pendidikan berbasis mutu telaah atas pemikiran ibnu sina
TRANSCRIPT
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
PENDIDIKAN BERBASIS MUTU TELAAH ATAS PEMIKIRAN IBNU SINA
A.Biografi Ibnu Sina
1.Riwayat Hidup Ibnu Sina
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husien Ibn Abdullah Ibn Hasan Ibn Ali Ibn Sina.
Penyebutan nama ini telah menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan para ahli sejarah.Sebagian dari mereka mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari bahasa latin Aven Sina dan
sebagian yang lain mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari kata al-shin yang dalam
bahasa Arab berarti Cina. Selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa nama tersebutdihubungkan dengan nama tempat kelahirannya yaitu Afshango.
read more....
Ibnu Sina dilahirkan di Desa Akhsyanah, dekat Bukhara pada tahun 370 H/ 980M. para ulamaberbeda pendapat tentang tahun kelahirannya. Al-Qibthi dan Ibnu Khalkan mengatakan kelahiran
Ibnu Sina pada tahun 370/980. Ibnu Abi Ushaibiah mengatakan pada tahun 375/985. sedangkan
ada yang mengatakan kelahirannya pada tahun 373/983, dan menurut Muhammad Ustman Nafati
pada tahun 363/973. Adapun pendapat lain mengatakan bahwa Ibnu Sina di lahirkan di Persia
pada bulan Safar tahun 980 M, ayahnya tinggal di kota Baikh yaitu sebuah kota yang terletak antara Georgia dan Turkistan.
Ayahnya bernama Abdullah dan ibunya Astarah dari Afghanistan, ada juga yang mengatakan
bahwa ibu Ibnu Sina berkebangsaan Persia. Karena ada abad ke 10 M Afghanistan berada dibawah kekuasaan Persia. Ayahnya adalah penganut Syi‟ah Ismai‟iliyah. Walaupun diri Ibnu Sinamenolak identitas itu. Keluarganya termasuk keluarga kaya dan terpandang. Latar belakang
keluarganya yang demikian merupakan faktor yang sangat mendukung dalam pembentukanpribadi ilmiahnya, disamping kecemerlangan otaknya.
Dalam sejarah pemikiran Islam, Ibnu Sina dikenal sebagai intelektual muslim yang banyak
mendapat gelar. Tampilnya Ibnu Sina selain sebagai ilmuwan yang terkenal didukung oleh
tempat kelahirannya sebagai ibu kota kebudayaan dan orang tuanya yang dikenal sebagai pejabat
tinggi, juga karena kecerdasannya yang luar biasa. Menurut catatan sejarah Ibnu Sina memulaipendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya yaitu Bukhara.
Pengetahuan yang pertama kali ia pelajari adalah membaca Al-Qur‟an, setelah itu ia melanjutkandengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam seperti tafsir, fiqih, Ushuluddin. Berkat ketekunan
dan kecerdasannya, ia berhasil menghafal Al-Qur‟an dan menguasai berbagai cabang ilmu
keislaman pada usia yang belum genap sepuluh tahun.Ibnu Sina belajar dibawah pengawasan ayahnya dan salah seorang gurunya ialah Ismail Az-
Zahid yang mengajarkan ilmu akhlak, tasawuf dan fiqih. Setelah umur 10 tahun dan ilmu-ilmu
agama telah dikuasai, maka ayahnya menyuruh belajar filsafat dengan segala cabang-cabangnya.
Pertama belajar ilmu hitung ada seorang saudagar India (kawan ayahnya), kemudian ia tidak pasdengan ilmu hitung saja, tapi ingin segala macam ilmu. Kebetulan sekali seorang sahabat
ayahnya bernama Abu Abdullah Natili yang terkenal sebagai mutafalsit atau calon filosofiberkunjung ke Bukhara dan menginap dirumahnya sehingga kesempatan yang baik ini
dimanfaatkan oleh ayahnya agar puteranya belajar pada Natili, akan tetapi proses belajarnyatidak begitu lama, sang guru ingin pulang ke daerahnya.
Diusianya yang keenam belas Ibnu Sina mampu mempersembahkan karyanya sendiri yakni
tentang; hukum Islam, filsafat, ilmu alam, mantiq (logika) dan matematika (geometri). Selain ituIbnu Sina juga menempati posisi istimewa dalam ilmu kedokteran, sehingga banyak dokter
beken yang mulai belajar padanya. Dalam pandangan Ibnu Sina, kedokteran bukanlah bidang
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
ilmu yang rumit.
Sedangkan bidang ilmu yang menurut Ibnu Sina rumit adalah metafisika. Dia mengaku membacametaphysics karya Aristoteles sebanyak empat puluh kali, namun belum juga bisa memahami
maksud penulisnya. Sampai akhirnya dia meneruskan risalah Al-Farabi yang berjudul on the
intentions of the metaphysics, selepas membacanya, barulah dia memperoleh kejelasan mengenai
apa itu metafisika.Diusianya yang ke enam belas tahun ini kemasyahuran Ibnu Sina telah menyebar luas sampai
kepada para ahli kedokteran lainnya sehingga mereka tertarik mempelajari pengalaman dan
berbagai macam teknik penyembuhan dari padanya. Ibnu Sina mencurahkan seluruh waktunyauntuk menelaah, membaca dan membahas, menganalisa, meneliti dan melakukan pengkajian
terhadap berbagai pendapat para ahli .
Dikisahkan bahwa ketika raja Nuh Ibn Manshur, penguasa Bukhara dan sekaligus guru IbnuSina, memanggilnya untuk mengobati penyakit yang diderita sang guru disaat dokter-dokter lain
tidak sanggup. Sambil mengobati gurunya ini, dia memohon izin supaya diperkenankan
memasuki perpustakaan pribadi Nuh Ibn Manshur untuk mempelajari lebih jauh ilmu kedokteran
yang ditekuninya.
Upaya memperdalam dan menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan dilanjutkan Ibnu Sinasaat ia memperoleh kesempatan mempergunakan perpustakaan milik Nuh Bin Mansyur yang
pada saat itu menjadi sultan di Bukhara. Kesempatan tersebut terjadi karena jasa Ibnu Sina yangberhasil mengobati penyakit sultan tersebut hingga sembuh.
Dengan menenggelamkan diri dalam membaca buku-buku yang terdapat dalam perpustakaan
tersebut, Ibnu Sina berhasil mencapai puncak kemahiran dalam ilmu pengetahuan. Tidak adasatupun cabang ilmu pengetahuan yang ia tidak pelajari, hampir setahun lamanya ia membaca
dan menelaah buku-buku yang terdapat dalam perpustakaan tersebut. Sampai datang musibah
yang memutuskan segala harapan nya yaitu terjadinya kebakaran pada perpustakaan tersebut
hingga memusnahkan buku-buku yang ada di dalamnya.Sejumlah guru yang pernah mendidik Ibnu Sina, diantaranya adalah Mahmud Al-Masrah yang
dikenal sebagai ahli matematika dan mengjar ajaran isma‟iliyah dari India. Kemudian terdapatpula nama Ali Muhamamd Ismail Ibn Al-Husyairi yang dikenal sebagai Az-Zahid dan termashur
sebagai ahli fiqih bermadzhab Hanafi di Bukhara pada saat itu. Sedangkan Abi Abdillah An-Nafili sebagai guru Ibnu Sina dalam mempelajari manthiq dan filsafat, Ibnu Sina juga pernah
belajar ada Abu Sahl Isa Bin Yahya Al-Masihi Al-Jurjani yang mengajarinya ilmu kedokteran.
