pendahuluan - penutup kel.2
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kebidanan merupakan ilmu yang sama tuanya dengn sejarah Homo Sapiens.
Kebidanan sebagai profesi tua lahir kembali dalam masyarakat komtemporer, dimana sebuah
profesi yang bersifat global. Kebidanan sebagai suatu profesi yang diakui secara internasional
dan memiliki praktisi di seluruh dunia.
Bidan selalu bersama wanita selama kehamilan dan persalinan sejak permulaan
perabadan. Fokus dewasa ini pada kebidanan internasional mencerminkan migrasi
berkelanjutan tenaga professional bidan.
Keberadaan Bidan ditengah masyarakat sebagai wanita yang terpercaya dalam
mendampingi ibu dan wanita. Bidan juga harus mampu melakukan pengawasan, perawatan,
serta memberi saran yang diperlukan kepada wanita selama masa hamil, bersalin, dan
setelah melahirkan.
Bidan sebagai jabatan profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja
berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik
pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
A. PENGERTIAN
1. PROFESI
a. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2003)
Bidang pekerjaan dilandasi pendidikan tertentu contoh : keterampilan, keguruan, dsb
b. Menurut Abraham Flexman (1915)
“Profesi adalah aktifitas yang bersifat intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan,
digunakan untuk tujuan praktik pelayanan, dapat dipelajari, mendahulukan
kepentingan orang lain.”
c. Menurut Mavis Kirkham (1996)
“ Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan khusus dalam ilmu
atau seni khususnya dan hal yang dipelajari dalam profesi yaitu hukum, ilmu
agama atau pengobatan. Namun dalam kenyataannya sosial sangat kompleks”
d. Menurut Suessman (1997)
“Profesi berorientasi kepada pelayanan, memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan
otonomi dari kelompok pelaksana.”
e. Menurut CNMs (2011)
Profesi bidan adalah pelayanan kesehatan yang komprehensif dan mandiri yang
diberikan bagi wanita selama masa hidupnya.
2. BIDAN
Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with woman”(bersama
wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa Perancis, sage femme (Bidan)
berarti “ wanita bijaksana”,sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti
”berkaitan dengan wanita”.
Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam
program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin
melaksanakan praktek kebidanan.
Menurut International Conferedation of Midwives (ICM) bidan adalah seorang
yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta
memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan. Dia harus
mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutukan
kepada wanita selama hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin
persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.
Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan
bayi dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat
darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting
dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan tidak hanya untuk wanita tersebut tetapi
juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan ini termasuk pendidikan
antenatal, persiapan menjadi orang tua dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi,
KB dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah
perawatan atau tempat – tempat pelayanan lainnya. Bidan mempunyai tugas penting
dalam memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan, terhadap wanita hamil,
melahirkan dan post partum maupun masa interval. Memberikan pelayanan kepada
bayi bau lahir, bayi dan anak balita dalam rangka menyiapkan sumber daya
manusia/generasi penerus yang berkualitas. Asuhan tersebut termasuk tindakan
pemeliharaan, pencegahan, deteksi serta intervensi dan rujukan pada keadaan resiko
tinggi termasuk kegawatan pada ibu dan anak.
Menurut Permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010 menyebutkan bahwa bidan
adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
Pengertian bidan menurut ICM tahun 2011 adalah A midwife is a person who
has successfully completed a midwifery education programme that is duly
recognized in the country where it is located and that is based on the ICM
Essential Competencies for Basic Midwifery Practice and the framework of the
ICM Global Standards for Midwifery Education; who has acquired the requisite
qualifications to be registered and/or legally licensed to practice midwifery and use
the title ‘midwife’; and who demonstrates competency in the practice of midwifery.
