pemerintah kabupaten parigi...
TRANSCRIPT
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
1 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
NOMOR 18 TAHUN 2005
TENTANG
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PARIGI MOUTONG,
Menimbang :
Mengingat :
a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan guna menunjang
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber daya alam
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup, di pandang perlu
melakukan pengelolaan dampak lingkungan terhadap setiap rencana
usaha dan/atau kegiatan yang potensial akan menumbuhkan dampak
terhadap komponen lingkungan ;
b. bahwa dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup di Daerah
Kabupaten Parigi Moutong, perlu melakukan pengkajian, pengawasan
dan pengendalian serta pemulihan terhadap komponen lingkungan
yang rusak akibat pelaksanaan suatu usaha dan/atau kegiatan ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiamana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup ;
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046) ;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
2 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3480);
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Kolusi, Korupsi Dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3840)
sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Pemerintah Penganti
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 [Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4374];
10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kabupaten Parigi Moutong Di Provinsi Sulawesi Tengah ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4185);
11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389) ;
12. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 )
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4493 );
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
3 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438 );
15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan Dan Satwa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3803);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Lembaran Negara Republik
IndonesiaTahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3815);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3816) ;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Dampak
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3853);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Kerusakan Dan/Atau Pencemaran Lingkungan Hidup, Yang Berkaitan
Dengan Kebakaran Hutan Dan/Atau Lahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4076);
22. Peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
23. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Hutan Lindung;
24. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2002 tentang Pengendalian Dan
Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut;
25. Keputusan Menteri Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana
Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisi
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
4 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
26. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 1 Tahun 2004
Tentang Kewenangan Kabupaten Parigi Moutong Sebagai Daerah
Otonom (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3);
Dengan Persetujuan bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
dan
BUPATI PARIGI MOUTONG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Parigi Moutong.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Parigi Moutong yang selanjutnya disebut
DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
5. Lingkungan Hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
6. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah Upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan, penataan, pemanfaatan, pengembagan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.
7. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara
kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
8. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup , zat
energi dan/atau komponen lain kedalam lingkugan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
9. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung
atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
5 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
10. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelangaraan usaha dan/
atau kegiatan.
11. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
12. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) adalah upaya penanganan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan /
atau kegiatan.
13. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan
hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau
kegiatan.
14. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) adalah upaya penanganan dampak yang tidak
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan
akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
15. Upaya pemantauan Lingkungan (UPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan
yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang di
timbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
16. Dokumen Pengelolaan Lingkungan yang selanjutnya dapat disingkat DKL adalah dokumen
pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi pada saat usaha dan/atau kegiatan sedang
berlangsung.
17. Dokumen Pemantauan Lingkungan yang selanjutnya dapat disingkat DPL adalah dokumen
pemantauan dampak lingkungan yang terjadi pada saat usaha atau kegiatan sedang
berlangsung.
18. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu Rencana
Usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
19. Instansi yang berwenang adalah Lembaga Teknis Daerah yang membidangi usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan dan berwenang menerbitkan izin usaha.
20. Instansi yang bertanggungjawab adalah Lembaga Teknis Daerah yang bertanggungjawab
dalam pengendalian dampak lingkungan.
21. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
malakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi peseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi yang sejenis, bentuk usaha tetap dan bentuk badan
lainnya.
22. Baku Mutu Lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat energi atau
komponen yang ada atau yang harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkunagn hidup.
23. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data
dan/atau keterangan lainnya untuk kepatuhan pemenuhan kewajiban dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
6 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
24. Penyidikan Tindak Pidana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong, yang
selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN SASARAN
Pasal 2
Pengelolaan Lingkungan Hidup diselanggarakan dengan asas tanggungjawab, asas
berkelanjutan dan asas manfaat berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pasal 3
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, bertujuan untuk
mewujudkan Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembagunan manusia Indonesia seutuhnya.
Pasal 4
Sasaran Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah :
a. tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia pemanfaat
sumber daya alam dan lingkungan hidup;
b. terjaminya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
c. terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
d. terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan
tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
e. tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
f. terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha dan/atau
kegiatan diluar Kabupaten Parigi Moutong yang menyebabkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 5
(1) Setiap orang atau Badan mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
(2) Setiap orang atau Badan mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan
dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.
(3) Setiap Orang atau Badan mempunyai hak yang sama untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 6
(1) Setiap orang atau badan berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup,
serta mencegah dan menaggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
7 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
(2) Setiap orang atau badan yang melakukan usaha dan/atau kegitan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
(3) Setiap orang atau badan yang menjalankan suatu bidang usaha, wajib memelihara
kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini dicantumkan dalam setiap izin
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
Pasal 7
Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah Daerah wajib :
a. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung
jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;
b. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan
tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
c. mengembangkan dan menetapkan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan hidup sehingga
menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
d. menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskan kepada masyarakat;
e. memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang lingkungan
hidup;
f. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian , daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup;
g. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang lingkungan hidup;
h. mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preventif, represif dan proaktif
dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
i. memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup.
Pasal 8
(1) Dalam rangka mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan
hidup, Pemerintah Daerah berwenang mengatur pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang berada dalam daerah hukum Kabupaten Parigi Moutong.
(2) Kewenangan mengatur pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan :
a. Mengatur dan mengembangkan kebijakan Daerah dalam rangka pengelolaan lingkungan
hidup ;
b. mengatur perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya buatan
termasuk daya genetic ;
c. mengembangkan pedoman bagi upaya pengelolaan lingkungan hidup Daerah.
(3) Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu oleh semua Perangkat Daerah
sesuai dengan bidang tugas masing-masing dan masyarakat dengan tetap memperhatikan
keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan.
(4) Guna menjamin terwujudnya keterpaduan perencanaan, dan pelaksanaan, pengawasan
kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dalam penyelenggaraannya Bupati membentuk
Perangkat Daerah yang berfungsi mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
8 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
BAB IV
PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN
Pasal 9
(1) Setiap rencana Usaha dan /atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL).
(2) Ketentuan tentang rencana dan /atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup , sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta tata cara
penyusunan dan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10
Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup setiap usaha dan/atau kegiatan di
larang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup Daerah
Kabupaten Parigi Moutong .
