pemetaan situasi menggunakan metode pola

27
BAB I PENDAHULUAN Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pekerjaan pengukuran diatas tanah yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan suatu titik atau penggambaran situasi / keadaan secara fisik yang terdapat diatas permukaan bumi, yang pada dasarnya bumi selalu bergerak sesuai dengan porosnya. Pergerakan bumi tersebut menyebabkan dislokasi bumi dan perubahan tempat, oleh karena itu ilmu ukur tanah diperlukan sebagai kontrol dari pergerakan tersebut dan mengetahui seberapa besar pergeseran yang terjadi dimuka bumi. Kemudian ilmu ukur tanah juga umum digunakan sebagai dasar dari perencanaan pembangunan. Selain yang digunakan diatas, ilmu ukur tanah banyak diperlukan dalam pertambangan maupun dalam pemetaan. Dalam pembangunan misalnya, ilmu ukur tanah diperlukan sebagai penentu dimana bahan tambang tersebut ada. Tanpa adanya ilmu ukur tanah maka akan terjadi banyak kesalahan penentuan letak dari bahan tambang dan menyebabkan kerusakan lingkungan dari kesalahan penetuan letak tambang. Dalam pemetaan, ilmu ukur tanah diperlukan dalam penyusunan pembuatan peta yang apabila telah menjadi peta, akan sangat bermanfaat bagi seluruh disiplin ilmu, mulai dari pengairan, perencanaan pembangunan, sampai pertanian. Jadi ilmu ukur tanah tersebut sangat diperlukan dalam 1

Upload: fernando

Post on 27-Jan-2016

260 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

survey & pemetaan

TRANSCRIPT

Page 1: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pekerjaan

pengukuran diatas tanah yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan suatu titik atau

penggambaran situasi / keadaan secara fisik yang terdapat diatas permukaan bumi, yang

pada dasarnya bumi selalu bergerak sesuai dengan porosnya. Pergerakan bumi tersebut

menyebabkan dislokasi bumi dan perubahan tempat, oleh karena itu ilmu ukur tanah

diperlukan sebagai kontrol dari pergerakan tersebut dan mengetahui seberapa besar

pergeseran yang terjadi dimuka bumi. Kemudian ilmu ukur tanah juga umum digunakan

sebagai dasar dari perencanaan pembangunan.

Selain yang digunakan diatas, ilmu ukur tanah banyak diperlukan dalam

pertambangan maupun dalam pemetaan. Dalam pembangunan misalnya, ilmu ukur tanah

diperlukan sebagai penentu dimana bahan tambang tersebut ada. Tanpa adanya ilmu ukur

tanah maka akan terjadi banyak kesalahan penentuan letak dari bahan tambang dan

menyebabkan kerusakan lingkungan dari kesalahan penetuan letak tambang.

Dalam pemetaan, ilmu ukur tanah diperlukan dalam penyusunan pembuatan peta yang

apabila telah menjadi peta, akan sangat bermanfaat bagi seluruh disiplin ilmu, mulai dari

pengairan, perencanaan pembangunan, sampai pertanian. Jadi ilmu ukur tanah tersebut

sangat diperlukan dalam berbagai disiplin ilmu sebagai faktor penunjang yang sangat

penting dalam terlaksanakannya suatu proyek.

Peta adalah gambaran permukaan bumi yang digambar pada permukaan datar, dan

diperkecil dengan skala tertentu dan juga dilengkapi simbol sebagai penjelas. Beberapa

ahli mendefinisikan peta dengan berbagai pengertian, namun pada dasarnya peta

mempunyai arti yang sama. Berikut pengertian peta dari para ahli.

1. Menurut ICA (International Cartographic Association)

    

1

Page 2: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak

yang dipilih dari pemukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi

atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu

bidang datar dan diperkecil/diskalakan.

2. Menurut Aryono Prihandito (1998)

Peta adalah gambaran permukaaan bumi dengan skala tertentu, digambar

pada bidang datar melalui system proyeksi tertentu.

3. Menurut Erwin Rainsz (1948)

Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang

diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada

bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.

4. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal

2005)

Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi

lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan

pengambilan keputusan pada tahapan pada tingkatan pembangunan.

Dewasa ini sudah dikenal adanya peta digital (Digital Map), yaitu peta yang berupa

gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan media komputer. Biasanya peta

digital ini dibuat dengan menggunakan software GIS (Geography Information System).

Ilmu yang mempelajari tentang peta dan pemetaan disebut dengan kartografi dan orang

yang ahli dalam bidang peta dan pemetaan yang disebut kartograf.

     Jenis-jenis Peta

1) Berdasarkan Sumber Datanya

a. Peta Induk (Basic Map)

Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.

Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta

topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map).

Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta

lainnya.

2

Page 3: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

b. Peta Turunan

Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang

sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta

turunan ini tudak bisa digunakan sebagai peta dasar.

2) Berdasarkan isi Data yang disajikan

a. Peta Umum

Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di

permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta

menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan.

Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut.

Peta Topografi : peta yang menggambarkan permukaan bumi

lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi

ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur

yaitu garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang

mempunyai ketinggian yang sama

Peta Chorografi : peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian

permukaaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala

sedang. Contoh peta Chorografi adalah Atlas

Peta Dunia : Peta umum yang berskala sangat kecil dengan

cakupan wilayah yang sangat luas.

b. Peta Tematik

Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema

tertentu/khusus. Misal peta Geologi, peta pegunungan lahan, peta

persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya. Salah

satu contoh peta Tematik yaitu peta pegunungan lahan.

3

Page 4: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Peta ini merupakan peta yang khusus menunjukan persebaran

penggunaan lahan suatu wilayah yang dipetakan. Perhatikan contoh peta

penggunaan lahan di bawah ini.

3) Berdasarkan Skalanya

a. Peta Kadaster/teknik.

Peta ini mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 - 1 : 5.000 peta

kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan

teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan

sebagiannya.

b. Peta skala besar.

Peta ini mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000.

Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah.

c. Peta skala sedang

Peta ini mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.

d. Peta skala kecil

Peta ini mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.

e. Peta Geografi/Dunia

Peta ini mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.

Fungsi Pembuatan Peta

Menunjukkan posisi atau lokasi relatif ( letak suatu tempat dalam

hubungannya dengan tempat lain ) di permukaan bumi

Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi

(misalnya bentuk benua dan gunung) sehingga dimensi terlihat dari peta.

Menyajikan data tentang potensi suatu daeah.

Memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah

dan jarak-jarak di atas permukaan bumi.

4

Page 5: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

BAB II

LATAR BELAKANG

Sistem koordinat polar (sistem koordinat kutub) dalam matematika adalah suatu

sistem koordinat 2-dimensi di mana setiap titik pada bidang ditentukan dengan jarak dari

suatu titik yang telah ditetapkan dan suatu sudut dari suatu arah yang telah ditetapkan.

Titik yang telah ditetapkan (analog dengan titik origin dalam sistem koordinat

Kartesius) disebut pole atau "kutub", dan ray atau "sinar" dari kutub pada arah yang telah

ditetapkan disebut "aksis polar" (polar axis). Jarak dari suatu kutub disebut radial

coordinate atau radius, dan sudutnya disebut angular coordinate, polar angle, atau

azimuth.

Konsep sudut dan jari-jari sudah digunakan oleh manusia sejak zaman purba, paling

tidak pada milenium pertama SM. Astronom dan astrolog Yunani, Hipparchus, (190–120

SM) menciptakan tabel fungsi chord dengan menyatakan panjang chord bagi setiap sudut,

dan ada rujukan mengenai penggunaan koordinat polar olehnya untuk menentukan posisi

bintang-bintang. Dalam karyanya On Spirals, Archimedes menyatakan Archimedean

spiral, suatu fungsi yang jari-jarinya tergantung dari sudut. Namun, karya-karya Yunani

tidak berkembang sampai ke suatu sistem koordinat sepenuhnya.

Dari abad ke-8 M dan seterusnya, para astronom mengembangkan metode untuk

menghitung arah ke Mekkah (kiblat) dan jaraknya dari semua lokasi di bumi.

