pendekatan pembelajaran
DESCRIPTION
pendekatan pembelajaranTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus
diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang
semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh
terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak
dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan
tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik
dapat menerima pelajaran dengan baik.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel
pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran,
peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta.
Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan
berbagai pendekatan pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan
kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa
peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam
pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu
bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul
adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa
dengan pendekatan yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan
mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih
senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Beberapa pendekatan
pembelajaran yang dianggap efisien adalah pendekatan pembelajaran
komunikatif, pendekatan pembelajaran kontekstual, dan pendekatan
pembelajaran humanistik.
1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Pendekatan Pembelajaran ?
2) Apa saja bentuk-bentuk pendekatan pembelajaran ?
3) Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian siswa ?
4) Bagaimana posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan ?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari Pendekatan Pembelajaran
2) Untuk mengetahui bentuk-bentuk pendekatan pembelajaran
3) Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengorganisasian siswa
4) Untuk mengidentifikasi posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan
2
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
2.2 Bentuk-bentuk pendekatan pembelajaran
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada
kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih
bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan
alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami.
Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan
gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan
daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi
pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan–memberdayakan
siswa, bukan mengajar siswa.
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa
dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan
lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang
berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa
yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari.
3
Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan
kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan
mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi
kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan
sendiri” dan bukan dari “apa kata guru”.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya
untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi
juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam
memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari
melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran
kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills).
Pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang
sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang
penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual
atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk
merancang cara dalam mengatasi masalah.
2. Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual.
Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-
tiba.Kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina
pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara
pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4
Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru.
Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar. Menurut teori konstruktivisme,
konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seseorang akan
berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau
pengalaman baru. Seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur
kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu,
konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan
pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau
tuning.
Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur
kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan
yang ada padanya.Konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan
konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai
parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses
pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan
menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia
ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman
mereka tentang sesuatu perkara.
3. Pendekatan Deduktif – Induktif
a. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi
dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif
dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya
dan konsep dasarnya.
5
b. Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah
menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh
pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau
dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan
deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di
bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik
baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan
rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan
kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran
dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi
atau pengetahuan.
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan
menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan
argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan
(2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa
dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang
disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan
pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif .
Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya
pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis
proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan.
Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan
pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya,
menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing
memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar
pengamatan siswa sendiri.
6
Pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan
konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-
contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan
sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau
geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi,
tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis
apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta
memecahkan soal atau masalah. Ada dua kategori yang dapat dipakai dalam
membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada
prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya
diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat
dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum
diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” . Dalam
kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan
menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya
digunakan secara bergantian.
4. Pendekatan Konsep dan Proses
a. Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti
siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang
terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan
konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa
dibimbing untuk memahami konsep.
b. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti
mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan.
7
Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan
sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu
dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama,
proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman
pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan
menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-
potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya
bukan miliknya sendiri
5. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang
STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human
experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa
sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa
diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep
dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1)
bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the
widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a
technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian,
pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan
cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami
berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat.
Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem
politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi
terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting
dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
8
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University
bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore
a understand the many ways that scinence and technology shape culture,
values, and institution, and how such factors shape science and technology.
STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk
mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-
proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi
perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA )
menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan
STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa.
Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan.
Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan
informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga
adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada
masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya
menggunakan langkah – langkah.
2.3 Pengorganisasian Siswa
1. Pembelajaran secara Individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang
menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing
individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan
pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran
individual, guru memberi bantuan individu secara umum. Sebagai ilustrasi,
bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membaca dalam hati secara
individual siswa memnemukan kesukaran sendiri-sendiri.
9
Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individu dapat ditinjau
dari segi (i) Tujuan Pengajaran (ii) siswa sebagai subyek yang belajar (iii)
guru sebagai pembelajar (iv) program pembelajaran, serta (v) orientasi dan
tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Uraian lebih lanjut
dikemukakan dibawah ini :
a. Tujuan Pengajaran pada Pembelajaran Secara Individual
Prilaku belajar-mengajar disekolah yang menganut sistem kalsikal
tampak serupa. Dalam kelas terdapat siswa yang rata-rata berjumlah empat
puluh orang. Guru membantu siswa yang menghadapi kesukaran. Adapun
tujuan pengajaran yang menonjol adalah: (1) Pemberian kesempatan dan
keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri; dalam
pengajaran klasikal guru menggunakan ukuran kemampuan rata-rata kelas.
