penatalaksanaan medis otitis media
DESCRIPTION
Otitis media atau dapat juga disebut dengan inflamasi pada telinga tengah yang banyak didapatkan pada anak 8 tahun pertama (Meadow & Newell, 2005). Menurut Cecily Lynn Betz dan Linda A. Sowden (2009) tuba eustachii pada bayi anak dengan celah palatun dan Sindrom Down juga lebih lebar sehingga tetep terbuka , keadaaan ini menyebabkan bakteri dengan mudah masuk dari nasofaring ke telinga tengah dan kemudian menjadi predisposisi infeksi pada anak.Penatalaksanaan otitis media akut biasanya diberikan terapi antibiotik, sementara otitis media kronik diberikan insersi slang timpanostomi (Donna L Wong, dkk, 2008). Apabila kehilangan pendengaran konduktif permanen, pendengaran dapat diperbaiki dengan penggunaan alat bantu pendengaran untuk memperkuat suara. Pada tahun 2004, American Academy of Pediatrics dan the American Academy of Family Physicians mengeluarkan rekomendasi penatalaksanaan otitis media akut. Petunjuk rekomendasi ini ditujukan pada anak usia 6 bulan sampai 12 tahun. Pada petunjuk ini direkomendasikan bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat antibiotika, dan pada anak usia 6-23 bulan observasi merupakan pilihan pertama pada penyakit yang tidak berat atau diagnosis tidak pasti, antibiotika diberikan bila diagnosis pasti atau penyakit berat. Pada anak diatas 2 tahun mendapat antibiotika jika penyakit berat. Jika diagnosis tidak pasti, atau penyakit tidak berat dengan diagnosis pasti observasi dipertimbangkan sebagai pilihan terapiTRANSCRIPT
Agustina Melviani, 1206218852
Keperawatan Anak 1 kelas C
Penatalaksanaan Medis Otitis Media
Otitis Media Kronis
Otitis Media Akut
(OMA)
Slang timpanostomi
Observasi Terapi simtomatisTerapi antibiotik Terapi bedah
Timpanosintesis
Miringotomi
Adenoidektomi
Penatalaksanaan Medis Otitis Media
Oleh Agustina Melviani
Otitis media atau dapat juga disebut dengan inflamasi pada telinga tengah yang
banyak didapatkan pada anak 8 tahun pertama (Meadow & Newell, 2005). Menurut Cecily
Lynn Betz dan Linda A. Sowden (2009) tuba eustachii pada bayi anak dengan celah palatun
dan Sindrom Down juga lebih lebar sehingga tetep terbuka , keadaaan ini menyebabkan
bakteri dengan mudah masuk dari nasofaring ke telinga tengah dan kemudian menjadi
predisposisi infeksi pada anak.
Penatalaksanaan otitis media akut biasanya diberikan terapi antibiotik, sementara
otitis media kronik diberikan insersi slang timpanostomi (Donna L Wong, dkk, 2008).
Apabila kehilangan pendengaran konduktif permanen, pendengaran dapat diperbaiki dengan
penggunaan alat bantu pendengaran untuk memperkuat suara.
Pada tahun 2004, American Academy of Pediatrics dan the American Academy of
Family Physicians mengeluarkan rekomendasi penatalaksanaan otitis media akut. Petunjuk
rekomendasi ini ditujukan pada anak usia 6 bulan sampai 12 tahun. Pada petunjuk ini
direkomendasikan bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat antibiotika, dan pada anak
usia 6-23 bulan observasi merupakan pilihan pertama pada penyakit yang tidak berat atau
diagnosis tidak pasti, antibiotika diberikan bila diagnosis pasti atau penyakit berat. Pada anak
diatas 2 tahun mendapat antibiotika jika penyakit berat. Jika diagnosis tidak pasti, atau
penyakit tidak berat dengan diagnosis pasti observasi dipertimbangkan sebagai pilihan terapi.
Observasi
Spiro dkk, membuktikan bahwa penanganan OMA dengan menunggu dan melihat
(observasi) secara bermakna menurunkan penggunaan antibiotik pada populasi urban yang
datang ke instalasi gawat darurat. Metode menunggu dan melihat, menurunkan penggunaan
antibiotik pada 56% anak usia 6 bulan sampai 12 tahun dengan OMA. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan McCormick dkk, menunjukkan kepuasan orang tua sama antara grup yang
diterapi dengan observasi tanpa mendapat antibiotik dengan yang mendapat antibiotik pada
penanganan OMA. Dibanding dengan observasi saja, pemberian antibiotik segera
berhubungan dengan penurunan jumlah kegagalan terapi dan memperbaiki kontrol gejala
tetapi meningkatkan efek samping yang disebabkan antibiotik dan persentase yang lebih
tinggi terhadap strain multidrug resistant S.pneumoniae di nasofaring pada hari keduabelas
kunjungan.
