penegakan hukum pidana terhadap pelaku …digilib.unila.ac.id/30306/2/skripsi tanpa bab...

64
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENELANTARAN ANAK (Skripsi) Oleh Maiza Putri FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: donhu

Post on 12-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKUPENELANTARAN ANAK

(Skripsi)

Oleh

Maiza Putri

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 2: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENELANTARANANAK

OlehMAIZA PUTRI

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk berfungsinya norma-norma hukum sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat,penegakan hukum pidana terhadap pelaku penelantaran anak ditegakkan, untukmengurangi maraknya kasus penelantaran anak. Penegakan hukum tentangpenelantaran anak dilakukan dengan sosialisasi dan penguatan terhadap lembaga-lembaga perlindungan anak, memperkuat peraturan dibidang perlindungan anak,pemberian sanksi yang tinggi agar memberi efek jera. Aparat penegak hukum dalammenangani kasus pelaku penelantaran anak berkoordinasi dengan petugasKelurahan / Desa untuk mencegah dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat,Penegakan hukum pidana pada pelaku penelantaran anak harus ditegakkan, karenalemahnya penegakan hukum dan ringannya sanksi bagi pelaku penelantaran anakmenjadi penyebab banyak terjadinya kasus penelantaran anak. Permasalahan dalampenelitian ini adalah: Bagaimanakah Penegakan Hukum Pidana Terhadap PelakuPenelantaran Anak dan Apakah Yang Menjadi Faktor Penghambat PenegakanHukum Terhadap Pelaku Penelantaran Anak.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridisempiris. Data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan dan studi lapangan.Narasumber penelitian ini adalah Penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan AnakSatreskrim Polresta Bandar Lampung, Jaksa pada Kantor Cabang Kejaksaan NegeriPanjang, Akademisi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampungdan Aktivis Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Lampung. Analisis datadilakukan secara kualitatif.

Page 3: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

Maiza PutriHasil penelitian dan pembahasan menunjukkan: Penegakan Hukum Pidana terhadapPelaku Penelantaran Anak menggunakan Sistem Peradilan Pidana Indonesia atauCriminal Justice System, dan ada 3 (tiga) tahapan yakni tahap formulasi yaitu tahappembentukan undang-undang oleh legislatif, tahap aplikasi yaitu tahap penegakanhukum oleh aparat penegak hukum dan tahap eksekusi yaitu tahap penegakanhukum pidana secara konkret oleh aparat penegak hukum. Faktor penghambatpenegakan hukum terhadap pelaku penelantaran anak adalah faktor substansihukum, faktor aparat penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, faktormasyarakat dan faktor budaya, adapun faktor yang mendominasi sebagaipenghambat adalah faktor masyarakat dan faktor budaya untuk itu dibutuhkankerjasama serta sosialisasi yang baik agar pemahaman masyarakat menjadi terbukadan bersikap kooperatif dalam mencegah terjadinya penelantaran anak, sertamembuka pemahaman terhadap budaya di masyarakat yang tidak bersikapkooperatif terhadap penegakan hukum pidana pelaku penelantaran anak.

Saran dalam penelitian ini adalah, Penegak hukum mampu menerapkan peraturanperundang-undangan (tahap formulasi dan aplikasi) serta melaksanakan tahapeksekusi terhadap putusan hakim untuk mencegah penelantaran anak agar tidakterjadi dan untuk menegakkan hukum apabila terdapat kasus penelantaran anak agarmemberi efek jera terhadap para pelaku. Masyarakat menjadi terbuka danbekerjasama dengan petugas kepolisian untuk mencegah penelantaran anak danbudaya masyarakat yang menghormati jalannya penegakan hukum denganmembudayakan penyelesaian penelantaran anak melalui sistem peradilan pidana(criminal justice system).

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Penelantaran, Anak

Page 4: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

ABSTRACT

CRIMINAL LAW ENFORCEMENT TO ACTORS OF CHILDREN OFEDUCATION

ByMAIZA PUTRI

Law enforcement is the process of conducting efforts to the functioning of legalnorms as a guideline of behavior in community life, enforcement of criminal lawagainst abuser child perpetrators, to reduce the rampant cases of neglect of children.Law enforcement on child abandonment is conducted through socialization andstrengthening of child protection institutions, strengthening child protectionregulations, sanctions are high in order to provide a deterrent effect. Lawenforcement officers in handling cases of child abusers coordinate with village /kelurahan officers to prevent and socialize to the community. Criminal lawenforcement on abandoners should be upheld, because the weakness of lawenforcement and the lightness of sanction for abuser child become the cause ofabandonment case child. The problems in this research are: How Criminal LawEnforcement Against Child Abandonment Perpetrators and What Are the Factorsinhibiting Law Enforcement Against Child Abandonment Perpetrators.

This research uses normative juridical approach and empirical juridical approach.The data were done by literature study procedure and field study. The sources ofthis research are the Investigator Unit of Women and Children Protection ofSatreskrim Polresta Bandar Lampung, Attorney at Branch Office of State Attorney,Law Academician of Criminal Law Faculty of Lampung University and Activist ofChild Protection Institution (LPA) Lampung Province. Data analysis is donequalitatively.

The results of research and discussion show: Enforcement of Criminal Law againstAbandonment of Child using Criminal Justice System of Indonesia Criminal JusticeSystem, and there are 3 (three) stage that is formulation stage that is formation stageof legislation by law, application phase that is law enforcement stage by apparatuslaw enforcement and the execution stage is the stage of criminal law enforcement inconcrete by law enforcement officers. Inhibiting factors of law enforcement againstchild neglect are the factors of law substance, law enforcement factor factor, facilityand infrastructure factor, society factor and cultural factor, while the dominantfactor as a hindrance is society factor and cultural factor for that needed cooperationand good socialization public understanding becomes open and cooperative inpreventing abandonment of children, and open understanding on culture in societythat is not cooperative attitude toward criminal law enforcement perpetrator neglectchild.

Page 5: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

Maiza PutriSuggestion in this research is, law enforcement able to apply legislation (stage offormulation and application) and executing stage of execution to judge decision toprevent neglect of child to not happened and to enforce law if there is case neglectof child to give deterrent effect to perpetrator. Communities are open and cooperatewith police officers to prevent abandonment of children and the culture of peoplewho respect the course of law enforcement by cultivating the settlement of childneglect through the criminal justice system.

Keywords: Law Enforcement, Neglect, Child

Page 6: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKUPENELANTARAN ANAK

OlehMaiza Putri

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

SARJANA HUKUM

pada

Bagian Hukum PidanaFakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 7: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,
Page 8: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,
Page 9: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 19 Mei

1996, merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari

Bapak Badri Aziz dan Ibu Sri Norma, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan pada Taman Kanak-Kanak (TK) Satria di Bandar

Lampung pada tahun 2002, penulis melanjutkan Sekolah Dasar di SDN 1

Sukarame Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah

Menengah Pertama di SMPN 4 Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2011,

dan Sekolah Menengah Atas di SMA YP Unila Bandar Lampung diselesaikan

pada Tahun 2014.

Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum

Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN, Penulis merupakan mahasiswa

bagian hukum pidana. Penulis mengikuti program pengabdian kepada masyarakat

yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2017 di Desa Goras Jaya, Kecamatan

Bekri, Kabupaten Lampung Tengah, selama 40 (empat puluh) hari.

Page 10: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

vii

MOTTO

“There Is Not Limit Of Struggling ”

(Maiza Putri)

“Kita lebih besar dan lebih baik dari apa yang kita pikirkan”

(Maiza Putri)

“Kebahagiaan itu bergantung pada dirimu sendiri”

(Aristoteles)

Page 11: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi

Kedua orang tuaku tercinta

Bapak Badri Aziz dan Ibu Sri Norma, S.PdYang selama ini telah memberikan cinta, kasih sayang, do’a disetiap

langkahku serta pengorbanannya untuk keberhasilanku

kakakkuLucy Amelia, S.I.Kom, M.IP

Devi OktariaAndri Jendika

Yang selama ini telah memberikan kasih sayang, kebahagiaan, do’a,motivasi, semangat hidup untukku kalian yang terbaik.

