pemikiran magis

3
Social Psychology Individual Work - Book Review: “PEMIKIRAN MAGIS” Vorilya C. Taroreh (00000006370) “Magical Thinking: An Irrational – Normal ?” Menurut buku yang dibaca, istilah pemikiran magis ini dilihat dalam konteks psikologi sosial, yang merupakan suatu bentuk pemikiran irasional manusia dalam dunia sosialnya. Magis didefinisikan berbeda-beda oleh berbagai ajaran dan para ahli. Pemikiran magis merupakan istilah yang lebih spesifik daripada pemikiran irasional. Dalam konteks psikologi sosial, pemikiran magis dapat dikatakan bersifat universal pada setiap individu, karena istilah pemikiran magis yang adalah bagian dari pemikiran irasional bersumber dari kepercayaan mistik dan ritual pada zaman dulu. Dalam psikologi abnormal, istilah pemikiran magis ialah istilah yang dipakai untuk menggambarkan kondisi patologis individu yang menunjukkan gejala cara berpikir yang irasional. Pemikiran magis sering dianggap negatif, padahal tidak sepenuhnya demikian, karena setiap manusia sebagai makhluk yang berpikir dan kreatif memiliki potensi untuk berpikir magis (irasional). Sehingga seringkali secara tidak sadar kita melakukan hal-hal yang mungkin irasional, namun kita sudah terbiasa melakukan hal tersebut dengan landasan karena adanya tuntutan budaya, adat atau tradisi, bagian dari sistem masyarakat (sebagai rutinitas dan formalitas belaka). Manusia normal memiliki 2 karakteristik mutlak, yaitu berpikir dan berbudaya. Manusia yang berbudaya memiliki pemikiran magis. Sigmund Freud sebagai bapak Psikologi Analisa, memberi penjelasan adanya pemikiran magis pada manusia. Berpatokan pada 3 struktur kepribadian yang dikemukakannya (id, ego, superego), pemikiran magis yang adalah bagian dari pemikiran irasional digolongkan ke dalam proses berpikir primer, yang adalah bagian dari id. Jadi, pemikiran magis adalah sesuatu yang bersifat mendasar dan tidak berhubungan dengan lingkupan objektif dan logis, sehingga pemikiran 1

Upload: vorilyachristinataroreh

Post on 15-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Irrational things, is it really exist? Irrational thoughts, is it true or not ?

TRANSCRIPT

Page 1: Pemikiran Magis

Social Psychology Individual Work - Book Review: “PEMIKIRAN MAGIS”Vorilya C. Taroreh (00000006370)

“Magical Thinking: An Irrational – Normal ?”

Menurut buku yang dibaca, istilah pemikiran magis ini dilihat dalam konteks psikologi

sosial, yang merupakan suatu bentuk pemikiran irasional manusia dalam dunia sosialnya.

Magis didefinisikan berbeda-beda oleh berbagai ajaran dan para ahli. Pemikiran magis

merupakan istilah yang lebih spesifik daripada pemikiran irasional. Dalam konteks psikologi

sosial, pemikiran magis dapat dikatakan bersifat universal pada setiap individu, karena

istilah pemikiran magis yang adalah bagian dari pemikiran irasional bersumber dari

kepercayaan mistik dan ritual pada zaman dulu. Dalam psikologi abnormal, istilah pemikiran

magis ialah istilah yang dipakai untuk menggambarkan kondisi patologis individu yang

menunjukkan gejala cara berpikir yang irasional.

Pemikiran magis sering dianggap negatif, padahal tidak sepenuhnya demikian,

karena setiap manusia sebagai makhluk yang berpikir dan kreatif memiliki potensi untuk

berpikir magis (irasional). Sehingga seringkali secara tidak sadar kita melakukan hal-hal

yang mungkin irasional, namun kita sudah terbiasa melakukan hal tersebut dengan

landasan karena adanya tuntutan budaya, adat atau tradisi, bagian dari sistem masyarakat

(sebagai rutinitas dan formalitas belaka). Manusia normal memiliki 2 karakteristik mutlak,

yaitu berpikir dan berbudaya. Manusia yang berbudaya memiliki pemikiran magis.

Sigmund Freud sebagai bapak Psikologi Analisa, memberi penjelasan adanya

pemikiran magis pada manusia. Berpatokan pada 3 struktur kepribadian yang

dikemukakannya (id, ego, superego), pemikiran magis yang adalah bagian dari pemikiran

irasional digolongkan ke dalam proses berpikir primer, yang adalah bagian dari id. Jadi,

pemikiran magis adalah sesuatu yang bersifat mendasar dan tidak berhubungan dengan

lingkupan objektif dan logis, sehingga pemikiran magis bersifat universal dan tidak

dipengaruhi oleh kemampuan berpikir logis yang manusia miliki.

Dengan landasan ilmu psikologi, ada beberapa alasan mengapa orang

mempertahankan dan mempraktikkan pemikiran magis (irrational things) dalam

kehidupannya. Pemikiran magis terbukti karena keyakinan individu bahwa pemikirannya

akan terbukti. Self-fulfiling prophecy (adanya sugesti) sering menjadi penyebab mengapa

seseorang seolah-olah mengalami pengalaman magisnya sendiri, sehingga menunjukkan

bagaimana pikiran manusia begitu rentan untuk mengalami penyimpangan. Selain itu,

pemikiran magis dapat muncul karena adanya asosiasi yang tidak logis yang mendapat

penguatan secara kebetulan, di mana suatu perilaku dipertahankan karena mendapat

penguatan secara kebetulan, meskipun sebenarnya antara perilaku dan penguatannya tidak

ada hubungan. Selanjutnya, pemikiran magis dapat muncul dan dipertahankan karena

merupakan hasil dari pembelajaran seseorang terhadap nilai budaya yang mengandung

1

Page 2: Pemikiran Magis

Social Psychology Individual Work - Book Review: “PEMIKIRAN MAGIS”Vorilya C. Taroreh (00000006370)

unsur magis atau mistis. Namun, tidak semua tingkah laku magis (irasional) terjadi karena

pemikiran magis.

Ada beberapa hal yang irasional dianggap atau terlihat normal, sementara ada yang

terlihat abnormal. Pemikiran irasional terbentuk karena adanya pemikiran rasional. Hal yang

irasional (pemikiran magis) dapat terlihat normal, ketika hal tersebut merupakan bagian dari

kepercayaan budaya atau adat/tradisi, telah menjadi rutinitas atau formalitas, merupakan

bagian dari konformitas, dapat diterima, dan dapat dijelaskan atau bahkan telah terbukti.

Contohnya, penemu teknologi layar sentuh, sebelum teknologi tersebut itu ada, pemikiran

akan terciptanya teknologi layar sentuh merupakan hal yang magis (irasional), saat teknologi

tersebut berhasil direalisasikan, maka bukan merupakan suatu hal yang irasional lagi,

karena sudah dapat dijelaskan dan terbukti.

Sementara ada beberapa hal yang irasional yang tetap dianggap sebagai abnormal,

karena hal tersebut tidak dapat diterima atau cenderung berbau mistis, tidak dilakukan

banyak orang dan tidak dapat dibuktikan. Berbagai perilaku irasional menjadi normal atau

wajar saat setiap manusia memiliki dan melakukannya.

Magis dan agama sulit dipisahkan, tetapi juga keduanya merupakan hal yang

berbeda. Magis berpusat pada kemampuan dan kuasa subjek magis, sedangkan agama

memiliki fokus pada kemampuan dan kuasa Tuhan. Namun, keduanya melibatkan

kepercayaan terhadap sesuatu yang tidak dilihat. Disatu sisi, berbagai bentuk ritual yang

dilakukan dalam agama sebenarnya didasari oleh iman. Sepenuhnya percaya adalah hal

mutlak yang dimiliki setiap orang beragama. Pemahaman kita tentang apa yang magis dan

yang bukan magis hendaknya tidak dinilai menurut apa yang dapat dilihat secara langsung

atau tidak, ataupun karena kebetulan. Karena itu, agama merupakan hal yang rasional dan

normal, sumber informasi dari masa lalu dapat menjadi bukti empiris bahwa Tuhan memang

ada (dalam kekristenan, Alkitab ialah sumber informasi tentang keberadaan Tuhan).

Berdasarkan pengalaman pribadi setiap orang yang percaya pada Tuhan adalah

salah satu bukti empiris tentang keberadaan Tuhan. Dalam iman kristen, banyak orang

termasuk saya dapat menyaksikan dan bersaksi tentang kebaikan Tuhan yang dinyatakan-

Nya dalam perjalanan kehidupan. Sistem keteraturan alam dan tata surya yang terus

bekerja tanpa dikontrol/dikendalikan manusia, merupakan bukti empiris tentang keberadaan

Tuhan. Apabila konsep keagamaan dan adanya Tuhan dianggap sebagai pemikiran magis

(irasional), maka tidak mungkin akan ada suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

Tuhan dan agama, yaitu ilmu teologi. Ilmu teologi ini juga menjadi bukti untuk konsep ke-

Tuhanan dan agama untuk berada dalam wilayah logis.

2