gerakan pemikiran modern
DESCRIPTION
gerakan pemikiran modernTRANSCRIPT
GERAKAN PEMBAHARUAN UMAT ISLAM
Makalah
Oleh
Kelompok 12
Ilusi Pangarti (109016300031)
Riah Elsa Fitri (109016300027)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk, tempat kita
memasrahkan segalanya, Yang Maha Memelihara, Yang Maha mendatangkan
bahaya dan manfaat. Shalawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan kita,
manusia pilihan dan teladan kita, Rasulullah Muhammad Saw., beserta keluarga,
para sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman, amin.
Alhamdulillah, dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT yang dengan
rahmat dan inayah-Nya makalah “Gerakan Pembahruan Umat Islam“ ini telah
selesai kami susun sebagai salah satu bentuk apresiasi potensi kami. Kemudian
dengan bekal keterbatasan yang kami punya, kami melakukan beberapa upaya
untuk mencari tahu dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Rasa terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada dosen kami
yang telah memberi banyak pengarahan dan penjelasan, tentang semua hal yang
berkaitan dengan apa yang kami butuhkan, dan atas bimbingannyalah kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya, semoga tulisan ini dapat mencapai sasarannya dan berguna bagi
kita semua. Semoga kita tak pernah puas dengan ilmu yang kita dapat hari ini, dan
tidak pernah berhenti untuk mencari. Mohon maaf atas segala kesalahan, karena
kekurangan murni datang dari kami dan kesempurnaan hanya milik Allah.
Semoga Allah SWT memberikan cahaya-Nya bagi jiwa dan fikiran kita demi
hidup yang lebih baik. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah umat manusia telah menyaksikan kebangkitan dan keruntuhan
kerajaan – kerajaan yang luas berikut kebudayaannya masing – masing.
Barangkali tak ada kebangkitan yang lebih seru untuk dibahas selain gerakan
pembaharuan umat islam, baik karena cepat meluasnya maupun perkembangan
warisan budaya yang kaya itu.
Pembaharuan islam menampilkan sistem yang cocok, sikap pandang yang
mendunia dan pandangan hidup yang memberi arti dan arah hidup kepada
pemeluk – pemeluk Islam selama dua belas abad lamanya. Namun pada zaman
modern (abad – abad ke-19 dan ke-20) agama Islam tampaknya menghadapi
tantangan – tantangan yang paling berat, baik dibidang politik maupun ideologik.
Dalam makalah ini kami mencoba membahas,apa itu pembaharuan, faktor
– faktor pembaharuan islam menurut beberapa pendapat, tokoh – tokoh
pembaharuan umat islam seperti Al – Tahtawi, Jamaluddin Al – Afghani,
Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, Sultan Mahmud II, Sayyid
Akhmad Khan, dan Muhammad Iqbal. Selain itu, dalam makalah ini juga dibahas
gerakan – gerakan pembaharuan Islam di berbagai negara seperti Mesir, Turki,
dan India – Pakistan.
Sumber ajaran Islam adalah al Quran dan hadits. Keduanya lalu
ditafsirkan, tafsir itu merupakan hasil pemikiran mufasir. Pemikiran itulah
sebenarnya yang membentuk sikap dan perilaku kaum muslimin. Tatkala suatu
pemikiran dimunculkan dan dianggap sesuai dengan keadaan zaman, pemikiran
tersebut diterima oleh masyarakat Islam masa itu. Tetapi lama kelamaan situasi
berubah. Pemikiran tadi adakalanya tidak sesuai lagi dengan keadaan yang baru.
Maka para pemikir memikirkan kembali hasil pemikiran lama untuk disesuaikan
dengan keadaan baru. Tatkala pemikiran ulang itu dilakukan dan disesuaikan
dengan zaman modern, hasil pemikiran itu disebut modernisasi pemikiran Islam.
Pembaruan dalam Islam dilakukan berdasarkan pemikiran baru tersebut. Jadi,
pada hakikatnya, istilah pembaharuan atau modernisasi itu sama saja, yaitu
penerapan pemikiran modern dalam memajukan Islam dan umat Islam.
Kondisi zaman modern ditandai oleh penggunaan rasio dalam kehidupan.
