konsep perdamaian dalam islam sayyid quthb
TRANSCRIPT
KONSEP PERDAMAIAN
DALAM ISLAM SAYYID QUTHB
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Oleh:
Alfred Hadi Winata
11140331000048
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FALSAFAH ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H./ 2021 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Alfred Hadi Winata
NIM : 11140331000048
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KONSEP
PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUTHB adalah benar merupakan karya
saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun
kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber
kutipan dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau
keseluruhan meruakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Ciputat, 17 Juni 2021
Alfred Hadi Winata
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Konsep Perdamaian dalam Islam Sayyid Quṯhb
telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juli 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Agama (S. Ag) pada program studi
Aqidah dan Filsafat Islam.
Jakarta, 16 Juli 2016
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merankap Anggota
Dra. Tien Rohmatin. MA Dra. Banun Binaningum, M.Pd
NIP. 19680803 199403 02 002 NIP. 19680618 199903 20 01
Penguji I Penguji II
Dr. Kholid Al Walid, M.Ag. Dr. Edwin Syarif, M.Ag.
NIP. 19700920 200501 10 04 NIP. 19670918 199703 1 001
Dosen Pembimbing
Drs. Agus Darmaji, M. Fils
NIP. 19610827 199303 1 002
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
KONSEP PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUṮHB
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Alfred Hadi Winata
NIM. 11140331000048
Pembimbing
Drs. Agus Darmaji, M.Fils.
NIP. 19610827 199303 1 002
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2021 M
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan أ
B Be ب
T Te ت
Ts te dan es ث
J Je ج
H ha dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
Ḏ de dengan garis di bawah ض
Ṯ te dengan garis di bawah ط
v
Z zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap ع
kanan
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
` ء
Apostrof
Y Ye ي
Vokal Panjang
ʻ
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Ȃ a dengan topi di atas ــا
Ȋ i dengan topi di atas ــي
Ȗ u dengan topi di atas ــو
vi
ABSTRAK
Penelitian ini membahasa tentang Konsep Perdamaian dalam Islam Sayyid
Quṯhb. Secara umum Perdamaian merupakan cita-cita setiap individu untuk
kelangsungan hidup yang lebih aman dan tentram tanpa tindakan intimidatif dari
orang lain. Istilah perdamaian juga berlaku untuk kelmpok yang lebih besar
dengan kelompok lainnya. Negara dengan Negara lainnya memiliki cita-cita yang
sama yakni perdamaian untuk sebuah kelangsungan hidup aman tanpa kekerasan.
vii
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi
kepustakaan (Library research). Data yang terkumpul diolah menggunakan
metode deskriptif yaitu melakukan analisis terhadap karya-karya yang mengkaji
perdamaian lalu mendeskripsikan hasil analisis tersebut. Teknik penulisan skripsi
ini sesuai dengn buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan CeQDA (Center for
Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2017.
Hasil tulisan ini berupa tulisan yang memaparkan bahwa bagaimana
konsep perdamaian Islam mampu menjawab stigma masyarakat tentang Islam
adalah agama kekerasan, dan mencapai konsep perdamaian Islam itu sendiri
ditengah polemik yang terjadi dan peranan Islam dalam menyuarakan perdamaian.
Kata Kunci: Sayyid Quṯhb, Perdamaian.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.) pada Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik materiil dan immateriil, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
viii
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Agus Darmaaji M. Fils selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia
meluangkan waktunya, dengan sabar membimbing penulis, terimakasih atas
semua kritik dan saran yang membangun sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Edwin Sarip, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik, yang telah
bersedia meluangkan waktunya memberi masukan terhadap saya.
5. Prof. Dr. H. Masri Mansoer, MA, selaku Wakil Rektor Tiga Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Senior IMM Ciputat
6. Dra. Tien Rohmatin, MA, selaku Ketua Program Studi Aqidah dan Filsafat
Islam dan Dr. Banun, MA, selaku sekertaris Program Studi Aqidah dan
Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dan ka Ria selaku Asisten Dosen yang telah banyak
membantu.
7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen, khususnya Program Studi Aqidah dan
Filsafat Islam, Staff Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, beserta Civitas
Akademik, yang telah setia melayani penulis dalam segala keperluan untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini
Ciputat, 16 Juni 2021
ix
Alfred Hadi Winata
11140331000048
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................
ABSTRAK ...............................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 7
x
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8
E. Metode Penelitian ......................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 13
BAB II BIOGRAFI SAYYID QUṮHB
A. Riwayat Hidup Sayyid Quṯhb ....................................................... 15
B. Latar Belakang Pendidikan ........................................................... 20
C. Karya-karya Sayyid Quṯhb ............................................................ 22
BAB III PERDAMAIAN DAN ISLAM
A. Perdamaian Menurut Para Ahli ....................................................... 26
B. Perdamaian dalam Perspektif Islam ................................................ 30
C. Peran Islam dalam menyuarakan Perdamaian ................................. 36
BAB IV KATEGORI PERDAMAIAN
A. Watak Perdamaian .......................................................................... 44
B. Kedamaian Batin ............................................................................. 49
C. Keharmonian Rumah Tangga .......................................................... 60
D. Kedamaian Masyarakat ................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................ 65
B. SARAN ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perdamaian merupakan cita-cita setiap individu untuk kelangsungan
hidup yang lebih aman dan tentram tanpa tindakan intimidatif dari orang lain.
Istilah perdamaian juga berlaku untuk kelompok yang lebih besar dengan
kelompok lainnya. Negara dengan negara lainnya memiliki cita-cita yang
sama yakni perdamaian dunia untuk kelangsungan hidup aman tanpa
kekerasan.
Sedikit menengok sejarah pada perang dunia I yang merupakan perang
paling destruktif dalam sejarah modern. Hampir sepuluh juta prajurit tewas,
jumlah yang lebih besar dibanding jumlah korban militer yang tewas dari
seluruh peperangan pada seratus tahun sebelumnya . diperkirakan dua puluh
satu juta orang terluka dalam pertempuran.1
Setelahnya Negara-negara yang menjadi pemenang perang Dunia I
yakni blok sekutu atau blok entente, Inggris, Prancis, Serbia, Kekaisaran
Rusia, Italia, Yunani, Portugal, Rumania, dan Amerika. Mendirikan Lembaga
yang memiliki visi perdamaian dunia. Pada 1919 Liga Bangsa Bangsa
terbentuk dan disahkan pada konferensi perdamaian di Paris. Meskipun
prinsip lembaga tersebut menyerukan keamanan bersama, penyelesaian
1Ensiklopedi Holocausy. Perang Dunia I (Artikel Ringkas),
https://encyclopedia.ushmm.org, diakses pada Jumat 11 September pukul 09:39
2
konflik internasional, diplomasi terbuka, serta pengurangan penggunaan
senjata. Tetap saja perang dunia II tak bisa dihindari lalu Liga Bangsa Bangsa
diganti dan berdirilah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 24 oktober
1945 di San Fransisco dengan dalih dan visi yang tak jauh beda dengan Liga
Bangsa Bangsa.
Terdapat beberapa tokoh terkenal yang memandang penting dan
menciptakan sebuah gagasan tentang perdamaian dunia. Salah satu dari tokoh
tersebut ialah Dante Alighieri. Meskipun Dante seorang penyair namun
gagasannya tentang politik mampu membawa pemikirannya masuk kedalam
pemikiran politik barat. Pemikir politik barat yang hidup bersama Dante
adalah Thomas Aquinas.
Dante Alighieri dan Thomas Aquinas sangat berbeda pendapat dalam
gagasan tentang Negara. Thomas Aquinas dalam buku De Regimme
berpendapat bahwa kedudukan Paus sama dengan raja dan Paus berhak
mengurusi negara. Teori Thomas tersebutlah yang kemudian melahirkan
sebuah adagium Tweez Waarden Theorie (ajaran dua belah pedang).
Kemudian Thomas menawarkan jalan tengah dengan menggabungkan
Summa Dei dan kehidupan gereja sehingga bisa sejalan. Meskipun demikan
Dante yang masih mempercayai dengan adanya Tuhan beranggapan negara
bertujuan mencapai perdamaian dunia. Dalam teori perdamaian dunianya,
Dante berpendapat bahwa di dunia ini sebaiknya hanya terdapat satu negara
yang berdaulat penuh dan kekuasaanya terletak penuh pada satu orang saja.
Karena jika di dunia ini terdapat banyak negara, maka ketentraman serta
3
kedamaian tidak akan terwujud. Hal ini terjadi karena setiap negara
mempunyai tujuan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Kondisi tersebut
akan memicu konflik yang dapat mengarah kepada peperangan sehingga
perdamaian pasti akan hilang.2
Dalam persolan tersebut Dante dan Thomas mendebatkan tentang siapa
yang pantas memimpin sebuah Negara yang pada akhirnya pemimpin Negara
mampu membawa perdamaian. Namun untuk memperoleh perdamaian yang
bersifat, apakah indikatornya hanya sebatas kepantasan seorang pemimpin?
Banyak aspek yang perlu diperhatikan untuk mencapai sebuah perdmaian.
Dan hal tersebut perlu diperhatikan secara detail jika memang perdamaian
ingin terwujud.
Perdamaian berkaitan dengan kesejahteraan sosial. Jika masyarakat
dalam sebuah Negara memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi maka di
dalam Negara tersebut perdamaian bukan hanya wacana. Di dalan al-Qurʻan,
masyarakat yang sejahtera dinamakan al-muflihun, yang secara harfiah berarti
orang-orang yang beruntung. Indikator masyarakat yang sejahtera (al-
muflihun), yaitu mereka yang beriman kepada (al-Qurʻan) yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum
engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat
2Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007),
h 79
4
petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung,
(meraih kesejahteraan dunia dan akhirat) (Qs. al-Baqarah: 4-5)3
Mengimani al-Qurʻan bukan semata hanya mempercayai bentuk
kesahihan kitab Allah. Akan tetapi, lebih jauh dari pada itu, para muslim
harus berani mengimani al-Qurʻan dengan cara menjadikan al-Qurʻan sebagai
pandangan dan sikap hidup. al-Qurʻan sebagai pandangan dan sikap hidup
menuntun kaum muslim untuk menjadikan al-Qurʻan sebagai landasan
hukum beraktivitas sehari-hari. Dengan demikian keberuntungan yang
disebutkan dalah surah al-Baqarah merupakan satu hal yang harus diusahakan
agar masyarakat dapat hidup sejahtera di dunia dan akhirat.
Dalam penyebaran ajaran Islam, sejarah mecatat banyak pertumpahan
darah yang dilakoni para muslim untuk menyebarkan ajaran Islam dan
membangun paradigma masyarakat bahwa Islam merupakan agama
kekerasan yang membolehkan pertumpahan darah dengan dalih jihad. Jika
demikan, lantas bagaimana bisa agama yang berdiri dari pertumpahan darah
menyerukan konsep tentang perdamaian? Layaknya memesan secangkir kopi
di sebuah kafe, kita hanya mencicipi hasil yang sudah ada, tanpa mencari tahu
kombinasi apa saja yang dapat menciptakan secangkir kopi tersebut. Pada
akhirnya dengan kapsitas pengetahuan yang minim kita berani membuat
kritik dan mengklain kandungan kopi tersebut, entah itu terlalu banyak gula
atau biji kopi yang kurang berkulitas yang mempengaruhi cita rasa.
3Asep Usman Ismail, al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial, (Tangerang: Lentera Hati,
2002), h 3
5
Sejarah merupakan pohon lebat yang memiliki banyak akar, dengan
kata lain pembentukan pengetahuan tentang sejarah tidak berasal dari sumber
tunggal. Banyak persepsi dari berbagai macam bentuk pemahaman orang-
orang yang terlibat dalam pembentukan sejarah yang pemikirannya
tersampaikan sampai ke periode sekarang. Sudut pandang seseorang tidak lah
sama, mereka memiliki pola pikir yang terpengaruhi oleh lingkungan sosial,
ekonomi, strata sosial, letak geografis, dan lain-lain yang membuat sudut
pandang berbeda dan menghasilkan pemahaman beragam tentang suatu hal.
Dengan demikian untuk mempelajari sejarah, sifat inklusif harus menyertai
pikiran untuk menerima pengetahuan-pengetahuan tentang sejarah yang
beragam sumbernya.
Untuk menjawab paradigma masyarakat tentang Islam yang dibangun
atas sejarah pertumpahan darah dan peperangan, lalu menyerukan
perdamaian, sekiranya tidak cukup hanya dengan menawarkan secarik kata
analogi. Kita perlu menyajikan data sejarah tentang islam yang berkaitan
dengan konsep perdamaian, karena memang sejarah memiliki sumber yang
beragam. Oleh karena itu penulis ingin menawarkan sejarah tentang Islam
yang mencita-citakan perdamaian dari akar yang berbeda.
Banyak tokoh-tokoh Islam dengan pola pikir yang mengagumkan
dalam menyusun konsep perdamaian denga sumber hukum al-Qurʻan dan as-
Sunnah. Namun penulis lebih tertarik kepada Sayyid Quṯhb yang merupakan
seorang jenius dengan gagasan-gagasan menarik dalam penentangan rezim
kepemimpinan yang otoriter di Turki. Dalam karyanya as-Salʻam al-ʻalami
6
wal-Islam, Sayyid Quṯhb secara tidak langsung memberi gambaran tentang
perdamaian yang mana perdamaian memiliki kategori-ketegori sesuai
tingkatan dalam lingkupnya. Kategori perdamaian menurut Quṯhb yang
pertama perdamaian batin, yang kedua kedamaian rumah tangga atau yang
akan biasa disebut keharmonian dalam rumah tangga, dan yang terakhir
kedamaian masyarakat.
Ketiga kategori perdamaian tersebut merupakan poin-poin yang saling
berhubungan, satu sama lain tidak dapat dipisahkan untuk tercapainya
perdamaian. Dan untuk memasuki lingkup perdamaian dalam tiga kategori
tersebut, perlunya mengetahui watak dari perdamaian itu sendiri. Yang mana
akan dijelaskan dalam bab IV.
Dalam buku as-Salʻam al-ʻalami wal-Islam, Quṯhb berpendapat bahwa:
“Belum pernah terjadi Islam mencetuskan peperangan dengan tujuan
memaksa orang supaya memeluknya. Peperangan semacam itu tidak
terdapat di dalam prinsip-prinsip ajaran Islam dan tidak pernah terjadi
dalam sejarah Islam. Kalau pun pernah terjadi insiden seperti itu, tidak
lebih dari suatu kekeliruan yang dilakukan oleh sebagian orang yang
tidak dapat memahami da’wah Islam”
Seperti halnya Ketika Islam mampu menaklukan kekuasaan Andalusia
yang saat ini Bernama Spanyol. Latar belakang datangnya tantara Islam di
sana karena atas undangan Coun4 Julian, salah seorang Gubernur Ceutah.
