referat otitis

25
BAB I PENDAHULUAN Otitis media akut merupakan penyakit yang sering didiagnosis dan sering diberikan antimikroba sebagai terapi di Amerika Serikat. 1 Di Amerika Serikat, hampir semua anak-anak dengan otitis media akut mendapat terapi obat antimikroba. Bagaimanapun, strategi “wathcful-waiting”, dimana dalam tatalaksana ini diberikan pada anak-anak yang yang memilikki kondisi tidak ada perbaikkan dengan pemberian obat, sudah diterapkan sejak lama di beberapa negara eropa untuk kepentingan meminimalisasi penggunaan antibiotik. Di Belanda dan Skotlandia, strategi ini sudah disarankan untuk anak-anak seusia 6 bulan. 2 Pada tahun 2004, pedoman klinis yang dibuat oleh “American Academy of Pediatrics” dan “American Academy of Family Physycian” menyetujui strategi ini sebagai pilihan terapi pada anak-anak seusia 6 bulan-23 bulan dan penyakitnya tidak parah (adanya otalgia yang sedang dan suhu tubuh kurang dari 39 o C selama 24 jam pertama) dan pada diagnosis otitis media akut yang belum pasti. 3 Rekomendasi yang sama, tapi tanpa kriteria penetapan diagnosis yang pasti, sudah dimunculkan oleh “Infectious Disease and Immunization Committee of the Canadian Paediatric Society”. Adopsi dari strategi “wathcful-waiting” sudah didasarkan pada uji klinis yang menunjukkan tingginya angka perbaikkan spontan pada anak-anak dengan otitis media akut. Bagaimanapun, 1

Upload: tezar-andrean

Post on 29-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

otolaringologi

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Otitis

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media akut merupakan penyakit yang sering didiagnosis dan sering diberikan

antimikroba sebagai terapi di Amerika Serikat.1 Di Amerika Serikat, hampir semua anak-anak

dengan otitis media akut mendapat terapi obat antimikroba. Bagaimanapun, strategi “wathcful-

waiting”, dimana dalam tatalaksana ini diberikan pada anak-anak yang yang memilikki kondisi

tidak ada perbaikkan dengan pemberian obat, sudah diterapkan sejak lama di beberapa negara

eropa untuk kepentingan meminimalisasi penggunaan antibiotik. Di Belanda dan Skotlandia,

strategi ini sudah disarankan untuk anak-anak seusia 6 bulan.2 Pada tahun 2004, pedoman klinis

yang dibuat oleh “American Academy of Pediatrics” dan “American Academy of Family

Physycian” menyetujui strategi ini sebagai pilihan terapi pada anak-anak seusia 6 bulan-23 bulan

dan penyakitnya tidak parah (adanya otalgia yang sedang dan suhu tubuh kurang dari 39oC

selama 24 jam pertama) dan pada diagnosis otitis media akut yang belum pasti.3 Rekomendasi

yang sama, tapi tanpa kriteria penetapan diagnosis yang pasti, sudah dimunculkan oleh

“Infectious Disease and Immunization Committee of the Canadian Paediatric Society”.

Adopsi dari strategi “wathcful-waiting” sudah didasarkan pada uji klinis yang

menunjukkan tingginya angka perbaikkan spontan pada anak-anak dengan otitis media akut.

Bagaimanapun, pada uji tersebut, uji coba awal yang melibatkan anak-anak dengan otitis media,

ada beberapa keterbatasan, kebanyakan adalah kurangnya kriteria diagnostik, sample anak-anak

yang terlalu sedikit dan penggunaan obat antimikroba yang memilikki tingkat keberhasilan yang

terbatas atau yang digunakan dibawah dosis optimal. Selain itu, tingkat perbaikkan spontan sama

dengan tingkat yang ada pada studi anak-anak yang menerima plasebo tidak seragam. Oleh

karena itu, untuk anak-anak dengan otitis media akut, permasalahan penggunaan antimikroba

dini masih belum jelas. Melalui referat ini, kami ingin membahas tentang uji klinis untuk

menentukan pengaruh penggunaan antibiotik pada gejala dan tanda otitis media akut tanpa

memandang derajat keparahan, pada anak-anak usia 6 sampai 23 bulan dengan diagnosis otitis

media akut. Anti mikroba yang digunakan adalah amoxicillin-klavulanat karena memilikki

tingkat efektifitas yang tinggi terhadap otitis media akut.4

1

Page 2: Referat Otitis

BAB II

ANATOMI DAN KELAINAN TELINGA TENGAH

A. Anatomi Umum Telinga

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau cavum tympani, dan telinga dalam

atau labyrinth.

