pemeriksaan pajak
DESCRIPTION
perpajakanTRANSCRIPT
PEMERIKSAAN PAJAK
OLEH:KELOMPOK 4
AYU WANDIRARISKI WULANDARISUCI SRI OKTAVIAULIL AZMI
PEMERIKSAAN PAJAK
1. PENGERTIAN PEMERIKSAAN PAJAK
Mengacu Pasal 1 angka 25 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PEMERIKSAAN adalah
“Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan proporsional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”
Tugas pemeriksa atas laporan keuangan
Peninjauan kembali prosedur kegiatan
Peninjauan kembali prosedur akuntansiEvaluasi hasil usahadsb.
Pemeriksaan eksternal >>> oleh akuntan pulik yang menghasilkan laporan akuntan yang berisi pendapat atas laporan keuangan (opini), yaitu:Pendapat setuju ( unqualified opinion)Pendapat setuju dengan pembatasan ( qualified opinion)Laporan tanpa pendapat (disclaimer of opinion)Pendapat tidak setuju (adverse opinion)
2. BEBERAPA ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN PAJAK
1. Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha/pekerjaan bebas, tempat tinggal WP, atau tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.
2. Pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Dirjen Pajak.
3. Pemeriksa pajak adalah PNS di lingkungan Dirjen Pajak atau tenaga ahli yag ditunjuk Dirjen Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk meleksanakan pemeriksaan.
4. Tanda pengenal pemeriksa adalah tanda pengenal sebagai pemeriksa pajak yang diterbitkan oleh Dirjen pajak.
5. Surat perintah pemeriksaan adalah surat perintah untuk melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan per-UU perpajakan.
6. Pembukuan adalah proses pencatatan yang teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi untuk periode tahun pajak.
7. Data yang dikelola secara elektronik adalah data yang bentuknya elektonik, yang dihasilkan oleh komputer dan pengolahan data elektronik yang disimpan pada media penyimpanan elektronik
8. Penyegelan adalah tindakan menempelkan kertas segel dalam rangka pemeriksaan.
9. Surat pemberitahuan hasil pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang hasil pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi perhitungan sementara dan memberikan hak pada WP untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
10. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah pembahasan antara WP dan pemeriksa pajak yang hasilnya dituangkan dalam berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani kedua belah pihak.
11. Tim pembahas adalah tim yang dibentuk untuk membahas perbedaan pendapat saat dilakukan pembahasan.
12. Kertas kerja pemeriksaan adalah catatan yang rinci dan jelas yang dibuat oleh pemeriksa pajak.
13. Penghasilan kena pajak (PhKP) tidak dapat dihitung adalah pemeriksaan pajak tidak dapat melakukan pengujian perhitungan besarnya penghasilan kena pajak dengan prosedur sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan.
14.Laporan hasil pemeriksaan adalah laporan yang disusun oleh pemeriksa pajak sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.
15.Pemeriksaan ulang adalah pemeriksaan terhadap WP yang telah diperiksa pada pemeriksaan sebelumnya.
16. Jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah jangka waktu yang diberikan kepada pemeriksa pajak untuk melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
17.Kuesioer pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan yang terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan.
18.Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana bidang perpajakan.
