peran ibnu sina dalam pengembangan sains islam di …

91
PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI PERSIA (9801037 M) SKRIPSI

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS

ISLAM DI PERSIA (980–1037 M)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

LAILI SAHLAH

NIM 108022000019

K O N S E N T R A S I T I M U R T E N G A H

PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …
Page 3: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …
Page 4: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar S.1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 4 Juni 2014

Laili Sahlah

Page 5: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

i

ABSTRAK

Laili Sahlah

Peran Ibnu Sina dalam Pengembangan Sains Islam di Persia (980-1037 M).

Studi ini menjawab satu pertanyaan yaitu bagaimana peran Ibnu Sina

dalam pengembangan sains Islam di Persia (980-1037 M). Untuk menjawab

pertanyaan tersebut digunakan metode historis dengan pendekatan sosiologis.

Dikarenakan dari berbagai sumber tertulis peran Ibnu Sina di Persia (980-1037)

M, begitu besar pengaruhnya baik di dunia Islam maupun di dunia Barat. Akan

tetapi dari berbagai studi ini, penulis belum menemukan keterangan atau

penjelasan yang mendalam, peran dan pengaruh keilmuan Ibnu Sina terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan. Temuan penulis bahwa Ibnu Sina merupakan

orang yang hebat dan aktif, ia seorang yang ahli di beberapa bidang sains Islam.

Di Persia secara umum Ibnu Sina dikenal sebagai seorang ahli dibidang

kedokteran, ia banyak menemukan temuan-temuan baru yang belum pernah orang

lain dapatkan. Dan Ibnu Sina juga ahli di bidang filsafat dan fisika. Banyak

pemikiran-pemikirannya yang ia tuangkan di karya-karya beliau. Di Barat ia

dikenal dengan nama Avicenna.

Page 6: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

ii

KATA PENGANTAR

حيم حمن الره بسم اللّه الره

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SWT, yang telah

membawa umatnya kepada pengetahuan serta semangat untuk mencari luasnya

ilmu di dunia ini.

Skripsi yang berjudul “Peran Ibnu Sina dalam Pengembangan Sains

Islam di Persia (980-1037 M)” Alhamdulillah telah penulis selesaikan. Tentunya

tidak terlepas dari kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan penulis, baik

karena lokasi kajian, sumber bacaan ataupun kendala-kendala yang penulis alami

lainnya. Namun halangan dan rintangan tersebut tidak mengurangi semangat dan

kemauan yang diikuti dengan kerja keras dan tindakan serta dorongan dan

bantuan yang datang dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat mengatasi

permasalahan tersebuat secara bertahap, dan terselesainnya skripsi ini merupakan

anugrah yang luar biasa.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidaklah semata

dengan kerja keras penulis sendiri, namun banyak pihak yang telah berpartisipasi

dalam penulisan skripsi ini baik secara moril maupun materil, oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih atas kerjasama dan dorongannya.

Dalam hal ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

Page 7: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

iii

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda (Alm. H. Syu’aib Hasan) dan

Ibunda (Hj. Hamilah) serta keluargaku yang telah sabar menanti kelulusan

anak dan adik bungsunya ini dan atas doa restunya serta motivasi moril

maupun materil dengan penuh keikhlasan yang sangat berharga bagi

penulis.

2. Prof. Dr. Oman Fathurahman M. Hum. selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. H. Nurhasan, MA selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

dan Ibu Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. H. M. Ma’aruf Misbah, MA. yang telah banyak membantu dan

memberikan arahan, selama perkuliahan sampai dengan selesainya skripsi

ini.

5. Drs. Azhar Shaleh, MA selaku Dosen Pembimbing yang ditengah

kesibukannya bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan

memberikan arahan yang sangat berharga kearah terwujudnya skripsi ini.

6. Bapak Drs. Saidun Derani, MA dan H. Nurhasan, MA selaku penguji yang

telah memberikan kritik, saran dan masukan untuk penulis sehingga

selesainya skripsi ini.

7. Bapak Dr. H. Muslih Idris, Lc. MA selaku dosen pembimbing akademik

Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

iv

8. Seluruh dosen program studi Sejarah Kebudayaan Islam yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan, motivasi serta bimbingan

keilmuannya.

9. Seluruh staf akademik dan pegawai Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Seluruh staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan

Fakultas Adab dah Humaniora, dan perpustakaan Iman Jama’ yang telah

menyediakan berbagai sumber yang dibutuhkan untuk menulis skripsi ini.

11. Dan teman-teman seperjuangan Sejarah Kebudayaan Islam angkatan 2008

dan para senior serta adik kelas Sejarah Kebudayaan Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dan memotivasi hingga

terselesainya skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa semoga amal baik mereka semua mendapatkan

ridho Allah SWT dan dibalas dengan balasan yang berlipat ganda. Amin yaa

Robbal ‘Alamin.

Ciputat, 4 Juni 2014

Laili Sahlah

Page 9: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakng Masalah........................................................ 1

B. Permasalahan....................................................................... 6

a. Identifikasi Masalah........................................................ 6

b. Pembatasan Masalah....................................................... 6

c. Rumusan Masalah............................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 7

D. Studi Pendahuluan............................................................... 7

E. Metode Penelitian................................................................ 8

1. pendekatan Penelitian...................................................... 8

2. Jenis dan Sumber Data.................................................... 9

a. Jenis Data.................................................................... 9

b. Sumber Data............................................................... 9

3. Metode Pengumpulan Data atau Heuristik..................... 10

4. Analisis Data................................................................... 10

5. Langkah-langkah Penelitian............................................. 11

F. Sistematika Penulisan.......................................................... 13

BAB II PERSIA DI MASA IBNU SINA............................................ 15

A. Kelahiran Ibnu Sina............................................................. 13

B. Pendidikan Ibnu Sina.......................................................... 23

C. Perkembangan Intelektual di Masa Ibnu Sina..................... 22

Page 10: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

vi

D. Karya-karyanya Ibnu Sina................................................... 25

BAB III IBNU SINA SEBAGAI ILMUAN.......................................... 30

A. Bidang Filsafat................................................................... . 30

B. Bidang Kedokteran............................................................. 45

C. Bidang Fisika....................................................................... 54

BAB IV PENGARUH KEILMUAN IBNU SINA TERHADAP

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN................... 60

A. Pengaruhnya di Dunia Islam............................................... 60

B. Pengaruhnya di Dunia Barat............................................... 62

C. Perkembangan Ilmu Perngetahuan Pasca Ibnu Sina.......... 64

BAB V Penutup..................................................................................... 67

A. Kesimpulan.......................................................................... 67

B. Saran.................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 73

Page 11: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I Gambar Tokoh Ibnu Sina........................................................ 73

2. Lampiran II Gambar Ibnu Sina memberikan kuliah tentang anatomi......... 74

3. Lampiran III Gambar Ibnu Sina memberikan kuliah kedokteran................. 75

4. Lampiran IV Karya-karya Ibnu Sina............................................................. 76

5. Lampiran V Gambar cover salah satu buku terjemahan al-Qanun fi Tibb,

yaitu The Canon of Medicine of Avicenna............................ 78

6. Lampiran VI Gambar cover buku autobiografi Ibnu Sina, dalam teks asli

Arab dan terjemahan bahasa Inggris..................................... 80

Page 12: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persia termasuk salah satu wilayah tempat permulaan pembibitan

peradaban manusia. Dari wilayah ini dikembangkan kebijaksanaan dan wawasan

mengenai berbagai pengalaman hidup bermasyarakat selama ribuan tahun.

Peradaban Persia memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan

peradaban Islam.

Sebelum masuknya Islam, Persia merupakan kerajaan besar dengan

kaisar-kaisarnya yang berkuasa (abad 8 SM - 7 M). Kemudian datang pasukan

Islam untuk menaklukkan daerah kekuasaan Persia. Dan pada akhirnya Persia

jatuh ketangan Islam pada masa khalifah Umar ibn Khattab dalam perang yang

terkenal yaitu perang Qadisiyah.1

Setelah masuknya Islam (8 H/630 M) dan penaklukan Persia oleh orang-

orang Arab, perkembangan kebudayaan terpenting dalam Islam (di bidang sains

dan teknologi)2 adalah konstribusi para pemikir dan cendekiawan Persia yang

1Perang Qadisiyah merupakan perang yang sangat hebat, yang terjadi pada tahun 637 M

di Qadisiyah dengan kisrah Persia waktu itu Rustam-e-Farrokhzad (Yazdagird III), sementara

pihak Arab dipimpin oleh Sa’d ibn Abi Waqqash. Kaum Muslimin menggunakan taktik menyogok

tentara-tentara Persia agar membelot dan mengkhianati negara mereka. Rustam terbunuh, pasukan

besar sasaniyah kocar kacir dalam kondisi panik dan semua dataran rendah Irak yang subur

disebelah barat sungai Tigris (Diljah) terbuka lebar bagi para penakluk. Kemenangan ini

mengakibatkan jatuhnya ibu kota Selucia-Ctesiphon yang menandai berakhirnya perlawanan

Persia. Ini merupakan kemenangan yang besar. Lihat buku : Philip K. Hitti, History of Arabs,

terjemahan R. Cecep Lukman dan Dedi Selamet Riyadi (Jakarta: Serambi, 2002), h. 194. 2Sains di sini adalah kumpulan segala ilmu menjadi tunggal (pluribus unum, plurality in

unicity) mencakup disiplin-disiplin ilmu pasti dan ilmu pengetahuan alam (sciences), juga ilmu

sosial (sosial sciences), serta ilmu rohani-budaya (arts, humanities). Sedangkan teknologi sendiri

dimaksudkan bahwa ilmu pengetahuan (sains) yang diterapkan kepada teknik dan industri secara

Page 13: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

2

pada permulaan abad-abad Islam telah menulis dalam bahasa Arab dan atas nama

Islam. Penaklukan-penaklukan oleh Arab selama abad-abad awal Islam

(pemerintahan Umayyah dan Abbasiyah)3 ini membawa mereka kepada hubungan

yang dekat dengan peradaban-peradaban besar dunia. Dan salah satu wujud dari

peradaban tersebut adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat, dan

ilmu-ilmu lainnya.4

Banyak faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan sains dan

filsafat di masa dinasti Abbasiyah, di antaranya : Pertama, kontak antara Islam

dan Persia menjadi jembatan berkembangnya sains dan filsafat karena secara

kultural Persia banyak berperan dalam pengembangan tradisi keilmuan Yunani.5

Kedua, etos keilmuan para khalifah Abbasiyyah tampak menonjol terutama pada

dua khalifah terkemuka yaitu Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun yang begitu

mencintai ilmu. Ketiga, Peran keluarga Barmak yang sengaja dipanggil khalifah

untuk mendidik keluarga istana dalam hal pengembangan keilmuan. Keempat,

aktivitas penerjemahan literatur-literatur Yunani ke dalam bahasa Arab demikian

besar. Kelima, relatif tidak adanya pembukaan daerah kekuasaan Islam dan

pemberontakan-pemberontakan menyebabkan stabilitas negara terjamin. Keenam,

adanya peradaban dan kebudayaan yang heterogen di Baghdad menimbulkan

produksi massal modern meninggikan tingkat hidup manusia melalui perombakan kembali alam

sekitar, memaksa alam mengabdi kepada manusia. Lihat buku : S.I. Poeradisastra, Sumbangan

Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), Cet.3, h. 3. 3Dinasti Umayyah di Damaskus (660-750 M) dilanjutkan oleh Dinasti Abbasiyah (750-

1258 M) di Baghdad. Lihat buku : S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan

Peradaban Modern, h. 12-15. 4Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam : Rekontruksi Sejarah Imperium Dinasti

Abbasiyah, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), h.147 5Salah satu lembaga yang berperan dalam penyebaran tradisi helenistik (kebudayaan

Yunani) di Persia adalah Akademi Jundishapur, terdapat pusat-pusat ilmiah Persia lainnya yaitu

Salonika, Ctesiphon, dan Nishapur. Lihat juga buku : Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam,

h.147.

Page 14: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

3

proses interaksi antara satu kebudayaan dan kebudayaan lain. Ketujuh, situasi

sosial Baghdad yang kosmopolit di mana berbagai macam suku, ras, dan etnis

serta masing-masing kulturnya yang berinteraksi satu sama lain, mendorong

adanya pemecahan masalah dari pendekatan intelektual.6

Ilmu pengetahuan (sains) Islam juga mengalami kemajuan yang

mengesankan melalui orang-orang kreatif seperti al-Kindi, ar-Razi, al-Farabi, Ibnu

Sinan, Ibnu Sina (Avicenna), al-Masudi, at-Tabiri, al-Ghazali, Nasir Khuruss,

Omar Khayyam dan lain-lain. Sains Islam ini telah melakukan investigasi dalam

ilmu kedokteran, teknologi, matematika, geografi, dan bahkan sejarah.7 Dan disini

akan dibahas lebih mendalam mengenai peran Ibnu Sina dalam pengembangan

sains Islam di Persia.

Syaikh Abu Ali al-Husain Ibn Sina (Ibnu Sina) yang di Barat dikenal

dengan nama Avicenna dan wafat pada tahun 1037 M adalah kelahiran Persia

yaitu di Afshanah (desa kecil dekat Bukhara “Ibukota Dinasti Samaniyyah”,

wilayah Uzbekistan yang kemudian menjadi Persia).8

Ibnu Sina adalah anak dari seorang Gubernur Khormithan. Dia dikenal

sebagai otodidak yang amat tekun dan brilian. Tidak seorang pun yang

memungkiri kecerdasan otaknya yang luar biasa serta daya ingat yang sangat kuat

sehingga dia menjadi seorang dokter, filsuf dan saintis terbesar Islam.9

6Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam, h.147-149.

7Mehdi Nakosteen, Konstribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat : Deskripsi Analisis

Abad Keemasan Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h. 17. 8M.Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim Yang Mengubah Dunia, (Yogyakarta:

DIGLOSSIA, 2007), h. 48. 9Muhammad Nur Effendi, Cendekiawan Muslim : Pembina Tamadun dan

Kecemerlangan Umat, (Jakarta: Perniagaan Jahabersa, 1997), Cet.1, h.152-153.

Page 15: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

4

Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menunjukkan peranan udara

sebagai penyalur menularnya penyakit. Bukunya Al-Qanun fi Al-Tibb (buku

pedoman kedokteran) merupakan buku yang terluas dipergunakan oleh kalangan

kedokteran baik di daerah Islam, maupun di Eropa, di mana buku tersebut

diterbitkan di dalam terjemahan Latin. Bahkan, buku aslinya dalam bahasa Arab

dicetak di Roma pada tahun 1593 M, tidak lama setelah adanya percetakan bahasa

Arab di sana. Terutama pada abad ke-16 M, buku tersebut mempunyai pengaruh

besar di kalangan kedokteran. Namun, buku ini masih dipergunakan juga sampai

abad ke-19. Buku ini juga menunjukkan pengetahuan anatomi.10

Selain ahli di bidang kedokteran Ibnu Sina juga seorang filsuf. Salah satu

filsafat Ibnu Sina adalah filsafat jiwa. Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang

khusus terhadap pembahasan kejiwaan. Keberhasilannya dalam menjabarkan

metode-metode terapi jiwa secara praktis telah memberikan kontribusi yang besar

bagi kemajuan sains Islam. Namun, nama Ibnu Sina barangkali hanya terdengar

sebagai seorang dokter atau ilmuan muslim, tapi lebih dari itu banyak yang tidak

mengenalnya. Padahal beliau adalah filsuf awal yang menjelaskan konsep jiwa

secara komplit. Sebagaimana Al-Farabi, dalam filsafatnya jiwa Ibnu Sina

menganut paham pancaran. Dari Tuhan memancar Akal Pertama, dan dari Akal

Pertama memancar Akal Kedua dan Langit Pertama; demikian seterusnya

sehingga mencapai Akal Kesepuluh dan bumi. Dari Akal Kesepuluh memancar

10

S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, h. 47.

Page 16: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

5

segala apa yang terdapat di bumi yang berada di bawah bulan. Akal Pertama

adalah malaikat tertinggi dan Akal Kesepuluh adalah Jibril.11

Dan selain ahli di bidang kedokteran dan filsafat, Ibnu Sina juga ahli di

bidang fisika. Fisika berhubungan dengan prinsip-prinsip tertentu dan tentang hal-

hal yang terkait dengan benda-benda alam. Kajian yang dikemukakan Ibnu Sina

dalam masalah ini adalah bersifat teori, dan obyeknya yaitu benda yang wujud,

dimana ia terdapat dalam perubahan, diam dan bergerak.12

Dari paparan di atas penulis berusaha menjelaskan bahwa begitu besar

peran seorang Ibnu Sina terhadap pengembangan sains Islam di Persia. Secara umum

Ibnu Sina sangat dikenal sebagai seorang ahli di bidang kedokteran, namun dari

beberapa sumber yang penulis baca,13

Ibnu Sina juga ahli di bidang ilmu

pengetahuan yang lain seperti filsafat dan fisika. Maka dari itu menurut penulis,

ini menjadi salah satu hal yang penting untuk diangkat, bahwa Ibnu Sina tidak

hanya ahli di bidang kedokteran atau pengobatan.

Atas dasar inilah penulis tertarik untuk menulis peranan beliau dalam

bidang sains Islam di Persia dengan judul Peranan Ibnu Sina Dalam

Pengembangan Sains Islam Di Persia (980 – 1037 M).

11

Harun Nasution, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992), Cet. 3,

h.70. 12

H.A.Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1, h. 197. 13

Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban,

(Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 237.

Page 17: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

6

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas penulis mengidentifikasi ada

beberapa hal yang perlu diungkapkan. Antara lain dalam bab ke-2 tentang Persia

di masa Ibnu Sina, mulai dari kelahirannya, pendidikannya, perkembangan

intelektual di masa Ibnu Sina sampai karya-karya Ibnu Sina.

