pendekatan pembelajaran

40
MAKALAH PENDEKATAN PEMBELAJARAN Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Kimia Dosen Pengampu : Dr. Wawan Wahyu, S.Pd, M.Pd. Dr. H. Sjaeful Anwar DisusunOleh : 1. Bunga Mentari Putri 1301318 2. Febrianty Nur Pratiwi 1303561 3. Muhammad Lutfhi 1304660 4. Pratiwi 1303741 5. R. Anita Virginia 1300384 6. Rosse Noviyanti 1304956 7. Siti Nurohmah 1305401 8. Tia Hikmasari 1300926 Pendidikan Kimia A 2013 DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: pratiwi-mod

Post on 03-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BPK

TRANSCRIPT

MAKALAH PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Kimia

Dosen Pengampu :

Dr. Wawan Wahyu, S.Pd, M.Pd.

Dr. H. Sjaeful Anwar

DisusunOleh :

1. Bunga Mentari Putri 1301318

2. Febrianty Nur Pratiwi 1303561

3. Muhammad Lutfhi 1304660

4. Pratiwi 1303741

5. R. Anita Virginia 1300384

6. Rosse Noviyanti 1304956

7. Siti Nurohmah 1305401

8. Tia Hikmasari 1300926

Pendidikan Kimia A 2013

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015

KAT A PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah Belajar dan

Pembelajaran Kimia ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Pendekatan

Pembelajaran”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT

senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Bandung, 16 Oktober 2015

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya

manusia yang cerdas serta mampu bersaing di masa yang akan datang.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah

pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta

didik mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapi.

Konsep pendidikan tersebut akan semakin penting ketika seseorang harus memasuki

kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena mereka harus mampu menerapkan

apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari baik yang terjadi saat ini maupun yang akan datang.

Secara total, pendidikan merupakan suatu sistem yang memiliki kegiatan cukup

kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Berbagai

elemen (komponen) yang terlibat dalam pendidikan perlu dikenali agar pendidikan

dapat terlaksana secara teratur. Pendidikan dapat dilihat dari hubungan elemen peserta

didik (siswa), pendidik (guru), dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan.

Hubungan antara elemen peserta didik (siswa) dengan pendidik seharusnya tidak

bersifat satu arah saja, tetapi berupa penyampaian informasi dari guru kepada peserta

didik.

Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan mampu mengelola seluruh proses

kegiatan belajar-mengajar secara efektif. Untuk itu guru harus memliki pengetahuan

yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan

belajar-mengajar, salah satunya adalah tentang memilih metode yang tepat dalam

proses pembelajaran

Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak

didik lainnya. Maka penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai

anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak

didik itu merupakan individu dengan segala perbedaan sehingga diperlukan

beberapa pendekatan dalam  proses belajar mengajar.

.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya

adalah:

1. Apakah itu pendekatan pembelajaran?

2. Apa saja macam-macam pendekatan pembelajaran?

3. Apa fungsi dari macam-macam pendekatan pembelajaran tersebut?

4. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari macam-macam pendekatan pembelajaran

tersebut?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dirumuskan Tujuan dari

permasalahan adalah:

1. Untuk mengetahui definisi pendekatan pembelajaran

2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran

3. Untuk mengetahui fungsi dari macam-macam pendekatan pembelajaran tersebut

4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari macam-macam pendekatan

pembelajaran.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Sebagai pedoman untuk memperoleh gambaran tentang pendektan

pembelajaran yang cocok agar dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

2. Bagi Peneliti

a. Mendapatkan wawasan dan pengalaman.

b. Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh mengenai Pendekatan

Pembelajaran.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PENDEKATAN

Pendekatan pembelajaran memiliki banyak sekali definisi namun masing-

masing masih memiliki hubungan. Namun secara konseptual Pendekatan

pembelajaran dapat di definisikan sebagai suatu cara pandang atau orientasi yang

dilakukan terhadap proses pembelajaran, yang mewadahi, menguatkan, dan melatari

metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu untuk mencapai tujuan

intruksional tertentu. Dari pengertian ini pendekatan pendidikan dapat diartikan

sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan

pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik,

maka pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut

mengalami kemudahan dan keberhasilan. Adapun beberapa definisi pebdekatan

menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses,

perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.