3. TUJUAN PEMERIKSAAN PAJAKDimuat dalam Pasal 29 ayat (1) UU KUP menyatakan:1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan pajak;b. SPT rugi;
SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran) disampaikan;
Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau
Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan WP yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan per-UU perpajakan
Pemberian NPWP secara jabatan; enghapusan NPWP; Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan
PKP Wajib Pajak mengajukan keberatan; Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto. Pencocokan data dan/atau alat keterangan. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak; Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan
fasilitas perpajakan dan/ atau; Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
4. RUANG LINGKUP DAN KRITERIA PEMERIKSAAN PAJAK
Ruang lingkupnya meliputi satu, beberapa atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau bberapa masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
Jenis pemeriksaan pajak
Pemeriksaan kantor
Pemeriksaan lapangan
Kriteria pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan WP dapat dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut :
Menyampaikan SPT yang menyatakan lebih bayar Menyampaikan SPT yang menyatakan rugi Tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT
tetapi melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat teguran
Melakukan penggabungan,peleburan, pemekaran, pembubaran atau meninggalkan Indonesia selamanya (pemeriksaan lapangan)
Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi
5. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN
Jangka waktu yang dipelukan untuk melakukan pemeriksaan oleh akuntan publik tidak diatur secara khusus dalam norma pemeriksaan akuntan. Lama pemeriksaan secara teoritis sangat tergantng pada mutu atau kondisi pengendalian intern perusahaan. Apabila pengEndaliannya baik (kuat) maka semakin sempit pemeriksaan yang dilakukan. Demikian pula sebaliknya, hingga mempengaruhi waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan oleh akuntan publik.
Berdasarkan peraturan menteri keuangan yang diberlakukan sejak 1 januari 2008, ditetapkan sebagai berikut:
Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan diperpanajng paling lama 6 bulan yang dihitung sejak tanggal WP datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal laporan hasil Pemeriksaan.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (tiga) bulan dan diperpanjang paling lama 8 bulan yang dihitung sejak tanggal WP datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal laporan hasil Pemeriksaan.
Apabila dalam Pemeriksaan Lapangan ditemukan indikasi transaksi yang terkait transfer pricing dan /atau transaksi khusus lain
Dalam hal pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria pemeriksa pajak. Dalam hal WP mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak jangka waktu pemeriksaan sebagaimana dimaksud paada butir 1. 2. 3. diatas, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan penegmbalian kelebihan pembayaran pajak.
6. STANDAR PEMERIKSAAN
1. Standar Umum Pemeriksaan Pajak merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan pemeriksa pajak dan mutu pekerjaannya (telah mendapat pendidkan, jujur dan taat aturan )
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan pajak, yaitu sebagai berikut : Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapa
yang baik sesuai tujuan dan ada pengawasan yang saksama Luas pemriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan
petunjuk yang diperoleh yang dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan dan pengujian lainnya.
Temuan pemeriksaaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim pemeriksa pajak yang terdiri supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim
Tim pemeriksa pajak sebagaimana dimaksud pada huruf d dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentuyang bukan merupakan pemeriksa pajak sebagaimana dimaksud dalam standar umum pemeriksaan, baik yang berasal dari Dirjen Pajak maupun yang berasal dari luar instansi Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk Direktorat Jenderal pajak sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, ahli dibidang teknologi informasi, dan pengacara.
Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpjakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain.
Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor DJP, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal WP, atau tempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak
Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja.
Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikn dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan.
Laporan hasil pemeriksaan digunakan sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak dan atau surat tagihan pajak
Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan Pajak merupakan kegiatan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan pajak, yaitu sebagai berikut : Laporan Hasil Pemeriksaan disusun secara ringkas
dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan kuat tentang ada atau tidaknya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan.
Laporan Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain mengenai :oPenugasan pemeriksaano Identitas Wjib PajakoPembukuan atau pencatatan WPoPemenuhan kewajiban perpajakanoData/ informasi yang tersediaoBuku dan dokumen yang dipinjamoMateri yang diperiksaoUraian hasil pemeriksaano Ikhtisar hasil pemeriksaanoPerhitungan pajak terutangoSimpulan dan usul pemeriksa pajak
7. KERTAS KERJA PEMERIKSAAN PAJAK
Merupakan semua berkas yang dikumpulkan selama berlansungnya pemeriksaan sebagai bukti telah dilaksanakan prosedur-prosedur pemeriksaan dan telah diikutinya standar pemeriksaan.
Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kertas kerja pemeriksaan pajak, antara lain:
1. Kertas Kerja Pemeriksaan wajib disusun oleh pemeriksa pajak dan berfungsi sebagai;
Bukti bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan
Bahan dalam melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan WP mengenai temuan pemeriksaan.
