penelitian dan evaluasi hasil …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan...

13
PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL PENGEBORAN LOGAM TIMAH PRIMER DI DAERAH PARIT TEBU, KECAMATAN GANTUNG, KABUPATEN BELITUNG TIMUR, PROVINSI BANGKA BELITUNG Soepriadi dan Bambang Pardiarto Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Pulau Belitung termasuk jalur timah Indonesia yang memanjang dari tenggara hingga Baratdaya, Selain Pulau Belitung, pulau lain seperti Bangka, Singkep, Kundur, Karimun dan pulau-pulau kecilnya juga termasuk penghasil timah di Indonesia. Jalur timah ini menerus hingga ke Malaysia-Thailand dan Burma. Pulau-pulau yang disebutkan diatas yang terletak di Jalur timah Indonesia, tidak diragukan sebagai penghasil timah terbesar di dunia.Secara regional, Pulau Belitung ditutupi oleh runtunan batuan metasedimen yang berumur dari Karbon hingga Perem (Gambar 13). Runtunan ini dibedakan menjadi Formasi Kelapa Kampit, Tajam dan Siantu (Baharuddin dkk., 1995). Didaerah penyelidikan mineralisasi timah primer yang dijumpai dipermukaan umumnya mempunyai tipe urat dengan gangue mineral berupa kwarsa yang berasosiasi dengan mineral besi. Mineralisasi terdapat dalam batupasir kwarsa kadang berselingan dengan batulanau/lempung yang termetakan. Sedangkan dari hasil pemboran tidak nampak jelas mineralisasi timah yang diamati. Kemungkinan mineralisasi timah terdapat sebagai urat halus/hairline bersama dengan mineral besi yang memotong batupasirkwarsa, batu lanau dan batulempung . Mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena, spalerit dan pirit terdapat dalam batuan meta batu pasir/kwarsit. Proses pembentukan mineralisasi diperkirakan mempunyai tiga tahap. Tahap pertama mineralisasi timah tipe urat yang berhubungan dengan batolit granit Tanjung Pandan berumur Trias. Kemudian tahap dua adalah pembentukan urat kwarsa putih susu, masiv dengan mineralisasi pirit akibat terobosan batuan adamelit Baginda berumur Jura. Tahap ketiga atau terakhir adalah adanya terobosan batuan diorit kwarsa Batubesi berumur Kapur yang meyebabkan terbentuknya mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena, sphalerit dan pirit. Respon hasil survey IP pada lintasan E menunjukkan khususnya pada titik lubang bor LB-02 terlihat semakin kedalam terjadi peningkatan resistivity dan chargebility. Anomali ini diperkirakan lebih mencerminkan pada kondisi batuan yaitu adanya kwarsit dan kandungan mineral sulfida yang tinggi berupa urat polimetalik. PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari hasil kajian timah primer tahun 2013, penyelidikan untuk menentukan wilayah pengeboran eksplorasi mineral logam timah primer dan logam lainnya di daerah Parit Tebu, Lintang dan survey geofisika oleh Pusat Sumber Daya Geologi mulai dari survey tinjau, pengamatan geologi, penyelidikan geokimia dan geofisika, tahun 2014 yang di pusatkan di daerah Parit Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Hasil penyelidikan tersebut memperlihatkan zona anomali mineral logam yang perlu ditindaklanjuti dengan metoda eksplorasi rinci uji geologi (pengeboran). Tahun Anggaran 2015, Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan kegiatan yaitu “Penelitian dan Evaluasi Potensi Hasil Pengeboran Logam Timah Primer di daerah Parit Tebu Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung,

Upload: nguyenkhanh

Post on 10-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL PENGEBORAN LOGAM TIMAH PRIMER

DI DAERAH PARIT TEBU, KECAMATAN GANTUNG, KABUPATEN BELITUNG TIMUR,

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Soepriadi dan Bambang Pardiarto

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Pulau Belitung termasuk jalur timah Indonesia yang memanjang dari tenggara hingga

Baratdaya, Selain Pulau Belitung, pulau lain seperti Bangka, Singkep, Kundur, Karimun dan

pulau-pulau kecilnya juga termasuk penghasil timah di Indonesia. Jalur timah ini menerus

hingga ke Malaysia-Thailand dan Burma. Pulau-pulau yang disebutkan diatas yang terletak di

Jalur timah Indonesia, tidak diragukan sebagai penghasil timah terbesar di dunia.Secara

regional, Pulau Belitung ditutupi oleh runtunan batuan metasedimen yang berumur dari Karbon

hingga Perem (Gambar 13). Runtunan ini dibedakan menjadi Formasi Kelapa Kampit, Tajam

dan Siantu (Baharuddin dkk., 1995).

