pendidikan muhammadiyah.docx

22
BAB I PENDAHULUAN Dimasa lalu muhammadiyah bekerja untuk kesejahteraan manusia yang diridhai Allah dalam bingkai kehidupan bangsa Indonesia di tengah pergaulan bangsa-bangsa di dunia sebagai bahan dasar perwujudan masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Ide kesatuan umat dan kemanusian Kiai Ahmad Dahlan dan fungsi sosial tarjih seperti tertuang pada pokok pikiran pemebentukan majelis tarjih, merupakan landasan realisasi program-program ide-ide kebangsaan Muhammadiyah. Masyarakat islam yang sebenar-benarnya adalah suatu bentuk kehidupan masyarakat yang warganya memeluk beragam agama di mana nilai-nilai islam seperti pemahaman muhammadiyah menjadi dasar kehidupan bersama. Fokus ijtihad dan tajdid muhammadiyah masa Kiai Ahmad Dahlan ialah realisasi ajaran ritual islam sebagai fungsi pemecahan permasalahan kehidupan sosial, ekonomi, budaya ( pendidikan ), dan ilmu pengetahuan menggunakan management modern. Pemikiran pendidikan yang dikemukakan K.H. Ahmad Dahlan adalah membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang menggabungkan sistem pendidikan pesantren (sorogan/halaqah) dengan sistem 1

Upload: syamsul-maarif

Post on 08-Aug-2015

133 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: pendidikan muhammadiyah.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Dimasa lalu muhammadiyah bekerja untuk kesejahteraan manusia

yang diridhai Allah dalam bingkai kehidupan bangsa Indonesia di tengah

pergaulan bangsa-bangsa di dunia sebagai bahan dasar perwujudan

masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Ide kesatuan umat dan kemanusian

Kiai Ahmad Dahlan dan fungsi sosial tarjih seperti tertuang pada pokok

pikiran pemebentukan majelis tarjih, merupakan landasan realisasi program-

program ide-ide kebangsaan Muhammadiyah. Masyarakat islam yang

sebenar-benarnya adalah suatu bentuk kehidupan masyarakat yang warganya

memeluk beragam agama di mana nilai-nilai islam seperti pemahaman

muhammadiyah menjadi dasar kehidupan bersama.

Fokus ijtihad dan tajdid muhammadiyah masa Kiai Ahmad Dahlan

ialah realisasi ajaran ritual islam sebagai fungsi pemecahan permasalahan

kehidupan sosial, ekonomi, budaya ( pendidikan ), dan ilmu pengetahuan

menggunakan management modern. Pemikiran pendidikan yang

dikemukakan K.H. Ahmad Dahlan adalah membawa pembaharuan dalam

bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang menggabungkan sistem

pendidikan pesantren (sorogan/halaqah) dengan sistem pendidikan Belanda

(sistem klasikal). Diharapkan dengan cara ini seorang tamatan madrasah atau

sekolah umum akan muncul pribadi-pribadi muslim yang utuh.

Perkembangan Muhammadiyah dalam konteks pendidikannya baik

Konsep dan integrasi yang dilakukan muhammadiyah dalam pendidikan akan

kita bahasa dalam makalah ini

1

Page 2: pendidikan muhammadiyah.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Pendidikan Muhammadiyah

Pada awal abad ke 20, lembaga-lembaga pendidikan yang terdapat di

Indonesia dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem pendidikan

yaitu sistem pendidikan tradisional pribumi yang diselenggarakan dalam

pondok-pondok pesantren dengan kurikulum seadanya dan pendidikan

sekuler yang sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial yang di dalamnya

tidak ada pelajaran agama. Itulah mengapa pada masa itu, realitas dunia

pendidikan di Indonesia ditandai oleh adanya dualitas sistem pendidikan,

antara pendidikan Islam di pesantren yang memfokuskan pada pengetahuan

agama semata dan pendidikan sekuler di sekolah Belanda yang melahirkan

manusia yang tidak paham agama1dengan ciri–ciri yang sangat menonjolkan

sifat intelektualistik, elistis, diskriminatif, serta sama sekali tidak

memperhatikan dasar–dasar dan asas–asas moral keagamaan2.

