pendidikan anak usia dini dalam pandangan islam

16
ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019 MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 85 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM Suswanto STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, Jl.Gatot Subroto Km 3 No.3 Tebing Tinggi Sumatera Utara, Telp: (0621) 21428 Email : [email protected] Abstrak : Orangtua sebagai pendidik pertama dan utama memegang peranan penting dalam keberhasilan anak dimasa mendatang. Banyak orangtua belum tahu atau tidak mau tahu bagaimana mendidik dan sangat sedikit yang memperhatikan apakah proses pendidikannya berhasil atau tidak. Seolah-olah berumah tangga tidak memiliki dasar (ilmu) dalam menjalani setiap proses kehidupan rumah tangganya. Itu sebabnya, awal pendidikan anak dimulai dari pendidikan orangtua sebelum memiliki anak. Ada pepatah yang menyatakan bahwa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Materi pendidikan dalam keluarga dapat disamakan dengan istilah kurikulum. Kurikulum adalah separangkat pembelajaran yang akan diberikan kepada anak. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang mampu menjawab seluruh kebutuhan anak sebagai amanah dan hasil pendidikan. Untuk itu, orangtua perlu memiliki kurikulum yang dijadikan sebagai landasan proses pembelajaran dan atau pembiasaan anak di rumah. Kurikulum yang baik dan disusun secara sistematis ooleh orangtua dapat menentukan hasil pendidikan yang berhasilguna dan berdayaguna dalam menjawab tantangan hidup dan kehidupan. Dalam pendidikan Islam, materi terpenting yang harus disamapikan kepada anak adalah perlunya memperkokoh keimanan anak agar mampu bersaing dalam proses kehidupan, tidak mudah berubah kearah negatif. Penekanan aspek ibadah dalam materi pendidikan juga menentukan keberhasilan proses pendidikan. Mengajarkan kepada anak untuk taat dan patuh kepada orangtua, memiliki akhlak yang mulia. Dalam pendidikan anak di rumah juga sangat dibutuhkan pembelajaran sejarah. Untuk menyampaikan isi pendidikan (kurikulum) tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa penggunaan metode dan model dalam rumah. Orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu dalam memilih dan mempergunakan berbagai metode dan mampu menjadi model untuk anak-anaknya. Metode yang baik akan memudahkan anak dalam menerima dan memahami materi pembelajaran yang ada. Orangtua harus memiliki sikap professional dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya. Orangtua memiliki tugas yang kompleks, bukan hanya sekedar memberikan makan dan pakaian. Kata Kunci : Pendidikan Anak, Pandangan Islam PENDAHULUAN Pendidikan anak menjadi salah satu kewajiban orangtua diantara kewajiban-kewajiban lainnya. Pendidikan anak menentukan apakah pertumbuhan dan perkembangan anak menuju arah (tujuan) yang diharapkan kedua orangtua. Tentunya, setiap orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang berguna, beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Perwujudan tujuan tersebut harus diimbangi dengan kompetensi orangtua dalam mendidik, kurikulum yang dipergunakan, metode (cara) dalam mendidik, bimbingan dan pelayanan serta media pendidikan yang dipergunakan. Setiap anak memiliki potensi yang harus dibangkitkan dan dikembangkan sebagaimana mestinya. Pendidikan menjadi tolak ukur apakah potensi manusia tersebut dapat tumbuh dan berkembang kearah yang lebih baik. Al Qur-an sudah mengabarkan bahwa setiap manusia yang lahir membawa fitrahnya masing-masing. Fitrah di sini maksudnya adalah bakat (potensi).

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

85

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

Suswanto

STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, Jl.Gatot Subroto Km 3 No.3 Tebing Tinggi Sumatera Utara, Telp: (0621) 21428

Email : [email protected]

Abstrak : Orangtua sebagai pendidik pertama dan utama memegang peranan penting dalam keberhasilan

anak dimasa mendatang. Banyak orangtua belum tahu atau tidak mau tahu bagaimana mendidik dan

sangat sedikit yang memperhatikan apakah proses pendidikannya berhasil atau tidak. Seolah-olah

berumah tangga tidak memiliki dasar (ilmu) dalam menjalani setiap proses kehidupan rumah tangganya.

Itu sebabnya, awal pendidikan anak dimulai dari pendidikan orangtua sebelum memiliki anak. Ada

pepatah yang menyatakan bahwa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Materi pendidikan dalam

keluarga dapat disamakan dengan istilah kurikulum. Kurikulum adalah separangkat pembelajaran yang

akan diberikan kepada anak. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang mampu menjawab seluruh

kebutuhan anak sebagai amanah dan hasil pendidikan. Untuk itu, orangtua perlu memiliki kurikulum

yang dijadikan sebagai landasan proses pembelajaran dan atau pembiasaan anak di rumah. Kurikulum

yang baik dan disusun secara sistematis ooleh orangtua dapat menentukan hasil pendidikan yang

berhasilguna dan berdayaguna dalam menjawab tantangan hidup dan kehidupan. Dalam pendidikan

Islam, materi terpenting yang harus disamapikan kepada anak adalah perlunya memperkokoh keimanan

anak agar mampu bersaing dalam proses kehidupan, tidak mudah berubah kearah negatif. Penekanan

aspek ibadah dalam materi pendidikan juga menentukan keberhasilan proses pendidikan. Mengajarkan

kepada anak untuk taat dan patuh kepada orangtua, memiliki akhlak yang mulia. Dalam pendidikan anak

di rumah juga sangat dibutuhkan pembelajaran sejarah. Untuk menyampaikan isi pendidikan (kurikulum)

tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa penggunaan metode dan model dalam rumah. Orangtua

yang baik adalah orangtua yang mampu dalam memilih dan mempergunakan berbagai metode dan

mampu menjadi model untuk anak-anaknya. Metode yang baik akan memudahkan anak dalam menerima

dan memahami materi pembelajaran yang ada. Orangtua harus memiliki sikap professional dalam

mendidik dan membimbing anak-anaknya. Orangtua memiliki tugas yang kompleks, bukan hanya sekedar

memberikan makan dan pakaian.

