syarat teknik kota parigi thn 2014

Upload: ramuzen

Post on 08-Mar-2016

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Contoh Spek Tek Dermaga

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATPasal 1LINGKUP PEKERJAAN1.Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Parigi yang terdiri dari pekerjaan yaitu :

A. Pembangunan Lapangan Penumpukan (7.000 m2)B. Pengaspalan Jalan Pelabuhan (2.500 m2)

C. Pemasangan Pagar BRC 167 m, T = 1,8 m Pelabuhan ParigiD. Pembangunan Drainase Type 60/40 L = 1.250 m2.Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mendatangkan segala bahan bangunan, peralatan dan tenaga kerja serta pekerjaan-pekerjaan lain yang nyata-nyata ada kaitannya dengan pekerjaan ini.

Pasal 2PEKERJAAN PERSIAPAN1.Segera setelah Surat Perintah Kerja diterbitkan oleh Pemimpin Kegiatan, Kontraktor harus membuat Direksi Keet (Kantor Direksi) yang berukuran 4 x 6 m dari bahan-bahan yang sederhana, lantai dicor semen dan dapat dikunci dengan baik.

2.Kantor Direksi tersebut dilengkapi dengan meja tulis, kursi termasuk untuk persiapan rapat berkala, tempat menempel gambar, papan tulis (white board), kalender dan kotak obat-obatan serta lainnya yang dianggap perlu.

3.Ayat 1 dan 2 pada pasal 2 syarat Teknik ini merupakan tanggung jawab Kontraktor.

4.Untuk menampung tenaga kerja dan penyimpanan bahan-bahan material yang diperlukan, Kontraktor harus membuat barak kerja dan gudang material yang memenuhi syarat, dapat dikunci dan perletakannya mengikuti petunjuk Direksi.

5.Kantor Direksi, Barak Kerja dan Gudang Material tersebut pengadaan dan pembongkarannya menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor, dan selanjutnya Kantor Direksi, barak kerja dan gudang material serta perlengkapan direksi keet menjadi milik Kontraktor.

6.Kantor direksi, barak kerja dan gudang material tidak dibenarkan dibongkar sebelum pekerjaan selesai, terkecuali atas perintah Pemimpin Kegiatan/Direksi.

7. Kontraktor harus membuat papan nama proyek berukuran 1,20 x 1,20 meter dari bahan multipleks yang mencantumkan antara lain :

a. Intansi : Kementrian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kantor UPP Kelas III Parigi

b. Nama Pekerjaan : Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Parigi

Tahun Anggaran 2014 c. Tahun Anggaran : 2014

d. Sumber Dana :APBN

e. Pelaksana/Kontraktor:CV/PT. ..............

f. Konsultan Perencana:.............................g.Konsultan Pengawas: .............................Pasal 3BESTEK DAN GAMBAR1.Kontraktor diwajibkan meneliti semua gambar-gambar dan bestek mengenai pekerjaan ini.

2.Bila ternyata ada perbedaan antara gambar dan RKS, antara gambar satu dengan gambar lainnya maka yang berlaku adalah :

B e s t e k ( RKS ).

Gambar dengan skala yang lebih besar (detail).

3. Bila perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan yang mungkin menimbulkan kekeliruan atau bahaya dikemudian hari, Kontraktor wajib menanyakan terlebih dahulu kepada direksi untuk mendapatkan ketegasan.

Pasal 4RENCANA KERJA1.Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus menyusun suatu rencana kerja (jadwal waktu pelaksanaan) sebanyak empat rangkap yang diajukan paling lambat dalam satu minggu setelah diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), untuk diketahui dan disetujui oleh Direksi.

2.Setelah rencana kerja disetujui Direksi, 3 (tiga) salinan untuk Direksi dan 1 (satu) salinan ditempel pada ruang Direksi Keet.

3.Kontraktor harus mengikuti rencana kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Direksi untuk menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan

Pasal 5PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN1.Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus membongkar bangunan yang lama serta bagian-bagian bangunan yang akan direnovasi dan dibersihkan dari segala puing-puing dan brangkal-brangkal yang terdapat pada lokasi pekerjaan.

2.Tanah-tanah yang berbukit harus diratakan, tanah humus pada permukaan tanah pada garis bangunan harus dikupas, dan tanah kupasan harus dibuang keluar lokasi pekerjaan.

3.Jika pada halaman pekerjaan terdapat konstruksi atau utility yang masih berfungsi seperti pipa-pipa, kabel-kabel, tiang-tiang listrik yang ada dibawah atau diatas tanah, Kontraktor harus melindungi jangan sampai terjadi kerusakan selama pelaksanaan.

4.Apabila untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan kendaraan atau peralatan-peralatan lain yang dipandang perlu untuk menunjang pelaksanaan, maka hal ini menjadi kewajiban Kontraktor untuk menyediakannya dan seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan kewajiban Kontraktor.

Pasal 6PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK1.Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh site, agar pengaturan perletakan bangunan tidak meleset serta menjaga kemungkinan perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran sesuai keadaan.

2.Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran wajib dilaksanakan dengan menggunakan waterpass dan atau theodolite.

3.Sebelum dipasang papan untuk bouwplank harus diserut rata dan lurus.

Pasal 7TINGGI TITIK DUGA ( PEIL )1.Ukuran tinggi titik duga (peil) 0,00 yang dinyatakan dalam gambar disesuaikan dengan keadaan site.

2.Ukuran tinggi titik duga (peil) dinyatakan dengan suatu tanda tetap dan dipasang pada tempat yang tidak mudah terganggu.

3.Pembuatan/pemasangan tanda tetap ini dikerjakan oleh Kontraktor dengan petunjuk dan persetujuan Direksi/Pengawas Teknik.

Pasal 8GAMBAR DAN UKURAN1.Denah, tampak-tampak dan potongan-potongan dinyatakan dalam gambar-gambar rencana arsitektur dan struktur, dan dijelaskan pula dalam gambar detail lengkap dengan ukuran-ukurannya.

2.Apabila terdapat ketidakjelasan dalam ukuran pada gambar, maka Kontraktor wajib meminta penjelasan dan petunjuk kepada Direksi/ Pengawas Teknik sebelum pekerjaan dilaksanakan.

Pasal 9PENGADAAN BAHAN BANGUNAN1.Bahan-bahan yang boleh ditempatkan didalam kompleks pekerjaan hanyalah bahan-bahan yang disyaratkan dalam RKS maupun gambar-gambar.

2.Cara dan tempat penimbunan/penyimpanan bahan harus memenuhi syarat atau menurut petunjuk Direksi/Pengawas Teknik.

3.Bahan bangunan yang dipakai adalah yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas serta dimensi yang disyaratkan dalam RKS maupun gambar.