2. Menurut  pendapat Wahjoedi (1999 121) bahwa, “pendekatan pembelajaran

adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif

melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”.

3. Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran

merupakan jalan yang akan ditcmpuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan

instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”.

4. Menurut  Sanjaya,  (2008:127) pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi

pembelajaran induktif 

5. Menurut Suherman (1993:220) mengemukakan pendekatan dalam pembelajaran

adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa

dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses

pembelajaran atau materi pembelajaran itu, umum atau khusus.

6. Menurut Soedjadi (1991:102), membedakan pendekatan pembelajaran matematika

menjadi dua, sebagai berikut.

a) Pendekatan materi (material approach), yaitu proses penjelasan topik

matematika tertentu menggunakan materi matematika lain.

b) Pendekatan pembelajaran (teaching approach), yaitu proses penyampaian atau

penyajian topik matematika tertentu agar mempermudah siswa memahaminya

Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan

bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk

memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna

membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2 FUNGSI PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :

1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran

yang akan digunakan.

2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.

3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.

4. Mendiaknosis masalah-masalah  belajar  yang timbul, dan

5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan

2.3 JENIS-JENIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Ada banyak sekali jenis-jenis dari pendekatan, beberapa diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Pendekatan Kontekstual/Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of

Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,

manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini

siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya

nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang

memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan

berusaha untuk menggapinya.

Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan

komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya,

menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar

yang penting, yaitu :

a. Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti

konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep

baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,

mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

b. Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti

menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui

sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi

peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan

pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam

latihan yang realistic dan relevan.

d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu

kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok

sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.

Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar,

tetapi konsisten dengan dunia nyata.

e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar

dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

b. Pendekatan Konsep

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan

batu-batu pembangun (building blocks) berpikir (Dahar,1989). Konsep-konsep

merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan

prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah,

seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini

didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya.

Pendekatan konsep merupakan bentuk instruksional kognitif yang memberi

kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan

menemukan prinsip sendiri (Arifin, Mulyati, dkk., 2000).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merencanakan

pembelajaran dengan pendekatan konsep (Dahar, 2003) :

1. Konsep-konsep yang akan diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan

lengkap

2. Prasyarat atau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlukan dapat

digunakan dalam proses pembelajaran.

3. Urutan kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan pengalaman yang

memadai, sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep yang

telah ada.

Ilmu kimia tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen.

Sebagai ilmu yang tumbuh secara eksperimental, maka ilmu kimia mengandung

baik pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Seperti halnya

pengetahuan deklaratif pada umumnya, pengetahuan kimia juga disusun oleh

konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi. Untuk mengikuti perkembangan

ilmu kimia yang sangat pesat, belajar konsep kimia merupakan kegiatan yang

paling sesuai bagi pembentukan pengetahuan kimia dalam diri siswa (Dahar,1989)

Menurut hasil penelitian, fakta-fakta yang terlepas-lepas tentang pelajaran

kimia akan cepat dilupakan, tetapi konsep ilmiah akan lebih lama diingat. Selain

itu, bila siswa benar-benar memahami suatu konsep maka siswa akan dapat

menerapkan konsep itu pada situasi baru.

c. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang

lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru

yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada

pengetahuan.

Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan

dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan

dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam

lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.

Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai

pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru

lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk

meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme

merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan

keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang

pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu

dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun

terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus

dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti

Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan

pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat

konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).

d. Pendekatan Deduktif

Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut

pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke

penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran

dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori

dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang

atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan

pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau

pengetahuan.

Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif merupakan

proses berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum

ke hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.”

Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa:

Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaaan umum

kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan

menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau

penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.

Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa “Pendekatan

deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran,

kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam

situasi tertentu.”

Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis kebentuk

realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus.

Disini guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian

menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.

Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan

deduktif adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat

khusus.

e. Pendekatan Induktif

Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari

hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach)

menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus. Metode induktif

sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke

sesuatu yang khusus.

Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik

kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai

sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.

Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan

khusus menuju keadaan umum.

Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan

induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang

mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk

berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar

dari pelajaran tersebut. Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara

mengajar dengan cara penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik

untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang

pasti.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif

adalah pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan

khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau

aturan.

f. Pendekatan Proses

Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap

yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan

pengetahuan Kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut disebut keterampilan

proses, dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan disebut sikap ilmiah.

Oleh karena itu, pembelajaran kimia tidak boleh mengesampingkan proses

ditemukannya konsep-konsep Kimia. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk

menjelaskan konsep-konsep kimia ditempuh dengan “pendekatan proses”. Dalam

“pendekatan proses” pendekatan pembelajaran didasarkan pada anggapan bahwa

ilmu kimia itu terbentuk dan berkembang akibat diterapkannya suatu proses, yang

dikenal dengan metode ilmiah, dengan menerapkan keterampilan-keterampilan

proses Sains, yaitu mulai dari menemukan masalah hingga mengambil keputusan.

Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan

Pendekatan Keterampilan Proses.

Keterampilan-keterampilan proses tersebut dapat diklasifikasikan sebagai

keterampilan-keterampilan:

1. Mengamati, yaitu melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau

peristiwa dengan menggunakaninderanya. Mengamati merupakan dasar bagi

semua keterampilan proses lainnya.

2. Menafsirkan pengamatan, yaitu menarik kesimpulan tentatif dari data yang

dicatatnya.

3. Meramalkan, ialah prakiraan yang didasarkan pada hasil pengamatan yang

reliabel. Ramalan berarti pula mengemukaan apa yang mungkin terjadi pada

keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola yang ditemukan

sebagai hasil pengamatan.

4. Menggunakan alat dan bahan, ialah mengetahui konsep dan mengapa

mengapa menggunakan alat dan bahan.

5. Menerapkan konsep, ialah menggunakan generalisasi yang telah

dipelajarinya pada situasi baru, atau untuk menerangkan apa yang diamatinya.

6. Merencanakan penelitian, ialah merancang kegiatan yang dilakukan untuk

menguji hipotesis, memeriksa kebenaran atau memperlihatkan prinsip-prinsip

atau fakta-fakta yang telah diketahuinya

7. Mengkomunikasikan hasil penelitian, ialah keterampilan menyampaikan

gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.

8. Mengajukan pertanyaan, ialah bertanya apa, mengapa dan bagaimana,

pertanyaan untuk minta penjelasan dan pertanyaan yang berlatar belakang

belakang hipotesis.

Untuk menggunakan pendekatan keterampilan proses ini, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan :

1. Dalam menyusun silabus, keterampilan proses perlu dikembangkan bersama-

sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia.

2. Kedelapan keterampilan proses tsb diperkirakan sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa dari sekolah dasar hingga menengah.

3. Dalam pembelajaran kimia, keterampilan proses diatas tidak perlu sesuai

urutan.

4. Setiap metode dan pendekatan pada pembelajaran kimia dapat digunakan

untuk mengembangkan keterampilan prose

Kemungkinan pengembangan keterampilan proses pada metode ceramah lebih

sedikit dibanding metode eksperimen.

g. Pendekatan Open–Ended

Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki

multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-

Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan denganOpen-Ended

problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih

menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian

bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban,

namun beberapa atau banyak.

Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada

satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu

jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-

Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan

metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang

diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.

h. Pendekatan pemecahan Masalah

Pendekatan pemecahan masalah menekankan agar pembelajaran memberikan

kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah yang objektif dan tahu benar

apa yang dihadapi.

Pemecahan masalah ini dilakukan melalui tahap-tahap:

1. Perumusan masalah

2. Membuat hipotesis

3. Studi pustaka

4. Melakukan penelitian, pengumpulan data

5. Menganalisis data

6. Kesimpulan.

i. Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh

tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses

pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi

substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’.

Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit

transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil

akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi

manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan

pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang

meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik

appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi

melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau

informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,

menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi,

atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat

diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses

pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan

menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

j. Pendekatan STM

Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,

Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan

konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.

Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains

Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment

(STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya

banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai

kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan

pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat.

Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang

cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan

penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan

sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.

Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,

yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya

berdasarkan apa yang telah mereka ketahui

k. Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses perolehan

konsep-konsep, pada sifat dari konsep-konsep, dan pada bagaimana konsep-

konsep itu disajikan dalam struktur kognitif. Walaupun para teoriwan kognitif

memikirkan kondisi-kondisi yang memperlancar pembentukan konsep, penekanan

mereka ialah pada proses-proses internal yang digunakan dalam belajar konsep-

konsep.

Studi-studi kognitif tentang perolehan konsep telah memperlihatkan beberapa

penemuan sebagai yang dikemukakan di bawah ini.

1. Konsep-konsep konjuktif lebih mudah dipelajari dari pada konsep-konsep

disjunktif atau konsep-konsep relasional. Banyak studi memperlihatkan bahwa

suatu konsep yang menghendaki danya dua atau lebih atribut lebih mudah

dipelajari dari pada suatu konsep yang menghendaki salah satu atribut dari dua

atau lebih atribut-atribut.

2. Belajar konsep lebih mudah dengan menggunakan paradigma selektif dari

paradigma reseptif. Penyajian bersamaan dari contoh-contoh dan noncontoh-

contoh mengurangi tuntutan pada memori. Bila paradigma reseptif digunakan,

pada subjek diperlihatkan suatu contoh dari konsep, contoh dihilangkan, lalu

stimulus yang lain disajikan. Subjek harus mengingat atribut-atribut dari

contoh untuk dapat memberikan respon pada stimulus yang baru. Tetapi, jika

berbagi noncontoh timbul, subjek mungkin lupa akan atribut-atribut dari

contoh.

l. Pendekatan Lingkungan

Dari berbagai definisi dan penelitian penggunaan pendekatan lingkungan yang

dilakukan oleh Eugene Ralph Brady (1973) dan T.E.Berger (1973) dapat

disimpulkan bahwa pendekatan lingkungan adalah pendekatan proses dengan

lingkungan sebagai sarana atau media untuk memperkenalkan lingkungan kepada

siswa dalam mengembangkan aspek kognitif. Saat ini pendekatan lingkungan

tidak hanya sekedar mengembangkan aspek kognitif saja, tetapi lebih diutamakan

untuk mengembangkan aspek afektif. Yaitu dengan tujuan supaya orang mau

terlibat, mau menangani dan mau memelihara lingkungan.

Secara ekologi manusia adalah bagian dari lingkungan hidupnya. Untuk

kelangsungan hidupnya manusia memerlukan sumberdaya dari lingkungannya,

misalnya udara. air, tanah, tumbuhan dan hewan. Di samping itu manusia juga

mendapat rangsangan dari lingkungannya dalam segi keindahan alam, masalah

sampah, polusi, dan seterusnya sampai issu pemanasan global (global warming).

Hubungan manusia dengan lingkungannya merupakan hubungan timbal balik.

Sebagai contoh : proses fotosintesa pada tumbuhan dan proses pernafasan pada

manusia.

Dalam tubuh manusia :

C6H12O6 + 6 O2 → 6 H2O + 6 CO2 + Energi

Dalam tumbuhan :

6 CO2 + 6 H2O → C6 H12 O6 + 6 O2

Dari contoh di atas ditunjukkan bahwa manusia adalah bagian dari suatu

ekosistem, dan kelestaruan manusia bergantung pada kelestaruan ekosistemnya.

Manusia harus selalu menjaga agar terdapat keserasian antara dirinya dengan

komponen lain dalam ekosistemnya.

Pendekatan lingkungan dalam pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut (Dahar,1982) :

1. Yang dimaksud dengan lingkungan, mencakup semua benda dan keadaan

yang mempengaruhi siswa.

2. Isi pelajaran disesuaikan dengan keadaan lingkungan siswa dan penerapan-

penerapan kimia.

3. Penyusunan bahan ajar berkisar pada suatu tema atau topik.

m. Pendekatan Realistik

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans Frudenthal

di Belanda. Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan

pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan

ketrampilan ‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi,

berargumentasi dengan teman sekelas sehinggga mereka dapat menemukan

sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada

akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara

individu maupun secara kelompok. (Zulkardi, 2009)

Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) “sebuah

pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar

pendidikan itu sendiri”.

Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah

pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep

sebagai titik tolak dalam belajar matematika”. Matematika Realistik yang telah

diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya mengacu pada matematika

harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.

Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi

siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa

yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal

pembelajaran pendekatan realistik atau Realistic Mathematic Education(RME)

juga diberi pengertian “cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menyelediki dan memahami konsep matematika melalui suatu

masalah dalam situasi yang nyata”. (Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan

agar pembelajaran bermakna bagi siswa.

Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang

bertitik tolak pada hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan

ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman

sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai

kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada akhirnya murid

menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara individual

ataupun kelompok.

Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator,

moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan

argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling

menghargai strategi atau pendapat orang lain.

Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah

pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada

pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)

Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan

Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari-

hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan

konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang

berdasarkan pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan mengacu pada

konstruktivis sosial.

2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI BEBERAPA JENIS PENDEKATAN

Adapun kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis pendekatan yang telah

disebutkan sebelumnya yaitu sebagai berikut:

A. Pendekatan Kontekstual

1. Kelebihan Pendekatan Kontekstual

a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut

untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah

dengan kehidupan nyata.

b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan

konsep kepada siswa

c. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar

melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

2. Kelemahan Pendekatan Kontekstual

a. Guru lebih intensif dalam membimbing., karena dalam metode CTL. Guru

tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Namun dalam konteks ini

tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap

siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

B. Pendekatan Konstruktivisme

1. Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme

Menurut Ella (2004:55) menjelaskan bahwa pendekatan

konstruktivisme membantu siswa menguasai tiga hal, yaitu:

a. Siswa diajak memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalamannya

yang berbeda.

b. Siswa lebih mampu mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.

c. Pemahaman konstruktivisme, yaitu membangun dan mengetahui

bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi

kehidupan nyata.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

konstruktivisme memiliki berbagai kelebihan antara lain:

1. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme siswa akan aktif dalam

pembelajaran

2. Menjadikan proses pembelajaran tersebut menyenangkan dan lebih

bermakna bagi siswa.

3. Siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa

dengan pengetahuannya

4. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan

realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan belajar.

5. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban siswa

ada penilaiannya

6. Memupuk kerjasama dalam kelompok.

2. Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme

a. Siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya.

b. Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah.

c. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar dalam menanti temannya

yang belum selesai.

C. Pendekatan Deduktif

1. Kelebihan Pendekatan Deduktif

a. Tidak memerlukan banyak waktu.

b. Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam

soal-soal atau masalah yang konkrit.

2. Kelemahan Pendekatan Deduktif

a. Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna dalam pembelajaran.

Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan

berbagai contoh.

b. Siswa sulit memahami pembelajaran yang diberikan.

c. Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif

d. Konsep tidak bisa diingat dengan baik oleh siswa.

D. Pendekatan Induktif

1. Kelebihan Pendekatan Induktif

a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau

menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.

b. Siswa memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh.

c. Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

2. Kelemahan Pendekatan Induktif

a. Memerlukan banyak waktu.

b. Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.

c. Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi

untuk memahaminya.

d. Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan

pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku umum.

E. Pendekatan Proses

1. Kelebihan Pendekatan Proses

Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting

untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan. Dan juga pendahuluan

proses bersifat kreatif, siswa aktif, sehingga dapat meningkatkan keterampilan

berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.

2. Kelemahan Pendekatan Proses

a. Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan

pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.

b. Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua

sekolah dapat menyediakannya.

c. Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu

percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang

sulit, tidak semua siswa mampu melaksanakannya.

F. Pendekatan Open–Ended

1. Kelebihan Pendekatan Open-Ended

a. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta

memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.

b. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk

mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara

mereka sendiri.

c. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban

yang mereka berikan.

d. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri

maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

2. Kelemahan Pendekatan Open–Ended

a. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang

bermakna bagi siswa.

b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat sulit

sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon

permasalahan yang diberikan.

c. Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa

merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.

d. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka

tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

G. Pendekatan Realistik

1. Kelebihan Pendekatan Realistik

a. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang

tidak tampak.

b. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.

c. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah

didapatkan.

d. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.

e. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.

f. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

2. Kelemahan Pendekatan Realistik

a. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).

b. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.

c. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih

lama untuk mampu memahami materi pelajaran.

H. Pendekatan Pemecahan Masalah

1. Kelebihan Pendekatan Pemecahan Masalah

a. Pemecahan masalah dapat memantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan utnuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

b. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

c. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentranfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan siswa.

