pendahuluan pusaka saujana di...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Pusaka Saujana di Indonesia
Pusaka saujana adalah sebuah bidang baru yang diterapkan di
indonesia. Pusaka Saujana merefleksikan hubungan antara pusaka alam
dan pusaka budaya dalah kesatuan ruang yang luas dan waktu yang lama.
Pusaka alam merupakan bentukan alam secara alamiah seperti gunung,
hutan, danau dll. Sedangkan pusaka budaya adalah hasil cipta rasa, karsa
dan karya manusia antara lain tradisi, kepercayaan dan cara hidup
(Rahmi,2012 )
Di Indonesia yang terdiri atas banyak pulau dan budaya
masyarakat yang khas memiliki banyak kawasan pusaka saujana yang
sangat beragam, dikarenakan kawasan-kawasan tersebut memiliki nilai
sejarah yang kuat, kondisi geografis yang khas, serta keberagaman budaya
masyarakat yang masih beragam. Salah satu kawasan pusaka saujana yang
baru di Indonesia adalah Dataran Tinggi Dieng.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng secara geografis adalah sebuah
kawasan dataran tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 2.093 m diatas
permukaan laut. Dataran Tinggi Dieng terletak berdekatan dengan gunung-
gunung besar di Jawa Tengah , diantaranya adalah Gunung Sindoro,
Gunung Sumbing.
2
Kawasan Dataran Tinggi Dieng sendiri adalah sebuah kawasan yang subur
karena terletak di kawasan gunung vulkanik yang masih aktif. Panorama
Dataran Tinggi Dieng didominasi oleh desa-desa dan area pertanian yang
menghadirkan panorama yang indah. Selain itu di Dataran Tinggi Dieng
memiliki peninggalan-peninggalan arkeologi, seperti Candi Arjuna,Candi
Bima, Candi Sembadra dan lain-lain. Kawasan Dataran Tinggi Dieng
Adalah sebuah kawasan gunung purba yang meletus beribu-ribu tahun
yang lalu sehingga membentuk gunung-gunung kecil yang mengelilingi
Dataran Tinggi Dieng antara lain adalah Bisma, Seroja, Binem, Pangonan ,
Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil, Kunir dan Prambanan.
Masyarakat di desa-desa di kawasan Dataran Tinggi Dieng memiliki
kehidupan sosial dan budaya yang khas, seperti adat istiadat, kepercayaan,
tata kehidupan masyarakat maupun kesenian.
Dengan seiring semakin meningkatnya kegiatan pariwisata ,
jumlah penduduk, pengaruh modernisme, memberikan ancaman terhadap
keberadaan pusaka saujana yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng.
Penelitian ini bermaksud menggali potensi pusaka saujana yang terdapat di
Dataran Tinggi Dieng , mendokumentasikan, mengkaji ancaman dan
menemukan konsep pokok dari pusaka saujana di Dataran Tinggi Dieng.
1.1.2 Potensi Pusaka Saujana di Dataran Tinggi Dieng
Pusaka Saujana di Dataran Tinggi Dieng merupakan gabungan dari
kekayaan bentang alam dan budaya yang berada di kehidupan masyarakat
sehari-hari. Kekayaaan bentang alam di Dataran Tinggi Dieng meliputi
3
keragaman bentang alam pegunungan, danau, telaga ,kawah dan
sebagainya, sedangkan kekayaan budaya masyarakat Dieng dapat dilihat
pada adat istiadat, kepercayaan maupun kesenian yang terdapat di Dataran
Tinggi Dieng. Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi:
"di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna
(Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para
dewa dan dewi bersemayam. Teori lain menyatakan, nama Dieng berasal
dari bahasa Sunda ("di hyang") karena diperkirakan pada masa pra-
Medang(sekitar abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh
politik Kerajaan Galuh. ( wikipedia )Dataran tinggi Dieng terletak tepat di
perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Wilayah
terbesar Dataran Tinggi Dieng milik Kabupaten Banjarnegara. Merupakan
dataran paling tinggi di Jawa yang terletak pada ketinggian 2.093 m di atas
permukaan laut dengan suhu rata-rata 150C. Daya tarik wisata lain yang
dapat dikunjungi misalnya kelompok Candi Hindu Pandawa, Telaga
Warna dan Pengilon, Kawah Sikidang, Goa Semar, Mata Air Sungai
Serayu, Proses Budidaya Jamur Merang, dll. Secara geografis, Dataran
Tinggi Dieng (Dieng Plateau) berada di dua wilayah Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya pada ketinggian sekitar
2,093 meter di atas permukaan air laut, dengan suhu siang hari antara 15
derajat Celcius dan 10 derajat Celcius pada malam hari.