Tujuan undangan itu tidak lain hanyalah untuk menyingkirkan panglima
Roderik yang telah merampas kekuasan dari tangan raja Gothik Bernama
4 Count=Suatu gelar kebangsawanan di Eropa
7
Witiza pada tahun710M5. Setelah berhasil menaklukan Andalusia, Islam tidak
memaksa penduduk setempat untuk memeluk ajarannya. Mereka tetap pada
keyakinannya masing-masing. Namun untuk sistem pemerintahan yang baru
menggunakan sistem kepemimpina dari Islam.
Dari pemikirannya tersebut, penulis sangat tertarik membahas konsep
Perdamaian dalam Islam yang di susun oleh Sayyid Quṯhb dalam buku as-
Salʻam al-‘alami wal-Islam. Beliau mampu menjawab kekeliruan masyarakat
terhadap sejarah Islam, yang megatakan bahwa Islam merupakan ajaran
kekerasan yang menghalalkan peperangan dengan dali Jihad.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini perlu dilakukan untuk
menghindari pembahasan yang terlalu luas. Peneliti memfokuskan persolan
Perdamaian dalam sudut pandang Tokoh Pembaharu Islam Sayyid Quṯhb.
Oleh karena itu dalam pembatasan masalah ini peneliti hanya memfokuskan
tentang Pandangan Sayyid Quṯhb terhadap Perdamaian dalam Islam dalam
buku as-Salʻam al-ʻalami wal-Islam.
Oleh karena itu pokok perumusan masalah yang dijadikan obyek
pembahasan dalam skripsi ini menimbulkan beberapa pertanyaan yakni:
bagaimana perspektif Islam terhadap Perdamaian dan bagaimana Konsep
Perdamaian dalam Islam Sayyid Quṯhb.
5 Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang, (Jakarta: Bulan
Bintang 1978), hal. 96
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui secara umum tentang Perdamaian dari Para Ahli.
2. Mengetahui Perdamaian dalam perspektif Islam.
3. Menjelaskan Konsep Perdamaian dalam Islam Sayyid Quṯhb.
Sementara itu, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan kepada khalayak umum tentang pandangan Islam dan
Sayyid Quṯhb terhadap Perdamaian.
2. Menambah khazanah kepustakaan di Indonesia khususnya dalam bidang
Pembaharu dala Islam tentang pemikiran Sayyid Quṯhb.
D. Tinjauan Pustaka
Dari hasil pengamatan penulis di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sudah ada beberapa penelitian sebelumnya yang menulis tentang
pemikiran Sayyid Quṯhb. Tetapi belum ada satu pun yang menulis tentang
Konsep Perdamaian dalam Islam menurut Sayyid Quṯhb. Hal inilah yang
akan membedakan penulis dari penelitian-penelitian sebelumnya, karena
penulis lebih fokus pada konsep Perdamaian dalam Islam yang dibangun
Sayyid Quṯhb dalam buku as-Salʻam al-ʻalami wal-Islam. Penelitian-
penelitian tersebut antara lain:
Skripsi Nuru Zibad tahun 2013 yang berjudul “Takdir dalam Pandangan
Sayyid Quṯhb”, program studi Ilmu al-Qurʻan dan Hadis, Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian tersebut
9
dijelaskan tentang penciptaan manusia. Bahwa manusia diciptakan dari
sesuatu yang tidak ada harganya sama sekali, dari bahan pokok yang tidak
bernilai. Atas kuasa Sang Pencipta, manusia tercipta dan diberinya ciptaan
tersebut nilai dan harga. Dan atas kuasaNya lah manusia menjadi makhluk
yang sempurna dan mulia. Serta mengangkatnya dari asal-usul yang hina dan
rendah ke tempat dan kedudukan tinggi yang untuknya bumi dengan segala
sesuatunya dicptakan. Menurut penafsiran Hamka.
“Dari nuṯhfah Dia telah menjadikannya. Nuṯhfah ialah segumpalan air
yang telah menjadi kental, gabungan yang keluar dari syulbi ayah,
dengan yang keluar dari taraib ibu. Dari itulah asal manusia dijadikan.
Dan dia mengaturnya”
Dari sanalah asal kejadian itu, yakni dipertemukan air bapak dengan air
ibu, bertemu di dalam rahim ibu, lalu berpadu jadi satu, menjadi nuṯhfah yang
berarti segumpalan air. Setelah empat puluh hari pula sesudah itu menjelma
menjadi segumpal daging.6
Kedua, tesis dari Amin Johari yang berjudul “Negara dalam Pandangan
ʻAli Abd al-Raziq dan Sayyid Quṯhb”. Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian tersebut ʻAli Abd al-Raziq meyakini
bahwa Islam adalah agama moral, sebelum menjadi agama lainnya. Nabi
Muhammad diutus kepada bangsa Arab untuk memperbaiki moralitas
mereka. Tugas utama Nabi adalah menyampaikan risalah kenabian yang
mengandung ajaran-ajaran moral. Ketika Nabi membangun sebuah komunitas
di Madinah, dia tidak pernah menyatakan satu bentuk pemerintahan yang
6 Nurul Zibad, Takdir dalam Pandangan Sayyid Quthb, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013)
10
harus diterapkan, tidak juga memerintahkan penerusnya (khulafa `al-rasyidîn)
untuk membuat satu sistem politik tertentu sementara menurut Sayyid Quṯhb
agama harus menjadi dasar dalam terbentuknya suatu pemerintahan, Bagi
Sayyid Quṯhb untuk memperoleh predikat pemerintahan Islam sebuah
masyarakat atau Negara harus dijalankan atas peraturan, hukun, dan undang-
undang Tuhan.7
Terakhir, skripsi Siti Rochman yang berjudul “Sayyid Quṯhb dan
Ikhwanul Muslimin: Peran Sayyid Quṯhb dalam Gerakan Ikhwanul
Muslimin”. Program studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan
Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian tersebut
dijelaskan tentang peranan Sayyid Quṯhb dalam gerakan Ikhwanul Muslimin.
Quṯhb menolak sistem nilai yang dianut Barat dan makin memantapkan diri
berjuang untuk tegaknya Islam di tanah kelahirannya, Mesir. Ia memutuskan
keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai negara dan bergabung dengan
Ikhwanul Muslimin (IM) di awal tahun 1950an. Pemikiran-pemikirannya
kian terasah sejak ia menjadi pemimpin redaksi majalah propoganda
mingguan IM, al-Ikhwan al-Muslimin. Apalagi ia kemudian ditunjuk sebagai
anggota komite kerja dalam dewan pembimbing, cabang tertinggi dalam
organisasi.8
7Amin Johari, Negara dalam Pandangan Ali ‘Abd Raziq dan Sayyid Quthb, (Jakarta:
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008) 8 Siti Rochman, Sayyid Quthb dan Ikhwanul Muslimin: Peran Sayyid Quthb dalam
Gerakan Ikhwanul Muslimin, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003)
11
E. Metode Penelitian
1. Sumber Data Penelitian
Penelitian ini merupakan Library Research (Studi Kepustakaan) yang
menggunakan sumber data primer yaitu as-Salʻam al-ʻalami wal-Islam (Islam
dan Perdamaian Dunia) yang diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Pustaka
Firdaus. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Sayyid Quṯhb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya yang ditulis oleh Nuim
Hidayat, M.Si, Keadilan Sosial dalam Islam karya Sayyid Quṯhb yang
duterjemhkan oleh Tim Pustaka Bandung, Fi Ẕhilālil al-˗Qurʻān (Hidup
Damai dalam Islam: Tafsir Kontemporer) karya Sayyid Quṯhb yang
diterjemahkan oleh Abu Fahmi dan Ibnu Marjan, serta buku-buku lain yang
berkaitan dengan tema pembahasan pada penelitian ini.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptis-analitis yaitu dengan
mendeskripsikan secara terperinci terkait dengan masalah yang hendak diteliti
kemudian menganalisis setiap masalah untuk memeroleh pemahaman secara
komperhensif.
3. Teknik Pengumpulan Data
Karena penelitian ini termasuk penelitian library research (Studi
Kepustakaan), maka teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah
dengan mencari literatur atau referensi yang ada di perpustakaan, baik
perpustakaan Fakultas Ushuluddin, perpustakaan utama UIN Syarif
12
Hidayatullah Jakarta, perpustakaan umum, maupun perpustakaan pribadi
yang menyediakan referensi yang berkaitan dengan tema yang diangkat
dalam penelitian ini. Semua buku yang berkaitan dengan pembahasan
penelitian ini dikumpulkan dan diklarifikasi berdasarkan relevansi terhadap
pembahasan penelitian ini. Selanjutnya dibaca dan diteliti, dan dimasukan
pada pembahasan penelitian yang diangkat.
4. Teknik Analisis Data
Setelah membaca dengan teliti semua buku yang berkaitan dengan tema
pembahasan, penulis memberikan tanda khusus pada bagian-bagiab yang
penting untuk memermudah dalam memahami data yang akan dipaparkan.
Kemudian penulis mulai menganalisa data yang telah terkumpul dengan
menggunakan analisis kualitatif, yaitu sebuah prosedur penilaian yang
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau
prilaku yang dapat diamati.
Karena penelitian ini merupakan studi kepustakaan maka metode yang
digunakan adalah metode analisis dan sintesis. Metode analisi yaitu jalan
yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dengan mengadakan
perincian terhadap obyek yang diteliti atau cara penanganan terhadap suatu
obyek tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian satu dengan
pengertian-pengertian lainnya.9 Sedangkan metode sintesis merupakan
9 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Persada, 1997), h 59
13
metode yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dengan cara
mengumpulkan atau menggabungkan
5. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini pun mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang duterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017 serta buku Pedoman Penulisan
Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sementara untuk prnulisan transliterasi mengacu pada jurnal Ilmu
Ushuluddin yang diterbitkan oleh HIPUS (Himpunan Peminat Ilmu-ilmu
Ushuluddin)
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap pembahasan ini maka
penulis menguraikan skripsi ini dengan beberapa bab, agar memperoleh
gambaran yang jelas, terarah, dan sistematis, maka dalam pembahasan ini akan
digunakan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua,
membahas tentang Biografi Sayyid Quṯhb, Latas Belakang Pendidikan dan
Karir, dan Karya-Karya Sayyid Quṯhb. Bab ketiga, tentang Islam dan
Perdamaian, yang merupakan gambaran umum tentang perdamaian
14
menurut para ahli dan pandangan islam tentang perdamaian. Bab ini
bertujuan sebagai informasi awal sebelum masuk pada pembahasan agar
dapat terarah dan spesifik.
Bab keempat, sudah mulai masuk pembahasan mengenai analisis
terhadap pemikiran Sayyid Quṯhb tentang perdamaian yang meliputi
pandangan Islam terhadap perdamaian, dan Kategori-kategori perdamaian.
Bab kelima yaitu bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari
uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan dilengkapi dengan daftar
pustaka dan lampiran.
15
BAB II
BIOGRAFI SAYYID QUṮHB
A. Riwayat Hidup Sayyid Quṯhb
Sayyid Quṯb memiliki nama lengkap Sayyid Quṯhb Ibrahim Husain
Syadzili. Ia dilahirkan di sebuah desa yang subur bernama Mausyah, salah
satu desa di wilayah Provinsi Asyuth, di dataran tinggi Mesir pada tanggal 9
Oktober 1906. Dilihat dari silsilah jalur ayahnya, dalam dirinya mengalir
darah India karena kakek buyutnya yang keenam (jadduh al-sadis) yang
bernama al-faqir Abdullah memang berasal dari India yang menetap di
dataran Mesir saat setelah menunaikan ibadah haji.1
Ayahnya, al-hajj Quṯb Ibrahim dikenal sebagai pemuka desa dan
politisi yang bergabung dalam anggota Partai Nasionalis (al-Hizb al-Wathani)
yang dideklarasikan oleh Musthafa Kamil.2 Rumah sang ayah dijadikan
markas bagi kegiatan politik partainya. Di situlah rapat-rapat penting
diselenggarakan, baik yang dihadiri oleh semua orang, maupun yang sifatnya
rahasia dan hanya didatangi oleh orang-orang tertentu saja. Lebih dari itu,
rumah ayah Quthb juga menjadi pusat informasi yang selalu didatangi oleh
1 Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, Sayyid Quthb al-Adib al-Naqid wa Da’iyah al-Mujahid
wa-al Mufakir al-Mufassir al-Raid, h 50 2 Syahrough Akhavi, Sayyid Quthb, dalam John L. Esposito (editor in chief), The Oxford
Encyclopedia of the Modern Islamic World, Vol.3., (New York: Oxford University Press, 1995), h
400
16
orang-orang yang ingin mengikuti berita-berita nasional dan internasional
dengan diskusi-diskusi para aktivis partai yang sering berkumpul disana.3
Sayyid Quṯhb memiliki lima saudara dari enam putra ayah ibunya. Ia
sendiri anak ke lima. Saudara pertama bernama Nafisah, ia lebih tua tiga
tahun dari Quṯhb. Saudara kedua dan ketiga Quṯhb meninggal, yang pertama
meninggal ketika sebelum usia dua tahun dan kedua meninggal ketika masih
kecil, Saudara keempat bernama Aminah, seorang penulis dalam bidang
kesusastraan. Ia pernah menulis buku sastra yang diterbitkan yaitu: Fi Tayyar
al-Hayah (Dalam Arus Kehidupan), dan Fi Ṯhariq (Di jalan). Lalu putra
kelima ia sendiri, dan keenam adiknya yang bernama Muhammad (Quṯb);
seorang sarjana sastra Universitas Kairo yang juga penulis sajak, esai,
refleksi, dan cerpen hingga studi keislaman. Salah satu karyanya adalah
Jâhiliyyah al-Qarn al-ʻIsyrin yang edisi Indonesia telah diterbitkan dengan
judul Jâhiliyyah Masa Kini diterjemahkan oleh Afif Muhammad. Lalu
adiknya yang bungsu, Hamidah, seorang aktifis pergerakan dan juga pernah
menulis buku bersama saudara-saudaranya berjudul Al-Athyaf al-Arbaʻah4
Sayyid Quthb adalah salah seorang pemikir besar Islam kontemporer.
Di pergerakan Ikhwanul Muslimin, ia disebut-sebut sebagai tokoh kedua
setelah Hasan al-Bana (1906-1949).5 Ia juga sering disejajarkan dengan Abul
3 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005) h 17 4 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h 16
5 Ahmad S Moussalli, Islamic Fundamentalism Myths and Realities, (United Kingdom:
Ithaca Press, 1998, h 35
17
Aʻla al-Maududi (1903-1997), tokoh gerakan Islam Jamaat Islami di Pakistan
dan Ali Syariati (1933-1977), seorang ideology revolusi Iran6.