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Page 12: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh

isinya, serta hakim yang maha adil di yaumil akhir kelak, sebab hanya dengan

kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Penegakan

Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penelantaran Anak” sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Lampung dan dengan harapan agar hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan hukum pidana di Indonesia pada

umumnya.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran

dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk

pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Armen Yasir, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

Page 13: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

2. Bapak Eko Raharjo, S.H, M.H selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung dan juga selaku Pembahas I yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi

ini;

3. Ibu Dr. Nikmah Rosidah, S.H, M.H selaku Pembimbing I, atas kesabarannya

dan bersedia untuk meluangkan waktu, mencurahkan segenap pemikiran,

memberikan bimbingan, motivasi, nasihat dalam mengarahkan penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

4. Ibu Dona Raisa Monica, S.H, M.H selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum dan juga Pembimbing II, atas kesabarannya dan bersedia

untuk meluangkan waktu, mencurahkan segenap pemikiran, memberikan

bimbingan, motivasi, nasihat dalam mengarahkan penulis sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan

5. Ibu Rini Fathonah, S.H, M.H selaku Pembahas II yang telah memberikan

kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini

6. Bapak Sepriyadi Adhan, S.H, M.H selaku Pembimbing Akademik yang telah

membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

7. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi

dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan

yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi;

8. Teristimewa untuk Papa Badri Aziz dan Mama Sri Norma, S.Pd, kalian

adalah orang terhebat dalam hidupku yang tiada henti memberikan cinta

kasih, semangat dan sembah sujudnya terhadap ALLAH SWT untuk

Page 14: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

kebahagiaan dan keberhasilanku, yang tidak pernah lelah mendukung,

membimbing, mendidik, dan menyayangiku dari dalam kandungan sampai

kapanpun agar dapat menggapai sukses di dunia tanpa meninggalkan dan

melupakan akhirat serta menjadi semangat untuk menggapai cita-citamaupun

harapan yang diinginkan agar dapat menjadi seorang yang beriman, berilmu,

sukses dan bermanfaat bagi agama, negara dan keluarga:

9. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Hukum, Dini, Elsa, Fitria, Marissa,

Melista, Aulia, Misa, Hanny, dll yang sudah bersama-sama belajar dan

bercanda di Fakultas Hukum;

10. Teman-teman di KKN Desa Goras Jaya, Marissa, Tyra, Rosi, Fista, Marina,

Faris, Angga, Bambang, Emboh dan Lazuardi.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua dukungan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat

bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan

mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, ............... 2017Penulis

Maiza Putri

Page 15: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKHALAMAN JUDULRIWAYAT HIDUPMOTTOHALAMAN PERSEMBAHANSANWACANADAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………….... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ………….………………... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………... 10

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ………………………….... 11

E. Sistematika Penulisan ……………………………………….... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak ……………………………………………..... 17

B. Penegakan Hukum ….....……………………………...………. 19

C. Kejahatan Dalam Keluarga ………………………………….... 32

D. Aspek Pidana Penelantaran Anak UU Perlindungan Anak…… 35

E. Pengertian Penelantaran Anak Dalam UU Perlindungan Anak.. 37

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ………………………………………...... 40

B. Jenis dan Sumber Data ……………………………………...... 40

C. Penentuan Narasumber …....………………………………….. 41

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data …………….....… 42

Page 16: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

E. Analisa Data ......………………………………………………. 43

IV. PEMBAHASAN

A. Penegakan Hukum Pidana Pelaku Penelantaran Anak .............. 44

B. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Pelaku Penelantaran Anak .. 72

V. PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................. 83

B. Saran ........................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelantaran anak adalah praktik melepaskan tanggung jawab dan klaim atas

keturunan dengan cara ilegal, hal ini antara lain disebabkan oleh faktor-faktor

seperti faktor ekonomi dan sosial, serta penyakit mental. Seorang anak yang

ditinggalkan atau dibuang oleh orang tuanya disebut dengan anak buangan.1

Penelantaran anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala keadaan

perhatian yang tidak memadai, baik fisik, emosi, maupun sosial.

Penelantaran anak adalah dimana orang dewasa yang bertanggung jawab gagal

untuk menyediakan kebutuhan memadai untuk berbagai keperluan, termasuk fisik

(kegagalan untuk menyediakan pakaian, makanan yang cukup, atau kebersihan),

emosional (kegagalan untuk memberikan pengasuhan atau kasih sayang),

pendidikan (kegagalan untuk mendaftarkan anak di sekolah) atau medis

(kegagalan untuk mengobati anak atau membawa anak ke dokter).2 Pelaku

penelantaran anak adalah setiap orang yang melakukan penelantaran terhadap

anak.

1 http://id.m.wikipedia.org/penelantaran-anak/, dikutip pada hari Senin, tanggal 29 Mei 2017, jam20.00 wib.2 http://blogspot.com/pengertian-penelantaran-anak/, dikutip pada hari Senin, tanggal 29 Mei 2017,jam 20.05 wib.

Page 18: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

2

Keseluruhan peraturan yang ada dan berlaku di Indonesia, mengatur dan mengikat

berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, termasuk juga mengenai perlindungan

terhadap anak, dikarnakan sesuai dengan isi UUD 1945, dikatakan bahwa seorang

anak memiliki hak hidup untuk tumbuh dan berkembang serta dilindungi dari

kekerasan dan diskriminasi. Idealnya anak adalah pewaris dan penerus masa depan

bangsa, secara real kondisi anak Indonesia masih mengalami kekerasan.3

Pengertian anak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang

Perlindungan Anak, yakni berusia maksimal 18 (delapan belas) tahun, termasuk

yang terkategori anak adalah anak yang masih dalam kandungan, uraian pasal ini

jika melihat komposisi penduduk maka penduduk Indonesia yang terkategori

sebagai anak sangat besar, memiliki potensi untuk memajukan kehidupan bangsa.

Pasal 1 angka 2 UU No. 35 Tahun 2014 berisi “Perlindungan anak adalah segala

kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi”, uraian ini pentingnya perlindungan terhadap anak menentukan

proses kejiwaan, karena pada hakikatnya dunia anak adalah dunia bermain yang

penuh kreatifitas dan imajinasi.4

Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang dijunjung tinggi dan setiap anak

yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta, dalam

Konvensi Hak Anak terdapat 4 (empat) prinsip umum yang menjadi dasar dan

3 Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung, Nuansa Cet-1, 2006, hlm. 15.4M.J.A Nasir, Membela Anak Dengan Teater, Yogyakarta,Purwanggan Cet-1, 2001, hlm. 10.

Page 19: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

3

acuan bagi para pihak khususnya negara saat melakukan kewajibannya memenuhi,

menghormati dan melindungi hak-hak anak, prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Prinsip non-diskriminasi, prinsip ini mewajibkan negara agar semua anak

yang berkonflik dengan hukum mendapatkan perlakuan yang sama;

2. Prinsip kepentingan terbaik anak, prinsip kepentingan terbaik secara

sistematis dengan mempertimbangkan hak-hak anak dan kepentingan anak

akan dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan badan-badan tersebut;

3. Prinsip asas keberlangsungan hidup dan perkembangannya;

4. Prinsip penghargaan terhadap anak.5

Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1989, ada 10 (sepuluh)

hak yang harus diberikan untuk anak kita, antara lain:

1. Hak untuk bermain;2. Hak untuk mendapatkan pendidikan;3. Hak untuk mendapatkan perlindungan;4. Hak untuk mendapatkan nama (identitas);5. Hak untuk mendapatkan status kebangsaan;6. Hak untuk mendapatkan makanan;7. Hak untuk mendapatkan akses kesehatan;8. Hak untuk mendapatkan rekreasi;9. Hak untuk mendapatkan kesamaan;10. Hak untuk memiliki peran dalam pembangunan.6

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam

lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Penegakan hukum pidana pada pelaku penelantaran anak harus

5 Ayu Nadia Maryandani, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi KorbanPenelantaran Oleh Orang Tua Berdasarkan Hukum Pidana Indonesia (Skrips), Fakultas HukumUniversitas Lampung, Bandar Lampung, 2016, hlm.66 http://republika.co.id/10-hak-anak-indonesia-sudahkah-anda-memberikan-ini?, diakses pada hariMinggu, tanggal 28 Mei 2017, jam 19.00 wib

Page 20: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

4

ditegakkan, karena lemahnya penegakan hukum dan ringannya sanksi bagi pelaku

menjadi salah satu penyebab masih maraknya kasus penelantaran anak. Mencegah

meningkatnya penelantaran anak maka penegakan hukum harus diperkuat dengan

kerasnya sanksi bagi pelaku penelantaran anak, misalnya; hukuman seumur hidup,

untuk kejahatan seksual hukumannya dikebiri, dan jika pelakunya orang tua

kandung maka harus dihukum mati.

Penegakan hukum tentang penelantaran anak harus dilakukan dengan sosialisasi

dan penguatan terhadap lembaga-lembaga perlindungan anak, memperkuat

peraturan dibidang perlindungan anak, pemberian sanksi yang tinggi agar

memberi efek jera (misalnya: sanksi hukuman kebiri, seumur hidup, bahkan

sampai hukuman mati). Sistem peradilan pidana merupakan suatu jaringan

(network) peradilan yang menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya,

baik hukum pidana materil, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan

pidana. Kelembagaan substansial ini harus dilihat dalam kerangka atau konteks

sosial, sifatnya yang terlalu formal apabila dilandasi hanya untuk kepentingan

kepastian hukum saja akan membawa bencana berupa ketidakadilan, dikatakan

sebagai precise justice, maka ukuran-ukuran yang bersifat materiil, yang nyata-

nyata dilandasi oleh asas-asas keadilan yang bersifat umum benar-benar harus

diperhatikan dengan baik dan cermat dalam proses penegakan hukum.7

UU No. 35 Tahun 2014, mengatur mengenai larangan-larangan perbuatan yang

tidak dapat dilakukan terhadap anak, baik secara fisik maupun psikis, yang diatur

dalam Pasal 76 B berisi bahwa “Setiap orang dilarang menempatkan, melibatkan,

7Romli Atmasasmita. Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung, 1996, hlm. 2.

