pemerintah kabupaten parigi...

23
1 PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa pelabuhan merupakan salah satu unsur dalam penyelenggaraan Angkutan Laut yang memiliki peranan penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh Negara dan pembinaannya dilaksanakan oleh Pemerintah; b. bahwa penyelenggaraan Jasa Kepelabuhanan merupakan salah satu kewenangan Kabupaten sehingga perlu penyediaan Jasa kepelabuhanan yang digunakan untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh para pengguna Jasa Kepelabuhanan; c. bahwa bedasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Kepelabuhanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 Nomor 981 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3493); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 3. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong Di Propinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4185 ) ;

Upload: nguyenhanh

Post on 26-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

NOMOR 7 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PARIGI MOUTONG,

Menimbang : a. bahwa pelabuhan merupakan salah satu unsur dalam penyelenggaraan

Angkutan Laut yang memiliki peranan penting dan strategis sehingga

penyelenggaraannya dikuasai oleh Negara dan pembinaannya

dilaksanakan oleh Pemerintah;

b. bahwa penyelenggaraan Jasa Kepelabuhanan merupakan salah satu

kewenangan Kabupaten sehingga perlu penyediaan Jasa kepelabuhanan

yang digunakan untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum

serta dapat dinikmati oleh para pengguna Jasa Kepelabuhanan;

c. bahwa bedasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi

Jasa Kepelabuhanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 1992 Nomor 981 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3493);

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

3. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Pembentukan

Kabupaten Parigi Moutong Di Propinsi Sulawesi Tengah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 53, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4185 ) ;

2

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4389);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2005 menjadi Undang-Undang (Lembara Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4548 );

6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 1999 tentang Angkutan Di

Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 187,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3907);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen

Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

27, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3940 );

8. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 160,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 127,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4145);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227);

12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 54 Tahun 2002 tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;

13. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 56 Tahun 2002 tentang

Pelimpahan/Penyerahan Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Unit

Pelaksana Teknis/Satuan Kerja) Kepada Pemerintah Propinsi Dan

Pemerintah Kabupaten/Kota;

14. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Kewenangan

Kabupaten Parigi Moutong Sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Daerah

Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3 );

3

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

dan

BUPATI PARIGI MOUTONG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Parigi Moutong.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga

Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD

dengan persetujuan bersama Bupati.

6. Dinas adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Parigi Moutong.

7. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi

Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan

batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi

yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang

dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi fasilitas keselamatan pelayaran, dan

kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda

transportasi.

9. Pelabuhan Umum adalah Pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan

pelayanan masyarakat umum.

10. Pelabuhan Khusus adalah Pelabuhan yang dikelolah untuk kepentingan sendiri guna

menunjang kegiatan tertentu.

11. Pelabuhan Daratan adalah suatu tempat tertentu di daratan dengan batas-batas yang

jelas, dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan dan gudang

serta prasarana dan sarana angkutan barang dengan cara pengemasan khusus dan

berfungsi sebagai pelabuhan umum.

12. Pelabuhan Laut adalah Pelabuhan umum yang melayani kegiatan angkutan laut.

13. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan adalah Wilayah Perairan dan Daratan pada

pelabuhan umum yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan kepelabuhanan.

4

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

14. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan adalah Wilayah Perairan disekeliling

Daerah lingkungan kerja Perairan pelabuhan umum yang dipergunakan untuk

menjamin keselamatan pelayaran.

15. Dermaga untuk kepentingan sendiri, yang selanjutnya dapat disingkat DUKS, adalah

Dermaga dan Fasilitas pendukungnya berada dalam DLKR/DLKP yang dibangun,

dioperasikan dan dipergunakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan

tertentu.

16. Gross Tonage, yang selanjutnya dapat disingkat GT, adalah isi kotor dalam satuan

meter kubik yang dimulai setara dengan tonage.

17. Etmal adalah waktu atau lama kapal sandar di dermaga.

18. Jasa Labuh adalah pelayanan yang diberikan bagi kepentingan kapal yang berlabuh

baik di kolam pelabuhan maupun di tempat lain.

19. Jasa Tambat adalah pelayanan yang diberikan bagi kegiatan kapal yang bertambat di

dermaga tau pun di tambat lain.

20. Jasa Dermaga adalah pelayanan yang di sediakan untuk kegiatan bongkar maupun

muat atau naik turun penumpang melalui dermaga.