Didaerah penyelidikan mineralisasi timah primer yang dijumpai dipermukaan umumnya

mempunyai tipe urat dengan gangue mineral berupa kwarsa yang berasosiasi dengan mineral

besi. Mineralisasi terdapat dalam batupasir kwarsa kadang berselingan dengan

batulanau/lempung yang termetakan. Sedangkan dari hasil pemboran tidak nampak jelas

mineralisasi timah yang diamati. Kemungkinan mineralisasi timah terdapat sebagai urat

halus/hairline bersama dengan mineral besi yang memotong batupasirkwarsa, batu lanau dan

batulempung . Mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena, spalerit dan

pirit terdapat dalam batuan meta batu pasir/kwarsit.

Proses pembentukan mineralisasi diperkirakan mempunyai tiga tahap. Tahap pertama

mineralisasi timah tipe urat yang berhubungan dengan batolit granit Tanjung Pandan berumur

Trias. Kemudian tahap dua adalah pembentukan urat kwarsa putih susu, masiv dengan

mineralisasi pirit akibat terobosan batuan adamelit Baginda berumur Jura. Tahap ketiga atau

terakhir adalah adanya terobosan batuan diorit kwarsa Batubesi berumur Kapur yang

meyebabkan terbentuknya mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena,

sphalerit dan pirit.

Respon hasil survey IP pada lintasan E menunjukkan khususnya pada titik lubang bor

LB-02 terlihat semakin kedalam terjadi peningkatan resistivity dan chargebility. Anomali ini

diperkirakan lebih mencerminkan pada kondisi batuan yaitu adanya kwarsit dan kandungan

mineral sulfida yang tinggi berupa urat polimetalik.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai tindak lanjut dari hasil

kajian timah primer tahun 2013,

penyelidikan untuk menentukan wilayah

pengeboran eksplorasi mineral logam

timah primer dan logam lainnya di daerah

Parit Tebu, Lintang dan survey geofisika

oleh Pusat Sumber Daya Geologi mulai

dari survey tinjau, pengamatan geologi,

penyelidikan geokimia dan geofisika, tahun

2014 yang di pusatkan di daerah Parit

Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten

Belitung Timur.

Hasil penyelidikan tersebut

memperlihatkan zona anomali mineral

logam yang perlu ditindaklanjuti dengan

metoda eksplorasi rinci uji geologi

(pengeboran). Tahun Anggaran 2015,

Pusat Sumber Daya Geologi telah

melakukan kegiatan yaitu “Penelitian dan

Evaluasi Potensi Hasil Pengeboran Logam

Timah Primer di daerah Parit Tebu Desa

Batu Penyu, Kecamatan Gantung,

Page 2: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

Kabupaten Belitung Timur, Provinsi

Bangka Belitung”.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini dimaksudkan

mengidentifikasi geologi bawah permukaan

dalam kaitannya dengan mineralisasi timah

untuk mengetahui besarnya potensi timah

primer berdasarkan hasil dari data

pengeboran. Tujuannya memperoleh data

secara rinci potensi timah primer di daerah

pengeboran dan melengkapi data neraca

sumber daya mineral dan tata ruang

pertambangan di daerah.

Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan terletak di daerah

Parit Tebu, Kecamatan Gantung,

Kabupaten Belitung Timur (Gambar.1).

Secara geografis terletak antara

108°03'31,4” BT -108°06'45,5” BT dan

2°57'33,1” - LS, 3°00'15,7” LS, dan

koordinat utm (Unit transfers mecator)

menunjukkan titik bor Xm.175,589.2

Ym.9,670,206.2; Xm.176,408.1, Ym.

670,111.9 dan Xm.177,769.0, Ym.

9,670,604.0.

METODOLOGI

Pengumpulan data sekunder

Merupakan data hasil penelitian di

lokasi penyelidikan yang telah dilakukan

sebelumnya yang meliputi kegiatan

penyelidikan, penelitian dan eksplorasi

instansi pemerintah, kegiatan eksplorasi

dari perusahaan-perusahaan yang

bergerak di bidang pertambangan mineral

logam.

