pendahuluan - penutup kel.2

28
1 BAB I PENDAHULUAN Kebidanan merupakan ilmu yang sama tuanya dengn sejarah Homo Sapiens. Kebidanan sebagai profesi tua lahir kembali dalam masyarakat komtemporer, dimana sebuah profesi yang bersifat global. Kebidanan sebagai suatu profesi yang diakui secara internasional dan memiliki praktisi di seluruh dunia. Bidan selalu bersama wanita selama kehamilan dan persalinan sejak permulaan perabadan. Fokus dewasa ini pada kebidanan internasional mencerminkan migrasi berkelanjutan tenaga professional bidan. Keberadaan Bidan ditengah masyarakat sebagai wanita yang terpercaya dalam mendampingi ibu dan wanita. Bidan juga harus mampu melakukan pengawasan, perawatan, serta memberi saran yang diperlukan kepada wanita selama masa hamil, bersalin, dan setelah melahirkan. Bidan sebagai jabatan profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Upload: nurniati-tr

Post on 03-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan - Penutup Kel.2

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kebidanan merupakan ilmu yang sama tuanya dengn sejarah Homo Sapiens.

Kebidanan sebagai profesi tua lahir kembali dalam masyarakat komtemporer, dimana sebuah

profesi yang bersifat global. Kebidanan sebagai suatu profesi yang diakui secara internasional

dan memiliki praktisi di seluruh dunia.

Bidan selalu bersama wanita selama kehamilan dan persalinan sejak permulaan

perabadan. Fokus dewasa ini pada kebidanan internasional mencerminkan migrasi

berkelanjutan tenaga professional bidan.

Keberadaan Bidan ditengah masyarakat sebagai wanita yang terpercaya dalam

mendampingi ibu dan wanita. Bidan juga harus mampu melakukan pengawasan, perawatan,

serta memberi saran yang diperlukan kepada wanita selama masa hamil, bersalin, dan

setelah melahirkan.

Bidan sebagai jabatan profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja

berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik

pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.

BAB II

PEMBAHASAN

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 2: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

A. PENGERTIAN

1. PROFESI

a. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2003)

Bidang pekerjaan dilandasi pendidikan tertentu contoh : keterampilan, keguruan, dsb

b. Menurut Abraham Flexman (1915)

“Profesi adalah aktifitas yang bersifat intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan,

digunakan untuk tujuan praktik pelayanan, dapat dipelajari, mendahulukan

kepentingan orang lain.”

c. Menurut Mavis Kirkham (1996)

“ Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan khusus dalam ilmu

atau seni khususnya dan hal yang dipelajari dalam profesi yaitu hukum, ilmu

agama atau pengobatan. Namun dalam kenyataannya sosial sangat kompleks”

d. Menurut Suessman (1997)

“Profesi berorientasi kepada pelayanan, memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan

otonomi dari kelompok pelaksana.”

e. Menurut CNMs (2011)

Profesi bidan adalah pelayanan kesehatan yang komprehensif dan mandiri yang

diberikan bagi wanita selama masa hidupnya.

2. BIDAN

Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with woman”(bersama

wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa Perancis, sage femme (Bidan)

berarti “ wanita bijaksana”,sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti

”berkaitan dengan wanita”.

Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam

program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 3: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin

melaksanakan praktek kebidanan.

Menurut International Conferedation of Midwives (ICM) bidan adalah seorang

yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta

memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan. Dia harus

mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutukan

kepada wanita selama hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin

persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan

bayi dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat

darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting

dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan tidak hanya untuk wanita tersebut tetapi

juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan ini termasuk pendidikan

antenatal, persiapan menjadi orang tua dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi,

KB dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah

perawatan atau tempat – tempat pelayanan lainnya. Bidan mempunyai tugas penting

dalam memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan, terhadap wanita hamil,

melahirkan dan post partum maupun masa interval. Memberikan pelayanan kepada

bayi bau lahir, bayi dan anak balita dalam rangka menyiapkan sumber daya

manusia/generasi penerus yang berkualitas. Asuhan tersebut termasuk tindakan

pemeliharaan, pencegahan, deteksi serta intervensi dan rujukan pada keadaan resiko

tinggi termasuk kegawatan pada ibu dan anak.