Di pondok-pondok Pesantren, seluruh pelajaran yang diberikan

kepada santri adalah pelajaran agama. Proses pendidikan pada sistem ini

diselenggarakan secara tradisional, dan secara pribadi oleh para guru atau

kyai dengan menggunakan metode sorogan (murid secara individual

menghadap kyai satu persatu dengan membawa kitab yang akan dibacanya,

kyai membacakan pelajaran, kemudian menerjemahkan dan menerangkan

maksudnya) dan weton (metode pengajaran secara berkelompok dengan

murid duduk bersimpuh mengelilingi kyai juga duduk bersimpuh dan sang

kyai menerangkan pelajaran dan murid menyimak pada buku masing-masing

atau dalam bahasa Arab disebut metode Halaqah) dalam pengajarannya.

Dengan metode ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif,  membuat catatan

tanpa pertanyaan, dan membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal

1 Nurhayati Djamas. 2009. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 93

2Ahmad Ardaby Darban dan Mustafa Kemal Pasha.Muhammadiyah sebagai gerakan Islam (dalam perspektif Historis dan Ideologis) dalam Repository Universitas Sumatera Utara. 2011. http:// repository.usu.ac.id

2

Page 3: pendidikan muhammadiyah.docx

yang tabu. Selain itu metode ini hanya mementingkan kemampuan daya hafal

dan membaca tanpa pengertian dan memperhitungkan daya nalar3. Adapun

materi pendidikan di lingkungan pesantren merupakan rujukan kitab kuning

yang mengacu langsung pada pemikiran ulama atau mazhab tertentu

Disamping itu, posisi guru atau kyai dalam sistem pendidikan

pesantren tradisional yaitu menjadi penentu dan pengambil kebijakan utama

di lingkungan lembaga pendidikan pesantren di samping perannya sebagai

guru bagi santri, hubungan guru-murid atau kyai-santri di lingkungan

pesantren. Hubungan kyai-santri ditandai oleh loyalitas dan ketaatan total

dalam bentuk sikap tawadhu dan menghindari kualat akibat penyimpangan

dari ketaatan pada kyai.

Dengan sistem pendidikan pondok pesantren yang telah dijabarkan di

atas, pemikiran umat Islam pada masa itu terbelenggu oleh otoritas mazhab

tertentu dan taqlid kepada para ulama sehingga ijtihad tidak dilakukan lagi4.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan

yang mencolok antara sistem pendidikan yang diterapkan di pondok-pondok

pesantren di Indonesia dengan sekolah pada zaman Kolonial. Sistem

pendidikan pertama menghasilkan pelajar yang minder dan terisolasi dari

kehidupan modern, akan tetapi taat dalam menjalankan perintah agama,

sedangkan sistem pendidikan yang kedua menghasilkan para pelajar yang

dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri, akan tetapi tidak tahu tentang

agama, bahkan berpandangan negatif terhadap agama5.

Dengan melihat berbagai macam persoalan yang telah dijabarkan di

atas, kita dapat mengetahui bahwasannya kondisi umat Islam pada masa itu,

terlebih sistem pendidikannya, sudah sangat ketinggalan zaman dan

cenderung menutup diri dari pengaruh dunia luar yang telah mengalami

kemajuan dan modernisasi sehingga tidak mampu menghadapi berbagai

permasalahan yang muncul pada masa itu. Sejalan dengan hal ini, K.H.

3 Fajar Miftahur Rohman.2012.Pendidikan Muhammadiyah. http://solomoncell.wordpresss.com

4 PP Muhammadiyah. http://www. Muhammadiyah.or.id5 Fajar Miftahur Rohman, Op. Cit.

3

Page 4: pendidikan muhammadiyah.docx

Ahmad Dahlan pun mengamati bahwa pada masa itu banyak umat Islam yang

terjerat kebodohan, kemiskinan, jumud (beku) pikirannya dan jiwanya yang

diakibatkan oleh adat istiadat tak masuk akal yang terkadang menjerumus

kepada syirik6.

Bertolak dari realitas seperti itu,menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya

strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis

menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan7. Menurut

KH. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha

membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama,

luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang

untuk kemajuan masyarakatnya (Asmuni Abdurrahman dalam Dadang:

2011).