BAB V
PERSYARATAN ATAS PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP
Bagian Pertama
Penyusunan Dokumen AMDAL, UKL/UPL, DKL/DPL
Pasal 11
(1) Setiap orang atau Badan yang mengadakan usaha dan / atau kegiatan terhadap pemanfaatan
sumber daya alam yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup wajib menyusun dokumen AMDAL sedangkan yang tidak menimbulkan dampak besar
dan penting wajib menyusun Dokumen UKL dan UPL untuk memperoleh izin melakukan usaha
dan / atau kegiatan.
(2) Dalam izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicantumkan persayaratan dan
kewajiban untuk melakukan upaya kelola lingkungan UKL dan UPL, sedangkan kegiatan wajib
AMDAL Harus melaksanakan rencana pengelolaan lingkungan atau RKL dan RPL.
(3) Persayaratan kriteria penyusun AMDAL, UKL/UPL , DKL/DPL ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
(4) Penyusun DKL/DPL sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling lama 6 (enam)
bulan setelah Peraturan Daerah ini berlaku.
Bagian Kedua
Perizinan
Pasal 12
(1) Setiap orang atau badan yang akan melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
memanfaatkan sumber daya alam, wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati
dengan melampirkan Proposal usaha yang direncanakan.
(2) Proposal usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mencantumkan :
a. Rincian komponen kegiatan yang akan dilakukan dan biayanya ;
b. Rencana biaya penyusunan dokumen AMDAL, UKL/UPL; atau
c. Rencana biaya lain-lain yang dipandang perlu.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
9 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
Pasal 13
Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan / atau kegiatan wajib diperhatikan :
a. rencana masyarakat;
b. pendapat masyarakat;
c. pertimbangan dan rekomendasi pejabat berwenang yang berkaitan dengan usaha dan/atau
kegiatan tersebut;
d. setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan
hidup.
Pasal 14
(1) Dokumen AMDAL, UKL/UPL dan/atau DKL/DPL setiap 3 (tiga) tahun harus ditinjau
kembali.
(2) Dokumen AMDAL, UKL/UPL dan/atau DKL/DPL yang telah 3 (tiga) tahun masa
berlakunya dapat diperpanjang apabila tidak terjadi perubahan komponen kegiatan dan
dampak yang ditimbulkan masih dapat dikendalikan.
(3) Perpanjangan dokumen AMDAL serta izin kelayakan lingkungan hanya dapat dilakukan
apabila Komisi penilai AMDAL telah melakukan penilaian kembali.
(4) Perpanjangan Dokumen UKL/UPL dan atau DKL/UPL hanya dapat dilakukan oleh Dinas
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Instansi Terkait
Bagian Ketiga
Pengawasan
Pasal 15
(1) Bupati melakukan pengawasan terhadap penataan penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
dibidang lingkungan hidup
(2) Bupati menetapkan Dinas Pengelolan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Parigi
Moutong untuk melakukan pengawasan.
Pasal 16
(1) Untuk melaksanakan tugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 berwenang
melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan/atau
kegiatan membuat catatan yang diperlukan memasuki tempat tertentu, mengambil contoh
memeriksa perolehan, memeriksa instalasi dan/ atau alat transportasi, serta meminta
keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatan.
(2) Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang diminta keterangan sebagaimana di maksud
pada ayat (1), wajib memenuhi permintaan petugas pengawas.
(3) Setiap pengawas wajib memperlihatkan Surat Tugas dan/atau tanda pengenal serta wajib
memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan.
Pasal 17
(1) Semua rencana usaha dan/atau kegiatan yang telah memperoleh izin usaha dari instansi
yang berwenang, wajib dilakukan pengawasan dan pengelolaan lingkungan terhadap
penerapan RKL/RPL, UKL/UPL dan atau DKL/DPL yang telah disahkan.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
10 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
(2) Pengawasan dan pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan sejak prakonstruksi, konstruksi, produksi dan pasca produksi.
Pasal 18
(1) Warga masyarakat yang berkepentingan wajib dilibatkan dalam proses pengawasan dan
pengelolaan lingkungan.
(2) Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan dan pengelolaan lingkungan yang dilakukan
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat membentuk kelompok
sadar lingkungan pada setiap Desa atau Kelurahan.
(3) Untuk memperlancar arus informasi lingkungan masyarakat, Bupati dapat membentuk
pos pelayanan pengaduan masyarakat yang dipusatkan di Dinas Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Pasal 19
(1) Dalam rangka pengawasan dan pengelolaan lingkungan, pemrakarsa wajib menyampaikan
laporan triwulan pelaksanaan RKL/RPL, UKL/UPL kepada instansi yang berwenang dan
instansi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan hidup
(2) Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak pengelolaan lingkungan wajib melakukan:
a. pengevaluasian terhadap penerapan peraturan Perundang-undangan dibidang AMDAL,
UKL/UPL dan;
b. pengujian laporan yang disampaikan oleh pemrakarsa;
c. penyampaian laporan hasil pengawasan dan pengevaluasian yang ditujukan kepada
Bupati dengan tembusan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Parigi
Moutong dan instansi yang tergolong dalam Komisi Amdal paling sedikit 2 (dua) kali
dalam setahun.
Pasal 20
(1) Apabila ditemukan petunjuk dan/atau diduga adanya penyimpangan dan/ atau pelanggaran
peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bupati berwenang memerintahkan pemrakarsa
untuk melakukan audit lingkungan.
(2) Jika pemrakarsa tidak melaksanakan perintah untuk melakukan audit lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat menugaskan instansi yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan hidup atau pihak ketiga untuk melaksanakan
audit lingkungan atas beban biaya pemrakarsa yang bersangkutan.
(3) Hasil audit lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib diumumkan oleh
Pemerintah Daerah melalui media massa.
(4) Apabila hasil audit lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diduga adanya
pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bupati dapat memberikan teguran
tertulis paling banyak 3(tiga) kali berturut-turut.
(5) Tenggang waktu setiap pemberian teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan paling lama 14 ( Empat belas ) hari.
