pemerintah kabupaten parigi...

28
PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 1 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan guna menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup, di pandang perlu melakukan pengelolaan dampak lingkungan terhadap setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang potensial akan menumbuhkan dampak terhadap komponen lingkungan ; b. bahwa dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup di Daerah Kabupaten Parigi Moutong, perlu melakukan pengkajian, pengawasan dan pengendalian serta pemulihan terhadap komponen lingkungan yang rusak akibat pelaksanaan suatu usaha dan/atau kegiatan ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiamana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ; 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046) ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

Upload: hoangnhu

Post on 12-Aug-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

1 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

NOMOR 18 TAHUN 2005

TENTANG

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PARIGI MOUTONG,

Menimbang :

Mengingat :

a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan guna menunjang

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup

sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber daya alam

untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup, di pandang perlu

melakukan pengelolaan dampak lingkungan terhadap setiap rencana

usaha dan/atau kegiatan yang potensial akan menumbuhkan dampak

terhadap komponen lingkungan ;

b. bahwa dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup di Daerah

Kabupaten Parigi Moutong, perlu melakukan pengkajian, pengawasan

dan pengendalian serta pemulihan terhadap komponen lingkungan

yang rusak akibat pelaksanaan suatu usaha dan/atau kegiatan ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiamana dimaksud dalam

huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup ;

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046) ;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3419);

Page 2: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

2 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3480);

6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Kolusi, Korupsi Dan Nepotisme

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3840)

sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Pemerintah Penganti

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 [Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4374];

10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan

Kabupaten Parigi Moutong Di Provinsi Sulawesi Tengah ( Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 23, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4185);

11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4389) ;

12. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);

13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 )

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4493 );

Page 3: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

3 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438 );

15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan Dan Satwa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3803);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Lembaran Negara Republik

IndonesiaTahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3815);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3816) ;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Dampak

Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3853);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian

Kerusakan Dan/Atau Pencemaran Lingkungan Hidup, Yang Berkaitan

Dengan Kebakaran Hutan Dan/Atau Lahan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 10, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4076);

22. Peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

23. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan

Kawasan Hutan Lindung;

24. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2002 tentang Pengendalian Dan

Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut;

25. Keputusan Menteri Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana

Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisi

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

Page 4: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

4 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

26. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 1 Tahun 2004

Tentang Kewenangan Kabupaten Parigi Moutong Sebagai Daerah

Otonom (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3);

Dengan Persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

dan

BUPATI PARIGI MOUTONG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Parigi Moutong.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Parigi Moutong yang selanjutnya disebut

DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan

Daerah.

5. Lingkungan Hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

6. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah Upaya terpadu untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan, penataan, pemanfaatan, pengembagan,

pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.

7. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara

kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

8. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup , zat

energi dan/atau komponen lain kedalam lingkugan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga

kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak

dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

9. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung

atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan

lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Page 5: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

5 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

10. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar

dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelangaraan usaha dan/

atau kegiatan.

11. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam

tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

12. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) adalah upaya penanganan dampak besar dan

penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan /

atau kegiatan.

13. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan

hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau

kegiatan.

14. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) adalah upaya penanganan dampak yang tidak

menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan

akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

15. Upaya pemantauan Lingkungan (UPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan

yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang di

timbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

16. Dokumen Pengelolaan Lingkungan yang selanjutnya dapat disingkat DKL adalah dokumen

pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi pada saat usaha dan/atau kegiatan sedang

berlangsung.

17. Dokumen Pemantauan Lingkungan yang selanjutnya dapat disingkat DPL adalah dokumen

pemantauan dampak lingkungan yang terjadi pada saat usaha atau kegiatan sedang

berlangsung.

18. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu Rencana

Usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

19. Instansi yang berwenang adalah Lembaga Teknis Daerah yang membidangi usaha

dan/atau kegiatan yang direncanakan dan berwenang menerbitkan izin usaha.

20. Instansi yang bertanggungjawab adalah Lembaga Teknis Daerah yang bertanggungjawab

dalam pengendalian dampak lingkungan.

21. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

malakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi peseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan

nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi yang sejenis, bentuk usaha tetap dan bentuk badan

lainnya.

22. Baku Mutu Lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat energi atau

komponen yang ada atau yang harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkunagn hidup.

23. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data

dan/atau keterangan lainnya untuk kepatuhan pemenuhan kewajiban dan untuk tujuan

lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan.

Page 6: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

6 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

24. Penyidikan Tindak Pidana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik

Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong, yang

selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang

dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi serta menemukan

tersangkanya.

BAB II

ASAS, TUJUAN DAN SASARAN

Pasal 2

Pengelolaan Lingkungan Hidup diselanggarakan dengan asas tanggungjawab, asas

berkelanjutan dan asas manfaat berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pasal 3

Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, bertujuan untuk

mewujudkan Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka

pembagunan manusia Indonesia seutuhnya.

Pasal 4

Sasaran Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah :

a. tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia pemanfaat

sumber daya alam dan lingkungan hidup;

b. terjaminya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

c. terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

d. terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan

tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;

e. tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;

f. terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha dan/atau

kegiatan diluar Kabupaten Parigi Moutong yang menyebabkan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 5

(1) Setiap orang atau Badan mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

(2) Setiap orang atau Badan mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan

dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.

(3) Setiap Orang atau Badan mempunyai hak yang sama untuk berperan dalam rangka

pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 6

(1) Setiap orang atau badan berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup,

serta mencegah dan menaggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Page 7: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

7 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

(2) Setiap orang atau badan yang melakukan usaha dan/atau kegitan berkewajiban

memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

(3) Setiap orang atau badan yang menjalankan suatu bidang usaha, wajib memelihara

kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang.

(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini dicantumkan dalam setiap izin

yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang

Pasal 7

Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah Daerah wajib :

a. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung

jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;

b. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan

tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;

c. mengembangkan dan menetapkan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan hidup sehingga

menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

d. menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskan kepada masyarakat;

e. memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang lingkungan

hidup;

f. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara

masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian , daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup;

g. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang lingkungan hidup;

h. mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preventif, represif dan proaktif

dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

i. memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup.

Pasal 8

(1) Dalam rangka mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan

hidup, Pemerintah Daerah berwenang mengatur pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup yang berada dalam daerah hukum Kabupaten Parigi Moutong.

(2) Kewenangan mengatur pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan :

a. Mengatur dan mengembangkan kebijakan Daerah dalam rangka pengelolaan lingkungan

hidup ;

b. mengatur perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya buatan

termasuk daya genetic ;

c. mengembangkan pedoman bagi upaya pengelolaan lingkungan hidup Daerah.