Pengumpulan data primer

Pengumpulan data primer dilaku-

kan dengan uji geologi pengeboran dengan

bertujuan untuk memperoleh data geologi

berserta ubahan dan mineralisasi logam,

mengetahui keterjadian mineralisasi logam

dan skematik model mineralisasi dan

memiliki anomali geokimia keterdapatan

mineral logam. Pengeboran dilakukan

dengan mesin bor Longyear-38 dengan

kedalaman 175 meter untuk masing-

masing 3 (tiga) titik lubang bor dengan arah

N90oE. Conto bor diambil sekitar ±3 kg

untuk kebutuhan analisis laboratorium dan

sebagian untuk arsip.

Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium dilakukan

terhadap conto-conto yang diambil hasil

pengeboran, seperti: Analisis petrografi,

mineragrafi, analisis kimia, inklusi fluida

dan XRD.

HASIL PENYELIDIKAN

Kegiatan pengeboran cebakan

timah primer dilakukan didaerah Parit

Tebu, Desa Batu Penyu, Kecamatan

Gantung, Kabupaten Belitung Timur.

Kegiatan ini merupakan pemboran uji

geologi yang dilakukan dengan latar

belakang berdasarkan hasil survey

geofisika metoda Induced Polarization (IP)

dan magnet tahun 2014 (Gambar 3,4,5).

Pemboran vertikal dilakukan pada tiga titik

lubang bor dengan kedalaman masing-

masing 175 m yang menghasilkan inti bor

berukuran HQ dan NQ dengan core

recovery rata-rata mencapai 98%.

Pelaksanaan pemboran menggunakan rig

tipe Long Year 38 yang dilakukan oleh PT.

Dunggio Drilling dalam kurun waktu bulan

Agustus-September-Oktober 2015.

Geologi Daerah Penelitian

Morfologi

Secara morfologi, wilayah Parit

Tebu memperlihatkan perbukitan

bergelombang rendah dan pedataran

dengan ketinggian berkisar dari 50-100 m

diatas permukaan laut ditutupi oleh batuan

sedimen Formasi Tajam dan endapan

alluvial. Umumnya, daerah ini ditutupi oleh

pepohonan yang relatif rendah dan

perkebunan masyarakat. Daerah

pedataran umumnya berupa daerah rawa,

lembah dan daerah tambang timah.

Umumnya, daerah ini agak gundul dan

Page 3: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

hanya ditutupi oleh pohon-pohon pardu dan

rerumputan

Geologi dan Mineralisasi Daerah

Sekitar Pengeboran.

Satuan batuan yang mendominasi

daerah ini terdiri atas batu pasir kwarsa

berselingan dengan batu lempung dan batu

lanau yang diduga merupakan bagian dari

Formasi Tajam berumur Permo - Karbon

(Gambar 12 /Peta Geologi). Kemudian

satuan batuan tersebut secara menjemari

berhubungan dengan meta batupasir

kwarsa/kwarsit, batusabak dan lempung

tufaan yang merupakan bagian dari

Formasi Kelapa Kampit yang juga berumur

Permo-Karbon. Jurus dan kemiringan

lapisan batupasir yang kontak dengan batu

lempung yang teridentifikasi berarah N

160-170E/15 dan N 280-300E/45

(Gambar.6). Umumnya batuan ini

sebagian besar telah mengalami

pelapukan kuat yang membentuk endapan

laterit/limonit yang mengandung mineral

oksida besi.

Sebagian satuan batuan tersebut

masih tampak segar dengan ubahan silika,

pirit dan lempung serta setempat-setempat

mengandung urat/urat halus kwarsa.

Batuan terkekarkan kuat dimana retakan

yang terbentuk diisi oleh urat kuarsa tipis

(mm) dan oksida besi/limonit yang saling

berpotongan sebagaimana dijumpai

disekitar Bukit Klenteng. Endapan aluvial

yang terdiri atas pasir, lanau dan lempung

menutupi kedua satuan batuan tersebut

yang menempati pada lembah sungai.

