jean bodin, pemikiran dan implementasi dalam pemikiran politik modern

27
Resume Perkuliahan Kelompok Mata Kuliah Pengantar Hubungan Internasional Dosen Mata Kuliah : Arry Bainus, Drs., M. A. Wawan Budi Darmawan, S.IP. Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern Oleh : Anki Yuldi Agustrin G1B050126 Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Upload: ivan-jon-gunawan

Post on 23-Jun-2015

757 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Resume Perkuliahan Kelompok

Mata Kuliah Pengantar Hubungan InternasionalDosen Mata Kuliah : Arry Bainus, Drs., M. A.

Wawan Budi Darmawan, S.IP.

Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Oleh :

Anki Yuldi Agustrin

G1B050126

Jurusan Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Padjadjaran

2006

Page 2: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Pendefinisian Hubungan Internasional

Pendefinisian dan penamaan studi Hubungan Internasional masih sangat debatable.

Sampai saat ini, para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai pendefinisian

dan penamaan studi ini. Sebagai contoh ketika Chris Brown membedakan Hubungan

Internasional menjadi dua, yaitu International Relations (dengan huruf kapital) sebagai ilmu

dan international relations sebagai fenomena, muncul reaksi penolakan dari kaum critical

theorist yang berpendapat bahwa antara suatu ilmu dan prakteknya itu tidak dapat dipisahkan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa Ilmu Hubungan Internasional (hubungan

internasional sebagai suatu studi) mempelajari interaksi di tingkat global yang mempunyai

dampak yang luas. Ilmu Hubungan Internasional mempelajari hubungan politik di tingkat

internasional, yaitu hubungan politik antara bangsa-bangsa di dunia, terutama yang

menyangkut masalah pemerintahan bangsa-bangsa tersebut. Objek dari Ilmu Hubungan

Internasional sangat luas sekali, sehingga terdapat bermacam-macam pengertian. Disamping

faktor objek kajian Ilmu Hubungan Internasional yang sangat luas tersebut, munculnya

bermacam-macam pengertian dari Ilmu Hubungan Internasional juga disebabkan oleh zaman

yang terus berkembang. Definisi Ilmu Hubungan Internasional turut berkembang mengikuti

perkembangan zaman.

Ada yang mengatakan bahwa hubungan internasional hanya menyangkut masalah-

masalah yang meliputi diplomatik dan strategi politik dari suatu negara saja. Namun, ada pula

yang mengatakan bahwa hubungan internasional meliputi segala transaksi yang melewati

tapal batas antar negara, dimana aktor yang berperan bukan hanya negara.

Kata “hubungan internasional” dilihat dari asal katanya international relation, hanya

mempelajari masalah bangsa (nation) saja. Namun, pada praktiknya hubungan internasional

juga mempelajari negara (state) dan masalah-masalah non state. Kemudian pada mulanya

aktor yang dibicarakan dalam hubungan internasional hanya negara, namun hubungan antara

negara-negara itu sendiri belum dapat dipahami sepenuhnya tanpa memahami cara kerja

pemerintahan dari negara yang bersangkutan berikut populasi yang tinggal di dalam negara

tersebut. Dan demikian pula, interaksi yang dikaji dalam hubungan internasional belum dapat

dipahami sepenuhnya hanya dengan mempelajari interaksi antar negara-negara saja, tetapi

organisasi-organisasi non pemerintahan juga turut terlibat. Organisasi-organisasi non

pemerintahan turut memainkan peranan yang penting dalam sistem kerja internasional seperti

halnya organisasi pemerintahan.

Page 3: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Hubungan internasional merupakan interdisipliner yang memasukan berbagai macam

disiplin ilmu dalam kajiannya.

Pada tahun 1919 di Inggris , Hubungan Internasional diistilahkan sebagai

International Politics, yang kajiannya lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat

normative, seperti konsep perdamaian (peace), yang juga dapat diistilahkan dengan frase

“against war”. International Politics sendiri memfokuskan bahasannya pada kajian strategy

and security serta diplomacy. Apabila dikembalikan pada masalah penamaan, maka

International Politics memiliki kesalahan yang minimal, karena kata politics meliputi

pemerintah (government) dan negara (state), tidak seperti International Relations, dimana

kata nation berarti bangsa. Pada perkembangannya, istilah International Politics mengalami

penyempurnaan menjadi Interstate Relations, Transnational Relations, World Politics, dan

akhirnya memunculkan istilah Global Politics yang merujuk pada globalisasi (globalization).

