penanaman karakter religius di kalangan remaja
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

PENANAMAN KARAKTER RELIGIUS DI KALANGAN REMAJA
(Studi Kasus pada Remaja Masjid di Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
Kabupaten Batang)
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan
Pancasila dam Kewarganegaraan
Diajukan Oleh:
SUSI RAMA DINI
A220090116
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013



1
PENANAMAN KARAKTER RELIGIUS DI KALANGAN REMAJA
(Studi Kasus pada Remaja Masjid di Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono Kabupaten Batang)
Susi Rama Dini, A220090116, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2013, xv + 89 halaman
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah, 1) untuk mendeskripsikan penanaman karakter religius di kalangan remaja pada remaja masjid di desa Tanjungsari kecamatan Tersono kabupaten Batang, 2) untuk mendeskripsikan kendala yang menghambat penanaman karakter religius di kalangan remaja pada remaja masjid di desa Tanjungsari kecamatan Tersono kabupaten Batang, 3) untuk mendeskripsikan solusi guna meningkatkan penanaman karakter religius di kalanagan remaja pada remaja masjid di desa Tanjungsari kecamatan Tersono kabupaten Batang Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi sistematis, wawancara tertsruktur dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data dengan cara triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi sumber data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis data model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) penanaman karakter religius di kalangan remaja pada remaja masjid dilakukan dengan berbagai macam kegiatan seperti membaca Al-Quran bersama, shalat berjamaah, memperingati hari besar Islam (2) karakter religius di kalangan remaja sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga sekolah maupun masyarakat karakter Islami harus diterpakan.
Kata kunci: Penanaman, Karakter Religius, Remaja Masjid

2
A. PENDAHULUAN
Pergaulan remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama karena pada
masa sekarang pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan
perkembangan modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral keimanan
sesorang khususnya remajanya pada saat ini. Religius adalah sikap dan perilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Papalia dan Olds sebagimana dikutip Jahja (2011:220) menyatakan bahwa
“masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir
pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun”. Remaja merupakan
persiapan hari ini untuk harapan masa datang. Penanaman karakter religius di
kalangan remaja sangatlah penting. Menurut Piaget sebagaimana dikutip Jahja
(2011:231) menyatakan bahwa remaja secara aktif membangun dunia kognitif
mereka di mana informasi yang di dapatkan tidak langsung diterima begitu saja
skema kognitif mereka.
B. LANDASAN TEORI
1. Karakter religius. Menurut Gunawan (2012:3), “karakter adalah keadaan asli
yang ada dalam individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan
orang lain”. Menurut Majid (2011:13), “karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal
yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang”.

3
Berdasrakan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat,
watak yang dimiliki oleh seseorang individu yang membedakan dirinya dengan
orang lain.
a. Menurut Gunawan (2012:19), terdapat dua faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter yaitu faktor intern (insting atau naluri, adat atau kebiasaan,
kehendak atau kemauan, suara batin atau suara hati, keturunan) dan faktor ekstern
(pendidikan, lingkungan).
b. Karakter Religius. Menurut Admin (2011), karakter religius adalah
“Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain”. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan
karakter religius yaitu:
a) Taat beribadah
b) Memiliki sikap toleransi terhadap pemeluk agama lain
c) Rukun dengan pemeluk agama lain
2. Remaja. Menurut Sarwono (2001:2), “remaja sebagai periode transisi antara
masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika
seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah
terangsang perasaannya dan sebagainya”. Menurut DeBrun sebagaimana dikutip
Jahja (2011:220) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara
masa kanak-kanak dan dewasa.

4
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan remaja adalah masa anak-
anak menuju ke masa dewasa berusia belasan tahun, menunjukkan tingkah laku
tertentu seperti susah diatur.
Kalangan remaja adalah Sekelompok anak di mana bergantinya dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa, mempunyai hasrat rasa ingin tahu yang lebih,
mencoba sesuatu yang baru, mudah terpengaruh oleh dunia jaman sekarang.
3. Penanaman karakter religius di kalangan Remaja. Pemberian atau penanaman
nilai-nilai agama kepada para remaja melalui berbagai cara, guna menjadikan
remaja lebih beriman kepada Allah dan menghormati serta menghargai orang tua,
guru dan orang-orang di sekelilingnya.
4. Remaja Masjid. Siswanto (2005:48) menyatakan bahwa “Remaja masjid yaitu
suatu organisasi atau wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan
masjid sebagai pusat aktivitas”. Sedangkan menurut Enang (2010) menyatakan
bahwa “Remaja Masjid adalah merupakan wadah kerja sama yang dilakukan oleh
dua orang remaja muslim atau lebih yang memiliki keterkaitan dengan Masjid
untuk mencapai tujuan bersama”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja masjid adalah
perkumpulan remaja muslim yang melakukan kegiatan islami dan menggunakan
masjid sebagai tempat beraktivitas.
C. METODE PENELITIAN
1. Wawancara. Menurut Moleong (2004:186), wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