Struktur geologi yang teramati

adalah berupa kekar dan patahan normal

yang diperkirakan dengan arah hampir

utara-selatan. Gejala patahan ini ditandai

oleh adanya pola perubahan jurus dan

kemiringan lapisan batupasir yang berada

disekitar Bukit Klenteng. Sedangkan kekar

yang terbentuk umumnya terisi oleh oksida

besi/limonit seperti yang dijumpai didaerah

sekitar Bukit Klenteng

Indikasi mineralisasi berupa

urat/urat halus kwarsa dengan tebal 1mm -

3 cm, tidak beraturan dan saling

perpotongan pada perselingan batupasir

kwarsa dan meta batulempung. Mineral

kasiterit teramati pada dua singkapan urat

kwarsa dengan tebal 1 s.d 2,5 cm, agak

transparan, kristalin dan struktur vuggy dan

comb, berarah N 100 E/50 dan N 65 E/55

seperti yang ditemukan didaerah Bukit

Klenteng pada lokasi KL 01 R/2015 (

Gambar 7). Pada tempat lain urat-urat

kwarsa juga mengandung mineral timah

dan hematit/gutit pada batu pasir yang

disertai dengan urat-urat halus limonitik

pada lokasi KL 02-04 R/2015

Selain itu hasil pelapukan bijih

logam berupa gossan yang mengandung

gutit, jarosit dan hematit juga ditemukan

disekitar daerah ini . Diduga terbentuknya

gossan akibat dari proses pelapukan

terhadap batuan termineralisasi dengan

intensitas kuat urat tipis dan kandungan

besi yang tinggi sehingga memberikan

warna merah dan kuning kecoklatan

(Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti

secara rinci masing-masing lubang bor

tersebut dapat diresumekan pada Tabel 1.

Pembahasan Hasil Pemboran Uji

Secara regional cebakan timah

primer didaerah Pulau Belitung proses

pembentukan mineralisasinya

berhubungan dengan larutan hidrotermal

yang dihasilkan oleh intrusi batuan

bersusunan asam (granit tipe S). Didaerah

Tikus mineralisasi timah primer mempunyai

tipe greisen ditemukan dalam batuan

granit Tanjung Pandan yang merupakan

granit tipe- S berumur Trias. Selain itu

didaerah Batubesi terdapat mineralisasi

timah yang berasosiasi dengan logam

dasar terdapat dalam cebakan tipe skarn

akibat kontak antara batuan diorit kwarsa

Batubesi berumur Kapur dengan batuan

metasedimen.

Berdasarkan evaluasi dari masing-

masing lubang pemboran LB-01, LB-02

Page 4: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

dan LB-03 mineralisasi timah primer tidak

terlihat secara jelas. Hal ini sangat berbeda

dengan mineralisasi yang teramati

dipermukaan dimana mineralisasi

berasosiasi dengan urat kwarsa tipis,

transparant-kristalin yang mengandung

kasiterit, monasit, hematit dan gutit. Namun

demikian mineralisasi timah dalam batuan

inti pemboran diperkirakan bersama

dengan besi dalam bentuk urat

halus/hairline yang banyak memotong

dalam batupasir maupun perselingan

batupasir-lanau. Hal ini nampak jelas

terlihat pada fenomena hair line/urat halus

tersebut dimana sebagian urat halus

terubah menjadi limonit/oksida besi yang

berwarna coklat sedangkan yang lainnya

tetap berwarna hitam yang diduga

mengandung kasiterit berukuran halus.

Setempat juga teramati ada bercak pirit.

Pembentukan urat halus dan sebagian urat

kwarsa ini merupakan tahap pertama

proses mineralisasi didaerah ini yang

sifatnya lebih luas/regional kemungkian

berhubungan dengan intrusi batholit dari

granit Tanjung Pandan yang berumur Trias.

Kemudian proses pembentukan

mineralisasi tahap kedua yang diperkirakan

berhubungan dengan intrusi adamelit

Baginda yang berumur Jura. Sisa larutan

hidrothermal ini yang menyebabkan

terbentuknya urat kwarsa berwarna putih

susu dan sedikit mengandung bercak pirit.

Urat urat kwarsa ini dalam batuan terlihat

memotong hair line mineral besi yang

terbentuk pada tahap pertama. Akibat

terobosan ini larutan yang melalui zona

patahan kemungkinan dapat membentuk

mineralisasi besi yang dominan baik dalam

bentuk pengisian rekahan maupun bijih

besi. Hal ini terlihat ditemukannya zona

patahan yang matriknya terisi oleh kwarsa

putih susu dan masif. Mineralisasi yang

teramati hanya bercak pirit dan oksida besi.

Selain itu juga ditemukannya gossan

dengan mineral hematit, gutit dan oksida

besi. Proses pembentukan mineralisasi

yang terakhir diperkirakan akibat terobosan

batuan diorit kwarsa Batubesi yang juga

berumur Kapur. Mineralisasi yang

terbentuk lebih banyak ditemukan dalam

meta batupasir kwarsa/kwarsit. Sebagian

ditemukan juga dalam batupasir kwarsa

berselingan dengan lanau. Tipe

mineralisasi berupa urat halus/urat kwarsa

yang mengandung mineral galena,

sphalerit, pirit dan kadang kadang kasiterit

(?). Selain itu mineral klorit juga teramati

pada sekitar urat halus dan pada masa

batuan. Urat kwarsa ini dalam batuan

memotong hair line besi dan urat kwarsa

masif yang terbentuk pada tahap pertama

dan kedua.