4.Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak terdapat dipasaran, sebelum diganti Kontraktor harus konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi / Pengawas Teknik, dan penggantian bisa dilakukan setelah ada persetujuan secara tertulis.

5.Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat dipasaran dengan bahan bangunan lain harus setara/setingkat kualitasnya.

6.Bahan bangunan yang dinyatakan afkeur oleh Direksi/Pengawas Teknik karena cacat atau tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan harus segera dipindahkan dan dikeluarkan dari kompleks pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.

Pasal 10STANDAR YANG DIPAKAISemua pekerjaan yang ditentukan dalam dokumen ini mengacu dan harus mengikuti persyaratan tersebut pada Bab II pasal 1 dan Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Konsep Nasional Indonesia (SK SNI), Normalisasi Indonesia serta peraturan-peraturan Nasional dan Internasional lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini, seperti :

1.SNI 1728-1989; SKBI 1.3.53.1989, tentang Tata Cara Pelaksanaan mendirikan Bangunan Gedung

2.SNI 03-1734-1989; SNI 03-1734-189-F, tentang Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung;

3.SNI 03-3233-1992; UDC.674.048. tentang Panduan Pengawetan Kayu dengan Cara Pemulasan, Pencelupan dan Perendaman;

4.SKBI-4.3.53.1987; UDC. 699.048.004.1. tentang Spesifikasi Kayu Awet untuk Perumahan dan Gedung;

5.SNI 03-2404-1991; SK SNI T-05-1990-F tentang Tata Cara Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan Rumah dan Gedung;

6.SNI 03-2410-1991; SK SNI T-11-1990-F, tentang Tata cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi;

7.SNI 03-2417-1991; SK SNI T-08-1990-F, tentang Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung;

8.SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C (Bahan Bangunan dari Logam Besi/Besi).

9.SKBI 1.3.53.1987; UDC. 699.887 tentang Pedoman Perencanaan Penangkal Petir;

10.SNI 03-1735-1989; SKBI-2.5.53.1987, tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung;

11.Standar Industri Indonesia ( SII );

12.Pedoman Plumbing Indonesia;

13.ASTM, JIS dll yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini.

Apabila suatu persyaratan disebutkan secara khusus didalam persyaratan ini, maka ketentuan itu yang harus diutamakan.Pasal 11PENGGUNAAN PERSYARATAN TEKNIS1.Persyaratan teknis ini merupakan pedoman dalam pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan (yang disebut sebagai proyek) termasuk seluruh bangunan-bangunan dan pekerjaan-pekerjaan lainnya satu kesatuan yang tidak terpisahkan;

2.Kecuali disebutkan lain, maka setiap bagian dalam persyaratan teknis ini berlaku untuk seluruh bangunan yang termasuk dalam pekerjaan proyek ini, disesuaikan dengan gambar-gambar, keterangan-keterangan tambahan tertulis dan perintah-perintah direksi/pengawas.

3.Standar-standar utama yang dipakai adalah standar-standar yang dibuat dan berlaku resmi di Negara RI, apabila tidak terdapat standar yang dapat diberlakukan terhadap pekerjaan tersebut, maka harus digunakan standar internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya standar dari negara produsen bahan yang menyangkut pekerjaan tersebut yang diberlakukan.

Pasal 12PEKERJAAN GALIAN1.Lingkup Pekerjaan :

Pekerjaan Galian ini meliputi galian tanah untuk pondasi bangunan baru dan penambahan pondasi bangunan renovasi serta pekerjaan galian yang nyata-nyata tertera dalam gambar dan syarat-syarat teknik ini.

2. Pelaksanaan :

2.1.Galian Tanah Pondasi Dimensi minimal sama dengan gambar atau maksimal sampai mencapai tanah dasar/keras. Kecuali tanah dasar/keras melebihi dua kali dimensi yang telah ditentukan, maka Direksi/Pengawas Teknik dapat mengambil kebijaksanaan untuk merubah konstruksi dan atau dimensi tanpa mengurangi kekuatan.

2.2.Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang sejauh minimal 1 meter dari tepi lubang galian.

2.3.Jika pada galian terdapat air menggenang, harus dipompa keluar. Untuk ini Kontraktor harus menyediakan pompa air yang siap untuk dipakai.

2.4.Semua tanah galian yang tidak dipakai harus diangkat keluar lokasi pekerjaan.

2.5.Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang telah ditentukan dalam gambar, maka kelebihan pada galian harus diurug kembali dengan pasir, biaya akibat pekerjaan tersebut menjadi beban Kontraktor.

Pasal 13PEKERJAAN URUGAN1.Lingkup Pekerjaan :

Pekerjaan ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian, urugan pasir bawah pondasi, urugan pasir dibawah pasangan con blok dan pekerjaan urugan lainnya yang tertera dalam gambar.

2. Pelaksanaan :

2.1.Pada tempat-tempat tertentu untuk lokasi bangunan yang menurut Direksi perlu ditimbun, maka Kontraktor harus menimbun sampai mencapai ketinggian yang ditentukan, dengan menggunakan bahan timbunan yang cukup baik, bebas dari rumput, akar-akar dan lain-lain serta harus mencapai nilai CBR minimal 4 % rendam air. Dalam hal ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk pengawas teknik.

2.2.Urugan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan, sehingga minimal sama dengan keadaan tanah sebelum digali.

2.3.Ketebalan lapisan urugan tanah yang diperkenankan maksimum 30 cm setiap lapis, kemudian dipadatkan sehingga pada ketebalan yang ditentukan urugan tanah tersebut mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan.

2.4.Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air, sehingga mendapatkan angka kepadatan maksimal.

2.5.Pasir yang dipakai harus pasir kali dan bukan pasir laut, dengan persyaratan bahwa pasir harus dalam keadaan bersih dari lumpur, tanah dan tidak mengandung garam atau mineral lainnya.

Pasal 14PASANGAN BATU KALI / GUNUNG1.Lingkup Pekerjaan :

Bagian pekerjaan ini meliputi pasangan pondasi batu kali / gunung yang dibuat untuk pondasi dibawah sloof, pasangan batu gunung sebagaimana dinyatakan dalam gambar, dan sebelumnya dibawah pasangan pondasi harus diberi urugan pasir dan batu kosong.

Material :

2.1.Batu gunung yang dipakai harus dari jenis yang keras yang tidak keropos, serta mempunyai gradasi baik dengan diameter maksimum 25 cm.

2.2.Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 PC : 5 pasir.

2.3.Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan ini harus bersih dari lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.

2.4.Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan jenis batu lain kecuali atas izin Direksi.

Pelaksanaan :

3.1.Pekerjaan pasangan batu gunung dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang ditunjukan dalam gambar.