Page 21: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

5

menyuruh melibatkan anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran”,

adapun ancaman hukuman sesuai dengan ketentuan Pasal 77 B, berisi bahwa

“Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76

B, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam kasus pelaku

penelantaran anak adalah melakukan koordinasi dengan Petugas Kelurahan/Desa

untuk mencegah dengan melakukan sosialisasi dan penguatan pemahaman kepada

masyarakat, selanjutnya jika telah terjadi tindakan penelantaran anak maka aparat

penegak hukum melakukan tindakan refresif dengan menjalankan sistem

peradilan pidana atau criminal justice system, dengan melakukan penerimaan

laporan dan/atau pengaduan, penyelidikan (pengumpulan alat bukti), penyidikan

dan pelimpahan kepada penuntut umum (kejaksaan) agar dilakukan penuntutan di

persidangan dan pemberian putusan oleh hakim.

Kasus penelantaran anak saat ini setiap tahun terus terjadi dan meningkat dari

tahun ke tahun, pemerintah belum menemukan langkah dan tindakan nyata yang

mampu mencegah dan mengurangi angka penelantaran anak. Kasus penelantaran

anak yang terjadi bisa menimpa siapapun, salah satunya adalah kasus penelantaran

anak yang terjadi di Cianjur, dalam Dakwaan bernomor:

PDM/119/0.2.18/EUH.2/2014 tertanggal 4 November 2014, Jaksa Penuntut

Umum mendakwa Sonny Irawan Tarigan alias Muhammad Irawan berusia 32

(tiga puluh dua) tahun, dengan Pasal 77B UU no. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak jo Pasal 49 huruf a UU No. 23 Tahun 2004 tentang

Page 22: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

6

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, adapun terdakwa sebagai kepala

keluarga telah menelantarkan 3 (tiga) orang anaknya, yakni Michael Tarigan,

Rachel Tarigan dan Sarah Tarigan tanpa memenuhi kewajibannya, adapun

peristiwa tersebut terjadi sejak bulan desember tahun 2012, terdakwa

meninggalkan keluarganya tanpa alasan yang jelas dan tidak pernah bertemu

ataupun berkomunikasi lagi dengan keluarganya dan sejak itu keberadaan

terdakwa tidak diketahui sampai akhir tahun 2013 terdengar kabar keberadaan

terdakwa yang telah menikah lagi. Jaksa Penuntut Umum menuntut terdakwa

dengan pidana penjara 2 (dua) tahun, denda Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) atau

subsidair 3 (tiga) bulan kurungan penjara.8

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cianjur yang memeriksa dan Memutus Perkara

dengan Putusan bernomor: 333/Pid.B/2014/PN.Cjr, tertanggal 5 Februari 2015,

menjatuhkan hukuman bagi terdakwa yang telah terbukti secara sah dan

menyakinkan telah melakukan tindak kejahatan dengan hukuman penjara selama 4

(empat) bulan dikurangi selama terdakwa menjalani penahanan dan

memerintahkan terdakwa tetap dalam tahanan.

Jaksa Penuntut Umum dari Kejaksaan Negeri Cianjur yang menuntut dan

menyidangkan perkara ini, melakukan upaya hukum banding terhadap putusan

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cianjur yang memutus terdakwa dengan pidana

penjara selama 4 (empat) bulan, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung yang

menerima permohonan banding, kemudian memeriksa dan menyidangkan perkara

ini pada intinya sependapat dengan Putusan Pengadilan Negeri Cianjur yang telah

8 http:www.putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloadpdf/.../pdf, diakses pada hari Rabu,tanggal 30 Agustus 2017, jam 23.00 wib.

Page 23: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

7

memeriksa perkara ini ditingkat pertama, kemudian dari dasar tersebut maka

Majelis Hakim Banding pada Pengadilan Tinggi Bandung memutuskan menerima

permohonan banding dari Jaksa Penuntut Umum, dan memperbaiki Putusan dari

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cianjur, adapun amar putusan dari Majelis

Hakim Pengadilan Tinggi Bandung adalah menyatakan terdakwa Sonny Irawan

Tarigan alias Muhammad Irawan telah terbukti secara sah dan bersalah melakukan

tindak pidana “Dengan sengaja melakukan penelantaran terhadap anak yang

mengakibatkan anak mengalami penderitaan mental dan sosial”, menjatuhkan

pidana penjara selama 6 (enam) bulan terhadap terdakwa, menetapkan masa

penahanan yang telah dijalankan terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana

yang telah ditetapkan.9

Kasus lain, terkait dengan penelantaran anak adalah kasus orang tua usir anak,

adapun kronologisnya adalah sebagai berikut pada hari rabu tanggal 13 Mei 2015,

Sekretaris Jenderal Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Erlinda mendapat

informasi ada kasus penelantaran anak di Cibubur, Kamis 14 Mei, Erlinda

berusaha ke lokasi di Perumahan Citra Gran Cibubur, dia juga berkoordinasi

dengan tim Kementerian Sosial, berangkat kerumah pasangan Utomo Purnomo-

Nurindria Sari di Perumahan Citra Gran Cluster Nusa II Blok E Nomor 37,

Cibubur, Pondok Gede, Bekasi. Utomo menelantarkan lima anaknya selama

bertahun-tahun. Putranya usia delapan tahun inisial D diusir dan tidur di pos jaga

perumahan, D tidak diberi makan dan pendidikan. Erlinda mengantongi bukti foto

D tidur di pos jaga, kondisi didalam rumah Utomo berantakan. Erlinda kemudian

berkoordinasi dengan aparat polsek dan polres setempat untuk mengamankan

9 Ibid

Page 24: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

8

kedua orang tua itu. Sekitar pukul 12.30 wib, tim jatanras Polda Metro Jaya datang

ke lokasi kejadian. Aparat Polda Metro jaya tahu ada kasus penelantaran anak di

Cibubur dari media sosial, Warga angkat tangan ketika Utomo kembali mengusir

D pendekatan warga ke Utomo dan istri tidak berhasil. Utomo mengatakan dia

berhak mengurus anaknya dengan caranya sendiri, warga menyebarkan kejadian

ini melalui media sosial. Erlinda mengetahui masalah ini dari media sosial, jadi

laporannya tidak langsung ke KPAI, tapi melalui broadcast ke media sosial karena

warga sudah tidak kuat, paparnya.10

Menindaklanjuti amanat UU No. 23 Tahun 2004, beserta UU No.35 Tahun 2014

Tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka

Pemerintah Provinsi Lampung membentuk Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan

Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang langsung dipimpin oleh Istri Wakil

Gubernur, di tingkat Kabupaten atau Kota juga telah dibentuk Pusat Pelayanan

Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak yang dipimpin oleh Istri

Bupati/Wakil Bupati atau Istri Walikota/Wakil Walikota.

Kepolisian sendiri sudah tersedia Unit khusus yakni Unit Perlindungan Perempuan

dan Anak (Unit PPA), sampai tingkatan Kepolisian Sektor (Polsek), selain itu dari

sisi bantuan hukum adanya lembaga-lembaga bantuan hukum yang bergerak di

bidang perlindungan anak, seperti Lembaga Advokasi Anak (LADA), DAMAR,

Lembaga Perlindungan Anak (LPA), serta ditingkatan nasional telah adanya

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), selain itu di tingkat Kejaksaan

sudah adanya Seksi Khusus yang menangani perkara-perkara yang melibatkan

10 http://m.metrotvnews.com/news/peristiwa/ybJEd9WN-kronologi-kasus-orangtua-usir-anak-terungkap, diakses pada hari Kamis, tanggal 18 Mei 2017, jam 00.15 wib.

Page 25: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

9

anak baik anak sebagai anak pelaku maupun sebagai korban, selain itu di

Pengadilan-pengadilan sudah adanya ruangan khusus untuk sidang anak yang

menerapkan amanat UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Penegakan Hukum Pidana

Terhadap Pelaku Penelantaran Anak”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam Latar Belakang diatas, maka

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penelantaran

Anak?

2. Apakah Yang Menjadi Faktor Penghambat Penegakan Hukum Terhadap

Pelaku Penelantaran Anak ?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian yang menggambarkan

batas penelitian, mempersempit permasalahan, dan membatasi area penelitian.

Ruang lingkup substansi penelitian mengenai penegakan hukum pidana terhadap

pelaku penelantaran anak dan faktor penghambat penegakan hukum terhadap

pelaku penelantaran anak, ruang lingkup lokasi di Polresta Bandar Lampung Unit

Perlindungan Perempuan dan Anak, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

Page 26: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

10

Provinsi Lampung, Cabang Kejaksaan Negeri Panjang, dan Fakultas hukum

Universitas Lampung. Ruang lingkup waktu dilaksanakan pada 8-10 Agustus

2017.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui, memahami serta menganalisa penegakan hukum pidana

terhadap pelaku penelantaran anak.

