pendahulua1
TRANSCRIPT
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 1/13
PENDAHULUAN
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang paling sering dijumpai baik pada pasien dengan
maupun tanpa gangguan psikiatrik. Menurut penelitian di luar negeri, 70% pasien psikiatrik
yang dirawat di rumah sakit menderita insomnia. Di Inggris, 15% pasien yang mengunjungi
dokter keluarga menderita insomnia. Prevalensi insomnia meningkat dengan bertambahnya
usia. Insomnia lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria.
ANAMNESIS:
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama,usia,jenis kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,alamat,status
perkawinan,suku bangsa,keadaan lingkungan,tempat tinggal,tanggal masuk rumah sakit,dan
diagnose medis
2. Keluhan Utama/Alasan masuk panti/rumah sakit: Adapun keluhan utama dari klien dengan
insomnia adalah susah untuk tidur sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Selain itu
terjadi kesulitan untuk mempertahankan tidur dan tidak dapat tidur secukupnya yang
mengakibatkan seseorang terbangun sebelum mendapatkan tidur yang cukup.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang (RKS) : Kaji tentang kapan mulainya dating gejala/keluhangangguan pola tidur (insomnia),penyebab timbulnya,dampak pola tidur,alat bantu tidur,serta
upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
Format pengkajian (pertanyaan yang diajukan) :
Kebiasaan pola tidur bangun,apa ada perubahan :
· Waktu tidur dan bangun
· Jumlah jam tidur
· Kualitas tidur
· Apakah mengalami kesulitan tidur?
· Apakah sering bangun saat tidur?
· Apakah mengalami mimpi yang mengancam?
· Apakah tidur siang?berapa jam?
· Apakah bangun sangat pagi?kemudian sulit untuk tidur kembali?
Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari :
· Apakah merasa segar saat bangun?
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 2/13
· Apa yang terjadi jika kurang tidur?
· Tingkat energi sehingga mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari?
Alat bantu tidur
· Apa yang anda lakukan sebelum tidur?
· Apakah menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur?
· Ceritakan ruangan/lingkungan yang anda sukai untuk tidur?
Gangguan tidur/factor-faktor kontribusi :
· Jenis gangguan tidur
· Kapan masalah itu terjadi?
· Apakah ada penyakit yang mempengaruhi tidur anda?
· Bagaimana masalah tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari?
· Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
b) Riwayat kesehatan dahulu (RKD): Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit
insomnia sebelumnya,menjalani pengobatan gangguan susah tidur serta obat-obatan yang
dikonsumsi.
c) Riwayat kesehatan Keluarga/keturunan : Kaji adakah ada keluarga yang menderita
penyakit yang dialami oleh pasien,yaitu gangguan pola tidur (insomnia),serta penyakit
keturunan yang dialami keluarga yang dapat menjadi penyebab timbulnya insomnia,seperti
penyakit jantung,stroke atau asma,dll
4. Kebiasaan sehari-hari
a) Riwayat Psikososial: Meliputi informasi mengenai perilaku,perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakit yang dialaminya.
b) Biologis: Meliputi pola makan,pola minum,pola tidur,pola eliminasi,dan aktivitas sehari-
hari.
c) Sosial: Meliputi dukungan keluarga,hubungan antar keluarga dan hubungan dengan orang
lain.
d) Spiritual/kultural: Meliputi pelaksanaan ibadah,keyakinan tentang kesehatan.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik
a) Observasi penampilan wajah,perilaku,dan tingkat energi pasien.
b) Adanya lingkaran hitam disekitar mata,mata sayu dan conjungtiva merah
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 3/13
c) Perilaku irritable,kurang perhatian,pergerakan lambat,postur tubuh tidak stabil,tangan
tremor,sering menguap,mata tampak lengket,menarik diri,bingung dan kurang koordinasi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Elektroencephalogram (EEG) : merekam aktivitas listrik otak.
b. Elektromiogram (EMG) : pengukuran tonus otot.
c. Elektrocologram (EOG) : mengukur pergerakkan mata.