21. Jasa Penumpukkan adalah pelayanan yang diberikan untuk kegiatan penumpukkan

barang.

22. Jasa Kenavigasian adalah pelayanan yang diberikan / disediakan yang berkaitan

dengan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, hidrooceanografi,

alur dan perlintasan, pemanduan, penanganan kerangka kapal, salvage dan pekerjaan

bawah air, untuk kepentingan keselamatan pelayaran.

23. Jasa Pelayanan Perkapalan adalah pelayanan yang diberikan / disediakan yang

berkaitan dengan kegiatan bidang perkapalan dan kepelautan serta pengawasannya

untuk menentukan kelaiklautan kapal.

24. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau

Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana

pensiunan, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial

politik, atau organisasi yang sejenis lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan

lainnya.

25. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

26. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah

untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

pribadi atau badan.

27. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perUndang-

Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi termasuk

pungutan atau pemotong Retribusi tertentu.

5

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

28. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi

wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa kepelabuhanan dari Pemerintah Daerah

yang bersangkutan.

29. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SSRD adalah Surat

yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran

Retribusi yang terutang ke kas daerah atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan

oleh Bupati.

30. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SKRD, adalah surat ketetapan

yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang.

31. Surat Pendaftaran Dan Pendataan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTRD,

adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data Objek

Retribusi dan wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi

yang terutang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah.

32. Surat Ketetapan Retribusi Daerah kurang bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB

adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah pokok retribusi, jumlah

kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran retribusi, besarnya sanksi adminitrasi

dan jumlah yang masih harus dibayar.

33. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang dapat disingkat

SKRDKBT, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan tambahan atas jumlah

retribusi yang telah ditetapkan.

34. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB,

adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran

Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang

atau tidak seharusnya terutang.

35. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk

melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi Administrasi berupa bunga dan/atau

denda.

36. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD

atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT, SKRDLB yang diajukan

oleh Wajib Retribusi.

37. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, menngumpulkan, mengolah

data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

Retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perUndang-Undangan Retribusi Daerah.

38. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan

yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten Parigi Moutong, yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari

serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana

dibidang Retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

6

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Jasa Kepelabuhanan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas

pemberian dan/atau penyediaan jasa kepelabuhanan.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi Kepelabuhanan adalah pemberian dan/atau Penyediaan Jasa

Kepelabuhanan atas orang pribadi atau badan.

(2) Obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Jasa pelayanan kapal yang meliputi

b. jasa pelayanan barang yang meliputi ;

c. jasa pelayanan alat yang meliputi ;

d. pelayanan jasa kepelabuhanan lainnya yang meliputi;

e. jasa kenavigasian;

f. jasa pelayanan perkapalan.

Pasal 4

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Jasa kepelabuhanan.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Jasa kepelabuhanan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAAN JASA

Pasal 6

Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis, volume dan/atau lamanya pelayanan

jasa kepelabuhanan

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi jasa umum didasarkan

pada kebijakan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan Jasa yang

bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan serta memperhatikan

faktor kemampuan pengguna Jasa.

(2) Biaya sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat meliputi biaya Administrasi,

pelayanan, Pembinaan, pengawasan, pemeliharaan, perawatan dan kebersihan

pelabuhan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

7

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 8

(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut :

Struktur Retribusi Satuan Besarnya

Tarif Retribusi

A. JASA KEPELABUHANAN

1. Jasa Pelayanan Kapal

a. Jasa Labuh :

1) Kapal yang melakukan kegiatan di

pelabuhan umum :

a) kapal yang melaksanakan kegiatan

niaga :

1) kapal angkutan laut luar negeri

2) kapal angkutan laut dalam negeri

3) kapal pelayaran rakyat / kapal

perintis

4) kapal melakukan kegiatan tetap

diperairan pelabuhan :

(a) kapal angkutan laut dalam

negeri

(b) kapal pelayaran rakyat /

kapal perintis

b) kapal yang tidak melaksanakan

kegiatan niaga :