Kata Kunci : Pendidikan Anak, Pandangan Islam

PENDAHULUAN

Pendidikan anak menjadi salah

satu kewajiban orangtua diantara

kewajiban-kewajiban lainnya.

Pendidikan anak menentukan apakah

pertumbuhan dan perkembangan anak

menuju arah (tujuan) yang diharapkan

kedua orangtua. Tentunya, setiap

orangtua menginginkan anak-anaknya

menjadi anak yang berguna, beriman dan

bertakwa kepada Allah swt. Perwujudan

tujuan tersebut harus diimbangi dengan

kompetensi orangtua dalam mendidik,

kurikulum yang dipergunakan, metode

(cara) dalam mendidik, bimbingan dan

pelayanan serta media pendidikan yang

dipergunakan. Setiap anak memiliki

potensi yang harus dibangkitkan dan

dikembangkan sebagaimana mestinya.

Pendidikan menjadi tolak ukur apakah

potensi manusia tersebut dapat tumbuh

dan berkembang kearah yang lebih baik.

Al Qur-an sudah mengabarkan bahwa

setiap manusia yang lahir membawa

fitrahnya masing-masing. Fitrah di sini

maksudnya adalah bakat (potensi).

Page 2: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

86

Potensi manusia apabila tidak

dikembangkan, maka tidak dapat

menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa (insan kamil). Hanya dengan

pendidikan potensi manusia dapat

ditumbuhkembangkan sehingga

berhasilguna dan berdayaguna.

Pendidikan pada hakikatnya adalah

membantu anak menemukan jati diri

sehingga memahami dan mampu

melaksanakan tugas dan fungsinya

sebagai manusia.

Orangtua sebagai pendidik

pertama dan utama memegang peranan

penting dalam keberhasilan anak dimasa

mendatang. Banyak orangtua belum tahu

atau tidak mau tahu bagaimana mendidik

dan sangat sedikit yang memperhatikan

apakah proses pendidikannya berhasil

atau tidak. Seolah-olah berumah tangga

tidak memiliki dasar (ilmu) dalam

menjalani setiap proses kehidupan

rumah tangganya. Itu sebabnya, awal

pendidikan anak dimulai dari pendidikan

orangtua sebelum memiliki anak. Ada

pepatah yang menyatakan bahwa “buah

jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Materi

pendidikan dalam keluarga dapat

disamakan dengan istilah kurikulum.

Kurikulum adalah separangkat

pembelajaran yang akan diberikan

kepada anak. Kurikulum yang baik

adalah kurikulum yang mampu

menjawab seluruh kebutuhan anak

sebagai amanah dan hasil pendidikan.

Untuk itu, orangtua perlu memiliki

kurikulum yang dijadikan sebagai

landasan proses pembelajaran dan atau

pembiasaan anak di rumah. Kurikulum

yang baik dan disusun secara sistematis

ooleh orangtua dapat menentukan hasil

pendidikan yang berhasilguna dan

berdayaguna dalam menjawab tantangan

hidup dan kehidupan. Dalam pendidikan

Islam, materi terpenting yang harus

disamapikan kepada anak adalah

perlunya memperkokoh keimanan anak

agar mampu bersaing dalam proses

kehidupan, tidak mudah berubah kearah

negatif. Penekanan aspek ibadah dalam

materi pendidikan juga menentukan

keberhasilan proses pendidikan.

Mengajarkan kepada anak untuk taat dan

patuh kepada orangtua, memiliki akhlak

yang mulia. Dalam pendidikan anak di

rumah juga sangat dibutuhkan

pembelajaran sejarah.

Untuk menyampaikan isi

pendidikan (kurikulum) tidak akan

berjalan sebagaimana mestinya tanpa

penggunaan metode dan model dalam

rumah. Orangtua yang baik adalah

Page 3: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

87

orangtua yang mampu dalam memilih

dan mempergunakan berbagai metode

dan mampu menjadi model untuk anak-

anaknya. Metode yang baik akan

memudahkan anak dalam menerima dan

memahami materi pembelajaran yang

ada. Orangtua harus memiliki sikap

professional dalam mendidik dan

membimbing anak-anaknya. Orangtua

memiliki tugas yang kompleks, bukan

hanya sekedar memberikan makan dan

pakaian.

Dewasa ini, banyak terjadi

berbagai tindakan dan kesalahan yang

dilakukan anak usia muda. Proses

tindakan yang tidak baik dapat

disebabkan dari ketidaktahuan orangtua

dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya sebagai pendidik di rumah

tangga. Ketiadaan waktu, sebagai akibat

proses kerja diluar rumah yang

berlebihan, menjadi urutan pertama

penyebab anak melakukan kesalahan

(dosa). Kutrang cerdasnya orangtua

dalam memanajemen waktu, anak

menjadi korban. Di samping itu, Ibu

yang bekerja di luar rumah juga menjadi

pemicu ketidakberhasilan orangtua

mendidik anak-anaknya. Apabila

ditelusuri periode kehidupan yang

ditempuh manusia mengalami

pertumbuhan dan perkembangan

beberapa fase, seperti masa pranatal,

balita, kanak-kanak remaja, dewasa dan

tua. Masa yang sangat menentukan

adalah sejak anak lahir sampai dengan

usia 6 tahun, karena pada usia ini secara

fisik maupun psikhologis anak belum

berdaya, mereka hanya menerima apa

yang diberikan oleh orang dewasa,

pikiran dan hatinya masih suci, bagaikan

kertas putih yang belum ternoda dan

tergores sesuatu. Maka apa yang

didengar dan dilihatnya akan diserap si

anak dan langsung tersimpan dalam

memorinya. Untuk merespon

perkembangan anak, maka perlu

diberikan pendidikan anak usia dini

(PAUD).

