desain penelitian kuantitatif non-eksperimental

31
DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF NON EKSPERIMENTAL MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN Kelompok 4 Virnanda Adani 25010112110304 Nurul Fitria 25010112130305 Awanis Farisa S 25010112140306 Dhenok Citra P 25010112130307 Rohmah Kusuma P 25010112130308 Kelas E 2012 1

Upload: dhenok-citra-panyuluh

Post on 22-Jun-2015

8.678 views

Category:

Education


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF NON EKSPERIMENTAL

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

Kelompok 4

Virnanda Adani 25010112110304

Nurul Fitria 25010112130305

Awanis Farisa S 25010112140306

Dhenok Citra P 25010112130307

Rohmah Kusuma P 25010112130308

Kelas E 2012

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

1

Page 2: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sering kali seorang peneliti melakukan penelitian dengan membuktikan

hipotesis atau menguji kebenarannya. Peneliti juga mencari berbagai referensi yang

terbaru untuk mencari apakah yang telah diteliti dari topik yang sedang ia teliti,

sehingga penelitiannya dapat disebut penelitian ulangan. Peneliti kemudian

memperkaya pengetahuannya dengan mendalami teori yang telah ia pelajarai. Proses

penelitian semacam ini disebut penelitian kuantitatif. Penelitian yang sering dilakukan

di laboratorium merupakan jenis penelitian kuantitatif karena biasanya mereka sedang

menguji hipotesis tertentu.

Dalam proses penelitian, terdapat beberapa langkah sebelum akhirnya dilakukan

analisis data. Prosesnya meliputi menentukan suatu masalah atau problem, lalu

membuat suatu hipotesis. Setelah itu melakukan definisi dan kajian teori. Pada

langkah ini peneliti mempelajari literatur sebanyak-banyaknya. Setelah itu baru

mencari sampel kemudian menyusun instrumen juga mengumpulkan data. Setelah

barulah peneliti menginterpretasikan temuannya dan menarik kesimpulan.

Penelitian kuantitatif terdapat dua jenis, akan tetapi yang dibahas dalam paper

ini merupakan peneliitian kuantitatif non eksperimental. Akan dijelaskan apa saja

metode penelitian kuantitatif non eksperimental dan bagaimana aplikasinya dalam

suatu penelitian.

1.2. RumusanMasalah

1. Apa pengertian dari desain penelitian kuantitatif non eksperimental?

2. Apa saja metode dan penerapannya yang terdapat pada desain penelitian

kuantitatif non eksperimental?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui pengertian desain penelitian kuantitatif non eksperimental

dan macam-macam metodenya.

2

Page 3: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Desain Penelitian Kuantitatif Non Eksperimental

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melakukan

penelitian. Desain penelitian terbagi menjadi dua yaitu penelitian kuantitatif dan

penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif dilaksanakan dengan menerapkan control

yang ketat atas dasar teoritis, kerangka berpikir, instrument, teknik analisis, penarikan

kesimpulan, penyusunan rekomendasi, dan lain-lain. Investigator atau peneliti

menggunakan control untuk mengidentifikasi dan membatasi masalah (identification

and limit the problem) yang akan diteliti dan berusaha membatasi efek-efek ekstra

atau diluar variabel yang tidak dikaji. Penerapan berbagai manipulasi atau perlakuan,

misalnya melalui sebuah eksperimen, merupakan salah satu contoh untuk menentukan

ada atau tidaknya efek-efek ekstra tersebut.

Pada penelitian kuantitatif terdapat dua macam penelitian yaitu non-

eksperimental dan eksperimental. Desain non-eksperimen cenderung rendah dalam

validitas internal (kemampuan mejelaskan hubungan sebab akibat) tetapi lebih tinggi

pada validitas eksternal (kemampuan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian).

Sedangkan desain eksperimen cenderung tinggi dalam validitas internal (internal

validity) tetapi lebih rendah di validitas eksternal (external validity).

Desain penelitian kuantitatif non-eksperimental didasari oleh filsafat positivisme

yang menekankan pada fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif.

Desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan

statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian

kuantitatif yang bersifat non-eksperimental, yaitu (Nana Saodih, 2005):

a. Deskriptif

b. Survei

c. Perbandingan Kausal (Ex Post Facto)

d. Komparatif

e. Korelasional

f. Tindakan

3

Page 4: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

1.2. Macam-Macam Desain Penelitian Kuantitatif Non Eksperimental

a. Penelitian Deskriptif

Penelitan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau masa lampau.

Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-

variabel bebas, tetapi menggambarkan kondisi apa adanya (Nana Saodih, 2005).

Berikut ini adalah ciri-ciri dari penelitian dengan desain deskriptif (Ketut

Swarjana, 2012):

- Umumnya bersifat cross sectional

- Menggambarkan atau mendeskripsi suatu fenomena, kejadian, kondisi,

fakta, dan lain-lain

- Tidak membandingkan satu kelompok dengan kelompok lainnya

- Pertanyaan tepat untuk penelitian deskriptif adalah what, where, when, how

- Tidak memerlukan hippotesis, sehingga tidak perlu melakukan uji statistik

- Analisis data umumnya menggunakan descriptif statistik

- Studi tentang prevalence rate, proportion, rasio dan lain-lain. Berikut ini

adalah beberapa contoh penelitian descriptive cross sectional:

Prevalence rate penyakit tuberculosis di wilayah Puskesmas x

Proporsi penyakit diabetes mellitus di Kecamatan x

Rasio penyakit asma dan hipertensi di Kabupaten x

Rata-rata Hb ibu hamil di Kabupaten x

Tingkat pengetahuan ibu post partum tentang perawatan tali pusat

Penelitian deskriptif tidak hanya bisa mendiskripsikan suatu keadaan namun

juga dapat mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya.

Penelitian demikian disebut penelitian perkembangan (developmental studies).

Dalam penelitian perkembangan ada yang bersifat longitudinal (sepanjang

waktu) dan ada yang bersifat cross sectional (dalam potongan waktu) (Nana

Saodih, 2005).

1. Penelitian longitudinal

Penelitian longitudinal adalah penelitian yang meneliti perkembangan

sesuatu aspek atau suatu hal dalam seluruh periode waktu, atau tahapan

perkembangan yang cukup panjang.

Karakteristik Penelitian Longitudinal

4

Page 5: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

Karakteristik dan cakupan utama dari penelitian longitudinal adalah

sebagai berikut (Ruspini, 2000; Taylor et.al., 2000).

a. Data dikumpulkan untuk setiap variabel pada dua atau lebih periode

waktu tertentu.

b. Subjek atau kasus yang dianalisis sama, atau setidaknya dapat

diperbandingkan antara satu periode dengan periode berikutnya.

c. Analisis melibatkan perbandingan data yang sama dalam satu periode

dengan antar metode yang berbeda.

Jenis Penelitian Longitudinal

Terdapat tiga macam penelitian longitudinal, yaitu (Syukur Kholil,

2006):

a. Penelitian Trend (Time Series)

Penelitian trend (time series) merupakan salah satu bentuk

penelitian longitudinal yang pada umumnya dilakukan untuk mengukur

perubahan pendapat dan sikap masyarakat tentang hal-hal yang sedang

hangat, misalnya siapa calon presiden, calon gubernur, atau calon

walikota yang akan dipilih oleh para pemilih.

Dalam penelitian trend (time series), pengumpulan data dilakukan

minimal dua kali. Misalnya, pengumpulan data pertama dilakukan

sebelum masa pemilihan kampanye, dan pengumpulan data yang kedua

dilakukan setelah masa kampanye selesai, atau kira-kira satu minggu

atau tiga hari lagi masa pemilihan. Anggota sampel dalam

pengumpulan data pertama dan kedua harus berbeda. Tetapi masih

dalam populasi yang sama. Misalnya, dalam pengumpulan data pertama

yang diambil sebagai sampel penelitian adalah daerah A, D, F maka

dalam pengumpulan data yang kedua anggota sampel diambil dari

daerah B, C, dan E yang masih berada pada populasi penelitian.

