3398084 gerakan pemikiran islam di minangkabau

Upload: abusohailalatsary

Post on 19-Jul-2015

179 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Distributed By www.lentera-rakyat.sos4um.com

SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAUDokumentasi Pergerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau, adalah senarai perjuangan pergerakan dakwah Islam oleh para pemimpin bangsa para Ulama Zuama yang di Minangkabau disebut dengan panggilan Alim Ulama Cerdik Pandai Suluh Bendang (Benderang) di Nagari.

Oleh : H. Masoed Abidin

PENDAHULUANPendidikan menurut adat Minangkabau di Sumatera Barat sudah berjalan jauh sebelum kedatangan agama Budha masuk ke Minangkabau. Pendidikan itu disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi dan keberhasilan pendidikan itu dinilai dari penguasaan adat dan keahlian menyelesaikan masalah kehidupan. Untuk dapat menguasai pengetahuan dan pelaksanaan adat yang luas dan rumit itu dipelajari melalui contoh dan laku perbuatanH.Masoed Abidin1

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

dalam kehidupan sehari-hari yang disampaikan dalam bentuk prosa lirik. Minangkabau telah lama dikenal sebagai suatu suku bangsa yang ahli dalam prosa lirik atau sastra lisan. Tiga ratus tahun sebelum Masehi, negeri di bawah angin ini telah dikenal sebagai bangsa ahli sastra yang tercantum dalam buku Kutub Khanah di Mesir. Hubungan itu telah terjalin juga dalam perdagangan kapur barus (kampher, lat.) yang diperlukan untuk pengawetan mummi raja-raja Mesir. Pada masa kebudayaan Hindu berkembang di India, I-tsing seorang musafir dari Cina, sengaja membawa dua orang teman pada abad ke-7 untuk menyalin 200 buah pepatah-petitih di Malaya Giri (Gunung Malayu) yang terletak di tepi Batang Hari. Pada masa pemerintahan Adityawarman, didirikan tiga pusat pendidikan agama Budha yang sacral yakni di Biaro, Pariangan, di Baso dan di Petok, Pasaman dengan memanfaatkan bangunan tradisional surau. Adityawarman ikut memecahkan masalah sosial mengenai remaja di Minangkabau yang tidak mempunyai tempat tinggal di rumah gadang.2

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Dari Berbagai Sisi dan PenjuruMASUKNYA AGAMA ISLAM KE RANTAU timur di masa itu tidak terlepas dari persaingan perdagangan dan pengaruh kerajaan-kerajaan, seperti melemahnya kekuasaan Sriwijaya, dan lahirnya kerajaan Islam Perlak dengan sultan pertamanya Syekh Maulana Abdul Aziz Syah yang menganut Islam (840 M). Berkembangnya Malaka dan Samudera Pasai menjadi kota dagang dan kerajaan Islam (1400 M), dan kalahnya Sriwijaya melawan Majapahit, sejak tahun 1477 M itu, pantai timur ranah Minang di bawah kendali Majapahit hingga meninggalnya Hayam Wuruk, dan di masa itu kerajaan Pagarruyung di Minangkabau diperintah oleh keturunan Kertanegara dan Dara Petak, putri dari Minang, yaitu Adityawarman. Ketika itu, rantau Alam Minang sudah mulai dimasuki dan ddominasi oleh pemeluk Islam, walau Adityawarman masih memeluk Budha, tetapi dinastinya berkuasa hingga 1581 M.H.Masoed Abidin3

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Namun pernah tercatat 1411 M, raja-raja turunan Adityawarman sudah memeluk Islam dan mereka berguru kepada Tuanku Maulana Malik Ibrahim. Kekuasaan kerajaan hanya sebatas simbol kekuasaan dan lambang 1 persatuan. Setelah Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang meninggal, raja melimpahkan kekuasaannya kepada raja-raja muda, atau penghulu di rantau. Raja berdaulat dengan tiga kekuasaan serangkai Rajo Tigo Selo, di Pagarruyung, di Luhak Tanah Datar, yang terdiri dari Rajo Alam, Rajo Adat, dan Rajo Ibadat yang mempunyai daerah kedudukan masing-masing di Buo dan di Sumpur Kudus. Tiga serangkai kekuasaan ini diperkuat oleh dewan menteri Basa Ampek Balai, yang terdiri dari Bandaharo dari Sungai Tarab, Tuan Kadi dari Padang Ganting, Mangkudum dari Suruaso, Indomo dari Sumanik, dan diperkuat lagi oleh Tuan Gadang dari Batipuh dalam urusan pertahanan.4

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Pada masa itu telah terjadi penyesuaian antara Islam dengan adat setempat, seperti adaik mananti, syarak mandaki. Namun kegiatan yang erat dengan budaya Hindu-Budha masih akrab dalam masyarakat Minang kala itu.2

G

ERAKAN

PEMBARUAN

di

dalam

kehidupan beradat dan beragama di Minangkabau, dapat dikatakan satu

gerakan pembaruan oleh para ulama zuama, yakni para cendekiawan yang hidup dengan latar belakang kehidupan adat Minangkabau yang kuat, dan kemudian menuntut mendalami ilmu pengetahuan agama Islam ke negeri-negeri

sumber ilmu, sampai ke Mekah al Mukarramah, yang kemudian diwarisi sambung bersambung membentuk rantai sejarah yang panjang, dan bekelanjutan terus ke abad-abad sesudahnya.

H.Masoed Abidin

5

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Masuknya perkembangannya

Islam di

dan Minangkabau

sejarah sejajar

dengan sejarah pertumbuhan kota-kota dagang di rantau Minang. Awal abad ke-7 M atau abad I Hijriah rantau timur Minangkabau telah

menerima dakwah Islam.3

Gerakan Dakwah PersuasifSetelah Islam berkembang di Minangkabau, Syekh Burhanddin mendirikan surau sebagai lembaga pendidikan agama Islam di Ulakan. Syekh Burhanuddin berhasil mendapat kesepakatan dengan Basa Ampek Balai dan Kerajaan Pagaruyung, bahwa adat dan Islam sama terpakai di Alam Minangkabau. Kedatangan Syekh Burhanuddin (Pono), yang berguru kepada Syekh Abdurrauf Singkili di Aceh, dan kemudian mengembangkan Islam di Minangkabau dengan membuka surau atau sekolah agama seperti di Ulakan Pariaman, dan di Kapeh Kapeh Pandai Sikek, Padangpanjang, mulai melakukan gerakan pemurnian Islam dari pengaruh budaya Hindu-Budha, serta menghapuskan kebiasaan-kebiasaan anak nagari6

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

seperti minum tuak, menyabung ayam atau berkaul ke tempat keramat. Istana Pagarruyung juga menjadi sasaran dakwahnya dan ia berhasil. Keberhasilan itu membuat dia dikenal sebagai ulama besar di Minang. Murid beliau mulai banyak dari darek atau dari Luhak nan Tigo. Semasa itu, sudah terjadi juga persilangan paham antara penghulu dalam hal setuju dan yang menentang ulama zuama, ulama cerdik pandai yang pulang dari berguru dan melakukan pemurnian terhadap kebiasaan adat yang salah menurut syarak. Lambat laun, kesepakatan damai tercipta antara para Penghulu, Tuanku dan Alim Ulama Minang, untuk saling mengakui kedudukan ulama dengan penghulu, sehingga ulama menjadi suluah bendang dalam nagari, tidak menjadi bawahan dari Penghulu seperti kedudukan panungkek, dan manti, dubalang. Semenjak itu lahir beberapa ungkapan petatah-petitih, syarak mandaki adaik manurun, syarak nan lazim adaik nan kawi, syarak babuhue mati adaik babuhue sintak, syarak balinduang adaik bapaneh, syarak mangato adaik mamakai, syarak batilanjang adaik basisampieng.H.Masoed Abidin7

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Kesepakatan ini lebih mudah dilaksanakan dan disetujui kedua belah pihak, karena Tarapang yang kemudian menjadi Tuan Kadi di Padang Ganting adalah teman seperguruan dengan Syeh Burhanuddin di Aceh. Kesepakatan yang disponsori oleh dua orang seperguruan itu lebih dikenal dengan nama Perjanjian Marapalam. Tamatan pendidikan dari surau Ulakan kemudian mengembangkan surau-surau di pedalaman Minangkabau. Bukan secara kebetulan, Islam mendapat tanah yang subur untuk berkembang di pedalaman tanah Melayu-Minangkabau. Ajaran Islam melahirkan spesialisasi dalam memperdalam ajaran agama di surau-surau meliputi ibadah, mualamalah dan ilmu alat. Surau di Kamang memperdalam ilmu alat, nahu dan sharaf, Tuanku nan Kecil di Koto Gadang dalam ilmu mantik dan maani, surau Tuanku Sumanik dlam ilmu hadits, tafsir dan ilmu faraidh, surau Tuanku di Talang dalam ilmu sharaf, dan surau Tuanku di Salayo dalam badi, maani dan bayan. Sedangkan surau Tuanku Nan Tuo dalam tabiyah, hadts, tafsir, dan mantik maaani. Keragaman mempelajari ajaran Islam demikian melahirkan kaum intelektual dengan8

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

statigrafi pengetahuan yang tercermin dari gelar yang disandang alumninya, seperti Kari, Pakih, Labai, dan Tuanku. Gelar ini kemudian diterapkan sebagai aparat alim ulama suku di Minangkabau. Gerakan Kembali ke Syariat (1740 1803) di bawah kepemimpinan Tuanku Nan Tuo sebagai pelindung pedagang melahirkan pratagoni sehingga surau dapat memajukan perdagangan yang mendatang kesejahteraan penduduk Minangkabau dan menguasai pusat-pusat perdagangan. Gerakan ini ditunjang oleh Tuankutuanku generasi muda, seperti Tuanku Nan Renceh, Tuanku Damansiang Nan Mudo, Tuanku Lintau. Semua tuanku itu ikut memajukan kesejateran masyarakat lingkungannya, sehingga surau-surau mereka menjadi pelopor kemajuan perekonomian masyarakatnmya. Gerakan Kembali ke Syariat menyumbangkan ajaran Islam ke dalam adat Minangkabau. Di samping harta pusaka tinggi, difatwakan harta pencaharian, yang diperdapat dari perdagangan yang diwariskan untuk anak dan isteri. Semenjak itu terjadilah proses pembauran yang kental antara syariat Islam dengan budaya Adat Minangkabau. Menyebarnya syariat Islam di Minangkabau dengan suasana damai merobahH.Masoed Abidin9

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

kebiasaan-kebiasaan adat yang bertentangan dengan Islam. Semenjak itu pula proses itu berlangsung sampai saat ini sehingga ulama dapat melibatkan masyarakat Minangkabau di dalam syariat Islam, sehingga melahirkan kepemimpinan adat dan agama dalam setiap lembaga masyarakat. Dalam kaum dan suku mempunyai penghulu (manti dan dubalang) dan malin (imam, khatib, dan bila) dan di nagari terdapat kepemimpinan Kerapatan Adat Nagari yang terdiri dari Penghulu, Imam Khatib dan Cadiak Pandai. Kepemimpinan ini dikenal dengan Tungku Tigo Sajarangan dengan pegangan masing-masing hukum adat, agama dan peraturan atau undangundang, yang disebut tali tigo sapilin. Kehadiran Tuanku Haji Miskin . Pelantikan Tuanku Imam menjadi pemimpin pembaruan Islam di daerah pinggiran Kehadiran Belanda di tanah Minanag .. Reaksi terhadap pendidikan sekuler Akibat tanaman paksa kopi di Sumatera Barat

10

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

SYEKH BURHANUDDIN, ULAKAN (1646 1704 )

Syekh Burhanuddin telah banyak dikenal dan diperbincangkan para ilmuwan, baik dalam literatur, maupun dari laporan bangsa Eropah lainnya. Salah satu sumber utama yang menjelaskan dari perkembangan surau-surau dan lahirnya pembaruan Islam di Minangkabau berasal dari sebuah naskah kuno tulisan Arab Melayu. Naskah itu berjudul, Surat Keterangan Saya Faqih Saghir Ulamiyah Tuanku Samiq Syekh Jalaluddin Ahmad Koto Tuo, yang ditulis pada tahun 1823. Buku ini menjelaskan peranan surau dalam menyebarkan agama Islam di pedalaman Minangkabau yang dikembangkan oleh murid-murid Syekh Burhanuddin Ulakan. Di samping itu, riwayat ulama ini telah diterbitkan dalam tulisan Arab Melayu oleh Syekh Harun At Tobohi al Faryamani (1930) dengah judul Riwayat Syekh Burhanuddin dan Imam Maulana Abdul Manaf al Amin dalam Mubalighul Islam. Buku ini menerangkan dengan jelas mengenai diri Pono, yang kemudian bergelar Syekh Burhanuddin. Diceritakan dengan jelas kehidupan keluarga, masa mengenal IslamH.Masoed Abidin11