(3) Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu oleh semua Perangkat Daerah

sesuai dengan bidang tugas masing-masing dan masyarakat dengan tetap memperhatikan

keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan.

(4) Guna menjamin terwujudnya keterpaduan perencanaan, dan pelaksanaan, pengawasan

kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dalam penyelenggaraannya Bupati membentuk

Perangkat Daerah yang berfungsi mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan

lingkungan hidup.

Page 8: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

8 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

BAB IV

PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN

Pasal 9

(1) Setiap rencana Usaha dan /atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak

besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL).

(2) Ketentuan tentang rencana dan /atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan

penting terhadap lingkungan hidup , sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta tata cara

penyusunan dan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup ditetapkan

dengan Peraturan Bupati.

Pasal 10

Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup setiap usaha dan/atau kegiatan di

larang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup Daerah

Kabupaten Parigi Moutong .

BAB V

PERSYARATAN ATAS PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP

Bagian Pertama

Penyusunan Dokumen AMDAL, UKL/UPL, DKL/DPL

Pasal 11

(1) Setiap orang atau Badan yang mengadakan usaha dan / atau kegiatan terhadap pemanfaatan

sumber daya alam yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan

hidup wajib menyusun dokumen AMDAL sedangkan yang tidak menimbulkan dampak besar

dan penting wajib menyusun Dokumen UKL dan UPL untuk memperoleh izin melakukan usaha

dan / atau kegiatan.

(2) Dalam izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicantumkan persayaratan dan

kewajiban untuk melakukan upaya kelola lingkungan UKL dan UPL, sedangkan kegiatan wajib

AMDAL Harus melaksanakan rencana pengelolaan lingkungan atau RKL dan RPL.

(3) Persayaratan kriteria penyusun AMDAL, UKL/UPL , DKL/DPL ditetapkan dengan Peraturan

Bupati.

(4) Penyusun DKL/DPL sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling lama 6 (enam)

bulan setelah Peraturan Daerah ini berlaku.

Bagian Kedua

Perizinan

Pasal 12

(1) Setiap orang atau badan yang akan melakukan usaha dan/atau kegiatan yang

memanfaatkan sumber daya alam, wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati

dengan melampirkan Proposal usaha yang direncanakan.

(2) Proposal usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mencantumkan :

a. Rincian komponen kegiatan yang akan dilakukan dan biayanya ;

b. Rencana biaya penyusunan dokumen AMDAL, UKL/UPL; atau

c. Rencana biaya lain-lain yang dipandang perlu.

Page 9: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

9 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

Pasal 13

Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan / atau kegiatan wajib diperhatikan :

a. rencana masyarakat;

b. pendapat masyarakat;

c. pertimbangan dan rekomendasi pejabat berwenang yang berkaitan dengan usaha dan/atau

kegiatan tersebut;

d. setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan

hidup.

Pasal 14

(1) Dokumen AMDAL, UKL/UPL dan/atau DKL/DPL setiap 3 (tiga) tahun harus ditinjau

kembali.

(2) Dokumen AMDAL, UKL/UPL dan/atau DKL/DPL yang telah 3 (tiga) tahun masa

berlakunya dapat diperpanjang apabila tidak terjadi perubahan komponen kegiatan dan

dampak yang ditimbulkan masih dapat dikendalikan.

(3) Perpanjangan dokumen AMDAL serta izin kelayakan lingkungan hanya dapat dilakukan

apabila Komisi penilai AMDAL telah melakukan penilaian kembali.

(4) Perpanjangan Dokumen UKL/UPL dan atau DKL/UPL hanya dapat dilakukan oleh Dinas

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Instansi Terkait

Bagian Ketiga

Pengawasan

Pasal 15

(1) Bupati melakukan pengawasan terhadap penataan penanggungjawab usaha dan/atau

kegiatan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

dibidang lingkungan hidup

(2) Bupati menetapkan Dinas Pengelolan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Parigi

Moutong untuk melakukan pengawasan.

Pasal 16

(1) Untuk melaksanakan tugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 berwenang

melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan/atau

kegiatan membuat catatan yang diperlukan memasuki tempat tertentu, mengambil contoh

memeriksa perolehan, memeriksa instalasi dan/ atau alat transportasi, serta meminta

keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatan.

(2) Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang diminta keterangan sebagaimana di maksud

pada ayat (1), wajib memenuhi permintaan petugas pengawas.

(3) Setiap pengawas wajib memperlihatkan Surat Tugas dan/atau tanda pengenal serta wajib

memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan.

Pasal 17

(1) Semua rencana usaha dan/atau kegiatan yang telah memperoleh izin usaha dari instansi

yang berwenang, wajib dilakukan pengawasan dan pengelolaan lingkungan terhadap

penerapan RKL/RPL, UKL/UPL dan atau DKL/DPL yang telah disahkan.

Page 10: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

10 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

(2) Pengawasan dan pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

dilakukan sejak prakonstruksi, konstruksi, produksi dan pasca produksi.

Pasal 18

(1) Warga masyarakat yang berkepentingan wajib dilibatkan dalam proses pengawasan dan

pengelolaan lingkungan.

(2) Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan dan pengelolaan lingkungan yang dilakukan

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat membentuk kelompok

sadar lingkungan pada setiap Desa atau Kelurahan.

(3) Untuk memperlancar arus informasi lingkungan masyarakat, Bupati dapat membentuk

pos pelayanan pengaduan masyarakat yang dipusatkan di Dinas Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Pasal 19

(1) Dalam rangka pengawasan dan pengelolaan lingkungan, pemrakarsa wajib menyampaikan

laporan triwulan pelaksanaan RKL/RPL, UKL/UPL kepada instansi yang berwenang dan

instansi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan hidup

(2) Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak pengelolaan lingkungan wajib melakukan:

a. pengevaluasian terhadap penerapan peraturan Perundang-undangan dibidang AMDAL,

UKL/UPL dan;

b. pengujian laporan yang disampaikan oleh pemrakarsa;

c. penyampaian laporan hasil pengawasan dan pengevaluasian yang ditujukan kepada

Bupati dengan tembusan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Parigi

Moutong dan instansi yang tergolong dalam Komisi Amdal paling sedikit 2 (dua) kali

dalam setahun.

Pasal 20

(1) Apabila ditemukan petunjuk dan/atau diduga adanya penyimpangan dan/ atau pelanggaran

peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bupati berwenang memerintahkan pemrakarsa

untuk melakukan audit lingkungan.

