penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air …repository.iainpurwokerto.ac.id/6689/2/penanaman...
TRANSCRIPT
PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN CINTA TANAH AIRDALAM KEGIATAN APEL PAGI DI MI MA’ARIF NU 02
TAMANSARI KARANGMONCOL PURBALINGGA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN PurwokertoUntuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:Andhita Tri Wahyuningsih
NIM. 1522405006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIPURWOKERTO
2019
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :Andhita Tri Wahyuningsih
NIM :1522405006
Jenjang :S-1
Fakultas :FTIK
Jurusan/Prodi :Pendidikan Madrasah/PGMI
Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Purwokerto, 4 Oktober 2019
Saya yang menyatakan
Andhita Tri WahyuningsihNIM.1522405006
iii
NOTA DINAS PEMBINGBING
Hal :Pengajuan Munaqosyah Skripsi
Sdri. Andhita Tri Wahyuningsih
Lamp :1(satu) eksemplar
Kepada Yth.
Dekan FTIK IAIN Purwokerto
Di Purwokerto
Assalamu’alaikum wr.wb
Setelah melakukan bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya terhadap
penulisan skripsi dari :
Nama : Andhita Tri Wahyuningsih
NIM : 1522405006
Jurusan/Prodi : Pendidikan Madrasah/PGMI
Judul : Penanaman Karakter Disiplin dan Cinta Tanah Air Dalam
Kegiatan Apel Pagi di MI Ma’arif Tamansari Karangmoncol
Purbalingga
Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto untuk diujikan
dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(S.Pd).
Wassalamu’alaikum wr.wb
Purwokerto, 4 Oktober 2019
Dosen Pembimbing
Dr, H Suwito NS, M.AgNIP.19710424 199903 1 002
iv
v
MOTTO
“Terkadang rencana Allah itu sulit dimengerti, namun pada akhirnya kita
selalu mendapatkan hikmah dibaliknya. Ujian itu pasti sabar itu pilihan”.
(Fiersa Besari)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil’alaamin, akhirnya
karya berupa Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya dukungan motivasi dan do’a dari orang-orang terkasih. Dengan ketulusan
hati karya ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua saya yaitu Bapak
Suyoto dan Ibu Tri Murliyah, kepada kakak-kakak tercinta Aningtias Fenti Astuti,
Apriyanti Kusumasari, Agus Priyanto S, dan Dedi Winahyu, serta kepada
keponakan-keponakan yang saya sayangi Dzakiyah Syahda Athaya, Muhamad
Nadhif Abqari Pranaja, dan Muhamad Labib Qais yang selalu memberikan
dukungan do’a, materi, kecerian, dan motivasinya. Dengan segala perjuangan
mereka membesarkan, mendidik, serta dukungan motivasi dan do’a yang tak
pernah henti yang tidak pernah penulis lupakan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Beribu maaf penulis sampaikan kepada orang tua,
terutama ibu, yang belum bisa menjadi anak kebanggaan dan belum bisa
membahagiakan sampai saat ini semoga Allah SWT melimpahkan kasih sayang-
Nya kepada beliau berdua.
vii
PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN CINTA TANAH AIRDALAM KEGIATAN APEL PAGI DI MI MA’ARIF NU 02 TAMANSARI
KARANGMONCOL PURBALINGGA
Oleh : Andhita Tri WahyuningsihNIM : 1522405006
ABSTRAK
Peran pendidikan karakter adalah untuk menanamkan kembaligenerasi muda tentang pentingnya cinta tanah air dan kedisiplinan orang-orang yang memiliki karakter demikianlah yang dapat membawa bangsadan negara ini semakin maju dan terus berkembang menjadi lebih baik.Dalam lingkup sekolah guru harus mampu menciptakan suatu kegiatanyang di dalamnya terdapat nilai-nilai moral guna membentuk karakterpeserta didik, kegiatan disini bukan hanya kegiatan yang bersifat pokoksaja seperti pembelajaran di dalam kelas. Kegiatan apel pagi jugamerupakan salah satu bentuk kegiatan yang berperan penting dalampembentukan karakter peserta didik.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif denganpendekatan deskriptif. Pengumpulan data observasi, wawancara, dandokumentasi. Dengan subyek penelitian kepala Madrasah, guru kelas, dansiswa yang dipilih sesuai dengan jabatannya yaitu ketua kelas. Dan objekpenelitian adalah Penanaman Karakter Disiplin dan Cinta Tanah air dalamKegiatan Apel Pagi di MI Ma’arif NU 02 Tamansari KarangmoncolPurbalingga. Metode analisis data mereduksi data, menyajikan data, danmenarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penanaman karakter disiplindan cinta tanah air dalam kegiatan apel pagi di MI Ma’arif NU 02Tamansari dalam hal disiplin terbagi menjadi disiplin berangkat dandisiplin waktu sholat, sedangkan dalam cinta tanah air meliputi cinta tanahair, cinta madrasah, dan cinta organisasi. Dari karakter disiplin dan cintatanah air tersebut terwujud dalam bebrapa kegiatan meliputi apel pagi,mengisi buku harian, membuang sampah pada tempatnya, dan dalamKBM, dengan menggunakan metode pembiasaan, keteladanan dannasehat.
Kata Kunci: penanaman karakter disiplin, karakter cinta tanah air,metode penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT dan trimakasih yang paling utama peneliti
sampaikan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hodayah, dan inayah-
Nya. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penanaman
Karakter Disiplin dan Cinta Tanah Air dalam Kegiatan Apel Pagi di MI Ma’arif
NU 02 Tamansari Karangmoncol Purbalingga” guna memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
Shalawat dan salam senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW, keluarga, serta sahabat dan para pengikutnya serta sebagai suri tauladan
terbaik sepanjang zaman. Selanjutnya dengan ketulusan hati, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
bimbingan, arahan dan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan trimakasih peneliti sampaikan kepada:
1. Dr. H Suwito, NS, M.Ag, Dekan FTIK IAIN Purwokerto dan selaku
Dosen Pembimbing dalam penyusunan skripsi yang telah membimbing
dengan penuh kesabaran.
2. Dr. Suparjo, S.Ag., MA, Wakil Dekan I FTIK IAIN Purwokerto.
3. Dr. Subur, M.Ag, Wakil Dekan II FTIK IAIN Purwokerto.
4. Dr. Sumiarti, M.Ag, Wakil Dekan III FTIK IAIN Purwokerto.
5. Dr. H Siswadi, M.Ag, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
6. Dr. Maria Ulpah, S,Si, M,Si Penasehat Akademik PGMI A.
7. Segenap dosen dan Staf administrasi IAIN Purwokerto.
8. Sarwono Zuhdi, S.Pd.I selaku Kepala Madrasah di MI Ma’arif NU 02
Tamansari Karangmoncol Purbalingga yang telah membantu kelancaran
proses penelitian.
9. Segenap Guru serta tenaga kependidikan MI MA’arif NU 02 Tamansari
Karangmoncol Purbalingga yang telah membantu kelancaran proses
penelitian.
ix
10. Teman-teman senasib seperjuangan terutama PGMI A satu angkatan 2015,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu senantiasa menemani
membantu dalam proses kuliah. Kebersamaan kita tidak akan pernah
terlupakan.
11. Teman-teman bermain (Alifah Rifqi, Nur Chasanah, Mely Solikhati,
Wiwit Mar’atun, Desi Kurniawati, dan Yuli Fatah Dina) yang selalu
memberikan semanagat, motivasi, tempat bertanya, dan berjuang bareng
dalam menyusun skripsi ini.
12. Teman-teman (Anggun Rizki Utami dan Syukron Fajar Subhi) yang selalu
membantu dan mendengarkan keluh kesah dalam pembuatan skripsi ini.
13. Teman-teman KKN kelompok 14 angkatan 43 (keluarga UFO) bertemu
kalian adalah rencana Tuhan yang indah yang ditakdirkan kepada saya.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, baik
secara langsung dan tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya satu-persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik.
Tidak ada kata yang dapat penulis ucapkan untuk menyampaikan rasa
trimakasih, melainkan hanya do’a semoga amal baik dari semua pihak tercatat
sebagai amal shaleh yang diridhoi Allah SWT dan mendapatkan balasan
berlipat ganda di akherat kelak. Dan semoga bisa memberikan manfaat bagi
penulis sendiri. Amin.
Purwokerto, 30 September 2019
Penulis,
Andhita Tri WahyuningsihNIM. 1522405006
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBINGBING .................................... iv
MOTTO .................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Definisi Operasional ............................................................. 6
C. Rumusan Masalah ............................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8
E. Kajian Pustaka ..................................................................... 9
F. Sistematika Pembahasan ..................................................... 11
BAB II PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN CINTA TANAH AIR
DALAM APEL PAGI, SERTA MERODE PENANAMANNYA
A. Pendidikan Karakter ............................................................. 13
1. Pengertian Pendidikan Karakter ........................................... 13
2. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................. 17
3. Faktor-faktor yang Meruntuhkan Karakter Anak .................. 19
B. Karakter Disiplin ................................................................... 21
1. Pengertian Disiplin ................................................................ 21
2. Tujuan Pendidikan Karakter Disiplin .................................... 22
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin anak .................. 23
C. Karakter Cinta Tanah Air dan Apel Pagi ................................ 23
xi
1. Pengertian Cinta Tanah Air ..................................................... 23
2. Tujuan Karakter Cinta Tanah Air ............................................. 24
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Cinta Tanah Air . 25
4. Penanaman Karakter Disiplin dan Cinta Tanah Air. ................ 26
5. Pengertian Pembiasaan ............................................................. 28
6. Pengertian Apel Pagi ............................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 34
B. Lokasi Penelitian ................................................................... 34
C. Objek Penelitian dan Subjek Penelitian ................................. 34
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 35
E. Teknik Analisis Data ............................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PERSEMBAHAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum MI Ma’arif NU 02 Tamansari ................... 38
2. Penanaman Karakter Disiplin dan Cinta Tanah Air ................ 42
3. Kendala Dalam penanaman Karakter ...................................... 45
4. Kegiatan Apel Pagi ................................................................. 45
5. Metode Penanaman ................................................................. 46
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Penanaman Karakter Disiplin dan Cinta Tanah Air ................. 48
2. Kendala Dalam penanaman Karakter ...................................... 55
3. Kegiatan Apel Pagi .................................................................. .56
4. Metode Penanaman ................................................................. 57
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................. 62
B. Saran-saran .............................................................................. .62
C. Penutup .................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Struktur Organisasi
Tabel. 2 Data Guru dan Kariyawan
Tabel. 3 Data Siswa
Tabel. 4 Sarana dan Prasarana
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Instrumen Pedoman Pencarian Data
a. Wawancara
b. Observasi
c. Dokumentasi
2. Lampiran data Penelitian Hasil Wawancara
3. Foto-foto Kegiatan
4. Surat-surat Penelitian
a. Surat Ijin Riset Pendahuluan
b. Blangko Bimbingan Skripsi
c. Balngko Rekomendasi Seminar Proposal Skripsi
d. Surat Undangan Seminar Proposal Skripsi
e. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Skripsi
f. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi
g. Surat Keterangan Seminar Proposal Skripsi
h. Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi
i. Surat Persetujuan Judul Skripsi
j. Surat Ijin Riset Individual
k. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian
l. Surat Keteranagn Komprehensif
m. Surat Keterangan Wakaf
n. Surat Rekomendasi Munaqosyah
5. Sertifikat-sertifikat
a. Sertifikat Opak
b. Sertifikat BTA/PPI
c. Sertifikat Pengembangan Bahasa Arab
d. Sertifikat Pengembangan Bahasa Inggris
e. Sertifikat Komputer
f. Sertifikat KKN
g. Sertifikat PPL
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara (pasal 1).1
Secara filosofi, konsep pendidikan mempunyai arti yang sangat
luas, yaitu mengandung makna tentang proses pendidikan itu dilakukan,
dan apa yang menjadi tujuannya. Pendidikan sebagai proses berarti
merupakan prosedur yang harus dilakukan oleh seorang pendidik dalam
menjalankan aktivitas pendidikan agar dapat menghasilkan out put atau
tujuan yang terbaik sesuai dengan yang direncanakan. Pendidikan sebagai
tujuan, berarti bahwa hasil akhir dari pendidikan harus menjadikan peserta
didik lebih baik dan memenuhi standar kompetensi yang diharapkan.
Pendidikan juga bertujuan untuk menjadikan anak didik menjadi cerdas,
mandiri, dan memiliki karakter yang kuat sesuai dengan falsafah idiologi
suatu bangsa.2
Tahun 2012 pemerintah Indonesia berinisiatif membuat kurikulum
baru yang disebut kurikulum 2013. Munculnya kurikulum ini diwarnai
pro-kontra yang berkepanjangan. Belum lagi isu perdebatan tentang status
RSBI (Rintisan Sekolah Berstaraf Internasional) dan gagasan pemerataan
akses pendidikan atas nama demokrasi dan penyedian hak yang sama
terhadap warga negara untuk memperoleh pendidikan. Sebenarnya ditahun
2011 pemerintah baru saja merampungkan sosialisasi sistem pengajaran
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.2 Tutuk Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter, (Purwokerto: Stain Press, 2015),
hlm. 11.
2
berbasis “Pendidikan Karakter” diberbagai institusi pendidikan (Sekolah).
Sekolah dinilai merupakan lembaga yang sangat vital untuk mewadai
pendidikan karakter sebagaimana yang dimandatkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan karakter merupakan salah satu
tujuan pendidikaan nasional. Pasal 1 UU Sistem Pendidikan Nasional
tahun 2003. Pendidikan tidak hanya membuat manusia cerdas, tetapi juga
berkepribadian atau berkarakter.3
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari
semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini.
Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan
dilihat dari prilaku lulusan pendidikan formal saat ini.
Pendidikan karakter menurut Ratna Magawangi, sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Menurut
Fraky Gaffar, pendidikan karakter ialah suatu proses transformasi nilai-
nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu.
Sri Junaidi mengemukaan pendidikan karakter ialah pendidikan
yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat
dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.