Islam sangat mementingkan

pendidikan anak dimulai sedini

mungkin, bahkan sebelum kelahiran

(dalam kandungan) si ibu telah

dianjurkan untuk melakukan pekerjaan

yang baik dan menyenangkan. Tujuanya

adalah agar anak menjadi sehat, tangkas,

cerdas dan tangguh dalam menghadapi

berbagai tantangan, sehingga menjadi

generasi penerus yang mampu

menjalankan tugas-tugas yang

diamanahkan kepadanya. Gutama

(2005) menjelaskan bahwa, pendidikan

Page 4: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

88

anak usia dini bagaikan the golden age

atau usia emas yang menentukan masa

depannya, sekaligus masa kritis dalam

kehidupan anak. Untuk itu pada masa

tersebut sangat tepat meletakkan dasar-

dasar pengembangan kemampuan fisik,

agama, bahasa, sosial emosional, konsep

diri, seni dan etika yang didasarkan nilai-

nilai akhlak, agar seluruh potensinya

tumbuh dan berkembang secara

maksimal. Di samping itu, penanaman

cinta kepada Allah swt dan RasulNya

menjadi terpenting sehingga anak mau

dan mampu beribadah. Selanjutnya

Allah Swt. mengingatkan para orang tua

seperti dijelaskan dalam al- Qur’an :

ش خي ينٱولي لذ خليفهمي مني تركوا لوي

فلييتذقوا علييهمي خافوا ضعفا يذة ذر

ٱ لسديداللذ قولواقوي ٩ولي

Artinya : Dan hendaklah takut

kepada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan dibelakang

mereka anak-anak yang lemah, yang

mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu

hendaklah mereka bertakwa kepada

Allah dan hendaklah mereka

mengucapkan Perkataan yang benar.

Ayat di atas memberikan garis

tegas kepada orangtua untuk benar-benar

mendidik anak-anak mereka. Tidak

boleh orangtua meninggalkan anak-anak

di belakang mereka dengan kondisi

lemah, lemah di sini maksudnya adalah

lemah keimanan, lemah agama,

ekonomi, ibadah dan ilmu pengetahuan.

Tulisan ini berusaha mengungkapkan

konsepsi Islam terhadap pendidikan anak

usia dini, bagaimana seharusnya peranan

orang tua yang diberi amanah, langkah-

langkah apa yang harus dilakukannya,

sehingga peranan yang optimal dari

orang tua diharapkan melahirkan

generasi yang berakhlak dan bermoral

masa mendatang.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang

dipergunakan dalam kesempatan ini

adalah metode library research dengan

pendekatan kualitatif deskriftif.

Berdasarkan ini, perpustakaan menjadi

acuan utama dalam menyelesaikan

berbagai permasalahan yang ada dengan

merujuk kepada buku-buku yang relevan

dengan judul penelitian

Page 5: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

89

HASIL PENELITIAN

1. Anak Usia Dini Dalam

Pandangan Para Ilmuwan

Suryabrata (2005 : 186)

menjelaskan bahwa Aristoteles

mengatakan pertumbuhan dan

perkembangan anak, terbagi pada dua

fase. Fase pertama, mulai anak umur 0

sampai 7 tahun, yang disebut masa anak

kecil ke masa bermain. Fase kedua, anak

umur 7 sampai 14 tahun, disebut masa

anak, yang dikenal dengan masa belajar

rendah. Sedangkan Zakiah Daradjat

(1995 : 15) mengemukakan bahwa anak

usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa

pembangkang atau masa krisis. Dari segi

pendidikan justru masa itu terbuka

peluang ketidak patuhan, sekaligus

merupakan landasan untuk menegakkan

kepatuhan. Saat itu, anak terbuka

peluang kearah kesediaan menerima

yang sesungguhnya. Setelah itu anak

memiliki kesadaran batin. Di sinilah

mulai dibutuhkan sentuhan pendidikan

untuk menumbuhkan motivasi

pendidikan kearah tujuan pendidikan.

Kedua teori ini mengarahkan pendidikan

pada awal anak mengenal lingkungan

sekitar. Pada dsaat ini, anak belum

memiliki usia untuk menentang atau

membangkang (menurut pendapat

Zakiah Dradjat), namun pada usia seperti

di atas justru anak masih banyak melihat

dan meniru serta lebih fokus dalam

permainan. Pada saat usia ini, Islam

menganjurkan kepada orangtua untuk

memulai pendidikan dengan

menanamkan keimanan yang dapat

dimulai dengan mengenalkan kepada

anak huruf-huruf Al Qur-an, atau juga

mengenalkan kepada anak beberapa

ibadah sederhana, seperti menerima

dengan tangan kanan, ikut melakukan

ibadah sholat di samping atau di

belakang orangtua.

Dalam Islam tidak ada istilah anak

belajar pada fase awal atau rendah.

Sebenarnya, pendidikan anak dimulai

sejak anak itu diberikan nama. Mengapa

demikian, memberikan nama yang baik

juga dapat mempengaruhi kepribadian

dan sikap anak setelah dewasa (besar).