(2) Jika pemrakarsa tidak melaksanakan perintah untuk melakukan audit lingkungan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat menugaskan instansi yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan hidup atau pihak ketiga untuk melaksanakan

audit lingkungan atas beban biaya pemrakarsa yang bersangkutan.

(3) Hasil audit lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib diumumkan oleh

Pemerintah Daerah melalui media massa.

(4) Apabila hasil audit lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diduga adanya

pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bupati dapat memberikan teguran

tertulis paling banyak 3(tiga) kali berturut-turut.

(5) Tenggang waktu setiap pemberian teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dilakukan paling lama 14 ( Empat belas ) hari.

(6) Apabila pemrakarsa setelah diberikan teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut tetap tidak

melaksanakan audit lingkungan, Bupati dapat memberhentikan sementara usaha dan/atau

kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Page 11: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

11 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

(7) Pemberhentian sementara usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

tidak menunda pelaksanaan audit lingkungan.

Bagian Keempat

Sanksi Administrasi

Pasal 21

(1) Bupati berwenang menjatuhkan Sanksi Administrasi terhadap setiap orang atau badan

usaha yang melakukan usaha dan / atau kegaiatan terhadap pemanfaatan Sumber Daya

Alam yang tidak sesuai ketetuan perundang-undangan yang berlaku

(2) Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pencabutan izin usaha.

BAB VI

BIDANG DAN JENIS KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI DOKUMEN

AMDAL, UKL DAN UPL

Bagian Pertama

Bidang Kegiatan

Pasal 22

Bidang kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Dokumen AMDAL, UKL / UPL dan /atau

DKL/DPL Meliputi :

a. bidang Pertanian dan Perternakan ;

b. bidang Perikanan dan Kelautan ;

c. bidang Kehutanan dan Perkebunan ;

d. bidang Kesehatan ;

e. bidang Perhubungan ;

f. bidang Perindustrian, Perdagagan, Penanaman Modal dan Koperasi ;

g. bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah ;

h. bidang Energi dan Sumber Daya Mineral ;

i. bidang Parawisata ;

j. bidang Pendidikan dan Pengajaran ;

k. bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan

l. bidang Rekayasa Genetika.

Bagian Kedua

Jenis-jenis Kegiatan

Paragraf 1

Kegiatan di Bidang Pertanian Dan Peternakan

Pasal 23

Jenis-jenis kegiatan dibidang Pertanian dan Peternakan yang wajib dilengkapi dokumen

AMDAL terdiri dari :

a. budidaya tanaman pangan dan hortikultura semusim dengan atau tanpa

unitpengolahannya, dengan besaran luas lebih dari 2.000 ha;

Page 12: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

12 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

b. budidaya tanaman pangan dan hortikultura tahunan dengan atau tanpa unit

pengolahannya, dengan besaran luas lebih dari 5.000 ha;

c. budidaya ternak unggas dengan atau tanpa unit pengolahannya, dengan skala lebih dari

10.000 ekor.

d. budidaya ternak kecil berupa ternak kambing atau ternak domba dengan atau tanpa unit

pengolahannya, dengan skala lebih dari 5.000 ekor,

e. budidaya ternak babi dengan atau tanpa unit pengolahannya, dengan skala lebih dari 100

ekor;

f. budidaya tanaman perkebunan semusim dan tahunan dengan atau tanpa unit

pengolahannya diluar kawasan budidaya kehutanan, dengan besaran luas lebih dari 3.000

ha;

g. budidaya tanaman perkebunan semusim dan tahunan dengan atau tanpa unit

pengolahannya di dalam kawasan budidaya kehutanan untuk semua besaran luas.

Pasal 24

Jenis-jenis Kegiatan dibidang pertanian dan peternakan yang wajib dilengkapi dokumen

UKL/UPL dan/atau DKL/DPL, terdiri dari :

a. budidaya tanaman pangan dan hortikultura semusim dengan besaran luas 200 ha sampai

dengan 2.000 ha, dan tanaman tahunan dengan besaran luas 500 ha sampai dengan

5.000 ha;

b. usaha penangkaran dan/atau budidaya tanaman/hewan langka yang termasuk atau tidak

termasuk tanaman/hewan yang dilindungi dengan skala lebih dari 100 ekor atau

menggunakan lahan yang luasnya lebih dari 1 ha;

c. budidaya ternak unggas skala 5.000 ekor sampai dengan 10.000 ekor, ternak kambing dan

domba skala 1.000 ekor sampai dengan 5.000 ekor, ternak babi skala 30 ekor sampai

dengan 100 ekor, ternak sapi, kerbau dan kuda dengan skala 200 ekor sampai dengan

3.000 ekor;

d. budidaya tanaman perkebunan semusim dan tahunan diluar kawasan budidaya

kehutanan, dengan besaran luas 100 ha sampai dengan 3.000 ha.

Paragraf 2

Kegiatan di Bidang Perikanan

Pasal 25

Jenis-jenis Kegiatan dibidang perikanan yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL terdiri dari :

a. budidaya tambak dan kolam dengan atau tanpa unit pengolahannya, dengan besaran luas

lebih dari 50 ha;

b. budidaya perikanan terapung yang berupa jaring apung dan pen system di air tawar

dengan besaran luas lebih dari 2,5 ha atau skala lebih dari 500 unit dan di air laut

dengan besaran luas lebih dari 5 ha atau skala lebih dari 1.000 unit;

c. Usaha penangkapan ikan pada perairan teluk relatif terkonsentrasi dengan menggunakan

alat bantu rumpon atau bagan tetap, dengan skala lebih dari 100 unit;

d. Usaha penangkapan ikan hidup dengan cara menyelam yang dilengkapi alat bius dan

sejenisnya dengan skala produksi lebih besar dari 300 kg/ hari;

Page 13: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

13 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

e. pembangunan pelabuhan perikanan diluar lingkungan kerja pelabuhan umum dengan

panjang dermaga lebih dari 300 m, memiliki kawasan industri lebih dari 10 ha dan

kedalaman air disekitar dermaga lebih dari 4 m.