(6) Apabila pemrakarsa setelah diberikan teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut tetap tidak
melaksanakan audit lingkungan, Bupati dapat memberhentikan sementara usaha dan/atau
kegiatan yang sedang dilaksanakan.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
11 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
(7) Pemberhentian sementara usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
tidak menunda pelaksanaan audit lingkungan.
Bagian Keempat
Sanksi Administrasi
Pasal 21
(1) Bupati berwenang menjatuhkan Sanksi Administrasi terhadap setiap orang atau badan
usaha yang melakukan usaha dan / atau kegaiatan terhadap pemanfaatan Sumber Daya
Alam yang tidak sesuai ketetuan perundang-undangan yang berlaku
(2) Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pencabutan izin usaha.
BAB VI
BIDANG DAN JENIS KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI DOKUMEN
AMDAL, UKL DAN UPL
Bagian Pertama
Bidang Kegiatan
Pasal 22
Bidang kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Dokumen AMDAL, UKL / UPL dan /atau
DKL/DPL Meliputi :
a. bidang Pertanian dan Perternakan ;
b. bidang Perikanan dan Kelautan ;
c. bidang Kehutanan dan Perkebunan ;
d. bidang Kesehatan ;
e. bidang Perhubungan ;
f. bidang Perindustrian, Perdagagan, Penanaman Modal dan Koperasi ;
g. bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah ;
h. bidang Energi dan Sumber Daya Mineral ;
i. bidang Parawisata ;
j. bidang Pendidikan dan Pengajaran ;
k. bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan
l. bidang Rekayasa Genetika.
Bagian Kedua
Jenis-jenis Kegiatan
Paragraf 1
Kegiatan di Bidang Pertanian Dan Peternakan
Pasal 23
Jenis-jenis kegiatan dibidang Pertanian dan Peternakan yang wajib dilengkapi dokumen
AMDAL terdiri dari :
a. budidaya tanaman pangan dan hortikultura semusim dengan atau tanpa
unitpengolahannya, dengan besaran luas lebih dari 2.000 ha;
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
12 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
b. budidaya tanaman pangan dan hortikultura tahunan dengan atau tanpa unit
pengolahannya, dengan besaran luas lebih dari 5.000 ha;
c. budidaya ternak unggas dengan atau tanpa unit pengolahannya, dengan skala lebih dari
10.000 ekor.
d. budidaya ternak kecil berupa ternak kambing atau ternak domba dengan atau tanpa unit
pengolahannya, dengan skala lebih dari 5.000 ekor,
e. budidaya ternak babi dengan atau tanpa unit pengolahannya, dengan skala lebih dari 100
ekor;
f. budidaya tanaman perkebunan semusim dan tahunan dengan atau tanpa unit
pengolahannya diluar kawasan budidaya kehutanan, dengan besaran luas lebih dari 3.000
ha;
g. budidaya tanaman perkebunan semusim dan tahunan dengan atau tanpa unit
pengolahannya di dalam kawasan budidaya kehutanan untuk semua besaran luas.
Pasal 24
Jenis-jenis Kegiatan dibidang pertanian dan peternakan yang wajib dilengkapi dokumen
UKL/UPL dan/atau DKL/DPL, terdiri dari :
a. budidaya tanaman pangan dan hortikultura semusim dengan besaran luas 200 ha sampai
dengan 2.000 ha, dan tanaman tahunan dengan besaran luas 500 ha sampai dengan
5.000 ha;
b. usaha penangkaran dan/atau budidaya tanaman/hewan langka yang termasuk atau tidak
termasuk tanaman/hewan yang dilindungi dengan skala lebih dari 100 ekor atau
menggunakan lahan yang luasnya lebih dari 1 ha;
c. budidaya ternak unggas skala 5.000 ekor sampai dengan 10.000 ekor, ternak kambing dan
domba skala 1.000 ekor sampai dengan 5.000 ekor, ternak babi skala 30 ekor sampai
dengan 100 ekor, ternak sapi, kerbau dan kuda dengan skala 200 ekor sampai dengan
3.000 ekor;
d. budidaya tanaman perkebunan semusim dan tahunan diluar kawasan budidaya
kehutanan, dengan besaran luas 100 ha sampai dengan 3.000 ha.
Paragraf 2
Kegiatan di Bidang Perikanan
Pasal 25
Jenis-jenis Kegiatan dibidang perikanan yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL terdiri dari :
a. budidaya tambak dan kolam dengan atau tanpa unit pengolahannya, dengan besaran luas
lebih dari 50 ha;
b. budidaya perikanan terapung yang berupa jaring apung dan pen system di air tawar
dengan besaran luas lebih dari 2,5 ha atau skala lebih dari 500 unit dan di air laut
dengan besaran luas lebih dari 5 ha atau skala lebih dari 1.000 unit;
c. Usaha penangkapan ikan pada perairan teluk relatif terkonsentrasi dengan menggunakan
alat bantu rumpon atau bagan tetap, dengan skala lebih dari 100 unit;
d. Usaha penangkapan ikan hidup dengan cara menyelam yang dilengkapi alat bius dan
sejenisnya dengan skala produksi lebih besar dari 300 kg/ hari;
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
13 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
e. pembangunan pelabuhan perikanan diluar lingkungan kerja pelabuhan umum dengan
panjang dermaga lebih dari 300 m, memiliki kawasan industri lebih dari 10 ha dan
kedalaman air disekitar dermaga lebih dari 4 m.
Pasal 26
Jenis-jenis kegiatan dibidang perikanan yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/atau
DKL/DPL terdiri dari ;
a. budidaya tambak dan kolam dengan atau tanpa unit pengolahannya, dengan besaran luas 24
ha sampai dengan 50 ha;
b. budidaya perikanan terapung yang menggunakan jaring apung atau pen system di air tawar
dengan besaran luas 1 ha sampai dengan 2,5 ha atau skala 100 unit sampai dengan 500 unit
dan di air laut dengan besar I ha sampai dengan 1.000 unit;
c. usaha penangkapan ikan yang terkonsentrasi dengan menggunakan alat bantu rumpon atau
bagan tetap, dengan skala 30 unit sampai dengan 100 unit, bagan apung yang menggunakan
lampu listrik dengan daya lebih dari 500 watt atau unit dengan skala lebih dari 15 unit;
d. Pembangunan pelabuhan perikanan dan/atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan/atau
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan fasilitas dermaga yang panjangnya 10 m sampai dengan
300 m, memiliki kawasan pengolahan ikan seluas 0,5 ha sampai dengan 10 ha, memiliki
tampat pelelangan ikan yang luasnya lebih dari 50 m2 serta kedalaman air disekitar dermaga
2,5 m sampai dengan 4 m.