3.2.Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ditempatnya hingga penuh.

3.3.Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antara batu, untuk mendapatkan massa yang kuat dan integral.

Pasal 15PASANGAN BATU BATA1. Lingkup Pekerjaan :

Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, pemasangan untuk semua pasangan bata seperti yang tertera pada gambar, pelaksanaan pemasangannya harus benar-benar mengikuti garis-garis ketinggian dan bentuk-bentuk yang terlihat pada gambar dan disebutkan dalam spesifikasi ini.

2.Referensi :

Persyaratan-persyaratan standar mengenai pekerjaan ini tertera pada PUBI N-3 1970 dan N-10 1973 dan SNI 1728-1989; SKBI 1.3.53.1989, tentang Tata Cara Pelaksanaan mendirikan Bangunan Gedung

3. Material :

3.1.Batu bata yang digunakan harus baru, terbakar keras dan tidak patah-patah. Ukuran yang dianjurkan adalah 5,5 cm x 11 cm x 22 cm dengan toleransi 0,5 cm.

3.2.Adukan yang digunakan untuk pasangan bata biasa adalah campuran 1 PC : 4 Pasir, sedangkan untuk daerah kedap air (transram) menggunakan campuran 1 PC : 2 Pasir.

4.Pengerjaan dan Penyimpanan

Bahan-bahan yang akan digunakan pada pekerjaan ini disimpan dengan cara-cara yang disetujui Direksi Pengawas, untuk menghindari dari segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan-bahan tersebut.

5.Contoh-contoh

Contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada Direksi Pengawas dan persetujuan atas bahan-bahan tersebut sudah didapat sebelum bahan yang dimaksud dipergunakan. Pengambilan contoh atas bahan yang telah ada dilapangan akan diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Direksi Pengawas guna keperluan pengujian.

6. Pelaksanaan :

6.1.Pasangan dinding batu bata umumnya adalah 1/2 batu, kecuali Direksi memberikan petunjuk lain.

6.2.Pemasangan batu bata harus lurus dan tegak, lajur penaikannya diukur tepat dengan tiang lot, kecuali bilamana tidak diperlihatkan dalam gambar maka setiap lajur bata harus putus sambungan dengan lajur dibawahnya. Selain itu pola ikatan pasangan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan.

6.3.Pada jarak-jarak tertentu pasangan batu tersebut perlu diperkuat dengan kolom praktis (beton), dengan dimensi, penulangan dan penempatan sesuai gambar.

6.4.Segera setelah pasangan batu bata selesai, siar-siarnya dikeruk sedalam 1 cm agar plesteran dapat melekat dengan baik.

6.5.Sebelum bata dipasang hendaknya direndam dalam air sampai jenuh, dan pemasangannya harus rapi sesuai dengan syarat pekerjaan yang baik. Batu bata potongan tidak boleh dipakai/dipasang, terkecuali pada pertemuan-pertemuan dengan kosen/kolom.

Pasal 16PEKERJAAN BETON BERTULANG1. Lingkup Pekerjaan :

Bagian pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam beton biasa, beton bertulang dengan penulangannya termasuk bekisting, finishing dan pekerjaan-pekerjaan lain yang nyata-nyata termasuk dalam pekerjaan ini.

Pekerjaan beton bertulang dengan adukan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr dilaksanakan untuk :

1.1. Pondasi Plat, Balok, Plat Lantai, Sloof, Kolom, Ringbalk dan Sun Screen.

1.2. Lain-lain seperti ditentukan dalam gambar.

2. Referensi :

Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti tertera dalam :

2.1.SNI 1734-1989-F

2.2.SKBI Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan Gedung

2.3.Pedoman Beton

2.4.Spesifikasi Bahan Bangunan

2.5.Pedoman Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Rumah dan Gedung

3.Material :

Bahan-bahan/material yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

3.1. Agregat :

Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi yang halus sampai kasar, dan harus sesuai dengan persyaratan dalam ketentuan-ketentuan beton. Penyimpanan harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga bebas dari kontaminasi dengan bahan-bahan yang dapat merusak.

3.2. S e m e n :

3.2.1.Semen yang dipakai harus bermutu baik, tidak berbatu, seperti disyaratkan dalam NI-8 Bab 3-2;

3.2.2.Semen ini harus dibawah ketempat pekerjaan dalam kemasan standard dari pabrik dan terlindung.

3.2.3.Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini Kontraktor harus mengusahakan hanya menggunakan satu merk semen saja.3.2.4.Semen harus menggunakan semen type II dan V sesuai dengan SNI.

3.3. Besi Tulangan :

3.3.1.Besi untuk tulangan penyimpanannya harus bebas dari kontaminasi langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, olie (minyak) dan gemuk.

3.3.2.Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran garis tengah minimal 1 mm.

3.4. A i r :

Air yang dipakai untuk pengecoran harus bersih, dalam arti tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat mempengaruhi kekuatan beton.

3.5.Bekisting :

Bahan cetakan beton (bekisting) menggunakan kayu klas III, kecuali Direksi/Pengawas menegaskan lain.

3. Pelaksanaan Proporsi :

Kecuali gambar menentukan lain, maka adukan beton harus mencapai Kekuatan Tekan Beton karakteristik K-250 untuk semua struktur beton dan K-350 untuk beton plat lantai Duicker.Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton dimulai, pihak Kontraktor harus mengadakan Mix Design untuk menjadi acuan dalam komposisi campuran, terutama pada gedung bertingkat.

Untuk mengontrol kekuatan/mutu yang dicapai pada pelaksanaan, Kontraktor harus mengambil contoh kubus untuk diadakan test laboratorium menurut syarat-syarat PBI 1987 pasal 4.6 dan 4.7.

4.1.Pengecoran Beton :

4.2.1.Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus bersih dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain. Alat-alat pengaduk beton (beton molen) dan alat pembawa juga harus bersih. Penulangan harus dimatikan pada posisinya, serta harus diperiksa terlebih dahulu.

Dimensi semua bagian beton tertera pada gambar bestek dan detail. Jika terdapat ketidak cocokan pada ukuran Kontraktor diwajibkan untuk minta pertimbangan terlebih dahulu dari Direksi.

4.2.2.Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Jika suatu diameter tidak terdapat dipasaran, Kontraktor diwajibkan membicarakan terlebih dahulu dengan Direksi

4.2.3.Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50 meter dan segera sesudah pengecoran dimulai, lapisan-lapisan beton dipadatkan dengan penggetar (internal concrete vibrator). Kecepatan vibrator dalam adukan harus tetap dan konstan serta penggunaannya tidak boleh mengenai besi tulangan.

Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum dalam RKS ini, dipakai peraturan yang termuat dalam PBI 1971 sebagai syarat.