Quṯhb bersekolah di daerahnya selama empat tahun dan ia mampu
menghafal al-Qurʻan ketika berusia 10 tahun. Pengetahuannya yang
mendalam dan luas tentang al-Qurʻan dalam konteks pendidikan agama,
tampaknya mempunyai pengaruh yang kuat pada hidupnya. Pada usia tiga
belas tahun, Quṯhb dikirimkan oleh pamannya ke Kairo untuk melanjutkan
pendidikannya. Ia lulus dari Darul Ulum memperoleh ijazah S1 dalam bidang
sastra dan diploma dalam bidang pendidikan. Ketika kuliah ia banyak
dipengaruhi oleh pemikiran Abbas Mahmud Al-Aqqad yang cenderung pada
pendekatan pembaratan. Ia sangat berminat pada sastra inggris dan
dilahapnya segala sesuatu yang diperolehnya dalam bentuk terjemahan.7
Di Darul Ulum, Quṯhb berkenalan dan menjadi akrab dengan
kepustakaan Barat dan sebagaimana intelektual muda lainnyta waktu Itu, ia
tumbuh sebagai pengagum Barat. Setelah lulus, Quṯhb bekerja sebagai
pejabat di Kementrian Instruktur Publik (Pendidikan). Ia juga peserta aktif
dalam debat-debat sastra dan sosial pada zamannya. Kemudia ia menjadi
penulis tangguh dan mulai menerbitkan puisi dan kritik-kritik sastranya.8
Sayyid Quṯhb mengalami perkembangan pemikiran dalam
kehidupannya. Dari seorang sastrawan ketika muda, kemudia ia menjadi
6 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h 1 7 Afif Muhammad, dari Teologi ke teologi: Telaah atas Metode dan Pemikiran Teologi
Sayyid Quthb, (Bandung: Pena Merah, 2004) h 47 8 John L. Esposito, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas, (Bandung: Mizan, 1996) h 140
18
seorang yang ‘fanatik’ terhadap Islam setelah pulang dari Amerika. Tokoh
Islam India, Abu Hassan an-Nadwi membagi fase kehidupan Quṯhb dalam
lima tahapan sebagai berikut.
1. Tumbuh dalam tradisi-tradisi Islam di desa dan rumahnya
2. Beliau pindah ke Kairo, sehingga terputuslah hubungan antara dirinya dengan
pertumbuhan yang pertama, lalu wawasan keagamaan dan akidah Islamiahnya
menguap.
3. Quṯhb mengalami periode kebingbangan mengenai hakikat-hakikat
keagamaan sampai batas yang jauh
4. Quṯhb menelaah al-Qurʻan karena dorongan-dorongan yang bersifat sastra
5. Quṯhb memperoleh pengaruh dari al-Qurʻan dan dengan al-Qurʻan itu ia terus
meningkat secara gradual menuju iman
Menurut Dr. Shalah Abdul Fattah Al Khalidi, seorang pengamat Sayyid
Quṯhb terkemuka, kehidupan Islami Sayyid Quṯhb dapat dibagi dalam empat
fase berikut.
1. Fase Keislaman yang bernuansa seni. Fase ini bermula dari pertengahan
tahun empat puluhan, kira-kira saat Sayyid mengkaji al-Qurʻan dengan
maksud merenunginya dari aspek seni serta meresapi keindahannya. Quṯhb
berniat menulis beberapa buku dalam pustaka baru al-Qurʻan yang bernuansa
seni. Pada fase ini beliau menulis dua buah buku yaitu At-Tashwîr al-Fannî
Fi al-Qurʻān (Ilustrasi Artistik dalam al-Qurʻan) dan Masyāhid al-Qiyāmah
al-Qurʻān (Bukti-bukti Kiamat dalam al-Qurʻan).
2. Fase Kesilaman Umum. Fase ini dimulai pada seperempat dari tahun empat
puluhan, kurang lebih ketika Quṯhb mengkaji al-Qurʻan dengan tujuan studi-
studi pemikiran jeli serta pandangan reformasi yang mendalam. Disini Quṯhb
19
hendak memahami dasar-dasar reformasi sosial dan prinsip-prinsip solidaritas
sosial dalam Islam. Buku yang mencerminkan fase ini dengan sebenarnya
adalah al-Adalâh Ijtimaʻiyah fil Islam (Keadilan Sosial dalam Islam).
3. Fase Amal islami yang terorganisir. Yaitu fase ketika Quṯhb berkenalan
dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin dan bergabung ke dalam barisannya,
serta memahami Islam secara menyeluruh, baik pemikiran dan amalan,
akidah dan prilaku maupun wawasan dan jihad. Fase ini dimulai dari
sekembalinya Quṯhb dari Amerika sampai ia bersama-sama sahabat-
sahabatnya dimasukkan ke penjara pada penghujung tahun 1954. Buku-buku
yang paling menonjol pada fase ini: Ma’rakatûl Islam wal-Raʻsima`iyah, As
Salʻam al-ʻAlami wal-Islam dan Fi Ẕhilālil Qurʻān pada juz-juz pertama edisi
pertama
4. Fase Jihad dan Gerakan. Yaitu fase di mana ia tenggelam dalam konflik
pemikiran dan praktik nyata dengan kejahiliahan dan ia lalui di dalamnya
dengan praktik jihad yang nyata. Melalui hal ini, maka tersingkaplah metode
pergerakan (al-manhaj al-haraki), bagi agama ini dan realitasnya yang
signifikan dan bergerak melawan kejahiliahan, serta tersingkap pula rambu-
rambu yang jelas di jalan Allah. Fase ini bermula sejak Quṯhb dijebloskan ke
dalam penjara pada penghujung tahun 1954, dan terus mendarah daging-
ketika ia dipenjara hingga penghujung tahun 50-an, lalu menjadi matang dan
memberikan buahnya yang matang pada tahun 60-an. Buku pertama pada fase
20
ini adalah Hadẕad Dîn, yang paling pokok adalah Fi Ẕhilālil Qurʻān edisi
revisi dan yang paling matang adalah Maʻalim fith-Ṯhariq.9
B. Latar Belakang Pendidikan
Sayyid Quṯhb merupakan salah satu seorang pemikir terkenal Islam
Kontemporer. Dalam masa pertumbuhan pemikirannya, beliau mulai
menempu pendidikikan Sekolah Dasar di Desa tempat tinggalnya dan mampu
menghapal al-Qurʻan diusia 10 tahun. Kegigihan menuntut ilmu sejak dini
membuat Quṯhb mengikuti sekolah agama (kuttab) diluar pendidikan sekolah
dasar, stelah itu beliau pindah ke sekolah pemerintah dan lulus pada tahun
1918. Pada tahun 1919 terjadi Revolusi Rakyat Mesir melawan pendudukan
Inggris, dan pada tahun yang sama Sayyid Quṯhb berangkat dari desanya
menuju Kairo untuk melanjutkan studinya di al-Hulwan.10
Pada tahun 1925, Sayyid Quṯhb mengikuti pendidikan keguruan, dan
lulus pada tahun 1928. Lalu ia mengikuti kuliah secara informal ditingkat
tsanawiyah (menengah) pada tahun 1928 hingga tahun 1929 di Tajhiziyyah
Dar al-Ulum. Pada tahun 1930, ia kuliah secara formal di Institut Darul
Ulum atau Kulliyat Dar al-Ulum (didirikan tahun 1872 sebagai Universitas
Mesir Modern Model Barat) dan lulus pada tahun 1933 dengan gelar sarjana
muda (Lc) dalam bidang sastra dan diploma dalam bidang pendidikan.
Sebagai pengakuan atas prestasinya, ia ditunjuk sebagai dosen di
amamaternya. Sejak 1933 ia bekerja di Departemen Pendidikan dengan tugas
9 Shalah Abdul Fatah al-Khalid, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilail Qur’an, (Solo:
Era Intermedia, 2001), h 44 10 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h 10
21
sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah milik Departemen Pendidikan
selama enam tahun; setahun di Suwaif, setahun di Dimyat, dua tahun di
Kairo, dua tahun di Madrasah Ibtidaiyyah Halwan. Setelah bekerja sebagai
tenaga pengajar, ia kemudian pindah kerja sebagai pegawai kantor di
Departemen Pendidikan sebagai penilik lembaga. Lalu pindah tugas di
Lembaga Pengawasan Pendidikan Umum selama 8 tahun, sampai akhirnya
kementerian mengirimnya ke Amerika untuk belajar di tahun 1948. Setelah
selesai studi dari Amerika, ia kembali ke Mesir pada tahun 1950. Di Amerika
Serikat, ia belajar tentang pendidikan di Wilson’s Teachers Collage (kini
bernama Universitas Columbia) di lingkungan Universitas Northern Colorado
dan Universitas Stanford dan meraih gelar MA pada tahun 1950. Dalam
perjalanan pulang ke Mesir di tahun 1951, ia mengunjungi Inggris, Swiss, dan
Italia. Perjalanan ke Amerika ini adalah saat yang menentukan baginya,
menandai perpindahan dari minat terhadap sastra dan pendidikan menjadi
komitmen yang kuat terhadap agama. Meskipun dia mengakui prestasi
ekonomi dan ilmu pengetahuan masyarakat Amerika, ia terperanjat melihat
rasisme, kebebasan seksual, dan pro zionisme.11
Sekembali dari studinya di Amerika, ia mengajukan surat pengunduran
diri dari pekerjaannya, menolak promosi menjadi penasehat Kementerian
Pendidikan dan kemudian mencurahkan seluruh waktunya untuk dakwah,
pergerakan, serta untuk studi dan mengarang. Ia juga mulai menulis artikel
untuk berbagai surat kabar dengan tema sosial dan politik
11 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, 41
22
C. Karya-karya Sayyid Quṯhb
Membaca karya-karya Sayyid Quṯhb adalah menyimak pemikiran tokoh
besar. Meski ada yang mengkritiknya, pemikiran-pemikiran Quṯhb tetap
memberikan sinarnya sampai kini. Tokoh-tokoh Islam, dari Timur Tengah
sampai Eropa tidak habis-habisnya membahas dan mengambil hikmah
pemikiran dari pemikir terkemuka Ikhwanul Muslimin ini.12
Karya-karya Sayyid Quṯhb selain beredar di Negara-negara Islam, juga
beredar di kawasan Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika. Di mana terdapat
pengikut Ikhwanul Muslimin, hampir dipastikan disana ada buku-buku
Quṯhb, karena ia adalah tokoh Ikhwanul Muslimin terkemuka.
Buku-buku hasil torehan tangan Sayyid Quṯhb adalah sebagai berikut.
1. Muhimmatus Syaʻir fil Hayah wa Syiʻr al Jail al-Hadhir, terbit tahun 1953.
2. as-Syathiʻ al-Majhul, kumpulan sajak Quthb satu-satunya, terbit Febuari 1935
3. Nadq Kitab “Mustaqbal ats-Tsaqafah di Mishr” li ad-Duktur Thaha Husain,
terbit tahun 1939.
4. at-Tashwîr al-Fannî Fil-Qurʻān, buku Islam Quṯhb yang pertama, terbit April
1945.
5. al-Athyaf al-Arbaʻah, ditulis bersama-sama saudara-saudaranya: Aminah,
Muhammad, dan Hamidah, terbit tahun 1945
6. Ṯhif min al-Qarayāh, berisi tentang gambaran tentang desanya serta catatan
masa kecilnya di desa, terbit tahun 1946
12 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h Ix
23
7. al-Madînah al-Manshûrah, sebuah kisah khayal semisal kisah Seribu Satu
Malam, terbit tahun 1946
8. Kutub wa Syakhshîyat, sebuah studi Quṯhb terhadap karya-karya pengarang
lain, terbit tahun 1946
9. Asywak, terbit tahun 1947
10. Masyāhîd al-Qiyâmah fil-Qurʻān, bagian kedua dari serial Pustaka Baru Al-
Qurʻan, terbit pada tbulan April 1947
11. Raudhâtut Ṯhifl, ditulis bersama Aminah as-Saʻid dan Yusuf Murad, terbit dua
episode.
12. al-Qashash ad-Dîniy, ditulis bersama Abdul Hamid Jaudah as-Sahhar
13. al-Jadîd fil al-Lughâh al-Arabiyâh, bersama penulis lain.
14. al-Jadîd fil al-Mahfuzhât, ditulis bersama penulis lain
15. al-Adalâh al-Ijtimaʻiyah fi al-Islam, buku pertama Quthb dalam hal pemikiran
Islam, terbit April 1949
16. Maʻrakâh al-Islam wa ar-Raʻsimaliyâh, terbit Febuari 1951
17. As Sal ʻam al-ʻAlami wa al-Islam, terbit Oktober 1951
18. Fi Ẕhilāil Qurʻān, cetakan pertama juz pertama terbit Oktober 1952.
19. Dîrasat Islamiyah, kumpulan berbagai macam artikel yang dihimpun oleh
Muhibbudin al-Khatib, terbit 1953.
20. al-Mustaqabâl li Hadza ad-Dîn, buku penyempurna dari buku Hadza ad-Din.
21. Khashaîsh at-Tashawwûr al-Islami wa Muqawwîmatûhu, buku dia yang
mendalam yang dikhususkan untuk membicarakan karakteristik akida dan
unsu-unsur dasarnya.
24
22. Al-Islam wa Musykilat al-Hadharâh.
23. Maʻalim fith-Ṯharîq.13
Sedangkan studinya yang bersifat keislaman harakah yang matang,
yang menyebabkan ia dieksekusi (dihukum penjara)14 adalah sebagai berikut.