Paragraf 3
Kegiatan di Bidang Kehutanan
Pasal 27
Jenis-jenis kegiatan dibidang kehutanan yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, terdiri dari:
a. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu untuk semua besaran luas;
b. usaha hutan tanaman dengan besaran luas lebih dari 5.000 ha.
Pasal 28
Jenis – jenis kegiatan di bidang kehutanan yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/
atau DKL/DPL adalah usaha hutan tanaman dengan besaran luas 100 ha sampai dengan
5.000 ha.
Paragraf 4
Kegiatan di Bidang Kesehatan
Pasal 29
Jenis kegiatan dibidang kesehatan yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, adalah
pembangunan rumah sakit tipe A dan tipe B atau yang setara dan berpotensi menimbulkan
dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup.
Pasal 30
Jenis Kegiatan dibidang kesehatan yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/atau DKL/DPL,
adalah pembangunan rumah sakit tipe C atau tipe D atau yang setara, misalnya klinik bersalin
dan laboratorium untuk semua besaran.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
14 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
Paragraf 5
Kegiatan Dibidang Perhubungan
Pasal 31
Jenis-jenis kegiatan dibidang perhubungan yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, terdiri
dari:
a. pembangunan pelabuhan laut dengan salah satu fasilitasnya berupa dermaga konstruksi
massif dengan panjang lebih dari 200 m2 atau seluas 6.000 m2, penahan gelombang
dengan panjang lebih dari 200 m serta fasilitas lainnya seperti terminal, gudang,
petikemas yang luasnya lebih dari 5 ha;
b. Penggerukan pelabuhan dengan capital dredging volume lebih dari 250.000 m3 dan
maintenance dredging volume lebih dari 500.000 m3.
c. reklamasi pantai dengan besaran luas lebih dari 25 ha atau volume timbunan lebih dari
5.000.000 m3 ;
d. penempatan hasil kerukan atau dumping di darat dengan skala volume lebih dari 250.000
m3 atau menggunakan area lebih dari 5 ha dan/atau diletakkan di laut untuk semua
besaran.
Pasal 32
Jenis – jenis kegiatan dibidang perhubungan yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/
atau DKL/DPL terdiri dari:
a. pembangunan pelabuhan dengan salah satu fasilitasnya berupa dermaga konstruksi
massif atau kayu dengan panjang 10 m sampai dengan 200 m atau seluas 500 m2 sampai
dengan 6.000 m2, penahan gelombang dengan panjang sekitar 50 m sampai dengan 200 m
serta fasilitas lainnya seperti terminal, gudang, petikemas yang luasnya 1 ha sampai
dengan 5 ha;
b. pengerukan pelabuhan dengan capital dredging volume sekitar 5.000 m2 sampai dengan
250.000 m3 dan maintenance dredging volume 10.000 m2 sampai dengan 500.000 m2.
c. reklamasi pantai dengan besaran luas 1 ha sampai dengan 25 ha atau volume timbunan
500.000 m3 sampai dengan 5.000.000 m3.
d. Penempatan hasil kerukan atau dumping di darat dengan skala volume 50.000 m3 sampai
dengan 250.000 m3 atau menggunakan areal seluas 1 ha sampai dengan 5 ha;
e. pembangunan terminal roda empat untuk semua besaran.
Paragraf 6
Kegiatan di Bidang Perindustrian
Pasal 33
Jenis – jenis kegiatan dibidang perindustrian yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah
kawasan industri termasuk kawasan industri yang teritegrasi, untuk semua besaran.
Pasal 34
Jenis – jenis kegiatan dibidang perindustrian yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL
dan/atau DKL/DPL, terdiri dari :
a. Industri pemotongan hewan sapi dan /atau kerbau, untuk semua besaran;
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
15 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
b. Industri pengolahan daging sapi dan/atau kerbau, dengan skala produksi lebih dari 50
Kg/hari
c. Industri pengolahan ikan dan biota perairan lainnya, dengan skala produksi lebih dari 50
Kg/ Hari.
d. Industri pengalengan buah-buahan dan sayuran, dengan skala produksi lebih dari 50 Kg /
Hari;
e. Industri minyak goreng dengan skala produksi 250 sampai dengan 1000 kg/hari;
f. Industri tepung terigu dan tapioka, dengan skala produksi 250 sampai dengan 1000
kg/hari;
g. Industri tahu, dengan skala produksi 100 sampai dengan 500 kg/hari;
h. Industri penggergajian kayu dengan skala produksi lebih dari 50 m3/ hari;
i. Industri pengolahan atau pengawetan rotan dengan skala produksi lebih dari 50 kg/hari;
j. Industri bahan kimia, untuk semua besaran;
k. Industri penggorengan dan/atau pencampuran aspal yang menggunakan areal lebih dari 1
ha;
l. Industri pengantongan semen untuk semua besaran;
m. Bengkel mobil dan/atau bengkel las yang potensial menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan;
n. Home Industri/koperasi dengan skala produksi sampai dengan 1000 kg/hari tidak wajib
dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/atau DKL/DPL.