Dasar pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan Sumber data atau informasi bagi penyelesaian
keberatan atau banding yang diajukan oleh WP; dan Simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu, yang
berkaitan dngan pemeriksaan
2. Kertas Kerja Pemeriksaan harus memberi gambaran mengenai prosedur, data/bukti, pengujian, simpulan dan hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan pemeriksaan
8. KEWAJIBAN PEMERIKSA PAJAK1. Pemeriksaan Lapangan, dalam hal pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan lapangan, oleh karena itu pemeriksa wajib:
Menyampaikan pemberitahuan tertulis (Pem. Lap.) Memperlihatkan tanda pengenal dan SP3 Menjelasan alasan pemeriksaan Memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan pemeriksa berubah Menyampaikan SPHP Memberikan hak hadir kepada WP waktu Pembahasan Akhir Melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak Mengembalikan buku, dokumen, dll yang dipinjam dari WP Merahasiakan segala yang diberitahukan oleh WP
2. Pemeriksaan Kantor, dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan kantor, oleh karena itu pemeriksa wajib:
Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP3 Menjelasan alasan pemeriksaan Memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan pemeriksa
berubah Memberitahukan secara tertulis hasil pemeriksaan pada WP Melakukan Pembahasan Akhir hasil pemeriksaan apabila WP
hadir dalam batas waktu yang ditentukan Memberi petunjuk kepada WP dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya Mengembalikan buku, dokumen, dll yang dipinjam dari WP Merahasiakan segala yang diberitahukan oleh WP
9. KEWENANGAN PEMERIKSA PAJAK
Kewenangan pemeriksa pajak dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan berdasarkan pada jenisnya, adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Lapangan, pemeriksa pajak berwenang:
Melihat/meminjam buku, catatan, dokumen, dll Mengakses/mengunduh data elektronik (Pem.
Lap.) Memasuki tempat/ruangan yang dianggap
perlu Meminta kepada WP untuk memberi bantuan
guna kelancaran pemerikaan Melakukan penyegelan tempat atau ruang Meminta keterangan tertulis/lisan dar WP Meminta keterangan/bukti dari pihak ketiga
2. Pemeiksaan Kantor, pemeriksa pajak berwenang:
Memanggil WP datang ke kantor dengan Surat Panggilan (Pem. Kantor)
Melihat/meminjam buku, catatan, dokumen, dll
Meminta kepada WP memberi bantuan jika diperlukan
Meminta keterangan tertulis/lisan dari WP Meminjam KKP yang dibuat Akuntan Publik
melalui WP (Pem. Kantor) Meminta keterangan/bukti dari pihak ketiga
10. HAK WAJIB PAJAK DALAM PEMERIKSAAN
1. Dalam Pemeriksaan Lapangan, WP berhak:
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
dalam jangka waktu yang telah ditentukan; Mengajukan permohonan untuk dilakukan
pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan;
Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak
2. Dalam Pemeriksaan Kantor, WP berhak:
Meminta Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan;
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;
Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
dalam jangka waktu yang telah ditentukan;
Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.
3. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, WP berhak :
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP pada waktu Pemeriksaan;
Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan atau;
Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.
4. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor, WP berhak :
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP pada waktu Pemeriksaan;
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan/ atau;
Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.
11. PEMBERITAHUAN HASIL PEMERIKSAAN
Hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada WP dengan memberikan hak kepada WP untuk hadir dalam pembahasan akhir.
Pemberitahuan hasil pemeriksaan tersebut tidak dilakukan apabila pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan Bukti Permulaan. Bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti pemulaan tentang adanya dugaan, atau telah terjadinya tindak pidana di bidang perpajakan.
Pemberitahuan hasil pemeriksaan ini berupa surat yang berisi tentang hasil pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi, penghitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak kepada WP untuk hadir dalam pembahasan hasil akhir pemeriksaaan.