1. Maʻalim Fith-l Ṯharîq
2. Fi Ẕhilālil as-Sirâh
3. Muqawwîmat at-Tashawwûr al-Islami
4. Fi Maukîb al-Iman
5. Nahwû Mujtamaʻ Islam
6. Hadẕa al-Qurʻān
7. Awwâliyat li Hadẕa ad-Dîn
8. Tashwibat fi al-Fikri al-Islami alMuʻAshîr.15
Buku pertama Sayyid Quṯhb yang berbicara tentang Islam adalah At-
Tashwwîr al-Fannî fi Qurʻān. Di dalam buku ini ia menuliskan tentang
karakteristik-karakteristik umum mengenai keindahan artistik dalam al-
Qurʻan. Quṯhb mendefenisikan ilustrasi artistik (at-Tashwwîr al-Fannî)
sebagai berikut:
“Ia adalah sebuah instrument terpilih dalam gaya al-Qurʻan yang
memberikan ungkapan dengan suatu gambaran yang dapat dirasakan
dan dikhayalkan mengenai konsep akal pikiran, kondisi kejiwaan,
peristiwa nyata, adegan yang dapat ditonton, tipe manusia dan juga
tabiat manusia. Kemudia ia meningkat dengan gambaran yang
dilukiskan itu untuk memberikan kehidupan yang menjelma atau
13 Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilail Qur’an, h 41-42 14 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h 23 15 Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilail Qur’an, h 43
25
aktivitas yang progresif. Dengan demikian, tiba-tiba konsepsi akal
pikiran itu muncul dalam sebuah format atau gerak. Kondisi kejiwaan
tiba-tiba menjadi sebuah pertunjukan. Model atau tipe manusia tiba-tiba
menjadi suatu yang menjelma dan hidup dan tabiat manusia seketika
menjadi dapat terbentuk dan terlihat nyata. Berbagai adegan, kisah,dan
perspektif ditampilkan dalam sebuah wujud yang mucul. Di dalamnya
terdapat kehidupan dan juga gerak. Jika ditambahkan lagi dengan
sebuah dialog, maka menjadi lengkaplah semua unsur-unsur imajinasi
itu”16
16 Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilail Qur’an, h 50
26
BAB III
PERDAMAIAN DAN ISLAM
Bagian ini merupakan gambaran umum tentang pandangan Islam
terhadap Perdamaian. Sebelum memasuki pandangan Islam terhadap
Perdamaian. Perlunya mengetahui istilah Perdamain secara umum melalui
argumen-argumen para Ahli terkemuka. Agar dapat lebih mengatahui
perbedan perdamaian secara umum dan dari pandangan Islam
A. Perdamaian Menurut Para Ahli
Damai memiliki arti yang cukup banyak dan dapat berubah sesuai
dengan hubungan kalimat. Damai dapat diartikan sebagai persetujuan untuk
mengakhiri sebuah peperangan atau sengketa dan masih banyak lagi. Damai
juga dapat diartikan sebagai sebuah kondisi yang tenang. Dan juga damai
juga bisa diartikan sebagai kondisi emosi dalam diri. Konsep damai yang
tersusun dapat berbeda-beda sesuai dengan lingkungan serta budaya. Karena
memang setiap orang memiliki lingkungan dan budaya yang berbeda yang
mana akan mempengaruhi pola pikir dalam menyusun sebuah konsep
perdamaian.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata “damai” berarti
“tidak ada perang”, “tidak ada kerusuhan”, dan “aman”. Merujuk kata
“damai” jika ditambahkan awalan “per” maka arti dari kata “perdamaian”
27
menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) “perhentian permusuhan
(perselisihan, perang, dan sebagainya).
Kata damai sering dimaknai sebagai situasi tanpa peang. Padahal,
menurut de Rivera1 dan Fell2, kata ini dapat ditinjau dari dua sisi. Pertama
adalah perdamaian negative (negative peace). Sudut pandang ini persis
dengan defenisi sebagai situasi tanpa perang (war), pemerkosaan (rape),
pembunuhan (homicide) atau kekerasan (violence). Sudut pandang kedua
adalah damai positif (positive peace), yakni tumbuhnya kesamaan hak,
harapan hidup yang panjang dan berbagai indikator keadilan. Sebagaimana
mengutip pendapat Galtung (1969), de Rivera juga menyebut bahwa perang
dan pembunuhan merupakan bentuk-bentuk kekerasan yang bersifat langsung
(direct violence) sedangkan yang kedua, seperti persamaan hak dan keadilan,
dapat menjadi kekerasaan tidak langsung (indirect violence) apabila tidak
diperjuangkan dan diwujudkan. Berpijak pada konsep ini, kemiskinan
misalnya, merupakan bentuk kekerasan tidak langsung. Dengan demikian,
konsep ‘damai’ perlu didefenisikan secara menyeluruh, mulai dari keadaan
tanpa perang hingga keberlangsungan keadilan di tengah masyarakat.
Perdamaian dapat ditemui dalam balance of power antar-negara,
ataupun dengan adanya suatu hegemoni. Sedangkan, bagi kaum kapitalis,
perdamaian bisa diwujudkan dengan cara kerjasama dan pengumpulan
1 De Rivera, J. “Assesing the Peacefulness of Culture” dalam de Rivera. J. (Ed.).
Handbook on Building Cultures of Peace. USA: Springer, 2009, h. 89 2 Fell, G. “Peace” dalam Hicks, D. Education for Peace: Issues. Principles and Practice
in the Classroom. London: Routledge, 1998, h. 72
28
kekayaan (accumulation of wealth). Paham lingkungan (Green Thought)
menganggap bahwa dunia akan aman dan damai jika manusia tidak merusak
alam. Kemudian, liberalisme melihat bahwa perdamaian ada dalam
institusionalisasi norma liberal dari ekonomi politik internasional yang
berbasis pada kerjasama saling menguntungkan antara satu pihak dengan
pihak yang lain. Marxisme menghendaki tercapainya perdamaian dengan
penghilangan kelas yang menjadi dasar dari penindasan melalui sebuah
revolusi. Sementara itu, kelompok idealisme atau utopian memahami
perdamaian sebagai keadaan ketika negara dan individu berada dalam
kebebasan, kesejahteraan, dan tidak ada ancaman.3
Istilah perdamaian memiliki arti yang universal. Oleh karena itu ada
beberapa pengertian perdamaian dari beberapa tokoh terkenal seperti Paolo
Friere. Dalam diskusi tentang perdamaian, Friere berpendapat.
“Damai merupakan dimensi kemurahan hati yang memiliki tujuan
untuk mengkikis penyebab dari sebuah pertempuran”
Perkataan Friere merupakan harapan untuk kelangsungan hidup tanpa
peperangan di seluruh dunia. Meskipun kenyataannya peperangan tidak akan
pernah lenyap, Friere berharap perdamaian dapat mengkikis faktor
peperangan. Meskipun ia sadar bahwa akan selalu ada alasan untuk
berperang, entah itu peperangan fisik atau peperangan dalam maksud lain.
3 Jerry Indrawan Prakoso, “Memahami Studi Perdamaian sebagai Bagian dari Ilmu
Hubungan Internasional”, “Veteran”, Jakarta: Jurnal.edu.ac.id, h. 67
29
Selain Paolo Friera, Martin Luther King yang merupakan seorang
pendeta Baptis dan aktivis Amerika Serikat dan juga pemimpin Gerakan Hak
Sipil tahun 1954 sampai 1968 (Wikipedia, Agustus 2020), menyuarakan
pendapat tentang diskusi perdamaian. Menurutnya sebuah perdamaian dapat
menjadi ketegangan sosial atas dasar terbentuknya sebuah keadilan.
Di Indonesia sendiri ada salah satu tokoh spiritual terkenal yang
merupakan keturunan India yang bernama Anand Krishna. Anand lahir di
Solo, Jawa Tengah pada tanggal 1 September 1956.4 Dalam diskusi tentang
perdamaian Anand berpendapat bahwa pengertian damai di dalam pendidikan
kedamaian adalah sebuah proses dimana seseorang bisa mengubah sikap serta
prilakunya mengenai konflik kekerasan, mendapatkan beberapa nilai,
pengetahuan serta mengembangkan keterampilan serta prilaku untuk hidup
secara harmoni bersama orang lain.
Perdamaian merupakan cita-cita setiap individu dalam kehidupan
bermasyarakat. Salah satu tokoh terkenal Dante Alighieri, lahir di kawasan
San Martino di Florence5 pada tahun 1265.6 Meskipun Dante seorang penyair
namun gagasannya tentang politik mampu membawa pemikirannya masuk
4 Anand Krishna, Islam Esoteris Kemulyaan dan Keindahannya, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000), h. 5 5 Florence atau di kalangan orang Italia lebih akrab didengar sebagai Firenza adalah kota
komersial yang terlupakan. Florence hanya akan diingat sebagai tempat Penyair Dante dan Pelukis
Michelangelo. Lihat Goenawan Mohammad, Catatan Pinggir: Utara-Selatan (Jakarta: Grafitipress,
2006), h. 32
6 Villa Nova University, Falvey Memorial Library, “Dante’s Biography”,
https://exhibits.library.villanova.edu/dante-illustrated/dante-s-biography,
30
kedalam pemikiran politik barat. Pemikir politik barat yang hidup bersama
Dante adalah Thomas Aquinas.7
Dante Alighieri dan Thomas Aquinas sangat berbeda pendapat dalam
gagasan tentang Negara. Thomas Aquinas dalam buku De Regimme
berpendapat bahwa kedudukan Paus sama dengan raja dan Paus berhak
mengurusi negara. Teori Thomas tersebutlah yang kemudian melahirkan
sebuah adagium Tweez Waarden Theorie (ajaran dua belah pedang).
Kemudian Thomas menawarkan jalan tengah dengan menggabungkan
Summa Dei dan kehidupan gereja sehingga bisa sejalan. Meskipun demikan,
Dante yang masih mempercayai dengan adanya Tuhan beranggapan negara
bertujuan mencapai perdamaian dunia. Dalam teori perdamaian dunianya,
Dante berpendapat bahwa di dunia ini sebaiknya hanya terdapat satu negara
yang berdaulat penuh dan kekuasaanya terletak penuh pada satu orang saja.
Karena jika di dunia ini terdapat banyak negara, maka ketentraman serta
kedamaian tidak akan terwujud. Hal ini terjadi karena setiap negara
mempunyai tujuan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Kondisi tersebut
akan memicu konflik yang dapat mengarah kepada peperangan sehingga
perdamaian pasti akan hilang.8
7 Syarif Fatul, “Pemikir Politik Barat Dante Alighieri”,
http://stsyarifatulmarah.blogspot.com/2016/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html 8 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2007), h. 79
31
B. Perdamaian dalam Perspektif Islam
Setiap individu pasti menginginkan perdamaian. Ketenangan dari
menjalankan aktivitas, kebebasan dalam memeluk ajaran ketuhanan, tegaknya
keadilan dan kesetaraan, terbebas dari peperangan dan lain sebagainya.
Merupakan cita-cita setiap individu. Begitu pula Sayyid Quṯhb menegaskan
Tujuan utama Islam adalah Perdamaian. Bahkan Islam sangat tetiliti dalam
melihat makna dari perdamaian.
Kita melihat banyak dari buku-buku sejarah atau dokumen-dokumen
yang mencatat peristiwa perbudakan yang mana Islam hadir sebagai konsep
yang universal tentang makna dari Perdamaian. Pembesan budak dari
kekejaman Raja Firʻaun, hinggan penyetaraan antara pria dan Wanita. Karena
memang sejarah mencatat Wanita tidak memiliki nilai pada masa itu dan
lebih kejamnya lagi dijadikan alat jual.
Belum pernah terjadi Islam mencetuskan peperangan dengan tujuan
memaksa orang supaya memeluknya.9 Seperti halnya Ketika Islam mampu
menaklukan kekuasaan Andalusia yang saat ini Bernama Spanyol. Latar
belakang datangnya tantara Islam di sana karena atas undangan Count10
Julian salah seorang Gubernur Ceutah. Tujuan undangan itu tidak lain
hanyalah untuk menyingkirkan panglima Roderik yang telah merampas
kekuasan dari tangan raja Gothik Bernama Witiza pada tahun710M11. setelah
9 Sayyid Quthb, Islam dan Perdamaian Dunia (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h. 24 10 Count=Suatu gelar kebangsawanan di Eropa
11 Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang, (Jakarta: Bulan
Bintang 1978), h. 96
32
berhasil menaklukan Andalusia, Islam tidak memaksa penduduk setempat
untuk memeluk ajaran Islam. Mereka tetap pada keyakinannya masing-
masing. Namun untuk system pemerintahan yang baru menggunakan system
kepemimpina dari Islam.
Dalam surah al-Anfaal ayat 60 dan 61:
كم وأعدوا وعدو ة ومن رباط الخيل ترهبون به عدو الل لهم ما استطعتم من قو
يعلمهم وما تنفقوا من شيء في سبيل الل وآخرين من دونهم ل تعلمونهم الل
ل تظلمون يوف إليكم وأنتم
“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi
mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda
yang menggentarkan pasukan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. Apa saja yang kamu
infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu
dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).”
إنه هو السميع العليم لم فاجنح لها وتوكل على الل وإن جنحوا للس
“Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha
Mengetahui”
Dalam penafsiran Quraish Shibab tentang surah al-Anfaal ayat 60.
Beliau berpendapat:
“Dalam ayat tersebut kita dapat menangkap perintah yang jelas sekali
mengenai keharusan menyiapkan segala perlengkapan dalam
menghadapi musuh, sebagai suatu hal yang teramat penting karena
menyangkut hidup matinya suatu bangsa. Persiapan itu meliputi segala
aspek, baik kualitas dan kuantitas perlengkapan. Berperang tanpa
kesiapan berarti suatu kekalahan dan kehancuran. Pada masa-masa
damai seperti sekarang ini saja hampir semua negara seolah-olah
bersiap-siap untuk perang, sehingga kebijakan-kebijakan politik
strategis masing-masing negara diarahkan, meskipun secara tidak
langsung, untuk memenangkan pertempuran”
33
Dan dalam penafsiran ayat 61. Quraish berpendapat:
“Apabila musuh-musuh kalian itu cenderung untuk berdamai dan ingin
mengakhiri perang, maka sambutlah kemauan mereka itu, wahai Rasul.
Karena perang bukan semata-mata sebagai tujuan bagimu, tapi engkau
berperang sebagai alasan membela diri dari serangan musuh dan
mereka yang merintangi dakwah. Maka terimalah usul perdamaian dari
mereka dan bertawakallah kepada Allah, dan jangan engkau
mengkhawatirkan rencana jahat, tipu daya dan makar mereka. Allah
Maha Mendengar apa yang mereka rundingkan, Maha tahu apa yang
mereka rencanakan dan tidak ada sesuatu pun samar dalam pandangan
Tuhan”
Islam sangat menjaga persatuan dan kesatuan umat manusia. Meskipun
selalu ada pertikaian di kalangan umat manusia, Islam datang dan
menawarkan satu konsep tunggal tentang ajaran hidup bermasyarakat dan
hidup beragama. agama mempunyai dua peran besar: pertama, agama
mengajarkan bagaimana kita melaksanakan ritual. Dalam Islam, misalnya,
bagaimana seseorang melaksanakan shalat, puasa, berzakat, dan sebagainya,
berdoa, dll. Dan kedua, agama mengajarkan kedamaian dan toleransi. Peran
agama yang kedua inilah yang dapat berkontribusi dalam pencegahan perang
dan konflik.12
Islam memandang perdamaian sebagai suatu keharusan, di dalam al-
Qurʻan banyak terdapat ayat-ayat tentang perdamaian seperti halnya surah al-
Anfaal sebelumnya. Perdamaian merupakan kunci untuk melaksanakan
aktivitas dengan sempurna. Bahkan untuk melakukan ritual dalam Islam
seperti sholat, mengaji dan lainnya, harus dilandasi dengan hati yang damai
12 Prof. Azyumardi Azra, Teaching Tolerancethrough Education in Indonesia, Reflections
on the Keynote Address and Symposium Theme of International Symposium on Educating for a
Culture of Peace through Values, Virtues, and Spirituality of Diverse Cultures, Faiths, and
Civilizations, Multi-Faith Centre, Griffith University, 10-13August 2005
34
dan tenang. Segala macam bentuk pertikaian yang menngikis nilai
perdamaian, sangat dihindari di dalam Islam. Dalam surah al-Baqarah ayat
181:
له بعدما سمعه سميع عليم فمن بد لونه إن الل فإنما إثمه على الذين يبد
“Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang berwasiat itu,
berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara
mereka, maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat tersebut merupakan peristiwa tentang permasalahan yang
mengganggu keharmonisan rumah tangga dan masyarakat.dan perdamaian
atas persoalan tersebut merupakan jalan utama dalam Islam untuk menjaga
tali silaturahmi. Quraish shibab menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:
“Namun jika isi wasiat itu menyeleweng dari keadilan dan jalan lurus
yang telah Kami jelaskan, seperti apabila pemberi wasiat mendahulukan
si kaya dari si miskin yang sangat membutuhkan, atau mengabaikan
kerabat dekat demi para fakir yang bukan ahli waris yang tidak
memiliki hubungan kekerabatan, lalu ada seorang yang bermaksud baik
dan meluruskan persoalan dengan mengajak para penerima wasiat itu
kembali kepada kebenaran, maka ia tidak berdosa dan Allah tidak akan
menghukumnya atas tindakan mengubah wasiat jika demikian
bentuknya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”
Dalam surah an-Nissa ayat 114, sangat jelas diterangkan bahwa
perdamaian merupakan kebaikan yang diharuskan oleh Islam untuk setiap
manusia. Dan atas hal tersebut dijanjikannya oleh Allah pahala yang besar.