Dalam pengajaran individual awal pelajaran adalah kemampuan tiap
individual, sedangkan pada pengajaran klasikal awal pelajaran berdasarkan
kemampuan rata-rata kelas. Siswa menyesuaikan diri dengan kemampuan
rata-rata kelas. (2) pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal.
Tiap individu memiliki paket sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan
belajarnya secara individual juga.
b. Siswa dalam Pembelajaran Secara Individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral.
Pembelajar merupakan pusat layanan pengajaran. berbeda dengan
pengajaran klasikal maka siswa memiliki keleluasaan berupa (i) keleluasaan
belajar berdasarkan kemampuan sendiri (ii) nkebebasan menggunakan
waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan
yang dilakukannya, (iii) keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan,
dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan, (iv) siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar, (v)
siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta (vi)
siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.
10
Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya
perbedaan tanggung jawab belajar-mengajar. Pada pembelajaran
klasikal,tanggung jawab guru dalam membelajarkan siswa cukup besar. Pada
pembelajaran secara individual, tanggung jawabsiswa untuk belajar sendiri
sangat besar. Pembelajar bertanggung jawab penuh untuk belajar sendiri.
Timbul soal berikut; Apakah siswa telah memiliki rasa tanggung jawab untuk
belajar sendiri? Hal ini terkait dengan perkembangan emansipasi diri siswa.
M,eskipun demikian pada tempatnya usia pendidikan dasar (6;0-15;0) siswa
dididik memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar sendiri (Monks, Knoers,
Siti Rahayu, Haditono, 1989)
c. Guru dalam Pembelajaran Secara Individual
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat
membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran
berupa (i) Perencanaan kegiatan belajar (ii) pengorganisasian kegiatan
belajar (iii) penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan (iv)
fasilitas yang mempermudah belajar.
Dalam pengajaran klasikal pada umumnya peranan guru dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Hal ini tidak terjadi
dalam pembelajaran individual. Peranan guru dalam merencanakan kegiatan
belajar sebagai berikut: (i) membantu merencanakan kegiatan-kegiatan
belajar sebagai berikut: (i) membantu merencanakan kegiatan belajar siswa;
dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
membuat program belajar sesuai kemampuan siswa, (ii) membicarakan
pelaksanaan belajar, mengemukakan kriteria keberhasilan belajar,
menentukan wkatu dan kondisi belajar, (iii) berperan sebagai penasihat atau
pembimbing, dan (iv) membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan
kemajuan sendiri. Sebagai ilustrasi, guru membantu memilih program belajar
dengan suatu modul. (tjipto utomo & kees, ruijter: 69-83.)
11
Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah
mengatur dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan
guru sebagi berikut (i) memberikan orientasi umum sehubungan dengan
belajar topik tertentu, (ii) membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi
kebosanan, (iii) mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan
kemajuan, materi, media, dan sumber, (iv) membagi perhatian pada sejumlah
pembelajar, menurut tugas dan kebutuhan pembelajar (v) memberikaan
balikan terhadap setiap p[embelajar, dan (vi) mengakhiri kegiatan belajar
dalam suatu unujuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja;
untuk kerja hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja; untuk
kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan evaluasi kemajuan
belajar.
Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa
bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar. Hubungan terbuka
tersebut ditimbulkan dengan cara (i) membuat hubungan akrab dan peka
terhadap kebutuhan siswa, (ii) memndengarkan secara simpatik terhadap
segala ungkapan jiwa siswa, (iii) tanggap dan memberikan reaksi posotif
pada siswa, (iv) membina hubungan salaing percaya, (v) kesiapan membantu
siswa, (vi) membina suasana aman sehingga siswa leluasa bereksplorasi,
memberi kemungkinan penemuan-penemuan, dan mendorong terjadinya
emansipasi dengan penuh tanggung jawab.
Perilaku guru dalam hubungan terbuka tersebut tetap mengacu
pada kemandirian siswa yang bertanggung jawab, hal ini perlu dijaga jangan
terjerumus pada pemanjaan siswa.