5

Page 6: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Sebuah grid polar dengan beberapa sudut yang diberi label dalam derajat.

Koordinat radial sering dilambangkan dengan r, dan koordinat angular dilambangkan

dengan φ, θ, atau t. Koordinat angular ditetapkan sebagai φ oleh standar ISO 31-11.

Sudut dalam notasi polar biasanya dinyatakan dalam derajat atau radian (2π rad sama

dengan to 360°). Derajat biasanya digunakan dalam navigasi, surveying, dan banyak

bidang, sementara radian lebih umum dalam matematika dan fisika.

Dalam banyak konteks, suatu koordinat angular positif berarti sudut φ diukur

berlawanan dengan jarum jam dari aksis.

Dalam literatur matematika, aksis polar sering digambar horizontal dan mengarah ke

kanan.

Konversi dari atau ke koordinat Kartesius

Sebuah diagram menggambarkan hubungan antara sistem koordinat Kartesius dan polar.

6

Page 7: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Sebuah kurva dalam bidang Kartesian dapat dipetakan ke dalam koordinat polar.

Dalam animasi ini, dipetakan kepada . Klik

gambar untuk detail.

Koordinat polar r dan φ dapat dikonversi ke dalam sistem koordinat Kartesius x dan y

menggunakan fungsi trigonometri sinus dan kosinus:

Koordinat Kartesian x dan y dapat dikonversi ke dalam koordinat polar r dan φ

dengan r ≥ 0 dan φ dalam interval (−π, π] dengan:[5]

(sebagaimana dalam teorema Pythagoras atau Euclidean norm),

dan

di mana atan2 merupakan variasi umum pada fungsi arctangent yang didefinisikan sebagai

Nilai φ di atas adalah principal value dari fungsi bilangan kompleks arg yang

diterapkan pada x+iy. Suatu sudut dalam rentang [0, 2π) dapat diperoleh dengan

menambahkan 2π pada nilai sudut itu jika nilainya negatif.

7

Page 8: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

BAB III

PELAKSANAAN

Theodolite adalah suatu alat untuk mengukur sudut (horizontal dan vertikal) dan arah,

karena alat ini dilengkapi dengan piringan horizontal maupun piringan vertikal. Selain itu

theodolite juga dilengkapi dengan sumbu I (vertikal) dan sumbu II (horizontal), sehingga

sumbu teropong dapat diarahkan ke segala arah.

● Theodolite dibagi atas 3 bagian, yaitu :

a) Bagian bawah, terdiri dari 3 sekrup penyetel yang menyangga tabung dan plat

yang berbentuk lingkaran.

b) Bagian tengah, terdiri dari sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung bagian

bawah. Sumbu ini adalah sumbu I (vertikal), terdapat lagi suatu plat yang

berbentuk lingkaran dan mempunyai jari-jari yang lebih kecil daripada jari-jari

plat bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca

radius.

c) Bagian atas, terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu II diletakkan diatas kaki

penyangga kedua (sumbu II). Pada sumbu II ini ditempatkan teropong yang

mempunyai diafragma dan demikian mempunyai garis bidik gambar. Pada

sumbu ini diletakkan plat yang berbentuk lingkaran dan dilengkapi dengan

skala lingkaran.

Pada waktu melakukan pengukuran, bagian-bagian theodolite harus dalam keadaan

baik, seperti :

» Sumbu I vertikal

» Sumbu II horizontal

» Garis bidik tegak lurus pada sumbu II

» Kesalahan indeks vertikal

8

Page 9: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Maka dari pada itu, theodolite memerlukan pengaturan lebih dahulu agar dapat

memenuhi persyaratan diatas

THEODOLITE

1. Lensa Okuler

Berfungsi untuk mengatur / memperjelas bayangan obyek

2. Teleskop Lensa Mata

Berfungsi untuk melihat obyek / target yang akan diukur

3. Lensa Optik Mikrometer

Berfungsi untuk melihat hasil bacaan sudut horizontal dan vertikal

4. Krap Mikrometer Optis

Berfungsi untuk mengatur bacaan sudut horizontal dan vertikal sehingga mendapat

sudut yang tepat

5. Sentering Optis

Berfungsi untuk melihat senter point berupa paku dan untuk menyetel posisi

senteringnya

6. Piringan Sudut Horizontal

9

Page 10: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Berfungsi sebagai tempat bacaan sudut horizontal

