otitis media

23
OTITIS MEDIA Pendahuluan Otitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum amstoid, dan sel- sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronik. Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitis media adhesiva. Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran pernapasan atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan), didapatkan 30% mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 tahun sekitar 62% sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Resiko kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara lain usia <5 tahum, otitis prone (pasien yang mengalami otitis pertama kali pada usia <6 bulan, 3

Upload: tenny-octabervy-sutarto

Post on 13-Jul-2016

15 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

that

TRANSCRIPT

Page 1: Otitis Media

OTITIS MEDIA

Pendahuluan

Otitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum amstoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media

supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronik.

Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat

juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik,

dan otitis media adhesiva.

Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran

pernapasan atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan), didapatkan

30% mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia

terjadinya otitis media berusia 1 tahun sekitar 62% sedangkan anak-anak berusia 3

tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal

satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka

mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami

minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.

Resiko kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara lain usia

<5 tahum, otitis prone (pasien yang mengalami otitis pertama kali pada usia <6 bulan,

3 kali dalam 6 bulan terakhir), infeksi pernapasan, perokok, dan laki-laki.

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga

tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret keluar dari telinga terus menerus

atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis

otitis media supuratif kronik dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benignan dan

OMSK tipe maligna.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis

media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi

kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.

Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau

mukoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh ditelinga dan

vertigo.

Berdasarkan perjalanan klinisnya, otitis media dibedakan atas akut (baru) dan

kronis (proses lebih lama).

Page 2: Otitis Media

Otitis Media Akut (OMA)Definisi

Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian

atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 mingu.

Etiologi

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis mesia.

Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan

invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga

merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering.

Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus

hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%),

Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus.

Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan

terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba

eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

Patogenesis

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran

tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan

datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan

membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya

terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar

saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah

terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena

gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ

pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran

yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih

banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran

Page 3: Otitis Media

pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,

cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena

tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apalagi

gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara

lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan

tubuh yang kurang baik.

OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:

1. Stadium oklusi tuba eustachius

Terdapat gambaran retraksi membran timpani.

Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.

Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.

2. Stadium hiperemis

Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.

Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang

serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium supurasi

Membran timpani menonjol ke arah luar.

Sel epitel superfisial hancur.

Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.

Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di

telinga tambah hebat.

4. Stadium perforasi

Membran timpani ruptur.

Keluar nanah dari telinga tengah.

Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat dapat tidur nyenyak.

5. Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal

kembali.

Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.

Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya

tahan tubuh baik.

Diagnosis

Page 4: Otitis Media

Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh

tinggi serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, tiba-

tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang

telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang

telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang.

Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula

gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.

Diagnosis terhadap OMA tidak sulit, dengan melihat gejala klinis dan keadaan

membran timpani biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan. Penilaian membran

timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan lampu kepala dan otoskopi. Perforasi yang

terdapat pada membran timpani bermacam-macam, antara lain perforasi sentral,

marginal, atik, subtotal, dan total.

Penatalaksaan

Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi

dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung

HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 tahun dan HCl efedrin 1%

dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 tahun atau dewasa. Selain itu,

sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.

Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan

analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan

miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat

resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk

terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah.

Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100

mg/kgBB/hari, amoksisilin 4x40 mg/kgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.

Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk

dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga

perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.

Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari

serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.

Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan

ini dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret

didiga telah terjadi mastoididtis.

Page 5: Otitis Media

Komplikasi

Sebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialan abses

subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak. Otitis

media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

Pencegahan

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.

2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.

3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.

4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan

kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak (perforasi)

dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Sekret mungkin encer atau

kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan. Perforasi sentral

adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani atau sekurang-

kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan seperti pada anterior, posterior,

inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis

lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan patologis yang irreversible.

Klasifikasi OMSK

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan

gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

1.1. Penyakit aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh

Page 6: Otitis Media

perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang

dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai

mukopurulen.

1.2. Penyakit tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa

telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala

lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit

atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya

kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:

a. Kongenital

b. Didapat

Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan perforasi

marginal. Teori itu adalah :

Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani dan

disini ia membentuk kolesteatom (migration teori menurut Hartmann); epitel

yang masuk menjadi nekrotis, terangkat keatas.

Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi

kolesteatom.

Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi

(metaplasia teori menurut Wendt).

Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida (attic retraction

cholesteatom).