Mengenai Ibnu Sina sebagai ilmuan, yaitu di bidang filsafat, kedokteran

dan fisika akan dibahas pada bab ke-3. Selanjutnya pada bab ke-4 akan dijelaskan

pengaruh keilmuan Ibnu Sina terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, di sini

penulis menitikberatkan pada pengaruhnya di Dunia Islam, pengaruhnya di Dunia

Barat dan perkembangan ilmu pengetahuan pasca Ibnu Sina.

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, permasalahannya dibatasi dalam hal upaya Ibnu

Sina mengembangkan sains Islam di Persia yaitu dalam bidang filsafat,

kedokteran dan fisika. Adapun waktunya yaitu dari lahirnya Ibnu Sina (980 M)

sampai beliau wafat (1037 M), dimana dalam perjalanan hidupnya beliau

mempunyai peranan besar dalam pengembangan sains Islam di Persia.

3. Rumusan masalah

Rumusan penelitian ini adalah bagaimana peran Ibnu Sina dalam

pengembangan sains Islam di Persia. Studi ini ingin menjawab masalah diatas

melalui sumber tertulis atau dokumen. Adapun sub-sub pertanyaannya adalah :

a. Bagaimana Persia di masa Ibnu Sina?

b. Bagaimana Ibnu Sina sebagai ilmuan?

Page 18: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

7

c. Bagaimana pengaruh keilmuan Ibnu Sina terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan peran Ibnu Sina dalam

pengembangan sains Islam di Persia. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam masalah

ini.

2. Bagi komunitas akademik, khususnya fakultas Adab dan Humaniora

dalam bidang kajian Sejarah dan Kebudayaan Islam dapat dijadikan

masukan untuk penulisan karya ilmiah dalam bidang kesejarahan

khususnya mengenai kontribusi tokoh besar di Persia.

3. Bagi dunia pustaka, hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan

yang berguna dalam memperkarya koleksi perpustakaan UIN Syarif

Hidayatullah pada umumnya di Fakultas Adab dan Humaniora dan

jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.

D. Studi Pendahuluan

Dari penelusuran penulis lakukan, belum ditemukan adanya studi yang

bersifat komprehensif tentang peran Ibnu Sina dalam pengembangan sains Islam

di Persia yang berdampak terhadap kemajuan dan peningkatan pendidikan pada

generasi-generasi sesudahnya dalam berbagai bidang misalnya filsafat,

kedokteran, dan fisika.

Page 19: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

8

Memang ada beberapa studi yang dilakukan terkait dengan subjek

penelitian di atas misalnya kajian Saharawati Mahmouddin14

terkait dengan

persoalan tersebut. Studi Saharawati Mahmouddin untuk menyelesaikan S3 di

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta misalnya hanya

menjelaskan tentang siapa Ibnu Sina dan peranannya di bidang kedokteran dan

belum memberikan informasi peranan beliau dibidang filsafat dan fisika.

Dengan demikian studi ini dapat melengkapi penelitian di atas tentang

Ibnu Sina dan peranannya secara lebih komprehensif dalam mengembangan sains

di Persia.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Sartono Kartodirjo seorang sejarawan besar Indonesia mengatakan

bahwa peristiwa sejarah itu tidak hanya terjadi dengan melihat satu aspek,

melainkan harus dilihat dari beberapa aspek, dan supaya peristiwa masa

rekontruksi sejarah masa lampau itu lebih bersifat komfrehensif maka harus

ditekankan dengan berbagai pendekatan, seperti dari mana melihatnya, apa yang

harus dikaji, unsur mana saja yang harus diungkapkan, sosiologi, antropologi,

sosial, budaya, politik, agama, yang terkait dengan interpretasi data untuk menjadi

sebuah peristiwa sejarah.15

14

Saharawati Mahmouddin, Sistem Kedokteran Islam : Studi Konsep Kesehatan Mental

Ibnu Sina, (Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 172. 15

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Penelitian, (Jakarta:

Gramedia, 1992), h. 4-5, 144-156.

Page 20: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

9

Dalam penulisan skripsi ini pendekatan yang paling tepat dengan

penelitian yang penulis lakukan adalah lebih kepada pendekatan sosiologi karena

identik dengan perubahan sosial, peranan dan status sosial dalam mengungkapkan

fakta historis terkait uraian skripsi ini.

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah Persia di masa

Ibnu Sina, Ibnu Sina sebagai ilmuan dan pengaruh keilmuan Ibnu Sina terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan.

b. Sumber data

1). Sumber Data Primer

Beberapa sumber yang penulis anggap sebagai sumber primer, pertama

adalah , Avicenna (980-1037), A Treatise on the Canon of Medicine of Avicenna

(Terj), (New York: AMS PRESS, 1973), buku ini menjadi sumber primer bagi

penelitian ini, karena berisi tentang ikhtisar pengobatan Islam Ibnu Sina yang

ditulis dalam terjemahan bahasa inggris dari kitab al-Qanun fi Al-Tibb.

Dan kedua adalah William E. Gohlman, The Life of Ibn Sina: A Critical

Edition and Annotated Translation (New York: State University of New York

Press, 1974). Alasan penulis menjadikan buku ini sebagai sumber primer karena

buku ini berisi autobiografi Ibnu Sina, dalam teks asli Arab dan terjemahan

bahasa Inggris.

Page 21: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

10

2). Sumber Data Sekunder

Adapun sumber data sekunder antara lain: pandangan, tulisan orang yang

memiliki relevansi dengan sumber data primer yang penulis dapatkan dari buku

dan artikel. Di antaranya : pertama, buku Dr. Musthofa Ghalib, Fi Sabil Mausu’ah

Falsafiyyah Ibnu Sina, (Beirut: Daar wa Baktabah al-Hilaal, 1979), buku ini berisi

tentang biografi Ibnu Sina, perjalanan filsafat Ibnu Sina dan juga mengenai ilmu

kedoteran Ibnu Sina yang ditulis dalam teks Arab. Kedua, buku Mehdi Nakosteen,

Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat : Deskripsi Analisis Abad

Keemasan Islam, (surabaya: Rislah Gusti, 1995), buku ini berisi tentang ruang

lingkup dan tingkat ilmu pengetahuan Muslim antara tahun 750-1350 M, dan

menunjukkan pengaruh serta dampak ilmu pengetahuan ini pada sekolah-sekolah

Kristen Latin di Eropa Barat. Dan ketiga, buku Harun Nasution, Filsafat dan

Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), buku ini berisi tentang

beberapa filsuf Muslim dan di antaranya adalah Ibnu Sina. Buku ini menjelaskan

pemikiran filsafat Ibnu Sina.

3). Metode Pengumpulan Data atau Heuristik

Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan, yaitu menelusuri sumber

data dari berbagai bacaan baik yang bersifat primer maupun sekunder. Tujuannya

untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan berbagai material yang

terdapat di ruangan, baik perpustakaan publik maupun pribadi (privat library),

misalnya buku-buku, dokumen, koran, majalah, catatan pribadi, monografi,

catatan kisah sejarah, hasil penelitian yang dipandang masih berkaiatan dengan

Page 22: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

11

topik masalah.16

Di sini penulis mendapatkan sumber tertulis di perpustakaan

utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora dan perpustakaan Iman Jama’.

4). Analisis Data

Data yang terkumpul di editing dan kemudian diklasifikasikan untuk

dikategorikan. Selanjutnya, data yang terkumpul dipilah berdasarkan kaitannya

dengan subyek kajian. Kemudian dilakukan analisis untuk mengungkapkan

peranan Ibnu Sina dalam pengembangan sains Islam di Persia. Jadi, penelitian ini

bersifat deskriptif-analitis.

5). Langkah-langkah Penelitian

Metode penulisan skripsi yang akan dipakai penulis adalah menggunakan

metode penelitian sejarah menurut pandangan Louis Gotchalk, metode penulisan

ini menggunakan beberapa cara, yaitu (1) Pengumpulan objek data (Heuristik)

yang relevan baik secara tercetak ataupun tertulis (2) Pengolahan dan klasifikasi

data (Verifikasi/Kritik) dengan menyingkirkan bahan-bahan bagian yang dianggap

tidak relevan ; (3) Pengumpulan kesaksian (Interpretasi/Klasifikasi) yang dapat

dipercaya ; (4) Penyusunan kesaksian (Historiografi) yang dapat dipercaya itu

menjadi suatu kisah untuk pengkajian yang berarti.17

Terkait empat kegiatan dalam metode sejarah tersebut, maka penelitian

dalam penulisan skripsi ini akan dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini :

1. Heuristik: yaitu pencarian data atau pengumpulan data sumber sejarah

serta beberapa tulisan tentang Persia di masa Ibnu Sina, Ibnu Sina

16

Kartodirdjo, “Metode Penggunaan Bahan Dokumen”, dalam Koentjaraningrat, (ed.),

Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1979, h. 61-92, 87. 17

Louis Gotschalk, Mengerti Sejarah (Terj), (Jakarta : UI Press, 1989), h. 23-24.

Page 23: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

12

sebagai ilmuan khususnya ilmu filsafat, kedokteran, dan fisika, serta

pengaruh keilmuan Ibnu Sina terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan. Dalam pengumpulan data petama penulis akan

melakukan pencarian data baik sumber primer maupun sumber

sekunder. Proses pencarian data baik primer maupun sekunder

dilakukan dengan menggunakan library research, dengan cara

mendatangi beberapa perpustakaan. Diantaranya perpustakaan UIN

Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Adab dan Humaniora, dan

Perpustakaan Iman Jama’.

2. Verifikasi/Kritik: yaitu setelah melakukan pengumpulan sumber-

sumber, maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik

sumber. Kritik sumber adalah sebuah usaha untuk mendapatkan

sumber-sumber yang relevan dengan cerita sejarah yang ingin disusun

sesuai dengan judul. Dalam hal ini yang harus diuji adalah keabsahan

tentang keaslian sumber yang dilakukan melalui kritik dan

keabsahan,18

baik kritik terhadap sumber primer maupun skunder.

3. Interpretasi/Klasifikasi: yaitu penafsiran sejarah atau disebut juga

dengan analisis sejarah, yang bertujuan agar data yang ada mampu

untuk mengungkapkan permasalahan yang ada, sehingga diperoleh

pemecahannya. Dalam hal ini penulis akan menyampaikan fakta yang

satu dengan yang lainnya yang telah di temukan dari hasil heuristik

18

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999), h. 54-59.

Page 24: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

13

dan verifikasi. Setelah sumber-sumber diklasifikasikan kemudian

sampai kepada tahap penulisan.

4. Historiografi: yaitu kajian tulis yang membahas tentang peristiwa atau

tokoh, tahap ini adalah adalah tahap yang terakhir dalam penulisan

skripsi. Setelah melakukan tahap heuristik, verifikasi dan interprestasi

selanjutnya historiografi dengan menulis dalam satu urutan yang

sistematik yang telah di atur dalam pedoman skripsi. Dalam penulisan

ini penulis berusaha menyusun cerita sejarah yang utuh versi penulis.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih terarah pembahasan pada skripsi ini, penulis membaginya

dalam lima bab dan menyajikannya ke dalam tiga bagian : awal, tengah dan akhir.

Bagian awal terdiri atas halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan

pembimbing, halaman pengesahan, halaman pengesahan, halaman abstrak,

halaman pengisian kata pengantar, halaman daftar isi dan halaman daftar istilah.

Pada bagian pertengahan terdiri dari uraian bab yang dirinci sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, yang terdiri atas uraian Latar Belakang Masalah,

Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Studi Pendahuluan, Metode

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Berisi tentang Persia di Masa Ibnu Sina, Dimulai dari Kelahiran

Ibnu Sina, Pendidikan Ibnu Sina, Perkembangan Intelektual di Masa Ibnu Sina,

dan Karya-Karya Ibnu Sina.

Page 25: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

14

BAB III : Berisi tentang Ibnu Sina Sebagai Ilmuan, Dimulai dari Bidang

Filsafat, Bidang Kedokteran dan Bidang Fisika.

BAB IV : Pengaruh Keilmuan Ibnu Sina Terhadap Perkembangan Ilmu

Pengetahuan, yaitu Pengaruhnya di Dunia Islam, Pengaruhnya di Dunia Barat,

dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pasca Ibnu Sina..

BAB V : Penutup, terdiri atas Kesimpulan dan Saran.

Page 26: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

15

BAB II

PERSIA DI MASA IBNU SINA

A. Kelahiran Ibnu Sina

Abu Ali Husain bin Abdullah bin Sina atau Ibnu Sina (370-429 H/980-

1037 M), dikenal di dunia Barat dengan Avicenna dan juga “Pangeran Para

Dokter”. Dia juga memperoleh gelar Al-Syaikh al-Ra’is (Pemimpin Orang Bijak)

sebutan yang diberikan dari murid-muridnya dan Hujjat al-Haqq (Bukti Sang

Kebenaran/Tuhan), yang masih dikenal di Timur dengan gelar itu.1 Ibnu Sina juga

pernah dijuluki sebagai Medicorum Principal atau Raja Diraja Dokter oleh kaum

Latin Skolastik.2 Ibnu Sina terkenal dalam bidang kedokteran dan juga filsafat.

Pada abad pertengahan Ibnu Sina telah menulis autobiografi, yang kemudian

dituntaskan oleh muridnya yang sekaligus juga sekretaris dan temannya yang

bernama Abu „Ubayd al-Juzjani. Autobiografi/biografi itu kemudian disebarkan

oleh sejumlah penulis biografi, seperti Al-Baihaqi (w. 565 H/1170 M), Al-Qifthi

(w. 646 H/1248 M), Ibn Abi Ushaibi‟ah (w. 669 H/1270 M) dan Ibn Khallikan (w.

680 H/1282 M).3

Ibnu Sina dilahirkan4 pada tahun 370 H (980 M) di Afshanah, desa kecil

dekat Bukhara „Ibukota Dinasti Samaniyyah‟, sekarang wilayah Uzbekistan

1Seyyed Hossein Nasr, Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam, (Jogjakarta: IRCiSoD,

2006), cet. 1, h. 44-45. 2Husain Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, (Jakarta: Mizan Publika,

2011), Cet. 1, h.198). 3Autobiografi atau biografi Ibnu Sina dalam bahasa Arab dan terjemahannya dalam

bahasa Inggris dapat dilihat dalam William E. Gohlman, The Life of Ibnu Sina: A Critical Edition

and Annotated Translation, (New York: State University of New York Press, 1974), h. 16-113. 4Ibnu Sina hidup di masa pemerintahan Abbasiyah periode II (656-1258 M). Ibnu Sina

dilahirkan dalam masa kekacauan, dimana Khalifah Abbasiyah mengalami kemunduran, dan

Page 27: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

16

(bagian dari Persia).5 Ayahnya bernama „Abdullah yang berasal dari Balkh,

bertemu dan menikah dengan Sitarah. Pasangan ini mempunyai tiga putra, Ali,

Al-Husain (Ibnu Sina), dan Mahmud. Saat Ibnu Sina berumur 5 tahun, keluarga

ini pindah ke Bukhara pada masa pemerintahan Nuh ibn Mansur. Di situlah,

ayahnya diangkat menjadi Gubernur Khormithan, sebuah desa di pinggiran Kota

Bukhara. Dan Ibnu Sina berasal dari keluarga bersekte Ismaili.6

Meskipun pemikiran Ibnu Sina dipengaruhi oleh sekte Ismaili, namun ia

seorang yang independen, dia mempunyai pandangan tersendiri dan mandiri

dalam usaha menemukan hakikat kebenaran, baik di bidang filsafat maupun di

bidang keagamaan. Ibnu Sina memiliki kecerdasan dan ingatan yang luar biasa

sehingga dapat menyusul keilmuan para gurunya pada usia 14 tahun.7

B. Pendidikan Ibnu Sina

Selain belajar secara otodidak, Ibnu Sina juga di didik di bawah tanggung

jawab seorang guru. Sumber sejarah hanya sedikit yang menyebutkan guru-guru

Ibnu Sina, di antaranya yaitu Ismail al-zahid yang mengajarkannya akhlak,

tasawuf, dan fiqih. Kemudian Abu „Abdullah al-Natalie yang mengajarkannya

negeri-negeri yang mula-mula di bawah kekuasaan khalifah tersebut memisahkan diri untuk

berdiri sendiri menjadi negara kecil yang bersifat semi-merdeka, saling bersaing dan mulai

menguasai beberapa bagian dari imperium Islam. Mereka saling berperang satu sama lain.

Sedangkan Baghdad sebagai pusat pemerintahan dan juga merupakan pusat ilmu pengetahuan

jatuh ke tangan Bani Buwaih (334 H). Lihat buku Gazi Saloom, Jiwa dalam Pandangan Para

Filosof Muslim, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), Cet. 1, h.140. 5Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam,

(Bandung: Mizan, 1996), h. 285. 6Ibid.

7Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 67.

Page 28: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

17

dalam bidang logika dan matematika.8 Dan Ibnu Sina menguasai ilmu kedokteran

hanya dalam waktu satu setengah tahun pada gurunya Isa bin Yahya.9

Banyak sejarawan yang memuji kecemerlangan prestasi ilmiah yang

dicapai Ibnu Sina, tidak seorang pun yang memungkiri kecerdasan otaknya yang

luar biasa serta daya ingatnya yang amat kuat. Menurut George Sarton, ia adalah

ilmuwan paling terkenal dan filsuf Islam terbaik dari semua ras, tempat dan

waktu.10

Dia mulai belajar pada usia dini, 5 tahun.11

Pada usia 10 tahun ia telah

hafal al-Qur‟an dan sebagian besar sastra Arab, serta menjadi pakar puisi Persia.