Pada waktu musim kemarau, suhu dapat turun drastis di bawah titik nol
derajat Celcius. Rendahnya suhu tersebut membekukan embun.
4
Dengan keindahan alam yang ada di dataran tinggi dieng, didukung
beberapa obyek pariwisata di antaranya adalah kawah sikidang, telaga
warna dan berbagai candi peninggalan zaman kerajaaan hindu. Obyek
wisata Alam yang terdapat di Kawasan Dieng antara lain :
- Telaga Warna,
Telaga memantulkan aneka warna yang sangat indah ,
disampingnya terdapat pula Telaga Pengilon yang berkilau seperti cermin.
Di dekat dua telaga ini ada komplek gua yang sarat nilai budaya yaitu Gua
Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran yang sering digunakan untuk meditasi.
Ada pula Gua Sumur yang di dalamnya ada sumber mata air suci yang
disebut “Tirta Prawitasari” yang sering digunakan umat Hindu dalam
upacara Mabakti.
Gambar 1. Telaga Warna
Sumber: Dokumentasi Penulis
5
Gambar 2. Tuk Bimo Lukar
Sumber: Dokumentasi Penulis
- Tuk Bimo Lukar
Tuk Bimo Lukar merupakan mata air Sungai Serayu. Menurut
legenda, nama Bimo Lukar, dimaksudkan sebagai tempat dimana sang
Bhima Sena melukar (melepas) pakaiannya untuk disucikan. Diyakini
dapat menjadikan awet muda, apabila seseorang mencuci muka/mandi di
lokasi mata air tersebut. Letak lokasi di pinggir Ruas Jalan Wonosobo –
Dieng, tepat di pintu masuk Kawasan Wisata Dieng.
Yang tak kalah menariknya lagi kita dapat melihat double sun rise
di pagi hari dan sunset pada waktu sore hari, tepatnya di desa Sembungan,
KecamatanKejajar.
6
Gambar 3. Sun Rise
Sumber: www.diengplateu.com
Gambar 4. Danau Cebongan
Sumber: www.diengplateu.com
Desa Wisata Sembungan adalah desa tertinggi di Jawa dengan
ketinggian 2200 meter DPL, di tempat ini Kelompok Sadar Wisata
“Cebong Sikunir” pada Tahun 2011 mendapatkan dana PNPM pariwisata.
- Kawah Sikidang
Sikidang adalah kawah di Dataran Tinggi Dieng yang paling
populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini
terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam
7
Gambar 5. Kawah Sikidang
Sumber: Dokumentasi Penulis
suatu kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk
setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang
(kidang dalam bahasa Jawa).