3. Kebidanan
Midwifery, profesion that provides helath care for women,especially during
pregnancy and childbirth. Midwives (practitioners of midwifery) have assisted women in giving
birth since ancient times. Today midwives deliver more that two-thirds of the world’s infants
and provide many other gynecological services. (http://syafii-wirabuana.blogspot.com)
B. JABATAN SEBAGAI PROFESI
1. Ciri-ciri Profesi
1) Menurut Atik Purwandari, ciri-ciri jabatan sebagai profesi, adalah sebagai berikut:
a. Bersifat unik
b. Dikembangkan dengan teliti
c. Mempunyai wadah organisasi
d. Pekerjaan yang mempunyai kode etik
e. Pekerjaan yang mendapat imbalan jasa
f. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh orang yang memiliki profesi tersebut
2) Menurut Djam’an satori, dkk, ciri-ciri profesi memiliki standar baku dan jelas, sebagai
berikut:
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
a. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya
dengan program dan jenjang pendidikan yang baku.
b. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya
c. Ada etika dan kode etik yang mengatur pelaku etik para anggotanya
dalam memperlakukan kliennya
d. Ada sistem imbalan jasa pelayanan yang adil dan baku
e. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai profesi
3) Ciri-ciri profesi lainnya menurut Omstein dan Levine adalah :
a.Melayani masyarakat, merupakan karier yang dilaksanakan sepanjang hayat
b.Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai
c.Menggunakan hasil, penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek
d.Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang
e.Terkendali berddasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk
(memerlukan izin tertentu)
f. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan untuk kerja yang
ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan
g.Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap
layanan yang diberikan
h.Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya
i. Menggunakan Organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri
j. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui
keberhasilan anggotanya
k.Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan
yang hubungan dengan layanan yang diberikan
l. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan dari setiap
anggotanya
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
m. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan
lain)
4) Hunt dan Symond (1995) menyatakan bahwa sebuah profesi atau profesional
memiliki ciri-ciri atau karateristik sebagai berikut :
a. Pendidikan akademik
b. Ilmu pengetahuan yang spesifik
c. Tanggung jawab atas praktik
d. Standar etik yang harus dipatuhi oleh anggota profesi
e. Kebebasan
f. Otonomi
(Mary Billington dan Mandy Stevenson, 2010 ; 35)
2. Karakteristik Bidan Sebagai Profesi
Beberapa ahli mengemukakan bahwa karakteristik suatu profesi harus berorientasi pada
pelayanan melalui pendidikan dan mempunyai otomoni. Secara umum profesi bidan
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Memiliki pengetahuan yang melandasi ketrampilan dan pelayanan.
b. Ketrampilan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sudah dimulai sejak
zaman dahulu. Pada masa tersebut pelayanan yang diberikan berdasarkan
pengetahuan ketrampilan yang turun temurun. Sejak tahun 1952 sampai sekarang
pengetahuan kebidanan sudah berdasarkan ilmu terapan yang terdiri dari
pengetahuan umum, ketrampilan dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu
sosial, kesehatan masyarakat dan kesehatan profesional.
c. Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.
d. Keunikan bidan tergambar dalam perannya dalam meningkatkan kesehatan ibu dan
keluarga pada usia subur. Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memelihara dan
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
meningkatkan kesehatan bagi dirinya dan keluargannya dengan menghargai
martabat manusia dan memperlakukan wanita sebagai manusia seutuhnya. Pusat
pelayanan kebidanan pada peningkatan kesehatan ibu dan pencegahan dan
memandang kehamilan dan persalinan sebagai suatu peristiwa kehidupan yang
normal.
e. Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar.
f. Pendidikan bidan sudah dimulai sejak tahun 1852. Pada masa itu pendidikan
dilaksanakan sesuai dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan pelayanan. Tuntutan
akademik belum menjadi persyaratan dalam pelaksanaan pendidikan. Namun setelah
melihat besarnya tanggung jawab yang diemban oleh seorang bidan dalam
melaksanakan tugas pelayanannya maka pendidikan bidan sudah ditingkatkan
menjadi pendidikan profesional melalui pendidikan tinggi.
