pendidikan bahasa dan sastra indonesia fakultas …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENERAPAN POLA LATIHAN BERJENJANG

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI

SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 2 CILACAP TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

Ratna Wijayanti

K 1208116

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012


commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ratna Wijayanti

NIM : K 1208116

Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PENERAPAN POLA LATIHAN

BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 2

CILACAP TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juni 2012

Yang membuat pernyataan

Ratna Wijayanti


commit to user

iii

PENERAPAN POLA LATIHAN BERJENJANG

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI

SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 2 CILACAP TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh:

Ratna Wijayanti

K 1208116

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim

Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.


Pembimbing I

Dr. Andayani, M.Pd

NIP. 19601030 198601 2 001

Pembimbing II

Drs. H. Purwadi

NIP. 19540103 198103 1 003


commit to user

v


commit to user

vi

ABSTRAK

Ratna Wijayanti, NIM K1208116, PENERAPAN POLA LATIHAN

BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 2

CILACAP TAHUN AJARAN 2011/2012, Skripsi Fakultas Keguruan dan ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan (1) keaktifan siswa

dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dan (2) kemampuan menulis

karangan argumentasi siswa kelas X-3 SMA Negeri 2 Cilacap tahun ajaran

2011/2012.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMA

Negeri 2 Cilacap pada bulan Febuari-Mei 2012. Subjek penelitian tindakan ini

adalah siswa kelas X-3. Siswa kelas X-3 berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 22

siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Data dikumpulkan dengan observasi,

wawancara, dan analisis dokumen. Validitas data dilakukan melalui triangulasi.

Teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis kritis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran menulis argumentasi meningkat terbukti dengan adanya

peningkatan nilai rata-rata siswa setelah dilakukan tindakan. Pada saat prasiklus

nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 1,47, kemudian meningkat 1,27 poin

pada siklus I menjadi 2,74, dan pada siklus II meningkat lagi 1,01 poin menjadi

3,75. Peningkatan juga terjadi pada kemampuan menulis argumentasi siswa. Hal

ini terbukti dengan adanya perbedaan nilai rata-rata siswa yang signifikan dari

prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada prasiklus siswa yang lulus KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) dengan nilai �72 pada prasiklus sebanyak 9 siswa atau

25,00% dari 36 siswa yang hadir, pada siklus I meningkat menjadi 25 siswa atau

69,44% dari 33 siswa yang hadir, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 31

siswa atau 88,89% dari 34 siswa yang hadir.

Dengan demikian, penerapan pola latihan berjenjang yang efektif pada

pembelajaran menulis argumentasi adalah dimulai dengan latihan menulis

kalimat, dilanjutkan dengan menyusun paragraf, kemudian menyusun karangan.

Kata kunci: pola latihan berjenjang, kemampuan menulis, argumentasi.


commit to user

vii

MOTTO

� ��

��

�

� ��

��

��

�


commit to user

viii

PERSEMBAHAN �

�� !��"��!��"��!��"��!��"��

��#��!��#��!��#��!��#��!��

��$��

��

��

��

��

��

�

%�%�%�%� &��&��&��&��&��&��&��&��''''��"��"��"��"��

��

��$��

��'��"��

�� ' ��

�

(�(�(�(� ��$��)��*�� +��$��)��*�� +��$��)��*�� +��$��)��*�� +��

�� $�� $�� $�� $��''''��

��

��

��$��)��

��$��

��'��


commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah subhanahuwata’ala atas segala nikmat, rahmat,

dan hidayah-Nya karena penulis mampu menyelesaikan Skripsi dengan judul

”Penerapan Pola Latihan Berjenjang untuk Meningkatkan Kemampuan

Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 2 Cilacap

Tahun Ajaran 2011/2012” tanpa halangan yang berarti.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan

pengarahan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis

sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.

3. Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

4. Dr. Andayani, M.Pd, selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi

dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. H. Purwadi selaku Pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan

dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala SMA Negeri 2 Cilacap, yang telah memberi kesempatan dan tempat

guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Suparyati, S.Pd, selaku Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 2

Cilacap, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.

8. Para siswa SMA Negeri 2 Cilacap yang telah bersedia untuk berpartisipasi

dalam pelaksanaan penelitian ini.


commit to user

x

9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca umumnya.


Penulis,


commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………

HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................

HALAMAN MOTTO ......................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

xi

xiii

xiv

xv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................

A. Latar Belakang Masalah …………………………................................

B. Rumusan Masalah ……………………………………..........................

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………...........

D. Manfaat Penelitian …………………………………………………….

1

5

5

5

5

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN …………………

A. Kajian Teori …...…………………………………................................

1. Hakikat Keterampilan Menulis ……………………………………

a. Pengertian Keterampilan Menulis …………………………….

b. Tahap-Tahap Menulis …………………………………………

c. Jenis-Jenis Tulisan …………………………………………….

2. Hakikat Menulis Argumentasi ……………………………….........

a. Pengertian Argumentasi ……………………………………….

7

7

7

7

9

11

13

13


commit to user

xii

b. Dasar Penulisan Argumentasi …………………………………

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi ……………………..

a. Pembelajaran Keterampilan Menulis Argumentasi …………...

b. Penilaian Keterampilan Menulis Argumentasi ………………..

4. Hakikat Pola Latihan Berjenjang …………………………….........

a. Pengertian Pola Latihan Berjenjang …………………………..

b. Langkah-Langkah Teknik Pola Latihan Berjenjang …………..

B. Penelitian Yang Relevan ………….…………………………………...

C. Kerangka Berpikir …………………………………………………….

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan …………..……………………………

14

17

17

18

26

26

27

28

30

33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………..

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………

B. Subjek Penelitian ……………………………………………………...

C. Data dan Sumber Data ………………………………………………...

D. Pengumpulan Data …………………………………………………….

E. Uji Validitas Data ……………………………………………………..

F. Teknik Analisis Data ………………………………………………….

G. Indikator Kinerja Penelitian …………………………………………...

H. Prosedur Penelitian ……………………………………………………

34

34

35

35

36

37

38

39

40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................

A. Kondisi Awal Prasiklus ................................................................................�

B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian .................................................�

1. Deskripsi Siklus I ..........................................................................

2. Deskripsi Siklus II .........................................................................

3. Deskripsi Antarsiklus ....................................................................

C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................�

42

42

47

47

57

65

67

BAB V PENUTUP .....................................................................................................

A. Simpulan ................................................................................................

71

71


commit to user

xiii

�� Saran ......................................................................................................� 72

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 79

LAMPIRAN …………………………………………………………………. 81


commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jadwal Penelitian ........................................................................... 34

2 Nilai Proses Kegiatan Menulis Argumentasi Prasiklus .................. 44

3 Nilai Hasil Kegiatan Menulis Argumentasi Prasiklus .................... 46

4 Nilai Proses Kegiatan Menulis Argumentasi Siklus I ..................... 53

5 Nilai Hasil Kegiatan Menulis Argumentasi Siklus I ....................... 55

6 Nilai Proses Kegiatan Menulis Argumentasi Siklus II ................... 63

7 Nilai Hasil Kegiatan Menulis Argumentasi Siklus II ..................... 64

8 Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Antarsiklus ....... 65

9 Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi Antarsiklus ......... 66


commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Skema Kerangka Berpikir ...................................................... 32

2 Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................... 39


commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus Pembelajaran ..................................................... 76

2 Lembar Observasi Proses Kegiatan Menulis Argumentasi 78

3 Lembar Observasi Hasil Kegiatan Menulis Argumentasi 80

4 Catatan Lapangan Hasil Wawancara ............................. 81

5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .................. 86

6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................. 93

7 Daftar Presensi Siklus I .................................................. 100

8 Daftar Presensi Siklus II ................................................. 101

9 Contoh Hasil Karangan Argumentasi Siswa Siklus I .... 102

10 Contoh Hasil Karangan Argumentasi Siswa Siklus II .... 106

11 Penilaian Proses Prasiklus .............................................. 110

12 Penilaian Proses Siklus I ................................................ 111

13 Penilaian Proses Siklus II ............................................... 112

14 Data Hasil Karangan Argumentasi Siswa Prasiklus ...... 113

15 Data Hasil Karangan Argumentasi Siswa Siklus I .......... 114

16 Data Hasil Karangan Argumentasi Siswa Siklus II ........ 115

17 Foto Pembelajaran pada Prasiklus .................................. 116

18 Foto Pembelajaran pada Siklus I .................................... 117

19 Foto Pembelajaran pada Siklus II .................................. 118

20 Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ................... 119

21 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................... 120

22 Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi 121

23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............... 122


commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki keterikatan yang erat dalam kehidupan manusia.

Sebagian besar aktivitas manusia menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

seseorang dapat menyampaikan gagasan, perasaan, keinginan, pendapat, dan

informasi kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu,

bahasa memegang peranan yang sangat penting.

Keterampilan berbahasa itu sendiri ada empat yaitu menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Dari keempat aspek berbahasa, aktivitas menulis

merupakan kegiatan akhir yang harus dikuasai. Aktivitas ini dianggap yang paling

sulit dibandingkan dengan tiga aspek berbahasa lainnya. Aktivitas ini

membutuhkan ketelitian yang tinggi karena bahasa tulis mengenal huruf kapital,

huruf miring, tanda kutip, tanda petik, paragraf, yang tidak ada padanannya dalam

bahasa lisan. Bahasa tulis cenderung lebih cermat, dan fungsi gramatikal lebih

eksplisit, sedangkan bahasa lisan dibantu oleh situasi, ekspresi, dan gerak ataupun

isyarat untuk mengungkapkan pengertian/makna kata/kalimat yang disampaikan

oleh penutur.

Menurut Gorys Keraf (1994:34) tujuan tulis-menulis adalah untuk

mengungkapkan fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif

kepada para pembaca. Ada beberapa persoalan yang harus diperhatikan untuk

mencapai penulisan yang efektif misalnya, pertama-tama pengarang harus

mempunyai satu objek yang ingin dibicarakan, apabila sudah menemukan objek

itu ia harus memikirkan dan merenungkan gagasan atau idenya secara jelas,

kemudian mengembangkan gagasan-gagasan utamanya secara segar, jelas, dan

terperinci. Penyusunan kata menjadi sebuah kalimat yang runtut perlu

diperhatikan sebelum dirangkai menjadi sebuah karangan yang logis. Hal ini

dilakukan dengan tujuan agar pembaca mampu mengadakan penghayatan

sehingga pembaca bisa menerima gagasan yang ingin disampaikan oleh


commit to user

2��

�

pengarang. Apabila kalimat-kalimat yang diungkapkan pengarang mudah

ditangkap dan dipahami pembaca, kalimat-kalimat tersebut dapat dikatakan

sebagai kalimat efektif.

Pemahaman kalimat efektif memiliki hubungan langsung dengan

kemampuan berbahasa. Pemakaian kalimat efektif merupakan kemampuan dalam

mengolah kata yang bersifat akurat, singkat, jelas. Dengan demikian, penguasaan

kalimat efektif sangat mendukung kelancaran dalam menulis argumentasi. Dalam

hal ini melalui penalaran verbal seorang dapat mengemukakan pendapatnya

dengan menggunakan bahasa secara baik dan benar, serta untuk menuangkan ide,

gagasan, pikiran, pendapat, pengalaman harus melalui suatu proses penalaran.

Menulis argumentasi adalah bagian dari pengajaran Bahasa Indonesia

yang bertujuan mengarahkan pada pengembangan penalaran, logika dan berfikir

kritis dikalangan siswa. Untuk menunjang keterampilan menulis argumentasi

siswa SMA harus diberikan teori dan pelatihan yang optimal agar memenuhi

harapan dari tujuan pengajaran Bahasa Indonesia.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMA,

ketrampilan menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai

oleh peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan standar

kompetensi tersebut, kompetensi dasarnya adalah siswa dalam keterampilan

menulis antara lain menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam

bentuk paragraf argumentasi. Indikator yang harus dicapai oleh siswa yaitu

mendaftar topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan menjadi paragraf

argumentasi, menyusun kerangka paragraf argumentasi, mengembangkan

kerangka yang telah disusun menjadi paragraf argumentasi, menggunakan kata

penghubung antarkalimat (oleh karena itu dengan demikian, oleh sebab itu, dll.)

dalam paragraf argumentasi.

Menulis merupakan kegiatan yang kompleks. Menulis juga merupakan

suatu proses. Kekurangpahaman mengenai cara menghasilkan tulisan yang baik

menyebabkan rendahnya keterampilan menulis siswa. Hal ini didukung dengan

metode pengajaran yang tidak tepat sasaran. Metode pengajaran pada

pembelajaran menulis tidak lain dengan pembelajaran lainnya. Guru lebih


commit to user

3��

�

cenderung hanya mengajarkan mengenai teori saja. Pada pembelajaran menulis,

terutama pembelajaran menulis argumentasi seharusnya perlu dilatihkan dari

tahap ke tahap agar siswa dapat lebih mudah memahaminya. Penyebab lain

rendahnya kemampuan menulis argumentasi siswa adalah kurang antusiasnya

siswa terhadap pembelajaran tersebut. Dari sinilah guru dituntut untuk bisa lebih

kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan efektif. Chi Fen Emily

Chen dan Wei Yuan Cheng Eugene (2008) mengatakan bahwa untuk membantu

siswa mencapai tujuan menulis yaitu terjadi komunikasi yang efektif baik dari

segi bentuk maupun makna dibutuhkan input manusia yang tepat dan umpan

balik.

Keadaan ini juga terjadi di SMA Negeri 2 Cilacap. Berdasarkan hasil

observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Februari 2012, di kelas

X-3, menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas

X-3 masih rendah. Kendala yang dialami ketika pembelajaran menulis

argumentasi di antaranya dari pihak guru maupun siswa merasa kesulitan dalam

membedakan antara paragraf argumentasi, persuasi, dan eksposisi. Ketiga

paragraf ini mempunyai pola yang hampir sama. Selain itu, siswa juga mengalami

kesulitan dalam memilih kata yang tepat, memilih kata penghubung yang benar,

dan menentukan pola paragraf yang tepat. Penyusunan kalimat juga masih belum

runtut menyebabkan kurang efektifnya kalimat yang mereka sampaikan. Selama

proses belajar mengajar berlangsung ada siswa yang mengobrol dengan teman di

dekatnya, ada yang berjalan-jalan di dalam kelas, ada juga yang tertidur. Bahkan,

saat guru menjelaskan materi, hanya delapan siswa yang merespon atau 22,00%

dari 36 siswa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa minat dan keaktifan siswa pada

proses pembelajaran masih kurang (Catatan lapangan hasil wawancara, lampiran

4, halaman 81).

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 2 Cilacap adalah 72. Dari hasil observasi yang

dilakukan pada tanggal 28 Febuari 2012, diperoleh data nilai siswa pada

pembelajaran menulis argumentasi. Dapat dilihat bahwa yang nilainnya masuk

kategori interval 41-50 adalah 3 siswa. Yang nilainya masuk kategori interval 51-


commit to user

4��

�

60 adalah 6 siswa. Yang masuk katergori interval 61-70 adalah 17 siswa. Yang

mask kategori interval 71-80 adalah 10 siswa. Jadi, jika dipersentasekan hanya

ada 9 siswa atau 25,00% siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Kenyataan ini pula yang menunjukkan bahwa kemampuan menulis

argumentasi siswa khususnya di SMA Negeri 2 Cilacap dapat dikatakan masih

rendah. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut hanya sebatas

pemberian tugas, sedangkan pada kegiatan belajar mengajarnya sendiri belum

ditemukan cara yang tepat (lampiran 13, halaman 113).

