eksperimental fix

Upload: jabiribnusina

Post on 10-Oct-2015

158 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jhkhk

TRANSCRIPT

EKSPERIMENTAL

1. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloksana. Latar Belakang MasalahDiabetes melitus memiliki prevalensi yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun sehingga dibutuhkan obat yang efektif dan ekonomis untuk menanggulangi sindroma metabolik ini. Ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) memiliki kandungan flavonoid dan saponin yang berkemampuan menurunkan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang efektif dan ekonomis.b. Rumusan Masalah1. Apakah pemberian ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan? 2. Apakah terdapat perbedaan efektifitas ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphonaristatus) dalam menurunkan kadar glukosa tikus wistar jantan dibandingkan dengan metformin?c. Design PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dan rancangan penelitian pre and posttest randomized controlled group design.d. Kerangka Konsep

e. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis pemberian ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) 2. Variabel Tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar glukosa darah tikus wistar jantan.

f. Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian ini adalah tikus wistar jantan. Sampel Sampel penelitian ini meliputi tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan. Kriteria inklusi a. Umur 3 bulan b. Berat badan 200 gram c. Kondisi sehat (aktif dan tidak cacat) Kriteria Eksklusi a. Tikus tidak bergerak aktif b. Tikus mati selama masa penelitian

2. Pengaruh Pemberian Asam Lemak Trans Terhadap Jumlah Sel Darah Merah Tikus Sprague Dawleya. Latar Belakang MasalahAnemia merupakan suatu gejala akibat menurunnya jumlah sel darah merah yang dapat disebabkan oleh konsumsi makanan cepat saji yang mengandung asam lemak trans. Asupan asam lemak trans memicu terjadinya respon inflamasi sistemik sehingga dapat menurunkan jumlah sel darah merah.

b. Rumusan Masalah1. Apakah jumlah sel darah merah tikus Sprague Dawley yang mendapatkan pemberian asam lemak trans 5% lebih rendah daripada yang tidak mendapatkan pemberian asam lemak trans? 2. Apakah jumlah sel darah merah tikus Sprague Dawley yang mendapatkan pemberian asam lemak trans 10% lebih rendah daripada yang tidak mendapatkan pemberian asam lemak trans? 3. Apakah jumlah sel darah merah tikus Sprague Dawley yang mendapatkan pemberian asam lemak trans 10% lebih rendah daripada pemberian asam lemak trans 5%? c. Kerangka Konsep

d. Design PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan desain Randomized Control Group Pretest and Posttest Design

e. Sampel1. Kriteria inklusi Tikus Sprague Dawley jantan Berat badan tikus normal (190-260 gram) Umur 7 minggu sebelum dilakukan adaptasi Pada pengamatan visual tikus tampak sehat, aktif bergerak, dan tidak terdapat kelainan anatomis 2. Kriteria eksklusi Mengalami perubahan berat badan > 10% selama adaptasi.3. Kriteria drop out Tikus tampak sakit selama masa penelitian Mengalami diare selama masa penelitian Mengalami kematian

f. Variabel Penelitian1. Variabel bebas Pemberian asam lemak trans berupa: Asam lemak trans 5% Asam lemak trans 10% 2. Variabel terikatJumlah sel darah merah. 3. Variabel perancu Jumlah asupan pakan.

3. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pelepah Dan Batang Tanaman Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var.Sapientum) Terhadap Staphylococcus Aureusa. Latar BelakangResistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan masalah yang sedang dihadapi baik di negara berkembang maupun negara maju. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk mengurangi masalah tersebut salah satunya dengan penemuan obat baru yang berasal dari bahan alam, salah satunya adalah tanaman pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum).

b. Rumusan Masalah1. Apakah ekstrak pelepah dan batang tanaman pisang ambon dapat menghambat pertumbuhan S.aureus. 2. Manakah dari ekstrak bagian pelepah atau batang tanaman pisang yang mampu menghambat pertumbuhan S.aureus paling baik.

c. Kerangka Konsep

d. Desain PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian faktorial

e. Populasi dan Sampel1. Populasi penelitian Populasi penelitian ini meliputi koloni S.aureus. 2. Sampel penelitianSampel penelitian ini meliputi koloni S.aureus Kriteria Inklusi Koloni Staphylococcus aureus yang tumbuh pada media Nutrient agar agar dengan perlakuan dan Inkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Kriteria Eksklusi Adanya pertumbuhan jamur atau kontaminan lain pada media Nutrient agar.

f. Variabel Penelitian1. Variabel bebas : konsentrasi ekstrak pelepah dan batang tanaman pisang ambon 2. Variabel tergantung : jumlah koloni bakteri

4. Perbedaan Efek Paparan Divine Kretek Dan Kretek Biasa Terhadap Indeks Apoptosis Dan Perubahan Histopatologi Pada Karsinogenesis Nasofaring Mencit C3h Yang Diinduksi Formaldehydea. Latar Belakang Nanobiologi memiliki potensi yang cukup besar untuk pengobatan kanker. Salah satu produk yang menggunakan prinsip nanobiologi di Indonesia adalah divine kretek. Divine kretek merupakan rokok sehat yang berisi nanostruktur yang kompleks yang dapat menghantarkan elektron sampai ke level milivolt. Nanostruktur dalam divine kretek ini dapat memberi energi dan elektron pada sel sakit untuk mendorong perbaikan diri menjadi sel sehat dan untuk mengoptimalkan diri.b. Rumusan MasalahBagaimanakah efek paparan divine kretek terhadap indeks apoptosis dan perubahan histopatologipada karsinogenesis nasofaring mencit C3H yang terpapar formaldehyde?c. Kerangka Konsep

d. Desain penelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan post test only control group design.e. SampelSampel penelitian adalah mencit strain C3H yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :1. Kriteria inklusi Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah : Mencit jantan Strain C3H Umur 3 bulan Berat Badan 20 gram Tidak tampak abnormalitas anatomi 2. Kriteria eksklusi Kriteria Eksklusi dari penelitian ini adalah : Mencit tampak sakit (gerakan tidak aktif) Mencit mati selama perlakuan berlangsung (drop out)

f. Variabel Penelitian1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah paparan divinekretek dan paparan rokok kretek biasa. 2. Variabel Tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah indeks apoptosis dan perubahan histopatologi epitel mukosa nasofaring.