g. Pengendalian terhadap standar praktik
h. Standar adalah suatu pernyataan atau criteria yang mencerminkan kualitas standar
praktik kebidanan disusun oleh organisasi profesi berdasarkan kompetensi inti bidan
yang menekankan pada tanggung jawab bidan untuk memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Standar ini bertujuan untuk melindungi bidan dan kliennya.
i. Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang diberikannya.
j. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawabnya sendiri dan merawat bayi baru
lahir.
k. Karir seumur hidup yang mandiri. Yang dimaksud dengan karir seumur hidup adalah
pekerjaan seumur hidup diluar pekerjaan rutin. Bidan yang dibekali ilmu pengetahuan
sesuai dengan kewenangannya dapat meneruskan karirnya dengan praktik mandiri
seumur hidup.
Sedangkan bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
b. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditujukan
untuk maksud profesi yang bersangkutan.
c. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
d. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang
berlaku
e. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya
f. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan
g. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
C. PROFESIONAL
Profesional berarti memiliki sifat profesional (profesional = ahli). Secara popular
seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional. Seorang profesional dalam bahasa
kesehariannya adalah seseorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya.
Seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari ketrampilan
yang menyangkut wawasan filosofi, pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang positif
dalam melaksanakan dan mengembangkan mutu kerja.
C.V.Good menjelaskan bahwa pekerjaan yang berkualitas profesional memiliki ciri-ciri
tertentu, yaitu : memerlukan persiapan dan pendidikan khusus bagi calon pelakunya
(membutuhkan pra jabatan yang relevan dengan kecakapan seorang pekerja). Profesional
memerlukan persyaratan yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang (misalnya :
pemerintah, organisasi profesi) dan jabatan profesional tersebut mendapat pengakuan dari
masyarakat dan pemerintah.
1. Karakteristik Profesional Bidan
Karakteristik profesional bidan yang melandasi dan tercermin pada praktik profesional
adalah sebagai berikut :
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
a. Terbuka terhadap perubahan
b. Menguasai dan menggunakan pengetahuan teoritis
c. Mampu menyelesaikan masalah
d. Mengembangkan diri secara terus menerus
e. Mempunyai pendidikan formal
f. Ada system pengesahan terhadap kompetensi
g. Legalisasi standar praktik professional
h. Melakukan praktik dengan memperhatikan etika
i. Mempunyai sangsi hukum terhadap malpraktik
j. Memberikan pelayanan kepada masyarakat
k. Memperbolehkan praktik otonomi
2. Bidan Sebagai Profesi Yang Profesional
Secara lebih rinci, ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut (termasuk bidan) :
a. Bagi pelakunya secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja
(keahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya
(denderung ke spesialis).
b. Kecakapan atau keahlian seseorang pekerja professional bukan sekedar
hasil pembiasan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan
keilmuan yang mantap. Jabatan professional menuntut pendidikan juga. Jabatan
yang terprogram secara relevan serta berbobot , terselenggara secara efektif, afisien
dan tolok ukur evaluatifnya terstandar.
c. Pekerja professional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan
jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap
jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-
baiknya. Hal ini mendorong pekerja professional yang bersangkutan untuk selalu
meningkatkan (menyempurnakan) diri serta karyanya. Orang tersebut secara nyata
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi.
d. Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau
negaranya. Jabatan professional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus
dipenuhi oleh pelakunya. Hal ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus
merupakan tanggung jawab sosial professional tersebut.
3. Bidan Sebagai Jabatan Profesional
Disebut jabatan profesional karena :
a. Disiapkan melalui pendidikan agar lulusannya dapat mengerjakan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya, dan kemampuannya diperoleh melalui jenjang
pendidikan
b. Dalam menjalankan tugasnya bidan mempunyai alat yang dinamakan kode
etik dan etika bidan
c. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan
profesinya
d. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (Permenkes No.