Setelah ditinggal wafat oleh gurunya Abdullah Natalie, Ibnu Sina mengkaji dan

mencari ilmu sendiri, seperti dari seorang tukang sayur dia belajar mempelajari

aritmatika, dan mulai belajar ilmu lainnya dari seorang sarjana yang mempunyai

mata pencarian merawat orang sakit dan mengajar anak muda.12

Dia selanjutnya

mempelajari ilmu fisika dan ketuhanan, sehingga namanya menjadi popular

lantaran kepiawaiannya pada bidang tersebut.

Setelah berhasil dalam pelajaran-pelajarannya secara baik, ia

mempelajari ilmu pengetahuan alam, metafisika, yang di dalamnya terdapat

Metafisika-nya Aristoteles (Metaphysics of Aristotle), yang sekalipun ia telah

membacanya beberapa kali dan menghafalnya, tetap saja ia mengalami kesulitan

untuk menghafalnya, sehingga dalam waktu satu setengah tahun Ibnu Sina

8Ibid, h. 67.

9Husain Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, h. 199.

10M. Saeed Sheikh, Islamic Philosophy, (London: The Octagon Press Ltd, 1982), h. 67.

11Muhammad Nur Effendi, Cendekiawan Muslim : Pembina Tamadun dan

Kecemerlangan Umat, Cet. 1, h.152. 12

Saharawati Mahmouddin, Sistem Kedokteran Islam : Studi Konsep Kesehatan Mental

Ibnu Sina, h. 115.

Page 29: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

18

berkonsentrasi membaca agar mendapatkan pelajaran dan ilmu pengetahuan.

Akhirnya buku itu dapat difahaminya ketika membaca buku karangan Al-Farabi13

,

yang merupakan komentar atas buku Aristoteles. Dia kembali mengkaji logika

dan seluruh cabang filsafat, sehingga menguasai seluruhnya. Uniknya juga jika

mengalami kesulitan dalam menjawab sebuah masalah atau pertanyaan, maka dia

berwudhu dan pergi ke masjid untuk shalat dan berdoa kepada Allah agar diberi

kemudahan dalam menjawabnya. Dan pada larut malam dia melanjutkan

belajarnya, bila rasa kantuknya datang atau badannya terasa letih, dia minum

secangkir hingga timbul kembali kesegarannya. Tetapi jika kantuk tidak

tertahankan, Ibnu Sina tertidur dan bermimpi tentang soal-soal itu biasanya

menjadi terang masalahnya.14

Ibnu Sina merasa sangat senang ketika mendapat suatu penemuan yang

diperoleh hanya dengan mendapat hidayah Allah SWT. Sebagai tanda syukur

kepada Allah SWT atas keberhasilannya itu dia bersedekah kepada kaum

miskin.15

Pada usia 16 tahun Ibnu Sina mempelajari kedokteran dan mulai

mengobati orang-orang sakit, sehingga namanya semakin terkenal. Ibnu

Khalliqan, seorang penulis biografi terbesar, menyebutkan bahwa Ibnu Sina

13

Abu Nasr Al-Farabi (258-339 H/ 870-950 M) adalah filsuf besar peripatik kedua

setelah Al-Kindi (185-260 H/801-873 M). Lahir di daerah Farab, daerah Transoxania. Dalam

bidang filsafat Al-Farabi merupakan komentator besar Muslim pertama terhadap filsafat

Aristoteles. Dan salah satu karya Al-Farabi yang terkenal adalah Kitab al-Jam’ bain Ra’yay al-

Hakimain Aflathun al-Ilahi wa Aristhu (Buku tentang Penggabungan antara Pendapat Dua Ahli

Hikmah Plato Ilahi dan Aristotelian. Dapat di lihat dalam buku Didin Saifuddin, Zaman Keemasan

Islam : Rekontruksi Sejarah Imperium Dinasti Abbasiyah, h. 188 dan lihat juga buku Seyyed

Hossein Nasr, Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam, h.36-37. 14

Muhammad Nur Effendi, Cendekiawan Muslim : Pembina Tamadun dan

Kecemerlangan Umat, h.153-155. 15

Gazi Saloom, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, h.138.

Page 30: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

19

menjadi pusat perhatian seluruh dokter dan hakim terkenal di masanya. Mereka

biasa menemuinya untuk mendiskusikan penemuan obat dan formula terbarunya.

Ia tidak hanya mempelajari ilmu kedokteran, tetapi juga melakukan praktek

mengobati orang-orang sakit.16

Pekerjaan pertamanya menjadi dokter. Suatu ketika pada usia 17 tahun ia

menyembuhkan Nur bin Mansur, penguasa daerah Bukhara yang menderita sakit

keras yang tidak dapat diobati oleh dokter-dokter pada masanya. Akan tetapi

setelah Ibnu Sina mengobatinya, sembuhlah dia. Sejak itu Ibnu Sina mendapat

sambutan yang baik sekali, kemudian beliau di ditunjuk menjadi dokter Istana

Sultan (penguasa). Sejak itu pula Sultan mengizinkannya menggunakan

perpustakaannnya yang terkenal sehingga ia bisa menyerap banyak dari buku-

buku yang jarang didapat. Kemudian karena sesuatu hal, perpustakaan tersebut

terbakar, maka tuduhan orang ditimpakan kepadanya, bahwa ia sengaja

membakarnya agar orang lain tidak bisa lagi mengambil manfaat dari

perpustakaan itu. Dan di umur 21 tahun, dia menulis buku-buku yang abadi dan

tak terlupakan.17

Dalam usia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia, Musibah ini telah

menimbulkan beban berat atas kehidupan Ibnu Sina, sehingga ia meninggalkan

Bukhara menuju Jurjan, dimana ia berjumpa dengan Abu „Ubayd al-Juzjani yang

16

M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, (Yogyakarta:

DIGGLOSSIA, 2007), h. 47. 17

Poerwantana, dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1994). h. 144

Page 31: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

20

kemudian menjadi seorang muridnya yang menulis sejarah hidupnya.18

Di Jurjan

sampai usia 35 tahun ia mengajar dan mengarang, tetapi tidak lama ia menetap di

kota ini karena kekacauan politik yang melanda, lalu ia pergi ke Hamadan (sampai

usia 44 tahun) di mana penguasa wilayah ini, Raja Syamsuddaulah telah

mengangkatnya sebagai menteri yang merupakan imbalan atas keberhasilan Ibnu

Sina menyembuhkan penyakit yang di deritanya. Akan tetapi pihak militer

menangkap Ibnu Sina dan merampas harta miliknya serta merencanakan untuk

membunuhnya, tapi dilarang oleh Syamsuddaulah, dan kemudian dikeluarkan dari

penjara. Kemudian raja ini mengalami sakit perut (maag) dan Ibnu Sina berhasil

menyembuhkannya kembali, sehingga untuk kedua kalinya, ia diangkat menjadi

Menteri.19

Setelah Syamsuddaulah meninggal dunia, anaknya diangkat sebagai

pengganti, dan Ibnu Sina mengundurkan diri sebagai menteri. Ia ingin pergi ke

Isfanah untuk bekerja pada istana raja „Ala„uddaulah. Lalu ia ditangkap kembali

oleh Tajul muluk, anak Syamsuddaulah, dan dipenjarakan di benteng Fardajan di

mana ia tinggal selama empat bulan. Dari Hamadan, ia lari menyamar ke Isfahan

(sampai usia 58 tahun), dimana ia disambut dengan baik sekali.20

Ibnu Sina juga pekerja yang luar biasa. Meskipun banyak kesibukan

dalam urusan politik, mengajar dan menangani pasien, namun Ibnu Sina juga

berhasil menulis buku yang menjadi mahakarya di dunia pengobatan dan filsafat.

Dialah yang menjadikan dunia ini sebagai tempat penuh aktivitas, melaksanakan

18

Autobiografi atau biografi Ibnu Sina dalam bahasa Arab dan terjemahannya dalam

bahasa Inggris dapat dilihat dalam William E. Gohlman, The Life of Ibnu Sina: A Critical Edition

and Annotated Translation, (New York: State University of New York Press, 1974), h. 16-113. 19

Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992), Cet.3, h. 67. 20

Ibid. h.68

Page 32: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

21

semua rencana dan menikmati hasilnya. Dia percaya bahwa seseorang harus

menikmati dunia ini untuk memenuhi dan memecahkan rahasia-rahasia alam

semesta. Di sisi lain, ia seorang filosof dan negarawan yang luar biasa dan

seorang penutur yang menyenangkan21

Pada bulan-bulan terakhir hayatnya, ia meninggalkan pakaian untuk

diganti dengan pakaian putih, memerdekakan semua budaknya dan

menyedekahkan harta kekayaannya untuk para fakir miskin serta menghabiskan

waktunya untuk beribadah kepada Allah. Dan dalam usia 58 tahun, ketika

menyertai perjalanan Amir Alauddin ke Hamadan, Ibnu Sina meninggal dunia

karena terserang penyakit usus besar yang tidak sanggup ia mengobatinya, di

Hamadan, Persia, pada Ramadhan 1037 M dan dimakamkan di sana, yang

sekarang termasuk negara Iran bagian Barat.22

Ketika memperingati 1000 tahun hari kelahirannya (Fair Millenium) di

Taheran pada 1955, dilangsungkan Konferensi Internasional tentang Prestasi Ilmu

Medis Ibnu Sina. Dalam momen itu, Ibnu Sina dinobatkan sebagai Father of

Doctors untuk selama-lamanya, dan untuk itu telah dibangun sebuah monumen

sejarah. Sedangkan makam Ibnu Sina di Hamadan dikepung oleh berpuluh-puluh

makam para dokter ; agaknya mereka cukup bangga dapat dikuburkan dalam

deretan Bapak Dokter Islam itu. Makam itu hingga kini dikunjungi oleh

wisatawan domestik dan asing dengan penuh rasa hormat.23

21

M. Atiqul Haque, Wajah Peradaban : Menelusuri Jejak Pribadi-pribadi Besar Islam,

h. 65-66. 22

Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, hal.68. 23

Husain Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, h. 199.

Page 33: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

22

B. Perkembangan Intelektual Di Masa Ibnu Sina

Sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka bahwa pesatnya

perkembangan sains dan filsafat ada pada masa dinasti Abbasiyah, hidup di masa

pemerintahan Abbasiyah periode II, yaitu masa-masa kelemahan kekhalifahan

Abbasiyah. Pada saat itu, kekuasaan para khalifah Baghdad mengalami

kelemahan dan para amir penentang muncul di berbagai belahan imperium Islam

yang besar itu. Mereka mendirikan negara-negara kecil yang bersifat semi-

merdeka, saling besaing dan mulai menguasai beberapa bagian dari imperium

Islam. Mereka saling berperang satu sama lain. Bani Buwaih menguasai Baghdad

pada tahun 949 M dan menurunkan khalifah Abbasiyah dari singgasana

kekuasaan pada tahun 1055 M, serta menyebut para penguasa mereka dengan

gelar “sultan”.24

Para filosof dan pemikir Muslim berusaha melindungi para penguasa di

negara-negara yang saling bersaing itu. Situasi carat marut yang penuh persaingan

politik telah mempengaruhi kehidupan Ibnu Sina. Kehidupannya mengalami

keguncangan dan ketidakstabilan. Meskipun demikian, dengan kecerdasan dan

otaknya yang cemerlang, Ibnu Sina dapat mengatur waktu untuk belajar, mengajar

dan menulis buku, begitu juga para pemikir dan ilmuan lainnya baik para

pendahulu Ibnu Sina maupun sezamannya.25

Nama-nama ilmuan dalam masa kejayaan Islam hampir sulit untuk

dikatakan hanya menguasai satu disiplin ilmu, karena pada umumnya mereka

menguasai sains kealaman di satu pihak, dan di pihak lain mereka juga adalah

24

Gazi Saloom, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, h.140. 25

Ibid.

Page 34: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

23

filsuf-filsuf yang tekun mengkaji tradisi filsafat Yunani. Pada saat yang sama

mereka juga mengembangkan pemikiran filsafatnya sendiri. Ibnu Sina, seperti

dijelaskan di uraian terdahulu, selain seorang dokter terkemuka ia juga filsuf yang

menyempurnakan teori emanasi Al-Farabi.26

Ia yang menyempurnakan teori

emanasi Al-Farabi. Dia memperdalam dan menambahkan detail pada teori-teori

spekulatif Al-Farabi dalam logika dan metafisika sehingga rumusannya menjadi

lebih jelas dan sistematis.27

Ciri paling menonjol dari kemajuan intelektual kaum Muslim adalah

penemuan teori-teori di bidang sains. Penelitian-penelitian di bidang sains

dilakukan dengan sangat intens oleh para ahli sains kealaman tersebut sehingga

penelitian-penelitian mereka menjadi dasar bagi penelitian-penelitian berikutnya

yang dilakukan oleh orang lain. Disiplin-disiplin ilmu yang menonjol dielaborasi

kaum Muslim adalah astronomi, fisika, kimia, kedokteran, biologi, matematika,

dan aljabar.28

Astronomi dikembangkan oleh Kaum Muslim dengan berbagai tujuan,

terutama yang berkaitan dengan kesempurnaan menjalankan ibadat, seperti

kebutuhan untuk mengetahui arah kiblat, penentuan waktu shalat, penentuan

kalender, dan untuk pengamatan gerak benda labgit. Tokoh paling menonjol di

26

Dengan emanasi, Al-Farabi mencoba menjelaskan bagaimana yang banyak bisa timbul

dari yang satu. Tuhan sebagai akal berpikir tentang dirinya dan dari pemikiran ini timbul maujud

lain. Tuhan merupakan maujud pertama dan dengan pemikiran itu timbul wujud kedua yang juga

mempunyai sunstansi. Ia disebut akal pertama yang tak bersifat materi.Wujud kedua ini berpikir

tentang wujud pertama dan dari pemikiran inilah muncul wujud ketiga yang disebut akal kedua.

Wujud kedua dan akal pertama itu juga berpikir tentang dirinya dan dari situ muncullah langit

pertama. Lihat buku : Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam : Rekontruksi Sejarah Imperium

Dinasti Abbasiyyah, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 188. 27

Ibid, h. 189. 28

Ibid, h.180

Page 35: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

24

bidang ini adalah Ibn Al-Haitham atau Alhazen (354-430 H/965-1039 M) yang

juga seorang yang ahli alam bidang matematika, fisika dan ilmu medis.29

Dalam bidang kimia nama Jabir Ibn Hayyan dapat disebut sebagai tokoh

pertama. Ia hidup dari tahun 103-200 H/721-815 M). Dan dalam bidang

matematika nama Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi (w. 249 H/863 M)

sangat terkenal dengan penemuan-penemuannya. Ia adalah ahli matematika

Muslim pertama yang mencolok, pemula sejarah matematika yang sbeenarnya di

kalangan Muslim. Tulisannya, Aljabar (Al-Jabr wa Al-Muqabalah) mrupakan

karya pertama Muslim dalam aljabar dan menjadi nama tersendiri dalam cabang

sains ini.30

Kedokteran pertama kali dikenal kaum Muslim setelah penaklukan

kerajaan Sassaniah di Persia. Dokter-dokter terkenal dan paling terkemuka yang

dilahirkan dunia Muslim adalah al-Razi (251-813 H/865-925 M) dan Ibnu Sina

(370-429 H/980-1037 M). Al-Razi pada awalnya menyibukkan diri dalam bidang

kimia. Setelah menggeluti bidang kimia ia menjadi dokter yang terkenal,

kemasyhurannyanya hanya dapat ditandingi oleh Ibnu Sina.31

Sebagaimana pula yang telah dijelaskan dimuka, Ibnu Sina adalah

seorang filsuf dan saintis terbesar Islam dan tokoh paling berpengaruh dalam

bidang umum, kedokteran, seni, dan sains. Dengan kecerdasan dan otaknya yang

cemerlang seta kepanaiannya dalam mengatur waktu dalam belajar, mengajar dan

menulis buku. Dia meninggalkan sejumlah buku penting yang dia tulis pada saat

29

Ibid, h. 181-185. 30

Ibid, h.184-185. 31

Seyyed Hossein Nasr, Science and Civilization in Islam (Terj), (Bandung: Pustaka,

1986), h. 26.

Page 36: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

25

yang tidak teratur dan tidak stabil. Kadang-kadang dia menulis buku di tengah

perjalanan atau ketika selesai bertugas membantu para penguasa, demikian pula

pada saat bersembunyi dari para penguasa atau pada saat ditahan di dalam

penjara.32

C. Karya-karyanya

Karya tulis yang dihasilkan Ibnu Sina cukup banyak. Kebanyakan

penulis menegaskan bahwa jumlahnya tidak kurang dari 276 buah, dalam bentuk

buku, risalah, dan dalam bentuk karangan ilmiah bias (prosa) atau dalam bentuk

syair.