5. Pengaruh Larutan Kumur Ekstrak Siwak (Salvadora Persica) Terhadap Ph Salivaa. Latar BelakangpH saliva merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi terhadap pH mulut. Bakteri patogen dalam rongga mulut memfermentasi gula menjadi asam laktat yang akan menurunkan keasaman mulut sehingga menyebabkan demineralisasi email gigi. Untuk mencegah penurunan pH saliva dapat dilakukan secara kimiawi. Pada penelitian ini digunakan larutan ekstrak siwak (Salvadora persica) sebagai obat kumur karena terdapat fitokemikal yang mampu mencegah penurunan pH saliva dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri patogen, menurunkan viskositas dan meningkatkan kecepatan aliran saliva, serta menghambat pembentukan pelikel.b. Rumusan MasalahApakah terjadi peningkatan pH saliva pada subyek yang diberi larutan kumur ekstrak siwak dibanding yang tidak diberi larutan kumur ekstrak siwak?

c. Kerangka Konsep

d. Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian experimental dengan rancangan post test only control group design yang menggunakan manusia pada populasi terjangkau sebagai sampel.

e. Populasi dan Sampel1. Populasi dan Sampel Populasi targetPopulasi target pada penelitian ini adalah manusia berumur 12-18 tahun. Populasi terjangkauPopulasi terjangkau pada penelitian ini diambil dari warga santri pondok pesantren Hidayatullah yayasan Al-Burhan, Gedawang, Semarang tahun ajaran 2011/2012.2. Sampel Kriteria inklusi Berusia 12-18 tahun Bersedia mengisi informed consent Susunan gigi lengkap dan teratur sampai berjejal ringan Tidak memiliki karies Tidak memakai perangkat orthodontic cekat Kriteria eksklusi Tidak patuh terhadap prosedur perlakuan Mengkonsumsi makanan selain makanan yang disediakan oleh peneliti selama masa perlakuan Sakit saat dilakukan penelitian]

f. Variabel Penelitian1. Variabel bebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah berkumur dengan larutan ekstrak siwak (Salvadora persica) 25%2. Variabel terikatVariable terikat dalam penelitian ini adalah pH saliva3. Variabel perancuVariabel perancu yang mungkin timbul dalam penelitian ini adalah interval waktu berkumur dengan larutan ekstrak siwak. Variabel perancu ini dikendalikan dengan mengawasi subyek saat berkumur dan memastikan subyek berkumur tepat selama 2 menit

6. Perbedaan aktivitas proliferasi sel mukosa nasofaring pada pemberian divine kreteka. Latar Belakang MasalahKarsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan epitel kepala leher yang paling sering didapatkan, dan biasanya berkembang disekitar ostium tuba Eustachii yang berada di dinding lateral nasofaring.WHO menggolongkan KNF menjadi tiga kriteria berdasarkan diferensiasi sel, yaitu tipe 1 (Keratinizing Skuamous Cell) Carcinoma, tipe 2 (Non Keratinizing carcinoma), dan tipe 3 (Undiferentiated Carcinoma).Nanobiologi adalah metode yang potensial yang dapat digunakan untuk pengobatan kanker. Salah satu contoh produk yang berprinsip pada konsep nanobiologi di Indonesia adalah divine kretek. Divine kretek mengandung partikel berukuran nano yang memiliki densitas elektron tinggi, sehingga dapat mendonasikan elektron. Elektron-elektron ini diharapkan mampu mendorong perbaikan sel sakit, dan mendorong sel sehat untuk mengoptimalkan diri.b. Rumusan MasalahApakah terdapat perbedaan aktivitas proliferasi sel mukosa nasofaring mencit C3H yang diinduksi formaldehyde antara yang diberi divine kretek dibandingkan dengan yang diberi kretek biasa ?c. Kerangka Konsep

Aktivitas proliferasi selDivine kretek pada karsinoma nasofaring mencit C3H

d. Design PenelitianPenelitian Eksperimental dengan post test only control group designe. Sampel Penelitian1. Kriteria Inklusi : Mencit jantan Strain C3H Umur + 3 bulan BB + 20 gram Tidak ada abnormalitas anatomis2. Kriteria Ekslusi Mencit tampak sakit (gerakan tidak aktif) Mencit mati selama perlakuan berlangsung (drop out)

f. Variabel Penelitian1. Variabel bebas (Independent) : Pengapasan divine kretek, pengapasan kretek biasa2. Variabel tergantung (Dependent) : Aktivitas proliferasi sel

7. Efek pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L.) pada laju endap darah (LED) model hewan coba tikus wistar jantan yang dipapar Candida albicans secara intrakutana. Latar Belakang MasalahKrisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah membawa banyak masalah bagi bangsa Indonesia. Dalam bidang kesehatan masalah yang sering muncul adalah meningkatnya penyakit-penyakit yang disebabkan karena infeksi. Penyakit infeksi yang banyak dijumpai di rongga mulut adalah kandidiasis. Peningkatan kasus dari penyakit ini juga semakin diperparah dengan kenaikan harga obat yang semakin tinggi, sehingga banyak penyakit kandidiasis ini berubah menjadi lebih ganas.Melalui nilai LED dapat digunakan sebagai indikasi inflamasi atau terjadinya suatu penyakit dan juga dpaat digunakan untuk mendiagnosis beberapa penyakit dengan spektrum luas karena sifatnya sederhana dan murah (Isbister,1999).b. Rumusan MasalahBagaimana efek pemberian ekstrak daun sirih pada nilai laju endap darah model hewan coba tikus wistar jantan yang dipapar Candida Albicans secara intrakutan ?c. Kerangka Konsep

d. Design PenelitianPenelitian eksperimental laboratorik dengan the post test only control group design

e. Populasi dan Sampel1. Populasi penelitian ini adalah tikus wistar galur murni dengan jenis kelamin jantan2. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah tikus putih dengan persyaratan sebagai berikut : Tikus wistar jantan Berat 100-200 gram Usia 2-3 bulan Tikus dalam keadaan sehat

f. Variabel Penelitian1. Variabel Bebas Candida Albicans Ekstrak daun sirih2. Variabel Terikat Nilai laju endap darah

8. Pengaruh Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Apoptosis Sel Kanker hepar pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi 7,12-Dimetilbenz()antrasen (DMBA)a. Latar Belakang MasalahSel kanker adalah sel yang tumbuh secara tidak teratur, abnormal, tumbuh tidak terkontrol, dan dapat bermetastasis dari tempatnya tumbuh ke jaringan di dekatnya dan membentuk massa pada daerah baru didalam tubuh (Rochestry Sofyan, 2000). Kanker hati adalah tumor ganas yang menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi organ hati. Kedelai mengandung isoflavon yang diyakini dapat digunakan dalam pengobatan kanker. Mekanisme yang banyak diketahui sebagai anti kanker dari isoflavon adalah aktivitas anti estrogen, menghambat aktivitas enzim penyebab kanker, aktivitas anti oksidan dan meningkatkan fungsi kekebalan sel (Koswara, 2006).b. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh sari kedelai (Glycine max L.) terhadap apoptosis sel kanker hepar pada tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi DMBA ?2. Bagaimana pengaruh perbedaan pemberian dosis sari kedelai (Glycine max L.) 5mg/hari, 10 mg/hari, 20mg/hari terhadap apoptosis sel kanker hepar pada tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi DMBA ?