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

dengan Tuanku Madinah kemudian berlayar ke Aceh untuk menimba ilmu kepada Syekh Abdurrauf al Singkli. Syekh Burhanuddin adalah salah seorang dari murid Syekh Abdur Rauf al Singkli yang dikenal juga dengan panggilan Syekh Kuala. Sekembali dari Aceh, Syekh Burhanuddin membawa ajaran Tharikat Syattariyah ke Ulakan pada bagian kedua abad ke-17. Dari Ulakan ajaran tarikat menyebar melalui jalur perdagangan di Minangkabau terus ke Kapeh-kapeh dan Pamansiangan, kemudian ke Koto Laweh, Koto Tuo, dan ke Ampek Angkek. Di sebelah barat Koto Tuo berdiri surau-surau tarikat yang banyak menghasilkan ulama. Daerah ini dikenal dengan nama Ampek Angkek, berasal dari nama empat orang guru yang teruji kemasyhurannya. Murid-Murid yang belajar di surau Syattariah terbuka untuk mempelajari seluruh rangkaian pengetahuan Islam. Salah satu buku yang dipelajari Syekh Burhanuddin dan muridmuridnya adalah karya Abdurrauf yang memperlihatkan penghargaan yang tertinggi terhadap "syariat". Beberapa surau Syattariyah mempelajari cabang ilmu agama, sehingga terjadi spesialisasi pengajaran agama Islam di Minangkabau. Masing-masing surau itu12

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

memperdalam salah satu cabang ilmu agama, seperti: Surau Kamang dalam ilmu alat (nahu sharaf dan tata bahasa Arab), Koto Gadang dalam mantik ma'ani, Koto Tuo dalam ilmu tafsir Quran, tarbiyah dan hadith), Surau Sumanik dalam ilmu faraidh (pewarisan) hadis; Surau di Talang dalam badi', maani dan bayan (tata bahasa Arab ). Dalam catatan lain terdapat sederetan para ahli dan penulis yang menyelidiki riwayat dan peranan Syekh Burhanuddin. Dari kisah perjalanan Thomas Diaz tahun 1684 yang diceriterakan de Haan, bahwa ulama ini telah melibatkan rakyat dalam politik agama yang dikenal dengan nama "perjanjian Marapalam" pada tahun 1686, yang kemudian hari melahirkan konsepsi, Adat tidak bertentangan dengan Syarak Penulis bangsa Indonesia seperti Hamka dalam bukunya, Sejarah Umat Islam (1961), Sidi Gazalba dalam Mesjid, Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam (1962) dan Prof. Muhmud Yunus dalam Sejarah Islam di Minangkabau (1969) mengupas peranan ulama Syekh Burhanuddin sebagai pengembang agama Islam yang berpusat di Ulakan..

H.Masoed Abidin

13

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Semua para penulis tersebut sepakat bahwa Syekh Burhanuddin adalah seorang ulama dan pengembang agama Islam di Minangkabau dilahirkan di Guguk Sikaladi Pariangan Padang Panjang dengan nama kecil Pono. Sebagai seorang mubaligh yang mengembangkan agama Islam setelah memperdalam syariat Islam selama 10 tahun di Aceh, sekembali dari Aceh mendirikan surau di Tanjung Medan dan surausurau lainnya di Ulakan. Syekh Burhanuddin meninggal dunia pada hari Rabu 10 Syafar tahun 1116H atau 1704 M di Ulakan. Hari kematiannya dirayakan pengikutnya setiap tahun yang dikenal dengan nama "basapa". Jika 10 Syafar jatuhnya pada hari Rabu, akan diperingati sebagai "basapa gadang" , bersapar besar-besaran. Menurut perhitungan Prof. Mahmud Yunus, Pono lahir pada tahun 1066 H atau tahun 1641 M di Sintuk, Lubuk Alung, dan memperdalam agama pada Syekh Abdur Rauf selama 10 tahun, dan meninggal pada tahun 1116 H dalam usia 53 tahun. Ilmu pengetahuan agama yang dalam serta pengalaman kenegaraan yang diperdapat bersama gurunya, Syek Abdur Rauf yang menjadi seorang mufti pada Kerajaan Aceh,14

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

menciptakankan sistem pendidikan surau. Muridmurid yang diasuhnya kemudian menyebar di seluruh pelosok Minangkabau yang mendirikankan surau-surau sebagai pusat studi yang melahirkan cendekiawan ke pedalaman Minangkabau. Bahkan Syekh Burhanuddin mencapai kesepakatan dengan Yang Dipertuan Kerajaan Minangkabau yang menyatakan bahwa hukum adat dan hukum agama sama-sama dipakai sebagai pedoman hidup dalam masyarakat di Minangkabau. Ketentuan adat dan hukum agama Islam dalam masyarakat Minangkabau yang matrilineal sebagai suatu proses integrasi lebih dikenal dengan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. . Peninggalan Syekh Burhanuddin saat ini yang terpelihara dengan baik, seperti bangunan Surau Tanjung Medan dan Makam Ulakan yang dapat menjadi monumen sejarah dalam membantu menelusuri jejak sejarah yang dikandung monumen itu. Peninggalan sejarah itu dapat dijadikan salah satu sumber penulisan sejarah Syekh Burhanuddin. Surau Syekh Burhanuddin Peninggalan utama Syekh Burhanuddin yang sampai saat ini masih terpelihara dengan baikH.Masoed Abidin15

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

adalah bangunan surau di Tanjung Medan dan komplek makam di Ulakan yang menjadi tujuan ziarah bagi pengikutnya sebagai rasa hormat kepada guru dan pengembang agama Islam di Minangkabau. Dari segi geografis, nagari Ulakan terletak di muara sungai Ulakan di tepi pantai barat Sumatra. Suatu kampung atau nagari yang terletak di tepi pantai paling cepat menerima perkembangan dan pertumbuhan. Secara alamiah Nagari Ulakan berbatas: a. Sebelah utara dengan Nagari Sunur dan Nagari Pauh Kambar b. Sebelah Tapakis selatan dengan dengan Nagari Samudra

c. Sebelah barat Indonesia

d. Sebelah timur dengan Nagari Tapakis Nagari Tapakis terdiri dari 19 jorong, yakni Padang Toboh, Maransi, Sungai Gimbar Ganting, Lubuk Kandang, Sikabu, Tiram, Kampung Ladang, Kampung Gelapung, Kampung Koto, Bungo Padang, Pasar Ulakan, Tengah Padang, Palak Gadang, Tanjung Medan, Binuang, Koto Panjang, Manggopoh Dalam, Manggopoh Ujung, dan Padang Pauh. Letak Jorong ini umumnya16

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

terletak sepanjang pantai atau pesisir, penduduknya sebagian besar terdiri dari nelayan. Di lingkungan seperti inilah peninggalan Syekh Burhanuddin berupa makam di Ulakan dan Surau di Tanjung Medan. Setelah bandar Malaka diduduki oleh Portugis pada tahun 1511, jalan dagang berpindah dari Aceh, pantai barat Sumatra, Banten, Giri di Jawa Timur, Goa dan Tello di Sulawesi, dan Ternate Tidore di Maluku. Di pantai barat Sumatra tumbuh kota-kota perdagangan seperti Meulaboh, Sibolga, Tiku Pariaman, Indrapura. Ulakan, sebagai kota pelabuhan dagang, mengalami kemajuan karena disinggahi oleh para pedagang berbagai daerah dan dari luar negeri seperti saudagar Gujarat, India, Arab dan Cina.Ulakan menjadi suatu pelabuhan penting dan pintu gerbang bagi daerah Minangkabau di masa itu, dan tempat bertemu saudagar-saudagar yang beragama Islam. Peninggalan Syekh Burhanuddin Pada batu nisan Syekh Burhanuddin tercantum hari wafatnya pada tanggal 10 Syafar 1116 H bertepatan dengan hari Rabu atau 1704 H. Ia meninggal pada umur yang masih muda, 45 tahun, karena ia dilahirkan pada tahun 1646.H.Masoed Abidin17

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Ketika berangkat ke Aceh ia berumur 15 tahun dan masa belajar di Aceh selama 10 tahun, kegiatan dakwah berlangsung selama 20 tahun. Di kiri kanan makam Syekh Burhanuddin terdapat makam penggantinya yang disebut khalipah bernama Abdur Rahman dan khatib pertama nagari Ulakan, Idris Majolelo. Ketiga makam ini terletak di bawah bangunan empat persegi 2,5 x 2,5 m. Bangunan ini seolah-oleh sebuah masjid kecil yang mempunyai sebuah kubah berdinding teralis besi. Pada loteng tergantung tirai-tirai, hadiah dari para peziarah Setiap datang rombongan baru tirai itupun diganti. Pengganti-pengganti Syekh Burhanuddin adalah Tuanku-tuanku yang menjadi khalipah, mulai dari Abdur Rahman, Mukhsin sampai khalipah ke-16, Tuanku Mudo. Di halaman bangunan berkubah terdapat beberapa makam para pengikutnya, khalipah-khalipah atau pewarisnya. Kebanyakan telah rata dengan tanah. Sebagai pertanda bahwa semuanya itu makam ialah adanya batu nisan terbuat dari batu alam berbentuk persegi panjang. Di bagian muka makam terdapat sepuluh lokan besar 20 x 30 m tersusun di sebelah kiri kanan jalan yang18

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

menghubungkan makam dengan bangunan 100 x 80 cm. Lokan-lokan ini dianggap para pengikutnya mempunyai berkah yang dapat menyembuhan berbagai penyakit. Dekat makam terdapat pula sebuah bangunan yang berguna celengan bagi orang yang berwakaf. Lokasi bangunan ini dipagar dengan tembok lebih kurang 1 m. Luas areal yang terpagar adalah 8 x 7.5 m. Di luar pagar terdapat pula makam-makam yang banyak, yang dipagar dengan tembok tinggi 1,5 m dan luasnya 8,5 x 12,5 m. Di luar pagar ini baru terdapat halaman yang luas dikelilingi oleh kira-kira 200 buah surau dan di tengahnya terletak sebuah masjid. Surau-surau ini merupakan perwakilan dari daerah atau nagari di Sumatra Barat yang juga berfungsi sebagai tempat menginap para peziarah. Makam Syekh Burhanuddin dan makam lainnya, sangatlah sederhana, ditandai oleh dua buah nisan dari batu andesit dengan pengerjaan sederhana tanpa variasi yang penting sebagai monumen sejarah Surau Syekh Burhanuddin terletak di desa Tanjung Medan, 6 km dari makam Ulakan. Lokasi surau agak masuk ke dalam dari jalan raya melalui jalan tanah yang cukup baik. SurauH.Masoed Abidin19

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

terletak di atas tanah halaman yang luas.

yang

datar

dengan

Tanah lokasi surau Syekh Burhanuddin adalah tanah yang dihadiahkan oleh Raja Ulakan bergelar Mangkuto Alam kepada Idris Majolelo atas jasanya semasa Syekh Burhanuddin belajar di Aceh. Surau, semacam pesantren, ialah bangunan tempat mengaji dan belajar ilmu agama Islam. Syekh Burhanuddin seorang ulama dan mubaligh, maka Surau Syekh Burhanuddin terdiri dari dua bangunan, yaitu: 1) Bangunan serambi berdenah segi empat panjang sebagai bangunan tambahan yang dibuat kemudian. Bangunan ini beratap gonjong dan berfungsi sebagai entrance hall dan keseluruhan bangunan itu terbuka. Lantainya beralaskan plesteran semen dan bukan beralaskan papan sebagai halnya rumah gadang. Bangunan berdenah segi empat bujur sangkar yang terletak di belakang serambi. Pada prinsipnya bangunan ini dengan struktur konstruksi joglo, sebagaimana masjid kuno di Jawa, di antaranya masjid Demak. Namun sesuai dengan keadaan dan kebiasaan orang Minangkabau, bangunan ini dengan struktur berkolong (loteng dan panggung). Dengan20

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

struktur bangunan joglo ini, dalam surau terdapat empat tiang utama dikelilingi dua deretan anak tiang. Pada deretan pertama berjumlah 12 tiang dan pada deretan kedua 20 anak tiang. Dengan empat tiang utama atau tiang panjang (soko guru, Jawa) di tengah dengan dua deretan anak tiang disekelilingnya, maka struktur bangunan ini dengan atap bersusun tiga, dinding ruangan melekat pada deretan anak tiang kedua ( 20 tiang). Tiang sesamanya dihubungkan dengan kayu yang disambung dengan rotan yang disimpai. 2) Atap surau Syekh Burhanuddin ada persamaannya dengan beberapa surau lainnya di Minangkabau, di antaranya surau Koto Nan Ampek di Payakumbuh dan surau Lima Kaum di Tanah Datar. Masih terlihat perkembangan arsiterktur konstruksi atap tumpang dengan bentuk berpuncak dengan hiasan mahkota, sama dengan masjid Demak yang dibangun dalam abad ke-16. 3) Arsitektur surau Syekh Burhanuddin masih mempunyai persamaan dengan masjid di Kota Waringin lama di Kalimantan yang dibangun sekitar abad ke-17. Masyarakat