Peranan guru yang sangat penting adalah menjadi fasilitator
belajar. Tujuannya adalah mempermudah proses belajar. Cara yang
dilakukan gurru adalah (i) membimbing siswa belajar, (ii) menyediakan
media dan sumber belajar, (iii) memberi penguiatan belajar, (iv) menjadi
teman dalam mengevaluasi pelaksanaan,(v) memberi kesempatan siswa
untuk memperbaiki diri.
12
d. Program Pembelajaran dalam Pembelajaran Individual
Program pembelajaran individual adalah usaha memperbaiki
kelemahan pembelajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pebelajar, program
pembelajaran individual lebih efektif, sebab siwa belajar sesuai dengan
programnya sendiri. Dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pembelajar,
tampak kurnag efisien. Jumlah siswa sebesar empat puluh orang meminta
perhatian besar guru. Dan hal itu melelahkan guru.
Dari segi usia perkembangan pebelajar, maka program
pembelajaran individual cocok bagi siswa SLTP keatas. Hal ini disebabkan
oleh (i) umumnya siswa sudah dapat membaca dengan baik, (ii) siswa mudah
memahami petunjuk atau perintah dengan baik (iii) siswa dapat bekerja
mandiri dan bekerja sama dengan baik.
Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang studi cocok
untuk diprogramkan secara individual. Bidang studi yang cocok untuk
individual adalah pengajaran bahasa, matematika, IPA dan IPS bagi bahan
ajaran tertentu. Bidang studi musik, kesenian, dan olahraga yang bersifat
perorangan, juga cocok untuk program pembelajaran individual.
Program pembelajaran individual dapat dilaksanakan secara
efektif, bila mempertimbangkan hal-hal berikut, (i) disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa,(ii) tujuan pembelajaran dibuat dan
dimengerti oleh siswa, (iii) prosedur dan cara kerja dimengerti olehsiswa,
(iv) kriteria keberhasilan dimengerti oleh siswa, (v) keterlibatan guru dalam
mengevaluasi dimengerti oleh siswa.
e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan
Program pembelajaran individual beroriantasi pada pemberian
bantuan kepada setiap siswa agar dia dapat belajar secara mandiri.
Kemandirian dalam belajar terseebut merupakan tuntutan perkembangan
individu. Dalam menciptakan pembelajaran individual, rencana guru berbeda
dengan pengajaran klasikal.
13
Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator,
pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan diskusi. Guru
berperan sebagi guru pendidik, bukan instruktur.
2. Pembelajaran secara Berkelompok
Dalam kegiatan belajar-mengajar dikelas adakalanya guru
membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3-8
oarang siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan
bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini
dapat terjadi. Sebab (i) hubungan antar guru-siswa menjadi lebih sehat dan
akrab, (ii) siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan
kebutuhan kemempuan, dan minat, serta (iii) siswa dilibatkan dalam
penetuan tujuan belajar, cara belajar, kriteria keberhasilan. Ciri-ciri yang
menonjol pada pembeljaran secara kelompok dapat ditinjau dari segi (i)
tujuan pengajaran, (ii) pembelajar, (iii) guru sebagai pembelajar, (iv)
program pembelajaran (v) orientasi dan tekanan utama pelaksanaan
pembelajaran. Uraian selanjutnya dibawah ini.
a. Tujuan Pengajaran pada Kelompok Kecil
Pembelejaran kelompok kecil merupakan perbaikan dari
kelemahan pengajaran klasikal. Adapun tujuan pengajaran pada pembelajar
kelompok kecil adalah (i) memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (ii)
mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong royong dalam
kehidupan, (ii) mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga
tiap anggota merasa diri sebagai bagian dari kelompok yang bertanggung
jawab, dan (iv) mengmbangkan kemampuan kepemimpinan-keterpimpinan
pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok. Sebagai
ilustrasi, lomba kareay tulis ilmiah kelompok di SMA menimbulkan kerja
sama tim, dan sekaligus kompetisi sehat antar kelompok ( Joyce, Bruce &
Weil, Marsha, 1980).
14
b. Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang
belajar untuk memecahkan maslah kelompok. Kelompok kecil merupakan
satuan kerja yang kompak dan kohesif.
Ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol segai berikut: (i) tiap siswa
merasa sadar diri sebagai anggota kelompok, (ii) tiap siwa merasa diri
memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok, (iii) memiliki rasa saling
membutuhkan dan saling baergantung, (iv) ada interaksi dan komunikasi
antar anggota serta, (v) ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung
jawab kelompok.