Pasal 26

Jenis-jenis kegiatan dibidang perikanan yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/atau

DKL/DPL terdiri dari ;

a. budidaya tambak dan kolam dengan atau tanpa unit pengolahannya, dengan besaran luas 24

ha sampai dengan 50 ha;

b. budidaya perikanan terapung yang menggunakan jaring apung atau pen system di air tawar

dengan besaran luas 1 ha sampai dengan 2,5 ha atau skala 100 unit sampai dengan 500 unit

dan di air laut dengan besar I ha sampai dengan 1.000 unit;

c. usaha penangkapan ikan yang terkonsentrasi dengan menggunakan alat bantu rumpon atau

bagan tetap, dengan skala 30 unit sampai dengan 100 unit, bagan apung yang menggunakan

lampu listrik dengan daya lebih dari 500 watt atau unit dengan skala lebih dari 15 unit;

d. Pembangunan pelabuhan perikanan dan/atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan/atau

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan fasilitas dermaga yang panjangnya 10 m sampai dengan

300 m, memiliki kawasan pengolahan ikan seluas 0,5 ha sampai dengan 10 ha, memiliki

tampat pelelangan ikan yang luasnya lebih dari 50 m2 serta kedalaman air disekitar dermaga

2,5 m sampai dengan 4 m.

Paragraf 3

Kegiatan di Bidang Kehutanan

Pasal 27

Jenis-jenis kegiatan dibidang kehutanan yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, terdiri dari:

a. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu untuk semua besaran luas;

b. usaha hutan tanaman dengan besaran luas lebih dari 5.000 ha.

Pasal 28

Jenis – jenis kegiatan di bidang kehutanan yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/

atau DKL/DPL adalah usaha hutan tanaman dengan besaran luas 100 ha sampai dengan

5.000 ha.

Paragraf 4

Kegiatan di Bidang Kesehatan

Pasal 29

Jenis kegiatan dibidang kesehatan yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, adalah

pembangunan rumah sakit tipe A dan tipe B atau yang setara dan berpotensi menimbulkan

dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup.

Pasal 30

Jenis Kegiatan dibidang kesehatan yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/atau DKL/DPL,

adalah pembangunan rumah sakit tipe C atau tipe D atau yang setara, misalnya klinik bersalin

dan laboratorium untuk semua besaran.

Page 14: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

14 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

Paragraf 5

Kegiatan Dibidang Perhubungan

Pasal 31

Jenis-jenis kegiatan dibidang perhubungan yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, terdiri

dari:

a. pembangunan pelabuhan laut dengan salah satu fasilitasnya berupa dermaga konstruksi

massif dengan panjang lebih dari 200 m2 atau seluas 6.000 m2, penahan gelombang

dengan panjang lebih dari 200 m serta fasilitas lainnya seperti terminal, gudang,

petikemas yang luasnya lebih dari 5 ha;

b. Penggerukan pelabuhan dengan capital dredging volume lebih dari 250.000 m3 dan

maintenance dredging volume lebih dari 500.000 m3.

c. reklamasi pantai dengan besaran luas lebih dari 25 ha atau volume timbunan lebih dari

5.000.000 m3 ;

d. penempatan hasil kerukan atau dumping di darat dengan skala volume lebih dari 250.000

m3 atau menggunakan area lebih dari 5 ha dan/atau diletakkan di laut untuk semua

besaran.

Pasal 32

Jenis – jenis kegiatan dibidang perhubungan yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/

atau DKL/DPL terdiri dari:

a. pembangunan pelabuhan dengan salah satu fasilitasnya berupa dermaga konstruksi

massif atau kayu dengan panjang 10 m sampai dengan 200 m atau seluas 500 m2 sampai

dengan 6.000 m2, penahan gelombang dengan panjang sekitar 50 m sampai dengan 200 m

serta fasilitas lainnya seperti terminal, gudang, petikemas yang luasnya 1 ha sampai

dengan 5 ha;

b. pengerukan pelabuhan dengan capital dredging volume sekitar 5.000 m2 sampai dengan

250.000 m3 dan maintenance dredging volume 10.000 m2 sampai dengan 500.000 m2.

c. reklamasi pantai dengan besaran luas 1 ha sampai dengan 25 ha atau volume timbunan

500.000 m3 sampai dengan 5.000.000 m3.

d. Penempatan hasil kerukan atau dumping di darat dengan skala volume 50.000 m3 sampai

dengan 250.000 m3 atau menggunakan areal seluas 1 ha sampai dengan 5 ha;

e. pembangunan terminal roda empat untuk semua besaran.

Paragraf 6

Kegiatan di Bidang Perindustrian

Pasal 33

Jenis – jenis kegiatan dibidang perindustrian yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah

kawasan industri termasuk kawasan industri yang teritegrasi, untuk semua besaran.

Pasal 34

Jenis – jenis kegiatan dibidang perindustrian yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL

dan/atau DKL/DPL, terdiri dari :

a. Industri pemotongan hewan sapi dan /atau kerbau, untuk semua besaran;

Page 15: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

15 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

b. Industri pengolahan daging sapi dan/atau kerbau, dengan skala produksi lebih dari 50

Kg/hari

c. Industri pengolahan ikan dan biota perairan lainnya, dengan skala produksi lebih dari 50

Kg/ Hari.

d. Industri pengalengan buah-buahan dan sayuran, dengan skala produksi lebih dari 50 Kg /

Hari;

e. Industri minyak goreng dengan skala produksi 250 sampai dengan 1000 kg/hari;

f. Industri tepung terigu dan tapioka, dengan skala produksi 250 sampai dengan 1000

kg/hari;

g. Industri tahu, dengan skala produksi 100 sampai dengan 500 kg/hari;

h. Industri penggergajian kayu dengan skala produksi lebih dari 50 m3/ hari;

i. Industri pengolahan atau pengawetan rotan dengan skala produksi lebih dari 50 kg/hari;

j. Industri bahan kimia, untuk semua besaran;

k. Industri penggorengan dan/atau pencampuran aspal yang menggunakan areal lebih dari 1

ha;

l. Industri pengantongan semen untuk semua besaran;

m. Bengkel mobil dan/atau bengkel las yang potensial menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan;

n. Home Industri/koperasi dengan skala produksi sampai dengan 1000 kg/hari tidak wajib

dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/atau DKL/DPL.

Paragraf 7

Kegiatan di Bidang Prasarana Wilayah

Pasal 35

Jenis-jenis kegiatan dibidang Prasarana wilayah yang dilaksanakan oleh pribadi atau badan

wajib dilengkapi dokumen AMDAL, terdiri dari:

a. pembangunan irigasi baru untuk areal pengairan lebih dari 2.000 ha atau penambahan

atau peningkatan areal pengairan lebih dari 1.000 ha dan/atau percetakan sawah seluas

lebih dari 500 ha;

b. reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi dengan besaran luas lebih dari 1.000 ha;

c. pembangunan pengamanan pantai dan/atau perbaikan muara sungai dengan jarak lebih

dari 500 m ;

d. normalisasi sungai dan/atau pembuatan kanal banjir dengan panjang lebih dari 10 km

atau volume penggerukan lebih dari 500.000 m3;

e. pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran diluar daerah milik jalan

atau bantaran jalan dalam ibukota Kabupaten Parigi Moutong, dengan skala panjang lebih

dari 10 km atau luas lebih dari 30 ha;

f. pembangunan dan/atau peningkatan jalan di perdesaan dengan pelebaran di luar daerah

milik jalan dengan panjang lebih dari 30 km atau luas lebih dari 30 ha;

g. pembuangan sampah dengan sistem control landfill/sanitary landfill di luar bahan

beracun berbahaya dengan besaran luas lebih dari 5 ha atau kapasitas total lebih dari

5.000 ton.