Justru anak usia 7 tahun sudah banyak

yang mampu menghafalkan Al Qur-an

dan bahkan hafal 30 Juz. Keterlambatan

memberikan pendidikan agama kepada

anak usia 0-4 tahun dapat berakibat

kurang baik terhadap anak. Dengan

demikian anak usia dini dalam

pertumbuhan dan perkembangannya

dapat dikategorikan dalam beberapa

tahapan antara lain : masa bayi (usia

Page 6: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

90

sejak lahir sampai usia 12 bulan), masa

todler ( balita, usia 1-3 tahun, masa

prasekolah ( usia 3 sampai dengan 6

tahun ) dan masa awal pendidikan dasar

( usia 6 sampai dengan 8 tahun). Anak

bagaikan kaset kosong, maka harus diisi

dengan berbagai kegiatan yang

berfaedah, mendengarkan lantunan ayat

suci Al Qur-an dapat dijadikan salah satu

metode dalam membantu anak untuk

cinta kepada Al Qur-an. Rasul pernah

mengingatkan kepada kita dengan

perkataan Beliau ‘ajarkanlah anakmu

diusia 7 tahun untuk melakukan sholat,

jika 10 tahun tidak sholat, maka

pukullah. Pukul di sini maksudnya, didik

dan ajarkan anakmu sholat sehingga ia

cinta dan gemar melakukan ibadah

sholat. Orangtua dewasa ini mengalami

kegagalan dalam menyuruh anaknya

untuk sholat. Isi disebabkan lalainya

orangtua dalam mengikuti perkataan

Rasul Muhammad saw.

2. Fungsi Pendidikan Anak Usia

Dini

Dalampelaksanaan pendidikan

anak usia dini ada beberapa hal yang

perlu untuk diperhatikan dari

perkembangan dan pertumbuhan anak

diantaranya :

a. Aspek Biologis

Pertumbuhan fisik, anak lahir

dalam keadaan lemah, belum berdaya,

perlu mendapatkan bantuan pertolongan

orang dewasa di sekelilingnya, karena

tubuhnya belum tumbuh secara

sempurna. Demikian pula kemantapan

dan kesempurnaan perkembangan

potensi yang dibawa sejak lahir, baik

jasmani maupun rohani memerlukan

pemeliharaan dan latihan. Fisiknya akan

sehat jika diberikan makanan yang

bergizi dan keterampilannya akan

dimiliki apabila dilatih. Begitu pula

perkembangan akal dan mentalnya akan

berfungsi secara baik, apabila

pemeliharaan dan kematangan

berfikirnya dapat diarahkan pada

pengeksplorasian perkembangannya.

Sedangkan Jalaluddin (2005;64)

mengemukakan, proses perkembangan

fisik manusia terjadi secara periodik,

yang terdiri dari periode pertumbuhan,

periode pencapaian kematangan, periode

usia baya dan periode penuaan. Masa

pertumbuhan yaitu pada periode ini

pertumbuhan anak sangat cepat,

terutama pada tahun-tahun pertama.

Masa ini dimulai semenjak lahir sampai

akhir dewasa ( umur 0 s - d 30 tahun ).

Pada usia tiga puluhan individu dianggap

Page 7: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

91

telah memiliki kematangan penuh, baik

dari segi fisik maupun intelektual.

Periode pencapaian kematangan

yaitu manusia berada di atas usia tiga

puluhan dan sebelum empat puluhan.

Masa ini dipredeksi kemampuan fisik

dan intelektual mencapai kematangan.

Sementara pada usia baya atau usia

pertengahan merupakan usia yang tidak

spesifik, tidak tua dan tidak juga muda

yaitu antara usia empat puluhan sampai

enam puluhan. Tahap ini telah melewati

puncaknya dan telah mulai menurun dari

segi fisik dan mental secara perlahan-

lahan, namun penurun itu masih sulit

dirasakan. Adapun periode penuaan

yaitu seusia lanjut yang merupakan usia

mendekati akhir siklus kehidupan

manusia di alam ini yaitu dikala berumur

60-an sampai akhir kehidupan. Seperti

yang dijelaskan Rasulullah dalam hadis :

“ masa penuaan itu umur umatku adalah

enam puluh hingga tujuh puluh tahun “ (

H.R, Muslim dan Nasai ).

b. Aspek Emosi

Menurut Tafsir (2004:79), emosi

merupakan warna afektif yang menyertai

setiap keadaan atau perilaku individu,

yakni perasaan – perasaan tertentu yang

dialami pada saat menghadapi suatu

situasi tertentu, seperti gembira, putus

asa, sedih, terkejut, benci, cinta dan

sebagainya.

Setiap individu memiliki emosi yang

tumbuh dan berkembang secara alami

yang dimulai semenjak lahir

berkembang hingga mencapai

kedewasaan anak. Hal ini disebabkan

pertambahan usia dan kematangan

masing-masing individu Walaupun

emosi itu ada tetapi kemunculannya

disebabkan adanya stimulan, misalnya

anak menangis karena lapar atau dahaga

(Baradja : 2005 : 213). Emosi ini akan

berkembang sesuai dengan suasana hati

atau perkembangan afektif individu.

Sebagai suatu reaksi psikologis,

emosi itu memiliki ciri, antara lain : 1)

lebih bersifat sebjektif dari pada

peristiwa psikologis lainnya seperti

pengamatan dan berfikir, 2) bersifat

tidak tetap (fakultatif), 3) banyak

bersangkut paut dengan peristiwa

pengenalan panca indera. Spesifik emosi

pada anak berbeda dengan orang

dewasa, emosi pada anak berlangsung

tidak lama dan berakhir dengan cepat,

terlihat lebih kuat, bersifat sementara,

sering terjadi, mudah diketahui dari

tingkah lakunya. Sedangkan pada orang

dewasa terjadi sebaliknya (

Yusuf:2004;116).

Page 8: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

92

Menurut Islam dianjurkan

memberikan ransangan kepada anak

dengan cara membisikkan kalimat-

kalimat tayyibah dan do’a-do’a serta

membiasakan perilaku terpuji dalam

kehidupan sehari-hari, seperti dijelaskan

nabi dalam hadis, “ tali keimanan yang

paling kuat ialah cinta kepada Allah dan

benci karena Allah “(HR.Ath- Thabrani).