Ketika berusia delapan belas tahun ia telah dapat menguasai berbagai ilmu pengetahuan, danketika menginjak usia duapuluh dua tahun ayah nya meninggal dunia pada waktu timbul
kekacauan politik dalam pemerintahan as-samiyah ini, terpaksa pindah ke Bukhara, kemudian
pindah lagi ke Georgia, dan pindah lagi ke Rai, akhirnya pindah lagi ke Hamdan, di kota inilah iadiangkat menjadi asisten pribadi sultan Syamsuddin Daulah Abu Tahir Bin Fachrid Daulah Ali
Bin Ruknid Daulah Al-Hayan Bin Buwaihid dialami karena berhasil mengobatinya.
Karena terjadinya revolusi yang digerakkan oleh pada tentara kerajaan, akhirnya diapun ditahandalam beberapa waktu, namun raja sakit yang kedua kalinya dan akhirnya terpaksa Ibnu Sinadibebaskan kembali. Setelah kursi kekuasaan digantikan anaknya, Raja Taj Al-Malik, Ibnu Sina
diminta untuk menjadi menteri raja, namun Ibnu Sina menolak dan memiliki untuk menjadi
penulis dengan menempati rumah kawannya di Hamadzan. Karena merasa tidak aman tinggal diMahadzan, akhirnya dia mengirim surat rahasia kepada Raja Ash Fahan, petinggi kerajaan untuk
diperkenankan pindah. Sayang sekali permohonannya itu diketahui oleh Raja Taj-Al Malik dan
kemudian raja marah serta menahan Ibnu Sina Selama empat tahun ditahanan Qardajan setelah
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
dibebaskan untuk yang kedua kalinya Ibnu Sina masih bekerja pada raja Taj-Al Malik untuk
beberapa waktu. Ibnu Sina meninggalkan kota Hamadzan dalam pakaian sufi menuju Ashfahan,setelah pentinggi kerjaan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepadanya.
Karena intelektualitas Ibnu Sina yang cukup representatif pada masanya sehingga diberi gelar
Al-Syaikh Al-Rais (The Leader Among Wisemen) Hujjat Al-Haqq (The Proof Of God) dan
bapak kedokteran Islam (Amir Al-Athibba‟, The Prince Of Physicians). Suatu predikat muliabagi seorang intelektual profesional yang tidak mudah diberikan kepada siapapun karena
eksistensi nya yang ketat memikat.
Ibnu Sina adalah orang yang kuat kawin, sehingga tenaganya dihabiskan untuk memuaskannafsu syahwat dengan istri-istrinya. Oleh karena itu ia akhirnya mengamali lemah jasmani dan
menderita berbagai penyakit. Pada waktu tinggal di Iasfahan ia terkena penyakit berat (colig)
yaitu penyakit yang menimbulkan suhu panas tinggi di tubuhnya. Pada suatu waktu ketikapenyakitnya mencapai titik optimal, ia menginjeksi dirinya sendiri sampai delapan kali sehari,
dan hal ini menyebabkan timbulnya bisul bernanah dibagian perutnya, maka makin beratlah
sakitnya.
Walaupun jiwanya sudah terancam karena penyakitnya, ia masih tetap aktif menghadiri sidang-
sidang majelis ilmu di Isfahan. Kemudian ketika Ala Ad-Daulah bermaksud akan pergi keHamadan, Ibnu Sina memaksakan ikut dalam rombongan tersebut. Di tengah perjalanan ia
diserang lagi oleh penyakit, dan dalam keadaan demikian ia berkata “segala tenaga pengatur kekuatan tubuhku sudah lumpuh sama sekali, dan segala macam pengobatan sudah tak berguna
lagi sehingga orang yang merawat tubuhku tidak diperlukan lagi, karena saya tidak
membutuhkan lagi pengobatan. Akhirnya ia kemudian mandi dan bertobat kepada Allah Swt,menyedekahkan segala kekayaannya kepada kaum fakir, memaafkan setiap orang yang pernah
menyakitinya, membebaskan para budaknya, membaca Al-Qur‟an sampai tamat tiga hari sekali,
sampai ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dan ia wafat pada hari jumlah bulan
Ramadhan pada tahun 428 H. bertepatan dengan tahun 1037 M dan dimakamkan di Hamadan.Dalam bidang karir dan pekerjaan yang pertama ia lakukan adalah seperti orang tuanya yaitu
membantu tugas-tugas pangeran Nuh Bin Mansur. Ia diminta untuk menyusun kumpulan,pemikiran filsafat oleh Abu Al-Husain Al „Arudi. Ibnu Sina mempelajari ilmu kedokteran secara
mendalam, hingga ia menjadi seorang dokter yang termasyhur pada zamannya. Hal ini didukungoleh kesungguhannya melakukan penelitian dan praktek pengobatan sehingga pada saat itu ilmu
kedokteran mengalami perkembangan yang didukung oleh keluasan teori dan praktek.
Penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan, sangat berpengaruh terhadap pemikirannya tentangkonsep pendidikan. Di samping itu, sebenarnya yang mematangkan teori-teori pendidikannya
ialah ia mempunyai pengalaman praktis dalam pengajaran. Pandangan-pandangannya tentang
pendidikan sangat tajam dan komprehensif. Dengan kemampuannya tersebut, maka wajar bilapara pakar pendidikan Islam mengakui bahwa Ibnu Sina banyak memberikan saham dalam
meletakkan dasar-dasar pendidikan Islam, terutama dalam pendidikan peserta didik.
Abu Ali Sina telah mencetak banyak filosof dan pakar, diantara nya adalah sebagai berikut:1. Abu Al-Hasan Bahmanyar Bin Marzaban dia adalah filosof yang sering berbeda pendapatdengan gurunya, terutama tentang kausalitas dan penulis at-tahshil (sebuah karya yang paling
terkenal darinya)
2. Abu Adbillah Al-Ma‟shumi, dia adalah penulis transkrip kuliah-kuliah Ibnu Sina.3. Abu Adillah Abdul Wahid Bin Muhammad Al-Jurjani, dia adalah penulis biografi Ibnu Sina,
berkat jasanyalah maka karya-karya Ibnu Sina dapat dinikmati dari generasi ke generasi hingga
saat ini.
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
4. Abu Abdillah Muhammad Bin Yusuf Syafuddin Al-Ilaqi, dia telah mewarisi ilmu Ibnu Sina
dalam bidang kedokteran dan juga sebagai penulis ikhtishar kitab Al-Qanun (Ringkasan al-qanunkarya Ibnu Sina)
5. Abu Manshur Husain Bin Thahir Bin Zahlah Al-Isfahani, dia adalah filosif yang meringkas
sejumlah karya besar dari Ibnu Sina, diantaranya adalah kitab Asy-Syifa dan risalah Hay Bin
Yaqdhan. Dan yang menarik, dia telah menguasai ilmu musik.Pada masa hidupnya Abu Ali Ibn Sina berkomunikasi dengan para ilmuwan, diantaranya dengan
Ibnu Miksawaih dan Abu Raihan Al-Biruni serta dokter abu Al-Faraj Bin Tabib Bin Al-Jatsaliq
dan Abu Masail, Iraqi, Abu Khair Bin Al-Khammar, dari mereka Ibnu Sina memperdalam ilmu-ilmu logika, alam, matematika dan kedokteran, sehingga di adat mengungguli guru-gurunya,
Ibnu Sina juga mempelajari kitab dari Al-Farabi tentang metafisika. Sebelum mempelajari kitab
Al-Farabi dia tidak bisa memahaminya dan setelah membacanya, ia baru memahaminya.Para sejarah mengakui ketajaman otak (genius) Ibnu Sina dan ingatan yang kuat sekali diikuti
dengan ketekunannya mempelajari ilmu pengetahuan, maka menjadilah ia seorang ahli ilmu
agama, ilmu filsafat dengan segala macam bagiannya, ilmu politik dan terakhir ilmu kedokteran,
jadi, sekaligus sebagai pengarang, filosofi dan dokter ahli.