Selain itu masih ada atraksi pariwisata lain yang terdapat di
Dataran Tinggi Dieng yang bersifat sebagai atraksi wisata budaya seperti
Tari Lengger, Tari Rampak Yaksa, pemotongan rambut gembel dll. Selain
itu juga terdapat peninggalan arkeologi seperti candi. Kelompok Candi
Arjuna terletak di tengah kawasan Candi Dieng, terdiri atas 4 candi yang
berderet memanjang arah utara-selatan. Candi Arjuna berada di ujung
selatan, kemudian berturut-turut ke arah utara adalah Candi Srikandi,
Candi Sembadra dan Candi Puntadewa. Tepat di depan Candi Arjuna,
terdapat Candi Semar. Keempat candi di komples ini menghadap ke barat,
kecuali Candi Semar yang menghadap ke Candi Arjuna. Kelompok candi
8
Gambar 6. Tari Rampak Yaksa dan Tari Lengger
Sumber: www.diengplateu.com
Gambar 7. Ruwatan Rambut Gembel
Sumber: www.diengplateu.com
ini dapat dikatakan yang paling utuh dibandingkan kelompok candi
lainnya di kawasan Dieng.
1.1.3 Supply dan Demand Pariwisata Di Dataran Tinggi Dieng
Potensi dan kekayaan alam yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng
ini tidak didukung dengan pengelolaan yang baik dan kebersihan
lingkungan sekitar objek wisata yang kurang diperhatikan. Selain itu salah
9
satu objek utama di kawasan Dataran Tinggi Dieng yaitu Telaga Warna
sudah tidak memancarkan warna seindah dahulu lagi karena adanya ulah
manusia dalam memanfaatkan kandungan mineral yang terkandung
didalamnya. Hal inilah yang diduga menyebabkan tingkat kunjungan
wisata di Dataran Tinggi Dieng semakin berkurang, dan Dataran Tinggi
Dieng seolah kalah pamor dengan daerah wisata lainnya di Jawa Tengah.
Permintaan pariwisata akan dipengaruhi oleh keadaan wisatawan dan
keadaan objek wisata tersebut. Keadaan wisatawan meliputi pendapatan,
umur, jarak ke obek wisata, dan hal lainnya. Kemudian keadaan objek
wisata meliputi harga objek wisata tersebut dan objek wisata lain sebagai
perbandingan, sarana dan prasarana lain yang mendukung peningkatan
permintaan pariwisata, kebersihan, dan hal lainnya. Harga suatu objek
wisata maliputi biaya perjalanan ke objek wisata tersebut, harga tiket
masuk, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya membeli cindera mata,
dan sebagainya. Harga suatu objek wisata ini mencerminkan seberapa
besar pengorbanan yang dikeluarkan suatu individu untuk memperoleh
utility pada suatu objek wisata. Sedangkan tingkat pendapatan
mencerminkan seberapa besar penghasilan yang diterima individu pada
tiap bulannya, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang keinginan
untuk melakukan perjalanan wisata juga semakin tinggi dikarenakan
kecenderungan seseorang dengan pendapatan tinggi yang bekerja dengan
jam kerja yang juga tinggi akan memanfaatkan waktu senggang (Leissure
Time) dengan melakukan perjalanan wisata (Yuwana,2010). Usia
10
seseorang juga menjadi hal penting dalam penentuan keinginan seseorang
untuk melakukan aktivitas wisata. Semakin meningkat usia seseorang,
semakin banyak aktivitas seseorang, semakin tinggi pula keinginan untuk
merefresh kembali jiwa dan raganya setelah melakukan berbagai rutinitas
pekerjaannya. Demikian pula jarak juga merupakan hal yang menjadi
pertimbangan seseorang untuk melakukan aktivitas wisata. Semakin dekat
jarak suatu objek wisata dengan suatu individu semakin besar pula
keinginan seseorang untuk berwisata ke objek wisata tersebut.
Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan untuk meningkatkan
permintaan pariwisata di suatu objek wisata tersebut seperti
pengembangan pariwisata yang dilakukan di kawasan Dataran Tinggi
Dieng. Namun tidak serta merta pemanfaatan sumber daya alam yang
bertujuan untuk pembangunan di kawasan objek wisata dilakukan tanpa
mengindahkan kelestarian sumber daya alam di suatu objek wisata
tertentu. Karena dengan rusaknya sumber daya alam pada objek wisata
tertentu akan sangat berpengaruh pada keinginan wisatawan untuk
membayar pada objek wisata tersebut. (Yuwana,2010)
1.1.4 Keterjagaan Kualitas Pusaka Sujana dan Kegiatan Pariwisata
Dataran Tinggi Dieng menawarkan atraksi alam sebagai atraksi
pokok pariwisata, akan tetapi kondisi alam di Dataran Tinggi Dieng
sekarang mengalami kerusakan yang cukup kritis akibat dari kegiatan
pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Selain itu pariwisata
11
Sumber: Dinparbud Kab.Wonosobo
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan
Dieng tidak didukung oleh sarana infrastruktur pendukung yang kurang
baik dan kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam mengelola potensi
pariwisata di dataran tinggi dieng membuat minat pengunjung dari tahun
ke tahun terus menurun. Fakta ini dapat dilihat pada tabel berikut :
No Wisatawan Jumlah Tahun ( orang )
2007 2008 2009 2010 2011
1 Mancanegara 9.915 9.685 9.360 8.242 8.125
2 Domestik 236.915 142.390 144.880 144.242 110.129
Jumlah 246.830 152.075 154.240 152.484 118.254
Dengan fakta dilapangan diatas, maka perlu dilakukan perbaikan
infrastruktur yang tepat dan perhatian pemerintah dalam mengelola potensi
pariwisata maupun pertanian agar dapat menjadi kekuatan dalam arah
pengembangan kawasan dataran tinggi dieng yang menarik.
Dengan diberlakukanya UU No. 32 Tahun 2004, yang memberikan
kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola
wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan
tuntutan untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber
daya yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan
pembangunan di daerah. Dari sudut sosial, di mana
kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan tenaga kerja baik dari
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai sektor
usaha yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan
12
kepariwisataan. Hubungannya dengan kegiatan para wisatawan dalam
negeri, maka pariwisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan
pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotivasi
sikap toleransi dalam pergaulan yang merupakan kekuatan dalam
pembangunan bangsa.
Selain itu juga, pariwisata mampu memperluas cakrawala
pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan. Segi ekonomi bahwa
kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbangan terhadap penerimaan
daerah yang bersumber dari pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat
mendatangkan devisa dari para wisatawan mancanegara yang berkunjung.
Adanya pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang
saling merangkai dan menunjang kegiatannya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Kecenderungan perkembangan
dunia pariwisata mulai meninggalkan konsep pariwisata massal dan
mengarah pada konsep pariwisata lingkungan (ecotourism), dimana
keaslian potensi kekayaan alam dan peran serta masyarakat setempat
dibutuhkan. Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu objek wisata
andalan Provinsi Jawa Tengah yang secara administratif terletak di dua
kawasan yaitu, Kawasan Dieng Kulon (Dieng Barat) yang terletak di
Kabupaten Banjarnegara dan Kawasan Dieng Wetan (Dieng Timur) yang
terletak diwilayah Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Dataran Tinggi Dieng merupakan daerah tujuan wisata nomor dua
di Jawa Tengah setelah Candi Borobudur. Dataran Tinggi Dieng terletak
13
tepat di perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten
Wonosobo. Wilayah terbesar Dataran Tinggi Dieng ada di Kabupaten
Banjarnegara, namun untuk menuju kesana paling mudah dicapai dari
Kabupaten Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran yang
paling tinggi di Jawa Tengah yaitu pada ketinggian 2.093 meter diatas
permukaan air laut dengan suhu siang hari 150C dan 10
0C pada malam
hari.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks
gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari Bisma, Seroja,
Binem, Pangonan , Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil,
Kunir dan Prambanan. Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang,
Kawah Kumbang, Kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah
Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri. Di
dalam Dataran Tinggi Dieng ini terdapat bebagai macam kompleks objek
wisata antara lain Kompleks Candi Pandawa, Kawah Sikidang, Goa
Semar, Telaga Warna, Dieng Vulcanic Theater dan lain-lain
(www.bluefameforum.com)
1.1.5 Kerusakan Lahan di Dataran Tinggi Dieng
Adanya lahan-lahan kritis umumnya disebabkan oleh kegiatan
yang secara langsung menyebabkan rusaknya daya dukung tanah/lahan.