5
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Arikunto
(2010:198), wawancara adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(inter-viewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).
Jadi dapat ditarik kesimpulan wawancara yang digunakan oleh peneliti
adalah wawancara terstruktur, karena peneliti membawa sederetan pertanyaan
lengkap dan terperinci pada saat melakukan wawancara. Dalam penelitian ini
metode wawancara digunakan untuk memperkuat dan memperjelas data yang
diperoleh melalui metode observasi.
2. Observasi. Menurut Bungin (2011:118), observasi adalah “metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan”. Menurut Arikunto (2010:200), observasi dapat
dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis
observasi, yaitu:
1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.
2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
3. Dokumentasi. Menurut Arikunto (2010:201), dokumentasi adalah barang-
barang tertulis, dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis (buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian, dan sebagainya) dan benda-benda tidak tertulis (prasasti dan
simbol-simbol). Menurut Sugiyono (2006:240), dokumentasi merupakan “catatan
peristiwa yang sudah berlalu”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis, terekam yang dipakai sebagai bahan

6
bukti terhadap suatu hal. Teknik dokumentasi ini dilakukan untuk mencari dan
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian.
D. HASIL PENELITIAN
Kondisi Geografis Desa Tanjungsari
Luas Wilayah administratif 428,0365 hektar dan terbagi atas 5 (lima) Dusun
meliputi: Dusun Ponoragan, Dusun Tanjungsari, Dusun Mangunsari, Dusun
Plososari, Dusun Karangboyo. Desa Tanjungsari terbagi atas 3 Rukun Warga
(RW) dan 14 Rukun Tetangga (RT). Desa Tanjungsari letak topografis tanahnya
di kaki gunung.
Total jumlah penduduk Desa Tanjungsari pada tahun 2013 adalah 2.236
jiwa, dengan komposisi 1.096 jiwa penduduk laki-laki, dan 1.140 jiwa penduduk
perempuan
1) Kegiatan organisasi remaja masjid di Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
Kabupaten Batang. Musyawarah organisasi remaja masjid di Desa Tanjungsari
Kecamatan Tersono Kabupaten Batang di adakan setiap satu bulan sekali pada
akhir bulan. Dalam musyawarah tersebut membahas beberapa hal terutama
yeng menyangkut karakter religius yaitu membahas tentang problematika
remaja dan kajian islam, pendidikan remaja hubungan sesama jenis
kewiraswastaan melaksanakan shalat berjamaah, pengajian remaja. Kegiatan
lain yang berhubungan dengan sosial juga adanya kelompok tani, mengadakan
hari besar islam misal maulid Nabi.
2) Organisasi remaja masjid adalah organisasi yang didalamanya adalah
sekumpulan para remaja membahas masalah yang sedang terjadi, melakukan

7
kegiatan islami dengan menggunakan masjid sebagai tempat aktivitasnya.
Kegiatan organisasi ini dilaksanakan setiap dua minggu sekali yaitu hari
minggu sore pukul 16.00 WIB.
3) Para remaja di Desa Tanjungsari tujuan mengikuti organisasi remaja masjid
adalah para remaja ingin mencari kesibukan, di ajak oleh remaja atau teman
remaja itu sendiri, mereka juga ingin menambah pengetahuan mereka terhadap
agama, bersosialisasi lebih dengan masyarakat, menambah ilmu pengetahuan
secara umum.
4) Karakter religius pada remaja ini sangat penting karena dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam keluarga sekolah maupun masyarakat karakter islami
harus diterapkan. Karena tanpa adanya karakter religius semua orang akan
berbuat secara tidak terkontrol.
5) usaha untuk meningkatkan karakter religius untuk remaja, dengan berbagai
kegiatan-kegiatan yang ada pada remaja masjid, cukup banyak sebenarnya
kegiatanya tetapi untuk meningkatkan karakter religiusnya ya seperti di
adakannya mengaji bersama, sholat berjamaah, merayakan hari besar Islam dan
lain-lain yang berkaitan dengan agama.
6) kegiatan oraganisasi remaja masjid adalah pertemuan rutin dua minggu sekali
yang membahas berbagai hal, selain masalah agama juga membahas masalah
kemasyarakatan.
7) para remaja setelah mengikuti kegiatan organisasi remaja masjid ini mengaku
bahwa yang dulunya kurang begitu paham tentang masalah agama sekarang
menjadi mengerti tentang pentingnya pengetahuan agama, sekarang lebih tekun