Indikasi untuk protokol observasi adalah: tidak ada demam, tidak ada muntah, pasien
atau orang tua pasien menyetujui penundaan pemberian antibiotik. Kontra indikasi relatif
protokol observasi adalah telah mendapat lebih dari 3 seri antibiotik dalam 1 tahun ini,
pernah mendapat antibiotik dalam 2 minggu terakhir, terdapat otorea. Pilihan observasi ini
mengacu pada penundaan pemberian antibiotik pada anak terpilih tanpa komplikasi untuk 72
jam atau lebih, dan selama waktu itu, penatalaksanaan terbatas pada analgetik dan simtomatis
lain.26,30 Pemberian antibiotik dimulai jika pada hari ketiga gejala menetap atau bertambah.
Terapi simtomatis
Penatalaksanaan OMA harus memasukkan penilaian adanya nyeri. Jika terdapat nyeri,
harus memberikan terapi untuk mengurangi nyeri tersebut. Penanganan nyeri harus dilakukan
terutama dalam 24 jam pertama onset OMA tanpa memperhatikan penggunaan antibiotik.
Penanganan nyeri telinga pada OMA dapat menggunakan analgetik seperti: asetaminofen,
ibuprofen, preparat topikal seperti benzokain, naturopathic agent, homeopathic agent,
analgetik narkotik dengan kodein atau analog, dan timpanostomi / miringotomi.
Antihistamin dapat membantu mengurangi gejala pada pasien dengan alergi hidung.
Dekongestan oral berguna untuk mengurangi sumbatan hidung. Tetapi baik antihistamin
maupun dekongestan tidak memperbaiki penyembuhan atau meminimalisir komplikasi dari
OMA, sehingga tidak rutin direkomendasikan. Manfaat pemberian kortikosteroid pada OMA
juga masih kontroversi. Dasar pemikiran untuk menggunakan kortikosteroid dan antihistamin
adalah: obat tersebut dapat menghambat sintesis atau melawan aksi mediator inflamasi,
sehingga membantu meringankan gejala pada OMA. Kortikosteroid dapat menghambat
perekrutan leukosit dan monosit ke daerah yang terkena, mengurangi permeabilitas pembuluh
darah, dan menghambat sintesis atau pelepasan mediator inflamasi dan sitokin.
Terapi antibiotik
Antibiotik direkomendasikan untuk semua anak di bawah 6 bulan, 6 bulan – 2 tahun
jika diagnosis pasti, dan untuk semua anak besar dari dua tahun dengan infeksi berat (otalgia
sedang atau berat atau suhu tubuh lebih dari 390C ). Jika diputuskan perlunya pemberian
antibiotik, lini pertama adalah amoksisilin dengan dosis 80-90 mg/kg/hari. Jika bakteri
resisten, kemudian diberikan antibiotik lini kedua seperti amoksisilin klavulanat atau lain-
turunan penisilin ditambah inhibitor beta laktamase baris kedua.
Menurut panduan American Academy of Pediatrics (AAP) tahun 2004, pemberian
antibiotik didasarkan pada diagnosis pasti atau belum pasti.
Dalam pengkategorisasian tersebut dapat membingungkan tenaga kesehatan harus
harus terlebih dahulu membuat diagnosis, kemudian memberikan antibiotik. Kemudian pada
tahun 2013 AAP mengeluarkan panduan lagi untuk terapi antibiotik OMA, yaitu.
1. Klinisi harus mendiagnosis otitis media akut pada anak dengan pembengkakan
membran timpani yang sedang atau berat atau otorrhea atau ringan disertai gejala
nyeri pada telinga yang bukan disebabkan oleh otitis eksterna.
2.Klinisi harus memberikan antibiotik untuk anak yang menderita otitis media akut
unilateral atau bilateral dengan gejala berat.
3.Klinisi harus memberikan antibiotik untuk anak yang menderita otitis media akut
bilateral tanpa gejala berat.