Dari pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa pokok utama
pendidikan karakter ialah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya
seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai
moralitas dan keberagaman. Dengan pendidikan karakter ini diharapkan
3 Nur Rosyid. dkk, Pendidikan Karakter, (Purwokerto: Obsesi Press, 2013), hlm. 1.
3
akan dapat menciptakan generasi-generasi yang berkepribadian baik dan
menjungjung asas-asas kebajikan kebenaran disetiap langkah kehidupan.4
Tujuan pertama pendidikan karakter memfasilitasi penguatan dan
pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam prilaku anak,
baik ketika proses sekolah maupun setelah lulus sekolah. Penguatan dan
pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam seting sekolah
bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai kepada peserta didik, tetapi
sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan
merefleksikan bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan
dalam prilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Penguatan juga
mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan yang dilakukan
oleh sekolah baik dalam seting kelas maupun sekolah. Penguatanpun
memiliki makna adanya hubungan antara penguatan prilaku melalui
pembiasaan disekolah dengan pembiasaan dirumah.5
Dalam konteks yang lebih luas lagi, pendidikan karakter di
Indonesia telah dikembangkan menjadi beberapa nilai. Terdapat delapan
belas nilai pendidikan karakter yang wajib diterapkan di setiap proses
pendidikan atau pembelajaran. Nilai-nilai pendidikan karakter yang
dimaksud adalah: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif,
Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat kebangsaan, Cinta tanah
air, Menghargai prestasi, Bersahabat atau komunikatif, Cinta damai,
Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab.
Delapan belas nilai pendidikan karakter di atas merupakan hasil
pengembangan pendidikan karakter di Indonesia dan dianjurkan untuk
diterapkan diberbagai jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan anak usia
dini sampai perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan supaya kedepannya
generasi muda mempunyai karakter-karakter positif, dan pada akhirnya
4 Muhammad Fadillah, dan Lilis Mualifatu Khotida, Pendidikan Karakter Anak UsiaDini, (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2013), hlm. 23.
5 Dharma Kusuma, Ceoi Triatna, dan Johar Permana, Pendidikan Karakter, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 9.
4
akan membawa kemajuan bangsa dan negara Indonesia menuju bangsa
dan negara yang bermartabat, makmur, dan sejahtera.6
Dari delapan belas nilai pendidikan karakter yang harus
dikembangkan sekolah dalam menentukan keberhasilan pendidikan
karakter diantaranya adalah karakter disiplin dan cinta tanah air, cinta
tanah air sudah banyak diabaikan oleh generasi muda, khususnya peserta
didik di sekolah-sekolah. Bila seseorang sudah tidak lagi cinta tanah air, ia
akan melakukan apa saja tanpa memperdulikan keberlangsungan bangsa
dan tanah airnya. Ia berbuat hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Misalnya tidak menjaga kebersihan, membayar pajak, dan berbuat untuk
kepentingan negara. Adanya hanya bagaimana menyiasati untuk dapat
berbuat merugikan negara. Perbuatan-perbuatan seperti itu, akan muncul
dan terus berkembang jika seseorang sudah tidak cinta tanah air,
kurangnya rasa cinta tanah air pada generasi muda juga berimbas pada
sikap disiplin pada generas muda,
Kedisiplinan terhadap peserta didik menjadi pokok terpenting
dalam sebuah sekolah. Disiplin ialah tindakan yang menunjukan prilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan dapat
diajarkan pada anak di sekolah maupun di rumah dengan cara membuat
semacam peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi oleh setiap anak,
peraturan dibuat secara fleksibel tetapi tegas. Dengan kata lain, peraturan
menyesuaikan dengan kondisi perkembangan anak, serta dilaksanakan
dengan penuh ketegasan.
Oleh karenanya peran pendidikan karakter adalah untuk
menanamkan kembali generasi muda tentang pentingnya cinta tanah air
dan kedisiplinan. Orang-orang yang mempunyai karakter demikianlah
yang dapat membawa bangsa dan negara ini semakin maju dan terus
berkembang menjadi lebih baik.
6 Muhammad Fadillah, dan Lilis Mualifatu Khotida, Pendidikan Karakter Anak UsiaDini, (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2013), hlm. 39-41.
5
Dalam lingkup sekolah guru harus mampu menciptakan suatu
kegiatan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai moral guna membentuk
karakter peserta didik. Kegiatan disini bukan hanya kegiatan yang bersifat
pokok saja seperti pembelajaran didalam kelas. Kegiatan apel pagi yang
dilakukan setiap hari juga merupakan salah satu bentuk kegiatan yang
berperan penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Seperti
halnya peneliti juga akan mengulas mengenai pembentukan karakter
disiplin dan cinta tanah air dalam kegiatan apel pagi.
MI Ma’arif NU 02 Tamansari kecamatan Karangmoncol kabupaten
Purbalingga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan
pembentukan karakter pada peserta didiknya. Tidak aneh lagi jika peserta
didik MI Ma’arif NU 02 Tamansari mempunyai karakter yang baik.
Hal ini sesuai dengan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti pada tanggal 24 oktober 2018 di peroleh informasi dengan
kepala sekolah bapak Sarwono Zuhdi S.Pd.I.
Kegiatan apel pagi adalah salah satu kegiatan yang dilakukan setiap
hari 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, di mana kegiatan
tersebut menyanyikan 5 buah lagu yaitu Indonesia raya, Hubulwathon,
Shalawat, Mars Ma’arif, dan Mars MI kegiatan itu merupakan himbauan
dari kementrian pendidikan Purbalingga melalui surat edaran untuk setiap
anak menyayikan 5 lagu tersebut setiap hari, sehingga kepala sekolah MI
Ma’arif NU 02 Tamansari berinisiatif mengadakan apel pagi guna
menyanyikan 5 buah lagu tersebut, sehingga waktu masuk sekolah menjadi
pukul 06.45 WIB, kegiatan tersebut di sambut antusias oleh para peserta
didik, dan itu membuat peserta didik menjadi siap sebelum pembelajaran
dimulai dan meminimalisir keterlambatan peserta didik, kegiatan tersebut
bertujuan menanamkan sikap disiplin pada peserta didik dan guru,
mempersiapkan peserta didik sebelum proses pembelajaran dimulai dan
agar peserta didik hafal terhadap 5 lagu tersebut sesuai tujuan dari
kementrian pendidikan Purbalingga membuat surat edaran tersebut,
diharapkan setelah hafalnya lagu tersebuat membuat anak semakin
6
menanamkan rasa patriotisme dan cinta akan tanah airnya, dimulai sejak
anak berusia muda, sehingga nantinya akan terbiasa dengan rasa disiplin
dan cinta tanah air yang akan diimplementasikan dalam kehidupan di
sekolah maupun di masyarakat.7
Berdasarkan ulasan latar belakang diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yaitu dengan judul, “ Penanaman Karakter
Disiplin dan Cinta Tanah Air Melalui Kegiatan Apel Pagi di MI Ma’arif
NU 02 Tamansari Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga”.
B. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini masalah yang akan di bahas yaitu pada aspek
karakter disiplin dan cinta tanah air dalam kegiatan apel pagi. Untuk
mengantisipasi salah tafsir terhadap judul ini ada beberapa istilah yang
perlu peneliti batasi pengertiannya, antara lain:
1. Penanaman Karakter
Penanaman dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
tanam yang artinya proses, cara, perbuatan menanamkan.8 Dalam hal
ini penanaman diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menanamkan
yang dilakukan dengan membingbing mengarahkan dan mendidik.
Lores Bagus mendefinisikan karakter sebagai nama dari jumlah
seluruh ciri pribadi yang mencakup prilaku, kebiasaan, kesukaan,
ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, pola-
pola, pemikiran. Atau menurutnya suatu kerangka kepribadian yang
relatif mapan yang memungkinkan ciri-ciri semacam ini mewujudkan
dirinya. 9
7 Sumber: Wawancara dengan bapak Sarwono Zuhdi S.Pd.I selaku Kepala Madrasah MI Ma’arifNU 02 Tamansari pada hari Rabu 24 Oktober 2018.
8 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Abditama, 2001),hlm. 476.
9 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi secara terpadu dilingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2017), hlm. 28.
7
Adapun menurut penulis karakter adalah sifat atau watak yang
mempengaruhi prilaku seseorang, dan menjadi pembeda anatara orang
satu dan yang lainnya.
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan penanaman karakter
adalah proses atau cara membentuk suatu sifat atau watak, kepribadian
seseorang melalui membingbing, mengarahkan dan mendidik.
2. Disiplin
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dan serangkaian prilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. 10
Sedangkan menurut penulis disiplin adalah suatu keadaan dimana
setiap orang mematuhi dan menaati peraturan yang ada dalam suatu
kondisi lingkungan yang ditempati melalui serangkaian proses.
3. Cinta Tanah Air
Rasa cinta tanah air adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa
menghargai, rasa menghormati, dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap
individu pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari prilaku
membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat
atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya, dan
melestarikan alam dan lingkungan.
4. Apel Pagi
Apel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wajib hadir
dalam suatu upacara resmi untuk di ketahui hadir atau tidaknya atau
untuk mendengar amanat upacara.11
10 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi secara terpadu dilingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2017), hlm. 136.
11 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Abditama, 2001),hlm. 54.
8
Pagi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah waktu mulai
matahari terbit sampai kira-kira pukul sembilan atau sepuluh.
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan Apel pagi adalah
kegiatan yang dilakukan pagi hari seperti upacara namun tidak
menggunakan kegiatan pengibaran bendera dan waktunya lebih
singkat.
5. MI Ma’arif NU 02 Tamansari
MI Ma’arif NU 02 Tamansari adalah nama sebuah lembaga
pendidikan MI setingkat dengan SD, yang merupakan lembaga
pendidikan dibawah naungan Kementrian Agama Kabupaten
Purbalingga yang beralamat di Dusun Bantarwaru, Desa Tamansari
Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
yang dibahas dari penelitian ini adalah “Bagaimana penanaman karakter
disiplin dan cinta tanah air dalam kegiatan apel pagi di MI Ma’arif NU 02
Tamansari Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Tahun
Pelajaran 2019/2020?”.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air
dalam kegiatan apel pagi di MI Ma’arif NU 02 Tamansari Tahun
pelajaran 2019/2020.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan menambah
pengetahuan pengalaman mengenai penanaman karakter disiplin
dan cinta tanah air dalam kegiatan apel pagi.
9
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
beberapa pihak antara lain:
1) Bagi sekolah, memberi masukan terhadap perencanaan
program sekolah dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan
rasa cinta tanah air.
2) Bagi guru, menambah wawasan mengenai meningkatkan
karakter disiplin dan cinta tanah air kepada siswa.
3) Bagi siswa, menambah pengetahuan kepada siswa akan
pentingnya karakter disiplin dan cinta tanah air.
4) Bagi peneliti, sebagai bahan pertimbangan dan menambah
pengetahuan cara menanamkan karakter disiplin dan cinta
tanah air tidak hanya bisa dilakukan dalam proses
pembelajaran saja.
E. Kajian Pustaka
Kegiatan penelitian pada umumnya bertitik tolak dari pengetahuan
yang sudah ada. Ketika peneliti membuat rencana penelitian, harus
mempelajari penemuan-penemuan, mendalami, mencermati, menelaah,
dan mengidentifikasi, hal-hal yang telah ada untuk mengetahui apa yang
ada dan belum ada, kegiatan itulah yang biasa di kenal dengan kaji
pustaka.12
Sehingga peneliti dalam penelitian ini mengambil rujukan dari
penelitian sebelumnya. Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan penelitian yang peneliti telah lakukan, walaupun demikian
penelitian dengan subyek dan obyek yang berbeda, meskipun dengan jenis
penelitian yang sama, akan menghasilkan tujuan yang berbeda.
Dalam penelitian skripsi ini pendidikan karakter di MI Istiqomah
Sambas Purbalingga yaitu dengan melalui kegiatan pembelajaran,
ekstrakulikuler dan pembiasaan, persamaan dengan penelitian penulis
12 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), hlm. 75.
10
adalah dalam skripsi ini membahas pendidikan karakter di SD/MI
sedangkan perbedaannya adalah skripsi ini membahas penerapan
pendidikan karakter secara umum, sedangkan penelitian yang penulis
lakukan lebih menekankan pada karakter disiplin dan cinta tanah air
melalui pembiasaan apel pagi.13
Dalam penelitian skripsi ini pendidikan karakter di MI Diponogoro
1 Purwokerto Lor Kabupaten Banyumas pada penelitiannya pembentukan
karakter disiplin yang disesuaikan dengan perkembangan usia peserta
didik, persamaan dengan penelitian penulis adalah dalam skripsi ini
membahas pendidikan karakter disiplin di SD/MI sedangkan perbedaannya
adalah skripsi ini lebih menfokuskan pada karakter disiplinnya yang
mengarah pada perkembangan peserta didik, sedangkan penelitian yang
penulis lakukan lebih menekankan pada penanaman karakter disiplin dan
cinta tanah air yang dilakukan pada kegiatan diluar pembelajaran.14
Dalam penelitian skripsi ini pembentukan karakter religius dan
disiplin dilakukan dengan pendekatan dan berorientasi pada siswa dengan
metode keteladanan, metode pembiasaan, metode peringatan dan metode
teguran, dan kegiatan religius yang dilakukan meliputi pembiasaan ibadah
mughdoh dan ghoiru mughdoh, persamaan dengan penelitian penulis
adalah dalam skripsi ini membahas pembentukan karakter disiplin di
SD/MI, sedangkan perbedaannya adalah penelitian pada skripsi ini
menfokuskan pendidikan karakter religius dan disiplin, sedangkan
penelitian yang penulis lakukan adalah menfokuskan pada karakter disiplin
dan cinta tanah air.15
Dalam penelitian skripsi ini pendidikan karakter disiplin dan
tanggung jawab di MI Darul Huikmah Bantarsoka Kecamatan Purwokerto
Barat Kabupaten Banyumas dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler
13 Sumber: skripsi Iska hardayani dengan judul Penerapan Pendidikan Karakter di MIIstiqomah Sambas Purbalingga.
14 Sumber: Skripsi Putri Sri Sutisna dengan judul Pendidikan Karakter di MadrasahIbtidaiyah Diponogoro 1 Purwokerto Lor Kabupaten Banyumas.