1) kapal angkutan laut luar negeri

2) kapal angkutan laut dalam negeri

3) kapal pelayaran rakyat / kapal

perintis

2) kapal yang melakukan kegiatan di

Dermaga Untuk Kepentingan

Sendiri dan di pelabuhan khusus :

a) Kapal angkutan laut luar negeri

b) Kapal angkutan laut dalam negeri

b. Jasa pemanduan di pelabuhan

Umum, di Dermaga Untuk

Kepentingan Sendiri dan di

Pelabuhan Khusus (PELSUS) :

1) Kelompok I

Pemanduan dengan jarak 0 s/d

10 mil :

Per GT per kunjungan

Per GT per kunjungan

Per GT per kunjungan

Per GT per bulan

Per GT per bulan

Per GT per kunjungan

Per GT per kunjungan

Per GT per kunjungan

Per GT per kunjungan

Per GT per kunjungan

US$ 0.035

Rp. 40

Rp. 40

Rp. 400

Rp. 200

US$ 0.018

Rp. 40

Rp. 20

US$ 0.035

Rp. 40

8

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

a) Kapal angkutan laut luar negeri :

1) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT

2) Ukuran diatas 1000 GT, tiap

kelebihan GT ditambah

b) Kapal angkutan laut dalam negeri :

1) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT

2) Ukuran diatas 1000 GT, tiap

kelebihan ditambah

2) Kelompok II

Pemanduan dengan jarak 10 s/d 20

mil :

a) kapal angkutan laut luar negeri

1) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT

2) Ukuran diatas 1000 GT, tiap

kelebihan Gt ditambah

b) kapal angkutan laut dalam negeri

1) sampai dengan 1000 GT

2) Ukuran diatas 1000 GT, tiap

kelebihan GT ditambah

3) Kelompok III

Pemanduan dengan jarak diatas 20 mil

a) kapal angkutan laut luar negeri

1) ukuran 500 GT s/d 1000 GT

2) Diatas Gt, tiap kelebihan GT

ditambah

b) kapal angkutan laut dalam negeri

1) sampai dengan 1000 GT

2) Diatas 1000 GT, tiap kelebihan

GT ditambah

c. Jasa penundaan di Pelabuhan Umum,

di Dermaga untuk Kepentingan

Sendiri dan di Pelabuhan Khusus

(PELSUS) :

1) Apabila menggunakan kapal tunda

dimiliki pelabuhan :

a) Kapal angkutan laut luar negeri

1) kapal sd. 1.500 GT

2) kapal 1.501 sd. 8.000 GT

3) kapal 8.001 sd 18.000 GT

4) kapal 18.001 sd. 75.000 GT

5) kapal diatas 75.000 GT

b) Kapal angkutan laut dalam negeri :

1) kapal sd. 1.500 GT

2) kapal 1.501 sd. 8.000 GT

Per kapal per gerakan

Per GT kelebihan per

gerakan

Per kapal per gerakan

Per GT kelebihan per

gerakan

Per kapal per gerakan

Per GT kelebihan per

gerakan

Per kapal per gerakan

Per GT kelebihan per

gerakan

Per kapal per gerakan

Per GT kelebihan per

gerakan

Per kapal per gerakan

Per GT kelebihan per

gerakan

Per kapal per jam

Per kapal per jam

Per kapal per jam

Per kapal per jam

Per kapal per jam

Per kapal per jam

Per kapal per jam

US $ 27

US $ 0.012

Rp. 33.000

Rp. 21

US $ 30

US $ 0.012

Rp. 36.000

Rp. 21

US $ 33

US $ 0.012

Rp. 41.000

Rp. 21

US $ 80

US $ 200

US $ 400

US $ 700

US $ 1.050

Rp. 100.000

Rp. 250.000

9

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

3) kapal 8.001 sd. 18.000 GT

4) kapal 18.001 sd. 75.000 GT

5) kapal diatas 75.000 GT

2) Apabila menggunakan kapal tunda

yang bukan dimiliki pelabuhan

d. Jasa Tambat

1) Kapal yang melakukan kegiatan

dipelabuhan umum :

a) Tambatan dermaga (besi, beton dan

kayu).