Globalisasi sendiri merupakan suatu proses penghilangan batasan antarnegara atau secara

lebih spesifik dapat dinyatakan sebagai suatu proses hubungan sosial secara relative yang

menemukan tidak adanya batasan jarak dan menghilangnya batasan-batasan secara

nyata.1Sementara itu, terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam pengistilahan

Interstate Relations dan Transnational Relations. Pada term Interstate Relations, hanya

terbentuk hubungan dua arah antarpemerintah negara yang berkepentingan yang sering

diistilahkan dengan billiard ball atau bola biliar. Sedangkan pada term Transnational

Relations, hubungan yang terjadi lebih rumit, dimana semua unsur dari negara yang

berkepentingan, seperti pemerintah, masyarakat, bahkan individu dapat saling berhubungan

satu sama lain. Hubungan seperti ini sering diistilahkan dengan jaring laba-laba (Cobweb).

International relations

IR ir

(merupakan studi dari ir) (merupakan fenomena sosial)

International Relation hubungan internasional sebagai suatu studi.

international relation hubungan internasional sebagai suatu fenomena sosial

1 T. May Rudy, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global : Isu, Konsep, Teori, dan Paradigma, Refika Aditama, Bandung, 2003.

Page 4: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Menyinggung tentang fenomena globalisasi, banyak pihak menyatakan hal ini sebagai

sesuatu yang tak terelakkan dalam zaman modern ini. Beberapa pendukung globalisasi seperti

John Micklethwait dan Adrian Wooldridge berpendapat bahwa globalisasi tidak saja perlu

dipahami, namun harus dipertahankan sekuat tenaga.2 Namun ternyata di balik “kesuksesan”

globalisasi merambah dunia, hal ini menimbulkan fenomena lain yang lebih rumit, di mana

globalisasi ternyata tidak memajukan dan memberi kemakmuran bagi negara kecil. Hal ini

dikarenakan tumbuhnya ketergantungan yang lebih besar kepada negara-negara maju, baik itu

dari segi politik maupun ekonomi. Negara-negara kecil bergantung kepada negara maju dan

organisasi financial seperti IMF untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan perdagangan serta

diplomatic global. Selain itu, kapitalisme global sebagai unsur utama globalisasi memberi

keuntungan besar-besaran kepada perusahaan multinasional dengan mengorbankan

masyarakat negara berkembang.

Globalisasi juga menempatkan lembaga keuangan dunia sebagai rentenir dan memeras

negara-negara kecil yang tidak memiliki modal sehingga menciptakan sebuah penjajahan

terselubung yang menimbulkan jurang yang lebih nyata antara negara miskin dan kaya. Efek

negative dari globalisasi ini juga menimbulkan berbagai reaksi, umumnya berupa perlawanan

terhadap kapitalisme global. Akir-akhir ini, kelmpok anti-globalisasi menengarai kemiskinan

Dunia Ketiga sebagai penyebab timbulnya terorisme, dan karenanya tidak sepatutnya

ditanggapi secara militer.3 Agus Sriyono dalam artikelnya Arus Balik Globalisasi menyatakan

bahwa untuk meredakan ketegangan antara pro dan kontra globalisasi perlu kanalisasi arus

balik globalisasi. Negara maju dan negara berkembang harus secara bersama membatasi

dampak globalisasi dengan mengatur sistem perdagangan dan investasi secara adil.

Kemudian masalah mengenai penamaan studi yang lazim kita kenal sebagai

Hubungan Internasional, apakah penamaan International Relations (diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia menjadi Hubungan Internasional) itu sudah tepat, ataukah ada nama lain

yang sebenarnya lebih tepat seperti:

o International Politics

o International System

o World Politics

o World System

o World Community

o Global Politics

2 John Micklefaith and Adrian Wooldridge, A Future Project, Random House, 2000.3 International Herald Tribune, 2 November 2001

Page 5: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

o Global Society

Pada perkembangan sejarah awalnya, International Relations berasal dari Internasional

Politics, yang dapat diartikan secara sederhana sebagai hubungan antar negara yang bersifat

politis. Hal ini berkaitan dengan situasi ketika itu di mana pasca Perang Dunia I (1919 –

1939), orang mulai jera dengan peperangan dan mulai berpikir bagaimana cara untuk

mencegahnya. Inilah yang mendorong Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson,

berinisiatif membentuk Department of International Affairs di mana salah satu tugasnya

adalah mempelajari politik internasional (the studies of international politics).

Sampai selanjutnya muncul Jurusan Hubungan Internasional yang pertama di

Universitas Aberyswyth, Wales, yang diprakarsai oleh David Davis dengan ketua jurusannya

yang pertama adalah seorang sejarawan bernama Alfred Zimmern.

Selain di Inggris studi ini juga berkembang pesat di daratan Amerika, tetapi di

Amerika cenderung lebih populer menyebutnya sebagai International Relations daripada

International Politics. Hal ini disebabkan karena pada perkembangan selanjutnya hubungan

antar negara tidak lagi hanya terpaku pada bidang politik dan keamanan, tetapi juga mulai

merekah ruah kerjasama di bidang ekonomi, hukum, organisasi, budaya, dan sebagainya.

