(pendekatan dengan konsep crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/naskah publikasi-16.pdfsquare,...

24
ADAPTIVE REUSE EX-OMAH LOWO SOLO AS WOOD CREATIVE INDUSTRY (Pendekatan dengan Konsep Crossprograming) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Oleh : RETNO NOVIANTY D 300 13 0034 PROGRTAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

ADAPTIVE REUSE EX-OMAH LOWO SOLO

AS WOOD CREATIVE INDUSTRY

(Pendekatan dengan Konsep Crossprograming)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Oleh :

RETNO NOVIANTY

D 300 13 0034

PROGRTAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

i

Page 3: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

ii

Page 4: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan
Page 5: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

1

ADAPTIVE REUSE EX-OMAH LOWO SOLO

AS WOOD CREATIVE INDUSTRY

(PENDEKATAN DENGAN KONSEP CROSSPROGRAMING)

Abstrak

Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaataan kreatifitas,

keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta

lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan

daya cipta individu tersebut. Di Solo masih ada industri kreatif yang kurang di

ketahui oleh masyarakat. Fenomena dikarenakan kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang industri kreatif yang ada di Solo. Seharusnya industri kreatif

di Kota Solo memiliki peranan penting bagi perkembangan ekonomi yang mana

di bantu pula dari masyarakat untuk mensosialisasikannya. Faktafakta yang

telah diuraikan melatar belakangi pengadaan proyek “Adaptive Reuse Ex-Omah

Lowo Solo As Wood Creative Industry”. Keberadaan “Adaptive Reuse Ex-

Omah Lowo Solo As Wood Creative Industry” ini akan menjadi ruang bagi

beberapa industri kreatif kayu yang ada di Kota Solo dimana didalamnya

terdapat galeri serta workshop. Selain mengedukasi juga menjadi sarana jual

beli karya industri kreatif terkait. Bangunan yang dipilih dalam pembangunan

ini juga menggunakan bangunan Omah Lowo yang di konservasi dengan cara

adaptive reuse dan di sesuaikan program ruangnya dengan crossprograming.

Perencanaan dan perancangan ini tentu diharapkan dapat menjadi satu obyek

yang mendukung visi Kota Solo untuk program jangka panjang yang dijalankan

dan sejalan dengan branding image Kota Solo yaitu “Solo Kreatif, Solo

Sejahtera”.

Kata Kunci : industri kreatif kayu, galeri, workshop , adaptive re use, ex-omah

lowo.

Abstract

Creative industry is an industry derived from the use of individual creativity,

skills and talents to create prosperity and employment by producing and

exploiting the individual's creative and creative power. In Solo there is still a

creative industry that is not well known by the public. Phenomenon due to lack

of public knowledge about the creative industry in Solo. The creative industry

in the city of Solo should have an important role for economic development

which is also helped by the community to socialize it. The facts that have been

described are the background of the procurement of the project "Adaptive Reuse

Ex-Omah Lowo Creative As Wood Creative Industry". The existence of

"Adaptive Reuse Ex-Omah Lowo Solo As Wood Creative Industry" will be a

space for some of the creative wood industries in the city of Solo where there

are gallery and workshops. Aside from educating, it is also a means of buying

and selling works of related creative industries. The building chosen in this

development also uses the Omah Lowo building which is conserved by adaptive

re-use and adjusted its space program with crossprograming. Planning and

design is certainly expected to be an object that supports the vision of Solo City

for the longterm program that is run and in line with the branding image of the

City of Solo, namely "Creative Solo, Prosperous Solo".

Page 6: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

2

Keywords : wood creative industry, gallery, workshop, adaptive reuse, exomah

lowo.

1. PENDAHULUAN

Dibalik perkembangan industri kreatif Solo yang semakin pesat, masih ada pelaku

industri kreatif yang mengalami kesulitan dalam memasarkan produk mereka di

kota dan di negara mereka sendiri,padahal bisa dibilang karyakarya mereka

memiliki keunikan tersendiri

1.1.Tijauan Pustaka

1.1.1. Tinjauan Umum

Adaptive Reuse Ex-Omah Lowo Solo As Wood Creative Industry merupakan

perencanaan dan perancangan suatu ruang atau bangunan yang digunakan sebagai

wadah kreatifitas yang di dalamnya terdapat galeri dan workshop dari industri

kreatif berbahan material kayu di Kota Solo. Dimana masyarakat dapat melihat

proses pembuatan langsung dari kerajinan tersebut serta membeli dan memesan

berbagai macam kerajinan kayu yang ada.

