pendekatan pembelajaran

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik. Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan 1

Upload: syahri

Post on 11-Aug-2015

264 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

pendekatan pembelajaran

TRANSCRIPT

Page 1: pendekatan pembelajaran

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus

diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang

semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh

terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak

dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam

meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan

tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik

dapat menerima pelajaran dengan baik.

Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel

pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran,

peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta.

Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan

berbagai pendekatan pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan

kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa

peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam

pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu

bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis pendekatan

pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.

Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul

adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa

dengan pendekatan yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan

mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih

senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Beberapa pendekatan

pembelajaran yang dianggap efisien adalah pendekatan pembelajaran

komunikatif, pendekatan pembelajaran kontekstual, dan pendekatan

pembelajaran humanistik.

1

Page 2: pendekatan pembelajaran

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa pengertian dari Pendekatan Pembelajaran ?

2) Apa saja bentuk-bentuk pendekatan pembelajaran ?

3) Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian siswa ?

4) Bagaimana posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan ?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian dari Pendekatan Pembelajaran

2) Untuk mengetahui bentuk-bentuk pendekatan pembelajaran

3) Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengorganisasian siswa

4) Untuk mengidentifikasi posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan

2

Page 3: pendekatan pembelajaran

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di

dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

2.2 Bentuk-bentuk pendekatan pembelajaran

Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada

kegiatan belajar mengajar, antara lain :

1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih

bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan

alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami.

Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan

gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam

kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan

daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi

pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan–memberdayakan

siswa, bukan mengajar siswa.

Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa

dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan

lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang

berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa

yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari.

3

Page 4: pendekatan pembelajaran

Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan

kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di

lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang

benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan

mereka, dan lingkungan masyarakat luas.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam

mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang

bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi

kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan

sendiri” dan bukan dari “apa kata guru”.

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya

untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi

juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam

memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari

melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran

kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills).

Pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang

sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang

penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual

atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk

merancang cara dalam mengatasi masalah.

2. Pendekatan Konstruktivisme

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual.

Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-

tiba.Kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina

pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara

pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

4

Page 5: pendekatan pembelajaran

Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru.

Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar. Menurut teori konstruktivisme,

konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seseorang akan

berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau

pengalaman baru. Seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur

kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan

yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu,

konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan

pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau

tuning.

Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur

kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan

yang ada padanya.Konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan

konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai

parcing.

Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses

pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan

menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia

ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman

mereka tentang sesuatu perkara.

3. Pendekatan Deduktif – Induktif

a. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi

dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif

dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan

berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya

dan konsep dasarnya.

5

Page 6: pendekatan pembelajaran

b. Pendekatan Induktif

Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah

menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh

pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau

dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.

Pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan

deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di

bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik

baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan

rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan

kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran

dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi

atau pengetahuan.

Pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan

menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan

argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan

(2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa

dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang

disampaikan.

Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan

pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif .

Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya

pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis

proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan.

Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan

pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya,

menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing

memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar

pengamatan siswa sendiri.

6

Page 7: pendekatan pembelajaran

Pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan

konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-

contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan

sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau

geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi,

tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis

apa yang diamati.

Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta

memecahkan soal atau masalah. Ada dua kategori yang dapat dipakai dalam

membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada

prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya

diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat

dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum

diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” . Dalam

kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan

menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya

digunakan secara bergantian.

4. Pendekatan Konsep dan Proses

a. Pendekatan Konsep

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti

siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang

terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan

konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa

dibimbing untuk memahami konsep.

b. Pendekatan Proses

Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah

mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti

mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan

mengkomunikasikan.

7

Page 8: pendekatan pembelajaran

Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan

sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut

keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.

Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu

dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama,

proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman

pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan

menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-

potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya

bukan miliknya sendiri

5. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat

National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang

STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human

experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa

sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa

diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep

dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.

Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1)

bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the

widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a

technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian,

pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan

cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami

berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat.

Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem

politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi

terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting

dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.