Menurut Permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010 menyebutkan bahwa bidan

adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 4: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

Pengertian bidan menurut ICM tahun 2011 adalah A midwife is a person who

has successfully completed a midwifery education programme that is duly

recognized in the country where it is located and that is based on the ICM

Essential Competencies for Basic Midwifery Practice and the framework of the

ICM Global Standards for Midwifery Education; who has acquired the requisite

qualifications to be registered and/or legally licensed to practice midwifery and use

the title ‘midwife’; and who demonstrates competency in the practice of midwifery.

3. Kebidanan

Midwifery, profesion that provides helath care for women,especially during

pregnancy and childbirth. Midwives (practitioners of midwifery) have assisted women in giving

birth since ancient times. Today midwives deliver more that two-thirds of the world’s infants

and provide many other gynecological services. (http://syafii-wirabuana.blogspot.com)

B. JABATAN SEBAGAI PROFESI

1. Ciri-ciri Profesi

1) Menurut Atik Purwandari, ciri-ciri jabatan sebagai profesi, adalah sebagai berikut:

a. Bersifat unik

b. Dikembangkan dengan teliti

c. Mempunyai wadah organisasi

d. Pekerjaan yang mempunyai kode etik

e. Pekerjaan yang mendapat imbalan jasa

f. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh orang yang memiliki profesi tersebut

2) Menurut Djam’an satori, dkk, ciri-ciri profesi memiliki standar baku dan jelas, sebagai

berikut:

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 5: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

a. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya

dengan program dan jenjang pendidikan yang baku.

b. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya

c. Ada etika dan kode etik yang mengatur pelaku etik para anggotanya

dalam memperlakukan kliennya

d. Ada sistem imbalan jasa pelayanan yang adil dan baku

e. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai profesi

3) Ciri-ciri profesi lainnya menurut Omstein dan Levine adalah :

a.Melayani masyarakat, merupakan karier yang dilaksanakan sepanjang hayat

b.Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai

c.Menggunakan hasil, penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek

d.Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang

e.Terkendali berddasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk

(memerlukan izin tertentu)

f. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan untuk kerja yang

ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan

g.Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap

layanan yang diberikan

h.Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya

i. Menggunakan Organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri

j. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui

keberhasilan anggotanya

k.Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan

yang hubungan dengan layanan yang diberikan

l. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan dari setiap

anggotanya

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 6: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

m. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan

lain)

4) Hunt dan Symond (1995) menyatakan bahwa sebuah profesi atau profesional

memiliki ciri-ciri atau karateristik sebagai berikut :

a. Pendidikan akademik

b. Ilmu pengetahuan yang spesifik

c. Tanggung jawab atas praktik

d. Standar etik yang harus dipatuhi oleh anggota profesi

e. Kebebasan

f. Otonomi

(Mary Billington dan Mandy Stevenson, 2010 ; 35)

2. Karakteristik Bidan Sebagai Profesi

Beberapa ahli mengemukakan bahwa karakteristik suatu profesi harus berorientasi pada

pelayanan melalui pendidikan dan mempunyai otomoni. Secara umum profesi bidan

mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Memiliki pengetahuan yang melandasi ketrampilan dan pelayanan.

b. Ketrampilan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sudah dimulai sejak

zaman dahulu. Pada masa tersebut pelayanan yang diberikan berdasarkan

pengetahuan ketrampilan yang turun temurun. Sejak tahun 1952 sampai sekarang

pengetahuan kebidanan sudah berdasarkan ilmu terapan yang terdiri dari

pengetahuan umum, ketrampilan dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu

sosial, kesehatan masyarakat dan kesehatan profesional.

c. Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.

d. Keunikan bidan tergambar dalam perannya dalam meningkatkan kesehatan ibu dan

keluarga pada usia subur. Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memelihara dan

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 7: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

meningkatkan kesehatan bagi dirinya dan keluargannya dengan menghargai

martabat manusia dan memperlakukan wanita sebagai manusia seutuhnya. Pusat

pelayanan kebidanan pada peningkatan kesehatan ibu dan pencegahan dan

memandang kehamilan dan persalinan sebagai suatu peristiwa kehidupan yang

normal.

e. Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar.

f. Pendidikan bidan sudah dimulai sejak tahun 1852. Pada masa itu pendidikan

dilaksanakan sesuai dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan pelayanan. Tuntutan

akademik belum menjadi persyaratan dalam pelaksanaan pendidikan. Namun setelah

melihat besarnya tanggung jawab yang diemban oleh seorang bidan dalam

melaksanakan tugas pelayanannya maka pendidikan bidan sudah ditingkatkan

menjadi pendidikan profesional melalui pendidikan tinggi.

g. Pengendalian terhadap standar praktik

h. Standar adalah suatu pernyataan atau criteria yang mencerminkan kualitas standar

praktik kebidanan disusun oleh organisasi profesi berdasarkan kompetensi inti bidan

yang menekankan pada tanggung jawab bidan untuk memenuhi standar yang telah

ditetapkan. Standar ini bertujuan untuk melindungi bidan dan kliennya.

i. Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang diberikannya.

j. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawabnya sendiri dan merawat bayi baru

lahir.

k. Karir seumur hidup yang mandiri. Yang dimaksud dengan karir seumur hidup adalah

pekerjaan seumur hidup diluar pekerjaan rutin. Bidan yang dibekali ilmu pengetahuan

sesuai dengan kewenangannya dapat meneruskan karirnya dengan praktik mandiri

seumur hidup.

Sedangkan bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 8: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

b. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditujukan

untuk maksud profesi yang bersangkutan.

c. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah

d. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang

berlaku

e. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya

f. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan

g. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.

C. PROFESIONAL

Profesional berarti memiliki sifat profesional (profesional = ahli). Secara popular

seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional. Seorang profesional dalam bahasa

kesehariannya adalah seseorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya.

Seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari ketrampilan

yang menyangkut wawasan filosofi, pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang positif

dalam melaksanakan dan mengembangkan mutu kerja.

C.V.Good menjelaskan bahwa pekerjaan yang berkualitas profesional memiliki ciri-ciri

tertentu, yaitu : memerlukan persiapan dan pendidikan khusus bagi calon pelakunya

(membutuhkan pra jabatan yang relevan dengan kecakapan seorang pekerja). Profesional

memerlukan persyaratan yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang (misalnya :

pemerintah, organisasi profesi) dan jabatan profesional tersebut mendapat pengakuan dari

masyarakat dan pemerintah.

1. Karakteristik Profesional Bidan

Karakteristik profesional bidan yang melandasi dan tercermin pada praktik profesional

adalah sebagai berikut :

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 9: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

a. Terbuka terhadap perubahan

b. Menguasai dan menggunakan pengetahuan teoritis

c. Mampu menyelesaikan masalah

d. Mengembangkan diri secara terus menerus

e. Mempunyai pendidikan formal

f. Ada system pengesahan terhadap kompetensi

g. Legalisasi standar praktik professional

h. Melakukan praktik dengan memperhatikan etika

i. Mempunyai sangsi hukum terhadap malpraktik

j. Memberikan pelayanan kepada masyarakat

k. Memperbolehkan praktik otonomi

2. Bidan Sebagai Profesi Yang Profesional

Secara lebih rinci, ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut (termasuk bidan) :

a. Bagi pelakunya secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja

(keahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya

(denderung ke spesialis).

b. Kecakapan atau keahlian seseorang pekerja professional bukan sekedar

hasil pembiasan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan

keilmuan yang mantap. Jabatan professional menuntut pendidikan juga. Jabatan

yang terprogram secara relevan serta berbobot , terselenggara secara efektif, afisien

dan tolok ukur evaluatifnya terstandar.

c. Pekerja professional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan

jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap

jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-

baiknya. Hal ini mendorong pekerja professional yang bersangkutan untuk selalu

meningkatkan (menyempurnakan) diri serta karyanya. Orang tersebut secara nyata

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 10: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi.

d. Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau

negaranya. Jabatan professional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus

dipenuhi oleh pelakunya. Hal ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus

merupakan tanggung jawab sosial professional tersebut.