Selanjutnya akan diuraikan secara singkat beberapa penamaan lain studi Hubungan

International sebagai berikut.

I. International Politics

Istilah ini adalah yang paling pertama dipergunakan untuk menggambarkan proses-

proses dan berbagai interaksi yang dipelajari dalam studi Hubungan Internasional ini.

International politics sebagai suatu disiplin akademis berbeda dengan sejarah kontemporer

dan current events, hukum internasional, dan reformasi politik. International politics

merangkul lebih dari sekedar sejarah kontemporer dan current events. Sang pengamat

dikelilingi oleh pemandangan kontemporer dengan perspektif dan penekanan yang terus

berubah-ubah. Ia tidak dapat menemukan pegangan tanpa prinsip-prinsip dasar yang terkuak

hanya bila korelasi antara current events dengan masa lampau dan sifat kualitas alami

manusia telah dipahami.

International politics tidak bisa direduksi hanya menjadi aturan-aturan legal dan

institusi-institusi. International politics beroperasi di dalam kerangka kerja berupa aturan-

aturan dan melalui instrumentalitas institusi-institusi itu. Tetapi tidak berarti identik.

Kesulitan terbesar dalam menyusun teori dalam international politics adalah

ambiguitas materi yang harus dihadapi pengamat. Sukar untuk membedakan mana kejadian

unik yang hanya sekali terjadi dan mana kejadian serupa yang meruapakan hasil manifestasi

Page 6: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

kekuatan-kekuatan sosial. Sehingga sukar pula untuk memformulasikan serangkaian tindakan

antisipatif dalam menghadapi kejadian-kejadian di masa depan. Dan masalah dalam

penerapan kebijakan luar negeri yang antisipatif inilah yang berusaha dikembangkan political

realism.

II. International System

Berdasarkan analisa dari kaum Realis dan Marxis, International System, sangat

penting sedangkan kaum Liberal berpendapat bahwa “international system” itu kurang akurat

dan kurang penting.

Untuk memahami pengertian international system, kita harus mengetahui terlebih

dahulu sistem itu apa? Sistem adalah kesatuan unit-unit, objek-objek, dan bagian-bagian yang

disatukan oleh beberapa bentuk interaksi. Sistem berkaitan erat dengan ilmu-ilmu fisik dan

biologi, karena ilmu-ilmu ini dapat menghubungkan unit-unit seperti unit mikro (sel,

tumbuhan, dan hewan) atau unit makro (ekosistem alam atau iklim global). Batasan-batasan

dapat memisahkan antara sistem yang satu dengan sistem yang lain tetapi perubahan pun

dapat terjadi melewati batasan-batasan ini.

Sebuah sistem pun dapat runtuh atau hancur yang berarti bahwa perubahan yang

terjadi di dalam sistem ini begitu besar sehingga muncul sistem yang baru. Selanjutnya, kita

dapat melihat uraian dari International System menurut beberapa perspektif:

International System menurut kaum Liberal

Kaum ini berpendapat bahwa International System bukanlah topik utama, karena ada

beberapa konsepsi yang dapat ditemukan dalam pemikiran liberal;

Konsepsi Pertama

International System itu bukanlah sebagai sebuah struktur, tetapi sebuah proses di

mana terjadi interaksi yang kompleks antara partai-partai yang berbeda dan

masing-masing aktor belajar dari interaksi yang dilakukan. Aktor-aktor dalam hal

ini tidak hanya negara tetapi juga institusi pemerintahan internasional (seperti

PBB), organisasi non-pemerintah (seperti Pemantau HAM), dan aktor sub-negara

seperti parlemen dan birokrasi.

Konsepsi Kedua

International System berasal dari tradisi Inggris tentang International Society.

Berdasarkan Hedley Bull dan A. Watson, International System adalah anggota dari

sebuah grup dari masyarakat politik yang independen, sedangkan International

Society lebih dari itu. Di dalam International Society terdapat komunikasi antar

Page 7: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

berbagai aktor, mereka berkonsentrasi terhadap peraturan-peraturan umum dan

institusi-institusi, serta mengenali kepentingan-kepentingan umum. Kaum liberal

memandang bahwa International System mempunyai implikasi yang normatif

yakni sebuah arena dan proses untuk melangsungkan interaksi yang bersifat

positif.

Konsepsi Ketiga

Pandangan tentang International System dikemukakan oleh Neoliberal

Institusionalists yang berpendapat bahwa International System sebagai sebuah

tindakan yang mana ada sebuah negara yang bersifat individu, yang hanya sibuk

atau larut dengan kepentingan negaranya sendiri. Namun, kaum ini berasumsi

bahwa interaksi yang terjadi antar aktor bersifat positif dan menguntungkan.