c. Kerangka Konsep

Sel normalDMBAOksidasi SelUltimate carcinogenKerusakan DNAKarsinogenesisApoptosis sel kanker Detoksifikasi Gluthation S-Transferase Kedelai

d. Design PenelitianPenelitian eksperimental laboratoris dengan Post Test Only Control Group Design

e. Sampel PenelitianSebanyak 25 sampel dikelompokkan dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak lengkap) (Notoatmodjo, 2002) menjadi 5 kelompok, yaitu :1. Kontrol negatif (pur dan aquadest)2. Kontrol positif (DMBA)3. P1 (sari kedelai dosis 5 mg/hari)4. P2 (sari kedelai dosis 10 mg/hari)5. P3 (sari kedelai dosis 20 mg/hari)

f. Variabel Penelitian1. Variabel Bebas : DMBA dengan dosis tunggal yaitu 4,2 mg Sari kedelai dengan dosis masing-masing 5 mg/hari, 10 mg/hari, 20mg/hari untuk kelompok perlakuan 1, 2, dan 32. Variabel Terikat :Variabel terikat adalah gambaran apoptosis sel kanker hepar tikus.3. Variabel Terkendali Umur hewan coba Berat badan hewan coba Waktu dan lama perlakuan Pemeliharaan dan perlakuan hewan coba Ketepatan dosis DMBA dan sari kedelai

9. Pengaruh Lama Waktu Kematian Terhadap Kemampuan Pergerakan silia Trakea Hewan Coba Post Mortem yang Diperiksa pada suhu kamar dan suhu Dingina. Latar Belakang Masalahperubahan morfologi sel mati dapat dipergunakan sebagai alternatif utnuk memperkirakan lama waktu kematian. Hewan coba kambing digunakan karena memiliki morfologi yang besar. Trakea dijadikan untuk organ yang diteliti karena terdapat epitel pseudokompleks dengan silia dan sel goblet sehinggan perubahan-perubahan pergerakan silia dapat diamati post mortem. Peneliti ingin mengetahui kemampuan bertahan sel untuk hidup pada suhu yang berbeda.b. Rumusan MasalahApakah terdapat pengaruh lama waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia trakea hewan coba post mortem yang diperiksa pada suhu kamar dan suhu dingin?c. Kerangka Konsep

Lama waktu kematianSuhu kamarSuhu dinginKematian somatikBerhentinya gerakan silia trakea

d. Design PenelitianPenelitian Eksperimental yang menggunakan time series design dengan interval waktu yang ditentukan.

e. Populasi dan Sampel1. Populasi TargetHewan coba yang digunakan adalah kambing yang berumur 1 tahun, sehat, dan tidak memiliki penyakit. Organ yang diteliti adalah trakea hewan coba post mortem.

2. Populasi TerjangkauMerupakan hewan coba yang baru saja disembelih pada tempat pemotongan hewan dikota Semarang.

3. Sampela. Kriteria Inklusi Hewan coba sehat Tidak kelainan anatomik yang tampakb. Kriteria Eksklusi Terdapat cacat morfologi pada trakea hewan coba yang diperiksa Silia tidak mempunyai kemampuan untuk bergerak

f. Variabel Penelitian1. Variabel bebas : suhu kamar, suhu dingin, dan lama waktu kematian2. Variabel Terikat : Berhentinya gerakan silia trakea post mortem3. Variabel Perancu : waktu pengambilan sampel, kelembapan, cara pengambilan sampel, cara membawa sampel, isolated organ, umur, dan berat badan sampel.

10. Pengaruh Polyphenol Terhadap Penurunan Risiko Penyakit Jantung Koronera. Latar Belakang MasalahSenyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional. Polifenol merupakan senyawa kimia yang terkandung di dalam tumbuhan dan bersifat antioksidan kuat.Studi epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi polyphenol lebih tinggi dari buah-buahan dan sayur berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung.b. Rumusan MasalahApakah ada pengaruh polyphenol terhadap penurunan risiko penyakit jantung koroner ?

c. Kerangka Konsep

AterosklerosisPolyphenolPenyakit Jantung KoronerRokokBerat Badan (Obesitas)Kadar Gula darah (DM)Tekanan Darah (hipertensi)

d. Design PenelitianPenelitian Eksperimental

e. Populasi dan Sampel1. Populasi : Populasi Target : Penderita PJK yang memeriksakan dirinya ke Rumah Sakit Populasi Terjangkau : Penderita PJK yang memeriksakan dirinya ke Rumah Sakit dan bersedia mengikuti penelitian

2. Sampel :a. Kriteria Inklusi Penderita PJK yang memeriksakan diri ke RS Penderita bersedia mengikuti penelitian Penderita berjenis kelamin laki-laki Umur penderita 40-60 tahunb. Kriteria Eksklusi Penderita tidak bersedia mengikuti penelitian Penderita merokok Penderita menderita DM, Hipertensi Penderita obesitas

f. Variabel Penelitiana. Variabel Bebas : polyphenolb. Variabel antara : Aterosklerosis

11. Uji Toksisitas Akut Penentuan Ld50 Ekstrak Valerian (Valeriana Officinalis) Terhadap Mencit Balb/Ca. Latar Belakang Masalah Uji toksisitas akut merupakan uji pra klinik yang bertujuan mengukur derajat efek toksik suatu senyawa dalam waktu tertentu setelah pemberian dosis tunggal. Tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal pada uji toksisitas akut adalah LD50. Valerian adalah tanaman obat yang memiliki sifat sedatif pada susunan saraf pusat. Tanaman obat harus melalui berbagai proses uji untuk keamanan konsumsinya, salah satunya uji toksisitas akut. Oleh karena itu, penentuan LD50 penting untuk menilai potensi ketoksikan akut ekstrak valerian.b. Rumusan MasalahApakah ekstrak valerian (Valeriana officinalis) yang diuji pada mencit Balb/C termasuk dalam kriteria Praktis Tidak Toksik berdasarkan kriteria Loomis?

c. Kerangka Konsepd. Design PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan post test only control group design.

e. Sampel Penelitian PopulasiPopulasi penelitian ini adalah mencit strain Balb/c jantan umur 2 3 bulan dengan berat badan lebih kurang 25 - 35 gram, yang diperoleh dari Unit Pemeliharaan Hewan Percobaan (UPHP) Yogyakarta.

Sampel Penentuan besar sampel menurut ketentuan WHO, yakni dengan jumlah sampel minimal 5 untuk setiap kelompok. Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit Balb/c yang dibagi menjadi 5 kelompok dengan randomisasi sederhana, yaitu 4 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol negatif, sehingga dalam satu kelompok terdiri dari 6 ekor mencit Balb/c.

f. Variabel Penelitian Variabel bebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak akar Valeriana officinalis (skala ratio) per oral. Variabel tergantungVariabel tergantung pada penelitian ini adalah jumlah hewan coba uang mati.