3. Bidan Sebagai Jabatan Profesional

Disebut jabatan profesional karena :

a. Disiapkan melalui pendidikan agar lulusannya dapat mengerjakan pekerjaan

yang menjadi tanggung jawabnya, dan kemampuannya diperoleh melalui jenjang

pendidikan

b. Dalam menjalankan tugasnya bidan mempunyai alat yang dinamakan kode

etik dan etika bidan

c. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan

profesinya

d. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (Permenkes No.

1464/MENKES/PER/X/2010)

e. Memiliki organisasi profesi

f. Memiliki karakteristik khusus, dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat

g. Menjadikan bidan sebagai sumber utama kehidupan

4. Persyaratan Bidan Sebagai Jabatan profesional

a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau

spesialis

b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga

profesional

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 11: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

c. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga

profesional

d. Keberadannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat

e. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah

f. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas

g. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur

h. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah

i. Memiliki kode etik bidan

j. Memiliki etika kebidanan

k. Memiliki standar pelayanan

l. Memiliki standar praktek

m. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi

sesuai dengan kebutuhan pelayanan

n. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan

kompetensi.

5. Perilaku profesional bidan

a. Dalam melaksanakan tugas berpegang teguh dan filosofi, etika

profesi dan aspek legal

b. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan

klinis yang dibuatnya

c. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan

keterampilan mutakhir secara berkala

d. Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah

penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi

e. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama

memberikan asuhan kebidanan.

f. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 12: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak

g. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum

wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang

semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka

bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.

h. Menggunakan ketrampilan komunikasi

i. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga

j. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

Menurut ICM tahun 2011 perilaku profesional bidan adalah :

a. is responsible and accountable for clinical decisions and actions

b. acts consistently in accordance with professional ethics, values and human rights

c. acts consistently in accordance with standards of practice

d. maintains/updates knowledge and skills, in order to remain current in practice

e. uses universal/standard precautions, infection prevention and control strategies, and

clean technique

f. behaves in a courteous, non-judgmental, non-discriminatory, and culturally

appropriate manner with all clients

g. is respectful of individuals and of their culture and customs, regardless of status,

ethnic origin or religious belief

h. maintains the confidentiality of all information shared by the woman; communicates

essential information between/among other health providers or family members only

with explicit permission from the woman and compelling need

i. works in partnership with women and their families, enables and supports them in

making informed choices about their health, including the need for referral or transfer

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 13: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

to other health care providers or facilities for continued care when health care needs

exceed the abilities of the midwife provider, and their right to refuse testing or

intervention

j. works collaboratively (teamwork) with other health workers to improve the delivery of

services to women and families

D. Otonomi Profesional

1. Definisi otonomi

Otonomi berasal dari bahasa Yunani, Autos yang berarti diri, dan nomos yang berarti

peraturan, peraturan diri sendiri atau hak untuk memerintah diri sendiri. Pandangan yang lebih

luas terhadap otonomi yang tidak hanya mencakup kebebasan bertindak, tetapi juga

indentifikasi prinsip instriksik lain, yaitu ; (1) penting untuk membuat keputusan rasional, (2)

jika individu melakukan satu tindakan, individu tersebut bertanggung jawab atas konsekuensi

tindakan tersebut. Sehingga ada beberapa faktor penting bagi individu untuk melakukan

otonomi :

a. Kemampuan berfikir dan bernalar

b. Kemampuan bertindak dan menyatakan keinginan

c. Informasi dan pengetahuan untuk membuat keputusan

d. Lingkungan yang mendukung

e. Nilai moral instrinsik

2. Dasar Pemikiran Otonomi Bidan (ICM, Core Document, 2011)

The purpose of this position statement is to define midwifery clearly as an

autonomous profession, separate from other health professions. In many areas of the

world, midwives struggle to attain recognition of midwifery as an autonomous profession.

Autonomy comes from the Greek words autos meaning 'self' and nemein or nomos

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 14: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

meaning to 'hold sway' – hence the concept of 'self-governing'. Professional autonomy,

therefore, implies that midwives determine and control the standards for midwifery

education, midwifery regulation and midwifery practice. The concept of professional

autonomy must not be confused with the concept of 'independent' or private midwifery

practice. Autonomous midwifery practice enables midwives to fulfil their contract with

society by providing up-to-date, evidence-based, high quality and ethical care for

childbearing women and their families, as set out in the ICM Definition of the Midwife 2005.