Teknik guru yang masih menggunakan cara konvensional menjadi

penyebab lain kekurangberhasilan proses pembelajaran. Guru hanya memberi

ceramah dalam menyampaikan materi. Guru kurang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam

pembelajaran menulis khususnya menulis karangan argumentasi, guru langsung

menugaskan siswa membuat karangan.

Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran menulis

perlu dibenahi. Pembenahan ini pertama-tama dimulai dari kualitas proses

pembelajaran. Guru harus lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan. Metode yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan pembelajaran

yang akan diajarkan sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa ketika

mengikuti proses belajar.

Dari fakta yang ada di lapangan, perlu dikembangkan cara baru pada

proses pembelajaran. Guru perlu mencari sebuah metode pembelajaran yang dapat

membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis argumentasi. Untuk

itu, agar kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Indonesia khususnya

pembelajaran menulis argumentasi meningkat dipilih sebuah metode. Pola latihan

berjenjang dijadikan salah satu solusi terhadap permasalahan yang muncul dalam

pembelajaran menulis khususnya menulis argumentasi. Karena pada dasarnya

kemampuan menulis merupakan suatu proses yang mengharuskan penulisnya

melampaui tahapan-tahapan menulis seperti tahap pra penulisan, tahap menulis,

dan tahap revisi.


commit to user

5��

�

Peningkatkan kompetensi menulis siswa tersebut dilakukan dengan pola

latihan berjenjang. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran menulis yang

dikemukakan oleh Jos Daniel Parera (1996:26) bahwa pembelajaran menulis itu

berlangsung secara berjenjang. Pola latihan berjenjang adalah strategi

pembelajaran menulis yang membelajarkan siswa untuk menulis secara bertahap

dan bertingkat. Pembelajaran dimulai dengan latihan menulis kalimat, dilanjutkan

dengan menyusun paragraf, kemudian menyusun berbagai bentuk karangan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses khususnya pada keaktifan

siswa dan hasil pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X-3 SMA

Negeri 2 Cilacap melalui metode pola latihan berjenjang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apakah penerapan pola latihan berjenjang dapat meningkatkan keaktifan

siswa dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi siswa kelas X-3

SMA Negeri 2 Cilacap tahun ajaran 2011/2012 ?

2. Apakah penerapan pola latihan berjenjang dapat meningkatkan kemampuan

menulis karangan argumentasi siswa kelas X-3 SMA Negeri 2 Cilacap tahun

ajaran 2011/2012 ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis karangan

argumentasi siswa kelas X-3 SMA Negeri 2 Cilacap tahun ajaran 2011/2012.

2. Meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi siswa kelas X-3

SMA Negeri 2 Cilacap tahun ajaran 2011/2012.


commit to user

6��

�

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan dan

khasanah keilmuan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya

pembelajaran membuat karangan argumentatif dengan pola latihan

berjenjang.

b. Sebagai acuan pada penelitian lebih lanjut oleh peneliti lain mengenai

pembelajaran menulis argumentasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran sehingga

mampu meningkatkan kemampuan siswa membuat karangan

argumentasi.

2) Meningkatkan kreatifitas guru memilih metode yang tepat untuk

pembelajaran menulis khususnya menulis argumentasi.

b. Bagi Siswa

1) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis

argumentasi.

2) Meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada pembelajaran

menulis argumentasi.

3) Mengaktifkan peran siswa dalam pembelajaran.

a. Bagi sekolah

1) Untuk memperkaya referensi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia

khususnya pada pembelajaran menulis karangan argumentasi.

2) Meningkatkan mutu sekolah.

�

�

�


commit to user

7��

�

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Keterampilan Menulis

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Menulis adalah salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian

kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah

kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis

paling akhir bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak

penting.

Menulis merupakan media yang baik untuk mengungkapkan pikiran,

perasaan dan sikap seseorang. Melalui tulisan, seorang siswa dapat

mengekspresikan keinginannya dengan lebih jelas dan tertata dengan rapi.

Karena aktivitas menulis memperluas kesempatan kepada penulisnya untuk

bisa lebih mempersiapkan dirinya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) menyebutkan hakikat menulis

adalah membuat huruf dan angka dengan pena, pensil, kapur, dan sebagainya.

Para ahli juga mengartikan apa itu menulis. Menulis adalah proses

menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat

dipahami pembaca (Henry Guntur Tarigan, 1993: 21). Demikian juga The

Liang Gie (2002:3) yang menyamakan pengertian menulis dengan mengarang.

Beliau mengatakan bahwa menulis arti pertamanya adalah membuat huruf,

angka, nama, sesuatu tanda kebahasaan apapun dengan sesuatu alat tulis pada

suatu halaman tertentu. Kini dalam pengertiannya yang luas, menulis

merupakan kata sepadan yang mempunyai arti sama dengan mengarang.

Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan

gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca

untuk dipahami. Burhan Nurgiyantoro (2001:273) menambahkan pengertian

menulis sebagai aktivitas mengemukakan gagasan melalui bahasa. Ada lagi


commit to user

8��

�

yang berpendapat bahwa menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat

ekspresif, produktif, dan kreatif (Yant Mujianto, dkk, 2000: 64)

Suatu tulisan dihasilkan dari proses bernalar. Untuk menulis mengenai

suatu topik kita harus berpikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta,

membandingkan, dan sebagainya. Proses bernalar merupakan hasil proses

deduksi, induksi atau gabungan keduanya. Suatu tulisan yang bersifat deduktif

dibuka dengan suatu pernyataan/umum berupa kaidah, peraturan, teori, atau

pernyataan umum lainnya. Selanjutnya pernyataan itu akan dikembangkan

dengan pernyataan-pernyataan atau rincian-rincian yang bersifat khusus.

Sebaliknya, suatu tulisan yang bersifat induktif dimulai dengan rincian-rincian

dan diakhiri dengan suatu kesimpulan umum atau generalisasi. Gabungan

keduanya dimulai dengan pernyataan umum yang diikuti dengan rincian-

rincian dan akhirnya ditutup dengan pengulangan pernyataan umum di atas.

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian menulis diatas dapat

disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan mengekspresikan pikiran,

perasaan, dan sikap melalui tulisan. Sebuah tulisan terlahir diawali dari

merangkaikan huruf hingga berkembang menjadi sebuah wacana yang kohesi

dan koheren.

Sabarti Akhadiah,dkk (1988:1-2) mengatakan bahwa ada beberapa

keuntungan yang dapat dipetik dari kegiatan menulis antara lain:

1) Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri

kita. Kita mengetahui sampai dimana pengetahuan kita tentang suatu topik.

2) Melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan. Kita

terpaksa bernalar: menghubung-hubungkan serta mebandingkan fakta-

fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika kita tidak menulis.

3) Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta

menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. Dengan

demikian kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis

maupun mengenai fakta yang berhubungan.


commit to user

9��

�

4) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta

mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian kita dapat

menjelaskan permasalahan yang semula masih samar bagi diri kita sendiri.

5) Melalui tulisan kita dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri

secara lebih objektif.

6) Dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan

permasalahan, yaitu menganalisisnya secara tersurat, dalam konteks yang

lebih kongkret.

7) Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif.

Kita harus menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar

menjadi penyadap informasi dari orang lain.

8) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta

berbahasa secara tertib.

b. Tahap-Tahap Menulis

Menulis dinilai sebagai aktivitas kebahasaan yang kompleks. Aktivitas

ini membutuhkan beberapa proses agar pesan kepada orang lain dapat

tersampaikan dengan baik. Hal ini disebabkan pesan yang disampaikan

melalui tulisan tidak didukung oleh sarana suprasegmental (aksen, nada,

tekanan) dan paralingual (gerak-gerik tangan, mata, kepala) dalam menyusun

kalimat, sehingga perlu berhati-hati dan cermat. Berikut ini adalah tahapan-

tahapan menulis yang diungkapkan oleh Nurudin (2007:92):

1) Tahap Prapenulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di

dalamnya mencangkup beberapa langkah kegiatan menulis karangan

meliputi:

a) Menentukan Topik

Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam

tulisannya. Topik yang diperoleh dari berbagai sumber ilmu,

pengalaman, dan pengamatan.


commit to user

10��

�

b) Membatasi Topik

Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan. Untuk

mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan, diagram, atau

cara visualisasi yang lainnya.

c) Menentukan Tujuan Penulisan

Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang akan

dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan diberlakukan.

d) Mementukan Bahan Penulisan

Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk

mencapai data penulisan.

e) Membuat Kerangka Karangan

Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada

tahap persiapan penulisan.

2) Tahap Penulisan

Pada tahap ini penulis membahas setiap soal butir topik yang ada

dalam susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu

kerangka yang utuh diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai kata-kata

yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih kata dan

istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat

pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya

kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis

dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan tanda baca yang tepat.

3) Tahap Revisi

Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis

meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda

baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka, dan sebagainya jika

sudah melalui revisi selesai sudah sebuah tulisan.

S. Efendi (dalam Yant Mujianto, dkk. 2000:71) menjabarkan

tahap-tahap yang harus ditempuh dalam menulis, yaitu: (1)

mencatat pokok tulisan, (2) mengumpulkan bahan yang

bertalian dengan pokok tulisan, (3) memilih bahan yang paling

berkaitan dan menatanya dalam bentuk kerangka tulisan, (4)

menguraikan rumusan kerangka tulisan ke dalam bentuk


commit to user

11��

�

karangan, dan (5) menyunting karangan tersebut sebelum

menerbitkannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga

tahapan dalam menulis yaitu tahap pra penulisan, penulisan, dan revisi. Ketiga

tahapan tersebut harus dilaksanakan penulis agar mampu menghasilkan

sebuah tulisan yang baik.

c. Jenis-Jenis Tulisan

Menulis tidak hanya terbatas pada merangkai huruf menjadi kata atau

kalimat saja. Akan tetapi, penulis tentu saja harus memiliki tujuan ketika

melakukan aktivitas menulis. Tujuan ini yang akan memunculkan sebuah gaya

penulisan yaitu mengisahkan (narasi), melukiskan atau memerikan (deskripsi),

memaparkan (eksposisi), dan memaparkan pembuktian (argumentasi). Agar

lebih jelas perhatikan penjelasan di bawah ini:

1) Narasi/pengisahan

Narasi adalah karangan yang berisi rangkaian peristiwa atau

kejadian yang susul-menyusul sehingga membentuk alur cerita atau plot.

Cerita yang diuraikan tersebut dapat berupa cerita faktual (nonfiksi) yang

sesuai dengan kenyataan ataupun cerita fiksi (rekaan). Selain itu, narasi

Iebih mementingkan rangkaian kejadian secara kronologis. Menurut

Nurudin (2007: 59) narasi merupakan bentuk wacana yang berusaha

mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah

pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Jenis tulisan ini

dapat berbentuk cerita fiktif (khayal) dan non fiktif (nyata). Cerita fiktif

ada dalam karya sastra, seperti cerpen dan novel, sedangkan nonfiktif

seringkali terdapat pada berita-berita disurat kabar.

2) Deskripsi/lukisan/pemerian

Deskripsi ialah jenis karangan yang melukiskan sesuatu sesuai

dengan keadaan sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar,

mencium, dan merasakan) segala sesuatu yang dilukiskan tersebut sesuai

dengan citra penulisnya. Menurut Abdul Rani, dkk (2006: 46) deskripsi

adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu


commit to user

12��

�

hal sedemikian rupa sehingga objek-objek itu berada di depan mata kepala

pembaca, seakan-akan pembaca melihat sendiri objek tersebut.

3) Eksposisi/ekspositori/paparan

Eksposisi merupakan karangan yang berisi uraian/paparan/

penjelasan tentang suatu hal atau topik dengan tujuan memberikan

informasi atau pengetahuan kepada pembaca. Menurut Oka dan Suparno

(1994:271) ekspositoris berusaha menjelaskan suatu objek. Paragraf atau

karangan ini berlaku misalnya, untuk menjelaskan konsep-konsep dalam

ilmu pengetahuan.adanya evidensi, fakta, dan penalaran itu tidak

menyebabkan pula wacana ini disebut paragraf atau karangan argumentasi.

4) Argumentasi/pembuktian

Argumentasi berasal dari kata argumen atau alasan. Argumentasi

merupakan jenis karangan berisi alasan-alasan yang kuat untuk

membuktikan kebenaran suatu pendapat dengan mengemukakan data dan

fakta.

5) Persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat

pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan

yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat /

gagasan ataupun perasaan seseorang (Laminudin Finoza, 2002: 199)

Dari penjelasan di atas maka diketahui ada lima jenis karangan

berdasarkan tujuan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan

persuasi. Penggunaan dari kelima jenis tulisan tersebut disesuaikan dengan

tujuan yang ingin disampaikan kepada pembaca oleh penulis atau pembicara.

2. Hakikat Menulis Argumentasi

a. Pengertian Argumentasi

Istilah argumentasi diturunkan dari verba to argue (Ing) yang artinya

membuktikan atau menyampaikan alasan. Paragraf argumentasi bertujuan

untuk menyampaikan pendapat, konsepsi, atau opini tertulis kepada pembaca.

Untuk meyakinkan pembaca bahwa yang disampaikan itu benar, penulis


commit to user

13��

�

menyertakan bukti, contoh, dan berbagai alasan yang sulit dibantah

(Muhammad Rohmadi, dkk. 2008:114).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) argumentasi diartikan

sebagai alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian,

atau gagasan. Menurut Gorys Keraf (2007:3) argumentasi adalah suatu bentuk

retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain

agar mereka itu percaya dan pada akhirnya bertindak dengan apa yang

diinginkan oleh penulis atau pembicara.

Lakhsmi (2009: 1) menyatakan bahwa argumentasi adalah tulisan yang

ditulis bertujuan untuk meyakinkan pembaca, kebenaran fakta yang

dipergunakan dapat menunjukkan suatu peraturan yang logis menuju kepada

suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Argumentasi

merupakan satu bentuk karangan eksposisi yang khusus. Pengarang

argumentasi berusaha untuk meyakinkan atau membujuk pembaca atau

pendengar untuk meyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk

percaya dan menerima apa yang dikatakan. Pengarang argumentasi selalu

memberikan pembuktian dengan objektif dan meyakinkan. Pengarang dapat

menggunakan argumentasinya dengan metode deduktif dan induktif (Jos

Daniel Parera, 1993:6)

Sebuah tulisan pasti memiliki ciri khas yang mampu membedakannya

dengan tulisan-tulisan yang lain. Ciri-ciri paragraf atau karangan argumentasi

antara lain: 1) Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin, 2) Memerlukan

fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain, 3) Menggali

sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian, 4) Penutup berisi

kesimpulan.

Dari beberapa penjelasan mengenai pengertian menulis argumentasi di

atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis argumentasi adalah suatu bentuk

tulisan yang berisi pendapat dan diperkuat dengan bukti-bukti yang betujuan

untuk meyakinkan pembaca agar menyetujui pendapat penulis.


commit to user

14��

�

b. Dasar Penulisan Argumentasi

Untuk dapat mengungkapkan gagasan secara tertulis banyak yang

harus diperhatikan. Itulah sebabnya kegiatan menulis dianggap sebagai suatu

kegiatan yang paling kompleks. Selain perbendaharaan kata harus banyak,

kaidah-kaidah sintaksis juga perlu dikuasai secara aktif. Dengan kata lain

bahasa yang disampaikan agar dapat dirasakan, mudah dipahami, dan diterima

secara logika atau nalar oleh orang lain. Apabila kalimat-kalimat kita sudah

memiliki kemampuan ini, maka kalimat-kalimat itu dapat disebut kalimat

efektif.

Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan dalam

komunikasi, tetapi sekedar suatu alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau

maksud dengan sejelas-jelasnya. Di samping itu, dalam kehidupan sehari-hari

kita melayani kenyataan-kenyataan yang menunjukkan bahwa ada anggota

masyarakat yang dapat menungkapkan pendapat dan isi pikirannya dengan

teratur tanpa secara khusus mempelajari unsur gramatikal suatu bahasa.

Berarti ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu

bahasa. Unsur ini adalah segi penalaran atau logika. Jalan pikiran pembicara

atau penulis turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang, mudah

tidaknya pikirannya dapat dipahami.

Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang

berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada

suatu kesimpulan yang masuk akal. Ini berarti kalimat-kalimat yang diucapkan

maupun ditulis harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat atau

singkatnya harus sesuai dengan penalaran. Bahasa tidak dapat lepas dari

penalaran. Tulisan-tulisan yang jelas dan terarah merupakan perwujudan

daripada berpikir logis.

Menurut Gorys Keraf (2007:101) dengan mempergunakan prinsip-

prinsip logika sebagai alat bantu utama, maka argumentasi atau tulisan

argumentatif yang ingin mengubah sikap dan pendapat orang lain bertolak dari

dasar-dasar tertentu menuju sasaran yang hendak dicapainya.


commit to user

15��

�

Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:

1) Pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subjek

yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-

prinsip ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada

fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan

fakta dan informasi-informasi tersebut. Dengan mengetahui serba sedikit

mengenai objek yang akan dikemukakannya serta mengetahui prinsip

ilmiah yang mencangkup subjek tadi penulis atau pembicara dapat

memperdalam masalah tersebut dengan penelitian, observasi, dan autoritas

untuk memperkuat data dan informasi yang telah diperolehnya.

2) Pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau

pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri.

Mempertimbangkan pendapat lawan bukan berarti harus menyerah kepada

lawan. Mempertimbangkan pendapat lawan adalah dengan tujuan untuk

mengetahui apakah di antara fakta yang diajukan lawan ada yang dapat

dipergunakannya untuk memperlemah pendapat lawan tadi. Dapat juga

terjadi bahwa fakta dan evidensi lawanlah yang benar, sehingga pendapat

lawanlah yang harus diterima.

Di samping kedua prinsip di atas, penulis atau pembicara harus

memperhatikan pula ketiga prinsip tambahan berikut:

3) Pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan

pokok persoalannya dengan jelas, ia harus menjelaskan mengapa ia harus

memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan pula

konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.

4) Pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih

diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercangkup dalam persoalan yang

dibahas itu dan sampai dimana kebenaran yang telah dirumuskan itu.

5) Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu

maksud yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk

menyampaikan masalahnya.


commit to user

16��

�

Dalam argumentasi penulis menyampaikan pendapat yang disertai

penjelasan dan alasan yang kuat dengan maksud agar pembaca dapat

terpengaruh. Ketika berargumentasi kita boleh mempertahankan pendapat

tetapi juga harus mempertimbangkan pendapat orang lain yang berbeda

dengan pendapat kita. Penalaran yang sehat dan didukung oleh penggunaan

bahasa yang baik dan efektif sangat menunjang sebuah karangan argumentatif.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat karangan

argumentasi. sebagai berikut: 1) Berpikir sehat, kritis, dan logis, 2) Mencari,

mengumpulkan, memilih fakta yang sesuai dengan tujuan dan topik, serta

mampu merangkaikan untuk membuktikan keyakinan atau pendapat, 3)

Menjauhkan emosi dan unsur subjektif, 4) Menggunakan bahasa secara baik

dan benar, efektif, dan tidak menimbulkan salah penafsiran.

Dasar karangan argumentasi adalah berpikir kritis dan logis. Oleh

karena itu, harus berdasarkan pada fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.

Fakta tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain: 1) bahan

bacaan (buku, majalah, surat kabar, atau internet); 2) wawancara atau angket;

3) penelitian atau pengamatan langsung melalui observasi.

Paragraf argumentatif dapat dikembangkan dengan pola penalaran

sebab-akibat, yakni menyampaikan terlebih dahulu sebab-sebabnya dan

diakhiri dengan pernyataan sebagai akibat dari sebab tersebut. Dalam

penggunaannya, penalaran sebab akibat dapat disajikan menjadi akibat sebab.

Artinya, menyampaikan terlebih dahulu akibatnya, kemudian dicari sebab-

sebabnya. Agar lebih mudah menulis paragraf argumentatif dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Daftarlah topik-topik pendapat

yang dapat dikembangkan, 2) Susunlah kerangka paragraf yang akan dibuat,

3) Kembangkan kerangka tersebut menjadi paragraf, 4) Anda dapat

menggunakan kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu, dengan

demikian, oleh sebab itu, dan lain-lain).


commit to user

17��

�

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi

a. Pembelajaran Keterampilan Menulis Argumentasi

Pengertian pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa

(Hamzah 2006:2). Pengertian keterampilan menulis argumentasi sendiri

merupakan kemampuan seseorang dalam mengungkapkan pendapatnya

melalui tulisan dengan disertai alasan-alasan yang dapat menguatkan

pendapatnya agar dapat diterima oleh pembaca secara logis. Dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis argumentasi adalah

upaya membelajarkan seseorang untuk mengungkapkan pendapat yang

disertai alasan dan bukti yang kuat melalui tulisan agar pendapatnya diterima

oleh pembaca secara logis.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMA

kelas X, ketrampilan menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus

dikuasai oleh peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan standar kompetensi tersebut, kompetensi dasarnya adalah siswa

dalam keterampilan menulis antara lain menulis gagasan untuk mendukung

suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentasi. Indikator yang harus

dicapai oleh siswa yaitu mendaftar topik-topik pendapat yang dapat

dikembangkan menjadi paragraf argumentasi, menyusun kerangka paragraf

argumentasi, mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf

argumentasi, menggunakan kata penghubung antar kalimat (oleh karena itu

dengan demikian, oleh sebab itu, dll.) dalam paragraf argumentasi.

Materi yang harus diajarkan dalam pembelajaran menulis argumentasi

diantaranya pemberian contoh paragraf argumentasi, ciri-ciri paragraf

argumentasi, topik paragraf argumentasi, kerangka paragraf argumentasi,

penggunaan kata penghubung dalam paragraf argumentasi.

b. Penilaian Keterampilan Menulis Argumentasi

Dalam sebuah kegiatan belajar mengajar akan diakhiri dengan

penilaian. Penilaian inilah yang dijadikan sebagai tolak ukur mengenai

berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tersebut. Salah satu kemampuan


commit to user

18��

�

dasar yang seharusnya dimiliki seorang guru adalah kemampuan menilai

prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan kata lain, melalui

kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek dalam kegiatan

instruksional suatu mata pelajaran yang diampu guru (Masidjo, 1995:30).

Pada saat menilai terdapat dua sasaran yang ingin dicapai yakni penilaian

hasil dan penilaian proses. Penilaian hasil memuat pencapaian prestasi belajar

siswa, adapun penilaian proses adalah bagaimana kegiatan instruksional

seharusnya berlangsung, yang meliputi suatu tinjauan kritis terhadap

perencanaan kegiatan instruksional, pengelolaannya, perumusan tujuan

instruksionalnya, penilaian hasilnya, dan sebagainya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sarwiji Suwandi (2008:89)

mengatakan bahwa penilaian proses pembelajaran kegiatan menulis dapat

dilakukan dengan perhatian siswa terhadap pembelajaran berlangsung. Sikap

terdiri dari tiga komponen, yakni afektif, kognitif, dan konatif. Komponen

afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaianya terhadap

suatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang

mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk

berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan

kehadiran objek sikap.

Perilaku siswa dalam kegiatan menulis dapat diamati dengan format

penilaian sebagai berikut.

Tabel Model Penilaian Proses Kegiatan Menulis Argumentasi

No Nama Nilai Jumlah Nilai Ket

A B C

1

2

3

4

Nilai rata-rata


commit to user

19��

�

Catatan: Kolom perilaku di isi dengan angka yang sesuai dengan kriteria

berikut (diamati dari perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran

menulis.

A = keaktifan siswa yang meliputi, mengajukan pertanyaan, mengungkapkan

pendapat, menjawab pertanyaan, memperhatikan pertanyaan orang lain,

menanggapi pertanyaan.

B = perhatian dan konsentrasi siswa selama pelajaran yang meliputi,

memperhatikan penjelasan guru, mencatat penjelasan guru, mempelajari

kembali materi yang diberikan, tidak sibuk melakukan aktivitasnya

sendiri, tidak mengobrol dengan teman.

C = minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran meliputi, mengerjakan

tugas yang diberikan tepat waktu, semangat dalam melaksanakan tugas

yang diberikan, mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, tidak

bermalas-malasan di kelas (bertopang dagu, meletakkan kepala di meja,

dll).

Keterangan Nilai:

1. Setiap indikator perilaku bernilai 1 (satu)

2. Nilai merupakan jumlah skor tiap indikator perilaku

3. Keterangan diisi dengan kriteria berikut:

a. Nilai total 1-3 berarti kurang sekali

b. Nilai total 4-6 berarti kurang

c. Nilai total 7-9 berarti sedang

d. Nilai total 10-12 berarti baik

e. Nilai total 13-15 berarti baik sekali

Sebagai pelajar maupun mahasiswa dituntut untuk memiliki

kemampuan menulis. Namun, masih banyak siswa dan mahasiswa yang

menganggap menulis itu tidak penting atau mereka belum mengetahui peranan

mengarang bagi kelanjutan mereka. Hal ini membutuhkan perhatian yang

tinggi dari para guru bahasa. Guru bahasa harus lebih menghayati tujuan

pengajaran bahasa menurut kurikulum yang berlaku, khususnya pengajaran

menulis. Diperlukan penataan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian


commit to user

20��

�

pengajaran mengarang (Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, 1987:187).

Nana Sudjana (2006:59-60) mengemukakan bahwa ada empat kriteria dalam

menilai proses belajar mengajar. Pertama, konsistensi kegiatan belajar

mengajar dengan kurikulum. Keberhasilan proses belajar mengajar tersebut

dapat terlihat terlaksananya secara nyata dalam bentuk dan aspek, di

antaranya; tujuan-tujuan pengajaran, jenis kegiatan yang dilaksanakan, cara

melaksanakan setiap jenis kegiatan, dan penilaian yang digunakan untuk

setiap tujuan.

Kriteria kedua adalah keterlaksanaannya oleh guru dan siswa.

Keterlaksanaan ini dapat dilihat dari bagaimana mengkondisikan siswa,

menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar, waktu yang disediakan

untuk belajar mengajar, waktu yang disediakan untuk belajar mengajar,

member bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa, dan melakukan

penilaian proses dan hasil belajar siswa. Dari segi keterlaksanaan siswa, hal

yang dinilai adalah siswa memahami, mengikuti petunjuk yang diberikan oleh

guru, semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar, dan menguasai

tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.

Ketiga, motivasi belajar siswa dan keaktifan siswa dalam kegiatan

belajar mengajar. Dalam hal ini siswa menunjukkan motivasi belajar pada saat

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari minat dan

perhatian siswa terhadap pelajaran, siswa melaksanakan tugas-tugas

belajarnya, reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan

guru. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar mengajar, melaksanakan

diskusi kelompok sesuai petunjuk guru.

Kriteria terakhir adalah kemampuan atau keterampilan guru dalam

mengajar dan interaksi antara guru dengan siswa. Berkenaan dengan

komunikasi yang terbangun pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat

dilihat dalam, tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa, bantuan guru

terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, terampil menggunakan

berbagai alat dan sumber belajar, dan menguasai kelas sehingga dapat

mengendalikan kegiatan siswa.


commit to user

21��

�

Tugas menulis biasanya memberikan kebebasan kepada siswa untuk

memilih gagasan dan bahasa, yang kemudian dikategorikan sebagai karangan

bebas. Penilaian terhadap karangan siswa hendaknya lebih memperhatikan

ketrampilan komposisi. Yang termasuk dalam bentuk ketrampilan komposisi

adalah (1) keterampilan bahasa dan membahasakan, (2) keterampilan

penyajian, (3) keterampilan perwajahan (Jos Daniel Parera, 1993:4). Penilaian

keterampilan komposisi pada karangan siswa difokuskan untuk keterampilan

bahasa dan membahasakan. Yang termasuk keterampilan bahasa dan

membahasakan ialah keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca,

pembentukan kata, pemilihan kata atau diksi, penggunaan kalimat,

pengefektivan kalimat dan membahasakan pikiran dengan cermat, tepat, logis,

dan konsisten.

Penilaian pada karangan siswa biasanya bersifat holistis, impresif, dan

selintas. Jadi, penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang

diperoleh dari membaca karangan secara selintas (Burhan Nurgiyantoro, 2001:

279). Sementara itu, Zaini Machmoed (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001:

279) penilaian yang bersifat holistis memang diperlukan. Akan tetapi, agar

guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang

lebih terperinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnosik-

edukatif, penilaian hendaknya disertai sekaligus dengan penilaian yang

bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan analitis merinci karangan ke

dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu. Perincian karangan ke

dalam kategori-kategori tersebut antara karangan yang satu dengan yang lain

dapat berbeda tergantung jenis karangan itu sendiri. Walaupun pengkategorian

itu dapat bervariasi, kategori-kategori yang pokok hendaknya meliputi (1)

kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan

bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan,

dan kebersihan, dan (5) respon aktif guru terhadap karya tulis.

Penerapan model penilaian analitis khususnya pada penilaian tugas

menulis karangan yang bersifat argumentasi dapat dilakukan dengan

mempergunakan skala misalnya, skala 1 sampai dengan 10. Untuk keperluan


commit to user

22��

�

praktis kita perlu menentukan bobot atau besarnya “porsi” untuk masing-

masing unsur tersebut. Bobot yang diberikan sama seperti model skal 1

sampai dengan 10. Akan tetapi, kita akan menganggap tidak adil jika tiap

unsur itu diberi bobot yang sama. Idealnya, pembobotan itu mencerminkan

tingkat pentingnya masing-masing unsur dalam karangan. Dengan demikian,

unsur yang lebih penting diberi bobot yang lebih tinggi. Berdasarkan

pertimbangan tersebut, berikut dicoba membobot masing-masing unsur

karangan di atas dengan kemungkinan skor maksimum 100.

Tabel Model Penilaian Tugas Menulis Argumentasi dengan

Pembobotan Masing-Masing Unsur

Aspek Yang

Dinilai Skor Kriteria

I

S

I

27-30

Sangat baik-

sempurna

• Padat informasi

• Relevan dengan

permasalahan

dan tuntas.

