pemikiran sayyid muhammad rasyid ridha (s …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/andi...

71
PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA DALAM PENGEMBANGAN ISLAM (Suatu tinjauan Historis) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Humaniora Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar Oleh ANDI MAPPIASWAN NIM. 40200111006 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2015

Upload: dangtram

Post on 27-Jul-2018

248 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA

DALAM PENGEMBANGAN ISLAM

(Suatu tinjauan Historis)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih GelarSarjana Humaniora Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

pada Fakultas Adab dan HumanioraUIN Alauddin Makassar

Oleh

ANDI MAPPIASWANNIM. 40200111006

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORAUIN ALAUDDIN MAKASSAR

2015

Page 2: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Andi Mappiaswan

NIM : 40200111006

Tempat/Tgl. Lahir : Bulukumba/06 Februari 1993

Jur/Prodi/Konsentrasi : Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas/Program : Adab dan Humaniora

Alamat : Desa Salemba Kec. Ujungloe Kab. bulukumba

Judul : Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

dalam Pengembangan Islam (suatu tinjauan historis).

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia

merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka Skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 12 November 2015

Penyusun,

Andi MappiaswanNim: 40200111006

Page 3: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul “Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam

Pengembangan Islam (Suatu Tinjauan Historis)” yang disusun oleh Saudara Andi

Mappiaswan Nim 40200111006, mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam,

Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Alauddin Makassar, telah diujikan dan

dipertahankan dalam Sidang Ujian Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari

Jum’at, 18 Desember 2015 bertepatan dengan tanggal 7 Rabiul Awal 1437 H,

dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Strata Satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum), dengan

beberapa perbaikan.

.

Makassar, 12 Desember 2015 M7 Rabiul Awal 1437 H

DAFTAR PENGUJI

Ketua : Dr. Abd. Rahman R., M.Ag. ( )

Sekretaris : Drs. Nasruddin, MM. ( )

Munaqisy I : Dra. Susmihara, M.Pd. ( )

Munaqisy II : Drs. Muh. Idris, M.Pd. ( )

Pembimbing I : Dr. H. Barsihannor, M.Ag. ( )

Pembimbing II : Drs. Abu Haif, M. Hum. ( )

Diketahui oleh:Dekan Fakultas Adab dan HumanioraUIN Alauddin Makassar

Dr. H. Barsihannor, M.Ag.NIP. 19691012 199603 1 003

Page 4: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Pembimbing penulisan skripsi saudara Andi Mappiaswan Nim:

40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti

dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul, “Pemikiran Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha dalam Pengembangan Islam Suatu Tinjauan Historis,”

memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat

disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Samata, November 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Barsihannor, M. Ag. Drs. Abu Haif M.Hum.NIP.19691012 199603 1 003 NIP.19691210 199403 1 005

Mengetahui

Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Drs. Rahmat, M.Pd.I

NIP. 19680904 199403 1 002

Page 5: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

iv

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرمحن الرحيمAlhamdulillah,puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telah

melimpahkan segala nikmat, rahmat, dan inayah-Nya, sehingga penulisan

Skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada

Nabi Muhammad Saw., dan sahabat-sahabatnya, serta orang-orang yang

mengikuti risalahnya.

penyusun berdoa, mudah-mudahan karya ini bermanfaat bagi semua,

khususnya civitas akademika UIN Alauddin Makassar dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan yang merupakan salah satu tri darma perguruan tinggi kepada berbagai

pihak, penyusun mohan maaf atas kesalahan dan ketidak disiplinan, dan kepada

Allah penyusun beristigfar atas dosa baik yang disengaja maupun yang tidak

disengaja.

Penulis telah banyak mendapat bantuan, motivasi dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu patut diucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan

Kepada kedua orang tua, Ayahanda A. Syamsir M dan Ibunda Nuraedah tercinta

yang dengan penuh kasih sayang, pengertian dan iringan doanya dan telah mendidik

dan membesarkan serta mendorong penulis hingga menjadi manusia yang lebih

dewasa.

Page 6: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

v

Skripsi ini berjudul, Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam

Pengembangan Islam (Suatu Tinjauan Historis). Dalam proses penulisan sampai

tahap penyelesaian, penulis banyak mendapat bantuan dari segenap pihak.

Ucapan syukur dan terima kasih kepada mereka, terkhusus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababbari M.Si., selaku rektor dan para Wakil

Rektor.

2. Bapak Dr. H. Barsihannor M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab dab Humaniora

UIN Alauddin Makassar.

3. Bapak Dr. Abdul Rahman M.Ag., selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Syamzan

Syukur M.Ag., selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Dr. Abdul Muin M.Hum.,

selaku Wakil Dekan III Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar.

4. Bapak Drs. Rahmat, M. Pd,I., selaku Ketua Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam

dan Bapak Drs. Abu Haif, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam yang telah banyak membantu dalam pengurusan administrasi

jurusan.

5. Bapak Dr. H. Barsihannor M.Ag., dan Bapak Drs. Abu Haif M.Hum., selaku

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu membimbing,

mengarahkan dan memberikan kontribusi penting untuk penulis selama

proses penyelesaian Skripsi ini.

6. Teman-teman serta kerabat penulis dan para mahasiswa Sejarah dan

Kebudayaan Islam di UIN Alauddin Makassar, yang penulis tidak bisa

Page 7: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

vi

menyebutkan satu-persatu, disadari telah banyak membantu, memotivasi

dan memberi inspirasi kepada penulis selama menempuh pendidikan Strata

Satu.

Semoga Allah Swt., memberikan balasan pahala yang setimpal kepada

mereka. Penulis berdoa, agar mereka senantiasa mendapat naungan rahmat dan

hidayah Allah Swt., Akhirnya, segala kerendahan hati, penulis mengharapkan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis

sendiri.

Makassar, 12 November 2015Penulis,

Andi MappiaswanNim: 40200111006

Page 8: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... ix

ABSTRAK.. ................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1-12

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Deskripsi Fokus Penelitian ......................................................... 5

D. Kajian Pustaka............................................................................ 6

E. Metodologi Penelitian................................................................. 7

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 10

BAB II BIOGRAFI SINGKAT SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA11-26

A. Kelahiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha............................... 13

B. Latar Belakang Pendidikan ......................................................... 14

C. Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha .................................... 20

D. Wafat.......................................................................................... 26

BAB III KARYA SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA.............. 27-40

A. Penulisan Tafsir al-Manar ........................................................... 28

B. Metodologi Kitab Tafsir ............................................................. 32

C. Contoh Penafsiran al-Manar........................................................ 36

Page 9: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

viii

BAB IV PEMIKIRAN PEMBAHARUAN SAYYID MUHAMMAD

RASYID RIDHA.......................................................................... 41-54

A. Pembaharuan Bidang Keagamaan ............................................. 41

B. Pembaharuan Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan........... 47

C. Pembaharuan Bidang Sosial Politik .......................................... 51

BAB V PENUTUP.................................................................................. 55-57

A. Kesimpulan .............................................................................. 55

B. Implikasi .................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58-59

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 60

Page 10: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

ix

TRANSLITERASI

A. Trasnliterasi Arab

1. Konsonan

Berikut huruf Arab yang ditransliterasi ke dalam huruf Latin;

ا = a د = d ض = ḍ ك = k

ب = b ذ = ż ط = ṭ ل = l

ت = t ر = r ظ = ẓ م = m

ث = ṡ ز = z ع = ‘ ن = n

ج = j س = s غ = g و = w

ح = ḣ ش = sy ف = f ھـ = ’

خ = kh ص = ṣ ق = q ي = y

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya, tanpa diberi

tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau akhir maka ditulis dengan tanda (’).

Tā’ al-Marbūţah ditransliterasi dengan (ة) “t”, tetapi jika ia terletak di akhir

kalimat, maka ia ditransliterasi dengan “h”, misalnya; al-risālat al-mudarrisah;

al-marhalat al-akhīrah.

2. Vokal dan Diftong

a. Vokal (a, i, u) b. Diftong (aw, ay) :

Bunyi Pendek Panjang Bunyi Tulis Contohfathah a ā او aw qawlkasrah i ī اي ay bayn

dammah u ū

Page 11: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

x

3. Kata Sandang

Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan huruf .ا ل Dalam

penelitian ini kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti

oleh huruf syamsiyah dan huruf qomariyah. Kata sandang ditulis terpisah dengan

kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Sebagai

contoh; al-syamsu, al-zalzalah, al-falsafah dan lainnya.

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. swt. = Subhanahu wa ta’ala

2. saw. = Sallalahu ‘alaihi wa sallam

3. a.s = ‘alaihi al-salam

4. H = Hijriah

5. M = Masehi

6. w. = wafat tahun

7. QS.../...:4 = QS al-Baqarah/2:4

8. HR = Hadis Riwayat

Page 12: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

xi

ABSTRAK

Nama : Andi MappiaswanNim : 40200111006Judul : Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam

Pengembangan Islam (Suatu Tinjauan Historis).

Skripsi ini merupakan hasil penelitian tentang sejarah sebuah Tokoh yangsangat berperan penting dalam mengembangkan Islam dan Pendidikan Islam, yakniTentang Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam Pengembangan Islam,yang meneliti dua permasalahan, yaitu: Bagaimana Biografi Sayyid MuhammadRasyid Ridha dan Bagaimana Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalamPengembangan Islam.

Skripsi ini menggunakan metodologi penelitian dengan jenis penelitiankualitatif deskriptif dan menggunakan pendekatan historis, kemudian penulisanskripsi ini dimulai dengan tahap pengumpulan data (heuristik) melalui metodelibrary research dan field research dengan mengadakan observasi, interview dandokumentasi, kemudian data yang terkumpul di kritik sumber melalui dua metodeyaitu kritik ekstrn dan kritik intern, di interpretasi atau pengolahan dan analisis datamenggunakan dua metode yaitu analisis dan sintesis dan historiografi.

Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha maka ada tiga jenis pemikiranyang akan disimpulkan yaitu pemikiran agama, pemikiran pendidikan danpengetahuan serta pemikiran politik. Pemikiran agama seorang Ridha bisa dikatakansama seperti pemikiran Muhammad Abduh. Ia menyadari bahwa umat Islammengalami kemunduran karena tidak menganut ajaran-ajaran Islam yangsebenarnya. Hal ini dikarenakan banyak faham-faham yang tidak sesuai masuk kedalam tubuh Islam, seperti segala khurafat, takhayul, bidah, jumud dan taklid. Lebihlanjut dalam pemikiran pendidikan dan pengetahuan seorang Ridha mengemukakanbahwa umat Islam dianjurkan memiliki satu kekuatan untuk menghadapi beratnyatantangan dunia modern.

Page 13: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kekuasaan Islam mulai menurun di penghujung abad XVII M. Titik awal

penurunan itu dimulai dari kekalahan-kekalahan yang diderita oleh angkatan perang

Turki dalam pertempuran-pertempuran dengan kekuatan-kekuatan bangsa Eropa.

Mesir sebagai salah satu daerah kekuasaan Turki tidak terlepas dari gangguan

bangsa Eropa. Tahun 1798 M, Mesir yang merupakan pusat kebudayaan Islam

terbesar saat itu jatuh ketangan Prancis.1

Salah satu faktor penyebab kekalahan dan kemunduran Islam pada masa itu,

dikarenakan terlenanya umat Islam akan kejayaan Islam pada masa lalu dan

banyaknya umat Islam yang disibukkan dengan masalah-masalah agama tanpa ingin

mempelajari dan ingin membahas lebih dalam masalah pendidikan. Inilah yang

menyebabkan tertutupnya pintu Ijtihad, dikarenakan umat Islam banyak yang

bersifat taqlik dan banyaknya perselisihan antar mazhab. Tidak hanya itu, banyak

para pemimpin yang tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya karena para

pemimpin banyak yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk kesenangan

pribadinya.

Dari berbagai masalah-masalah yang terjadi, pemuka Islam mulai

memikirkan cara untuk mengatasi hal tersebut. Dengan cara menimbulkan ide-ide

1“Perkembangan Modern dalam Islam”, (Riau: Lembaga Penelitian dan PerkembanganFakultas Ushuluddin UIN SUSKA dan Yayasan Pusaka Riau, 2002), h. 55

Page 14: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

2

yang dapat membawa pembaharuan dikalangan umat Islam. Salah satu pemuka

Islam yang resah terhadap kemunduran Islam pada masa itu adalah Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha ingin mengadakan

pembaharuan disegala bidang. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha melihat umat

Islam banyak mengikuti peradaban Barat dan banyak meninggalkan nilai-nilai

keislaman serta banyak umat Islam yang terpecah belah oleh perebutan kekuasaan.

Selain dalam hal pemikiran modern, arah pembaharuan pemikiran Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha tidak jauh berbeda dengan sang guru, Muhammad

Abduh. Ide-ide pembaharuan penting yang dikumandangkan Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha antara lain dalam bidang agama, pendidikan, dan politik. Di bidang

agama, Ridha mengatakan bahwa umat Islam lemah karena mereka tidak lagi

mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang murni seperti yang dipraktikkan pada masa

Rasulullah Saw., dan para sahabat. Melainkan ajaran-ajaran yang menyimpang dan

lebih banyak bercampur dengan bid’ah dan khurafat.2

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha menegaskan jika umat Islam ingin maju,

mereka harus kembali berpegang kepada Alquran dan sunnah. Ia membedakan

antara masalah peribadatan (yang berhubungan dengan Allah Swt.) dan masalah

muamalah (yang berhubungan dengan manusia). Adapun masalah yang pertama

menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, telah tertuang dalam Alquran dan hadis,

yang ketentuannya harus dilaksanakan serta tidak berubah meskipun situasi

masyarakat terus berubah dan berkembang.

2Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996)

Page 15: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

3

Sedangkan untuk hal kedua, dasar dan prinsipnya telah diberikan, seperti

keadilan, persamaan, dan hal lain. Namun, pelaksanaan dasar-dasar itu diserahkan

kepada manusia untuk menentukan dengan potensi akal pikiran dan melihat situasi

dan kondisi yang dihadapi, sepanjang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip dasar

ajaran Islam. Di bidang pendidikan, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berpendapat

bahwa umat Islam akan maju jika menguasai bidang ini. Oleh karenanya, dia

banyak menghimbau dan mendorong umat Islam untuk menggunakan kekayaannya

bagi pembangunan lembaga-lembaga pendidikan.

Dalam bidang ini, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha pun berupaya

memajukan ide pengembangan kurikulum dengan muatan ilmu agama dan umum.

Sebagai bentuk kepeduliannya, ia mendirikan sekolah di Kairo pada tahun 1912

yang diberi nama Madrasah Ad-Da’wah wa Al-Irsyad.3 Dalam bidang politik,

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha tertarik dengan ide Ukhuwah Islamiyah

(persaudaraan Islam). Sebab, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha banyak melihat

penyebab kemunduran Islam antara lain karena perpecahan yang terjadi di kalangan

mereka sendiri. Untuk itu, dia menyeru umat Islam agar bersatu kembali dibawah

satu keyakinan, satu sistem moral, satu sistem pendidikan, dan tunduk dalam satu

sistem hukum dalam satu kekuasaan yang berbentuk negara.

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha adalah seorang tokoh muslim modern

yang menyumbangkan pemikiran-pemikiran rasional. Salah satu karya yang

3Muhammad ibn ‘Abdillah al-Salman, Rasyid Ridha wa Da’wah al-Syaykh Muhammad ibn‘Abdulwahhab, (Kuwait: Maktabah al-Ma’la, 1409 H/1998 M)

Page 16: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

4

terkenal di bidang Tafsir al-Qur’an al-Hakim adalah Tafsir al-Manar yang ditulis

bersama gurunya Muhammad Abduh.

Dalam Sejarah pemikir Islam modern, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

merupakan tokoh pembaharu Islam yang hidup pada kondisi zaman dalam

kekacauan dan keterpurukan lantaran kebanyakan mereka telah meninggalkan

petunjuk-petunjuk al-Qur’an. Melalui Tafsirnya, yaitu al-Manar Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha berupaya mengaitkan ajaran-ajaran al-Qur’an dengan masyarakat dan

kehidupan serta menegaskan bahwa Islam adalah agama universal dan abadi, yang

selalu sesuai dengan kebutuhan manusia disegala waktu dan tempat.

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha memiliki visi bahwa umat Islam harus

menjadi umat yang merdeka dari belenggu penjajahan dan menjadi umat yang maju

sehingga dapat bersaing dengan umat-umat lain dan bangsa-bangsa barat diberbagai

bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha juga berusaha meneruskan cita-cita al-Urwah al-

Wutsqa majalah yang memuat ide-ide pemikiran Syekh Jamaluddin al-Afgani dan

Syekh Muhammad Abduh yaitu memberantas bid’ah, khurafat, takhayul,

kepercayaan jabar, dan fatalis, paham-paham yang keliru tentang qada dan qadar,

praktek-praktek bid’ah dalam tarekat sufi, meningkatkan mutu pendidikan Islam.

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha adalah satu dari sekian banyak pembaru,

yang telah banyak menyumbangkan banyak ide dan pemikirannya bagi kemajuan

umat. Hal itulah yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini.

Page 17: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dalam latar belakang, maka penulis membatasi

persoalan riwayat hidup, karya, dan pemikiran. Untuk itu penulis menetapkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Biografi Sayyid Muhammad Rasyid Ridha?

2. Bagaimana Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam Pengembangan

Islam?

C. Deskripsi Fokus Penelitian

Penelitian ini terfokus pada rangkaian kehidupan Sayyid Muhammad Rasyid

Ridha. Fokus penelitian ini berdasarkan judul penelitian yang ditetapkan dalam

penelitian, yakni Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha Dalam

Pengembangan Islam. Upaya dalam mengelaborasi pemikiran tersebut, berangkat

dari penelusuran penulis terhadap sejarah hidupnya. Tentu saja penelusuran tersebut

dengan tinjauan historis yang penulis usung dalam penelitian ini.

Selanjutnya, penulis menekankan penelitian ini terhadap pemikiran Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha terhadap pengembangan Islam. Ada dua hal yang perlu

dilakukan sebelum melihat pengembangan Islam secara general sebagai akibat dari

pemikiran Rasyid Ridha.

Pertama, terlebih dahulu penulis meninjau karya-karya Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha yang tentu termotivasi oleh pendidikan serta perjalanan hidup yang ia

alami.

Page 18: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

6

Kedua, penulis akan meninjau pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

dalam beberapa aspek yaitu dalam bidang agama, pendidikan dan politik. Kesemua

hal tersebut diharapkan mampu memberi jawaban terhadap fokus penelitian penulis

yaitu pengaruh pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha terhadap

pengembangan Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan usaha untuk menujukkan sumber-sumber yang

terkait dengan judul skripsi ini, sekaligus menelusuri tulisan atau penelitian tentang

masalah yang dipilih dan juga untuk membantu penulisan dalam menemukan data

sebagai bahan perbandingan, supaya data yang dikaji lebih jelas.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa literatur sebagai

bahan bacaan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Diantara literatur yang penulis

pergunakan dalam menyusun skripsi ini, antara lain:

Dalam buku yang ditulis oleh A.Athaillah berjudul Konsep Teologi Rasional

Dalam Tafsir Al-Manar diterbitkan di Jakarta tahun 2006. Dalam buku tersebut

dijelaskan tentang biografi sayyid Muhammad Rasyid Ridha dan tokoh yang

berpengaruh. Salah satu tokoh yang akan dibahas yaitu sayyid Muhammad Rasyid

Ridha.

Buku yang ditulis oleh Hammim, ilyas berjudul Dan Ahli Kitab Pun Masuk

Surga diterbitkan di Yogyakarta pada tahun 2005. Dalam buku tersebut

menguraikan tentang karya-karya yang dihasilkan semasa hidup Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha.

Page 19: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

7

Dalam Jurnal Studia Islamika yang ditulis oleh Ridha, Muhammad rasyid

ridha yaitu Tafsir al-Manar, juz 4 (Beirut: Dar kutub al-Ilmiah,t.th). Dalam buku

tersebut menguraikan tentang pemikiran-pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid

Ridha dalam hal pemikiran Agama, Pedidikan, dan Politik.

Sejauh pengamatan penulis, pembahasan skripsi tentang Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha sudah dikaji secara deksriptif. Untuk itu penulis mencoba mengangkat

tokoh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam penelitian ini dengan titik tekan pada

biografi, karya, serta pemikirannya.

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini disusun berdasarkan sumber kepustakaan (library research)

berupa buku, jurnal, media elektronik maupun sumber-sumber ilmiah lainnya yang

berhubungan dengan penulisan. Dalam pembahasan penelitian ini menggunakan

model deskriptif analitik, yaitu berusaha menggambarkan secara objektif keadaan

yang sebenarnya dari masalah-masalah yang diteliti, kemudian dianalisa sehingga

menjadi jelas dan diketahui letak pemikirannya.4

Sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu yang terikat pada prosedur

ilmiah. Suatu karya ilmiah pada dasarnya merupakan hasil dari penyelidikan yang

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menuju kebenaran. Sejarah

sebagai ilmu mempunyai metode dalam menghimpun data sampai menyajikan

dalam bentuk cerita ilmiah. Oleh karena itu studi dan bentuk penelitian ini bersifat

historis, maka metode yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu suatu proses

4A. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 62

Page 20: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

8

mengumpulkan data dan menafsirkan suatu gejala peristiwa atau gagasan yang

timbul di masa lampau.

Adapun tahap-tahap metode sejarah yang timbul dalam penelitian yakni:

1. Tahapan Heuristik atau pengumpulan Data

Untuk dapat mengumpulkan data sesuai dengan objek pembahasan, maka

penulis melakukan pencarian terhadap sumber-sumber yang dimaksud, baik di

perpustakaan, melalui internet, maupun peminjaman buku kepada pihak personal.

Ada beberapa perpustakaan yang penulis kunjungi untuk mendapatkan referensi

yang dibutukan, antara lain: perpustakaan Umum UIN Alauddin Makassar, Jurnal

Penelitian maupun dalam pencarian sumber referensi di internet menggunakan

mesin pencari (Search Engine) www.google.com. Penulis juga melakukan

pencarian tentang karya-karya yang memberikan informasi mengenai Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha dan segala yang terkait berupa buku, jurnal penelitian

maupun media elektronik lainnya.

2. Tahapan Verifikasi atau Kritik Sumber

Kritik sumber adalah suatu usaha menganalisa, memisahkan dan mencari

suatu sumber untuk memperoleh keabsahan sumber yang dibutuhkan. Dalam hal ini,

dilakukan penyeleksian apakah data tersebut akurat ataukah tidak, baik dari segi

bentuk maupun isinya sehingga dapat dipertanggujawabkan. Berdasarkan data yang

didapat, penulis berusaha melaukan kritik sumber, baik intern maupun ekstern untuk

mendapatkan objektifitas. Kritik intern dilakukan dengan menganalisa dan

menjabarkan isi yang terdapat dalam data yang diperoleh. Fokus dalam kritik intern

Page 21: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

9

ini ditujukan pada buku-buku yang berkaitan degan eksistensi Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha di dunia politik.

Sedang kritik ekstern bertujuan untuk mengetahui kedekatan pengarang

buku guna mengetahui orisinalitas data. Kritik ekstern dilakukan terhadap sumber-

sumber yang digunakan sebagai bahan referensi.

3. Tahapan Interpretasi atau Penafsiran

Interpretasi atau sering disebut juga analisa (penafsiran). Analisa sendiri

mempunyai pengertian menguraikan dan secara terminologi berbeda dengan sistensi

yang berarti menyatukan, namun kedua metode ini merupakan hal yang paling

utama dalam interpretasi. Tahap ini penting karena merupakan upaya untuk

mengkronologiskan sebuah peristiwa sejarah, sehingga menghasilkan konstruksi

sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan. Interpretasi dilakukan dengan

menganalisa hal-hal berkaitan dengan pembahasan yang terdapat dalam referensi,

sehingga diharapkan dapat menemukan jawaban atas permasalahan yang ada. Bukti

fakta sejarah tidak dapat menjelaskan apapun tanpa dibarengi dengan tafsiran

manusia. Dalam tahap ini penulis melakukan analisa terhadap sumber data yang

telah diverifikasi dalam tema-tema tertentu. Apabila terdapat data yang berbeda

dalam suatu permasalahan yang sama, penulis membandingkannya antara data yang

satu dengan yang lainnya untuk menentukan yang lebih mendekati kebenaran.

Berdasarkan teori yang dipakai penulis mencoba mengorganisasikan data

berdasarkan tema-tema yang dibuat dan kemudian didapat kesimpulan. Pada tahap

ini dilakukan analisa terhadap peran yang berkaitan dengan penelitian ini.

Page 22: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

10

4. Tahapan Historiografi atau Penulisan

Tahap ini adalah tahap akhir dari penelitian dengan menghubungkan

peristiwa yang satu dengan yang lain sehingga menjadi sebuah rangkaian sejarah.

Tahap ini merupakan penyajian hasil penelitian dari data yang diperoleh ke dalam

bentuk penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah

dilakukan sebagai penulisan sejarah. Penulis berusaha menyajikan penulisan skripsi

ini berdasarkan sistematika yang telah disajikan.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perihal riwayat hidup Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha, karya serta pemikirannya sehingga menghasilkan suatu

simpulan yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu

pengetahuan sejarah di Indonesia.

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah:

1. Menambah dan melengkapi perbendaharaan bahan kepustakaan disiplin ilmu

sejarah, khususnya tentang tokoh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha.

2. Meningkatkan pengetahuan keilmuan para peminat studi sejarah Islam,

terutama sejarah karya dan pemikiran Islam terkait dengan tokoh Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha.

3. Menjadi cermin dan pelajaran berharga bagi umat Islam Indonesia generasi

mendatang terhadap perkembangan sejarah intelektual di Indonesia.

4. Sebagai sumbangan ilmiah terhadap literatur keislaman yang kiranya perlu

dikembangkan.