1.1.2. Konservasi

Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya untuk

melestarikan bangunan atau lingkungan. Jenis-jenis konservasi :

1) Restorasi

2) Rehabilitasi

3) Rekonstruksi

4) Adaptive Reuse

alternatif untuk melindungi dan menjaga bangunan bersejarah dengan

langkah mengalihkan fungsi lama menjadi fungsi baru

5) Renovasi

6) Fasadisasi

7) Heritage

8) Revitalisasi

1.1.3. Bangunan Cagar Budaya

Dalam bahasa Indonesia memiliki arti warisan atau pusaka.

1.1.4. Deskontruksi

Page 7: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

3

Dekonstruksi adalah keadilan, di mana yang lain, yang berbeda, harus dicatat dan

mendapatkan tempat (Mohamad, dalam Al Fayyadl, 2005) konsep dekonstruksi,

yaitu:

1) Cross-programming

2) Trans-programming

3) Dis-programming

2. METODE

2.1 Gambaran Umum Kota Solo

Perbatasan administrasi wilayah Kota Surakarta, menurut RTRW Kota Surakarta

2007-2026 adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali dan Karanganyar;

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo;

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo;

Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar dan Boyolali

2.2 Industri Kreatif Kayu Kota Solo

Industri Kreatif yang akan ada di Solo Creative Industry adalah sebagai berikut :

1) Industri kreatif Jopa Japu The Liping Art milik Bejo Wage Suu di Jl. Kencur

RT 01 RW 16, Tunggulsari,. Laweyan, Solo.

2) Industri kreatif Kerai Bambu milik Bayek di Jl.Muh.Yamin, Kratonan,

Serengan.

3) Industri kreatif Jalan Kayu milik Barata Sena di Gang Delima VIII Jajar,

Laweyan.

4) Industri kreatif Busur Panah milik Eddy Roostopo di Sriwedari, Solo.

5) Industri kreatif Grajen Craft Milik Sutrisno di Nayu Timur RT 04/RW 18,

Nusukan, Solo.

2.3 Pemilihan Bangunan

Omah Lowo yang terletak di Jalan Slamet Riyadi, secara administratif berada di

Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah.

Page 8: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

4

Gambar 1 Fasad omah lowo

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018

Gambar 2 Fasad omah lowo

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018

Luas bangunan Omah Lowo yang diperkirakan sekitar 1.500 m², dan berdiri di atas

lahan seluas 3.000 m² ini, sempat digunakan untuk kantor haji dan kamar dagang

sekitar tahun 1990-an.

Gambar 3 Bukti pendaftaran cagar budaya

Sumber : https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Saat ini kepemilikan Omah Lowo di pegang oleh Batik Keris dan rencana akan

dijadikan showroom batik serta pameran hasil industri kreatif dari masyarakat

sekitar.

2.4 Perincian Bangunan

1) Terletak di Jl Slamet Riyadi , Purwosari, Laweyan, Kota Surakarta

2) Batas-batas tapak sebelah utara : jalan Slamet Riyadi, pertokoan, hotel,

sebelah timur : area kantor, bank, dan permukiman, sebelah selatan : akademi

dan pertokoan, dan sebelah barat : restoran, pertokoan, dan hotel.

3) Berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2012 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Surakarta, kawasan Kecamatan Laweyan termasuk kedalam peruntukan

pariwisata, perdagangan dan jasa, olah raga / RTH.

Page 9: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

5

4) Akesibilitas berada pada jalan utama Slamet Riyadi/jalan arteri Kota Solo

5) Infrastruktur lingkungan sekitarnya antara lain fasilitas kesehatan (RS Kasih

Ibu Surakarta, RS Ibu dan Anak Amanah Ibu, RS. Panti Waluyo, RST Slamet

Riyadi), fasilitas pusat transportasi (Stasiun Purwosari, jalur track Batik Solo

Transportasi), fasilitas perhotelan, fasilitas hiburan & lifestyle mall (Solo

Square, Swiss Bellin, Solo Grand Mall)

6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan listrik, jaringan telepon,

jaringan air bersih, dan jaringan drainase kota.

