bab pendahuluan, pembahasan, penutup dan daftar pustaka

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam laporan WHO (World Health Organization), Indonesia termasuk salah satu Negara yang menghadapi krisis dalam penyediaan tenaga kesehatan dan fasilitas sarana kesehatan. Di dalam UUD 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Negara bertanggung jawab atas penyediaan tenaga kesehatan dan sarana tenaga kesehatan yang layak seperti yang tercantum pada pasal 34 ayat 3. Di berbagai studi menunjukkan bahwa kunci utama keberhasilan pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan kontribusi yang sangat besar. Oleh sebab itu, dibuatlah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) 2005 – 2025 salah satunya berisi pembangunan kesehatan. Dimana isi perencanaan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM (sumber daya manusia) yang dapat bersaing. Selain untuk meningkatkan SDM, adapun harapan dibuatnya RPJP-N adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi- tingginya dapat terwujud. PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 1

Upload: anaztasya-marhasak-silalahi

Post on 22-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

PP NO. 32 Th 1996

TRANSCRIPT

Page 1: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam laporan WHO (World Health Organization), Indonesia termasuk salah satu

Negara yang menghadapi krisis dalam penyediaan tenaga kesehatan dan fasilitas sarana

kesehatan. Di dalam UUD 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia.

Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan. Negara bertanggung jawab atas penyediaan tenaga kesehatan dan sarana

tenaga kesehatan yang layak seperti yang tercantum pada pasal 34 ayat 3.

Di berbagai studi menunjukkan bahwa kunci utama keberhasilan pembangunan kesehatan

adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan kontribusi yang sangat besar. Oleh

sebab itu, dibuatlah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) 2005 – 2025

salah satunya berisi pembangunan kesehatan. Dimana isi perencanaan ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas SDM (sumber daya manusia) yang dapat bersaing. Selain untuk

meningkatkan SDM, adapun harapan dibuatnya RPJP-N adalah untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

1.2. Rumusan Masalah

Untuk menentukan solusi yang tepat dalam suatu permasalahan, maka terlebih dahulu

permasalahan tersebut dianalisis dan disusun ke dalam bentuk formulasi yang sistematis. Adapun

rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Apa definisi dari kesehatan?

2. Apa itu hukum kesehatan?

3. Apa isi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang

Tenaga Kesehatan?

4. Bagaimana hubungan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996

tentang Tenaga Kesehatan dengan profesi bidan?

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 1

Page 2: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “Hubungan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 dengan Profesi Bidan” adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tugas mata kuliah Etikolegal dalam Praktik Kebidanan materi “Aspek Hukum,

Disiplin Hukum, dan Peristilahan Hukum”,

2. Dapat mengetahui apa itu kesehatan,

3. Dapat mengetahui isi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996

tentang Tenaga Kesehatan,

4. Dapat mengetahui hubungan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun

1996 tentang Tenaga Kesehatan dengan profesi bidan.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 2

Page 3: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kesehatan

Kesehatan adalah suatu keadaan dimana seseorang sejahtera dari badan, jiwa, rohani dan

sosial sehingga memungkinkan dia dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan 

istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat

bekerja secara normal.

Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan

seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang

dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Padahal definisi sehat

dari beberapa ahli, badan internasional, dan kelompok sangatlah berbeda, antara lain sebagai

berikut:

a. Menurut WHO (1947), sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,

mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Berdasarkan

definisi yang diberikan WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat

meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle.1994):

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

b. Menurut Parkins (1938), sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara

bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.

c. Menurut kelompok 6, sehat adalah keadaan yang spesifik dimana seseorang sempurna

tidak ada cacat secara fisik, mental, jasmani, rohani, psikologi, serta sosial.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 3

Page 4: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

2.2. Hukum Kesehatan

Hukum adalah sekumpulan peraturan yang dibuat oleh suatu lembaga pemerintahan yang

bertujuan mengatur pergumulan hidup bermasyarakat. Sedangkan jika dihubungkan dengan

sebuah profesi kesehatan, hokum adalah semua ketentuan hokum yang berhubungan langsung

dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan hokum kesehatan adalah aturan tertulis

mengenai hubungan antara pihak pemberi pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan) dengan

masyarakat atau anggota masyarakat (pasien/klien). Dengan adanya hokum kesehatan ini maka

hokum yang dibentuk ini mengatur hak dan kewajiban antara tenaga kesehatan dengan

pasien/klien dalam pelayanan kesehatan.