Perubahan pendapat para calon pemilih sebelum masa kampanye

dan setelah berakhir kampanye akan diketahui melalui penelitian trend

(time series) ini. Karena itu, sering sekali partai-partai politik, lembaga

swadaya masyarakat, atau seorang calon presiden, calon gubernur dan

sebagainya, melakukan atau mensponsori penelitian trend (time series)

ini dapat melihat kekuatan dukungan calon pemilih dan melihat

perubahan pendapat calon pemilih tentang siapa nama calon yang akan

5

Page 6: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

mereka pilih. Sehingga hasil penelitian trend (time series) ini dapat

memprediksi kekuatan masing-masing calon dari waktu ke waktu

sesuai dengan pergeseran dan perubahan pendapat di tengah-tengah

masyarakat.

b. Penelitian Panel

Penelitian panel juga bertujuan untuk melihat perubahan pendapat,

sikap dan perilaku pada populasi tertentu. Masa pengumpulan data juga

minimal dilakukan dua kali. Bedanya, dengan penelitian trend (time

series) adalah dalam penelitian trend (time series)sampel penelitian

pada setiap pengumpulan data pertama, kedua dan seterusnya, adalah

berbeda tetapi dalam populasi yang sama. Sedangkan dalam penelitian

panel, sampel penelitian pada pengumpulan data pertama dan kedua

harus sama.

Penelitian panel biasanya dilakukan untuk melihat mengukur

perubahan pendapat, sikap dan perilaku sekelompok masyarakat

sebelum dan sesudah diperkenalkan suatu program, produk atau hal-hal

yang lain yang bersifat baru. Contoh penelitian panel yang pernah

dilakukan di Indonesia adalah penelitian dari Godwin C. Chu, Alfian

dan Wilbur Schramm yang berjudul Social Impact of Satellite

Television in Rural Indonesia. Mereka juga meneliti bagaimana

pengaruh sosial satelit televisi di daerah-daerah pedesaan di Indonesia.

Sebanyak 2248 responden dari lima provinsi di Indonesia dijadikan

sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data pertama dilakukan pada

tahun 1976 sebelum satelit Palapa pertama diluncurkan. Kemudian data

dikumpulkan kembali dari responden yang sama pada tahun 1982, yaitu

setelah sekitar enam tahun satelit Palapa diluncurkan, yang

memungkinkan penduduk di daerah-daerah pedesaan dapat menonton

televisi.

Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terjadi perubahan

yang besar terhadap sikap dan prilaku masyarakat pedesaan sebelum

dan sesudah masuknya televisi di tengah-tengah masyarakat. Perubahan

itu meliputi segala aspek kehidupan, termasuk pengamalan agama dan

kebiasaan bekerja.

6

Page 7: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

Kelebihan penelitian panel ini dibandingkan dengan penelitian

trend (time series) dan kohort adalah bahwa penelitian panel dapat

menelusuri lebih jauh siapa di antara responden yang mengalami

perubahan sikap dan perilaku, dan faktor-faktor apa saja yang

menyebabkan mereka mengalami perubahan sikap dan tingkah laku.

Namun penelitian panel juga memiliki kelemahan. Biasanya dalam

pengumpulan data kedua, jumlah responden semakin berkurang akibat

berbagai faktor, seperti pindah alamat, atau meninggal dunia.

c. Penelitian Kohort

Penelitian kohort adalah salah satu jenis penelitian longitudinal

yang mengumpulkan data dua kali atau lebih. Penelitian kohort juga

sama dengan penelitian trend (time series) yang mengambil data dari

responden yang berbeda tetapi dalam populasi yang sama.

Penelitian kohort juga bertujuan untuk mengukur perubahan

pendapat, sikap dan perilaku responden dari waktu ke waktu. Misalnya,

seorang peneliti ingin meneliti bagaimana perubahan kebiasaan

menonton televisi seorang anak yang berusia 5 tahun, setelah ia berusia

10 tahun dan kemudian 15 tahun. Apakah terjadi peningkatan frekuensi

waktu menonton setelah anak berusia 10 dan 15 tahun atau justru

pengurangan. Meneliti masalah seperti itu sesuai digunakan penelitian

kohort.

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk penelitian kohort.