Dan dalam buku karya Al-Qifti Tarikh al-Hukama’ ada deskripsi

terperinci 21 buku utama Ibnu Sina dan 24 buku yang lebih kecil yang berisi

tentang obat-obatan, filsafat dan sains. Selain itu, ia juga menulis seratus lebih

buklet dengan subjek berbeda-beda seperti geometri, aritmatika, bahasa, musik,

‘ilmu a-kalam dan lain-lain. Dari semua itu, buku terbesar adalah Kitab ash-Shifa

dalam 18 volume, an-Najah dalam 10 volume, al-Hikma dalam 10 volume

(tentang filsafat) dan Qanun fi at-Thibb. Empat buku ini merupakan sumbangan

terbesarnya untuk umat manusia. Kalau bukunya ash-Shifa’ menjadikannya salah

satu dokter terbesar dunia, buku al-Hikma menjadikannya dirinya sebagai salah

satu filsuf terbesar dunia. Abad demi abad berlalu, namun ash-Shifa’ dan al-

Hikma tetap menjadi bukti kebesarannya.33

32

Gazi Saloom, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, h.140. 33

M. Ayiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, h. 47

Page 37: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

26

Dari semuanya itu, yang dianggap terpenting oleh para ahli adalah:

1. Kitab Asy-Syifa’ (terdiri dari 18 jilid, ditulis ketika ia bermukim di Hamadan).

Kitab ini merupakan ensiklopedia berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti

filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan alam. Dalam buku ini Ibnu Sina

membahas fenomena alam yang penting seperti terbentuknya gunung, sebab-

sebab terjadinya gempa bumi, terbentuknya awan dan kabut, jatuhnya air

hujan, salju dan dingin, terbentuknya sungai es (gletser), terjadinya

pengembunan, jatuhnya meteor, munculnya pelangi, dan berbagai fenomena

alam dan perbintangan lainnya.34

2. Kitab an-Najah (merupakan ringkasan dari kitab asy-Syifa), kitab ini ditulis

bagi orang-orang khusus yang terpelajar yang ingin mengetahui dengan

lengkap dasar-dasar ilmu hikmah. Untuk pertama kali buku ini dicetak di

Mesir pada tahun 1331 H.

3. Kitab Asbab Huduts Al-Huruf. Kitab ini merupakan kitab yang lucu dan telah

terlebih dahulu ada pada masanya. Dalam buku ini, Ibnu Sina membahas apa

yang saat ini dikenal dengan ilmu fonetis (suara). Dia memadukan antara

studi fonetis pada dua bahasa, yaitu bahasa Arab dan bahasa Persia. Buku ini

terdiri dari beberapa bab, yaitu : Bab pertama, tentang sebab-sebab terjadinya

suara. Bab kedua, tentang sebab-sebab terjadinya huruf. Bab ketiga, tentang

anatomi tenggorokan. Bab keempat, tentang sebab parsial terbentuknya huruf

Arab. Bab kelima, tentang huruf yang serupa dengan huruf-huruf ini dan

bukan dalam bahasa Arab. Bab keenam, tentang huruf-huruf ini, yang mana

34

Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, tt), h.292.

Page 38: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

27

yang tidak dapat diucapkan tetapi kadang-kadang dapat terdengar (dalam arti

bahwa huruf-huruf ini keluar secara otomatis dan bukan dilakukan oleh

manusia.35

4. Kitab al-Isyarah wa at-Tanbihat (terdiri dari tiga jilid, yang membicarakan

logika, fisika, dan metafisika, merupakan karya terakhir yang dihasilkan Ibnu

Sina).36

5. Kitab Qanun fi At-Thibb (ensiklopedi kedokteran, yang menjadi pegangan

wajib di universitas-universitas Eropa sampai abad ke-17).

Konstribusi terpenting Ibnu Sina yang diwariskan kepada dunia

kedokteran adalah masterpiece-nya dalam ilmu medis, yaitu al-Qanun fi al-

Tibb.37

Dalam buku Autobiografi atau biografi Ibnu Sina, telah disebutkan

katalog dari semua buku-bukunya, yaitu :38

(1) Kompilasi, 1 volume. (2) Jumlah dan substansi, 20 volume. (3)

Pekerjaan baik dan jahat, 2 volume. (4) Syifa (penyembuhan), 18 volume. (5)

Qanun, 14 volume. (6) Komprehensif / pengamatan, 1 volume. (7) Penghakiman,

20 volume. (8) Najat (pembebasan), 3 volume. (9) Bimbingan, 1 volume. (10)

Petunjuk, 1 volume. (11) Ringkasan tengah, 1 volume. (12) „Ala‟i, 1 volume. (13)

Kolik, 1 volume. (14) Bahasa Arab, 10 volume. (15) Obat jantung, 1 volume. (16)

Perlambangan, 1 volume. (17) Sebagian dari filsafat Timur, 1 volume (18)

35

Ibid, h. 193-194. 36

Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban, h.

197-198. 37

Husain Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, h. 201. 38

Autobiografi atau biografi Ibnu Sina dalam bahasa Arab dan terjemahannya dalam

bahasa Inggris dapat dilihat dalam William E. Gohlman, The Life of Ibnu Sina: A Critical Edition

and Annotated Translation, (New York: State University of New York Press, 1974), h. 47.

Page 39: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

28

Penjelasan kata modal, 1 volume. (19) Pengembalian, 1 volume. (20) Asal dan

pengembalian. (21) Percakapan, 1 volume. Di antara risalahnya, yaitu (22) Takdir.

(23) Instrumen astronomi. (24) Objek dari “kategori”. (25) Logika. Dan dalam

bentuk puisi, yaitu (26) Puisi tentang keagungan dan filsafat. (27) Pada konsonan.

(28) Pertimbangan topik dialektis. (29) Ringkasan denyut nadi, Di Persia : (30)

Definisi. (31) Benda angkasa. (32) Instruksi dalam ilmu logika. (33) Cabang

filsafat. (34) Batas dan tak terhingga. (35) Sebuah perjanjian, yang dibuat untuk

dirinya sendiri. (36) Hayy ibn Yaqzan. (37) Dimensi tubuh bukan bagian dari

esensinya. (38) Pada ketidakmungkinan hal yang sama menjadi substansi dan

kecelakaan. (39) Pengetahuan tentang Zaid bukanlah pengetahuan dari „Amr. (40)

Surat untuk teman-teman dan para pejabat. (41) Surat tentang pertanyaan yang

terjadi antara dia dan lainnya. (42) Komentar „Qanun”. (43) Filsafat penting.

Natsir Arsyad menyebutkan bahwa buku Qanun Ibnu Sina sejak zaman

Dinasti Han di Cina telah menjadi buku standard karya-karya medis Cina. Pada

Abad Pertengahan, sejumlah besar karya Ibnu Sina telah diterjemahkan dalam

bahasa Latin dan Ibrani, yang merupakan bahasa-bahasa pengantar ilmu

pengetahuan pada masa itu. Qanun telah dianggap sebagai buku sucinya ilmu

pengetahuan yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa dan

telah menjadi buku yang menguasai dunia pengobatan Eropa selama kurang lebih

500 tahun. Qanun juga digunakan sebagai buku teks kedokteran di berbagai

universitas di Prancis, misalnya Sekolah Tinggi kedokteran Montpellier dan

Louvain pada abad ke-17. Penerbitan Qanun dalam bentuk salinan langsung,

Page 40: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

29

terjemahan, komentar ataupun yang lainnya, berlangsung terus menerus sampai

pada abad ke-18.39

Buku Qanun itu sendiri terdiri dari lima bagian pokok, yaitu :40

1. Prinsip-prinsip umum kedokteran yang meliputi filsafat kedokteran,

anatomi, fisiologi, pemeliharaan kesehatan (higienis) dan penanganan

penyakit-penyakit;

2. Obat-obat yang sederhana;

3. Gangguan-gangguan organ dalam dan luar tubuh;

4. Beragam penyakit yang memengaruhi tubuh secara umum, tidak terbatas

pada satu organ tubuh, dan

5. Obat-obat persenyawaan kompleks (dikutip dalam Nasr, 1976 :178-79).

39

Natsir Arsyad, Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah, (Bandung: Mizan, 1989), h. 190-

191). 40

Al-Qanun fi Thibb terjemahannya dalam bahasa Inggris dapat dilihat dalam Oskar

Cameron Gruner, The Canon of Medicine of Avicenna, (New York: AMS Press, 1973), bag. I-IV,

h.25-135, 460-534.

Page 41: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

30

BAB III

IBNU SINA SEBAGAI ILMUAN

A. Bidang Filsafat

Kelahiran ilmu filsafat Islam dilatarbelakangi oleh adanya usaha

penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat ke dalam bahasa Arab yang telah

dilakukan sejak masa klasik Islam.1 Usaha ini melahirkan sejumlah filsuf besar

muslim. Usaha penerjemahan naskah-naskah dalam berbagai cabang ilmu

pengetahuan dan filsafat telah dilakukan pada masa klasik Islam, dari berbagai

bahasa, seperti bahasa Siryani, Yunani, Persia, dan India, ke dalam bahasa Arab.

Usaha penerjemahan tersebut berlangsung selama tidak kurang dari satu setengah

abad di zaman klasik Islam (abad ke-1 hingga ke-7 H), dan berlangsung secara

besar-besaran di Baghdad sejak masa pemerintahan al-Mansur (137-159 H/754-

775 M), serta mencapai puncaknya pada masa pemerintahan al-Makmun (198-218

H/813-833 M).2

Filsafat bukanlah ilmu karena ilmu adalah a posteriori (kesimpulan-

kesimpulannya ditarik setelah pengujian berulang-ulang; untuk ilmu tertentu,

melalui percobaan-percobaan), sedangkan filsafat adalah a priori (kesimpulan-

kesimpulannya ditarik tanpa pengujian ilmiah). Bahkan, cabang-cabang filsafat

seperti metafisika, estetika dan etika sukar diuji kebenarannya, sedangkan ilmu

1Pada mulanya, kaum Muslimin menerjemahkan karya-karya filsafat Thales (624-546

SM), pythagoras (530-495 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (4277-327 SM), Aristoteles (384-

322 SM), Theophratos (371-287 SM), Klaudios Ptolemaios (87-168 M), Klaudios Galenos (129-

199 M), serta filsuf-filsuf Yunani lainnya. Lihat buku S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada

Ilmu dan Peradaban Modern, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), Cet.3, h. 80. 2Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban,

(Jakarta: PT. Ichtiar Van Hoeve, 2002), h.195.

Page 42: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

31

bersifat empirik, filsafat bersifat spekulatif kontemplatif (merenung dan

bersamadi). Dengan demikian, filsafat mempunyai kaitan erat dan saling

berpengaruh dengan ilmu.3

Dalam pemikiran klasik, falsafah atau filsafat merupakan induk segala

ilmu pengetahuan. Darinya segala jenis ilmu itu berasal. Konsep ini berasal dari

pemikiran Yunani, terutama dari Aristoteles. Dari sini kemudian Aristoteles

mempengaruhi para pemikir Islam, termasuk Ibnu Sina.4

Jika dilihat dari sisi zaman, maka ilmu yang beragam jenis itu menurut

Ibnu Sina dapat dibagi 2 bagian : pertama, ilmu yang hanya berlaku pada zaman

tertentu saja karena sering berubah-ubah, dan kedua, ilmu yang tidak terkait

dengan zaman berlaku sepanjang masa. Ilmu inilah yang disebut “ilmu hikmah”.5

Adapun ilmu hikmah itu, ia terdiri dari : ilmu dasar dan ilmu cabang,

seperti: kedokteran, pertanian, ilmu nujum dan lain-lain. Ilmu dasar merupakan

bagian yang terpenting dalam ilmu hikmah, dan Ibnu Sina membaginya kepada

dua bagian: ilmu mantik (ilmu alat dalam berpikir) dan ilmu yang bukan alat yang

digunakan dalam hal-hal yang empiris dan metafisis, dan ini terdiri dari dua

bagian :6

a. Ilmu teoritis yang bertujuan untuk membersihkan jiwa melalui

makrifah.

b. Ilmu praktis yang bertujuan untuk beramal sesuai dengan makrifat.

3S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, h. 79.

4Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, h. 70.

5Ibid.

6Ibid.

Page 43: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

32

Yang pertama berupaya untuk mengetahui kebenaran, dan yang kedua

untuk mengetahui kebaikan.

Selanjutnya ilmu teoritis itu dibagi kepada empat bagian : fisika,

matematika, ketuhanan dan ilmu kulli yang membahas hal-hal yang berkaitan

dengan materi, seperti kesatuan, kebanyakan, bagian, seluruh dan sebab-akibat.

Demikian pula ilmu praktis dibagi kepada empat bagian : akhlak, mengatur rumah

tangga, mengatur negara dan kenabian.7

Dengan ilmu hikmah, manusia akan memperoleh kesempurnaan itu akan

diperoleh tidak hanya sekedar mengetahui hal-hal teoritis, tetapi ia juga harus

bekerja dan berusaha agar hidupnya sesuai dengan apa yang diketahuinya.

Adapun pemikiran filsafat Ibnu Sina, diantaranya :

1. Filsafat Jiwa

Pemikiran terpenting yang dihasilkan Ibnu Sina ialah filsafatnya tentang

jiwa. Sebagaimana Al-Farabi, ia juga menganut paham pancaran. Dari Tuhan

memancar Akal Pertama, dan dari Akal pertama memancar Akal Kedua dan

Langit Pertama; demikian seterusnya sehingga tercapai Akal Kesepuluh dan bumi.

Dari Akal Kesepuluh memancar segala apa yang terdapat di bumi yang berada di

bawah bulan. Akal Pertama adalah malaikat tertinggi dan Akal Kesepuluh adalah

Jibril.8

Berlainan dengan Al-Farabi, Ibnu Sina berpendapat bahwa Akal Pertama

mempunyai dua sifat :9

7Ibid, h. 70.

8Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 23.

9Ibid.

Page 44: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

33

a. sifat wajib wujudnya, sebagai pancaran Allah (Neccessary by virtue of

the Necessary Being)

b. dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakikat dirinya (Possible

in essence).

Dengan demikian Ia mempunyai tiga obyek pemikiran : Tuhan, dirinya

sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya. Dari pemikiran

tentang Tuhan timbul akal-akal, dari pemikiran tentang dirinya sebagai wujudnya

timbul jiwa-jiwa dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai mungkin wujudnya

timbul langit-langit.

Jiwa manusia, sebagaimana jiwa-jiwa lain dan segala apa yang terdapat

di bawah bulan, memancar dari Akal Kesepuluh. Sebagaimana Aristoteles, Ibnu

Sina membagi jiwa dalam tiga bagian :10

I. Jiwa tumbuh-tumbuhan dengan daya-daya :

1. makan

2. tumbuh

3. berkembang biak

Jadi, jiwa pada tumbuh-tumbuhan hanya berfungsi untuk makan,

tumbuh, dan berkembang biak.

II. Jiwa binatang dengan daya-daya :

1. gerak

2. menangkap, dengan dua bagian :

a. gerak

10

Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, h. 72.

Page 45: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

34

b. menangkap, dengan dua bagian : (1) menangkap dari luar dengan

panca indera, dan (2) menangkap dari dalam dengan indera-indera

batin, yang terdiri atas lima indra, yaitu :11

i. Indera bersama, yang menerima segala apa yang ditangkap oleh

indera luar. Contohnya kucing yang disiram air.

ii. Indra khayyal (representasi), yang menyimpan segala apa yang

diterima oleh indera bersama. Contohnya kucing dapat mengetahui

keberadaan tikus karena pengalaman yang direkam di dalam

ingatannya.

iii. Imajinasi, yang menyusun apa yang disimpan dan khayyal.

iv. Estimasi, yang dapat menangkap hal-hal abstrak yang terlepas dari

materinya umpamanya keharusan lari bagi kambing ketika melihat

serigala.

v. Indera pemeliharaan (rekoleksi), yang menyimpan hal-hal abstrak

yang diterima oleh estimasi.

Dengan demikian, jiwa binatang lebih tinggi fungsinya daripada jiwa

tumbuh-tumbuhan, bukan hanya sekedar makan, tumbuh, dan

berkembang biak, tetapi telah dapat bekerja dan bertindak serta telah

merasakan sakit dan senang seperti manusia.

III. Jiwa Manusia, mempunyai dua daya :

1. Praktis, yang berhubungannya dengan badan.

11

Sirajuddin Zar, Filsafat Islam : Filosof & Filsafatnya, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), h.

105.

Page 46: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

35

2. Teoritis, yang hubungannya dengan hal-hal abstrak. Daya ini

mempunyai tingkat :

i. Akal materiil, yang semata-mata mempunyai potensi untuk berpikir

dan belum dilatih walaupun sedikit.

ii. Akal al-malakat, yang telah mulai dilatih untuk berpikir tentang

hal-hal abstrak.

iii. Akal Aktual, yang telah dapat berpikir tentang hal-hal abstrak.

iv. Akal Mustafad, yaitu akal yang telah sanggup berpikir tentang hal-

hal abstrak tanpa perlu pada daya upaya. Akal seperti inilah yang

dapat berhubungan dan menerima limpahan ilmu pengetahuan dari

Akal Aktif12

Sifat seseorang bergantung pada jiwa mana dari ketiga macam jiwa

tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia yang berpengaruh pada dirinya.

Jika jiwa tumbuh-tumbuhan dan binatang yang berkuasa pada dirinya,

maka orang itu dapat menyerupai binatang. Tetapi jika jiwa manusia

yang mempunyai pengaruh atas dirinya, maka orang itu dekat pada

kesempurnaan.

Dalam hal ini daya praktis mempunyai kedudukan penting. Daya inilah

yang berusaha mengontrol badan manusia, sehingga hawa nafsu yang terdapat

dalam badan tidak menjadi halangan bagi daya teoritis untuk membawa manusia

kepada tingkatan yang tinggi dalam usaha mencapai kesempurnaan. Menurut

pendapat Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan

12

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, h. 30-31.