Untuk itu agar emosi yang muncul

berkategori positif, maka perlu diberi

ransangan dengan perasaan bahagia,

cinta, senang, bersemangat terhadap hal-

hal yang terpuji, baik yang menyangkut

dengan kehidupan maupun keyakinan

terhadap agama. Dengan demikian, anak

akan tumbuh dan berkembang menjadi

pribadi-pribadi yang disenangi

dilingkungannya.

c. Aspek Kecerdasan (IQ)

Menurut Bloom, bahwa

perkembangan intelektual anak terjadi

sangat pesat pada tahun-tahun awal

kehidupannya, dimana sekitar 50%

variabilitas kecerdasan orang dewasa

sudah terjadi ketika anak berusia 4

tahun. Peningkatan berikutnya terjadi

pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada

pertengahan atau akhir dasawarsa kedua

(Direktorat PLS : 2003 : 14). Sedangkan

Wismiarti (2007) Gardner

mengemukakan peran pendidik adalah

membangun sel otak sebanyak mungkin,

semakin banyak sambungannya,

semakin tebal myelin-nya, maka anak

semakin cerdas. Oleh karena itu, anak

perlu diberi ransangan khusus, yaitu

dengan cara memberikan pengalaman

yang beragam sehingga dapat

memperkuat perkembangan kecerdasan

anak.

Perkembangan otak anak

menurut psikologi akan terjadi pada usia

0 s.d 8 atau 9 tahun, masa ini merupakan

yang sangat menentukan untuk menggali

dan mengembangkan potensinya, karena

disaat bayi lahir sudah memiliki sekitar

100 miliar neuron (sel otak) atau 75%

dari jumlah sel otak orang dewasa.

Waktu yang sangat kritis masa

penyempurnaan itu terjadi sampai

hingga usia 6 tahun, dengan

perkembangan paling pesat direntangan

3 tahun pertama. Sel-sel syaraf tersebut

haruslah rutin distimulasi, dan

didayagunakan agar terus berkembang

jumlahnya, jika tidak distimulasi, maka

jumlah sel tersebut akan semakin

berkurang kecerdasan berfikir anak.

Dari hasil peneilitan

menunjukan, perkembangan otak anak

90% terjadi pada usia di bawah 7 tahun,

Page 9: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

93

masa 3 tahun pertama membangun

fondasi struktur otak yang berdampak

permanen, dan pengalaman positif dan

negatif pada masa kanak-kanak akan

mempengaruhi perkembangan emosi

ketika dewasa (Megawangi : 2007).

Tentunya pendidikan di bawah 7 tahun

menjadi sangat strategis, dalam

mengasah dan mengasuh anak menjadi

manusia-manusia yang trampil dan

cekatan.

Dengan demikian, semakin

banyak ransangan yang positif dalam

otak anak, semakin besar peluang untuk

sukses menjadi orang-orang yang cerdas,

menjadi pembelajar sejati dan menjadi

sehat emosinya. Karena itu orang tua,

guru dan masyarakat (lingkungan)

dituntut untuk berbuat sebaik mungkin,

untuk membangun sambungan sel syaraf

otak anak, sehingga anaknya mempunyai

kemampuan berpikir yang tinggi dan

luas.

d. Aspek Kepribadian Anak

Karakter atau sifat seseorang

yang terorganisir dalam diri individu

sebagai sistem perilaku dalam

penyesuaian diri dengan lingkungannya

merupakan potret dari kepribadian. Jadi

kepribadian itu merupakan gerakan

dinamis dalam diri sesorang, yang

kadangkala dipengaruhi lingkungan,

penyesuain diri terhadap lingkungan.

Penyesuain yang menyangkut dengan

kepribadian itu berkaitan dengan hal-hal,

karakter, tempramen, sikap, stabilitas

emosional, responsiblitas dan sosial.

Dengan demikian kepribadian itu

terbentuk oleh tempramen dan karakter

yang dimiikinya. Mubarok (2001;83)

menyatakan bahwa, tempramen

merupakan corak reaksi seseorang

terhadap berbagai ransangan yang

berasal dari lingkungan dan dari dalam

diri sendiri. Perkembangan pola

kepribadian dipengaruhi oleh 3 faktor

yaitu, bawaan, pengalaman awal dari

keluarga, dan pengalaman dalam

kehidupan selanjutnya. Pengalaman awal

merupakan dasar kepribadian yang

selanjutnya, anak yang mendapat

pengalaman awalnya interaksi yang

positif, tentunya akan membentuk

kepribadian yang positif dan terpuji.

Pembentukan kepribadian

seseorang anak, terdapat perbedaan

pendapat para ahli; antara lain, Pertama,

teori nativisme, mengemukakan bahwa

anak tumbuh dan berkembang sesuai

pembawaan sejak lahir yang bersifat

kodrati, pendidikan yang diberikan tidak

ada fungsinya. Anak tanpa dididik dan

Page 10: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

94

dibimbing akan tumbuh kemampuannya

secara alami. Kedua, teori emperisme,

teori ini populer dengan teori tabularasa

artinya, anak lahir bagaikan kertas putih,

anak lahir dalam keadaan bersih,

maksudnya bahwa pembentukan

manusia ditentukan oleh faktor luar,

manusia ditentukan oleh lingkungan

serta usaha-usaha pendidikan bukan

pengaruh bawaan. Ketiga, teori

konvergensi, pendapat ini merupakan

perpaduan antara nativisme dan

emperisme, mengemukakan bahwa

lingkungan dan pembawaan, keduanya

memiliki peran yang sama, yang dapat

memberikan pengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Jadi menurut pendapat teori ini, antara

pembawaan dan lingkungan keduanya

harus dilatih secara baik, tidak dapat

dipisahkan satu sama lainnya. Prinsipnya

teori ini ada kemiripan dengan

pandangan Islam terhadap bawaan dan

pertumbuhan anak..