H.Masoed Abidin

21

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

setempat mengenalnya sebagai prototip masjid Demak. Dengan perbandingan tersebut, arsitektur surau Syekh Burhanuddin pembangunannya dalam abad ke-17. Hal ini diperkuat dengan mihrab tanpa atap tersendiri sebagaimana masjid Demak. Berbeda dengan mihrab masjid lainnya di Minangkabau yang selalu dengan atap tersendiri. 4) Bahan bangunan Syekh Burhanuddin seluruhnya dari kayu, baik tiang maupun konstruksi atap dan dinding. Atapnya dulu terdiri dari ijuk yang kemudian diganti dengan atap seng pada tahun 1920. Struktur bangunan surau dikerjakan dengan kayu yang sederhana tanpa pengerjaan yang sempurna menurut ukuran sekarang. Masih terlihat bentuk asli kayu dengan lengkung-lengannya. Hal ini menunjukkan, bagaimana pekerjaan bangunan masa itu. Tiang utama terdiri dari kayu seutuhnya dengan sedikit dikerja mengambil bentuk segi-8, dan hubungan antara tiang dengan kayu lainnya diikat dengan rotan tanpa paku. Artinya bangunan ini tidak mempergunakan paku kayu.22

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

5) Tiang-tiang terletak di atas sandi dari batu umpak seutuhnya yang terletak di atas tanah yang ditinggikan. Pada beberapa bagian ada perbaikan yang sifatnya mencegah kerusakan, namun masih nampak keasliannya. Bangunan surau Syekh Burhanuddin belum pernah mengalami perubahan, selain penambahan serambi. Masa Kecil Syekh Burhanuddin Tidak banyak keterangan mengenai masa kecil dan latar belakang kehidupan Syekh Burhanuddin yang berkubur di Ulakan itu. Nama kecilnya adalah Pono. Lahir di Pariangan Padang Panjang tahun 1066H (1646 M). Ayahnya bernama Pampak Sakti gelar Karimun Merah, suku Koto. Ibunya bernama Cukup Bilang Pandai, suku Guci. Kehidupan kedua orang tuanya beternak sapi. Keluarga Pampak Sati gelar Karimun Merah meninggalkan kampung halamannya, Pariangan Padang Panjang. Perjalanan dari Pariangan turun ke Malalo, terus ke Bukit Punggung Jawi terus ke Asam Pulau, dekat Kayu Tanam. Dengan menghilirkan batang Tapakis sampai keluarga ini di Sintuk. Jalan ini merupakan jalan dagang yang diawasi oleh Tuan Gadang dari Batipuh.H.Masoed Abidin23

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Di tempat inilah keluarga Pampak memulai kehidupan baru. Usaha lama dikembangkannya karena daerah Sintuk mempunyai padang rumput yang subur. Pono dengan rajin dan patuh menggembalakan ternak ayahnya sehingga berkembang biak yang membawa keluarga Pampak termasuk keluarga terpandang di daerah baru ini. Pono berjalan menghiliri Batang Tapakis mencari padang rumput baru. Di nagari Tapakis, bersebelahan dengan nagari Ulakan, Pono mendapat teman baru, seorang pemuda sebaya dengan dia. Teman itu ialah Idris Majolelo, suku Koto, berasal dari Tanjung Medan. Beliau mempunyai budi pekerti yang halus. Di nagari Tapakis berdiam seorang ulama berasal dari Aceh yang bernama Syekh Abdul Arif yang terkenal dengan gelar Tuanku Madinah yang disebut juga Tuanku Air Sirah. Air Sirah adalah nama jorong di nagari Tapakis, tempat Syekh Abdul Arif bermukim dan mengajar. Pembantu utamanya adalah Syahbuddin, Syamsuddin dan Basyaruddin.Ulama ini seangkatan dengan Syekh Abdur Rauf al Singkli dan sama-sama berguru kepada Syekh Ahmad Kosasih dan Syekh Abdul Qadir al Jailani di Madinah. Syekh Abdul Arif dengan sabar dan24

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

gigih mengajar agama Islam kepada anak nagari. Hasilnya belum menggembirakan. Anak nagari lebih teguh memegang adat istiadat jahiliyah dan kepercayaan lama. Dengan ajakan Idris Majolelo akhirnya Pono berkenalan dengan agama Islam dan langsung mengucapkan dua kalimat tauhid menjadi penganut agama yang khalis di hadapan Tuanku Madinah Beliau belajar dengan tekun dan rajin serta mengamalkan segala fatwa gurunya. Pono termasuk murid yang terpandai karena ketekunan dan kecerdasan otaknya. Tidak berapa lama, tiba-tiba Tuanku Madinah meninggal dunia. Pono sering bermenung dan terharu atas kepergian Tuanku Madinah. Alangkah sedihnya Pono karena secara tidak diduga sama sekali guru yang dihormati dan disayanginya telah tiada. Harapan Pono untuk mengeruk sebanyak mungkin ilmu gurunya itu menjadi gagal. Dengan perasaan hiba dan putus harap, Pono kembali ke Sintuk. Beliau sering bermenung dan terharu atas kepergian Tuanku Madinah. Beliau menyendiri dari pergaulan ramai, mengingat kemungkaran yang sering dilakukan anak nagari. Untuk mengobati hati yang luluh beliau dengan tekun dan sepenuh hati mengamalkan fatwaH.Masoed Abidin25

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

gurunya dan ajaran Islam yang diperoleh selama belajar dengan almarhum Tuanku Madinah. Dengan sembunyi-sembunyi, Pono sempat mengajar serta meyakinkan teman-teman dekatnya akan hakekat kebenaran ajaran Islam. Lambat laun agama Islam mulai meresap di hati sebahagian kecil penduduk Sintuk. Dakwah Pono demikian tidak berlangsung lama. Tantangan demi tantangan datang dari anak nagari, terutama para penghulu suku dan pimpinan nagari. Mereka merasa wibawa mereka akan berkurang karenanya. Akhirnya mereka menasehati Pono agar segera meninggalkan kegiatan dakwahnya. Namun Pono tetap melaksanakannnya. Akibatnya tantangan semakin menjadi. Mula-mula mereka menganiaya ternak ayahnya dan kemudian dengan ancaman pengusiran. Puncak tantangan adalah ketika keputusan musyawarah nagari untuk membunuh Pono apabila tidak segera menghentikan dakwahnya. Pono tidak mendapat tempat berpijak lagi di Sintuk. Memperdalam Ilmu ke Aceh Pada saat krisis ini menyadarkan Pono dari kekhawatirannya. Kembali segar dalam ingatannya pesan almarhum gurunya, Tuanku Madinah, agar memperdalam ilmu agama26

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

kepada seorang ulama besar Abdur Rauf al Singkli. Pesan guru ini disampaikan dengan khidmat kepada kedua orang tuanya dan mereka merestuinya. Secara diam-diam mereka berserah diri ke hadapan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dalam usia muda, 15 tahun, malam hari Pono meningalkan negari Sintuk menuju Aceh guna memenuhi pesan gurunaya, Tuanku Madinah Dengan berat hati kedua orang tuanya melepas kepergian anak tercinta. Kemudian Pono sujud dan mohon maaf. Air mata terus membasahi pipinya. Pada saat itu Pono dan bangkit keluar rumah. Langkah pertama menuju Aceh kelak mempunyai nilai tersendiri dalam peristiwa perkembangan Islam di Minangkabau. Dia berangkat secara diam-diam, khawatir diketahui oleh mata-mata pemimpin nagari itu. Bekalnya adalah semangat dan tekad yang bulat serta penyerahan diri kepada Allah. Tujuannya ke Singkil di Aceh Selatan berguru kepada Syekh Abdur Rauf al Singkli, seorang ulama yang masyhur waktu itu memenuhi amanat almarhum gurunya yang pertama, Tuanku Madinah. Pono sudah berangkat. Nagari Sintuk sudah jauh ditinggalkan. Tanpa kawan ia menyusuri pesisir Samudra Indonesia. SecaraH.Masoed Abidin27

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

kebetulan, dalam perjalanan ia bertemu dengan empat orang pemuda sebaya dengan dia. Mereka lalu berkenalan, dan ternyata mereka mempunyai niat yang sama, hendak pergi ke Aceh untuk menuntut ilmu agama kepada Syekh Abdur Rauf. Mereka adalah Datuk Maruhum dari Padang Ganting, Tarapang dari Kubuang Tigo Baleh, Muhammad Nasir dari Koto Tangah, dan Buyung Mudo dari Bayang Tarusan. Terjadilah persahabatan di antara mereka. Setelah melalui musyawarah didapat kata sepakat, Pono diangkat menjadi kepala rombongan yang diterimanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Melalui suka dan duka selama dalam perjalanan, akhirnya dengan selamat mereka sampai di Singkil langsung menghadap dan memperkenalkan diri kepada Syekh Abdur Rauf. Niat yang dikandung semenjak dari kampung halaman disampaikan dengan sopan. Dengan segala senang hati Syekh Abdur Rauf menerima dan mengabulkan permohonan calon muridnya.

Pengaruh Syekh Abdurrauf al Singkli (1620 -1693)28

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Syekh Abdurauf Singkel4 adalah seorang ulama terkenal dalam abad ke-17. Ia dilahirkan pada tahun 1620 di Singkel, Kabupaten Aceh Selatan sekarang. Nama lengkapnya ialah Abdurrauf al Ali al Jawi al Fansuri al Singkel.5 Syekh Abdurauf Singkel dimuliakan oleh rakyat Aceh sejak dahulu hingga sekarang. Banyak legenda mengenai Syekh Abduurauf yang terus hidupdan dikenal turun temurun. Archer dalam bukunya, Muhammadan Mysticism in Sumatera mengatakan, "Syekh Abdurauf Singkel, seorang cendekiawan muslim Aceh yang sekarang dikenal dengan nama Tengku Dikuala. Nama tertancap dalam lubuk hati rakyat sebagai ulama dan intelektual yang jenius pada zamannya.6 Sesudah mendapat pendidikan di kampung halamannya dan diibu kota Kerajaan Aceh, ia melanjutkan studinya ke tanah Arab. Pada tahun 16423, ia berangkat ke Mekah. Selama 19 tahun lamanya di tanah Arab, di antaranya Mekkah, Madinah, Jeddah, Mokka, Zebid, Batalfakih dan beberapa tempat lainnya. Syekh Abdurauf menyelesaikan studinya pada seorang ulama Tharikat Syattariah yang bernama Molla Ibrahim, pengikut Ahmad Qusyasyi. Pada tahun 1661, ia kembali ke Aceh.H.Masoed Abidin29

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Sesampainya di Aceh, ia mendirikan rangkang (pesantren) dekat muara sungai Aceh. Dari berbagai penjuru Asia Tenggara orang datang ke tempatnya untuk belajar.7 Atas usaha murid-muridnya, Tharikat Syattariah yang kemudian tersebar ke seluruh Indonesia dan Semenanjung Malaya. Di antara muridnya yang terkenal ialah Syekh Burhanuddin di Ulakan seorang mubaligh yang terkenal di Minangkabau yang menyiarkan agama Islam secara intensif ke pedalaman Minangkabau. Di samping sebagai mubaligh dan ulama, Syekh Abdurauf terus menerus memperdalam ilmunya dalam lapangan hukum. Sebuah karyanya dalam lapangan hukum berjudul, " Hudayah Balighah ala Jum'at al Mukhasaman" yaitu sebuah kupasan mengenai hukum Islam tentang bukti, persaksian dan sumpah palsu. Pendapat Syekh Abdurauf di lapangan hukum syariat sangat dipatuhi rakyat Aceh dan buah pikirannya terus hidup sampai sekarang dan lebur menjadi kaedah hukum adat dalam masyarakat Aceh. Kesanggupan Syekh Abdurauf merumuskan hukum-hukum Islam sangat dikagumi sehingga syariat Islam dipatuhi dan dilaksanakan oleh masyarakat Aceh saat ini. Syariat Islam telah dijadikan Peraturan Daerah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.30

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Karyanya yang berjudul, Miratul Tullab fi tasyil Makrifatul Ahkam Asysyar'iyah li Malikul Wahhab, merupakan sebuah buku pengantar Ilmu Fikih menurut Mazhab Syafi'i. Buku ini hampir sama dengan karya Nuruddin Ar Raniri yang berjudul Sirathul Mustaqim. Bedanya buku Nuruddin ar raniri hanya berisi soal-soal ibadah saja, tetapi buku Syekh Abdurauf berisi juga tentang mu'amalah. Kupasannya mengenai pokok-pokok ajaran tasauf termuat dalam bukunya berjudul Kifayat al Muhtajin, Daqaiq al Huruf, Bayan Tajalli, dan Umdat al Muhtadin. Tafsir al Quran dalam bahasa Melayu telah diterbitkan di Istambul pada tahun 1882. Kegiatannya sebagai ulama dan mubaligh sebagian besar dilakukan pada masa pemerintahan Sulthanah Syafiatuddin, seorang sultan yang memerintah selama 34 tahun. Masa pemerintahan pemerintahannya adalah masa yang penuh luka-luka karena kekalahan armada Aceh ketika menyerang Malaka pada tahun 1629. Sementara pertentangan faham agama tindakan kekerasan yang dilakukan semasa pemerintahan Sulthanah Syafiatuddin dalam membasmi ajaran Hamzah Fansuri dan

H.Masoed Abidin

31

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Syamsuddin al Sumatrani dalam Syattariah tentang Wihdatul wujud.