8
dalam beribadah, lebih toleran terhadap pemeluk agama lain, saling
menghargai dan menghormati dengan pemeluk agama lain, tidak membeda-
bedakan, karakter religiusnya lebih meningkat.
8) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penanaman karakter religius pada
remaja ini terutama karena kesibukan, banyak remaja masjid ini yang sudah
bekerja sehingga sulit untuk dikoordinasi meskipun hanya untuk sekedar
berkumpul, sehingga pelaksanaan penanaman karakter religiuspun terhambat.
9) Solusi yang telah dilakukan oleh pembina remaja masjid demi terlaksanannya
penanaman karakter religius yaitu dengan mengadakan pertemuan dua minggu
sekali atau seminggu sekali dan diwajibkan kepada semua anggota untuk hadir,
dalam musyawarah membahas masalah keagamaan, sebelum diadakan
musyawarah diadakan mengaji bersama, mengkoordinir semua remaja untuk
mengikuti sholat berjamaah, apabila tidak ada khalangan yang sangat penting
para remaja mengikuti pengajian mingguan, bersikap toleransi dengan pemeluk
agama lain tidak membeda-bedakan, para remaja mengadakan hari besar islam,
mengikuti gotong royong demi terjalinnya kerjasama dengan masyarakat lain.
E. KESIMPULAN
1. Penanaman karakter religius dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan oleh
organisasi remaja masjid. Kegiatan yang dilaksanakan oleh remaja masjid
dalam upaya penanamana karakter religius yaitu berupa melaksanakan shalat
berjamaah, melakukan musyawarah, mengaji bersama, mendatangi pengajian,
sehingga karakter religius pada remajapun meningkat.

9
2. Kendala yang dihadapi pada saat penanaman karakter religius pada remaja
adalah masalah koordinasi, sibuknya para remaja sehingga sulit untuk
dikoordinir untuk berkumpul, untuk membahas masalah keagamaan dan
masalh umum lainya, sehingga penanaman karakter religius pada remaja
terhambat.
3. Solusi yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi adalah
dengan mengadakan pertemuan dua minggu sekali atau seminggu sekali dan
diwajibkan kepada semua anggota untuk hadir, dalam musyawarah membahas
masalah keagamaan, sebelum diadakan musyawarah diadakan mengaji
bersama, mengkoordinir semua remaja untuk mengikuti sholat berjamaah,
apabila tidak ada khalangan yang sangat penting para remaja mengikuti
pengajian mingguan, bersikap toleransi dengan pemeluk agama lain tidak
membeda-bedakan, para remaja mengadakan hari besar islam, mengikuti
gotong royong demi terjalinnya kerjasama dengan masyarakat lain.
F. SARAN
Dari beberapa kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang dilakukan
untuk proses kelancaran pelaksanaan penanaman karakter religius maka perlunya
akan saran dari berbagai orang atau kalangan tertentu. Saran-saran tersebut
meliputi:
1. Ketua mencari waktu yang tepat untuk melakukan musyawarah, dimana
anggota remaja masjid tidak ada kesibukan.

10
2. Pembina lebih efektif dalam pelaksanaan penanaman karakter religius pada
remaja masjid.
3. Pembina lebih memaksimalakan pelaksanaan penanaman karakter religius.
4. Para anggota remaja masjid bisa membagi waktu antara kesibukan masing-
masing dengan palaksanaan kegiatan penanaman karakter religius.
5. Orang tua remja masjid hendaknya memberikan dukungan kepada para remaja
untuk mengikuti kegiatan oragnisasi remaja masjid untuk meningkatkan
karakter religius pada remaja.

11
DAFTAR PUSTAKA
Admim.2011. 18 Indikator Pendidikan Karakter Bangsa. http://belajaronlinegratis.com/content/18-indikator-pendidikan-karakter-bangsa. Diakses pada tanggal 30 November 2012 pukul 14.13 WIB.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainya. Jakarta: Kencana.
Enang. Pengantar Organisasi Dan Management Untuk Remaja Masjid. http://izzatulislam.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47:pengantar-organisasi-dan-management-untuk-remaja-masjid&catid=45:kegiatan&Itemid=59. Di akses pada tanggal 21 Februari pukul 16. 25 WIB.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Majid, Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Siswanto. 2005. Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.