Berdasarkan paparan dari K.H. Ahmad Dahlan pada paragraf di atas,

tersirat makna dari Beliau bahwasannya salah satu upaya yang tepat untuk

mengatasi berbagai problema yang terjadi pada masa itu adalah melalui

pembaharuan sistem pendidikan. Pembaharuan sistem pendidikan tersebut

dapat dilakukan dengan cara menggabungkan hal-hal positif yang terdapat

pada sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren dengan sistem

pendidikan yang ada di sekolah-sekolah pemerintah kolonial. Itulah mengapa

Pada 1 Desember 1911, K.H. Ahmad Dahlan (yang saat itu menjadi anggota

Budi Utomo) mendirikan sekolah pertamanya secara formal yang bernama

Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (setingkat dengan sekolah dasar

negeri). Sekolah tersebut dibangun di rumah beliau sendiri dengan

menggunakan ruang tamu yang berukuran 2,5 m x 6 m8lengkap dengan meja,

kursi dan papan tulis. Sekolah tersebut dikelola dengan menggunakan metode

dan kurikulum baru yang menggabungkan sistem pesantren dan sistem

pendidikan barat.Di sekolah tersebut diajarkan berbagai ilmu pengetahuan

6 Arya Pambudi. 2008. Perkembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Di Jakarta (Skripsi Ilmu Budaya).http://lontar.ui.ac.id. hlm. 22.

7 Ahmad Syafi’I Ma’arif.Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia dalam Dadang.2011. Pendidikan Islam Modern Periode K.H. Ahmad Dahlan. http:// makalahilmupendidikandanperpustakaan.blogspot.com

8 A. Munir Mulkhan. Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah-dalam Perspektif Perubahan Sosial dalam Arya Pambudi. Opcit., hlm. 24.

4

Page 5: pendidikan muhammadiyah.docx

umum yang sedang berkembang pada masa itu yaitu pada awal abad ke-20.

Adapun ilmu pengetahuan yang dimaksud yaitu menulis latin, ilmu ukur

hitung, membaca dan ilmu-ilmu lain yang juga diajarkan di sekolah pemeritah

pada masa itu9. Sekolah ini merupakan cikal bakal sistem sekolah modern

Muhammadiyah dengan menggunakan mata pelajaran agama dan umum

(barat) yang dimasukan ke dalam kurikulumnya (Alfian dalam Arya

Pambudi: 2008). Dengan kata lain, dapat dikatakan sekolah ini merupakan

cikal bakal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah. Sebab, gagasan

untuk mendirikan Muhammadiyah pun selain untuk dijadikan sebagai wadah

pengembangan ide-ide pembaharuan yang beliau miliki juga untuk

memayungi dan mewadahi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah

yang telah beliau dirikan (Haedar Nashir dalam Arya Pambudi: 2008).

Dalam Statuten (anggaran dasar) organisasi Muhammadiyah pada

awal pendiriannya, maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah sebagai

berikut (PP Muhammadiyah dalam Arya Pambudi: 2008):

1. Menyebarkan pengajaran agama kanjeng nabi Muhammad s.a.w.

kepada penduduk Bumiputera di dalam residen Yogyakarta.

2. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.

Menengok anggaran dasar tersebut tersirat makna bahwa organisasi

Muhammadiyah beridiri adalah sebagai salah satu upaya mentransmisikan

(menyebarkan) pemikiran keislaman dan ideologi Kemuhammadiyahan

secara luas kepada masyarakat melalui lembaga pendidikan Muhammadiyah

sehingga nantinya dapat mencetak ulama atau pelajar yang cerdas, dinamis,

kreatif, taat pada perintah agama, dan mengedepankan tajdid dalam setiap

gerakannya. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Nurhayati Djamas

yang menyatakan bahwa melalui media pendidikan, Muhammadiyah

menyebarluaskan ideologi pembaharuan agama yang menjadi paham yang

melekat secara inheren di dalam tubuh organisasi ini.