Paragraf 7
Kegiatan di Bidang Prasarana Wilayah
Pasal 35
Jenis-jenis kegiatan dibidang Prasarana wilayah yang dilaksanakan oleh pribadi atau badan
wajib dilengkapi dokumen AMDAL, terdiri dari:
a. pembangunan irigasi baru untuk areal pengairan lebih dari 2.000 ha atau penambahan
atau peningkatan areal pengairan lebih dari 1.000 ha dan/atau percetakan sawah seluas
lebih dari 500 ha;
b. reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi dengan besaran luas lebih dari 1.000 ha;
c. pembangunan pengamanan pantai dan/atau perbaikan muara sungai dengan jarak lebih
dari 500 m ;
d. normalisasi sungai dan/atau pembuatan kanal banjir dengan panjang lebih dari 10 km
atau volume penggerukan lebih dari 500.000 m3;
e. pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran diluar daerah milik jalan
atau bantaran jalan dalam ibukota Kabupaten Parigi Moutong, dengan skala panjang lebih
dari 10 km atau luas lebih dari 30 ha;
f. pembangunan dan/atau peningkatan jalan di perdesaan dengan pelebaran di luar daerah
milik jalan dengan panjang lebih dari 30 km atau luas lebih dari 30 ha;
g. pembuangan sampah dengan sistem control landfill/sanitary landfill di luar bahan
beracun berbahaya dengan besaran luas lebih dari 5 ha atau kapasitas total lebih dari
5.000 ton.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
16 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
h. pembangunan transfer station dengan kapasitas lebih dari 1.000 ton/hari dan/atau
tempat penampung akhir atau TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill lebih dari
5 ha atau kapasitas total lebih dari 5.000 ton atau TPA dengan sistem open dumping
untuk semua besaran;
i. pembangunan permukimam dengan besaran luas lebih dari 10 ha;
j. pembangunan saluran atau drainase di daerah permukiman dengan besaran panjang lebih
dari 10 km;
k. pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air permukaan lainnya dengan
debit lebih dari 250 liter/detik;
l. pembangunan pusat perkantoran, pendidikan, olah raga, kesenian, tempat ibadah atau
pusat perdagangan/ perbelanjaan relatif terkonsentrasi dengan besaran luas lahan lebih
dari 5 ha atau bangunan seluas 10.000 m2;
m. pembangunan kawasan permukiman terpadu dan/atau transmigrasi dengan skala
penduduk yang dimukimkan lebih dari 100 kepala keluarga atau besaran luas lahan lebih
dari 100 ha;
n. Pembangunan jembatan dalam ibukota Kabupaten Parigi Moutong dan di pedesaan
dengan panjang lebih dari 50 m.
Pasal 36
Jenis – jenis kegiatan dibidang prasarana wilayah yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL
dan/atau DKL/DPL, terdiri dari :
a. pembangunan irigasi baru untuk areal pengairan 100 ha sampai dengan 2.000 ha atau
penambahan atau peningkatan areal pengairan seluas 100 ha sampai dengan 1.000 ha dan/
atau percetakan sawah seluas 100 ha sampai dengan 500 ha;
b. reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi dengan besaran luas 100 ha sampai dengan 1.000
ha;
c. normalisasi sungai dan /atau pembuatan kanal banjir dengan panjang 1 km sampai dengan 10
km atau volume pengerukan 50.000 m3 sampai dengan 500.000 m3;
d. pembangunan dan/ atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar daerah milik jalan
dalamibukota Kabupaten Parigi Moutong dengan panjang sekitar 1 km sampai dengan 10 km
atau luas 1 ha sampai dengan 10 ha;
e. pembangunan dan/atau peningkatan jalan dipedesaan dengan pelebaran di luar daerah milik
jalan dengan panjang 1 km sampai dengan 30 km atau luas 1 ha sampai dengan 30 ha;
f. pembangunan jembatan dalam Ibukota Kabupaten dan di pedesaan dengan panjang 10 sampai
dengan 50 m ;
g. pembuangan sampah dengan sistem control landfill/sanitary landfill diluar bahan beracun
berbahaya dengan besaran luas 1 ha sampai dengan 5 ha atau kapasitas total sebesar 500 ton
sampai dengan 5.000 ton;
h. pembangunan transfer station dengan kapasitas 100 ton sampai dengan 1.000 ton / hari dan
atau TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill 1 ha sampai dengan 5 ha atau
kapasitas 500 ton sampai dengan 5.000 ton ;
i. pembagunan permukiman dengan besaran luas 5 ha sampai dengan 10 ha dan/atau
pembagunan saluran di daerah permukiman dengan besaran 1 km sampai dengan 10 km;
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
17 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
j. pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air dipermukaan tanah dengan debit
25 liter/detik sampai dengan 250 liter/detik;
k. pembangunan pusat perkantoran, pendidikan, olah raga, kesenian, tempat ibadah atau pusat
perdagangan/perbelanjaan relatif terkonsentrasi dengan pusat perdagangan/ perbelanjaan
relatif terkonsentrasi dengan besaran luas 1 ha sampai dengan 5 ha atau luas bangunan 1.000
m2 sampai dengan 10.000 m2;
l. pembangunan kawasan permukiman terpadu dan/atau resetlement dengan skala penduduk
yang dimukimkan sekitar 50 kepala keluarga sampai dengan 100 kepala keluarga atau besaran
luas lahan 50 ha sampai dengan 100 ha;
m. Pembangunan tempat pengabuan mayat dengan semua besaran;
n. Pembangunan kawasan pekuburan umum dengan besaran luas lebih dari 300 m2; dan
o. Pembangunan pasar yang menggunakan luas lahan 1 ha sampai dengan 5 ha atau luas
bangunan 1.000 m2 sampai dengan 10.000m2.
Paragraf 8
Kegiatan Dibidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Pasal 37
Jenis-jenis kegiatan dibidang Energi dan Sumber Daya Mineral yang wajib dilengkapi
dokumen AMDAL, terdiri dari:
a. pengelolaan pertambagan umum dengan luas perizinan atau Kuasa Pertambangan lebih
dari 200 ha atau luas daerah terbuka untuk pertambangan lebih dari 50 ha;
b. eksploitasi bahan galian golongan C dengan kapasitas produksi lebih dari 150.000 m3
pertahun;
c. eksploitasi tambang yang dilakukan di laut untuk semua jenis dan semua besaran;
d. pembangunan jaringan transmisi listrik dengan kapasitas daya lebih dari 150 KV
dan/atau pembangunan PLTS/PLTU/PLTGU dengan kapasitas daya lebih dari 100 MW;
e. pembangunan pusat listrik tenaga surya, angin, biomasa dan gambut dengan kapasitas
daya lebih dari 10 MW; dan pengambilan air bawah tanah (sumur dangkal, sumur dalam
dan mata air dengan kapasitas lebih dari 50 liter/detik (dari 1 sumur atau 5 sumur dalam
areal kurang dari 10 ha).