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami insomnia atau tidak
dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1) Pola tidur penderita
2) Pemakaian obat-obatan,alcohol atau obat terlarang.
3) Tingkat stress tinggi
4) Riwayat medis
5) Aktivitas Fisik
DEFINISI
Insomnia adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak dapat tidur seperti yang ia harapkan,
atau suatu ketidak mampuan yang patologik untuk tidur.
Terdapat tiga tipe insomnia:
1. Tidak dapat atau sulit masuk tidur (insomnia inisial) : Keadaan ini sering dijumpai pada
ansietas pasien muda, berlangsung 1 - 3 jam dan kemudian karena kelelahan ía tertidur juga.
2. Terbangun tengah malam beberapa kali: pasien ini dapat masuk tidur dengan mudah tetapi
setelah 2-3 jam terbangun lagi, dan ini terulang beberapa kali dalam satu malam.
3. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini (insomnia terminal): pasien ini dapat tidur
dengan mudah dan tidur dengan cukup nyenyak, tetapi pagi buta sudah terbangun lalu tidak
dapat tidur lagi. Keadaan ini sering dijumpai pada keadaan depresi.
EPIDEMIOLOGI
Mc Ghie dan Russell meneliti 2500 orang di Skotlandia yang meliputi berbagai golongan,
tingkat usia dan tingkat sosial. Mereka mendapatkan bahwa orang yang merasa tergolong
bertemperamen nervous (gugup) juga merasa kurang tidur. Penelitian di berbagai negara
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 4/13
menunjukkan hasil bahwa wanita lebih sering mengalami insomnia daripada pria (2 : 1). Di
Skotlandia, 45% dari wanita yang berusia lebih dari 75 tahun mempunyai kebiasaan makan
obat tidur secara teratur. Penelitian Mc Ghie dan Russell tersebut di atas terhadap 400 orang
berusia 15 - 24 tahun, 5% diantaranya mengalami insomnia. Pada penelitian di Jakarta tahun
1988 terhadap 2500 siswa SLTP Negeri, sekitar 31% mengaku sering susah tidur.
SEBAB-SEBAB INSOMNIA
Tidak semua insomnia didasari oleh adanya suatu kondisi psikopatologik. Insomnia dapat
pula disebabkan karena kondisi atau penyakit fisik dan karena faktor ekstrinsik seperti suara
atau bunyi, suhu udara, tinggi suatu daerah, penggunaan bahan-bahan yang mengandung
stimulansia susunan saraf pusat.
1. Suara atau bunyi: biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi sehingga
tidak mengganggu tidurnya. Yang penting sering bukan intensitasnya tetapi makna dan suara
itu. Misalnya seorang yang takut diserang atau dirampok, pada malam hari ia terbangun
berkali-kali hanya karena suara yang halus sekalipun. Bila intensitas rangsang cukup tinggi
maka Arousal Promoting System akan membangunkan kita.
2. Suhu udara : kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang menyenangkan
bagi dirinya. Bila suhu udara rendah ia memakai selimut, bila suhu tinggi ia memakai pakaian
tipis. Insomnia sering dijumpai di daerah tropik.
3. Tinggi suatu daerah: Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada mountain
sickness, terjadi pada pendaki gunung yang lebih dan 3500 meter di atas permukaan laut.
Hipoksia hipobanik dapat mempengaruhi Sleep Promoting System secara langsung.
Demikian juga nafas yang lebih cepat merupakan tambahan rangsang terhadap Arousal
Promoting System.
4. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung stimulansia
susunan saraf pusat : Insomnia dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi
yang mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obat-obat pengurus badan
yang mengandung amfetamin atau yang sejenis.
5. Penyakit jasmani tertentu: misalnya arteriosklerosis, tumor otak, demensia presenil,
tirotoksikosis, Sindrom Cushing, demam, kehamilan normal trimester ketiga, rasa nyeri,
diabetes melitus, ulkus duodeni, artritis reumatika, cacing keremi pada anak, tuberkulosis
paru yang berat, penyakit jantung koroner tertentu.