International System menurut kaum Realis

Kaum realis menganggap bahwa International System sebagai sebuah situasi yang

anarkis. Tidak ada kekuatan lain di atas negara, negara adalah kekuasaan tertinggi. Kaum

realis membedakan antara tingkatan otonomi negara dalam International System dan juga

membedakan International System ke dalam beberapa dimensi:

Polaritas

Polaritas merupakan fokus kaum realis dalam hal kekuasaan. Ada tiga tipe dari

sistem polaritas;

1) Unipolar

Satu grup atau satu negara yang sangat berpengaruh dalam sistem.

2) Bipolar

Kekuasaan di dalam dunia internasional terbagi ke dalam dua grup atau dua

negara yaitu Negara Adikuasa (USA, Uni Soviet).

3) Multipolar

Terbagi-baginya kekuasaan di dalam dunia internasional kepada banyak

negara.

Namun Kenneth Waltz berpendapat bahwa bipolar adalah bentuk struktur stabil

yang bertahan lama di dalam International System.

Stratifikasi

International System dibagi ke dalam beberapa tingkatan berdasarkan sumber daya

penting atau vital yang dimiliki oleh negara seperti minyak bumi, kekuatan militer,

atau kekuatan ekonomi. Stratifikasi adalah kunci untuk memahami pendapat kaum

Marxis yang radikal dalam International System.

Page 8: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Stratifikasi dari pengaruh dan sumber daya yang dimiliki negara mempunyai

implikasi terhadap kemampuan dari meregulasikan sistem itu sendiri dan juga

untuk stabilitas sistem.

Homogenitas dan heterogenitas

Kaum realis tradisional mengasumsikan bahwa sebuah International System yang

heterogen di mana di dalamnya terjadi perbedaan-perbedaan dalam struktur politik

dan ideologi dapat merusak konsensus yang telah melingkupi tatanan yang telah

ada selama ini.

Sedangkan di dalam International System yang homogen, pembagian atau berbagi

ideologi yang ada itu dianggap sebagai hal yang tidak penting.

International System menurut kaum Marxis

Kaum Marxis menggambarkan dan menjelaskan tentang struktur dari International

System itu sendiri apa. Kaum ini juga lebih menitikberatkan kepada stratifikasi yang terjadi

dalam International System. Kaum Marxis percaya bahwa hal yang buruk akan dirasakan di

dalam sistem di mana terjadi stratifikasi yang ekstrim.

World system berdasarkan kaum Marxis dijelaskan oleh Immanuel Wallerstein bahwa

struktur dari sebuah sistem adalah kapitalisme yang mana melebihi atau melampaui batas

geografi, politik, atau ruang lingkup ekonomi. Pada abad ke-16, kapitalisme telah

mendefinisikan karakteristik dari International System yaitu: ketajaman, hambatan, dan

pembentuk kepribadian.

III. World Politics

Pada dasarnya, yang dimaksud dengan World Politics di sini sama dengan

International Poitics, diwarnai oleh tiga pandangan yang dominan (Liberalis, Realis, Marxis)

dalam melihat masalah-masalah politk utama. Hanya saja yang berbeda adalah bahwa kajian

ini berupaya memperluas perspektifnya tidak hanya mengutamakan aktor negara.

World Politics dipilih untuk lebih memberikan kesan inklusif, yang dimaksudkan

untuk menggambarkan ketertarikan kepada pola-pola politik dunia, dan tidak hanya antar

negara saja. Oleh karena itu ia juga membahas hubungan-hubungan antara organisasi-

organisasi yang bisa jadi negara atau pun bukan (seperti perusahaan multinasional, kelompok

teroris, atau organisasi non-pemerintah).

Para proponis world politics ini juga menekankan bahwa mereka melihat politik di sini

dalam arti yang sangat luas (high and low politics).

Page 9: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

IV. World System

Asal-usul dari world system theory dapat dikaji ulang dari percobaan secara sistematis

untuk mengerahkan ide dari Marx pada lingkungan internasional, dalam rangka untuk

memberikan semacam kritikan terhadap advanced imperialism dari para pemikir seperti

Hobson, Luxemburg, Bukharin, Hilferding, dan Lenin pada awal abad ke-20.

Dapat dikutip dari summary yang singkat dari teori Lenin bahwa imperialisme

seharusnya memberikan semacam tanda tentang dua poin penting dalam world system dalam

rangka pendekatan terhadap pemahaman tentang dunia politik. Pertama, bahwa semua politik,

baik internasional maupun domestik berada pada kerangka kerja dari world economy

kapitalis. Kedua, bahwa dalam suatu negara tidak hanya diperlukan adanya aktor-aktor dalam

dunia politik, tapi lebih dari itu, kelas-kelas sosial juga penting.