ajaran

Bentuk dan sifat pertentangan antara Syekh Abdurrauf dan Ar Raniri dengan Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al Sumatrani berpangkal pada adanya dua aliran dalam ilmu tasauf. Aliran Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al Sumatrani bernama wihdatulwujud atau kesatuan ujud. 8 Wihdatusysyuhud ialah faham umum umat Islam yang menyatakan bahwa alam yang baru iniadalah sebagai kesaksian dari pada adanya Tuhan. Jadi, bukkanlah alam itu sebagian dari Tuhan, melainkan sebagai tanda adanya Tuhan. Pertentangan ini telah ada pada masa Iskandar Muda, namun atas kebijaksanaan Iskandar Muda tidak menimbulkan kekacauan.9 Namun dalam bidang kebudayaan, sinar kerajaan Aceh semakin bersinar. Aceh masyhur sebagai pusat kebudayaan dan intektual Islam di Asia Tenggara. Syekh Abdurauf adalah seorang ulama dan mubaligh yang membenarkan seorang wanita menjadi Sulthanah yang menunjukkan pikirannya yang maju untuk masanya. Bahkan sampai sekarang masih ada ulama yang tidak membenarkan wanita menjadi pemimpin bangsa.32

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Pada hari Jum'at tanggal 4 Sya'ban 114 H atau 1698 M, Syekh Abdurauf berpulang ke rahmatullah. Pada batu nisannya terlukis Al Waliyul Malki Syekh Abdurrauf bin Ali. Namanya kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syiah Kuala. Sesudah ia meninggal dikenal dengan nama Tengku di Kuala atau Syiah Kuala. Ia mengambil tempat untuk mengajar di kuala (muara) Krueng (sungai) Aceh dan di sana pula ia dikuburkan. Syekh Abdur Rauf berhasil menyelesaikan studinya dengan baik. Kemudian beliau kembali ke Aceh langsung mendirikan rangkang (pesantren) dekat muara Krueng Aceh. Kegiatan rangkang ini maju pesat. Kemampuan Syekh Abdur Rauf merumuskan hukum-hukum Islam dalam bentuk sederhana dan mudah dicernakan, menyebabkan syariat Islam dapat diterima dan dilaksanakan masyarakat Aceh. Atas dasar pengetahuannya di bidang hukum agama, ia diangkat menjadi mufti kerajaan Aceh. Syekh Abdur Rauf adalah seorang sufi dari aliran Syattariah dan bermazhab Syafe'i. Fahamnya dalam tasauf tergolong dalam faham yang dinamakan Wihdatusysyuhud, jadi tidak berbeda faham pendirian Nuruddin Ar Raniri. Dalam polemik beliau menentang ajaran-ajaranH.Masoed Abidin33

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Hamzah Fanshuri dan Syamsuddin As Sumatrani cukup tegas dan keras, tetapi tetap bijaksana sehingga kekacauan dan peperangan agama tidak terjadi dalam masyarakat . Sejak masa Sulthan Iskandar Muda telah tinggi perbincangan ulama-ulama dalam hal agama, yang terpenting pertentangan antara faham wihdatul ujud,"alam ini adalah ciptaan dari bahagian ketuhanan sendiri, laksana buih pada puncak ombak. Maka dalam alam zahir ini sebagai bahagian dari pada ketuhanan yang besar. Menurut ahli tasauf dari aliran ini, duania adalah hanya emanasi atau pancaran dari inti sari yang tidak tercipta Wihdatusyuhud ialah paham yang rata pada umat Islam, bahwa alam yang baharu ini adalah sebagai kesaksian dari pada adanya Tuhan. Jadi bukanlah alam ini sebagaian dari Tuhan, melainkan sebagai tanda dari pada adanya Tuhan. Karya-karya yang pernah beliau tulis, antara lain: 1. Hudayah Balighah 'ala Jum'at al muchasanah, suatu pembahasan mengani hukum Islam tentang: bukti, kesaksian dan sumpah palsu. Buah pikirannya ini menjadi34

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

pedoman dan kaedah hukum adat dalam masyarakat Aceh hingga dewasa ini. 2. Miratul Tullab fi Tasyl Ma'rifatul Asysyariah li makhluk Wahhab kupasan mengenai pengantar Imu Fiqih menurut mazahab Syafii. 3. Kifayat al Muhtajin, Daqaiq al Huruf, Bayan Tajalli, suatu kupasan mengenai pokokpokok ajaran tasauf dan dasar-dasar pendiriannya dalam lapangan ini. 4. Syair makrifat, karangan dalam bentuk puisi. 5. Tafsir al Qur an, dalam bahasa Melayu. Syekh Abdurrauf wafat tahun 1114 Hijriyah dimakamkan dekat muara sungai Aceh. Pada makam beliau dibuat orang hiasan tulisan yang berbunyi Al Waliyul mulki Syekh Abdur Rauf bin Ali, menunjukkan betapa besar peranannya dalam kerajaan Aceh pada waktu itu Setelah meninggal dunia beliau lebih dikenal dengan sebutan Tengku di Kuala atau Syekh Kuala. Kepada ulama dan mubaligh inilah Pono menuntut ilmu dan memperdalam ajaan Islam selama 10 tahun. Lebih-lebih ketika Syekh Abdur Rauf al Singkli diangkat Sulthanat Syafiatuddin sebagai mufti Aceh, Pono dapat belajar tentangH.Masoed Abidin35

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

kehidupan istana dalam hubungannya dengan kegiatan masyarakat Aceh. Syekh Abdur Rauf memberikan perhatian istimewa pula kepada Pono. Hubungan antara murid dengan guru terlihat sangat intim. Di samping belajar, Pono membantu guru menggembalakan ternaknya. Membuat dan memelihara kolam ikan sebagai bagian dari kegiatan rangkang ini. Murid-murid di rangkang Syekh Abdur Rauf harus berusaha sendiri dan mempunyai ketrampilan untuk memenuhi keperluan hidup. Pono diajak tinggal serumah dengan guru. Tugas Pono bertambah dengan mengasuh anakanak sang guru. Pono sudah dianggap sebagai keluarga sendiri oleh Syekh Abdur Rauf. Minat serta perhatiannya sungguh luar biasa diikuti dengan daya tangkap yang tinggi. Tidak mengherankan Pono termasuk murid yang terpandai di antara pelajar di sana. Karena itulah Syekh Abdur Rauf mencurahkan sekalian ilmu yang pernah dimilikinya, dan kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Pono. Ilmu yang dipelajarinya ialah ilmu syariat Islam dengan cabang-cabangnya tauhid, tasauf, nahu, sharaf, hadits dan juga ilmu taqwim (hisab).36

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Setelah melalui ujian-ujian berat dilengkapi dengan berkhalwat selama 40 hari di gua hulu sungai Aceh, di kaki Gunung Peusangan, sebelah selatan Beureun, akhirnya Pono berhasil lulus dengan baik. Syekh Burhanuddin Minangkabau kembali ke

Setelah cukup menerima ilmu pengetahuan selama beberapa than tibalah masanya Syekh Burhanuddin meninggalkan Aceh. Masa pendidikan diakhiri dengan perpisahan antara guru dan murid dengan penuh kasih sayang.Terjadi percakapan antara Syekh Abdur Rauf dengan Syekh Burhanuddin yang berbunyi sebagai berikut: "Malam ini berakhirlah ketabahan dan kesungguhan hatimu menuntut ilmu tiada taranya. Suka duka belajar telah engkau lalui dengan sepenuh hati. Berbahagialah Engkau, dengan rahmat dan karunia Tuhan, telah selamat menempuh masa khalwat 40 hari lamanya. Engkau beruntung di dunia dan berbahagia di akhirat kelak. Sekarang pulanglah engkau ke tanah tumpah darahmu menemui ibu bapamu yang telah lama engkau tinggalkan. Di samping itu tugas berat dan mulia menantimu untuk mengembangkan Islam di sana."H.Masoed Abidin37

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

"Syukur Alhamdulillah", Burhanuddin.

kata

Syekh

"Hatimu telah terbuka dan aku mendoa ke hadhirat Allah subhanahu wata'ala, semoga cahaya hatimu menyinari seluruh alam Minangkabau. Kini, engkau, aku lepaskan. Namun dengar baik-baik! Guru di Madinah ada empat orang, yakni Syekh Ahmad al Kusasi, Syekh Qadir al Jailani, Syekh Laumawi. Ketika aku berangkat ke tanah Jawi ini beliau memberi amanat yang harus kusampaikan kepadamu. Sesungguhnya nama Burhanuddin yang engkau pakai adalah nama pemberian guruku itu dan ia mengirimkan sepasang jubah dan kopiah. Terimalah ini dari padaku supaya sempurna amanat yang kubawa dan suatu kemuliaan bagi engkau dengan sepasang pakaian ini tanda kebesaran ilmu yang penuh di dadamu!" Hari ini adalah saat perpisahan antara guru dengan murid dan meninggalkan mesjid Singkil untuk selama-lamanya bagi Syekh Burhanuddin. Syekh Abdur Rauf melepas Syekh Burhanuddin dengan sebuah taufah dan menyediakan perahu disertai sembilan orang yang akan mengawalnya selama dalam perjalanan. Rombongan ini dipimpin oleh Tuanku Nan Basarung dengan38

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

pesan supaya mengantarkan Syekh Burhanuddin sampai di kampung halamannya. Pada saat itu telah terjadi perubahan hubungan antara Aceh dengan Minangkabau. Daerah yang selama ini berada di bawah kekuasaan Aceh satu persatu ingin melepaskan diri. Demikian juga halnya dengan Minangkabau. Telah terjadi beberapa kali perkelahian dan peperangan yang banyak memakan korban. Di antaranya gugur seorang panglima bernama Sisangko, kemenakan panglima Kacang Hitam, cucu Ami Said yang berkubur di Pulau Angso. Perahu Syekh Burhanuddin mendarat di Pulau Angso di muka pantai Pariaman untuk beristirahat dan meninjau keadaan di darat. Bersama dengan pengawalnya kemudian mereka mendekati pantai Ulakan. Perahu Syekh Burhanuddin adalah perahu Aceh, sehingga penduduk di sekitar pantai telah siap berjagajaga lengkap dengan senjata menunggu kemungkinan yang akan terjadi. Melihat keadaan seperti itu Syekh Burhanuddin berpendapat lebih baik kembali ke Pulau Angso menunggu saat yang baik. Namun, Tuanku Nan Basarung berpendapat lain. Tugasnya adalah mengantarkan orang kampung mereka sendiri yang telah merantau keH.Masoed Abidin39

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Aceh beberapa tahun. Dengan keras hati ia mendayung sendiri ke pantai. Ia disambut dengan perkelahian melawan orang banyak. Walaupun ia memperlihatkan keberaniannya, namun akhirnya ia gugur dalam melakukan tugas yang diembannya. Syekh Burhanuddin tinggal sendirian di Pulau Angso setelah pengawalnya yang delapan orang itu disuruhnya kembali ke Aceh. Ia berpesan kepada Syekh Abdur Rauf bahwa ia telah sampai di kampung halamannya dan akan menyelamatkan jenazah Tuanku Nan Basarung. Melalui seorang nelayan, Syekh Burhanuddin mengirimkan sepucuk surat kepada teman akrabnya, Idris Majo Lelo yang menyatakan beliau sudah kembali dari Aceh dan sekarang berada di Pulau Angso. Perahu yang mendekati pantai Ulakan kemarin adalah perahu saya yang sengaja dikirim oleh Syekh Abdur Rauf. Setelah menerima surat tersebut, Idris Majo Lelo menyampaikan isi dan maksud surat tersebut kepada pemimpin dan rakyat Ulakan. Besoknya, Idris Majo Lelo diiringi beberapa orang menjemput ulama ini ke pantai Kenaur dekat Pariaman. Kedua teman ini berjabat tangan setelah sekian lama berpisah.