Karena itu, pada dasarnya, pembaharuan atau modernisasi dalam Islam identik
dengan rasionalisasi. Pemikiran rasional dalam Islam dipengaruhi oleh persepsi
tentang tingginya kedudukan akal dalam Islam. Persepsi ini bertemu dengan
persepsi yang sama dari Yunani yang sudah masuk ke dunia Islam. Tetapi, jika
pemikiran rasional Islam itu bersifat religius, maka pemikiran rasional Yunani
bercorak sekuler.
Untuk memahami pemikiran modern dalam Islam, sebaiknya lebih dahulu
diketahui garis besar sejarah umat Islam sejak awal sampai zaman modern.
BAB II
PEMBAHAHASAN
A. Pengertian pembaharuan
Pembaharuan yang dimaksud disini adalah pembaharuan yang kata
padanannya dalam bahasa Arab ialah tajdid, bukan bid’ah, ibda’ atau ibtida’.
Sebab, meskipun kata-kata ini juga mengandung makna kebaruan, pembaharuan
ataupun pembuatan hal baru, konotasinya negative karena secara semantic
mengandung arti pembuatan hal baru dalam agama. Secara kebahasaan sebetulnya
kata-kata bid’ah dan tasyrifnya mempunyai arti kreativitas atau daya cipta. Maka
dalam al Quran pun Tuhan disebutkan sebagai al-Badi’, Maha Kreatif atau Maha
berdaya cipta (QS. 2:59 dan 6:101). Dan jika Nabi SAW bersabda agar kita
berbudi dengan mencontoh budi Tuhan, maka kreativitas atau daya cipta adalah
hal yang sangat terpuji. Namun sudah dikatakan, tentu saja yang terpuji itu
bukanlah kreativitas atau daya cipta dalam hal agama itu sendiri, seperti
kreativitas dan daya cipta dalam masalah ibadah murni. Maka sama sekali tidak
dapat dibenarkan, misalnya, menambah jumlah rakaat dalam shalat atau
memasukkan sesuatu yang sebenarnya hanya budaya belaka menjadi bagian dari
agama murni. Maka kreativitas atau daya cipta dalam hal keagamaan murni
(bukan dalam hal budaya keagamaan) sama dengan tindakan mengambil
wewenang Allah SWT dan Rasul-Nya. Ini suatu perbuatan yang sesungguhnya
tidak mungkin, sehingga yang memaksa melakukannya juga, menurut sabda Nabi
SAW adalah sesat.1
B. Pemikiran Islam Sebelum Periode Modern
Pada periode pertengahan, telah muncul pemikiran dan usaha
pembaharuan Islam dikerajaan Usmani di Turki. Akan tetapi usaha itu gagal
karena ditentang golongan militer dan ulama. Pada abad ke-17, kerajaan Usmani
1 Taufik Abdullah [et.al], Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran Dan Peradaban, vol. 4 cet. III (Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005) hal: 9
mulai mengalami kekalahan dalam peperangan dengan Negara Eropa. Kekalahan
itu mendorong raja dan pemuka kerajaan Usmani untuk menyelidiki sebab-
sebabnya. Kemudian diketahui bahwa penyebabnya adalah ketertinggalan mereka
dalam teknologi militer. Mereka selidiki pula rahasia keunggulan Barat. Mereka
temukan bahwa rahasianya adalah karena Barat memiliki sains dan teknologi
tinggi yang diterapkan dalam kemiliteran.
Karena itulah, pada 1720, kerajaan Usmani mengangkat Celebi Mehmed
sebagai utusan kerajaan untuk Perancis. Dia bertugas mempelajari benteng-
benteng pertahanan, pabrik-pabrik, serta institusi-institusi Perancis lainnya.
Laporan Celebi Mehmed tertuang dalam bukunya, seferetname. Berdasarkan
laporan itu, diupayakanlah pembaharuan di Kerajaan Usmani.
Usaha pembaharuan itu mendapat tantangan. Tantangan pertama datang
dari tentara tetap yang disebut Janissary. Janissary mempunyai hubungan erat
dengan Tarekat Bektasyi yang berpengaruh besar dalam masyarakat. Tantangan
kedua datang dari pihak ulama. Ide-ide baru yang didatangkan dari Eropa itu
dianggap bertentangan dengan paham tradisional yang dianut masyarakat Islam
ketika itu. Karena itu, usaha pembaharuan pertama di Kerajaan Usmani tidak
berhasil seperti yang diharapkan.
Di India, sebelum periode modernisasi, muncul juga ide dan usaha
pembaharuan. Pada awal abad ke-18, kesultanan mogul memasuki zaman
kemunduran. Perang saudara untuk merebut kekuasaan sering terjadi. Golongan
hindu yang merupakan mayoritas, ingin melepaskan diri dari kekuasaan mogul.