7. Tanda Derajat Nol

Berfungsi sebagai penanda bahwa posisi sudut horizontalnya 0K 0’0”

8. Nivo Kotak

Berfungsi sebagai patokan agar sumbu I tetap tegak lurus dengan bidang horizontal

9. Tribrach memperbaiki tuas

Berfungsi untuk mengunci / melepas pesawat teodolit

10. Landasan

Berfungsi sebagai plat penyangga seluruh bagian alat

11. Sekrup ABC

Berfungsi untuk meletakkan gelembung nivo agar sumbu horizontal theodolite sejajar

dengan garis arah nivo

12. Sekrup Penggerak Teropong vertikal

Berfungsi untuk menggerakkan teropong secara vertikal

13. Sekrup Penguci Vertikal

Berfungsi untuk mengunci teropong

PEMBACAAN SUDUT VERTIKAL DAN HORIZONTAL

10

V

H

90‘’

0‘’

20’’06

1

4

2

23

Page 11: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Keterangan :

1. Skala Vertikal

2. Garis Indeks

3. Skala Horizontal

4. Skala Mikrometer

5. Garis Indeks Mikrometer

⃝ Sudut Pembacaan

Sudut Horizontal dapat dilihat pada skala horizontal dan diikuti pembacaan skala

mikrometer (gambar 1)

Contoh : gambar 1.3 Sudut horizontal 0K 20’ 06”

Sudut Vertikal daapat dilihat di nonius, skala vertikal yang kemudian diikuti

pembacaan mikrometer sudut vertikal 90K 20’ 06”

Waterpass adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong dengan dilengkapi nivo

dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong dapat berputar ke arah horizontal, karena

alat ini hanya dilengkapi dengan sumbu horizontal saja. Alat ini tergolong alat penyipat

datar kaki tiga atau Tripod level, karena alat ini apabila digunakan harus dipasang diatas

kaki tiga atau statif. Waterpass sendiri berfungsi untuk mengukur jarak optis dan

11

25’ 12”

25’ 18”

25’ 24”

5

Page 12: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

mengukur beda tinggi. Bila kita mengukur dengan menggunakan alat waterpass, maka

kita akan mendapatkan hasil berupa data jarak mendatar.

● Keterangan :

1. Lensa Objektif

Berfungsi sebagai penangkap bayangan objek yang kemudian diteruskan menuju

lensa okuler

2. Skala Piringan Horizontal

Berfungsi sebagai tempat pembacaan sudut pada waterpass, akan tetapi sudut

yang terbaca kurang teliti karena ketelitiannya hanya mencapai derajat

3. Sekrup Penggerak Halus Horizontal

Berfungsi menggerakkan teropong secara halus kekiri dan keimanan

4. Sekrup ABC

Berfungsi untuk menempatkan letak gelembung nivo agar sumbu horizontal

waterpass sejajar dengan garis arah Nio

5. Nivo Kotak

Berfungsi sebagai patokan agar sumbu I (vertikal) tetap tegak lurus dengan

bidang horizontal

6. Lensa Okuler

12

6

1

32

4

5

7

8

9

Page 13: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Berfungsi sebagai penangkap bayangan objek dari lensa objektif dan diteruskan

ke mata pembidik

7. Sekrup Penjelas Benang Silang

Berfungsi sebagai penjelas bayangan benang silang pada teropong

8. Visir

Berfungsi untuk membidik secara kasar ke titik objek, dalam hal ini rambu ukur

didirikan pada suatu titik

9. Sekrup Penjelas Bayangan Obyek

Berfungsi untuk memperjelas bayangan obyek, dengan cara kerja mengubah jarak

fokus pada lensa

● Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat ukur waterpas :

Syarat Utama : Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah Nio

Syarat Kedua : Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu I

Syarat Ketiga : Garis mendatar difragma harus tegak lurus dengan sumbu I

● Sebelum alat ukur waterpass digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat tersebut

harus dipenuhi terkebih dahulu dengan kata lain alat ukur waterpass tersebut harus diatur

dahulu supaya ketiga syarat tersebut terpenuhi.