Adapun berikut ini urutan perundangan tentang kesehatan di Indonesia, yaitu sebagai

berikut:

a. Undang – Undang Dasar 1945

b. Undang – Undang tentang Kesehatan

c. Peraturan Pemerintah

d. Keputusan Presiden

e. Keputusan Menteri Kesehatan

f. Keputusan Dirjen/Sekjen

g. Keputusan Direktur/Kepala Pusat

h. Peraturan Daerah (Perda)

i. Keputusan Gubernur, Walikota atau Bupati

j. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Daerah

k. Dan sebagainya.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 4

Page 5: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

2.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 1996

TENTANG

TENAGA KESEHATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun

1992 tentang Kesehatan, dipandang perlu menetapkan Peraturan

Pemerintah tentang Tenaga Kesehatan.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3495).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TENAGA KESEHATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

(1) Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan;

(2) Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan;

(3) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat;

(4) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 5

Page 6: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

BAB II

JENIS TENAGA KESEHATAN

Pasal 2

(1) Tenaga kesehatan terdiri dari:

a. tenaga medis;

b. tenaga keperawatan;

c. tenaga kefarmasian;

d. tenaga kesehatan masyarakat;

e. tenaga gizi;

f. tenaga keterapian fisik;

g. tenaga keteknisian medis.

(2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

(3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

(4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

(5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.

(6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.

(7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.

(8) Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

BAB III

PERSYARATAN

Pasal 3

Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

Pasal 4

(1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.

(2) Dikecualikan dari pemilikan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi tenaga kesehatan masyarakat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 6

Page 7: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

Pasal 5

(1) Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

BAB IV

PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENEMPATAN

Bagian Kesatu

Perencanaan

Pasal 6

(1) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat.

(2) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan nasional tenaga kesehatan.

(3) Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan faktor:

a. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;

b. sarana kesehatan;

c. jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.

(4) Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Menteri.

Bagian Kedua

Pengadaan

Pasal 7

Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 7

Page 8: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

Pasal 8

(1) Pendidikan di bidang kesehatan dilaksanakan di lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat.

(2) Penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ijin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

(1) Pelatihan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan atau penguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan.

(2) Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Pasal 10

(1) Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan/atau bekerja pada sarana kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan keterampilan atau pengetahuan melalui pelatihan di bidang kesehatan.

Pasal 11

(1) Pelatihan di bidang kesehatan dilaksanakan di balai pelatihan tenaga kesehatan atau tempat pelatihan lainnya.

(2) Pelatihan di bidang kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat.

Pasal 12

(1) Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dilaksanakan atas dasar ijin Menteri.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur oleh Menteri.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 8

Page 9: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

Pasal 13

(1) Pelatihan di bidang kesehatan wajib memenuhi persyaratan tersedianya:

a. calon peserta pelatihan;

b. tenaga kepelatihan;

c. kurikulum;

d. sumber dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pelatihan;

e. sarana dan prasarana.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelatihan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

Pasal 14

(1) Menteri dapat menghentikan pelatihan apabila pelaksanaan pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat ternyata:

a. tidak sesuai dengan arah pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1);

b. tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1);

(2) Penghentian pelatihan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mengakibatkan dicabutnya ijin pelatihan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghentian pelatihan dan pencabutan ijin pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Menteri.

Bagian Ketiga

Penempatan

Pasal 15

(1) Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, Pemerintah dapat mewajibkan tenaga kesehatan untuk ditempatkan pada sarana kesehatan tertentu untuk jangka waktu tertentu.

(2) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan cara masa bakti.

(3) Pelaksanaan penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16

Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab Menteri.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 9

Page 10: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

Pasal 17

Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan dengan memperhatikan:

a. kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang bersangkutan ditempatkan;

b. lamanya penempatan;

c. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;

d. prioritas sarana kesehatan.

Pasal 18

(1) Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan pada:

a. sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;

b. sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang ditunjuk oleh Pemerintah;

c. lingkungan perguruan tinggi sebagai staf pengajar;

d. lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

(2) Pelaksanaan ketentuan huruf c dan huruf d sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri setelah mendengar pertimbangan dari pimpinan instansi terkait.