Dari segi Individu, keanggotaan siswa dalam kelompok kecil
merupakan pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap siswa dalam kelompok
kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil
memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini timbullah rasa bangga
dan rasa ‘ memiliki’ kelompok pada tiap anggota kelompok. Siswa berbagi
tugas, tetapi merasa satu dalam semangat kerja.
Siswa dalam kelompok kecil berperan serta dalam tugas-tugas
kelompok. Agar kelompok kecil berperan konstruktif dan produktif,
diharapkan (i) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok;
dalam hal ini tindakan individual selalu diperhitungkan sebagi anggota
kelompok, (ii) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung
jawab , (iii) tiap anggota kelompok membina hubu8ngan akrab yang
mendorong timbulnya semangat tim, dan (iv) kelompok mewujud dalam
satuan kerja yang kohesif. Berkelompok memang merupakan kebutuhan
individu sebagai makhluk sosial. Meskipun demikian bertugas dalam suatu
kelompok memang harus dididikkan. Dalam berkelompok, maka siswa
dididik mewujudkan cita kemanusiaan secara objektif dan benar. Sebagai
ilustrasi, regu bola voly SMP akan berjuang memenangkan kejuaraan lomba
voly, sejak tingkat kelas sekolah SMP sekota, seprovinsi, sampai tingkat
nasional ( Schein, 1991 : 205-209).
15
c. Guru sebagai Pembelajar dan Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamika
kelompok agar kualitas belajar meningkat. Dalam pembelajaran kelompok
jumlah siswa yang bermutu diharapkan menjadi lebih banyak. Bila perhatian
guru dalam pembelajaran individual tertuju pada tiap individu, maka
perhatian guru dalam pembelajaran kelompok tertuju pada semangat
kelompok dalam memecahkan masalah. Kelompok yang “berkemampuan
tinggi” dijadikan motor penggerak pemecahan masalah kelompok.
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari
pembentukan kelompok, perencanaan tugas kelompok, pelaksanaan dan
evaluasi hasil belajar kelompok. Tidak ada pedoman khusus tentang
pembentukan kelompok yang jelas. Meskipun demikian ada hal yang patut
dipertimbangkan yaitu:
tujuan yang akan diperoleh siswa dalam belajar kelompok
latar belakang pengalaman siswa
minat atau pusat perhatian siswa
Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel
maksudnya semua kelompok mendapatkan tugas yang sama, sedangkan
tugas komplementer berarti kelompok saling melengkapi pemecahan
masalah. Dalam pelaksanaan mengajar, guru dapat berperan sebagai berikut:
Pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok
(seperti tujuan belajar, tata kerja,dll)
Setelah siswa memahami tugasnya, maka kolompok
melaksanakan tugas. Guru bertindak sebagai fasilitator,
pembimbing dan pengendali ketertiban kerja.
Pada akhir pembelajaran, tiap kelompok memberikan hasil
kerja.
Guru melakukan evaluasi tentang proses kerja kelompok
sebagi satuan, hasil kerja, perilaku dan tata kerja, serta
membandingkan dengan kelompok lain.
16
Pembelajaran kelompok kecil merupakan strategi pembelajaran
“antara” untuk memperhatikan individu. Pembelajaran kelompok dapat
ditempuh guru dengan jalan membagi kelas kedalam beberapa kelompok
kecil atau membagi kelas dengan member kesempatan untuk belajar
perorangan dan berkelompok kecil,dalam hal ini guru perlu mencgah
terjadinya perilaku siswa sebagai parasit balajar dan ketakmampuan kerja
kelompok.
Pada pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan utama
pelaksanaan adalah peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja
kelompok berarti belajr kepemimpinan dan keterpimpinan. Kedua
keterampialan tersebut, memimpin dan terpimpin, perlu dipelajari oleh tiap
siswa. Dalam masyarakat modern keterampialn memimpin dan terpimpin
diperlukan dalam kehidupan.
3. Pembelajaran secara klasikal
Pembelajarn klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal
itu disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang
efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Oleh karena itu ada
jumlah minimum siswa dalam kelas. Jumlah siswa tiap kelas umumnya
berkisar antara 10-45 orang. Dengan jumlah tersebut seorang guru masih
dapat mengajarkan dengan berhasil. Pembelajran kelas berarti
melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu:
Pengelolaan kelas, yakni penciptaan kondisi yang memungkinkan
terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik.