1) Kapal angkutan laut luar negeri

2) kapal angkutan laut dalam

negeri

3) kapal pelayaran rakyat/kapal

Perintis

b) Tambatan Breasthing, Dolphin

Pelampung

1) Kapal angkutan laut luar negeri

2) Kapal angkutan laut dalam

negeri

3) Kapal pelayaran rakyat / kapal

perintis

c) Tambatan pinggiran / Talud

1) kapal angkutan laut luar negeri

2) Kapal angkutan laut dalam negeri

3) Kapal pelayaran rakyat / kapal

perintis

2) Kapal yang melaksanakan kegiatan di

Dermaga untuk kepentingan sendiri

(DUKS) dan di Pelabuhan Khusus

a) kapal yang mengangkut bahan baku,

hasil produksi dan peralatan

penunjang produksi untuk

kepentingan sendiri

b) Kapal yang mengangkut kepentingan

umum

2. Jasa Pelayanan Barang

a. Jasa Dermaga

1) Barang yang dibongkar/dimuat melalui

pelabuhan umum

a) Barang ekspor dan impor

b) Barang antar pulau :

1) Garam, pupuk dan barang bulog

Per kapal per jam

Per kapal per jam

Per kapal per jam

Per kapal per jam

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per GT per Etmal

Per ton Per m3

Rp. 500.000

Rp. 900.000

Rp.1.300.000

20 % dari

pendapatan

jasa

penundaan

US $ 0.035

Rp. 30

Rp. 15

US$0.020

Rp. 20

Rp. 10

US$ 0.005

Rp. 10

Rp. 10

Rp. 10

50 % dari

pendapatan

jasa tambat

Rp. 550

10

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

(beras dan gula)

2) Barang lainnya

c) Hewan :

1) kerbau, sapi, kuda dan jenisnya

2) Kambing, babi dan sejenisnya

2) Barang yang dibongkar / dimuat melalui

Dermaga untuk kepentingan Sendiri

(DUKS) dan di pelabuhan khusus

a) Bahan yang merupakan bahan baku

hasil produksi dan peralatan

penunjang produksi untuk

kepentingan sendiri

b) Barang kepentingan umum

3) Ternak yang dibongkar/dimuat di

Outport :

a. Kerbau dan sejenisnya

b. Kambing dan sejenisnya

b. Jasa Penumpukan

1) Gudang tertutup

2) Lapangan

3) Penyimpanan hewan

a) kerbau, sapi, kuda dan sejenisnya

b) Kambing, babi dan sejenisnya

4) Peti kemas (Container)

a) Ukuran 20’

1) Kosong

2) Isi

b) Ukuran 40’

1) Kosong

2) Isi

c) Ukuran diatas 40’

1) Kosong

2) Isi

5) Chasis

a) Ukuran 20’

b) Ukuran 40’

c) Ukuran diatas 40’

3. Jasa Pelayanan Alat

a. Apabila menggunakan alat yang

dimiliki pelabuhan

1) Alat mekanik

a) Sewa forklift

1. sampai dengan 2 ton

Per ton Per m3

Per ton Per m3

Per ekor

Per ekor

Per ton Per m3

Per ton Per m3

Per ekor

Per ekor

Per ton Per m3 Per hari

Per ton Per m3 Per hari

Per ekor per hari

Per ekor per hari

Per unit per hari

Per unit per hari

Per unit per hari

Per unit per hari

Per unit per hari

Per unit per hari

Per unit per hari

Per unit per hari

Per unit per hari

Per unit per jam

Rp. 175

Rp. 350

Rp. 350

Rp. 200

Rp. 300

50 Persen dari

pendapatan

Jasa Dermaga

Rp. 5000

Rp. 2500

Rp. 150

Rp. 100

Rp. 200

Rp. 125

Rp. 1.500

Rp. 3.000

Rp. 3.000

Rp. 6.000

Rp. 6.000

Rp.12.000

Rp. 750

Rp. 1.500

Rp. 3.000

Rp. 5.000

11

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

2. lebih dari 2 ton s/d 3 ton

3. lebih dari 3 ton s/d 6 ton

4. lebih dari 6 ton s/d 7 ton

5. lebih dari 7 ton s/d 10 ton

6. 10 ton keatas

b) Sewa Kren Derek (Mobil Crane)