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 5/13
6. Penyakit psikiatrik : beberapa penyakit psikiatrik ditandai antara lain dengan adanya
insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan neurotik, beberapa gangguan kepribadian,
gangguan stres pasca-trauma dan lain-lain.
PATOFISIOLOGI
Seseorang yang mengalami gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor
diantaranya ada faktor psikologis,kondisi medis dan faktor lingkungan. Gangguan pola tidur
ini dapat dialami seseorang dalam beberapa malam saja,berminggu-minggu,bahkan berbulan-
bulan tergantung oleh faktor yang mempengaruhi oleh sistem ARAS (Ascending Reticulary
Activity System). ARAS meningkat ketika seseorang terjaga (bangun) dan akan menurun
ketika seseorang tidur. Aktivitas ARAS sangat dipengaruhi aktivitas neurotransmitter seperti
sistem serotoninergik,noradrenergic,kolonergik,histaminergik. Kerja sistem neurotransmitter
ini diatur secara teratur oleh kelenjar pituari anterior melalui hipotalamus. Kekacauan sekresi
oleh kelenjar inilah yang dapat menyebabkan pengaturan mekanisme tidur sehingga
menyebabkan seseorang menjadi insomnia. Insomnia pun memiliki dampak yang merugikan
seperti depresi,kesulitan berkonsentrasi,aktivitas sehari-hari menjadi terganggu,prestasi
kerja/belajar mengalami penurunan,mengalami kelelahan di siang hari,hubungan
interpersonal dengan orang lin menjadi buruk,meningkatkan resiko kematian,menyebabkan
kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan,memunculkan berbagai penyakit
fisik.
PSIKOPATOLOGI INSOMNIA
1. Depresi Berat (Psikosa Depresi): Seringkali ditandai dengan adanya insomnia walau ada
pula kasus depresi berat yang ditandai dengan hipersomnia, di samping gejala-gejala lain
seperti afek yang disforik, hilangnya minat atau rasa senang, perasaan sedih, murung, putus
asa, rasa rendah diri, anoreksia, berat badan turun, gerakan serba lambat, kurang bisa
konsentrasi, pikiran tentang mati atau bunuh diri.
2. Episode Manik (Psikosa Manik): Ditandai antara lain dengan adanya afek yang meningkat,
peningkatan aktivitas dalam pekerjaan, hubungan sosial maupun seksual, banyak bicara,
pikiran terbang ( flight of ideas), grandiositas dan insomnia karena kebutuhan tidurnya
berkurang.
3. Gangguan Skizofrenik (Skizofrenia): Tidak semua penderita gangguan skizofrenik
mengalami insomnia. Pada tipe furor katatonik, gangguan skizofreniform (episode
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 6/13
skizofrenik akut) atau pada skizofrenika tipe paranoid dengan waham kejar dan halusinasi
berupa kejaran dapat terjadi insomnia.
4. Gangguan Cemas Menyeluruh (Neurosa Ansietas): Ditandai dengan ketegangan motorik
sehingga tampak gemetar, nyeri otot, lelah, tak dapat santai, hiperaktivitas saraf otonom
berupa banyak berkeringat, berdebar-debar, rasa dingin. tangan yang lembab, mulut kering,
pusing, rasa kuatir berlebihan, sukar konsentrasi dan insomnia.
5. Gangguan Distimik (Neurosa Depresi): Sering ditandai dengan adanya insomnia atau
sebaliknya yaitu hipersomnia, di samping gejala depresi lainnya walaupun tidak seberat pada
Depresi Berat. Tidak ada ciri-ciri psikotik.
6. Gangguan Kepribadian Sikiotimik (Afektif): Baik pada periode depresif maupun periode
hipomanik dapat dijumpai adanya insomnia, walaupun pada periode depresif dapat pula
terjadi hipersomnia.