2. Latar Belakang Pemikiran Ibnu SinaSebagaimana telah diketahui pada bab terdahulu bahwa sebagai seorang cendikiawan muslim, ia
dikategorikan sebagai seorang yang produktif, karena melalui pemikiran dan pandangannyaitulah Ibnu Sina dikenal oleh masyarakat seluruh dunia.
Pemikiran Ibnu Sina banyak kaitannya dengan pendidikan barang kali menyangkut pemikirannya
tentang falsafat ilmu. Menurut Ibnu Sina ilmu terbagi menjadi dua, yaitu ilmu yang tak kekal danilmu yang kekal (hikmah). Ilmu yang kekal dipandang dari perannya sebagai alat dapat disebut
logika. Tapi berdasarkan tujuannya, maka ilmu dapat dibagi menjadi ilmu yang praktis dan yang
teoritis. Ilmu teoritis seperti ilmu kealaman, matematika, ilmu ketuhanan dan ilmu Kulli.
Sedangkan ilmu yang praktis adalah ilmu akhlak, ilmu pengurusan rumah, ilmu pengurusan kotadan ilmu nabi (syariah).
Menurut Hasan Langgulung pemikiran pendidikan Ibnu Sina dalam falsafat praktisnya (ilmupraktis) memuat tentang ilmu akhlak, ilmu tentang urusan rumah tangga, politik dan syariah.
Karya tersebut ada prinsipnya berkaitan dengan cara mengatur dan membimbing manusia dalamberbagai tahap dan sistem. Pembahasan diawali dari pendidikan individu. Yaitu bagaimana
seseorang mengendalikan diri (akhlak). Kemudian dilanjutkan dengan bimbingan kepada
keluarga (takbiral-manzil), lalu meluas ke masyarakat (tadbir al-madinat) dan akhirnya kepadaseluruh umat manusia.
Maka menurut Ibnu Sina, pendidikan yang diberikan oleh nabi pada hakikatnya adalah
pendidikan kemanusiaan. Disini dapat dilihat bahwa pemikiran pendidikan Ibnu Sina bersifatkomprehensif. Sementara itu pandangan-pandangan Ibnu Sina dalam bidang politik hampir tidak
dapat dipisahkan dari pandangan nya dalam bidang agama, karena menurutnya hampir semua
cabang ilmu keislaman berhubungan dengan politik, ilmu ini selanjutnya ia bagi menjadi empatcabang yaitu ilmu akhlak, ilmu cara mengatur rumah tangga, ilmu tata negara dan ilmu tentangkenabian. Ke dalam ilmu politik ini juga termasuk ilmu. Ilmu. Pendidikan, karena ilmu
pendidikan merupakan ilmu yang berada pada garis terdepan dalam menyiapkan kader-kader
yang sia untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.Dalam pemikiran pendidikannya, Ibnu Sina juga telah menguraikan tentang psikologi
pendidikan. Hal ini terlihat dari uraiannya mengenai hubungan pendidikan anak dengan tingkat
usia, kemauan dan bakat anak dengan mengetahui latar belakang tingkat perkembangan, bakat
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
dan kemauan anak, maka bimbingan yang diberikan kepada anak akan lebih berhasil. Menurut
Ibnu Sina adanya kecenderungan manusia untuk memilih pekerjaan yang berbeda dikarenakan dialam diri manusia terdapat faktor yang tersembunyi yang sukar dipahami dan dimengerti serta
sulit untuk di ukur kadarnya. Dengan pandangan Ibnu Sina ini terlihat bahwa dalam pemikiran
pendidikannya ia telah merintis adanya perbedaan individu (Individual Differences) seperti yang
dikenal dunia pendidikan modern sekarang.Dalam memformulasikan konsep pendidikan, Ibnu Sina sangat menekankan pada pendidikan
akhlak. Karena pada zaman itu suasana dan kondisi sosial politik pada massanya, memang
sangat kacau. Ketika itu fitnah terus berkecamuk sedang kekacauan politik dan pertentanganaliran-aliran madzhab tengah melanda umat Islam. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa
betapa bobroknya akhlak kaum muslimin. Padahal bila akhlak suatu bangsa telah rusak, maka
bangsa tersebut pasti akan hancur pula. Kondisi sosial yang demikian, baik secara langsungmaupun tidak langsung telah berpengaruh terhadap pemikiran pendidikannya.
Selanjutnya Ibnu Sina membagi tingkat pendidikan menjadi dua bagian diantaranya adalah:
1. Tingkat umum. Pada tingkat uni anak dilatih untuk dapat belajar mempersiapkan badan
jasmaninya, akal dan jiwanya pada tingkat ini anak diberi pelajaran membaca, menulis, Al-
Qur‟an, masalah-masalah penting dalam agama dasar-dasar bahasa dan sedikit sastra.2. Tingkat khusus, pada tingkat ini anak dipersiapkan untuk menuju suatu profesi yaitu mereka
dilatih untuk melakukan praktek yang berkaitan dengan masalah kehidupan. Karena jika hanyamemiliki rasa ingin tahu saja belum cukup tetapi harus berlatih terus menerus. Disini Ibnu Sina
hendak mengarahkan menuju profesi-profesi dan bakat-bakat yang sesuai dengan kemampuan
dan cocok dengan kecenderungan-kecenderungan peserta didik.3. Karya Tulis Ibnu Sina
Dengan melihat latar belakang pendidikan, karir dan latar belakang pemikirannya, maka sangat
wajar bila banyak gagasan-gagasan dan pikiran-pikirannya dituangkan dalam bentuk sebuah
karya tulis.Berbagai tulisan Ibnu Sina menurut versi modern berjumlah 276 buah mencakup seluruh kajian
filosofis, saintifik, kedokteran dan bahkan kebahasaan, karya-karya Ibnu Sina boleh dikatakanpaling bernasional dan sistematik diantar semua karya berbahasa Arab, dan dalam skala yang
lebih kecil berbahasa Persia. Ibnu Sina juga dikenal sebagai seorang ulama yang amat produktif,buku karangannya hampir meliputi seluruh cabang ilmu pengetahuan diantaranya adalah ilmu
kedokteran, filsafat, ilmu jiwa, fisika, logika, politik dan sastra Arab.
Untuk mengetahui jumlah yang agak pasti dari karangan Ibnu Sina itu agak sulit, namun peranyang dimainkan oleh seorang father dari Dominican di Kairo dalam bidang ini tidak dapat
dilupakan begitu saja, dari hasil penyelidikannya terhadap karya tulis Ibnu Sina, ia mencatat
sebanyak 270 buah, sementara Philip K. Hitti dengan memakai daftar yang di buat oleh Al-Qiflimengatakan bahwa karya tulis Ibnu Sina berjumlah sekitar 99 buah. Terjadinya perbedaan
penghitungan ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan tentang sedikit banyaknya data
yang digunakan.Sedangkan menurut Ibn Khalkan dalam Wafayat Ala‟yan menyebutkan ada 100 buah karangan,
Ibnu Ali Ushalbi‟ah dalam Uyun Al-Anbiya‟ mengejutkan ada 102 buah karangan dan YahyaIbn Ahmad Al-Kasyi menyebutkan ada 92 kitab dan risalah.