8

Page 9: pendekatan pembelajaran

Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University

bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore

a understand the many ways that scinence and technology shape culture,

values, and institution, and how such factors shape science and technology.

STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk

mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-

proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi

perkembangan sains dan teknologi.

Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA )

menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan

STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa.

Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,

kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan.

Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan

informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga

adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada

masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya

menggunakan langkah – langkah.

2.3 Pengorganisasian Siswa

1. Pembelajaran secara Individual

Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang

menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing

individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan

pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran

individual, guru memberi bantuan individu secara umum. Sebagai ilustrasi,

bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membaca dalam hati secara

individual siswa memnemukan kesukaran sendiri-sendiri.

9

Page 10: pendekatan pembelajaran

Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individu dapat ditinjau

dari segi (i) Tujuan Pengajaran (ii) siswa sebagai subyek yang belajar (iii)

guru sebagai pembelajar (iv) program pembelajaran, serta (v) orientasi dan

tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Uraian lebih lanjut

dikemukakan dibawah ini :

a. Tujuan Pengajaran pada Pembelajaran Secara Individual

Prilaku belajar-mengajar disekolah yang menganut sistem kalsikal

tampak serupa. Dalam kelas terdapat siswa yang rata-rata berjumlah empat

puluh orang. Guru membantu siswa yang menghadapi kesukaran. Adapun

tujuan pengajaran yang menonjol adalah: (1) Pemberian kesempatan dan

keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri; dalam

pengajaran klasikal guru menggunakan ukuran kemampuan rata-rata kelas.

Dalam pengajaran individual awal pelajaran adalah kemampuan tiap

individual, sedangkan pada pengajaran klasikal awal pelajaran berdasarkan

kemampuan rata-rata kelas. Siswa menyesuaikan diri dengan kemampuan

rata-rata kelas. (2) pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal.

Tiap individu memiliki paket sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan

belajarnya secara individual juga.

b. Siswa dalam Pembelajaran Secara Individual

Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral.

Pembelajar merupakan pusat layanan pengajaran. berbeda dengan

pengajaran klasikal maka siswa memiliki keleluasaan berupa (i) keleluasaan

belajar berdasarkan kemampuan sendiri (ii) nkebebasan menggunakan

waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan

yang dilakukannya, (iii) keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan,

dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah

ditetapkan, (iv) siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar, (v)

siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta (vi)

siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.

10

Page 11: pendekatan pembelajaran

Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya

perbedaan tanggung jawab belajar-mengajar. Pada pembelajaran

klasikal,tanggung jawab guru dalam membelajarkan siswa cukup besar. Pada

pembelajaran secara individual, tanggung jawabsiswa untuk belajar sendiri

sangat besar. Pembelajar bertanggung jawab penuh untuk belajar sendiri.

Timbul soal berikut; Apakah siswa telah memiliki rasa tanggung jawab untuk

belajar sendiri? Hal ini terkait dengan perkembangan emansipasi diri siswa.

M,eskipun demikian pada tempatnya usia pendidikan dasar (6;0-15;0) siswa

dididik memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar sendiri (Monks, Knoers,

Siti Rahayu, Haditono, 1989)

c. Guru dalam Pembelajaran Secara Individual

Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat

membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran

berupa (i) Perencanaan kegiatan belajar (ii) pengorganisasian kegiatan

belajar (iii) penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan (iv)

fasilitas yang mempermudah belajar.

Dalam pengajaran klasikal pada umumnya peranan guru dalam

merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Hal ini tidak terjadi

dalam pembelajaran individual. Peranan guru dalam merencanakan kegiatan

belajar sebagai berikut: (i) membantu merencanakan kegiatan-kegiatan

belajar sebagai berikut: (i) membantu merencanakan kegiatan belajar siswa;

dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar,

membuat program belajar sesuai kemampuan siswa, (ii) membicarakan

pelaksanaan belajar, mengemukakan kriteria keberhasilan belajar,

menentukan wkatu dan kondisi belajar, (iii) berperan sebagai penasihat atau

pembimbing, dan (iv) membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan

kemajuan sendiri. Sebagai ilustrasi, guru membantu memilih program belajar

dengan suatu modul. (tjipto utomo & kees, ruijter: 69-83.)