15 Sumber: skripsi Nazila Barokati Shoumi dengan judul Pembentukan Karakter Religiusdan Disiplin Siswa di SD Negri 1 Kober Purwokerto Barat.
11
karate, persamaan dengan penelitian penulis adalah dalam skripsi ini
membahas pendidikan karakter disiplin yang dilakukan di luar jam
pembelajaran, sedangkan perbedaannya adalah penelitian pada skripsi ini
menfokuskan pada pendidikan karakter disiplin dan tanggung jawab yang
dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler karate, sedangkan penelitian
yang penulis lakukan adalah menfokuskan pada pendidikan karakter
disiplin dan cinta tanah air melalui kegiatan apel pagi.16
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini meliputi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian
isi dan bagian akhir, pada bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman
pernyataan keaslian, halaman nota dinas pembimbing, halaman
pengesahan, abstrak, halaman motto, halaman persembahan, kata
pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran. Dan pada bagian kedua atau
utama skripsi ini penulis bagi menjadi 5 (lima) bab.
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi: latar belakang, definisi
operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab II berisi landasan teori yang berisi teori-teori yang relevan
sesuai denga judul penelitian, yang terdiri dari tiga sub, sub yang pertama
berisi tentang pendidikan karakter yang meliputi pengertian pendidikan
karakter, tujuan pendidikan karakter, faktor-faktor yang meruntuhkan
karakter anak. Sub bab kedua pendidikan karakter disiplin yang meliputi:
pengertian karakter disipilin, tujuan pendidikan karakter disiplin, faktor-
faktor yang mempengaruhi karakter disiplin anak. Sub bab tiga pendidikan
karakter cinta tanah air dan apel pagi yang meliputi: pengertian karakter
cinta tanah air tujuan karakter cinta tanah air, faktor-faktor yang
mempengaruhi karakter cinta tanah air, penanaman karakter disiplin dan
cinta tanah air di sekolah, pengertian pembiasaan, pengertian apel pagi.
16 Sumber: skripsi Hesti Nur isnaeni dengan judul pendidikan Karakter Disiplin danTanggung Jawab Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Karate di MI Darul Hikmah BantarsokaKecamatan Purwokerto Kabupaten Banyumas.
12
Bab III berisi tentang metode penelitian yang terdiri atas: jenis
penelitian, lokasi dan setting penelitian, sumber data, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data.
Bab IV merupakan pembahasan hasil penelitian peran penting
kegiatan apel pagi dalam pembentukan karakter disiplin dan cinta tanah air
di MI Ma’arif NU 02 Tamansari, penyajian data dan analisis data.
Bab V bagian penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
Selain dari isi skripsi yang terdiri dari 5 bab tersebut, skripsi ini dilengkapi
pada bagian akhir dengan beberapa halaman yaitu: daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
13
BAB II
PENDIDIKAN KARAKTER DAN PEMBIASAAN
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Secara etimologis pendidikan berasal dari kata education yang kita
terjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan pendidikan merupakan
kata benda turunan dari kata kerja bahasa Latin educare. Bisa jadi
secara etimologis, kata pendidikan berasal dari dua kata kerja yang
berbeda, yaitu, dari kata educare dan educere.
Kata educare dalam bahasa Latin memiliki konotasi melatih atau
menjinakan, menyuburkan. Jadi, pendidikan merupakan sebuah proses
yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan,
membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata, semacam
proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri
maupun dalam diri orang lain.17
Pengertian pendidikan tersebut mengandung 3 dimensi makna
yang sangat penting, yaitu: (1) mengandung makna agar pendidikan
mampu mencerdaskan peserta didik, (2) pendidikan mampu
menjadikan peserta didik yang memiliki kemandirian kuat, dan (3)
pendidikan mampu menjadikan peserta didik berakhlak mulia atau
berkarakter yang baik.
Pendidikan adalah proses penyempurnaan diri manusia secara terus
menerus untuk menuju perubahan yang lebih baik, lebih cerdas, dan
lebih sempurna dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.18
Secara terminologis karakter diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya yang tergantung pada faktor kehidupan-nya sendiri. Secara
harfiah karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral,
17Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,(Jakarta: PT Grasindo, 2011), hlm. 53.
18 Tutuk Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter, ..., hlm. 34-35.
14
akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus
yang membedakan dengan individu lain.19
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah ‘Karakter’ berarti
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Bila dilihat dari asal katanya,
istilah “Karakter” berasal dari bahasa Yunanai Karasso yang berarti
cetak biru, format dasar, atau sidik. Pendapat lain menyatakan bahwa
istilah ‘Karakter’ berasal dari bahasa Yunani Charassein yang berarti
membuat tajam atau memuat dalam. Muncul pula pemahaman yang
lebih realistis dan utuh mengenai karakter. Ia dipahami sebagai kondisi
rohaniah yang belum selesai. Ia bisa diubah dan dikembangkan
mutunya, tapi bisa pula diterlantarkan sehingga tak ada peningkatan
mutu atau bahkan makin terpuruk.20
Dalam kamus Inggris-Indonesia yang disusun oleh John M. Echols
dan Hassan Shadily kata Character memiliki beberapa arti yaitu (1)
Watak, karakter, sifat Misalnya “berwatak baik”; (2) Peran makna ini
digunakan dalam permainan sandiwara, film, dan sejenisnya; (3) Huruf
misalnya sebuah artikel terdiri sekitar 4000 karakter. Mencermati tiga
arti Character tersebut maka dalam kontek buku ini, character yang
dimaksud adalah sebagai mana makna yang pertama yaitu watak, sifat,
karakter.
Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap
(attitude), prilaku (behaviors), motivas (motivations), dan ketrampilan
(skill).21
Dewantara mengatakan bahwa budi pekerti atau watak yaitu
bulatnya jiwa manusia, yang dalam bahasa asing disebut “Karakter”
sebagai jiwa yang berazaz hukuman batinan. Orang yang telah
19 Imas Kurniasi dan Berlin Sani, Pendidikan Karakter, (yogyakarta : Kata Pena, 2017),him. 22.
20 Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 17-18.
21 Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hlm 51-55.
15
mempunyai kecerdasan budi pekerti senantiasa memikirkan dan
merasakan serta memaknai ukuran, timbangan dan dasar yang pasti
dan tetap. Itulah sebabnya tiap-tiap orang itu dapat kita kenal wataknya
dengan pasti. Watak atau budi pekerti bersifat tatap dan pasti buat satu-
satunya manusia sehingga dapat dibedakan orang yang satu dengan
yang lain. Budi pekeri, watak atau karakter, adalah bersatunya gerak
pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan, yang lalu menimbulkan
tenaga. Budi pekerti “fikiran, perasaan, kemauan” dan pekerti artinya
“tenaga”. Jadi budi pekerti adalah sifatnya jiwa manusia, mulai dari
angan-angan hingga terjelma sebagai tenaga.22
Wynne mengemukakan bahwa karakter berasal dari Bahasa
Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada
bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau
prilaku sehari-hari. Oleh sebab itu, seseorang yang berprilaku tidak
jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan sebagai orang yang memiliki
karakter jelek, sedangkan yang berprilaku baik, jujur, dan suka
menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia.
Dirjen Pendidikan Agama Islam, Kementrian Agama Republik
Indonesia tahun 2010 mengemukakan bahwa karakter (character)
dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan
dapat diidentifikasi pada prilaku individu yang bersifat unik, dalam arti
secara khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan
yang yang lainnya.
Lickona mengemukakan bahwa karakter adalah a reliable inner
disposition to respond to situations in a morally good way yang berarti
suatu watak terdalam untuk merespon situasi dalam suatu cara yang
baik dan bermoral.23
22 Tutuk Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter, ..., hlm. 27-28.23 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta : Amzah, 2017), hlm. 21.
16
Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berprilaku yang khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.24
Menurut Kemendiknas, karakter adalah sebagai nilai-nilai yang
khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan
baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam
diri dan terejawantahkan dalam prilaku.
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu
perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat
kodratinya menuju kearah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.
Pendidikan karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tak
pernah berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan
perbaikan kualitas yang berkesinambungan (continuous quality
improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa
depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. .25
Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
untuk mengembangkan karakter yang baik (good character)
berlandaskan kebajikan-kebajikan inti.26
Pendidikan karakter merupakan salah satu alat untuk membimbing
seseorang menjadi orang baik, sehingga mampu memfilter pengaruh
yang tidak baik. Departemen Pendidikan Amerika Serikat
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai berikut: pendidikan
karakter mengajarkan kebiasaan berfikir dan kebiasaan berbuat yang
dapat membantu orang-orang hidup dan bekerjasama sebagai keluarga,
sahabat, tetangga, masyarakat, dan bangsa.
24Muchlas Samani dan Heriyanto, Pendidikan Karakter, (Bandung : PT RemajaRosdakarya, 2012), hlm.41.
25 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), hlm.1-4.26 Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 23.
17
Lickona mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang
sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan
bertindak dengan landasan nilai-nilai etis.
Scerenco pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang
sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif
dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan,
kajian, serta prakti emulasi untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa
yang diamati dan dipelajari.
Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem
penanaman nilai karakter kemauan dan kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan
tindakan utuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan
yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil.27
Menurut lickona dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter
dilaksanakan dua cara, yakni intrakulikuler dan ekstrakulikuler, proses
pendidikan karakter mengandung tiga komponen yakni moral
knowing, moral feeling, dan moral action, penanaman aspek moral
knowing ditanamkan melalui pembelajaran di kelas, sedangkan moral
feeling dan moral action ditanamkan baik di dalam kelas maupun luar
kelas. Dari ketiga komponen, aspek moral action harus dilakukan
terus-menerus melalui pembiasaan setiap hari.28
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakan dalam kerangka
gerak dinamis dialektis, berupa tanggapan individu atas implus natural
(fisik dan psikis), sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat
menempa diri menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada
27 Muchlas Samani dan Heriyanto, Pendidikan Karakter, ..., hlm.41.
28 Binti Maunah, “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan KepribadianHolistik Siswa”. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun V, Nomor 1, Tulungagung April 2015, hal 92-93.
18
dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin
manusiawi.
Dengan menempatkan pendidikan karakter dalam kerangka
dinamika dan dialektikan proses pembentukan individu, para insan
pendidik, seperti guru, orang tua, staf sekolah, masyarakat, dll,
diharapkan semakin dapat menyadari pentingnya pendidikan karakter
sebagai sarana pembentuk pedoman prilaku, pengayaan nilai individu
dengan cara menyediakan ruang bagi figur keteladanan bagi anak didik
dan menciptakan subuah lingkungan yang kondusif bagi proses
pertumbuhan berupa, kenyamanan, keamanan yang membantu suasana
pengembangan diri satu sama lain dalam keseluruhan dimensinya
(teknis, intelektual, psikologis, moral, sosial, estetis, dan religius).29
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam prilaku sehari-
hari.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang
melandasi prilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol
yang dipraktikkan oleh semua warga/madrasah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah/madrasah tersebut di mata
masyarakat luas.30
Tujuan mengembangkan karakter adalah mendorong lahirnya
anak-anak yang baik. Begitu tumbuh dalama karakter yang baik, anak-
29 Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,...,hlm. 134-135.
30 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, ..., hlm. 9.
19
anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya melakukan
berbagai hal yang terbaik dan melakukannya dengan benar, dan
cenderung memiliki tujuan hidup. Membangun karakter yang efektif,
ditemukan dalam lingkungan sekolah yang memungkinkan semua
anak menunjukan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang sangat
penting.31
Pada dasarnya pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan
mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleransi, bergotongroyong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya
dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan pancasila.
Dengan demikian, tujuan pendidikan karakter memiliki fokus pada
pengembangan potensi peserta didik secara keseluruhan, agar dapat
menjadi individu yang siap menghadapi masa depan dan mampu
survive mengatasi tantangan zaman yang dinamis dengan prilaku-
prilaku yang terpuji. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, peran
keluarga, sekolah, dan komunitas sangat menentukan pembangunan
karakter anak-anak untuk kehidupan yang lebih baik dimasa
mendatang. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, anak-
anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter sehingga fitrah
anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal. Selain itu,
pendidikan karakter disekolah juga bertujuan meningkatkan mutu
31 Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter, (Depok : PT Raja Grafindo Persada,2017), hlm. 36.
20
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia. 32
3. Faktor-Faktor yang Meruntuhkan Karakter Anak
Munculnya masyarakat global yang ditandai maraknya akses
terhadap teknologi komunikasi dan informasi tidak hanya membawa
harapan, tetapi juga ancaman. Menyadari hal itu, jauh-jauh hari bangsa
Indonesia telah menyodorkan visi dunia baru yang ditawarkan oleh
presiden Soekarno dalam pidatonya di PBB, pada 30 Desember 1960
“To build the new word”; yang menekankan pentingnya melahirkan
sintesis-sintesis kreatif antar idiologi dan semangat gotong royong
dalam membangun tatanan dunia baru.
Dalam kontek pendidikan Thomas Lickona mengingatkan
pentingnya pendidikan memberikan perhatian terhadap gejala global
yang memperlihatkan kecenderungan retaknya kehidupan keluarga,
meledaknya budaya pop oleh dorongan industri media, menguatnya
matrealisme dan kecenderungan mementingkan diri sendiri dikalangan
anak muda, serta krisis yang ditimbulkan oleh hubungan-hubungan
seksual di luar pernikahan. Terjadi proses erosi norma-norma
moralitas. Kebajikan tidak lagi dianggap penting dan cenderung
diremehkan dalam dunia pendidikan.
Pergaulan global bagaikan dua sisi mata uang: satu sisi
memberikan efek positif dan sisi yang lain memberikan efek negatif.