40

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Sesaat kemudian mereka berangkat ke Padang Langgundi, Ulakan. Di sanalah mereka bermalam. Sebagai tanda kenang-kenangan kembali dari menuntut ilmu, Syekh Burhanuddin menanam ranting pinago biru yang dibawa dari Aceh. Beliau berpesan kepada Idris Majo Lelo bila ajal sampai kelak ia dikuburkan dekat pinago biru ini. Menyebarkan Ajaran Islam Di Tanjung Medan ada sebidang tanah milik Idris Majo Lelo, pemberian dari Raja Ulakan. Ke sanalah Syekh Burhanuddin dibawanya. Dimulainyalah tugas suci mengajar dan menyebarkan ajaran Islam. Usaha pertama dilakukannya di lingkungan keluarga Idris Majo Lelo. Kemudian diikuti oleh tetangga terdekat. Walaupun mendapat tantangan dari golongan ninik mamak dan pemimpin mesyarakat lainnya yang khawatir pengaruhnya akan berkurang, namun akhirnya sebagian besar masyarakat Tanjung Medan sudah menganut agama Islam yang taat. Syekh Burhanuddin meresapkan agama Islam dengan cara lunak dan berangsur-angsur. Jalan yang dilakukan adalah menerapkan salah satu ayat al Quran yang berbunyi la iqrahaH.Masoed Abidin41

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

fiddin, tidak agama.

ada

paksaan

dalam

menjalan

Kegagalan sewaktu di Sintuk dulu diperbaikinya sekarang setelah mendapat ilmu dakwah dari gurunya, Syekh Abdur rauf. Ternyata cara baru ini berhasil dilaksanakan dengan baik. Beliau yakin bahwa kegagalan di Sintuk merupakan keberhasilan yang tertunda, yang baru menampakkan hasil setelah beliau melakukan dakwah islamiyah di dalam dan di luar nagari Ulakan. Dalam usaha meresapkan ajaran Islam terutama diarahkan kepada anak-anak yang masih "bersih" dan mudah dipengaruhi. Diusahakan oleh Syekh Burhanuddin agar anakanak bermain di halaman surau. Syekh Burhanuddin ikut pula bermain bersama-sama dengan anak-anak tersebut. Setiap memulai permainan Syekh Burhanuddin selalu mengucapkan nama Tuhan, bismillahir rahmanir rahim dan bacaan doa-doa lain. Itulah sebabnya anak-anak tertarik ingin belajar dan ingin mengetahui isi doa yang dibaca beliau. Setelah murid-murid makin banyak mengaji, akhirnya setelah dimusyawarahkan secara gotong royong42

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

dibangun sebuah surau di Tanjung Medan yang sampai sekarang dapat kita saksikan tempat mengaji bagi anak-anak dan santri.

Kesepakatan Bukit MarapalamBerita kegiatan Syekh Burhanuddin di Ulakan ini meluas sampai ke daerah lain, ke Gadur Pakandangan, Sicincin, Kapalo Hilalang, Guguk Kayu Tanam terus ke Pariangan Padang Panjang dan akhirnya sampai ke Basa Ampek Balai dan raja Pagaruyung sendiri. Alam Minangkabau waktu itu menjadi goncang dan perhatian tertuju ke Ulakan sebagai pusat pendidikan dan penyiaran Islam dengan mengintensifkan ke seluruh pelosok Minangkabau. Cara yang dilakukan ialah, dengan meminta restu kepada Raja Pagaruyung. Apabila Raja telah yakin akan kebenaran agama Islam ini Alam Minangkabau akan mudah dipengaruhi. Secara kebetulan, salah seorang temannya belajar di Aceh, Datuk Maruhum Basa, diangkat oleh Yang Dipertuan Kerajaan Pagaruyung sebagai Tuan Kadhi di Padang Ganting. Dengan diiringkan oleh Idris Majo Lelo, Syekh Burhanuddin menemui Raja Ulakan yang bergelar Mangkuto Alam, kemenakan DatukH.Masoed Abidin43

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Maninjun Nan Sabatang dan Ami Said, cucu Kacang Hitam dengan maksud menyampaikan niatnya memperluas ruang lingkup kegiatan dakwah. Dengan kepandaian berbicara akhirnya Mangkuto Alam ditunjuk menghadap Daulat Raja Pagaruyung. Ajakan ini diterima baik oleh Mangkuto Alam setelah dimusyawarahkan dengan "Orang Nan Sebelas di Ulakan." Berangkatlah Syekh Burhanuddin dan Idris Majo Lelo bersama dengan Mangkuto Alam dan Orang Nan Sebelas Ulakan dengan diiringkan hulubalang seperlunya menghadap Daulat Yang DipetuanRaja pagaruyung. Pertama yang ditemui Datuk Bandaharo di Sungai Tarab. Atas inisiatif Datuk Bandaro diundanglah basa Ampek balai untuk membicarakan maksud dan tujuan "orang Ulakan" tersebut., minta izin menyebarluaskan ajaran Islam di Minangkabau. Tempat sidang diadakan di sebuah bukit yang dikenal dengan nama "Bukit Marapalam" Keduanya merupakan norma hukum dan saling isi mengisi yang akan jadi pedoman hidup masyarakat Minangkabau. Inti sari konsepsi Marapalam melahirkan ungkapan "adat basandi syarak, sebagaimana disinggung oleh Scherieke dalam bukunya "Pergolakan Agama di Sumatra Barat (terjemahan) sejak tahun 1668 konsepsi44

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Marapalam itu dicetuskan sehingga alim ulama di Minangkabau telah dapat melibatkan rakyat dalam suatu aksi politik agama. Konsepsi Marapalam ini dengan kerendahan hati disampaikan ke hadapan daulat Raja Pagaruyung. Kepada pembesar kerajaan dimintakan pertimbangan yang diterima dengan suara bulat. Syekh Burhanuddin dan pengikutnya diberikan kebebasan seluas-luasnya mengembang agama Islam di seluruh Alam Minangkabau. Dalam pepatah adat disebutkan batasbatasnya, " di dalam lareh nan duo, luhak nan tigo, dari ikue darek kapalo rantau sampai ke riak nan badabue" Syekh Burhanuddin dengan gerakannya dilindungi oleh kerajaan Pagaruyung. Bagaimana usaha Syekh Burhanuddin berhasil mencapai kesepakatan dalam waktu yang singkat dengan Yang Dipertuan Raja Pagaruyung? Tak heran peranan gurunya di Aceh dengan filsafah "adat bak po teumeureuhum, hukm bak syiah kuala", (adat kembali pada raja, Iskandar Muda, hukum agama pada Syiah Kuala) teralir dalam pikiran muridnya Syekh Burhanuddin di Ulakan.H.Masoed Abidin45

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Daerah pesisir sebagai bagian dari rantau Yang Dipertuan Pagaruyung menentang kehadiran Persatuan Dagang Belanda (VOC) yang mencoba menerapkan penguasa tunggal dalam perdagangan dan memecah belah rantau pesisir. Di antaranya dengan menciptakan Perjanjian Painan tahun 1662. Sedang di daerah pesisir mulai berkembang surau-surau yang mengadakan perlawanan terhadap monopoli dagang, seperti Muhammad Nasir dari Koto Tangah, Tuanku Surau Gadang di Nanggalo. Antara Syekh Burhanuddin dengan Yang Dipertuan Raja Pagaruyung mempunyai kepentingan yang sama yaitu keutuhan Alam Minangkabau. Dengan kedua kepentingan antara keutuhan daerah rantau kesepakatan mudah dicapai antara Syekh Burhanuddin dengan Yang Dipertuan Pagaruyung. Kesepakatan inilah yang sering disebut dengan Perjanjian Marapalam. Kemudian usaha Belanda ingin memasuki pedalaman Minangkabau dirintis oleh Thomas Diaz yang berangkat dari Patapahan menembus hutan rimba dan tiba di Buo (1680) disambut Raja Malio. Pengalaman Syekh Burhanuddin bersama gurunya, Syekh Abdur Rauf sebagai46

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

mufti kerajaan Aceh, menambah wawasan Syekh Burhanuddin dalam politik keagamaan di Minangkabau. Peristiwa bersejarah di Bukit Marapalam dan Titah Sungai Tarab menghadap kepada Yang Dipertuan Kerajaan Pagaruyung telah tersiar di seluruh pelosok Alam Minangkabau dan menerima agama Islam dengan kesadaran. Islam diakui sebagai agama resmi. Adat dan agama telah dijadikan pedoman hidup dan saling melengkapi. Saat itu lahirlah ungkapan "adat menurun, syarak mendaki. Artinya adat datang dari pedalaman Minangkabau dan agama berkembang dari daerah pesisir. Syariat Islam yang dibawa dan dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin telah menyinari Alam Minangkabau banyaklah orang yang menuntut ilmu agama. Dari mana-mana orang berdatangan ke Tanjung Medan. Nama Tanjung Medan sebagai pusat pendidikan dan pengajaran ilmu Islam sudah masyhur. Surau Tanjung Medan penuh sesak dengan murid-murid beliau. Untuk menampung mereka dibangun lagi surau-surau disekeliling surau asal. Menurut catatan terdapat 101 buah surau baru di Tanjung Medan yang merupakan satu kampus,47

H.Masoed Abidin

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

permulaan sistem pesantren yang kita kenal sekarang. Perjanjian Marapalam kemudian berkembang menjadi suatu proses penyesuaian terus menerus antara adat dan agama Islam, saling menopang sebagai pedoman hidup masyarakat Minangkabau. Syekh Burhanuddin telah meninggalkan jasa yang gilang gemilang. Namanya senantiasa akan hidup terus dan tak terlupakan sepanjang masa. Sebelum meninggal dunia, Syekh Burhanuddin tidak lupa mendidik kader penerus dalam usaha menyebarluaskan ajaran Islam yang dilakukan melalui latihan dan pendidikan. Untuk meneruskan perjuangan beliau, Syekh Burhanuddin melatih dan mendidik dua orang pemuda Tanjung Medan, Abdul Rahman dan Jalaluddin yang akan menggantikan kedudukan, "khalipah" kelak. Menurut penilaiannya kedua anak muda ini memenuhi pesyaratan dalam mengemban tugasnya, baik dari akhlak, kecerdaan serta ketrampilan dakwah. Untuk itu ditetapkan Abdul Rahman sebagai khalipah I. Idris Majo Lelo, teman akrab Syekh Burhanuddin sedari muda bekerja bahu membahu dalam menegakkan agama Islam.48

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Sebagai kehormatan atas jasanya, Idris Majo Lelo diangkat menjadi Khatib nagari Tanjung Medan dan jabatan itu berlangsung sampai sekarang.

Tharekat UlakanAjaran yang dikembangkan Syekh Burhanuddin sebagai penganut mazhab Sjafii adalah tharikat Syattariyah, yang dinamakan juga tharikat Ulakan atau "martabat yang tujuh". Martabat yang tujuh adalah mengenai ketujuh tahap pancaran dari "ada yang mutlak", bersumber dari ajaran al Halaj, Ibnu Arabi. Menurut ajaran ini semua yang di alam merupakan pancaran dari Allah. Pikiran ini dikembangkan dari ajaran Wihdatul wujud, bersatu dengan Tuhan. Penganjur faham wihdatul wujud di Aceh adalah Syamsuddin Pasai al Sumatrani dan Hamzah Fansuri. Menurut Syamsuddin al Sumatrani, bahwa Allah itu roh, dan wujud kita ini roh dan wujud Tuhan. Sedangkan Hamzah Fansuri mengatakan bahwa asal roh itu qadin, yakni roh Muhammad s.a.w. karena ia dijadikan Allah dari pada nur zatnya yang qadin. Man 'arafa nafsahu, faqad 'arafa rabbahu (siapa yang mengenal dirinya, berarti mengenal Tuhannya), yang oleh HamzahH.Masoed Abidin49

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Fansuri diartikan bahwa manusia bersatu dengan Tuhan, bersatu sifat dengan zat. Adapun ajaran tharikat Syattariyah mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain: a. tentang lafadz bahasa Arab dari pada imam dan upacara-upacara berdasarkan bahasa Arab yang kuno dan kurang murni. b. Permulaan dan akhir puasa dilaksanakan semata-mata atas rukyah, dalam arti dapat dilihat dengan mata adanya bulan. Pengaruh tharikat ini masih dapat disaksikan sekarang lewat "basapa" ke makam Syekh Burhanuddin di Ulakan. Dalam komplek makam tersebut, pengikutnya melakukan ratib semalam suntuk. Dalam ajaran tharikat, pendekatan dan penghormatan kepada guru diutamakan sekali. Jalan pikiran manusia dalam ajaran tharikat turut mempengaruhi akan peningkatan amalannya melalui makrifat (ilmu) dan hakikat (kebenaran sejati = Tuhan). Untuk memperoleh makrifat, perlu guru atau khalipah. Tanpa guru, makrifat tidak akan berhasil mencapai hakikat. Fungsi guru di sini adalah sebagai perantara (rabuthah). Guru menjadi komponen utama dalam menghubungkan seseorang dengan Tuhannya50

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

(hakikat), karenanya doa guru perlu disebut. Menyebut nama guru ialah memudahkan doa diperkenankan. Proses pencapaian hakikat yang telah diajarkan guru menuntut penghormatan kepada guru, sehingga setelah meninggal jasa guru perlu diingat dalam bentuk ziarah ke makamnya. Dalam pikiran si murid, ulama dan guru tharikat dianggap mempunyai kelebihan yang luar biasa hingga dianggap keramat. Tanah dan tempat-tempat yang pernah dipakai oleh ulama tersebut perlu dihormat dan dikunjungi. Banyak di antara murid-murid Syekh Burhanuddin yang mengembangkan ajaran tharikat ini di Minangkabau. Salah seorang murid yang terkenal ialah Tuanku Mansiang di Paninjauan. Setelah Syekh Burhanuddin wafat, banyak pula orang yang berguru kepada Tuanku Mansiang ini. Perkembangan kemudian cepat berubah sesuai dengan perkembangan pedalaman Minangkabau, Murid-murid Tuanku Mansiang ini mendirikan surau-surau di kampungnya dalam mengembangkan keahliannya masing-masing.H.Masoed Abidin51