1464/MENKES/PER/X/2010)
e. Memiliki organisasi profesi
f. Memiliki karakteristik khusus, dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat
g. Menjadikan bidan sebagai sumber utama kehidupan
4. Persyaratan Bidan Sebagai Jabatan profesional
a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis
b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga
profesional
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
c. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga
profesional
d. Keberadannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
e. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah
f. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
g. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
h. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
i. Memiliki kode etik bidan
j. Memiliki etika kebidanan
k. Memiliki standar pelayanan
l. Memiliki standar praktek
m. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi
sesuai dengan kebutuhan pelayanan
n. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan
kompetensi.
5. Perilaku profesional bidan
a. Dalam melaksanakan tugas berpegang teguh dan filosofi, etika
profesi dan aspek legal
b. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan
klinis yang dibuatnya
c. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan
keterampilan mutakhir secara berkala
d. Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah
penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi
e. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama
memberikan asuhan kebidanan.
f. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak
g. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum
wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang
semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.
h. Menggunakan ketrampilan komunikasi
i. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga
j. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.
Menurut ICM tahun 2011 perilaku profesional bidan adalah :
a. is responsible and accountable for clinical decisions and actions
b. acts consistently in accordance with professional ethics, values and human rights
c. acts consistently in accordance with standards of practice
d. maintains/updates knowledge and skills, in order to remain current in practice
e. uses universal/standard precautions, infection prevention and control strategies, and
clean technique
f. behaves in a courteous, non-judgmental, non-discriminatory, and culturally
appropriate manner with all clients
g. is respectful of individuals and of their culture and customs, regardless of status,
ethnic origin or religious belief
h. maintains the confidentiality of all information shared by the woman; communicates
essential information between/among other health providers or family members only
with explicit permission from the woman and compelling need
i. works in partnership with women and their families, enables and supports them in
making informed choices about their health, including the need for referral or transfer
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
to other health care providers or facilities for continued care when health care needs
exceed the abilities of the midwife provider, and their right to refuse testing or
intervention
j. works collaboratively (teamwork) with other health workers to improve the delivery of
services to women and families
D. Otonomi Profesional
1. Definisi otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Yunani, Autos yang berarti diri, dan nomos yang berarti
peraturan, peraturan diri sendiri atau hak untuk memerintah diri sendiri. Pandangan yang lebih
luas terhadap otonomi yang tidak hanya mencakup kebebasan bertindak, tetapi juga
indentifikasi prinsip instriksik lain, yaitu ; (1) penting untuk membuat keputusan rasional, (2)
jika individu melakukan satu tindakan, individu tersebut bertanggung jawab atas konsekuensi
tindakan tersebut. Sehingga ada beberapa faktor penting bagi individu untuk melakukan
otonomi :
a. Kemampuan berfikir dan bernalar
b. Kemampuan bertindak dan menyatakan keinginan
c. Informasi dan pengetahuan untuk membuat keputusan
d. Lingkungan yang mendukung
e. Nilai moral instrinsik
2. Dasar Pemikiran Otonomi Bidan (ICM, Core Document, 2011)
The purpose of this position statement is to define midwifery clearly as an
autonomous profession, separate from other health professions. In many areas of the
world, midwives struggle to attain recognition of midwifery as an autonomous profession.
Autonomy comes from the Greek words autos meaning 'self' and nemein or nomos
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
meaning to 'hold sway' – hence the concept of 'self-governing'. Professional autonomy,
therefore, implies that midwives determine and control the standards for midwifery
education, midwifery regulation and midwifery practice. The concept of professional
autonomy must not be confused with the concept of 'independent' or private midwifery
practice. Autonomous midwifery practice enables midwives to fulfil their contract with
society by providing up-to-date, evidence-based, high quality and ethical care for
childbearing women and their families, as set out in the ICM Definition of the Midwife 2005.
However, in significant areas of the world, midwifery education and practice are being
defined by those without midwifery knowledge and skills. In other places, even though
midwifery education and practice are defined by midwives, the regulation of midwifery
practice rests in the hands of other health professionals or government agents who seek to
control and limit the scope of midwifery practice. Other ways in which midwifery practice
may be restricted by others include the misuse of policies, protocols and contractual or
employers' obligations. These realities must change if women are to receive all the benefits
of professional midwifery care.