12. Pengaruh Pemberian Polifenol Teh Hijau Terhadap Sekresi Nitrit Oksida (No) Sel Fagosita. Latar Belakang Polifenol merupakan bahan aktif yang terdapat dalam teh hijau. Epigallocatechingallate (EGCg) adalah salah satu komponen polifenol yang sangat potensial dalam menstimulasi produksi interleukin-1 alpha (IL-1), interleukin-1 beta (IL-1), Tumor Necrosis Factor alpha (TNF- ), EGCg juga dapat membantu proses fagositosis, meningkatkan ketahanan limfosit, proliferasi limfosit, sekresi IL-12 makrofag, dan meningkatkan IFN-. Peningkatan IFN- akan menstimulasi sel fagosit (makrofag dan neutrofil) untuk mensekresi Nitric Oxide (NO) yang berperan dalam sistem imun tubuh.

b. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah pemberian polifenol teh hijau dapat mempengaruhi sekresi NO oleh fagosit.

c. Kerangka Konsep

d. Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperimental dengan rancangan Pre and Post Test Design

e. Populasi dan Sampel PopulasiIndividu sehat yang memberikan informed consent (pernyataan setuju untuk ikut serta dalam penelitian). Sampela. Jumlah sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang.b. Cara pengambilan sampel Kriteria inklusi: Pemeriksaan USG hepar dan ginjal normal Pemeriksaan SGPT normal Pemeriksaan ureum dan kreatinin normal Kriteria eksklusi: Mengundurkan diri Tidak mengkonsumsi kapsul polifenol teh hijau secara teratur Sakit dalam masa penelitian.

f. Variabel Penelitian Variabel bebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian kapsul polifenol the hijau 350 mg 2 kali sehari selama 4 minggu. Variabel tergantungVariabel tergantung dalam penelitian ini adalah sekresi NO oleh fagosit.

13. Pengaruh Formula Rehidrasi Oral Berbasis Beras Terhadap Lama Sakit Anak Diare Akut Dehidrasi Tidak Berata. Latar Belakang Diare masih menjadi masalah kesehatan dunia dan Indonesia yang merupakan satu dari tujuh penyebab kematian balita di dunia. Kematian pada kejadian diare sebagian besar disebabkan oleh dehidrasi yang tidak teratasi dengan baik. Formula rehidrasi oral berbasis beras merupakan formula yang baik untuk mengatasi diare akut pada anak karena mampu membantu mengatasi kondisi dehidrasi dan buang air besar yang sering. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002 menyebutkan bahwa di Indonesia 55% kejadian diare terjadi pada balita dengan kisaran 2,5 balita per 1000 balita.

b. Rumusan MasalahBagaimana pengaruh formula rehidrasi oral berbasis beras (FROBB/oralit beras) terhadap lama sakit anak diare akut dehidrasi tidak berat di Bangsal Kesehatan Anak RSUP Dr Kariadi Semarang?.

c. Kerangka Konsep

d. Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan post test only control group design. Penelitian ini mengamati pengaruh pemberian formula rehidrasi oral berbasis beras/oralit beras terhadap lama sakit pada anak usia 6-24 bulan yang mengalami diare akut dehidrasi tidak berat.

e. Populasi dan Sampel Populasi Populasi Target Populasi target pada penelitian ini adalah anak usia 6-24 bulan yang mengalami diare akut dengan dehidrasi tidak berat. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak usia 6-24 bulan yang mengalami diare akut dengan dehidrasi tidak berat di RSUP Dr Kariadi pada tanggal 21 Mei-7 Juli 2012. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian. Kriteria penelitian adalah sebagai berikut: a. Kriteria inklusia. Anak dengan usia 6-24 bulan (baduta). Baduta mengalami diare akut dengan dehidrasi tidak berat yang dirawat di Bangsal Anak RSUP Dr Kariadi. b. Baduta tidak mengalami gizi buruk. c. Baduta tidak memiliki kelainan bawaan/didapat. d. Baduta tidak memiliki penyakit penyerta/penyakit gastroenterologi sebelumnya. e. Baduta tidak mengalami diare berdarah. f. Bersedia menjadi subjek penelitian.

b. Kriteria eksklusi a. Pasien/keluarga pasien menolak/tidak kooperatif di tengah penelitian. b. Terjadi komplikasi pada pasien ketika menjalani perawatan di bangsal. c. Baduta mengalami diare akut dengan dehidrasi berat atau diare kronik atau diare persisten. d. Keluarga pasien meminta pulang paksa. e. Baduta meninggal dunia.

f. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah anak diare akut dehidrasi tidak berat dengan pelakuan: pemberian formula rehidrasi oral berbasis beras/FROBB. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah frekuensi buang air besar, lama rawat, berat badan, konsistensi buang air besar. Variabel Perancu Variabel perancu pada penelitian ini adalah pemberian susu formula saat ini, pemberian ASI saat ini, riwayat ASI eksklusif, status gizi penderita, dan jumlah asupan FROBB/oralit beras

14. Efek Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Konsumsi Energi Dan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Kelebihan Berat Badan (Studi Kasus Di Sekolah Menengah Pertama Dominico Savio Semarang)a. Latar Belakang Kelebihan berat badan pada remaja dapat menetap hingga dewasa dan berpotensi mengakibatkan berbagai penyakit. Pendidikan tentang gizi dan pengaturan pola makan, merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi kelebihan berat badan pada remaja. Berdasarkan perkiraan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI, dari 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, 17,5% diantaranya mengalami overweight dan 4,7% mengalami obesitasb. Rumusan MasalahApakah pendidikan gizi secara kelompok dan individu memberikan efek terhadap perubahan persentil IMT dan Tingkat Kecukupan Energi pada remaja dengan kelebihan berat badan

c. Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian pada lingkup gizi masyarakat. Desain penelitian ini adalah eksperimen dengan non randomized pre-post test group design. Subjek dalam penelitian ini terbagi menjadi dua grup yaitu: remaja yang menerima pendidikan gizi secara kelompok dan individu.

d. Populasi dan SampelPopulasi penelitian adalah remaja kelas II yang mengalami kelebihan berat badan di SMP Domenico Savio Semarang. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu :1. Remaja kelas II yang berusia 12 -14 tahun2. Indek massa tubuh persentil > 853. Bersedia ikut dalam penelitian

e. Variabel Penelitian1. Variabel Bebas : Pendidikan Gizi.2. Variabel Tergantung : Persentil IMT3. Variabel Pengganggu : Aktifitas fisik, lingkungan dan Pendidikan Orang tua

15. Uji Sensitivitas Perasan Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus L) Terhadap Pertumbuhan Escherichia Colia. Latar Belakang Escherichia coli merupakan flora normal di dalam intestin. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi saluran kencing yang merupakan infeksi terbanyak (80%), gastroenteritis dan meningitis pada bayi, peritonitis, infeksi luka, kolesistitis, syok bakterimia karena masuknya organisme ke dalam darah dari uretra, kateterisasi atau sitoskopi atau dari daerah sepsis pada abdomen atau pelvis. Air perasan daun ceremai pada konsentrasi 100% bersifat bakterisida sedangkan pada konsentrasi 80%, dan 60%, bersifat bakteriostatik dan pada konsentrasi 40% dan 20% resisten terhadap Escherichia coli.b. Rumusan MasalahApakah pengaruh perasan daun ceremai (Phyllanthus acidus (L) dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli secara invitro.