22-26 Cukup-baik

� Informasi cukup

� Pengembangan

ide terbatas

� Substansi cukup

� Relevan dengan

masalah tetapi

tidak lengkap

17-21 Sedang-cukup

• Informasi

terbatas

• Pengembangan

ide kurang

• Pengembangan

tesis

13-16 Sangat kurang

� Tidak berisi

� Tidak ada

substansi

� Tidak ada

pengembangan

tesis

� Tidak ada

permasalahan

(Sumber: Burhan Nurgiyantoro,2001:280)


commit to user

23��

�

Aspek Yang


O

R

G

A

N

I

S

A

S

I

I

S

I

18-20

Sangat baik-

sempurna

• Ekspresi lancar

• Gagasan

diungkapkan

dengan jelas

• Padat

• Tertata dengan

baik

• Urutan logis

• Kohesif dan

koherensi

14-17

Cukup-baik

� Kurang lancar

� Kurang

terorganisir

tetapi ide

utama terlihat

� Bahan

pendukung

terbatas

� Urutan logis

tetapi tidak

lengkap

10-13

Sedang-cukup

• Tidak lancar

• Gagasan

kacau,

terpotong-

potong

• Urutan dan

pengembangan

tidak logis

7-9 Sangat kurang

� Tidak

komunikatif

� Tidak

terorganisasi

� Tidak layak

nilai



commit to user

24��

�

Aspek Yang


K

O

S

A

K

A

T

A

18-20

Sangat baik-

sempurna

• Pemanfaatan

potensi kata

canggih

• Pilihan kata dan

ungkapan tepat

• Menguasai

pembentukan

kata

14-17

Cukup-baik

� Pemanfaata

potensi kata

agak canggih

� Pilihan kata dan

ungkapan

kadang-kadang

kurang tepat

tetapi tidak

mengganggu

10-13

Sedang-cukup

• Pemanfaatan

potensi kata

terbatas

• Sering terjadi

kesalahanpenggu

naan kosakata

dan dapat

merusak makna

7-9 Sangat kurang

� Pemanfaatan

potensi kata

asal-asalan

� Pengetahuan

kosakata rendah

� Tidak layak nilai



commit to user

25��

�

Aspek Yang


P

E

N

G

E

M

B

A

N

G

A

N

B

A

H

A

S

A

22-25

Sangat baik-

sempurna

• Konstruksi

kompleks

tetapi efektif

• Hanya terjadi

sedikit

kesalahan

penggunaan

bentuk

kebahasaan

18-21

Cukup-baik

� Konstruksi

sederhana

tetapi efektif

� Kesalahan

kecil pada

konstruksi

kompleks

� Terjadi

sejumlah

kesalahan

tetapi makna

tidak kabur

11-17

Sedang-cukup

Terjadi banyak

kesalahan konstruksi

kalimat. Namun,

makna masih bisa

dipahami.

1-10 Sangat kurang

Terjadi kesalahan

serius dalam

konstruksi kalimat


Pembobotan yang dicontohkan dalam model di atas tidaklah bersifat

mutlak. Setiap guru tentu saja dapat membuat atau memilih model yang

dianggapnya paling sesuai, baik yang menyangkut pengkategorian unsur-

unsurnya maupun besarnya bobot masing-masing unsur itu. Hanya saja,

pemilihan model itu hendaklah disertai kesadaran bahwa kita menilai

karangan dengan seobjektif dan secermat mungkin. Untuk itu disarankan


commit to user

26��

�

setiap karangan hendaklah dibaca dengan teliti, paling tidak dua kali. Ada

baiknya pula nama siswa ditutup ketika memberikan penilaian.

4. Hakikat Pola Latihan Berjenjang

a. Pengertian Pola Latihan Berjenjang

Pola latihan berjenjang merupakan salah satu pengembangan dari

metode suggestopedia yang dikembangkan oleh seorang ahli psikiatri

pendidikan dari Bulgaria yang bernama Georgia Lizanov (Nababan, 1993: 58-

62). Sesuai dengan prinsip pembelajaran menulis yang dikemukakan oleh Jos

Daniel Parera (1996:26) bahwa pembelajaran menulis itu berlangsung secara

berjenjang. Pola latihan berjenjang adalah strategi pembelajaran menulis yang

membelajarkan siswa untuk menulis secara bertahap dan bertingkat.

Pembelajaran dimulai dengan latihan menulis kalimat, dilanjutkan dengan

menyusun paragraf, kemudian menyusun berbagai bentuk karangan.

b. Langkah-Langkah Teknik Pola Latihan Berjenjang

Pola latihan berjenjang adalah bentuk latihan berkesinambungan dan

bertahap dari yang mudah ke hal yang sukar atau rumit. Pola latihan

berjenjang merupakan suatu teknik mengajar bahasa dengan latihan

berkesinambungan. Pembelajaran menulis dilakukan dengan langkah berikut

ini:

1. Menyusun Kalimat

Menurut Slager (dalam Tarigan, 1987:187) menyusun kalimat

termasuk juga ke dalam komposisi seperti definisi yang ia kemukakan

yaitu “composition as writing beyond sentence level”. Menyusun atau

membangun kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu

menjawab pertanyaan, melengkapi kalimat, memperbaiki susunan kalimat,

memperluas kalimat, subtitusi, dan transformasi.


commit to user

27��

�

2. Memperkenalkan Karangan

Dalam taraf permulaan menulis paragraf atau wacana siswa perlu

mengenal berbagai bentuk karangan. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk

tujuan tersebut yakni.

b. Baca dan Tulis

Dilakukan dengan cara guru mempersiapkan model tulisan yang relatif

pendek seperti paragraf, bait puisi, dan sebagainya. Model ini diperbanyak dan

dibagikan kepada siswa. Siswa membaca model dan kemudian menyalinnya

ke dalam buku kerjanya. Salinan itu harus sama dengan model asli. Hasil kerja

diperiksa oleh guru.

c. Simak dan Tulis

Teknik pengajaran simak dan tulis sama dengan teknik pengajaran baca

dan tulis walaupun keduanya tidak serupa betul. Guru mempersiapkan model

karangan yang dilisankan kepada siswa. Siswa menyimak lalu menuliskannya

dalam buku kerja mereka. Hasil pekerjaan diperiksa oleh guru.

Apabila siswa telah memahami kedua langkah di atas, proses selanjutnya

adalah melaksanakan tahapan-tahapan menulis karangan yang terdiri dari

prapenulisan, penulisan, dan revisi. Dengan demikian, akan mempermudah siswa

pada saat membuat sebuah karangan. Karangan juga akan tersusun dengan lebih

runtut dan logis, sehingga dapat diterima secara rasional.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini seiring sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Main

Sufanti mahasiswa jurusan PBSID FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta 2007

yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Menulis Pengalaman Siswa Kelas VII A

SMP Negeri 2 Gatak Kabupaten Sukoharjo Melalui Pola Latihan Berjenjang”. Beliau

mengatakan bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

pola latihan berjenjang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis

pengalaman dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar menulis.


commit to user

28��

�

Peningkatan kompetensi siswa dalam menulis dapat dilihat dari peningkatan dalam

hal: (1) Penentuan topik-topik pengalaman yang ditulis, (2) Penerapan ejaan dan tanda

baca, (3) Pemilihan kata, (4) Penerapan stuktur kalimat, (5) Kelogisan isi wacana, (6)

Kesatuan ide dalam paragraf, (7) Koherensi dalam paragraf, dan (8) Koherensi

antarparagraf. Indikator peningkatan ini dibuktikan dengan: (1) Topik-topik

pengalaman yang ditulis siswa semakin bervariasi, (2) Semakin berkurangnya

kesalahan yang dilakukan siswa dalam menulis berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan oleh guru dari tahap ke tahap maupun dari siklus ke siklus, (3) Nilai rata-

rata kelas hasil evaluasi siklus I adalah 65,25 sedangkan nilai rata-rata kelas hasil

evaluasi siklus II adalah 73,63. Dengan demikian, terjadi peningkatan nilai rata-rata

kelas 8,08. Adapun peningkatan kompetensi mengajar guru bisa dilihat dari

peningkatan kemampuan guru dalam: (1) Mengintegrasikan pembelajaran menulis

dengan pembelajaran aspek lain, (2) Menerapkan strategi pembelajaran yang semakin

bervariasi, dan (3) Menciptakan serta memanfaatkan media pembelajaran.


commit to user

1

Hal ini juga diteliti oleh Dwi Noor Haryanto dalam penelitiannya yang

berjudul “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Argumentasi dengan Metode

Investigasi Kelompok Pada Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 1 Surakarta”. Penelitian ini

menyatakan bahwa kualitas pembelajaran menulis argumentasi baik dilihat dari

proses siswa maupun hasil pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X-3

SMA Negeri 1 Surakarta meningkat. Hal ini ditandai dengan persentase keaktifan,

perhatian, konsentrasi, minat, motivasi siwa dalam pembelajaran menulis argumentasi

mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif sebesar 51%,

siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 87%, dan siswa yang berminat serta

termotivasi sebesar 41%. Pada siklus II siswa yang aktif sebesar 92%, siswa perhatian

dan konsentrasi sebesar 97%, dan siswa yang berminat serta termotivasi sebesar 78%.

Di samping itu metode investigasi kelompok dapat memacu guru lebih terampil

dalam mengelola kelas.

Penelitian serupa mengenai keterampilan menulis atau mengarang juga

dilakukan oleh Hartasani dalam jurnalnya yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan

Menulis Siswa Kelas VIII/1 SMP N 1 Kinali Kabupaten Pasaman Barat Melalui

Autentik Assesmen”. Kemampuan menulis siswa mengalami peningkatan setelah

diterapkan autentik assesmen. Hal ini disebabkan prinsip yang terkandung dalam

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan ciri penilaian autentik dalam

pembelajaran menulis.

Upaya dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa dilakukan oleh

Yulinar dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis

Karangan Melalui Penggunaan Pendekatan Komunikatif Pada Siswa Kelas V SD”.

Penggunaan pendekatan komunikatif mampu meningkatkan kemampuan menulis

karangan pada siswa kelas V SD. Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil karangan

siswa yang mulai memperhatikan penulisan ejaan, kepaduan isi antar paragraf dan

judul, serta penggunaan kata baku. Aktivitas guru pada siklus II juga mengalami

peningkatan dengan prosentase 93,3%.

Sebuah penelitian dengan judul “Beyond The Design of Automated Writing

Evaluation : Pedagogical Practices and Perceived Learning Efectivines in EFL

Writing Class” yang dilakukan oleh Chi Fen Emily Chen dan Wei Yuan Cheng


commit to user

30 �

�

Eugene menghasilkan sebuah temuan baru dalam pembelajaran bahasa khususnya

menulis. Mereka menggunakan AWE (Automatic Writing Evaluation) untuk

membantu pengajaran menulis. Berdasarkan hasil kuesioner 55% siswa terbantu

dengan adanya program AWE, sedangkan 45% lainnya mengatakan tidak terbantu

oleh program ini. Dari 3 kelas yang diteliti yaitu kelas A, B, dan C, dua di antaranya

menunjukkan sikap positif terhadap program AWE. Hal ini membuktikan bahwa

program AWE dapat membantu pembelajaran menulis sehingga kemampuan menulis

siswa dapat meningkat.

C. Kerangka Berpikir

Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan yang paling sulit.

Banyak aspek yang harus diperhatikan mulai dari pemilihan diksi, menyusun diksi

menjadi sebuah kalimat sampai pada menyatukan kalimat-kalimat tersebut ke

dalam sebuah paragraf. Sampai saat ini keterampilan menulis siswa masih kurang.

Kekurangberhasilan ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor ekstern dan

faktor intern. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap kurang berhasilnya

pembelajaran menulis di antaranya sistem pembelajaran yang cenderung

menggunakan metode lama. Proses pembelajaran masih lebih terpusat pada guru

dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

potensinya. Hal tersebut menyebabkan siswa cepat bosan. Faktor intern berasal


commit to user

31 �

�

dari siswa itu sendiri yaitu, kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran

tersebut.

Menurut hasil pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 2 Cilacap,

rendahnya keterampilan menulis disebabkan oleh beberapa alasan seperti:

pembelajaran menulis yang masih menggunakan metode konvensional, siswa

kurang tertarik dengan pembelajaran menulis argumentasi, siswa mengalami

kesulitan dalam menentukan topik/tema serta mengemukakan argumen yang

mendukung untuk dikembangkan dalam tulisan argumentasi, dan guru kesulitan

untuk menentukan metode yang tepat untuk mengajarkan materi menulis

argumentasi secara baik.

Untuk mengatasi hal ini, perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yang

baru dan lebih menyenangkan. Pembelajaran menulis argumentasi dibuat

semenarik mungkin. Selain itu siswa diajak agar dapat lebih aktif sehingga terjadi

komunikasi dua arah dengan baik. Sesuai dengan konsep aktivitas menulis,

pembelajaran menulis argumentasi dilakukan secara bertahap agar mempermudah

siswa dalam memahami dan mendalaminya. Karena itu, pola latihan berjenjang

digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran dan kemampuan siswa menulis karangan argumentasi.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis argumentasi

dengan teknik pola latihan berjenjang ini, nantinya siswa diajak berpikir kritis dan

logis. Siswa akan diajarkan cara menulis dari tahapan yang paling mendasar yaitu

membuat kalimat. Salah satu cara untuk mengurangi kesulitan yang dialami oleh

guru Bahasa Indonesia beserta siswanya dalah dengan menggunakan teknik pola

latihan berjenjang.

Dengan demikian dapat diduga bahwa penggunaan teknik latihan

berjenjang dapat mendorong meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran menulis argumentasi. Selain itu juga dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis argumentasi.

Berikut ini adalah gambar bagan kerangka berpikir penelitian yang

dilakukan oleh penulis:


commit to user

32 �

�

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

Kemampuan

menulis

argumentasi

siwa masih

rendah

Guru kesulitan

dalam menentukan

pendekatan yang

tepat untuk

meningkatkan

pembelajaran

menulis argumentasi�

Siswa kurang

berminat dan kurang

termotivasi dalam

pembelajaran�menulis

argumentasi

Pola Latihan Berjenjang Sebagai Pendekatan Pembelajaran

Menulis Argumentasi

(Penelitian Tindakan Kelas)

Keaktifan siswa dalam

pembelajaran menulis

argumentasi siswa meningkat.

Kualitas hasil pembelajaran

menulis argumentasi siswa

meningkat.


commit to user

33 �

�

D. Pengajuan Hipitesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah

diuraikan, dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penerapan pola

latihan berjenjang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil dalam

pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 2

Cilacap tahun ajaran 2011/2012.

�

�

�

�

�

�

�

�

�

�

�

�

�

�

�

�

�

�


commit to user

34 �

�

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian. Pertama-tama akan

dijelaskan kondisi awal prasiklus pembelajaran menulis argumentasi pada siswa

kelas X-3 SMA Negeri 2 Cilacap yaitu keadaan awal sebelum dilakukan tindakan.

Setelah diuraikan kondisi prasiklus, selanjutnya akan dipaparkan hasil

pelaksanaan tindakan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus

dengan 2 kali pertemuan setiap siklusnya. Setiap siklus akan melalui tahapan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi.

A. Kondisi Awal Prasiklus

Kondisi awal prasiklus merupakan survei awal sebelum diterapkan

tindakan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi

siswa. Kondisi ini sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan

pada pembelajaran berikutnya. Survei awal dilaksanakan pada tanggal 21 Febuari

2012 pukul 10.47 WIB di kelas X-3 pada saat pembelajaran menulis argumentasi.

Di sini, guru melaksanakan proses pembelajaran seperti biasanya. Peneliti sebagai

partisipan pasif yang mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar dengan

duduk di bangku paling belakang.

Pada kegiatan awal prasiklus, guru memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa. Setelah siswa siap mengikuti

pelajaran, guru melakukan presensi.