Pertama, dengan meneliti kebiasaan sekumpulan anak yang berusia 5

tahun tadi menonton televisi. Lima tahun kemudian, anak-anak yang

berusia 10 tahun dari sampel yang berbeda tetapi dalam populasi yang

sama, diteliti kembali dengan mengajukan pertanyaan yang sama.

Kemudian setalah lima tahun, dilakukan kembali penelitian terhadap

anak yang berusia 15 tahundari sampel yang berbeda dalam populasi

yang sama. Dengan demikian dapat diketahui perubahan kebiasaan

menonton televisi pada anak-anak usia 5, 10, dan 15 tahun.

Kedua, melakukan penelitian pada waktu yang sama sekaligus

kepada anak-anak yang berusia 5, 10, dan 15 tahun, dengan

mengajukan pertanyaan yang sama. Karena dipandang bahwa anak-

anak yang berusia 10 tahun sekarang tidak jauh berbeda dengan anak-

7

Page 8: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

anak yang berusia 5 tahun setelah mereka berusia 10 tahun kelak.

Demikian juga dengan anak berusia 15 tahun.

Kelebihan cara yang pertama, bias perubahan lingkungan situasi

dan kondisi masyarakat yang senantiasa berubah dapat dihindari.

Namun, kelemahannya adalah terlalu lama memakan waktu untuk

menunggu anak-anak berusia 5 tahun menjadi 10 tahun dan 15 tahun.

Keadaan ini memerlukan waktu dan tenaga serta dana yang lebih

banyak.

Kelebihan cara yang kedua, dapat menghemat waktu, tenaga dan

dana. Disamping itu, hasil penelitian dapat diketahui lebih cepat.

Namun kelemahannya, dapat terjadi bias perubahan lingkungan yang

begitu cepat. Anak-anak yang berusia 10 dan 15 tahun saat ini bisa

berbeda dengan anak-anak yang berusia 10 dan 15 tahun pada waktu 5

hingga 10 tahun ke depan.

2. Penelitian cross sectional

Penelitian cross sectional adalah penelitian dalam satu tahapan atau satu

periode waktu, hanya meneliti perkembangan dalam tahapan-tahapan

tertentu saja.

Tujuan Penelitian Cross Sectional

Tujuan penelitian cross sectional menurut Budiarto (2004) yaitu

sebagai berikut:

a. Mencari prevalensi serta isidensi satu atau beberapa penyakit tertentu

yang terdapat di masyarakat.

b. Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit

tertentu dengan perubahan yang jelas.

c. Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko

atribut.

Ciri-Ciri Penelitian Cross Sectional

Ciri-ciri penelitian cross sectional menurut Budiarto (2004) yaitu

sebagai berikut:

a. Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu

dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu

penelitian.

8

Page 9: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

b. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan

kelompok yang terpajan atau tidak.

c. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi.

Misalnya hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas

perokok dan bukan perokok.

d. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.

e. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan

sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperimental.

Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Cross Sectional

Kelebihan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009)

adalah sebagai berikut:

a. Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari

masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan,

hingga generalisasinya cukup memadai

b. Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh

c. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus

d. Jarang terancam loss to follow-up (drop out)

e. Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort

atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya

f. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat

lebih konklusif

g. Membangun hipotesis dari hasil analisis

Kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009)

adalah sebagai berikut:

a. Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko

dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship

tidak jelas)

b. Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa

sakit yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek,

karena inidividu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai

kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi

c. Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel

yang dipelajari banyak

9

Page 10: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

d. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun

prognosis

e. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang

f. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit

Rancangan Penelitian Cross Sectional

Penelitian cross sectional adalah sesuatu penelitian dimana variabel-

variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk

efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Oleh karena itu,

rancangan (desain) penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

penelitian cross sectional dalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2002):

a. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi

faktor resiko dan faktor efek.

b. Menetapkan subjek penelitian.

c. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang

merupakan faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan

variabel pada saat itu (pengumpulan data).

d. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi

antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).

Contoh Penelitian Cross Sectional

Contoh sederhana: ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada

ibu hamil dengan berat badan bayi lahir (BBL), dengan menggunakan

rancangan atau pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2002).