c. Kerangka Konsep

Perasan daun ceremai (Phyllanthus acidus L) Konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40%, 20%SensitivitasEscherichia coli.

d. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu dengan melakukan percobaan terhadap konsentrasi air perasan daun ceremai (Phyllanthus acidus (L) terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara invitro (Pratiknya, 2003).

e. Populasi dan Sampel PopulasiPopulasi pada penelitian ini digunakan daun ceremai yang masih muda. SampelSampel penelitian ini adalah air perasan daun ceremai (Phyllantus acidus (L) yang masih muda lebih kurang 300 gram dengan konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40%, 20% dan stamp Escherichia coli.f. Variabel Penelitiana. Variabel bebas/ pengaruh : perasan daun ceremai (Phyllanthus acidus L) konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40% dan 20% sebagai zat bakteriostatik. b. Variabel tidak bebas/ terpengaruh : sensitivitas bakteri Escherichia coli.

16. Efek Bawang Putih (Allium Sativum) Dan Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) Terhadap Jumlah Limfosit Pada Tikus Yang Diberi Suplemen Kuning Telura. Latar Belakang Hiperkolesterolemi dan hipertrigliserid adalah keadaan kadar kolesterol dan trigliserid darah berlebihan; sehingga berpotensi menyebabkan penyakit kardiovaskuler seperti stroke, jantung koroner dan hipertensi. Data terakhir menyebutkan, hingga tahun 2010 penyakit kardiovaskuler masih akan menduduki peringkat teratas penyebab kematian. Di Indonesia sebagai negara berkembang angka prevalensi penyakit ini juga terus meningkat dan merupakan penyebab kematian tersering.Penelitian telah membuktikan bahwa pemberian kuning telur dapat meningkatkan kadar kolesterol total darah secara signifikan. Hasil penelitian tersebut mendukung pernyataan bahwa kuning telur merupakan salah satu sumber kolesterol yang tinggi; satu kuning telur mengandung 220-250 mg kolesterol. Kuning telur juga mengandung lemak jenuh yang sangat signifikan dapat meningkatkan kolesterol darah.Cabe Jawa (Piper retrofractum), merupakan salah satu tanaman obat potensial, yang banyak dibudidayakan di lahan kering. Bagian yang bermanfaat adalah buahnya yang mengandung minyak atsiri (terpenoid sebagai antioksidan), piperina, piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, Nisobutyl decatrans-2 trans-4 dienamida, sesamin, eikosadienamida, eikopsatrienamida, guinensina, oktadekadienamida, protein, karbohidrat, gliserida, tannin, kariofelina. Piperine mempunyai daya antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf pusat.Bawang putih mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan baik yang bersifat preventif, curative, rehabilitatif antara lain : Pencegahan penyakit pembuluh darah. Penelitian-penelitian yang di lakukan oleh ahli-ahli endokrinologi di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, menyimpulkan bahwa komponen aktif dari bawang putih dapat menghambat pertumbuhan dan multiplikasi sel pelapis dalam pembuluh darah yang rusak oleh oksidasi, sehingga penyempitan pembuluh darah dapat di cegah, Menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Bahan aktif Allicin dalam bawang putih cukup berperanan dalam menurunkan LDL kolesterol dan meningkatkan HDL kolesterol. Hal ini disebabkan karena bahan aktif tersebut bekerja dalam mengontrol kerja enzim HMG Co A reductase, sehingga sintesa kolesterol di dalam liver terkontrol dengan baik, juga berperan sebagai antioksidan yang ampuh.

b. Rumusan MasalahApakah bawang putih dan cabe jawa dapat berpengaruh terhadap jumlah limfosit pada tikus wistar setelah diberi diet kuning telur?c. Kerangka Konsep

Diet KuningTelurBawangPutihCabeJawaJumlahLimfosit

d. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental

e. Populasi dan SampelPenentuan besar sampel berdasarkan WHO, dimana besar sampel tiap kelompok minimal 5 ekor. Dalam penelitian ini populasi sampel yang digunakan berjumlah 25 ekortikus, sehingga tiap kelompok berjumlah 5 ekor. Tikus yang dipakai adalah tikus strain Wistar, yang berusia 8 minggu dengan berat badan 150-200 gram.

f. Variabel Penelitiana) Variabel BebasPada penelitian ini yang ditetapkan sebagai variabel bebas adalah pemberian minyakatsiri dari bawang putih dan cabe jawa.b) Variabel TergantungSebagai variabel tergantung dalam penelitian ini adalah jumlah limfosit tikus wistar.Skala kedua variabel tersebut adalah rasio.