Setelah semuanya sudah siap, guru mulai membagikan sebuah wacana

argumentasi. Guru meminta siswa untuk membaca dan mengidentifikasi isi

wacana yang diberikan. Selesai siswa membaca, kegiatan dilanjutkan dengan

bertanya jawab mengenai isi wacana tersebut. Tanya jawab ini dilakukan untuk

mengawali materi yang akan dipelajari. Selanjutnya, guru menyampaikan

orientasi pemahaman paragraf argumentasi. Guru menjelaskan yang dimaksud

dengan paragraf argumentasi, ciri-ciri paragraf argumentasi, dan menjelaskan cara


commit to user

35 �

�

menulis paragraf argumentasi. Sambil berceramah menjelaskan materi, guru

menulis poin-poin penting di papan tulis.

Selama proses pembelajaran berlangsung, aktifitas siswa tidak telalu

banyak. Ada yang mencatat materi dengan tenang, ada yang berbicara dengan

teman di dekatnya, ada yang berjalan kesana kemari, dan ada juga yang

meletakkan kepala di meja, bahkan saat guru menjelaskan materi hanya 10 siswa

yang merespon yaitu 22,00% dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 36 siswa.

Masalah-masalah tersebut muncul karena kurangnya perhatian guru terhadap

siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menulis argumentasi masih tergolong

kurang.

Selama proses pembelajaran berlangsung siswa, terlihat pasif. Hanya

sedikit siswa yang memperhatikan guru yaitu siswa yang duduk di bangku paling

depan dan dekat dengan meja guru. Hal ini disebabkan karena guru kurang

memperhatikan siswa dan kurang tegas ketika memperingatkan.

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dari lembar penilaian proses

pembelajaran menulis argumentasi ditemukan, rentang nilai 1-3 ada 1 siswa

2,78% dari 36 siswa. Rentang nilai 4-6 yang berarti mendapat predikat kurang ada

27 siswa 75,00% dari 36 siswa yang hadir. Rentang nilai 7-9 yang berarti

mendapat peringkat sedang ada 6 orang siswa atau 16,67%. Rentang nilai 10-12

dengan predikat baik ada 2 siswa atau 16,67%. Dan jumlah siswa yang berada

pada rentang nilai 13-15 atau yang memperoleh predikat baik sekali, tidak ada

sama sekali (Lihat lampiran 10 halaman 110). Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X-3 masih

sangat rendah. Berikut ini adalah tabel hasil penilaian proses pembelajaran

menulis argumentasi siswa kelas X-3 pada tahap prasiklus.


commit to user

36 �

�

Tabel 2. Nilai Proses Kegiatan Menulis Argumentasi Prasiklus

No Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1 1-3 1 2,78%

2 4-6 27 75,00%

3 7-9 6 16,67%

3 10-12 2 5,56%

5 13-15 - -

Keterangan Nilai:









Berbagai upaya dilakukan untuk mengaktifkan siswa. Guru mencoba

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan bagian materi yang

belum jelas, namun upaya yang dilakukan guru kurang berhasil. Tidak ada siswa

yang mau bertanya. Upaya selanjutnya adalah guru memberikan suatu pertanyaan

yang berkaitan dengan materi agar dijawab oleh siswa. Upaya ini pun belum juga

berhasil mengaktifkan siswa. Siswa masih pasif, sebagian diam dan sebagian yang

lain sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Setelah penjelasan materi mengenai pembelajaran menulis argumentasi

selesai, guru menyuruh siswa untuk membuat kerangka karangan. Sesekali guru

berkeliling kelas untuk memeriksa pekerjaan siswa. Akan tetapi, masih saja ada

siswa yang bersantai-santai tanpa menghiraukan guru yang sedang mengajar. 10

menit sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru membimbing siswa

menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Tidak lupa, guru meminta siswa

mengumpulkan kerangka karangan dan paragraf yang telah dibuat. Waktu


commit to user

37 �

�

menunjukkan pukul 11.45 WIB, jam pelajaran telah usai. Kemudian guru

menutup kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam karena masih ada

satu mata pelajaran lagi.

Dari serangkaian proses pembelajaran menulis argumentasi yang telah

diuraikan di atas, maka peneliti dapat membuat kesimpulan. Pembelajaran

tersebut masih bersifat konvensional. Proses pembelajaran hanya berpusat pada

guru. Guru masih kurang memperhatikan siswa yang tidak fokus terhadap

pembelajaran. Tidak adanya umpan balik juga menjadi salah satu penyebab

rendahnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis khususnya

menulis argumentasi. Beberapa siswa juga mengaku merasa bosan ketika

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa guru kurang

memberikan variasi dalam menyampaikan materi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa,

ditemukan beberapa masalah diantaranya, (1) siswa kurang berminat terhadap

pembelajaran menulis, (2) siswa kurang bisa memahami cara pembuatan kalimat

dan pemilihan kata yang tepat, (3) siswa kurang memahami perbedaan antara

paragraf argumentasi dengan paragraf persuasi, (4) siswa cepat merasa bosan

dengan pembelajaran menulis yang terkesan monoton.

Jika dilihat dari hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, yaitu

Suparyati, S.Pd yang dilakukan di ruang guru, dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut: (1) guru belum menemukan strategi pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran, (2) pembelajaran yang dilakukan guru masih

konvensional yang bersifat teacher center atau pembelajaran hanya berpusat pada

guru, (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru masih

kurang terperinci, sehingga mengakibatkan proses pembelajaran berlangsung

seadanya, tanpa ada rencana yang lebih matang.

Berikut ini adalah tabel penilaian hasil pembelajaran menulis argumentasi

siswa kelas X-3 pada tahap prasiklus:


commit to user

38 �

�

Tabel 3. Nilai Hasil Pembelajaran

Menulis Karangan Argumentasi Prasiklus


1 41-50 3 8,33%

2 51-60 6 16,67%

3 61-70 17 47,22%

4 71-80 10 27,78%

5 81-90 - -

Dari fakta tersebut, peneliti memperoleh data hasil pembelajaran pada

kondisi awal prasiklus. Data tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: Dapat

dilihat bahwa yang nilainya masuk dalam rentang antara 41-50 adalah 3 siswa

atau 8,33%. Yang nilainya masuk dalam rentang antara 51-60 adalah 6 siswa

16,67%. Yang nilainya masuk dalam rentang antara 61-70 adalah 17 siswa atau

47,22%. Yang masuk dalam rentang nilai antara 71-80 adalah 10 siswa 27,78%.

Jadi, jika dipersentasekan hanya ada 9 siswa atau 25,00 % siswa yang mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) (Lihat lampiran 13 halaman 113).

Dari uraian di atas yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara guru

dan siswa, serta hasil evaluasi menulis karangan argumentasi dapat ditarik

beberapa kesimpulan diantaranya:

1. Siswa kurang berminat terhadap pembelajaran menulis.

2. Siswa kurang memahami tata cara pembuatan kalimat yang baik dan cara

menerapkannya ke dalam paragraf.

3. Siswa cepat merasa bosan dengan pembelajaran menulis yang terlalu

monoton.

4. Siswa kurang memahami perbedaan karangan argumentasi, persuasi, dan

eksposisi.

5. Guru belum menemukan strategi pengajaran yang tepat untuk mengajarkan

pembelajaran menulis khususnya menulis argumentasi yang tepat.

Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, peneliti dan guru membicarakan

rencana selanjutnya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

Peneliti dan guru berdiskusi mengenai tindakan siklus I yang disepakati akan

dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 23 dan 24 April 2012.


commit to user

39 �

�

B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian

Setelah dilakukan observasi dan wawancara awal dengan guru dan siswa,

peneliti menemukan masalah yang harus segera diatasi khususnya dalam

pembelajaran menulis argumentasi. Masalah tersebut di atasi dengan tindakan

yang terdiri dari dua siklus. Pada setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu

perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi.

1. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 21 Februari 2012 di SMA

Negeri 2 Cilacap. Peneliti dan guru berdiskusi mengenai beberapa hal seperti,

(1) guru dan peneliti menyamakan persepsi mengenai penelitian yang akan di

lakukan, (2) guru dan peneliti menentukan indikator yang ingin dicapai, (3)

guru dan peneliti menyusun RPP sebagai pedoman pelaksanaan siklus 1, (4)

guru bersama-sama dengan peneliti membuat instrumen penelitian yaitu

berupa lembar penilaian tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk

menilai hasil karangan argumentasi siswa, sedangkan instrumen non tes

digunakan untuk menilai proses pembelajaran menulis argumentasi, (5)

menentukan jadwal penelitian.

Guru dan peneliti menyepakati bahwa kegiatan siklus 1 akan dilaksanakan

sebanyak 2 kali pertemuan. Alokasi waktunya adalah 2x45 menit (2 jam

pelajaran) dalam setiap pertemuan. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan

pada hari Senin, 23 April 2012 dan siklus 1 pertemuan ke dua dilaksanakan

pada hari Selasa, 24 April 2012. Kedua pertemuan tersebut menempati jam

pelajaran ke 7-8 yaitu pada pukul 12. 15 WIB sampai dengan pukul 13. 30

WIB.

Siklus 1 pertemuan pertama direncanakan kegiatan sebagai berikut: (1)

Guru memasuki kelas kemudian mengucapkan salam, (2) guru melakukan

presensi, (3) siswa diberi pertanyaan kaitannya dengan kegiatan menulis, (4)

siswa menyimak penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran ini, (5) guru


commit to user

40 �

�

menjelaskan cara belajar menulis argumentasi dengan pola latihan berjenjang,

(6) siswa diminta untuk membuka dan membaca kembali teks yang dibawa

dari rumah. (7) siswa menyampaikan berbagai penggalan teks wacana dari

berbagai sumber yang sudah dibawa dari rumah, (8) siswa mengidentifikasi

secara teliti jenis teks (narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi)

dari teks yang dibaca, (9) siswa menentukan ciri-ciri jenis teks(narasi,

deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi), (10) siswa menentukan fakta

dan opini dalam wacana yang dibaca, (11) guru meminta siswa untuk

mencermati setiap kalimat dan tata bahasa dalam wacana tersebut, (12) guru

memandu siswa mengenai pembuatan kalimat yang runtut dan ejaan yang

sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), (13) dengan bimbingan

guru siswa membuat rangkuman, (14) guru memberikan tugas sebagai latihan,

(15) guru menutup pembelajaran dengan salam dan doa.

Selanjutnya adalah skenario pembelajaran siklus 1 pertemuan ke dua.

Berikut ini uraian skenario pembelajarannya: (1) guru masuk kelas dan

mengucapkan salam, (2) guru melakukan presensi, (3) siswa menjawab

pertanyaan guru tentang materi yang lalu, (4) guru meminta siswa untuk

membuka hasil tugas yang telah dibuat di rumah, (5) guru meminta 5 orang

siswa untuk maju dan membacakan kalimat yang dia buat, (6) siswa yang lain

beserta guru mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pada pembuatan kalimat

yang diperesentasikan mulai dari tata kalimat, ejaan, dan pemilihan kata, (7)

guru menambahkan materi tentang cara menggunakan kata penghubung

kalimat, (8) siswa diminta untuk menyusun kerangka karangan argumentasi,

(9) siswa diminta untuk mengembangkan kerangka karangan ke dalam sebuah

paragraf, (10) guru dan siswa bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum

dimengerti, (11) siswa dipandu guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan

mengikuti evaluasi, (12) guru menutup pembelajaran dengan salam dan doa.


commit to user

41 �

�

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 23 April

2012. Pertemuan pertama merupakan jam terakhir yaitu jam ke 7-8 pukul

12.15 WIB di ruang kelas X-3 SMA Negeri 2 Cilacap. Dalam pelaksanaannya,

guru bertindak sebagai pemimpin jalannya pelajaran, sedangkan peneliti

bertindak sebagai partisipan pasif yang melakukan observasi dengan posisi

tempat duduk berada di bangku paling belakang. Hal pertama yang dilakukan

guru setelah berada di dalam kelas adalah memeriksa kehadiran siswa. Pada

hari tersebut ada tiga siswa yang tidak masuk. Selesai presensi guru langsung

memberikan sebuah pertanyaan kaitannya dengan kegiatan menulis

yaitu”siapa yang tahu langkah apa saja yang harus dilakukan ketika menulis?”.

Semua siswa hanya diam memperhatikan guru yang sedang bertanya. Guru

kemudian melanjutkan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran ini.

Kemudian guru menjelaskan cara menulis karangan argumentasi dengan

menggunakan pola latihan berjenjang. Setelah itu siswa diminta untuk

membuka teks bacaan yang dibawa dari rumah. Ada 5 siswa yang tidak

membawa teks dari rumah dan guru me mereka untuk bergabung dengan

teman yang membawa teks. Guru memberikan waktu 5 menit untuk membaca.

Usai siswa membaca teks, guru bersama-sama siswa menentukan jenis teks,

fakta, dan opini. Kemudian siswa diminta menentukan ciri-ciri dari masing-

masing teks. Guru juga meminta siswa untuk mencermati setiap kalimat yang

dibaca serta penggunaan ejaan dalam wacana tersebut. Guru membimbing

siswa kaitannya dengan pembuatan kalimat dan penggunaan ejaan yang sesuai

dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Pembuatan kalimat difokuskan

pada kalimat sebab-akibat. Guru dan peserta didik melanjutkan kegiatan

bertanya jawab mengenai materi yang belum dimengerti. Ada seorang siswa

yang bertanya kepada guru mengenai cara membedakan paragraf argumentasi

dan eksposisi. Sebelum guru mengakhiri kegiatan pembelajaran, siswa

dibimbing merangkum materi yang telah dipelajari. Kemudian guru


commit to user

42 �

�

memberikan tugas sebagai latihan. Di akhir kegiatan guru menutup

pembelajaran dengan salam dan doa.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 24 April 2012.

Pertemuan ke dua juga merupakan jam terakhir yaitu jam ke 7-8 pukul 12.15

WIB di ruang kelas X-3 SMA Negeri 2 Cilacap. Dalam pelaksanaannya, guru

bertindak sebagai pemimpin jalannya pelajaran, sedangkan peneliti bertindak

sebagai partisipan pasif yang melakukan observasi dengan posisi tempat

duduk berada di bangku paling belakang. Pada pertemuan ke dua, langkah

pertama yang dilakukan guru sama dengan pertemuan pertama yaitu masuk

kelas, mengucapkan salam, dan melakukan presensi. Kemudian siswa

menjawab pertanyaan guru tentang materi yang lalu. Setelah itu guru meminta

siswa untuk membuka hasil tugas yang telah dibuat di rumah. Guru meminta 5

siswa untuk maju dan membacakan kalimat yang dia buat. Siswa yang lain

beserta guru mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pada pembuatan kalimat

yang dipresentasikan mulai dari tata kalimat, ejaan, dan pemilihan kata. Guru

menambahkan materi tentang cara menggunakan kata penghubung kalimat.