Statif / Tripod merupakan alat bantu ukur tanah tempat kedudukan theodolit atau

waterpass yang diletakkan diatas kepala datar statif. Statif terdiri dari tiga buah kaki yang

dapat digerakkan dan diatur panjang-pendeknya dengan sekrup pengunci sehingga

kedudukan theodolit atau waterpass dapat sempurna.

13

Bidang Level / Kepala Statif

Page 14: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Rambu ukur / bak ukur, merupakan alat bantu ukur pada pengukuran penyipat datar

untuk memperoleh beda tinggi antara dua titik, dan juga merupakan alat bantu ukur untuk

memperoleh jarak secara optis dengan menggunakan alat Theodolit. Alat ini terbuat dari kayu

atau alumunium dan anjangnya antara 2-5 meter. Skala rambu dibuat dalam skala sentimeter

(cm), tiap-tiap sentimeter adalah blok.

Merah, putih atau hitam, tiap meter diberi warna hitam berlainan, merah – putih dan

hitam – putih untuk memudahkan pembacaan meter

Unting – unting berfungsi untuk membantu menempatkan alat ukur Waterpass dan

Theodolit berdiri tepat diatas titik patok yang telah ditentukan.

14

Kaki Statif

Sekrup Penyetel

Tali Pembawa

Sekrup Pengunci

Skala Pembacaan

Batang Rambu

Pengunci

Page 15: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Dalam melakukan centering ada 3 tahap, yang pertama menyentring lensa pada

theodolit ke patok yang ada dibawahnya. Maka saat meletakan alat theodolit pada statip,

usahakan statip tegak lurus pada patok dibawahnya. Yang kedua mengatur apakah alas

theodolit sudah horizontal. Caranya dengan menaik turunkan ketiga kaki statip.

Kemudian centring yang ketiga dilakukan dengan caranya dengan memutar ketiga skrup

yang ada di theodolit. Skrup ini diberi nama A, B dan C. Skrup AB diputar secara

bersamaan, jika skrup A diputar ke dalam maka skrup B pun harus diputar kedalam.

Setelah skrup A dan B, putar skrup C sendiri hingga gelembung berada di tengah.

Kemudian putar alat theodolit kesembarang arah untunk memastikan bahwa alat sudah

benar – benar datar dengan melihat apakah gelembung nivo maih tetap ditengah atau

tidak, apabila tidak ditengah maka ulangi lagi dari awal.

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap

suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik,

tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,

seperti tingkat ketidakpastian, atau indeks kepercayaan konsumen. Pengukuran ada

beberapa macam alat yaitu: micro meter,jangka sorong,dial indikator,viler gauge All

15

Page 16: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Pengukuran sudut adalah pembeda antara dua buah arah atau lebih dari suatu titik.

Pengukuran sudut yang teliti dapat diukur dengan menggunakan alat ukur theodolit.

Adapun metode pengukuran sudut dengan alat ukur theodolit, antara lain :

Metode Reiterasi

Pengukuran sudut dengan metode reiterasi disebut juga pengukuran

sudut tunggal, karena pada pengukuran sudut dengan cara reiterasi hanya

mengukur besar sudut satu kali saja antara dua buah jurusan titik.

Metode Repetisi

Pada metode repetisi ini, sudut diukur lebih dari satu. Pengukuran

dilakukan berlawanan arah dengan pengukuran yang pertama, sehingga pada

dua titik jurusan di peroleh dua sudut, yang mana kedua sudut tersebut

besarnya haruslah sama. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar

berikut :

Pengukuran jarak untuk kerangka kontrol peta, dapat dilakukan dengan cara langsung

menggunakan alat sederhana yaitu roll meter / dengan pipat datar yaitu jarak optis,

sedangkan untuk mendapatkan jarak data yang lebih teliti dibandikngkan dengan dua

16

B

A

C

Keterangan :

= Sudut ABCA , C = Titik jurusanB = Tempat berdirinya alat

ßB

A

C

Keterangan :

= ß = Sudut ABC ß = Sudut CBA

Page 17: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

cara yang ada, data jarak didapat juga dengan alat pengukur jarak elektronis EDM

(Elektro Distance Measurement).

a. Pengukuran Jarak Langsung

Dalam pengukuran kerangka kontrol horizontal yang digunakan adalah jarak langsung

dalam pengukuran, jarak langsung perlu dilakukan pelurussan apabila roll meter yang

digunakan tidak menjangkau 2 buah titik yang sedang diukur.

