febriani k 32654-saujana

Upload: febriani-kurniawati

Post on 12-Jul-2015

82 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KONSERVASI & PENGELOLAAN PUSAKA SAUJANA

Di Indonesia banyak tersimpan potensi pusaka saujana yang belum tergali dan terangkat. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran penduduk akan makna saujana itu sendiri maupun kurangnya kesadaran mereka akan potensi lingkungan sekitar mereka. Dalam deklarasi Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003, disebutkan bahwa Pusaka Saujana (Cultural Landscape Heritage) bermakna gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam satu kesatuan ruang . Pusaka alam (Natural Heritage) adalah bentukan alam yang istimewa. Sedangkan yang dimaksud dengan pusaka budaya (Cultural Heritage) adalah hasil cipta, rasa, karsa dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Indonesia secara sendirisendiri sebagai kesatuan bangsa Indonesia maupun dalam interaksinya dengan budaya lain. Pusaka budaya mencakup ragawi (tangible) dan tak ragawi (intangible).

Salah satu jenis dari pusaka alam adalah gua. Gua adalah liang (lubang) besar (pada kaki gunung dsb) (Sumber: http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php ) Sejak zaman pra-sejarah gua telah menjadi pilihan sebagai tempat berlindung dari cuaca dan hewan liar. Tidak heran jika Pangeran Diponegoro juga memanfaatkan gua sebagai tempat perlindungan sekaligus sebagai tempat penyusunan strategi perang semasa pecahnya Perang Diponegoro yang berlangsung pada tahun 1825 hingga 1830. Gua tersebut diberi nama gua Selarong. Nama Selarong berasal dari kata sila (bersila) dan rong (goa), yang mencerminkan kebiasaan Pangeran Diponegoro saat bersemedi atau mengatur strategi, yang dilakukannya sambil bersila di dalam gua. Meskipun orang awam lebih banyak mengenal gua Selarong sebagai tempat persembunyian Pangeran Diponegoro, tidak banyak yang tahu bahwa gua Selarong dikaruniai pemandangan alam sekitar yang indah. Di bagian utara terdapat kebun pohon Jambu Biji yang sekarang telah berganti menjadi kebun Pohon Kelengkeng , di bagian barat terdapat air terjun sedangkan di bagian selatan terdapat sendang yang dulunya digunakan oleh Pangeran Diponegoro sebagai sumber air minum serta tempat mandi. Dari segi budaya, gua Selarong merupakan salah satu penghasil seni kerajinan kayu. Mulai tahun 2005 yang lalu, gua Selarong menjadi pusat perayaan upacara peringatan ulang tahun Pangeran Diponegoro. Lalu, apa yang membuat gua Selarong layak dijadikan sebagai pusaka saujana? Dalam Konvensi tentang Proteksi Warisan Budaya dan Warisan Alam yang ditetapkan oleh UNESCO tahun 1992, disebutkan bahwa; Saujana merupakan keragaman manifestasi interaksi antara hasil budi daya manusia dan lingkungan alamnya. Gua Selarong memiliki sejarah interaksi antara manusia dengan alam yang telah berlangsung sekian ratus tahun dan masih tetap lestari hingga saat ini.

Nama Lokasi

: Goa Selarong : Dukuh Kembang Putihan, Kelurahan Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kategori : Cultural Landscape Heritage. Kriteria OUV : iii dan iv.

Gua Selarong terletak di Dukuh Kembang Putihan, Kelurahan Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul. Lokasinya 30 km arah selatan kota Yogyakarta dan membutuhkan waktu tempuh 40 menit untuk sampai ke sana. Terletak di atas perbukitan kapur, sehingga untuk mencapai puncaknya disediakan anak tangga yang jumlahnya ratusan dengan panjang jumlah anak tangga hampir mencapai 0.5 km (Sumber:http://www.ads-iklan.com/artikel190-Gua-Selarong.html diakses pada 20 April 2010, 16.39 WIB.)