17. Pengaruh Kopi Terhadap Kadar Asam Urat Darah Studi Eksperimen Pada Tikus Rattus Norwegicus Galur Wistara. . Latar Belakang Kopi merupakan salah satu alternatif minuman pilihan yang sangat digemari masyarakat Indonesia maupun negara lain selain teh. Kegemaran mengkonsumsi kopi sudah dilakukan turun temurun sejak jaman nenek moyang, bahkan dalam setiap jamuan makan baik acaraformal maupun non formal, sajian kopi hampir tidak pernah dilupakan. Kondisi ini sama dengan di luar negeri, di Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai kopi, sehingga istilah coffe break sampai saat ini masih digunakan dan menjadi ikon untuk menyatakan waktu istirahat dan jam makan telah siap. Sebagian orang mengkonsumsi kopi sebagai salah satu minuman kegemaran, sedang sebagian orang tidak menyukai minum kopi karena khawatir efek kopi terhadap kesehatan.Menurut masyarakat awam, kopi mampu menghilangkan rasa lelah dan terhindar dari rasa mengantuk, sedang menurut hasil penelitian ilmiah, kopi mampu menurunkan risiko diabetes mellitus,penyakit kardiovaskuler, kankerserta mampu menurunkan kadar asam urat darah.Hal tersebut karena kandungan polyphenol yaitu chlorogenic acid di dalam kopinamun tetap perlu diperhatikan berapa cangkir kopi perhari yang diminum agar aman dan memberi efek baik bagi tubuhKopi merupakan salah satu jenis polong-polongan dengankandungan senyawa kompleks diantaranya kafein15-17dan chlorogenicacid.Kafein termasuk alkaloid (C8H10O2N4.H20) dengan rumus kimia 1,3,7-trimethylxantine. Kafein bersifat diuretik,sedangkan chlorogenic acid merupakan senyawa polyphenol yang bekerja sebagai antioksidan kuat di dalam kopi. Dalam 1 cangkir kopi robusta dengan 10 g bubuk kopi mengandung sekitar 100 mg kafein dan 200 mg chlorogenic acid., Efek kafein dalam menghambat reseptor adenosin menyebabkan timbulnya beberapa efek kurang baik bagi tubuh.Salah satu efek kopi yang masih menjadi bahan kontroversi adalah efek terhadap peningkatan atau penurunan kadar asam urat. Di satu sisi, berdasar teori bahwa kopi dengan kandungan kafein akan meningkatkan pembentukan asam urat. Kafein (1,3,7 trimethylxanthin) akan mengalami degradasi menjadi 1,3 dimethylxanthin; 3,7 dimethylxanthin; 1,7 dimethylxanthin yang kemudian membentuk methylxanthin. Xanthin dengan bantuan enzim xanthin oxidase akan membentuk asam urat.Di sisi lain, menurut beberapa hasil penelitian senyawa polyphenol yang terkandung di dalam kopi diantaranya chlorogenic acidmampu menghambat aktivitas enzim xanthin oxidase sehingga menurunkan kadar asam urat.Hal ini sesuai dengan hasil studi di Jepang dimana peminum 3-5 cangkir kopi perhari mempunyai kadar asam urat rendah.Selain itu hasil penelitian Yanagimoto menunjukkan kandungan antioksidan kopi diantaranya chlorogenic acid mampu menghambat kerusakan oksidatif. Pada studi yang dilakukan secara in vivo dan in vitro, hasil penelitian Daglia M membuktikan aktivitas antiradical spesifik dari kopi mampu menurunkan kadar asam urat,demikian pula hasil penelitian yang dilakukan Choi HK.Hasil studi Hyon K menyimpulkan bahwa total asupan kafein, termasuk kopi tidak berhubungan dengan risiko kenaikan kadar asam urat. Kondisi dimana terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah disebut hiperurikemia, dimana nilai normal asam urat adalah 2,1-8,4mg/dL. Asam urat disintesis dalam tubuh manusia. Asupanmakanan tinggi purin mampu meningkatkan kadar asam urat. Adanya manfaat dari konsumsi kopi terhadap penurunan kadar asam urat akan menguntungkan peminum kopi karena itu hal ini perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian tentang pengaruh kopi terhadap kadar asam urat belumpernah dilakukan di Indonesia baik pada hewan coba maupun pada manusia, oleh karena itu penelitian ini diawali dengan menggunakan hewan coba. Pemilihan hewan coba adalah tikus galur Wistar karena tahan terhadap perlakuan pada penelitian. Bahan kopi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kopi jenis robusta karena menurut penelitian sebelumnya, kandungan senyawa polyphenolnya lebih tinggi dibandingkan kopi arabika atau tanaman lain

b. Rumusan MasalahApakah pemberian berbagai dosis kopi akan menurunkan kadar asam urat serum darah hewan coba Rattus Norwegicus Galur Wistar yang telah dibuat hiperurikemia?

c. Kerangka Konsep

KopiKadar AsamUrat

d. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental

e. Populasi dan Sampel PopulasiPopulasi hewan percobaan adalah tikus jantan (Rattu Norwegicus Galur Wistar) yang berasal dari Layanan Penelitian Pra Klinik dan Pengembangan Hewan Percobaan Laboratorium MIPA Biologi UNNES. SampelBesar sampel tiap kelompo perlakuan minimal 5 ekor (sesua ibesar sampel tiap kelompok menurut WHO tahun 1975 minimal adalah 5 ekor).57,58 Bilabesar drop-out diiperkirakan sebesar 10% (d.o=0,1), maka besar sampel minimal adalah: ndo= 5/ (1-do)2 = 5/(1-0,1)2=5/0,81=6,26 .Penelitian ini dilakukan pada 4 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor sehingga jumlah sampel total adalah 24 ekor. Pembagian tikus dilakukan secara random sederhana menjadi 4 kelompok penelitian, dengan cara member nomor pada ekor tikus kemudianpengambilan nomor melalui lotere.

f. Variabel Penelitian Variabel bebas : Kopi dengan bebagai dosis Variabel tergantung : kadar asamurat serum darah tikuswistar Variabel perancu : usia, jenis kelamin (telah dikendalikan).

18. Pengaruh Ekstrak Herba Anting-Anting (Acalypha Australis L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Model Diabetes Mellitus Induksi Streptozotocina. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, defek kinerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005), juga dapat disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, pembuluh darah (Arif dkk., 2001). Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.Penggunaan obat alami dalam masyarakat mulai berkembang pada dekade terakhir karena efek samping yang hampir tidak ada ada jika penggunaannya secara benar, hal ini mengingat tanaman obat bersifat kompleks dan organis yang cocok untuk tubuh yang bersifat kompleks dan organis, sehingga tanaman obat dapat disetarakan dengan makanan, suatu bahan yang dikonsumsi dengan maksud merekonstruksi organ atau sistem yang rusak.Penelitian mengenai khasiat ekstrak anting-anting masih jarang dilakukan, tetapi karena peneliti melihat potensi zat-zat yang dikandung anting-anting dapat digunakan untuk mengontrol DM dan dipercaya memiliki sedikit efek samping dan lebih murah jika dibandingkan dengan obat kimiawi, walaupun masih ada beberapa kandungan zat aktifnya yang belum diketahui. (Haklaim et al, 2007) Anting-anting merupakan tumbuhan liar yang banyak terdapat di negara tropis. Di Indonesia, tanaman ini dapat ditemukan dengan mudah di tepi jalan, kebun, sungai ataupun pekarangan rumah. (Ketut, 2008)Anting-anting memiliki berbagai kandungan bahan aktif, seperti acalyphamide, aurantiamide, acalyphine, beta-sitosterol-beta-d-glucoside,calcium oxalate, gamma-sitosterol-acetate, HCN, quebrachitol, succinimid, tannin,dantriacetonamine. Zat-zat kimia yang terdapat pada anting-anting ini memiliki berbagai efek farmakologi, diantaranya efek antidiabetik, efek hipoglikemik, efek antioksidan (Duke, 2009). Namun kandungannya sebagai terapi diabetes Mellitus belum banyak diketahui dan dimanfaatkan. Dari data tersebut peneliti ingin lebih dalam meneliti hubungan pemberian ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih model DM induksi Streptozotocin.

b. Rumusan MasalahAdakah hubungan pemberian ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi Streptozotocin?c. hipoglikemikantioksidanAnting-antingSensitivitas insulin Nekrosis sel pankreasStress oksidatifhiperglikemikAntidiabetikKerangka Konsep

Keterangan:: memacu: menghambat

d. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental

e. Populasi dan SampelTikus putih (Rattusnorvegicus) jantan, strainWistar, sehat dan mempunyai aktivitas normal, tidak kawin, berumur kira-kira 4-6 minggu dengan berat kira-kira 200 gram.

f. Variabel Penelitian Variabel bebas: ekstrak herba Anting-anting(Acalypha australis L.)Skala variabel: nominal Variabel terikat: Kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus)jantan galur WistarSkala variabel: Rasio Variabel luara. Dapat dikendalikan : makanan, minuman, faktor genetik, jeniskelamin,umur, berat badan.b. Tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis (stres), hormonal, penyakit hatidan pancreas, kualitas ekstrak anting-anting.