Selain itu, inggris juga telah mulai memperbesar usahanya untuk memperoleh
daerah kekuasaan di India.
Suasana itu menyadarkan para pemimpin Islam India akan kelemahan
umat Islam. Salah seorang yang menyadari hal itu ialah Syah Waliyullah (1703-
1762) dari Delhi. Ia berpendapat Salah satu penyebab kelemahan umat Islam ialah
perubahan system pemerintahan dari system khilafah ke system kerajaan. System
pertama bersifat demokratis, sedang system kedua bersifat otokratis. Karena itu
system ke Khalifahan seperti pada masa al- Khulafa al-Rasyidun perlu dihidupkan
kembali.
Di Arab Saudi juga ada usaha pembaharuan sebelum periode modern yang
dipelopori oleh Mohammad bin Abdul Wahab (1703-1787). Menurut Wahab,
penyebab kelemahan umat Islam saat itu ialah tauhid umat Islam yang tidak lagi
murni. Kemurnian tauhid mereka telah dirusak oleh ajaran tarekat. Tarekat
menurut Muhammad bin Abdul Wahab, mengajarkan pemujaan kepada syekh dan
wali. Umat Islam menunaikan haji dan meminta pertolongan kekuburan-kuburan
syekh dan wali itu. Karenanya, semua hal itu harus diberantas. Ia juga
menganjurkan ijtihad. Inti pemikirannya adalah al-Quran dan hadislah sumber
ajaran Islam, taqlid kepada ulama tidak dibenarkan dan pintu ijtihad tidak tertutup.
Gerakan pembaharuan Islam juga muncul melalui tasawwuf. Gerakan ini
disebut neo sufisme, yaitu tasawwuf yang di perbaharui dan tampil dalam bentuk
aktifis. Neo sufisme berawal di Afrika Utara melalui tarekat sanusiyah. Sanusiyah
adalah cabang Ordo Idrisiyah yang didirikan di Arab Saudi oleh Ahmad Ibnu Idris
(w. 1837). Tarekatnya ini dinamakan juga Tariqah Muhammadiyyah.
Tujuan tarekat ini ialah memperbaharui moral kaum muslim melalui
tindakan politik. Tarekat ini membangun banyak tempat peribadatan. Yang paling
penting diantaranya adalah Di Kafra dan Jaghbub. Disana orang tidak hanya
diajari agama, tetapi juga dilatih menggunakan senjata dan didorong untuk
melibatkan diri dalam usaha professional seperti bertani dan berdagang.
Tarekat ini tidak bermaksud untuk menghilangkan ide tradisional tentang
kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat itu tetap penting. Ide pembaharuan mereka
berada dalam batas pembaharuan moral dan kesejahteraan social. Mereka hanya
melakukan pergeseran dan penekanan, pergeseran inilah yang menandai fenomena
pembaharuan sufisme pada periode pra modern.2
2 Ibid, hal: 395
C . Pemikiran Islam Modern
1. Mesir
Pemikiran dan pembaharuan Islam di Mesir pada periode modern ditokohi
oleh cukup banyak pemikir, antara lain: Muhammad Ali Pasya (1765-1849) yang
bermodel reformisme Barat. Dia mempertautkan ekonomi Mesir dengan Eropa.
