konsep politik islam sayyid quthb dalam tafsir fi...

85
KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI ZHILAL QUR’AN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : FUAD LUTHFI NIM : 101033221828 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.

Upload: dohuong

Post on 12-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM

TAFSIR FI ZHILAL QUR’AN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

FUAD LUTHFI

NIM : 101033221828

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.

Page 2: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM

TAFSIR FI ZHILAL AL-QUR’AN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

FUAD LUTHFI

NIM: 101033221828

Pembimbing

Dr. Sirojuddin Aly, MA.

NIP. 195406052001121001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.

Page 3: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb Dalam Tafsir Fi Zhilal

Al-Qur'an” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2011.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) Program Strata Satu (S1) pada program studi Ilmu Politik.

Bekasi, 18 Agustus 2011

Tim Penguji,

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Ali Munhanif, Ph.D M. Zaki Mubarok, M.Si

NIP. 150253408 NIP.197309272005011008

Penguji,

Penguji I Penguji II

Ali Munhanif, Ph.D Dr. Nawiruddin, MA

NIP. 150253408

Pembimbing,

Dr. Sirojuddin Aly, MA

NIP. 195406052001121001

Page 4: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ada karya ini bukan hasil karya saya

atau merupakan hasil jiplakan dan karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Agustus 2011

Fuad Luthfi

Page 5: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

iii

ABSTRAKS

Skripsi ini mengkaji konsep politik Islam yang digagas oleh Sayyid

Quthb, pemikir dan tokoh pergerakan Islam asal Mesir yang sangat terkenal,

baik di kalangan Dunia Islam maupun Dunia Barat. Sayyid Quthb sengaja

dipilih karena ia dipandang sebagai salah seorang tokoh dan arsitek politik

al-Ikhwan al-Muslimin di Mesir. Ia biasa disebut sebagai pejuang dakwah

Islam (mujahid da’wah), atau tokoh yang secara formal disebut sebagai

pemikir dan da’i (rijal al-fikr wa al-da’wah).

Pemikiran Sayyid Quthb mempengaruhi banyak kalangan cendekiawan

Islam. Karya-karyanya memperoleh audensi besar dari masyarakat Islam dunia.

Beberapa karya pentingnya telah disalin ke dalam berbagai bahasa, termasuk ke

dalam bahasa Indonesia. Kitab Ma’alim fi al-Thariq, karya Quthb, pernah

menggemparkan banyak kalangan di dunia Islam; dan Fi Zhilal al-Qur’an, tafsir

al-Qur’an yang merupakan karya terbesar Sayyid Quthb, cukup populer dan

berpengaruh di kalangan masyarakat Muslim dunia, termasuk Indonesia dalam

segala aspeknya. Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an sendiri merupakan hasil dari

dinamika akademis, politik, dan sosial. Ia tidak semata-mata rekreasi intelektual

dalam mendekati Al-Qur’an dari perspektif ilmu pengetahuan. Namun, juga

menggunakan pendekatan atas dasar pengalaman hidup sang penulis. Tidak

mengherankan kalau kitab tafsir ini berpengaruh besar terhadap umat Islam di

seluruh dunia, terutama mereka yang aktif dalam gerakan politik.

Bertolak dari uraian di atas, maka penulis mengkhususkan mengangkat

bidang politik dari pemikiran Sayyid Quthb dalam sebuah karya ilmiah dengan

tema “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb Dalam Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an."

Tema pokok gagasan konsep politik Sayyid Quthb yang tertuang dalam

Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an adalah: pertama, konsepsi al-Quran mengenai

kehidupan; kedua, kedaulatan Tuhan; ketiga, tujuan negara; keempat, prinsip-

prinsip pemerintahan; kelima, konsep kewarganegaraan, dan keenam, prinsip-

prinsip pengaturan kebjaksanaan negara.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan

menggunakan metode library research (metode pustaka) yaitu dengan mencari

data-data dari berbagai literatur dan sumber yang ada kaitannya dengan masalah

di atas. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teknik analisis,

yaitu dengan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan konsep politik Islam

untuk kemudian dianalisis bagaimana konsep politik Islam menurut Sayyid

Quthb. Sumber primer sebagai data pokok dalam penelitian ini adalah tafsir Fi

Zhîlâl al-Qur'ân karya Sayyid Quthb dan karya-karya keislamannya yang lain, di

antaranya adalah : Ma’âlim Fi al-Tharîq dan Ayat-ayat Pilihan Tafsir Fî Zhilâl al-

Qur’ân.

Page 6: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

iv

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Alhamdulllah, penulis panjatkan puji syukur yang tak ternilai oleh apa pun atas

limpahan rahmat, karunia dan izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang penulis beri judul “KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID

QUTHB DALAM TAFSIR FI ZHILAL AL-QUR'AN". Shalawat dan salam

senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw

Dengan selesainya skripsi ini, merupakan kebahagiaan yang tak terhingga bagi

penulis meskipun dalam penyelesaiannya selalu mendapat rintangan-rintangan

baik dari diri sendiri maupun dari luar, namun berkat kasih sayang-Nya,

rintangan-rintangan tersebut dapat teratasi. Dan juga tak lupa adanya bantuan dari

berbagai pihak baik moril maupun materil, yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan beribu-ribu terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Sirojuddin Aly, MA yang telah susah payah membimbing

penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini bisa rampung,

semoga Allah membalas semua jasa beliau.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Komaruddin

Hidayat, MA.

3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA.

Page 7: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

v

4. Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Politik Bapak Ali Munhanif, Ph. D dan

Bapak M. Zaki Mubarok, M. Si.

5. Seluruh staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah

mencurahkan ilmunya yang sangat berarti bagi penulis selama menempuh

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ayahanda Penulis KH. M. Natsir dan Ibunda H. Nurmalihah, S.Pd.I yang

tak pernah lelah mendoakan dan memotivasi penulis selama ini, semoga

Allah SWT mengampuni dosa keduanya dan menyayangi keduanya

sebagaimana keduanya menyayangi penulis di aktu kecil.

7. Kanda Hj. Rifqiyah, Lc., Ahmad Fathoni, SH.I dan Najmuddin, SE.I serta

adik-adikku Eneng Himayati, Lc dan Nurul Atiq yang banyak memberikan

motivasi dan bantuan moril kepada penulis dengan tanpa pamrih dan

penuh kasih sayang.

8. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan fasilitas kepada penulis.

9. Teman-teman Jurusan Ilmu Politik B angkatan 2001, yang selalu

memotivasi penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak penulis sebutkan di

sini, namun tidak mengurangi hormat dan ta’zhim penulis kepada mereka.

Page 8: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

vi

Terakhir penulis hanya dapat memanjatkan doa semoga kebaikan dan amal

baik mereka dibalas oleh Allah SWT, dan mudah-mudahan skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semuanya. Amin ya Robbal ‘Alamin.

Bekasi, 16 Agustus 2011

Fuad Luthfi

Page 9: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………i

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………..ii

ABSTRAK ………………………………………………………………………iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………1

B. Kajian Kepustakaan ………………………………………………...5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………..5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………….6

E. Metode Penelitian ……………………………………………………7

F. Sistematika Penulisan ……………………………………………….8

BAB II BIOGRAFI SAYYID QUTHB DAN KARYANYA

A. Riwayat Hidup………………………………………………………10

B. Karya-karya Sayyid Quthb………………………………………...14

C. Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an …………………………………………16

BAB III TEORI POLITIK ISLAM

A. Dasar-dasar Teori Politik Islam …………………………………..19

B. Hakekat dan Karakteristik Negara Islam ………………………..22

C. Teori Kekhilafahan dalam Islam ………………………………….24

D. Hakekat Demokrasi dalam Islam …………………………………25

Page 10: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

BAB IV KONSEP POLITIK ISLAM DALAM TAFSIR FI ZHILAL AL-

QUR’AN

A. Konsepsi al-Qur’an Mengenai Kehidupan …………….................27

B. Kedaulatan Tuhan …………………………………………………32

C. Tujuan Negara ……………………………………………………..37

D. Prinsip-prinsip Pemerintahan …………………………………….41

E. Konsep Kewarganegaraan…………………………………………45

F. Prinsip-prinsip Pengaturan Kebijaksanaan Negara ……………..63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………………….70

B. Saran ………………………………………………………………..72

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..73

Page 11: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sayyid Quthb merupakan salah satu tokoh politik Islam yang sangat

concern dengan pergerakan Islam dan memiliki pengaruh yang cukup luas di

dunia Islam. Sebagai tokoh politik Islam dan aktivis pergerakan Islam, Sayyid

Quthb merupakan salah seorang tokoh yang sangat terkenal dan popular.

Popularitas Quthb bahkan menyamai pendahulunya, Hasan al-Banna, pendiri

gerakan al-Ikhwan al-Muslimin. Sayyid Quthb disebut sebagai tokoh ideology

Ikhwan karena ia berperan besar dalam memformulasi ideology (fikrah) Ikhwan

dan mensosialisasikan dalam gerakan-gerakannya.1

Sejak bergabung dengan Ikhwan pada tahun 1953, Sayyid Quthb berperan

besar dalam mengembangkan dan memajukan Ikhwan. Ia mencoba memperjelas

dan mempertegas tujuan dan cita-cita Ikhwan kea rah terwujudnya system Islam.

Dalam setiap kesempatan, Quthb selalu mengajak kaum muslim melawan semua

system yang disebutnya jahiliyyah, baik yang ada di negeri-negeri Islam maupun

negeri-negeri lain, selanjutnya digantikan dengan fikrah atau system Islam, tak

terkecuali juga dalam bidang politik. Untuk mewujudkan cita-cita ini, tentu saja

Sayyid Quthb harus berhadapan dengan konspirasi-konspirasi jahat penguasa dari

Negara luar dan di dalam negerinya yang tak menghendaki system Islam tegak di

1 M. Amin Rais, Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1997), h.

197; “Gerakan-gerakan Islam Internasional dan Pengaruhnya Bagi Gerakan Islam Indonesia,”

Dalam Prisma, Nomor Ekstra, (1984), h. 29.

Page 12: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

2

dunia ini. Berkali-kali ia disiksa dan dijebloskan ke dalam penjara sampai

akhirnya dieksekusi di tiang gantungan oleh rezim pengasa Mesir pada tahun

1966.2

Dengan melihat sepintas latar belakang kehidupan seperti disebutkan di

atas, maka tak seorangpun dapat menyangkal keberadaan Sayyid Quthb sebagai

pemikir dan aktivis politik Islam (rijal al-fikr wa al-da’wah siyasi Islam). Sebagai

politikus Islam, Sayyid Quthb memperlihatkan komitmennya yang tinggi terhadap

perjuangan dan semangat menegakkan politik Islam, yaitu perjuangan dan

semangat untuk mewujudkan system Islam, baik pada tataran individu maupun

social dan cultural. Semangat ini terlihat jelas dalam semua tulisan Quthb,

terutama dalam karya master piece-nya yang sangat terkenal, Fi Zhilal al-Qur’an.

Menurut Sayyid Quthb, masyarakat dunia kontemporer dihadapkan

dengan dua pilihan konsep politik, yakni sistem jahiliyah dan Islam. Konsep

politik yang pertama merupakan produk masyarakat sekular dan konsep yang

disebutkan pada uruta kedua merupakan produk 'agama'. Karena pilihan ini

diberikan oleh negara adikuasa yang memimpin dunia, maka pilihan ini menjadi

polemik di kalangan cendekiawan Muslim.3

Peradaban Barat yang telah maju, setelah berusaha membebaskan diri dari

cengkraman 'agama' (gereja), tentunya menjadi bangga dengan kesuksesannya

sekarang dan melihat penyebab kemajuannya adalah berkat keberhasilan

sekularisasi di dunia Barat. Pada dunia yang serba serbinya diwarnai dengan

materialisme dan dualisme, pilihan ini diberikan atas nama kemajuan dan

2 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harakah, (Jakarta: Penamadani, 2006), h. 17-18. 3 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub,h. 68-69.

Page 13: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

3

pembangunan, pihak kedua hanya bisa menerima atau menolak tentunya dengan

konsekwensi; menyokong sebagai kawan atau menentang sebagai lawan.4 Lalus

bagaimanakah dengan pendapat cendekiawan Islam? Sayyid Quthb dan

pembaharu Islam lainnya seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh,

dan Hasan al-Banna meyakini bahwa kelemahan kaum Muslim diakibatkan oleh

dominasi Eropa dan penyimpangan dari ajaran Islam sejati.

Untuk membangkitkan Islam, menurut Sayyid Quthb, umat Islam harus

bertekad untuk kembali memahami ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh).

kembali kepada Al-Qur'ân dan al-Sunnah, seperti yang dicontohkan oleh

Rasullullah SAW dan sahabat-sahabatnya.5

Pemerintahan Islam yang dibina Nabi Muhammad SAW dan khalifah

Rasyidin menunjukkan perwujudan suatu tatanan Islam yang komprensif,

konkrit dan historis. Akan tetapi di bawah penguasa berikutnya, dunia Islam

menjadi lemah disebabkan beberapa faktor, antara lain: perebutan kekuasaan,

yang berkuasa bukan Arab, perpecahan soal-soal sekunder, kurang para ilmuan

praktis taklid buta pada otoritas. Hal tersebut terbukti pada abad ke 13 dunia

Islam sangat buta dan rentan terhadap invasi bangsa Mongol dan tentara Salib

meskipun dibawah Mamluk dan Dinasti Usmaniyah dunia Islam sempat bangkit

namun sempat tidak lama, dan tidak terbendung agresi Eropa disemua sektor.

Akhirnya dunia Islam harus tunduk kepada dunia Barat sampai akhir abad ke

19. Awal abad ke 20 lahirnya kebangkitan Islam yang dipelopori oleh

cendikiawan-cendekiwan terkemuka umat Islam mulai sadar akan

4 Muhsin al-Mayli, Pergulatan Mencari Islam; Perjalanan Religius Roger Garaudy, (terj.)

Rifyal Ka’bah (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 107-108 5 Sayyid Quthb, Fi Zilal al-Qur’an, Jilid. II, (Beirut: Dar al-Syuruq, 1982), h. 904-905.

Page 14: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

4

ketertinggalannya dari dunia Barat mereka bangkit berusaha merebut kembali

kejayaan dunia Islam tempo dulu dengan terbentuknya berbagai macam

organisasi oleh tokoh-tokoh pejuang dan ulama-ulama terkemuka, salah satu

contohnya adalah Sayyid Quthub dengan garakan Ikhwan al-Muslimin-nya.6

Sayyid Quthb mempertegas tentang politik negara atau pemerintahan

Islam, ia menyebutkan :" Pemerintahan Islam itu supra nasional, meskipun dia

menolak dipergunakannya istilah imperium. Wilayah negara meliputi seluruh

dunia Islam dengan sentralisasi kekuasaan. pada pemerintahan pusat, yang di

kelola atas prinsip persamaan penuh antara semua umat Islam yang terdapat di

seluruh penjuru dunia Islam tanpa adanya fanatisme ras dan kedaerahan, bahkan

dalam banyak hal tidak pula mengenal fanatisme keagamaan."7

Dengan demikian menurut penilaian Sayyid Quthb pemerintah Islam

bercorak manusiawi, terutama dengan persepsinya yang kuat tentang kesatuan

manusia serta tujuannya yang menghendaki agar seluruh umat manusia

terhimpun dibawah bendera persaudaraan atau persamaan.

Sebagai tokoh pembaharuan Sayyid Quthb melontarkan ide-ide yang

berbeda dengan pembaharuan-pembaharuan sebelumnya, beliau

meletakkan dasar-dasar konsep pergerakan politik yang konkrit, bahkan tidak

jarang beliau melakukan tindak progresif dan tegas dalam mewujudkan

konsep-konsep tersebut, sehingga organisasinya sering mendapatkan tantangan

dari pemerintah setempat. Pengaruh Ikhwanul Muslimin yang beliau pimpin

6 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub,h. 79-80.

7 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (Jakarta: UI

Press, 1991) , h. 149.

Page 15: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

5

tidak saja di Mesir, tetapi telah menjalar ke dunia Islam lain, seperti Pakistan

yang menjadi negara Islam tidak luput dari pengaruh ide-idenya.

Bertolak dari uraian di atas, maka penulis mengangkat masalah tersebut

dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: “KONSEP POLITIK ISLAM

SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FÎ ZHILÂL AL-QUR'ÂN".

B. Kajian Kepustakaan (Literatur Review)

Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada cendekiawan Islam yang

menulis secara khusus pemikiran politik Islam Sayyid Quthb. Kalaupun ada

tulisan ataupun karya ilmiah yang mengetengahkan pemikiran sosok Sayyid

Quthb hanya sekilas lalu membahas tentang corak penafsiran al-Qur’ân dalam

tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân, seperti yang dibahas dalam buku karya Taufik Adnan

Amal yang berjudul Rekonstruksi Sejarah al-Qur’ân atau gerakan dakwah Sayyid

Quthb yang dikaitkan dengan terorisme seperti karya Abegabriel dan kawan-

kawan dalam Negara Tuhan. Sedangkan penulis berupaya untuk mengungkapkan

pemikiran politik Sayyid Quthb yang tertuang dalam karya tafsir terkenalnya

tersebut. Dengan demikian, apa yang diupayakan oleh penulis ini bukan

merupakan suatu pengulangan dari apa yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh

penulis lain.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas dan keterbatasan kemampuan

jangkauan penulis untuk menganalisis pemikiran Sayyid Quthb yang begitu luas

cakupannya dalam berbagai bidang keilmuwan dan kehidupan, maka penulis

hanya membatasi dan merumuskan masalah diseputar konsep politik Islam

Page 16: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

6

menurut Sayyid Quthb sebagaimana yang dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-

Qur'ân.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ada, maka dalam pembahasan ini

penulis merumuskan konsep politik Islam menurut Sayyid Quthb sebagaimana

yang dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân dalam suatu rumusan:

1. Bagaimana konsep al-Qur’an mengenai kehidupan?

2. Bagaimana bentuk kedaulatan Tuhan?

3. Bagaimana tujuan Negara?

4. Bagaimana prinsip-prinsip pemerintahan?

5. Bagaimana konsep kewarganegaraan?

6. Bagaimana prinsip-prinsip pengaturan kebijaksanaan negara?

D. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini

mengetahui konsep politik Islam menurut Sayyid Quthb sebagaimana yang

dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân dengan poin tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui konsep al-Qur’an mengenai kehidupan menurut Sayyid

Quthb sebagaimana yang dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân..