B. Integrasi Pendidikan di Muhammadiyah

9 Arya Pambudi. Op.Cit., hlm. 24

5

Page 6: pendidikan muhammadiyah.docx

Ketika organisasi Muhammadiyah didirikan pada tataran operasional,

tujuan organisasi Muhammadiyah dijabarkan ke dalam tujuan umum

pendidikan Muhammadiyah yang oleh para tokohnya disarikan dari gagasan

pemikiran pendirinya, Ahmad Dahlan, yaitu membentuk manusia muslim

yang baik budi, alim dalam agama, luas pandangannya, alim dalam ilmu-ilmu

dunia (ilmu umum), dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.

Berdasarkan paparan dari K.H. Ahmad Dahlan pada paragraf di atas,

seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, tersirat makna dari Beliau

bahwasannya salah satu upaya yang tepat untuk mengatasi berbagai problema

yang terjadi pada masa itu adalah melalui pembaharuan sistem pendidikan.

Pembaharuan sistem pendidikan tersebut dapat dilakukan dengan cara

menggabungkan hal-hal positif yang terdapat pada sistem pendidikan yang

ada di pondok pesantren dengan sistem pendidikan yang ada di sekolah-

sekolah pemerintah kolonial.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak awal berdirinya sekolah-

sekolah Muhammadiyah menerapkan kurikulum untuk pengetahuan umum

dan pengetahuan agama (Kurikulum kemuhammadiyahan). Kurikulum

kemuhammadiyahan merupakan kurikulum pokok yang menjadi ciri khas di

seluruh lembaga pendidikan Muhammadiyah. Pemberian mata pelajaran

kemuhammadiyahan diarahkan kepada pembentukan kepribadian

Muhammadiyah yang sekaligus memiliki semangat sebagai pejuang untuk

memajukan agama Islam dan umat muslim sesuai prinsip yang dianut

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah dan gerakan tajdid10.

Kurikulum kemuhammadiyahan terdiri dari dua bagian, yaitu pertama

yang menyangkut pengetahuan tentang organisasi Muhammadiyah meliputi

sejarah organisasi Muhammadiyah, anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga Muhammadiyah, riwayat hidup para pendiri dan tokoh-tokoh

pemimpin Muhammadiyah, proses pengambilan keputusan di lingkungan

organisasi dan lain-lain. Di samping itu, para siswa juga diajarkan dan

10 Nurhayati Djamas. Op. Cit., hlm. 97

6

Page 7: pendidikan muhammadiyah.docx

dibimbing untuk menjadi kader pemimpin, muballigh, dan penggerak

masyarakat.

Bagian yang kedua dari materi kemuhammadiyahan yaitu materi al-

Islam yang dijabarkan ke dalam mata pelajaran bidang studi agama Islam

dengan bidang kajian akidah, akhlak, ibadah dan muamalah.Materi al-Islam

ini sumber referensinya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, serta hasil tarjih

yang dikeluarkan Majelis Tarjih Muhammadiyah. Oleh karena adanya

kurikulum kemuhammadiyahan ini, maka di sekolah-sekolah Muhammadiyah

jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran al-Islam dialokasikan sebanyak

tujuh jam pelajaran setiap minggu.

Walaupun terdapat kurikulum Kemuhammadiyahan di seluruh

lembaga pendidikan Muhammadiyah, namun tetap saja kurikulum pemerintah

diterapkan secara penuh oleh lembaga pendidikan ini. Untuk sekolah dasar,

sekolah menengah, dan perguruan tinggi umum berlaku kurikulum yang

ditetapkan oleh Departemen Pendidikan, sedangkan kurikulum pada

madrasah Muhammadiyah mengacu kepada kurikulum madrasah yang

ditetapkan Departemen Agama. Penerapan kurikulum pemerintah dilakukan

selain untuk mendapatkan pengakuan bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah

serta agar lulusannya setara dengan sekolah negeri milik pemerintah.

Buku-buku rujukan yang digunakan untuk pelajaran al-Islam di

sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk pendidikan dasar dan menengah

dikeluarkan oleh Majelis Pendidikan Muhammadiyah yang terdiri dari

beberapa seri buku al-Islam untuk setiap jenjang pendidikan. Isi buku-buku

al-Islam untuk semua jenjang pendidikan terutama berkaitan dengan dasar

pengetahuan dan pengamalan ajaran Islam yang diperlukan seorang muslim.