Dari hasil pemboran tidak ada

satupun lubang bor yang terindikasi

menembus batuan beku . Namun dari bor

LB-02 dan LB-03 ditemukan batuan meta

batupasir/kwarsit yang kemungkinan

proses malihannya akibat kontak dengan

intrusi.

Dari hasil survey geofisika sebaran

anomali tahanan jenis (resistivity) dan

chargeability pada lintasan E dimana

lintasan ini melewati lokasi titik bor LB-02 ,

menunjukkan nilai tahanan jenis rendah

yang meningkat tinggi kearah dalam

(Gambar 5). Nilai tahanan jenis rendah ini

merupakan pencerminan batuan yang

bersifat kurang resistif/ konduktif yaitu

berupa batuan sedimen . Sedangkan nilai

tahanan jenis yang tinggi merupakan

pencerminan batuan yang lebih resistif

dalam hal ini batuan metasedimen/kwarsit.

Batuan yang mengandung mineral sulfida

umumnya memiliki nilai tahanan jenis

rendah (konduktif), sedangkan sifat

kemagnetannya relatif lebih tinggi dari

batuan di sekitarnya Nilai chargeability

rendah mengindikasikan sedikitnya

kandungan mineral yang dapat menyimpan

arus. Sedangkan chargebility tinggi relatif

berhubungan keberadaan urat kwarsa

yang mengandung galena, spalerit dan

bercak pirit.

Kesimpulan

Page 5: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

Didaerah penyelidikan mineralisasi timah

primer yang dijumpai dipermukaan

umumnya mempunyai tipe urat dengan

gangue mineral berupa kwarsa yang

berasosiasi dengan mineral besi.

Mineralisasi terdapat dalam batupasir

kwarsa kadang berselingan dengan

batulanau/lempung yang termetakan.

Sedangkan dari hasil pemboran tidak

nampak jelas mineralisasi timah yang

diamati. Kemungkinan mineralisasi timah

terdapat sebagai urat halus/hairline

bersama dengan mineral besi yang

memotong batupasirkwarsa, batu lanau

dan batulempung . Mineralisasi tipe urat

kwarsa polimetalik yang mengandung

galena, spalerit dan pirit terdapat dalam

batuan meta batu pasir/kwarsit.

Proses pembentukan mineralisasi diper-

kirakan mempunyai tiga tahap. Tahap

pertama mineralisasi timah tipe urat yang

berhubungan dengan batolit granit Tanjung

Pandan berumur Trias. Kemudian tahap

dua adalah pembentukan urat kwarsa putih

susu, masiv dengan mineralisasi pirit akibat

terobosan batuan adamelit Baginda

berumur Jura. Tahap ketiga atau terakhir

adalah adanya terobosan batuan diorit

kwarsa Batubesi berumur Kapur yang

meyebabkan terbentuknya mineralisasi

tipe urat kwarsa polimetalik yang

mengandung galena, sphalerit dan pirit.

Respon hasil survey IP pada

lintasan E menunjukkan khususnya pada

titik lubang bor LB-02 terlihat semakin

kedalam terjadi peningkatan resistivity dan

chargebility. Anomali ini diperkirakan lebih

mencerminkan pada kondisi batuan yaitu

adanya kwarsit dan kandungan mineral

sulfida yang tinggi berupa urat polimetalik.

DAFTAR PUSTAKA

Aleva, G.J.J., 1960, The plutonic igneous rocks from Billiton Indonesia, Geol. En Mijnb. 3 q.e.p.

427-436

Bappeda,2013, Belitung Dalam Angka, Badan Statistik Kabupaten Belitung, Timur, Provinsi

Bangka Belitung, Manggar

Lehmann, B, 1990. Metallogeny of Tin. Lecture notes in Earth Sciences., 32. Springer-Verlag,

Berlin.

Franklin dkk, 2011. Laporan Survey Geologi Detail Dan Persiapan Lokasi Pengeboran Logam

Dasar Di Daerah Wai Wajo, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Yudi A dkk, 2014., Survei Polarisasi Terimbas (IP) dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung Pusat

Sumber Daya Geologi, Bandung.

Schwartz, M.O. dan Surjono, 1990. The Stratabound deposit of Namsalu Kelapa Kampit,

Indonesia. Econ. Geol. 95. 76-98.