Keterangan :

1 : 2 = titik kontrol yang akan diukur

1¹ : 2¹ = titik bantuan untuk pelurusan

b. Pengukuran Jarak Optis

Pengukuran jarak optis adalah pengukuran jarak secara tidak langsung, karena di

bantu dengan alat sipat datar atau theodolit dan rambu ukur. Dimana pada teropong alat

terdapat 3 benang silang, benang atas (ba), benang tengah (bt), dan benang bawah (bb)

yang merupakan data untuk mendapatkan jarak.

Pengukuran ini kurang teliti dan menggunakan rumus :

Dm = (ba - bb) . k . sin Z

Dd = (ba - bb) . k . sin² Z

Dd = (ba - bb) . k . cos² Z

Keterangan :

Dm = Jarak miring K = Konstanta = 100

Dd = Jarak datar Z = Zenith

Ba = Benang atas A = Helling

17

P p p

1 1¹ 2¹ 2

Page 18: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Bb = Benang bawah

Gambar pengukuran jarak optis

BAB IV

ANALISA

Berdasarkan data praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut :

Titik 1

BA : 1.380

BT : 1.298

BB : 1.215

Sudut Horizontal : 175⁰ 36’ 20”Sudut Vertikal : 98⁰ 03’ 20”

Titik 2

BA : 1,488

BT : 1.345

BB : 1.200

Sudut Horizontal : 129⁰ 23’ 40”Sudut Vertikal : 90⁰ 03’ 20”

Titik 3

BA : 1.327

BT : 1.226

BB : 1.121

Sudut Horizontal : 256⁰ 24’ 20”Sudut Vertikal : 88⁰ 46’ 0”

Titik 4

BA : 1.209

BT : 1.153

BB : 1.093

Sudut Horizontal : 235⁰ 48’ 06”Sudut Vertikal : 88⁰ 52’ 0”

18

BaBtBbB

dm

z

Dd

h ab

A

Ti

Page 19: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

Adapun pengolahan data nya menggunakan rumus sebagai berikut :

DM=Ba−Bb ×10 0

DH=DM ×sin v

∆ y=D H × sin ¿H

∆ x=DH ×cos ¿H

X=x+∆ x

Y= y+∆ y

Pengolahan data praktikum :

No Rambu < H < V DM DH Δx ΔyX

100,00

Y

100,00

a

1.380

1.298

1.215

175⁰ 36’20” 98⁰03’20” 16,5 16,3371,25

1

-

16,2

88

101,25

183,12

b

1,488

1.345

1.200

129⁰ 23’40” 90⁰03’20” 28,8 28,79922,2

55

-

18,2

77

122,25

581,723

c

1.327

1.226

1.121

256⁰ 24’20” 88⁰46’0” 20,6 20,595

-

20,0

18

-

4,84

0

79,982 95,16

d

1.209

1.153

1.093

235⁰48’06” 88⁰52’0” 11,6 11,597

-

9,59

1

-

6,51

8

90,409 93,482

19

Page 20: Pemetaan Situasi Menggunakan Metode Pola

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi

tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.

2. Data pemetaan yang dilakukan berupa orientasi lapangan, pengukuran, pemetaan

kerangka peta dan pengukuran titik detail.

3. Faktor yang mempengaruhi korelasi perhitungan adalah ketidak akuratan dalam

pengamatan serta ketinggian tempat pada saat digitasi letak lokasi pengukuran.

4. Sebelum pengukuran dilakukan (menembak target), theodolit harus di centering

terlebih dahulu.

20