1) sampai dengan 3 ton

2) lebih dari 3 ton s/d 7 ton

3) lebih dari 7 ton s/d 15 ton

4) lebih dari 16 ton s/d 25 ton

5) 25 ton keatas

c) Motor Boat

1) sampai dengan 60 PK

2) lebih dari 61 PK

2) Alat non mekanik

Gerobak dorong

b. Apabila menggunakan alat yang bukan

dimiliki pelabuhan

4. Pelayanan Jasa Kepelabuhanan lainnya

a. Sewa tanah dan penggunaan perairan

1) Untuk bangunan-bangunan Industri

galangan dan Dock Kapal

a) Persewaan tanah pelabuhan

b) Penggunaan perairan untuk

bangunan dan kegiatan lainnya

diatas air

2) Untuk bangunan-bangunan industri

perusahaan-perusahaan

a) Persewaan tanah pelabuhan

b) Penggunaan perairan untuk

bangunan dan kegiatan lainnya

diatas air

3) Untuk kepentingan lainnya

a) Persewaan bangunan kantor

b) Toko, Warung dan sejenisnya

b. Pelayanan terminal penumpang kapal

laut

1) Terminal penumpang kelas A.

a) Penumpang yang berangkat

b) Pengantar/penjemput

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per unit per jam

Per M2 per bulan

Per M2 per bulan

Per M2 per bulan

Per M2 per bulan

Per M2 per bulan

Per M2 per bulan

Per orang

Per orang per sekali masuk

Rp. 6.500

Rp. 7.500

Rp. 13.000

Rp. 22.000

Rp. 23.000

Rp. 5.000

Rp. 12.000

Rp. 35.000

Rp. 45.000

Rp. 65.000

Rp. 22.000

Rp. 32.000

Rp. 500

20 % dari

pendapatan

jasa pelayanan

alat

Rp. 1.000

Rp. 500

Rp. 1.500

Rp. 500

Rp. 5.000

Rp. 500

Rp. 1.500

Rp. 1.000

12

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

2) Terminal penumpang kelas B.

a) Penumpang yang berangkat

b) Pengantar/penjemput

3) Terminal penumpang kelas C.

a) Penumpang yang berangkat

b) Pengantar/penjemput

c. Tanda Masuk Orang dan Tanda Masuk

Kendaraan

1) tanda masuk harian halaman

2) tanda masuk tetap

d. Tanda Masuk Kendaraan (termasuk

uang parkir)

1) Tanda Masuk Harian

a) Trailler, Truk gandengan

b) Truk, Bus besar

c) Pick-Up, Mini Bus, Sedan dan Jeep

d) Sepeda Motor

e) Gerobak, Cikar, Dokar dan Sepeda

2) Tanda Masuk Tetap

a) Trailler, Truk gandengan

b) Truk Bus Besar

c) Pick-Up, Mini Bus, Sedan dan Jeep

d) Sepeda Motor

e) Gerobak, Cikar, Dokar dan Sepeda

B. JASA KENAVIGASIAN

1. Jasa Penggunaan Sarana Bantu Navigasi

Pelayanan (SBNP)/Uang Rambu

a) kapal angkutan laut luar negeri;