2. Untuk mengetahui kedaulatan Tuhan menurut Sayyid Quthb sebagaimana

yang dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân.

3. Untuk mengetahui tujuan Negara menurut Sayyid Quthb sebagaimana

yang dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân.

4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pemerintahan menurut Sayyid Quthb

sebagaimana yang dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân.

Page 17: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

7

5. Untuk mengetahui konsep kewarganegaraan menurut Sayyid Quthb

sebagaimana yang dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân.

6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengaturan kebijakan Negara menurut

Sayyid Quthb sebagaimana yang dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-

Qur'ân.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain dalam

mengembangkan teori konsep politik Islam, terutama konsep pemikiran

dari Sayyid Quthb.

2. Untuk dapat memberikan informasi kepada dunia akademis, khususnya

cendekiawan politik, tentang konsep politik Islam menurut Sayyid Quthb

sebagaimana yang dijelaskannya dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân.

3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang konsep pemikiran politik

Islam.

E. Metode Penelitian.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan

menggunakan metode library research (metode pustaka) yaitu dengan mencari

data-data dari berbagai literatur dan sumber yang ada kaitannya dengan masalah

di atas. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teknik analisis,

yaitu dengan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan konsep politik Islam

menurut Sayyid Quthb.

Sumber primer sebagai data pokok dalam penelitian ini adalah tafsir Fi

Zhîlâl al-Qur'ân karya Sayyid Quthb dan karya-karya keislamannya yang lain, di

Page 18: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

8

antaranya adalah : Ma’âlim Fi al-Tharîq dan Ayat-ayat Pilihan Tafsir Fî Zhilâl al-

Qur’ân.

Adapun sumber data sekundernya adalah buku-buku tentang politik Islam

yang dianggap representatif untuk dijadikan perbandingan dalam pemikiran

tentang masalah-masalah yang berada dalam wilayah kajian politik Islam, yaitu:

Jihad Menurut Sayyid Quthub dalam Tafsir Zhilal, karya Muhammad Chirzin;

Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah,

karya A. Ilyas Ismail; Gerakan-gerakan Internasional dan Pengaruhnya Bagi

Gerakan Islam di Indonesia, karya M. Amien Rais; Perkembangan Modern dalam

Islam karya Azyumardi Azra; Ideologi, Politik, dan Pembangunan karya Deliar

Noer dan karya-karya ilmiah lain yang membahas tentang politik sebagai bahan

sekunder lainnya.

Sedangkan tehnik penulisan penelitian ini merujuk pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan.

Adapun yang akan penulis bahas dalam bab 1 adalah: Latar Belakang

Masalah, Kajian Pustaka, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,

Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistemtika Penulisan.

Dalam bab II, penulis akan menerangkan Kondisi Umat Islam pada Masa

Sayyid Quthb, Riwayat Hidup Sayyid Quthb, karya-karya Intelektual dan Ikhwan

al-Muslimun dan politik kenegaraan Mesir.

Page 19: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

9

Dalam bab III penulis akan membahas kerangka teori politik Islam yang

meliputi: dasar-dasar teori politik Islam, hakekat dan karakteristik Negara Islam,

teori kekhalifahan, dan hakekat demokrasi dalam Islam

Dalam bab IV, penulis akan membahas konsep politik Islam menurut

Sayyid Quthb sebagaimana yang dijelaskannya dalam Kitab Tafsir Fî Zhilâl al-

Qur'ân yang meliputi pembahasan mengenai konsep al-Qur'ân mengenai

kehidupan, kedaulatan Tuhan, tujuan Negara, prinsip-prinsip pemerintahan,

konsep kewarganegaraan, dan prinsip-prinsip pengatuyan kebijaksanaan Negara.

Dalam bab V, adalah Penutup, penulis akan menguraikan Kesimpulan dan

Saran-saran.

Page 20: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

BAB II

BIOGRAFI SAYYID QUTHB DAN KARYANYA

A. Riwayat Hidup

Sayyid Quthb lahir di daerah Asyut, Mesir tahun 1906, di sebuah desa dengan

tradisi agama yang kental.1 Dengan tradisi yang seperti itu, maka tak heran jika Quthb

kecil menjadi seorang anak yang pandai dalam ilmu agama. Tak hanya itu, saat

usianya masih belia, ia sudah hafal Qur'ân. Bakat dan kepandaian menyerap ilmu

yang besar itu tak disia-siakan terutama oleh kedua orang tua Quthb. Berbekal

persedian dan harta yang sangat terbatas, karena memang ia terlahir dalam keluarga

sederhana, Quthb dikirim ke Halwan. Sebuah daerah pinggiran ibukota Mesir, Cairo.2

Kesempatan yang diperolehnya untuk lebih berkembang di luar kota asal tak

disia-siakan oleh Quthb. Semangat dan kemampuan belajar yang tinggi ia tunjukkan

pada kedua orang tuanya. Sebagai buktinya, ia berhasil masuk pada perguruan tinggi

Tajhisziyah Dar al Ulum, sekarang Universitas Cairo. Kala itu, tak sembarang orang

bisa meraih pendidikan tinggi di tanah Mesir, dan Quthb beruntung menjadi salah

satunya. Tentunya dengan kerja keras dan belajar. Tahun 1933, Quthb mendapat

menyabet gelar Sarjana Pendidikan.3

Tak lama setelah itu ia diterima bekerja sebagai pengawas pendidikan di

Departemen Pendidikan Mesir. Selama bekerja, Quthb menunjukkan kualitas dan

hasil yang luar biasa, sehingga ia dikirim ke Amerika untuk menuntut ilmu lebih

1 Ensiklopedi Islam, Jilid 4 (Jakarta: Ichtra Baru van Hoeve, 2005), h. 90.

2 Abegabriel, Negara Tuhan, (Yogyakarta: IRNIS, 2006), h. 257.

3 Ibid., h. 90

8

Page 21: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

tinggi dari sebelumnya.Quthb memanfaatkan betul waktunya ketika berada di

Amerika, tak tanggung-tanggung ia menuntut ilmu di tiga perguruan tinggi di negeri

Paman Sam itu. Wilson's Teacher's College, di Washington ia jelajahi, Greeley

College di Colorado ia timba ilmunya, juga Stanford University di California tak

ketinggalan diselami pula.4

Seperti keranjingan ilmu, tak puas dengan yang ditemuinya ia berkelana ke

berbagai negara di Eropa. Itali, Inggris dan Swiss dan berbagai negara lain

dikunjunginya. Tapi itupun tak menyiram dahaganya. Studi di banyak tempat yang

dilakukannya memberi satu kesimpulan pada Sayyid Quthb. Hukum dan ilmu Allah

saja muaranya. Selama ia mengembara, banyak problem yang ditemuinya di beberapa

negara. Secara garis besar Sayyid Quthb menarik kesimpulan, bahwa problem yang

ada ditimbulkan oleh dunia yang semakin matre dan jauh dari nilai-nilai agama.

Alhasil, setelah lama mengembara, Sayyid Quthb kembali lagi ke asalnya.

Bak pepatah, sejauh-jauh bangau terbang, pasti akan pulang ke kandang. Ia merasa,

bahwa Qur'ân sudah sejak lama mampu menjawab semua pertanyaan yang ada. Ia

kembali ke Mesir dan bergabung dengan kelompok pergerakan Ihkawanul Muslimin.

Di sanalah Sayyid Quthb benar-benar mengaktualisasikan dirinya. Dengan kapasitas

dan ilmunya, tak lama namanya meroket dalam pergerakan itu. Tapi pada tahun 1951,

pemerintahan Mesir mengeluarkan larangan dan pembubaran Ikhwanul Muslimin.5

4 Ensiklopedi Islam, Jilid 4, h. 91

5 Jamhari (Ed.), Gerakan Salafi Radikal di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindopersada, 2004),

h. 165

9

Page 22: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

Saat itu Sayyid Quthb menjabat sebagai anggota panitia pelaksana program

dan ketua lembaga dakwah. Selain dikenal sebagai tokoh pergerakan, Quthb juga

dikenal sebagai seorang penulis dan kritikus sastra. Kalau di Indonesia semacam H.B.

Jassin lah. Banyak karyanya yang telah dibukukan. Ia menulis tentang banyak hal,

mulai dari sastra, politik sampai keagamaan. Empat tahun kemudian, tepatnya Juli

1954, Sayyid menjabat sebagai pemimpin redaksi harian Ikhwanul Muslimin al-Fikr

al-Jadid. Tapi harian tersebut tak berumur lama, hanya dua bulan, karena dilarang

beredar oleh pemerintah.6

Tak lain dan tak bukan sebabnya adalah sikap keras, pemimpin redaksi,

Sayyid Quthb yang mengkritik keras Presiden Mesir kala itu, Kolonel Gamal Abdel

Naseer. Saat itu Sayyid Quthb mengkritik perjanjian yang disepakati antara

pemerintahan Mesir dan negara Inggris. Tepatnya 7 Juli 1954. Sejak saat itu,

kekejaman penguasa bertubi-tubi diterimanya. Setelah melalui proses yang panjang

dan rekayasa, Mei 1955, Sayyid Quthb ditahan dan dipenjara dengan alasan hendak

menggulingkan pemerintahan yang sah. Tiga bulan kemudian, hukuman yang lebih

berat diterimanya, yakni harus bekerja paksa di kamp-kamp penampungan selama 15

tahun lamanya. Berpindah-pindah penjara, begitulah yang diterima Sayyid Quthb dari

pemerintahnya kala itu.7

Hal itu terus di alaminya sampai pertengahan 1964, saat presiden Irak kala itu

melawat ke Mesir. Abdul Salam Arief, sang presiden Irak, meminta pada

6 Yusuf Qardhawy, Syaikh Muhammad al-Ghazali yang Saya Kenal; Setengah Abad

Perjalanan Pemikiran dan Gerakan Islam, (terj.) Aunur Rafiq Shaleh (Jakarta: Robbani Press, 1999),

h. 13. 7 Ibid.

10

Page 23: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

pemerintahan Mesir untuk membebaskan Sayyid Quthb tanpa tuntutan. Tapi ternyata

kehidupan bebas tanpa dinding pembatas tak lama dinikmatinya. Setahun kemudian,

pemerintah kembali menahannya tanpa alasan yang jelas. Kali ini justru lebih pedih

lagi, Sayyid Quthb tak hanya sendiri. Tiga saudaranya dipaksa ikut serta dalam

penahanan ini. Muhammad Quthb, Hamidah dan Aminah, serta 20.000 rakyat Mesir

lainnya.8

Alasannya seperti semua, menuduh Ikhwanul Muslimin membuat gerakan

yang berusaha menggulingkan dan membunuh Presiden Naseer. Ternyata, berjuang

dan menjadi orang baik butuh pengorbanan. Tak semua niat baik dapat diterima

dengan lapang dada. Hukuman yang diterima kali ini pun lebih berat dari semua

hukuman yang pernah diterima Sayyid Quthb sebelumnya. Ia dan dua orang kawan

seperjuangannya dijatuhi hukuman mati.

Meski berbagai kalangan dari dunia internasional telah mengecam Mesir atas

hukuman tersebut, Mesir tetap saja bersikukuh seperti batu. Tepat pada tanggal 29

Agustus 1969, ia syahid di depan algojo-algojo pembunuhnya.

8 Ali Abdul Halim Mahmud, Ikhwanul Muslimin; Konsep Gerakan Terpadu, jilid I (terj.)

Syafril halim (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 41.

11

Page 24: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

B. Karya-karya Sayyid Quthb

Dalam karya tulisnya, ia mulai menulis beberapa jilid buku al-Taswîr al-

Fanni Fi al-Qur’ân (Disiplin Ilmu dalam al-Qur’ân) pada tahun 1939.9 Tulisan ini

mengupas indahnya seni yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur’ân. Pada tahun 1945

ia menulis sebuah kitab bertajuk Masyâhidul Qiyâmah Fi al-Qur’ân (Kesaksian Hari

Kiamat) yang isinya menggambarkan peristiwa hari kiamat dalam al-Qur`ân. Dan

pada tahun 1948, Sayyid Quthb menghasilkan sebuah buku berjudul al-‘Adâlah al-

Ijtimâ’iyyah Fi al-Islâm atau Keadilan Sosial dalam Islam. Dalam kitab ini, ia tegas

menyatakan bahwa keadilan masyarakat sejati hanya akan tercapai bila masyarakat

menerapkan sistem Islam.10

Dari balik lembaran-lembaran buku itu Sayyid Quthb bermaksud

mengarahkan manusia kepada suasana Qur’âni, yaitu suasana baru yang dapat mereka

rasakan sebagai hidangan lezat sebagaimana suasana diturunkannya al-Qur’ân itu

sendiri. Dan dengan metode penyampaian yang segar, Sayyid Quthb mencoba

menyingkapkan tabir yang menyelimuti manusia mengenai rahasia-rahasia dan arti-

arti yang belum pernah diterangkan sebelumnya. Dengan membaca karya-karyanya,

orang-orang mengetahui secara dalam apa makna yang terkandung dalam setiap

huruf, kata, dan kalimat yang diterangkannya. Ia menganjurkan agar setiap muslim

9 Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, Keindahan Alqur’ân

yang Menakjubkan: Buku Bantu Memahami Tafsir Fî Zhilâlil Qur’ân, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar

(Jakarta: Robbani Press, 2004)

10 Abu Hassan dalam kata pengantar buku Sayyid Quthb, Fiqih Dakwah, Maudhu’at fi al-

Da’wah wa al-Harakah, (terj.), Suwardi Effendi, Ah. Rosyid Asyrofi (Jakarta: Pustaka Amani, 1995),

h. ii

12

Page 25: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

selalu berada dalam suasana Qur’âni, dengan menghirup udara al-Qur’ân dan harus

melangkah dalam perjalanan hidupnya bersama al-Qur’ân.

Dalam menghadapi paham komunisme dan kapitalisme, Sayyid Quthb

menulis al-Salam Alami wa al-Islam (Perdamaian Dunia dan Islam), Ma’rakatu al-

Islam wa al-Ra’sumaliyah (Pertikaian Islam dan Kapitalisme). Dalam menghadapi

penyelewengan kebudayaan dan kesalahan-kesalahan paham-paham tersebut, ia juga

menulis sebuah karya berjudul al-Islam wa Musykilatu al-Madharah (Islam dan

Problematika Kebudayaan). Dan dalam menghadapi kepercayaan-kepercayaan yang

sesat, ia menulis karya berjudul Kashaishu al-Tashawuri al-Islami wa Muqawamatihi

(Ciri-ciri Penggambaran Islam dan Pembendungannya), Hadza al-Din (Inilah Islam),

dan al-Mustaqbalu Lihadza al-Din (Masa Depan Ditangan Islam). Sedangkan sebagai

dasar pijakan dan langkah-langkah politik dinamis, ia menulis Ma’alim fi al-Thariq

(Petunjuk Jalan). Pesan utama yang ditekankan Quthb di dalam tulisan-tulisannya

adalah konsep al-Tauhid dari sudut al-Uluhiyyah. Menurutnya inti dari Tauhid

Uluhiyyah adalah hak Allah dari sudut al-Hakimiyyah dan al-Tasyri’ (pembuatan

peraturan). Dan karenanya, menurut Quthb ikrar Lailahaillallah adalah pernyataan

revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang berkuasa di atas muka bumi-Nya. Maka

seluruhnya itu mesti dikembalikan kepada hak-Nya.11

11

Sayyid Quthb, Masa Depan Di Tangan Islam, (terj.), t.p., (Malaysia: IIFSO, 1982), h. 9.