7) Kondisi tanah atau topografi datar

8) Luas bangunan 133 m x 40 m = 5.230 m²

Gambar 4 Lahan bangunan, jl. perintis kemerdekaan

Sumber : http://www.maps.google.com

2.5 Konservasi

Konservasi pada bangunan Omah Lowo lebih mengarah pada Adaptive Reuse.

Dimana Adaptive Reuse mengubah sebuah bangunan untuk kegunaan berbeda dari

tujuan kegunaan ketika bangunan tersebut didirikan.

2.6. Cross-programming

Konsep cross-programming ini meliputi dua aspek yaitu :

1) Aktivitas harus bisa tumpang tindih.

2) Bangunan harus mampu beradaptasi dengan program yang berbeda dari

waktu ke waktu. Kedua konsep tersebut mengarah pada bangunan yang

dijadikan galeri dan workshop namun dilain waktu bangunan juga dapat

beradaptasi dengan kegunaan lainnya agar publik juga dapat

menggunakannya secara pribadi, seperti tempat acara pernikahan, ulang

tahun, dan event-event lainnya.

Page 10: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

6

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gagasan Perencanaan

Perencanaan dan perancangan Wood Creative Industry di Kota Solo ini terbagi atas

dua ruang utama yang memiliki beberapa fungsi dan dapat mewadahi beberapa

kegiatan terkait, antara lain sebagai berikut :

1) Ruang galeri, dirancang dan difungsikan untuk menampilkan karya-karya

industri kreatif Kota Solo yang di perjualbelikan.

2) Workshop, dimana area ini diperuntukkan sebagai tempat pembuatan karya-

karya yang akan di tampilkan di galeri. Disini pengunjung dapat melihat

langsung proses pembuatan karya-karya tersebut. Kelompok kegiatan yang

akan diwadahi di Wood Creative Industry di Kota Solo antara lain sebagai

berikut :

a) Kelompok kegiatan pelayanan Penerimaan Lobby dan ruang informasi dan

penitipan barang

b) Kelompok kegiatan pelayanan informasi dan Edukasi Ruang

informasi,galeri, ruang pemesanan dan transaksi, ruang penyimpanan,

lavatory, dan workshop.

c) Kelompok kegiatan fasilitas penunjang foodcourt, sitting group, lavatory,

tempat wudhu dan mushola.

d) Kelompok Kegiatan Pengelola Ruang pimpinan, ruang karyawan, pantry,

ruang rapat, toilet, dan ruang tamu.

e) Kelompok Kegiatan Servis gudang, ruang genset, ruang AHU, ruang

satpam, ruang ME, dan ruang pompa.

3. Analisa dan Konsep Pengolahan Tapak

3.2.1 Kondisi dan Potensi Tapak

1) Pada bagian depan bangunan terletak di Jalan Slamet Riyadi, berada di jalan

utama menuju pusat Kota Solo (gerbang timur).

2) Batas-batas tapak sebelah utara : pintu air, Jalan Slamet Riyadi, pertokoan,

Hotel Sala View, Hotel Harris, dan Hotel Pop, sebelah timur : salon, jalan

setapak, kali, permukiman, sebelah selatan : jalan kecil dan pertokoan, dan

sebelah barat : restoran, pertokoan, dan hotel.

Page 11: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

7

3) Kawasan Kelurahan Timuran termasuk ke dalam peruntukan, pariwisata,

olahraga, dan RTH (Ruang Terbuka Hijau)

4) Infrastruktur lingkungan sekitarnya antara lain fasilitas kesehatan (RS Kasih

Ibu Surakarta, RS Ibu dan Anak Amanah Ibu, RS. Panti Waluyo, RST Slamet

Riyadi), fasilitas pusat transportasi (Stasiun Purwosari, jalur track Batik Solo

Transportasi), fasilitas perhotelan, fasilitas hiburan & lifestyle mall (Solo

Square, Swiss Bellin, Solo Grand Mall)

5) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan listrik, jaringan telepon,

jaringan air bersih, dan jaringan drainase kota.

