11 pada umumnya ibu setuju apabila anak down

    syndrome sangat baik mengonsumsi makanan yang mengandung MSG dan makanan

    yang pedas karena baik untuk pencernaan anak down syndrome sebanyak 25 orang

    ibu (56,8%), sedangkan yang tidak setuju terdapat 19 orang ibu (43,2%) pada saat

    Universitas Sumatera Utara

  • dilakukan pre-test, setelah dilakukan post-test sikap ibu yang menjawab setuju

    menurun menjadi 3 orang ibu (6,8%) sedangkan ibu yang menjawab tidak setuju

    meningkat menjadi 41 ibu (93,8%).

    Sikap ibu pada saat dilakukan pre-test pada umumnya tidak setuju jika sulit

    buang air besar atau konstipasi merupakan masalah yang tidak penting bagi penderita

    down syndrome yaitu sebesar 28 orang ibu (63,7%) sedangkan yang setuju 16 orang

    ibu (36,3%), setelah dilakukan post-test ibu yang tidak setuju meningkat sebanyak 43

    orang ibu (97,7%) sedangkan yang setuju menurun menjadi 1 orang ibu (2,3%).

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB V PEMBAHASAN

    5.1 Pengaruh Penyuluhan Makanan Sehat Terdahap Pengetahuan Ibu yang

    Memiliki Anak down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

    Berdasarkan hasil analisis data menjelaskan bahwa penyuluhan berupa

    ceramah dan dengan menggunakan alat bantu leaflet dapat meningkatkan

    pengetahuan ibu yang memiliki anak down syndrome mengenai makanan sehat untuk

    anak down syndrome sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah mendapatkan

    penyuluhan. Pada pre-test terdapat 68,1% orang ibu dengan kategori pengetahuan

    baik, 31,9% orang ibu dengan kategori cukup, sedangkan ibu dengan kategori kurang

    tidak ada. Pada saat post-test, terjadi perubahan pada pengetahuan ibu, sehingga

    pengetahuan ibu meningkat dengan kategori pengetahuan baik sebesar 84,1% dan

    kategori cukup 15,9% dan ibu dengan kategori kurang tidak ditemukan lagi.

    Hasil analisis menggunakan paired sample t-test disimpulkan bahwa ada

    perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu mengenai konsumsi makanan

    sehat untuk anak down syndrome sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah

    mendapatkan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh pemberian

    penyuluhan melalui metode ceramah dan dengan alat bantu leaflet terhadap

    pengetahuan ibu tentang konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome.

    Menurut Notoadmojdo, 2003, pengetahuan adalah hasil dari tahu yang akan

    terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,

    seperti melihat, mendengar, mencium, merasa, dan juga meraba, sebagian besar

    Universitas Sumatera Utara

  • pengetahuan itu sendiri diperoleh melalui mata dan telinga, sehingga dengan kata

    lain hasil dari mendengar dan juga melihat. Pengetahuan umumnya datang dari

    pengalaman, yang diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh guru, orangtua,

    teman, buku dan surat kabar dan dapat ditelusuri kebenarannya dengan bertanya atau

    menggali informasi itu sendiri (WHO, 1988).

    Pemberian informasi dengan metode ceramah dan alat bantu leaflet ternyata

    mampu mempengaruhi pengetahuan ibu yang memiliki anak down syndrome tentang

    makanan sehat untuk anak down syndrome. Dengan pendekatan edukasi dapat

    merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana intervensi yang

    diberikan merupakan proses pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk mengubah

    perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor masukan

    adalah metode yang diberikan pada waktu penyuluhan seperti ceramah dan dengan

    alat bantu leaflet serta tanya jawab sehingga ibu secara aktif mengikuti proses

    penyuluhan tersebut. Proses perubahan perilaku sendiri yang menyangkut aspek

    pengetahuan, keterampilan dan sikap mental sehingga mereka tahu, mau dan mampu

    melaksanakan (secara sadar dan tanpa paksaan dari orang lain) perubahan-perubahan

    dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan (Luice, 2005).

    Menurut pengakuan dari beberapa ibu yang menjadi sampel, penyebarluasan

    informasi tentang kesehatan melalui penyuluhan sangat jarang dilakukan terlebih

    mengenai tema makanan sehat untuk anak down syndrome belum pernah dilakukan

    oleh petugas puskesmas. Diduga pada ibu yang memiliki pengetahuan dengan

    kategori yang baik sebanyak 84,1% meskipun mereka belum terlalu paham atau

    mengerti tentang konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome tersebut

    Universitas Sumatera Utara

  • mereka peroleh dari tingginya pemanfaatan sumber informasi melalui media cetak

    elektronik. Penambahan informasi melalui media cetak dan elektronik penting karena

    suatu pendidikan gizi selain diperoleh dari pendidikan formal, pengetahuan gizi

    sebenarnya dapat diperoleh dari sumber lain seperti buku-buku pustaka, majalah,

    televisi, radio maupun surat kabar.

    Perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan bertahan lama dari pada

    perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai

    sangat dibutuhkan oleh para ibu yang memiliki anak down syndrome agar anak down

    syndrome mau mengonsumsi makanan sehat karena mereka tahu manfaat dari buah

    dan sayur bagi tubuh mereka sendiri (Anonim, 2008).

    Peningkatan pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan

    dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan untuk masing-masing item pertanyaan tentang

    pengetahuan ibu yang memiliki anak down syndrome mengenai makanan sehat

    sebagian besar meningkat dan tidak ada item yang menurun setelah dilakukan

    penyuluhan. Peningkatan terdapat pada pengetahuan tentang tujuan pemberian

    makanan sehat bagi anak down syndrome, peningkatan itu terjadi mungkin

    disebabkan karena ibu sudah mengerti dan mengenal makanan sehat untuk anak

    down syndrome sehingga dapat diterapkan didalam keluarga dan kehidupan sehari-

    hari agar anak down syndrome terjaga kesehatanya. Artinya setelah diberikan

    penyuluhan pengetahuan konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome sudah

    menjadi lebih baik dari tujuan makanan sehat, apa yang dimaksud dengn makanan

    sehat dan penyakit yang sering diderita oleh anak down syndrome.

    Universitas Sumatera Utara

  • Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Saragih pada tahun 2010

    tentang Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang

    Makanan Sehat Dan Gizi Seimbang Di Desa Merak Kecamatan Raya Kabupaten

    Simalungun dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian promosi kesehatan

    memberikan pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan, sikap ibu terhadap

    konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang di dalam keluarga, artinya sejalan

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih dengan pemberian promosi kesehatan

    dengan cara penyuluhan dan pembagian leaflet yang penulis lakukan di SDLB

    Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dapat membantu

    meningkatkan pengetahuan ibu yang belum memahami mengenai makanan sehat

    untuk anak down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam

    Kabupaten Deli Serdang pada Tahun 2011.

    5.2 Pengaruh Penyuluhan Makanan Sehat Terhadap Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

    berdasarkan hasil analisis data menjelaskan bahwa penyuluhan berupa

    ceramah dan dengan menggunakan alat bantu leaflet dapat meningkatkan sikap ibu

    yang memiliki anak down syndrome mengenai makanan sehat untuk anak down

    syndrome. Pada pre-test terdapat 2,3% orang ibu dengan kategori baik, 97,7% orang

    ibu dengan kategori cukup, sedangkan ibu dengan kategori kurang tidak ada. Pada

    saat post-test, terjadi perubahan pada sikap ibu, sehingga ibu dengan kategori sikap

    baik sebesar 56,8% , dengan kategori cukup 43,2% dan kategori kurang tidak ada

    lagi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Hasil analisis menggunakan pired sample t-test disimpulkan bahwa ada

    perbedaan yang signifikan antara sikap ibu sebelum mendapatkan penyuluhan dan

    sesudah mendapatkan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh

    pemberian penyuluhan melalui metode ceramah dan dengan alat bantu leaflet tentang

    konsumsi makanan sehat umtuk anak down syndrome.

    Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

    terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya

    dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

    menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

    dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksiyang bersifat emosional

    terhadap stimulus social (Notoatmodjo, 2005).

    Setelah seseorang mengetahui suatu objek atau stimulus, proses selanjutnya

    adalah memiliki atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut, sikap terdiri

    dari tiga komponen pokok, yaitu komponen kognisi yang berhubungan dengan

    kepercayaan, ide dan konsep, komponen efeksi yang menyangkut kehidupan

    emosional seseorang, dan komponen kecendrungan untuk bertindak (Notoatmodjo,

    2005).

    Hasil penelitian pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kategori sikap ibu

    terbanyak sebelum diberikan penyuluhan tentang makanan sehat untuk anak down

    syndrome menunjukkan bahwa 2,3% sikap ibu dalam kategori baik, 97,7% pada

    katagori cukup. Seperti halnya pada pengetauan, dalam hal ini sikap juga semakin

    baik setelah dilakukan penyuluhan makanan sehat untuk anak down syndrome berupa

    ceramah dan pembagian leaflet, tentang makanan sehat untuk anak down syndrome

    Universitas Sumatera Utara

  • kepada ibu. Setelah diberikan penyuluhan kemudian dilakukan pengujian kembali

    (post-test) maka didapatkan hasil yaitu bahwa sikap ibu terbanyak berada pada

    kategori baik sebanyak 56,8% dan kategori cukup sebanyak 43,2%.