ل خير في كثير من نجواهم إل من أمر بصدقة أو معروف أو إصلح بين
فسوف نؤتيه أجرا عظيماالناس ومن يفعل لك ابتغاء مرضات اللذ
35
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan
Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”
Sementara dalam tafsir Jalalayn tentang ayat tersebut seperti berikut:
“(Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka) artinya
bisikan-bisikan manusia dan apa yang mereka percakapkan (kecuali)
bisikan (orang yang menyuruh mengeluarkan sedekah atau melakukan
perbuatan baik) atau kebaikan (atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Siapa yang melakukan demikian) yakni yang telah disebutkan
tadi (demi menuntut) mencari (keridaan Allah) dan bukan karena hal-
hal lainnya berupa urusan dunia (maka akan Kami beri dia) memakai
nun dan ya maksudnya Allah (pahala yang besar).”
Perdamaian merupakan watak atau karakter dari Islam itu sendiri, yang
mana Islam sangat menaruh perhatian lebih terhadap perdamaian di dalam
kitab sucinya. Beberapa ayat-ayat al-Qurʻan tentang perdamaian sudah
dipaparkan sebelumnya dan berikut beberap nama ayat-ayat al-Qurʻan yang
menyinggung tentang perdamaian:
Q.S. Al-Waaqiʻah [56]: 26; Q.S. Ash-Shafaat[37]: 109; Q.S. Ash-
Shafaat [37]:130; Q.S. Ash-Shafaat [37]: 181; Q.S. Al-Hijr [15]: 46; Q.S.
Ash-Shafaat [37]: 120; Q.S. Yaa Siin [36]: 58; Q.S. Adz-Dzariaat [51]: 25;
Q.S. Ash-Shafaat [37]: 79; Q.S. Al-Qadr [97]: 5; Q.S. Al-Waaqiʻah [56]: 91;
Q.S. Qaf [50]: 34; Q.S. Az-Zuhruf[43]: 89; Q.S. Al-Anbiyaa` [21]: 69; Q.S.
Ar-Raʻd: 24; Q.S. Huud: 69; Q.S. Maryam: 33; Q.S.Al-Hijr: 52; Q.S.
Maryam: 15; Q.S. Al-Anʻaam: 127; Q.S. Al-Ahzaab; 44; Q.S. Yuunuus: 25;
Q.S. Maryam: 47; Q.S. Al-Furqaan: 75; Q.S. Maryam: 62;Q.S. An-Naml:59;
Q.S. AaliImraan: 85; Q.S. Al-Furqaan: 63; Q.S. An-Naml: 32; Q.S.Yuunuus:
10; Q.S. Ash-Shaf: 7;Q.S. Al-Qashash: 55; Q.S. Al-Maaidah: 16; Q.S.Al-
36
Hasyr: 23; Q.S. Huud: 48; Q.S. Taahaa: 47;Q.S. Al-Hujuraat: 17; Q.S.
Ibraahiim: 23; Q.S.Az-Zumar: 22; Q.S. Al-A'raaf: 46; Q.S. Az-Zumar; 73;
Q.S. Ali Imraan: 19; Q.S. Al-Anʻaam: 54; Q.S. Al-Anʻaam: 125; Q.S. An-
Nisaa: 94; Q.S. At-Taubah: 74;Q.S. Al-Maaidah: 3. Q.S Al-Baqarah:182;
Q.SAn-Nisaa`:62;Q.S An-Nisaa`: 90; Q.S An-Nisaa`: 91; Q.S An-Nisaa`: 92;
Q.S An-Nisaa`: 114; Q.S An-Nisaa`:128; Q.S Al-Anfaal: 61;Q.S Al-
Qashash:19; Q.SMuhammad:35; Q.S Al-Hujurat: 9; dan Q.S Al-Hujurat: 10.
Setelah dijumlah, total terdapat 59 Ayat. Jika ayat al-Qurʻan semuanya
berjumlah 6236 berarti 0.95% dari ayat al-Qurʻan. Data tersebut
menunjukkan bahwa hampir satu persen ayat al-Qurʻan memiliki relevansi
dengan topik perdamaian.13
C. Peran Islam dalam Menyuarakan Perdamaian
Munculnyaisu-isu mengenai kekerasan dalam Islam (radikalisme Islam)
merupakan tantangan baru bagi umat Islam untuk memberikan solusi dan
jawaban yang tepat. Isu ini sebenarnya sudah ada sejak lama, terutama di
tingkat Internasional. Radikalisme Islam (kekerasan dalam Islam) merupakan
masalah yang banyak dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global
akibat kekuatan media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan
persepsi masyarakat nasional dan dunia. Kalangan luar, seperti Eropa Barat
dan Amerika Serikat menyebut gerakan Islam sebagai agama yang radikal,
kelompok garis keras, ekstrimis, militan, Islam kanan, fundamentalisme
13 Jurnal Studi al-Qur’an, “Ayat-ayat Damai dalam al-Qur’an”, Membangun Tradisi
Qur’ani, Vol. 5, No. 1, Tahun. 2009.
37
sampai terrorisme. Bahkan di negara-negara barat pasca hancurnya ideologi
komunisme (perang dingin) memandang Islam sebagai sebuah gerakan yang
menakutkan. Tidak ada gerakan yang lebih ditakuti melebihi gerakan Islam
yang diberi label sebagai radikalisme Islam. Gerakan perlawanan rakyat
Palestina, Revolusi Islam Iran, Partai FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang
dipertunjukkan Mu’ammar Ghadafi ataupun Saddam Hussein, gerakan Islam
di Mindanao Selatan, gerakan masyarakat Muslim Sudan yang anti-AS,
merebaknya solidaritas Muslim Indonesia terhadap saudara-saudara yang
tertindas dan sebagainya, adalah fenomena yang dijadikan media Barat dalam
mengkampanyekan label radikalisme Islam.14
Manusia yang telah dianugerahi akal dan nafsu dipercaya oleh Tuhan
untuk menjadi khalifah-Nya dengan misi menjaga bumi dari kerusakan.
Untuk menjadi keseimbanganantara ke dua kekuatan yang dimiliki manusia
tersebut, Agama adalah jawabannya.15 Oleh karennya Allah mengutus rasul-
rasul-Nya guna menyebarkan ajaran-ajaran yang dapat menjadi pelita
manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Islam merupakan
penyempurna dari ajaran-ajaran sebelumnya. Dan ia adalah agama samawi
terakhir yang dibawa oleh Rasul terakhir dan untuk umat terakhir yang hidup
di zaman akhir. Dengan berpedoman pada al-Qurʻan dan as-Sunnah maka
Islam mampu menjawab tantangan zaman semenjak kemunculannya, zaman
ini hingga yang akan datang.
14 Nur Hidayat, “Nilai-nilai Islam tentang Perdamaian”, Aplikasia: Volume 17, No. 1,
2017. 15 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, (Pustaka Firdaus: Jakarta, 1987) h. 34
38
Islam muncul untuk menjadi “penyelamat” dunia sebagai Rahmatan Lil
ʻAlamin oleh karenanya setiap ajaran Islam memiliki nilai kebenaran yang
tidak diragukan lagi. Ia berusaha menciptakan perdamaian di bumi sehingga
umat manusia dan seluruh makhluk Allah dapat hidup sejahtera.
Perdamaian merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia,
karena dengan adanya kedamaian, akan tercipta kehidupan yang sehat,
nyaman dan harmonis dalam setiap interaksi antar sesama. Dalam suasana
aman dan damai, manusia akan hidup dengan penuh ketenangan dan
kegembiraan, dan juga bisa melaksanakan kewajiban dalam bingkai
perdamaian. Oleh karena itu, kedamaian merupakan hak mutlak setiap
individu.16 Bahkan kehadiran perdamai dalam kehidupan setiap mahluk
merupakan tuntutan, karena dibalik ungkapan perdamaian itu menyimpan
keramahan, kelembutan, persaudaraan dan keadilan. Dari paradigma ini,
Islam diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi dengan perantaraan seorang
Nabi yang diutus kepada seluruh manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam, dan bukan hanya untuk pengikut Muhammad semata. Islam pada
intinya bertujuan menciptakan perdamaian dan keadilan bagi seluruh
manusia, sesuai dengan nama agama ini: yaitu al-Islām. Islam bukan nama
dari agama tertentu, melainkan nama dari persekutuan agama yang dibawa
oleh Nabi-Nabi dan dinisbatkan kepada seluruh pengikut mereka. Itulah misi
dan tujuan diturunkannya Islam kepada manusia. Karena itu, Islam
diturunkan tidak untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam di
16 Syarifuddin Jurdi, Islam dan Ilmu Sosial Indonesia, (LABSOSUIN Sunan Kalijaga:
Yogyakarta, 2011), h. 45
39
antara umat manusia. Konsepsi dan fakta-fakta sejarah Islam menunjukan,
bagaimana sikap tasāmuh (toleran) dan kasih sayang kaum muslim terhadap
pemeluk agama lain, baik yang tergolong ke dalam ahl al-Kitab maupun
kaum mushrik, bahkan terhadap seluruh makhluk, Islam mendahulukan sikap
kasih sayang, keharmonisan dan kedamaian.17
Di dalam Islam gagasan tentang perdamaian merupakan pemikiran
yang sangat mendasar dan mendalam karena berkait erat dengan watak agama
islam, bahkan merupakan pemikiran universal islam mengenai alam,
kehidupan, dan manusia.18 Yang dimaksud universal disini adalah pemikiran
Islam yang sama tujuannya dengan ajaran-ajaran Nabi-Nabi terdahulu dalam
upaya menciptakan kemanusiaan dan keadilan di muka bumi.
Islam sebagaiagama yang membawa misi perdamaian dengan tegas
mengharamkan kepada umat manusia melakukan kedzaliman, kapan dan di
mana saja. Firman Allah QS. A-Furqaan:19 berikut ini:
“Dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami
rasakan kepadanya azab yang besar”
Disamping itu Rasulullah bersabdah:
“Wahai umatku sesungguhnya telah aku haramkan bagi diriku
perbuatan dzalim dan aku juga mengharamkannya diantara kalian maka
janganlah berbuat dzalim”
17 Nur Hidayat, “Nilai-nilai Islam tentang Perdamaian”, Aplikasia: Volume 17, No. 1,
2017. 18 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 34
40
Kedzaliman adalah sumber petaka yang dapat merusak stabilitas
perdamaian dunia. Maka selayaknya setiap insan sadar bahwa kedzaliman
adalah biang kemunduran. Dengan demikian jika menghendaki kehidupan
yang damai maka tindakan kedzaliman harus dijauhi.
Islam meyeru manusia untuk menjauhi dan menghindari perbuatan
dzalim atau perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Merupakan
salah satu bentuk pengusahaan terciptanya kehidupan yang damai. Selain
perbuatan dzalim, kesetaraan atau persamaanderajat merupakan hal yang
perlu diperhatikan untuk menjaga ketentraman manusia dalam hidup
bermasyarakat.
Persamaanderajat di antara manusia merupakan salah satu hal yang
ditekankan dalam Islam. Tidak ada perbedaan antara satu golongan dengan
golongan lain, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kaya, miskin,
pejabat, pegawai, perbedaan kulit, etnis dan bahasa bukanlah alasan untuk
mengistimewakan kelompok atas kelompok lainnya. Allah berfirman dalam
surah al-Hujurat ayat 13:
يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن
أتقاكم عليم خبير أكرمكم عند الل إن الل
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”
41
Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang persamaan
antara laki-laki dan perempuan baik dalam hal ibadah (dimensi spiritual)
maupun dalam aktivitas sosial (urusan karier profesional). Ayat tersebut juga
sekaligus mengikis tuntas pandangan yang menyatakan bahwa antara
keduanya terdapat perbedaan yang memarginalkan salah satu diantara
keduanya. persamaan tersebut meliputi berbagai hal misalnya dalam bidang
ibadah. Siapa yang rajin ibadah, maka akan mendapat pahala lebih banyak
tanpa melihat jenis kelaminnya. Perbedaan kemudian ada disebabkan kualitas
nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah swt. Ayat ini juga
mempertegas misi pokok al-Qurʻan diturunkan adalah untuk membebaskan
manusia dari berbagai bentuk diskriminasi dan penindasan, termasuk
diskriminasi seksual, warna kulit, etnis dan ikatan-ikatan primordial lainnya.
Namun demikian sekalipun secara teoritis al-Qurʻan mengandung prinsip
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, namun ternyata dalam tatanan
implementasi seringkali prinsip-prinsip tersebut terabaikan.19
Kesetaraan dalam hubungan bermasyarakat merupakan salah satu
bentuk keperdulian Islam terhadap manusia untuk hidup damai. Kehidupan
yang damai harus mampu memberi kebebasan, menjunjung tinggi keadilan,
dan saling tolong menolong dalam kehidupan. Allah swt berfirman dalam
surah al-Maidah ayat 8:
19 Sarif Suhra, “Kesetaraan Gender dalam Perspektif Qur’an dan Implementasinya
terhadap Hukum Islam”, Jurnal al-Ulum: Volume. 13, Nomor. 2, Desember 2013.