Pasal 19

(1) Tenaga kesehatan yang telah melaksanakan masa bakti diberikan surat keterangan dari Menteri.

(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan persyaratan bagi tenaga kesehatan untuk memperoleh ijin menyelenggarakan upaya kesehatan pada sarana kesehatan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

Pasal 20

Status tenaga kesehatan dalam penempatan tenaga kesehatan dapat berupa:

a. pegawai negeri; atau

b. pegawai tidak tetap.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 10

Page 11: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

BAB V

STANDAR PROFESI DAN PERLINDUNGAN HUKUM

Bagian Kesatu

Standar Profesi

Pasal 21

(1) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.

(2) Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 22

(1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk:

a. menghormati hak pasien;

b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;

c. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan;

d. meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;

e. membuat dan memelihara rekam medis.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal 23

(1) Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 11

Page 12: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

Bagian Kedua

Perlindungan Hukum

Pasal 24

(1) Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BAB VI

PENGHARGAAN

Pasal 25

(1) Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal dunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan.

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat.

(3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau bentuk lain.

BAB VII

IKATAN PROFESI

Pasal 26

(1) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan.

(2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 12

Page 13: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

BAB VIII

TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING

Pasal 27

(1) Tenaga kesehatan warga negara asing hanya dapat melakukan upaya kesehatan atas dasar ijin dari Menteri.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang tenaga kerja asing.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Pembinaan

Pasal 28

(1) Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian profesi tenaga kesehatan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui pembinaan karier, disiplin dan teknis profesi tenaga kesehatan.

Pasal 29

(1) Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan pemberian penghargaan.

(2) Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 30

(1) Pembinaan disiplin tenaga kesehatan menjadi tanggung jawab penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan yang bersangkutan.

(2) Pembinaan disiplin tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 13

Page 14: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

Pasal 31

(1) Menteri melakukan pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan.

(2) Pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui:

a. bimbingan;

b. pelatihan di bidang kesehatan;

c. penetapan standar profesi tenaga kesehatan.

Bagian Kedua

Pengawasan

Pasal 32

Menteri melakukan pengawasan terhadap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas profesinya.

Pasal 33

(1) Dalam rangka pengawasan, Menteri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan.

(2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. teguran;

b. pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan.

(3) Pengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 34

Barangsiapa dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan di bidang kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana sesuai dengan ketentuan Pasal 84 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Pasal 35

Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, barangsiapa dengan sengaja:

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 14

Page 15: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

a. melakukan upaya kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1);

b. melakukan upaya kesehatan tanpa melakukan adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1);

c. melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);

d. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1); dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 36

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan yang telah ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 37

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 22 Mei 1996

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

SOEHARTO

Diundangkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 22 Mei 1996

MENTERI NEGARA/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1996 NOMOR 49

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 15

Page 16: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

2.4. Hubungan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996

dengan Profesi Bidan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 merupakan salah satu

hukum kesehatan yang berisi mengenai tenaga kesehatan. Pemerintah mengatakan di PP No. 32

Tahun 1996 bahwa profesi bidan termasuk salah satu tenaga kesehatan jenis tenaga keperawatan.

Oleh sebab itu, pada PP No. 32 tahun 1996 ini mengatur mulai dari persyaratan bidan sebagai

salah satu tenaga kesehatan hingga ketentuan pidana jika bidan tidak mengindahkan peraturan

yang tertulis pada PP No. 32 tahun 1996.

Adapun pada setiap atau beberapa pasal di PP No. 32 Tahun 1996 yang berhubungan

dengan profesi bidan antara lain sebagai berikut:

1. Pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan

diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan”. Seperti yang diketahui oleh banyak orang, Indonesia masih

memiliki angka kematian yang tinggi khususnya pada ibu dan bayi. Demi penurunan AKI

dan AKB serta upaya peningkatan kesehatan masyarakat maka dibentuk/pengembangan

tenaga kesehatan, salah satunya adalah bidan. Dalam hal ini, setiap tenaga kesehatan

dalam melakukan pelayanan kesehatan harus berdasarkan pendidikan (pengetahuan dan

keterampilan) dan wewenangnya.