Globalisasi selain mendatangkan sejumlah kemudahan bagi manusia,
juga menghadirkan sejumlah efek negatif yang perlu diantisipasi
dengan penguatan pendidikan karakter. Efek negatif ini dapat
diidentifikasi menjadi delapan macam. Pertama pemiskinan nilai
spiritual. Tindakan sosial yang tidak mempunyai implikasi materi
sebagai tindakan tidak rasional. Kedua, kejatuhan manusia dari
makhluk spiritual menjadi makhluk materil, yang menyebabkan nafsu
hayawaniyyah menjadi pemandu kehidupan manusia. Ketiga, peran
32 Imas Kurniasi dan Berlin Sani, Pendidikan Karakter, ..., hlm. 25-27.
21
agama digeser menjadi urusan akhirat sedangkan urusan dunia menjadi
urusan sains. Keempat, Tuhan hanya hadir dalam pikiran, lisan, dan
tulisan, tetapi tidak hadir dalam prilaku dan tindakan. Kelima,
gabungan ikatan primordial dengan sistem politik modern melahirkan
nepotisme,birokratisme, dan otoriterisme. Keenam, individualisti.
Keluarga pada umumnya kehilangan fungsinya sebagai unit terkecil
pengambil keputusan. Ketujuh, terjadinya frustasi eksistensial.
Kedelapan, terjadinya ketegangan-ketegangan informasi di kota dan di
desa, kaya dan miskin, konsumeris, kekurangan dan sebagainya.
Tantangan pendidikan di masa depan dalam rangka pembangunan
tatanan dunia baru harus mengambil sisi-sisi positif dari perkembangan
sains dan teknologi menghindari implikasi negatifnya. Di satu sisi
untuk bisa terlibat dalam tatanan dunia, para peserta didik harus
diberikan kemampuan melek teknologi terutama komputer, internet,
dan telematika lainnya, ditambah penguasaan bahasa-bahasa
internasional. Di sisi lain, krisis global yang dipacu oleh introduksi
teknologi baru seperti internet, gadget, smartphone dan sejenisnya
harus menjadi dasar pertimbangan ketika menempatkan pendidikan
karakter di jantung proses pembelajaran.33
Jam karet adalah istilah yang lazim digunakan untuk
menggambarkan betapa masyarakat kita terbiasa untuk molor dari
jadwal. Rasanya jam karet tidak hanya menjadi kebiasaan, tetapi telah
menjelma menjadi budaya yang mendarah daging. Hal ini dapat
dicermati dari berbagai kegiatan yang ada di masyarakat, instansi
pemerintah, perusahaan dan sebagainya.
Permasalahan yang muncul diperlukannya indikator-indikator dari
setiap karakter. Ini penting karena selama ini dalam praktik
pembelajaran sehari-hari guru-guru masih berpegang teguh pada ranah
pembelajaran hasil karya Bloom, dan kawan-kawan yang memang
sampai saat ini teorinya belum tertandingi. Belum tertandinginya teori
33 Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter, ..., hlm. 54-56.
22
tersebut, terutama karena kata-kata oprasionalnya yang mudah
digunakan dan dipedomani oleh para guru dalam pembelajaran dan
pengukurannya. Oleh karena itu, agar pendidikan karakter ini berhasil
dalam memandu pribadi peserta didik perlu dirumuskan dan
diidentifikasikan kata-kata oprasional berkarakter yang dapat dijadikan
pedoman para guru pembelajaran di sekolah.34
B. Karakter Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Kata disiplin berasal dari bahasa Latin discereyang memiliki arti
belajar. Dari kata ini kemudian muncul kata disciplina yang berarti
pengajaran atau pelatihan. Seiring perkembangan waktu, kata
disciplina mengdisiplin sebagai kepatuhan alami perkembangan
makna. Kata disiplin sekarang dimaknai secara beragam. Ada yang
mengartikan disiplin sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk
pada pengawasan dan pengendalian. Ada juga yang mengartikan
disiplin sebagai latihan yang bertujuan yang mengembangkan diri agar
dapat berprilaku tertib. Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang
untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan.
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan
suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada
keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain
disiplin adalah sikap menaati peraturaan dan ketentuan yang telah
ditetapkan tanpa pamrih. Di samping mengandung arti taat dan patuh
pada peraturan, disiplin juga mengandung arti kepatuhan kepada
perintah pemimpin, perhatian dan kontrol yang kuat terhadap
penggunaan waktu, tanggung jawab atas tugas yang diamanahkan serta
kesungguhan terhadap bidang keahlian yang ditekuni.35
34Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, ..., hlm.17.
35 Ngainun Naim, Character Building, ..., hlm 142-143.
23
2. Tujuan Pendidikan Karakter Disiplin
Tujuan dari disiplin adalah membentuk prilaku yang sesuai dengan
kelompok sosialnya, menambah kebahagiaan, penyesuaian pribadi dan
sosial mereka. Membuat anak-anak mempunyai perasan aman tentang
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Membantu anak-anak hidup
sesuai dengan norma-norma sosial.36
Maman Rachman mengemukakan, bahwa tujuan disiplin sekolah
adalah pertama, memberi dukungan bagi terciptanya prilaku yang tidak
menyimpang. Kedua, mendorong siswa melakukan yang baik dan
benar. Ketiga, membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri
dengan tuntunan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang
dilarang oleh sekolah. Keempat, siswa belajar hidup dengan kebiasaan-
kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Jadi. Tujuan diciptakannya kedisiplinan siswa bukan untuk
memberikan rasa takut atau pengekangan pada siswa, melainkan untuk
mendidik para siswa agar sanggup mengatur dan menegendalikan
dirinya dalam berprilaku serta bisa memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya.37
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin anak
Kedisiplinan dalam diri seseorang dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Menurut Syah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi anak
belajar secara global dibedakan menjadi dua yaitu: (1) Faktor internal
yang berasal dari dalam diri siswa meliputi fisiologi dan psikologis;
serta (2) Faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa meliputi
lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Menurut Suradi terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin belajar seseorang, yaitu:
(1) Faktor ekstrensik berupa faktor non sosial (lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat), serta (2) Faktor intrinsik berupa faktor
psikologi (minat, motivasi, bakat, konsentrasi, dan kemampuan
36 Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter, ..., hlm. 37.37 Ngainun Naim, Character Building, ..., hlm 148.
24
kognitif) dan faktor fisiologi (pendengaran, penglihatan, kesegaran
jasmani, kekurangan gizi, kurang tidak dan sakit yang diderita).38
C. Karakter Cinta Tanah Air
1. Pengertian Cinta Tanah Air
Cinta Tanah Air adalah cara berfikir bersikap dan berbuat yang
menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan, fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.39 Rasa Cinta Tanah Air adalah rela berkorban dan tanah
air dan membela dari segala macam ancaman dan gangguan yang
datang dari bangsa manapun.
Cinta Tanah Air yaitu mengenal dan mencintai tanah air wilayah
nasionalnya sehingga selalu waspada dan siap membela tanah air
Indonesia, terhadap segala bentuk ancaman tantangan, hambatan dan
gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
negara oleh siapapun dari manapun. Suwarno Cinta Tanah Air adalah
suatu sikap mencintai, bangsa dan Negara tanpa mengenal fanatisme
kedaerahan.
Cinta Tanah Air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati
sanubari seorang warga Negara, untuk mengabdi, memelihara,
membela, melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan.
Definisi lain mengatakan bahwa Rasa Cinta Tanah Air adalah rasa
kebanggaaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati, dan
loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia
tinggal yang tercermin dari prilaku membela tanah airnya, menjaga
dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa
dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya
dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan.40
38 Maisarah, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakdisiplinan Belajar Anak Usia4-5 Tahun di TKIT Ibnu Qoyyim”. Jurnal Raudhah. Vol. 5 No. 3, Medan 2017, hal.4.
39 Imas Kurniasi dan Berlin Sani, Pendidikan Karakter, ..., hlm. 149.40 Nailul Huda, dkk, Cinta Tanah Air dalam Bingkai Pendidikan Akhla, (Kediri : Santri
Salaf Press, 2018), hlm. 65-66.
25
Cinta tanah air atau bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan
warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia. Berkeyakinan akan kesaktian pancasila sebagai
ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap
ancaman baik dari luar maupun dalam negri yang membahayakan
keutuhan NKRI.
2. Tujuan Karakter Cinta Tanah Air
Pendidikan karakter diharapkan mampu mengembalikan rasa
nasionalisme pada diri peserta didik. Jika semangat nasionalisme anak-
anak dan remaja menipis menandai masa depan NKRI dalam ambang
bahaya. Nilai semangat nasionalisme harus dilestarikan dan diwariskan
kepada generasi penerus bangsa agar mampu mempertahankan
kemerdekaan serta mengisinya.41
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Karakter Cinta Tanah Air
Sekarang ini adalah zaman globalisasi. Jacques Delor dan
Makagiansar menyatakan bahwa agenda umat manusia ke depan
adalah membangun suatu dunia baru dalam tantangan yang didasarkan
atas saling pengertian, toleransi, kasih sayang, dan harmoni apa yang
disebut Delor sebagai learning to live together satu diantara empat
pilar pendidikan bersama learning to know, learning to do, learning to
be, pada dasarnya adalah perwujudan dari sifat dasar manusia menjadi
bagian dari masyarakat. Interaksi antarbudaya yang semakin intens
mengakibatkan terjadinya perpaduan antara berbagai elemen budaya
sehingga melahirkan apa yang oleh Makagiansar disebut sebagaia
“kebudayaan baru dunia”. Dalam kehidupan sekarang ini tidak ada
bangsa yang bisa melepaskan diri dari interaksi global. Jaringa internet
yang telah menjangkau lebih dari dua miliar penduduk yang membuat
planet ini ibarat sebuah kampung global. Dalam dunia seperti ini,
41Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter, ..., hlm. 51.
26
parokhialisme dikoreksi xenophobia dianggap barang kuno,
nasionalisme didefinisikan kembali, dan patriotisme diperluas dengan
elemen-elemen humanisme global. Fakta ini pulalah yang kemudian
melahirkan kesadaran akan semakin pentingnya kajian-kajian apa pun
yang bersifat lintas-budaya.
Salah satu implikasi dari perkembangan ini ialah adanya tarikan
yang kuat antara kehendak setiap komunitas untuk mempertahankan
identitasnya di satu pihak dengan dorongan untuk ikut serta dalam
arena global. Tarikan antara dua kutub ini melahirkan berbagai
paradoks. Yaitu menjadi lokal di satu sisi pihak dan menjadi global di
pihak lain. Semakin kuat desakan ke arah menjadi global, semakin
kuat pula kehendak untuk kembali kepada identitas.
Sekarang ini, kebutuhan terhadap semangat mencintai tanah air
seharusnya semakin ditumbuh kembangkan di tengah gempuran
globalisasi yang semakin tidak terkendali. Cinta tanah air tidak hanya
merefleksikan kepemilikan, tetapi juga bagaimana mengangkat harkat
dan martabat bangsa ini dalam kompetisi global.
4. Penanaman Karakter Disiplin dan Cinta Tanah Air
a. Penanaman Karakter Disiplin
Penanaman karakter disiplin kepada seorang anak sangat
bervariasi, tergantung pada tahap perkembangan dan temperamen
masing-masing anak. Psikilog Sylvia Rimm menyarankan agar
disiplin dimulai sejak anak bisa merangkak atau usia balita.
Menurut Agustine Dwiputri, perlunya disiplin adalah untuk
mencegah terjadinya kehancuran. Cara mendisiplinkan anak adalah
dengan menggunakan tindakan dan ucapan. Alasan mendisiplinkan
adalah untuk mengekspresikan rasa cinta. Salah satu yang paling
kuat dalam mencintai anak kita adalah konsisten dalam disiplin
kita.
Penanaman disiplin sejak dini dilandasi oleh kenyataan bahwa
disiplin mempunyai peranan yang sangat dalam mengarahkan
27
kehidupan manusia untuk mencapai cita-cita. Tanpa adanya
disiplin, maka seseorang tidak mempunyai patokan tentang apa
yang baik dan buruk.
Dalam konteks pembelajaran di sekolah, ada beberapa bentuk
kedisiplinan. Pertama, hadir di ruangan tepat pada waktunya.
Kedisiplinan hadir di ruangan tepat waktunya,mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler juga merupakan
serentetan program sekolah, peserta didik juga dituntut berdisiplin
atau aktif mengikutinya dengan mencurahkan segala potensi yang
mereka miliki, baik bersifat fisik, mental, emosional, dan
intelektual.
Bagi anak, disiplin bersifat arbritair, artinya suatu konformitas
pada tuntunan eksternal. Namun, bila dilakukan dalam suatu
suasana emosional yang positif, menjadi proses pendidikan yang
menimbulkan keikhlasan dari dalam dirinya untuk berbuat sesuai
peraturan, tanpa merasa dirinya takut dan terpaksa. Dengan
demikian, tidak terjadi “disiplin bangkai” yaitu kepatuhan mati
yang ditaati karena takut dan tanpa pikir atau tanpa keikhlasan.
Jadi, dalam mendisiplinkan siswa harus diawali dari pendekatan
emosional yang baik sehingga siswa memperbaiki tingkah lakunya
atas dasar kesadaran yang tumbuh dari dalam dirinya.
Disiplin membantu anak menyadari apa yang diharapkan dan
apa yang tidak diharapkan darinya dan membantunya bagaimana
mencapai apa yang diharapkan. Disiplin akan terbentuk apabila
disiplin itu diberikan oleh seseorang yang memberikan rasa aman
dan tumbuh dari pribadi yang berwibawa serta dicintai, bukan dari
orang yang ditakuti dan berkuasa.42
42 Ngainun Naim, Character Building, ..., hlm 143-178.
28
b. Penanaman Karakter Cinta Tanah Air
Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menerima keberagaman
sebagai anugrah untuk bangsa Indonesia. Anugrah yang harus
dirasakan dan disyukuri sehingga manfaatnya bisa terasa dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan wajib yang dilaksanakan antara
lain : pelaksanaan upacara bendera setiap hari senin dengan
mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan
sekolah.