(Sumber peta: http://bantulkab.go.id/data-publikasi/peta_adm_bantul.pdf)

(Sumber peta: http:wikimapia.org/goa-selarong)

LOKASI GOA SELARONG

Latar belakang sejarah Goa Selarong tidak pernah bisa lepas dari sosok Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro-lah yang membuat keberadaan Goa Selarong dikenal luas oleh masyarakat hingga saat ini. Peran Goa Selarong sangat berarti dalam fragmen sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro yaitu Perang Diponegoro yang berlangsung antara periode 18251830. Berikut adalah ringkasan sejarah Pangeran Diponegoro : mengenai

a. 11 November 1785, istri dari Hamengku Buwono III, melahirkan anak pertama yang dinamai Antawirya. Antawirya dibesarkan di Tegalrejo dalam asuhan Ratu Ageng, istri HB-I. Setelah dewasa Antawirya kemudian bergelar Pangeran Diponegoro. Ketika ia hendak dipilih oleh HB III sebagai putra mahkota, ia menolak. Ia malah menyarankan ayahnya agar memilih Djarot, adiknya, sebagai putra mahkota. (Sumber: :Sumber gambar: indocg.com/forums/viewtopic.php%...id%3D536 http://titikpelangi.wordpress.com/2009/04/29/perang-diponegoro1825-1830/ diakses pada: 11 Mei 2010, 04.23 WIB)

b. Pada 1814, Hamengku Buwono III meninggal. Pangeran Djarot, yang baru berusia 13 tahun, diangkat menjadi Hamengku Buwono IV. Kendali kekuasaan dikuasai Patih Danurejo IV yang pro Belanda sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak Kraton dibuat berdasarkan kepentingan Belanda.(Sumber : http://titikpelangi.wordpress.com/2009/04/29/perang-diponegoro-1825-1830/ diakses pada: 11 Mei 2010, 04.23 WIB)

c. Pada 1822, Hamengku Buwono IV meninggal. Atas inisiatif Patih Danurejo, Pangeran Menol yang baru berusia 3 tahun dinobatkan menjadi Hamengku Buwono V. Akan tetapi pada prakteknya, Patih Danurejo-lah yang memegang kendali pemerintahan. (Sumber :http://titikpelangi.wordpress.com/2009/04/29/perangdiponegoro-1825-1830/ diakses pada: 11 Mei 2010, 04.23 WIB)

d. Pada pertengahan bulan Mei 1825, Danurejo dan Residen Yogya A.H. Smissaert yang awalnya memerintahkan pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah rencananya dengan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo dan tepat melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro. Hal ini membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut. (Sumber : http://titikpelangi.wordpress.com/2009/04/29/perang-diponegoro-1825-1830/ diakses pada:11 Mei 2010, 04.23 WIB)

e. Peristiwa pencabutan patok tersebut membuat Belanda memiliki alasan untuk menyerang Pangeran Diponegoro atas tuduhan pemberontakan Pada 20 Juli 1825, pasukan Belanda dan Danurejo IV mengepung Tegalrejo. (Sumber :http://titikpelangi.wordpress.com/2009/04/29/perang-diponegoro-1825-1830/ diakses pada: 11Mei 2010, 04.23 WIB)

Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Belanda yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro membakar kediamannya. Perang pun pecah. ( Sumber : http://okayana.blogspot.com/2010/02/perangdiponegoro-1825-1830.html diakses pada: 18 Mei 2010, 09.34 WIB)

f. Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Belanda yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro membakar kediamannya. Perang pun pecah. ( Sumber : http://okayana.blogspot.com/2010/02/perangdiponegoro-1825-1830.html diakses pada: 18 Mei 2010, 09.34 WIB)