Di lingkungan sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak didapatkan

pelajaran tasawuf. Untuk pembentukan rohani dan pribadi yang sejalan

dengan tuntunan ajaran Islam diberikan mata pelajaran akhlak. Karena itu,

pemikiran keislaman yang ditransmisikan melalui pendidikan

Muhammadiyah dengan kurikulum kemuhammadiyahan dan al-Islam adalah

7

Page 8: pendidikan muhammadiyah.docx

pemikiran akidah dan fiqih yang terbebaskan dari khurafat dan bid’ah serta

praktik yang tidak sejalan dengan yang dicontohkan Rasulullah11.

C. Pertumbuhan Pendidikan Muhammadiyah

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pada tanggal 1 Desember

1911, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah pertamanya secara formal

yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah dengan

menggabungkan kelebihan model pendidikan barat dengan model pendidikan

pesantren. Di awal perintisan Madrasah tersebut, jumlah muridnya hanya

Sembilan orang itu pun berasal dari keluarga beliau sendiri setengah tahun

kemudian meningkat menjadi 20 orang yang terdiri dari putra dan putri12.

Pada masa awal perintisan sekolah tersebut, banyak kendala baik yang

berasal dari masyarakat sekitar (termasuk santrinya sendiri) dan bahkan dari

keluarganya sendiri yang harus Beliau hadapi.Beliau sering diolok-olok dan

di tuduh telah menyelewengkan ajaran Islam dan dianggap sudah masuk

Kristen.Tidak hanya itu, hubungan perdagangannya dengan famili pun di

boikot.Namun, semua itu dihadapinya dengan kepala dingin dan ketabahan

hati. Beliau menganggap semua itu sebagai suatu hal yang wajar karena

setiap usaha perbaikan selalu ada reaksi negatif disamping juga reaksi positif

(Syaifullah dalam Arya Pambudi: 2008).

Tahun-tahun awal pendirian sekolah Muhamamdiyah (setelah

organisasi ini resmi berdiri pada tanggal 18 November 1912) juga banyak

mengalami kendala misalnya, sulitnya memperoleh guru-guru berkualitas

yang secara tidak langsung membuat sekolah-sekolah Muhammadiyah sulit

bersaing dengan sekolah-sekolah modern lainnya. Namun, berkat kegigihan

dan kerja keras semua pihak yang berkecimpung dalam organisasi ini,

akhirnya pada tanggal 8 Desember 1912 Muhammadiyah membuka pondok

Muhammadiyah, sebuah sekolah dengan masa studi 5 tahun yang mana

sekolah tersebut menawarkan mata pelajaran umum dan keagamaan. Untuk

sekolah ini, Muhammadiyah merekrut sejumlah guru berkualitas untuk

11 Ibid., hlm. 99-10012 Arya Pambudi. Op.Cit., hlm. 24

8

Page 9: pendidikan muhammadiyah.docx

mengajar mata pelajaran sekuler, di mana dua dari guru tersebut adalah guru

dari sekolah Kweekschool yaitu Raden Danuwijoto dan Mas Djojosugito.K.H

Ahmad Dahlan seniri mengajar mata pelajaran keagamaan pada sekolah

tersebut. Bergabungnya Djojosugito dan Sosrosugondo sekitar tahun 1923, di

mana keduanya memiliki jabatan penting dalam organisasi Muhammadiyah

yaitu sebagai sekretaris umum dari Muhammadiyah pusat dan wakil ketua

bagian pendidikan Muhammadiyah, menambah kekuatan baru bagi organisasi

ini yang pada akhrinya Muhammadiyah berhasil membuka sekolah

Kweekschool sendiri sehingga di akhir tahun 1923, di Yogyakarta, sistem

pendidikan modern ini telah dapat membuka13:

1. 4 Sekolah Klas II (Tweede School)

2. 1 Sekolah H.I.S met de Kur’an (Hollandsche Indlandsche School)

3. 1 Sekolah Kweekschool (sekolah calon guru)

Sementara itu, di luar residensi Yogyakarta tepatnya di cabang

Muhammadiyah di Batavia juga berhasil mendirikan sebuah Sekolah H.I.S

met de Kur’an pada akhir tahun 1923, dmeikian halnya dengan cabang

Muhammadiyah di Surabaya. Sementara cabang Muhamamdiyah di Solo

mendirikan sebuah sekolah Kelas II serta memiliki pendidikan yang

menawarkan kursus bahasa Belanda (Alfian dalam Arya Pambudi: 2008).