Page 23: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

13

BAB II

BIOGRAFI SINGKAT

SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA

A. Kelahiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dilahirkan di Qalamun wilayah

pemerintahan Tarablus Syam pada tahun 1282 H/1865 M. Qalamun adalah sebuah

desa yang terletak di pantai Laut Tengah, sekitar tiga mil dari Kota Libanon. Saat

itu Libanon merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Turki Utsmani.1 Perlu

dipahami saat itu pada pertengahan abad ke 19, Turki Ustmani atau Ottoman

merupakan Daulah Islamiyah sekaligus masih merupakan salah satu negara

adikuasa di Dunia.

Nama lengkap Rasyid Ridha adalah Muhammad Rasyid Ibn Ali Ridha Ibn

Muhammad Syamsuddin Ibn Muhammad Bahauddin Ibn Manla Ali Khalifah.

Keluarganya dari keturunan terhormat berhijrah dari Bagdad dan menetap di

Qalamun. Kelahirannya tepat pada 27 Jumadil Tsani tahun 1282 H/18 Oktober

tahun 1865 M.2 Kota kelahirannya adalah daerah dengan tradisi kesalehan Sunni

yang kuat, tempat tarekat-tarekat memainkan peranan aktifnya.3 Melalui hal ini

1A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar (Cet. I:Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h. 26

2Muhammad Imarah, Al-Masyru’ al-hadhari al-Islami diterjemahkan oleh MuhammadYasar, LC dan Muhammad Hikam, LC dengan judul Mencari Format Peradaban Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005), h.1

3Elizabeth Sirriyeh, Sufis and Anti Sufis diterjemahkan oleh Ade Alimah, dengan judul Sufidan Anti-sufi, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), h.146

Page 24: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

14

dapat terlihat bahwa setting sosial daerah tarekat sangatlah kental terhadap dasar

keagamaan seorang Ridha.

Ayah dan Ibu Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berasal dari keturunan al-

Husayn putra Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah, Putri Rasulullah itu sebabnya

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha menyandang gelar al-sayyid di depan namanya

dan sering menyebut tokoh-tokoh ahl al-bayt seperti Ali ibn Abi Thalib, al-Husyan

dan Ja’far al-Shadiq dengan Jadduna (nenek moyang kami).4 Hal ini mungkin

karena ayahnya yang bernama al-Sayyid Ali-Ridha adalah seorang Sunni yang

bermahzab Syafi’i.5

B. Latar Belakang Pendidikan

Semasa kecilnya (usia tujuh tahun), Rasyid Ridha dimasukkan oleh orang

tuanya ke madrasah tradisional di desanya, Qalmun. Rasyid Ridha juga belajar pada

sekian banyak guru. Di masa kecil ia belajar di taman-taman pendidikan di

kampungnya yang ketika itu dinamai al-kuttab; di sana ia diajarkan membaca Al-

Qur’an, menulis dan dasar-dasar berhitung. Berbeda dengan anak-anak seusianya,

Rasyid kecil lebih sering menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca buku

4Fahd al-Rumi, Manhaj al-Madrasah al-Aqliyyah al-Haditsah fi al-Tafsir, (Beirut:Mu’assasah al –Risalah, 1981 M) h.172

5Muhammad Ibn Abdillah al-Salman, al-Syaikh al-Salafi wa al-Muslih (Cet. I Riyadh:Jami’ah al-Imam Muhammad Ibn Su’ud al-Islamiyah, 1933), h. 18.

Page 25: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

15

daripada bermain, dan sejak kecil memang ia telah memiliki kecerdasan yang tinggi

dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan.6

Setelah menamatkan pelajarannya ditaman-taman pendidikan dikampungnya

yang dinamai al-Kuttab, Ridha dikirim oleh orangtuanya ke Tripoli (Libanon) untuk

belajar di Madrasah Ibtidaiyah yang mengajarkan ilmu nahwu, sharaf, akidah, fiqih,

berhitung dan ilmu bumi, dengan bahasa pengantar adalah bahasa Turki, karena

madrasah ini adalah milik pemerintah yang bertujuan untuk mempersiapkan sumber

daya manusia yang akan menjadi pegawai pemerintahan Turki Usmani.7 mengingat

Libanon waktu itu ada dibawah kekuasaan kerajaan Usmani.

Sayyid Muhammad Ridha tidak tertarik pada sekolah tersebut, setahun

kemudian dia pindah ke sekolah Islam Negeri Madrasah Wathaniyyah Islamiyyah

yang merupakan sekolah terbaik pada saat itu dengan bahasa Arab sebagai bahasa

pengantar, disamping diajarkan pula bahasa Turki dan Prancis.8 Sekolah ini

dipimpin oleh ulama besar Syam ketika itu, yaitu Syaikh Husain al-Jisr yang kelak

mempunyai andil besar terhadap perkembangan pemikiran Ridha sebab hubungan

keduanya tidak berhenti meskipun kemudian sekolah itu ditutup oleh pemerintah

Turki.9 Dari Syaikh inilah Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mendapat kesempatan

6Ibrahim Ahmad al-Adawi, Rasyid Ridha’ al-Imam al-Mujahid (Kairo: al-MuassasahMishriyyah al-Ammah, t.th), h.19

7Ibrahim Ahmad al-Adawi, Rasyid Ridha al–Imam al-Mujahid, (Kairo: al-MuassasahMishiyyah al-Ammah,t.th), h.19

8A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar, h. 25

9A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar, h. 26.

Page 26: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

16

menulis dibeberapa surat kabar Tripoli yang kelak mengantarnya memimpin

majalah al-Manar.

Guru Sayyid Muhammad Rasyid Ridha bernama Syaikh Husain al-Jisr

dikenal sebagai ulama yang berfikiran modern merupakan pemimpin tarekat

Khalwatiyah10, diketahui pula bahwa gurunya al-Qawaqiji adalah seorang pengikut

Syadziliyah.11 Selain Syaikh Husain al-Jisr, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha juga

belajar dari Syaikh Mahmud Nasyabah12 yang ahli dibidang hadis dan mengajarnya

sampai selesai dan karenanyalah Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mampu menilai

hadis-hadis yang dhaif dan maudhu sehingga dia digelari “Voltaire13”-nya kaum

Muslim karena keahliannya menggoyahkan segala sesuatu yang tidak benar dalam

bidang agama.

Sayyid Muhammad Ridha juga belajar dari Syaikh Abdul Gani ar-Rafi yang

mengajarkannya sebagian dari kitab hadis Nailul Authar (sebuah kitab hadis yang

dikarang oleh Asy-Syaukani yang bermadzhab Syiah Zaidiyah14), al-Ustad

10Ahmad al-Syarbashi, Rasyid Ridha Shahib al-Manar (Kairo: al-Majlis al-A’lai Syu’un al-Islamiyah, 1970), h. 239

11Ahmad al-Syarbashi, Rasyid Ridha Shahib al-Manar, h. 250

12Lihat lebih lanjut mengenai Syekh Muhammad Nasabah dalam Nurjannah Ismail,Perempuan dalam Pasungan (Cet. I: Yogyakarta: LKIS, 2013), h. 131

13Voltaire adalah filosof Prancis yang mengkritik secara pedas pendapat para pemukaagama dan masyarakat Prancis pada masanya serta tokoh yang mengantar tercetusnya RevolusiPrancis tahun 1789 M, Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah(Cet.I: Jakarta: PT Dunia Pustaka, 1978), h. 65

14Syi’ah Zaidiyah dinisbatkan kepada Zaid bin Ali Zainal Abidin. Ali Zainal Abidin yangmerupakan ayahandanya termasuk sosok yang cinta kepada para sahabat seperti Abu bakar, Umardan Utsman. Bahkan beliau menilai kalangan yang senantiasa mencaci maki para sahabat merupakankalangan yang melecehkan Islam dan bukan bagian dari Islam. Pemahaman ayahnya tersebutrupanya diikuti oleh anaknya, Zaid bin Ali. Zaid bin Ali Zainal Abidin merupakan sosok yang ‘alim,

Page 27: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

17

Muhammad al-Husaini dan Syaikh Muhammad Kamil ar-Rafi dan Ridha selalu

hadir dalam diskusi mereka mengenai ilmu ushul dan logika.

Selama masa pendidikannya, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha membagi

waktunya antara ilmu dan ibadah pada salah satu masjid milik keluarganya, ibunya

sempat bercerita: Semenjak Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dewasa, aku tidak

pernah melihat dia tidur karena dia tidur baru sesudah kami bangun dan bangun

sebelum kami terbangun.; Tidak itu saja, adiknya, Sayyid Shaleh pernah juga

berkata: Aku tadinya menganggap saudaraku Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

adalah seorang Nabi. Tetapi ketika aku tahu bahwa Nabi kita Muhammad Saw.,

adalah penutup seluruh Nabi, aku menjadi yakin bahwa dia adalah seorang wali.

Setelah memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat luas, ia

memanfaatkannya untuk memberikan pengarahaan dan petunjuk kepada para

sahabatnya. Dalam kegiatannya dia selalu mengamati masalah-masalah yang terjadi

di kawasan negara tetangga, terutama masalah agama kemasyarakatan melalui surat

kabar dan majalah. Dia begitu tertarik dan terkesan kepada majalah al-Urwah al-

Wusqa yang dipimpin oleh Jamaluddin al-Afgani dan muridnya Syaikh Muhammad

Abduh. Pertemuan dengan kedua tokoh itu sangat didambakan dan dirindukannya,

tapi ia begitu menyesal karena ia sendiri tak dapat bertemu dengan Jamaluddin al-

Afgani sebab tokoh ini terburu meninggal dunia sebelum ia dapat menemuinya.

taqwa, pemberani, senatiasa berpegang kepada Al Qur’an dan Sunnah. Tim Penulis MUI, Mengenaldan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia (Cet I: Depok: Gema Insani, 2013), h. 33-34

Page 28: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

18

Akhirnya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berusaha menemui muridnya Syaikh

Muhammad Abduh dan langsung berangkat ke Mesir pada tahun 1879 M.15

Pertemuan antara Murid dan Guru: Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dan

Muhammad Abduh, bermula dari interaksi Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

dengan Majalah Al-‘Urwah Al-Wusqa’, majalah yang diterbitkan oleh Jamaludin

Al-Afghani dan Muhammad Abduh di Paris. Tulisan-tulisan kedua pembaharu

tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar kepada Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha, sehingga mampu merubahnya dari pemuda sufi menjadi menjadi

pemuda yang penuh semangat.16

Jika selama ini Sayyid Muhammad Rasyid Ridha hanya berusaha untuk

memperbaiki aqidah dan syari’ah serta mengajak masyarakatnya untuk menjauhi

kemewahan duniawi dengan melakukan zuhud, maka setelah mendapatkan

pengaruh dari majalah tersebut merubah mindset Sayyid Muhammad Rasyid Ridha,

dan berusaha untuk membangkitkan semangat kaum muslimin untuk melaksanakan

ajaran agama secara utuh serta membela Negara dengan ilmu pengetahuan dan

industri.

Pada bulan Rajab 1315 H. (1898 M) dia berhasil menemui Syaikh

Muhammad Abduh seorang pejuang dan ilmuan yang sangat diharapkan ilmu dan

nasihat-nasihatnya. Usul dan saran pertama yang ditujukan Sayyid Muhammad

15Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta:Bulan Bintang, 1996), h. 45

16Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 46

Page 29: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

19

Rasyid Ridha kepada Syaikh Muhammad Abduh adalah agar ia menulis tafsir Al-

Qur’an dengan metode yang digunakan dalam penulisannya di majalah al-Urwah al-

Wustqa. Setelah kedua orang ulama itu berdialog akhirnya Syaikh Muhammad

Abduh bersedia memberikan kuliah tafsir di Jami’ al-Azhar kepada murid-

muridnya.17

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha adalah termasuk orang paling tekun

mengikuti pelajarannya, sehingga tak pernah libur dari seluruh kegiatan yang

diadakan oleh Jami’al-Azhar itu. Maka ditulisnya semua apa yang telah didengarnya

serta diadakan beberapa tambahan keterangan bagi masalah yang menurut Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha perlu diterangkan. Dalam penulisannya dia selalu

mengadakan konsultasi dengan gurunya, hingga semua tulisannya telah diadakan

koreksi dan pembetulan seperlunya. Oleh karena itu pantas jika ia disebut sebagai

pewaris pertama yang menerima ilmu Syaikh Muhammad Abduh, sebab ia adalah

orang yang paling banyak menerima dan menulis pelajaran dari gurunya, baik

ketika Muhammad Abduh masih hidup maupun sesudah wafatnya. Dalam

penulisannya, ia tidak pernah menyimpang dari metode yang ditempuh oleh

gurunya, dan tidak pula menyimpang dari jalan pikirannya. Oleh karena itu, Syaikh

Muhamad Abduh berkata: ‘pemilik al-Manar adalah penerjemah pikiran saya”, dan

salah seorang dari murid Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berkata: Imam

Muhammad Abduh pernah mengomentari sifat Sayyid Muhammad Rasyid Ridha,

17A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar, h. 2

Page 30: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

20

bahwa dia telah menyatu dengan Muhammad Abduh dalam ‘akidah, pikiran,

pendapat, akhlak dan amalnya.18

Setelah Muhammad Abduh wafat, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

kembali ke Damaskus pada tahun 1908 M, tetapi tak lama setelah itu dia

meninggalkan kota Damaskus dan kembali lagi ke Mesir serta mendirikan

Madrasah al-Da’wah wa al-Irsyad. Kemudian ia melanjutkan ke Suriyah dan di sana

dia terpilih sebagai ketua Muktamar Suriyah. Pada Tahun 1920 M. dia kembali lagi

ke Mesir dan waktu itu dia sempat berkunjung ke India, Hijaz dan Eropa, dan

akhirnya menetap selamanya di Mesir sambil meneruskan perjuangannya di Kairo.