g. Upaya damai dicoba dirintis, pihak Belanda mengutus Pangeran Mangkubumi untuk membujuk Pangeran Diponegoro. Namun, setelah berdialog, Mangkubumi justru memutuskan bergabung dengan Diponegoro. Gubernur Jenderal van der Capellen memperkuat pasukannya di Yogya. Namun 200 orang tentara termasuk komandannya Kapten Kumsius, tewas di Logorok, Utara Yogya, oleh pasukan Diponegoro di bawah komando Mulyosentiko. Dalam pertikaian ini, pihak kraton Surakarta berpihak pada Belanda. Pertempuran meluas hingga Magelang, Menoreh, Prambanan, Bojonegoro, Pati, Rembang, Madiun, Dekso, Lengkong hingga Delanggu. (Sumber :http://titikpelangi.wordpress.com/2009/04/29/perang-diponegoro-1825-1830/ diakses pada: 11 Mei 2010,04.23 WIB)

Karena wilayah perang yang luas, Perang Diponegoro dikenal sebagai sebagai Perang Jawa.(Sumber : http://okayana.blogspot.com/2010/02/perang-diponegoro-1825-1830.html diakses pada: 18 Mei 2010, 09.34 WIB)

h. Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan menggunakan sistem benteng. Pada tahun 1829, Kyai Maja ditangkap. Kemudian Pangeran Mangkubumi dan Sentot Alibasya menyerah pada Belanda. Pada 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855. ( Sumber : http://okayana.blogspot.com/2010/02/perang-diponegoro-1825-1830.html diakses pada: 18 Mei 2010, 09.34 WIB) Dengan tertangkapnya Diponegoro berakhirlah perang Diponegoro yang berlangsung 5 tahun, selama periode 1825-1830.

Sumber gambar : visitingjogja.com/web/index.php%...page%3D1

Sumber gambar : www.ads-iklan.com/artikel-190Go...ong.html

* Gambar sebelah kiri kondisi Goa Sealrong saat belum mengalami perbaikan, sedangkan gambar sebelah kanan adalah kondisi Goa setelah perbaikan.

Sumber gambar : http://wijna.web.id/gambar/picart/selarong/selarong04.jpg

Sumber gambar : http://www.indosiar.com/images/news/horison/a_060815_dip onogoro04.jpg

* Gambar sebelah kiri adalah Goa Putri sedangkan gambar sebelah kanan adalah Goa Kakung.

Gua Selarong terdiri dari dua buah goa yaitu, Goa Kakung dan Goa Putri, letaknya berada di puncak bukit, menghadap ke arah selatan. Gua Kakung terletak di sebelah barat berukuran 3 X 3 m dengan tinggi 1.80 m, yang digunakan Pangeran Diponegoro sebagai tempat bersembunyi dan merancang strategi perang melawan Belanda. Di goa yang merupakan ceruk buatan ini juga terdapat semacam tempat tidur, yang dipakai Sang Pangeran untuk beristirahat dan bersemedi. Di dinding goa Selarong ini ada terdapat sejumlah coretan Pangeran Diponegoro yang sayangnya sudah tidak dapat terbaca lagi. Sedangkan gua Putri terletak di sebelah timur berukuran lebih luas, yakni 8 X 4 m dengan tinggi 1.80 m. Goa ini merupakan ceruk alam, yang digunakan istri prajurit dan anak-anak. Goa Putri juga kerap dipakai sebagai tempat pertemuan untuk mengatur siasat perang.(Sumber : http://pakansi-id.blogspot.com/2008/07/goa-selarong.html diakses: 13 April 2010, 12.47 WIB.)

Sumber gambar : http://www.indosiar.com/images/news/horison/a_060815_diponogoro0 3.jpg

Gua Selarong saat ini juga dimanfaatkan sebagai Bumi Perkemahan. Di bagian barat terdapat air terjun sedangkan di bagian selatan 300 meter dari goa terdapat sendang yang dulunya digunakan oleh Pangeran Diponegoro untuk mandi, wudhu dan sumber air minum. Sendang tersebut bernama Sendang Manik Maya dan bersumber dari 7 mata air. Sendang ini banyak dikunjungi peziarah karena diyakini berkhaziat menyembuhkan aneka macam penyakit.