Siswa diminta untuk menyusun kerangka karangan argumentasi. Siswa

diminta untuk mengembangkannya ke dalam sebuah paragraf. Guru dan siswa

bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum dimengerti. Siswa dipandu guru

menyimpulkan hasil pembelajaran dan mengikuti evaluasi.

c. Observasi

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran menulis argumentasi

dengan menggunakan pola latihan berjenjang berlangsung pada hari Senin 23

April 2012 dan Selasa, 24 April 2012 pukul 12.15 WIB sampai pukul 13.30

WIB. Kelas yang di observasi adalah kelas X-3. Di dalam kelas terdapat 1

meja dan kursi guru, serta 37 kursi dan 16 meja siswa. Perlengkapan kelas

lainnya adalah papan tulis, buku jurnal kegiatan pembelajaran, buku presensi,

penggaris, dan papan absensi. Observasi difokuskan pada kegiatan guru dan

siswa selama proses pembelajaran menulis argumentasi. Peneliti bertindak

sebagai partisipan pasif dan menempati tempat duduk paling belakang.


commit to user

43 �

�

Observasi ini menghasilkan data mengenai gambaran jalannya

pembelajaran menulis argumentasi menggunakan strategi pola latihan

berjenjang. Hal pertama yang dilakukan oleh guru ketika masuk kelas adalah

mengucap salam dan melakukan presensi. Guru menanyakan siswa yang tidak

masuk. Kegiatan ini untuk mengkondisikan siswa sebelum masuk pada tahap

penyampaian materi. Pada pertemuan pertama ini semua siswa hadir. Ketika

guru melakukan presensi, sebagian besar siswa berbicara dan bersenda gurau

dengan temannya sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Selanjutnya, peserta

didik menyimak penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran ini. Guru juga

menjelaskan cara belajar menulis argumentasi dengan pola latihan berjenjang.

Selesai melakukan kegiatan apersepsi, guru meminta peserta didik untuk

membuka dan membaca kembali teks yang dibawa dari rumah. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa saat tidak mengikuti pembelajaran di

sekolah. Diharapkan siswa mampu menumbuhkan rasa tanggungjawab dan

kerja keras. Peserta didik menyampaikan berbagai penggalan teks wacana

dari berbagai sumber yang sudah dibawa dari rumah. Bersama-sama dengan

guru, peserta didik mengidentifikasi secara teliti jenis teks (narasi, deskripsi,

eksposisi, persuasi, dan argumentasi) dari teks yang dibaca. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan perbedaan dari kelima teks

tersebut. Satu persatu siswa menyebutkan perbedaan yang mereka temukan.

Secara berurutan dari pojok paling belakang. Pada saat kegiatan ini

berlangsung, masih ada beberapa siswa yang berbicara sendiri dengan

temannya, namun guru dengan segera mengingatkan siswa tersebut. Setelah

kondisi kembali tenang, kegiatan menyampaikan hasil temuan siswa

dilanjutkan. Peserta didik menentukan ciri-ciri jenis teks (narasi, deskripsi,

eksposisi, persuasi, dan argumentasi). Peserta didik menentukan fakta dan

opini dalam wacana yang dibaca. Kemudian guru meminta peserta didik untuk

mencermati setiap kalimat yang dibaca serta penggunaan ejaan dalam wacana

tersebut. Guru memandu siswa mengenai pembuatan kalimat dan penerapan

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang benar.


commit to user

44 �

�

Disela-sela guru menjelaskan materi, siswa diberi pertanyaan

mengenai ketatabahasaan seperti melengkapi sebuah kalimat dengan kata

penghubung yang tepat, membetulkan sebuah kalimat yang masih belum tepat

penggunaan ejaannya, dan sebagainya. Siswa menjawab pertanyaan dengan

adu cepat. Banyak siswa yang tunjuk jari. Mereka saling berebut untuk

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Untuk jawaban yang tepat,

guru memberikan umpan balik berupa pujian. Dengan bimbingan guru siswa

membuat rangkuman. Sebelum pelajaran diakhiri, guru memberikan tugas

sebagai latihan yaitu membuat kalimat. Guru menutup pembelajaran dengan

salam dan doa.

Pada pertemuan kedua ada kegiatan pertama yang dilakukan guru

ketika masuk kelas juga mengucapkan salam, selanjutnya menanyakan siswa

yang tidak masuk. Pertemuan kali ini ada dua siswa yang tidak masuk yaitu

Anggita Tri Nur Insani dan Hikmah Putra Anggarda karena sakit. Selanjutnya

peserta didik menjawab pertanyaan guru tentang materi yang lalu. Tujuan dari

kegiatan ini adalah untuk merangsang kembali ingatan siswa tentang pelajaran

yang lalu sehingga tidak mudah lupa. Dua orang siswa yang duduk di bangku

paling depan tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Beberapa saat kemudian satu siswa laki-laki yang bernama Kukuh juga

mencoba ikut menjawab pertanyaan. Siswa sudah mau bersikap tenang,

meskipun masih ada beberapa yang ngobrol dengan temannya dan ada dua

siswa yang sibuk mengerjakan aktivitasnya sendiri seperti menggambar dan

membuat mainan dari kertas. Guru meminta siswa untuk membuka hasil tugas

yang telah dibuat di rumah. Guru meminta 5 siswa untuk maju dan

membacakan kalimat yang dia buat. Siswa yang lain beserta guru

mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pada pembuatan kalimat yang

dipresentasikan mulai dari tata kalimat, ejaan, dan pemilihan kata. Ada

beberapa siswa yang memberikan tanggapan tentang kalimat yang dibuat oleh

temannya. Setelah dirasa siswa sudah cukup mengerti, selanjutnya guru

menambahkan materi tentang cara menggunakan kata penghubung kalimat.

Setelah guru menjelaskan materi mengenai cara menggunakan kata


commit to user

45 �

�

penghubung, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan

materi. Beberapa siswa yang merespon pertanyaan guru, siswa yang lain

hanya diam. Kegiatan dilanjutkan dengan membuat kerangka karangan. siswa

diminta untuk menyusun kerangka karangan argumentasi dengan topik bebas

setelah itu kerangka karangan tersebut dikembangkan menjadi paragraf

argumentasi singkat. Guru berkeliling untuk memeriksa pekerjaan siswa dan

memberikan bantuan kepada siswa yang belum jelas cara mengerjakannya.

Waktu menunjukkan jam pelajaran kurang 10 menit lagi. Maka diputuskan

untuk agar dikumpulkan dan dihahas pada pertemuan selanjutnya. Guru

menanyakan kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam membuat paragraf

argumentasi. Di akhir kegiatan, siswa dipandu guru menyimpulkan hasil

pembelajaran dan mengikuti evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan

salam dan doa yang dipimpin oleh ketua kelas.

d. Analisis dan Refleksi

Proses pembelajaran menulis argumentasi siswa pada tahap siklus I

mengalami peningkatan yang cukup bagus. Semula hanya 7 siswa yang

memperoleh skor �7 atau 19,44% dari 36 siswa, setelah dilakukan tindakan

siklus 1 ini meningkat menjadi 26 siswa (72,22%). Angka ini meningkat

sebanyak 55,56%. Namun, dapat dikatakan peningkatan ini karena belum

mencapai nilai yang ditargetkan peneliti yaitu 85,00%. Untuk lebih jelasnya

bisa dilihat dari tabel penilaian proses berikut ini.

Tabel 4. Nilai Proses Kegiatan Menulis Argumentasi Siklus I


1 1-3 - -

2 4-6 7 21,21%

3 7-9 12 36,36%

3 10-12 11 33,33%

5 13-15 2 6,06%


commit to user

46 �

�

Keterangan Nilai:









Penilaian proses pembelajaran menulis argumentasi ini meliputi tiga

kriteria penilaian yang terdiri dari kriteria keaktifan siswa, perhatian dan

konsentrasi siswa, serta kriteria minat dan motivasi siswa. Berdasarkan tabel yang

telah diungkapkan di atas dapat diuraikan perbedaan nilai rata-rata kelas dari

sebelum diberlakukan tindakan atau prasiklus dengan setelah diberlakukan

tindakan pertama atau siklus I. Kriteria keaktifan siswa rata-rata nilai kelas yang

semula 1,47 menjadi 2,74 atau meningkat 1,27 poin. Pada kriteria pehatian dan

konsentrasi siswa yang semula rata-ratanya 2,42 menjadi 2,91 atau meningkat

0,49. Sedangkan kriteria minat dan motivasi siswa meningkat 1,61 poin dari 1,64

menjadi 3,25 (Lihat lampiran 11 halaman 111).

Berkaitan dengan kriteria keaktifan siswa yang meningkat 1,27 poin

karena ada beberapa siswa sudah mulai mengajukan pertanyaan mengenai materi

yang belum dipahami, namun peningkatan ini belum maksimal. Siswa masih takut

untuk memberikan jawaban ketika diberi pertanyaan. Guru masih harus menunjuk

siswa yang akan menjawab pertanyaan. Peningkatan nilai rata-rata kriteria

perhatian dan konsentrasi siswa sebesar 0,49 poin. Poin ini lebih kecil dari kriteria

minat dan motivasi siswa yang meningkat sebesar 1, 61 poin. Hal ini disebabkan

karena masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Ada

siswa yang tertidur di mejanya, ada yang melamun, dan ada juga yang berbicara

dengan teman sebangkunya. Tidak terlalu banyak siswa yang sibuk mencatat

penjelasan guru. Meskipun minat dan motivasi siswa lebih besar peningkatannya


commit to user

47 �

�

daripada perhatian dan konsentrasi siswa. Kriteria ini hasilnya tergolong kurang

memuaskan. Berdasarkan pantauan, pada saat mulai mengerjakan beberapa siswa

mondar-mandir kesana kemari melihat pekerjaan milik temannya. Ketika waktu

sudah habis masih ada 7 orang siswa yang belum selesai mengerjakan dan ada

yang belum membuat sama sekali. Sehingga guru memberikan kesempatan untuk

mengumpulkan pekerjaannya pada pertemuan berikutnya. Selain dari siswa, guru

juga memiliki kekurangan diantaranya kurang cepat tanggap terhadap siswa yang

tidak fokus terhadap pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat memacu

konsentrasi siswa juga masih terbatas.

Jalannya proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil yang akan

dicapai. Jika dibandingkan tahap prasiklus, hasil karangan siswa pada siklus I

menunjukkan adanya perubahan yang ditandai dengan meningkatnya nilai tiap-

tiap indikator. Akan tetapi, hasilnya belum maksimal. Hal ini dikarenakan tingkat

keberhasilan belum mencapai target. Aspek yang menjadi dasar penilaian adalah

isi, organisasi isi, pengembangan bahasa, dan pemilihan kosakata. Berikut ini

adalah tabel penilaian hasil pembelajaran karangan argumentasi siklus I.


Menulis Karangan Argumentasi Siklus I


1 41-50 - -

2 51-60 1 3,03%

3 61-70 8 24,24%

4 71-80 22 61,11%

5 81-90 2 6,06%

Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran bahasa Indonesia

adalah 72. Hal ini juga berlaku pada pembelajaran menulis karangan argumentasi.

Dibandingkan dengan nilai karangan siswa pada prasiklus, nilai rata-rata kelas

karangan siswa pada siklus I lebih baik. Nilai rata-rata kelas prasiklus adalah

64,69 sedangkan nilai rata-rata kelas siklus I adalah 73, 35. Peningkatan yang

terjadi sebesar 8,66 poin. Jika diuraikan berdasarkan tiap-tiap aspek maka

diperoleh informasi sebagai berikut: aspek isi yang semula hanya 18,19 meningkat


commit to user

48 �

�

menjadi 21,03, aspek organisasi isi yang semula 16, 03 meningkat menjadi 16,12,

aspek pengembangan bahasa meningkat dari 16,22 menjadi 18,30, dan yang

terakhir aspek pemilihan kosakata meningkat dari 16,67 menjadi 17,05. Siswa

yang mencapai KKM sebanyak 24 siswa (63,88%). Jumlah ini masih kurang dari

yang diharapkan peneliti yaitu setidaknya 85,00% siswa mencapai KKM (Lihat

lampiran 14, halaman 114).

Berdasarkan analisis tersebut bagi guru dapat direfleksikan sebagai

berikut: (1) guru sebaiknya lebih banyak memberikan motivasi kepada siswa

sehingga minat siswa terhadap pembelajaran juga semakin baik, selain itu agar

siswa bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran, (2) guru sebaiknya lebih banyak

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing konsentrasi siswa, (3)

guru sebaiknya dapat mencari cara yang lebih menarik untuk menyampaikan

materi, (4) guru sebaiknya lebih teliti dan tanggap terhadap aktifitas siswa yang

sekiranya dapat mengganggu proses pembelajaran yaitu dengan tegas menegur

siswa yang bersangkutan.

Bagi siswa refleksi yang bisa diambil adalah: (1) siswa sebaiknya lebih

fokus terhadap pelajaran dengan mengurangi aktifitas yang kurang penting, (2)

siswa sebaiknya lebih aktif dalam proses pembelajaran baik bertanya maupun

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, agar hasil yang diperoleh dapat

lebih maksimal, (3) sebaiknya posisi tempat duduk sering diganti sehingga

semuanya dapat belajar dengan baik.

Karena hasil siklus 1 belum maksimal, kekurangan-kekurangan akan

diperbaiki dengan dilaksanakannya siklus 2. Upaya perbaikan rencananya akan

dilakukan pada tanggal 30 April 2012 dan 1 Mei 2012. Akan tetapi, pada hari

tersebut jam pelajaran tidak maksimal. Karena itu, siklus 2 dilaksanakan pada

tanggal 1 Mei 2012 dan 4 Mei 2012.


commit to user

49 �

�

2. Deskripsi Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I, nilai proses serta hasil

pembelajaran menulis argumentasi belum mencapai nilai maksimal. Masih ada

beberapa siswa yang belum tuntas. Oleh karena itu, peneliti beserta guru sepakat

mengadakan siklus II sebagai upaya perbaikan siklus I. Persiapan dan

perencanaan siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 27 April 2012 di ruang guru

SMA Negeri 2 Cilacap. Pada hari itu peneliti menyampaikan hasil observasi

pembelajaran menulis argumentasi siklus I. Dari situlah peneliti dan guru

mendiskusikan serta menyepakati kegiatan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I. Siklus II ini dilaksanakan

dalam 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal pada tanggal 30 April 2012 dan 1 Mei

2012. Karena terkendala jam pelajaran yang tidak maksimal, siklus II

dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2012 dan 4 Mei 2012.

Adapun urutan rencana kegiatan dalam siklus II pertemuan pertama yaitu:

(1) guru membuka pembelajaran dengan salam, (2) guru melakukan presensi, (3)

siswa menjawab pertanyaan guru tentang materi yang lalu, (4) siswa menyimak

secara seksama penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam pertemuan ini,

(5), siswa paragraf argumentasi yang dibuat pada pertemuan sebelumnya, (6)

Guru dan siswa mengkoreksi paragraf argumentasi yang telah dibuat secara

bersama-sama, (6) siswa diminta mengidentifikasi kesalahan yang ada pada

pekerjaan milik teman sebangkunya, (7) guru meminta beberapa siswa

mengemukakan hasil temuannya didepan, (8) guru mengomentari pekerjaan

siswa, (9) guru membimbing siswa cara menyusun karangan argumentasi�� (10)

guru membimbing siswa cara membuat karangan argumentasi, (9) guru

melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang masih kurang dimengerti, (11)

guru dan peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari, (12) guru

memberikan dua buah topik agar dicari fakta-faktanya di rumah sebagai latihan,

(13) guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa.