PENYIDIKAN PAJAK
Berdasarkan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000, penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah
Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu akan dapat menunjukkan adanya tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
Penyidikan merupakan proses kelanjutan dari hasil pemeriksaan yang mengindikasikan adanya bukti permulaan tindak pidana perpajakan.
Berdasarkan KEP-02/PJ.7/1990, 24-12-1990, bukti permulaan adalah keadaan dan/atau bukti-bukti berupa keterangan, tulisan, perbuatan, atau benda-benda yang dapat memberi petunjuk bahwa suatu tindak pidana sedang atau telah terjadi yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang dapat menimbulkan kerugian pada negara.
Penyidik pajak adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang hukum acara pidana yang berlaku.
TUGAS PENYIDIK
Tugas penyidik adalah mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
WEWENANG PENYIDIK menerima, mencari, mengumpulkan, dan
meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpaj akan;
memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
menghentikan penyidikan; melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
KEGIATAN PENYIDIKAN
Penyidikan tindak pidana perpajakan dilaksanakan berdasarkan surat perintah penyidikan yang ditandatangani oleh Dirjen Pajak atau Kepala kantor Wilayah DJP
Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang hukum acara pidana yang berlaku
Untuk menambah atau melengkapi petunjuk dan bukti permulaan yang sudah ada, penyidik pajak berwenang memanggil tersangka, saksi, atau saksi ahli melalui surat panggilan. Dalam hal yang dipanggil tidak ada di tempat maka surat panggilan diterimakan kepada keluarganya atau ketua RT atau ketua RW atau Kepala Desa atau orang lain yang dapat menjamin bahwa surat panggilan tersebut akan disampaikan kepada yang bersangkutan
Apabila tersangka atau saksi atau saksi ahli tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang patut dan wajar atau menolak untuk menerima dan menandatangani surat panggilan, kepadanya diterbitkan dan disampaikan panggilan kedua. Apabila masih bersikap sama maka penyidik pajak dapat meminta bantuan Polri untuk menghadirkan yang bersangkutan
Sebelum penyidikan dimulai, penyidik pajak harus memberitahukan kepada tersangka hak untuk mendapatkan bantuan hukum dari penasehat hukum serta menjelaskan apa yang disangkakan kepadanya dengan jelas dan dalam bahasa yang dimengerti
Apabila Saksi diperkirakan tidak dapat hadir pada saat persidangan maka pemeriksaan terhadapnya dilakukan terlebih dahulu diambil sumpahnya oleh penyidik pajak
Apabila tersangka atau saksi dikhawatirkan akan meninggalkan wilayah Indonesia maka penyidik pajak dapat segera meminta bantuan kepada Kejaksaan Agung untuk melakukan pencekalan
Dalam melakukan penyidikan penyidik pajak harus memperhatikan asas hukum dan norma penyidikan yang berlaku
ASAS HUKUM PENYIDIKAN
Asas Praduga Tak Bersalah adalah bahwa setiap orang yang disangka dituntut atau dihadapkan dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap
Asas persamaan di muka hukum adalah bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dimuka hukum tanpa perbedaan
Asas Hak memperoleh bantuan/penasehat hukum adalah bahwa setiap tersangka perkara tindak pidana di bidang perpajakan wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya sejak dilakukan pemeriksaan terhadapnya
NORMA PENYIDIKAN
Dalam melakukan tugasnya penyidik pajak harus berlandaskan kepada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, KUHAP dan hukum pidana yang berlaku
Penyidik pajak sebagai penegak hukum wajib memelihara dan meningkatkan sikap terpuji sejalan dengan tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawabnya
Penyidik pajak harus membawa tanda pengenal pajak dan surat perintah penyidikan pada saat melakukan penyidikan
Penyidik dapat dibantu oleh peetugas pajak lain atas tanggung jawabnya berdasarkan izin tertulis dari atasannya
Penyidikan dilaksanakan berdasarkan Laporan Bukti Permulaan dan Surat Perintah Penyidikan
Penyidik pajak dalam setiap tindakannya harus membuat Laporan dan Berita Acara
SURAT KETETAPAN PAJAK( SKP )
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliuputi surat ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil, surat ketetapan pajak lebih bayar, yang meliputi:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Saat Terutangnya Pajak
Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenakan pajak, namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut adalah:
Pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak ketiga
Pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan karyawan yang dipotong oleh pemberi kerja, atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha Kena Pajak atas pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan
Penerbitan SKP
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas pada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat Pemberitahuan atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB )
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
Fungsi SKPKB
Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang
Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi
Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak
Dasar Diterbitkan SKPKB
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan didalam surat teguran. (SKPKB diterbitkan secara jabatan)
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%
Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (tentang kewajiban pembukuan) dan Pasal 29 (tentang kewajiban dalam pemeriksaan) tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang. (SKPKB diterbitkan secara jabatan)
Sanksi Berkenaan dengan SKPKB1. Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar (angka 1 pada dasar/sebab terbitnya SKPKB), maka jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.
2. Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan angka 2, 3 dan 4 (pada dasar/sebab diterbitkan SKPKB), maka jumlah pajak dalam SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan.
100% dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar
Jangka Waktu Penerbitan SKPKB Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat
pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
Setelah lewat jangka waktu 10 tahun sesudah saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 10 tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Sanksi
Pokok pajak yang kurang atau tidak dibayar di dalam SKPKB ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ( SKPKBT )
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Fungsi SKPKBT
Sebagai alat untuk mengoreksi ketetapan pajak sebelumnya
Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak
Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi
Dasar Penerbitan SKPKBT
Apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
Masih ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan atau data baru yang diketahui kemudian oleh Direktur Jenderal Pajak
Jangka Waktu Penerbitan SKPKBT
Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
Sanksi
Tagihan di dalam SKPKB ditambah dengan kenaikan sebesar 100% dari pajak yang kurang dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar ( SKPLB )
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang
Fungsi SKPLB
Sebagai sarana atau alat untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak
Dasar Penerbitan SKPLB
Untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.
Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah Pajak Yang terutang adalah jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.
Tata Cara Penerbitan SKPLB1. Terjadi kelebihan pembayaran pajak setelah dilakukan
pemeriksaan terhadap SPT tanpa adanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi), dengan ketentuan:
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak yang menyatakan Kurang Bayar, Nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (permohonan restitusi).
Apabila Wajib Pajak setelah menerima SKPLB dan menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi), akanmengajukan permohonan secara tertulis.
2. Atas Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang sesuai dengan perhitungan yang terdapat di dalam SPT yang disampaikan wajib pajak, dengan ketentuan:
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 17C UU No. 16 Tahun 2000, harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan telah diisi lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Apabila setelah lewat jangka waktu 12 bulan tersebut Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonanpengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar harus diterbitkan dalamwaktu paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir.
Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf b, maka kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% sebulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf b sampai dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
Tata Cara Perhitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak1. Kelebihan pembayaran pajak adalah: Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.
Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang diterbitkan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari wajib pajak tertentu
Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.
Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, sebagai akibat diterbitkan Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang menerima sebagianatauseluruh permohonan Wajib Pajak.
2. Kelebihan pembayaran pajak harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pajak, baik di pusat maupun cabang-cabangnya.
3. Atas dasar persetujuan Wajib Pajak yang berhak atas kelebihan pembayaran pajak, kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan pajak yang akan terutang atau dengan utang pajak atas nama Wajib Pajak lain.
4. Kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa, dikembalikan dalam jangka waktu 1 bulan sejak:
Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a diterima.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf b diterbitkan
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf c diterbitkan
Keputusan Keberatan diterbitkan atau Putusan Banding diterima sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf d
Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf e diterbitkan.
5. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
Surat Ketetapan Pajak Nihil ( SPKN )Surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan SKPN apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.
Dasar Penerbitan SPKN
Untuk Pajak penghasilan, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang atau tidak ada pajak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah pajak yang terutang adalah jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.
TERIMA KASIH