Peninggalan lain dari Pangeran Diponegoro adalah batuan sisa pondasi masjid yang menyerupai batuan candi. Dahulu Pangeran Diponegoro sempat hendak mendirikan masjid di Goa Selarong, namun karena alasan tertentu beliau mengurungkan niatnya.

Sumber gambar : http://wijna.web.id/gambar/pica rt/selarong/selarong02.jpg

Sumber gambar : http://wijna.web.id/gambar/picart/selarong/selarong03.jpg

Sumber gambar : http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:JWrwiPZZMDkSgM:http://1.bp.blog spot.com/_aChL2pcYam0/SukNK7Hi0qI/AAAAAAAAAXk/wrEwGbGC3G w/s320/selarongg.jpg

Sumber gambar : http://wijna.web.id/gambar/picart/selarong/_DSC5078_selarong.j pg

Dahulu Selarong terkenal sebagai penghasil Jambu Biji. Letak kebun Jambu Biji ini di sebelah utara Goa Selarong. Namun telah bertahun-tahun pohon Jambu Biji tidak dapat tumbuh baik karena tertutup pohon Mahoni. Sedangkan saat ini Pemerintah Bantul sedang berupaya mengembangkan kawasan Goa Selarong sebagai tempat agrowisata kelengkeng. Hasil buah-buahan tersebut saat ini hanya bisa dijumpai lewat deretan penjual buah yang mayoritas adalah perempuan lanjut usia dan tersebar di sepanjang jalan masuk menuju goa.

Di bagian barat goa terdapat air terjun yang hanya mengalir saat musim hujan. Air terjun tersebut mengalir dari punggung bukit. Pengunjung Goa Selarong, terutama kaum muda cenderung lebih tertarik untuk melihat dan menikmati air tejun ini daripada obyek goa-nya sendiri. Di sekitar Gua Selarong juga terdapat sentra kerajinan kayu yang menghasilkan patung, topeng dan lain-lain, yaitu di pedukuhan Kerebet..Sumber gambar : http://apakabarjogja.com/ attachment:/318/selarong2.png

(Sumber : http://www.infotempat.com/?content=1&category=3&act=501 9 diakses 20 April 2010, 16.30WIB)

Grebeg Selarong sebuah tradisi budaya digelar di pelataran Goa Selarong. Prosesi ini diselenggarakan untuk memperingati perjuangan Pangeran Diponegoro. Mulai diadakan sejak tahun 2005 dan diselenggarakan pada pertengahan Juli. Prosesinya serupa dengan prosesi grebeg di mana para peserta upacara memakai baju adat Jawa dengan membawa gunungan. Selain grebeg, event lain yang diadakan adalah Haul Pangeran Diponegoro yang diselenggarakan pada 8 Januari untuk memperingati hari kelahiran Pangeran Diponegoro.http://mycityblogging.com/yogyakarta/2008/07/29/grebeg(Sumber : selarong-tradisi-budaya-mengenang-perjuangan-diponegoro/ diakses pada: 18 Mei 2010, 09.34 WIB)Sumber gambar : http://farm4.static.flickr.com/3268/27086 01771_2c01c456d0_m.jpg