Upacara bendera biasanya dilaksanakan pada pembukaan
MOPDB untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur
pendidikan khusus yang setara dengan SMP/SMA/SMK. Rasa
cinta tanah air (nasionalisme) perlu ditanamkan kepada anak sedini
mungkin agar ia menjadi manusia yang menghargai bangsa dan
negaranya. Upacara bendera setiap Senin dengan sikap hormat
kepada bendera merah putih, menyayikan lagu Indonesia Raya, dan
mengucapkan Pancasila dengan penuh semangat dipercaya akan
menumbuhkan rasa nasionalisme pada anak.
Melalui kegiatan upacara ini, hati dan pikiran anak perlu diajak
untuk menalar tentang alasan-alasan mengapa kita perlu bangga
menjadi bangsa Indonesia. Dalam hal ini merujuk pendapat C.S.T.
Kansil dan Christine S.T. Kansil dalam bukunya Empat Pilar
Berbangsa dan Bernegara bahwa ada empat alasan mengapa kita
perlu mencintai NKRI, pertama, Bangsa Indonesia adalah bangsa
yang besar, yang memiliki tanah air yang luas serta alam yang
indah dan permai. Kedua, mempunyai aneka budaya. Ketiga,
identitas bangsa Indonesia, kita memiliki satu identitas negara dan
bangsa yaitu Garuda Pancasila sebagai kedaulatan, kepribadian,
dan keperkasaan negara yang bersangkutan. Keempat, semangat
berkorban untuk negara dan bangsa Indonesia. Kelima, perjuangan
bangsa kita adalah mencapai kemerdekaan bangsa berhasil karena
29
kita senantiasa meletakan kepentingan bangsa di atas kepentingan
golongan dan pribadi.
Guru mengenalkan anak pada tokoh-tokoh pahlawan
Indonesia. Dengan demikian, anak belajar untuk memiliki tokoh
yang dapat menjadi model positif bagi anak. Anak dikenalkan pada
asal usulnya sebagai cara belajar mengenal identitas diri.43
5. Pengertian Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agar sesuatu itu menjadi kebiasaan. Dalam bidang
psikologi pendidikan, metode pembiasaan dikenal dengan istilah
operan conditioning, membiasakan peserta didik untuk melakukan
prilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas, jujur, dan
bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan.44
Menurut Abdullah Nasih Ulwan pembiasaan adalah cara atau
upaya yang praktis dalam pembentukaan (pembinaan) dan persiapan
anak.
Menurut Ramayulis, metode pembiasaan adalah cara untuk
menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak
didik. Menurut Armai arief metode pembiasaan adalah sebuah cara
yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir,
bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa metode
pembiasaan adalah cara yang dilakukan dalam pembentukan akhlak
dan rohani yang memerlukan latihan yang kontinu setiap hari.
Penanaman karakter melalui kegiataaan pembiasaan semakin
memperoleh penguatan dengan pemberlakuan peraturan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesi Nomor 23 Tahun 2015
tentang penumbuhan Budi Pekerti. Penumbuhan budi pekerti (yang
43Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter, ..., hlm. 378-380.44 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, ..., hlm.166.
30
selanjutnya disingkat PBP) adalah kegiataan pembiasaan sikap dan
prilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari hari pertama sekolah,
masa orientasi peserta didik baru untuk jenjang sekolah menengah
pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, sampai
dengan kelulusan sekolah.
Gerakan penumbuhan budi pekerti di sekolah dirasakan akan
lebih mengena jika dilakukan dengan serangkaian kegiatan
pembiasaan. Pertama menumbuh kembangkan nilai-nilai moral dan
spiritual lewat pengamalan nilai-nilai moral dalam prilaku nyata
sehari-hari. Kedua, menumbuh kembangkan nilai-nilai kebangsaan dan
kebhinekaan. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah
air nilai menerima keberagaman sebagai anugerah untuk bangsa
Indonesia. 45
Pendidikan melalui pembiasaan dapat dilaksanakan secara
terprogram dalam pembelajaran, dan secara tidak terprogram dalam
kegiatan sehari-hari.
1. Kegiatan pembiasaan terprogram dalam pembelajaran dapat
dilaksanakan dalam perencanaan khusus dalam kurun waktu
tertentu untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara
individual, kelompok, dan atau klasikal sebagai berikut.
a. Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap baru dalam setiap pembelajaran.
b. Biasakan melakukan kegiatan inkuiri dalam setiap
pembelajaran.
c. Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap
pembelajaran.
45 Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter, ..., hlm. 377-378.
31
d. Biasakan untuk bekerjasama memberikan laporan kepada
orang tua peserta didik terhadap perkembangan prilakunya.
e. Biasakan peserta didik untuk berani menanggung risiko.
f. Biasakan peserta didik terbuka terhadap kritikan.
g. biasakan peserta didik terus menerus melakukan inovasi dan
improvisasi dan perbaikan selanjutnya.
2. Kegiatan pembiasaan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan
sebagai berikut.
a. Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti
upacara bendera, senam, shalat berjamaah, keberaturan,
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
b. Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam kejadian
khusus seperti: pembentukan prilaku memberi salam,
membuang sampah pada tempatnya, antre, mengatasi silang
pendapat (pertengkaran).
c. Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk prilaku
sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik,
rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang
lain, datang tepat waktu.
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, pembiasaan
peserta didik untuk berprilaku baik perlu ditunjang oleh
keteladanan guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu pada
hakikatnya metode atau model pembiasaan dalam pendidikan
karakter tidak dapat dipisahkan dari keteladanan.46
6. Pengertian Apel Pagi
Apel adalah wajib hadir dalam suatu upacara resmi (bersifat
kemiliteran) untuk diketahui hadir tidaknya atau untuk mendengarkan
amanat upacara.
46 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, ..., hlm.167-168.
32
Pagi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah waktu mulai
matahari terbit sampai kira-kira pukul sembilan atau sepuluh.47
Dikutip dari laman Komando Daerah Militer (Kopda) XVII
Cendrawasih Papua, apel merupakan suatu kegiatan yang rutin
dilaksanakan oleh instansi militer. Apel tidak hanya dilakukan pada
saat pagi hari ataupun sore hari saja, tetapi apel bisa dilakukan pada
siang hari dan malam hari juga bisa setiap saat ketika hal tersebut
dibutuhkan.
Disebutkan juga pada laman tersebut, secara tidak langsung apel
merupakan suatu kontrol yang dilakukan Komando atas. Apel juga
menjadi sarana pimpinan dalam memberikan pengarahan secara umum
kepada seluruh anggota maupun untuk menyampaikan informasi
bersifat penting tentang keadaan maupun kegiatan yang akan
berlangsung baik dari internal maupun eksternal. Dalam
perkembangannya, kegiatan apel pagi diadopsi berbagai kalangan
mulai dari pemerintah hingga lembaga pendidikan baik kedinasan
maupun non kedinasan.48
Kegiatan apel pagi yang dilakukan di MI Ma’arif NU 02 Tamansari
adalah berawal dari adanya surat edaran dari kementrian agama
kabupaten Purbalingga untuk menyanyikan 5 buah lagu setiap hari
yaitu : Indonesia Raya, Mars MI, Mars Ma’arif , Shalawat, dan
Hubulwathan, dengan tujuan agar anak hafal terhadap 5 buah lagu
tersebut, dengan adanya surat edaran tersebut akhirnya bapak Sarwono
Zuhdi S.Pd.I mencetuskan kegiatan apel pagi yang dilakukan setiap
hari di MI Ma’arif NU 02 Tamansari dengan pertimbangan bahwa di
Madrasah sudah lama ditanamkan karakter disiplin dan cinta tanah air
namun belum ada kegiatan yang dilakukan secara nyata untuk
47 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ..., hlm. 54.48 http://www.djkn.kemenkeu.go.id Diakses 14 juli 2019 pukul 10:51 WIB.
33
menanamkan karakter disiplin dan cinta tanah air, dan sebagai kontrol
bagi bapak Sarwono agar tau setiap harinya tentang kedisiplinan siswa
MI Ma’arif NU 02 Tamansari. Dan agar menambah semangat belajar
siswa dalam KBM.49
49 Sumber: wawancara dengan bapak Sarwono Zuhdi S.Pd.I selaku kepala madrasah padahari Sabtu 7 Septrmber 2019
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain., secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.50
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang paling dasar
yang mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa
manusia. Penelitian deskriptif memiliki beberapa varian, tetapi
penelitian ini menekankan pada studi kasus. Studi kasus yaitu metode
untuk menghimpun dan menganalisis dan berkenan sesuatu kasus.51
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02
Tamansari kecamatan Karangmoncol, kabupaten Purbalingga dengan
alasan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari menerapkan
kegiatan Apel Pagi yang dilakukan setiap hari.
C. Objek Penelitian dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Yang dimaksud dengan subjek dalam penelitian ini adalah
semua hal menjadi sumber data atau informasi yang diperlukan
50 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2017), hlm. 6.
51 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2015) hlm. 77.
35
dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data
sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah yaitu Bapak Sarwono Zuhdi S.Pdi
b. Bapak Ibu Guru MI Ma’arif NU 02 Tamansari
c. Siswa Siswi yang dipilih sesuai dengan jabatannya yaitu ketua
kelas.
2. Objek Penelitian
Yang dimaksud dengan objek dalam penelitian ini adalah
Penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air dalam kegiatan
apel pagi di MI Ma’arif NU 02 Tamansari Kecamatan
Karangmoncol Kabupaten Purbalingga
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan
tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar,
kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, dsb.52
Penulis melakukan observasi dengan cara mengamati
terkait penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air melalui
kegiatan Apel pagi di MI Ma’arif NU 02 Tamansari Kecamatan
Karangmoncol Kabupaten Purbalingga. Observasi dilakukan
penulis ketika mengamati secara langsung kegiatan apel pagi yang
dilakukan setiap hari sebelum proses pembelajaran berlangsung.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi
verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang
52 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode, …, hlm. 220.
36
diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi kegiatan dua orang
atau lebih, dimana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan
peranan mereka masing-masing.53
Dengan demikian, penulis menggunakan metode
wawancara untuk mendapatkan data yang memerlukan
keterangan-keterangan dari informasi yang ada dasarnya untuk
melengkapi data yang diperlukan. Selanjutnya wawancara ini
ditujukan kepada Kepala Sekolah MI Ma’arif NU 02 Tamansari
selaku pencetus kegiatan apel pagi dan selaku pemimpin kegiatan
apel pagi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen
yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus
masalah.54
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi
atau data yang berkaitan dengan gambaran umum MI Ma’arif NU
02 Tamansari Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga,
data siswa, jumlah guru.
E. Teknik Analisis Data
Pada kesempatan kali ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif yang menggunakan analisis data yang dijabarkan di bawah
ini:
Menurut Sugiono analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
53 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta:PT Bumi Aksara,2009), hlm. 179.
54 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode, ..., hlm. 222.
37
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami
oleh diri sendiri atau orang lain.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data
tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang
sehingga selanjutnya dapat disimpilkan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.
Menurut Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification. Adapun subrposes
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkan, bagan, hubungan antar kategori
dan sejenisnya, yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
Dengan mendisplay data, maka memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah difahami.
38
c. Conclusion Drawing/Verivication
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis
atau teori.55
55 Sugiyon, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitaif,dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 253.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02
Tamansari
a. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari
Nama awal Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02
Tamansari merupakan penjelmaan dari Madrasah Diniyah NU
yang disingkat MADINU. Madrasah ini berdiri sejak tahun
1948 dan ketika itu masuk sore, oleh sebagian orang
menyebutnya Sekolah Arab karena pelajaran yang diberikan
pada siswa adalah pelajaran Agama.
Setelah berjalan lancar, pada tahun 1967 pemerintah
mengangkat guru negri cukup banyak sehingga pengurus
MADINU mengajukan permohonan kepada KaKandepag
Kabupaten Purbalingga supaya diberikan tenaga guru negri.
Kemudian oleh Depag diberi 2 tenaga guru negri yaitu putra
dan putri. Memasuki tahun 1968 MADINU saat itu baru
memiliki 3 ruang belajar, sedangkan tenaga guru waktu itu
sudah cukup, maka seorang guru putri dialih tugaskan untuk
mendirikan TK NU atau RA.56
Maksud dan tujuan TK NU/RA adalah untuk modal
siswa ke MADINU tetapi pada tahun 1971 tamatan dari TK
NU/RA banyak yang masuk ke Sekolah Dasar (SD), sehingga
pengurus merasa dirugikan. Maka memasuki tahun 1972
tenaga guru negri yang berada di MADINU dialih fungsikan
untuk mendirikan Madrasah Ibtidaiyah NU (MINU). Tetapi
saat itu organisasi NU dalam kondisi sangat lemah, sehingga
56 Sumber: wawancara dengan bapak sarwono Zuhdi S.Pd.I selaku Kepala Madrasah MI Ma’arifNU 02 Tamansari pada hari Sabtu 7 September 2019.
40
nama Madrasah bermacam-macam seperti MI GUPPI, MI
YAPPI, MI Diponogoro dan MI Al-Huda.
Untuk ranting dusun Bantarwaru / Tamansari 2
mengambil nama Madrasah Ibtidaiyah Al Huda (MIA) yang
sering dikenal MIA Tamansari 2. Di tahun 1972 MIA
Tamansari 2 mendapatkan siswa. Untuk kelas 1 menampung
dari tamatan RA dan menerima droup out dari SD, namun
siswa-siswi yang sekolah di MIA Tamansari 2 dapat
menyelesaikan sampai tamat tidak ada yang keluar maka sejak
berdiri tahun 1972 dan tahun 1976 sudah dapat meluluskan
siswa-siswinya.