Pengelolaan pembelajaran, yakni siswa yang terlibat dalam
belajar.
Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Peran
guru dalam pembelajaran secra individual dan kelompok kecil berlaku dalam
pembelajaran secara klasikal. Tatanan utama pembelajaran adalah seluruh
anggota kelas.
17
Disamping penyusunan desain instruksional yang dibuat, maka
pembelajaran kelas dapat dilakukan dengan tindakan sebagi berikut:
Penciptaan tertib belajar dikelas
Penciptaan suasana senang danlam nelajr
Pemusatan perhatian pada bahan ajar
Mengikutsertaan siswa belajar aktif
Pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa
Dalam pembelajaran kelas, guru dapat mengajar seorang diri atau
bertindak sebagai tim pembelajar.
2.4 Posisi Guru-Siswa dalam Pengolahan Pesan
Dalam kegiatan belajar-mengajar guru berusaha menyampaikan
sesuatu hal yang disebut “pesan”. Sebaliknya, dalam kegiatan belajar siswa
juga dapat memperoleh sesuatu hal. Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat
berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau “isi ajaran” yang lain
seperti kesenian, kesusilaan, dan agama. Dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan 2 strategi yaitu :
1. Pembelajaran dengan Strategi Ekspositori
Perilaku mengajar dengan strategi ekspositori disebut juga denga
model ekspositori. Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan
mengajar yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau
informasi terperinci tentang materi yang sedang diajarkan. Tujuan utama
ekspositori adalah “memindahkan” pengetahuan, keterampialan, dan nilai-
nilai kepada siswa. Hal yang esensial harus dijelaskan kepada siswa. Peranan
guru yang penting adalah sebagai berikut:
Penyusun program pembelajaran
Pemberi informasi yang benar
Pemberi fasilitas belajar yang baik
Pembimbing siswa dalam pemerolehan informasi yang benar
Penilai pemerolehan informasi
Peranan siswa yang penting adalah sebagai :
18
Pencari informasi yang benar
Pemakai media dan sumber yang benar
Menyelesaikna tugas sehubungan denagn penilaian guru
Hasil belajar yang dievaluasi adalah jumlah pengetahuan,
keterampilan, dan nilai yang kuasai oleh siswa. Padaumumnya alat evaluasi
yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atautes buatan guru.
2. Pembelajaran dengan Strategi Inkuiri
Perilaku mengajar denagn strategi ini disebut juga sebagai model
inkuiri. Model inkuirimerupakan pengajaran yang mengharuskan siswa
mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai. Dalam model inkuiri siswa dirancanguntuk terlibat dalam melakukan
inkuiri. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan
intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.
Beberapa ahli yang mengembangkan model inkuiri diantaranya
Suchman, Massialas dan Cox, dan Schwab. Tujuan utama pembelajaran
dengan strategi inkuiri adalah :
Pengembangan kemampuan berpikir individual lewat penelitian.
Peningkatan kemampuan mempraktekkan metode dan tenik
penelitian.
Latihn keterampilan intelektual khusus, yang sesuai dengan
cabang ilmu tertentu.
Latihan menemukan sesuatu.
Peranan guru yang penting diataranya yaitu :
Menciptakan suasana bebas berpikir sehingga siswa berani
bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah.
Fasilitator dalam penelitian.
Rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternative
pemecahan masalah.
Pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternatif
dalam pemecahan masalah.
19
Peranan siswa yang penting diantaranya yaitu :
Mengambil prakarsa daalam pencarian masalah dan pemecahan
masalah.
Perilaku aktif dalam belajar melakukan penelitian.
Penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan.
Penemu pemecahan masalah.
Evaluasi hasil belajar pada model inkuiri meliputi :
Keterampilan pencarian dan perumusan masalah.
Keterampilan pengumpulan data atau informasi.
Keterampilan meneliti tentang objek.
Keterampilan menarik kesimpulan, dan
Laporan.
(EDIT) Sehubungan dengan posisi guru-siswa dalam pengolahan
pesan, guru dapat menggunakan strategi ekspositori, strategi discovery, dan
strategi inkuiri. Strategi ekpositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri.
Strategi ekspositori masih terpusat pada guru; oleh karena itu seyogianya
dikurangi. Strategi discovery dan inkuiri terpusat ada siswa. Dalam kedua
strategi ini siswa dirancang aktif belajar, sehingga ia dapat menemukan,
bekerja secara ilmu pengetahuan, dan merasa senang. Pada tempatnya guru
menggunakan strategi discovery dan inkuiri yang sesuai dengan pendekatan
CBSA.