10

Page 11: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

a. Tahap pertama: mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti

dan kedudukkannnya masing-masing:

Variabel dependen (efek): Berat badan bayi lahir

Variabel independen (resiko): Anemia besi pada ibu hamil

b. Tahap Kedua: menetapkan studi penelitian atau populasi dan

sampelnya. Subjek penelitian disini adalah ibu-ibu yang baru

melahirkan, namun perlu dibatasi dari daerah mana mereka ini dapat

diambil, apakah lingkup di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Bersalin,

atan Rumah Bersalin. Demikian pula batas waktunya juga ditentukan.

Kemudian cara pengambilan sampelnya, apakah berdasarkan teknik

random atau non random.

c. Tahap Ketiga: melakukan pengumpulan data, observasi atau

pengukuran terhadap variabel dependen dan independen (dalam waktu

yang sama). Caranya, mengukur berat badan bayi yang baru dilahirkan

dan memeriksa Hb darah ibu.

d. Tahap Keempat: mengolah dan menganalisis data dengan cara

membandingkan antara berat badan bayi lahir dengan Hb darah ibu.

Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya

hubungan antara anemia besi dengan berat badan bayi lahir.

b. Penelitian Survei

Penelitian survei digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk

opini dari sejumlah besar orang terhadap isu-isu tertentu. Ada 3 karakter utama

dari survei (Nana Saodih, 2005):

1) Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk

mendeskripsikan beberapa karakteristik tertentu seperti: kemampuan, sikap,

kepercayaan, pengetahuan dari populasi;

2) Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis

walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi;

3) Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.

Tujuan utama dari penelitian survei adalah mengetahui mengetahui

gambaran umum karakteristik dari populasi.

c. Penelitian Perbandingan Kausal (Ex-Post Facto)

11

Page 12: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

Bertujuan untuk meneliti hubungan sebab akibat atau kemungkinan

hubungan sebab akibat dengan cara mengamati akibat yang ada dan mencari

kembali factor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari akibat itu melalui

pengumpulan data tertentu. Berbeda dengan penelitian eksperimen, penelitiaan

ini tidak mengumpulkan data dalam keadaan terkontrol. Penelitian perbandingan

kausal ini bersifat ex-post facto yaitu data dikumpulkan setelah semua peristiwa

yang dipermasalahkan berlalu.

Misalnya:

Penelitian tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi selama 6 bulan yang

menyebabkan bayi tersebut sehat.

Penelitian tentang pola perilaku dan prestasi kerja seorang dokter kepala

Puskesmas yang berkaitan dengan perbedaan usia menduduki jabatan,

dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan

prestasi kerja yang dicatat atau dapat dicapai sebelum yang bersangkutan

menduduki jabatan.

d. Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif diarahkan untuk mengetahui perbedaan antara dua

kelompok atau lebih dalam variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini tidak ada

pengontrolan variabel, maupun manipulasi. Penelitian dilakukan secara alamiah,

peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang bersifat

mengukur (Nana Saodih, 2005).

Desain penelitian kausal-komparatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

desain penelitian kohort dan desain penelitian kasus kontrol (Nursalam, 2003).

1) Desain penelitian kohort (cohort)

Pendekatan yang dipakai pada desain penelitian kohort adalah

pendekatan waktu secara longitudinal atau time period approach. Sehingga

penelitian ini disebut juga penelitian prospektif. Penelitian prospektif adalah

penelitian yang dilakukan berupa pengamatan terhadap peristiwa yang

belum dan yang akan terjadi yang dilakukan satu kali atau lebih dengan

memakan waktu yang lama (Follow Up Research) (Nursalam, 2003).

Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Cohort

Kelebihan penelitian cohort adalah sebagai berikut:

12

Page 13: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

a. Bisa mengatur komparabilitas antara kelompok kasus dan kelompok

control.

b. Ada uniformitas atau keseragaman observasi, baikterhadap faktor

resiko maupun efek dari waktu ke waktu berikutnya.

c. Dapat langsung menetapkan besarnya angka risiko dari waktu ke waktu

berikutnya.