Telinga luar terdiri atas dua bagian yaitu aurikula dan meatus akustikus eksternus:

a. Aurikula, atau daun telinga, mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi

mengumpulkan getaran suara, terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang

ditutupi kulit. Aurikula memiliki otot intrinsik dan ekstrinsik, keduanya dipersarafi

oleh N. facialis.

b. Meatus akustikus eksternus, atau liang telinga, merupakan sebuah tabung berkelok

yang menghubungkan aurikula dengan membran timpani. Pada orang dewasa

panjangnya sekitar 1 inci. Rangka sepertiga luar meatus adalah kartilago elastis, dan

dua pertiga dalamnya adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng tympani. Meatus

dilapisi oleh kulit, dan sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea,

dan glandula seruminosa. Glandula seruminosa merupakan modifikasi kelenjar

keringat yang menghasilkan sekret lilin berwarna cokelat kekuningan.

2

Page 3: Referat Otitis

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa os temporalis yang

dilapisi oleh membran mukosa. Ruangan ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi

meneruskan getaran membran tympani ke perilimfe telinga dalam.

Membran tympani merupakan membran fibrosa tipis berwarna kelabu mutiara. Letaknya

miring, menghadap ke bawah, depan dan lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar

cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk dari perlekatan membran

tympani dengan malleus. Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini

menghasilkan kerucut cahaya yang memancar ke anteroinferior umbo.

3

Page 4: Referat Otitis

Membran tympani berbentuk bulat, dengan diameter sekitar 1 cm. Pinggirnya tebal dan

melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus tympanicus, di bagian atasnya

berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica, yaitu plica mallearis anterior dan

posterior yang menuju ke processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran

tympani yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian lainnya

tegang dan disebut pars tensa. Membran tympani sangat peka nyeri, dipersarafi oleh N.

auriculotemporalis dan ramus auricularis N. vagus.

Tulang-tulang pendengaran terdiri atas malleus, incus, dan stapes. Selain itu, di cavum

tympani juga terdangar otot-otot yang menunjang fisiologi pendengaran, yaitu musculus tensor

tympani dan musculus stapedius.

a. M. Tensor tympani, berorigo di kartilago tuba Eustachii dan berinsersi pada malleus,

ketika berkontraksi akan meredam gerakan malleus dengan cara lebih menegangkan

membran tympani.

b. M. Stapedius, berorigo pada dinding posterior cavum tympani dan berinsersi pada stapes,

ketika berkontraksi akan menarik stapes.

Ketika telinga mendengar suara yang amat keras, kedua otot ini akan berkontraksi

sehingga mengurangi hantaran suara di tulang-tulang telinga.

Telinga tengah juga berhubungan dengan beberapa bagian tubuh yang lain, seperti

berhubungan dengan nasofaring lewat tuba auditiva Eustachii, yang berfungsi menyeimbangkan

tekanan udara di dalam cavum tympani dengan nasofaring. Selain itu terdapat pula aditus ad

antrum yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga mastoid. Rongga mastoid sendiri

terletak di belakang cavum tympani.

Telinga dalam terletak medial terhadap telinga tengah, terdiri atas labirin ossea dan

labirin membranosa.

4

Page 5: Referat Otitis

Labirin ossea merupakan labirin tulang, yang di dalamnya terdapat labirin membranosa.

Labirin membranosa berisi endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Berikut adalah bagian-

bagian labirin ossea dengan bagian labirin membranosa di dalamnya:

a. Vestibulum, yang terdiri atas utrikulus dan sakulus. Organ ini berfungsi dalam sistem

keseimbangan statis dan statokinetik.

b. Kanalis semisirkularis superior, posterior, dan lateral. Kanalis ini berisi duktus

semisirkularis.

c. Koklea, berbentuk seperti rumah siput, memiliki bagian-bagian yaitu skala vestibuli dan

skala timpani, yang berfungsi menghantarkan getaran suara sampai ke saraf sensori

telinga. Di dalam koklea terdapat duktus koklearis. Epitel-epitel duktus koklearis yang

letaknya di atas membrana basilaris membentuk organ Corti.5

Tuba eustachius, yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan

nasofaring.Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. bentuknya

seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan

nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan

medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.

Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :

1) Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

2) Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

5

Page 6: Referat Otitis

Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan

bagian tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan

kearah posterior, superior dan medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4

cm), kemudian bersatu dengan bagian tulang atau timpani.

Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit yang disebut ismus. Bagian

tulang tetap terbuka, sedangkan bagian tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada

dinding lateral nasofaring. Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak

kira-kira 2-2,5 cm, lebih tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak,

tuba pendek, lebar dan letaknya mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring

ke telinga tengah. Tuba dilapisi oleh mukosa saluran nafas yang berisi sel-sel goblet dan

kelenjar mucus dan memiliki lapisan epitel bersilia didasarnya. Epitel tuba terdiri dari

epitel silinder berlapis dengan sel silinder. Disini terdapat silia dengan pergerakannya ke

arah faring. Sekitar ostium tuba terdapat jaringan limfosit yang dinamakan tonsil tuba.

Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu :

1. M. tensor veli palatine

2. M. elevator veli palatine

3. M. tensor timpani

4. M. salpingofaringeus

6

Gambar 8. Tuba Eustachius

Page 7: Referat Otitis

Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan

keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drenase

sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari

nasofaring ke kavum timpani.

B. Kelainan Telinga Tengah

I. GANGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS

Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal seperti tuba terbuka secara

abnormal, dan obstruksi tuba.

1. Tuba terbuka abnormal

Tuba terbuka abnormal adalah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga

tengah waktu respirasi. Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau

autofoni (gema suara sendiri terdengar lebih keras). Keluhan ini kadang-kadang sangat

mengganggu, sehingga pasien mengalami stres berat.

2. Obstruksi tuba

Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring,

peradangan adenoid atau nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada penyumbatan tuba

oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa).

II. BAROTRAUMA (AEROTITIS)

Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar

telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam yang menyebabkan tuba gagal untuk

membuka. Keluhan pasien berupa kurang dengar, autofoni, perasaan ada air di dalam telinga dan

kadang-kadang tinitus dan vertigo.

III. OTITIS MEDIA

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Ahli membagi otitis media menjadi otitis media

supuratif (otitis media akut (oma), otitis media superatif kronis (omsk)), dan otitis media non

supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria otitis media musinosa, otitis media efusi).

IV. OTOSKLEROSIS

7

Page 8: Referat Otitis

Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis

di daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran

suara ke labirin dengan baik.6

8

Page 9: Referat Otitis

BAB III

PEMBAHASAN

OTITIS MEDIA AKUT

1. Definisi

Otitis media akut ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.6

2. Epidemiologi

Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran pernapasan

atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media pada anak berusia 1 thn sekitar 62%,

sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak

mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari

mereka mengalaminya tiga kali atau lebih.7

3. Etiologi

Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan

tubuh pada silia mukosa tuba Eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke

dalam telinga tengah terganggu juga sehingga terjadi peradangan. Hal-hal yang menyebabkan

sumbatan pada muara tuba antara lain, infeksi saluran pernafasan, alergi, perubahan tekanan

udara tiba-tiba, tumor, dan pemasangan tampon yang menyumbat muara tuba.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling

sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus,

Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (38%),

Pneumococcus. Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan

terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba Eustachiusnya

pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.6,8

9

Page 10: Referat Otitis

4. Patogenesis

Patogenesis terjadi otitis media

OMA – OME – OMSK / OMP

Sembuh / normal

f. tuba tetap

terganggu

Gangguan tuba Tekanan Efusi OME

Negatif telinga Infeksi (-)

Tengah

Etiologi :