19. Pengaruh Ekstrak Mengkudu Terhadap Kadar Mda Darahdan Aktivitas Katalase Tikus Dm Yang Diinduksi Aloksana. Rumusan MasalahBagaimana pengaruh pemberian ekstrak mengkudu terhadap kadar MDA darah dan aktivitas katalase tikus yang diinduksi aloksan ?

b. Kerangka Konsep

SampelInduksiAloksanEkstrakMenggkuduKadar MDA DarahInduksiAloksan

c. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental

d. Populasi dan SampelSampel dari penelitian inia dalah tikus putih sebanyak 12 ekor yang dipilih secara acak yang terdiri dari tikus jantan dan betinadengan berat badan berkisar 200-250 gram.

e. Variabel PenelitianVariabel bebas:Pemberian ekstrak mengkuduVariabel Tergantung:Kadar MDA darahAktivitas katalase

20. Pengaruh Pemberian Ekstrak Herbal (Daun Salam, Jintan Hitam Dan Daun Seledri) Terhadap Kadar Il-6 Plasma Penderita Hiperurisemiaa. Latar Belakang Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat darah diatas normal lebih dari 7 mg/dl (>420 mol/L). 1,2,3,4,5,6 Hiperurisemia dapat disebabkan karena peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan ekskresi asam urat urin (underexcretion), atau kombinasi keduanPrevalensi hiperurisemia di masyarakat diperkirakan antara 2,3 sampai 17,6% dimana ditemukan pada laki-laki 24,5% dan perempuan 23,9%.7 Pada pasien rawat jalan berkisar antara 2,0-13,2% dan bahkan lebih tinggi pada pasien rawat inap.2Hiperurisemia merupakan faktor risiko timbulnya artritis gout, nefropati gout atau batu ginjal.Asam urat plasma merupakan agen inflamasi. Asam urat menstimulasi pembentukan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) pada otot polos vaskular tikus melalui aktivasi p38 MAP kinase dan the nuclear transcription factors, NF-B and AP-1. MCP-1 merupakan kemokin yang penting pada penyakit vaskular dan aterosklerosis. Asam urat juga memacu sel mononuklear manusia untuk memproduksi interleukin-1 (IL-1 ), interleukin-6 (IL-6), interleukin 8 ( IL-8) dan tumor necrosisfactor - (TNF-). TNF- dan IL-1 yang dilepaskan monosit darah perifer dapat mengaktifasi ekspresi E-selectin sel endotel vaskular, intercellular adhesion molecule 1 (ICAM-1), dan vascular cell adhesion molecule 1 (VCAM-1) yang akan memacu penarikan lekosit ke daerah deposit kristal monosodium urat dan melipatgandakan respon inflamasi.9,10 IL-6 yang dihasilkan makrofag akan memacu aktifasi sel-sel endothel vaskuler, akibatnya terjadi proses inflamasi pada endothel vaskuler. Bila hal ini terjadi terus-menerus maka dapat terjadi kerusakan endothel vaskuler yang akan dapat menyebabkan terjadinya trombus. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah jantung maka akan terjadi penyakit jantung koroner.Indonesia adalah negara dengan wilayah yang kaya akan sumber daya hayati yang berpotensi sebagai tanaman obat. Upaya-upaya untuk menggali, memanfaatkan dan mengembangkan potensi tanaman obat harus dikedepankan dan didukung oleh semua pihak. Pengembangan sediaan alami dengan indikasi penurun kadar asam urat darah merupakan salah satu contoh langkah tepat dalam pengembangan potensi tanaman obat saat ini. Berdasarkan pengalaman empirik di masyarakat, beberapa jenis tanaman obat dapat digunakan untuk menghilangkan, mengurangi gejala inflamasi, serta mampu menurunkan kadar asam urat dalam darah. Beberapa tanaman obat tersebut telah banyak digunakan dalam mengatasi kelebihan asam urat secara turun-temurun.Jang (2008) menemukan bahwa dalam seledri terdapat luteolin yang dapat menurunkan proses inflamasi yaitu dengan menurunnya kadar IL-6 pada pemberian luteolin.15Dari berbagai tanaman obat, ada tiga jenis tanaman yang telah diuji dengan hewan percobaan yaitu daun salam (Eugenia polyantha), herba seledri (Apium Graveolens), dan biji jinten hitam (Nigella sativa) melalui beberapa mekanisme. Tanaman-tanaman ini dapat menurunkan respon inflamasi terutama jinten hitam (Nigella sativa) yang telah terbukti dapat menurunkan kadar IL-6 pada respon inflamasi. Ketiga tanaman ini sangat banyak di Indonesia namun belum dilakukan uji klinik sebagai penurun asam urat pada manusia.12,13,14,15 Berdasarkan laporan penelitian preklinik dalam bentuk formula penurun asam urat yang terdiri dari daun salam ((E. polyantha), herba seledri (A. graveolens), dan biji jinten hitam (N. sativa) maka dilakukan uji klinik pada penderita hiperurisemia di rumah sakit Dr. Kariadi Semarang. Formula ini akan dibahas lebih rinci pada bab selanjutnya.

b. Rumusan MasalahApakah pemberian formula penurun asam urat dapat menurunkan kadar IL-6 serum penderita hiperurisemia?

c. Kerangka Konsep

Ekstrak HerbalHIPERURISEMIAKADAR IL-6 PLASMAPENDERITA

d. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental

e. Populasi dan Sampel Populasi target : seluruh penderita hiperurisemia yang berada di Kota Semarang dan sekitarnya. Populasi terjangkau : penderita hiperurisemia usia 18 tahun yang berobat jalan di poliklinik penyakit dalam dan geriatri atau menjalani rawat inap di bangsal penyakit dalam dan geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel penelitian : populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

f. Variabel Penelitiana. Variabel bebas, yaitu : variabel perlakuan ( pemberian formula penurun asam urat).b. Variabel terikat/terpengaruh, yaitu : kadar IL-6 darah.