WWW/id.wikipedia.org/wiki/Belitung _Timur

Gambar 1. Lokasi Penelitian dan Evaluasi Pengeboran Logam Timah Primer Daerah Parit

Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Balitung

Lokasi Penelitian

Page 6: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

Gambar 2. Lokasi Titik Pengeboran Logam Timah Primer Daerah Parit Tebu,

Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Balitung

Gambar 3. Peta Hasil Penafsiran Geofisika Lintasan C Daerah Parit Tebu

Titik Bor LB.01

Gambar 4. Peta Hasil Penafsiran Geofisika dan Lokasi Titik Bor LB.02

Lintasan E Daerah Parit Tebu

LB.01

LB.02

Page 7: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

Gambar 5. Peta Hasil Penafsiran Geofisika Magnetit dan Lokasi Titik Bor LB.03 Daerah Parit

Tebu

Gambar 6. Singkapan Kontak Antara Batupasir Kwarsa dan Batu Lempung

Dengan Jurus N 280 E/45 Didaerah Bukit Klenteng.

Gambar 7. Singkapan Urat Kwarsatipis N100oE/50 Mengandung Mineralkasiterit Didaerah

Bukit Klenteng (KL 01 R/2015)

LB.03

Batu lempung

Batu pasir

Page 8: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

Gambar 8.Singkapan Gossan Disekitar Daerah Penyelidikan

Gambar 9. Hairline/urat Halus Kuarsa Mengandung Besi/Timah Pada btpsr Kuarsa Lubang

bor LB.02

Gambar 10. Urat Kuarsa Polimetalik Mengadung Pb,Py dan Spalerit LB.02

Gambar 11. Urat Kuarsa Massif Sedikit Kristalin Mengandung Klorit, Besi Lubang bor LB.03

Page 9: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

Gambar 12. Peta lokasi titik bor dan geologi daerah Parit Tebu, Desa Batu Penyu,

Kecamata Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung

Gambar 13. Korelasi Lubang Bor Daerah Parit, Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung,

Kabupaten Balitung Timur, Provinsi Bangka Belitung

Page 10: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

Tabel 1. Hasil Pemerian Batuan Inti Lubang Bor

No Kode Bor Kedalaman (m) Deskripsi Mineralisasi

1 LB-01

00.00 - 10.50 Endapan aluvium berupa pasir, pasir

lempungan, lempung putih kekuningan

-

10.50 - 23.30 Batupasir kuarsa, coklat kekuningan,

butir sedang, membulat, kemas tertutup,

pemilahan sedang, agak lapuk, kuarsa

dominan dan felspar, terkekarkan

Mineral besi/timah dengan

retakan diisi oksida besi

dan kerapatan 3-5%.

23.30 - 39.30 Batulanau, kelabu, butir halus, masif,

berlapis baik dengan sisipan batu pasir

kwarsa, coklat-kekuningan, butir halus-

sedang (40 cm), terkekarkan

Pada batu pasir terlihat

hairline dari mineral

besi/timah, kerapatan 1%

dan urat halus kwarsa 3

mm, barren dengan

orientasi 45⁰ terhadap

sumbu inti.

39.30 - 80.80 Batu pasir kwarsa, kuning - kecoklatan,

butir sedang, bentuk membulat, kemas

tertutup, pemilahan sedang, banyak

terkekarkan dengan sisipan batu lanau,

kelabu, masif

Teramati hairline mineral

besi/timah agak intensif

dengan kerapatan sekitar

5% yang dipotong oleh urat

halus kwarsa, diameter 1-7

mm, barren dan orientasi

70⁰-80⁰ terhadap sumbu

inti.

80.80 - 99.45 Batu pasir kwarsa, kelabu sedikit

kecoklatan, butir sedang, setempat

berselingan batu lanau, terkekarkan

sedang.

Pada kedalaman 92.70 m

urat halus kuarsa

mengandung mineral

galena, sphalerit dan

kasiterit dimana urat

kuarsa mempunyai struktur

vuggy dan comb orientasi

35⁰-40⁰ terhadap sumbu

inti.

99.45 - 119.00 Batu pasir kwarsa, kelabu-kehijauan,

butir sedang, setempat memperlihatkan

sedikit tekstur granoblastik, dipotong

oleh urat halus kwarsa, kompak

Pada 111.50-111.80m urat

halus kuarsa dengan

mineralisasi pirit sepanjang

retakan, urat kuarsa

diameter 0,3 cm, struktur

vuggy- comb , epidot,

dengan orientasi 80⁰-90⁰

terhadap sumbu inti

119.00 -127.00 Batulanau, kelabu terkekarkan,

milonitisasi, hancur diduga zona sesar.