    Sedangkan dari pengujian paired sample t-test diperoleh rata-rata skor sikap

    ibu sebelum penyuluhan (pre-test) tentang makanan sehat untuk anak down

    syndrome sebesar 13,32 dan sesudah diberikan penyuluhan (post-test) tentang

    penyuluhan makanan sehat untuk anak down syndrome meningkat menjadi 14,52.

    Selain itu berdasarkan t hitung adalah -8,836 dengan nilai probabilitas (p=0,000),

    oleh karena (p

  • tidak begitu paham tentang makanan sehat untuk anak down syndrome maka

    pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab, sehingga perlu dilakukan penyuluhan secara

    intensif atau berkala sehingga pengetahuan mereka akan terus tertanam pada

    pemikiran para ibu yang memiliki anak down syndrome di Sekolah Dasar Luar Biasa

    (SDLB) Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun

    2011.

    Pernyataan ibu tersebut didapat dari pengalaman sendiri atau dari orang lain

    sesuai dengan teori WHO, sikap menggambarkan suka atau tidak suka, setuju atau

    tidak setuju seseorang terhadap objek dan sering diperoleh dari pengalaman sendiri

    atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan

    tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.

    Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka hasil penelitian menunjukkan

    bahwa pengetahuan ibu yang memiliki anak down syndrome sudah cukup, sehingga

    sikap ibu juga baik. Sikap ibu terhadap makanan sehat untuk anak down syndrome

    juga penting dalam hal konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome dalam

    kehidupan sehari-hari,karena tanpa adanya sikap yang nyata dari diri responden

    maka akan percuma suatu informasi itu diberikan sebab sikap dan pengetahuan

    saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

    Menurut Purwanto (1993), sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan

    dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan

    dengan objeknya. Sikap adalah pandangan yang disertai dengan kecendrungan untuk

    bertindak terhadap suatu objek. Dalam penilitian ini penyuluhan merupakan stimulus

    yang diharapkan dapat member pengaruh terhadap ibu untuk bersikap dan berprilaku

    Universitas Sumatera Utara

  • dengan pesan atau isi penyuluhan. Dilihat berdasarkan analisis diatas ternyata

    mampu mempengaruhi sikap ibu dalam konsumsi makanan sehat untuk anak down

    syndrome.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan uraian dan hasil pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa :

    1. Pengetahuan ibu sebelum mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat untuk

    anak down syndrome sebagian besar baik (68,1%) dan cukup (31,9%),

    Pengetahuan ibu sesudah mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat untuk

    anak down syndrome sebagian besar baik (84,1% ) dan cukup (15,9%).

    2. Sikap ibu sebelum mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat untuk anak

    down syndrome sebagian besar baik (2,3%) dan cukup (97,7%), Sikap ibu sesudah

    mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat untuk anak down syndrome

    sebagian besar (56,8%) dan cukup (43,2%).

    3. Penyuluhan makanan sehat dengan metode ceramah dan pembagian leaflet

    berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan sehat untuk

    anak down syndrome di Sekolah Dasar Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam

    Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Hal itu berarti bahwa metode ceramah dan

    pembagian leaflet dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu mengenai

    makanan sehat untuk anak down syndrome di Sekolah Dasar Luar Biasa

    Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

    Universitas Sumatera Utara

  • 6.2 Saran

    1. Pihak penentu atau pembuat kebijakan mengenai perbaikan gizi anak

    berkebutuhan khusus seperti anak down syndrome di Sekolah Dasar Luar

    Biasa terutama agar lebih memperhatikan pentingnya penyuluhan gizi di

    Sekolah Dasar Luar Biasa sebagai salah satu metode untuk menyebarkan

    informasi untuk membantu meningkatkan pengetahuan ibu tentang

    pentingnya makanan sehat untuk anak down syndrome sebagai bagian dari

    upaya perbaikan mutu kesehatan anak berkebutuhan khusus.

    2. Pihak sekolah hendaknya bekerjasama dengan ahli gizi, untuk memberikan

    informasi kepada ibu mengenai makanan sehat untuk anak down syndrome,

    misalnya seperti membuat penyuluhan berupa metode ceramah ataupun

    menggelar seminar di sekolah serta pembagian leaflet.

    3. Orang tua khususnya ibu untuk lebih aktif dalam mencari informasi terkait

    tentang makanan sehat untuk anak down syndrome agar dapat dipraktekkan

    dalam kehidupan sehari-hari.

    4. Ibu diharapkan menerapkan pola makan yang baik yaitu makanan sehat yang

    dibutuhkan oleh anak down syndrome sesuai dengan pengetahuan yang

    diperoleh melalui proses penyuluhan.

    Universitas Sumatera Utara