b) kapal angkutan laut dala negeri

c) kapal pelayanan rakyat/kapal perintis

2. Sewa Fasilitas galangan

a. Kapal barang dan penumpang

Per orang

Per orang per sekali masuk

Per orang

Per orang per sekali masuk

Per orang per sekali masuk

Per orang per bulan

Per orang per tahun

Per kendaraan dan

pengemudi + kenek per

sekali masuk

Per kendaraan dan

pengemudi + kenek per

sekali masuk

Per kendaraan dan

pengemudi persekali masuk

Per kendaraan dan

pengemudi persekali masuk

Per kendaraan per sekali

masuk

Per kendaraan perbulan

Per kendaraan pertahun

Per kendaraan perbulan

Per kendaraan pertahun

Per kendaraan perbulan

Per kendaraan pertahun

Per kendaraan perbulan

Per kendaraan pertahun

Per kendaraan perbulan

Per kendaraan pertahun

Per GT

Per GT

Per GT

Rp. 1.000

Rp. 500

Rp. 500

Rp. 250

Rp. 200

Rp. 4.000

Rp. 40.000

Rp. 600

Rp. 500

Rp. 400

Rp. 200

Rp. 100

Rp. 12.000

Rp.120.000

Rp. 10.000

Rp.100.000

Rp. 8.000

Rp. 80.000

Rp. 4.000

Rp. 40.000

Rp. 2.000

Rp. 20.000

US $ 0.027 Rp. 200 Rp. 100

13

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

- sampai dengan 50 GT

- lebih dari 50 s/d 100 GT

- lebih dari 100 s/d 150 GT

- lebih dari 150 s/d 200 GT

- lebih dari 200 s/d 250 GT

b. Kapal Tunda

- 0 s/d 200 Hp

- Lebih dari 200 Hp keatas

c) Kapal Kayu

- sampai dengan 50 GT

- lebih dari 50 GT s/d 100 GT

- lebih dari 100 GT s/d 150 GT

- lebih dari 150 GT s/d 200 GT

- lebih dari 200 Gt s/d 250 GT

d) Sewa tempat tambat

C. JASA PELAYANAN PERKAPALAN

1. Pelayanan penerbitan sertifikat

kesempurnaan dan kebangsaan kapal

ukuran GT 7 (GT< 7) meliputi :

a. sertifikat kesempurnaan

b. pas kecil

c. pas harian kapal

d. pas alat angkut/apung di perairan

2. Pemerikasaan dan sertifikasi berkaitan

dengan keselamatan kapal

3. Pelaksanaan Pengukuran dan Surat Ukur

4. Pengujian dan sertifikasi perlengkapan

kapal, keselamatan kapal :

a. pengujian alat penolong dan alat

pencegahan pencemaran

b. uji stabilitas kapal bangunan

baru/perombakan

5. Pengesahan gambar kapal

6. Penelitian Dokumen Kepelautan dan

Dokumen kapal selain sertifikat :

a. dokumen kepelautan

b. akte pendaftaran kapal

7. Pengawasan bongkar/muat barang

berbahaya

a.kurang dari 6 jam

b.lebih dari 6 jam s/d 12 jam

c. lebih dari 12 jam

8. Pengawasan kapal asing

9. Pengawasan Kapal Nasional

Per GT

Per GT

Per GT

Per GT

Per GT

Per Hp

Per Hp

Per GT

Per Gt

Per GT

Per GT

Per GT

Per kapal per hari

Per GT

Per GT

Per Buku

Per Bulan Per GT

Per Kapal

Per Kapal

Per Kapal

Per Kapal

Per Kapal

Per Penerbitan

Per Gt

Per GT

Per GT

Per GT

Per Kapal

Per Kapal

Rp. 45.000

Rp. 60.000

Rp. 75.000

Rp. 90.000

Rp. 105.000

Rp. 60.000

Rp. 75.000

Rp. 30.000

Rp. 37.000

Rp. 45.000

Rp. 52.000

Rp. 60.000

Rp. 30.000

Rp. 8.000

Rp. 8.000

Rp. 8.000

Rp. 8.000

Rp. 10.000

Rp. 25.000

Rp. 50.000

Rp. 100.000

Rp. 100.000

Rp. 10.000

Rp. 1.000

Rp. 100

Rp. 150

Rp. 160

Us $ 250

Rp. 150.000

14

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

(2) Dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain diluar yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 9

Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Kabupaten Parigi Moutong.

BAB VIII

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 10

Masa Retribusi adalah frekwensi atau jangka waktu pelayanan

Pasal 11

Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau Dokumen lain yang

dipersamakan.

BAB IX

SURAT PENDAFTARAN DAN PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 12

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPTRD.

(2) SPTRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan

lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Retribusi atau Kuasanya.

(3) Ketentuan mengenai bentuk, isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPTRD

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 13

(1) Berdasarkan SPTRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan

Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan/atau data yang

semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah Retribusi yang

terutang, maka dikeluarkan SKRDKB dan SKRDKBT.

(3) Ketentuan mengenai bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain

yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SKRDKB dan SDRDKBT

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 14

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

15

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

BAB XII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 15

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar

dikenakan sanksi Administrasi berupa bunga 2 % (dua perseratus) setiap bulan dari

Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan

STRD.

BAB XII

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 15

(1) Pembayarn Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (Lima Belas) hari sejak

diterbitkannya SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pembayaran, penyetoran tempat pembayaran Retribusi

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XIV

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 17

(1) Pengeluaran Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan

pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh

tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan / surat

lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terutang.

(3) Surat teguran /peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB XV

KEBERATAN

Pasal 18

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang

ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT, dan

SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-

alasan yang jelas.

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, Wajib

Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan Retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak Wajib

Retribusi menerima SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB,

SKRDKBT, dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat

menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar

kekuasaannya.

16

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

(5) Keberatan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat

(3) tidak dianggap sebagai suatu keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan

penagihan Retribusi.