11

Page 12: pendekatan pembelajaran

Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah

mengatur dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan

guru sebagi berikut (i) memberikan orientasi umum sehubungan dengan

belajar topik tertentu, (ii) membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi

kebosanan, (iii) mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan

kemajuan, materi, media, dan sumber, (iv) membagi perhatian pada sejumlah

pembelajar, menurut tugas dan kebutuhan pembelajar (v) memberikaan

balikan terhadap setiap p[embelajar, dan (vi) mengakhiri kegiatan belajar

dalam suatu unujuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja;

untuk kerja hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja; untuk

kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan evaluasi kemajuan

belajar.

Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa

bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar. Hubungan terbuka

tersebut ditimbulkan dengan cara (i) membuat hubungan akrab dan peka

terhadap kebutuhan siswa, (ii) memndengarkan secara simpatik terhadap

segala ungkapan jiwa siswa, (iii) tanggap dan memberikan reaksi posotif

pada siswa, (iv) membina hubungan salaing percaya, (v) kesiapan membantu

siswa, (vi) membina suasana aman sehingga siswa leluasa bereksplorasi,

memberi kemungkinan penemuan-penemuan, dan mendorong terjadinya

emansipasi dengan penuh tanggung jawab.

Perilaku guru dalam hubungan terbuka tersebut tetap mengacu

pada kemandirian siswa yang bertanggung jawab, hal ini perlu dijaga jangan

terjerumus pada pemanjaan siswa.

Peranan guru yang sangat penting adalah menjadi fasilitator

belajar. Tujuannya adalah mempermudah proses belajar. Cara yang

dilakukan gurru adalah (i) membimbing siswa belajar, (ii) menyediakan

media dan sumber belajar, (iii) memberi penguiatan belajar, (iv) menjadi

teman dalam mengevaluasi pelaksanaan,(v) memberi kesempatan siswa

untuk memperbaiki diri.

12

Page 13: pendekatan pembelajaran

d. Program Pembelajaran dalam Pembelajaran Individual

Program pembelajaran individual adalah usaha memperbaiki

kelemahan pembelajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pebelajar, program

pembelajaran individual lebih efektif, sebab siwa belajar sesuai dengan

programnya sendiri. Dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pembelajar,

tampak kurnag efisien. Jumlah siswa sebesar empat puluh orang meminta

perhatian besar guru. Dan hal itu melelahkan guru.

Dari segi usia perkembangan pebelajar, maka program

pembelajaran individual cocok bagi siswa SLTP keatas. Hal ini disebabkan

oleh (i) umumnya siswa sudah dapat membaca dengan baik, (ii) siswa mudah

memahami petunjuk atau perintah dengan baik (iii) siswa dapat bekerja

mandiri dan bekerja sama dengan baik.

Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang studi cocok

untuk diprogramkan secara individual. Bidang studi yang cocok untuk

individual adalah pengajaran bahasa, matematika, IPA dan IPS bagi bahan

ajaran tertentu. Bidang studi musik, kesenian, dan olahraga yang bersifat

perorangan, juga cocok untuk program pembelajaran individual.

Program pembelajaran individual dapat dilaksanakan secara

efektif, bila mempertimbangkan hal-hal berikut, (i) disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemampuan siswa,(ii) tujuan pembelajaran dibuat dan

dimengerti oleh siswa, (iii) prosedur dan cara kerja dimengerti olehsiswa,

(iv) kriteria keberhasilan dimengerti oleh siswa, (v) keterlibatan guru dalam

mengevaluasi dimengerti oleh siswa.

e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan

Program pembelajaran individual beroriantasi pada pemberian

bantuan kepada setiap siswa agar dia dapat belajar secara mandiri.

Kemandirian dalam belajar terseebut merupakan tuntutan perkembangan

individu. Dalam menciptakan pembelajaran individual, rencana guru berbeda

dengan pengajaran klasikal.

13

Page 14: pendekatan pembelajaran

Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator,

pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan diskusi. Guru

berperan sebagi guru pendidik, bukan instruktur.