2) Untuk mengetahui, memahami serta menganalisa faktor penghambat

penegakan hukum terhadap pelaku penelantaran anak.

b. Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka kegunaan penelitian dalam penulisan ini

adalah :

1. Secara teoritis.

1) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan untuk bidang hukum

pidana khususnya perlindungan anak.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi di dunia

kepustakaan dan memberi masukan kepada pihak-pihak lain yang dapat

digunakan untuk kajian dan penulisan ilmiah di bidang hukum.

Page 27: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

11

2. Secara Praktis.

1) Memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam upaya

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan hukum pidana khususnya

perlindungan anak.

2) Salah satu syarat akademik bagi penulis untuk menyelesaikan studi di

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

a. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara,

aturan, asas, keterangan, sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi acuan,

landasan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan.11

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori-teori yang dikumpulkan

dari berbagai pendapat ahli hukum dalam rangka untuk dijadikan acuan atau

landasan dari penelitian ini, antara lain:

a. Teori Penegakan Hukum

Teori Roscoe Pound, Sosiological Jurisprudence menyebutkan bahwa politik

hukum pidana sebagai salah satu usaha dalam menanggulangi kejahatan dalam

penegakan hukum pidana yang rasional. Penegakan hukum pidana yang rasional

itu terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu:

A. Tahap Formulasi, adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh

badan pembentuk undang-undang dalam tahap ini pembentuk undang-undang

melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan

11 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004,hlm. 73.

Page 28: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

12

situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya

dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil

perundang-undangan pidana yang paling baik, dalam arti memenuhi syarat

keadilan dan daya guna. Tahap ini juga disebut tahap kebijakan legislatif;

B. Tahap Aplikasi, tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum

pidana) oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan

hingga pengadilan, dalam tahap ini aparat penegak hukum menegakkan serta

menerapkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh

badan pembentuk undang-undang, dalam melaksanakan tugas ini aparat

penegak hukum harus memegang teguh nilai-nilai keadilan dan daya guna.

Tahap ini disebut juga tahap kebijakan yudikatif;

C. Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana secara

konkret oleh aparat pelaksana pidana, dalam tahap ini aparat pelaksana pidana

bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk

undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh

pengadilan. Aparat pelaksana dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman

kepada peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh

pembentuk undang-undang (legislatur) dan nilai-nilai keadilan serta daya

guna.12

12 Mardjono Reksodiputro, Loc Cit

Page 29: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

13

b. Teori Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan

perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut:

1) Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)

Praktek menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan

konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan

kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif.

Kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang

dapat dibenarkan sepanjang kebijakan tidak bertentangan dengan hukum.

2) Faktor penegak hukum

Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas

atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri.Dalam rangka penegakan

hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus

dinyatakan, terasa, terlihat dan diaktualisasikan.

3) Faktor sarana dan fasilitas

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,

keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan

hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin

menjalankan peran semestinya.

Page 30: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

14

4) Faktor masyarakat

Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan

hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai dalam masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat

maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.

5) Faktor Kebudayaan

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat.

Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan nilai-

nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin

banyak penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan

kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudah menegakannya.13

b. Konseptual

Konseptual adalah merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan

istilah yang akan diteliti agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penulisan ini,

maka penulis akan memberikan konsep yang bertujuan untuk menjelaskan

beberapa istilah yang digunakan oleh penulis, adapun istilah-istilah yang

dimaksud antara lain sebagai berikut:

Penegakan hukum menurut Satjipto Raharjo adalah penegakan ide-ide atau

konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial, dan sebagainya.

Jadi penegakan hukum adalah proses perwujudan ide-ide.

13 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rineka Cipta,Jakarta, 1983, hlm.8-10

Page 31: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

15

Pelaku menurut Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP adalah orang yang melakukan,

menyuruh melakukan atau yang turut melakukan perbuatan itu.

Anak menurut Pasal 1 Ayat (1) UU No. 35 tahun 2014 adalah seseorang yang

belum berusia 18 (Delapan Belas Tahun), termasuk anak yang masih dalam

kandungan.

Penelantaran anak adalah dimana orang dewasa yang bertanggungjawab gagal

untuk menyediakan kebutuhan memadai untuk berbagai keperluan, termasuk fisik,

emosional, pendidikan, atau medis.

E. Sistematika Penulisan

Subbab ini penulis membuat sistematika penulisan yang membuat uraian secara

garis besar urutan kegiatan dalam melakukan penulisan masalah apa yang

diuraikan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Pada Bab ini mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan

yang kemudian dilanjutkan dengan permasalahan, tujuan dan kegunaan

penulisan, kerangka konsepsional (teoritis dan konseptual) dan diakhiri

dengan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini mengemukakan pengertian anak, penegakan hukum, kejahatan

dalam keluarga, bentuk-bentuk penelantaran anak, aspek pidana penelantaran

anak dalam sistem hukum Indonesia.

Page 32: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

16

III. METODE PENELITIAN

Pada Bab ini menjelaskan metode yang dipakai guna memperoleh data yang

akurat, adapun metode yang digunakan terdiri dari jenis penelitian, tipe

penelitian, pendekatan masalah, jenis dan sumber data, metode pengumpulan

data, metode pengolahan data, analisa data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang

mengemukakan Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penelantaran

Anak.

V. PENUTUP

Pada Bab ini berisikan kesimpulan dari apa yang dibahas dalam bab

sebelumnya, yang selanjutnya diberikan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 33: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak

Pengertian anak bisa didapatkan dari beberapa literatur yakni,

1. Pengertian anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa

atau belum mengalami pubertas, dan anak merupakan keturunan kedua,

dimana kata anak merupakan lawan dari orangtua dan berdasarkan pendapat

psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi

hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut periode

prasekolah, kemudian berkembang ke tahap sekolah.14

2. Pengertian anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang

dimaksud dengan anak adalah keturunan atau manusia yang masih kecil.15

3. Pengertian anak menurut hukum adat/kebiasaan adalah belum dapat bekerja

sendiri, belum cakap untuk melaksanakan apa yang diisyaratkan dalam

kehidupan bermasyarakat dan bertanggungjawab, belum dapat mengurus

harta kekayaan sendiri.16

4. Pengertian anak menurut hukum perdata, tercantum dalam Pasal 330 KUHPdt

yakni anak adalah orang yang belum dewasa dan seseorang yang belum

14 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak, diakses pada hari Selasa tanggal 18 April 2017, Jam 17.39Wib15 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1980, hlm. 8116 https://andibooks.wordpress.com/definisi-anak/, diakses pada hari Selasa tanggal 18 April 2017,jam 18.00 eib

Page 34: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

18

mencapai usia batas legitimasi hukum sebagai subjek hukum atau layaknya

subjek hukum nasional yang ditentukan oleh perundang-undangan perdata.17

5. Pengertian anak menurut hukum pidana, sesuai dengan isi Pasal 46 KUHP,

bahwa anak adalah anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16

(enam belas) tahun.18

6. Pengertian anak dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terdapat

dalam Pasal 47 ayat (1), yakni orang belum mencapai umur 18 (delapan

belas) tahun atau belum pernah melakukan pernikahan ada dibawah

kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut kekuasaan orangtuanya.

7. Pengertian anak menurut UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak,

Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa anak adalah anak yang dalam perkara

anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belu mencapai 18

(delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

8. Pasal 1 angka 5 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia,

menyatakan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18

(delapan belas) tahun dan belu menikah, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.

9. Pengertian anak berdasarkan UU No. 35 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (1) adalah

seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun), termasuk anak yang

masih dalam kandungan.

10. Pengertian sehari-hari mengenai anak, jika ditinjau dari hukum yang berlaku

di Indonesia adalah orang yang belum dewasa, yang dibawah umur atau

keadaan dibawah umur atau dibawah pengawasan wali.19

17 Ibid18 Ibid

Page 35: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

19

Uraian diatas maka seorang anak adalah seseorang laki-laki atau perempuan, yang

belum mencapai usia dewasa dan belum mampu untuk menjadi subjek hukum

serta bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dari tindakannya.

B. Penegakan Hukum

Pengertian penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum

adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam

kaidah-kaidah/pandangan nilai yang mantab dan mengejahwantah dan sikap

tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan,

memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Menurut Satjipto

Raharjo, penegakan hukum merupakan penegakan penegakan ide-ide atau konsep

tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial, dan sebagainya, jadi penegakan

hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep tadi

menjadi kenyataan.

Teori Roscoe Pound, Sosiological Jurisprudence menyebutkan bahwa politik

hukum pidana sebagai salah satu usaha dalam menanggulangi kejahatan dalam

penegakan hukum pidana yang rasional. Penegakan hukum pidana yang rasional

itu terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu:

A. Tahap Formulasi, adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh

badan pembentuk undang-undang dalam tahap ini pembentuk undang-undang

melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan

situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya

dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil

19 Lilik Mulyadi, Pengadilan Anak di Indonesia (Teori Praktek dan Permasalahannya), CV.Manda Mulya, Bandung, 2005, hlm. 3.