However, in significant areas of the world, midwifery education and practice are being

defined by those without midwifery knowledge and skills. In other places, even though

midwifery education and practice are defined by midwives, the regulation of midwifery

practice rests in the hands of other health professionals or government agents who seek to

control and limit the scope of midwifery practice. Other ways in which midwifery practice

may be restricted by others include the misuse of policies, protocols and contractual or

employers' obligations. These realities must change if women are to receive all the benefits

of professional midwifery care.

Sargent (2002) mendeskripsikan bidan yang otonom sebagai seorang yang mampu

praktik dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk merencanakan

danmengimplementasikan perawatan wanita yang menjadi tanggung jawabnya. Bidan yang

otonom bebas mengadopsi atau menolak advis bidan lain karena ia bertanggung jawab atas

perawatan yang ia berikan (Marshall, 2005) (Billington M, 2010 ;35).

Faktor-faktor yang mempengaruhi otonomi bidan :

a. Keyakinan dan dasar pemikiran yang kuat dalam kebidanan yang normal (memahami

proses fisiologi normal dan mengenali proses tersebut walaupun terjadi komplikasi

obstetrik, bidan mampu melakukan otonomi kebidanan.

b. Keterlibatan dalam penetapan kebijakan dan prosedur unit.

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 15: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

c. Pendidikan, bidan yang percaya diri dan memiliki bekal pengetahuan memadai dan

menerapkan pengetahuan tersebut dengan sendirinya akan lebih dihargai. Hal ini

akan meningkatkan otoritas dan otonomi bidan.

E. Kebidanan Sebagai Profesi Di Luar Negeri

1. Amerika

In the United State there are two formally recognized types of midwives: certified

nurse-midwives and direct-entry midwives. Certified nurse-midwive (CNMs) are registered

nurses certified by the American college of nurse-midwives (ACNM). Certified nurse-

midwives are rocognized by all 50 states and the district of Columbia. The ACNM requires

that CNMs graduate form 1 of 45 ACNM – approve educational program and pass a

national certification exam. Some states have additional requirement for a professional

midwifery license. In the 1996 the ACNM opened the profession to qualified non-nurses

who successgully complete an approved midwifery education program and pass the

national certification examination. All ACNM-certified are required to recertify every eight

years.

Direct-entry midwives may be trained through informal apprenticeships or,

increasingly, through more formalized degree programs at educational centers. Direct-entry

midwives typically help women who deliver children at home. The practice of direct-entry

midwifery is allowed in 41 states. (http://syafii-wirabuana.blogspot.com)

Midwifery profession………………………………………………………..

2. Kanada

Support for the Midwifery Profession: Pros and Cons The tradition of midwifery

virtually disappeared in Canada during the early part of this century. Several generations

of women gave up childbirth at home to the medical profession. They did this in the name

of safety and pain relief, or simply because the option of being cared for by a midwife no

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 16: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

longer existed. Midwifery should be re-instated as a legal and honourable profession.

With healthy pregnancies and under normal conditions, women should give birth at home

with the professional assistance of a midwife. The most common argument against home

births and midwifery are perpetuated by the medical establishment. As a profession, they

openly oppose to lay midwifery, and as Dr. William Hall, president of the College of

Physicians, said, he and the college oppose home births because they feel it is unsafe.

(Ramondt, 1990) Undoubtedly, the medical profession is correct in protesting home births

in certain cases. Some pregnancies are difficult and some births are problematic. It is not

difficult to concede that there are times when sound medical intervention is a necessity

and a blessing. To insist, though, that every birth requires a hospital setting and the

attendance of a doctor with ten years training is, as many experts in the field agree,

rather ludicrous. A study done by Dr. Lewis Mehl (cited in Barringtonm, 1985), matched a

population of 421 women attended by physicians with 421 women attended by midwifes

at home. The midwife sample fared far better with significantly less fetal distress, birth

injuries, and infants needing resuscitation. The former head of the International

Confederation of Gynecology & Obstetrics, Dr. Caldero Barcia, goes as far to state that,

iatrogenia (doctor-caused illness) is the main cause of fetal distress (Barrington, 1985, p.