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Pada pertengahan kedua abad ke-18 terjadi perkembangan ilmu pengetahuan, politik dan lahirnya cendekiawan sebagai salah satu unsur kepemimpinan tali Tigo Sapilin. Sejalan dengan itu lahir pula pembaharuan pemikiran agama Gerakan "kembali ke syariat" yang lebih dikenal dengan sebutan Gerakan Padri (1784 - 1821) untuk mengatasi kemajuan kehidupan masyarakat pada masanya. Semuanya hasil pendidikan surau Burhanuddin di Tanjung Medan, Ulakan. Syekh

AJARAN TARIKAT DI MINANGKABAUPada awal perkembangan Islam lahir suatu kelompok persaudaraan (tarikat) sebagai suatu cara mendekatkan diri kepada Allah. Tarikat adalah cabang ilmu agama yang disampaikan filosof Islam. Penganutnya yang taat disebut sufi. Seorang sufi menuntut ilmu agama bertahuntahun yang diajarkan seorang guru.52

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Pada masa itu, tarikat dan surau dapat menyesuaikan diri dengan lembaga yang ada di Minangkabau, tanpa menimbulkan pertentangan. Pesantren (surau) lahir dan diterima seluruh masyarakat sebagai tambahan lembaga kehidupan di desa. Kelompok tarikat mahir menanggapi situasi dan lebih menekan ajaran pada usaha ketentraman batin sebagai hamba Allah. Latihan kejiwaan dan zikir diselenggarakan untuk mengingat Allah sehingga terpelihara kesinambungan kehidupan di desa. Pada abad ke-18, di Minangkabau terdapat tiga kelompok tarikat: Naqsyabandiyah, Syattariyah dan Kadiriyah. Ciri ketiga kelompok itu sama, yaitu kepatuhan sepenuhnya yang dituntut dari seorang murid kepada gurunya. Di tempat belajar, mereka mengenal ajaran Islam, disiplin dan latihan yang diterapkan masing-masing guru. Guru dan guru tuo (guru pembantu) mengajar membaca Quran, tafsir dan kaedah agama serta praktek lainnya untuk mencari keridhaan Allah dengan tertib. Pada sore hari para santri berkumpul sambil melaksanakan zikir dengan menyebut asma Allah. Organisasi sekelompok surau, kadang-kadang terdiri dari 20 bangunan yang ditempati santriH.Masoed Abidin53

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

dari berbagai daerah. Setiap surau berada di bawah pengawasan seorang guru tuo. Muridmurid harus ikut membantu guru bekerja di kebun atau sawahnya. Pada masa sibuk bertani, belajar sering terganggu. Di samping itu, murid menanam pisang atau buah-buahan di sekitar surau mereka. Kehidupan mereka tergantung dari hasil pertanian yang dijual ke pasar setiap minggu. Surau-surau besar, biasanya berdiri di desa-desa pusat perbelanjaan, yang disebut pakan. Seorang murid harus berpegang teguh pada kepatuhan diri kepada guru. Kepatuhan ini merupakan dasar sebelum melangkah mempelajari ajaran Islam. Pengajaran dasar bagi seorang muslim ialah membaca Al Quran yang lebih menekankan pada tajwid, bunyi (fonem) yang benar menurut tata bahasa Arab. Sebelum memperdalam kitab suci Al Quran, mereka harus pula mempelajari nahu sharaf, tata bahasa Arab. Bagi yang mendapat kesulitan mempelajarinya, dapat beralih mempelajari hukum Islam, syariat. Kajian syariat disebut fikih. Buku fikih yang dipakai di semua surau tarikat umumnya sama yaitu mengajarkan tiang Islam, arkanul khamsah, yang digolongkan ke dalam54

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

ibadah sebagai dasar kewajiban seorang muslim. Kemudian diikuti dengan bimbingan berperilaku yang benar. Lanjutannya ialah mempelajari hukum yang berkaitan dengan pengendalian hubungan sesama manusia, seperti hukum warisan, dan lain-lain. Surau-surau yang memperdalam kajian pokok tentang hukum tersebut umumnya menjadi surau yang mempunyai nama baik di Minangkabau. Surau-surau Naksyah-bandiyah umumnya terletak di desa-desa persimpangan jalan perniagaan atau desa-desa pertanian yang makmur. Guru-guru tarikat bekerja sebagai petani untuk nafkahnya sehari-hari. Sebagai guru, ia harus pula menyiapkan suatu buku fikih dan doadoa upacara dalam bahasa Melayu berdasarkan sumber-sumber dari bahasa arab. Tarikat Syattariyah lebih banyak dikenal pada akhir abad ke-18, yang diperkenalkan di Sumatera oleh Abdur Rauf dari Singkil, Aceh (1605-1693). Salah seorang muridnya bergelar Syekh Burhanuddin, membawanya ke Ulakan pada bagian ke dua abad ke-17. Dari Ulakan, tarikat itu bersebar melalui jalur perdagangan sampai ke Paninjauan dan Pamansiangan,55

H.Masoed Abidin

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

kemudian ke Koto Tuo, di daerah Agam bagian selatan yang kaya dengan sawah. Di sebelah barat Koto Tuo berdiri surau-surau tarikat yang banyak menghasilkan ulama. Daerah ini dikenal dengan nama Ampek Angkek berasal dari nama empat orang guru yang terpuji kemasyhurannya dalam tarikat Syattariyah.10 Murid-murid di surau Syattariyah mempelajari rangkaian pengetahuan Islam. Salah satu buku yang pedoman dalam kajian Syattariyah adalah karya Abdul Rauf. Surau- surau lain di pedalaman Minangkabau memperdalam suatu cabang ilmu agama tertentu, sehingga terdapat spesialisasi pengajaran. Tuanku di Kamang tempat memperdalam ilmu alat, nahu shraf, tata bahasa Arab; Koto Gadang dan Rao (Pasaman) dalam ilmu mantik maani, ilmu logika Islam; Tuanku di Koto Tuo dalam ilmu tafsir Quran, tarbiyah, pendidikan; Tuanku di Sumanik dalam ilmu hadith, tafsir dan faraidh (ilmu warisan); Tuanku di Talang (Solok) dalam ilmu sharaf, dan Tuanku Salayo dalam badi, maani dan bayan.

56

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Seorang santri dapat pula memperdalam ilmu kepada guru lainnya. Dengan demikian, terjadi mobilitasi sosial yang tinggi di Minangkabau. Pada tahun 1803, terjadi suatu peristiwa yang kelak membawa akibat yang lebih jauh.

HAJI MISKIN( 1860 - 1830)Haji Miskin berasal dari Batu Tebal, Ampek Angkek, telah ikut serta bersama Tuanku nan Tuo memperbaiki keamanan para pedagang. Ia berangkat menunaikan ibadah haji pada tahun 1803 bersama Haji Sumanik dan Haji Piobang. Pada saat berada di Mekah, ia berkenalan dengan aliran Zahiriyah yang dipelopori Muhammad Abdul Ibnu Wahab ( 1703-1792), sebagai lanjutan dari pemikiran Ibnu Taimiyah (1263- 1308). Gerakan ini dikenal dengan nama Gerakan Wahabi yang dapat mempergunakan pengaruh keluarga Su'ud dari Nejd. Ketiga haji itu menerangkan pengalaman mereka masing-masing selama di Mekah kepada tuanku-tuanku dan alim ulama di Luhak Agam,H.Masoed Abidin57

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Tanah Datar dan Lima Puluh. Pada setiap kesempatan, Haji Miskin menjelaskan aliran Wahabi di Mekah dalam melaksanakan pembaruan agama. Ia menganjurkan kembali ke syariat berdasakan al Quran. Mereka menentang menafsirkan fikih untuk kepentingan dunia. Menentang bid'ah dan khurafat yang dimasukkan ke dalam Islam. Kembali ke ajaran yang murni, menurut ajaran Wahabi, ialah menentang fatwa-fatwa ulama yang mendasarkannya pada Qur an dan Hadis. Di dalam fikih, kaum Wahabi menentang segala macam qiyas. Di dalam kehidupan seharihari, mereka menentang pemujaan orang keramat. Hukumnya disamakan dengan menyembah berhala. Mereka menentang minum khamar, memakai pakaian dari sutra dan memakai perhiasan emas. Sekembali dari Mekah, Haji Miskin melengkapi gagasan-gagasan pembaruan untuk mesyarakat Minangkabau dengan ajaran-ajaran Al Quran sebagai sumber hukumnya. Ia pindah ke daerah IV Koto yang berbatasan dengan Agam bagian selatan, suatu desa makmur di lereng Gunung Singgalang. Ia menerapkan tuntunan hidup berlandaskan kaidah agama dalam setiap sikap hidup.58

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Haji Miskin meninggalkan Pandai Sikek dan pindah ke Koto Laweh, suatu desa yang bersih, di lereng Gunung Singgalang( 1805). Di desa ini tinggal Fakih Saghir. Bersama Haji Miskin, Fakih Saghir menerapkan hukum syariat pendamping adat Minangkabau. Dari Koto Laweh, Haji Miskin datang ke Bukit Kamang. Kemudian ia tinggal bersama Tuanku Nan Renceh di Surau Bansa (1807). Haji Miskin dan Tuanku Nan Renceh mulai mengatur rencana pembaruan secara menyeluruh untuk menerapkan hukum perdagangan Islam dalam melengkapi hukum adat Minangkabau. Para pedagang dapat menerimanya, baik yang tinggal di Kamang atau maupun yang datang ke sana. Mereka berjanji saling membantu dalam transaksi antar pedagang. Selama berada di Surau Bansa, Kamang, Datuk Bandaro dan Malin Mudo dari Alahan Panjang mendengar langsung ide pembaruan dari pencetusnya, Haji Miskin. Tidak lama kemudian Malin Mudo kelak dilantik menjadi Tuanku Imam Bonjol* (1807). Daerah Tuanku Nan Salapan dibentuk bersama Tuanku nan Renceh terdiri dari Kamang,H.Masoed Abidin59

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Candung, Ampek Angkek, Kubu Sanang, Banuhampu, Sungai Puar, dan Padang Laweh. Di daerah ini memancarkan kesejahteraan penduduknya. Kekerasan dan perkelahian yang terjadi akibat pengembangan pembaruan untuk mengembalikan desa-desa melaksanakan syariat Islam. Kemudian Haji Miskin berunding dengan Tuanku Nan Salapan. Mereka sepakat menunjuk Tuanku Nan Renceh sebagai pemimpin Gerakan Pembaruan, dan mencari seorang yang berpengaruh untuk melindungi usaha pembaruan. Pilihan jatuh kepada guru mereka, Tuanku Nan Tuo Tuanku Nan Tuo menyetujui maksud mereka, tetapi tidak menyetujui kekerasan yang dilakukan dalam pelaksanaannya. Kalau pekerjaan mulia dilakukan dengan kekerasan, akan menimbulkan kekacauan. Cara ini dianggap menyimpang dari roh Muhammad yang bijaksana. Inilah ajaran yang tertera dalam 'Taufah mursala ila ruhun nabi.' Sedangkan Tuanku Nan Renceh ingin menerapkan gagasan-gagasan pembaruan yang berbeda dengan cara yang dilakukannya dahulu bersama Tuanku Nan Tuo.60

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Haji Miskin melanjutkan usaha pembaruan di Luhak Lima Puluh. Pada tahun 1811, ia berangkat ke ranah ini untuk menggugah ulama muda, Malin Putih di Air Tabik, untuk melakukan pembaruan. Ia berhasil baik. AiaTabit, suatu daerah subur di kaki Gunung Sago. Fakih Saghir datang kedaerah ini membantu Malin Putih yang kemudian bergelar Tuanku Nan Pahit. Mereka mendirikan sebuah benteng Bukit Kawi. Haji. Miskin pindah ke Mesjid Sungai Lundi di nagari Aia Tabik. khutbahnya berhasil menjadi sebab lahirnya rencana perubahan. Pembaruan yang dilancarkan Haji Miskin di Aia Tabik bergema ke Halaban. Seorang ulama yang mengikuti ajaran baru ini ialah Tuanku Luak di Halaban. Haji Miskin penyebar cita-cita dan ide pembaruan masyarakat Minangkabau yang terhunjam kuat dalam hati setiap tuanku- tuanku atau ulama Muda di Tanah Minangkabau. Dalam suasana ribut Haji Miskin mati terbunuh dan dikuburkan di atas Bukit Kawi. (1830).