Pasal 38
Jenis-jenis kegiatan dibidang Energi dan Sumber Daya Mineral yang wajib dilengkapi
dokumen UKL/UPL dan atau DKL/DPL, terdiri dari :
a. pengelolaan pertambangan umum dengan luas perizinan atau kuasa pertambangan 5 ha
sampai dengan 50 ha atau luas daerah terbuka.
b. ekploitasi bahan galian golongan C terkonsentrasi dengan kapasitas produksi sebesar
50.000 m3/tahun sampai dengan 50.000 m3/ tahun.
b. pembangunan pompa bahan bakar minyak atau SPBU dan/atau tempat penyaluran atau
penampungan bahan bakar minyak untuk semua besaran;
c. pembangunan jaringan tranmisi listrik dengan kapasitas daya sebesar 50 KV sampai
dengan 150 KV dan/atau pembangunanPLTD/PLTG/PLTU/PLTGU dengan kapasitas daya
sebesar 10 MW sampai dengan 50 MW dan 100 MW;
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
18 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
d. pembangunan PLTA dengan tinggi bendungan 5 m sampai dengan 15 m, luas genangan
sebesar 10 ha sampai dengan 200 ha atau aliran langsung dengan kapasitas daya sebesar
10 MV sampai dengan 50 MW;
e. pengambilan air bawah tanah (sumur dangkal, sumur dalam dan mata air) dengan
kapasitas 10 liter/detik sampai dengan 50 liter/detik (dari 1 sumur atau 5 sumur dalam
areal kurang dari 1 ha).
Paragraf 9
Kegiatan Dibidang Pariwisata
Pasal 39
Jenis-jenis kegiatan dibidang pariwisata yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, terdiri dari:
a. pembangunan taman rekreasi dengan besaran luas lebih dari 50 ha dan pembangunan
kawasan wisata untuk semua besaran;
b. pembangunan hotel dengan jumlah kamar lebih dari 100 unit atau luas bangunan lebih
dari 5 ha;
c. pembangunan lapangan golf tidak termasuk driving range untuk semua besaran.
Pasal 40
Jenis – jenis kegiatan dibidang pariwisata yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/atau
DKL/DPL terdiri dari :
a. pembangunan taman rekreasi dengan besaran luas 10 ha sampai dengan 50 ha;
b. pembangunan penginapan, wisma dan/atau hotel dengan jumlah kamar 20 unit sampai
dengan 100 unit;
c. pembangunan warung atau café atau rumah makan dengan atau tidak dilengkapi hiburan,
atau diskotik dengan luas bangunan lebih dari 500 m2.
Paragraf 10
Kegiatan di Bidang Rekayasa Genetika
Pasal 41
(1) Jenis kegiatan di bidang rekayasa genetika yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, adalah
introduksi jenis-jenis hewan, tanaman dan jasad renik produk bioteknologi hasil rekayasa
genetika untuk semua besaran dan budidaya produk bioteknologi hasil rekayasa genetika
untuk semua besaran.
(2) Dikecualikan dari wajib AMDAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jenis kegiatan
dibidang rekayasa genetika untuk kepentingan atau keperluan kegiatan penelitian.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGKAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pasal 42
(1) Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup mengendalikan dampak lingkungan hidup,
melakukan pembinaan teknis terhadap Komisi Penilai AMDAL Kabupaten, penyusun
dokumen AMDAL, UKL/UPL, dan/atau DKL/DPL
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
19 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
(2) Instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan melakukan pembinaan teknis atas
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang merupakan bagian dari
izin wajib dikoordinasikan dengan Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 43
(1) Pendidikan dan Pelatihan dibidang AMDAL dilakukan melalui kerjasama dengan
perguruan tinggi yang ditunjuk oleh pemerintah.
(2) Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat
dan/atau stakeholder dibidang lingkungan hidup dikoordinasikan dengan Dinas
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 44
(1) Dokumen AMDAL, UKL/UPL, DKL/DPL diteliti dan disahkan oleh Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai instansi yang bertanggungjawab.
(2) Sebelum disahkan oleh Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai instansi yang
bertanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dokumen AMDAL, UKL/UPL
dan/atau DKL/DPL terlebih dahulu wajib dipresentasikan dalam suatu Forum atau rapat
terbatas.
(3) Seluruh Pembiayaan dalam penyusunan dokumen AMDAL, dan dokumen UKL/UPL dan/
atau DKL/DPL dibebankan kepada pemrakarsa
BAB VIII
PEMULIHAN FUNGSI LINGKUNGAN
Pasal 45
(1) Apabila terjadi kerusakan komponen lingkungan yang mengganggu kelestarian fungsi
lingkungan, maka wajib dilakukan pemulihan kembali.
(2) Kerusakan komponen lingkungan yang disebabkan oleh dampak dari suatu usaha dan/ atau
kegiatan, pemulihannya wajib dilakukan oleh pemrakarsa atau pihak lain atas biaya
Pemrakarsa.
(3) Kerusakan komponen lingkungan sebagai akibat bencana alam, pemulihannya wajib dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
(4) Kerusakan komponen lingkungan sebagai akibat dari kegiatan usaha masyarakat,
pemulihannya wajib dilakukan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Pasal 46
(1) Pemulihan komponen lingkungan yang dilakukan oleh pemrakarsa, instansi yang berwenang
dan/atau lembaga swadaya masyarakat atau kelompok masyarakat pemerhati lingkungan
perlu dikoordinasikan dan/atau diawasi oleh Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup.
(2) Pemulihan komponen lingkungan perlu dilakukan pada kesempatan pertama setelah
terjadinya kerusakan.