Sargent (2002) mendeskripsikan bidan yang otonom sebagai seorang yang mampu
praktik dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk merencanakan
danmengimplementasikan perawatan wanita yang menjadi tanggung jawabnya. Bidan yang
otonom bebas mengadopsi atau menolak advis bidan lain karena ia bertanggung jawab atas
perawatan yang ia berikan (Marshall, 2005) (Billington M, 2010 ;35).
Faktor-faktor yang mempengaruhi otonomi bidan :
a. Keyakinan dan dasar pemikiran yang kuat dalam kebidanan yang normal (memahami
proses fisiologi normal dan mengenali proses tersebut walaupun terjadi komplikasi
obstetrik, bidan mampu melakukan otonomi kebidanan.
b. Keterlibatan dalam penetapan kebijakan dan prosedur unit.
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
c. Pendidikan, bidan yang percaya diri dan memiliki bekal pengetahuan memadai dan
menerapkan pengetahuan tersebut dengan sendirinya akan lebih dihargai. Hal ini
akan meningkatkan otoritas dan otonomi bidan.
E. Kebidanan Sebagai Profesi Di Luar Negeri
1. Amerika
In the United State there are two formally recognized types of midwives: certified
nurse-midwives and direct-entry midwives. Certified nurse-midwive (CNMs) are registered
nurses certified by the American college of nurse-midwives (ACNM). Certified nurse-
midwives are rocognized by all 50 states and the district of Columbia. The ACNM requires
that CNMs graduate form 1 of 45 ACNM – approve educational program and pass a
national certification exam. Some states have additional requirement for a professional
midwifery license. In the 1996 the ACNM opened the profession to qualified non-nurses
who successgully complete an approved midwifery education program and pass the
national certification examination. All ACNM-certified are required to recertify every eight
years.
Direct-entry midwives may be trained through informal apprenticeships or,
increasingly, through more formalized degree programs at educational centers. Direct-entry
midwives typically help women who deliver children at home. The practice of direct-entry
midwifery is allowed in 41 states. (http://syafii-wirabuana.blogspot.com)
Midwifery profession………………………………………………………..
2. Kanada
Support for the Midwifery Profession: Pros and Cons The tradition of midwifery
virtually disappeared in Canada during the early part of this century. Several generations
of women gave up childbirth at home to the medical profession. They did this in the name
of safety and pain relief, or simply because the option of being cared for by a midwife no
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
longer existed. Midwifery should be re-instated as a legal and honourable profession.
With healthy pregnancies and under normal conditions, women should give birth at home
with the professional assistance of a midwife. The most common argument against home
births and midwifery are perpetuated by the medical establishment. As a profession, they
openly oppose to lay midwifery, and as Dr. William Hall, president of the College of
Physicians, said, he and the college oppose home births because they feel it is unsafe.
(Ramondt, 1990) Undoubtedly, the medical profession is correct in protesting home births
in certain cases. Some pregnancies are difficult and some births are problematic. It is not
difficult to concede that there are times when sound medical intervention is a necessity
and a blessing. To insist, though, that every birth requires a hospital setting and the
attendance of a doctor with ten years training is, as many experts in the field agree,
rather ludicrous. A study done by Dr. Lewis Mehl (cited in Barringtonm, 1985), matched a
population of 421 women attended by physicians with 421 women attended by midwifes
at home. The midwife sample fared far better with significantly less fetal distress, birth
injuries, and infants needing resuscitation. The former head of the International
Confederation of Gynecology & Obstetrics, Dr. Caldero Barcia, goes as far to state that,
iatrogenia (doctor-caused illness) is the main cause of fetal distress (Barrington, 1985, p.
122). Furthermore, the routine of use of medical procedures initially developed to protect
high-risk mothers and babies are often used by doctors simply as preventive measures.