Perubahan tekanan udara tiba-tiba

Alergi

Infeksi

Sumbatan : Sekret

Tampon

Tumor

OMA

Sembuh OME OMSK/OMP

10

Page 11: Referat Otitis

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan

atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui

saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi

pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk

melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka

sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan

jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah

terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran

dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga

dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran

yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat

menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu

telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut

akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi

otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan

dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak

adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.6

5. Stadium

OMA memiliki beberapa stadium berdasarkan pada gambaran membran timpani yang

diamati melalui liang telinga luar yaitu stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium supurasi,

stadium perforasi dan stadium resolusi.6

Pada stadium oklusi tuba Eustachius perdapat gambaran retraksi membran timpani akibat

tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Membran timpani berwarna

normal atau keruh pucat dan sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus. terapi

dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin

0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik

untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati

dengan memberikan antibiotik.6

11

Page 12: Referat Otitis

Pada stadium hiperemis, pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran

timpani. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar

terlihat. diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Antibiotik yang diberikan ialah

penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam

klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya

adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan

pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.

Bila alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-

100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.6

Pada stadium supurasi, edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel

epitel superfisila serta terbentuk eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan membran

timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu

meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak

berkurang, maka terjadi iskemia. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah

yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Selain antibiotik,

pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu,

analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang. Miringotomi ialah tindakan insisi

pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga

luar.6

Pada stadium perforasi, karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian

antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi maka dapat menyebabkan membran timpani ruptur.

Keluar nanah dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah akan menjadi lebih

tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak. sering terlihat sekret banyak keluar dan

kadang terlihat sekret keluar secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5

hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.6

Pada stadium resolusi, bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.

Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik.6

12

Page 13: Referat Otitis

6. Diagnosis

6.1 Anamnesis

Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga,

keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.

Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan

pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil

gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC (pada stadium supurasi), anak

gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang dan terkadang anak

memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke

liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak mulai tertidur dengan tenang.6

Pada penelitian dikatakan bahwa anak-anak dengan OMA biasanya hadir dengan riwayat

onset yang cepat dan gejala seperti otalgia, rewel pada bayi atau balita, otorrhea, dan/atau

demam6,8. Dalam sebuah survei di antara 354 anak-anak yang mengunjungi dokter untuk

penyakit pernapasan, demam, sakit telinga, dan menangis yang berlebihan sering didapatkan

dengan OMA (90%). Namun, gejala ini juga terdapat pada anak tanpa OMA (72%). Gejala lain

dari infeksi virus pernapasan atas, seperti batuk dan hidung tersumbat, sering mendahului atau

menyertai OMA dan tidak spesifik juga. Dengan demikian, sejarah klinis saja tidak bisa untuk

menilai adanya OMA, terutama pada anak muda.9

6.2 Pemeriksaan Fisik

Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan dan inflamasi

diperlukan untuk menegakkan diagnosis dengan pasti. Untuk melihat membran timpani dengan

baik adalah penting bahwa serumen yang menutupi membran timpani harus dibersihkan dan

dengan pencahayaan yang memadai. Temuan pada otoskop menunjukkan adanya peradangan

yang terkait dengan OMA telah didefinisikan dengan baik. Penonjolan (bulging) dari membran

timpani sering terlihat dan memiliki nilai prediktif tertinggi untuk kehadiran OMA. Penonjolan

(bulging) juga merupakan prediktor terbaik dari OMA.10

Kekeruhan juga merupakan temuan yang konsisten dan disebabkan oleh edema dari

membran timpani. Kemerahan dari membran timpani yang disebabkan oleh peradangan mungkin

13

Page 14: Referat Otitis

hadir dan harus dibedakan dari eritematosa ditimbulkan oleh demam tinggi. Ketika kehadiran

cairan telinga bagian tengah sulit untuk menentukan, penggunaan timpanometri dapat membantu

dalam membangun diagnosis.

6.3 Pemeriksaan Penunjang

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap

gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi

perlunya timpanosentesis anatara lain OMA pada bayi berumur di bawah 6 minggu dengan

riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang

tidak member respon pada beberapa pemberian antibiotik atau dengan gejala sangat berat dan

komplikasi. Untuk menilai keadaan adanya cairan di telinga tengah juga diperlukan pemeriksaan

timpanometeri pada pasien.6

7. Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi, penggobatan

terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif pada

telinga tengah hilang, sehingga diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan

fisiologik untuk anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk anak > 12

tahun dan pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati antibiotik diberikan jika

penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi

Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran

timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang

dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampicilin. Terapi awal diberikan penicillin

intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi

mastoiditis yang terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kkekambuhan.

Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7 hari . Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka

diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB per hari,

dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mb/kgBB dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40

mg/kgBB/hari

14

Page 15: Referat Otitis

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya harus disertai dengan

miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejal – gejala klinis lebih

cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya

sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3%

selama 3 – 5 bhari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat

menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak

ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan

tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini

dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa teling tengah. Pada keadaan demikian,

antibiotika dapat dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah pengobatan sekret masih

tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

8. Komplikasi

Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses sub-periosteal

sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak. Namun, sekarang setelah

adanya antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari

OMSK jika perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua

bulan.6

15

Page 16: Referat Otitis

BAB IV

KESIMPULAN

Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian mukosa

telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak

yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung

maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.

Diagnosis pasti dari OMA memenuhi semua 3 kriteria: onset cepat, tanda-tanda efusi

telinga tengah yang dibuktikan dengan memperhatikan tanda mengembangnya membran

timpani, terbatas/tidak adanya gerakan membran timpani, adanya bayangan cairan di belakang

membran timpani, cairan yang keluar dari telinga, tanda-tanda peradangan telinga bagian tengah,

kemerahan pada membran timpani dan nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas

normal(14). Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan dan inflamasi

diperlukan, temuan pada otoskopi menunjukkan adanya peradangan yang terkait dengan OMA,

penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik dari OMA.

Harus dapat membedakan antara OMA dan OME, OME terbatas pada keadaan dimana

terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani tanpa radang. Bila efusi tersebut

berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda radang disebut OMA.

Penatalaksanaan pada OMA terdapat sebuah kriteria untuk antibakteri Perawatan atau

Observasi pada Anak Dengan OMA, apabila anak <6 tahun dapat diberi antibiotik walaupun

diagnosis belum pasti, usia 6bulan-2tahun kalau sudah pasti diagnosisnya OMA dapat diberi

antibakteri dan kalau belum pasti bisa diberi antibakteri apabila gejala makin berat dan observasi

bila gejala ringan. Untuk usia >2tahun, bisa diberi antibakteri bila gejala makin berat dan

observasi jika gejala ringan, dan apabila diagnosis belum pasti bisa di observasi dahulu.

Pilihan observasi untuk OMA mengacu untuk menunda pengobatan antibakteri pada

anak-anak yang dipilih untuk 48 sampai 72 jam. Keputusan untuk mengamati atau mengobati

didasarkan pada usia anak, kepastian diagnostik, dan tingkat keparahan penyakit. Pilihan pertama

pemberian antibiotik pada OMA adalah dengan amoxycilin

16

Page 17: Referat Otitis

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Finkelstein JA, Metlay JP, Davis RL,Rifas-Shiman SL, Dowell SF, Platt R.

Antimicrobialuse in defined populations of infants and young children. Arch Pediatr

Adolesc Med 2000;154:395-400.

2. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Diagnosis and management of childhood

otitis media in primary care. Guideline no. 66. Edinburgh: Royal College of Physicians in

Edinburgh, 2003. (http://www.sign.ac.uk/guidelines/fulltext/66/index.html.)

3. American Academy of Pediatrics Subcommittee on Management of Acute Otitis Media.

Diagnosis and management of acute otitis media. Pediatrics 2004;113:1451-65.

4. Hoberman A, Dagan R, Leibovitz E, et al. Large dosage amoxicillin/clavulanate,

compared with azithromycin, for the treatment of bacterial acute otitis media in children.

Pediatr Infect Dis J 2005;24:525-32.

5. Sumber: Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta: EGC;

2006.

6. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung,

Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta FKUI, 2007: 10-14, 65-74.

7. Epidemiology of acute otitis media. Available at :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2732519

8. Berman S. Otitis media ini developing countries. Pediatrics. July 2006. Available from

URL: http://www.pediatrics.org

9. Niemela M, Uhari M, Jounio-Ervasti K, Luotonen J, Alho OP, Vierimaa E. Lack of

specific symptomatology in children with acute otitis media. Pediatr Infect Dis

J.1994;13 :765– 768

10. Klein JO, McCracken GH Jr. Introduction: current assessments of diagnosis and

management of otitis media. Pediatr Infect Dis J.1998;17 :539

17