7. Gangguan Stres Pasca-trauma: Sesudah mengalami suatu trauma psikologik yang pada
umumnya berada di luar batasbatas pengalaman manusia yang lazim terjadi, seringkali di
jumpai penumpulan reaksi terhadap dunia luar, pengurangan hubungan dengan dunia luar,
disertai gambaran penyerta berupa depresi dengan insomnia, kecemasan, kesulitan
berkonsentrasi, emosi labil dan nyeri kepala.
8. Gangguan Penyesuaian: Sering diwarnai afek depresi atau afek cemas misalnya pada
culture shock .
9. Delirium: Pada delirium kadang-kadang dijumpai gangguan siklus tidur-bangun,
berfluktuasi dan biasanya berlangsung untuk waktu yang singkat saja, dapat berupa insomnia
atau hipersomnia atau berfluktuasi di antara keduanya.
10. Sindroma Putus Zat: Insomnia sering kali merupakan gejala yang cukup menonjol pada
sindroma putus zat misalnya pada sindroma putus opioida, sindroma putus alkohol. dan
sindroma putus sedativa-hipnotika.
11. Intoksikasi Zat: Pada penyalahgunaan zat sering tenjadi keadaan intoksikasi yang ditandai
antara lain dengan insomnia, misalnya pada intoksikasi kokain, amfetamin, dan PCP.
12. Sindroma Postkontusio : Sesudah mengalami kontusio. orang sering mengalami insomnia
di samping nyeri kepala. pusing dan perasaan lelah.
13. Faktor psikik yang mempengaruhi kondisi fisik : Misalnya nyeri psikogenik, poliuria
psikogen, pruritus psikogenik.
14. Mimpi buruk.
15. Mendengkur.
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 7/13
INSOMNIA PRIMER
Ditandai dengan:
• Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun
sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan
• Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau impairment sosial,
okupasional, atau fungsi penting lainnya.
• Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental lainnya.
• Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum atau zat.
Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk tidur dan terbangun
berkali-kali. Bentuk keluhan tidur bervariasi dari waktu ke waktu. Misalnya, seseorang yang
saat ini mengeluh sulit masuk tidur mungkin suatu saat mengeluh sulit mempertahankan
tidur. Meskipun jarang, kadang-kadang seseorang mengeluh tetap tidak segar meskipun
sudah tertidur. Diagnosis gangguan insomnia dibuat bila penderitaan atau impairment nya
bermakna.
Seorang penderita insomnia sering berpreokupasi dengan tidur. Makin berokupasi dengan
tidur, makin berusaha keras untuk tidur, makin frustrasi dan makin tidak bisa tidur. Akibatnya
terjadi lingkaran setan.
Insomnia kronik disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat
disebabkan oleh kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat kebiasaan atau pembelajaran
atau perilaku maladaptif di tempat tidur. Misalnya, pemecahan masalah serius di tempat tidur,
kekhawatiran, atau pikiran negatif terhadap tidur ( sudah berpikir tidak akan bisa tidur).
Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan seseorang berusaha
keras untuk tidur tetapi ia semakin tidak bisa tidur. Ketidakmampuan menghilangkan pikiran-
pikiran yang mengganggu ketika berusaha tidur dapat pula menyebabkan insomnia
psikofisiologik. Selain itu, ketika berusaha untuk tidur terjadi peningkatan ketegangan
motorik dan keluhan somatik lain sehingga juga menyebabkan tidak bisa tidur. Penderita bisa
tertidur ketika tidak ada usaha untuk tidur. Insomnia ini disebut juga insomnia yang
terkondisi.
Mispersepsi terhadap tidur dapat pula terjadi. Diagnosis ditegakkan bila seseorang
mengeluh tidak bisa masuk atau mempertahankan tidur tetapi tidak ada bukti objektif adanya
gangguan tidur. Misalnya, pasien mengeluh susah masuk tidur (lebih dari satu jam),
terbangun lebih lama (lebih dari 30 menit), dan durasi tidur kurang dari lima jam. Tetapi dari
hasil polisomnografi terlihat bahwa onset tidurnya kurang dari 15 menit, efisiensi tidur 90%,
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 8/13
dan waktu tidur totalnya lebih lama. Pasien dengan gangguan seperti ini dikatakan
mengalami mispersepsi terhadap tidur.
Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan dini. Kadang-
kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut selama hidup. Penyebabnya
tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh ketidakseimbangan neurokimia otak di formasio
retikularis batang otak atau disfungsi forebrain.
Lansia yang tinggal sendiri atau adanya rasa ketakutan yang dieksaserbasi pada malam hari
dapat menyebabkan tidak bisa tidur. Insomnia kronik dapat menyebabkan penurunan mood
(risiko depresi dan anxietas), menurunkan motivasi, atensi, energi, dan konsentrasi, serta
menimbulkan rasa malas. Kualitas hidup berkurang dan menyebabkan lansia tersebut lebih
sering menggunakan fasilitas kesehatan.
Seseorang dengan insomnia primer sering mempunyai riwayat gangguan tidur sebelumnya.
Sering penderita insomnia mengobati sendiri dengan obat sedatif-hipnotik atau alkohol.
Anksiolitik sering digunakan untuk mengatasi ketegangan dan kecemasan. Kopi dan
stimulansia digunakan untuk mengatasi rasa letih. Pada beberapa kasus, penggunaan ini
berlanjut menjadi ketergantungan zat.
Pemeriksaan polisomnografi menunjukkan kontinuitas tidur yang buruk (latensi tidur buruk,
sering terbangun, efisiensi tidur buruk), stadium 1 meningkat, dan stadium 3 dan 4 menurun.
Ketegangan otot meningkat dan jumlah aktivitas alfa dan beta juga meningkat
PERJALANAN GANGGUAN INSOMNIA PRIMER
Faktor-faktor yang mempresipitasi insomnia berbeda-beda. Onset insomnia bisa bersifat tiba-
tiba. Insomnia biasanya terjadi akibat stresor psikologik, fisik dan sosial. Insomnia sering
berlanjut meskipun kausanya sudah dapat diatasi. Hal ini disebabkan terjadinya kondisioning
negatif atau kewaspadaan yang meningkat. Misalnya, seorang lansia yang menderita nyeri
dapat menghabiskan waktunya di tempat tidur dan sulit tidur karena nyerinya. Kondisioning
negatif dapat terjadi. Kondisi ini dapat bertahan meskipun nyeri sudah tidak ada lagi.
Insomnia juga dapat berkembang dalam konteks stresor psikologik akut atau gangguan
mental. Perjalanan insomnia dapat bervariasi. Insomnia harus dibedakan dari gangguan
mental yang salah satu gambaran kliniknya insomnia (skizofrenia, gangguan depresi berat,
gangguan cemas menyeluruh). Insomnia primer tidak ditegakkan jika insomnia terjadi secara
eksklusif selama adanya gangguan mental lain. Diagnosis insomnia primer dibuat jika
gangguan mental lain tidak dapat menerangkan insomnia, atau jika insomnia dan gangguan
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 9/13
mental mempunyai perjalanan yang berbeda. Jika insomnia merupakan manifestasi gangguan
mental dan secara eksklusif terjadi selama gangguan mental lain, diagnosis yang lebih cocok
adalah insomnia terkait gangguan mental lain. Diagnosis dibuat jika keluhan insomnia sangat
menonjol dan perlu mendapat perhatian klinik tersendiri
Beberapa Pandangan Tentang Etiologi Insomnia
Selain upaya mengklasifikasi insomnia, pendekatan rasional terhadap insomnia perlu
memperhatikan pula faktor.faktor etiologik. Pengalaman menunjukkan bahwa faktor
etiologik dari insomnia sering majemuk dan merupakan kombinasi dari beberapa faktor.
Jarang kita menemukan hanya satu faktor saja sebagai penyebabnya. Sebagai faktor etiologik
dikenal 4 kategori,
yaitu:
1. Faktor biologik dan psikologik.
2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif atau intoksikasi.