Page 36: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

20

perundang-undangan pidana yang paling baik, dalam arti memenuhi syarat

keadilan dan daya guna. Tahap ini juga disebut tahap kebijakan legislatif;

B. Tahap Aplikasi, tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum

pidana) oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan

hingga pengadilan, dalam tahap ini aparat penegak hukum menegakkan serta

menerapkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh

badan pembentuk undang-undang, dalam melaksanakan tugas ini aparat

penegak hukum harus memegang teguh nilai-nilai keadilan dan daya guna.

Tahap ini disebut juga tahap kebijakan yudikatif;

C. Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana secara

konkret oleh aparat pelaksana pidana, dalam tahap ini aparat pelaksana pidana

bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk

undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh

pengadilan. Aparat pelaksana dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman

kepada peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh

pembentuk undang-undang (legislatur) dan nilai-nilai keadilan serta daya

guna.20

Sistem peradilan pidana merupakan suatu jaringan (network) peradilan yang

menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya, baik hukum pidana

materil, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana. Namun

demikian kelembagaan substansial ini harus dilihat dalam kerangka atau konteks

sosial. Sifatnya yang terlalu formal apabila dilandasi hanya untuk kepentingan

kepastian hukum saja akan membawa bencana berupa ketidakadilan, dikatakan

20 Mardjono Reksodiputro, Loc Cit

Page 37: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

21

sebagai precise justice, maka ukuran-ukuran yang bersifat materiil, yang nyata-

nyata dilandasi oleh asas-asas keadilan yang bersifat umum benar-benar harus

diperhatikan dengan baik dan cermat dalam proses penegakan hukum.

Sistem peradilan pidana melibatkan penegakan hukum pidana, baik hukum pidana

substantif, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana, dalam

bentuk prefentif, refresif, kuratif. Terlihat keterkaitan antar subsistem peradilan

pidana yakni kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.

Menurut Muladi, satu istilah hukum yang dapat merangkum cita-cita peradilan

pidana yakni istilah due process of law yang memiliki arti proses hukum yang adil

dan layak, secara keliru penerapan hukum ini hanya pada seorang tersangka atau

terdakwa, padahal arti istilah ini mencakup arti luas lebih dari penerapan hukum

atau perundang-undangan secara formil.21

Sistem peradilan pidana anak menurut UU No. 11 Tahun 2012 adalah keseluruhan

proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap

penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana, hal

ini dikhususkan bagi anak sebagai pelaku, anak sebagai korban dan anak sebagai

saksi. Tujuan pemidanaan dapat dilihat melalui dasar pembenaran adanya hukum

atau penjatuhan pidana, dasar penjatuhan pidana ada 3 (tiga) teori, yaitu:

1. Teori Absolut

Menurut teori absolut tujuan dari pemidanaan terletak pada hukum pidana itu

sendiri, ”barang siapa yang melakukan suatu perbuatan pidana, harus dijatuhkan

21 Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit UNDIP,Semarang, 1997, hlm. 62.

Page 38: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

22

hukum pidana.....”, teori ini disebut juga teori pembalasan, karena bersifat

pembalasan (vergelding), hukum dijatuhkan karena ada dosa.

2. Teori Relatif

Menurut teori relatif, tujuan pemidanaan adalah untuk:

a. Mencegah;

b. Menakut-nakuti, sehingga orang lain tidak melakukan kejahatan;

c. Memperbaiki orang yang melakukan tindak pidana;

d. Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap kejahatan.

Teori ini disebut juga teori tujuan, karena menitikberatkan pada tujuan hukuman,

ancaman hukuman perlu supaya manusia tidak melanggar.

3. Teori Gabungan

Menurut teori gabungan, yang merupakan kombinasi antara teori absolut dan teori

relatif, tujuan penjatuhan pidana karena orang tersebut melakukan kejahatan dan

agar ia tidak melakukan kejahatan lagi.22

Pengertian dan Jenis-jenis Pidana dan Tindak Pidana

Mengenai pengertian pidana, tindak pidana dan segala pengaturannya diatur dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau “Wetboek Van

Strafrecht” dikenal 2 (dua) istilah pokok yaitu “Straf” (pidana) dan “Strafbaarfeit”

(tindak pidana).

22 Yulies Tina Masriani, Pengantar Hukum Indonesia Cet-V, Sinar Grafika, Jakarta, 2009,hlm. 66.

Page 39: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

23

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Pidana

1. Pengertian Pidana

Istilah pidana merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “Straf”, dimana istilah

tersebut khusus dipakai dalam bidang hukum. Terdapat beberapa pengertian

tentang “pidana” yang dikemukakan oleh para sarjana hukum, yaitu :

1. Roeslan Saleh berpendapat “pidana” adalah reaksi atas delik, dan ini

berwujud suatu nestapa yang sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik

itu.23

2. Soedarto berpendapat “pidana” adalah penderitaan yang sengaja dibebankan

kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat

tertentu.24

3. R. Soesilo berpendapat “pidana” adalah suatu perasaan tidak enak (sengsara)

yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis, kepada orang-orang yang

melanggar Undang-Undang Hukum Pidana.25

Definisi yang telah diungkapkan oleh para sarjana diatas dapat diambil unsur atau

ciri-ciri dari pidana, yaitu :

1. Pidana itu merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat-

akibat lain yang tidak menyenangkan.

2. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai

kekuasaan atau memiliki kewenangan.

23 Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara baru-Cet IV, Jakarta, 1983, hlm. 9.24 Soedarto, Intisari Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm. 48.25 R. Soesilo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 9.

Page 40: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

24

3. Pidana itu dikenakan kepada seseorang penanggungjawab pidana menurut

undang-undang.

2. Jenis-jenis Pidana

Jenis-Jenis Pidana seperti yang terdapat dalam Pasal 10 (sepuluh) KUHP terbagi

dalam 2 (dua) Jenis, yaitu :

1. Pidana Pokok (utama) :

1) Pidana Mati;

2) Pidana Penjara :

a. Pidana seumur hidup.

b. Pidana penjara selama waktu tertentu (setinggi-tingginya 20 tahun

dan sekurang-kurangnya 1 tahun).

3) Pidana Kurungan, (Sekurang-kurangnya 1 hari dan setinggi-tingginya 1

tahun);

4) Pidana Denda;

5) Pidana Tutupan.

2. Pidana Tambahan :

1) Pencabutan hak-hak tertentu;

2) Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu;

3) Pengumuman keputusan hakim.

Hukum pidana hal tersebut sangat penting karena dipandang dapat menjamin

terlaksananya proses penegakan hukum. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat

diketahui jenis-jenis pidana yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Page 41: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

25

Pidana terbagi dalam 2 (dua) kategori yaitu ; Pidana Pokok dan Pidana Tambahan

yang menjadi dasar penjatuhan sanksi pidana dalam putusan hakim.

2) Pengertian dan Jenis-Jenis Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah Tindak Pidana berasal dari salah satu terjemahan dari kata “Strafbaarfeit”,

adapun terjemahan yang lain yaitu peristiwa pidana, perbuatan pidana,

pelanggaran pidana, perbuatan yang dapat dihukum, perbuatan yang boleh

dihukum. Terdapat beberapa pengertian tentang istilah-istilah tersebut dari para

sarjana yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pompe berpendapat bahwa Pengertian “Strafbaarfeit” dibedakan :

a. Definisi menurut teori, memberikan pengertian “Strafbaarfeit” adalah

suatu pelanggaran terhadap norma yang dilakukan karena kesalahan si

pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata

hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

b. Definisi menurut Hukum Positif, memberikan pengertian “Strafbaarfeit”

adalah suatu kejadian (Feit) yang oleh peraturan undang-undang

dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.

2. Vos berpendapat bahwa Pengertian “Strafbaarfeit” adalah suatu kelakuan

manusia yang diancam pidana oleh peraturan undang-undang, jadi suatu

kelakuan yang pada umumnya dilarang dengan ancaman Pidana.

3. Simons berpendapat bahwa Pengertian “Strafbaarfeit” adalah kelakuan

(handeling) yang diancam dengan pidana, bersifat melawan hukum yang

Page 42: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

26

berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu

bertanggung jawab.26

4. Van Hammel berpendapat bahwa Pengertian “Strafbaarfeit” adalah kelakuan

orang yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut

dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.27

5. Moeljatno berpendapat bahwa Pengertian “Strafbaarfeit” dengan memberikan

pengertian perbuatan pidana, perbuatan pidana adalah perbuatan yang

dilarang dan diancam dengan pidana barangsiapa melanggar larangan

tersebut.28 Moeljatno juga berpendapat bahwa tindak pidana adalah perbuatan

yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman

(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar

aturan tersebut.29

Pengertian “strafbaarfeit” yang diberikan oleh para sarjana diatas, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Feit dalam Strabaarfeit berarti handeling, kelakuan atau tingkah laku.