Kelemahan penelitian cohort adalah sebagai berikut:

a. Membutuhkan waktu lama.

b. Memerlukan sarana dan pengelolaan rumit serta subjek penelitian yang

cukup besar,sehingga lebih mahal.

c. Ada kemungkinan subjek penelitian yang drop out dan hal ini akan

mengganggu analisis hasil.

d. Pada jenis penyakit atau tindakan tertentu bisa menghadapi kendala

etika atau bisa kurang atau tidak etis, karena faktor risiko yang ada

pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek.

Rancangan Penelitian Cohort

Contoh Penelitian Cohort

13

Page 14: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

Contoh yang cukup populer ialah penelitian hubungan antara kebiasaan

merokok dan Ca paru. Tahapan-tahapannya sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan risiko (variabel

independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).

Variabel dependen : Ca Paru

Variabel independen : merokok

Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.

b. Menetapkan subjek penelitian, yakni menetapkan populasi dan sampel.

Misalnya populasinya semua laki-laki diwilayah tertentu, dengan umur

antara 35-55 , baik yang merokok maupun yang tidak merokok.

c. Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) atau dengan kata

lain subjek dengan efek negatif.

d. Mengidentifikasi kelompok control,yakni subjek yang tidak merokok

(resiko negatif). Jumlahnya kurang lebih sama dengan kelompok yang

merokok.

e. Mengobservasi perkembangan subjek baik kelompok kasus dengan

risiko positif maupun kelompok control,sampai waktu tertentu umpama

10 atau 15 tahun kedepan. Dilihat dalam kurun waktu itu timbul

tidaknya efek pada kedua kelompok.

f. Analisis data. Caranya dengan membandingkan proporsi orang-orang

menderita CA Paru dengan orang-orang yang tidak menderita Ca Paru,

iantara kelompok risiko positif dan kelompok risiko negatif ( kelompok

perokok dan kelompok yang tidaak merokok atau kelompok kasus dan

kelompok control).

2) Desain penelitian kasus kontrol (case control)

Desain penelitian kasus kontrol merupakan kebalikan dari desain

penelitian kohort, dimana peneliti melakukan pengukuran pada variabel

terikat terlebih dahulu. Sedangkan variabel bebas diteliti secara retrospektif

untuk menentukan ada tidaknya pengaruh pada variabel terikat. Penelitian

retrospektif adalah penelitian berupa pengamatan terhadap peristiwa-

peristiwa yang yang telah terjadi bertujuan untuk mencari faktor yang

berhubungan dengan penyebab (Nursalam, 2003).

Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Case Control

Kelebihan penelitian case control adalah sebagai berikut:

14

Page 15: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

a. Tidak menghadapi kendala etik seperi pada rancangan penelitian

eksperimental dan rancangan penelitian eksperimental dan rancangan

penelitian cohort.

b. Hasil penelitiannya lebih tajam,karena adanya kesamaan waktu antara

kelompok kasus dan kelompok kontrol serta adanya pembatasan atau

pengendalian faktor risiko.

c. Tidak memerlukan waktu yang lama.

Kelemahan penelitian case control adalah sebagai berikut:

a. Objektivitas dan realibilitas kurang pada pengukuran variabelnya,

karena andaikan menggunakan subjek yang masih hidup, subjek harus

mengingat kembali faktor risikonya.

b. Efek variabel luar tidak bisa diketahui, karena secara teknis tidak dapat

dikendalikan atau tidak terkendalikan ketika dilakukan matching.

c. Kadang-kadang ada kesulitan di dalam memilih kelompok kontrol,

karena banyaknya faktor risiko yang harus dikendalikan.

Rancangan Penelitian Case Control

Contoh Penelitian Case Control

Sebagai contoh, seperti ditulis oleh Pratiknya (2001) diteliti hubungan

antara kelahiran dengan berat bayi rendah dengan kebiasaan merokok pada

waktu hamil. Kasus seperti ini pernah diteliti oleh Kelse et al yakni

hubungan antara kelainan bawaan pada ibu-ibu hamil yang merokok

(Budiarto,2004). Diketahui dalam kasus ini bahwa paritas ibu, faktor usia,

15

Page 16: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

dan ante natal care (ANC) adalah faktor-faktor yang berpengaruh pada berat

badan tersebut, baik positif maupun negatif.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk penelitian ini ialah :

a. Identifikasi variabel-variabel penelitian, dan menyusun dalam urutan

waktu :

Variabel tergantung (efek): kelahiran dengan berat bayi rendah.