42
ش امين لل هداء بالقسط ول يجرمنكم شنآن قوم يا أيها الذين آمنوا كونوا قو
خبير بما تعملون إن الل على أل تعدلوا اعدلوا هو أقرب للتقوى واتقوا الل
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (Qs:
al-Maidah ayat 2). Islam menyeru untuk melakukan hal-hal baik dalam
kehidupan bermasyarakat, menjauhi tindak kejahatan, dan menjaga
ketentraman masyarakat. Jika nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qurʻan
dapat diterapkan oleh setiap umat muslim, maka Islam sangat berperan dalam
pembentukan perdamaian.
43
BAB IV
KATEGORI PERDAMAIAN
Kategori perdamaian dalam bagian ini merupakan tingkatan perdamaian
yang disusun oleh Sayyid Quṯhb. Beliau secara halus dalam bukunya As
Salʻam al-‘Alami wal Islam memberitahu bahwa dalam pembentukan
perdamaian, perlunya pengkelompokan perdamaian atau yang saya sebut
sebagai istilah “kategori”. Kategori perdamaian dalam pandangan Quṯhb
meliputi tiga kategori, yakni: Perdamaian Batin, Keharmonian Rumah
Tangga, dan Kedamaian Masyarakat. Dalam tiga kategori tersebut, Quthb
menjelaskan tentang Watak Perdamaian. Watak perdmaian ini merupakan
bagian pengantar untuk menuntun pembaca memahami karakter dari
perdamaian, dan setelah itu baru disajikan tiga kategori tersebut. Namun
sebelum memasuki pembahasan tentang Watak perdamaian, perlunya untuk
memahami tentang Aqidah dan Kehidupan1. Dan kategori tersebutlah yang
akan membentuk konsep terciptanya Perdamaian dalam Islam.
1 Lihat Sayyid Quthb, Islam dan Perdamaian Dunia, h 1 -7. Tentang Aqidah dan
Kehidupan= Nilai akidah bukan sekedar untuk mengajukan pemecahan sementara bagi kesukaran-
kesukaran yang bersifat temporer. Nilai akidah yang kami serukan itu disamping pemecahan
masalah secara kongkrit, ia juga mengajukan konsepsi kekuatan yang dapat menjamin pelaksanaan
dan pengamanannya; yaitu kekuatan dorongan fitrah yang amat mendalam pada akidah agama.
Dorongan fitrah jauh mendalam di lubuk jiwa manusia. Kelaparan yang dirasakan fitrah tidak
mungkin dapat diatasi dengan apapun selain dengan Iman. Kelaparan yang dirasakan fitrah sama
dengan kelaparan jasmani yang membutuhkan makanan, minuman, dan keperluan-keperluan
lainnya.
44
A. Watak Perdamaian Dunia
Watak merupakan karakter atau sifat batin yang melekat. Dalam
pandangan Quṯhb, watak perdamaian sangat melekat dalam konsep ajaran
Islam yakni di dalam al-Qurʻan dan as-Sunnah. Quṯhb menjadikan Islam
sebagai pondasi untuk menyusun konsep Perdamaian.
Perdamaian merupakan visi global yang belum mampu tercapai.
Konflik berskala nasional maupun internasional masih kerap terjadi. Sebagai
negara multikultural, Indonesia juga merupakan daerah yang rawan konflik.
Gesekan sosial sering terjadi atas dasar pertentangan antar agama, ras, etnis,
maupun suku budaya.2
Konflik akibat multikulturalitas tersebut dapat berdampak pada
instabilitas keamanan, sosial, politik dan ekonomi. Hal tersebut sedikitnya
tampak dari konflik-konflik besar yang terjadi di Indonesia sepanjang akhir
abad ke-20. Gerakan separatisme terjadi di Aceh sejak tahun 1975-2005.
Pasca reformasi 1998, terjadi pula konflik serius yang dipicu oleh persetruan
antar etnis dan agama di Ambon, Ternante, Poso, Sambas dan Sampit.3
Sayyid Quṯhb menyatakan bahwa kemunculan konflik dipicu oleh
sempitnya pemikiran manusia dalam memaknai perbedaan.4 Hal ini sejalan
dengan pemikiran Mohammad Abu Nimer yang menyatakan bahwa pelbagai
2 Toha Andiko, Melacak Akar Konflik Dalam Islam Dan Solusi Bagi kerukunan Umat
Beragama di Indonesia, MADANIA, XVII, no. 1 (2013), 39 3 Inayatul Ulya, Pendidikan Islam Multikultural Sebagai Resolusi Konflik Agama di
Indonesia, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan,4, no. 1 (2016), 23 4 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h. 1
45
upaya untuk mengembangkan strategi peace bulding di Timur Tengah dan
dunia muslim lainnya terhambat oleh stereotip yang memandang bahwa Islam
merupakan agama yang tidak toleran dan agresif. Stereotip tersebut
mengukuhkan citra agama Islam dan budaya Arab yang secara inheren
dianggap memuja kekerasan.5
Klaim kekerasan oleh masyarakat terhadap Islam dan budaya Arab
menjadi tantangan tersendiri bagi para pemeluknya untuk membuktikan
bahwa karakter Perdamaian merupakan Islam itu sendiri.
Secara umum setiap agama menyerukan kepada hal-hal yang positif
kepada setiap pemeluknya, tidak menuntun kepada tindakan yang dapat
menimbulkan kekerasan dan kekacauan. Tujuannya agar tercipta ketertiban,
ketenangan, dan kedamaian di dalam kehidupan bermasyarakat. Begitupun
agama Islam yang menjadikan al-Qurʻan dan as-Sunnah sebagai pondasi
konsep Perdamaian.
Al-Qurʻan hadir sebagai jawaban atas berbagai tantangan dalam
kehidupan. Universalitas al-Qurʻan menunjukkan manusia pada fitrahnya
yang cinta kedamaian.6 Kenyataannya yang terjadi sekarang ini tidak banyak
manusia yang sadar telah melupakan al-Qurʻan untuk mengatasi persoalan-
persoalan kehidupan. Al-Qurʻan merupakan kitab suci yang senantiasa
memberi petunjuk dan mengantarkan manusia kepada keselamatan di dunia
5 Irfan Abubakar et al., eds., Masjid dan Pembangunan Perdamaian: Studi Kasus Poso,
Ambon, Ternate, dan Jayapura, 17-18 6 Mohammed Abu Nimer, Nir Kekerasan Dan Bina Damai Dalam Islam Teori dan
Praktek (Jakarta: Democracy Project, 2010), h. 46
46
dan akhirat. Al-Qurʻan juga mampu bertahan dalam perkembangan teknologi
dan zaman.
Islam sangat menghindari perpecahan secara universal. Inilah yang
dimaksud watak atau karakter dari Perdamaian. Faktor utama dalam
perpecahan adalah benturan pemikiran tentang suatu hal. Oleh karenanya
Islam datang dan menyeru kepada satu pemikiran yakni Allah swt ialah satu-
satunya Tuhan yang patut disembah. Dan menjadikan al-Qurʻan dan as-
Sunnah sebagai jaminan jalan menuju keselamatan di dunia dan akhirat.
“Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
kepada-Nya bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada
pula diperanakan, dan tiada apapun yang setara dengan-Nya” (Al-
Ikhlas, 1-4)”
Dengan ketegasan firman Allah tersebut, maka lenyaplah sebab-sebab
yang menimbulkan perpecahan dan perselisihan mengenai sumber pertama
alam semesta, sehingga fakto-faktor yang menimbulkan benturan pemikiran
yang berkenaan dengan sumber hukum alam ditiadakan. Keesaan Tuhan
Yang Maha Pencipta meniadakan pemikiran adanya sumber hukum alam
yang lain, meniadakan pemikiran perencanaan serta tatanan berganda.7
Sejalan dengan itu maka tidak ada lagi sebab-sebab munculnya pertentangan
dan benturan. Sebagaimana yang sudah ditegaskan Allah swt dalam al-
Qurʻan:
“Seumpama di langit dan di bumi terdapat tuhan-tuhan selain Allah
pasti rusaklah kedua-duanya” (al-Anbiya, 2)
7 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), hal 8
47
Dalam pandangannya, Quṯhb sangat menghindari perpecahan atas dasar
benturan pemikiran, dapat dilihat dalam karyanya “Islam dan Perdamaian
Dunia”.8 Sejarah mencatat peperangan-peperangan yang terjadi disebabkan
oleh benturan pemikiran yang berlawanan. Dari perbedaan keyakinan yang
dapat menimbulkan perang dan perbedaan sistem pemerintahan yang menjadi
konflik kekacauan. Penyatuan pemikiran dibawah pondasi Islam merupakan
watak perdamaian yang merupakan landasan utama agar terciptanya sebuah
Perdamaian yang bersifat Universal. Meskipun Islam sangat toleran terhadap
kepercayaan yang berbeda. Namun Quṯhb menyadari bahwa sumber hukum
Islam mampu membawa dan menciptakan Perdamaian.
“Dan berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah seraya
berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu
Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu
menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk”
(ali-Imran, 105)
Namun terkadang perbedaan kepentingan dan golongan selalu di
kedepankan dan menjadi penyebab perpecahan umat. Sebagaimana yang
disampaikan Syah Waliullah, bahwa perpecahan yang terjadi di kalangan
8 Lihat Sayyid Quthb, Islam dan Perdamaian Dunia, hal 8-13, Quthb berusaha untuk
menyatukan pemikiran dan berusaha menyakinkan bahwa Allah swt dan Kitab Suci al-Qur’an dan
as-Sunnah menuntun kepada jalan keselamatan dan mengajak untuk meninggalkan pemikiran-
pemikiran yang berlawanan dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Dan Quthb juga menjelaskan bukti-
bukti penciptaan awal alam smesta dibawah kekuasaan Allah Yang Maha Esa dan melepas segala
kemungkinan proses penciptaan. Karena dengan kekuasan Allah swt yang tak terbatas, apapun
bisa terjadi “Sesungguhnya apabila Allah menghendaki sesuatu cukuplah berfirman ‘jadilah’
maka terjadilah sesuatu itu” (Ya Sin, 82)
48
umat Islam merupakan sebab lain dari lemahnya umat Islam yang
ditimbulkan aliran-aliran dan madzhab-madzhab yang terdapat dalam Islam.9
Islam yang merupakan agama yang menjunjung tinggi persatuan dan
persaudaraan tidak lepas dari benturan pemikiran yang terkadang
menimbulkan perpecahan pada umatnya. Agama yang dimaksud untuk
mengantarkan perdamaian dan kesentosaan pada dunia yang penuh godaan,
suatu ketika akan mengalami dekadensi yang penyebab utama itu merupakan
kelalaian dari mengabaikan nilai-nilai dasar yang telah disyariatkan agama.
Ditambah sekarang ini masalah yang di hadapi umat Islam adalah
rendahnya rasa kesatuan dan persatuan, sehingga kekuatan mereka menjadi
lemah meskipun jumlahnya banyak. Salah satu sebab rendahnya rasa
persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam adalah karena rendahnya
penghayatan terhadap nilai-nilai Islam.10
Perpecahan di dalam umat muslim menjadi persoalan serius dan
berdampak pada tercapainya atau tidaknya cita-cita tentang Perdamaian.
Muslim merupakan batu pertama pembentukan masyarakat yang bertugas
mengaktualisasikan nilai-nilai Islam ke dalam masyarakat. Jika kerukunan
tidak ditemukan di dalam umat muslim itu sendiri maka cita-cita Perdamaian
hanya akan menjadi wacana semata.
9 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam; sejarah pemikiran dan gerakan (Jakarta:
Bulan Bintang, 1992), h. 21 10https://lampung.kemenag.go.id/artikel/15012/kerukunan-antar-umat-beragama-menurut-
pandangan-islam?lang=id Senin15 Oktober 2012, diakses pada Kamis 10 Juni 2021, pukul 23:13
49
B. Kedamaian Batin
Salah satu pencarian terbesar dalam hidup manusia adalah pencarian
kedamaian dan ketentraman batin. Banyak psikolog berpendapat bahwa
dorongan manusia terbesar adalah pencarian perdamaian. Apapun yang
dilakukan manusia, mereka melakukannya untuk mencari kedamaian dan
ketenangan.11 Kedamaian batin merupak langkah awal menuju Langkah-
langkah selanjutnya yang mana akan mengantarkan pada cita-cita
perdamaian.
Kedamaian batin merupakan persoalan metafisik yang mana untuk
memperolehnya harus menempuh jalan metafisik juga. Persoalan metafisik
berkaitan dengan keyakinan, yang mana setiap aliran kepercayaan memiliki
konsep ajaran sendiri mengenai kedamain batin. Keyakinan mendalam
terhadap agama akan membawa sebuah kedamaian di dalam batin dan akan
memberikan dampak positif dalam beraktivitas di masyarakat.
Islam yang dijadikan oleh Sayyid Quthb sebagai pondasi utama untuk
menempuh perdamaian, menjanjikan kedamaian batin dengan konsep
hubungan pencipta dengan hambanya di dalam kegiatan peribadatan.
Langkah-langkah tersebut sudah tercatat di dalam sumber utama hukum Islam
yakni al-Qur’an dan as-Sunnah.
لم كافة ول تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم يا أيها الذين آمنوا ادخلوا في الس
دو مبين ع
11 https://www.islampos.com/5-hal-yang-membawa-kedamaian-dan-ketenangan-batin-
178561/ Juni 2020, diakses pada Jum’at 11 Juni 2021, pukul 23:45
50
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah,
208)
Ayat ini menuntut setiap yang beriman agar melaksanakan seluruh
ajaran Islam. Jangan hanya percaya dan mengamalkan Sebagian ajarannya
dan menolak stau mengabaikan Sebagian yang lain. Ia dapat juga bermakna
masuklah kamu semua kaffah tanpa kecuali. Jangan seorangpun di antara
kamu yang tidak masuk ke dalam kedamaian Islam12. Allah memerintahkan
kepada hamba-hambaNya yang beriman kepadaNya dan membenarkan
RasulNya, agar berpegang kepada seluruh tali Islam dan syariatnya,
mengerjakan perintahnya, serta menjauhi semua laranganNya sekuat tenaga.13
Seruan Allah diatas dimaksudkan agar orang-orang beriman
menerimanya dengan ikhlas dan menyesuaikan kata hati serta arah
kesadarannya dengan kehendak Allah, sejalan dengan bimbingan Nabi tanpa
keraguan sedikitpun.