2. Pembelajaran secara Berkelompok

Dalam kegiatan belajar-mengajar dikelas adakalanya guru

membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3-8

oarang siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan

bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini

dapat terjadi. Sebab (i) hubungan antar guru-siswa menjadi lebih sehat dan

akrab, (ii) siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan

kebutuhan kemempuan, dan minat, serta (iii) siswa dilibatkan dalam

penetuan tujuan belajar, cara belajar, kriteria keberhasilan. Ciri-ciri yang

menonjol pada pembeljaran secara kelompok dapat ditinjau dari segi (i)

tujuan pengajaran, (ii) pembelajar, (iii) guru sebagai pembelajar, (iv)

program pembelajaran (v) orientasi dan tekanan utama pelaksanaan

pembelajaran. Uraian selanjutnya dibawah ini.

a. Tujuan Pengajaran pada Kelompok Kecil

Pembelejaran kelompok kecil merupakan perbaikan dari

kelemahan pengajaran klasikal. Adapun tujuan pengajaran pada pembelajar

kelompok kecil adalah (i) memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (ii)

mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong royong dalam

kehidupan, (ii) mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga

tiap anggota merasa diri sebagai bagian dari kelompok yang bertanggung

jawab, dan (iv) mengmbangkan kemampuan kepemimpinan-keterpimpinan

pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok. Sebagai

ilustrasi, lomba kareay tulis ilmiah kelompok di SMA menimbulkan kerja

sama tim, dan sekaligus kompetisi sehat antar kelompok ( Joyce, Bruce &

Weil, Marsha, 1980).

14

Page 15: pendekatan pembelajaran

b. Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil

Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang

belajar untuk memecahkan maslah kelompok. Kelompok kecil merupakan

satuan kerja yang kompak dan kohesif.

Ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol segai berikut: (i) tiap siswa

merasa sadar diri sebagai anggota kelompok, (ii) tiap siwa merasa diri

memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok, (iii) memiliki rasa saling

membutuhkan dan saling baergantung, (iv) ada interaksi dan komunikasi

antar anggota serta, (v) ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung

jawab kelompok.

Dari segi Individu, keanggotaan siswa dalam kelompok kecil

merupakan pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap siswa dalam kelompok

kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil

memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini timbullah rasa bangga

dan rasa ‘ memiliki’ kelompok pada tiap anggota kelompok. Siswa berbagi

tugas, tetapi merasa satu dalam semangat kerja.

Siswa dalam kelompok kecil berperan serta dalam tugas-tugas

kelompok. Agar kelompok kecil berperan konstruktif dan produktif,

diharapkan (i) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok;

dalam hal ini tindakan individual selalu diperhitungkan sebagi anggota

kelompok, (ii) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung

jawab , (iii) tiap anggota kelompok membina hubu8ngan akrab yang

mendorong timbulnya semangat tim, dan (iv) kelompok mewujud dalam

satuan kerja yang kohesif. Berkelompok memang merupakan kebutuhan

individu sebagai makhluk sosial. Meskipun demikian bertugas dalam suatu

kelompok memang harus dididikkan. Dalam berkelompok, maka siswa

dididik mewujudkan cita kemanusiaan secara objektif dan benar. Sebagai

ilustrasi, regu bola voly SMP akan berjuang memenangkan kejuaraan lomba

voly, sejak tingkat kelas sekolah SMP sekota, seprovinsi, sampai tingkat

nasional ( Schein, 1991 : 205-209).

15

Page 16: pendekatan pembelajaran

c. Guru sebagai Pembelajar dan Pembelajaran Kelompok

Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamika

kelompok agar kualitas belajar meningkat. Dalam pembelajaran kelompok

jumlah siswa yang bermutu diharapkan menjadi lebih banyak. Bila perhatian

guru dalam pembelajaran individual tertuju pada tiap individu, maka

perhatian guru dalam pembelajaran kelompok tertuju pada semangat

kelompok dalam memecahkan masalah. Kelompok yang “berkemampuan

tinggi” dijadikan motor penggerak pemecahan masalah kelompok.

Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari

pembentukan kelompok, perencanaan tugas kelompok, pelaksanaan dan

evaluasi hasil belajar kelompok. Tidak ada pedoman khusus tentang

pembentukan kelompok yang jelas. Meskipun demikian ada hal yang patut

dipertimbangkan yaitu:

tujuan yang akan diperoleh siswa dalam belajar kelompok

latar belakang pengalaman siswa

minat atau pusat perhatian siswa

Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel

maksudnya semua kelompok mendapatkan tugas yang sama, sedangkan

tugas komplementer berarti kelompok saling melengkapi pemecahan

masalah. Dalam pelaksanaan mengajar, guru dapat berperan sebagai berikut:

Pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok

(seperti tujuan belajar, tata kerja,dll)

Setelah siswa memahami tugasnya, maka kolompok

melaksanakan tugas. Guru bertindak sebagai fasilitator,

pembimbing dan pengendali ketertiban kerja.

Pada akhir pembelajaran, tiap kelompok memberikan hasil

kerja.

Guru melakukan evaluasi tentang proses kerja kelompok

sebagi satuan, hasil kerja, perilaku dan tata kerja, serta

membandingkan dengan kelompok lain.

16

Page 17: pendekatan pembelajaran

Pembelajaran kelompok kecil merupakan strategi pembelajaran

“antara” untuk memperhatikan individu. Pembelajaran kelompok dapat

ditempuh guru dengan jalan membagi kelas kedalam beberapa kelompok

kecil atau membagi kelas dengan member kesempatan untuk belajar

perorangan dan berkelompok kecil,dalam hal ini guru perlu mencgah

terjadinya perilaku siswa sebagai parasit balajar dan ketakmampuan kerja

kelompok.

Pada pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan utama

pelaksanaan adalah peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja

kelompok berarti belajr kepemimpinan dan keterpimpinan. Kedua

keterampialan tersebut, memimpin dan terpimpin, perlu dipelajari oleh tiap

siswa. Dalam masyarakat modern keterampialn memimpin dan terpimpin

diperlukan dalam kehidupan.

3. Pembelajaran secara klasikal

Pembelajarn klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal

itu disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang

efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Oleh karena itu ada

jumlah minimum siswa dalam kelas. Jumlah siswa tiap kelas umumnya

berkisar antara 10-45 orang. Dengan jumlah tersebut seorang guru masih

dapat mengajarkan dengan berhasil. Pembelajran kelas berarti

melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu:

Pengelolaan kelas, yakni penciptaan kondisi yang memungkinkan

terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik.

Pengelolaan pembelajaran, yakni siswa yang terlibat dalam

belajar.

Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Peran

guru dalam pembelajaran secra individual dan kelompok kecil berlaku dalam

pembelajaran secara klasikal. Tatanan utama pembelajaran adalah seluruh

anggota kelas.

17

Page 18: pendekatan pembelajaran

Disamping penyusunan desain instruksional yang dibuat, maka

pembelajaran kelas dapat dilakukan dengan tindakan sebagi berikut:

Penciptaan tertib belajar dikelas

Penciptaan suasana senang danlam nelajr

Pemusatan perhatian pada bahan ajar

Mengikutsertaan siswa belajar aktif

Pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa

Dalam pembelajaran kelas, guru dapat mengajar seorang diri atau

bertindak sebagai tim pembelajar.

2.4 Posisi Guru-Siswa dalam Pengolahan Pesan

Dalam kegiatan belajar-mengajar guru berusaha menyampaikan

sesuatu hal yang disebut “pesan”. Sebaliknya, dalam kegiatan belajar siswa

juga dapat memperoleh sesuatu hal. Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat

berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau “isi ajaran” yang lain

seperti kesenian, kesusilaan, dan agama. Dalam pembelajaran dapat

dilakukan dengan 2 strategi yaitu :

1. Pembelajaran dengan Strategi Ekspositori

Perilaku mengajar dengan strategi ekspositori disebut juga denga

model ekspositori. Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan

mengajar yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau

informasi terperinci tentang materi yang sedang diajarkan. Tujuan utama

ekspositori adalah “memindahkan” pengetahuan, keterampialan, dan nilai-

nilai kepada siswa. Hal yang esensial harus dijelaskan kepada siswa. Peranan

guru yang penting adalah sebagai berikut:

Penyusun program pembelajaran

Pemberi informasi yang benar

Pemberi fasilitas belajar yang baik

Pembimbing siswa dalam pemerolehan informasi yang benar

Penilai pemerolehan informasi

Peranan siswa yang penting adalah sebagai :

18

Page 19: pendekatan pembelajaran

Pencari informasi yang benar

Pemakai media dan sumber yang benar

Menyelesaikna tugas sehubungan denagn penilaian guru

Hasil belajar yang dievaluasi adalah jumlah pengetahuan,

keterampilan, dan nilai yang kuasai oleh siswa. Padaumumnya alat evaluasi

yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atautes buatan guru.

2. Pembelajaran dengan Strategi Inkuiri

Perilaku mengajar denagn strategi ini disebut juga sebagai model

inkuiri. Model inkuirimerupakan pengajaran yang mengharuskan siswa

mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-

nilai. Dalam model inkuiri siswa dirancanguntuk terlibat dalam melakukan

inkuiri. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan

intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.

Beberapa ahli yang mengembangkan model inkuiri diantaranya

Suchman, Massialas dan Cox, dan Schwab. Tujuan utama pembelajaran

dengan strategi inkuiri adalah :

Pengembangan kemampuan berpikir individual lewat penelitian.

Peningkatan kemampuan mempraktekkan metode dan tenik

penelitian.

Latihn keterampilan intelektual khusus, yang sesuai dengan

cabang ilmu tertentu.

Latihan menemukan sesuatu.

Peranan guru yang penting diataranya yaitu :

Menciptakan suasana bebas berpikir sehingga siswa berani

bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah.

Fasilitator dalam penelitian.

Rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternative

pemecahan masalah.

Pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternatif

dalam pemecahan masalah.

19

Page 20: pendekatan pembelajaran

Peranan siswa yang penting diantaranya yaitu :

Mengambil prakarsa daalam pencarian masalah dan pemecahan

masalah.

Perilaku aktif dalam belajar melakukan penelitian.

Penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan.

Penemu pemecahan masalah.

Evaluasi hasil belajar pada model inkuiri meliputi :

Keterampilan pencarian dan perumusan masalah.

Keterampilan pengumpulan data atau informasi.

Keterampilan meneliti tentang objek.

Keterampilan menarik kesimpulan, dan

Laporan.

(EDIT) Sehubungan dengan posisi guru-siswa dalam pengolahan

pesan, guru dapat menggunakan strategi ekspositori, strategi discovery, dan

strategi inkuiri. Strategi ekpositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri.

Strategi ekspositori masih terpusat pada guru; oleh karena itu seyogianya

dikurangi. Strategi discovery dan inkuiri terpusat ada siswa. Dalam kedua

strategi ini siswa dirancang aktif belajar, sehingga ia dapat menemukan,

bekerja secara ilmu pengetahuan, dan merasa senang. Pada tempatnya guru

menggunakan strategi discovery dan inkuiri yang sesuai dengan pendekatan

CBSA.

Dalam pembelajaran pada pelajar terjadi peningkatan kemampuan.

Semula, ia memiliki kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada

kegiatan belajar hal tertentu, ia meningkatkan tingkat atau memperbaiki

tingkat ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keputusan tentang

perbaikan tingkat ranah tersebut didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk

kerja siswa dalam pemecahan masalah.

Dari sisi guru, proses pemerolehan pengalaman siswa atau proses

pengolahan pesan tersebut dapat dilakuikan dengan cara deduktif dan

induktif. Pengolahan pesan secara deduktif dimulai dari generalisasi atau

20

Page 21: pendekatan pembelajaran

suatu teori yang benar, pencarian data, dan uji kebenaran generalisasi atau

suatu teori tersebut. Pada pengolahan pesan secara induktif kegiatan

bermula dari adanya fakta atau peristiwa khusus, penyusunan konsep-

konsep.