Pada tahun 1935 M. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha wafat dan dimakamkan di

Kairo.19

C. Pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha sangat terpengaruh oleh Ihya Ulum ad Din

karya al-Gazali. Kitab Ihya Ulum ad-Din membantu membentuk pandangannya

bahwa umat muslim harus secara sadar menghayati (menginternalisasikan)

keimanannya, dan melampaui ketaatan-ketaatan lahiriyah belaka, serta harus selalu

menyadari implikasi etis dari tindakan-tindakannya. Kitab Ihya Ulum ad-Din

mendorong Sayyid Muhammad Rasyid Ridha muda untuk berkonsentrasi kepada

persiapan spiritual untuk kehidupan akhirat. Kitab tersebut tidak hanya menarik

18A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar, h. 89

19Ali Rahnema (ed), Para Perintis Zaman Baru Islam (Bandung: Penerbit Mizan, 2009), h.56

Page 31: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

21

minatnya untuk berulang kali membacanya, tetapi telah menjadi gurunya yang

pertama dalam membentuk kepribadiannya.20 Sewaktu dalam pengaruh al-Ghazali

itulah, kata Sayyid Muhammad Rasyid Ridha ia mengikuti tarekat

Naqsyabandiyyah, mengamalkan ajaran-ajarannya, dan melaksanakan latihan-

latihan ‘uzlah yang sangat berat.

Beberapa tahun kemudian setelah tekun menjalani kehidupan sufi dan

mengamalkan ajaran-ajaran tarekat, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha menyadari

banyakanya bidah dan khurafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran tasawuf dan

tarekat tersebut. Karena itu, ajaran-ajaran tersebut ditinggalkannya. Bahkan,

sikapnya terhadap ajaran-ajaran tasawuf dan tarekat, tidak hanya sampai disitu,

tetapi ia membimbing masyarakatnya agar meninggalkan ajaran-ajaran yang telah

bercampur baur dengan bidah dan khurafat tersebut.Yaitu dengan membuka

pengajian untuk kaum pria dan pengajian untuk kaum wanita, menebang pohon-

pohon yang dianggap keramat dan membawa berkah, dan melarang masyarakat

mencari berkah dari kuburan-kuburan para wali atau bertawasul dengan para wali

yang telah wafat.21

Perubahan sikap Sayyid Muhammad Rasyid Ridha terhadap ajaran tasawuf

dan tarekat muncul setelah ia mempelajari kitab-kitab hadits dengan tekun.

Perubahan sikapnya terhadap ajaran-ajaran tersebut semakin terlihat dengan jelas

setelah ia terpengaruh oleh ide-ide pebaharuan Syekh Jamal al-Din al-Afghani dan

20Ahmad Ibrahim al-Adawi, op.cit., h. 36

21Muhammad ibn ‘Abdillah al-Salman, op.cit.,h. 36-38

Page 32: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

22

Syekh Muhammad Abduh yang dimuat dalam majalah al-‘Urwah al-Wutsqa yang

mereka terbitkan di Paris, Prancis. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mulai

membaca majalah tersebut ketika ia masih belajar di Tripoli.

Melalui surat kabar ini, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengenal

gagasan dua tokoh pembaharu yang sangat dikaguminya, yaitu Jamaluddin Al-

Afghani, seorang pemimpin pembaharu dari Afghanistan, dan Muhammad Abduh,

seorang pembaharu dari Mesir. Ide-ide brilian yang dipublikasikan itu begitu

berkesan dalam dirinya dan menimbulkan keinginan kuat untuk bergabung dan

berguru pada kedua tokoh itu.

Keinginan untuk bertemu dengan Al-Afghani ternyata belum tercapai,

karena tokoh ini lebih dahulu meninggal dunia. Namun, ketika Muhammad Abduh

dibuang ke Beirut pada akhir 1882, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

berkesempatan berdialog serta saling bertukar ide dengan Abduh. Pertemuan dan

dialog dengan Muhammad Abduh semakin menumbuhkan semangat juang dalam

dirinya untuk melepaskan umat Islam dari belenggu keterbelakangan dan

kebodohannya.22

Di Libanon, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mencoba menerapkan ide-ide

pembaruan yang diperolehnya. Namun, upayanya ini mendapat tentangan dan

tekanan politik dari Kerajaan Turki Usmani yang tidak menerima ide-ide

pembaruan yang dilontarkannya. Akibat semakin besarnya tentangan itu, akhirnya

22Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan¸ h. 62

Page 33: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

23

pada 1898 M, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha pindah ke Mesir mengikuti

gurunya, Muhammad Abduh, yang telah lama tinggal di sana.

Di kota ini, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha langsung menemui

Muhammad Abduh dan menyatakan keinginannya untuk menjadi murid dan

pengikut setia Abduh. Rasyid Ridha tidak hanya menjadi murid yang paling dekat

dan setia kepada Abduh tetapi menjadi mitra, penerjemah, dan pengulas pemikiran-

pemikirannya.

D. Cita – Cita Besar

Beberapa bulan setelah menetap di Mesir, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

mulai menerbitkan majalah al-Manar (Mercusuar) dengan persetujuan Muhammad

Abduh. Majalah tersebut dipersiapkan untuk menjadi corong dan media bagi

gerakan pembaruan Islam dalam memajukan umat Islam dan membebaskan mereka

dari belenggu penjajahan.

Melalui Tafsirnya, yaitu al-Manar Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

berupaya mengaitkan ajaran-ajaran al-Qur’an dengan masyarakat dan kehidupan

serta menegaskan bahwa Islam adalah agama universal dan abadi, yang selalu

sesuai dengan kebutuhan manusia disegala waktu dan tempat.

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha memiliki visi bahwasa” umat Islam harus

menjadi umat yang merdeka dari belenggu penjajahan dan menjadi umat yang

maju” sehingga dapat bersaing dengan umat-umat lain dan bangsa-bangsa barat

diberbagai bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Page 34: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

24

Beberapa ide-ide pembaruan yang dipublikasikan oleh Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha antara lain:

a. Kemunduran umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan lantaran mereka tidak

lagi menganut ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Perilaku mereka juga sudah

banyak yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Misalnya, anggapan

yang menyatakn bahwa dalam Islam terdapat ajaran kekuatan Rohani yang

membuat pemiliknya dapat memperoleh segala apa yang dikehendakinya.

Padahal menurut ajaran agama, kebahagian dunia dan akhirat hanya dapat

diperoleh melalui amal usaha yang sesuai sunatullah.23

b. Kemunduran umat Islam juga disebabkan membudayanya paham fatalis

(Jabbariyyah). Sebaliknya salah satu sebab kemajuan bangsa Eropa dalah sudah

membudayanya paham ikhtiar (dinamis). Padahal Islam sendiri sebenarnya

berisi ajaran yang mendorong umatnya untuk bersifat dinamis. Ajaran tersebut

terkandung dalam kata jihad, yang berarti berusaha keras dan bersungguh-

sungguh dalam mencurahkan segenap pikiran, kekuatan, dan berkurban, baik

dengan harta benda maupun dengan jiwa raga.

c. Ilmu pengetahuan modern tidak bertentangan dengan Islam sudah sepantasnya

umat Islam yang mendambakan kemajuan, siap mempelajarinya. Kemajuan

yang pernah dicapai umat Islam pada zaman klasik adalah karena kemajuan

mereka dibidang ilmu pengtahuan. Namun, ilmu pengetahuan tersebut telah

23Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 72

Page 35: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

25

diabaikan oleh umat Islam yang datang kemudian dan sebaliknya dikembangkan

oleh bangsa barat. Akibatnya Islam mengalami kemunduran sedangkan barat

mengalami kemajuan. Karena itu jika umat Islam mempelajari ilmu

pengetahuan dari barat, mereka sebenarnya mempelajari kembali ilmu

pengetahuan yang pernah dimiliki.

d. Islam itu sederhana, baik masalah ibadah maupun masalah muamalah. Ibadah

kelihatan ruwet, karena hal-hal yang sunah dan tidak wajib dijadikan hal-hal

yang wajib.Hukum-hukum fiqih yang berkenaan dengan kemasyarakatan meski

didasrkan pada al-Qur’an dan Hadits, tidak boleh dianggap absolut dan tidak

dapat diubah. Hukum-hukum itu ditetapkan sesuai dengan suasana tempat dan

zaman ia ditetapkan.

e. Dalam masalah politik, kemunduran umat Islam dalam bidang ini adalah karena

perpecahan, karena itu jika ingin maju maka harus mewujudkan persatuan dan

kesatuan yang didasarkan pada keyakinan, bukan hanya didasarkan pada bahasa

dan ethnis. Untuk itu, dia menyeru umat Islam agar bersatu kembali di bawah

satu keyakinan, satu sistem moral, satu sistem pendidikan, dan tunduk dalam

satu sistem hukum dalam satu kekuasaan yang berbentuk negara. Namun,

negara yang diinginkannya bukan seperti konsep Barat, melainkan negara dalam

bentuk khilafah (kekhalifahan) seperti pada masa Al-khulafa ar-Rasyidin. Dia

menganjurkan pembentukan organisasi Al-jami’ah al-Islamiyah (Persatuan

Umat Islam) di bawah naungan khalifah. Kiprah Rasyid Ridha dalam dunia

politik secara nyata dapat dilihat dalam aktivitasnya. Ia pernah menjadi Presiden

Page 36: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

26

Kongres Suriah pada 1920, menjadi delegasi Palestina-Suriah di Jenewa tahun

1921. Ia juga pernah menjadi anggota Komite Politik di Kairo tahun 1925, dan

menghadiri Konferensi Islam di Mekah tahun 1926 dan di Yerusalem tahun

1931.24

E. Wafat

Setelah berjuang dengan segala kemampuan yang ada padanya untuk

kemajuan dan kejayaan Islam, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha sebagai ulama

yang selalu menambah ilmu pengetahuan dan selalu pula berjuang selama hayatnya,

telah menutup lembaran hidupnya dalam usia 70 tahun pada kamis, pada tanggal 23

Jumadil ‘Ula 1354 H, bertepatan dengan 22 Agustus 1935 M. Sayyid Muhammad

Rasyid Rida wafat dengan wajah yang sangat cerah disertai dengan senyuman.25

24Muhammad Yasar, LC dan Muhammad Hikam, LC dengan judul Mencari FormatPeradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 87

25M. Quraish Shihab, op. cit., h. 63

Page 37: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

27

BAB III

KARYA SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA

Majalah al-Manar mulai terbit pada tanggal 22 Syawal 1315 H/ 15 Maret

1898 M. Pada mulanya majalah tersebut terbit dalam bentuk tabloid, sekali dalam

seminggu, kemudian setengah bulan sekali, kemudian sebulan sekali, dan kadang-

kadang sembilan nomor dalam setahunnya. Majalah tersebut dapat diterbitkan

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha seorang diri hingga akhir hayatnya. Apa yang

telah dilakukan oleh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha adalah prestasi besar yang

sulit ditandingi orang lain. Selama al-Manar terbit, sebayak 34 jilid besar dan setiap

jilidnya berisi 1000 halaman telah terkumpul seluruhnya.

Tafsir Al-Qur’an karya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha itu berjudul Tafsir

al-Qur’an al Hakim (Tafsir Al-Manar)1 bagian pertamanya, yaitu surat al-Fatihah

sampai dengan surat an-Nisa ayat 125 merupakan hasil kerjasama dengan gurunya,

Syekh Muhammad Abduh. Sedangkan bagian keduanya, yaitu dari surat al-Nisa

ayat 126 sampai dengan surat Yusuf ayat 110 adalah hasil karyanya secara mandiri.

Karya-karya yang dihasilkan semasa hidup Sayyid Muhammad Rasyid

Ridha pun cukup banyak. Antara lain, Tarikh Al-Ustadz Al-Imama Asy-Syaikh

‘Abduh (Sejarah Hidup Imam Syaikh Muhammad Abduh), Nida’ Li Al-Jins Al-

Latif (Panggilan terhadap Kaum Wanita), Al-Wahyu Muhammad (Wahyu Allah

yang diturunkan kepada Muhammad Saw.), Yusr Al-Islam wa Usul At-Tasyri’ Al-

1Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah Pengantar Ilmu al-Quran /Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang,1994), h. 280

Page 38: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

28

‘Am (Kemudahan Agama Islam dan dasar-dasar umum penetapan hukum Islam),

Al-Khilafah wa Al-Imamah Al-Uzma (Kekhalifahan dan Imam-imam besar),

Muhawarah Al-Muslih wa Al-Muqallid (dialog antara kaum pembaharu dan

konservatif), Zikra Al-Maulid An-Nabawiy (Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad

Saw.), dan Haquq Al-Mar’ah As-Salihah (hak-hak wanita Muslim).