Diantara karya-karya Ibnu Sina yang cukup terkenal diantaranya adalah sebagai berikut:1. Al-Syifa, sebuah karya filsafat yang telah di Tahqiq oleh Juras Syahatah Qunwati, Said Zayad
Dan Ibrahim Bayumi Madkur. Buku ini berjumlah 28 jilid meliput ilmu manthiq, kosmologi
(ath-thabi‟iyah), metafisika (ilahiyat) dan matematika (riyadhiyat). Dan ini merupakan karya
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
terbesar dari Ibnu Sina yang telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa dunia, termasuk
bahasa latin.2. Al-Najal, sebuah karya ringkasan filsafat dari al-syifa‟ yang memuat tentang ilmu logika,kosmologi dan teologi buku ini juga diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa dunia, termasuk
latin.
3. Al-Isyarat Wa Al-Tanbihat, sebuah karya terakhir dari Ibnu Sina yang membahas tentanglogika, kosmologi dan metafisika. Pandangan-pandangan Ibnu Sina dalam buku ini dianggap
sebagai pendapatnya yang bersifat final. Puluhan filosofi dan teologi, Syiah dan Sunni, telah
memberikan komentar (syark) atas buku ini, diantaranya adalah Fakhrud-Din Ar-Razi yangterdiri dari tiga jilid, dan Nasirud-Din Ath-Thusi.
4. Al-Qanun Fi Al-Thibb, sebuah karya dalam bidang kedokteran yang terdiri dari tiga jilid, isi
buku ini menjelaskan tentang cara-cara pengobatan berbagai penyakit yang disebabkan oleh airdan tanah. Buku ini terbit di Roma pada tahun 1653 H.
5. Rasa‟il Fi‟al Hikmah Wa Ath-Thabi‟iyat, sebuah karya dari Ibnu Sina yang terdiri daridelapan esai, yang berisi tentang kenabian, jiwa, ilmu-ilmu rasional, dan etika.
6. Al-Hashil Wa Al-Mahshul sebuah karya yang terdiri dari dua puluh jilid dan khusus
dipersembahkan pada Abu Bakar Al-Barqi Diusia Muda.7. Al-Himah Al-Arsyiyah sebuah karya yang hanya membahas satu bidang yakni filsafat yaitu
Ilahiyat (teologi)8. Ahwal Al-Nafs.
9. Tisa‟ Rasial Fi Al-Himah Al-Thabi‟yyah terbit di Istambul tahun 1298 H
10. Risalh Fi Ma‟rifah Al-Nafs Al-Nathiqah Wa Ahwaliha, yang disiarkan oleh MuhammadTasbit Al-Fandi, Di Kairo pada tahun 1934 M.
11. Yunu Al-Himah Di Tahqiq Oleh Abd Al – Rahman Badawi
12. Mabhats An Al-Quwa Al-Nafsaniyyah, diperkenalkan oleh Fandik
13. Asbab Huduts Al-Huruq, diterbitkan di Kairo pada tahun 1332 H.14. Hay Ibn Yaqzhan diterbitkan di Kairo pada tahun 1809 H.
15. Risalah Al-Fayd Al-Ilah, sebuah karya lokal yang mencoba mendeskripsikan tentangphotograpy (ilmu gambar atau photo)
16. At-Ta‟liqhat Ala Hawasyi Kita Al-Nafs Li Aristhu (Aristoteles) di Tehqiq oleh Abd Al-Rahman Badawi (Kairo: Al-Haq‟ah Al-Mishriyyah Al-Ammah Li Al Kitab, 1973 M)
17. Al-Qashidah Al-Ayniyah Fi Al-Nafs, sebuah karya komentar terhadap al-Manawi, pada
tahun 1381 H18. Kitab Al-Siyasah, sebuah karya yang membahas tentang perhatian terhadap pendidikan anak
usia dini, buku ini diperkenalkan dan diedit oleh Bulas Ma‟luf Al-Yasu‟i.
19. Manthiq Al-Mashriqiyyin, ditebitkan di Kairo oleh Al-Maktabah Al-Salafiyah pada tahun1910 M
20. Fi Aqsam Ulum Al-Aqliyyah sebuah karya yang membahas tentang logika dan fisika.
21. Al-Himah Al-Marsyriqiyah.22. Risalah Ath-Thayr, esai sastra sufistik tentang perjalanan hidup dan kematian23. At-Ta‟liqat
24. Kitab Fi An-Nihayah Wa Al-La-Mihayah
25. Lisan Al-Arab, sebuah karya yang membahas tentang sastra Arab, yang terdiri dari sepuluh jilid, buku ini disusun sebagai jawaban terhadap tantangan dari seorang pujangga sastra yang
bernama Abu Mansur Al-Jubba‟i dihadapan Amir „Ala Ad-Daulah Di Isfahan.
26. Al-Isaquji, sebuah karya dalam bidang logika.
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
B. Konsep Pendidikan Berbasis Mutu Menurut Ibnu Sina
Pemikiran Ibnu Sina dalam peningkatan mutu pendidikan islam antara lain berkenaan dengantujuan pendidikan, kurikulum, metode pengajaran dan guru. Untuk lebih jelasnya akan
dikemukakan sebagai berikut.
1. Tujuan Pendidikan islam.
Menurut Ibnu Sina, bahwa tujuan pendidikan harus di arahkan pada pengembangan seluruhpotensi yang di miliki seseorang ke arah perkembangan yang sempurna. Yaitu perkembangan
fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus
diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan,
kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
Sedangkan tujuan pendidikan Islam menurut Ibnu Sina adakah untuk membentuk manusia yangberkepribadian akhlak mulia. Ukuran berakhlak mulia dijabarkan secara luas yang meliputi
segala aspek kehidupan manusia. Aspek-aspek kehidupan yang syarat terwujudnya suatu sosok
pribadi berakhlak mulia meliputi aspek pribadi, sosial dan spiritual, ketiganya harus berfungsi
secara integral dan komprehensif.
Tujuan pembinaan moral melalui pendidikan sangat penting menurut pandangan Ibnu Sina, halini dapat dilakukan dengan cara seorang anak harus dijaga dalam menentang manusia yang
buruk dan memiliki budi pekerti yang buruk mereka juga harus diberikan peluang yangmemungkinkan untuk dapat memahami dan merasakan kehidupan dengan cara berkomunikasi
dengan orang-orang yang salih.
Orang yang memiliki akhlak mulia akan dapat mencapai kebahagiaan (sa‟adah). Kebahagiaanmenurut Ibnu Sina, dapat diperoleh secara bertahap. Mula-mula kebahagiaan secara individu dan
kebahagiaan ini akan tercapai jika individu memiliki akhlak yang mulia. Jika setiap individu
yang menjadi anggota rumah tangga memiliki akhlak mulia, maka tercapai pula kebahagiaan
rumah tangga. Jika masing-masing rumah tangga berpegang pada prinsip akhlak mulia, makatercapailah kebahagiaan dalam masyarakat dan bahkan manusia secara keseluruhan.
Untuk terciptanya sosok manusia yang berakhlak, maka harus dimulai dari dirinya sendiri, sertaditunjang kesehatan jasmani dan rohani. Bila kondisi ini dimiliki, maka manusia akan mampu
menjalankan proses muamalah dengan teman pergaulan dan lingkungannya, serta mampu
mendekatkan diri kepada Allah, bahkan pad akhirnya mampu melakukan ma‟rifat kepada Allah.
Kondisi yang demikian merupakan puncak dari tujuan pendidikan manusia.