at-Tahtawi (1801-1873) memiliki pandangan bahwa rahasia pertumbuhan Eropa
terletak pada pikiran orang-orangnya yang bebas untuk berfikir secara kritis,
mengubah kebijakan lama dan menerapkan ilmu dan teknologi modern untuk
menyelesaikan masalah.3 Jamaluddin al-Afgani (1839-1897)yang mencoba
menanamkan kembali kepercayaan kepada kekuatan sendiri dengan melepas baju
apatis dan putus asa, Muhammad Abduh (1849-1905) yang mengumandangkan
panggilan jihad melawan penjajah , dan muridnya Rasyid Ridha (1865-1935)
yang membangkitkan ruh jihad dan ijtihad, mengumandangkan kembali kepada
Quran dan Sunnah, sebagai satu-satunya jalan untuk keluar dari kelemahan dan
kehinaan posisi.4
Secara garis besar isi pemikiran mereka diantaranya mengadakan
pembaharuan dalam bidang agama, social, dan ekonomi, memberantas tahayul
dan bid’ah yang masuk kedalam ajaran Islam, menghilangkan faham fatalisme
yang terdapat dikalangan umat Islam, menghilangkan faham salah yang dibawa
oleh tarekat tasawwuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam
terhadap permainan politik Negara Barat.5
2. Turki
3 Akbar S. Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam: Ditengah Pluralitas Agama Dan Peradaban, cet. II (Yogyakarta; Fajar Pustaka Baru, 2003) hal:1554 A.M. Saefuddin [et.al], Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi, cet. IV (Bandung; Mizan, 1998) hal: 1775 Op. cit. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran Dan Peradaban, hal: 397-401
Pemikiran dan pembaharuan Islam Turki pada periode modern dipimpin
oleh banyak tokoh pemikir, antara lain Sultan Mahmud II (1785-1839), tokoh-
tokoh Tanzimat (Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami, Mehmed Sadik Rifat
Pasya), tokoh-tokoh pemikir Usmani Muda (Ziya Pasya dan Namik Kemal), para
pemikir Turki Muda (Ahmad Riza, Pangeran Sabahuddin, Mehmed Murad),
tokoh-tokoh aliran Barat-Islam-Nasionalis dan Mustafa Kemal (1881-1938). Isi
pembaharuan tokoh-tokoh pemikir Turki diantaranya memisahkan urusan agama
dan urusan dunia, pembaharuan dibidang pemerintahan, pendidikan yaitu
pendidikan universal, ekonomi dan politik, juga westernisasi, sekularisasi dan
nasionalisme terbatas.6
3. India-pakistan
Pemikiran modern Islam di India-Pakistan merupakan kelanjutan
pemikiran Syah Waliyullah pada abad ke-18. pewaris mughal adalah yang paling
dekat dengan bangsa Eropa dalam kaitan dengan hubungan antara struktur
administrasi mereka dan yang pada akhirnya menjadi suatu struktur administrasi
kolonial. Pendidikan modern, transportasi dan terutama sekali struktur
administrasi distrik diciptakan oleh Inggris pada abad ke-19 ketika mereka
menjajah India. Selain itu isi pembaharuan mereka diantaranya menghilangkan
taqlid sekalipun pendapat empat imam besar, melawan penjajahan barat,
pembaharuan pendidikan yaitu mementingkan ilmu dan teknologi juga
menghargai kebebasan akal, tidak memusatkan pada ibadah dan akherat saja,
membuka kembali pintu ijtihad, dan emansipasi wanita.7Para penerusnya itu ialah
tokoh-tokoh pemikir gerakan Mujahidin (Syah Abdul Aziz dan Sayyid Ahmad
Syahid), Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) dengan gerakan Aligarhnya yang
mewakili kepentingan elit bahasa Urdu dan bangsawan Muslim di India akhir
abad ke-19. retorika gerakan ini berfokus pada reformasi pendidikan. Sayyid Amir
Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal (1876-1938) yang menawarkan formula baru
6 Ibid, hal: 402-4067 Irwandar, Dekonstruksi Pemikiran Islam: Idealitas Nilai dan Realitas Empiris, cet. I (Yogyakarta; Ar-Ruzz Media Press, 2003) hal: 146
tentang hubungan Islam dan Negara dalam berbagai dimensi. Ali Jinnah (1876-
1948), dan Abu Kalam Azzad (1888-1916). 8
D. Gerakan – Gerakan Modernisasi Islam
Satu demi satu negara Islam jatuh ke tangan bangsa barat yang giat
menyebarkan agama Kristen di abad 18 – 19 M. Umat islam baru merasa betapa
berat penderitaan yang dialami dibawah penjajahan orang kristen. Mereka mulai
sadar dan intropeksi diri, meneliti diri dalam segala aspek kehidupan, di bidang
keagamaan, politik, sosial, ekonomi dan lainnya.
Sesungguhnya kebangkitan umat islam ini sudah diramalkanatau
dikhawatirkan oleh para ahli barat dengan melihat faktor – faktor yang ada dalam
ajaran Islam itu sendiri. Scawen Blunt (1882) misalnya, mengemukakan 4 (empat)
faktor bagi kebangkitan Islam, yakni :
1. Ibadah haji (pilgrimage) yang dilakukan kaum muslimin tiap
tahun.
2. Khalifah (The Modern Question of the Caliphate) : ajaran khalifah
yang menetapkan kedaulatan bagi masing – masing negara dan bagi dunia
seluruhnya.