3. Faktor lingkungan atau kebiasaan yang kurang baik.
4. Pengkondisian negatif (negative conditioning).
Faktor biologik dan psikologik
Dilihat dari segi anatomi, fisiologi dan biokimia dari otak dapat dikemukakan bahwa proses
tidur dan bangun sangat erat hubungannya, bahkan diatur oleh sistem bangun (arousal
system) dan sistem tidur (hypnagogic system) yang terdapat dalam otak. Pada umumnya
dianggap bahwa dalam formatio reticularis terdapat pengaturan tidur dan bangun. Bila
formatio reticularis (ascending reticular system) berada dalam keadaan aktif, maka
dikirimkannya isyarat-isyarat ke korteks yang menyebabkan seseorang bangun. Sebaliknya
apabila dalam sistem retikuler terdapat keadaan yang kurang aktif,maka impuls yang dikirim
ke korteks dan pusat-pusat lain dan otak kurang, sehingga seseorang menjadi mengantuk.
Kedua sistem bangun dan tidur bersama-sama bekerja untuk mencapai keseimbangan yang
wajar. Namun, pada beberapa individu terdapat predisposisi, yaitu adanya sistem bangun
yang lebih peka atau sistem hipnagogik yang kurang sempuma, sehingga padanya ada
kecenderungan untuk bangun pada rangsang yang sedikit saja. Diduga pada orang dengan
insomnia kronik terdapat predisposisi individual ini. Sistem bangunnya berada dalam kedaan
keaktifan berlebih yang kronik. Pada mereka dengan ciri-ciri ini tampak adanya denyutan
jantung yang lebih cepat dibandingkan dengan orang lain, begitupun suhu badannya yang
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 10/13
lebih tinggi. Seseorang yang menderita keadaan keaktifan fisiologik yang berlebihan ini,
dapat terangsang pula keadaan mentalnya menjadi cemas, tegang, frustrasi, sehingga dapat
memperkuat ketidakmampuan tidur. Di samping predisposisi fisiologik ini terdapat pula
kondisikondisi atau penyakit fisik yang mempengaruhi tidur. Sebagai contoh dapat disebut:
(1) Rasa nyeri yang hebat dan terus menerus. Setiap jenis perasaan nyeri dapat
menjadikan seseorang mengalami insomnia. Pada siang hari seseorang dapat
melupakannya dan tidak merasakan nyeri, tetapi di malam hari mulailah dirasakan
nyeri tersebut, sehingga terganggulah tidurnya. Perasaan nyeri yang mengganggu
dapat terjadi pada penyakit neuritis post-herpes, tumor pada organ dalam, luka atau
infèksi postoperatif, dan sebagainya.
(2) Apnoe sewaktu tidur.
Ini adalah kondisi dimana sewaktu tidur seseorang mendadak berhenti bernapas. Karena
penderita dengan gangguan ini sering tidak tahu bahwa dia menderita kondisi ini, maka
diagnosis sebenarnya hanya dapat ditegakkan dengan observasi dalam laboratorium tidur.
Tetapi dalam pemeriksaan anamnestis dapat diperoleh informasi bahwa penderita merasa
ngantuk yang berlebihan pada siang hari dan mendengkur berlebihan sewaktu tidur.
Dengkuran ini sering mendadak berhenti karena ada penyumbatan pada alat pernapasan.
Untuk menghindari ini penderita bergerak banyak, kadang-kadang sampai bangun duduk
dan setelah dapat bernapas lagi, tidur kembali. Selama pengalaman ini pasien bisa saja
tetap tidak sadar. Gangguan ini sering terjadi dan dapat berulang sampai puluhan kali
semalam. Akibatnya penderita tidak sempat mencapai stadium dan fase tidur yang dalam.
Apnoe sewaktu tidur ini dapat disebabkan oleh kelainan patologik pada jalan pernapasan
yang menyebabkan obstruksi. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya kegemukan
yang berlebihan atau kelainan-kelainan endokrin seperti hipertiroidi dan akromegali.