An episiotomy (cutting the perineum) is done in 80% of hospital births. Midwives use it
less than 1% of the time. Labour is induced 40% of the time in hospitals; whereas,
midwives never induce births. Cesarean sections are performed in 16.3% of hospital
births while they rate for midwifery is only 307% (Hopkins, 1990). Some doctors will
argue the comparison of the rates ignores the reality that hospitals deal with most of the
high-risk births. According to Dr. Malcolm Brown, a health care economist at the
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
University of Calgary, however, the high rate of cesareans done in hospitals is because,
doctors find it convenient and they make money on them (Ramondt, 1990). Physicians
also collect extra fees for inducing labour and for giving spinal blocks. These realities
make it questionable whether or not to use these procedures are used in only high-risk
situations as originally intended. As well, giving birth at home offers parents and
opportunity that hospitals cannot give. At home they are free to create an atmosphere of
their own choosing for the birth. These greatly increase the chance for both parents to
have a meaningful and personal experience. There is comfort and convenience in having
the midwife come to them in surroundings that are familiar and emotionally safe. Eleanor
Barrington (1985) states that studies suggest that a mother's biting experience relates to
the baby's motor and cognitive development at two and six months of age (p. 122).
Feeling good about the birth experience would appear to enhance the mother/child
relationship and, consequently, the child's development. This is a consideration that
midwives take seriously and is reflected in the quality of care and support that they offer
throughout the entire experience. Finally, a home birth presided over by a midwife is, in
the long run, less costly. Alberta Health Care pays physicians $284 for a delivery. This
does not include costs for hospitalization, pre- or post-natal care, or any additional costs
that may arise out of inducement of labour, cesareans, spinal blocks, or other services.
The cost for an average hospital bed per night is $450. With the average stay for a birth
being three to seven days, the cost to the taxpayer is very high. Midwives, on the other
hand, charge between $400 and $1000 for a package that includes pre-natal care, labour
and delivery, and post-natal care. Richard Plain of the University of Alberta argues that
using a costly doctor to preside at a natural event like childbirth is like, requiring a Ph.D.
in mechanical engineering to grease your car (Ramondt, 1990). And so, parents should
make themselves aware of the facts and statistics pertinent to the allegations made by
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
the medical profession that home births are unsafe. When the myth of safety is dispelled
with the facts, it is not difficult to see that giving birth at home with the consistent and
professional care of a midwife offers many advantages over a hospital setting.
(http://www.freeessays.cc/db/31/mwc101.shtml)
BAB III
KESIMPULAN
Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh
negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi
persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Sebagai
anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Kebidanan sebagai profesi merupakan komponen yang paling penting dalam
meningkatkan kesehatan perempuan. Profesi merupakan bidang pekerjaan dilandasi
pendidikan tertentu. Profesi bidan merupakan profesi yang berorientasi kepada pelayanan,
memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan otonomi dari kelompok pelaksana.
Bidan sebagai jabatan profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20
berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik
pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Bidan sebagai profesi yang memiliki otonomi seharusnya juga senantiasa
meningkatkan kompetensinya baik dari segi ilmu pengetahuan, keterampilan maupun cara
bersikap profesional. Salah satunya dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan, agar profesi
bidan dapat diakui keberadaannya oleh user.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bennet, V. Ruth, dkk. 2001. Myles Textbook For Midwives. Churcill Livingstone. New York.
Billington M & Stevenson M, 2010, Kegawatan dalam Kehamilan dan Persalinan, EGC,
Jakarta
Helen Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC, Jakarta.
IBI. 2005. Standar Profesi Bidan. PP IBI, Jakarta.
Permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010
Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. EGC, Jakarta.
Sofyan, M. 2003. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Pengurus Pusat IBI.
Jakarta.
ICM, Core Document, 2011 (diakses tanggal 24 Oktober 2011)
(http://www.freeessays.cc/db/31/mwc101.shtml) di akses tanggal 24 Oktober 2011
http://syafii-wirabuana.blogspot.com
Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2
20Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2