A. Penulisan Tafsir al-Manar

Secara mendetail tidak ada referensi atau penjelasan mengenai sebab

penulisan Tafsir al-Manar. Namun dari beberapa pengamat menyebutkan bahwa

pada dasarnya penulisan Tafsir al-Manar bermula dari gagasan pemikiran dari tiga

tokoh pembaharu dalam Islam yaitu Jamaluddin al-Afgani, Syekh Muhammad

Abduh dan Sayyid Muhammad Rasyid Ridha. Meski mereka sepakat mengatakan

bahwa penulis karya Tafsir al-Manar ini adalah hasil tokoh yang ketiga.2

Syaikh Muhammad Abduh telah merintis kebangkitan ilmiyah dan

memberikan buahnya kepada murid-muridnya. Kebangkitan ini berpusat pada

kesadaran Islam, upaya pemahaman sosiologis islam dan pemecahan agama

terhadap problematika kehidupan masa kini. Benih-benih kebangkitan itu

sebenarnya dimulai dengan gerakan Jamaludin al-Afgani, yang kepadanya

Muhammad Abduh berguru. Abduh memberikan mata kuliah tafsir di Universitas

al-Azhar dan mendapat sambutan baik dari murid dan mahasiswanya.3 Sayyid

2Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 48

3Muhammad Ibn ‘Ismā’īl Abu Abdillāh al-Bukhāri, al-Jāmi’ al-Ṣahih al-Mukhtaṣar,(Bairūt: Dar Ibn Kathīr, 1987), h. 154

Page 39: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

29

Muhammad Rasyid Ridha adalah murid paling tekun mempelajari mata kuliah

tersebut, paling semangat dan mencatatnya dengan teliti. Maka dapatlah dikatakan

bahwa ia adalah ahli waris tunggal bagi ilmu-ilmu Syaikh Muhammad Abduh. Buah

nyata akal hal ini tampak jelas dalam tafsirya yang diberi nama Tafsir al-Quran al-

Hakim, populer dengan nama Tafsir al-Manar, nisbah kepada majalah al-Manar

yang diterbitkanya.

Namun, perlu diketahui bahwa pada mulanya tafsir ini merupakan materi

Abduh yang diajarkan di Masjid al-Azhar dan dicatat oleh muridnya bernama

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, yang kemudian berinisiatif tulisan-tulisannya itu

dijadikan sebuah buku tafsir, karena sebelumnya tulisannya disebuah majalah

tersebar luas dan berpengaruh terhadap negara-negara Arab. Kemudian semua

pengajaran Abduh dicatat oleh muridnya untuk kemudian dikoreksi kembali oleh

Abduh.4

Hal tersebut bermula dari ketertarikan Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

terhadap artikel-artikel al-Urwah al-Wusqa yang pernah diterbitkan oleh al-Afghani

dan Abduh ketika keduanya bermukim di Prancis menumbuhkan obsesinya bisa

berguru kepada keduanya. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha tertarik kepada artikel-

artikel majalah itu. Mengenai usulan penafsiran al-Qur’an yang disampaikan oleh

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha kepada Abduh sempat mengalami kegagalan tiga

kali. Meskipun Muhammad Abduh menyadari akan pentingnya penulisan tafsir,

4A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar (Cet. I:Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h. 45

Page 40: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

30

namun Abduh mempunyai alasan yaitu, tulisan dalam bentuk buku-buku tidak

bermanfaat bagi orang yang berhati buta. Kemudian metode ceramah lebih efektif

ketimbang penulisan.5

Namun pada akhirnya, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha menyatakan

tekadnya siap menanggung kerugian material selama satu tahun sampai dua tahun

setelah penerbitan itu. Akhirnya abduh merestui penerbitan dan memilih nama al-

Manar dan dari sekian banyak nama yang diusulkan oleh Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha. Al-Manar terbit pertama kali pada 22 Syawal 1315H/17 Maret 1898

berupa mingguan sebanyak delapan halaman dan mendapat sambutan hangat dari

berbagai kalangan, baik itu dari Mesir maupun di luar Mesir, Eropa dan Indonesia

itu sendiri.6

Tafsir al-Manar yang bernama tafsir al-Quran al-Hakim memperkenalkan

dirinya sebagai, “kitab tafsir satu-satunya yang menghimpun riwayat-riwayat yang

shahih dan pandangan akal yang tegas, yang menjelaskan hikmah-hikmah syari’at,

serta sunnatullah (hukum Allah yang berlaku) terhadap manusia, dan menjelaskan

fungsi al-Quran sebagai petunjuk untuk seluruh manusia, disetiap waktu dan tempat.

Tafsir ini disusun dengan redaksi yang mudah sambil berusaha menghindari istilah-

5Muhammad Imarah, Mencari Format Peradaban Islam. (Jakarta: PT RajaGrafidoPersada,2005), h. 2-3

6Lihat Quraish Shihab, Studi Kritis Tafsir al-Manar, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1994), h.64

Page 41: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

31

istilah ilmu dan teknis sehingga dapat di mengerti oleh orang awam tetap tidak

dapat diabaikan oleh orang-orang khusus (cendekiawan).7

Karenanya tafsir al-Manar yang terdiri dari 12 jilid itu lebih wajar untuk

dinisbahkan kepada Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, sebab di samping lebih

banyak yang ditulisnya, baik dari segi jumlah ayat maupun dari segi jumlah

halamannya, juga karena dalam penafsiran ayat-ayat surah al-Fatihah dan surah al-

Baqarah serta surah an-Nisa ditemui pula pendapat-pendapat Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha yang ditandai olehnya dengan menulis kata (أقول) aqulu “saya

berkata” sebelum menguraikan pendapatnya.8 Tetapi di bagian-bagian awalnya

(lima jilid pertama) memuat Tafsir Muhammad Abduh dengan menggunakan

pemikiran pembaharuan yang bisa menggugah kesadaran pembacanya untuk

mengkaji al-Qur’an lebih dalam.9

Adapun mengenai sistematika penulisan dalam tafsir al-Manar adalah

penulisan secara susunan mushafi. Sebagaimana dapat dilihat bahwa dalam

penafsiran al-Manar dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan al-Nas.

Kemudian, dilanjutkan dengan penjelasan ayat per ayat yang ada, lalu dikaitkan

dengan ayat qur’an lain beserta hadis yang terkait. Penjelasan yang ada dijabarkan

dengan mengemukakan asbabun nuzul, dan keutamaan ayat-ayat tersebut.

7Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Pengantar Ilmu al-Quran / Tafsir (Jakarta: BulanBintang,1994), h. 34

8Abd Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Yaogyakarta: Teras, 2005), h. 45

8Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: Lintera antarnusa, 1992), h. 512

Page 42: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

32

B. Metodologi Kitab Tafsir

Secara global dapat dikemukakan bahwa Muhammad Abduh (guru Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha) hidup dalam suatu masyarakat yang tengah disentuh

oleh berbagai perkembangan yang ada di Eropa, dimana masyarakatnya sangat

kaku, beku dan menutup pintu ijtihad, hal ini muncul karena adanya kecenderungan

umat yang merasa cukup dengan produk ulama-ulam terdahulu, sehingga akal

mereka beku (jumud), sementara di Eropa sendiri sedang berkembang biak pola

kehidupan yang mendewakan akal. Sehingga muncul kelompok yang taqlid

(mayoritas jumlahnya) dan kelompok tajdid (minoritas jumlahnya).

Berdasarkan kondisi di atas, Muhammad Abduh bermaksud dalam setiap

penuangan pikirannya termasuk dalam kitab tafsirnya berkeinginan untuk selalu

mengingatkan sekaligus menyadarkan umat untuk kembali kepada al-Qur’an dan

Hadis. Seruan ini pula yang mengajak umat kepada fungsionalisasi akal dalam

memahami al-Qur’an.

Mengenai metode yang digunakan oleh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

dalam penulisan kitab al-Manar, beliau menggunakan metode tahlili dalam

tafsirannya. Hal ini dapat terlihat dari adanya penafsiran dan penjelasan dalam per

ayat, dengan menjelaskan makna yang terkandung dalam kata per kata ataupun per

ayat yang dimaksud, sebagaimana yang terdapat dalam metode tahlili pada

penafsiran sebelumnya. Beliau menggunakan kerasionalitasannya dalam memahami

dan mejelaskan suatu ayat dengan memperhatikan beberapa aspek yang termuat

dalam seorang mufassir dan juga memerhatikan beberapa kitab tafsir terdahulu

Page 43: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

33

untuk dijadikan sebagai bahan rujukannya dalam menafsirkan. Jenis tafsir seperti ini

biasa juga disebut tafsir tajzi’ah.10

Adapun mengenai sistematika penulisan dalam tafsir al-Manar adalah

penulisan secara susunan mushafi. Sebagaimana dapat dilihat bahwa dalam

penafsiran al-Manar dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan an-Nas.

Kemudian, dilanjutkan dengan penjelasan ayat per ayat yang ada, lalu dikaitkan

dengan ayat qur’an lain beserta hadis yang terkait. Penjelasan yang ada dijabarkan

dengan mengemukakan asbabun nuzul, dan keutamaan ayat-ayat tersebut.11

Walaupun secara global tafsir ini menggunakan metode tahlili sebagaimana

yang terdapat pada penafsiran-penafsiran sebelumnya, namun terdapat titik

penekanan yang menjadikan tafsir ini berbeda dengan metode pada tafsir yang ada.

Dimana pada tafsir-tafsir sebelumnya menitik beratkan hanya pada pemaknaan

terhadap makna linguistik yang terdapat pada ayat, namun penafsiran dalam al-

Manar bukan lagi hanya mefokuskan pada pemaknaan linguistik, tetapi juga melihat

keterkaitan makna ayat dengan aspek-aspek atau persoalan yang muncul pada

zaman sekarang, atau biasa disebut dengan corak adabi ijtimai, sehingga al-Qur’an

bukan lagi dianggap sebagai kitab suci yang memiliki sastra tinggi, namun al-

Qur’an dapat berfungsi sebagaimana fungsi utamanya bagi masyarakat (umat

10Muhammad Baqr Shadr, Sejarah dalam Perspektif Alquran (Cet. I: Jakarta: PustakaHidayah, 1993), h. 12

11Hal tersebut serupa dengan tafsir tajzi’ah lihat Muhammad Baqr Shadr, Sejarah dalamPerspektif Alquran, h. 12

Page 44: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

34

Islam), yakni sebagai petunjuk dalam hidup. Hal inilah yang menjadikan titik

perbedaan yang menjadikan kitab tafsir al-Manar sebagai bibit tafsir modern.12

Adapun ciri dari corak adabi ijtimai adalah penonjolan ketelitian redaksi

ayat-ayat al-Qur’an, penguraian makna yang dikandung dalam ayat dengan redaksi

yang menarik hati, dan adanya upaya untuk menghubungkan ayat-ayat al-Qur’an

dengan hukum-hukum alam yang berlaku dalam masyarakat.13 Dalam artian lain

bahwa memahami ayat dari segi balaghahnya untuk kemudian dipahami sesuai

dengan makna yang dimaksud di dalamnya dengan menggunakan bahasa yang

mudah dipahami dan indah. Sehingga al-Qur’an dengan mudah dipahami oleh umat

Islam dari kalangan manapun (bukan hanya ulama) untuk dijadikan sebagai huda li

al-nas, sebagaimana yang merupakan fungsi utama dari al-Qur’an.

Dan pada dasarnya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengikuti metode dan

ciri-ciri pokok yang digunakan oleh gurunya, Muhammad Abduh.14 Persamaannya

yaitu:

1. Memandang setiap surah sebagai satu kesatuan ayat-ayat yang serasi

2. Ayat Al-Qur’an bersifat umum

3. Al-Quran adalah sumber Aqidah dan Hukum

4. Penggunaan akal secara luas dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an

12Fachruddin Faiz, Hermeneutika Qur’an (Yogyakart: Qalam, 2002), h. 64

13Rif’at Syauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh Kajian Masalah Akidahdan Ibadat (Jakarta: Paramadina, 2002), h. 111

14Quraish Shihab, Studi Kritis Tafsir al-Manar, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994),hlm. 70-92 Moeslim Abdurrahman, Islam Transpormatif, (Cet. I: Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h. 62

Page 45: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

35

5. Bersikap hati-hati terhadap hadits Nabi saw.

6. Bersikap hati-hati terhadap pendapat sahabat.

Salah satu ide pembaruan Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam tafsirnya

disebabkan adanya kemunduran umat Islam dalam berbagai aspek dan kehidupan

lantaran mereka tidak lagi menganut ajaran Islam yang sebenarnya. Perilaku umat

Islam juga sudah banyak yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Bid’ah

yang merugikan bagi perkembangan dan kemajuan umat sudah banyak masuk ke

dalam Islam. Misalnya, anggapan yang menyatakan bahwa dalam Islam terdapat

ajaran kekuatan rohani yang membuat pemiliknya dapat memperoleh segala apa

yang dikehendakinya. Padahal menurut ajaran agama, kebahagiaan dunia dan

akhirat hanya dapat diperoleh melalui amal usaha yang sesuai dengan sunatullah.