(3) Mioklonus nokturnal.
Keadaan ini ditandai dengan adanya kontraksi-kontraksi otot mendadak, berulang dan
yang biasanya terjadi pada kaki atau lengan. Lama kontraksi-kontraksi ini tidak melebihi
10 detik dan dapat berulang-ulang beberapa puluh kali selama beberapa menit sampai
beberapa jam. Kontraksi-kontraksi ini hanya terjadi selama tidur. Bila sewaktu jaga
terjadi kontraksi sejenis juga, maka perlu dipikirkan adanya gangguan lain. Dalam
keadaan ini pun penderita tidak dapat mencapai fase tidur yang dalam karena sering
terbangun.
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 11/13
(4) Faktor dietetik.
Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan malnutrisi, zat-zat
penting dalam tubuh tidak berada dalam keadaan keseimbangan yang optimal, sehingga
dapat mempengaruhi metabolisme neurotransmitters dalam otak. Makanan yang terlalu
monoton, seperti makan jagung yang kurang divariasi dengan lauk lain dapat
mengakibatkan insomnia. Dengan diet yang tidak seimbang ini maka sedikit sekali
triptofan dikirim ke otak dan ini mempengaruhi intesis dan serotonin. Kurangnya
produksi serotonin akan mengganggu proses tidur dan terjadilah insomnia. Diduga bahwa
mineralpun mempunyai pengaruh terhadap proses tidur, tetapi hal ini masih dalam
penyelidikan.
(5) Efek obat dan efek putus obat.
Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah pola tidur. ini dapat direkam dengan
EEG dan diskematisasi dalam hipnogram. Obat-obatan seperti monoaminoxydase
inhibitors (MAO 1) atau zat-zat seperti alkohol, kopi dan teh, bisa mengakibatkan
insomnia. Seorang yang menderita insomnia cenderung minum alkohol sebelum tidur,
dengan maksud agar proses masuk tidur mudah. Akan tetapi tidur yang dialaminya adalah
tidur kurang nyaman, hal mana dapat dilihat dari hipnogram. Orang tersebut mengalami
tidur yang sangat dangkal, sehingga pada waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan
bahkan mengantuk pada siang harinya. Jadi. penggunaan bir atau minuman alkohol lain
sebagai zat untuk mempermudah masuk tidur bukan merupakan tindakan yang bijaksana.
(6) Faktor psikologik.
Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang menjadi dasar dari adanya
insomnia. Mereka yang menderita ansietas biasanya sukar masuk tidur, sedangkan
mereka yang menderita depresi acapkali bangun tengah malam dan tidak dapat tidur lagi,
atau bangun terlalu pagi dengan perasaan yang tidak segar. Di samping itu beberapa
gangguan jiwa yang serius dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan tidur, seperti
gangguan kepribadian dan skizofrenia.
Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif intoksikasi
Sebagaimana tadi telah dikatakan, mereka yang menderita insomnia sering berusaha
mengobati dir sendiri dengan menggunakan alkohol atau obat-obat penenang, dengan akibat
ketergantungan terhadap obat-obat itu. Walaupun pada mulanya alkohol memperbaiki
masuknya tidur, tetapi kualitas tidur itu sendiri adalah kurang dalam, sehingga mereka yang
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 12/13
menggunakan alkohol untuk tidur pada pagi harinya sering bangun dengan perasaan kurang
segar. Pada penggunaan obat-obat penenang perlu diperhatikan adanya rebound phenomena
yang dirasaka oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang tidak enak. Untuk
menghilangkan efek samping dari obat penenang, maka digunakan obat penenang lagi dan
seterusnya, sehingga timbul ketergantungan psikik yang dapat menjadi ketergantungan fisik.