2. Pengertian Strafbaarfeit dihubungkan dengan kesalahan orang yang

melakukan kelakuan tersebut.30

Penggunaan istilah “tindak pidana” sebagai terjemahan dari istilah Strafbaarfeit

didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut :

26 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta-Cet VI, Jakarta, 2000, hlm. 56.27 Ibid, hlm. 56.28 Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana, Bina Aksara,Jakarta, hlm. 83.29 Nikmah Rosidah, Asas-Asas Hukum Pidana, Pustaka Magister, Semarang, 2011, hlm. 10.30Moeljatno, Op. cit, hlm. 56.

Page 43: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

27

1. Tinjauan dari segi sosio-yuridis, hampir semua perundang-undangan pidana

memakai istilah tindak pidana.

2. Instansi dan Para Penegak Hukum memakai istilah tindak pidana.

3. Meskipun dipakai istilah tindak pidana, secara yuridis-teoritis berarti tindak

pidana (actus reus) harus dibedakan dan dipisahkan dari pertanggung

jawaban pidana (mens reus).

4. Istilah tindak pidana selain selain mengandung pengertian yang tepat dan

jelas sebagai istilah hukum, juga sangat praktis digunakannya.31

Menurut wujud atau sifatnya perbuatan-perbuatan pidana tersebut adalah

perbuatan-perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan tersebut juga merugikan

masyarakat karena bertentangan dengan tata pergaulan masyarakat yang dianggap

baik atau adil.

Diketahui bahwa pengertian tindak pidana (Strafbaarfeit) menunjuk kepada unsur-

unsur sebagai berikut :

1. Perbuatan yang diancam dengan pidana oleh undang-undang;

2. Perbuatan yang bersifat melawan hukum;

3. Perbuatan yang dilakukan dengan kesalahan; dan

4. Perbuatan yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Jenis-jenis Tindak Pidana

Jenis-Jenis Tindak Pidana terdiri dari 2 (dua) macam yakni Tindak Pidana Umum

dan Tindak Pidana Khusus, yang pengaturannya terdapat dalam Kitab Undang-

31 M. Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-Undang HukumPidana, CV. Remadja Karya, Bandung, 1986, hlm. 1.

Page 44: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

28

Undang Hukum Pidana (KUHP) dan perundang-undangan lain diluar KUHP

sebagai pendukungnya.

a. Tindak Pidana Umum

Tindak Pidana Umum adalah suatu perbuatan yang pengaturannya terdapat dalam

KUHP, yang terdiri dari :

1) Kejahatan

Kejahatan adalah perbuatan yang melanggar dan bertentangan dengan apa yang

ditentukan dalam kaidah, perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan

dalam kaidah hukum dan tidak memenuhi atau melawan perintah yang telah

ditetapkan dalam kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat.32 Kaitan ini,

pelaku tindak pidana kejahatan dapat dikatakan telah mempunyai latar belakang

yang ikut mendukung terjadinya kriminalitas tersebut, sebagai contoh seorang

yang hidup dilingkungan yang rawan akan tindak kriminal, maka secara sosiologis

jiwanya akan terpengaruh oleh keadaan tempat tinggalnya.

Menurut Sue Titus Reid bagi suatu perumusan tentang kejahatan maka yang

diperhatikan adalah :

1. Kejahatan adalah suatu tindakan sengaja (omissi). Dalam pengertian ini

seseorang dapat dihukum karena pikirannya, melainkan harus ada suatu

tindakan atau kealpaan dalam bertindak. Kegagalan untuk bertindak dapat

juga merupakan kejahatan. Jika terdapat suatu keajaiban hukum untuk

bertindak dalam kasus tertentu, disamping itu ada niat jahat (“criminal

insert”,”mens rea”);

32 Ninik Widiyanti, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya Ditinjau dari SegiKriminologi dan Sosial, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1978, hlm. 147.

Page 45: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

29

2. Merupakan pelanggaran hukum pidana;

3. Dilakukan tanpa adanya suatu pembelaan atau pembenaran yang diakui

secara hukum;

4. Diberi sanksi oleh negara sebagai suatu kejahatan atau pelanggaran.33

Definisi tersebut di atas, pada dasarnya kejahatan adalah suatu bentuk perbuatan

dan tingkah laku yang melanggar hukum dan perundang-undangan lain serta

melanggar norma sosial sehingga masyarakat menentangnya. KUHP tidak

memberikan definisi secara tegas tentang pengertian kejahatan. Kaitannya dengan

kejahatan dapat disimpulkan bahwa semua perbuatan yang disebut dalam buku ke-

II Pasal 104 – 488 KUHP adalah kejahatan dan perbuatan lain secara tegas

dinyatakan sebagai kejahatan dalam Undang-Undang di luar KUHP.

2) Pelanggaran

Pengaturan KUHP yang mengatur tentang pelanggaran adalah Pasal 489-569 /

Bab I-IX. Pelanggaran adalah “Wetsdelichten” yaitu perbuatan-perbuatan yang

sifat hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet yang menentukan demikian.34

Pembunuhan, pencurian, penganiayaan dan peristiwa-peristiwa semacam itu

merupakan kejahatan (Rechtsdelicten) karena terpisah dari aturan pidana yang

tegas, dirasakan sebagai perbuatan yang tidak adil. Peristiwa seperti bersepeda

diatas jalan yang dilarang, berkendara tanpa lampu atau kejurusan yang dilarang

merupakan kejahatan undang-undang/pelangaran (Wetsdelicten), karena kesadaran

hukum kita tidak menganggap bahwa hal-hal itu dengan sendirinya dapat

33 Soerjono Soekanto, Penanggulangan Kejahatan, Rajawali Pers, Jakarta, 1984, hlm .44.34 Moeljatno, Op. cit, hlm .72.

Page 46: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

30

dipidana, tetapi baru dirasakan sebagai demikian, karena oleh undang-undang

diancam dengan pidana.35

Perbedaan kejahatan dan pelanggaran adalah sebagai berikut :

a. Kejahatan adalah criminal onrecht dan pelanggaran adalah politie onrecht.

Criminal onrecht adalah perbuatan hukum sedangkan Politie onrecht

merupakan perbuatan yang tidak mentaati larangan keharusan yang

ditentukan oleh penguasa negara. Pendapat lain yang mengatakan arti

Criminal onrecht sebagai perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma

menurut kebudayaan atau keadilan yang ditentukan oleh Tuhan atau

membahayakan kepentingan hukum, sedangkan arti politie onrecht sebagai

perbuatan yang pada umumnya menitikberatkan pada perbuatan yang

dilarang oleh peraturan penguasa atau negara.

b. Kejahatan adalah memperkosa suatu kepentingan hukum seperti:

pembunuhan, pencurian, dan sebagainya atau juga membahayakan suatu

kepentingan hukum dalam arti abstrak misalnya penghasutan dan sumpah

palsu, namun kadang-kadang dapat pula dikatakan bahwa sumpah palsu juga

termasuk sebagai suatu kejahatan.

c. Kejahatan atau pelanggaran itu dibedakan karena sifat dan hakekatnya

berbeda, tetapi ada perbedaan kejahatan dan pelanggaran didasarkan atas

ukuran pelanggaran itu dipandang dari sudut kriminologi tidaklah berat

apabila dibandingkan dengan kejahatan.

35 Mr. J.E. Jonkers, Buku Pedoman Hukum Pidana Belanda, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1987,hlm. 27.

Page 47: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

31

Uraian tersebut di atas, maka dapat disebutkan bahwa suatu perbuatan dikatakan

termasuk pelanggaran atau keharusan yang ditentukan oleh penguasa negara

karena antara kejahatan dan pelanggaran itu berbeda baik dari sifat, hakekat,

maupun ukuran dari tindak pidana yang dilakukan.

b. Tindak Pidana Khusus

Tindak Pidana Khusus adalah suatu perbuatan pidana atau tindak pidana yang

diatur diluar Kitab Undang-Undang Pidana, dasar pemberlakuan tindak pidana

khusus adalah KUHP diatur dalam Pasal 103, yaitu : Ketentuan-ketentuan dalam

Bab I sampai dengan Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan

yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana kecuali

jika oleh undang-undang ditentukan lain, misal :

a. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

b. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.

c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

d. Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.

e. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

f. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak.

g. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Pencucian Uang.

h. Undang-undang Nomor 15 dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2003

Tentang Terorisme.

i. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

Page 48: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

32

j. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-

undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Tindak Pidana Khusus maksudnya ditinjau dari peraturan yang menurut Undang-

Undang bersifat khusus baik jenis tindak pidananya, penyelesaiannya, sanksinya

bahkan hukum acaranya sebagian diatur secara khusus dalam Undang-Undang

tersebut dan secara umum tetap berpedoman pada Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP).

Aparat Penegak Hukum, telah melakukan tindakan maksimal dengan memberikan

hukuman yang disesuaikan dengan aturan perundang-undangan dengan putusan

yang diatas 5 (lima) Tahun Penjara dan denda yang diatas Rp. 72.000.000,- (tujuh

puluh dua juta rupiah) yang dilakukan hukuman pengganti denda berupa hukuman

penjara bagi terdakwa jika tidak mampu membayar denda hukuman.