2. Pasal 2 ayat 3 yang berbunyi “Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan”. Dalam

pelaksanaannya, pemerintah mengklasifikasi tenaga kesehatan yang salah satunya adalah

tenaga keperawatan. Dalam hal ini, profesi bidan termasuk tenaga kesehatan jenis tenaga

keperawatan.

3. Pasal 3 yang berbunyi “Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan

di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan”. Setiap

tenaga kesehatan (bidan) dalam pemberian pelayanan yang bermutu/berkualitas dan

diakui berdasarkan pendidikan yang telah dilaluinya berupa ijazah.

4. Pasal 4 ayat 1 dan 3 yang berbunyi “(1). Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya

kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri; (3).

Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 16

Page 17: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

oleh Menteri”. Pada pasal 3 dan 4 telah dinyatakan bahwa dalam melaksanakan

pelayanan, tenaga kesehatan (bidan) selain harus memiliki ijazah dari lembaga

pendidikan, bidan harus memiliki ijin yang dari menteri.

5. Pasal 6 ayat 1-4 yang berbunyi “(1). Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan

dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh

masyarakat; (2). Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan nasional tenaga kesehatan; (3). Perencanaan nasional tenaga

kesehatan disusun dengan memperhatikan faktor: (a). Jenis pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan oleh masyarakat, (b). Sarana kesehatan, (c). Jenis dan jumlah tenaga

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan; (4). Perencanaan nasional

tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh

Menteri”. Seperti yang diketahui, luas Indonesia sangatlah luas dan memiliki banyak

provinsi, kota, kabupaten, hingga desa. Demi tercapainya peningkatan mutu kesehatan di

Indonesia, maka Tenaga kesehatan yang telah memiliki ijazah dan ijin dari menteri harus

menerima tempat yang akan dituju sebagai pelayanan yang diamanatkan kepada bidan

(tenaga kesehatan) berdasarkan faktor yang ada pada ayat 3.

6. Pasal 7 yang berbunyi “Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan

pelatihan di bidang kesehatan”. Seperti penjelasan pada pasal – pasal yang sebelumnya

yang menyatakan setiap tenaga kesehatan dipersiapkan pengetahuan dan keterampilannya

melalui pendidikan dan pelatihan

7. Pasal 8 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Pendidikan di bidang kesehatan dilaksanakan di

lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat; (2).

Penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilaksanakan berdasarkan ijin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku”. Seperti yang diketahui pendidikan tenaga kesehatan (bidan) sangatlah

banyak dari pendidikan pemerintah ataupun swasta. Tetapi berdasarkan pada pasal ini

terlihat bahwa lembaga pendidikan yang diakui adalah lembaga pendidikan yang

diberikan ijin serta memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

8. Pasal 9 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Pelatihan di bidang kesehatan diarahkan untuk

meningkatkan keterampilan atau penguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan;

(2). Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 17

Page 18: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

tenaga kesehatan yang bersangkutan”. Seperti yang diketahui bahwa perkembangan

IPTEK sangatlah pesat oleh sebab itu, tenaga kesehatan (bidan) diharapkan selalu

meningkatkan keterampilan serta pengetahuannya melalui pelatihan atau pendidikan

berdasarkan jenjang yang sesuai dengan jenis tenaga kesehatannya.

9. Pasal 10 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang

sama untuk mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya; (2).

Penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas pemberian

kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan/atau bekerja pada sarana

kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan keterampilan atau pengetahuan

melalui pelatihan di bidang kesehatan”. Setiap tenaga kesehatan dalam meningkatkan

kualitas pelayanannya memiliki kesempatan mengikuti pelatihan yang diselenggara oleh

pemerintah atau lembaga masyarakat yang memenuhi sebagai penyelenggara (kaki

tangan pelaksanaan pemerintah).

10. Pasal 15 ayat 1 yang berbunyi “Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan bagi

seluruh masyarakat, Pemerintah dapat mewajibkan tenaga kesehatan untuk ditempatkan

pada sarana kesehatan tertentu untuk jangka waktu tertentu”. Dalam penempatan

pemerataan tenaga kesehatan terdapat ditangan pemerintah sesuai dengan jangka waktu

yang ditentukan.