Setelah ada Khithoh NU, dari wilayah maupun dari
cabang bahwa semua sekolah yang bernaung dibawah yayasan
Nahdatul Ulama (NU) harus disamakan namanya menjadi
Ma’arif NU. Maka secara resmi berdasarkan piagam pendirian
Madrasah Nomor: 1276/PW.11/LPM/III/2006 ditetapkan
bahwa tanggal 01 Januari 1972 sebagai tahun berdirinya MI
Ma’arif NU 02 Tamansari dengan nomor induk Madrasah A.
11.35.01.0284.
Tanah awal berdirinya MI Ma’arif NU 02 Tamansari
adalah tanah wakaf yang diberikan oleh bapak Ahmad Sidehi
yang cukup untuk tiga ruang belajar waktu awal didirikan
yang masing-masing ruangan berukuran 6×7 M.57
b. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02
Tamansari
1) Visi Madrasah ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari
Mencetak lulusan Madrasah yang Islami, Bermutu dan
Populis.
57 Sumber: Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari.
41
2) Misi Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari
a) Melakukan pembelajaran, bimbingan, pengayaan dan
pembinaan secara efektif di lingkungan madrasah.
b) Memotifasi peserta didik, guru untuk menggali potensi
diri dalam KBM yang bernuansa Islami dalam wadah
ASWAJA.
c) Melaksanakan KBM yang efektif agar mempunyai
daya saing, dan berakhlak.
c. Letak Geografis Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02
Tamansari
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari terletak di
Desa Tamansari Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten
Purbalingga. Batas-batas desa Tamansari, yaitu :58
a. Sebelah utara : Desa Makam
b. Sebelah timur : Desa Tajug
c. Sebelah selatan :Desa Kertanegara
d. Sebelah barat : Desa Tunjungmuli
Sebagian besar penduduk desa Tamansari bermata
pencaharian sebagai pedagang dan petani. Keadaan ekonomi
masyarakat desa tergolong sedang, akan tetapi kesadaran untuk
menyekolahkan anak cukup tinggi.
d. Keadaan Guru dan Karayawan
Jumlah guru dan kariyawan di Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif Nu 02 Tamansari pada tahun 2019/2020 sebanyak 4
guru PNS, 6 guru Wiyata bakti dan 2 Kariyawan yaitu:
Sarwono Zuhdi S.Pd.I dengan NIP 198010202007011012
dengan status PNS, Slamet Tohirin S.Pd.I., M.Pd.I dengan
NIP 19680517199660310003 dengan status PNS, Widati
S.Pd.I dengan NIP 197301182007012016 dengan status PNS,
58 Sumber : Observasi Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari hari Sabtu 7September 2019.
42
Sulis Fatimah S.Pd.I dengan NIP 197512092007012020
dengan setatus PNS, Rofiatun Akhiroh S.Pd.I, Irwandi S.Pd.I,
Ade Trihastowo S.Pd, Amin Sulaiman S.Pd.I, Ika Partiningsih
S.Pd.I, Suryati S.Pd.I dengan status Guru Wiyata Bakti,
Apriyanti Kusumasari Amd, Rohman Amd dengan status
Kariyawan.
Sedangkan yang telah mendapatkan sertifikasi guru
sejumlah 2 guru agama, 1 guru mapel dan 7 guru kelas yaitu:
sarwono Zuhdi S.Pd.I sertifikasi Aqidah Akhlak, Slamet
Tohirin S.Pd.I., M.Pd.I Widati S.Pd.I, Sulis Fatimah S.Pd.I,
Amin Sulaiman S.Pd.I, Rofiatun Akhiroh S.Pd.I, Ika
Partiningsih S.Pd.I sertifikasi Guru Kelas, Irwandi S.Pd.I
sertifikasi Matematika, Suryati S.Pd.I Bahasa Arab.
e. Keadaan Siswa
Jumlah siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari
tahun 2019/2020 sebanyak 131 yaitu:59
Tabel 3. Jumlah Siswa
No Kelas Jumlah Rombel L P Jumlah
1. I I 18 10 28
2. II I 9 10 19
3. III I 9 13 22
4. IV I 11 12 23
5. V I 9 13 22
6. VI I 10 7 17
Jumlah 6 66 65 131
59 Sumber: dokumentasi profil Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Nu 02 Tamansari tahun2019/2020, pada hari Sabtu 7 September 2019.
43
2. Penanaman Nilai Karakter Disiplin dan Cinta Tanah Air di
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan
pada hari sabtu, 7 September 2019 Madrasah telah menerapkan
karakter disiplin dan cinta tanah air sejak awal Madrasah berdiri
namun untuk beberapa wujud nilai karakter disiplin dan cinta
tanah air sendiri mulai lebih diperhatikan dan di tanamkan lagi
sejak tahun 2017. Penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air
di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari bertujuan untuk
menanamkan karakter lebih cinta tanah air, lebih cinta Madrasah,
lebih cinta organisasi, menumbuhkan rasa semangat belajar yang
tinggi dan agar mendisiplinkan siswa dalam pelajaran. Untuk
mencapai tujuan penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air
tersebut maka diuraikan sebagai berikut:
1. Karakter Disiplin
Tujuan penanaman karakter disiplin di Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari adalah untuk membentuk
jiwa suatu anak agar lebih menghargai waktu, apabila anak
lebih menghargai waktu maka akan membentuk sikap yang
lebih baik dalam kesehariannya baik dalam prestasi belajar
disekolah maupun dalam beribadah.60
Adapun disiplin yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif Nu 02 Tamansari yaitu:
a. Disiplin berangkat, dimana penerapan disiplin berangkat di
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari adalah
adanya kegiatan Apel Pagi dan pembacaan Asmaul husna,
kegiatana apel pagi yang dilakukan pada pukul 06.45
sampai 07.00, dan pembacaan Asmaul husna pukul 07.00
60 Sumber: wawancara dengan bapak Amin Sulaiman selaku guru kelas VI MadrasahIbtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari pada hari kamis 12 September 2019.
44
sampai 07.30, dan bagi siswa yang terlambat akan
mendapatkan teguran dari wali kelas masing-masing.
b. Disiplin Sholat 5 waktu, penerapan disiplin sholat 5 waktu
dimana guru memantau sholat 5 waktu anak baik yang
dilakukan di sekolah maupun dirumah dengan
diadakannya buku harian yang berisi sholat 5 waktu,
mengaji, belajar, dan membantu orang tua itu diberikan
untuk semua kelas dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, dan
bagi siswa yang tidak sholat 5 waktu akan diberikan
nasehat oleh wali kelas masing-masing dan wali kelas
tidak menandatangani buku harian tersebut61
2. Karakter Cinta Tanah Air
Tujuan penanaman karakter cinta tanah air adalah
agar anak mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi dan tau
bagaimana cara menjaga keutuhan NKRI.62
Berikut beberapa contoh penanaman karakter cinta
tanah air yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02
Tamansari:
a. Cinta Tanah Air, penerapan rasa cinta tanah air yang
dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02
Tamansari ditanamkan tidak hanya di tanamkan melalui
kegiatan apel pagi saja namun dalam KBM seperti dalam
pelajaran Pkn, Sejarah, Aqidah akhlak, dan Bahasa
Indonesia, dan setiap pelajaran ada semacam tambahan
seperti setiap guru dalam setiap pembelajaran pasti
memberikan nasehat tentang perjuangan pahlawan
sehingga mereka bisa hidup dengan aman bebas tanpa
adanya tekanan dari pemerintah, bahkan perbuatan yang
61 Sumber: wawancara dengan bapak Sarwono Zuhdi selaku Kepala Madrasah diMadrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari pada hari sabtu 7 September 2019.
62 Sumber: wawancara dengan ibu Rofiatun Akhiroh selaku guru kelas III MadrasahIbtidaiyah NU 02 Tamansari pada hari kamis 12 September 2019.
45
dilakukan sehari-hari, seperti: buang sampah pada
tempatnya, mengikuti perayaan 17 Agustus, mengikuti
upacara hari besar yang selalu diperingati yang
menunjukan rasa cinta tanah air juga di lakukan di MI
Ma’arif NU 02 Tamansari.
b. Cinta Madrasah, penerapan rasa cinta Madrasah dilakukan
di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari semua
warga Madrasah ditanamkan rasa cinta Madrasah karena
dianggap kalau bukan warga Madrasah yang mencintai
siapa lagi, rasa cinta Madrasah ditanamkan melalui
kegiatan membuang sampah pada tempatnya seluruh
warga Madrasah baik guru maupun siswa diwajibkan
membuang sampah pada tempatnya, apabila pada salah
satu siswa membuang sampah tidak pada tempatnya dan
ada guru yang melihat akan ditegur dan disuruh untuk
diambil untuk dibuang pada tempat sampah, menjaga
lingkungan Madrasah, dan pernah ada kegiatan dimana
seluruh siswa untuk mengumpulkan sampah plastik
sebanyak-banyaknya, untuk dibawa kesekolah lalu
bersama-sama dengan guru membakarnya untuk
mengurangi populasi sampah plastik di lingkungan baik
dilingkungan Madrasah ataupun dilingkungan rumah.
c. Cinta organisasi, penerapan cinta organisasi di Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari karena sebagaian
besar warga masyarakat adalah Nahdatul Ulama, sehingga
di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari
mengamalkan kegiatan yang diajarkan oleh NU seperti
kegiatan Jum’at Himtak yang dilakuakan sebulan sekali
pada hari Jum’at jam 07.30 sampai 09.00 kegiatan yang
dilakukan adalah tahlil bersama mendo’akan para leluhur
pejuang Madrasah yang dipimpin oleh bapak sarwono
46
Zuhdi S.Pd.I, dilanjutkan ceramah bapak/ibu guru ceramah
dilakukan oleh bapak/ibu guru Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif NU 02 Tamansari secara bergantian, kemudian
sholat dhuha berjama’ah semua kegiatan tersebut
dilakukan di Masjid Nurul Yaqin desa Bantarwaru, dan
sesekali waktu dilakukan ziarah ke makam para leluhur
pejuang Madrasah semua warga Madrasah berziarah ke
makam secara bersama-sama disana dilakukan tahlil dan
do’a bersama yang dipimpin oleh bapak guru Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari secara bergantian.63
3. Kendala yang dihadapi dalam penanaman karakter
disiplin dan cinta tanah air
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda disini
kendala yang dialami adalah terletak pada kelas bawah kelas 1-
2 dimana diperlukannya kesabaran tingkat tinggi, pada masa
anak berusia 7-8 tahun anak belum mengerti apa fungsi dan
tujuan dilakukannya suatu kegiatan yang harus mereka
lakukan, sehingga harus diarahkan setiap tindakan yang
mereka lakukan agar terciptanya karakter yang baik, pengaruh
orang tua yang kurang memahami keadaan anak, dimana
kendala anak yang berangkat kurang tepat waktu dan
pengumpulan tugas pekerjaan rumah yang tidak sesuai dengan
waktu yang ditentukan dikarenakan faktor orang tua yang
mempunya latar belakang yang berbeda-beda.64
4. Kegiatan apel pagi
Apel pagi, adalah kegiatan yang dilakukan di Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai pukul 06.45 sampai 07.00 kegiatan
63 Sumber: wawancara dengan bapak Sarwono Zuhdi selaku kepala Madrasah pada hari sabtu 7September 2019.64 Sumber: wawancara dengan ibu Ika Partiningsih selaku guru kelas I Madrasah Ibtidaiyah NU 02Tamansari pada hari kamis 12 September 2019
47
tersebut lebih singkat tidak ada pengibaran bendera merah
putih, hanya menyayikan 5 buah lagu yaitu: Indonesia raya,
Shalawat, Mars MI, Mars Ma’arif, dan Habbul wathan dan
salah satu menjadi Drijen,dalam kegiatan apel pagi yang
dilakukan setiap hari selalu diberikan nasehat dalam kegiatan
amanat isi dari amanat tersebut adalah siswa diberi pengertian
tentang apa yang dimaksud dengan disiplin dan cinta tanah air,
serta diberi pengertian seberapa pentingnya mempunyai
karakter disiplin dan cinta tanah air, apa akibat yang terjadi
jika tidak memiliki karakter disiplin dan cinta tanah air, serta
diberi pengertian atas pentingnya menjaga NKRI dan
menghormati dan menjaga apa yang telah diperjuangkan oleh
para pahlawan, dan memberi semangat agar siswa selalu
bersamangat dalam belajar. kegiatan tersebut dilakukan setiap
hari disambut antusias oleh semua siswa, guru bahkan wali
murid sangat mendukung dengan adanaya kegiatan tersebut.
Banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan adanya
kegiatan apel pagi dimana masalah kehadiran siswa teratasi,
siswa sebelum diadakannya kegiatan apel pagi banyak yang
terlambat namun setelah adanya apel pagi mereka jadi datang
tepat waktu, menimbulkan rasa semangat yang tinggi dalam
kegiatan KBM, adanya dorongan untuk berangkat lebih awal
bagi para guru, dan rasa antusias dari wali murid dengan
adanya kegiatan apel pagi,
Dimana kegiatan apel pagi disambut gembira dan senang
oleh semua warga Madrasah Ibtidaiyan Ma’arif NU 02
Tamansari bahkan wali murid mendukung dan tidak ada yang
merasa terbebani dengan adanya kegiatan apel pagi yang
mengharuskan siswa dan guru berangkat lebih awal dari
biasanya.
48
5. Metode penanaman
Dari berbagai penanaman karakter disiplin dan cinta tanah
air yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02
Tamansari, terdapat bebrapa metode yang digunakan dalam
penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air di Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari berjalan dengan lancar yaitu:
a. Pembiasaan
Salah satu metode yang diterapkan dalam penanaman
karakter disiplin dan cinta tanah air di Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif NU 02 Tamansari yaitu dengan metode pembiasaan,
karena pembiasaan dianggap metode yang sangat penting
dalam membiasakan karakter disiplin dan cinta tanah air.