Dalam pembelajaran pada pelajar terjadi peningkatan kemampuan.
Semula, ia memiliki kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada
kegiatan belajar hal tertentu, ia meningkatkan tingkat atau memperbaiki
tingkat ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keputusan tentang
perbaikan tingkat ranah tersebut didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk
kerja siswa dalam pemecahan masalah.
Dari sisi guru, proses pemerolehan pengalaman siswa atau proses
pengolahan pesan tersebut dapat dilakuikan dengan cara deduktif dan
induktif. Pengolahan pesan secara deduktif dimulai dari generalisasi atau
20
suatu teori yang benar, pencarian data, dan uji kebenaran generalisasi atau
suatu teori tersebut. Pada pengolahan pesan secara induktif kegiatan
bermula dari adanya fakta atau peristiwa khusus, penyusunan konsep-
konsep.
Dalam usaha pembelajaran guru dapat menggunakan pengolahan
pesan secara deduktif atau induktif tergantung pada karakteristik bidang
studinya. Selain pendekatan atau model belajar individual, kelompok dan
klasikal, masih terdapat banyak model belajar yang lain. Di antaranya:
Teori belajar Yang ditekankan Tokoh
Behaviorisme (tingkah laku)
Stimulus, respon, penguatan motivasi
Pavlov,Skinner, Bandura
Cognitivisme
Daya ingat, perhatian, pemahaman mendalam, organisasi gagasan, proses informasi
Brunner, Piaget, Ausubel
konstruktivisme Pengalaman, interaksiJean Piaget, Vygotsky,
HumanismeEmosi, perasaan, komunikasi yang terbuka, nilai-nilai
John Miler
Peran Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional,
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau
membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran.
Selain itu, menurut Djamarah (2000: 43-48) bahwa tugas dan tanggung
jawab guru atau lebih luasnya pendidik adalah sebagai:
1) Korektor
yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana
nilai yang buruk, koreksi atau penilaian yang dilakukan bersifat menyeluruh
21
dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap peserta didik mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran. Ada yang mempunyai
kemampuan baik di bidang kognitif tetapi kurang pada afektifnya, ada pula
yang baik pada psikomotorik namun kurang pada kognitifnya, dan berbagai
macam perbedaan peserta didik yang lain. Oleh karena itu, dalam
memberikan penilaian, hendaknya pendidik tidak hanya memberikan
penilaian dari satu aspek saja.
2) Inspirator
yaitu pendidik menjadi inspirator atau ilham bagi kemajuan
belajar siswa atau mahasiswa, petunjuk bagaimana cara belajar yang baik,
serta member masukan dalam menyelesaikan masalah lainnya.
3) Informator
yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan peserta didik yang dibekali
pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
peserta didik tersebut akan memiliki daya saing yang tinggi. Sehingga peserta
didik tidak akan tertinggal di era global ini.
4) Organisator
yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik
(belajar), hingga tercipta kegiatan pembelajaran yang tertib dan
menyenangkan.
5) Motivator
yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar
bergairah dan aktif belajar. Motivasi adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang
mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di
dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga
22
perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi dari pendidik merupakan
motivasi ekstrinsik.
Meskipun dalam proses belajar, motivasi intrinsik atau motivasi
yang berasal dari dalam diri individu memiliki pengaruh yang lebih efektif,
(karena motivasi intrinsik bertahan relatif lebih lama) namun motivasi
ekstrinsik juga tetap dibutuhkan. Karena kurangnya respons dari lingkungan
secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang. Oleh karena
itu, guru sebagai salah satu motivasi ekstrinsik hendaknya selalu
memberikan motivasi pada peserta didiknya.
6) Inisiator
yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pembelajaran. Melalui berbagai macam pengalaman yang
didapatkan pendidik selama di kelas, pendidik hendaknya memberikan ide-
ide demi kemajuan pembelajaran, minimal untuk kemajuan pembelajaran di
kelas yang dibimbing.
7) Fasilitator
yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegiatan belajar.
8) Pembimbing
yaitu pendidik harus mampu membimbing peserta didik menjadi
manusia dewasa yang bertanggung jawab. Hal yang harus dilakukan pendidik
adalah memberikan contoh yang baik pada peserta didik dan
mengarahkannya. Oleh karena itu, pendidik hendaknya selalu menjaga sikap
dan perilaku, karena membimbing seseorang tanpa memberikan teladan
yang baik adalah sia-sia.