Pasal 19

(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 ( enam ) bulan

sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan

yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,

menolak atau menambah besarnya Retribusi yang berutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati

tidak memberikan keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XVI

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 20

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan

pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 ( enam ) bulan sejak diterimanya

permohonan kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati

tidak memberikan suatu keputusan permohonan pengembalian Retribusi dianggap

dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)

bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya kelebihan pembayaran

Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk

melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat jangka

waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus)

sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.

(7) Ketentuan mengenai tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 21

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan secara tertulis

kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. nama dan alamat Wajib Retribusi;

b. masa Retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran;

d. alasan yang singkat dan jelas.

17

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi disampaikan secara

langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan

bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 22

(1) Pengembalian kelebihan Retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah

pembayaran kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang Retribusi

lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pada pasal 20 ayat (4) pembayaran dilakukan

dengan cara pemindah bukuan dan buktipemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti

pembayaran.

BAB XVII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 23

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.

(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuam Wajib Retribusi.

(3) Pembebasan Retribusi diberikan kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam

atau kerusuhan.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XVIII

KEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 24

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi kedaluwarsa setelah melampaui jangka

waktu 3 (tiga) Tahun terhitung sejak saat terutang Retribusi, kecuali apabila Wajib

Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh

apabila :

a. diterbitkan surat teguran; atau

b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak

langsung.

BAB XIX

PENYIDIKAN

Pasal 25

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang

khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang

Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor Tahun 1981

tentang hukum Acara Pidana.

18

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima , mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau

laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangnan mengenai orang pribadi atau

badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak

pidana Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan

dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

d. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,

pencatatan dan dokumen – dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap

barang bukti tersebut;

e. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana dibidang Retribusi Daerah;

f. menyuruh berhenti, dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau

tempat pada saat pemeriksaan identitas sedang berlangsung dan memeriksa

orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf d;

g. memotret seseorang yang berkaitan dengan Tindak Pidana Retribusi daerah;

h. memanggil orang untuk didengar keterangannya untuk diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

i. menghentikan penyidikan;

j. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

dibidang Rertibusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik

Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

undang – undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara pidana.

BAB XX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 26

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam

pasal 8 sehingga merugikan keuangan daerah, diancam pidana kurungan paling lama

6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang

terutang.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XXI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Ketentuan mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

19

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

Pasal 28

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.

Diundangkan di Parigi Pada tanggal 23 Maret 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

H. RUSTAM DG. RAHMATU, BE, SE, Msi Pembina Utama Muda

NIP. 010 078 615

Ditetapkan di Parigi pada tanggal 22 Maret 2007

BUPATI PARIGI MOUTONG,

LONGKI DJANGGOLA

LEMBARAN DAERAH TAHUN 2007 NOMOR 12 SERI C NOMOR 20

20

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

NOMOR 7 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

I. UMUM

Untuk penyelenggaraan otonomi Daerah di perlukan kewenangan yang luas, nyata

dan bertanggung jawab di Daerah secara proposional yang di wujdkan dengan pengaturan,

pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan.

Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi salah satunya terdiri dari

pendapatan Asli Daerah, pendapatan asli Daerah merupakan sumber keuangan Daerah

yang digali dari dalam wilayah Daerah yang bersangkutan yang salah satunya adalah

Retribusi Daerah.

Pelabuhan merupakan salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayanan yang

memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya di

kuasai oleh Negara dan pembinaannya di lakukan oleh pemerintah.

Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Otonomi Daerah dengan memperhatikan

potensi yang dimiliki, maka salah satu sumber Retribusi yang diharapkan adalah

penyediaan jasa kepelabuhanan yang bertujuan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah dan pembangunan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

21

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Yang dimaksud dengan dokumen yang dipersamakan adalah surat yang

dikeluarkan atau diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong

atau yang ditunjuk sesuai Peraturan PerUndang-Undangan.

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Ayat 1

Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses

kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga,

dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh

bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses

pemungutan Retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama

dengan badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya

untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis Retribusi secara

lebih efisien. Kegiatan pemungutan Retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan

dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya Retribusi yang

terutang, pengawasan penyetoran Retribusi dan penagihan Retribusi.

Ayat 2

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

22

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 72

23

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI JASA KEPELABUHANAN