Page 47: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

36

mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali

ada badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir di dunia ini. Sungguhpun

jiwa manusia tak mempunyai fungsi-fungsi fisik, dan demikian tak berhajat pada

badan untuk menjalankan tugasnya sebagai daya yang berpikir, jiwa masih

bersahajat dengan badan. Karena pada permulaan wujudnya badanlah yang

menolong jiwa manusia untuk dapat berpikir.13

Pancaindera yang lima dan daya-daya batin dari jiwa binatanglah seperti

indera bersama, estimasi, dan rekoleksi yang menolong jiwa manusia untuk

memperoleh konsep-konsep dan ide-ide dari alam sekelilingnya. Apabila jiwa

telah mencapai kesempurnaannya maka badan tidak diperlukan lagi bahkan

menjadi penghalang mewujudkan kesempurnaan. Sejalan dengan terpisahnya

antara badan dengan jiwa tersebut, maka jiwa manusia tidak mesti hancur dengan

dengan hancurnya badan. Tetapi jiwa tumbuh-tumbuhan dan jiwa binatang yang

terdapat dalam diri manusia, maka hanya mempunyai fungsi-fungsi yang bersifat

fisik yang akan mati dengan matinya badan dan tak kan dihidupkan kembali di

akhirat. Balasannya untuk kedua jiwa ini pun dicukupkan di dunia saja. Berbeda

denga jiwa manusia yang bertujuan pada hal-hal yang abstrak yang akan

dihidupkan kelak di akhirat.14

Pemikirannnya yang intens terhadap jiwa menyebabkan Ibnu Sina

sampai pada kesimpulan bahwa jiwa bersifat kekal (abadi). Menurut Ibnu Sina,

hanya dengan keabadian jiwalh nikmat surga dan siksaat neraka dapat terlaksana,

13

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002),

h. 32. 14

Ibid.

Page 48: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

37

seperti dijelaskan oleh ayat al-Qur‟an (QS. Al-Baqarah : 25 dan 39).15

Kelanjutannya ialah bahwa yang berbangkit pada hari kiamat hanya jiwa, tanpa

badan.16

2. Filsafat Kenabian

Dalam teori kenabian, Menurut Ibnu Sina sebagian manusia dianugrahi

Tuhan akal potensial/material yang sedemikian kuat, yang oleh Ibnu Sina diberi

nama al-hads yaitu intuisi (daya luar biasa) atau al-quwwah al-qudsiyyah (daya

suci). Daya yang ada pada akal potensial seperti ini begitu besarnya, sehingga

tanpa melalui latihan, dengan mudah dapat menerima cahaya kebenaran atau

wahyu Tuhan melalui akal aktif.17

Akal yang seperti ini mempunyai daya suci.

Inilah bentuk akal tertinggi yang dapat diperoleh manusia, dan terdapat hanya

pada nabi-nabi.18

Dalam buku Hasyimsyah Nasution, sejalan dengan teori kenabian dan

kemukjizatan, Ibnu Sina membagi manusia ke dalam empat kelompok: mereka

yang kecakapan teoritisnya telah mencapai tingkat penyempurnaan yang

sedemikian rupa sehingga mereka tidak lagi membutuhkan guru sebangsa

15

QS. Al-Baqaroh ayat 25 tersebut artinya : “...Dan sampaikanlah berita gembira

kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang

mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga

itu, mereka mengatakan: “inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-

buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnyaada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di

dalamnya”.

Sedangkan, QS Al-Baqaroh ayat 39 tersebut artinya : “...Adapun orang-orang yang kafir

dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. 16

Hasan Bakti Nasution, Filsafat Umum, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), Cet. 1,

h.138 17

Akal Aktif diidentifikasi sebagai Jibril, malaikat pembawa wahyu. Lihat : Seyyed

Hossein Nasr, Tiga Madzhab Utama : Filsafat Islam, h. 80. 18

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 115.

Page 49: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

38

manusia, sedangkan kecakapan praktisnya telah mencapai suatu puncak yang

demikian rupa sehingga berkat kecakapan imajinatif mereka yang tajam mereka

mengambil bagian secara langsung pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa masa

kini dan akan datang dan berkemampuan untuk menimbulkan gejala-gejala aneh

di atas dunia. Kemudian mereka yang memiliki kesempurnaan daya intuitif, tetapi

tidak mempunyai daya imajinatif. Lalu orang-orang yang daya teoritisnya

sempurna tetapi tidak praktis. Terakhir adalah orang-orang yang mengungguli

sesamanya hanya dalam ketajaman daya praktis mereka.19

Dalam tulisannya yang khusus untuk mengukuhkan adanya kenabian,

Risalah fi Isbat an-Nubuwwah, Ibnu Sina berupaya menunjukkan adanya

perbedaan keunggulan atau keutamaan pada segenap wujud, pada akhirnya

menegaskan bahwa para nabi, yang akal teoritis mereka mengaktual dengan

sempurna secara langsung, lebih utama dari mereka (para filsuf), yang akal teoritis

mereka mengaktual dengan sempurna secara tidak laangsung (yakni dengan

perantara, seperti latihan dan belajar keras). Uraian Ibnu Sina mengenai hal ini

adalah sebagai berikut :20

Ada wujud yang berdiri sendiri dan ada pula yang tidak berdiri sendiri.

Yang pertama lebih unggul daripada yang kedua. Ada bentuk dan substansi yang

tidak berada dalam materi dan ada pula yang berada dalam materi, maka yang

pertama lebih unggul daripada yang kedua.21

19

Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, h. 75. 20

Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban, h.

201-202. 21

Ibid.

Page 50: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

39

Selanjutnya ada pula bentuk bersama materi (yakni tubuh materi) yang

bersifat tumbuh (organik) dan ada pula yang tidak tumbuh (yakni benda mati),

maka yang pertama lebih unggul daripada yang kedua. Yang organik ada yang

berupa binatang dan ada pula yang tidak, maka yang pertama lebih unggul

daripada yang kedua. Manusia ada yang memiliki akal bi al-malakah dan ada pula

yang tidak, maka yang pertama lebih unggul daripada yang kedua. Ada pula

manusia yang akal bi al-malakah-nya meningkat menjadi akal aktual dan ada pula

yang tidak meningkat, maka yang pertama lebih unggul daripada yang kedua.

Selanjutnya ada manusiayang memiliki akal aktual dengan sempurna secara

langsung (tanpa latihan, tanpa studi keras) dan ada pula yang memiliki akal aktual

dengan sempurna secara tidak langsung (yakni melalui latihan atau studi keras),

maka yang pertama, yakni para nabi, lebih unggul daripada yang kedua, yakni

para filsuf. Para nabi berada di puncak keunggulan atau keutamaan dalam

lingkungan makhluk-makhluk material, karena yang lebih unggul harus

memimpin segenap manusia yang diunggulinya.22

Demikianlah uraian Ibnu Sina dan dengan demikian ia bukan saja

mengakui adanya nabi dan rasul serta kenabian dan kerasulan, melainkan juga

menegaskan bahwa nabi dan rasul lebih unggul dari filsuf.

3. Filsafat Wujud

Bagi Ibnu Sina sifat wujudlah yang terpenting dan yang mempunyai

kedudukan di atas segala sifat lain, walaupun esensi sendiri. Esensi, dalam paham

22

Ibid.

Page 51: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

40

Ibnu Sina, terdapat dalam akal, sedang wujud terdapat diluar akal. Wujudlah yang

membuat tiap esensi yang dalam akal mempunyai kenyataan di luar akal. Tanpa

wujud, esensi tidak besar artinya. Oleh sebab itu wujud lebih penting dari esensi.

Tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa Ibnu Sina telah terlebih dahulu

menimbulkan sifat wujudiyah atau eksistensialisme dari filosof-filosof lain.

Kalau dikombinasikan, esensi dan wujud dapat mempunyai kombinasi

berikut :23

1. Esensi yang tak dapat mempunyai wujud, dan hal yang serupa ini

disebut oleh Ibnu Sina, mumtani’ yaitu sesuatu yang mustahil berwujud.

2. Esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai

wujud. Yang serupa ini disebut mumkin yaitu sesuatu yang mungkin

berwujud tetapi mungkin pula tidak berwujud. Contohnya ialah alam ini

yang pada awalnya tidak ada, kemuadian ada dan akhirnya akan hancur

menjadi tidak ada.

3. Esensi yang boleh tidak mesti mempunyai wujud. Di sini esensi tidak

bisa dipisahkan dari wujud; esensi dan wujud adalah sama dan satu. Di

sini esensi tidak dimulai oleh tidak berwujud dan kemudian berwujud,

sebagaimana halnya dengan esensi dalam kategori kedua, tetapi esensi

mesti dan wajib mempunyai wujud selama-lamanya. Yang serupa ini

disebut mesti berwujud yaitu Tuhan. Wajib al-wujud inilah

mewujudkan mumkin al-wujud. Hubungan Wajib al-wujud dengan

mumkin al-wujud bersifat emanasionistis.

23

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme, h. 39-40.

Page 52: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

41

Dengan argumen ini Ibnu Sina ingin membuktikan adanya Tuhan

menurut logika. Dengan demikian, Tuhan adalah unik dalam arti, Dia adalah

kemaujudan yang Mesti, segala sesuatu selain Dia bergantung kepada diri dan

keberadaan Tuhan. Kemaujudan yang Mesti itu harus satu. Nyatanya, walaupun di

dalam Kemaujudan ini tak boleh terdapat kelipatan sifat-sifat-Nya, tetapi Tuhan

memiliki esensi lain, tak ada atribut-atribut lain kecuali bahwa Dia itu ada, dan

mesti ada. Ini dinyatakan oleh Ibnu Sina dengan mengatakan bahwa esensi Tuhan

identik dengan keberadaan-Nya yang mesti itu. Karena Tuhan tidak beresensi,

maka Dia mutlak sederhana dan tak dapat didefinisikan.

Ibnu Sina menganut paham emanasi. Teori emanasi Ibnu Sina hampir

tidak berbeda dengan teori emanasi yang telah lebih dahulu dikemukakan al-

Farabi. Dari Tuhan memancarkan 10 akal (akal I sampai dengan akal X), 10 jiwa

(9 jiwa langit dan 1 jiwa bumi), dan 10 raga (9 raga langit dan 1 raga bumi).

Emanasi itu adalah akibat aktivitas mengetahui atau berpikir.24

Ia berpendapat bahwa dari Tuhan berpikir tentang diri-Nya, maka

memancarkan Akal I. Sekalipun Tuhan terdahulu dari segi zat, namun Tuhan dan

Akal Pertama adalah sama-sama azali. Selanjutnya Ibnu Sina berpendapat, bahwa

Akal Pertama mempunyai dua sifat : sifat wajib wujudnya, sebagai pancaran dari

Allah dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakekat dirinya ( واجب الوجود

atau Necerssary by Virtue of the Necssary Being dan واجب الوجود لغىره dan لداته

Possible in Essence). Dengan demikian ini mempunyai tiga obyek pemikiran : (i)

berpikir tentang Tuhan, (ii) berpikir tentang dirinya sebagai wajib wujudnya dan

24

Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban, h.

198.

Page 53: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

42

(iii) dirinya sebagai mungkin wujudnya. Dari pemikiran tentang Tuhan timbul

jiwa-jiwa, dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai mungkin wujudnya timbul

langit-langit.25

Akibat aktivitas berpikir akal I, memancar akal II. Sebagai akibat

aktivitas berpikir kedua, memancarkan jiwa, dan langit pertama. dan sebagai

akibat aktivitas ketiga, memancarkan raga langit pertama. Akal II juga memiliki

tiga aktivitas seperti tersebut diatas. Dan akibatnya juga tiga, muncul akal III, jiwa

langit kedua, dan raga langit kedua. Demikian seterusnya hingga Akal X, jiwa

langit kesembilan (bulan), dan raganya (planet). Dari Akal X hanya memancar

jiwa, raga dan bumi. Akal X tidak cukup kuat untuk memancarkan akal

berikutnya. Pada bumi banyak muncul raga-raga tumbuhan, binatang, dan

manusia, yang masing-masing raga itu ditempati oleh satu jiwa individual.26

Akal-akal adalah para malaikat, Akal I adalah malaikat tertinggi dan akal

X adalah Malaikat Jibril yang bertugas mengatur bumi dan isinya. Akal bersifat

tetap dan terasing dari falak, sedangkan jiwa berhubungan langsung dengan falak

(gerakan alam di langit). Tuhan adalah al-Khair al-Mutlak (Tuhan sendiri)27 dan

Akal hanyalah al-Khair yang menjadi tujuan dari segala gerakan falak untuk

kesempurnaan dirinya. Kerinduan Jiwa falak kepada al-Khair disebut al-Isyq al-

25

Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, h. 70. 26

Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban, h.

198. 27

Tuhan menjadi tujuan tiap-tiap jiwa manusia, sebagaimana juga Dia menjadi tujuan

segala gerakan alam di langit (falak). Falak itu bergerak secara beredar menaati al-Khair al-

Mutlak. Gerakan falak itu merupakan gerakan jiwa (nafs), sebab falak itu menyerupai manusia.

Page 54: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

43

Mutlak. Rindu inilah yang menyebabkan terjadinya bermacam-macam peristiwa

dan berlangsungnya berbagai macam hal.28

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel emanasi Ibnu Sina di bawah ini.29

(Subjek)

Akal

yang ke

Sifat

Allah

sebagai

Wajib al-

Wujud

menghasil

kan

Dirinya

sendiri

sebagai

Wajib

wujud li

ghairihi,

menghasilk

an

Dirinya

sendiri

mumkin

wujud

lizathihi

Keterangan

I

Wajib

al-

Wujud

Akal II

Jiwa I yang

menggerakk

an

Langit

Pertama

Masing-masing

jiwa berfungsi

sebagai

penggerak satu

planet karena

(immateri) tidak

bisa langsung

menggerakkan

jisim (materi),

II

Mumki

n al-

Wujud

Akal III

Jiwa II yang

menggerakk

an

Bintang-

bintang

III Sda Akal IV

Jiwa III

yang

menggerakk

an

Saturnus

IV Sda Akal V

Jiwa IV

yang

menggerakk

an

Yupiter

V Sda Akal VI

Jiwa V yang

menggerakk

an

Mars

VI Sda Akal VII

Jiwa VI

yang

menggerakk

an

Matahari

VII Sda Akal VIII

Jiwa VII

menggerakk

an

Venus

VIII Sda Akal IX

Jiwa VIII

yang

menggerakk

Merkuri

28

Hasyimsyah Nasution, h. 70. 29

Sirajuddin Zar, Filsafat Islam : Filosof & Filsafatnya, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010),

h. 101.

Page 55: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

44

an

IX Sda Akal X

Jiwa IX

yang

menggerakk

an

Bulan

X Sda -

Jiwa X yang

menggerakk

an

Bumi,

roh,

materi

pertama

yang

menjadi

dasar

dari

keempat

unsur

(udara,

api, air,

dan

tanah).

Akal X tidak

lagi

memancarkan

akal-akal

berikutnya

karena

kekuatannyasud

ah lemah.

Akal-akal dan planet-planet dalam emanasi di atas dipancarkan

(diciptakan) Allah secara hierarkies. Keadaan ini bisa terjadi karena ta’aqqul

Allah tentang zat-Nya sebagai sumber energi dan menghasilkan energi yang

mendahsyat. Ta’aqqul Allah tentang zat-Nya adalah ilmu Allah tentang diri-Nya

dan ilmu itu adalah daya (al-qudrat) yang menciptakan segalanya. Agar sesuatu

itu tercipta, cukup sesuatu itu diketahui Allah. Dari hasil ta’aqqul Allah terhadap

zat-Nya (energi) itulah diantaranya menjadi akal-akal, jiwa-jiwa, dan yang lainnya

memadat menjadi planet-planet.30

Filsuf yang mendukung pemikiran Aristoteles beranggapan bahwa Tuhan

tidak tersibukkan dengan sesuatu yang ada di luar diri-Nya. Tuhan hanya

memikirkan diri-Nya karena Dia adalah „aql. Dengan kata lain, Tuhan adalah

30

Sirajuddin Zar, Filsafat Islam : Filosof & Filsafatnya, h. 102.

Page 56: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

45

subjek sekaligus objek pemikiran. Karena itu, Tuhan tidak perlu tahu hal-hal yang

bersifat partikular. Hal-hal yang bersifat partikular adalah khusus bagi yang

terbatas yang terpengaruh dengan berbagai kejadian dan objek pengetahuan

setelah terjadi. Pendapat tersebut tidak dapat diterima oleh Ibnu Sina. Baginya,

Tuhan Maha Mengetahui segala yang sudah atau yang akan terjadi dalam

kekuasaan-Nya sejak azali. Jadi, pengetahuan-Nya itu bukanlah karena sesuatu itu

sudah terjadi, bahkan pengetahuan-Nya itulah yang menjadi sebab bagi terjadinya

segala sesuatu.31

B. Bidang Kedokteran

Ilmu kedokteran termasuk ilmu yang telah melesat perkembangannya,

dimana kaum Muslimin telah memberikan sumbangsih luar biasa pada masa

peradaban mereka yang cemerlang. Sumbangan tersebut belum pernah dilakukan

secara menyeluruh, unggul, dan terbukti dalam perjalanan sejarah.

Kedokteran Islam bukan sekedar mendiagnosa mengobati penyakit lalu

selesai, tapi meliputi pada dasar-dasar eksperimen yang membalikkan

pengaruhnya sedemikian tinggi dan menakjubkan pada seluruh sisi-sisi latihan

(praktik) kedokteran sebagai pemeliharaan dan pengobatan, atau meringankan dan

memberikan obat-obatan, atau menjauhkan manusia dan pola hidup buruk dengan

melaksanakan anjuran kedokteran.32

Di antara kehebatan peran umat Islam dalam dunia kedokteran dapat

dilihat dari orang-orang jenius dibidang kedokteran yang sangat jarang. Mereka

31

Hasyimsyah Nasution, h. 71. 32

Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2011), h. 271.

Page 57: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

46

dengan izin Allah memberikan konstribusi besar dalam memutar roda perjalanan

kedokteran menuju ke arah lain, mengikuti arah perjalanan pergerakan generasi

kedokteran sampai hari ini.

Ketika Islam datang, orang-orang Arab jahiliyah juga mempunyai

semisal tabib, sehingga Rasulullah menganjurkan untuk berobat. Sebagaimana

diriwayatkan oleh Usamah bin Syarik, “Berobatlah, karena Allah tidak

menurunkan penyakit kecuali membuat obatnya. Kecuali satu penyakit: tua!”