6) Kondisi tanah atau topografi datar

3.2.2 Analisa Pencapaian ( Main Entrance, Side Entrance)

1) Pertimbangan Analisa Main Entrance (ME) dan Side Entrance ( SE )

a) ME di Jl. Perintis Kemerdekaan dan menyesuaikan jalur searah/contra flow

yang diberlakukan pada Jl. Perintis Kemerdekaan.

b) Aksesibel terhadap transportasi pribadi maupun transportasi umum.

c) Terletak pada kondisi jalan yang tidak terlalu ramai yaitu Jl. Perintis

Kemerdekaan.

d) Menyesuaikan jalur searah yang diberlakukan pada Jl. Perintis

Kemerdekaan

2) Hasil Pertimbangan Analisis

a) Menetapkan main entrance di sisi barat pada eksisting yaiu di Jl. Perintis

Kemerdekaan.

b) Menetapkan side entrance di sisi barat pada eksisting yaiu di Jl. Perintis

Kemerdekaan

Gambar 5 Analisa main entrance dan side entrance

Sumber : Analisa penulis,2018

Page 12: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

8

3.2.3 Analisa View

1) Pertimbangan Analisa

a) Memperhatikan potensi infrastruktur yang terdapat di sepanjang Jl.

Brigjend Slamet Riyadi, Jl. Perintis Kemerdekaan atau di lingkungan tapak.

b) Memperhatikan pembagian zonasi ruang.

c) Orientasi diarahkan pada posisi atau arah yang mudah dikenali oleh

pengunjung/masyarakat.

d) Memperhatikan penempatan point of interest bangunan Wood Creative

Industry di Kota Solo.

e) Menimbang kondisi lingkungan pada tapak, sisi utara : menghadap ke jalan

utama, Jalan Brigjen Slamet Riyadi, dan infrastruktur pendukung, hotel dan

pertokoan, (orientasi dan view terbaik) ; sisi timur : menghadap ke kali,

jalan setapak dan permukiman (orientasi dan view buruk) ; sisi selatan :

menghadap ke jalan kecil dan pertokoan. (orientasi dan view sedang) ; sisi

barat : menghadap ke Jalan Perintis Kemerdekaan, dan infrastruktur

pendukung hotel dan restoran (orientasi dan view terbaik).

2) Hasil Pertimbangan Analisis

a) Menentukan orientasi bangunan dan view menghadap langsung ke sisi utara

atau ke arah Jalan Brigjend Slamet Riyadi.

b) Memanfaatkan potensi infrastruktur yang terdapat di lingkungan eksisting

agar dapat saling memberikan dukungan dalam membentuk citra Kota Solo.

Gambar 6 Analisa orientasi bangunan dan view

Sumber : Analisa penulis,2018

3.2.4 Analisa Kebisingan

1) Pertimbangan Analisa

Page 13: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

9

a) Memperhatikan tingkat intensitas kebisingan yang dihasilkan dan

berpengaruh pada tapak.

b) Memperhatikan pembagian zonasi ruang.

c) Menimbang kondisi lingkungan pada tapak, sisi utara : menghadap ke jalan

utama, Jalan Brigjen Slamet Riyadi (kebisingan sedang) karena terdapat

banyak pohon ; sisi timur : menghadap ke kali, jalan setapak, dan

permukiman (kebisingan rendah atau tidak ada) ; sisi selatan : menghadap

ke jalan kecil dan pertokoan (kebisingan rendah) ; sisi barat : menghadap ke

Jalan Perintis Kemerdekaan, restoran, dan hotel (kebisingan tertinggi).

2) Hasil Pertimbangan Analisa

a) Menempatkan pembagian zonasi ruang yang membutuhkan tingkat

kebisingan rendah pada sisisisi timur, utara atau selatan

b) Membutuhkan barrier tanaman sebagai peredam kebisingan pada sisi barat

tapak.

Gambar 7 Contoh Jenis Barrier Tanaman

Sumber : Analisa Penulis,2018

Gambar 8 Analisa kebisingan

Sumber : Analisa penulis,2018

3.2.5 Analisa Matahari

1) Pertimbangan Analisa

a) Memperhatikan kondisi bangunan di sekitar tapak yang berpengaruh pada

distribusi cahaya matahari pada bangunan Wood Creative Industry di Kota

Solo.