Sedangkan urutan kegiatan pembelajaran menulis argumentasi siklus 2

pertemuan kedua adalah sebagai berikut. Pada pertemuan ke dua ini urutan (1)


commit to user

50 �

�

guru membuka pelajaran dengan salam, (2) guru melakukan presensi, (3) guru

membantu siswa mengingat kembali materi tentang paragraf argumentasi, (4)

guru meminta siswa untuk membuka tugas yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya, (5) guru membimbing siswa mengembangkan topik ke dalam

kalimat-kalimat penjelas sebelum disusun menjadi paragraf, (6) guru

membimbing siswa menyatukan kalimat-kalimat penjelas menjadi sebuah

karangan argumentasi, (7) guru memberikan komentar terhadap tugas yang telah

dikerjakan oleh siswa, (8) siswa diminta mengumpulkan hasil pekerjaannya, (9)

guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan kesimpulan da menutup

dengan doa bersama.

b. Pelaksanaan Tindakan

Seperti yang telah disepakati sebelumnya, pelaksanaan siklus II yaitu pada

hari Senin, 30 April 2012 dan Selasa, 1 Mei 2012. Kegiatan pembelajaran

dilaksanakan pada pukul 12.15 WIB-13.30 WIB atau 2 jam pelajaran setiap kali

pertemuan. Pada hari Senin, 30 April 2012 jam pelajaran Bahasa Indonesia terlalu

singkat sehingga terjadi sedikit perubahan jadwal pelaksanaan. Pertemuan

pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012 dan pertemuan ke dua

dilaksanakan pada hari Jumat, 4 Mei 2012. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar

kegiatan pembelajaran dapat lebih maksimal.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012 di kelas X-

3. Pertama kali yang dilakukan guru ketika masuk kelas tentu saja mengucapkan

salam. Ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa dan memberikan kesan yang

baik sebelum masuk dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru mengecek

kehadiran siswa. Kegiatan apersepsi diisi dengan tanya jawab tentang materi yang

sebelumnya. Siklus II pertemuan pertama ini digunakan untuk membahas tugas

membuat paragraf argumentasi pada pertemuan sebelumnya. Siswa diminta

mengamati pekerjaan teman sebangkunya. Siswa diberi waktu 5 menit untuk

mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam paragraf yang dibuat oleh temannya itu.

Selesai mengoreksi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


commit to user

51 �

�

mengemukakan hasil pengamatannya. Setelah itu guru mengomentari hasil

pengamatan yang dilakukan oleh siswa. Tidak lupa guru memberikan umpan balik

atas keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya dengan kata-kata

pujian. Hal ini dimaksudkan agar motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran

semakin meningkat. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk menemukan

kesalahan-kesalahan yang ada dalam pekerjaan temannya adalah supaya proses

pembelajaran tidak terlalu didominasi oleh guru. Guru juga memberikan komentar

atas pekerjaan siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan bimbingan kepada

siswa mengenai cara menyusun karangan yang benar. Guru menunjukkan contoh-

contoh paragraf argumentasi yang baik dan benar. Kemudian guru mengadakan

tanya jawab mengenai materi yang belum dimengerti oleh siswa. Guru

memberikan dua buah topik karangan yaitu “Menjadi Perokok Pasif Lebih

Berbahaya” dan “Perpustakaan Jendela Dunia”. Siswa diminta membuat kerangka

karangan dan mencari informasi pendukung kerangka karangan yang dibuat.

Tugas ini sebagai bahan pembahasan pertemuan selanjutnya. Guru mengakhiri

pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dibahas pada

hari itu. Penutup kegiatan pembelajaran yaitu salam dan berdoa bersama.

Pada pertemuan ke dua, langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan

oleh guru di antaranya: guru membuka pelajaran dengan salam, guru melakukan

presensi, guru membantu siswa mengingat kembali materi tentang paragraf

argumentasi, guru meminta siswa untuk membuka tugas yang diberikan pada

pertemuan sebelumnya, guru membimbing siswa mengembangkan topik ke dalam

kalimat-kalimat penjelas sebelum disusun menjadi paragraf, guru membimbing

siswa menyatukan kalimat-kalimat penjelas menjadi sebuah karangan

argumentasi, guru memberikan komentar terhadap tugas yang telah dikerjakan

oleh siswa, siswa diminta mengumpulkan hasil pekerjaannya, guru mengakhiri

pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan menutup dengan doa bersama.

Secara umum pelaksanaan siklus ke dua ini sama seperti siklus I. Pada

siklus ini, guru juga bertindak sebagai pemimpin jalannya proses pembelajaran

dan peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang tugasnya mengamati. Sesekali

peneliti berpindah posisi untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi kegiatan.


commit to user

52 �

�

c. Observasi

Observasi siklus II dilaksanakan dua kali yaitu pada tanggal 30 April 2012

dan 1 Mei 2012. Waktunya adalah pukul 12.15 WIB sampai 13.30 WIB. Di dalam

kelas terdapat 1 meja dan kursi guru, serta 37 kursi dan 16 meja siswa.

Perlengkapan kelas lainnya adalah papan tulis, buku jurnal kegiatan pembelajaran,

buku presensi, penggaris, dan papan absensi. Peneliti kembali mengamati aktivitas

siswa ketika pembelajaran menulis argumentasi berlangsung. Guru bertindak

sebagai pemimpin jalannya pembelajaran sedangkan peneliti bertindak sebagai

partisipan pasif.

Pada pertemuan pertama guru membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam. Kemudian guru melakukan presensi untuk mengkondisikan siswa. Pada

waktu itu ada seorang siswa yang tidak masuk yaitu Muhammad Najib tanpa ada

surat keterangan atau surat ijin ke sekolah. Ada juga siswa yang tidak berada di

kelas karena sedang di ruang UKS yaitu siswa yang bernama Ridho. Selanjutnya,

guru melakukan kegiatan apersepsi yang bertujuan untuk membangkitkan

motivasi siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Guru mengadakan selingan

permainan dengan memberikan beberapa soal agar dijawab oleh siswa. Guru

menggunakan sebuah penghapus dan menggunakan musik sebagai alat permainan.

Penghapus dipindah dari satu siswa ke siswa yang lain secara berurutan sampai

musik habis. Ketika penghapus berhenti pada salah seorang siswa, dialah yang

harus menjawab pertanyaan. Begitu seterusnya sampai pertanyaan habis. Soal

berupa kata yang harus dibuat kalimat oleh siswa dan beberapa kalimat rumpang

yang harus dilengkapi. Setelah soal dijawab oleh siswa, siswa yang lain

menanggapi jawaban temannya. Ternyata kegiatan ini berhasil untuk menarik

perhatian siswa. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama.

Meskipun demikian, ada 2 siswa yang masih senang meletakkan kepalanya di

meja dan ada seorang siswa yang mengganggu temannya dengan mengajak

ngobrol. Hal ini juga disebabkan oleh jam pelajaran yang terlalu siang untuk mata

pelajaran Bahasa Indonesia.


commit to user

53 �

�

Kegiatan lain yang dilakukan guru adalah guru membimbing siswa

mengoreksi hasil tulisan argumentasi temannya. Guru menawarkan kepada siswa

yang mau maju untuk membacakan pekerjaan temannya. Kemudian seorang siswa

bersedia maju yang bernama Ghina. Siswa yang lain memperhatikan paragraf

yang sedang dibacakan oleh Ghina. Siswa diminta agar mengemukakan kesalahan

apa saja yang mereka temukan. Pada saat guru sedang membahas tugas yang telah

dibuat, ada seorang siswa yang meletakkan kepala di meja. Untuk mengaktifkan

siswa tersebut supaya tidak mengantuk maka guru menugaskan agar membacakan

sebuah paragraf yang dibuat oleh temannya. Kemudian siswa itu diminta untuk

mengemukakan pendapatnya mengenai paragraf yang ia baca. Sebelum menutup

pembelajaran, guru menyuruh siswanya agar mempersiapkan materi selanjutnya

dari rumah. Pada pertemuan selanjutnya akan ada kuis lisan secara acak.

Pada pertemuan kedua, guru juga mengawali pelajaran dengan

memberikan salam dan dilanjutkan mengecek kehadiran siswa. Sebelum masuk ke

dalam inti pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan menanyakan kembali

materi mengenai paragraf argumentasi dan menanyakan tugas yang telah dibuat

pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru meyuruh dua orang siswa maju

untuk membacakan hasil tugasnya. Siswa yang lain memperhatikan dan

memberikan komentarnya. Semua siswa duduk tenang di tempatnya masing-

masing. Namun, masih ada dua siswa yang berbicara dengan temannya. Guru

segera mengingatkan siswa tersebut untuk diam dan memperhatikan. Pelajaran

kembali dilanjutkan setelah seluruh siswa tenang. Guru melanjutkan pelajaran

dengan memberikan masukan dan komentar. Selain itu guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Ada seorang siswa yang bertanya.

Setelah pertanyaan dijawab oleh guru, guru juga memberikan sebuah pertanyaan.

Siswa pun antusias berebut menjawab pertanyaan

Selesai melakukan kegiatan tanya jawab, siswa diberi selembar kertas

folio. Siswa mengembangkan kerangka karangan yang sudah dibuat di kertas

folio. Kerangka karangan dikembangkan berdasarkan informasi dan fakta-fakta

yang telah dikumpulkan. Ketika siswa mulai mengerjakan, guru sesekali


commit to user

54 �

�

berkeliling untuk memantau aktivitas siswa dan untuk mengetahui apakah semua

sudah mulai membuat karangan.

Pada saat mulai membuat karangan, ada beberapa siswa yang masih

bingung dan ada siswa yang meminta temannya supaya membantu mengerjakan.

Bahkan ada juga siswa yang sampai berjalan kesana kemari untuk melihat

pekerjaan temannya. Seorang siswa mendatangi guru kemudian menanyakan

kesulitan yang dialaminya. Guru memberikan pengarahan kepada siswa tersebut.

Waktu menunjukkan pelajaran akan berakhir 5 menit lagi. Guru meminta

siswa agar segera mengumpulkan karangannya. Sebelum mengakhiri kegiatan

pembelajaran, guru memberikan sedikit saran kepada seluruh siswa agar

motivasinya dalam menulis semakin besar. Kemudian guru menutup kegiatan

pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas.

d. Analisis dan Refleksi

Proses pembelajaran menulis argumentasi pada siklus II menunjukkan

perubahan yang sangat baik. Seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan strategi pola latihan berjenjang berjalan dengan lancar. Upaya yang

dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam siklus I

membuahkan hasil yang memuaskan. Kualitas pembelajaran menulis karangan

argumentasi mengalami peningkatan sesuai harapan.

Siswa lebih aktif selama mengikuti pembelajaran. Komunikasi dua arah

baik dari guru ke siswa maupun dari siswa ke guru telah terwujud. Ketika siswa

megalami kesulitan atau kurang mengerti penjelasan guru, tanpa takut dan malu

langsung tunjuk jari untuk bertanya. Pada saat guru melakukan kesalahan, ada

siswa yang membetulkan. Apabila guru memberikan pertanyaan, siswa berebut

untuk menjawabnya dengan tunjuk jari. Memberi permainan di tengah

pembelajaran juga dapat mengatasi rasa bosan siswa, sehingga dapat

meningkatkan motivasi dan semangat siswa kembali mengikuti pembelajaran.

Selain itu, guru menyuruh siswa agar mempelajari dan mempersiapkan materi

sebelum memasuki pertemuan berikutnya. Guru juga memberitahu bahwa akan

ada kuis yang harus dijawab secara lisan dan siswa ditunjuk secara acak untuk


commit to user

55 �

�

menjawabnya. Siswa lebih konsentrasi terhadap pelajaran, dibuktikan dengan

berkurangknya aktifitas siswa diluar pelajaran seperti ngobrol dengan temannya,

meletakkan kepala di meja, meneynderkan punggung ditembok dan berdandan

bagi siswa putri. Guru juga sering memberikan reward kepada siswa yang aktif

menjawab pertanyaan. Selain itu, guru sesekali berkeliling memantau kegiatan

siswa selama membuat karangan. Dengan demikian siswa menjadi lebih leluasa

menanyakan kesulitan yang dihadapi.

Penilaian proses pembelajaran menulis argumentasi pada siklus II dapat

dilihat dari tabel berikut:

Tabel 6. Nilai Proses Kegiatan Menulis Argumentasi Siklus II


1 1-3 - -

2 4-6 2 5,88%

3 7-9 2 5,88%

3 10-12 16 47,05%

5 13-15 12 35,29%

Keterangan Nilai:









Berdasarkan tabel penilaian proses pembelajaran menulis argumentasi di

atas menunjukkan perubahan kualitas proses pembelajaran pada siklus II ini.

Kriteria keaktifan siswa rata-rata nilai kelas pada siklus I yaitu 2,74 meningkat

1,01 poin pada siklus II menjadi 3,75. Kriteria perhatian dan konsentrasi siswa

rata-rata nilai kelas pada siklus I yaitu 2,91 meningkat 0,88 poin pada siklus II


commit to user

56 �

�

menjadi 3,79. Sedangkan kriteria minat dan motivasi siswa meningkat 0,81 poin

dari 3,25 menjadi 4,06. Jumlah siswa yang mencapai nilai �7 meningkat sebanyak

19,00% dari siklus I yaitu dari 72,22% menjadi 86,11%. Dapat dikatakan

keberhasilannya melebihi yang ditargetkan peneliti yaitu 85,00 % (Lihat lampiran

12 halaman 112).

Kualitas hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi juga

mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 73,35 setelah

dilakukan siklus 2 menjadi 75,94. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar

2,59 poin. Jika diuraikan berdasarkan tiap-tiap aspek maka diperoleh informasi

sebagai berikut. Aspek isi pada prasiklus 18,19 meningkat menjadi 21,03

meningkat lagi menjadi 22,15 pada siklus II. Aspek organisasi isi pada prasiklus

16,03, pada siklus I meningkat menjadi 16,12, dan meningkat lagi menjadi 17,42

pada siklus II. Selanjutnya aspek pengembangan bahasa meningkat dari 16,22

menjadi 18,30 meningkat lagi menjadi 18,78. Yang terakhir aspek pemilihan

kosakata meningkat dari 16,67 menjadi 17,05 pada siklus I, kemudian meningkat

lagi menjadi 17,55 pada siklus II. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 32 siswa

(88,89%) (Lihat lampiran 15 halaman 115). Untuk lebih jelasnya berikut ini

adalah tabel penilaian hasil karangan argumentasi pada siklus II.


Menulis Karangan Argumentasi Siklus II


1 41-50 - -

2 51-60 - -

3 61-70 1 2,94%

4 71-80 26 76,47%

5 81-90 6 17,65%

Berdasarkan uraian nilai proses dan hasil pada pembelajaran menulis

argumentasi siswa kelas X-3 SMA Negeri 2 Cilacap di atas, dapat dinyatakan

bahwa penelitian tindakan kelas telah berhasil mencapai hasil yang optimal.

Meskipun demikian, masih ada satu orang siswa yang belum mencapai batas

ketuntasan minimal. Dengan tercapainya tujuan penelitian yaitu meningkatnya


commit to user

57 �

�

kualitas proses yang meliputi keaktifan siswa dan meningkatnya kualitas hasil

karangan siswa, maka peneliti dan guru melakukan kesepakatan hahwa penelitian

dianggap selesai.