Antara lain pemanfaatan lereng bukit yang tidak sesuai dengan
kemampuan peruntukannya, untuk lahan pertanian yang tidak menerapkan
14
Sumber: Dinas Pertanian Kab.Wonosobo
Tabel 2. Peta Guna Lahan Tahun 2007-2010
teknologi konservasi, bahkan tidak sedikit yang berubah fungsi menjadi
areal permukiman. Tingginya lahan kritis yang beresiko pada terjadinya
kerusakan lingkungan yang lebih kompleks, saat ini terjadi di Dataran
Tinggi Dieng.
Salah satu yang mempengaruhi besarnya erosi adalah penggunaan
lahan pada lokasi. Semakin bagus penggunaan lahannya maka daya erosi
tanah akan semakin kecil, tetapi jika tutupan lahannya semakin gersang,
maka daya erosinya semakin besar.
Penggunaan Lahan Luas Tahun 2007 (
m2)
Luas Tahun 2010 (
m2)
Selisih ( m2)
Hutan 189.986.945 189.790.037 -196.908
Permukiman 9.292.480 9.292.480 0
Rumput 6.733.488 5.567.713 -1.165.775
Tubuh Air 822.066 822.066 0
Tegalan 52.788.686 54.947.536 2.158.850
Kebun 23.137.832 23.147.593 9.761
Sawah 174.353.160 172.647.970 -1.705.190
Semak Belukar 66.323.937 68.802.156 2.478.219
Sawah Tadah Hujan 16.460.022 604.697 -15.855.325
Lahan Terbuka 2.183.654 16.460.022 14.276.368
Tabel diatas menunjukkan perubahan penggunaan lahan pada
kawasan Dieng dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Perubahan
15
Gambar 8. Kerusakan Lahan Oleh Kegiatan Pertanian
Sumber: www.diengplateu.com
penggunaan lahan paling besar terjadi pada sawah tadah hujan yaitu
mengalami penurunan luas sebesar 15.855.325 m2, kemudian diikuti
dengan sawah sebesar 1.705.190 m2. Pengurangan luas penggunaan lahan
selalu diimbangi dengan penambahan luas dari beberapa penggunaan lahan
yaitu lahan terbuka yang meningkat luasanya sebesar 14.276.368 m2
diikuti dengan tegalan yang mengalami peningkatan luas sebesar
2.158.850 m2. Keberadaan pemukiman dari kurun waktu tahun 2007-2010
tidak mengalami peningkatan,begitu juga dengan tubuh air.
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi perubahan
(konversi) penggunaan lahan, salah satu di antaranya adalah adanya alih
fungsi lahan dari peruntukan sebelumnya. Penyebab terjadinya alih fungsi
lahan dimungkinkan karena adanya tuntutan ekonomi sehingga berdampak
pada perubahan fungsi lahan agar secara ekonomi lebih menguntungkan.
16
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlu
dilakukan evaluasi terhadap tata ruang di Dataran Tinggi Dieng berdasarkan latar
belakang masalah hal diatas dengan rumusan permasalahan : Pusaka Saujana
Dataran Tinggi Dieng dengan Studi Kasus Dampak Kegiatan Pariwisata dan
Pertanian Terhadap Kemenerusan Pusaka Saujana di Dataran Tinggi Dieng. .
Sedangkan pertanyaan penelitian untuk permasalahan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah sejarah lingkungan Dataran Tinggi Dieng seperti sejarah
geomorfologi, sejarah benda-benda peninggalan arkeologi,sejarah
pertanian,dan sejarah keberadaan permukiman?