B. Kejahatan Dalam Keluarga

Mengenai kejahatan atau penelantaran terhadap anak, selain diatur dalam UU No.

35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak juga diatur dalam UU No. 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, namun sebelum berbicara UU

No. 23 Tahun 2004, kita sebaiknya memahami dulu mengenai apa yang dimaksud

dengan Pengertian Keluarga, yang diatur dalam Pasal 1 ayat (4) UU No. 35 Tahun

2014. Orangtua adalah ayah atau ibu kandung, atau ayah dan/atau ibu tiri, atau

ayah dan/atau ibu angkat.

Page 49: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

33

Ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2004, menyatakan bahwa Kekerasan

dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seorang terutama

perempuan,yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkup rumah tangga. Ketentuan ayat (3) berisi bahwa Korban

adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam

lingkup rumah tangga.

Pasal 2 UU No. 23 Tahun 2004, menyatakan bahwa:

(1) Lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini meliputi:

a. Suami, isteri dan anak;

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah,

perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam

rumah tangga, dan/atau

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah

tangga tersebut.

(2) Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud pada huruf c dipandang sebagai

anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga

yang bersangkutan.

Ketentuan Pasal 4 UU No. 23 tahun 2004, menyatakan bahwa:

Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga bertujuan:

a. Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga;

Page 50: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

34

b. Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga;

c. Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga; dan

d. Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.

Ketentuan Pasal 5 UU No. 23 Tahun 2004, menyatakan bahwa:

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang

dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:

a. Kekerasan fisik;

b. Kekerasan psikis;

c. Kekerasan seksual; atau

d. Penelantaran rumah tangga.

Ketentuan Pasal 9 UU No. 23 Tahun 2004, menyatakan bahwa:

(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,

padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau

perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan

kepada orang tersebut.

(2) Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap

orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi

dan/atau melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah

sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut.

Pasal 10 UU No.23 Tahun 2004, menyatakan bahwa:

Korban berhak mendapatkan:

Page 51: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

35

a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat,

lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan

penetapan perintah perlindungan dan pengadilan;

b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;

c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;

d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat

proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

e. Pelayanan bimbingan rohani.

C. Aspek Pidana Penelantaran Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan

Anak

Bentuk- Bentuk Penelantaran Anak

Penelantaran anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala keadaan

perhatian yang tidak memadai, baik fisik, emosi maupun sosial. Bentuk-bentuk

penelantaran anak adalah sebagai berikut:

a. Penelantaran fisik merupakan kasus yang paling banyak ditemui, misalnya

keterlambatan bantuan medis, pengawasan yang kurang memadai, serta tidak

tersedianya kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga.

b. Penelantaran pendidikan terjadi ketika anak seakan-akan mendapat

pendidikan yang sesuai padahal anak tidak dapat berprestasi secara optimal,

lama-kelamaan hal ini mengakibatkan prestasi di sekolah menurun.

c. Penelantaran secara emosi dapat terjadi misalnya ketika orang tua tidak

menyadari kehadiran anak ketika ribut dengan pasangannya, atau orangtua

Page 52: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

36

memberikan perlakuan dan kasih sayang yang berbeda diantara anak-

anaknya.

d. Penelantaran fasilitas medis, hal ini terjadi ketika orang tua gagal

menyediakan fasilitas kesehatan untuk anak padahal finansial memadai,

misalnya ketika anak sakit diobati secara tradisional ketika tidak berhasil baru

ke dokter.

Penyebab penelantaran anak umumnya terjadi, karna permasalahan didalam

keluarga yang banyak, misalnya karena orangtua kecanduan obat-obatan terlarang,

permasalahan ekonomi keluarga yang sulit, orangtua tunggal, dan lain-lain.36

Perkembangan hukum di Indonesia, banyak sekali diatur mengenai aspek

pertanggungjawaban pidana bagi anak, baik anak yang ditelantarkan atau anak

yang menjadi pelaku pelanggaran hukum pidana, yakni:

1. UU No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP);

2. UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP);

3. UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan:

4. UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak;

5. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia;

6. UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak;

7. UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga;

36 http://rotsania.blogspot.co.id/2012/11/penelantaran-anak.html, yang diakses pada hari Rabu,Tanggal 19 April 2017, jam 22.27 wib.

Page 53: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

37

8. UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Khusus

mengatur anak yang menjadi anak pelaku);

9. UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No.23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak.

Uraian mengenai aturan hukum diatas maka, upaya pemerintah dalam mencegah

kekerasan terhadap anak, dengan cara memberikan hukuman terhadap pelakunya

sudah dioptimalisasikan, dengan harapan melindungi anak dari kekerasan, selain

itu juga dalam rangka mencegah anak terlibat dalam kejahatan juga dilakukan

dalam penyusunan peradilan yang bersahabat dengan anak.

E. Pengertian Penelantaran Anak Dalam UU Perlindungan Anak

Penelantaran anak merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma hukum

yang berlaku dan perbuatan ini dilakukan oleh orang tua dari anak tersebut,

dimungkinkan karena orang tua tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan anak

secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Kepentingan anak

haruslah dijadikan dasar pedoman oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap

pendidikan dan bimbingan anak yang bersangkutan pertama-tama tanggung

jawabnya terletak pada orang tua mereka. Anak-anak harus mempunyai

kesempatan yang leluasa untuk bermain dan berekreasi yang harus diarahkan

untuk tujuan pendidikan, dan masyarakat serta penguasa yang berwenang harus

berusaha meningkatkan pelaksanaan hak tersebut.

Anak terlantar adalah anak yang karena sebab orang tuanya melalaikan

kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dipenuhi secara wajar baik rohani,

Page 54: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

38

jasmani, maupun sosial. Pengertian anak terlantar tertera pada Undang-Undang

No. 35 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 6 bahwa : “anak terlantar adalah anak yang tidak

terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial”,

Walaupun ada seperangkat peraturan perundang-undangan yang melindungi hak-

hak anak, tetapi kualitas permasalahannya dari tahun ketahun mengalami

perkembangan kompleksitas bahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik,

mental, moral, sosial dan intelektual anak.

Jenis penelantaran yang semakin marak ditemukan seperti orang tua tidak

menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal maupun kasih sayang yang cukup

bagi seorang anak, serta anak anak yang ditinggalkan orang tuanya, dikarenakan

hutang, ataupun dikarenakan ekonomi kemiskinan yang menjadi faktor utamanya.

Penelantaran mempunyai pengertian yaitu merupakan kegagalan untuk

memberikan keperluan hidup yang mendasar kepada anak seperti makan, pakaian,

tempat berlindung, perhatian atau pengawasan kesehatan sehingga mengakibatkan

kesehatan dan perkembangan anak dapat atau mungkin dapat terancam.

Kewajiban orang tua adalah memberikan perlindungan dan bertanggung jawab

terhadap perkembangan anak. Tidak hanya orang tua saja yang harus

mempersiapkan generasi muda, tetapi masyarakat dan pemerintah juga ikut andil

dalam perlindungan dan perkembangan anak.

Titik tolaknya adalah masa depan anak melalui perlindungan anak terhadap segala

bentuk ketelantaran, kekerasan dan lainnya. Kasus penelantaran yang dilakukan

oleh orang tua kandung terhadap anaknya ini jika dilihat dari sisi hukumnya

merupakan perbuatan yang termasuk kedalam tindak pidana, karena jelas orang

Page 55: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

39

tua korban menelantarkan anak, dan ini merupakan suatu perbuatan yang

dikategorikan sebagai perbuatan tindak pidana peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang perlindungan anak yaitu Undang-Undang No.35 Tahun

2014, dijelaskan tentang ancaman hukuman pidana penjara dan denda. Didalam

Undang-Undang No.35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak pada Pasal 76

huruf a dan b dan Pasal 77 huruf b tentang ketentuan pidana yang menyebutkan

bahwa : a. memperlakukan Anak secara diskriminatif yang mengakibatkan Anak

mengalami kerugian, baik materil maupun moril sehingga menghambat fungsi

sosialnya. b. Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melibatkan,

menyuruh melibatkan Anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran.

Page 56: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

40

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara

pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis

normatif dilakukan dengan mempelajari, melihat dan menelaah mengenai

beberapa hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi,

doktrin-doktrin hukum, peraturan hukum dan sistem hukum yang berkenaan

dengan permasalahan penelitian ini. Pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk

mempelajari hukum berdasarkan kenyataan atau fakta yang didapat secara objektif

di lapangan, baik berupa pendapat, sikap dan perilaku aparat penegak hukum

dalam melaksanakan penegakan hukum secara empirik.

B. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenis penelitian yang telah ditentukan di atas, maka data yang

digunakan meliputi data sekunder, yakni sebagai berikut:

Data sekunder adalah data yang bersumber dari peraturan perundang-undangan

yang berlaku literatur terkait. Data sekunder terdiri atas:

1. Bahan hukum primer, yaitu :

Page 57: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

41

a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) jo UU No. 73 Tahun 1958 Tentang

Pemberlakuan UU No. 1 Tahun 1946 Tentang KUHP;

b. Undang-Undang No. 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga;

c. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU.No. 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer yang bersumber dari literatur – literatur,

bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti

website, surat kabar, kamus hukum dan lain – lain.