Tafsir al-Manar sendiri dalam penafsirannya mengambil beberapa referensi

dari beberapa kitab terdahulu, seperti: Al-Kasysyaf, Al-Jami’ fi Ahkam al-Qur’an,

Tafsir Ath-Thabary, Al-Tafsir al-Kabir, Ta’wil Musykil al-Qur’an, Tafsir Al-Alusi,

Tafsir Al-Bahr al-Muhith, Tafsir Ibn Katsir, Al-Itqan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an,

Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul, Asbab an-Nuzul karya al-Wahidi, ‘Ijaz al-

Qur’an, dan Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an.15

15Nasir Baidan, Perkembangan Tafsir Alquran di Indonesia (Cet. I: Solo: PT TigaSerangkai, 2002), h. 77

Page 46: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

36

C. Contoh Penafsiran al-Manar

Sebagaimana yang telah dijelaskan mengenai tafsir al-Manar di atas,

perlulah kiranya untuk membahas mengenai salah satu penafsiran yang termuat

dalam tafsir al-Manar sebagai pemahaman mengenai hal-hal yang telah disebutkan

(seperti aspek metodologinya). Dalam hal ini, penafsiran ayat tentang puasa pada

QS. Al-Baqarah/2:183.

Terjemahan:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana

diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-

Baqarah: 183)

Dalam penafsiran ayat tersebut, Abduh mengambil beberapa titik penting

dari lafadz ayat tersebut. Sebut saja pada lafadz “kaum terdahulu”, Abduh

menjelaskannya dengan menjelaskan semua pengetahuan yang dimilikinya, yakni

mulai dari menjelaskan mengenai kebiasaan puasa yang sudah ada sejak zaman

dahulu, sampai dengan penyebutan melaksanakan puasa pada agama-agama lain.

Selain itu juga Abduh menjelaskan mengenai berbagai macam hikmah dan manfaat

yang terkandung dalam perintah puasa dalam berbagai perspektif di dalamnya,

Page 47: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

37

sehingga kita bisa mengetahui alasan kenapa diperintahkan untuk berpuasa, bukan

hanya bertaqlid pada ucapan ulama terdahulu ataupun hanya ikut-ikut pada

lingkungan sekitar.

Selain itu juga beliau menjelaskan mengenai keterkaitan orang yang

berpuasa dengan ketakwaan (sebagaimana terdapatnya lafadz tattaqun dalam ayat

tersebut) bagi orang yang berpuasa dengan mengkaitkan kerasionalitasannya dengan

cara menghubungkannya pada perilaku sehari-hari. Sehingga puasa bukan lagi

difahami sebagai bentuk formalitas bagi umat Islam, namun sebagai ibadah yang

sangat berarti, khususnya sebagai benteng dalam melakukan hal-hal yang dilarang.

Sehingga bisa dipastikan di sini bahwa Abduh tidak ingin umat Islam melakukan

puasa dengan hanya bertaqlid saja (berpuasa dengan tidak memahami dan

mengetahui rahasia serta hikmah disyariatkannya puasa dan juga tidak mengetahui

kegunaan puasa itu bagi kemaslahatan hidup manusia, atau berpuasa semata-mata

karena mengikuti kebiasaan sahabat karib).16

Selanjutnya salah satu contoh penafsiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

mengenai keimanan seseorang tergantung kehendak Allah Swt., dapat ditinjau pada

QS. al-An’am/6:111.

16Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Beirut: Dar al-Fikr, ttt) Jilid II, h. 143-158

Page 48: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

38

Terjemahnya:

Kalau Sekiranya Kami turunkan Malaikat kepada mereka, dan orang-orangyang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segalasesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman,kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidakmengetahui.Dalam penafsirannya mengenai ayat tersebut, Sayyid Muhammad Rasyid

Ridha berpendapat bahwa meski Allah Swt., telah menurunkan malaikat yang dapat

mereka lihat atau orang yang telah mati dapat berbicara kepada mereka untuk

membuktikan kebenaran agama yang dibawa oleh Muhammad Saw., atau apa saja

yang dapat menjadi bukti kebenarannya, mereka tetap tidak mau beriman karena

mereka memandang bukti-bukti tersebut dengan pandangan orang yang ingin

mencari kebenaran, tetapi hanya memandangnya dengan pandangan seseorang

terhadap musuhnya.17

Lebih lanjut dalam pandangannya ia mengatakan bahwa orang-orang yang

berpandangan seperti itu selamanya tidak akan beriman kecuali jika Allah

menghendaki lain. Akan tetapi, sunnatullah yang berkenan dengan ketidaksiapan

mereka untuk beriman itu sejalan dengan kehendak Allah pada segala sesuatu yang

terjadi di alam semesta ini. Jika Allah menghendaki mereka beriman, pasti akan

terjad. Namun Allah tidak menghendakinya karena yang demikian itu mengubah

17A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar (Cet. I:Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h. 248

Page 49: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

39

sunnah-Nya dan mengganti tabiat manusia. Dengan demikian, penegasan Allah Swt,

“kecuali Allah menghendakinya” semakin memperkuat penegasan-Nya, yaitu

mereka tidak akan beriman.18

Selanjutnya beralih kepada penafsiran Ridha’ di QS al-A’raf/7:157 di atas,

kita akan menjumpai lagi pendiriannya yang lebih tegas tentang kemampuan akal

dalam mengetahui baik dan buruknya suatu perbuatan. Ayat tersebut menyatakan:

Terjemahnya:

….yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang merekadari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segalayang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk padamereka….

Menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha’, yang dimaksud dengan yang

ma’ruf ialah kebaikan yang dapat diketahui oleh akal sehat dan disenangi oleh hati

yang suci sebab kebaikan itu sesuai dengan fitrah manusia. Kegunaan dan

kemaslahatannya tidak dapat ditolak oleh orang yang memiliki fitrah yang sehat

meskipun syarak atau wahyu belum datang menjelaskannya. Yang dimaksud

dengan yang munkar ialah sesuatu yang dicela dan tidak dibenarkan oleh akal sehat

dan tidak disukai oleh kata hati. Karena itu menafsirkan yang ma’ruf dengan apa

saja yang telah diperintahkan oleh syarak dan menafsirkan yang munkar dengan apa

18A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar, h. 249

Page 50: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

40

yang telah dilarangnya termasuk dalam kategori menjelaskan air dengan air. Apa

yang telah kita katakan di atas membuktikan bahwa baik dan buruknya suatu

perbuatan dapat diketahui oleh akal sesuai dengan pendiri Mu’tazilah dn

bertentangan dengan pendirinya Asy’ariyyah.19 Pernyataan yang sama juga

dikemukakan Ridha’ saat menafsirkan QS. al-A’raf/7: 28

Terjemahnya:

Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatanyang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidakkamu ketahui.

Menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha’, ayat tersebut telah membantah

pernyataan orang-orang kafir yang mengatakan bahwa perbuatan keji, seperti tawaf

tanpa mengenakan busana yang menutup tubuh mereka itu adalah perintah Allah.

Bantahan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek akal dan aspek naqal.20

Bantahan dari aspek akal adalah perbuatan semacam itu sudah jelas termasuk

perbuatan keji dan buruk. Padahal Allah Maha suci dari memerintahkan perbuatan

keji kepada hamba-Nya. Setanlah sebenarnya yang memerintahkan perbuatan-

perbutan tersebut kepada mereka.

19A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar, h. 18820A. Athahillah, Rasyid Ridha-Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar, h. 190

Page 51: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

41

BAB IV

PEMIKIRAN PEMBAHARUAN

SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA

Dalam catatan atau literatur kontemporer, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

digambarkan sebagai pejuang muslim yang tidak jauh beda dengan Muhammad

Abduh.1 Muhammad Abduh menilai bahwa tidak ada jalan yang paling ampuh bagi

tercapainya pembaharuan di dunia Islam kecuali melalui politik merupakan jalan

terpendek, sedangkan pembaharuan melalui pendidikan dan pengajaran sekalipun

menempuh jalan yang panjang tapi hasilnya mantap dan langgeng. Oleh sebab itu,

antara kedua jalur itu sebenarnya sangat berkaitan. Menurut Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha pembaharuan mutlak harus dilakukan, karena tanpa itu, umat Islam

senantiasa berada dalam kejumudan dan akan menjadi umat yang terlantar. Ia

melihat bahwa kemunduran umat Islam dan kelemahan mereka disebabkan karena

mereka tidak lagi memegang dan menjalankan ajaran Islam yang sebenarnya.2

Untuk pembahasan lebih lanjut, tentang pemikiran pembaharuan Islam Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha dapat dibagi menjadi beberapa bidang:

A. Pembaharuan Bidang Keagamaan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan umat Islam lemah dan jauh

ketinggalan oleh orang Barat, di antaranya Islam telah kemasukan ajaran-ajaran

1Abdillah F Hasan, Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam (Surabaya: Jawara Surabaya), h. 265

2Nasution, Enskiklopedia, h. 993

Page 52: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

42

yang nampaknya Islam, tetapi sebenarnya bukan. Hal itu menyebabkan umat Islam

melaksanakan ajaran yang tidak sesuai lagi dengan ajaran Islam sebenarnya.

Menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, umat Islam dapat mengejar

ketinggalannya dari bangsa Eropa, jika mereka kembali kepada ajaran Islam

sebenarnya sebagaimana telah diajarkan Nabi Muhammad Saw., dan dipraktekkan

oleh sahabat. Dengan demikian, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha menganjurkan

untuk menggali kembali teks al-Qur’an.

Ijtihad adalah modal awal demi keberlangsungan syariat Islam yang

memenuhi seluruh kebutuhan pembaruan “karena syariat Islam adalah syariat

penutup dari Tuhan, dan hikmah dari semua itu adalah bahwasanya Allah Swt.,

telah menyempurnakan agama ini dan menjadikannya agama yang universal antara

ruh dan jasad, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada umatnya untuk

berijtihad yang benar dan dalam mengambil istinbat. Kedua sisi ini sangat sesuai

dengan kemaslahatan manusia di setiap tempat dan waktu.

Masalah aqidah di zaman hidupnya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha masih

belum tercemar unsur-unsur tradisi maupun pemikiran filosof. Dalam masalah

teologi, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha banyak dipengaruhi oleh pemikiran para

tokoh gerakan salafiyah. Dalam hal ini, ada beberapa konsep pembaharuan yang

dikemukakannya, yaitu masalah akal dan wahyu, sifat Tuhan, perbuatan manusia

(af’al al-Ibad) dan konsep iman.

Page 53: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

41

1. Akal dan Wahyu

Menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, dalam masalah ketuhanan

menghendaki agar urusan keyakinan mengikuti petunjuk dari wahyu. Sungguhpun

demikian, akal tetap diperlukan untuk memberikan penjelasan dan argumentasi

terutama kepada mereka yang masih ragu-ragu.

Page 54: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

43

2. Sifat Tuhan

Dalam menilai sifat Tuhan, di kalangan pakar teologi Islam terjadi

perbedaan pendapat yang sangat signifikan, terutama dari kalangan Mu’tazilah

dan Asy’ariyah. Mengenai masalah ini, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

berpandangan sebagaimana pandangan kaum Salaf, menerima adanya sifat-sifat

Tuhan seperti yang dinyatakan oleh nash, tanpa memberikan tafsiran maupun

takwil.

3. Perbuatan Manusia

Pembahasan teologi tentang perbuatan manusia bertolak dari pertanyaan

apakah manusia memiliki kebebasan atas perbuatannya (freewill) atau

perbuatan manusia hanyalah diciptakan oleh Tuhan (Predistination). Perbuatan

manusia menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha sudah dipolakan oleh suatu

hukum yang telah ditetapkan Tuhan yang disebut Sunatullah, yang tidak

mengalami perubahan.

4. Konsep Iman

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mempunyai dasar pemikiran bahwa

kemunduran umat Islam disebabkan keyakinan dan amal perbuatan mereka

yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Oleh karena itu, upaya pembahasan

yang dilaksanakannya dititik beratkan kepada usaha untuk mengembalikan

keberagamaan ummat kepada ajaran Islam yang sebenarnya. Pandangan Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha mengenai keimanan didasarkan atas pembenaran hati

(tasdiq) bukan didasarkan atas pembenaran rasional.

Page 55: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

44

Pemikiran pembaharuan Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam bidang

keagamaan bisa dikatakan sama seperti pemikiran Muhammad Abduh. Umat Islam

mengalami kemunduran karena tidak menganut ajaran-ajaran Islam yang

sebenarnya. Hal ini dikarenakan banyak faham-faham yang tidak sesuai masuk ke

dalam tubuh Islam, seperti segala khurafat, takhayul, bidah, jumud dan taklid. Oleh

karena itu, menurut analisis Sayyid Muhammad Rasyid Ridha ajaran Islam yang

murni akan membawa kemajuan umat Islam, itulah sebabnya segala macam

khurafat, takhayul, bidah, jumud, taklid, ajaran-ajaran yang menyeleweng dari

ajaran Islam harus dikikis dan disingkirkan.3

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha banyak menyoroti masalah akidah Islam

yang hubungannya dengan praktik di tengah umat Islam saat itu. Umumnya, umat

Islam mempunyai pengalaman agama berdasarkan taklid. Umat Islam pada saat itu

lebih meminati sesuatu hukum atau fatwa yang sudah baku, karena dianggap

sebagai kebenaran mutlak. Dengan dasar itu, segala sesuatu sikap yang berbeda

akan dianggap tidak sesuai dengan paham ini. Kecenderungan taklid juga akan

menimbulkan sikap saling menyalahkan terhadap kelompok yang berbeda. Sampai

tingkat yang lebih parah akan membawa pertentangan bahkan permusuhan.