Rasulullah berobat dengan madu dan kurma serta ilalang alami, dan sebagainya

yang dikenal dengan Tibbun Nabawi (Pengobatan Nabi).33

Kaum Muslimin tidak hanya berhenti pada pengobatan Nabawi. mereka

juga mengerti sejak awal bahwa ilmu-ilmu duniawi, termasuk ilmu kedokteran

mengadakan penelitian dan kajian terus-menerus dengan berpegang pada apa yang

terdapat pada umat-umat lain. Karena itu, sebagai praktik terhadap petunjuk

Islam, mereka terus memompa semangat untuk menambah segala sesuatu yang

membawa manfaat. Mencari segala hikmah di mana saja berada. Demikianlah kita

melihat kaum Muslimin mengambil pengetahuan kedokteran dari Yunani di

samping dari negeri-negeri Islam sendiri yang ditaklukannya.

Para ilmuan kedokteran kaum Muslimin mempunyai keistimewaan.

Merekalah yang pertama kali mengetahui spesialisasi kedokteran. Di antara

mereka adalah dokter spesialis mata, memberinya nama dengan Kahalain (Mata

Hitam). Kemudian ada yang spesialis bedah, hijamah (bekam), spesialis penyakit

33

Ibid.

Page 58: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

47

wanita dan seterusnya. Di antara para pakar ilmuan pada masa itu adalah Abu

Bakar Ar-Razi.34

Dan kaum intelektual Muslim mencapai keunggulan pada bidang lain

secara cemerlang, yaitu Ibnu Sina yang telah memberikan konstribusi yang sangat

berharga bagi manusia.

Tokoh yang dijuluki sebagai Syaikh al-Ra’is (Pemimpin para

Cendekiawan) tersebut memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi dunia

kedokteran sehingga para dokter mana pun selayaknya tidak akan melupakan atau

mengabaikannya. Ibnu Sina lebih dikenal sebagai Pangeran Para Dokter di dunia

Barat selama berabad-abad dan di dunia Timur hingga saat ini. Di Barat dia

dikenal dengan Avicenna.35

Di antara karya-karya Ibnu Sina yang paling terkenal adalah al-Qanun fi

al-Tibb (The Canon of Medicine). Selama kurun waktu abad ke-12 sampai abad

ke-14 M, buku ini dijadikan referensi utama bagi fakultas kedokteran di berbagai

perguruan tinggi Eropa, pada abad ke-17. Buku ini dianggap ensiklopedi ilmu

kedokteran. Versi edisi bahasa Arab terbit di Roma pada tahun 1593, dan dalam

bahasa Hebrew terbit di Naples padaa tahun 1491, sejak abad ke-15 M, buku ini

telah dicetak ulang sebanyak 15 kali, bahkan beberapa bagian buku tersebut masih

dicetak pada tahun 1930 di kota London, salah satunya diterjemahkan ke dalam

bahasa Inggris oleh Oskar Cameron Gruner.36

34

Ibid, h. 272. 35

Husain Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, h. 198. 36

Al-Qanun fi Thibb terjemahannya dalam bahasa Inggris dapat dilihat dalam Oskar

Cameron Gruner, The Canon of Medicine of Avicenna, (New York: AMS Press, 1973), bag. I-IV,

h.25-135, 460-534.

Page 59: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

48

Buku al-Qanun ini merupakan karya ensiklopedi mencakup kombinasi

sistem medis Yunani dan Arab, dengan tambahan pengalaman personal Ibnu Sina.

Buku ini membahas tenang klasifikasi penyakit, penjabara, dan penyebab-

penyababnya, dengan terapi (pengobatan), dan klasifikasi kedokteran secara

sederhana dan secara luas; dengan higenitas, fungsi tubuh, dan berbagai topik

lainnya.37

Secara khusus, Ibnu Sina menegaskan kenyataan bahwa penyakit

tuberkulosis paru (TBC paru) itu adalah penyakit menular dan penyakit TBC paru

itu menular melalui tanah dan air.38

Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan anatomi tubuh

manusia secara rinci. Dalam buku The Canon of Medicine dijelaskan tentang

anggota tubuh dan komponennya bahwa anggota tubuh terutama berasal dari

cairan seperti halnya humor terutama berasal dari percampuran dari aliments, dan

aliments terutama terdiri dari bercampur “elemen”. Ada anggota yang sederhana

dan ada anggota majemuk. Anggota sederhana adalah mereka yang strukturnya

homogen di seluruh, sehingga nama mereka menggambarkan mereka di semua

bagian : misalnya daging, tulang, saraf, dan sejenisnya. Sedangkan anggota

senyawa adalah mereka yang satu dan kata yang sama bukanlah gambaran yang

benar dari semua bagian. Misalnya, dalam kasus tangan dan wajah. Bagian dari

wajah bukan wajah, bagian tangan bukan tangan. Anggota ini disebut

37

Ibid. 38

Aftab Macksood, “How Islam Influenced Science”, dalam

www.ais.org/bsb/Herald/Previous/95/ science.hlml diakses pada tanggal 11 Januari 2015. Dan

lihat Oscar Cameron Gruner, The Canon of Medicine of Avicenna, h. 174-183.

Page 60: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

49

Faku

ltas

Atr

akti

f

Faku

ltas

yan

g

men

gusi

r

“instrumental” karena mereka adalah instrumen dimana semangat dan tindakan

pikiran (jiwa) tercapai. 39

Tabel Anggota Tubuh dalam buku The Canon of Medicine, sebagai

berikut :40

Organ tambahan Alat indera Paru-paru Perut Konstituan humor

dan

Intestin

Urat nadi

Orga utama Otak Jantung Hati Reproduk

(nafas hewan) (nafas penting) (nafas alami) kelenjar IV

Eferen organ Urat Arteri Kandung empedu, Saluran dan

tambahan langsung limpa, ginjal adneksa jenital

Organ tubuh Tulang, rawan Daging Saluran inenstinal

(Jaringan dasar) ligamen, otot, lemak

tendon, membran

Anggota sederhana “jaringan dasar” mencakup :41

1. Tulang, ini cukup sulit untuk membentuk dasar dari tubuh secara

keseluruhan.

39

Oskar Cameron Gruner, The Canon of Medicine of Avicenna, (New York: AMS Press,

1973), Bagian I, h.93. 40

Ibid 41

Ibid, h. 94.

Faku

ltas

yan

g

men

gusi

r

Page 61: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

50

2. Tulang rawan, lebih lembut dari tulang, ini bisa ditekuk, namun lebih sulit

daripada semua anggota lain. itu dibuat untuk tujuan memberikan bantalan

antara tulang keras dan anggota lembut, sehingga tidak boleh terluka saat

terkena pukulan atau jatuh.

3. Saraf, ini adalah struktur yang timbul dari otak atau sumsum tulang

belakang. Mereka putih, lembut, lentur, sulit untuk merobek, dan

diciptakan untuk mengabdi (a) sensasi, (b) gerakan anggota badan.

4. Tendon (urat daging), ini membentuk termininations otot. Mereka

meneyerupai saraf dalam penampilan. Mereka melekat pada anggota

gerak, ketika kontrak otot dan rileks, bagian-bagian mana tendon melekat

pindah ke sana kemari. Mereka banya kadang-kadang memperluas ketika

otot mengembang, dan memperprndek terpisah dari memanjang dan

pemendekan otot.

5. Ligamen (sendi tulang), struktur ini memiliki penampilan dan nuansa

saraf. Mereka ada dua macam, yang terakhir meluas ke otot, dan yang

terlebih dahulu tidak mencapai sejauh otot, tetapi hanya bergabung

dengan ujung tulang senditegas bersama-sama.

6. Arteri. Struktur ini muncul dari hati. Mereka yang berlubang, beserat, dan

konsistensi ligamen. Gerakan mereka terdiri dari ekspansi dan kontaksi,

yang membedakan mereka dari pembuluh darah. Mereka diciptakan untuk

memungkinkam jantung untuk ventilasi, uap air saja yang akan

dikeluarkan darinya, dan nafas didistribusikam dengan cara mereka ke

seluruh bagian tubuh.

Page 62: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

51

7. Pembuluh darah, ini mirip arteri kecuali sejauh mereka muncul dari hati

dan tidak berdenyut. Tujuan mereka adalah untuk membawa darah dari

semua bagian tubuh.

8. Membran. Struktur ini membentuk filamen yang sangat halus.

9. Daging. Daging termasuk otot, tendon, ligamen, ikat-jaringan, dan

sebagainya semua bersama-sama. Daging adalah yang mengisi ruang yang

tersisa dalam anggota, sehingga menyampaikan ketegasan dan soliditas.

Organ utama yang diperlukan untuk kehidupan individu, adalah :42

1. Jantung, sumber atau titik awal dari kekuatan vital atau panas bawaan.

2. Otak, kursi dari kemampuan mental, sensasi dan gerakan.

3. Hati, kursi dari fakultas gizi atau vegetatif, organ yang bersangkutan

dalam pemeliharaan kehidupan

4. Organ generatif, mereka memberikan bentuk maskulin dan feminin,

namun tidak terlibat di dalam esensi kehidupan.

Dari uraian di atas dapt disimpulkan bahwa setiap bagian tubuh manusia,

dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan.

Ibnu Sina juga seorang ahli bedah. Dia melakukan praktik bedah yang

rumit, seperti mengentaskan pembengkakan kanker pada periode permulaan,

membedah kelenjar tenggorokan dan batang tenggorokan, membuang bisul pada

pengkristalan di paru-paru. Ia juga mengobati penyakit wasir dengan cara

mengikat. Temuannya sampai kepada penyakit saraf (neurasthenia) di mana Ibnu

Sina merupakan perintisnya. Ia mengemukakan rincian cara mengeluarkannya dan

42

Ibid, h.98.

Page 63: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

52

kewaspadaan yang harus diperhatikan, dan mengajarkan cara-cara pembedahan

dengan melakukan penyuntikan dibawah kulit pasien dengan menggunakan cara

pembiusan untuk mengobati luka (disinfection).43

Ia juga menyebutkan kondisi

dengan menggunakan alat deteksi, begitu pula keadaan yang patut diwaspadai

penggunaannya.44

Selain itu, mengenai konsep pentingnya tidur. Menurut Ibnu Sina tidur

merupakan bentuk istirahat yang paling ideal baik secara fisik maupun secara

mental. Kurang tidur dapat menyebabkan kurangnya energi dan lemahnya

mental.45

Tentang kesehatan mental ini juga berhubungan dengan kerangka

filsafat Ibnu Sina mengenai jiwa-raga, yang menurut Ibnu Sina bahwa atribut-

atribut mental dan fisik merupakan bagian yang secara kualitatif berbeda.46

Ibnu Sina juga seorang yang sangat ahli di bidang gigi. Dia menjelaskan

secara rinci dengan rumusnya yang luar biasa seputar lubang gigi. Dia

mengatakan “Tujuan pengobatan membatasi apa yang dimakan, dengan

memindahkan plak-plak yang rusak, meleraikan komponen yang menyebabkan

kerusakan. Karena itu yang perlu diperhatikan, cara pertama dalam pengobatan

gigi adalah menjaga keseimbangannya, dengan cara mempersiapkan lubang gusi

agar kosong terus-menerus. Caranya menghilangkan komponen lubang gigi. Lalu

dikuatkan dengan penambalan dengan komponen gigi yang sesuai, untuk

43

Bahron Ansori “Ibnu Sina, Ilmuan Muslim Pakar Kedokteran Dunia”, dalam

www.mirajnews.com/id/artikel/tokoh/ibnu-sina-ilmuwan-muslim-pakar-kedokteran-dunia/ diakses

pada tanggal 3 Juni 2014. 44

Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, h. 276. Dapat dilihat

juga dalam Al-Qanun fi Thibb terjemahannya dalam bahasa Inggris dapat dilihat dalam Oskar

Cameron Gruner, The Canon of Medicine, bagian IV, h.530. 45

Oscar, Cameron Gruner, The Canon of Medicine of Avicenna, bagian II, h. 262. 46

M.M. Syarif, M.A, Para Filosof Muslim, (Bandung: Mizan, 1985), h. 114.

Page 64: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

53

mengembalikan komponen yang hilang yang digunakan dalam gigi. Seterusnya

gigi berfungsi kembali.47

Ibnu Sina juga berpendapat tentang sistem imun (daya tahan / kekebalan

tubuh) dalam teori pengobatan atau penanggulangan terhadap beragam penyakit

pada tubuh manusia. Menurutnya, jika kondisi tubuh dalam keadaan fit, maka

akan kebal terhadap penyakit yang menyerangnya, sebaliknya jika kondisi tubuh

tidak fit / lemah, maka akan mudah terserang penyakit dan tindakan pengobatan

tidak berfungsi dengan baik. Menurutnya juga, kondisi kejiwaan / suasana hati

seseorang juga berpengaruh terhadap daya tahan tubuh terhadap penyakit. Jika

seseorang berada dalam suasana / kondisi hati yang sedang sedih, ketakutan atau

gelisah maka mudah terserang penyakit.48

Dalam pengobatan dengan obat-obatan dijelaskan oleh Ibnu Sina dalam

bukunya The Canon of Medicine bahwa ada tiga aturan dalam memilih obat-

obatan :49

1. Seleksi sesuai dengan kualitas, baik panas, dingin, lembab, kering.

2. Pemilihan jumlah yang akan diberikan (dosis). Dalam hal ini dua sub

divisi : a. pengukuran dalam hal berat badan.

b. pengukuran kualitas derajat panas dan dingin.

3. Aturan relatif terhadap waktu pemberian.

Banyak sejarawan yang memuji kecermelangan prestasi ilmiah yang

dicapai Ibnu Sina. Konstribusi Ibnu Sina terhadap pemikiran dan ilmu

47

Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, h. 276. Dapat dilihat

juga dalam Oskar Camaron Gruner, The Canon of Medicine, bagian II, h. 156. 48

Musthofa Ghalib, Fi Sabil Mausu’ah Falsafiyyah Ibnu Sina, (Beirut: Daar wa

Maktabah al-Hilaal, 1979), h. 61 49

Oskar Cameron Gruner, The Canon of Medicine, bagian IV, h.463.

Page 65: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

54

pengetahuan amatlah besar dan diakui berpengaruh signifikan kepada para

ilmuan, pemikir, dan filsuf generasi-generasi sesudahnya. Berkat prestasinya

dalam ilmu medis, Ibnu Sina memperoleh julukan Father of Doctors (Bapak Para

Dokter). Mehdi Nakosteen dalam bukunya Konstribusi Islam atas Dunia

Intelektual Barat (1996), menyebutkan bahwa Dunia Islam dan Eropa berutang

budi kepada Ibnu Sina dalam ilmu kedokteran.50

C. Bidang Fisika

Pengembangan sains dalam sejarah Islam sejalan dengan perintah Al-

Qur‟an untuk mengamati alam dan menggunakan akal, dua hal yang merupakan

dasar metodologis sains. Para ilmuan di bidang sains dan teknologi, seperti Ibnu

Sina, al-Kindi, dan Umar Khayyam, membawa kebesaran peradaban Islam.51

Dalam bidang fisika menurut Ibnu Sina, fisika berhubungan dengan

prinsip-prinsip tertentu dan tentang hal-hal yang terkait dengan benda-benda

alam.52

Kajian yang dikemukakan Ibnu Sina dalam masalah ini adalah bersifat

teori, dan obyeknya yaitu benda yang wujud, di mana ia terdapat dalam

perubahan, diam dan bergerak. Ilmu fisika mempunyai beberapa dasar yang hanya

50

Mehdi Nakosteen, Konstribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat : Deskripsi Analisis

Abad Keemasan Islam, h. 20. 51

Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban, h.

237. 52

Sebagai contoh, setiap benda alam dikatakan mempunyai ruang dan bentuk alami.

Semua gerak alam menyebabkan gerak kreatif dan sirkuler (melingkar) yang tidak tunduk pada

siklus penciptaan dan penghancuran. Gerak melingkar ini milik benda-benda langit, yang diikuti

oleh benda-benda yang tunduk pada pengaruh-pengaruh langit. Lihat buku Seyyed Hossein Nasr

dan Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Cet. 1, h.292.

Page 66: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

55

bisa diketahui oleh orang yang mendalami ilmu ketuhanan. Sebagai dasar-dasar

itu adalah :53

1. Benda (maddah), surah (form) dan tiada (adam)

Setiap benda yang tersusun mempunyai tiga unsur, yaitu bendanya surah

dan tiada. Demikian menurut Aristoteles. Sebelum terjadinya surah, meskipun

benda itu satu jumlahnya, namun ia mengandung dua unsur yang berbeda.

Pertama, adalah unsur yang tetap. Kedua, adalah yang terjadi akibat adanya

perubahan. Sebagaimana orang yang bukan ahli musik, kemudian menjadi pemain

musik. Orangnya, yang menjadi subyek perubahan, namun orang itu sendiri tidak

mengalami perubahan, ketika menjadi pemain musik. Artinya, ia tetap sebagai

seorang semula, meskipun sifatnya berubah, sebab sifat bukan ahli musik yang

sebelumnya ada menjadi tidak ada lagi ketika ia menjadi pemain musik.54

Teori ini dari Aristoteles yang ditranfer Ibnu Sina dengan mengatakan

bahwa benda alam terdiri dari amaddah (bendanya). Sebagai tempat, dan dari

surah, sebagai perkara yang bertempat padanya. Hubungan benda dengan surah

sama dengan hubungan perak dengan patung. Jadi benda alam mempunyai

tambahan (perkara yang mengikutinya) yaitu „arah (sifat-sifat), seperti gerak,

diam dan lain-lain. Adapun perbedaan Ardla dengan surah adalah apabila ‘ardl

terdapat sebuah benda, dalam kedudukannya sebagai suatu keharusan bagi

wujudnya ‘ardl, sedang surah terdapat sebelum benda dalam kedudukannya

53

H. A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka setia, 1997), Cet. 1, h. 197. 54

Ibid, h. 198.