Variabel Bebas (faktor risiko) yang dipelajari: kebiasaan merokok

waktu hamil.

Variabel Bebas (faktor risiko) yang dikendalikan (dikontrol) :

paritas,usia,dan ANC

Ditetapkan pula definisi operasionalnya mengenai batasan bayi lahir

rendah, ukuran kebiasaan merokok, skalanya bagaimana ,bila kriteria

ordinal, berapa batang sehari,dsb.

b. Menetapkan populasi penelitian. Bila kasus sedikit seluruh populasi

diteliti,bila banyak dilakukan sampling dengan teknik sampling yang

adekuat.

Mengenai masalah maksimalisasi variabilitas faktor risiko, dalam hal

ini tidak perlu diperhatikan karena faktor risiko dikendalikan dengan

matching.

c. Melakukan identifikasi kasus, yakni subjek-subjek yang mempunyai

kriteria efek positif. Misalnya dilakukan penelitian disuatu desa tertentu

pada periode, sebut saja dari tahun 2001 awal sampai dengan 2003

akhir. Dalam hal ini dilakukan penemuan kasus pada tiap kelahiran

dengan berat bayi rendah di desa tertentu tersebut,pada periode tahun

tersebut. Cara ini paling mudah ialah melihat data sekunder dirumah

sakit terdekat dengan desa tertentu itu, dan subjek berasal dari desa itu.

d. Langkah berikutnya ialah melakukan pemilihan kontrol. Kontrol dipilih

dari populasi atau sampel, darimana subjek kasus diambil. Dalam hal

ini variabel bebas dari faktor risiko yang dikendalikan (dikontrol)

dijadikan faktor matching. Caranya tiap kali ditemukan subjek kasus

dengan faktor usia ,paritas, dan status ANC tertentu,dicari seorang

subjek kontrol ,yakni subjek dengan kriteria negatif, artinya sebalikny

dari kasus yang diteliti, yaitu ibu yang melahirkan dengan berat noral,

namun usia, paritas, dan status ANC sama. Inilah matchingnya. Dengan

16

Page 17: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

demikian variabel usia, paritas, dan ANC tidak lagi berpengaruh pada

efek atau variabel tergantung. Jadi ada keseimbangan antara kelompok

subjek kasus dengan kelompok subjek kontrol. Namun sebagai catatan,

bila faktor risiko tersebut cukup banyak yang harus dikendalikan

sebagai variabel pengganggu, maka bisa sulit untuk memperoleh subjek

yang bersih dari variabel luar. Bila terjadi demikian tidak perlu semua

variabel luar dikontrol, namun tetap dimasukkan sebagai variabel yang

berpengaruh, nantinya akan dipelajari, dengan teknik skoring. Untuk

kemudian diperhitungkan atau dikendalikan pengaruhnya terhadap efek

atau variabel tergantung dengan analisis statistik.

e. Langkah terakhir adalah melakukan analisis hasil, dengan uji statistik

korelasi antara aktor risiko dengan efek atau nilai dari variabel

tergantung. Mengenai teknik uji statistiknya tergantung pada skala

variabelnya, apakah ordinal, nominal atau interval atau rasio. Bila

nominal atau ordinal bisa dilakukan misalnya dengan uji proporsi chi-

kuadrat atau yang sejenis dan demikian pula bila ukurannya interval

atau rasio bia menggunakan uji korelasi yang sesuai.

e. Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional adalah penelitian yang menghubungkan variabel

yang satu dengan yang lainnya, selanjutnya mengujinya secara statistik (uji

hipotesis) atau dikenal dengan uji korelasi yang menghasilkan koefisien

korelasi. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel

berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel yang lain. Korelasi negatif

berarti nilai yang tinggi pada suatu variabel berhubungan dengan nilai yang

rendah pada variabel lainnya. Keuntungan dari penelitian korelasi adalah relatif

mudah, cepat, dan inexpensive way dalam memperoleh dan memproses data

yang digunakan untuk menginvestigasi hubungan-hubungan variabel yang

diteliti.