Agar pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi atas pelaksanaan pengecoran beton dapat diberikan pada waktunya, Kontraktor diwajibkan menyampaikan pemberitahuan tentang rencana pengecoran 2 x 24 jam sebelumnya.

Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton bersangkutan mengalami periode pengerasan sebagaimana diatur pada PBI 1971, dan sementara itu penyiraman beton harus selalu dilaksanakan.

4.3.Penyambungan Beton :

Apabila oleh karena sesuatu dan lain hal pengecoran beton diputuskan sebelum selesai sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah mengeras permukaan yang akan disambung harus dikasarkan dan dibersihkan, bekisting dikencangkan kembali dan penyambungannya menggunakan air atau bonding agent yang disetujui Direksi/Pengawas.

4.4.S l u m p :

Slump yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix normal adalah sesuai dengan PBI 1971

Pemakaian nilai slump harus teratur dan disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya daerah-daerah yang pembesiannya rapat dipergunakan slump yang tinggi (12 2) cm.4.5.Lantai Kerja

Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya, harus diberi urugan dan lantai kerja masing-masing setebal 5 cm dengan komposisi adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dan dipasang dibawah konstruksi beton tersebut.

4.6.Pemeliharaan Beton :

Beton yang sudah dicor pada tempatnya harus dijaga agar selalu lembab dengan jalan menutup beton dengan karung basah atau menyiraminya dengan air secara rutin, sampai beton berumur satu minggu.

Pada umur sampai dengan 24 jam, beton harus dijaga dari air hujan deras, air mengalir, getaran-getaran dan sinar matahari.

5.Bahan Additive :

Pemakainan bahan additive harus disertai percobaan laboratorium guna mendapatkan hasil yang baik dan disetujui Direksi/Pengawas. Bahan additive ini harus memenuhi persyaratan ASTM atau JIS.

6. Bekesting :

Seluruh bahan pekerjaan bekisting menggunakan papan terentang (kayu klas III) dan balok 5/10 cm, kecuali Direksi/Pengawas menegaskan lain, dan untuk mendapatkan hasil cetakan yang menenuhi syarat pekerjaan bekisting harus dikerjakan oleh tukang yang ahli.

Celah-celah anatar papan bekisting harus cukup rapat, agar waktu mengecor tidak ada air adukan yang lolos, sebelum mulai mengecor bagian dari dalam bekisting harus disiram air dan dibersihkan dari kotoran.

Bekesting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian rupa agar waktu pengecoran dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang-gelombang maupun perubahan-perubahan betuk, ukuran-ukuran, ketinggian-ketinggian serta posisi dari pada beton yang dicor.

Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara, yang dapat mencegah defleksi bahan-bahan bekesting. Bekesting serta sambungan-sambungan harus rapat, sehingga mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran. Lubang-lubang permukaan sementara harus disediakan didalam bekesting untuk memudahkan pembersihan.

Pembongkaran Bekest ing :

Bekesting harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak dengan memperhatikan syarat-syarat minimum sebagai berikut :

Bagian struktur beton vertikal boleh dibongkar bekesting setelah 7 (tujuh) hari, dengan syarat bahwa betonnnya cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut.

Bagian struktur beton yang disangga dengan penumpu tidak boleh dibongkar sebelum betonnya mencapai kekuatan yang cukup untuk menyangga beratnya sendiri dan beban-beban pelaksanaan atau beban-beban lain yang akan menimpa bagian struktur beton tersebut.

Dalam hal apapun bekesting pada jenis struktur ini tidak boleh dibongkar sebelum berumur 14 (empat belas) hari, demikian pula bekesting-bekesting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton tidak boleh dibongkar sebelum beton ditentukan matang.

7.Contoh-contoh :

Sebelum pelaksanaan pemasangan, terlebih dahulu Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material yang akan dipakai guna mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas.

8.Koordinasi dengan Pemasangan Instalasi :

Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah mengkoordinasikan pemasangan dan letak-letak instalasi listrik, plumbing dan lain-lainnya.Pasal 17PEKERJAAN BETON TAK BERTULANG1. Lingkup Pekerjaan :

Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, pemasangan dan semua pekerjaan beton tak bertulang dan campuran yang dipergunakan adalah 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr, dan dilaksanakan untuk neut-neut kosen, neut-neut kolom kayu, lantai kerja, lantai cor beton, rabat beton dan lainnya yang ditentukan dalam gambar.

2. Material :

Lihat uraian pasal 16 ayat 3.

Pasal 18PEKERJAAN PLESTERAN1. Lingkup Pekerjaan :

Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan kebutuhan persyaratan adukan sebagai berikut :

1.1.Untuk semua plesteran dinding biasa terdiri dari 1 Pc : 5 Ps.

1.2.Plesteran kedap air (transram) menggunakan adukan 1 Pc : 2 Ps.

1.3.Untuk semua plesteran beton dan kaki pondasi digunakan 1 Pc : 3 Ps.

2. Material :

2.1.Pasir untuk plesteran harus diayak cukup halus, dan pasir laut atau pasir yang memiliki kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan.

2.2.Semen yang digunakan harus baru, tidak ada bagian yang membatu serta dalam kemasan standard pabrik dan terlindung.

3. Pelaksanaan :

3.1.Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang yang akan diplester harus disiram air sampai jenuh, dan siar-siarnya telah dikeruk sedalam lebih kurang 1 cm.

3.2.Tebal plesteran dinding ditentukan ketebalannya 1 cm dikerjakan dengan lurus dan rata dan bidang-bidang yang berombak/retak harus dibongkar dan diperbaiki.

3.3.Semua bidang plesteran yang kelihatan harus diaci menggunakan adukan 1 Pc : 7 Kpr, terkecuali plesteran kaki pondasi dan beton diaci dengan air semen.

Pasal 19PEKERJAAN KAYU1. Lingkup Pekerjaan :

Bagian pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan kayu-kayu untuk konstruksi kuda-kuda/kap, gording, rangka plafond, listplank, bingkai pintu dan jalusi kayu, kosen pintu, jendela, ventilasi, dinding partisi, dan pekerjaan kayu lainnya yang nyata-nyata tertera dalam gambar.

2. Material :

2.1.Jenis : Kayu yang dipakai pada pekerjaan ini seluruhnya adalah Kayu Palapi Merah yang mempunyai kelas keawetan II dan kelas kuat II sesuai dengan SKBI-3.6.53.1987 UDC : 674.048.

2.2.Mutu : Kayu yang dipakai harus lurus kering, memiliki serat yang teratur, tidak terdapat mata-mata kayu/cacat-cacat lainnya serta tidak terdapat bidang-bidang yang lemah.