127.00 - 37.50 Batupasir kuarsa, kelabu-keputihan,

butir sedang, sebagian berselingan

dengan batulanau, hijau, masif, kompak,

dipotong urat kuarsa, bercak pirit.

137.50- 175.00 Perselingan batupasir kuarsa dan

batulanau, hijau kelabu, butir halus,

berlapis baik. Setempat sisipan

batupasir kuarsa, butir halus-sedang,

butir membulat, kemas tertutup, putih

kelabu, dominan kuarsa, kompak.

Urat halus kuarsa 1-2 mm,

vuggy ,klorit dalam tepi

urat, mengandung pirit

dalam retakan (1%)

dengan ubahan kloritisasi

yang agak intensif. Pada

161.70 m urat

mengandung pirit,

sphalerit, tebal 0,4 cm,

klorititisasi, 10-15 derajat

terhadap sumbu inti

Page 11: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

No Kode Bor Kedalaman (m) Deskripsi Mineralisasi

2 LB-02

00.00 - 17.40 Endapan aluvium berupa pasir, pasir

lempungan, lempung, kuning

kecoklatan - merah, clayed. Beberapa

mengandung material batupasir

teroksidasi.

-

17.40 - 34.75 Batupasir kuarsa, coklat-kemerahan,

berbutir sedang, dominan kuarsa sedikit

lempung, kemas tertutup, pemilahan

sedang, bentuk butir membulat, fragmen

kuarsa dalam matrik silika dan sisipan

batulempung-lanau, kelabu kecoklatan

agak lapuk, butir halus, kompak.

Pada 28.35-30.00 m

teramati urat urat halus

kuarsa yang mengandung

mineral besi/timah

34.75 - 39.70 Batu lanau, kehijauan, butir halus, masif. Teramati hairline mineral

besi/timah, sedikit

kloritisasi

39.70 - 54.95 Batupasir kuarsa, butir sedang, putih

kehijauan, kuarsa dominan, dipotong

oleh urat halus kuarsa.

Urat halus kuarsa, 0,5-1,0

cm, putih susu, masif-

struktur vuggy, barren,

kloritisasi disekitar urat,

orientasi 50⁰ terhadap

sumbu inti dan hairline

mineral besi/timah dengan

kerapatan 3%.

54.95 - 67.45 Perselingan batu pasir - lanau, berbutir

halus, kelabu, agak lapuk, tampak

struktur lapisan, kemas tertutup,

pemilahan sedang

Urat halus kuarsa

mengandung mineral

besi/timah mengisi retakan

(5%), 0.1-0.5 cm, orientasi

70⁰ terhadap sumbu inti.

67.45 - 78.15 Batulanau kelabu, butir halus, sedikit

terkekarkan

Pada 70.00-70.10 m

teramati bercak mineral

besi/timah, urat halus

kuarsa dan klorit mengsisi

retakan.

78.15 - 84.00 Batupasir selang seling batulanau, batu

lempung, berlapis buruk.

84.00 - 138.50 Batupasir kuarsa, butir sedang, putih

kehijauan, kuarsa dominan dan felspar,

terkekarkan, butir membulat, kemas

tertutup, pemilahan sedang.

Kloritisasi teramati dalam

urat urat halus berasosiasi

dengan kuarsa, hairline

besi/timah agak intensif

dengan kerapatan 4%.

Juga bercak pirit dalam

masa batuan dan urat

halus.

138.50 - 141.5 Perselingan batupasir dan lanau,

kelabu, masif dan berlapis baik dengan

orientasi lapisan 40-50o terhadap sumbu

inti bor.

-

141.50 - 175.0 Kuarsit, hijau-kelabu, keras,

granoblastik, masif, rekristalisasi

kuarsa, dipotong urat kuarsa.

Silisifikasi, pada 170.10 m

terdapat urat kwarsa

polimetalik (galena,

spalerit, pirit dan kasiterit),

0,5-0,7 cm dengan

orientasi 80⁰-70⁰ terhadap

sumbu inti.

