penatalaksanaan tb pada anak
DESCRIPTION
tb anakTRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN TB PADA ANAK
Beberapa hal penting dalam tatalaksana TB anak adalah :
1. Obat TB diberikan dalam panduan obat tidak boleh diberikan sebagai monoterapi
2. Pemberian gizi yang adekuat
3. Mencari penyakit penyerta dan jika ada ditatalaksana secara simultan
Tatalaksana medikamentosa TB anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan profilaksis
(pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB, sedangkan profilaksis TB diberikan
pada anak yang kontak TB (profilaksis primer) atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB
(profilaksis sekunder) . (Depkes RI, 2008)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat tuberkulosis pada anak yaitu pemberian obat
tahap intensif atau lanjutan diberikan setiap hari, dosis obat disesuaikan dengan berat badan
anak, pengobatan tidak boleh terputus dijalan. (Wirawan, 2008)
Untuk terapi tuberkulosis terdiri dari dua fase yaitu fase intensif (awal) dengan panduan 3-5
OAT selama 2 bulan awal dan fase lanjutan dengan panduan 2 OAT (INH-Rifampisin) hingga 6-
12 bulan. Fase intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, bila pengobatan fase intensif diberikan
secara tepat biasannya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu,
sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan
sedangkan untuk fase lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama, tahap ini penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan. (Pusponegoro et all, 2005; (Depkes RI, 2006)
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang biasa digunakan yaitu Isoniazid, Rifampisin, Piranizamid,
Etambutol dan Streptomisin. Terapi OAT untuk tuberkulosis paru yaitu INH, Rifampisisn,
Pirazinamid selama 2 bulan fase intensif dilanjutkan INH dan Rifampisin hingga 6 bulan terapi
(2HRZ-4HR). Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis dan cara pemberiannya
benar. Efek samping yang biasa muncul yaitu hepatotoksisitas dengan gejala ikterik, keluhan ini
biasa muncul pada fase intensif (awal). (Pusponegoro et all, 2005; (Depkes RI, 2006)
Table OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Obat Sediaan Dosis
mg/ kg BB
Dosis sediaan Efek samping
Isoniazid (INH) Tablet 100 dan
300 mg; sirup
10mg/ml
5-15 300mg Peningkatan
transminase,
hepatitis, neuritis
perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin (R) Kapsul/tablet
150,300,450,600
mg; sirup
20mg/ml
10-15 600mg Urin/sekresi
warna kuning,
mual-muntah,
hepatitis
Piranizamid (Z) Tablet 500 mg 25-35 2 g Hepatotoksisitas,
hipersensitivitas
Etambutol (E) Tablet 500 mg 15-20 2,5 g Neuritis optika
(reversible),
gangguan visus,
gangguan warna,
gangguan saluran
cerna
Streptomisin (S) Vial 1g 15-30 1 g Ototoksisitas,
nefrotoksisitas
Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak (Depkes RI,2006)
Cara pengobatan INH diberikan selama 6 bulan, Rifampisin selama 6 bulan, Piranizamid selama
2 bulan pertama. Pada kasus-kasus berat dapat ditambahkan Etambutol selama 2 bulan pertama.
(Depkes RI,2006)
Untuk mengurangi angka drop out dibuat dalam bentuk FCD (Fixed Dose Combination) untuk 2
bulan pertama digunakan FDC yang berisi Rifampisin/Isoniazid/Piranizamid dengan dosis 75
mg/50mg/150mg sedangkan untuk 4 bulan berikutnya digunakan FDC yang berisi
Rifampisin/Isoniazid dengan dosis 75 mg/50mg. (Depkes RI,2006)
Tabel Dosis FDC untuk Tuberkulosis Ana
BB (kg) 2 bulan
RHZ (75/50/150)
4 bulan
RH(75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-19 2 tablet 2 tablet
20-33 4 tablet 4 tablet
Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak (Depkes RI,2006)
Table Dosis OAT Kombipak pada anak
Jenis obat BB < 10 kg BB 10-20kg BB 20-32 kg
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Piranizamid 150 mg 300 mg 600 mg
Sumber : Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak (Depkes RI,2006)
Untuk kategori anak (2RHZ/4RH) , prinsip dasar pengobatan tuberculosis minimal 3 macam
obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari baik pada fase
intensif (awal) maupun fase lanjutan, dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.
(Depkes RI,2006)
Pada sebagian besar kasus tuberkulosis anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah
pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi
klinis pada tuberkulosis anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Bila dijumpai perbaikian klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti maka OAT dihentikan. (Depkes RI,2006)
Profilaksis
Sekitar 50-60 % anak kecil yang tinggal dengan pasien TB paru dewasa dengan BTA sputum
positif, akan terinfeksi TB juga. Kira-kira 10% dari jumlah tersebut akan mengalami sakit TB.
Infeksi TB pada anak kecil beresiko tinggi menjadi TB diseminata yang berat (misalnya TB
meningitis atau TB milier) sehingga diperlukan pemberian kemoprofilaksis untuk mencegah
sakit TB. (Depkes RI, 2008)
Profilaksis primer diberikan pada balita sehat yang memiliki kontak dengan pasien TB dewasa
dengan BTA sputum positif, namun pada evaluasi dengan system scoring didapatkan skor ≤5.
Obat yang diberikan adalah INH dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut
belum pernah mendapat imunisaso BCG, perlu diberikan BCG setelah pengobatan profilaksis
dengan INH selesai. (Depkes RI, 2008)
Daftar Pustaka
1. Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
2. Kelompok Kerja TB Anak, 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberculosis Anak. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
3. Pusponegoro H.D, Sri Rejeki S.H, Dody F, Bambang T.A, Antonius H.P, M.Sholeh K,
dan K.Rusmil. 2005. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Edisi Ke-1. Jakarta : IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia )
4. Wirawan A dan I Ketut. 2008. Profil penderita tuberculosis anak di puskesmas Derek
tahun 2004-2005. Jurnal cermin dunia kedokteran; 35:127-132