Page 14: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

10

b) Memperhatikan pembagian zonasi ruang.

c) Menimbang kondisi lingkungan pada tapak, sebelah utara : Jalan Slamet

Riyadi, pertokoan, Hotel Sala View, Hotel Harris, dan Hotel Pop, sebelah

timur : salon, jalan setapak, kali, permukiman, sebelah selatan : jalan kecil

dan pertokoan, dan sebelah barat : restoran Jackstar, pertokoan, dan Hotel

Aston.

d) Mengolah suplai cahaya matahari agar mendapatkan tingkat intensitas

cahaya yang diperlukan bangunan.

2) Hasil Pertimbangan Analisa

a) Menempatkan pembagian zonasi ruang yang membutuhkan intensitas

cahaya matahari banyak/sedang/sedikit.

b) Membutuhkan sun shading pada beberapa titik guna mengurangi suplai

cahaya matahari.

c) Menanam rerumputan pada tapak akan membuat permukaan tanah tidak

memantulkan sinar dan dapat mengurangi penguapan air.

Gambar 9 Analisa cahaya matahari

Sumber : Analisa penulis,2018

3.2.6 Analisa Angin

1) Pertimbangan Analisa

a) Memperhatikan kondisi bangunan di sekitar tapak yang berpengaruh pada

distribusi angin pada bangunan Wood Creative Industry di Kota Solo.

b) Angin berhembus dari tenggara menuju ke barat laut.

c) Orientasi bangunan menghadap ke utara/Jalan Brigjend Slamet Riyadi.

d) Menimbang kondisi lingkungan pada tapak, sebelah utara : Jalan Slamet

Riyadi, pertokoan, Hotel Sala View, Hotel Harris, dan Hotel Pop, sebelah

timur : salon, jalan setapak, kali, permukiman, sebelah selatan : jalan kecil

Page 15: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

11

dan pertokoan, dan sebelah barat : restoran Jackstar, pertokoan, dan Hotel

Aston.

e) Mengolah suplai angin agar mendapatkan penghawaan alami yang

diperlukan bangunan.

2) Hasil Pertimbangan Analisa

a) Menempatkan bukaan/ventilasi pada bagian sisi timur maupun selatan

sebagai alur distribusi

b) penghawaan alami pada bangunan.

c) Penambahan beberapa elemen vegetasi dan air.

Gambar 10 Analisa angin

Sumber : Analisa penulis,2018

3.2.7 Analisa Zonifikasi

Tabel 1 Tabel zonifikasi

No. Zonasi Sifat Zona Kegiatan Yang Diwadahi

1. Zona Informasi Semi Publik Pelayanan informasi dan jual beli

2. Zona

Penunjang Publik Pelayanan dan kegiatan penunjang

3. Zona Workshop Semi Publik Pelayanan dan kegiatan edukasi

4. Zona Pengelola Privat Kegiatan pengelola

5. Zona Servis Servis Kegiatan pelayanan servis

(Sumber : Analisa penulis,2018)

Gambar 11 Analisa zonifikasi

Sumber : Analisa penulis, 2018

3.2.8 Analisa Pola Kegiatan

1) Pengunjung

Page 16: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

12

Skema 1 Analisa pola kegiatan pengunjung

Sumber : Analisa penulis,2018

Skema 2 Analisa pola kegiatan pengunjung

Sumber : Analisa penulis,2018

3.2.9. Analisa Kebutuhan Ruang

Tabel 2 Analisa pengelompokan kegiatan dan kebutuhan ruang

(Sumber : Analisa penulis,2018)

3.2.10 Analisa Besaran Ruang

Perhitungan asumsi untuk memprediksi jumlah pengunjung

Pt = Jumlah pengunjung tiap bulan;

Po = Jumlah maksimal kunjungan;

T = Prediksi waktu jangka panjang;

r = rata-rata perkembangan per tahun

Pt = 4500 + ( 10 x 500 x 10 %) = 9000 orang/bulan

= 300 orang/hari

Jumlah lantai dapat diketahui melalui perhitungan lantai berikut ini :