9) Demonstrator
23
yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemonstrasikan bahan
pelajaran yang susah dipahami. Peserta didik akan lebih mudah memahami
suatu materi jika materi tersebut didemonstrasikan, karena sesuatu yang
didemonstrasikan melibatkan aspek audio dan visual, sehingga lebih mudah
untuk dipahami peserta didik.
10) Pengelola kelas
yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk menunjang
interaksi edukatif. Jika kelas dikelola dengan baik, maka proses pembelajaran
dapat berjalan dengan tertib.
11) Mediator
yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat
komunikasi guna mengefektifkan proses interaktif edukatif. Proses
pembelajaran merupakan proses interaksi, bukan hanya penyampaian
materi dari satu arah atau dari guru saja, peserta didik hendaknya turut aktif
dalam proses pembelajaran, dan dengan adanya pendidik maka diharapkan
proses interaktif edukatif tersebut tercipta di kelas. Dalam hal ini biasanya
pendidik cukup memberikan sedikit materi di awal, kemudian mengajak
dialog peserta didik mengenai materi yang telah diberikan sebelumnya, atau
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang akan
dibahas.
12) Supervisor
yaitu pendidik hendaknya dapat memperbaiki dan menilai
secara kritis terhadap proses pembelajaran. Setiap selesai proses
pembelajaran, pendidik yang baik akan menilai proses pembelajaran yang
telah berlangsung, apabila terdapat kekurangan, maka ia akan mencari
sumber kekurangan tersebut dan memperbaikinya, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan lebih baik setiap harinya.
13) Evaluator
24
yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur.
Pendidik diharapkan bisa berlaku adil dan jujur dalam setiap proses evaluasi,
sehingga tiap- tiap peserta didik dapat mengetahui kemampuannya.
Membantu peserta didik ketika menghadapi ujian bukanlah hal yang tepat
dilakukan oleh seorang pendidik, karena hal tersebut merupakan
pembodohan peserta didik dan mengajarkan ketidakjujuran pada peserta
didik. Dan hal tersebut juga membuat peserta didik tidak akan pernah
merasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Oleh karena itu, jelaslah bahwa kata “pendidik” dalam perspektif
pendidikan yang selama ini berkembang di masyarakat memiliki makana
yang lebih luas, dengan tugas, peran, dan tanggung jawabnya adalah
mendidik peserta didik agar tumbuh dan berkembang potensinya kea rah
yang lebih sempurna.
BAB III
25
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu :
Pendekatan kontekstual
Pendekatan konstruktivisme
Pendekatan Deduktif-Induktif
Pendekatan konsep dan Proses
Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Dalam pengorganisasian siswa, terdapat beberapa macam metode
pembelajaran yang dapat digunakan, yaitu :
pembelajaran secara individual
Pembelajaran secara berkelompok
Pembelajaran secara klasikal
Pada kegiatan belajar-mengajar guru berusaha menyampaikan sesuatu
hal yang disebut “pesan”. Hal ini dapat dilakukan dengan 2 strategi yaitu :
Pembelajaran secara ekspositori
Pembelajaran secara inkuiri
DAFTAR PUSTAKA
26
Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Bandung: :
Alfabeta.
Baharudin., Nur Wahyuni, Esa. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Depdiknas. (2002). Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based Education,
High-Based Education, dan Life Skills di SMU. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati., Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
M. Yunus, Firdaus. (2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Paulo freire-
Y.B Mangunwijaya. Yogyakarta: Logung Pustaka
Makmun, Abin Syamsuddin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan.
Jogjakarta: Ircisod
Suhandoyo (1993). Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
Melalui Interaksi Positif dengan Lingkungan. Yogyakarta: PPM IKIP
Yogyakarta.
Supriawan, Dedi., Surasega, A. Benyamin. 1990. Strategi Belajar Mengajar
(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Supriyadi. (1999). Buku Pegangan Perkuliahan Teknologi Pengajaran Fisika.
Yogyakarta: Jurdik Fisika FMIPA UNY
27
Yasin, Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang
Press
Winataputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-
pembelajaran/)
(http.//www.contextual.org.id)
(http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-
induktif-deduktif.html)
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-
pembelajaran/
(http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-
metode-pembelajaran/).
28