Keanekaragaman faham keagamaan yang muncul justru makin memperdalam

perpecahan dikalangan umat Islam. Untuk itu umat Islam perlu mencari alternatif

3Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis (Yogyakarta:Pusat Ilmu Yogyakarta), h. 350

Page 56: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

45

faham keagamaan yang dapat membawa kepada arah persatuan, yaitu sebagaimana

terdapat di zaman Rasulullah Saw.

Selain itu dalam Islam telah banyak masuk unsur bidah yang merugikan bagi

perkembangan dan kemajuan umat Islam. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha sangat

menentang keras ajaran syekh-syekh tarekat tentang tidak pentingnya hidup

duniawi, puji-pujian dan kepatuhan yang berlebih-lebihan pada syekh dan wali.

Menurutnya, umat Islam harus dibawa kembali kepada ajaran Islam yang

sebenarnya yaitu, ajaran yang murni dan terhindar dari segala bidah yang

menggerogoti ajaran tauhid.4

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengatakan Islam murni itu sederhana

sekali, sesederhana dalam ibadah dan sederhana dalam muamalahnya. Ibadah

kelihatannya berat dan ruwet karena dalam ibadah telah ditambahkan hal-hal yang

bukan wajib, tetapi sebenarnya hanya sunnat. Mengenai hal-hal yang sunnat ini

nantinya akan muncul perbedaan faham dan akan memicu munculnya kekacauan.

Sedangkan soal muamalah, hanya dasar-dasar yang diberikan, seperti keadilan,

persamaan, pemerintahan syura. Perincian dan pelaksanaan dari dasar-dasar ini

semua diserahkan kepada umat untuk menentukannya. Hukum-hukum fiqih

mengenai hidup kemasyarakatan, sungguhpun itu didasarkan atas Alquran dan hadis

tidak boleh dianggap absolut dan tidak dapat berubah. Hukum-hukum itu timbul

sesuai dengan situasi tempat dan zaman.

4Abd. Syukur Hasyim dkk, Teks Book Dirasat Islamiyyah (Surabaya: CV. Anika BahagiaOffset, 1995), h. 139

Page 57: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

46

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha juga menganjurkan supaya bertoleransi

bermazhab untuk dihidupkan. Dalam hal-hal dasarlah yang perlu dipertahankan

kesamaan faham bagi umat Islam, tetapi dalam hal perincian dan bukan dasar

diberikan kemerdekaan bagi tiap orang untuk menjelaskan mana yang disetujuinya.

Selanjutnya ia menganjurkan pembaharuan dalam bidang hukum dan penyatuan

mazhab hukum. Selain itu faktor yang membawa umat Islam mengalami

kemunduran adalah sikap fatalisme. Sedangkan salah satu faktor yang membawa

masyarakat Barat kepada kemajuan ialah faham dinamika yang terdapat dikalangan

mereka. Agar umat Islam tidak lemah, maka mutlak membuang jauh-jauh faham

fatalisme tersebut, kemudian menggantikannya dengan faham dinamisme (progres,

kemajuan).

Dengan menjunjung tinggi asas kemajuan, secara perlahan umat Islam akan

meyakini bahwa faktor nasib dan keberuntungan merupakan kehendak sepenuhya

manusia. Dengan kata lain, kemajuan dan perubahan hidup yang dijalani umat

Islam, sepenuhnya lebih ditentukan oleh umat Islam itu sendiri. Oleh karena itu

umat Islam harus bersikap aktif. Dinamika dan sikap aktif itu terkandung dalam kata

jihad. Jihad dalam arti berusaha keras dan sedia memberi pengorbanan harta bahkan

juga jiwa, untuk mencapai tujan perjuangan. Semangat jihad serupa inilah yang

menyebabkan umat Islam di zaman klasik dapat menguasai dunia.

Selanjutnya pemahaman ini, akan membawa umat Islam memiliki wawasan

rasional dan selalu maksimal dalam menggunakan akal pikiran. Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha juga menghargai akal manusia. Namun, penghargaannya terhadap

Page 58: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

47

akal tidak setinggi penghargaan yang di kemukakan oleh gurunya Muhammad

Abduh. Menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha akal dapat dipakai terhadap

ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan, tetapi tidak terhadap ibadah. Dalam

lapangan ini pula umat Islam memiliki konsep yang disebut dengan ijtihad. Konsep

ini akan memacu umat Islam untuk berfikir keras tentang agama dan sosial

kemasyarakatannya. Kendati demikian, ijtihad dalam persoalan agama hanya

terdapat dalam lapangan muamalah saja. Dalam bidang ibadah, tidak perlu

dilakukan ijtihad. Ijtihad diperlukan hanya untuk soal-soal hidup kemasyarakatan.

erhadap ayat dan hadist yang mengandung arti tegas, tidak diperlukan ijtihad. Akal

dapat dipergunakan terhadap ayat dan hadis yang tidak mengandung arti tegas dan

terhadap persoalan-persoalan yang tidak tersebut dalam Alquran dan hadis. Oleh

karena itu inilah letak dinamika Islam menurut faham Sayyid Muhammad Rasyid

Ridha.

B. Pembaharuan Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha menganjurkan umat Islam memiliki satu

kekuatan untuk menghadapi beratnya tantangan dunia modern. Kekuatan itu hanya

dapat dimiliki jika umat Islam bersedia menerima peradaban Barat. Jalan untuk

memperoleh peradaban Barat itu ialah berusaha memperoleh ilmu pengetahuan dan

teknologi Barat itu sendiri. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berlawanan

dengan Islam, bahkan umat Islam wajib mempelajari dan menerima ilmu

pengetahuan dan teknologi itu bila mereka ingin maju.

Page 59: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

48

Dalam berbagai tulisannya, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mendorong

umat Islam untuk menggunakan kekayaannya dalam pembangunan lembaga-

lembaga pendidikan. Menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, membangun

lembaga pendidikan lebih baik dari membangun masjid. Baginya masjid tidaklah

besar nilainya apabila orang-orang yang shalat di dalamnya hanyalah orang-orang

bodoh. Dengan membangun lembaga pendidikan, kebodohan dapat dihapuskan dan

dengan demikian pekerjaan duniawi dan ukhrawi akan menjadi baik. Satu-satunya

jalan menuju kemakmuran adalah perluasan pendidikan secara umum. Di bidang

pendidikan ini ia mendirikan sekolah sebgai misi Islam dengan nama madrasah

Aldakwah Wa Al-Irsyad dikairo pada tahun 1912 M. Para alumni madrasah ini

disebarkan keberbagai dunia Islam yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam

kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Erat kaitannya dengan konsep “jihad” yang dikemukakannya, Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha menganjurkan umat Islam memiliki satu kekuatan untuk

menghadapi beratnya tantangan dunia modern. Kekuatan itu hanya dapat dimiliki

jika umat Islam bersedia menerima peradaban Barat. Jalan untuk memperoleh

peradaban Barat itu ialah berusaha memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi

Barat itu sendiri. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berlawanan dengan Islam,

bahkan umat Islam wajib mempelajari dan menerima ilmu pengetahuan dan

teknologi itu bila mereka ingin maju.5

5Kurnial Ilahi, “Perkembangan Modern dalam Islam”, (Riau: Lembaga Penelitian danPerkembangan Fakultas Usuluddin UIN SUSKA dan Yayasan Pusaka Riau, 2002), h. 64

Page 60: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

49

Peradaban Barat modern menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

didasarkan atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam lapangan ini

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha sangat antusias mendukung program Muhammad

Abduh untuk melakukan pemasukan ilmu-ilmu umum ke dalam lembaga

pendidikan milik umat Islam (sekolah atau madrasah Islam tradisional). Hal itu

karena ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam. Untuk

kemajuan, umat Islam harus mau menerima peradaban Barat yang ada (ilmu

pengetahuan dan teknologi). Bahkan Sayyid Muhammad Rasyid Ridha melihat

wajib bagi umat Islam mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi modern,

asalkan dimanfaatkan dalam hal kebaikan.6 Umat Islam di zaman klasik dapat

mencapai kemajuan karena mereka mau maju, belajar dan memanfaatkan akal

mereka untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Barat maju karena mau mengambil

ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh umat Islam. Dengan demikian,

mengambil ilmu pengetahuan Barat modern berarti mengambil kembali ilmu

pengetahuan yang pernah dimiliki umat Islam.7

Dalam bidang pendidikan Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengikuti

gurunya, Muhammad Abduh. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha sangat menaruh

perhatian terhadap pendidikan. Umat Islam hanya dapat maju apabila menguasai

bidang pendidikan. Oleh karena itu, ia selalu menghimbau dan mendorong umat

6Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), h. 199-200

7Harun Nasution, Pembaharuan, h. 75

Page 61: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

50

Islam untuk menggunakan kekayaanya bagi pembangunan lembaga-lembaga

pendidikan. Menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, membagun lembaga

pendidikan lebih bermanfaat daripada membangun masjid. Lembaga pendidikan

akan dapat menghapuskan kebodohan dan pada gilirannya membuat umat menjadi

maju dan makmur.

pada tahun 1909, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengadakan kunjungan

ke Istambul dengan tujuan mendirikan lembaga pemdidikan Islam yang Shahih dan

menghilangkan kesalahpahaman antara Turki dan Arab. Tapi usahanya ini tidak

berhasil, maka niatnya itu akan dilaksanakan di Kairo setelah mendirikan Dar al-

Da’wah wa al-Irsyad. Rencana menegakkan sekolah itu baru terwujud setelah

pulang dari kunjungannya ke India pada tahun 1912.

Dalam kunjungan ke Istambul, ke India dan lain-lain, ia selalu berpidato

tentang pendidikan dan pengajaran, tentang faktor-faktor yang membangkitkan

kaum muslimin. Dalam tulisan yang dimuat di al-Manar, Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha juga menyampaikan idenya tentang pendidikan.

Selain itu aktivitas Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam bidang

pendidikan selain memasukkan ilmu-ilmu umum ke dalam lembaga pendidikan

milik umat Islam, ia juga membentuk lembaga pendididkan yang bernama “al-

Dakwah Wal Irsyad” pada tahun 1912 M di kairo, Mesir. Mula-mula ia mendirikan

madrasah tersebut di Konstantinopel terutama meminta bantuan pemerintah

setempat akan tetapi gagal, karena pada saat itu Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

tidak mendapat dukungan dari pemerintah, akhirnya ia mendirikannya di Kairo,

Page 62: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

51

Mesir. Motif mendirikan madrasah ini ialah, karena adanya keluhan-keluhan yang

disampaikan melalui pesan surat dari negeri-negeri Islam, diantaranya dari

Indonesia, tentang aktivitas missi Kristen di negara-negara mereka. Oleh karena itu,

untuk mengimbangi sekolah missi Kristen dipandang perlu mendirikan sekolah

missi Islam. Sebab banyak dari kalangan umat Islam yang pada saat itu

menyekolahkan anak mereka di sekolah Kristen, karena di sekolah tersebut

diajarkan ilmu pengetahuan umum dan teknologi modern.

Dengan berdirinya sekolah al-Dakwah Wal Irsyad, diharapkan para lulusan dan

sekolah ini akan dikirim ke negara mana saja yang memerlukan bantuan mereka

dalam hal pengajaran atau pendidikan dan kenegaraan. Akan tetapi usia sekolah ini

tidak panjang, karena situasi Perang Dunia I.

C. Pembaharuan Bidang Politik dan Sosial Kemasyarakatan

Semua umat bersatu di bawah satu keyakinan, satu sistem moral dan satu

system pendidikan dan tunduk pada satu sistem hukum. Hukum dan undang-undang

tidak dapat dijalankan tanpa kekuasaan pemerintah. Oleh karena itu, untuk kesatuan

umatperlu mengambil bentuk negara. Negara yang dianjurkan Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha ialah Negara dalam bentuk kekhalifahan. Sebab Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha memiliki program pelaksanaan yaitu menghidupkan kembali sistem

kekhalifahan di dalam zaman modern., karena bentuk pemerintahan seperti ini akan

membawa kesatuan umat Islam.

Walaupun Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengakui kemajuan peradaban

Barat, tetapi dia tidak setuju dengan ide kebangsaan yang dibawa bangsa Barat.

Page 63: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

52

Menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, umat Islam tidak perlu meniru ide

kebangsaan Barat, karena dalam Islam rasa kebangsaan itu dibangun atas dasar

keagamaan. Sejalan dengan konsepnya ini, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha

merindukan pulihnya kesatuan dan persatuan umat. Ia mengajak umat Islam untuk

bersatu kembali di bawah satu sistem hukum dan moral. Untuk melaksanakan

hukum harus ada kekuasaan dalam bentuk negara. Negara yang dianjurkan Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha ialah negara dalam bentuk kekhalifahan. Kepala negara

dibantu oleh ulama-ulama pembantu.8

Kepala negara ialah khalifah. Karena khalifah memiliki kekuasaan legislatif

dan harus empunyai sifat mujtahid. Akan tetapi dalam pada itu khalifah tidak boleh

bersifat absolut. Sedangkan para ulama merupakan pembantu-pembantunya yang

utama dalam soal memerintah umat. Untuk mewujudkan kesatuan umat itu ia pada

mulanya meletakkan harapan pada kerajaan Usmani, tetapi harapan itu hilang

setelah Mustafa Kamal berkuasa di Istambul dan kemudian menghapus sistem

pemerintahan khalifah dan berubah menjadi Republik.