Lokasi tapak = Jalan Brigjend Slamet Riyadi

Page 17: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

13

Peruntukan Lahan = Pariwisata, olahraga, dan RTH

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) = 60 %

Luas tapak = ± 5.230 m²

Total Keseluruhan Ruang = 3.222,027 m²

Luas Lahan yang Dapat Dibangun = 60 % x 5.230 m²

= 3.138 m²

Floor Area Ratio (FAR) = 5.320 : 3222,027 m²

= 1,65

Jumlah lantai (maksimal) = 3.222,027 m2 : 3.138 m²

= 1,02 ≈ min 1 Lantai

3.2.11. Analisa Pola Hubungan Ruang

1) Kegiatan Pelayanan Penerimaan

=

2) Kegiatan Pelayanan Informasi dan Edukasi

3) Kegiatan Penunjang

4) Kegiatan Pengelola

Skema 3 Pola hubungan kegiatan

pelayanan penerimaan

Sumber : Analisa penulis,2018

Skema 4 Diagaram bubble pola

hubungan pelayanan penerimaan

Sumber : Analisa penulis,2018

Skema 5 Pola hubungan kegiatan pelayanan

informasi dan edukasi

Sumber : Analisa penulis,2018

Skema 6 Diagaram bubble pola

hubungan pelayanan informasi dan

edukasi

Sumber : Analisa penulis, 2018

Skema 7 Pola hubungan kegiatan penunjang

Sumber : Analisa penulis, 2018

Skema 8 Diagaram bubble pola

hubungan penunjang

Sumber : Analisa penulis, 2018

Skema 9 Pola hubungan kegiatan pengelola

Sumber : Analisa penulis, 2018

Skema 10 Diagaram bubble pola

hubungan pengelola

Sumber : Analisa penulis, 2018

Page 18: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

14

5) Kegiatan Pelayanan Servis

3.3. Analisa dan Konsep Crossprograming

3.3.1. Analisa Crossprograming

Pada perancangan Wood Creative Industry di Kota Solo bangunan A akan

digunakan sebagai galeri dan bangunan B sebagai workshop. Terdapat beberapa

perubahan kecil untuk menyesuaikan dengan fungsi ruang yang ada seperti di

adakannya sitting group atau lahan terbuka di bagian timur bangunan yang mana

menjadi pusat terbuka yang luas dan memiliki akses publik.

3.3.2. Konsep Crossprograming

Fasiltas tambahan memiliki konsep yang berbeda dengan galeri dan workshop

namun dengan adanya konsep lain yang tumpang tindih di lahan yang sama ini,

maka publik lebih bisa mengenal bangunan Wood Creative Industry bukan hanya

sekedar galeri dan workshop namun juga sebagai fasilitas publik.

3.4. Analisa dan Konsep Adaptive Reuse

3.4.1. Analisa Bangunan

1) Bangunan Lama

Skema 11 Pola hubungan kegiatan

pelayanan servis

Sumber : Analisa penulis,2018

Skema 12 Diagaram bubble pola

hubungan pelayanan servis

Sumber : Analisa penulis, 2018

Gambar 13 Denah bangunan lama

Sumber : Analisa penulis,2018

Gambar 12 Eksisting bangunan lama

Sumber : Analisa penulis, 2018

Page 19: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

15

2) Bangunan Baru

3)

3.4.2. Konsep Bangunan

Adaptive Reuse adalah penambahan ruang pada tapak. Penambahan ruang ini

dikarena pada tapak itu sendiri sudah terdapat beberapa bangunan yang sudah

ada sejak awal, namun masih tidak mencukupi kebutuhan ruang yang ada.

3.5. Analisa dan Konsep Tampilan Arsitektur

Karakteristik Art Deco yang dapat kita temui dalam bangunan dan rumah adalah

adanya ziggurat, sisi bangunan melengkung, atap datar, glass block, unsur abstrak

pada desain, warna yang variatif, material yang beragam, furnitur yang artistik,

karpet motif art deco, kaca besar.

3.6. Analisa Konsep Perencanaan Interior

3.6.1. Elemen Pelingkup Bawah/Lantai

Material pelingkup bawah yang digunakan dalam perencanaan interior pada

Wood Creative Industry di Kota Solo adalah lantai tegel dan lantai keramik.

3.6.2. Elemen Pelingkup Samping/ Dinding dan Jendela

1) Dinding

Material penutup dinding yang digunakan pada interior Wood Creative Industry

di Kota Solo yaitu : cat finishing, cat un-finishing, panel.

2) Jendela

Diberi ornamen kaca warna warni sehingga kesan Art Deco dan keserasian tetap

menjadi sorotan utama yang di tonjolkan pada bangunan.