Immanuel Wallerstein dalam opininya menyatakan bahwa bentuk yang dominan dari

organisasi adalah apa yang disebut dengan ‘world system’.

Wallerstein beropini bahwa world system tersaji dalam dua tipe, yaitu world empires

dan world economies. Perbedaan dari keduanya terletak pada bagaimana ketentuan tentang

sumber distribusi, yang secara kasar dinyatakan dengan ‘who gets what’, dibuat.

Modern world system termasuk dalam world economy. Wallerstein mengatakan

bahwa system ini muncul di Eropa di sekitar abad ke-16. Ia juga mengatakan bahwa arus dari

world sysem sedang mengalami sebuah krisis (dalam Wallerstein 1996), yang akan

membuntukan jalannya sistem tersebut dan kemungkinan untuk penggantian dengan sistem

lain.

Menariknya, Wallerstein berargumen bahwa justru dalam periode krisis itulah para

aktor dari world system mendapat kebebasan dalam bertindak.

V. World Community

Pada abad ke-20 banyak terjadi kekacauan yang mengerikan tetapi juga produktif.

Dunia ini merupakan tempat bersaingnya negara-negara yang memiliki kekuatan dan bekerja

sama melalui organisasi-organisasi internasional. World Community, jika didefinisikan

sebagai pembagian nilai-nilai politis, institusi-institusi politik, yang berfungsi dengan baik,

dan kegunaan dari fasilitas/barang umum, merupakan tujuan yang masih jauh.

Menciptakan dunia yang harmonis adalah merupakan suatu keharusan bukan hanya

menjadi sebuah mimpi. Kemajuan teknologi, yang telah memacu komunikasi antar manusia

dan antar negara, tidak secara otomatis dapat menciptakan kerjasama atau menciptakan

perdamaian.

Page 10: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Proses globalisasi ekonomi dan integrasi tidak bisa menciptakan masyarakat dunia

yang aktif dengan sendirinya. Kapitalisme global bisa menjadi, dalam kondisi tertentu,

elemen konstitutif dalam world community yang harmonis. Sebaliknya masalah yang dihadapi

manusia semakin bertambah. Kemajuan dalam bidang ekonomi, sains dan militer bisa

menimbulkan kekacauan dalam skala yang besar.

Konstruksi dari world community yang aktif memerlukan kebudayaan politik yang

ditujukan pada kepentingan masyarakat global. Kebudayaan politik yang aktif harus bersifat

demokratis, dalam arti untuk mempromosikan dihormatinya hak-hak, tanggung jawab dan

kebebasan-kebebasan fundamental yang tercantum dalam Universal Declaration of Human

Rights.

Di bawah ini adalah ide-ide yang muncul dalam Seminar di Copenhagen tahun 1996

dan 1997 tentang kebudayaan politik dan institusi-institusi world community. Ide-ide tersebut

antara lain:

a. Kemajuan sosial untuk individual dan masyarakat memiliki segi material, kultural, dan

spiritual.

Dari segi material, ekonomi merupakan kebutuhan yang absolut untuk individu, keluarga

dan komunitas. Pendidikan merupakan hak asasi yang mendasar, dan kultur, sebagai suatu

cara berpikir dan berperilaku, menentukan orientasi dari masyarakat. Sejumlah masalah

muncul karena adanya ketidakjelasan antara yang benar dan yang salah.

b. Kriteria untuk memperkirakan nilai ekonomi dan masyarakat divariasikan dan diperkaya.

Kriteria untuk menentukan kualitas dari suatu masyarakat, walaupun sulit untuk diukur,

tetapi mudah untuk dipahami, baik secara intelektual maupun secara politis. Kriteria untuk

memperkirakan kualitas kemasyarakatan adalah:

1. Partisipasi ekonomi, didefinisikan sebagai adanya tawaran untuk bekerja dan inisiatif

untuk sekelompok orang yang maksimal,

2. Keadilan ekonomi, perlu adanya pemberian hadiah yang adil dan menghindari

diskriminasi, eksploitasi dan ketidakseimbangan,

3. Moral ekonomi, dilihat sebagai tingkah laku dari transaksi ekonomi dengan kepatuhan

dasar dan aturan-aturan etika, termasuk menghormati pemakai/pelanggan dan

lingkungan,

4. ‘Economic Moderation’, yaitu promosi dari budaya kesederhanaan dan menjaga

transaksi keuangan dalam lingkungan ekonomi.

c. Meningkatnya kapitalisme global, dan menyebarluasnya penerimaan semboyannya,

merupakan perkembangan yang besar dalam kuarter terakhir di abad ke-20.