Mengenai pendidikan yang bersifat jasmani, Ibnu Sina mengatakan hendaknya tujuan pendidikantidak melupakan pembinaan fisik dan segala suatu yang berkaitan dengannya, seperti olahraga,
makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan. Melalui pendidikan jasmani atau olah raga,
seorang anak diarahkan agar terbina pertumbuhan fisiknya dan cerdas otaknya. Sedangkanpendidikan budi pekerti diharapkan seorang anak memiliki kebiasaan bersopan santun dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Dan dengan pendidikan kesenian seorang anak diharapkan dapat
mempertajam perasaannya dan meningkat daya khayalnya.Selain itu Ibnu Sina juga mengemukakan tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan yangditujukan pada pendidikan bidang pertanyaan, penyablonan. Sehingga akan muncul tenaga-
tenaga pekerja profesional yang mampu mengerjakan pekerjaan secara profesional. Pendidikan
keterampilan ini bertujuan untuk mempersiapkan anak dalam mencari penghidupannya, dalamhal ini Ibnu Sina mengintegrasikan antara nilai-nilai idealitas dengan pandangan pramatis,
sebagaimana dia katakan : jika anak sudah selesai belajar Al-Qur‟an dan menghapal dasar -dasar
gramatika, saat itu amatilah apa yang ia inginkan mengenai pekerjaan, maka arahkanlah ke arah
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
itu. Oleh karena itu hendaknya mereka mengarahkan pendidikan anak-anak kepada apa yang
menjadikan mereka baik lalu menuangkan pengetahuan mereka pada prinsip yang ditetapkanyang bersifat khusus.
Jika beberapa pendapat Ibnu Sina mengenai tujuan-tujuan pendidikan tersebut dihubungkan
dengan satu dan lainnya, maka akan tampak bahwa Ibnu Sina memiliki pandangan tentang tujuan
pendidikan yang bersifat hirarkis-struktural, yaitu bahwa ia memiliki pendapat tentang tujuanyang bersifat universal. Juga memiliki pendapat tentang tujuan yang bersifat kurikuler atau
perbidang studi dan tujuan yang bersifat operasional.
Selain itu tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina tersebut tampak didasarkan padapandangannya tentang insan kamil (manusia yang sempurna). Yaitu manusia yang terbina
seluruh potensi dirinya secara seimbang dan menyeluruh, Ibnu Sina juga ingin tujuan pendidikan
universal itu diarahkan kepada terbentuknya manusia yang sempurna.Ibnu Sina memandang, bahwa yang sangat penting dilakukan dalam sistem dunia pendidikan
adalah meneliti tingkat kecerdasan, karakteristik dan bakat-bakat yang dimiliki anak, dan
memeliharanya dalam rangka menentukan pilihan yang disenangi untuk masa yang akan datang.
Jika anak suka mempelajari suatu ilmu secara intelektual dan ilmiah, maka tunjukkan dan
arahkan pada hal tersebut, dan berilah kesempatan untuk mempelajari suatu ilmu yang diinginkan. Setiap anak atau murid akan mudah mempelajari suatu ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan bakatnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Sina melalui perkataannya sebagaiberikut :
رو فز طع اسى جو اداب الصت ،فن ي ه شك
"Barangkali tabiat manusia menjauh dari ilmu-ilmu sosial dan eksak, ilmu-ilmu ini tidak tergantung pada apapun."
Jika anak atau murid dengan mudah mencapai setiap ilmu yang di inginkan, maka anak dengan
mudah pula menjadi ahli sastra, ahli ilmu eksak, dokter juga yang lainnya. Intinya yang sesuai
dengan kecerdasan dan tingkat intelektualitas anak bersangkutan akan cepat berpengaruh dalammenentukan hasil atau tidaknya seseorang untuk meraih apa yang di inginkannya.
Ibnu Sina memandang bahwa tujuan pendidikan, terdiri dari dua bagian diantaranya adalah :pertama, Lahirnya insan kamil yaitu manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara
seimbang dan menyeluruh. Kedua, kurikulum yang memungkinkan berkembangnya seluruhpotensi manusia, meliputi dimensi fisik, intelektual dan jiwa.
Rumusan tujuan pendidikan yang diformulasikan Ibnu Sina tampak dipengaruhi oleh pemikiran
filsafat dan metafisisnya serta pengaruh sosial politik waktu itu. Namun demikian, ada dugaankuat bahwa pengaruh tersebut justru puncak dari iman dan taqwa serta konsep ilmu pengetahuan
yang dimilikinya. Dengan demikian dalam rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu
Sina itu sudah terkandung strategi yang mendasar mengenai dasar dan fungsi pendidikan. Yaitubahwa pendidikan yang diberikan pada anak didik, selain harus dapat mengembangkan potensi
dan bakat dirinya secara optimal dan menyeluruh, juga harus mampu menolong manusia agar
eksis dalam melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di masyarakat, dengan suatu keahlian yangdapat diandalkan.Dengan tujuan ini Ibnu Sina tampak berusaha melakukan antisipasi dalam rangka membentuk
manusia yang memiliki keahlian dan membendung lahirnya lulusan pendidikan yang tidak
mampu bekerja di tengah-tengah masyarakat yang berakibat pada timbulnya pengangguran.Selain itu rumusan tujuan pendidikan yang di kemukakan Ibnu Sina tampak mencerminkan
sikapnya yang selain sebagai seorang pemikir juga sebagai pekerja dan praktisi. Melalui tujuan
pendidikan yang dirumuskan ini, ia tampak menghendaki agar orang lain meniru dirinya.
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
2. Kurikulum Pendidikan Islam
Secara sederhana istilah kurikulum digunakan untuk menunjukkan sejumlah mata pelajaran yangharus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Sejalan dengan pemikiran Crow dan
Crow yang menyatakan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah
mata pelajaran yang disusun secara sistematik yang diperlukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.Menurut Ibnu Sina kurikulum harus didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik.
Pada usia tiga sampai lima tahun perlu diberikan pelajaran olahraga, budi pekerti, dan
kebersihan. Pelajaran olahraga atau gerak badan diarahkan untuk membina kesempurnaanpertumbuhan fisik si anak dan berfungsinya organ tubuh secara optimal. Sedangkan pelajaran
budi pekerti diarahkan untuk membekali si anak memiliki ketajaman perasaan dalam mencintai
serta meningkatkan daya khayalnya.Mengenai pelajaran kebersihan, Ibnu Sina mengatakan, bahwa pelajaran hidup bersih dimulai
dari sejak anak bangun tidur, ketika hendak makan, sampai ketika hendak tidur kembali. Dengan
cara demikian, dapat diketahui mana saja anak yang telah dapat menerapkan hidup sehat dan
mana saja anak yang berpenampilan kotor dan kurang sehat.
Mengenai mata pelajaran olahraga, Ibnu Sina memiliki pandangan yang banyak dipengaruhi olehpandangan psikologisnya. Dalam hal ini Ibnu Sina menjelaskan tentang ketentuan dalam
berolahraga yang disesuaikan dengan tingkat peran yang dapat diketahui dengan pasti mana sajadiantara anak didik yang perlu diberikan pendidikan olahraga sederhana saja, dan mana saja
diantara anak didik yang perlu dilatih berolah raga lebih banyak lagi. Ibnu Sina lebih lanjut
memperinci tentang mana saja diantara olahraga yang memerlukan dukungan fisik yang kuatserta keahlian, dan mana saja olahraga yang tergolong ringan, cepat, lambat dan memerlukan
peralatan. Semua jenis olahraga ini disesuaikan dengan kebutuhan si anak.
Dari sekian banyak olah raga, menurut Ibnu Sina yang perlu dimasukkan ke dalam kurikulum
atau rancangan mata pelajaran adalah olah raga adu kekuatan, gulat, meloncat, jalan cepat,memanah, berjalan dengan satu kaki dan mengendarai unta. Selain itu ibnu sina juga membahas
tentang olahraga yang berlaku umum dan olah raga yang berlaku khusus, serta olah raga yangberlaku untuk semua jenis kelamin dan usia.