3. Adanya kota suci Mekkah (The Holy Mecca) yang setiap tahun
dikunjungi oleh beratus – ratus ribu kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia.
4. Reformasi menimbulkan kebangkitan Islam.9
Keempat faktor tersebut mendorong terciptanya kebangkitan dunia Islam.
Bangsa Eropa jauh sebelum kebangkitan dunia islam sudah merasa khawatir,
karena timbulnya ramalan tersebut. Mereka sudah bersiap – siap menghadapi
dunia islam yang akan bangkit itu. Mereka berusaha menghancurkan kekuatan
khalifah Islam yang saat itu berpusat di Turki. Kerajaan Turki direbutnya beramai
– ramai dalam perang Balkan tahun 1914 – 1918. Turki dalam masa
kemundurannya, tidak mampu manghadapi serangan Eropa. Seluruh daerah
kekuasaannya masuk ke wilayah bangsa Eropa, kecuali hanya negara Turki
8 Op.cit. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran Dan Peradaban, hal: 407-4129
sendiri yang dapat dipertahankan sebagai negara nasional. Meskipun bangsa
Eropa berhasil merampas kedaulatan umat Islam dari kerajaan Turki, namun 3
faktor lainnya masih terus berjalan.
Lapthrop Stoddart, seorang penulis sejarah dari Amerika (1921), lebih
meyakinkan lagi kekhawatirannya terhadap dunia Islam, bahwa setelah Perang
Dunia I dan kerajaan Turki telah runtuh, kekuatan umat Islam bukanlah terletak
pada adanya kekhalifahan di Turki. Faktor yang sangat menentukan adalah ibadah
haji setiap tahunnya. Jumlah kaum muslimin yang melakukan ibadah haji setiap
tahun semakin bertambah. Ratusan juta umat islam dari berbagai negara pada
pada suatu saat akan berkumpul pada satu tempat. Mereka melakukan ibadah haji
dengan penuh kedamaian dan kesatuan antara umat islam dari satu negara dengan
negara lain.
Amir Syakib Arselan dalam bukunya Limadza Taakharal Muslimuna Wa
Taqaddama Ghairuna berpendapat bahwa kelemahan dan kemunduran umat Islam
karena mereka meninggalkan ajaran – ajaran agamanya, sedangkan yang lebih
maju karena mereka menjauhi ajaran – ajaran agama mereka yang menghambat
kemajuan.
Semenjak umat islam menyadari akan kemundurannya, timbullah ide
pembaharuan Islam. Tokoh – tokoh pembaharuan dunia Islam lahir untuk
mengajak umat Islam agar sadar, bangkit dan bangun dari kenyenyakan tidurnya,
agar mengerti bahwa bangsa Barat datang dan menjajah negara Islam bukan untuk
membangun, tetapi sebaliknya. Pada saat ini, ditengah padang pasir Arab Saudi
muncul seorang tokoh pembaharuan Islam bernama Muhammad bin Abdul
Wahab. Ia mengajak umat islam agar kembali kepada ajaran agama yang
sebenarnya, memberantas takhayul dan bid’ah (sesuatu yang tidak ada pada
zaman Nabi Muhammad SAW). Gerakan ini pada akhirnya trkenal dengan
Gerakan Wahabi.
Tokoh – tokoh pembaharuan Islam dalam masa sebelum abad ke 19 M,
antara lain adalah :
a. Gerakan Wahabi
Gerakan ini dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Ia lahir di
Nejed Saudi Arabia tahun 1704. Gerakan ini bertujuan untuk mengembalikan
ajaran – ajaran agama Islam sesuai dengan yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadist
serta membersihkan dari faham – faham yang menyesatkan. Gerakan ini
menentang apa saja yang dipandang bid’ah dan takhayul. Segala pola pemikiran
dan aliran Muhammad bin Abdul Wahab, mendapat dukungan Muhammad bin
Su’ud, seorang kepala suku yang berkuasa di Nejed. Ia ikut aktif mengerakkan
faham – faham Muhammad bin Abdul Wahab. Ia ikut menyebarkan ajaran
Wahabi, membangkitkan kaum muslimin dari satu daerah ke daerah lain. Lambat
laun ajaran Wahabi tersebar luas ke seluruh pelosok dunia hingga ke Indonesia
yang dibawa oleh ulama – ulama Paderi tahun 1821.10
b. Tokoh pembaharu dunia Islam di Turki bernama Sultan Abdul
Hamid I ( 1725 – 1789), mempolopori gerakan khilafat yang bertujuan membina
persatuan seluruh Islam dunia Islam, berada dalam satu khilafat dalm menghadapi
perkembangan bangsa Barat.11
c. Tokoh pembaharu dunia Islam di Aljazair bernama Muhammad bin Sanusi
(1791 – 1859). Ia memimpin pergerakan solidaritas yang disebut gerakan Thariqat
Sanusiyah.