Page 11: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Globalisasi atau mengecilnya jarak antar negara, adalah hasil perubahan dramatis yang

disebabkan oleh perkembangan teknologi dan sains, dan aplikasinya yang menyebar.

Kapitalisme global, yang difasilitasi oleh inovasi teknologi, tetap pada dasarnya

merupakan proyek politik dengan konsekuensi yang besar bagi keadaan manusia.

Kapitalisme global telah diimplementasikan oleh publik ekonomi dan kekuasaan pribadi

yang bekerja dengan organisasi-organisasi internasional yang bertanggung jawab atas

moneter, keuangan dan kebijaksanaan perdagangan. Tujuannya adalah menciptakan

ekonomi dunia yang bersatu.

d. Institusi politik dan semangat kenegaraan diperlukan untuk masyarakat yang terorganisasi

dan harmonisasi.

Ekonomi pasar efektif dan baik hanya jika diatur oleh hukum dan peraturan yang efektif.

Perluasannya, khususnya di Eropa setelah Perang Dunia II, kemudian di seluruh dunia,

adalah tanggung jawab suatu negara untuk kesejahteraan dan keamanan ekonomi baik

untuk individu, maupun keluarga, menunjukkan kemajuan. Kewenangan publik yang

efektif diperlukan untuk menjaga segi positif dari proses globalisasi dan untuk mengontrol

aspek-aspek negatif. Positif karena menyebarkan kewaspadaan bahwa manusia memiliki

hak asasi yang harus diperjuangkan dan dilindungi. Aspek negatif termasuk menyebarnya

berbagai penyakit, meningkatnya berbagai macam kejahatan internasional dan eksperimen

ilmiah yang tidak terkontrol.

e. Ekonomi Pasar adalah keadaan untuk komunitas yang sehat, sedangkan masyarakat pasar

merupakan pertanda dari sebuah kemunduran.

Ekonomi pasar dapat berubah menjadi masyarakat pasar jika perilaku dan nilai-nilai yang

membentuk transaksi ekonomi menyerang lingkungan kehidupan lain dan masyarakat

yang seharusnya diatur oleh perilaku yang berbeda.

Page 12: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

VI. Global Politics

Berbicara mengenai global politics berarti mengakui tentang adanya aktivitas politik

dan proses politik, mencakup tentang kekuasaan dan otoritas, yang tidak lagi didefinisikan

oleh cakupan rasional yang legal dan menyangkut masalah teritorial.

Pada abad ke-21, telah terjadi sebuah perbentangan dari proses politik seperti

keputusan dan tindakan yang diambil oleh salah satu negara di dunia dapat menjadi sebuah

ratifikasi yang mendunia. Tidak hanya itu, proses politik pun mengalami pendalaman seperti

perkembangan yang terjadi di tingkat lokal bisa menjadi sebuah ratifikasi di tingkat dunia,

begitu juga sebaliknya. Lebih lanjut, perbentangan dan pendalaman itu menghasilkan

perluasan dalam proses politik yang mengacu kepada pertumbuhan yang terus membaik yang

mana permukaan dari agenda politk dikombinasikan dengan jangkauan yang berbeda-beda

dari agen-agen atau grup-grup yang terlibat dalam proses untuk menghasilkan keputusan

politik dari semua tingkatan, mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat global.

Menurut kaum realis, politik dalam global politics dapat dilihat intisarinya sebagai

sebuah perjuangan antar negara untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan

nasionalnya dalam sistem global. Hal ini memerlukan keterlibatan dari diplomasi bilateral dan

multilateral, proses negosiasi dan persetujuan, dan juga kekuatan militer. Kaum realis

mengasumsikan bahwa fakta yang terakhir inilah membedakan global politics dari semua

bentuk politik yang ada.

Definisi global politics menurut kaum ini adalah politik yang menitikberatkan atau

memusatkan perhatian atas konflik dan kerja sama antara negara-negara yang berdaulat di

mana di dalamnya terdapat variabel yang sangat krusial yaitu kekuatan nasional.

Menurut pendapat dari kaum liberal-pluralis, global politics adalah pembentukan

dalam tahap-tahap tekanan yang dilakukan kelompok dan pembuatan keputusan yang

otoritatif dalam pluralistik global system. Dunia politik mengandung sebuah “tambalan yang

kompleks” di dalam bidang kebijakan atau masalah-masalah daerah kekuasaan. Yang

dimaksud dengan tambalan di sini adalah adanya tumpang tindih, yaitu di satu pihak ada yang

berusaha dengan giat untuk mewujudkan perdamaian dunia, di pihak lain sedang membahas

masalah perang. Masalah-masalah yang terkandung di dalamnya adalah hubungan

perdagangan, hubungan moneter, hubungan antara Utara-Selatan, hak asasi manusia. Di

dalam negara, banyak kelompok seperti; (negara, bagian birokrasi negara, transnational

corporations, transnational organizations, organisasi internasional, individu, dan lain-lain)

yang berpengaruh dalam menentukan arah kebijakan internasional.