C. Penentuan Narasumber

Narasumber dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Penyidik Unit PPA Polresta Bandar Lampung : 1 Orang

2. Anggota LPA Provinsi Lampung : 1 Orang

3. Jaksa Cabang Kejaksan Negeri Panjang : 1 Orang

4. Dosen Bagian Pidana Fakultas Hukum Unila : 1 Orang

Jumlah : 4 Orang

Page 58: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

42

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, maka metode

pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal

dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas yang relevan dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun cara yang dilakukan

yaitu dengan mengidentifikasi data sekunder yang diperlukan, inventarisasi

data yang sesuai dengan rumusan masalah, mengutip literature dan undang-

undang yang berhubungan dengan materi penelitian.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan ini dimaksudkan bahwa penulis langsung melakukan

penelitian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan, dan penulis akan

melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, yaitu

menggali informasi secara menyeluruh terkait penegakan hukum pidana

terhadap pelaku penelantaran anak.

2. Metode Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data sehingga

dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti. Data yang telah

terkumpul, diolah melalui pengolahan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Identifikasi data, yaitu memeriksa data yang telah diperoleh untuk

mengetahui apakah data tersebut telah relevan dan sesuai dengan bahasan,

apabila terdapat data yang salah, maka akan dilakukan perbaikan.

Page 59: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

43

2. Klasifikasi data, yaitu data yang telah selesai diseleksi, kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan jenis dan hubungannya dengan masalah

penelitian.

3. Sistematisasi data, yaitu menempatkan data pada masing-masing bidang

pembahasan yang dilakukan secara sistematis.

E. Analisa Data

Setelah data telah tersusun secara sistematis, maka tahap selanjutnya adalah

menganalisis data ini dengan cara yuridis kualitatif yaitu mengungkapkan dan

menguraikan data yang diperoleh dalam bentuk kalimat perkalimat yang disusun

secara terperinci, logis dan sistematis mengenai pokok bahasan sehingga dapat

ditarik suatu kesimpulan. Setelah semua data selesai diolah secara kualitatif,

kemudian dianalisa sesuai dengan pokok bahasan yaitu menganalisa tentang

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penelantaran Anak.

Page 60: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

83

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Penegakan hukum pidana terhadap pelaku penelantaran anak, sesuai dengan

tahap formulasi (KUHAP dan UU NO. 35 Tahun 2014 tentang perubahan

atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak) dan UU No. 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, tahap

aplikasi (pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat penegak hukum),

penerapan Pasal 77B UU no. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak jo

Pasal 49 huruf a UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, terhadap terdakwa serta pemberian putusan hukuman

selama 6 (enam) bulan penjara kepada terdakwa dan Tahap Eksekusi

(Pelaksanaan penetapan hakim atau putusan pengadilan oleh aparat penegak

hukum), terdakwa yang perkaranya telah incracht kemudian beralih status

menjadi terpidana dan menjalankan hukumannya di Lembaga

Pemasyarakatan.

2. Faktor yang menjadi penghambat penegakan hukum pidana terhadap pelaku

penelantaran anak yang dominan, adalah segi budaya adalah budaya yang

tertutup dan budaya menyelesaikan permasalahan tanpa harus diselesaikan

Page 61: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

84

lewat Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Criminal Justice System), faktor

penghambat penegakan hukum pidana dari segi masyarakat yang masih

mengganggap permasalahan penelantaran anak sebagai hal yang biasa dan

bukan terkategori pelanggaran / kejahatan pidana, masih banyaknya kasus

penelantaran anak adalah hal yang biasa terjadi, apalagi jika permasalahan

keluarga yang dijadikan alasan seperti faktor ekonomi dan lain-lain.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah:

1. Penegak hukum mampu menerapkan peraturan perundang-undangan (tahap

formulasi dan aplikasi) serta melaksanakan tahap eksekusi terhadap putusan

hakim untuk mencegah penelantaran anak agar tidak terjadi dan untuk

menegakkan hukum apabila terdapat kasus penelantaran anak agar memberi

efek jera terhadap para pelaku.

2. Masyarakat menjadi terbuka dan bekerjasama dengan petugas kepolisian

untuk mencegah penelantaran anak dan budaya masyarakat yang

menghormati jalannya penegakan hukum dengan membudayakan

penyelesaian penelantaran anak melalui sistem peradilan pidana (criminal

justice system).

Page 62: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Atmasasmita, Romli, 1996, Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung.

Andrisman, Tri, 2001 Hukum Pidana, Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Gosita, Arif, 2004, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta, PT. Bhuana IlmuPopuler.

Huraerah, Abu, 2006, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung, Nuansa Cet-1.

Jonkers, Mr. J.E., 1987, Buku Pedoman Hukum Pidana Belanda, PT. BinaAksara, Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1980.

Moeljatno, 2000, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta-Cet VI, Jakarta.

----------, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana,Bina Aksara, Jakarta.

Mulyadi, Lilik, 1997, Pengadilan Anak di Indonesia (Teori Praktek danPermasalahannya), CV. Manda Mulya, Bandung, 2005, hlm. 3. 1 Muladi,Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Badan PenerbitUNDIP, Semarang

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Nasir, M.J.A, 2001, Membela Anak Dengan Teater, Yogyakarta,Purwanggan Cet-1.

Nawawi Arief, Barda, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan DanPengembangan Hukum Pidana, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti

Page 63: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

Reksodiputro, Mardjono, 1994, Sistem Peradilan Pidana Indonesia (MelihatKejahatan dan Penegakan Hukum dalam Batas-Batas Toleransi), PusatKeadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta.

Ridwan, HR, 2013 Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Rosidah, Nikmah, 2011, Asas-Asas Hukum Pidana, Semarang, Pustaka Magister.

Saleh, Roeslan, 1983 Stelsel Pidana Indonesia, Aksara baru-Cet IV, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PenegakanHukum, Rineka Cipta, Jakarta

----------, 1984, Penanggulangan Kejahatan, Rajawali Pers, Jakarta.

Soedarto, 1983, Intisari Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soesilo, R., 2000 Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta.

Sunggono, Bambang, 2012 Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers.

Sudrajat Bassar, M., 1986, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Dalam KitabUndang-Undang Hukum Pidana, CV. Remadja Karya, Bandung.

Syahrani, Riduan, 1999, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung: Citra AdityaBakti

Tina Masriani, Yulies, 2009, Pengantar Hukum Indonesia Cet-V, Sinar Grafika,Jakarta.

Widiyanti, Ninik, 1978, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya Ditinjaudari Segi Kriminologi dan Sosial, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan :

a. Undang-Undang Dasar 1945;

b. Undang-Undang No. 1 tahun 1946 Tentang KUHP;

c. Undang-Undang No. 73 Tahun 1958 Tentang Pemberlakuan KUHP;

d. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga;

Page 64: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU …digilib.unila.ac.id/30306/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kata Kunci: Penegakan Hukum, ... Yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

e. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU.No. 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

C. Sumber Lain

Ayu Nadia Maryandani, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang MenjadiKorban Penelantaran Oleh Orang Tua Berdasarkan Hukum PidanaIndonesia (Skrips), Fakultas Hukum Universitas Lampung, BandarLampung, 2016.

http://www.lampost.co/mobile/artikel_detail.php?lampost=90462, yang dikutippada hari Jum”at, tanggal 14 April 2017, waktu 20.19 wib

http://www.saibumi.com/artikel-80511, yang dikutip pada hari jum’at, tanggal 14April 2017, waktu 20.31 wib

https://id.wikipedia,org/wiki/kekerasan_terhadap_anak., dikutip pada hari Selasa,tanggal 16 Mei 2017, jam 03.12 wib

http://news.liputan6.com/read/2558069/ayah-si-mancung-resmi-dipolisikan-atas-dugaan-penelantaran-anak, diakses hari Rabu, tanggal 17 Mei 2017, jam13.42 wib.

http://m.metrotvnews.com/news/peristiwa/ybJEd9WN-kronologi-kasus-orangtua-usir-anak-terungkap, diakses pada hari Kamis, tanggal 18 Mei 2017, jam00.15 wib.

http://republika.co.id/10-hak-anak-indonesia-sudahkah-anda-memberikan-ini?,diakses pada hari Minggu, tanggal 28 Mei 2017, jam 19.00 wib

http://id.m.wikipedia.org/penelantaran-anak/, dikutip pada hari Senin, tanggal 29Mei 2017, jam 20.00 wib.

http://blogspot.com/pengertian-penelantaran-anak/, dikutip pada hari Senin,tanggal 29 Mei 2017, jam 20.05 wib.

http:www.putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloadpdf/.../pdf, diaksespada hari Rabu, tanggal 30 Agustus 2017, jam 23.00 wib.