Di masa lalu, Gua Selarong memiliki peranan penting dalam sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajahan Belanda. Selain dijadikan sebagai tempat persembunyian, Gua Selarong juga menjadi tempat penyusunan strategi perang yang dikenal dengan Siasat Perang Gerilya yang mampu membuat penjajah Belanda kerepotan dalam menghadapi Pangeran Diponeoro beserta pasukannya. Saat ini, setelah Gua Selarong telah berganti fungsi menjadi objek wisata. Namun hal tersebut tidak lantas menghilangkan nilai sejarahnya. Beberapa bukti sejarah, selain gua Selarong sendiri, seperti sendang dan sisa pondasi masjid yang hendak dibangun Pangeran Diponegoro masih daoat disaksikan di sana. Fungsinya sebagai objek wisata juga menjadikan Goa Selarong sebagai lahan mata pencaharian bagi penduduk sekitar. Dahulu, saat gua Selarong masih menjadi penghasil jambu biji, banyak penduduknya yang menjajakan jambu biji di sepanjang jalan masuk objek wisata. Namun semenjak produksi jambu biji berkurang drastis, para penjual buah tersebut beralih ke jenis buah lain untuk dijual. (Sumber: http://travel.kompas.com/read/2010/01/23/21164896/Goa.Selarong..Sepi.dan.Dikotori.Para.Vandalis, http://titikpelangi.wordpress.com/2009/04/29/perang-diponegoro-1825-1830/ http://wijna.web.id/250-Pencari-Batu-vs-Programmer-Goa-Selarong.html )

Berdasarkan uraian di atas maka Goa Selarong memiliki Outstanding Value berdasarkan Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention yang disusun oleh UNESCO sebagai berikut: (iii) bear a unique or at least exceptional testimony to a cultural tradition or to a civilization which is living or which has disappeared; be an outstanding example of a type of building, architectural or technological ensemble or landscape which illustrates (a) significant stage(s) in human history; Kriteria nomor (iii) menyebutkan bahwa objek menjadi saksi terhadap suatu tradisi budaya atau peradaban yang masih berlangsung maupun yang telah hilang, baik itu berupa bangunan, arsitektural atau penerapan teknologi atau lansekap, yang menggambarkan suatu peristiwa penting dalam sejarah manusia. Gua Selarong menjadi saksi sejarah dalam peristiwa Perang Diponegoro yang berlangsung pada tahun 1825-1830, yaitu sebagai tempat persembunyian sekaligus sebagai tempat penyusunan strategi perang. Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya menjadi cikal-bakal nenek moyang dari penduduk Selarong saat ini. Dalam upaya untuk terus mengingat jasa Pangeran Diponegoro, penduduk Selarong setiap tahun menyelenggarakan Grebeg Selarong dan peringatan Haul Pangeran Diponegoro. (iv) be an outstanding example of a type of building, architectural or technological ensemble or landscape which illustrates (a) significant stage(s) in human history; Kriteria nomor (iv) menyebutkan bahwa objek menjadi contoh yang mengemuka akan suatu tipe bangunan, arsitektural atau penerapan teknologi atau lansekap yang menggambarkan suatu peristiwa penting dalam sejarah manusia. Penjelasannya hampir serupa dengan kriteria (iii), gua Selarong menjadi contoh yang mengemuka terkait dengan perannya dalam peristiwa Perang Diponegoro. Masyarakat awam bahkan yang belum pernah berkunjung ke sana pun jika mendengar kata Selarong pasti akan langsung teringat pada Pangeran Diponegoro.

a. Dibandingkan obyek wisata lain di Bantul (misalnya: Parangtritis), kawasan Goa Selarong termasuk sepi pengunjung. Padahal dengan tiket retribusi yang hanya Rp. 2.000,00 dan biaya parkir kendaraan Rp. 1.500,00, kita bisa sekaligus menikmati obyek wisata berupa gua, sisa petilasan Pangeran Diponegoro serta air terjun. b. Kurangnya promosi bagi kawasan ini. Selain itu ketiadaan brosur yang menceritkan tentang sejarah Goa ini. Relief di bawah patung Diponegoro yang panjangnya sekitar tiga meter itupun tidak cukup jelas menceritakan apa yang digambarkan, karena tidak ada teks yang menyertainya. Sehingga hampir tidak ada pelancong yang berlama-lama berhenti untuk menikmati goa. Sebagian besar wisatawan hanya numpang lewat saja menuju air terjun. c. Ada satu lagi yang hilang dari sejarah gua selarong, yakni sebagai penghasil jambu biji. Salah,seorang dari penjual di gua Selarong bercerita bahwa sudah bertahun-tahun, jambu biji tidak dapat tumbuh dengan baik., karena tertutup pohon mahoni. d. Aksi vandalistis berupa coretan-coretan terutama di sekitar mulut goa dan pagar pembatas goa.(Sumber: http://travel.kompas.com/read/2010/01/23/21164896/Goa.Selarong..Sepi.dan.Dikotori.Para.Vandalis, diakses pada 20 April 2010, 16.12 WIB)