13

Page 26: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

C. Tafsir FîZhilâl Al-Qur'ân

Tafsir Zhilâl (demikian biasa orang menyebut tafsir Fi Zhilal Al-Qur’ân)

adalah tafsir yang fenomenal. la hadir dengan sosoknya yang khas, berbeda dengan

umumnya kitab tafsir. la sarat dengan tuangan perenungan pengarangnya, Sayyid

Quthb, yang dalam dan cerdas. Melalui goresan penanya yang diisi dengan tinta

seorang ilmuwan dan darah seorang syahid, Ahmed Hasan Farhatt mengatakan bahwa

ayat-ayat Qur’ân yang turun lima betas abad lampau ini, kini seakan kembali hidup

dan menemukan kekuatan maknanya. Ayat ayat Qur’ân, yang bertebaran dalam

lembaran lembaran mushaf dengan berbagai tema yang terkadang dipahami tidak

saling berhubungan, berhasil dihimpun, dijalin, dan disinergikan hingga muncullah

dari sana daya doktrinnya yang kuat, daya pemanduannya yang jelas, dan daya

pencerahannya yang menggairahkan, dengan komprehensivitas dan universalitas nilai

nilai ajarannya yang paripurna.12

Tafsir ini merupakan rujukan terpercaya bagi para aktivis Islam. Tafsir Fî

Zhilâl al-Qur’ân karya Sayyid Quthb di kalangan para aktivis Islam, memang

mempunyai tempat spesial. Ia bukan hanya sederetan kata demi kata tentang tafsir al-

Qur’ân, tapi juga merupakan saksi nyata dari kehidupan mufassirnya sendiri. Karya

ini merupakan perpaduan dari hasil perenungan dan pengalaman seorang Sayyid

12

Shalah Abdul Fatah Al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fî Zhilâlil Qur’ân (Jakarta:

Penerbit : Era Intermedia , 2004)

14

Page 27: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

Quthb, dan cukup laris pula dikutip dan ditelaah orang.13

Karya masterpiece sang

syahid Sayyid Quthb ini adalah tafsir paling monumental abad ke-20.

Tafsir ini ditulis dengan metodologi yang sama sekali baru dan mencoba

menghadirkan al-Qur’ân dengan semangat dan nuansa seperti ketika ia pertama kali

diturunkan kepada Rasulullah saw., agar wahyu ini bekerja sebagaimana ia dahulu

bekerja: membangun sebuah komunitas kecil yang mendiami gurun tandus jazirah

Arab dan mengubah para penggembala kambing itu menjadi pembangun peradaban

dan pemimpin umat manusia.

Al-Qur’ân adalah telaga tempat umat ini dapat menemukan kebesarannya.

Dan yang menulis tafsir ini, adalah seorang yang telah melanglang buana selama

lebih dari empat tahun dalam dunia pemikiran dan kebudayaan, membaca semua

karya pemikiran manusia, untuk kemudian kembali kepada al-Qur’ân dan

menemukan semua yang ia cari di sana; dalam lembaran-lembaran wahyu yang

selama ini ada di sisinya. Sayyis Quthb merampungkan tafsir ini di dalam penjara

selama kurun waktu lebih dari sepuluh tahun, kemudian mengakhiri hidupnya di tiang

gantungan sebagai syahid. Ia membayar keyakinannya dengan darahnya. Dan tafsir

ini adalah lukisan keyakinannya. Ia adalah tafsir iman atas al-Qur’ân. Dalam versi

atau terbitan Dârusy-Syuruq Kairo Mesir, karya ini dikemas menjadi enam jilid besar.

Sementara edisi Indonesianya menjadi tiga belas jilid dan diterbitkan oleh penerbitan

13

Muhammad Quraish Shihab dalam karya tafsir al-Qur’ânnya yang berjudul Tafsir al-

Mishbah banyak mengutip pendapat-pendapat Sayyid Quthb dalam menjelaskan arti kata dan maksud

ayat-ayat yang terkandung al-Qur’ân. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, (Jakarta: Lentera,

2002).

15

Page 28: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

Robbani Press sebuah penerbit yang akrab sebagai penerbit buku fikrah dan harakah

Islamiyah.

Banyak buku tafsir al-qur’ân yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Misalnya, Tafsir Ibnu Katsîr, Tafsir Jalâlain, Tafsir Al-Shabûni, dan Tafsir Fî Zhilâl

al-Qur’ân. Tiap-tiap kitab Tafsir mempunyai ciri khas masing-masing. Ciri yang

sangat menonjol pada tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân adalah kuatnya gambaran artistik

yang menurut pendapat Sayyid Quthb, menjadi ciri khas utama uslub (ungkapan)

Alqur’ân.14

Dan penulis dalam skripsi ini mencoba untuk mengungkapkan sisi

pemikiran politik Islam yang yang terkandung di dalam Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân

sebagaimana akan diuraikan pada bab-bab berikutnya.

14

Sayyid Quthb, Tafsir fî Zhilâl al-Qur’ân,jilid I (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 15.

16

Page 29: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

17

BAB III

TEORI POLITIK ISLAM

A. Dasar-dasar Teori Politik Islam

Islam adalah agama universal, agama yang membawa misi rahmatan lil

âlamîn. Islam juga memberikan konsep kepada manusia mengenai persoalan yang

terkait dengan urusan duniawi, seperti, bagaimana mengatur sistem

perekonomian, penegakan hukum, dan sebagainya, termasuk tentang konsep

politik.1 Salah satu bukti tercatat dalam sejarah, ketika Nabi hijrah ke kota

Madinah beliau mampu menyatukan masyarakat yang majemuk, terdiri dari

berbagai agama dan peradaban yang berbeda dalam satu tatanan masyarakat

madani. Dan perjanjian yang beliau deklarasikan dengan orang-orang Yahudi

adalah satu cermin terbentuknya „negara‟ yang berciri demokrasi. Perjanjian itu

mengandung kebijaksanaan politik Nabi untuk menciptakan kestabilan

bernegara.2

Politik yang dimaksud, sebagaimana ungkap Ramlan Surbakti dimaknai

sebagai upaya manusia meraih kesempurnaannya atau perjalanan menuju

kemaslahatan. Atau, dalam bahasa Aristoteles mengajarkan bagaimana bertindak

tepat dan hidup bahagia. Dengan pemahaman ini, politik bernilai luhur, sakral dan

tidak bertentangan dengan agama. Setiap manusia yang beragama niscaya

1 Amin Rais, Pengantar Buku Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, dalam Utsman

Abdul Mu‟iz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaliatif terhadap

Proses Pendidikan Politik “Ikhwan” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat

Mesir Umumnya, dari Tahun 1928 hingga 1954, (terj.), Salafuddin Abu Sayyid, Hawin Murtadho

(Solo: Era Intermedia: 2000), h. 2. 2 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah

Keimanan, Kemanusiaan, dan kemodernan (Jakarta: Paramadina, 1992), h. 195.

Page 30: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

18

berpolitik. Karena itu berpolitik merupakan sesuatu yang inheren dengan

kemanusiaan.3

Pemikiran politik di kalangan umat Islam, khususnya dalam sistem

pergantian kepala negara (khalîfah) mencuat pada saat Nabi saw wafat.

Munculnya pemikiran di bidang ini paling awal jika dibandingkan dengan

pemikiran dalam bidang teologi dan hukum. Sebab, kebutuhan akan adanya

seorang pemimpin untuk meneruskan misi yang dibangun Nabi sangat mendesak

dan tidak bisa ditunda. Sehingga tidak mengherankan kalau masyarakat Madinah

sibuk memikirkan penggantinya, dan penguburan Nabi menjadi soal kedua bagi

mereka.4 Dalam bab ini penulis ingin membaca dan mengkaji kembali konsep

politik dalam Islam yang diyakini sebagai ajaran hudan (petunjuk) dan

menaburkan kemaslahatan bagi kehidupan manusia.

Pemikiran di bidang politik sebagai cikal bakal diskursus konsep politik

Islam baru muncul pada periode dinasti 'Abbasiyah.5 Karya-karya intelektual

muslim (Sunni) sebelumnya lebih terfokus pada persoalan fiqh, kalam, dan hadis.

Hal ini terjadi karena meskipun faktor yang menyebabkan munculnya kelompok-

kelompok atau aliran-aliran dalam Islam adalah persoalan politik, tetapi wacana

intelektual yang mengemuka lebih awal adalah masalah teologi yang kemudian

diikuti masalah hukum.

Sebenarnya pemikiran politik Islam sejak awal sampai dengan masa Ibn

Taimiyah merupakan produk teori yang lahir dari kelompok dalam tubuh umat

Islam, dan secara umum merupakan tanggapan pada suasana sejarah yang

3 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grafindo, 1992), h. 2.

4 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (terj.) Ghufron A. Mas‟adi (Jakarta:

RajaGrafindo Persada: 1999), h. 81. 5 Ibid., h. 103.

Page 31: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

19

spesifik. Dua dari kelompok tersebut adalah Khawârij dan Syi'ah, mereka

mengajukan pandangannya tentang ciri-ciri pemerintahan Islam pada awal sejarah

negara Islam dengan menghasilkan teori imâmah bagi Syi'ah yang bersifat mistis,

dan kecendrungan berpikir revolusioner bagi Khawârij. Kelompok yang ketiga

hadir adalah Sunni yang mengedepankan teori kekhilafahannya.6

Munawir Sjadzali berpendapat, terdapat dua ciri umum mengenai gagasan

politik dari para pemikir di atas. Pertama, pada pendapat mereka tampak jelas

adanya pengaruh alam pikiran Yunani, terutama pandangan Plato meskipun kadar

pengaruh itu tidak sama antara satu pemikir dengan pemikir yang lain. Kedua,

selain al-Farabi, mereka mendasarkan pemikirannya atas penerimaan terhadap

sistem kekuasaan yang ada pada zaman mereka masing-masing.7

Sedangkan, para pemikir politik Islam pada periode pembaharuan

(purifikasi) dapat dikategorikan dalam tiga varian besar, yaitu: pertama,

Kelompok Konservatif Ciri yang menonjol dari kelompok ini adalah adanya

aksioma ideologis yang dibangun berdasarkan ajaran Islam bahwa, Islam adalah

agama yang sempurna, lengkap, komprehensip, dan berlaku universal untuk

seluruh umat manusia di semua tempat dan waktu. Tokoh kelompok ini, Sayyid

Quthb, Hasan al-Bannâ, Hasan al-Turabî, dan Abul A'lâ al-Maududî. Kedua,

Kelompok Modernis. Kelompok ini mengajukan upaya reformasi dalam rangka

menemukan kembali rasionalisme, saintisme, dan progesivisme dalam Islam.

Tokoh kelompok ini, Jamaluddîn al-Afghanî dan Muhammad 'Abduh. Dan ketiga,

Kelompok Liberal. Kelompok ini pada intinya ingin melihat perubahan radikal-

6 Sjechul Hadi Permono, Islam dalam Lintasan Sejarah Perpolitikan; Teori dan Praktek

(Surabaya: Aulia, 2004), h. 196. 7 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (Jakarta: UI

Press, 1991), h. 19.

Page 32: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

20

fundamental dalam pola berpikir umat Islam yang dianggap stagnan dengan

mengedepankan semangat dekonstruksi pemikiran Islam yang telah mapan. Tokoh

kelompok ini adalah 'Ali 'Abd al-Râziq dan Thahâ Husein.8

B. Hakekat dan Karakteristik Negara Islam

Masalah negara merupakan urusan duniawi yang bersifat umum, karena

itu ia termasuk wilayah ijtihad umat Islam. Mereka harus berusaha untuk

menjadikan al-Qur'ân sebagai sistem yang konkrit supaya dapat diterjemahkan

dalam pemerintahan sepanjang zaman.9

Dalam rangka menyusun teori politik mengenai konsep negara yang

ditekankan bukanlah struktur "negara Islam", melainkan substruktur dan

tujuannya. Struktur negara termasuk wilayah ijtihad kaum muslimin sehingga bisa

berubah. Sementara substruktur dan tujuannya tetap menyangkut prinsip-prinsip

bernegara secara Islami. Namun penting untuk dicatat, bahwa al-Qur'ân

mengandung nilai-nilai dan ajaran yang bersifat etis mengenai aktifitas sosial-

politik umat manusia. Ajaran ini mencakup prinsip-prinsip tentang keadilan,

persamaan, persaudaraan, musyawarah, dan lain-lain. Untuk itu, sepanjang negara

berpegang kepada prinsip-prinsip tersebut maka pembentukan "negara Islam"

dalam pengertian yang formal dan ideologis bukanlah kebutuhan yang urgen.10

Dalam dunia Islam, menurut Din Syamsuddin, secara umum ditemukan

tiga bentuk paradigma tentang hubungan agama dan negara.11

Paradigma pertama

memecahkan masalah dikotomi dengan mengajukan konsep bersatunya agama

8 Ibid., h. 25

9 Tijani Abd. Qadir Hamid, Pemikiran Politik dalam Al-Qur’ân, (terj.) Abdul Hayyie al-

Kattani (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. vii. 10

Abdulaziz Sachedina, Beda tapi Setara; Pandangan Islam tentang Non-Islam, (terj.)

Satrio Wahono (Jakarta: Serambi, 2004), h. 70. 11

M. Din Syamsuddin, "Usaha Pencarian konsep Negara dalam sejarah Pemikiran Politik

Islam", ed. Abu Zahra dalam, Politik Demi Tuhan (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 32.

Page 33: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

21

dan negara. Paradigma kedua memandang agama dan negara berhubungan secara

simbiotik, yaitu berhubungan erat secara timbal balik dan saling memerlukan.

Paradigma ketiga bersifat sekuralistik. Paradigma ini menolak baik hubungan

integralistik maupun simbiotik antara agama dan negara. Dalam konteks Islam,

paradigma sekuralistik menolak pendasaran agama pada negara, atau paling tidak

menolak determinasi Islam akan bentuk tertentu pada negara.12

Beberapa kalangan pemikir muslim berpendapat bahwa Islam tidak

meletakkan suatu pola baku tentang teori negara yang harus dijalankan umat.

Seorang pemikir muslim Prancis, Roger Garaudy, berpendapat bahwa Islam

sebagai agama tidak menentukan suatu sistem pemerintahan tertentu bagi kaum

muslim, karena logika tentang kesesuaian agama ini untuk sepanjang masa dan

tempat menuntut agar permasalahan yang selalu berubah secara evolusi

diserahkan kepada akal pikiran manusia menurut kepentingan umum yang telah

digariskan agama.13

Dari pandangannya dapat disimpulkan, masyarakat Islam bukanlah

masyarakat politik. Akan tetapi selalu ada peluang bagi masyarakat untuk

mewujudkan bentuk pemerintahan Islam yang sesuai dengan konteks budaya. Ia

sebenarnya tidak bermaksud mengatakan bahwa Islam tidak menganjurkan

pembentukan suatu negara. Sebaliknya, Islam memandang penting kekuasaan

politik. Tetapi hal ini tidak berarti pembentukan negara merupakan salah satu

ajaran dasar Islam. Dengan lain ungkapan, kekuasaan politik diperlukan umat

Islam, tetapi bukan karena tuntutan agama, melainkan tuntutan situasi sosial dan

politik itu sendiri.

12

Abu Zahra, Politik Demi Tuhan, h. 33. 13

Muhsin al-Mayli, Pergulatan Mencari Islam, Perjalanan Religious Roger Garaudy,

(terj.) Rifal Ka‟bah (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 216.

Page 34: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

22

C. Teori Kekhalifahan dalam Islam

Secara histories kekhilafahan sebagai sistem politik baru muncul

sepeninggal nabi, seperti yang baru disinggung di atas. Naiknya Abu Bakar

sebagai khalifah rasul Allah (pengganti rasul sebagai pemimpin umat), maka

bermulalah sistem itu dalam sejarah Islam, sekalipun ada sekelompok umat yang

menolak pengangkatan Abu Bakar, yang kemudian menggumpal dalam kelompok

syi‟ah. Atas usul „Umar dalam perundingan di Tsaqifah Bani Sa‟idah, sementara

jenazah nabi masih belum lagi terkubur, Abu Bakar ditetapkan sebagai kepala

komunitas (negara) Muslim di Madinah.

Muhammad sebagai nabi dan rasul tidak dapat digantikan, tetapi sebagai

pemimpin umat harus ada penggantinya, sebab tanpa pemimpin formal komunitas

baru itu akan berantakan. Maka khalifah sebagai penerus kepemimpinan

Muhammad harus dibaca dalam konteks sejarah seperti ini. Dalam kaitan ini,

sekitar lima abad setelah nabi, muncullah teori al-Mawardi (w. 1058) yang

dimulai dengan kalimat: al-imama maudhu’atun likhilafat al-nubuwwa fi hirasa

al-din wa siyasa al-dunya (Kepemimpinan dilembagakan sebagai pengganti

(posisi) kenabian untuk menjaga agama dan mengatur dunia).14

Sebelum al-Mawardi, al-Baqillani (w. 1013) telah pula merumuskan teori

tentang masalah kepemimpinan pasca nabi ini, terutuma juga untuk menyangkal

klaim syi‟i, untuk kekhalifahan yang hanya berdasarkan akhbar al-ahad (otoritas-

otoritas yang meragukan), bukan khabar mutawatir (informasi yang otoritatif).

Karena dari sisi nashsh (dalil agama) lemah, maka teori syi‟i menurut al-Baqillani

harus ditolak. Yuris ini menggunakan ungkapan: “Jika penetapan/penunjukkan

14

Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif; Ceramah-ceramah di Kampus (Bandung: Mizan,

2004), h. 245.

Page 35: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

23

tidak sah, maka pemilihan menjadi sah” (izda fasada alnashsh shahha al-

ikhtiyar).15

Artinya pemilihan Abu Bakar di Tsaqifah adalah sah menurut syari‟at,

klaim di luar itu harus ditolak.

Polemik sunni-syi‟i mengenai sistem kekuasaan telah menghabiskan

energi umat selama berabad-abad, dan belum ada penyelesaian, karena masing-

masing pihak membangun teori mereka berdasarkan kepentingan politik

kekuasaan. Pembenaran al-Qur‟ân terhadap pendirian mereka sebenarnya adalah

uapaya penelikungan Kitab Suci ini untuk urusan duniawi. Karena al-Qur‟ân tidak

tegas-tegas memberi panduan untuk sistem politik, dan memang tidak perlu

mengingat perubahan zaman, tetapi setidak-tidaknya prinsip syura dan doktrin

“yang termulia di antara kamu di sisi Allah adalah kamu yang paling bertaqwa,”16

Berdasarkan apa yang secara ringkas penulis sampaikan di atas, menurut

penulis, tentang teori kekhilafahan dan yang terkait dengan itu, bagi umat yang

datang kemudian terbuka pintu yang sangat lebar untuk berijtihad dalam semua

lapangan, termasuk dalam teori politik. Karena al-Qur‟ân telah memberikan

prinsip syura dan posisi setara bagi manusia di depan Tuhan dan sejarah, maka

bukanlah sebuah dosa untuk mengembangkan sistem demokrasi yang dikawal

oleh wahyu dan nilai-nilai kenabian.

D. Hakekat Demokrasi dalam Islam

Mayoritas penduduk Timur Tengah adalah beragama Islam. Oleh karena

itu, penting untuk dibahas keterkaitan antara demokrasi dan Islam. Menurut

Esposito, dalam hubungan demokrasi dan Islam, terdapat tiga aliran.

15

Ibid., h. 244. 16

Al-Qur‟ân s. al-Hujurat: 13.

Page 36: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

24

1. Aliran pemikiran yang berpendapat, bahwa Islam di dalam dirinya demokratis

tidak hanya prinsip Shura (musyawarah), tapi juga karena konsep-konsep:

ijtihad (independent reasoning) dan ijma’ (consensus/permufakatan).17

2. Aliran pemikiran yang menolak gagasan Islam dan demokrasi. Shaykh

Fadlallah Nuri mengemukakan satu kunci gagasan demokrasi, persamaan

semua warganegara adalah “imposible” dalam Islam.18

. Sayyid Qutb

menekankan bahwa sebuah negara Islam harus berlandaskan pada prinsip

musyawarah sebagaimana tercantum dalam al Qur‟ân. Ia percaya syariat

sudah sangat lengkap sebagai suatu sistem moral dan hukum, sehingga tidak

diperlukan legislasi lain. Sedang Shaykh Muhammad Mutawwali al-Sha‟rawi

mengatakan Islam tidak bisa dipadukan dengan demokrasi. Sementara Ali

Benhajd menegaskan bahwa konsep demokrasi harus digantikan dengan

prinsip-prinsip pemerintahan yang Islami. Para teoritisi politik Barat saja

sudah mulai memandang demokrasi sebagai ”sebuah sistem yang cacat” (a

flawed system).19

3. Aliran ketiga ini menyetujui prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam, tapi lain

pihak mengakui perbedaan diantara keduanya. Menurut Maududi, dalam

demokrasi sekuler Barat, pemerintahan dibentuk dan diubah dengan

pelaksanaan pemilihan umum.

17

Hamid Enayat, Reaksi Politik Sunni dan Syi’ah: Pemikiran Politik Islam Modern

Menghadapi Abad Ke-20 (Bandung: Pustaka, 1988), h. 201. 18

John Esposito, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas? Menggugat Tesis Huntington, h.

436 19

Ibid.

Page 37: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

25

BAB IV

KONSEP POLITIK ISLAM

DALAM TAFSIR FÎ ZHILÂL AL-QUR’ÂN

Inti konsep pemikiran Sayyid Quthb tentang politik yang dapat

disimpulkan dari kitab Tafsir Fi Zhilal al-Qur‟an, menurut A. Ilyas Ismail berupa

gagasan tentang hakimiyyah, jahiliyyah dan tajhil, perjuangan Islam atau perang

suci (jihad), serta revolusi Islam (tsaurat al-Islamiyyah)1 yang dijabarkan dalam

metode konsep politik dalam al-Qur‟ân mengenai kehidupan, kedaulatan Tuhan,

tujuan negara, prinsip-prinsip pemerintahan, konsep kewarganegaraan, dan

prinsip-prinsip kebijaksanaan negara.

A. Konsep al-Qur’ân Mengenai Kehidupan

Sayyid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur‟ân mengatakan bahwa

kehidupan umat Islam dewasa ini tidak akan sejahtera ketika tidak mengikuti jejak

para pendahulu mereka.2 Pendapat tersebut bias dilihat Sebagaimana ketika ia

menafsirkan al-Qur'ân surat Âli Imrân ayat 103,

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah

kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu

(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu

menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah

1 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthb; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harakah, (Jakarta: Penamadani, 2006), h. 68-69. 2 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an; Di bawah Naungan Al-Qur'an, (terj.) As‟ad

Yasin dkk (Jakarta: Gema Insani Press, 2008) Jilid. 2, h. 53.

Page 38: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

26

berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah

Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Menurut Sayyid Quthb, kehidupan adalah ciptaan Allah, ditentukan oleh

takdir-Nya. Ia bukan tuhan, bukan kekuatan yang muncul dalam dirinya, tidak

tumbuh dan ditumbuhkan oleh kemauannya sendiri, tidak terikat oleh kekuatan

lain. Ia juga bukan sesuatu yang ada secara kebetulan atau tiba-tiba, ia tidak

bergerak secara sporadik tak tentu arah. Alam juga bukan pencipta, tetapi ia

diciptakan dan dijadikan oleh Allah seiring dengan kemunculan kehidupan. Allah

telah menyiapkan bumi untuk jenis kehidupan yang tumbuh di dalamnya. Dan

untuk pengelolaan itu Allah telah menurunkan al-Qur‟ân sebagai sumber dari

segala sumber hukum umat manusia yang menuntunnya pada kesejahteraan hidup

di dunia dan di akhirat.3

Kenyataannya, umat banyak yang tidak lagi berpegang kepada sumber itu,

kecuali hanya slogan. Padahal, di dalam Al-Qur'ân terdapat petunjuk-petunjuk

bagaimana terbentuknya suatu masyarakat ideal dan praktik Nabi Muhammad

saw. dengan masyarakat Qur'âni itu nyata sebagai realitas sosial dan berkelanjutan

pada masa-masa berikutnya. Hal itu sejalan dengan pemikiran sebagaimana yang

disampaikan oleh Ibnu Taimiyah4 bahwa Allah memberikan petunjuk bagi

tercapainya masyarakat Qur'âni. Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam

surah An-Nûr/24: 55 berikut:

3 Ibid, h. 357 – 359.

4 M. Amin Rais, “Kata Pengantar,” dalam John J. Donohue dan John L. Esposito, Islam

dan Pembaharuan Ensiklopedi Masalah-masalah (Jakarta: Rajawali Pers, 1995), h. x.

Page 39: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

27

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan

mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan

mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum

mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah

diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,

sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku

dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap)

kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.”

Sayyid Quthb mengomentari ayat di atas bahwa itu janji Allah kepada

Rasulullah saw. yang akan menjadikan umatnya sebagai penguasa-penguasa di

muka bumi. Sehingga, negara-negara menjadi makmur dan rakyat menjadi patuh.

Dan, janji itu terjelma sebelum Nabi Muhammad saw. wafat, yaitu bermula dari

penaklukan Mekah, Bahrain, dan seluruh Jazirah Arab dan Yaman.5

Pendapat politik Sayyid Quthb di atas, sejalan dengan pendapat Ibnu

Taimiyah yang berkomentar atas ayat itu bahwa kebaikan penguasa bergantung

kepada kesungguhannya mengikuti al-Qur'ân dan sunnah Rasul-Nya serta

mengajak rakyatnya untuk mengikutinya. Dan, Allah menjadikan kebaikan

penguasa itu pada empat hal: (1) mendirikan shalat; (2) menunaikan zakat; (3)

amar ma'ruf; (4) nahi mungkar. Sang pengusa mengajak mendirikan shalat

berjamaah bersama para pembantunya dan menyuruh rakyatnya mendirikan shalat

serta menghukum mereka yang teledor melaksanakannya sesuai dengan hukum

Allah. Dengan tegaknya ketentuan al-Qur'ân itu, akan dicapai masyarakat Qur'âni

yang dapat menegakkan hablum min Allah (hubungan vertikal) dan

5 Sayyid Quthb, Beberapa Studi Tentang Islam, (terj.) A. Rachman Zainuddin (Jakarta:

Media Dakwah, 1982), h. 9.

Page 40: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

28

hablunminanas (hubungan horizontal) yang berarti memadukan dua

kemaslahatan.6

Masyarakat Qur'âni itu akan tampak pada ketertundukan mereka terhadap

supremasi hukum al-Qur'ân. Dan, al-Qur'ân meletakkan prinsip-prinsip dasar

dalam mengatur dan mengendalikan masyarakat muslim. Prinsip-prinsip tersebut

adalah justice (keadilan), deliberation (syura), equality (persamaan), dan freedom

(kebebasan). Orientasi politik Islam menurut al-Qur'ân menekankan pada tauhîd,

syarî‟ah, dan program ketakwaan.

Menurut sayyid Quthb, Allah SWT tidak hanya menurunkan ajaran dan

doktrin bagi umat manusia, tetapi juga menurunkan nabi-Nya untuk memberi

contoh dan memimbing umat manusia menuju kepada keadilan Islam dunia.

Kalau kita perhatikan, proses yang dilakukan Nabi saw. dalam membentuk

masyarakat Qur'âni, yang sebelumnya terkenal dengan masyarakat jahili, ada lima

jalan yang ditempuhnya.7

Pertama, Nabi saw. membangun aqidah umat selama berada di Mekah

untuk mempersiapkan diri menerima tanggung jawab mengemban tugas risalah

dan khalifah. Proses ini dilakukan paling lama sekitar 23 tahun. Setelah matang,

Nabi saw. mengutus mereka untuk menyebarkan misi dakwah, seperti Mush'ab

bin Umair dikirim ke Madinah dan sebagian dikirim ke Ethiopia. Ketika dakwah

sudah menampakkan hasilnya dan tidak ada satu rumah pun di Madinah

melainkan sudah ada orang yang masuk Islam, maka keadan ini sangat tepat bagi

umat Islam di Mekah (yang selalu ditindas kaum jahiliyah) untuk berhijrah

meninggalkan tempat asalnya.

6 Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 89.

7 Sayyid Quthb, Ma‟alim fi al-Thariq (al-Salamiyah, Kuwait: al-Ittihad al-Islami al-

„Alami, 1368 H), h. 11-19.

Page 41: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

29

Kedua, Nabi saw. memerintahkan kepada seluruh sahabat agar berhijrah

ke Madinah. Dan, yang menarik adalah bahwa sesampai di Madinah, pertama

yang dilakukan Nabi saw. untuk pembinaan umat adalah membangun masjid

Nabawi sebagai sentral kegiatan dan aktivitas umat Islam. Penempaan kaderisasi

terus berlanjut di masjid tersebut.

Ketiga, Nabi saw. mempersaudarakan antarumat Islam. Mereka yang

berasal dari Mekah disebut Muhajirin, sementara yang berasal dari Madinah

disebut Anshar. Hal itu dilakukan untuk merekatkan umat Islam sehinga tidak

mudah diadu domba.

Keempat, Nabi saw. membuat "Piagam Madinah" untuk mengatur

hubungan dengan masyarakat Etnis lain, yaitu ahlul kitab dari bangsa Yahudi,

sekaligus upaya pembentengan bagi masyarakat muslim.

Kelima, Nabi saw. melakukan ekspedisi perang bagi siapa saja yang ingin

memaksakan kehendaknya untuk merusak tatanan masyarakat muslim. Maka,

beliau tampil sebagai penglima perang. Dengan demikian, terbentuklah masyarkat

muslim Madinah yang mengejawantahkan Allah pada ayat di atas.

Ajaran al-Qur'ân selalu berpijak kepada umat manusia, artinya bahwa Al-

Qur'ân selalu memperhatikan maslahat dan kepentingan umat manusia, karena itu

para ulama sepakat bahwa apabila konsep al-Qur'ân ditetapkan dalam suatu

masyarakat tertentu akan mendapatkan paling tidak lima hal pokok:

1. Terjaga agamanya

2. Terjaga jiwanya

3. Terjaga hartanya

4. Terjaga akalnya

Page 42: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

30

5. Terjaga kehormatannya.8

Demikian uraian singkat tentang cita-cita Islam dalam membentuk

masyarakat Qur'âni sebagaimana yang dijelaskan oleh Sayyid Quthb dalam kitab

tafsirnya. Kesimpulan penulis, sebenarnya apa yang dicita-citakan oleh Sayyid

Quthb sama dengan para pemikir Islam lainnya, yaitu mendambakan suatu tatanan

masyarakat yang berlandaskan hukum al-Qur‟ân dan Sunnah Rasul, demi

membentuk manusia yang lebih makmur dan berperadaban dan kita tidak perlu

terlibat analisa dikotomis ala Barat yang menempatkan umat Islam pada kondisi

pemahaman yang formalistik, substanstivistik, dan fundamentalis.

B. Kedaulatan Tuhan

Kata daulat dalam bahasa Indoensia berasal dari bahasa Arab yaitu

daulah (الدولة). Dalam bahasa Indonesia, daulat berarti kekuasaan. Kedaulatan

pula mempunyai arti kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara atau daerah.

Seperti contoh "Kedaulatan negara itu telah lama diakui oleh dunia

internasional".9 Dalam bahasa Arab, kata daulah berarti kekuasaan seorang imam

(presiden) atau khalifah pada wilayah kekuasaan, kewajiban-kewajiban (kebijakan

yang menjadi kewajibannya), dan hak-haknya.10

Sebuah bangsa tanpa berdaulat berarti bangsa tersebut tidak memiliki

kuasaan untuk menentukan nasib mereka, malah bisa ditindas dan dipaksa untuk

melakukan sebuah kebijakan atau sebuah keputusan. Kepimpinan tanpa berdaulat

berarti seorang pemimpin yang tidak memiliki kekuasaan atas sesuatu yang

8 Tijani Abdul Qadir Hamid, Pemikiran Politik dalam al-Qur‟an, (terj.) Abdul Hayyie al-

Kattani (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 133 9 Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2001), h. 240. 10

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harakah, (Jakarta: Penamadani), h. 158.

Page 43: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

31

dipimpin. Ini dapat diibaratkan seperti kepimpinan yang hanya sebuah patung

puppet.11

Teori kedaulatan selanjutnya dibagi menjadi beberapa jenis. Teori yang

paling dominan adalah kedaulatan Tuhan dan kedaulatan rakyat.

Seperti yang telah diterangkan di atas, kata kedaulatan berarti kekuasaan

tertinggi. Apabila kata daulat itu disandarkan pada kata Tuhan, maka ia

mempunyai arti kekuasaan tertinggi adalah Tuhan.12

Pemerintahan yang

berdaulatkan Tuhan adalah sebuah pemerintahan yang meletakan pucuk

kekuasaannya pada Tuhan.

Teori kedaulatan Tuhan adalah sebuah teori yang dikemukakan tokoh

penganut-penganut teori teokrasi.13

Sebagian dari mereka adalah Augustinus (354-

430 M) dan Thomas Aquinas (1225-1274 M). Pendapat mereka sebenarnya sama.

Tuhan ditetapkan sebagai pemilik kekuasaan yang tertinggi.14

Akan tetapi

persoalan yang diperdebatkan adalah siapa di dunia ini yang mewakili Tuhan,

Raja ataukah Paus?15

Agustinus adalah orang yang paling awal memberi gagasan ini. Beliau

berpendapat bahwa Paus adalah orang yang mewakili Tuhan di dunia, atau bisa

dimaksud dengan di suatu negara. Pemikiran beliau ini tertulis di dalam sebuah

karya tulisnya yang berjudul City of God (Kerajaan Tuhan).16

11

Puppet: Patung yang digerakkan oleh orang lain yang berkuasa. Ibid., h. 263 12

Ibid. 13

Teokratik berasal dari bahasa Inggris; theocracy. Maksudnya adalah sebuah

pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin yang relegius. 14

Muhsin al-Mayli, Pergulatin Mencari Islam; Perjalanan Religius Roger Garaudy,

(Rifyal Ka‟bah) (Jakarta: Paramadina, 1996), h.125 15

Paus adalah seorang pemimpin umat Katolik Roma di dunia. Seorang Paus dianggap

sebagai ketua agama yang mendapat wahyu dari Tuhan untuk mengatur urusan agama maupun

kadang-kala urusan pemerintahan. 16

Muhsin al-Mayli, Pergulatin Mencari Islam, h. 141.

Page 44: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

32

Thomas Aquinas berpendapat bahwa kekuasaan raja dan Paus itu sama,

hanya saja perbedaannya berada ditugasnya yaitu raja di lapangan keduniawian,

sedangkan Paus di lapangan keagamaan. Perkembangan selanjutnya adalah teori

yang dibawa oleh Marsilius. Marsilius mengajarkan teori baru yaitu kekuasaan

tidak dimiliki seorang Paus, akan tetapi dimiliki negara atau raja. Menurut ajaran

Marsilius, raja adalah wakil daripada Tuhan untuk melaksanakan kedaulatan atau

memegang kedaulatan di dunia ini.17

Sejarah munculnya teori ini adalah sebuah dampak dari teori kedaulatan

raja dan kedaulatan negara, karena pada zaman sedang maraknya kedaulatan raja

dan negara, banyak dari kalangan raja-raja yang melakukan penindasan pada

rakyat kecil. Dengan munculnya teori kedaulatan rakyat, maka raja atau pemimpin

tidak dapat lagi sewenang-wenangnya menindas rakyat kecil.

Sekarang teori kedaulatan rakyat lebih dikenal dengan demokrasi.18

Akan

tetapi, perlu diketahui bahwa kedaulatan rakyat bukan berarti demokrasi, hanya

saja demokrasi seharusnya memiliki kedaulatan rakyat, karena demokrasi adalah

sejenis sistem pemerintahan yang mengandung kedua kedaulatan, yaitu

kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum.

Menurut Sayyid Quthb, dalam sudut pandang Islam, kedaulatan di tangan

Allah SWT. Allah sajalah yang berhak menetapkan hukum bukan manusia.

Perintah dan larangan Allah merupakan hukum yang mutlak ditaati dan diemban

manusia. Dengan demikian, menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya, demokrasi

17

Ibid. 18

Demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan yang diperintah rakyat. Demokrasi

biasanya dianggap sebagai lawannya monarki yang mana pemerintahannya diperintah oleh raja

absolut. Kebanyakan ahli filosofis politik sekarang percaya bahwa demokrasi adalah sistem yang

paling baik, karena dapat membela rakyat kecil. Lihat: Anders Uhlin, Oposisi Berserak; Arus

Deras Demokratisasi Gelombang Ketiga di Indonesia, (terj.) Rofik Suhud (Bandung: Mizan,

1998), h. 13

Page 45: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

33

bertentangan dengan Islam, bahkan pertentangan ini bersifat mendasar dan

memasuki bidang akidah apabila meyakini manusia sebagai sumber dan pembuat

hukum bukan Allah.19

Sebab Allah berfirman dalam QS. al-An‟am/6: 57):

“Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (al-Qur‟ân)

dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. tidak ada padaku apa (azab) yang kamu

minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.

Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik.”

dan QS. al-Maidah/5: 44 berikut:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada)

petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-

orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim

mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara

Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu

takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-

ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa

yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. “

Islam mengakui rakyat sebagai sumber kekuasaan. Sebab rakyatlah

seharusnya yang mengangkat seorang penguasa melalui bai‟at. Sedangkan dalam

memilih penguasa caranya (uslub) beragam, bisa digunakan teknik pemilu atau

dengan cara lain yang disepakati. Tujuan rakyat memilih dan mengangkat seorang

19

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an, Jilid. 2, h. 73.

Page 46: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

34

penguasa agar ada seorang pemimpin yang mengemban amanah mengatur urusan

umat dengan syariat Islam.

Pendapat Sayyid Quthb tersebut sejalan dengan pernyataan Muhammad al-

Ghazali yang menyatakan bahwa aktivitas politik merupakan aktivitas yang

ditujukan untuk mengatur urusan umat baik dilakukan oleh penguasa negara

maupun oleh warga negara. Terwujudnya keshalehan politik apabila penguasa

menjadikan kekuasaan yang dimilikinya tunduk kepada hukum Allah.

Kekuasaannya semata-mata sarana untuk beribadah kepada Allah dengan

menjadikan akidah Islam sebagai dasar negara dan syariat Islam sebagai hukum

dan sistem negara. Dengan syariat Islamlah ia mengatur urusan umat bukan

dengan sistem yang lain seperti sistem demokrasi.20

Bagi Sayyid Quthb, perjuangan politik dari sebuah partai politik ideolgis

dilakukan dengan mengikuti tarîqah (metode) perjuangan politik rasul. Yakni

dengan membongkar dan membeberkan kerusakan sistem yang ada, menunjukkan

pertentangannya dengan akidah dan syariat Islam kepada umat. Bersama partai

politik ideologis, ia berusaha mengubah pandangan dan pemahaman umat tentang

politik menjadi pandangan dan pemahaman yang Islami agar umat sadar dan

bergerak untuk mengubah sistem yang rusak dan menggantinya dengan sistem

yang Islami. Melalui partai politik ideologis ia melakukan perekrutan dan

pembinaan agar umat memiliki kesadaran politik. Dengan cara inilah ia tidak

hanya mewujudkan kesalehan politik bagi dirinya tetapi juga bagi umat.21

20

Yusuf Qardhawy, Syaikh Muhammad al-Ghazali yang Saya Kenal; Setengah Abad

Perjalanan Pemikiran dan Gerakan Islam, (terj.) Surya Darma (Jakarta: Rabbani Press, 1997), h.

290. 21

Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur'an, Jilid. 2, h. 54.

Page 47: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

35

Keterangan di atas memberikan informasi bahwa menurut Sayyid Quthb,

terminologi hukum dalam al-Qur‟ân pada hakekatnya berisi konsep politik tentang

kedaulatan tuhan. Setidak-tidaknya merupakan salah satu sistem politik yang

khusus karena berbasis hukum din (agama). Dengan kata lain, negara yang

dikehendaki oleh Islam adalah negara hukum. Dalam negara tersebut berlaku

hukum-hukum Allah dan hukum yang di buat oleh Ulil amri sesuai dengan

petunjuk-petunjuk al-Qur‟ân.

C. Tujuan Negara

Kata negara secara bahasa memiliki arti suatu masyarakat yang menduduki

kawasan tertentu dan diperintah oleh sebuah kerajaan. Ia juga dapat diartikan

dengan kawasan yang di bawah kekuasaan kerajaan tertentu, seperti contoh

'Negara China' dan lain-lain.22

Selain dari itu, negara dapat menjadi terjemahan

dari kata-kata asing, yakni state yang diambil dari bahasa Latin yaitu status atau

statum. Kedua kata ini lazim diartikan dengan standing atau station. Isitilah ini

dihubungkan dengan kedudukan persekutuan manusia, yang juga sama dengan

istilah status civitatis atau status republicae.23

Negara secara terminologi, menurut

Kranenburg sebagaimana dikutip oleh Soehino, negara adalah suatu organisasi

kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi,

terlebih dahulu harus ada sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk

mendirikan suatu organisasi, dengan tujuan untuk memelihara kepentingan dari

22

Dewan Bahasa dan Pustaka, Kamus Dewan Edisi Keempat (Ampang: Dawama, 2005),

h. 1074. 23

Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi

Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 41

Page 48: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

36

kelompok itu.24

Kesimpulannya negara ditubuhkan oleh bangsa-bangsa

(kelompok manusia) sebagai primier negara, sedangkan negara adalah sekunder.25

Dede Rosyada menjelaskan bahwa sebagian besar dari tujuan negara

adalah sebagai berikut:

1. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan semata-mata sama ada dari segi

daerah jajahan, maupun pengaruh atau ekonomi, seperti Pemerintahan Nazi

German atau Amerika Syarikat

2. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum, seperti pemerintahan yang

menganut pada sistem demokrasi dan kedaulatan hukum;

3. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum, seperti pemerintahan Uni

Soviet, Kuba, China maupun pemerintahan sosialis lainnya, dan seperti

Indonesia.26

Bagi Islam, tujuan sebuah negara adalah menuju kepada kemaslahatan dan

kesejahteraan sosial dengan jalan syari'at Islam sebagai pedoman menuju pada

kemaslahatan.27

Konsep ini hampir sama dengan sistem teokrasi yang dipelopori

Thomas Aquinas dan Agustinus. Menurut sistem ini, tujuan negara adalah untuk

mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tentram dengan taat kepada dan

di bawah pimpinan Tuhan. Sedangkan pemimpin menjalankan kekuasaannya

hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya.28

Menurut Sayyid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur‟ân, ketika Tuhan

mengatakan kepada Daud ketika dilantik menjadi pemegang kekuasaan dalam

24

Soehino, Ilmu Negara (Yogyakarta: Liberty, 2000), h. 142. 25

Ibid., h. 142-143. 26

Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education), h. 43. 27

Majlis Musyawarah PP. al-Falah, Hasil Keputusan Bahtsul Masa-il Kubro 06 (Kediri:

MMPA, 2006), h. 12. 28

Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education), h. 44.

Page 49: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

37

negara supaya berlaku adil dalam memberikan hukum kepada manusia, dan

jangan memperturutkan kehendak hawa nafsu (QS. Shaad/38: 26).29

“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka

bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah

kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat,

karena mereka melupakan hari perhitungan.”

Hukum Qur‟ân mengajarkan bahwa kekuasaan yang ada dalam tangan

pemegang kekuatan negara tidak boleh dijalankan sesuka hati. Hukum Qur‟ân

bertentangan dengan ajaran Friederich Engels yang mengatakan bahwa negara itu

dikuasai oleh pertumbuhannya dialektika yang materialistis.30

Pertentangan-

pertentangan antar golongan masyarakat itu yang akan menentukan ke arah mana

akan menuju. Negara tidak usah diberi tujuan dan biarkan saja mengalir sesuai

dengan pertumbuhannya.

Hukum Qur‟ân juga menolak teori dan ajaran Dante yang mengatakan

bahwa tujuan hidup manusia adalah supaya tercapainya kehidupan rohani yang

suci menurut kehendak Tuhan. Hal ini tidak akan tercapai, apabila di atas dunia

ini berdiri berbagai negara. Untuk mencapai tujuan di atas maka negara-negara

yang ada harus dilebur menjadi satu imperium dunia yang diperintah oleh seorang

kaisar.31

29

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal al-Qur‟an, jilid. 7, h. 93. 30

Fransisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi; Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan

(Jakarta: Kanisius, 2008), h. 36. 31

I.R. Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, h. 129.

Page 50: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

38

Menurut Sayyid Quthb, jika semua negara berpegangan pada ajaran

Friederich Engels dan Dante ini maka masing-masing negara akan berusaha

memberikan satu imperium dunia. Masing-masing negara itu akan merasa bahwa

merekalah yang mempunyai kewajiban dan hak untuk membentuk imperium

tersebut. Hukum Qur‟ân tidak saja memerintahkan supaya rohani umat manusia

itu menjadi luhur, tetapi memerintahkan pula supaya kehidupan lain menjadi

sempurna sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur'ân surat Al-Baqarah/2: 212,

“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan

mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa

itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-

orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”

Montesquieu dan Kant mengajarkan bahwa tujuan negara adalah untuk

memberikan kebebasan dan kepastian hukum kepada rakyat. Apabila undang-

undang negara sudah dibuat oleh badan legislatif, dan telah dijalankan oleh

pemerintah (eksekutif), dan apabila ada orang yang melanggar maka pelanggar itu

akan dihukum oleh badan kehakiman (judikatif) maka sudah tercapailah tujuan

dari negara itu. Tetapi pada masa fungsi negara sudah semakin luas dan besar

seperti yang terjadi pada saat sekarang teori tersebut sudah tidak dapat dipakai

lagi karena beraneka ragam perkembagan dalam bidang apapun seperti teknologi,

ekonomi dan lain-lain yang pada ahirnya akan memberikan keanekaragaman

tujuan dari negera tersebut.32

Menurut Sayyid Quthb, al-Qur‟ân sebagai hukum abadi dan berlaku di

semua tempat dan zaman dengan satu kalimat dalam surat al-Nisâ/4:53 bisa

32

Fransisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi, h. 47.

Page 51: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

39

dipahami bahwa tujuan kekuasaan dalam negara itu adalah untuk melaksanakan

kebajikan, yaitu:

“Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan (kekuasaan) ? Kendatipun ada,

mereka tidak akan memberikan sedikitpun (kebajikan) kepada manusia.”

Maka dalam pembahasan tujuan negara menurut al-Qur‟ân, menurut

penafsiran Sayyid Quthb, memberikan keterangan bahwa dalam hal apapun

negara tidak boleh melepaskan begitu saja dan harus ada campur tangan dari

Negara demi menjaga dan menjamin ketentraman dan kesejahteraan seluruh

warga Negara di seluruh alam semesta ini.

D. Prinsip-prinsip Pemerintahan

Sistem pemerintahan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu monarki,

demokrasi dan teokrasi.33

Pada dasarnya, Islam sendiri tidak menentukan sistem

manakah yang dianut, akan tetapi, Islam secara tegas menuntut sebuah negara

untuk memberikan yang terbaik bagi rakyat. Ini sesuai dengan kaedah fiqh "

."تصرف اإلمام على الرعية منوط بالمصلحة34

Jadi, bagi sebuah negara, untuk mencapai

kemaslahatan yang terbaik baginya adalah monarki, maka sistem itulah yang

dianut. Jika yang terbaik adalah demokrasi, maka demokrasilah yang dianut.

Dalam Islam arti ulil amri atau pemerintah itu banyak tafsirannya. Di

antaranya:

1. Ulil amri diartikan dengan para ulama yang amilin, ulama yang

kewibawaannya dihormati orang banyak.

2. Ulil amri yang diartikan dengan ahlul halli wal 'aqdi.

33

Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education), h. 58. 34

Komunitas Kajian Ilmiyah Lirboyo 2005, Formulasi Nalar Fiqh (Kediri: Purna Siswa

III Aliyah, 2005), h. 75-87.

Page 52: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

40

3. Ulil amri yang diartikan dengan orang-orang yang berkuasa di dalam sebuah

negeri atau sebuah negara.

4. Ulil amri yang dimaksudkan dengan pemimpin-pemimpin jemaah Islam, dan

lain-lain.35

Di dalam pembahasan ini, pembahasan ulil amri yang penulis maksudkan

ialah ulil amri yang diartikan dengan pemerintah yang berkuasa di dalam sebuah

negeri atau negara. Pemerintah atau orang yang berkuasa dan mengelola sebuah

negara disebut ulil amri. Arti ulil amri ialah yang mempunyai perintah. Tetapi kita

selalu menyebutnya pemerintah. Pemerintah diistilahkan sebagai yang

mempunyai perintah (ulul amri) karena mereka mempunyai kuasa untuk perintah

(suruh) rakyatnya baik untuk berbuat atau meninggalkan suatu perkara. Mereka

juga memiliki sulton (kekuasaan dan kekuatan) baik berbentuk maknawiyah atau

lahiriah.

Kekuasaan dan kekuatan maknawiyah itu seperti undang-undang,

peraturan dan akta. Sedangkan sulton lahiriah ialah polisi, tentara, hakim, pegawai

pemerintahan dan sebagainya. Dengan kekuasaan dan kekuatan tersebut, ulil amri

akan dapat dan mampu memaksa rakyat agar patuh dan dapat menghukum rakyat

yang ingkar terhadap perintah mereka.

Pemerintah dalam Islam disebut juga khalifah. Yakni khalifah Allah.

Artinya, pengganti Allah atau wakil Allah di bumi. Mereka bertanggung jawab

terhadap rakyat untuk menjalankan kerja-kerja yang Allah perintahkan. Yakni

berkhidmat kepada rakyat, memimpin, mendidik, mengajar, mengelola, mengurus,

menyelesaikan masalah rakyat, membangun kemajuan negara dan masyarakat.

35

Sjechul Hadi Permono, Islam dalam Lintas Sejarah dan Perpolitikan: Teori dan

Praktek (Surabaya: Aulia, 2004), h. 38.

Page 53: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

41

Allah menginginkan semua hamba-hambaNya dipimpin dan diurus dengan baik

agar semuanya mendapat pelayanan dan hak-hak yang sepatutnya mereka dapat

dari Allah SWT di dunia ini. Untuk itu, segala harta benda dan khazanah

perbendaharaan negara diserahkan ke dalam tangan mereka. Supaya dibagikan

dengan adil dan disediakan segala keperluan rakyat dan negara. Hingga negara

berada dalam keadaan aman, makmur dan mendapat keampunan Allah.36

Karena pemerintah adalah pengganti Allah dalam menjalankan keadilan di

kalangan manusia, maka Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambaNya agar

taat pada pemerintah sesudah ketaatan pada Allah dan Rasul. Inilah firmanNya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil

amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur‟ân) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-

benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu)

dan lebih baik akibatnya. (QS. Al-Nisa'/4: 59).”

Menurut Sayyid Quthb, ketaatan kepada ulil amri yang adil, yang benar-

benar mewakili atau mengganti Allah mengurus bumi, adalah penting supaya

hukum-hukum Allah yang hendak dijalankan dalam negara dapat berjalan dengan

baik. Dan kehidupan hamba-hambaNya dapat diurus dengan baik. Terhadap

rakyat yang memiliki watak keras kepala dan melawan perintah, pemerintah

dibenarkan menghukum mereka untuk mengkawal kebaikan dalam masyarakat.

Dengan syarat kesalahan itu betul-betul kesalahan yang diiktiraf oleh syariat.

Pemerintah tidak boleh membuat hukum dan undang-undang sendiri dengan tidak

36

Marcel A. Boisard, Humanisme dalam Islam, (terj.) M. Rasjidi (Jakarta: Bulan Bintang,

1980), h. 174.

Page 54: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

42

menghiraukan undang-undang dan hukum Allah. Jika didapati pemerintah tidak

menghiraukan hukum Allah, maka akan jatuh kepada hukum baik fasiq, zalim

atau kafir.37

FirmanNya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada)

petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-

orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim

mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara

Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu

takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-

ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa

yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Dan Kami telah

tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan

jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi,

dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka

melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan

perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang

zalim. (QS. Al-Maidah/5: 44-45).”

Kalau pemerintah sudah tidak taat dengan Allah, maka dalam keadaan itu

rakyat tidak lagi wajib taat pada ulil amri (dalam perkara yang bertentangan

dengan syariat). Rasulullah SAW bersabda bahwa "Tiada ketaatan kepada

seorang makhluk dalam hal mendurhakai Allah."

37

Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilal al-Qur‟an, Jilid 3, h.144.

Page 55: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

43

Karena di tangan mereka ada kekuasaan, kekuatan dan kekayaan negara,

maka para ulil amri itu bebas untuk melakukan sebanyak-banyaknya kebaikan

atau kejahatan. Tergantung kepada beriman atau tidaknya mereka. Pemerintah

yang beriman akan berjaya menjadi penguasa yang adil seperti yang Allah

perintahkan. Tapi pemerintah yang tidak beriman atau lemah imannya akan

menyalahgunakan kuasa dan harta negara untuk kepentingan nafsu mereka.

Berdasarkkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut

Sayyid Quthb, pemerintah yang adil adalah pemerintahan yang dapat melayani

rakyatnya dengan baik, yang menjatuhkan hukuman dengan tepat dan meletakkan

rakyat pada posisi yang tepat, sehingga rakyat mendapat hak dan keperluan yang

cukup, adalah pemerintah yang telah menunaikan amanah dan tanggung jawab

dengan betul. Dan hal tesebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW “Sehari

seorang" raja yang bertindak adil, lebih besar pahalanya daripada (seorang

abid) beribadah 60 tahun. (HR. Ahmad).38

E. Konsep Kewarganegaraan

Pemimpin Negara Islam (atau Negara) berkewajiban untuk mendidik dan

membimbing rakyat dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana ini menuju

kehidupan akhirat yang kekal. Negara juga berkewajiban untuk menjaga

kemaslahatan umum. Secara singkat kewajiban-kewajiban tersebut dapat

diungkapkan dalam kalimat hirasat al-din wa siyasat al-dunya.39

38

Lidwa, “Raja,” pada Kitab Sunan Ahmad, dapat dilihat pada www.lidwa.com, diakses

pada tanggal 10 September 2011. 39

Usman Abdul Muiz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Study Analisa

Evaluatif Terhadap Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk Para Anggota Khususnya dan

Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya Dari Tahun 1928 hingga 1954, (Solo: Intermedia, 2000), h.

251.

Page 56: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

44

Pemimpin Negara merupakan penguasa tertinggi di negara tersebut.

Kekuasaan tertinggi ini harus betul-betul dimanfaatkan untuk mencapai kebaikan

bersama. Jika kekuasaan ini diselewengkan atau disia-siakan maka akan timbullah

berbagai kerusakan. Betapa vitalnya posisi pemimpin negara sampai-sampai Nabi

bersabda bahwa baik buruknya umat ditentukan oleh dua golongan : „umara

(pemimpin) dan ulama.

Rakyat atau warga negara, sebagaimana Negara, juga mempunyai

kewajiban-kewajiban. Secara umum kewajiban rakyat adalah taat kepada Negara

selama tidak untuk bermaksiat kepada Allah. Di antara penyebab terjadinya

berbagai tragedi pada masa kekhalifahan Ali ibn Abu Thalib adalah ketidaktaatan

dan pembangkangan rakyat. Prahara tersebut hendaknya menjadi pelajaran bagi

umat Islam sesudahnya.40

Menurut Sayyid Quthb, hal lain yang perlu dipahami ialah bahwa Islam

senantiasa menekankan kepada setiap umatnya untuk menunaikan kewajiban-

kewajibannya. Apabila setiap pihak menunaikan kewajiban-kewajibannya, maka

hal itu akan berimplikasi pada terpenuhinya hak-hak setiap pihak. Apabila

kewajiban-kewajiban ditunaikan maka hak-hak akan terpenuhi dengan sendirinya

tanpa perlu dituntut.41

Secara lebih terperinci, berikut ini akan diuraikan tentang

hak-hak warganegara dalam Negara Islam dan hak-hak Negara (khalifah). Hak-

hak warganegara dalam Negara Islam bisa dibedakan atas hak-hak politik, hak-

hak umum, hak menuntut ilmu/mendapatkan pengajaran, dan hak memperoleh

tanggungan (al-kafalat) dari negara.

1. Hak Politik Warga Negara

40

Achmad Gholib, Teologi dalam Perspektif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), h.

13. 41

Sayyid Quthb, Beberapa Studi Tentang Islam, h. 112.

Page 57: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

45

Hak-hak politik warganegara terdiri atas hak memilih (haqq al-intikhab),

hak untuk diajak bermusyawarah (haqq al-musyawarat), hak

mengawasi/mengontrol (haqq al-muraqabat), hak menurunkan khalifah apabila

keadaan mengharuskan (haqq al-„azl), hak untuk mencalonkan (haqq al-tarsyih),

dan hak untuk dipilih/memangku jabatan-jabatan umum.

Bagaimana jika sang kepala negara sudah tsiqah (terpercaya)? Apakah dia

masih harus bermusyawarah dengan rakyatnya? Jawab Sayyid Quthb adalah ya,

dengan beberapa alasan berikut:

a. Sesungguhnya kepala negara, meskipun sudah terpercaya, secara sengaja atau

tidak mungkin saja menetapkan kebijakan yang merugikan rakyat. Apabila

kebijakan sudah ditetapkan dan dilaksanakan, maka tidak ada jalan lagi untuk

menghalau kerugian yang ditimbulkan (karena sudah terlanjur).

b. Sesungguhnya perwakilan (al-wikalat) kepala negara atas rakyat merupakan

perwakilan yang terikat (al-wikalat al-muqayyadat). Diantara pengikat-

pengikatnya adalah kewajiban kepala negara untuk bermusyawarah dengan

rakyat. Hal ini telah dinashkan dengan jelas dalam al-Qur‟ân42

:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan

diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,

dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah

membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

42

Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur‟an, Jilid. 2, h. 112.

Page 58: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

46

Musyawarah merupakan sunnah Nabi saw. Meskipun Rasulullah

merupakan seorang Nabi yang menerima wahyu dari langit, namun beliau sangat

gemar bermusyawarah dengan para sahabat. Para ulama mengatakan bahwa yang

demikian itu adalah agar menjadi teladan bagi umatnya sepeninggal beliau.

Nabi telah bermusyawarah dalam memutuskan Perang Badar dan dalam

memutuskan untuk keluar kota atau tidak dalam Perang Uhud. Disamping itu,

masih sangat banyak contoh-contoh tentang kebiasaan Nabi untuk

bermusyawarah. Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa jika kepala negara tidak

mau bermusyawarah dengan ahlul „ilmi wad din, maka menurunkannya adalah

wajib.43

Musyawarah dengan rakyat dilaksanakan menyangkut beragam urusan

dunia dan urusan-urusan agama yang bersifat ijtihadiy. Dalam urusan-urusan

dunia, yang harus dimusyawarahkan adalah hal-hal yang penting saja. Tidaklah

setiap masalah harus dimusyawarahkan, apalagi jika itu hanya masalah-masalah

kecil dan kurang penting.

Dalam pengertian istilah, Majlis Syura ialah suatu majelis (lembaga) yang

bertugas untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan (advis) kepada kepala

negara, baik diminta ataupun tidak. Pada dasarnya lembaga ini hanya bertugas

untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan, sedangkan pengambilan

keputusan tetap berada di tangan kepala negara. Meskipun begitu, para ulama

memiliki banyak pendapat tentang kondisi dimana kepala negara berbeda

43

Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif; Ceramah-ceramah di Kampus (Bandung: Mizan:

2004), h. 20.

Page 59: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

47

pendapat dengan Majlis Syura. Semua ulama sepakat, termasuk Sayyid Quthb

menyatakan bahwa dalam kasus ini harus merujuk pada QS. Al-Nisa‟: 59,44

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil

amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur‟ân) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-

benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu)

dan lebih baik akibatnya.”

Apabila dengan merujuk pada Allah (Kitabullah) dan Rasul (Al-Sunnah),

masalah masih belum bisa diselesaikan, maka menurut Sayyid Quthb, terdapat

tiga kemungkinan solusi45

:

Solusi pertama, metode Tahkim. Maksudnya, panitia khusus dibentuk,

beranggotakan para pakar dalam masalah yang diperselisihkan. Panitia khusus

inilah yang akan menengahi perbedaan antara kepala negara dan Majlis Syura.

Solusi kedua, mengambil Pendapat Terbanyak (Voting). Solusi ketiga, mengambil

Keputusan Kepala Negara secara mutlak. Alasannya ialah karena kepala

negaralah yang paling bertanggung jawab atas keputusan yang diambil.

Dari pembahasan tentang Majlis Syura, kita bisa membedakan dengan

jelas antara lembaga ini dan ahlul hall wal „aqd:

a. Majlis Syura bertugas untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada

kepala negara, sedangkan ahlul hall wal „aqd bertugas untuk mengangkat atau

menurunkan kepala negara.

44

Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur‟an, jilid. 4, h. 65. 45

Sayyid Quthb, Beberapa Studi Tentang Islam, h. 52.

Page 60: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

48

b. Majlis Syura tidak pernah lebih tinggi dari kepala negara. Majlis Syura bisa

saja diangkat oleh kepala negara. Sebaliknya, ahlul hall wal „aqd, pada saat

menunaikan tugasnya (mengangkat dan menurunkan khalifah) lebih tinggi

daripada kepala negara.

c. Ahlul hall wal „aqd diangkat oleh rakyat sebagai representasi mereka. Majlis

Syura tidak harus diangkat oleh rakyat.46

Hak mengawasi/mengontrol (haqq al-muraqabat) menurut Sayyid Quthb,

karena khilafah menyerupai wikalat maka rakyat berhak mengawasi penguasa

sebagaimana pemberi kuasa berhak mengawasi yang diberi kuasa. Bahkan, pada

dasarnya pengawasan/pengontrolan rakyat atas penguasa bukan saja hak akan

tetapi kewajiban. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Nabi saw.

bersabda,”Agama itu nasihat”. Para sahabat pun bertanya,”Untuk siapa, wahai

Rasulullah?”Maka beliau menjawab,”Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para

pemimpin kaum muslimin, dan masyarakat pada umumnya”.47

Pengawasan/pengontrolan rakyat atas penguasa merupakan bagian dari

amar makruf nahi munkar yang harus dilaksanakan dengan adab-adab tertentu. Di

antara adab-adabnya ialah:

Harus dimulai dengan cara yang lemah lembut. Ingatlah bagaimana Musa

diperintahkan untuk datang memperingatkan Fir‟aun dengan lemah lembut

(layyin), padahal Fir‟aun sudah amat melampaui batas. Apabila cara yang lemah

lembut tidak bermanfaat maka hendaknya diambil cara-cara yang lebih tegas.

Demikian seterusnya, sampai kebenaran dan keadilan bisa ditegakkan.

46

Ibid., h. 57. 47

Usman Abdul Muiz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, h. 324.

Page 61: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

49

Nahi munkar tidak boleh menimbulkan kemunkaran yang lebih besar.

Seorang penguasa harus bersedia untuk dinasihati. Akan lebih baik lagi apabila

dialah yang terlebih dulu minta nasihat, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh

para khulafa‟ rasyidun.

Kemudian, rakyat juga memiliki hak menurunkan khalifah apabila

keadaan mengharuskan (haqq al-„azl). Rakyat berhak menurunkan khalifah

apabila terdapat sebab-sebab syar‟i yang mengharuskan. Rakyat berhak

menurunkan khalifah melalui kekuasaan ahlul hall wal „aqd. Namun apabila ahlul

hall wal „aqd tidak mampu melaksanakan tugas ini atau apabila khalifah tidak

mengindahkan ahlul hall wal „aqd, maka rakyat bisa langsung turun tangan

dengan menggunakan kekuatan untuk menurunkan khalifah. Kekuatan ini harus

dipastikan mampu menurunkan khalifah. Jika tidak, maka penggunaan kekuatan

tidak diperbolehkan karena hanya akan menimbulkan fitnah. Imam Abu Hanifah

pernah dua kali ditawari untuk berpartisipasi dalam pemberontakan terhadap

khilafah Umawiyah yang lalim. Pada kali pertama beliau menolak karena

kekuatan rakyat saat itu belum memadahi. Namun pada kali kedua beliau

menerima karena kekuatan rakyat sudah memadahi, sehingga tumbanglah

Umawiyah digantikan oleh Abbasiyyah.48

Seorang warga negara juga berhak untuk mencalonkan orang lain untuk

menduduki jabatan politik. Namun seorang warganegara, pada dasarnya, tidak

berhak (dan tidak etis) untuk mencalonkan dirinya sendiri, karena Nabi melarang

yang demikian. Namun jika keadannya darurat (seperti di zaman ini dimana

banyak orang-orang fasiq dan tidak memiliki keahlian saling berebut jabatan

48

Ibid., h. 327.

Page 62: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

50

politik) maka pencalonan diri sendiri menjadi boleh asalkan memenuhi syarat-

syaratnya. Allah telah mencontohkan fenomena ini dalam kasus Yusuf as.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam pencalonan diri ialah bahwa

yang bersangkutan tidak boleh mencela sesamanya tanpa alasan yang benar (secra

syar‟i) demi meraih jabatannya. Ia hanya boleh menunjukkan visi, misi, dan

pemikiran-pemikirannya, dan tidak lebih dari itu. Politik Islam adalah politik yang

penuh etika. Berpolitik, dalam Islam, senantiasa dibingkai oleh kerangka akhlaq

yang mulia.49

Hak rakyat yang terakhir adalah hak untuk dipilih/memangku jabatan-

jabatan umum (Haqq Tawalliy al-Wazha-if al-„Ammat). Memangku jabatan

politik bukanlah hak akan tetapi taklif dan amanah. Nabi melarang umat-Nya

untuk memberikan jabatan kepada orang yang memintanya karena ambisi.

Apabila menuntut jabatan politik tidak dianjurkan, lalu bagaimanakah

seharusnya? Jawabnya, hal ini menjadi tanggung jawab para penguasa yang ada.

Para penguasa yang telah ada hendaknya mengangkat para pejabat dari orang-

orang yang terbaik (al-ashlah). Nabi bersabda,”Barangsiapa memegang satu

urusan kaum muslimin (maksudnya menjadi penguasa) kemudian ia mengangkat

seseorang menjadi pejabat padahal ia mengetahui ada orang lain yang lebih baik

bagi (kemaslahatan) kaum muslimin, maka sungguh ia telah mengkhianati Allah

dan Rasul-Nya”.50

Nabi juga bersabda,”Apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah Saat

Kehancuran (al-sa‟at)”. Rasulullah ditanya,”Bagaimanakah menyia-

49

Ibid., h. 338. 50

Shalah Abdul al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Al-Qur‟an, (terj.)

Salafuddin Abu Sayyid (Solo: Era Intermedia, 2001) h. 388.

Page 63: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

51

nyiakannya?” Rasulullah menjawab,”Yakni apabila suatu urusan diserahkan

pada yang bukan ahlinya”.

Di zaman ini, penguasa bisa menetapkan persyaratan-persyaratan dalam

rekrutmen para pejabat. Persyaratan-persyaratan inilah yang diharapkan akan bisa

mengantisipasi jatuhnya jabatan-jabatan pada orang-orang yang tidak berhak.

2. Hak-hak Umum Warganegara

Hak umum warga negara menurut Sayyid Quthb dalah pertama Hak

Persamaan (al-musawat). Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-

kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Ma-idah: 8).”

Sayyid Quthb menjelaskan bahwa ketika „Amr ibn „Ash menjadi wali

(gubernur) Mesir di masa Umar ibn Khaththab, ia sempat menyakiti seorang

warganya karena telah berani mendahuluinya. Akhirnya, warga Mesir tadi

mengadu kepada Khalifah Umar. Umar pun menetapkan hukuman balas atas Amr,

seraya berkata,”Wahai Amr, sejak kapan engkau memperbudak manusia padahal

sungguh-sungguh ibunya telah melahirkannya dalam keadaan merdeka?”

Umar ibn Khaththab pernah menulis surat kepada Abu Musa Al-Asy‟ariy:

“Samakanlah setiap manusia dalam majelis-majelismu, di hadapan

wajahmu, dan dalam pengadilan-pengadilanmu, sehingga orang yang

Page 64: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

52

berkedudukan tidak menjadi berharap atas keberpihakanmu, sementara orang

yang lemah tidak putus asa terhadap keadilanmu”.51

Kedua, hak kebebasan (al-hurriyyat), yang terdiri dari kebebasan individu

(al-hurriyyat al-syakhshiyyat) dan Kebebasan Berkeyakinan (Beraqidah) dan

Beribadah. Menurut Sayyid Quthb dalam Islam terdapat prinsip Bara‟at Al-

Dzimmat, yakni suatu ketetapan bahwa setiap individu pada asalnya adalah bebas

(dari segala beban dan tuntutan). Berangkat dari sini, setiap warganegara adalah

terbebas dari segala bentuk hukuman selama belum ada bukti yang menunjukkan

sebaliknya.

Termasuk dalam kebebasan individu adalah kebebasan untuk hidup

terhormat. Islam amat menjunjung tinggi kehormatan setiap orang. Pencemaran

nama baik diancam dengan hukuman qadzf (hadd al-qadzf). Islam tidak hanya

menjaga kehormatan kaum muslim. Dalam Islam, Ahli Dzimmah dijaga

kehormatannya sebagaimana kaum muslim. Rasulullah bersabda,”Barangsiapa

menyakiti seorang Dzimmi maka aku (Rasulullah) adalah musuhnya. Dan

barangsiapa yang menjadikan aku sebagai musuhnya, maka aku akan

memusuhinya pada Hari Kiamat”.52

Ali ibn Abi Thalib berkata,”Ahli Dzimmah

mengeluarkan jizyah hanyalah agar harta mereka seperti harta kita (muslim) dan

darah mereka seperti darah kita (dalam hal kehormatannya)”.53

Kebebasan Berkeyakinan (Beraqidah) dan Beribadah sebagaimana firman

Allah Ta‟ala,

51

Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur‟an, jilid.4, h. 90. 52

Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, h. 58. 53

Usman Abdul Muiz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, h. 331.

Page 65: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

53

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas

jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada

Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada

buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha

mengetahui. (QS Al-Baqarah: 256).”

Sebagaimana telah dijelaskan di depan, manusia bebas memilih agamanya

(aqidahnya). Kebebasan memilih inilah yang justru menjadi hal yang tidak boleh

hilang. Jika ini hilang, maka manusia tidak lagi berbeda dengan hewan, tumbuh-

tumbuhan, dan benda mati lainnya.

Apabila ada yang bertanya,”Kalau memang Islam menjamin kebebasan

beragama, mengapa Islam menghukum mati orang yang murtad (keluar dari

Islam)?” Jawabnya, menurut Sayyid Quthb adalah masalah hukuman bagi

seorang murtad sama sekali tidak rancu dengan jaminan Islam atas kebebasan

beragama. Apabila seseorang melakukan sesuatu atas pilihannya sendiri, maka

sudah sewajarnya dia harus rela menerima segenap akibat dari apa yang

dilakukannya itu. Tatkala seseorang hendak masuk Islam, dia telah mengetahui

bahwa apabila dia masuk kemudian murtad maka dia akan dihukum mati. Hal ini

sudah dia ketahui sebelum dia masuk Islam. Jadi, dia tahu bahwa hukuman atas

kemurtadan merupakan bagian dari Islam. Apabila dia masuk Islam setelah itu,

maka berarti dia telah rela atas segala konsekuensi tindakannya itu. Bagi orang

yang tidak rela dengan konsekuensi masuk Islam (diantaranya hukuman atas

kemurtadan), maka janganlah ia masuk Islam. Jadi, sangatlah jelas bahwa Islam

tidak pernah mengebiri kebebasan beragama.54

54

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal al-Qur‟an, jilid 2, h. 256.

Page 66: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

54

Ketiga, hak umum warga Negara berupa kebebasan bertempat tinggal.

Bagi Sayyid Quthb, setiap warganegara dalam negara Islam bebas bertempat

tinggal dan menjadikan tempat tinggalnya itu sebagai kawasan privatnya.55 Allah

Ta‟ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu

sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik

bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka

janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali

(saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan. (QS. Al-Nur: 27-28).”

Keempat, hak umum warga Negara berupa kebebasan bekerja. Kelima,

kebebasan pemilikan.

Keenam, kebebasan berpikir dan berpendapat. Setiap warga negara berhak

untuk berpendapat (mengeluarkan pikiran) dalam rangka mencapai kemaslahatan.

Bahkan, berpendapat dalam rangka amar makruf nahi munkar bukan lagi hak,

akan tetapi sudah menjadi kewajiban. Namun kebebasan berpendapat tidaklah

bersifat mutlak tanpa batasan. Kebebasan ini tetap mempunyai batasan-batasan,

antara lain:

a. Didasarkan atas itikad yang baik dan niat yang tulus.

55

Ibid., jilid. 9, h. 44.

Page 67: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

55

b. Tidak boleh ditujukan untuk menjatuhkan pihak lain, membuka aib-aib orang

lain, memprovokasi dan mengadu domba, atau sekedar untuk mencari

popularitas.

c. Tidak bertentangan dengan asas-asas ajaran Islam.

d. Hendaknya disampaikan dengan akhlaq (etika) yang baik.56

3. Hak Menuntut Ilmu / Mendapatkan Pengajaran

Sayyid Quthb berpendapat apabila mendapatkan pengajaran merupakan

hak, dilihat dari sisi warganegara, maka dari sisi yang lain, Negara berkewajiban

untuk mencerdaskan rakyatnya. Negara wajib menciptakan instrumen-instrumen

bagi pencerdasan rakyatnya. Aspek pendidikan dan pengajaran ini merupakan

aspek yang amat penting, mengingat akal pikiran merupakan ciri khas

kemanusiaan yang membedakan manusia dari makhluk yang lain. Untuk itu tidak

selayaknya Negara mengabaikan aspek pendidikan seraya mengejar keglamoran

aspek-aspek material.57

Perhatian yang besar dari Negara atas masalah pendidikan rakyat bisa kita

lihat dalam Sirah Nabawiyah. Suatu ketika Nabi, selaku kepala negara,

mengambil kebijakan bahwa tebusan untuk tawanan Badar adalah empat puluh

auqiyat. Barangsiapa tidak mampu dengan tebusan seperti itu, maka tebusannya

adalah dengan mengajarkan tulis-menulis kepada sepuluh orang muslim. Jadi,

masalah pendidikan bukanlah semata-mata masalah individu, tetapi ia merupakan

tanggung jawab Negara.

4. Hak Memperoleh Tanggungan (Al-Kafalah) dari Negara

56

Ali Abdul Halim Mahmud, Ikhwanul Muslimin; Konsep Gerakan Terpadu (Jakarta:

GIP, 1997), Jilid. 2, h. 513. 57

Ibid., h. 516.

Page 68: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

56

Tidaklah mungkin seorang warganegara dalam Negara Islam hidup

terlantar dalam kesengsaraan dan Negara membiarkannya saja, sementara Negara

mengetahuinya. Jadi, Negara Islam bertanggung jawab atas kesejahteraan

warganegaranya.

Sayyid Quthb menjelaskan bahwa Islam mencela sikap meminta-minta.

Oleh karena itu, agar orang yang tidak mampu tidak terjerumus menjadi peminta-

minta, maka Negara Islam harus menciptakan iklim yang baik bagi tersedianya

lapangan kerja secara memadahi. Dengan demikian, setiap warganegara tidak

akan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Jangan sampai ada warga

negara yang ingin bekerja secara halal namun tidak ada lapangan kerja yang bisa

dia geluti.58

Apabila ada seorang warga yang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan,

maka Negara wajib membantunya, misalnya dengan memberikan pinjaman modal

yang diambilkan dari Baitul Mal. Abu Yusuf pernah mengatakan,”Apabila ada

pemilik tanah yang kesulitan mengelola tanahnya karena miskin maka negara

wajib memberikan pinjaman kepada orang tersebut dari Baitul Mal, sehingga dia

sanggup bekerja mengelola tanahnya itu”.

Apabila ada seorang warga tidak mampu menghidupi dirinya, maka wajib

bagi „a-ilat (keluarga dekat penerima waris) –nya untuk membantunya. Apabila

yang demikian masih belum mencukupi maka Negara wajib menanggungnya.

Negara wajib memberikan pekerjaan yang halal dan layak kepadanya.

Jalaluddin Rakhmat juga berpendapat bahwa Islam wajib mengelola zakat

dengan baik. Negara wajib memungut zakat dari setiap muslim yang telah wajib

58

Ibid., h. 311.

Page 69: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

57

membayar zakat. Apabila zakat tidak mencukupi kebutuhan, maka Negara bisa

menutupinya dengan harta Baitul Mal.59

Terhadap orang-orang yang sudah tidak

lagi mampu bekerja, misalnya karena jompo atau cacat, maka Negara wajib

menanggungnya (memberikan tunjangan).

Kewajiban Negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat tidak hanya

berlaku pada kaum muslim, namun juga berlaku bagi kaum dzimmiy. Sejarah

Islam telah membuktikan bahwa terhadap kaum dzimmiy yang tidak mampu,

Negara Islam membebaskan kewajiban membayar jizyah dari pundak mereka,

bahkan Negara memberikan tunjangan kepada mereka dari harta Baitul Mal.

Apabila Negara tidak mampu menanggung orang-orang yang tidak mampu

karena keterbatasan ekonomi Negara, maka kewajiban tersebut berpindah kepada

setiap orang mampu yang ada di pelosok negeri. Apabila orang-orang yang

mampu berkeberatan untuk bersedekah membantu orang-orang yang tidak

mampu, maka Negara wajib memaksa mereka sehingga mau bersedekah.

Dalam Negara Islam, siapa saja yang berada di dalamnya atau yang datang

ke situ, para wisatawan bahkan pelarian-pelarian yang mencari

perlindungan, secara otomatis semuanya dianggap warga negara (penduduk

negara). Mereka semuanya dihormati, dilindungi dan dijaga kebajikannya tanpa

menghiraukan kaum, bangsa, agama, warna kulit, bahasa dan lain- lain.

Demikianlah Islam memandang manusia, sama saja. Bahkan bumi Allah ini

dianggap kepunyaan bersama. Siapa pun boleh tinggal di tempat manapun yang

dia suka. Tidak perlu ada batas geografi antar negara, tidak perlu ada paspor dan

visa. Begitulah takrif kesatuan internasional atau global menurut Islam.60

59

Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, h. 80. 60

Ali Abdul Halim Mahmud, Ikhwanul Muslimin, h. 315.

Page 70: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

58

Sayyid Quthb merindukan Negara Islam sejati. Yang terbuka untuk siapa

saja. Wisatawan seolah-olah menjadi tetamu yang dilayan sebaik-baiknya

(ikrâmudduyûf). Dan kalaupun wisatawan mau tinggal lebih lama juga boleh.

Pelarian-pelarian juga dianggap tetamu dan warga yang pasti dilindungi.

Demikianlah Islam membenarkan karena Islam adalah penyelamat, pelindung

yang memberi keamanan dan kemakmuran pada warganya.

Untuk memudahkan urusan pemerintahan dan pengurusan warganya,

Negara Islam mengklasifikasikan seluruh rakyat hanya menjadi dua kategori,

yakni:

a. Warga negara Islam (muslim citizenship).

b. Warga negara bukan Islam (non muslim citizenship).61

Pemisahan ini adalah karena berbedanya cara hidup orang Islam dengan

yang bukan Islam. Ada peraturan yang dikenakan kepada orang Islam tetapi tidak

dikenakan pada orang bukan Islam. Misalnya, umat Islam diwajibkan membayar

zakat bila cukup nisab dan haulnya, sedangkan umat bukan Islam tidak berzakat.

Sebab itu bagi warga negara yang bukan Islam, ada beberapa peraturan khusus

untuk mereka.

Ada pun hak-hak yang diberikan oleh Negara Islam kepada warganya

yang Islam dan yang bukan Islam. Setiap orang Islam, baik yang asli (penduduk

setempat) atau mendatang (pendatang, wisatawan, tetamu, pelarian dan lain-lain)

mendapat hak asasi yang sama saja. Orang besar, orang kecil, orang berjabatan,

orang tidak berjabatan, orang kaya, orang miskin tidak dibeda-bedakan dalam

urusan mendapatkan hak-hak asasi, yaitu:

61

Ibid., h. 331.

Page 71: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

59

a. Kebebasan untuk memiliki rumah, harta dan lain-lain.

b. Kebebasan bekerja dan berbicara.

c. Peluang belajar di dalam dan luar negeri.

d. Melaksanakan dan mengurus hak-hak agama.

e. Kalau dihina akan dilindungi dan penghina itu akan dihukum.

f. Mempertahankan kehormatan diri, harta, keluarga dan lain-lain.62

Itulah dia hak-hak asasi umat Islam secara umum dalam Negara Islam.

Mereka dibolehkan, bahkan bebas berorganisasi, beraktivitas, berdagang,

mengumpulkan harta, berjuang, menikmati hiburan, menulis, mengeluarkan

pendapat dengan syarat tidak melanggar syariat Allah dan tidak melanggar hak

asasi orang lain. Juga tidak bertentangan dengan perintah pemimpin, bila perintah

itu sesuai dengan ajaran Islam.

Menurut pandangan Sayyid Quthb dalam Islam terdapat dua jenis warga

negara dari kalangan orang bukan Islam yaitu: kafir zimmi dan kafir 'ahdi

(mu'ahid).63

Kafir zimmi ialah orang bukan Islam yang bermustautin (bermukim)

dalam Negara Islam di mana mereka itu mengaku taat setia kepada pemerintah

dan negara. Walau bangsa apapun mereka, baik penduduk asli (penduduk

setempat) atau mendatang akan mendapat hak-hak asasi seperti juga umat Islam

mendapatkan hak-haknya. Yakni:

a. Kebebasan memiliki rumah dan harta.

b. Peluang-peluang belajar di dalam dan luar negeri.

c. Kebebasan bekerja dan berbicara dengan syarat tidak melanggar hak asasi

orang lain.

62

Ibid., h. 338. 63

Ibid., h. 251.

Page 72: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

60

d. Bebas menganut agama apa pun. Pemerintah atau umat Islam tidak boleh

memaksa mereka menganut Islam.

e. Berhak untuk menjadi pemimpin atau menteri-menteri di kalangan mereka.

f. Diberi perlindungan bila mereka dihina. Sekalipun yang menghina itu dari

kalangan orang Islam sendiri, pasti dihukum.

g. Berhak mempertahankan harga diri, harta dan keluarga.64

Berbeda dengan umat Islam, warga negara bukan Islam tidak dikenakan

zakat, fitrah, sedekah, berkorban dan lain-lain sebagai sumbangan kepada negara

dan masyarakat. Dengan sumbangan tersebut negara akan jadi kuat dan dapat

menguatkan individu-individu terutama orang-orang susah. Maka untuk tujuan

yang sama di samping kepentingan- kepentingan keselamatan dan pengurusan

mereka, Negara Islam menetapkan warganya yang bukan Islam mesti membayar

jizyah atau pajak kepala. Tidak ada pajak lainnya. Kadar pajak itu menurut taraf

hidup dan kemampuan masing-masing seperti yang diputuskan oleh hakim atau

ketua negara.

Bagi kafir mu'âhid yakni orang bukan Islam yang tinggal di Negara Islam

karena adanya hubungan-hubungan diplomatik, ekonomi, perdagangan,

persahabatan dan lain-lain, walau bangsa apapun mereka, dari negara mana, apa

agama dan warna kulit, namun tetap dilindungi oleh Negara Islam. Mereka

mendapat hak-hak dan dilindungi dari penghinaan. Sama halnya dengan kafir

zimmi tadi.

Terdapat sejenis lagi orang kafir menurut ukuran Islam. Tetapi mereka itu

bukan warga negara. Mereka adalah musuh Islam yang dipanggil kafir harbi.

64

Ibid., h. 337.

Page 73: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

61

Mereka memiliki niat untuk bermusuhan dengan umat Islam. Orang itu walaupun

belum berperang senjata, cuma perang saraf saja, tetapi tetap dianggap sebagai

musuh Islam. Kalau mereka menyerang, negara wajib membalas serangan

tersebut. Namun umat lslam sekali-kali tidak diajarkan untuk memulai serangan,

sekalipun perbuatan musuh itu begitu jelas sekali. Tetapi apabila mereka

menyerang, wajib dibalas atau dilawan dengan dua tujuan penting yaitu: menjaga

harga diri agama, negara dan masyarakat dan menghindari fitnah agar kejahatan

tidak berkepanjangan dan tidak menyebar kemana-mana.65

Dalam peperangan, harta musuh boleh dirampas sebagai harta rampasan

perang. Orang-orang tawanan perang dijadikan hamba sahaya. Kecuali kalau dia

memeluk Islam, secara otomatis dia merdeka dan mendapat hak-hak warga negara

seperti orang-orang Islam yang lain.

Demikianlah pertimbangan pemikiran Sayyid Quthb dalam Fi Zhilâl al-

Qur‟ân bahwa Islam memberi keselamatan dan naungan kepada manusia seluruh

dunia. Mana ada penindasan dan kekejaman atau peperangan yang dicanangkan

oleh Islam? Tertolaklah bahwa Islam agama peperangan dan kekejaman.

F. Prinsip-prinsip Pengaturan Kebijaksanaan Negara.

Menurut Mahmud al-Murakiby komponen-komponen pengatur kebijakan

negara terdiri dari:

1. Kepala negara (hâkim). Merupakan lembaga tinggi negara yang memiliki

kebijakan-kebijakan politik internal dan eksternal. Hal ini telah dicontohkan

oleh Khulafâ ar-Rasyidin.

65

Ibid., h. 341.

Page 74: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

62

2. Jamâ'ah ahl al-hal wa al-'Aqd. Merupakan lembaga tertinggi dalam negara

yang memiliki wewenang untuk mengangkat dan menurunkan kepala negara.

Hal ini telah tercermin dalam sistem pengangkatan Khulafâ ar-Rasyidin.

3. Majlis al-Syûrâ'. Merupakan lembaga perkumpulan wakil masyarakat yang

telah dipilih dan dipercaya sebagai penyalur aspirasi masyarakat untuk

disampaikan kepada kepala negara.

4. Dîwân al-Madzhâlim. Merupakan sebuah lembaga keamanan masyarakat. Jika

hak-hak sebuah komunitas masyarakat terdzhalimi, maka dewan ini memiliki

tanggungjawab perlindungan dan keamanan. Lembaga ini bertanggungjawab

secara hukum kepada kepala negara.

5. Sulthah tanfîdziyah. Merupakan pemegang kebijakan politik, sosial dan

ekonomi internal sebuah negara. Lembaga ini dipimpin oleh seorang perdana

menteri (Wazîr al-Wuzarât, Chief of Ministry) yang membawahi beberapa

menteri departemen.

6. Dîwân al-Hisbah li ad-Daulah. Lembaga ini berfungsi sebagai pengontrol

debet-kredit keuangan negara yang digunakan oleh perangkat negara di atas.66

Menurut Sayyid Quthb dalam Mukadimah bukunya Tafsir Fî Zhilâl al-

Qur‟ân, tidak ada kebaikan dan kedamaian bagi bumi ini, tidak ada kesenangan

bagi kemanusiaan, tidak ada ketenangan bagi manusia, tidak ada ketinggian,

keberkahan dan kesucian dan tidak ada keharmonisan antara undang-undang alam

dengan fitrah kehidupan melainkan dengan kembali kepada Allah.67

Sesungguhnya berpedoman kepada manhaj Allah di dalam kitab-Nya itu bukanlah

66

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 2005), h.

104-105. 67

Sayyid Quthb dalam Mukadimah Tafsir Fi Zhilal al- Qur‟an, Jilid 1, h. 20-25.

Page 75: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

63

perkara sunnah, tathawwu‟ atau boleh memilih, tetapi ia adalah iman. Kalau tidak

mau, tidak ada iman bagi yang bersangkutan, sebagaimana firman Allah:

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan

yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada

bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai

Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Qs. al-

Ahzaab/33: 36).

Inilah gambaran yang benar yang ditimbulkan oleh al-Qur‟ân di dalam

jiwa ketika jiwa itu hidup dibawah naungan al-Qur‟an, Fî Zhilâl al-Qur‟ân.

Iman kepada Allah, beribadah kepada-Nya secara istiqomah dan

memberlakukan syariat-Nya dimuka bumi, semuanya adalah melaksanakan

sunnah-sunnah Allah, yaitu sunnah-sunnah yang aktif dan positip, yang

bersumber dari semua sunnah Kauniyah ” hukum alam ” yang kita lihat bekasnya

yang nyata dengan indra dan pengalaman kita.

Syariat Allah bagi manusia merupakan salah satu bagian dari undang-

undang-Nya yang menyeluruh di alam semesta. Pelaksanaan syariat ini pasti

memiliki dampak yang positip didalam menyerasikan perjalanan hidup manusia

dengan perjalanan alam semesta. Syariat saling melengkapi dengan konsep Islam

yang menyeluruh terhadap wujud yang besar dan eksistensi manusia, serta apa

yang ditimbulkan oleh konsepsi ini, yaitu ketakwaan hati, kesucian perasaan,

besarnya kemauan, akhlak yang luhur dan perilaku yang lurus. Tampak pula

keharmonisan dan keserasian diantara sunnah-sunnah Allah, baik yang kita sebut

hukum alam maupun nilai-nilai iman. Masing-masing adalah bagian dari sunnah

Allah yang komplet terhadap alam wujud ini.

Page 76: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

64

Menurut Sayyid Quthb, konsep balad sebagaimana dimaksudkan dalam

QS. Saba‟: 15, mengandung cita-cita negara Islam, yaitu:

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat

kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada

mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan

bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)

adalah Tuhan yang Maha Pengampun".

Hal ini korelatif dengan keberadaan Madinah yang seringkali dianggap

sebagai inti pertama negara Islam, meski dari luar lebih tampak sebagai sebuah

negara kota (polis). Tapi ibarat sebuah biji ia kemudian tumbuh dan berkembang

menjadi pepohonan yang rindang lengkap dengan buah-buah siap dimakan. Dan

ibarat mercusuar, cahayanya begitu menerangi alam/kehidupan.68

Menurut Quraish Sihab, tidak secara eksplisit al-Qur‟ân memberikan

perhatian seputar bentuk negara (Islam) kecuali sebatas spirit dan prinsip-prinsip

dasar dalam bernegara (mengelola kekuasaan) seperti prinsip permusyawaratan

(QS. 42: 38) yang dilaksanakan dengan penuh amanah dan menjunjung tinggi rasa

keadilan (Qs 4: 58). Namun tidak berarti hal itu bisa dipahami adanya

keterpisahan/dikotomi antara agama dengan negara. Sebab al-Qur‟ân juga

menegaskan bahwa fungsi ke-Rasul-an dan, penurunan kitab- kitab suci samawi

adalah agar masing-masing nabi memberi putusan tentang perselisihan (social-

politik) antar manusia (Qs. 2; 213) disamping tentu sebagai pemimpin spiritual

dengan otoritas tertinggi. Dan itu pula yang dijalani Nabi Dawud as ketika Allah

resmi mengangkatnya sebagai khalifah, dengan kekuasaan mengelolah suatu

68

Sjechul Hadi Permono, Konsepsi Umum, Pemerintahan Islami (Surabaya: Aulia,

2004), h. 17.

Page 77: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

65

wilayah/bumi (Qs ; 38/Shod; 26). Penugasan mengelola suatu wilayah (bumi)

sebagaimana dimaksud dalam ayat diatas, dapat dipahami sebagai tugas politis

dan kekuasaan yg meniscayakan ikatan perjanjian dengan Allah ('ahd) disatu

pihak dan ikatan perjanjian dengan manusia dipihak lain (baiat).69

Nabi Muhammad SAW juga merupakan pemimpin dan negarawan,

dengan Madinah sebagai pusat pemerintahannya. Aktivitas dan kesibukan

pemerintahan saat itu ditandai dengan adanya;

1. Adminitrasi surat menyurat yang dikirim Nabi kepada para adikuasa dan dan

raja-raja besar kala itu. Dari isi surat-suratnya terbaca jelas, bahwa Islam

(agama) disamping berorientasi kedalam berupa pemantapan akidah,

pembinaan syari‟ah dan peningkatan ubudiyah/akhlak, juga berorientasi keluar

dan bersifat universal, dengan pengertian ingin menata seluruh dunia (baca ;

negara) dengan landasan prinsip yang lebih manusiawi, berbudaya, dan

berkeadilan.

2. Adanya ekspansi teritorial guna pengembangan dan perluasan daerah Islam.

Karena Islam tidak dimaksudkan untuk kalangan penganut saja, maka kita

melihat adanya perlindungan dan hak-hak khusus yang diberikan Islam untuk

pemeluk agama lain yang tunduk dan mengikuti aturan pemerintahan Islam.

Jika negara dan imperium sebelum Islam seperti Romawi dan Persi serta Cina

dan India ekspansinya selalu menimbulkan dan menyisahkan luka kepedihan

dan derita berkepanjangan karena selalu identik dengan pembodohan dan

pelecehan harkat kemanusiaan juga sangat eksploitatif dalam menguras

kekayaan alam yang dijajahnya serta dengan mengucilkan kaum pribuminya

69

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an Fungsi dan Peranan Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat (Bandung:Mizan: 1996), h. 145.

Page 78: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

66

dari komunitas internacional. Maka tidak demikian dengan Islam. Ekspansi

Islam justru benar-benar rahmat bagi alam, karena tidak saja mengilhami

lahirnya negara-negara baru yang dapat diterima sejajar dan diakui secara

internasional, juga mengubah setiap bagian dunia yang dikuasainya menjadi

mercusuar ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban. Dalam kontek ini

sesungguhnya Islam satu-satunya ajaran yang merintis jalan ke suatu arah

kehidupan yang mengglobal atas dasar moral dan keimanan kepada Allah sang

Tuhan. Bukan globalisasi yang eksploitatif dan sarat kepentingan nafsu,

sebagaimana yang terlihat saat ini.70

Dari dua aktivitas pemerintahan diatas, tampaklah jelas betapa agama

begitu dominan menjiwai semangat ke- tatanegara-an saat itu. Dan itu berlanjut

hingga periode ke-kholifah-an sesudah nabi SAW dan pada sebagian era daulah-

daulah Islamiyah yang pernah berjaya pada masanya.

Sehingga dengan demikian, sistem pemerintahan Islam yang diterapkan

saat itu memungkinkan terbangunnya tata dunia baru yang relatif agamis dan

sangat memanjakan pemeluknya yang variatif. Para pemikir duniapun mengakui

peran besar Islam yang begitu kooperatif dalam tata pergaulan global, bahkan

kemajuan Eropa dan Barat saat inipun, sesungguhnya juga buah dari peradaban

yang telah dibangun Islam dalam wujud negara agama.

Dari sini dapat diambil suatu pengertian bahwa menurut Sayyid Quthb

negara yang tidak mendasarkan kebijakan, peraturan dan perundangan-

undangannya pada konsepsi dan prinsip-prinsip dasar yang Islami dapat

dikategorikan sebagai Negara sekuler, meski secara subtansi nilai-nilai agama

70

A. Rahman Zainuddin, Sub Makalah Sejarah Pemikiran Islam, dari buku Reaktulisasi

Islam (Jakarta: UIN, 1998), h. 92.

Page 79: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

67

terejawetahkan di luar struktur negara, dan meskipun negara itu memenuhi kriteria

disebut negara Islam karena kwantitas komunitasnya, seperti Indonesia.

Page 80: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Konsep politik Islam menurut Sayyid Quthb dalam kitab tafsirnya Fi

Zhilal Al-Qur’an dapat disimpulkan dalam pernyataan, yaitu:

Pertama, politik Islam harus menciptakan suatu tatanan kehidupan

masyarakat yang berlandaskan hukum al-Qur’ân dan Sunnah Rasul, demi

membentuk manusia yang lebih makmur dan berperadaban dan tidak perlu terlibat

analisa dikotomis ala Barat yang menempatkan umat Islam pada kondisi

pemahaman yang formalistik, substanstivistik, dan fundamentalis..

Kedua, dalam sudut pandang politik Islam, kedaulatan berada di ‘tangan’

Allah SWT. Allah sajalah yang berhak menetapkan hukum bukan manusia.

Perintah dan larangan Allah merupakan hukum yang mutlak ditaati dan diemban

manusia. Dengan demikian, menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya, demokrasi

bertentangan dengan Islam, bahkan pertentangan ini bersifat mendasar dan

memasuki bidang akidah apabila meyakini manusia sebagai sumber dan pembuat

hukum bukan Allah.

Ketiga, tujuan negara menurut al-Qur’an bahwa dalam hal apapun negara

tidak boleh melepaskan begitu saja dan harus ada campur tangan dari Negara

demi menjaga dan menjamin ketentraman dan kesejahteraan seluruh warga

Negara di seluruh alam semesta ini.

Keempat, pemerintah yang adil adalah pemerintahan yang dapat melayani

rakyatnya dengan baik, yang menjatuhkan hukuman dengan tepat dan meletakkan

Page 81: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

68

rakyat pada posisi yang tepat, sehingga rakyat mendapat hak dan keperluan yang

cukup, adalah pemerintah yang telah menunaikan amanah dan tanggung jawab

dengan betul.

Kelima, dalam konsep kewarganegaraan, Pemimpin Negara Islam (atau

Negara) berkewajiban untuk mendidik dan membimbing rakyat dalam

mengarungi kehidupan dunia yang fana ini menuju kehidupan akhirat yang kekal.

Negara juga berkewajiban untuk menjaga kemaslahatan umum. Secara singkat

kewajiban-kewajiban tersebut dapat diungkapkan dalam kalimat hirasat al-din wa

siyasat al-dunya.

Keenam, Menurut Mahmud al-Murakiby komponen-komponen pengatur

kebijakan negara terdiri dari: 1) Kepala negara (hâkim), merupakan lembaga

tinggi negara yang memiliki kebijakan-kebijakan politik internal dan eksternal; 2)

Jamâ'ah ahl al-hal wa al-'Aqd, merupakan lembaga tertinggi dalam negara yang

memiliki wewenang untuk mengangkat dan menurunkan kepala Negara; 3) Majlis

al-Syûrâ', merupakan lembaga perkumpulan wakil masyarakat yang telah dipilih

dan dipercaya sebagai penyalur aspirasi masyarakat untuk disampaikan kepada

kepala Negara, 4) Dîwân al-Madzhâlim, merupakan sebuah lembaga keamanan

masyarakat; 5) Sulthah tanfîdziyah, merupakan pemegang kebijakan politik, sosial

dan ekonomi internal sebuah negara. Lembaga ini dipimpin oleh seorang perdana

menteri (Wazîr al-Wuzarât, Chief of Ministry) yang membawahi beberapa menteri

departemen; dan 6) Dîwân al-Hisbah li ad-Daulah. Lembaga ini berfungsi

sebagai pengontrol debet-kredit keuangan negara yang digunakan oleh perangkat

negara di atas.

Page 82: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

69

B. Saran

1. Bagi para akademiki, terutama para cendekiawan politik Islam, ketika

mewacanakan konsep politik Islam yang ditawarkan Sayyid Quthub

berdasarkan penafsirannya terhadap al-Qur’an hendaknya dilakukan melalui

pemahaman yang lebih terbuka, daripada mengkedepankan ‘praduga’

pemahaman yang mengasumsikan bahwa Sayyid Quthb dalam pemikirannya

sangat literal terhadap nash-nash ajaran Islam..

2. Hendaknya kecenderungan para akademisi dan aktivis gerakan Islam untuk

melukiskan politik Islam sebagai wajah tunggal yang berdimensi transnasional

sebagaimana yang dianjurkan dalam pemikiran politik Sayyid Qutub dirubah

dengan menunjukkan keragaman dan dimensi lokal dari peresentasi Islamisme

dalam ruang-waktu sejarah.

Page 83: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

112

DAFTAR PUSTAKA

Abegabriel, Negara Tuhan. Yogyakarta: IRNIS, 2006.

al-Khalidi, Shalah Abdul, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Al-Qur’an,

(terj.) Salafuddin Abu Sayyid. Solo: Era Intermedia, 2001.

al-Mayli, Muhsin, Pergulatin Mencari Islam; Perjalanan Religius Roger

Garaudy, (terj). Rifyal Ka’bah. Jakarta: Paramadina, 1996.

Boisard, Marcel A., Humanisme dalam Islam, (terj.) M. Rasjidi. Jakarta: Bulan

Bintang, 1980.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 2001.

Dewan Bahasa dan Pustaka, Kamus Dewan Edisi Keempat (Ampang: Dawama,

2005)

Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara Transformasi Pemikiran dan Praktek Politik

Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1998.

Enayat, Hamid, Reaksi Politik Sunni dan Syi’ah: Pemikiran Politik Islam Modern

Menghadapi Abad Ke-20. Bandung: Pustaka, 1988.

Ensiklopedi Islam, Jilid 4. Jakarta: Ichtra Baru van Hoeve, 2005.

Esposito, John, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas? Menggugat Tesis

Huntington, (terj.). Bandung: Mizan, 1996.

Gholib, Achmad, Teologi dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2004.

Hamid, Tijani Abdul Qadir, Pemikiran Politik dalam al-Qur’an, (terj.) Abdul

Hayyie al-Kattani. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Hardiman, Fransisco Budi, Kritik Ideologi; Pertautan Pengetahuan dan

Kepentingan. Jakarta: Kanisius, 2002.

Ismail, A. Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran

Dakwah Harakah. Jakarta: Penamadani, 2006.

Jamhari, Ed. Gerakan Salafi Radikal Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindopersada,

2004.

Komunitas Kajian Ilmiyah Lirboyo 2005, Formulasi Nalar Fiqh. Kediri: Purna

Siswa III Aliyah, 2005.

Page 84: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

112

113

Lapidus Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam, (terj.) Ghufron A. Mas’adi. Jakarta:

RajaGrafindo Persada: 1999.

Mahmud, Ali Abdul Halim, Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan terpadu, (terj.),

Syafril Halim, Jilid. I-II. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Madjid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan kemodernan. Jakarta: Paramadina,

1992.

______, Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1989.

Majlis Musyawarah PP. al-Falah, Hasil Keputusan Bahtsul Masa-il Kubro 06.

Kediri: MMPA, 2006.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UIP, 2001.

Poedjawijatna, I.R., Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta,

2002.

Permono, Sjechul Hadi, Islam dalam Lintas Sejarah dan Perpolitikan: Teori dan

Praktek. Surabaya: Aulia, 2004.

_________, Konsepsi Umum, Pemerintahan Islami. Surabaya: Aulia, 2004.

Qardhawy, Yusuf, Syaikh Muhammad al-Ghazali yang Saya Kenal; Setengah

Abad Perjalanan Pemikiran dan Gerakan Islam, (terj.) Surya Darma.

Jakarta: Rabbani Press, 1997.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an; Di bawah Naungan Al-Qur'an. Jakarta:

Gema Insani Press, 2008, Jilid.I-XII.

_________, Ma’alim fi al-Thariq. al-Salamiyah. Kuwait: al-Ittihad al-Islami al-

‘Alami, 1368 H.

_________, Beberapa Studi Tentang Islam, terj. A. Rachman Zainuddin (Jakarta:

Media Dakwah, 1982),

Rakhmat, Jalaluddin, Islam Alternatif; Ceramah-ceramah di Kampus. Bandung:

Mizan, 2004.

Rosyada, Dede, dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak

Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif

Hidayatullah, 2003)

Ruslan, Usman Abdul Muiz, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Study

Analisa Evaluatif Terhadap Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk Para

Page 85: KONSEP POLITIK ISLAM SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24121/1/FUAD... · Skripsi yang berjudul “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb

112

114

Anggota Khususnya dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya Dari Tahun

1928 hingga 1954, (Solo: Intermedia, 2000),

Sachedina, Abdulaziz, Beda tapi Setara; Pandangan Islam tentang Non-Islam,

(terj.) Satrio Wahono, (Jakarta: Serambi, 2004)

Salim, Abdul Muin, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Qur’’an,

(Jakarta: RajaGrafindo Perss, 2007).

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur'an Fungsi dan Peranan Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung:Mizan: 1996),

_______________, Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera, 2002.

Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran

(Jakarta: UI Press, 1991)

Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2000)

Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grafindo, 1992)

Uhlin, Anders Oposisi Berserak; Arus Deras Demokratisasi Gelombang Ketiga di

Indonesia, (terj.) Rofik Suhud. Bandung: Mizan, 1998.

Zahra, Abu (ed) dalam, Politik Demi Tuhan (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999)

Zainuddin, A. Rahman, Sub Makalah Sejarah Pemikiran Islam, dari buku

Reaktulisasi Islam, (Jakarta: UIN, 1998)