H.Masoed Abidin

61

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

TUANKUDalam tradisi adat yang diadatkan di Minangkabau, gelar Tuanku adalah, gelar pemimpin agama yang diberikan kepada seorang ulama terkemuka, yang telah menguasai ilmu agama (Islam) paripurna. Lazimnya dibelakang gelar itu diikuti dengan surau tempat ia mengajar. Gelar tuanku sebagai pemimpin surau diresmikan dalam suatu upacara. Sedangkan gelar Syekh* sebagai gelar tertinggi seorang ulama di Minangkabau, merupakan guru gadang yang masih langka pada awal Gerakan Kembali ke Syariat. Gelar syekh diberikan oleh guru kepada muridnya secara beranting sebagai kepercayaan telah diakui mempunyai ilmu agama paripurna, seperti halnya Pono diberi gelar Syekh Burhanuddin Ulakan oleh gurunya, Abdurauf al Singkli. Penobatannya dilakukan dengan memberikan pakaian (jubah) pemberian guru Abdurrauf di Mekah. Dengan demikian secara berantai terjadi hubungan guru-murid yang tidak putusputusnya.62

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Setingkat di bawah Tuanku ialah gelar Peto dan Labai*, bila seseorang yang telah menguasai fikih, tarikat dan ilmu hakekat. Gelar ini berasal dari Turki. Seorang labai atau peto hanya diberi hak memimpin jamaahnya, dan belum berhak memimpin surau sendiri. Tingkat ketiga, Malin, gelar seorang guru bantu (guru tuo) yang dipercaya tuanku memberikan bimbingan kepada murid-murid pada suatu surau. Seorang malin (maulana atau muallim)* telah memiliki pengetahuan agama yang lebih luas dari murid-murid lainnya. Setelah bertahun-tahun belajar pada seorang ulama (surau), seorang murid yang telah menguasai ilmu fikih dan sanggup membaca do'a-doa, lalu diberi gelar Pakih. Sedangkan yang sanggup membaca Al Quran, diberi gelar Kari.

TUANKU NAN TUOH.Masoed Abidin63

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

(1750 - l830)Tuanku Nan Tuo adalah seorang ulama pembaru Islam di pedalaman Minangkabau yang memimpin surau di Koto Tuo*, Ampek Angkek pada pertengahan abad ke-18. Murid-Murid yang belajar di surau Syattariah terbuka untuk mempelajari seluruh rangkaian pengetahuan Islam. Salah satu buku yang dipelajari adalah karya Abdurrauf yang memperlihatkan penghargaan yang tertinggi terhadap "syariat". Ajaran ini dibawa Syekh Burhanuddin Ulakan sekembalinya belajar pada Syekh Abdurrauf al Singkli di Aceh. Beberapa surau Syattariyah mempelajari cabang ilmu agama, sehingga terjadi spesialisasi pengajaran agama Islam di Minangkabau. Masing-masing surau itu memperdalam salah satu cabang ilmu agama, seperti: Surau Kamang dalam ilmu alat (nahu sharaf dan tata bahasa Arab), Koto Gadang dalam mantik ma'ani, Koto Tuo dalam ilmu tafsir Quran, tarbiyah dan hadith), Surau Sumanik dalam ilmu faraidh (pewarisan) hadis; Surau di Talang dalam badi', maani dan bayan (tata bahasa Arab ), Tuanku di Sumanik dalam ilmu hadis, tafsir dan faraidh,64

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Tuanku di Talang dalam ilmu sharaf, sedangkan Tuanku di Salayo dalam ilmu nahu nan tiga (badi', maani dan bayan. Kedua ulama terakhir mencapai derajat yang tinggi sebagai ulamiyah. Dalam hal ini Tuanku Nan Tuo mempelajari ilmu-ilmu itu dari tuanku-tuanku itu, akhirnya lebih dikenal sebagai ulama yang kisyaf yang mempunyai pengetahuan yang luas dalam mantik, maani, hadis, tafsir, tarbiyah, danu agama lainnya. Pada akhir abad ke-18, surau Koto Tuo memperkenalkan pembaruan berdasarkan hukum Islam kepada masyarakat luas. Murid surau Koto Tuo kira-kira seribu orang berasal dari pelosok Minangkabau dan daerah rantau. Ajaran Syattariah yang diperkenalkan mengenai ilmu hakekat, ilmu pengetahuan tentang tauhid dalam 'mencari Tuhan'. Murid dan guru melibatkan diri dalam perdagangan yang berasal dari langganan luar negeri, seperti Amerika, Inggeris, Tamil dan Gujarat. Tuanku Nan Tuo berfatwa tentang perlindungan terhadap pedagang dan menguraikan syariat Islam yang berhubungan dengan keamanan pedagang. Fatwa ini dikenal dengan nama gerakan kembali ke syariat. Ia mengajarkan murid-muridnya cara menggalangH.Masoed Abidin65

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

persatuan bagi masyarakat Minangkabau menurut perintah Tuhan. Inti ajarannya ialah ketaatan pada ajaran-ajaran Al Quran dalam mengatur harta warisan, penceraian dan jual beli barang. Semenjak itu Tuanku Nan Tuo terkenal sebagai pelindung pedagang. Tuanku Nan Tuo bersama Haji Miskin, sebelum menunaikan ibadah haji ke Mekah, mencari jawaban tentang pembagian harta warisan menurut fikih. Menurut Tuanku Nan Tuo harta dibagi atas harta pusaka dan harta pencaharian. Harta pusaka diwariskan menurut hukum adat Minangkabau. Harta pencaharian jatuh ke tangan anak, dengan perbandingan antara anak laki dengan anak perempuan 2: 1. Tuanku Nan Tuo melihat banyak hal yang sesuai antara adat dengan syariat menurut mazhab Syafei, terutama yang berhubungan dengan harta pusaka. Semenjak tahun 1784, hukum Islam menjadi kajian yang penting dari surau Koto Tuo. Muridmurid Tuanku Nan Tuo yang terbaik ditugaskan melaksanakan dakwah ke luar Ampek Angkek, terutama desa yang menghalangi usaha perdagangan. Semenjak itu Tuanku Nan Tuo66

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

dikenal sebagai pelindung pedagang di Minangkabau. Jalaluddin gelar Fakih Saghir yang kemudian mendirikan surau di Koto Laweh, gerbang jalan ke Pariaman melalui Mudik Padang; Tuanku Bandaro dari Alahan Panjang meneruskan pembaruan di Bonjol bersama Tuanku Imam Bonjol; Pakih Muhammad bergelar Tuanku Rao di Rao Mandahiling, Saidi Muning bergelar Tuanku Pasaman kemudian bergelar Tuanku Lintau di Lintau. Pendidikan lainnya di surau Tuanku Nan Tuo ialah ilmu bela diri, silat dan pencak sehingga setiap murid siaga serempak menjadi pemuda trampil dan mampu menggunakan senjata di medan laga. . Menjelang tahun 1790 daerah Ampek Angkek mengalami kemajuan besar atas usaha Tuanku Nan Tuo. Pedagang lebih senang membawa barang dagangannya melalui Agam terus ke Koto Laweh, kemudian meneruskan perjalanannya melalui bukit antara Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek menuju Mudik Padang dan terus ke Pariaman. Mereka dapat bergerak dengan leluasa, yang belum pernah dialami sebelumnya.67

H.Masoed Abidin

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Pembaruan Islam dilaksanakan di surau-surau yang memajukan pendidikan surau dan memajukan perdagangan. Pusat-pusat perdagangan di pedalaman Minangkabau dikuasai oleh surau-surau, seperti Tuanku Damansiang di Pandai Sikek, Jalaluddin di Koto Laweh, Tuanku Nan Renceh di Kamang;Tuanku Nan Tuo di Ampek Angkek, dan kemudian Tuanku Bandaro dan Tuanku Imam Bonjol di lembah Alahan Panjang Panjang, Tuanku Rao di Rao, Tuanku Barumun di Kota Pinang dan Barumun.. Telah terjadi pratagoni di daerah Islam berkembang dengan pembaruan dan perbaikan moral masyarakatnya yang memancarkan kemakmuran.. Pemerasan yang sering terjadi terhadap pedagang dan pemungutan pajak pengawasan pada jalan dagang tradisional dari Jaho Tambangan ke Bukit Punggung Jawi terus ke Kayu Tanam dan Lubuk Alung yang diawasi dubalang Tuanku Gadang dari Batipuh. Dengan adanya perubahan itu di pedalaman Minangkabau berlaku pertanian pola rakyat, menggantikan pola raja yang dikuasai kerajaan Pagaruyung.68

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Belanda memasuki Minangkabau pada tahun 1821 dan ingin menguasai pusat perdagangan di pedalaman Minangkabau. Kemudian Belanda mendirikan benteng Gedung Batu di Koto Tuo. Selama enam tahun hulubalang Tuanku Mudo, pangka tuo (pemimpin ) hulubalang Tuanku Imam Bonjol tinggal di daerah Ampek Angkek. Peperangan tak terelakkan antara pro golongan pembaruan dengan pengikut Tuanku Nan Tuo. Tuanku Nan Tuo meninggal dunia pada tahun 1830 berlumuran darah di surau yang dibangunnya dengan Qur an tetap dipegangnya.

TUANKU LINTAU( 1770 -1832 )Tuanku Lintau seorang ulama di Tanah Datar. Ia anak seorang penghulu bergelar Datuk Sinaro.H.Masoed Abidin69

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Nama kecilnya Saidi Muning dan belajar di surau Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo, melanjutkan pelajarannya di Natal dan Pasaman. Kemudian memimpin suraunya yang terletak di pantai di Pasaman. Semenjak itu ia dipanggil orang Tuanku Pasaman. Pada tahun 1813, Tuanku Pasaman kembali ke kampung halamannya di Lintau, di lembah Sinamar. Ia berpendapat, misinya harus diarahkan pada pembaruan tingkah laku masyarakat di sekitar kerajaan Pagaruyung. Ia sangat terkesan dengan pembaruan yang dilakukan Tuanku Nan Renceh, di Kamang. Muningsyah, Raja Pagaruyung, tidak menentang gerakan pembaruan yang dilakukan Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Pasaman di Lintau untuk perbaikan moral masyarakat Tanah Datar. Tetapi, kerajaan Pagaruyung dan beberapa desa-desa sekitarnya, acuh tak acuh terhadap kehidupan masyarakat. Mereka bahkan menunjukkan permusuhan, sehingga timbul pertentangan di tengah masyarakat. Kerusuhan menjalar ke desa-desa sebelah timur Tanah Datar. Tuanku Pasaman memutuskan mengakhiri sifat otonomi desa yang berlaku selama ini. Raja Pagaruyung tidak mempunyai niat untuk70

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

melakukan pembaruan. Sesungguhnya Pagaruyung telah lumpuh. Tuanku Pasaman berkesimpulan, prasyarat berhasilnya pelaksanaan idenya, ialah dengan jalan melaksanakan administrasi pemerintahan yang seragam di Tanah Datar. Tindakan yang akan dilakukannya ialah menyingkirkan keluarga kerajaan, dan menyerang desa-desa yang paling erat dengan kerajaan Pagaruyung. Ia yakin bahwa sistem kerajaan Pagaruyung menjadi penghalang cita-citanya. Pada tahun 1815, ia mengajak Raja Alam beserta keluarga kerajaan lainnya untuk bermusyawarah di Koto Tangah, antara Barulak dengan Saruaso. Pada pertemuan itu tiba-tiba Tuanku Pasaman menuduh Raja Alam kurop dan tidak beragama. Ia memerintahkan menyerang raja. Banyak anggota keluarga Pagaruyung mati terbunuh dalam peristiwa itu, termasuk dua orang anak Raja Alam Pagaruyung. Raja Muningsyah bersama cucunya dapat meloloskan diri ke Lubuk Jambi. setelah terjadi Peristiwa Koto Tangah itu. Tuanku Pasaman menyerang Lubuk Jambi pada tahun 1823 untuk dapat menguasai kota dagang di pantai timur melalui Sinamar. Tuanku Pasaman berusaha memperkuat kedudukannyaH.Masoed Abidin71

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

di mata penduduk pusat kerajaan. Ia mengawini anak Raja Ibadat terakhir yang meninggal pada tahun 1817. Kemudian ia memindahkan kedudukannya dari Sumpur Kudus ke Lintau dan menyatakan dirinya sebagai pemegang waris Raja Adat dan Raja Ibadat. Semenjak itu pula ia lebih dikenal dengan gelar Tuanku Lintau. T uanku Lintau dapat meluaskan sistem administrasi Padri di daerahnya dengan dukungan hulubalang yang berpakaian merah untuk membedakannya dengan dubalang yang berwarna hitam. Di daerah bukit sebelah timur Lintau, sistem Padri diterima dengan baik. Penduduk Buo dan Kumanis menganut ajaran Padri. Di sebelah utara Lintau, di lereng Gunung Sago, berada di bawah hulubalang T uanku Lintau yang bernama T uanku Halaban. Sehubungan dengan serangan itu, dasar-dasar ekonomi dan politik Kerajaan Pagaruyung lumpuh. Keluarga kerajaan berusaha menyelamatkan diri dari kehancuran dengan kembali kepada sekutu lama, Belanda. Semua nagari yang terletak pada jalur Koto Piliang ke pantai barat ikut menandatangani perjanjian dengan Belanda pada tahun 1819. Nagari-nagari ini diwakili dua beradik Sultan Saruaso dan Raja Alam Bagagarsyah dari Pagaruyung dan Nagari Duo Puluh Koto dan Batipuh. Mulai saat itu Gerakan72