Manakala seorang muslim menyambut seruan itu dalam bentuknya
yang demikian, ini artinya mereka telah memasuki “alam” yang seluruhnya
damai dan penuh penyerahan diri, suatu alam yang berisikan keyakinan dan
12 M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Jilid
1, (Tangerang: Lentera Hati, 2002), hal. 419-420 13 Abul Fida Ismail Ismail Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir: Juz 2, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo), h. 361
51
kepercayaan diri yang rapuh, tulus, dan pasrah, tidak ragu dan bimbang serta
tidak ada penyimpangan maupun kesesatan.14
Umat muslim harus bersatu dalam ikatan Islam, mengimani al-Qur’an
dan mengamalkannya secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Dalam
pengantar tafsirnya, Quthb mengatakan bahwa hidup dalam naungan al-
Qur’an itu suatu kenikmatan. Sebuah kenikmatan yang tidak diketahui
kecuali oleh orang-orang yang telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang
mengangkat umur (hidup), memberkatinya dan menyucikannya. Quthb
merasa telah mengalami kenikmatan hidup di bawah naungan al-Qur’an itu,
sesuatu yang belum dirasakan sebelumnya.15
Kenikmatan yang dirasakan kaum muslim merupakan sebuah
kedamaian batin yang mengantarkannya kepada penyerahan diri total kepada
Sang Pencipta. Mengimani, menjalankan perintahNya dan menjauhi
laranganNya secara menyeluruh ini lah yang merupakan benih terwujudnya
sebuah perdamaian universal. Tentu saja Perdamaian tidak akan tercipta
selama masih ada individu yang batinnya tidak mengeyam nikmat
perdamaian. Demikian itulah pandangan Islam, siapa yang hendak
menegakan perdamaian dunia di atas landasan yang kokoh dan Sentosa, ia
harus mulai memantapkannya di dalam batin setiap orang. Landasan yang
kokoh merupakan sumber hukum Islam yakni al-Qur’an dan as-Sunnah.
14 Sayyid Quthb, Hidup Damai dalam Islam; Tafsir Kontemporer, h. 10 15 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb; Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema
Insani, 2005), h. 27
52
Dalam tatanan Islam, individu mempunyai nilai yang fundamental,
karena ia merupakan batu pertama dalam pembentukan masyarakat. Di dalam
batin individulah tumbuh benih kepercayaan yang pertama. Kepercayaan
yang tersimpan di dalam batin itu kemudia berubah menjadi kenyataan lahir
dalam perangai dan prilakunya, bahkan batin itu sendiri merupakan
pengejawantahan yang hidup bagi akidah.16
Islam menanamkan benih perdamaian di dalam batin individu,
perdamaian positif yang meningkatkan kehidupan dan memajukannya, bukan
perdamaian negative yang merelakan segala-galanya, dan dikorbankan demi
keselamatan. Perdamaian yang ditanam oleh Islam dalam batin individu
tersebut ialah perdamaian yang memancar dari keteraturan dan keserasian,
yang tersusun dari kebebasan dan ketertiban; perdamaian yang tumbuh dari
hempasan tenaga dan kejiwaan yang terdidik, bukan dari jiwa yang lemah,
terbius, dan loyo; perdamaia yang membuat setiap individu mengenal
eksistensinya, menyadari Hasrat dan kaingin-keinginannya; dan bersamaan
dengan itu ia pun mengenal kemaslahatan masyarakat dan tujuannya,
mengenal kebutuhan manusia dan harapan-harapannya; mengenal agama,
manusia, dan idealismenya. Semua dalam keserasian dan keteraturannya.17
Dalam pandangan Sayyid Quthb, kedamaian batin di bawah naungan
Islam banyak memberi dampak positif dalam kehidupan beragama maupun
bermasyarakat. Di fase pertama kedamaian batin menyelaraskan logika dan
16 Sayyid Quthb, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 27 17 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 27
53
akidah yang mana dua hal tersebut merupakan sesuatu yang saling bertolak
belakang. Setelah logika dan aqidah selaras selanjutnya Islam mampu
menyelaraskan kebutuhan rohan dan jasmani yang mana untuk memperoleh
kebutuhan rohani tidak harus mengorbankan kebutuhan jasmani dan
sebaliknya. Lebih jauh, Islam memberi kemudahan dalam beribadah dan
memaklumi perbuatan dosa dengan cara bertobat. Dan terakhir islam
memberi ketentraman dan jaminan sosial.
Allah swt menciptakan manusia di muka bumi tidak dibiarkan begitu
saja. Dia memberi petunjuk berupa kitab-kitab samawi melalui paraNabi dan
RasulNya untuk dijadikan sebagai pegangan hidupnya. Allah swt
menganugrahkan akal pikiran kepada manusia sebagai kunci memperoleh
petunjuk terhadap segala hal.18 Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang
telah menganjurkan dan mendorong umat manusia agar mempergunakan akal
pikirannya untuk menemukan rahasia-rahasia Allah yang ada di alam fana
ini.19
“Dan mereka (orang-orang mukmin) memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi” (Qs: ali-Imran, 191)
Ayat tersebut menganjurkan manusia untuk menggunakan akal sambal
mengingat Allah atas apa yang sudah di ciptakanNya yakni langit dan bumi.
Stigma yang ada di masyarakat awam tentang Islam yang menampung
pristiwa-pristiwa mistis menimbulkan permusuhan antar logika dan akidah.
18 Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Lantabora Press, 2005), hal. 76 19 Mohammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy: Memahami Al-Qur’an melalui Pendekatan
Sains Modern, (Jogyakarta: Menara Kudus Jogja, 2004), hlm. 235
54
Padahal hal tersebut tidak pasti kebenarannya. Akan tetapi bangunan Islam itu
sendiri tetap sehat dan pokok-pokok ajarannya tetap terpelihara
kemurniannya. Watak agama Islam tetap terang dan jelas, sekalipun di
sekitarnya banyak bertebaran berbagai macam cerita khayalan yang serba
misterius, namun semuanya itu tidak masuk kedalam bangunan Islam.20
Islam tak hanya menyelamatkan fikiran manusia dari cerita khayalan
dan takhayul saja, bahkan juga menyelamatkan fikiran manusia dari
kepercayaan terhadap keanehan-keanehan kebendaan yang terjadi
menyimpang dari hukum alam yang kita kenal. Islam sama sekali tidak mau
memaksakan fikiran manusia supaya mempercayai terjadinya keanehan-
keanehan kebendaan yang menyimpang dari ketentuan hukum alam. Cara
yang ditempuh Islam untuk menampakan akidahnya hanyalah melalui
pengertian manusia tentang kejelasan, kesederhanaan dan kebenaran prinsip-
prinsip ajarannya.21
Keselarasan logika dan akidah mengantarkan manusia kepada
terpenuhinya kebutuhan rohani dan jasmani. Kedua-duanya dapat terpenuhi
sekaligus tanpa mengorbankan salah satu dari kebetuhan tersebut untuk
memperloeh kebutuhan yang lain.
Islam datang Ketika latar sosial masyarakat Arab dipenuhi kegelapan.
Budaya mereka jahiliyah, adat kebiasaannya dipenuhi angkara murka, dan
mereka suka poligami tanpa batas, mengubur hidup-hidup anak perempuan,
20 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 28 21 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 29
55
melegalkan perbudakan, melakukan ihdad berlebihan bagi istri yang ditinggal
mati suaminya, tidak memberi harta warisan kepada kaum perempuan, dan
masih banyak lagi yang lain. Inti agama yang tertuang dalam lembar teks
wahyu tidak lain bertujuan membebaskan dari keterjeratan budaya jahiliyah
tersebut.22
Dalam pandangan Islam tidak semua kebutuhan hidup alamiah harus
dianggap kotor. Hasrat naluri yang menginginkan perkembangbiakan
bukanlah suatu kemerosotan martabat yang harus dihindari oleh orang yang
hendak mensucikan diri. Hasrat perkembangbiakan adalah selaras dengan
kehendak Allah dalam kehidupan, namun Allah tidak hanya menghendaki
perkembangbiakan semata-mata, tetapi juga menghendaki peningkatan dan
kemajuan. Perkembangbiakan merupakan salah satu sarana kemajuan, sama
sekali tidak bertentangan dengan pemikiran tentang kemajuan. Karena itulah
Islam mengatur sebaik-baiknya kebutuhan-kebutuhan vital yang diperlukan
oleh jasmani manusia tanpa mengabaikan kebutuhan rohaninya yang telah
menjadi salah satu fitrahnya. Islam memandang kedua-duanya itu sebagai
suatu kesatuan, tidak melebih-lebihkan dan tidak pula meremehkan, dan di
dalam kesatua itu tidak terdapat pertentangan atau benturan.23
Terpenuhinya kebutuhan rohani dan jasmani yang tidak bertentangan
sama seperti keselarasan logika dan aqidah. Islam sangat memperhatikan
keselamatan dunia dan akhirat bagi para penganutnya. Seperti halnya
22 Muhammadin, Kebutuhan Manusia Terhadap Agama, JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor
1/99-114, Page. 5 23 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 31
56
kemudahan dalam bertobat atas dasar kesalahan atau dosa yang disengaja
maupun tidak disengaja.
Dosa sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah ibarat noda hitam di
dunia dan di akhirat dalam hati. Kian banyak noda hitam dalam hati, maka
hati bisa menjadi hitam legam dan kelam. Sinarnya, bukan hanya redup tapi
gelap. Cahayanya tertutup oleh titik-titik noda yang menjadikannya tak
mampu lagi memandang dan menimbang kebenaran. Bila seseorang
melepaskan diri dari dosa, memohon ampun dan bertobat, hatinya akan
cemerlang seperti semula. Tapi bila ia mengulangi perbuatan dosa, maka
noda hitam itu akan bertambah hingga meliputi hatinya.24
Dalam Islam Tobat menyangkut penataan Kembali kehidupan manusia
yang sudah berantakan dan perbaikan Kembali mental seseorang yang sudah
rusak akibat dosa yang diperbuat.25 Islam mengakui pada individu terdapat
factor-faktor yang mendorong kearah kekeliruan dan dosa. Kekeliruan, alpa
dan perbuatan karena paksaan dimaafkan, tidak dikenakan hukuman.
Rasulullah menegaskan: “Dosa tidak dikenakan atas umatku karena
kekeliruan, alpa dan perbuatan yang dipaksakan kepadanya”. Di dalam Islam
pintu taubat selalu terbuka bagi dosa dan kekeliruan. Melalui pintu itu siapa
saja dapat memohon ampunan Ilahi dan membersihkan diri. Tak ada sesuatu
24 M Sadik, ,Tobat dalam Perspektif al-Qur’an, STAIN Datokarama Palu, h. 110
25 Erba Rozalina Yulianti, “Tobat Sebagai Sebuah Terapi; Kajian Psikoterapi Islam” Syifa Al-
Qulub 1,2
57
yang menjauhkan seseorang dari rahmat Tuhan, atau menutup pintu taubat
dan tidak ada perantara yang menghubungkan seseorang dengan Tuhannya.26
Pintu taubat selalu terbuka bagi mereka yang tergelincir ke dalam dosa
atas kekeliruan dan paksaan. Mereka selalu mendapati pintu menuju ampunan
Allah swt. Mereka tidak terkucilkan atau terasingkan hanya karena
melakukan perbuatan dosa, selalu ada uluran tangan kasih sayang dari Allah
swt kepad hambanya yang menyesal atas perbuatannya dan melakukan taubat
dengan sungguh-sungguh.
Melakukan taubat dengan sungguh-sungguh memberi kedamaian dalam
batin dan semngat dalam menjalani aktivitas. Islam sangat memperhatika
kesanggupan dan ketidak sanggupan penganutnya. Tidak membebani
kewajiban seseorang diluar kesanggupannya, baik dalam hal penetapan
hukum syariatnya maupun peribadatannya. Sebab kewajibab yang
dibebankan di luar kesanggupan seseorang, baik mengenai perintah ataupun
larangan pasti menimbulkan tiga hal sebagai berikut:
1. Penindasan, penderitaan dan tekanan batin, merusak fitrah manusia,
merintangi pertumbuhan dan kemajuan hidup yang lurus dan wajar.
2. Membuat orang lari dan liar, tidak menghiraukan perintah dan larangan,
dan membangkitkan perlawanan sehingga membuatnya nekat melakukan
segala hal yang terlarang sebagai reaksi terhadap tekanan-tekanan batin
dan penindasan.
26 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 33
58
3. Membangkitkan keresahan jiwa secara terus-menerus karena merasa selalu
dikejar-kejar oleh dosa, sekalipun orang sebenarnya tidak berbuat dosa.
Perasaan demikian itu adalah siksaan amat berat yang terus-menerus
diderita.27
Ajaran Islam dibangun berlandasan kemudahan dan keringanan, maka
dari itulah Allah memberikan keringanan bagi orang-orang yang mempunyai
udzur di dalam peribadatan sesuai dengan udzurnya, sehingga mereka dapat
beribadah kepada-Nya tanpa kesulitan. Kesanggupan dalam menjalankan
kewajiban Allah sudah tercatat di dalam al-Qurʻan surah al-Baqarah ayat 286
“Allah tidak membebani seseorang selain yang sesuai dengan
kesanggupannya”. Jika tidak mampu berdiri dibolehkan duduk, jika tidak
sanggup duduk dibolehkan berbaring, jika mulut tidak bisa lagi mengucap
boleh dilapalkan dalam hati. Keringan dan kesanggupan dalam beribadah di
dalam Islam memberi kedamaian batin di setiap hati umat muslim bagi
mereka yang ikhlas menjalankannya.
Demikian Islam tidak memaksakan suatu kewajiban apa pun yang
berada di dunia dan di akhirat luar kesanggupan manusia. Karena itu taka da
alasan untuk menolak kewajiban yang dibebankan oleh Islam, tidak ada
alasan untuk merasa keberatan atau merasa gelisah dan bingung terombang-
ambing antara kewajibab yang harus dilakukan dan kesanggupan yang
dimilikinya. Bahkan, orang akan merasa nikmat melaksanakan kewajiban
27 Murtiningsi. Nedra Wati Zaly, “Gambaran Praktek Sholat Pasien di Rumah Sakit X”,
STIKes Jayakarta: Journal of Islamic Nursing 5.
59
agama Islam, akan merasa tenang dengan mentaati semua ketentuannya,
merasa gembira dan tentram.28
Islam berdasarkan pandangannya yang universal mengenai kehidupan,
termasuk segala faktor penggerak dan penyebabnya, segala keperluan
materialnya dan segala kebutuhan spiritualnya; tidak melemahkan akidah
yang bersemayam di dunia dan di akhirat dalam batin seorang bahkan
membantunya dalam upaya mewujudkan semua keperluan dan kebutuhan
tersebut dalam kenyataan. Menurut Islam alam kenyataan bukan lain adalah
pencerminan kongkret dari alam batin atau alam perasaan.
Islam memberikan jaminan sosial, ketenangan dalam lingkungan
masyarakat karena perasaannya selalu berada dalam suasana aman dan
tentram. Kedamaian batin yang diperoleh melalui kegiatan peribadatan dapat
menimbulkan suasan aman disetiap individu. Karena mereka merasakan suatu
kekuatan yang Agung telah menjamin keselamatannya.