Selain pelajaran di atas Ibnu Sina mengatakan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan anak maka bahan-bahan kurikulum tingkat awal yang diberikan adalah pengajaran Al-Qur‟an, tapidengan cara menghindarkan pengajaran yang bersifat memberatkan jasmani dan pikirannya.
Dalam pengajaran Al-Qur‟an, seorang peserta didik pada awalnya hendaklah diperkenalkandengan huruf-huruf hijaiyah yang ditemukan dalam syair-syair. Setelah itu pendidik juga haus
melakukan pengamatan apa yang menjadi minat dan bakat peserta didiknya. Hal ini menurut
Ibnu Sina, merupakan esensi tujuan pendidikan Islam yaitu untuk mengisi lapangan kerja yangada dalam masyarakat.
Ibnu Sina mengemukakan prinsip-prinsip pendidikan menjadi beberapa macam antara lain
adalah sebagai berikut :1) Jangan memulai pengajaran Al-Qur‟an kepada anak melainkan setelah anak mencapai tingkatkematangan akal dan jasmaniah yang memungkinkan dapat menerima apa yang di ajarkan.
2) Mengintegrasikan antara Al-Qur‟an dengan pengajaran huruf hijaiyah, yang memperkuat
pandangan pendidikan modern saat ini yaitu dengan metode campuran antara metode analisisdan strukturalistis dalam mengajar membaca dan menulis (merupakan metode paling baru dalam
pengajaran bahasa kepada anak-anak saat ini).
3) Pengajaran agama pada waktu tingkat kematangan yang mantap dimana menurut adat
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
kebiasaan hidup keagamaan yang benar telah terbuka lebar sampai dapat menyerap ke dalam
jiwanya dan mempengaruhi daya indrawi serta perasaannya.4) Pelajaran syair, Ibnu Sina memandang pentingnya pelajaran syair ini sehingga syair itu
menjadi sarana pendidikan perasaan. Pelajaran ini dimulai dengan mengajarkan syair-syair yang
menceritakan anak-anak yang glamour, sebab hal ini lebih mudah dihafal dan menceritakannya
serta bait-baitnya lebih pendek yang ingatannya lebih gampang diucapkan dan diungkapkansecara blak-blakan.
Ibnu Sina memilih jenis-jenis syair tertentu untuk diajarkanlah kepada anak-anak dan semua itu
dilihat dari segi isi yang terkandung didalamnya, sehingga yang mereka pelajari adalah tentangkeutamaan sastra dan kebudayaan, pujian kepada ilmu dan celaan kepada kebodohan serta segala
hal yang mendorong berbuat kebaikan kepada kedua orang tuanya. Berbuat ma‟ruf (kebajikan)
dan menghormati tamu. Menurut Ibnu Sina bahwa seni atau sastra itu bertujuan untuk mengungkapkan perasaan manusia tentang keutamaan dalam berbagai coraknya.
5) Pengajaran yang diarahkan pada penulisan minat dan bakat pada masing-masing anak didik,
sehingga mereka mampu menciptakan kreativitas belajar secara lebih mantap. Atas dasar
kemampuan dan bakat inilah guru memilih pelajaran yang sesuai dengan tuntutan perkembangan
hidupnya yang harmonis dan bermanfaat bagi dirinya serta lingkungan sekolah.Selanjutnya kurikulum untuk anak usia enam sampai empat belas tahun menurut Ibnu Sina
adalah mencakup pelajaran membaca dan mengkhafal Al-Qur‟an, pelajaran agama, pelajaransyair dan pelajaran olah raga. Pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur‟an menurut Ibnu Sinaberguna disamping untuk mendukung pelaksanaan ibadah yang memerlukan pembacaan ayat-
ayat Al-Qur‟an, juga untuk mendukung k eberhasilan dalam mempelajari agama Islam. Sepertipelajaran tafsir al-Qur‟an, fiqih, tuhid, akhlak dan pelajaran agama lainnya yang sumber utamanya adalah Al-Qur‟an.
Selain itu pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur‟an juga mendukung keberhasilan dalam
mempelajari bahasa Arab, karena dengan menguasai Al-Qur‟an berarti ia telah menguasai kosakata bahasa Arab atau bahasa Al-Qur‟an. Dengan demikian penetapan pelajaran membaca
tampak bersifat strategis dan mendasar. Baik dilihat dari segi pembinaan sebagai pribadi muslim,maupun dari segi pembentukan ilmuan muslim.
Yang menjadi fokus perhatian dari seluruh pemikiran filsafat pendidikan Ibnu Sina adalahpendidikan akhlak, ia berusaha mendidik anak dengan cara menumbuhkan kemampuan beragam
yang benar, oleh karena itu pendidikan agama memang merupakan landasan bagi pencapaian
tujuan pendidikan akhlak. Ia menyatakan” jika anak berada di maktab (kuttab) bergaul dengansesama yang berakhlak terjadi interaksi edukatif, satu sama lain, saling meniru dengan demikian
ia menjadi dasar budinya”.
Ibnu Sina mengaitkan pendidikan agama sebagai alat pembentukan akhlak mulia denganpengajaran syair-syair yang dapat memberikan pengaruh terhadap perbuatan baik dan yang dapat
mendorong ke arah akhlak yang terpuji. Ibnu Sina sangat menekankan pentingnya pendidikan
akhlak, hal itu dikarenakan akhlak adalah sumber segala-galanya, semua dan kehidupan adalahbergantung pada akhlak (tak ada kehidupan tanpa akhlak). Itulah sebabnya, sejak zaman Yunanikuno dan sesudahnya, bahkan pada hidup kita ini, timbul perhatian besar terhadap nilai akhlak
dalam kehidupan umat manusia, sehingga salah seorang ahli syair kenamaan (Ahmad Syauqi
Bey) memperkokoh kedudukan akhlak dan keutamaannya dalam pembangunan bangsa sepertiterlukis dalam bait syairnya :
راو ا هن ا خق ه فإى وذ اخ وا"Hanya saja suatu bangs itu berdiri tegak selama ia masih berakhlak namun jika akhlak mereka
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
telah hilang maka bangsa itupun lenyap pula."
ازخ ن خااذا .م ى زه زل "Dan tidak mungkin suatu bangs membangun suatu bangunan, jika akhlak mereka mengalami
keruntuhan."
Sejauh mana pengaruh akhlak terhadap kehidupan bangsa, masyarakat dan individu. Hal ini telah
ditegaskan oleh firman Allah SWT. Dalam surat Al-Qalam ayat empat yang berbunyi sebagaiberikut:
"Dan sesungguhnya engkau berakhlak tinggi." (QS. Al-Qalam: 04).
Selanjutnya kurikulum untuk anak usia empat belas tahun ke atas amat banyak jumlahnya,namun pelajaran tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat sianak, ia menunjukkan
perlu adanya pertimbangan dengan kesiapan anak didik. Dengan cara demikian, si anak akan
memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran tersebut dengan baik. Ibnu Sina menganjurkankepada para pendidik agar memilihkan jenis pelajaran yang berkaitan dengan keahlian tertentu
yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh muridnya.
Untuk anak usia empat belas tahun ke atas, maka pelajarannya dibagi menjadi dua yakni
pelajaran yang bersifat teoritis dan praktis. Untuk mata pelajaran yang bersifat teoritis antara lain
berkenaan dengan ilmu tentang materi dan bentuk, gerak dan perubahan, wujud dan kehancuran,tumbuh-tumbuhan, hewan, kedokteran, astrologi dan kimia yang secara keseluruhan tergolong
ilmu fisika. Selanjutnya ilmu tentang ruang, bayang dan gerak, memikul beban, timbangan,pandangan dan cermin dan ilmu memindahkan air yang secara keseluruhan tergolong ilmu
matematik. Selanjutnya terdapat pula ilmu tentang cara-cara turunnya wahyu, mukjizat, berita
ghoib, ilham dan ilmu kekekalan ruh setelah berpisah dengan badan yang secara keseluruhantermasuk ilmu ketuhanan.
Sedangkan mata pelajaran yang bersifat praktis berkenaan dengan ilmu akhlak yang mengkaji
tentang cara-cara pengurusan tingkah laku seseorang, ilmu pengurusan rumah tangga yaitu ilmu
yang mengkaji hubungan antara suami dan istri, anak-anak, pengaturan keuangan dalamkehidupan rumah tangga, serta ilmu politik yang mengkaji tentang bagaimana hubungan antara
rakyat dan pemerintah, kota dengan kota, bangsa dan bangsa. Selain itu Ibnu Sina jugamembahas ilmu tentang cara menjual dagangan, membatik dan menenun.
Dalam pembahasan ilmu yang bersifat praktis ini, Ibnu Sina mengkaitkannya dengan berbagaitugas dan pekerjaan yang ada dalam kehidupan di rumah, masyarakat dan dunia pekerjaan atau
profesi. Dengan ilmu yang bersifat praktis ini seseorang dapat dibantu dalam usaha mencari
rizeki guna mewujudkan kesejahteraan hidupnya.Dari uraian diatas, tampak bahwa konsep kurikulum yang ditawarkan oleh Ibnu Sina memiliki
tiga ciri diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Konsep kurikulum Ibnu Sina yang tidak hanya terbatas atas sekedar menyusun sejumlah matapelajaran, melainkan juga disertai dengan penjelasan tentang tujuan dari mata pelajaran tersebut,
dan kapan mata pelajaran itu harus diajarkan. Selain itu Ibnu Sina juga sangat
mempertimbangkan aspek psikologis. Yakni bakat dan minat para siswa dalam menentukankeahlian yang akan dipilihnya dengan cara demikian seorang siswa akan merasa senang atautidak terpaksa mempelajari suatu ilmu atau keahlian tertentu.
2) Strategi penyusutan kurikulum yang ditawarkan oleh Ibnu Sina juga didasarkan pada
pemikiran yang bersifat pragmatis dan fungsional, yaitu dengan melihat segi kegunaan dari ilmudan keterampilan yang dipelajari dengan tuntutan masyarakat atau berorientasi pasar (marketing
oriented). Dengan cara demikian, setiap lulusan pendidikan akan siap difungsikan dalam
berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat.
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
3) Strategi pembentukan kurikulum Ibnu Sina tampak dipengaruhi oleh pengalaman yang
terdapat dalam dirinya. Pengalaman pribadinya dalam mempelajari berbagai macam ilmu danketerampilan ia coba tuangkan dalam konsep kurikulumnya. Dengan kata lain, ia menghendaki
agar setiap orang yang mempelajari berbagai ilmu dan keahlian menempuh cara sebagaimana
yang ia lakukan.
3. Metode Penddikan IslamKonsep pengajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Sina antara lain terlihat pada setiap materi
pelajaran. Dalam setiap pembahasan materi pelajaran, Ibnu Sina selalu membicarakan tentang
cara mengajarkan kepada anak didik, berdasarkan pertimbangan psikologisnya, karena keduamateri pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada bermacam-macam anak didik
dengan satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan
perkembangan psikologisnya.Penyampaian suatu materi pada suatu anak harus disesuaikan dengan materi tersebut, sehingga
antara materi dan metode akan terintegrasi. Adapun metode pengajaran yang ditawarkan oleh
Ibnu Sina antara lain metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang serta
penugasan.
Yang dimaksud dengan metode talqin adalah metode yang gunakan untuk mengajarkanmembaca Al-Qur‟an. Dimulai dengan cara memperdengarkan bacaan Al-Qur‟an kepada anak
didik, sebagian demi sebagian. Setelah itu anak tersebut disuruh mendengarkan dan mengulangibacaan tersebut perlahan-lahan dan dilakukan berulang-ulang, sehingga hafal. Metode talqin ini
menurut Ibnu Sina dapat pula ditempuh dengan cara seorang guru meminta bantuan murid-
muridnya yang sudah agak pandai untuk membimbing teman-temannya yang masih tertinggal.Cara seperti ini dalam pendidikan ilmu modern dikenal sebagai tutor sebaya, sebagaimana
dikenal dalam pengajaran dalam modul.
Sedangkan mengenai metode demonstrasi menurut Ibnu Sina dapat digunakan dalam cara
mengajar menulis. Menurutnya jika seorang guru akan mempergunakan metode tersebut, makaterlebih dahulu ia mencontohkan tulisan huruf hijaiyah. Setelah itu menyuruh pada murid untuk
mendengarkan ucapan huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan makhrajnya dan dilanjutkan denganmendemonstrasikan cara menulisnya.
Adapun yang berkenaan dengan metode pembiasaan dan teladan, Ibnu Sina mengatakan bahwapembiasaan adalah termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam
mengajarkan akhlak. Cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaan dan teladan yang
disesuaikan dengan perkembangan jiwa si anak.Selanjutnya metode diskusi dapat dilakukan dengan cara penyajian pelajaran dimana siswa
dihadapkan pada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan yang bersifat promblematis untuk
dibahas dan dipecahkan bersama. Ibnu Sina mempergunakan metode ini untuk mengajarkanpengetahuan yang bersifat rasional dan teoritis. Pengetahuan model ini pada masa Ibnu Sina
berkembang pesat. Jika pengetahuan tersebut diajarkan dengan metode ceramah, maka para
siswa akan tertinggal jauh dari perkembangan ilmu pengetahuan tersebut. Dalam metode diskusiini peserta didik ditekankan dan dibiarkan lebih tenang dengan temannya. Dengan demikianmaka peserta didik dapat mengembangkan potensi dan nalar sosialnya.
Berkenaan dengan metode magang, Ibnu Sina telah menggunakan metode ini dalam kegiatan
yang dilakukannya. Para murid Ibnu Sina yang mempelajari ilmu kedokteran dianjurkan agarmenggabungkan teori dan praktek, yaitu suatu hari di ruang kelas untuk mempelajari teori dan
hari berikutnya mempraktekkan teori di rumah sakit atau balai kesehatan. Metode ini akan
menimbulkan manfaat ganda, yaitu disamping mempermahir siswa dalam suatu bidang ilmu,
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
juga akan mendatangkan keahlian dalam bekerja yang menghasilkan kesejahteraan secara
ekonomis. Metode ini disebut juga dengan metode Learning By Doing (belajar sambil bekerja).Selanjutnya berkenaan dengan metode penugasan atau penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dalam bahasa Arab.
Pengajaran dengan cara penugasan ini dikenal dengan istilah Al-Ta‟lim Bi Al-Marasil
(pengajaran dengan mengirimkan sejumlah naskah atau modul). Dalam hubungan ini Ibnu Sinamenyusun sejumlah modul atau naskah kemudian menyampaikannya pada muridnya untuk
dipelajarinya. Cara ini antara lain ia lakukan pada seorang muridnya yang bernama Abu Ar-
Raihan Al-Biruni dan Aba Husain Ahmad As-Suhaili.Dari keseluruhan uraian mengenai metode pengajaran tersebut di atas terdapat empat ciri
penting, diantaranya yang pertama adalah uraian tentang berbagai metode tersebut
memperlihatkan tentang keinginan yang besar dari Ibnu Sina terhadap hasil pengajaran. Kedua,setiap metode yang ditawarkannya selalu dilihat dalam perspektif kesesuaiannya dalam bidang
studi yang diajarkannya serta tingkat usia peserta didik. Ketiga, metode pengajaran yang
ditawarkan Ibnu Sina juga selalu memperbaiki bakat dan minat si anak. Keempat, metode yang
ditawarkan Ibnu Sina telah mencakup pengajaran yang menyeluruh mulai dari tingkat taman
kanak-kanak sampai dengan tingkat perguruan tinggi.