Penerapan membiasakan kegiatan disiplin dan cinta tanah air,
dimana kegiatan yang dilakukan mungkin pada awalnya
menimbulkan keterpaksaan namun lama-kelamaan akan
menjadi terbiasa, dan apabila sudah difase terbiasa siswa akan
melakukan kegiatan tersebut tanpa adanya perintah atau
paksaan dari orang lain. Pembiasaan disini adalah siswa
diharuskan masuk lebih pagi yang awalnya bel berbunyi pukul
07.00 dan sekarang bel berbunyi pukul 06.45 untuk
melakukan kegiatan apel pagi, kegiatan lain yang dilakukan
adalah seprti Jum’at himtak, mengisi buku kegiataan sehari-
hari yang harus diberi tanda tangan oleh orang tua dan wali
kelas dan lain sebagainya. Metode pembiasaan ini diharapkan
agar siswa lebih disiplin dalam hal keberangkatan, mematuhi
tata tertib yang ada disekolah dan rasa cinta tanah air,
madrasah serta organisasi yang ada di lingkungannya,
b. Keteladanan
Dimana guru harus menunjukan sikap yang disiplin
dan rasa cinta tanah air di depan siswa, dimana guru harus
menjadi contoh yang baik bagi siswanya, pada masa anak
49
Madrasah Ibtidaiyah adalah fase dimana anak cenderung
meniru orang yang dianggap menjadi panutan disekelilingnya,
pada masa itu gurulah yang dianggap menjadi panutan, karena
biasanya anak cenderung lebih patuh pada guru dari pada
orang tuanya sendiri, sehingga guru harus mampu menjadi
panutan bagi siswa agar siswa tidak salah dalam melangkah.
Keteladanan yang dilakukan oleh guru Madrasah
Ibtidaitah Ma’arif NU 02 Tamansari diantaranya dengan
memberikan contoh kepada siswanya seperti, berangkat tepat
waktu, mengenakan seragam dan sepatu sesuai dengan aturan
Madrasah, mengikuti kegiatan apel pagi, menjaga lingkungan
Madrasah, dan lain sebagainya,
c. Nasehat
Setiap hari di Madrasah Ibtidaiyan Ma’arif NU 02
Tamansari guru selalu memberikan nasehat kepada siswanya
baik yang dalam jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran,
nasehat yang diberikan disini berupa kata-kata yang
disampaikan kepada siswa baik yang berhubungan dengan
kedisiplinan atau kegiatan yang berhubungan dengan proses
belajar mengajar dan hasil belajar. Nasehat ini agar siswa
mematuhi tata tertib di Madrasah, mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik dan benar, serta berprilaku sopan
santun baik di Madrasah maupun di luar Madrasah dan lain
sebagainya. Pemberian nasehat kepada seseorang dianggap
apabila seseorang sering diberikan nasehat akan mengubah
dalam pola berfikir mereka jadi metode nasehat dianggap
efektif dalam pembentukan kepribadian siswa.65
65 Sumber: wawancara dengan bapak Amin Sulaiman selaku guru kelas VI MadrasahIbtidaiyah NU 02 Tamansari pada hari kamis 12 September 2019.
50
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Penanaman Nilai Karakter Disiplin dan Cinta Tanah Air
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di
Madrasah Ibtidaiyan Ma’arif NU 02 Tamansari Kecamatan
Karangmoncol Kabupaten purbalingga melalui metode observasi,
wawancara dan dokumentasi, penulis akan membahas hasil
penelitian yang penulis peroleh dengan memaparkan,
menggambarkan, dan mendeskripsikan lebih lanjut tentang hasil
penelitian. Penelitian ini akan menjawab dari pertanyaan yang ada
dalam rumusan masalah dalam penelitian yaitu bagaimana
penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air dalam kegiatan
apel pagi di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari
Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga.
Madrasah merupakan media sosialisasi kedua setelah
keluarga, Madrasah memiliki peran yang sangat besar dalam
pembentukan kepribadian anak, penanaman karakter disiplin dan
cinta tanah air perlu diterapkan dalam Madrasah sebab bertujuan
untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleransi, bergotongroyong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan, dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.
Dari hasil penelitian yang penulis peroleh melalui
kegiatan wawancara dengan Bapak Amin Sulaiman selaku wali
kelas VI penanaman karakter disiplin di Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif NU 02 Tamansari bertujuan untuk membentuk jiwa suatu
anak agar lebih menghargai waktu, apabila anak lebih menghargai
waktu maka akan membentuk sikap yang lebih baik dalam
kesehariannya baik dalam prestasi belajar disekolah maupun
dalam beribadah, Sedangkan tujuan karakter cinta tanah air itu
51
sendiri adalah agar anak mempunyai rasa nasionalisme yang
tinggi dan tau bagaimana cara menjaga keutuhan NKRI.
Seperti yang di jelaskan oleh Bapak Amin Sulaiman
mengenai tujuan penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air
ini sesuai dengan teori Maman Rachman tujuan disiplin sekolah
adalah pertama, memberi dukungan bagi terciptanya prilaku yang
tidak menyimpang. Kedua, mendorong siswa melakukan yang
baik dan benar. Ketiga, membantu siswa memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntunan lingkungannya dan menjauhi
melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah. Keempat, siswa
belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan
bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Serta sesuai dengan teori yang tercantum dalam buku
karya Zubaidi yang berjudul Strategi Taktis Pendidikan karakter,
dimana tujuan pendidikan karakter cinta tanah air adalah
diharapkan mampu mengembalikan rasa nasionalisme pada diri
peserta didik. Jika semangat nasionalisme pada anak-anak dan
remaja menipis menandai masa depan NKRI dalam ambang
bahaya. Nilai semangat nasionalisme harus dilestarikan dan
diwariskan kepada generasi penerus bangsa agar mampu
mempertahankan dan mengisinya.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh dari
hasil wawancara dengan Dias selaku ketua kelas VI bahwa dia
sudah hafal lima buah lagu yang dinyayikan pada saat apel pagi
dalam waktu 1 minggu, dengan adanya kegiatan apel pagi dias
lebih semangat dan sekarang mengurangi keterlambatannya dalam
berangkat sekolah dan menambah rasa cinta tanah air apabila ada
kegiatan seperti perayaan hari kemerdekaan Indonesia Dias lebih
antusias, ternyata kegiatan disiplin dan cinta tanah air tidak hanya
dilakukan di sekolah saja dalam rumah Dias melakukan disiplin
52
seperti selalu belajar, sholat tepat waktu, membantu orang tua, dan
selalu membuang sampah pada tempatnya.
Dari hasil wawancara dengan Dias selaku ketua kelas VI
penulis menarik kesimpulan bahwa dalam penanaman karakter
disiplin dan cinta tanah air yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif NU 02 Tamansari ternyata mampu mengubah peserta
didik untuk menjadi manusia yang lebih baik dan menumbuhkan
semangat dalam pelaksanaan pembelajaran, serta merubah prilaku
disiplin dan rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia yang tidak
hanya diterapkan di sekolah namun juga di rumah.
Hal ini sesuai dengan pembahasa dalam buku karangan
Zubaidi yang berjudul Strategi Taktis Pendidikan Karakter dimana
di jelaskan tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan
pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan
menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam prilaku
sehari-hari.
Adapun hasil dari penelitian yang penulis peroleh
mengenai beberapa contoh penanaman karakter disiplin dan cinta
tanah air dalam penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air di
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari yaitu:
1. Karakter Disiplin
a. Disiplin berangkat, dari hasil wawancara dengan Bapak
Sarwono Zuhdi bahwa penerapan disiplin berangkat di
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari adalah
adanya kegiatan Apel Pagi dan pembacaan Asmaul husna,
53
kegiatana apel pagi yang dilakukan pada pukul 06.45
sampai 07.00, dan pembacaan Asmaul husna pukul 07.00
sampai 07.30, akan mendapatkan teguran dari wali kelas
masing-masing.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dari Lickona salah
satu dari komponen pendidikan karakter adalah moral
action, dimana moral action bisa terbentuk dengan
dilakukan terus menerus melalui pembiasaan setiap hari
dan pembahasan yang tercantum dalam buku karya
Mulyasa yang berjudul Manajemen Pendidikan Karakter
dimana dalam buku tersebut di jelaskan salah satu faktor
yang meruntuhkan karakter anak adalah adanya kebiasaan
jam karet, jam karet adalah istilah yang lazim digunakan
untuk menggambarkan betapa masyarakat kita terbiasa
untuk molor dari jadwal. Rasanya jam karet tidak hanya
menjadi kebiasaan, tetapi telah menjelma menjadi budaya
yang mendarah daging.
b. Disiplin Sholat 5 waktu, penerapan disiplin sholat 5 waktu
dimana guru memantau sholat 5 waktu anak baik yang
dilakukan di sekolah maupun dirumah dengan
diadakannya buku harian yang berisi sholat 5 waktu,
mengaji, belajar, dan membantu orang tua itu diberikan
untuk semua kelas dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, dan
bagi siswa yang tidak sholat 5 waktu akan diberikan
nasehat oleh wali kelas masing-masing dan wali kelas
tidak menandatangani buku harian tersebut. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori Lickona pendidikan
karakter ditanamkan melalui tiga komponen salah satunya
yaitu moral action yang bisa tercipta dengan pembiasaan
setiap hari, dan pembahasan yang terdapat dalam buku
karya Ngainun Naim dalam bukunya yang berjudul
54
Character Building dimana dalam buku tersebut dijelaskan
pengertian disiplin adalah kepatuhan untuk menghormti
dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang
untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan
yang berlaku. Dengan kata lain disiplin adalah sikap
menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan
tanpa pamrih. Di samping mengandung arti taat dan patuh
pada peraturan, disiplin juga mengandung arti kepatuhan
kepada perintah pimpinan, perhatian dan kontrol yang kuat
terhadap penggunaan waktu, tanggung jawab, atas tugas
yang diamanahkan serta kesungguhan terhadap bidang
yang ditekuni.
2. Karakter Cinta Tanah Air
a. Cinta Tanah Air, penerapan rasa cinta tanah air yang
dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02
Tamansari ditanamkan tidak hanya ditanamkan melaluli
kegiatan apel pagi dan upacara bendera saja namun dalam
KBM seperti dalam pelajaran Pkn, Sejarah, Aqidah akhlak
dan Bahasa Indonesia, dan setiap pelajaran ada semacam
tambahan seperti setiap guru dalam setiap pembelajaran
pasti memberikan nasehat tentang perjuangan pahlawan
sehingga mereka bisa hidup dengan aman bebas tanpa
adanya tekanan dari pemerintah, bahkan perbuatan yang
dilakukan sehari-hari, seperti: buang sampah pada
tempatnya, mengikuti perayaan 17 Agustus, mengikuti
upacara hari besar yang selalu diperingati yang
menunjukan rasa cinta tanah air juga di lakukan di MI
Ma’arif NU 02 Tamansari. Hasil penelitian ini sesuai
dengan Lickona dimana pendidikan karakter melalui tiga
komponen salah satunya adalah moral knowing dimana
penanaman aspek moral knowing dilakukan dalam
55
kegiatan pembelajran di dalam kelas, dan pembahasan
yang ada di buku karya Zubaedi yang berjudul Strategi
Taktis Pendidikan Karakter, Rasa cinta tanah air perlu
ditanamkan kepada anak sedini mungkin agar ia menjadi
manusia yang menghargai bangsa dan negaranya. Upacara
bendera dengan sikap hormat kepada bendera merah putih,
menyayikan lagu Indonesia Raya, dan mengucapkan
pancasila dengan penuh semangat dipercaya akan
menumbuhkan rasa nasionalisme pada anak.
b. Cinta Madrasah, penerapan rasa cinta Madrasah dilakukan
di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari semua
warga Madrasah ditanamkan rasa cinta Madrasah karena
dianggap kalau bukan warga Madrasah yang mencintai
siapa lagi, rasa cinta Madrasah ditanamkan melalui
kegiatan membuang sampah pada tempatnya seluruh
warga Madrasah baik guru maupun siswa diwajibkan
membuang sampah pada tempatnya, apabila pada salah
satu siswa membuang sampah tidak pada tempatnya dan
ada guru yang melihat akan ditegur dan disuruh untuk
diambil untuk dibuang pada tempat sampah, dan pernah
ada kegiatan dimana seluruh siswa untuk mengumpulkan
sampah plastik sebanyak-banyaknya, untuk dibawa
kesekolah lalu bersama-sama dengan guru membakarnya
untuk mengurangi populasi sampah plastik di lingkungan
baik di lingkungan Madrasah ataupun di lingkungan
rumah. Hasil penelitian ini sesuia dengan teori Lickona
dimana dalam pembentukan pendidikan karakter ada tiga
komponen salah satunya adalah aspek moral feeling yang
bisa dilakukan di dalam kelas ataupun di luar kelas, dan
buku karya Imas Kurniasih dan Berlin Sani yang berjudul
pendidikan karakter dalam buku tersebut dijelaskan
56
pengertian cinta tanh air adalah cara berfikir bersikap dan
berbuat yang menunjukan kesetian, kepedulian, yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan, fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
c. Cinta organisasi, penerapan cinta organisasi di Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif Nu 02 Tamansari karena sebagaian
besar warga masyarakat adalah Nahdatul Ulama, sehingga
di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari
mengamalkan kegiatan yang diajarkan oleh NU seperti
kegiatan Jum’at Himtak yang dilakuakan sebulan sekali
pada hari Jum’at jam 07.30 sampai 09.00 kegiatan yang
dilakukan adalah tahlil bersama mendo’akan para leluhur
pejuang Madrasah yang dipimpin oleh bapak sarwono
Zuhdi S.Pd.I, dilanjutkan ceramah bapak/ibu guru ceramah
dilakukan oleh bapak/ibu guru Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif NU 02 Tamansari secara bergantian, kemudian
sholat dhuha berjama’ah semua kegiatan tersebut
dilakukan di Masjid Nurul Yaqin desa Bantarwaru, dan
sesekali waktu dilakukan ziarah ke makam para leluhur
pejuang Madrasah semua warga Madrasah berziarah ke
makam secara bersama-sama disana dilakukan tahlil dan
do’a bersama yang dipimpin oleh bapak guru Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari secara bergantian.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lickona dimana
dalam penanaman pendidikan karakter ada tiga komponen
salah satunya adalah aspek moral action yang ditanamkan
melalui pembiasaan setiap hari, dan pembahasan dalam
buku karya Zubaedi yang berjudul Strategi Taktis
Pendidikan Karakter dalam bukunya di jelaskan guru
mengenalkan anak pada tokoh-tokoh pahlawan Indonesia.