Page 12: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

No Kode Bor Kedalaman (m) Deskripsi Mineralisasi

3 LB-03

00.00 - 3.10 Gossan, coklat kemerahan sebagian

lempungan, fragmen dari hematit, gutit

dan urat-urat halus mineral besi

03.10 - 24.90 Lempung dan lempung pasiran,

setengah lapuk, merah kecoklatan,

sedikit ada fragmen batu lempung coklat

24.90 - 53.80 Batupasir kuarsa, butir sedang, bentuk

membulat, kelabu kecoklatan,

terkekarkan kuat, dominan kuarsa dan

sedikit felspar, fragmen kuarsa dalam

matrik silika, kemas. Juga berselingan

dengan batulempung tufaan, butir halus

kelabu sebagian kecoklatan,

terkekarkan berselingan dengan

batulanau.

Retakan terisi oleh oksida

besi beberapa berupa

menjaring dengan orientasi

60⁰, pada 27.00-27.90 m

terdapat urat kwarsa

mengandung pirit, 1mm-

3mm, kloritisasi dan dan

sebagian hairline

besi/timah. tertutup,

pemilahan sedang,

kompak. Pirit kubik

teramati pada kedalaman

50 m.

53.80 - 70.80 Batupasir kuarsa, putih-kecoklatan,

kekar kuat, terbreksikan, diisi oleh

oksida besi, bercak pirit dan dalam urat

halus. Fragmen batupasir dalam matrik

kuarsa.

Pada 61.10 m urat kuarsa

masif, putih susu, 2 cm,

bercak pirit, pada tepi urat

ada klorit dan mineral

hitam dan ada hairline

besi/timah, kerapatan 1%

dan zona breksiasi urat

kuarsa, masif, limonitik.

Pada 70.m, urat kuarsa,

0,5-1 cm, mengandung

pirit, klorit dan bercak

kalkopirit, orientasi 80⁰.

Ada dua fasa urat satu urat

0,7 cm dengan orientasi

45⁰ tidak terpotong dan

mengandung urat halus

kuarsa.

70.80 - 87.90 Batupasir kuarsa berselingan dengan

batu lanau/lempung, hijau kelabu,

terkekarkan dan pada zona patahan,

butir sedang, membulat, kemas tertutup,

pemilahan sedang.

Pada kedalaman 70 m

teramati urat kuarsa 0,5-

1cm, mengandung pirit,

kalkopirit dan klorit dengan

orientasi 80⁰. Pada 87.70

meter ubahan limonitik

dengan urat kuarsa halus,

1-2 mm yang sebagian

terisi mineral hitam

besi/timah dengan

kerapatan 1%.

87.90 - 127.40 Batupasir kuarsa kelabu, butir sedang,

bentuk membulat, kemas terbuka,

pemilahan sedang, dominan mineral

kuarsa, dipotong oleh urat kuarsa.

Pada 107.50 m terdapat

gejala tergerus akibat

patahan. Pada 111.0-

115.0m, limonitik kuat dan

sebagian membentuk

jarosit dengan urat halus

besi/timah, kerapatan 1%.

Selain itu urat halus kuarsa

1-2 mm, kristalin, sedikit

mengandung mineral

Page 13: PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/15...warna merah dan kuning kecoklatan (Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti secara rinci masing-masing

No Kode Bor Kedalaman (m) Deskripsi Mineralisasi

hitam besi/timah, orientasi

60⁰ terhadap sumbu inti.

Batulanau, kelabu-

kecoklatan, terbreksikan,

dengan fragmen menyudut

dalam matrik lempung,

diduga pada zona patahan.

127.4 - 147.9 Batupasir kuarsa, putih kecoklatan-

kehijauan, butir sedang, kemas tertutup,

terbreksikan

Limonitik dengan oksida

besi dalam retakan dan

mengandung sedikit

hairline besi/timah. Pada

141.40-143.40 m, limonitik

kuat, banyak mengandung

hairline mineral besi/timah

dan sedikit pola menjaring

yang terisi limonit dengan

kerapatan 30%.

147.90- 164.80 Batupasir kuarsa, butir halus

berselingan dengan batu lanau, kelabu-

kehijauan, berlapis baik dg orientasi 50⁰

thd sumbu inti, dipotong urat halus.

Kloritisasi kuat, serisit pada

masa batuan, hairline

mineral besi/timah dengan

kerapatan 30% dengan

orientasi 30⁰ - 40⁰ terhadap

sumbu initi. Bintik mineral

hitam juga teramati.

164.80 - 175 Meta batu pasir kuarsa/kuarsit, sisipan

batulanau, kehijauan, granoblastik.

Pada masa batuan

teramati bercak pirit

dengan urat halus kuarsa

dan serisit, lebar 1 mm

dengan orientasi 90⁰,

kloritisasi kuat dan hairline

dari mineral besi/timah.