Pasal 47
(1) Guna mempertahankan keragaman hayati spesies lokal (flora dan fauna), Pemerintah
Daerah wajib melestarikan spesies endemik khas daerah.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
20 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
(2) Dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati menugaskan
instansi yang bertanggungjawab untuk berkoordinasi dengan Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup dalam membina dan mengembangkan budaya lokal yang berkaitan
dengan pelestarian lingkungan hidup
BAB IX
PENYIDIKAN
Pasal 48
(1) Pejabat Pegawai Negri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana terhadap
pelanggaran Peraturan Daerah ini, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
pelanggaran Peraturan Daerah ini;
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini;
d. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan,
dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang-barang
bukti tersebut;
e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini;
f. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf d;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan
Daerah ini;
h. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
i. menghentikan penyidikan;
j. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
pelanggaran Peraturan Daerah ini menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan
dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-
undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
21 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 49
(1) Setiap orang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp.500.000.000
(lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup akan diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 50
Hal-hal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 51
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Ditetapkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005
Diundangkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PARIGI MOUTONG
Drs. TASWIN BORMAN, M.Si Pembina Utama Muda
NIP. 010 081 665
LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 19 SERI E NOMOR 9
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
22 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
NOMOR 18 TAHUN 2005
TENTANG
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
I. UMUM
Kabupaten Parigi Moutong memiliki potensi Sumber Daya Alam yang cukup besar yang
selama ini menjadi modal dasar pembangunan daerah. Pembangunan merupakan proses
pengolahan sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan
memanfaatkan teknologi. Proses pelaksanaan pembangunan disatu pihak menghadapi
permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahannya yang tinggi pula,
sementara dilain pihak ketersediaan sumber daya alam bersifat terbatas. Semakin meningkat
pula dampaknya terhadap lingkungan hidup.
Kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan meningkatkan
permintaan atas sumberdaya alam, sehingga timbul tekanan terhadap sumber daya alam.
Pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan dalam pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan diperhadapkan dengan berbagai tantangan.
Salah satu upaya pencegahan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup
dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, WTO (World Trade
Organization) menyepakati untuk mengintegrasikan faktor pelestarian lingkungan ke dalam
proses perdagangan melalui penerapan standar mutu internasional yang dikenal dengan ISO
9000 (International Organization For Standardization). Berdasarkan kebijakan tersebut
beberapa negara Uni Eropa telah mempersyaratkan pemasangan ekolabel pada produk-roduk
yang dipasarkan ke dalam maupun keluar negerinya. Dengan pemasangan ekolabel
diharapkan agar produk tersebut aman dari segi lingkungan.
Bagi negara-negara anggota WTO termasuk Indonesia pada umumnya yang
bermaksudakan memperdagangkan produknya dipasaran Internasional, tiada pilihan lain
kecuali harus menyesuaikan kebijakan ekonomi, moneter dan fiskalnya dengan kebijakan
pelestarian lingkungan. Oleh karena itu dalam menghadapi tantangan masa depan perlu
dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi :
a. Rencana pengelolaan sumber daya alam harus disesuaikan dengan perencanaan tata
ruang wilayah (RT dan RW);
b. Penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau UKL/UPL,DKL/DPL
terhadap semua jenis rencana usaha dan/atau kegiatan ;
c. Pencegahan pencemaran air, udara dan tanah melalui pengendalian limbah beracun;
d. Pelestarian habitat flora dan fauna serta keanekaragaman hayati ;
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
23 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
e. Pengendalian terpadu kerusakan lingkungan pada daerah aliran sungai, bekas
penambangan galian C serta wilayah pesisir dan lautan ;
f. Pengembangan kebijakan ekonomi, moneter, fiskal dan perdagangan yang memuat
pertimbangan-pertimbangan lingkungan; misalnya manfaat dan biaya lingkungan
diperhitungkan dalam analisis ekonomi.
g. Peningkatan peran serta masyarakat, kelembagaan dan ketenangan dalam
pengendalian dampak lingkungan;
h. Penegakan supremasi hukum lingkungan dalam penyelesaian perselisihan atau
persengketaan di bidang lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup bercirikan lintas sektor sehingga perlu dilaksanakan
secara terpadu. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan dan pemantapan lembaga teknis
daerah yang berfungsi mengkoordinasikan semua tindakan dan langkah-langkah dalam
pengelolaan lingkungan hidup daerah. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai lembaga
pelaksana pengelolaan lingkungan hidup di daerah perlu didukung dengan aparat yang
handal, sarana dan prasarana serta biaya operasional yang memadai.
Terlestarinya fungsi lingkungan hidup yang merupakan tujuan dari pengelolaan
lingkungan menjadi tumpuan terwujudnya pembagunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan yang merupakan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, sejak awal
perencanaan usaha dan atau kegiatan sudah harus diperkirakan perubahan rona lingkungan
sebagai akibat dari pembentukan suatu kondisi lingkungan yang baru baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan, yang timbul sebagai dampak diselenggarakannya
usaha dan atau kegiatan.
Penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan UKL/UPL,DKL/DPL dilakukan
sebagai bagian dari studi kelayakan dalam proses perencanaan proyek pembangunan. Untuk
itu dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan UKL/UPL harus dijadikan
instrumen pengambilan keputusan dalam menetapkan kelayakan suatu rencana usaha dan
atau kegiatan. Sebagai bagian dari studi kelayakan untuk melakukan suatu rencana usaha
dan atau kegiatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan atau kegiatan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
24 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Yang dapat menimbulkan dapak besar adalah :
a. perubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak
terbaharui;
c. proses dan kegiatan secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup serta pemerosotan sumber
daya alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan social dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian
kawasan, konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis-jenis tumbuhan, jenis hewan, dan jasad remik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
h. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup;
i. kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan/atau mempengaruhgi pertahanan
Negara.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Pada setiap Daerah umumnya banyak terdapat lembaga atau badan usaha yang
dapat menyusun AMDAL dan/atau dokumen UKL/UPL dan/atau DKL/DPL
guna menjamin kwalitas dokumen yang akan disusun maka perlu dilakukan
kwalifikasi penyusun Amdal Daerah.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Pentingnya proposal usaha dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui secara
detail komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan sehingga dapat diperkirakan dampak lingkungan yang akan
timbul, selain itu dapat dipertimbangkan perbandingan antara biaya investasi
yang dikeluarkan oleh pemrakarsa dengan biaya penyusunan dokumen Amdal,
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
25 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
UKL/ UPL dan/atau DKL/DPL yang disiapkan sehingga tidak terjadi
kecenderungan biaya ekonomi tinggi dari suatu usaha atau kegiatan
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Peninjauan kembali setiap 3 (tiga ) tahun dilakukan dengan pertimbangan
bahwa pada umumnya sumber daya alam yang dikelola secara terus menerus
selama kurang waktu 3 (tiga ) tahun akan menampakkan wujud yang sangat
jauh dengan keadaan sebelum adanya kegiatan pengelolaan.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Pelibatan masyarakat dalam pengawasan dimaksudkan sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat guna menjamin efektifitas pengawasan terhadap
pengelolaan lingkungan hidup Daerah.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
26 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
Pasal 23
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan berupa erosi tanah, perubahan ketersediaan dan
kualitas air, persebaran hama, penyakit dan gulma serta perubahan kesehatan tanah
akibat penggunaan pestisida / herbisida.
Dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya ternak berupa bau dan bising bagi
usaha ternak intensif. Bagi usaha ternak yang dilakukan tidak intensif (tanpa
kandang) akan mengganggu tanaman dan lalu lintas sehingga potensial menimbulkan
konflik sosial.
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tambak dan kolam
ikan, udang dan pembangunan pelabuhan perikanan adalah perubahan ekosistem
perairan dan pantai, hidrologi dan bentang alam.
Pasal 26
Operasionalisasi usaha budidaya kolam membutuhkan jumlah air yang banyak
sehingga akan menimbulkan konflik kepentingan dengan persawahan. Pembukaan
hutan mangrove akan berdampak terhadap habitat, jenis dan kelimpahan dari
tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berada dikawasan tersebut. Usaha budidaya
perikanan terapung dan pemasangan rumpon/bagang tetap akan mengganggu
jalur pelayaran dan estetika perairan.
Pasal 27
Dampak penting yang ditimbulkan oleh usaha kehutanan umumnya berupa
gangguan terhadap ekosistem hutan, hidrologi, keanekaragaman hayati, hama
penyakit, erosi, bentang alam dan potensi konflik sosial.
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Dampak penting yang akan ditimbulkan oleh rumah sakit adalah limbah B3/
Radioaktif dan potensi penularan penyakit.
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Dampak penting yang ditimbulkan oleh jenis-jenis kegiatan di bidang perhubungan
antara lain berupa perubahan sistem hidrologi, ekositem, kebisingan, garis
pantai, emisi getaran, dampak sosial dan keamanan.
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Umumnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri berupa pencemaran
air, udara, bising, bau, getaran, limbah padat serta gangguan lalu lintas.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
27 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Pengembangan irigasi dan normalisasi sungai umumnya menimbulkan dampak
perubahan pola iklim dan ekosistem kawasan. Mobilisasi alat dan tenaga kerja
berpotensi menimbulkan dampak kebisingan, debu dan dapat menimbulkan konflik
sosial. Pembangunan pengaman pantai dan atau perbaikan menara sungai selebar
diatas 500 m, berpotensi merubah ekologi kawasan pantai sehingga mengganggu
keseimbangan ekosistem pantai.
Pembangunan dan pelebaran jalan akan menimbulkan bangkitan lalu lintas,
kebisingan, getaran, gangguan visual dan dampak sosial.
Pembangunan tempat pembuangan dan atau tempat penampungan sampah, berpotensi
menimbulkan dampak berupa pencemaran udara, bau, gas beracun, perubahan pola
air dan gangguan kesehatan. Pembangunan kawasan permukiman dan drainase
berpotensi menimbulkan dampak kebisingan pada saat mobilisasi material, limbah
padat, limbah cair, tingkat kebutuhan air, getaran, perubahan tata air dan dampak
sosial.
Pengambilan air permukaan dengan debit diatas 250 liter/detik adalah setara dengan
kebutuhan air bersih untuk 200.000 orang sehingga apabila tidak dikaji secara cermat
akan menimbulkan dampak sosial bagi kepentingan lain.
Pembangunan kawasan terkonsentrasi umumnya menimbulkan dampak terhadap
daya dukung lahan, kebisingan, getaran, polusi udara serta pengurangan jumlah dan
jenis biota darat yang ada disekitarnya. Selanjutnya untuk kawasan perbelanjaan
berpotensi menimbulkan dampak berupa limbah padat, bangkitan lalu lintas dan
tempat parkir.
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Pengelolaan pertambangan umum berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan
bentang alam, ekologi, hidrologi, bising, debu, getaran serta limbah cair yang
dihasilkan.
Pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi umumnya
menimbulkan dampak terhadap terhadap aspek fisik-kimia, biologi sosial ekonomi,
budaya, dan kesehatan masyarakat. Pembangunan pompa bahan bakar atau tempat
menyimpan bahan bakar berpotensi menimbulkan dampak berupa limbah cair dan
bahaya kebakaran sehingga akan timbul dampak lanjutan berupa keresahan
masyarakat.
Pengambilan air bawah tanah berpotensi menimbulkan dampak berupa gangguan
sistem geohidrologi intrusi air laut.
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Pembangunan obyek wisata dan sarana prasarana pendukungnya umumnya berpotensi
menimbulkan dampak berupa pelebaran lahan, limbah padat dan limbah cair,
ketersediaan air, gangguan lalu lintas, keamanan serta dampak sosial dan budaya.
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
28 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Ayat (1)
Usaha atau kegiatan-kegiatan yang menggunakan hasil rekayasa genetika berpotensi
menimbulkan dampak berupa gangguan kesehatan dan keseimbangan ekologi.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Ayat (1)
Di Daerah Sulawesi Tengah pada umumnya dan Kabupaten Parigi Moutong pada
khususnya, banyak terdapat flora dan fauna endemik yang perlu dilestarikan
seperti Anoa, Babi Rusa, Maleo, Nuri, Kelelawar, Pohon Ebony, Pohon Donggala,
Pohon Balaroa, Pohon Mangrove dan sebagainnya.
Disamping itu terdapat pula budaya lokal yang memiliki akses pada pelestarian
lingkungan hidup seperti penerapan sanksi adat terhadap penebangan pohon di
kawasan hutan lindung. Budaya seperti ini sudah mulai memudar sehingga perlu
digali kembali dan kembangkan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 40