2.3.Ukuran : Ukuran-ukuran kayu yang dipergunakan harus sesuai dengan yang terdapat pada gambar detail.

2.4.Kadar Air : Kayu-kayu yang dipergunakan hanya boleh mengandung kadar air maksimum 25 % untuk ukuran tebal lebih dari 7 cm dan kadar air maksimum 19 % untuk tebal kurang dari 7 cm.

2.5.Playwood dengan Veneer (Teakwodd) : Playwood dengan lapisan veneer lebih kurang 1 mm dari jenis "teak" atau rose "wood" yang terrekat ke badan plywood dan dipasang pada daerah-daerah sesuai gambar rencana. Bahan-bahan yang dipakai harus produksi dalam negeri dengan kualitas terbaik.

2.6.Formika : Tebal minimum 1,5 mm dengan tebal laminasi 0,5 mm kualitas setaraf produksi "Formica USA". Type dan bentuk akan ditentukan oleh Direksi/Pengawas.

2.7.Pengikat-pengikat : Bahan pengikat digunakan dari kayu paku galvanis, baut atau plat besi. Apabila menggunakan perekat, bahan perekat yang digunakan harus terbuat dari lem tahan air setaraf dengan merk "Herferin".

4. Pelaksanaan :

3.1.Semua pekerjaan kosen, pintu, lisplank, kuda-kuda dan jalusi kayu pada bagian-bagian tertentu harus diserut rata dan halus, dan pada bagian-bagian pertemuan harus dikerjakan dengan rapi dan tidak berongga.

3.2.Untuk pekerjaan kap/kuda-kuda dan gording, ukuran kayu, konstruksi dan cara penyambungannya mengikuti petunjuk yang tertera pada gambar, serta diberi penguat cawat/beugel besi plat dan angker.

3.3.Semua pekerjaan harus bertaraf kelas satu dengan hasil yang baik dan rapi, untuk profil panjang harus menggunakan mesin potong.

3.4.Semua lubang-lubang bekas paku, baut dan sebagainya harus ditutup dengan dempul hingga rapi kembali.

Pasal 20PEKERJAAN ATAP1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga kerja dan pemasangan atap, nok/bubungan pada tempat-tempat sesuai dengan yang ditunjukan dalam gambar rencana.

2. Material :

2.1. Bahan atap yang akan dipergunakan untuk bangunan adalah atap Seng Bjls 0,20 mm dan Bahan nok/bubungan menggunakan Seng Plat Bjls 0,20 mm.

3. Pemasangan :

3.1.Sebelum pemasangan atap dilaksanakan, seng harus diperiksa terlebih dahulu dengan tidak mengalami kerusakan untuk menjaga kebocoran dan kap/kuda-kuda/gording harus diresidu.

3.2.Pemborong diharuskan mengajukan contoh-contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawas.

Pasal 21PEKERJAAN PLAFOND1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga kerja dan pemasangan penggantung, rangka, dan penutup plafond pada tempat-tempat yang sesuai dengan yang ditunjukan dalam gambar.

3. Material :

2.1.Semua material kayu untuk penggantung dan rangka plafond menggunakan kayu palapi merah dengan kelas keawetan II dan kelas kuat II sesuai dengan SKBI-3.6.53 1987 UDC : 674.048; dengan ukuran-ukuran yang sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar.

2.2.Kayu yang dipakai harus lurus kering, tidak terdapat mata-mata kayu/cacat-cacat lainnya serta tidak terdapat bidang-bidang yang lemah.

2.3.Untuk penutup plafond menggunakan TRIPLEKS tebal 3 mm buatan dalam negeri, tidak cacat dan diusahakan warna yang digunakan seragam.

4. Pelaksanaan :

3.1.Ketinggian, ukuran, pembidangan dan konstruksi plafond dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan dalam gambar.

3.2.Kayu untuk rangka plafond harus diserut rata, terutama pada bidang- bidang bawah yang akan ditutup dengan tripleks, dan diberi penggantung dalam jumlah yang cukup.

3.3.Nat-nat plafond sebelum ditutup tripleks harus diberi cat warna hitam.

3.4.Pada sudut pertemuan antara plafon dan dinding tembok dipasang list Kayu profil yang dicat kayu, warna ditentukan kemudian.

3.5.Pemasangan plafond harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli, lurus dan tidak lentur. Apabila terjadi plafond terpasang ternyata tidak lurus, retak dan lentur, Direksi berhak menolak dan Kontraktor harus segera membongkar dan memperbaiki kembali.

Pasal 22PEKERJAAN LANTAI1. Lingkup Pekerjaan :

Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan/material, tenaga kerja dan pemasangan lantai dan dinding sesuai yang ditentukan dalam gambar.

2. Material :

2.1. Lantai Cor diaci licin dengan air semen pada semua lantai bangunan gedung.

3. Pelaksanaan :

3.1.Sebelum pekerjaan lantai dikerjakan, pasir timbunan harus benar-benar padat sehingga tidak terjadi penurunan/keretakan pada lantai.

3.2.Pelaksanaan cor lantai diaci licin dengan air semen. 3.3.Pada sudut-sudut pertemuan antara dinding dengan lantai cor, dicat dengan cat minyak warna hitam setinggi 10 cm.

Pasal 23PEKERJAAN KACA1. Lingkup Pekerjaan :

Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja pemotongan dan pemasangan kaca bingkai, maupun kaca mati seperti yang ditunjukan dalam gambar.

2. Material :

2.1.Kaca yang digunakan pada pekerjaan ini adalah jenis kaca bening dengan tebal 3 mm, dan 5 mm.

2.2.Kaca yang digunakan adalah kaca buatan dalam negeri, tidak cacat dan tidak retak.

3. Pelaksanaan :

3.1.Ukuran dan ketebalan kaca yang akan dipasang dilaksanakan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditentukan dalam gambar.

3.2.Kaca harus dipasang sedemikian rupa sehingga dengan lubang sponing yang sesuai dengan ketebalan kaca, serta dipasang list dengan rapi sehingga tidak goyang/longgar.

3.3.Pada saat pekerjaan diserahkan, kaca yang terpasang dalam keadaan utuh dan tidak pecah/retak. Apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat kaca yang retak, Kontraktor harus segera mengganti.Pasal 24KUNCI DAN PENGGANTUNGLingkup Pekerjaan :

Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan pemasangan kunci serta alat-alat penggantung, seperti : engsel, kunci, handle dan sebagainya.

2. Material :

2.1. Semua daun pintu dipasang kunci tanam buatan dalam negeri 2 (dua) slag kualitas baik, setara Yale.

2.2.Engsel yang digunakan pada pekerjaan ini adalah engsel nylon ring 4" untuk pintu-pintu, dan engsel pintu nylon ring 3" untuk jendela bingkai.