Islam juga menjamin setiap individu memperoleh rizki dari kekayaan
masyarakat: yang mampu bekerja dijamin mendapatkan pekerjaan dengan
upah yang seadil-adilnya. Jaminan sosial diberikan kepada orang selama ia
belum memperoleh pekerjaan, Islam menjamin pemeliharaan anak-anak sejak
masih menyusu dan selama pertumbuhannya hingga dapat bekerja. Islam
berkeyakinan bahwa semua faktor perdamaian terletak di dalam batin.29
28 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 40 29 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h. 48
60
C. Keharmonian Rumah Tangga
Keluarga atau rumah tangga muslim adalah Lembaga terpenting dalam
kehidupan kaum muslimin umumnya dan manhaj amal Islam khususnya. Ini
semua disebabkan karena peran besar yang dimainkan oleh keluarga, yaitu
mencetak dan menumbuhkan generasi masa depan, pilar penyangga bangunan
umat dan perisai penyelamat bagi negara.30
Keluarga merupakan pondasi awal dari bangunan masyarakat dan
bangsa. Oleh karenanya, keselamatan dan kemurnian rumah tangga adalah
faktor penentu bagi keselamatan dan kemurnian masyarakat, serta sebagai
penentu kekuatan, kekokohan, dan keselamatan dari bangunan negara.31
Dengan kata lain model sebuah negara bergantung pada generasi yang
tumbuh dalam keluarga.
Keharmonian di dalam rumah tangga merupakan tolak ukur masa depan
perdamaian. Berangkat dari krukunan rumah tangga akan menghasilkan
generasi-generasi yang mengenyam nilai-nilai perdamaian dan menuntun
masa depan negara kearah yang positif. Islam mengarah kepada penanaman
benih perdamaian di dalam batin individu, kemudian menjurus ke arah
masyarakat, dan lebih luas lagi ke mata rantai yang tak terpisahkan, satu sama
lain saling berhubungan dan saling berkaitan.32
30 Mustafa Masyhur, Qudwah di Jalan Dakwah, terjemahan oleh Ali Hasan, (Jakarta:
Citra Islam Press, 19990, h. 71 31 Maimunah Hasan, Rumah Tangga Muslim, (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2001), h.
7 32 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, hal. 49
61
Penggambaran rumah tangga oleh Islam seperti hubungan cinta kasih
yang penuh kasih sayang dan lemah lembut. Tempat berteduh dari derasnya
aktivitas-aktivitas yang melelahkan. Dan di dalamnya terdapat seorang istri
yang siap menerima keluhan-keluhan sang suami dan beberapa anak-anak
yang wajahnya mampu membangkitkan semangat dan merupakan harapan
dan cita-cita.
ن أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ومن آياته أن خلق لكم م
لك ليات لقوم يتفكرون ورحمة إن في ذ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (ar-Rum, 21)
هن لباس لكم وأنتم لباس لهن
“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka”. (al-Baqarah, 187)
Dari ayat-ayat tersebut dapat dikatakan dalam rumah tangga terdapat
keramahan dan kelembutan. Ayat-ayat tersebut merupakan ungkapan yang
lengkap dan sempurna mengenai hakikat hubungan yang diwajibkan oleh
Islam, yaitu hubungan Insani yang penuh kasih sayang dan sentosa. Dalam
hubungan tersebut tampak adanya tujuan melestarikan kehidupan dengan
kelahiran anak-anak. Islam membolehkan tujuan seperti itu dengan ketentuan
harus terjamin kebersihan dan kesuciannya dari noda. Mengenai hubungan
62
suami istri Islam mengakui kesucian dan keseriusannya, bahkan mengatur
arah tujuan dan tentunya keperluannya.33
“Istri-istri kalian adalah (ibarat) tanah tempat kalian bvercocok tanam”
(al-Baqarah, 223)
Islam menaruh perhatian besar sekali kepada inti masyarakat tersebut,
yaitu “tempat asuhan anak-anak” atau tempat berkumpul satuan keluarga,
atau lebih, tegasnya lagi ialah kehidupan rumah tangga. Islam bahkan
memberikan jaminan penuh atas keselamatan dan kesuciannya sesuai dengan
ciri pandangannya yang universal. Terjaganya rumah tangga dibawah syariat
Islam merupakan landasan yang kokoh bagi terwujudnya perdamaian dan
keselamatan lingkungan keluarga.34
D. Kedamaian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena
sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta
mengarah pada kehidupan kolektif.35 Di dalam masyarakat tentu banyak
ragam kepentingan saling terjalin, saling berkait serta faktor-faktor
pendorongnya pun saling berdesak, tolak-menolak dan Tarik-menarik, saling
menerima dan saling memberi. Di dalam masyarakat, individu yang satu
dengan yang lainnya saling tukar menukar berbagai soal, antara kelompok
33 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, hal. 50 34 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, hal. 75 35 Murthada Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah, (Yogyakarta: Rausyanfikr Institute,
2012), hal. 6
63
saling bermuamalat, kekuatan yang satu dan kekuatan yang lain saling
bersaing. Individu, rumah tangga, dan keluarga semuanya berbaur di dalam
masyarakat, berhimpun di sekitar tembok besar yang menampung seluruh
kegiatannya, yang mencerminkan semua sikap dan pandangan hidupnya,
yang mempengaruhi dan terpengaruhi olehnya dalam berbagai hal.36
Dalam membina masyarakat dimulai dari Nurani individu,
menanamkan benih kecintaan di dalam lubuk hati dan jiwa yang sedalam-
dalamnya dan meniupkan rasa kasih sayang yaitu kecintaan manusiawi yang
murni tulus. Islam mendorong manusia supaya selalu ingat akan asal muasal
kejadiannya yang dari satu jiwa yakni, Adam; menggugah hati Nurani dan
perasaannya tentang kaitan asal keturunan (nasab) dan tali kekerabatan; dan
mengingat akan hubungan persaudaraan di bawah naungan satu Tuhan,
mengingat asal kejadiannya dan tempat ia Kembali. Apabila segala perasaan
yang lembut itu telah membuat perangai manusia menjadi halus, tentu akan
lebih mengarah kepada temggang rasa dan perdamaian. Karenanya berbagai
macam sebab yang menimbulkan perselisihan dan pertikaian akan melemah,
sehingga memungkinkan suksesnya pelaksanaan tatanan hukum yang telah
ditetapkan untuk menjamin perdamaian. Hati Nurani dan perasaan demikian
itu memang merupakan jaminan yang paling kuat bagi berhasilnya
pelaksanaan hukum peraturan sehingga roda kehidupan dapat berputar
dengan lancar.37
36 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, hal. 77 37 Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, h. 79
64
Kesatuan asal yang merupakan pemicu terbentuknya persatuan
universal melalui kesadaran masyarakat akan menompang perdamaian.
Namun untuk memperoleh kesadaran masyarakat diperlukan tahapan-tahan
yang tidak mudah. Ketenangan batin dan keharmonian rumah tangga menjadi
faktor utama terbentuknya kesadaran masyarakat untuk mengemban kesatuan
universal menuju perdamaian.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa Islam sangat menjaga persatuan. Dan konsep perdamaian
yang disusun oleh Sayyid Quṯhb merupakan pembagian kategori perdamaian
dari lingkup yang kecil (Kedamaian Batin dan Keharmonian Rumah Tangga)
hingga lingkup yang besar (Kedamaian Masyarakat).
Watak dari perdamaian merupkan ajaran Islam yang sangat menentang
peperangan dan pertikaian, meskipun pembentukan sejarah panjang Islam
tidak lepas dari peperangan. Namun peperangan yang terjadi merupakan
bentuk pembelaan diri dan bukan untuk menguasia teritorial atau sumberdaya
alam suatu daerah yang diperangi.
B. Saran
Konsep perdamaian dalam Islam Sayyid Quṯhb merupakn hasil
pikiran yang mantang. Beliau mampu menyelaraskan pikiran dengan hati
agar rancangan perdamaian yang disusun dapat dipahami dengan mudah.
Meskipun demikian, Sayyid Quṯhb terlalu memaksakan perdamaian yang
bersifat Universal dibawah pondasi al-Qurʻan dan as-Sunnah. Jika konsep
tersebut dibawa keranah Islam, rancangan tersebut akan sangat kuat untuk
menata dan menegakan perdamaian dalam Islam. Namun jika rancangan
66
tersebut mengarah kepada hal yang universal (perdamaian dunia), maka
akan sangat kurang, karen hal-hal yang bertolak dalam perdamaian masih
terjadi di dalam Islam itu sendiri.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Irfan. Masjid dan Pembangunan Perdamaian: Studi Kasus Poso,
Ambon, Ternate, dan Jayapura
Ad-Dimasyqi, al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Kasir: Juz 2.
Bandung: Sinar Baru Algensindo
Ahmad, Zainal Abidin. Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang. Jakarta:
Bulan Bintang. 1978
Akhavi, Syahrough. Sayyid Qutb. John L. Esposito (editor in chief): The Oxford
Encyclopedia of the Modern Islamic World, Vo.3. New York: Oxford
University Press, 1995.
Al-Khalid, Shalah Abdul Fattah. Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.
Solo: Era Intermedia. 2001
---------------------- Sayyid Qutb al-Adib al-Naqid wa Da’iyah al-Mujahid wa al-
Mufakkir al-Mufassir al-Raid
Andiko, Toha. Melacak Akar Konflik Dalam Islam Dan Solusi Bagi kerukunan
Umat Beragama di Indonesia. MADANIA. XVII. (2013) no. 1. 39
De Rivera. Assesing the Peacefulness of Culture. Dalam: de Rivera. J. (Ed.).
Handbook on Building Cultures of Peace. USA: Springer. 2009
Esposito, John L. Ancaman Islam: Mitos atau Realitas. Bandung: Mizan. 1996
68
Fell, G. Peace. dalam: Hicks, D. Education for Peace: Issues. Principles and
Practice in the Classroom. London: Routledge. 1998
Hasan, Maimunah. Rumah Tangga Muslim. Yogyakarta: Bintang Cemerlang.
2001
Hasan, Muhammad Tholhah. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Lantabora Press. 2005
Hidayat, Nuim. Syyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, Jakarta:
Gema Insan Press. 1987
Hidayat, Nur “Nilai-nilai Islam tentang Perdamaian”, Aplikasia: Volume 17, No.
1, 2017, h. 15
Ichwan, Mohammad Nor. Tafsir ‘Ilmiy: Memahami Al-Qur’an melalui
Pendekatan Sains Modern. Jogyakarta: Menara Kudus Jogja. 2004
Indrawan, Jerry Prakoso. Memahami Studi Perdamaian Sebagai Bagian dari Ilmu
Hubungan Internasional. UPN. Veteran. Jakarta: Jurnal.edu.ac.id. 67
Ismail, Asep Usman. Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial. Tangerang: Lentera
Hati. 2002
Johari, Amin. Negara dalam Pandangan Ali ‘Abd al-Raziq dan Sayyid Quthb.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008
Jurdi, Syarifuddin. Islam dan Ilmu Sosial Indonesia. LABSOSUIN Sunan
Kalijaga: Yogyakarta, 2011
69
Krishna, Anand. Islam Esoteris Kemulyaan dan Keindahannya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2000
Masyhur, Mustafa. Qudwah di Jalan Dakwah. terjemahan oleh Ali Hasan.
Jakarta: Citra Islam Press. 1999
Moussalli cd, Ahmad S. Islamic Fundamentalism Myths and Realities. United
Kingdom: Ithaca Press. 1998
Muhammadin. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. JIA/Juni
2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114
Muthahhari, Murthada. Masyarakat dan Sejarah. Yogyakarta: Rausyanfikr
Institute. 2012
Murtiningsi, Nedra Wati Zaly. Gambaran Praktek Sholat Pasien di Rumah Sakit
X, STIKes Jayakarta: Journal of Islamic Nursing
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam; sejarah pemikiran dan gerakan.
Jakarta: Bulan Bintang. 1992
Nimer, Mohammed, Abu. Nir Kekerasan Dan Bina Damai Dalam Islam Teori
dan Praktek Jakarta: Democracy Project. 2010
Quthb, Sayyid. Hidup Damai dalam Islam, Jakarta: Gema Insani Press. 1992
-----------------. Islam dan Perdamaian Dunia, Jakarta: Pustaka Firdaus. 1987
70
-----------------. Thifl min al-Qaryat”. Afif Muhammad: Dari Teologi ke Ideologi:
Telaah Atas Metode dan Pemikiran Teologi Sayyid Quthb. Bandung: Pena
Merah. 2004
Rochman, Siti. Sayyid Quthb dan Ikhwanul Muslimin Peranan Sayyid Quthb
dalam Gerakan Ikhwanul Muslimin, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2003
Sadik, M. “Tobat dalam Perspektif al-Qur’an” STAIN Datokarama Palu
Shihab, M, Quraish. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.
Jilid 1. Tangerang: Lentera Hati. 2002
Sudarto. Metodelogi Penelitian Filsafat, Jakarta: PT Grafindo Persada. 1997
Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2007
Suhra, Sarif, “Kesetaraan Gender dalam Perspektif Qur’an dan Implementasinya
terhadap Hukum Islam”, Jurnal al-Ulum: Volume. 13, Nomor. 2,
Desember 2013, h. 59
T. Jacob. Semangat Kecendikiaan Menggalang Perdamaian Dunia. University Of
Muchigan: Pustaka Sinar Harapan. 2008
Ulya, Inayatul. Pendidikan Islam Multikultural Sebagai Resolusi Konflik Agama
di Indonesia. Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. (2016). 4.
no. 1. 23
71
Yulianti, Erba Rozalina. Tobat Sebagai Sebuah Terapi; Kajian Psikoterapi Islam.
Syifa Al-Qulub
Zibad, Nurul. Takdir dalam Pandangan Sayyid Quthb, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2008
Sumber lain:
Fatul, Syarif. .Pemikir Politik Barat Dante Alighieri,
http://stsyarifatulmarah.blogspot.com/2016/12/normal-0-false-false-false-
in-x-none-ar.html
Holocausy, Ensiklopedi. Perang Dunia I (Artikel Ringkasan). Diakses dari:
https://encyclopedia.ushmm.org.
https://lampung.kemenag.go.id/artikel/15012/kerukunan-antar-umat-beragama-
menurut-pandangan-islam?lang=id
https://www.islampos.com/5-hal-yang-membawa-kedamaian-dan-ketenangan-
batin-178561/
Jurnal Studi al-Qur’an, “Ayat-ayat Damai dalam al-Qur’an”, Membangun Tradisi
Qur’ani, Vol. 5, No. 1, Tahun. 2009, h. 32
Villa Nova University. Falvey Memorial Library. Dante’s Biography. htt
ps://exhibits.library.villanova.edu/dante-illustrated/dante-s-biography