a.

Proteksi dari pemerintah berupa Peraturan Daerah, sebagai berikut : PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 3 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR PENJELASAN UMUM

Sektor Kepariwisataan merupakan sektor yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Bantul, karena sektor kepariwisataan mampu menggerakkan sektorsektor yang lain yang mendukung sektor kepariwisataan. Oleh karena itu dalam pembangunan bidang kepariwisataan perlu dilakukan integrasi dengan bidang kebudayaan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. mengembangkan dan membina kebudayaan daerah yang dapat mendukung pelestarian budaya nasional yang bersumber dari warisan budaya leluhur bangsa, budaya daerah yang mengandung nilai-nilai universal termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mendukung terpeliharanya kerukunan hidup bermasyarakat dan membangun peradaban bangsa; b. mengembangkan kebebasan berkreasi dalam berkesenian untuk mencapai sasaran inspirasi bagi kepekaan rasa terhadap totalitas kehidupan dengan tetap mengacu pada etika, moral, estetika dan agama, serta memberikan perlindungan dan penghargaan terhadap hak cipta dan loyalty bagi pelaku seni dan budaya; c. melestarikan apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan tradisional serta menggalakkan dan memberdayakan sentra-sentra kesenian untuk merangsang berkembangnya kesenian daerah yang mendukung kesenian nasional yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap kebudayaan sendiri;

d. menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional sebagai wahana pengembangan kepariwisataan dan mempromosikan ke berbagai agen wisata di dalam dan di luar negeri; e. mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. Untuk mencapai hal-hal tersebut diatas perlu menyempurnakan kelembagaan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul menjadi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bantul. Dalam pasal dan penjelasannya di atas tidak disebutkan secara jelas mengenai perlakuan pemerintah terhadap obyek wisata-historis seperti Goa Selarong.

b. Proteksi dari masyarakat sekitar masih sangat sederhana. Goa Selarong memiliki juru kunci yang bertugas menjaga dan merawat Goa Selarong, juru kunci ini profesi yang sifatnya menurun maksudnya diwariskan melalui garis keturunan. Sebagian masyarakat juga masih mengeramatkan tempat ini sehingga segan jika hendak berbuat sesuatu yang dapat mengotori dan merusak Goa. Namun golongan kaum Muda cenderung menyepelekan sehingga aksi vandalisme juga marak pada obyek wisata ini.

a.

Dari aspek pengelolaan Gua Selarong harus melibatkan aparat pemerintah mulai dari dukuh, kelurahan, kecamatan, kabupaten hingga propinsi. Bagan di bawah adalah struktur dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bantul.

Bagian yang ditandai adalah yang berhubungan langsung dengan status Goa Selarong yang merupakan obyek wisata historis. Management Plan yang direncanakan adalah sebagai berikut.Pemerintah (Pusat-PropinsiKabupaten) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Sub Dinas Obyek dan Daya Tarik Wisata Seksi Obyek Wisata Sub Dinas Pengembangan dan Pemasaran Seksi Promosi Wisata

Sub Dinas Kebudayaan Seksi Sejarah dan Purbakala Museum

Seksi Tradisi dan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME

Aspek Legal Peraturan

* Bagan A

Pemerintah (KecamatanKelurahan-Dukuh)

b.