4. Guru Pendidikan IslamKonsep guru yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain berkisar tentang guru yang baik. Dalam
hubungan ini Ibnu Sina mengatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas,
beragama, mengetahui bagaimana cara mendidik akhlak cakap dalam mendidik anak,berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak
bermuka kusam, sopan santun, bersih dan suci murni.
Selanjutnya Ibnu Sina menambahkan bahwa seorang guru itu sebaiknya dari kaum pria yang
terhormat dan menonjol budi pekertinya, cerdas, telit, sabar, telaten dalam membimbing anak-anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati
dan senantiasa suka menghias diri. Selain itu guru juga harus mengutamakan kepentingan umatdari pada kepentingan diri sendiri. Menjauhkan diri dari meniru sifat raja dan orang-orang yang
berakhlak rendah, mengetahui etika dalam majelis ilmu, sopan dan santun dalam berdebat,berdiskusi dan bergaul.
Seorang guru harus memiliki jiwa keagamaan, kesalehan, kecerdasan, berani, tegas, hemat,
bersih dan dapat menghormati manusia. Seorang guru harus mengetahui bagaimana cara hidup dimasyarakat dan mengerti metode mengajar dan melatih budi pekerti anak. Seorang guru juga
harus menjaga anak dalam menentang kebiasaan yang buruk dan perilaku yang jahat dan harus
membaurkan atau melibatkan si anak dengan kelompok masyarakat yang baik. Ketika anak tersebut tumbuh berkembang, seorang guru harus membangun kecenderungannya kepada
pekerjaan yang akan dijadikan keahliannya.
Sedangkan hal yang berkaitan dengan pemberian pelajaran, seorang guru hendaknyamemberikan cara pengajaran yang pertengahan, seorang guru juga jangan menampilkan sikapyang menyebabkan anak didik tidak terdorong untuk mengajukan pertanyaan atau meminta
menjelaskan sesuatu, dan tidak juga memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menjadi
anak yang kurang ajar dan tidak memberikan perhatian terhadap guru dan pelajaran.Seorang guru harus mempelajari anak didik dengan hati-hati, melatih bakat, dan temperamennya
dan mengetes kecerdasan yang memungkinkan ia dapat memilih keahlian dan pekerjaan yang
memungkinkan ia dapat menggunakan bakat, pembawaan dan kecerdasan. Seorang anak juga
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
jangan dibiarkan membaca semua masalah sendirian yang menyebabkan ia merasa tertekan dan
tidak bahagia. Seorang guru harus banyak menyertai para siswa sepanjang dengan berhubunganpenghormatan kepada keluarganya.
Ibnu Sina sangat menganjurkan sekali agar para pendidik dapat memahami minat dan
menjadikannya dasar untuk membimbing dan mendidik mereka. Adapun kriteria guru yang baik
menurut Ibnu Sina adalah guru yang memiliki wawasan keagamaan dan etika (Dza‟din wa khuluq), kepribadian yang kokoh, kecerdasan dan retorika yang baik (Labib wa Huluw Al-
Hadits) dan kegiatan dalam memilih metode yang pas bagi pendidikan anak serta mempunyai
kompetensi profesional di dalam pembentukan kepribadian anak didik.Seorang guru harus mampu memverifikasi soft skill yang layak dikonsumsi oleh anak didik.
Kompetensi dasar anak didik kiranya harus menjadi orientasi pertama pelaksanaan proses
pembelajaran atau pendidikan, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Sina, ”sebaiknya guruketika memilih materi pelajaran (ketrampilan dan keahlian) harus terlebih dahulu mementingkan
tabi‟at, mengukur atau menguji potensi, dan menguji kecerdasan si anak. Juga perludipertimbangkan apakah metode, alat dan strategi pembelajaran yang digunakan sudah sesuai
ataukah belum, apakah semua itu mampu memobilisasi potensi anak didik ataukah tidak, apakah
semua itu mendekatkan diri anak pada kesuksesan ataukah justru menjauhkannya”. Jadi ibnusina sangat memperhatikan pentingnya kompetensi anak didik dalam pembelajaran atau
pendidikan.Namun, verifikasi kompetensi, anak didik tidak sepenuhnya tanggung jawab guru, orang tua juga
bertanggung jawab untuk memilih program studi/ institusi pendidikan yang sesuai dengan minat,
bakat dan kebutuhan mendasar anak-anaknya. Dan yang paling penting untuk diperhatikan olehorang tua adalah minat si anak tersebut.
Ibnu Sina mendeskripsikan keluarga itu seharusnya menjadi taman pendidikan pertama dan
utama bagi anaknya. Karena itu, orang tua sebaiknya memahami apa yang sebetulnya dibutuhkan
anak-anak mereka selain itu orang tua juga harus bisa menularkan nilai-nilai sosial seperti rasabelas kasih (Cofession) dan empati terhadap orang lain. Caranya adalah dengan melakukan
sering atau berbagai pengalaman yang dapat dilakukan secara informal ataupun dengan carabermain di rumah. Para orang tua seringkali salah dalam menilai atau mengawasi anak-anaknya,
padahal langkah tersebut bukan membuat anak-anak bahagia karena diperhatikan orang tuanya.Sebaliknya, anak merasa terkekang sehingga malah menimbulkan sesuatu yang justru jauh dari
harapan orang tuanya.
Adapun sekolah yang menyelengarakan pendidikan anak usia dini haruslah melibatkanpartisipasi aktif agar orang tua tidak terkesan hanya menjadi panti penitipan anak, karena
partisipasi aktif orang tua anak dan keterlibatan mereka dalam pertemuan-pertemuan disekolah
mutlak dibutuhkan bagi kesinambungan pendidikan anak.Untuk motivasi kemampuan peserta didik secara maksimal, maka pendidik harus bertindak
secara taktis dan jangan sampai salah langkah. Pujian perlu diberikan guru untuk
membangkitkan semangatnya, hukuman juga harus digunakan bila hal tersebut dipandang perlu.Diantara hukuman yang dimaksud adalah bisa berbentuk pukulan ataupun ancaman bilakondisinya mengijinkan. Begitu pula sikap pendidik, dia harus bersikap lemah lembut dan seperti
orang tua terhadap anaknya sendiri. Namun bila keadaannya menghendaki, pendidik harus
menggunakan cara lain yakni dengan pendekatan persuasif atau takhwif. Suatu saat pendidik dapat menunjukkan wajah muram dan marah, sebagai tanda tidak senang terhadap
penyimpangan peserta didik terhadap akhlak mulia.
Jika diamati secara seksama, tampak bahwa potret guru yang dikehendaki oleh Ibnu Sina adalah
5/14/2018 Pendidikan Berbasis Mutu Telaah Atas Pemikiran Ibnu Sina - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berbasis-mutu-telaah-atas-pemikiran-ibnu-sina
guru yang lebih lengkap dari potret guru yang dikemukakan para ahli sebelumnya. Dalam
pendapatnya itu, Ibnu Sina selain menekankan unsur kompetensi atau kecakapan dalammengajar, juga berkepribadian yang baik. Dengan kompetensi itu, seorang guru dapat
mencerdaskan anak didiknya dengan berbagai pengetahuan yang diajarkannya dengan akhlak ia
akan dapat membina mental dan akhlak anak. Guru seperti itu, tampaknya diangkat dari sifat dan
kepribadian yang terdapat pada Ibnu Sina sendiri yang selain mempunyai kompetensi akhlak yang baik, juga memiliki kecerdasan dan keluasan ilmu.