2.3.Grendel Tanam Lengkap untuk Pintu 2 daun, dan grendel biasa buatan dalam negeri untuk jendela.

2.4.Haq Angin Lengkap buatan dalam negeri untuk jendela bingkai.

2.5.Sebelum dipasang, kunci-kunci dan alat-alat penggantung harus diperlihatkan contohnya kepada Direksi/Pengawas.

3. Pelaksanaan :

3.1.Semua daun pintu menggunakan engsel nylon ring 4" buatan dalam negeri masing-masing 3 (tiga) buah.

3.2.Untuk pintu-pintu 2 (dua) daun harus dilengkapi dengan grendel tanam yang dipasang pada bagian atas dan bawah.

3.3.Semua daun jendela bingkai menggunakan engsel nylon ring 3" buatan dalam negeri masing-masing 2 (dua) buah, haq angin 2 (dua) buah dan untuk pengunci dipasang grendel 1 (satu) buah.

3.4.Kunci-kunci harus berfungsi dengan baik dan pada saat diserahkan anak kunci harus diserahkan lengkap dengan cadangannya.Pasal 25PEKERJAAN CAT DAN POLITUR1. Lingkup Pekerjaan :

Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan pengecatan kayu, tembok, plafond, atap dan residu kap, kuda-kuda dan gording.

2. Material :

2.1.Jenis cat kayu yang digunakan adalah merk AVIAN.

2.2.Jenis Cat tembok yang digunakan adalah merk AVITEX METROLAID.

2.3.Plamur atau dempul yang digunakan adalah merk BOYO.

2.4.Residu dengan kekentalan yang cukup untuk kap, kuda-kuda dan gording.

2.6.Politur/teakoil untuk permukaan teakwood dan pada pekerjaan kayu yang diekspos seperti yang ditunjukan pada gambar.

3. Pelaksanaan :

3.1. Pekerjaan Cat Kayu :

3.1.1. Bidang-bidang yang akan dicat/dipolitur harus bersih dari segala macam kotoran, dan sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan Kontraktor harus memperlihatkan bagian -bagian yang akan dicat kepada Direksi untuk diperiksa.

3.1.2. Semua permukaan kayu yang akan dicat/dipolitur harus diamplas, dan lobang-lobang bekas paku harus didempul dan diamplas kembali sampai rata.

3.1.3. Pengecetan kayu dilaksanakan satu kali menie, satu kali cat dasar dan satu kali plamur, kemudian digosok dengan amplas, dan akhirnya dua kali cat akhir.

3.1.4. Warna Cat kayu yang digunakan untuk kosen, daun pintu, bingkai jendela dan listplank akan ditentukan kemudian.

3.1.5.Untuk kap/kuda-kuda dan gording harus dicat dengan residu sampai rata pada seluruh permukaannya.

3.2. Pekerjaan Cat Tembok/Plafond :

3.2.1.Permukaan dinding dan plafond sebelum dicat harus diplemur kemudian diamplas dengan kertas pasir sampai rata dan halus.

3.2.2.Semua bidang tembok dan plafond dicat tembok minimal 2 (dua) kali sampai kelihatan rata dan cukup tebal.

3.2.3.Cat tembok yang digunakan adalah warna putih untuk plafond dan tembok bagian dalam, sedangkan tembok bagian luar, warna ditentukan kemudian.

3.3. Pekerjaan Politur :

Semua daun pintu teakwood dan dinding papan harus dipolitur. Persiapan dilakukan dengan membersihkan dan mengamplas bagian/permukaan yang akan dipolitur. Selanjutnya dapat dipolitur dengan menggunakan Ultra Politur P-01.Pasal 26PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK1. Lingkup Pekerjaan :

Termasuk dalam pekerjaan instalsi listrik ini adalah :

1.1.pengadaan kabel-kabel, stop kontak, sacklaar, fitting-fitting, pipa, material bantu, termasuk pemasangannya

1.2.Penyerahan Surat Jaminan oleh Instalatur/Pemborong beserta pembuatan gambar instalasi yang terpasang.

2. Bahan yang dipakai :

2.1.Kabel-kabel yang dipakai adalah dari jenisnya NYA yang memenuhi standard PLN (SPLN) serta berinitial LMK.

2.2.Stop kontak, sacklar dan fitting serta peralatan listrik yang digunakan harus buatan dalam negeri yang telah memenuhi standard PLN.

2.3.Untuk trafo neon yang digunakan harus setara merk Broco atau Ballast, sedangkan balon pijar/TL harus sekualitas merk Phillips atau Osram.

2.4.Penempatan zakering kast harus mengikuti petunjuk dalam gambar, dan zakering kast yang dipakai adalah dari bahan ebonit.

3.Pemasangan :

3.1.Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada Peraturan Umum Instalasii Listrik (PUIL) 2000 yang diterbitkan Yayasan Normalisasi Indonesia.

3.2.Untuk menangani pekerjaan ini harus ditunjuk Instalatir yang telah mememiliki Surat Pengesahan Instalatir (SPI) dan Surat Ijin Kerja (SIKA) dari PLN setempat.

3.3.Inslatasi yang terpasang harus disesuaikan dengan tegangan yang terpasang di area proyek.

3.4.Untuk penerangan dan stop kontak biasa kabel yang digunakan adalah jenis NYA diameter 2,5 mm atau 1,5 mm dengan pelindung PVC diameter 5/8" dan dipasang inbouw.

3.5.Untuk semua penyambung kabel harus menggunakan terminal box atau ditutup dengan las dop, serta ditempatkan pada kedudukan yang aman.

3.6.Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafon ditutup dan pelesteran diding dikerjakan.

3.7.Pada semua stop kontak dan zekering kast harus di beri arde dengan menggunakan kawat BC, dan khusus pengetanahan pada zekering kast dibagian yang tertanam kedalam tanah harus dikerjakan sampai mendapatkan tahanan yang diisyaratkan, serta diberi pelindung pipa GIP diameter 1/2".

Pasal 27D O K U M E N T A S IUntuk kelengkapan laporan, Kontraktor harus membuat foto-foto dokumentasi dibuat sebelum pekerjaan di mulai ( 0 % ), tahap pelaksanaan hingga selesai ( 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % ), foto dokumentasi harus selalu diambil pada posisi yang sama untuk setiap kemajuan (tampak depan, samping dan belakang) dan setiap bagian yang penting antara lain penulangan, pondasi dan lain-lain.

Foto-foto tersebut dimasukan kedalam album dan diserahkan kepada Pemimpin Proyek serta Direksi/Konsultan Pengawas sebanyak 2 (dua) set.Pasal 28GAMBAR PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)1.Setelah selesainya seluruh pekerjaan, Kontraktor harus membuat gambar terlaksana (as built drawing) dari seluruh sistem, termasuk apabila terjadi perubahan letak, denah maupun konstruksi.