Page 16: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

16 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

h. pembangunan transfer station dengan kapasitas lebih dari 1.000 ton/hari dan/atau

tempat penampung akhir atau TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill lebih dari

5 ha atau kapasitas total lebih dari 5.000 ton atau TPA dengan sistem open dumping

untuk semua besaran;

i. pembangunan permukimam dengan besaran luas lebih dari 10 ha;

j. pembangunan saluran atau drainase di daerah permukiman dengan besaran panjang lebih

dari 10 km;

k. pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air permukaan lainnya dengan

debit lebih dari 250 liter/detik;

l. pembangunan pusat perkantoran, pendidikan, olah raga, kesenian, tempat ibadah atau

pusat perdagangan/ perbelanjaan relatif terkonsentrasi dengan besaran luas lahan lebih

dari 5 ha atau bangunan seluas 10.000 m2;

m. pembangunan kawasan permukiman terpadu dan/atau transmigrasi dengan skala

penduduk yang dimukimkan lebih dari 100 kepala keluarga atau besaran luas lahan lebih

dari 100 ha;

n. Pembangunan jembatan dalam ibukota Kabupaten Parigi Moutong dan di pedesaan

dengan panjang lebih dari 50 m.

Pasal 36

Jenis – jenis kegiatan dibidang prasarana wilayah yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL

dan/atau DKL/DPL, terdiri dari :

a. pembangunan irigasi baru untuk areal pengairan 100 ha sampai dengan 2.000 ha atau

penambahan atau peningkatan areal pengairan seluas 100 ha sampai dengan 1.000 ha dan/

atau percetakan sawah seluas 100 ha sampai dengan 500 ha;

b. reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi dengan besaran luas 100 ha sampai dengan 1.000

ha;

c. normalisasi sungai dan /atau pembuatan kanal banjir dengan panjang 1 km sampai dengan 10

km atau volume pengerukan 50.000 m3 sampai dengan 500.000 m3;

d. pembangunan dan/ atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar daerah milik jalan

dalamibukota Kabupaten Parigi Moutong dengan panjang sekitar 1 km sampai dengan 10 km

atau luas 1 ha sampai dengan 10 ha;

e. pembangunan dan/atau peningkatan jalan dipedesaan dengan pelebaran di luar daerah milik

jalan dengan panjang 1 km sampai dengan 30 km atau luas 1 ha sampai dengan 30 ha;

f. pembangunan jembatan dalam Ibukota Kabupaten dan di pedesaan dengan panjang 10 sampai

dengan 50 m ;

g. pembuangan sampah dengan sistem control landfill/sanitary landfill diluar bahan beracun

berbahaya dengan besaran luas 1 ha sampai dengan 5 ha atau kapasitas total sebesar 500 ton

sampai dengan 5.000 ton;

h. pembangunan transfer station dengan kapasitas 100 ton sampai dengan 1.000 ton / hari dan

atau TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill 1 ha sampai dengan 5 ha atau

kapasitas 500 ton sampai dengan 5.000 ton ;

i. pembagunan permukiman dengan besaran luas 5 ha sampai dengan 10 ha dan/atau

pembagunan saluran di daerah permukiman dengan besaran 1 km sampai dengan 10 km;

Page 17: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

17 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

j. pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air dipermukaan tanah dengan debit

25 liter/detik sampai dengan 250 liter/detik;

k. pembangunan pusat perkantoran, pendidikan, olah raga, kesenian, tempat ibadah atau pusat

perdagangan/perbelanjaan relatif terkonsentrasi dengan pusat perdagangan/ perbelanjaan

relatif terkonsentrasi dengan besaran luas 1 ha sampai dengan 5 ha atau luas bangunan 1.000

m2 sampai dengan 10.000 m2;

l. pembangunan kawasan permukiman terpadu dan/atau resetlement dengan skala penduduk

yang dimukimkan sekitar 50 kepala keluarga sampai dengan 100 kepala keluarga atau besaran

luas lahan 50 ha sampai dengan 100 ha;

m. Pembangunan tempat pengabuan mayat dengan semua besaran;

n. Pembangunan kawasan pekuburan umum dengan besaran luas lebih dari 300 m2; dan

o. Pembangunan pasar yang menggunakan luas lahan 1 ha sampai dengan 5 ha atau luas

bangunan 1.000 m2 sampai dengan 10.000m2.

Paragraf 8

Kegiatan Dibidang Energi dan Sumber Daya Mineral

Pasal 37

Jenis-jenis kegiatan dibidang Energi dan Sumber Daya Mineral yang wajib dilengkapi

dokumen AMDAL, terdiri dari:

a. pengelolaan pertambagan umum dengan luas perizinan atau Kuasa Pertambangan lebih

dari 200 ha atau luas daerah terbuka untuk pertambangan lebih dari 50 ha;

b. eksploitasi bahan galian golongan C dengan kapasitas produksi lebih dari 150.000 m3

pertahun;

c. eksploitasi tambang yang dilakukan di laut untuk semua jenis dan semua besaran;

d. pembangunan jaringan transmisi listrik dengan kapasitas daya lebih dari 150 KV

dan/atau pembangunan PLTS/PLTU/PLTGU dengan kapasitas daya lebih dari 100 MW;

e. pembangunan pusat listrik tenaga surya, angin, biomasa dan gambut dengan kapasitas

daya lebih dari 10 MW; dan pengambilan air bawah tanah (sumur dangkal, sumur dalam

dan mata air dengan kapasitas lebih dari 50 liter/detik (dari 1 sumur atau 5 sumur dalam

areal kurang dari 10 ha).