d. Tokoh pembaharu dunia islam lainnya adalah Syekh Waliyullah
(1703 – 1762). Mula – mula ia seorang pendidik dan pengarang. Ia melihat
kelemahan umat Islam yang dikarenakan :
Perobahan sistem pemerintah Islam dari kekhalifan ke sistem
kerajaan.
Perobahan dari sistem demokratis ke otokrasi / absolut.
Perpecahan di kalangan umat islam yang disebabkan oleh
timbulnya aliran – aliran.
Masuknya adat – istiadat dan ajaran bukan Islam ke dalm keyakinan
umat islam.
10 11
Terdorong beberapa sebab tersebut, Syekh Waliyullah menyerukan
kembali ke sistem pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Khulafur Rasyidin
dengan mengutamakan demokrasi dan kepentingan rakyat dalam pemerintahan.
E. Tokoh – Tokoh Pembaharu Islam
Pada abad ke – 19 M, semakin bertambah jelas kebangkitan umat Islam di
seluruh pelosok dunia Islam. Gerakan – gerakan pembaharu Islam pada abad ke –
19 M ini, adalah sebagai penerus atau kelanjutan dari abad sebelumnya. Diantara
pembaharu / mujaddid di abad ke – 19 M adalah :
a. Al – Tahtawi (1801 – 1873)
Nama lengkapnya adalah Rifaah Badawi Rufi Al - Tahtawi seorang
pemikir pembaharuan dunuia Islam. Ia mendalami ilmu – ilmu barat dari sarjana
Perancis dan dari pergaulannya dengan ulama Al – Azhar. Sebagai ulama besar, ia
telah menyalin buku – buku Perancis, seperti buku Montesque, Voltaire dan
Rousseu ke dalam bahasa Arab. Ia mendirikan sekolah penterjemah yang meliputi
bahasa Arab, Perancis, Turki, Persia, dan Itali. Buku – buku karangannya yang
merupakan konsep pemikiran, adalah :
Tahlish Ibriz Ala Talkris Baris (Intisari dari Penjelasan tentang
Paris)
Manahij Babil Mishriyah Fi Manahij Adabil Ashriyah (Jalan Bagi
Orang Mesir Menuju Sastra Modern).
Almursyid Al – Amin Li Albanat Wa Albanin (Petunjuk Pendidikan
Putera dan Puteri).
Al – Qaulus Sadid Fi Al – Ijtihad Wa Altaqlid (Pendapat Benar
Tentang Ijtihad dan Taqlid).
b. Jamaluddin Al – Afghani (1837 – 1897)
Ia seorang tokoh berkebangsaan Afghanistan, Ia lahir di Assadabad Persi
dan wafat di Istambul. Ia memiliki kecerdasan otak yang luar biasa, pribadinya
sangat menarik dan penuh semangat.
Pada tahun 1892 Jamaluddin Al – Afghani pindah ke Istambul atas
undangan Sultan Hamid untuk ikut memikirkan pelaksanaan politik Islam,
menghadapi bangsa Eropa. Keinginan Sultan Abdul Hamid yang ingin meminta
pendapat Jamaluddin Al – Afghani gagal, karena beliau seorang pemimpin yang
diktator, sedangkan Jamaluddin Al – Afghani orang yang mengutamakan
demokrasi (musyawarah). Karena perselisihan pendapat dalam politik
pemerintahan, maka Jamaluddin Al – Afghani ditahan Sultan Abdul Hamid
hingga wafat. Selama hayatnya, Jamaluddin lebih mengutamakan pembaharuan di
bidang soal – soal agama. Meskipun demikian, perjuangan Jamaluddin Al –
Afghani dititikberatkan pada perjuangan pembaharuan Islam. Karena
pembaharuan politik kenegaraan Jamaluddin didasarkan atas pembaharuan Islam.