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

MENURUT KONSEPI ISLAM

Menurut pandangan Islam, setiap

anak yang dilahirkan kedunia dalam

keadaan suci dan bersih atau lebih

populer dengan istilah ” fitrah ” . Fitrah

berarti suatu potensi yang dianugerahkan

Allah secara langsung kepada setiap

anak manusia yang baru lahir. Manusia

makhluk yang dikarunia fitrah beragama,

dengan istilah ” homo devinans dan

homo religous ” yaitu makhluk ber-

Tuhan atau beragama. Fitrah beragama

merupakan potensi dasar yang

berpeluang untuk berkembang, namun

perkembangan itu akan banyak

dipengaruhi oleh orang tua, seperti hadis

Nabi Saw ” Setiap manusia dilahirkan

dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang

tuanyalah yang dapat mengarahkan

anaknya, apakah ia menjadi Yahudi,

Nasrani atau Majusi ” (H.R, Bukhari).

Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa

faktor pendidikan orang tua memegang

peranan yang sangat menentukan dalam

menanamkan kesadaran beragama pada

anak. Senada dengan itu diungkapkan

Tafsir (2004:91), untuk menjadikan anak

yang cerdas, sehat, dan memiliki

penyesuain sosial yang baik, peranan

keluarga sangat dominan. Keluarga

merupakan salah satu faktor penentu

utama dalam perkembangan

keperibadian anak, disamping faktor-

faktor lain.

Untuk itu, supaya fitrah yang

dimiliki anak dapat tumbuh dan

Page 11: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

95

berkembang sesuai dengan tuntunan

Islam, maka sejak awal anak harus

ditanamkan nilai-nilai ajaran Islam.

Adapun nilai-nilai Islam yang menjadi

pilar utama terdiri dari 3 tiang pokok

yaitu, aqidah, syari’ah, dan akhlak. Tiga

prinsip pokok itu bagaikan trichotomi

yang mempunyai peranan yang amat

menentukan dalam pembinaan anak.

1. Penanaman Aqidah /

Keyakinan

Aqidah berisikan keyakinan terhadap

adanya Tuhan dan ajaran yang benarnya

datang dari Tuhan, meyakini dalam hati

secara kokoh, tiada keraguan dan dipilih

menjadi jalan hidup (Ensiklopedi Islam:

94 : 208). Karena itu aqidah menjadi

fondamen atau dasar utama dalam

kehidupan seseorang, inti dari aqidah

adalah iman. Maka iman itu adalah

engkau meyakini sepenuhnya peracaya

kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya, para Rasul-rasul-Nya,

hari kebangkitan dan qadha serta qadar

(Ensiklopedi Islam:94;209). Iman

intinya adalah tauhid yaitu mengesakan

Allah yang diungkapkan dalam

syahadatain.

Tauhid mempunyai pengaruh dalam

segala aspek kehidupan seseorang

muslim, sosial, budaya, ideologi, politik,

pendidikan dan lain-lainnya. Iman

merupakan kunci pokok membentuk ke

Islaman seseorang. Seseorang dapat

dikatakan muslim manakala ia sudah

beriman, antara Iman dan Islam

merupakan satu kesatuan yang saling

mengisi. Iman tiada artinya tanpa amal

shaleh, dan amal shaleh akan sia-sia

tanpa dilandasi dengan Iman kepada

Allah (Q.S. al-Ashr 1-3). Oleh karena

itu, keenam rukun iman yaitu,

keprcayaan kepada Allah, Malaikat-

malikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-

rasul-Nya, Hari berbangkit dihari akhirat

nanti, serta qadha dan qadhar semestinya

ditanamkan kepada si anak semenjak

usia dini, karena kepercayaan itu tidak

akan tumbuh dan berkembang pada diri

anak kecuali dengan pembinaan dan

latihan secara rutinitas.

2. Penanaman Syari’ah / Ibadah

Mematuhi ketentuan-ketentuan

Allah yang dijelaskan Rasulullah dalam

kehidupan manusia di dunia untuk

mencapai kebahagian hidup di akhirat,

baik yang mengatur hubungan manusia

dengan Tuhan, maupun hubungan

sesama manusia serta hubungan dengan

alam sekitar, hal ini termasuk dalam

objek pembahasan Syari’ah. Para ulama

membagi syari’ah pada dua kategori,

Page 12: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

96

yaitu ibadah dan muamalah. Sedangkan

ibadah berarti tunduk, patuh, taat,

mengikuti perintah dan do’a (Q.S.

Yasin:60 ). Menurut Ashidiqie (1954;5)

para fuqaha’; ibadah adalah segala

ketaatan yang dikerjakan untuk

mencapai keridhaan Allah dan

mengharapkan pahala-Nya di hari

akhirat. Sedangkan ulama tauhid

merumuskan bahwa ibadah adalah

meng-Esakan Allah dan merendahkan

diri serta menundukan jiwa kepada

Allah.

Dari rumusan diatas, bahwa

cakupan ibadah sangat luas dan semua

pekerjaan yang dilandasi ikhlas dan

untuk mencari ridha Allah. Sedangkan

dalam implementasi nya ibadah dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu ibadah

khusus (mahdhah) dan ibadah umum

(ghairu mahdhah). Pertama ibadah

khusus, yaitu ibadah yang cara

pelaksanaanya dan materi ditentukan

secara jelas dan rinci dalam al-Qur’an

dan as-Sunnah Nabi, seperti,

pelaksanaan shalat lima waktu, puasa

ramadhan, zakat dan haji. Kedua ibadah

umum, menurut al- Qardhawi

(2003;109), yaitu semua aktivitas

muslim dalam memenuhi hajat hidup

dan kewajibannya, baik dengan Allah

maupun dengan sesama manusia serta

dengan alam sekitarnya, sertanya untuk

motivasi mencapai ridha Allah.