Dengan demikian, anak belajar untuk memiliki tokoh yang
57
dapat menjadi model positif bagi anak. Anak dikenalkan
pada asal usulnya sebagai cara belajar mengenal identitas
diri.
3. Kendala yang dihadapi dalam penanaman karakter
disiplin dan cinta tanah air
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda
disini kendala yang dialami adalah terletak pada kelas bawah
kelas 1-2 dimana diperlukanya kesabaran tingkat tinggi, pada
masa anak berusia 7-8 tahun anak belum mengerti apa fungsi
dan tujuan dilakukannya suatu kegiatan yang harus mereka
lakukan, sehingga harus diarahkan setiap tindakan yang
mereka lakukan agar terciptanya karakter yang baik. pengaruh
orang tua yang kurang memahami keadaan anak, dimana
kendala anak yang berangkat kurang tepat waktu dan
pengumpulan tugas pekerjaan rumah yang tidak sesuai dengan
waktu yang ditentukan dikarenakan faktor orang tua yang
mempunya latar belakang yang berbeda-beda. Hal ini sesuai
dengan teori Suradi terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi disiplin belajar sesorang yaitu: (1) Faktor
eksternal berupa faktor non sosial (lingkungan, keluarga,
sekolah, dan masyarakat), serta (2) Faktor intrinsik berupa
faktor psikologi (minat, motivasi, bakat, konsentrasi, dan
kemampuan kognitif) dan faktor fisiologi (pendengaran,
penglihatan, kesegaran jasmani, kekurangan gizi, dan sakit
yang diderita).
4. Kegiatan apel pagi
Apel pagi, adalah kegiatan yang dilakukan di
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai pukul 06.45 sampai 07.00
kegiatan tersebut lebih singkat tidak ada pengibaran bendera
merah putih, hanya menyayikan 5 buah lagu yaitu: Indonesia
58
raya, Shalawat, Mars MI, Mars Ma’arif, dan Habbul wathan
dan salah satu menjadi Drijen, ,dalam kegiatan apel pagi yang
dilakukan setiap hari selalu diberikan nasehat dalam kegiatan
amanat isi dari amanat tersebut adalah siswa diberi pengertian
tentang apa yang dimaksud dengan disiplin dan cinta tanah air,
serta diberi pengertian seberapa pentingnya mempunyai
karakter disiplin dan cinta tanah air, apa akibat yang terjadi
jika tidak memiliki karakter disiplin dan cinta tanah air, serta
diberi pengertian atas pentingnya menjaga NKRI dan
menghormati dan menjaga apa yang telah diperjuangkan oleh
para pahlawan, dan memberi semangat agar siswa selalu
bersamangat dalam belajar. kegiatan tersebut dilakukan setiap
hari disambut antusias oleh semua siswa, guru bahkan wali
murid sangat mendukung dengan adanaya kegiatan tersebut.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pembahasan dalam buku
karya Dessy Anwar dalam karyanya yang berjudul Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia dimana dalam buku tersebut
pengertian Apel adalah wajib hadir dalam suatu upacara resmi
(kemiliteran) untuk diketahui hadir tidaknya untuk
mendengarkan amanat upacara. Sedangkan pagi adalah waktu
mulai matahari terbit sampai kira-kira pukul sembilan atau
sepuluh.
Banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan
adanya kegiatan apel pagi dimana masalah kehadiran siswa
teratasi, siswa sebelum diadakannya kegiatan apel pagi banyak
yang terlambat namun setelah adanya apel pagi mereka jadi
datang tepat waktu, menimbulkan rasa semangat yang tinggi
dalam kegiatan KBM, adanya dorongan untuk berangkat lebih
awal bagi para guru, dan rasa antusisa dari wali murid dengan
adanya kegiatan apel pagi,
59
Dimana kegiatan apel pagi disambut gembira dan
senang oleh semua warga Madrasah Ibtidaiyan Ma’arif NU 02
Tamansari bahkan wali murid mendukung dan tidak ada yang
merasa terbebani dengan adanya kegiatan apel pagi yang
mengharuskan siswa dan guru berangkat lebih awal dari
biasanya.
5. Metode penanaman
a. Pembiasaan
Salah satu metode yang diterapkan dalam penanaman
karakter disiplin dan cinta tanah air di Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif NU 02 Tamansari yaitu dengan metode pembiasaan,
karena pembiasaan dianggap metode yang sangat penting
dalam membiasakan karakter disiplin dan cinta tanah air.
Penerapan membiasakan kegiatan disiplin dan cinta tanah air,
dimana kegiatan yang dilakukan mungkin pada awalnya
menimbulkan keterpaksaan namun lama-kelamaan akan
menjadi terbiasa, daan apabila sudah difase terbiasa siswa
akan melakukan kegiatan tersebut tanpa adanya perintah atau
paksaan dari orang lain. Pembiasaan disini adalah siswa
diharuskan masuk lebih pagi yang awalnya bel berbunyi pukul
07.00 dan sekarang bel berbunyi pukul 06.45 untuk
melakukan kegiatan apel pagi dalam kegiatan apel pagi berisi
menyanyikan 5 buah lagu yaitu Indonesia raya, Mars MI,
Mars Ma’arif, Hubulwathon, Shalawat, kegiatan lain yang
dilakukan adalah seperti Jum’at himtak, mengisi buku
kegiataan sehari-hari yang harus diberi tanda tangan oleh
orang tua dan wali kelas dan lain sebagainya. Metode
pembiasaan ini diharapkan agar siswa lebih disiplin dalam hal
keberangkantan, mematuhi tata tertib yang ada disekolah dan
rasa cinta tanah air, madrasah serta organisasi yang ada di
lingkungannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Armai
60
Arif metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dilakukan
untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan
bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Dan dalam
buku buku Metodologi pengajaran Agama dikatakan bahwa
metode pembiasaan adalah cara yang dilakukan untuk
pembentukan akhlak dan rohani yang memerlukan latihan
yang kontinu setiap hari.
b. Keteladanan
Dimana guru harus menunjukan sikap yang disiplin dan
rasa cinta tanah air di depan siswa, dimana guru harus menjadi
contoh yang baik bagi siswanya, pada masa anak Madrasah
Ibtidaiyah adalah fase dimana anak cenderung meniru orang
yang dianggap menjadi panutan disekelilingnya, pada masa itu
gurulah yang dianggap menjadi panutan, karena biasanya anak
cenderung lebih patuh pada guru dari pada oarang tuanya
sendiri, sehingga guru harus mampu menjadi panutan bagi
siswa agar siswa tidak salah dalam melangkah.
Keteladanan yang dilakukan oleh guru Madrasah Ibtidaitah
Ma’arif NU 02 Tamansari diantaranya dengan memberikan
contoh kepada siswanya seperti, berangkat tepat waktu,
mengenakan seragam dan sepatu sesuai dengan aturan
Madrasah, mengikuti kegiatan apel pagi, menjaga lingkungan
Madrasah, dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini sesuai
dengan pembahasan di buku karya Mulyasa yang berjudul
Manajemen Pendidikan Karakter, dalam buku tersebut dibahas
salah satu contoh kegiatan pembiasaan yang tidak terprogram
adalah keteladanan, keteladanan adalah bentuk prilaku sehari-
hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin
membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain,
datang tepat waktu, dalam pelaksanana di sekolah pembiasaan
61
peserta didik untuk berprilaku baik perlu ditunjukan oleh
keteladanan guru dan kepala sekolah.
c. Nasehat
Setiap hari di Madrasah Ibtidaiyan Ma’arif NU 02
Tamansari guru selalu memberikan nasehat kepada siswanya
baik yang dalam jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran,
nasehat yang diberikan disini berupa kata-kata yang
disampaikan kepada siswa baik yang berhubungan dengan
kedisiplinan atau kegiatan yang berhubungan dengan proses
belajar mengajar dan hasil belajar. Nasehat ini agar siswa
mematuhi tata tertib di Madrasah, mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik dan benar, serta berprilaku sopan
santun baik di Madrasah maupun di luar Madrasah dan lain
sebagainya. Pemberian nasehat kepada seseorang dianggap
apabila seseorang sering diberikan nasehat akan mengubah
dalam pola berfikir mereka jadi metode nasehat dianggap
efektif dalam pembentukan kepribadian siswa. Hasil penelitian
ini sesuai dengan teori menurut Agustine Dwiputri, perlunya
disiplin adalah untuk menjegah terjadinya kehancuran. Cara
mendisiplinkan anak adalah dengan menggunakan tindakan
dan ucapan.
Penulis menyimpulkan , bahwa dengan hal ini, guru yang
merupakan sebagai orang tua kedua bagi siswa, mampu
membuat siswa mematuhi semua kegiatan yang telah
diterapkan di Madrasah.
Dalam hai ini, ini metode pembiasaan mampu mengubah
karakter siswa dimana yang pada awalnya siswa merasa
terbebani namun dengan seiringnya waktu akan terbiasa dan
apabila suatu ketika tidak melakukan akn merasa ada yang
kurang, ditambah dengan guru yang tidak pernah lelah untuk
mengingatkan apabila siswa lupa entah dalam bentuk nasehat
62
maupun ceramah, juga guru tidak hanya pandai memberi
nasehat juga melakukan apa yang diajarkan sehingga mampu
menjadi teladan bagi siswanya.
63
BAB V
KESIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan data yang telah peneliti kumpulkan baik dari rumusan
masalah, laporan hasil penelitian, pembahasan maupun analisis data
melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air di Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 Tamansari tidak hanya dilakukan dalam
kegiatan di luar pembelajaran saja namun juga dalam kegiatan
pembelajaran dimana karakter disiplin yang diterapkan meliputi
disiplin berangkat dan disiplin sholat 5 waktu, sedangkan karakter
cinta tanah air meliputi cinta tanah air, cinta Madrasah dan cinta
organisasi, penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air tersebut
sebagian besar terbentuk karena adanya kegiatan apel pagi yang
dilakukan setiap hari, 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Dan
dalam kegiatan apel pagi mampu meningkatkan disiplin dan cinta
tanah air pada siswa yang tidak hanya dilakukan di sekolah saja pada
saat di rumah tetap dilakukan.
2. Dalam penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air menggunakan
beberapa metode yaitu metode pembiasaan, metode nasehat, dan
metode keteladanan. Metode ini diterapkan secara bersamaan agar
saling melengkapi kekurangan satu dengan yang lainnya.
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian tentang penanaman karakter disiplin dan cinta
tanah air di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 02 tamansari agar
penanaman karakter disiplin dan cinta tanah air untuk dapat dipertahankan
dan ditingkatkan lagi. Selain itu penulis juga akan menyampaikan saran-
saran yang diharapkan dapat membantu memberikan masukan kepada
pihak terkait agar lebih baik dimasa mendatang yaitu :
64
1. Bagi Madrasah dan tenaga pendidik diharapkan selalu memberikan
teladan dan contoh yang baik bagi siswa-siswinya baik dalam
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
2. Kepada siswa, agar selalu mematuhi semua aturan dan kegiatan yang
telah diprogramkan oleh madrasah dan selalu memupuk rasa cinta
kepada bangsa Indonesia, serta mengamalkannya baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah.
3. Kepada wali murid agar selalu mendukung semua program yang
diterapkan di Madrasah, serta ikut berpartisipasi mengawasi anak-
anaknya dalam rumah dan selalu mengingatkan apabila melakukan
kesalah.
C. Penutup
Dengan mengucap alhamdulillahirobbil’alamin, penulis
mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat taufiq serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesailkan penyusunan karya
ilmiah ini dengan lancar dan tanpa halangan yang berarti. Besar harapan
penulis, penelitioan ini akan bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik
dan saran yang membangun sehingga dapat menutup kekurangan yang
terdapat di dalam skripsi ini. Akhirnya, kepada semua pihak yang
membantu penyelesaian skripsi ini, penulis ucapkan trimakasih semoga
Allah SWT memberi balasan yang sesuai dengan amal baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Dessy. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Surabaya: KaryaAbditama.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fadillah, Muhamad dan Lilis Mualifatu Khotida. 2013. Pendidikan Karakter AnakUsia Dini,Jogjakarta: Ar- Ruzz Media.
http://www.djkn.kemenkeu.go.id Diakses 14 juli 2019 pukul 10:51 WIB.
J Moleong, Lexy. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Koesoema, Doni. 2011. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di ZamanGlobal, Jakarta: PT Grasindo.
Kurniasi, Imas dan Berlin Sani. 2017. Pendidikan Karakter, yogyakarta : KataPena.
Kurniawan, Syamsul. 2017. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasisecara terpadu di lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi danMasyarakat, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Kusuma,Dharma, Ceoi Triatna, dan Johar Permana. 2013. Pendidikan Karakter,Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maisarah. 2017. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakdisiplinan BelajarAnak Usia 4-5 Tahun di TKIT Ibnu Qoyyim. Jurnal Raudhah. 5(3):4.
Maunah, Binti. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan
Kepribadian Holistik Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter. V(1).
Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta : Bumi Aksara.
Nailul Huda, dkk. 2018. Cinta Tanah Air dalam Bingkai Pendidikan Akhla, Kediri: Santri Salaf Press.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Marzuki. 2017. Pendidikan Karakter Islam, Jakarta : Amzah.
Ningsih, Tutuk. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter, Purwokerto:StainPress.
Rosyid Nur. Dkk. 2013. Pendidikan Karakter, Purwokerto: Obsesi Press.
Samani, Muchlas dan Heriyanto. 2012. Pendidikan Karakter, Bandung.
Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter, Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D,Bandung:Alvabeta, CV
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2015. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.
Zubaedi. 2017. Strategi Taktis Pendidikan Karakter, Depok : PT Raja GrafindoPersada.
Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PTBumi Aksara.