Dalam usaha pembelajaran guru dapat menggunakan pengolahan

pesan secara deduktif atau induktif tergantung pada karakteristik bidang

studinya. Selain pendekatan atau model belajar individual, kelompok dan

klasikal, masih terdapat banyak model belajar yang lain.  Di antaranya:

Teori belajar Yang ditekankan Tokoh

Behaviorisme (tingkah laku)

Stimulus, respon, penguatan motivasi

Pavlov,Skinner, Bandura

Cognitivisme

Daya ingat, perhatian, pemahaman mendalam, organisasi gagasan, proses informasi

Brunner, Piaget, Ausubel

konstruktivisme Pengalaman, interaksiJean Piaget, Vygotsky,

HumanismeEmosi, perasaan, komunikasi yang terbuka, nilai-nilai

John Miler

Peran Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran

Peran guru dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional,

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau

membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran.

Selain itu, menurut Djamarah (2000: 43-48) bahwa tugas dan tanggung

jawab guru atau lebih luasnya pendidik adalah sebagai:

1) Korektor

yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana

nilai yang buruk, koreksi atau penilaian yang dilakukan bersifat menyeluruh

21

Page 22: pendekatan pembelajaran

dari segi  kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap peserta didik mempunyai

kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran. Ada yang mempunyai

kemampuan baik di bidang kognitif tetapi kurang pada afektifnya, ada pula

yang baik pada psikomotorik namun kurang pada kognitifnya, dan berbagai

macam perbedaan peserta didik yang lain. Oleh karena itu, dalam

memberikan penilaian, hendaknya pendidik tidak hanya memberikan

penilaian dari satu aspek saja.

2) Inspirator

yaitu pendidik menjadi inspirator atau ilham bagi kemajuan

belajar siswa atau mahasiswa, petunjuk bagaimana cara belajar yang baik,

serta member masukan dalam menyelesaikan masalah lainnya.

3) Informator

yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan peserta didik yang dibekali

pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

peserta didik tersebut akan memiliki daya saing yang tinggi. Sehingga peserta

didik tidak akan tertinggal di era global ini.

4) Organisator

yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik

(belajar), hingga tercipta kegiatan pembelajaran yang tertib dan

menyenangkan.

5) Motivator

yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar

bergairah dan aktif belajar. Motivasi adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang

mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.

Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di

dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga

22

Page 23: pendekatan pembelajaran

perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi dari pendidik merupakan

motivasi ekstrinsik.

Meskipun dalam proses belajar, motivasi intrinsik atau motivasi

yang berasal dari dalam diri individu memiliki pengaruh yang lebih efektif,

(karena motivasi intrinsik bertahan relatif  lebih lama) namun motivasi

ekstrinsik juga tetap dibutuhkan. Karena kurangnya respons dari lingkungan

secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang. Oleh karena

itu, guru sebagai salah satu motivasi ekstrinsik hendaknya selalu

memberikan motivasi pada peserta didiknya.

6) Inisiator

yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam

pendidikan dan pembelajaran. Melalui berbagai macam pengalaman yang

didapatkan pendidik selama di kelas, pendidik hendaknya memberikan ide-

ide demi kemajuan pembelajaran, minimal untuk kemajuan pembelajaran di

kelas yang dibimbing.

7) Fasilitator

yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan

kemudahan kegiatan belajar.

8) Pembimbing

yaitu pendidik harus mampu membimbing peserta didik menjadi

manusia dewasa yang bertanggung jawab. Hal yang harus dilakukan pendidik

adalah memberikan contoh yang baik pada peserta didik dan

mengarahkannya. Oleh karena itu, pendidik hendaknya selalu menjaga sikap

dan perilaku, karena membimbing seseorang tanpa memberikan teladan

yang baik adalah sia-sia.

9) Demonstrator

23

Page 24: pendekatan pembelajaran

yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemonstrasikan bahan

pelajaran yang susah dipahami. Peserta didik akan lebih mudah memahami

suatu materi jika materi tersebut didemonstrasikan, karena sesuatu yang

didemonstrasikan  melibatkan aspek audio dan visual, sehingga lebih mudah

untuk dipahami peserta didik.