21. Efek Anti Bakteri Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Lamk.) Terhadap Staphylococcus Aureus Secara In Vitroa. Latar BelakangPenyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri terbanyak sebagai penyebab infeksi. Pengobatan yang efektif terus dicari termasuk dalam penemuan senyawa antibakteri. Salah satunya yaitu daun jambu biji (Psidium guajava Lamk.) yang merupakan salah satu tanaman buah yang mempunyai kandungan tannin, eugenol, triterpenoid saponin, dan flavonoid quercetin yang dipercaya mempunyai aktifitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ilmiah ini yaitu untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun jambu biji terhadap bakteri S. aureus secara in vitro. Sampel bakteri diperoleh dari isolat klinis di Laboratorium Mikrobiologi FKUB. Konsentrasi ekstrak yang dipakai yaitu 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; dan 3%. Metode penelitian yang digunakan yaitu dilusi tabung. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis parametrik one way ANOVA dengan =0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara perubahan konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S. aureus. Uji korelasi menunjukkan hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S. aureus yaitu semakin tinggi dosis ekstrak semakin kecil jumlah pertumbuhan bakteri. Kadar Hambat Minimum (KHM) tidak ditemukan karena ekstrak yang keruh sedangkan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) yaitu 3%. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu daun jambu biji mempunyai aktifitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus secara in vitro.

b. Rumusan MasalahApakah ada hubungan efek anti bacteri ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Lamk.) terhadap Staphylococcus aureus secara in Vitro

c. Desain PenelitianDesain penelitian yang digunakan adalah true experimental design post test control only dengan pengulangan yang sesuai dengan rumus pengulangan.

d. Keraangka Konsep

e. Populasi dan SampelSampel bakteri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu isolat bakteri S. aureus yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang berasal dari gangren. Jumlah pengulangan adalah empat kalif. Variabel Penelitian Variabel bebas : ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Lamk.) Variabel terikat : Staphylococcus aureus

22. Pengaruh Pemberian Seduhan Kelopak Kering Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) Terhadap Kadar Kolesterol Total Serum Tikus Sprague-Dawley Hiperkolesterolemika. Latar Belakang Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) mengandung beberapa bahan aktif yang diduga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Secara keseluruhan diduga efek hipokolesterolemik Hibiscus sabdariffa disebabkan oleh kandungan pektin, -sitosterol, dan anthosianin yang dimilikinya tetapi efek penurunan kolesterol total terutama dipengaruhi oleh pektin dan anthosianin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Hibiscus sabdariffa dengan dosis bertingkat terhadap kadar kolesterol total serum pada tikus Sprague-dawley hiperkolesterolemik.

b. Rumusan MasalahApakah terdapat hubungan pemberian seduhan kelopak kering bunga rosella terhadap kadar kolestrol total serum tikus sprague-dawley hiperkolestrolemik

c. Desain Penelitianpenelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain Pre and Post Randomized Controlled Group Design..

d. Populasi dan Sampel24 ekor tikusSprague-dawley jantan berusia 2 bulan

e. Variabel Penelitian Variabel bebas: bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) Variabel terikat: kadar kolestrol total serum tikus sprague-dawley hiperkolestrerolemik

23. Hubungan Derajat Histopatologis Hepar Mencit Balb/C Dengan Pemberian Arsenik Trioksida Dosis Bertingkat Perorala. Latar BelakangArsen merupakan logam berat yang telah digunakan bertahun-tahun dalam bidang pertanian, perindustrian, dan kedokteran. Juga digunakan sebagai racun untuk bunuh diri dan pembunuhan. Tanda tanda dari intoksikasi akut meliputi antara lain mual, muntah, diare sampai keluar darah, sakit pada bagian perut. Arsen trioksida, salah satu zat yang bersifat hepatotoksik, mengalami biotransformasi di hepar yang dapat menghasilkan metabolik toksik sehingga dapat melukai sel hepatosit yang ditand dengan adanya perubahan derajat histopatologis.

b. Rumusan MasalahApakah ada hubungan histologi hepar mencit balb/c dengan pemberian arsenik trioksidan dosis bertingkat peroral

c. Kerangka Konsep

d. Desain PenelitianPenelitian eksperimental dengan rancangan The Post Test Only Control Group Design

e. Populasi dan SampelSampel 24 ekor mencit jantan strain Balb/c

f. Variabel Penelitian Variabel bebas: hepar mencit balb/c Variabel terikat: arsenik trioksida dosis bertingkat peroral

24. Pengaruh Pemberian Tolak Angin Anak Cair Terhadap Indeks Fagositosis Makrofag Pada Mencit Swissa. Latar Belakang Makrofag yang merupakan sel mononuklear berperan utama sebagai fagosit dan antigen-presenting cell (APC) untuk inisiasi imun spesifik dapat dipacu dengan pemberian imunomodulator. Tolak Angin Anak Cair (TAAC) merupakan obat herbal terstandar pengembangan dari Tolak Angin Cair (TAC) yang diperuntukkan untuk anak dengan tambahan zat tanduk sebagai antipiretik. Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan dapat meningkatkan sel T perifer dan Interferon-gama (IFN-) yang merupakan aktifator makrofag. Studi ini dirancang untuk melihat pengaruh pemberian TAAC dengan dosis bertingkat terhadap indeks fagositosis makrofag pada mencit swiss..b. Rumusan MasalahApakah ada pengaruh pemberian tolak angin anak cair terhadap indeks fagositosis makrofag pada mencit swissc. Kerangka Konsep

d. Desain PenelitianPenelitian eksperimental laboratorium murni dengan desain Post Test Only Control Group Designe. Populasi dan Sampelsampel 10 ekor mencit swiss, tiap kelompok yang terdiri dari 5 mencit swiss jantan dan 5 mencit swiss betina

f. Variabel PenelitianVariabel bebas: tolak angin anak cairVariabel terikat: fagositosis makrofag pada mencit swiss

25. Pengaruh Pemberian Tablet Asam Amino Terhadap Kelelahan Otota. Latar BelakangAsam amino merupakan suplemen yang dewasa ini sering dikonsumsi sebelum latihan untuk meningkatkan performa dan menghambat terjadinya kelelahan otot. Komponen utamanya yang berupa BCAA yang dibentuk oleh asam amino leucine, isoleucine dan valin. Suplementasi BCAA sebelum latihan membantu mencegah katabolisme protein yang disebabkan menurunnya kadar glikogen di otot. Creatin yang merupakan kombinasi dari asam amino glysine dan argynine juga memiliki peran penting dalam sistem energi tubuh dan sintesis protein. Pemberian creatin sebelum latihan dapat menambah energi saat latihan dan mempercepat pemulihan antar set.Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa asam amino dapat meningkatkan performa latihan masih memerlukan penelitina lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh konsumsi tablet asam amino sebelum latihan terhadap kelelahan otot dengan parameter anaerob berupa anaerobic fatigue(AF) dan aerob berupa VO2Max.

b. Rumusan MasalahApakah ada hubungan pengaruh pemberian tablet asam amino erhadap terjadinya kelelahan otot baik yang terjadi pada fase anaerob maupun aerob.

c. Kerangka konsep

d. Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan parallel group post-test only vii design

e. Populasi dan Sampel Sampel: sampel penelitian adalah 48 orang yang akan dibagi menjadi 24 orang kelompok kontrol (tidak diberi tablet asam amino) dan 24 kelompok perlakuan (diberi tablet asam amino). Populasi: 48 orang mahasiswa FK Undip usia 19-21 tahun yang memiliki Indeks Mass Tubuh 17-24 dan tidak memiliki riwayat penyakit kardiorespirasi serta muskuloskeletal

f. Variabel Penelitian Variabel bebas: tablet asam amino (2,2 gram tablet asam amino murni). Variabel terikat: anerobic fatigue dan VO2 max. AF dihitung dengan rumus :A = ( PPtertinggi-PP terendah ) / PP tertinggi X 100%.