2.Instalasi listrik, instalasi air bersih dan instalasi air kotor harus dibuat oleh Kontraktor sesuai dengan keadaan yang terpasang dan diserahkan kepada Pemberi Tugas pada saat Serah Terima Pekerjaan.

Pasal 29P E N G A W A S A N1.Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh Direksi/Pengawas.

2.Setiap saat Direksi/Pengawas atau petugas-petugasnya harus dapat mengawasi, memeriksa atau menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Untuk itu pemborong harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

3.Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Direksi/Pengawas adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut bila diperlukan harus dapat diperiksa sebagian atau seluruhnya untuk keperluan/kepentingan pemeriksaan.

5. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas Harian diluar jam kerja yang resmi, maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor. permohonan untuk mengadakaan pemeriksaan tersebut harus dengan surat yang disampaikan kepada Direksi/pengawas.

Pasal 30PEKERJAAN JALAN

UmumPekerjaan ini berlaku untuk pekerjaan pengaspalan dan pekerjaan pembangunan lapangan penumpukan, tetapi perbedaannya dimana lapangan penumpukan struktur permukaannya menggunakan paving blok dengan mutu beton K 300.

1. PEMBENTUKAN BADAN JALAN

1.1. U r a i a n

Pekerjaan ini dimaksudkan untuk pembentukan badan jalan, penimbunan, perapian dan pemadatan mencapai garis tingkat kemiringan melintang yang diperlukan sebagaimana diperintahkan oleh direksi.

Bahan yang digunakan untuk penimbunan dan pembentukan badan jalan adalah bahan timbunan yang sesuai untuk badan jalan keras.

1.1.1. Pelaksanaan Pekerjaan.

(1).Peralatan.

Jenis peralatan yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan, serta sesuai petunjuk lebih lanjut oleh Direksi.

Pada umumnya akan dipilih jenis peralatan sebagai berikut :

Motor graeder / alat penebar manual dengan cangkul

Mesin tumbuk / stamper

Alat-alat bantu berupa sekop, garu, pengki, gerobag dorong dan lain-lain yang sesuai dengan pekerjaan bahu jalan.

1.1.2. Pelaksanaan Pekerjaan.

a. Dasar pada bahu jalan yang akan dibentuk dibersihkan dari tumbuh-tumbuhan, rumput, alang-alang dan tumbuhan lainnya.

b. Bahan timbunan badanu disebar dengan menggunakan motor graedar atau dengan tenaga manual, dan kemiringan melintang diatur 5-6 % kearah sisi luar sesuai gambar rencana atau menurut petunjuk Direksi.

c. Bahan timbunan bahu jalan yang sudah terpasang dipadatkan dengan alat pemadat atau sesuai petunjuk Direksi

2. LAPIS PONDASI AGREGAT

2.1. UMUM

1)Uraian

Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis pondasi agregrat yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu, pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

2.2. BAHAN1)Sumber BahanBahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai dengan Seksi 1.11 Bahan dan Penyimpanan, dari Spesifikasi ini.

2) Kelas Lapis Pondasi Agregat

Terdapat dua kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A dan Kelas B. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis Pondasi Atas untuk suatu lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Agregat Kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan tambahan dalam Seksi 4.2 dari Spesifikasi ini.

3)Fraksi Agregat Kasar

Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.

Bilamana digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A maka untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.4)Fraksi Agregat Halus

Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar dua per tiga dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.

5)Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan

Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel 5.1.2.(1) dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam Tabel 5.1.2.(2)

Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat :

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos

ASTM(mm)Kelas A Kelas B

2 50100

1 37,510088 95

125,079 - 8570 85

3/89,5044 - 5830 65

No.44,7529 - 4425 55

No.102,017 - 3015 40

No.400,4257 - 178 20

No.2000,0752 82 8

Tabel 5.1.2.(2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat :

Sifat sifatKelas AKelas B

Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-1990) 0 - 40 % 0 - 40 %

Indek Plastisitas (SNI-03-1966-1990) 0 - 6 0 - 10

Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos Ayakan No.200 maks. 25 -

Batas Cair (SNI 03-1967-1990) 0 - 250 - 35

Bagian Yang Lunak (SK SNI M-01-1994-03) 0 - 5 % 0 - 5 %

CBR (SNI 03-1744-1989) min.90 % min.35 %

6)Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat

Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.

2.3. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT

1)Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat

a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan Seksi 8.1 dan 8.2 dari Spesifikasi ini.

b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya, sesuai dengan Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau 5.1 dari Spesifikasi ini, sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu.

c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.

d) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.2)Penghamparan

a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3). Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.

b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.

c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.

d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

3)Pemadatan

a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.

b) Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.

c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.

d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang bersuperelevasi, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.

e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.

3. LAPIS PERATA PENETRASI MACADAM

3.1. UMUM1)Uraian

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapisan perata terbuat dari agregat yang distabilisasi oleh aspal. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan campuran aspal panas tidak mencukupi dan oleh karena itu hanya digunakan pada lokasi yang terbatas seperti pekerjaan pengembalian kondisi.

3.2. BAHAN

1)UmumBahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup (hanya digunakan untuk lapis permukaan) dan aspal.

Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah tercampurnya antar fraksi agregat dan harus dijaga agar bersih dari benda-benda asing lainnya.

2)Agregat Pokok dan Pengunci a) Agregat pokok dan pengunci harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari lumpur dan benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.1.2.(1).

Tabel 6.1.2.(1) Ketentuan Agregat Pokok dan Pengunci

PengujianStandarNilai

Abrasi dengan mesin Los Angeles pada 500 putaranSNI 03-2417-1991Maks. 40 %

Kelekatan agregat terhadap aspalSNI 03-2439-1991Min. 95 %

Indeks KepipihanBS 812 Part I 1975 Article 7.3Maks.25 %

b) Agregat pokok dan pengunci harus, bilamana diuji sesuai dengan SNI 03-1968-1990, memenuhi gradasi yang diberikan Tabel 6.1.2.(2).

Tabel 6.1.2.(2) Gradasi Agregat Pokok dan Pengunci

Ukuran Ayakan% Berat Yang Lolos

Tebal Lapisan (cm)

ASTM(mm)7 105 - 84 - 5

Agregat Pokok :

375100

26390 100100

25035 7095 - 100100

1380 1535 - 7095 - 100

1250 50 - 15-

19-0 - 50 - 5

Agregat Pengunci :

125100100100

1995 10095 - 10095 - 100

3/89,50 50 - 50 - 5

2)AspalBahan aspal haruslah salah satu dari berikut ini :

a) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO M20.

b) Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208) atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO M140.

c) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-03-1995-03, atau aspal cair penguapan sedang (medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-02-1995-03.

Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

3.3. KUANTITAS AGREGAT DAN ASPALKuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 6.1.3 dan harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama Kontrak jika dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang disyaratkan.

Tabel 6.1.3 : Lapis Perata Penetrasi Macadam

Tebal Lapisan (cm)Agregat Pokok (kg/m2)Aspal Residu (kg/m2)Agregat Pengunci (kg/m2)

7 105 - 84 - 5

8,52008,525

7,51807,525

6,51606,525

6,51526,025

5,51405,525

5,51335,225

4,41144,425

3,71053,725

3,7802,525

Catatan :

Aspal Residu adalah bitumen tertinggal setelah semua bahan pelarut atau pengemulsi telah menguap.3.4. PERALATAN

Peralatan berikut ini harus disediakan untuk :

a)Penumpukan Bahan Dump Truck

Loader

b)Di Lapangani)Mekanis.

Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 - 8 ton.

Penggilas beroda karet 10 - 12 ton (jika diperlukan).

Distributor aspal atau hand sprayer sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6.1.3.

Truk Penebar Agregat.

ii)Manual.

Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak dorong, dan peralatan kecil lainnya.

Ketel aspal.

Penggilas seperti cara mekanis.

3.5. PELAKSANAAN1)Persiapan Lapangan

Permukaan yang diperbaiki dengan Penetrasi Macadam harus disiapkan seperti di bawah ini :

a)Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan potongan melintang.b)Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti debu dan bahan lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak harus diperbaiki sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8.1.3.(2) dan 8.1.3.(3) dari Spesifikasi ini

c)Permukaan aspal lama harus diberikan Lapis Perekat sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.2)Penghamparan dan Pemadatana) UmumAgregat dan aspal harus tersedia di lapangan sebelum pekerjaan dimulai. Kedua bahan tersebut harus dijaga dengan hati-hati untuk menjamin bahwa bahan tersebut bersih dan siap digunakan.

Selama pemadatan agregat pokok dan agregat pengunci, kerataan permukaan harus dipelihara. Bilamana permukaan yang telah dipadatkan tidak rata, maka agregat harus digaru dan dibuang atau agregat ditambahkan seperlunya sebelum dipadatkan kembali.

Temperatur penyemprotan aspal harus sesuai dengan Tabel 6.1.5.(1)

Tabel 6.1.5.(1) Temperatur Penyemprotan Aspal

JENIS ASPAL TEMPERATUR PENYEMPROTAN ((C)

60/70 Pen.165 - 175

80/100 Pen.155 - 165

Emulsikamar, atau sebagaimana petunjuk pabrik

Aspal Cair RC/MC 25080 - 90

Aspal Cair RC/MC 800105 - 115

Bilamana jenis aspal lain digunakan, temperatur penyemprotan harus disetujui Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.

b)Metode Mekanisi) Penghamparan dan Pemadatan Agregat PokokTruk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan yang sedemikian hingga kuantitas agregat adalah seperti yang disyaratkan dan diperoleh permukaan yang rata.

Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6 - 8 ton yang bergerak dengan kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju ke sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih (overlap) paling sedikit setengah lebar alat pemadat. Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh permukaan yang rata dan stabil (minimum 6 lintasan).

ii)Penyemprotan Aspal Temperatur aspal dalam distributor harus dijagapada temperatur yang disyaratkan untuk jenis aspal yang digunakan. Temperatur penyem-protan dan takaran penyemprotan harus disetujui oleh Direksi Peker-jaan sebelum pelaksanaan dimulai dan harus memenuhi rentang yang disyaratkan masing-masing dalam Tabel 6.1.5.(1) dan 6.1.3.(1). Cara penggunaan harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 6.1.4.(3).

(iii)Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci.Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus ditebarkan pada takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda yang melintasi lokasi yang belum tertutup bahan aspal. Takaran penebaran harus sedemikian hingga, setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregat pokok masih nampak.

Pemadatan agregat kunci harus dimulai segera setelah penebaran agre-gat pengunci dan harus seperti yang diuraikan dalam Pasal 6.1.5.(b).(i) Bilamana diperlukan, tambahan agregat pengunci harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan di atas permukaan selama pemadatan. Pemadatan harus dilanjutkan sampai agregat pengunci tertanam dan terkunci penuh dalam lapisan di bawahnya. c)Metode Manuali)Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok.Jumlah agregat yang ditebar di atas permukan yang telah disiapkan harus sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan permukaan dapat diperoleh dengan keterampilan penebaran dan menggunakan perkakas tangan seperti penggaru.

Pemadatan harus dilaksanakan seperti yang disyaratakan untuk metode mekanis.

ii)Penyemprotan Aspal Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyem-prot tangan (hand sprayer) dengan temperatur aspal yang disyaratkan. Takaran penggunaan aspal harus serata mungkin dan pada takaran penyemprotan yang disetujui.

iii)Penebaran dan Pemadatan Agregat PengunciPenebaran dan pemadatan agregat pengunci harus dilaksanakan dengan cara yang sama untuk agregat pokok. Takaran penebaran harus sede-mikian hingga, setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregat pokok masih nampak. Pemadatan harus sebagaimana yang disyaratkan untuk metode mekanis.

3)Pemeliharaan Agregat Pengunci Bilamana terdapat keterlambatan antara pengerjaan lapis agregat pengunci dan lapis berikutnya, Kontraktor harus memelihara permukaan agregat pengunci dalam kondisi baik sampai lapis berikutnya dihampar.

Pasal 31PEKERJAAN AKHIR1.Pada akhir pekerjaan, seluruh pekerjaan akan dikontrol kembali terutama mengenai volume seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2.Lokasi pekerjaan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan-bahan bangunan, kotoran-kotoran dan urugan tasirtu diratakan serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut keluar lokasi pekerjaan.

3. Peralatan yang digunakan adalah peralatan tukang batu, kayu dan cat , seperti : gergaji, obeng, palu, kuas biasa, dan kuas rol, martil, sekop, Pacul Parang dan Linggis serta kereta dorong, dan truck untuk membuang sisa material bangunan.

Pasal 32P E N U T U P1.Pekerjaan-pekerjaan yang belum/tidak tercantum/dijelaskan dalan RKS ini dapat dilihat pada gambar atau di tanyakan pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)

2.Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap KRS ini pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan akan dibuat suatu Berita Acara Penjelasan Pekerjaan yang mengikat, dan merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

LANJUTAN PEMBANGUNAN FASILITAS LAUT PARIGIKEMENTRIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KANTOR UPP KELAS III PARIGI TAHUN ANGGARAN 2014