4.Klinisi harus memberikan antibiotik atau melakukan observasi ketat selama
maksimal 48 jam untuk anak yang menderita otitis media akut unilateral tanpa
gejala berat. Bila dalam 48 jam tidak membaik, maka berikan antibiotik
Kesimpulan dari panduan pengobatan AAP tahun 2013 ini adalah pasien dengan
keluar congek atau gendang telinga membengkak sedang atau berat atau ringan disertai nyeri
telinga bukan karena otitis eksterna, wajib didiagnosis otitis media akut dan wajib diberikan
antibiotik. Rekomendasi antibiotik lini pertama adalah amoxicillin clavulanate dengan dosis
80 – 90 mg / kg / hari terbagi menjadi 2 dosis. Timbulnya resistensi bakteri telah
memunculkan pemikiran risiko dibanding keuntungan dalam meresepkan antibiotik untuk
seluruh OMA. Risiko antibiotik termasuk reaksi alergi, gangguan pencernaan (mual, muntah,
diare), mempercepat resistensi bakteri dan perubahan pola flora bakteri di nasofaring. Hal
tersebut menyebabkan penggunaan antibiotik dianjurkan berdasarkan hasil timpanosintesis.
Terapi bedah
Walaupun observasi yang hati-hati dan pemberian obat merupakan pendekatan pertama
dalam terapi OMA, terapi pembedahan perlu dipertimbangkan pada anak dengan OMA
rekuren, otitis media efusi (OME), atau komplikasi supuratif seperti mastoiditis dengan
osteitis. Beberapa terapi bedah yang digunakan untuk penatalaksanaan OMA termasuk
timpanosintesis, miringotomi, dan adenoidektomi.
1. Timpanosintesis adalah pengambilan cairan dari telinga tengah dengan menggunakan
jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi. Risiko dari prosedur ini adalah perforasi
kronik membran timpani, dislokasi tulang-tulang pendengaran, dan tuli sensorineural
traumatik, laserasi nervus fasialis atau korda timpani. Oleh karena itu, timpanosintesis
harus dibatasi pada: anak yang menderita toksik atau demam tinggi, neonatus risiko
tinggi dengan kemungkinan OMA, anak di unit perawatan intensif, membran timpani
yang menggembung (bulging) dengan antisipasi ruptur spontan (indikasi relatif),
kemungkinan OMA dengan komplikasi supuratif akut, OMA refrakter yang tidak
respon terhadap antibiotik lini kedua.
2. Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani untuk drainase cairan dari
telinga tengah.8,39 Pada miringotomi dilakukan pembedahan kecil di kuadran
posterior-inferior membran timpani. Untuk tindakan ini diperlukan lampu kepala yang
terang, corong telinga yang sesuai, dan pisau khusus (miringotom) dengan ukuran
kecil dan steril.
3. Adenoidektomi efektif
menurunkan insidensi
otitis media efusi dan
sinusitis, serta
memperbaiki fungsi tuba
akibat penurunan respon
inflamasi dan polusi di
sekitar nasofaring.
Referensi
Betz, C. L., & Sowden, L. A. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed. 5. Jakarta: EGC
Centers for Disease Control and Prevention. (2013). Get Smart: Know When Antibiotics
Work. Retrieved from: http://www.cdc.gov/getsmart/antibiotic-use/uri/ear-
infection.html (diakses pada 12 April 2014)
Kalbe Medical. (2013). Panduan Penggunaan Antibiotik pada OMA (Otitis Media Akut)
Menurut AAP. Retrieved from
http://www.kalbemed.com/News/tabid/229/id/2695/Panduan-Penggunaan-Antibiotik-
pada-OMA-Otitis-Media-Akut-Menurut-AAP.aspx (diakses pada 14 April 2014)
Kids Health From Neumors. (2012). Middle Ear Infections. Retrieved from
http://kidshealth.org/parent/infections/ear/otitis_media.html# (diakses pada 12 April
2014)
Meadow, Roy & Newell, Simon. (2005). Lectures Notes on Pediatrika, Ed. 7. Jakarta:
Erlangga
Munilson, Jacky., Edward, Yan & Yolazenia. Penatalaksanaan Otitis Media Akut. Bagian
Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang. Retrieved from http://repository.unand.ac.id/18807/1/Penatalaksanaan
%20otitis%20media%20akut_repositori.pdf (diakses pada 12 April 2014)
Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Ed. 6 Vol. 1. Jakarta: EGC