Dari aspek perlindungan selain melibatkan unsur aparat pemerintah dan peraturan seperti pada bagan A, harus ada unsur lain yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai Goa Selarong sebagai pusaka saujana. Unsur-unsur tersebut bisa berasal dari pemerintah, swasta, akademisi maupun masyarakat, namun masih berada di bawah naungan pemerintah.Pemerintah (Pusat-PropinsiKabupaten) Bantul Heritage Society

*

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Selarong Heritage Society Divisi Dokumentasi

. Heritage Society (obyek lain)

Unit Pengurus Obyek Wisata Kepala Unit

Divisi Edukasi dan Informasi Divisi Mitigasi Bencana Divisi Pemeliharaan dan Perlindungan Pusaka Alam dan Budaya

Petugas Tata Usaha

Petugas Retribusi Petugas Kebersihan dan Pemeliharaan Petugas Ketentraman dan Ketertiban

Mengenai divisi edukasi dan informasi, sebenarnya telah terdapat museum yang menyediakan informasi mengenai Pangeran Diponegoro dan perjuangannya, yaitu Museum Sasanawiratama yang terletak di Tegalrejo. Oleh karena letaknya jauh dari Selarong maka dapat diibuat museum di kawasan Goa Selarong yang berisi replika dari Museum Sasanawiratama.

* Susunan yang telah ada

c. Dari aspek promosi, seperti pada bagan A telah diatur oleh Seksi Promosi Wisata. Namun hingga saat ini promosi masih kurang. Bahkan di obyek wisata Selarong tidak terdapat brosur mengenai informasi (sejarah,kelebihan,dsb.) dari Goa Selarong. Untuk itu maka diperlukan kerjasama dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Selarong Heriage Society.Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Sub Dinas Pengembangan dan Pemasaran

Selarong Heritage Society

Seksi Promosi Wisata

Divisi Edukasi dan Informasi

Brosur, papan keterangan,dsb. Promosi virtual (website khusus Selarong).

d.

Dari aspek ekonomi, dengan memberdayakan kembali potensi Selarong sebagai penghasil buah terutama Jambu Biji. Pemberdayaan masyarakat juga dapat melalui potensi kerajinan kayu, lokasi Selarong yang berdekatan dengan Dukuh Kerebet sebagai penghasil kerajinan kayu dapat dijadikan paket wisata. Usaha pemberdayaan juga bisa berwujud penggunaan masyarakat sekitarsebagai tenaga kerja lokal. Management plan di atas dapat terwujud jika ada kerjasama antar pemerintah mulai dari tingkat propinsi hingga dukuh dengan masyarakat sekitar maupun pihak ke-tiga(swasta, akademisi, dsb.)

e.

Goa Selarong dengan berbagai potensi dan OUV yang terkandung di dalamnya dapat menjadi pusaka saujana bagi Kabupaten Bantul jika sistem manajemen yang telah ada ditambah dengan dukungan pemerintah, pihak swasta dan masyarakat maupun dengan implementasi dari rencana sistem manajemen baru.

DAFTAR PUSTAKA http://wijna.web.id/250-Pencari-Batu-vs-Programmer-Goa-Selarong.html http://mycityblogging.com/yogyakarta/2008/07/29/grebeg-selarong-tradisibudaya-mengenang-perjuangan-diponegoro/ http://travel.kompas.com/read/2010/01/23/21164896/Goa.Selarong..Sepi.dan. Dikotori.Para.Vandalis http://titikpelangi.wordpress.com/2009/04/29/perang-diponegoro-1825-1830/ http://okayana.blogspot.com/2010/02/perang-diponegoro-1825-1830.html http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php http://www.infotempat.com/?content=1&category=3&act=5019 UNESCO, 1992. Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention Adishakti, Laretna T, 2010. Pengantar Pelestarian Pusaka