11. Pasal 17 yang berbunyi “Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan

dengan memperhatikan: a. Kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang bersangkutan

ditempatkan; b. Lamanya penempatan; c. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

oleh masyarakat; d. Prioritas sarana kesehatan”. Seperti penjelasan mengenai penempatan

tenaga kesehatan. Terdapat 4 yang perlu diperhatikan dan acuan ini yang dipakai

pemerintah dalam menempatkan tenaga kesehatan dalam asuhan/pelayanan kesehatan.

12. Pasal 19 ayat 1-3 yang berbunyi “(1). Tenaga kesehatan yang telah melaksanakan masa

bakti diberikan surat keterangan dari Menteri; (2). Surat keterangan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) merupakan persyaratan bagi tenaga kesehatan untuk

memperoleh ijin menyelenggarakan upaya kesehatan pada sarana kesehatan; (3).

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian surat keterangan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur oleh Menteri”. Seperti penjelasan pada pasal – pasal sebelumnya,

setiap penempatan tenaga kesehetan diatur oleh pemerintah dan tenaga kesehatan akan

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 18

Page 19: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

diberikan surat keterangan dimana surat itu berisi tempat pelayanan yang harus didatangi

tenaga kesehatan dan lama waktu pelayanan yang harus dilaksanakan.

13. Pasal 20 yang berbunyi “Status tenaga kesehatan dalam penempatan tenaga kesehatan

dapat berupa: 1). Pegawai negeri; atau 2). Pegawai tidak tetap”. Setiap penempatan yang

ditentukan oleh pemerintah, maka akan menentukan setiap tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan berupa pegawai negeri atau pegawai tidak tetap di tempat dia

melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kesehatan.

14. Pasal 21 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya

berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan. (2). Standar profesi

tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.” Setiap

profesi yang ada di seluruh negeri pasti memiliki sebuah standar terutama profesi bidan

pasti memilikinya. Dalam hal ini, standar profesi kebidanan berguna sebagai tolak ukur

untuk meningkatkan kualitas pelayanan/asuhan kebidanan yang diberikan serta dapat

digunakan sebagai pertahanan profesionalisme bidan.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 19

Page 20: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

15. Pasal 22 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam

melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk: a). menghormati hak pasien, b).

menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien, c). memberikan

informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan, d). meminta

persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan, e). membuat dan memelihara rekam

medis; (2). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih

lanjut oleh Menteri”. Sebagai bidan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan harus

melaksanakan dengan menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan data kesehatan

asien, memberikan informasi sejujurnya terhadap asuhan yang diberikan serta meminta

persetujuan mengenai asuhan tersebut dan membuat rekam medis.

16. Pasal 23 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 22 mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena

kesalahan atau kelalaian. (2). Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Seperti yang diketahui

bahwa hukum kesehatan mengatur hak dan kewajiban klien/pasien dan apabila salah satu

hak dan kewajiban klien / tenaga kesehatan dilanggar maka akan ada penggantirugian

yang berasal dari bidan.

17. Pasal 24 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga

kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. (2).

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh

Menteri”. Selain hukum kesehatan mengatur hak dan kewajiban klien/pasien, hukum

kesehatan mengatur hak dan kewajiban tenaga kesehatan dalam bentuk perlindungan

hukum jika tenaga kesehatan melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesinya.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 20

Page 21: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

18. Pasal 25 ayat 1-3 yang berbunyi “(1). Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada

sarana kesehatan atas dasar prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara

atau meninggal dunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan. (2).

Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh Pemerintah

dan/atau masyarakat. (3). Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa,

uang atau bentuk lain”. Setiap tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan

asuhan berdasarkan prestasi serta pengabdiannya terhadap tugas yang diberikan akan

mendapatkan penghargaan. Penghargaan ini dapat berupa imbalan jasa, pengakuan

profesi (kenaikan pangkat), dan dapat mengikuti pendidikan demi meningkatkan

pelayanannya

19. Pasal 26 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi

sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan, martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan. (2). Pembentukan ikatan

profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Bidan memiliki suatu kelompok atau

lembaga ikatan profesi yang bernama IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Setiap bidan yang

telah menyelesaikan pendidikan berhak dan wajib menjadi anggota IBI. Dalam hal ini,

IBI mengatur hak dan kewajiban serta penghargaan dan sanksi kepada setiap anggotanya.