Jamaluddin Al – Afghani membentuk gerakan Pan – Islamisme yang
berpusat di Kabul, Afghanistan. Pergerakan ini menghendaki kemajuan umat
Islam dengan jalan mempergunakan aliran pikiran modern dan menghendaki
persatuan umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam pusat, seperti pada zaman
khalifah dahulu.
c. Muhammad Abduh (1849 – 1905)
Ia putera Mesir dari keluarga petani miskin. Ketika masih menyelesaikan
belajarnya di Universitas Al – Azhar Mesir, ia bertemu dengan tokoh penggerak
Pan – Islamisme Jamaluddin Al – Afghani yang kebetulan menetap di Mesir
selama 8 tahun. Sebagai tokoh gerakan Pan – Islamisme dan murid Jamaluddin, ia
telah banyak menduduki jabatan – jabatan penting. Ia diusir dari Mesir bersama
Jamaluddin karena terlibat dalam resolusi Urabi Pasya. Dari Mesir, ia berdua
menuju ke Paris. Disana mereka mendirikan organisasi dan menerbitkan majalah
Al – Urwatul Wusqa. Setelah beberapa tahun menetap di Paris, ia diperbolehkan
pulang kembali ke Mesir dan kemudian diangkat menjadi rektor Universitas Al –
Azhar. Sebagai pimpinan Universitas Al – Azhar, ia mengadakan perombakan dan
perbaikan – perbaikan, yaitu memasukkan mata kuliah Filsafat Islam yang masih
dianggap tabu dan merobah metode pengajaran.
d. Muhammad Rasyid Ridha (1865 – 1935)
Tokoh ini kelahiran Al – Qalamun Libanon. Ia belajar kepada seorang
guru Syekh Husein Al – Jasr, mufti besar Tripoli, kemudian tahun 1898 pindah ke
Mesir, berguru kepada Muhammad Abduh (gurunya) menerbitkan majalah
Almanar yang bertujuan sama dengan Al – Urwatul Wusqo di Paris. Di dalam
majalah tersebut, Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha yang
menuangkan sistem pembaharuan / tajdid di bidang agama, sosial, ekonomi, dan
memberantas bid’ah, faham – faham ynag bertentangan dengan alirannya dan
meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan
politik negara – negara Barat.
e. Sultan Mahmud II dari Turki (1785 – 1839)
Ia lebih menitikberatkan pada pembinanaan di bidang militer. Melihat
kerajaan dalam kelemahan, maka perlu membentuk korps baru yang dilatih oleh
pelatih dari Eropa. Ia lebih bersikap demokratis dan menghapus adat – istiadat
yang mengganggu serta mengurangi hak – hak kaum bangsawan. Kelanjutan
pembaharuan Sultan Muhammad II, muncul usaha untuk mengatur, menyusun
dan memperbaiki peraturan dan perundang – undangan sesuai dengan tuntutan
pembaharuan. Usaha ini dipelopori oleh Mustafa Rasyid Pasya kelahiran Istambul
pada tahun 1800. Tahun 1839 menjabat Menteri Luar Negeri dan selanjutnya
Perdana Menteri.
Menurut pendapatnya, kemajuan Eropa itu disebabkan karena tidak terlalu
terikat dengan adat – istiadat agama. Tokoh pembaharu lainnya ialah Memed
Shadik Ri’at (1807 – 1856). Ia diangkat menjadi pembantu Menteri Luar Negeri,
menjadi Menteri keuangan dan akhirnya menjadi Dewan Tandhimat yaitu yang
mengatur dan menyusun serta memperbaiki peraturan dan perundang – undangan
yang sesuai dengan tuntutan pembaharuan.
f. Sayyid Akhmad Khan (1817 – 1898)
Ia lahir di Delhi tahun 1817 sebagai putera seorang bangsawan tinngi.
Sayyid Akhmad Khan sebagai pelopor gerakan modemisme dalam islam, yaitu
sebagai kelanjutan gerakan Mujahidin yang didirikan oleh Syekh Waliyullah ad
Dahlawi. Bangsa Inggris memberi gelar “ Sir “ karena jasanya menyelamatkan
orang – orang Inggris ketika terjadi pemberontakan pada tahun 1857.
Pola pemikirannya, umat Islam India harus bekerja sama dengan Inggris
yang saat itu masih memegang kekuasaan penuh untuk memperoleh kedudukan
yang lebih tinggi. Umat Islam India menentang pemerintah Inggris yang akan
membuat kehancuran dan kemunduran dan akhirnya akan ketinggalan dari
masyarakat Hindu. Umat Islam harus mampu mengejar kelemahan –
kelemahannya dengan mempelajari ilmu – ilmu tehnologi dari barat termasuk
Inggris.