Page 67: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

56

sebagai illat (sebab) bagi anda, dan surah juga adanya sebelum adanya ‘ardl

sebagai keharusan dan sebagai sebab bagi wujudnya suatu benda.55

Bagi tiada semua itu menjadi sumber bagi yang ada, melainkan hanya

tiada yang disertai wujud dalam potensi atau dengan kata lain hanya tiada yang

mungkin wujud. Sebagai contoh : “tidak adanya pisau pada wapper (selongsong)

dan pada besi tua”. Tetapi tidak ada pada kedua perkara tersebut tidak sama,

sebab tidak adanya pisau tidak bisa menjadi sumber adanya pisau karena wujud

pisau secara potensi (bahan) sudah terdapat pada besi tua, dan kemudian akan

menjadi pisau benar-benar, sebagai aktualitas, tetapi wujud pisau sebagai potensi

tidak terdapat sama sekali pada wapper. Karena tiap-tiap benda yang memuat

tiada yang menjadi sumber bagi wujud terhadap sesuatu tersebut hule bagi

sesuatu itu.56

Apabila surah benar-benar terdapat pada hule maka hule menjadi subyek.

Jika hule dibandingkan dengan surah yang tidak terdapat padanya sebagai

aktualitas, maka hule tersebut juga tetap dinamai hule. Namun bila dibandingkan

dengan surah yang sudah terdapat pada aktualitas, maka hule disebut subyek.

2. Gerak dan diam

Menurut Ibnu Sina, gerak adalah pergantian keadaan yang menetap pada

benda sedikit demi sedikit, dengan menuju kepada suatu arah tertentu. Ia juga

menambahkan bahwa tiap-tiap gerak terdapat pada perkara yang bisa bertambah

atau berkurang, sedang jauhar (benda-benda kecil/atom) tidak demikian

55

H. A. Mustofa, Filsafat Islam, h. 198. 56

Ibid.

Page 68: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

57

keadaannya (tidak mengenal gerak). Dengan demikian kejadian jauhar dan

kemusnahannya tidak merupakan gerak, melainkan sesuatu yang terjadi dengan

sekaligus. Atau bisa dikatakan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain adalah

gerak. Begitu pula perpindahan dari putih ke hitam (istihalah) dan bertambah

atau berkurangnya sesuatu bentuk juga dikatakan gerak.57

Tentang diam, maka dikatakan oleh Ibnu Sina, sebagai tidak adanya

gerak dari suatu yang bisa bergerak.58

Jadi perlawanan antara diam dengan gerak

sama dengan perlawanan antara tiada dengan ada dengan nyata.

3. Zaman

Zaman adalah ukuran (kadar) gerak yang bundar, dari segi maju

mundurnya. Apabila zaman itu adalah ukuran gerak, sedang zaman itu bukan baru

(dari segi zaman) maka artinya gerak itu bukan hal yang baru. Definisi Ibnu Sina

ini adalah sama dengan yang dikemukakan Aristoteles.

Zaman itu bukanlah sesuatu yang tidak ada lalu ada, tapi terjadinya

penciptaan tidaklah didahului zaman, tapi didahului oleh dzat. Dan zaman

senantiasa bertalian dengan gerak, karena itu tidak akan terbayang adanya zaman

kecuali juga terbayang adanya gerak, jika gerak tidak dapat dirasakan, maka

zaman juga tidak bisa dirasakan. Oleh karena itu, zaman adalah kadar atau ukuran

gerak, maka zaman tidak didahului oleh keadaan, demikian pula halnya gerak.

Jika demikian, gerak dan zaman adalah kadim.59

57

H. A. Mustofa, Filsafat Islam, h. 198-199. 58

Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, h. 75. 59

Ibid, h. 76.

Page 69: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

58

Zaman tidak dijadikan dalam proses waktu, melainkan kejadian tersebut

adalah sebagai ibda‟ (ciptaan), di mana penciptaannya tidak mendahuluinya dari

segi tingkatan dan martabat. Kalau sekiranya zaman itu mempunyai sumber (asal),

maka berarti zaman itu terjadi sesudah ada zaman lain yang mendahuluinya.

Sebab pengertian baru dalam zaman adalah bahwa zaman itu asalnya tidak ada

kemudian menjadi ada. Jadi sekali lagi apabila zaman itu ukuran gerak dan zaman

itu bukan baru, maka gerak itupun bukan hal yang baru.60

4. Tempat, kekosongan, terbatas dan tidak terbatas

Tempat adalah sesuatu yang di dalamnya terdapat suatu benda. Jadi

tempat itu meliputi benda itu, memuatnya, terpisah darinya, terjadi suatu gerakan

dan sama (seimbang) dengan benda tersebut. Sebab tidak mungkin terdapat dua

benda dalam satu tempat dan dalam masa yang satu pula. Tempat itu bukan benda

(mater = hule = materi) bukan pula surah (form), karena kedua-duanya hanya

berada pada suatu yang terdapat dalam tempat.61

Kemudian dalam soal kekosongan, Ibnu Sina tidak membenarkan adanya

kekosongan, sebagaimana ia mengingkari adanya keterbatasan (kadar) yang tak

terhingga, atau adanya bilangan yang tidak berakhir maupun gerak yang tidak

berpangkal.

Sedangkan dalam buku Seyyed Hossein Nasr (2006), dalam bidang

fisika, yang ia diskusikan dalam Al-Syifa’ dan juga karya-karya yang lebih

pendek, konstribusi mendasar Ibnu Sina adalah kritiknya terhadap teori gerak

60

H. A. Mustofa, Filsafat Islam, h. 200. 61

Ibid.

Page 70: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

59

proyektil Aristotelian yang merupakan kelemahan fisika Peripatetik. Ibnu Sina

mengambil teori John Philoponos untuk melawan Aristoteles dan menyatakan

bahwa tubuh dalam gerak proyektil memiliki suatu kekuatan dirinya yang

diberikan kepadanya oleh sebab yang pertama kali menggerakkannya untuk

mendorong sesuatau yang menghalanginya dari bergerak dalam arah partikular,

yakni daya tolak perantar. Selanjutnya, menurut pandangan Ibnu Sina, juga

bertentangan dengan pendapat John Philoponos, daya ini, yang disebut mail qasri,

tidak tertata dalam kehampaan tapi dapat berlanjut jika terdapat kehampaan di

mana tubuh dapat bergerak.62

Ibnu Sina juga berusaha memberikan relasi kuantitatif pada bentuk gerak

ini dan menyatakan bahwa tubuh yang digerakkan oleh kekuatan yang diberikan

akan memiliki kecepatan atau bobot yang sesuai dengan kecenderungan

alamiahnya, dan bahwa jarak yang ditempuh oleh gerak tubuh tersebut dengan

kecepatan konstan secara langsung sesuai dengan beratnya.63

Jalan fikiran Ibnu Sina bertolak dari konsepsi makhluk dan

mengembangkan dengan argumentasi ontologia. Secara garis besar, ia membagi

sesuatu yang ada atas dua sisi, yaitu fisika dan metafisika.

62

Di Barat, teori daya dorong Ibnu Sina diadobsi oleh seorang Andalusia, Al-Bitruji,

sebelum ia memasuki dunia Latin dan memiliki hubungan langsung dengan tulisan-tulisan Peter

Olivi, di mana istilah Arab mail qasri diterjemahkan dengan inclinatio violenta. Ekspresi ini

kemudian diganti nama dengan impetus impressus oleh John Buri dan didefinisikan sebagai

produk massa dan kecepatan yang sama dengan momentum pada fisika modern. Lihat Seyyed

Hossein Nasr, Tiga Madzhab Utama : Filsafat Islam. (Jogjakarta: IRCiSoD, 2006), h. 71. 63

Seyyed Hossein Nasr, Tiga Madzhab Utama : Filsafat Islam, h. 70.

Page 71: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

60

BAB IV

PENGARUH KEILMUAN IBNU SINA TERHADAP PERKEMBANGAN

ILMU PENGETAHUAN

A. Pengaruhnya Di Dunia Islam

Sebagaimana dijelaskan di awal bab ini, Ibnu Sina mempunyai peran

yang sangat besat dalam sains Islam. Pengaruhnya terlihat di manapun dan

kapanpun filsafat dan sains dikembangkan dalam dunia Islam. Pengaruh

pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang

kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah ke Eropa.

Kontribusi ibnu sina terhadap pemikiran dan ilmu pengetahuan amatlah besar,

diakui berpengaruh signifikan kepada para ilmuwan, pemikir dan filusuf generasi-

generasi sesudahnya.1

Diantara murid-murid langsungnya yang paling terkemuka adalah Abu

„Ubaid al-Juzjani, rekan yang menemaninya sepanjang hidup, yang kepadanya

Ibnu Sina mendiktekan otobiografinya dan dia pula yang menyelesikan karya

gurunya yang belum rampung; Abu al-Hasan Bahbanyar, penulis karya yang

sangat penting tentang filsafat, Kitab al-Tahshil dan Kitab al-Hujjah; Ibnu Zailah,

yang menulis ulasan atas Hayy bin Yaqdzan dan merangkum al-Syifa.2

Sepanjang periode Safawi, dengan kebangkitan intelektual dan seni yang

terjadi, filsafat Ibnu Sina juga mendapat perhatian istimewa dari tokoh-tokoh

1http://ikienovember.blogspot.com/2012/05/pengaruh-ibnu-sina-di-dunia-barat-dan.html

diakses pada 4 Januari 2015. 2Sayyed Hossein Nasr, Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam, h. 86.

Page 72: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

61

berpengaruh seperti Mir Damad yang berusaha memberikan interpretasi

iluminasionistik; sayyid Ahmad al-„Alawi yang menulis ulasan luas atas Al-Syifa.3

Konsep-konsep Ibnu Sina mengenai wabah penyakit dibawa lebih lanjut

oleh Ibn Baytar dari Andalusia, seorang ahli botani dan farmokologi Muslim

terbesar, yang banyak mewarikan buku-buku medis Abad Pertengahan yang

paling terkenal tentang Botani. Buku-buku medis tersebut seperti Kitab al-Jami’ li

Mufradat al-Adwiyyah (Buku Lengkap tentang Obat-obatan Sederhana dan Buku

yang Memadai tentang Obat-obatan Sederhana). Dia menuliskan di dalamnya

sebanyak 1.400 macam obat-obatan.4 Dengan kata lain, di dunia Islam konstribusi

Ibnu Sina dalam bidang kedokteran membuka jalan kedokteran secara luas.

Kontribusi Ibnu Sina tidak bisa dipisahkan dari zaman keemasan Islam

yang berlangsung (287-494 H/900-1100 M). Zaman keemasan itu merupakan

sebutan populer unuk zaman perkembangan ilmu pengetahuan sebagai kelanjutan

dari zaman penerjemahan dan penulisan buku-buku kedokteran 131-288 H/750-

900 M). Zaman keemasan itu terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah.

Perkembangan yang paling monumental dari pencapaian Dinasti Abbasiyah ini

adalah kemajuan yang luar biasa di bidang pemikiran-pemikiran rasional.5

Pada tahun 1160 di Baghdad telah berdiri lebih dari 60 buah rumah sakit.

Para dokter dan ahli farmasi harus diuji terlebih dahulu sebelum diizinkan

3Ibid, h. 89.

4Mehdi Nakosteen, Konstribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat : Deskripsi Analisis

Abad Keemasan Islam, h. 260. 5Omar Amin Hoesin, Kultur Islam : Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan

Pengaruhnya dalam Dunia Internasional, terj. (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 74.

Page 73: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

62

berpraktik, dan praktik mereka diawasi dengan cermat.6 Konstribusi Ibnu Sina

tampak hingga sekarang terutama dalam bidang kedokteran. Di antaranya tentang

eksperimennya yang besar dan pengajarannya tentang beragam keadaan yang

dapat diatasi dengan keadaan yang baik.

B. Pengaruhnya di Dunia Barat

Di Barat juga pengaruh Ibnu Sina merupakan pengaruh yang lama dan

langgeng. Pada abad ke-12, karya-karya tertentu Ibnu Sina mulai diterjemahkan

ke dalam bahasa Latin, di antaranya otobiografinya seperti diriwayatkan oleh al-

Juzjani, bagian logika dan fisika dalam Al-Syifa dan sluruh metafisikanya.

Kebanyakan terjemahan itu dibuat di sekolah Toledo, khususnya oleh atau di

bawah pengarahan Dominicus Gundissalvus. Tapi banyak dari karya-karya

tersebut yang juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Joannes Hispalensis,

atau Avendeuth (Ibnu Dawud), yang terkenal sebagai penerjemah korpus Ibnu

Sina.7

Kontribusi besar Ibnu Sina di dunia Barat terutama tampak pada karya

terbesarnya yang berjudul al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine). Buku ini

merupakan karya ensiklopedi yang mencakup kombinasi sistem medis Arab dan

Yunani, dengan tambahan pengalaman personal Ibnu Sina. Buku ini membahas

tentang penyakit mengenai klasifikasi, penjabaran, dan penyebab-penyebabnya,

dan memberikan terapi dengan higiene, fungsi-fungsi bagian-bagian tubuh,

gangguan psikologi dan berbagai topik lainnya. Al-Qanun diterjemahkan ke dalam

6S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, (Jakarta:

Komunitas Bambu, 2008), Cet.3, h. 40. 7Sayyed Hossein Nasr, Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam, h. 89-90.

Page 74: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

63

bahasa Latin dan diterbitkan pada banyak masa. Buku tersebut sangat

berpengaruh di Eropa selama abad Pertengahan, dan menjadi buku referensi

standar pada universitas-universitas terkemuka hingga abad ke-17 M.8

Pandangan-pandangan Ibnu Sina baik pandangan ilmiah atau filosofis,

mulai mempengaruhi pusat-pusat belajar dari abad ke-12 dan seterusnya. Salerno

dan Montpellier begitu terpengaruh oleh kedokterannya, sedang Paris dan Oxford

oleh filsafatnya. Pengaruh Ibnu Sina juga bisa terlihat jelas dalam tulisan-tulisan

William dari Auvergne dan Roger Bacon, yang memujinya dan Albertus Magnus,

St. Thomas, yang argumen ketiganya atas bukti eksistensi Tuhan secara esensial

adalah argumen Ibnu Sina9

Kaum Muslim bukan hanya meninggalkan karya-karya klasik Yunani,

tetapi juga memperkenalkan teori-teori saintifik baru, yang tanpanya Renaisans

Eropa tidak akan berlangsung. Secara khusus, kontribusi Ibnu Sina terhadap

Eropa/Barat pada Abad Pertengahan dalam bidang filsafat sangat jelas. Tidak ada

satu karya pun dari para pemikir Eropa Abad Pertengahan yang tidak mempelajari

hubungannya dengan filsafat Ibnu Sina. Ibnu Sina merupakan salah seorang yang

langka, pemikir yang mempunyai otoritas tinggi yang menjadi rujukan Barat

setelah St. Augustine dan Aristoteles. Selain itu perhatian saintifik Ibnu Sina

menjadi rujukan orang-orang Inggris, Perancis, Italia, dan Jerman.10

8Salah satunya universitas di Prancis, yaitu Sekolah Tinggi kedokteran Montpellier dan

Louvain. Lihat buku Husain Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, h.202. 9Sayyed Hossein Nasr, Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam, h. 90

10Saharawati Mahmouddin, Sistem Kedokteran Islam : Studi Konsep Kesehatan Mental

Ibnu Sina, h. 178.

Page 75: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

64

C. Ilmu Pengetahuan Pasca Ibnu Sina

Di luar kelompok murid-murid langsungnya, pengaruh Ibnu Sina terasa

hampir di setiap tokoh intelektual penting pada abad berikutnya. Di antaranya

adalah Umar Khayyam,11

seorang ilmuan Muslim terkemuka berkebangsaan

Persia dan seorang ilmuan dunia terkemuka dalam bidang matematika, sekalipun

dia kebanyakan dikenal karena popularitasnya sebagai filsuf besar dan sebagai

penyair yang namanya bersanding dengan syair-syair indah yang dikenal dengan

sebutan “ar-ruba’iyyat Al-Khayyam” (syair empat baris Al-Khayyam). Umar

Khayyam memberikan rasa hormat tertinggi kepada Ibnu Sina dan bahkan

menerjemahkan salah satu dari risalahnya ke dalam bahasa Persia.12

Selain itu, Nashir-i Khusraw, filosof Isma‟iliyah terbesar, yang menulis

banyak karya penting dalam filsafat dan agama, semua dalam bahasa Persia,

merasa berada di bawah pengaruh tertentu dari ide-ide Ibnu Sina. Bahkan, ahli

matematika dan optik, Ibnu Haitham (Alhazen dalam bahasa Latin)13

belajar dari

tulisan-tulisan Ibnu Sina. Kejeniusan Ibnu Haitham diakui oleh orang-orang

Barat, seperti George Sarton yang mengatakan bahwa “Ibnu Haitham adalah

ilmuwan terkemuka di Arab dalam ilmu fisika, bahkan dia adalah seorang

11

Dia bernama lengkap Abu Al-Fath Ghiyats Ad-Din Umar bin Ibrahim Al-Khayyam

An-Naisaburi (440 H/1048 M-525 H/1131 M). Nama panggilannya “Al-Khayyam” atau “ Al-

Khayyami”. Lihat buku Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuan terkemuka dalam Sejarah Islam,

h. 301-303. 12

Sayyed Hossein Nasr, Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam, h. 86-87. 13

Dia bernama lengkap Al-Hasan bin Al-Haitham (965-1039 M), seorang ilmuwan yang

mulia, bersih hatinya dan mencintai kebaikan. Hal ini dapat diketahui dari penghormatannya yang

diberikan kepada para ilmuan dan tidak menyelewengkannya. Apabila dalam penelitiannya, dia

menemukan sesuatu yang baru, dia menyebutkannya dalam buku-bukunya dengan sikap tawadhu‟

dan tidak sombong. Lihat buku Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuan terkemuka dalam Sejarah

Islam, h. 237.