Pasal 38

Jenis-jenis kegiatan dibidang Energi dan Sumber Daya Mineral yang wajib dilengkapi

dokumen UKL/UPL dan atau DKL/DPL, terdiri dari :

a. pengelolaan pertambangan umum dengan luas perizinan atau kuasa pertambangan 5 ha

sampai dengan 50 ha atau luas daerah terbuka.

b. ekploitasi bahan galian golongan C terkonsentrasi dengan kapasitas produksi sebesar

50.000 m3/tahun sampai dengan 50.000 m3/ tahun.

b. pembangunan pompa bahan bakar minyak atau SPBU dan/atau tempat penyaluran atau

penampungan bahan bakar minyak untuk semua besaran;

c. pembangunan jaringan tranmisi listrik dengan kapasitas daya sebesar 50 KV sampai

dengan 150 KV dan/atau pembangunanPLTD/PLTG/PLTU/PLTGU dengan kapasitas daya

sebesar 10 MW sampai dengan 50 MW dan 100 MW;

Page 18: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

18 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

d. pembangunan PLTA dengan tinggi bendungan 5 m sampai dengan 15 m, luas genangan

sebesar 10 ha sampai dengan 200 ha atau aliran langsung dengan kapasitas daya sebesar

10 MV sampai dengan 50 MW;

e. pengambilan air bawah tanah (sumur dangkal, sumur dalam dan mata air) dengan

kapasitas 10 liter/detik sampai dengan 50 liter/detik (dari 1 sumur atau 5 sumur dalam

areal kurang dari 1 ha).

Paragraf 9

Kegiatan Dibidang Pariwisata

Pasal 39

Jenis-jenis kegiatan dibidang pariwisata yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, terdiri dari:

a. pembangunan taman rekreasi dengan besaran luas lebih dari 50 ha dan pembangunan

kawasan wisata untuk semua besaran;

b. pembangunan hotel dengan jumlah kamar lebih dari 100 unit atau luas bangunan lebih

dari 5 ha;

c. pembangunan lapangan golf tidak termasuk driving range untuk semua besaran.

Pasal 40

Jenis – jenis kegiatan dibidang pariwisata yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL dan/atau

DKL/DPL terdiri dari :

a. pembangunan taman rekreasi dengan besaran luas 10 ha sampai dengan 50 ha;

b. pembangunan penginapan, wisma dan/atau hotel dengan jumlah kamar 20 unit sampai

dengan 100 unit;

c. pembangunan warung atau café atau rumah makan dengan atau tidak dilengkapi hiburan,

atau diskotik dengan luas bangunan lebih dari 500 m2.

Paragraf 10

Kegiatan di Bidang Rekayasa Genetika

Pasal 41

(1) Jenis kegiatan di bidang rekayasa genetika yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL, adalah

introduksi jenis-jenis hewan, tanaman dan jasad renik produk bioteknologi hasil rekayasa

genetika untuk semua besaran dan budidaya produk bioteknologi hasil rekayasa genetika

untuk semua besaran.

(2) Dikecualikan dari wajib AMDAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jenis kegiatan

dibidang rekayasa genetika untuk kepentingan atau keperluan kegiatan penelitian.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGKAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pasal 42

(1) Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup mengendalikan dampak lingkungan hidup,

melakukan pembinaan teknis terhadap Komisi Penilai AMDAL Kabupaten, penyusun

dokumen AMDAL, UKL/UPL, dan/atau DKL/DPL

Page 19: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

19 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

(2) Instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan melakukan pembinaan teknis atas

pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang merupakan bagian dari

izin wajib dikoordinasikan dengan Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pasal 43

(1) Pendidikan dan Pelatihan dibidang AMDAL dilakukan melalui kerjasama dengan

perguruan tinggi yang ditunjuk oleh pemerintah.

(2) Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat

dan/atau stakeholder dibidang lingkungan hidup dikoordinasikan dengan Dinas

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pasal 44

(1) Dokumen AMDAL, UKL/UPL, DKL/DPL diteliti dan disahkan oleh Dinas Pengelolaan

Lingkungan Hidup sebagai instansi yang bertanggungjawab.

(2) Sebelum disahkan oleh Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai instansi yang

bertanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dokumen AMDAL, UKL/UPL

dan/atau DKL/DPL terlebih dahulu wajib dipresentasikan dalam suatu Forum atau rapat

terbatas.

(3) Seluruh Pembiayaan dalam penyusunan dokumen AMDAL, dan dokumen UKL/UPL dan/

atau DKL/DPL dibebankan kepada pemrakarsa

BAB VIII

PEMULIHAN FUNGSI LINGKUNGAN

Pasal 45

(1) Apabila terjadi kerusakan komponen lingkungan yang mengganggu kelestarian fungsi

lingkungan, maka wajib dilakukan pemulihan kembali.

(2) Kerusakan komponen lingkungan yang disebabkan oleh dampak dari suatu usaha dan/ atau

kegiatan, pemulihannya wajib dilakukan oleh pemrakarsa atau pihak lain atas biaya

Pemrakarsa.

(3) Kerusakan komponen lingkungan sebagai akibat bencana alam, pemulihannya wajib dilakukan

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong.

(4) Kerusakan komponen lingkungan sebagai akibat dari kegiatan usaha masyarakat,

pemulihannya wajib dilakukan oleh masyarakat yang bersangkutan.

Pasal 46

(1) Pemulihan komponen lingkungan yang dilakukan oleh pemrakarsa, instansi yang berwenang

dan/atau lembaga swadaya masyarakat atau kelompok masyarakat pemerhati lingkungan

perlu dikoordinasikan dan/atau diawasi oleh Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(2) Pemulihan komponen lingkungan perlu dilakukan pada kesempatan pertama setelah

terjadinya kerusakan.

Pasal 47

(1) Guna mempertahankan keragaman hayati spesies lokal (flora dan fauna), Pemerintah

Daerah wajib melestarikan spesies endemik khas daerah.

Page 20: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

20 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

(2) Dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati menugaskan

instansi yang bertanggungjawab untuk berkoordinasi dengan Dinas Pengelolaan

Lingkungan Hidup dalam membina dan mengembangkan budaya lokal yang berkaitan

dengan pelestarian lingkungan hidup

BAB IX

PENYIDIKAN

Pasal 48

(1) Pejabat Pegawai Negri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang

khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana terhadap

pelanggaran Peraturan Daerah ini, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan

dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini agar keterangan atau laporan

tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan

tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana

pelanggaran Peraturan Daerah ini;

c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan

dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini;

d. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan,

dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang-barang

bukti tersebut;

e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini;

f. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat

pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau

dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf d;

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan

Daerah ini;

h. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

i. menghentikan penyidikan;

j. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

pelanggaran Peraturan Daerah ini menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat

Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-

undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

Page 21: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

21 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 49

(1) Setiap orang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang

mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan

pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp.500.000.000

(lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup akan diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)

tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 50

Hal-hal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 51

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.

Ditetapkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005

Diundangkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Drs. TASWIN BORMAN, M.Si Pembina Utama Muda

NIP. 010 081 665

LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 19 SERI E NOMOR 9

Page 22: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

22 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

NOMOR 18 TAHUN 2005

TENTANG

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

I. UMUM

Kabupaten Parigi Moutong memiliki potensi Sumber Daya Alam yang cukup besar yang

selama ini menjadi modal dasar pembangunan daerah. Pembangunan merupakan proses

pengolahan sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan

memanfaatkan teknologi. Proses pelaksanaan pembangunan disatu pihak menghadapi

permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahannya yang tinggi pula,

sementara dilain pihak ketersediaan sumber daya alam bersifat terbatas. Semakin meningkat

pula dampaknya terhadap lingkungan hidup.

Kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan meningkatkan

permintaan atas sumberdaya alam, sehingga timbul tekanan terhadap sumber daya alam.

Pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan dalam pembangunan berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan diperhadapkan dengan berbagai tantangan.

Salah satu upaya pencegahan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup

dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, WTO (World Trade

Organization) menyepakati untuk mengintegrasikan faktor pelestarian lingkungan ke dalam

proses perdagangan melalui penerapan standar mutu internasional yang dikenal dengan ISO

9000 (International Organization For Standardization). Berdasarkan kebijakan tersebut

beberapa negara Uni Eropa telah mempersyaratkan pemasangan ekolabel pada produk-roduk

yang dipasarkan ke dalam maupun keluar negerinya. Dengan pemasangan ekolabel

diharapkan agar produk tersebut aman dari segi lingkungan.

Bagi negara-negara anggota WTO termasuk Indonesia pada umumnya yang

bermaksudakan memperdagangkan produknya dipasaran Internasional, tiada pilihan lain

kecuali harus menyesuaikan kebijakan ekonomi, moneter dan fiskalnya dengan kebijakan

pelestarian lingkungan. Oleh karena itu dalam menghadapi tantangan masa depan perlu

dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi :

a. Rencana pengelolaan sumber daya alam harus disesuaikan dengan perencanaan tata

ruang wilayah (RT dan RW);

b. Penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau UKL/UPL,DKL/DPL

terhadap semua jenis rencana usaha dan/atau kegiatan ;

c. Pencegahan pencemaran air, udara dan tanah melalui pengendalian limbah beracun;

d. Pelestarian habitat flora dan fauna serta keanekaragaman hayati ;

Page 23: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

23 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

e. Pengendalian terpadu kerusakan lingkungan pada daerah aliran sungai, bekas

penambangan galian C serta wilayah pesisir dan lautan ;

f. Pengembangan kebijakan ekonomi, moneter, fiskal dan perdagangan yang memuat

pertimbangan-pertimbangan lingkungan; misalnya manfaat dan biaya lingkungan

diperhitungkan dalam analisis ekonomi.

g. Peningkatan peran serta masyarakat, kelembagaan dan ketenangan dalam

pengendalian dampak lingkungan;

h. Penegakan supremasi hukum lingkungan dalam penyelesaian perselisihan atau

persengketaan di bidang lingkungan hidup.

Pengelolaan lingkungan hidup bercirikan lintas sektor sehingga perlu dilaksanakan

secara terpadu. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan dan pemantapan lembaga teknis

daerah yang berfungsi mengkoordinasikan semua tindakan dan langkah-langkah dalam

pengelolaan lingkungan hidup daerah. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai lembaga

pelaksana pengelolaan lingkungan hidup di daerah perlu didukung dengan aparat yang

handal, sarana dan prasarana serta biaya operasional yang memadai.

Terlestarinya fungsi lingkungan hidup yang merupakan tujuan dari pengelolaan

lingkungan menjadi tumpuan terwujudnya pembagunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan yang merupakan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, sejak awal

perencanaan usaha dan atau kegiatan sudah harus diperkirakan perubahan rona lingkungan

sebagai akibat dari pembentukan suatu kondisi lingkungan yang baru baik yang

menguntungkan maupun yang merugikan, yang timbul sebagai dampak diselenggarakannya

usaha dan atau kegiatan.

Penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan UKL/UPL,DKL/DPL dilakukan

sebagai bagian dari studi kelayakan dalam proses perencanaan proyek pembangunan. Untuk

itu dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan UKL/UPL harus dijadikan

instrumen pengambilan keputusan dalam menetapkan kelayakan suatu rencana usaha dan

atau kegiatan. Sebagai bagian dari studi kelayakan untuk melakukan suatu rencana usaha

dan atau kegiatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan salah satu syarat yang

harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan atau kegiatan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Page 24: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

24 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Ayat (1)

Yang dapat menimbulkan dapak besar adalah :

a. perubahan bentuk lahan dan bentang alam;

b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak

terbaharui;

c. proses dan kegiatan secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,

pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup serta pemerosotan sumber

daya alam dalam pemanfaatannya;

d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,

lingkungan buatan, serta lingkungan social dan budaya;

e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian

kawasan, konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;

f. introduksi jenis-jenis tumbuhan, jenis hewan, dan jasad remik;

g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;

h. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk

mempengaruhi lingkungan hidup;

i. kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan/atau mempengaruhgi pertahanan

Negara.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Pada setiap Daerah umumnya banyak terdapat lembaga atau badan usaha yang

dapat menyusun AMDAL dan/atau dokumen UKL/UPL dan/atau DKL/DPL

guna menjamin kwalitas dokumen yang akan disusun maka perlu dilakukan

kwalifikasi penyusun Amdal Daerah.

Ayat (4)

Cukup Jelas

Pasal 12

Ayat (1)

Pentingnya proposal usaha dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui secara

detail komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan

dilaksanakan sehingga dapat diperkirakan dampak lingkungan yang akan

timbul, selain itu dapat dipertimbangkan perbandingan antara biaya investasi

yang dikeluarkan oleh pemrakarsa dengan biaya penyusunan dokumen Amdal,

Page 25: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

25 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

UKL/ UPL dan/atau DKL/DPL yang disiapkan sehingga tidak terjadi

kecenderungan biaya ekonomi tinggi dari suatu usaha atau kegiatan

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 13

Cukup Jelas

Pasal 14

Ayat (1)

Peninjauan kembali setiap 3 (tiga ) tahun dilakukan dengan pertimbangan

bahwa pada umumnya sumber daya alam yang dikelola secara terus menerus

selama kurang waktu 3 (tiga ) tahun akan menampakkan wujud yang sangat

jauh dengan keadaan sebelum adanya kegiatan pengelolaan.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup Jelas

Pasal 16

Cukup Jelas

Pasal 17

Cukup Jelas

Pasal 18

Ayat (1)

Pelibatan masyarakat dalam pengawasan dimaksudkan sebagai upaya

pemberdayaan masyarakat guna menjamin efektifitas pengawasan terhadap

pengelolaan lingkungan hidup Daerah.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Page 26: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

26 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

Pasal 23

Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tanaman pangan,

hortikultura dan perkebunan berupa erosi tanah, perubahan ketersediaan dan

kualitas air, persebaran hama, penyakit dan gulma serta perubahan kesehatan tanah

akibat penggunaan pestisida / herbisida.

Dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya ternak berupa bau dan bising bagi

usaha ternak intensif. Bagi usaha ternak yang dilakukan tidak intensif (tanpa

kandang) akan mengganggu tanaman dan lalu lintas sehingga potensial menimbulkan

konflik sosial.

Pasal 24

Cukup Jelas

Pasal 25

Umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tambak dan kolam

ikan, udang dan pembangunan pelabuhan perikanan adalah perubahan ekosistem

perairan dan pantai, hidrologi dan bentang alam.

Pasal 26

Operasionalisasi usaha budidaya kolam membutuhkan jumlah air yang banyak

sehingga akan menimbulkan konflik kepentingan dengan persawahan. Pembukaan

hutan mangrove akan berdampak terhadap habitat, jenis dan kelimpahan dari

tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berada dikawasan tersebut. Usaha budidaya

perikanan terapung dan pemasangan rumpon/bagang tetap akan mengganggu

jalur pelayaran dan estetika perairan.

Pasal 27

Dampak penting yang ditimbulkan oleh usaha kehutanan umumnya berupa

gangguan terhadap ekosistem hutan, hidrologi, keanekaragaman hayati, hama

penyakit, erosi, bentang alam dan potensi konflik sosial.

Pasal 28

Cukup Jelas

Pasal 29

Dampak penting yang akan ditimbulkan oleh rumah sakit adalah limbah B3/

Radioaktif dan potensi penularan penyakit.

Pasal 30

Cukup Jelas

Pasal 31

Dampak penting yang ditimbulkan oleh jenis-jenis kegiatan di bidang perhubungan

antara lain berupa perubahan sistem hidrologi, ekositem, kebisingan, garis

pantai, emisi getaran, dampak sosial dan keamanan.

Pasal 32

Cukup jelas

Pasal 33

Umumnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri berupa pencemaran

air, udara, bising, bau, getaran, limbah padat serta gangguan lalu lintas.

Page 27: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

27 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

Pasal 34

Cukup jelas

Pasal 35

Pengembangan irigasi dan normalisasi sungai umumnya menimbulkan dampak

perubahan pola iklim dan ekosistem kawasan. Mobilisasi alat dan tenaga kerja

berpotensi menimbulkan dampak kebisingan, debu dan dapat menimbulkan konflik

sosial. Pembangunan pengaman pantai dan atau perbaikan menara sungai selebar

diatas 500 m, berpotensi merubah ekologi kawasan pantai sehingga mengganggu

keseimbangan ekosistem pantai.

Pembangunan dan pelebaran jalan akan menimbulkan bangkitan lalu lintas,

kebisingan, getaran, gangguan visual dan dampak sosial.

Pembangunan tempat pembuangan dan atau tempat penampungan sampah, berpotensi

menimbulkan dampak berupa pencemaran udara, bau, gas beracun, perubahan pola

air dan gangguan kesehatan. Pembangunan kawasan permukiman dan drainase

berpotensi menimbulkan dampak kebisingan pada saat mobilisasi material, limbah

padat, limbah cair, tingkat kebutuhan air, getaran, perubahan tata air dan dampak

sosial.

Pengambilan air permukaan dengan debit diatas 250 liter/detik adalah setara dengan

kebutuhan air bersih untuk 200.000 orang sehingga apabila tidak dikaji secara cermat

akan menimbulkan dampak sosial bagi kepentingan lain.

Pembangunan kawasan terkonsentrasi umumnya menimbulkan dampak terhadap

daya dukung lahan, kebisingan, getaran, polusi udara serta pengurangan jumlah dan

jenis biota darat yang ada disekitarnya. Selanjutnya untuk kawasan perbelanjaan

berpotensi menimbulkan dampak berupa limbah padat, bangkitan lalu lintas dan

tempat parkir.

Pasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Pengelolaan pertambangan umum berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan

bentang alam, ekologi, hidrologi, bising, debu, getaran serta limbah cair yang

dihasilkan.

Pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi umumnya

menimbulkan dampak terhadap terhadap aspek fisik-kimia, biologi sosial ekonomi,

budaya, dan kesehatan masyarakat. Pembangunan pompa bahan bakar atau tempat

menyimpan bahan bakar berpotensi menimbulkan dampak berupa limbah cair dan

bahaya kebakaran sehingga akan timbul dampak lanjutan berupa keresahan

masyarakat.

Pengambilan air bawah tanah berpotensi menimbulkan dampak berupa gangguan

sistem geohidrologi intrusi air laut.

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Pembangunan obyek wisata dan sarana prasarana pendukungnya umumnya berpotensi

menimbulkan dampak berupa pelebaran lahan, limbah padat dan limbah cair,

ketersediaan air, gangguan lalu lintas, keamanan serta dampak sosial dan budaya.

Page 28: PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONGditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KabupatenParigiMoutong-2005-18.pdf · terlindunginya wilayah Kabupaten Parigi Moutong terhadap dampak usaha

PERDA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

28 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Pengelolaan Lingkungan Hidup.doc

Pasal 40

Cukup jelas

Pasal 41

Ayat (1)

Usaha atau kegiatan-kegiatan yang menggunakan hasil rekayasa genetika berpotensi

menimbulkan dampak berupa gangguan kesehatan dan keseimbangan ekologi.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Ayat (1)

Di Daerah Sulawesi Tengah pada umumnya dan Kabupaten Parigi Moutong pada

khususnya, banyak terdapat flora dan fauna endemik yang perlu dilestarikan

seperti Anoa, Babi Rusa, Maleo, Nuri, Kelelawar, Pohon Ebony, Pohon Donggala,

Pohon Balaroa, Pohon Mangrove dan sebagainnya.

Disamping itu terdapat pula budaya lokal yang memiliki akses pada pelestarian

lingkungan hidup seperti penerapan sanksi adat terhadap penebangan pohon di

kawasan hutan lindung. Budaya seperti ini sudah mulai memudar sehingga perlu

digali kembali dan kembangkan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 48

Cukup jelas

Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Cukup jelas

Pasal 51

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 40