Page 13: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Kaum Neo-Marxis berpendapat bahwa global politics adalah seberapa jauh

penggunaan modal dalam tingkat dunia dan cara apa yang digunakan agar modal itu dapat

dijadikan peraturan di tingkat dunia.

Kaum ini memusatkan perhatiannya kepada konflik dan kontradiksi yang terjadi

dalam tatanan ekonomi global, di mana modal sangat berperan dan menjadi dasar yang diatur

oleh transnasional corporations. Global politics juga tercakup sebagai sebuah hasil atau

produk dari kekuatan ekonomi global yang membangkitkan konflik dan kontradiksi antara

modal nasional dan transnasional, antara nasional dan kemunculan kekuatan kelas

transnasional, antara negara dan kemunculan kekuatan supranasional.

Kaum ini juga menganggap global politics sebagai sebuah hambatan dalam kebutuhan

akan modal transnasional dengan konsekuensi bahwa proses politik yang dominan di tingkat

global dilihat sebagai intisari sebuah ekspresi dari konflik antar kelas dalam skala dunia.

VII. Global Society

Kemunculan global society, bagaimanapun tidak terlepas dari kontradiksi serta

pertentangan. Dapat diidentifikasi bahwa sebuah global society adalah perkembangan dari

krisis global. Dalam pengalaman kita tentang gangguan yang terjadi dalam hal yang bersifat

fundamen dan kebutuhan akan respon yang tajam dan kritis, yang mana hal itu membantu

untuk mewujudkan adanya global society.

Krisis yang terjadi secara global tidak hanya disebabkan oleh tersebarnya bahaya-

bahaya yang disebabkan oleh keberadaan manusia, seperti; kemiskinan dan pengangguran,

polusi dan kekeringan (musim kemarau), merampok dan pemusnahan suatu negara.

Melalui sebuah pemahaman tentang krisis, kita dapat memulai untuk memahami atau

mengerti tentang pengambilan bentuk-bentuk global society dan proses pentransformasian hal

itu kepada periode historis di masa kini. Society adalah sebuah totalitas atau kesatuan dari

hubungan-hubungan sosial. Karena hubungan sosial dengan segala jenisnya meningkat secara

global, dan semua bentuk dari hubungan sosial di dunia manapun telah dilingkupi oleh

jaringan yang global, maka dengan sendirinya masyarakat pun penting untuk menjadi global.

National society berkaitan dengan nation-states. Dalam era modern, national societies

bergantung kepada nation states dalam sebuah sistem dari hubungan-hubungan yang terjadi

antar negara. Dan national society telah dilingkupi oleh segmentasi (pemisahan) dari

meningkatnya hubungan sosial yang bersifat global.

Untuk menggambarkan hubungan sosial yang bersifat global dalam tahapan dari

sebuah masyarakat yang berkembang, serta isu-isu yang bersifat mengkritik tentang

Page 14: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

pengertian dari sebuah konsep. Dari beberapa teori, masyarakat itu dikarakterisasikan oleh

adanya normatif konsensus, yang direfleksikan dalam institusi yang dapat diterima secara

umum. Dan juga para ahli berpendapat bahwa perluasan yang terjadi antara anggota

masyarakat dapat diintegrasikan secara faktual dalam hubungan sosial.

Anthony Giddens, berpendapat bahwa globalisasi yang mana penyusunan

konseptualisasi secara sistematis sebagai sesuatu hal yang kompleks. Gidden juga

berpendapat bahwa globalisasi dari sistem yang abstrak dapat menghasilkan kesempatan

untuk individu baik di saat krisis, di mana mereka secara konstan menata kembali (membuat

kembali) kehidupan dan identitas mereka.

Berdasarkan pendapat Gidden dapat ditarik kesimpulan yang jelas bahwa kesatuan

dari sistem-sistem (plural) tidak selalu mempengaruhi integrasi sosial yang lebih besar dalam

skala global. Masyarakat global dengan jelas pertumbuhan integrasi dari sistem di atas semua

level dari hubungan sosial ekonomi, tetapi juga perkembangan dari institusi budaya dan

politik.