Page 76: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

65

fisikawan terkemuka pada masa abad pertengahan, dan termasuk salah satu

ilmuwan dalam ilmu optik yang sangat sedikit jumlahnya di dunia”.14

Pada abad-abad berikutnya, salah satu tokoh genius terbesar yang pernah

muncul dalam peradaban Islam, Nashiruddin Ath-Thusi,15

yang mulai

menghidupkan kembali filsafat dan ajaran-ajaran Ibnu Sina.

Ilmu kedokteran, dalam karya-karya Ibnu Sina, al-Razi dan tokoh-tokoh

kuno juga terus berkembang di berbagai daerah Mesir dan Syiria, Maghribi dan

Andalusia. Persia dan negeri-negeri Islam lainnya di Timur.16

Ibn al-Nafis (1210-1288 M) adalah orang pertama yang secara akurat

mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia17

dan penemu sirkulasi

kecil atau sirkulasi pulmoner, yang baru-baru ini dianggap ditemukan oleh

Michael Servetus (1511-1553 M)18

pada abad ke-18. Ia membuat studi kritis

mengenai karya Galen (130-210 SM)19

dan Ibnu Sina, yang diterbitkannya

sebagai Ikhtisar al-Qanun, yang menjadi karya kedokteran populer dan

diterjemahkan ke dalam bahasa Persia. Perkembangan ilmu kedokteran Islam

pasca Ibnu Sina juga muncul di Spanyol. Di spanyol, keluarga Ibnu Zuhr atau

14

Ibid, h. 140-241. 15

Dia bernama lengkap Abu Ja‟far Muhammad bin Hasan Nashiruddin (597 H/1201 M-

672 H/1274 M), biasa dipanggil dengan nama Ath-Thusi. Dia adalah seorang ilmuan Muslim

terkemuka dalam bidang astronomi dan matematika. Dialah penggegas teropong bintang terbesar

dan tercanggih yang pernah dikenal oleh manusia sebelum era modern. Lihat buku Muhammad

Gharib Jaudah, 147 Ilmuan terkemuka dalam Sejarah Islam, h. 383. 16

Seyyed Hossein Nasr, Science and Civilization in Islam (Terj), h. 212. 17

http://www.muslimheritage.com/article/contributions-ibn-al-nafis-progress-medicine-

and-urology#sec_2 diakses pada 9 januari 2015. 18

Seorang teolog yang juga belajar kedokteran di Lyons dan Paris. deskripsi tentang transit paru darah melalui paru-paru adalah bagian dari pekerjaan teologisnya.

Dapat dilihat dalam www.sciencemuseum.org.uk/broughttolife/people/michaelservetus.aspx

diakses pada 11 Januari 2015. 19

Seorang dokter, penulis dan filsuf yang menjadi dokter paling terkenal di Kekaisaran

Romawi dan yang mendominasi teori kedokteran Eropa selama 1.500 tahun. Lihat dalam

www.bbc.co.uk/history/historic_figures/galen.shtml diakses pada 11 januari 2015.

Page 77: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

66

Avenzoar (464 H/1072 M-557 H/1162 M) telah berjasa besar dalam

pengembangan ilmu medis. Selama dua generasi lahir beberapa dokter termasyur,

bahkan seorang dokter wanita, yang memperoleh nama karena keahliannya dalam

seni pengobatan.20

Dan di antara para dokter Andalusia terdapat beberapa filosof

medis terkenal. Di antaranya Ibnu Thufail (493 H/1100 M-581 H/1185 M), Ibnu

Rusyd (520 H/1126 M-595 H/1198 M), dan Maimonides (1135-1204).21

Ibnu Rusyd dalam bidang medis mengarang beberapa karya medis

termasuk sebuah ensiklopedi medis berjudul buku Hal Umum tentang kedokteran,

serta komentar terhadap karya medis Ibnu Sina. Sedangkan Maimonides menulis

10 karya medis dalam bahasa Arab, yang paling terkenal a dalah buku Aforisma

mengenai Umur Medis, yang diterjemahkan juga ke dalam bahasa Ibrani.22

Sementara Ibnu Thufail, selain sebagai filosof termasyhur juga sebagai dokter ahli

matematika dan penyair, di mana lewat karir dokternya dia menaiki tangga

kesekretariatan Gubernur Ceuta dan Tangier putra Abd al-Mu‟min, penguasa

Muwahhid Spanyol pertama yang merebut Maroko pada tahun 542 H/1147 M,

yang kemudian dia menjabat dokter gigi. Karyanya yang berjudul Hay bin Yaqzan

sangat terkenal di negara-negara Barat dan Timur.23

Uraian diatas menunjukkan

secara jelas bahwa ilmu pengetahuan baik ilmiah maupun filosofis pasca Ibnu

Sina terus berkembang dari masa ke masa hingga sekarang.

20

Saharawati Mahmouddin, Sistem Kedokteran Islam : Studi Konsep Kesehatan Mental

Ibnu Sina, h. 268. 21

Maimonides berarti putera dari Maimun, yaitu Musa bin Maimun. Lihat buku Thawil

Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, (Semarang: Dina Utama Semarang, 1993), h.

91. 22

Saharawati Mahmouddin, Sistem Kedokteran Islam : Studi Konsep Kesehatan Mental

Ibnu Sina, h. 269. 23

Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, h. 81.

Page 78: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian tersebut yang membahas tentang peranan Ibnu Sina dalam

bidang ilmu pengetahuan di Persia dapat disimpulkan bahwa :

1. Ibnu Sina adalah seorang filsuf dan ilmuan. Ia adalah seorang kelahiran

Persia. Dalam perjalanan hidup Ibnu Sina telah menghabiskan waktunya

dengan belajar, berkarya, dan menolong orang banyak yang selalu

memberikan pengobatan atas penyakit-penyakit tubuh.

2. Di Persia secara umum Ibnu Sina dikenal sebagai seorang ahli di bidang

kedokteran, ia banyak menemukan temuan-temuan baru yang belum

pernah orang lain dapatkan. Ibnu Sina juga ahli di bidang ilmu

pengetahuan yang lain seperti filsafat dan fisika. Ia banyak tuangkan

pemikirannya di karya-karya beliau.

3. Kajian Ibnu Sina dan pengaruh keilmuan Ibnu Sina begitu besar mengenai

pemikiran yang beliau tuangkan kepada kita. Ide-ide cemerlang dari Ibnu

Sina memberikan dampak signifikan dalam ilmu pengetahuan. Kontribusi

di dunia Islam, membuka jalan kedokteran yang lebar dan membangunnya

secara sistematis. Sedangkan kontribusinya di dunia Barat, membuka jalan

bagi Renaisans Eropa dan sumber referensi Barat Eropa dari Abad

Pertengahan hingga abad 17 M. Ia mendapat penghormatan tertinggi, dan

dipuja dari abad ke abad sebagai filosof dan ilmuan terbesar dalam Islam.

Page 79: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

68

B. Saran

Kajian sejarah tentang peranan Ibnu Sina dalam bidang sains Islam perlu

diperbanyak lagi karena Ibnu Sina banyak memberikan peranannya dalam bidang

sains khususnya filsafat, kedokteran dan fisika. Begitu besarnya pengaruh dari

sosok Ibnu Sina mengenai pemikiran yang beliau tuangkan, ide-ide cemerlang

dari Ibnu Sina memberikan dampak signifikan dalam ilmu pengetahuan.

Pengembangan konsep kesehatan maupun filosofis Ibnu Sina, penting dilakukan

terutama pada Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Ushuludin, Fakultas

Tarbiyah, Fakultas Sains dan Teknologi serta Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, khususnya yang berada dalam lingkup Universitas Islam Negeri. Dan

di samping itu juga perlu disebarluaskan agar dapat memanfaatkan konsep-konsep

tersebut dengan baik.

Page 80: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

69

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

a) Sumber Primer

Gohlman, William E. The Life of Ibnu Sina: A Critical Edition and Annotated

Translation. New York: State University of New York Press, 1974.

Gruner, Oskar Cameron. The Canon of Medicine. New York: AMS Press, 1973.

b) Sumber Sekunder

Abdullah, Taufik. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam : Pemikiran dan Peradaban. Jakarta:

PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Arsyad, Natsir. Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah. Bandung: Mizan, 1989.

As-Sirjani, Raghib. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 2011.

Dasoeki, Thawil Akhyar. Sebuah Kompilasi Filsafat Islam. Semarang: Dina Utama

Semarang, 1993.

Daudy, Ahmad. Kuliah Filsafat Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992.

Effendi, Muhammad Nur. Cendekiawan Muslim : Pembina Tamadun dan

Kecemerlangan Umat. Jakarta: Perniagaan Jahabersa, 1997.

Ghalib, Musthofa. Fi Sabil Mausu’ah Falsafiyyah Ibnu Sina. Beirut: Daar wa Maktabah

al-Hilaal, 1979.

Gotschalk, Louis. Mengerti Sejarah (Terj). Jakarta: UI Press, 1989.

Haque, M. Atiqul. Wajah Peradaban : Menelusuri Jejak Pribadi-pribadi Besar

Islam. Bandung: Wacana Mulia, 1995.

Page 81: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

70

Haque, M. Atiqul. 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia. Yogyakarta:

DIGLOSSIA, 2007.

Heriyanto, Husain. Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam. Jakarta: Mizan,

2011.

Hoesin, Omar Amin. Kultur Islam : Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan

Pengaruhnya dalam Dunia Internasional, terj. Jakarta: Bulan Bintang, 1981.

Jaudah, Muhammad Gharib. 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam.

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, tt.

Kartodirdjo. “Metode Penggunaan Bahan Dokumen”, dalam Koentjaraningrat, (ed.),

Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1979.

Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Penelitian.

Jakarta: Gramedia, 1992.

K. Hitti, Philip. History of Arabs, terjemahan R. Cecep Lukman dan Dedi Selamet

Riyadi. Jakarta: Serambi, 2002.

Mustofa, H. A. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Nakosteen, Mehdi. Konstribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat : Deskripsi

Analisi Abad Keemasan Islam. Surabaya: Risalah Gusti, 1995.

Nasr, Seyyed Hossein. Tiga Madzhab Utama : Filsafat Islam. Jogjakarta:

IRCiSoD, 2006.

Nasr, Seyyed Hossein. Science and Civilization in Islam (Terj). Bandung:

Pustaka, 1986.

Nasr, Seyyed Hossein dan Leaman, Oliver. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam.

Bandung: Mizan, 1996.

Nasution, Hasan Bakti. Filsafat Umum. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.

Page 82: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

71

Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang,

2002.

Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.

Poeradisastra, S.I. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern. Cet.

Ke-3. Jakarta: Komunitas Bambu, 2008.

Poerwantana, dkk. Seluk Beluk Filsafat Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1994.

Saefuddin, Didin. Zaman Keemasan Islam : Rekontruksi Sejarah Imperium Dinasti

Abbasiyyah Jakarta: PT Grasindo, 2002.

Saloom, Gazi. Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim. Bandung: Pustaka Hidayah,

2002.

Sheikh, M. Saeed. Islamic Philosophy. London: The Octagon Press Ltd, 1982.

Syarif, M.M. Para Filosof Muslim. Bandung: Mizan, 1994.

Zar, Sirajuddin. Filsafat Islam : Filosof & Filsafatnya. Jakarta: Rajawali Pres,

2010.

A. Disertasi

Saharawati Mahmouddin. “Sistem Kedokteran Islam : Studi Konsep Kesehatan

Mental Ibnu Sina”. Disertasi S3 di program Pascasarjana Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2011.

B. Internet, Artikel, dll.

Macksood, Aftab, “How Islam Influenced Science”. Artikel diakses pada tanggal

25 Januari 2013 dari www.ais.org/bsb/Herald/Previous/95/ science.hlml.

Page 83: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

72

Ansori, Bahron, “Ibnu Sina, Ilmuan Muslim Pakar Kedokteran Dunia”, dalam

www.mirajnews.com/id/artikel/tokoh/ibnu-sina-ilmuwan-muslim-pakar-

kedokteran-dunia/ diakses pada tanggal 3 Juni 2014.

http://ikienovember.blogspot.com/2012/05/pengaruh-ibnu-sina-di-dunia-barat-

dan.html.

http://www.muslimheritage.com/article/contributions-ibn-al-nafis-progress-

medicine-and-urology#sec_2.

http://www.sciencemuseum.org.uk/broughttolife/people/michaelservetus.aspx.

http://www.bbc.co.uk/history/historic_figures/galen.shtml.

Page 84: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

73

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Ibnu Sina

Page 85: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …
Page 86: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …
Page 87: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

76

Lampiran IV

Karya-karya Ibnu Sina1

1. An-Najah, Kairo: Percetakan Sa’adah, 1331 H. (Buku ini merupakan

ringkasan buku asy-Syifa dan dijelaskan oleh Fakhruddin ar-Razi yang

meninggal dunia pada tahun 600 H).

2. Al-Isyarat wa at-Tanbihat, Kairo: 1325 H. (juga diterbitkan baru-baru ini

oleh Sulaiman Dunya. Al-Juzjati berkomentar bahwa buku ini merupakan

buku terakhir dan terbaik yang ditulis oleh Ibnu Sina, serta dijelaskan oleh

Nasiruddin ath-Thusi yang meninggaal dunia pada tahun 762 H).

3. Al-Qanun fi Tibb, roma, 1653.

4. Risalah fi Ma’rifat an-Nafs an-Nathiqah wa Ahwaliha, diterbitkan oleh

Muhammad Tsabit al-Fandi, Kairo, 1934.

5. Mabhats ‘an al-Quwa an-Nafasaniyah, diterbitkan oleh Fandik, Kairo,

1315 H.

6. Ahwal an-Nafs, ditahkik oleh Fu’ad al-Ahwani, Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub

al-‘Arabiyah, 1952; bersama tiga buku kecil lainnya, yaitu Mabhats ‘an al-

quwa an-Nafasaniyah, Risalah fi Ma’rifat an-Nafs an-Nathiqah wa

Ahwaliha, dan Risalah fi al-Kalam ‘an an-Nafs an-Nathiqah.

7. Sembilan buku kecil tentang hikmah fisika, Istanbul, 1298 H.

8. Uyun al-Hikmah, ditahkik dan diterbitkan oleh Abdurrahman Badawi,

Cetakan II, Kuwait: Wakalah al-Mathbu’at, 1980.

9. Hayy bin Yaqzhan, Kairo: 1809.

10. At-Ta’liqat ‘ala Hawasyi Kitab an-Nafs li Aristho, ditahkik oleh

Abdurrahman Badawi, Kairo: Lembaga Buku Nasional Mesir, 1973.

11. Al-Qashidah al-‘ainiyah fi an-nafs: Syarh al-Manawi, Kairo 1318 H.

12. Kitab as-Siyasah, diterbitkan dan diberi komentar oleh Bapak Paulus

Ma’luf Jesuit, Beirut, 1911.

1Gazi Saloom, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, (Bandung: Pustaka

Hidayah, 2002), Cet. 1, h.141-142. Lihat juga buku : Thanwil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi

Filsafat Islam, (Semarang: Dina Utama, 1993), h.37-39.

Page 88: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

77

13. Kitab al-Mubahatsat, termasuk buku Aristho ‘inda al-‘Arab, Cetakan II,

disusun oleh Abdurrahman al-Badawi, Kuwait: Wakalah al-Mathbu’at,

1978.

14. Sadidiyah, buku ilmu kedokteran.

15. Al-Musiqa, buku tentang musik.

16. Al-Manthiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.

17. Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.

18. Danesh Nameh, buku filsafat.

19. Mujiz, Kabir wa Shagir, sebuah buku yang menerangkan tentang dasar-

dasar ilmu logika secara lengkap.

20. Al-Inshaf, buku tentang keadilan sejati.

21. Al-Hudud, berisikan istilah-istilah dan pengertian-pengertian yang dipakai

di dalam ilmu filsafat.

22. Hikmah el Masyriqiyyin, Falsafah Timur (Britannica Encyclopedia, vol. II,

hal 915 menyebutkan kemungkinan besar buku ini telah hilang).

Page 89: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

78

Cover salah satu buku terjemahan al-Qanun fi Tibb, yaitu The Canon of Medicine

of Avicenna

Page 90: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

79

Page 91: PERAN IBNU SINA DALAM PENGEMBANGAN SAINS ISLAM DI …

80

Lampiran V

Cover buku autobiografi Ibnu Sina, dalam teks asli Arab dan terjemahan

bahasa Inggris.

The Life of Ibn Sina

First Edition

Published by State University of New York Press

99 Washington Avenue, Albany, New York 12210

© 1974 State University of New Yo.rk

All rights reserved

Printed in the United States of America

Library of Congress Catalog in Publication Data

Avicenna, 980-1037.

The life of Ibn Sina,

Arabic text and English translation of the author's autobiography, Sirat al-

Shaykh al-Ra'is, which was completed by al-Juzajani.

Originally presented as the editor's thesis, University of Michigan.

Includes bibliographies.

J. Avicenna, 980-1037. 1. Al-juzajani, 'Abd al-Wahid ibn Muhammad, 11 th

cent. II. Gohlman, WillIam E., ed. III. Title.

B751.A5SS 1974 189'.5 73-6793

ISBN 0-87395-226-X

ISBN 0-87395...227-8 (microfiche)