122). Furthermore, the routine of use of medical procedures initially developed to protect

high-risk mothers and babies are often used by doctors simply as preventive measures.

An episiotomy (cutting the perineum) is done in 80% of hospital births. Midwives use it

less than 1% of the time. Labour is induced 40% of the time in hospitals; whereas,

midwives never induce births. Cesarean sections are performed in 16.3% of hospital

births while they rate for midwifery is only 307% (Hopkins, 1990). Some doctors will

argue the comparison of the rates ignores the reality that hospitals deal with most of the

high-risk births. According to Dr. Malcolm Brown, a health care economist at the

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 17: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

University of Calgary, however, the high rate of cesareans done in hospitals is because,

doctors find it convenient and they make money on them (Ramondt, 1990). Physicians

also collect extra fees for inducing labour and for giving spinal blocks. These realities

make it questionable whether or not to use these procedures are used in only high-risk

situations as originally intended. As well, giving birth at home offers parents and

opportunity that hospitals cannot give. At home they are free to create an atmosphere of

their own choosing for the birth. These greatly increase the chance for both parents to

have a meaningful and personal experience. There is comfort and convenience in having

the midwife come to them in surroundings that are familiar and emotionally safe. Eleanor

Barrington (1985) states that studies suggest that a mother's biting experience relates to

the baby's motor and cognitive development at two and six months of age (p. 122).

Feeling good about the birth experience would appear to enhance the mother/child

relationship and, consequently, the child's development. This is a consideration that

midwives take seriously and is reflected in the quality of care and support that they offer

throughout the entire experience. Finally, a home birth presided over by a midwife is, in

the long run, less costly. Alberta Health Care pays physicians $284 for a delivery. This

does not include costs for hospitalization, pre- or post-natal care, or any additional costs

that may arise out of inducement of labour, cesareans, spinal blocks, or other services.

The cost for an average hospital bed per night is $450. With the average stay for a birth

being three to seven days, the cost to the taxpayer is very high. Midwives, on the other

hand, charge between $400 and $1000 for a package that includes pre-natal care, labour

and delivery, and post-natal care. Richard Plain of the University of Alberta argues that

using a costly doctor to preside at a natural event like childbirth is like, requiring a Ph.D.

in mechanical engineering to grease your car (Ramondt, 1990). And so, parents should

make themselves aware of the facts and statistics pertinent to the allegations made by

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 18: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

the medical profession that home births are unsafe. When the myth of safety is dispelled

with the facts, it is not difficult to see that giving birth at home with the consistent and

professional care of a midwife offers many advantages over a hospital setting.

(http://www.freeessays.cc/db/31/mwc101.shtml)

BAB III

KESIMPULAN

Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh

negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi

persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Sebagai

anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.

Kebidanan sebagai profesi merupakan komponen yang paling penting dalam

meningkatkan kesehatan perempuan. Profesi merupakan bidang pekerjaan dilandasi

pendidikan tertentu. Profesi bidan merupakan profesi yang berorientasi kepada pelayanan,

memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan otonomi dari kelompok pelaksana.

Bidan sebagai jabatan profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 19: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20

berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik

pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.

Bidan sebagai profesi yang memiliki otonomi seharusnya juga senantiasa

meningkatkan kompetensinya baik dari segi ilmu pengetahuan, keterampilan maupun cara

bersikap profesional. Salah satunya dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan, agar profesi

bidan dapat diakui keberadaannya oleh user.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bennet, V. Ruth, dkk. 2001. Myles Textbook For Midwives. Churcill Livingstone. New York.

Billington M & Stevenson M, 2010, Kegawatan dalam Kehamilan dan Persalinan, EGC,

Jakarta

Helen Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC, Jakarta.

IBI. 2005. Standar Profesi Bidan. PP IBI, Jakarta.

Permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010

Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. EGC, Jakarta.

Sofyan, M. 2003. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Pengurus Pusat IBI.

Jakarta.

ICM, Core Document, 2011 (diakses tanggal 24 Oktober 2011)

(http://www.freeessays.cc/db/31/mwc101.shtml) di akses tanggal 24 Oktober 2011

http://syafii-wirabuana.blogspot.com

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Page 20: Pendahuluan - Penutup Kel.2

20Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2