3. Deskripsi Antar Siklus

Data penilaian proses pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II dapat

dilihat dari tabel berikut:


commit to user

58 �

�

Tabel 8. Nilai Proses Pembelajaran

Menulis Karangan Argumentasi Antarsiklus

No Nama Nilai

Ket Prasiklus Siklus I Siklus II

1 Alfian Endro Prasetyo 5 6 9 Meningkat

2 Anggita Tri Raudah Nur Insani 5 8 9 Meningkat

3 Anjar Wisnu Wono Kawirian 4 6 11 Meningkat

4 Anke Sawitri Sarwowigati 6 8 13 Meningkat

5 Awit Priharsiwi 6 10 13 Meningkat

6 Bilhuda Fauzu Yusuf 5 6 13 Meningkat

7 Cici Try Fenisa 11 13 14 Meningkat

8 Dewi Ayu Ningsih 11 13 14 Meningkat

9 Dian Permatasari 8 12 14 Meningkat

10 Dimas Bagus Pratama 5 6 6 Meningkat

11 Eka Febriani 6 10 12 Meningkat

12 Emi Sulastri 5 12 14 Meningkat

13 Erli Dwi Novitasari 7 12 14 Meningkat

14 Firza Aldila Hamidar 3 5 6 Meningkat

15 Fitriana Dwi Astuti 6 8 11 Meningkat

16 Ghina Silvia Ramadhani 7 7 10 Meningkat

17 Helwa Nurjanah 5 7 10 Meningkat

18 Hikmah Putra Anggarda 5 - - -

19 Intan Budy Yani 4 7 10 Meningkat

20 Jilla Welinda 4 9 12 Meningkat

21 Kukuh Setyo Wibowo 5 9 12 Meningkat

22 Lestari 4 9 12 Meningkat

23 Letdi Desisandi Kusuma Wardani 4 8 12 Meningkat

24 Mayang Pertiwi 4 10 13 Meningkat

25 Muhammad Najib 5 6 10 Meningkat

26 Nataya Safira Lupi 5 10 13 Meningkat

27 Ratih Octaviani 5 10 12 Meningkat

28 Rian Esa Juliana Saechar 5 8 11 Meningkat

29 Ridho Widodo 5 - - -

30 Riyan Aisanjaya 4 10 12 Meningkat

31 Rizka Nabilah 7 10 13 Meningkat

32 Rizki Irfan Nugroho 4 6 10 Meningkat

33 Sigit Tri Wahyudi 4 7 13 Meningkat

34 Titania Dessy Eka Jihandoyo 7 12 12 Meningkat

35 Yona Andiyanti 7 12 13 Meningkat

36 Yusuf Praja Kusuma 5 - - -

Jumlah 5,53 9,15 11,61 Meningkat

Prosentase 19,00% 72,22% 86,11%

Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan yang signifikan dari

prasiklus, siklus I, dan siklus II. Dari ketiga tahapan tersebut terjadi peningkatan

kualitas baik proses maupun hasil. Proses pada prasiklus siswa yang lulus adalah

19,00%, siklus I meningkat menjadi 72,22%, dan pada siklus II meningkat


commit to user

59 �

�

menjadi 86,11%. Adapun nilai hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi

antar siklus diuraikan dalam tabel berikut ini:


Menulis Karangan Argumentasi Antarsiklus

No Nama Nilai

Ket Prasiklus Siklus I Siklus II

1 Alfian Endro Prasetyo 60 69 74 Meningkat

2 Anggita Tri Raudah Nur Insani 80 76 78 Meningkat

3 Anjar Wisnu Wono Kawirian 70 63 72 Meningkat

4 Anke Sawitri Sarwowigati 79 80 81 Meningkat

5 Awit Priharsiwi 58 74 78 Meningkat

6 Bilhuda Fauzu Yusuf 45 55 70 Meningkat

7 Cici Try Fenisa 80 81 83 Meningkat

8 Dewi Ayu Ningsih 72 73 81 Meningkat

9 Dian Permatasari 72 74 78 Meningkat

10 Dimas Bagus Pratama 64 73 74 Meningkat

11 Eka Febriani 70 80 81 Meningkat

12 Emi Sulastri 76 77 78 Meningkat

13 Erli Dwi Novitasari 71 72 73 Meningkat

14 Firza Aldila Hamidar 54 67 72 Meningkat

15 Fitriana Dwi Astuti 70 78 73 Meningkat

16 Ghina Silvia Ramadhani 66 66 76 Meningkat

17 Helwa Nurjanah 80 81 79 Meningkat

18 Hikmah Putra Anggarda 62 - - -

19 Intan Budy Yani 57 76 79 Meningkat

20 Jilla Welinda 52 77 78 Meningkat

21 Kukuh Setyo Wibowo 58 66 72 Meningkat

22 Lestari 65 66 76 Meningkat

23 Letdi Desisandi Kusuma Wardani 64 73 73 Meningkat

24 Mayang Pertiwi 67 79 79 Meningkat

25 Muhammad Najib 69 70 72 Meningkat

26 Nataya Safira Lupi 62 74 75 Meningkat

27 Ratih Octaviani 69 74 77 Meningkat

28 Rian Esa Juliana Saechar 63 69 77 Meningkat

29 Ridho Widodo 45 - - -

30 Riyan Aisanjaya 46 68 72 Meningkat

31 Rizka Nabilah 63 72 73 Meningkat

32 Rizki Irfan Nugroho 68 73 74 Meningkat

33 Sigit Tri Wahyudi 61 72 73 Meningkat

34 Titania Dessy Eka Jihandoyo 72 81 82 Meningkat

35 Yona Andiyanti 77 73 83 Meningkat

36 Yusuf Praja Kusuma 62 72 - Meningkat

Rata-rata 64,69 73,35 75,94 Meningkat

Prosentase 25,00% 69,44% 88,89%

Dari tabel di atas maka diperoleh informasi sebagai berikut: siswa yang

lulus KKM dengan nilai �72 pada prasiklus sebanyak 9 siswa atau 25,00% dari 36

siswa yang hadir, pada siklus I meningkat menjadi 25 siswa atau 69,44% dari 33


commit to user

60 �

�

siswa yang hadir, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 31 siswa atau 88,89%

dari 34 siswa yang hadir.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II, guru berhasil

meningkatkan kualitas pembelajaran menulis argumentasi baik proses maupun

hasil karangan siswa melalui strategi pola latihan berjenjang. Semakin

meningkatnya keaktifan siswa, perhatian dan konsentrasi siswa, serta minat dan

motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menandakan keberhasilan guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sedangkan meningkatnya nilai siswa

pada setiap indikator penilaian hasil karangan siswa menunjukkan bahwa kualitas

karangan yang dihasilkan dengan menerapkan strategi pola latihan berjenjang

juga berhasil.

Keberhasilan penerapan pola latihan berjenjang pada proses pembelajaran

menulis argumentasi dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata kelas secara

bertahap. Mulai dari prasiklus dengan rata-rata nilai 5,33, meningkat pada siklus I

menjadi 9,15, kemudian meningkat menjadi 11,62 pada siklus II. Jika

dipersentasekan maka keberhasilan prasiklus sebesar 19,00%, meningkat pada

siklus I yaitu 72,22%, meningkat lagi pada siklus II yaitu 86,11%. Hal ini ditandai

dengan kemajuan disetiap indikator seperti keaktifan siswa, perhatian dan

konsentrasi siswa, serta minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis

argumentasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dengan poin-poin berikut ini.

1. Keaktifan siswa

Dalam pelaksanaannya, tentu saja kendala juga dialami ketika proses

pembelajaran. Penilaian proses pada tahap siklus I belum mencapai nilai yang

maksimal. Indikator keberhasilan tidak sesuai dengan target peneliti. Beberapa

siswa masih hanya duduk diam mendengarkan teman lain yang sedang

bertanya. Begitu pula ketika guru memberikan pertanyaan tidak banyak siswa

yang mencoba untuk menjawab. Guru masih banyak memberikan ceramah

dan kurang memperhatikan siswa yang tidak konsentrasi. Pada siklus II,


commit to user

61 �

�

kekurangan tersebut diperbaiki dengan cara siswa diharuskan untuk

mempersiapkan materi dari rumah yang akan dibahas pada pertemuan

berikutnya. Dari materi yang disiapkan siswa, guru akan mengadakan kuis

secara lisan dan siswa ditunjuk secara acak dalam menjawabnya. Dengan cara

ini maka siswa akan berusaha selalu siap untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan. Sesekali guru berkeliling untuk memantau siswa selama membuat

karangan. Guru menghampiri siswa dari meja ke meja. Pada saat guru

berkeliling, siswa menjadi lebih leluasa dalam menanyakan kesulitan yang

dialaminya. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas

mulai dari prasiklus yang hanya mencapai 1,47 menjadi 2,74 pada siklus I dan

naik lagi menjadi 3,75 pada siklus II.

2. Perhatian dan konsentrasi

Setelah diterapkan pola latihan berjenjang, siswa menjadi lebih

memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga terlihat mencatat hal-hal penting

dari penjelasan guru. Ini disebabkan karena cara pengajaran yang dilakukan

guru berbeda dari sebelumnya. Peningkatan perhatian dan konsentrasi siswa

dapat dilihat dari kenaikan rata-rata kelas dari prasiklus ke siklus I dan II.

Pada prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 2,42, pada siklus I nilai rata-rata

siswa meningkat menjadi 2,91, dan kemudian meningkat lagi pada siklus II

menjadi 3, 79.

3. Minat dan motivasi

Peningkatan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis

argumentasi setelah diterapkan strategi pola latihan berjenjang terlihat dari

perubahan nilai rata-rata prasiklus 1,64, kemudian siklus I menjadi 3,25, dan

siklus II meningkat menjadi 4,06.

Aktivitas siswa diluar pelajaran yang sedang dibahas semakin berkurang

setelah diterapkannya strategi pola latihan berjenjang ini. Memberikan

kegiatan selingan brupa permainan untuk membangkitkan semangat belajar

siswa. Guru mengadakan selingan permainan dengan memberikan beberapa

soal agar dijawab oleh siswa. Guru menggunakan sebuah penghapus dan

menggunakan musik sebagai alat permainan. Penghapus dipindah dari satu


commit to user

62 �

�

siswa ke siswa yang lain secara berurutan sampai musik habis. Dimana

penghapus berhenti maka dialah yang harus menjawab pertanyaan. Begitu

seterusnya sampai pertanyaan habis. Soal berupa kata yang harus dibuat

kalimat oleh siswa dan beberapa kalimat rumpang yang harus dilengkapi.

Setelah soal dijawab oleh siswa, siswa yang lain menanggapi jawaban

temannya. Dengan demikian, dapat menghilangkan rasa bosan siswa sehingga

siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas selanjutnya.

Keberhasilan proses pembelajaran menulis karangan akan

mempengaruhi nilai hasil karangan siswa. Kemampuan menulis argumentasi

siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai

setiap indikator yang terdiri dari isi, organisasi isi, pengembangan bahasa, dan

pemilihan kosakata (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 441-442). Terdapat

perbedaan yang signifikan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Dari ketiga

tahapan tersebut terjadi peningkatan kualitas baik proses maupun hasil. Proses

pada prasiklus siswa yang lulus adalah 19,00%, siklus I meningkat menjadi

72,22%, dan pada siklus II meningkat menjadi 86,11%.

1. Isi

Siswa telah mampu mengembangkan ide dengan baik. Pada awal

prasiklus, proses pembelajaran menulis langsung pada kegiatan menulis.

Sementara itu, banyak siswa yang masih kesulitan dalam menentukan

permasalahan yang akan mereka tulis. Dengan demikian, karangan yang

dihasilkan siswa masih sangat terbatas. Peningkatan kemampuan siswa

dalam mengembangkan ide dapat dilihat dari informasi berikut: pada tahap

prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 18,19, kemudian pada siklus I

meningkat menjadi 21,03, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi

22,15.

2. Organisasi isi

Dari analisis karangan siswa yang dilakukan, maka dapat dikatakan

bahwa kemampuan siswa dalam mengorganisasikan kalimat dalam

paragraf meningkat. Siswa mampu merangkai kalimat menjadi sebuah


commit to user

63 �

�

karangan yang baik. Gagasan diungkapkan dengan jelas, sehingga

karangan yang dihasilkan mudah dipahami oleh pembaca. Peningkatan

kemampuan siswa dalam mengorganisasikan isi dapat dilihat dari

informasi berikut: pada tahap prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 16,03,

kemudian pada siklus I meningkat menjadi 16,12, dan meningkat lagi pada

siklus II menjadi 17,42.

3. Pengembangan bahasa

Kemampuan siswa dalam mengembangkan bahasa dapat dikatakan

sudah baik. Meskipun masih terjadi sejumlah kesalahan tidak mengurangi

makna. Peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan bahasa

(konstruksi kalimat) dapat dilihat dari informasi berikut: pada tahap

prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 16,22, kemudian pada siklus I

meningkat menjadi 18,30, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi

18,78.

4. Kosakata

Kemampuan dalam menggunakan kata semakin baik setelah diberi

tindakan pada siklus I dan II. Pemanfaatan kata dan ungkapan lebih

bervariasi jika dibandingkan dengan awal prasiklus. Contohnya dalam

kalimat berikut ini: Dengan teknologi canggih seperti komputer, manusia

cukup mengakses apa yang akan ia cari di dalam komputer tersebut .

Pemanfaatan potensi kata dan ungkapan dalam kalimat tersebut sudah

tepat dan canggih. Peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan

ide dapat dilihat dari informasi berikut: pada tahap prasiklus nilai rata-rata

siswa adalah 16,67, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 17,05, dan

meningkat lagi pada siklus II menjadi 17,55.

�

�

�

�

�


commit to user

64 �

�

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

keaktifan siswa dan kemampuan menulis argumentasi siswa kelas X-3 SMA

Negeri 2 Cilacap mengalami peningkatan setelah diterapkan pola latihan

berjenjang. Peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menulis

argumentasi terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa setelah

dilakukan tindakan. Pada saat prasiklus nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah

1,47, kemudian meningkat 1,27 poin pada siklus I menjadi 2,74, dan pada siklus II

meningkat lagi 1,01 poin menjadi 3,75.

Peningkatan kemampuan menulis argumentasi siswa terdapat perbedaan

nilai rata-rata siswa yang signifikan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada

prasiklus siswa yang lulus KKM dengan nilai �72 pada prasiklus sebanyak 9

siswa atau 25,00% dari 36 siswa yang hadir, pada siklus I meningkat menjadi 25

ssiswa atau 69,44% dari 33 siswa yang hadir, dan pada siklus II meningkat lagi

menjadi 31 siswa atau 88,89% dari 34 siswa yang hadir.

Jika diuraikan berdasarkan indikator penilaian maka diperoleh informasi

berikut ini:

5. Isi

Peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide dapat

dilihat dari informasi berikut: pada tahap prasiklus nilai rata-rata siswa

adalah 18,19, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 21,03, dan


6. Organisasi isi

Peningkatan kemampuan siswa dalam mengorganisasikan isi dapat



commit to user

65 �

�



7. Pengembangan bahasa

Peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan bahasa

(konstruksi kalimat) dapat dilihat dari informasi berikut: pada tahap prasiklus

nilai rata-rata siswa adalah 16,22, kemudian pada siklus I meningkat menjadi

18,30, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 18,78.

8. Kosakata

Peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide dapat




B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai

berikut :

1. Bagi siswa sebaiknya lebih banyak latihan menulis.

2. Bagi guru perlu memberikan “model” atau contoh-contoh tulisan

pembelajaran keterampilan menulis argumentasi mengenai topik tertentu

dengan penerapan strategi pola latihan berjenjang. Pada siswa dan mendorong

siswa untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata yang dapat menarik perhatian siswa.

3. Bagi kepala sekolah perlu motivasi dan supervisi kepada para guru berkaitan

dengan upaya perbaikan dan peningkatan efektifitas pembelajaran dan mutu

pendidikan di sekolah.

�

�

�

pendidikan bahasa dan sastra indonesia fakultas …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

Documents