20. Pasal 28 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk

meningkatkan mutu pengabdian profesi tenaga kesehatan. (2). Pembinaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui pembinaan karier, disiplin dan teknis profesi

tenaga kesehatan.” Setiap bidan akan selalu dibina kembali untuk meningkatkan

kualitasnya melalui pembinaan karier, disiplin hingga teknis profesi tenaga kesehatan.

21. Pasal 29 ayat 1-2 yang berbunyi “(1). Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi

kenaikan pangkat, jabatan dan pemberian penghargaan. (2). Pembinaan karier tenaga

kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Setiap bidan yang akan dibina dapat

berupa penghargaan dalam bentuk kenaikan profesi hingga pendidikan.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 21

Page 22: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

22. Pasal 32 dan Pasal 33 ayat 1-3 yang berbunyi “(32). Menteri melakukan pengawasan

terhadap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas profesinya. (33,1) Dalam rangka

pengawasan, Menteri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan yang

tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang

bersangkutan. (33,2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

berupa: a) teguran; b) pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan. (33,3)

Pengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.” Seperti yang diketahui bahwa setiap asuhan yang

akan kita lakukan pasti akan diawasi oleh menteri. Dan apabila bidan tidak melaksanakan

tugas sesuai dengan standar profesinya, maka akan diambil tindakan yang dapat berupa

teguran dan apabila teguran tidak diindahkan maka akan dilakukan pencabutan ijin serta

tindakan ini dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan yang lain sehingga

tidak adanya tumpeng tindih.

23. Pasal 35 yang berbunyi “Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan, barangsiapa dengan sengaja: a). melakukan upaya

kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1); b). melakukan upaya

kesehatan tanpa melakukan adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1); c).

melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang

bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1); d). tidak melaksanakan

kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1); dipidana denda paling banyak

Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).” Seperti yang telah dijelaskan pada pasal – pasal

sebelumnya bahwa setiap pelaksanaan asuhan harus memiliki ijin dan apabila asuhan

tidak sesuai dengan standarnya serta tidak melaksanakan kewajibannya, maka akan

dipidana denda sebesar Rp10.000.000,00.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagai berikut ini:

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 22

Page 23: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

1. Kesehatan atau sehat adalah suatu keadaan

yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit

atau kelemahan.

2. Hukum kesehatan adalah sekumpulan

peraturan mengenai kesehatan. Hukum kesehatan berfungsi untuk mengatur hak dan

kewajiban pasien/klien dan tenaga kesehatan serta mengatur hubungan antara pasien

dengan tenaga kesehatan.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 32 Tahun 1996 berbicara tentang tenaga kesehatan mulai dari persyaratan hingga

ketentuan pidana pada tenaga kesehatan.

4. Hubungan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 32 Tahun 1996 dengan profesi bidan adalah bidan adalah salah satu tenaga

kesehatan jenis tenaga keperawatan dimana memiliki persyaratan menjadi bidan;

melakukan perencanaan, pengadaan dan penempatan bidan dalam melaksanakan

pelayanannya kepada masyarakat; memiliki standar profesi dan perlindungan hukum

bidan dalam pelayanannya; mendapatkan penghargaan bidan atas pengabdiannya kepada

masyarakat; memiliki lembaga profesi yang bernama IBI (Ikatan Bidan Indonesia);

mengikuti pembinaan dan diawasi pelayanan yang diberikan bidan ke masyarakat; serta

memiliki ketentuan pidana jika bidan tidak mengindahkan peraturan yang tertera

didalamnya.

3.2. Saran

Dalam pelayanannya, bidan diharapkan mengikuti dan menerapkan setiap hukum

kesehatan tentang tenaga kesehatan. Karena hukum kesehatan sangatlah penting dalam

menentukan hak dan kewajiban apa yang harus dilakukan bidan. Dan diharapkan kepada

pembaca agar dapat memahami, mengamati dan memberi masukan atau teguran terhadap tenaga

kesehatan yang bersangkutan jika terjadi atau mendapati sebuah kejanggalan, masalah, atau

penyelewengan yang akan, ingin atau dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bersangkutan.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 23

Page 24: Bab Pendahuluan, Pembahasan, Penutup Dan Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

________. 2006. Undang – Undang Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hendrik. 2011. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika & Hukum Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

PP RI No. 32 Thn 1996 ttg Tenaga Kesehatan 24