Dengan demikian, baik ibadah

khusus (mahdhah) maupun ibadah

umum (ghairu mahdhah), mempunyai

peran yang sangat penting, karena

ibadah itu dapat memberikan perasaan

bahagia dan tentram serta puas dalam

kehidupannya. Khusus untuk anak dalam

usia dini, nilai-nilai inilah yang perlu

disemai dan ditanamkan dalam jiwa

mereka, tentu saja ibadah dalam artian

yang sangat sederhana, yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

pemikirannya.

Adapun ibadah yang perlu

ditanamkan pada anak usia dini, yaitu

dalam bentuk pengenalan dan latihan

melakukan rukun Islam yang lima,

terdiri dari; pengucapan dua kalimat

syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.

Begitu pula ibadah umum, dalam bentuk

pengenalan dan pembiasaan

mengucapkan kalimat tayyibah,

perbuatan-perbuatan yang baik, seperti

berbakti kepada orang tua, menyayangi

teman, menolong tetangga, berinfak,

membantu fakir miskin dan lain-lain.

Dengan adanya pengenalan, pembiasaan

dan latihan sejak dini, maka kelak

Page 13: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

97

sewaktu anak menjadi remaja dan

dewasa terbiasa melakukan ibadah dan ia

merasakan bahwa ibadah itu adalah salah

satu kebutuhan yang wajib dilaksanakan.

3. Pembinaan Akhlak

Kata akhlak berasal dari khalaqa

yang artinya kelakuan, tabiat, watak,

kebiasaan kelaziman, dan peradaban.

Maskawaih (1934;3) menjelaskan

bahwa, akhlak ialah sifat yang tertanam

dalam jiwa, mendorong melakukan

perbuatan tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan. Sedangkan menurut

Nata (1996;25) al-Ghazali

mengemukakan bahwa akhlak adalah

sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan beraneka ragam perbuatan

dengan gampang dan mudah, tanpa

memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.

Memperhatikan rumusan diatas,

bahwa akhlak merupakan manipestasi

dari gambaran jiwa seseorang yang

terwujud dalam sikap, ucapan dan

perbuatan. Tentunya akhlak prilaku yang

sungguh-sungguh, bukanlah permainan

silat lidah, sandiwara. Aktivitas itu

dilakukan dengan ikhlas semata-mata

menuju ridha-Nya. Disisi lain, akhlak

merupakan prilaku yang timbul dari hasil

perpaduan antara hati nurani, perasaan,

pikiran, bawaan dan kebiasaan yang

menyatu, membentuk suatu kesatuan

tindak akhlak yang dihayati dalam

kenyataan hidup. Dari kelakuan itu

lahirlah perasaan (moral) yang terdapat

dalam diri manusia sebagai fitrah,

sehingga ia mampu membedakan antara

yang baik dengan yang buruk (

Daradjat:1995;10). Penerapan akhlak

dapat dipandang dari dua sisi, yaitu

secara vertikal dan horizontal.

Adapun akhlak secara vertikal

adalah berakhlak kepada Allah yaitu

suatu tatacara etika melakukan hubungan

atau komunikasi dengan Allah sebagai

tanda syukur atas rahmat dan kurnia-Nya

yang beraneka ragam. Sedangkan akhlak

secara horizontal yaitu sikap dan etika

perbuatan terhadap diri sendiri, terhadap

sesama manusia dan terhadap alam

sekitarnya.

Untuk menumbuhkan generasi

penerus yang berakhlakul karimah, maka

perlu diberikan dan ditanamkan kepada

anak semenjak usia dini tata cara

berakhlak, baik kepada Allah, terhadap

diri sendiri dan lingkungan keluarga

serta alam sekitar. Untuk itu agar anak

terhindar dari akhlak tercela, pembinaan

akhlak perlu dilakukan sejak usia dini,

Page 14: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

98

melalui latihan, pembiasaan, dan contoh

suri teladan dari anggota keluarga

terutma orang tua, sebab apa yang

diterima dan dialami anak sejak dini

akan melekat pada dirinya dan akan

membentuk kepribadiannya.

WADAH PENDIDIKAN ANAK USIA

DINI.

Tempat berlangsung pendidikan

anak pada usia dini dapat dilakukan

melalui tiga wadah yaitu keluarga,

sekolah dan masyarakat.

a. Proses pendidikan pertama kali

berlangsung dalam lingkungan

keluarga Keluarga merupakan

institusi terkecil yang memiliki

peranan strategis dalam menanamkan

pendidikan anak, karenanya keluarga

menjadi sumber utama dalam proses

penanaman nilai-nilai dan

pengetahuan tentang kewajiban serta

pengamalan ajaran agama Islam,

maka keluarga tidak boleh

mengabaikan penanaman moralitas

agama. Kesalahan pendidikan dalam

keluarga berakibat fatal pada

pertumbuhan, anak akan mengalami

krisis moralitas, bahkan menjadi

ateistik dan mudah dipengaruhi oleh

ide-ide yang merusak kepribadiannya.