Selain sistem sekolah modernnya, juga dijalankan sistem sekolah

agama seperti Madrasah Muhammadiyah di Yogyakarta dan sejumlah kursus-

kursus agama singkat yang ditawarkan baik kepada dewasa, muda ataupun

anak-anak yang biasanya dilakukan sore atau malam hari. Pada tahun 1923

ini pun Muhammadiyah memiliki sebuah sekolah bernama Al-Madrasatul

Wuthqa, yaitu sekolah yang berorientasi mengahsilkan kader-kader setia pada

organisasi Muhammadiyah dengan jenjang pendidikan selama enam tahun. Di

dalamnya juga diajarkan ilmu keagamaan yang lebih tinggi tingkatannya,

mata pelajaran umum dan mengani kepemimpinan (Alfian dalam Arya

Pambudi: 2008).

13 PP Muhammadiyah. Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah dalam Arya Pambudi.Ibid., hlm. 39-40

9

Page 10: pendidikan muhammadiyah.docx

Sementara itu, Siti Busyro, putri dari K.H Ahmad Dahlan, beserta

beberapa anak gadis laninnya yang merupakan kerabat dari sahabat K.H.

Ahmad Dahlan yaitu Haji Fachruddin, berhasil mendirikan lembaga

pendidikan yang di bawah Aisyiah yaitu Kweekschool untuk wanita yang

kemudian dikenal dengan nama Mu’allimat Muhammadiyah juga sekolah

kader yang diberi nama Wal-Ashri14.

Tabel di bawah ini memperlihatkan pertumbuhan sekolah

Muhammadiyah di pulau Jawa dan Madura sampai tahun 193215:

Jenis Sekolah BaratJawa

Barat

Jawa

Tengah

Jawa

TimurMadura Total

Volksschool

Standaard School

Schakel

H.I.S.

MULO/Normaal

H.I.K.

Kweekschool

8

1

0

7

1

1

88

23

17

32

2

3

2

2

5

10

1

0

0

2

1

1

0

0

98

28

23

50

4

4

18 165 20 4 207

Jenis Sekolah BaratJawa

Barat

Jawa

Tengah

Jawa

TimurMadura Total

Madrasah Dinijah

Madrasah Wusthqa

2

1

59

9

12

1

4

0

77

11

3 68 13 4 88

Jenis Sekolah Lainnya Jawa Jawa Jawa Madura Total

14 Abdul Munir Mulkhan. Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah-dalam Perspektif Perubahan Sosial dalam Arya Pambudi.Ibid., hlm. 42

15 Alfian.The Political Behaviour of a Muslim Modernist-Organization Under Dutch Colonialism dalam Arya Pambudi. Ibid., hlm. 42

10

Page 11: pendidikan muhammadiyah.docx

Barat Tengah Timur

Aisyiah/Meisje School

Yatimschool (Sekolah

Yatim)

Bustan (Taman

Kanak-Kanak)

Sekolah lainnya

2

0

1

0

6

7

1

4

0

0

0

0

0

0

0

0

8

7

2

4

3 18 0 0 21

Total Keseluruhan 24 251 33 8 316

Adapun perkembangan pendidikan di Minangkabau pada tahun 1927

dan 1932 terlihat pada tabel di bawah ini16:

Jenis Sekolah Barat 1927 1932

Volksschool

Standaard School

H.I.S

0

0

3

2

3

3

3 8

Jenis Sekolah Agama 1927 1932

Madrasah Dinijah

Madrasah Wutha

0

0

30

15

Pada tahun 1931, Muhammadiyah membuka sekolah guru, Hollands

Inlandse Kweekschool (HIK), di Surakarta.Ijazah HIK disetarakan dengan

ijazah sekolah guru Eropa sehingga pemegangnya memiliki peluang untuk

mengambil akte mengajar Eropa baik di Hindia Belanda maupun di

Belanda.Artinya, HIK merupakan sekolah guru tertinggi tingkatannya waktu

16 Alfian.The Political Behaviour of a Muslim Modernist-Organization Under Dutch Colonialism dalam Arya Pambudi. Ibid., hlm. 45

11

Page 12: pendidikan muhammadiyah.docx

itu yang kualitasnya diakui setara dengan kualitas sekolah guru untuk bangsa

Eropa17.