1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-

superior, kadang-kadang sub total.

2. Perforasi marginal

Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus

fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi

total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan

Page 7: Otitis Media

kolesteatom.

3. Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired

cholesteatoma.

Epidemiologi

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi

sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek.

Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang

mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden

OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.

Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,

jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring

(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba

Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi

yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba

patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK

yang tinggi di Amerika Serikat.

Patogensis

Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini

merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah

terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada

OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi

kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis

media kronis.

Patologi

OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap.

Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada

keseragaman gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:

1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.

Page 8: Otitis Media

2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit

3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya

infeksi sebelumnya.

4. Pneumatisasi mastoid

O

OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir

terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh

otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus

berlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid

berkurang1.

Gejala Klinis

1. Telinga Berair (Otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada

OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering

kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan

infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak

dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret

telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.

Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan

polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu

sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan Pendengaran

B

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta

keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe

maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri

dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,

terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses

otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,

subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

Page 9: Otitis Media

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin

akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat

perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan

vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan

menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran

infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa

terjadi akibat komplikasi serebelum.

Tanda Klinis

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna:

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

3.Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)

4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

Pemeriksaan Klinik

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai

berikut:

Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli

konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian

tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas

Derajat ketulian nilai ambang pendengaran

Normal : -10 dB sampai 26 dB

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB.

Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :

1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20

Page 10: Otitis Media

dB

2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif

30-50 dB apabila disertai perforasi.

3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih

utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

5. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun

keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan Radiologi.

1. Proyeksi Schuller

Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto

ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan

tegmen.

2.Proyeksi Mayer atau Owen,

Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-

tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah

mengenai struktur-struktur.

3. Proyeksi Stenver

Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas

memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.

Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat

menunjukan adanya pembesaran akibat.

4. Proyeksi Chause III

Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan

kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat

menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.

Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,

Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus

Page 11: Otitis Media

pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada

OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.

1. Bakteri spesifik

Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari

1% menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru

yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa

dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak

dipateurisasi.

2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.

Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa,

stafilokokus aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas

aeruginosa adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin,

sefalosporin dan makrolid. Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik

kecuali makrolid. Stafilokokus aureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim

dan sensitif untuk sefalosforin generasi I dan gentamisin.

Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana

pengobatan dapat dibagi atas :

1. Konservatif

2. Operasi

OMSK benigna tenang

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan

mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan

segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan

sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk

mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

OMSK benigna aktif

Prinsip pengobatan OMSK adalah:

1.Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.

2.Pemberian antibiotika :

topikal antibiotik ( antimikroba)

Page 12: Otitis Media

sistemik

Pemberian antibiotik topikal

P

Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa

dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi

diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Mengingat

pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak

dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1

minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman

penyebab dan uji resistesni.

Bubuk telinga yang digunakan seperti:

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif

yang

dikombinasi dengan pembersihan telinga.

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah:

1. Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.

Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis

Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.

2. Neomisin

Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus

aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap

ginjal dan telinga.

3. Kloramfenikol

Obat ini bersifat bakterisid

Pemberian antibiotik sistemik

Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai

pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan

faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat

Page 13: Otitis Media

dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya.

Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan

aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada

konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah

daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya

golongan beta laktam.

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah

Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin

P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin

P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin

Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida

E. coli : Ampisilin atau sefalosforin

S. Aureus Anti-stafilikokus : penisilin, sefalosforin, eritromisin,

aminoglikosida

Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

B. fragilis : Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat

derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat

diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun.

Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga

aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat

baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat

mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob.

Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik

(sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2

minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.

OMSK Maligna

P

Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif

dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan

pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan

tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada

Page 14: Otitis Media

OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:

1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

2. Mastoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

T

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki

membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Komplikasi

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan

patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan

kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi

didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu

eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat

menyebabkan komplikasi.

Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut

dari

OMSK berhubungan dengan kolesteatom.

A. Komplikasi ditelinga tengah:

1. Perforasi persisten membran timpani

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasial

B.Komplikasi telinga dalam

1. Fistel labirin

2. Labirinitis su[uratif

3. Tuli saraf (sensorineural)

C. Komplikasi ekstradural

Page 15: Otitis Media

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hindrosefalus otitis

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3

macam lintasan:

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak.

2. Menembus selaput otak.

3. Masuk ke jaringan otak.