2. Kekurangan Pendekatan Pemecahan Masalah

Siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa

masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa

enggan untuk mencoba.

I. Pendekatan Saintifik

1. Kelebihan Pedekatan Saintifik

a. Menjadikan siswa untuk aktif mencari informasi agar tidak ketinggalan

materi pembelajaran

b. Penilaian di dapat dari semua aspek.

c. Pengambilan nilai siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujianya saja tetapi

juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain lain.

2. Kekurangan Pendekatan Saintifik

a. Guru jarang menjelaskan.

b. Guru banyak yang beranggapan bahwa guru tidak perlu menjelaskan

materinya.

J. Kelebihan Pendekatan STM

1. Kelebihan Pendekatan STM

a. Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi

dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah

dimiliki.

b. Melatih siswa peka terhadap masalah yang sedang berkembang di

lingkungan mereka.

c. Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem

kehidupan dengan mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana

perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan

masyarakat secara timbal balik.

2. Kelemahan Pendekatan STM

a. Siswa mengalami kesulitan dalam manghubungkaitkan antar unsur-unsur

dalam pembelajaran.

b. Membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran.

c. Pendekatan STM hanya dapat diterapkan dikelas atas.

K. Pendekatan Kognitif

1. Kelebihan Pendekatan Kognitif

a. Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih

menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan

pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.

b. Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan

dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk pengembangan.

c. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat

memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat

semua materi-materi yang diberikan.

d. Peserta didik menjadi lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum

ada atau menginovasi halyang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.

e. Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak

diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.

2. Kelemahan Pendekatan Kognitif

a. Selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya

ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.

b. Metode ini kurang memperhatikan cara peserta didik dalam

mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta

didiknya dalam mencarinya.

c. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka

dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang

diberikan.

.

L. Pendekatan Lingkungan

1. Kelebihan Pendekatan Lingkungan

a. Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang

lebih bermakna (meaningfull learning).

b. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada

penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di

lingkungannya.

c. Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi siswa, kegiatan belajar

dimungkinkan akan lebih menarik bagi siswa.

2. Kekurangan Pendekatan Lingkungan

a. Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan

ketika siswa diajak ke tempat tujuan tidak melakukan kegiatan belajar

yang di harapkan.

b. Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan

memerlukan waktu yag lebih lama,.

c. Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam

kelas.Lingkungan yang ada di sekitar anak.

M. Pendekatan Konsep

1. Kelebihan Pendekatan Konsep

a. Fokus pada penguasaan konsep dan subkonsep.

b. Siswa dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa metode.

2. Kelemahan Pendekatan Konsep

a. Pendekatan ini kurang memperhatikan aspekstudent centre.

b. Guru terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk memahami konsep.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk

memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna

membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran yaitu:

a. Pendekatan Kontekstual

b. Pendekatan Konstruktivisme

c. Pendekatan Deduktif

d. Pendekatan Induktif

e. Pendekatan Proses

f. Pendekatan Open–Ended

g. Pembelajaran Matematika Realistik

h. Pemecahan Masalah

i. Pendekatan Saintifik

j. Pendekatan STM

k. Pendekatan Kognitif

l. Pendekatan Lingkungan

3.2 SARAN

Dari uraian mengenai pendekatan dalam  proses belajar mengajar, diharapkan

pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan tersebut untuk

mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam permasalahan mengajar dan dapat

membentuk kepribadian anak didik sehingga mampu menciptakan generasi bangsa yang

berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012 http://citratyas.wordpress.com/2012/01/08/pendekatan-metode-strategi-dan-

teknik-pembelajaran-pendidikan/

Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu Pendekatan

Teoritis Psikologis). Jakarta : Rineka Cipta.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bina Aksara

Sagala, Syiful (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

www.psikologibelajar.co.id

http://yastarin.blogspot.co.id/2014/03/metode-dan-pendekatan-dalam-pendidikan.html

http://mtk2012unindra.blogspot.co.id/2012/10/definisi-pendekatan-pembelajaran.html

http://sakinahninaarz009.blogspot.co.id/2014/06/macam-macam-pendekatan-

pembelajaran.html?m=1