Selanjutnya, penyebaran Muhammadiyah semakin meluas lagi di

seantero Nusantara.Bidang pendidikan menjadi begitu melekat dengan aikon

Muhammadiyah.Meurut Sistem resmi Muhammadiyah, sampai tahun 1957

angka lembaga pendidikan Muhammadiyah tercatat sebanyak 1.559 buah

yangterdiri dari berbagai macam jenis lembaga pendidikan18.

Pada masa sekarang, lembaga pendidikan formal Mehammadiyah

beribu-ribu jumlahnya dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, meliputi

jenjang Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi, baik berupa lembaga

pendidikan umum di bawah kementrian Pendidikan Nasional maupun

lembaga pendidikan keagamaan di bawah Kementrian Agama.

Tabel 1: Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Pendidika Th. 200819

No Jenjang Pendidikan Jumlah

Taman Kanak-kanak 3.973

Sekolah Dasar 940

Madrasah Ibtidaiyyah 1.332

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) 2.143

SLTA (SMA/MA) 979

SMK 101

Muallimin/Muallimat 13

Sekolah Menengah farmasi 3

Pondok Pesantren 64

Perguruan Tinggi Muhammadiyah20 154

Jumlah 9.708

17 Suyatno, dkk.2010. Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah di tengah Persaingan Nasional dan Global. Jakarta: UHAMKA Press.hlm. 23

18 Jusuf Abdullah Puar.Pendidikan dan Perguruan Muhammadiyah dalam Arya Pambudi.Op. Cit.

19 Direktori PTM 2008/2009: Profil Universitas, Sekolah Tinggi, Politeknik, dan Akedemi Muhammadiyah se Indonesia dalam Suyatno, dkk. Op. Cit., hlm., 62

20 Data Ditlitbang PP sd. Januari 2010 dalam Syatno, dkk. Ibid., hlm., 62

12

Page 13: pendidikan muhammadiyah.docx

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat di

simpulkan bahwa latar belakang lahirnya pendidikan Muhammadiyah adalah:

1. Adanya dualisme sistem pendidikan yang memisahkan antara

Ilmu agama (ilmu keakhiratan) dan ilmu pengetahuan umum

(ilmu dunia).

2. Banyak umat Islam yang terjerat kebodohan, kemiskinan, jumud

(beku) pikirannya dan jiwanya yang diakibatkan oleh adat

istiadat tak masuk akal yang terkadang menjerumus kepada

syirik

Adapun pengintegrasian pendidikan di sekolah-sekolah

Muhammadiyah dilakukan dengan cara memasukan kurikulum

kemuhammadiyahan sehingga pada akhirnya nanti para pelajar tidak saja

cerdas dalam ilmu keduniaan saja melainkan juga ilmu akhirat agar tercapai

kehidupan yang bahagia dunia akhirat.

13

Page 14: pendidikan muhammadiyah.docx

DAFTAR PUSTAKA

Djamas, Nurhayati. 2009. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca

Kemerdekaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Suyatno, dkk. 2010. Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah di tengah

Persaingan Nasional dan Global. Jakarta: UHAMKA Press.

Dadang. 2011. Pendidikan Islam Modern Periode K.H. Ahmad Dahlan.

http:// makalahilmupendidikandanperpustakaan.blogspot.com

Pambudi, Arya. 2008. Perkembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Di

Jakarta (Skripsi Ilmu Budaya).http://lontar.ui.ac.id.

PP Muhammadiyah. http://www.Muhammadiyah.or.id

Repository Universitas Sumatera Utara. 2011. http:// repository.usu.ac.id

Rohman, Fajar Miftahur. 2012. Pendidikan Muhammadiyah.

http://solomoncell.wordpresss.com

14