3.6.3. Elemen Pelingkup Atas/Plafon

Jenis plafon yang digunakan pada interior Wood Creative Industry di Kota Solo

adalah Plafon Gypsum, plafon ini memiliki ukuran 122x144 cm.

Gambar 15 Denah bangunan lama

Sumber : Analisa penulis,2018 Gambar 14 Eksisting bangunan lama

Sumber : Analisa penulis,2018

Page 20: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

16

3.7. Analisa Konsep Pencahayaan

3.7.1. Analisa Pencahayaan

Pada bangunan omah lowo masih menggunakan sistem pencahayaan lampu

halogen dan sebagian besar bangunan tidak terdapat lampu, karena bangunan

sudah lama tidak dihuni, jadi pengunaan lampu menjadi dikurangi.

3.7.2. Konsep Pencahayaan

Menggunakan dua sistem pencahayaan, yakni sistem pencahayaan buatan dan

pencayahaan alami dimana penerapan konsep tersebut difokuskan pada ruang-

ruang yang digunakan sebagai ruang pameran/galeri.

3.8. Analisa dan Konsep Penghawaan

3.8.1. Analisa Penghawaan

Penghawaan yang terdapat pada bangunan omah lowo hanya sebatas penghawaan

yang berasal dari sirkulasi udara seperti jendela dan loster.

3.8.2. Konsep Penghawaan

Penghawaan pada obyek bangunan Wood Creative Industry di Kota Solo

menggunakan dua sistem yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan.

3.9. Analisa dan Konsep Sirkulasi Ruang

3.9.1. Analisa Sirkulasi Ruang

Bangunan omah lowo terdapat dua bangunan utama yang mana pada bangunan A

sirkulasi ruang tampak lebih rumit. Pada bangunan B sirkulasi lebih teratur,

3.9.2. Konsep Sirkulasi Ruang

Hal yang perlu diperhatikan yakni kecenderungan sirkulasi yang diperlukan pada

tempat pengamatan sangatlah kompleks.

3.10. Analisa Konsep Perencanaan Eksterior

3.10.1. Elemen Fasad Bangunan

Bangunan Art Deco banyak menggunakan material yang biasa digunakan,

terutama tembok bata dengan ornamentasi dari beton dan semen. Cat biasa

digunakan dalam warna netral maupun warna asli bahan seperti batuan, ampyang,

kayu, dan besi.

3.10.2. Jalur Sirkulasi

Page 21: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

17

Secara umum, jalur sirkulasi terbagi menjadi tiga jalur yakni: jalur pejalan kaki

(pedestrian walkway), jalur kendaraan tak bermotor, jalur kendaraan

bermotor.Apabila ditinjau secara fisiologi, maka jalurjalur tersebut akan

berpengaruh pada fisik seseorang, adanya penambahan vegetasi dan material

yang digunakan juga berpengaruh.

3.10.3. Vegetasi

Elemen yang terdapat pada taman terbagi menjadi dua yakni soft material dan

hard material. Soft material berfungsi sebagai tempat berlindung atau naungan,

mengatasi problem kebisingan/polusi suara, sebagai penunjuk jalan/pengarah,

pemecah angin (pohon, semak, perdu), penghalang dari pandang. Hard material

pada taman berfungsi menambah nilai estetika pada taman, membangkitkan

semangat pada jiwa seseorang, meningkatkan kenyamanan secara psikologis,

sebagai tempat rekreasi

3.11. Analisa Konsep Perencanaan Struktur dan Utilitas

3.11.1. Analisa Struktur

1) Kolom

Penggunaan kolom pada bangunan Wood Creative Industry di Kota Solo

menyesuaikan lebar bangunan masing-masing.

2) Pondasi

Pondasi yang digunakan pada bangunan Wood Creative Industry di Kota Solo

adalah pondasi Footplat karena mengikuti pondasi dari bangunan lama.

3.11.2. Konsep Sistem Plumbing Air Bersih dan Air Kotor

1) Jaringan Air Bersih

Dasar pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan sistem jaringan air bersih

adalah hemat energi, kemudahan dalam pemeliharaan, dan tingkat efektifitas

penggunaan dan ketersediaan air bersih.

Gambar 16 Sistem air bersih

Sumber : Analisa penulis,2018

Page 22: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

18

2) Jaringan Air Kotor

Pertimbangan pemilihan sistem jaringan air kotor adalah sebagai berikut :

kemudahan dalam pemeliharaan dan operasional, menghindari aspek secara

visual yang kurang baik, persebaran lavatory.

