pemeriksaan antropometri
DESCRIPTION
mTRANSCRIPT
A. Pemeriksaan Antropometri
Antropometri adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran
tubuh manusia untuk merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu
ataupun kelompok (Panero & Zelnik, 2003). Ketidakseimbangan tersebut terlihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air
dalam tubuh. Untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara
spesifik juga diperlukan dan pengukuran ini mencakup Umur, BB (Berat Badan), TB
(tinggi badan), Lingkar Kepala, BMI atau IMT (Indeks Masa Tubuh), Berat Badan
Relatif (BBR), dan Rasio Pinggang Panggul (LPP), Lingkaran Perut, Lipatan Trisep,
LLA dan LOLA. Pengukuran dilakukan pada waktu dan kondisi yang sama.
a. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Merupakan suatu tolak ukur berat badan yang harus dimiliki setiap orang berdasarkan
tinggi badan yang dimiliki. Pada pasien dengan gangguan keseimbangan cairan tubuh
sangat membantu dalam pemantauan cairan, sebab setiap 500ml mempengaruhi
kenaikan berat badan 0,45 kg. Adapun cara menghitungnya, yakni sebagai berikut.
Batas Indeks Massa Tubuh (IMT) di Indonesia:
Kategori IMT
KurusKekurangan berat badan tingkat
berat< 17
Kekurangan berat badan tingkat
sedang17.0 – 18.5
Normal 18.5 – 25
GemukKelebihan berat badan tingkat
ringan> 25 – 27
Kelebihan berat badan tingkat
berat> 27
Sumber: Depkes 2002 (lihat Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007)
IMT= Berat Badan (kg)
(Tinggi Badan)2(m)
Selain mengukur IMT seseorang, perawat juga perlu memastikan rentang berat badan ideal klien.
b. Lingkar Otot Atas (LOLA / MAMC)
Prosedur pemeriksaan yang bertujuan untuk memperkirakan massa otot skelet atau
tulang (Potter & Perry, 2005). Namun perlu di tunjang oleh pengukuran lain, yakni
TSF (Triceps Skin-Fold ) dan LLA (lingkar lengan atas)
1) Lingkar Lengan Atas (LLA)
Menggunakan pita pengukur dan melingkarkan pita tersebut pada titik
tengah lengan atas yang non dominan. Bertujuan untuk memperkirakan massa otot
skelet atau tulang (Potter & Perry, 2005). Nilai Normal : 26,3 cm untuk laki-laki,
25,7 cm untuk wanita. Ambang batas LLA dengan risiko tinggi kekurangan energi
kronik di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang dari 23,5 cm
artinya orang tersebut berisiko mengalami kekurangan energi kronik (Supariasa,
2001).
2) Lipatan Trisep (Trisep Skin Fold / TSF)
Digunakan untuk menilai massa lemak pada lengan bagian atas. Dengan
kata lain, untuk memperkirakan isi lemak dari jaringan subkutan. Cara
mengukurnya menggunakan kaliper lipatan, ambil kulit bagian lengan atas (letak
trisep) dengan cubitan yang terasa kenyal dan tidak teraba
karakteristik otot yang padat. Kemudian ukur dengan kaliper,
catat dan intepretasi hasilnya.
Adapun rumus LOLA :
Underweight < 18,5
BBI = [Tinggi Badan (cm) – 100] ± 10% [Tinggi
Badan (cm) – 100]
LOLA (cm)= LLA (cm)- [0,314 x TSF (mm)]
Nilai standar normal antropometri
Jenis pengukuran
Laki-laki
perempuan
TSF (mm) 12,5 16,5
MAC (cm) 29,3 28,5
MAMC (cm) 25,3 23,2
Normal 18,5<x<22,9
Overweight 23<x<24,9
Obesitas I 25<x<29,9
Oberitas II >30
Berdasarkan kasus, berikut merupakan identifikasi berat badan klien. Diketahu
TB = 145 cm dan BB = 33 kg
=
= 15, 69 ~ Kurus/ kurang BB berat
Dimana seharusnya berat badan ideal klien sebagai panduan pemberian nutrisi adala
IMT= Berat Badan (kg)
(Tinggi Badan)2(m)
33 kg
1,452