pemukiman samarinda

2
Senin, 19 Januari 2009 Sketsa Perumahan Kumuh di Kota Samarinda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000). Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002). Berdasarkan hasil Prosiding Lokakarya Nasional Bidang Perumahan dan Permukiman tahun 2002, terdapat lebih kurang 21 juta rumah tangga tinggal di daerah perkotaan dengan laju pertumbuhan kebutuhan rumah per tahun mencapai 800.000 unit. Sebanyak 16,7 juta rumah tangga memiliki rumah tinggal, dari jumlah tersebut sebanyak 13 juta rumah tangga menempati rumah yang tidak layak huni; sedangkan 4,3 juta rumah tangga tidak memiliki rumah tinggal, ini artinya masih banyak permasalahan tentang perumahan di Indonesia, tak terkecuali di Kota Samarinda yang merupakan Provinsi dari Kalimantan Timur.

Upload: tatih-edogawa

Post on 13-Apr-2016

228 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

artikel

TRANSCRIPT

Page 1: Pemukiman Samarinda

Senin, 19 Januari 2009Sketsa Perumahan Kumuh di Kota Samarinda BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSetiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah.Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasakekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga,dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000). Perumahanmerupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat.Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianyastandar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layakuntuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat.Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, sepertipenyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanansosial (Krieger and Higgins, 2002).Berdasarkan hasil Prosiding Lokakarya Nasional Bidang Perumahan dan Permukiman tahun2002, terdapat lebih kurang 21 juta rumah tangga tinggal di daerah perkotaan dengan lajupertumbuhan kebutuhan rumah per tahun mencapai 800.000 unit. Sebanyak 16,7 juta rumahtangga memiliki rumah tinggal, dari jumlah tersebut sebanyak 13 juta rumah tangga menempatirumah yang tidak layak huni; sedangkan 4,3 juta rumah tangga tidak memiliki rumah tinggal, iniartinya masih banyak permasalahan tentang perumahan di Indonesia, tak terkecuali di KotaSamarinda yang merupakan Provinsi dari Kalimantan Timur.Permasalahan perumahan di Samarinda banyak timbul khususnya perumahan kumuh yangberefek negatif terhadap kesehatan, keamanan, dan kenyamanan. Pola pembangunan perumahandan pemukiman di Samarinda masih memberi gambaran bahwa aspek kesehatan lingkungan

Page 2: Pemukiman Samarinda

belum di jadikan dasar komponen, dan banyaknya dijumpai lingkungan pemukiman baru diperkotaan yang tidak menjamin peningkatan kesehatan keluarga. Salah satu perumahan kumuh dikota Samarinda yang saat ini menjadi permasalahan yaitu perumahan yang terletak di bantaransungai karang Mumus (SKM) tepatnya di Gang Nibung di Jl dr Sutomo Samarinda. Perumahantersebut saat ini dihuni 1.070 orang dari 273 Kepala Keluarga (KK). Mereka terbagi di tiga RT,yakni 21, 22 dan 27. Warga yang terbanyak bermukim di RT 27 yang mencapai 418 orang(http://www.samarindacity.com/).Timbulnya permasalahan perumahan di bantaran Sungai Karang Mumus (SKM) selain darirendahnya pengetahuan, rendahnya kesadaran, dan rendahnya perekonomian masyarakat jugadikarenakan belum terlaksanannya secara optimal fungsi dan peran sektor-sektor yang terkaitdalam sistem penanganan lingkungan perumahan, terutama di daerah kumuh perkotaan.Perumahan kumuh di bantaran Sungai Karang Mumus (SKM) khususnya di Gang Nibung jikadilihat dari segi standar rumah sehat, masih jauh di bawah standar. Hal ini bisa dilihat darikonstruksi bangunan, letak bangunan yang ada di bantaran sungai, dan lingkungan perumahanyang padat