Gambar 17 Sistem air kotor

Sumber : Analisa penulis,2018

3.11.3. Konsep Sistem Transportasi dalam bangunan

Sistem transportasi pada Wood Creative Industry di Kota Solo adalah dengan

menggunakan tangga dan ramp.

3.11.4. Konsep Sistem Jaringan Listrik

Konsep sistem jaringan listrik adalah sebagai berikut : pemenuhan kebutuhan

listrik yang dibutuhkan untuk seluruh kegiatan, efisiensi, kelancaran distribusi

listrik. Berikut merupakan skema konsep sistem jaringan listrik yang akan

diterapkan pada bangunan Wood Creative Industry di Kota Solo yang

direncanakan :

Gambar 18 Instalasi jaringan elektrikal

Sumber : Permatasari,2017

3.11.5. Konsep Sistem Proteksi Kebakaran

Pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran aktif terdiri dari : alat

penginderaan dini/detector, sprinkler, hidran bangunan (box hydrant), hidran

halaman (Pole Hydrant), fire extinguisther

3.11.6. Konsep Sistem Keamanan

Page 23: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

19

Sistem keamanan pada bangunan Wood Creative Industry di Kota Solo

merupakan standarisasi yang semestinya harus diterapkan seperti adanya CCTV.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Pemasaran karya industri kreatif kayu di Kota Solo kurang dikenal

masyarakat. 2. Kebutuhan ruang publik untuk mengenalkan karya industri

kreatif kayu di Kota Solo.

2) Bangunan Omah Lowo merupakan bangunan cagar budaya yang memiliki

sejarah panjang di Kota Solo.

3) Fasad pada Omah Lowo merupakan ciri yang sangat kental di kenal oleh

masyarakat.

4.2 Saran

1) Sosialisasi terhadap masyarakat dapat membantu pemasaran industri kreatif

kayu di Kota Solo.

2) Membangun ruang publik yang di gunakan sebagai tempat pengenalan serta

penjualanan karya industri kreatif kayu di Kota Solo.

3) Konservasi terhadap Omah Lowo adalah pilihan terbaik untuk

mempertahankan bangunan cagar budaya sehingga dapat di fungsikan

kembali menjadi fungsi yang baru.

4) Mempertahankan fasad dari Omah Lowo agar masyarakat tetap mengenal

Omah Lowo sebagai bangunan peninggalan yang ada di Kota Solo.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, A.P. (2011). Tugas Akhir Jogja Resto dan Galeri, Restoran dan Galeri

Seni Lukis di Yogyakarta. Yogyakarta. Universitas Atma Jaya

Yogyajarta.

Azizah, R. (2008). Utilitas Bangunan. Surakarta.

Ching, D. (2008). Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan (3 ed.). Jakarta: Erlangga.

Gumilar, G. (2011). Tugas Akhir Perencanaan Pumbling Air Bersih dan Air Kotor.

Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Page 24: (Pendekatan dengan Konsep Crossprogramingeprints.ums.ac.id/70454/15/NASKAH PUBLIKASI-16.pdfSquare, Swiss Bellin, Solo Grand Mall) 6) Terdapat sarana utilitas kota antara lain jaringan

20

JDIH Setjen Kemendagri. (2011). Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun

2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011

– 2031. Surakarta

KBBI. (1986). Ensiklopedia National Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka.

Mahardika, B.D. (2017). Tugas Akhir Pasar Industri Kreatif Di D.I.Yogyakarta .

Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Meiliana, Winda. (2010). Tugas Akhir Integrasi Sistem Pencahayaan Alami dan

Buatan dalam Galeri. Depok. Universitas Indonesia.

Neufert, E. (1996). Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Neufert, E. (1996). Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Panero, J. (1979). Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Panero, J. (2003). Dimensi Manusia dan Ruang Interior.

Permatasari, R.R. (2017). Tugas Akhir Urban Gallery Of Surakarta (Penekanan

Pada Konsep Desain Arsitektur Kontemporer). Surakarta. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa, Wajah, dan Tata Pameran

Seni Rupa. Yogyakarta: Galang Press.

Wirwaratama, R. (2017). Tugas Akhir Surakarta Makers Space. Surakarta.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.