Misalnya:

Penelitian tentang korelasi antara tinggi badan dan berat badan, tidak berarti

badan yang tinggi menyebabkan badan menjadi berat, tetapi antara

keduanya ada hubungan kesejajaran. Bisa juga terjadi yang sebaliknya yaitu

ketidaksejajaran (korelasi negatif), badannya tinggi tapi timbangannya

rendah (ringan).

17

Page 18: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

Hubungan antara Hb ibu hamil dengan berat badan bayi yang dilahirkan.

Hubungan antara umur dengan tekanan darah diastolik.

Hubungan antara intensitas pendidikan kesehatan dengan kejadian demam

berdarah wilayah kerja Puskesmas x.

f. Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang

diarahkahkan untuk memecahkan masalah atau perbaikan. Penelitian ini

difokuskan kepada perbaikan proses maupun perbaikan hasil kegiatan. Proses

kerja penelitian tindakan terdiri dari 4 langkah yang berlangsung secara siklis

yaitu perencanaan, tindakan, eveluasi dan refleksi. Selanjutnya dilakukan

perencanaan ulang, tindakan ulang, evaluasi ulang, dan refleksi ulang (Sudarwan

Danim, 2002)

Oleh karenanya penelitian tindakan bersifat praktis, langsung, dan relevan,

dengan situasi dunia kerja saat ini. Hasil penelitian menjadi kerangka dasar bagi

tindakan-tindakan atau kebijakan-kebijakan baru. Kekurangan penelitian

tindakan adalah kurang memiliki ketertiban ilmiah karena validitas internal dan

eksternal lemah. Ciri penelitian tindakan adalah bersifat situasional dan

sampelnya terbatas, serta control terhadap variabel bebas sangat kecil (Sudarwan

Danim, 2002).

Misalnya:

Seorang peneliti ingin mengetahui model komunikasi yang efektif antara

perawat dan pasien yang dirawat di rumah sakit. Pada tahap awal, peneliti

mendesain sebuah model komunikasi persuasif, dilanjutkan dengan

implementasi, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi tersebut,

peneliti melakukan desain ulang mengenai bagaimana model koomunikasi

persuasif itu dilakukan. Selanjutnya dilakukan implementasi ulang, observasi

ulnag, dan refleksi ulang. Tindakan ini dapat dilakukan “terus-menerus” sampai

dengan ditemukan model komunikasi yang dipandang paling efektif.

BAB III

PENUTUP

18

Page 19: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

3.1. Simpulan

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melakukan

penelitian. Desain penelitian terbagi menjadi dua yaitu penelitian kuantitatif dan

penelitian kualitatif. Pada penelitian kuantitatif terdapat dua macam penelitian yaitu

non-eksperimental dan eksperimental. Desain penelitian kuantitatif non-eksperimental

didasari oleh filssafat positivisme yang menekankan pada fenomena-fenomena

objektif dan dikaji secara kuantitatif. Terdapat beberapa jenis metode penelitian yang

dapat dimasukan ke dalam desain penelitian kuantitatif yang bersifat non

eksperimental yaitu: deskriptif, survei, ex post facto, komparatif, korelasional dan

penelitian tindakan.

3.2. Saran

Dalam penulisan laporan maupun karya ilmiah sebaiknya disesuaikan antara isi

dengan pemilihan desain penelitian yaitu kuantatif atau kualitatif. Dalam desain

penelitian kuantitaf non eksperimental sendiri terdapat banyak macam metodenya

sehingga penyesuaian keduanya penting dan tidak terjadi kesalahan maupun

ketimpangan.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Desain Penelitian Kuantitatif Non-Eksperimental

Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran : Sebuah Pengantar. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Danim, Sudarwan. 2002. Riset Kperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran.

Kholil, Syukur. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Citapustaka Media.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Citra.

Sayogo, Savitri. 2009. Studi Cross-sectional Atau Potong Lintang.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Swarjana, Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV Andi Offset.

20