Menurut Yazlan (1989;151),

pendidikan akhlak dalam keluarga

merupakan hal yang sangat penting dan

fundamental untuk membina generasi

muda sehat dan berbudi pekerti luhur

serta tangguh menghadapi godaan dan

kerusakan moral. Pengalaman

keagamaan dan keteladanan orang tua

sangat mempengaruhi sikap dan perilaku

anak. Pendidikan orang tua yang

dilakukan dirumah, akan memberikan

pengaruh yang dominan, keluarga

merupakan idola anak, sehingga apa saja

yang terjadi dalam keluarga akan

membekas pada jiwa anak, terutama

pada usia dini, hal ini seperti yang

diungkapkan ; pengaruh diwaktu kecil

jauh lebih besar dan lebih menentukan

dalam kehidupan anak dikemudian hari (

Daradjat;1979;46).

b. Proses pendidikan kedua berlangsung

di sekolah. Sekolah memiliki peranan

penting dan strategis dalam upaya

mewujudkan anak didik yang cerdas

dan berakhlak mulia. Di sekolah, guru

merupakan pusat perhatian anak, guru

sebagai tolak ukur bagi perangi anak

didik,sehingga ada pepatah: ” guru

kencing berdiri, anak kencing berlari

” artinya guru sebagai panutan bagi

murid. karena pada usia dini, segala

Page 15: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

99

tindak tanduk baik sikap, ucapan

maupun perbuatan akan ditiru oleh

anak didik. Untuk itu budaya di

sekolah harus sesuai dengan budaya

dirumah, budaya islami harus

dipupuk di sekolah, begitu juga

sebaliknya. Jika antara budaya rumah

dan sekolah berbeda, anak akan

kesulitan bahkan bingung untuk

mengidentifikasi perbuatan mana

yang perlu dicontoh dan ditauladani.

c. Proses pendidikan ketiga berlangsung

di masyarakat. Lingkungan

/masyarakat juga cukup banyak

mempengaruhi prilaku anak, dalam

masyarakat akan ditemui berbagai

budaya, dimana sikap dan perilaku

memiliki karakter yang beragam, baik

prilaku positif maupun negatif akan

dilihat oleh anak, baik disengaja

maupun tidak disengaja, hal tersebut

akan memberi pengaruh pada memori

anak. Untuk menghidupkan pola

masyarakat yang religus dan

masyarakat yang baik menjadi suatu

kemestian bagi semua pihak,

sehingga tumbuh masyarakat

harmonis dan teratur. Sehingganya,

perlu diciptakan motode yang

menarik minat anak untuk tumbuh

dan berkembang sesuai dengan

tuntunan ajaran Islam, mungkin saja

metode menceriterakan tokoh-tokoh

agama yang berhasil membina umat,

pemimpin yang Islami, pemuka-

pemuka yang berkepribadian dan

sebagainya.

KESIMPULAN

Anak merupakan amanah Tuhan

yang dititipkan kepada orang tua,

hatinya yang masih suci merupakan

permata yang tak ternilai, bersih, dan

suci dari segala coretan dan lukisan.

Orang tua mempunyai peranan yang

sangat strategis dan penting dalam

mendidik dan mengasuhnya. Pada usia

antara 0 s.d 6 tahun ( usia dini )

merupakan masa yang tepat bagi orang

tua untuk mengarahkan pertumbuhan

dan perkembangan anak, baik dari segi

fisik, agama, daya pikir, sosial

emosional, maupun bahasa dan

komunikasi yang seimbang menuju

pribadi yang sempurna. Untuk

mewujudkan anak yang berkualitas

seperti sehat jasmani dan rohani, cerdas

pemikirannya, dan terpuji akhlaknya,

maka Islam memberikan konsep

pendidikan anak usia dini yaitu dengan

menanamkan aqidah Islam,

membiasakan beribadah dan

Page 16: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM

ISSN 2621-9034 VOLUME 02 Tahun 2019

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

100

memberikan contoh teladan yang baik.

Hal tersebut sebagai landasan

pembentukan kepribadian anak

selanjutnya. Sebaliknya kesalahan dalam

meletakan dasar pendidikan pada masa

ini, sangat sulit memperbaiki di masa

mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Baradja, Abu Bakar. (2005). Psikologi

Perkembangan, Tahapan-tahapan

dan aspek- aspeknya, Jakarta :

Studia Pres.

Daradjat, Zakiah. (1995). Pendidikan

Islam dalam Keluarga dan

Sekolah, Jakarta; CV.Ruhama.

Direktorat PLS dan Pemuda. (2003).

Konsep Dasar Pendidikan Anak

Usia Dini, Jakarta : Depdiknas.

Ensiklopedi Islam, (1994). Jakarta :

PT.Ichtiar Baru Va Hoeve, cet.2.

Gutama. (2005). dalam Makalah

menyambut hari Anak Nasional,

Sosialisasi Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD), Jakarta : Kowani.

Jalaluddin, (2005). Psikologi Agama,

Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Megawangi, Ratna. Makalah seminar

Anak Usia Dini, Pengasuhan dan

pendidikan Anak Usia Dini Untuk

Membangun Karakter, Jakarta :

Al-Azhar.

Maskawaih,Ibnu. (1934). Tahzibi al-

akhlak wa Farhil al-Araq; At-

Thaba’ah al-Misri; Mesir.

Mubarok, Achamd. (2001). Psikologi

Qur’ani, Jakarta : Pustaka Firdaus.

Al-Qardhawi, Yusuf. (2003). Menuju

Pemahaman Islam yang Kaffah,

Jakarta; Ihsan Cemerlang.

Suryabrata, Sumadi. (2005). Psikologi

Pendidikan; Jakarta : Raja

grafindo.

Shaliba, Jamil dan Abudin Nata. (1996).

Akhlak Tasawuf, Jakarta :

Rajawali, Press.

Tafsir, Ahmad. (2004). Cakrawala

Pemikiran Pendidikan Islam,

Bandung: Mimbar Pustaka.

Wismiarti. (2007). Pendidikan Anak

Usia Dini, Makalah Seminar,

Jakarta : Al-Azhar.

Yazlan, Miqdad. (1989). al-Baitu al-

Islamy, Potret Rumah Tangga

Islami, terj. SA.Zemo, Solo :

Pustaka Man.