Menurut Sayyid Muhammad Rasyid Ridha calon khalifah tidak hanya terdiri

dari ulama atau ahli agama yang sudah mencapai tingkat mujtahid, tetapi juga dari

pemuka-pemuka masyarakat dari berbagai bidang termasuk bidang perdagangan,

perindustrian dan sebagainya. Syarat bagi calon khalifah yaitu harus berilmu dan

mampu berijtihad. Syarat untuk dapat menduduki jabatan khalifah adalah berilmu

8A. Munir dan Sudarsono, “Aliran Modern dalam Islam”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1994). h. 163

Page 64: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

53

dalam arti menguasai pengetahuan agama dan bahasa Arab, sehingga mampu

memahami secara tepat maksud-maksud Alquran dan sunnah Nabi dan teladan-

teladan yang diwariskan oleh para pendahulu (salaf) yang saleh, dan yang sudah

mencapai tingkat mampu berijtihad secara betul.

Untuk mempersiapkan calon-calon khalifah yang memenuhi syarat-syarat

tersebut, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengusulkan pendirian suatu lembaga

pendidikan tinggi keagamaan untuk mendidik dan mencetak calon-calon khalifah.

Dalam lembaga pendidikan ini, diajarkan berbagai cabang ilmu agama Islam,

sejarah, ilmu kemasyarakatan dan ajaran-ajaran agama lainnya. Kemudian khalifah

dipilih dari antara para lulusan dan lembaga tersebut yaitu mereka yang telah

memperlihatkan keunggulan dalam penguasaan ilmu dan kemampuan berijtihad.

Pemilihan itu dilakukan dengan bebas dan oleh rekan-rekan sesama lulusan

lembaga itu, untuk kemudian dikukuhkan melalui baiat oleh Ahl-al-Halli wa al-Aqdi

(orang yang berhak memilih Khalifah/para ahli ilmu khususnya keagamaan dan

mengerti permasalahan umat) dari seluruh dunia Islam. Taat kepada khalifah yang

dipilih dan kemudian dibaiat dengan cara demikian itu hukumnya wajib bagi tiap

muslim. Untuk melaksanakan “proyek” menghidupkan kembali lembaga

kekhalifahan itu Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mengusulkan

diselenggarakannya suatu muktamar raya Islam di Kairo, Mesir, yang dihadiri oleh

wakil-wakil dari semua negara Islam dan seluruh umat Islam. Dengan

menambahkan bahwa Mesir adalah satu-satunya negara yang layak menjadi

Page 65: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

54

penyelenggara pertemuan akbar Islam seperti itu, tanpa memberikan uraian lebih

lanjut tentang alasannya.

Muktamar tersebut berlangsung pada tahun 1926 M, tetapi muktamar

tersebut berakhir dengan kegagalan. Karena banyak dan kuatnya pertentangan di

antara para peserta muktamar dan akhirnya tidak dapat tercapai kesepakatan.

Tentang Nasionalisme yang sedang menggejala pada masa itu, Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha berpendapat bahwa faham Nasionalisme itu bertentangan dengan

persaudaraan Islam. Maka ia tidak setuju dengan faham Nasionalisme yang dibawa

oleh Mustafa Kemal di Mesir maupun Turki Muda di Turki. Menurutnya

persaudaraan Islam tidak mengenal batas baik ras, bangsa, bahasa dan tanah air.

Namun, menurut pandangan penulis, Konsep kekhalifahan yang diajukan

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha sebagai yang termuat dalam buku al-Khalifah,

kelihatannya semata-mata hasil renungan dan pandangannya terhadap sejarah

perjalanan khalifah al-Rasyidin. Dia hanya melihat pada fungsi negara dengan

mengenyampingkan persepsi negara ditinjau dari sudut pertumbuhan penduduk.

Dengan kata lain, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha kurang menghayati dinamika

sejarah pemerintahan Islam pada zaman klasik dan pertengahan. Secara

administrasi, sistem kekhalifahan itu memancing instabilitas dan perebutan

kekuasaan karena secara langsung menutup kreativitas dan aspirasi rakyat.

Tampaknya sistem kekhalifahan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

zaman.

Page 66: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar pada pokok masalah dan sub-sub masalah yang diteliti dalam

skripsi ini, dan kaitannya dengan pembahasan yang ada, maka dirumuskan tiga

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dilahirkan di Qalmun wilayah pemerintahan

Tarablus Syam pada tahun 1282 H/1865 M. Nama lengkap Sayyid Muhammad

Rasyid Ridha adalah Muhammad Rasyid Ibn Ali Ridha Ibn Muhammad

Syamsuddin Ibn Muhammad Bahauddin Ibn Manla Ali Khalifah. Ayah dan Ibu

Sayyid Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berasal dari keturunan al-Husayn putra

Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah binti Muhammad Saw. Dalam perjalanan

pendidikannya, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha telah mengecam berbagai jenis

pendidikan agama, mulai dari pemahaman syiah, tarekat hingga ke model

pemikiran moderat yang bertujuan kea rah pembahaaruan Islam. Maka tidak

mengherakan pada bulan Rajab 1315 H. (1898 M) setelah berhasil menemui

Syaikh Muhammad Abduh seorang pejuang dan ilmuan yang sangat diharapkan

ilmu dan nasihat-nasihatnya. Ia menyarankan dan mengusulkan kepada Syaikh

Muhammad Abduh adalah agar ia menulis tafsir al-Qur’an (diberi nama Tafsir al-

Manar) dengan metode yang digunakan dalam penulisannya di majalah al-Urwah

al-Wustqa. Setelah kedua orang ulama itu berdialog akhirnya Syaikh Muhammad

Page 67: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

56

Abduh bersedia memberikan kuliah tafsir di Jami’ al-Azhar kepada murid-

muridnya. Selain itu Sayyid Muhammad Rasyid Ridha juga merintis Majalah al-

Manar serta menerbitkan karya-karyanya, gurunya (Muhammad Abduh) dan

Jamaluddin al-Afghani.

2. Berdasarkan fokus pembahasan yang ditujukan mengenai pemikiran Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha maka ada tiga jenis pemikiran yang akan disimpulkan

yaitu pemikiran agama, pemikiran pendidikan dan pengetahuan serta pemikiran

politik. Pemikiran agama seorang Sayyid Muhammad Rasyid Ridha bisa

dikatakan sama seperti pemikiran Muhammad Abduh. Ia menyadari bahwa umat

Islam mengalami kemunduran karena tidak menganut ajaran-ajaran Islam yang

sebenarnya. Hal ini dikarenakan banyak faham-faham yang tidak sesuai masuk ke

dalam tubuh Islam, seperti segala khurafat, takhayul, bidah, jumud dan taklid.

Lebih lanjut dalam pemikiran pendidikan dan pengetahuan seorang Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha mengemukakan bahwa umat Islam dianjurkan

memiliki satu kekuatan untuk menghadapi beratnya tantangan dunia modern.

Kekuatan itu hanya dapat dimiliki jika umat Islam bersedia menerima peradaban

Barat. Jalan untuk memperoleh peradaban Barat itu ialah berusaha memperoleh

ilmu pengetahuan dan teknologi Barat itu sendiri. Ilmu pengetahuan dan

teknologi tidak berlawanan dengan Islam, bahkan umat Islam wajib mempelajari

dan menerima ilmu pengetahuan dan teknologi itu bila mereka ingin maju. Lalu

pemikiran Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dalam bidang sosial politik

Page 68: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

57

menekankan bahwa Negara yang tepat ialah Negara dalam bentuk kekhalifahan.

Sehingga Semua umat bersatu di bawah satu keyakinan, satu sistem moral dan

satu sistem pendidikan dan tunduk pada satu sistem hukum. Walaupun Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha mengakui kemajuan peradaban Barat, tetapi dia tidak

setuju dengan ide kebangsaan yang dibawa bangsa Barat. Menurut Sayyid

Muhammad Rasyid Ridha, umat Islam tidak perlu meniru ide kebangsaan Barat,

karena dalam Islam rasa kebangsaan itu dibangun atas dasar keagamaan.

B. Implikasi Penelitian

Penelitian ini berimplikasi kepada pemahaman umat Islam terhadap awal

abad pembaharuan ketika umat Muslim mengalami kejumudan yang luar biasa.

Sehingga dengan keberadaan seorang Sayyid Muhammad Rasyid Ridha pada

masanya, persoalan mengenai hal tersebut dapat diminimalisir. Hal ini yang perlu

diaktualisasikan pada masa sekarang, karena memahami al-Qur’an secara tekstual

hanya akan berimbas pada kondisi umat yang stagnan.

Penelitian ini juga diharapkan mendorong kajian historis lainnya, terkhusus

pada kajian tokoh pembaharu Islam. Sehingga melalui kajian tersebut dapat

dipahami kontinuitas dalam perkembangan sejarah umat Islam hingga kini. Pada

sisi lain, kajian biografi seperti ini dapat memfokuskan diri pada transmisi

gagasan para pemikir Islam. Sebagaimana dipahami tidak ada suatu individu atau

masyarakat yang lahir dan berkembang dalam keadaan vakum, karena adanya

tranformasi gagasan atau idea dalam alam pikiran para pemikir Islam.

Page 69: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

58

DAFTAR PUSTAKA

A.Athaillah, Rasyid Ridha;Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir al-Manar,(Jakarta: Erlangga, 2006)

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah,. (Jakarta: Djambatan,1995

Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung: Mizan, 1996 dalamDunia Islam Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996

Black, Antony. Pemikiran Politik Islam (Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini), terj,Abdullah Ali, Mariana Ariestyawati. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Elizabeth Sirriyeh, Sufis and Anti Sufis diterjemahkan oleh Ade Alimah, denganjudul Sufi dan Anti-sufi, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003)

Fahd al-Rumi, Manhaj al Madrasah al-Aqliyyah al-Haditsah fi al-Tafsir, (Beirut:Mu’assasah al–Risalah, 1981 M)

Hamka, Said Jamaluddin al-Afghany, cet. ke-2; Jakarta: Bulan Bintang, 1981.

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan gerakanJakarta: Bulan Bintang, 1992.

Hourani, Albert. Pemikiran Liberal di Dunia Arab, terj., Suparno dkk., Bandung:PT Mizan Pustaka, 2004.

Ibrahim Ahmad al-Adawi, Rasyid Ridha al –Imam al-Mujahid, (Kairo:al-MuassasahMishiyyah al-Ammah,t.th)

Muhammad ibn ‘Abdillah al-Salman, Rasyid Ridha wa Da’wah al-SyaykhMuhammad ibn ‘Abdulwahhab,(Kuwait: Maktabah al-Ma’la, 1409 H/1998M)

Muhammad Ahmad al-Darniqah, al-Sayyid Muhammad Rasyid Ridha ’waIshlahatuh al-Ijtima’iyah wa al-Diniyyah, cetakan ke-1, (Beirut: Mu’assasahal-Risalah, 1406 H/1986 M)

Muhammad Imarah, Al-Masyru’ al-hadhari al-Islami diterjemahkan olehMuhammad Yasar, LC dan Muhammad Hikam, LC dengan judul MencariFormat Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)

Nasution, Harun. Pembaruan Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996)

Page 70: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

59

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan),Jakarta: PT Bulan Bintang, 1975.

Pulungan, J. Suyuthi, Fiqih Syiyasah; Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, cet ke-3,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Ridha, Ridha Muhammad Rasyid, al-Khilāfah, Kairo: Madinah Nasr, 1922.

Ridha, Ridha Muhammad Rasyid, Tafsīr al-Manār, Beirūt: Dār Kutub al-Ilmiah,t.th.

Syihab, M. Quraish, Rasionalitas Alquran Studi Kritis Atas Tafsir al-Manar,Tanggerang: Lentera Hati, 2007.

Taufik, Ahmad dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh modernisme Islam, Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2005.

Page 71: PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA (S …repositori.uin-alauddin.ac.id/1210/1/ANDI MAPPIASWAN.pdf · 40200111006, Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Andi Mappiaswan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat tanggal lahir : Bulukumba, 06 Februari 1993

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Desa Salemba Kec. Ujungloe Kab. Bulukumba

Nomor HP : 082346996230

DATA ORANG TUA

Ayah : Syamsir M, S.Sos.

Ibu : Nuraedah, A.Ma.

RIWAYAT PENDIDIKAN

2000-2005 : SDN 200 Dannuang Salemba Kab. Bulukumba

2005-2008 : SMP Negeri 5 Ujungloe Kab. Bulukumba

2008-2011 : SMA Negeri 1 Ujungloe Kab. Bulukumba

Samata-gowa,

ANDI MAPPIASWANNIM: 40200111006