2. Apa dan bagaimanakah wujud saujana-saujana di Dataran Tinggi Dieng?
3. Bagaimana potensi saujana Dataran Tinggi Dieng sebagai sebuah pusaka
saujana?
4. Sejauh manakah perubahan yang terjadi di Dataran Tinggi Dieng?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan sejarah lingkungan, benda-benda arkeologi, dan falsafah
hidup dan kebudayaan masyarakat di Dataran Tinggi Dieng
2. Mendeskripsikan bentuk keunikan saujana Dataran Tinggi Dieng.
3. Menilai potensi saujana Dataran Tinggi Dieng sebagai sebuah pusaka
saujana.
17
4. Mengkaji pengaruh kegiatan pariwisata dan pertanian terhadap saujana
Dataran Tinggi Dieng.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah daerah
sebagai bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan Perencanaan Tata ruang
danPenataan Kawasan Dieng.
Bagi masyarakat
Bagi masyarakat dapat dimanfaatkan dalam upaya mendukung pemerintah
daerah Kabupaten Wonosobo dalam upaya memajukan pariwisata di Dataran
Tinggi Dieng.
Bagi Ilmu Pengetahuan
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan penelitian ini dapat menambah
pengetahuan tentang pusaka saujana sebuah kawasan.
18
Sumber: Analisis Penulis
Tabel 3. Keaslian Penulis
1.5 Keaslian Penelitian
No Nama Judul Penekanan
1 Julijanti Perubahan Pemanfaatan
Lahan di Kawasan Dataran
Tinggi dieng
Meneliti dampak
perubahan tata guna
lahan terhadap
Pariwisata Dieng
2 Hardi Warsono Kajian Setting Kawasan
Wisata Dieng Kaitannya
Dengan Model
Perencanaan Dan
Manajemen
Mengembangkan
setting dan konsep
memajukan kawasan
pariwisata Dieng
3 Dwita Hadi Rahmi Pusaka Sujana Candi
Borobudur, kaitannya
dengan bentang lahan dan
kehidupan masyarakat
Berdasarkan hasil
penelitian, Empat
wujud saujana yang
dapat diamati secara
fisik adalah pola
pengolahan lahan, tata
kehidupan, arsitektur
kawasan dan bentukan-
bentukan alami.
Untuk pengajuan judul penulisan, penulis mengajukan judul penelitian
:Pusaka Saujana Dataran Tinggi Dieng dengan Studi Kasus Dampak Kegiatan
Pariwisata dan Pertanian Terhadap Kemenerusan Pusaka Saujana di Dataran
Tinggi Dieng.
19
1.6 Sistematika Penulisan Tesis
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat,
keaslian penulisan, sistematika penulisan, kerangka pola pikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan kajian teoritis meliputi tinjauan mengenai pusaka saujana di
dunia, pusaka saujana di Indonesia, pengertian pariwisata,pengertian
wisatawan,elemen pariwisata,pengertian pengembangan pariwisata,perkembangan
pariwisata di Indonesia, pola orientasi pertanian, pemanfaatan lahan
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang analisis yang digunakan sebagai landasan dalam
menentukan jenis penilisan penelitian, lokasi penelitian,variabel
penelitian,populasi, jenis dan sumber data serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan dari hasil analisa dan pengolahan data- data yang bertujuan
mendapat sintesa sebagai pedoman proses pendeskripsian keunikan pusaka
saujana di Dataran Tinggi Dieng.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang perumusan masalah berdasarkan analisis berdasarkan data-
data primer dan sekunder yang diperoleh dari lokasi penelitian.
20
Gambar 9. Kerangka Pola Pikir
Sumber:Analisis Penulis
1.7 Kerangka Pola Pikir
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka secara sistematis alur pikir
kerangka pendekatan masalah adalah sebagai berikut: