jean bodin, pemikiran dan implementasi dalam pemikiran politik modern
TRANSCRIPT
Resume Perkuliahan Kelompok
Mata Kuliah Pengantar Hubungan InternasionalDosen Mata Kuliah : Arry Bainus, Drs., M. A.
Wawan Budi Darmawan, S.IP.
Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern
Oleh :
Anki Yuldi Agustrin
G1B050126
Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran
2006
Pendefinisian Hubungan Internasional
Pendefinisian dan penamaan studi Hubungan Internasional masih sangat debatable.
Sampai saat ini, para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai pendefinisian
dan penamaan studi ini. Sebagai contoh ketika Chris Brown membedakan Hubungan
Internasional menjadi dua, yaitu International Relations (dengan huruf kapital) sebagai ilmu
dan international relations sebagai fenomena, muncul reaksi penolakan dari kaum critical
theorist yang berpendapat bahwa antara suatu ilmu dan prakteknya itu tidak dapat dipisahkan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Ilmu Hubungan Internasional (hubungan
internasional sebagai suatu studi) mempelajari interaksi di tingkat global yang mempunyai
dampak yang luas. Ilmu Hubungan Internasional mempelajari hubungan politik di tingkat
internasional, yaitu hubungan politik antara bangsa-bangsa di dunia, terutama yang
menyangkut masalah pemerintahan bangsa-bangsa tersebut. Objek dari Ilmu Hubungan
Internasional sangat luas sekali, sehingga terdapat bermacam-macam pengertian. Disamping
faktor objek kajian Ilmu Hubungan Internasional yang sangat luas tersebut, munculnya
bermacam-macam pengertian dari Ilmu Hubungan Internasional juga disebabkan oleh zaman
yang terus berkembang. Definisi Ilmu Hubungan Internasional turut berkembang mengikuti
perkembangan zaman.
Ada yang mengatakan bahwa hubungan internasional hanya menyangkut masalah-
masalah yang meliputi diplomatik dan strategi politik dari suatu negara saja. Namun, ada pula
yang mengatakan bahwa hubungan internasional meliputi segala transaksi yang melewati
tapal batas antar negara, dimana aktor yang berperan bukan hanya negara.
Kata “hubungan internasional” dilihat dari asal katanya international relation, hanya
mempelajari masalah bangsa (nation) saja. Namun, pada praktiknya hubungan internasional
juga mempelajari negara (state) dan masalah-masalah non state. Kemudian pada mulanya
aktor yang dibicarakan dalam hubungan internasional hanya negara, namun hubungan antara
negara-negara itu sendiri belum dapat dipahami sepenuhnya tanpa memahami cara kerja
pemerintahan dari negara yang bersangkutan berikut populasi yang tinggal di dalam negara
tersebut. Dan demikian pula, interaksi yang dikaji dalam hubungan internasional belum dapat
dipahami sepenuhnya hanya dengan mempelajari interaksi antar negara-negara saja, tetapi
organisasi-organisasi non pemerintahan juga turut terlibat. Organisasi-organisasi non
pemerintahan turut memainkan peranan yang penting dalam sistem kerja internasional seperti
halnya organisasi pemerintahan.
Hubungan internasional merupakan interdisipliner yang memasukan berbagai macam
disiplin ilmu dalam kajiannya.
Pada tahun 1919 di Inggris , Hubungan Internasional diistilahkan sebagai
International Politics, yang kajiannya lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat
normative, seperti konsep perdamaian (peace), yang juga dapat diistilahkan dengan frase
“against war”. International Politics sendiri memfokuskan bahasannya pada kajian strategy
and security serta diplomacy. Apabila dikembalikan pada masalah penamaan, maka
International Politics memiliki kesalahan yang minimal, karena kata politics meliputi
pemerintah (government) dan negara (state), tidak seperti International Relations, dimana
kata nation berarti bangsa. Pada perkembangannya, istilah International Politics mengalami
penyempurnaan menjadi Interstate Relations, Transnational Relations, World Politics, dan
akhirnya memunculkan istilah Global Politics yang merujuk pada globalisasi (globalization).
Globalisasi sendiri merupakan suatu proses penghilangan batasan antarnegara atau secara
lebih spesifik dapat dinyatakan sebagai suatu proses hubungan sosial secara relative yang
menemukan tidak adanya batasan jarak dan menghilangnya batasan-batasan secara
nyata.1Sementara itu, terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam pengistilahan
Interstate Relations dan Transnational Relations. Pada term Interstate Relations, hanya
terbentuk hubungan dua arah antarpemerintah negara yang berkepentingan yang sering
diistilahkan dengan billiard ball atau bola biliar. Sedangkan pada term Transnational
Relations, hubungan yang terjadi lebih rumit, dimana semua unsur dari negara yang
berkepentingan, seperti pemerintah, masyarakat, bahkan individu dapat saling berhubungan
satu sama lain. Hubungan seperti ini sering diistilahkan dengan jaring laba-laba (Cobweb).
International relations
IR ir
(merupakan studi dari ir) (merupakan fenomena sosial)
International Relation hubungan internasional sebagai suatu studi.
international relation hubungan internasional sebagai suatu fenomena sosial
1 T. May Rudy, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global : Isu, Konsep, Teori, dan Paradigma, Refika Aditama, Bandung, 2003.
Menyinggung tentang fenomena globalisasi, banyak pihak menyatakan hal ini sebagai
sesuatu yang tak terelakkan dalam zaman modern ini. Beberapa pendukung globalisasi seperti
John Micklethwait dan Adrian Wooldridge berpendapat bahwa globalisasi tidak saja perlu
dipahami, namun harus dipertahankan sekuat tenaga.2 Namun ternyata di balik “kesuksesan”
globalisasi merambah dunia, hal ini menimbulkan fenomena lain yang lebih rumit, di mana
globalisasi ternyata tidak memajukan dan memberi kemakmuran bagi negara kecil. Hal ini
dikarenakan tumbuhnya ketergantungan yang lebih besar kepada negara-negara maju, baik itu
dari segi politik maupun ekonomi. Negara-negara kecil bergantung kepada negara maju dan
organisasi financial seperti IMF untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan perdagangan serta
diplomatic global. Selain itu, kapitalisme global sebagai unsur utama globalisasi memberi
keuntungan besar-besaran kepada perusahaan multinasional dengan mengorbankan
masyarakat negara berkembang.
Globalisasi juga menempatkan lembaga keuangan dunia sebagai rentenir dan memeras
negara-negara kecil yang tidak memiliki modal sehingga menciptakan sebuah penjajahan
terselubung yang menimbulkan jurang yang lebih nyata antara negara miskin dan kaya. Efek
negative dari globalisasi ini juga menimbulkan berbagai reaksi, umumnya berupa perlawanan
terhadap kapitalisme global. Akir-akhir ini, kelmpok anti-globalisasi menengarai kemiskinan
Dunia Ketiga sebagai penyebab timbulnya terorisme, dan karenanya tidak sepatutnya
ditanggapi secara militer.3 Agus Sriyono dalam artikelnya Arus Balik Globalisasi menyatakan
bahwa untuk meredakan ketegangan antara pro dan kontra globalisasi perlu kanalisasi arus
balik globalisasi. Negara maju dan negara berkembang harus secara bersama membatasi
dampak globalisasi dengan mengatur sistem perdagangan dan investasi secara adil.
Kemudian masalah mengenai penamaan studi yang lazim kita kenal sebagai
Hubungan Internasional, apakah penamaan International Relations (diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi Hubungan Internasional) itu sudah tepat, ataukah ada nama lain
yang sebenarnya lebih tepat seperti:
o International Politics
o International System
o World Politics
o World System
o World Community
o Global Politics
2 John Micklefaith and Adrian Wooldridge, A Future Project, Random House, 2000.3 International Herald Tribune, 2 November 2001
o Global Society
Pada perkembangan sejarah awalnya, International Relations berasal dari Internasional
Politics, yang dapat diartikan secara sederhana sebagai hubungan antar negara yang bersifat
politis. Hal ini berkaitan dengan situasi ketika itu di mana pasca Perang Dunia I (1919 –
1939), orang mulai jera dengan peperangan dan mulai berpikir bagaimana cara untuk
mencegahnya. Inilah yang mendorong Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson,
berinisiatif membentuk Department of International Affairs di mana salah satu tugasnya
adalah mempelajari politik internasional (the studies of international politics).
Sampai selanjutnya muncul Jurusan Hubungan Internasional yang pertama di
Universitas Aberyswyth, Wales, yang diprakarsai oleh David Davis dengan ketua jurusannya
yang pertama adalah seorang sejarawan bernama Alfred Zimmern.
Selain di Inggris studi ini juga berkembang pesat di daratan Amerika, tetapi di
Amerika cenderung lebih populer menyebutnya sebagai International Relations daripada
International Politics. Hal ini disebabkan karena pada perkembangan selanjutnya hubungan
antar negara tidak lagi hanya terpaku pada bidang politik dan keamanan, tetapi juga mulai
merekah ruah kerjasama di bidang ekonomi, hukum, organisasi, budaya, dan sebagainya.
Selanjutnya akan diuraikan secara singkat beberapa penamaan lain studi Hubungan
International sebagai berikut.
I. International Politics
Istilah ini adalah yang paling pertama dipergunakan untuk menggambarkan proses-
proses dan berbagai interaksi yang dipelajari dalam studi Hubungan Internasional ini.
International politics sebagai suatu disiplin akademis berbeda dengan sejarah kontemporer
dan current events, hukum internasional, dan reformasi politik. International politics
merangkul lebih dari sekedar sejarah kontemporer dan current events. Sang pengamat
dikelilingi oleh pemandangan kontemporer dengan perspektif dan penekanan yang terus
berubah-ubah. Ia tidak dapat menemukan pegangan tanpa prinsip-prinsip dasar yang terkuak
hanya bila korelasi antara current events dengan masa lampau dan sifat kualitas alami
manusia telah dipahami.
International politics tidak bisa direduksi hanya menjadi aturan-aturan legal dan
institusi-institusi. International politics beroperasi di dalam kerangka kerja berupa aturan-
aturan dan melalui instrumentalitas institusi-institusi itu. Tetapi tidak berarti identik.
Kesulitan terbesar dalam menyusun teori dalam international politics adalah
ambiguitas materi yang harus dihadapi pengamat. Sukar untuk membedakan mana kejadian
unik yang hanya sekali terjadi dan mana kejadian serupa yang meruapakan hasil manifestasi
kekuatan-kekuatan sosial. Sehingga sukar pula untuk memformulasikan serangkaian tindakan
antisipatif dalam menghadapi kejadian-kejadian di masa depan. Dan masalah dalam
penerapan kebijakan luar negeri yang antisipatif inilah yang berusaha dikembangkan political
realism.
II. International System
Berdasarkan analisa dari kaum Realis dan Marxis, International System, sangat
penting sedangkan kaum Liberal berpendapat bahwa “international system” itu kurang akurat
dan kurang penting.
Untuk memahami pengertian international system, kita harus mengetahui terlebih
dahulu sistem itu apa? Sistem adalah kesatuan unit-unit, objek-objek, dan bagian-bagian yang
disatukan oleh beberapa bentuk interaksi. Sistem berkaitan erat dengan ilmu-ilmu fisik dan
biologi, karena ilmu-ilmu ini dapat menghubungkan unit-unit seperti unit mikro (sel,
tumbuhan, dan hewan) atau unit makro (ekosistem alam atau iklim global). Batasan-batasan
dapat memisahkan antara sistem yang satu dengan sistem yang lain tetapi perubahan pun
dapat terjadi melewati batasan-batasan ini.
Sebuah sistem pun dapat runtuh atau hancur yang berarti bahwa perubahan yang
terjadi di dalam sistem ini begitu besar sehingga muncul sistem yang baru. Selanjutnya, kita
dapat melihat uraian dari International System menurut beberapa perspektif:
International System menurut kaum Liberal
Kaum ini berpendapat bahwa International System bukanlah topik utama, karena ada
beberapa konsepsi yang dapat ditemukan dalam pemikiran liberal;
Konsepsi Pertama
International System itu bukanlah sebagai sebuah struktur, tetapi sebuah proses di
mana terjadi interaksi yang kompleks antara partai-partai yang berbeda dan
masing-masing aktor belajar dari interaksi yang dilakukan. Aktor-aktor dalam hal
ini tidak hanya negara tetapi juga institusi pemerintahan internasional (seperti
PBB), organisasi non-pemerintah (seperti Pemantau HAM), dan aktor sub-negara
seperti parlemen dan birokrasi.
Konsepsi Kedua
International System berasal dari tradisi Inggris tentang International Society.
Berdasarkan Hedley Bull dan A. Watson, International System adalah anggota dari
sebuah grup dari masyarakat politik yang independen, sedangkan International
Society lebih dari itu. Di dalam International Society terdapat komunikasi antar
berbagai aktor, mereka berkonsentrasi terhadap peraturan-peraturan umum dan
institusi-institusi, serta mengenali kepentingan-kepentingan umum. Kaum liberal
memandang bahwa International System mempunyai implikasi yang normatif
yakni sebuah arena dan proses untuk melangsungkan interaksi yang bersifat
positif.
Konsepsi Ketiga
Pandangan tentang International System dikemukakan oleh Neoliberal
Institusionalists yang berpendapat bahwa International System sebagai sebuah
tindakan yang mana ada sebuah negara yang bersifat individu, yang hanya sibuk
atau larut dengan kepentingan negaranya sendiri. Namun, kaum ini berasumsi
bahwa interaksi yang terjadi antar aktor bersifat positif dan menguntungkan.
International System menurut kaum Realis
Kaum realis menganggap bahwa International System sebagai sebuah situasi yang
anarkis. Tidak ada kekuatan lain di atas negara, negara adalah kekuasaan tertinggi. Kaum
realis membedakan antara tingkatan otonomi negara dalam International System dan juga
membedakan International System ke dalam beberapa dimensi:
Polaritas
Polaritas merupakan fokus kaum realis dalam hal kekuasaan. Ada tiga tipe dari
sistem polaritas;
1) Unipolar
Satu grup atau satu negara yang sangat berpengaruh dalam sistem.
2) Bipolar
Kekuasaan di dalam dunia internasional terbagi ke dalam dua grup atau dua
negara yaitu Negara Adikuasa (USA, Uni Soviet).
3) Multipolar
Terbagi-baginya kekuasaan di dalam dunia internasional kepada banyak
negara.
Namun Kenneth Waltz berpendapat bahwa bipolar adalah bentuk struktur stabil
yang bertahan lama di dalam International System.
Stratifikasi
International System dibagi ke dalam beberapa tingkatan berdasarkan sumber daya
penting atau vital yang dimiliki oleh negara seperti minyak bumi, kekuatan militer,
atau kekuatan ekonomi. Stratifikasi adalah kunci untuk memahami pendapat kaum
Marxis yang radikal dalam International System.
Stratifikasi dari pengaruh dan sumber daya yang dimiliki negara mempunyai
implikasi terhadap kemampuan dari meregulasikan sistem itu sendiri dan juga
untuk stabilitas sistem.
Homogenitas dan heterogenitas
Kaum realis tradisional mengasumsikan bahwa sebuah International System yang
heterogen di mana di dalamnya terjadi perbedaan-perbedaan dalam struktur politik
dan ideologi dapat merusak konsensus yang telah melingkupi tatanan yang telah
ada selama ini.
Sedangkan di dalam International System yang homogen, pembagian atau berbagi
ideologi yang ada itu dianggap sebagai hal yang tidak penting.
International System menurut kaum Marxis
Kaum Marxis menggambarkan dan menjelaskan tentang struktur dari International
System itu sendiri apa. Kaum ini juga lebih menitikberatkan kepada stratifikasi yang terjadi
dalam International System. Kaum Marxis percaya bahwa hal yang buruk akan dirasakan di
dalam sistem di mana terjadi stratifikasi yang ekstrim.
World system berdasarkan kaum Marxis dijelaskan oleh Immanuel Wallerstein bahwa
struktur dari sebuah sistem adalah kapitalisme yang mana melebihi atau melampaui batas
geografi, politik, atau ruang lingkup ekonomi. Pada abad ke-16, kapitalisme telah
mendefinisikan karakteristik dari International System yaitu: ketajaman, hambatan, dan
pembentuk kepribadian.
III. World Politics
Pada dasarnya, yang dimaksud dengan World Politics di sini sama dengan
International Poitics, diwarnai oleh tiga pandangan yang dominan (Liberalis, Realis, Marxis)
dalam melihat masalah-masalah politk utama. Hanya saja yang berbeda adalah bahwa kajian
ini berupaya memperluas perspektifnya tidak hanya mengutamakan aktor negara.
World Politics dipilih untuk lebih memberikan kesan inklusif, yang dimaksudkan
untuk menggambarkan ketertarikan kepada pola-pola politik dunia, dan tidak hanya antar
negara saja. Oleh karena itu ia juga membahas hubungan-hubungan antara organisasi-
organisasi yang bisa jadi negara atau pun bukan (seperti perusahaan multinasional, kelompok
teroris, atau organisasi non-pemerintah).
Para proponis world politics ini juga menekankan bahwa mereka melihat politik di sini
dalam arti yang sangat luas (high and low politics).
IV. World System
Asal-usul dari world system theory dapat dikaji ulang dari percobaan secara sistematis
untuk mengerahkan ide dari Marx pada lingkungan internasional, dalam rangka untuk
memberikan semacam kritikan terhadap advanced imperialism dari para pemikir seperti
Hobson, Luxemburg, Bukharin, Hilferding, dan Lenin pada awal abad ke-20.
Dapat dikutip dari summary yang singkat dari teori Lenin bahwa imperialisme
seharusnya memberikan semacam tanda tentang dua poin penting dalam world system dalam
rangka pendekatan terhadap pemahaman tentang dunia politik. Pertama, bahwa semua politik,
baik internasional maupun domestik berada pada kerangka kerja dari world economy
kapitalis. Kedua, bahwa dalam suatu negara tidak hanya diperlukan adanya aktor-aktor dalam
dunia politik, tapi lebih dari itu, kelas-kelas sosial juga penting.
Immanuel Wallerstein dalam opininya menyatakan bahwa bentuk yang dominan dari
organisasi adalah apa yang disebut dengan ‘world system’.
Wallerstein beropini bahwa world system tersaji dalam dua tipe, yaitu world empires
dan world economies. Perbedaan dari keduanya terletak pada bagaimana ketentuan tentang
sumber distribusi, yang secara kasar dinyatakan dengan ‘who gets what’, dibuat.
Modern world system termasuk dalam world economy. Wallerstein mengatakan
bahwa system ini muncul di Eropa di sekitar abad ke-16. Ia juga mengatakan bahwa arus dari
world sysem sedang mengalami sebuah krisis (dalam Wallerstein 1996), yang akan
membuntukan jalannya sistem tersebut dan kemungkinan untuk penggantian dengan sistem
lain.
Menariknya, Wallerstein berargumen bahwa justru dalam periode krisis itulah para
aktor dari world system mendapat kebebasan dalam bertindak.
V. World Community
Pada abad ke-20 banyak terjadi kekacauan yang mengerikan tetapi juga produktif.
Dunia ini merupakan tempat bersaingnya negara-negara yang memiliki kekuatan dan bekerja
sama melalui organisasi-organisasi internasional. World Community, jika didefinisikan
sebagai pembagian nilai-nilai politis, institusi-institusi politik, yang berfungsi dengan baik,
dan kegunaan dari fasilitas/barang umum, merupakan tujuan yang masih jauh.
Menciptakan dunia yang harmonis adalah merupakan suatu keharusan bukan hanya
menjadi sebuah mimpi. Kemajuan teknologi, yang telah memacu komunikasi antar manusia
dan antar negara, tidak secara otomatis dapat menciptakan kerjasama atau menciptakan
perdamaian.
Proses globalisasi ekonomi dan integrasi tidak bisa menciptakan masyarakat dunia
yang aktif dengan sendirinya. Kapitalisme global bisa menjadi, dalam kondisi tertentu,
elemen konstitutif dalam world community yang harmonis. Sebaliknya masalah yang dihadapi
manusia semakin bertambah. Kemajuan dalam bidang ekonomi, sains dan militer bisa
menimbulkan kekacauan dalam skala yang besar.
Konstruksi dari world community yang aktif memerlukan kebudayaan politik yang
ditujukan pada kepentingan masyarakat global. Kebudayaan politik yang aktif harus bersifat
demokratis, dalam arti untuk mempromosikan dihormatinya hak-hak, tanggung jawab dan
kebebasan-kebebasan fundamental yang tercantum dalam Universal Declaration of Human
Rights.
Di bawah ini adalah ide-ide yang muncul dalam Seminar di Copenhagen tahun 1996
dan 1997 tentang kebudayaan politik dan institusi-institusi world community. Ide-ide tersebut
antara lain:
a. Kemajuan sosial untuk individual dan masyarakat memiliki segi material, kultural, dan
spiritual.
Dari segi material, ekonomi merupakan kebutuhan yang absolut untuk individu, keluarga
dan komunitas. Pendidikan merupakan hak asasi yang mendasar, dan kultur, sebagai suatu
cara berpikir dan berperilaku, menentukan orientasi dari masyarakat. Sejumlah masalah
muncul karena adanya ketidakjelasan antara yang benar dan yang salah.
b. Kriteria untuk memperkirakan nilai ekonomi dan masyarakat divariasikan dan diperkaya.
Kriteria untuk menentukan kualitas dari suatu masyarakat, walaupun sulit untuk diukur,
tetapi mudah untuk dipahami, baik secara intelektual maupun secara politis. Kriteria untuk
memperkirakan kualitas kemasyarakatan adalah:
1. Partisipasi ekonomi, didefinisikan sebagai adanya tawaran untuk bekerja dan inisiatif
untuk sekelompok orang yang maksimal,
2. Keadilan ekonomi, perlu adanya pemberian hadiah yang adil dan menghindari
diskriminasi, eksploitasi dan ketidakseimbangan,
3. Moral ekonomi, dilihat sebagai tingkah laku dari transaksi ekonomi dengan kepatuhan
dasar dan aturan-aturan etika, termasuk menghormati pemakai/pelanggan dan
lingkungan,
4. ‘Economic Moderation’, yaitu promosi dari budaya kesederhanaan dan menjaga
transaksi keuangan dalam lingkungan ekonomi.
c. Meningkatnya kapitalisme global, dan menyebarluasnya penerimaan semboyannya,
merupakan perkembangan yang besar dalam kuarter terakhir di abad ke-20.
Globalisasi atau mengecilnya jarak antar negara, adalah hasil perubahan dramatis yang
disebabkan oleh perkembangan teknologi dan sains, dan aplikasinya yang menyebar.
Kapitalisme global, yang difasilitasi oleh inovasi teknologi, tetap pada dasarnya
merupakan proyek politik dengan konsekuensi yang besar bagi keadaan manusia.
Kapitalisme global telah diimplementasikan oleh publik ekonomi dan kekuasaan pribadi
yang bekerja dengan organisasi-organisasi internasional yang bertanggung jawab atas
moneter, keuangan dan kebijaksanaan perdagangan. Tujuannya adalah menciptakan
ekonomi dunia yang bersatu.
d. Institusi politik dan semangat kenegaraan diperlukan untuk masyarakat yang terorganisasi
dan harmonisasi.
Ekonomi pasar efektif dan baik hanya jika diatur oleh hukum dan peraturan yang efektif.
Perluasannya, khususnya di Eropa setelah Perang Dunia II, kemudian di seluruh dunia,
adalah tanggung jawab suatu negara untuk kesejahteraan dan keamanan ekonomi baik
untuk individu, maupun keluarga, menunjukkan kemajuan. Kewenangan publik yang
efektif diperlukan untuk menjaga segi positif dari proses globalisasi dan untuk mengontrol
aspek-aspek negatif. Positif karena menyebarkan kewaspadaan bahwa manusia memiliki
hak asasi yang harus diperjuangkan dan dilindungi. Aspek negatif termasuk menyebarnya
berbagai penyakit, meningkatnya berbagai macam kejahatan internasional dan eksperimen
ilmiah yang tidak terkontrol.
e. Ekonomi Pasar adalah keadaan untuk komunitas yang sehat, sedangkan masyarakat pasar
merupakan pertanda dari sebuah kemunduran.
Ekonomi pasar dapat berubah menjadi masyarakat pasar jika perilaku dan nilai-nilai yang
membentuk transaksi ekonomi menyerang lingkungan kehidupan lain dan masyarakat
yang seharusnya diatur oleh perilaku yang berbeda.
VI. Global Politics
Berbicara mengenai global politics berarti mengakui tentang adanya aktivitas politik
dan proses politik, mencakup tentang kekuasaan dan otoritas, yang tidak lagi didefinisikan
oleh cakupan rasional yang legal dan menyangkut masalah teritorial.
Pada abad ke-21, telah terjadi sebuah perbentangan dari proses politik seperti
keputusan dan tindakan yang diambil oleh salah satu negara di dunia dapat menjadi sebuah
ratifikasi yang mendunia. Tidak hanya itu, proses politik pun mengalami pendalaman seperti
perkembangan yang terjadi di tingkat lokal bisa menjadi sebuah ratifikasi di tingkat dunia,
begitu juga sebaliknya. Lebih lanjut, perbentangan dan pendalaman itu menghasilkan
perluasan dalam proses politik yang mengacu kepada pertumbuhan yang terus membaik yang
mana permukaan dari agenda politk dikombinasikan dengan jangkauan yang berbeda-beda
dari agen-agen atau grup-grup yang terlibat dalam proses untuk menghasilkan keputusan
politik dari semua tingkatan, mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat global.
Menurut kaum realis, politik dalam global politics dapat dilihat intisarinya sebagai
sebuah perjuangan antar negara untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan
nasionalnya dalam sistem global. Hal ini memerlukan keterlibatan dari diplomasi bilateral dan
multilateral, proses negosiasi dan persetujuan, dan juga kekuatan militer. Kaum realis
mengasumsikan bahwa fakta yang terakhir inilah membedakan global politics dari semua
bentuk politik yang ada.
Definisi global politics menurut kaum ini adalah politik yang menitikberatkan atau
memusatkan perhatian atas konflik dan kerja sama antara negara-negara yang berdaulat di
mana di dalamnya terdapat variabel yang sangat krusial yaitu kekuatan nasional.
Menurut pendapat dari kaum liberal-pluralis, global politics adalah pembentukan
dalam tahap-tahap tekanan yang dilakukan kelompok dan pembuatan keputusan yang
otoritatif dalam pluralistik global system. Dunia politik mengandung sebuah “tambalan yang
kompleks” di dalam bidang kebijakan atau masalah-masalah daerah kekuasaan. Yang
dimaksud dengan tambalan di sini adalah adanya tumpang tindih, yaitu di satu pihak ada yang
berusaha dengan giat untuk mewujudkan perdamaian dunia, di pihak lain sedang membahas
masalah perang. Masalah-masalah yang terkandung di dalamnya adalah hubungan
perdagangan, hubungan moneter, hubungan antara Utara-Selatan, hak asasi manusia. Di
dalam negara, banyak kelompok seperti; (negara, bagian birokrasi negara, transnational
corporations, transnational organizations, organisasi internasional, individu, dan lain-lain)
yang berpengaruh dalam menentukan arah kebijakan internasional.
Kaum Neo-Marxis berpendapat bahwa global politics adalah seberapa jauh
penggunaan modal dalam tingkat dunia dan cara apa yang digunakan agar modal itu dapat
dijadikan peraturan di tingkat dunia.
Kaum ini memusatkan perhatiannya kepada konflik dan kontradiksi yang terjadi
dalam tatanan ekonomi global, di mana modal sangat berperan dan menjadi dasar yang diatur
oleh transnasional corporations. Global politics juga tercakup sebagai sebuah hasil atau
produk dari kekuatan ekonomi global yang membangkitkan konflik dan kontradiksi antara
modal nasional dan transnasional, antara nasional dan kemunculan kekuatan kelas
transnasional, antara negara dan kemunculan kekuatan supranasional.
Kaum ini juga menganggap global politics sebagai sebuah hambatan dalam kebutuhan
akan modal transnasional dengan konsekuensi bahwa proses politik yang dominan di tingkat
global dilihat sebagai intisari sebuah ekspresi dari konflik antar kelas dalam skala dunia.
VII. Global Society
Kemunculan global society, bagaimanapun tidak terlepas dari kontradiksi serta
pertentangan. Dapat diidentifikasi bahwa sebuah global society adalah perkembangan dari
krisis global. Dalam pengalaman kita tentang gangguan yang terjadi dalam hal yang bersifat
fundamen dan kebutuhan akan respon yang tajam dan kritis, yang mana hal itu membantu
untuk mewujudkan adanya global society.
Krisis yang terjadi secara global tidak hanya disebabkan oleh tersebarnya bahaya-
bahaya yang disebabkan oleh keberadaan manusia, seperti; kemiskinan dan pengangguran,
polusi dan kekeringan (musim kemarau), merampok dan pemusnahan suatu negara.
Melalui sebuah pemahaman tentang krisis, kita dapat memulai untuk memahami atau
mengerti tentang pengambilan bentuk-bentuk global society dan proses pentransformasian hal
itu kepada periode historis di masa kini. Society adalah sebuah totalitas atau kesatuan dari
hubungan-hubungan sosial. Karena hubungan sosial dengan segala jenisnya meningkat secara
global, dan semua bentuk dari hubungan sosial di dunia manapun telah dilingkupi oleh
jaringan yang global, maka dengan sendirinya masyarakat pun penting untuk menjadi global.
National society berkaitan dengan nation-states. Dalam era modern, national societies
bergantung kepada nation states dalam sebuah sistem dari hubungan-hubungan yang terjadi
antar negara. Dan national society telah dilingkupi oleh segmentasi (pemisahan) dari
meningkatnya hubungan sosial yang bersifat global.
Untuk menggambarkan hubungan sosial yang bersifat global dalam tahapan dari
sebuah masyarakat yang berkembang, serta isu-isu yang bersifat mengkritik tentang
pengertian dari sebuah konsep. Dari beberapa teori, masyarakat itu dikarakterisasikan oleh
adanya normatif konsensus, yang direfleksikan dalam institusi yang dapat diterima secara
umum. Dan juga para ahli berpendapat bahwa perluasan yang terjadi antara anggota
masyarakat dapat diintegrasikan secara faktual dalam hubungan sosial.
Anthony Giddens, berpendapat bahwa globalisasi yang mana penyusunan
konseptualisasi secara sistematis sebagai sesuatu hal yang kompleks. Gidden juga
berpendapat bahwa globalisasi dari sistem yang abstrak dapat menghasilkan kesempatan
untuk individu baik di saat krisis, di mana mereka secara konstan menata kembali (membuat
kembali) kehidupan dan identitas mereka.
Berdasarkan pendapat Gidden dapat ditarik kesimpulan yang jelas bahwa kesatuan
dari sistem-sistem (plural) tidak selalu mempengaruhi integrasi sosial yang lebih besar dalam
skala global. Masyarakat global dengan jelas pertumbuhan integrasi dari sistem di atas semua
level dari hubungan sosial ekonomi, tetapi juga perkembangan dari institusi budaya dan
politik.
Dan juga kemunculan dari global society dibagi ke dalam beberapa golongan;
o Pendapatan, kekayaan, dan kelas
o Pengetahuan dan kekuasaan
o Perbedaan jenis kelamin, gaya hidup, dan budaya
o Bangsa, ras, dan etnisitas
Hambatan dari integrasi sosial begitu banyak sehingga deskripsi yang komprehensif
dan analisis sulit sekali untuk ditemukan. Dan juga, konsep sentral yang memudahkan kita
dalam mencari cara untuk mengkonseptualisasikan global society sebagai sebuah kesatuan
dari hubungan-hubungan yang terjadi di berbagai komponen.
Dalam hal ini, bagaimanapun, global society belum didefinisikan. Untuk membuat
global society menjadi lebih kuat dibutuhkan kesatuan dari hubungan-hubungan sosial yang
lengkap antar manusia dalam skala dunia. Sementara itu, global society dalam hal ini
mencakup seluruh hubungan sosial. Namun, bagaimanapun tidak semua hubungan sosial
dapat didefinisikan ke dalam tingkat global. Untuk mencapai tahapan global society dapat
dilihat dari: keberadaan yang lebih luas, kemungkinan yang lebih besar, konteks dari
hubungan sosial.
Perbedaan yang jelas-jelas terlihat antara national society dan global society adalah
kurangnya sentralisasi negara. National society adalah bentuk dasar dari global society.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas kelompok kami memiliki tiga pendapat mengenai
pendefinisian dan penamaan (nomenklatur) dari studi Hubungan Internasional.
Yang pertama adalah pendapat untuk mempertahankan penamaan International
Relations dengan alasan bahwa frase ini sudah sangat dikenal untuk mewakili studi Hubungan
Internasional, sehingga meski banyak nama yang lain tetap saja istilah ini tidak tergantikan.
Kedua, pendapat bahwa sebenarnya penamaan yang ada sekarang ini tidak tepat atau
sudah tidak memadai lagi dengan perkembangan studinya. Dan penamaan yang lebih cocok
saat ini adalah World Relations. Alasannya karena bahwa frase ini lebih inklusif dari istilah
yang lain. Bila kata pertama dalam frase penamaan tersebut diawali dengan international
maka hanya meliputi aktor negara saja, tanpa melihat peranan penting aktor-aktor non negara
(non state actors). Sebaliknya, kata world di awal frase meliputi semua aktor yang berperan
dalam studi ini. Begitu pula dengan kata kedua bila yang digunakan kata politics, maka
cenderung mengedepankan aspek politik dan kurang memperhatikan aspek lain. Tapi bila
dipergunakan kata relations sebagai kata kedua maka aspek kajiannya pun menjadi lebih luas
tanpa harus memaksakan dengan merusak pakem yang sudah ada.
Terakhir yang ketiga, pendapat yang menilai bahwa istilah World Relations pun
sebenarnya belum benar-benar sesuai, meski sudah mendekati. Ada yang lebih sesuai yaitu,
Global Relations. Titik perbedaannya terletak pada pemilihan kata world dan global. Menurut
pendapat ini kata global memiliki cakupan yang sama luasnya dengan kata world dengan
tambahan keunggulan bahwa kata global menunjukkan suatu proses atau interaksi
berkelanjutan yang sangat dinamis di antara unit-unit atau dalam hal ini aktor-aktor yang ada
di dalamnya sehingga selain sesuai dengan perkembangan saat ini, juga dapat menjangkau
jauh ke depan.
Berangkat dari tiga pendapat di atas kami berkesimpulan bahwa pada akhirnya
masalah penamaan ini sampai sekarang masih sangat debatable. Hal ini terbukti dalam
kelompok beranggotakan lima orang pun masih sulit menghasilkan satu kesepakatan untuk
menggunakan satu nama.
Daftar Pustaka
Farley, John; The Catholic Encyclopedia, Vol III: Archbishop of Newyork 2003
Budiarjo, Miriam; Dasar-dasar Ilmu Politik; Jakarta: PT. GRAMEDIA PUSTAKA
UTAMA; 2001
Machiavelli, Niccolo; Il Prince (translated); Jakarta: PT. GRAMEDIA PUSTAKA
UTAMA: 2002
Bodin, Jean, The Six Books of The Commonwealth (Translated); by. M. J. Todley
(Princeton, 1975)
Badrika, I Wayan; Sejarah Nasional Indonesia dan Umum, Jakarta: Erlangga: 2000
Bealey, Frank; Richard A. Chapman dan Michael Seehar; Elements in Political
Science; Edinburg University; 1999 press
Heywood, Andrew, Politics Second Edition_New York; Palgrave: 2002
www.Heresia.com
www.constitiution.com
www.unisosderm.Org/ekopol
www.Kompas.com
www.Pikiran–rakyat.com