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Pembaruan Padri berhadapan dengan Belanda yang kemudian berubah menjadi Perang Padri. Kawasan Lintau dipisahkan dengan pusat Tanah Datar oleh punggung bukit barisan dengan lembah-lembah yang dalam. Bukit pemisah ini ialah Bukit Marapalam dipergunakan sebagai benteng perlindungan yang sulit ditembus dari arah Tanah Datar. Punggung bukit di sekitar Lintau ditanam dengan kopi. Kawasan ini merupakan pertemuan bukit yang membentuk lereng-lereng yang mendaki. Di sela-sela bukit ini mengalir mata air yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah yang terletak di tengah kebun kopi, dikelilingi oleh sawah yang subur, yang mendatangkan kesejahteraan penduduknya. Halaban dan Lintau semenjak lama mempunyai hubungan dagang dengan pantai timur, di hulu Kampar Kiri dan Kampar Kanan. Pada tahun 1813, ia membenahi desanya, Lintau. Semenjak tahun 1820 melakukan upaya mengawasi lalu lintas perdagangan jalur Indragiri. Sejak itu pula ia terkenal sebagai Tuanku Lintau. Penduduk Lintau melakukan penukaran kopi dengan barang-barang katun dan garam. Terbukti bahwa terdapat hubungan73

H.Masoed Abidin

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

antara kemakmuran dengan diterimanya asas pembaruan Islam (Protagoni). Kedatangan serdadu Belanda ke Tanah Datar dilaporkan kepada Tuanku Imam Bonjol oleh Tuanku Kacik. Utusan itu menyatakan bahwa pasukan Belanda dengan sekutunya akan menyerang Lintau. Pasukan Belanda menyerang Bukit Marapalam, bergerak dari Pagaruyung dengan kekuatan 8 pucuk meriam. Pasukan ini dapat dipukul mundur sampai ke desa Tanjung. Empat pucuk meriam dapat dirampas hulubalang Lintau. Empat hari kemudian, Belanda kembali mencoba menyerang Bukit Marapalam dari arah desa Tanjung. Peristiwa ini terjadi pada 13 April 1823. Pasukan hulubalang Bonjol di bawah pimpinan Tuanku Mudo yang sedang berada di Ampek Angkek, mendengar serangan Belanda ke Bukit Marapalam itu, segera bergerak ke lembah Bukit Marapalam. Pasukan Bonjol menyerang dari arah utara sehingga hulubalang Lintau dapat menguasai medan pertempuran. Pasukan Lintau dan hulubalang Bonjol dapat menguasai lapangan pertempuran. Kekalahan ketiga kalinya bagi pasukan Belanda terjadi pada tanggal 16 April 1823 yang dikenal sebagai Hari Keprajuritan Perlawanan74

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Lintau. Peristiwa serangan Belanda dan perlawanan hulubalang Lintau tercantum pada relief Museum Perjuangan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Pada serangan itu Belanda mendapat kekalahan tiga orang perwira, 45 serdadu Belanda mati, 9 perwira luka dan 178 prajurit menderita luka. Empat buah meriam Belanda dapat dirampas. Pertahanan Tuanku Lintau (1813-1830) baru ditembus pasukan Belanda melalui pengkhianatan yang dilakukan dalam malam pekat ketika hujan turun dengan deras.

TUANKU NAN RENCEH( 1780 - 1832)H.Masoed Abidin75

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Seorang ulama yang cerdas, murid Tuanku Nan Tuo. Setelah menyelesaikan pendidikan di Koto Tuo, ia kembali ke kampung halamannya, di Bansa, Kamang. Tuanku Nan Renceh mengundangkan jihad dari Surau Bansa, Kamang.11 Walau sebagai seorang petani, ia mampu memberikan pelajaran dengan semangat perjuangan di suraunya. Ia melakukan penyerangan terhadap nagari sekitarnya, seperti Kamang, Tilatang, Padang Tarok, Ujung Guguk, Candung, kemudian Matur dan Lima Puluh. Dengan tubuhnya yang kurus tinggi dan pandangan mata yang menyala ia memberi contoh bagaimana ajaran agama ditegakkan tanpa ditawar-tawar. Masyarakat ingin ditegakkan adalah masyarakat muslim yang tidak mengenal menyabung ayam, minuman keras, menghisap candu, makan sirih dan tidak meminta doa ke kuburan dan melarang laki-laki memakai sutra dan perhiasan emas. Siapa yang tidak taat dihukumnya.. Ia ingin menegakkan agama di tengah masyarakat, dan tampak pengaruh Wahabi dalam tindakannya. Tuanku nan Renceh dapat menundukkan seluruh daerah Kamang. Kemudian Magek, Salo,76

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Koto Baru. Di nagari yang mengakuinya disusun pemerintahan menurut Islam dikepalai oleh seorang imam dibantu oleh seorang kadhi. Berangsur-angsur Tuanku Nan Renceh menaklukkan nagari yang keras menantangnya. Nagari itu dibakar dan dibinasakan. Pembaruan yang dicanangkan itu akhirnya disetujui surausurau di Agam, antaranya tuanku nan salapan. Haji Miskin kemudian berunding dengan Tuanku Nan Renceh dari Surau Bansa (1807). Tuanku Nan Renceh bersama Haji Miskin mulai mengatur rencana pembaruan secara menyeluruh. Mereka menghapuskan kebiasaan buruk yang dilarang agama Islam. Gagasan kedua orang pembaru ini untuk menerapkan hukum perdagangan Islam melengkapi hukum adat Minangkabau yang diterima baik oleh pedagang, baik yang tinggal di kamang, maupun yang datang ke Kamang Musyawarah dengan tuanku nan salapan, Tuanku Kubu Sanang, Tuanku Kalung, Tuanku Ladang Laweh, Tuanku Padang Luar, Tuanku Kubu Ambalau, dan Tuanku Lubuk Aur, menghasilkan kesepakatan menunjuk Tuanku Nan Renceh sebagai pemimpin geralan pembaruan dan mencari seorang yang berpengaruh untuk melindungi usahaH.Masoed Abidin77

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

pembaruan yang akan dilakukan. Pilihan jatuh kepada guru mereka, Tuanku Nan Tuo. Perbedaan pendapat antara Tuanku nan Renceh dengan Tuanku nan Tuo, tidak dapat dielakkan. Tindakan Tuanku Nan Renceh tidak disetujui Tuanku nan Tuo Tuanku Nan Tuo melarang Tuanku Nan Renceh dengan beribu-ribu orang Kamang yang ingin menyerang Kurai. Akhirnya Tuanku Nan Tuo memanggil Tuanku Nan Renceh musyawarah menghentikan pembakaran dan pembunuhan sesama orang Islam. Tuanku Nan Renceh mengemukakan jihad berdasarkan fikih. Orang yang tidak menjalankan perintah agama dapat dirampas harta dan jiwanya. Tuanku Nan Tuo mendasarkan pikirannya pada tarikat, Tindakan kekerasan hanya boleh dilakukan terhadap orang yang terang terangan menentang ajaran Islam. Akhirnya perbedaan pendapat diselesaikan dengan sumpah disaksikan Quran. Di beberapa nagari, seorang ulama ditempatkan dalam pemerintahan adat. Wadah lain hasil perjuangannya jabatan Imam, yang pada mulanya pemimpin sembahyang berjamaah, dan kemudian ikut memimpin pertahanan nagari, dan Tuan Kadi, mengatur78

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

akad nikah, talak rujuk dan pengawasan hukum dalam nagari. Perjuangan para ulama dikoordinasi ke dalam Tuanku nan Salapan yang terdiri dari : 1. Tuanku nan Renceh dari Kamang 2. Tuanku Kubu Sanang 3. Tuanku Ladang Laweh di Banuhampu 4. Tuanku Padang Luar 5. Tuanku Galung di Sungai Puar 6. Tuanku Koto Ambalau 7. Tuanku Lubuk Aur 8. Tuanku Mansiangan Pamansiangan nan Mudo di

Munculnya kelompok militan bukan ide pembaruan yang dikembangkan. Tatkala kelompok ini ingin melaksanakan aksinya, mereka menghadap orang arif di Koto Tuo lebih dahulu. Pengaruhnya atas masyarakat luas merupakan faktor penentu. Apalagi sebagian besar para ulama itu pernah menjadi murid ulama besar ini. Pada awal gerakan pembaruan ini dibina atas hubungan pemimpin kharismatik dengan pengikutnya. Inilah yang disebut hubungan guru murid.H.Masoed Abidin79

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Usulan Tuanku Nan Renceh beserta kelompoknya untuk melaksanakan aksi gerakan dengan kekerasan tidak dapat diterima Tuanku nan Tuo. Beliau sependapat dengan gagasan untuk terus menegakkan prinsip-prinsip ajaran Islam yang murni. Dalam segala hal, Tuanku nan Tuo menyediakan diri dan mencurahkan tenaganya guna pembaruan, seperti telah dilaksanakannya jauh sebelumnya. Tetapi ia berbeda pendapat mengenai cara mencapai tujuan. Maka dinasehatkannya agar mereka menempuh jalan yang lebih lunak untuk menghindarkan kerugian yang tidak diperlukan. Dalam pengambilan keputusan mereka menemukan jalan bersimpang dua. Tuanku nan Tuo beserta murid-muridnya yang setia, tetap melaksanakan pembaruan dengan cara lunak. Sedangkan Tuanku nan Renceh dengan kelompoknya mengambil jalan kekerasan. Ternyata, Tuanku nan Renceh pula yang memikul beban langkah pertama untuk melaksanakan perubahan itu. Ia memulai gerakan di kampung halamannya. Pergolakan-pergolakan umum menyebar ke nagari-nagari di Minangkabau. Tuanku nan80

segera seluruh Renceh

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

mengemukakan jihad berdasarkan fikih. Orang yang tidak menjalankan perintah agama dapat dirampas jiwa dan hartanya. Tuanku nan Tuo mendasarkan fikirannya menurut ajaran tarikat. Tindakan kekerasan hanya boleh dilakukan terhadap orang yang terang terangan menentang ajaran Islam. Akhirnya perbedaan pendapat diselesaikan dengan sumpah disaksikan Quran. Namun demikian kelompok Tuanku nan Renceh meminta Tuanku Pamansiangan nan Mudo sebagai penasihat mereka. Serangan Belanda, untuk menguasai perdagangan kopi dan kulit manis dari Kamang, di Koto Baru dan Kapau mendapat perlawanan yang gigih dari hulubalang Tuanku nan Renceh. Banyak korban yang berjatuhan di pihak Belanda sehingga dipaksa mundur ke Bukittinggi. Beberapa pucuk meriam Belanda dapat direbut di Kapau. Serangan-serangan Belanda merupakan pengalaman baru rakyat Minangkabau berhadapan dengan penguasa bangsa asing. Perlawanan semesta dengan menggunakan parit dan rintangan alam seperti bukit, lembah dan gunung. Sentot, seorang bekas pemimpin pasukan Diponegoro yang dikirim Belanda keH.Masoed Abidin81

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

Minangkabau bersama 300 orang pasukannya.(1829). Pasukan Raden Noto Prawiro dan T. Prawiro Sabiro menyerang kedudukan Tuanku Nan Renceh. Dalam pertempuran itu, Tuanku nan Renceh menghembuskan nafas penghabisan (Juni 1832). Namun Raden Noto Prawiro dan Sabiro melihat masyarakat Kamang yang Islami dan keberanian hulubalang Tuanku nan Renceh di Kamang berjuang seperti dilakukannya bersama Diponegoro dulunya.

82

H. Masoed Abidin

PERGERAKAN PEMIKIRAN ISLAM DI MINANGKABAU

Tuanku Imam Bonjol(1772 - 1854)Seorang tokoh gerakan pembaru Islam, dan seorang pemimpin Padri yang berhasil mengembangkan perdagangan di pantai barat, pantai timur sampai ke Tapanuli Selatan. Ia juga seorang ahli benteng yang terkenal dengan nama Bonjol di Minangkabau. Nama kecilnya Muhammad Syahab. Keluarganya berasal dari batas Rimbang, Agam. Sebagai pendatang di Tanjung Bungo, Alahan Panjang, dua orang bersaudara, Syekh Usman dan Hamatun diterima sebagai anak kemenakan dengan mengisi adat pada salah seorang Rajo Ampek Selo Alahan Panjang, Datuk Sati, di Ganggo Hilir. Kaumnya diizinkan pula mengangkat Syekh Usman sebagai penghulu kaum Koto, bergelar Datuk Sajatinyo. Hamatun, adiknya dikawinkan dengan Khatib Bayanuddin, seorang guru agamaH.Masoed Abidin83

SURAU DAN PENDIDIKAN ANAK NAGARI

berasal dari Kampung Batas Rimbang, Palupuh Kabupaten Agam. Mereka menetap di Tanjung Bungo. Dari perkawinannya, mereka dikaruniai tiga orang putri, Sinik, Santun dan Halimatun dan seorang anak laki-laki bernama Muhammad Sahab, yang kemudian terkenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol. Muhammad Sahab dilahirkan di kampung Tanjung Bungo pada tahun 1772. Pada usia 7 tahun, ia belajar mengaji al Quran di Kampung bakonya di Batas Rimbang, Luhak Agam. Pada tahun 1792 -1800, belajar pengetahuan agama di Surau Tuanku Bandaro di Padang Laweh. Tuanku Bandaro adalah seorang murid Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo, Ampek Angkek. Semenjak tahun 1802, Muhammad Syahab menjadi guru tuo (pembantu) di surau gurunya dengan bergelar Malin Basa. Pada tahun 1805, selama tiga bulan, Tuanku