10) Pengelola kelas

yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk menunjang

interaksi edukatif. Jika kelas dikelola dengan baik, maka proses pembelajaran

dapat berjalan dengan tertib.

11) Mediator

yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat

komunikasi guna mengefektifkan proses interaktif edukatif. Proses

pembelajaran merupakan proses interaksi, bukan hanya penyampaian

materi dari satu arah atau dari guru saja, peserta didik hendaknya turut aktif

dalam proses pembelajaran, dan dengan adanya pendidik maka diharapkan

proses interaktif edukatif tersebut tercipta di kelas. Dalam hal ini biasanya

pendidik cukup memberikan sedikit materi di awal, kemudian mengajak

dialog peserta didik mengenai materi yang telah diberikan sebelumnya, atau

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang akan

dibahas.

12) Supervisor

yaitu pendidik hendaknya dapat memperbaiki dan menilai

secara kritis terhadap proses pembelajaran. Setiap selesai proses

pembelajaran, pendidik yang baik akan menilai proses pembelajaran yang

telah berlangsung, apabila terdapat kekurangan, maka ia akan mencari

sumber kekurangan tersebut dan memperbaikinya, sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan lebih baik setiap harinya.

13) Evaluator

24

Page 25: pendekatan pembelajaran

yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur.

Pendidik diharapkan bisa berlaku adil dan jujur dalam setiap proses evaluasi,

sehingga tiap- tiap peserta didik dapat mengetahui kemampuannya.

Membantu peserta didik ketika menghadapi ujian bukanlah hal yang tepat

dilakukan oleh seorang pendidik, karena  hal tersebut merupakan

pembodohan  peserta didik dan mengajarkan ketidakjujuran pada peserta

didik. Dan hal tersebut juga membuat peserta didik tidak akan pernah

merasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.

Oleh karena itu, jelaslah bahwa kata “pendidik” dalam perspektif

pendidikan yang selama ini berkembang di masyarakat memiliki makana

yang lebih luas, dengan tugas, peran, dan tanggung jawabnya adalah

mendidik peserta didik agar tumbuh dan berkembang potensinya kea rah

yang lebih sempurna.

BAB III

25

Page 26: pendekatan pembelajaran

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di

dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu :

Pendekatan kontekstual

Pendekatan konstruktivisme

Pendekatan Deduktif-Induktif

Pendekatan konsep dan Proses

Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat

Dalam pengorganisasian siswa, terdapat beberapa macam metode

pembelajaran yang dapat digunakan, yaitu :

pembelajaran secara individual

Pembelajaran secara berkelompok

Pembelajaran secara klasikal

Pada kegiatan belajar-mengajar guru berusaha menyampaikan sesuatu

hal yang disebut “pesan”. Hal ini dapat dilakukan dengan 2 strategi yaitu :

Pembelajaran secara ekspositori

Pembelajaran secara inkuiri

DAFTAR PUSTAKA

26

Page 27: pendekatan pembelajaran

Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Bandung: :

Alfabeta.

Baharudin., Nur Wahyuni, Esa. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-ruzz Media

Depdiknas. (2002). Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based Education,

High-Based Education, dan Life Skills di SMU. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati., Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

M. Yunus, Firdaus. (2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Paulo freire-

Y.B Mangunwijaya. Yogyakarta: Logung Pustaka

Makmun, Abin Syamsuddin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan.

Jogjakarta: Ircisod

Suhandoyo (1993). Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

Melalui Interaksi Positif dengan Lingkungan. Yogyakarta: PPM IKIP

Yogyakarta.

Supriawan, Dedi., Surasega, A. Benyamin. 1990. Strategi Belajar Mengajar

(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Supriyadi. (1999). Buku Pegangan Perkuliahan Teknologi Pengajaran Fisika.

Yogyakarta: Jurdik Fisika FMIPA UNY

27

Page 28: pendekatan pembelajaran

Yasin, Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang

Press

Winataputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka.

(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-

pembelajaran/)

(http.//www.contextual.org.id)

(http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-

induktif-deduktif.html)

(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-

pembelajaran/

(http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).

(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-

metode-pembelajaran/).

28