Siasat Sayyid Ahmad Khan terhadap Inggris, ia berusaha menghilangkan
kecurigaan Inggris terhadap Inggris terhadap umat Islam India. Dianjurkannya
kepada Inggris tidak ikut mencampuri urusan agama rakyat India dan agar
membendung misi kristen.
Sayyid Ahmad khan mendirikan sekolah “Muhammaden Anglo Oriental
College (MAOC)” pada tahun 1878. Berdirinya sekolah tersebut membangkitkan
umat Islam India dan Pakistan di saat sekarang. Mendirikan juga Muhammaden
Educational Conference pada tahun 1886.
Sikapnya yang radikal membuat kawan – kawannya atau tokoh pembaharu
lainnya yang banyak menentang.
Jamaluddin Al – Afghani menentang dalam bukunya berjudul “ Ar – Radd
alad Dahriyyin” (jawaban bagi kaum materialis). Sekolahnya MAOC yang
berbaur Inggris mendapat tantangan dari sana – sini. Lawan – lawannya telah
menganggap kafir. Tetapi semua itu tidak dihiraukan oleh Sayyid Ahmad Khan.
Sayyid Ahmad beserta kawan – kawannya mendirikan sebuah Universitas Islam
Aligarh sebagai pusat gerakan pembaharu Islam India.
Gerakan Aligarh ini menjadi penggerak utama terwujudnya pembaharuan
di kalangan umat Islam India, yang meningkatkan umat Islam India bangkit
menuju kemajuan. Pengaruhnya sangat besar pada golongan Intelek Islam India.
g. Muhammad Iqbal (1896 – 1938)
Seseorang tokoh kelahiran Punjab memperoleh gelar MA di Lahore. Ia
melanjutkan studinya ke Universitas Cambrige Inggris tahun 1905
memperdalami filsafat.
Memperoleh gelar PhD (Philosofi Doctor) dalam tasawwuf dari
Universitas Munich Jerman dengan disertasinya “The Development of
Metaphysics in Persia” (Perkembangan Metapisika di Persia). Akhirnya pulang ke
Lahore tahun 1908 sebagai pengacara dan dosen filsafat.
Hasil – hasil ceramahnya di berbagai universitas di India dibukukan
dengan judul “The Reconstruction of Religius Thougth in Islam” (Membangun
kembali pikiran – pikiran agama dalam Islam).
Pada tahun 1938 menjabat sebagai Presiden Liga Muslimin. Menurut
pendapatnya, kemunduran umat Islam dikarenakan beku dalam berfikir yang
semata – mata mementingkan urusan agama tidak menghiraukan urusan dunia.
Di samping sebagai pembaharu, ia seorang filosuf dan penyair Islam
terbesar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa periode pemikiran
pembahruan Islam terbagi menjadi dua, yaitu; periode pra modern dan periode
modern. Timbulnya pemikiran pembaharuan lebih disebabkan kekalahan umat
Islam dengan Negara Barat, baik militer, ekonomi, pendidikan dan politik. Hal
inilah yang membuat para pemikir muslim gerah dan berusaha berfikir dengan
menggunakan metode Barat.
Pembagian periode pemikiran pembaharuan Islam yang kita bahas pada
makalah ini berbeda dengan pembagian periode menurut Fazlur Rahman. Ia
membagi periode pemikiran pembaharuan Islam menjadi empat bagian, yaitu;
revivalisme pra-modernis, modernisme klasik, neo-revivalisme dan neo-
modernisme.
Ada (empat) faktor bagi kebangkitan Islam, yakni :
1. Ibadah haji (pilgrimage) yang dilakukan kaum muslimin tiap tahun.
2. Khalifah (The Modern Question of the Caliphate) : ajaran khalifah
yang menetapkan kedaulatan bagi masing – masing negara dan bagi
dunia seluruhnya.
3. Adanya kota suci Mekkah (The Holy Mecca) yang setiap tahun
dikunjungi oleh beratus – ratus ribu kaum muslimin dari berbagai
penjuru dunia.
4. Reformasi menimbulkan kebangkitan Islam.
Tokoh – tokoh pembaharuan umat islam seperti Al – Tahtawi, Jamaluddin
Al – Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, Sultan Mahmud II,
Sayyid Akhmad Khan, dan Muhammad Iqbal.