Dan juga kemunculan dari global society dibagi ke dalam beberapa golongan;

o Pendapatan, kekayaan, dan kelas

o Pengetahuan dan kekuasaan

o Perbedaan jenis kelamin, gaya hidup, dan budaya

o Bangsa, ras, dan etnisitas

Hambatan dari integrasi sosial begitu banyak sehingga deskripsi yang komprehensif

dan analisis sulit sekali untuk ditemukan. Dan juga, konsep sentral yang memudahkan kita

dalam mencari cara untuk mengkonseptualisasikan global society sebagai sebuah kesatuan

dari hubungan-hubungan yang terjadi di berbagai komponen.

Dalam hal ini, bagaimanapun, global society belum didefinisikan. Untuk membuat

global society menjadi lebih kuat dibutuhkan kesatuan dari hubungan-hubungan sosial yang

lengkap antar manusia dalam skala dunia. Sementara itu, global society dalam hal ini

mencakup seluruh hubungan sosial. Namun, bagaimanapun tidak semua hubungan sosial

dapat didefinisikan ke dalam tingkat global. Untuk mencapai tahapan global society dapat

dilihat dari: keberadaan yang lebih luas, kemungkinan yang lebih besar, konteks dari

hubungan sosial.

Perbedaan yang jelas-jelas terlihat antara national society dan global society adalah

kurangnya sentralisasi negara. National society adalah bentuk dasar dari global society.

Page 15: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Kesimpulan

Berdasarkan uraian materi di atas kelompok kami memiliki tiga pendapat mengenai

pendefinisian dan penamaan (nomenklatur) dari studi Hubungan Internasional.

Yang pertama adalah pendapat untuk mempertahankan penamaan International

Relations dengan alasan bahwa frase ini sudah sangat dikenal untuk mewakili studi Hubungan

Internasional, sehingga meski banyak nama yang lain tetap saja istilah ini tidak tergantikan.

Kedua, pendapat bahwa sebenarnya penamaan yang ada sekarang ini tidak tepat atau

sudah tidak memadai lagi dengan perkembangan studinya. Dan penamaan yang lebih cocok

saat ini adalah World Relations. Alasannya karena bahwa frase ini lebih inklusif dari istilah

yang lain. Bila kata pertama dalam frase penamaan tersebut diawali dengan international

maka hanya meliputi aktor negara saja, tanpa melihat peranan penting aktor-aktor non negara

(non state actors). Sebaliknya, kata world di awal frase meliputi semua aktor yang berperan

dalam studi ini. Begitu pula dengan kata kedua bila yang digunakan kata politics, maka

cenderung mengedepankan aspek politik dan kurang memperhatikan aspek lain. Tapi bila

dipergunakan kata relations sebagai kata kedua maka aspek kajiannya pun menjadi lebih luas

tanpa harus memaksakan dengan merusak pakem yang sudah ada.

Terakhir yang ketiga, pendapat yang menilai bahwa istilah World Relations pun

sebenarnya belum benar-benar sesuai, meski sudah mendekati. Ada yang lebih sesuai yaitu,

Global Relations. Titik perbedaannya terletak pada pemilihan kata world dan global. Menurut

pendapat ini kata global memiliki cakupan yang sama luasnya dengan kata world dengan

tambahan keunggulan bahwa kata global menunjukkan suatu proses atau interaksi

berkelanjutan yang sangat dinamis di antara unit-unit atau dalam hal ini aktor-aktor yang ada

di dalamnya sehingga selain sesuai dengan perkembangan saat ini, juga dapat menjangkau

jauh ke depan.

Berangkat dari tiga pendapat di atas kami berkesimpulan bahwa pada akhirnya

masalah penamaan ini sampai sekarang masih sangat debatable. Hal ini terbukti dalam

kelompok beranggotakan lima orang pun masih sulit menghasilkan satu kesepakatan untuk

menggunakan satu nama.

Page 16: Jean Bodin, Pemikiran dan Implementasi dalam Pemikiran Politik Modern

Daftar Pustaka

Farley, John; The Catholic Encyclopedia, Vol III: Archbishop of Newyork 2003

Budiarjo, Miriam; Dasar-dasar Ilmu Politik; Jakarta: PT. GRAMEDIA PUSTAKA

UTAMA; 2001

Machiavelli, Niccolo; Il Prince (translated); Jakarta: PT. GRAMEDIA PUSTAKA

UTAMA: 2002

Bodin, Jean, The Six Books of The Commonwealth (Translated); by. M. J. Todley

(Princeton, 1975)

Badrika, I Wayan; Sejarah Nasional Indonesia dan Umum, Jakarta: Erlangga: 2000

Bealey, Frank; Richard A. Chapman dan Michael Seehar; Elements in Political

Science; Edinburg University; 1999 press

Heywood, Andrew, Politics Second Edition_New York; Palgrave: 2002

www.Heresia.com

www.constitiution.com

www.unisosderm.Org/ekopol

www.Kompas.com

www.Pikiran–rakyat.com