Perlu dipikirkan pula kemungkinan bahwa para penyalahguna obat atau zat yang
menimbulkan ketergantungan, ada kalanya melakukannya untuk mengobati diri sendiri, yaitu
pada penyakit fisik atau gangguan psikiatrik. Ada pula obat-obat tertentu yang dapat
menimbulkan insomnia, seperti derivat-derivat amfetamin, MAO inhibitors dan obat-obat
untuk menguruskan tubuh.
Faktor Iingkungan atau kebiasaan kurang baik
Dalam kategori etiologik di sini dapat disebut tempat tidur yang kurang nyaman, kamar tidur
terlalu terang atau terlalu berisik, iklim yang terlalu panas, dan sebagainya. Di samping itu
dapat pula disebut makan atau minum hal-hal yang merangsang sebelum tidur, seperti kopi
atau teh kental, makan terlalu banyak sebelum tidur, tidur terlalu lama pada hal-hal besar,
sehingga terjadi insomnia pada malam harinya yang juga dikenal dengan Sunday night
insomnia, melakukan usaha yang memerlukan pikiran yang intensif sebelum tidur, seperti
main bridge, catur, membuat hitungan akuntansi yang ruwet, dan sebagainya.
Pengkondisian negatif
Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan untuk tidak bisa tidur dan untuk
keperluan itu ia melakukan ritual-ritual atau perbuatan-perbuatan tertentu dengan maksud
bisa tidur. Namun ini mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak bisa tidur. Penderita dengan
gangguan ini begitu takut untuk tidak bisa tidur, sehingga akhimya apa yang ditakutkan itu
terlaksana benar-benar (self-fulfilling prophecy). Ada pula yang sebelumnya adalah orang
yang dapat tidur dengan normal, tetapi sewaktu mengalami suatu stres melakukan kebiasaan-
kebiasaan yang kurang baik untuk tidur. Setelah stres hilang, dia tetap menderita insomnia.
Keadaan ini juga disebut insomnia psikofisiologik.
KLASIFIKASI DIAGNOSTIK INSOMNIA
Menurut klasifikasi diagnostik yang dikeluarkan oleh WHO, yaitu lCD 9 – CM insomnia
dimasukkan dalam golongan Disorders of Initiating and Maintaining Sleep (DIMS), yang
terdiri dari sembilan kategori sebagaimana tampak dalam Lampiran 2. Namun, untuk
mudahnya pada umumnya insomnia dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:
5/14/2018 PENDAHULUA1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pendahulua1-55a92d9ec18a6 13/13
1. Transient insomnia
2. Short-term insomnia
3. Long-term insomnia
Mereka yang menderita transient insomnia biasanya adalah mereka yang termasuk orang
yang tidur secara normal, tetapi dikarenakan suatu stres atau suatu situasi penuh stres yang
berlangsung untuk waktu yang tidak terlalu lama (misalnya perjalanan jauh dengan pesawat
terbang yang melampaui zona waktu, hospitalisasi, dan sebagainya), tidak bisa tidur. Mereka
yang menderita short-term insomnia adalah mereka yang mengalami stres situasional
(kehilangan/kematian seorang yang dekat, perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan,
pemindahan dan lingkungan tertentu ke lingkungan lain, atau penyakit fisik). Biasanya
insomnia yang demikian itu lamanya sampai tiga minggu dan akan pulih lagi seperti biasa.
Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu long-term insomnia. Untuk dapat
mengobati insomnia jenis ini maka tidak boleh dilupakan untuk mengadakan pemeriksaan
fisik dan psikiatrik yang terinci dan komprehensif untuk dapat mengetahui etiologi dari
insomnia ini. Di luar negeri untuk kepentingan ini telah didirikan beberapa klinik insomnia,
yang antara lain mengkhususkan diri untuk menegakkan diagnosis yang terinci dan sebab
insomnia dengan pemberian terapi yang sesuai. Insomnia ini dapat berlangsung berbulan-
bulan bahkan bertahun- tahun dan perlu diobati dengan cara yang tersedia kini yaitu dengan
teknik tertentu untuk tidur atau obat-obatan sesuai dengan gangguan utama yang diderita
pasien.